refleksi keberhasilan atau kegagalan dari sebuah gerakan...
TRANSCRIPT
231
DELAPAN
REFLEKSI KEBERHASILAN ATAU
KEGAGALAN DARI SEBUAH GERAKAN
SOSIAL DI RUANG PUBLIK VIRTUAL
Yang Menang dan Yang Kalah
Masuknya investasi multinasional di sektor pertambangan melalui
PT IMK di Kabupaten Murung Raya ternyata belum mampu membawa
kebahagian, malahan membuahkan hasil protes yang tidak henti-
hentinya dari masyarakat. Perlawanan tanpa henti akhirnya
berkembang menjadi gerakan sosial, karena mendapatkan berbagai
dukungan luas bukan hanya dari masyarakat desa Oreng Kambang
tetapi juga dari berbagai Organisasi Non Pemerintah (ornop) baik lokal,
regional maupun nasional membentuk jaringan terorganisir dari para
aktor untuk mempertanyakan kepada negara terkait dengan hadirnya
PT IMK. Jaringan aktor inilah yang kemudian menjadikan aksi
perlawanan masyarakat Oreng Kambang dapat bertahan dalam waktu
yang cukup lama, yaitu dari tahun 1990 - 2013.
Terbentuknya jaringan aktor dikarenakan mereka memiliki
tujuan-tujuan atau klaim-klaim yang sama untuk mengarahkan sebuah
proses perubahan yang lebih baik. Dalam konteks seperti ini, hadirnya
PT IMK justru menciptakan kondisi ekologi, sosial, budaya, ekonomi
dan politik kian terdegradasi. Karena itu mereka sepakat untuk
melakukan aksi protes dalam upaya menentang dan mendorong
perubahan kebijakan publik, perubahan politik dan sosial terkait
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
232
dengan masuknya modal asing di sektor pertambangan (PT IMK) di
Kalimantan Tengah.
Meskipun di dukung dengan jaringan aktor yang kuat untuk
melakukan aksi-aksi perlawanan baik ditingkat lokal, regional dan
nasional, keberadaan PT IMK ternyata masih mampu bertahan. Hal ini
dimungkinkan, salah satunya disebabkan lemahnya pemahaman
hukum pemerintah yang dibuat dengan pihak perusahaan
multinasional termasuk PT IMK dalam mendesain Kontrak Karya (KK).
Akibatnya, klausul pertanggungjawaban hukum lingkungan dalam hal
terjadi pencemaran yang dilakukan sebagai akibat adanya industri
pertambangan tidak diatur secara jelas. Kebertahanan PT IMK juga
dikarenakan adanya kongsi yang sangat kuat dengan elit politik (lokal,
regional dan nasional), yang berakibat tidak tertanganinya dampak
negatif yang dihadapi masyarakat akibat hadirnya PT IMK.
Relasi simbiosis mutualisme dengan politisi lokal tentunya
memberikan kekuatan kepada PT IMK untuk terus menggusur bahkan
mengusir para penambang rakyat yang sudah ada sebelum masuknya
PT IMK bahkan kawasan yang dianggap suci oleh masyarakat adat
Dayak Siang Murung. Fenomena ini dimungkinkan karena hadirnya
PT IMK justru dimanfaatkan oleh negara (pemerintah daerah-desa)
dan elit-elit lokal lainnya sebagai instrumen politik dan ekonomi.
Sebaliknya negara dimanfaatkan sebagai alat kapital pemberi konsesi-
konsesi untuk eksploitasi pertambangan. Oleh karenanya keberadaan
PT IMK hampir tidak memberikan manfaat yang signifikan terhadap
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Oreng Kambang.
Menghadapi penggusuran dan pengusiran dari PT IMK,
masyarakat Oreng Kambang menjadi sabar tetapi bukan berarti tidak
melakukan perlawanan. Dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, masyarakat Oreng Kambang kembali melakukan aktifitas
usaha pertambangan hanya untuk mengambil tailing atau limbah
batuan atau tanah halus sisa-sisa dari pengerukan dan pemisahan
(estraksi) meneral yang berharga terutama emas dan perak. Mereka
kembali ditekan dan terus dikejar oleh aparat keamanan dengan
menggunakan senjata laras panjang. Bahkan dalam beberapa kasus
Refleksi Keberhasilan atau Kegagalan dari Sebuah Gerakan Sosial di Ruang Publik Virtual
233
terjadi penangkapan karena dinilai melakukan pelanggaran karena
tidak meminta ijin memasuki wilayah penambangan PT IMK.
PT IMK beranggapan bahwa hanyalah merekalah yang sebenarnya
bisa melawan kemiskinan dengan menyediakan peluang pekerjaan bagi
masyarakat lokal, merupakan cerminan nalar pikir para penguasa dan
konglomerat tambang di Kalimantan Tengah. Kenyataannya justru
masyarakat lokal yang kurang memperoleh kesempatan untuk bekerja
di PT IMK karena tidak memenuhi persyaratan yang dikehendaki
perusahaan. Kalaupun ada, status pekerjaan mereka hanyalah sebagai
tenaga buruh kasar, seperti tukang kebun dengan upah yang rendah.
Selain memberi kesempatan agar masyarakat lokal dapat
memperoleh pekerjaan, PT IMK juga memberikan pelatihan dan modal
usaha kepada bekas penambang rakyat sebagai bentuk tanggungjawab
sosial perusahaan. Namun tawaran pelatihan dan modal usaha
mendapatkan penolakan dari masyarakat. Penolakan terjadi karena
menurut rasional masyarakat, pendapatan yang diperoleh sebagai
penambang jauh lebih besar ketimbang perolehan hasil usaha kerajinan
bambu, maupun beternak lele.
