rekam medis kini dan mendatang
DESCRIPTION
Tulisan ini meski dilontarkan tahun 1994 di Univ Gajah Mada namun baru diunduh 2014 karena mungkin hanya tulisan ini yang agak membahas tentang pendekatan nilai filsafat pada perkembangan praktik manajemen rekam medis yang bersinggungan dengan berbagai cabang keilmuan lainnya.Muncul epistemiologi ilmu pengetahuan, khususnya dibidang ilmu-ilmu sosial yaitu melalui pandangan positivisme logis (Hempel 1966, Carnap 1961, Popper 1978). Pandangan filosofis ini mendapat tantangan filosofis dari kelompok visi historis yang bersifat netral dalam menghadapi masalah epistemiologi keilmuan. Kelompok lain ini menganut azas pluralisme ilmu pengetahuan (Kuhn 1961, Feyarabend 1981). Selanjutnya, dalam pengembangan pengetahuan, pendekatan fenomenlogis, hermeneutik (penafsiran), naturalistik, eksperiential, dialektik dan sebagainya biasa digunakan dalam penelitian kualitatif. Sedangkan metoda statistik inferential, deskriptif digunakan dalam penelitian kuantitatif. Sorotan epistemiologi dibidang ilmu sosial dan alam ini amat mempengaruhi perkembangan keilmuan, termasuk penerapan metoda keilmuan secara modern.BERKAT pendekatan filosofi di atas itulah maka pembaharuan metodologis di semua bidang keilmuan terasa amat pesat dan kritis dari masa ke masa. Tidak terkecuali pada bidang kesehatan yang percabangan keilmuannya antara lain pada administrasi kesehatan dan imbas dari pendekatan filosifis itu telah melahirkan paradigma baru rekam medis menjadi MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN. Pendekatan filosifis ini harus ditangani dengan baik secara kuantitatif - kualitatif ataupun secara pendekatan teoritis serta fakta empiris ataupun dalam fenomena biologi dan medis.Singkatnya, logika berpikir, metodologi dan pandangan ilmuwan dalam dunia keilmuan terpengaruh oleh berbagai pendekatan filosifis positivisme logis maupun pendekatan kritis (netral) sehingga dampaknya ilmuwan memiliki kegairahan untuk cenderung mencari dan berwawasan yang lebih luas, kritis dan mandiri. Kenyataan itu menjadi lebih tersambut dengan adanya ledakan teknologi informasi yang semakin mempercepat laju kemajuan paradigma yang baru. ... Lalu dimana posisi kita dalam menghadapi munculnya pandangan filosofi baru itu dalam pengembangan keilmuan ? Disinilah profesional perekam medis harus bertransformasi menjadi profesional dalam manajemen informasi kesehatan (MIK). Oleh karena itu, persiapkan jalur profesional dan peningkatan mutu profesionalisme dan etik profesionalisme secara jauh lebih mandiri dan mantap sebagai bagian dari sikap mental. Perkuat disiplin keilmuan ! Oleh karena praktisi MIK merupakan salah satu garda (front) terdepan dalam memasuki pengembangan keilmuan informasi kesehatan. ... Silahkan meneruskan bacaan saya .... (Gemala Hatta, 1994)TRANSCRIPT
1
REKAM MEDIS KINI DAN MENDATANG
(Gemala Hatta)
LATAR BELAKANG
Panitia Seminar program Magister Manajemen Rumah Sakit Universitas Gajah Mada
di DI Yogyakarta mengetengahkan topik di atas sebagai bagian dari acara tanggal
10 Desember 1994 hari ini. Bila hal “kini dan mendatang” dihubungkan maka topik di atas
mencakup suatu wawasan cakrawala yang sarat dan padat dengan pengembangan keilmuan
secara umum yang selanjutnya disempitkan pada pemfokusan di bidang rekam medis itu
sendiri. Tidaklah mungkin ada suatu keilmuan apapun yang akan tetap sama baik dari sudut
teori maupun metode aplikasinnya dalam setiap masa. Perubahan yang terjadi ini haruslah
dilihat dalam konteks yang luas karena keberadaan suatu keilmuan tidak dengan berdiri
sendiri di tengah perubahan keilmuan yang lain. Ilmu tumbuh dan berkembang akibat
pengaruh keilmuan yang lain. Oleh karenanya perihal filosofis pengembangan keilmuan
patut sedikit dibahas dalam kesempatan ini. Selanjutnya dalam membahas mengenai rekam
medis patut diperhitungkan apa jenis rekam medis rumah sakit yang lazim digunakan
diberbagai belahan dunia saat ini termasuk di Indonesia serta seberapa jauh manfaat rekam
medis yang dapat dikembangkan. Selain itu bagaimana dengan pergeseran paradigma
rekam medis akibat pengembangan keilmuan yang ada serta bagaimana pendekatan
automatisasi sistem rekam medis yang kiranya perlu diketahui karena dimasa mendatang
hal ini akan menjadi suatu trade mark modernisasi manajemen rumah sakit yang optimal.
PEMBAHASAN
1. Pengembangan keilmuan
Keragaman ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat sampai
pertengahan abad 20 mendorong munculnya epistemiologi ilmu pengetahuan, khususnya
dibidang ilmu-ilmu sosial yaitu melalui positivisme logis (Hempel, 1966, Carnap, 1961,
Popper 1978). Pendekatan ini mengemukakan keseragaman ilmu pengetahuan – the unified
2
science, yang tercermin dalam model yang mengacu pada observasi langsung dan inferensi
logis yang didasarkan pada observasi langsung. Pendapat ini mendapat tantangan filosofis
dari kelompok lain yang meletakkan perkembangan ilmu pengetahuan dalam konteks
historis dengan menawarkan sifat netral dalam menghadapi masalah epistemiologi
keilmuan (Kuhn, 1961, Feyerabend, 1981). Kelompok visi historis yang menganut
pluralisme ilmu pengetahuan ini mengatakan bahwa penelitian akan mempengaruhi apa
yang tengah diobservasi. Karenanya seseorang tidak dapat memisahkan peneliti dari objek.
