return to work return to work

60
1 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05 @BPJSTKinfo BPJS Ketenagakerjaan Call Center: 500910 a www.bpjsketenagakerjaan.go.id JEMBATAN MENUJU KESEJAHTERAAN PEKERJA VOLUME 07 l TAHUN 2015 PROGRAM PROGRAM RETURN TO WORK RETURN TO WORK MAIN REPORT KEMBALI BEKERJA SETELAH KECELAKAAN TAK TERLUPAKAN MAIN REPORT KEMBALI BEKERJA SETELAH KECELAKAAN TAK TERLUPAKAN INVESTMENT PRILAKU INVESTOR INVESTMENT PRILAKU INVESTOR TEKNOLOGI WAJAH BARU WEBSITE BPJS-TK TEKNOLOGI WAJAH BARU WEBSITE BPJS-TK BRIDGE07ok.indd 1 5/18/2015 4:08:37 PM

Upload: vuongkhue

Post on 31-Dec-2016

249 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

1BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.idPB

@BPJSTKinfo

BPJS Ketenagakerjaan

Call Center: 500910

awww.bpjsketenagakerjaan.go.id

JEMBATAN MENUJU KESEJAHTERAAN PEKERJA

VO

LU

ME

07 l

TA

HU

N 2

015

PROGRAMPROGRAM

RETURN TO WORKRETURN TO WORK

MAIN REPORT KEMBALI BEKERJASETELAH KECELAKAAN TAK TERLUPAKAN

MAIN REPORT KEMBALI BEKERJASETELAH KECELAKAAN TAK TERLUPAKAN

INVESTMENTPRILAKU INVESTOR

INVESTMENTPRILAKU INVESTOR

TEKNOLOGIWAJAH BARU

WEBSITE BPJS-TK

TEKNOLOGIWAJAH BARU

WEBSITE BPJS-TK

BRIDGE07ok.indd 1 5/18/2015 4:08:37 PM

3BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id22 BRIDGE VOLUME 03 www.bpjsketenagakerjaan.go.id

BRIDGE07ok.indd 2 5/18/2015 4:12:43 PM

3BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id2 3www.bpjsketenagakerjaan.go.id

[ [email protected] ]

Elvyn G Masassya

Direktur Utama

Pemerintah akan mengembangkan kebijakan dan program

pembinaan bagi penyandang disabilitas, misalnya

penyediaan aksebilitas bangunan dan lingkungan, informasi

dan teknologi. Di bidang ketenagakerjaan, para pekerja

yang mengalami disabilitas, melalui program return to work akan

dipekerjakan kembali di perusahaan tempatnya bekerja.

Program return to work yang digagas Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan, merupakan bagian penting

mewujudkan masyarakat yang inklusi penyandang disabilitas

sekaligus melengkapi program dalam penanganan penyandang

disabilitas untuk dapat kembali bekerja.

Kalau disadari, penyandang disabilitas merupakan investasi

negara yang sangat potensial dalam membawa perubahan negara

ke arah yang lebih baik, sepanjang penyandang disabilitas itu diberi

kesempatan dan peluang berpartisipasi secara aktif dalam berbagai

aspek kehidupan.

Untuk itu, BPJS Ketenagakerjaan harus menyiapkan progam

ini dengan sebaik mungkin. Menempatkan kembali seseorang yang

kehilangan sebagian fungsi fisik atau anatominya ke dalam dunia

kerja bukanlah sekadar menempatkan kembali pada pekerjaannya.

Karena itu, diperlukan persiapan dan cara-cara yang sistematis

untuk penyiapan seseorang dengan disabilitas ke dalam kehidupan

yang baru juga kesediaan pemberi kerja untuk menerimanya

kembali.

Program return to work ini, sangat membantu pekerja yang

mengalami musibah kecelakaan kerja. Program ini juga akan

memberikan solusi lain, dengan cara memberikan pelatihan dan

keterampilan khusus yang sesuai agar peserta dapat bekerja di unit

kerja atau bidang lain pada perusahaan yang sama. n

Selamat membaca

HALO

Program Return to Work

BRIDGE07ok.indd 3 5/18/2015 4:13:00 PM

5BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id4

InvestmentPerilaku Investor

Figurdr. Tripambudi Santoso dan

dr. H. Suci Rahmad, M.Kes

Case Manager BPJS Ketenagakerjaan

23 28

32

DAFTAR ISI BRIDGE

Publisher: Direksi BPJS Ketenagakerjaan Editor in Chief: Abdul Cholik l Managing Editor: Isnaldi Muhd. Dini l Editor: Hery Subroto, Maria Emmy Maharjati, Ariyanto, Brian Radiastra, M. Kurniawan, Adyan Suseno, Ahmad Jauhari l Reporters: Sensagita Trisna Putri, Ahmad Ikhsan l Designer: Abdul Wachid Zubeir l Photographer: Afrianto

Alamat Redaksi: Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 79 Jakarta Selatan Indonesia 12930, website: www.bpjsketenagakerjaan.go.id

Redaksi menerima sumbangan tulisan maupun foto kegiatan yang berhubungan dengan piha-pihak ekstenal di unit-unit kerja untuk dimuat di rubrik-rubrik MAJALAH BRIDGE. Semua naskah rubrik-rubrik di atas maksimal 5000 karakter dan dilampiri foto diri penulis. Naskah yang dimuat akan diberikan imbalan yang pantas.

Cover : Program Rturn to workIlustrasi : Serah Terima Tanggungjawab

HALO

Program return to work yang digagas Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan,

merupakan bagian penting mewujudkan masyarakat

yang inklusi penyandang disabilitas sekaligus

melengkapi program dalam penanganan penyandang

disabilitas untuk dapat kembali bekerja.

TEKNOLOGI

ManfaatBPJS Kesehatan Akan Memberlakukan Sistem Pengawasan dan Pemeriksaan

@BPJSTKInfo

KEMBALI BEKERJASETELAH KECELAKAAN TAK TERLUPAKAN

Main Report

KOMPENSASI BPJS KETENAGAKERJAAN UNLIMITED

19

38

12

5WAJAH BARUWEBSITE BPJS-TK

Seberang

Return to Work di negeriginseng

1BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.idPB

@BPJSTKinfo

BPJS Ketenagakerjaan

Call Center: 500910

awww.bpjsketenagakerjaan.go.id

JEMBATAN MENUJU KESEJAHTERAAN PEKERJA

VO

LU

ME

05 l

TA

HU

N 2

014

PROGRAMPROGRAM

RETURN TO WORKRETURN TO WORK

MAIN REPORT KEMBALI BEKERJASETELAH KECELAKAAN TAK TERLUPAKAN

MAIN REPORT KEMBALI BEKERJASETELAH KECELAKAAN TAK TERLUPAKAN

INVESTMENTPRILAKU INVESTOR

INVESTMENTPRILAKU INVESTOR

TEKNOLOGIWAJAH BARU

WEBSITE BPJS-TK

TEKNOLOGIWAJAH BARU

WEBSITE BPJS-TK

3

BRIDGE07ok.indd 4 5/18/2015 4:14:27 PM

5BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id4

Kompensasi BPJS Ketenagakerjaan Unlimited

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan meluncurkan program

Jaminan Kesehatan Kerja Return To Work

(JKK-RTW). Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan

juga menjamin penggantian kompensansi

akiibat kecelakaan kerja tidak terbatas alias

unlimited

Salah satu layanan prima Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan yang

akan dikembangkan, adalah pengembangan

Program Jaminan Kecelakaan Kerja Return to

Work. Dengan adanya program return to work ini, maka

peserta BPJS Ketenagakerjaan yang mengalami cacat

karena kecelakaan bekerja mendapatkan perlindungan.

BPJS Ketenagakerjaan, nantinya akan memberikan

biaya rehabilitasi medis serta pelatihan kejuruan dan

diharapkan pekerja itu mampu untuk bekerja kembali.

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, Elvyn

G. Masassya memberikan penjelasan, program

return to work merupakan terobosan BPJS

Ketenagakerjaan dalam menyempurnakan program

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) menjadi Jaminan

Kecelakaan Kerja Return to Work (JKK-RTW).

Program yang berjalan sejak awal 2014 tersebut,

merupakan bentuk pelayanan kepada pekerja yang

mengalami cacat akibat kecelakaan kerja.

JKK-RTW merupakan perluasan manfaat

pada jaminan kecelakaan kerja, yaitu berupa

pendampingan kepada peserta yang mengalami

kecelakaan kerja yang menimbulkan cacat atau

berpotensi cacat, mulai dari terjadinya musibah

kecelakaan sampai dengan dapat kembali bekerja.

“Tujuan program ini adalah untuk memastikan

pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dapat

kembali bekerja tanpa menghadapi risiko pemutusan

hubungan kerja karena kecacatan yang dialaminya,”

ucap Elvyn.

Selain itu, lanjutnya, BPJS Ketenagakerjaan

juga menjamin penggantian kompensansi akiibat

kecelakaan kerja tidak terbatas alias unlimited.

“Apabila terjadi kecelakaan kerja, kompensasi kita

tidak terbatas. Kita ganti unlimited semua. Kalau

cacat, akan direhab sampai sembuh dan siap kembali

bekerja,” terang Elvyn.

Elvyn menambahkan, BPJS Ketenagakerjaan

akan membiayai pengobatan dan rehabilitasi sampai

sembuh. “Kalau dulu peserta yang mengalami

kecelakaan kerja hanya mendapat bantuan

pengobatan hingga Rp 20 juta, namun dengan

program JKK-TRW biaya pengobatannya menjadi

tidak terbatas” jelasnya.

Sejatinya, Program JKK-RTW BPJS Ketenagakerjaan

merupakan program jaminan kecelakaan kerja yang bertujuan

agar tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja (cacat) atau

penyakit akibat bekerja bisa kembali bekerja dan

tidak merasa rendah diri. “Kita harus kembalikan

mereka, agar dapat beraktifitas sehari-hari, Itu

traumanya lama. Selain medis, juga akan kita

datangkan psikolog untuk membantu mereka,”

pungkas Elvyn.

Elvyn menegaskan, segala pembiayaan

rehabilitasi akan ditanggung BPJS Ketenagakerjaan.

Dengan persyaratan, sebelumnya perusahaan

sudah menandatangani kesepakatan dengan BPJS

Ketenagakerjaan untuk menerima pekerja kembali

bekerja di perusahaannya. n

@bpjstkinfo

BRIDGE07ok.indd 5 5/18/2015 4:15:10 PM

7BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id6

Peraturan

PERMENAKERTRANS No 609 Tahun 2012

PEDOMAN PENYELESAIAN KASUS KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

Jumlah pekerja yang mengalami kecelakaan

kerja di Indonesia, setiap tahunnya

meningkat signifikan. Saat sosialisasi

budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) Menteri Tenaga Kerja Menteri Ketenagakerjaan

(Menaker). M Hanif Dhakiri, prihatin terhadap angka

kecelakaan kerja, yang mencapai sekitar 103 ribu

kasus, setiap tahunnya.

Jumlah kasus kecelakaan kerja yang tidak

sedikit, perlu peraturan yang disepakati sebagai

landasan dalam penyelesaian, agar tidak menjadi

polemik dan sengketa berkepanjangan antara

para pekerja dan majikan / perusahaan, yang bisa

berdampak luas ke masyarakat pekerja di DN.

Karena itu, Kementerian Tenaga Kerja –

periode lalu, menggulirkan Pedoman Penyelesaian

Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat

Kerja, yang tercantum dalam lampiran Keputusan

Menteri Tenaga Kerja, Tanggal 27 September 2012.

Pedoman tersebut digunakan sebagai acuan bagi

pengawas ketenagakerjaan pada instansi terkait di

bidang ketenagakerjaan, BPJS Ketenagakerjaan,

serta dokter/tim medis penasehat/konsultan dalam

menyelesaikan kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja.

Pedoman P3K&PAK itu, meliputi sepuluh

Bab, yang menjelaskan, sbb: Bab I menguraikan latar

belakang dan Bab II mengenai penjelasan mengenai

pengertian teknis. Baru pada Bab III, menjelaskan

ruang lingkup dan besarnya jaminan kecelakaan

kerja. Selanjutnya, pada Bab IV dipaparkan

mekanisme penyelesaian kasus kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja.

Berikutnya, Bab V membahas fungsi dan

tugas dokter penasehat dalam menyelesaikan

kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Kemudian, Bab VI menguraikan tugas dan fungsi

pengawas ketenagakerjaan dalam menyelesaikan

kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Pada Bab VII menjelaskan hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam penyelesaian kasus kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja. Disambung Bab VIII

Menteri Tenaga kerja, M. Hanif Dhakiri, (Foto SBSINews)

BRIDGE07ok.indd 6 5/18/2015 4:15:35 PM

7BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id6

Peraturan

menerangkan pihak-pihak yang berhak menerima

jaminan kecelakaan kerja. Baru pada Bab IX

membahas perihal penegakan hukum.

Dan terakhir Bab X memberikan contoh enam

formulir (F) penetapan pengawas ketenagakerjaan,

yang meliputi, sbb :

F1. Penetapan Kecelakaan Kerja atau Bukan

Kecelakaan Kerja,

F2. Penetapan Penyakit Akibat Kerja atau Bukan

Akibat Kerja,

F3. Penetapan Besarnya Prosentase Cacad Akibat

Kecelakaan Kerja dan atau Akibat Penyakit Kerja,

F4. Penetapan Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja,

F5. Permintaan Pertimbangan Medis Kepada Dokter

Penasehat, dan

F6. Bentuk Pertimbangan Medis Dokter Penasehat.

Pada awal Pedoman P3K&PAK, dikemukakan

latar belakang digulirkannya Permenakertrans

No 609 tahun 2012. Untuk menyelesaikan kasus

Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja, peranan

Pengawas Ketenagakerjaan, Dokter Penasehat dan

PT. Jamsostek -–yang telah bertransformasi menjadi

BPJS Ketenagakerjaan, sangat menentukan agar

kasus tersebut dapat diselesaikan dengan cepat

dan tepat sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Namun hal penegakan hukum – sesuai dengan

hukum ketenagakerjaan, juga menetapkan bilamana

terjadi kecelakaan kerja terhadap buruh, baik

dalam hal pengobatan hingga santunan yang wajib

diberikan oleh pengusaha. Kewajiban khusus untuk

memberikan santunan bagi buruh yang mengalami

cacat akibat kecelakaan kerja, juga diatur melalui

secara tersendiri melalui peraturan pemerintah.

Sebelum membahas mengenai santunan cacat

akibat kecelakaan kerja, terlebih dahulu harus

dipahami mengenai definisi cacat.

Menurut Permenakertrans No 609 tahun 2012

tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan

Kerja dan Penyakit Akibat Kerja, disebutkan bahwa

cacat adalah keadaan hilang atau berkurangnya

fungsi anggota badan, yang secara langsung

atau tidak langsung, mengakibatkan hilang atau

berkurangnya kemampuan untuk menjalankan

pekerjaan.

Cacat dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. cacat sebagian untuk selamanya adalah cacat

yang mengakibatkan hilangnya sebagian atau

beberapa bagian dari anggota tubuh.

2. cacat kekurangan fungsi adalah cacat yang

mengakibatkan berkurangnya fungsi sebagian

atau beberapa bagian dari anggota tubuh untuk

selama-lamanya.

3. cacat total untuk selamanya adalah keadaan

tenaga kerja tidak mampu bekerja sama sekali

untuk selama-lamanya.

Masing-masing jenis cacat ini dinyatakan oleh

dokter yang merawat atau dokter penasehat, setelah

melakukan pemeriksaan fisik secara medis agar

pertimbangan medis dapat diberikan secara akurat

dan obyektif. Dan untuk besaran santunan yang

wajib diberikan oleh pengusaha akan bergantung

pada jenis cacat yang diderita oleh buruh akibat

kecelakaan kerja tersebut – yang diatur dalam

pemerintah tersendiri (PP No 53 Tahun 2012).

Berdasarkan tersebut, pengusaha wajib

membayar santunan cacat akibat kecelakaan kerja,

sebagai berikut:

1. Santunan sementara tak mampu bekerja 4 bulan

pertama 100% upah sebulan, 4 bulan kedua 75%

upah sebulan dan bulan seterusnya 50% upah

sebulan.

2. Santunan cacat total dibayarkan sekaligus

sebesar 70% x 80 bulan upah dan santunan

berkala yang dibayarkan sebesar Rp 200.000,00

x 24 bulan atau dibayarkan di muka sekaligus

sebesar Rp 4.800.000,00 atas pilihan buruh

yang bersangkutan.

3. Santunan cacat sebagian untuk selamanya,

dibayarkan sekaligus sebesar ..% x 80 bulan

upah. ( Sesuai Tabel Santunan Tunjangan Cacat

Total, Cacat Sebagian dan Cacat lain )

4. Satunan cacat kekurangan fungsi, dibayarkab

sekaligus sebesar ..% x 80 bulan upah. ( Sesuai

Tabel Santunan Tunjangan Cacat Total, Cacat

Sebagian dan Cacat lain ) n

BRIDGE07ok.indd 7 5/18/2015 4:15:38 PM

9BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id8

Keberadaan warga difabel seringkali masih dipandang sebelah

mata. Kurangnya kepedulian dan aksesbilitas dari berbagai

pihak membuat banyak warga difabel mengalami kesulitas

untuk mendapatkan pekerjaan. Namun, kini secara perlahan

tapi pasti banyak kalangan mulai menaruh perhatian kepada

mereka, memberdayakan mereka dan memenuhi hak mereka

untuk memperoleh pekerjaan.

Isu tentang disabilitas yang sering dikaitkan dengan

kaum difabel pada saat ini masih menjadi permasalahan

cukup serius di masyarakat. Kurangnya kepedulian dan

aksesbilitas dari berbagai pihak membuat banyak warga

difabel mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan.

Padahal sejumlah peraturan dan perundang-undangan

telah menyebutkan bahwa warga difabel memiliki hak untuk

memperoleh pekerjaan.

Selama ini banyak kalangan masih menganggap bahwa

cacat adalah kutukan dan untuk itu tabu untuk dibicarakan.

Tapi perlu diingat bahwa penyandang cacat, mereka yang

berkebutuhan khusus, atau yang dikenal sebagai warga

difabel adalah juga manusia seperti kita semua. Bisa jadi kita

yang pada saat ini memiliki fisik dan indra yang sempurna,

namun ada kemungkinan kemudian menjadi bagian dari

warga difabel karena berbagai sebab, seperti karena

kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas, penyakit, bencana

alam dan lain-lain.

Sebagai bangsa yang beradab dan beragama, kita

perlu membantu warga disable. Keberadaan mereka bukan

untuk dikasihani, tetapi kita perlu memberikan ruang dan

kesempatan kepada mereka seperti halnya kepada orang

lain dengan fisik yang sempurna.

Indonesia telah meratifikasi konvensi hak penyandang

cacat atau warga difabel yang disepakati oleh 146 negara di

PBB pada tahun 2007. Ratifikasi ini tertuang dalam UU No. 19

Tahun 2011 yang mengamanatkan pemerintah nasional dan

daerah untuk menghormati, melindungi, dan memajukan hak

penyandang disabilitas untuk meningkatkan kesejahteraan

penyandang disabilitas. Selain itu, sebelumnya sudah

ditetapkan peraturan khusus mengenai penyandang cacat

yaitu UU No. 4 Tahun 1997.

Konsep DifabelMenurut Andi Ahmad Yani, Pemerhati Difabel, istilah

difabel merupakan pengindonesiaan dari kependekan

istilah different abilities people (orang dengan kemampuan

yang berbeda). Dengan istilah difabel, masyarakat diajak

untuk merekonstruksi nilai-nilai sebelumnya, yang semula

memandang kondisi cacat atau tidak normal sebagai

Memberikan Hak Pekerjaan Bagi Warga Difabel Venenatis

MainReport

BRIDGE07ok.indd 8 5/18/2015 4:15:41 PM

9BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id8

kekurangan atau ketidakmampuan menjadi pemahaman

terhadap difabel sebagai manusia dengan kondisi fisik

berbeda yang mampu melakukan aktivitas dengan cara dan

pencapaian yang berbeda pula.

Dengan pemahaman baru itu masyarakat diharapkan

tidak lagi memandang para difabel sebagai manusia

yang hanya memiliki kekurangan dan ketidakmampuan.

Sebaliknya, para difabel, sebagaimana layaknya manusia

umumnya, juga memiliki potensi dan sikap positif terhadap

lingkungannya.

Kata difabel memiliki hubungan dengan istilah disable.

Disable sendiri bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia

mempunyai arti kecacatan, dan penggunaan istilah

kecacatan memiliki transisi perubahan yang cukup signifikan

sesuai dengan persepsi dan penerimaan masyarakat secara

luas.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa difabel

memiliki pengertian orang yang memiliki perbedaan dengan

orang pada umumnya atau bisa juga orang yang mempunyai

suatu keterbatasan yang membuatnya berbeda dari orang

lain. Dengan demikian, dalam dunia kerja seharusnya warga

disabel memiliki hak yang sama dengan warga masyarakat

lainnya untuk memperoleh pekerjaan.

Dari sejumlah peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang ketenagakerjaan, pada dasarnya tidak

ada perbedaan khusus tentang perjanjian kerja yang

diperuntukkan bagi pekerja pada umumnya dengan

pekerja difabel. Hal ini karena aturan ketenagakerjaan

menganut prinsip perlakuan yang sama (tanpa diskriminasi)

sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi:

“Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa

diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.”

Menurut Andi Ahmad Yani, prinsip ini memiliki arti bahwa

setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang

sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang

layak tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama,

dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan

tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang

sama terhadap para penyandang cacat (lihat Penjelasan

Pasal 5 UU Ketenagakerjaan).

Prinsip ini juga disebut dalam Pasal 14 Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat

yang menyatakan bahwa: “Perusahaan negara dan swasta

memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada

penyandang cacat dengan mempekerjakan penyandang

cacat di perusahaannya sesuai dengan jenis dan derajat

kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya, yang jumlahnya

FOTO: dissosjabar.go.id

MainReport

BRIDGE07ok.indd 9 5/18/2015 4:16:05 PM

11BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id10

disesuaikan dengan jumlah karyawan dan/atau kualifikasi

perusahaan.”

Mendapat PerhatianSecara perlahan tapi pasti perhatian para pengusaha

untuk mempekerjakan warga disabel mulai terlihat nyata.

Misalnya, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI)

Kota Bandung merasa optimistis dapat mengupayakan

penyerapan tenaga kerja warga difabel. Menurut Ketua

PHRI Kota Bandung Momon Abdurachman, beberapa

waktu yang lalu, menyatakan penyandang cacat juga

memiliki kemampuan seperti halnya orang normal misalnya

kemampuan membaca dan menulis.

Dari segi pendidikan, penyandang cacat juga banyak

yang telah meraih gelar sarjana. Momon Abdurachman

menambahkan, warga difabel dapat bekerja sesuai dengan

kemampuan. Perusahaan perhotelan dapat menampung

pekerja disable lewat program corporate social responsibility

(CSR).

Menaker Hanif Dhakiri memberikan dukungan dan

apresiasi yang tinggi kepada para pengusaha yang

mempekerjakan warga difabel. Dia juga memberikan

dukungan kepada warga difabel yang telah berbuat luar

biasa. “Kalian anak-anak yang luar biasa. Saya mengapresiasi

perusahaan yang telah mempekerjakan pekerja difabel,”

ungkapnya, di acara Nakertrans Expo, di Jakarta, beberapa

waktu yang lalu.

Menurutnya, Kemenaker terus berupaya

memformulasikan kebijakan dan menjalankan berbagai

program atau kegiatan untuk mewujudkan masyarakat

yang inklusif dan aksesibel untuk semua, terutama bagi para

tenaga kerja penyandang disabilitas. UU No. 4 Tahun 1997

tentang Penyandang Cacat menegaskan penyandang cacat

berhak memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak

dan mendapat perlakuan yang sama dan tanpa diskriminasi.

Kementerian Ketenagakerjaan akan melakukan

pendataan dan pemetaan jumlah angkatan kerja difabel di

Tanah Air. Hal itu dilakukan untuk memudahkan pembagian

sektor yang berpotensi diisi oleh warga difabel. Berdasarkan

data Kementerian Ketenagakerjaan, saat ini ada 1,5 juta

pekerja difabel belum mendapatkan pekerjaan.

