refleksi aktuallitas fenomenollogi dallam jfillsafat

20
Refleksi Aktuallitas Fenomenollogi Edmund HusseJrll dallam JFillsafat

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Refleksi

Aktuallitas

Fenomenollogi

Edmund HusseJrll

dallam JFillsafat

.Jurnal Edisi '97

paruh pertama abadyang sangat berpengaruh dalam sejarah..meminati filsafat dan prihatin dengandewasa ini, yang menurut u..&&...~"'''''''llA.A.a.A.a.

rnacarn-rnacarn VA~~VU.A.&~~~~

apa adanya.. Semboyannyazu den sachen selbst' (kembalilah kepadasendiri (Verhaak, 1995: 104) cocok denganfilosofinya ..

Edmund Huss~rladalah orang yang telahmeletakkanpengarull paling kuat··· danmendalam atas pemikiran­pemikiran filsafat setelah Bergson. Dia adalah seorang ·.peloporfenomenologi yang Iahir· di Prossvitz (Moravia) padatahun1859, dan meninggalpada tahun 1938.. Diaadalah· seorangfilsuf Jerman keturunan Yahudi .. Kebebsaran Edmund Husserlsebagai seorang filsuf, terkenal·dari hasil karyanya yangcukupbanyak..Buku-bukukarya Edmund Husser} yang terkenaldanbesar pengaruhnya bagi perkembangan ilmupengeta.huandewasailli,.·atara· lain: .·.·Philosophie·· cler Arithmetik.·(18-91};Logische Untersuchungen (1900); Ideen .•zuei~erPhanomenologie undphanomenologischen Philosopie. (1913);Formale und· transzendentale ····Logik (1929); Erfahrung undUrteil (1930) 1974: 131--1

Metode

38

•. Refleksi Aktualitas Fenomenologis Edmund Husserl

karakteristik filsafat kontemporer; dan fenomenologi EdmundHusserl.

demikian juga padama~nUSla memiliki kemampuan

1I':Jl9i.r-J11T+4:lll.9i1lfI:Jl+1l1T Filsafat Kontemporerkapan filsafat kontemporer

sangat sulit dipastikan secara eksata. Ada yangmenyebut filsafat kontemporer muncul setelah abad XIX; adayang menyebut filsafat kontemporer adalah filsafat abad XX;dan Beerling menyebut filsafat kontemporer sebagai 'FilsafatKrisis'.Yang dimaksud Filsafat Krisis,bahwaposisi-posisipenting dari filsafat-filsafat jaman dahulu, pokok-pokok dasaryang penting dari .filsafat itu tidak dapat. dipertahankan dantidak dapat dibenarkan lagi atau disangsikan kebenarannya.Tetapi kita harns berhati-hatiuntuk mengambil kesimpulan.Sebab hal itu bukanlah berarti bahwa posisi-posisi dahulu darifilsafat - seperti dari idealisme, subjektivisme atau rasionalisme-pada waktu itu telah dilenyapkan secara radikaI danuntukselama-lamanya. Pada waktu ini aliran-aliran tersebut hanyamengalami suatu masa yang kurang baik baginya (Beerling,1966: 46).

lebih lanjut yang dipakai sebagai referellsi dalampenulisan ini sebagai berikut: Filsafat Kontemporer adalahfilsafat yang.muncul dalam abad XX (dewasa ii), yang·memilikikecenderungan sebagaimana yang dikemukakan olehBochenskidalam bukunya Contemporary European Philosophy$Bochenski mencatat beberapa kecenderungan filsafatkontemporer sebagai berikut..1

memaharniyang-ada secara langsung.3.Pluralisme. Filsafat kontemporerpada umumnya menolakidealismeatau materialisme yang monistik dari filsafat abad

39

eJurnal Edisi Khusus Agustus ~97

XIX, kecuali Alexander. dan Crose yang dikenal sebagai idealismonis, tetapi mereka termasuk dalamkelompok minoritas.4. Aktualisme. Aktualisme adalah filsafat yang meoloak adanyasubstansi-substansi,dalam filsafat kontemporerThomisme dan Neorealisme Inggris yang masih menerimanya,tetapi aliran seperti Neokantianisme, fenomelogi, dan aliranmetafisika baru menolaknya.5. Peronalisme. sebagaian besar filsafat abaa aewasa inikembali menaruh perhatian besar kepada 'human person'terutama niIai-niIai unik yang melekat pada 'human person'itu (Bockenski, 1974: 36-38).