Selanjutnya dalam melakukan pengembangan pengetahuan adanya pendekatan
fenomenologis, hermeneutik (penafsiran), naturalistik, eksperiential, dialektik dan
sebagainya acapkali digunakan dalam penelitian kualitatif. Demikian pula penggunaan
metode stastitik inferential, deskritif digunakan bagi penelitian kuantitatif. Dampak dari
munculnya sorotan epistemiologi dibidang ilmu sosoial serta alam inilah yang amat
mempengaruhi perkembangan keilmuan termasuk penerapan metode keilmuan secara
modern.
Berkat pendekatan filosofi di atas itulah maka pembaharuan metodologis di semua
bidang keilmuan terasa amat pesat dan kritis diabad ini. Tidak terkecuali pada keilmuan
kesehatan maupun dalam percabangan keilmuannya yaitu pada administrasi kesehatan
yang didalamnya ada administrasi rekam medis (manajemen informasi kesehatan) pun
tergarap melalui pendekatan filosofis tersebut di atas yang ditangani baik secara kuantitatif
maupun kualitatif atau secara pendekatan teoritis serta fakta empiris ataupun dalam
fenomena biologi dan medis. Singkatnya, logika berpikir, metodologi dan pandangan
ilmuan dalam dunia kesehatan terpengaruh oleh berbagai pendekatan filosofis positivisme
logis maupun pendekatan kritis (netral) di atas sehingga sebagai dampaknya ilmuwan
senantiasa mempunyai kegairahan untuk cendrung mencari dan memiliki wawasan yang
lebih luas, kritis dan mandiri, lihat pula pengaruh dari peledakan teknologi informasi yang
tengah terjadi. Akibatnya pergeseran paradigma di berbagai bidang keilmuan, tidak
terkecuali dibidang kesehatanpun terjadi secara tidak terelakkan.
Lalu dimana posisi kita dalam menghadapi dampak pengembangan keilmuan yang
deras akibat dari munculnya pandangan filosofi baru dalam pengembangan keilmuan?
Mungkin jawabannya yaitu bahwa kita harus mempersiapkan jalur profesional dan
peningkatan mutu profesionalisme secara jauh lebih mandiri dan mantap disertai dengan
3
etik profesionalisme secara jauh lebih mandiri dan mantap disertai dengan etik profesi
sebagai bagian dari sikap mental. Tentu saja disertai dengan memperkuat disiplin keilmuan
yang ada. Kirannya pandangan ini juga harus dimiliki oleh para tenaga kesehatan dalam
penjenjangan tingkat profesionalisme masing-masing. Tidak terkecuali petugas manajemen
informasi kesehatan (rekam medis) karena ia merupakan salah satu garda (front) terdepan
dalam memasuki pengembangan keilmuan informasi kesehatan.
2. Keragaman bentuk rekam medis
Dewasa ini rekam medis diklasifikasikan dalam tiga bentuk yaitu
a. Rekam medis berdasarkan sumber (Source Oriented Medical Record = SOMR)
Prinsipnya yaitu bahwa setiap informasi kesehatan seorang pasien dicatat dalam
formulir khusus yang bersumber dari setiap unit pelayanan medis yang dikunjungi
pasien di RS. Kebanyakan RS cendrung mengambil bentuk ini. Kritik pada sisitem ini
yaitu karena banyaknya formulir RM dari masing-masing sumber memudahkan
praktisi kesehatan dalam mempelajari isi masing-masing sumber pelayanan itu.
b. Rekam medis berdasarkan masalah (Problem Orinted Medcial Record = POMR)
Metode yang dipopulerkan oleh seorang ahli bedah Lawrence weed pada tahun
1960an menitik beratkan rekaman medis atas dasar pemikiran logis. Disini,
keterkaitan satu informasi dengan tindakan berikutnya ditekankan pada proses
penanganan masalah yang timbul. Masalah bisa timbul dalam wujud adannya
kelainan fisik, perubahan hormonal ataupun faktor psikhis (kejiwaan). Sistem
rekaman berdasarkan sumber ini membagi seluruh masalah pasien dalam 4
pentahapan pemikiran logis yaitu adanya data dasar, daftar masalah, rencana awal
dan catatan perkembangan. Khususnya pada pentahapan catatan perkembangan ini
maka praktisi kesehatan harus mendeskripsikan informasi yang diperoleh ke dalam
kaidah SOAP. Abjad S menerangkan unsur subjektif (kesan pasien), O = objektif
(hasil pemeriksaan melalui praktisi kesehatan maupun alat kedokteran), A =
penilaian (assessment) dan P = perencanaan (plan). Kebaikan dari sistem Weed ini
karena setiap ahli kesehatan yang menangani pasien diajak secara bersama-sama
melihat keadaan pasien secara total, tidak terkotak-kotak berdasarkan masing-
masing disiplin ilmu para ahli kesehatan yang menangani pasien. Karenanya sistem
4
ini baik untuk bidang pendidikan kesehatan karena deskripsi mengenai pasien
terurai secara berkesinambungan sehingga dengan kekompakkan ini memudahkan
pengertian tentang masalah pasien serta langkah-langkah yang diambil demi
penyembuhan pasien. Kerugiannya yaitu bahwa praktisi kesehatan harus mengikuti
kursus/pelatihan berpikir secara logis yang di tekankan dalam sistem Weed ini
secara intensif.
c. Rekam medis yang terintegrasi
Semua formulir rekam medis dicampurbaurkan menjadi satu, dengan urutan hari per
hari. Jadi, formulir yang terakhir diletakan paling belakang. Keuntungan dari sistem
ini yaitu bahwa semua informasi pada suatu episode pelayanan bergabung bersama
sehingga langsung dapat dilihat deskripsi keadaan pasien serta reaksi terhadap
pemeriksaan yang diperolehnya. Kesulitannya yaitu terasa sulit untuk
membandingkan pemeriksaan saat ini (misalnya hasil laboratorium) dengan
sebelumnya sebab formulir tidak dikelompokan dalam kesatuan ragam yang sama.
