kesehatan jiwa

Upload: dhiniemoeth4265

Post on 16-Jul-2015

675 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KESEHATAN JIWA Pada saat ini ada kecenderungan penderita dengan gangguan jiwa jumlahnya mengalami peningkatan. Data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SK-RT) yang dilakukan Badan Litbang Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1995 menunjukkan, diperkirakan terdapat 264 dari 1000 anggota Rumah Tangga menderita gangguan kesehatan jiwa. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir in i , data tersebut dapat dipastikan meningkat karena krisis ekonomi dan gcjolak-gejolak lainnya diseluruh daerah. Bahkan masalah dunia internasionalpun akan lkut memicu terjadinya peningkatan tersebut. Studi Bank Dunia (World Bank) pada tahun 1995 di beberapa negara menunjukkan bahwa hari-hari produktif 'yang hilang atau Dissabiliiy Adjusted Life Years (DALY's) sebesar 8,1% dari Global Burden of Disease, disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa. Angka in i lebih tinggi dari pada dampak yang disebabkan penyakit Tuberculosis(7,2%), Kanker(5,8%), Penyakit Jantung (4,4%) maupun Malaria (2,6%). Tingginya masalah tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang besar dibandingkan dengan masalah kesehatan lainnya yang ada dimasyarakat. Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 yang dimaksud dengan "Kesehatan" adalah: "Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis". Atas dasar definisi Kesehatan tersebut di atas, maka manusia selalu dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik). dari unsur "badan" (organobiologik), "jiwa" (psiko-edukatif) dan sosial (sosio-kultural), yang tidak dititik beratkan pada penyakit tetapi pada kualitas hidup yang terdiri dan "kesejahteraan" dan produktivitas sosial ekonomi. Dan definisi tersebut juga tersirat bahwa "Kesehatan Jiwa" merupakan bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari "Kesehatan" dan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Menurut Undang-undang No 3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan "Kesehatan Jiwa" adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsur kesehatan, yang dalam penjelasannya disebutkan sebagai berikut:2

"Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain". Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) danmemperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara optimal, dan yang selaras dengan perkembangan orang lain. Seseorang yang sehat jiwa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Merasa senang terhadap dirinya serta o Mampu menghadapi situasi o Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup o Puas dengan kehidupannya sehari-hari o Mempunyai harga diri yang wajar o Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak

pula merendahkan 2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta o Mampu mencintai orang lain o Mempunyai hubungan pribadi yang tetap o Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda o Merasa bagian dari suatu kelompok o Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain "mengakah" dirinya 3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta o Menetapkan tujuan hidup yang realistis o Mampu mengambil keputusan o Mampu menerima tanggungjawab o Mampu merancang masa depan o Dapat menerima ide dan pengalaman baru o Puas dengan pekerjaannya Untuk mencapai jiwa yang sehat diperlukan usaha dan waktu untuk mengembangkan dan membinanya. Jiwa yang sehat dikembangkan sejak masa bayi hingga dewasa, dalam berbagai tahapan perkembangan. Pengaruh lingkungan terutama keluarga sangat penting dalam membina jiwa yang sehat.3

Salah satu cara untuk mencapai jiwa yang sehat adalah dengan penilaian diri yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya yang berkaitan erat dengan cara berpikir, cara berperan, dan cara bertindak. Penilaian diri seseorang positif apabila seseorang cenderung: o Menemukan kepuasan dalam hidup o Membina hubungan yang erat dan sehat o Menetapkan tujuan dan mencapainya o Menghadapi maju mundurnya kehidupan o Mempunyai keyakinan untuk menyelesaikan masalah Penilaian diri seseorang negatif apabila seseorang cenderung: o Merasa hidup ini sulit dikendalikan o Merasa stres o Menghindari tantangan hidup o Memikirkan kegagalan Beberapa upaya untuk membangun penilaian diri: 1. Seseorang harusjujur terhadap diri sendiri. 2. Berupaya mengenali diri sendiri dan belajar menerima semua kekurangan dan kelebihannya. 3. Bersedia memperbaiki diri sendiri untuk mengatasi kekurangannya 4. Menetapkan tujuan dan berusaha mencapainya dengan tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain 5. Selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik sesuai dengan kemampuan, tetapi tidak boleh terlalu memaksakan diri sendiri. Apabila seseorang mengalami perubahan maka akan tcrjadi reaksi baik secara jasmani maupun kejiwaan yang disebut dengan stres. Sebagai contoh misalnya para

