seminar jiwa
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Hipokondriasis dan gangguan somatoform yang lain adalah gangguan psikiatri yang
tersulit dan paling kompleks untuk di sembuhkan. Hipokondriasis di definisikan sebagai
ketakutan atau kepercayaan jika mempunyai suatu penyakit yang serius di dalam tubuhnya.
Hipokondriasis berasal dari kata hypokondria ( bahasa yunani ) yang artinya di bawah tulang iga,
dan keadaan organ–organ di wilayah ini akan mempengaruhi keadaan psikologis seseorang .
Hipokondriasis sendiri di dalam psikologi seseorang memiliki pengertian gangguan somatoform
yang muncul bersamaan dengan perasaan cemas yang berlebihan sehingga menyebabkan rasa
takut akan terjangkit penyakit yang parah meskipun tanpa bukti medis1.
Gangguan hipokondrik adalah suatu gangguan dengan ciri utama adalah preokupasi yang
menetap akan kemungkinan menderita satu atau lebih gangguan fisik yang serius dan progresif.
Pasien menunjukkan keluhan somatic yang menetap suatu preokupasi terhadap adanya
deformitas atau perubahan bentuk atau penampilan. Perhatian biasanya hanya terfokus pada satu
atau dua organ atau system tubuh. Tidak mau menerima nasihat atau penjelasan dari beberapa
dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhannya.
Sering disertai depresi dan anxietas yang berat gengguan hipokondrik ditemukan pada laki-laki
maupun wanita sama banyaknya1.
Pada hipokondrik pasien biasanya mengeluhkan satu penyakit berat yang dalam
pemeriksaan penunjang penyakit berat yang dalam pemeriksaan penunjang tidak ditemukan
adanya kelainan yang mendasarinya. Pasien merasa yakin bahwa ada sesuatu yang salah dalam
dirinya dan selalu ingin diperiksa untuk memastikan adanya gangguan pada tubuhnya. Hal lain
yang berbeda dengan gangguan somatisasi dimana pasien biasanya meminta pengobatan
terhadap penyakitnya yang seringkali menyebabkan terjadinya penyalahgunaan obat, maka pada
gangguan hipokondrik pasien malah takut untuk makan obat karena dikira dapat menambah
keparahan dalam sakitnya1.
1
Pasien hipokondrik lebih menekankan pada pemeriksaan untuk mendeteksi penyakitnya
bahkan pada pemeriksaan mahal sekalipun dan selalu mendesak dokter tidak mau menuruti
keinginan pasien, pasien biasanya akan mencari dokter lain sehingga pada pasien seperti ini
sering ditemukan adanya riwayat kunjungan ke dokter yang sangat banyak1.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Istilah hipokondriasis didapatkan dari istilah medis yang lama “ hipokondrium” yang
berarti dibawah rusuk dan mencerminkan seringnya keluhan abdomen yang dimiliki
pasien dengan gangguan ini. Hipokondriasis disebabkan dari interpretasi pasien yang
tidak realistik dan tidak akurat terhadap gejala atau sensai fisik, yang menyebabkan
preokupasi dan ketakutan bahwa mereka menderita penyakit serius kendatipun tidak
ditemukan penyebab medis yang diketahui. Preokupasi pasien yang menyebabkan
penderitaan yang bermakna bagi pasien dan mengganggu kemampuan mereka untuk
berfungsi di dalam penaran personal, social dan pekerjaan1.
2.2 ETIOLOGI
Dalam kriteria diagnostik untuk hipokondriasis, DSM-IV menyatakan bahwa gejala
mencerminkan gejala-gejala tubuh. Data tubuh yang cukup menyatakan bahwa orang
hipokondriasis meningkatkan dan membesarkan sensasi simpatinya, mereka memiliki
ambang dan toleransi yang lebih rendah terhadap gangguan fisik. Sebagai contohnya apa
yang dirasakan oleh orang normal hipokondriasis mungkin berpusat pada sensasi tubuh,
salah mengintrepretasikannya dan menjadi tersinyal oleh hal tersebut karena skema
kognitif yang keliru1.