Dalam prakteknya terkadang ada RS yang mengambil bentuk secara “gado-gado”
atau gabungan misalnya hannya menggunakan bentuk RM yang terintegrasi bagi
catatan perkembangan sedangkan terhadap formulir lainnya menggunakan bentuk
RM berdasarkan sumber. Ada pula yang untuk bagian tertentu di RS (misalnya unit
kebidanan dan kandungan) menggunakan sistem Weed namun dalam penataan
formulir yang lain tetap menggunakan RM berdasarkan sumber.
3. Pemanfatan Rekam Medis
Dari gambaran terlampir terlihat bahwa pemanfaatan rekam medis dalam berbagai
kepentingan amat luas. Terlihat sejauh apa manfaat rekam medis bagi kepentingan
pribadi, kegunaan primer dan sekunder maupun institusi. Selain itu agar rekam medis
senantiasa memiliki nilai guna yang optimal terdapat beberapa persyaratan bagi sistem
rekaman pasien maupun sistem penanganan rekam medis itu sendiri. (lihat lampiran). Dari
besarnya cakupan manfaat penggunaan yang dapat diperoleh dari rekam medis, dapat
disimpulkan bahwa nilai manfaat rekam medis tidak akan muncul bilamana petugas
kesehatan tidak disiplin dalam mengisi data ataupun informasi kesehatan.
5
4. Pergeseran Paradigma Profesional Rekam Medis menjadi Profesional Informasi
Kesehatan
Apakah yang dimaksud dengan paradigma? Paradigma adalah serangkaian asumsi,
konsep, nilai, praktik yang mengubah cara pandang kenyataan yang ada di masyarakat
terutama dalam disiplin intelektual. Pandangan tersebut menjadi keyakinan kelompok
ilmiah tertentu karena dianggap dapat menyelesaikan suatu masalah. Dengan bahasa yang
lebih aplikatif dapatlah ia diinterpretasikan sebagai suatu model praktik profesional.
Berdasarkan paradigma tradisional, praktik rekam medis di RS berpangkal di unit kerja
(department-based) dan menekankan pada aktifitas kuantitatif yang berputar disekitar
bentuk fisik yaitu rekam medis. Biasanya diunit kerja rekam medis dilakukan tugas melacak
berkas rekam medis (tracking), penyimpanan berkas, menganalisis berkas secara
kuantitatif, kualitatif, menangani rekam medis yang tidak lengkap, pengambilan rekam
medis (retrieval), memonitor produktifitas yang terjadi, serta pengawasan formulir. Namun
dengan adanya pendekatan filosofis yang dikemukakan di atas, muncul pembaharuan
metodologis disemua bidang keilmuan, dalam hal mana profesi rekam medis juga terkena
pengaruhnya senhingga membuat profesi ini berada dalam masa transformasi. Akibatnya
terjadilah pergeseran paradigma dari pemikiran tradisional yang menekankan pada bentuk
unit kerja (department-based) dan pengawasan fisik unit kerja (physical unit control) ke
paradigma baru yang disebut sebagai paradigma manajemen informasi.
Dalam paradigma baru ini fokus ditujukan pada unsur informasi dengan beragam
tugas yang menekankan pada pengumpulan, analisis, diseminasi informasi yang tertuju
bagi cakupan pengguna informasi (klien) yang luas. Informasi tidak dibatasi hanya di unit-
unit kerja tetapi justeru dimaksimalkan untuk menghasilkan keluaran dan memanipulasi
data perolehan dari berbagai sumber (shared source). Dalam paradigma manajemen
informasi ini akan dimungkinkan pemberian pelayanan informasi bagi spektrum cakupan
klien yang luas seperti untuk kepentingan administrator, manajer, pemberi pelayanan
kesehatan (provider), pasien maupun pihak ketiga yang berwewenang. Terlihat bahwa
paradigma baru memfokuskan perhatiannya pada informasi dengan penekanan pada
manipulasi data dan beragam tugas manajemen informasi serta cakupan layanan informasi
secara luas. Dengan paradigma baru ini maka tugas pengumpulan, penganalisaan,
diseminasi informasi berbeda benar dengan paradigma tradisional yang telah disinggung di
6
atas. Dalam paradigma tradisional, tugas pengumpulan data mencakup pengambilan data
dan penyimpanan bentuk fisik rekam medis.
