ocd referat

34
BAB I PENDAHULUAN Gangguan obsesif - kompulsif merupakan sebuah gangguan kecemasan di mana orang memiliki keinginan yang tidak diinginkan dan diulang, perasaan, ide, sensasi (obsesi) atau tingkah laku yang membuat mereka selalu ingin melakukan sesuatu (kompulsif). Menurut Davison & Neale, gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari (Fausiah & Widury, 2007). Obsesi adalah pikiran-pikiran, bayangan-bayangan atau dorongan - dorongan intrusive dan kebanyakan tidak masuk akal yang dicoba ditolak atau dieliminasi oleh individu. Sedangkan kompulsi adalah pikiran-pikiran atau tindakan-tindakan yang digunakan untuk menekan obsesi dan membuat individu merasa lega. Gangguan obsesif - kompulsif dapat dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan mengganggu rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman atau anggota keluarga.(Durand & Barlow, 2005). Menurut APA & Taylor, gangguan obsesif - kompulsif dialami 2 % sampai 3 % masyarakat umum pada suatu saat dalam kehidupan mereka (Nevid, dkk. 2005). Menurut Skoog, suatu studi di

Upload: ganis

Post on 15-Dec-2015

336 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

ocd

TRANSCRIPT

Page 1: Ocd Referat

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan obsesif - kompulsif merupakan sebuah gangguan kecemasan di mana orang

memiliki keinginan yang tidak diinginkan dan diulang, perasaan, ide, sensasi (obsesi) atau

tingkah laku yang membuat mereka selalu ingin melakukan sesuatu (kompulsif). Menurut

Davison & Neale, gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran

seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa

untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkan stress dan

mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari (Fausiah & Widury, 2007).

Obsesi adalah pikiran-pikiran, bayangan-bayangan atau dorongan - dorongan intrusive

dan kebanyakan tidak masuk akal yang dicoba ditolak atau dieliminasi oleh individu.

Sedangkan kompulsi adalah pikiran-pikiran atau tindakan-tindakan yang digunakan untuk

menekan obsesi dan membuat individu merasa lega. Gangguan obsesif - kompulsif dapat

dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat

menghabiskan waktu dan mengganggu rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas

sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman atau anggota keluarga.(Durand & Barlow,

2005).

Menurut APA & Taylor, gangguan obsesif - kompulsif dialami 2 % sampai 3 %

masyarakat umum pada suatu saat dalam kehidupan mereka (Nevid, dkk. 2005). Menurut

Skoog, suatu studi di Swedia menemukan bahwa meskipun kebanyakan pasien OCD

menunjukkan perbaikan, banyak juga yang terus berlanjut mempunyai gejala gangguan hidup

ini sepanjang hidup mereka (Nevid, et all.,2005). DSM IV membuat diagnosis gangguan

obsesif kompulsif bila orang terganggu oleh obsesi atau kompulsi yang berulang, atau

keduanya sedemikian rupa sehingga menyebabkan distress yang nyata, memakan waktu lebih

dari satu jam dalam sehari, atau secara signifikan mengganggu hal-hal rutin yang normal,

mengganggu fungsi kerja atau sosial.

Page 2: Ocd Referat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Menurut Davison & Neale, gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan

cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan

tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang,

sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-

hari (Fausiah & Widury, 2007).

Obsesi kompulsi adalah suatu kondisi heterogen yang melibatkan pikiran

distress yang tidak diinginkan dan ritual kompulsif mengenai satu atau beberapa tema-

tema umum seperti kontaminasi, agama, simetri. Dalam DSM-IV TR obsesi

didefinisikan sebagai berikut :

1. Pikiran, impuls, atau bayangan yang berulang-ulang dan menetap yang dialami,

pada suatu saat selama gangguan, dirasakan mengganggu dan tidak sesuai, dan

menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.

2. Pikiran, impuls, atau bayangan tidak hanya kekhawatiran berlebihan tentang

masalah kehidupan yang nyata.

3. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan

tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain.

4. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan obsesional adalah hasil

dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran).

Pengertian obsesi menurut Kaplan adalah pikiran, ide atau sensasi yang

muncul secara berulang-ulang. Menurut Davison & Neale, hal-hal tersebut muncul

tanpa dapat dicegah, dan individu merasakannya sebagai hal yang tidak rasional dan

tidak dapat dikontrol (Fausiah &Widury, 2007). Sedangkan kompulsi menurut

Davison & Neale adalah perilaku atau tindakan mental yang berulang, dimana

individu merasa didorong untuk menampilkannya agar mengurangi stres. (Fausiah &

Widury, 2007).

Page 3: Ocd Referat

Dalam DSM-IV TR mendefinisikan kompulsi sebagai berikut :

a. Perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau

tindakan mental (misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati)

yang dirasakannya mendorong untuk melakukan sebagai respon terhadap suatu

obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus dipenuhi secara kaku.

b. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau mengurangi

penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan, akan

tetapi, perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan dengan cara yang

realistik dengan apa yang mereka maksudkan untuk menetralkan atau mencegah,

atau secara jelas berlebihan.