karyawan atau manajer merasakan stres apabila ada pekerjaan yang menumpuk atau jika ada kesulitan dalam hubungan kerja. Stres dapat terjadi pada setiap orang dan pada setiap waktu, karena stres merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dihindarkan. Pada umumnya orang menyadari adanya stres, namun ada juga yang tidak menyadari hahwa dirinya mengalami stres. Reaksi seseorang terhadap stres dapat bersifat positif maupun dapat bersifat negatif. Reaksi yang bersifat negatif atau merugikan, jika terjadi keluhan atau4

gangguan pada orang tersebut. Reaksi bersifat positif, jika menimbulkan dampak yang menjadi pendorong agar orang berusaha. Stres yang bersifat negatif/merugikan dapat terjadi apabila stres terlalu berat atau berlangsung cukup lama. Faktor yang menyebabkan stres disebut sebagai stresor. Ada beberapa macarr penyebab stres: o Stresor fisik/jasmani, antara lain:Suhu dingin/panas, suara bising, rasa sakit, kelelahan fisik, polusi udara, tempat tinggal tak memadai dan sebagainya. o Stresor psikologik, antara lain: Rasa takut, kesepian, patah hati, marah, jengkel, cemburu, iri hati o Stresor sosial-budaya, antara lain: Hubungan sosial, kesulitan pekerjaan, menganggur, pensiun, PHK, perpisahan, perceraian, keterasingan, konflik rumah tangga.

Stres dapat berpengaruh terhadap keadaan jasmani dan kejiwaan seseorang: o Reaksi yang bersifat jasmani dapat berupa:Jantung berdebar-debar, otot tegang, sakit kepala, sakit perut/diare, lelah, gangguan makan, eksim. o Reaksi yang bersifat kejiwaan dapat berupa: Sukar konsentrasi, sukar tidur, cenderung menyalahkan orang lain, cemas, menarik di r i , menyerang, mudah tersinggung. o Pada tahap yang berat stres dapat menimbulkan: Penyakit fisik (misal tekanan darah tinggi, asma berat, serangan jantung dan sebagainya)

Stres tidak dapat dicegah akan tetapi dapat dikendalikan, berikut ini terdapat 12 langkah pengendalian stres: 1. Merencanakan masa depan dengan lebih baik:Belajar hidup tertib dan teratur dan menggunakan waktu sebaikbaiknya. 2. Menghindari membuat beberapa perubahan besar dalam saat yang bersamaan: Misalnya pindah rumah, pindah pekerjaan dan sebagainya. Memberi waktu untuk menyesuaikan diri terhadap setiap perubahan yang baru sebelum melangkah lebih lanjut.5

3. Menerima diri sendiri sebagaimana adanya 4. Menerima lingkungan sebagaimana adanya 5. Berbuat sesuai kemampuan dan minat 6. Membuat keputusan yang bijaksana 7. Berpikir positif 8. Membicarakan persoalan yang dihadapi dengan orang l a i n yang

dapat dipercaya 9. Memelihara kesehatan d in sendiri 10. Membina persahabatan dengan orang lain 11. Meluangkan waktu untuk diri sendiri: Jika merasa tegang dan letih perlu istirahat atau rekreasi 12. Melakukan relaksasi: Melalukan releksasi selama 10-15 menit setiap hari untuk mengendorkan ketegangan otot yang diakibatkan oleh stress

BAB 3 KONSEP STRESS DAN ADAPTASI A. Konsep Dasar Stress 1. Pengertian stress Stress merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin stingere yang berarti keras (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari straise, stresce, dan stress. 2. Model stress berdasarkan stimulus 3. Model stress berdasarkan respon 4. Model stress berdasarkan transaksional B. Psikofisiologi Stress Menurut Selye (1982) stress merupakan tanggapan non spesifik terhadap setiap tuntutan yang diberikan pada suatu organisme dan digambarkan sebagai GAS. 1. Penyebab stress dan stressor psikososial Jenis stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut : a. Perkawinan b. Problem orangtua c. Hubungan interpersonal (Antarpribadi) d. Pekerjaan e. Lingkungan hidup f. Keuangan g. Hokum h. Perkembangan i. Penyakit fisik atau cidera j. Faktor keluarga k. Lain-lain

2. Tahapan stress a. Stress tingkat I b. Stress tingkat II c. Stress tingkat III d. Stress tingkat IV e. Stress tingkat V f. Stress tingkat VI

BAB 4 FAKTOR PENYEBAB DAN PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA A. Skizofrenia sebagai bentuk gangguan jiwa Skizofrenia merupakan bahasan yang menarik perhatian pada konferensi tahunan The American Psychiatric Association/APA di Miami, Florida, Amerika Serikat, Mei 1995 lalu. B. Faktor Penyebab Skizofrenia Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain : 1. Faktor genetik 2. Virus 3. Auto antibody 4. Malnutrisi C. Penyebab Umum Gangguan Jiwa Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh factor-faktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu : 1. Faktor-faktor somatik (somatogenik) atau organobiologis 2. Faktor faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif 3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik) atau sosiokultural - Faktor keturunan - Faktor konstitusi - Cacat kongenital - Perkembangan psikologik yang salah - Deprivasi dini - Pola keluarga yang petagonik - Masa remaja - Faktor sosiologik dalam perkembangan yang salah - Genetika