Hal ini berbeda jauh dalam paradigma baru dalam hal mana pengumpulan data
dilakukan dalam bentuk ELEKTRONIS. Pengumpulan data yang efektif dalam format
elektronis tergantung pada pengambilan data secara efektif, penyimpanan data dalam
struktur data yang benar dan pada media yang tepat. Termasuk keharusan memperoleh
data secara cepat (tidak kedaluwarsa), kelengkapan, ketepatan, keakuratan dan
terorganisir baik. Jadi, jenis tugas yang dilaksanakan termasuk definisi satuan data,
pemodelan data, pengaturan (administration) dan pelaksanaan audit data. Tugas ini
menggunakan fungsi kognitif yang berbeda dari pelaksanaan bentuk praktik profesional
perekam medis pada paradigma tradisional. Meskipun pada paradigma tradisional juga
dilakukan penganalisisan ataupun diseminasi informasi ke pengguna informasi (klien)
namun dalam paradigma baru ini dilakukan dengan cara lain. Dalam hal ini model informasi
manajemen harus dapat menganalisis informasi secara efektif guna menunjang kebutuhan
berbagai pusat klien yang luas sehingga amat tergantung pada data yang di keluarkan. Jelas
bahwa kegiatan baru ini jauh dari suatu aktifitas yang sifatnya sepele.
Riset telah membuktikan bahwa pengeluaran data yang efektif tergantung pada
ranah ilmu pengetahuan asal data (domain) dan diringkas (abstraksi). Berarti, dengan
adanya paradigma baru ini maka praktisi rekam medis harus memiliki berbagai ranah ilmu
pengetahuan. Setidaknya ada 5 hal yang tercakup yaitu (1) terapkan strategi pencarian
yang efektif dan efisien, (2) gunakan berbagai bahasa database, (3) sintesiskan informasi
dengan melalui ranah ilmu pengetahuan, (4) arahkan data dengan menggunakan test
statistik lanjut dan model, (5) diseminasi informasi yang tepat dalam bentuk yang tepat
bagi sebaran klien yang luas.
Dari pandangan ini terasa perbedaannya dengan pelaksanaan pada paradigma
tradisional yang menyimpan bentuk fisik (rekam medis), menggunakan mesin ketik, alat
dikte, komputer mikro dan adanya komputer terminal yang menjalankan komputer
mainframe atau PC (komputer mikro). Dalam paradigma baru yang dinamakan paradigma
manajemen informasi, keberadaan tempat kerja (working station) merupakan alat
penunjang primer. Di tempat ini praktisi akan menjalankan atau mengakses sumber-
sumber data yang digunakan secara bersama (shared data sources) dengan memakai
7
kecepatan transmisi LAN (local area network) atau WAN (wide area network) dan
menayangkan informasi yang dikeluarkan dalam bentuk teks, gambar (image) maupun
dalam format grafik.
Jelas kiranya beberapa elemen amat membedakan antara paradigma lama dan baru.
Dari gambar 1 di bawah ini terlihat model Praktik Informasi Manajemen yang menekankan
pada sumber informasi yang dioperasikan melampaui batasan unit kerja dan organisasi.
Terdiri dari cakupan tugas yang memfokuskan pada sebaran pelayanan informasi secara
luas.
Gambar 1. Model Praktek Informasi Manajemen
Pelayanan Informasi
Dari tulisan Strassman yang dikutip oleh Johns, dikatakan bahwa praktisi di unit kerja
rekam medis merupakan sosok tengah (middle man) dari konsep informasi ini. Melalui pos
tempat kerjannya praktisi RM harus mampu menggabungkan sebaran pelayanan informasi
yang luas sehingga dapat disesuaikan bagi kepentingan langsung peminta data dalam
menjalankan kegiatan pelayanan. Selain itu informasi gabungan ini juga dapat diubah
bentuknya (transformasi) dan dibuat menurut pesanan.
Adanya pergeseran paradigma ini jelas akan membawa “kejutan budaya” (cultural
shock) bagi praktisi RM yang terkondisi bekerja di alam paradigma tradisional kemudian
bergeser ke paradigma yang akan terasa semakin tajam di masa mendatang. Terlebih bila
dilihat dari konteks kacamata politik dengan dampak Asia-Pacific Economic Cooperation
(APEC), baik menjelang ataupun sesudah tahun 2020.
Cakupan Data
Butiran data Definisi Pemodelan data Administrasi data
Analisis Data
Sintesis meliwatidomain
Analisis statistik Penggunaan
model keputusan
Pengeluaran Data
Domain Pengetahuan Pencarian strategi Bahasa database
Info & Diseminasi
Data Organisasi Indetifikasi klien Presentasi format
8
Oleh karena itu, pemfokusannya haruslah pada standardisasi yaitu demi
peningkatan kualitas pelayanan yang merupakan suatu keharusan dan tidak dapat ditawar-
tawar. Sudah barang tentu kesiapan untuk menjelaskan paradigma informasi kesehatan
membutuhkan persiapan tahunan dan sudah harus dimulai sejak kini.
5. Pendekatan Automatisasi Sistem Rekam Medis
5.1 Alasan Automatisasi
Apa itu automatisasi? Secara definisi, artinya merupakan suatu sistem yang
dirancang secara spesifik untuk menunjang pemakai dalam mendapatkan dan menggunakan
data yang lengkap, akurat. Juga memberikan kewaspadaan dan mengingatkan terhadap
berbagai kemungkinan yang dapat terjadi, menunjang pengambilan keputusan klinis seraya
menggabungkannya dengan pengetahuan medis serta beragam bantuan lainnya, (Whitome,
1993).
Ada banyak alasan yang dapat dikemukakan mengapa dewasa ini kecenderungan
menggunakan automatisasi dalam segala bidang terasa begitu hebat. Alasan singkatnya
yaitu demi peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja. Demikian pula pada sistem rekam
medis yang pelaksanaan automatisasinya di indonesia telah tertinggal dibandingkan dengan
unit keuangan RS (sistem penerimaan rawatan serta penggajian pegawai). Kenyataan ini
dapat dimengerti sebab automatisasi dalam sistem rekam medis masih dianggap barang
langka dan mahal, namun manajer rumah sakit yang betul profesional tidak akan meng-
anaktiri-kan unit RM ini sesudah ia memahami manfaat rekam medis serta keterkaitan yang
menjiwai paradigma baru manajemen informasi.
