peran jiwa

Upload: evita-junaedhy

Post on 16-Jul-2015

550 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Peran, Fungsi, Tugas Perawat Jiwa

PERAN, FUNGSI, TUGAS PERAWAT KESEHATAN JIWA

PendahuluanKeadaan kesehatan pada tahun 2000 diperkirakan jumlah gangguan jiwa (psikosis) dapat diperkirakan pada ratio 1 3 per 1000 penduduk dan gangguan jiwa ringan (neurosis) dam gamgguan perilaku pada ratio 20-60 per 1000 penduduk (Sistem Kesehatan Nasional), 1984, hal 39. Semua profesi yang terkait dalam tim pelayanan kesehatan jiwa perlu membuat program dan langkah nyata yang menunjang percapainya target tersebut. Perawat sebagai salah satu anggota tim pelayanan kesehatan jiwa harus meningkatkan usaha dan perannya baik melalui jalur pelayanan maupun pendidikan keperawatan. Institusi pendidikan yang memproduksi perawat harus mengetahui peran, fungsi, dan tugas perawat yang dibutuhkan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya masalah kesehatan jiwa. Jadi, proses belajar peserta didik diarahkan pada pencapaian kompetensi yang sesuai dengan peran, fungsi dan tugas yang sudah ditetapkan. Keperawatan sebagai disiplin didasarkan pada teori, praktek dan riset, berusaha memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat (Dohany, Cook, dan Stopper, 1982, hal 77). Disiplin diartikan dan diimplementasikan dalam kerangka peran perawat. Melalui peran perawat memakai teori dan riset dalam praktek keperawatan untuk memenuhi harapan masyarakat yaitu pemenuhan kebutuhan mereka.

Standard Praktek Keperawatan Kesehatan JiwaStandard keperawatan jiwa dapat dipakai sebagai target untuk mngukur keberhasilan (Gillies, 1982, hal 97). Standard bertujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya perawatan dan menjadi dasar dalam menentukan kelalaian keperawatan. Pada tahun 1982, American Nurses Assosiation (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987, hal 24 27) telah memperbaiki dan menetapkan standard praktek keperawatan kesehatan jiwa. Standard terdiri dari 2 bagian :

1. Standard praktek profesional yang diuraikan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. 2. Standard penampilan praktek profesional. 1. Standard Praktek Profesional. Standard I : Teori Perawat menggunakan teori yang ilmiah sebagai dasar pengambilan keputusan dalam praktek keperawatan. Standard II : Pengumpulan Data Perawat terus menerus mengumpulkan data yang akurat, komprehensif dan sistematis. Standard III : Diagnosa Keperawatan Perawat memakai diagnosa keperawatan dan standard klasifikasi gangguan jiwa dalam mengambil kesimpulan yang didukung oleh catatan pengkajian data dan alasan ilmiah yang akurat. Standard IV : Perencanaan Perawat membuat perencanaan perawatan dengan tujuan yang positif dan intervensi yang intervensi yang menggambarkan keunikan tindakan keperawatan pada setiap kebutuhan klien. Standard V : Intervensi Intervensi perawat diarahkan oleh rencana keperawatan untuk mengimplementasikan tindakan keperawatan dalam meningkatkan, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan fisik dan jiwa, mencegah penyakit dan dampak rehabilitasi. Standard V-A, Intervensi : Psikoterapi Perawat menggunakan intervensi psikoterapi untuk membantu klien dalam memperoleh atau meningkatkan kemampuan koping sebelumnya dan mencegah hendaya lebih lanjut. Standard V-B, Intervensi : Pendidikan Kesehatan Perawat membantu klien, keluarga, kelompok untuk mencapai kepuasan dan prodoktifitas dalam pola kehidupan melalui pendidikan kesehatan. Standard V-C, Intervensi : Aktivitas Kehidupan Sehatian (ADL)

Perawat menggunakan aktivitas kehidupan sehari-hari sebagai cara untuk mencapai perawatan sendiri, dan kesehatan fisik dan jiwa klien. Standard V-D, Intervensi : Terapi Somatik Perawat menggunakan pengetahuan tentang terapi somatik dan penggunaannya yang dihubungkan dengan keterampilan klinik dalam bekerja dengan klien. Standard V-E, Intervensi : Lingkungan Terapeutik Perawat menciptakan, mengatur dan mempertahankan lingkungan terapeutik melalui kerjasama dengan klien dan petugas kesehatan lain. Standard V-F, Intervensi : Psikoterapi Perawat menggunakan keahlian klinik yang tinggi, psikoterapi, psikoterapi anak dan terapi modalitas yang lain untuk berfungsi sebagai psikoterapist bagi individu, kelompok, keluarga serta mengakui tanggung jawab profesional dalam praktek keperawatan. Standard VI : Evaluasi Perawat mengevaluasi respon klien pada tindakan keperawatan dalam rangka memperbaiki data dasar, diagnosa keperawatan, dan rencana perawatan. 2. Standard Penampilan Profesional Standard VII : Pertimbangan Teman (peer, review) Perawat berperan serta dalam meninjau pekerjaan teman dan sistem evaluasi yang lain untuk menjamin kualitas keperawatan yang diberikan pada klien. Standard VIII : Pendidikan Bekelanjutan Perawat ikut bertanggung jawab dalam pendidikan berkelanjutan dan pengembangan profesi dan menyokong pengembangan profesi lain. Standard IX : Kerjasama Inter Disiplin Perawat bekerjasama dengan disiplin lain dalam mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi program dan aktivitas program dan aktivitas kesehatan jiwa. Standard X : Pemanfaatan Sistem Kesehatan Masyarakat Perawat berperan serta dengan anggota masyarakat lain dalam mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi pelayanan kesehatan jiwa dan sistem masyarakat

termasuk peningkatan rentang pelayanan kesehatan yaitu prevensi primer, sekunder, dan tertier gangguan jiwa. Standard XI : Penelitian Perawat mendukung keperawatan dan pelayanan kesehatan jiwa melalui pembaharuan teori dan praktek serta berperan dalam penelitian. Perawat Indonesia perlu mengembangkan dan menetapkan standard praktek keperawatan yang sesuai dengan situasi sosial-budaya dan praktek keperawatan kesehatan jiwa di Indonesia. Berdasarkan atas standard yang ada, pelayanan dan pendidikan keperawatan dapat mengidentifikasi peran yang diharapkan dari perawat untuk mencapai standard yang telah ditetapkan.

Peran, Fungsi, Tugas PerawatPeran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki posisi tertentu (Stuart dan Sundeen, 1987, hal 400). Masyarakat umum dan profesi kesehatan lain mempunyai harapan yang berbeda terhadap peran perawat. Profesi perawat sendiri pada dasarnya mempunyai harapan untuk memiliki peran tertentu. Mengingat keperawatan mempunyai profesi yang memberi pelayanan dan memberikan kebutuhan masyarakat maka perpaduan peran yang diharapkan oleh masyarakat ke dalam kerangka konsep keperawatan sehingga akhirnya ditetapkan beberapa peran perawat yang dianggap memenuhi harapan semua pihak. Peran perawat adalah (Kurikulum Inti Pendidikan Sarjana Keperawatan, 1985, hal 5 6 ) : 1. Pelaksana Perawatan, 2. Pelaksana Pendidikan, 3. Pengelola Keperawatan, 4. Pelaksana Evaluasi dan Penelitian. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan keperawatn dari yang sederhana sampai yang paling kompleks kepada individu, keluarga dan masyarakat. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kemudian membuat dan mengiplementasikan rencana perawatan (Dohany, dkk, 1982, hal 80). Sebagai pengelola dalam pelayanan dan pendidikan perawatan, perawat bertanggung jawab dalam hal administrasi keperawatan baik dimasyarakat maupun dalam mengelola pelayanan perawatan bagi individu, keluarga dan masyarakat.