Sejalan dengan Főa, dkk; Steketee & Barlow (Durand & Barlow, 2006),

kompulsi dapat berbentuk perilaku (misalnya mencuci tangan, memeriksa keadaan)

atau mental (memikirkan tentang kata-kata tertentu dengan urutan tertentu,

menghitung, berdoa dan seterusnya).

Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa gangguan obsesif

kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-

gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan

tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya

dalam kehidupan sehari-hari (Fausiah & Widury, 2007).

B. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi gangguan obsesif kompulsif pada populasi umum diperkirakan

adalah 2-3%. Beberapa peneliti memperkirakan bahwa gangguan obsesif-kompulsif

ditemukan pada sebanyak 10% pasien rawat jalan di klinik psikiatrik. Angka tersebut

menyebabkan gangguan obsesif-kompulsif sebagai diagnosis psikiatrik tersering

keempat setelah fobia, gangguan yang berhubungan dengan zat, dan gangguan

depresif berat (Kaplan & Saddock, 1993).

Untuk orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama mungkin terkena, tetapi

untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan

perempuan. Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun. Secara keseluruhan, kira-

kira dua pertiga dari pasien memiliki onset gejala sebelum usia 25 tahun, dan kurang

dari 15% pasien memiliki onset gejala setelah usia 35 tahun. Orang yang hidup

Page 4: Ocd Referat

sendirian lebih banyak terkena gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan orang yang

menikah. Gangguan obsesif-kompulsif ditemukan lebih jarang diantara golongan kulit

hitam dibandingkan kulit putih (Kaplan & Saddock, 1993).

Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif umumnya dipengaruhi oleh

gangguan mental lain. Prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif berat pada

pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah kira-kira 67% dan untuk fobia

sosial adalah kira-kira 25%. Diagnosis psikiatrik komorbid lainnya pada pasien

dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah gangguan penggunaan alkohol, fobia

spesifik, gangguan panik, dan gangguan makan (Kaplan & Saddock, 1993).

C. ETIOLOGI

1. Faktor Biologis

a. Neurotransmiter

Banyak uji coba kinis yang telah dilakukan terhadap berbagai obat

mendukung hipotesis bahwa suatu disregulasi serotonin adalah terlibat di dalam

pembentukan gejala obsesi dan kompulsi dari gangguan. Data menunjukkan

bahwa obat serotonergik lebih efektif dibandingkan obat yang mempengaruhi

sistem neurotransmiter lain. Tetapi apakah serotonin terlibat di dalam penyebab

gangguan obsesif-kompulsif adalah tidak jelas pada saat ini. Penelitian klinis

telah mengukur konsentrasi metabolit serotonin sebagai contohnya, 5-

hydroxyndoleacetic acid (5-HIAA) di dalam cairan serebrospinal dan afinitas

sertai jumlah tempat ikatan trombosit pada pemberian imipramine(yang

berikatan dengan tempat ambilan kembali serotonin) dan telah melaporkan

berbagai temuan pengukuran tersebut pada pasien dengan gangguan obsesif-

kompulsif. Beberapa penelitian telah mengatakan bahwa sistem neurotransmiter

kolinergik dan dopaminergik pada pasien gangguan obsesif-kompulsif adalah

dua bidang penelitian riset untuk di masa depan. (Kaplan, 2000)

b. Penelitian pencitraan otak

Berbagai penelitian pencitraan otak fungsional, sebagai contoh PET

(positron emission tomography), telah menemukan peningkatan aktifitas

(sebagai contoh, metabolisme dan aliran darah) di lobus frontalis, ganglia

basalis (khususnya kaudata), dan singulum pada pasien dengan gangguan

Page 5: Ocd Referat

obsesif kompulsif. Baik tomografi komputer (CT scan) dan pencitraan resonansi

magnetik (MRI) telah menemukan adanya penurunan ukuran kaudata secara

biateral pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif. Baik penelitian

pencitraan otak fungsional maupun struktural konsisten dengan pengamatan

bahwa prosedur neurologis yang melibatkan singulum kadang-kadang efektif

dalam pengobatan pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif. Suatu penelitian

MRI baru-baru ini melaporkan peningkatan waktu relaksasi T1 di korteks

frontalis. (Kaplan, 2000)

c. Genetika

Penelitian kesesuaiaan pada anak kembar untuk gangguan obsesif-

kompulsif telah secara konsisten menemukan adanya angka kesesuaian yang

lebih tinggi secara bermakna pada kembar monozigotik dibandingkan kembar

dizigotik. Penelitian keluarga pada pasien gangguan obsesif kompulsif telah

menemukan bahwa 35 persen sanak saudara derajat pertama pasien gangguan

obsesif-kompulsif juga menderita gangguan. (Kaplan, 2000)

d. Data biologis lainnya

Penelitian elektrofisiologis, penelitian elektroensefalogram (EEG) tidur,

dan penelitian neuroendokrin telah menyumbang data yang menyatakan adanya

kesamaan antara gangguan depresif dan gangguan obsesif-kompulsif. Suatu

insidensi kelainan EEG nonspesifik yang lebih tinggi dari biasanya telah

ditemukan pada pasien gangguan obsesif-kompulsif. Penelitian EEG tidur telah

menemukan kelainan yang mirip dengan yang terlihat pada gangguan depresif,

seperti penurunan latensi REM (rapid eye movement). Penelitian neuroendokrin

juga telah menemukan beberapa kemiripan dengan gangguan depresif, seperti

nonsupresi pada dexamethasone-suppression test pada kira-kira sepertiga pasien

dan penurunan sekresi hormon pertumbuhan pada infus clonidine (catapres).