Pada akhirnya aksi-aksi perlawanan yang dilakukan masyarakat
Oreng Kambang cenderung berkembang karena tuntutan mereka tidak
mendapatkan perhatian dari para penguasa (pemerintah dan
pemerintah daerah) dan juga para pengusaha (PT IMK). Awal
perlawanan adalah berbentuk demontrasi damai dari mengambil
tailing hingga membawa sepanduk turun ke jalan. Namun dalam
perkembangannya aksi damai berubah menjadi aksi brutal dengan
membakar fasilitas yang dimiliki perusahaan, karena PT IMK dalam
menyelesaikan aksi-aksi perlawanan masyarakat lebih menggunakan
cara-cara arogan termasuk penggunaan senjata berlaras panjang.
Masyarakat menjadi marah dan pada akhirnya berkembang menjadi
“benci” dan akan terus-menerus melakukan perlawanan meskipun
mereka harus berkorban dan menderita kerugian.
Dalam melakukan aksi perlawanan sejumlah isu utama yang
dituntut kepada negara terkait dengan hadirnya PT IMK; (1)
terjadinya ketidak-adilan dan pemiskinan karena usaha yang mereka
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
234
miliki diambil alih oleh PT IMK; (2) ketidak-mampuan bersaingan
untuk memperoleh pekerjaan termasuk mencari pekerjaan lain diluar
pekerjaan sebagai penambang; (3) terjadinya pencemaran lingkungan
dampak dari aktivitas penambangan. Dari waktu ke waktu isu-isu
tersebut terus berkembang mengiringi peningkatan aktivitas
penambangan yang dilakukan PT IMK.
Meskipun perluasan eksploitasi tambang yang dilakukan PT IMK
masih dalam luasan wilayah tambang yang dijinkan, masyarakat juga
terus melakukan perlawanan. Hal ini terjadi karena di dalam wilayah
tambang PT IMK yang akan dieksploitasi terdapat wilayah adat.
Apabila PT IMK tetap mengeksploitasi apalagi dengan menggunakan
sistem penambangan secara terbuka (open pit area), maka identitas
kedayakan akan hilang. Isu yang lain adalah hilangnya tanah ulayat,
karena tanah-tanah masyarakat yang secara adat diakui
kepemilikannya juga diambil alih PT IMK tanpa ganti rugi.
Isu-isu tersebut tidaklah berdiri sendiri tetapi saling terkait,
dimana dengan isu yang sama bisa saja semakin mengartikulasikan isu-
isu yang lainnya, dan begitu pula sebaliknya. Awalnya perlawanan
dilakukan oleh kelompok penambang yang secara spesifik hanya
mengambil satu isu tertentu saja, yaitu; ketidak-adilan dan pemiskinan
karena lobang-lobang tambang sebagai tempat usaha mereka diambil
alih oleh PT IMK. Isu kemudian berkembang pada isu pencemaran
lingkungan dan puncaknya adalah isu memerjuangkan perolehan hak-
hak adat sebagai simbol atau identitas Dayak Siang Murung atas
kawasan adatnya dan tanah ulayat di dalamnya. Dengan isu
mempertahankan identitas kedayakan, maka gerakan masyarakat
Orang Kambang melawan PT IMK tidak hanya dilandasi dengan motif
maupun kepentingan ekonomi semata dalam hal ini adalah
kepentingan para penambang atau brunak. Faktanya menunjukkan
bahwa faktor-faktor yang melandasi perjuangan mereka lebih luas dari
sekedar persoalan ekonomi karena mencakup juga persoalan hak-hak
asasi manusia, lingkungan hidup, dan hak-hak sosial budaya. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa gerakan masyarakat Oreng Kambang
melawan PT IMK juga turut diperkuat oleh akar budaya Dayak yang
Refleksi Keberhasilan atau Kegagalan dari Sebuah Gerakan Sosial di Ruang Publik Virtual
235
masih diakui keberadaannya. Akar budaya ini juga mampu
menumbuhkan kembali spirit untuk terus melakukan perlawanan
menjadi sedemikian kuat dan solid, serta dapat berlangsung lama.
Akar budaya yang dimaksud dapat dibedakan menjadi beberapa
hal. Pertama, adanya keyakinan yang kuat bahwa wilayah-wilayah
yang disakralkan atau disucikan oleh orang Dayak merupakan wilayah
yang harus dijaga dan dipertahankan agar dapat menjaga keseimbangan
hubungan manusia dengan alam dan keseimbangan hubungan antar
manusia yang disimbolkan dengan Batang Garing, seperti yang
diperlihatkan dalam caver disertasi ini. Siapapun yang akan
memanfaatkan wilayah ini harus menjalankan ritual adat dan bagi
yang melanggar akan terkena sangsi adat. Wilayah adat yang dimaksud
adalah Gunung Puruk Kambang yang dipercaya sebagai tempat dimana
nenek moyang orang Dayak Siang Murung diturunkan dari Palangka Bulau oleh Ranying Hatala Langit disingkat Ranyinng atau Hatala yang
berarti Allah atau Tuhan. Karenanya berbagai kegiatan ritual adat
dalam konteks agama Keharingan, selalu dilakukan diwilayah ini.
Kedua, orang Dayak memiliki mekanisme membangun “sumpah
adat” dengan melakukan ritual seperti hinting pali. Sumpah ini apabila
dilanggar tidak hanya terkena sangsi adat, tetapi dapat membawa
malapetaka bagi mereka yang melanggarnya. Mekanisme inilah yang
kemudian digunakan untuk terus menghentikan operasi penambangan
PT IMK. Orang Dayak juga mempunyai aturan adat yang kemudian
dirumuskan melalui perjanjian Tumbang Anoi sebagai penuntun
menjaga keseimbangan hubungan antar manusia dengan alam, dan
antar manusia demi keberlanjutan kehidupan di masa mendatang.
