rhinitis alergi - yuli
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
1/37
BAB I
PENDAHULUAN
Rinitis alergi merupakan penyakit hipersensitifitas tipe I (Gell & Coomb) yang
diperantarai oleh IgE pada mukosa hidung. Gejala klinik yang timbul berupa bersin-bersin
hdung beringus (rinore) hidung tersumbat yang disertai gatal pada hidung mata palatum
sebagai akibat infitrasi sel-sel inflamasi dan dikeluarkan mediator kimia seperti histamin
prostaglandin dan leukotrien. !enyakit ini merupakan penyakit atopi yang sering dijumpai
sehari-hari dengan pre"alensi #$-%'.
Rinitis alergi merupakan penyakit inflamasi yang banyak ditemui dan merupakan
masalah kesehatan global. !enyakit ini ditemukan di seluruh dunia yang diderita sedikitnya#$-%' populasi dan pre"alensinya terus meningkat. i Indonesia pre"alensi $' anak-
anak #$-*$' de+asa. !re"alensi terbesar pada usia #-*$ tahun. !re"alensi pada usia
sekolah dan produktif meningkat yang mengakibatkan penurunan kualitas hidup baik fisik
emosional gangguan bekerja dan sekolah gangguan tidur sakit kepala lemah malas
penurunan ke+aspadaan dan penampilan. !ada anak berhubungan erat dengan gangguan
belajar.
, Initiatife Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma tahun %$$#
merekomendasikan bah+a rinitis alergi dapat digolongkan dalam % klasifikasi yaitu
intermiten (kadang-kadang) bila gejala kurang dari hari perminggu atau kurang dari
minggu dan persisten (menetap) bila gejala ditemukan lebih dari hari perminggu atau
lebih dari minggu. /edangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit rinitis alergi dapat
diklasifikasikan sebagai gejala ringan bila tidak ditemukan gangguan tidur gangguan
aktifitas bersantai dan atau olahraga gangguan belajar atau bekerja dan gejala lain yang
mengganggu serta gejala sedang sampai berat bila terdapat satu atau lebih gejala tersebut
diatas. !embagian klasifikasi ini penting dalam penanganan rinitis alergi se0ara tepat dan
rasional.
Inter"ensi dini dan tepat dapat memperbaiki kualitas hidup dan produktifitas pasien
dengan rinitis alergi dan juga dapat meningkatkan kemampuan akademik penderita rinitis
alergi anak serta dapat menurunkan terjadinya komplikasi pada saluran napas ba+ah.
#
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
2/37
1ujuan terapi adalah menghambat proses patofisiologik yang menyebabkan terjadinya
inflamasi kronik alergik. 2erdasarkan keadaan tersebut diatas maka diperlukan suatu
tahapan penatalaksanaan yang bersifat holistik berupa edukasi penghindaran terhadap
alergen farmakoterapi se0ara tepat dan rasional dan mungkin imunoterapi. alam hal
pemberian terapi diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai patogenesis
patofisiologi rinitis alergi sebagai landasan dalam pemilihan obat yang tepat.
%
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
3/37
BAB II
ANATOMI HIDUNG
2.1. ANATOMI
idung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke ba+ah3
#. pangkal hidung (bridge)
%. dorsum nasi
*. pun0ak hidung
. ala nasi
. kolumela dan
4. lubang hidung (nares anterior).
Gambar #. 5natomi idung 2agian 6uar
idung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang ra+an yang dilapisi oleh
kulit jaringan ikat dan beberapa otot ke0il yang berfungsi untuk melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung. 7erangka tulang terdiri dari3
#. tulang hidung (os nasalis)
%. prosesus frontalis os maksila dan
*. prosesus nasalis os frontal
*
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
4/37
Gambar %. 5natomi 7erangka idung
sedangkan kerangka tulang ra+an terdiri dari beberapa pasang tulang ra+an yang terletak
di bagian ba+ah hidung yaitu3
#. sepasang kartilago nasalis lateralis superior
%. sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago alar mayor)
*. beberapa pasang kartilago alar minor dan
. tepi anterior kartilago septum.
Rongga hidung atau ka"um nasi berbentuk tero+ongan dari depan ke belakang
dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi ka"um nasi kanan dan kiri. !intu
atau lubang masuk ka"um nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang
disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan ka"um nasi dengan nasofaring.
2agian dari ka"um nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi tepat dibelakang
nares anteriror disebut "estibulum. 8estibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai
banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut "ibrise.
1iap ka"um nasi mempunyai buah dinding yaitu dinding medial lateral inferior
dan superior. inding medial hidung ialah septum nasi. /eptum dibentuk oleh tulang dan
tulang ra+an. 2agian tulang adalah lamina perpendikularis os etmoid "omer krista nasalis
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
5/37
os maksila dan krista nasalis os palatina. 2agian tulang ra+an adalah kartilago septum
(lamina kuadrangularis) dan kolumela.
/eptum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang ra+an dan periostium pada
bagian tulang sedangkan diluarnya dilapisi pula oleh mukosa hidung. 2agian depan dinding
lateral hidung li0in yang disebut ager nasi dan dibelakangnya terdapat konka-konka yang
mengisi sebagian besar dinding lateral hidung.
!ada dinding lateral terdapat buah konka. 9ang terbesar dan letaknya paling
ba+ah ialah konka inferior kemudian yang lebih ke0il adalah konka media lebih ke0il lagi
ialah konka superior sedangkan yang terke0il disebut konka suprema. 7onka suprema
disebut juga rudimenter.
Gambar *. 5natomi idung 2agian alam
7onka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan
labirin etmoid sedangkan konka media superior dan suprema merupakan bagian dari
labirin etmoid. i antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit
yang disebut meatus. 1ergantung dari letak meatus ada tiga meatus yaitu meatus inferior
medius dan superior. :eatus inferior terletak di antara konka inferior dengan dasar hidung
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
6/37
dan dinding lateral rongga hidung. !ada meatus inferior terdapat muara (ostium) duktus
nasolakrimalis. :eatus medius terletak di antara konka media dan dinding lateral rongga
hidung. !ada meatus medius terdapat bula etmoid prosesus unsinatus hiatus semilunaris
dan infundibulum etmoid. iatus semilunaris merupakan suatu 0elah sempit melengkung
dimana terdapat muara sinus frontal sinus maksila dan sinus etmoid anterior.
!ada meatus superior yang merupakan ruang di antara konka superior dan konka
media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid. inding inferior merupakan
dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os palatum. inding superior atau
atap hidung sangat sempit dan dibentuk oleh lamina kribriformis yang memisahkan rongga
tengkorak dari rongga hidung.
2.2. PENDARAHAN
2agian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a.etmoid anterior dan
posterior yang merupakan 0abang dari a.oftalmika sedangkan a.oftalmika berasal dari
a.karotis interna.
2agian ba+ah rongga hidung mendapat pendarahan dari 0abang a.maksilaris
interna di antaranya ialah ujung a.palatina mayor dan a.sfenopalatina yang keluar dari
foramen sfenopalatina bersama n.sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang
ujung posterior konka media.