Sebagai pendidik dalam keperawatan, perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan tenaga keperawatan dan pendidikan kesehatan untuk individu, keluarga, masyarakat agar bertanggung jawab akan kesehatan dirinya. Sebagai pelaksana evaluasi dan penelitian, perawat berperan serta dalam mengevaluasi praktek keperawatan dan sistem pendidikan keperawatan serta penunjang penelitian dan pengembangan ilmu keperawatan. Peran berbeda dengan fungsi, fungsi adalah aktivitas individu yang tepat pada situasi tertentu dalam menjalankan perannya. Contoh : Peran : Pelaksana Perawatan Situasi : Ruang perawatan nginap Fungsi : 1. Memberi asuhan langsung 2. Memberi asuhan komuniti 3. dan lain-lain. Maka fungsi yang tepat dilaksanakan adalam memberi asuhan langsung, fungsi kedua tidak sesuai dengan situasi saat ini. Tugas : 1. Mengkaji data bio-psiko-sosial 2. Membuat rencana perawatan 3. Memberi rasa nyaman

PERAN, FUNGSI, TUGAS PERAWAT KESEHATAN JIWAPerawatan kesehatan jiwa adalah area yang khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan teori ilmiah tentang perilaku manusia dan diri sendiri secara terapeutik sesuai dengan kiat perawat. Berfokus pola pencegahan dan tujuan terapeutik dalam meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat (Evans dkk, 1976, dikutip oleh Cook dan Fontaino, 1987, h. 41). Teori ilmiah diterapkan dalam pelayanan perawatan kesehatan jiwa. Pelayanan perawatan kesehatan jiwa dapat bervariasi sesuai dengan tujuan, tipe, lokasi dan administrasi.

Tujuan ; Pencegahan merupakan tujuan utama yang terdiri dari tiga tingkat yaitu; primer, sekunder dan tertier. Peran perawat pada masing-masing tingkat berbeda sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Lokasi atau lingkungan ; Lingkungan praktek perawat kesehatan jiwa merupakan rentang dari Rumah Sakit (institusi) sampai masyarakat. Misalnya ; Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Umum, Puskesmas, Pusat Krisis, Klinik berobat jalan, Sekolah, Penjara, Kantor, Pabrik. Pada setiap tempat memerlukan fungsi yang mungkin berbeda dengan tempat yang lain. Administrasi ; Perawat dapat pula bekerja sebagai perawat pelaksana, klinisian, konsultan, peneliti, yang masing-masing posisi memerlukan peran dan fungsi tertentu. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang dimiliki perawat diterapkan dengan cara yang berbeda sesuai dengan karakteristik pelayanan. Peplau (1978, dikutip oleh Evans dan Lewis, 1985, h. 108) mengasumsi bahwa peran perawat kesehatan jiwa tergantung dari : 1. Kompetensi yang diperoleh dari pendidikan. Tidak mungkin diberikan peran yang individu tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk menjalankannya. Kenyataan, kualitas praktek keperawatan tidak dapat dipisahkan dengan kualitas pendidikan (ANA, 1979, dikutip oleh Evans dan Lewis, 1985, h. 106). 2. Pengertian masalah kesehatan jiwa dan gangguan jiwa yang mengakibatkan situasi kerja tertentu yang berhubungan dengan perilaku klien. Tingkat kebutuhan klien menentukan peran perawat yang diharapkan. 3. Kesepakatan dan pengakuan peran perawat oleh setiap profesi. Dalam menjalankan perannya, perawat berhubungan dengan orang lain yang sebaiknya mempunyai persepsi yang sama akan peran perawat. 4. Biaya perawatan dari berbagai asuhan keperawatan. Biaya akan menentukan jumlah dan tingkat pengetahuan perawat (tentu membedakan peran) untuk tiap macam asuhan keperawatan. Berikut akan diuraikan peran perawat kesehatan jiwa secara umum dan peran perawat kesehatan jiwa di masyarakat :

1. PERAN,

FUNGSI, TUGAS PERAWAT KESAHATAN JIWA.

Wilson dan Kneisl (1988, h.39) mengemukakan peran perawat kesehatan jiwa diberbagai lingkungan pelayanan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Memberi perawatan langung pada klien dan keluarga, Memakai lingkungan secara konstruktif, Mendidik perawatan mandiri, Mengkoordinasi berbagai aspek perawatan, Memberi perawatan kontinu, Membela klien dan keluarga, Melibatkan diri pada aktivitas pencegahan primer, Meningkatkan perikemanusiaan perawatan kesehatan jiwa.

Demikian pula Benfer, 1980 (dikutip oleh Evans dan Lewis, 1985, h. 108) menguraikan peran perawat sebagai anggota tim kesehatan jiwa sebagai berikut : 1. Mendapatkan riwayat perawatan dan melakukan pengkajian, 2. Implementasi rencana perawatan, mengkaji efek, dan mencatat intervensi dan respons, 3. Menentukan cara pemenuhan kebutuhan klien dalam lingkungan, 4. Mendidik klien, 5. Mengkoordinasi aktivitas klien, 6. Mengantisipasi dan mencegah. Jika pendapat Wilson dan Kneisl serta Benfer dicocokkan dengan empat peran perawat yang telah diidentifikasi, maka belum ada yang melakukan penelitian (tabel-1). Tabel-1 : Rangkuman Peran Perawat Kesehatan Jiwa KURIKULUM S 1 WILSON DAN KNEILS 1988 BENFER 1980 (EVANS DAN KEPERAWATAN 1985 LEWIS 1985) o Mengadaptasikan riwayat o Memberi perawatan klien langsung pada klien dan keluarga o Implementasi rencana: o Memberi perawatan 1. Pelaksana Kontinu. Kaji efek o Meningkatkan peri kemanusiaan o Mengkoordinasikan berbagai aspek perawatan Catat intervensi dan respon klien o Menentukan cara pemenuhan kebutuhan klien dalam lingkungan

2. Pengelola

o Membela klien dan keluarga o Memakai lingkungan secara konstruktif o Mendidik perawatan mandiri 3. Pendidikan o Melibatkan diri pada aktivitas pencegahan primer ---------

o Mengkoordinasikan aktivitas klien

o Mendidik klien o Mengantisipasi dan mencegah ---------

4. Pelaksana evaluasi dan penelitian

Evans dan Lewis (1985, h. 108) mengemukakan dua kelompok peran disertai aktivitas yang dibedakan berdasarkan latar belakang pendidikan (tabel-2). Peran ini dapat diisi oleh perawat dengan pendidikan dasar dan perawat berpengalaman atau mempunyai pendidikan tambahan. Cara lalin, mengartikan kedua peran ini sebagai perawat jiwa dan perawat jiwa spesialis klinis. Tabel-2 : Peran Perawat Kesehatan Jiwa *) PERAWAT (PENDIDIKAN DASAR) 1. Mengkaji kebutuhan klien 2. Membuat rencana perawatan 3. Implementasi rencana perawatan : a. Perawatan langsung b. Penugasan perawatan dan supervisi staf 3. Anggota pelayanan kesehatan jiwa: a. Konseling 5. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan terapeutik klien b. Psikoterapi individu c. Psikoterapi kelompok tim PERAWAT JIWA (DENGAN PENDIDIKAN TAMBAHAN) Melakukan semua yang dilakukan perawat dengan tambahan sebagai berikut : 1. Mengkaji riwayat keperawatan 2. Mengobservasi keadaan sosial di rumah

