ringkasan jurnal kelompok 2
TRANSCRIPT
RINGKASAN MATERI KULIAH
JURNAL REACTIONS OF CAPITAL MARKETS TO FINANCIAL
REPORTING
(Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Matakuliah Teori Akuntansi)
Oleh:
1. Michella Yessica (146020300111005)
2. Citra (146020300111006)
3. Rendy Mirwan Aspirandi (146020300111007)
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
0
REVIEW JURNAL
Perkembangan Riset Akuntansi Dan Keuangan Di Bidang Pasar Modal: Evaluasi Dan
Kajian Ulang
Oleh: Prof.Dr. Sutrisno, M.Si., Ak
Jurnal yang berjudul perkembangan riset akuntansi dan keuangan di bidang pasar
modal: evaluasi dan kajian ulang ini ditulis oleh salah satu dosen fakultas ekonomi dan bisnis
universitas brawijaya. Pada abstraknya beliau menjelaskan bahwa penelitian akuntansi dan
keuangan berbasis pasar telah berkembang pesat dan menjadi salah satu tema yang menarik
untuk diuji.
Beliau juga menjelaskan bahwa penelitian ini menganalisa perkembangan penelitian
akuntansi dan keuangan berbasis pasar dengan meneliti publikasi dari penelitian yang telah
ada dan mengidentifikasi juga mendiskusikan kemungkinan dari arah penelitian akuntansi
dan keuangan selanjutnya. Beliau mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat menyediakan
pemetaan dari pengertian dan keterhubungan dari area penelitian dan masalah yang ada saat
ini.
1. Pengantar
Riset akuntansi dan keuangan bidang pasar modal yang selanjutnya akan disingkat
RAPM di Indonesia telah berkembang sejak tahun delapan puluhan dan perkembangan
RAPM di negara lainnya telah berkembang dengan fasilitas yang memadai sehingga makin
diminati. Keunggulan RAPM salah satunya adalah kemudahan untuk mengakses data
sekunder karena telah tersedia dan validitasnya telah teruji.
Menurut Sutrisno. Perbedaan RAPM dengan riset lainnya terletak pada riset RAPM
membutuhkan suatu mapping atau pemetaan domain institutional atas informasi akuntansi
yang dihasilkan dan digunakan sehingga menimbulkan kendala bagi peneliti saat peneliti
akan menyatukan aspek institusional dengan model yang digunakan dan mengikuti
perkembangan ilmu ekonomi.
Studi sebelumnya yang telah membahas RAPM adalah studi dari Lev dan Ohlson
(1982), Bali dan Foster (1982), Beaver (1982) dan (1996), Bernard (1989), dan Kothari
(2001). Menurut peneliti, studi ini betujuan untuk memberikan evaluasi dan kajian ulang
terhadap perkembangan RAPM. Peneliti menganalisis publikasi hasil riset, kemudian
1
mengidentifikasi dan mendiskusikannya, dengan cara tersebut peneliti berharap akan
mendapatkan gambaran tentang kemungkinan arah riset dimasa mendatang.
Tujuan penelitian tersebut adalah untuk memberikan landasan yang luas dalam
mengamati perkembangan literatur dan publikasi hasil riset, untuk menemukan isu yang
belum terjawab yang mengarahkan riset di masa mendatang melalui kajian publikasi hasil
riset. Selain itu diharapkan dapat memberi landasan luas untuk memahami hasil pemetaan
kepada mahasiswa yang hendak melakukan riset.
2. Teori
a. Riset Empiris Akuntansi berbasis Pasar
Riset akuntansi empiris tentang studi terhadap hubungan antara informasi akuntansi dan
harga sekuritas menjadi populer ada tahun tujupuluhan yang dilakukan pertama kali oleh
Ball and Brown pada tahun 1968 yang menguji kandungan informasi ketepatan waktu
(timely) pengumuman laba dan prediksi manfaat informasi laba akuntansi. Dalam
penelitiannya Ball and Brown menggunakan proxy perubahan dalam laba untuk kandungan
laba akuntansi. Dan beta akuntansi untuk ekspektasi laba. Mereka juga menggunakan tiga
model penaksiran laba untuk mengukur earning suprise dan API bulanan untuk mengukur
harga saham. Kemudian harga saham diklasifikasi dalam bad news dan good news dan return
pasar bulan pada sekitaran waktu pengumuman laba dievaluasi dengan narrow window
selama 19 bulan.
Hasil dari studi tersebut menyatakan rata-rata abnormal return pasar pada bulan
pengumuman adalah positif jika pengumumman laba good news dan negatif jika bad news.
Maka hal ini berarti informasi yang terkandung dalam informasi akuntansi memiliki nilai
guna atau usefull, pasar bereaksi pada arah yang sama, abnormal return masih terjadi sampai
enam bulan setelah pengumuman laba. Laba akuntansi mengandung informasi yang
tercermin dalam pergerakan harga saham sekitar tanggal pengumuman laba. Selanjutnya
studi yang dilakukan Ball and Brown direplikasi dan dikembangkan oleh peneliti berikutnya
misalnya Easton, Harris, dan Ohlson(1992) dengan wide window 10 tahun menemukan
return sekuritas dengan laba berdasarkan historical cost semakin berkembang. Perkembangan
riset akuntansi keuangan tidak dapat dipisahkan dari berkembangnya teori akuntansi positif
oleh Watts dan Zimmerman (1986).
b. Interpretasi dan Perluasan Riset Empiris
Menurut Sutrisno Terdapat dua fungsi utama akuntasi dalam pasar modal yakni yang
pertama untuk membantu berlangsungnya proses ekuilibrium harga sekuritas dan yang kedua
untuk meningkatkan kemampuan indifidu untuk melakukan perdagangan baik dalam periode
2
sekarang amupun di masa mendatang antar berbagai tempat dan antar negara. Menurut Lev
dan Ohlson dalam Sutrisno, pengujian akir informasi akuntansi adalah kebermanfaatan atau
usefulness dari data akuntansi tersebut. namun usefulness merupakan konsep yang elusive
dan menimbulkan banyak pertanyaan sulit selain itu hasil risetnya terbatas dalam
meningkatkan pemahaman isu-isu dasar dan mengabaikan pengaruhnya pada praktisi dan
pembuat keputusan publik.
Studi RAPM dalam dua dasawarsa terakhir didasarkan pada teori pasar modal dan data
memegang peran enting dalam RAPM tersebut. teori pasar modal modern menyediakan
hubungan yang hilang dimana hubungan tersebut adalah mengakaitkan sistem informasi
akuntansi pada fungsinya di pasar modal. Peran informasi di pasar modal menurut Sutrisno
ada tiga poin yaitu:
1. dapat membantu dalam menciptakan rangkaian keseimbangan harga sekuritas yang
mempengaruhi alokasi sumber daya riil dan keputusan produktif yang dilakukan
dalam perusahaan.
2. Individu dapat menukar klaimnya pada konsumsi sekarang dan yang akan datang,
antar tempat atau negara yang berbeda, dengan memperoleh pola yang lebih
disenangi dalam membagi risiko.