Di samping beberapa karakteristik yang sudahdisebutkan di atas, filsafatkontemporer memiliki jugasemacam 'external feature', seperti teknik, produktivitas daninterdependensi. Di antaranya yang paling meninjol adalahsifat interdependensi. Dalam filsafatkontemporer terceminadanya saling ketergantungan dan saling relasi antar berbagaigerakan, mazhab dan negara (Bochenski, 1974: 39; Siswanto,1995: 21).

Atas dasar karakteristik di atas, dapat disimpulkanbahwa orientasi dasar yang mewarnai filsafat kontemporerdapat dibedakan ke dalam dua kelompok , yaitu filsafat yangberoientasi pada 'ajaran' dan filsafat yang berorientasi pada'metode'.

Filsafat yang berorientasi pada ajaran dikelompokkanke dalam tiga kelompok: Pertama, filsafat yang masihmembawa semangat filsafat abad XVIII (Empirisme,Materialisme, Positivisme, Kantianisme dan Hegelian). Kedua,filsafat yang masih menerima pengaruh filsafat(Vitalisme) dan

Filsafat yang kepada antaradapat disebut: logika matematika, fenomenologi, hermeneutika,strukturalisme, dan yang paling terbaru dekonstruksi .. Khususmengenai metode fenomenologi yang pertama kali munculdirintis dan dikembangkan oleh Edmund HusserI, selanjutnyamendapat perhatian khusus dari eksistensialisme dan aliranmetafisika baru.

40

• Refleksi Aktualitas Fenomenologis EdmundHusserl

Fenomenologi Edmund HusserlKata 'fenomenologi' berasal dari bahasa Yunani

'phainomeno' dan 'logos'. 'Phainomenon'berarti tampak dan'phainein' Sedangkan 'logos'kata, ucapan, pertimbangan. Dalam arti luas,fenomenologi gejala-gejala atauyang tampak. Dalam arti sempit, ilmu tentang fenomen­fenomen yang menampakkan diri kepada kesadaran kita(Bagus, 1992: 85).

fenomenologi menurut pemahaman Edmeund Husserlmerupakan suatu analisis deskripsi serta itropeksi mengenaikedalaman dari semua bentuk kesadaran dan pengalam­pengalam langsung: relegius, moral, estetis,konseptual, seliainderawi. Untuk Edmund Husserl kemudian menegaskan,perhatian filsafat hendaknya difokuskan pada penyelidikantentang'Lebenwelt' (dunia kehidupan) atau 'Erlebnisse'(kehidupan subjektif dan batiniah). Penyelidikan ini hendaknyamenekankan watak intensional kesadaran, dan tanpamengandaikan praduga-praduga konseptual dari ilmu-ilmuempiris (Bagus, 1992: 88).

Bagi Husserl, fenomenologi meru paka metode danfilsafat. Fenomenologi sebagai metode membentangkanlangkah-Iangkah yang harus diambil sehinga kita sampai padafenomena yang murni (Titus, 1984: 399). fenomenologimempelajari dan melukiskan ciri-ciri intrinsik fenomen­fenomen sebagaimana fenomen-fenomen itu sendirimenyingkapkan kepada kesadaran. Setiap orang harus

serta

hakiki dan intuisidisebut fenomenologi

memberi pengetahuanyang perlu dan esensial mengenai apa yang ada (Titus, 1984:401).Di sini fenomenologi dapat dijelaskan sebagai metode

41

eJumal Edisi Khusus '97

kembali ke benda itu sendiri,oleh karena dalam tahap-tahappenelitiannya menemukan objek-objek yang membentukduniayang'manusia alami.

Menurut Husserl untuk mencapai hakikat murni harusdiadakansemacam pemberishan atau penyaringan (Reduksi).Hakikat murni adalah. sampai pada benda itu sendiri(zalihnya): 'zur den sachen selbst' sebagaimana yang menjadisemboyannya. Menurut Husserl terdapat tiga macam reduksi:reduksi fenomenologis, reduksi eidetis, dan reduksitransendental (Delfgaauw, 1988: 106).

Pertama, reduksi fenomenologis: menyaringpengalaman sehingga orang sampai pada, fenomen semurni­murninya, setiap orang (subjek) harns melepaskan benda itudari pandangan-pandangan lain: agama, adat, pandangan ilmupengetahuan. Jika berhasil maka akan sampai pada fenomenyang sebenarnya. Dengan kata lain, untuk mencapai padafenomen yang sebenarnya adalah dengan menempatkantealitas benda-benda di luar kita antara kurung (epoche).Dalam reduksi ini, Husserl meninggalkan sikap alamiah yangbiasa pada orang 'biasa' yang tanpa ragu-ragu melihat benda­benda dan tidak sebagai gejala kesadaran saja. Yang munculdalam kesadaran ialah gejala (fenomenon).