Seperti yang diutarakan di atas, bahwa berkembangnya aksi protes
menjadi gerakan sosial karena memperoleh dukungan dari para aktivis
yang tergabung dalam Organisasi Non Pemerintah (Ornop) atau
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) diantaranya Walhi, Jatam,
Alperudi, YLBHI, PBHI, Elsam, dan LBH Jakarta) dan kelompok
penambang. Para aktivis ini kemudian membentuk koalisi dengan
nama Tim Advokasi Tambang Rakyat atau disingkat TATR. Dalam
perjalanannya pihak-pihak yang terlibat mempunyai peran dan fungsi
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
236
masing-masing mulai dari merancang dan melakukan aksi-aksi
kampanye serta demontrasi di lapangan, melakukan lobi dengan
penguasa dan pengusaha, membuat petisi hingga pengerangkaan isu
diberbagai media massa. Apabila ada momentum tertentu yang
dianggap krusial, aktor-aktor ini lebih sering mengedepankan
pengerangkaan wacana sebagai corak perjuangannya, meskipun
terkadang ikut pula terlibat bersama masyarakat melakukan aksi-aksi
demontrasi di lapangan.
Namun dalam perkembangannya, jaringan aktor yang tergabung
dalam TATR tidak bertahan lama dikarenakan adanya perbedaan motif
pertukaran kepentingan antara masyarakat disatu sisi dengan aktivis
gerakan sosial dari luar masyarakat disisi yang lain. Hal ini ditunjukkan
belum ada satu tuntutan yang berhasil merubah kebijakan pemerintah
maupun pemerintah daerah. Untuk itu, masyarakat Oreng Kambang
kembali membangun jaringan baru dengan melibatkan organisasi
masyarakat adat Dayak, yaitu; dari Damang Kepala Adat di desa Oreng
Kambang hingga organisasi adat Dayak di Kalimantan Tengah, yaitu;
LMMDDKT. Isu utama yang kemudiaan menjadi tuntutan adalah
memberikan penegasan terhadap hak-hak adat terkait dengan
keberadaan Situs Gunung Puruk Kambang yang sudah diakui
keberadaannya oleh pemerintah dan pemerintah daerah
Baik sebagai individu maupun sebagai lembaga adat Dayak yang
terus memperjuangkan agar hak-hak adat tetap dipertahankan dan
dikuatkan posisinya, tentunya LMMDD-KT bersedia sebagai
pendamping kelompok masyarakat Oreng Kambang melawan PT IMK.
LMMDD-KT kemudian lebih terlibat untuk menyuarakan pendapat
berupa rekomendasi, kecaman, opini, dan memberikan masukan
mengenai sesuatu untuk mendukung perjuangan masyarakat adat
Dayak di bumi Kalimantan.
Dalam melakukan aksi perlawanan terhadap pemerintah dan
pemerintah daerah serta PT IMK, aktor-aktor yang terlibat dalam
jaringan aktor menggunakan beberapa cara. Pertama, menjalin
hubungan dengan ornop-ornop lain yang memiliki tujuan yang sama,
atau dengan kata lain membangun jejaring seluas mungkin. Dengan
Refleksi Keberhasilan atau Kegagalan dari Sebuah Gerakan Sosial di Ruang Publik Virtual
237
demikian, dapat dikatakan bahwa corak perlawanan mereka adalah
penguatan organisasi rakyat di tingkat “akar rumput” maupun
perluasan solidaritas dengan orgnisasi-organisasi lain yang turut
mendukung perjuangan mereka. Adapun jejaring yang terjalin di
antara -mereka bersifat melampaui ikatan-ikatan primordialistik, baik
agama, suku, golongan, dan kedaerahan. Hal itu ditunjukkan, misalnya,
dalam perjuangan mereka sempat berkunjung ke Jakarta dan bertemu
dengan sejumlah aktivis ornop yang kemudian memberi dukungan
konkret kepada mereka. Sejak itulah masalah PT IMK mencuat
menjadi isu nasional. Contoh lainnya ditunjukkan melalui jejaring
koalisi TATR yang saling bersinergi, sehingga mampu membuat
kesepakatan untuk “membagi-bagi lahan” perjuangan masing-masing:
ada yang mengatur koordinasi, ada yang mengartikulasikan isu, dan
ada pula yang beraksi dilapangan.
Kedua, terkait dengan poin pertama, corak perlawanan rakyat
terhadap PT IMK juga cenderung lebih banyak mengedepankan
aktivitas organisatoris berupa aksi-aksi demonstrasi di lapangan,
menyelenggarakan seminar dan lokakarya disamping melakukan lobi-
lobi dengan para pejabat negara (di lembaga eksekutif maupun lembaga
yudikatif), maupun penyebarluaskan informasi dan opini ke berbagai
kalangan (artikulasi isu) baik dengan media lokal dan nasional maupun
melalui internet dan media sosialnya. Ketiga, dapat dikatakan sebagai
pelengkap cara yang pertama dan kedua tersebut, adalah melakukan
perlawanan dengan mengajukan gugatan terhadap PT IMK melalui
jalur hukum (misalnya yang pernah dilakukan oleh TATR maupun
LMMDDKT, juga jalur politik dengan cara mendaftarkan pengaduan
mereka ke Komnas HAM terkait dengan berbagai pelanggaran HAM
yang dialami oleh masyarakat Oreng Kambang hingga ke Mahkamah
Konstitusi.
Ketiga cara tersebut jelas merupakan bentuk-bentuk upaya
melawan tanpa kekerasan (non-violence). Kendati demikian, tidak
dapat dipungkiri bahwa pada kenyataan di lapangan juga sering terjadi
aksi-aksi kekerasan, misalnya dalam bentuk peng-hempangan terhadap
truk-truk PT IMK dan memblokir jalan-jalan di sekitar lokasi pabrik
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
238
hingga pembakaran fasilitas PT IMK. Akan tetapi, hal itu dapat
dikatakan sebagai ekses luapan kemarahan masyarakat yang sudah
mencapai titik puncaknya karena PT IMK belum bersedia untuk duduk
bersama dan dalam posisi setara untuk menyelesaikan konflik dengan
masyarakat adat Dayak. Apalagi sikap aparat keamanan yang selalu
membela kepentingan PT IMK dan kerap melakukan tindakan-
tindakan represif-koersif dalam menghadapi aksi-aksi masyarakat yang
menentangnya.