Teori yang kedua adalah bahwa hipokondriasis dapat dimengerti berdasarkan model
belajar sosial. Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk mendapatkan
perasaan sakit oleh seseorang yang menghadapi masalah yang tampaknya berat dan tidak
dapat dipecahkan. Peranan sakit memberikan jalan keluar, karena pasien yang sakit
dibiarkan menghindari kewajiban yang menimbulkan kecemasan dan menunda tantangan
yang tidak disukai dan dimaafkan dari kewajiban yang biasanya diharapkan1.
3
Teori ketiga adalah bahwa gangguan ini adalah bentuk varian dari gangguan mental
lain. Gangguan yang paling sering dihipotesiskan berhubungan dengan hipokondriasis
adalah gangguan depresif dan gangguan kecemasan. Diperkirakan 80% pasien dengan
hipokondriasis mungkin memiliki gangguan depresif atau gangguan kecemasan yang
ditemukan bersama atau gangguan kecemasan yang ditemukan bersama-sama. Pasien
yang memenuhi kriteria diagnostik untuk hipokondriasis mungkin merupakan subtype
pensomatisasi dari gangguan lain tersebut1.
Bidang pikiran keempat tentang hipokondriasis adalah bidang psikodinamika yang
menyatakan bahwa harapan agresif dan permusuhan terhadap orang lain dipindahkan
kepada keluhan fisik. Kemarahan pasien hipokondriasis berasal dari kekecewaan,
penolakan dan kehilangan di masa lalu, tetapi pasien mengekspresikannya pada saat ini
dengan meminta pertolongan dan perhatian dari orang lain dan selanjutnya menolaknya
karena tidak efektif. Hipokondriasis juga dipandang sebagai pertahanan terhadap rasa
bersalah yang melekat, suatu ekspresi harga diri yang rendah dan tanda perhatian
terhadap diri sendiri yang berlebihan. Penderitaan nyeri dan somatic selanjutnya menjadi
alat untuk menebus kesalahan dan membatalkan dan dapat dialami sebagai hukuman
yang diterimanya atas kesalahan di masa lalu dan perasaan bahwa seseorang adalah jahat
dan memalukan1.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Satu penelitian terakhir melaporkan prevalensi enam bulan terakhir sebesar 4-6 %
persen pada populasi klinik medis umum. Laki-laki dan wanita sama-sama terkena oleh
hipokondriasis. Walaupun onset gejala dapat terjadi pada setiap manusia, onset paling
sering antara usia 20 sampai 30 tahun. Beberapa bukti menyatakan bahwa diagnostik
adalah lebih sering diantara kelompok kulit hitam dibandingkan kulit putih1.
4
2.4 PATOGENESIS PENYAKIT
Berkurangnya neurokimia yang berkaitan dengan hypochondriasis dan beberapa
gangguan somatoform lainnya (misalnya, somatisasi, konversi, dan gangguan tubuh
dismorfik) muncul mirip dengan gangguan mood dan kecemasan. Sebagai contoh,
Hollander mengemukakan sebuah "spektrum obsesif-kompulsif" untuk memasukkan
gangguan obsesif-kompulsif (OCD), gangguan dismorfik tubuh (BDD), anoreksia
nervosa, sindrom Tourette, dan gangguan kontrol impuls (misalnya, trikotilomania).
Penulis lain mengatakan bahwa gangguan somatoform termasuk hypochondriasis
mungkin prilaku tidak sadar yang dipelajari bahwa dapat berfungsi untuk menghindari
konflik internal dan stressor eksternal4.
Gangguan spektrum pada perumusan obsesif-kompulsif (OC) ini, meskipun bukan
bagian dari konsensus literatur diagnostik dan klasifikasi kejiwaan, melintasi batas-batas
beberapa kategori diagnostik dalam Diagnostik dan Statistik Manual Gangguan Mental,
Edisi Keempat-Text Revision (DSM-IV -TR). Selain itu, menghadapi pasien dengan
lebih dari satu gangguan spektrum kecemasan selama hidupnya merupakan hal yang
tidak biasa. Meskipun temuan studi ini kekurangan neurokimia hanya awal, kekurangan
tersebut dapat menjelaskan mengapa terjadi gejala tumpang tindih, mengapa gangguan
umumnya komorbiditas, dan mengapa pengobatan yang efektif paralel satu sama lain
(misalnya, selective serotonin reuptake inhibitor [SSRI])4.