Secara singkat kirannya ada beberapa pokok alasan yang melandasi automatisasi
rekam medis ataupun rekam kesehatan yaitu:
a. Meningkatnya tuntutan informasi pasien (lihat manfaat rekam medis serta
pergeseran paradigma tradisional rekam medis menjadi paradigma baru
manajemen informasi).
b. Semakin lama peralatan komputer terasa semakin murah sedangkan
kemampuan kerjanya semakin canggih.
9
c. Semakin dirasakannya bahwa penggunaan kertas semakin tidak memadai
dalam menangani arus gerak cepat informasi pasien. Terlebih dalam
pengambilan keputusan medis maupun terapetik.
d. Perbaikan mutu (quality improvement) senantiasa membutuhkan ukuran
keluaran yang berkesinambungan.
e. Analisis data membutuhkan gambaran pembanding terhadap teknologi
pesaing.
f. Program penilaian, penilaian klinis dan praktik membutuhkan elemen data
dan teknik analisis yang mudah yaitu melalui tersedianya data elektronik.
5.2 Keuntungan yang akan diperoleh
Melalui automatisasi (elektronik rekam medis/kesehatan) dapat dipetik beberapakeuntungan, setidaknya:
a. Meningkatkan kualitas data.
b. Meningkatkan jaminan mutu (quality assurance).
c. Kelengkapan berkas dapat dilakukan secara bersamaan (simultan).
d. Pelayanan informasi kesehatan akan menjadi semakin efisien dan efektif.
e. Meningkatkan proses pengambilan keputusan klinis melalui program yang
bersifat mengingatkan (misalnya intellegence).
f. Tempat penyimpanan berkas menjadi berkurang.
g. Transmisi informasi pasien dapat terjadi secara cepat.
h. Memungkinkan para profesional kesehatan mendapatkan data dengan segera
tanpa harus tunggu bergantian sehingga mengurangi kesan ‘rebutan’.
i. Informasi kejadian sebelumnya dapat segera diketahui.
j. Informasi pasien pulang dapat lebih cepat disediakan demi tindakan
pelayanan selanjutnya.
k. Biaya elektronis terasa lebih murah dibandingkan dengan bila menggunakan
kertas.
5.3 Persyaratan teknis yang harus dipenuhi
Dalam menghadapi paradigma baru yaitu Manajemen Informasi maka tuntutan akan
adanya kesiapan dalam memasuki dunia itu perlu dengan berbekal pengetahuan. Hal apa
10
saja yang mempersyarati pengetahuan yang berkaitan dengan manajemen elektronik rekam
medis/kesehatan ini? Minimalnya dapat dikatakan bahwa persyaratan teknis itu mencakup:
a. Sistem yang menunjang automatisasi harus senantiasa dapat dicapai dan
tersedia untuk berbagai kepentingan
b. Sistem harus memungkinkan informasi bersifat akurat, mudah diperoleh
c. Sistem harus tersedia selama 24 jam selama tujuh hari tanpa putus
d. Harus ada sistem rancang yang dapat melakukan toleransi bila terjadi suatu
kesalahan
e. Stasiun kerja pengganti dan alat cetak (printer) perlu senantiasa ada karena
sewaktu-waktu dapat diperlukan.
f. Komputer yang mampu melakukan pemrosesan setidaknya terbagi dalam
sepuluh komputer compatible yang tidak terikat dengan suatu aturan
tertentu (bersifat independent)
5.4 Paket perangkat lunak (software) automatisasi RM berobat jalan
Mengapa harus berobat jalan?, apakah tidak ada yang untuk rawat
menginap?. Baik berobat jalan maupun rawat inap sama-sama memiliki pengembangan
perangkat lunak yang berbeda dan bervariasi. Ada banyak perangkat lunak yang bersifat
multiguna yaitu bagi rawat inap dan rawat jalan. Namun, dalam kenyataannya, senantiasa
lebih banyak pasien yang mengunjungi rumah sakit untuk berobat jalan dibandingkan untuk
dirawat. .
Ada empat perangkat lunak berobat jalan yang sudah lama beredar secara luas di
Amerika Serikat maupun pada beberapa negara di luar AS di abad 20 adalah: COSTAR,
RMRS, TMR dan STOR. Perbedaan antara perangkat lunak berobat jalan dengan perangkat
lunak inap yaitu bahwa pada berobat jalan tidak ada fungsi-fungsi yang biasa digunakan
dalam perangkat lunak untuk sistem informasi RS seperti tidak adanya pelayanan yang
mengetengahkan perencanaan menu rawatan (dietary service) maupun tentang
11
pemonitoran intensive care. Modul (isi perangkat lunak) untuk berobat jalan ini sudah
memuat masalah rekam medis, keuangan dan informasi bagi kepentingan administrasi serta
mampu membuat laporan.