- Neurobiological - Biokimiawi tubuh - Neurobehavioral - Stress - Penyalahgunaan obat-obatan - Psikodinamik - Sebab biologik - Sebab psikologik - Sebab sosio kultural D. Proses Perjalanan Penyakit Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain : 1) Fase Promodal; - Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun - Gangguan dapat berupa self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi. 2) Fase Residual; - Klien mengalami minimal 2 gejala: gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.

Kriteria Jiwa yang Sehat Menurut WHO06 Sep Dadang Hawari (PR, 19-1-1995) mengemukakan pendapat WHO (organisasi kesehatan dunia), bahwa ada delapan kriteria jiwa (mental) yang sehat, yaitu sebagai berikut, 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Mampu belajar dari pengalaman Mudah beradaptasi Lebih senang memberi daripada menerima Lebih senang menolong daripada ditolong Mempunyai rasa kasih sayang Memperoleh kesenangan dari hasil usahanya Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pengalaman Berpikir positif (positive thingking)

KONSEP DASAR KESEHATAN JIWA BAB 1 KONSEP DASAR KESEHATAN JIWA A. Pengertian Kesehatan Jiwa 1. A mind that grows and adjust, is in control and is free of stress. (Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius). (Rosdahl, Textbook of Basic Nursing, 1999: 58) 2. Sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan. (Stuart & Laraia, Principle and Practice Psychiatric Nursing, 1998) (Yahoda) 3. Fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain. (UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996) B. Kriteria Sehat Jiwa Menurut Yahoda 1. Sikap positif terhadap diri sendiri 2. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri 3. Integrasi (keseimbangan/keutuhan) 4. Otonomi 5. Persefsi realitas 6. Environmental mastery (Kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan) C. Rentang Sehat Jiwa 1. Dinamis bukan titik statis 2. Rentang dimulai dari sehat optimal mati 3. Ada tahap-tahap 4. Adanya variasi tiap individu 5. Menggambarkan kemampuan adaptasi 6. Berfungsi secara efektif sehat

D. Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang merupakan perpaduan dan integrasi dari area teori-teori yang berbeda: ilmu-ilmu sosial, seperti psikologi dan sosiologi, ilmu-ilmu dasar seperti Anatomi, fisiologi, mikrobiologi, dan biokimia serta ilmu media tentang diagnose dan pengobatan terhadap penyakit. Menurut Stuart Sundeen Keperawatan mental adalah proses interpersonal dalam meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi. E. Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Peran dan fungsi keperawatan jiwa 2. Hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien

3. Konsep model keperawatan jiwa 4. Model stress dan adaptasi dalam keperawatan jiwa 5. Keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan jiwa 6. Keadaan-keadaan psikologis dalam keperawatan jiwa 7. Keadaan-keadaan sosial budaya dalam keperawatan jiwa 8. Keadaan-keadaan lingkungan dalam keperawatan jiwa 9. Keadaan-keadaan legal etika dalam keperawatan jiwa 10. Penatalaksanaan proses keperawatan: dengan standar-standar keperawatan 11. Aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar profesional BAB 2 TREND CURRENT ISSUE DAN KECENDERUNGAN DALAM KEPERAWATAN JIWA Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Ada beberapa trend penting yang menjadi perhatian dalam Keperawatan Jiwa di antaranya adalah masalah berikut : - Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi - Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa - Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa - Kecenderungan situasi di era globalisasi - Globalisasi dan perubahan orientasi sehat - Kecenderungan penyakit jiwa - Meningkatnya post traumatik sindrom - Meningkatnya masalah psikososial - Trend bunuh diri pada anak - Masalah AIDS dan Napza - Pattern of parenting - Presfektif life span history - Kekerasan - Masalah ekonomi dan kemiskinan a. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya dimulai pada saat onset terjadinya sampai klien mengalami gejala-gejala. b. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi.