Dalam sebuah penelitian terbaru tentang penanda biologis, yang subjektif memenuhi
kriteria diagnostik DSM-IV-TR untuk hypochondriasis mengalami penurunan plasma
neurotrophin 3 (NT-3) dan serotonin trombosit (5-HT), dibandingkan dengan subyek
kontrol yang sehat. NT-3 merupakan penanda fungsi saraf dan trombosit 5-HT
merupakan penanda pengganti untuk aktivitas serotonergik4.
2.5. GEJALA KLINIS
Pasien hipokondriasis percaya bahwa mereka menderita penyakit yang parah yang
belum dapat di deteksi dan mereka tidak dapat diyakinkan akan kebalikannya. Pasien
5
hipokondriasis dapat mempertahankan keyakinan bahwa mereka memiliki satu penyakit
tertentu atau dengan jalannya waktu, mereka mungkin mengubah keyakinannya tentang
penyakit tertentu.Keyakinan tersebut menetap walau hasil lab adalah negative1.
Table dari DSM-IV diagnostic and statistical manual of mantal disorder2.
Kriteria diagnostic untuk hipokondriasis2:
a. Preokupasi dengan ketakutan penderita atau ide bahwa ia menderita suatu penyakit serius
didasarkan pada intepretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.
b. Preokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan
penentraman.
c. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti pada gangguan
delusional, tipe somatik ) dan tidak terbatas pada kekhawatiran yang terbatas tentang
penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh ).
d. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi social, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
e. Lama gangguan sekurang-kurang 6 bulan.
f. Preocupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum,
gangguan obsesif kompulsif, gangguan panic, gangguan depresif berat, cemas perpisahan
atau gangguan somatoform lain.
Walaupun DSM-IV menyebutkan bahwa gejala harus ada selama sekurang-
kurangnya enam bulan, keadaan hipokondriasis sementara dapat terjadi setelah stres
berat, paling sering kematian atau penyakit berat pada seseorang yang penting bagi
hidupnya atau penyakit serius (kemungkinan membahayakan hidup ) yang telah
disembuhkan tetapi meninggalkan pasien hipokondriasis secara sementara dengan
akibatnya.
Keadaan hipokondriakal tersebut berlangsung kurang dari enam bulan harus
didiagnosis sebagai gangguan somatoform yang tidak ditentukan. Hipokondriakal
sementara sebagai respon dari stress eksternal biasanya menyembuh jika stress
dihilangkan, tetapi dapat menjadi kronis jika diperkuat oleh orang di dalam system sosial
pasien oleh professional kesehatan.
6
2.6 DIAGNOSIS
Kategori diagnostic DSM IV untuk hipokondriasis mengharuskan bahwa pasien
terpreokupasi dengan keyakinan palsu bahwa ia menderita penyakit yang berat dan
keyakinan palsu tersebut didasarkan pada misinterpretasikan tanda atau sensasi fisik12.
Kriteria mengharuskan bahwa keyakinan tersebut berlangsung sekurang-kurangnya enam
bulan, kendatipun tidak adanya temuan patologis pada pemeriksaan medis dan
neurologis. Kriteria diagnostik juga mengharuskan bahwa keyakinan tersebut tidak dalam
intensitas waham (lebih tepat diagnosis sebagai gangguan delusional ) dan tidak terbatas
pada ketegangan tentang penampilan (lebih tepat didiagnosis sebagai gangguan dismorfik
tubuh )1.
Tetapi gejala hipokondriasis diharuskan memiliki intensitas yang menyebabkan
gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam bidang penting
hidupnya.Klinisi dapat menentukan adanya tilikan secara tidak konsisten mengetahui
bahwa permasalahan tentang penyakit adalah luas1.
2.7 DIAGNOSIS BANDING
2.7.1 Penyakit Medis
Gangguan yang tampak dengan gejala yang tidak mudah didiagnosa seperti AIDS,
endokrinopati, miastenia gravis, sclerosis multiple, penyakit degenerative pada sistem
syaraf, lupus erytematosus sistemik, dan gangguan neopastik yang tidak jelas3.