Selain itu, pada saat ini pemerintah telah menyediakan

fasilitas penempatan tenaga kerja melalui mekanisme antar

kerja tak terkecuali untuk angkatan kerja difabel. Dalam

mekanisme ini, pencari kerja difabel difasilitasi dengan

memberikan informasi pasar kerja, bimbingan penyuluhan

mengenai minat bakatnya, serta gambaran jabatan yang

akan diduduki. Di lain pihak, pengguna tenaga kerja difabel

difasilitasi dengan informasi mengenai persediaan tenaga

kerja difabel beserta kualifikasi yang dimiliki pencari kerja

difabel.

Sementara itu, Kementerian Sosial menyiapkan skema

pelatihan kewirausahaan untuk kaum difabel. Pelatihan

kewirausahaan dilakukan di panti sosial, selter, dan dinas

sosial di seluruh Indonesia. Menurut Menteri Sosial Khofifah

Indar Parawansa, warga difabel disiapkan agar mandiri dan

produktif.

Pelatihan tersebut bertujuan agar setelah mendapat

pelatihan warga difabel bisa bekerja secara mandiri, bahkan

bisa mempekerjakan orang lain. Semua unit pelaksana teknis

panti sosial menyiapkan pola pelatihan tersebut. Selain

itu, para penyandang difabel juga mendapat kesempatan

menjadi pegawai negeri sipil.

Pada pemerintahan Jokowi saat ini, warga difabel yang

diberi peluang menjadi pegawai negeri sebanyak 300

orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 200 orang bekerja

di Kementerian Sosial dan 100 orang bekerja di lembaga

lain. Bidang pekerjaan yang disediakan disesuaikan dengan

kemampuan mereka masing-masing.

Pekerjaan LayakInternational Disability Day yang diperingati setiap

tanggal 3 Desember pada tahun 2014 mengambil tema

“Decent Work for People with Disabilities”, atau pekerjaan

yang layak bagi kaum difabel atau penyandang cacat. Tema

ini perlu mendapatkan perhatian bersama mengingat selama

ini hanya sebagian kecil warga difabel yang memperoleh

pekerjaan yang layak.

Kondisi yang dialami oleh warga difabel selama ini

merupakan dampak dari cara pandang masyarakat terhadap

mereka. Selama ini sebagian besar masyarakat memandang

warga difabel lebih sebagai obyek sosial daripada individu

yang memiliki hak setara sebagaimana anggota masyarakat

lainnya. Akibatnya banyak dari warga difabel yang hidup

dalam kemiskinan.

Dalam The Convention on the Human Rights of Person

with Disabilities dijelaskan bahwa setiap negara harus

menjamin kesetaraan bagi kaum difabel untuk mendapatkan

pekerjaan yang layak. Sementara itu, perlindungan terhadap

hak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak bagi warga

difabel di Indonesia sebenarnya telah diatur dalam Pasal 14

Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang

Cacat. Dalam pasal ini dijelaskan bahwa setiap perusahaan

pemerintah dan swasta wajib mempekerjakan kaum difabel

di perusahaannya.

Pada pasal berikutnya, Pasal 28 disebutkan tentang

sanksi hukum atas pelanggaran terhadap Pasal 14, berupa

kurungan selama-lamanya 6 bulan dan/atau denda sebesar

dua ratus juta rupiah. Selanjutnya untuk mempermudah

pelaksanaan teknis maka dikeluarkanlah Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Kep – 205/MEN/1999

yang mempertegas tentang quota bagi tenaga kerja difabel

MainReport

BRIDGE07ok.indd 10 5/18/2015 4:16:20 PM

11BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id10

yang mensyaratkan 1 pekerja difabel untuk 100 karyawan

dalam setiap perusahaan.

Jumlah warga difabel di Indonesia cukup banyak dan

diperkirakan akan terus bertambah dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Nasional

(Kemenkes), penderita difabel pada 2011 sebanyak 6,7

juta jiwa atau 3,11 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

Sedangkan menurut catatan dari World Health Organization

(WHO), Indonesia memiliki penderita difabel lebih dari 10

juta jiwa.

Pembagian PeranPembagian peran antar pihak yang terkait sangat

diperlukan guna mewujudkan hak pekerjaan yang

layak bagi warga difabel. Pihak pemerintah dalam hal

ini Kementerian Ketenagakerjaan diharapkan berperan

aktif mensosialisasikan serta mendorong pelaksanaan

KepMen 205/MEN/1999 terhadap perusahaan. Selain itu,

pemerintah juga diharapkan mampu merancang program

pemberdayaan untuk warga difabel dengan memperhatikan

aspek yang mendukung kemandirian mereka. Dengan

demikian, warga difabel tidak menjadi tergantung pada

pada sektor formal.

Selanjutnya, pihak swasta atau perusahaan diharapkan

tidak mengembangkan prilaku diskriminatif terhadap

pekerja difabel dengan menyediakan fasilitas yang aksesibel

serta lingkungan kerja yang kondusif bagi mereka. Tempat

kerja yang aksesibel dan lingkungan kerja yang kondusif

bagi difabel pada dasarnya akan dapat meningkatkan

kualitas kerja para pekerja difabel. Dengan demikian, biaya

untuk penyediaan alat serta ruang kerja yang aksesibel pada

dasarnya akan meningkatkan produktifitas perusahaan.

Selain itu, peran penting dalam rangka mendukung

terwujudnya hak pekerjaan bagi warga difabel juga

sangat diperlukan dari organisasi difabel. Mereka berperan

melakukan fungsi kontrol terhadap realisasi perundangan

dan kebijakan tentang ketenagakerjaan bagi warga difabel.

Selain itu, mereka juga diharapkan mampu melakukan

pembinaan terhadap peningkatan kualitas Sumber Daya

Manusia warga difabel.

Kerjasama dan pembagian peran antara pemerintah,

swasta, dan organisasi difabel dalam mengupayakan

peningkatan mutu kehidupan warga difabel melalui

penyediaan akses pekerjaan harus dilakukan dalam posisi

yang setara. Bukan menempatkan kaum difabel sebagai

obyek dari kebijakan namun lebih sebagai mitra sejajar.

Hal terpenting dari kerjasama dan pembagian peran

antar pihak tersebut diatas selain peningkatan kualitas

sumber daya manusia warga difabel juga penyediaan

fasilitas yang aksesibel di tempat kerja bagi warga disabel.

Pengadaan fasilitas yang aksesibel oleh perusahaan

seringkali dilihat dari perhitungan untung rugi bukan dari

sudut pandang pemenuhan hak dasar bagi warga difabel

agar mereka mampu melakukan aktivitas secara lebih

optimal.

Akhirnya, penyediaan akses lapangan pekerjaan bagi

warga difabel pada dasarnya akan terkait dengan keperpihan

nurani. Fasilitas bagi warga difabel bukan sebuah preference,

tapi lebih merupakan hak yang semestinya didapat oleh

mereka. Fasilitas tersebut merupakan kelengkapan bagi

warga difabel agar mampu beraktivitas secara layak serta

mampu berkompetisi dengan individu lainnya. n

FOTO: dplu.go.idFOTO: cibinong.kemensos.go.id

MainReport

BRIDGE07ok.indd 11 5/18/2015 4:16:46 PM

13BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id12

Merespon banyaknya peristiwa kecelakaan di

tempat kerja, Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan baru-baru ini

meluncurkan produk baru yang diberi

nama Return to Work (RTW). Jika diartikan secara

harfiah, return to work berarti kembali bekerja.

Direktur Pelayanan dan Pengaduan BPJS

Ketenagakerjaan, Achmad Riadi mengatakan, program

ini merupakan perluasan manfaat pada Program

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) yang diberikan dalam

bentuk pendampingan pada kasus kecelakaan kerja

yang dialami oleh peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Riadi menambahkan, pendampingan pada manfaat

RTW diberikan sedari dini (early involvement) mulai dari

terjadinya musibah kecelakaan sampai kembali bekerja.

“Dengan demikian BPJS Ketenagakerjaan dapat menjadi

jembatan menuju kesejahteraan pekerja,” ujarnya.

Dilandasi konsep dan filosofi bahwa jaminan

sosial merupakan suatu bentuk perlindungan sosial

kepada masyarakat guna menjamin kepastian

pemenuhan kebutuhan hidup layak terhadap

risiko-risiko sosial yang terjadi, Achmad meyakini,

Kembali BekerjaSetelah Kecelakaan Tak Terlupakan

Apa yang melintas dalam pikiran seseorang, yang terkena musibah kecelakaan di tempat kerja? Umumnya ia akan merasa sangat galau dan tak tahu harus berbuat apa. Bingung memikirkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan. Setelah sembuh, masih pula harus melewati fase pemulihan yang memakan waktu dan biaya. Dan jika akhirnya dapat sepenuhnya pulih, belum tentu, perusahaan tempatnya bekerja masih mau menerimanya kembali. Tak memiliki pekerjaan dapat membuat seseorang merasa frustrasi, bahkan depresi, karena tak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan kehilangan harga diri.

Direktur Pelayanan dan Pengaduan BPJS Ketenagakerjaan, Achmad Riadi

MainReport

BRIDGE07ok.indd 12 5/18/2015 4:16:57 PM

13BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id12

MainReport

bahwa program RTW akan menjadi program

berkesinambungan. Salah satu diantaranya adalah

risiko cacat akibat kecelakaan kerja yang berpotensi

menyebabkan tenaga kerja dan keluarganya

kehilangan pekerjaan dan masuk ke dalam masyarakat

golongan vulnerable, near poor atau bahkan menjadi

poor.

Dalam mengimplementasikan Program JKK-Return to

Work ini, BPJS Ketenagakerjaan memerlukan dukungan dan

kerjasama seluruh stakeholder. Pada tanggal 16 april 2015

kemarin, BPJS telah menginisiasi deklarasi kepada

berbagai stakeholder yaitu Pemerintah yang diwakili

oleh Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian

Sosial, APINDO, Serikat Pekerja, untuk mendukung

implementasi Program Return to Work di Indonesia.

Menurut Achmad, sampai kini sudah ada 300

perusahaan peserta BPJS yang berpartisipasi dalam

program RTW. Di masa depan, diharapkan semua

perusahaan dapat mengikutsertakan karyawannya

dalam RTW. Program ini memberikan pelayanan

komprehensif dimulai dari sejak perawatan setelah

kecelakaan, pemulihan baik fisik maupun secara

psikologis, sampai akhirnya pekerja dapat kembali

mandiri. Kecelakaan yang menyebabkan hilangnya

limb (tangan dan/atau kaki), tentu akan menyebabkan

pekerja merasa trauma, frustrasi bahkan depresi.

“Program RTW akan terus mendampingi pekerja ini

sampai akhirnya menerima prosthetic limb (kaki atau

tangan palsu) berikut perawatan dan latihan setelah

pemasangan prosthetic limb tersebut di BLK (Balai

Latihan Kerja),” terangnya.

Para aktuaris ahli di BPJS Ketenagakerjaan, lanjut Riadi,

telah melakukan kalkulasi dengan cermat tentang RTW,

dan dipastikan memiliki sustainability (berkesinambungan).

RTW memberikan pelayanan komprehensif selain upaya

kuratif, rehabilitatif, dan pelatihan vokasional.

Pertimbangan sustainability program ini juga didukung

oleh regulasi bahwa dari iuran Program Jaminan Kecelakaan

Kerja yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan, dana kelolaan JKK

diberikan kembali sepenuhnya kepada manfaat Program

JKK bagi tenaga kerja, karena BPJS Ketenagakerjaan hanya

mendapatkan fee untuk mengelola Program ini dan tidak

mengambil keuntungan dari dana kelolaan Program JKK.

Kecelakaan di tempat kerja atau saat bekerja,

terjadi karena banyak faktor. Ada perusahaan yang

sudah melaksanakan 3K dengan baik, tetapi pekerja

yang tidak mematuhinya, seperti misalnya pembersih

kaca jendela di gedung jangkung yang tidak memakai

helm saat bekerja dengan gondola, atau petugas

yang harus menghirup bau-bau kimia keras, namun

menolak memakai masker. Ada pula kebijakan

perusahaan yang tidak didesain berdasarkan

keadaan, misalnya layanan antar makanan cepat saji

yang dijamin sampai tujuan dalam waktu tidak lebih

dari 15 menit. Kondisi jalanan yang padat membuat

pengantar harus memacu kendaraannya dengan

menerobos banyak halangan dan memungkinkan

terjadi kecelakaan.

Secara rinci Achmad menjelaskan, prosedur

pelayanan RTW dimulai saat peserta yang

mengalami kecelakaan kerja, mendapatkan

penanganan di pelayanan kesehatan dengan terlebih

dahulu menginformasikan kepada Manajer Kasus

Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja (KK

PAK). Manajer Kasus atau Case Manager ini akan

terus mendampingi pekerja sampai sembuh dan

dapat kembali bekerja. Apabila peserta mengalami

keterbatasan fungsi maupun kehilangan organ

tubuhnya yang mengakibatkan peserta mengalami

cacat fungsi maupun cacat anatomi, maka peserta

akan mendapatkan pelayanan rehabilitasi dan

program RTW, dimana terlebih dahulu pihak

perusahaan dan peserta yang mengalami cacat

memberikan persetujuan secara tertulis. Selanjutnya,

Manajer Kasus KK PAK akan mendampingi peserta

dalam proses Return to Work (RTW). “Manajer Kasus

KK PAK ini nantinya memantau pengobatan dan

perawatan yang tepat dan efektif bagi pasien serta

memfasilitasi percepatan proses pemulihan atau

rehabilitasi,” imbuhnya.

Achmad mengharapkan, program RTW ini dapat

meningkatkan loyalitas dan produktivitas pekerja,

dan perusahaan tidak perlu menganggarkan biaya

perawatan dan pelatihan pekerja yang mengalami

kecelakaan kerja. Serahkan semua pada BPJS dan

jika masa-masa sulit telah berhasil dilalui, perusahaan

dapat menerima kembali pekerja tersebut.

“Kecelakaan hebat akan menimbulkan trauma yang

akan terus diingat sepanjang hidup, itu sebabnya BPJS

juga akan mendampingi pekerja untuk mempelajari

keahlian baru agar dapat bekerja di divisi lain, yang

tidak akan mengingatkannya terus pada kecelakaan

yang pernah menimpanya,” paparnya.

Untuk meningkatkan pelayanan RTW, BPJS

Ketenagakerjaan menargetkan perluasan jejaring

Trauma Center (TC) di seluruh Indonesia dari 1300

jejaring fasilitas kesehatan sebanyak 900 faskes

TC pada akhir 2014 menjadi pada 2500 jejaring

faskes TC pada saat BPJS Ketenagakerjaan mulai

berimplementasi penuh mulai Juli 2015. Dari semua

layanan faskes TC ini, akan dilengkapi dengan

kemudahan akses online yang dapat memberikan

layanan data peserta online real time untuk percepatan

dan kemudahan pelayanan kepada peserta di jejaring

fasilitas kesehatan Trauma Center.

BPJS Ketenagakerjaan memerlukan dukungan

BRIDGE07ok.indd 13 5/18/2015 4:16:57 PM

15BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id14

MainReport

dan kerjasama seluruh stakeholder. Pada tanggal 16

april 2015 kemarin, BPJS telah menginisiasi deklarasi

kepada berbagai stakeholder yaitu Pemerintah

yang diwakili oleh Kementerian Ketenagakerjaan,

Kementerian Sosial, APINDO, Serikat Pekerja, untuk

mendukung implementasi Program Return to Work

di Indonesia.

Menurut Achmad, sampai kini sudah ada 300

perusahaan peserta BPJS yang berpartisipasi dalam

program RTW. Di masa depan, diharapkan semua

perusahaan dapat mengikutsertakan karyawannya

dalam RTW. Program ini memberikan pelayanan

komprehensif dimulai dari sejak perawatan

setelah kecelakaan, pemulihan baik fisik maupun

secara psikologis, sampai akhirnya pekerja dapat

kembali mandiri. Kecelakaan yang menyebabkan

hilangnya limb (tangan dan/atau kaki), tentu

akan menyebabkan pekerja merasa trauma,

frustrasi bahkan depresi. “Program RTW akan

terus mendampingi pekerja ini sampai akhirnya

menerima prosthetic limb (kaki atau tangan palsu)

berikut perawatan dan latihan setelah pemasangan

prosthetic limb tersebut di BLK (Balai Latihan

Kerja),” terangnya.

Para aktuaris ahli di BPJS Ketenagakerjaan, lanjut

Riadi, telah melakukan kalkulasi dengan cermat

tentang RTW, dan dipastikan memiliki sustainability

(berkesinambungan). RTW memberikan pelayanan

komprehensif selain upaya kuratif, rehabilitatif, dan

pelatihan vokasional.

Pertimbangan sustainability program ini juga

didukung oleh regulasi bahwa dari iuran Program

Jaminan Kecelakaan Kerja yang dikelola BPJS

Ketenagakerjaan, dana kelolaan JKK diberikan

kembali sepenuhnya kepada manfaat Program JKK

bagi tenaga kerja, karena BPJS Ketenagakerjaan

hanya mendapatkan fee untuk mengelola Program

ini dan tidak mengambil keuntungan dari dana

kelolaan Program JKK.

Kecelakaan di tempat kerja atau saat bekerja,

terjadi karena banyak faktor. Ada perusahaan

yang sudah melaksanakan 3K dengan baik, tetapi

pekerja yang tidak mematuhinya, seperti misalnya

pembersih kaca jendela di gedung jangkung yang

tidak memakai helm saat bekerja dengan gondola,

atau petugas yang harus menghirup bau-bau

kimia keras, namun menolak memakai masker. Ada

pula kebijakan perusahaan yang tidak didesain

berdasarkan keadaan, misalnya layanan antar

makanan cepat saji yang dijamin sampai tujuan

dalam waktu tidak lebih dari 15 menit. Kondisi

jalanan yang padat membuat pengantar harus

memacu kendaraannya dengan menerobos banyak

halangan dan memungkinkan terjadi kecelakaan.

Secara rinci Achmad menjelaskan, prosedur

pelayanan RTW dimulai saat peserta yang

mengalami kecelakaan kerja, mendapatkan

penanganan di pelayanan kesehatan dengan

terlebih dahulu menginformasikan kepada Manajer

Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja

(KK PAK). Manajer Kasus atau Case Manager ini akan

terus mendampingi pekerja sampai sembuh dan

dapat kembali bekerja. Apabila peserta mengalami

keterbatasan fungsi maupun kehilangan organ

tubuhnya yang mengakibatkan peserta mengalami

cacat fungsi maupun cacat anatomi, maka peserta

akan mendapatkan pelayanan rehabilitasi dan

program RTW, dimana terlebih dahulu pihak

perusahaan dan peserta yang mengalami cacat

memberikan persetujuan secara tertulis. Selanjutnya,

Manajer Kasus KK PAK akan mendampingi peserta

dalam proses Return to Work (RTW). “Manajer

Kasus KK PAK ini nantinya memantau pengobatan

dan perawatan yang tepat dan efektif bagi pasien

serta memfasilitasi percepatan proses pemulihan

atau rehabilitasi,” imbuhnya.

Achmad mengharapkan, program RTW ini dapat

meningkatkan loyalitas dan produktivitas pekerja,

dan perusahaan tidak perlu menganggarkan biaya

perawatan dan pelatihan pekerja yang mengalami

kecelakaan kerja. Serahkan semua pada BPJS

dan jika masa-masa sulit telah berhasil dilalui,

perusahaan dapat menerima kembali pekerja

tersebut. “Kecelakaan hebat akan menimbulkan

trauma yang akan terus diingat sepanjang hidup,

itu sebabnya BPJS juga akan mendampingi pekerja

untuk mempelajari keahlian baru agar dapat bekerja

di divisi lain, yang tidak akan mengingatkannya

terus pada kecelakaan yang pernah menimpanya,”

paparnya.

Untuk meningkatkan pelayanan RTW, BPJS

Ketenagakerjaan menargetkan perluasan jejaring

Trauma Center (TC) di seluruh Indonesia dari 1300

jejaring fasilitas kesehatan sebanyak 900 faskes

TC pada akhir 2014 menjadi pada 2500 jejaring

faskes TC pada saat BPJS Ketenagakerjaan mulai

berimplementasi penuh mulai Juli 2015. Dari semua

layanan faskes TC ini, akan dilengkapi dengan

kemudahan akses online yang dapat memberikan

layanan data peserta online real time untuk

percepatan dan kemudahan pelayanan kepada

peserta di jejaring fasilitas kesehatan Trauma

Center.n

BRIDGE07ok.indd 14 5/18/2015 4:16:58 PM

15BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id14

Program Jaminan Kecelakaan Kerja Return to Work (JKK-RTW), merupakan program yang memberikan perlindungan paripurna bagi peserta BPJS Ketenagakerjaan yang mengalami kecelakaan kerja parah dan tidak bisa bekerja untuk sementara waktu.

MainReport

PROGRAM RETURN TO WORK BENTUK KEPEDULIAN

BPJS KETENAGAKERJAAN

Direktorat Pelayanan dan Pengadaan DIvisi Pengembangan Jaminan Ketenagakerjaan,

Drg, Endro Sucahyono, M.Kes

Return to Work merupakan salah satu

layanan prima Badan Penyelengara

jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan

yang merupakan pengembangan dari

Program Jaminan Kecelakaan Kerja

(JKK). Program ini, akan diimplementasikan secara

penuh pada Juli 2015. Dengan adanya program

return to work, para peserta BPJS Ketenagakerjaan

yang mengalami cacat karena kecelakaan bekerja

akan mendapatkan perlindungan penuh. BPJS

Ketenagakerjaan nantinya akan memberikan biaya

rehabilitasi medis serta pelatihan kejuruan sampai

pekerja itu mampu untuk bekerja kembali.

Kepala Divisi Pengembangan Jaminan, BPJS

Ketenagakerjaan, Drg. Endro Sucahyono, M.Kes

mengatakan, BPJS Ketenagakerjaan meluncurkan

program Jaminan Kecelakaan Kerja Return To Work

(JKK-RTW), sebagai bentuk pelayanan kepada

BRIDGE07ok.indd 15 5/18/2015 4:17:17 PM

17BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id16

MainReport

pekerja yang mengalami cacat akibat kecelakaan

kerja. Pelayanan tersebut mulai dari pendampingan

ke Rumah Sakit Trauma Center hingga pembekalan

mental dan keterampilan sampai mereka bisa

bekerja kembali di perusahaannya dan tidak

terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena

ketidakmampuan bekerja.

Program ini, lanjut Endro, sebenarnya sudah

terlaksana sejak tahun 2014 dengan jumlah kasus

yang telah ditangani sampai dengan bulan Maret

2015 sebanyak 38 kasus. Pada tahun 2014 kasus JKK

mencapai 105.383 dengan Cacat Fungsi sebanyak

3.618 kasus, Cacat Sebagian sebanyak 2.616 kasus,

Cacat Total sebanyak 43 kasus, dan meninggal

sebanyak 2.375 kasus.

Pengobatan dan perawatan kesehatan untuk

program JKK-RTW ini, tambahnya, dapat dilakukan

di Rumah Sakit Trauma Center yang ditunjuk oleh

BPJS Ketenagakerjaan sebagai pusat pelayanan

kesehatan dan rehabilitasi bagi peserta yang

mengalami kecelakaan kerja. “Hingga Maret 2015,

BPJS Ketenagakerjaan sudah bekerjasama dengan

1.300 Rumah Sakit/ Klinik Trauma Center milik

pemerintah maupun swasta yang tersebar di seluruh

Indonesia,” urai Endro.

BPJS Ketenagakerjaan, terang Endro, terus

memberikan jaminan kepada peserta, salah satunya

membantu pekerja yang cacat untuk kembali bekerja

melalui program return to work. “Cacat akibat

kecelakaan kerja yang biasanya oleh perusahaan

dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), melalui

manfaat return to work diupayakan dapat kembali

bekerja meskipun dengan bidang pekerjaan yang

lain,” imbuhnya.