Secara ringkas ke empat perangkat lunak yang di era akhir abad 20 lazim digunakan dalam
automatisasi sistem rekam medis berobat jalan yaitu:
a. COSTAR merupakan singkatan dari Computer-Stored Ambulatory Record
dikembangkan pada 1960an oleh Barnett dan kolega dengan tujuan semula untuk
menunjang pelaksanaan Harvard Community Health Plan. Akhirnya setelah direvisi
digunakan di berbagai sarana berobat jalan. Disini, sistem rekam medis dapat dijalankan
dengan automatisasi penuh. Sekali data medis di-entry (dimasukkan), akan dapat
berinteraksi langsung (on-line) sehingga mengurangi penggunaan kertas. Modul sistem ini
digunakan untuk (1) sistem keamanan dan integritas data (2) registerasi pasien (3)
penjadwalan perjanjian (4) laporan tagihan dan keuangan (5) pengumpulan dan
penyimpanan rekam medis (6) laporan manajemen.
b. RMS = The Regenstrief Medical Record System, dikembangkan oleh McDonald
dan kolega di Indiana University Medical Center yang kemudian digunakan di Wishard
Memorial Hospital sejak 1974. Dari namanya dapat ditebak bahwa pengertiannya adalah
untuk mendukung sistem administratif dengan penjadwalan perjanjian dan biaya tagihan
pasien. Sistem ini memuat 1400 aturan protokol yang diberi kode untuk mengingatkan
dokter serta kemampuan untuk secara aktif menelaah data pasien.
c. TMR = The Medical Record Systems, dikembangkan tahun 1975 oleh Stead
dan Hammond pada Duke University. Disain awal dimaksudkan untuk menghapuskan
penggunaan kertas. Sejak 1989 selain pada 25 tempat di AS, ternyata Canada juga
menggunakannya. Dengan sistem ini dokter dapat melihat nilai test pasien secara numerik
atau grafik. Selain itu TMR dapat menayangkan data dalam tiga orientasi yaitu problem,
waktu dan saat berobat. Sistem juga dapat mencetak formulir berisikan narasi pemeriksaan
dari data yang dimasukkan dalam bentuk formulir dengan pilihan tertentu, misalnya untuk
pasien dengan coronary artery.
d. STOR = The Summary Time Oriented Record. Diperkenalkan oleh Whiting-
O’Keefe dan kolega di University of California pada 1985. Sistem ini meliputi dua area
12
pelayanan klinis yaitu (1) untuk penyimpanan data dan pengeluaran rekam medis berobat
jalan (2) tayangan on-line tentang informasi klinis untuk rawat inap dan berobat jalan
diarahkan dengan menjawab pertanyaan yang ada. STOR menggantikan rekam medis kertas
berobat jalan sebanyak 75%. STOR juga memiliki database yang sama baik untuk rawat inap
maupun berobat jalan dengan memuat informasi tentang pasien yang dikumpulkan melalui
LAN yang berasal dari 7 unit sistem komputer di RS. Dengan STOR, laporan dimungkinkan
terwujud dalam waktu singkat “real-time reports” termasuk lembaran flow sheet, grafik,
bagan, daftar masalah (problem list), terapi, data registrasi. Sebagai tambahan, terdapat
pula data laboratorium yang terurai secara kronologis, adanya catatan operasi, patologi,
radiologi, diagnosis pasien pulang, medikasi dan laporan EKG yang dapat tersedia setiap
waktu pada setiap terminal STOR.
5.5 Automatisasi sistem RM di masa mendatang
Dari berbagai literatur yang ada terlihat bahwa investasi terbesar RS dalam
automatisasi tertuju kepada unsur administratif. Misalnya untuk penjadwalan perjanjian
pasien, registrasi pasien atau pembayaran pasien. Secara keseluruhan pada awal keluarnya
automatisasi, tampak bahwa automatisasi sistem rekam medis di AS hanya digunakan di
beberapa RS. Hal ini dapat dimengerti karena sistem pembayaran lebih mudah dan
membutuhkan data yang lebih sedikit serta jelas lebih murah bila dibandingkan dengan
menangani informasi klinis.
Ada dua kecenderungan (trend) yang kiranya dapat membuat automatisasi sistem RM
di masa mendatang akan lebih bersifat efektif dalam biaya investasi (cost effective) yaitu (1)
dengan berkurangnya biaya perangkat keras (2) kecenderungan unit pelayanan kesehatan
untuk menggabungkan diri dengan klinik-klinik berobat jalan yang besar, atau ikut dalam
gabungan (chain) rumah sakit yang dimiliki oleh kelompok-kelompok tertentu. Bagi RS besar
sebaiknya menggunakan sistem komputer yang besar karena secara ekonomis akan
bermanfaat dalam pelaksanaan berbagai kegiatan manajemen klinis maupun dalam
mengolah data administratif. Di masa mendatang diharapkan agar automatisasi rekam
medis akan lebih banyak digunakan di RS mapun di tempat-tempat praktek.
13
Selanjutnya dengan semakin canggihnya automatisasi perlu dipikirkan masak-masak
bagaimana cara yang terbaik untuk memasukkan kumpulan data medis ke dalam sistem
rekam medis-informasi. Juga, harus dikembangkan mekanisme yang kuat dan intuisi yang
hidup mengenai cara pengambilan dan menelaah informasi yang ada (pengguna interface).
Selain itu perkembangan teknologi yang kini semakin canggih sudah banyak
menggunakanan optical image, light pen, mouse, sentuh layar, masukan suara (voice-input
device), tampilan menu saat entry data. Selain itu munculnya intellegent terminals (lihat
lampiran), adanya monitor dengan penampilan resolusi tinggi, graphical interfaces
semuanya akan memungkinkan petugas kesehatan berinteraksi dengan sistem komputer
secara lebih alamiah. Dari sudut rekam medis sendiri, munculnya era paradigma
manajemen informasi seiring dengan meningkatnya teknologi informasi maupun pengaruh
visi baru praktisi kesehatan kiranya tidak dapat dicegah.
