referat ocd
TRANSCRIPT
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
HALAMAN PENGESAHAN
Penyusun : . Jennifer Annastasia (406137005)
. Elsa Fitriani (406137023)
. Christiann Haryanto Junaedi (406137019)
. Ahmad Farid Haryanto (406137021 )
Perguruan Tinggi : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Bagian : Ilmu Kedokteran Jiwa
Periode : 30 September 2013 – 2 November 2013
Judul : pengaruh OCD pada kehidupan sosial
Pembimbing : dr. Rosmalia, Sp. KJ
Telah diperiksa dan disetujui tanggal :
Mengetahui,
Pembimbing Referat
(dr. Rosmalia, Sp. KJ)
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir
kata, Penulis mengucapkan terimakasih dan semoga referat ini dapat memberikan manfaat.
Serpong, Oktober 2013
Penulis
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih, karunia
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan referat dengan judul “Pengaruh OCD pada
kehidupan sosial” dengan baik secara tepat pada waktunya.
Adapun referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteran Klinik Ilmu
Kedokteran Jiwa Kedokteran Universitas Tarumanagara di Rumah Sakit Khusus Jiwa
Dharma Graha periode 30 September 2013 – 2 November 2013 dan juga bertujuan untuk
menambah informasi bagi kami dan pembaca tentang kekerasan pada pasien dengan
Gangguan Jiwa.
Penulis sangat bersyukur atas terselesaikannya tugas ini. Hal ini tidak terlepas dari
dukungan serta keterlibatan berbagai pihak dan pada kesempatan ini kami ingin
berterimakasih kepada :
1. Bapak Sugeng, selaku Wakil Direktur Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menjalankan masa Kepaniteraan
Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa Dharma Graha
2. dr. Rosmalia Suparso, SpKJ (K) selaku pembimbing referat dan pembimbing
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa Dharma Graha
3. dr. Yenny Dewi P, SpKJ (K) selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kedokteran Jiwa Dharma Graha
4. dr. Ira Savitri Tanjung SpKJ (K) selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kedokteran Jiwa Dharma Graha
5. dr. Irmansyah, SpKJ (K) selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran
Jiwa Dharma Graha
6. Staf dan perawat Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
7. Rekan-rekan anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kedokteran Jiwa di Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dewasa ini banyak diantara kita yang tidak menyadari gejala-gejala gangguan jiwa
pada beberapa individu, karena dianggap hanya sebagai suatu kepribadian dari orang
tersebut dan bukan termasuk gangguan kejiwaan. Akibatnya banyak penderita gangguan
kejiwaan ini tidak mendapatkan penanganan yang semestinya, yang kemudian dapat
berdampak pada kehidupan sosial penderitanya. Meskipun demikian beberapa penderita
gangguan kejiwaan ini dapat menjalani kehidupan sosialnya selayaknya orang normal,
karena mereka dapat mengatasi gejala yang dimilikinya dengan baik. Salah satu gangguan
jiwa tersebut adalah OCD (Obsessive-Compulsive Disorders) yang akan dibahas dalam
referat ini.
Banyak faktor-faktor yang menjadi penghalang bagi seorang penderita OCD dalam
mendapatkan terapi yang sesuai untuknya. Umumnya mereka tidak menyadari bahwa
gejala yang mereka miliki adalah suatu bentuk gangguan jiwa, oleh karena masih
kurangnya pengetahuan masyarakat umum mengenai gangguan ini.
Sebagai contoh, beberapa di antara penderita OCD menanggap bahwa hal-hal yang
mereka lakukan secara berulang-ulang (kompulsif) sebagai satu-satunya jalan keluar dari
kecemasan yang mereka alami adalah hal yang normal dan akhirnya dianggap sebagai
kepribadian mereka.
Dengan alasan inilah, kelompok kami mengangkat topik “Tatalaksana OCD
(Obsessive-Compulsive Disorders)” sebagai salah satu usaha mensosialisasikan mengenai
bentuk gangguan jiwa yang seringkali dianggap normal dalam kehidupan sosial.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Obsessive-Compulsive Disorder
A. DEFINISI
• Menurut Davison & Neale, gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas,
dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak
terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang,
sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-
hari.
