rezza prayogi - bachelor thesis
DESCRIPTION
Bachelor Thesis: Design Perangkat Lunak Air Cooled Heat Exchanger dan Indirect Evaporative Cooler menggunakan Visual BasicRezza Prayogi, B.Sc, M.ScDR-Ing. Nandy PutraUniversity of IndonesiaTRANSCRIPT
i
SKRIPSI
PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DISAIN
TERMAL INDIRECT EVAPORATIVE COOLER DAN
AIR COOLED HEAT EXCHNGER MENGGUNAKAN
MICROSOFT VISUAL BASIC 6
REZZA PRAYOGI
040002049Y
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2004
ii
SKRIPSI
PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DISAIN
TERMAL INDIRECT EVAPORATIVE COOLER DAN
AIR COOLED HEAT EXCHNGER MENGGUNAKAN
MICROSOFT VISUAL BASIC 6
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu persyaratan menjadi Sarjana Teknik
Mesin pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia
REZZA PRAYOGI
040002049Y
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2004
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DISAIN
TERMAL INDIRECT EVAPORATIVE COOLER DAN
AIR COOLED HEAT EXCHNGER MENGGUNAKAN
MICROSOFT VISUAL BASIC 6
dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Jurusan Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, sejauh yang saya ketahui
bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan
tidak pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan dilingkungan
Universitasi Indonesia maupun di Perguruan Tinggi atau Instansi manapun,
kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
Depok, 20 Juni 2004
REZZA PRAYOGI
NPM: 040002049Y
iv
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DISAIN
TERMAL INDIRECT EVAPORATIVE COOLER DAN
AIR COOLED HEAT EXCHNGER MENGGUNAKAN
MICROSOFT VISUAL BASIC 6
dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Jurusan Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, dan disetujui untuk
diajukan dalam sidang ujian skripsi.
Depok, 20 Juni 2004
Dosen Pembimbing
DR. Ing. Nandy Putra
NIP. ………………….
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmatNya serta usaha dan kemauan yang keras dari penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bimbingan dan
dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberi bantuan yang tak mungkin penulis
bisa membalasnya.
2. Ir. H. Ismaun, MM (beserta keluarga) yang telah banyak membantu penulis.
3. DR. Ing. Nandy Putra yang rela meluangkan waktunya untuk menjadi
pembimbing skripsi penulis.
4. DR. Ir. Raldi A. K atas pinjaman bukunya kepada penulis.
5. DR. Ir. Idrus Alhamid atas pinjaman bukunya kepada penulis.
6. Ir. Hendri D.S, M.Eng selaku ketua Departemen Teknik Mesin – FTUI.
7. Perpustakaan FTUI dan Mesin yang telah membantu dalam hal menyediakan
literatur.
8. Teman-teman dan pihak-pihak lain yang telah membantu secara langsung
maupun tidak langsung kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulis memiliki banyak kekurangan dalam hal
waktu, data, dan pengetahuan, maka makalah ini masih jauh dari sempurna. Bila
terdapat hal maupun kata-kata yang salah dengan ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Depok, 20 Juni 2004
Rezza Prayogi
040002049Y
vi
ABSTRAK
Masalah perpindahan-kalor tidak statis. Perkembangan-perkembangan
baru teratur, dan penyelesaian analitik dan data empirik yang lebih baik tampil
dengan berkesinambungan untuk digunakan oleh para ahli profesional dalam
bidang ini.
Salah satu aplikasi ilmu perpindahan kalor adalah perancangan alat
penukar kalor. Namun proses perancangan tersebut membutuhkan waktu, tenaga,
dan biaya yang tidak sedikit dikarenakan perhitungan dan data yang terlibat
didalamnya cukup menyita waktu untuk diselesaikan secara manual.
Oleh karena itu tidak diragukan lagi penggunaan alat bantu perhitungan
berupa komputer akan sangat membantu para ahli profesional dalam merancang
alat – alat penukar kalor, apalagi perkembangan dunia komputer dewasa ini
memang sangat menakjubkan dan telah memberi banyak pengaruh dalam berbagai
bidang, salah satunya dibidang rekayasa.
Dalam bidang rekayasa alat penukar kalor kehadiran komputer dapat
mempersingkat waktu komputasi dan memberikan hasil yang lebih akurat
(dibanding dengan perhitungan manual). Jadi hasil perhitungan dari program
pendesain alat penukar kalor bisa dijadikan pertimbangan sebelum alat penukar
kalor itu diproduksi.
vii
DAFTAR ISI
HalamanJUDUL SKRIPSI…………………………………………………………………iiPERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI…………………………………………iiiPERSETUJUAN………………………………………………………………….ivKATA PENGANTAR………………………………………………………….....vABSTRAK………………………………………………………………………..viDAFTAR ISI……………………………………………………..………………viiI. PENDAHULUAN………………..……………………………………….1I.1. Latar Belakang …………………..………………………………………..1I.2. Pembatasan Masalah.……………………….……………………………..2I.3. Tujuan Penulisan……..………………….………………………………...2I.4. Metodologi Penelitian………..…………………………………………....3I.5. Sistematika Penulisan……………………………………………………..4II. DASAR TEORI……………………………………….…………………..5II.1 Evaporative Cooler……………………….………………………………5II.1.1 Pendinginan Evaporatif……………………………………...……………5II.1.2 Pendinginan Evaporatif Tipe Langsung......................................................8II.1.2.a. Efektivitas Penjenuhan…………………………..…...…………………..8II.1.2.b. Karakteristik Sistem…………………………………...…………………9II.1.2.c. Tipe-tipe Pendingin Evaporatif Langsung………………………………10II.1.3. Pendinginan Evaporatif Tak Langsung……………...………………….13II.1.3.a. Pendinginan Evaporatif Tak Langsung dan Proses Pendinginannya…...13II.1.3.b. Proses Perpindahan Panas…………….…………………...……………15II.1.3.c. Efektivitas Pendingin dan Faktor Kemampuan…………………………19II.1.3.d. Karakteristik Operasi………………………………………...………….20II.1.3.e. Operasi Pembebanan dan Pengontrolan Komponen…...………………..22II.2. Air-cooled Heat Exchangers……………………………………………22II.2.1 Susunan dan Desain Mekanik…………………………………………..22II.2.2. Pengotrolan Sisi Udara…………………………………………...……..29II.2.3. Desain Termal…………………………………………………………..31II.2.3.a. Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh…………………………...…31II.2.3.b. Dalam Tabung Silinder……………………………………………….…33II.2.3.b. Luar Tabung Silinder…………………………………………………....35II.2.4. Beda Suhu Rata-rata Log (LMTD)……………………………………...40
III. PEMBUATAN PROGRAMIV. ANALISA DAN UJI COBAV. KESIMPULAN…………………………………………………………..22V.1 Kesimpulan……………………………………………………………….22V.2 Saran……………………………………………………………………...23DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..viiiLAMPIRAN………………………………………………………………….......ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Udara sebagai sumber daya alam yang tak terbatas sudah lama dipakai
sebagai media pendingin pada alat penukar kalor (heat exchanger). Konsep
pendinginan dengan udara dalam skala besar sudah diterapkan di industri
perminyakan sejak 1920-an. Alat penukar kalor ini dipasang secara vertikal
dikumpulkan melawan arus angin, alasan digunakannya alat penukar kalor memakai
udara karena jumlah air yang dibutuhkan untuk pendinginan sulit dipenuhi (langka).
Pertengahan 1930-an, disainnya dirubah menjadi dipasang secara horizontal dan
ditambah kipas untuk mendorong/menarik udara untuk melewati kumpulan pipa
yang akan didinginkan. Penggunaan kipas ini lebih efektif dari pada menggunakan
pergerakan udara yang alami.
Contoh salah satu alat penukar kalor yang menggunakan media
pendinginnya berupa udara disebut Air-cooled heat exchangers. Alat penukar kalor
tipe ini sering juga disebut pendingin udara (air coolers). Pada skripsi ini Air-
cooled heat exchangers yang dibicarakan adalah tipe tabung dimana udara bebas
dari luar melewati permukaan luar tabung ini, yang di dalamnya berisi fluida yang
ingin didinginkan.
Alasan untuk memilih udara sebagai media pendingin selain air adalah
karena udara tersedia dalam jumlah yang tak terhingga dan statis. Buktinya udara
telah digunakan sejak lama di bidang automotif. Namun sayangnya udara adalah
media penghantar kalor yang lebih buruk dari pada air, dimana konduktivitas kalor
air 23 kali lebih baik pada temperatur 35°C, kalor spesifik air 4 kali lebih baik dari
udara, pada suhu dan tekanan atmosfir sementara kerapatan air 800 kali lebih baik
dari udara. Karena itu, untuk beban kalor yang diberikan dan peningkatan
temperatur zat pendingin, jumlah udara yang dibutuhkan lebih banyak dari air,
dalam massa lebih banyak 4 kali dan dalam volume lebih banyak 3200 kali.
Saat ini telah terjadi pemanasan global yang mengakibatkan naiknya
temperatur udara lingkungan. Hal ini dapat menyebabkan pemborosan pada air-
cooled heat exchanger karena alat ini akan membutuhkan volume dan massa udara
2
yang lebih banyak untuk media pendingin fluida dalam jumlah yang sama, sehingga
dibutuhkan kipas yang lebih kencang dan luas permukaan pertukaran kalor yang
lebih besar, dan juga dapat menyebabkan tidak tercapainya temperatur akhir fluida
yang didinginkan.
Oleh karena itu untuk menghindari pemborosan / kegagalan pendinginan
pada air-cooled heat exchanger ini, udara pendingin yang telah menjadi panas
tersebut sebelum memasuki air-cooled heat exchanger dikondisikan / didinginkan
terlebih dahulu dengan menggunakan indirect evaporative cooler.
I. 2. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, saya membahas dan memberikan pembatasan
masalah pada: Pengembangan Perangkat Lunak Disain Termal Indirect
Evaporative Cooler dan Air Cooled Heat Exchanger menggunakan Microsoft
Visual Basic 6. Yaitu dalam hal pembuatan program komputer (software) untuk
mendisain indirect evaporative cooler dan air cooled heat exchanger, dan alat
penukar kalor yang menggabungkan prisip kerja keduanya.
I. 3. Tujuan Penulisan
Berikut adalah tujuan dilakukannya penulisan skripsi ini, yaitu :
1. Mempelajari dan menunjukkan prinsip kerja dan cara merancang alat
pendingin evaporatif tak langsung (indirect evaporative cooler).
2. Mempelajari dan menunjukkan prinsip kerja dan cara merancang alat penukar
kalor yang memanfaatkan dorongan udara (air-cooled heat exchanger).
3. Mempelajari dan menunjukkan cara untuk merancang indirect evaporative
cooler dan air-cooled heat exchanger, dan bagaimana cara
menggabungkannya.
4. Membuat program komputer yang dapat digunakan untuk merancang alat
penukar kalor indirect evaporative cooler dan air-cooled heat exchanger, dan
disain gabungan keduanya
5. Dapat menggairahkan mahasiswa atau para rekayasawan untuk lebih
mendalami kembali bahasa pemrograman komputer.
3
I. 4. Metodologi Penelitian
Metode yang dilakukan dalam mencari data dan persamaan – persamaan
untuk pembuatan skripsi ini adalah :
1. Mencari persamaan – persamaan yang cocok untuk merancang alat penukar
kalor yang dibahas dalam skripsi ini.
2. Mengubah persamaan – persamaan ini ke bentuk yang dapat diterima oleh
program komputer.
3. Mencari data – data sifat fluida dan standar dimensi yang digunakan pada alat
penukar kalor yang dibahas dalam skripsi ini.
4. Mengubah data – data tersebut dalam bentuk bank data (database) agar dapat
diakses oleh program komputer.
5. Menentukan nilai – nilai yang harus dimasukkan oleh pengguna program.
6. Menentukan nilai – nilai yang harus ditampilkan kepada pengguna program.
7. Menganalisa hasil program dan membandingkan hasilnya dengan kasus yang
ada dalam buku yang sudah ternama dan cukup bisa dibuktikan kebenarannya.
I. 5. Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini terdiri dari 5 bab, yakni :
1. Pendahuluan
Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, batasan masalah, tujuan
penulisan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
2. Dasar Teori
Dalam bab ini dipaparkan mengenai teori dan prinsip kerja yang digunakan
dalam proses merancang indirect evaporative cooler dan air-cooled heat
exchanger.
3. Pembuatan Program
Dalam bab ini diuraikan mengenai prosedur dan struktur program, disusun
dalam bentuk penjelasan untuk tiap tahap dan diagram alir program.
4. Studi Kasus
Dalam bab ini diuraikan mengenai uji coba hasil dari program komputer yang
telah jadi, dan dilakukan analisa berkenaan dengan hasil tersebut dengan cara
membandingkan hasilnya dengan studi kasus dari buku – buku yang telah
diketahui kebenarannya. Perbandingan akan difokuskan pada nilai dimensi
alat yang dihasilkan dari perhitungan program dan studi kasus.
4
5. Kesimpulan
Dalam bab ini diuraikan kesimpulan yang dapat diambil dari dilaksanakannya
penelitian ini.
5
BAB II
DASAR TEORI
II. 1. Evaporative Cooler
II. 1. 1. Pendinginan Evaporatif
Pendinginan evaporatif adalah proses pengkondisian udara yang
memanfaatkan penguapan dari air (cairan) untuk mendinginkan aliran udara secara
langsung atau tak langsung sehingga temperatur gelembung kering (dry bulb) atau
temperatur gelembung kering dan basah (dry & wet bulb) dari aliran udara yang
akan didinginkan akan lebih rendah daripada sebelum melewati proses pendinginan
evaporatif tersebut.
Sebuah sistem pendingin evaporatif adalah sebuah sistem pengkondisian
udara dimana udara didinginkan dengan memanfaatkan penguapan air. Sistem ini
terdiri atas kipas, saringan, kotak untuk mencampur, peredam, pendingin evaporatif
(evaporative cooler) dan komponen – komponen lain. Pendingin evaporatif adalah
alat dimana proses pendinginan evaporatif terjadi. Sebuah sistem pengkondisian
udara mungkin terdiri dari kombinasi atas: evaporative cooler, koil pendingin air,
koil – DX, dan alat pengering (desiccant drier).
Ada 3 tipe dari sistem pendinginan evaporatif: (1) penguapan langsung, (2)
penguapan tak langsung, (3) penguapan langsung – tak langsung, seperti
ditunjukkan dalam gambar 2.1
Pada sistem pendinginan evaporatif secara langsung (direct evaporative
cooling system), aliran udara yang akan didinginkan masuk secara langsung untuk
kontak dengan semprotan air atau media pendingin, seperti yang ditunjukkan dalam
gambar 2. 1a. Udara memasuki pendingin evaporatif secara langsung pada titik 1
dan meninggalkannya pada titik 2. Pelepasan kalor laten penguapan dari aliran
udara yang didinginkan secara langsung tadi menjadikan temperatur aliran udara
menurun; namun tingkat kelembaban aliran udara tadi meningkat karena
penambahan uap air.
6
Gambar 2. 1. Tipe-tipe dari sistem pendinginan evaporatif: (a) pendinginan evaporatiflangsung; (b) pendinginan evaporatif tak langsung; dan (c) pendinginan evaporatif langsung-tak langsung. Sumber : Wang, Shan K. (1994)
Pada sistem pendinginan evaporatif secara tak langsung (indirect
evaporative cooling system), aliran udara utama yang akan didinginkan dipisahkan
oleh permukaan basah dengan pelat datar atau dinding tabung, seperti ditunjukkan
7
dalam gambar 2.1b. Aliran udara yang kedua mengalir melalui permukaan basah
dimana air akan diuapkan dan menarik panas dari aliran udara utama melalui pelat
datar atau dinding tabung. Udara yang didinginkan tidak secara langsung
mengalami kontak dengan uap air atau air yang diuapkan.
Tujuan dari aliran udara yang kedua tadi adalah untuk mendinginkan
permukaan basah (wetted surface), dengan penguapan mencapai temperatur
gelembung basah (wet bulb) dan untuk menyerap uap dari air yang diuapkan. Aliran
udara kedua yang basah ini dikenal dengan nama udara basah (wet air)
Pada proses pendinginan evaporatif yang tak langsung ini, tingkat
kelembaban aliran udara tetap konstan karena udara yang akan didinginkan tidak
bersentuhan secara langsung dengan air (media pendingin) yang menguap. Proses
ini diwakilkan oleh garis horizontal 12 pada grafik psychrometric di gambar 2.1b.
Pada sistem kombinasi pendinginan evaporatif langsung dan tak langsung
(indirect-direct evaporative cooling system), pendingin tak langsung dan pendingin
langsung biasanya langsung terkoneksi secara seri untuk membentuk sistem
pendinginan evaporatif dua tahap dengan tujuan untuk meningkatkan efek
pendinginannya. Gambar 2.1c menunjukkan salah satu tipe indirect-direct
evaporative cooling system. Kombinasi proses pendinginan evaporatif ini
digambarkan dengan dua garis lurus yang terhubung (Garis 12 dan 23) pada grafik
psychrometric.
Kedua pendingin evaporatif tersebut (baik yang langsung maupun tak
langsung) sering hanya menyediakan pendinginan yang dapat dilihat dan
pembasahan. Mereka tidak mampu untuk mengurangi kelembaban (dehumidify)
dari campuran antara udara lingkungan dan udara yang disirkulasi kembali kecuali
kalau temperatur gelembung basah lingkungan T'o < 15.5556° C (T'o < 60° F)1. Ini
adalah hal penting yang membedakan antara pendinginan evaporatif dan proses
pendinginan biasa. Proses pendinginan biasa (refrigration process) mengizinkan
udara untuk didinginkan dan dikurangi kelembabannya pada iklim luar lingkungan
yang bagaimanapun.
Pada awalnya sistem – sistem pendinginan evaporatif tersebut hanya tipe
langsung. Mereka menghasilkan udara yang dingin dan lembab pada musim panas
dengan iklim kering. Dengan adanya pengembangan tipe tak langsung dan sistem
1Wang, Shan K. 1994. Handbook of Air Conditioning and Refrigeration. New York : McGraw –
Hill.
8
yang menggunakan banyak tahap, pendinginan evaporatif mungkin sebagiannya
atau keseluruhannya dapat menggantikan refrigrasi dalam berbagai aplikasi dimana
keduanya dibutuhkan. Sistem – sistem pendingin evaporatif yang memakai
pengering (desiccant drier) sangat banyak digunakan untuk mengganti bagian dari
pembebanan refrigrasi pada sistem pengkondisian udara.
II. 1. 2. Pendinginan Evaporatif Tipe Langsung
II. 1. 2. a. Efektivitas Penjenuhan
Efektivitas penjenuhan adalah petunjuk penting yang digunakan untuk
menaksir kemampuan / kinerja alat pendingin evaporatif. Efektivitas penjenuhan
adalah εsat.
*aeae
alaesat
TT
TT
(2.1)
dimana :
Tae = Temperatur dari udara yang memasuki evaporative cooler [oC]
Tal = Temperatur dari udara yang meninggalkan evaporative cooler [oC]
Tae* = Temperatur gelembung basah termodinamis udara yang masuk [oC]
Untuk direct evaporative cooler, jika Tae dan εsat diketahui, Tal bisa didapat dari
tabel psychrometric. Nilai dari εsat bergantung pada faktor – faktor dibawah ini2:
1. Kecepatan muka (υa) dari udara yang mengalir melalui direct evaporative
cooler, satuannya dalam m/s. Untuk pendingin yang khusus (air-semprot
atau air-inklinasi) dengan luas permukaan yang tetap Aa (dalam m2) dan
debit aliran air yang diberikan wm (dalam L/s), υa yang tinggi menghasilkan:
Tingkat aliran dalam volume aV yang lebih tinggi untuk udara yang
didinginkan, dalam m3/s.
Efek pendinginan dengan uap qev,c, dalam Watt, dimana bisa dihitung
dengan:
qev. c = υa. Aa. ρa. cpa (Tae – Tal) (2.2)
dimana :
ρa = berat jenis udara [kg/m3]
cpa = kalor spesifik dari udara basah [kJ/kg.K]
2Wang, Shan K. 1994. Handbook of Air Conditioning and Refrigeration. New York : McGraw –
Hill.
9
Efisiensi penjenuhan ηsat yang lebih rendah, karena debit air yang
digunakan untuk tiap m3 udara yang didinginkan lebih sedikit.
Sebagian besar pendingin evaporatif langsung digunakan untuk pendinginan
yang menghasilkan kenyamanan. Kecepatan muka biasanya tidak boleh
lebih dari 3.048 m/s (600 fpm) dengan tujuan untuk mencegah pembawaan
butiran – butiran air yang terlalu berlebih. Sebaliknya, pengurang air (water
eliminator) harus dipasang, dimana secara signifikan meningkatkan jatuh
tekanan (pressure drop) di sisi udara.
2. Perbandingan air-udara aw mm / . Ini adalah perbandingan antara aliran
massa dari air yang disemprotkan dengan aliran massa dari udara yang
didinginkan, keduanya dalam kg/s. Perbandingan aw mm / yang besar
mengindikasikan secara perbandingan luas daerah kontak yang besar antara
air dan udara, yang berarti εsat yang lebih tinggi.
3. Konfigurasi dari permukaan basah. Media basah yang menyediakan
permukaan kontak yang lebih baik dan waktu kontak yang lebih lama antara
air dan udara menghasilkan nilai εsat yang lebih tinggi.
II. 1. 2. b. Karakteristik Sistem
Saat pendingin evaporatif secara langsung (direct evaporative cooler)
digunakan untuk mensuplai udara yang didinginkan untuk menjaga temperatur
ruang tetap 262/3°C (80°F) selama musim panas, adalah penting untuk yakin bahwa
εsat yang lebih tinggi selalu berarti titik didekat kurva penjenuhan, titik 2. Jika
temperatur ruang sebelumnya ditetapkan Tr = 26.667°C, itu berarti kelembaban
relatif ruang yang lebih tinggi φr, seperti yang ditunjukkan gambar 2.1.a.
Pada proses pendinginan evaporatif secara langsung, air yang disirkulasikan
kembali biasanya digunakan dengan tujuan untuk menghemat air, sehingga lebih
ekonomis. Temperatur dari air yang disirkulasikan kembali selalu mencampai
temperatur gelembung basah dari udara yang didinginkan.
Karena udara disemprotkan atau dikontakkan dengan air inklinasi,
pendinginan evaporatif secara langsung menyediakan pembersihan udara dengan
derajat yang pasti. Bagaimanapun, jika udara yang didinginkan mengandung
banyak kotoran atau partikel asing, penyaring tambahan harus digunakan untuk
mencegah penyumbatan media pendingin atau pipa – pipa semprot (nozzle).
10
Parameter lain3 yang harus dipertimbangkan untuk menaksir kemampuan
dari pendingin evaporatif langsung meliputi :
Penggunaan air segar atau air penambah, biasa dinyatakan dalam L/s per
0.472 m3/s dari udara yang didinginkan.
Jatuh tekanan (pressure drop) pada sisi udara, dalam Pa.
Gambar 2.2 Media pendingin untuk pendingin evaporatif langsung: (a) blok evaporatif; (b)media pejal; dan (c) roda berputar. Sumber: Wang, Shan K (1994)
3Wang, Shan K. 1994. Handbook of Air Conditioning and Refrigeration. New York : McGraw –
Hill.
11
II. 1. 2. c. Tipe – tipe Pendingin Evaporatif Langsung
Sebagai unit yang berdiri sendir, secara bebas alat ini bisa menyediakan
udara dingin untuk ruang yang dikondisikan, pendingin evaporatif secara langsung
terdiri atas: media pendingin, kipas (biasanya digunakan tipe sentrifugal untuk
menyediakan kehilangan tekanan total sistem yang dibutuhkan dan tingkat
kebisingan yang rendah), dan pengumpul air pada bagian dasar. Untuk sistem –
sistem dengan semprotan air, pompa sirkulasi dan pipa – pipa dengan sambungan
rapat dibutuhkan untuk mendistribusikan air secara lengkap. Untuk memasukkan air
ke ruang pertukaran kalor dari atas (kecuali pada pendingin evaporatif yang
berputar), filter udara, alat pengatur debit dan kotak penutup adalah penting.
Ketentuan harus dibuat dalam hal pengeluaran air dengan tujuan mencegah
pembentukan mineral.
Pendinginan evaporatif secara langsung bisa dikategorikan 4 berdasarkan
karakteristik dari media yang dibasahkan, yaitu:
Pencuci udara (air washer). Pencuci udara ini menggunakan semprotan air
secara langsung (dalam ruang pertukaran kalor) bertemu dengan udara yang
ingin didinginkan.
Blok – blok penguap (evaporative pads). Media ini umumnya dibuat dari
serat – serat kayu setebal 50.8 mm (2 in) dengan perlakuan kimia tertentu
dan zat tambahan untuk meningkatkan kemampuan pembasahan dan untuk
mencegah pertumbuhan mikroorganisme, seperti ditunjukkan gambar 2.2.a.
Blok – blok penguap ini dipasangkan pada baja galvanil yang bisa dipindah
– pindah atau kerangka plastik. Karena blok – blok penguap ini
membutuhkan kecepatan muka yang lebih rendah, pada pendingin
evaporatif langsung yang berdiri sendiri diintegrasikan kipas sentrifugal dan
pada tiga sisi dari kabinet kipas sering dipasangkan blok – blok penguap
untuk meningkatkan luas permukaannya.