Kedua, reduksi eidetis: menghilangkan semuaperbedaan-perbedaa dari sejumlah item yang ada dalamkhayalan sehingga tinggal saja suatu 'esensi'. Dengan kata lain,semua yang lain yang bukan inti eidos, fenomen perludiletakkan di dalam tanda kurung. Dengan demikian akansampai pada hakikat sesuatu. Pengertian inilah dalam arti yangmuri. Dalam hal ini hakikat oleh yang...",,a,lLilVV!U'''l ialah struktur dasariah, yang meliputi: fundamental,

hakiki, semua relasi hakiki Y,""jll;Jl."'4.a.1X~,,",,V.""''''''''''''A,U.J.l

objek-objek lain yang disadari (Bakker, 1984: 1150.Ketiga, reduksi transendental: reduksi ini merupakan

pengarahan ke subjek, dan mengenai tetjadinya penampakansendiri, dan mengenal akar-akarnya dalam kesadaran (Bakker,1984: 117); bukan lagi mengenai objek atau fenomen, bukanmengenai hal-hal sejauh menampakkan diri kepadakesadaran. Dalam reduksi ini yang harns ditempatkan dalam

42

• Refleksi Al:tualitas Fenomenologis Edmund Husserl

kurung ialah eksistensi dan segala sesuatu yang tiadahubungan timbal-balik dengan kesadaran murni, diterapkankepada subjeknya dan perbuatannya, kepadakesadaran ketiga

Husserlpengakuan dan harus diakui hanyalah 'dasIch'yang dengan 'Bewusstsein'-nya (kesadaran)yang pula" (Drijarkara, 1981: 133).. Artinyasatu -satunya realitas yang boleh dan harusdiakui denganmutlak ialah dari 'das Ich'; "yang di atas semua situasiyang segala pengalaman, sadar akansendiri" Sadar di sini bukanlah kesadaran sehari-hariberhadapan kejasmanian, melainkan· kesadaran yangsupraempiris, yang atas semua pengalaman, yangtransendentaL

Bila memperhatikan rangkaian· peikiran Husserl di atas,dapat dikatakan bahwa fenomenologi Husserl tidak terdapatkriteria untuk menentukan kesahian suatu kebenaran;ditekankan dalam fenomenologinya adalah 'intersubjektivitas'~

dan basis filosofis Husserl ialah bahwa dunia yang tampak ·initidak memberi kepastian, kita harusmencarinya dalam'Erlebnisse': pengalaman yang sadar, "pertemuan dengan aku" ..Aku ini harus dibedakan dengan 'aku emp[iris'yang tidakmurni yangmerupakan dunia benda.. "Aku" ini harusdikurung dan kemudian kita menuju 'aku murni yangmengatasi semua -pengalaman..

prlnslpnyamanusia, melalui

kebebasan. merupakan sisi realitas kebebasan,satu sebutan bahwa seseorang bebas berartiyang lain juga bebas.. Bebas berarti tak seorangpun dapat

43

.Jurnal Edisi Khusus Agustus '97

IllG.U.:)JlU dalam mengejardihadapkan pada suatu dilemma, yaitubebas atau sarna sekali tidak bebas..

dernikianlahgambaran umum tetang fenomenologi

kesadaran, tanpamengandaikan praduga-praduga ..l'"",.Jll!lJ''l",... VII..II.It.U..i.

dari ilmu-ilmu empiris.Sebagai konsekuesinya kebebesan yang demikian itu

tentunya selalu disertai dengan tanggung jawab, danmengetahui bahwa semua perbuatannyabersumberdarikebebasannya. Pertanggungjawaban itu tidak terbatas'pada dirisendiri tetapi juga tanggung jawab terhadap orang lain bahkanseluruh dunia. Dengan pertangg'ungjawaban yangmengikutsertakan orang lain, berarti menunjukkan solidaritasmanusia. Jadidalam rangka mengejar citra diri manusia mautidakmau seseorang harus memilih perbuatannya yang terbaikbagi semua orang. Manusia dengan kebebasannya. adalahkemampuan permanen untuk menarik dirinya .dari masalampau, sehingga selalu dapat dimungkinkan suatupermulaan barn sesuai dengan penemuan barunya melaluikesadaran murni yang ditemui kemudian. Di sinilah· optimistikHusserl selalu merangsang, menggugah keberanian,manusia,memberi harapan,membuat segala kemungkinan berubah.

