rekam medilk

Upload: anna-pratiwi

Post on 10-Oct-2015

172 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Rekam Medik UNSRI

TRANSCRIPT

  • 1

    DATA PRIBADI

    Nomor Rekam Medik

    Pemberian nomor rekam medis adalah memberi ciri khas kepada pasien yang

    berkunjung kerumah sakit, baik pasien rawat jalan maupun rawat inap. Tujuan

    pemberian nomor rekam medis adalah:

    a. Memberi cara yang unik kepada setiap rekam medis untuk membedakan secara

    tegas antara rekam medis seorang pasien dengan rekam medis pasien lainnya.

    b. Menunjukan kemana dan dimana rekam medis seorang pasien disimpan, karena

    nomor rekam medis dijadikan pedoman dalam penyimpanan

    c. Mengetahui/mengadakan pengawasan atas jumlah rekam medis seluruh pasien

    d. Memudahkan komunikasi dengan bagian-bagian terkait

    Nama Pasien : Puji Yuliastri

    Nama pasien harus ditulis dengan lengkap (bukan nama panggilan), minimal terdiri

    dari dua suku kata.

    Fungsi dari nama pasien adalah untuk memberikan identitas kepada seseorang pasien

    serta untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien lainnya, sehingga

    mempermudah/memperlancar di dalam memberikan pelayanan rekam medis kepada

    pasien yang datang berobat ke suatu instansi kesehatan.

    Nama Keluarga : H.M salihan

    Nama keluarga berfungsi untuk memberikan identitas kepada seseorang pasien serta

    untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien lainnya. Penamaan keluarga

    yang benar memudahkan dalam mengambil rekam medis di tempat penyimpanan.

    Selain itu agar tidak terjadi kesalahan pada saat pelayanan medis.

    Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 21 Juni 1992

    Tempat, tanggal lahir berfungsi untuk mengetahui identitas pasien dan juga untuk

    mengetahui umur pasien, sehingga membantu dalam prioritas perawatan yang

    dilakukan.

    Mengetahui apakah pasien masih dalam masa pertumbuhan atau sudah berhenti.

    Pertumbuhan gigi-geligi masih termasuk periode gigi susu/decidui, campuran/mixed

    atau tetap/permanent.

  • 2

    Gigi yang sudah erupsi sudah sesuai dengan umur pasien (menurut umur erupsi gigi).

    Menetapkan jenis alat ortodontik yang tepat untuk digunakan (alat cekat atau lepasan,

    alat aktif atau fungsional).

    Untuk memperkirakan waktu/lama perawatan yang diperlukan. Apakah perawatan

    bisa segera dilaksanakan atau harus ditunda, berapa lama dibutuhkan perawatan aktif

    dan berapa lama diperlukan untuk periode retensi.

    Suku : Palembang (Melayu)

    Berfungsi untuk mengetahui kebiasaan suku tertentu, misalnya memiliki kebiasaan

    mengunyah sirih.

    Suku membantu dalam mengidentifikasi keadaan wajah dan rongga mulut pasien.

    Jenis Kelamin : Pria Wanita

    Berfungsi untuk mengetahui pengaruh hormonal dan kecepatan pertumbuhan antara

    wanita dan laki-laki. Biasanya wanita lebih cepat pertumbuhannya daripada laki-laki.

    Status Perkawinan : Kawin Belum Kawin Janda/Duda

    Berfungsi untuk memperlancar komunikasi antara dokter dan pasien sehingga lebih

    akrab dan tidak kaku.

    Selain itu juga berfungsi mengetahui apakah pasien menggunakan alat kontrasepsi

    oral atau tidak, karena obat tersebut dapat berinteraksi dengan obat yang akan

    diberikan.

    Agama : Islam Kristen Katolik

    Hindu Budha

    Berfungsi untuk mengetahui status sosial pasien dan juga untuk pendekatan terhadap

    pasien.

    Pasien wanita lebih memperhatikan secara detil keteraturan giginya dari pada pasien

    laki-laki.

    Alamat Tetap : Jln. Mayor Zen Lr. Mufakat no 064 Palembang

    Alamat termudah dihubungi : Jln. Mayor Zen Lr. Mufakat no 064 Palembang

    Telepon rumah/HP : 0896 777 49 419

  • 3

    Tujuan dari menanyakan alamat tetap, alamat yang mudah dihubungi dan telepon

    rumah adalah sebagai informasi pelengkap identitas pribadi pasien.

    Selain itu berfungsi untuk memanggil kembali pasien untuk kegiatan perawatan

    apabila pasien membutuhkan perawatan ulang.

    Pendidikan Terakhir : SD SLTP SLTA S1 S2/S3

    Informasi pendidikan terakhir membantu dokter gigi memahami pasien sebagai

    individu dan memberi gambaran kemampuan pendidikannya (membaca-menulis).

    Berdasarkan tingkat pendidikan inilah, dokter gigi dapat menyesuaikan bahasa

    komunikasi antara dokter gigi dan pasien.

    Pendidikan pasien mempengaruhi kesadaran pasien dalam menjaga kesehatan

    mulutnya.

    Pekerjaan : Mahasiswi

    Berfungsi untuk mengetahui kebiasaan pasien yang berhubungan dengan pekerjaan

    dan berdampak pada kesehatan gigi dan mulut.

    Sebagai pertimbangan rencana perawatan dilihat dari segi waktu dan biaya perawatan.

    Nama dan alamat kantor : -

    Berfungsi sebagai informasi tambahan apabila diperlukan.

    Peserta Asuransi Kesehatan : -

    Dokter Keluarga : -

    Dokter Gigi Keluarga : -

    Berfungsi untuk mengetahui riwayat perawatan kesehatan pasien.

    Riwayat Penyakit/Kelainan Sistemik

    Riwayat penyakit/kelainan sistemik berfungsi sebagai pertimbangan dalam rencana

    perawatan, proteksi bagi dokter gigi, dan menghindari infeksi silang dari pasien ke

    dokter gigi atau dari pasien ke pasien.

    Penyakit/Kel Sistemik Ada Disangkal Penyakit/Kel Sistemik Ada Disangkal

    Alergi :

    Dingin/lembab HIV+AIDS

  • 4

    Penyakit jantung Penyakit

    pernafasan/paru-paru

    Penyakit tekanan

    darah tinggi

    Kelainan pencernaan :

    Sakit Maag

    Penyakit kencing

    manis/ DM Penyakit ginjal

    Penyakit kelainan

    darah

    Penyakit/kelainan

    kelenjar ludah

    Penyakit hepatitis Epilepsi

    Kelainan hati lainnya

    Keterangan : Pasien tidak pernah dirawat inap di rumah sakit

    Penyakit kelainan sistemik tersebut antara lain :

    ALERGI

    Obat-obatan dan substansi lain yang dapat memicu reaksi alergi antara lain obat

    anestetik lokal, antibiotik, analgesik, obat-obatan anxiolitik serta berbagai bahan atau

    produk dental lainnya. Reaksi alergi yang terjadi selama atau setelah perawatan gigi

    merupakan salah satu masalah serius yang mungkin terjadi.

    Tipe hipersensitivitas yang dialami tubuh adalah :

    a. Reaksi hipersensitivitas segera (tipe I), terjadi bila obat atau metabolitnya

    berinteraksi membentuk antibodi IgE yang spesifik dan berikatan dengan sel mast di

    jaringan atau sel basofil di sirkulasi dan selanjutnya melepaskan mediator-mediator

    kimia . Reaksi tipe I merupakan hipersensitivitas cepat yang diperantarai oleh IgE dan

    menyebabkan reaksi seperti anafilaksis. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa

    urtikaria, edema laring, wheezing dan stomatitis alergika, eritema multiforme.

    Penyebab umum adalah molekul biologis dan beberapa obat, seperti penisilin dan

    insulin.

    Mediator Hipersensitivitas Anafilaksis

    1. Histamin

    Merupakan mediator utama (primer) pada rekasi tipe I. Pelepasan Histamin ini

    menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler, dan kontraksi otot

    polos.

    2. Prostaglandin dan tromboksan

    Seperti leukotrien, prostaglandin, dan tromboksan berasal dari asam arakidonat

    melalui jalur siklooksigenase. Prostaglandin mengakibatkan bronkokonstriksi dan

  • 5

    dilatasi serta peningkatan permeabilitas kapiler. Tromboksan menyebabkan agregasi

    platelet (trombosit). Mediator tersebut, bersama dengan sitokin seperti TNF dan IL-4,

    merupakan mediator sekunder pada reaksi tipe I.

    b. Reaksi antibody sitotoksik (tipe II), melibatkan antibodi IgG dan IgM yang

    mengenali antigen obal di membran sel. Dengan adanya komplemen serum, maka sel

    yang dilapisi antibodiakan dibersihkan atau dihancurkan oleh sistem monosit-

    makrofag. Reaksi tipe II merupakan reaksi sitotoksik yang diinduksi oleh kompleks

    komplemen dengan antibodi sitotoksik IgM atau IgG. Reaksi ini terjadi sebagai

    respon terhadap obat yang mengubah membran permukaan sel. Contoh reaksi ini

    adalah anemia hemolitik yang disebabkan oleh metildopa dan penisilin, ataupun

    trombositopenia yang disebabkan oleh kuinidin. Obat lain yang bekerja melalui

    mekanisme ini antara lain sefalosporin, sulfonamida dan rifampisin.

    c. Reaksi kompleks imun (tipe III), disebabkan oleh kompleks soluble dari obat atau

    metabolitnya dengan antibodi IgM dan IgG. Pada reaksi tipe III terdapat periode laten

    beberapa hari sebelum gejala timbul, yaitu periode yang dibutuhkan untuk

    membentuk kompleks imun yang dapat mengaktivasi komplemen. Reaksi terkadang

    baru timbul setelah obat dihentikan. Reaksi tersebut dapat pula berupa reaksi setempat

    yang dikenal sebagai reaksi Arthus. Terdapat pembengkakan dan kemerahan setempat

    pada tempat antigen berada, misalnya pada vaksinasi. Reaksi setempat ini terjadi oleh

    karena penderita telah mempunyai kadar antibodi yang tinggi sehingga terjadi

    presipitasi pada tempat masuk antigen yang terjadi dalam waktu 2 sampai 5 jam

    setelah pemberian. Manifestasi utama berupa demam, ruam, urtikaria, limfadenopati

    dan artralgia. Contoh obat tersebut antara lain penisilin, salisilat, sulfonamida,

    klorpromazin, tiourasil, globulin antilimfositik dan fenitoin.

    d. Reaksi hipersensitivitas lambat (delayed-type hypersensitivity reactions, tipe IV)

    adalah reaksi yang dimediasi oleh limfosit T yang spesifik obat. Pada reaksi

    hipersensitivitas tipe lambat, limfosit bereaksi langsung dengan antigen, misalnya

    pada dermatitis kontak. Obat topikal yang secara antigenik biasanya berbentuk

    hapten, bila berikatan dengan protein jaringan kulit yang bersifat sebagai karier dapat

    merangsang sel limfosit T yang akan tersensitisasi dan berproliferasi. Pada pajanan

    berikutnya, sel T yang sudah tersensitisasi akan teraktivasi dan mengeluarkan sitokin

  • 6

    yang menarik sel radang ke tempat antigen berada sehingga terjadi reaksi inflamasi.

    Contoh obat yang sering menimbulkan reaksi tipe IV antara lain benzil alkohol,

    derivat merkuri, neomisin, nikel, antibiotik topikal, krim steroid, antihistamin topikal,

    anestesi lokal, serta beberapa zat aditif yang sering terdapat pada obat topikal seperti

    parabens atau lanolin.