3. Tersedianya kerangka operasional untuk menganalisis sistem informasi alternatif.
Dengan demikian hasil dari sistem ekonomi sebagai fungsi sistem informasi dapat
dilakukan analisis.
Terdapat tiga kunci utama rerangka konseptual dalam bidang riset ini, yaitu informasi,
harga dan variabel lain, dan kepuasan yang diharapkan. Kemudian Kesatuan dari tiga
komponen tersebut menjadi perhatian agenda RAPM yang menurut peneliti intinya adalah
sebagai berikut:
1. Dengan efisiensi pasar modal, kandungan informasi akuntansi dapat disimpulkan
dengan mengobservasi reaksi harga dan volume saham pada pengumuman
informasi.
2. Pasar modal menyediakan preferensi urutan alternatif sistem informasi yang dapat
mengarahkan keputusan yang mengandung kebijakan.
3. Berdasarkan CAPM (Capital Asset Pricing Modetj, relevansi data akuntansi pada
investor individu dibatasi oleh prediksi risiko sistematik.
4. Sebagian besar kesalahan pengukuran akuntansi tidak memicu kesalahan relevansi
dalam menaksir return portofolio yang akan datang, karena pada tingkat portofolio
hanya terdapat masalah kesalahan sistematik.
3
5. Pembedaan antara perilaku individu dan perilaku pasar dapat ditangkap dengan
mengobservasi reaksi harga dan volume.
6. Riset fundamental (intrinsic value) yang menggunakan informasi akuntansi akan
dicurigai, karena total kesejahteraan tidak berubah dan analisis nilai intrinsik hanya
berimplikasi pada realokasi kesejahteraan.
7. Program riset akuntansi diperlukan untuk menguatkan hipotesis pasar efisie (EMH).
8. RAPM unggul dalam metodologi riset dibanding dengan bidang lain dalam
akuntansi.
c. Pembuktian secara Empiris
Dalam penelitian ini bukti yang tersedia yang berhubungan dengan data pasar modal
adalah informasi akuntansi dan regulasi yang selanjutnya dikelompokkan menjadi tujuan dari
studi yang terdiri atas:
1. Studi kandungan informasi
Sebagian besar studi dalam topik ini adalah jenis pengumuman
(announcement). Yang diuji adalah apakah pengumuman suatu peristiwa
mengasilkan perubahan sifat distribusi return saham, dalam hal ini mean atau
varian, pengumuman peristiwa yang meliputi pengumuman laba dan pengumuman
data keuangan lain.
Hasil pengumuman laba dan data keuangan selain laba menimbulkan reaksi
pasar, dimana berarti bahwa laba akuntansi mengandung informasi. Selain laba,
kandungan informasi selain laba juga dilakukan pengujian misalnya ramalan
deviden yang mempunyai kandungan informasi tambahan selain laba. Pengujian
terhadap rasio keuangan hasilnya belum konsisten, dan yang masih sangat terbatas
adalah pengujian terhadap arus kas adalah lebih baik daripada laba akrual.
2. Perubahan Teknik Akuntansi dan Pengaruhnya tehadap Investor dan
manajer
Dalam studi perbedaan pilihan metoda akuntansi menunjukkan bahwa teknik
akuntansi menyediakan informasi yang bermanfaat bagi investor, dan investor tidak
dapat dibodohi dengan perubahan metoda akuntansi. Investor mampu membedakan
antara pengaruh yang nyata dan pengaruh yang tidak nyata atas perubahan
akuntansi dalam laba akuntansi, sehingga investor dikatakan akan lebih bereaksi
terhadap perubahan metoda akuntansi yang mempunyaipengaruh terhadap arus kas
dibandingkan dengan laba. Jika manajemen melakukan perubahan teknik akuntansi
maka motif dibelakangnya mungkin karena kompensasi politik ekonomi dan sosial.
4
3. Dampak Pasar Terhadap Regulasi Akuntansi
Konsekuensi pasar keuangan relevan bagi pembuatan peraturan atau regulasi
akuntansi Dari hasil beberapa contoh studi menunjukkan bahwa terdapat reaksi pasar
di sekitar pengumuman atau penetapan suatu regulasi tertentu. Hasil riset diberikan
evaluasi dimana hasil riset convergent akan sulit diinterpretasi, yang kemudian
menimbulkan pertanyaan apakah pembuat kebijakan akan peduli terhadap hasil riset
tersebut.
4. Implikasi Riset Akuntansi untuk Teori Ekonomi dan Keuangan
Studi RAPM pada umumnya mendasarkan pada asumsi adanya pasarefisien dan
validitas deskriptif CAPM, namun dalam praktiknya haltersebut kurang mendukung. Di
samping itu hasil studi menunjukkanadanya persistensi harga setelah pengumuman
laba, yang tidak sesuaidengan properti penyesuaian secara cepat dan akurat dari pasar
efisien.Berdasarkan perkembangan kedua konsep tersebut maka diharapkan riset
akuntansi akan memberikan validitas empiris pada perkembangan teori kedua konsep
tersebut.
Pada perkembangan riset akuntansimenunjukkan bahwa CAPM adalah
misspesifikasi, yang menyebabkan munculnyaupaya terhadap verifikasi empiris teori
arbritase.Selain itu terdapat Implikasi lainnya yaitu alternatif penggunaan data
akuntansi untuk penghitungan risiko sistematik. Terdapat Dua hal yangmendasari
penggunaan data akuntansi untuk menghitung risiko sistematik, antara lain:
1. secara empiris (positif) terbukti bahwa nilai beta berhubungan dengan data
keuangan dan regulasi
2. secara normatif pengujian peran data akuntansidapat membantu dalam
menjelaskan dan meningkatkan penaksiran risikosistematis.
d. Bidang Utama RAPM dimasa Mendatang
Terdapat dua bidang utama dalam riset RAPM ini, yaitu:
1. Studi Implikasi kesejahteraan ekonomi
Dengan melakukan studi riset implikasi kesejaheraan ekonomi dari alternatif
kebijakan dan pengungkapan akuntansi maka akan dapat diidentifikasi alasan yang
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi tersebut. menurut peneliti, RAPM dimasa
mendatang akan berangkat dari pendekatan normatif ke positif. Riset yang
sebelumnya hanya menguji pasar efisien berbasis pricing dimasa depan akan
menguji bagaimana menghubungkan antara kesejahteraan ekonomi dengan tiga
bentuk riset RAPM sebelumya.
5
2. Penilaian Aktiva dengan Variabel Fundamental
Pembentukan model penilaian ekuitas adalah untuk melengkapi dan
memperluas hubungan RAPM tradisional. Dengan model penilaian aktiva yang
menggunakan variabel fundamental, model tersebut secara umum menguntungkan
karena tidak memerlukan spesifikasi ekspektasi terhadap informasi.
e. Telaah Kritis RAPM pada Dasawarsa Delapanpuluhan
RAPM diprakarsai ketika studi Ball and Brown muncul pada tahun 1986 dan pada
1970 RAPM kemudian menjadi tumpuan harapan, pada periode tersebut juga muncul
studi tentang konseuensi ekonomi. Pada tahun delapanpuluhan semakin banyak studi
tentang RAPM dan hasil publikasinya telah banyak mendasari riset RAPM sekarang.