Sedangkan aspek 'negatip yang menjadi kelemahanpemikiran husserl justru terletak pada puncak kekuatannya,

dengan konsep kesadaran (subjek) murni, manusia padahams menolak eksistensi

mempengaruhi dengan segala atuirannya, pandangan dannilainya kepada orang lain. Hal ini berarti mendorong. mausiakreatif dan progresifdalam menghadapui dunia. Kebebasan inimengingatkanpada Sokratessendiri', sedangkan mengajarkan supaya

44

• Refleksi Aktualitas FenomenologisEdmund Husserl

Husserl yang dapat disampaikan dalam bagioan Ii. Selanjutnya,bagian berikut akan dikemukakan 'Aktualitas FenomenologiHusserl dalam Filsafat Kontemporer'

Metode Fenomenologi Husserl dan PengaruhnyaFenomenologi Husser! tidak diragukanmemberikan

sumbangan .. terhadap cara berpikir kefilsafatan maupunperkembanganbeberapa disiplin ilmu sosial/kemanusiaan. Initidak berartibahwa filsafat telah menemukan terminalterakhirnya. Maksudnya, sikap kritis yang radikal harus tetapdijadikan sema.ngat seperti dittlntut oleh Husserl. Menurutpendapat ini, seseorang yang menerima gagasan-gagasankefilsafatan secara dogmatis adalah sikap anti filsafat dansekaligusanti fenomenologis.

Fenomenologi Husserl· telah menawarkan suatu metodepenyelidikan/pemahaman telltang realitas. Sebagai suatumetode, ia berpeluang untuk diadopsi dalammenyelidiki danmemahami problem-problem aktuaI yang dihadapi manusia.Pada filsafat kontemporer, para filsuf eksistensialisme yangbanyak terpengaruh dan berusaha mengaktualisasikan metooefenomenologi itu dalam pemikiran mereka. Para filsufeksistensilisme memakai metode fenomenologi, pada unlumnyadalam analisis eksistensi.. Filsuf-filsuf eksistensilis yallgmemakai metode fenomenologi, antara lain: Satire, Merleau­Ponty, Ricouer, dan ·lain sebagainya. Namun demikian,merekatidak menerima begitu saja pendapat Husserl tentang sikapobjektif, reduksi pokok yang pertama, yang menyisihkan

45

eJumal Edisi Khusus Agustus .'97

intennsional. Fenome diselidiki. sejauh disadari secara langsungdan sponta, sebagai 'yang lain' dari kesadaran (Bakker, 1984:119).

Para eksistensialis mempertahankan aspek non­diskursifdalam intuisi. subjek, namumerekatidak mengikutitekanan Husserl pada sikap objektif dan kontemplatif. Fenomendianalisa menurut semua unsur Husserl lainnya. Harusdibersihkan dari segalapenyempitan dan interpretasi. beratsebeleh; sehingga mulai tampak dasar asali, yaitu duniaeksistensi nyata (Bakker,1984: 120). Dengan analisa iniditemukan sifat-sifat pokok yang berlaku bagi eksistensimanusia,yang sekaligusunik, dan berlaku··bagi setiap manusia.

Berikut ini akan dikemukakan sejauh mana letakketergantungan ketiga filsuf(Sartre, Merleau-Ponty, Ricoeur)dari fenemenologi Husserl, yang mereka ikuti untukmenyelidiki/memahami problem-problem aktual yangdihadapi manusia (tentang realitas).

Metode yang dipergunakan Sartre secara keseluruhantidak berbeda dengan para. eksistensialis lainnya, yaitu .metodefenomenologi. Sartre pada awal mulanya mengikutifenomenologi Husser!, namun kemudian ia membelot.MenurutSartre, fenomenologi Husserl itu kering .dan netral;tidak memberikan penkelasan yang memuaskan tentang Ada­nya fenomen-fenomen, karena tidak membedakan secaraprinsipialobjek. dengan tampaknya objek. Husserl berhentipada esensi, dengan demikia tidak pernah mencapai Ada-nyasesuatu objek. Salire berkeyakinan bahwa Ada merupakansyarat bagi tampaknya sesuatu (Bertens, 1985: 315). Untukitukemudian Sartre lebih tertarik kepada ide Heidegger, yangmengungkapkan arti hakikat 'Ada' Dalam Sein und Zeit (Ada

Waktu), Heidegger membahas tentang makna hidup danmakna kenyataan. tema pokok buku ini adalah sebuahpertanyaan fundamental: Apa maknanya, bahwa kitaada?(Hamersma, 1983: 126).