Menurut Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry 10th Ed, gangguan obsesif-
kompulsif (OCD) diwakili oleh berbagai kelompok gejala yang mencakup pikiran
yang mengganggu, ritual, terpaku pada satu hal, dan paksaan
B. EPIDEMIOLOGI
• OCD tampaknya memiliki prevalensi yang sama di berbagai ras dan etnis, meskipun
dapat bervariasi dengan budaya dan agama (misalnya, kekhawatiran tentang
menghujat lebih sering terjadi pada orang-orang Katolik dan Yahudi Ortodoks).
Prevalensi keseluruhan OCD sama pada pria dan wanita, meskipun gangguan lebih
umum terjadi pada laki-laki di masa kecil atau masa remaja, sedangkan pada wanita
terjadi di usia dua puluhan. Pada anak-anak OCD lebih sering terjadi pada laki-laki.
C. ETIOLOGI DAN PASTOFISIOLOGI
1. Faktor biologi (Neurotransmitter)
a) Sistem serotonergik
Banyak uji klinis obat yang telah dilakukan untuk mendukung
hipotesis bahwa disregulasi serotonin terlibat dalam pembentukan gejala
obsesi dan kompulsi dalam gangguan ini. Data menunjukkan bahwa obat
serotonergik lebih efektif dibandingkan obat yang mempengaruhi sistem
neurotransmiter lainnya, tetapi keterlibatan serotonin sebagai penyebab OCD
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
belum jelas. Studi klinis telah menganalisis konsentrasi metabolit serotonin
(misalnya, 5-hydroxyindoleacetic asam [5-HIAA]) dalam cerebrospinal fluid
(CSF) serta afinitas dan jumlah ikatan trombosit dari imipramine yang telah
dititrasi (Tofranil), yang berikatan dengan reuptake serotonin, dan melaporkan
temuan pada pasien dengan OCD.
b) Sistem noradrenergik
Saat ini, ada sedikit bukti yang ada untuk disfungsi dalam sistem
noradrenergik pada OCD. Laporan yang tidak resmi menunjukkan beberapa
perbaikan dalam gejala OCD dengan penggunaan clonidine oral (Catapres),
obat yang mengurangi jumlah norepinefrin dilepaskan dari ujung saraf
presynaptic.
2. Faktor Perilaku
Menurut ahli teori pembelajaran, obsesi adalah stimulus yang dipelajari.
Sebuah stimulus yang relatif netral dikaitkan dengan rasa takut atau kecemasan
melalui proses pembelajaran responden, yaitu dengan memasangkan stimulus
netral dengan peristiwa berbahaya atau menimbulkan kecemasan. Dengan
demikian, objek dan pikiran yang sebelumnya netral mampu mencetuskan
kecemasan atau ketidaknyamanan.
Kompulsi yang dibentuk dengan cara yang berbeda. Ketika seseorang
menemukan bahwa beberapa tindakan dapat mengurangi kecemasan yang melekat
pada pikiran obsesif.
D. GAMBARAN KLINIS
Obsesi dan kompulsi memiliki ciri tertentu yang sama . Suatu gagasan atau
impuls masuk ke dalam kesadaran seseorang secara menetap. Perasaan takut
dan cemas menyertai manifestasi utama dan sering menyebabkan orang
mengambil tindakan balasan terhadap gagasan atau impuls awal. Obsesi atau
kompulsi merupakan ego-alien; yaitu dirasakan sebagai sesuatu yang asing bagi
pengalaman diri sebagai makhluk psikologis. Tidak peduli sedemikian kuat dan
memaksanya obsesi atau kompulsi, orang tersebut biasanya mengenalinya sebagai
sesuatu yang aneh dan tidak rasional. Kadang-kadang pasien terlalu menilai lebih Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
obsesi dan kompulsi. Misalnya, seorang pasien dapat memaksa bahwa kebersihan
kompulsif secara moral adalah benar walaupun ia dapat kehilangan pekerjaan
karena waktu dihabiskan untuk membersihkan.