Telaah kritis RAPM dalam periode delapanpuluhan dilakukan oleh Bernard (1989)
yang melakukan riset dengan tujuan untuk menilai kemajuan riset terkini dalam RAPM,
melakukan identifikasi hasil riset tersebut, dan mendiskusikan kemungkinan arah riset di
masa mendatang.
f. Kronologi Riset Pasar Modal
1. Awal Euphoria Kemudian Pesimis
Riset tentang RAPM ini Dimulai dengan Ball and Brown (1968) yang semula
ditolak oleh The accounting review, kemudian oleh Dopuch (1989) dipublikasikan
kedalam Journal of Accounting Research yang selanjutnya menjadi penelitian yang
membantu dalam paradigma riset akuntansi keuangan sampai saat ini. Pada tahun 1970-
an riset pasar modal mendapatkan euphoria karena dianggap dapat menunjukkan
keinginan pembuat kebijakan dengan alternatif pendekatan akuntansi, namun Gonedes
dan Dopuch (1974) selanjutnya menjelaskan bahwa tidak terdapat kerangka konseptual
yang menghubungkan antara RAPM dan keinginan sosial yang diberikan standar
akuntansi dan menghasilkan sikap riset pesimis.
2. Era studi Konsekuensi Ekonomik
Akhir tahun 70-an dengan munculnya riset Watts and Zimmerman Bernard
mengakui bahwa walaupun tidak dapat mengevaluasi keinginan dari regulasi akuntansi
namun dapat mengukur beberapa konsekuensi ekonomiknya dalam bentuk reaksi harga
sekuritas dalam perubahan regulasi akuntansi yang tidak diekspektasi. Studi Lev
(1979), Collins dan Dent (1979) merupakan awal dari peralihan penting dalam riset ini,
selanjutnya disusul dengan kontribusi studi Leftwich (1981) dan Schipper dan
Thompson (1983) namun adanya kekecewaan riset dalam bidang ini merupakan awal
studi dari Halthausen dan Leftwich (1983). Riset konsekuensi ekonomik terhadap isu
6
tradisional dalam valuasi yaitu dengan menekankan pada hubungan antara earnings dan
harga sekuritas, dan kandungan informasi earnings dan data non earnings.
3. Pandangan kesempatan tahun 1989
Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno, pada dasarnya berdasar pada era dimana
riset merupakan permulaan untuk mengambil keuntungan dari riset tersebut untuk
pengetahuan mengena sistem informasi dan analisis fundamental. Dimana riset yang
dapat membantu untuk memahami untuk mempelajari dari menganalisis laporan
keuangan, dan bagaimana struktur sistem akuntansi membantu dalam meningkatkan
analisis mulai dilakukan oleh Penman, Ohlson, dan lainnya,
Isu Investigasi Selama Dasawarsa Delapanpuluhan
Bernard (1989) mengklasifikasikan riset pasar modal dalam dasawarsa delapanpuluhan
ke dalam tiga jurnal akuntansi, yaitu AR (The Accounting Review), JAE (Journal of
Accounting & Economics), dan JAR (Journal of Accounting Research), dimana agenda riset
pasar modal selama tahun 1980-1983 meliputi:
a. 30% terdiri dari studi konsekuensi ekonomik yang menguji reaksi harga sekuritas
terhadap pengumuman regulasi akuntansi.
b. 9% riset efisiensi pasar yang secara aktif dilakukan sejak tahun 1970-an yang
jumlahnya semakin menurun.
c. 24% merupakan studi yang berhubungan dengan penilaian yang meliputi studi
hubungan earning to price (rasio E/P).
d. 22% studi kandungan informasi data akuntansi selain dari bottom line historical cost
earnings.
e. 17% merupakan studi yang menfokuskan pada perbaikan pekerjaan riset terutama
metodologi sebelumnya
Aktivitas Riset Pasar Modal Selama Dasawarsa Delapanpuluhan
Bernard mengklasifikasi lima kelompok riset tersebut yang selanjutnya diikhtisarkan
sebagai berikut:
a. Studi konsekuensi ekonomi yang menunjukkan bahwa pengaruh harga sekuritas dengan
pengumuman regulasi akuntansi adalah kecil atau tidak ada.
b. Studi efisiensi pasar dengan bukti yang menumpuk yaitu bahwa pasar tidak merespon
secara lengkap terhadap publikasi yang diperoleh.
7
c. Studi hubungan antara earnings dan harga sekuritas dan faktor yang mempengaruhi
keberinformasian dari earnings dan peramalan earnings. Sulit untuk mengikhtisarkan
literatur ini, kecuali beberapa pekerjaan riset yang telah mengembangkan model
pemetaan (mapping) akuntansi dan variabel informasi ke dalam harga pasar.
d. Secara mengejutkan konsisten dengan temuan literatur kandungan informasi, yaitu
bahwa sulit untuk menemukan data akuntansi yang mendominasi atau melengkapi
bottom line laba cost historis. Meskipun Ou dan Penman (1989) telah manemukan
balwa kandungan informasi dalam data non-eamings, namun hal ini menjadi bukti
hanya ketika seseorang mempercayai pada model penilaian naif.
e. Dari sisi metodologis yaitu tentang power dan bias dalam metoda riset, namun masih
toleransi terhadap model dengan kemungkinan spesifikasi yang lemah.
ARAH RISET AKUNTANSI PASAR MODAL DI MASA MENDATANG
Beaver (1996) melakukan studi untuk memberi komentar pada petunjuk dan arah
(directions) riset akuntansi, yaitu bentuk NEAR (Not So Early Accounting Research) dan
FAR (Future Accounting Research), khususnya bidang pasar modal. Topik tersebut
memberikan kesempatan untuk menganalisis kecenderungan riset terkini dan spekulasi yang
mungkin akan berlanjut. Komentar dalam studi Beaver ini difokuskan pada tiga bidang, yaitu
sebagai berikut. Pertama, review kekuatan yang mempengaruhi riset akuntansi selama lebih
dari 25 tahun. Kedua, bagian dari petunjuk NEAR ditelaah dengan menggunakan dua poin,
yaitu kumpulan paper riset yang didiskusikan dalam seminar riset akuntansi harga sekuritas
di Universitas Stanford Amerika Serikat, dan kumpulan paper riset yang menarik saat ini.
Ketiga, diskusi karakteristik utama petunjuk FAR, meliputi unsur yang cenderung mengarah
pada riset akuntansi umum dibanding dengan riset kontekstual, dan peran dari faktor wild
card.
Berikut adalah tiga faktor eksternal yang mempengaruhi riset akuntansi.
1. Aplikasi dari faktor disiplin lain seperti keuangan, ekonometrik, statistik, dan sains
keperilakuan.
2. Data berbasis elektronik yang dapat diperoleh dengan biaya lebih murah, yang muncul
karena perubahan teknologi komputer, seperti data return dan data sekuritas (CRSP)
dan data laporan keuangan (COMPUSTAT), peramalan dan rekomendasi analis
(I/B/E/S), dan database internal (GLOBAL VANTAGE).