Manfaat ini, lanjutnya, tidak hanya pengobatan

dan rehabilitasi, tetapi BPJS Ketenagakerjaan juga

memberikan pelatihan pascakesembuhan agar

pekerja tetap dapat memiliki kemampuan dan dapat

bekerja kembali. Jika pekerja tidak dapat kembali

bekerja normal dan tidak memungkinkan kembali

bekerja pada bidang atau posisi semula, maka akan

dicarikan pekerjaan yang sesuai di bidang yang lain

di perusahaan yang sama atau perusahaan lainnya.

“Bagi mereka yang mengalami cacat misalnya putus

tangan atau kaki karena mengalami kecelakaan

saat bekerja, diupayakan tetap bisa memperoleh

penghasilan karena masih bekerja,” tambah Endro.

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, Elvyn

G. Masassya menjelaskan, sudah kewajiban BPJS

Ketenagakerjaan untuk memfasilitasi dan mendorong

pekerja peserta jaminan sosial yang mengalami

kecelakaan lalu cacat untuk kembali bekerja.

“Kecacatan, bukanlah akhir dari kehidupan, melainkan

masih terbuka peluang untuk bekerja sesuai dengan

kondisi pekerja tersebut,” jelasnya.

Elvyn merangkan, Jaminan Kecelakaan Kerja

Return to Work merupakan perluasan manfaat pada

jaminan kecelakaan kerja, berupa pendampingan

BRIDGE07ok.indd 16 5/18/2015 4:17:20 PM

17BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id16

kepada peserta yang mengalami kecelakaan kerja

yang menimbulkan cacat atau berpotensi cacat,

mulai dari terjadinya musibah kecelakaan sampai

dengan dapat kembali bekerja. “Tujuan program

ini, untuk memastikan pekerja yang mengalami

kecelakaan kerja dapat kembali bekerja tanpa

menghadapi risiko pemutusan hubungan kerja

karena kecacatan yang dialaminya,” jelasnya.

Deklarasi Program Return to WorkMenteri Ketenagakerjaan (Menaker), Muhammad

Hanif Dhakiri bersama Direktur Utama Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan,

Elvyn G Masassya mendeklarasikan program return to

work atau kembali kerja. “Program kembali bekerja

ini memudahkan saya untuk menegakkan praturan

tersebut agar perusahaan membuka peluang kerja

bagi insan cacat,” kata Menaker.

Pendeklarasian program Return To Work ini,

disaksikan oleh perwakilan dari Asosiasi Perusahaaan

Indonesia (Apindo) dan Dewan Jaminan Sosial

Nasional (DJSN) berisi antara lain berkomitmen

mendukung penderita cacat untuk bekerja kembali

setelah mengalami kecelakaan.

Menaker mengatakan, sesungguhnya peraturan

perundangan mewajibkan setiap perusahaan untuk

merekrut minimal satu persen pekerja cacat di

perusahaannya. Mulai 1 Juli 2015 perlindungan bagi

para pekerja yang mengalami kecelakaan kerja atau

penyakit akibat kerja akan terus makin meningkat.

Dengan adanya program Jaminan Kecelakaan

Kerja Return to Work (JKK-RTW) dari BPJS

Ketenagakerjaan, kesempatan kerja mereka jadi

terjamin. “Program kembali bekerja ini memudahkan

saya untuk menegakkan praturan tersebut agar

perusahaan membuka peluang kerja bagi insan

cacat,” kata Menteri.

Menaker mengingatkan, risiko kerja akhir-

akhir ini semakin meningkat sebagai dampak dari

penggunaan mesin, alat kerja, bahan berbahaya, dan

faktor lingkungan kerja. “Pemerintah mendukung

upaya-upaya perlindungan menyeluruh di

lingkungan kerja,” kata Hanif.

Program JKK RTW diluncurkan BPJS

Ketenagakerjaan seiring dengan meningkatnya jumlah

kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Para

pekerja butuh perlindungan yang menjamin untuk

dapat tetap bekerja walaupun pernah mengalami

kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.

Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan, rata-

rata dalam sehari tercatat 397 kasus kecelakaan

kerja/ hari, pekerja mengalami kecacatan tercatat 25

kasus/ hari, cacat total satu kasus/ hari, dan korban

meninggal dunia sembilan kasus/ hari.

Program Return To Work berlaku, saat peserta

yang mengalami kecelakaan kerja lalu mendapatkan

penanganan kuratif di trauma center di rumah

sakit. Apabila peserta dinyatakan cacat maka bisa

mengikuti rehabilitasi setelah perusahaan dan

peserta yang cacat memberikan persetujuan secara

tertulis.

Peran Case ManagerJaminan Kecelakaan Kerja Return to Work (JKK-

RTW) merupakan salah satu program unggulan

yang telah dipersiapkan dalam menyongsong BPJS

Ketenagakerjaan beroperasi penuh pada 1 Juli 2015,

untuk menjadi Jembatan Menuju Kesejahteraan

Pekerja.

Endro pun memaparkan, alur pelayanan return

to work dimulai saat peserta yang mengalami

kecelakaan kerja, mendapatkan penanganan kuratif

di RS Trauma Center melalui Case Manager atau

manajer kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat

Kerja (KKPAK). Apabila peserta dinyatakan cacat

maka terdapat proses rehabilitasi di mana pihak

perusahaan dan peserta yang mengalami cacat

memberikan persetujuan secara tertulis.

Selanjutnya, manajer Kasus KKPAK akan

mendampingi peserta dalam proses return to work.

Manajer kasus KKPAK ini nantinya, memantau

pengobatan dan perawatan yang tepat dan efektif

bagi pasien serta memfasilitasi percepatan proses

pemulihan atau rehabilitasi. Setelah pengobatan

dan rehabilitasi tuntas, manajer kasus KKPAK

memberikan pelatihan pasca kecacatan dan motivasi

kepada peserta yang bertujuan untuk memastikan

peserta dapat bekerja kembali secara normal.

“Apabila upaya-upaya tersebut telah dilakukan,

namun tidak memungkinkan bagi peserta yang

bersangkutan untuk kembali bekerja pada posisi

yang sama sebelum mengalami kecelakaan, manajer

kasus KKPAK akan mencarikan solusi lain dengan

cara memberikan pelatihan dan keterampilan khusus

yang sesuai agar peserta dapat bekerja di unit kerja

atau bidang lain pada perusahaan yang sama,”

ungkap Endro.

Menurut Endro, manajer kasus KKPAK berperan

sebagai jembatan bagi tenaga kerja, pihak medis,

manajemen perusahaan, serikat pekerja dan balai

pelatihan kerja. Secara institusi mereka akan

ditempatkan di 11 kantor cabang di seluruh Indonesia.

MainReport

BRIDGE07ok.indd 17 5/18/2015 4:17:20 PM

19BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id18

“Manajer kasus perannya, untuk

mendampingi dan memberikan motivasi

bagi tenaga kerja yang mengalami

kecelakaan kerja untuk bangkit dan

semangat sampai bisa kembali bekerja,”

tuturnya.

Dalam upaya melatih para manajer

kasus, lanjut Endro, BPJS Ketenagakerjaan

telah menjalin kerjasama dengan DGUV

dan GIZ Jerman. Sebagaimana diketahui,

DGUV dan GIZ Jerman merupakan

lembaga Institusi Jaminan Sosial

Jerman yang berhasil menerapkan

program ini di Jerman dan juga sudah

diakui secara internasional. Sedangkan

GIZ Jerman akan memfasilitasi dan

menginisiasi pengiriman dan sertifikasi

internasional para Case Manager BPJS

Ketenagakerjaan.

Dalam kerjasama ini, BPJS

Ketenegakerjaan akan mengirim case

manager untuk belajar langsung bagaimana

cara implementasi program Return To

Work di Jerman. Kerjasama ini merupakan

pengembangan dari program return to

work, dengan melatih para case manager

dan memberi sertifikasi internasional untuk

para case manager BPJS Ketenagakerjaan.

“Negara Jerman sendiri dipilih karena mereka

telah terbukti berhasil dalam melaksanakan

program Return To Work,” imbuh Endro.

Untuk sertifikasinya sendiri,

lanjut Endro, BPJS Ketenagakerjaan

bekerjasama dengan National Institute

of Disability Management and Research

(NIDMAR), Kanada. Dengan adanya

sertifikasi ini, BPJS Ketenagakerjaan

memiliki lisensi dalam melatih case

manager-nya secara internal melalui

program Certified Disability Management Program

yang diakui dunia.

Endro menambahkan, manfaat program Return

To Work lainnya pemberian bantuan sosial beasiswa

kepada anak Tenaga Kerja yang mengalami cacat

total dan Jaminan Kecelakaan Kerja meninggal

sebesar Rp 12.000.000. Manfaat ini mengacu pada

UU No. 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat.

“JKK-RTW merupakan salah satu program unggulan

yang telah dipersiapkan dalam menyongsong BPJS

Ketenagakerjaan beroperasi penuh pada 1 Juli 2015,

untuk menjadi Jembatan Menuju Kesejahteraan

Pekerja,” paparnya.

Saat ini, Endro mengakui, manajer kasus yang

dimiliki baru 11 orang yang ditempatkan di 11 kantor

cabang, namun secara bertahap akan dipenuhi

diseluruh kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan.

“Pertama baru di 11 kantor cabang wilayah dan

selanjutnya di tempat atau kantor yang startegis.

Namun ketika gongnya RPP disahkan, mau tidak

mau, manajer kasus harus ditempatkan di semua

kantor BPJS Ketenagakerjaan di seluruh Indonesia.

Karena itu merupakan amanah yang tertuang

dalam peraturan BPJS Ketenagakerjaan yang harus

dijalankan. Ke depannya, setiap kantor cabang ada

manajer kasus,” jelasnya. n

MainReport

BRIDGE07ok.indd 18 5/18/2015 4:17:22 PM

19BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id18

Sistem pengawasan dan pemeriksaan terhadap penyelenggaraan program BPJS Ketenagakerjaan akan segera diimplementasikan.

Dengan adanya sistem pengawasan dan pemeriksaan, seluruh pekerja di Indonesia diharapkan bisa menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan dan

dapat merasakan manfaat program jaminan sosial pekerja.

BPJS Ketenagakerjaan Akan Memberlakukan

Sistem Pengawasan dan Pemeriksaan

Manfaat

Menjelang beroperasi penuh pada 1 Juli

2015, Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan

mempersiapkan banyak hal.

Selain mendorong perluasan kepesertaan, BPJS

Ketenagakerjaan juga fokus meningkatkan

pengawasan dan pemeriksaan kepada perusahaan

yang sudah menjadi peserta dan akan menjadi

peserta.

BPJS Ketenagakerjaan siap melakukan tindakan

tegas bagi perusahaan di Indonesia yang tidak

mengikuti aturan terkait kewajiban mendaftarkan

karyawannya menjadi peserta. Agar ketentuan

yang diamanahkan undang-undang tersebut

bisa berjalan efektif, BPJS Ketenagakerjaan akan

membentuk unit pengawasan dan pemeriksaan.

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, Elvyn G

Massasya mengatakan, hingga saat ini masih banyak

perusahaan di Indonesia yang belum menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan. Untuk menjalankan

amanah dengan baik, BPJS Ketenagakerjaan

membentuk unit pengawasan dan pemeriksaan

(wasrik). Dengan adanya wasrik, lanjut Elvyn,

diharapkan terjadi peningkatan kepesertaan bagi

perusahaan di Indonesia.

Elvyn mengaku, dibentuknya unit pengawasan

dan pemeriksaan agar perusahaan-perusahaan di

Indonesia mematuhi segala aturan yang mewajibkan

karyawannya didaftarkan menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan. Untuk memperkuatnya, BPJS

Ketenagakerjaan juga akan melakukan kerja sama

dengan instansi terkait.

BRIDGE07ok.indd 19 5/18/2015 4:17:25 PM

21BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id20 21BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id20

Manfaat

Sementara itu, Kepala Urusan Pengawasan dan

Pemeriksaan BPJS Ketenagakerjaan, Haris Mansyur

menjelaskan, saat ini BPJS Ketenagakerjaan sudah

membentuk unit pengawasan dan pemeriksaan

yang tugas dan perannya melakukan pengawasan

dan pemeriksaan kepada perusahaan-perusahaan

di Indonesia.

Dalam kaitan itu, lanjut Haris, BPJS

Ketenagakerjaan sedang merekrut petugas

pengawas dan pemeriksa yang ditempatkan di

seluruh kantor cabang. Untuk mempersiapkan

wewenang baru ini, BPJS Ketenagakerjaan

akan mempersiapkan 132 petugas untuk

melakukan pengawasan dan pemeriksaan ini.

Dan dalam melakukan tugas baru tersebut, BPJS

Ketenagakerjaan akan bekerjasama dengan pihak

Kejaksaan untuk memberikan sanksi. “Saat ini, kami

sudah merekrut 132 karyawan baru untuk di didik

jadi pengawas dan pemeriksa,” ujarnya.

Haris mengatakan, petugas pengawas yang

direkrut itu bukan PPNS tapi statusnya pegawai

BPJS Ketenagakerjaan. Jika ditemukan perusahaan

yang melanggar aturan, maka petugas pengawas

BPJS Ketenagakerjaan akan meneruskan

temuannya kepada pengawas ketenagakerjaan dari

Kemenakertrans dan kejaksaan. Kalau ada indikasi

tindakan pidana, akan diserahkan temuan tersebut

ke kepolisian.

Sanksi Pelayanan Publik Bagi Yang Melanggar

Menurut Haris, jika surat peringatan yang

telah dibuat untuk mengimbau perusahaan agar

menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan tidak

ditindaklanjuti, maka pihaknya akan membuat

surat rekomendasi agar perusahaan pemberi kerja

dijatuhi sanksi berupa tidak mendapat pelayanan

publik tertentu atau penghentian pelayanan publik

melalui pemerintahan daerah (Pemda) setempat.

Penghentian pelayanan publik yang dapat dilakukan

diantaranya dengan menunda penerbitan maupun

perpanjangan izin usaha, tidak diberikan IMB, dan

lain-lain sebagaimana yang telah diatur dalam

peraturan yang berlaku.

Sanksi bagi perusahaan yang tidak mendapat

pelayanan publik tertentu, Haris mengaku, BPJS

Ketenagakerjaan sudah bekerjasama dengan

pemerintah daerah di 23 provinsi. Dengan

kerjasama itu, maka perusahaan yang mau

mendapat izin baru atau memperpanjang izin

usahanya harus membuktikan kepesertaannya di

BPJS Ketenagakerjaan. “Sanksi itu diberikan oleh

pemda, tapi rekomendasinya dari kami. Dan kami

siap merekomendasikan itu,” ujarnya.

Untuk itu, lanjutnya, BPJS Ketenagakerjaan

tengah menyusun Peraturan BPJS Ketenagakerjaan

tentang Pengawasan dan Pemeriksaan. Draftnya

sudah dikirimkan ke Kementerian Hukum dan

HAM untuk proses harmonisasi. Salah satu yang

akan diatur kewajiban bagi seluruh perusahaan

menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Kalau tidak

mematuhi aturan maka akan diberi surat teguran

sampai penjatuhan sanksi.

Haris menyebutkan, sebenarnya soal sanksi

sudah jelas diatur dalam peraturan perundang-

undangan terkait BPJS. Diantaranya peraturan

pemerintah (PP) No. 86 Tahun 2013 tentang Tata

Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada

Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan

Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja dan

Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan

Jaminan Sosial. PP No. 86 Tahun 2013 itu,

menurut Haris, juga mengamanatkan BPJS untuk

menerbitkan Peraturan tentang Tata Cara dan

Mekanisme Kerja Pengawasan dan Pemeriksaan.

Haris mengungkapkan, banyak langkah

strategi yang dapat diterapkan dalam menyerap

serta meningkatkan jumlah kepesertaan BPJS

Ketenagakerjaan. “Kami berharap ke depan apabila

seluruh upaya yang telah kami lakukan melalui kerja

sama dengan Pemda dapat direalisasikan dengan

baik, maka bukan hal yang mustahil pada waktu

yang tidak relatif lama berhasil meningkatkan

kepesertaan 100 persen,” pungkasnya.

Haris pun mengingatkan kepada pekerja yang

tidak didaftarkan perusahaannya untuk jadi peserta

BPJS Ketenagakerjaan, bisa menyambangi kantor

BPJS Ketenagakerjaan untuk mendaftar secara

mandiri. Setelah menerima data pekerja, BPJS

Ketenagakerjaan akan menyambangi perusahaan

yang bersangkutan untuk menagih iuran. “Kami

siap, silakan para pekerja yang perusahaannya

tidak mendaftarkan sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan, mendaftar sendiri. Nanti kami

yang urus ke perusahaannya,” tegasnya n

BRIDGE07ok.indd 20 5/18/2015 4:17:26 PM

21BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id20 21BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id20

Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) mutlak harus dilakukan dalam

menghadapi persaingan global dan

pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) yang mulai berlangsung akhir 2015. Selain

itu, pada tahun ini juga telah memasuki “Indonesia

Berbudaya K3 2015”. Hal itu mengingatkan semua

pihak, pimpinan perusahaan, para pekerja, serikat

buruh, asosiasi karyawan, perguruan tinggi dan

masyarakat pada umumnya agar menyadari

pentingnya K3 yang pada akhirnya akan dapat

menurunkan angka kecelakaan kerja.

K3 merupakan salah satu aspek perlindungan

ketenagakerjaan dan merupakan hak dasar dari

setiap tenaga kerja. Oleh karena itu, perlu terus

didorong partisipasi aktif dari masyarakat industri

bersama pemerintah dan masyarakat agar terus

berusaha mencegah terjadinya kecelakaan kerja

dan melaksanakan budaya K3 di perusahaan.

Pelaksanaan kegiatan K3 akan dapat memenuhi

tuntutan negara maju terhadap persyaratan suatu

produk barang atau jasa seperti harus memiliki mutu

yang baik, aman dipergunakan, ramah lingkungan

dan memenuhi standar internasional.

Hal tersebut merupakan tantangan

sekaligus peluang dalam meraih

keberhasilan perdagangan global.

Selain itu, persyaratan tersebut juga

selalu dikaitkan dengan perlindungan

bagi tenaga kerja, konsumen dan hak

asasi manusia.

Agar penerapan budaya K3 dapat

berjalan efektif di perusahaan maka

perlu diintegrasikan pada setiap

jenjang manajemen perusahaan dan

hal itu dilakukan melalui pendekatan

prinsip manajemen agar tidak hanya

mengurangi kecelakaan kerja, tapi

juga menekan tingkat keparahan dan

pencapaian kecelakaan nihil.

Risiko KecelakaanKecelakaan kerja pada dasarnya merupakan

setiap kejadian kecelakaan yang berhubungan

dengan pekerjaan. Sejumlah referensi menyebutkan

kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh pekerjaan

atau pada waktu seseorang melaksanakan

pekerjaan. Kecelakaan akibat kerja adalah suatu

kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki dan

dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun

harta benda (Rachman, 1990). Sementara itu,

menurut Suma’mur (1989), kecelakaan akibat kerja

adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja

pada perusahaan, artinya bahwa kecelakaan kerja

terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan.

Semua pekerja yang bekerja di perusahaan

berisiko mengalami kecelakaan kerja. Sangat banyak

bahaya yang bisa muncul di sekitar tempat kerja.

Salah satu cara untuk mencegah kecelakaan kerja

adalah dengan menetapkan prosedur pekerjaan

dan melatih para pekerja untuk bisa menjalankan

Penerapan prinsip budaya keselamatan dan kesehatan kerja yang optimal akan melindungi pekerja, mengurangi risiko kecelakaan

kerja, meningkatkan produktivitas kerja, kesejahteraan pekerja, dan meningkatkan daya saing perusahaan.

MENGURANGI RESIKO

Katiga

KECELAKAAN KERJA

BRIDGE07ok.indd 21 5/18/2015 4:17:37 PM

23BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id22

prosedur tersebut. Dalam membuat prosedur

pekerjaan yang berisiko menimbulkan bahaya

kecelakaan kerja harus diidentifikasi risiko bahaya

dan disiapkan cara menanggulanginya.

Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk

mencegah risiko kecelakaan kerja. Pertama, perlu

dikaji risiko kecelakaan kerja dari setiap pekerjaan

yang akan dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan

membuat JSA (Job Safety Analisys) atau analisa

keselamatan kerja. Pihak yang membuat JSA adalah

orang yang bertanggung jawab

dan terlibat langsung terhadap

pekerjaan tersebut, misalnya

Supervisor. Setelah JSA dibuat

dan disetujui oleh orang

yang berwenang, kemudian

disosialisasikan kepada semua

pekerja yang terlibat pada

pekerjaan tersebut. Dengan

demikian diharapkan semua

pekerja dapat memahami

adanya risiko kecelakaan dari

pekerjaan yang dilaksanakan

dan mereka mengetahui cara

untuk menghilangkan atau

mengurangi risiko tersebut.

Kedua, perlu dihentikan

pekerjaan yang berbahaya. Maksud

penghentian pekerjaan di sini bukan

berarti menghentikan kegiatan

kerja secara total, melainkan hanya

bersifat sementara untuk mengatasi

bahaya tersebut. Jika JSA sudah

dilakukan dengan baik, namun masih ada bahaya yang

timbul karena perkembangan kerja, dan tidak terdeteksi

pada JSA, maka sebaiknya pekerjaan dihentikan sementara.

Kemudian dicari solusi agar pekerjaan dapat tetap berjalan

dengan aman.

Ketiga, perlu dilaporkan setiap kecelakaan yang

terjadi dan kejadian hampir celaka sekecil apa pun

kepada orang yang berwenang, misalnya Safety

Officer atau Supervisor. Dengan melaporkan setiap

kejadian kecelakaan, maka akan dapat dikurangi

potensi bahaya yang timbul sebelum menjadi

kecelakaan yang dapat berakibat sangat fatal.

Mencegah Kecelakaan Sejumlah referensi tentang K3 menyebutkan

bahwa pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan

melalui dua aktivitas dasar. Pertama, mengurangi

kondisi kerja yang tidak aman. Mengurangi

kondisi kerja yang tidak aman menjadi lini depan

perusahaan atau laboratorium dalam mencegah

kecelakaan kerja. Penanggungjawab keselamatan

kerja harus merancang tugas sedemikian rupa

untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya

fisik. Dalam hal ini perlu digunakan risk assesment

atau checklist inspeksi alat untuk mengidentifikasi

dan menghilangkan bahaya yang berpotensi

menimbulkan kecelakaan kerja.

Kedua, mengurangi tindakan karyawan yang

tidak aman. Tindakan pekerja yang tidak aman,

atau tidak sesuai prosedur kerja,

dapat dikurangi dengan berbagai

cara, antara lain yaitu: (1) seleksi

dan penempatan pekerja sesuai

kompetensi, (2) kampanye tentang

keselamatan kerja, (3) pelatihan

mengenai prosedur kerja dan

keselamatan kerja serta dorongan

positif, (4) komitmen dari manajer

tingkat atas terhadap pelaksanaan

K3.

Penerapan K3 di tempat kerja

merupakan upaya utama dalam

mewujudkan lingkungan kerja yang

aman, nyaman dan sehat serta

melindungi dan meningkatkan

pemberdayaan pekerja yang

sehat, selamat dan berkinerja

tinggi. Sekadar mengetahui dan

memahami tujuan yang akan

dicapai, tanpa melaksanakan

tindakan nyata dalam aspek

higiene perusahaan, ergonomi,

kesehatan dan keselamatan kerja, bukan merupakan

cara yang tepat untuk mengatasi kemungkinan

terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja.

