referat ocd

27
Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders) HALAMAN PENGESAHAN Penyusun : . Jennifer Annastasia (406137005) . Elsa Fitriani (406137023) . Christiann Haryanto Junaedi (406137019) . Ahmad Farid Haryanto (406137021 ) Perguruan Tinggi : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Bagian : Ilmu Kedokteran Jiwa Periode : 30 September 2013 – 2 November 2013 Judul : pengaruh OCD pada kehidupan sosial Pembimbing : dr. Rosmalia, Sp. KJ Telah diperiksa dan disetujui tanggal : Mengetahui, Pembimbing Referat Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Periode 30 September 2013 – 2 November 2013

Upload: christian-haryanto

Post on 30-Dec-2015

105 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

HALAMAN PENGESAHAN

Penyusun : . Jennifer Annastasia (406137005)

. Elsa Fitriani (406137023)

. Christiann Haryanto Junaedi (406137019)

. Ahmad Farid Haryanto (406137021 )

Perguruan Tinggi : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian : Ilmu Kedokteran Jiwa

Periode : 30 September 2013 – 2 November 2013

Judul : pengaruh OCD pada kehidupan sosial

Pembimbing : dr. Rosmalia, Sp. KJ

Telah diperiksa dan disetujui tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Referat

(dr. Rosmalia, Sp. KJ)

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 2: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir

kata, Penulis mengucapkan terimakasih dan semoga referat ini dapat memberikan manfaat.

Serpong, Oktober 2013

Penulis

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 3: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih, karunia

dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan referat dengan judul “Pengaruh OCD pada

kehidupan sosial” dengan baik secara tepat pada waktunya.

Adapun referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteran Klinik Ilmu

Kedokteran Jiwa Kedokteran Universitas Tarumanagara di Rumah Sakit Khusus Jiwa

Dharma Graha periode 30 September 2013 – 2 November 2013 dan juga bertujuan untuk

menambah informasi bagi kami dan pembaca tentang kekerasan pada pasien dengan

Gangguan Jiwa.

Penulis sangat bersyukur atas terselesaikannya tugas ini. Hal ini tidak terlepas dari

dukungan serta keterlibatan berbagai pihak dan pada kesempatan ini kami ingin

berterimakasih kepada :

1. Bapak Sugeng, selaku Wakil Direktur Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha yang

telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menjalankan masa Kepaniteraan

Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa Dharma Graha

2. dr. Rosmalia Suparso, SpKJ (K) selaku pembimbing referat dan pembimbing

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa Dharma Graha

3. dr. Yenny Dewi P, SpKJ (K) selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu

Kedokteran Jiwa Dharma Graha

4. dr. Ira Savitri Tanjung SpKJ (K) selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu

Kedokteran Jiwa Dharma Graha

5. dr. Irmansyah, SpKJ (K) selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran

Jiwa Dharma Graha

6. Staf dan perawat Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

7. Rekan-rekan anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Kepaniteraan Klinik Ilmu

Kedokteran Jiwa di Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 4: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dewasa ini banyak diantara kita yang tidak menyadari gejala-gejala gangguan jiwa

pada beberapa individu, karena dianggap hanya sebagai suatu kepribadian dari orang

tersebut dan bukan termasuk gangguan kejiwaan. Akibatnya banyak penderita gangguan

kejiwaan ini tidak mendapatkan penanganan yang semestinya, yang kemudian dapat

berdampak pada kehidupan sosial penderitanya. Meskipun demikian beberapa penderita

gangguan kejiwaan ini dapat menjalani kehidupan sosialnya selayaknya orang normal,

karena mereka dapat mengatasi gejala yang dimilikinya dengan baik. Salah satu gangguan

jiwa tersebut adalah OCD (Obsessive-Compulsive Disorders) yang akan dibahas dalam

referat ini.

Banyak faktor-faktor yang menjadi penghalang bagi seorang penderita OCD dalam

mendapatkan terapi yang sesuai untuknya. Umumnya mereka tidak menyadari bahwa

gejala yang mereka miliki adalah suatu bentuk gangguan jiwa, oleh karena masih

kurangnya pengetahuan masyarakat umum mengenai gangguan ini.

Sebagai contoh, beberapa di antara penderita OCD menanggap bahwa hal-hal yang

mereka lakukan secara berulang-ulang (kompulsif) sebagai satu-satunya jalan keluar dari

kecemasan yang mereka alami adalah hal yang normal dan akhirnya dianggap sebagai

kepribadian mereka.