    Obat-obatan dan substansi lain yang dapat memicu reaksi alergi antara lain:

    Anestetik lokal

    Alergi yang disebabkan oleh penggunaan anestetik lokal biasanya dipicu oleh

    bahan pengawet dalam ampul, yang berperan sebagai germisida. Bahan pengawet

    yang sering digunakan antara lain derivat paraben (metil-, etil-, propel-, dan butyl-

    paraben). Saat ini sebagian besar anestetik lokal tidak mengandung bahan

    pengawet untuk menghindari timbulnya reaksi alergi, yang mempersingkat waktu

    penyimpanan larutan anestetik.

    Antibiotik

    Antibiotik yang harus diperhatikan oleh dokter gigi (untuk menghindari

    alergi) adalah penisilin, karena merupakan antibiotik pilihan dalam sebagian besar

    kasus prosedur dental. Frekuensi reaksi alergi akibat penggunaan penisilin

    berkisar antara 2-10% dan reaksi bermanifestasi sebagai reaksi ringan, parah atau

    fatal.

    Analgesik

    Analgesik yang berperan dalam reaksi alergi, meskipun jarang terjadi, antara

    lain narkotik (kodein atau fetidin), dan asam asetilsalisilat (aspirin). Diantara

    berbagai jenis analgesik, aspirin dinyatakan sebagai obat yang berperan dalam

    sebagian besar reaksi alergi, yang berkisar antara 0,2% sampai 0,9%. Reaksi

    alergi akibat konsumsi aspirin bervariasi mulai dari urtikaria biasa sampai syok

    anafilaktik. Kadang-kadang, timbul gejala asma atau edema angioneurotik.

    Obat-obatan anxiolitik.

    Barbiturat merupakan obat-obatan anxiolitik yang paling sering

    menyebabkan reaksi alergi. Biasanya menyerang individu yang memiliki riwayat

    urtikaria, edema angioneurotik, dan asma. Reaksi alergi biasanya bersifat ringan

    dan hanya berupa reaksi pada kulit (urtikaria).

    Berbagai bahan dan produk kedokteran gigi.

  • 7

    Resin akrilik, antiseptik tertentu, larutan prosesing radiograf, dan sarung

    tangan dapat memicu alergi. Reaksi alergi biasanya bersifat ringan dan berupa

    stomatitis (eritema inflamasi) dan urtikaria kulit.

    No. Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain :

    1. Apakah anda pernah merasakan mual atau pusing sesudah perawatan pencabutan

    gigi?

    2. Apakah pernah terasa gatal, ruam pada kulit atau keluhan lain sesudah memakai

    obat tertentu?

    3. Apakah anda pernah sesak nafas setelah makan makanan atau obat?

    Langkah-langkah pencegahan umum yang harus dilakukan jika pasien memiliki riwayat

    alergi jenis apapun antara lain:

    Bertanya tentang tipe alergi dan obat-obatan atau substansi yang menyebabkan

    reaksi

    Merujuk pasien ke ahli alergi untuk pemeriksaan, jika riwayat menunjukkan

    bahwa pasien alergi terhadap anestetik local

    Hindari administrasi obat-obatan yang dapat menimbulkan hipersensitivitas

    pasien. Misalnya, dalam kasus alergi aspirin, dapat diberikan asetaminofen

    (Tylenol), atau dalam kasus alergi penisilin, dapat diberikan makrolid.

    Pasien yang memiliki riwayat penyakit-penyakit atopik, seperti rhinitis alergi,

    asma, dan eksema harus diberi perhatian khusus

    Dokter gigi harus mempersiapkan diri untuk menghadapi pasien yang alergi

    terhadap obat-obatan tertentu (adrenalin, hidrokortison, antihistamin, dan

    oksigen).

    PENYAKIT JANTUNG

    Penyakit jantung mempunyai hubungan penting dengan praktek kedokteran gigi

    karena banyak alasan, termasuk resiko bahwa pengobatan rongga mulut bisa

    mengakibatkan endokarditis bakterialis.

    Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah

    pasien naik sehingga menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong dan

    terjadilah pendarahan.

  • 8

    Jika prosedur gigi membutuhkan anestesi, hati-hati jika obat anestesi mengandung

    epinefrin. Penggunaan epinefrin pada beberapa pasien hipertensi dapat menyebabkan

    perubahan kardiovaskuler, angina, serangan jantung dan aritmia. Selain itu, sebaiknya

    prosedur dental dilakukan dengan cepat dan tepat agar pasien tidak lelah.

    Manifestasi penyakit jantung akan berdampak langsung pada ekstraksi gigi,

    konservasi dan periodonsia sehingga membuat operator harus lebih berhati-hati dalam

    melakukan tindakan. Sebaiknya sebelum melakukan perawatan pasien dikontrol ke

    bagian penyakit dalam.

    No. Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain :

    1. Apakah tangan sering berkeringat?

    2. Apakah jantung mudah berdebar?

    3. Apakah pernah sakit atau sesak bagian dada?

    4. Apakah mudah lelah setelah melakukan suatu kegiatan?

    5. Apakah ada orang tua atau saudara yang memiliki kelainan pada jantung?

    PENYAKIT TEKANAN DARAH TINGGI

    Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang permanen sebagai akibat

    meningkatnya tekanan di arteri perifer, dimana komplikasi yang timbul menjadi nyata.

    Menurut WHO batas tekanan yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan

    tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

    Gejala klinis pada pasien darah tinggi antara lain : sakit kepala, perdarahan dari

    hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan.

    Hal hal yang harus diperhatikan :

    Pada pasien yang ingin melakukan ekstraksi tekanan darah harus dikontrol

    karena dapat menyebabkan darah merembes dan tidak bisa berhenti.

    Memberitahukan pasien agar tidak cemas dan gugup sebelum melakukan

    pencabutan agar tidak terjadi vasokontriksi pembuluh darah.

    Tidak menambahkan vasokonstriksi pada anestesi.

    Sebaiknya pasien dengan penyakit tekanan darah tinggi dirujuk terlebih

    dahulu sebelum melakukan tindakan perawatan terutama ekstraksi.

  • 9

    Diharapkan tekanan darah pasien akan lebih terkontrol dengan mengkonsumsi

    obat-obatan tertentu.

    No. Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain :

    1. Apakah sering pusing-pusing?

    2. Apakah nafas sering terputus-putus (nafas pendek)?

    3. Apakah sedang mengonsumsi obat tertentu?

    4. Apakah sering terasa berat di tengkuk?

    5. Apakah ada orang tua atau saudara yang memiliki penyakit darah tinggi?

    DIABETES MELITUS

    Bidang Periodonsia

    Diabetes Mellitus (DM) merupakan faktor predisposisi terhadap timbulnya

    infeksi. Di dalam mulut DM dapat meningkatkan jumlah bakteri sehingga

    menyebabkan adanya kelainan pada jaringan periodontal, dan bila berlanjut dapat

    menyebabkan gigi menjadi goyah.

    Pasien dengan penyakit diabetes, resiko terinfeksi jaringan periodontal

    semakin besar bahkan mencapai 2-4 kali daripada pasien non diabetes. Infeksi

    periodontal kronis menyebabkan inflamasi sistemik yang nantinya meningkatkan

    resistensi insulin dan hiperglikemia. Resistensi insulin menghambat control

    glikemia secara optimal dan meningkatkan resiko penyakit jantung.

    Penyakit diabetes yang dapat menjadi penyebab utama lesi ginggiva,

    xerostomia, hiperaemi mukosa, palatum dan lidah terasa kering/terbakar, hilangnya

    papilla lidah dan masalah vaskularisasi dini

    Bidang Bedah mulut

    Ekstraksi gigi pada pasien dengan kelainan penyakit sistemik membutuhkan

    pertimbangan yang serius dari beberapa aspek tindakan dan reaksi. Pasien dengan

    penyakit diabetes mellitus memiliki resiko lebih tinggi dalam ekstraksi gigi.

    Artinya cloating time penderita tidak seperti orang non diabetes. Selain itu, pada

    pemberian anastesi local, penderita DM harus dihindarkan dari bahan

    vasokonstriktor karena mengandung adrenalin yang dapat meningkatkan glukosa

    dalam darah.

    Bidang Prostodonsia

  • 10

    Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dapat menghambat dilakukannya

    perawatan prostodonsia. Penyakit kronis yang serius menurunkan adaptibilitas dan

    fisiologis dan psikiologis. Pada penderita diabetes mellitus, biasanya pasien enggan

    kembali ke untuk kontrol sebab tidak percaya diri terhadap bau nafas yang khas.

    Hal ini dapat menghambat pengamatan perkembangan pertumbuhan yang terjadi.

    Selain itu, xerostomia yang merupakan gejala diabetes mellitus juga dapat

    menghambat retensi pesawat ortodonsia dengan menghambat daya adhesi antara

    basis gigi tiruan lepasan dengan mukosa mulut dan daya kohesi cairan saliva.

    Pada perawatan prostodonsia pasien diabetes mellitus, perlu diperhatikan hal-hal

    sebagai berikut :

    1) Perlu dihindari perubahan-perubahan besar pada kondisi rongga mulut atau

    bentuk gigi tiruan secara drastis.

    2) Dihindari penggunaan bahan cetak plaster sebab bahan ini mengabsropsi

    kelembaban rongga mulut.

    Bidang Orthodonsia

    Penderita DM pada perawatan orto, misalnya dalam pemakaian alat orto

    (kawat) dapat menyebabkan gingivitis. Pada penderita DM terdapat kecenderungan

    gigi goyang. Hal ini merupakan salah satu kontraindikasi pemerataan gigi, karena

    dengan adanya pemakaian kawat, akan menghasilkan tekanan yang terlalu besar

    pada gigi, sehingga gigi goyang yang akhirnya akan menyebabkan gigi tanggal.

    No. Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain :

    1. Apakah sering gemetar bila terlambat makan?

    2. Apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit DM?

    3. Apakah sering buang kecil?

    4. Apakah jika luka lambat sembuh?

    5. Apakah sering merasa haus?

    6. Apakah mengalami perubahan pada berat badan secara drastis?

    e. PENYAKIT KELAINAN DARAH

    Pada penderita kelainan darah seperti hemophilia maka bila terjadi sesuatu yang

    menimbulkan perdarahan harus dihindarkan. Jaringan yang menderita peradangan

    mudah terjadi perdarahan spontan. Sebaiknya mulai dibiasakan ke dokter gigi sejak

  • 11

    anak-anak untuk mengontrol kesehatan giginya agar cepat dapat diatasi bila telah terjadi

    kelainan pada gigi infeksi rongga mulut sebab pada jaringan yang sehat tidak akan

    terjadi perdarahan spontan.

    Pertimbangan perawatan dental

    Pertimbangan dalam perawatan gigi. Pada tingkat oral, paling sering manifestasi

    hemofilia berkepanjangan, perdarahan gingival (spontan atau sebagai respon terhadap

    trauma). Hemarthrosis dari sendi temporomandibular jarang terjadi. Pertimbangan dalam

    perawatan gigi harus memusatkan perhatian pada pencegahan (tindakan kebersihan,

    fluor, diet dan kontrol teratur) untuk mengurangi kebutuhan perawatan gigi

    geligi. Namun, jika pencegahan tidak mungkin dan pengobatan dibutuhkan, dokter gigi

    harus menghubungi hematologi untuk mengetahui karakteristik spesifik dari penyakit

    pada setiap pasien, serta diperlukan faktor pengganti rejimen berdasarkan program

    pengobatan dental.