2.7.2 Gangguan Anxietas
Gangguan dimana keadaan tegang yang berlebihan atau tidak pada tempatnya yang
ditandai oleh perasaan khawatir, tidak menentu, atau takut. Gangguan ini merupakan
bagian dari diferensial diagnosis untuk hypochondriasis karena pasien sering hadir
dengan, atau memiliki sejumlah gejala somatik. Biasanya meskipun, gejala somatik yang
diatasi ketika gangguan ini diobati. Pasien dengan gangguan kecemasan umum memiliki
kekhawatiran yang berlebihan, meresap, dan tidak terkendali mengenai hubungan,
pekerjaan, dan rekreasi. Namun, kekhawatiran tersebut umum dan tidak terbatas pada
kekhawatiran menjadi sakit4.
7
Pasien dengan OCD memiliki obsesi yang meniru hypochondriasis, bahwa mereka
berulang dan terus-menerus dan pengalaman yang mengganggu, tapi kekhawatiran ini
melampaui kekhawatiran tentang penyakit (misalnya, takut tentang pintu yang dibuka)
dan sering disertai dengan tematis terkait perilaku kompensasi kompulsif (misalnya,
memeriksa kunci). Di sisi lain, OCD mungkin komorbiditas dengan hypochondriasis.
Berdasarkan data keluarga dalam studi OCD, Bienvenu menemukan hubungan antara
OCD dan gangguan hypochondriasis dan dismorfik tubuh, menunjukkan komorbiditas
antara OCD dan gangguan somatoform. Van den Heuvel menemukan perubahan frontal-
striatal yang sama selama perencanaan tugas antara OCD, gangguan panik, dan
hypochondriasis, menunjukkan jalur umum aktivasi limbik antara gangguan ini4.
2.7.3 Gangguan Dismorfofobia
Gangguan yang dikenal dengan gangguan dismorfik tubuh (body dysmorphic
disorder ). preocupasinya adalah terhadap penampilan fisik yang tidak normal padahal
kenyataannya demikian3.
2.7.4 Gangguan Somatisasi
Gangguan ini ditandai dengan onset awal (<30 tahun) dan berulang, berlipat-lipat,
keluhan fisik yang mengakibatkan perhatian medis atau penurunan yang signifikan.
Gangguan somatisasi dianggap sebagai pemikiran yang terbaik pada preokupasi dengan
gejala fisik yang banyak dan atau sekuensial, bukan preokupasi dengan penyakit medis
tertentu4.
Gejalannya harus memenuhi pola tertentu harus diklasifikasikan sebagai gangguan
somatisasi, termasuk 4 lokasi yang berbeda dari rasa sakit, 2 gejala gastrointestinal yang
berbeda, 1 gejala seksual atau gejala reproduksi selain rasa sakit, dan 1 gejala neurologis.
Gangguan somatisasi dibedakan dari penyakit fisik dengan keterlibatan beberapa sistem
organ dan kursus berkepanjangan tanpa pengembangan temuan yang konsisten dengan
penyakit somatik. Onset gangguan somatisasi mungkin lebih awal daripada
hypochondriasis (misalnya, <15 tahun pada >50% kasus). Wanita memiliki risiko seumur
hidup lebih tinggi terkena gangguan somatisasi, pada 2-3%, dan rasio perempuan:laki
adalah 10:1. Apa yang membedakan gangguan somatisasi adalah fokus pasien pada gejala
daripada preokupasi dengan penyakit dan kekhawatiran yang menyertainya4.
8
2.7.5 Gangguan Nyeri Somatoform
Pasien dengan gangguan nyeri fokus pada rasa sakit daripada penyakitnya yang
lebih luas. Dua jenis gangguan nyeri dengan (1) faktor psikologis saja dan (2) faktor
psikologis yang memperburuk kondisi medis yang terkait secara umum. Namun,
gangguan nyeri mungkin memiliki lebih banyak kesamaan dengan hypochondriasis
daripada sekilas pertama yang jelas karena kegiatan diinduksi di nociceptor dan jalur
nociceptive dapat diaktifkan oleh keadaan psikologis, keadaan fisik, atau keduanya dalam
kombinasi. Kriteria diagnostik termasuk rasa sakit di salah satu atau lebih bagian
anatomi. Rasa sakit menyebabkan penekanan klinis yang signifikan atau penurunan.