Dengan alasan inilah, kelompok kami mengangkat topik “Tatalaksana OCD

(Obsessive-Compulsive Disorders)” sebagai salah satu usaha mensosialisasikan mengenai

bentuk gangguan jiwa yang seringkali dianggap normal dalam kehidupan sosial.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 5: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Obsessive-Compulsive Disorder

A. DEFINISI

• Menurut Davison & Neale, gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas,

dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak

terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang,

sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-

hari.

Menurut Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry 10th Ed, gangguan obsesif-

kompulsif (OCD) diwakili oleh berbagai kelompok gejala yang mencakup pikiran

yang mengganggu, ritual, terpaku pada satu hal, dan paksaan

B. EPIDEMIOLOGI

• OCD tampaknya memiliki prevalensi yang sama di berbagai ras dan etnis, meskipun

dapat bervariasi dengan budaya dan agama (misalnya, kekhawatiran tentang

menghujat lebih sering terjadi pada orang-orang Katolik dan Yahudi Ortodoks).

Prevalensi keseluruhan OCD sama pada pria dan wanita, meskipun gangguan lebih

umum terjadi pada laki-laki di masa kecil atau masa remaja, sedangkan pada wanita

terjadi di usia dua puluhan. Pada anak-anak OCD lebih sering terjadi pada laki-laki.

C. ETIOLOGI DAN PASTOFISIOLOGI

1. Faktor biologi (Neurotransmitter)

a)  Sistem serotonergik

Banyak uji klinis obat yang telah dilakukan untuk mendukung

hipotesis bahwa disregulasi serotonin terlibat dalam pembentukan gejala

obsesi dan kompulsi dalam gangguan ini. Data menunjukkan bahwa obat

serotonergik lebih efektif dibandingkan obat yang mempengaruhi sistem

neurotransmiter lainnya, tetapi keterlibatan serotonin sebagai  penyebab OCD

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 6: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

belum jelas. Studi klinis telah menganalisis konsentrasi metabolit serotonin

(misalnya, 5-hydroxyindoleacetic asam [5-HIAA]) dalam cerebrospinal fluid

(CSF) serta afinitas dan jumlah ikatan trombosit dari imipramine yang telah

dititrasi (Tofranil), yang berikatan dengan reuptake serotonin, dan melaporkan

temuan pada pasien dengan OCD. 

b)  Sistem noradrenergik

Saat ini, ada sedikit bukti yang ada untuk disfungsi dalam sistem

noradrenergik pada OCD. Laporan yang tidak resmi menunjukkan beberapa

perbaikan dalam gejala OCD dengan penggunaan clonidine oral (Catapres),

obat yang mengurangi jumlah norepinefrin dilepaskan dari ujung saraf

presynaptic.

2. Faktor Perilaku

Menurut ahli teori pembelajaran, obsesi adalah stimulus yang dipelajari.

Sebuah stimulus yang relatif netral dikaitkan dengan rasa takut atau kecemasan

melalui proses pembelajaran responden, yaitu dengan memasangkan stimulus

netral dengan peristiwa berbahaya atau menimbulkan kecemasan. Dengan

demikian, objek dan pikiran yang sebelumnya netral mampu mencetuskan

kecemasan atau ketidaknyamanan.

Kompulsi yang dibentuk dengan cara yang berbeda. Ketika seseorang

menemukan bahwa beberapa tindakan dapat mengurangi kecemasan yang melekat

pada pikiran obsesif. 

D. GAMBARAN KLINIS

Obsesi dan kompulsi memiliki ciri tertentu yang sama . Suatu gagasan atau

impuls masuk ke dalam kesadaran seseorang secara menetap. Perasaan takut

dan cemas menyertai manifestasi utama dan sering menyebabkan orang

mengambil tindakan balasan terhadap gagasan atau impuls awal. Obsesi atau

kompulsi merupakan ego-alien; yaitu dirasakan sebagai sesuatu yang asing bagi

pengalaman diri sebagai makhluk psikologis. Tidak peduli sedemikian kuat dan

memaksanya obsesi atau kompulsi, orang tersebut biasanya mengenalinya sebagai

sesuatu yang aneh dan tidak rasional. Kadang-kadang pasien terlalu menilai lebih Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 7: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

obsesi dan kompulsi. Misalnya, seorang pasien dapat memaksa bahwa kebersihan

kompulsif secara moral adalah benar walaupun ia dapat kehilangan pekerjaan

karena waktu dihabiskan untuk membersihkan.