c. Kecenderungan Faktor Penyebab Gangguan Jiwa Terjadinya perang, konflik, dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia. d. Kecenderungan situasi di Era Globalisasi Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antar Negara-negara khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik. e. Globalisasi dan Perubahan Orientasi Sehat Globalisasi atau era pasar bebas disadari atau tidak telah berdampak pada pelayanan kesehatan. f. Kecenderungan Penyakit 1. Meningkatnya post traumatic syndrome disorder 2. Meningkatnya masalah psikososial 3. Trend bunuh diri pada anak dan remaja 4. Masalah Napza dan HIV/AIDS g. Trend dalam pelayanan keperawatan mental psikiatri 1. Sekilas tentang Sejarah 2. Trend pelayanan keperawatan mental psikiatri di Era Globalisasi h. Issue Seputar Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri 1. Pelayanan keperawatan mental psikiatri yang ada kurang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah hal ini karena masih kurangnya hasil-hasil riset keperawatan tentang keperawatan jiwa klinik. 2. Perawat psikiatri yang ada kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikan yang rendah dan belum adanya licence untuk praktek yang bias diakui secara internasional. 3. Pembedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman seringkali tidak jelas dalam Position Description , job responsibility dan system reward di dalam pelayanan keperawatan dimana mereka bekerja (Stuart Sudeen, 1998). 4. Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswa keperawatan) i. Bagaimana profesi keperawatan mental psikiatri di Indonesia menghadapinya? a. Sehubungan dengan trend masalah kesehatan utama dan pelayanan kesehatan jiwa secara global, maka fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada komunitas (community based care) yang member penekanan pada preventif dan promotif. b. Sehubungan dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, perlu peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan cara mengembangkan institusi pendidikan yang telah ada dan mengadakan program spesialisasi keperawatan jiwa. c. Dalam rangka menjaga mutu pelayanan yang diberikan dan untuk melindungi konsumen, sudah saatnya ada licence bagi perawat yang bekerja di pelayanan. d. Sehubungan dengan adanya perbedaan latar belakang budaya kita dengan narasumber, yang dalam hal ini kita masih mengacu pada Negara-negara Barat terutama Amerika, maka perlu untuk menyaring

konsep-konsep keperawatan mental psikiatri yang didapatkan dari luar.

BAB 3 KONSEP STRESS DAN ADAPTASI A. Konsep Dasar Stress 1. Pengertian stress Stress merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin stingere yang berarti keras (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari straise, stresce, dan stress. 2. Model stress berdasarkan stimulus 3. Model stress berdasarkan respon 4. Model stress berdasarkan transaksional B. Psikofisiologi Stress Menurut Selye (1982) stress merupakan tanggapan non spesifik terhadap setiap tuntutan yang diberikan pada suatu organisme dan digambarkan sebagai GAS. 1. Penyebab stress dan stressor psikososial Jenis stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut : a. Perkawinan b. Problem orangtua c. Hubungan interpersonal (Antarpribadi) d. Pekerjaan e. Lingkungan hidup f. Keuangan g. Hokum h. Perkembangan i. Penyakit fisik atau cidera j. Faktor keluarga k. Lain-lain

2. Tahapan stress a. Stress tingkat I b. Stress tingkat II c. Stress tingkat III

d. Stress tingkat IV e. Stress tingkat V f. Stress tingkat VI

BAB 4 FAKTOR PENYEBAB DAN PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA A. Skizofrenia sebagai bentuk gangguan jiwa Skizofrenia merupakan bahasan yang menarik perhatian pada konferensi tahunan The American Psychiatric Association/APA di Miami, Florida, Amerika Serikat, Mei 1995 lalu. B. Faktor Penyebab Skizofrenia Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain : 1. Faktor genetik 2. Virus 3. Auto antibody 4. Malnutrisi C. Penyebab Umum Gangguan Jiwa Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh factor-faktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu : 1. Faktor-faktor somatik (somatogenik) atau organobiologis 2. Faktor faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif 3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik) atau sosiokultural - Faktor keturunan - Faktor konstitusi - Cacat kongenital - Perkembangan psikologik yang salah - Deprivasi dini - Pola keluarga yang petagonik - Masa remaja - Faktor sosiologik dalam perkembangan yang salah - Genetika - Neurobiological - Biokimiawi tubuh - Neurobehavioral - Stress - Penyalahgunaan obat-obatan - Psikodinamik

- Sebab biologik - Sebab psikologik - Sebab sosio kultural D. Proses Perjalanan Penyakit Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain : 1) Fase Promodal; - Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun - Gangguan dapat berupa self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi. 2) Fase Residual; - Klien mengalami minimal 2 gejala: gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.