Upaya melakukan perlawanan di atas, pada akhirnya membawa
frustasi terutama bagi mereka yang terlibat aktif dalam aksi
perlawanan. Hal ini dikarenakan PT IMK tetap saja beroperasi dan aksi
perlawanan dinyatakan “gagal”. Belajar dari kegagalan ini membuat
masyarakat adat Dayak Siang kembali merancang aksi-aksi perlawanan
dengan melibatkan Damang Kepala Adat dan LMMDD-KT.
Dimulai dengan melakukan diskusi “kampung”, survey lapangan,
melakukan pemetaan geokultural serta berbagai aksi untuk bertemu
langsung dengan para penguasa baik pada aras lokal, regional maupun
nasional, hingga membawa agenda permasalahan Oreng Kambang di
Kongres Rakyat Kalimantan Tengah (KRKT) V yang diselenggarakan
dari tanggal 28-29 Juni 2014 di Palangkaraya. Tindak lanjut keputusan
KRKT, salah satunya membentuk Asosiasi Pertambangan Rakyat
Kalimantan (Aspera) sebagai wadah pendampingan bagi para
penambang yang umumnya adalah masyarakat adat Dayak.
Untuk menunjang aksi-aksi perlawanan, LMMDD-KT sebagai
lembaga pendamping memanfaatkan teknologi internet dan media
sosialnya agar dapat membingkai kasus PT IMK lebih luas serta
mengembangkan jaringan perlawanan. Selain melakukan proses
pembingkaian, dengan teknologi internet aksi-aksi perlawanan yang
dilakukan dapat terkontrol, dengan waktu yang fleksibel dan dapat
berlangsung pada tempat yang diciptakan sendiri. Pada akhirnya
teknologi internet juga dapat membangun pola komunikasi dua arah
sebagai salah satu strategi dalam melakukan pembingkaian. Gerakan
perlawanan masyarakat adat Oreng Kambang kemudian masuk dalam
ranah gerakan perlawanan ruang publik virtual.
Refleksi Keberhasilan atau Kegagalan dari Sebuah Gerakan Sosial di Ruang Publik Virtual
239
Proses masuk ke dalam perlawanan di ruang publik virtual
tentunya membutuhkan fondasi frame ideologi yang sangat kuat serta
memiliki kemampuan dan komitmen yang tinggi untuk melakukan
mobilisasi relasi dan media framing dalam memperjuangkan
pengakuan atas hak-hak adat secara konsisten dan berkelanjutan
(durable). Dengan fondasi frame ideologi yang sangat kuat tentunya
aksi-aksi pembingkaian dapat memperoleh respon dari para pihak yang
terlibat di ruang publik virtual terutama para pemegang saham dari PT
IMK.
Untuk itu, kelompok aksi yang dibentuk harus melakukan
pengkajian mendalam (framing) terkait dengan esensi dari hak-hak
adat orang Dayak melalui forum kajian formal dan informal maupun
dengan menggunakan media sosial. Kedua, membangun network dengan organisasi non pemerintah lainnya atau LSM yang memiliki
cara pandang universalitas, dan ketiga, melakukan pendampingan
secara langsung di lapangan, agar dapat mereproduksi wacana melalui
aksi off-line dan membingkai wacana tersebut melalui on-line.
Strategi gerakan dengan memanfaatkan teknologi internet dan
media sosialnya dalam membingkai informasi ternyata mampu
mempengaruhi pertimbangan para pemagang saham untuk tidak
membeli kembali saham PT IMK. Inti dari pembingkaian adalah
menunjukkan bahwa selama ini usaha pertambangan yang dijalankan
oleh PT IMK “belum” menggunakan cara-cara yang “humanis” di mana
keberadaan masyarakat berikut adat dan istiadatnya tidak dihargai dan
dipertahankan. Dampak dari adanya pembingkaian melalui media
sosial menyebabkan nilai investasi PT IMK di bursa saham dari waktu
ke waktu semakin menurun dan pada akhirnya operasi penambangan
PT IMK di Murung Raya diberhentikan sementara atau dinyatakan
“pailit”.
Dengan diberhentikan operasi penambangan adalah sebuah
kemenangan bagi sebuah gerakan perlawanan rakyat terhadap
kapitalisme global. Pertanyaan ini penting untuk kembali dijawab
terutama bagi para peneliti gerakan sosial dan aktor pendamping
masyarakat, mengingat pada awal bulan Oktober 2016, operasi PT IMK
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
240
kembali beroperasi dengan manajemen baru bernama PT Kasongan
Bumi Kencana. Namun pengalaman yang sudah ada, dapat menjadi
sebuah model gerakan masyarakat yang berhasil dalam menghadapi
meluasnya kapitalisme sektor pertambangan yang akan terus masuk di
Kalimantan Tengah. Karenanya wadah-wadah yang terbentuk paska
ditutupnya PT IMK, seperti Asosiasi Pertambangan Rakyat Kalimantan
(Aspera) yang tumbuh dari masyarakat adat Dayak dapat menjadi pintu
masuk untuk mengkaji seberapa jauh aksi perlawanan masyarakat adat
Dayak dapat bertahan dan memenangkan pertarungan ini.
Melakukan Modifikasi Identitas Gerakan
Secara umum, gerakan perlawanan yang dilakukan masyarakat
adat Dayak Siang semakin menampakkan wajahnya yang lebih solid
dan terarah ketika mereka merasa pentingnya memperjuangkan hak-
hak adat dari sekedar mengambil alih kembali lobang-lobang tambang
yang mereka miliki. Perjuangan mereka pada saat itu, bukan saja aksi-
aksi perlawanan di wilayah setempat, tetapi juga melakukan
pengiriman-pengiriman delegasi ke instansi-instansi negara dan PT
IMK di Palangkaraya, Jakarta maupun Australia.