Heidegger menganalisa keberadaan manusia di duniadengan analisa fenomenologi. Eksistensi adalah absurd,manusia ada di dunia tidak dipilihsendiri, melainkan sebagaisesuatu yang telah ditentukan.Manusia 'dilemparkan' dalam

46

• Refleksi Aktualitas Fenomenologis Edmund Husserl

.AJL lL a-_&.lU,... .a._AII.._JlA. IIo-_V sebagaiHusserl memperolep peranan barn pada Merleau-Ponty. Pada

faktisitasyang penuh 'keprihatinan' (Hamersma, 1983: 125).Bagi Sartre, fenomenologi Husserl masihmemuat

kelemahan. Kelemahannya terdapat pada sikap ilmiahmenjadi ~1va"'11t1"'1""1~~

antarayang dunia yang me:naJmp,aKlcandirinya, dunia yang dihidupi ataumanusiawi. Dengan kata dengan memberi perananbesar kepada kesadaran lengkap dengan emosi,kebencian,A~_II-'l.4.JI.""'IL.1-IL-""'JLi."l penderitaan, keterasingall, dan kerinduannyadikawinkan dengan dialektika Karl Marx, maka filsafat Satiremenjadi suatu eksistensialisme yang humanise Jadi dari Husserl,Sartre hanya meminjam fenomenologi yang melingkupiintensionalitas kesadaran ya:ng dengan kebebasannya"

Apa yang dilakukan oleh Satire itu, nampak sejalandengan orientasi filsafatnya yang melibatkan diri secara politikdan sosial dalam masyarakat.. Titik tolakpembahasanhubungan subjek-objek diteljemahkan ke istilahetre-pour-soi dan hadir untukhadir pada (Heraty, 1984: 146~147)o

Satire antara keduanya meustahil terjadi sintesis..melihat subjektivitas sedemikian rupa, sehinzga manusiamenjadiancaman

47

.Jurnal Edisi '97

pokoknya pengertian intensionalitas Int diperluaspengertiannya, sehingga tidak saja meliputi kegiatan-kegiatankesadaran, melainkan mengenai pula h'ubungan denganduniaIuar dan hubungan dengan manusia lain..

Deskripsi fenomenologi yang olehHusserl dimaksudkanuntuk kembali kepada sesuai dengan dansampai kepadasikap ilmiah barn, bagi Merleau-Pantyterutama &diartikan sebagaisuatu protes terhadap pendekatanbenda~benda secaraobjektif dengan hubungan-hubungankausalnya. meumt diahendaknya benda-benda dikembalikankepada sebuah .dunia penghayatan, Lebenswelt menyrytI-IusserL

Merleau ...Ponty berorientasi kepada karyaHusserl yangterakhir (Bruzina, 1970: 89) ,di mana tema penghayatandunia lingkungan hidup atau Lebenswelt lebih diperhatikan.Iniberbeda dengan Sartre yang bertolak dari kaerya awalHusserl yang terutama mengambil tema ini kesadaran ataukesadaran. itu sendiri. Hal iniberati bahwaMerleau-Pontymenolak analisis yang menganggap Lebenswelt ini berpangkal;pada kegiatan subjek, sebagai suatu kecenderungan yangidealistik, mengarahkan segalanya kepada kesadaran kembali(Heraty, 1984: 148).

Reduksi fenomenologik ini sementara menyingkirkanrealitas sebuah dunia ilmiah bagi Husserl dandimaksudkanu·ntuk menemukan kejernuhan struktur-struktur logik.Merleau -Ponty mengokohkan kesimpulan, bahwa the great

reductio is the imposibility of complete reduction1965 dalam Toeti -Hertay, 1984: sehingga ia

dari

hakikat bagiMerleau-Ponty secara· tidak langsung menjelaskanketunggalan·fakta-faktapada penghayatan yang malahpertama-tama ditanggalkan oleh reduksi Husser1 tadi. Jadihakikat atau eidos digunakan sebagai latar belakangpenghayatan konkret.. Inilah suatu pokok pemikiran