Dalam sebuah studi oleh Baer pada tahun 1994, gejala OCD dibagi menjadi tiga
kelompok:
a. obsesi simetri dan akurasi sangat berkorelasi dengan perintah dan dorongan dengan
sedikit pengulangan dan akumulasi ritual – namun obsesi penimbunan yang lemah
berhubungan dengan obsesi dengan simetri sangat berhubungan dengan akumulasi
dorongan sedikit dan pemesanan ritual.
b. Obsesi kontaminasi dengan dorongan pembersihan yang berkorelasi, seperti yang
diharapkan tapi mengejutkan. Mengingat perbedaan klinis antara pembersih dan
wanita, obsesi ini juga sedikit berkorelasi dengan kinerja ritual;
c. Seksual dan obsesi agama agak berkorelasi, dan dalam kelompok dengan obsesi
agresif.
Variabel %Obsesi (N = 200) Kontaminasi 45 Keraguan patologis 42 Somatik 36 Kebutuhan Simetri 31 Agresif 28 Seksual 26 Lain-lain 13 Obsesi multiple 60Kompulsi (N = 200) Checking 63 Mencuci 50 Menghitung 36 Keinginan untuk bertanya & mengaku 31 Simetri dan presisi 28 Hoarding 18 Multiple comparisons 48Course of illness (N = 100)a
Tipe Kontinu 85 Deterioratif 10 Episodik 2 Not present 71 Present 29aAge at onset: men, 17.5 ± 6.8 years; women, 20.8 ± 8.5 years.(From Rasmussen SA, Eiser JL. The epidemiology and differential diagnosis of obsessive Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
compulsive disorder. J Clin Psychiatry. 1992;53[4 Suppl]: 6, with permission.)
Yang didapatkan oleh dokter spesialis non-psikiatri pada
penderita OCD
Dermatologis Tangan kasar, terlihat eczema
Dokter keluarga Anggota keluarga mencuci tangan secara berlebihan,
terdapat kompulsif menghitung & memeriksa
Onkologis,
Internis penyakit
infeksi
Berkeras percaya menderita AIDS
Neurologis OCD berhubungan dengan Tourette’s disorder, luka
kepala, epilepsy, korea, lesi atau gangguan basal
ganglia lainnya
Bedah saraf OCD yang berat
Obstetri OCD post partum
Pediatri Orangtua mengeluh anak mencuci secara berlebihan
Kardiologi
pediatric
OCD secondary Sydenham’s chorea
Bedah plastic Konsultasi berulang mengenai fitur abnormal
Dokter gigi Lesi pada gusi karena sikat gigi yang berlebihan
E. DIAGNOSIS
Pedoman diagnostik berdasarkan PPGDJ-III
a. Untuk menegakkan diagnosis pasti gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau
kedua-duanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-
b.
c. turut.
d. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau menganggu aktivitas
penderita.
e. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:
Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri;
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan untuk merupakan
hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari
ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti
dimaksud diatas);
Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenagkan (unpleasantly repetitive).
f. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi.
Penderita gangguan obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala
depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang (F33.-) dapat
menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya.
Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala
depresif umumnya dibarengi secara parallel dengan perubahan gejala obsesif.
Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari
gejala-gejala yang timbul lebih dulu.
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakan hanya bila tidak ada gangguan
depresi pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul.
Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi
sebagai diagnosis yang pirmer.
Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling
bertahan saat gejala yang lain menghilang.
g. Gejala obsesif “sekunder” yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom
Tourette, ataugangguan mental organic, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi
tersebut.
Adapun kriteria diagnostic OCD yang lain adalah DSM-IV-TR yang memungkinkan klinisi
merinci apakah pasien memiliki OCD tipe tilikan yang buruk jika mereka umumnya tidak
menyadari obsesi dan kompulsinya berlebihan.
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Obsesif Kompulsif :
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
Salah satu obsesi atau kompulsif
A. Obsesi didefinisikan sebagai berikut :
a. Pikiran, impuls atau bayangan yang pernah dialami yang berulang dan menetap yang
intrusive dan tidak serasi, yang menyebabkan ansietas dan distress, yang selama
periode gangguan.
b. Pikiran, impuls atau bayangan bukan ketakutan terhadap problem kehidupan yang
nyata.
c. Indvidu berusaha untuk mengabaikan dan menekan pikiran, impuls atau bayangan
atau menetralisir dengan pikiran lain dan tindakan.