4. Mengevaluasi hasil perawatan

6. Menstimulasi hubungan klien dan keluarga

7. Melakukan program pengobatan dokter : a. Memberi obat b. Memantau efek obat

d. Terapi keluarga e. Meninjau klinis ulang data

f. Rencana pemulangan c. Melaksanakan prosedur medik 8. Mengamati aktivitas hidup harian klien ; mandi, kebersihan mulut, eliminasi, merapihkan tempat tidur, makan, tidur. 9. Memberi asuhan keperawatan yang rutin. 10. Menyiapkan klien untuk terapi khusus : a. Modifikasi perilaku b. Terapi kejang listrik 6. c. Tobektomi 11. Merujuk pada profesi lain 12. Pengkoordinasi pelayanan profesi lain 13. Membuat jadwal kegiatan klien menulis makalah keperawatan tentang g. Evaluasi hasil perawatan klien h. Catatan dalam status 4. Menjadi model untuk intervensi konstruksi pada bangsal gaduh 5. Berpengalaman perawat mendidik

Di Rumah Sakit : 1. Bekerja dengan klien baru 2. Bekerja dengan klien akut, khususnya panik

14. Mengatur dan berperan serta pada aktifitas harian bangsal : 3. Bekerja dengan klien austistik, khususnya anak a. Penatalaksanaan bangsal 4. Bekerja dengan klien agresif b. Berbagai aktivitas 5. Sebagai nara sumber dan c. Memotivasi dan sosialisasi kembali konsultan d. Kerja kelompok e. Pesta klien 7. Mengatur peninjauan ulang 15. Melakukan tindakan lanjutan dengan data klinik dengan kolega kunjungan rumah setelah klien pulang yang setara dari rumah sakit 6. Menyajikan data klien pada pertemuan, staf

16. Berinteraksi dengan klien 17. Mengikuti pendidikan tambahan rumah sakit dan pertemuan bangsal di

18. Mengikuti pendidikan berkelanjutan di luar rumah sakit*) Sumber : Peplau 1978, dikutip oleh Evans dan Lewis (1985), Nursing Administration of Psychiatric Mental Health Care, Maryland : An Aspen Publication h. 109 110.

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas, perawat di Indonesia perlu menetapkan peran serta aktivitas yang tepat bagi setiap perawat dengan latar belakang pendidikan tertentu. Fungsi perawat selalu tampak nyata melalui aktivitas. Berikut akan dikemukakan dua daftar aktivitas kesehatan jiwa, yang belum dikategorikan (tabel-3) dan yang kedua sudah dikategorikan dari yang sederhana sampai yang kompleks (tabel-4). Tabel-3 : Aktivitas Keperawatan Kesehatan Jiwa *) 1. Membantu kebutuhan emosi klien, 2. Berespon pada klien krisis, 3. Intervensi untuk menurunkan panik pada gangguan jiwa, 4. Melindungi hak klilen, 5. Mengkaji efek terapi somatik pada klien, 6. Membantu perilaku klien, 7. Memimpin dan membantu tenaga perawatan yang lain, 8. Bertindak sebagai role model bagi staf yang lain, 9. Mencoba memprakarsai peningkatan program pelayanan, 10. mendorong kemandirian klien, 11. Bekerja sama dengan anggota disiplin lain dalam terapi klien, 12. Mewawancarai klien untuk mendapatkan data, 13. Implementasi rencana perawatan, 14. Bertindak sebagai role model bagi klien, 15. Mengkaji kebutuhan fisik klien, 16. Membuat rencana perawatan, 17. Bekerja dalam klien dalam aktivitas hidup harian, 18. Mengkaji keributan bangsal dan melakukan perbaikan, 19. Mendorong klien untuk mencoba pola kehidupan yang lebih konstruktif, 20. Mendidik klien perilaku sosial yang sesuai, 21. Berperan serta dalam menentukan peraturan pelayanan, 22. Bertindak sebagai pendidik, 23. Membantu peningkatan kompetensi sosial,

24. 25.

Berperan serta dalam penelitian yang melibatkan klien, Menggunakan sumber dari masyarakat.

*) Sumber : Plutchik dan Coute, 1976, dikutip oleh Evans dan Lewis, 1985, Nursing Administration of Psychiatric Mental Health Care, Maryland : An Aspen Publication h. 220 221.

Daftar aktivitas berikut dibagi 3 (tiga) kolom, kolom pertama sederhana, kolom kedua yang sedang, dan kolom ketiga yang kompleks. Tabel-4 : Daftar Aktivitas Keperawatan Jiwa *) KOLOM 1 1. Membantu ADL 2. Menemani klien 2. Prosedur dan pengobatan2. Rencana perawatan 3. Pekerjaan R.T. medik 3. Proses pulang 4. Tugas cuci 3. Memantau klien : 4. Terapi kejang listrik 5. Memulai orientasi a. Bunuh diri 5. Terapi keluarga 6. mengumpulkan b. Melukai orang lain spesimen 6. Aktivitas kelompok 4. Orientasi realita 7. Mencukur klien 7. Terapi kelompok 5. Supervisi rekreasi 8. Memeriksa tanda 8. Pengobatan vital 6. Monitor klien 9. Rode 9. Menimbang 10. Hubungan individual 10. Memontor klien 11. Klasifikasi klien 12. Pendidikan kesehatan klien 13. Psikoterapi 14. Pengikatan : a. Prosedur KOLOM 2 KOLOM 3 1. Mensupervisi aktivitas1. Proses penerimaan klien kelompok baru

b. Monitoring 15. Timbang terima 16. Sosialisasi*) Sumber : Evans dan Lewis, 1985, Nursing Administration of Psychiatric Mental Health Care, Maryland : An Aspen Publication h. 222.

2. PERAN, FUNGSI, TUGAS PERAWAT KESEHATAN JIWA

DI

MASYARAKAT.