2agian depan hidung mendapat pendarahan dari 0abang-0abang a.fasialis. !ada
bagian depan septum terdapat anastomosis dari 0abang-0abang a.sfenopalatina a.etmoid
anterior a.labialis superior dan a.palatina mayor yang disebut pleksus 7iesselba0h. !leksus
7iesselba0h letaknya superfisial dan mudah 0idera oleh trauma sehingga sering menjadi
sumber epistaksis terutama pada anak.
8ena-"ena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan
arterinya. 8ena di "estibulum dan struktur luar hidung bermuara ke ".oftalmika yang
berhubungan dengan sinus ka"ernosus. 8ena-"ena di hidung tidak memiliki katup sehingga
merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi sampai ke intrakranial.
2.3. PERSARAFAN
4
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
7/37
2agian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari
n.etmoidalis anterior yang merupakan 0abang dari n.nasosiliaris yang berasal dari
n.oftalmikus. Rongga hidung lainnya sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari
n.maksila melalui ganglion sfenopalatina.
Ganglion sfenopalatina selain memberikan persarafan sensoris juga memberikan
persarafan "asomotor atau otonom untuk mukosa hidung.Ganglion ini menerima serabut-
serabut sensoris dari n.maksila serabut parasimpatis dari n.petrosus superfisialis mayor dan
serabut-serabut simpatis dari n.petrosus profundus.Ganglion sfenopalatina terletak di
belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka media.
;ungsi penghidu berasal dari
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
8/37
pengeringan udara yang berlebihan radang sekret kental dan obat-obatan. i ba+ah epitel
terdapat tunika propria yang banyak mengandung pembuluh darah kelenjar mukosa dan
jaringan limfoid.
!embuluh darah pada mukosa hidung mempunyai susunan yang khas. 5rteriol
terletak pada bagian yang lebih dalam dari tunika propria dan tersusun se0ara paralel dan
longitudinal. 5rteriol ini memberikan pendarahan pada anyaman kapiler perigalnduler dan
subepitel. !embuluh eferen dari anyaman kapiler ini membuka ke rongga sinusoid "ena
yang besar yang dindingnya dilapisi oleh jaringan elastik dan otot polos. !ada bagian
ujungnya sinusoid ini mempunyai sfingter otot. /elanjutnya sinusoid akan mengalirkan
darahnya ke pleksus "ena yang lebih dalam lalu ke "enula. engan susunan demikian
mukosa hidungmenyerupai suatu jaringan ka"ernosus yang erektil yang mudahmengembang dan mengerut. 8asodilatasi dan "asokontriksi pembuluh darah ini dipengaruhi
oleh saraf otonom.
BAB III
FISIOLOGI HIDUNG
>
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
9/37
2erdasarkan teori stru0tural teori e"olusioner dan teori fungsional fungsi fisiologis
hidung dan sinus paranasal adalah3
#. ;ungsi respirasi
?ntuk mengatur kondisi udara humidikasi penyeimbang dalam pertukaran
tekanan dan mekanisme imunologik lo0al.
%. ;ungsi penghidu
1erdapatnya mukosa olfaktorius dan reser"oir udara untuk menampung
stimulus penghidu.
*. ;ungsi fonetik
9ang berguna untuk resonanasi suara membantu proses bi0ara danmen0egah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang.
. ;ungsi stati0 dan mekanik
?ntuk meringankan beban kepala.
. Refle@ nasal.
3.1 FUNGSI RESPIRASI
?dara inpirasi masuk ke hidung menuju system respirasi melalui nares anterior lalu
naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke ba+ah ke arah nasofaring
sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus.
?dara yang dihirup akan mengalami humidikasi oleh palut lender. !ada musim
panas udara hampir jenuh oleh uap air sehingga terjadi sedikit penguapan udara inspirasi
oleh palut lender sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.
/uhu udara yang melalui hidung diatur sehingga berkisar *=A Cel0ius. ;ungsi
pengatur suhu ini dimungkinkan oleh banyaknya pembuluh darah di ba+ah epitel dan
adanya permukaan konka dan septum yang luas.
!artikel debu "irus bakteri jamur yang terhirup bersama udara akan disaring
dihidung oleh3 #
a. Rambut ("ibrissae) pada "estibulum nasi
B
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
10/37
b. /ilia
0. !alut lender
ebu dan bakteri akan melekat pada palu lender dan partikel-
partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refle@ bersin.
3.2 FUNGSI PENGHIDU
idung juga bekerja sebagai indra penghidu dan penge0ap dengan adanya mukosa
olfaktorius pada atap rongga hidung konka superior dan sepertiga bagian atas septum.
!artikel bau dapat dapat men0apai daerah ini dengan 0ara difusi dengan palut lendir atau
bila menarik napas dengan kuat.
;ungsi hidung untuk membantu indra penge0ap adalah untuk membedakan rasamanis yang berasal dari berbagai ma0am bahan seperti perbedaan rasa manis stra+beri
jeruk pisang atau 0oklat. uga untuk mebedakan rasa ayam yang berasal dari 0uka dan
asam ja+a.
3.3 FUNGSI FONETIK
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbi0ara dan menyanyi.
/umbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang sehingga terdengar
suara sengau (rinolalia).
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbi0ara dan menyanyi.
/umbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang sehingga terdengar
suara sengau (rinolalia). idung membantu proses pembentukan konsonan nasal (mnng)
rongga mulut tertutup dan hidung terbuka dan palatum mole turun untuk aliran udara.
3.4 REFLEKS NASAL
:ukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran
0erna kardio"askuler dan pernafasan. Iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin
#$
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
11/37
dan nafas berhenti. Rangsangan bau tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur
lambung dan pankreas.
BAB IV
RHINITIS ALERGI
##
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
12/37
2.1. Definisi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien
atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya
suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulang dengan alergen spesifik tersebut.
efinisi menurut , 5RI5 ( Allergic Rhinitis and It’s Impact on Asthma) tahun
%$$# adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin rinore rasa gatal dan
tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.
Gambar #. Rinitis alergi
2.2. Epie!i"#"$i
!re"alensi rinitis di dunia saat ini men0apai #$-%' atau lebih dari 4$$ juta penderita
dari seluruh etnis dan usia. i 5merika /erikat lebih dari $ juta +arganya menderita
rhinitis alergi. Rinitis alergi pada anak lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan
anak perempuan sedangkan pada de+asa pre"alensi rinitis alergi laki-laki sama dengan
perempuan. /ekitar >$' kasus rhnitis alergi berkembang mulai usia %$ tahun. Insidensi
rinitis alergi pada anak-anak $' dan menurun sejalan dengan usia. i Indonesia belum
ada angka yang pasti tetapi di 2andung pre"alensi rinitis alergi pada usia #$ tahun
ditemukan 0ukup tinggi (>').