Dalam sebuah studi oleh Baer pada tahun 1994, gejala OCD dibagi menjadi  tiga

kelompok:

a. obsesi simetri dan akurasi sangat berkorelasi dengan perintah dan dorongan dengan

sedikit pengulangan dan akumulasi ritual – namun obsesi penimbunan yang lemah

berhubungan dengan obsesi dengan simetri sangat berhubungan dengan akumulasi

dorongan sedikit dan pemesanan ritual.

b. Obsesi kontaminasi dengan dorongan pembersihan yang berkorelasi, seperti yang

diharapkan tapi mengejutkan. Mengingat perbedaan klinis antara pembersih dan

wanita, obsesi ini juga sedikit berkorelasi dengan kinerja ritual;

c. Seksual dan obsesi agama agak berkorelasi, dan dalam kelompok dengan obsesi

agresif.

Variabel %Obsesi (N = 200)   Kontaminasi 45   Keraguan patologis 42   Somatik 36   Kebutuhan Simetri 31   Agresif 28   Seksual 26   Lain-lain 13  Obsesi multiple 60Kompulsi (N = 200)   Checking 63   Mencuci 50   Menghitung 36   Keinginan untuk bertanya & mengaku 31   Simetri dan presisi 28   Hoarding 18   Multiple comparisons 48Course of illness (N = 100)a

Tipe   Kontinu 85   Deterioratif 10   Episodik 2   Not present 71   Present 29aAge at onset: men, 17.5 ± 6.8 years; women, 20.8 ± 8.5 years.(From Rasmussen SA, Eiser JL. The epidemiology and differential diagnosis of obsessive Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 8: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

compulsive disorder. J Clin Psychiatry. 1992;53[4 Suppl]: 6, with permission.)

Yang didapatkan oleh dokter spesialis non-psikiatri pada

penderita OCD

Dermatologis Tangan kasar, terlihat eczema

Dokter keluarga Anggota keluarga mencuci tangan secara berlebihan,

terdapat kompulsif menghitung & memeriksa

Onkologis,

Internis penyakit

infeksi

Berkeras percaya menderita AIDS

Neurologis OCD berhubungan dengan Tourette’s disorder, luka

kepala, epilepsy, korea, lesi atau gangguan basal

ganglia lainnya

Bedah saraf OCD yang berat

Obstetri OCD post partum

Pediatri Orangtua mengeluh anak mencuci secara berlebihan

Kardiologi

pediatric

OCD secondary Sydenham’s chorea

Bedah plastic Konsultasi berulang mengenai fitur abnormal

Dokter gigi Lesi pada gusi karena sikat gigi yang berlebihan

E. DIAGNOSIS

Pedoman diagnostik berdasarkan PPGDJ-III

a. Untuk menegakkan diagnosis pasti gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau

kedua-duanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya  2 minggu berturut-

b.

c. turut.

d. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau menganggu aktivitas

penderita.

e. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:

Harus disadari  sebagai pikiran atau impuls diri sendiri;

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 9: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,

meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.

Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan untuk merupakan

hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari

ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti

dimaksud diatas);

Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan

pengulangan yang tidak menyenagkan (unpleasantly repetitive).

f. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi.

Penderita  gangguan obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala

depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang (F33.-) dapat

menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya.

Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala

depresif umumnya dibarengi secara parallel dengan perubahan gejala obsesif.

Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari

gejala-gejala yang timbul lebih dulu.

Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakan hanya bila tidak ada gangguan

depresi pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul.

Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi

sebagai diagnosis yang pirmer.

Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling

bertahan saat gejala yang lain menghilang.

g. Gejala obsesif “sekunder” yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom

Tourette, ataugangguan mental organic, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi

tersebut.

 

Adapun kriteria diagnostic OCD yang lain adalah DSM-IV-TR yang memungkinkan klinisi

merinci apakah pasien memiliki OCD tipe tilikan yang buruk jika mereka umumnya tidak

menyadari obsesi dan kompulsinya berlebihan.