Media pejal (rigid media). Ini adalah lembaran – lembaran pejal dan
berombak yang terbuat dari plastik, selulosa yang diisi, atau serat kaca,
seperti ditunjukkan pada gambar 2.2.b. Cirinya udara dan air mengalir pada
susunan yang bersilangan jadi saluran horizontal untuk aliran udara dan
saluran vertikal untuk aliran air bertemu diantara dua lembaran berombak.
4 Wang, Shan K. 1994. Handbook of Air Conditioning and Refrigeration. New York : McGraw –Hill.
12
Kedalaman dari media pejal ini biasanya 304.8 mm (12 in) pada arah aliran
udara tapi mungkin pula bervariasi dari 203.2 sampai 406.4 mm. Media
pejal ini tidak membutuhkan kerangka pendukung. Mereka mempunyai
jatuh tekanan udara yang lebih rendah dan bisa dengan mudah dibersihkan
dengan air yang bergejolak.
Roda berputar (rotary wheel). Media yang dibasahi dalam bentuk roda
berputar dibuat dari bahan yang tahan karat seperti plastik, selulosa yang
diisi, serat kaca, atau campuran tembaga, seperti gambar 2.2.c. Kedalaman
dari roda ini sepanjang arah aliran udara adalah dari 152.4 sampai 254 mm.
Roda putar biasanya dikendalikan oleh motor dan kotak roda gigi (gear box)
dan berputar perlahan pada kecepatan 1 sampai 2 rpm. Bagian dasar dari
roda digabungkan dengan tangki air. Udara mengalir melalui berbagai
macam saluran dari media pada arah sepanjang kedalaman roda putar.
Tabel 2.1 Karakteristik operasi dari berbagai tipe pendingin evaporatif langsungTipe
pendinginEfisiensi
penjenuhan
sat
Kecepatanmuka
m/s
Jatuhtekanan
sisi-udara
Pa
Rasioair-
udara
aw mm /
Penggunaanair
L/s . 0.472m3/s
Keterangan
Pencuciudara
0.8 – 0.9 2.032 –4.064
50 – 125 0.1 – 0.4
Blokevaporatif
0.8 0.508 –1.524
25 2.323 Ketebalanblok50.8 mm
MediaPejal
0.75 – 0.95 1.016 –2.032
12.5 – 25 Ketebalan203.2 –304.8 mm
Rodaberputar
0.508 –3.048
125
Sumber : Wang, Shan K (1994)
II. 1. 2. d. Karakteristik Operasi
Tabel 2.1 menyediakan daftar karakteristik operasi dari berbagai jenis
pekerjaan dengan penguapan secara langsung. Tipe blok penguapan (evaporative
pad) adalah tipe kuno dari pendingin evaporatif langsung, secara luas digunakan
pada tempat tinggal dan gedung – gedung kecil untuk perniagaan, karena memiliki
biaya yang lebih rendah dan mudah untuk dioperasikan dan dipelihara.
Media pejal seperti selulosa yang diisi tidak membutuhkan struktur
pendukung, tidak mengeluarkan serpihan – serpihan, dan mempunyai lama waktu
operasi yang sama dengan blok – blok penguap (aspen pads). Alat ini dapat
13
menahan kecepatan muka yang lebih tinggi, menyediakan jatuh tekanan udara yang
lebih tinggi, dan memiliki efisiensi penjenuhan yang lebih tinggi daripada blok –
blok penguap.
Roda berputar memiliki struktur yang lebih sulit. Namun, alat ini tidak
memiliki sistem resirkulasi air. Alat ini lebih mudah untuk dihubungkan secara seri
dengan pendingin refrigrasi lainnya atau pengering bahan (dessicant drier) dalam
sistem pengkondisian udara untuk penghematan energi dan pengefektivan biaya
operasi.
Pencuci udara kapasitas dan ukurannnya besar dan mahal dibanding
pendingin evaporatif langsung lainnya. Alat ini biasanya digunakan untuk
penambah kelembaban dan pendinginan evaporatif pada aplikasi industri. Nilai
efektivitas penjenuhan untuk pendinginan evaporatif langsung biasa berkisar antara
0.75 sampai 0.95.
II. 1. 3. Pendinginan Evaporatif Tak Langsung
II. 1. 3. a. Pendinginan Evaporatif Tak Langsung dan Proses Pendinginannya
Gambar 2.3 menunjukkan salah satu tipe pendingin evaporatif tak langsung.
Komponen utama dari pendingin ini adalah penukar kalor pelat, penyemprot air dan
sistem resirkulasi, pemasok udara luar dengan filternya, kipas penyuplai udara dan
kipas pembuang udara yang keduanya dihubungkan oleh poros vertikal yang sama,
dan serat kaca atau baja tahan karat sebagai wadahnya untuk mencegah korosi.
Bagian utama dari pendingin dan penguapan tak langsung ini adalah
penukar kalor pelat. Pelat ini terbuat dari plastik PVC (Polyvinyl Chloride) tipis.
Pelat – pelat ini dipasang dengan jarak satu sama lain 2.032 sampai 3.048 mm (0.08
– 0.12 in)5 dan membentuk saluran horizontal dan vertikal secara bergantian (udara
yang akan didinginkan mengalir secara horizontal dan udara yang dibasahi mengalir
secara vertikal). Karena tebal pelat –pelat ini hanya 0.254 mm (0.01 in)5, maka
tahanan kalor dari tiap pelat plastik ini sangat kecil, walaupun konduktivitas kalor
dari plastik itu kecil.
Udara luar yang panas dan kering pada titik o memasuki ruang suplai dan
saringan dan ditarik oleh kipas suplai. Kemudian udara tersebut memasuki bagian
belakang pelat penukar kalor dan didorong masuk melewati saluran horizotal,
5 Wang, Shan K. 1994. Handbook of Air Conditioning and Refrigeration. New York : McGraw –Hill.
14
disana udara tersebut melepas panasnya melalui pelat plastik ke permukaan basah di
saluran vertikal. Air yang didinginkan pada titik s mengalir keluar ke ruang yang
akan dikondisikan seperti digambarkan dalam gambar 2.3a. Setelah udara dingin ini
menyerap beban pendinginan ruang, keadaanya berubah dari titik s menjadi r.
Air disemprotkan ke saluran vertikal pada bagian atas pelat penukar kalor,
dan membentuk permukaan basah dan butiran – butiran air. Penguapan dari
permukaan basah dan butiran –butiran air menyerap kalor yang dilepas oleh udara
yang mengalir secara horizontal melalui pelat – pelat plastik. Air berlebih jatuh ke
tempat penampung air, kemudian disirkulasikan kembali ke pipa semprot oleh
pompa. Air tambahan disuplai dari pusat suplai air untuk menyempurnakan proses
penguapan dan proses pembawaan. Secara periodik air dikeluarkan untuk mencegah
terbentuknya endapan.
Udara kembali dari ruang yang dikondisikan pada titik r disedot ke saluran
vertikal pelat – pelat plastik. Udara itu menyerap uap air dan kelembabannya
meningkat. Semakin cepat semakin besar perbedaan entalpi Δhs.w antara lapisan
udara jenuh pada permukaan basah dan aliran udara basah, dan semakin besar jatuh
tekanan dari aliran udara basah. Udara basah ini kemudian didorong ke kipas
pembuangan dan dibuang ke atmosfir bebas pada titik ex.
Tipe lain dari pendingin evaporatif tak langsung mungkin menggunakan
garis – garis pengikat pada saluran vertikalnya untuk mengalirkan air dari atas
melalui saluran – saluran distribusi; daripada memakai penyemprot air. Kipas
baling – baling mungkin digunakan menggantikan kipas sentrifugal untuk aliran
udara basah keluar. Alat pengatur mungkin digunakan untuk mengekstrak udara
dari luar atau udara kembali dari ruang yang dikondisikan.
II. 1. 3. b. Proses Perpindahan Kalor
Ada tiga aliran fluida di pelat penukar kalor: udara yang didinginkan, udara
basah, dan lapisan air sepanjang saluran vertikal. Karena temperatur dari lapisan
udara jenuh diatas permukaan basah hampir sama dengan temperatur gelembung
basah dari aliran udara basah mengalir melalui permukaan, kalor dari aliran udara
yang akan didinginkan pada sisi lain dari pelat plastik dipindahkan ke permukaan
basah untuk menguapkan air. Proses perpindahan kalor dalam pendingin dengan
penguapan tak langsung ini berlangsung terutama antara aliran udara yang akan
didinginkan dengan aliran udara basah.
15
Pada sisi udara yang akan didinginkan, jumlah uap air yang merembes pelat
plastik sangat kecil dan bisa diabaikan; karena itu, air yang masuk dianggap
didinginkan dari titik o ke titik s pada perbandingan kelembaban yang konstan,
menghasilkan garis horizontal os pada grafik psychrometric ditunjukkan di gambar
2.3d. Menurut Dowdy (1987)6, koefisien perpindahan kalor pada sisi udara hair ,
dalam W/m2.K, adalah fungsi hair = f(Re0.8 Pr0.3) dan bisa dihitung sebagai
3.08.0 PrRe023.0 D
h
aair
D
kh
(2.3)
dimana :
ka = konduktivitas kalor dari udara [W/m.K]
Dh = diameter hidrolik dari lintasan udara yang didinginkan [m]
La = panjang dari saluran udara [m]
Pada persamaan (2.3) diameter hidrolik didapat dari
ca
cah
P
AD
.4 (2.4)
dimana:
Aca = luas saluran udara yang didinginkan [m2]
Pca = perimeter basah dari saluran untuk udara yang akan didinginkan [m]
Pada sisi udara-basah, air disemprotkan ke dalam aliran udara basah;
bagaimanapun, karena perpindahan kalor dari aliran udara yang didinginkan melalui
pelat plastik ke aliran udara basah, proses penjenuhan ini tidak lagi adiabatik. Udara
yang kembali dari ruang yang dikondisikan (dimana menjadi aliran udara basah)
menjadi lembab dari titik r ke titik ex seperti ditunjukkan gambar 2.3d. Menurut Wu
dan Yelott (1987)6, kelembaban relatif dari udara yang keluar dari pendingin
evaporatif tak langsung sekitar 95 persen, dan perubahan pada temperatur
gelembung keringnya cukup kecil. Konsekuensinya, akan ada peningkatan di
entalpi gelembung basah dan entalpi udara akibat peningkatan pada kalor laten
(tersembunyi).
Pada penukar kalor pelat, udara yang didinginkan dan udara basah mengalir
dalam susunan saling bersilangan. Temperatur dari lapisan udara jenuh pada sisi
udara basah bergantung pada gelembung basah dari arus udara basah setempat dan
gelembung basah dari udara basah secara bertahap meningkat selama proses
6 Wang, Shan K. 1994. Handbook of Air Conditioning and Refrigeration. New York : McGraw –Hill. (Hal 13.7)
16
pelembaban. Peningkatan di gelembung basah dari udara basah bisa ditentukan dari
peningkatan entalpi Δhwet, dalam kJ/kg, dan bisa dihitung sebagai
wetwet
sopacaca
rexwetV
TTcVhhh
.
)(..
(2.5)
dimana:
hex, hr = entalpi dari udara basah pada titik ex dan r [kJ/kg]
To, Ts = temperatur dari udara yang didinginkan pada titik o dan s [°C]
wetca VV , = tingkat aliran volume udara yang akan didinginkan dan udara
basah [m3/s]
ρca, ρwet = berat jenis udara yang didinginkan dan udara basah [kg/m3]
cpa = kalor spesifik dari udara lembab [kJ/kg.K]
Temperatur rata – rata Ts.a dari lapisan jenuh di sisi udara basah, dalam °C, nilainya
kira – kira sama dengan temperatur rata – rata di tempat penampang air Tws, dalam
°C. Dari hasil eksperimen, Tw.s bernilai 16/9°C (3°F) lebih tinggi daripada tempertur
gelembung basah udara kembali untuk pendingin evaporatif tak langsung ini.
Koefisien perpindahan kalor permukaan di sisi udara basah hwet, bisa
dihitung dari
dry
pa
wet hc
mh
'' (2.6)
Dalam persamaan (2.6), hdry menyatakan koefisien perpindahan kalor
sensibel dari permukaan basah saat permukaan itu kering; yang bisa dihitung dari
persamaan (2.3):
4.08.0
.
PrRe023.0
wh
wetdry
D
kh (2.7)
17
Gambar 2.3 Salah satu tipe pendingin evaporatif: (a) diagram skematik; (b) arus udaramengalir melalui saluran-saluran; (c) perpindahan kalor melalui pelat plastik; dan (d)prosesnya dalam grafik psychrometric. Sumber: Wang, Shan K (1994)
18
dimana: kwet = konduktivitas termal dari udara basah [W/m.K]
Dh.w = diameter hidrolik dari saluran udara basah [m]
Lwet = panjang dari saluran udara basah [m]
II. 1. 3. c. Efektivitas Pendingin dan Faktor Kemampuan
Kemampuan dari pendingin evaporatif tak langsung, bisa ditentukan dari
nilai efektivitasnya. Biasanya aliran udara dingin memiliki tingkat kapasitas kalor
yang lebih rendah daripada aliran udara basah. Karena itu, efektivitas pendingin
evaporatif tak langsung, kadang – kadang dipanggil dengan faktor kemampuan
(performance factor), yang didefinisikan sebagai berikut
aseca
lcaecain
TT
TT
..
..
(2.8)
dimana:
Tca.e = temperatur dari udara yang akan didinginkan saat memasuki
pendingin evaporatif tak langsung [°C]
Tca.l = temperatur dari udara yang akan didinginkan saat keluar dari
pendingin evaporatif tak langsung [°C]
Ts.a = temperatur dari lapisan udara jenuh pada sisi udara basah (sekitar
12/3°C lebih tinggi daripada temperatur gelembung basah udara basah yang
masuk) [°C]
Untuk aliran silang di pelat penukar kalor dimana arus udara yang
didinginkan dan udara basah tidak tercampur, efektivitas pendinginan bisa dihitung
dari
1exp
1exp1 78.0
22.0CNTU
CNTUin (2.9)
dimana NTU berasal dari:
caC
AU
C
AUNTU
min
(2.10)
dan C berasal dari:
wet
ca
C
C
C
CC
max
min
pacacaca cVC ..
19
satwetwetwet cVC .. (2.11)
dimana:
Cca, Cwet = tingkat kapasitas kalor dari udara yang didinginkan dan udara
basah [kW.K]
Vca, Vwet = tingkat aliran volume dari udara yang didinginkan dan udara
basah [m3/s]
ρca, ρwet = berat jenis udara yang didinginkan dan udara basah [kg/m3]
cpa = kalor spesifik dari udara lembab [kJ/kg.K]
Dalam persamaan (2.11), csat menunjukkan kalor spesifik jenuh tiap derajat
temperatur gelembung basah dari udara basah pada tekanan konstan, dalam kW.K,
yang diberikan sebagai
'dT
dhc s
sat (2.12)
dimana hs = perbedaan entalpi sepanjang kurva penjenuhan, kJ/kg. Kapasitas
pendinginan total dari pendingin evaporatif tak langsung qc, dalam kW, bisa
dihitung sebagai
qc = Vca. ρca. Cpa. εin(Tca.e – Ts.a) (2.13)
Efektivitas operasi sesungguhnya dari pendingin evaporatif tak langsung
yang ditunjukkan dalam gambar 2.3 selama musim panas di Phoenix, Arizona bisa
mencapai 0.85 pada kondisi tersebut.
II. 1. 3. d. Karakteristik Operasi
Pendingin evaporatif tak langsung yang berdiri sendiri dibuat dalam ukuran
yang dapat menangani tingkat aliran volume 500.32, 1227.2, dan 1510.4 L/s.
Ukuran dari pendingin evaporatif tak langsung yang telah kita bicarakan di atas
adalah 1227.2 L/s (2600 ft3/min). Berdasarkan penelitian, konsumsi daya
maksimum pada musim panas yang panas adalah 1252.775 W (1.68 hp) dan
tekanan total pada kipas sentrifugal berkisar dari 250 sampai 325 Pa.
Pada pendingin evaporatif tak langsung, baik udara dari luar maupun udara
yang kembali dari ruang yang dikondisikan bisa digunakan sebagai udara untuk
didinginkan atau sebagai aliran udara basah. Hal itu tergantung dari udara mana
yang punya temperatur gelembung basah yang lebih rendah dan udara mana yang
bisa menyediakan hasil pendinginan evaporatif yang lebih baik. Di Phoenix, 2.5
20
persen gelembung basah untuk disain musim panas adalah 238/9°C (75°F). Untuk
temperatur ruang musim panas 262/3°C (80°F) dan kelembaban relatifnya 50 persen,
sedang temperatur gelembung basah udara yang kembali hanya 191/9°C (66.5°F).
Jadi lebih menguntungkan untuk memakai udara balik dari ruang kondisi untuk arus
basah pada kondisi ini. Hanya saat temperatur gelembung basah dari udara luar
jatuh di bawah 191/9°C kita bisa memakai udara luar sebagai udara yang akan
didinginkan dan sebagai aliran udara basah.
Perbandingan efisiensi energi (Energy Efficiency Ratio) didefinisikan
sebagai perbandingan dari kapasitas pendinginan bersih alat, dalam kW, dengan
masukan daya listrik, dalam W, dalam kondisi operasi yang diinginkan. Nilai
maksimum EER aktual dari tipe pendingin evaporatif tak langsung yang kita
bicarakan di sini, beroperasi dalam kondisi musim panas yang panas, sekitar 50,
dibandingkan dengan rata – rata 8.5 sampai 11.5 untuk unit yang berdiri sendiri.
Karakteristik operasi dari pendingin evaporatif tak langsung dipengaruhi
oleh kecepatan aliran dan jatuh tekanan pada sisi udara yang didinginkan dan udara
basah. Untuk pendingin tertentu, semakin besar aliran volume, semakin besar
koefisien perpindahan kalor, jatuh tekanan, dan kecepatan udara yang mengalir
melalui saluran – saluran di pelat penukar kalor.
Kecepatan udara dari arus udara yang akan didinginkan yang mengalir
melalui saluran biasanya berkisar dari 2.032 sampai 5.08 m/s. Adalah penting untuk
membatasi kecepatan udara di saluran udara basah untuk mencegah pembawaan
butiran – butiran air yang berlebih. Efektivitas pendingin evaporatif tak langsung
biasanya berkisar dari 0.6 pada jatuh tekanan disisi udara mencapai 50 Pa sampai
efektivitas mencapai 0.8 pada jatuh tekanan sebesar 250 Pa.
Biasanya, jatuh tekanan pada sisi udara yang akan didinginkan dari
pendingin evaporatif tak langsung berkisar antara 50 sampai 375 Pa, bergantung
pada kecepatan udara di penukar kalor dan saluran distribusi. Jatuh tekanan pada
sisi udara basah berkisar antara 125 sampai 250 Pa. Perbandingan aliran volume
udara basah dengan udara yang akan didinginkan berkisar antara 0.6 sampai 1.2.
Perbandingan ini mempengaruhi rasio kapasitas kalor C dan juga efektivitas
pendinginan. Ketinggian dari lokasi dipasangnya unit juga punya pengaruh yang
besar pada berat jenis udar dan tentu saja kemampuan alatnya.
21
II. 1. 3. e. Operasi Pembebanan dan Pengontrolan Komponen
Untuk unit dengan arus udara yang konstan, jika kondisi dari udara luar dan
rasio kalor sensibel dari ruang yang dikondisikan juga konstan dimana ada
pengurangan beban pendinginan ruang, garis pengkondisian ruang sr, di gambar
2.3d, menghasilkan jarak yang lebih pendek dari titik s. Temperatur ruang Trpl jatuh
dan kelembaban relatif ruang φrpl akan jadi lebih tinggi pada saat pembebanan
seperti ditunjukkan dengan titik rpl pada grafik psychrometric.
Jika beban pendinginan ruang tetap sama dan kondisi udara luar berubah
dari titik o ke titik op, dengan temperatur gelembung basah dan kering yang lebih
kering, kemudian temperatur suplai Tsp, temperatur udara lingkungan Trp2, dan
kelembaban ruang φrp2 semuanya akan lebih rendah pada bagian pembebanan.
Untuk pendingin evaporatif tak langsung ukuran kecil yang berdiri sendiri,
kipas berputar secara otomatis dengan dikendalikan sistem kontrol yang bergantung
pada temperatur ruang pada saat operasi pembebanan. Untuk pendingin yang lebih
besar, kipas dikendalikan motor dengan variasi kecepatan bisa sering diatur pada
saat pembebanan ketika temperatur ruang jatuh dibawah batas yang ditentukan
sebelumnya.
II. 2. Air-cooled Heat Exchanger
Penukar kalor dengan tiupan udara (air-cooled heat exchanger) digunakan
untuk mendinginkan fluida kerja dengan udara lingkungan. Pada sub-bab ini
digambarkan disain umum dari air-cooled heat exchanger dan metode untuk
memperkirakan ukurannya.
II. 2. 1. Susunan dan Disain Mekanik
Gambar 2.4 menunjukkan susunan dan bentuk rancangan dari air-cooled
heat exchanger yang umum diproduksi dengan arah horizontal dan vertikal, dan ada
pula yang menyusun berkas tabungnya sedemikian rupa sehingga membentuk huruf
A atau V, hal ini dilakukan untuk menghemat luas daerah instalasi bila harus
digunakan 2 berkas tabung atau lebih. Komponen – komponen penyusunnya terdiri
atas satu atau lebih berkas tabung yang ditiup oleh satu atau lebih kipas aksial,
motor penggerak kipas, pengurang kecepatan (speed reducer), dan struktur
pendukung dan pelindung.
22
Gambar 2. 4. Arah berkas tabung penukar kalor dengan tiupan angin.Sumber : Sounders (1988)
Penukar kalor dengan tiupan udara ini diklasifikasikan menjadi 2
berdasarkan peletakan kipas. Jika berkas tabung diletakkan pada sisi pembuangan
kipas disebut tipe dorong (forced draft), dan jika berkas tabung diletakkan pada sisi
hisap kipas disebut tipe hisap (induced draft). Gambar 2.5 menunjukkan kedua jenis
penukar kalor ini beserta komponen – komponennya.
Gambar 2. 5. Tipe udara dorong dan udara hisap dari penukar kalor dengan tiupan udaradan komponen-komponen utama. Sumber : Sounders (1988)
Penukar kalor jenis ini umumnya dibuat dengan ukuran panjang tabung
berkisar antara 1.8288 m (6 ft) sampai 15.24 m (50 ft) 7 dan lebar satu kesatuan
berkas tabung berkisar antara 1.2912 m (4 ft) sampai 9.144 m (30 ft) 7. Penggunaan
7Saunders, E. A. D. 1988. Heat exchangers : selection, design & construction. London : Longman.
23
tabung yang lebih panjang biasanya berakibat penurunan biaya rancangan
dibanding menggunakan tabung yang lebih pendek.
Ukuran diameter kipas berkisar antara 0.9144 m (3 ft) sampai 8.5344 m (28
ft) 8, namun diameter 4.2672 m (14 ft) sampai 4.8768 m (16 ft) 8 adalah ukuran
diameter maksimum yang biasa digunakan. Penggerak kipas bisa menggunakan
motor elektrik, turbin uap, motor hidraulis, atau mesin berbahan bakar bensin.
Biasanya pengurang kecepatan (speed reducer) menggunakan V-belt, atau roda gigi
pengurang kecepatan (reduction gear box). Pengurang kecepatan ini digunakan
untuk mencocokkan kecepatan motor penggerak yang tinggi dengan kecepatan
kipas aksial yang relatif pelan. Kecepatan maksimal dari kipas normalnya 60.96 m/s
(12000 fpm) 8 atau kurang. Penggunaan di Amerika Serikat menunjukkan V-belt
dipakai untuk daya 30 bhp 8 dan gearbox untuk daya yang lebih besar. Ukuran
penggerak individu biasanya dibatasi sampai 50 hp(37.3 kW) 8. Gambar 2.6
menunjukkan macam – macam susunan penggerak kipas dan media penerus
dayanya.
Penggunaan dua kipas untuk tiap berkas tabung (bay) sangat populer, sejak
metode ini menyediakan derajat faktor keselamatan melawan kerusakan kipas atau
kerusakan sumber penggerak dan juga metode pengontrolan oleh perangkap kipas.
Luas cakupan kipas (fan coverage) adalah perbandingan luas area kipas yang
diproyeksikan terhadap luas area muka dari berkas tabung yang akan ditiup oleh
kipas tersebut. Dalam prakteknya sangat bagus untuk menjaga perbandingan ini
agar selalu diatas 0.4 jika memungkinkan karena perbandingan yang lebih tinggi
meningkatkan distribusi udara yang melewati berkas tabung. Luas area muka adalah
luas area datar dari permukaan penukar kalor yang tersedia untuk dialiri udara pada
muka dari berkas tabung. Gambar 2.7 menunjukkan susunan kipas diatas berkas
tabung.
8Saunders, E. A. D. 1988. Heat exchangers : selection, design & construction. London : Longman.