    No. Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain :

    1. Apakah ketika berdarah, lama berhentinya?

    2. Apakah pernah luka spontan atau tiba-tiba?

    3. Apakah pernah perdarahan berlebihan?

    f. PENYAKIT HEPATITIS

    Pada kasus hepatitis B, adanya kerusakan sel parenkim hati dapat mengurangi

    fungsi sel hati dalam menyaring sisa-sisa metabolism tubuh (selain di ginjal, termasuk

    zat-zat toksik). Kondisi ini menyebabkan adanya perubahan pada sistem imun tubuh

    (kekebalan tubuh) dan mempengaruhi pada keseimbangan flora rongga mulut manusia.

    Pada beberapa kasus hepatitis, ciri khas pada rongga mulut pasien adalah adanya bau

    mulut yang khas berbau keton dan ditemukan adanya pigmentasi pada lapisan mukosa

    mulut (pigmen bilirubin). Hal yang harus diperhatikan pada perawatan gigi yaitu

    komplikasi pendarahan, defisiensi cloating factor dan thrombocytopenia untuk

    mencegah perdarahan dan harus dilakukan pemeriksaan darah seperti complete blood

    count (CBC) sebelum perawatan.

    Penyakit hepatitis penting untuk ditanyakan karena pada perawatan gigi,

    diharapkan operator lebih berhati-hati karena penyakit ini dapat menular melalui cairan

    tubuh.

  • 12

    No. Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain :

    1. Apakah kulit pernah berwarna kekuningan?

    2. Apakah sering mual atau muntah?

    3. Apakah pernah mengalami sakit kuning?

    4. Apakah sering sakit di daerah perut sebelah kanan?

    g. KELAINAN HATI LAINNYA

    Sirosis Hepatis

    Lobus hati menjadi rusak dan digantikan dengan jaringan fibrosa sehingga

    terjadi penurunan dari fungsi hati. Gambaran intra oral menunjukkan kelenjar

    parotis membengkak sehingga terjadi hipersalivasi (banyak mengandung ion

    kalsium, natrium), protein total bertambah, amilase meningkat, terdapat

    hiperpigmentasi pada mulut. Hal yang harus diperhatikan pada perawatan gigi

    yaitu komplikasi pendarahan, defisiensi cloating factor dan thrombocytopenia

    untuk mencegah perdarahan dan harus dilakukan pemeriksaan darah seperti

    complete blood count (CBC) sebelum perawatan.

    h. HIV+AIDS

    Jika ditemukan manifestasi HIV dalam rongga mulut, dokter gigi harus

    melakukan pemeriksaan HIV dan merujuk pasien ke konsultasi medis dan

    menjalankan pemeriksaan HIV lebih lanjut. Terdapat dua tipe lesi yang hampir selalu

    ditemukan dalam keadaan imunosupresi yaitu oral hairy leukoplakia dan kaposi

    sarcoma. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan mikroskopis jaringan lesi. Dokter

    gigi yang menemukan lesi ini harus mengenali potensi infeksi HIV serta merujuk

    pasien ke dokter yang dapat memberikan diagnosis definitif dan penatalaksanaan yang

    tepat. Selain itu, beberapa tanda HIV antara lain infeksi kandida, infeksi virus herpes,

    simpleks rekuren, penyakit periodontal dan ulser apthous. Dampak dari tanda-tanda

    HIV, operator harus ekstra hati-hati dalam melakukan tindakan untuk mencegah

    penularan karena penularan yang sangat efektif melalui darah.

    No. Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain :

    1. Apakah berat badan menurun drastis sejak beberapa bulan terakhir?

  • 13

    2. Apakah sering memakai jarum suntik?

    3. Apakah kesehatan umum menurun?

    i. PENYAKIT PERNAFASAN ATAU PARU

    Dokter gigi harus hati-hati dalam melakukan perawatan dental. Selalu

    melakukan irigasi yang adekuat saat mengebur gigi agar debu sebagai allergen tidak

    merangsang asma. Perawatan dental yang dilakukan haruslah cepat karena pasien tidak

    boleh lelah dan perawatan yang lama dapat menyulitkan karena pasien bernafas

    melalui mulut. Manifestasi dari penyakit ini mempengaruhi prognosis pasien.

    No. Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain :

    1. Apakah pernah merasakan sesak nafas atau kesulitan bernafas?

    2. Apakah sering terkena batuk?

    3. Apakah sering merasakan kesakitan pada daerah dada?

    j. PENYAKIT PENCERNAAN

    Mulut meruopakan bagian pertama kali dan berhubungan langsung dengan sistem

    digestivus sehingga dapat dijadikan suatu indikator dari kesehatan seseorang secara

    umum. Manifestasi oral dari penyakit ini dapat diklasifikasikan seperti kelainan faring,

    dan esophagus, kelainan mekanisme imunologi, kelainan hati, serta defisiensi vitamin

    dan nutrisi. Hal ini tentu berpengaruh dalam pemberian perawatan kepada pasien dengan

    gangguan pencernaan, mekanisme pembekuan darah yang lambat atau komplikasi dapat

    terjadi.

    No. Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain :

    1. Apakah sering mual atau muntah?

    2. Apakah buang air besar bermasalahh, disertai darah atau lender?

    3. Apakah terdapat gangguan makan?

    4. Apakah pasien pernah merasakan nyeri perut bagian atas?

    Manifestasi penyakit ini pada perawatan dental lebih mengarah pada pemilihan

    obat-obatan selama terapi agar tidak memilih obat yang sifatnya asam.

  • 14

    k. PENYAKIT GINJAL

    Penyakit ini ditandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (sindrom

    cushing) sehingga menyebabkan diabetes dan hipertensi. Penyakit gagal ginjal kronik

    bersifat progresif dan irreversible di mana terjadi uremia karena kegagalan tubuh untuk

    mempertahakan metabolism dan keseimbangan cairan serta elektrolit. Ginjal kehilangan

    kemampuan mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal. Terjadi

    penahanan cairan dan natrium sehingga meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal

    jantung kongestif dan hipertensi. Tanda oral yang dapat dilihat yaitu terciumnya bau

    khas ammonia dari mulut pasien, ulserasi dan perdarahan pada mulut.

    No. Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain :

    1. Apakah sulit buang air kecil?

    2. Apakah mudah lelah?

    3. Apakah sulit tidur?

    4 Apakah anda menjalankan cuci darah? Jika iya, seberapa sering?

    l. KELAINAN KELENJAR LUDAH

    Gangguan pada kelenjar ludah dapat berupa hipersalivasi yang ditandai dengan

    saliva yang banyak dan encer karena banyak mengandung seros dan xerostomia atau

    mulut kering. Pasien dengan xerostomia biasanya mengeluh susah menelan. Xerostomia

    juga meningkatkan resiko karies dalam rongga mulut.

    No. Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain :

    1. Apakah anda merasa mulut terlalu kering atau basah?

    2. Apakah anda sering meludah?

    3. Apakah anda pernah merasa sakit di bawah lidah, di leher bagian atas, dan di

    bawah telinga?

    m. EPILEPSI

    Obat antiepilepsi yang sangat berpengaruh pada keadaan rongga mulut adalah

    fenitoin. gingival enlargemen) adalah hal yang paling sering terjadi pada pengguna

    fenitoin. Pembesaran jaringan secara tipikal terjadi antara 1-3 bulan setelah terapi obat

    diinisiasi dan dimulai di jaringan gusi superfisial di antara gigi (papila interdental).

    Segmen anterior lebih sering mengalami pembesaran dibandingkan area posterior, tapi

    keterlibatan yang sama rata tidak umum.

  • 15

    Terdapat hubungan terbalik yang jelas antara oral hygiene dan derajat pembesaran

    dengan penggunaan obat tersebut. Walau oral hygiene yang baik secara tipikal tidak

    mencegah pembesaran individu yang rentan, ini sering membatasi keparahan dari respon

    pada level yang menerima. Walau penghentian atau penggantian obat dapat

    menimbulkan penurunan pembesaran, pemotongan secara bedah pada jaringan yang

    melampaui batas (contoh gingivectomy) mungkin diperlukan pula adanya oral hygiene

    yang adekuat untuk individual tertentu.

    No. Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain :

    1. Apakah ada keluarga anda dan anda yang menderita penyakit ayan?

    2. Apakah anda pernah kejang-kejang mendadak?

    Palembang, 04 Desember 2013

    Petugas Pendaftaran Yang Menerangkan

    ( Chelly Mutiah ) ( Puji Yuliastri)

  • 16

    STATUS UMUM PASIEN

    Rujukan :

    Keadaan Umum : Baik (CM) Tekanan Darah: 110/70mmHg

    Berat Badan : 50 kg Nadi : 76/menit

    Tinggi Badan : 160 cm (IMT = 18,75) Pernafasan : 16/menit

    Pupil mata : Normal

    Keadaan Umum

    Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap

    rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :

    a. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat

    menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya

    b. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,

    sikapnya acuh tak acuh.

    c. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-

    teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

    d. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang

    lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah

    dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

    e. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap

    nyeri.

    f. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap

    rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga

    tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

    Mengukur Tingkat Kesadaran

    Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif

    mungkin adalah menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk

    menentukan derajat cidera kepala. Reflek membuka mata, respon verbal, dan motorik

    diukur dan hasil pengukuran dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan seseorang

    mengalami cidera kepala, yang menunjukan adanya penurunan kesadaran.

    Metoda lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa apakah

    sadar baik (alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang

    nyeri (pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi

    rangsang nyeri (unresponsive).

  • 17

    Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan hasil

    yang kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa kesadarannya

    apakah baik (alertness), bingung / kacau (confusion), mudah tertidur (drowsiness), dan

    tidak ada respon (unresponsiveness).

    Berat Badan dan Tinggi Badan

    Maksud pemeriksaan klinis menyangkut tinggi badan, berat badan, keadaan

    jasmani serta keadaan gizi pasien adalah untuk memperkirakan pertumbuhan dan

    perkembangan pasien secara umum, sedangkan data keadaan mental pasien diperlukan

    untuk apakah pasien nanti dapat bekerja sama (kooperatif) dengan baik bersama

    operator dalam proses perawatan untuk mendapatkan hasil perawatan yang optimal.

    Berat badan sehat ialah berat badan tubuh yang memiliki proporsi seimbang

    dengan tinggi badan (TB). Tubuh sehat ideal secara fisik dapat terlihat dan ternilai dari

    penampilan luar.

    Berat Badan Ideal (BBI) pada remaja dan dewasa dapat dihitung dengan rumus di

    bawah ini :

    BBI = (TB 100) (TB 100) x 100% atau

    BBI = (TB 100) x 90%

    Tabel 1. Pembagian tinggi badan idel berdasarkan berat badan pria dan wanita

    Tinggi Badan

    (cm)

    Berat badan (kg)

    Wanita Pria

    150 43-45 49-51

    154 47-49 51-53

    159 50-55 55-60

    164 52-60 60-68

    169 55-65 64-75

    174 57-70 68-82

    180 60-74 73-89

    184 62-78 77-96

    Indeks Massa Tubuh (IMT)

    IMT dihitung sebagai berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam

    meter dikuadratkan (m2) dan tidak terikat pada jenis kelamin. Saat ini IMT secara

  • 18

    internasional diterima sebagai alat untuk mengidentifikasi kelebihan berat badan dan

    obesitas.

    Rumus Indeks Massa Tubuh :

    IMT =

    Tabel 2. Klasifikasi IMT berdasarkan Depkes RI (1994)

    IMT (kg/m2) Kategori

    < 17.0 Kekurangan berat badan tingkat berat. Kurus

    17.0 18.4 Kekurangan berat badan tingkat ringan.

