riany aryati_0907010_b_model pembelajaran

21
Riany Aryati 0907010 Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi Model Pembelajaran Cooperative Learning Menurut UNESCO, pembelajaran yang efektif pada abad ini harus diorientasikan pada empat pilar yaitu, (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Keempatnya dapat diuraikan bahwa dalam proses pendidikan melalui berbagai kegiatan pembelajaran peserta didik diarahkan untuk memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, menerapkan atau mengaplikasikan apa yang diketahuinya tersebut guna menjadikan dirinya sebagai seseorang yang lebih baik dalam kehidupan sosial bersama orang lain. Lebih lanjut, dalam rangka merealisasikan ‘learning to know’, guru memiliki berbagai fungsi yang di antaranya adalah sebagai fasilitator, yaitu sebagai teman sejawat dalam berdialog dan berdiskusi dengan siswa guna mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu. Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk mengaplikasikan keterampilan yang dimilikinya sehingga dapat berkembang dan dapat mendukung keberhasilan siswa nantinya. Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya,

Upload: abang-zeik

Post on 30-Jun-2015

87 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RIANY ARYATI_0907010_B_MODEL PEMBELAJARAN

Riany Aryati

0907010

Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

Model Pembelajaran Cooperative Learning

Menurut UNESCO, pembelajaran yang efektif pada abad ini harus

diorientasikan pada empat pilar yaitu, (1) learning to know, (2) learning to

do, (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Keempatnya dapat

diuraikan bahwa dalam proses pendidikan melalui berbagai kegiatan

pembelajaran peserta didik diarahkan untuk memperoleh pengetahuan

tentang sesuatu, menerapkan atau mengaplikasikan apa yang

diketahuinya tersebut guna menjadikan dirinya sebagai seseorang yang

lebih baik dalam kehidupan sosial bersama orang lain.

Lebih lanjut, dalam rangka merealisasikan ‘learning to know’, guru

memiliki berbagai fungsi yang di antaranya adalah sebagai fasilitator,

yaitu sebagai teman sejawat dalam berdialog dan berdiskusi dengan

siswa guna mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu

tertentu. Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan bisa

berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk mengaplikasikan

keterampilan yang dimilikinya sehingga dapat berkembang dan dapat

mendukung keberhasilan siswa nantinya.

Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang) erat hubungannya

dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi

pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang agresif, proses

pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas

untuk berkreasi. Sebaliknya, bagi anak yang pasif peran guru pengarah

dan fasilitator sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan kepercayaan

dirinya dalam kegiatan belajar dan pengembangan diri. Selanjutnya,

kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan

menerima perlu ditumbuhkembangkan termasuk dalam proses belajar

mengajar di sekolah. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya proses

‘learning to live together’ (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).

Page 2: RIANY ARYATI_0907010_B_MODEL PEMBELAJARAN

Riany Aryati

0907010

Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

Dalam pelaksanaannya, tujuan belajar yang utama ialah bahwa apa

yang dipelajari itu berguna di kemudian hari, yakni membantu kita untuk

dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah, sehingga tercapai

proses pembelajaran seumur hidup (long life education). Untuk

mewujudkan hal ini, sangat dibutuhkan kerjasama antara berbagai pihak,

terutama antara peserta didik atau siswa dengan pendidik atau guru.

Peran guru sebagai pendidik sangat penting; oleh karena itulah, guru

dituntut dapat menerapkan berbagai metode yang efektif dan menarik

bagi siswa dalam proses penyampaian materi pembelajaran. Salah satu

model pembelajaran yang aktif dan interaktif adalah model pembelajaran

kooperatif (cooperative learning) karena melibatkan seluruh peserta didik

dalam bentuk kelompok-kelompok. Ada sejumlah hal yang harus dipahami

oleh pendidik atau guru sebelum mengaplikasikan metode ini dalam

proses pembelajaran di kelas.

PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Menurut Zaini model pembelajaran adalah pedoman berupa program

atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu

tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk

meningkatkan kemampuan siswa selama belajar.

Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan, serta teknik

pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari mengingat

(memorizing) atau menghafal (rote learning) ke arah berpikir (thinking)

dan pemahaman (understanding), dari model ceramah ke pendekatan

discovery learning atau inquiry learning, dari belajar individual ke

kooperatif, serta dari subject centered ke learner centered atau

terkonstruksinya pengetahuan siswa.

Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali bagi

guru. Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran

Page 3: RIANY ARYATI_0907010_B_MODEL PEMBELAJARAN

Riany Aryati

0907010

Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan

adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang,

rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama

dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan

keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran .

Holubec dalam Nurhadi mengemukakan belajar kooperatif merupakan

pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja

sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan

belajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar

dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan

silih asuh. Sementara itu, Bruner dalam Siberman menjelaskan bahwa

belajar secara bersama merupakan kebutuhan manusia yang mendasar

untuk merespons manusia lain dalam mencapai suatu tujuan.

Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan

adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan.

Struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model

pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan,

dan struktur penghargaan pada model pembelajaran yang lain. Dalam

proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa

didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka

harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang

diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar

akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai

keragaman dari temannya, serta berkembangnya keterampilan sosial.

PRINSIP DASAR DAN KARAKTERISTIK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model

pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

– setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

Page 4: RIANY ARYATI_0907010_B_MODEL PEMBELAJARAN

Riany Aryati

0907010

Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

– setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua

anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

– setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan

tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

– setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

– setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan

membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses

belajarnya.

– setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung

jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok

kooperatif.

Adapun karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah:

– siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi

belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

– Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan

berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan

rendah.

– Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-

masing individu.

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan

komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan,

saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling

memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu

belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri

maupun teman lain. Terdapat 6 (enam) langkah model

pembelajaran kooperatif:

– Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

– Menyajikan informasi

– Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

– Membimbing kelompok belajar

– Evaluasi dan pemberian umpan balik

Page 5: RIANY ARYATI_0907010_B_MODEL PEMBELAJARAN

Riany Aryati

0907010

Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

– Memberikan penghargaan

Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif adalah (1)

membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek

bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir, (2)

membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya

atau posisi yang lain, (3) memberikan kesempatan pada siswa untuk

memformulasikan penerapan suatu prinsip, (4) membantu siswa

mengenali adanya suatu masalah dan memformulasikannya dengan

menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah, (5)

menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya, dan

(6) mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.

TIPE-TIPE MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN TEKNIK APLIKASINYA

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan

oleh beberapa ahli antara lain Slavin adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini pertama kali dikembangkan

oleh Aronson dkk. Langkah-langkah mengaplikasikan tipe Jigsaw dalam

proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan

setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang

berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah

serta jika mungkin anggota berasal dari ras, budaya, suku yang

berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender. Kelompok

ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal

menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan

dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas

mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut.

Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar

Page 6: RIANY ARYATI_0907010_B_MODEL PEMBELAJARAN

Riany Aryati

0907010

Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart

Group/CG).

Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi

pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana

menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.

Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi

gergaji).

Misal suatu kelas dengan jumlah siswa 40, dan materi

pembelajaran yang dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya

terdiri dari dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa

akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8

kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok

ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang

telah diperoleh dalam diskusi di kelompok ahli dan setiap siswa

menyampaikan apa yang telah diperoleh atau dipelajari dalam

kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang

dilakukan oleh kelompok ahli maupun kelompok asal.

b. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok

asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok

atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan

hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat

menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah

didiskusikan.

c. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

d. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor

penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar

individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

e. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa

bagian materi pembelajaran.

f. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe Jigsaw untuk

belajar materi baru, perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi

Page 7: RIANY ARYATI_0907010_B_MODEL PEMBELAJARAN

Riany Aryati

0907010

Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai.