3. Perubahan dalam lingkungan pelaporan keuangan yang dapat mempengaruhi
pertanyaan riset, seperti munculnya standar akuntansi yang baru oleh FASB (Finacial
8
Accounting Standards Board) dengan SFAS (Statement o f Financial Accounting
Standard).
Sementara faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi komunitas akademik
akuntansi yang pada umumnya bersifat institusional, misalnya: jurnal, konferensi, simposium
akuntansi, dan asosiasi kebijakan promosi pada beberapa sekolah dan universitas.
1. JAR mempunyai pengaruh yang signifikan untuk mendorong riset empiris dalam
bidang akuntansi.
2. JAE telah memberi stimulus pada riset teori akuntansi positif.
Selain hal di atas, terdapat pula studi Kothari yang mendiskusikan ide penting dalam
literatur dan perkembangan yang mendorong banyak ide dalam riset akuntansi pasar modal.
Studi tersebut juga mengevaluasi temuan riset dan rancangan riset yang dilakukan di masa
lalu. Tujuannya adalah untuk memberikan landasan hipotesis (competing) dan penjelasan
untuk mengamati temuan. Sifat ini terutama ditujukan pada isu yang belum terjawab yang
mengarahkan riset di masa mendatang melalui review studi.
Adapun sumber utama permintaan riset akuntansi bidang pasar modal adalah (1)
analisis fundamental dan valuasi; (2) pengujian efisiensi pasar; dan (3) peran angka akuntansi
dalam kontrak dan proses politis. Sementara topik-topik RAPM terkini meliputi: (1)
pengujian efisiensi pasar terhadap informasi akuntansi; (2) analisis fundamental; dan (3)
relevansi nilai pelaporan keuangan. Topik riset tersebut memungkinkan untuk membantu
pembuatan keputusan investasi dalam pasar modal, penyusunan standar akuntansi, dan
keputusan pengungkapan laporan keuangan perusahaan.
Awal Perkembangan Riset Pasar Modal
Perkembangan riset akuntansi sampai dengan pertengahan tahun 1960-an pada
umumnya dikategorikan sebagai riset dengan teori tradisional, normatif, preskriptif dan
deskriptif, sehingga Watts dan Zimmerman (1986) menyebutnya sebagai tidak ilmiah (non-
scientific). Setelah muncul teori akuntansi positif (Watts dan Zimmerman, 1978 dan 1979),
RAPM mendapat fasilitas untuk maju semakin pesat. Muncul dan berkembangnya hipotesis
pasar modal efisien, CAPM, dan studi peristiwa (Fama dkk, 1969) juga ikut mempercepat
laju perkembangan riset tersebut.
Teori akuntansi positif pertama kali dicetuskan oleh Watts dan Zimmerman pada tahun
1978 dan 1979. Watts dan Zimmerman dalam bukunya PAT (Positive Accounting Theory)
telah menunjukkan dampak negatif pemilihan metode akuntansi yang berbeda, akan
menguntungkan salah satu fihak dan merugikan fihak yang lain. Scott (2000) menyebutnya
9
sebagai perilaku oportunistik akibat dimungkinkannya penggunaan metode pengukuran yang
berbeda. Selain dalam bentuk perilaku oportunistik yang negatif, PAT juga diinterpretasi
positif oleh Scott yang disebut dengan Efficient Contracting. Dalam bentuk ini manajemen
memilih metode akuntansi dengan tujuan untuk kepentingan perusahaan, dan bukan untuk
kepentingan pribadi.
Studi Peristiwa
Studi peristiwa adalah studi yang mengkaji suatu peristiwa seperti pengumuman laba
apakah akan membawa informasi baru kepada partisipan pasar, seperti yang direfleksikan
dalam perubahan level atau variabilitas harga sekuritas atau volume perdagangan dalam
periode jangka pendek (Collins dan Kothari 1989, Watts dan Zimmerman 1986). Sementara
hipotesis dalam studi peristiwa yaitu bahwa pasar modal adalah efisien secara informasional
yang berarti harga sekuritas secara cepat merefleksikan informasi baru yang diterima. Contoh
studi peristiwa adalah studi Bali dan Brown (1968), Beaver (1968), Foster (1977), Wilson
(1986), Bali dan Kothari (1991), Amir dan Lev (1996), dan Vincent (1999).
Studi Asosiasi
Studi asosiasi digunakan untuk menguji korelasi positif antara ukuran kinerja akuntansi
(seperti laba atau arus kas dari operasi), dan return sekuritas, yang keduanya diukur secara
relatif panjang misalnya dalam waktu satu tahun. Karena partisipan pasar mempunyai akses
pada sumber yang lebih banyak tentang informasi arus kas, sehingga studi asosiasi tidak
menganggap bahwa laporan akuntansi adalah hanya sumber informasi bagi pertisipan pasar.
Oleh karenanya tidak ada hubungan kausal antara informasi akuntansi dengan pergerakan
harga sekuritas yang disimpulkan dalam studi asosiasi. Tujuan studi asosiasi adalah untuk
menguji apa dan bagaimana kecepatan ukuran akuntansi menangkap perubahan informasi,
yang direfleksikan dalam return sekuritas pada periode tersebut. Contoh studi asosiasi adalah
Bali dan Brown (1968), Beaver, Lambert dan Morse (1980), Rayburn (1986), Collins dan
Kothari (1989), Livnat dan Zarowin (1990), Easton, Harris, dan Ohlson (1992), Dechow
(1994), dan Dhaliwal, Subramanyam, dan Trezevan (1999).
SIMPULAN
RAPM telah berkembang pesat sejak dua dasawarsa terakhir, walaupun perkembangan
di Indonesia baru dimulai sejak akhir dasawarsa delapanpuluhan. Perkembangan pasar modal
di beberapa kawasan ikut mendorong dan memfasilitasi RAPM, sehingga bidang riset ini
10
menjadi semakin banyak diminati. Selama tiga dasawarsa terakhir telah banyak paper riset
yang dipublikasi dalam jurnal ilmiah, sehingga juga memberi dorongan pada perkembangan
literatur akademik bidang akuntansi dan keuangan. Keunggulan RAPM diantaranya adalah
kemudahan peneliti untuk mengakses data sekunder yang telah tersedia dengan biaya relatif
murah dan validitasnya telah teruji, dan secara rutin dipublikasi oleh bursa efek maupun
lembaga-lembaga terkait lainnya.
Perkembangan RAPM diawali dari studi Bali dan Brown (1968), dan diklaim sebagai
studi yang monumental dan telah menyumbangkan paradigma baru, sehingga mengantarkan
riset ini menjadi bidang baru yang menarik perhatian peneliti. Kunci dari gambaran risetnya
adalah ekonomi positif, seperti halnya Milton Friedman, hipótesis pasar efisiennya Fama, dan
rancangan studi peristiwa dalam studi Fama, et al., (1969), yang merupakan pendatang baru
dalam ilmu ekonomi dan riset keuangan. Sejarah tersebut terulang lagi dengan kehadiran riset
teori akuntansi positif Watts dan Zimmerman (1986) dan berkembang pesat sejak dasawarsa
tujuhpuluhan sampai dengan saat ini. Di samping itu perkembangan RAPM juga banyak
dipengaruhi oleh ide riset atau gagasan yang berasal dari bidang lain yang terkait, seperti
faktor eksternal dan faktor internal (Beaver, 1996).