Faktor psikologis memiliki peran penting dalam onset, keparahan, eksaserbasi, atau
pemeliharaan rasa sakit4.
2.7.6 Gangguan Konversi
Gangguan ini ditandai dengan gejala yang menunjukkan kekurangan motorik
volunter atau fungsi sensorik (selain nyeri) dan tidak dijelaskan oleh kondisi neurologis
atau kondisi umum medis lainnya, efek dari zat, atau pengalaman budaya yang sanksi.
Pasien-pasien ini tidak memiliki rasa menjadi sakit atau kekhawatiran tentang penyakit
serius yang ditunjukkan oleh gejala pseudoneurological dan memang mungkin memiliki
kekurangan rasa khawatir bahkan tentang keluhan utama mereka. Presentasi gejala umum
termasuk gangguan koordinasi, kelumpuhan atau kelemahan, tremor, kesulitan menelan,
kehilangan rasa sakit atau sensasi sentuhan, penglihatan ganda, kejang, atau kebutaan.
Gangguan konversi juga lebih umum pada wanita, dengan rasio perempuan:laki
bervariasi dari 2: 1 sampai 10: 14.
2.7.7 Gangguan Mood
Depresi dapat dipertimbangkan pada pasien ini karena mereka sering hadir
dengan gejala somatik, perenungan somatik, dan preokupasi hypochondriacal. Namun,
untuk diagnosis depresi, pasien harus memiliki suasana hati yang depresi atau anhedonia
(kehilangan minat atau kesenangan dalam kegiatan) dan harus memiliki 4 gejala yang
berhubungan, termasuk salah satu dari berikut: kurang nafsu makan atau makan
berlebihan, insomnia atau hipersomnia, energi rendah atau kelelahan , agitasi psikomotor
atau retardasi, kurang konsentrasi atau keraguan, perasaan tidak berharga atau bersalah
yang berlebihan, atau pikiran tentang kematian dan / atau bunuh diri. Penampilan pasien
9
biasanya konsisten dengan masalah ini. Ketika depresi diobati, keluhan somatik juga
terselesaikan4.
2.7.8 Gangguan Psikotik
Seorang pasien dengan gangguan psikotik (misalnya, skizofrenia, gangguan
delusi) dapat hadir terutama dengan gejala somatik, tapi keyakinan memiliki kualitas
tetap (yaitu, khayalan) berbeda dengan pasien dengan hypochondriasis, yang yakin
kekhawatirannya tetapi mampu mempertimbangkan kemungkinan bahwa penyakit yang
spesifik dikhawatirkan tidak ada. Monosymptomatic hypochondriacal psikosis adalah
istilah yang umum digunakan untuk menunjukkan kekhawatiran tentang parasitosis
delusi, atau delusi infestasi oleh organisme parasit. Sekarang pasien ini umumnya
dianggap memiliki delusi (yaitu, didiagnosis secara resmi sebagai DSM-IV-TR gangguan
delusi, tipe somatik)4.
2.8. PENATALAKSANAAN
Pasien hipokondriasis biasanya tahan terhadap pengobatan psikiatrik. Beberapa
pasien hipokondriasis menerima pengobatan psikiatrik jika dilakukan menerima
pengobatan psikiatrik jika dilakukan dilingkungan medis dan dipusatkan untuk
menurunkan stress dan pendidikan tentang mengatasi penyakit kronis. Diantara pasien-
pasien tersebut, psikoterapi kelompok adalah cara terpilih karena cara ini sebagian cara
ini meberikan dukungan sosial dan interaksi sosial yang tampaknya menurunkan
kecemasan pasien. Psikoterapi individual berorientasi tilikan mungkin berguna, tetapi
biasanya tidak berhasil1.
Pada dietnya pasien dengan hypochondriasis harus makan 3 kali per hari untuk
tetap merasa sesehat. Mereka harus menghindari zat-zat yang mempengaruhi suasana
hati, memperburuk gejala kecemasan, atau mengurangi kualitas tidur (misalnya, kafein,
alkohol, nikotin) 4.