d. Individu menyadari bahwa pikiran, impuls, bayangan yang berulang berasal dari
pikirannya sendiri (tidak disebabkan factor luar atau pikiran yang disisipkan)
B. Kompulsi didefinisikan oleh (a) dan (b) :
a. Perilaku yang berulang (misalnya: cuci tangan, mengecek) atau aktifitas mental
(berdoa, menghitung, mengulang kata tanpa suara) yang individu merasa terdorong
melakukan dalam respon dari obsesinya, atau sesuai aturan yang dilakukan secara
kaku.
b. Prilaku atau aktifitas mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan distress atau
mencegah kejadian atau situasi; walaupun perilaku atau aktifitas mental tidak
berhubungan dengan cara realistic untuk mencegah atau menetralisir.
c. Pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit, individu menyadai bahwa obsesi dan
kompulsi berlebihan dan tidak beralasan. Catatan: keadaan ini tidak berlaku pada
anak.
d. Obsesi dan kompulsi menyebakan distress, menghabiskan waktu (membutuhkan
waktu lebih dari satu jam perhari) atau menganggu kebiasaan, fungsi pekerjaan atau
akademik atau aktifitas sosial.
e. Bila ada gangguan lain pada aksis I, isi dari obsesi dan kompulsi tidak terkait dengan
gangguan tersebut.
f. Gangguan tidak disebabkan efek langsung dari penggunaan zat (misalnya
penyalahgunaan zat,obat) atau kondisi medis umum.
g. Dengan tilikan buruk: jika untuk sepanjang episode individu tidak menyadari bahwa
obsesi dan kompulsinya berat dan tidak beralasan
F. DIAGNOSA BANDING
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
Keadaan Medis
Persyaratan diagnostic DSM-IV-TR pada distres pribadi dan gangguan
fungsional membedakan OCD dengan pikiran dan kebiasaan yang sedikit
berlebihan atau biasa. Gangguan neurologis utama dipertimbangkan dan
diagnosis banding adalah gangguan Tourette, gangguan “tic” lainnya, epilepsy
lobus termporalis dan kadang-kadang-kadang trauma
serta komplikasi pascaensefalitis.
Gangguan Tourette
Gejala khas gangguan Tourette adalah tik motorik dan vocal yang sering
terjadi gejala bahkan setiap hari. Gangguan Tourete dan OCD memiliki awitan
dan gejala yang serupa. Sekitar 90 peresen orang dengan gangguan Tourette
memiliki gejala kompulsif dan sebanyak dua pertiga memenuhi kriteria
diagnostik OCD.
Keadaan Psikiatri lain
Keadaan psikiatri lain yang dapat terkait erat dengan OCD adalah
hipokondriasi, gangguan dismorfik tubuh, dan mungkin gangguan
pengendalian impuls lain, seperti kleptomania dan judi patlogis. Pada semua
gangguan ini, pasien memiliki berulang (contohnya kepedulian akan tubuh)
atau perilaku berulang (contohnya mencuri)
G. PROGNOSIS
Lebih dari separuh pasien dengan OCD memiliki awitan gejala yang mendadak.
Awitan gejala untuk sekitar 50 hingga 70 persen pasien terjadi setelah peristiwa
yang penuh tekanan, seperti kehamilan, masa seksual, atau kematian kerabat.
Karena banyak orang tetap merahasiakan gejalanya, sering terdapat penundaan 5
hingga 10 tahun sebelum pasien datang untuk mendapatkan perhatian psikiatri,
walaupun penundaan mungkin memendek dengan meningkatnya keaspadaan
terhadap gangguan ini. Sekitar 20-30 pasien mengalami perbaikan gejala yang
signifikan dan 40 hingga 50 persen mengalami perbaikan sedang. Sisa 20 sampai
40 persen tetap sakit atau mengalami perburukan gejala.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
H. TERAPI
1. Psikoterapi
Psikoterapi suportif secara pasti memiliki tempat, terutama pada pasien OCD
yang walaupun gejalanya memiliki keparahan yang beragam, mampu bekerja
dan melakukan penyesuaian sosial. Dengan kontak regular dan terus-menerus
dengan orang yang professional, tertarik, simpatik, dan member semangat,
pasien mungkin mampu berfungsi dengan bantuan ini. Kadang-kadang ketika
obsesional dan anxietas mencapai intensitas yang tidak dapat ditoleransi,
pasien perlu dirawat inap sampai tempat singgah di institusi dan penjauhan
dari stress lingkungan mengurangi gejala hingga tingkat yang dapat ditoleransi
2. Farmakologi
Efektivitas farmakoterapi terhadap OCD terbukti melalui banyaknya
percobaan klinis. Pendekatan standarnya adalah memulai dengan SSRI atau
clomipramine dan kemudian berpindah strategi farmakologis lain jika obat
spesifik serotonin tidak efektif.