    18.5 25.0 Normal Normal

    25.1 27.0 Kelebihan berat badan tingkat ringan Gemuk

    >27.0 Kelebihan berat badan tingkat berat

    Tekanan Darah

    Tekanan darah menuju kepada tekanan yang dialami oleh pembuluh darah arteri

    darah saat darah dipompa oleh jantung dan pasokan darah disebar luaskan ke seluruh

    bagian anggota tubuh manusia. Cara mengetahui tekanan darah adalah dengan

    mengambil dua ukuran yang umumnya diukur dengan menggunakan alat yang disebut

    tensimeter / sfigmomanometer, kemudian diketahui tekanan darah contoh 120/80

    mmHg. Angka 120 menunjukkan tekanan darah atas pembuluh arteri daru denyut

    jantung yang disebut tekanan darah sistolik, kemudian angka 80 merupakan tekanan

    darah bawah saat tubuh sedang beristirahat tanpa melakukan aktivitas apapun yang

    disebut tekanan darah diastolik. Cara yang paling efektif untuk mengetahui tekanan

    darah seseorang secara pasti, benar dan akurat pada saat tubuh sedang beristirahat dan

    dalam keadaan duduk ataupun berbaring.

    Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa

    Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik

    Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

    Pre hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

    Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg

    Stadium 2 160 mmHg 100 mmHg

  • 19

    Tekanan darah pada anak-anak

    a. Umur 1 tahun : 102 mmHg / 55 mmHg

    b. Umur 5 tahun : 112 mmHg / 69 mmHg

    c. Umur 10 tahun : 119 mmHg / 78 mmHg

    Cara mengukur tekanan darah :

    1) Naracoba berbaring terlentang selama 10 menit.

    2) Pasang manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas naracoba.

    3) Temukan denyut a. brachialis pada fossa cubiti dan a. radialis pada

    pergelangan tangan melalui palpasi.

    4) Sambil meraba a. radialis, pompa manset sampai a. radialis tidak teraba lagi

    (mencapai tekanan sistolik). Bila a. radialis tidak teraba, manset terus dipompa

    sampai 30 mmHg di atas tekanan sistolik.

    5) Letakkan stetoskop di atas denyut a. brachialis.

    6) Turunkan tekanan udara dalam manset (buka klep udara) secara perlahan

    sambil mendengarkan adanya bunyi pembuluh (penurunan tekanan 2-3 mmHg

    per 2 denyut).

    7) Tentukan kelima fase Korotkoff.

    Fase-fase Korotkoff yaitu :

    a. Fase I (Bunyi Korotkoff I)

    Timbul dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas dan makin lama

    makin keras sewaktu tekanan menurun 10-14 mmHg. Ini disebut nada

    letupan.

    b. Fase II (Bunyi Korotkoff II)

    Bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan tekanan 15-

    20 mmHg.

    Ditimbulkan oleh penutupan katup semilunaris yang tiba-tiba pada akhir

    sistole.

    c. Fase III (Bunyi Korotkoff III)

    Bunyi sedikit berubah dalam kualitas, tetapi menjadi jelas dan keras

    selama penurunan tekanan 5-7 mmHg.

    Bunyinya lemah dan bergemuruh dan terdengar pada awal sepertiga

    bagian tengah diastole.

    d. Fase IV (Bunyi Korotkoff IV)

  • 20

    Bunyi meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg. Setelah itu

    bunyi menghilang.

    Bunyi ini timbul saat atrium berkontraksi yang disebabkan oleh

    meluncurnya darah ke dalam ventrikel sehingga menimbulkan getaran

    seperti yang terjadi pada bunyi jantung yang ke-3.

    e. Fase V (Bunyi Korotkoff V)

    Titik di mana bunyi menghilang.

    Digunakan untuk mengukur tekanan diastolik.

    Nadi

    Salah satu indikator kesehatan jantung adalah terjadinya peningkatan denyut nadi

    pada saat beristirahat. Waktu yang tepat untuk mengecek denyut nadi adalah saat kita

    bangun pagi dan sebelum melakukan aktivitas apapun. Pada saat itu kita masih relaks

    dan tubuh masih terbebas dari zat-zat pengganggu seperti nikotin dan kafein. Kita dapat

    mengecek sendiri dengan merasakan denyut nadi kita di bagian tubuh tertentu.

    Gambar 1. Pemeriksaan pembuluh nadi a. radialis

    Cara mengukur denyut nadi :

    1. Dengan menggunakan 2 jari yaitu telunjuk dan jari tengah, atau 3 jari,

    telunjuk, jari tengah dan jari manis jika kita kesulitan menggunakan 2 jari.

    2. Temukan titik nadi (daerah yang denyutannya paling keras), yaitu nadi

    karotis di cekungan bagian pinggir leher kira-kira 2 cm di kiri/kanan garis

    tengah leher (kira-kira 2 cm disamping jakun pada laki-laki ), nadi radialis

    di pergelangan tangan di sisi ibu jari.

    3. Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglah

    jumlah denyutannya selama 15 detik, setelah itu kalikan 4, ini merupakan

    denyut nadi dalam 1 menit.

    Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:

    Ateri radialis : Pada pergelangan tangan

    Arteri temporalis : Pada tulang pelipis

  • 21

    Arteri caratis : Pada leher

    Arteri femoralis : Pada lipatan paha

    Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki

    Arteri politela : pada lipatan lutut

    Arteri bracialis : Pada lipatan siku

    Tabel 4. Frekuensi Denyut Nadi

    Usia Rentang Normal Rata-rata

    Bayi baru lahir 120-160 140

    1-12 bulan 80-140 120

    1-2 tahun 80-130 110

    3-6 tahun 75-120 100

    7-12 tahun 75-110 95

    Remaja 60-100 80

    Dewasa 60-100 80

    Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut bradicardi. Jika

    jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.

    Namun denyut nadi bisa lebih cepat jika seseorang dalam keadaan ketakutan,

    habis berolah raga, atau demam. Umumnya denyut nadi akan meningkat sekitar 20 kali

    permenit untuk setiap satu derajat celcius penderita demam.

    Faktor yang mempengaruhi nadi

    Usia; Peningkatan usia, nadi berangsur menurun.

    Jenis kelamin; Pria sedikit lebih rendah dari wanita (P = 60-65 kali/menit

    ketika istirahat, W = 7-8 kali/menit lebih cepat)

    Circadian rhythm; Rata-rata menurun pada pagi hari dan meningkat pada siang

    dan sore hari.

    Bentuk tubuh; tinggi, langsing biasanya denyut jantung lebih pelan dan nadi

    lebih sedikit dibandingkan orang gemuk.

    Aktivitas; Nadi akan meningkat ketika beraktifitas dan akan menurun ketika

    istirahat.

  • 22

    Stress dan emosi; Rangsangan saraf simpatis dan emosi seperti cemas, takut,

    gembira dapat meningkatkan denyut jantung dan nadi.

    Suhu tubuh; Setiap peningkatan 1 derajat Fahrenheit nadi akan meningkat 10

    kali/menit, peningkatan 1 derajat Celcius nadi meningkat 15 kali/menit.

    Sebaliknya bila terjadi penurunan suhu tubuh maka nadi akan menurun.

    Volume darah; Kehilangan darah yang berlebihan akan menyebabkan

    peningkatan nadi.

    Obat-obatan; beberapa obat dapat menurunkan atau meningkatkan kontraksi

    jantung. contohnya, golongan digistalis dan sedatif dapat menurunkan HR.

    Caffein, nicotine, cocaine, hormon tyroid, dan adrenalin dapat meningkatkan

    HR.

    Sedangkan untuk mengetahui kekuatan denyut jantung maksimal yaitu dengan rumus:

    Nadi Max = 80% x (220 - umur )

    Misalkan anda sekarang berusia 40 tahun maka kekuatan maksimal jantung anda

    adalah 80 % x 180 = 144 kali/menit. Yang perlu diperhatikan adalah, denyut nadi yang

    terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak beraturan dapat berarti gangguan pada jantung.

    Pernafasan

    Bernafas adalah sutu tindakan yang tidak disadari, diatur oleh batang otak dan

    dilakukan dengan bantuan otot-otot pernapasan. Pada suatu inspirasi, diafragma dan

    otot-otot intrekostalis berkontraksi, memperluas rongga toraks dan memekarkan paru-

    paru. Dinding dada akan bergerak ke atas, ke depan, dan ke lateral, sedangkan

    diafragma bergerak ke bawah. Setelah inspirasi berhenti, paru-paru akan mengkerut,

    diafragma akan naik secara pasif dan dinding dada akan kembali ke posisi semula.

    Pola pernafasan adalah:

    Pernafasan normal (euphea)

    Pernafasan cepat (tachypnea)

    Pernafasan lambat (bradypnea)

    Sulit/sukar bernafas (oypnea)

    Jumlah pernafasan seseorang adalah:

    Bayi : 30 - 40 kali per menit

  • 23

    Anak : 20 - 50 kali per menit

    Dewasa : 16 - 24 kali per menit

    Pupil Mata

    Pupil merupakan tempat masuknya cahaya ke dalam bola mata. Reflek pupil

    mata yang normal akan mengecil ketika diberikan cahaya.

    Cara pemeriksaan pupil mata :

    1. Mata pasien fiksasi pada jarak tertentu

    2. Observasi general pupil : bentuk, ukuran, lokasi, warna iris, kelainan bawaan dan

    kelainan lain.

    3. Berikan rangsangan cahaya selama 2-5 detik

    Pada pemeriksaan pupil mata, operator harus memriksa bentuk dan lebarnya,

    bila kedua pupil sama besar disebut isokor. Pupil yang mengecil disebut miosis,

    kadang-kadang sangat kecil (pin point), pupil yang dilatasi disebut midriasis mislanya

    pada kerusakan saraf kranial III. Pemeriksaan pupil ini berfungsi untuk mengetahui

    refleks pasien yang berhubungan dengan kesadaran dan kerja saraf simpatis-

    parasimpatis.

    Reflek pupil langsung (Unconsensual)

    Respon pupil langsung dinilai ketika diberikan cahaya terang, pupil akan konstriksi atau

    mengecil. Dilakukan pada masing-masing mata. Caranya adalah jatuhkan sinar pada

    mata kanan, amati pupil mata kanan

    Reflek pupil tidak langsung (Consensual)

    Dinilai bila cahaya diberikan pada salah satu mata, maka mata sebelahnya akan

    memberikan respon yang sama. Caranya adalah jatuhkan sinar pada sinar mata kiri,

    amati refleks pupil mata kanan.

    ANAMNESIS

    Keluhan Utama : Pasien perempuan (21 tahun) mengeluhkan gigi geraham kedua kiri

    bawah berlubang , sakit saat masuk makanan sejak 6 bulan lalu.

    Belum pernah dilakukan perawatan pada gigi tersebut. Pasien ingin

    giginya ditambal.

  • 24

    Keluhan Tambahan : Ada sariawan besar dibagian dalam pipi sebelah kiri sejak 3 hari

    lalu. Tidak terasa sakit dan sering muncul ketika menstruasi.

    Keluhan utama (chief complaint) berkaitan dengan apa saja yang dikeluhkan oleh

    pasien dan alasan pasien datang ke dokter gigi. Keluhan utama dari pasien akan

    berpengaruh terhadap pertimbangan dokter gigi dalam menentukaan prioritas

    perawatan.

    Mengetahui keluhan utama saja tidak cukup maka diperlukan pula pengembangan

    akar masalah yang ada dalam keluhan utam, yaitu dengan mengidentifikasi keluhan

    utama. Misalnya dengan mencari tahu kapan rasa sakit/rasa tidak nyaman itu pertama

    kali muncul, apakah keluhan itu bersifat berselang atau terus-menerus. Jika berselang

    seberapa sering, adakah faktor pemicu dan sebagainya.

    Jika rasa sakit terdeskripsikan sebagai masalah utama, maka ada beberapa hal yang

    dapat dikembangkan, misalnya sebagai berikut

    Tabel 5. Deskripsi Rasa Sakit

    Rasa Sakit Deskripsi

    Lokasi Gigi-gigi tertentu atau menyeluruh.

