riset ui riset migrasi dan identitas budaya 2011/riset migrasi dan... · sejumlah kasus, mereka...
TRANSCRIPT
dan “Dari Kemiskinan kembali ke Kemiskinan” (Risa
Permanadeli). Hasil riset ini dipresentasikan di International
Conference on Civic Space pada tanggal 3-5 Agustus 2010
di Indonesia dan di Seminar "Returning Indonesian Women
Migrants and the Discourse of Home" yang diselenggarakan
di Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) di Singapura
pada tanggal 27 September 2010. Salah satu abstrak riset
ini juga diterima untuk dipresentasikan pada the 10th
International Conference on Social Representation 2010,
Tunisia, July 5-8, 2010, namun tidak dapat dipresentasikan
karena permasalahan biaya perjalanan.
Setelah mengolah 118 data kuantitif dan 25 data hasil
wawancara mendalam dengan pekerja migran di daerah
Majalengka, Kuningan (Jawa Barat), DIY, Desa Donomulyo,
Malang Selatan, Desa Ledokumbo di Jember (Jawa Tengah)
dan Jakarta sebagai kota transit, riset ini mendapati bahwa
transformasi sosial memang terjadi pada pekerja migran
secara individual, akan tetapi tak cukup untuk menciptakan
sebuah perubahan sosial. Hal ini terjadi karena antara lain,
modal budaya ini tak dikenali oleh masyarakat di kampung
halaman sehingga tidak dapat ditukarkan menjadi sesuatu
yang lain. Selain modal budaya yang telah disebutkan,
riset juga mendapati modal budaya dalam bentuk strategi
bertahan hidup dan kreativitias yang muncul akibat situasi
sulit di tempat bekerja. Sementara itu, rumah terus-
menerus muncul sebagai simbol penting yang mendorong
pekerja migran meninggalkan keluarganya untuk bekerja di
negara lain. Rumah juga menjadi simbol penting sehingga
pulang kampung menjadi tujuan akhir para pekerja. Dalam
sejumlah kasus, mereka menunjukkan identitas hibrid hasil
percampuran budaya melalui arsitektur rumah yang yang
Riset Migrasi dan Identitas Budaya:Kajian terhadap Modal Budaya TKI
Riset UI
Riset yang diketuai Prof. Dr. Melani Budianta dengan
anggota Dr. Talha Bachmid, Dr. Risa Permanadeli, Diding
Fahrudin, M.A., Citra Wardhani, M.Si. dan Asri Saraswati,
M.Hum. ini didanai melalui hibah penelitian RUU-UI 2009.
Riset ini bermula dari niat untuk menawarkan perspektif
baru pada kajian terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
yang selama ini didominasi oleh sudut pandang kekerasan,
hukum, dan ekonomi. Alih-alih menggunakan perspektif
yang menyudutkan TKI sebagai objek dan korban, riset ini
berusaha melihat posisi pekerja migran sebagai subjek
aktif dan mencermati modal budaya pekerja migran dengan
mengacu pada konsep modal budaya milik Pierre Bourdieu
(1986). Riset ini memperhitungkan segala modal yang
dimiliki TKI sebelum dan sesudah masa kerja, yang antara
lain dikenali dalam bentuk modal bahasa, keterampilan,
gaya hidup, dan pemaknaan terhadap rumah.
Setidaknya dua pertanyaan menjadi fokus riset ini: (1)
Bagaimana pekerja migran memperoleh, mempertahankan,
dan memberi makna terhadap apa yang mereka peroleh
saat bekerja di luar negeri, dan (2) Identitas kultural dan
transformasi sosial apa yang timbul dari proses migrasi.
Dengan pendekatan interdisipliner yang mencakup
psikologi sosial, representasi sosial, kajian budaya, dan
linguistik, riset ini menghasilkan laporan utama dan
sejumlah makalah individual, yaitu “Kisah Dibalik Keputusan
Untuk Menjadi TKI: Analisis Atas Kompleksitas dan
Perubahan Makna Migrasi di Indonesia” (Citra Wardhani),
“Language Proficiency as a Social Capital among Indonesian
Migrant Workers: from Language Acquisition to Language
Maintenance” (Diding Fahrudin), “The Discourse of Coming
Home for Indonesian Migrant Workers” (Asri Saraswati),
Gambar 5. Iklan ajakan bekerja di luar negeri banyak ditemukan di daerah
pedesaan
vo
l. 0
4 N
o. 0
2 a
pril
11
War
ta D
RPM
18
mereka bangun, gaya berpakaian yang mereka pilih dan
penggunaan bahasa yang mereka gunakan.
Pada akhirnya, penelitian ini melewati tujuan awalnya
dan mencermati kasus modal budaya TKI sebagai bagian
dari peta besar siklus kemiskinan di Indonesia. Menjadi
Gambar 6. Ruang makan pada salah satu rumah TKI yang mengadopsi budaya luar tempat ia bekerja.
Gambar 7 . Pembukuan yang cermat oleh kelompok TKI
pekerja migran bukanlah sebuah pilihan, akan tetapi
sebuah keterpaksaan akibat tidak adanya alternatif di
dalam kondisi kemiskinan desa. Proses migrasi juga
menunjukkan absennya negara dalam kehidupan mereka.
Bagi pekerja migran, negara justru menjadi momok yang
dihindari. Kekosongan negara ini lantas diisi oleh kelompok
masyarakat sipil, paguyuban mantan TKI, dan LSM. Pekerja
migran yang bersentuhan dengan kelompok-kelompok
inilah yang kemudian mampu mengolah dan memanfaatkan
modal budaya yang mereka peroleh semasa bekerja.
Poster riset ini mendapat penghargaan terbaik untuk
rumpun sosial humaniora dari seluruh riset yang didanai
UI.n
Melani Budianta adalah staf
pengajar di Dept. Susastra
Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya UI. Bidang riset yang
ditekuninya adalah kajian
gender dan postkolonial,
sastra bandingan serta
cultural studies.
vo
l. 0
4 N
o. 0
2 a
pril
11
War
ta D
RPM
19