(Kaplan, 2000)

2. Faktor Perilaku

Menurut ahli teori belajar, obsesi adalah stimuli yang dibiasakan. Stimulus

yang relatif netral menjadi disertai dengan ketakutan atau kecemasan melalui

proses pembiasaan responden dengan memasangkannya dengan peristiwa yang

secara alami adalah berbahaya atau menghasilkan kecemasan. Jadi, objek dan

Page 6: Ocd Referat

pikiran yang sebelumnya netral menjadi stimuli yang terbiasakan yang mampu

menimbulkan kecemasan atau gangguan. (Kaplan, 2000)

Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda. Seseorang menemukan bahwa

tindakan tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan pikiran

obsesional. Jadi, strategi menghindar yang aktif dalam bentuk perilaku kompulsif

atau ritualistik dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan. Secara bertahap,

karena manfaat perilaku tersebut dalam menurunkan dorongan sekunder yang

menyakitkan (kecemasan), strategi menghindar menjadi terfiksasi sebagai pola

perilaku kompulsif yang dipelajari. (Kaplan, 2000)

3. Faktor Psikososial

a. Faktor kepribadian

Gangguan obsesif-kompulsif adalah berbeda dari gangguan kepribadian obsesif-

kompulsif. Sebagian besar pasien gangguan obsesif-kompulsif tidak memiliki

gejala kompulsif pramorbid. Dengan demikian, sifat kepribadian tersebut tidak

diperlukan atau tidak cukup untuk perkembangan gangguan obsesif-kompulsif.

Hanya kira-kira 15 sampai 35 persen pasien gangguan obsesif-kompulsif

memiliki sifat obsesional pramorbid. (Kaplan, 2000)

b. Faktor psikodinamika

Sigmund Freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan psikologis utama yang

menentukanbentuk dan kualitas gejala dan sifat karakter obsesif-kompulsif;

isolasi, meruntuhkan (undoing), dan pembentukan reaksi. (Kaplan, 2000)

1) Isolasi

Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi seseorang dari

afek dan impuls yang mencetuskan kecemasan. Jika terjadi isolasi, afek dan

impuls yang didapatkan darinya adalah dipisahkan dari komponen idesional

dan dikeluarkan dari kesadaran. Jika isolasi berhasil sepenuhnya, impuls dan

afek yang terkait seluruhnya terepresi, dan pasien secara sadar hanya

menyadari gagasan yang tidak memiliki afek yang berhubungan dengannya.

2) Undoing

Karena adanya ancaman terus-menerus bahwa impuls mungkin dapat

lolos dari mekanisme primer isolasi dan menjadi bebas, operasi pertahanan

Page 7: Ocd Referat

sekunder diperlukan untuk melawan impuls dan menenangkan kecemasan

yang mengancam keluar ke kesadaran. Tindakan kompulsif menyumbangkan

manifestasi permukaan operasi defensif yang ditujukan untuk menurunkan

kecemasan dan mengendalikan impuls dasar yang belum diatasi secara

memadai oleh isolasi. Operasi pertahanan sekunder yang cukup penting

adalah mekanisme meruntuhkan (undoing). Seperti yang disebutkan

sebelumnya, meruntuhkan adalah suatu tindakan kompulsif yang dilakukan

dalam usaha untuk mencegah atau meruntuhkan akibat yang secara irasional

akan dialami pasien akibat pikiran atau impuls obsesional yang menakutkan.

3) Pembentukan reaksi

Pembentukan reaksi melibatkan pola perilaku yang bermanifestasi dan

sikap yang secara sadar dialami yang jelas berlawanan dengan impuls dasar.

Seringkali, pola yang terlihat oleh pengamat adalah sangat dilebih-lebihkan

dan tidak sesuai.

4) Faktor psikodinamik lainnya

Pada teori psikoanalitik klasik, gangguan obsesif-kompulsif dinamakan

neurosis obsesif-kompulsif dan merupakan suatu regresi dari fase

perkembangan oedipal ke fase psikoseksual anal. Jika pasien dengan

gangguan obsesif-kompulsif merasa terancam oleh kecemasan tentang

pembalasan dendam atau kehilangan objek cinta yang penting, mereka

mundur dari fase oedipal dan beregresi ke stadium emosional yang sangat

ambivalen yang berhubungan dengan fase anal. Adanya benci dan cinta

secara bersama-sama kepada orang yang sama menyebabkan pasien

dilumpuhkan oleh keragu-raguan dan kebimbangan. Suatu ciri yang melekat

pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah derajat dimana

mereka terpaku dengan agresi atau kebersihan, baik secara jelas dalam isi

gejala mereka atau dalam hubungan yang terletak di belakangnya. Dengan

demikian, psikogenesis gangguan obsesif-kompulsif, mungkin terletak pada

gangguan dan perkembangan pertumbuhan normal yang berhubungan

dengan fase perkembangan anal-sadistik.