BAB 5 TANDA GEJALA GANGGUAN JIWA A. Gangguan Kognisi Kognisi adalah suatu proses mental yang dengannya seseorang individu menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam maupun lingkungan luarnya (fungsi mengenal). Proses kognisi meliputi : - Sensasi dan persepsi - Perhatian - Ingatan - Asosiasi - Pertimbangan - Pikiran - Kesadaran B. Gangguan Perhatian Perhatian adalah pemusatan dan konsentrasi energi menilai dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsang. C. Gangguan Ingatan Ingatan (kenangan, memori) adalah kesanggupan untuk mencatat, menyimpan, memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran. D. Gangguan Asosiasi

Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan, kesan atau gambaran ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau gambaran ingatan respon/konsep lain, yang memang sebelumnya berkaitan dengannya. E. Gangguan Pertimbangan Pertimbangan (penilaian) adalah suatu proses mental untuk membandingkan/ menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktivitas. F. Gangguan Pikiran Pikiran umum adalah meletakkan hubungan antara berbagai bagian dari pengetahuan seseorang. G. Gangguan Kesadaran Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan hubungan dengan lingkungan serta dirinya melalui pancaindera dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta dirinya sendiri. H. Gangguan Kemauan Kemauan adalah suatu proses dimana keinginan-keinginan dipertimbangkan untuk kemudian diputuskan untuk dilaksanakan sampai mencapai tujuan. I. Gangguan Emosi dan Afek Emosi aalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh pada aktivitas tubuh dan menghasilkan sensasi organis dan kinetis. Afek adalah kehidupan perasaan atau nada perasaan emosional seseorang, menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran, biasa berlangsung lama dan jarang disertai komponen fisiologik. J. Gangguan Psikomotor Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa. BAB 6 ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN ALAM PERASAAN A. Pengertian Mood Perasaan suasana hati yang mewarnai seluruh kehidupan psikis seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam waktu yang lama. Misalnya seseorang yang sedih, malas untuk berkomunikasi, makan, bekerja, dan sebagainya. B. Rentang Respon Emosi Emotional Responsive Reaksi kehilangan yang wajar Supresi Supresi reaksi kehilangan yang memanjang Mania atau depresi

Rentang respon emosi bergerak dari emotional responsive sampai mania/ depresi dengan cirri-ciri sebagai berikut : Responsive Reaksi kehilangan yang wajar Supresi Depresi C. Tipe Gangguan Alam Perasaan Secara garis besar tipe gangguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: mood episode, depressive disorder, dan bipolar disorders. D. Faktor Predisposisi Gangguan Mood Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan yang parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang mungkin bekerja sendiri atau dalam kombinasi. 1. Genetic factor 2. Aggression turned inward theory 3. Object loss theory 4. Personality organization theory 5. Cognitive model 6. Learned helplessness model 7. Behavioral model 8. Biological model 9. Masalah dalam bounding and attachment dan genetic E. Gejala Gangguan Mood Depresi Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa. Gejala lain yang sering menyertai gangguan mood adalah: - Sulit konsentrasi dan daya ingat menurun - Nafsu makan dan berat badan menurun - Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebihan) disertai mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, misal mimpi orang yang sudah meninggal. - Agitasi atau retardasi motorik (gelisah atau perlambatan gerakan motorik) - Hilang perasaan senang, semangat, dan minat, meninggalkan hobi. - Kreativitas dan produktivitas menurun - Gangguan seksual (libido menurun) - Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri

SEJARAH KESEHATAN JIWA DI INDONESIA By: ADE RAMA KAMANJAYA POLTEKKES KEMENKES MALANG KAMPUS 2

Dasar pendirian Rumah Sakit Jiwa di Indonesia adalah keputusan Kerajaan (Koninklijk besluit) tanggal 30 Desember 1865 No. 100. Berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal (Gouverneur Generaal) tgl 14 Mei 1867 dibangun Rumah Sakit Jiwa (doorgangshuizen), dan pembangunan dilaksanakan pada tahun 1876 di Bogor (Rumah Sakit Jiwa pertama dan diresmikan tanggal 1 Juli 1882 dengan kapasitas 400 tempat tidur. Selanjutnya tahun 1902 diresmikan RSJ Lawang, tahun 1919 RSJ Solo, tahun 1923 RSJ Magelang, tahun 1924 RSJ Jakarta, tahun 1929 RSJ Semarang dan RSJ Surabaya, tahun 1923 RSJ Ujung Pandang dan Palembang kemudian tahun berikutnya RSJ Padang, Lubuk Pakam, Banjarmasin, Manado, tahun 1933 Bangli, tahun 1927 RS Tentara di Sabang dimanfaatkan untuk RS Jiwa dengan kapasitas 1200, tahun 1939 RS Jiwa Sei Bangkong Pontianak. Sampai dengan tahun 1940 ada 16 RS Jiwa dengan kapasitas 10.000 tempat tidur. TAHUN 1945 S/D 1968 Dengan diproklamasikan Negara Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, mulailah penderita penyakit jiwa lebih diperhatikan, akan tetapi sayang belum dapat dilaksanakan dengan baik, oleh karena revolusi fisik. Pada awal 1947 barulah dimulai membentuk Jawatan Urusan Penyakit Jiwa yang dipimpin oleh Dr.Latumeten, akan tetapi Jawatan ini juga belum dapat membangun secara intensif. Setelah Aksi Militer Belanda mereda Menteri Kesehatan (Dr J. Leimena) bulan Oktober 1947 di Yogyakarta menunjuk Dr. Marzuki Mahdi untuk membangun Jawatan ini, namun dengan adanya Aksi Militer Belanda ke II Desember 1948, kegiatan yang sedang dikembangkan melemah dan menjadi kacau. Perkembangan Organisasi Direktorat Kesehatan Jiwa dari 1945 sampai sekarang berturut-turut sebagai berikut : Tahun 1947 -1951 adalah Jawatan Urusan Penyakit Jiwa Tahun 1951 - 1995 menjadi Jawatan Rumah-Rumah Sakit Jiwa Tahun 1955 - 1959 menjadi Jawatan Urusan Penyakit Jiwa Tahun 1960 - 1966 menjadi Bagian Kesehatan Jiwa dan Tahun 1966 - 2000 menjadi Direktorat Kesehatan Jiwa. Tahun 2000-2006 menjadi Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat Tahun 2006-sekarang menjadi Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Pimpinan dari Jawatan Urusan Penyakit Jiwa sampai menjadi Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa adalah sebagai berikut: Awal tahun 1947 s/d Oktober 1947 Dr Latumeten Tahun 1947 -1958 Dr. Marzuki Mahdi berkedudukan di Bogor Tahun 1958-1971 Dr. Salekan berkedudukan di Jakarta