24
Gambar 2. 6. Tipe-tipe susunan pemasangan motor penggerak dan penerus dayanya. Sumber :Sounders (1988)
25
Gambar 2. 7. Definisi dari bundle, bay, unit, dan bank. Sumber : Sounders (1988)
Alat penukar kalor pada air-cooled heat exchanger adalah berkas tabung
yang tersusun atas pelindung samping, tabung/pipa pendukung, kepala pipa dan
sirip – sirip tabung. Gambar 2.8. menunjukkan susunan kepala pipa dan komponen
– komponen lainnya pada berkas tabung.
Sirip dari aluminum9 biasa diaplikasikan pada pipa untuk menyediakan
permukaan penukar kalor yang lebih besar pada sisi udara, sebagai kompensasi dari
rendahnya koefisien perpindahan kalor udara ke pipa. Tipe – tipe konstruksi sirip
ada dapat dilihat pada gambar 2.9. Penerapan dari tiap tipe sirip pada gambar 2.9,
tergantung dari temperatur, kondisi operasi kerja alat, dan persetujuan antara
pembuat, kontraktor dan pengguna. Tipe yang paling banyak digunakan adalah tipe
yang ditanam (embeded), karena tahan untuk operasi hingga suhu 350°C 9.
Diameter pipa yang digunakan umumnya berdiameter antara 0.246 cm (5/8
in) sampai 1.1968 cm (1½ in) 9 dengan siripnya berdiameter luar antara 0.1968 cm
(½ in) sampai 2.54 cm (1 in) 9, jumlah sirip persatuan panjang antara 3/cm ( 7/in)
sampai 5/cm (11/in) 9, menyediakan penambahan luas permukaan 12 sampai 25 kali
luas permukaan luar pipa. Pipa – pipa biasanya disusun dalam bentuk susunan
segitiga sama sisi dengan jarak antar pipa tergantung dari ukuran pipa, misalnya
untuk pipa berdiameter luar 2.54 mm jarak antara pipa (pitch) adalah 60.33 mm.
9Saunders, E. A. D. 1988. Heat exchangers : selection, design & construction. London : Longman.
26
Gambar 2. 8. Tipe kepala pipa (a) removable cover (b) removable bonnet (c) plug (d) manifold.
Sumber: Sumber : Sounders (1988)
27
Gambar 2. 9. Tipe-tipe pemasangan sirip pada pipa. Sumber : Sounders (1988)
Mencocokkan berkas tabung dengan sistem kipas dan kebutuhan
perpindahan kalor biasanya menghasilkan berkas tabung dengan jumlah baris 3
sampai 8 dengan tabung yang bersirip, namun yang paling banyak digunakan adalah
tipe 4 baris. Gambar 2.10 menunjukkan definisi dari baris pada penukar kalor
dengan tiupan udara.
Pipa dengan diameter luar 2.54 cm (1 in) adalah pipa yang paling banyak
digunakan dan sirip yang paling banyak digunakan adalah sirip aluminum dengan
diameter luar 57.15 mm (0.255 in), tebal sirip 0.4 mm (0.00157 in), dan dengan
jumlah fin persatuan meter adalah 433/m.
28
Gambar 2. 10. Definisi baris dan jumlah aliran. Sumber : Sounders (1988)
II. 2. 2. Pengontrolan Sisi Udara
Penukar kalor dengan tiupan udara dibuat untuk beroperasi pada kondisi
temperatur udara lingkungan yang hangat (musim panas). Variasi temperatur udara
akibat perubahan musim bisa mengakibatkan kelebihan beban pendinginan yang
tidak diinginkan. Salah satu cara untuk mengontrol beban pendinginan adalah
dengan merubah jumlah udara yang mengalir melalui berkas tabung. Hal ini bisa
dicapai dengan menggunakan banyak motor, motor dengan kecepatan yang
bervariasi, sumber penggerak hidrolis dengan kecepatan yang bervariasi, pengarah
udara (louver) pada muka dari berkas tabung, atau kipas yang jarak antar kipasnya
(pitch) dapat berubah secara otomatis.
Perangkap dari kipas – kipas atau kecepatan kipas mungkin cukup untuk
sistem yang tidak membutuhkan kontrol yang presisi dari temperatur atau tekanan
proses. Pengarah udara dapat mengendalikan wilayah pengontrolan jumlah udara
secara penuh. Pengarah udara bisa dioperasikan secara manual, atau secara otomatis
29
dengan motor elektrik atau pneumatik dengan sensor temperatur atau tekanan jarak
jauh yang dipasang dalam aliran selama proses. Pengarah udara digunakan dengan
kipas kecepatan konstan dan jalur angin tidak mengurangi kebutuhan daya kipas.
Kipas dengan variasi jarak yang otomatis (auto-variable-pitch fans)
biasanya menggunakan jarak antara propeler (blade-pitch) yang dapat mencocokkan
diri secara pneumatik yang mungkin dikontrol dari sensor jarak jauh. Jarak antara
propeler kipas diubah – ubah untuk mendapatkan jumlah aliran udara yang
dibutuhkan untuk memelihara temperatur atau tekanan proses saat pendinginan.
Sudut baling – baling kipas yang dibutuhkan dapat berkurang sesuai dengan
jatuhnya temperatur udara lingkungan dan ini bisa menghemat daya kipas. Motor
hidrolis dengan variasi kecepatan dapat mengurangi kecepatan kipas yang
dikendalikannya saat dibutuhkan aliran udara yang lebih sedikit dan hal ini juga
bisa menghemat daya kipas.
Variasi temperatur udara yang ekstrim seperti pada iklim daerah utara
membutuhkan langkah – langkah tambahan yang penting. Saluran udara dan
pengarah udara bisa dipasang dengan susunan yang meresirkulasi udara buangan
yang hangat untuk kembali melalui berkas tabung dalam jumlah yang bervariasi
untuk ikut menjaga sifat udara lingkungan yang akan masuk sistem. Sistem yang
sangat rumit mungkin penting saat merancang penukar kalor untuk cairan yang titik
lumernya tinggi namun sistem berada pada iklim dingin. Alat ini mungkin
menggunakan saluran udara dan pengarah udara untuk meresirkulasi udara secara
penuh, kipas yang bisa merubah jaraknya secara otomatis, dan gulungan pemanas
untuk memanaskan sistem saat pertama kali sistem dioperasikan. Gambar 2.11
menunjukkan siklus kerja alat penukar kalor dengan tiupan udara di musim dingin,
sehingga memerlukan sirkulasi kembali.
30
Gambar 2. 11. Sistem resirkulasi udara. Sumber : Sounders (1988)
II. 2. 3. Disain Termal
II. 2. 3. a. Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh
Idealnya untuk fluida yang melalui suatu permukaan tahanan perpindahan
kalornya diasumsikan akibat dari tahanan lapisan film fluida yang tipis yang
berbatasan dengan permukaan tersebut secara langsung. Padahal sebenarnya ada
pengotoran yang membentuk lapisan (diasumsikan lapisannya seragam) dan lapisan
pengotoran ini diasumsikan berbatasan langsung dengan lapisan pengotor. Gambar
2.12 menunjukkan susunan lapisan di sebelah dalam dan di sebelah luar dari
permukaan penukar kalor.
T1 – T2 = Q/αi Ai (2.14.a)
T2 – T3 = Q/αfi Ai (2.14.b)
T3 – T4 = Q/αw Aw (2.14.c)
T4 – T5 = Q/αfo Ao (2.14.d)
T5 – T6 = Q/αo Ao (2.14.e)
Dimana :
αi, αo = koefisien perpindahan kalor di lapisan film [W/m2.K]
αfi, αfo = konduktansi dari lapisan pengotor [m2.K/W]
αw = konduktansi dinding dari permukaan penukar kalor [m2.K/W]
Ai, Ao = luas permukaan penukar kalor dari kedua sisi dinding [m2]
Aw = luas area rata – rata dari dinding = (Ai + Ao)/2
31
Gambar 2. 12. Profil temperatur antara fluida panas dan fluida dingin
Menjumlah kelima persamaan diatas akan didapat persamaan berikut :
(T1 – T6) = ΔT =
0
11111
AAAAAQ
oofowwifiii (2.15)
Untuk lebih memudahkan dalam menghubungkan semua koefisien bisa
dengan memilih sebuah luas permukaan referensi (Aref). Dengan mengalikan kedua
sisi persamaan 2.15, didapat persamaan 2.16a berikut ini:
Aref ΔT =
0A
A
A
A
A
A
A
A
A
AQ
o
ref
ofo
ref
ww
ref
ifi
ref
ii
ref
(2.16a)
atau karena Aref ΔT = Q/Uref
maka persamaan 2.16a dapat ditulis menjadi persamaan 2.16b berikut ini:
0
1
A
A
A
A
A
A
A
A
A
AQ
U o
ref
ofo
ref
ww
ref
ifi
ref
ii
ref
ref (2.16b)
Temp. keseluruhanFluida panas
dinding
Lap. pengotor
Lap. Film fluida
Fluida panas Fluida dingin
Temp. keseluruhanFluida dingin
T6
T5
T4
T3
T2
T1
TEMPERATUR
ΔT
32
dimana 1/Uref adalah tahanan perpindahan kalor menyeluruh dan jumlah dari
keseluruhan tahanan – tahanan yang ada pada sistem, kesemua tahanan tersebut
berhubungan dengan luas permukaan referensi (Aref).
Untuk kasus tabung silinder, luas permukaan referensi yang dipilih bisa dari
luas permukaan luar (Ao), sehingga persamaan 2.16 akan menjadi persamaan 2.17
berikut ini:
oowioiio
orrAArAA
U /1///1
1
1 (2.17)
dengan :
ri = 1/αfi = tahanan akibat pengotoran di dalam pipa [m2.K/W]
ro = 1/ αfo = tahanan akibat pengotoran di luar pipa [m2.K/W]
rw =
w
ioo ddd
2
/ln= tahanan pada dinding pipa [m2.K/W]
II. 2. 3. b. Dalam Tabung Silinder
Koefisien perpindahan kalor di dalam tabung tergantung dari jenis
alirannya: laminar, transisi atau turbulen. Hal ini bisa dilihat dari bilangan Reynold.
Untuk semua kasus bilangan Reynold ini didapat dari persamaan berikut:
ii uddm
Re (2.18)
dimana m = kecepatan massa [kg/s.m2]
di = diameter dalam pipa [m]
η = viskositas dinamik (dynamic viscosity) [N s/m2]
ρ = densitas fluida [kg/m3]
Aliran turbulen (Re > 10 000)
2795.0495.0 Prln0225.0expRePr0225.0i
id
(2.19)
dimana Φ = (η/ ηs)a = (Pr/Prs)
a
a = 0.18 untuk pemanasan fluida, 0.3 untuk pendinginan fluida
Pr, Prs = bilangan Prandtl pada temperatur keseluruhan dan temperatur
dinding pipa.
η, ηs = viskositas dinamik pada temperatur keseluruhan dan temperatur
dinding [N s/m2]
33
λ = konduktivitas termal fluida [W/m.K]
Φ adalah faktor koreksi kekentalan fluida yang mengalir di dalam pipa. Faktor
koreksi ini berlaku bila fluida ini mengalami perubahan kekentalan selama proses
pemanasan atau pendinginan di dalam pipa. Jika fluida dapat dianggap memiliki
kekentalan yang relatif tak begitu banyak berubah, maka Φ = 1.
Aliran Transisi (2000 ≤ Re ≤ 10 000)
3/2
2495.03/2 1Prln0225.0expPr125Re1.0L
d
di
i
i
(2.20)
dengan a = 0.14
L = panjang pipa [m]
Aliran Laminar (Re < 2000, Gz > 9)
Untuk tabung horizontal:
3/175.0Pr.0083.075.1 GrGz
d i
i
(2.21)
dimana Gz = Re Pr d/L = ud2ρcp/λL = bilangan Graetz
Gr = gd3ρΔρ/η2 = bilangan Grashof
Aliran Laminar (Re <2000, Gz ≤ 9)
Untuk tabung horizontal dan vertikal:
i
id
66.3 (2.22)
Rugi Tekanan
Nilai rugi tekanan (pressure loss) aliran di dalam tabung sangat dipengaruhi oleh
faktor gesekan (fi) yang terjadi antara fluida dan permukaan dalam tabung, dan
faktor gesekan ini juga dipengaruhi oleh jenis alirannya: laminar, transisi, atau
turbulen.
Aliran Laminar (Re ≤ 1311)
Untuk semua jenis tabung
fi = 16/ Re (2.23)
Aliran Transisi
Untuk tabung halus (1311 < Re < 2100) maupun pipa yang ada dipasaran atau yang
mudah berkarat (1311 < Re < 3380), faktor gesekannya adalah:
34
fi = 0.0122 (2.24)
Aliran Turbulen
Jika tabung halus (Re ≥ 2100)
fi = 0.0014 + (0.125/Re0.32) (2.25)
Jika Re ≥ 3380 – pipa komersial atau pipa yang mudah berkarat
fi = 0.0035 + (0.264/Re0.42) (2.26)
Setelah faktor gesekan telah kita ketahui nilainya, maka rugi tekanan dalam pipa
dapat kita peroleh dari:
i
ii
d
mLfP
2
4 2(2.27)
dimana a = 0.14 untuk Re ≥ 2100
a = 0.25 untuk Re < 2100
ΔPi = rugi tekanan dalam pipa [Pa]
fi = faktor gesekan dalam pipa
Sedangkan rugi tekanan pada kepala tabung bisa diketahui dari:
2
2mNKP phh
(2.28)
dimana Np = jumlah laluan fluida dalam pipa (passes)
Kh = 0.9 untuk Np = 1 passes
Kh = 1.6 untuk Np ≥ 2 passes
II. 2. 3. c. Luar Tabung Silinder
Pipa yang ditinjau disini adalah pipa dengan jenis sirip radial, penampang
sirip berbentuk persegi panjang dan jumlah sirip persatuan panjang cukup rapat.
Gambar 2.13 menunjukkan jenis-jenis sirip menurut arah pemasangannya pada
pipa, dan dalam program kita nantinya akan menggunakan sirip tipe radial (gambar
c) dalam gambar 2.13 tersebut dan gambar 2.14.
35
Gambar 2. 13. Geometri dari tabung bersirip. Sumber : Sounders (1988)
Gambar 2. 14. Tampak 3D dari tabung bersirip radial. Sumber : Sounders (1988)
Banyaknya faktor yang mempengaruhi kemampuan pipa dengan sirip yang
rapat (high-finned tubes) sehingga dianjurkan untuk mencari data eksperimen yang
erat berhubungan dengan tipe, bentuk dan konfigurasi dari pipa bersirip yang
diinginkan. Kebanyakan data yang ada dikhususkan untuk udara yang mengalir
melalui sirip – sirip yang halus, datar, helical pada tiap pipa dalam berkas tabung.
Namun jika data eksperimen tidak tersedia, persamaan 2.30a, 2.30b dan 2.31a,
2.31b mungkin bisa memprediksi perpindahan kalor dan rugi tekanan untuk aliran
udara melalui berkas tabung, yang tiap tabung disusun dalam bentuk segitiga sama
sisi.
36
Bilangan Reynold, kecepatan dan diameter
Dalam semua kasus, bilangan Reynold dan kecepatan tergantung pada luas area
minimum antara tabung yang harus dilalui udara dalam satu baris. Dalam hal ini
untuk diameter karakteristik selalu digunakan diameter akar sirip, kecuali sudah
diberitahu sebelumnya.
rmrm dudm
Re (2.29)
dengan : mm = kecepatan massa berdasarkan luas area minimum antara tabung –
tabung yang harus dilalui udara [kg/s.m2]
dr = diameter akar sirip atau diameter luar pipa [m]
Koefisien Perpindahan Kalor
Persamaan 2.30a dan 2.30b berdasarkan rekomendasi dari Gianolio dan Cuti
(1981) 10 yang hasil eksperimennya menunjukkan bahwa koefisien perpindahan
kalor tergantung pada jenis aliran udara, apakah pergerakan udara hasil dari
dorongan kipas atau hasil dari hisapan kipas.
Untuk tipe udara yang dihisap
jika jumlah baris pipa 6 atau lebih:
1134.02.0
681.033.0 RePr134.0
ffr
ft
s
l
s
d
(2.30a)
jika baris pipa (Nr) < 6, persamaan 2.30a menjadi:
14.0
2
1134.02.0
681.033.0 1RePr134.0
r
m
ffr
fN
u
t
s
l
s
d
(2.30b)
Untuk tipe udara yang didorong
jika jumlah baris pipa 6 atau lebih:
311.0
685.033.0 RePr271.0
b
t
r
fA
A
d
(2.31a)
10Saunders, E. A. D. 1988. Heat exchangers : selection, design & construction. London :
Longman. (Hal 179)
37
jika baris pipa (Nr) < 6, persamaan 2.31a menjadi:
138.0311.0
685.033.0
6RePr271.0
Nr
A
A
d b
t
r
f
(2.31b)
dengan: s = jarak antar sirip [m]
lf = tinggi fin [m]
um = kecepatan fluida berdasarkan luas area minimum antar tabung yang
harus ditembus [m/s]
Nr = jumlah baris tabung secara vertikal dalam berkas tabung
Kemudian hasil persamaan 2.30a, 2.30b dan 2.31a, 2.31b masuk ke persamaan
2.32a didapat koefisien perpindahan kalor di luar pipa (baik tipe udara dorong
maupun hisap):
b
ufff
foA
AA
(2.32a)
dimana:x
mA
FRSu (2.32b)
s
AFRFRS
(2.32c)
Pt = Ni . P (2.32d)
NWe = (OWB + Pt) / 2 (2.32e)
Le = L – (0.1m) (2.32f)
Ag = NWe . Le (2.32g)
Ax = FAR . Ag (2.32h)
FAR = 1 –
P
sdtdN frfff .(2.32i)
FEPl
FEPl
fe
fe
f.
.tanh (2.32j)
r
f
f
f
ffed
d
l
tll ln35.01
.21 (2.32k)
2/1
.
.2
ff
f
tFEP
(2.32l)
38
keterangan simbol:
αfo = koefisien perpindahan kalor untuk luar tabung [W/m2 K]
FRS = tingkat aliran standar (flow rate standard) [m3/s]
AFR = tingkat aliran udara (air flow rate) [kg/s]
ρs = kerapatan udara standar [kg/m3]
Ax = Luas area antara tabung [m2]
P = jarak antar tabung (pitch) [m]
Pt = total jarak antar tabung [m]
Ni = jumlah tabung tiap baris
OWB = keseluruhan lebar berkas tabung (overal width bundle) [m]
NWe = lebar berkas tabung efektif (nominal width effective) [m]
Le = panjang tabung efektif [m]
L = panjang tabung [m]
Ag = luas area muka dari pendingin [m2]
FAR = rasio perbandingan area muka (face area ratio)
Nf = jumlah sirip radial persatuan meter
df = diameter luar sirip [m]
tf = ketebalan sirip [m]
sf = jarak antar sirip radial [m]
FEP = parameter efisiensi sirip (fin efficiency parameter) [m-1]
lfe = tinggi sirip ekuivalen [m]
lf = tinggi sirip [m]
λf = konduktifitas termal sirip [m]
Rugi Tekanan (ΔP)
Persamaan 2.33a berdasarkan rekomendasi dari Gianolio dan Cuti (1981)11 yang
hasil eksperimennya menunjukkan bahwa rugi tekanan (pressure loss) tergantung
pada jenis aliran udara, apakah pergerakan udara hasil dari dorongan kipas atau
hasil dari hisapan kipas.
rmo
o
NmfP
22 (2.33a)
11Saunders, E. A. D. 1988. Heat exchangers : selection, design & construction. London :
Longman. (Hal 179)
39
Untuk udara yang ditarik
3.054.1
412.0Re36.16
b
t
r
to
A
A
d
pf (2.33b)
Untuk udara yang didorong
25.0Re532.1 pof (2.33c)
dimana:
pm
p
dmRe (2.33d)
45.0
4.0
1
1
2
h
t
f
hp
dps
l
dd (2.33e)
12 ff
rb
t
hNl
dA
A
d (2.33f)
dengan: dp = diameter ekuivalen untuk tabung dengan sirip rapat [m]
dh = diameter ekuivalen untuk tabung dengan sirip rapat [m]
pt = jarak melintang antara pipa (transverse tube pitch) [m]
At = luas area total bagian luar tabung dengan siripnya [m2]
Ab = luas area bagian luar tabung tanpa sirip [m2]
Sedangkan untuk daerah sekitar kipas dan plenum, rugi tekanannya (ΔPp) adalah
2fap uKP (2.34)
dimana: uf = kecepatan udara di sekitar kipas [m/s]
K = 0.06 untuk tipe udara yang didorong
K = 0.075 untuk tipe udara yang dihisap
II. 2. 4. Beda Suhu Rata-rata Log (LMTD)
Persamaan untuk mengetahui nilai LMTD (Log Mean Temperature
Difference) untuk alat – alat penukar kalor dasarnya diambil dari alat penukar-kalor
40
tipe pipa-ganda. Perhatikan penukar-kalor pipa-ganda pada gambar 2.15. Fluidanya
dapat mengalir dalam aliran-sejajar maupun aliran-lawan arah, dan profil suhu
untuk kedua kasus itu ditunjukkan pada gambar 2.16. Kita hendak menghitung
perpindahan kalor dengan susunan pipa-ganda ini dengan :
mTUAq (2.35)
dengan U = koefisien perpindahan-kalor menyeluruh
A = luas permukaan perpindahan-kalor yang sesuai dengan definisi U
ΔTm = beda-suhu rata-rata yang tepat untuk digunakan dalam penukar-kalor
Gambar 2. 15. Penukar-kalor pipa-ganda
Gambar 2. 16. Profil suhu dalam penukar-kalor pipa-ganda
Pemeriksaaan atas gambar 2.16 menunjukkan bahwa beda-suhu antara
fluida-panas dan fluida-dingin pada waktu masuk dan pada waktu keluar tidaklah
sama, dan kita perlu menentukan nilai rata-rata untuk digunakan dalam persamaan
2.35. Untuk penukar-kalor aliran-sejajar seperti pada gambar 2.16, kalor yang
dipindahkan melalui unsur luas dA dapat ditunjukkan sebagai:
ccchhh dTcmdTcmdq (2.36)
1 2
Tc1
Tc2
Th1
Th2
Fluida dingin Tc
Fluida panas Th
dq
dA
1 2
Tc1
Tc2
Th1
Th2
Fluida dingin Tc
Fluida panas Th
(a) tipe aliran-sejajar (b) tipe aliran-lawan arah
Fluida B
Fluida A
(a) tipe aliran-sejajar (b) tipe aliran-lawan arah
Fluida B
Fluida A
1 2 1 2
41
di mana subskrip h dan c masing – masing menandai fluida-panas dan fluida-dingin.
Perpindahan kalor dapat pula dinyatakan sebagai:
dATTUdq ch (2.37)
Dari persamaan 2.36 didapat:
hc
hcm
dqdT
cc
ccm
dqdT
di mana m menunjukkan laju aliran-massa dan c adalah kalor spesifik fluida. Jadi,
cchh
chchcmcm
dqTTddTdT
11(2.38)
Jika dq diselesaikan dari persamaan 2.37 dan disubsitusikan ke dalam persamaan
2.36, maka didapatkan
dA
cmcmU
TT
TTd
cchhch
ch
11(2.39)
Persamaan diferensial ini dapat diintegrasikan antara kondisi 1 dan kondisi 2 seperti
pada gambar 2.15. Hasilnya adalah:
cchhch
ch
cmcmUA
TT
TT
11ln
11
22 (2.40)
Kembali ke persamaan 2.36, hasil-kali cccm dan hhcm dapat dinyatakan dalam
perpindahan-kalor total q dan beda-suhu menyeluruh antara fluida-panas dan fluida-
dingin. Jadi,
21 hh
hhTT
qcm
12 cc
ccTT
qcm
Jika kedua hubungan di atas disubsitusikan ke dalam persamaan 2.40 memberikan
1122
1122
/ln chch
chch
TTTT
TTTTUAq
(2.41)
Jika persamaan 2.41 dibandingkan dengan persamaan 2.35, terlihat bahwa beda
suhu rata-rata merupakan pengelompokan suku – suku dalam kurung. Jadi,
1122
1122
/ln chch
chchm
TTTT
TTTTT
(2.42)
42
Beda-suhu ini disebut beda-suhu rata-rata log (log mean temperature difference =
LMTD). Dengan kata-kata, ialah beda-suhu pada satu ujung penukar kalor
dikurangi beda suhu pada ujung yang satu lagi dibagi dengan logaritma alamiah
daripada perbandingan kedua beda-suhu tersebut. Persamaan 2.42 ini bisa
digunakan untuk mencari LMTD pada penukar kalor tipe aliran-sejajar ataupun tipe
aliran-lawan arah.
Namun penurunan LMTD di atas menyangkut dua pengandaian: (1) kalor
spesifik fluida tidak berubah menurut suhu, dan (2) koefisien perpindahan kalor
konveksi tetap, untuk seluruh penukar kalor. Pengandaian yang kedua ini biasanya
sangat penting karena pengaruh pintu-masuk, viskositas fluida, perubahan
konduktivitas termal, dan sebagainya. Biasanya untuk memberikan koreksi atas
pengaruh – pengaruh tersebut perlu digunakan metode numerik.