48

· • Refleksi Aktualitas Fenomenolog;s Edmund Husserl

eksistensialis yang bergeser minat dari hakikat, essence ataueidos ke eksistensi, dari hakikat abstrak kepada kehadirankonkret.

murni tersebut.. meskipun akhirnyamelibatkan luar, tidak menjadikan dunia iisebagai pusat perhatian seperti pada Merleau-Ponty..

samplng yang .............A ...__ ..... "'........

tempat yang berbeda dalam tanggapanya, subjektivitas ataurasionalitas bagi Merleau-Ponty mendapat tanggapan berbedapula, sehingga tugas fenomenologi ialah untukmengungkapkan the nlystery of the world and the mysteryreason .. Di satu pihak misteri dunia,di pihak lainmisteri rasiomanusia secara bersama merupakan suatu kebertautan,hubungan antara keduanyamerupakan suatuengagement(Ponty, 1965: 19; Heraty, 1984: 149) ..

MenuTut Husserl, pokok-pokok tersebut di atas akanlebih nyata bila diteliti dalam lapangan fenomenologik,mana berarti penjernihan fenomena sekaligus..

Merleau -Ponty menanggapi lapangan fenomenologiksebagai suatu lapangan suatu lapangan kegiatan

untuk suatu phenomenal

terutama menunjang fenomenologi Hl1C'C't=t>"t""

yangmenekankan ... reduksi eidetik.

49

eJumal Edisi Khusus Agustus '97

Namun Ricoeur menyadari keterbatasan' suatu deskripsieidetik,·yang maksudnya menangkap ·struktur-struktur eidetikbila menghadapi misalnya gejala kehendak dan emosi. Ricoeurmelihat deskripsi ini sebagai taraf mempunyaimaksud-maksud sampai pada suatu pandangan tentangmanusia dalam suatu metafisika., Dengan demikian iaberkeberatan terhadapfenomenologi Husserl yang disebutolehnya sebagai 'fenomenologik deontologik' (Spiegelberg,1977 dalam Toeti-Heraty, 1984: 181). dan membatasi diripada gejala-gejala kesadaran saja.

Ricoeur meninggalkan suatu idealisme dogmatik untukidealisme metodeik. Artinya bahwa deskripsi gejala kesadaranhanya diguakannya sebagai titik tolak, terutama dalampengenlbagan metodenya. Di samping itu, Ricoeur jugaberusaha mengatasi prasangka logisistik pada Husser!. Ricoeurberminat kepada gejala kehendak dan ernosi yang justrupertama-tama ditanggalkan pada reduksi eidetik HusserL

Ricoeur ingin sampai pada suatu filsafat tentag manusiayang mengatasi keterbatasan gejala-gejala kesadaran saja.Ricoeur, dalam hal ini ingin memamfaatkan juga penelaahanproblem secara ilmiah, terutama oleh psikologi. Dalam konteksini Ricoeur memamfaatkan juga wawasan,.,;wawasanbellaviourism psikologi Gestalt dan psikoanalisa ·dalamfilsafatnya tentangmanusia tersebut (Heraty, 1984: 181-182).Hal yang demikian kurang lebih juga telah dilakukan olehMerleau-Ponty namun terdapatperbedaannya pula. Merleau-

memusatkan perhatian kepada psikologi persepsi,Ricoeur menelaah kehendak.

fenomena.. dengan ini dimaksudkanstruktur intensionalitas pada fenomena. kesadaran menurutproses dan objek,atau act dan content. taraf·eidetik murni(Heraty, 1984: 182).

Pada taraf pertama ini ada keberatan.. Keberatan tarafini ialahketerbatasannya yang hanya sesuai untuk menghadapi

50

• Refleksi Aktualitas Fenomenolog;s Edmund Husserl

gejala kesadaran murni serta takmampu menangkaphubungan atara kesadaran da tubuh.. Hal terakhir inimerupakan suatu 'misteri' bagi Ricoeur pada penghayatan

1 fenomenologinyamen~~emUlG1Ka.n suatu yang adakalanya A""'''''-)I.. __ lp.I"_.....'............ li.

konstitusi aktif, ialah konstitusi fenomena dan mengemukakanpula konstitusi pasif, dimana fenomena telahditemuka secaratersedia. Pendapat pertama dikenal dengan pengertianidealisme transendental inilah yang ditinggalkanRicoeur. Sedangkan taraf kedua akan lebih medapat perhatiandalam 'fenomenologi hermeneutik' yang masih akandijelaskan kemudian, dimaa bagi subjek fenomena telahtersediadalam bentuk 'simbol'dan 'mitos' (Heraty, 1984: 182) ..

