makalah ocd
DESCRIPTION
METRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
MODUL ORGAN: MENTAL EMOSIONAL
KELOMPOK VI
PASIEN MENGALAMI KECELAKAAN TETAPI TERTAWA TERBAHAK - BAHAK
Heidi Angelika Anggaria 030.09.109
Luzelia Marta Sequeira Saldanha 030.10.163
M Agung Pratama Yudha 030.10.164
Muhammad Hafizh Muttaqin 030.10.165
Muhammad Reza Adriyan 030.10.166
Nadya Zahra 030.10.201
Nanda Soraya 030.10.202
Ni Kadek Sri Rahayu Wijayanti 030.10.204
Runy Octavianty Pongsitanan 030.10.242
Ryan Fernandi 030.10.243
Sally Kartika 030.10.244
Ully Amri Suharyati 030.10.274
Vanessa Modi Alverina 030.10.275
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, 10 MEI 2013
DAFTAR ISI
Daftar Isi ………………………………………………………………………… 1
BAB I : Pendahuluan ……………………………………………………. 2
BAB II : Laporan Kasus ………………………………………………….. 3
BAB III : Pembahasan …………………………………………………….. 5
A. Informasi Pasien ……………………………………………… 5
B. Pengkajian Masalah …………………………………………... 6
C. Pemeriksaan Fisik ………………………………………………. 8
D. Pemeriksaan Diagnostik Lanjutan …...........…………………. . 9
E. Ringkasan Penemuan ………………………………………… . 9
F. Diagnosis …………………………………………….……….. 10
G. Diagnosis Banding ……………………………………………... 10
H. Psikopatologis Kasus………………………………………….. 11
I. Rencana Penatalaksanaan …………..………………………… 13
J. Prognosis …………………………………………...………… 14
BAB IV : Tinjauan Pustaka ……………………………………………….. 15
1. Gangguan Obseseif Kompulsif………………………………. 15
2. Neurofarmakologi ……………..…………………………… 20
3. Kriteria Diagnosis (OCD dan Intoksikasi Kanabis, Amfetamin, Kokain) 21
4. Psikoterapi …………………………………………..….. 24
5. Pasal 127 UU no. 35 tahun 2009 : Penyalahgunaan Narkotika…… 25
BAB V : Kesimpulan …………………………………………………….. 27
Daftar Pustaka …………………………………………………………………… 28
1
BAB I
PENDAHULUAN
Diskusi kasus kedua Modul Organ Mental Emosional berjudul “Pasien Mengalami
Kecelakaan Tetapi Tertawa Terbahak-bahak” terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama
dilaksanakan pada hari Jumat, 3 Mei 2013 pukul 10.00 – 12.00 WIB diketuai oleh Nanda Soraya
dan sekretaris Ryan Fernandi , serta tutor Prof. DR. Dr. A. Prayitno, Sp.KJ, bertempat di Ruang
708B lantai 7 Fakultas Kedokteran Trisakti. Lalu dilanjutkan dengan diskusi sesi kedua yang
jatuh pada hari Senin, 6 Mei 2013 pukul 13.00 – 15.00 WIB dengan diketuai oleh Nanda Soraya
dan sekretaris Runy Octavianty Pongsitanan, yang juga ditutorkan oleh Prof. DR. Dr. A.
Prayitno, Sp.KJ, bertempat di Ruang 708B lantai 7 Fakultas Kedokteran Trisakti.
Berikut merupakan soal serta pembahasan yang mencakup; anamnesis, status mental,
pemeriksaan fisik, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, hingga kepada prognosis pasien
tersebut dijabarkan secara sistematis.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Skenario 1
Tn. Ganda, 25 tahun dimasukkan ke UGD RSU Trisakti dengan diantar oleh polisi setelah
mengendarai sepeda motornya menabrak pohon. Ia jatuh, dengan akibat hematoma pada kepala
daerah pelipis kiri, tetapi tidak pingsan. Di kamar tunggu ia banyak bicara, marah – marah,
tertawa terbahak – bahak, gelisah, tremor kecil dan berkeringat banyak. Penampilan dan status
gizi pasien baik.