    Faktor pemicu Panas/dingin bertambah parah saat mengunyah.

    Karakter Tumpul, tajam, berdenyut.

    Keparahan Apakah sampai minum obat (analgesik) atau membuat sulit tidur.

    Penyebaran/radiasi Menyebar ke struktur yang dekat sebagai referred pain.

    Riwayat Perawatan Gigi

    Belum pernah dirawat

    Pernah dirawat : gigi geraham pertama kanan bawah dibagian depan

    ditambal dengan tambalan sewarna gigi 6 bulan yang lalu.

    Riwayat dental perlu ditanyakan karena akan mempengaruhi seorang dokter gigi

    dalam menentukan rencana dan manajemen perawatan yang akan dilakukan.

    Beberapa riwayat dental yang dapat ditanyakan yaitu :

    1. Pasien rutin ke dokter gigi atau tidak.

    2. Sikap pasien kepada dokter gigi saat dilakukan perawatan.

    3. Problem gigi terakhir yang relevan.

    4. Perawatan restorasi/pencabutan gigi terakhir.

  • 25

    Kebiasaan Buruk : Pasien sering mengunyah satu sisi

    Riwayat Sosial : Pasien adalah seorang mahasiswi kedokteran gigi.

    Kebiasaan buruk yang sering dilakukan pasien dapat mempengaruhi kesehatan mulut

    pasien, maka dari itu perlu untuk ditanyakan. Contoh : bernafas melalui mulut dapat

    mempengaruhi keadaan intraoral pasien seperti palatum yang dalam.

    Riwayat sosial yang dapat diungkap antara lain :

    1. Apakah pasien masih memiliki keluarga.

    2. Keadaan sosio-ekonomi pasien.

    3. Pasien berpergian ke luar negeri (berkaitan dengan beberapa penyakit infeksi

    misalnya pernyakit di daerah tropis atau wabah di negara tertentu).

    PEMERIKSAAN INTRA ORAL

    Pemeriksaan intraoral merupakan permeriksaan yang dilakukan dalam rongga mulut.

    Pemeriksaan intraoral berkaitan dengan gigi dan jaringan sekitar (jaringan lunak maupun

    jaringan keras).

    Wajah : Simetri Asimetri

    Pemeriksaan bentuk wajah terdiri atas 3 pemeriksaan, yaitu tipe wajah, kesimetrisan

    wajah, dan profil wajah.

    a. Tipe wajah ada 3, yaitu sempit, normal, dan lebar.

    b. Kesimetrisan wajah ada 2, yaitu simetris bilateral dan asimetris. Dikatakan

    simetris bilateral apabila wajah terbagi 2 sama lebar. Cara melihat keasimetrisan

    wajah dengan melihat garis median wajah dengan 4 titik acuan yaitu glabella, lip

    kontur atas, lip kontur bawah, dan pogonion.

    c. Profil wajah diperiksa dengan melihat pasien dari samping. Profil wajah

    membantu dalam mendiagnosis penyimpangan dalam hubungan maksila-

    mandibula. Profil wajah terbagi menjadi wajah datar, cembung, dan cekung.

    Untuk menentukan profil wajah, tarik garis dari titik glabela, subnasion, dan

    pogonion dan dilihat dari arah sagital.

  • 26

    Gambar 2. Proporsi wajah secara frontal. (a) Pembagian wajah berdasarkan bidang

    vertikal, (b) Pembagian wajah berdasarkan bidang horizontal

    Gambar 3. Cara menentukan profil wajah.

    Terdapat tiga klasifikasi profil wajah , yaitu :

    1. Profil datar : jika garis yang dibentuk titik acuan relatif lurus.

    2. Profil cembung : jika garis yang dibentuk titik acuan membentuk

    sudut lebih ke belakang (posterior divergen; kelas

    II hubungan rahang)

    3. Profil cekung : jika garis dibentuk titik acuan membentuk sudut lebih ke

    depan (anterior divergen; kelas III hubungan rahang).

    Gambar 4. Klasifikasi profil wajah.

    Glabella

    Sulcus Nasolabial Anterior

    Pogonion

  • 27

    Bibir : Sehat Ada, kelainan

    Pemeriksaan bibir bertujuan untuk melihat tonus bibir dan katup bibir. Tonus bibir

    atau kekuatan otot bibir terbagi atas 3, yaitu normal, hipotonus, dan hipertonus. Katup

    bibir untuk melihat apakah bibir dapat terkatup (competent/positive) atau tidak dapat

    terkatup (incompetent/negative). Cara pemeriksaannya adalah dengan mempalpasi

    otot bibir pada keadaan otot orbicularis oris dalam keadaan relaksasi.

    Gambar 5. (A) Bagian depan dari bibir (B) Palpasi pada bibir pada saat pemeriksaan intraoral.

    Struktur bibir, pipi adalah bagian yang sangat dekat dengan rongga mulut dan struktur

    ini membantu fungsi rongga mulut tersebut.

    Strukturstruktur luar tersebut adalah :

    a. Labial commisure : garis penutup bibir

    b. Philtrum : bagian yang rendah/dangkal (depressi) pada pertengahan

    bawah hidung sampai ke bagian tengah bibir atas.

    c. Vermillion zone : daerah bibir yang berwarna merah.

    d. Naso-Labial groove : bagian yang dangkal mulai dari sayap/sudut hidung (ala

    nasi) sampai ke sudut bibir.

    e. Labia-mental groove : bagian yang dangkal diantara bagian tengah bibir bawah

    dan dagu.

    f. Labial tubercle : tonjolan pada bagian tengah bibir atas.

    Teknik pemeriksaan yang digunakan adalah palpasi dengan menggunakan dua jari.

  • 28

    Tabel 6. Gambaran Normal Bibir

    Gambar 8. Gambaran bibir normal Keterangan

    Bibir terdiri dari kulit pada permukaan eksternal dan

    membran mukosa pada permukaan bagian dalam. Bibir

    atas meliputi philtrum merupakan bagian yang

    rendah/dangkal (depresi) pada pertengahan bawah hidung

    sampai ke bagian tengah bibir atas.

    Komisura mulut adalah sudut di mana atas dan bawah

    bibir bertemu. Epitel vermilion bibir yang khas, dengan

    pasokan kapiler yang banyak sehingga menghasilkan

    warna kemerahan-merah muda dari bibir . Melanosit

    melimpah di lapisan basal dari vermilion pada kulit

    berpigmen , tetapi jarang terjadi pada kulit putih.

    Gambar 9. Gambaran normal mukosa

    labial rahang atas Keterangan

    Mukosa labial yang normal terlihat berwarna pink, lembab

    dengan vaskular yang cukup menonjol di permukaannya .

    Gambar 10. Gambaran normal mukosa

    bukal rahang bawah Keterangan

    Bibir bawah yang normal menunjukan banyaknya kelenjar

    ludah minor yang sering memancarkan lendir dan tampak

    mengkilap. Selain itu tampak vaskularisasi yang lebih jelas.

    Gambar 6. Palpasi mukosa

    bibir bawah bagian dalam

    Gambar 7. Palpasi mukosa

    bibir atas bagian dalam

  • 29

    Tabel 7. Kelainan-kelainan pada bibir

    No. Kelainan Bibir Karakteristk

    1. Macrocheilia Ukuran besar dari bibir yang abnormal

    Kondisi pembengkakan permanen.

    Gambar 11. Macrocheilia

    2. Keilitis

    Glandularis

    Keilitis glandularis tidak diketahui etiologinya dan paling sering diderita

    penderita dewasa.

    Penyebab dapat berupa merokok, kebersihan mulut yang jelek atau

    pemajanan sinar matahari dan angin terus menerus.

    Gambaran keilitis glandularis secara klinis menimbulkan pembesaran

    yang simetris, bibir bawah yang membalik dan keras. Dengan berlalunya

    waktunya kelenjar ludah labial tambahan akan melebar dan tampak

    sebagai bercak-bercak kecil, merah dan multipel. Dari lubang-lubang

    duktus dikeluarkan eksudat muko-purulen, kekuningan dan kental yang

    dapat menutup seluruh bibir dan membuatnya lengket.

    3. Trauma Trauma pada bibir sering mengakibatkan edema yang berfluktuasi, tidak

    teratur dan sakit. Trauma dapat berasal dari luar atau akibat diri sendiri.

    Trauma luar luar dapat merusak jaringan lunak bibir dan mengakibatkan

    luka-luka atau pendarahan.

    Gambar 12. Ulserasi yang timbul akibat trauma

    4. Mucocele Fenomena retensi mukus merupakan pembengkakan noduler paling

    umum dari bibir bawah dan secara khas disebut mucocele

    Pembengkakan ini tanpa gejala, lunak, berfluktuasi, abu-abu kebiruan

    dan biasanya diameter kurang dari 1 cm

    Lokasi yang paling umum ditemukan adalah di bibir bawah di tengah

  • 30

    antara garis tengah dan komisura, dapat juga timbul di lokasi lain yaitu

    mukosa pipi, palatum, dasar mulut, ventral lidah.

    Perawatan yang dilakukan biopsy eksisi dan pemeriksaan histopatologis.

    Gambar 13. Mucocele

    5. Keilitis

    Angularis

    Keilitis angularis adalah keadaan sakit yang terdiri atas fisura

    eritematous yang memancar di sudut-sudut mulut.

    Etiologinya diperkirakan berhubungan dengan infeksi campuran

    Candida albicans dan Staphylococcus aureus.

    Perawatan yang biasa dilakukan berupa pencegahan dikombinasikan

    dengan anti jamur topikal dan terapi antibiotik.

    Gambar 14. Angular Cheilitis

    6. Keilitis

    eksfoliatif

    Adalah suatu keadaan persisten yang mengenai bibir dan ditandai

    dengan pecah-pecah, pengelupasan dan pembentukan keropeng-

    keropeng pendarahan.

    Penyebab adalah Candida albicans, sepsis oral, stress, dan kebiasaan

    menggigit bibir.

    Perawatan terbaik adalah dengan menghilangkan faktor predisposisi dan

    pemakaian topikal salep anti jamur.

    Gambar 15. Keilitis Eksfoliatif

  • 31

    Kelenjar getah bening submandibula :

    Kanan : Tidak teraba Teraba (lunak/kenyal/keras)

    Sakit Tidak sakit

    Kiri : Tidak teraba Teraba (lunak/kenyal/keras)

    Sakit Tidak sakit

    Pemeriksaan kelenjar getah bening dengann palpasi dilakukan pada bagian kepala leher

    dengan area sebagai berikut :

    Gambar 16. Limfonodi Kepala dan Leher

    Kelenjar getah bening terdapat di beberapai tempat di tubuh kita. Kelenjar getah bening

    adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar

    600 kelenjar getah bening, namun hanya di daerah submandibular (bagian bawah rahang

    bawah), ketiak, atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat.

    Fungsi dari kelenjar getah bening :

    1. Mengembalikan cairan dan protein jaringan ke dalam sirkulasi darah.

    2. Mengangkut limfosit dan kelenjar ke sirkulasi darah.

    3. Membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah.

    4. Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindari penyebaran

    organism ke bagian tubuh lain.

    5. Apabila ada infeksi, kelenjar getah bening akan menghasilkan zat anti (antibodi)

    untuk melindungi tubuh terhadap kelanjutan infeksi.

  • 32

    Pemeriksaan Fisik

    Cara melakukan palpasi kelenjar getah bening :

    a. Menggunakan ujung jari untuk melakukan tekanan ringan. Fiksasi kepala penderita

    dapat dicapai dengan penempatan satu tangan di belakang oksiput, sementara

    tangan yang lain melakukan palpasi. Dengan jari-jari yang melakukan palpasi,

    lakukan gerakan lambat, hati-hati dan halus, menggeser atau berputar.

    b. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba dengan kedua tangan pada

    seluruh daerah leher dari atas ke bawah. Bila terdapat pembesaran kelenjar limfe,

    tentukan ukuran, bentuk konsistensi, perlekatan dengan jaringan sekitarnya.