Peran perawat kesehatan jiwa masyarakat meliputi rentang pelayanan yang luas, yaitu dari mempertahankan kesehatan jiwa sampai pada pengobatan dan rehabilitasi (Wilson dan Kneisl, 1988, h. 114). Sesuai pula dengan Standard X praktek keperawatan yang ditetapkan ANA (1982) yaitu perawat berperan serta dengan anggota masyarakat yang lain dalam mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi pelayanan kesehatan jiwa dan sistem masyarakat termasuk peningkatan rentang pelayanan kesehatan yaitu prevensi primer, sekunder dan tertier gangguan jiwa. Dengan kata lain pelayanan meliputi prevensi primer, sekunder, dan tertier. Juga klien yang dilayani adalah masyarakat yang dapat dikategorikan sebagai individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Tidak ada batasan yang jelas siapa yang disebut perawat kesehatan jiwa masyarakat dan siapa yang tidak. Berns dan Hamilton menguraikan 3 (tiga) tingkat perawat kesehatan jiwa masyarakat sesuai dengan pendidikan dan pengalaman, tanggung jawab profesi, dan sertifikat dan tempat kerja (Wilson dan Kneils, 1988, h. 115) (lihat tabel-5). Tabel-5 : Tingkat Perawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat *) KRITERIA Pendidikan Dan Pengalaman Tanggung Jawab Profesional PERAWAT KESWAMAS I PERAWAT KESWAMAS II PERAWAT KESWAMAS III

Perawat diploma dengan Sarjana keperawatan Master perawatan jiwa minimum pengalaman 1 dengan minimum 2 tahun tahun di perawatan pengalaman klinik kesehatan jiwa Teknik interview, ketrampilan hubungan interpersonal, pengetahuan dasar tentang pencegahan. Pengkajian tingkat fungsional klien. Pendidikan kesehatan jiwa. Pengelolaan perilaku gangguan jiwa. Hubungan individual yang terapeutik. Insight-oriented psychotherapy. Terapi keluarga Terapi kelompok Teori psikoanalisa, Psikopatologi,

Pengkajian data, Teknik intervensi krisis. Evaluasi diagnosa. Organisasi fasilitas dan pemakaian Pengkajian tingkat masyarakat, Konsultasi kesehatan sumber di masyarakat. fungsional klien. jiwa, supervisi pendekatan eklektik dalam kesehatan jiwa dan Pengetahuan teori terapi. keluarga, perkembangan kepribadian, prinsip dan teori psiko-sosial. Metode terapi pada kesehatan jiwa. Lisensi profesional (Negara bagian) Kompetensi dan Sertifikat Lisensi profesional (Negara bagian) Lisensi profesional dari negara bagian setelah 2 tahun pengalaman klinis berhak mendapat sertifikat Sertifikat sebagai perawat kesehatan jiwa perawat kesehatan jiwa (dari ANA) Klinikal spesialis dalam (dari ANA) perawatan kesehatan jiwa :dewasa, anak atau remaja. Pusat kesehatan jiwa masyarakat, Tim krisis intervensi. Pusat kesehatan jiwa masyarakat, Tim krisis intervensi pada beberapa tempat, Konsultan atau Program prevensi pada pengawas kesehatan jiwa, populasi yang berisiko : Pelayanan kesehatan jiwa swasta, Praktek pribadi, Pengajar, Peneliti, penganiayaan anak, Administrator. pemerkosaan, ketergantungan obat.*) Sumber : Berns dan Hamilton, dikutip oleh : Wilson dan Kneils, (1988), Psychiatric Nursing, (3 rd ed). California : Addison-Wesley publishing Company. h. 115.

Pengalaman tempat kerja

Pusat kesehatan jiwa masyarakat, Perawat kesehatan pada perawat nginap psikiatri, dan program prevensi.

Peran perawat kesehatan jiwa masyarakat dapat dibedakan sesuai dengan tingkatan prevensi (tabel5). Pada tabel-6 diuraikan peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa masyarakat di ketiga tingkat pencegahan : Tabel-5 : Tingkat Pelayanan TINGKAT Pencegahan Primer PELAYANAN 1. Pendidikan Kesehatan 2. Peningkatan Kesehatan 3. Perlindungan Khusus

4. Penemuan Kasus dan Pengobatan dini 5. Perlindungan Lingkungan 1. Kedaruratan Pencegahan Sekunder 2. Pelayanan akut dan krisis 3. Penentuan diagnosa dan terapi 1. Rehabilitasi Pencegahan Tertier 2. Long term care 3. Perawatan terminal Tabel-6 : Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa Masyarakat PENCEGAHAN PRIMER PENCEGAHAN SEKUNDER 1. Mengidentifikasi kondisi 1. Menyelenggarakan psikoterapi yang potensial singkat individu, keluarga, menimbulkan stress di kelompok. masyarakat dan kelompok yang beresiko. 2. Konseling hot-line untuk pencegahan bunuh diri dan 2. Menyelenggarakan kelas program intervensi krisis. persiapan menjadi orang tua bagi remaja di 3. Menyediakan konseling untuk Puskesmas atau Sekolah. korban kekerasan dan keluarga atau teman dekatnya. 3. Menyelenggarakan terapi kelompok yang cerai 4. Menyelenggarakan kelompok pasangan, keluarga, untuk menurunkan stress bagi individual. petugas kesehatan. 4. Menyediakan konsultasi kesehatan jiwa untuk petugas kesehatan. 5. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan jiwa untuk masyarakat. 6. Memberi konsultasi kelompok tertentu (selfhelp group). 5. Menemukan kasus dan merujuk jika perlu pengobatan. 6. menyelenggarakan pelayanan kedaruratan. PENCEGAHAN TERTIER 1. Membantu rencana pemulangan klien dari Rumah Sakit. 2. Mengkoordinasi dan memantau perawat di rumah, half way house, foster home, dan tempat perawatan yang lain. 3. Mendidik klien perawat mandiri sebelum pulang dari rumah sakit. 4. Menjadi pembela klien. 5. Merujuk klien ke self-help group atau pelayanan after care.

6. Berperan serta pada program dirawat sebagian (night care atau day care). 7. Pengkajian dan pemeriksaan klien.

7. Aktif dalam politis sehubungan dengan isyu kesehatan jiwa.

KesimpulanPeran, fungsi dan tugas perawat kesehatan jiwa dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan masayarakat, khususnya tentang masalah kesehatan jiwa dan gangguan jiwa. Mengingat situasi kesehatan jiwa pada tahun 2010, maka perlu disiapkan tenaga kesehatan khususnya perawat agar target dapat dicapai. Pendidikan perawat sangat mempengaruhi pelaksanaan peran yang diberikan, oleh karena itu sinkronisasi antara teori, riset, praktek sangat penting untuk mewujudkan kualitas praktek keperawatan yang optimal. Tatanan pelayanan kesehatan jiwa harus diperlukan dalam rangka pencegahan yaitu rentang pelayanan dari Rumah Sakit ke Masyarakat. DAFTAR RUJUKAN Anderson, E.T., dan Mc. Faulane, J.M. (1988). Community As Client : Application Of The Nursing Process. Philadelphia : J.B. Lippincett Company. Australian Congress of Mental Health Nurses. (1985). Standard Of Mental Health Nursing Practice. Greenacres : Australian Congress of Mental Health Nurses. Cook, J.S. dan Fontorine, K.L. (1987). Essentials Of Mental Health Nursing. California : Addition Wesley Publishing Company. Bohemy, M.O., Cook, J.M., dan Stoppen, M.C. (1982). The Disipline Of Nursing : An Introduction. Marryland : A Prentice Hall Publishing and communication company. Evans, C.L.S., dan Lewis, S.K. (1985). Nursing Administration Of Psychiatric Mental Health Care. Marryland : An Aspon Publication. Gillies, D.A. (1982). Nursing Management : A System Approach. Philadelphia : W.B. Saunders Sompany. Kurikulum Inti Pendidikan Sarjana Keperawatan (1985). Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi. Sistem Kesehatan Nasional (1984). Jakarta : Departeman Kesehatan Republik Indonesia.