Pada aktivitasnya diberikan latihan fisik untuk meningkatkan kesejahteraan
psikologis. Pasien yang hypochondriacal mungkin enggan untuk mengikuti saran ini,
tetapi banyak pasien meningkatkan aktivitas fisik mereka sebagai sarana pengobatan
yang berlangsung. Latihan membantu untuk meningkatkan mood, mengurangi
10
ketegangan, dan meningkatkan waktu tidur pada pasien dengan depresi yang terkait,
kecemasan, atau keduanya4.
Jadwal pemeriksaan fisik yang tertib dan teratur adalah berguna untuk
menenangkan pasien bahwa mereka tidak ditelantarkan oleh dokternya dan keluhan
mereka ditanggapi secara serius. Tetapi prosedur diagnostik dan terapeutik yang invasive
harus dilakukan jika hanya bukti-bukti objektif mengharuskannya. Jika mungkin klinisi
harus menahan diri supaya tidak mengobati temuan pemeriksaan fisik yang tidak jelas
atau kebetulan1.
Farmakoterapi menghilangkan gejala hipokondriasis hanya jika pasien memiliki
suatu kondisi dasar yang responsif terhadap obat seperti gangguan kecemasan atau
gangguan depresif berat. Jika hipokonriasis adalah sekunder dari akibat gangguan primer
lainnya, gangguan tersebut harus diobati untuk gangguan itu sendiri. Jika hipokondriasis
adalah reaksi situasional yang sementara, klinisi harus membantu pasien untuk mengatasi
stress tanpa mendorong perilaku sakit mereka dan pemakaian peranan sakit sebagai suatu
pemecahan masalah2.
Perawatan bedah psychosurgery hanya direkomendasikan untuk pasien dengan
hypochondriasis berat dan keras4.
2.9 Edukasi Pasien4
Pendekatan Pendidikan memberikan informasi yang akurat, yang memungkinkan pasien
untuk menyadari gejala somatik yang sangat umum, dengan hanya sebagian kecil yang
disebabkan oleh penyakit dan paling kompatibel dengan kesehatan fisik.
Informasi yang akurat tentang hubungan stimulus yang mengancam dan konsekuensi
somatik yang dapat mempengaruhi keparahan respon otonom, distress subjektif, dan
perilaku.
Keyakinan iatrogenik maladaptif harus diatasi. Memberikan sedikit informasi pada satu
waktu.
Untuk sumber pendidikan pasien yang baik, kunjungi Mental Health Center
eMedicineHealth dan Depresi Center. Juga, lihat eMedicineHealth yang pasien artikel
pendidikan Chronic Fatigue Syndrome.
11
Untuk gejala yang ringan dan singkat, pelayanan medis yang utama bisa memberikan
pendidikan rinci (gejala, tentu saja, pemantauan, diagnosis, dan pengobatan) tentang
kondisi medis tentang mana pasien yang bersangkutan.
Pendidikan tambahan harus fokus pada peran kecemasan dan bagaimana kecemasan dapat
meningkatkan aktivitas otonom atau gairah
Untuk hypochondriasis yang menetap dan kronis, terutama dalam situasi di mana pasien
telah gagal pengobatan, pemberian edukasi disampaikan dalam "dosis" yangkecil,
waktunya tepat, dan setelah pembentukan hubungan pasien-dokter.
Karena hypochondriasis dapat dipicu oleh stres psikososial, dukungan dari keluarga
cenderung membantu.
Pasien perlu memberikan izin untuk melibatkan anggota keluarga dalam diagnosis dan
rencana perawatan.
Anggota keluarga harus diberitahu bahwa dokter tidak akan menyimpan rahasia dari pasien
Anggota keluarga perlu memahami bahwa penderitaan pasien merasa nyata bahkan jika
keyakinan tentang penyakit ini palsu atau tidak dapat dibuktikan.
Anggota keluarga harus didorong untuk mendukung model penyakit kronis rawat jalan
untuk hypochondriasis
Anggota keluarga harus dididik pada komorbiditas umum hypochondriasis dan membantu
diri pasien untuk monitor suasana hati dan gejala kecemasan dan mencari bantuan untuk
ini secara terpisah.
Keluarga atau terapi pasangan harus dipertimbangkan pada pasien di mana keluarga dan
perselisihan perkawinan merupakan sumber utama konflik yang berkontribusi terhadap
tekanan psikologis.