Ketiga, taraf ontologi kesadaran yang berusahamenempatkan status kesadaran dalam keseluruhan ontologikatau metafisik" lni berarti bahwa Ricoeur akan sampai kepadasuatu filsafat antropologi dan akhirnya pula sampai kepadapemikiran persoalan kebebasan, 'freedom' dan pula gagalnyakebebasan ini pada pengertian tentang manusia yang telahlhilaf, pada manusia sebagai 'fallible man' (Heraty, 1984:183).

Fenomenologi pada Ricoeur itu dikembangkan denganmaksud-maksltd yang jauh, berusa'ha memberi gambaranyangtotal dankonprehensif tentang manusia. Untuk maksudkhusus dikembangkanya fenomenologi kehendak.

Inl

n1i::JlnOpnj~l dinamika kehendakditunjang oleh 'prinsip

1984: 183), sehingga untuk suatudeskripsi dinamika kehendak mencakup usurbukan-kehendak dan meneliti pula relasi antara kehendak danbukan kehendak.. Yang menarik dalam hubungan ini ialah,

51

'97

bahwa dalam deskripsi bukan-kehendak ikut unsurjasmani,. hal maa sampai kini takdapat diikutsertakan dalampenelaahan struktur eidetik dapa gejala kesadaran.

Fenomena kehendak menurutmembedakan suatu tindakanatau kegiatan kehe:ndal menurut

gerak yang dikehe~daki, menentkan,menggerakkan tubuh, aku menyernjui' 1~~71 :54). Ketiga-tiganya ditunjang oleh kegiatankehendak.gerak kehendak mempunyaipasangan atau korelatbukan­kehendak masing-masing, dalam artibahwa 'bukan-kehendakmenjadi latar-belakang sebab' bagi kehendak dan sebaliknyakehendak memberi fokus kepada bukan-kehendak.

Gerak pertama sebagai suatu keputusan ('decision')tampak 1Jertama-tama sebagai hasil analisis intensionalitas.Gerak kedua ialah .kelengkapan perencanaan koson.g olehkeputusan sebagai gerak pertama dan dengan analisisintensional menampilkan'gerak atau kegiatan' st.-'bagaikelanjutan keputusan. Gerak terakhir atau ketiga dipel'lukanuntuk menyempurnakan kehendak yang diawali oleh suatukeputusan, dikonkretkan oleh kegiatan dan merupakanpersetujuan. Persetujuan ini merupakan 'keikhlasan untukmenerima suatu keniscayaan' (Heraty, 1984: 184-18G). Diantara ketiga taraf inilah yag paling utama menanlpilkandimensi kemerdekaan dalam pertentangan dengankeniscayaan. Ricoeur mengemukakan perumusa scbagaiberikut: ' Keikhlasan adalah gerak kemerdekaan kearah alamsupaya dipersatukan dengan keniscayaan mutlakl1ya danmengubahnya menjadidirinya sendiri' (Rasmusse, 1971: i;1).

Penggunaan ·metode atau deskripsi eidetik dalam

.l'o.\..-!.U.U.U.;x.,;A..U.II.UJ.L besar',Ricoeur hendak memperluas deskripsi 11 denganmengikutisertakan perwujuda denganmemperoleh paradoks antara kemerdekaal1 dan alam.

Paradoks ii dipecahkan oleh manusia meurut duakemugkinan, ialah bahwaia menggerakkan kehendak kc,arah'transendensi', tetapidapat pulasampai kepada kegl\~alan

52

• Refleksi Aktualitas Fenomenolog;s Edmund Husserl

kehendak yang pada manusia dengan peristilahan religiusdisebut 'dosa'.. Oi antara kedua kutub fenomenologi kehendakkita lihat satu pihak kemerdekaan,di pihak alam

suatueksistensial'

manusia sebagai eksistensi dan kita hadapi padaeksistensial kedua kutub ialah kemerdekaan lagipihak, di pihak lain kekhilafan manusia atau 'fallibility' ..

tahap ketiga ialah kenyataanyang dinilai menurut keberhasilan atau kegagalan kehendak:transendensi atau dosa (Heraty, 1984: 197) .. Pada tahap ketigaini oleh RicoeUl'l diikutsertakan 'metode hermeneutik', ilahmetode 'penafsiran' melengkapi kedua sebelumnya.