#%
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
13/37
2.3. E%i"#"$i
Rinitis alergi dan atopi se0ara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien yang
se0ara genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan. Genetik se0ara jelas memiliki
peran penting. !ada %$ D *$ ' semua populasi dan pada #$ D # ' anak semuanya atopi.
5pabila kedua orang tua atopi maka risiko atopi menjadi kali lebih besar atau men0apai
$ '. !eran lingkungan dalam dalam rhinitis alergi yaitu sebagai sumber alergen yang
terdapat di seluruh lingkungan terpapar dan merangsang respon imun yang se0ara genetik
telah memiliki ke0enderungan alergi.
a. /umber pen0etus
Rhinitis 5lergi jenis musiman mun0ul disebabkan oleh reaksi alergi terhadap partikel udara
seperti berikut ini3• Ragweed D 2ulu‐ bulu rumput yang paling umum terdapat sebagai pen0etus (di
musim gugur)
• /erbuk sari rumput (di akhir musim semi dan musim panas)
• /erbuk sari pohon (di musim semi)
• amur (berbagai jamur yang tumbuh di daun‐daun kering umumnya
terjadi di musim panas)
Rhinitis 5lergi jenis sepanjang tahun mun0ul disebabkan oleh reaksi alergi terhadap
partikel udara seperti berikut ini3
• 2ulu binatang peliharaan
• ebu dan tungau rumah
• 7e0oa
• amur yang tumbuh di dinding tanaman rumah karpet dan kain pelapis
b. ;aktor Risiko
• /ejarah keluarga alergi
#*
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
14/37
• /etelah ada ri+ayat pernah terkena alergi lain seperti alergi makanan atau eksim
• !aparan bekas asap rokok
• Gender laki‐laki.
2.4. P&%"fisi"#"$i
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang dia+ali dengan tahap
sensitisasi dan diikuti dengan tahap pro"okasireaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari % fase
yaitu Immediate Phase Allergic Reaction atau reaksi alergi fase 0epat (R5;C) yang
berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai satu jam setelahnya dan Late Phase
Allergic Reaction atau reaksi alergi fase lambat (R5;6) yang berlangsung %- jam dengan
pun0ak 4-> jam (fase hiper-reaktifitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai
%-> jam.
!ada kontak pertama dengan allergen atau tahap sensitisasi makrofag atau monosit
yang berperan sebagai sel penyaji ( Antigen Presenting Cell 5!C) akan menangkap alergen
yang menempel di permukaan mukosa hidung. /etelah diproses antigen akan membentuk
fragmen pendek peptide dan bergabung dengan molekul 65 kelas II membentuk komplek
peptide :C kelas II ( Major Histocompatibility Complex) yang kemudian dipresentasikan
pada sel 1 elper (1h$). 7emudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin #
(I6#) yang akan mengaktifkan 1h$ untuk berproliferasi menjadi 1h# dan 1h%. 1h% akan
menghasilakan berbagai sitokin seperti I6* I6 I6 dan I6#*. I6 dan I6#* dapat diikat
oleh reseptornya di permukaan sel limfosit 2 sehingga sel limfosit 2 menjadi aktif dan
akan memproduksi Imunoglobulin E (IgE). IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan
dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga
kedua sel ini menjadi aktif. !roses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan sel mediator
yang tersensitisasi. 2ila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar dengan alergen yang
sama maka kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi
(pe0ahnya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang
sudah terbentuk ( Preformed Mediators) terutama histamin. /elain histamin juga
#
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
15/37
dikeluarkan ewly !ormed Mediators antara lain prostaglandin % (!G%) 6eukotrien
(61) 6eukotrien C (61C) bradikinin Platelet Acti"ating !actor (!5;) dan
berbagai sitokin. Inilah yang disebut sebagai reaksi alergi fase 0epat (R5;C).
istamin akan merangsang reseptor # pada ujung saraf "idianus sehingga
menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. istamin juga akan menyebabkan
kelenjar mukosa dan sel goblet megalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat
sehingga terjadi rinore. Gejala lain adalah hidung tersumbat akibat "asodilatasi sinusoid.
/elain histamin merangsang ujung saraf "idianus juga menyebabkan rangsangan pada
mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran Inter Cell#lar Adhesion Molec#le # (IC5:#).
!ada R5;C sel mastosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yang
menyebabkan akumulasi sel eosinofil dan netrofil di jaringan target. Respons ini tidak berhenti disini saja tapi gejala akan berlanjut dan men0apai pun0ak 4-> jam setelah
pemaparan. !ada reaksi ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi
seperti eosinofil limfosit netrofil basofil dan mastosit di mukosa hidung serta peningkatan
sitokin seperti I6* I6 dan I6 dan gran#locyte macrophag colony stim#lating factor
(G:-C/;) dan IC5:# pada sekret hidung. 1imbulnya gejala hiperaktif atau hiperresponsif
hidung adalah akibat peranan eosinofil dengan mediator inflamasi dari granulnya seperti
$osinophilic Cationic Protein (EC!) $osiniphilic %eri"ed Protein (E!) Major &asic
Protein (:2!) dan $osinophilic Peroxidase (E!). !ada fase ini selain faktor spesifik
(alergen) iritasi oleh faktor non spesifik dapat memperberat gejala seperti asap rokok bau
yang merangsang perubahan 0ua0a dan kelembaban udara yang tinggi.
#
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
16/37
Gambar %. !atogenesis Rinitis 5lergi
2.'. G&!(&)&n His%"#"$i*
/e0ara mikroskopik tampak adanya dilatasi pembuluh darah ("asc#lar bad ) dengan
pembesaran sel goblet dan sel pembentuk mukus. 1erdapat juga pembesaran ruang
interseluler dan penebalan membran basal serta ditemukan infiltrasi sel-sel eosinofil pada
jaringan mukosa dan submukosa hidung.
Gambaran yang demikian terdapat pada saat serangan. iluar keadaan serangan
mukosa kembali normal. 5kan tetapi serangan dapat terjadi terus meneruspersistensepanjang tahun sehingga lama kelamaan terjadi perubahan yang ire"ersibel yaitu terjadi
proliferasi jaringan ikat dan hyperplasia mukosa sehingga tampak mukosa hidung menebal.
2erdasarkan 0ara masuknya alergen dibagi atas3
#. 5lergen inhalan yang masuk bersama dengan udara pernapasan misalnya3 tungau
debu rumah ( %' pteronyssin#s( %' farina( &' tropicalis) ke0oa serpihan epitel kulit
binatang (ku0ing anjing) rerumputan ( &erm#da grass) serta jamur ( Aspergill#s(
Alternaria).
%. 5lergen ingestan yang masuk ke saluran 0erna berupa makanan misalnya susu
telur 0oklat ikan laut udang kepiting dan ka0ang-ka0angan.
*. 5lergen injektan yang masuk melalui suntikan atau tusukan misalnya penisilin dan
sengatan lebah.
#4
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
17/37
. 5lergen kontaktan yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa misalnya
bahan komestik perhiasan.