Menguatnya semangat perjuangan mereka, ditandai dengan
semakin banyaknya gerakan-gerakan perlawanan masyarakat dengan
tujuan serupa, dengan memanfaatkan dan menggunakan ritual adat
sebagai struktur yang dapat membantu perjuangan mereka. Selain itu,
mereka juga melakukan perluasan jaringan gerakan dengan para aktivis
ornop/LSM karena memiliki tujuan yang sama, merupakan akibat dari
bertumbuhnya dan menyebarluasnya keyakinan yang
digeneralisasikan. Karenanya gerakan perlawanan yang dilakukan
dapat dikatakan sebagai gerakan dari sejumlah warga masyarakat yang
secara budaya terlibat dalam konflik sosial, yang tujuan dan strateginya
memiliki pertalian sosial dan rasionalitas sendiri. Fungsi gerakan
perlawanan mereka tidak dapat dipahami dalam logika tatanan
kelembagaan yang ada, karena fungsinya yang menyimpang dan
merupakan tantangan bagi untuk mempertahankan logika yang
Refleksi Keberhasilan atau Kegagalan dari Sebuah Gerakan Sosial di Ruang Publik Virtual
241
dibangun dan mentransformasikan hubungan sosial yang lebih
terintegrasi dan diperkuat. Karenanya gerakan perlawanan yang
dilakukan masyarakat adat Siang Murung dapat dikatakan sebagai
gerakan sosial baru (new sosial movement).
Untuk menjelaskan lebih jauh tentang gerakan sosial baru, ada 3
(tiga) hal pokok, pertama, disebut baru, karena secara kualitatis
berbeda dengan gerakan sosial lama, seperti organisasi para
penambang, karena menaruh perhatian lebih kepada keadilan ekonomi
dan sosial politik. Kedua, gerakan ini berkaitan erat dengan isu sosial-
budaya. Ketiga, gerakan ini terdiri dari kelompok-kelompok
perorangan tetapi membentuk unsur gerakan yang lebih besar sebagai
sebuah jaringan sosial.
Selanjut dari temuan penelitian, juga memperlihatkan sejumlah
ciri dari gerakan perlawanan sehingga disebut sebagai gerakan sosial
baru; pertama, aksi-aksi perlawanan yang mereka lakukan bersifat
terorganisir dan berorientasi pada perubahan tatanan sosial yang
menyeluruh dengan tujuan memperbaharui kebijakan yang dibuat
negara terkait dengan masuknya perusahaan multinasional di
Kalimantan Tengah. Kedua, gerakan ini juga berdimensi politik, yang
merupakan ekspresi atas protes terhadap keadaan-keadaan sosial yang
tidak adil yang dilakukan oleh perusahaan multinasional dengan
dukungan kekuasaan negara.
Ketiga, gerakan ini merupakan jaringan dari kelompok-kelompok
lokal yang tidak terkait dengan gerakan massa dan suatu partai politik
atau suatu perserikatan, karena memiliki prinsip dan cara tersendiri
dalam melakukan aksi-aksi perlawanan, dan isunya terus berkembang
dari aspek ekonomi menjadi isu mempertahankan hak-hak adatnya.
Keempat, karena gerakan ini juga dapat dilihat sebagai unsur utama
dalam proses memperkuat civil society di masa mendatang, khususnya
bagi masyarakat adat Dayak di Kalimantan Tengah. Eksistensi civil society itu sendiri ditandai oleh kemunculan ornop-ornop di
masyarakat, yang mandiri dan berdaya untuk memperjuangkan
kepentingan-kepentingan mereka sendiri. Menguatnya civil sociey, mendorong berkembangnya proses-proses demokratisasi terutama
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
242
mengakui hak-hak masyarakat adat. Gerakan perlawanan masyarakat
Oreng Kambang, tidak lagi mengandalkan massa sebagai kekuatannya
tetapi kemampuan dalam memenangkan makna dengan memanfaatkan
teknologi internet dan media sosialnya melalui proses pembingkaian
atas isu yang diperjuangkan.
Sebagai perkumpulan inklusif, gerakan perlawanan masyarakat
adat Dayak Siang Murung tentunya mempunyai keanggotaan yang
bersifat terbuka tanpa hiraukan latar belakang kelas sosial, etnisitas,
politik, maupun agama sebagai prasyarat utama dari civil society. Mereka menerima pluralisme ide serta cenderung mengembangkan
pandangan pragmatis dalam upaya menciptakan sistem partisipasi
politik seluas-luasnya dalam proses pengambilan keputusan. Perhatian
terhadap life politics menjadi penting dibandingkan dengan
emancipatory politis. Ciri lainnya bersifat non-kelas dan tidak
menghiraukan latar belakang agama. Namun, dalam hal etnisitas,
gerakan masyarakat Oreng Kambang, justru menunjukkan bahwa
ikatan keadatan masih berfungsi sebagai “energi” untuk memperluas
kesempatan politik, mengembangkan struktur mobilisasi dan proses
pembingkaian yang pada akhirnya menentukan keberhasilan dan
kegagalan gerakan mereka.
Atas dasar penjelasan di atas, gerakan perlawanan masyarakat adat
Dayak Siang Murung dapat dikategorikan sebagai suatu perkumpulan
yang inklusif dan diprakarsai oleh aktor-aktor dan diikuti kelompok-
kelompok yang secara sadar memobilisasi diri untuk bersama-sama
memperjuangkan democratization of everyday life. Di dalamnya, tentu
menekankan; (1) adanya unsur jaringan yang kuat tetapi interaksinya
bersifat informal atau tidak terstruktur; (2) adanya sharing keyakinan
dan solidaritas di antara mereka; (3) adanya aksi bersama dengan
membawa isu yang bersifat konfliktual; dan (4) aksi tuntutan itu
bersifat kontinyu tetapi tidak terinstitusi dan mengikuti prosedur rutin
seperti dikenal dalam organisasi.