Skenario 2
Sejak remaja, Tn Ganda sudah merokok dan kadang – kadang minum alkohol tetapi tidak pernah
mabok. Sejak satu tahun lalu ia morokok ganja terutama pada malam hari libur. Pada
pemeriksaan fisik: Tekanan darah : 150/70mmHg, Frekuensi Nadi : 120 x/menit, Suhu : 36,5˚C,
pupil melebar, konjungtiva merah. Ia masih dapaat bekerja biasa dan tidak ada masalah dalam
pergaulan sosialnya.
Skenario 3
1. Pemeriksaan Status Mental
Terdapat dipersonalisasi dan derealisasi, tetapi waham dan halusinasi tidak ada.
2. Pemeriksaan diagnostic lanjut
Pemeriksaan Fisik Umum : dalam batas normal
Pemeriksaan Neurologis : tanpa deficit neurologis
EKG : normal.
Pemeriksaan radiologi kepala : tidak ada kelainan
Laboratorium darah dan urine: normal, kecuali tetrahidrokanabiol positif.
3
Skenario 4
Perkembangan masa kanak dan remaja tidak ada kelainan yang berarti, hanya ia mengeluh
dididik oleh ayahnya “terlalu keras dan disiplin”. Setelah menginjak dewasa, ia menunjukkan ciri
kepribadian yang sering bimbang, selalu tepat waktu, tertib dan sering berpikir berulang – ulang.
Ia tahu bahwa pikiran tersebut tidak rasional dan ingin menghilangkannya, tetapi akibatnya ia
menjadi gelisah. Sebelum tidur ia selalu mengunci pintu lima kali agar dapat tidur lebih nyenyak.
Kadang – kadang ia juga merasa sedih karena masalah pekerjaannya.
Skenario 5
Pasien belum pernsh berobat ke psikiater, tapi beberapa kali berobat ke dokter umum dan
diberikan “obat penenang dan obat tidur” dengan tujuan agar lebih tenang dan tidur lebih
nyenyak.
4
BAB III
PEMBAHASAN
A. INFORMASI LENGKAP PASIEN
IDENTITAS PASIEN:
Nama : Tn. Ganda
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Pendidikan : -
Agama : -
Suku Bangsa : -
Pekerjaan : -
Status Pernikahan : -
Datang diantar oleh : Polisi
ANAMNESIS
Riwayat Psikiatri
Dari anamnesis didapatkan :
Keluhaan Utama:
Pasien mengalami kecelakaan, tetapi tertawa terbahak-bahak
Riwayat Gangguan Sekarang:
Pasien mengendarai sepeda motor dan menabrak pohon, berakibat hematoma
pada kepala daerah pelipis kiri
Tidak pingsan
Pasien banyak bicara, marah-marah, tertawa terbahak-bahak
Gelisah
5
Tremor kecil dan berkeringat banyak
Riwayat Gangguan Dahulu:
Pasien belum pernah berobat ke psikiater, tapi beberapa kali berobat ke dokter
umum dan diberikan”obat penenang dan obat tidur”dengan tujuan agar tidur
nyenyak
Riwayat Kehidupan Pribadi:
Perkembangan masa kanak-kanak dan remaja tidak ada kelainan, ia hanya
menegeluh dididik ayahnya’terlalu keras dan disiplin’
Sejak remaja pasien merokok dan minum alkohol tapi tidak pernah mabuk
Menginjak dewasa ia menunjukan ciri kepribadian yang sering bimbang
Ia juga mengaku selalu tepat waktu, tertib, dan sering berfikir berulang-ulang
Ia tahu fikiran tersebut tidak rasional dan ingin menghilangkannya, tetapi
akibatnya ia menjadi gelisah
Sebelum tidur ia selalu mengunci pintu lima kali agar dapat tidur nyenyak
Kadang-kadang ia juga merasa sedih karena masalah pekerjaannya
Ia tidak ada masalah dalam pergaulan sosialnya dan masih dapat bejerja biasa
Sejak 1 tahun yang lalu pasien merokok ganja terutama pada malam hari libur
Adapun anamnesis tambahan pada kasus ini, antara lain :
1. Bagaimana kondisi pasien sejak gejala timbul sampai sekarang?apakah semakin
buruk?