Gambar *. enis 5lergen
/atu ma0am alergen dapat merangsang lebih dari satu organ sasaran sehingga
memberi gejala 0ampuran misalnya tungau debu rumah yang memberi gejala asma
bronkial dan rinitis alergi.
engan masuknya antigen asing ke dalam tubuh terjadi reaksi yang se0ara garis besar
terdiri dari3
#. Respons primer 1erjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen (5g). Reaksi ini bersifat nonspesifik
dan dapat berakhir sampai disini. 2ila 5g tidak berhasil seluruhnya dihilangkan reaksi
berlanjut menjadi respons sekunder.
%. Respons sekunder
Reaksi yang terjadi bersifat spesifik yang mempunyai * kemungkinan ialah sistem
imunitas seluler atau humoral atau keduanya di bangkitkan. 2ila 5g berhasil dieliminasi
pada tahap ini reaksi selesai. 2ila 5g masih ada atau memang sudah ada defek dari
sistem imunologik maka reaksi berlanjut menjadi respons tersier.
*. Respons tersier
#=
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
18/37
Reaksi imunologik yang terjadi ini tidak menguntungkan tubuh. Reaksi ini dapat
bersifat sementara atau menetap tergantung dari daya eliminasi 5g oleh tubuh.
Gell dan Coomb mengklasifikasikan reaksi ini atas tipe yaitu tipe # atau reaksi
anafilaksis (hipersensitifitas tipe 0epat) tipe % atau reaksi sitotoksiksitolitik tipe * atau
reaksi kompleks imun dan tipe atau reaksi tuberkulin (hipersensitifitas tipe lambat).:anifestasi klinis kerusakan jaringan yang banyak dijumpai dibidang 11 adalah
tipe # yaitu rinitis alergi.
2.+. K#&sifi*&si
ahulu rinitis alergi dibedakan dalam % ma0am berdasarkan sifat berlangsungnya
yaitu3#. Rinitis alergi musiman ( seasonal( hay fe"er( polinosis). Rinitis hanya ada di negara yang
mempunyai musim.
%. 5lergen penyebabnya spesifik yaitu serbuk (pollen) dan spora jamur. leh karena itu
nama yang tepat ialah pollinosis.
*. Rinitis alergi sepanjang tahun ( perennial ). Gejala pada penyakit ini timbul intermiten
atau terus menerus tanpa "ariasi musim jadi dapat ditemukan sepanjang tahun.
!enyebab yang paling sering ialah alergen inhalan terutama pada orang de+asa dan
alergen ingestan. 5lergen inhalan utama adalah alergen dalam rumah (indoor ) 0ontoh3
tungau dan alergen diluar rumah (o#tdoor ). 5lergen ingestan sering merupakan
penyebab pada anak-anak dan biasanya disertai dengan gejala alergi yang lain seperti
urtikaria gangguan pen0ernaan. Gangguan fisiologik pada golongan perenial lebih
ringan dibandingkan dengan golongan musiman tetapi karena lebih persisten maka
komplikasinya lebih sering ditemukan.
/aat ini digunakan klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi , Initiati"e
5RI5 (5llergi0 Rhinitis and its Impa0t on 5sthma) tahun %$$# yaitu berdasarkan sifat
berlangsungnya dibagi menjadi3
#. Intermiten (kadang-kadang)3 bila gejala kurang dari hariminggu atau kurang dari
minggu.
%. !ersisten menetap bila gejala lebih dari hariminggu dan lebih dari minggu.
#>
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
19/37
/edangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit rinitis alergi dibagi menjadi3
#. Ringan bila tidak ditemukan gangguan tidur gangguan aki"itas harian bersantai
berolahraga belajar bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.
%. /edang-berat bila terdapat salah satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas.
Gambar . 7lasifikasi Rinitis 5lergi
2.,. Ge-& K#inis
Gejala klinis pada rihnitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin yang
berulang. 2ersin merupakan gejala normal yang merupakan mekanisme fisiologik yaitu proses pembersihan diri ( self cleaning process). 2ersin dianggap patologik bila terjadinya
lebih dari lima kali setiap serangan terutama merupakan gejala pada reaksi alergi fase 0epat
dan kadang-kadang pada reaksi alergi fase lambat sebagai akibat pelepasan histamin.
#B
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
20/37
Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang en0er dan banyak hidung tersumbat
hidung dan mata gatal yang kadang-kadang disertai dengan banyak keluar air mata
(lakrimasi).
/ering kali gejala yang timbul tidak lengkap terutama pada anak. 7adang-kadang
keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala yang
diutarakan oleh pasien.
Gejala spesifik lain pada anak ialah terdapatnya bayangan gelap di daerah ba+ah
mata yang terjadi karena stasis "ena sekunder akibat obstruksi hidung. Gejala ini disebut
allergic shiner' /elain dari itu sering juga tampak anak menggosok-gosok hidung karena
gatal dengan punggung hidung. 7eadaan ini disebut sebagai allergic sal#te. 7eadaan
menggosok hidung ini lama kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang didorsum nasi bagian sepertiga ba+ah yang disebut allergic crease.
Gambar . 5llergi0 /hiner
Gambar 4. (7iri ke 7anan) 5llergi0 Crease dan 5llergi0 /allute
5+itan gejala timbul 0epat setelah paparan allergen dapat berupa bersin mata atau
palatum yang gatal berair rinore hidung gatal hidung tersumbat. !ada mata dapat
menunjukkan gejala berupa mata merah gatal 0onjungti"itis mata terasa terbakar dan
lakrimasi. !ada telinga bisa dijumpai gangguan fungsi tuba efusi telinga bagian tengah.
%$
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
21/37
2.. Di&$n"sis
iagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan3
a. 5namnesis
5namnesis sangat penting karena seringkali serangan tidak terjadi di hadapan
pemeriksa. ampir $' diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis saja. al
yang perlu ditanyakan adalah gejala utama yang menonjol usia timbulnya gejala
frekuensilama dan beratnya serangan pengaruh terhadap aktifitas dan tidur faktor
pen0etus apakah di dalam rumah di sekolah di tempat kerja adakah hipereaktifitas
hidung faktor penyakit atopi lain dan atopi dalam keluarga serta ri+ayat pengobatan
dan hasilnya.Gejala-gejala rinitis yang perlu ditanyakan adalah
• 5danya bersin-bersin lebih dari kali (setiap kali serangan)
• Rinore (ingus bening en0er dan banyak)
• Gatal di hidung tenggorokan langit-langit atau telinga
• Gatal di mata berair dan kemerahan
• idung tersumbat (menetapberganti-ganti)
• iposmiaanosmia
• /ekret di belakang hidung post nasal drip atau batuk kronik
• 5danya "ariasi diurnal (memburuk pada pagi hari-siang dan membaik pada saat
malam hari)
• !enyakit penyerta3 sakit kepala berhubungan dengan tekanan hidung dan sinus
akibat sumbatan yang berat kelelahan penurunan konsentrasi gejala radang
tenggorokan mendengkur gejala sinusitis gejala seak nafas dan asma.