Mengingat bahwa pasien ini sering nyaman dengan pencarian komputer, website khusus
hypochondriasis dapat membantu untuk direkomendasikan kepada pasien dan keluarga
2.10 Komplikasi
Pasien dengan hypochondriacal mungkin sebagai konsumen yang signifikan pada
perawatan medis, menjalani kunjungan dokter berulang, pemeriksaan fisik, tes
laboratorium, prosedur mahal , invasif, dan berpotensi berbahaya lainnya4.
12
2.11 PROGNOSIS
Perjalanan penyakit biasanya episodik, episode berlangsung dari beberapa bulan
sampai beberapa tahun dan dipisahkan oleh periode tenang yang sama panjangnya.
Mungkin terdapat hubungan jelas antara eksaserbasi gejala hipokondriasis dan stressor
psikososial. Walaupun hasil penelitian besar yang dilakukan belum dilaporkan,
diperkirakan sepertiga sampai setengah dari semua pasien akhirnya membaik secara
bermakna1.
Prognosis yang baik adalah berhubunan dengan status sosioekonomi yang tinggi,
onset gejala yang tiba-tiba tidak adanya gangguan kepribadian dan tidak adanya kondisi
medis non psikiatrik yang menyertai. Sebagian besar anak hipokondriasis menjadi
sembuh pada masa remaja akhir atau pada dewasa awal1.
13
BAB III
KESIMPULAN
Hipokondriasis di definisikan sebagai ketakutan atau kepercayaan jika
mempunyai suatu penyakit yang serius di dalam tubuhnya. Gangguan hipokondrik adalah
suatu gangguan dengan ciri utama adalah preokupasi yang menetap akan kemungkinan
menderita satu atau lebih gangguan fisik yang serius dan progresif.
Satu penelitian terakhir melaporkan prevalensi enam bulan terakhir sebesar 4-6%
persen pada populasi klinik medis umum. Onset paling sering antara usia 20 sampai 30
tahun.
Kategori diagnostic DSM IV untuk hipokondriasis mengharuskan bahwa pasien
terpreokupasi dengan keyakinan palsu bahwa ia menderita penyakit yang berat dan
keyakinan palsu tersebut didasarkan pada misinterpretasikan tanda atau sensasi fisik.
Kriteria mengharuskan bahwa keyakinan tersebut berlangsung sekurang-kurangnya enam
bulan, kendatipun tidak adanya temuan patologis pada pemeriksaan medis dan
neurologis. Kriteria diagnostik juga mengharuskan bahwa keyakinan tersebut tidak dalam
intensitas waham (lebih tepat diagnosis sebagai gangguan delusional ) dan tidak terbatas
pada ketegangan tentang penampilan.
Diagnosis bandingnya ada penyakit medis, gangguan anxietas, gangguan
dismorfofobia. Untuk penatalaksanaanya ada psikoterapi kelompok, psikoterapi
individual, pola diet, aktivitas fisik, jadwal pemeriksaan fisik yang tertib dan teratur,
farmakoterapi menghilangkan gejala hipokondriasis hanya jika pasien memiliki suatu
kondisi dasar yang responsif terhadap obat seperti gangguan kecemasan atau gangguan
depresif berat. Jika hipokonriasis adalah sekunder dari akibat gangguan primer lainnya,
gangguan tersebut harus diobati untuk gangguan itu sendiri.
Prognosis yang baik adalah berhubunan dengan status sosioekonomi yang tinggi,
onset gejala yang tiba-tiba tidak adanya gangguan kepribadian dan tidak adanya kondisi
medis non psikiatrik yang menyertai. Sebagian besar anak hipokondriasis menjadi
sembuh pada masa remaja akhir atau pada dewasa awal.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Maramis W, Maramis A. 2009. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press, edisi 1, hal 68-81.
2. Fauman, Michael.1994. Study Guide to DSM-IV. Washington DC: American Psychiatric
Press Inc, edisi 1, hal 244-245
3. Gelder M, Gath D, Mayou R. 1990. Oxford Textbook Of Psychiatry. Great Britain:
Oxford University Press, edisi 2, hal 412-417
4. Xiong,Glen. 2013. Hypochondriasis. Diakses 1 februari 2015. Didapat dari:
http://emedicine.medscape.com/article/290955-overview.
15