2. Apakah ada gejala lain yang timbul? Sakit kepala, mual muntah,dll?
3. Apakah pasien sering mendengar suara-suara aneh?
4. Apakah pasien masih mengingat tentang dirinya? orang tuanya, saudara terdekatnya?
5. Apakah pasien pernah mengalami hal serupa sebelumnya?
6. Seberapa sering pasien mengkonsumsi alkohol dan ganja? dan berapa banyak?
7. Apa nama obat yang sering dikonsumsi pasien agar tidurnya lebih nyenyak?
6
B. P ENGKAJIAN MASALAH
RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Masalah Pengkajian Masalah
Tuan Ganda berusia 25 tahun, dimasukkan ke
UGD RSU Trisakti dengan diantar oleh polisi
setelah mengendarai sepeda motornya yang
menabrak pohon
Dimasukkan ke UGD → bisa saja dalam keadaan gawat darurat
Diantar oleh polisi → bisa terlibat masalah hukum
Mengendarai sepeda motor lalu menabrak
pohon → bisa terjadi trauma kepala yang
menyebabkan gangguan organik akibat
kecelakaan atau akibat konsumsi alkohol, zat
psikoaktif yang mengakibatkan kecelakaan
Akibat terjatuh mengalami hematoma pada
kepala daerah pelipis kiri, tetapi tidak pingsan
Hematom pada daerah pelipis kiri → dapat mengakibatkan gangguan proses bicara motoris (afasia motorik) karena kerusakan pada daerah broca atau bisa mengakibatkan gangguan mental organik
Tidak pingsan → tidak ada gangguan pada
formatio reticularis
Di kamar tunggu ia banyak bicara, marah –
marah, tertawa terbahak – bahak, gelisah,
tremor kecil dan berkeringat banyak
Banyak bicara → gangguan psikomotor (stereotipik)
Marah – marah, tertawa terbahak – bahak, gelisah → gangguan emosional (agresi, euphoria, anxietas, afek yang labil)
Tremor kecil dan berkeringat banyak → bisa
karena kegelisahan
RIWAYAT GANGGUAN DAHULU
Masalah Pengkajian Masalah
Belum pernah berobat ke psikiater Belum pernah diobati secara holistik dan tepat
oleh psikiater
Beberapa kali berobat pada dokter umum dan Hanya diberikan terapi psikofarmaka untuk
7
diberikan obat penenang dan obat tidur mengurangi gelisah dan gangguan tidur saja
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
Masalah Pengkajian Masalah
Pada masa kanak dan remaja dididik oleh
ayahnya terlalu keras dan disiplin. Setelah
dewasa menunjukkan ciri kepribadian yang
sering bimbang, selalu tepat waktu, tertib dan
sering berpikir berulang – ulang. Ia tahu bahwa
pikiran tersebut tidak rasional dan ingin
menghilangkannya, tetapi akibatnya ia menjadi
gelisah. Sebelum tidur ia selalu mengunci pintu
lima kali agar tidur lebih nyenyak
Merupakan ciri – ciri gangguan obsesif
kompulsif dan gangguan kepribadian
anankastik
Sejak remaja, Tuan Ganda sudah merokok dan
kadang – kadang minum alkohol tapi tidak
pernah mabok, sejak 1 tahun yang lalu ia
merokok ganja terutama pada malam hari libur
Sejak remaja sudah merokok dan minum alkohol → bisa terdapat gangguan mental dan perilaku akibat tembakau serta alkohol
1 tahun lalu merokok ganja → bisa terjadi
gangguan mental dan perilaku akibat
kanabinoida