    Palpasi Kelenjar Limfe Submental dan Submandibula

    a. Pemeriksa berasa di belakang pasien, kemudian palpasi dilakukan dengan kepala

    penderita condong ke depan sehingga ujung-ujung jari merata di bawah tepi

    mandibula.

    b. Kepala dapat dimiringkan dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga palpasi dapat

    dilakukan pada kelenjar yang superfisial maupun yang profunda. Juga dapat

    dilakukan dengan palpasi bimanual.

    Gambar 17. Palpasi kelenjar limfe submental dan submandibula

    Palpasi Kelenjar Jugularis

    a. Dapat dimulai di superfisial dengan melakukan penekanan ringan dengan

    menggerakkan jari-jari sepanjang musculus sternokleidomastoideus.

    b. Pada palpasi yang lebih dalam, ibu jari ditekan di bawah muskulus

    sternokleidomastoideus pada kedua sisi sehingga dapat dipalpasi kelenjar yang

    terdapat di sub atau retro dari muskulus ini.

    c. Bila pemeriksaan ini negatif atau meragukan maka pemeriksa harus berdiri di

    belakang pasien. Kemudian ibu jari digunakan untuk menggeser musculus

  • 33

    sternokleidomastoideus ke depan, sementara jari yang lain meraba pada tepi

    anterios muscular tersebut.

    d. Perabaan secara bilateral dan simultan selalu dianjurkan untuk menilai perabaan

    antara kedua sisi.

    e. Palpasi kelenjar leher ini agak sulit pada orang gemuk, leher pendek, dan leher

    yang berotot. Terutama bila kelenjarnya masih kecil.

    Gambar 18. Palpasi Kelenjar Jugularis

    Palpasi Kelenjar Limfe Asesorius

    a. Dengan menekan ibu jari pada tepi posterios m. trapezium ke depan dan jari-jari

    ditempatkan pada permukaan anterior muskulus ini.

    Gambar 17. Palpasi kelenjar limfe asesorius

    Palpasi Kelenjar Limfe Supraklavikular

    a. Dilakukan dengan duduk di depan atau berdiri di belakang penderia di mana jari-

    jari digunakan untuk palpasi fosa supraklavikular.

  • 34

    Gambar 19. Palpasi kelenjar limfe supraklavikular

    Kelenjar getah bening harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada

    tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak

    dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal.

    Ukuran : normal bila diameter 0,5cm dan lipat paha >1,5cm

    dikatakan abnormal)

    Nyeri tekan : umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan

    Konsistensi : keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet

    mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif

    mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan

    Penempelan/bergerombol : beberapa kelenjar getah bening yang menempel dan

    bergerak bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis, keganasan.

    Ciri-ciri Nodus yang Teraba Saat Palpasi

    a. Infeksi akut

    Membesar, lunak, sakit, dapat digerakan, berdiri sendiri, terjadi dengan cepat.

    b. Infeksi kronis

    Membesar, kokok, tidak terlalu lunak, dapat digerakan.

    c. Limfoma

    Seperti karet yang keras, permukaannya kasar, tidak sakit, multipel.

    d. Kanker yang mengalami metastasis

    Keras seperti batu, ada fiksasi dengan jaringan di bawahnya, tidak sakit.

    Pembesaran kelenjar getah bening dapat dipilah atas 3 golongan yaitu :

    1. Pembesaran kelenjar getah bening karena infeksi akut dan disebut limfadenitis akut

    2. Pembesaran kelenjar getah bening karena infeksi kronis, limfadenitis kronik

  • 35

    3. Pembesaran kelenjar getah bening yang belum diketahui sebabnya, limfadenopati. Selain

    berupa limfoma atau metastasis dari kanker di daerahnya, limfadenopati juga bisa

    disebabkan oleh infeksi.

    Bila dicurigasi ada penyebab non-dental, sebaiknya dirujuk untuk pemeriksaan medis.

    Tetaplah berpikir tentang kemungkinan terjadi kanker yang mengalami metastasis atau

    limfoma, sampai dapat dibuktikan bahwa lesi tersebut bukan keganasan.

    Kelenjar Lainnya : -

    Pemeriksaan pada kelenjar lainnya dapat berupa kelenjar saliva.

    Gambar 20. Kelenjar Saliva Mayor

    a. Kelenjar Saliva Parotis

    Pemeriksaan dilakukan dari arah depan. Bagian bawah daun telinga akan

    terdorong keluar bila kelenjar membengkak. Lakukan palpasi pada kelenjar untuk

    melihat adanya pembengkakan atau perabaan yang lunak. Kelenjar terletak di distal

    ramus asendens mandibula. Kadang tampilan kelenjar parotis yang lebih baik diperoleh

    dari arah punggung pasien.

    b. Kelenjar Saliva Submandibula

    Palpasi bimanual : Gunakan jari telunjuk dan jari tengah dari satu tangan untuk

    pemeriksaan intraoral, kemudian jari telunjuk dan jari tengah tangan yang lain di luar

    mulut. Lakukan palpasi pada kelenjar saliva submandibula di atas dan di bawah otot

    milohioideus. Jangan lupa untuk memerika juga duktus kelenjar untuk melihat adanya

    batu kelenjar saliva.

  • 36

    KEADAAN UMUM INTRA ORAL

    Debri : Tidak ada Ada, regio : A, B

    DEBRIS

    Kebanyakan debris makanan akan bersih 5-30 menit setelah makan, tetapi ada

    kemungkinan sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi dan membran mukosa.

    Debris adalah sisa-sisa makanan yang biasanya menempel di celah gigi dan merupakan

    faktor pendukung timbulnya karies (lubang gigi). Debris dibedakan menjadi food

    retention (sisa makanan yang mudah dibersihkan dengan air liur, pergerakan otot-otot

    mulut, berkumur, atau dengan menyikat gigi) dan food impaction (sisa makanan yang

    terselip dan tertekan di antara gigi dan gusi, biasanya hanya bisa dibersihkan

    dengan dental floss/ benang gigi atau tusuk gigi).

    Pemeriksaan dengan visual juga dengan menggunakan sonde.

    Plak : Tidak ada Ada, regio : A, E

    PLAK

    Plak merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas

    mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler jika seseorang

    melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya.

    Plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan cara kumur atau semprotan air dan

    hanya dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara mekanis.

    Klasifikasi Plak Gigi

    1. Plak supragingival

    Berada pada atau koronal tepi gingiva. Pembentukan plak supragingiva

    dipelopori oleh bakteri yang mempunyai kemampuan untuk membentuk

    polisakarida ekstraselular yang memungkinkan bakteri melekat pada gigi dan saling

    berikatan. Koloni bakteri pertama adalah Streptococcus mitior, S. sanguis,

    Actinomyces viscocus dan A. naeslundii. Bila bakteri ini dibiarkan bertumbuh

    selama beberapa hari, akan timbul inflamasi gingival.

    2. Plak subgingival

    Lokasinya apikal dari tepi gingiva, di antara gigi dengan jaringan yang

    mendindingi sulkus gingiva.

    Pemeriksaan plak dilakukan dengan menggunakan disclosing agent.

  • 37

    Kalkulus : Tidak ada Ada, regio : A, E

    KALKULUS

    Kalkulus adalah suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan melekat

    erat pada permukaan gigi, dan objek solid lainnya di dalam mulut, misalnya restorasi

    dan gigi geligi tiruan. Kalkulus adalah plak yang terkalsifikasi.

    Kalkulus yang dibiarkan lama-kelamaan akan menumpuk dan dapat menutup

    permukaan gigi, selain itu juga dapat menyebabkan gigi goyang. Karang gigi tidak bisa

    dihilangkan hanya dengan menyikat gigi, untuk membersihkannya dibutuhkan bantuan

    dokter gigi dengan menggunakan scaler.

    Kalkulus terbagi menjadi kalkulus supragingiva dan kalkulus subgingiva. Kalkulus

    supragingiva dapat terlihat pada daerah sekitar servikal, keras dan rapuh, dapat

    dibersihkan dengan scaler. Sedangkan, kalkulus subgingiva biasanya tidak terlihat kasat

    mata, harus diperiksa dengan probe dan kuret terlebih dahulu.

    Pemeriksaan dengan visual dan sonde.

    Pendarahan papilla interdental : Tidak ada Ada, regio : E

    Alat yang digunakan : Probe, kaca mulut

    Cara pemeriksaan:

    1. Probe dimasukkan ke sulkus di aspek mesial dan distal papila, jika terjadi

    perdarahan dihitung gradenya.

    2. Seluruh kuadran diperiksa.

    PBI (Papilla Bleeding Index) =

    Jumlah score perdarahan papilla gingiva

    Jumlah papila yang diperiksa

    Tabel 8. Penilaian perdarahan:

    0 Tidak ada perdarahan

    1 Peradarahan berupa titik

    2 Perdarahan berupa garis

    3 Perdarahan terjadi di segitiga interdental

    4 Perdarahan mengalir menutupi bagian gigi

  • 38

    Gambar 21. Grade pendarahan

    Pemeriksan OHI-S (Oral Hygiene Index-S)

    OHI = Debris Index (DI) + Calculus Index (CI)

    Debris index (DI) =

    Total = 2

    Jadi DI =

    = 0,33 (baik)

    Calculus Index (CI) =

    Total = 2

    Jadi CI =

    = 0,33 (baik)

    ORAL HYGIENE INDEX-S (OHI-S)

    Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut seseorang.

    Pemeriksaan debris dan kalkulus dilakukan pada gigi tertentu dan pada permukaan

    tertentu dari gigi tersebut, yaitu :

    Untuk rahang atas yang diperiksa :

    1) Gigi molar pertama kanan atas pada permukaan bukal.

    2) Gigi insisivus pertama kanan atas pada permukaan labial.

    DI

    1 1 0

    0 0 0

    CI

    1 0 0

    0 1 0

    OHI = DI + CI Ket : baik = 0,33 + 0,33 sedang

    = 0,66 buruk

  • 39

    3) Gigi molar pertama kiri atas pada permukaan bukal.

    Untuk rahang bawah yang diperiksa :

    1) Gigi molar pertama kiri bawah permukaan lingual.

    2) Gigi insisivus pertama kiri bawah pada permukaan labial.

    3) Gigi molar pertama kanan bawah pada permukaan lingual.

    Bila ada kasus dimana salah satu gigi indeks tersebut tidak ada, maka penilaian dilakukan

    sebagai berikut :

    a) Bila molar pertama atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada molar kedua

    atas atau bawah.

    b) Bila molar pertama dan molar kedua atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan

    pada molar ketiga atas atau bawah.

    c) Bila molar pertama, kedua dan ketiga atas atau bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan

    penilaian.

    d) Bila insisivus pertama kanan atas tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus pertama

    kiri atas.

    e) Bila insisivus pertama kanan atau kiri atas tidak ada, tidak dapat dilakukan penilaian.

    f) Bila insisivus pertama kiri bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus

    pertama kanan bawah.

    g) Bila insisivus pertama kiri atau kanan bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan

    penilaian.

    Bila ada kasus diantara keenam gigi indeks yang seharusnya diperiksa tidak ada, maka

    penilaian debris indeks dan kalkulus indeks masih dapat dihitung apabila ada dua gigi indeks

    yang dapat dinilai.