Demikianlah sekelumit hasi! refleksi (tangkapan daninterpretasi) terhadap "Aktualitas .Fenomenologi HusserI dalamfilsdafat Kontemporer' pada tiga filsuf: Satire, Merleau-Ponty,dan Ricoeur dari sekian banyak filsuf yang juga berusahauntuk mengaktualisasikan fenomenologi Husserl dalampemikirannya, yang dapat disampaikan dalam tulisan ini.

PenutupBerdasarkan paparan di atas dapatlah diambil

kesimpulan bahwa seorang filsuf yang mengetrapkan metodefenomenologi, tidak akan menerima begitu saja kebenaran

Ia akan mencari

dalam usaha mendalam dilaksanakandengan Dalam hal ini ada tiga tahap, yaitu reduksifenomenologi, reduksi eidetis, dan reduksi transendentaL

53

eJurnal Edisi Khusus Agustus '97

Sedangkan dalam usaha pemikirankefilsafatan, fenomenologimerupakan metode untuk menganalisa unsur intuitif· daripengertian kita, sehingga kita berhasil menemuka intisari atau.a.S.III.JI,.A"................... dari barang-barang dalamusahanya telah berhasil menemukan evidensi-evidensi yangUg.,n~"'-'-'i;.Ar.JI" yang merupaka:n 'dasar yang dan tidak dapatdibantah lagi. Sementara itu, para. filsufeksistensialis (Sartre,Merleau-Ponty, Ricoeur) mengetrapkan metode fenomenologiuntukmemandang. kehidupan manusia sebagaimana adanya.Dengan metode fenomenologi, mereka berhasil membeda­bedaka beradanyamanusia dengan beradayang lain. Beradanyamanusia adalah bereksistensi.. Sedang berada·· yang lain jugaberada, namun tidak bereksistensi. Oleh karena manusiamempunyai cara berada yang khusus. Cara itu berupakesibukan manusia, baik berupakesibukan dengan diri sendirimaupun dengan dunia luar.

Dengan megarahkan pengetrapan metodefenomenologi ke suatu ·aspek tertentu, akan tercapai suatupengertioan yang tertentu. Dengan mengarahkanpengetrapanmetode itu ke aspek esensi atau intisari, akan menemukanhakikat dari sesuatu hal yang bersangkutan. Sebaliknya,dengan mengarahkannya ke aspek kehidupan manusia yangkonkret seperti yang dilakukan oleh filsuf eksistensialis,akandapat menemukan eksistensi manusia yangpenuhkesibukan.

Oleh karena itu dapat disimpulkan, bahwafenomenologi sebagai metode adalah baik sekali untukditerapka dalam usaha pemikira.n kefilsafatan. Metode inimemberi jalan kepada manusia (subjek) utuk mencari danVVt,cl""""'f"l1f"\<1':!1 kebenaran yang sedalam-dalamnya, menganjurkan

begitu yangsecara

memaksaitu, .·fenomenologi sebagai metode sangat lJaikditerapkan sebagi dasar analisissosial/kemanusiaan.

54

• Reflek..'ii Aktualitas FenomenologisEdmundHusserl

DAITAR PUSTAKA

F11safat KOlltelnporel;fakultas Filsafat UGM.,

1Historical Introduction,Nijhoff, The Hague.

1University of CaliforniaAngeles.

Bruzina, R, 1970, Logos a.nd Eidos, the ConceptPhenomenology, University of Kentucky, Mouton, TIleHagus - PariSe

Delfgaauw, B., 1988, Filsafat Abad 20, Alih Bahasa SoejonoSoemargono, Tiara Wacana, Yogyakarta.

Drijarkara, N., 1978, Percikan Filsafat, Pembangunan, Jakarta~Hamersma, 1983, Tokoh-Tokoh iY/safa! Sara! Modern,

Gramedia, Jakarta.Harun Hadiwijono, 1980, Sari ~iara}l Filsafat Bal"llt

Kanisius, Yozyakarta o

Sisv{anto, 1995,Laporan Penelitian,yogyakarta~

Lorens Bagus, 1992, "Edmund Husserl Kembali Pada Benda­benda Itu Sendiri" dalam Fx. Mudji Sutrisno & f. Budi

Pa.ra PenentlJ

55

• Jurnal Edisi Khusus Agustus .'97

Titus, Smith, Nolan, 1984, Persoalan-PersoalanFiIsaftit, DialihBahasa oleh Prof. Dr. H.M.Rasjidi, Bulan Bintang,Jakarta.

Gramedia, Jakarta.

56