 

Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Obsesif Kompulsif :

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 10: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

Salah satu obsesi atau kompulsif

A. Obsesi didefinisikan sebagai berikut :

a. Pikiran, impuls atau bayangan yang pernah dialami yang berulang dan menetap yang

intrusive dan tidak serasi, yang menyebabkan ansietas dan distress, yang selama

periode gangguan.

b. Pikiran, impuls atau bayangan bukan ketakutan terhadap problem kehidupan yang

nyata.

c. Indvidu berusaha untuk mengabaikan dan menekan pikiran, impuls atau bayangan

atau menetralisir dengan pikiran lain dan tindakan.

d. Individu menyadari bahwa pikiran, impuls, bayangan yang berulang berasal dari

pikirannya sendiri (tidak disebabkan factor luar atau pikiran yang disisipkan)

B. Kompulsi didefinisikan oleh (a) dan (b) :

a. Perilaku yang berulang (misalnya: cuci tangan, mengecek) atau aktifitas mental

(berdoa, menghitung, mengulang kata tanpa suara) yang individu merasa terdorong

melakukan dalam respon dari obsesinya, atau sesuai aturan yang dilakukan secara

kaku.

b. Prilaku atau aktifitas mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan distress atau

mencegah kejadian atau situasi; walaupun perilaku atau aktifitas mental tidak

berhubungan dengan cara realistic untuk mencegah atau menetralisir.

c. Pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit, individu menyadai bahwa obsesi dan

kompulsi berlebihan dan tidak beralasan. Catatan:  keadaan ini tidak berlaku pada

anak.

d. Obsesi dan kompulsi menyebakan distress, menghabiskan waktu (membutuhkan

waktu lebih dari satu jam perhari) atau menganggu kebiasaan, fungsi pekerjaan atau

akademik atau aktifitas sosial.

e. Bila ada gangguan lain pada aksis I, isi dari obsesi dan kompulsi tidak terkait dengan

gangguan tersebut.

f. Gangguan tidak disebabkan efek langsung dari penggunaan zat (misalnya

penyalahgunaan zat,obat) atau kondisi medis umum.

g. Dengan tilikan buruk: jika untuk sepanjang episode individu tidak menyadari bahwa

obsesi dan kompulsinya berat dan tidak beralasan

F. DIAGNOSA BANDING

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 11: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

Keadaan Medis

Persyaratan diagnostic DSM-IV-TR pada distres pribadi dan gangguan

fungsional membedakan OCD dengan pikiran dan kebiasaan yang sedikit

berlebihan atau biasa.  Gangguan neurologis utama dipertimbangkan dan

diagnosis banding adalah gangguan Tourette, gangguan “tic” lainnya, epilepsy

lobus termporalis dan kadang-kadang-kadang trauma

serta komplikasi pascaensefalitis.

Gangguan Tourette

Gejala khas gangguan Tourette adalah tik motorik dan vocal yang sering

terjadi gejala bahkan setiap hari. Gangguan Tourete dan OCD memiliki awitan

dan gejala yang serupa. Sekitar 90 peresen orang dengan gangguan Tourette

memiliki gejala kompulsif dan sebanyak dua pertiga memenuhi kriteria

diagnostik OCD.

Keadaan Psikiatri lain

Keadaan psikiatri lain yang dapat terkait erat dengan OCD adalah

hipokondriasi, gangguan dismorfik tubuh, dan mungkin gangguan

pengendalian impuls lain, seperti kleptomania dan judi patlogis. Pada semua

gangguan ini, pasien memiliki berulang (contohnya kepedulian akan tubuh)

atau perilaku berulang (contohnya mencuri)

G. PROGNOSIS

Lebih dari separuh pasien dengan OCD memiliki awitan gejala yang mendadak.

Awitan gejala untuk sekitar 50 hingga 70 persen pasien terjadi setelah peristiwa

yang penuh tekanan, seperti kehamilan, masa seksual, atau kematian kerabat.

Karena banyak orang tetap merahasiakan gejalanya, sering terdapat penundaan 5

hingga 10 tahun sebelum pasien datang untuk mendapatkan perhatian psikiatri,

walaupun penundaan mungkin memendek dengan meningkatnya keaspadaan

terhadap gangguan ini. Sekitar 20-30 pasien mengalami perbaikan gejala yang

signifikan dan 40 hingga 50 persen mengalami perbaikan sedang. Sisa 20 sampai

40 persen tetap sakit atau mengalami perburukan gejala.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 12: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