Jika suatu penukar kalor yang bukan jenis pipa-ganda digunakan,
perpindahan kalor dihitung dengan menerapkan faktor koreksi terhadap LMTD
untuk susunan pipa-ganda aliran-lawan arah dengan suhu fluida panas dan suhu
fluida dingin yang sama. Bentuk persamaan perpindahan kalor menjadi:
mTUAFq (2.43)
Bila terdapat perubahan fase, seperti kondensasi atau penguapan, fluida biasanya
berada pada suhu yang pada hakekatnya tetap, dan persamaan – persamaan itu
menjadi lebih sederhana. Untuk kondisi kita bisa memakai faktor koreksi terhadap
LMTD sama dengan 1.
Sedang untuk penukar kalor dengan tiupan udara (air-cooled heat
exchanger), bisa digunakan persamaan pencari faktor LMTD untuk alat penukar
kalor yang memakai komponen dasar seperti gambar 2.17.
Gambar 2. 17. Penukar kalor pipa dengan sirip radial
Fluida dingin (udara)m , cp, t1
Lx
t2
T2 Ly
Fluida panas
M , Cp, T1
43
Persamaan faktor LMTD (F) untuk penukar kalor dengan tiupan udara:
RPR
RR
RP
P
F
1lnln1
1
1ln
(2.44a)
dengan :11
12
tT
ttP
(2.44b)
12
21
tt
TTR
(2.44c)
Penurunan persamaan 2.44a ini dapat dilihat pada buku Thelkeld, J. L. (1970).
Thelkeld, J. L. 1970. Thermal Environmental Engineering 2nd Ed. London : Prentice – Hall. (Hal
238 – 239).
44
BAB III
PEMBUATAN PROGRAM
III. 1. Program Disain Termal Pendingin Evaporatif Tak-langsung (IEC)
III. 1. a. Tahap – tahap Mendisain Pendingin Evaporatif Tak-langsung
Untuk mempermudah penelusuran kesalahan pada program yang akan
dibuat, maka penulis membagi langkah mendisain pendingin evaporatif tak-
langsung ini menjadi 7 langkah. Masukan dan keluaran yang berbeda – beda pada
tiap langkah ini kemudian akan dijadikan satu dalam diagram alir dan program
sebagai masukan awal dan keluaran akhir. Data masukan dibagi menjadi 2 macam
yaitu masukan dari pengguna dan dari basis data (database).
Asumsi yang digunakan :
1. Temperatur udara standar dan kering yang boleh dimasukkan hanya berkisar
antara 20 sampai 40°C. Hal ini untuk mengurangi besar kesalahan akibat
pengambilan sifat – sifat termodinamis udara secara interpolasi. Semakin
kecil jarak antara batas atas dan batas bawah interpolasi, akan menghasilkan
kesalahan yang semakin kecil.
2. Temperatur udara gelembung basah pada sisi basah dibatasi antara 15
sampai 25°C, dengan alasan yang sama seperti asumsi pertama.
3. Pengguna program diharap mampu memperkirakan suhu gelembung basah
udara pada sisi basah yang masuk dan keluar alat.
4. Lebar dan tinggi pelat penukar kalor berkisar antara 0.1 sampai 50 m, dan
pelat berbentuk bujur sangkar (sehingga lebar = tinggi).
Persiapan :
Membuat database untuk program IEC (Indirect Evaporative Cooler) yang memuat
2 tabel yaitu:
1. Tabel yang berisi konduktivitas bahan – bahan pelat penukar kalor (lihat
lampiran).
2. Tabel untuk menyimpan semua data masukan dan data hasil kalkulasi
program.
45
Tabel 3.1 Sifat – sifat termodinamis dari udara
Temp (T)°C
Densitaskg/m3
ViskositasN.s/m2
KonduktivitasW/m.K
Kalor spesifikJ/kg.K
Prandtl
20 1.205 0.00001506 0.02593 1005 0.70340 1.128 0.00001696 0.02656 1005 0.699
Langkah 1:
Masukan data (dari pengguna):
1. Temperatur gelembung kering udara luar yang akan masuk alat (To) [°C]
2. Temperatur udara yang sudah didinginkan saat keluar alat (Ts) [°C]
3. Temperatur udara standar pada 1 atm (Tstd) [°C]
4. Debit aliran udara yang akan didinginkan di sisi kering ( sV = caV ) [m3/s]
Interpolasi (data dari tabel 3.1):
Densitas udara pada sisi kering (ρfo = ρca ):
2040
40)205.1128.1(128.1 o
fo
T
Kalor spesifik dari udara pada sisi kering (cpa):
2040
40)10051005(1005 o
pa
Tc
Konduktivitas udara pada sisi kering (kca):
2040
40)02593.002656.0(02656.0 o
ca
Tk
Viskositas udara pada sisi kering (μca):
2040
40)00001506.000001696.0(00001696.0 o
ca
T
Bilangan Prandtl pada sisi kering (Prca):
2040
40)703.0699.0(699.0Pr o
ca
T
Densitas udara pada sisi basah (ρwet):
2040
40)205.1128.1(128.1 std
wet
T
Konduktivitas udara pada sisi basah (kwet):
2040
40)02593.002656.0(02656.0 std
wet
Tk
46
Viskositas udara pada sisi basah (μwet):
2040
40)00001506.000001696.0(00001696.0 std
wet
T
Bilangan Prandtl pada sisi basah (Prwet):
2040
40)703.0699.0(699.0Pr std
wet
T
Keluaran:
Kapasitas pendinginan (qc)
qc = (To – Ts) caV ρfo cpa
Langkah 2:
Masukan (dari pengguna):
Temperatur gelembung basah udara didaerah masuk sisi basah (Twet-in) [°C]
Hitung:
Temperatur borongan rata-rata udara jenuh di sisi basah (Ts.a):
Ts.a = Twet-in + 12/3 °C
Keluaran:
Efektifitas pendingin (εin):
)( .asopacaca
cin
TTcV
q
Langkah 3:
Masukan (dari pengguna):
1. Temperatur gelembung basah udara didaerah keluar sisi basah (Twet-out) [°C]
2. Debit udara masuk pada sisi basah ( wetV ) [m3/s]
Nilai debit ini bisa juga telah ditentukan sebelumnya dengan pertimbangan debit
udara pada sisi basah tidak boleh terlalu besar karena akan mengakibatkan
terbawanya butiran – butiran air. Persamaan yang digunakan sebagai berikut:
wetV = caV - 0.0944 m3/s
Namun pengguna tetap bisa memasukkan angka debit pilihannya, jika memang dia
tidak menghendaki nilai yang telah kita tetapkan dengan persamaan ini.
47
Tabel 3.2 Entalpi udara
Temperatur (°C) Entalpi (J/kg)15 59992.1925 94379.78Interpolasi (data dari tabel 3.2):
Entalpi udara masuk di sisi basah (Hin):
1525
25)59992.1994379.78(94379.78 inwet
in
TH
Entalpi udara keluar di sisi basah (Hout):
1525
25)59992.1994379.78(94379.78 outwet
out
TH
Hitung:
Kalor spesifik udara jenuh tiap derajat °C (csat):
inwetoutwet
inoutsat
TT
HHc
Keluaran:
1. Perbandingan kapasitas kalor (C):
satwetwet
pacaca
wet
ca
cV
cV
C
CC
2. Perulangan mencari NTU:
Karena menurut standar nilai NTU berkisar antara 0.01 sampai 6 maka akan
dilakukan perhitungan iterasi mencari nilai NTU antara 0.01 dan 6 yang cocok
dengan nilai efektifitas pendingin (εin) dan perbandingan kapasitas kalor (C) yang
telah kita peroleh dari langkah – langkah sebelumnya.
Untuk NTU 0.01 sampai 6 lakukan perhitungan:
1exp1
exp1 78.0
22.0CNTU
CNTUloopingin
lalu bandingkan εin-looping dari perulangan ini dengan εin dari langkah 2 dengan
menggunakan persamaan :
%100
in
loopinginin
inGalat
Lakukan terus iterasi ini (dengan penambahan 0.01 pada NTU) sampai didapat
Galat εin yang ≤ 0.05%. Bila sudah ada yang menghasilkan kesalahan terkecil maka
48
nilai NTU tersebut kita ambil sebagai keluaran pada langkah ini dan masukan untuk
langkah selanjutnya.
Langkah 4:
Masukan (dari langkah sebelumnya):
Number of Transfer Unit (NTU)
Hitung:
Kapasitas kalor pada sisi kering (Cca):
Cca = caV ρca cpa
Keluaran:
Perkalian koefisien perpindahan kalor total dengan luas area perpindahan kalor total
(UA):
UA = NTU.Cca
Langkah 5:
Masukan (dari pengguna):
1. Lebar total 1 unit penukar kalor tipe pelat (L) [m]
2. Tebal sebuah pelat (t) [m]
3. Jarak antar pelat (s) [m]
4. Jenis bahan untuk penukar kalor tipe pelat
Basis data:
Mencari nilai konduktivitas bahan untuk penukar kalor (kw) dari basis data material.
Keluaran:
Iterasi mencari dimensi yang cocok:
Untuk lebar pelat penukar kalor 0.1 sampai 50 m, program akan melakukan
perhitungan – perhitungan sebagai berikut:
Luas sebuah pelat (Ai):
Ai = Y. X = Y2
dimana Y adalah lebar pelat dan X adalah tinggi pelat dan X = Y.
Kecepatan udara yang akan didinginkan (vca):
vca = caV / Ai
Kecepatan udara basah di sisi basah (vwet):
49
vwet = wetV / Ai
Jumlah celah total di pelat penukar kalor (Jc):
Jc = (L - t)/(s + t)
Jumlah pelat total (Jpt):
Jpt = Jc + 1
Jumlah pelat yang efektif menukar kalor (Jp):
Jp = Jpt – 2
Luas area pertukaran kalor total (At):
At = Jp. Ai
Koefisien perpindahan kalor pada sisi basah jika sisi basah tersebut kering (hdry):
twcawetwet
wetcaca
wetwet
caca
pa
satt
cawetwet
wetcaca
wetwet
caca
pa
sat
dry
Ak
t
UAv
v
k
k
c
cA
v
v
k
k
c
c
h1
Pr
Pr
Pr
Pr
8.0
33.0
33.0
8.0
33.0
33.0
Didapat diameter hidrolis pertama (Dh_hitung) dari hdry dan sifat – sifat termodinamis
lainnya:
5
33.0
8.0
_ Pr023.0
wet
wet
wetwet
dry
wethitung
v
h
kDh
dimana kwet, μwet, Prwet didapat dari interpolasi pada langkah 1.
Kemudian dicari diameter hidrolis dari tiap celah (Dh_trial):
Ys
YsDh trial
.2
..4_
Setelah itu nilai kedua diameter hidrolis tersebut dibanding dengan:
%100__
__
hitung
trialhitung
Dh
DhDhDhGalat
Jika Galat_Dh sudah ada yang ≤ 0.5%, maka data – data berikut kita ambil dan
bisa kita tampilkan: X, Y, Ai, Jc, Jpt.
Langkah 6:
Keluaran:
Bilangan Reynold pada sisi kering:
50
ca
hitungcaca
ca
Dhv
_Re
Bilangan Reynold pada sisi basah:
wet
hitungwetwet
wet
Dhv
_Re
Koeffisien perpindahan kalor pada sisi kering:
33.08.0
_
PrRe023.0 caca
hitung
caca
Dh
kh
Koeffisien perpindahan kalor pada sisi basah:
dry
pa
satwet h
c
ch
Tingkat kapasitas kalor pada sisi kering:
pacacaca cVC
Tingkat kapasitas kalor pada sisi basah:
satwetwetwet cVC
Luas laluan udara:
Aca = s.Y
Keliling basah laluan udara:
Pca = 2 ( s + Y )
Langkah 7:
Keluaran:
Merekam dan mencetak semua data masukan dan keluaran dari perancangan IEC
(Indirect Evaporative Cooler).
51
III. 1. b. Diagram Alir Program Disain Pendingin Evaporatif Tak-Langsung
IEC Mulai
To, Ts, Tstd, caV ,
wetV ,Twet-in, Twet-out,
L, t, s, material pelat
2040
40)205.1128.1(128.1 o
cafo
T
2040
40)10051005(1005 o
pa
Tc
2040
40)02593.002656.0(02656.0 o
ca
Tk
2040
40)00001506.000001696.0(00001696.0 o
ca
T
2040
40)703.0699.0(699.0Pr o
ca
T
2040
40)205.1128.1(128.1 std
wet
T
2040
40)02593.002656.0(02656.0 std
wet
Tk
2040
40)00001506.000001696.0(00001696.0 std
wet
T
2040
40)703.0699.0(699.0Pr std
wet
T
1525
25)59992.1994379.78(94379.78 inwet
in
TH
1525
25)59992.1994379.78(94379.78 outwet
out
TH
A B
52
kw
Basis datakonduktivitasmaterial pelat
BA
ρca, cpa, kca, μca, Prca,
ρwet, kwet, μwet, Prwet,
Hin, Hout, kw
qc =( To – Ts) caV ρfo cpa
Ts.a = Twet-in + 12/3 °C
)( .asopacaca
cin
TTcV
q
inwetoutwet
inoutsat
TT
HHc
satwetwet
pacaca
wet
ca
cV
cV
C
CC
NTU = 0.01
1exp1
exp1 78.0
22.0CNTU
CNTUloopingin
%100
in
loopinginin
inGalat
CD
53
(If)
CD
Galat εin ≤ 0.05%
NTU = NTU + 0.01
No
NTU > 6
No
NTU
Yes
Cca = caV ρca cpa
UA = NTU.Cca
Y = 0.1
Ai = Y. X = Y2
vca = caV / Ai
vwet = wetV / Ai
Jc = (L - t)/(s + t)
Jpt = Jc + 1
Jp = Jpt – 2
At = Jp. Ai
F E
54
twcawetwet
wetcaca
wetwet
caca
pa
satt
cawetwet
wetcaca
wetwet
caca
pa
sat
dry
Ak
t
UAv
v
k
k
c
cA
v
v
k
k
c
c
h1
Pr
Pr
Pr
Pr
8.0
33.0
33.0
8.0
33.0
33.0
5
33.0
8.0
_ Pr023.0
wet
wet
wetwet
dry
wethitung
v
h
kDh
Ys
YsDh trial
.2
..4_
F E
%100__
__
hitung
trialhitung
Dh
DhDhDhGalat
(If)
Galat_Dh ≤ 0.5%
Y = Y + 0.001
No
Y > 50
No
X, Y, Ai,Jc, Jpt
Yes
G
55
Rekam semuadata input danoutput IEC
G
Kemampuan IEC:qc, εin, NTU, UA, CSisi udara kering:Reca, hca, Cca, vca
Sisi udara basah:Rewet, hwet, Cwet, vwet
Dimensi IEC:Ai, Y, X, s, L, t, Jpt, Jc,Aca, Pca, plate material.
(If)
Lanjut ?
No
IEC Selesai
(Else If)
Simpan ?
No
ACHE Mulai
Yes
Yes
Rekam semuadata input danoutput IEC
(If)
Cetak ?
No
Yes
Cetak semuadata input danoutput IEC
56
III.2. Program Disain Termal Penukar Kalor dengan Tiupan Udara (ACHE)
III. 2. a. Tahap – tahap Mendisain Penukar Kalor dengan Tiupan Udara
Untuk mempermudah penelusuran kesalahan pada program yang akan
dibuat, maka penulis membagi langkah mendisain penukar kalor dengan tiupan
udara ini menjadi 10 langkah. Masukan dan keluaran yang berbeda – beda pada tiap
langkah ini kemudian akan dijadikan satu dalam diagram alir dan program sebagai
masukan awal dan keluaran akhir. Data masukan dibagi menjadi 2 macam yaitu
masukan dari pengguna dan dari basis data (database).
Asumsi yang digunakan :
1. Temperatur udara standar dan kering yang boleh dimasukkan hanya berkisar
antara 20 sampai 40°C. Hal ini untuk mengurangi besar kesalahan akibat
pengambilan sifat – sifat termodinamis udara secara interpolasi. Semakin
kecil jarak antara batas atas dan batas bawah interpolasi, akan menghasilkan
kesalahan yang semakin kecil.
2. Program yang akan dibuat hanya untuk penukar kalor dengan tiupan udara
dengan jumlah laluan fluida panas (passes) hanya 1 dan jumlah berkas
tabung hanya 1 per unit penukar kalor.
3. Jenis fluida untuk masukan program ACHE ini terbatas untuk air, minyak
cair, dan minyak gas. Hal ini bisa ditanggulangi dengan menambah basis
data fluida kerja yang lain dikemudian hari.
4. Diameter pipa diprogram ACHE ini hanya pipa dengan d.o = 25.4 mm dan
d.o = 19.05 mm. Hal ini bisa ditanggulangi dengan menambah basis data
dimensi penukar kalor untuk dimensi pipa yang lain dikemudian hari.
5. Kekentalan fluida kerja di sepanjang pipa selama proses pendinginan
dianggap tetap sehingga bisa dianggap = 1 dan Gr = 0.
Tabel 3.3 Sifat – sifat termodinamis dari minyak ringan (fase cair)
Temp (T)°C
Densitaskg/m3
ViskositasN.s/m2
KonduktivitasW/m.K
Panas spesifikJ/kg.K
Prandtl
20 748 5 x 10-4 0.11 2377.5 10.81150 800 1 x 10-3 0.1211 2093.4 17.29
Tabel 3.4 Sifat – sifat termodinamis dari minyak (fase gas)
Temp (T)°C
Densitaskg/m3
ViskositasN.s/m2
KonduktivitasW/m.K
Panas spesifikJ/kg.K
Prandtl
200 27.56 1.13 x 10-5 0.0254 1884 0.838250 4.0 1 x 10-5 0.028 2219 0.793
57
Tabel 3.4 Sifat – sifat termodinamis dari air
Temp (T)°C
Densitaskg/m3
ViskositasN.s/m2
KonduktivitasW/m.K
Panas spesifikJ/kg.K
Prandtl
20 1000 1.006 x 10-3 0.5978 4178 7.02100 961 2.816 x 10-4 0.6804 4216 1.74
Tabel 3.5 Nilai Umin, Umax dan tahanan akibat pengotoran untuk fluida kerja
Fluida kerja U min(W/m2.K)
U max(W/m2.K)
Foulingresistance(Km2/W)
Light hydrocarbon (liquid) 510 680 0.0002Process water 680 820 0.0001754
Minyak (gas) → ΔPloss = 0.07 bar 170 225 0.0003
Minyak (gas) → ΔPloss = 0.21 bar 280 340 0.0003
Minyak (gas) → ΔPloss = 0.35 bar 400 510 0.0003
Persiapan :
Membuat database untuk program ACHE (Air Cooled Heat Exchanger) yang
memuat 6 tabel yaitu:
1. Tabel sifat – sifat fluida kerja untuk penukar kalor dengan tiupan udara yang
menggabungkan data dari tabel 3.3 sampai 3.5.
2. Tabel yang berisi konduktivitas bahan – bahan pipa dan siripnya.
3. Tabel dimensi dasar pipa yang akan digunakan, yaitu pipa dengan diameter
luar 24.5 mm dan 19.05 mm.
4. Tabel yang berisi dimensi ACHE, jumlah kipas, luas efektif, jumlah baris
pipa, jumlah pipa dalam 1 unit dan sebagainya, untuk pipa dengan diameter
luar 24.5 mm.
5. Tabel yang berisi dimensi ACHE, jumlah kipas, luas efektif, jumlah baris
pipa, jumlah pipa dalam 1 unit dan sebagainya, untuk pipa dengan diameter
luar 24.5 mm.
6. Tabel untuk menyimpan semua data masukan dan data hasil kalkulasi
program.
58
Langkah 1:
Masukan (dari pengguna):
1. Jenis fluida kerja yang akan didinginkan (fluid type)
2. Temperatur masuk fluida kerja (Tin-fluid) [°C]
3. Temperatur keluar fluida kerja (Tout-fluid) [°C]
4. Temperatur masuk udara (Tin-air) [°C]
5. Temperatur keluar udara (Tout-air) [°C]
6. Temperatur standar udara diluar (Tstnd) [°C]
7. Debit fluida dalam pipa ( fluidV ) [m3/s]
8. Perkiraan efisiensi motor dan sistem penggerak kipas yang digunakan (Efan)
Hitung:
Temperatur borongan rata-rata fluida kerja (Tf-fluid):
2
fluidoutfluidin
fluidf
TTT
Temperatur borongan rata-rata udara dalam ACHE (Tf-air):
2airinairout
airf
TTT
Dari basis data :
1. Koefisien perpindahan panas menyeluruh minimum (Umin) dan koefisien
perpindahan panas menyeluruh maksimal (Umax) yang diizinkan, serta tahanan
akibat pengotoran (rfouling) → sesuai jenis fluida kerja yang dipilih.
2. T1-fluid, T2-fluid, cp1-fluid, cp2-fluid, k1-fluid, k2-fluid, μ1-fluid, μ2-fluid, ρ1-fluid, ρ2-fluid, Pr1-
fluid, Pr2-fluid untuk interpolasi selanjutnya → dari temperatur borongan rata-rata
(Tf-fluid)
Interpolasi untuk fluida kerja:
Densitas fluida kerja (ρfluid):
fluidfluid
fluidffluid
fluidfluidfluidTT
TT
12
2
12fluid-2 )(
Temperatur udara masuk bisa juga telah ditetapkan dari input program IEC sebelumnya. Temperatur udara keluar alat sesungguhnya telah ditetapkan sebesar 54 °C sebelumnya (sebagaiperaturan terhadap perlindungan lingkungan sekitar) namun angka ini masih bisa diganti. Temperatur udara standar bisa juga telah ditetapkan dari input program IEC sebelumnya.
59
Panas spesifik fluida kerja (cp-fluid):
fluidfluid
fluidffluid
fluidpfluidpfluidpTT
TTcccc
12
2
12fluid-p2 )(
Konduktivitas fluida kerja (kfluid):
fluidfluid
fluidffluid
fluidfluidfluidTT
TTkkkk
12
2
12fluid-2 )(
Viskositas fluida kerja (μfluid):
fluidfluid
fluidffluid
fluidfluidfluidTT
TT
12
2
12fluid-2 )(
Bilangan Prandtl fluida kerja (Prfluid):
fluidfluid
fluidffluid
fluidfluidfluidTT
TT
12
2
12fluid-2 )Pr(PrPrPr
Interpolasi untuk udara dalam alat:
Kerapatan udara dalam alat (ρfan) :
2040
40)205.1128.1(128.1
airf
fan
T
Panas spesifik udara dalam alat (cpa):
2040
40)10051005(1005
airf
pa
Tc
Interpolasi untuk udara standar:
Kerapatan udara standar (ρair):
2040
40)205.1128.1(128.1 stnd
air
T
Viskositas udara standar (μair):
2040
40)00001506.000001696.0(00001696.0 stnd
air
T
Konduktivitas udara standar (kair):
2040
40)02593.002656.0(02656.0 stnd
air
Tk
Bilangan Prandtl untuk udara standar (Prair):
60
2040
40)703.0699.0(699.0Pr stnd
air
T
Keluaran:
Beban untuk mendinginkan fluida kerja (Qfluid):
Qfluid = fluidV .ρfluid .cp-fluid (Tin-fluid – Tout-fluid)
Debit udara diluar pipa ( airV ):
airinairoutpaair
fluid
airTTc
QV
Langkah 2:
Masukkan (dari pengguna):
1. Jenis ACHE : Forced draught atau Induced draught
2. Ukuran pipa : diameter luar (do) 25.4 mm atau 19.05 mm
3. Tebal sirip (tf) [mm] → kemudian diubah ke m
4. Tinggi sirip (lf) [mm] → kemudian diubah ke m
5. Jumlah sirip tiap meter (Nf)
6. Jenis bahan sirip (fin material)
Dari basis data bahan didapat konduktivitas bahan sirip (kf)
Hitung:
Diameter luar sirip (df):
df = do + (2.lf)
Jarak antar sirip (sf):
f
ff
fN
tNms
1
Dari basis data: → sesuai ukuran pipa (25.4 mm atau 19.05 mm)
1. Jumlah total pipa dalam 1 berkas tabung (Nt)
2. Jumlah baris vertikal tabung dalam 1 berkas tabung (Nr)
3. Lebar 1 berkas tabung (W) [m]
4. Panjang pipa (L) [m]
5. Luas area pendinginan (Ag) [m2]
6. Total luas permukaan luar pipa tanpa sirip (Ao) [m2]
61
7. Jarak antara pipa dimana dalam berkas susunan pipa membentuk segitiga
sama sisi dengan sudut 60°(Pt).
8. Ukuran diameter luar pipa (do = dr), diameter dalam pipa (di) dan luas area
aliran dalam pipa (Ai).
Mulai dari sini kelima data dari basis data tersebut seluruhnya dicoba untuk
diikut sertakan dalam perhitungan mencari koefisien perpindahan panas menyeluruh
(Uo) yang berada diantara Umin dan Umax fluida kerja.