Kadang merasa sedih karena pekerjaannya Adanya gangguan atau problem pada
psikososialnya
STATUS MENTAL
Masalah Pengkajian Masalah
Terdapat depersonalisasi dan derealisasi, tetapi
waham dan halusinasi tidak ada
Depersonalisasi → merasa dirinya berubah dan merupakan tanda intoksikasi ganja
Derealisasi → merasa lingkungannya berubah dan merupakan tanda intoksikasi ganja
Tidak ada waham dan halusinasi → dosis ganja
8
yang dikonsumsi tidak besar
C. PEMERIKSAAN FISIK
Masalah Pengkajian Makalah
TD 150/70 mmHg, frekuensi nadi 120x/mPupil melebarKonjungtiva merah
TD 150/70 mmHg → hipertensi grade INadi 120x/m → takikardiaPupil melebar → midriasisKonjungtiva merah → pelebaran pembuluh
darah sclera
Tremor kecil, berkeringat banyak, gelisah,
emosi labil, takikardi, konjungitva merah
Tanda dan gejala intoksikasi ganja (kanabis)
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LANJUTAN
Tidak adanya kelainan pada pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan neurologis, dan
pemeriksaan radiologi kepala menunjukkan bahwa kecelakaan yang baru terjadi hanya terbatas
hematoma pelipis kirinya saja, tidak mengganggu fungsi otaknya, sehingga dapat dikatakan
bahwa gangguan mental pada pasien ini tidak disebabkan karena kecelakaan tersebut.
Pemeriksaan EKG normal juga menunjukkan tidak adanya kelainan pada jantung pasien.
Pemeriksaan darah dan urin yang normal, kecuali ditemukannya tetrahidrokanabinol
membuktikan adanya pemakaian ganja sebelum kecelakaan terjadi, yang kemungkinan besar
merupakan penyebab terjadinya gangguan mental pada pasien ini.
E. RINGKASAN TEMUAN
Pasien Tn. Ganda, 25 tahun diantar oleh polisi setelah sepeda motor yang dikendarainya
menabrak pohon. Terdapat hematoma pada kepala daerah pelipis kiri akibat terjatuh. Selama
di kamar tunggu pasien banyak bicara, marah – marah, tertawa terbahak – bahak, gelisah,
tremor kecil dan berkeringat banyak. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah dan
frekuensi nadi meningkat, pupil melebar dan konjungtiva merah. Sejak remaja pasien sudah
merokok dan kadang minum alcohol tetapi tidak pernah mabok. Setahun lalu pasien mulai
9
merokok ganja. Pada pemeriksaan status mental didapatkan dipersonalisasi dan derealisasi.
Pada pemeriksaan laboratorium darah dan urin ditemukan tetrahidrokanabiol positif.
Perkembangan masa kanak dan remaja tidak ada kelainan kecuali pasien mengeluh ayahnya
mendidiknya terlalu keras dan disiplin. Memasuki usia dewasa pasien menunjukkan ciri
kepribadian yang sering bimbang, selalu tepat waktu, tertib dan sering berpikir berulang –
ulang. Pasien tahu bahwa pikiran tersebut tidak rasional dan ingin menghilangkannya tetapi
akibatnya pasien menjadi gelisah. Mengunci pintu lima kali supaya dapat tidur dengan
nyenyak. Kadang – kadang pasien merasa sedih karena pekerjaan. Belum pernah berobat ke
psikiater tetapi sudah beberapa kali berobat ke dokter umum dan diberikan obat penenang
dan obat tidur agar pasien lebih tenang dan tidur nyenyak.