Berkaitan dengan hal di atas, strategi penerapan

manajemen risiko sangat dibutuhkan dalam

mencapai dan mempertahankan keunggulan suatu

perusahaan. Pada prinsipnya manajemen risiko

merupakan upaya mengurangi dampak negatif

risiko yang mengakibatkan kerugian pada asset

organisasi baik berupa manusia, material, mesin,

metoda, hasil produksi maupun finansial. Secara

sistematik dilakukan pengendalian potensi bahaya

serta risiko dalam proses produksi melalui aktivitas

sebagai berikut: (1) identifikasi potensi bahaya,

(2) penilaian risiko sebagai akibat manifestasi

potensi bahaya, (3) penentuan cara pengendalian

untuk mencegah atau mengurangi kerugian, (4)

penerapan teknologi pengendalian, (5) pemantauan

dan pengkajian selanjutnya.n

Katiga

BRIDGE07ok.indd 22 5/18/2015 4:17:54 PM

23BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id22

Industrial Accident Compensation Insurance

(IACI) merupakan sistem asuransi sosial

pertama di Korea, yang sudah berumur

sekitar 50 tahun. Hingga kini sistem Asuransi

Kompensasi Kecelakaan Industri itu, telah

berulangkali direvisi mulai dari manfaatnya, isi

hingga sistem klaim yang terus ditingkatkan. Kini

IACI adalah satu-satunya sistem jaminan sosial di

Korea yang memiliki benefit melebihi standar ILO.

IACI Act menjadi pelindung pekerja yang

mengalami kecelakaan kerja / terluka dan keluarga

mereka. Sekaligus dapat menjadi sistem yang

bisa mengatasi dua masalah perusahaan, yakni

: masalah keuangan perusahaan dan tanggung

jawab mereka – terhadap karyawan.

Pemerintah Korea Selatan, masih terus

berupaya memperbaiki IACI Act, meliputi :

proses persetujuan penyakit akibat kerja, kualitas

perawatan medis bagi pekerja, rehabilisasi – untuk

kembali bekerja (RTW), dan premi kompensasi buat

pekerja di luar uang saku buat pekerka yang terluka

/ mengalami kecelakaan kerja.

Perbaikan IACI Act dilakukan oleh para pihak

yang terkait, antara lain : pihak pekerja, perusahaan,

pemerintah, dokter dan pihak sarana pelayanan

kesehatan, serta institusi profesional di bidang

kesejahteraan sosial (KCOMWEL).

Ihwal IACI Act sendiri, terinspirasi saat

diberlakukannya LSA (Labour Standard Act),

pada tahun 1953 – yang memerintahkan majikan

untuk memberikan kompensasi kepada karyawan

yang cedera atau sakit karena kerja, sebagai

suatu kewajiban. Namun, baru pada tahun 1963,

pemerintah Korea Selatan membuat IACI Act.

IACI Act adalah sistem asuransi sosial tertua,

di antara empat sistem asuransi sosial yang ada

di Korea Selatan. Pada awal pembentukan IACI

Act mengalami banyak kesulitan dan juga dalam

aplikasinya. Setelah berulangkali mengalami

perbaikan, baru mulai berjalan dengan baik.

Pertamakali dibuat, IACI Act hanya berlaku bagi

pekerja pertambangan dan manufaktur / pabrik,

yang meliputi 500 pekerja full time. Sedangkan

pekerja lainnya perlindungan yang diberikan sesuai

UU Tenaga Kerja Standar yang umum.

Sejak itu, cakupan IACI Act terus diperluas,

Setelah setengah abad beroperasi sistem asuransi sosial di Korea, dengan puluhan kali mengalami perbaikan, kini

sistem itu bisa berjalan dengan baik. Kini program Return To Work mendapat perhatian khusus. Seperti apa?

RETURN TO WORKDI NEGERI GINSENG

Seberang

BRIDGE07ok.indd 23 5/18/2015 4:18:09 PM

25BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id24

hingga pada 1 Juli 2000, perlindungan bagi

karyawan untuk kecelakaan kerja, diwajibkan buat

seluruh perusahaan –-dengan satu atau lebih

karyawan yang dipekerjakan. Setidaknya, ada

sekitar 13,88 juta pekerja yang saat ini menerima

manfaat AICI Act, yang meliputi sekitar 1,56 juta

perusahaan.

Seiiring dengan perluasan cakupan, juga

dilakukan perbaikan secara kualitatif, antara lain,

realisasi dari aspek manfaat jaminan sosial, yang

meliputi pembayaran pensiun, manfaat kecacatan,

dan biaya pemakaman.

Pada tahun 2008, kembali dilakukan perbaikan

yang signifikan terhadap kompensasi pekerja. Revisi

dilakukan Komite Kompensasi Pengembangan

Asuransi Pekerja bersama Komisi Tripartit, dengan

tujuan meningkatkan kualitas di dalam memenuhi

aspek rasa keadilan buat para pekerja, meliputi:

proses persetujuan penyakit, lama perawatan

medis, dan program rehabilitasi yang tepat.

Selain itu, yang mendapat perhatian untuk

terus diperbaiki adalah kompensasi pekerja kembali

bekerja (return to work /RTW). RTW diklasifikasikan

empat macam : “kembali ke pekerjaan lama”,

“bekerja di sebuah perusahaan baru”, “wirausaha”,

dan “pengangguran”. Tiga kategori pertama

didefinisikan sebagai penyelesaian kembali-

ke-pekerjaan, dan “pengangguran” sebagai

incompletion pengembalian-ke-bekerja.

Pelaksanaan program RTW, faktor sosial

memiliki peran yang besar, namun faktor medis

juga tidak boleh diabaikan. Banyak faktor lain yang

jadi pertimbangan, meliputi : durasi pekerjaan, lama

bekerja, gender (pria/wanita), usia (muda/tua),

juga peringkat perusahaan (kecil/menengah/

besar).

Kaitan dengan faktor medis, pekerja yang

mengalami kecelakaan kerja, yang memiliki

jangka waktu cuti sakit yang lebih panjang

menunjukan rendahnya RTW, karena perlu

adaptasi untuk bekerja kembali. Jadi waktu

cuti sakit yang dipersingkat, bisa membantu

pekerja tidak perlu adanya adaptasi RTW.

Faktor lain, yang mempengaruhi RTW

pekerja, adalah pelayanan rehabilitasi

pekerjaan. Maksudnya, mencari layanan

pelatihan kejuruan/ketrampilan, atau dapat

didefinisikan sebagai kursus pengobatan yang

komprehensif, meliputi juga upaya rehabilitasi,

terapi kejuruan/pelatihan, mencari pekerjaan

dan reemployment (mempekerjakan kembali)

Tingkat RTW pekerja Korea yang

mengalami kecelakaan kerja, telah meningkat dari

40% pada tahun 2000, menjadi 57,2% pada tahun

2009, dan lebih dari 65% pada tahun 2014. Bila

dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya,

ini bukan tingkat yang buruk. Namun, tingkat RTW

bagi pekerja penyandang cacat berat, tingkat

pengembalian ke tempat kerja asli masih rendah.

Saat perbaikan IACI Act, tahun 2008,

pelaksanaan rehabilitasi medis dan rehabilitasi

vokasional (kejuruan) sementara masih ditetapkan

secara terpisah. Pasalnya, rehabilitasi kejuruan

dan medis tidak terhubung satu sama lain, karena

manfaat rehabilitasi kejuruan hanya dapat diminta

setelah penghentian tunjangan perawatan medis.

Belakangan ini, diperkenalkan suatu

penatalaksanaan terpadu dengan manajemen

kasus - proses kolaboratif seluruh RTW, yang

mempromosikan cara hemat dalam perawatan

medis yang berkualitas bagi kompensasi pekerja,

dengan sebutan ‘Layanan Privat’. Namun, pada

pelaksanaannya tersendat , karena kurangnya

manajer kasus berkualitas dan panduan yang tepat.

Antisipasinya, KCOMWEL telah melatih manajer

kasus, sejak lima tahun lalu. Mereka bisa berharap

dengan memiliki banyak manajer kasus terlatih

diharapkan mampu melakukan peran penting

dalam penatalaksanaan terpadu bagi kompensasi

pekerja untuk program RTW.

Sehingga tujuan utama IACI mengobati pekerja

yang mengalami kecelakaan kerja, dapat kembali

bekerja tercapai. n

Seberang

BRIDGE07ok.indd 24 5/18/2015 4:18:11 PM

25BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id24

Agus Prabowo Karyawan PT. Grafitecindo Ciptaprima

BPJS Ketenagakerjaan Memberikan Pelatihan

Agar Saya Bisa Bekerja Kembali

Musibah tidak bisa diperkirakan kapan

datangnya, dan tidak bisa diatur

waktunya. Kita tidak bisa mengelak

saat musibah itu datang di rumah,

di jalan ataupun di kantor. Hal itulah

yang dialami Agus Prabowo, 20 tahun, karyawan

kontrak PT Grafitecindo Ciptaprima (Grafitec)

Cikarang, yang bertugas sebagai operator mesin

pengepakan mengalami kecelakaan kerja pada

bulan Februari tahun 2014 yang mengakibatkan

kehilangan tangan kanannya.

Agus menceritakan, peristiwa naas itu terjadi

ketika sedang bekerja dengan mesin pengepakan

(pressing), secara tidak sengaja tangan kanannya

terjepit didalam mesin tersebut sehingga

menyebabkan remuk dan jari kelingking hampir

putus. “Jempol saya hancur, jari kelingking hampir

putus dan sebagian lengan tangan dagingnya

hampir habis,” kenang Agus.

Mengetahui hal tersebut, pihak Grafitec

langsung membawa Agus ke Rumah Sakit (RS)

Trauma Center rujukan BPJS Ketenagakerjaan dan

didampingi oleh Manajer Kasus Kecelakaan Kerja

dan Penyakit Akibat Kerja (KK PAK) Kantor Cabang

(Kacab) Cikarang. Di RS Trauma Center, Agus

mendapatkan perlindungan kuratif melalui program

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).

Sesuai dengan arahan tim medis rumah sakit,

tangan kanan Agus disarankan agar diamputasi

untuk menghindari keadaan yang lebih buruk lagi.

Peristiwa tersebut membuatnya mengalami trauma,

minder dan kekhawatiran terkait masa depannya.

“Saat dikatakan dokter tangan saya harus

diamputasi, saya hanya pasrah saja,” ucap Agus.

Guna mengatasi trauma Agus, BPJS

Ketenagakerjaan Kacab Cikarang mengikutsertakan

Agus dalam program Return To Work (RTW)

dengan persetujuan Grafitec. Manajer Kasus KK

PAK Cikarang secara rutin mendorong proses

rehabilitatif untuk mengembalikan kemampuan

fisik dan mentalnya. Manajer Kasus KK PAK

Cikarang memberikan motivasi dan bimbingan

pada Agus, untuk terus melatih tangan kirinya

agar tetap bisa beraktifitas sebagaimana mestinya.

“Saya mengucapkan terimakasih atas bantuan

dan perhatian BPJS Ketenagakerjaan, khususnya

Manajer Kasus Kecelakaan Kerja, sehingga saya

dapat bekerja kembali,” tutur Agus.

Setelah tiga bulan proses pengobatan dan

perawatan, Agus kembali bekerja di Grafitec dengan

posisi yang berbeda, yaitu sebagai staf bagian

administrasi HRD. Manajemen Grafitec kemudian

Testimoni

BRIDGE07ok.indd 25 5/18/2015 4:18:13 PM

27BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id26

Herry WahyuHRD Manager HRD PT Grafitecindo Ciptaprima

Karyawan Bagi Perusahaan Kami Merupakan Asset Yang Berharga

PT Grafitecindo Ciptaprima (Grafitec)

merupakan perusahaan yang bergerak

di bidang printing and packaging, dan

hasil produksinya kebanyakan untuk

di ekspor. Hasil produksi Grafitec

diantaranya, mencetak kemasan untuk produk dan

juga paper bag. “Kebanyakan produksi kami untuk di

ekspor ke Amerika Serikat dan Jepang,” ucap Herry

Wahyu, HRD Manager PT Grafitecindo Ciptaprima.

Herry menerangkan, Holding perusahaan

Grafitec adalah PT Sansico Utama yang memiliki

beberapa anak perusahaan di beberapa daerah.

Saat ini, lanjutnya, perusahaan Grafitec memiliki

1400 karyawan.

Terkait musibah yang dialami Agus, salah satu

karyawan Grafitec, Herry mengatakan, selama ini

setiap karyawan yang bekerja di perusahaan Grafitec

didaftarkan ke BPJS Ketenagakerjaan. “Tujuan kami,

untuk mengatisipasi kalau terjadi kecelakaan kerja

saat dalam bekerja ataupun kecelakaan di jalan,”

terangnya.

Saat musibah kecelakaan kerja yang menimpa

Agus, lanjutnya, pihak perusahaan langsung

membawa Agus ke rumah sakit rujukan BPJS

sepakat mengangkatnya sebagai karyawan tetap.

BPJS Ketenagakerjaan melalui Manajer Kasus

KK PAK Cikarang, terus berusaha meningkatkan

kompetensi Agus dengan memberikan pelatihan

khusus dalam bidang ketrampilan administrasi

komputer. “Diharapkan dengan keahlian baru ini,

saya dapat meningkatkan kinerja dan meraih masa

depan yang lebih baik di tempat kerja,” ujar Agus.

Kasus diatas merupakan salah satu contoh bukti

nyata dari pelaksanaan program Jaminan Kecelakaan

Kerja- Return To Work (JKK-RTW). Program JKK-

RTW ini berdasarkan pada Undang-undang (UU)

No 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dan

UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

telah menyatakan bahwa tenaga kerja penyandang

cacat berhak memperoleh kesamaan kesempatan

dalam mendapatkan pekerjaan dan penghidupan

yang layak seperti warga negara Indonesia lainnya.

“Melihat musibah yang saya alami, Saya memberi

masukan kepada seluruh perusahaan di Indonesia

untuk segera mendaftrakan pekerjanya ke BPJS

Ketenagakerjaan karena bersar sekali manfaat yang

dirasakan untuk pekerja dan perusahaan itu sendiri,”

imbuh Agus.

Sejatinya, program Return To Work ini merupakan

perluasan dari program jaminan kecelakaan kerja

(JKK) yang sebelumnya hanya memberikan pelayanan

kesehatan pasca kecelakaan kerja dan rehabilitasi,

kemudian ditambah dengan memberikan pendampingan

kepada pekerja dan memastikan tenaga kerja bisa kembali

kerja di perusahaannya.

BPJS Ketenagakerjaan berharap, bagi pekerja

yang mendapatkan program return to work

bisa kembali kerja ditempatnya semula karena

karyawan itu merupakan asset perusahaan. Tapi

memang ada beberapa alternatif yang dibuat BPJS

Ketenagakerjaan bagi pekerja yang mengalami

kecelakaan kerja dan mendapatkan program return

to work. Pertama, diupayakan pekerja tersebut

bekerja kembali ditempat yang sama dengan

pekerjaan yang sama. Kedua, bekerja kembali di

tempat yang sama dengan pekerjaan yang serupa.

Ketiga, bekerja di tempat perusahaan yang sama

tapi pekerjaannya berbeda. Keempat, bekerja di

perusahaan berbeda dengan pekerjaan yang sama.

Dan kelima, bekerja di perusahaan yang berbeda

dengan pekerjaan yang berbeda pula.

Namun kedepannya, BPJS Ketenagakerjaan,

berencana akan memperluas cakupan benefit yang

di dapat pekerja yang mengalami kecelakaan kerja

dari program Return To Work ini. n

Testimoni

BRIDGE07ok.indd 26 5/18/2015 4:18:13 PM

27BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id26

Ketenagakerjaan. “Yang pertama kita lakukan adalah

memastikan kondisi Agus dulu, kita kirimkan tim

kesahatan perusahaan ke rumah sakit tersebut dan

menanyakan kepada pihak rumah sakit bagaimana

kondisinya,” imbuh Herry.

Herry menjelaskan, perusahaan terus

memantau perkembangan Agus, bahkan setiap

hari berkomunikasi dengan pihak rumah sakit

memastikan kondisi Agus. Begitu juga dengan

kondisi keluarganya agar tidak perlu khawatir,

karena perusahaan siap bertanggungjawab dengan

kejadian yang menimpa Agus.

Untuk proses pemulihannya, lanjut Herry,

perusahaan juga memberikan waktu seluas-luasnya

untuk istirahat di rumah sampai pulih benar.

Setelah itu, silahkan datang ke perusahaan untuk

bekerja kembali. “Agus datang ke perusahaan dan

dipekerjakan kembali, setelah tiga bulan menjalani

perawatan. Pokoknya sembuh dulu, kalau sudah

sehat dan sudah siap secara fisik dan mentalnya

baru kerja kembali,” tuturnya.

Herry memaparkan, karena melihat kondisinya,

perusahaan meminta Agus tidak

bekerja di tempat semula. Perusahaan

menyadari Agus tidak mungkin

ditempatkan dibagian produksi.

Untuk itu, dicarikan posisi pekerjaan

yang tepat untuk Agus. Hasil rapat

manajemen, akhirnya diputuskan Agus

ditempatkan dibagian administrasi.

Selain itu, tambah Herry, karena

perusahaan bertanggungjawab

atas musibah yang terjadi, Agus

yang sebelumnya karyawan kontrak

diangkat menjadi pegawai tetap

dengan syarat bisa bekerja kembali

dan siap ditempatkan dimana saja

sesuai dengan kemmapuan yang

dimiliki.

Herry menjelaskan, sebenarnya

perhatian perusahaan tidak

hanya kepada Agus saja tetapi

juga kepada seluruh karyawan

Grafitec yang mengalami musibah

kecelakaan kerja. Dan mereka, akan

dipekerjakan kembali sesuai dengan

kemampuannya.

“Perhatian yang diberikan

bukan hanya kepada Agus saja, tapi

karyawan lain juga kami perhatikan.

Setelah itu, kami pekerjakan kembali

di perusahaan ini. Kebetulan yang

terjadi pada Agus, merupakan

kecelakaan kerja paling parah yang

dialami karyawan kami,” ucap Herry.

Apa yang dilakukan manajemen perusahaan,

tambah Herry, memang sudah menjadi kebijakan

bahwa yang namanya karyawan adalah asset yang

berharga yang harus diperhatikan. “Di manajemen

kami sudah menjadi kebijakan, bahwa yang namanya

karyawan adalah asset yang berharga,” papar Herry.

Herry juga mengatakan, dari pemilik perusahaan

sendiri yang menyarankan Agus dipekerjakan

kembali. Dan tidak boleh hanya terpaku di satu

bidang pekerjaan saja, tapi harus belajar keahlian di

bidang yang lain agar bisa berkembang. “Jadi, rasa

kemanusiaan dari pemilik perusahaan sangat besar

sekali,” ungkapnya.

Dukungan Grafitec terhadap Agus merupakan

salah satu contoh teladan bagi perusahaan di

Indonesia dalam kasus penanganan kecelakaan

kerja. Dimana, Grafitec memperlakukan Agus

sama seperti karyawan lain, yaitu sebagai asset

perusahaan yang berharga. n

Testimoni

BRIDGE07ok.indd 27 5/18/2015 4:18:15 PM

29BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id28

Perilaku menyimpang investor dalam

berinvestasi sangatlah banyak. Yang

paling sering terjadi adalah perilaku

overconfidence atau percaya diri yang

berlebihan. Investor yang telah cukup

lama berkecimpung dalam investasi, khususnya

di saham, dan apalagi jika selama ini menuai

keberhasilan, pada suatu ketika bisa mengalami

overconfidence, lalu melupakan prinsip-prinsip

berinvestasi.

Sebut saja seorang investor mendapatkan

informasi, yang dianggapnya hanya dia yang tahu,

atau tahu lebih dahulu. Berdasarkan informasi

tersebut, yang sering kali tidak diverifikasi lagi,

maka yang bersangkutan mengambil keputusan

investasi, misal membeli saham. Padahal, sering kali,

informasi yang mengalir begitu saja masih berupa

isu. Alhasil ketika membeli saham dengan harapan

harga saham tersebut akan meningkat, malah yang

terjadi penurunan harga. Kenapa demikian? Karena

informasi yang diterima tidak lengkap. Sementara

yang bersangkutan terlalu yakin dan percaya diri

bahwa informasi yang diterimanya akurat.

Contoh overconfidence yang lain adalah ketika

harga saham mengalami pernurunan. Investor yang

merasa memiliki pengetahuan dan intuisi sering kali

mengabaikan batas risiko yang bisa ditanggungnya.

Sebut saja ketika harga saham sudah turun 10

persen dari harga beli. Ada investor yang percaya

diri bahwa harga saham akan segera pulih dan naik

Anda tentu sering mendengar ada investor sukses. Namun, di sisi lain, tidak sedikit investor yang gagal total. Perilaku setiap investor berbeda. Ada investor yang memiliki perilaku normal, ada juga yang bias atau menyimpang. Bagaimana konkretnya?.

PERILAKU INVESTOROLEH: ELVYN G. MASASSYA

Investment

BRIDGE07ok.indd 28 5/18/2015 4:18:19 PM

29BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id28

kembali. Padahal, dalam realitasnya, harga saham

malah semakin merosot. Sudah terlambat untuk

dijual karena kerugiannya sudah sangat membesar.

Apa artinya? Artinya, batasan untuk cut loss mesti

ada.

Misalnya penurunan harga saham 10 persen.

Demikian juga dengan ketika harga saham mengalami

peningkatan. Kenaikan 10 persen sudah hebat.

Namun, ada investor yang percaya diri kalau harga

saham akan naik terus. Padahal kemudian, harga

saham malah merosot. Maka yang bersangkutan

kehilangan momentum untuk mendapatkan capital

gain yang besar.

Bentuk overconfidence yang juga sering

menimbulkan masalah adalah ketika seorang investor

melupakan jurus diversifikasi dalam portofolio

sahamnya. Keyakinan yang terlalu hebat terhadap satu

sektor tertentu atau bahkan saham tertentu secara

emosional mendorong investor untuk membeli

saham disektor tersebut dalam jumlah yang sangat

besar dan kemudian diversifikasi menjadi terabaikan.

Memang, kalau sektor tersebut memiliki kinerja

gemilang, investor akan menuai keuntungan

yang besar. Namun, jika sedikit saja ada masalah

di sektor tersebut, tentu saja harga saham akan

terjungkal. Akhirnya, investor akan menuai kerugian.

Overconfidence semacam ini malah beda tipis

dengan rasa serakah, yakni ingin mendapatkan

untung yang sebesar-besarnya. Padahal, investasi

yang benar adalah, ketika target keuntungan ditakar

sedemikian rupa, sehingga risikonya juga masih

dapat ditoleransi.

Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa

overconfidence sebenarnya merupakan wujud

dari judgement yang tidak memiliki latar kuat. Jadi

lebih berupa persepsi, interpretasi, keyakinan yang

belum tentu benar. Padahal, dalam berinvestasi,

bentuk rasionalitas, pengetahuan, kompetensi mesti

ditempatkan di atas intuisi ataupun judgement.

Perilaku representatifSelain berbentuk overconfidence, perilaku

investor yang kerap bermuara pada kegagalan

berinvestasi adalah representative. Apa maksudnya?

Ketika seseorang dihadapkan pada satu situasi, maka

cara memahami situasi itu sering kali berlandaskan

pada pengalaman yang telah dimilikinya. Artinya,

masalah yang dihadapi saat ini relatif sama dengan

yang pernah dialami di masa lalu. Jadi, cara

penanganan di masa lalu digunakan kembali. Itu

prinsipnya.

Padahal, dalam investasi, situasi tidak selalu

seperti itu. Katakanlah mengenai harga saham. Di

masa lalu, secara statistik, ada satu saham yang

harganya akan meningkat lagi setelah mengalami

penurunan, misalnya selama sepekan. Kondisi

seperti itu berulang-ulang terjadi. Nah, pengalaman

tersebut digunakan kembali ketika mengambil

keputusan terhadap saham yang sama. Misalkan,

ketika harga sudah turun selama sepekan, diyakini

harganya tidak akan turun lagi dan atau akan segera

mengalami peningkatan sehingga investor membeli

saham tersebut. Ternyata dalam realitasnya, harga

saham masih terus turun, padahal investor sudah

terlanjur membeli. Kenapa bisa begitu? Sederhana

saja, karena faktor penurunan harga saham, setiap

waktu pasti berbeda. Atau bisa berbeda pada masa

yang berbeda.