Stuart, G.W., dan Sundeen., S.J. (1987). Principles and Practice of Psyciatric Nursing. (3 ud ed), St. Louis : The C.V. Mosby Company. Wilson, H.B., dan Kneils, C.R. (1988). Psiciatric Nursing. (3 ud ed). California : Addition Wesley Publishing Company. Diposkan oleh MZaenuri di 19:19

ILMU KEPERAWATAN JIWA A.SEJARAH PSICHIATRI 1773 : Custodial Care (tidak oleh tenaga kesehatan) 1882 : Primary Consistend of Custodial Care 1920-1945 : Care Fokus pada disease (model Curative Care) 1950-1960 : 1.Pelayanan mulai berfokus pada klien 2.Psychotropic menggantikan Restrains and Seclusion 3.Deinstitutionalization dimulai 4.Mulai penekanan pada therapethic relationship 5.Mayor fokus pada primary preventive 1970-1980 : - Fokus pada community based care / service - Riset & Tecnologi 1990-2000 : Focus pada preventif, community based service, primary preventive using various approaches, such as mental health center, particai, hospital service, day care center, home health and hospice care B.SEJARAH PERKEMBANGAN DAN UPAYA KESEHATAN JIWA DI INDONESIA 1.Dulu Kala G. jiwa dianggap kemasukan Terapi : mengeluarkan roh jahat 2.Zaman Kolonial Sebelum ada RSJ, pasien ditampung di RSU yang ditampung, hanya yg mengalami gangguan Jiwa berat 3.1 Juli : - 1882 : RSJ pertama di Indonesia - 1902 : RSJ Lawang - 1923 : RSJ Magelang - 1927 : RSJ Sabang diRS ini jauh dari perkotaan Perawat pasien bersifat isolasi & penjagaan (custodial care) - Stigma - Keluarga menjauhkan diri dari pasien 4.Dewasa Ini hanya satu jenis RSJ yaitu RSJ punya pemerintah 5.Sejak tahun 1910 mulai dicoba hindari costodial care ( penjagaan ketat) & restraints (pengikatan ) 6.Mulai tahun 1930 dimulai terapi kerja seperti menggarap lahan pertanian

7.Selama Perang Dunia II & pendudukan jepang upaya kesehatan jiwa tak berkembang 8.Proklamasi perkembangan baru - Oktober 1947 pemerintah membentuk Jawatan Urusan Penyakit Jiwa ( belum bekerja dengan baik) - Tahun 1950 pemerintah memperingatkan Jawatan Urusan Penyakit Jiwa meningkatkan penyelenggaraan pelayanan 9.Tahun 1966 - PUPJ Direktorat Kesehatan Jiwa - UU Kesehatan Jiwa No.3 thn 1966 ditetapkan oleh pemerintah - Adanya Badan Koordinasi Rehabilitasi Penderita Penyakit Jiwa ( BKR-PPJ) Dgn instansi diluar bidang kesehatan 10.Tahun 1973 PPDGJ I yg diterbitkan tahun 1975 ada integrasi dgn puskesmas 11.Sejak tahun 1970 an : pihak swastapun mulai memikirkan masalah kes. Jiwa 12.Ilmu kedokteran Jiwa berkembang - Adanya sub spesialisasi seperti kedokteran jiwa masyarakat, Psikiatri Klinik, kedokteran Jiwa Usila dan Kedokteran Jiwa Kehakiman - Setiap sub Direktorat dipimpin oleh 4 kepala seksi Program Kes. Jiwa Nasional dibagi dalma 3 sub Program yang diputuskan pd masyarakat dengan prioritas pd Heath Promotion Sub Prgoram Perbaikan Pelayanan : - Fokus Psychiatic medical Care - Penekanan pada curative service ( treatment) dan rehabilitasi Sub Program untuk pengembangan sistem - Fokus pada peningkatan IPTEK, Continuing education, research administrasi dan manajemen, mental health information Sub Program untuk establishment community mental health : - Diseminasi Ilmu - Fasilitasi RSJ swasta perijinan - Stimulasi konstruksi RSJ swasta - Kerja sama dgn luarg negeri : ASEAN, ASOD, COD, WHO dan AUSAID etc C.KONSEPTUAL MODEL DALAM PERAWATAN JIWA Proses therapy Psikoanalisisa menggunakan free association and analisa minimal

1.Yang dianalisa adalah masalah penting yang dialami sekarang Psychioanalycal Model Develop by signuand freud Central concept : id ego dan super ego Ego defence machanism: Unconscious level of mental fungtioning Symptont are symbols by the ariginal conflict Contoh : obsessive compulsive cuci tangan hubungannya dgn masa lalu. Kalau tdk ada hubungan tdk usah dikaji lebih lanjut Psikoanalisa teori kontemporer : Erikson, Anna Freud, Melania Klien, karen Horney 2.Interpersonal Model Develop by Peplau, H,S. Sullivan Penekanan pd hubungan interpersonal : Pengalaman interpersonal : Good me, bad me not me Jangan sering mengatakan pd anak, kamu salah Kecemasan timbul jika rasa aman tdk terpenuhi dan merasa ditolak Sebab individu membutuhkan rasa aman dan kepuasan Proses therapy : mengoreksi pengalaman interpersonal dgn memberikan pengalaman hubungan interpersonal yg positif dgn therapy Therapist moderen klien secara aktif untuk membangun trust Reedukasi : Identifikasi problem encourage more succesful style dlm hubungan interpersonal 3.Social Model Develop by Caplan Asumsi : lingkungan sosial mempengaruhi individu dan pengalaman seseorang Lingkungan sosial penyebab stress penyimpangan prilaku, orang yg punya limited social support predisposisi untuk laladaptive coping respon Social therapy Membantu klien menangani sos-sistem Krisis intervensi Manipulasi sistem pendukung social (social support) 4.Existensial Model Develop by Cart Regers Existensi seseorang sebagai manusia Penyimpangan prilaku : self alienated ( terasing ) feel helpless, sad, lonely self criticise hambatan dlm berhubungan dgn orang lain Prose therapeutik : membantu klien mengeksploitasi diri dan menerimanya

5.Medical Model : Fokus : Diagnosa mental illness treatment based on diagnosa Somatic treatment : Pharmacotherapy dan Electrocanvulsive therapy Moderen psyhiatric care are dominated by medical model Penyimpanan perilaku merupakan gejala dari gangguan pd susunan syaraf pusat 6.Islamic Model ( disadur dari Horikoshi 80) Polarisasi struktural World diri manusia keadaan Knowledge Tuhan Akal Selamat and culture Cool (dingin) Nature (Hot) - Setan Jasad Celaka Gangguan Jiwa : physiolocal disorder yg disebabkan oleh panas yg sangat tinggi yg diabsorbsi oleh pasien dari setan yg mempengaruhi jiwa manusia Proses Terjadinya : Panas yg sangat tinggi itu membakar darah manusia dan memblok saraf ke otak dgn kontaminasi darah kotor. Ini mengakibatkan kurangnya darah segar yg mengalir di otak sehingga pikiran menjadi sangat panas dan merusak fungsinya untuk menerima kebijaksanaan dan kata-kata tuhan Terapi bertujuan mengembalikan keseimbangan hot and cool substance dlm diri manusia D.MODEL KEPERAWATAN Dasar : 1.Rentang Sehat sakit Adaptif Maladaptif 2.Nursing Model Peplau Interpersonal Model Nursing : a significant, therapeutik and interpersonal proces Essence of nursing : relationship nurse client Nurse harus memahami diri Dapat berinteraksi dgn klien