Selective Serotonine Reuptake Inhibitor. SSRI telah disetujui oleh U.S.
Food and Drug Administration (FDA) untuk terapi OCD. Dosis yang lebih
tinggi sering diperlukan untuk memberikan efek yang lebih
menguntungkan, seperti fluoxetin 80 mg perhari. Walaupun SSRI
menyebabkan gangguan tidur, mual dan diare, sakit kepala, anxietas dan
kegelisahan. Efek samping ini sering sementara dan umumnya tidak
menyulitkan daripada efek samping obat trisiklik seperti clomipramine.
Hasil klinis terbaik didapatkan ketika SSRI dikombinasikan dengan terapi
perilaku.
Clomipramine, adalah obat pertama yang disetujui U.S FDA untuk terapi
OCD. Penggunaan dosisnya harus dititrasi meningkat selama 2 hingga 3
minggu untuk menghindari efek samping gastrointestinal dan hipotensi
ortostatik. Obat ini juga menimbulkan sedasi dan efek kolinergik yang
bemakna, termasuk mulut kering dan konstipasi. Seperti SSRI, hasil
terbaik bersal dari kombinasi obat dengan terapi perilaku.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
3. Pendekatan Behavioral: Pemaparan dan Pencegahan Ritual (ERP -Exposure and Ritual Prevention)
Salah satu perkembangan yang paling efektif untuk pengobatan Obsesif-Compulsive Disorder (OCD) adalah CBT. Tujuan utama dari Mindfulness Berbasis CBT adalah belajar untuk menerima non-judgmentally pengalaman psikologis yang tidak nyaman. Dari perspektif kesadaran, banyak tekanan psikologis kita adalah hasil dari mencoba untuk mengontrol dan menghilangkan ketidaknyamanan pikiran yang tidak diinginkan, perasaan, sensasi, dan mendesak. Dengan kata lain, ketidaknyamanan kita tidak masalah - upaya kami untuk mengendalikan dan menghilangkan ketidaknyamanan kami adalah masalah -. Untuk individu dengan OCD atau kondisi terkait berbasis kecemasan, tujuan akhir dari kesadaran adalah untuk mengembangkan kemampuan untuk lebih rela mengalami pikiran tidak nyaman, perasaan, sensasi, dan mendesak, tanpa menanggapi dengan kompulsi, perilaku menghindar, mencari jaminan atau ritual mental.
Setelah protokol CBT terstruktur, klien secara bertahap berhadapan dengan tantangan semua gejalanya, dan belajar hal yang baru, metode lebih produktif untuk mengatasi rasa cemas. Seiring waktu, individu menjadi peka terhadap situasi yang sebelumnya memprovokasi kecemasan dan pikiran, obsesi dan kompulsi dieliminasi, atau secara signifikan mengurangi frekuensi dan besarnya.
4 Terapi Perilaku Rasional EmotifTerapi perilaku rasional emotif memabntu pasien menghapuskan keyakinan bahwa
segala sesuatu mutlak harus berjalan seperti yang mereka inginkan atau bahwa segala tindakan yang mereka lakukan harus mutlak memberikan hasil sempurna. Terapi kognitif dari Beck juga dapat bermanfaat (Van Oppen dkk., 1995). Dalam pendekatan ini, pasien didorong untuk menguji kekuatan mereka bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi jika mereka tidak melakukan ritual kompulsif
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
BAB III
PEMBAHASAN
Contoh Kasus 1, OCD
Bernice berusia 46 tahun saat mulai menjalani terapi. Ini keempat kalinya ia menjalani
terapi. Gangguan obsesif-kompulsif dideritanya sejak 12 tahun lalu, tidak lama setelah
kematian ayahnya.