Bentuk perilaku “ representatif” yang lain adalah

ketika seorang investor menggunakan pendekatan

stereotip. Artinya, kalau satu saham di satu sektor

yang berkembang mengalami peningkatan harga,

maka langsung menyimpulkan bahwa sektor di mana

saham itu berada pasti prospektif. Dampaknya, yang

bersangkutan membeli lagi saham-saham lain di

sektor yang sama. Padahal, dalam realitasnya, kendati

berada di sektor yang sama, kinerja tiap saham bisa

sangat berbeda.

Kesimpulannya, perilaku menyimpang investor

bukanlah karena investor tidak cerdas, tetapi lebih

karena aspek emosional yang mempengaruhi

sikap. Oleh karena itu, jika Anda tidak ingin menuai

kegagalan dalam berinvestasi, ada baiknya untuk

merenungkan sekejap mengenai perilaku personal

Anda. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki.

Selamat berinvestasi. n

Tulisan ini pernah dimuat di Harian Kompas, 19 April 2014 Hal: 11

Investment

BRIDGE07ok.indd 29 5/18/2015 4:18:21 PM

31BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id30

21 JANUARI 2015 PERESMIAN GEDUNG PANGKALAN BUNBPJS Ketenagakerjaan meresmikan gedung baru kantor cabang Pangkalan Bun. Dihadiri oleh Direktur Umum dan SDM Bapak Amri Yusuf dan Bupati Kobar Dr H Ujang Iskandar. Peresmian tersebut merupakan sebagai bentuk kesiapan operasi penuh BPJS Ketenagakerjaan bidang pelayanan.

24 JANUARI 2015 SERVICE BULE PRINTSebagai bentuk implemetasi pelayanan baru BPJS Ketenagakerjaan menggukana konsep pelayanan prima. Tampak dalam gambar direktur pelayanan Bapak Ahmad Riadi saat membuka acara pelatihan terhadap karyawan tetap dan outsourcing di kantor pusat tanggal 24 Januari 2015 di Jakarta.

8 JANUARI 2015 AUDIENSI DENGAN PRESIDENJajaran Direksi BPJS Ketenagakerjaan melakukan audiensi dengan Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo tentang kesiapan BPJS Ketenagakerjaan menjelang full operation pad tanggal 1 Juli 2015 bertempat di Istana Presiden Jakarta pada tanggal 8 Januari 2015.

18 FEBRUARI 2015 AUDIENSI DENGAN MANHANJajaran Direksi BPJS Ketenagakerjaan melakukan kunjungan dan audiensi dengan menteri pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu di gedung kementerian pertahanan.

Galeri

29 JANUARI 2015 PRESS GATHERINGBPJS Ketenagakerjaan melakukan publikasi laporan tahunan yang dikemas dalam bentuk press gathering di Bandung. Tampak dalam gambar Jajaran Direksi BPJS Ketenagakerjaan saat menunjukkan laporan tersebut di hadapan para wartawan.

BRIDGE07ok.indd 30 5/18/2015 4:18:37 PM

31BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id30

17 Maret 2015 Peresmian Gedung PaluSebagai bagian dari peningkatan pelayanan terhadap peserta, BPJS Ketenagakerjaan cabang Palu merenovasi gedung. Tampak dalam gambar Drs. H Longki Djanggola, Msi Gubernur Sulawesi Tengah bersama Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G Masassya saat menandatangani prasasti gedung tersebut.

19 Maret 2015 Obsession AwardDirektur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G Masassya terima penghargaan

sebagai Best CEO pada ajang Obsession Award 2015. Penghargaan ini

diberikan dihadapan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla di Hotel Kempinski Jakarta.

3 Maret 2015 Gathering InvestasiGuna meningkatkan hubungan bersama mitra investasi, BPJS Ketenagakerjaan mengadakan gathering yang dihadiri oleh mitra investasi

Galeri

BRIDGE07ok.indd 31 5/18/2015 4:18:45 PM

33BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id32

Dalam upaya pengembangan

program Jaminan Kecelakaan Kerja

Return To Work (JKK-RTW), BPJS

Ketenagakerjaan menjalin kerjasama

dengan DGUV dan GIZ Jerman.

DGUV dan GIZ Jerman merupakan lembaga institusi

jaminan sosial Jerman yang berhasil menerapkan

program ini dan sudah diakui secara internasional.

Dan Negara Jerman sendiri, telah terbukti berhasil

dalam melaksanakan program return to work.

Selanjutnya, GIZ Jerman akan memfasilitasi dan

menginisiasi pengiriman dan sertifikasi internasional

para case manager BPJS Ketenagakerjaan.

Dalam kerjasama ini, BPJS Kesehatan akan

mengirim case manager untuk belajar langsung

bagaimana cara implementasi program return

to work di Jerman. Kerjasama ini merupakan

pengembangan program Jaminan Kecelakaan Kerja

Return To Work, dengan memberikan pelatihan

para case manager dan pemberian sertifikasi

internasional.

Setelah melalui tahapan proses seleksi,

Agar dalam pelaksanaan program return to work bisa berjalan efektif

dan tepat sasaran, BPJS Ketenagakerjaan mengutus dr. Tripambudi

Santoso dan dr. H. Suci Rahmad, M.Kes mengikuti training mengenai

return to work di Jerman.

CASE MANAGER BPJS KETENAGAKERJAAN BERSERTIFIKASI INTERNASIONAL

Figur

BRIDGE07ok.indd 32 5/18/2015 4:18:46 PM

33BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id32

terpilihlah dr. Tripambudi Santoso dan dr. H. Suci

Rahmad, M.Kes untuk mengikuti Pelatihan Program/

internship Certified Disability Management

Professional (CDMP) di DGUV Berlin, Jerman selama

dua bulan, tepatnya dari tanggal 17 Oktober sampai

21 Desember 2014.

Dr. H. Suci Rahmad, M.Kes, salah satu kandidat

terpilih mengatakan, penyeleksian di pimpin oleh

Kepala Divisi Pengembangan Jaminan Bapak

drg. Endro Sucahyono. “Dan kami dinilai mampu

serta dipercaya dapat menyerap pelajaran dan

mengimplementasikan nantinya,” ujarnya.

Banyak ilmu yang didapat oleh mereka berdua,

selama mengikuti training program return to

work di Jerman. dr. Suci pun menjelaskan, dalam

program training tersebut ada tiga agenda penting

yang diterima disana, pertama mendapatkan dan

mempelajari 25 Modul CDMP dari NIDMAR (The

National Institute of Disability Management and

Research). Kedua, melakukan pertemuan atau

visitasi dan diskusi dengan berbagai stakeholder

yang berperan dalam implementasi disability

management. Dan ketiga, mengikuti Ujian Certified

Disability Management Professional.

Dr. Suci mengaku, banyak pelajaran yang

diperoleh selama mengikuti training di Jerman. Ia

pun bercerita, setelah menerima modul mereka pun

mempunyai tugas besar untuk dapat memahami

dan mempelajarinya secara mandiri supaya

lulus ujian. Sesekali mereka berdiskusi dengan

pembimbing selama disana yaitu Sir Dr. Mehrhoff

dan Dr. Gregor Kemper Mr.Oliever Foelke dan lainnya.

Beruntungnya, tambah dr. Suci, semua difasilitasi

menggunakan Bahasa Inggris sehingga lebih

mudah untuk dipahami, karena memang waktunya

terlalu mepet untuk belajar bahasa Jerman sebelum

berangkat. “Selain itu kami mengunjungi beberapa

kota seperti Hamburg, Koln, Frankfurt, Bonn, untuk

melihat secara langsung implementasi disability

management disana dan juga belajar dan berdiskusi

di DGUV Akademi di Hannef dan Bed Hersfeld, serta

mengunjungi beberapa Rumah Sakit Trauma Centre

serta pusat rehabilitasi medis dan vocational training

disana,” kenangnya.

Sementara itu, dr. Tripam menjelaskan, mengikuti

training tersebut sangat berguna untuk mendukung

implementasi Program JKK RTW (Jaminan Kecelakaan

Kerja Return To Work) dimana setiap Negara yang

melaksanakan program Return To Work (RTW)

harus memiliki tenaga profesional yang tersertifikasi

internasional yang dalam hal ini di lakukan oleh

NIDMAR yang berpusat di Canada.

Hal ini tentunya, lanjut dr. Tripam, juga sebagai

upaya mewujudkan visi menjadi world class dimana

BPJS Ketenagakerjaan telah terstandar internasional

dan sejajar dengan Negara-negara yang telah

melaksanakan konsep ini antara lain Jerman, Korea

Selatan dan Malaysia serta banyak lagi tentunya

yang juga sebagai anggota ISSA (International

Social Security Association).

Sementara itu dr. Suci yang juga menjabat sebagai

Kepala Bidang Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan

Kantor Cabang Tj. Morawa mengaku sangat

bersyukur dipercaya oleh BPJS Ketenagakerjaan

untuk mengikuti training di Berlin dan tepatnya

pada tangal 16 Februari 2015 akhirnya mendapatkan

sertifikasi kelulusan. “Alhamdulillah saya dengan

dr. Tripambudi Santoso lulus dan menadapatkan

gelar “Honorary CDMP”. Hal ini berdasarkan, surat

executive director dari NIDMAR, Canada kepada

General DGUV dari Jerman,” ungkapnya.

Setelah mereka selesai mengukti training,

rencananya ilmu yang di dapat dari sana akan

ditularkan kepada yang lainnya. ‘Kami akan membagi

segala pelajaran dan pengalaman disana kepada

Case Manager yang telah dipilih nantinya sehingga

konsep RTW segera dapat dijalankan di Indonesia,

tentunya secara bertahap,” imbuh dr. Suci.

Namun demikian, dr. Tripam menjelaskan, sudah

banyak beberapa kegiatan yang dilakukan dikantor

pusat melalui Divisi Pengembangan Jaminan

bahkan Program RTW ini telah di-launching dengan

menegaskan bahwa tenaga kerja adalah aset

dan investasi sehingga harus dihargai dan tetap

didukung/ dipekerjakan walaupun mendapatkan

kecacatan. Sementara itu, lanjutnya, dikantor cabang

telah melakukan berbagai kegiatan sosialisasi

langsung ataupun melalui media elektronik untuk

mendapatkan dukungan dan komitmen pelaksanaan

RTW pada perusahaan platinum dan gold, dan

memperluas jaringan trauma centre di RS, Klinik,

Puskesmas yang berkualitas serta bekerjasama

dengan Balai Latihan Kerja.

Dr. Suci mengharapkan, JKK-RTW dapat segara

diimplementasikan, didukung oleh pemerintah

dengan ditandatangainya RPP JKK-RTW oleh

Presiden Jokowi dalam waktu dekat sebelum full

operation BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Juli 2015,

sehingga mempermudah sosialisasi, penerapan

dan membagi ilmu/ pengalaman yang telah kami

dapatkan tentunya. “Hal ini penting karena program

JKK-RTW adalah untuk kesejahteraan pekerja,”

imbuhnya. n

Figur

BRIDGE07ok.indd 33 5/18/2015 4:18:46 PM

35BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id34

BPJS Ketenagakerjaan terus berupaya

memberikan manfaat dan layanan yang

prima kepada peserta. Salah satunya

adalah pengembangan Program Jaminan

Kecelakaan Kerja Return to Work (JKK-RTW) yang

mulai diimplementasikan pada 1 Juli 2015. Melalui

program ini, BPJS Ketenagakerjaan memberikan

perlindungan berupa manfaat dan layanan yang

komprehensif kepada peserta BPJS Ketenagakerjaan

yang mengalami cacat akibat kecelakaan kerja.

Selain biaya perawatan dan pengobatan, BPJS

Ketenagakerjaan juga akan memberikan biaya

rehabilitasi medis, dan pelatihan kejuruan hingga

peserta tersebut dapat bekerja kembali.

Hal tersebut di atas dapat dilakukan dengan

cara pihak perusahaan dan peserta yang

mengalami cacat memberikan persetujuan secara

tertulis. Selanjutnya petugas khusus dari BPJS

Ketenagakerjaan yang dinamakan Manajer Kasus

akan mendampingi peserta dalam proses Return

to Work (RTW). Manajer Kasus akan memantau

pengobatan dan perawatan yang tepat dan efektif

bagi pasien serta memfasilitasi percepatan proses

pemulihan/rehabilitasi.

Setelah pengobatan dan rehabilitasi tuntas,

manajer kasus memberikan pelatihan pasca

kecacatan yang bertujuan untuk memastikan

peserta dapat bekerja kembali secara normal.

Apabila upaya tersebut telah dilakukan, namun tidak

memungkinkan bagi peserta yang bersangkutan

untuk kembali bekerja pada posisi dan bidang

sebelum mengalami kecelakaan, maka Manajer

Kasus akan mencarikan solusi lain dan memberikan

pelatihan dan keterampilan khusus yang sesuai agar

peserta dapat bekerja di unit kerja atau bidang lain

pada perusahaan yang sama.

Jika usaha tersebut gagal, maka peserta

tersebut akan ditempatkan pada perusahaan baru

dengan kemampuan yang sesuai. Dengan kata lain,

inti dari program JKK-RTW adalah peserta BPJS

Ketenagakerjaan yang cacat akibat kecelakaan

kerja memperoleh jaminan dapat kembali bekerja.

Sehingga tidak akan terjadi pemutusan hubungan

kerja (PHK) karena dianggap tidak produktif dan

tidak memiliki kemampuan lagi.

Pengembangan ProgramBPJS Ketenagakerjaan bekerjasama dengan pihak

Jerman dalam rangka mengembnagkan program JKK-

RTW. Pada 28 Oktober 2014, bertempat di Alliaz Forum,

Berlin, BPJS Ketenagakerjaan menandatangani kerjasama

dengan Institusi Jaminan Sosial Jerman, DGUV dan

GIZ Jerman. Kerjasama ini merupakan kerjasama

trilateral yang bergerak di bidang pengembangan

program JKK-RTW di BPJS Ketenagakerjaan.

Bentuk kerjasama yang dimaksud adalah

pengembangan skema return to work, pelatihan

Manajer Kasus dan sertifikasi internasional bagi

Manajer Kasus BPJS Ketenagakerjaan. Kerjasama

tersebut ditandatangani oleh dr. Joachim Breuer

(CEO DGUV Jerman), Elvyn G. Masassya (Direktur

Utama BPJS Ketenagakerjaan), Karin Kostman

(Direktur GIZ Jerman) yang disaksikan oleh dr. Helje

Kuhn, German Federal Ministry For Economic and

Development dan Agus Supriyadi, Direktur Renstra

& TI BPJS Ketenagakerjaan.

Pada tahap awal kerjasama tersebut, BPJS

Ketenagakerjaan mengirimkan dua orang Manajer

Kasus untuk belajar dan melihat langsung

implementasi program Return to Work yang

JKK-RTW Peserta BPJS Ketenagakerjaan yang cacat akibat kecelakaan kerja memperoleh jaminan dapat kembali bekerja. Dengan adanya JKK-RTW tidak akan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada pekerja yang cacat karena dianggap tidak produktif dan tidak memiliki kemampuan lagi.

Produk/Layanan1-Stop

Manfaat Terhadap Pekerja

BRIDGE07ok.indd 34 5/18/2015 4:18:50 PM

35BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id34

diselenggarakan oleh DGUV Jerman. Kerjasama

ini tidak terlepas dari peranan penting GIZ Jerman

yang memfasilitasi dan menginisiasi pengiriman

dan sertifikasi internasional sejumlah Manajer Kasus

BPJS Ketenagakerjaan. Melalui kerjasama ini, BPJS

Ketenagakerjaan berharap dapat belajar dari lembaga

jaminan sosial dunia seperti DGUV yang telah berhasil

menerapkannya di Jerman dan telah mendapat

pengakuan internasional.

Lindungi PekerjaMulai 1 Juli 2015, perlindungan bagi para pekerja

yang mengalami kecelakaan kerja atau penyakit

akibat kerja akan dilindungi melalui program Jaminan

Kecelakaan Kerja Return to Work (JKK-RTW)

dari BPJS Ketenagakerjaan. JKK RTW merupakan

perluasan manfaat pada Jaminan Kecelakaan Kerja

(JKK) yaitu berupa pendampingan kepada peserta

yang mengalami kecelakaan kerja yang menimbulkan

cacat atau berpotensi cacat, mulai dari terjadinya

musibah kecelakaan sampai dengan dapat kembali

bekerja.

Menurut Menakertrans M Hanif Dhakiri, program

JKK-RTW bertujuan untuk memastikan pekerja yang

mengalami kecelakaan kerja dapat kembali bekerja

tanpa menghadapi risiko pemutusan hubungan kerja

karena kecacatan yang dialaminya. Menurutnya,

pada saat ini potensi dan sumber bahaya yang ada

di tempat kerja semakin meningkat sebagai dampak

dari penggunaan mesin, alat kerja, bahan dan faktor

lingkungan kerja yang bisa mengakibatkan terjadinya

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Menakertrans M Hanif Dhakiri menambahkan,

Pemerintah mendukung upaya-upaya perlindungan bagi

pekerja dari kecelakaan kerja dan ancaman penyakit

akibat kerja. Perlindungan menyeluruh di lingkungan kerja

merupakan salah satu upaya peningkatan kesejahteraan

pekerja.

Program JKK-RTW dipersiapkan bagi pekerja

yang menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan. Program

ini diharapkan mencegah

terjadinya kecelakaan kerja

yang dapat mengancam

masa depan para pekerja.

Berdasarkan data BPJS

Ketenagakerjaan, secara rata-

rata dalam sehari tercatat

397 kasus kecelakaan kerja,

sedangkan pekerja mengalami

kecacatan tercatat 25 kasus,

cacat total satu kasus dan

korban meninggal dunia

sembilan kasus. Pada 2014,

kasus kecelakaan kerja

mencapai 105.383 dengan

cacat fungsi sebanyak

3.618 kasus, cacat sebagian

sebanyak 2.616 kasus, cacat

total sebanyak 43 kasus, dan meninggal sebanyak

2.375 kasus.

Menurut Drg Endro Sucahyono MKes, Kepala

Divisi Pengembangan Jaminan BPJS Ketenagakerjaan,

melalui program JKK-RTW berkomitmen memberikan

pelayanan pendampingan hingga pembekalan mental

dan keterampilan bekerja bagi pekerja yang mengalami

disabelitas akibat kecelakaan kerja.

Pendampingan dilakukan mulai di Rumah Sakit

Trauma Center sampai pembekalan mental dan

pemberian keterampilan terhadap pekerja yang

mengalami kecelakaan kerja. Dengan demikian

mereka bisa bekerja kembali di perusahaannya dan

tidak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

karena ketidakmampuan bekerja.

Pengobatan dan perawatan kesehatan untuk

program JKK-RTW dapat dilakukan di Rumah Sakit

Trauma Center yang ditunjuk BPJS Ketenagakerjaan,

sebagai pusat pelayanan kesehatan dan rehabilitasi

bagi peserta yang mengalami kecelakaan kerja.

Hingga Maret 2015, BPJS Ketenagakerjaan sudah

bekerjasama dengan 1.300 Rumah Sakit atau Klinik

Trauma Center milik pemerintah maupun swasta di

seluruh Indonesia.n

Produk/Layanan1-Stop

BRIDGE07ok.indd 35 5/18/2015 4:18:52 PM

37BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id36

Idea

Keterbatasan seseorang memang tidak

perlu menjadi alasan baginya untuk

tidak bekerja dan berprestasi. Kelompok

orang yang memiliki keterbatasan atau

kaum difabel (different ability) memang sering

diidentikkan sebagai kaum disable, atau golongan

yang kurang mampu terutama untuk mandiri

apalagi berprestasi. Tetapi, ternyata banyak

di antara mereka yang menjadi inspirasi dan

memberikan gagasan bermanfaat bagi orang lain

untuk terus bersemangat dan berprestasi dalam

keterbatasannya.

Ketika mereka memilih untuk bangkit, hal

itu menjadi kekuatan yang dapat menguatkan

mentalitasnya untuk menerima segala kekurangan

yang ada pada dirinya. Kesadaran dan semangat

yang terus bergelora pada akhirnya akan mampu

mengalahkan keterbatasannya untuk meraih cita-

cita dan bahkan mampu menghasilkan prestasi.

Ada di antara mereka yang bahkan berprestasi luar

biasa dan kemudian menjadi inspirasi bagi orang

lain di sekelilingnya.

Menjadi InspirasiAda beberapa orang yang mampu berprestasi

luar biasa dalam keterbatasannya dan kemudian

menjadi inspirasi bagi banyak orang. Semangatnya

yang luar biasa untuk mewujudkan mimpi dan cita-

cinta membuatnya terus bekerja keras mengalahkan

keterbatasan fisik tubuhnya. Mereka menjadi

manusia sukses dan meraih mimpinya dari kursi

roda. Mereka yang kemudian menjadi inspirator

dan motivator bagi banyak orang adalah Handry

Satriago dan Stephen Hawking.

Handry Satriago, dalam www.andriewongso.

com (15 April 2015) disebutkan berhasil

menaklukkan mimpinya dari kursi roda. Semula

mimpinya rapuh di usia 18 tahun, ketika kanker

getah bening menyerang tubuhnya. Penyakit yang

menyerang kemudian mengantarkannya untuk

SEMANGAT BEKERJA DALAM KETERBATASAN

Seseorang yang cacat, kehilangan anggota tubuh atau lumpuh karena kecelakaan atau penyakit tidak

harus membuatnya menjadi terpuruk. Ada yang berani menghadapi perubahan tersebut dengat

tegar, kemudian bangkit dan bersemangat untuk kembali bekerja, dan bahkan kemudian menjadi

manusia yang berprestasi.

BRIDGE07ok.indd 36 5/18/2015 4:18:54 PM

37BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id36

Idea

hidup dengan kursi roda.

Handry Satriago saat itu hanya menghadapi

dua pilihan, meratapi nasib atau bangkit. Dia

memilih untuk bangkit dan terus bekerja keras

untuk mewujudkan mimpinya. Dia berhasil mengikis

rasa malu dan hancurnya kepercayaan diri, hingga

kemudian dia kuliah di Institut Pertanian Bogor

bidang Tekologi Industri Pertanian (Bioindustrial

Engineering) pada tahun 1993.

Semangat Handry Satriago terus membara,

tidak hanya S1 diraihnya. Pada tahun 1997, ia berhasil

menamatkan pendidikan master double degree di

Indonesia dan Australia dengan predikat cum laude.

Dia terus bersemangat menimba ilmu pengetahuan

hingga kemudian berhasil menamatkan pendidikan

S3 di Universitas Indonesia tahun 2010 dengan

predikat “sangat baik”.

Semangatnya terus membara, tidak hanya untuk

pendidikan tetapi juga dalam bersaing di dunia kerja.

Setelah mengawali karirnya di beberapa perusahaan

lokal, Handry Satriago kemudian menjadi CEO

General Elektric (GE) Indonesia, sebuah perusahaan

tertua dan ternama di dunia asal Amerika Serikat.

Dia diangkat sebagai orang pertama asal Indonesia

yang berhasil menjabat posisi tertinggi di GE.

Bahkan ia juga menjadi CEO termuda dalam sejarah

GE (Juli 2011), yakni di usia 41 tahun.

Selain itu, seseorang yang juga berprestasi luar

biasa di atas kursi roda ada;ah Stephen Hawkinh.

Dia adalah penemu teori lubang hitam yang setara

dengan teori relativitas Einstein dan teori evolusi

Darwin yang menjadi karya terpenting dalam ilmu

pengetahuan dan akan terus dipelajari sepanjang

masa.

Menurut Tim Andrie Wongso dalam www.

andriewongso (4 Maret 2015), Stephen Hawking

dalam keterbatasannya mampu menjadi ilmuwan

paling berpengaruh pada saat ini. Karyanya yang

dipublikasikan pada 1988, “A Brief History of Time”,

merupakan salah satu karya terpenting dalam ilmu

pengetahuan.

Stephen Hawking menciptakan karya

pengetahuan terpenting sepanjang sejarah

peradaban di saat dirinya terkena sklerosis lateral

amiotrofik (ALS). Penyakit yang membuatnya

lumpuh dan harus mengandalkan kursi roda untuk

beraktivitas tersebut ternyata tak menghalanginya

untuk terus berkarya.

Stephen Hawking kuliah di Cambridge, dia

digerogoti penyakit saraf sejak usia 21 tahun hingga

akhirnya lumpuh dan bertumpu pada kursi roda.