• ;rekuensi serangan lama sakit (intermitenpersisten) beratnya penyakit efeknya
pada kualitas hidup seperti adanya gangguan pada pekerjaan sekolah berolahraga
bersantai dan melakukan akitifitas sehari-hari.!ada reaksi alergi fase 0epat gejala klinik yang menonjol adalh bersin-bersin
gatal rinore dan kadang-kadang hidung tersumbat sedang pada reaksi alergi fase lambat
gejala yang dominan adalah hidung tersumbat post nasal drip dan hiposmia.
!erlu ditanyakan ri+ayat atopi dalam keluarga serta manifestasi penyakit alergi
lain sebelum atau bersamaan dengan rhinitis seperti asma bronkial dermatitis atopi
urtikaria dan alergi terhadap makanan.
%#
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
22/37
/umber penting alergen di lingkungan pasien juga ditanyakan seperti bagaimana
kualitas udara dan sistem "entilasi dirumah maupun di lingkungan kerja adanya
binatang peliharaan tipe lantai keadaan kamar mandi dan ruang ba+ah tanah sebagai
gudang (bila ada). ;aktor pemi0u timbulnya gejala juga perlu ditanyakan seperti
lingkungan di rumah kamar tidur tempat kerja sekolah kegemaran atau hobi yang
dapat memi0u terjadinya gejala. 2ila pasien alergi terhadap debu rumah gejala
memburuk di dalam rumah dan membaik di luar rumah. Gejala juga di pi0u bila pasien
membersihkan rumah biasanya memburuk *$ menit sebelum tidur malam. 2ila alergi
terhadap jamur gejala dapat terjadi sepanjang tahun memburuk pada lingkungan
dengan kelembaban tinggi dan pada sore hari. 5danya keadaan hiperreaktifitas hidung
terhadap iritan non spesifik seperti asap rokok udara dingin bau merangsang seperti bau parfum masakan dan polutan juga dapat memi0u serta memperberat gejala rhinitis.
Ri+ayat pengobatan yang pernah dilakukan dan hasil dari pengobatan serta kepatuhan
berobat juga perlu ditanyakan.
b. !emeriksaan ;isik
!ada pemeriksaan fisik ditemukan gambaran yang khas pada anak berupa allergic
shiner (bayangan gelap diba+ah kelopak mata karena sumbatan pembuluh darah "ena)
allergic sal#te karena anak sering menggosok-gosok hidung dengan punggung tangan ke
arah atas karena gatal dan allergi crease berupa garis melintang di dorsum nasi sepertiga
ba+ah karena sering meggosok hidung. !ada anak dengan sumbatan hidung kronik
dapat menimbulkan facies adenoid karena sering bernafas le+at mulut. al ini
menyebabkan lengkung palatum yang tinggi dan gangguan pertumbuhan gigi sehingga
terjadi penonjolan kedepan dari gigi seri atas. pasien sering menggerak-gerakkan mulut
dan gigi saat tidur terutama pada anak ditemukan adanya krusta dan kulit yang kasar di
daerah lubang hidung.
%%
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
23/37
Gambar =. ;a0ies 5denoid
!ada mata dapat ditemukan kemerahan dengan hiperlakrimasi. !ada rinoskopi
anterior tampak mukosa konka inferior atau media edema basah ber+arna pu0at atau
li"id disertai adanya sekret en0er bening dan banyak. !erlu juga dilihat apakah terhadap
kelainan septum (lurus de"iasi spina krista) dan polip hidung yang dapat memperberat
gejala hidung tersumbat. 2ila fasilitas tersedia dapat dilakukan nasoendoskopi apakah
ada gambaran konka bulosa atau polip ke0il di daerah meatus medius serta komplek
osteomeatal.
!ada pemeriksaan tenggorok mungkin didapatkan bentuk geographic tong#e
(lidah tampak seperti gambaran peta) yang biasanya akibat alergi makanan adenoidyang membesar permukaan dinding laring posterior kasar (cobble stone appearance)
dan penebalan lateral pharyngeal bands akibat sekret mengalir ke tenggorokan yang
kronik.
%*
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
24/37
Gambar >. Geographi0 1ongue
0. !emeriksaan !enunjang
!emeriksaan In"itro 3
itung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. emikian pula
pemeriksaan IgE total ( prist)paper radio imm#nosorbent test ) seringkali menunjukkan
nilai normal ke0uali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu ma0am penyakit
misalnya selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial atau urtikaria. !emeriksaan
ini berguna untuk prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak ke0il dari suatu
keluarga dengan derajat alergi yang tinggi. 6ebih bermakna adalah pemeriksaan IgE
spesifik dengan R5/1 ( Radio Imm#no *orbent +est ) atau E6I/5 ( $n,yme Lin-ed
Imm#no *orbent Assay). !emeriksaan sitologi hidung dari sekret hidung atau kerokan
mukosa +alaupun tidak dapat memastikan diagnosis tetap berguna sebagai pemeriksaan
pelengkap. itemukannya eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan kemungkinan
alergi inhalan. ika basofil (F sellap) mungkin disebabkan alergi makanan sedangkan
jika ditemukan sel !:< menunjukkan adanya infeksi bakteri.
In"i"o 3
5lergen penyebab dapat di0ari dengan 0ara pemeriksaan tes 0ukit kulit uji intrakutan
atau intradermal yang tunggal atau berseri (*-in $nd)Point +itration. *$+/' /E1
dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai
konsentrasi yang bertingkat kepekatannya. 7euntungan /E1 selain alergen penyebab
juga derajat alergi serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui.
?ntuk alergi makanan uji kulit Intrac#tane#s Pro"ocati"e %il#tional !ood +est
(I!;1) namun sebagai baku emas dapat dilakukan dengan diet eliminasi dan
pro"okasi 0Challenge +est/.
5lergen ingestan se0ara tuntas lenyap dari tubuh dalam +aktu % minggu. 7arena itu pada
Challenge +est( makanan yang di0urigai diberikan pada pasien setelah berpantang
selama hari selanjutnya diamati reaksinya. !ada diet eliminasi jenis makanan setiap
%
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
25/37
kali dihilangkan dari menu makanan sampai suatu ketika gejala menghilang dengan
meniadakan suatu jenis makanan.
!emeriksaan IgE total serum3
/e0ara umum kadar Ig E total serum rendah pada orang normal dan meningkat pada
penderita atopi tetapi kadar Ig E normal tidak menyingkirkan adanya rinitis alergi. !ada
orang normal kadar Ig E meningkat dari lahir ($-#7?6) sampai pubertas dan menurun
se0ara bertahap dan menetap setelah usia %$-*$ tahun. !ada orang de+asa kadar F#$$-
#$ 7?6 dianggap lebih dari normal. 7adar meningkat hanya dijumpai pada 4$'
penderita rinitis alergi dan =' penderita asma. 1erdapat berbagai keadaan dimana
kadar IgE meningkat yaitu infeksi parasit penyakit kulit (dermatitis kronik penyakit pemfigoid bulosa) dan kadar menurun pada imunodefisiensi serta multipel mieloma.