Karenanya gerakan perlawanan masyarakat adat Dayak Siang
Murung dapat dikatakan sebagai gerakan sosial baru paling tidak harus
dijelaskan dari dua aspek yaitu: Pertama, hubungan antara proses
Refleksi Keberhasilan atau Kegagalan dari Sebuah Gerakan Sosial di Ruang Publik Virtual
243
pembiangkaian dari suatu pemikiran tentang perubahan politik
objektif yang memfasilitasi gerakan sosial. Perubahan politik tertentu
mendorong tidak hanya melalui pengaruh objektif yang diakibatkan
oleh perubahan relasi kekuasaan tetapi juga oleh setting dalam
pergerakan proses pembingkaian yang selanjutnya menggerogoti
legitimasi sistem yang dibangun PT IMK di bursa saham; Kedua, suatu
gerakan sosial juga bisa muncul karena kaitan resiprokal antara proses
pembingkaian dan mobilisasi. Proses pembingkaian secara jelas
mendorong mobilisasi ketika para aktor berupaya mengorganisasi dan
bertindak pada basis kesadaran yang berkembang tentang
ketidakabsahan dan kerentanan sistem. Pada saat yang sama, potensi
bagi proses pembingkaian yang kritis dikondisikan oleh akses pada
berbagai struktur mobilisasi melalui internet dan media sosialnya
(proses on-line). Dengan kata lain proses pembingkaian tidak akan
terjadi dalam kondisi ketiadaan organisasi serta dukungan media,
karena ketiadaan struktur mobilisasi dan media hampir pasti upaya
penyebaran pembingkaian kesejumlah aktor yang diperlukan untuk
basis tindakan kolektif akan terhambat.
Selain itu, keberhasilan dan kegagalan gerakan juga sangat
tergantung pada kemampuan organisasi gerakan menghadirkan paling
tidak tiga faktor organisasional; pertama, taktik mengganggu
(disruptive tactics) baik yang direncanakan maupun yang tidak
direncanakan menjadi penentu. Indikasi kuat bahwa taktik yang
inovatif dan disruptif serta masuk akal (proper channels) sangat efektif
untuk menarik simpatik. Salah satunya adalah melalui pembuatan
laporan keberlanjutan usaha (sustainability reporting) sebagai laporan
tandingan PT IMK yang ditujukan kepada bursa saham maupun kepada
para pemegang saham melalui email. Dengan memasukkan berbagai
aspek-aspek terkait dengan muncul permasalahan sosial–budaya dan
lingkungan hidup dalam pelaporan tersebut, maka gerakan telah
mampu melakukan pembingkaian guna menunjukkan kepada publik
bahwa PT IMK “belum” menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan
tambang baik (good mining) dan lebih humanis seperti yang
diisyaratkan. Hal ini tentunya tidak membutuhkan mobilisasi sumber
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
244
daya besar baik dana dan maupun dukungan berbagai aktor termasuk
aktor media yang sulit diakses.
Kedua, pengaruh sayap radikal (radical flank effects), yaitu
kehadiran kelompok ekstrim ternyata mampu memetik keuntungan
yakni membawa pengaruh aliansi antara negara dan gerakan sosial.
Negara kemudian mau berhubungan dengan para pemimpin dan
organisasi yang berbicara atas nama gerakan yang dianggap bisa
menjadi rekan negosiasi yang terpercaya. Dalam situasi semacam ini
kehadiran kelompok 'radikal' atau 'ekstrimis' bisa memberikan
legitimasi dan memperkuat daya tawar kelompok yang 'moderat'.
Kelompok yang dimaksud adalah kehadiran Lembaga Musyawarah
Masyarakat Dayak Daerah Kalimantan Tengah (LMMDD-KT) yang
secara tegas mempunyai garis perjuangan ingin mengembalikan hak-
hak adat orang Dayak.
Ketiga terkait dengan tujuan (goals). Dalam upaya membangun
hubungan yang berhasil dengan lingkungan politik dan organisasi yang
lebih luas, organisasi gerakan sosial mendasarkan pada tujuan
organisasinya. Respon dan reaksi dari pihak-pihak utama lain seperti
negara, pihak lawan gerakan (PT IMK), media, dan sebagainya,
umumnya dibentuk oleh apa yang dinyatakan dalam tujuan organisasi
gerakan sosial. Apa yang dinyatakan dalam tujuan bisa dipersepsikan
sebagai ancaman terhadap kepentingan sejumlah kelompok atau
kesempatan untuk realisasi kepentingan bagi kelompok lain. Karena
itu, oposisi dan dukungan yang diperoleh oleh organisasi gerakan sosial
sebenarnya dibentuk oleh persepsi tentang ancaman dan kesempatan
yang melekat dalam tujuan kelompok gerakan, salah satunya dengan
merubah identitas gerakan dari penambang menjadi gerakan
masyarakat adat.
Bahwa PT IMK sudah beroperasi kembali, bukan berarti gerakan
sosial ini tidak efektif sama sekali. Karena, bagaimanapun, pihak PT
IMK sendiri sudah mengalami beberapa “kekalahan” dalam
menghadapi perlawanan rakyat. Pertama, ia harus berkali-kali menjual
kembali sahamnya dan merubah nama sebagai dampak negatif dari
adanya perlawanan yang dilakukan masyarakat adat Dayak Siang.
Refleksi Keberhasilan atau Kegagalan dari Sebuah Gerakan Sosial di Ruang Publik Virtual
245
Kedua, wilayah tambang yang berpotensi tidak dapat diperluas karena
menjadi hak adat Dayak Siang yang diakui keberadaannya oleh negara
sebagai situs budaya. Ketiga, PT IMK beberapa kali “terpaksa” berhenti
beroperasi karena wilayah penambangannya diambil oleh masyarakat
adat Dayak Siang yang juga para penambang (berunak). Karena itu PT
IMK selalu menderita kerugian cukup besar.
Memang, tujuan utama gerakan perlawanan rakyat pada dasarnya
ingin menutup PT IMK dan mengambil alih wilayah tambangnya
kembali menjadi tambang rakyat tidak berhasil dicapai, hingga kini.