Orem : Self care adalah tingkah laku yg dipelajari dan disegaja yg ditampilkan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Kemampuan seseorang memenuhi kebutuhannya tergantung pd situasi dan kondisinya E. ASPEK ETIK DAN LEGAL Etik dan Legal Psychiatry Tension between individual Ringth and social need Legal content of care sangat penting karena ini berfokus pd patient ringht dan kualitas pelayanan yg diterima oleh pasien 1.Hospitalized Patient Apakah pasien dgn psikosa diijinkan untuk menandatangani formulir (ijin) dirawat jika tidak / . Di USA sejak thn 1940 : 90 % involuntary, 10 % voluntary tapi akhir-akhir ini 73 % dari1,6 juta pasien yg datang berobat adalah voluntary. Di Idonesia Involuntary Justifikasinya : pasien dgn gangguan jiwa yg mempunyai satu atau lebih dari hal-hal berikut : - Berbahaya untuk diri sendiri dan orang lain - Membutuhkan treatment - Tidak bisa memenuhi kebutuhan dasarnya 2.Dangerousmenss apakah Sberapa besar kemungkinan pasien berbahaya untuk orang lain pasien dikurung karena alasan bahwa dia akan berbahaya pd orang lain, dpt diterima ? (pasien dikurung/diikat tdk etis karena melanggar hak, dia dikurung boleh asal ada alasan karena mengganggu 3.Freedom of choice Siapa yg berhak mengambil keputusan tentang yg terbaik untuk pasien harus secara involuntary dirawat ? Pasien: Family memberikan Health care provider Judicial system 4.Discharge 5.ECT

F. WHO Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melaikan mengandung berbagai karakteristik yg bersifat positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan kepribadian yg bersangkutan G.UU KES. JIWA NO 03 THN 1966 Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain. H.YAHODA Kes. Jiwa adalah keadaan yg dinamis yg mengandung pengertian positif, yg dapat dilihat dari adanya kenormalan tingkalaku, keutuhan kepribadian, pengenalan yg benar dari realitas dan bukan hanya merupakan nkeadaan tanpa adanya penyakit, gangguan jiwa dan kelainan jiwa I.CIRI-CIRI SEHAT JIWA MENURUT YAHODA 1.Sikap positif terhadap diri sendiri 2.Tumbuh kembang dan aktualisasi 3.Terintegrasi 4.Otonomi 5.Realitas persepsi 6.Penguasaan lingkungan J.SEHAT MENTAL/KESEHATAN JIWA It is the capacity of the individual to interact effectively with the environment. Good mental health means happiness, competence, a sense of pawer over ones live, positive feelings of self esteem andcapacies to love, work and play. Good mental health also allow individual to deal appropriately eith difficult live event ( the ministry of helath australia) K.MASLOW The achievent of self actualization including an understanding od self and reality, the expression of emotionality and spontaneity and the achievement of life goals Kondisi yg memungkinkan seseorang berkembang secara optimal baik fisik, emosional dan intelegensi dan berjalan selaras / serasi dgn orang lain ( WHO) L.KRITERIA SEHAT MENTAL MENURUT YAHODA 1.Sikap positif terhadap diri sendiri 2.Tumbuh, berkembang dan aktualisasi 3.Integrasi : Masa lalu dan sekrang 4.Otonomi dlm pengambilan kupusan 5.Persepsi sesuai kenyataan 6.Menguasai lingkungan : mampu beradaptasi

Tidak absolut, ada dlm rentang (Sehat Sakit) Sehat Sakit Optimal G. Jiwa M.MENTAL ILLNESS An illness with psychologyc o]r behavioral manifestations and or impairment infungctioning due to a social, psychologic, generic, physical / chemical, or biologic disturbunce ( stuard dan Sundeen 1998 ) N.KARAKTERISTIK : Gangguan dlm fungsi seperti skizofrenia. Depresi, kecemasan, keluhan fisik tanpa adanya penyebab secara organik. Perubahan yg tiba-tiba ( mood behavior ). Harapan yg tdk rational Ada 2 kategori : Psikotik dan Non spikotik O.TANDA DAN GEJALA G. JIWA Kapan seseorangg dikatakan mengalamai gangguan jiwa Normall dan Abnormal Gejala gangguan jiwa merupakan interaksi dari berbagai penyebab sebagai proses penyesuaian terhadap stressor P.GEJALA GANGGUAN JIWA DPT BERUPA GANGGUAN PADA : 1.Kesadaran 2.Ingatan 3.Orientasi 4.Efek dan emosi 5.Psikomotor 6.Intelegensi 7.Kepribadian 8.Penampilan 9.Proses pikir, persepsi 10.Pola hidup Q.PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA 1.PENYEBAB : Walaupun gejala utama terdapat pd unsur kejiwaan tapi penyebab utamanya mugkin di badan ( Somatogenik), di lingkungan sosial ( sosiogenik) atau psike ( psikogenik) Penyebabnya tdk tunggal tapi beberapa penyebab yg terjadi bersamaan dan saling mempengaruhi Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pd otak tapi tdk diketahui secara pasti apa yg mencetuskannya

Stress diduga sebagai pencetus dari gangguan jiwa tapi stress dapat juga merupakan hasil dari bwerkembangnya mental illness pd diri seseorang Hubungan antara str..ess6s ddan m.ental iillness sangat komplek Reaksi tiap orang terhadap stress berbeda-beda Beberapa kemungkinan penyebab gangguan jiwa ( WF. MARA8MIS 1998 ) 2.SOMATOGENIK - Neuroanatomi - Neurofiologis - Neurokimia - Tingkat perkembangan organik - Faktor pre and perinatal - Excessive secretion of the neurotransmitter nor epineprine Excessive secretion of the neurotransintter norepimephrine may be a factor in anxiety disorders antai ototng 1995 R.FACTOR PSIKOLOGIK 1.Interaksi ibu dan anak 2.Peranan ayah 3.Persaingan antar saudara kandung 4.Hubungan dalam keluarga, pekerjaan dan masyarakat 5.Kehilangan 6.Kosep diri 7.Pola adaptasi 8.Tingkat perkembangan emosi S.FAKTOR SOSIAL BUDAYA 1.Kestabilan keluarga 2.Pola asuh anak 3.Tingak ekonomi 4.Perumahan 5.Pengaruh rasial dan keagamaan, nilai-nilai T.PERAN PERAWAT DLM THERAPY DIBIDANG KES. JIWA Asuhan yg kompeten ( competent of caring ) 1.Pengkajian yg mempertimbangkan budaya 2.Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan 3.Berperan serta dlm pengelolaan kasus 4.Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit mental penyuluhan dan konseling