Bernice terobsesi ketakutan mengalami kontaminasi, suatu ketakutan yang secara
tidak jelas dikaitkan dengan kematian ayahnya karena pneumonia. Ia tidak nyaman
bersentuhan dengan kayu “objek yang bergores”, surat, benda yang dikemas kaleng, dan
“noda perak” (peralatan yang berwarna perak). Ia tidak dapat menyatakan mengapa objek-
objek tersebut merupakan sumber kemungkinan kontaminasi dengan kuman.
Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, Bernice melakukan berbagai ritual kompulsif
yang menghabiskan hampir seluruh waktunya. Seperti mandi selama 3-4 jam dan waktu
mandi ia mengelupas lapisan luar sabun mandi sehingga sepenuhnya bebas dari kuman.
Waktu makan berlangsung berjam-jam, ia makan tiga suap makanan pada satu waktu,
mengunyah setiap suapan 300 kali. Ini dilakukan untuk menghilangkan kontaminasi pada
makanannya. Suaminya kadangkala terlibat dalam upacara makan tersebut, ia mengocok teko
teh dan sayuran beku di atas kepala Bernice untuk menghilangkan kuman. Hal ini telah
merendahkan nilai kehidupannya hingga hampir tidak melakukan apapun selain itu. Ia tidak
keluar rumah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, atau bahkan berbicara melalui telepon.
Contoh Kasus 2, OCD
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
Alexis berusia 24 tahun, mengikuti terapi karena mencuci tangan secara kompulsif
yang mengancam akan menghancurkan hidupnya. Dia baru saja diterima di sekolah hukum,
tapi Ia takut tidak mampu duduk diam di kelas atau belajar dengan baik karena dorongan
untuk mencuci tangan yang muncul setiap kali Ia berpikir telah menyentuh sesuatu yang
kotor. Setiap hari tampaknya ada begitu banyak benda kotor yang disentuhnya, dan yang
paling kotor biasanya berhubungan dengan toilet. Dia berdalih hal ini karena hal yang
berhubungan dengan toilet dipenuhi oleh mikroba yang menurutnya tergolong paling najis.
Alexis tahu bahwa memang tidak ada alasan atau sebab untuk paksaan (dorongannya)
tersebut. Dia cuci tangan untuk membersihkan dirinya dari sesuatu yang telah tercemar.
Penyebab OCD yang dialami Alexis ini diduga karena trauma basal. Tindakan mencuci
tangan yang dilakukannya berfungsi sebagai solusi palsu untuk membersihkan apa yang
seharusnya harus dibersihkan, tetapi mungkin dalam hal ini bukan tangannya.
Langkah pertama adalah menemukan trauma yang menyebabkan gangguan OCD ini.
Akhirnya ditemukanlah bahwa kakeknya pernah melakukan penyiksaan seksual ketika dia
berusia enam tahun dengan cara menembus dan membuat Alexis mencium bau anusnya.
Contoh Kasus 3, OCD
Lauren Walsh, wanita berusia 21 tahun menderita Obsessive Compulsive Disorder
(OCD). OCD menyerang mental dengan ciri-ciri selalu berpikir berulang-ulang dan
melakukan aktivitas yang juga dilakukan berulang-ulang. Kelainan ini membuat Lauren
merasa menjadi orang yang tidak normal.
Misalnya, dia selalu menghabiskan banyak waktu untuk mencuci tangan berjam-jam.
Jika dihitung-hitung, ia bisa menghabiskan 10 jam sehari di kamar mandi, seperti dikutip dari
DailyMirror. Lauren juga selalu merasa takut karena dia berpikir setiap inchi tubuhnya
dihinggapi bakteri, sehingga dia harus mandi lagi dalam waktu lama untuk
membersihkannya.
“Ini sampai ke titik saat saya harus mandi lima kali sehari, masing-masing
berlangsung dua jam,” ujar Lauren.
“Rasanya, ada begitu banyak hal, yang harus saya lakukan. Setiap menit dari bagian
tubuh saya harus dikontrol.” Penderitaan ini dialami Lauren sejak didiagnosis mengalami
gangguan OCD di usia 12 tahun. OCD yang diderita Lauren seperti menyebabkan suara di
kepalanya, yang dia sebut ‘iblis di bahu’. Kondisi ini seolah meyakinkan dia selalu dalam
keadaan kotor.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
Lauren tahu itu tidak rasional, tapi dia tidak berdaya mengendalikan dirinya. Lauren
memaparkan bagaimana OCD mengendalikan hidupnya selama bertahun-tahun. Waktu itu,
ibunya Linda merasa heran, dengan kebiasaan Lauren.