Dukungan istrinya, Jane, yang tidak kenal lelah,

akhirnya membuat Stephen Hawking berhasil

menyelesaikan karya ilmiahnya yang sangat luar

biasa.

Meraih SuksesSeorang motivator Andrie Wongso pernah

mengatakan, untuk mencapai kesuksesan tidak

ada pilihan lain kecuali seseorang mempunyai

keahlian, bakat atau potensi diri yang lebih baik dari

orang lain. Seseorang yang memiliki keterbatasan

jika dapat mengenali kelebihan yang dimiliki

dalam keterbatasan dirinya kemudian mampu

mengembangkan kelebihannya tersebut maka ia

akan dapat menjadi orang sukses.

Banyak orang yang memiliki keterbatasan tapi

mereka mampu bekerja dan berprestasi sesuai

dengan kemampuan yang mereka miliki. Kita bisa

melihat seseorang yang tidak memiliki tangan tapi

mampu menghasilkan karya lukisan yang sangat

indah dengan kakinya. Kita bisa melihat seorang

yang buta namun bisa menghasilkan karya ukiran

yang sangat indah hanya karena dia masih memiliki

tangan yang bisa meraba keindahan.

Hal terpenting yang perlu menjadi catatan adalah

tidak ada yang “tidak bisa” di dunia ini sepanjang

kita mempunyai keyakinan dan kemauan untuk

melaksanakannya. Ada peribahasa dalam bahasa

Mandarin yang mengungkapkan bahwa “batang

besi pun bisa diasah menjadi jarum”. Menurut Andrie

Wongso, kesuksesan apapun bisa diraih, asalkan kita

rajin, tekun, dan pantang menyerah. Maju selangkah

demi selangkah, konsisten, pada akhirnya akan

membawa kita ke jenjang yang lebih bagus, ke

puncak kesuksesan. n

BRIDGE07ok.indd 37 5/18/2015 4:18:55 PM

39BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id38

Wajah Baru Website BPJS Ketenagakerjaan

Teknologi

Amanah undang undang no 24 tahun

2011 tantang badan penyelenggara

jaminan social mengatakan bahwa

PT Jamasostek (Persero) harus

bertransformasi menjasi BPJS Ketenagakerjaan, hal

ini memyebabkan terbentuknya brand baru yang

berubah bentuk lama ke bentuk yang baru.

Tak luput dari sentuhan rebranding tersebut

adalah karakter dari badan itu sendiri, more

fancy, more modern, more friendly, less birocratik

serta less feodalism merupakan bagian hal dalam

bertransformasi.

Guna menyesuaikan dengan karakter

yang ada website BPJS Ketenagakerjaan (ww.

bpjsketenagakerjaa.go.id) dilakukan redesign

baik tampilan maupun struktur dan content yang

berubah secara total dari penampakan website

sebelumnya www.jamsostek.co.id.

Hal yang paling mendasar antara lain :

1. Secara keseluruhan tampilan website

baru menggambarkan nuansa BPJS

Ketanagakerjaan dengan supergrafik 4warna,

putih (Integrity),kuning (Optimism),hijau

(Prosperity) dan biru (Sustainability). Sehingga

terlihat lebih fancy dan menarik.

2. Konsep home menggunakan single page

sehingga sangat memudahkan pengguna

untuk melihat tanpa menggunakan scroll, hal

ini akan terasa lebih bersahabat bagi pembaca.

3. Memuat pengoperasian berbasis teknologi

dengan pengelompokan kepada penyampaian

infomasi dan pengoperasian berbasis

transaksional, kesan more modern akan terasa

dengan adanya aplikasi-aplikasi yang memang

dibutuhkan penggunan khusunya peserta baik

tenaga kerja maupun perusahaan, diantanya :

a. Aplikasi-aplikasi yang dapat digunakan pekerja

berupa pengecekan saldo JHT, e-saldo JHT,

pendaftaran hingga klaim elektronik (e-claim).

b. Aplikasi-aplikasi Layanan e-service yang

disediakan BPJS Ketenagakerjaan untuk

perusahaan calon peserta maupun peserta

BRIDGE07ok.indd 38 5/18/2015 4:19:01 PM

39BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id38

BPJS Ketenagakerjaan. Pendaftaran untuk calon

perusahaan peserta BPJS Ketenagakerjaan sampai

dengan pembayaran iuran BPJS Ketenagakerjaan

untuk perusahaan peserta diantaranya EPS (electronic

payment system) dan SIPP (sistem Informtion

Pelaporan Peserta).

c. Aplikasi-aplikasi Layanan eservice yang disediakan

BPJS Ketenagakerjaan digunakan untuk pihak ketiga

yang bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan.

layanan ini membantu untuk pihak ketiga dalam meng-

akses layanan dari BPJS Ketenagakerjaan, seperti

layanan untuk RSTC (rumah sakit trauma center)

serta BPJS TK CHEKING (layanan untuk checking data

kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan).

Untuk dapat mengakses aplikasi-aplikasi diatas pada

kali pertama dapat melakukan registrasi terlebih dahulu

guna selanjutnya mendapatkan aplikasi-aplikasi sesuai

kelompoknya.

Bagi pengguna mobile juga dapat mendownload

aplikasi bpjstk mobile melalui website yang memiliki

fungsi mengecek saldo JHT, simulasi JHT serta

informasi seputar BPJS Ketenagakerjaan.

4. Layanan pengaduan dapat diakses dengan mudah

melalui website dengan memilih salah satu saluran

yang ada call center, facebook maupun twitter hingga

wistle blowing system.

5. Informasi lainnya dapat diakses melalaui menu atas

(header) maupun menu kaki (footer).

Data dan fakta Website www.bpjsketenagakejaan.

go.id menurut Alexa.com pertanggal 28 April 2015

sebagaiberikut :

1. Peringkat di Indonesia menempati di urutan 1.222

2. 98,5% di akses dari local (Indonesia)

3. Keyword yang sering digunakan

Teknologi

Keyword Percent of Search Traffic

1. bpjs 61.45%

2. bpjs ketenagakerjaan 11.61%

3. jamsostek 8.91%

4. bpjs online 3.83%

5. lowongan bpjs 0.75%

4. Situs yang dikunjungi sebelum mengunjungi website bpjs

ketengakerjaan

Site Percent of Unique Visits

1. google.com 17.2%

2. yahoo.com 11.8%

3. google.co.id 11.3%

4. jamsostek.co.id 6.7%

5. facebook.com 2.9%

5. Website yang ngelink ke website bpjsketenagakerjaan.go.id

sebanyak 117 website beserta 5 urutan teratas

Site Page

1. secureserver.net ip-173-201-142-193.ip.secureserver.net...

2. kaskus.co.id kaskus.co.id/lastpost/546ae98c62088130...

3. blogspot.de bayuat.blogspot.de

4. antaranews.com jateng.antaranews.com

5. kontan.co.id rudiyanto.blog.kontan.co.id/2014/11/17...

6.Tempat yang sering dikunjungi setelah masuk ke website

bpjsketenagakerjaan.go.id

Subdomain Percent of Visitors

es.bpjsketenagakerjaan.go.id 67.80%

bpjsketenagakerjaan.go.id (home) 55.71%

cs.bpjsketenagakerjaan.go.id 8.70%

mail.bpjsketenagakerjaan.go.id 7.45%

eproc.bpjsketenagakerjaan.go.id 2.27%

7. Data pengunjung website dilihat dari jenis kelamin, pendidikan

dan tempat.

GENDER

internet Average

Male

Female

BROWSING LOCATION

internet Average

Home

School

Works

EDUCATION

internet Average

No College

Some College

Graduate School

College

BRIDGE07ok.indd 39 5/18/2015 4:19:03 PM

41BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id40

AMA GUIDES®

Detail Buku

Oleh : James B. Talmage, MD

J. Mark Melhorn, MD

Mark H. Hyman, MD

ISBN : 1603595309

Rilis : 2011

Halaman : 510

Penerbit : American Medical

Association

Binding : Paperback

Harga : Rp.1.237.000

Resensi

Buku ini telah dicetak ulang

untuk kedua kali. Buku edisi

kedua meiliki ketebalan 510

halaman, dengan tampilan

cover berwarna biru. Judul buku dipilih

font – type huruf, New Times Romans,

yang memberi kesan buku ilmiah

popular.

Maksud dari penulisan buku AMA

(America Medical Association) Guide.

Untuk membantu para profesional

percaya diri menangani keprihatinan

utama dari risiko, kemampuan dan

toleransi terkait untuk kembali bekerja

dan masalah kemampuan kerja.

Ini termasuk literatur medis

UNTUK EVALUASI KEMAMPUAN KERJA DAN KEMBALI BEKERJA

BRIDGE07ok.indd 40 5/18/2015 4:19:03 PM

41BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id40

Resensi

terbaru, ditinjau oleh para ahli dan langkah demi

langkah panduan untuk membantu bernegosiasi

kembali ke majikan mengenai kasus pekerjaan.

Para profesional bisa menjadikan Buku “AMA

Guide : Work Ability & Return to Work”, sebagai

acuan dan membimbing mereka dengan penilaian,

pengelolaan kemampuan kerja dan diagnosa dari

kasus kecelakaan kerja, dan sistem tubuh.

Juga untuk membimbing para profesional dalam

mengevaluasi kemampuan kerja yang berimplikasi

pada sosial security – jaminan sosial, serta disbilitas.

Oleh karena itu, Buku Panduan AMA ini,

tepat sebagai referensi, para dokter orthopedist,

ahli bedah syaraf, serta dokter perawatan

rehabilitasi, para medis yang merawat, manajer

kasus kompensasi pekerja, pengacara – yang

terlibat dalam penanganan klaim, manajer SDM

perusahaan, asuransi kecelakaan kerja / cacad,

serta administrator kompensasi pekerja.

Buku Panduan AMA ini, meliputi 24 Bab, yang

isinya secara ringkas dapat di uraikan, dari Bab

I sd 10, menjelaskan berbagai aspek return to

work, seperti: mengapa pekerja yang mengalami

kecelakaan kerja – harus kembeli bekerja, berfikir

tentang kemampuan kerja – resiko, kapasitas dan

toleransi, cara negosiasi kembali bekerja, kembali

bekerja dengan catatan dan penyangkalan,

diagnosa dan tatalaksana medis berbasis bukti dan

analisa, evaluasi kapasitas fungsional RTW, aspek

medis dan hukum kembali bekerja, penentuan

cacad dan kembali bekerja, obat dan pekerjaan,

serta perawatan primer dan peran dokter untuk

kembali bekerja.

Selanjutnya Bab 11 sd 23, dalam Buku Panduan

AMA ini, membahas bekerja dengan masalah

kepenyakitan, antara lain: masalah tulang belakang,

ekstremitas, kardiovaskuler, paru, syaraf, randang

persendian, saluran pencernaan, saluran kencing,

kanker, kejiwaan, kehamilan, serta sindrom

kelelahan kronis.

Dan, Bab 24 sebagai bab penutup, penulis

membahas perpektif internasional mengenai return

to work.

Menyimak isi dari buku Panduan AMA, yang

lengkap memaparkan segala aspek RTW dan juga

aspek penyakit hubungan kerja, yang menjadi

acuan di Amerika dan juga sejumlah Negara maju.

Tentunya bisa juga menjadi buku acuan yang wajib

dibaca oleh para pemangku kepentingan – terkait

pelaksanaan RTW di Indonesia n

Buku Panduan AMA ini adalah titik awal yang baik, dengan cara berpikir mengenai masalah yang kompleks terkait return to work. Bila mungkin suatu hari para profesional medis serta lainnya akan menghadapi masalah tersebut, mereka bisa memetik pelajaran yang banyak dari Buku Panduan AMA.

Tapi tolong dimengerti ada keterbatasan yang terkait dengan pendekatan ini, yang mungkin menimbulkan pertanyaan tentang landasan bagi pendapat mereka bahwa evaluator akan mengalami kesulitan menjawab singkat. Merujuk kembali ke elemen yang digunakan mereka mungkin tidak benar-benar dikuasai.

Akhirnya, saya menaruh perhatian pada pedoman untuk bagaimana mengevaluasi, agar dokter dapat melakukan identifikasi secara lengkap, akurat, serta menganalisis kegiatan kerja dan tuntutan fisik dari pekerjaan pasien pada saat cedera. Hal ini menjadi elemen penting untuk mengevaluasi kapasitas seseorang – pasca kecelakaan kerja, untuk kembali bekerja di tempat kerja lama, atau di tempat kerja baru.

Jadi meskipun saya percaya publikasi Buku Panduan AMA ini akan menjadi titik awal yang baik, tapi tidak cukup membawa ke titik dimana penggunaannya memungkinkan dokter untuk mengevaluasi sepenuhnya. Dan, secara akurat memprediksi kapasitas seseorang untuk bisa bekerja kembali secara rutin dan berkelanjutan.

Phillip Bussey, Ph.D., CRC

Komentar Pembaca

BRIDGE07ok.indd 41 5/18/2015 4:19:04 PM

43BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id42

Adalah Sunarman Sukamto, 40 th,

penyandang difable yang menjabat

Direktur Pusat Pemberdayaan

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

(PPRBM). Setelah belasan tahun

bekerja di PPRBM, Maman – nama panggilannya,

dipercaya memimpin LSM di Kota Solo, yang

bergerak di bidang pemberdayaan dan advokasi

kesetaraan hak kaum difabel (penyandang cacat).

Bersama karyawannya 29 orang –yang juga

cacat, Maman melakukan upaya pemberdayaan

dan advokasi hak difabel, baik dengan kalangan

pemerintah, perusahaan-perusahaan swasta, dan

asosiasi pengusaha (Kadin, Apindo, HIPMI, PHRI,

dll). Bahkan di dalam mensosialisasikan kinerja

PPRBM juga memiliki jaringan kerja dengan media

masa dan asosiasi jurnalis (PWI) setempat.

Dan. pada tahun 2014 lalu, penuturan

Maman, PPRBM Solo mulai menjalin relasi BPJS

Ketenagakerjaan. Untuk tahap awal, kerjasamanya

meliputi berbagai aktivitas terkait difabel, seperti

sharing konsep sistem pemberdayaan difabel.

Khususnya pelatihan dan penempatan kerja difabel

pasca kecelakaan kerja.

“Kami siap menjadi mitra untuk

mengembalikan kepercayaan diri dan

memotivasi sumber daya manusia

serta memberikan pelatihan langsung

dengan magang kerja kepada difabel

yang punya UKM,”ujar pria kelahiran

Desa Gondang, Boyolali, tahun 1974

itu.

Jumlah penyandang difabel yang

tercatat di PPRBM Solo, saat ini, untuk

wilayah tujuh Kabupaten / Kota - Solo

Raya, ada sekitar 50 ribuan orang.

Dengan jumlah penderita difabel di

setiap kabupaten berkisar 4.000 –

13.000 orang. “Sebagian besar mereka

adalah usia produktif ,” jelas Direktur

PPRBM itu.

Para penyandang difabel, menurut

Maman, sangat membutuhkan

perlindungan sosial, Mereka memiliki

resiko mengalami kecelakaan umum

maupun kecelakaan kerja, yang lebih tinggi

ketimbang orang normal. Selaku pimpinan PPRBM,

Ia antusias mendaftarkan seluruh karyawannya

sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.

“Kami membutuhkan BPJS Ketenagakerjaan

untuk melindungi penyandang difabel yang menjadi

mitra jaringan PPRBM Solo, yang jumlahnya

mencapai ribuan orang,” kata Maman lagi.

PPRBM Solo, kini sedang menyiapkan program

pendataan angkatan kerja difabel di 11 Kabupaten di

Jawa Tengah. Untuk tahap awal telah menjaring 700

an difabel, sebagian besar belum mendapatkan

perlindungan sosial. Seiring dengan survey, PPBRM

juga aktif menggalakkan promosi jaminan sosial

perlindungan tenaga kerja difabel formal maupun

informal.

“Saat ini 99% difabel bekerja di sektor informal,

sebagian besar perusahaan masih ragu untuk

mempekerjakan sdm cacat, atau belum mendapat

informasi tentang potensi angkatan kerja difabel,”

kata yang cacat sejak balita.

Perlakuan diskriminasi terhadap difabel,

pernah juga dialami Maman saat lulus SLTA. Ia

didiskualifikasi oleh sebuah Perguruan Tinggi (PT)

LSM Pro Difable

Relasi

Mengapresiasi Return To Work

Sebuah LSM di sektor

pemberdayaan dan

advokasi hak kaum

cacat – difabel,

menjalin sinergi

dengan BPJS

Ketenagakerjaan

dalam pelaksanaan

program JKK-RTW,

BRIDGE07ok.indd 42 5/18/2015 4:19:12 PM

43BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id42

terkemuka karena menderita polio, sekalipun ia

sudah dinyatakan lulus melalui jalur PMDK. Pihak PT

tidak melihat potensi intelektual, tapi hanya melihat

kedua kaki Maman yang kecil dan timpang.

“Stigma negatif dan sikap underestimate

terhadap difabel, yang menjadi motivasi kami untuk

advokasi dan menyuarakan kesetaraan hak bagi

mereka,” kata anak ke 3 dari 7 bersaudara keluarga

petani itu.

Maman mulai memperjuangkan hak difabel,

sejak lulus SLTA saat hijrah ke Kota Solo. Ia awali

dengan bekerja di Koperasi HARAPAN – koperasi

khusus difabel, pada 1997. Sembari bekerja Maman

melanjutkan studi di akademi, semasa kuliah ia

sempat membentuk kelompok

diskusi kalangan difabel

“Obsesi kami semata ingin

menemukan jawaban terhadap

pertanyaan mengapa difabel

kurang diterima dan kurang

dipercaya oleh masyarakat,

negara, bahkan sering juga

keluarga sendiri,” kata pria

difabel itu.

Kegiatan Maman

meningkat saat bergabung di

PPRBM, pada 1999. Pertama

kali kerja di LSM difabel, ia

dipercaya menjadi petugas

lapangan yang merancang

program pemberdayaan

difabel di desa-desa. Kemudian

mengembangkan konsep itu

menjadi pemberdayaan dan

advokasi kesetaraan hak pekerja

difabel baik formal maupun

informal.

Bos PPRBM itu banyak belajar mengenai difabel,

melalui pelatihan dan seminar di DN maupun LN.

“Saya juga mulai berani go international untuk sharing

pengalaman dan pemikiran tentang pemberdayaan

dan advokasi kesetaraan hak difabel,” jelas pria yang

mengantungi SIM D (difabel) untuk mobil dan motor

modif.

PPRBM Solo kini aktif di forum tingkat nasional,

regional dan global. LSM difabel ini seringkali

diundang dan dikunjungi banyak lembaga/institusi

terkait di DN maupun di LN. Bahkan, telah mendapat

dukungan dan pengakuan dari berbagai lembaga

difabel tingkat internasional, seperti Jepang, Jerman,

dan Belanda.

Salah satunya, ungkap Maman, strategi

pemberdayaan dan advokasi kesetaraan hak

difabel yang difasilitasi PPRBM Solo bekerjasama

dengan 7 Kabupaten/Kota di Solo Raya, telah

meraih pengakuan dari Zero Poject Team - team

internasional yang memonitor pelaksanaan

UNCRPD - Konvensi PBB tentang hak-hak difabel.

Penganugrahan dilaksanakaan di UN Building di

Vienna, Austria, pada 27-28 Februari 2014.

Upaya BPJS Ketenagakerjaan meluncurkan

program Jaminan Kecelakaan Kerja – Return To

Work (JKK - RTW), penilaian Maman, suatu

kebijakan yang ‘luar biasa’ atas keberpihakan pada

difabel. Institusi itu berusaha melawan arus pola

berfikir kebanyakan masyarakat, yang menganggap

penyandang cacat bawaan / akibat kecelakaan kerja

sebagai beban dan tidak produktif.

Selain itu, kata Maman lagi, program JKK RTW

merupakan terobosan dari BPJS Ketenagakerjaan.

dalam membangun sistem perlindungan hak

bekerja, yang mengalami kecelakaan kerja. Mulai

dari menyembuhkan (sakit/luka), merehabilitasi

(motivasi, mobilitas), melatih ketrampilan, hingga

mempersiapkan kembali bekerja.

“Seperti mimpi ketika Tim dari BPJS

Ketenagakerjaan meminta dukungan atas program

JKK RTW, untuk bersinergi menjalankan program

yang keberpihakannya kepada difabel sangat tinggi,”

ujar ayah dari Irvan dan Rani buah pernikahan

dengan Siti Kardinah n

Relasi

BRIDGE07ok.indd 43 5/18/2015 4:19:12 PM

45BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id44

Salah satu jenis proyek pembangunan yang memiliki risiko

kecelakaan kerja sangat tinggi adalah proyek konstruksi.

Kecelakaan kerja tersebut dapat berupa kecelakaan

ringan hingga kecelakaan berat yang berakibat kematian.

Kecelakaan kerja seperti ini tentu tidak diharapkan, namun

seringkali sulit dihindarkan akibat tekanan proyek yang harus segera

diselesaikan.

Semua pihak mengharapkan agar tidak terjadi kecelakaan kerja

(zero accident) di proyek konstruksi sejak awal hingga akhir proyek.

Olek karena itu, berbagai upaya terus dilakukan untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kerja di proyek konstruksi.

Para pekerja di sektor konstruksi dan masyarakat yang berada

di sekitar proyek konstruksi perlu mendapatkan jaminan keamanan

dan keselamatan dalam bekerja. Terjaminnya keamanan, keselamatan

baik bagi pekerja maupun bagi keselamatan umum, termasuk adanya

jaminan kesehatan bagi pekerja dan jaminan tidak adanya kerusakan

dan gangguan terhadap lingkungan dan keamananya, merupakan

bentuk perlindungan bagi pekerja dan masyarakat umum di sekitar

lingkungan kegiatan pekerjaan konstruksi yang sedang berlangsung.

Hal tersebut di atas merupakan suatu bentuk ”tertib

penyelenggaraan jasa konstruksi” sebagaimana yang diamanatkan

Undang-undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan PP

29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Semua

ini bertujuan untuk mendukung pencapaian produksi yang tinggi,

pemanfaat sumber daya secara optimal, efisien dan efektif yang akan

berdampak terhadap adanya kesejahteraan anggota masyarakat

pekerja itu sendiri.

Agar dapat menjamin tertib penyelenggaraan jasa konstruksi antara

lain dibutuhkan ketersediaan tenaga ahli dan tenaga terampil dalam

bidang keselamatan dan kesehatan kerja di sektor jasa konstruksi. Ahli

K3 di bidang Konstruksi atau disebut ”Ahli K3 Konstruksi” diharapkan

mampu bekerja secara profesional sesuai dengan kebutuhan pasar

tenaga kerja dan dunia usaha industri jasa konstruksi.

Berdasarkan data dari Asosiasi Ahli K3 Konstruksi (A2K4), jumlah

tenaga ahli konstruksi yang menjadi anggota A2K4 pada saat ini

sekitar 4.500 jiwa. Dengan tingkat pembangunan infrastruktur yang

cukup besar selama lima tahun ke depan (2105 – 2019) yang diprediksi

sebesar Rp 5.519 Triliun, akan dibutuhkan tambahan tenaga Ahli K3

Konstruksi sebanyak 1.500 jiwa per tahun.

Kebutuhan akan jumlah tenaga ahli K3 Konstruksi yang besar

Angka kecelakaan kerja sektor

konstruksi di Indonesia termasuk

yang paling tinggi di kawasan

ASEAN. Berbagai upaya perlu

dilakukan untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kerja di

proyek konstruksi.

CARA KERJA AMAN DI PROYEK KONSTRUKSI

Tips

BRIDGE07ok.indd 44 5/18/2015 4:19:15 PM

45BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id44

ini juga dipicu oleh pengaturan dalam Peraturan

Menteri PU No. 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman

SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang

mewajibkan setiap proyek untuk melibatkan tenaga

ahli K3 Konstruksi bagi proyek dengan potensi bahaya

tinggi, yaitu apabila pekerjaan bersifat berbahaya

dan/atau mempekerjakan tenaga kerja paling

sedikit 100 orang dan/atau nilai kontrak di atas Rp.