Keluaran :
Luas permukaan bagian pipa yang tak berisip untuk tiap pipa per satuan meter (Au):
Au = .Nf.dr.sf
dimana dr = root fin diameter = diameter luar pipa (do)
Luas permukaan sirip tiap pipa per satuan meter (Af):
fffrfff tdNddNA
22
2
Luas permukaan luar pipa (Ab):
Ab = .dr
Free Area Ratio (FAR):
t
frfff
P
sdtdNFAR 1
Tinggi sirip efektif (lfe):
r
f
f
f
ffed
d
l
tll ln35.01
21
Luas area yang dialiri udara diantara pipa-pipa (Ax):
Ax = FAR.Ag
Luas area kipas terbuka (Afan):
Afan = 0.5 Ag
Debit udara di kipas ( fanV ):
fan
airairfan
VV
Kecepatan udara antara pipa-pipa (ums):
x
airms
A
Vu
62
Kecepatan udara melalui luas area kipas yang terbuka (uf):
fan
fan
fA
Vu
Langkah 3:
Keluaran :
Bilangan Reynold di luar pipa (Reo):
air
rairmso
du
Re
Koefisien perpindahan panas di luar pipa tanpa efisiensi sirip (αf):
Jika tipe ACHE yang dipilih pengguna tipe udara yang dihisap (induced draught)
14.0
2
1134.02.0
681.033.0 1RePr134.0
r
ms
f
f
f
f
oair
r
airf
N
u
t
s
l
s
d
k
Jika tipe ACHE yang dipilih pengguna tipe udara yang didorong (forced draught)
138.0311.0
685.033.0
6RePr271.0
Nr
A
A
d
k
b
toair
r
airf
dimana: At = Au + Af
Fin efficiency parameter (FEP) [m-1]
2/1
.
.2
ff
f
tkFEP
Efisiensi sirip (f)
FEPl
FEPl
fe
fe
f.
.tanh
Koefisien perpindahan kalor di luar tabung (fo):
b
ufff
foA
AA
Langkah 4:
Keluaran :
Jika yang dipilih tipe udara hisap (induced draught):
Faktor gesekan di luar pipa (fo):
63
3.054.1
412.0Re36.16
b
t
r
too
A
A
d
Pf
Jika yang dipilih tipe udara dorong (forced draught):
Bilangan Reynold di luar pipa untuk perhitungan rugi tekanan (Rep):
air
pairms
p
du
Re
Diameter hidrolik di luar pipa (dp):
45.0
4.0
1
1
2
h
tf
f
hp
dPs
l
dd
Parameter pendukung diameter hidrolik di luar pipa (dh):
12 ff
rb
t
hNl
dA
A
d
Faktor gesekan di luar pipa (fo):
25.0Re532.1 pof
Rugi tekanan di luar pipa (ΔPo):
air
rmsoo
NmfP
22
Rugi tekanan di sekitar kipas (ΔPp):
2fairp uKP
dimana: K = 0.06 untuk tipe udara yang didorong
K = 0.075 untuk tipe udara yang dihisap
Total rugi tekanan di luar pipa (ΔPsh):
ΔPsh = ΔPo + ΔPp
Daya pada poros kipas:
Wfs = 9.8(ΔPsh. fanV )/ 1000
Daya untuk motor kipas:
Wms = Wfs / Efan
64
Langkah 5:
Keluaran:
Fluid flow rate (FFR):
FFR = fluidV .ρfluid
Aliran massa fluida dalam pipa ( m ):
it AN
FFRm
Bilangan Reynold dalam pipa (Rei):
fluid
ii
dm
Re
Koefisien perpindahan kalor dalam pipa (i):
Aliran turbulen (Re > 10 000)
2795.0495.0 Prln0225.0expRePr0225.0 fluidifluid
i
fluid
id
k
Aliran Transisi (2000 ≤ Re ≤ 10 000)
3/2
2495.03/2 1Prln0225.0expPr125Re1.0
L
d
d
ki
fluidfluidi
i
fluid
i
Aliran Laminar (Re < 2000, Gz > 9)
Gzd
k
i
fluid
i
75.1
Aliran Laminar (Re <2000, Gz ≤ 9)
i
fluid
id
k66.3
dengan Gz = (Rei Prfluid di) / L = (u di2ρfluid cp-fluid) /kfluid.L = bilangan Graetz
Langkah 6:
Keluaran :
Faktor gesekan dalam pipa (fi):
Aliran Laminar (Rei ≤ 1311)
fi = 16/ Rei
65
Aliran Transisi
Untuk tabung halus (1311 < Rei < 2100) maupun pipa yang ada dipasaran atau yang
mudah berkarat (1311 < Rei < 3380), faktor gesekannya adalah:
fi = 0.0122
Aliran Turbulen
Jika tabung halus (Rei ≥ 2100)
fi = 0.0014 + (0.125/Rei0.32)
Jika Rei ≥ 3380 → pipa komersial atau pipa yang mudah berkarat
fi = 0.0035 + (0.264/Rei0.42)
Setelah faktor gesekan telah kita ketahui nilainya, maka rugi tekanan dalam pipa
(ΔPi) dapat kita peroleh dari persamaan berikut:
ifluid
ii
d
mLfP
2
4 2
Sedangkan rugi tekanan pada kepala pipa (ΔPh) :
2
2mNKP phh
dimana Np = jumlah laluan fluida dalam pipa (passes)
Kh = 0.9 untuk Np = 1 passes
Kh = 1.6 untuk Np ≥ 2 passes
Total rugi tekanan dalam pipa (ΔPt):
ΔPt = ΔPi + ΔPh
Langkah 7:
Masukan (dari pengguna):
Jenis bahan pipa yang akan digunakan (pipe material)
Dari basis data:
Konduktivitas bahan pipa (kw) → sesuai jenis bahan pipa yang dipilih
Keluaran:
Tahanan dinding pipa (rw):
w
ioow
k
dddr
2
/ln
66
Langkah 8:
Koefisien perpindahan panas menyeluruh (Uo):
foulingw
foi
o
rr
U
11
1
Dicari dari basis data dimensi ACHE yang menghasilkan koefisien perpindahan
panas menyeluruh (Uo) yang berada antara Umin dan Umax (Umin < Uo < Umax).
Kemudian data-data yang Uo telah lolos saringan pertama ini akan diikut sertakan
dalam perhitungan mencari data mana yang mampu menghasilkan beban
pendinginan (Qhit) yang bisa menyerupai beban pendinginan yang dibutuhkan untuk
mendinginkan fluida kerja (Qfluid).
Langkah 9:
Keluaran:
Parameter P:
airinfluidin
airinairout
TT
TTP
Parameter R:
airinairout
fluidoutfluidin
TT
TTR
Faktor koreksi LMTD (F):
RPR
RR
RP
P
F
1lnln1
1
1ln
LMTD tanpa faktor koreksi (ΔTm):
airinfluidout
airoutfluidin
airinfluidoutairoutfluidin
c
h
chm
TT
TT
TTTT
T
T
TTT
lnln
Log Mean Temperature Difference (LMTD):
LMTD = F.ΔTm
Beban pendinginan yang bisa ditangani oleh dimensi ACHE tertentu (Qhit):
Qhit = Uo.Ao.LMTD
Kemudian hasil Qhit ini dibandingkan dengan Qfluid (dari langkah 1) dengan:
67
%100_
fluid
hitfluid
Q
QQQGalat
Cari sampai ada Galat_Q ≤ 5%.
Data yang lolos Galat_Q kemudian ditampilkan, misalnya :
1. Jumlah total pipa dalam 1 berkas tabung (Nt)
2. Jumlah baris vertikal tabung dalam 1 berkas tabung (Nr)
3. Lebar 1 berkas tabung (W) [m]
4. Panjang pipa (L) [m]
5. Luas area pendinginan (Ag) [m2]
6. Total luas permukaan luar pipa tanpa sirip (Ao) [m2]
7. Jarak antara pipa dimana dalam berkas susunan pipa membentuk segitiga
sama sisi dengan sudut 60°(Pt).
8. Ukuran diameter luar pipa (do = dr), diameter dalam pipa (di) dan luas area
aliran dalam pipa (Ai).
Langkah 10:
Keluaran:
Merekam dan mencetak semua data masukan dan keluaran dari perancangan ACHE
(Air Cooled Heat Exchanger).
68
III. 2. b. Diagram Alir Program Disain Termal Penukar Kalor dengan Tiupan
Udara
Fluid type, Tin-fluid, Tout-fluid,
Tstnd, fluidV ,Tin-air, Tout-air,
ACHE type, pipe dimensiontf, lf, Nf, pipe material, finmaterial
2
fluidoutfluidin
fluidf
TTT
2airinairout
airf
TTT
T1-fluid, T2-fluid, cp1-fluid, cp2-fluid,
k1-fluid, k2-fluid, μ1-fluid, μ2-fluid,
ρ1-fluid, ρ2-fluid, Pr1-fluid, Pr2-fluid,
Umin, Umax, rfouling
Basis datakonduktivitasbahan
Basis data sifatfluida kerja
A BC
ACHE Mulai
Basis datadimensi pipa
Basis datadimensi ACHE
W, L, Nt,
Nr, Ag, Ao
do, di, Ai, Pt
kw, kf
Baca datauntuk Looping
X
69
A
fluidfluid
fluidffluid
fluidfluidfluidTT
TT
12
2
12fluid-2 )(
fluidfluid
fluidffluid
fluidpfluidpfluidpTT
TTcccc
12
2
12fluid-p2 )(
fluidfluid
fluidffluid
fluidfluidfluidTT
TTkkkk
12
2
12fluid-2 )(
fluidfluid
fluidffluid
fluidfluidfluidTT
TT
12
2
12fluid-2 )(
fluidfluid
fluidffluid
fluidfluidfluidTT
TT
12
2
12fluid-2 )Pr(PrPrPr
2040
40)205.1128.1(128.1
airf
fan
T
2040
40)10051005(1005
airf
pa
Tc
2040
40)205.1128.1(128.1 stnd
air
T
2040
40)00001506.000001696.0(00001696.0 stnd
air
T
2040
40)02593.002656.0(02656.0 stnd
air
Tk
2040
40)703.0699.0(699.0Pr stnd
air
T
Qfluid = fluidV .ρfluid .cp-fluid (Tin-fluid – Tout-fluid)
airinairoutpaair
fluid
airTTc
QV
D
70
df = do + (2.lf)
f
ff
fN
tNms
1
Au = .Nf.dr.sf
fffrfff tdNddNA
22
2Ab = .dr
t
frfff
P
sdtdNFAR 1
r
f
f
f
ffed
d
l
tll ln35.01
21
Ax = FAR.Ag
Afan = 0.5 Ag
fan
airairfan
VV
x
airms
A
Vu
dan
fan
fan
fA
Vu
air
rairmso
du
Re
At = Au + Af
D
Forced draught ?
(If)
Yes
No
138.0311.0
685.033.0
6RePr271.0
Nr
A
A
d
k
b
toair
r
airf
14.0
2
1134.02.0
681.033.0 1RePr134.0
r
ms
f
f
f
f
oair
r
airf
N
u
t
s
l
s
d
k
Hf2Hf1
Po
Y
Data terakhir ditabelDimensi ACHE
(Do Until)
B
Yes
No
71
Hf2Hf1
f
2/1
.
.2
ff
f
tkFEP
FEPl
FEPl
fe
fe
f.
.tanh
b
ufff
foA
AA
FFR = fluidV .ρfluid
it AN
FFRm
fluid
ii
dm
Re
L
dGz
ifluidi PrRe
(If)
Rei > 10 000 ?
2795.0495.0 Prln0225.0expRePr0225.0 fluidifluid
i
fluid
id
k
Yes
(Else If)
2000 ≤ Rei ≤ 10 000 ? Yes
2
2495.03/2 1Prln0225.0expPr125Re1.0
L
d
d
ki
fluidfluidi
i
fluid
i
E
Hi1
Hi2
Pi
kf, kw
C
72
i
fluid
id
k66.3
E
(Else If)
YesRei < 2000, Gz > 9 ?
Gzd
k
i
fluid
i
75.1(Else If)
Hi1 Hi2
i
w
ioow
k
dddr
2
/ln
foulingw
foi
o
rr
U
11
1
Umin < Uo < Umax ?
Baca data selanjutnya ditabel Dimensi ACHE
(If)
No
Loop
X
Yes
F
73
airinfluidin
airinairout
TT
TTP
airinairout
fluidoutfluidin
TT
TTR
RPR
RR
RP
P
F
1lnln1
1
1ln
airinfluidout
airoutfluidin
airinfluidoutairoutfluidin
c
h
chm
TT
TT
TTTT
T
T
TTT
lnln
LMTD = F.ΔTm
F
Qhit = Uo.Ao.LMTD
%100_
fluid
hitfluid
Q
QQQGalat
Galat_Q ≤ 5% ?
Tak ada dimensiyang sesuai dengankondisi anda.
(If)
No
Yes
Nt, Nr, W, L, Ag,
Ao, Pt, do, di, Ai
G
Y
74
air
pairms
p
du
Re
45.0
4.0
1
1
2
h
tf
f
hp
dPs
l
dd
12 ff
rb
t
hNl
dA
A
d
25.0Re532.1 pof
Po
(If)
Forced draught ? No
Yes
3.054.1
412.0Re36.16
b
t
r
too
A
A
d
Pf
air
rmsoo
NmfP
22
2fairp uKP
dimana: K = 0.06 untuk tipe udara yang didorongK = 0.075 untuk tipe udara yang dihisap
Total rugi tekanan di luar pipa (ΔPsh):ΔPsh = ΔPo + ΔPp
Daya motor kipas (Wms):
Wfs = 9.8(ΔPsh. fanV )/ 1000
Wms = Wfs / Efan
fo
Pot
75
Pi
Rei ≤ 1311 ?
(If)
fi = 16/ Rei
Yes
1311 < Rei < 2100atau ?1311 < Rei < 3380
(Else If)
Pi1
fi = 0.0122
Pi2(Else If)
Rei ≥ 3380 ?
(Else If) fi = 0.0035 + (0.264/Rei0.42)
Yes
Yes
fi = 0.0014 + (0.125/Rei0.32) Pi1 Pi2
fi
ifluid
ii
d
mLfP
2
4 2
2
2mNKP phh
dimana Np = jumlah laluan fluida dalam pipa (passes)Kh = 0.9 untuk Np = 1 passesKh = 1.6 untuk Np ≥ 2 passes
Total rugi tekanan dalam pipa (ΔPt):ΔPt = ΔPi + ΔPh
Pit
76
Pot Pit G
Rekam semuadata input danoutput ACHE
Di dalam pipa:i, ΔPi, ΔPh, ΔPt
Di luar pipa:fo, ΔPi, ΔPp, ΔPsh
Keseluruhan:Uo, Qfluid, Qhit, Galat_QSirip:tf, sf, lf, Nf, kf, material
sirip, airV
(If)
Lanjut ?
No
ACHE Selesai
(Else If)
Simpan ?
No
Yes
Yes
Rekam semuadata input danoutput ACHE
(If)
Cetak ?
No
Yes
Cetak semuadata input danoutput ACHE
Berkas tabung:W, L, Nt, Nr, Ao, tubes/row,ukuran pipa, material pipa, kw
Kipas:Juml. kipas, Wfs, Wms, Afan,Efan
Cetak semuadata input danoutput ACHE
77
BAB IV
STUDI KASUS
IV. 1. Verifikasi Program
Program yang telah selesai dibuat harus melalui proses uji atau verifikasi
terhadap suatu problem acuan yang telah diketahui kebenaran hasilnya. Acuan bisa
dari buku atau program komputer lain yang sejenis. Semakin banyak pengujian dan
semakin bervariasi data yang diuji, akan semakin baik.
IV. 2. Verifikasi Program Disain Termal Pendingin Evaporatif Tak- Langsung
Untuk pengujian program disain termal pendingin evaporatif tak-langsung
akan digunakan studi kasus dari buku Shan K. Wang halaman 13.9 sebagai
berikut:
Sasaran dari studi kasus ini:
Mencari nilai temperatur udara kering keluar dari pendingin evaporatif tak-langsung
untuk sifat fluida dan dimensi alat yang telah diketahui sebelumnya.
Diketahui :
Temperatur gelembung kering udara luar yang akan masuk alat (To) =37.777°C
Temperatur gelembung basah udara didaerah masuk sisi basah (Twet-in) = 20°C
Temperatur gelembung basah udara didaerah keluar sisi basah (Twet-out) = 24.44°C
Temperatur udara standar pada 1 atm (Tstd) = 26.6667°C
Debit aliran udara yang akan didinginkan di sisi kering ( sV = caV ) = 1.2272m3/s
Debit udara masuk pada sisi basah ( wetV ) = 1.1328 m3/s
Kecepatan udara di sisi kering (vca) = 4.68 m/s
Kecepatan udara di sisi basah (vwet) = 4.32 m/s
Lebar total 1 unit penukar kalor tipe pelat (L) = 1.00838 m
Tebal sebuah pelat (t) = 0.254 mm = 0.000254 m
Jarak antar pelat (s) = 2.032 mm = 0.002032 m
Wang, Shan K. 1994. Handbook of Air Conditioning and Refrigeration. New York : McGraw –
Hill.
Dengan terlebih dulu dilakukan pengkonversian data asli dari satuan Inggris ke satuan SI
78
Jenis bahan untuk penukar kalor tipe pelat = Aluminium campuran (A1840,
perlakuan rata-rata)
Dari tabel sifat-sifat termodinamik udara:
Densitas udara pada sisi kering (ρfo = ρca ) = 1.1382 kg/m3
Kalor spesifik dari udara pada sisi kering (cpa) = 1005 J/kg
Konduktivitas udara pada sisi kering (kca) = 0.027 W/m.K
Viskositas udara pada sisi kering (μca) = 1.89 x 10-5 kg/m.s
Bilangan Prandtl pada sisi kering (Prca) = 0.706
Densitas udara pada sisi basah (ρwet) = 1.1774 kg/m3
Konduktivitas udara pada sisi basah (kwet) = 0.026 W/m.K
Viskositas udara pada sisi basah (μwet) = 1.85 x 10-5 kg/m.s
Bilangan Prandtl pada sisi basah (Prwet) = 0.708
Dari tabel nilai entalpi udara jenuh:
Entalpi udara masuk di sisi basah (Hin) = 75434.5 J/kg
Entalpi udara keluar di sisi basah (Hout) = 92070 J/kg
Dari tabel konduktivitas material:
Konduktivitas material pelat (kw) = 125.52 W/m.K
Perhitungan:
Luas permukaan tiap pelat (Ai):
262.032.4
1328.1
68.4
2272.1
wet
wet
ca
cai
v
V
v
VA
m2
Lebar atau tinggi pelat penukar kalor (Y)
512.0262.0 iAY m
Luas laluan udara:
Aca = s.Y = 0.002032 (0.512) = 1.04 x 10-3 m2
Keliling basah laluan udara:
Pca = 2 ( s + Y ) = 2 (0.002032 + 0.512) = 1.028 m
Kemudian dicari diameter hidrolis dari tiap celah (Dh):
004.0028.1
1004.14 3
ca
ca
P
ADh m
Bilangan Reynold pada sisi kering:
79
51089.1
004.0)1382.1(68.4Re
ca
cacaca
Dhv
= 1284.198
Bilangan Reynold pada sisi basah:
51085.1
)1774.1(32.4Re
wet
wetwet
wet
Dhv
= 1312.754
Koeffisien perpindahan kalor pada sisi kering (hca):
33.08.033.08.0 706.01284.198004.0
027.0023.0PrRe023.0 caca
caca
Dh
kh = 41.542 W/m2K
Koeffisien perpindahan kalor pada sisi basah jika sisi ini kering (hdry):
33.08.033.08.0 708.01312.754004.0
026.0023.0PrRe023.0 wetwet
wetdry
Dh
kh =41.319 W/m2K
Kalor spesifik udara jenuh tiap derajat Celcius (csat):
20444.24
920705.75434
inwetoutwet
inoutsat
TT
HHc = 3438.759 W/kg.K
Koeffisien perpindahan kalor pada sisi basah (hwet):
319.411005
759.3438 dry
pa
satwet h
c
ch = 141.38 W/m2K
Jumlah celah total di pelat penukar kalor (Jc):
Jc = (L - t)/(s + t) = (1.00838 – 0.000254)/(0.002032 – 0.000254) = 441 celah
Jumlah pelat total (Jpt):
Jpt = Jc + 1 = 441 + 1 = 442 pelat
Jumlah pelat yang efektif menukar kalor (Jp):
Jp = Jpt – 2 = 442 – 2 = 440 pelat
Luas area pertukaran kalor total (At):
At = Jp. Ai = 440 (0.262) = 115.28 m2
Parameter UA:
)28.115(52.125
000254.0
)28.115(38.141
1
)28.115(542.41
1
1
11
1
twtwettca Ak
t
AhAh
UA
UA = 3672.604 W.K
Tingkat kapasitas kalor pada sisi kering (Cca):
pacacaca cVC = 1.2272 (1.1382) 1005 = 1401.759 W.K
Tingkat kapasitas kalor pada sisi basah (Cwet):
80
satwetwetwet cVC = 1.1328 (1.1774) 3438.759 = 4594 W.K
Perbandingan kapasitas kalor (C):
4594
759.1401
wet
ca
C
CC = 0.3
Number of Transfer Unit (NTU):
759.1401
604.3672
caC
UANTU = 2.62
Efektifitas pendingin (εin):
1exp
1exp1 78.0
22.0CNTU
CNTUin
13.062.2exp
3.062.2
1exp1 78.0
22.0in = 0.855
Temperatur borongan rata-rata udara jenuh di sisi basah (Ts.a):
Ts.a = Twet-in + 12/3 °C = 20 °C + 12/3 °C = 212/3 °C
Kapasitas pendinginan (qc)
qc = caV ρfo cpa εin (To – Ts.a ) = (1.2272) 1.1382 (1005) 0.855 (37.777 – 212/3)
qc = 19312.03 W
Hasil utama:
Temperatur udara yang sudah didinginkan saat keluar alat (Ts)
1005)1382.1(2272.1
03.19312777.37
pacaca
cos
cV
qTT
= 24 °C
Data temperatur udara kering keluar alat (Ts) ini akan dijadikan data
masukkan pada program IEC, sedangkan vca dan vwet akan dijadikan keluaran pada
program IEC, karena sasaran program IEC adalah untuk menentukan dimensi dan
besaran – besaran fisis lain dari temperatur udara kering keluar yang diinginkan.
Hal ini memang agak berlawanan, namun karena prinsip kerja dan persamaan –
persamaan yang digunakan sama maka studi kasus ini masih dapat dijadikan
verifikasi bagi program IEC.
Tampilan saat data dimasukkan dan tampilan hasil program dapat dilihat
dalam gambar 4.1 dan gambar 4.2 berikut.
81
Gambar 4.1. Tampilan program IEC saat data dimasukkan
Gambar 4. 2. Tampilan program IEC saat menampilkan hasil perhitungan
Ringkasan studi kasus dari buku Shan K Wang dan ringkasan hasil program
untuk studi kasus tersebut dapat diperbandingkan melalui tabel 4.1 dan tabel 4.2.
82
Tabel 4.1. Ringkasan studi kasus dari buku Shan K Wang (1994) halaman 13.9
DIKETAHUI HASIL PERHITUNGANTo =37.777°CTwet-in = 20°CTwet-out = 24.44°CTstd = 26.6667°C
sV = caV = 1.2272m3/s
wetV = 1.1328 m3/s
vca = 4.68 m/svwet = 4.32 m/sL = 1.00838 mt = 0.254 mm = 0.000254 ms = 2.032 mm = 0.002032 mBahan pelat = Aluminium campuran(A1840, perlakuan rata-rata)
Ai = 0.262 m2
Y = 0.512 mAca = 1.04 x 10-3 m2
Pca = 1.028 mDh = 0.004 mReca = 1284.198Rewet = 1312.754hca = 41.542 W/m2Khdry = 41.319 W/m2Kcsat = 3438.759 W/kg.Khwet = 141.38 W/m2KJc = 441 celahJpt = 442 pelatJp = 440 pelatAt = 115.28 m2
UA = 3672.604 W.KCca =1401.759 W.KCwet = 4594 W.KC = 0.3NTU = 2.62εin = 0.855Ts.a = 212/3 °Cqc = 19312.03 WTs = 24 °C
Tabel 4.2. Ringkasan hasil program IEC untuk studi kasus ini
INPUT OUTPUT
To =37.777°CTs = 24 °CTstd = 26.6667°CTwet-in = 20°CTwet-out = 24.44°C
sV = caV = 1.2272m3/s
wetV = 1.1328 m3/s
L = 1.00838 mt = 0.254 mm = 0.000254 ms = 2.032 mm = 0.002032 mBahan pelat = Aluminium campuran(A1840, perlakuan rata-rata)
Kemampuan IEC:qc = 19312.03 Wεin = 0.855NTU = 2.62UA = 3672.604 W.KC = 0.305128Sisi udara kering:Reca = 1284.198hca = 41.54248 W/m2KCca = 1401.759 W.Kvca = 4.6814 m/sSisi udara basah:Rewet = 1312.754hwet = 141.3805 W/m2KCwet = 4594.005 W.Kvwet = 4.321289 m/sDimensi IEC:Ai = 0.262144 m2
Y = 0.512 m
83
X = 0.512 ms = 2.032 mmL = 1.00838 mt = 0.254 mmJpt = 442 pelatJc = 441 celahAca = 1.04 x 10-3 m2
Pca = 1.028064 mPlate material = Aluminium campuran(A1840, perlakuan rata-rata)Diameter hidrolis (Dh):Dh hasil perhitungan sifat fisis (Dhhit):Dhhit =0.004042 mDh hasil perhitungan dimensi (Dhtrial):Dhtrial = 0.004048 mPerbedaan Dhhit dan Dhtrial (Error):Error = 0.134746 %
Dari uji verifikasi yang telah dilakukan, terbukti bahwa program IEC dapat
digunakan untuk merancang pendingin evaporatif tak-langsung dengan ketelitian
yang mencukupi (angka kesalahan 0.134746 %).