Karena, PT IMK sudah kembali beroperasi dan berproduksi, sejak
Oktober 2016. Apa sebabnya? Jawabannya, yang utama, karena PT
IMK sebagai perusahaan swasta memiliki patronase politik dengan
kekuatan yang sangat besar (aparat birokrasi dan keamanan) dan selalu
siap membela serta mendukungnya. Dalam konteks ini, patron yang
dimaksud adalah negara, sementara PT IMK adalah kliennya.
Berdasarkan fakta tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa
keberadaan PT IMK merupakan representasi persekutuan yang relatif
sempurna antara kepentingan negara dan modal swasta. Terdapat relasi
erat dan kuat yang mencerminkan adanya simbiose mutualistik antara
penguasa (kekuatan politik) dan pengusaha (kekuatan kapital) dalam
kasus ini. Proses seperti yang menyebabkan PT IMK mampu bertahan
sampai sekarang, meskipun sejak awal sudah mendapatkan perlawanan
yang tidak henti-hentinya dari masyarakat.
Sampai sekarang, PT IMK kembali beroperasi dengan nama PT
Kasongan Bumi Kencana untuk memanfaatkan sisa tailling.
Pertanyaannya, apa yang dialami masyarakat setempat? Benarkah
mereka kini menjadi lebih sejahtera dan dapat menikmati hidup
sehari-hari yang nyaman? Pertanyaan lanjut yang patut diajukan,
berhasilkah gerakan perlawanan tersebut? Jawabannya, tentu saja,
relatif. Dalam arti, dapat dikatakan gagal, namun bisa juga berhasil,
berdasarkan perspektifnya masing-masing -sebagaimana sudah
disinggung di atas. Gerakan tersebut gagal, jika yang dijadikan
indikatornya adalah eksistensi PT IMK yang tidak tergoyahkan sampai
sekarang. Namun, gerakan tersebut dapat dikatakan berhasil, jika yang
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
246
dijadikan indikatornya adalah: (1) berubahnya eksistensi PT IMK
(selalu berganti manajemen); (2) semakin meluasnya jejaring gerakan
perlawanan rakyat itu sendiri; (3) tetap bertahannya “daya lawan”
gerakan tersebut sampai sekarang; (4) terbentuknya sebuah masyarakat
yang berdaulat atas kehidupannya sendiri, yang mampu menyatakan
ketidaksetujuan, menyuarakan protes, dan mengambil jarak terhadap
penguasa (negara) dan pengusaha (pemilik modal).
Pada akhirnya, jika pada kenyataannya gerakan perlawanan
masyarakat adat Siang Murung, belum juga mampu “mengalahkan
sepenuhnya” PT IMK, meski telah berjuang dalam waktu yang relatif
lama, sesungguhnya hal itu tidaklah mengherankan. Sebab, dalam
konteks ini, yang dilawan bukanlah hanya pihak PT IMK, dan bukan
pula pihak pemerintah daerah setempat (baik Kabupaten Murung Raya
maupun Provinsi Kalimantan Tengah) beserta aparat keamanannya.
Melainkan, pihak yang memiliki kekuatan jauh lebih besar, yakni
negara, yang dalam hal ini direpresentasikan oleh Pemerintah Pusat di
Jakarta dan relasinya dengan berbagai perusahaan multinasional
sebagai pendukung utama memenuhi kebutuhan investasi untuk
pembangunan.
Perlawanan Entah Sampai Kapan
Pada kenyataannya, sampai sekarang PT IMK masih tetap berdiri
tegak di desa Oreng Kambang dengan manajemen baru PT Kasongan
Bumi Kencana. Dipihak lain, masyarakat masih tetap belum merespon
kehadirannya tetapi sudah mempersiapkan diri untuk melakukan aksi-
aksi perlawanan kembali dengan tetap menjalin kerja-kerja dengan
LMMDD-KT karena memiliki tanggungjawab membentuk dan menjadi
anggota Asosiasi Pertambangan Rakyat Kalimantan (Aspera) sebagai
wadah komunikasi masyarakat adat Dayak agar dapat
mempertahankan hak-hak adatnya.
Bahwa sebagian masyarakat kini merasa lelah dan frustrasi dalam
berjuang, mungkin hal itu benar adanya. Namun demikian, bukan
berarti mereka telah berhenti berjuang atau telah berubah sikap:
Refleksi Keberhasilan atau Kegagalan dari Sebuah Gerakan Sosial di Ruang Publik Virtual
247
menerima sepenuhnya PT IMK dengan senang hati. Karena,
sesungguhnya, mereka hanya mencoba berhitung lebih cermat dan
menyusun strategi yang lebih tepat, di tengah perjuangan panjang yang
penuh resiko, agar dapat mencegah jatuhnya korban dan kerugian yang
jauh lebih besar seperti yang penah dialami sebelumnya. Selain itu,
mereka pun tetap berjejaring dan berinteraksi, khususnya dalam
rangka saling bertukar informasi, dengan LMMDDKT sebagai ornop
yang selama ini telah mendampingi dan turut berjuang bersama
dengan mereka. Itulah yang terjadi sampai sekarang, baik yang
terekam melalui pengamatan di lapangan maupun melalui percakapan
dengan sejumlah narasumber di desa Oreng Kambang, Murung Raya,
Palangkaraya, dan Jakarta.