Studi ini menganalisis perkembangan RAPM dengan memberikan evaluasi dan kajian
ulang temuan hasil riset, melakukan identifikasi, dan diskusi, untuk menentukan
kemungkinan arah riset di masa mendatang. Tujuannya adalah untuk memberikan landasan
yang luas dalam mengamati perkembangan literatur dan publikasi hasil RAPM. Hal ini
terutama ditujukan terhadap isu yang belum terjawab yang mengarahkan riset di masa
mendatang melalui kajian dan diskusi publikasi hasil riset. Hasil studi diharapkan dapat
memberi pemahaman terhadap hubungan antar bidang riset dan isu terkini kepada pembaca,
terutama mahasiswa akuntansi dan keuangan yang akan melakukan riset bidang pasar modal.
Selanjutnya dengan memahami pemetaan (mapping) bidang riset, diharapkan dapat memberi
petunjuk dalam menentukan bidang riset yang diminati, terutama dalam memilih judul dan
menyiapkan keberhasilan proyek risetnya.
11
ASOSIASI ANTARA PRAKTIK PERATAAN LABA DAN REAKSI PASAR MODAL
DI INDONESIA
Oleh: Drs. Imam Subekti, M.Si., Ak
PENDAHULUAN
Salah satu parameter yang sering digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah
laba. Sebagaimana yang terdapat dalam Statement of Accounting Concepts (SFAC) No. 1
tentang informasi laba, selain untuk menilai kinerja manajemen, informasi laba juga untuk
membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dan mengukur risiko dalam
investasi atau kredit, (Parawiyati dan Baridwan, 1998). Laba yang meningkat dari periode
sebelumnya akan mengindikasikan baiknya kinerja perusahaan sehingga mempengaruhi
peningkatan harga saham perusahaan. Bahkan menurut Baettie dkk dalam Assih dan Gudono
(2000), informasi laba yang diberikan oleh perusahaan seringkali menjadi pusat perhatian
investor dibandingkan prosedur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan informasi
laba tersebut. Akibatnya, kondisi tersebut menciptakan peluang bagi manajer untuk
melakukan tindakan manipulasi laba (earnings manipulation).
Tindakan manipulasi laba dapat dilakukan melalui perataan laba (income smooting).
Menurut Jin dan Machfoedz (1998), tindakan perataan laba dilakukan oleh manajer untuk
menciptakan laba yang stabil dan mengurangi covariance dari market return. Mereka juga
menambahkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tersebut
diharapkan dapat memberi pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham serta penilaian
kinerja manajer. Sementara untuk mengetahui reaksi pelaku pasar modal terhadap informasi
yang dipublikasikan di pasar modal, dapat diproksikan dengan variabel abnormal return dan
volume perdagangan saham. Perubahan harga saham akan dapat menggambarkan bentuk
efisiensi pasar modal. Semakin efisien pasar, maka semakin cepat informasi tersebut
terefleksi dalam harga saham.
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian Assih dan Gudono (2000) yang
menguji reaksi pasar atas informasi laba yang diproksikan hanya dengan abnormal return
pada perusahaan perata laba maupun perusahaan non perata laba. Sedangkan penelitian ini
akan menambah proksi variabel reaksi pasar yaitu selain abnormal return juga volume
perdagangan saham. Selain itu dalam penelitian ini, perataan laba lebih berfungsi sebagai
variabel moderating dan reaksi pasar diproksikan dengan abnormal return untuk mengetahui
perubahan harga saham dan mengamati volume perdagangan saham. Selanjutnya, untuk
informasi laba diproksikan dengan unexpected earnings yang dikelompokkan menjadi
12
positive earnings surprise dan negative earnings surprise. Hasil penelitian diharapkan dapat
menggambarkan kondisi pasar modal Indonesia secara lebih lengkap baik tentang bentuk
efisiennya (abnormal return) maupun likuiditasnya (volume perdagangan saham).
TINJAUAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Motivasi dari Tindakan Perataan Laba
Penelitian yang dilakukan oleh Salno dan Baridwan (2000) tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perataan laba serta keterkaitannya dengan kinerja saham menujukan bahwa
perataan laba terkait erat dengan konsep manajemen laba. Konsep manajemen laba
menggunakan dasar teori agency yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba
dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang
timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat
kemakmuran yang dikehendakinya.
Menurut Koch (1981), perataan laba adalah cara yang digunakan oleh manajemen
untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan
baik secara artifisial (melalui metoda akuntansi) maupun secara riil (melalui transaksi).
Perataan laba merupakan suatu perilaku yang rasional yang didasarkan atas asumsi dalam
positive accounting theory bahwa manajemen (agent) merupakan individual yang rasional
yang memperhatikan kepentingan dirinya. Berdasarkan asumsi tersebut, maka motivasi yang
mempengaruhi pilihan manajer atas kebijakan tertentu adalah dengan memaksimumkan
kepentingannya. Dalam hal ini, kepentingan manajer tergantung pada nilai perusahaan yang
dapat dilihat pada reaksi pasar atas saham perusahaan yang didasarkan atas laporan keuangan
yang diterbitkan oleh perusahaan. Menurut Sutrisno (2001), manajer yang melakukan
tindakan perataan laba, akan melaporkan laba lebih rendah ketika laba yang dapat direalisasi
tinggi dan melaporkan laba lebih tinggi ketika laba yang dapat direalisasi rendah.
Hepwort dalam Jatiningrum (2000) menyatakan bahwa tindakan perataan laba yang
dilakukan oleh manajemen merupakan suatu tindakan yang logis dan rasional bagi manajer,
yang disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu:
1) Sebagai rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada perioda berjalan
yang dapat mengurangi hutang pajak.
2) Tindakan perataan laba dapat meningkatkan kepercayaan investor, karena mendukung
kestabilan penghasilan dan kebijakan dividen sesuai dengan keinginan.
3) Tindakan perataan laba dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan
13
karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah/ gaji oleh karyawan.
4) Tindakan perataan laba memiliki dampak psikologis pada perekonomian, dimana
kemajuan dan kemunduran dapat dibandingkan dan gelombang optimisma dan
pesimisma dapat ditekan.
Sementara menurut Brayshaw dan Eldin (1989), terdapat dua hal yang memotivasi
manajer dalam mengambil keputusan untuk melakukan perataan laba yaitu:
1) Rencana kompensasi manajemen yang biasanya dihubungkan dengan kinerja
perusahaan yang ditunjukkan dalam laba yang dilaporkan, sehingga setiap fluktuasi
dalam laba akan mempengaruhi langsung terhadap kompensasinya.
2) Fluktuasi dalam kinerja manajemen mungkin mengakibatkan intervensi pemilik untuk
mengganti manajemen dengan cara pengambilalihan atau penggantian manajemen
secara langsung, dan ancaman penggantian manajemen ini mendorong manajemen
untuk membuat laporan kinerja yang sesuai dengan keinginan pemilik.