H. TERAPI

1. Psikoterapi

Psikoterapi suportif secara pasti memiliki tempat, terutama pada pasien OCD

yang walaupun gejalanya memiliki keparahan yang beragam, mampu bekerja

dan melakukan penyesuaian sosial. Dengan kontak regular dan terus-menerus

dengan orang yang professional, tertarik, simpatik, dan member semangat,

pasien mungkin mampu berfungsi dengan bantuan ini. Kadang-kadang ketika

obsesional dan anxietas mencapai intensitas yang tidak dapat ditoleransi,

pasien perlu dirawat inap sampai tempat singgah di institusi dan penjauhan

dari stress lingkungan mengurangi gejala hingga tingkat yang dapat ditoleransi

2. Farmakologi

Efektivitas farmakoterapi terhadap OCD terbukti melalui banyaknya

percobaan klinis. Pendekatan standarnya adalah memulai dengan SSRI atau

clomipramine dan kemudian berpindah strategi farmakologis lain jika obat

spesifik serotonin tidak efektif.

Selective Serotonine Reuptake Inhibitor. SSRI telah disetujui oleh U.S.

Food and Drug Administration (FDA) untuk terapi OCD. Dosis yang lebih

tinggi sering diperlukan untuk memberikan efek yang lebih

menguntungkan, seperti fluoxetin 80 mg perhari. Walaupun SSRI

menyebabkan gangguan tidur, mual dan diare, sakit kepala, anxietas  dan

kegelisahan. Efek samping ini sering sementara dan umumnya tidak

menyulitkan daripada efek samping obat trisiklik seperti clomipramine.

Hasil klinis terbaik didapatkan ketika SSRI dikombinasikan dengan terapi

perilaku.

Clomipramine, adalah obat pertama yang disetujui U.S FDA untuk terapi

OCD. Penggunaan dosisnya  harus dititrasi meningkat selama 2 hingga 3

minggu untuk menghindari efek samping gastrointestinal dan hipotensi

ortostatik. Obat ini juga menimbulkan sedasi dan efek kolinergik yang

bemakna, termasuk mulut kering dan konstipasi. Seperti SSRI, hasil

terbaik bersal dari kombinasi obat dengan terapi perilaku.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 13: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

3.          Pendekatan Behavioral: Pemaparan dan Pencegahan Ritual (ERP -Exposure and Ritual Prevention)

Salah satu perkembangan yang paling efektif untuk pengobatan Obsesif-Compulsive Disorder (OCD) adalah CBT. Tujuan utama dari Mindfulness Berbasis CBT adalah belajar untuk menerima non-judgmentally pengalaman psikologis yang tidak nyaman. Dari perspektif kesadaran, banyak tekanan psikologis kita adalah hasil dari mencoba untuk mengontrol dan menghilangkan ketidaknyamanan pikiran yang tidak diinginkan, perasaan, sensasi, dan mendesak. Dengan kata lain, ketidaknyamanan kita tidak masalah - upaya kami untuk mengendalikan dan menghilangkan ketidaknyamanan kami adalah masalah -. Untuk individu dengan OCD atau kondisi terkait berbasis kecemasan, tujuan akhir dari kesadaran adalah untuk mengembangkan kemampuan untuk lebih rela mengalami pikiran tidak nyaman, perasaan, sensasi, dan mendesak, tanpa menanggapi dengan kompulsi, perilaku menghindar, mencari jaminan atau ritual mental.

Setelah protokol CBT terstruktur, klien secara bertahap berhadapan dengan tantangan semua gejalanya, dan belajar hal yang baru, metode lebih produktif untuk mengatasi rasa cemas. Seiring waktu, individu menjadi peka terhadap situasi yang sebelumnya memprovokasi kecemasan dan pikiran, obsesi dan kompulsi dieliminasi, atau secara signifikan mengurangi frekuensi dan besarnya.

4       Terapi Perilaku Rasional EmotifTerapi perilaku rasional emotif memabntu pasien menghapuskan keyakinan bahwa

segala sesuatu mutlak harus berjalan seperti yang mereka inginkan atau bahwa segala tindakan yang mereka lakukan harus mutlak memberikan hasil sempurna. Terapi kognitif dari Beck juga dapat bermanfaat (Van Oppen dkk., 1995). Dalam pendekatan ini, pasien didorong untuk menguji kekuatan mereka bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi jika mereka tidak melakukan ritual kompulsif

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 14: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

BAB III

PEMBAHASAN

Contoh Kasus 1, OCD

Bernice berusia 46 tahun saat mulai menjalani terapi. Ini keempat kalinya ia menjalani

terapi. Gangguan obsesif-kompulsif dideritanya sejak 12 tahun lalu, tidak lama setelah

kematian ayahnya.