5) Ambivalensi

Ambivalensi adalah akibat langsung dari perubahan dalam

karakteristik kehidupan impuls. Hal ini adalah ciri yang penting pada anak

Page 8: Ocd Referat

normal selama fase perkembangan anal-sadistik; yaitu anak merasakan cinta

dan kebencian kepada suatu objek. Konflik emosi yang berlawanan tersebut

mungkin ditemukan pada pola perilaku melakukan-tidak melakukan pada

seorang pasien dan keragu-raguan yang melumpuhkan dalam berhadapan

dengan pilihan.

6) Pikiran magis

Pikiran magis adalah regresi yang mengungkapkan cara pikiran awal,

ketimbang impuls; yaitu fungsi ego, dan juga fungsi id, dipengaruhi oleh

regresi. Yang melekat pada pikiran magis adalah pikiran kemahakuasaan.

Orang merasa bahwa mereka dapat menyebabkan peristiwa di dunia luar

terjadi tanpa tindakan fisik yang menyebabkannya, semata-mata hanya

dengan berpikir tentang peristiwa tersebut. Perasaan tersebut menyebabkan

memiliki suatu pikiran agresif akan menakutkan bagi pasien gangguan

obsesif-kompulsif.

D. GEJALA KLINIS

Obsesif dan kompulsi memiliki ciri tertentu secara umum:

1. Suatu gagasan atau impuls yang memaksakan dirinya secara bertubi-tubi dan terus-

menerus ke dalam kesadaran seseorang.

2. Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai manifestasi sentral

dan seringkali menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan melawan

gagasan atau impuls awal.

3. Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien), yaitu dialami sebagai suatu

yang asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya sendiri sebagai makhluk

psikologis.

4. Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau kompulsi tersebut,

orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tidak masuk akal.

5. Orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya merasakan suatu

dorongan yang kuat untuk menahannya. (Kaplan, 2000)

Gambaran obsesi dan kompulsi adalah heterogen pada dewasa, pada anak-

anak dan remaja. Gejala pasien individual mungkin bertumpang tindih dan berubah

dengan berjalannya waktu, tetapi gangguan obsesif-kompulsif memiliki empat pola

Page 9: Ocd Referat

gejala yang utama. Pola yang paling sering ditemukan adalah suatu obsesi tentang

kontaminasi, diikuti oleh mencuci disertai penghindaran obsesif terhadap objek yang

kemungkinan terkontaminasi. Objek yang ditakuti seringkali sukar untuk dihindari,

sebagai contoh feses, urin, debu atau kuman. Pasien mungkin secara terus-menerus

menggosok kulit tangannya dengan mencuci tangan secara berlebihan atau mungkin

tidak mampu pergi keluar rumah karena takut akan kuman. Walaupun kecemasan

adalah respon emosional yang paling sering terhadap objek yang ditakuti, rasa malu

dan rasa jijik yang obsesif juga sering ditemukan. Pasien dengan obsesi kontaminasi

biasanya percaya bahwa kontaminasi ditularkan dari objek ke objek atau orang ke

orang oleh kontak ringan. (Kaplan, 2000)

Pola kedua yang sering adalah obsesi keragu-raguan, diikuti oleh pengecekan

yang kompulsi. Obsesi seringkali melibatkan suatu bahaya kekerasan, seperti lupa

mematikan kompor atau tidak mengunci pintu. Pengecekan tersebut mungkin

menyebabkan pasien pulang beberapa kali ke rumah untuk memeiksa kompor. Pasien

memiliki keragu-raguan terhadap diri sendiri yang obsesional, saat mereka selalu

merasa bersalah karena melupakan atau melakukan sesuatu. (Kaplan, 2000)

Pola ketiga yang tersering adalah pola dengan pikiran semata-mata pikiran

obsesional yang mengganggu tanpa suatu kompulsi. Obsesi tersebut biasanya berupa

pikiran berulang akan suatu tindakan seksual atau agresi yang dicela oleh pasien.

Pola keempat yang tersering adalah kebutuhan akan simetrisitas atau

ketepatan, yang dapat menyebabkan perlambatan kompulsi. Pasien secara harfiah

menghabiskan waktu berjam-jam untuk makan atau mencukur wajahnya.

Penumpukan obsesi dan kompulsi religius adalah sering pada pasien obsesif-

kompulsif. Trichotillomania (menarik rambut kompulsif) dan menggigit kuku

mungkin merupakan kompulsi yang berhubungan dengan gangguan obsesif-

kompulsif.

Terdapat juga beberapa gangguan yang biasa merupakan bagian merupakan

bagian dari atau dengan kuat dihubungkan dengan spectrum OCD (gangguan

gangguan obsesif-kompulsif)

1. Gangguan dismorfik tubuh (body Dysmorphic Disorder)

Pada gangguan ini orang terobsesi dengan keyakinan bahwa mereka buruk rupa

atau bagian tubuh mereka berbentuk tidak normal.

2. Trikhotilomania

Page 10: Ocd Referat

Orang dengan Trikhotilomania terus menerus mencabuti rambut mereka sehingga

timbul daerah-daerah botak.