Terdapat dua jenis perataan laba (Dascher dan Malcom, 1970), yaitu sebagai berikut:
1) Real smooting, merupakan suatu transaksi yang sesungguhnya untuk dilakukan atau
tidak dilakukan berdasar pengaruh perataannya pada laba.
2) Artificial smooting merupakan perataan laba dengan menerapkan prosedur akuntansi
untuk memindahkan biaya dan/ atau pendapatan dari suatu perioda ke perioda lainnya.
Perataan laba ini dapat dilakukan dengan 3 cara (Brayshaw dan Eldin, 1989) yaitu
sebagai berikut. Pertama, melalui keterjadian/pengakuan suatu peristiwa (smoothing through
event strategic management occurance or recognation). Perataan laba dapat dilakukan
dengan cara mengatur waktu transaksi aktual sehingga dapat mengurangi fluktuasi
pendapatan yang dilaporkan. Kedua, melalui alokasi waktu (smoothing through allocation
over time), dimana manajemen dapat mengalokasikan pendapatan/biaya tertentu dalam
periode keuangan yang berbeda. Ketiga, melalui klasifikasi (classificatory smoothing),
dimana manajemen mengklasifikasikan item-item dalam laba (extra-ordinary items atau
ordinary items) untuk menimbulkan kesan yang lebih merata pada laporan keuangan yang
dilaporkan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba
Berdasarkan hasil penelitian Jin dan Machfoedz (1998), faktor yang berpengaruh
terhadap praktik perataan laba adalah variabel leverage operasi sedangkan variabel ukuran
perusahaan, profitabilitas dan sektor industri tidak berpengaruh. Hasil ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Narsa dkk (2003) yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan
14
memiliki pengaruh positif dengan praktik perataan laba. Sedangkan Jatiningrum (2000)
menunjukkan bahwa praktik perataan laba dipengaruhi oleh variabel profitabilitas dan untuk
ukuran perusahaan dan sektor industri bukan merupakan faktor pendorong pelaksanaan
praktik perataan laba. Sementara itu, Salno dan Baridwan (2000) yang menggunakan
instrumen besaran perusahaan, Net Profit Margin (NPM), kelompok usaha, dan winner/
losser stocks menyimpulkan bahwa baik besaran perusahaan, NPM, kelompok usaha maupun
winner/ losser stocks tidak berpengaruh terhadap praktik pemerataan laba.
Reaksi Pasar Modal
Untuk mempelajari reaksi pasar atas suatu peristiwa (event) yang informasinya
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman digunakanlah studi peristiwa (pengujian
kandungan informasi) yang bertujuan untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa atau
informasi dengan reaksi pasar apakah informasi tersebut dapat mempengaruhi perubahan
harga saham atau besarnya volume perdagangan saham. Jika pengumuman mengandung
informasi maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima
oleh pasar dan reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang
bersangkutan. Untuk mengukur adanya reaksi pasar dapat menggunakan variabel abnormal
return dan volume perdagangan saham. Dalam penelitian ini, informasi yang diuji adalah
informasi laba perusahaan.
Ball dan Brown (1968) menyatakan bahwa informasi yang terkandung dalam angka
akuntansi berguna jika laba yang sesungguhnya berbeda dengan laba harapan investor. Hal
ini didukung oleh Beaver (1968) yang menyatakan jika pengumuman laba tahunan
mengandung informasi, maka variabilitas perubahan harga akan nampak lebih besar pada saat
laba diumumkan daripada saat lain selama tahun yang bersangkutan. Selain itu, Utami dan
Suharmadi (1998) yang meneliti tentang pengaruh informasi penghasilan perusahaan
terhadap harga saham di BEJ menyimpulkan bahwa informasi penghasilan yang diberikan
oleh perusahaan memberikan pengaruh terhadap harga saham di BEJ. Dalam hal ini saham
yang memiliki unexpected income positif menghasilkan abnormal return rata-rata yang lebih
besar dibanding dengan saham yang memiliki unexpected income negatif, sehingga semakin
besar tingkat penghasilan semakin optimis investor terhadap return perusahaan.
Reaksi pasar modal dapat pula diproksikan dengan volume perdagangan saham.
Perbedaan volume perdagangan saham yang signifikan antara pada waktu pengumuman
informasi dengan waktu diluar pengumuman informasi mengindikasikan bahwa adanya
reaksi pasar modal atas publikasi tersebut. Pemicu adanya kenaikan atau penurunan volume
15
perdagangan saham yang signifikan tersebut antara lain adanya abnormal return. Pada
kondisi pasar modal yang efisien adanya abnormal return yang positif akan memicu kenaikan
volume perdagangan saham. Sebaliknya, adanya abnormal return yang negatif dapat memicu
penurunan volume perdagangan saham. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
abnormal return mempunyai hubungan positif dengan volume perdagangan saham. Selain
itu, Beza dan Naim (1998) juga menyatakan bahwa terdapat peningkatan dalam volume
saham secara signifikan setelah pengumuman laba tahunan jika dibandingkan dengan
sebelum pengumuman laba tahunan. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
H1A : Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan abnormal return adalah
berbeda antara perusahaan perata laba dengan perusahaan non perata
laba.
H1B : Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan volume perdagangan
saham adalah berbeda antara perusahaan perata laba dengan perusahaan
non perata laba.
H2A : Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan abnormal return pada
perusahaan yang menunjukkan positive earnings surprise adalah berbeda
antara perusahaan perata laba dengan perusahaan non perata laba.
H2B : Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan volume perdagangan
saham pada perusahaan yang menunjukkan positive earnings surprise
adalah berbeda antara perusahaan perata laba dengan perusahaan non
perata laba.
H3A : Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan abnormal return pada
perusahaan yang memiliki negative earnings surprise adalah berbeda
antara perusahaan perata laba dengan perusahaan non perata laba.
H3B : Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan volume perdagangan
saham pada perusahaan yang memiliki negative earnings surprise adalah
berbeda antara perusahaan perata laba dengan perusahaan non perata
laba.
16
METODA PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan publik yang terdaftar di PT. Bursa Efek
Jakarta (BEJ). Sampel adalah perusahaan manufaktur yang diambil dengan metode purposive
sampling. Kriterianya sebagai berikut:
1. Perusahaan masuk dalam sektor industri manufaktur. Kriteria ini bertujuan untuk menghindari
bias karena perbedaan industri dan karena sektor manufaktur mempunyai akun relatif besar
yang memungkinkan untuk dilakukannya perataan laba.
2. Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak 1 Januari 1999 sampai dengan tahun 2002
secara terus menerus.
3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk periode 1999 sampai 2002 dan laporan
keuangan berakhir 31 Desember.
4. Data tanggal pengumuman laba periode 31 Desember 2002 tersedia di bursa atau di media massa.
5. Selama periode pengamatan tidak terjadi peristiwa ekonomi lain yang dapat mengganggu
pengamatan. Hal ini bertujuan untuk menghindari bias reaksi pasar karena peristiwa lain
(confounding effect).
Perusahaan manufaktur yang masuk dalam sampel setelah melalui seleksi sesuai dengan kriteria
purposive sampling adalah sebanyak 84 perusahaan.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah data sekunder. Jenis dan sumber data
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Laporan keuangan tahunan emiten yang terdaftar di BEJ yang mulai tahun berakhir pada 31
Desember 1999 sampai dengan 31 Desember 2002 yang diperoleh dari Database Annual
Report POJOK BEJ-UNIBRAW.