Bernice terobsesi ketakutan mengalami kontaminasi, suatu ketakutan yang secara

tidak jelas dikaitkan dengan kematian ayahnya karena pneumonia. Ia tidak nyaman

bersentuhan dengan kayu “objek yang bergores”, surat, benda yang dikemas kaleng, dan

“noda perak” (peralatan yang berwarna perak). Ia tidak dapat menyatakan mengapa objek-

objek tersebut merupakan sumber kemungkinan kontaminasi dengan kuman.

Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, Bernice melakukan berbagai ritual kompulsif

yang menghabiskan hampir seluruh waktunya. Seperti mandi selama 3-4 jam dan waktu

mandi ia mengelupas lapisan luar sabun mandi sehingga sepenuhnya bebas dari kuman.

Waktu makan berlangsung berjam-jam, ia makan tiga suap makanan pada satu waktu,

mengunyah setiap suapan 300 kali. Ini dilakukan untuk menghilangkan kontaminasi pada

makanannya. Suaminya kadangkala terlibat dalam upacara makan tersebut, ia mengocok teko

teh dan sayuran beku di atas kepala Bernice untuk menghilangkan kuman. Hal ini telah

merendahkan nilai kehidupannya hingga hampir tidak melakukan apapun selain itu. Ia tidak

keluar rumah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, atau bahkan berbicara melalui telepon.

Contoh Kasus 2, OCD

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 15: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

Alexis berusia 24 tahun, mengikuti terapi karena mencuci tangan secara kompulsif

yang mengancam akan menghancurkan hidupnya. Dia baru saja diterima di sekolah hukum,

tapi Ia takut tidak mampu duduk diam di kelas atau belajar dengan baik karena dorongan

untuk mencuci tangan yang muncul setiap kali Ia berpikir telah menyentuh sesuatu yang

kotor. Setiap hari tampaknya ada  begitu banyak benda kotor yang disentuhnya, dan yang

paling kotor biasanya berhubungan dengan toilet. Dia berdalih hal ini karena hal yang

berhubungan dengan toilet dipenuhi oleh mikroba yang menurutnya tergolong paling najis.

Alexis tahu bahwa memang tidak ada alasan atau sebab untuk paksaan (dorongannya)

tersebut. Dia cuci tangan untuk membersihkan dirinya dari sesuatu yang telah tercemar.

Penyebab OCD yang dialami Alexis ini diduga karena trauma basal. Tindakan mencuci

tangan yang dilakukannya berfungsi sebagai solusi palsu untuk membersihkan apa yang

seharusnya harus dibersihkan, tetapi mungkin dalam hal ini bukan tangannya.

Langkah pertama adalah menemukan trauma yang menyebabkan gangguan OCD ini.

Akhirnya ditemukanlah bahwa kakeknya pernah melakukan penyiksaan seksual ketika dia

berusia enam tahun dengan cara menembus dan membuat Alexis mencium bau anusnya.

 Contoh Kasus 3, OCD

Lauren Walsh, wanita berusia 21 tahun menderita Obsessive Compulsive Disorder

(OCD). OCD menyerang mental dengan ciri-ciri selalu berpikir berulang-ulang dan

melakukan aktivitas yang juga dilakukan berulang-ulang. Kelainan ini membuat Lauren

merasa menjadi orang yang tidak normal.

Misalnya, dia selalu menghabiskan banyak waktu untuk mencuci tangan berjam-jam.

Jika dihitung-hitung, ia bisa menghabiskan 10 jam sehari di kamar mandi, seperti dikutip dari

DailyMirror. Lauren juga selalu merasa takut karena dia berpikir setiap inchi tubuhnya

dihinggapi bakteri, sehingga dia harus mandi lagi dalam waktu lama untuk

membersihkannya.

“Ini sampai ke titik saat saya harus mandi lima kali sehari, masing-masing

berlangsung dua jam,” ujar Lauren.

“Rasanya, ada begitu banyak hal, yang harus saya lakukan. Setiap menit dari bagian

tubuh saya harus dikontrol.” Penderitaan ini dialami Lauren sejak didiagnosis mengalami

gangguan OCD di usia 12 tahun. OCD yang diderita Lauren seperti menyebabkan suara di

kepalanya, yang dia sebut ‘iblis di bahu’. Kondisi ini seolah meyakinkan dia selalu dalam

keadaan kotor.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 16: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

Lauren tahu itu tidak rasional, tapi dia tidak berdaya mengendalikan dirinya. Lauren

memaparkan bagaimana OCD mengendalikan hidupnya selama bertahun-tahun. Waktu itu,

ibunya Linda merasa heran, dengan kebiasaan Lauren.