3. Sindrom Tourettes

Gejala sindrom Tourettes meliputi gerakan yang pendek dan cepat, tik dan ucapan

kata-kata kotor yang tak terkontrol. (Maramis, 2009)

E. DIAGNOSIS

Diagnosis gangguan kobsesif kompulsif didasarkan pada gambaran klinisnya.

Tidak seperti pasien psikotik, pasien dengan Gangguan obsesif kompulsif biasanya

menunjukkan wawasan dan menyadari bahwa perilaku mereka tidak normal atau tidak

logis. (Smith, 2013)

Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif menurut DSM IV:

1. Salah satu obsesi atau kompulsi

Obsesi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:

a. Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten yang

dialami, pada suatu saat dimana selama gangguan, sebagai intrusif dan tidak

sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.

b. Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tidak semata-mata kekhawatiran yang

berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.

c. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau

bayangan-bayangan tersebut untuk mentralkannya dengan pikiran atau tindakan

lain.

d. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan obsesional

adalah keluar dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti

penyisipan pikiran).

Kompulsi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:

a. Perilaku (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau tindakan

mental (misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati) yang

berulang yang dirasakannya mendorong untuk melakukannya sebagai respon

terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus dipatuhi secara

kaku.

Page 11: Ocd Referat

b. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan

penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan, tetapi

perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan dengan cara yang

realistik dengan apa mereka dianggap untuk menetralkan atau mencegah, atau

jelas berlebihan.

2. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari bahwa

obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan: ini tidak

berlaku bagi anak-anak

a. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas, menghabiskan

waktu (menghabiskan lebih dari satu jam sehari), atau secara bermakna

mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau akademik) atau

aktivitas atau hubungan sosial yang biasanya.

b. Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas

padanya (misalnya preokupasi dengan makanan jika terdapat gangguan makan,

menarik rambut jika terdapat trikotilomania, permasalahan pada penampilan jika

terdapat gangguan dismorfik tubuh, preokupasi dengan obat jika terdapat suatu

gangguan penggunaan zat, preokupasi dengan menderita suatu penyakit serius

jika terdapat hipokondriasis, preokupasi dengan dorongan atau fanatasi seksual

jika terdapat parafilia, atau perenungan bersalah jika terdapat gangguan depresif

berat).

c. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya obat yang

disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum. Sebutkan jika: Dengan

tilikan buruk: jika selama sebagian besar waktu selama episode terakhir, orang

tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi adalah berlebihan atau tidak

beralasan. (Kaplan, 2000)

Pedoman diagnosis menurut PPDGJ III:

1. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif,

atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu

berturut-turut.

2. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas

penderita.

Page 12: Ocd Referat

3. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:

a. Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.

b. Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan

meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.

c. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang

memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan

atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas.

d. Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan

pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).

4. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi.

penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala

depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan

pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya. Dalam berbagai situasi dari

kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala depresif umumnya

dibarengi secara paralel dengan perubahan gejala obsesif. Bila terjadi episode

akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari gejala-gejala yang

timbul lebih dahulu. Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila

tidak ada gangguan depresif pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul.

Bila dari keduanya tidak adayang menonjol, maka baik menganggap depresi

sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun maka prioritas diberikan

pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.

5. Gejala obsesif ”sekunder” yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom

Tourette, atau gangguan mental organk, harus dianggap sebagai bagian dari

kondisi tersebut.

Page 13: Ocd Referat

F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan

Pedoman Diagnostik

1. Keadaan ini dapat berupa gagasan, bayangan pikiran, atau impuls (dorongan

perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien).

2. Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hampir selalu menyebabkan

penderitaan (distress).

F42.1 Predominan Tindakan Kompulsif (obsesional ritual)

Pedoman Diagnostik

1. Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan kebersihan (khususnya mencuci

tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap

berpotensi bahaya terjadi, atau masalah kerapian dan keteraturan. Hal tersebut

dilatarbelakangi perasaan takut terhadap bahaya yang mengancam dirinya atau

bersumber dari dirinya, dan tindakan ritual tersebut merupakan ikhtiar simbolik

dan tidak efektif untuk menghindari bahaya tersebut.

2. Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu sampai beberapa jam

dalam sehari dan kadang-kadang berkaitan dengan ketidakmampuan mengambil

keputusan dan kelambanan.

F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif

Pedoman Diagnostik

1. Kebanyakan dari penderita obsesif kompulsif memperlihatkan pikiran obsesif serta

tindakan kompulsif. Diagnosis ini digunakan bialmana kedua hal tersebut sama-

sama menonjol, yang umumnya memang demikian.

2. Apabila salah satu memang jelas lebih dominan,sebaiknya dinyatakan dalam

diagnosis F42.0 atau F42.1. hal ini berkaitan dengan respon yang berbeda terhadap

pengobatan. Tindakan kompulsif lebih respondif terhadap terapi perilaku.