Dalam hal ini dalam menjalankan profesi rekam medis sebagai manajer informasi
kesehatan, penting ditekankan adanya pengintegrasian rekam medis dengan kombinasi data
yang berasal dari banyak sumber. Perlunya sistem yang komprehensif dan terintegrasi yang
akan mengurangi masalah dalam perolehan data (data capture) dan masuknya data (data
entry). Melalui automatisasi seperti ini akan dicapai cakupan data yang amat membantu
dalam pengambilan keputusan. Selain itu kontinuitas data seorang pasien berobat jalan
yang beralih menjadi pasien rawat inap yang sering merupakan masalah harus dijaga
melalui bentuk dan prosedur baku (standard). Pendekatan ini dan lagi secara elektronis,
memungkinakan penukaran ataupun transfer data rekam medis antar lokasi dilakukan
secara lebih sederhana. Pada saat kinipun dan terlebih di masa mendatang tidaklah perlu
heran bila akan semakin banyak terlihat adannya rekam medis berukuran kartu kredit
plastik yang didalamnya menyimpan kode informasi digital secara magnetis dan setiap
berobat selalu dibawa pasien. Cara pendekatan ini kelak akan menjadi sarana komunikasi
antara beragam pemberi jasa pelayanan yang tersebar secara tidak mengikat (independent
health-care providers). Sebagai mana kita sadari pasien memang tidak mungkin selamanya
berkunjung ke satu dokter yang sama, ataupun ke instansi pelayanan kesehatan yang sama,
apapun dasar alasan kondisinya. Demikian pula dalam era paradigma manajemen informasi
akan semakin terlihat betapa teknologi komputer akan membantu langsung para staff
14
kesehatan dalam pengambilan keputusan. Sistem ONCOCIN yang dikembangkan di Stanford
University (1980an) melakukan pelitian dalam manajemen terapetik pasien kanker terhadap
penerimaan berbagai bentuk kemoterapi. Sistem ini menggunakan kode pengetahuan
protokol kemoterapi untuk mengevaluasi data rekam medis pasien saat ini, saat lampau dan
menyarankan dokter akan menggunakan dosis dan penjadwalan peggunaan obat yang
tepat. Kunci kesuksesan ONICOCIN ataupun sistem-sistem penunjang pengambilan
keputusan lainnya akan amat sangat tergntung dari kemampuan sistem untuk
mengintegrasikan rekam medis secara lancar sehingga dokter dapat memperoleh data yang
dibutuhkan dalam pengambilan keputusan tanpa harus memasukan sendiri semua data.
Manajemen informasi RS yang terus berkembang akan menggabungkan mikro
komputer/PC pada stasiun kerja medis dengan sistem informasi RS sehingga mejadikannya
sebagai sumber informasi yang komperehensif dan amat bermanfaat bagi tenaga
kesehatan.
Demikian pula pada era mendatang (bahkan sebagian sudah banyak dilakukan dalam
abad 20), penggunaan automatisasi akan semakin terlihat canggih. Melalui komputerisasi
atau automatisasi akan memungkinkan akses ke data pasien dan informasi medis secra
umum. Misalnya tayangan dosis obat yang direkomendasikan, efek sampingan obat-obat
biasa (common drug), sensitifitas tes laboratorium, definisi penyakit serta temuan lainnya.
Selain itu automatisasi masa depan juga dapat semakin membantu dokter dalam
pengambilan keputusan, misalnya dalam menulis resep yakni dengan memberikan deskripsi
tentang deteksi obat, tes obat, interaksi obat-diagnosis. Kelak, dokter akan lebih dapat
mengakses data dari pasien spesifik, meringkaskan kumpulan pengalaman dari kasus
berbagai pasien yang sama, baik yang berasal dari institusi itu ataupun dari berbagai tempat
lainnya, melakukan konsultasi pengetahuan dari pakar tertentu, maupun mencari literatur
medis. (Ingat akses melalui internet ataupun jaringan lainnya, misalnya ke National Library
of Medicine via CD ROM Medline atau Medlar dan sebagainya).
Berarti dimasa mendatang dokter akan memperoleh berbagai informasi yang dihendaki
dalam satu jaringan yang mulus, tersedia setiap saat melalui stasiun rekam medis
15
(manajemen informasi kesehatan). Dari informasi di atas kian terasa betapa hebatnya hal-
hal yang akan dicapai di masa mendatan.
Seiring dengan kecanggihan teknologi yang akan diterapkan dalam teknik informasi dan
keterlibatan profesi dalam memasuki paradigma baru, tetap saja sistem rekam medis masa
depan harus bertumpu pada setidaknya 5 (lima) tujuan yang mendasar (Institute of
Medicine, 1991, hal. 50) yaitu :
a. RM masa depan harus tetap menunjang pasien dan memperbaiki kualitas pelayanan
pasien.
b. Sistem RM harus menambah produktifitas profesional pelayanan kesehatan dan
mengurangi biaya administrasi dan biaya pekerja (labor costs) yang dihubungkan dengan
pemberian pelayanan kesehatan dan pembiayaan
c. RM mendatang harus menunjang riset klinis dan pelayanan kesehatan.
d. Harus mampu mengakomodasi pengembangan kedepan teknologi pelayanan kesehatan,
kebijakan, manajemen dan keuangan.
e. Konfidentialitas pasien perlu mendapat perhatian serius dan harus dijaga selalu dalam
mencapai berbagai tujuan di atas.
PENUTUP
Munculnya epistemiologi ilmu pengetahuan yang dipelopori oleh kaum positivisme logis
dan munculnya tantangan filosofis kelompok telah membawa pembaharuan dalam
metodologis keilmuan secara amat berarti. Dalam kontes rekam medis pun, perkembangan
keilmuan yang bermula dari sekedar praktik primitif mulai dari ribuan tahun sebelum
masehi sehingga masa-masa mendatang sungguh akan menjadi amat berbeda. Rekam
medis sebagai bagian dari administrasi kesehatan, jelas mengikuti perkembangan jaman dan
karenanya juga mengalami pergeseran paradigma. Yaitu dari bentuk tradisional yang
menekankan unit kerja dan rekam medis ke bentuk paradigma baru bernama manajemen
informasi .