2. Abnormal return dan volume perdagangan saham diperoleh dari Indonesian Securities
Market Database.
3. Tanggal publikasi laporan keuangan diperoleh dari situs PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ)
www.jsc.co.id
Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Unexpected Earnings
Model yang digunakan untuk menghitung laba harapan adalah model penaksiran laba zero
growth model dan market expectation model. Model penaksiran zero growth model digunakan
jika perusahaan melakukan perataan laba dengan sempurna maka laba yang dilaporkan akan
17
sama antara perioda sekarang dengan perioda sebelumnya. Sedangkan, model market expectation
model digunakan karena penelitian ini merupakan penelitian yang menghubungkan laba harapan
dengan harga saham.
a. Model Zero Growth
UE it = E it – E it-1 , (UE= unexpected Earning, E= earning)
b. Model Market Expectation
UE it = E it – a it - b it M it
Keterangan:
UE it : laba kejutan untuk perusahaan i pada tahun t.
E it : laba yang dilaporkan untuk perusahaan i pada tahun t.
E it-1 : laba yang dilaporkan untuk perusahaan i pada tahun sebelumnya (t-1).
M it : rata-rata laba seluruh perusahaan yang ada di pasar, selain perusahaan i pada tahun t, a it
dan b it adalah parameter yang ditaksir dari regresi atas laba perusahaan i pada tahun t
dengan rata-rata laba perusahaan yang ada di pasar, selain perusahaan i dengan menggunakan
data sampai t-1.
2. Cumulative Abnormal Return (CAR)
CAR adalah jumlah dari abnormal return dari masing-masing sampel selama perioda jendela 11 hari
disekitar tanggal pengumuman laporan laba. Koreksi atas abnormal return ini menggunakan model
Fowler dan Rorke sesuai dengan perhitungan dalam Indonesian Securities Market Database (ISMD)
dari PPA FE-UGM.
AR it = R it - E(R it )
(AR= Abnormal Return, R= Actual Return, E(R)= Expected Return)
AR dihitung dari perioda jendela dari peristiwa pengumuman laba tahun 2002 selama 11 hari (5 hari
sebelum pengumuman, 1 hari saat,dan 5 hari setelah pengumuman). Koreksi atas abnormal return
dengan model Fowler dan Rorke dilakukan dengan periode lead dan lag 4 hari yang prosedurnya
sebagai berikut:
• Mengoperasikan persamaan regresi berganda yang dirumuskan sebagai berikut:
R¿=α i+ βi−4 RMt−4+β i
−3 RMt−3+β i−2 RMt−2+β i
−1 RMt−1+ βi0 RMt+β i
+1 RMt+1+ βi+2 RMt+2+β i
+3 RMt+3+β i+4 RMt+4+ε ¿
• Mengoperasikan persamaan regresi untuk mendapatkan korelasi serial return indeks pasar
dengan return indeks pasar periode sebelumnya sebagai berikut:
RMt=αi+ρ1 RMt−1+ ρ2 RMt−2+ρ3 RMt−3+ρ4 RMt−4+ε¿
18
• Menghitung bobot dari masing-masing hari dengan rumus sebagai berikut:
w1=1+2 ρ1+2 ρ2+2 ρ3+ ρ4
1+2 ρ1+2 ρ2+2 ρ3+2 ρ4
w2=1+2 ρ1+2 ρ2+2 ρ3+ ρ4
1+2 ρ1+2 ρ2+2 ρ3+2 ρ4
w3=1+2ρ1+2 ρ2+2 ρ3+ρ4
1+2 ρ1+2 ρ2+2 ρ3+2 ρ4
w4=1+2 ρ1+2 ρ2+2 ρ3+ρ4
1+2 ρ1+2 ρ2+2 ρ3+2 ρ4
• Menghitung beta dikoreksi sekuritas ke-i yang merupakan penjumlahan koefisien regresi berganda
dengan bobot.
ρi=w4 β i−4+w3 βi−3+w2 β i−2+w1 β i−1+ β0+w1 βi−1+w2 β i−2+w3 β i−3+w4 βi−4
3. Volume Perdagangan Saham (VPS)
VPS¿=∑ Sa ham iditransaksikan waktu t
∑ Sa h ami beredar waktu t
4. Indeks Perataan Laba (IPL)
IPL berfungsi untuk mengelompokkan perusahaan sebagai perata laba atau bukan perata
laba.
Indeks perataan laba( IPL)=CV ∆ ICV ∆ s
Keterangan:
∆I : perubahan laba dalam satu perioda
∆S : perubahan penjualan dalam satu perioda
CV : koefisien variasi yang dihitung dengan cara sebagai berikut: CV = Deviasi Standar/ Nilai yang
diharapkan
CV ∆ I : koefisien variasi untuk perubahan laba
CV ∆s : koefisien variasi untuk perubahan penjualan
CV ∆ I dan CV ∆s dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
19
CV ∆ I dan CV ∆s= √VarianceExpected Value
Atau,
CV ∆ I dan CV ∆s = √∑ (∆ x−∆ x)2
n−1÷ ∆ x
∆ x : perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan n-1
N : banyaknya tahun yang diamati
Perusahaan diklasifikasikan sebagai bukan perata laba jika CV ∆ I > CV ∆s, sebaliknya jika
CV ∆ I < CV ∆s maka perusahaan akan diklasifikasikan sebagai perusahaan bukan perata laba.
Pengujian Hipotesis
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, data abnormal return dan volume perdagangan saham
disekitar tanggal pengumuman laba akan diuji kenormalitasnya dengan kolmogorov-smirnov
goodness of fit test. Apabila distribusi data adalah normal maka pengujian hipotesis menggunakan
parametrc test: independent samples t-test. Tetapi jika distribusi data adalah tidak normal maka
digunakan nonparametric test: man-whitney test.
HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Hasil pengujian kolmogorov-smirnov goodness of fit test menunjukkan bahwa baik variabel CAR
maupun TVA untuk keseluruhan data merupakan data tidak berdistribusi normal karena nilai 2
tailed p < 0.05, sehingga untuk pengujian keseluruhan hipotesis digunakan man whitney test (non
parametrik).
Berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis satu (H 1A dan H 1B ) pada tabel 5 tersebut
dapat disimpulkan bahwa reaksi pasar modal yang diproksikan oleh abnormal return dan
volume perdagangan saham antara perusahaan perata laba dengan bukan perata laba tidak
berbeda. Ini berarti bahwa hipotesis (H 1A dan H 1B ) tidak didukung.
Dapat dilihat pada pengelompokan A. Proksi Abnormal Return yang dikelompokkan berdasarkan
Laba Operasi antara CAR-perusahaan Perata Laba dengan CAR-Perusahaan Bukan Perata Laba hasil
nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,314 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05. Sedangkan
yang dikelompokkan berdasarkan Laba Bersih Setelah Pajak antara CAR-perusahaan Perata Laba
dengan CAR-Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,856 yang artinya
nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05.