    Gambar 22. Gigi yang diperiksa pada indeks Oral Hygiene Index (OHI)

  • 40

    Mencatat skor debris dan kalkulus

    Tabel 9. Penilaian Pemeriksaan Debris

    No KRITERIA NILAI

    1 Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris atau

    pewarnaan ekstrinsik.

    0

    2 a. Pada permukaan gigi yang terlihat, pada debris lunak yang

    menutupi permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau kurang

    dari 1/3 permukaan.

    b. Pada permukaan gigi yang terlihat tidak ada debris lunak

    tetapi ada pewarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan

    gigi sebagian atau seluruhnya.

    1

    3 Pada permukaan gigi yang terlihat pada debris lunak yang

    menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari 1/3 permukaan

    gigi, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi.

    2

    4 Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi

    permukaan

    tersebut seluas lebih 2/3 permukaan atau seluruh permukaan

    gigi.

    3

    Gambar 23. Skor penilaian debris

    Tabel 10. Penilaian Pemeriksaan Kalkulus

    No KRITERIA SKOR

    1 Tidak ada karang gigi. 0

    2 Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi supragingival

    menutupi permukaan gigi kurang dari 1/3 permukaan gigi.

    1

    3 a. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi supragingival

    menutupi permukaan gigi lebih dari 1/3 permukaan gigi.

    2

  • 41

    b. Sekitar bagian cervikal gigi terdapat sedikit subgingival.

    4 a. Pada permukaan gigi yang terlihat adanya karang gigi

    supragingival menutupi permukaan gigi lebih dari 2/3 nya atau

    seluruh permukaan gigi.

    b. Pada permukaan gigi ada karang gigi subgingival yang menutupi

    dan melingkari seluruh servikal (A. Continous Band of

    Subgingival Calculus).

    3

    OHI-S atau Oral Hygiene Index Simplified merupakan hasil penjumlahan Debris Index (DI)

    dan Calculus Index (CI).

    Penilaian debris score dan calculus score adalah sebagai berikut :

    a. Baik (good), apabila nilai berada diantara 0-0,6.

    b. Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 0,7-1,8.

    c. Buruk (poor), apabila nilai berada diantara 1,9-3,0.

    Penilaian OHI-S adalah sebagai berikut :

    a. Baik (good), apabila nilai berada diantara 0-1,2.

    b. Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 1,3-3,0.

    c. Buruk (poor), apabila nilai berada diantara 3,1-6,0.

    Pemeriksaan PHP (Patient Hygiene Index Performance)

    Gigi 11 : 1

    Gigi 31 : 0

    Gigi 16 : 0

    Gigi 26 : 0

    Gigi 36 : 1

    Gigi 46 : 0

    PATIENT HYGIENE PERFORMANCE INDEX (PHP INDEX)

    Indeks PHP = jumah total skor plak

    gigi yang diperiksa

    = 2

    6

    = 0,33 (Kategori baik)

    Indeks Debris = Jumlah penilaian debris

    Jumlah gigi yang diperiksa

    Indeks Kalkulus= Jumlah penilaian kalkulus

    Jumlah gigi yang diperiksa

    OHI-S = Indeks Debris + Indeks Kalkulus

    = DI + CI

  • 42

    Indeks ini pertama kali dikembangkan dengan maksud untuk menilai individu atau

    perorangan dalam pembersihan debris setelah diberi instruksi menyikat gigi.

    Cara pemeriksaan klinis berdasarkan indeks plak PHP adalah sebagai berikut :

    a. Digunakan bahan pewarna gigi yang berwarna merah / biru (disclosing agentI)

    untuk memeriksa plak yang terbentuk pada permukaan gigi.

    b. Pemeriksaan dilakukan pada mahkota gigi bagian fasial atau lingual dengan

    membagi tiap permukaan mahkota gigi menjadi 5 subdivisi yaitu D : distal, G :

    sepertiga tengah gingiva, M : mesial, C : sepertiga tengah, I/O : sepertiga tengah

    insisal atau oklusal.

    Gambar 24. Lima subdivisi permukaan gigi dlam indeks plak PHP

    c. Pemeriksaan dilakukan secara sistematis pada (a) Permukaan labial gigi insisif

    pertama kanan atas (b) Permukaan labial gigi insisif pertama kiri bawah (c)

    Permukaan bukal gigi molar pertama kanan atas (d) Permukaan bukal gigi molar

    pertama kiri atas (e) Permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah (f)

    Permukaan lingual gigi molar pertama kanan bawah. Gigi pengganti seperti

    ketentuan OHI-S.

    d. Cara penilaian plak sebagai berikut. Nilai 0 = tidak ada plak. Nilai 1 = ada plak.

    e. Cara pengukuran untuk menentukan indeks plak PHP yaitu dengan rumus :

    Indeks PHP = jumah total skor plak

    gigi yang diperiksa

    f. Kriteria penilaian tingkat kebersihan mulut berdasarkan indeks plak (PHP /

    Patient Hygiene Performance)

    Sangat baik : 0

    Baik : 0,1 1,7

    Sedang : 1,8 3,4

    Buruk : 3,5 5

    Identifikasi resiko karies : pH Plak : . pH Saliva : .

    pH Plak

  • 43

    pH plak adalah derajat keasaman dari plak yang diukur dengan menggunakan plaque

    indicator kit. Cara pengukurannya adalah dengan mengamati perubahan warna pada

    plak lima menit setelah plak dicelupkan selama satu detik ke dalam cairan indikator

    plak. Plak diambil dari gigi pasien dengan menggunakan disposable plaque collection

    instrument. Perubahan warna diamati dengan plaque indicator kit :

    Gambar 25. Panduan plaque indicator kit

    pH saliva adalah derajat keasaman dari saliva yang diukur dengan menggunakan

    saliva pH paper. Cara pengukuran adalah dengan mencelupkan ujung kertas pH pada

    saliva yang terkumpul dalam gelas dan segera diangkat apabila kertas pH telah basah

    secara keseluruhan. Perubahan warna pada kertas pH setelah 10 detik diamati dan

    disesuaikan dnegan melihat panduan dental saliva pH indicator. Menurut dental

    saliva pH indicator, warna merah menunjukkan pH bersifat asam, warna kuning pH

    normal dan warna hijau bersifat basa.

    Gambar 26. pH saliva indicator

    Gingiva : Sehat Ada

    .

    Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar. Gingiva sering

    kali digunakan sebagai indikator jika jaringan periodontal terkena penyakit. Hal ini

  • 44

    disebabkan karena kebanyakan penyakit periodontal dimulai dari gingiva. Pada gingiva

    yang sehat berwarna merah muda, terlihat tidak ada perubahan warna dari margin

    gingiva sampai ke attached gingiva. Kemudian bentuk dari gingiva yang normal adalah

    gingiva margin melekat mengikuti leher gigi dan gingiva mengisi hingga titik kontak

    antar gigi.

    Selain itu untuk memeriksa kedalaman dari soket dapat dilakukan dengan menggunakan

    probe, pemeriksaan dilakukan dengan memasukan probe secara perlahan dan hati-hati

    agar tidak melukai gingiva pasien kemudian dilihat gingiva pasien telah mencapai batas

    tertentu yang sudah terdapat pada probe.

    Pembagian gingiva dibagi menjadi dua bagian : gingiva cekat (attached gingiva) dan

    gingiva tidak cekat (unattached gingival) yang terdiri dari gingiva bebas (free gingiva)

    dan marginal gingiva.

    Gambar 27. Bagian-bagian Gingiva

    Gambaran klinis gingiva normal

    a. Warna Gingiva

    Warna gingiva normal umumnya merah jambu (coral pink). Hal ini

    disebabkan oleh adanya pasokan darah, tebal dan derajat lapisan keratin epithelium

    serta sel-sel pigmen. Warna ini bervariasi untuk setiap orang dan erat hubungannya

    dengan pigmentasi. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu berkulit

    gelap. Pigmentasi gingiva cekat berkisar dari coklat sampai hitam. Warna

    pigmentasi mukosa alveolar lebih merah, karena mukosa alveolar tidak mempunyai

    lapisan keratin dan epitelnya tipis.

    b. Besar Gingiva

  • 45

    Besar gingiva ditemukan oleh jumlah elemen seluler, intraseluler dan

    pasokan darah. Perubahan besar gingiva merupakan gambaran yang paling sering

    dijumpai pada penyakit periodontal.

    c. Kontur Gingiva

    Kontur dan besar gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh

    bentuk dan susunan gigi geligi pada lengkupnya, lokalisasi dan luas area kontak

    proksimal dan dimensi interdental gingiva. Papilla interdental menutupi bagian

    interdental sehingga tampak lancip.

    d. Konsistensi Gingiva

    Gingiva melekat erat ke struktur di bawahnya dan tidak mempunyai lapisan

    submukosa sehingga gingiva tidak dapat digerakan dan kenyal.

    e. Tekstur Gingiva

    Permukaan gingiva cekat berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik-bintik ini

    disebut stipling. Stipling akan terlihat jelas jika permukaan gingiva \dikeringkan.

    Stipling ini bervariasi dari individu ke individu yang lain dan pada permukaan yang

    berbeda pada mulut yang sama. Pada permukaan marginal gingiva tidak terdapat

    stipling.

    Gambar 28. Gambaran gingiva normal

    Tabel 11. Kelaianan Gingiva yang pada Umumnya Terjadi

    No. Kelainan Gingiva Karakteristik

    1. Fibromatosis Gingiva

    Menyeluruh

    Adalah suatu pembesaran fibrosa progresif yang jarang dari gusi

    dan diwariskan sebagai suatu ciri autosomal dominan.

    Pembesaran menyeluruh dan tanpa radang, mengenai permukaan

    bukal dan lingual dari kedua rahang dengan seimbang.

    Berwarna merah muda dengan merata, keras tanpa pendarahan

    dan sering kali bernodula.

  • 46

    Gambar 29. Fibromatosis gingival

    2. Gingivitis Kronis Disebabkan oleh infeksi bakteri. Gingivitis dapat terjadi pada usia

    berapa pun, tetapi paling sering timbul pada usia remaja.

    Gingivitis kronis menunjukkan tepi gusi membengkak merah dan

    papila interdental menggelembung dan mempunyai sedikit warna

    merah ungu. Stippling hilang karena jarimgan-jaringan yang

    membesar.

    Gambar 30. Gingivitis Kronis

    3. Resesi Gingiva Resesi gingiva adalah peristiwa terjadinya pergeseran tepi gingiva

    ke arah apikal. Resesi gingiva dapat mengakibatkan rasa ngilu dan

    terjadi karies pada akar karena akar terbuka, serta gangguan

    estetika karena gigi tampak memanjang.

    Penyebab terjadinya resesi gingiva meliputi faktor umur, anatomi

    rongga mulut, fisiologi, patologi, trauma, dan kebersihan mulut.

    Gambar 31. Resesi Gingiva

    4. Periodontitis Merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yaitu yang

    melibatkan gingiva, ligamen periodontal, sementum, dan tulang

    alveolar karena suatu proses inflamasi. Inflamasi berasal dari

    gingiva (gingivitis) yang tidak dirawat, dan bila proses berlanjut

    maka akan menginvasi struktur di bawahnya sehingga akan

  • 47

    terbentuk poket yang menyebabkan peradangan berlanjut dan

    merusak tulang serta jaringan penyangga gigi, akibatnya gigi

    menjadi goyang dan akhirnya harus dicabut.

    Kadang pasien tidak merasakan rasa sakit ataupun gejala lainnya.

    Biasanya tanda-tanda yang dapat diperhatikan adalah :

    - Gusi berdarah saat menyikat gigi.

    - Gusi berwarna merah, bengkak, dan lunak.

    - Terlihat adanya bagian gusi yang turun dan menjauhi gigi.

    - Terdapat nanah di antara gigi dan gusi.