100.000.000.000,-. Sementara untuk proyek yang

berpotensi bahaya rendah, yaitu apabila pekerjaan

bersifat tidak berbahaya dan/atau mempekerjakan

tenaga kerja kurang dari 100 orang dan/atau nilai

kontrak di bawah Rp. 100.000.000.000,- wajib

melibatkan Petugas K3 konstruksi.

Selain perlunya tenaga ahli K3 Konstruksi, juga

perlu dilakukan berbagai upaya untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kerja di proyek konstruksi. Dari

sejumlah sumber literatur dapat diketahui beberapa

cara yang aman dalam bekerja di proyek konstruksi,

antara lain sebagai berikut:

1. Perlunya menugaskan personil khusus yang

bertanggung jawab mengelola keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) dan kebersihan lingkungan.

2. Memasang rambu peringatan, seperti

Awas Benda Jatuh, Awas Lobang,

Awas Listrik, dan rambu proyek lainnya.

3. Pekerja harus memakai alat keselamatan kerja

sebagai pelindung diri seperti sepatu safety, sabuk

pengaman, helm proyek, sarung tangan, penutup

telinga sebagai pelindung dari suara bising,

kacamata pelindung dari sinar menyilaukan, dan

lain-lain.

4. Perlu dilakukan penyuluhan sesering mungkin

dengan mengumpulkan pekerja sehingga dapat

mengarahkan dan mengingatkan tentang bahaya

kecelakaan proyek dan himbauan agar pekerja

berhati-hati dalam bekerja.

5. Merencanakan dengan baik setiap metode

pelaksanaan konstruksi. Misalnya menghitung

beban berat benda yang akan diangkat tower

crane, apakah masih dalam batas kapasitas

kemampuan beban angkat.

6. Menutup lobang void dan memberi ralling

sementara di pinggirnya. Pemasangan ralling juga

dilakukan pada area tepi struktur gedung agar

pekerja aman dari bahaya terjatuh dari ketinggian.

7. Menugaskan personil khusus untuk mengawasi

dan mengontrol para pekerja agar selalu

menggunakan alat pengaman diri dan bekerja

tanpa terkena risiko kecelakaan.

8. Membersihkan area proyek sesering mungkin

untuk menciptakan suasana proyek yang bersih

dan menyenangkan serta menghindarkan pekerja

dari risiko terkena benda yang berserakan.

9. Pada pekerjaan pengecoran beton harus

dilakukan pengecekan terlebih dahulu, apakah

bekisting sudah terpasang kuat dan sambungan

besi tulang sudah benar.

10. Membuat area khusus merokok agar pekerja

tidak merokok di sembarang tempat yang dapat

menyebabkan bahaya kebakaran di lokasi proyek.

11. Memasang tabung APAR (Alat Pemadam Api

Ringan) di lokasi proyek yang berpotensi muncul

kebakaran.

12. Meletakkan kabel sementara proyek dengan rapi

dan aman serta tidak berserakan.

13. Mengadakan doa keselamatan bersama,

memohon kepada Allah SWT agar pelaksanaan

proyek dapat berlangsung dengan aman

dan selesai sesuai dengan target yang telah

direncanakan sebelumnya n

Tips

BRIDGE07ok.indd 45 5/18/2015 4:19:15 PM

47BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id46

Salam kenal Mas Brian,

Saya Murni dari Bogor, seorang

staf keuangan di perusahaan garmen.

Saya baru bekerja sekitar 8 bulan di

perusahaan ini dan saat ini saya sudah

hendak mengajukan pengunduran

diri. Walaupun saya menduduki posisi

yang cukup baik untuk seorang fresh

graduate tapi saya sudah tidak tahan

terhadap tekanan di pekerjaan saya.

Atasan yang kerap memarahi saya,

beban kerja yang ditinggi serta bekerja

dikejar-kejar deadline membuat

saya ingin menyerah. Saya jadi cepat

marah dan berdebar-debar setiap

berangkat kerja. Tapi saya menyadari

di perusahaan lain pun mungkin saja

kondisinya sama, bisa minta tips Pak

untuk mengatasi stress di pekerjaan?

Jawab

Salam kenal Bu Murni, setiap

orang pernah mengalami hal-hal yang

menimbulkan stress berkaitan dengan

pekerjaan, seperti dimarahi atasan,

konflik dengan rekan kerja, tenggat

waktu, hingga mendengarkan keluhan

pelanggan. Bahkan sebelum sampai

ke tempat kerja pun kemacetan

berpotensi menimbulkan stress. Ketika

kecemasan tidak dapat lagi teratasi

maka dapat menyebabkan stress.

Gejala fisik akibat stress antara

lain sakit perut, sakit kepala, hingga

peningkatan tekanan darah dan

gangguan jantung,. Gejala perilaku

akibat stress antara lain cepat

marah, perasaan sedih, kehilangan

semangat, sulit konsentrasi dan

sulit memperhatikan orang lain.

Gejala perilaku akibat stress sering

tidak disadari oleh orang yang

mengalaminya.

Penyebab stress di tempat

kerja antara lain target yang tinggi,

kewenangan kurang dan kurang

memiliki kompetensi yang diperlukan

untuk bekerja, hambatan karir,

hubungan dengan rekan, atasan

dan bawahan, diperlakukan tidak

adil, upah yang rendah, bahaya

dan risiko pekerjaan. Penyebab

stress tersebut didukung dengan

kurangnya pengendalian terhadap

situasi, ketidakjelasan situasi atau

kurangnya komunikasi. Dampaknya

pada seseorang dapat menimbulkan

perasaan marah, kecewa, sedih, putus

asa dan cemas yang suatu jangka

waktu dapat menyebabkan stress.

Setelah memahami gejala stress

dan mengakui sumber penyebab stress

pada dirinya, maka orang tersebut

dapat merencanakan tindakan untuk

mengatasinya. Berikut tips-tips cara

mengatasi stress:

Kepribadian Yang Agresif

Orang yang memiliki kepribadiaan

agresif atau terlalu serius lebih mudah

mengalami stress dibandingkan orang

dengan kerpibadian yang tenang.

Mereka perlu belajar menikmati waktu

yang mereka miliki, mempercayai dan

bekerjasama dengan orang lain serta

mempelajari bagaimana mengelola

waktu dan pekerjaan dengan lebih

efektif.

Menyelesaikan Sumber Permasalahan

Berbagai permasalahan dalam

kehidupan dapat menjadi penyebab

stress. Jangan menghindar dari

masalah, karena suatu saat akan

terakumulasi dan lebih berat diatasi.

Menerima kenyataan yang tak bisa

diubah

Kehilangan orang yang dicintainya,

kehilangan harta bendanya hingga

mengalami cacat fisik dapat membuat

hidup seseorang mengalami perubahan

drastis. Perubahan tersebut umumnya

sulit diterima sehingga lebih mudah

bagi orang tersebut untuk menyalahkan

diri, orang lain dan keadaan. Walaupun

sulit, belajar menerima keadaan dan

bersyukur akan merubah kehidupan

seseorang menjadi lebih baik.

Target atau harapan yang lebih realistis

Optimisme terhadap target yang

tidak realistis dapat menyebabkan

stress bila target tersebut tidak

tercapai. Seseorang yang bekerja

keras untuk mendapatkan promosi

dapat mengalami frustasi bila promosi

tersebut diberikan kepada orang lain.

Bersyukurlah dengan yang anda miliki

dan sesuaikan target dengan kapasitas

diri.

Lingkaran pengaruh dan lingkaran

kepedulian

Lingkaran kepedulian yaitu hal-

hal yang dianggap penting misalnya

sikap atasan, perilaku rekan kerja

dan pencapaian hasil. Sedangkan

lingkaran pengaruh yaitu hal-hal

SUMBER Daya Manu-

sia merupakan faktor

yang sangat pen-

ting dalam menentukan ke-

berhasilan sebuah organisasi.

Tapi me ngelola SDM bukan-

lah perkara mudah. Begitu

ba nyak problematika yang

dihadapi organisasi dalam

mengelola SDM.

Redaksi Bridge menerima

cukup banyak pertanyaan

se putar pengelolaan SDM

dari berbagai perusahaan di

Indonesia. Beberapa surat

yang masuk kami pilih untuk

memberikan pencerahan

ba gi Anda tentang perma-

salahan seputar pengeloaan

SDM agar dapat mendukung

tercapainya tujuan organisasi.

HRClinic

BRIDGE07ok.indd 46 5/18/2015 4:19:15 PM

47BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id46

Tentang Pengasuh Rubrik:

Brian Aprinto, SPHR adalah penulis buku manajemen SDM terlaris

Buku Pedoman Lengkap Profesional SDM Indonesia dan Buku

Pedoman Lengkap Softskills. Kunci Sukses dalam Karir, Bisnis

dan Kehidupan Pribadi. Brian juga orang Indonesia pertama yang

tersertifikasi Senioir Professional in Human Resource (SPHR) dari

Human Resource Certification Institute (HRCI) di Amerika.

yang dapat dipengaruhinya seperti

bagaimana anda mengerjakan tugas

dan mengatur waktu. Fokus pada

lingkaran kepedulian yang terlalu besar

serta tidak diimbangi dengan lingkaran

pengaruh dapat menyebabkan

timbulnya stress. Sebaliknya, fokus

pada lingkaran pengaruh merupakan

sikap yang sehat.

Istirahat dan hobi

Untuk melepaskan beban pikiran,

setiap orang membutuhkan waktu

untuk melakukan hal yang mereka sukai

seperti berlibut dan menjalani hobi

mereka. Beristirahat dan memanjakan

diri pada tingkat yang wajar merupakan

sikap positif menghargai diri sendiri.

Mencari dukungan orang lain dan

Pencipta

Sahabat dan keluarga merupakan

sumber dukungan terbaik ketika

beban kehidupan terasa semakin berat.

Menjalin persahabatan, berbagi dengan

orang-orang terdekat dan berdoa

kepada Pencipta dapat memberikan

ketenangan batin.

Mengatakan “tidak”

Banyak orang yang mengalami

masalah dengan sulit mengatakan

“tidak”. Seseorang terus-menerus

menerima tambahan pekerjaan

jauh diatas beban kerja yang dapat

ditanganinya karena tidak dapat

mengatakan “tidak” kepada atasan.

Banyak orang sulit menolak ajakan

untuk mengikuti kegiatan sosial,

keagamaan, kepanitiaan dan lain-lain

yang akhirnya menjadi beban bagi diri

mereka.

Hiduplah saat ini

Banyak orang sulit hidup pada

saat ini. Mereka hidup untuk hari

esok, mengkhawatirkan hari esok dan

memimpikan hal yang ingin dicapai

pada esok hari. Hidup di masa depan

menyebabkan ketidakberdayaan.

Seseorang yang mengkhawatirkan

kehidupan anaknya lima tahun

mendatang hanya akan menuai

frustasi. Hidup di masa mendatang

juga berdampak pada kurangnya rasa

syukur atas semua yang dia miliki saat

ini.

Berpikir Positif

Seseorang yang mengalami stress

dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif

seperti kekhawatiran, prasangka

dan putus asa. Orang yang berpikir

positif memandang setiap peristiwa

ada hikmahnya bagi pengembangan

dirinya dan tiap kesulitan selalu

terdapat peluang-peluang baru.

Apapun penyebab stress yang Ibu

alami, coba diatasi dengan tips-tips

di atas. Semoga dapat membantu Bu

Murni mengatasi stress di tempat kerja,

semoga bermanfaat!

Salam kenal Pak Brian,

Perkenalkan nama saya Andrian,

saya bekerja di bagian produksi suatu

perusahaan manufaktur di Bekasi.

Baru-baru ini saya terancam di-PHK

perusahaan karena saya bertengkar

dengan atasan saya. Itu karena atasan

saya membuat saya marah dengan

menyindir-nyindir pekerjaan saya.

Dalam sebulan ini sudah 3 kali saya

berrtengkar dengan teman kerja saya.

Setelah saya pikirkan, mungkin saja saya

lah yang tidak dapat mengendalikan

diri. Adakah solusi untuk mengatasi

kebiasaan marah di tempat kerja?

Terima kasih sebelumnya Pak.

Jawab

Terima kasih untuk pertanyaannya

Pak Andrian, tekanan pekerjaan dan

interaksi dengan orang lain dalam

bekerja tidak jarang menimbulkan

konflik yang berujung pada kemarahan.

Orang marah atas perlakuan tidak adil

yang diterimanya atau kondisi yang

tidak sesuai dengan keinginannya.

Banyak orang mengira dengan

meluapkan kemarahan maka sakit

hatinya terlampiaskan dan hatinya

akan merasa lega. Tapi kenyataannya

seseorang yang melampiaskan

kemarahan akan semakin dipenuhi

amarah. Dampaknya pada orang

lainpun menimbulkan sakit hati,

renggangnya hubungan dan akibat

lain yang merugikan orang yang

meluapkan kemarahan.

Untuk mengurangi sakit

hatinya, sebagian orang mencoba

melakukan analisis atas penyebab

kemarahannya. Namun menganalisis

penyebab kemarahan saat belum

reda sepenuhnya akan menimbulkan

kembali kemarahan tersebut.

Pembajakan emosi seperti marah

lebih baik tidak dianalisis karena akan

menempatkan diri pemikir menjadi

korban dengan berbagai alasan

sehingga menyebabkan seseorang

HRClinic

BRIDGE07ok.indd 47 5/18/2015 4:19:15 PM

49BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id48

semakin marah. Kemarahan dapat

meletup secara terus menerus ketika

emosi memperoleh pembenarannya

melalui nalar yang dilingkupi amarah.

Setiap mengingat suatu kejadian yang

menimbulkan kemarahan dampaknya

yaitu timbulnya kembali amarah.

Sebagian orang memendam

sakit hatinya tanpa menuntaskan

perasaan tersebut. Dampak yang

timbul dari memendam kemarahan

seperti dendam, trauma hingga stress.

Kemarahan yang terpendam akan

menimbulkan akumulasi kekealan

hati hingga membalas dengan

intensitas tinggi ketika kemarahannya

memuncak. Bila tidak dikendalikan pun

dapat berdampak pada stress yang

berpotensi menyebabkan gangguan

psikologis.

Kemarahan merupakan perasaan

negatif yang mengganggu sehingga

perlu dikendalikan agar tidak

berdampak buruk. Melampiaskan

amarah merupakan cara terburuk

untuk meredakannya. Ledakan

amarah merangsang emosi lebih

tinggi sehingga membuat orang lebih

marah. Terdapat beberapa cara untuk

mengendalikan kemarahan sebagai

berikut:

1. Memahami orang lain. Dengan

memahami kondisi orang sumber

kemarahan maka perasaan marah

dapat mereda, misalnya jika

mengetahui orang tersebut baru

mengalami musibah.

2. Melakukan kegiatan selingan yang

menyenangkan. Orang yang

marah dapat mengambil waktu

menyendiri untuk mendinginkan

amarah dengan jalan-jalan,

memancing atau bermain sepeda.

3. Aktivitas fisik seperti berolahraga

dapat mengurangi kekesalan hati.

4. Menuliskan pikiran sinis dan marah.

Luapkan perasaan marah dan

kecewa pada kertas, kemudian

buanglah kertas tersebut.

5. Menyalurkan kemarahan menjadi

suatu bentuk tekad dan motivasi

untuk berprestasi. Ada orang

yang menjadikan kemarahannya

sebagai motivasi untuk membuat

karya terbaik.

6. Melakukan metode relaksasi, cara

ini dengan menarik nafas dalam-

dalam dan melemaskan otot

sehingga mengurangi ketegangan.

7. Lebih dahulu menenangkan diri

dan kemudian menyelesaikannya

atau menghadapi seseorang yang

membuat marah.

8. Maafkanlah orang lain yang

menyebabkan kemarahan.

9. Dalam benak anda putar kembali

situasi yang membuat anda marah,

kemudian bayangkan anda keluar

dari diri anda sehingga berada

dalam posisi orang ketiga yang

mengamati kejadian tersebut.

Cara ini akan mengurangi dampak

peristiwa yang membuat marah

tersebut.

Halo salam sejahtera Pak Brian,

Saya Sita tinggal di Depok. Saya

bekerja mengelola surat-menyurat

dan arsip di suatu perusahaan BUMN.

Sampai sekarang saya sudah 5 tahun

bekerja dan merasa jenuh. Sebenarnya

saya menyukai tempat kerja saya,

atasan saya sabar dan saya akrab

dengan rekan kerja. Bagaimana ya

agar kita lebih termotivasi bekerja?

Tolong masukannya ya Pak.

Jawab:

Terima kasih Bu Sita untuk

pertanyaannya, setiap karyawan pernah

mengalami menurunnya motivasi kerja.

Biasanya disebabkan oleh kebosanan,

butuh tantangan atau ingin mencoba

sesuatu yang baru. Namun bila kita

hanya menuruti mood semata, kita

akan mengalami penyesalan karena

bisa saja sebenarnya kita hanya butuh

istirahat sejenak untuk menghilangkan

kejenuhan. Berikut tips dari saya untuk

meningkatkan motivasi kerja:

Motivasi terbaik untuk bekerja yaitu

motivasi yang berasal dari tugas dan

pekerjaan itu sendiri. Karena menyukai

apa yang dikerjakan, maka tugas

tersebut sudah merupakan sumber

motivasi orang yang mengerjakannya.

Carilah hal yang paling menyenangkan

dari pekerjaan anda sehingga anda

selalu suka pekerjaan anda.

Carilah motif anda bekerja. Motif

merupakan alasan yang mendasari

suatu sikap atau tindakan. Motif

membuat bekerja lebih antusias dan

melakukan suatu kegiatan menjadi

bersemangat. Misalnya setelah anda

gajian akan membeli baju baru atau

liburan bersama keluarga.

Ciptakan imbalan dan hukuman

bagi diri anda dalam bekerja. Berilah

imbalan bila berhasil mengerjakan

suatu pekerjaan dengan baik, misalnya

makan siang di restoran. Sebaliknya

bila anda gagal mencapai target anda

hanya makan siang di warteg.

Bila anda merasa pekerjaan anda

sulit, harus berhubungan dengan

banyak orang atau menghadapi

pelanggan yang mengeluh, anda dapat

fokus pada pengembangan diri anda

untuk membuat anda bersemangat.

Menghadapi pekerjaan yang sulit

minimal memberikan seseorang

keahlian atau mengembangkan diri

menjadi lebih terampil berempati,

sabar, komunikatif dan percaya

diri. Pengembangan diri anda akan

membawa anda ke jabatan yang lebih

tinggi dengantanggungjawab lebih

besar.

Ubah suasana kerja untuk membuat

anda bersemangat. Dengan mendengarkan

musik sambil bekerja atau merubah

dekorasi tempat kerja maka kebosanan

dapat dikurangi. Beberapa tempat

kerja memperbolehkan karyawannya

mendekorasi meja kerjanya, membolehkan

karyawan membawa boneka kesayangan

dan membawa akuarium.

Semoga tips di atas dapat

bermanfaat membuat Ibu kembali

termotivasi bekerja. n

HRClinic

BRIDGE07ok.indd 48 5/18/2015 4:19:15 PM

49BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id48

Perundingan Perusahaan dengan Serikat Pekerja

Negosiasi antara perusahaan dan serikat

pekerja berakhir buntu. Perusahaan menolak

salah seorang pegawainya yang menyalahi

kontrak kerja dengan alasan sakit.

Pada pagi harinya dalam meja perundingan,

pimpinan negosiator dari perusahaan membawa

surat kabar edisi pagi, “Orang ini,” katanya,

“kemarin ijin dengan alasan sakit!”

Di situ, pada halaman olah raga, ada

foto pegawai yang ijin sakit, yang baru saja

memenangkan turnamen golf lokal dengan nilai

yang memuaskan.

Negosiator dari serikat pekerja tiba-tiba

memecah kesunyian ruangan.

“Wow,” katanya, “Coba bayangkan skor yang

bisa dia peroleh seumpama dia tidak sakit!”

Pengirim Surat yang Aneh

Percakapan antara seorang pelanggan

dengan seorang petugas di kantor pos Semarang.

Pelanggan: Pak, kalau surat ini saya kirim

sekarang, apa bisa sampai di Jakarta dalam

waktu dua hari?

Petugas: Bisa, Pak. Tentu saja bisa.

Pelanggan: Ah, masa sih? Jangan suka

bercanda gitu dong pak!! Saya yakin tidak akan

bisa.

Petugas: Lho, Anda kok bisa seyakin itu?

Memangnya, Anda sudah pernah menjadi

petugas pos? (merasa dongkol)

Pelanggan: Lha wong surat itu saya

alamatkan ke Surabaya.

Peramal Cuaca

Sekelompok kru film sedang melakukan

syuting yang berlokasi di padang gurun. Suatu

hari, seorang Indian yang sudah tua menemui

sang sutradara dan berkata, “Besok akan turun

hujan!”

Pada hari berikutnya, hujan pun turun.

Seminggu kemudian, sang Indian datang lagi

kepada sang sutradara dan berkata, “Besok akan

ada badai!” Dan, pada hari berikutnya pun terjadi

badai. “Orang Indian itu benar-benar hebat,” kata

sang sutradara. Lalu, dia meminta sekretarisnya

untuk mempekerjakan sang Indian sebagai

peramal cuaca. Namun, setelah beberapa kali

memprediksikan cuaca, sang Indian tidak lagi

muncul dalam kurun waktu dua minggu.

Akhirnya, sang sutradara mendatangi

sang Indian. “Saya harus syuting adegan yang

penting besok,” kata sang sutradara, “dan saya

bergantung padamu. Seperti apakah cuaca

besok?”

Sang Indian mengangkat bahunya. “Aku

tidak tahu,” katanya, “radionya rusak.”

Strategi Marketing

Di sebuah toko terpasang tulisan besar

dan jelas berbunyi: “JUAL ALAT-ALAT RUMH

TANGGA”. Seorang pria yang kebetulan lewat,

melihat tulisan itu kemudian masuk ke dalam

toko untuk memberi tahu pemiliknya, “Sudah

berapa lama tanda di depan itu terpasang?”

“Sudah kurang lebih enam bulan,” jawab

sang pemilik toko.

“Dan, selama ini apakah belum ada yang

memberi tahu Anda bahwa tulisan tersebut

salah cetak?” tanya pria tersebut.

Sang pemilik toko menjawab, “Sudah banyak

sekali yang memberi tahu saya. Biasanya mereka

masuk ke dalam toko untuk memberi tahu

saya, kemudian membeli sesuatu saat mereka

keluar dari toko ini. O ya, apakah Anda sudah

mempunyai ‘Rice-Cooker’? Hari ini, kami memiliki

penawaran spesial untuk Anda.”

Tawa

BRIDGE07ok.indd 49 5/18/2015 4:19:17 PM

51BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id50

BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang

Gatot Subroto menggelar kampanye

“Tanya Saya”. Acara sosialisasi untuk

lebih dekat dengan masyarakat ini

dilaksanakan pada hari Minggu, 29 Maret 2015,

bertepatan dengan acara Car Free Day di sekitar

wilayah Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan.

Acara yang dikemas dengan cukup menarik

ini mendapat sambutan meriah dari masyarakat.

BPJS Ketenagakerjaan memang berkeinginan untuk

lebih dekat dengan masyarakat. Melalui pendekatan

kepada masyarakat ini ingin ditingkatkan brand

awareness BPJS Ketenagakerjaan dengan indikator

keberhasilan 10-8-5 dan sekaligus ditingkatkan

kepesertaan baik pekerja penerima upah dan bukan

penerima upah.

Sosialisasi dengan kegiatan outdoor dan

dengan konsep informal di sejumlah lokasi strategis

atau fasilitas umum tersebut menjadi pilihan untuk

lebih mendekatkan BPJS Ketenagakerjaan dengan

BPJS Ketenagakerjaan melakukan sosialisasi untuk lebih dekat dengan masyarakat serta untuk meningkatkan kepesertaan pekerja penerima upah dan bukan penerima upah. Banyak kemudahan ditawarkan untuk menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

SOSIALISASI DAN TINGKATKAN KEPESERTAAN

sayaTanya

BRIDGE07ok.indd 50 5/18/2015 4:19:21 PM

51BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id50

masyarakat umum. Melalui pendekatan kegiatan

ini juga ingin diketahui indikator keberhasilan 10-

8-5, yaitu ketika 10 orang ditanya, maka 8 orang

mengetauhi dan 5 orang sudah menjadi peserta

BPJS Ketenagakerjaan.