Lauren terus menerus mencuci tangan. Tidak hanya di rumah, bahkan juga di sekolah.
Penderitaan Lauren membuat dia sulit bersosialisasi dengan teman-teman sekolah. Banyak
teman-teman sekolah yang kemudian menjuluki Lauren sebagai orang aneh dan stres.
Di usia 10 tahun, Lauren pernah menangis tak terkendali karena dia merasa ada
sesuatu yang salah dengan dirinya. Tapi, waktu itu tidak tau kenapa dia merasa bersalah.
Barulah ketika berusia 12 tahun, penderitaan Lauren dikenali penyebabnya. Dia didiagnosis
OCD. Saat memasuki remaja, OCD menjadi semakin melumpuhkan mental Lauren. Kamar
tidurnya penuh dengan catatan karena Lauren merasa terdorong untuk terus menulis.
“Aku punya catatan untuk diingat kembali ketika saya berumur 12 tahun. Orang
beranggapan OCD adalah tentang mencuci tangan sedikit lebih lama dari biasanya dan
kemudian Anda melanjutkan aktivitas seperti orang lain. Tapi, ternyata tidak.” Lauren
melanjutkan, “Keluar dari tempat tidur memakan waktu 20 menit setiap pagi karena saya
harus berbalik sampai saya berada di sudut kanan. Jika tidak merasa benar, saya ulangi
sampai hal itu benar.” Setelah itu, dia akan memastikan tempat tidur selalu dalam keadaan
sempurna tanpa ada kain yang kusut. Dia harus mencuci sarung bantal setiap hari dan seprai
setidaknya tiga kali seminggu.
“Di kamar mandi aku menggunakan sabun yang berbeda dan lotion untuk bagian
tubuh yang berbeda, dimulai di bagian atas dan bekerja dengan cara ke bawah. Dibutuhkan
waktu dua jam setiap kali mandi,” kata Lauren. Untuk menggunakan toilet, dia harus
menyekanya dulu kemudian duduk dengan cara yang benar. Lalu, dia akan selalu merobek
lembar pertama kertas toilet karena takut telah tersentuh orang lain. Kemudian dia akan
merobek tisu sebanyak 12 lembar untuk selanjutnya dilipat dengan cara tertentu sebelum
dipakai. Untuk sekadar bangun dari toilet pun, dia masih harus memutar sampai benar-benar
merasa nyaman.
“Saya harus berjalan lurus sempurna dan setiap langkah harus merasa benar di kaki.
Jika tidak, saya harus mulai dari awal lagi. Jadi, saya akan berada di sana selama berjam-
jam.” Kondisi Lauren, mirip seperti yang dialami Sam Hancox, yang akhirnya meninggal
akibat kasus serupa. Sam mengalami dehidrasi dan infeksi kulit karena penyakit OCD selama
30 tahun. Penyakit ini membuat Sam selalu mandi sampai 20 jam setiap hari karena, dia takut
kuman.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
“Kasus itu membuat saya marah, karena bisa saja terjadi pada saya,” ujar Lauren yang
sangat takut riwayat hidupnya akan berakhir tragis sama seperti Sam.
Contoh Kasus 4 , OCD
Samantha Hancox, 40 tahun, warga negara Inggris, meninggal karena ketakutan
berlebihan terhadap bakteri. Selama 18 tahun terakhir, ia hanya sekali meninggalkan
rumahnya karena takut terpapar bakteri. Dalam sehari, Hancox menghabiskan 20 jam untuk
mandi dan membersihkan tubuhnya dari bakteri. Puncak ketakutannya terjadi saat ia takut
bakteri akan menyebar melalui makanan dan minumannya. Akhirnya ia meninggal karena
dehidrasi dan infeksi kulit (akibat terlalu sering menggosok tubuh). Rasa takut bisa berbahaya
bila berlebihan.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
BAB IV
KESIMPULAN
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013