IV. 3. Verifikasi Program Disain Termal Penukar Kalor dengan Tiupan Udara
Untuk pengujian program disain termal penukar kalor dengan tiupan udara
akan digunakan studi kasus dari buku Saunders halaman 347, 440, 550 sebagai
berikut:
Sasaran dari studi kasus ini:
Mencari dimensi penukar kalor dengan tiupan udara yang cocok dengan
kondisi fluida kerja yang ingin didinginkan.
Diketahui :
Jenis ACHE = udara didorong (Forced draught)
Jenis fluida kerja yang akan didinginkan (fluid type) = Light Hydrocarbon Liquid
Temperatur masuk fluida kerja (Tin-fluid) = 150 °C
Temperatur keluar fluida kerja (Tout-fluid) = 100 °C
Temperatur masuk udara (Tin-air) = 25 °C
Temperatur keluar udara (Tout-air) = 54 °C
Temperatur standar udara diluar (Tstnd) = 26.667 °C
Saunders, E. A. D. 1988. Heat exchangers : selection, design & construction. London : Longman.
Contoh kasus dalam buku tersebut tersebar menjadi 3 contoh perhitungan yang saling berkaitan,kemudian 3 contoh ini akan digabungkan menjadi satu dalam contoh kasus di bab ini.
84
Debit fluida dalam pipa ( fluidV ) = 0.0868 m3/s
Perkiraan efisiensi motor dan sistem penggerak kipas yang digunakan (Efan) = 0.8
Diameter luar pipa (do) = 25.4 mm
Diameter dalam pipa (di) = 21.18 mm
Jenis bahan pipa = Carbon Steel
Tebal sirip (tf) = 0.4 mm
Tinggi sirip (lf) = 15.875 mm
Jumlah sirip tiap meter (Nf) = 433 sirip/m
Jenis bahan sirip (fin material) = Aluminium
Jumlah total pipa dalam 1 berkas tabung (Nt) = 459
Jumlah baris vertikal tabung dalam 1 berkas tabung (Nr) = 6
Lebar 1 berkas tabung (W) = 4.88 m
Panjang pipa (L) = 12.19 m
Luas area pendinginan (Ag) = 57.21411 m2
Total luas permukaan luar pipa tanpa sirip (Ao) = 178.6 m2
Luas area aliran dalam pipa (Ai) = 0.00035 m2
Jarak antara pipa dimana dalam berkas susunan pipa membentuk segitiga sama sisi
dengan sudut 60°(Pt) = 60.33 mm
Temperatur borongan rata-rata fluida kerja (Tf-fluid):
2
100150
2
fluidoutfluidin
fluidf
TTT = 125 °C
Temperatur borongan rata-rata udara dalam ACHE (Tf-air):
2
2554
2
airinairout
airf
TTT = 39.5 °C
Dari tabel standar fluida kerja untuk penukar kalor dengan tiupan udara :
Koefisien perpindahan panas menyeluruh minimal (Umin) = 510 W/m2.K
Koefisien perpindahan panas menyeluruh maksimal (Umax) = 680 W/m2.K
Tahanan akibat pengotoran (rfouling) = 0.0002 m2.K/W
Dari tabel sifat termodinamis fluida kerja (acuan temperatur borongan rata-rata
fluida kerja):
Densitas fluida kerja (ρfluid) = 790 kg/m3
85
Panas spesifik fluida kerja (cp-fluid) = 2148.034 J/kg.K
Konduktivitas fluida kerja (kfluid) =0.11897 W/m.K
Viskositas fluida kerja (μfluid) = 0.0009 N.s/m2
Bilangan Prandtl fluida kerja (Prfluid) = 16.04385
Dari tabel sifat termodinamis udara (acuan temperatur borongan rata-rata udara):
Kerapatan udara dalam alat (ρfan) = 1.12993 kg/m3
Panas spesifik udara dalam alat (cpa) =1005 J/kg.K
Sifat – sifat udara keadaan standar:
Kerapatan udara standar (ρair) = 1.17933 kg/m3
Viskositas udara standar (μair) = 0.00002 N.s/m2
Konduktivitas udara standar (kair) = 0.02614 W/m.K
Bilangan Prandtl untuk udara standar (Prair) = 0.70167
Dari tabel konduktivitas bahan:
Konduktivitas bahan sirip (kf) = 208 W/m.K
Konduktivitas bahan pipa (kw) = 45 W/m.K
Hitung:
Beban untuk mendinginkan fluida kerja (Qfluid):
Qfluid = fluidV .ρfluid .cp-fluid (Tin-fluid – Tout-fluid) = 7364751 W = 7.364751 kW
Debit udara diluar pipa ( airV ):
airinairoutpaair
fluid
airTTc
QV
= 214.2683 m3/s
Diameter luar sirip (df):
df = do + (2.lf) = 0.05715 m
Jarak antar sirip (sf):
f
ff
fN
tNms
1= 0.0019095 m = 1.9095 mm
Luas permukaan bagian pipa yang tak berisip untuk tiap pipa per satuan meter (Au):
Au = .Nf.dr.sf = 0.06598 m2/m
Luas permukaan sirip tiap pipa per satuan meter (Af):
86
fffrfff tdNddNA
22
2= 1.81376 m2/m
Luas permukaan luar pipa (Ab):
Ab = .dr = 0.0798 m2
Luas permukaan pipa dengan sirip (At):
At = Au + Af = 1.87973 m2
Free Area Ratio (FAR):
t
frfff
P
sdtdNFAR 1 = 0.48783
Tinggi sirip efektif (lfe):
r
f
f
f
ffed
d
l
tll ln35.01
21 = 0.02038 m
Luas area yang dialiri udara diantara pipa-pipa (Ax):
Ax = FAR.Ag = 27.91087 m2
Luas area kipas terbuka (Afan):
Afan = 0.5 Ag = 28.60706 m2
Debit udara di kipas ( fanV ):
fan
airairfan
VV
= 223.6374 m3
Kecepatan udara antara pipa-pipa (ums):
x
airms
A
Vu
=7.67688 m2/s
Kecepatan udara melalui luas area kipas yang terbuka (uf):
fan
fan
fA
Vu
= 7.81756 m2/s
Bilangan Reynold di luar pipa (Reo):
air
rairmso
du
Re = 14653.39
Koefisien perpindahan kalor tanpa efisiensi sirip (αf):
138.0311.0
685.033.0
6RePr271.0
Nr
A
A
d
k
b
toair
r
airf = 66.314 W/m2.K
Fin efficiency parameter (FEP)
87
2/1
.
.2
ff
f
tkFEP
=39.92601 m-1
Efisiensi sirip (f)
FEPl
FEPl
fe
fe
f.
.tanh = 0.82539
Koefisien perpindahan kalor di luar tabung (fo):
b
ufff
foA
AA
= 1298.941 W/m2.K
Bilangan Reynold di luar pipa untuk perhitungan rugi tekanan (Rep):
air
pairms
p
du
Re = 568.0165
Parameter pendukung diameter hidrolik di luar pipa (dh):
12 ff
rb
t
hNl
dA
A
d = 0.04057
Diameter hidrolik di luar pipa (dp):
45.0
4.0
1
1
2
h
tf
f
hp
dPs
l
dd = 0.00098 m
Faktor gesekan di luar pipa (fo):
25.0Re532.1 pof = 0.3138
Rugi tekanan di luar pipa (ΔPo):
air
rmsoo
NmfP
22 = 261.7309 Pa
Rugi tekanan di sekitar kipas (ΔPp):
2fairp uKP = 40.78023 Pa
dimana: K = 0.06 untuk tipe udara yang didorong
Total rugi tekanan di luar pipa (ΔPsh):
ΔPsh = ΔPo + ΔPp = 302.5111 Pa
88
Daya pada poros kipas (Wfs):
Wfs = 9.8(ΔPsh. fanV )/ 1000 = 67.36053 kW
Daya untuk motor kipas (Wms):
Wms = Wfs / Efan = 84.20066 kW
Fluid flow rate (FFR):
FFR = fluidV .ρfluid = 68.572 m/s
Aliran massa fluida dalam pipa ( m ):
it AN
FFRm = 423.934 kg/s
Bilangan Reynold dalam pipa (Rei):
fluid
ii
dm
Re = 9934.126
Koefisien perpindahan kalor dalam pipa untuk aliran transisi (2000 ≤ Rei ≤ 10 000):
3/2
2495.03/2 1Prln0225.0expPr125Re1.0
L
d
d
ki
fluidfluidi
i
fluid
i
αi = 628.9836 W/m2.K
Jika Rei ≥ 3380 → pipa komersial atau pipa yang mudah berkarat
fi = 0.0035 + (0.264/Rei0.42) = 0.00903
Setelah faktor gesekan telah kita ketahui nilainya, maka rugi tekanan dalam pipa
(ΔPi) dapat kita peroleh dari persamaan berikut:
ifluid
ii
d
mLfP
2
4 2 = 2364.92 Pa
Sedangkan rugi tekanan pada kepala pipa (ΔPh) :
2
2mNKP phh
= 102.3721 Pa
dimana Np = jumlah laluan fluida dalam pipa (passes) = 1
Kh = 0.9 untuk Np = 1 passes
Total rugi tekanan dalam pipa (ΔPt):
ΔPt = ΔPi + ΔPh = 2467.292 Pa
Tahanan dinding pipa (rw):
89
w
ioow
k
dddr
2
/ln = 0.00005 m2.K/W
Koefisien perpindahan panas menyeluruh (Uo):
foulingw
foi
o
rr
U
11
1= 382.9948 W/m2.K
Parameter P:
airinfluidin
airinairout
TT
TTP
= 0.232
Parameter R:
airinairout
fluidoutfluidin
TT
TTR
= 1.72414
Faktor koreksi LMTD (F):
RPR
RR
RP
P
F
1lnln1
1
1ln
= 0.9702
LMTD tanpa faktor koreksi (ΔTm):
airinfluidout
airoutfluidin
airinfluidoutairoutfluidin
c
h
chm
TT
TT
TTTT
T
T
TTT
lnln
= 85.06844 °C
Log Mean Temperature Difference (LMTD):
LMTD = F.ΔTm = 82.53335 °C
Beban pendinginan yang bisa ditangani oleh dimensi ACHE ini (Qhit):
Qhit = Uo.Ao.LMTD = 75611767 W = 7.561767 kW
Kemudian hasil Qhit ini dibandingkan dengan Qfluid dengan:
%1007.364
6.998-7.364%100_
fluid
hitfluid
Q
QQQGalat = 2.67512 %
Kesalahan ini masih bisa ditolerir selama masih dibawah 5 %. Jadi ukuran penukar
kalor dengan tiupan udara ini masih bisa diterima.
Sedangkan bila studi kasus ini dimasukkan dalam program ACHE, maka
tampilan saat data dimasukkan dan saat data hasil perhitungan ditampilkan dapat
dilihat pada gambar 4.3 dan 4.4
90
Gambar 4.3 Tampilan program ACHE saat data dimasukkan
Gambar 4. 4 Tampilan program ACHE saat data hasil ditampilkan
Ringkasan studi kasus dari buku Saunders dan ringkasan hasil program
untuk studi kasus ini dapat diperbandingkan melalui tabel 4.3 dan tabel 4.4.
91
Tabel 4.3 Ringkasan Studi Kasus dari buku Saunders (1988)
DIKETAHUI HASIL PERHITUNGANTipe ACHE = Forced draughtJenis fluida kerja = Light HydrocarbonLiquidTin-fluid = 150 °CTout-fluid = 100 °C
fluidV = 0.0868 m3/s
Tin-air = 25 °CTout-air = 54 °CTstnd = 26.667 °CEfisiensi kipas dan motornya(Efan) = 0.8Pipa:do = 25.4 mmdi = 21.18 mmBahan pipa = Baja karbonSirip:tf = 0.4 mmlf = 15.875 mmNf = 433 sirip/mBahan sirip = AluminiumBerkas pipa:Nt = 459 pipaNr = 6 barisW = 4.88 mL = 12.19 mAg = 57.21411 m2
Ao = 178.6 m2
Ai = 0.00035 m2
Pt = 60.33 mm
Qfluid = 7364751 W = 7.364751 kW
airV = 214.2683 m3/s
df = 0.05715 msf = 0.0019095 mAu = 0.06598 m2/mAf = 1.81376 m2/mAb = 0.0798 m2
At = 1.87973 m2
Free Area Ratio (FAR) = 0.48783lfe = 0.02038 mAx = 27.91087 m2
Afan = 28.60706 m2
fanV = 223.6374 m3
ums =7.67688 m2/suf = 7.81756 m2/sReo = 14653.39αf = 66.314 W/m2.KFEP =39.92601f = 0.82539fo = 1298.941 W/m2.KRep = 568.0165dh = 0.04057dp = 0.00098 mfo = 0.3138ΔPo = 261.73 PaΔPp = 40.78 PaΔPsh = 302.511 PaWfs = 67.36 kWWms = 84.2 kWFFR = 68.572 m/sm = 423.934 kg/sRei = 9934.126αi = 628.9836 W/m2.Kfi = 0.00903ΔPi = 2364.92 PaΔPh = 102.3721 PaΔPt = 2467.292 Parw = 0.00005 m2.K/WUo = 382.9948 W/m2.KP = 0.232R = 1.72414F = 0.9702ΔTm = 85.06844 °CLMTD = 82.53335 °CQhit = 7561767 W = 7.562 kW
92
Tabel 4.4. Ringkasan hasil program ACHE untuk studi kasus ini
INPUT OUTPUTTipe ACHE = Forced draught
Fluida kerja:Jenis fluida kerja = Light HydrocarbonLiquidTin-fluid = 150 °CTout-fluid = 100 °C
fluidV = 0.0868 m3/s
Udara:Tin-air = 25 °CTout-air = 54 °CTstnd = 26.667 °CEfisiensi kipas dan motornya(Efan) = 0.8
Pipa:do = 25.4 mmdi = 21.18 mmBahan pipa = Baja karbon
Sirip:tf = 0.4 mmlf = 15.875 mmNf = 433 sirip/mBahan sirip = Aluminium
Dalam pipa:αi = 628.9836 W/m2.KΔPi = 2364.92 PaΔPh = 102.3721 PaΔPt = 2467.292 Pa
Luar pipa:fo = 1298.941 W/m2.KΔPo = 261.7309 PaΔPp = 40.78023 PaΔPsh = 302.5111 Pa
Berkas pipa:W = 4.88 mL = 12.19 mNr = 6 barisNt = 459 pipaAo = 178.6 m2
Baris/pipa = 2x76, 2x77Pt = 60.33 mmDimensi Pipa:do = 25.4 mm dan di = 21.18 mmBahan pipa = baja karbonKonduktivitas bahan pipa = 45 W/m.K
Kipas:Jumlah kipas = 1Afan = 28.60706 m2
Efisiensi kipas = 0.8Daya pada poros (Wfs) = 67.36053 kWDaya motor (Wms) = 84.20066 kW
Debit:
airV = 214.2683 m3/s
Keseluruhan:Uo = 382.9948 W/m2.KQfluid = 7364751 W = 7.364751 kWQhit = 7561767 W = 7.561767 kWGalat_Q = 2.67512 %
Dari uji verifikasi yang telah dilakukan, terbukti bahwa program ACHE
dapat digunakan untuk merancang penukar kalor dengan tiupan udara dengan
ketelitian yang mencukupi (angka kesalahan 2.67512 %)
93
BAB V
KESIMPULAN
1. Dari uji verifikasi yang telah dilakukan, terbukti bahwa program IEC dapat
digunakan untuk merancang pendingin evaporatif tak-langsung dengan
ketelitian yang mencukupi.
2. Dari uji verifikasi yang telah dilakukan, terbukti bahwa program ACHE
dapat digunakan untuk merancang penukar kalor dengan tiupan udara
dengan ketelitian yang mencukupi.
3. Dari uji verifikasi yang telah dilakukan, program Pro HE (gabungan IEC
dan ACHE) dapat digunakan untuk merancang penukar kalor yang mampu
menghadapi masalah kenaikan temperatur lingkungan akibat dari
pemanasan global.
4. Dengan baris kode yang relatif sederhana (sedikit), dapat dihasilkan
tampilan program yang profesional dalam lingkungan operasi berbasis
visual (Windows), di mana hal tersebut sangat sulit didapat (memerlukan
kode program yang lebih banyak) jika program dengan fungsi dan fasilitas
yang sama ditulis dengan bahasa program berbasis teks (DOS). Misalnya
Turbo Pascal, Quick Basic, Fortran dan sebagainya.
5. Microsoft Visual Basic merupakan bahasa program berbasis Windows yang
dapat memanfaatkan kemampuan sistem operasi Windows secara optimal.
Salah satu keuntungan dalam hal ini adalah kemampuan memanfaatkan
memori komputer yang tersedia secara maksimal.
94
DAFTAR PUSTAKA
o Dewobroto, Wiryanto. 2003. Aplikasi Sain dan Teknik dengan Visual Basic 6.0.
Jakarta : Elex Media Komputindo.
o Divisi Penelitian dan Pengembangan MADCOMS. 2003. Aplikasi Database
Visual Basic 6.0 dengan Crystal Report. Yogyakarta : ANDI.
o Holman, J. P. 1986. Heat Transfer 6th Ed. New York : McGraw – Hill.
o Kreith, Frank. 1985. Heat Transfer Principle 3th Ed. New York : McGraw -Hill.
o Koestoer, R. A. 2002. Perpindahan Kalor Untuk Mahasiswa Teknik. Jakarta :
Salemba Teknika.
o Leong, Marlon. 2003. Pengembangan Sistem Pakar Menggunakan Visual Basic.
Yogyakarta : ANDI.
o Saunders, E. A. D. 1988. Heat exchangers : selection, design & construction.
London : Longman.
o Thelkeld, J. L. 1970. Thermal Environmental Engineering 2nd Ed. London :
Prentice - Hall
o Wang, Shan K. 1994. Handbook of Air Conditioning and Refrigeration. New
York : McGraw – Hill.