    - Gigi goyang.

    Gambar 32. Periodontitis Kronis

    Mukosa : Sehat Ada

    Kelainan : a. Ada garis putih sepanjang mukosa bukal kiri dan kanan dari molar kedua

    sampai kaninus

    b. Ada erosi dengan diameter 2 mm di mukosa bukal kiri, berwarna putih

    ditengah, tidak terasa sakit ketika disentuh

    Palpasi mukosa labial bibir bawah, mukosa labial bibir atas dan mukosa bukal untuk melihat

    konsistensi, karakteristik jaringan dan indurasi, contohnya pada pasien yang memiliki

    kebiasaan menggigit-gigit bibir atau mukosa bibir terjadi perubahan warna, pinggiran yang

    kasar dan terjadi keratinisasi pada mukosa labial, selain itu juga pada pasien perokok mukosa

    labialnya berwarna kemerahan.

    Setelah itu lakukan juga inspeksi dan palpasi pada bagian mucobucal fold atas dan

    bawah untuk melihat karakteristik jaringan serta pada forniks bawah untuk melihat

    posisi frenulum bibir bawah. Palpasi dan inspeksi dilakukan terus hingga melihat semua

    anatomi pada intra oral yang kemungkinan dapat terjadi kelainan atau penyakit, maka

    palpasi juga pada bagian retromolar pad, tuberositas, palatum untuk melihat rugae yang

    ada pada palatum.

    Mukosa bukal Kaca mulut dapat digunakan untuk melihat mukosa

  • 48

    bukal, dalam keadaan normal kaca mulut licin bila

    ditempelkan dan diangkat. Bila menempel dimukosa,

    maka bisa disimpulkan adanya xerostomia.

    Mukosa labial Normalnya tampak lembab dan prominent.

    Gambar 33. Gambaran mukosa bukal normal

    Gambar 34. Pemeriksaan mukosa bukal dan mukosa labial.

    Tabel 12. Kelainan pada Mukosa

    No. Kelainan Karakteristik

    1. Linea Alba Linea alba bukalis adalah suatu temuan intraoral umum yang tampak

    sebagai garis bergelombang putih, menimbul, dengan panjang yang

    bervariasi dan terletak pada garis oklusi di mukosa pipi.

  • 49

    Secara umum kelainan bertanduk tanpa gejala ini lebarnya 1 sampai 2

    mm dan memanjang dari mukosa pipi daerah molar kedua sampai ke

    kaninus. Lesi tersebut biaanya dijumpai bilateral dan tidak dapat di

    hapus. Perubahan-perubahan epitel yang menebal itu terdiri atas jari-

    jaringan hiperkeratotik yang merupakan suatu respon terhadap gesekan

    pada gigi.

    Gambar 35. Linea Alba

    2. Makula

    Melanotik

    Disebabkan oleh banyaknya endapan melanin sebagai diskolorisasi

    tunggal, rata, berbatas jelas, biasanya kurang dari 1 cm diameternya.

    Daerah yang paling sering adalah pada bibir bawah, mukosa pipi, gusi

    dan palatum.

    Gambar 36. Makula Melanotik

    3. Morsicatio

    Buccarum

    Menggigit pipi merupakan kebiasaan umum yang membuat

    meningkatnya perubahan-perubahan mukosa

    Awalnya tampak plak-plak putih dan lipatan-lipatan yang sedikit

    menimbul, tampak dalam pola difus menutupi daerah trauma. Cedera

    yang berlebihan akan menimbulkan suatu respon hiperplastik yang

    menambah besarnya plak. Cedera yang menetap menimbulkan ulserasi

    traumatic yang bersebelahan.

  • 50

    Gambar 37. Morsicatio Buccarum

    Palatum : Sehat/Normal Ada

    Kelainan :Ada tonjolan keras di tengah palatum diameter 1-2 cm, tidak sakit.

    Gambar 38. Bagian-bagian rongga mulut

    Palatum merupakan permukaan cekung yang dikenal sebagai atap rongga mulut dan

    terbagi 2, yaitu:

    d. Palatum keras : 2/3 anterior palatum yang merupakan tulang yang ditutupi mukosa.

    e. Palatum lunak : 1/3 posterior palatum yang dibentuk oleh otot-otot yang ditutupi

    mukosa. (warnanya lebih merah dibanding palatum keras karena mengandung

    vascular yang lebih banyak).

    Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kelateral kurang (kontraksi) biasanya

    palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang pertumbuhan berlebihan (distraksi) biasanya

    mempunyai palatum rendah lebar.

    Cara pemeriksaan: secara visual

    Palatum (palatum

    keras dan palatum

    lunak)

    Rugae terletak pada papilla insisivus. Bisa dilihat pula adanya

    benjolan atau tidak. Pada palatum dapat dilihat ada atau

    tidaknya torus palatine.

  • 51

    Gambar 39. Gambaran palatum normal Gambar 40. Gambaran palatum normal

    Tabel 13. Kelainan pada Palatum

    No. Kelainan Karakteristik

    1. Torus Palatina Adalah suatu bentuk eksositosis tulang yang terjadi pada kira-

    kira 20% penduduk dewasa. Biasanya bersifat genetik.

    Letaknya selalu di garis tengah palatum keras di sekitar kedua

    gigi premolar atau molar

    Biasanya berupa pembengkakan sekeras tulang berbentuk

    kubah, licin, tunggal. Mukosa yang menutupi berwarna merah

    pucat, tipis dan lembut, batas dari lesi dilukiskan oleh kontur

    oval yang timbul dari atap palatum.

    Gambar 41. Torus Palatina

    2. Kista Kanalis Insisivus Suatu kista perkembangan yang terbentuk dari sisa-sisa epitel

    skuamosa dan pernapasan yang terjebak

    Kista kanalis insisivus biasanya tanpa gejala. Dijumpai sebagai

    temuan pemeriksaan rutin. Biasanya ditemukan pada tulang

    palatum di antara kedua insisivus sentral atas.

  • 52

    Gambar 42. Nasopalatine cyst

    Lidah : Sehat/Normal Ada

    Kelainan : Ada bentuk cetakan seperti gigi di sepanjang pinggiran lidah, tidak sakit.

    Lidah adalah struktur yang terdiri atas otot-otot ditutupi oleh mukosa. 2/3 anterior merupakan

    badan lidah dan 1/3 posterior adalah basis (dasar lidah).

    Struktur Lidah

    a. Sulcus median : groove yang dangkal meluas di sepanjang garis tengah lidah yang

    beraturan pada lekukan yang disebut foramen caecum.

    b. Foramen Caecum : dibelakang sulcus terminal yang berbentuk V.

    c. Papilla-papilla lidah.

    Papilla sirkumvallate : terletak di depan foramen caecum bervariasi dari 8

    10 merupakan papilla yang paling besar .

    Papilla fungiformis : terletak pada sisidan apeks lidah dengan bentuk bulat

    dan lebar.

    Papilla filliformis : terletak pada 2/3 anterior lidah bentuk panjang, tipis

    dengan warna keabuan.

    Papilla foliate : terletak pada permukaan lateral 1/3 posterior lidah.

  • 53

    Gambar 43. Bagian-bagian lidah

    Tabel 14. Kelainan pada Lidah

    No. Kelainan Karakteristik

    1. Lidah Berfisur Lidah berfisur adalah variasi dari anatomi lidah normal yang

    terdiri atas satu fisura garis tengah, fisura ganda, atau fisura

    multipel pada permukaan dorsal dari dua pertiga anterior lidah.

    Penyebabnya tidak diketahui, tetapi lidah berfisur barangkali

    suatu proses perkembangan dan bertambah banyak dengan

    bertambahnya usia.

    Gambar 46. Lidah berfisur

    Gambar 45. Gambaran lidah normal

    pada pasien dengan warna kulit

    berpigmentasi.

    Gambar 44. Gambaran lidah normal

  • 54

    2. Ankiglosia Frenulum lingualis normalnya melekat pada ventral lidah dan

    tuberkel genial dari mandibula. Jika frenulum tidak melekat

    dengan tepat ke lidah dan tuberkel genial, tetapi melekat pada

    dasar mulut dari gusi lingual atau ujung ventral dari lidah, maka

    keadaan ini disebut ankiloglosia atau tongue tie.

    Keadaan ini ditandai oleh frenulum lingualis yang pendek dan

    salah posisi, serta lidah yang tidak dapat dijulurkan atau ditarik

    masuk.

    Gambar 47. Tongue tie

    3. Scalloped Tongue Scalloped tongue adalah suatu keadaan umum yang ditandai oleh

    lekukan-lekukan pada tepi lateral lidah.

    Keadaan tersebut biasanya bilateral, tetapi dapat unilateral atau

    terisolasi pada daerah di mana lidah berkontak erat dengan gigi-

    gigi.

    Penyebabnya meliputi keadaan-keadaan yang menyebabkan

    tekanan abnormal pada lidah seperti gerakan gesek dari lidah

    terhadap gigi dan diastema, kebiasaan menjulurkan lidah,

    menghisap lidah, clenching, atau lidah yang membesar.

    Gambar 48. Scalloped Tongue

    4. Lidah Geografik Lidah geografik adalah suatu keadaan peradangan jinak yang

    disebabkan oleh pengelupasan keratin superfisial dan papila-

    papila filiformisnya.

    Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diperkirakan stres emosional,

    defisiensi nutrisi dan herediter.

  • 55

    Keadaan itu biasanya terbatas pada dorsal dan tepi-tepi lateral dua

    pertiga anterior lidah dan hanya mengenai papila filiformis sedang

    papila fungiformis tetap baik.

    Lidah geografik ditandai oleh bercak-bercak gundul merah muda

    sampai merah, tunggal atau multipel dari papila filiformis yang

    dibatasi/tidak dibatasi oleh pinggiran putih yang menimbul. Dapat

    disertai dengan lirik peradangan merah di tepi lesinya. Jika ada

    peradangan, maka rasa sakit seringkali merupakan suatu gejala.

    Gambar 49. Lidah Geografis

    Dasar Mulut : Sehat Ada, kelainan : ..

    Di dasar mulut bila ditemukan adanya benjolan, maka kemungkinan adanya suatu

    penyakit.

    Cara pemeriksaan:

    a. Pemeriksaan intra oral juga memeriksa bagian dasar mulut, pemeriksaan dilakukan

    untuk melihat frenulum lingualis, kurunkel lingual dan sublingual fold. Pemeriksaan

    dilakukan dengan meminggirkan sedikit lidah dan lihat lingual space kemudian

    palpasi juga aspek lingual dengan menggerakan jari dari sisi satu ke sisi yang

    lainnya.

    b. Kemudian lakukan palpasi dari bagian intra oral dan ekstra oral pada daerah

    submandibula untuk memeriksa glandula saliva submandibula.

    c. Setelah itu lakukan pemeriksaan sekresi saliva dengan cara keringkan terlebih dahulu

    anterior dasar mulut kemudian untuk menstimulasi produksi saliva dengan cara

  • 56

    menekan-nekan secara perlahan pada daerah glandula dari ekstra oral kemudian

    perhatikan keluarnya saliva pada intra oral.

    Tabel 15. Kelainan pada Dasar Mulut

    No. Kelainan Karakteristik

    1. Ranula Ranula adalah suatu kista besar yang berisi mucin di dasar mulut.

    Ranula terbentuk akibat terhalangnya aliran air liur normal melalui

    duktus eksretoris mayor yang membesar atau terputus dari kelenjar

    sublingual (duktus Bartholin) dan kelenjar submandibula (duktus

    Wharton).

    Gambar 51. Ranula

    2. Retensi Mukus Lesi lunak berfluktuasi yang melibatkan retensi cairan mukus di dalam

    jaringan subepitel, biasanya aki