5.Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan 6.Memberikan pedoman pelayana kesehatan U.PERAN DAN FUNGSI PSYCHIATRIC NURSE 1.Psychiatric nursing dianggap sebuah profesi sejak akhir abad ke 19 dan sejak awal abad ke 20 profesi tersebut muncul sebagai spesialisasi dgn peran dan fungsinya yg unik. 2.Praktek psyhiatric nursing kontemporer Psyhiatric nurse dianggap sebagai satu diatas 5 profesi dlm pelayanan jiwa yg lainnya : psyhiatrist psychologist social workes dan marriage dan family therapist Psyhaitric nursing is an interpersonal proces that promotes and maintaina patien behavior that contributes to integratet fungtional ( stuart dan sundeen 1998 ) Klien dari psyhiatric nurse : individual keluarga, elompok masyarakat Praktek keperawatan jiwa pd akhir-akhir ini mengacu pd sejumlah premise atau kepercayaan sebagai berikut: Philosophicall belief of \nursing Practise Menggunakan pengetahuan dari blophyysical, psychosocial. Sciieens teotty personality dan human behavior Pemilihaan dari model-model konseptual Era globalisasi praktek harus dpt dipertanggungg jawabkan Nurse patien rationship berubah menjadi nurse patient partnership, yg mengembangkan peran dari perawat jiwa profesional yg elemennya terdiri dari: Kompetensi klien dan keluarga Advocacy klien dan keluarga Fisical responsibility Kolaborasi dgn profesi lain Social accountability Legal ethical parameteer Peran perawat tdk lagi hanya berfocus pd bedside care : Perawat jiwa harus lebih sensitif pd lingkungan social anda advocacy terhadap kebutuhan klien dan keluarga Pengembangan praktek, pendidikan dan riset 3.Tingkat Pencegahan Primer : Insiden gangguan jiwa Health promotion, illness prevention Penyuluhan Sekunder : illness by eart detection dan treatment of the problem. Skreening, home visit, crisis intervention Tertier : residual impairment or disability :

Promote vovational dan rehabilitation Organisation after care programe Providing partial hospitalization 4.Rentang dari Perawatan (continuum of care ) 5.Tingkat Penampilan Tergantung pd 4 faktor Hukum / Peraturan Peraturan yg ada pd negara tersebut tentang peran dan fungsi psychiatric nurse Kualifikasi RN ( Psychiatric mental health registered nurse) Psychiatric mental Health advence practise registred nurse Setting praktek : purpose type, location administrasi Di pemerintah Di swasta Personal inistif V.PATEINT RIGHT ( Diadopsi dari Royal Hobart Hospital 1996) 1.Diberi informasi tentang alasan dirawat, diagnosa dan treatmen 2.Memperoleh perlindungan hukum jika diperlukan 3.Mempunyai hak untuk reviw, treatment yg diberi secara berkala 4.Hak untuk komplain jika pelayanan tdk memuaskan atau tdk sesuai standar 5.Hak untuk mendak treatmen kapanpun mereka ingin 6.Hak untuk menghubungkan keluarga dan teman 7.Confidentiality dan pryvacy 8.Terlibat dlm perencanaan pelayanan 9.Mendapatkan informasi tentang perubahan dlm asuhan 10.Hak untuk menghadap direktur RS untuk complain 11.Mendapatkan saran tentang obat-obatan dan self care 12.Menolak terlibat dlm penelitian 13.Diberi inform concent sebelum tindakan 14.Hak untuk meninggalkan RS kapanpun 15.Hak untuk dikunjungi kensultan psychiatri or psyahite nurse concultan minimal 1 kali dalam 24 jam 16.Dilindungi dari sexual harrassment dan abuse W.HAK- HAK PASIEN ( Patient Right) 1.Hak untuk dihormati sebagai manusia 2.Hak memperoleh privacy 3.Hak untuk mempunyai kesempatan yg sama dan warga negara lainnya dlm pelayanan kesehatan pendapatan, pendidikan pekerjaan perumahan, transportasi dan hukum

4.Hak untuk mendapatkan informasi, pendidikan dan training ttg G.jiwa, pengobatan perawatan dan pelayanan yg tersedia 5.Hak untuk bekerja atau berinteraksi dgn tenaga kesehatan, khususnya dlm pengambilan keputusan sehubungan dgn tretment, perawatan dan rehabilitasi 6.Hak untuk komplain 7.Hak untuk mendapatkan advocacy 8.Hak untuk menghubungi teman dan saudara 9.Hak mendapatkan pelayanan yg mempertimbangkan budaya, agama dan jenis kelamin 10.Hak untuk hidup, bekerja dan berpartisipasi dlm masyarakat tanpa diskriminasi PATIENT RIGHT, PERLU PERHATIAN ? 1.Banyak pasien terlantar dijalanan 2.Bicara kasar kepada pasien 3.Menelantarkan pasien X. KEBERADAAN PELAYANAN KESEHATAN MENTAL Untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan promotion of mental health DULU : Patien Gangguan Jiwa dianggap sampah, memalukan dipasung SEKARANG : Meningkatkan Iptek Pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa meningkat Human right Penting meningkatkan mutu pelayanan dan perlindungan konsumen, perlu pemahaman tentang human right Sayangnya di Indonesia perhatian terhadap hal ini belum banyak Z.PRINSIP ASKEP JIWA 1.Peran dan fungsi perawat jiwa 2.Hubngan terapeutik perawat pasien 3.Model dlm praktek kesehatan jiwa psikiatrik 4.Konteks biopsikososial askep jiwa 5.Kontek etik dan lega 6.Implementasi standar praktek klinik 7.Rentang asuhan EXAMPLE: ASKEP KLIEN DGN SKIZOFRENIA 1.Maladaptive neurobiological respons 2.Gangguan orientasi realitas 3.1.1 % populasi skizofrenoa 4.25 % klien skizofrenia sebelimnya post psycotic defresion ( weiss, 1989 ) 5.risk 0- > 0+

FAKTOR PENYEBAB 1.Genetika ( cloninger 1989 ) Ayah, ibu saudara anak, 10 % diturunkan keponakan,cucu 46 48 % diturun 2-4 % Diturunkan kembar monozygote Kembar dizigot 14 17 % 2.Neurobiologikal Terjadi pembesar ventrikel III pd posies sebelah kiri : Lobus frontal klien skizofrenia ( dari orang normal, Andreasen, 1991) Wernicle dan Brocas aphasia disorganisasi pd waktu bicara Hiperaktifitas dopamine 3.Neurobehavioral Kerusakan lobus Frontal kesulitan dlm proses pemecahan masalah, berpikir abstrak, G. Psikomotorik Kerusakan pd basal ganglia distonia tremor Gangguan pd lobus temporal limbic meningkatnya kewaspadaan, distractbility, gangguan memory ( Short Term ) 4.Stress Stress psikososial dan perkembangan gejala psikotik, kemiskinan, kebodohan, pengangguran, isolasi sosial, kehilangan 5.Penyalagunaan : Coping yg maladaptif obat- obatan 6.Psikodinamika Freud : gangguan hubungan pd masa anak STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN Oleh : ASOSIASI PERAWAT AMERIKA (ANA) Standar Praktek Keperawatan Klinik KeS. Jiwa (Psikhiatric) 1.Menguraikan tingkat kompetensi askep, profesional dan kenerja profesional yg umum untuk perawat yg terlibat ditiap tatanan praktek klinik kesehatan jiwa 2.Standar asuhan : Berhubungan dgn aktifitas keperawatan profesional yg dilakukan oleh perawat dgn melalui proses keperawatan : Pengkajian St I Diagnosa St II Identifikasi hasil St III Perencanaan ST IV Implementasi ST V Konseling, terapi lingkungan, Aktifitas askep mandiri, intervensi Psikobiologis, penyuluhan kesehatan, manajemen kasus, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, Psikofarmakologi Psikoterapi, konsultasi