o http://msdn.microsoft.com/vbasic
95
LAMPIRAN
96
LAMPIRAN A
Listing program IEC (Form IEC Input)
'Menghubungkan form dengan database DB_HEDim Ado_DB_HE As New ADODB.ConnectionDim rs_Konduktifitas_Pelat As New ADODB.Recordset
Private Sub Cmd_Next_Click()On Error GoTo Error_Next
'////////////'// STEP 1 //'////////////Qc = (Temp_Out - Ts) * Vca * Den_ca * c_pa
'////////////'// STEP 2 //'////////////T_wet = T_enterTs_a = T_wet + (5 / 3)Ein = Qc / (Vca * Den_ca * c_pa * (Temp_Out - Ts_a))
'////////////'// STEP 3 //'////////////
c_sat = (H_enter - H_leave) / (T_enter - T_leave)Cca = Vca * Den_ca * c_paCwet = Vwet * Den_wet * c_satC = Cca / Cwet
'----------------------------------------'Looping mencari NTU dari harga C dan Ein'----------------------------------------Call Mencari_NTU
'////////////'// STEP 4 //'////////////UA = NTU * Cca
For Y_x = 0.1 To 50 Step 0.001Ai_x = Y_x ^ 2vel_ca = Vca / Ai_xvel_wet = Vwet / Ai_xJc = Fix((L - T) / (s + T))Jpt = Jc + 1Jp = Jpt - 2At = Jp * Ai_x
97
Rumus1 = (c_sat / c_pa) + ((K_ca / K_wet) * ((Pr_ca / Pr_wet) ^ 0.33) * ((vel_ca *Den_ca * Vis_wet / (vel_wet * Den_wet * Vis_ca)) ^ 0.8))Rumus2 = At * (c_sat / c_pa) * ((K_ca / K_wet) * ((Pr_ca / Pr_wet) ^ 0.33) *((vel_ca * Den_ca * Vis_wet / (vel_wet * Den_wet * Vis_ca)) ^ 0.8))Rumus3 = (1 / UA) - (T / (Kp * At))h_dry = Rumus1 / (Rumus2 * Rumus3)
'////////////'// STEP 5 //'////////////
Rumus4 = ((Den_wet * vel_wet) / (Vis_wet)) ^ (0.8)Rumus5 = 0.023 * (K_wet / h_dry) * (Pr_wet ^ (0.33))Dh_y = (Rumus4 * Rumus5) ^ 5
'////////////'// STEP 6 //'////////////
'-------------------------------'Looping mencari nilai Y dari Dh'-------------------------------Dh_x = (2 * s * Y_x) / (s + Y_x)Beda_Dh = (Dh_y - Dh_x) / Dh_y * 100Galat_Dh = Abs(Beda_Dh)If Galat_Dh <= 0.5 Then
Y = Y_xX = Y_xAi = Ai_xAca = s * YPca = 2 * (s + Y)Dh = Dh_yRe_ca = (vel_ca * Den_ca * Dh) / Vis_caRe_wet = (vel_wet * Den_wet * Dh) / Vis_weth_ca = 0.023 * (K_ca / Dh) * (Pr_ca ^ 0.3) * (Re_ca ^ 0.8)h_wet = (c_sat / c_pa) * h_dry'h_wet = 0.023 * (Ka / Dh) * (Pr ^ 0.3) * (Re_wet ^ 0.8)'memanggil lembar jawabanFrm_IEC_Output.ShowExit ForExit Sub
End IfNext Y_x
Error_Next:Resume NextExit Sub
End Sub
Private Sub DataCombo_Mat_Change()
98
On Error Resume NextCari_Mat = "[Material]='" & DataCombo_Mat.Text & "'"rs_Konduktifitas_Pelat.MoveFirstrs_Konduktifitas_Pelat.Find Cari_MatKp = rs_Konduktifitas_Pelat.Fields("Kp")Txt_Kp.Text = KpMat = DataCombo_Mat.TextEnd Sub
Private Sub Form_Activate()MDIForm_Utama.cdlHelp.HelpContext = 1End Sub
Private Sub Form_Load()Dim strPath As String' Change this path if needed.strPath = App.Path & "\DB_HE.mdb"
'menentukan CursorLocationAdo_DB_HE.CursorLocation = adUseClient
'membuka database DB_HE.mdbAdo_DB_HE.Open "Provider=Microsoft.Jet.OLEDB.4.0;" & _"Persist Security Info = False; Data Source= " & strPath & _"; Mode= Read|Write"
'membuka tabel Konduktifitas_Pelatrs_Konduktifitas_Pelat.Open "Select*From[Konduktifitas_Pelat]", Ado_DB_HE,adOpenKeyset, adLockOptimistic
'mengisi RowSource DataComboSet DataCombo_Mat.RowSource = rs_Konduktifitas_Pelat
'mengisi ListField DataComboDataCombo_Mat.ListField = "Material"
'mengurutkan tabel dlm database by Materialrs_Konduktifitas_Pelat.Sort = "Material"End Sub
Private Sub Form_Unload(Cancel As Integer)Ado_DB_HE.CloseCall Form_Kosong
End SubPrivate Sub Cmd_Cancel_Click()
Unload MeEnd Sub
Private Sub Cmd_Repeat_Click()
99
tekan = MsgBox("Do you want to blank this form?", vbOKCancel + vbQuestion,"Repeat...")If tekan = vbOK Then'mengosongkan semua alat input
Call Form_KosongTxt_Temp_Out.SetFocus
End IfEnd Sub
Private Sub Txt_L_Change()On Error Resume NextL = Val(Txt_L.Text)End Sub
Private Sub Txt_L_GotFocus()Warning4.Visible = TrueShape_L.Visible = TrueEnd Sub
Private Sub Txt_L_LostFocus()Warning4.Visible = FalseShape_L.Visible = FalseEnd Sub
Private Sub Txt_s_Change()On Error Resume Nexts_mili = Val(Txt_s.Text)s = s_mili / 1000End Sub
Private Sub Txt_s_GotFocus()Warning2.Visible = TrueShape_s.Visible = TrueEnd Sub
Private Sub Txt_s_LostFocus()Warning2.Visible = FalseShape_s.Visible = FalseEnd Sub
Private Sub Txt_t_Change()On Error Resume NextT_mili = Val(Txt_t.Text)T = T_mili / 1000End Sub
Private Sub Txt_T_enter_GotFocus()Peringatan2.Visible = TrueEnd Sub
100
Private Sub Txt_T_enter_LostFocus()Peringatan2.Visible = FalseEnd Sub
Private Sub Txt_t_GotFocus()Warning3.Visible = TrueShape_t.Visible = TrueEnd Sub
Private Sub Txt_T_leave_GotFocus()Peringatan2.Visible = TrueEnd Sub
Private Sub Txt_T_leave_LostFocus()Peringatan2.Visible = FalseEnd Sub
Private Sub Txt_t_LostFocus()Warning3.Visible = FalseShape_t.Visible = FalseEnd Sub
Private Sub Txt_T_enter_Change()On Error Resume NextT_enter = Val(Txt_T_enter.Text)'Interpolasi entalpi:H_enter = H2 - ((H2 - H1) * (T2 - T_enter) / (T2 - T1))End Sub
Private Sub Txt_T_leave_Change()On Error Resume NextT_leave = Val(Txt_T_leave.Text)'Interpolasi entalpi:H_leave = H2 - ((H2 - H1) * (T2 - T_leave) / (T2 - T1))End Sub
Private Sub Txt_Temp_Out_Change()On Error Resume NextTemp_Out = Val(Txt_Temp_Out.Text)'Interpolasi sifat-sifat pada sisi kering:Den_ca = Den2_air - ((Den2_air - Den1_air) * (T2_air - Temp_Out) / (T2_air -T1_air))c_pa = Cp2_air - ((Cp2_air - Cp1_air) * (T2_air - Temp_Out) / (T2_air - T1_air))Vis_ca = Vis2_air - ((Vis2_air - Vis1_air) * (T2_air - Temp_Out) / (T2_air -T1_air))K_ca = K2_air - ((K2_air - K1_air) * (T2_air - Temp_Out) / (T2_air - T1_air))Pr_ca = Pr2_air - ((Pr2_air - Pr1_air) * (T2_air - Temp_Out) / (T2_air - T1_air))End Sub
Private Sub Txt_Temp_Out_GotFocus()
101
Peringatan.Visible = TrueEnd Sub
Private Sub Txt_Temp_Out_LostFocus()Peringatan.Visible = FalseEnd Sub
Private Sub Txt_Ts_Change()On Error Resume NextTs = Val(Txt_Ts.Text)End Sub
Private Sub Txt_Ts_GotFocus()Warning1.Visible = TruePeringatan.Visible = TrueEnd Sub
Private Sub Txt_Ts_LostFocus()Warning1.Visible = FalsePeringatan.Visible = FalseEnd Sub
Private Sub Txt_Tstnd_Change()On Error Resume NextTstnd = Val(Txt_Tstnd.Text)'Interpolasi sifat-sifat pada sisi basah:Den_wet = Den2_air - ((Den2_air - Den1_air) * (T2_air - Tstnd) / (T2_air -T1_air))Vis_wet = Vis2_air - ((Vis2_air - Vis1_air) * (T2_air - Tstnd) / (T2_air - T1_air))K_wet = K2_air - ((K2_air - K1_air) * (T2_air - Tstnd) / (T2_air - T1_air))Pr_wet = Pr2_air - ((Pr2_air - Pr1_air) * (T2_air - Tstnd) / (T2_air - T1_air))End Sub
Private Sub Txt_Vca_Change()On Error Resume NextVca = Val(Txt_Vca.Text)Vwet = Vca - 0.0944Txt_Vwet.Text = VwetEnd Sub
Private Sub Txt_Vwet_Change()On Error Resume NextVwet = Val(Txt_Vwet.Text)End Sub
Public Sub Mencari_NTU()For NTU_x = 0.01 To 6 Step 0.01NTU2 = NTU_x ^ (-0.22)NTU3 = -1 * NTU_x ^ (0.78)Ein_x = 1 - Exp(((NTU2 * C) ^ -1) * (Exp(NTU3 * C) - 1))
102
Selisih = (Ein - Ein_x) / Ein * 100Galat = Abs(Selisih)If Galat <= 0.05 Then
NTU = NTU_xExit For
End IfNext NTU_xEnd Sub
Public Sub Form_Kosong()Txt_Temp_Out.Text = ""Txt_Vca.Text = ""Txt_Ts.Text = ""Txt_T_enter.Text = ""Txt_T_leave.Text = ""Txt_Vwet.Text = ""DataCombo_Mat.Text = ""Txt_s.Text = ""Txt_t.Text = ""Txt_L.Text = ""Txt_Tstnd.Text = ""
End Sub
103
LAMPIRAN B
Listing Program IEC (Form IEC Output)
Private Sub Cmd_Back_Click()Unload MeEnd Sub
Private Sub Cmd_Finish_Click()Simpan = MsgBox("Save your data ?", vbQuestion + vbYesNo, "Question")If Simpan = vbYes Then
Frm_IEC_Save.Show vbModalCetak = MsgBox("Print your data ?", vbQuestion + vbYesNo, "Question")If Cetak = vbYes Then'MASUKKAN PERINTAH PRINT PREVIEW:With MDIForm_Utama.Report_Print
.ReportFileName = (App.Path & "\IEC_Data.rpt")
.RetrieveDataFiles
.WindowState = 2
.WindowTitle = "Indirect Evaporative Cooler : REPORT"
.Action = 1End WithElseExit SubEnd If
ElseFrm_IEC_Input.HideFrm_IEC_Output.HideEnd IfEnd Sub
Private Sub Cmd_Next_Click()On Error Resume NextFrm_IEC_Save.Show vbModal
'Memasukkan data Tout_IEC ke Tin_ACHE:Frm_ACHE_Input.ShowFrm_ACHE_Input.Txt_Tin_air.Text = TsFrm_ACHE_Input.Txt_Tin_air.Enabled = FalseEnd Sub
Private Sub Form_Load()'PerformanceTxt_Qc.Text = Round(Qc, 6)Txt_Ein.Text = Round(Ein, 6)Txt_C.Text = Round(C, 6)Txt_NTU.Text = Round(NTU, 3)Txt_UA.Text = Round(UA, 6)
'Cooled-Air sideTxt_h_ca.Text = Round(h_ca, 6)
104
Txt_Re_ca.Text = Round(Re_ca, 6)Txt_Cca.Text = Round(Cca, 6)Txt_vel_ca.Text = Round(vel_ca, 6)
'Wet-Air sideTxt_h_wet.Text = Round(h_wet, 6)Txt_Re_wet.Text = Round(Re_wet, 6)Txt_Cwet.Text = Round(Cwet, 6)Txt_vel_wet.Text = Round(vel_wet, 6)
'DimensiTxt_Ai.Text = Round(Ai, 6)Txt_X.Text = Round(X, 6)Txt_Y.Text = Round(Y, 6)Txt_s.Text = Round(s * 1000, 6)Txt_L.Text = Round(L, 6)Txt_t.Text = Round(T * 1000, 6)Txt_Mat.Text = MatTxt_Jc.Text = JcTxt_Jpt.Text = JptTxt_Pca.Text = Round(Pca, 6)Txt_Aca.Text = Round(Aca, 6)
'ComparationTxt_Dh.Text = Round(Dh, 6)Txt_Dh_x.Text = Round(Dh_x, 6)Txt_Galat_Dh.Text = Round(Galat_Dh, 6)End Sub
Private Sub Txt_Ai_GotFocus()Shape_Ai.Visible = TrueEnd Sub
Private Sub Txt_Ai_LostFocus()Shape_Ai.Visible = FalseEnd Sub
Private Sub Txt_L_GotFocus()Shape_L.Visible = TrueEnd Sub
Private Sub Txt_L_LostFocus()Shape_L.Visible = FalseEnd Sub
Private Sub Txt_s_GotFocus()Shape_s.Visible = TrueEnd Sub
Private Sub Txt_s_LostFocus()
105
Shape_s.Visible = FalseEnd Sub
Private Sub Txt_X_GotFocus()Shape_X.Visible = TrueEnd Sub
Private Sub Txt_X_LostFocus()Shape_X.Visible = FalseEnd Sub
Private Sub Txt_Y_GotFocus()Shape_Y.Visible = TrueEnd Sub
Private Sub Txt_Y_LostFocus()Shape_Y.Visible = FalseEnd Sub
106
LAMPIRAN C
Listing Program ACHE (Form ACHE Input)
'Menghubungkan form dengan database DB_HEDim Ado_DB_HE As New ADODB.ConnectionDim rs_Fluid As New ADODB.RecordsetDim rs_Pipe As New ADODB.RecordsetDim rs_Tube As New ADODB.RecordsetDim rs_Konduktifitas_Metal As New ADODB.Recordset
Private Sub Cmd_Cancel_Click()Unload MeEnd Sub
Private Sub Cmd_Change_Click()tekan = MsgBox("This is maximum regulation for exit air temperature. Do youwant to change it?", vbInformation + vbYesNo, "Exit Air Temp. Regulation")If tekan = vbYes Then
Txt_Tout_air.Enabled = TrueTxt_Tout_air.Text = ""Txt_Tout_air.SetFocus
ElseExit SubEnd IfEnd Sub
Private Sub Cmd_Repeat_Click()tekan = MsgBox("Do you want to blank this form?", vbOKCancel + vbQuestion,"Repeat...")If tekan = vbOK Then'mengosongkan semua alat input
Call Form_KosongDataCombo_Pipe.SetFocus
End IfEnd Sub
Private Sub DataCombo_Fluid_Change()On Error Resume NextCari_Type_Fluid = "[Fluid]='" & DataCombo_Fluid.Text & "'"rs_Fluid.MoveFirstrs_Fluid.Find Cari_Type_Fluid'memindahkan data dari tabel ke variabelUmin = rs_Fluid.Fields("Umin")Umax = rs_Fluid.Fields("Umax")Rf = rs_Fluid.Fields("Fouling")Fluid_Type = DataCombo_Fluid.Text'menampilkan data ke text boxTxt_Umin.Text = UminTxt_Umax.Text = UmaxTxt_Fouling.Text = Rf
107
'memindahkan data untuk interpolasiWith rs_FluidT1_fluid = .Fields("T1")T2_fluid = .Fields("T2")Den1_fluid = .Fields("Den1")Den2_fluid = .Fields("Den2")Vis1_fluid = .Fields("Vis1")Vis2_fluid = .Fields("Vis2")Cp1_fluid = .Fields("Cp1")Cp2_fluid = .Fields("Cp2")K1_fluid = .Fields("K1")K2_fluid = .Fields("K2")Pr1_fluid = .Fields("Pr1")Pr2_fluid = .Fields("Pr2")End WithEnd Sub
Private Sub DataCombo_Mat_Fin_Change()On Error Resume NextCari_Mat_Fin = "[Material]='" & DataCombo_Mat_Fin.Text & "'"rs_Konduktifitas_Metal.MoveFirstrs_Konduktifitas_Metal.Find Cari_Mat_Fin'memindahkan data dari tabel ke variabelkf = rs_Konduktifitas_Metal.Fields("k")Fin_mat = rs_Konduktifitas_Metal.Fields("Material")Txt_kf.Text = kfEnd Sub
Private Sub DataCombo_Mat_Pipe_Change()On Error Resume NextCari_Mat_Pipe = "[Material]='" & DataCombo_Mat_Pipe.Text & "'"rs_Konduktifitas_Metal.MoveFirstrs_Konduktifitas_Metal.Find Cari_Mat_Pipe'memindahkan data dari tabel ke variabelkw = rs_Konduktifitas_Metal.Fields("k")Pipe_mat = rs_Konduktifitas_Metal.Fields("Material")Txt_kw.Text = kwEnd Sub
Private Sub DataCombo_Pipe_Change()On Error Resume NextCari_Type_Pipe = "[Type]='" & DataCombo_Pipe.Text & "'"rs_Pipe.MoveFirstrs_Pipe.Find Cari_Type_Pipe'memindahkan data dari tabel ke variabeld_o = rs_Pipe.Fields("d_o")d_i = rs_Pipe.Fields("d_i")Ain = rs_Pipe.Fields("Ain")Pt = rs_Pipe.Fields("Pitch")dr = d_o
108
'memilih antara tube1 dan tube2Pipe_dim = rs_Pipe.Fields("No_Pipe")Pipe_type = rs_Pipe.Fields("Type")End Sub
Private Sub Form_Activate()MDIForm_Utama.cdlHelp.HelpContext = 2End Sub
Private Sub Form_Load()Dim strPath As String' Change this path if needed.strPath = App.Path & "\DB_HE.mdb"
'menentukan CursorLocationAdo_DB_HE.CursorLocation = adUseClient
'membuka database DB_HE.mdbAdo_DB_HE.Open "Provider=Microsoft.Jet.OLEDB.4.0;" & _"Persist Security Info = False; Data Source= " & strPath & _"; Mode= Read|Write"
'membuka tabel Entalpi_Udara, Konduktifitas_Pelat, Properti_Udarars_Fluid.Open "Select*From[Fluid]", Ado_DB_HE, adOpenKeyset,adLockOptimisticrs_Konduktifitas_Metal.Open "Select*From[Konduktifitas_Metal]", Ado_DB_HE,adOpenKeyset, adLockOptimisticrs_Pipe.Open "Select*From[Pipe]", Ado_DB_HE, adOpenKeyset,adLockOptimisticrs_Tube.Open "Select*From[Tube1]", Ado_DB_HE, adOpenKeyset,adLockOptimistic
'mengisi RowSource DataComboSet DataCombo_Pipe.RowSource = rs_PipeSet DataCombo_Fluid.RowSource = rs_FluidSet DataCombo_Mat_Fin.RowSource = rs_Konduktifitas_MetalSet DataCombo_Mat_Pipe.RowSource = rs_Konduktifitas_Metal
'mengisi ListField DataComboDataCombo_Pipe.ListField = "Type"DataCombo_Fluid.ListField = "Fluid"DataCombo_Mat_Pipe.ListField = "Material"DataCombo_Mat_Fin.ListField = "Material"
'mengurutkan tabel2 dlm database by ID, Material, No_Fluid, Typers_Konduktifitas_Metal.Sort = "Material"rs_Fluid.Sort = "No_Fluid"rs_Pipe.Sort = "Type"A = 0End Sub
109
Private Sub Form_Unload(Cancel As Integer)Call Form_KosongAdo_DB_HE.CloseEnd Sub
Private Sub Opt_Forced_Click()Skema.Picture = LoadPicture(App.Path & "\Forced_ACHE.jpg")Type_ACHE = "Forced ACHE"Cmd_Next_Forced.Visible = TrueCmd_Next_Induced.Visible = FalseEnd Sub
Private Sub Opt_Induced_Click()Skema.Picture = LoadPicture(App.Path & "\Induced_ACHE.jpg")Type_ACHE = "Induced ACHE"Cmd_Next_Induced.Visible = TrueCmd_Next_Forced.Visible = FalseEnd Sub
Public Sub Pilih_Data_Tube()On Error Resume NextIf Pipe_dim = 1 Then
rs_Tube.Closers_Tube.Open "Select*From[Tube1]", Ado_DB_HE, adOpenKeyset,
adLockOptimisticrs_Tube.Sort = "ID"
ElseIf Pipe_dim = 2 Thenrs_Tube.Closers_Tube.Open "Select*From[Tube2]", Ado_DB_HE, adOpenKeyset,
adLockOptimisticrs_Tube.Sort = "ID"
End IfEnd Sub
Private Sub Txt_Efan_Change()On Error Resume NextEfan = Val(Txt_Efan.Text)End Sub
Private Sub Txt_Fouling_Change()On Error Resume NextRf = Val(Txt_Fouling.Text)End Sub
Private Sub Txt_Tin_air_Change()On Error Resume NextTin_air = Val(Txt_Tin_air.Text)End Sub
110
Private Sub Txt_Tin_air_GotFocus()Warning4.Visible = TrueEnd Sub
Private Sub Txt_Tin_air_LostFocus()Warning4.Visible = FalseEnd Sub
Private Sub Txt_Tin_fluid_Change()On Error Resume NextTin_fluid = Val(Txt_Tin_fluid)End Sub
Private Sub Txt_Tout_fluid_Change()On Error Resume NextTout_fluid = Val(Txt_Tout_fluid.Text)End Sub
Private Sub Txt_Ts_air_Change()On Error Resume NextTs_air = Val(Txt_Ts_air)Den_air = Den2_air - ((Den2_air - Den1_air) * (T2_air - Ts_air) / (T2_air - T1_air))vis_air = Vis2_air - ((Vis2_air - Vis1_air) * (T2_air - Ts_air) / (T2_air - T1_air))k_air = K2_air - ((K2_air - K1_air) * (T2_air - Ts_air) / (T2_air - T1_air))Pr_air = Pr2_air - ((Pr2_air - Pr1_air) * (T2_air - Ts_air) / (T2_air - T1_air))End Sub
Private Sub Txt_V_fluid_Change()On Error Resume NextV_fluid = Val(Txt_V_fluid.Text)End Sub
Private Sub Txt_Lf_Change()On Error Resume NextLf = Val(Txt_Lf.Text) / 1000End Sub
Private Sub Txt_Lf_GotFocus()Shape_Lf.Visible = TrueWarning2.Visible = TrueEnd Sub
Private Sub Txt_Lf_LostFocus()Shape_Lf.Visible = FalseWarning2.Visible = FalseEnd Sub
Private Sub Txt_Nf_Change()On Error Resume NextNf = Val(Txt_Nf.Text)
111
End Sub
Private Sub Txt_Nf_GotFocus()Warning3.Visible = TrueEnd Sub
Private Sub Txt_Nf_LostFocus()On Error Resume NextWarning3.Visible = Falsedf = d_o + (2 * Lf)Sf = (1 - (Nf * tf)) / NfSf2 = Sf * 1000Txt_Sf.Text = Round(Sf2, 4)End Sub
Private Sub Txt_tf_Change()On Error Resume Nexttf = Val(Txt_tf.Text) / 1000End Sub
Private Sub Txt_tf_GotFocus()Shape_tf.Visible = TrueWarning1.Visible = TrueEnd Sub
Private Sub Txt_tf_LostFocus()Shape_tf.Visible = FalseWarning1.Visible = FalseEnd SubPrivate Sub Cmd_Next_Forced_Click()Call Interpolasi_FluidCall Interpolasi_AirCall Pilih_Data_Tubers_Tube.MoveFirst
If Not rs_Tube.EOF ThenNt = rs_Tube.Fields("No_Tube")Nr = rs_Tube.Fields("No_Row")W = rs_Tube.Fields("Width")L_tube = rs_Tube.Fields("Length")Ag = rs_Tube.Fields("Ag")Call Rumus_ForcedArray_Nt(A) = rs_Tube.Fields("No_Tube")Array_Nr(A) = rs_Tube.Fields("No_Row")Array_W(A) = rs_Tube.Fields("Width")Array_L_tube(A) = rs_Tube.Fields("Length")Array_Ag(A) = rs_Tube.Fields("Ag")
A = 1jml = rs_Tube.RecordCount
112
Do Until A >= jmlA = A + 1
If Not rs_Tube.EOF Thenrs_Tube.MoveNextNt = rs_Tube.Fields("No_Tube")Nr = rs_Tube.Fields("No_Row")W = rs_Tube.Fields("Width")L_tube = rs_Tube.Fields("Length")Ag = rs_Tube.Fields("Ag")Call Rumus_ForcedArray_Nt(A) = rs_Tube.Fields("No_Tube")Array_Nr(A) = rs_Tube.Fields("No_Row")Array_W(A) = rs_Tube.Fields("Width")Array_L_tube(A) = rs_Tube.Fields("Length")Array_Ag(A) = rs_Tube.Fields("Ag")
'memfilter data berdasarkan Umin < Uo < UmaxIf Uo >= Umin And Uo <= Umax ThenArray_ID(A) = rs_Tube.Fields("ID")
'membaca database hasil filter sebelumnyaFor i = LBound(Array_ID) To UBound(Array_ID)'MASUKKAN RUMUS PENCARI Q-HIT DISINI!P_corr = (Tout_air - Tin_air) / (Tin_fluid - Tin_air)R_corr = (Tin_fluid - Tout_fluid) / (Tout_air - Tin_air)G1 = (1 - P_corr) / (1 - (P_corr * R_corr))F_corr1 = Log(G1) / Log(Exp(1))G2 = 1 - (P_corr * R_corr)G3 = R_corr / (R_corr + (Log(G2) / Log(Exp(1))))F_corr2 = Log(G3) / Log(Exp(1))F = F_corr1 / ((R_corr - 1) * F_corr2)Delta_Th = Tin_fluid - Tout_airDelta_Tc = Tout_fluid - Tin_airG4 = Delta_Th / Delta_TcTm = (Delta_Th - Delta_Tc) / (Log(G4) / Log(Exp(1)))LMTD = Tm * FAo = rs_Tube.Fields("Ao") 'panggil data terakhir yaitu AoQ_hit = Uo * Ao * LMTDBeda_Q = (Q_fluid - Q_hit) / Q_fluid * 100Galat_Q = Abs(Beda_Q)If Galat_Q <= 5 Then
'TAMPILKAN DATA DARI DATABASE YANG COCOK DENGANFILTER!
Nt = rs_Tube.Fields("No_Tube")Nr = rs_Tube.Fields("No_Row")W = rs_Tube.Fields("Width")L_tube = rs_Tube.Fields("Length")Ag = rs_Tube.Fields("Ag")No_fan = rs_Tube.Fields("No_Fan")
113
Tubes_row = rs_Tube.Fields("Tubes_Row")ID = rs_Tube.Fields("ID")Exit For
End IfNext i
End If
If rs_Tube.EOF Thenrs_Tube.MoveLastExit DoExit Sub
End If
End IfLoop
End IfFrm_ACHE_Output.ShowEnd Sub
Private Sub Cmd_Next_Induced_Click()Call Interpolasi_FluidCall Interpolasi_AirCall Pilih_Data_Tubers_Tube.MoveFirst
If Not rs_Tube.EOF ThenNt = rs_Tube.Fields("No_Tube")Nr = rs_Tube.Fields("No_Row")W = rs_Tube.Fields("Width")L_tube = rs_Tube.Fields("Length")Ag = rs_Tube.Fields("Ag")Call Rumus_InducedArray_Nt(A) = rs_Tube.Fields("No_Tube")Array_Nr(A) = rs_Tube.Fields("No_Row")Array_W(A) = rs_Tube.Fields("Width")Array_L_tube(A) = rs_Tube.Fields("Length")Array_Ag(A) = rs_Tube.Fields("Ag")
A = 1jml = rs_Tube.RecordCountDo Until A >= jmlA = A + 1
If Not rs_Tube.EOF Thenrs_Tube.MoveNextNt = rs_Tube.Fields("No_Tube")Nr = rs_Tube.Fields("No_Row")W = rs_Tube.Fields("Width")
114
L_tube = rs_Tube.Fields("Length")Ag = rs_Tube.Fields("Ag")Call Rumus_InducedArray_Nt(A) = rs_Tube.Fields("No_Tube")Array_Nr(A) = rs_Tube.Fields("No_Row")Array_W(A) = rs_Tube.Fields("Width")Array_L_tube(A) = rs_Tube.Fields("Length")Array_Ag(A) = rs_Tube.Fields("Ag")
'memfilter data berdasarkan Umin < Uo < UmaxIf Uo >= Umin And Uo <= Umax ThenArray_ID(A) = rs_Tube.Fields("ID")
'membaca database hasil filter sebelumnyaFor i = LBound(Array_ID) To UBound(Array_ID)'MASUKKAN RUMUS PENCARI Q-HIT DISINI!P_corr = (Tout_air - Tin_air) / (Tin_fluid - Tin_air)R_corr = (Tin_fluid - Tout_fluid) / (Tout_air - Tin_air)G1 = (1 - P_corr) / (1 - (P_corr * R_corr))F_corr1 = Log(G1) / Log(Exp(1))G2 = 1 - (P_corr * R_corr)G3 = R_corr / (R_corr + (Log(G2) / Log(Exp(1))))F_corr2 = Log(G3) / Log(Exp(1))F = F_corr1 / ((R_corr - 1) * F_corr2)Delta_Th = Tin_fluid - Tout_airDelta_Tc = Tout_fluid - Tin_airG4 = Delta_Th / Delta_TcTm = (Delta_Th - Delta_Tc) / (Log(G4) / Log(Exp(1)))LMTD = Tm * FAo = rs_Tube.Fields("Ao") 'panggil data terakhir yaitu AoQ_hit = Uo * Ao * LMTDBeda_Q = (Q_fluid - Q_hit) / Q_fluid * 100Galat_Q = Abs(Beda_Q)If Galat_Q <= 5 Then
'TAMPILKAN DATA DARI DATABASE YANG COCOK DENGANFILTER!