2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen

(1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam

penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran.

Langkah-langkah penerapan tipe NHT:

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan

kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk

mendapatkan skor dasar atau skor awal.

c. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap

kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi

nomor atau nama.

d. Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama

dalam kelompok.

e. Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah

satu nomor (nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban

salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban

dari kelompok.

f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,

mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir

pembelajaran.

g. Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.

h. Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor

penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar

individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Divisions)

Page 8: RIANY ARYATI_0907010_B_MODEL PEMBELAJARAN

Riany Aryati

0907010

Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk.

Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan

kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual

sehingga akan diperoleh skor awal.

c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri

dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,

sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari

ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan

kesetaraan jender.

d. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam

kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran

kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan

pemahaman materi.

e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,

mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi

pembelajaran yang telah dipelajari.

f. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.

g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan

perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar

ke skor kuis berikutnya (terkini).

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization

atau Team Accelerated Instruction)

Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe

ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan

pembelajaran idnidvidual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan

belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan

pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri

khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi

pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual

Page 9: RIANY ARYATI_0907010_B_MODEL PEMBELAJARAN

Riany Aryati

0907010

Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh

anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab

atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai

berikut:

a. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari

materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan

oleh guru.

b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk

mendapatkan skor dasar atau skor awal.

c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri

dari 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda

(tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok

terdiri dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap

mengutamakan kesetaraan jender.

d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam

kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok

saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.

e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,

mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi

pembelajaran yang telah dipelajari.

f. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.

g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan

perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar

ke skor kuis berikutnya (terkini).

Tipe-tipe pembelajaran kooperatif yang telah diuraikan di atas

merupakan tipe-tipe yang paling sering digunakan dalam proses

pembelajaran di kelas. Terdapat tipe-tipe pembelajaran kooperatif yang

lain, yaitu:

– Model Pembelajaran Kooperatif: Think-Pair-Share

Page 10: RIANY ARYATI_0907010_B_MODEL PEMBELAJARAN

Riany Aryati

0907010

Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share merupakan

salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah

asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan

dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Think-Pair-Share

memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi

siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan

saling membantu satu sama lain. Dari cara seperti ini diharapkan

siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling

tergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

– Model Pembelajaran Kooperatif : Picture and Picture

Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar

dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara

memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang

logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir

dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

– Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Posing

Tipe pembelajaran kooperatif problem posing merupakan

pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan

siswa, dan dalam proses pembelajarannya difokuskan pada

membangun struktur kognitif siswa serta dapat memotivasi siswa

untuk berpikir kritis dan kreatif. Proses berpikir demikian dilakukan

siswa dengan cara mengingatkan skemata yang dimilikinya

dengan mempergunakannya dalam merumuskan pertanyaan.

Dengan pendekatan problem posing siswa dapat pengalaman

langsung dalam membentuk pertanyaan sendiri.

– Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Solving

Problem solving (pembelajaran berbasis masalah) merupakan

pendekatan pembelajaran yang menggiring siswa untuk dapat

menyelesaikan masalah (problem). Masalah dapat diperoleh dari

guru atau dari siswa. Dalam proses pembelajarannya siswa dilatih

Page 11: RIANY ARYATI_0907010_B_MODEL PEMBELAJARAN

Riany Aryati

0907010

Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

untuk kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah serta

difokuskan pada membangun struktur kognitif siswa.

– Model Pembelajaran Kooperatif : Team Games Tournament (TGT)

Pada pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament

(TGT), peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok

kecil beranggotakan empat peserta didik yang masing-masing

anggotanya melakukan turnamen pada kelompoknya masing-

masing. Pemenang turnamen adalah peserta didik yang paling

banyak menjawab soal dengan benar dalam waktu yang paling

cepat.