7adar IgE dipengaruhi juga oleh ras dan umur sehingga pelaporan hasil harus
melampirkan nilai batas normal sesuai golongan usia. !emeriksaan ini masih dapat
dipakai sebagai pemeriksaan penyaring tetapi tidak digunakan lagi untuk menegakkan
diagnosis.
!emeriksaan IgE spesifik serum (metode R5/1)3
!emeriksaan ini untuk membuktikan adanya IgE spesifik terhadap suatu alergen.
!emeriksaan ini 0ukup sensitif dan spesifik (F>') akurat dapat diulang dan bersifat
kuantitatif. /tudi penelitian membuktikan adanya korelasi yang baik antara IgE spesifik
dengan uji kulit gejala klinik dan tes pro"okasi hidung bila menggunakan alergen yang
terstandarisasi. asil baru bermakna bila ada korelasi dengan gejala klinik seperti pada
tes kulit. Cara lain adalah Modified RA*+ dengan sistem s0oring.
!emeriksaan 6ain3
!emeriksaan ini bukan merupakan pemeriksaan pertama untuk menegakkan diagnosis
tetapi dapat dipakai sebagai pemeriksaan penunjang atau untuk men0ari penyebab lain
yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik.
a. itung jenis sel darah tepi
%
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
26/37
!emeriksaan ini dipergunakan bila fasilitas pemeriksaan lain tidak tersedia. umlah
sel eosinofil darah tepi kadang meningkat jumlahnya pada penderita rinitis alergi
tetapi kurang bermakna se0ara klinik.
b. !emeriksaan sitologi sekret dan mukosa hidung2ahan pemeriksaan diperoleh dari sekret hidung se0ara langsung (usapan) kerokan
bilasan dan biopsi mukosa. pengambilan sediaan untuk pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukan pada pun0ak R5;6 pas0a pa0uan alergen atau saat bergejala kuat.
!emeriksaan ini tidak rutin dilakukan dan baisanya hanya untuk keperluan penelitian
dan harus dikerjakan oleh tenaga terlatih.
0. 1es pro"okasi hidungnasal challenge test
!emeriksaan ini dilakukan bila tidak terdapat kesesuaian antara hasil pemeriksaan
diagnosis primer (tes kulit) dengan gejala klinik. /e0ara umum tes ini lebih sulit
untuk diulang dibandingkan dengan tes kulit pemeriksaan Ig E spesifik. 1es
pro"okasi menempatkan penderita pada situasi beresiko untuk terjadinya reaksi
anafilaksis.
d. 1es fungsi mukosilier !emeriksaan ini untuk kepentingan penelitian
e. !emeriksaan aliran udara hidung
erajat obstruksi hidung diukur se0ara kuantitatif dengan alat rinomanometer
(anterior dan posterior) atau rinomanometer akustik misalnya pas0a tes pro"okasi
hidung. !emeriksaan ini tidak rutin dilakukan.
f. !emeriksaan radiologi
!emeriksaan foto polos sinus paranasal C1 s0an maupun :RI (bila fasilitas
tersedia) tidak dapat dipakai untuk menegakkan diagnosis rhinitis alergi tetapi untuk
menyingkirkan adanya kelainan patologi atau komplikasi rhinitis alergi terutama bila
respon pengobatan tidak memuaskan. !ada pemeriksaan foto polos dapat ditemukan
penebalan mukosa sinus (gambaran khas sinus akibat alergi) perselubungan
homogen serta gambaran batas udara 0airan di sinus maksila.
g. 1es 0ukittusuk ( pric- test )1es kulit digunakan se0ara luas sebagai salah satu alat untuk menegakkan diagnosis
alergi terhadap alergen dan merupakan indikator yang aman mudah dilakukan hasil
0epat didapat biaya yang relatif murah dengan sensitifitas tinggi serta dapat dipakai
sebagai pemeriksaan penyaring. 1es 0ukit dapat mendiagnosis rhinitis alergi akibat
%4
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
27/37
allergen inhalasi berderajat sedang sampai berat tetapi pada penderita dengan
sensitifitas rendah kemungkinan tidak terdeteksi +alaupun terdapat korelasi dengan
gejala klinik. 2ila pada anamnesis terdapat ke0urigaan adanya alergi sedangkan tes
kulit negati"e tindakan yang perlu dilakukan adalah3 #. periksa obat-obatan yang
dapat mempengaruhi hasil tes. %. periksa adakah penyebab hasil negati"e palsu. *.
obser"asi pasien selama adanya paparan allergen yang tinggi. . lakukan tes
pro"okasi atau tes intradermal (bila fasilitas tersedia).
h. 1es intradermal1es ini memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tes 0ukit
+alaupun reaksi positif palsu atau reaksi anafilaksis lebih sering terjadi. /ebaiknya
yang dilakukan tes intradermal hanya yang memberikan hasil negati"e pada tes
0ukit./E1 (*-in $nd Point +itration) merupakan pengembangan tes intradermal larutan
tunggal (disebut juga pengen0eran larutan berganda) dilakukan untuk alergen
inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi. /elain dapat
mengetahui alergen penyebab dapat juga menentukan derajat alergi serta dosis a+al
untuk imunoterapi.
2./. Di&$n"sis B&nin$
iagnosa 2anding dari rinitis alergi adalah sebagai berikut3
#. Rhinitis
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
28/37
iskinesia /ilia !rimer (!C juga disebut sindrom immotile-silia) ditandai oleh
penurunan nilai ba+aan dari 0learan0e mukosiliar (!7/). :anifestasi klinis termasuk
batuk kronis rinitis kronis dan sinusitis kronis. titis dan otosalpingitis yang umum
di masa kanak-kanak seperti juga poliposis hidung dan agenesis sinus frontalis.
2.10. Pen&%&*s&n&&n
/e0ara garis besar penatalaksanaan rinitis alergi terdiri dari * 0ara yaitu menghindari
atau eliminasi alergen dengan 0ara edukasi farmakoterapi dan imunoterapi sedangkan
tindakan operasi kadang diperlukan untuk mengatasi komplikasi seperti sinusitis dan polip
hidung.
a. :enghindari atau eliminasi alergen!ada dasarnya penyakit alergi dapat di0egah dan dibagi menjadi * tahap yaitu3
#. !en0egahan primer untuk men0egah sensitisasi atau proses pengenalan dini
terhadap allergen. 1indakan pertama adalah mengidentifikasi bayi yang
mempunyai risiko atopi. !ada ibu hamil diberikan diet retriksi (tanpa susu telur
ikan laut dan ka0ang) mulai trimester III dan selama menyusui. 2ayi mendapat
5/I eksklusif selama -4 bulan. /elain itu kontrol lingkungan dilakukan untuk
men0egah pajanan terhadap allergen dan polutan.