16
Perubahan dan pergeseran yag terjadi tidak dapat dicegah, dan tidak ada keilmuan
apapun yang mandeg. Yang jadi masalah yaitu bagaimana cara kita untuk dapat
mempersiapkan dan membenahi diri pada jalur profesionalisme. Terlebih bila dikaitkan
dengan dampak APEC pada saat-saat menjelang 2020, ditahun itu ataupun di masa
sesudahnya, profesionalisme menjadi semakin genting. Dengan sendirinya terkait pula
masalah manusia pengelola yang menyangkut hal pemberian edukasi (jangka pendek,
panjang), sarana canggih untuk menjalankannya seperti penggunaan berbagai teknologi
modern yang telah disinggung di atas, pengembangan metode, sistem serta pendanan yang
tidak sedikit. Belum lagi dampak yang tidak boleh diabaikan akibat dari alam globalisasi yang
semakin keras yaitu unculnya masalah kerahasiaan (confidentiality), privasi diri (privacy),
keamanan (safety) dan rasa terjaga (security) yang betul-betul harus diperhatikan sejak
sekarang. Penggunaan automatisasi amat peka terhadap ke-4 unsur tersebut karenanya
pada intellegence sistem automatisasi perlu sekali dimasukan program kewaspadaan
(allerts) untuk menangkal kemungkinan munculnya beragam gangguan. Diharapkan melalui
pengkajian yang mendalam akan melahirkan berbagai program pengamanan yang akan
menjaga pengertian globalisasi sistem secara keseluruhan. Kiranya inilah yang dapat dilihat dari
konteks Rekam Medis Kini dan Mendatang
BACAAN LANJUTANAmerican Health Information Management Association. Primary Uses of Patiet Record,
Secondary Uses of Patient Records, Institutional Users of Patiet Records, Individual Users of PatientRecords. 1993, 80-84.
Bargen, Linda dan Barron, Maureen. The use of Facsimile (FAX) Machines to Transmit MedicalInformation. JAHIMA, September 1994 vol 65 no. 9, p. 60-62.
Bradbury, Andrew. Computerized Medical Records: the Need for a Standard. JAMRA,March1990 Vol 61 no. 3, p. 25-35
Coleman, John. R. dan Lowry, Charles E. A Computerized MIS to Support theAdministration of Quality Patient Care IN HMOs Organized as IPAs. Journal of MedicalSystems, vol. 7 no. 3, 1983. p. 273-284
Dick, Richard S dan Steen, Elaine B (editor). The Computer-Based Patient Record – anessential technology for health care. Institute of Medicine, National Academy Press, 1991.
Disbrow, Barbara. Automating the Medical Record. Changes and Challenge. CARINGMagazine, June 1990, p. 48-50.
Gabrieli, Elmer dan Murphy, Gretchen. Computerized Medical Records. JAMRA, January1994, vol. 61 no.1, p.26-31.
17
Gostin, Lawrience O. et.al. Privacy and Security of Personal Information in a New HealthCare System. JAMA, November 24, 1993, p. 2487-2493.
Johns, Merida. L. Information Management: A Shifting Paradigm for Medical RecordProfessionals?. JAMRA, August 1991 vol. 62 no.8, p. 55-63.
Knight, L , Yardley, M dan Jones, A. The Dangers Resulting from Inaccurates Computer-based operative records. BJCP. Spring 1991. Vol 45, no. 1, p. 41-42.
Mc. Donald, Clement dan Tierney, William. Computer-Stored Medical Records. TheirFuture Role in Medical Practice. JAMA, June 17. Vol. 259, no. 23. p. 3433-3440. (editorialcomment Korpman, Ralph p. 3454-3456).
Miller, Cynthia. The Electronic Medical Record: A definition and discussion. Topics inHelth Information Management, vol. 13 no. 3. February 1993, p. 20-29
Picukaric, Joanne. The Health Information Manager of Years 1993 to 2000. JAHIMA,June 1993, vol. 64 no. 6, p. 41-48
Poespowardojo, Soerjanto, Prof., Bahan Kuliah Filsafat, UI, 1994.
Rudestam, Kjell Erik dan Newton, Rae R. Surviving Your Dissertation. A ComprehensiveGuide to Content and Process. Sage Publication, California, 1992
Shortliffe, Edward dan Perreault, Leslie (ed). Medical Informatics. Computerapplications in Health Care. Addison-Wesley Publishing Co, 1990
Whittome, Helen. Overview of Electronic Health Record (EHR). Progress Notes,Canadian Health Record Association, August, 1993. no. 53. p. 10-11.
Willey, Bonnie L. dan Winstead, William W, Computer-Based Clinical Charting andPatient Case Management, CARING Magazine. June 1990, p. 44-47.
Young, D.W. Medical Audit Using a Computer-based Medical Records System. Journal ofthe Royal College o Physicians of London. Vol. 18 no. 4, October 1984, p. 244-247.
Tulisan ini disampaikan dalam rangka acara Seminar Sehari Menuju Komputerisasi Rekam Medis diRumah Sakit dan Kursus Mahir Perekam Medis Program Magister Manajemen Rumah SakitUniversitas Gajah Mada, 10 Desember 1994.
Penulis adalah Ketua Umum Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi KesehatanIndonesia (PORMIKI)
18
19
20
21
22