– Model Pembelajaran Kooperatif : Cooperative Integrated Reading

and Composition (CIRC)

Tipe CIRC dalam model pembelajaran kooperatif merupakan tipe

pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan peserta

didik, dan dalam proses pembelajarannya bertujuan membangun

kemampuan peserta didik untuk membaca dan menyusun

rangkuman berdasarkan materi yang dibacanya.

– Model Pembelajaran Kooperatif : Learning Cycle (Daur Belajar)

Learning Cycle merupakan tipe pembelajaran yang memiliki lima

tahap pembelajaran, yaitu (1) tahap pendahuluan (engage), (2)

tahap eksplorasi (exploration), (3) tahap penjelasan (explanation),

(4) tahap penerapan konsep (elaboration), dan (5) tahap evaluasi

(evaluation).

– Model Pembelajaran Kooperatif : Cooperative Script (CS)

Dalam tipe pembelajaran Cooperative Script siswa berpasangan

dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari

materi yang dipelajari.

PEMBENTUKAN DAN PENGHARGAAN KELOMPOK

Page 12: RIANY ARYATI_0907010_B_MODEL PEMBELAJARAN

Riany Aryati

0907010

Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

Menurut Slavin guru memberikan penghargaan pada kelompok

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar

(awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok.

Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan

melalui langkah-langkah berikut:

1. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar

(awal) dapt berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai

tes/ulangan sebelumnya.

2. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa

bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata

nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang kita sebut nilai kuis

terkini.

3. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan

berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-

masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini.

– Nilai peningkatan 5, jika nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10

poin di bawah nilai awal

– Nilai peningkatan 10, jika nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai

dengan 10 poin di bawah nilai awal

– Nilai peningkatan 20, jika nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai

awal sampai dengan 10 di atas nilai awal

– Nilai peningkatan 30, jika nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 di atas

nilai awal

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai

peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan

memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna.

Kriteria untuk status kelompok:

– Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15

(Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15 )

– Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20

( 15 ≤ Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20)

Page 13: RIANY ARYATI_0907010_B_MODEL PEMBELAJARAN

Riany Aryati

0907010

Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

– Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20

dan 25 ( 20 ≤ Rata-rata nilai peningkatan < 25)

– Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau

sama dengan 25 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25)

Page 14: RIANY ARYATI_0907010_B_MODEL PEMBELAJARAN

Riany Aryati

0907010

Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

Model Pembelajaran Kontekstual Learning

Strategi Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu proses

pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk

memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan

mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-

hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki

pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan

(ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan / konteks

lainnya. Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih

bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam

bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer

pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan

daripada hasil. Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu

siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi

daripada member informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah

tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi

anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri

bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola

dengan pendekatan kontekstual Pembelajaran kontekstual (Contextual

Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-

hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,

Page 15: RIANY ARYATI_0907010_B_MODEL PEMBELAJARAN

Riany Aryati

0907010

Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),

menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community),

pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Langkah-langkah CTL

CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa

saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam

kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus

ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut.

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri

pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Ciptakan masyarakat belajar.

e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Karakteristik Pembelajaran CTL

1) Kerjasama.

2) Saling menunjang.

3) Menyenangkan, tidak membosankan.

4) Belajar dengan bergairah.

5) Pembelajaran terintegrasi.

6) Menggunakan berbagai sumber.

7) Siswa aktif.

8) Sharing dengan teman.

9) Siswa kritis guru kreatif.

Page 16: RIANY ARYATI_0907010_B_MODEL PEMBELAJARAN

Riany Aryati

0907010

Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

10) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-

peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.

11) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya

siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih

merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi

skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama

siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam

program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan

tersebut, materi pembelajaran, langkah- langkah pembelajaran, dan

authentic assessment-nya. Dalam konteks itu, program yang dirancang

guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya

bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format

antara program pembelajaran konvensional dengan program

pembelajaran kontekstual. Program pembelajaran konvensional lebih

menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan

operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih

menekankan pada skenario pembelajarannya.