Lauren terus menerus mencuci tangan. Tidak hanya di rumah, bahkan juga di sekolah.

Penderitaan Lauren membuat dia sulit bersosialisasi dengan teman-teman sekolah. Banyak

teman-teman sekolah yang kemudian menjuluki Lauren sebagai orang aneh dan stres.

Di usia 10 tahun, Lauren pernah menangis tak terkendali karena dia merasa ada

sesuatu yang salah dengan dirinya. Tapi, waktu itu tidak tau kenapa dia merasa bersalah.

Barulah ketika berusia 12 tahun, penderitaan Lauren dikenali penyebabnya. Dia didiagnosis

OCD. Saat memasuki remaja, OCD menjadi semakin melumpuhkan mental Lauren. Kamar

tidurnya penuh dengan catatan karena Lauren merasa terdorong untuk terus menulis.

“Aku punya catatan untuk diingat kembali ketika saya berumur 12 tahun. Orang

beranggapan OCD adalah tentang mencuci tangan sedikit lebih lama dari biasanya dan

kemudian Anda melanjutkan aktivitas seperti orang lain. Tapi, ternyata tidak.” Lauren

melanjutkan, “Keluar dari tempat tidur memakan waktu 20 menit setiap pagi karena saya

harus berbalik sampai saya berada di sudut kanan. Jika tidak merasa benar, saya ulangi

sampai hal itu benar.” Setelah itu, dia akan memastikan tempat tidur selalu dalam keadaan

sempurna tanpa ada kain yang kusut. Dia harus mencuci sarung bantal setiap hari dan seprai

setidaknya tiga kali seminggu.

“Di kamar mandi aku menggunakan sabun yang berbeda dan lotion untuk bagian

tubuh yang berbeda, dimulai di bagian atas dan bekerja dengan cara ke bawah. Dibutuhkan

waktu dua jam setiap kali mandi,” kata Lauren. Untuk menggunakan toilet, dia harus

menyekanya dulu kemudian duduk dengan cara yang benar. Lalu, dia akan selalu merobek

lembar pertama kertas toilet karena takut telah tersentuh orang lain. Kemudian dia akan

merobek tisu sebanyak 12 lembar untuk selanjutnya dilipat dengan cara tertentu sebelum

dipakai. Untuk sekadar bangun dari toilet pun, dia masih harus memutar sampai benar-benar

merasa nyaman.

“Saya harus berjalan lurus sempurna dan setiap langkah harus merasa benar di kaki.

Jika tidak, saya harus mulai dari awal lagi. Jadi, saya akan berada di sana selama berjam-

jam.” Kondisi Lauren, mirip seperti yang dialami Sam Hancox, yang akhirnya meninggal

akibat kasus serupa. Sam mengalami dehidrasi dan infeksi kulit karena penyakit OCD selama

30 tahun. Penyakit ini membuat Sam selalu mandi sampai 20 jam setiap hari karena, dia takut

kuman.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 17: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

“Kasus itu membuat saya marah, karena bisa saja terjadi pada saya,” ujar Lauren yang

sangat takut riwayat hidupnya akan berakhir tragis sama seperti Sam.

Contoh Kasus 4 , OCD

Samantha Hancox, 40 tahun, warga negara Inggris, meninggal karena ketakutan

berlebihan terhadap bakteri. Selama 18 tahun terakhir, ia hanya sekali meninggalkan

rumahnya karena takut terpapar bakteri. Dalam sehari, Hancox menghabiskan 20 jam untuk

mandi dan membersihkan tubuhnya dari bakteri. Puncak ketakutannya terjadi saat ia takut

bakteri akan menyebar melalui makanan dan minumannya. Akhirnya ia meninggal karena

dehidrasi dan infeksi kulit (akibat terlalu sering menggosok tubuh). Rasa takut bisa berbahaya

bila berlebihan.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 18: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

BAB IV

KESIMPULAN

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013

Page 19: Referat OCD

Tatalaksana OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Khusus Jiwa Dharma GrahaPeriode 30 September 2013 – 2 November 2013