3.Evaluasi : Standar Kinerja Profesional St I : Kualitas asuhan St II : Penilaian kinerja St III : Pendidikan St IV : Hub.dgn sejawat St IV : Etika St V : Kolaborasi St VI : Riset ZZ. PENGEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA A.Konsep Pencegahan Primer Analog : Imunisasi Orang disiapkan untuk melewati setiap tahap perkembangannya dgn baik Hal-hal yg perlu dicegah : 1.Perilaku Khusus : - Mengalah / membahayakan - Overacting - Menunda / lamban - Mengelak - Menyalahkan orang lain 2.Kegagalan berperan sebagai orang tua, pelajar 3.Hubungan yg tertutup : - Suami Istri - Ortu anak - Boss anak buah 4.Perasaan yg berlebihan : - Panik, cemas situasi baru fligth ( Perilaku menyerang ) temper tantrum ( Ngadat) 5.Ketidak mampuan Psikologis - Proses berkabung yg Patologis B.Meningkatkan Kes.Jiwa Keluarga Hal Penting : Perawat harus memahami tumbuh kembang keluarga dan individu Prevensi primer, sekunder, tertier 4 STRATEGI PENCEGAHAN PRIMER 1.Healt Education : Meningkatkan kemampuan mengotrol diri sendiri, strategi coping yg efektif, realistis terhadap harga diri, sadar akan sumber daya

2.Merupakan lingkungan : Keluarga Masyarakat Misalnya :ada anak yg marah masyarakat mengejek, ia perlu healt edication untuk masyarakat 3.Sistem sosial yg mendukung : memperluas dan memperkuat jaring sosial menggunakan sistem pendukung di masyarakat 4.Bekerja dgn kelompok Jadi terapi kelompok Tujuan : Kontrol perilaku menurunkan stress Memelihara self esteem dan integritas sosial Evaluasi : Penting Sukar : long term KETERANGAN : 4 Konteks Biopsikososial keperawatan jiwa Praktek keperawatan Psikiatri kontemporer - Use model yg mengintegrasikan aspek bio psiko, dan sosialkultural individu dlm pengkajian, perencanaan dan peimplemetasikan intervensi keperawatan 7 . Rentang Asuhan Pencegahan Primer Pencegahan Sekunder Pencegahan Tertier Pengkajian Kebutuhan Pasien termasuk : 1.Stressor yg mempercepat respon maladaptif 2.Target atau kel. Populasi yg rentang beresiko tinggi suhubungan dgn stressor, termasuk anak-anak keluarga baru, keluarga yg mengalami perceraian atau penyakit, wanita dan lanjut usia IZ. PERAWATAN KES. JIWA Pengkajian Pengumpulan Data : Sumber Data

Jenis data Tehnik pengumpulan data Kerangka konsep 1.Identitas Klien 2.Keluhan utama : - Alasan masuk / Apa yg menyebabkan masuk 3.Faktor presdiposisi 4.Aspek fisik / biologik 5.Aspek psikososial 6.Status mental 7.Kebutuhan persiapan pulang 8.Mekanisme koping 9.Masalah psikososial dan ligkungan 10.Pengetahuan 11.Aspek medik Alasan Masuk - Masalah aktual berdasarkan keluham utama Faktor yang mempengaruh terjadinya gangguan jiwa pd individu bersangkutan : 1.Apakah klien klien tersebut sudah pasrah mengalami gangguan jiwa sebelumnnya 2.Pengobatan berhasil / tidak 3.Terkait dengan masalah terminal Aspek Fisik / Biologi - TD, Pernapasan, BB, TB (komprehensif) Aspek Psikososial 1.Genogram generasi - tidak mutlak generasi yg utama dgn siap k/ tinggal (pola asuh, komunikasi pengambilan keputusan ) 2.Pola Asuh : - Kehangatan - Kontrol 3.Data diperoleh dgn pertanyaan : - Bagaimana prilaku yg spesifik pd keluarga - Apakah ada anggota keluarga lain yg pernah mengalami gangguan jiwa - Bagaimana komunikasi pd keluarga tersebut - Siapa orang yg terdekat dgn klien secara emosi / psikologis 4.Konsep diri ( gambaran diri, ideal diri, pesan, identitas)

5.Hubungan sosial - Apakah klien mengikuti kegiatan yg ada dilingkungan 6.Status mental : - Penampilan - Pembicaraan - Aktivitas motorik - spritual PENGKAJIAN Kemampuan : 1.Kesadaran / titik diri 2.Observasi 3.Kom ter 4.Respek Kesalahan : 1.Memberi pendapat 2.Menyimpulkan Deskripsikan / interpretasikan sebagai data Pohon Masalah Efek Care Problem Causa ANALISA DATA 1.Mengkaitkan Data 2.Menghubungkan Konsep Teori Prinsip Kesimpulan : 1.Kesenjangan 2.Masalah kesehatan / keperawatan a.Validasi b.Klasifikasi c.Bandingkan d.Buat kesimpulan e.Temukan etiologi

Daftar masalah keperawatan disusun sesuai prioritas : 1.Cara memprioritaskan masalah - Fokus pd ancaman kehidupan - Fokus keluarga/masalah utama - Fokus akibat dengan masalah utama - Fokus sebab dengan masalah utama - Fokus kebutuhan DIAGNOSA KEPERAWATAN Penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok, komunitas terhadap proses kehidupan dan atau masalah kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yang mendasari intervensi keperawatan yang menjadi tanggung gugat perawat. KOMPONEN DALAM DIAGNOSA KEP JIWA 1.Problem keadaan 2.Etiologi 3.Symptom PROBLEM Keadaan senjangan klein dgn faktor yg memberi gambaran dimana d/ keperawatan harus diberikan ETIOLOGI Penyebab masalah menunjukkan penyebab keadaan kesehatan yang memberi arah d/ keperawatan SYMPTOM Tanda-tanda dan gejala menggambarkan apa yg klien katakan dan apa yang diobservasi perawat KOMPONEN 1.Subjek 2.K. Kerja 3.keadaan 4.Kriteri 5.Waktu RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN 1.Serangkaina kegiatan tindakan 2.Susuai tindakan 3.Tiap tujuan khusus TINDAKAN KEPERAWATAN 1.Observasi dan onitoring 2.Tindakan keperawatan

3.Pendidikan kesehatan 4.Therapy keperawatan 5.Tindakan kolaborasi EVALUASI 1.Penilaian pencapaian Tujuan 2.Perubahan / perbaikan rencana : - Orentasi tujuan - Respon verbal dan non verbal - Analisa keberhasilan Catatan : 1. IQ = Insting , nasluri 2. EGO = Yg mempertahankan diri sampai tahu realitas 3. S. EGO = Nilai norma untuk diinternalisasi Sumber: - Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. - Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. - Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. - Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University Press. - Townsend, Mary. C. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of Care. Edisi 3. Philadelphia: F. A. Davis Company - Stuart dan Laraia. (2001). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St. Louis: Mosby Year Book