Tahun 1971-1986 Prof. DR. Kusumanto Setyonegoro, SpKJ Tahun 1986-1991 Dr. Pranowo Sosrokusumo, SpKJ Tahun 1991-1997 Dr. S O Gardjito, SpKJ. Tahun 1997-1999 Dr. Achmad Hardiman, SpKJ. MARS Tahun 1999-2004 Dr. Yusmansayah Idris, SpKJ Tahun 2004-2005 Dr. Yulizar Darwis, SpKJ.MM Tahun 2005-2006 Dr. G. Pandu Setiawan, SpKJ Tahun 2006 -2008 Dr. Yulizar Darwis, SpKJ. MM Tahun 2008- 2010 Dr. M. Aminullah, SpKJ. MM Tahun 2010 sekarang Dr. Irmansyah, SpKJ (K)

Dengan terbentuknya Negara RIS bulan Januari 1950 Jawatan Rumah Sakit Jiwa menerima warisan yang ditinggalkan oleh Pemerintah Federal dalam keadaan yang jauh dari sempurna. Jumlah Rumah Sakit Jiwa pada waktu itu 20 (Bogor, Magelang, Lawang, Solo, Jakarta, Manado, Pematang Siantar, Makasar, Bandung, Sawahlunto, Baturaja, Mentok, Singkawang, Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Yogyakarta, Bangli dan Semblimbingan/P. Laut) dengan kapasitas 5.320 tempat tidur. Dari tahun 1951 s/d 1968 ada 3 Koloni Orang Sakit Jiwa (KOSJ) yang dibangun yaitu tahun 1952 KOSJ Klaten, tahun 1953 Petengahan, Tamban, sedangkan RSJ Semblimbingan (P.Laut Kalimantan Selatan) ditutup, dipindahkan dan direhabilitasi. Pada tahun 1968 Rumah Sakit Jiwa ada : 3 Rumah Sakit Jiwa Pusat (RSJP) Bogor, Lawang dan Magelang, 14 Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Jakarta, Bandung, Cimahi, Semarang, Solo, Ujung Pandang, Manado, Medan, Padang, Palembang, Pakem (Yogyakarta), Surabaya, Selebung, Abepura 6 Rumah Perawatan Sakit Jiwa (RPSJ) Pontianak, Banjamarmasin, Samarinda, Mentok, Kutaraja dan Bangli 4 Koloni Orang Sakit Jiwa Tamban, Singkawang, Wedi, dan Kubu Semua berjumlah 22 RSJ Pusat milik Dep Kes dengan kapasitas tempat tidur 6,503 dan 5 RSJ Daerah milik Pemda dengan 302 tempat tidur . Total tempat tidur dari 27 RSJ 6.805 Dalam Repelita III (1979 - 1984) Pemerintah membangun 8 RSJ baru (Palu, Kendari, Bengkulu, Jambi, Pekanbaru, Ambon, Mataram dan Bandar Lampung), serta translokasi 3 RSJ (Semarang, Banjarmasin dan Surakarta), Sehingga pada akhir tahun 1984 Rumah Sakiy Jiwa di Indonesia berjumlah 35 buah (34 RSJ dan satu RSKO). Penyeragaman Organisasi Rumah Sakit Jiwa dilaksanakan sejak tahun 1978 yaitu