Nt = rs_Tube.Fields("No_Tube")Nr = rs_Tube.Fields("No_Row")W = rs_Tube.Fields("Width")L_tube = rs_Tube.Fields("Length")Ag = rs_Tube.Fields("Ag")No_fan = rs_Tube.Fields("No_Fan")Tubes_row = rs_Tube.Fields("Tubes_Row")ID = rs_Tube.Fields("ID")Exit For
End IfNext i
End If
115
If rs_Tube.EOF Thenrs_Tube.MoveLastExit DoExit Sub
End If
End IfLoop
End IfFrm_ACHE_Output.ShowEnd Sub
Public Sub Rumus_Forced()
'////////////'// STEP 1 //'////////////FFR = V_fluid * Den_fluidQ_fluid = V_fluid * Den_fluid * Cp_fluid * (Tin_fluid - Tout_fluid)V_air = Q_fluid / (Den_air * Cp_fan * (Tout_air - Tin_air))
'////////////'// STEP 2 //'////////////
Au = phi * Nf * dr * SfAf = phi / 2 * Nf * ((df ^ 2) - (dr ^ 2)) + (phi * Nf * df * tf)Ab = phi * drFAR = 1 - (Nf * ((df * tf) + (dr * Sf)) / Pt)Lfe = Lf * (1 + (tf / 2 * Lf)) * (1 + (0.35 * Log(df / dr) / Log(Exp(1))))Ax = FAR * AgA_t = Au + AfAfan = 0.5 * AgV_fan = V_air * Den_air / Den_fanUms = V_air / AxUf = V_fan / Afan'menghitung fin heat transfer coefficient(Hf)Re_o = Ums * Den_air * dr / vis_airIf Nr = 6 ThenHf = 0.271 * (k_air / dr) * (Pr_air ^ 0.33) * (Re_o ^ 0.685) * ((A_t / Ab) ^ -0.311)ElseHf = 0.271 * (k_air / dr) * (Pr_air ^ 0.33) * (Re_o ^ 0.685) * ((A_t / Ab) ^ -0.311) *((Nr / 6) ^ -0.138)End If'menghitung outside heat transfer coefficient(Hfo)Mfe = (2 * Hf / (kf * tf)) ^ 0.5Nilai_HTan = Mfe * LfeFin_eff = ((Exp(Nilai_HTan) - Exp(-Nilai_HTan)) / (Exp(Nilai_HTan) + Exp(-Nilai_HTan))) / (Mfe * Lfe)
116
Hfo = Hf * ((Fin_eff * Af) + Au) / Ab
'////////////'// STEP 3 //'////////////'menghitung outside friction factor dan pressure lossd_h = (A_t / Ab * dr) / ((2 * Lf * Nf) + 1)d_p = d_h / ((((Lf / (2 * Sf)) ^ 0.4) * (1 / ((Pt / d_h) - 1)) ^ 0.5) ^ 4)
Re_p = Ums * Den_air * d_p / vis_airfo = 1.532 * (Re_p ^ -0.25)Press_o = 2 * fo * (Ums ^ 2) * Den_air * NrPress_o_x = Press_o * 0.1016 'ubah dalam satuan mm WGPress_p_x = 0.06 * Den_fan * (Uf ^ 2) 'dalam satuan mm WGPress_p = Press_p_x / 0.1016Press_sh_x = Press_o_x + Press_p_xPress_sh = Press_sh_x / 0.1016Wfs = 9.8 * Press_sh_x * V_fan / 1000Wms = Wfs / Efan
'////////////'// STEP 4 //'////////////'menghitung inside heat transfer coefficient(Hi)Mi = FFR / (Nt * Ain)Re_i = Mi * d_i / vis_fluidGz = Re_i * Pr_fluid_d_i / L_tube
If Re_i > 10000 ThenHi = 0.0225 * (k_fluid / d_i) * (Pr_fluid ^ 0.495) * (Re_i ^ 0.795) * (Exp(-0.0225 *((Log(Pr_fluid) / Log(Exp(1))) ^ 2)))ElseIf Re_i >= 2000 And Re_i <= 10000 ThenHi = 0.1 * (k_fluid / d_i) * ((Re_i ^ (2 / 3)) - 125) * (Pr_fluid ^ 0.495) * (Exp(-0.0225 * ((Log(Pr_fluid) / Log(Exp(1))) ^ 2)))ElseIf Re_i < 2000 And Gz > 9 ThenHi = 1.75 * (k_fluid / d_i) * (Gz ^ (1 / 3))ElseIf Re_i < 2000 And Gz <= 9 ThenHi = 3.66 * (k_fluid / d_i)End If
'////////////'// STEP 5 //'////////////'menghitung tube wall resistanceRw = (d_o * Log(d_o / d_i) / Log(Exp(1))) / (2 * kw)
'////////////'// STEP 6 //'////////////'menghitung friction loss inside tubes
117
If Re_i <= 1311 Thenfi = 16 / Re_iElseIf Re_i > 1311 And Re_i < 2100 Thenfi = 0.0122ElseIf Re_i >= 2100 And Re_i < 3380 Thenfi = 0.0014 + (0.125 / (Re_i ^ 0.32))ElseIf Re_i >= 3380 Thenfi = 0.0035 + (0.264 / (Re_i ^ 0.42))End If
'menghitung pressure loss inside tubesPress_i = (4 * fi * L_tube * (Mi ^ 2)) / (2 * Den_fluid * d_i)Press_h = 0.9 * (Mi ^ 2) / (2 * Den_fluid)Press_t = Press_i + Press_h
'////////////'// STEP 7 //'////////////'menghitung overall heat transfer coefficient(Uo)Uo = ((1 / Hi) + (1 / Hfo) + Rw + Rf) ^ (-1)
End Sub
Public Sub Rumus_Induced()
'////////////'// STEP 1 //'////////////FFR = V_fluid * Den_fluidQ_fluid = V_fluid * Den_fluid * Cp_fluid * (Tin_fluid - Tout_fluid)V_air = Q_fluid / (Den_air * Cp_fan * (Tout_air - Tin_air))
'////////////'// STEP 2 //'////////////
Au = phi * Nf * dr * SfAf = phi / 2 * Nf * ((df ^ 2) - (dr ^ 2)) + (phi * Nf * df * tf)Ab = phi * drFAR = 1 - (Nf * ((df * tf) + (dr * Sf)) / Pt)Lfe = Lf * (1 + (tf / 2 * Lf)) * (1 + (0.35 * Log(df / dr) / Log(Exp(1))))Ax = FAR * AgA_t = Au + AfAfan = 0.5 * AgV_fan = V_air * Den_air / Den_fanUms = V_air / AxUf = V_fan / Afan'menghitung fin heat transfer coefficient(Hf)Re_o = Ums * Den_air * dr / vis_airIf Nr = 6 Then
118
Hf = 0.134 * (k_air / dr) * (Pr_air ^ 0.33) * (Re_o ^ 0.681) * ((Sf / Lf) ^ 0.2) * ((Sf /tf) ^ 0.1134)ElseHf = 0.134 * (k_air / dr) * (Pr_air ^ 0.33) * (Re_o ^ 0.681) * ((Sf / Lf) ^ 0.2) * ((Sf /tf) ^ 0.1134) * ((1 + (Ums / (Nr ^ 2))) ^ -0.14)End If'menghitung outside heat transfer coefficient(Hfo)Mfe = (2 * Hf / (kf * tf)) ^ 0.5Nilai_HTan = Mfe * LfeFin_eff = ((Exp(Nilai_HTan) - Exp(-Nilai_HTan)) / (Exp(Nilai_HTan) + Exp(-Nilai_HTan))) / (Mfe * Lfe)Hfo = Hf * ((Fin_eff * Af) + Au) / Ab
'////////////'// STEP 3 //'////////////'menghitung outside friction factor dan pressure lossfo = 16.36 * (Re_o ^ -0.412) * ((Pt / dr) ^ -1.54) * ((A_t / Ab) ^ 0.3)Press_o = 2 * fo * (Ums ^ 2) * Den_air * NrPress_o_x = Press_o * 0.1016 'ubah dalam satuan mm WGPress_p_x = 0.075 * Den_fan * (Uf ^ 2) 'dalam satuan mm WGPress_p = Press_p_x / 0.1016Press_sh_x = Press_o_x + Press_p_xPress_sh = Press_sh_x / 0.1016Wfs = 9.8 * Press_sh_x * V_fan / 1000Wms = Wfs / Efan
'////////////'// STEP 4 //'////////////'menghitung inside heat transfer coefficient(Hi)Mi = FFR / (Nt * Ain)Re_i = Mi * d_i / vis_fluidGz = Re_i * Pr_fluid_d_i / L_tube
If Re_i > 10000 ThenHi = 0.0225 * (k_fluid / d_i) * (Pr_fluid ^ 0.495) * (Re_i ^ 0.795) * (Exp(-0.0225 *((Log(Pr_fluid) / Log(Exp(1))) ^ 2)))ElseIf Re_i >= 2000 And Re_i <= 10000 ThenHi = 0.1 * (k_fluid / d_i) * ((Re_i ^ (2 / 3)) - 125) * (Pr_fluid ^ 0.495) * (Exp(-0.0225 * ((Log(Pr_fluid) / Log(Exp(1))) ^ 2)))ElseIf Re_i < 2000 And Gz > 9 ThenHi = 1.75 * (k_fluid / d_i) * (Gz ^ (1 / 3))ElseIf Re_i < 2000 And Gz <= 9 ThenHi = 3.66 * (k_fluid / d_i)End If
'////////////'// STEP 5 //'////////////
119
'menghitung tube wall resistanceRw = (d_o * Log(d_o / d_i) / Log(Exp(1))) / (2 * kw)
'////////////'// STEP 6 //'////////////'menghitung friction loss inside tubesIf Re_i <= 1311 Thenfi = 16 / Re_iElseIf Re_i > 1311 And Re_i < 2100 Thenfi = 0.0122ElseIf Re_i >= 2100 And Re_i < 3380 Thenfi = 0.0014 + (0.125 / (Re_i ^ 0.32))ElseIf Re_i >= 3380 Thenfi = 0.0035 + (0.264 / (Re_i ^ 0.42))End If
'menghitung pressure loss inside tubesPress_i = (4 * fi * L_tube * (Mi ^ 2)) / (2 * Den_fluid * d_i)Press_h = 0.9 * (Mi ^ 2) / (2 * Den_fluid)Press_t = Press_i + Press_h
'////////////'// STEP 7 //'////////////'menghitung overall heat transfer coefficient(Uo)Uo = ((1 / Hi) + (1 / Hfo) + Rw + Rf) ^ (-1)
End Sub
Public Sub Interpolasi_Fluid()Tf_fluid = (Tin_fluid + Tout_fluid) / 2Den_fluid = Den2_fluid - ((Den2_fluid - Den1_fluid) * (T2_fluid - Tf_fluid) /(T2_fluid - T1_fluid))Cp_fluid = Cp2_fluid - ((Cp2_fluid - Cp1_fluid) * (T2_fluid - Tf_fluid) / (T2_fluid- T1_fluid))vis_fluid = Vis2_fluid - ((Vis2_fluid - Vis1_fluid) * (T2_fluid - Tf_fluid) /(T2_fluid - T1_fluid))k_fluid = K2_fluid - ((K2_fluid - K1_fluid) * (T2_fluid - Tf_fluid) / (T2_fluid -T1_fluid))Pr_fluid = Pr2_fluid - ((Pr2_fluid - Pr1_fluid) * (T2_fluid - Tf_fluid) / (T2_fluid -T1_fluid))End Sub
Public Sub Interpolasi_Air()Tout_air = Val(Txt_Tout_air.Text)Tf_air = (Tout_air + Tin_air) / 2Den_fan = Den2_air - ((Den2_air - Den1_air) * (T2_air - Tf_air) / (T2_air -T1_air))Cp_fan = Cp2_air - ((Cp2_air - Cp1_air) * (T2_air - Tf_air) / (T2_air - T1_air))
120
End Sub
Public Sub Form_Kosong()DataCombo_Pipe.Text = ""DataCombo_Mat_Pipe.Text = ""Txt_kw.Text = ""DataCombo_Mat_Fin.Text = ""Txt_kf.Text = ""Txt_tf.Text = ""Txt_Lf.Text = ""Txt_Nf.Text = ""Txt_Sf.Text = ""DataCombo_Fluid.Text = ""Txt_Umin.Text = ""Txt_Umax.Text = ""Txt_Fouling.Text = ""Txt_Tin_fluid.Text = ""Txt_Tout_fluid.Text = ""Txt_V_fluid.Text = ""Txt_Tin_air.Text = ""Txt_Ts_air.Text = ""Txt_Efan.Text = ""
End Sub
121
LAMPIRAN D
Listing Program ACHE (Form ACHE Output)
Private Sub Cmd_Back_Click()Unload Me
End Sub
Private Sub Cmd_Finish_Click()Simpan = MsgBox("Save your data?", vbQuestion + vbYesNo, "Question")If Simpan = vbYes Then
Frm_ACHE_Save.Show vbModalCetak = MsgBox("Print your data ?", vbQuestion + vbYesNo, "Question")If Cetak = vbYes Then'MASUKKAN PERINTAH PRINT PREVIEWWith MDIForm_Utama.Report_Print
.ReportFileName = (App.Path & "\ACHE_Data.rpt")
.RetrieveDataFiles
.WindowState = 2
.WindowTitle = "Air Cooled Heat Exchanger : REPORT"
.Action = 1End WithElseExit SubEnd If
ElseFrm_ACHE_Input.HideFrm_ACHE_Output.HideEnd IfEnd Sub
Private Sub Cmd_Next_Click()Frm_ACHE_Save.Show vbModalWith MDIForm_Utama.Report_Print
.ReportFileName = (App.Path & "\ACHE_Data.rpt")
.RetrieveDataFiles
.WindowState = 2
.WindowTitle = "Air Cooled Heat Exchanger : REPORT"
.Action = 1End WithFrm_ACHE_Input.HideFrm_ACHE_Output.HideEnd Sub
Private Sub Form_Load()
If Type_ACHE = "Induced_ACHE" ThenSkema.Picture = LoadPicture(App.Path & "\Induced_ACHE.jpg")ElseSkema.Picture = LoadPicture(App.Path & "\Forced_ACHE.jpg")End If
122
Txt_Hi.Text = Round(Hi, 5)Txt_Press_i.Text = Round(Press_i, 5)Txt_Press_h.Text = Round(Press_h, 5)Txt_Press_t.Text = Round(Press_t, 5)Txt_Hfo.Text = Round(Hfo, 5)Txt_Press_o.Text = Round(Press_o, 5)Txt_Press_p.Text = Round(Press_p, 5)Txt_Press_sh.Text = Round(Press_sh, 5)'pembanding hati-hatiTxt_Uo.Text = Round(Uo, 5)Txt_Q_fluid.Text = Round(Q_fluid, 5)Txt_Q_hit.Text = Round(Q_hit, 5)Txt_Galat_Q.Text = Round(Galat_Q, 5)'dimension of the tube bundleTxt_W.Text = Round(W, 4)Txt_L_tube.Text = Round(L_tube, 4)Txt_Nr.Text = NrTxt_Nt.Text = NtTxt_Ao.Text = Round(Ao, 4)Txt_Tubes_row.Text = Tubes_rowTxt_Pt.Text = PtTxt_Pipe_type.Text = Pipe_typeTxt_Pipe_mat.Text = Pipe_matTxt_kw.Text = kw'kipasTxt_No_fan.Text = No_fanTxt_Afan.Text = Round(Afan, 5)Txt_Wfs.Text = Round(Wfs, 5)Txt_Wms.Text = Round(Wms, 5)'FinTxt_Fin_Mat = Fin_matTxt_kf.Text = kfTxt_tf.Text = Round(tf * 1000, 4)Txt_Lf.Text = Round(Lf * 1000, 4)Txt_Nf.Text = NfTxt_Sf.Text = Round(Sf * 1000, 4)Txt_V_air.Text = Round(V_air, 4)End Sub
123
LAMPIRAN E
Listing Modul Pendeklarasi Variabel dan Konstanta
'//////////////////////////////////////////////////////////'// VARIABLE DECLARATION FOR INDIRECT EVAPORATIVE COOLER //'//////////////////////////////////////////////////////////Public Temp_Out As Single 'outside dry bulb temp.Public Vca As Single 'volume flow rate for the cooled airPublic Ts As Single 'Temp. of the cooled air (leaving)Public Tstnd As Single 'Temp. Standard of the airPublic Qc As Single 'cooling capacityPublic Tca_e As Single 'Temp. of the cooled air (entering)Public Twet As Single 'Temp. of the wet air (entering)Public Ts_a As Single 'Temp. of saturated air film (on wet air side)Public Ein As Double 'cooler effectivenessPublic T_enter As Single 'Temp. of the wet air (entering)Public T_leave As Single 'Temp. of the wet air (leaving)Public c_sat As SinglePublic C As SinglePublic Cca As SinglePublic Cwet As SinglePublic NTU As SinglePublic NTU_x As Single 'looking for real NTUPublic Ein_x As Double 'looking for cooler effectivenessPublic UA As SinglePublic vel_ca As Single 'velocity of the cooled airPublic vel_wet As Single 'velocity of the wet airPublic Vwet As Single 'volume flow rate for the wet airPublic Ai As Double 'area of each platePublic s As Single 'plate spacingPublic T As Single 'plate thicknessPublic L As Single 'total plate widthPublic Jc As Single 'total of alley/celahPublic Jpt As Single 'total of platePublic Jp As Single 'total of efective platePublic At As Single 'overall heat surface areaPublic Rumus1 As SinglePublic Rumus2 As SinglePublic Rumus3 As SinglePublic Rumus4 As SinglePublic Rumus5 As SinglePublic h_dry As SinglePublic Dh As Double 'Diameter hydraulicPublic Dh_x As Double 'looking for diamter hydraulicPublic Galat_Dh As Single 'Error indicatorPublic X As SinglePublic Y As SinglePublic Aca As Single 'area of cooled air alleyPublic Pca As Single 'wetted perimeterPublic Mat As String 'plate material
124
'///////////////////////////////////////////////////////////////////'// Variabel Interpolasi dan database Indirect Evaporative Cooler //'///////////////////////////////////////////////////////////////////
Public Den_fo As Single 'density of air at supply fan outletPublic c_pa As Single 'specific heat of moist air (standard)Public Den_ca As Single 'density of the cooled airPublic Den_wet As Single 'density of the wet air = Den_foPublic K_ca As Single 'thermal conductivity of cooled airPublic K_wet As Single 'thermal conductivity of wet airPublic Vis_ca As Single 'dynamic viscosity of cooled airPublic Vis_wet As Single 'dynamic viscosity of wet airPublic Pr_ca As Single 'Prandtl number of cooled airPublic Pr_wet As Single 'Prandtl number of wet airPublic H_enter As Single 'enthalpy of wet air enterPublic H_leave As Single 'enthalpy of wet air leavePublic Kp As Single 'thermal conductivity of plate material
'////////////////////////////////////////////////'// Other variable Indirect Evaporative Cooler //'////////////////////////////////////////////////Public Re_wet As SinglePublic Re_ca As SinglePublic h_wet As SinglePublic h_ca As Single
'////////////////////////////////////////////////////////'// VARIABLE DECLARATION FOR AIR COOLED HEAT EXCHANGER //'////////////////////////////////////////////////////////
Public Fluid_Type As String 'jenis fluida yg mengalir dalam pipaPublic Umin As Integer 'overall heat transfer coefficient minimumPublic Umax As Integer 'overall heat transfer coefficient maximumPublic Tin_fluid As Single 'suhu fluida masukPublic Tout_fluid As Single 'suhu fluida keluarPublic Cp_fluid As Single 'specific heat of fluidPublic vis_fluid As Single 'viscousity of fluidPublic k_fluid As Single 'thermal conductivity of fluidPublic Pr_fluid As Single 'Prandtl number of fluidPublic Den_fluid As Single 'density of fluidPublic V_fluid As Single 'debit of fluidPublic FFR As Single 'fluid flow ratePublic Ts_air As Single 'temperature of standard airPublic Den_air As Single 'density of standard airPublic vis_air As Single 'viscousity of standard airPublic k_air As Single 'thermal conductivity of standard air
125
Public Pr_air As Single 'Prandtl number of standard airPublic Tin_air As Single '--> suhu udara masukPublic Tout_air As Single 'suhu udara keluarPublic Cp_fan As Single '--> spesific heat of air at fanPublic Den_fan As Single '--> density of air at fanPublic V_air As Single 'debit of airPublic Type_ACHE As String 'Air cooled HE typePublic Pipe_dim As String 'Pipe dimensionPublic Pipe_type As String 'Pipe typePublic d_o As Single 'outer diameter of pipePublic d_i As Single 'inner diameter of pipePublic Pt As Single 'pitch of pipePublic Ain As Single 'internal flow area of pipePublic Au As Single 'unfinned surfacePublic Af As Single 'finned surfacePublic Ab As Single 'bare external surfacePublic FAR As Single 'Free Area RatioPublic Lfe As Single 'Effective fin heightPublic Mfe As Single 'Effective mass flowPublic Fin_eff As Single 'Fin efficiencyPublic Ax As Single 'Flow area between tubesPublic Afan As Single 'Fan opening areaPublic V_fan As Single 'Flow rate at fanPublic Ums As Single 'standard velocity between tubesPublic Uf As Single 'velocity through fan openingPublic A_t As Single 'total outer area from tubes with finsPublic Re_o As Single 'Reynold outside tubesPublic Hf As Single 'Heat transfer coefficient of finned tubesPublic Hfo As Single 'Heat transfer coefficient outside tubes with finPublic d_h As SinglePublic d_p As SinglePublic Re_p As Single 'Reynold for pressure loss calculationPublic fo As Single 'friction loss outsidePublic Press_o As Single 'Pressure loss at outside tubesPublic Press_p As Single 'Pressure loss at fan and plenumPublic Press_sh As Single 'total pressure loss outsidePublic Press_o_x As Single 'satuan mm WGPublic Press_p_x As Single 'satuan mm WGPublic Press_sh_x As Single 'satuan mm WGPublic Mi As Single 'Mass flow rate inside tubesPublic Re_i As Single 'Reynold inside tubesPublic Gz As Single 'Graetz numberPublic Hi As Single 'internal heat transfer coefficientPublic Pipe_mat As String 'pipe materialPublic kw As Single 'thermal conductivity of tube wallPublic Rw As Single 'tube wall resistancePublic Rf As Single 'fouling resistancePublic fi As Single 'friction loss insidePublic Press_i As Single 'Pressure loss insidePublic Wfs As Single 'power at fan shaft
126
Public Wms As Single 'power for motor fanPublic Efan As Single 'efficiency fan and driven systemPublic Press_h As Single 'Pressure loss at headerPublic Press_t As Single 'Pressure loss total at inside tubesPublic Uo As Single 'overall heat transfer coefficientPublic P_corr As SinglePublic R_corr As SinglePublic F_corr1 As SinglePublic F_corr2 As SinglePublic F As Single 'LMTD correction factorPublic Delta_Th As SinglePublic Delta_Tc As SinglePublic Tm As Single 'mean temperature differencePublic LMTD As Single 'Log Mean Temperature DifferencePublic Q_hit As Single 'Heat load from calculationPublic Galat_Q As Single 'Error of Q
'///////////////////'// Fin dimension //'///////////////////Public tf As Single 'fin thicknessPublic Lf As Single 'fin heightPublic Nf As Single 'number of fins per metrePublic Fin_mat As String 'type material finPublic kf As Single 'thermal conductivity of finPublic df As Single 'outer diameter of finPublic Sf As Single 'fin spacingPublic dr As Single 'root fin diameter --> (dr = d_o)Public Q_fluid As Single 'Heat load for cooling fluidPublic Nb As Integer 'Number of bundlesPublic Np As Integer 'Number of passes
'///////////////////////////'// Variable for Database //'///////////////////////////Public Nt As Integer 'Number of tubesPublic Nr As Integer 'Number of rowsPublic W As Single 'bundle widthPublic L_tube As Single 'tube lengthPublic Ag As Single 'Cooler face area --> Ag = W_eff* L_effPublic Ao As Single 'Overall bare external surface'OtherPublic No_fan As IntegerPublic Tubes_row As String
'//////////////////////////////'// Variable for Interpolasi //'//////////////////////////////Public T1_fluid As SinglePublic T2_fluid As Single
127
Public Den1_fluid As SinglePublic Den2_fluid As SinglePublic Vis1_fluid As SinglePublic Vis2_fluid As SinglePublic Cp1_fluid As SinglePublic Cp2_fluid As SinglePublic K1_fluid As SinglePublic K2_fluid As SinglePublic Pr1_fluid As SinglePublic Pr2_fluid As SinglePublic Tf_fluid As SinglePublic Tf_air As Single
'//////////////////////////////////////////////////////////'// Constanta for Interpolasi dry air (between 20 - 40 C)//'//////////////////////////////////////////////////////////
Public Const T1_air = 20Public Const T2_air = 40Public Const Den1_air = 1.205Public Const Den2_air = 1.128Public Const Vis1_air = 0.00001506Public Const Vis2_air = 0.00001696Public Const K1_air = 0.02593Public Const K2_air = 0.02656Public Const Pr1_air = 0.703Public Const Pr2_air = 0.699Public Const Cp1_air = 1005Public Const Cp2_air = 1005Public Const phi = 3.141592654
'Konstanta untuk entalpi udara jenuh antara 15-25 CelciusPublic Const H1 = 59992.19Public Const H2 = 94379.78Public Const T1 = 15Public Const T2 = 25
'////////////////////'// Variable array //'////////////////////Public Array_Nt(128) As IntegerPublic Array_Nr(128) As IntegerPublic Array_W(128) As SinglePublic Array_L_tube(128) As SinglePublic Array_Ag(128) As SinglePublic Array_Ao(128) As SinglePublic Array_ID(128) As Integer
128
'VARIABEL BANTU UNTUK lnPublic G1 As DoublePublic G2 As DoublePublic G3 As DoublePublic G4 As Double
129
LAMPIRAN F
Hasil Cetak Program
viii
DAFTAR PUSTAKA
o Dewobroto, Wiryanto. 2003. Aplikasi Sain dan Teknik dengan Visual Basic
6.0. Jakarta : Elex Media Komputindo.
o Divisi Penelitian dan Pengembangan MADCOMS. 2003. Aplikasi Database
Visual Basic 6.0 dengan Crystal Report. Yogyakarta : Andi Offset.
o Kreith, Frank. 1985. Heat Transfer Principle 3th Ed. New York : McGraw -
Hill.
o Holman, J. P. 1986. Heat Transfer 6th Ed. New York : McGraw – Hill.
o Saunders, E. A. D. 1988. Heat exchangers : selection, design & construction.
London : Longman.
o Thelkeld, J. L. 1970. Thermal Environmental Engineering 2nd Ed. London :
Prentice - Hall
o Wang, Shan K. 1994. Handbook of Air Conditioning and Refrigeration. New
York : McGraw – Hill.
o http://www.microsoft.com