Dari sisi ini gerakan masyarakat yang terlibat dalam perjuangan
melawan PT IMK itu mungkin dapat dikatakan “menang”, dan
sebaliknya pihak PTM IMK dikatakan “kalah”. Namun, jika dikaitkan
dengan konsep pembangunan, maka paradigma negara dan PT IMK
sendiri yang selama ini semata-mata bertopang pada aspek ekonomi,
mungkin sudah saatnya dikaji ulang dan diperjelas terutama dalam
rumusan perjanjian, seperti Kontrak Karya (KK). Aspek utama yang
perlu menjadi perhatian utama dalam rumusan perjanjian tersebut
adalah upaya memajukan potensi manusia, dan bukan hanya untuk
memproduksi sesuatu yang bernilai ekonomis. Pembangunan
seharusnya dipahami sebagai sebuah proses memperbaiki kondisi-
kondisi kehidupan manusia yang mencakup banyak aspek; tidak hanya
ekonomi, tetapi juga sosial, budaya, lingkungan hidup bahkan juga
politik. Itulah sebabnya, pembangunan harus menempatkan
penghormatan atas hak-hak asasi manusia, baik hak-hak sipil dan
politik maupun hak-hak ekonomi-sosial-budaya, dan mempertahankan
kondisi lingkungan hidup pada posisi sentral dalam sebuah kebijakan
pembangunan negara.
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
248
Teknologi dan Gerakan Sosial Baru
Penelitian ini menemukan bahwa kemajuan teknologi sangat
berpengaruh terhadap perkembangan gerakan sosial baru untuk
menambahkan salah satu cirinya. Produk teknologi yang selalu
dipandang netral ternyata mulai memperlihatkan pengaruhnya sebagai
saluran untuk dapat mengembangkan gerakan sosial. Internet dan
media sosialnya sebagai salah satu produk mutakhir teknologi,
kehadirannya tidak pernah diperhitungkan oleh para penguasa dan
pemilik modal dan menjadi aktor utama keberhasilan gerakan sosial.
Hal yang sama juga belum menjadi perhatian dari para peneliti dan
aktivis gerakan sosial untuk memasukan teknologi internet dan media
sosialnya sebagai salah satu faktor penting berkembangnya gerakan
sosial baru, seperti yang ditemukan dalam penelitian dan ditunjukkan
pada gambar 8.1. di bawah ini.
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 8.1.
Teknologi dan Gerakan Sosial Baru
Teori-teori gerakan sosial yang digunakan dan dikembangkan
dalam berbagai penelitian, seperti; konflik pembangunan dan gerakan
sosial di Papua; gerakan sosial rakyat Porsea, Toba Samosir; gerakan
Refleksi Keberhasilan atau Kegagalan dari Sebuah Gerakan Sosial di Ruang Publik Virtual
249
sosial masyarakat Stren Kali Surabaya; gerakan sosial korban bencana
lumpur Lapindo; gerakan sosial petani Kalibakar; dan gerakan
perlawanan orang-orang tertindas serta gerakan rakyat melawan elit
ternyata belum mempertimbangkan dan memasukan perkembangan
teknologi internet dan media sosialnya dalam analisisnya.
Penelitian ini menemukan bahwa teknologi internet dan media
sosialnya ternyata mampu mempengaruhi dinamika gerakan sosial baru
agar dapat mendukung proses pembingkaian cultural (cultural framing)
dengan memanfaatkan peluang kesempatan politik seiring dengan
terbentuknya demokrasi baru di ruang publik virtual sehingga dapat
memobilisasi struktur sumber daya (mobilizing structure) melalui
jejaring aktor. Karenanya kehadiran teknologi internet dan media
sosial lainnya juga menjadi penentu dari gagal atau tidaknya sebuah
gerakan sosial baru.
Kedepan penelitian-penelitian tentang gerakan sosial di ruang
public virtual menjadi menarik agar dapat mengembangkan teori-teori
gerakan yang saat ini belum menjadikan teknologi internet dan media
sosialnya sebagai variable penentu berhasil tidaknya sebuah gerakan
sosial. Terkait dengan gerakan sosial yang memanfaatkan teknologi
internet dan media sosial lainnya untuk dapat memasuki ruang public
virtual memperlihatkan ciri-ciri sebagai catatan untuk penelitian
selanjutnya sebagai berikut :
1. Gerakan ini mampu merubah land scape perlawanan dalam
menyampaikan tuntutan, pendapat dan penentuan keputusan
secara vertikal menjadi hoprisontal;
2. Gerakan ini juga mampu mengubah lapangan gerakan sosial
dari bersifat nyata menjadi bersifat maya lewat kampanye
virtual, perang webside dan pesan-pesan politik. Karena
melalui teknologi internet dan media sosialnya, memberikan
kebebasan bagi siapa pun membuat webside, email maupun
media sosial dan menyebarkan informasi tanpa ada kontrol atas
informasi yang disebarluaskan tersebut.
ORANG DAYAK MELAWAN TAMBANG Studi Gerakan Sosial Baru dalam Ruang Publik Virtual
250
3. Gerakan ini mampu mengatasi hambatan pendanaan, persoalan
ruang dan waktu sehingga gerakan yang dilakukan berlangsung
efektif dan tepat-sasaran.
4. Gerakan ini mampu menimbulkan demontrasi massif di
berbagai tingkatan (kampung hingga nasional).
5. Proses berdemokrasi tidak lagi monopoli oleh lembaga-
lembaga perwakilan konvensional, namun bisa berlangsung di
dalam ruang publik virtual.
6. Dalam ruang public virtual ternyata semua pihak dalam
melakukan manipulasi dengan memberi informasi yang salah,
dan bias meluas ke aktivitas politik (online atau internet action) di jaringan internet (cyberspace). Manfaat jaringan
internet sebagai saluran atau medium baru harus dibayangkan
sebagai agen, aktor aktif yang kreatif menciptakan sekaligus
memodifikasi makna secara radikal.
7. Semua orang dapat menyampaikan pendapatnya tanpa
diketahui identitasnya sehingga bentuknya lebih cair dan
personal untuk memberi makna terhadap pesan yang
diterimanya
8. Di era berkembangnya teknologi internet, justru mendorong
terjadinya penguatan nasionalisme ke daerahan. Hal ini
bertentangan dengan asumsi globalisasi yang mengaburkan
batas teritori sebuah negara dimana gerakan perlawanan ini
justru menggugah semangat nasionalisme kedaerahan.