dengan diberlakukannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.135/Men.Kes/SK/IV/78 tanggal 28 April 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja dimana Rumah Sakit Jiwa digolongkan menjadi 3 Kelas, yaitu Kelas A, B, C. Sebelum ada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.135/Men.Kes/SK/IV/78 tanggal 28 April 1978 ini Rumah-Rumah Sakit Jiwa terdiri dari Rumah Sakit Jiwa, Rumah Perawatan Sakit Jiwa dan Koloni Orang Sakit Jiwa. Khusus Untuk Rumah Sakit Jiwa Ketergantungan Obat susunan organisasi diaturdalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 138/Men.Kes/SK/IV/78 tanggal 28 April 1978. Setelah otonomi daerah tahun 2000 sebagian besar RSJ yang sebelumnya milik Pemerintah Pusat diserahkan kepada Daerah. Saat ini Pemerintah Pusat hanya memiliki 4 RSJ dan 1 RSKO. Setelah otonomi daerah RSJ Dr. Ansari Saleh Banjarmasin beralih fungsi menjadi RSU dan RSJ di Prov Jawa Barat semula ada di Cimahi dan Bandung pada tahun 2009 yang lalu i merger menadi RS Khusus Provinsi Jawa Barat. Total saat ini jumlah RSJ di Indonesia saat ini adalah 32 buah yang tersebar di 25 Provinsi. Sementara delapan provinsi (Banten, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur ). Saat ini sedang ada pembangunan RSJ Kupang NTT namun terbengkalai sejak dua tahun ini karena tidak tersedia dana. Sementara pelayanan kesehatan jiwa di NTT tersedia di RSU Prof Dr. Johannes Kupang dengan jumlah tenaga Psikiater sebanyak 3 orang. Provinsi Kalaimantan Tengah walau tidak memiliki RSJ tetapi sudah memiliki Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat Pada tahun 2006 Keputusan Meneteri Kesehatan No 1045 /Menkes / .PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Dilingkungan Depkes, sementara untuk RS daerah diatur dengan Peraturan Pemerintah No 41 tahun 2007 tentang oragnisasi perangkat daerah. Saat empat RSJ vertikal yaitu RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta, RS Marzuki Mahdi Bogor, RSJ Prof Soeroyo Magelang dan RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat serta RS Ketergantungan Obat Jakarta telah menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum PROGRAMTujuan Umum :

Meningkatkan kerjasama LS & LP dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan jiwa di masyarakat.

Tujuan Khusus :

1. Meningkatkan kerjasama LS/LP terkait termasuk peran serta masyarakat dan kemitraan swasta, LSM, kelompok profesi dan organisasi masyarakat secara terpadu dan berkesinambngan.

2. Meningkatkan kesehatan, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi masalah kessehatan jiwa sehingga akan terbentuk prilaku sehat sebagai individu, keluarga dan masyarakat yang memungkinkan setiap orang hidup lebih produktif secara sosial dan ekonomis.

Program Kes. Jiwa Nasional dibagi dalma 3 sub Program yang diputuskan pd masyarakat dengan prioritas pd Heath Promotion Sub Prgoram Perbaikan Pelayanan : - Fokus Psychiatic medical Care - Penekanan pada curative service ( treatment) dan rehabilitasi Sub Program untuk pengembangan sistem - Fokus pada peningkatan IPTEK, Continuing education, research administrasi dan manajemen, mental health information Sub Program untuk establishment community mental health : - Diseminasi Ilmu - Fasilitasi RSJ swasta perijinan - Stimulasi konstruksi RSJ swasta - Kerja sama dgn luar negeri : ASEAN, ASOD, COD, WHO dan AUSAID etc TRI BINA JIWA Secara Garis Besar Progran Kesehatan Jiwa Dapat Dibagi Dalam Program Pokok dan Progran Penunjang dan Pengembangan 1. Upaya / Program Pokok Yang termasuk Program Pokok adalah yang dirumuskan dalam motto "TRI UPAYA BINA JIWA" yang berarti untuk terbinanya kesehatan jiwa perlu dijalankan 3 upaya pokok yaitu : a. Upaya Promotif dan Preventif b. Upaya Kuratif c. Upaya Rehabilitatif 2. Upaya / Program Penunjang dan Pengembangan