%. !en0egahan sekunder untuk men0egah manifestasi klinis alergi pada anak berupa
asma dan pilek alergi yang sudah tersensitisasi dengan gejala alergi tahap a+al
berupa alergi makanan dan kulit. 1indakan yang dilakukan dengan penghindaran
terhadap pajanan allergen inhalan dan makanan yang dapat diketahui dengan uji
kulit.
*. !en0egahan tersier untuk mengurangi gejala klinis dan derajat beratnya penyakit
alergi dengan penghindaran allergen dan pengobatan.
!enghindaran alergen
Cara ini bertujuan men0egah terjadinya kontak antara alergen dengan IgE spesifik yang
terdapat dipermukaan sel mast atau basofil sehingga degranulasi tidak terjadi dan
gejala dapat dihindarkan. !erjalanan dan beratnya penyakit berhubungan dengan
konsentrasi alergen di lingkungan. ,alaupun konsep pengobatan ini sangat rasional
namun dalam praktek adalah sangat sulit dilakukan. i negara tropis alergen utamanya
%>
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
29/37
adalah debu rumah dan serpihan kulit seranggatungau antara lain %ermatophagoides
pteronysin#s dan farinae yang hidup pada debu rumah karpet kasur kapuk selimut
tumpukan pakaian dan buku lama. isamping itu terdapat partikel alergen lain yang
menempel pada debu rumah misalnya kotoran ke0oa serpihan bulu ku0ing dan anjing
yang juga berperan aktif. amur yang terdapat dalam rumah seperti jenis Aspergill#s
dan Penicilli#m sering ditemukan pada daerah yang lembab seperti kamar mandi
dapur gudang serta atap yang bo0or.
!en0egahan kontak dengan alergen dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
rumah menghindari penggunaan karpet memperbaiki "entilasi dan kelembaban udara.
Edukasi terhadap penderita perlu diberikan se0ara teratur mengenai penyakit
penatalaksanaan kepatuhan dalam berobat baik se0ara lisan maupun pertanyaan.?ntuk mengurangi populasi tungau dan paparan terhadap alergen terdapat beberapa
0ara yang harus dilakukan yaitu
#. 1idak menggunakan karpet kapuk dan menyingkirkan mainan berbulu dari kamar
tidur
%. :en0u0i selimut bed co"er( sprei sarung bantal dan guling serta kain kordin pada
suhu 4$0*. :elapisi kasur bantal dan guling dari bahan yang impermeableanti tembus tungau
. :enggunakan perabot yang mudah dibersihkan seperti dari kayu plasti0 atau
logam dan hindari sofa dari kain. !embersihan yang sering dan teratur dengan penghisap debu atau dengan lap basah
4. indari binatang peliharaan
b. ;armakoterapi
!erlu ditekankan bah+a penderita rinitis alergi harus menggunakan obat se0ara teratur
dan tidak pada saat diperlukan saja karena penggunaan yang teratur dan konsisten
dapat mengontrol inflamasi mukosa dan mengurangi terjadinya komplikasi pada
saluran napas lainnya. al penting lain adalah dalam memilih terapi harus diperhatikan
terapi se0ara indi"idual berdasarkan berat ringannya penyakit.
#. 5ntihistamin
istamin merupakan mediator utama timbulnya gejala rinitis alergi pada fase 0epat
dan dibentuk di dalam sel mast dan basophil ( preformed mediator ) istamin dapat
dikeluarkan dalam berapa menit mempunyai efek "asoaktif yang poten dan
%B
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
30/37
kontraksi otot polos melalui # reseptor pada target organ. /e0ara klinis histamin
dapat menyebabkan "asodilatasi peningkatan permeabilitas "askuler menurunkan
"iskositas mukus bronkokonstriksi dan stimulasi saraf sensoris. al inilah yang
menyebabkan gejala bersin rinore dan gatal pada hidung mata dan palatum.5ntihistamin adalah antagonis histamin reseptor # yang bekerja se0ara inhibitor
kompetitif pada reseptor # sel target dan merupakan preparat farmakologik yang
paling sering dipakai sebagai lini pertama dalam pengobatan rinitis alergi.
5ntihistamin dapat mengurangi gejala bersin rinore gatal tetapi hanya mempunyai
efek yang minimal atau tidak efektif untuk mengatasi sumbatan hidung.
5ntihistamin yang ideal harus tidak mempunyai efek antikolinergik anti serotonin
anti adrenergi0 dan tidak mele+ati sa+ar darah otak tidak menyebabkan
mengantuk dan mengganggu penampilan psikomotor serta dalam dosis tinggi tidak
mempengaruhi jalur ion kalium pada otot jantung yang menyebabkan perpanjangan
inter"al 1 pada E7G atau menyebabkan aritmia jantung. 7arakteristik optimal
se0ara farmakokinetik dan farmakodinamik termasuk absorpsi 0epat se0ara intra
oral tidak ada interaksi dengan obat lain mula kerja 0epat lama kerja #%-% jam
setelah pemberian dosis tunggal dan tidak terdapat takifilaksis.5ntihistamin generasi pertama bersifat lipofilik sehingga dapat menembus sa+ar
darah otak dan plasenta dan mempunyai efek anti kolinergik. Efek samping yang
terjadi pada //! adalah rasa mengantuk lemah di,,iness( gangguan kognitif dan
penampilan serta efek anti kolinergik seperti mulut kering kontipasi hambatan
miksi dan glau0oma. 9ang termasuk kelompok ini adalah difenhidramin
klorfeniramin hidroksisin klemastin prometasin dan siproheptadin.
5ntihistamin generasi II lebih bersifat lipofobik sehingga sulit menembus sa+ar
darah otak dan plasenta bersifat selektif mengikat reseptor # tidak mempunyai
efek anti kolinergik anti adrenergi0 dan efek pada //! sangat minimal sehingga
tidak mempengaruhi penampilan ( performance). 9ang termasuk kelompok ini
adalah loratadin astemisol aHelastin terfenadin dan 0etirisin. 1erfenadin dan
astemisol menyebabkan penghambatan pada jalur ion 7alium yang menyebabkan
perpanjangan inter"al 1 pada E7G. 2ila dikombinasikan dengan obat lain yang
dimetabolisme di hati melalui enHim sitokrom !$ misalnya antibiotik golongan
*$
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
31/37
makrolid dan antijamur golongan aHol ke dua obat ini dapat menyebabkan
timbulnya torsades de pointes serta aritmia "entrikel sehingga kedua obat ini
sudah tidak di rekomendasikan lagi. ;eksofenadin yang merupakan metabolit aktif
dari terfenadin dan desloratadin dapat digolongkan sebagai antihistamin generasi
III karena tidak dimetabolisme di hati dan tidak menyebabkan kelainan pada
jantung. bat antihistamin generasi ke II dan III ini mempunyai efek antiinflamasi
menurunkan akumulasi eosinofil pelepasan sel mediator dari dari mostosit dan
basophil menurunkan migrasi sel eosinofil dan ekspresi ICAM # ( Intracell#lar
Adhesion Molec#l 1).