F42.8 Gangguan Obsesif Kompulsif Lainnya

F42.9 Gangguan Obsesif Kompulsif YTT

Page 14: Ocd Referat

F. DIAGNOSIS BANDING

1. Kondisi medis

Gangguan neurologis utama yang dipertimbangkan dalam diagnosis banding

adalah gangguan Tourette, gangguan tik lainnya, epilepsi lobus temporalis, dan

kadang-kadang komplikasi trauma dan pascaensefalitik. Gejala karakteristik dari

gangguan Tourette adalah tik motorik dan vokal yang sering dan hampir setiap

hari terjadi. (Kaplan, 2000)

2. Kondisi psikiatrik

Pertimbangan psikiatrik utama di dalam diagnosis banding gangguan

obsesif-kompulsif adalah skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif,

fobia, dan gangguan depresif. Gangguan obsesif kompulsif biasanya dapat

dibedakan dari skizofrenia oleh tidak adanya gejala skizofrenik lain, oleh kurang

kacaunya sifat gejala, dan oleh tilikan pasien terhadap gangguan mereka.

Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif tidak memiliki derajat gangguan

fungsional yang berhubungan dengan gangguan obsesif-kompulsif. Fobia

dibedakan dengan tidak adanya hubungan antara pikiran obsesif dan kompulsi.

Gangguan depresif berat kadang-kadang dapat disertai oleh gagasan obseisf,

tetapi pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif saja tidak memenuhi kriteria

diagnostik untuk gangguan depresif berat. (Kaplan, 2000)

Kondisi psikiatrik lain yang dapat berhubungan erat dengan gangguan obsesif-

kompulsif adalah hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan kemungkinan

gangguan impuls lainnya, seperti kleptomania dan judi patologis. Pada semua

gangguan tersebut pasien memiliki pikiran yang berulang, sebagai contoh

permasalahan tentang tubuhnya, atau perilaku yang berulang sebagai contoh

mencuri. (Kaplan, 2000)

G. TERAPI

1. Farmakoterapi

a. Penggolongan

1) Obat Anti-obsesif kompulsif trisiklik

Contoh: Clomipramine.

Page 15: Ocd Referat

2) Obat Anti-obsesif kompulsif SSRI (Serotonin Reuptake Inhibitors)

Contoh: Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Citalopram. (Maslim,

2001)

b. Indikasi Penggunaan

Gejala sasaran (target syndrome): Sindrom Obsesif Kompulsif.

Butir-butir diagnostik Sindrom Obsesif Kompulsif:

1) Selama paling sedikit 2 minggu dan hampir setiap hari mengalami gejala -

gejala obsesif kompulsif yang memiliki ciri-ciri berikut:

a) Diketahui/disadari sebagai pikiran, bayangan atau impuls dari diri individu

sendiri;

b) Pikiran, bayangan, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan

yang tidak menyenangkan (ego-distonik);

c) Melaksanakan tindakan sesuai dengan pikiran, bayangan atau impuls

tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau

kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau ansietas);

d) Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang masih tidak berhasil

dilawan/dielakkan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan /

dielakkan oleh penderita;

2) Gejala-gejala tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau

menggangu aktivitas sehari-hari (disability).

Respon penderita gangguan obsesif kompulsif terhadap farmakoterapi

seringkali hanya mencapai pengurangan gejala sekitar 30%-60% dan kebanyakan

masih menunjukkan gejala secara menahun. Namun demikian, umumnya penderita

sudah merasa sangat tertolong. Untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih

baik, perlu disertai dengan terapi perilaku (behavior therapy). (Maslim, 2001)

Clomipramine. Clomipramine biasanya dimulai dengan dosis 25 sampai 50 mg

sebelum tidur dan dapat ditingkatkan dengan peningkatan 25 mg sehari setiap dua

sampai tiga hari, sampai dosis maksimum 250 mg sehari atau tampak efek

samping yang membatasi dosis. Karena Clopramine adalah suatu obat trisiklik,

obat ini disertai dengan efek samping berupa sedasi, hipotensi, disfungsi seksual

dan efek samping antikolinergik, seperti mulut kering.(Kaplan, 2000).

Page 16: Ocd Referat

SSRI (Serotonin Reuptake Inhibitors). Penelitian tentang Fluoxetine dalam

gangguan obsesif-kompulsif menggunakan dosis sampai 80 mg setiap hari untuk

mencapai manfaat terapeutik. Walaupun SSRI mempunyai efek seperti

overstimulasi, kegelisahan, nyeri kepala, insomnia, mual, dan efek samping

gastrointestinal, SSRI dapat ditoleransi dengan lebih baik daripada obat trisiklik.