Yang termasuk Upaya/Program Penunjang adalah : a. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga b. Penyempurnaan Administrasi - Manajemen c. Penyempurnaan Sistem Informasi Kesehatan Jiwa Yang termasuk Program Pengembangan adalah a. Penelitian (Riset, survey) b. Kerjasama Lintas Sektor ASPEK LEGAL PERANAN LEGAL PRAKTIK KEPERAWATAN A.Pengertian Legal Legal adalah sesuat yang di anggap sah oleh hukum dan undang-undang (Kamus Besar Bahasa Indonesia B.Dimensi Legal dalam Keperawatan Perawat perlu tahu ttg hukum yang mengatur prakteknya untuk: 1.Memberikan kepastian bahwa keputusan & tdkan prwt yg di lakukan konsisten dg prinsip2 hukum 2. Melindungi perawat dari liabilitas C.Perjanjian atau kontrak dalam perwalian Kontrak mengandung arti ikatan persetujuan atau perjanjian resmi antara dua atau lebih partai untuk mengerjakan atau tidak sesuatu. Dlm konteks hukum, kontrak sering di sebut dengan perikatan atau perjanjian. Perikatan artinya mengikat orang yg satu dengan orang lain. Hukum perikatan di atur dlm UU hukum Perdata pasal 1239 " Semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak mempunyai nama tertentu, tunduk pada ketentuan2 umum yang termatub dlm bab ini dan bab yg lalu." Lebih lanjut menurut ketentuan pasal 1234 KUHPdt, setiap perikatan adalah untuk memberikan, berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu. Perikatan dapat dikatakan sah bila memenuhi syarat sbb: Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian (Consencius) Ada kecakapan thp pihak2 untuk membuat perjanjian (capacity) Ada sesuatu hal tertentu ( a certain subjec matter) dan ada sesuatu sebab yg halal (Legal Cause) (Muhammad 1990) Kontrak perawat-pasien dilakukan sebelum melakukan asuhan keperawatan. Kontrak juga dilakukan sebelum menerima dan di terima di tempat kerja Kontrak P-PS di gunakan untuk melindungi hak-hak kedua belah pihak yg bekerja sama Kontrak jg untuk menggugat pihak yg melanggar kontrak yg di sepakati D. Batas Tanggung Jawab dalam Keperawatan Menjalan Pesanan Dokter Menurut Becker (Dlm Kozier,Erb 1990) empat hal yg hrs di tanyakan prwt utk melindungi mereka secara hkm: Tanyakan pesanan yg di tanyakan pasien Tanyakan setiap pesanan setiap kondisi pasien berubah

Tanyakan dan catat pesan verbal untuk mencegah kesalahan komunikasi. Tanyakan pesanan (Standing Order ), terutama bila perawat tdk berpengalaman. . 2. Melaksanakan Intervensi Keperawatan Mandiri atau yang di Delegasi Dlm Melaksanakan intervensi kepwtan prwt memperhatikan bbrp prekausi: Ketahui pembagian tugas ( Job Deskrption) mereka Ikuti kebijakan & prosedur yg di tetapkan di tempat kerja Selalu identifikasi pasien, terutama sebelum melaksanakan intervensi utama. Pastikan bahwa obat yg benar di berikan dengan dosis, rute, waktu dan pasien yg benar. Lakukan setiap prosedur secara tepat Catat semua pengkajian & perawatan yg di berikan dg cepat dan akurat. Catat semua kecelakaan yg mengenai pasien Jalin & pertahankan hubungan saling percaya yg baik (rapport) dengan pasien. Pertahankan kompetisi praktik keperawatan. Mengetahui kekuatan dan kelemahan perawat. Sewaktu mendelegasikan tanggung jawab keperawatan, pastikan bahwa org yg di berikan delegasi tgs mengetahui apa yg hrs di kerjakan & org tsb memiliki pengetahuan & keterampilan yg di butuhkan. Selalu waspada saat melakukan intervensi keperawatan dan perhatikan scr penuh setiap tgs yg di laksanakan. E. Berbagai Aspek Legal Dalam Keperawatan Fungsi Hukum Dalam Praktek Keperawatan a. Hkm memberikan kerangka u/ menentukan tindakan keperawatan mana yg sesuai dg hkm b. Membedakan t.j perawat dengan t.j profesi yang lain c. Membantu menentukan batas2 kewenangan tidkan keprwt mandiri d. Membantu dlm mempertahankan standar praktik keprwt dg meletakan posisi prwt memiliki akuntabilitas di bawah hukum (Kozier,Erb) F. Perlindungan Legal Untuk Perawat Untuk menjalankan praktiknya scr hukum perawat hrs di lindungi dari tuntutan mal praktik dan kelalaian pada keadaan darurat. Contoh: UU di A.S yg bernama Good Samaritan Acts yg memberikan perlindungan tenaga kesehatan dlm memberikan pertolongan pada keadaan darurat. Di Kanada terdpt UU lalu lintas yg memperbolehkan setiap orang u/ meolong korban pada setiap situasi kecelakaan yg bernama Traffic Acrt Di Indonesia UU Kesehatan No 23 tahun 1992