Kegiatan sosialisasi melalui kampanye “Tanya

Saya” ini dilaksanakan berdasarkan UU No. 40

Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN), UU No. 24 Tahun 2011 tentang

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Surat

Kepala Divisi Komunikasi BPJS Ketenagakerjaan

Nomor: B/654/012015 perihal Informasi Persiapan

Program Sosialisasi Masif Tahun 2015 di Seluruh Unit

Kerja BPJS Ketenagakerjaan, serta Petunjuk Teknis

Kegiatan Sosialisasi Masif di 2015 untuk Seluruh Unit

Kerja BPJS Ketenagakerjaan.

Ada beberapa hal yang ingin dicapai dari kegiatan

kampanye “Tanya Saya” BPJS Ketenagakerjaan

tersebut. Pertama, meningkatkan Brand Awareness

masyarakat tentang BPJS Ketenagakerjaan. Kedua,

membentuk Brand Perceptions yang baik pada

masyarakat tentang BPJS Ketenagakerjaan. Ketiga,

melaksanakan amanat UU No. 24 Tahun 2011 yaitu

mensosialisasikan program BPJS Ketenagakerjaan

kepada masyarakat khususnya masyarakat pekerja

informal/BPU. Keempat, menjaring kepesertaan

tenaga kerja Bukan Penerima Upah (BPU) yaitu

masyarakat pedagang kaki lima yang berkegiatan

di sekitar Jalan Jendral Sudirman Jakarta Selatan.

Kelima, melakukan Tanggung Jawab Sosial

Lingkungan (TJSL) BPJS Ketenagakerjaan.

Pada acara kampanye “Tanya Saya” di Car

Free Day Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan

tersebut dilakukan beberapa jenis kegiatan.

Pertama, pendaftaran tenaga kerja bukan penerima

upah secara langsung (on the spot). Untuk

mendukung pencapaian kepesertaan tenaga

kerja bukan penerima upah maka pada kegiatan

ini diberikan gratis iuran 1 bulan pertama bagi 20

peserta yang mendaftar dalam kegiatan ini. Kedua,

kegiatan tanya jawab dan konsultasi seputar BPJS

Ketenagakerjaan. Ketiga, pengecekan saldo JHT

(Jaminan Hari Tua). Keempat, senam pagi, kegiatan

berolahraga bersama yang dipimpin oleh instruktur

senam. Kelima, pengecekan tekanan darah dan

kandungan gula darah. Keenam, lomba foto selfie.

Lomba ini diadakan untuk memperkenalkan BPJS

Ketenagakerjaan dan meningkatkan brand awarness

masyarakat. Setiap foto selfie diunggah dengan

mention akun media sosial BPJS Ketenagakerjaan

dengan tagar #BPJSKetenagakerjaan. Bagi

pengunjung yang melakukan hal tersebut, diberikan

souvenir. Ketujuh, pembagian jus buah. Untuk

memeriahkan dan menjadi daya tarik kegiatan

maka dibagikan jus buah yang bermanfaat untuk

meningkatkan kesehatan.

Pada kampanye “Tanya Saya” tersebut

disosialisasikan berbagai kemudahan bagi peserta

BPJS Ketenagakerjaan. Salah satu kemudahan

yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan adalah

pengecekan saldo peserta melalui beberapa cara.

Peserta bisa mengek saldo yang dimilikinya melalui

instalasi aplikasi BPJSTK Mobile pada smartphone,

pendaftaran layanan E-saldo dengan menggunakan

SMART KIOS BPJS Ketenagakerjaan, serta

menggunakan SIPT dengan menunjukkan Kartu

Peserta, KTP dan tetap melakukan prosedur seperti

menanyakan TTL dan Ibu Kandung.

Sosialisasi untuk dapat mendekati masyarakat

rupanya tidak hanya dilakukan oleh BPJS

Ketenagakerjaan Kantor Cabang Gatot Subroto,

Jakarta. Kegiatan yang sama juga dilakukan BPJS

Ketenagakerjaan Kantor Cabang Cilandak, Jakarta

di kawasan ITC Fatmawati, pada hari Sabtu, 11 April

2015. Kegiatan ini bertujuannya agar seluruh tenant

(penyewa), karyawan, hingga pengunjung, baik di

perkantoran dan mal tersebut terlindungi dari risiko

pekerjaan.

Kepala Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan

Cilandak, N Retno Widowati mengungkapkan,

pilihan sosialisasi di ITC Fatmawati karena potensi

kepesertaan di tempat ini sangat besar. Dia

memperkirakan terdapat lebih dari seribu tenant di

ITC Fatmawati yang belum menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan.

BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Cilandak

di ITC Fatmawati tidak hanya mendirikan stand untuk

pendaftaran. Namun juga mengerahkan Tim yang

menyebar ke unit-unit pusat onderdil dan aksesosoris

mobil, maupun pusat ponsel. Selain menyebarkan

brosur, mereka juga mensosialisasikan manfaat

utama dan maanfaat tambahan program BPJS

Ketenagakerjaan.

Pada kegiatan sosialisasi ini para pemilik usaha

di ITC Fatmawati yang ingin mendaftar menjadi

peserta BPJS Ketenagakerjaan langsung dilayani di

tempat. Pembayaran iuran perdana bisa ditrannsfer

melalui virtual account bank. Selanjutnya, untuk

iuran rutin bulanan, peserta bisa memanfaatkan

sistem pembayaran online melalui Electronic

Payment System (EPS) n

sayaTanya

BRIDGE07ok.indd 51 5/18/2015 4:19:22 PM

53BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id52

Tetap Bugar

Saat Puasa

SehatInfo

Menjalankan ibadah puasa adalah

suatu kewajiban bagi umat muslim

yang telah memenuhi syarat

secara Islam. Banyak manfaat

yang akan kita dapatkan dengan

melaksanakan ibadah puasa. Namun, tentu saja jika

itu dijalankan dengan aturan yang benar.

Lantas, bagaimana memadukan antara ibadah

puasa sekaligus memperoleh manfaat bagi

kesehatan? Berikut ini info mengenai menjaga

kesehatan saat menunaikan Ibadah Puasa.

Buat Orang Sehat

Upayakan SahurSahur adalah start awal dari rangkaian

prosesi ibadah puasa Ramadhan yang disarankan,

dilaksanakan tengah malam hingga imsak menjelang

waktu subuh. Mengapa sahur penting? Saat

menjalankan puasa tubuh kita tidak mendapatkan

asupan gizi sekitar 14 jam. Supaya tubuh dapat

menjalankan fungsi dengan baik, sel-sel tubuh

membutuhkan gizi dan energi dalam jumlah cukup.

Menu sahur sebaiknya pilih makanan berserat

dan berprotein tinggi, hindari terlalu banyak asupan

makanan yang manis-manis. Makanan berserat

membuat proses pencernaan lebih lambat dan

membantu insulin dikeluarkan secara bertahap.

Agar energi dari sahur tahan lama, bersahurlah

lebih akhir saat mendekati imsak. Hindari banyak

asupan makanan manis saat sahur, akan membuat

tubuh cepat lapar di siang hari.

Berbuka Tepat Waktu / Segera MungkinAnjuran segera berbuka puasa, karena setelah

menahan lapar dan dahaga seharian tentu energi

tubuh terkuras. Untuk memulihkan energi, waktu

berbuka diawali dengan asupan karbohidrat

Marhaban Ya Ramadhan, bulan

Suci umat Islam segera datang. Mari

kita sambut bulan yang penuh berkah

dan ampunan ini dengan hati yang

bersih. Kita gunakan momen ini untuk

lebih meningkatkan ketaqwaan kita

kepada-NYA.

BRIDGE07ok.indd 52 5/18/2015 4:19:23 PM

53BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id52

SehatInfo

sederhana berupa makanan manis ringan, seperti

kurma (3-4 buah) dan minuman manis hangat.

Selang 1-2 jam baru dilanjutkan dengan asupan

makanan yang bergizi.

Makanan yang mengandung gula

mengembalikan secara instant energi kita yang

terkuras seharian. Hindari minum es atau yang

bersoda, karena jenis minuman ini dapat membuat

pencernaan tak berfungsi secara normal.

Mengatur Asupan Makanan Secara Bertahap

Biasanya begitu bedug magrib, jangan langsung

berbuka dengan menyantap habis semua hidangan.

Cara berbuka ini tidak baik untuk kesehatan, Setelah

14 jam perut tak terisi makanan dan minuman.

Pencernaan yang istirahat, sebaiknya jangan diberi

asupan makanan dalam jumlah besar.

Saat waktu berbuka, awali dengan asupan

makanan ringan manis, seperti kurma, kolak, atau

minum teh hangat. Beri jeda waktu, agar pencernaan

bisa menyesuaikan kinerjanya, dengan mengerjakan

sholat magrib.

Setelah sholat magrib, dapat dilanjutkan

kembali dengan asupan makanan yang lebih berat,

seperti nasi dan lauk-pauk yang bergizi. Pasca

sholat Tarawih dilanjutkan lagi dengan sesi makan

ringan / camilan.

Tetap Melakukan Olahraga RinganAktivitas olahraga di bulan puasa tidak berarti

harus berhenti. Mereka yang berpuasa sebaiknya

tetap melakukan aktivitas fisik untuk menjaga

kelancaran peredaran darah – agar tetap bugar.

Namun, disarankan mereka yang berpuasa

memilih olahraga ringan yang tidak membutuhkan

energi besar, seperti OR aerobic dengan lari kecil

atau jalan kaki.

Sebaiknya olahraga dilaksanakan menjelang

waktu berbuka. Setelah berbuka, dengan

menjalankan ibadah Tarawih juga bermanfaat

sebagai aktivitas menjaga kebugaran jasmani,

karena melakukan sholat tarawih belasan rekaat

juga akan membakar kalori.

Asupan Air yang CukupAir merupakan zat yang sangat dibutuhkan

tubuh. Lebih dari 60 % tubuh kita terdiri dari air.

Untuk menjalankan fungsinya dengan baik setiap

organ tubuh kita membutuhkan air. Tanpa air yang

cukup tubuh akan mengalami gangguan.

Untuk itu perbanyak minum air untuk cadangan

dalam tubuh supaya semua organ berfungsi dengan

baik. Air yang dimaksud disini bukan hanya air putih,

tapi bisa susu, teh, sirup, kolak pun juga termasuk.

Supaya kebutuhan tubuh tercukupi, aturlah

agar tetap sebanyak minum delapan gelas air,

tinggal mengatur waktu sebelum menjalani puasa

esok hari.

Mengendalikan EmosiSalah satu syarat menjalankan ibadah

puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga,

sebagaimana sabda Rasulullah tapi juga menahan

hawa nafsu. Jadi tujuan puasa adalah mengendalikan

semua nafsu, mulai dari menahan nafsu makan dan

minum, juga hawa nafsu lainnya : nafsu marah,

emosi, dan nafsu biologis. Mereka harus belajar

bersabar dan berupaya mendekatkan diri kepada

Tuhan.

Secara psikologis ini mempengaruhi mental-

spiritual orang yang menjalankan ibadah puasa,

dengan mengendalian emosi membuat jiwa menjadi

lebih sehat, dan membuat suasana hati damai.

Konsultasi Medis buat Penderita Penyakit Kronis

Buat penderita penyakit kronis, sebaiknya

menlakukan pemeriksaan – Check-Up kesehatan,

serta melakukan konsultasi dengan dokter yang

menanganinya (pribadi/keluarga), apakah kondisi

kesehatannya memadai untuk menjalankan ibadah

puasa.

Minta saran serta masukan cara menjalankan

puasa dengan kondisi penyakit kronis yang diderita,

berkaitan dengan diet asupan makanan serta tata

cara minum obat. n

BRIDGE07ok.indd 53 5/18/2015 4:19:25 PM

55BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id54

Wisdom

Tidak ada seorang pun yang ingin

menjalani kehidupan sebagai orang

yang cacat – dissable. Apakah itu cacat

bawaan (terlahir), maupun didapat

karena kecelakaan atau penyakit,

yang sudah menjadi takdir Sang Maha Pencipta.

Namun, hidup haruslah terus dijalani dan tidak perlu

dipersalahkan.

Selain banyak mimpi, berharap, serta sulit

mendapatkan pekerjaan, stigma masyarakat

di Indonesia terhadap penyandang cacat

sampai saat ini masih rendah. Tak pelak, mereka

harus menanggung derita psikologis yang

berkepanjangan, yang kerap berakibat gangguan

jiwa - stres atau bahkan berujung maut.

Sekalipun pemerintah telah mengatur

hak dan perlakuan yang sama bagi para dissable.

Seperti tertuang dalam Pasal 14, UU No 4 tahun

1977 tentang Penyandang Cacat, yang isinya sbb:

“Perusahaan Negara dan Swasta memberikan

kesempatan dan perlakuan yang sama kepada

penyandang cacat dengan mempekerjakan

penyandang cacat di perusahaannya sesuai dengan

jenis dan derajat kecacatan, pendidikan, dan

kemampuannya,... dst.”

Namun demikian, perintah UU itu seperti tidak

digubris, ketidakadilan itu terus berlangsung para

penyandang cacat masih saja sulit mendapatkan

pekerjaan dan juga tidak diberikan peluang bagi

penderita cacat kecelakaan kerja - occupational.

Hal ini dikarenakan tidak ada sanksi terhadap

perusahaan yang tidak melaksanakan perintah UU

tersebut.

Seperti halnya kisah tragis Sebastian Manuputi

(32th), seorang pengurus serikat buruh yang

diduga nekad bunuh diri dengan membakar tubuh

dan melompat dari atas Stadion Gelora Bung Karno

(GBK), Senayan, Jakarta Pusat, saat perayaan “May

Day” pada 1 Mei 2015.

Sebastian berbuat nekad mengakhiri hidup

Kisah dramatis buruh bunuh diri di saat perayaan May Day 2015 menguak cerita perlakuan yang tidak adil bagi penyandang cacat

di Negeri ini. Kendati pemerintah telah menggulirkan peraturan perundangan, ada apa dengan mereka...

SEBUAH KEINGINAN Penyandang Dissable

FOTO: imbalo.files.wordpress.com

BRIDGE07ok.indd 54 5/18/2015 4:19:26 PM

55BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id54

Wisdom

lantaran kecewa menghadapi persoalan kerja di

perusahaannya. Hal ini diungkapkan Sekretatis

Umum Pimpinan Pusat Serikat Pekerja Aneka Industri

FSPMI-AI, Jamaludin, usai prosesi pemakaman

Sebastian di TPU Malaka, Sabtu 2 Mei 2015.

Sebastian sering membantu advokasi persoalan

rekannya sesama buruh di PT Tirta Alam Segar,

ungkap Jamaludin, untuk kasus kecelakaan kerja

yang sering terjadi di perusahaan tempat dia

bekerja. Misal, kasus buruh yang

terputus jari tangannya, ada juga

kasus robek anggota tubuh,

hingga putus tangannya lantaran

tergilas mesin di pabrik.

Tapi, seperti penuturan Sebastian

kepada Jamaludin, pengurus SB

yang bekerja di pabrik air minum

kemasan itu, kerap kecewa.

Upaya memperjuangkan hak

rekannya sesama buruh yang

mengalami kecelakaan kerja

selalu gagal – pihak perusahaan

tidak memberikan solusi dan

perlindungan yang adil.

Kasus kecelakaan kerja

nasional, perkiraan Menteri

Ketenagakerjaan. M Hanif

Dhakiri, setiap tahunnya, terjadi

sekitar 103 ribu kasus kecelakaan

kerja di Indonesia. Sekitar

2% di antaranya, jelas Menaker,

berakibat fatal – sekitar 2400 tewas, dan selebihnya

mengalami luka dengan derajat ringan, sedang, dan

berat - yang menyebabkan dissable.

Jumlah penyandang cacat di Indonesia, dari data

Pusdatin Kemensos sampai tahun 2011, tercatat

sekitar 11.5 juta sedangkan data dari Kemenaker

diperkirakan berjumlah 7,1 juta –meliputi tunanetra

2,1 juta, tunadaksa 1,8 juta, tunarungu 1,6 juta, cacat

mental 0,7 juta, dan cacat kronis (berat) 0,9 juta.

Sebagian besar mereka, hidup bergantung pada

orang lain. Tidak memiliki pekerjaan yang tetap –

kalaupun ada hanya sebagian kecil yang mampu

mandiri dengan berwiraswasta. Ada juga yang

bekerja di perusahaan pemerintah dan swasta

–-untuk memenuhi perintah UU No 4 Tahun 1977,

tentang Penyandang Cacat, yang mewajibkan

kuota pekerja dissable sebanyak 1% di perusahaan

Nasional.

Untuk meningkatkan motivasi perusahaan Nasional

agar mematuhi kuota 1% untuk mempekerjakan

karyawan dissable, Kementerian Tenaga

Kerja (Kemenaker) pada periode lalu, telah

memberikan apresiasi yang berupa penghargaan

kepada perusahan-perusahaan yang peduli dan

mempekerjakan dengan layak para penyandang

dissable.

Salah satu perusahaan yang termotivasi dan

berkeinginan untuk mematuhi UU Penyandang

Cacat, adalah PT Adaro Indonesia. Perusahaan

pertambangan batubara Nasional, yang memiliki

wilayah operasi di Kab.

Balangan, Kalimantan Selatan,

telah lama mempekerjakan

para penyandang cacat sebagai

karyawan mereka.

Menurut Humas PT Adaro

Indonesia, Ismail di Dahai Office,

di Kab ibu kota Balangan, kepada

media Nasional, beberapa waktu

lalu, kebijakan mempekerjakan

penyandang dissable sejalan

dengan UU Penyandang Cacat

yang diterapkan pemerintah.

Pekerjaan yang diberikan kepada

penyandang cacat di perusahaan

tambang batubara itu, jelas

Ismail lagi, disesuaikan dengan

jenis dan derajat kecacatan,

pendidikan, dan kemampuannya,

yang jumlahnya disesuaikan

ratio jumlah karyawan dan atau

kualifikasi perusahaan.

Wajar kalau itu lakukan oleh PT Adaro Indonesia dan

juga perusaan besar lain, seperti ASTRA, Carefour

Indonesia, dan Kedaung. Bila dibandingkan

perusahan broadcast - Radio Sama FM Semarang,

yang diprakasai Basuki – pendiri komunitas sahabat

mata, yang sebagian besar karyawannya adalah

tuna netra.

Meskipun para penyiarnya tunanetra, kinerja

mereka tidak kalah dengan Radio FM lain, di Kota

Bandeng Asep itu. Suara penyiar tunanetra – saat

membawakan acara pengajian, musik, cakrawala

ilmu pengetahuan dan kesehatan, selalu dirindukan

para pendengar setia di frakuensi 107.7 MHZ dalam

Radius 5 Km di sekitar Mijen, Semarang.

Mereka bukanlah orang yang mau dikasihani, tetapi

ingin diberi kesempatan yang sama, seperti halnya

penyandang dissable di Negara maju – agar tetap

bisa berkarya dan berprestasi. Seperti kisah sukses

motivator dunia ‘tanpa tangan tanpa kaki’ : Nick

Vujicic n

Nick Vujicic

BRIDGE07ok.indd 55 5/18/2015 4:19:31 PM

57BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id56

Agenda

BRIDGE07ok.indd 56 5/18/2015 4:19:32 PM

57BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id56

Agenda

BRIDGE07ok.indd 57 5/18/2015 4:19:32 PM

59BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id58

BPJS KETENAGAKERJAAN: Menurut PP no

14 tahun 1993 pasal 5 menjelaskan bahwa

Pengusaha wajib mendaftarkan perusahaan

dan tenagakerjanya sebagai peserta

program jaminan sosial tenaga kerja pada

Badan Penyelenggara dengan mengisi

formulir yang disediakan oleh Badan

Penyelenggara

IBU MANAF: Saya PNS Pemkot Malang gol

III/b, sebulan yang lalu kami mengumpulkan

berkas-berkas ke BKD untuk aplikasi

peserta BPJS Ketenagakerjaan (wajib), nah

pertanyaan saya :

1. Layanan dan benefit apa yg saya

dapatkan dengan menjadi peserta BPJS

Ketenagakerjaan?

2. Potongan gaji berapa % untuk iuran

kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan tiap

bulan? Masih minim sosialisasi BPJS

Ketenagakerjaan untuk PNS, mohon

pencerahannya. Terima kasih

BPJS KETENAGAKERJAAN CAWANG:

BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan

program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),

Jaminan Kematian (JKM), dan Jaminan Hari

Tua (JHT). Untuk saat ini program yang

wajib diikuti oleh PNS adalah JKK dan JKM.

Iuran untuk JKK dan JKM dibayarkan oleh

pemberi kerja (tidak dipotong dari gaji)

ARI HARYADI PART II :Dear team BPJS mohon

bantuannya saya mau menggabungkan kartu

Jamsostek dgn BPJS baru apakah ada cara

tanpa harus datang langsung ke BPJS nya ?

syaratnya apa saja ?

tks

BPJS KETENAGAKERJAAN CAWANG: Untuk

penggabungan kartu masih harus datang ke

BPJS Ketenagakerjaan kantor cabang tempat

Bapak terdaftar.

Penggabungan kartu bagi tenaga kerja yang

masih aktif bisa dilakukan/diajukan oleh pihak

perusahaan

Untuk persyaratannya Bapak menyertakan

fotocopy KTP, semua kartu peserta yang

akan digabungkan, surat pengalaman kerja

dari perusahaan yang terdahulu, serta surat

pengantar untuk penggabungan kartu dari

perusahaan tempat Bapak bekerja sekarang.

AGOEZ SHUZ: (1.) Apabila terjadi kesalahan

nama yg tertera di KPJ berbeda dengan

KTP, apa bisa di revisi? dimana & syaratnya

apa saja?. (2) Apabila punya 2 KPJ dan yg

satunya sudah tidak aktif apa bisa di cairkan

saldonya? Karena saat pindah tempat kerja

di buatkan nomor KPJ baru, padahal no KPJ

lama sudah saya sertakan untuk dilanjutkan,

sehingga KPJ yg lama saat ini sudah tidak

aktif. Terima kasih

BPJS KETENAGAKERJAAN:

1. Jika ada data yang berbeda, silahkan

sahabat bisa konfirmasi ke HRD perusahaan

agar bisa direvisi di kantor cabang BPJSTK.

2. Jika sahabat masih aktif bekerja dan

terdaftar lagi sebagai peserta baru, maka

mohon maaf JHT dari kartu yang lama belum

bisa diklaim. JHT ditujukan untuk tenaga kerja

yang tidak aktif bekerja.

ANDHINI DIAH PRATIWI

Saya mau tanya.. bila suatu perusahaan

tidak mengikutsertakan karyawan ke dalam

program BPJS itu Apakah terkena undang2

ketenagakerjaan? Dan hukumnya apa atau

pasalnya apa? Kena tindak pidana atau tidak?

Q

Q

A

A

Q

A

A

Q

KUIS BRIDGEO7

Berapa jumlah kasus JKK-Return To Work yang telah ditangani BPJS Ketenagakerjaan hingga Maret 2015?

Kirim Jawaban anda melalui Twitter dengan for-

mat (Jawaban)#BRIDGE07@BPJSTKinfo. Jawaban

pa ling lambat kami terima pada 30 Juni 2015.

Pengumuman akan disampaikan melalui Twitter @

BPJSTKinfo.

JawabTanya

BRIDGE07ok.indd 58 5/18/2015 4:19:36 PM

59BRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id58

BRIDGE07ok.indd 59 5/18/2015 4:19:40 PM

PBBRIDGE VOLUME 05 www.bpjsketenagakerjaan.go.id BRIDGE VOLUME 05www.bpjsketenagakerjaan.go.id6060 BRIDGE VOLUME 03 www.bpjsketenagakerjaan.go.id

BRIDGE07ok.indd 60 5/18/2015 4:19:44 PM