Dengan demikian, kadang-kadang SSRI digunakan sebagai obat lini pertama

dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif. (Kaplan, 2000)

Obat lain. Jika pengobatan dengan Clomipramine atau SSRI tidak berhasil,

banyak ahli terapi menambahkan lithium (Eskalith). Obat lain yang dapat

digunakan dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif adalah inhibitor

monoamin oksidase (MAOI = monoamine oxidase inhibitor), khususnya

Phenelzine (Nardil). (Kaplan, 2000)

2. Terapi perilaku

Walaupun beberapa perbandingan telah dilakukan, terapi perilaku sama

efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan obsesif-kompulsif. Dengan

demikian, banyak klinisi mempertimbangkan terapi perilaku sebagai terapi terpilih

untuk gangguan obsesif-kompulsif. Terapi perilaku dapat dilakukan pada situasi

rawat inap maupun rawat jalan. Pendekatan perilaku utama pada gangguan obsesif-

kompulsif adalah pemaparan dan pencegahan respon. Desensitisasi, menghentikan

pikiran, pembanjiran, terapi implosi, dan pembiasaan tegas juga telah digunakan

pada pasien gangguan obsesif kompulsif. Dalam terapi perilaku pasien harus benar-

benar menjalankannya untuk mendapatkan perbaikan. (Kapalan, 2000)

3. Psikoterapi

Psikoterapi suportif jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien

gangguan obsesif-kompulsif, walaupun gejalanya memiliki berbagai derajat

keparahan, adalah mampu untuk bekerja dan membuat penyesuaian sosial. Dengan

kontak yang kontinu dan teratur dengan tenaga yang profesional, simpatik, dan

mendorong, pasien mungkin mampu untuk berfungsi berdasarkan bantuan tersebut,

tanpa hal tersebut gejalanya akan menyebabkna gangguan. Kadang-kadang jika

ritual dan kecemasan obsesional mencapai intensitas yang tidak dapat ditoleraansi,

perlu untuk merawat pasien di rumah sakit sampai tempat penampungan institusi

Page 17: Ocd Referat

dan menghilangkan stres lingkungan eksternal menurunkan gejala sampai tingkat

yang dapat ditoleransi. (Kaplan, 2000)

Anggota keluarga pasien seringkali menjadi putus asa karena perilaku pasien.

Tiap usaha psikoterapik harus termasuk perhatian pada anggota keluarga melalui

dukungan emosional, penentraman, penjelasan dan nasihat tentang bagaimana

menangani dan berespons terhadap pasien. (Kaplan, 2000)

4. Exposure and Response Prevention

Terapi ini (dikenal pula dengan sebutan flooding) diciptakan oleh Victor

Meyer (1966), dimana pasien menghadapkan dirinya sendiri pada situasi yang

menimbulkan tindakan kompulsif atau (seperti memegang sepatu yang kotor) dan

kemudian menahan diri agar tidak menampilkan perilaku yang menjadi ritualnya

membuatnya menghadapi stimulus yang membangkitkan kecemasan, sehingga

memungkinkan kecemasan menjadi hilang. (Fausiah & Widury, 2007)

5. Terapi Keluarga (Family therapy)

Terapi keluarga (Majahudin, 1995), merupakan teknik pengobatan yang sangat

penting bila pada keluarga pasien OCD ini didapatkan kekacauan hubungan

dalam keluarga, kesukaran dalam perkawinan, masalah spesifikasi dalam anggota

keluarga atau peran anggota keluarga yang kurang sesuai yang akan mengganggu

keberhasilan fungsi masing-masing individu dalam keluarga termasuk dalam

waktu jangka panjang akan berakibat buruk pada anak OCD.

Seluruh anggota keluarga dimasukkan ke dalam proses terapi, menggunakan

semua data anggota keluarga seperti tingkah laku individu dalam keluarga.

Menilai tingkah laku setiap anggota keluarga yang mempengaruhi tingkah laku

yang baik dan membina pengaruh tingkah laku yang positif dari setiap individu.

6. Cognitive Behavior Therapy

Cognitive Behavior Therapy untuk mengatasi gangguan Obsesif-Kompulsif.

Mendasarkan pada perspektif kognitif dan perilaku, teknik yang umumnya

diterapkan untuk mengatasi gangguan obsesif-kompulsif adalah exposure with

response prevention. Pasien dihadapkan pada situasi dimana ia memiliki

keyakinan bahwa ia harus melakukan tingkah laku ritual yang biasa dilakukannya

Page 18: Ocd Referat

namun mereka cegah untuk tidak melakukan ritual itu. Jika klien dapat mencegah

untuk tidak melakukan ritual tersebut dan ternyata sesuatu yang mengerikannya

tidak terjadi. Hal ini dapat membantu dalam mengubah keyakinan individu akan

tingkah laku ritual. Teknik lain berupa terapi kognitif dimana mengajarkan jalan

terbaik dan efektif untuk merespon pikiran obsesif tanpa perlu sampai ke

kompulsif. (Maslim, 2001)

Leonardo mengatakan (Majahudin, 1995) bahwa teknik terapi perilaku yang

khusus digunakan untuk pasien anak usia lebih tua dan remaja dengan gangguan

OCD adalah latihan relaksasi dan response prevention technique.

Terapi perilaku pada penderita OCD, awalnya mengumpulkan informasi yang

lengkap mengenai riwayat timbulnya gejala OCD, isyarat faktor internal dan

fakto eksternal, serta faktor pencetus akan timbulnya gejala OCD. Kemudian

mengawasi tingkah laku pasien dala menghindari situasi yang menimbulkan

kecemasan, menghindari timbulnya gejala kompulsif dan tingkat kecemasan

pasien saat timbul gejala OCD harus diperiksa secara teliti.