Dapat dilihat juga pada pengelompokan B. Proksi Volume Perdagangan Saham yang dikelompokkan
berdasarkan Laba Operasi antara VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-Perusahaan Bukan Perata
Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,353 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05.
20
Sedangkan yang dikelompokkan berdasarkan Laba Bersih Setelah Pajak antara VPS-perusahaan
Perata Laba dengan VPS-Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,431
yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05.
Berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis dua (H 2A dan H 2B ) pada tabel 6 tersebut
dapat disimpulkan bahwa reaksi pasar modal yang diproksikan oleh abnormal return dan
volume perdagangan saham antara perusahaan perata laba dengan bukan perata laba tidak
berbeda. Ini berarti bahwa hipotesis dua (H 2A dan H 2B ) tidak didukung.
Dapat dilihat pada pengelompokan A. Proksi Abnormal Return yang dikelompokkan berdasarkan
Laba Operasi dan Zero Growth Model antara CAR-perusahaan Perata Laba dengan CAR-Perusahaan
Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,219 yang artinya nilai asymp. Sig. (2
tailed) > 0,05. Pengelompokkan berdasarkan Laba Operasi dan Market Expect. Model antara CAR-
perusahaan Perata Laba dengan CAR-Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2
tailed) = 0,844 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokan berdasarkan Laba
Bersih Setelah Pajak dan Zero Growth Model antara CAR-perusahaan Perata Laba dengan CAR-
Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,869 yang artinya nilai asymp.
Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokan berdasarkan Laba Bersih Setelah Pajak dan Market
Expectation Model antara CAR-perusahaan Perata Laba dengan CAR-Perusahaan Bukan Perata Laba
hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,751 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05.
Dapat dilihat juga pada pengelompokan B. Proksi Volume Perdagangan Saham yang dikelompokkan
berdasarkan Laba Operasi dan Zero Growth Model antara VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-
Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,133 yang artinya nilai asymp.
Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokkan berdasarkan Laba Operasi dan Market Expect. Model antara
VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2
tailed) = 0,188 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokan berdasarkan Laba
Bersih Setelah Pajak dan Zero Growth Model antara VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-
Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,247 yang artinya nilai asymp.
Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokan berdasarkan Laba Bersih Setelah Pajak dan Market
Expectation Model antara VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-Perusahaan Bukan Perata Laba
hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,173 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05.
Berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis tiga (H 3A dan H 3B ) pada tabel 7 tersebut
dapat disimpulkan bahwa reaksi pasar modal yang diproksikan oleh abnormal return dan
volume perdagangan saham antara perusahaan perata laba dengan bukan perata laba tidak
berbeda. Ini berarti bahwa hipotesis (H 3A dan H 3B ) tidak didukung.
Dapat dilihat pada pengelompokan A. Proksi Abnormal Return yang dikelompokkan berdasarkan
Laba Operasi dan Zero Growth Model antara CAR-perusahaan Perata Laba dengan CAR-Perusahaan
21
Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,085 yang artinya nilai asymp. Sig. (2
tailed) > 0,05. Pengelompokkan berdasarkan Laba Operasi dan Market Expect. Model antara CAR-
perusahaan Perata Laba dengan CAR-Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2
tailed) = 0,182 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokan berdasarkan Laba
Bersih Setelah Pajak dan Zero Growth Model antara CAR-perusahaan Perata Laba dengan CAR-
Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,406 yang artinya nilai asymp.
Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokan berdasarkan Laba Bersih Setelah Pajak dan Market
Expectation Model antara CAR-perusahaan Perata Laba dengan CAR-Perusahaan Bukan Perata Laba
hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,391 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05.
Dapat dilihat juga pada pengelompokan B. Proksi Volume Perdagangan Saham yang dikelompokkan
berdasarkan Laba Operasi dan Zero Growth Model antara VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-
Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,977 yang artinya nilai asymp.
Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokkan berdasarkan Laba Operasi dan Market Expect. Model antara
VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2
tailed) = 0,532 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokan berdasarkan Laba
Bersih Setelah Pajak dan Zero Growth Model antara VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-
Perusahaan Bukan Perata Laba hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,612 yang artinya nilai asymp.
Sig. (2 tailed) > 0,05. Pengelompokan berdasarkan Laba Bersih Setelah Pajak dan Market
Expectation Model antara VPS-perusahaan Perata Laba dengan VPS-Perusahaan Bukan Perata Laba
hasil nilai asymp. Sig. (2 tailed) = 0,286 yang artinya nilai asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05.
Berdasarkan hasil tersebut bahwa berdasarkan teori hipotesis pasar efisien, pasar modal
Indonesia belum efisien bentuk setengah kuat secara keputusan. Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis diatas diketahui bahwa laporan keuangan memiliki kandungan informasi yang
ditunjukkan oleh adanya abnormal return dan volume perdagangan saham yang nilai
signifikan berbeda dengan 0 (t-value, test=0, CAR = 2,831 dan VPS = 3,003; dan Sig. 2 tailed, CAR =
0,021 dan VPS = 0,004).
SIMPULAN
Hasil ini penelitian ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2002 kondisi pasar modal Indonesia
tidak efisien setengah kuat secara keputusan. Akan tetapi, pada tahun tersebut kondisi Pasar modal
Indoensia telah memenuhi persyaratan efisiensi pasar dalam bentuk setengah secara informasi karena
pasar modal bereaksi atas publikasi laporan laba perusahaan dalam nilai signifikan. Penelitian ini
memiliki kelemahan sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan empat tahun penelitian, sebaiknya untuk penelitian yang
berkaitan perataan laba sebaiknya menggunakan data laporan keuangan lebih panjang agar
lebih detail dalam analisisnya.
22
2. Penelitian ini hanya menggunakan variabel abnormal return dan trading volume activity
sebagai proksi dari reaksi pasar.
3. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur.
23
KRITIK JURNAL
ASOSIASI ANTARA PRAKTIK PERATAAN LABA DAN REAKSI PASAR MODAL
DI INDONESIA
Oleh: Drs. Imam Subekti, M.Si., Ak
1. Peneliti sudah baik dalam menyampaikan mengenai keakuratan alat analisisnya. Karena peneliti
telah melakukan uji normalitas terlebih dahulu sebelum menguji hipotesis penelitian. Peneliti
menyampaikan bahwa ” Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, data abnormal return dan
volume perdagangan saham disekitar tanggal pengumuman laba akan diuji kenormalitasnya
dengan kolmogorov-smirnov goodness of fit test. Apabila distribusi data adalah normal maka
pengujian hipotesis menggunakan parametrc test: independent samples t-test. Tetapi jika
distribusi data adalah tidak normal maka digunakan nonparametric test: man-whitney test.”
2. Peneliti kurang menjabarkan mengenai hasil penelitian yang ada didalam tabel. Sehingga hasil
penelitian hanya disampaikan secara keseluruhan, tidak dirinci dalam pernyataan yang lebih jelas
oleh peneliti.
3. Peneliti pada metode penelitian khususnya pada bagian populasi dan sampel, sudah menyebutkan
bahwa sampel penelitian perusahaan manufaktur, tetapi peneliti menyampaikannya kembali
dalam kriteria purposive samplingnya. Hal ini dipandang kurang efisien dalam penyampaiannya.
24