/aat ini terdapat % sediaan antihistamin topikal untuk rinitis alergi yaitu aHelastin
dan le"o0abastin. 7edua jenis obat ini se0ara efektif dan spesifik bekerja sebagai
# reseptor antagonis untuk mengatasi gejala bersin dan gatal pada hidung dan
mata (rinokonjungti"itis alergi). 2ila digunakan % kali sehari dapat men0egah
timbulnya gejala.
%. ekongestan2erbagai jenis α adrenergik agonis dapat diberikan se0ara per oral seperti
pseudoefedrin fenilpropanolamin dan fenilefrin. bat ini se0ara primer dapat
mengurangi sumbatan hidung dan efek minimal dalam mengatasi rinore dan tidak
mempunyai efek terhadap bersin gatal di hidung maupun di mata. !seudoefedrin
merupakan stereoisomer efedrin dan mempunyai kerja yang sama dengan efedrin
tetapi memiliki efek minimal terhadap tekanan darah atau jantung dan //!.
!emberian pseudoefedrin dapat mengatasi hiperemi jaringan edem mukosa dan
meningkatkan patensi jalan napas hidung. bat ini berguna untuk mengatasi rinitis
alergi bila dikombinasikan dengan antihistamin.Efek samping dekongestan oral terhadap //! yaitu gelisah insomnia iritabel sakit
kepala dan terhadap kardio"askuler seperti palpitasi takikardi meningkatkan
tekanan darah dapat menghambat aliran air seni. !enggunaan obat ini harus hati-
hati pada orang tua karena dapat meningkatkan tekanan darah dan jangan diberikan
pada pasien rinitis alergi dengan kelainan jantung koroner dan glaukoma.!reparat dekongestan topikal seperti o@ymetaHolin fenilefrin @ylometaHolin
nafaHolin dapat mengatasi gejala sumbatan hidung lebih 0epat dibandingkan
preparat oral karena efek "asokontriksi dapat menurunkan aliran darah ke sinusoid
*#
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
32/37
dan dapat mengurangi udem mukosa hidung.
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
33/37
seperti pada rinitis alergi musiman sebelum musim polen terjadi dan dapat
diberikan dengan aman pada anak +anita hamil dan penderita usia lanjut.
4. 7ortikosteroid topikal dan sistemik
7ortikosteroid topikal diberikan sebagai terapi pilihan pertama untuk penderita
rinitis alergi dengan gejala sedang sampai berat dan gejala yang persisten
(menetap) karena mempunyai efek anti inflamasi jangka panjang. /tudi
metaanalisis membuktikan kortikosteroid topikal efektif untuk mengatasi gejala
rinitis alergi terutama sumbatan hidung yang timbul pada fase lambat. /aat mulai
kerjanya lambat (#% jam) dan efek maksimum di0apai dalam beberapa hari sampai
minggu.
2ila hidung sangat tersumbat kortikosteroid topikal tidak mudah men0apai mukosa
hidung sehingga kadang diperlukan pemakaian dekongestan topikal misalnyao@ymetaHolin atau kortikosteroid oral selama kurang dari seminggu sebelum
pemakaian kortikosteroid topikal.
Efek spesifik kortikosteroid topikal antara lain menghambat fase 0epat dan lambat
dari rinitis alergi menekan produksi sitokin 1h% sel mast dan basophil men0egah
switching dan sintesis IgE oleh sel 2 menekan pengerahan lokal dan migrasi
transepitel dari sel mast basofil dan eosinofil menekan ekspresi G:-C/; I6-4
I6-> R5
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
34/37
hipertrofi berat dan tidak berhasil dike0ilkan dengan 0ara kauterisasi memakai 5g
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
35/37
. Gangguan fungsi tuba eusta0hius
2.12. P)"$n"sis
/e0ara umum pasien dengan rinitis alergi tanpa komplikasi yang respon dengan
pengobatan memiliki prognosis baik. !ada pasien yang diketahui alergi terhadap serbuk
sari maka kemungkinan rinitis pasien ini dapat terjadi musiman. !rognosis sulit diprediksi
pada anak-anak dengan penyakit sinusitis dan telinga yang berulang. !rognosis yang terjadi
dapat dipengaruhi banyak faktor termasuk status kekebalan tubuh maupun anomali
anatomi. !erjalanan penyakit rinitis alergi dapat bertambah berat pada usia de+asa muda
dan tetap bertahan hingga dekade lima dan enam. /etelah masa tersebut gejala klinik akan
jarang ditemukan karena menurunnya sistem kekebalan tubuh.
*
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
36/37
BAB V
KESIMPULAN
Rinitis 5lergi (R5) adalah inflamasi mukosa saluran hidung dan sinus yang
disebabkan alergi terhadap partikel antara lain3 debu asap serbuktepung sari yang ada di
udara. Gejala utama pada hidung yaitu hidung gatal tersumbat bersin-bersin keluar ingus
0air seperti air bening. /eringkali gejala meliputi mata yaitu 3 berair kemerahan dan gatal.
R5 merupakan penyakit umum dan sering dijumpai.
!ada rinoskopi anterior tampak mukosa edema basah ber+arna pu0at atau li"iddisertai adanya sekret en0er yang banyak. 2ila gejala persisten mukosa inferior tampak
hipertrofi. Gejala spesifik lain pada anak adalah terdapatnya allergi0 shiner allergi0 salute
dan allergi0 0rease.
!emeriksaan alergi dengan tes kulit (tes 0ukit) terhadap berbagai allergen mungkin
dapat menunjang penegakan diagnosis R5.2ila hasil belum dapat mengetahui mungkin
diperlukan tes alergi intra dermal. !emeriksaan kadar lgE di darah meningkat (tidak
spesifik). !emeriksaan terhadap lgE spesifik terhadap alergen tertentu.
!engobatan rhinitis alergi bergantung pada tingkat keparahan penyakit.
-
8/19/2019 Rhinitis Alergi - Yuli
37/37
DAFTAR PUSTAKA
#. 2ailey 2 et al. ead and ne0k /urgery-tolaryngology3 1hird Edition. %$$#.
!hiladelphia3 6ippin0ott ,illiams & ,ilkins.
%. 2ergstrm /E. !rimary Ciliary yskinesia. %$#$. 1ersedia di3
http3+++.uptodate.0ompatients0ontenttopi0.doJ
topi07eyKLC?;Go+>#h/+m?.
*. Cummings C, ;redri0ksom : arker 65. tolaryngolohy ead and . /t 6ouis3 :osby. :eltHer E. $"al#ation of +he 3ral Antihistamine for Patients with Allergic
Rhinitis. %$$. 1ersedia di3 http3high+ire.stanford.edu.
. :u0ha /: et al. Comparison of :ontelukast and !seudoephedrine in the
1reatnement of 5llergi0 Rhinitis. %$$4. 1ersedia di3 http3high+ire.stanford.edu.
4. ates 5 ,ood 5. +he ew $ngland 4o#rnal of Medicine5 %r#g therapy. #BB#.
1ersedia di3 http3high+ire.stanford.edu.
=. /heikh %-diagnosis
>. /oepardi E. Iskandar