Teknik terapi perilaku yang dianjurkan pada anak dan remaja (Majahudin,

1995) :

a. Latihan relaksasi

Pasien diminta untuk berpikir dan bersikap rileks dan kemudian pasien diminta

untuk memikirkan pikiran obsesi masuk dalam alam sadar. Ketika pikiran

obsesi muncul, maka terapi akan meminta pasien untuk menghentikan

pemikiran itu, misalnya dengan cara memukul maja, atau menarik tali elastic

yang diikatkan pada tangan. Hal ini dilakukan di rumah atau di mana saja.

b. Response prevention technique

Mula-mula didapatkan dulu rangsangan (stimulus) atau pencetus yang

menyebabkan dorongan untuk melakukan tindakan kompulsif. Jika rangsangan

kompulsif muncul maka pasien secara aktif diberanikan untuk melawan

tingkah laku kompulsif, sering dengan mengalihkan perhatian pasien sehingga

tindakan kompulsif tidak mungkin dilakukan misalnya dengan memukul meja.

c. Penurunan kecemasan

Tujuan dari terapi ini untuk menghilangkan kecemasan yang menimbulkan

gejala obsesif dan kompulsif.

Page 19: Ocd Referat

Hal ini dilakukan dengan desensitisasi secara sistematik yakni dengan

menghadapkan anak atau remaja pada situasi yang menakutkan (misalnya

pisau, hal-hal yang kotor, pegangan pintu dan sebagainya) secara pelan-pelan

samapai ketakutan dan kecemasan hilang atau tidak ada lagi.

H. PROGNOSIS

Gangguan obsesif-kompulsif merupakan penyakit yang kronik dengan perode

dari gejala-gejala yang seiring dengan berjalannya waktu akan mengalami

peningkatan. Penderita gangguan ini tidak biasanya sembuh sempurna atau bebas dari

gejala. Walaupun demikian dengan pengobatan, banyak orang yang mengalami

perbaikan. Perbaikan tersebut berupa gejala yang berbeda seperti cara merealisasikan

suatu obsesif yang berbeda. Diagnosis awal dan terapi yang dilakukan secepatnya

akan memberikan hasil yang lebih baik di mana penekanan onset usia dini adalah hal

yang patut untuk segera didiagnosis. Selain itu, mereka yang bergerak di bidang

kesehatan mesti memahami perbedaan antara gangguan obsesif-kompulsif dengan

gangguan kepribadian obsesif-kompulsif yang mana untuk jenis gangguan

kepribadian biasanya dimulai pada saat dewasa muda, yaitu umur di atas 20 tahun

sedangkan untuk gangguan obsesif kompulsif biasanya dimulai pada usia anak-anak

Page 20: Ocd Referat

BAB III

KESIMPULAN

Gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran seseorang

dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk

melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu

fungsinya dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala – gejala obsesif atau tindakan kompulsif,

ataukedua – duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut –turut.

Beberapa faktor berperan dalam terbentuknya gangguan obsesif-kompulsif

diantaranya adalah faktor biologi seperti neurotransmitter dan genetika, faktor psikologi dan

faktor psikososial. Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan

gangguanobsesif – kompulsif antara lain terapi farmakologi (farmakoterapi), Exposure and

Response Prevention, terapi keluarga dan terapi perilaku.

Page 21: Ocd Referat

DAFTAR PUSTAKA

1. Benjamin J, Virginia A. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of

Psychiatry. Seventh Edition. Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 2000. p

2569-2580.

2. Berger FK. Obsessive-Compulsive Disorder. MedlinePlus. 2012 Jul 03. Diakses

pada tanggal 19 Mei 2013 di

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000929.htm

3. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. 2rd rev. ed.

Surabaya: Airlangga University Press; 2009, 312-313 p.

4. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu

Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. 2rd rev. ed. Kusuma M, translator. Jakarta:

Erlangga; 2010, 56-67 p.

5. Katona C, Cooper C, Robertson M. At a Glance Psikiatri. 4th rev. ed. Noviyanti

C dan Hartiansyah Vidya, translator. Jakarta: Erlangga; 2012, 31 p.

6. Tomb DA. Buku Saku Psikiatri (Psychiatry). 6th rev. ed. Nasrun MWS,

translator. Yogyakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004, 238-239 p.

7. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ –

III. 1st ina. ed. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK – UNIKA Atmajaya;

2001, 76-77 p.

8. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic

Medication). 3rd rev. ed. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK – UNIKA

Atmajaya; 2001, 47-48 p.

9. Robinson L, Smith M, Segal J. Obsessive-Compulsive Disorder (OCD).

Helpguide. 2013 Apr. Diakses pada tanggal 19 Mei 2013 di

http://www.helpguide.org/mental/obsessive_compulsive_disorder_ocd.htm

Page 22: Ocd Referat

10. National Colaborating Centre for Mental Health, National Institute for Health and

Clinical Excellence. Obsessive-Compulsive Disorder: Core interventions in the

treatment of obsessive-compulsive disorder and body dysmorphic disorder.

National Clinical Practice Guideline. 2006; 31: 19-20.

11. Rogge T. Obsessive-Compulsive Personaliy Disorder. MedlinePlus. 2012 Nov

11. Diakses pada tanggal 19 Mei 2013 di

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000942.htm