F. DIAGNOSIS
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan psikiatris dan status mental serta pemeriksaan diagnostik lanjutan (pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan Neurologi, EKG, radiologi kepala dan laboratorium darah dan urin), diagnosis kerja kelompok kami adalah Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Kanabinoida serta gangguan obesesif kompulsif, karena sudah memenuhi kriteria diagnostik Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Kanabinoida dan gangguan obsesif kompulsif dari edisi keempat revisi Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR). 1
Diagnosis multiaksial dapat dituliskan sebagai berikut:
Aksis I : F12 Gangguan mental dan Perilaku akibat penggunaan Kanabinoida
Aksis II : F42 Gangguan Obsesif Kompulsif
Aksis III : S00-T98 Cedera, keracunan dan akibat kausa eksternal (terdapat hematom di kepala)
Aksis IV : Masalah Pekerjaan
Aksis V : GAF = 55 (gejala sedang, disabilitas sedang)
G. DIAGNOSIS BANDING a. Kelainan Mental Organik Akibat Amfetamin2
Gejala-gejala Intoksikasi Amfetamin atau Agen yang Kerjanya Serupa dengan Simpatomimetik adalah selain yang ada pada sindrom intoksikasi termasuk berkelahi,
10
kekuasaan, terlampau waspada, agitasi psikomotor, tahikardia, dilatasi pupil, tekanan darah meningkat, berkeringat atau menggigil, mual atau muntah
AMFETAMIN2
Amfetamin merangsang pelepasan neurotransmitter, norepinefrin, dan dopamine dari otak dan sistem saraf simpatis (terminal saraf tepi). Amfetamin menyebabkan euphoria dan kesiagaan tetapi juga mengakibatkan tidak dapat tidur, gelisah, tremor, dan iritabilitas. Pemakaian terus menerus dari amfetamin dapat mengakibatkan masalah-masalah kardiovaskuler (peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, palpitasi, aritmia jantung). Waktu paruh dari amfetamin
bervariasi dari 4-30 jam. Amfetamin dieksresikan lebih cepat pada urin yang asam dari pada urin yang basa. Efek samping penggunaan amfetamin adalah gelisah, insomnia, takikardia, hipertensi, palpitasi jantung, mulut terasa kering, anoreksia, berat badan turun, diare atau konstipasi, impotensi.
b. Kelainan Mental Organik Akibat KokainGejala-gejala Intoksikasi Kokain, selain yang ada pada sindrom intoksikasi, termasuk euphoria berkelahi, merasa berkuasa, terlampau waspada, agitasi psikomotor, takikardia, dilatasi pupil, tekanan darah meningkat, berkeringat atau menggigil, mual atau muntah, halusinasi visual, atau taktil.
KOKAIN 3
Sifat Farmakologi :
- Vasokonstriktor poten- Absorbsinya lambat waktu paruh 1 jam setelah pemberian per oral atau nasal- Dosis : Rendah : menurunkan denyut jantung, Sedang : meningkatkan denyut jantung dan
tekanan darah
Indikasi Klinik :
Digunakan sebagai anestesi topical, terutama untuk hidung dan tenggorokan
Toksisitas Dosis Toksik Kokain :
Menimbulkan perangsangan SSP (iritabilitas, psikosis, kejang) diikuti oleh depresi pernapasan; potensi kuat menimbulkan penyalahgunaan (ketergantungan psikologis)
H. PSIKOPATOLOGIS KASUS
11
12
Tn. Ganda, 25 tahun
Didikan ayah yang “keras dan disiplin” sejak kecil
Obsessive – Compulsive Disorder
Sering bimbang
Selalu tepat waktu
Tertib
Sering berfikir berulang
Mengunci pintu 5x sebelum tidurSadar bahwa pikirannya tidak
rasional dan berusaha menghilangkannya
Depresi
Konsumsi ganjaKonsumsi alkohol
Masalah pekerjaan
Banyak bicara
Marah – marah
Tertawa
terbahak – bahak
Gelisah
Tremor kecil
Berkeringat banyak
Intoksikasi cannabis
Derealisasi
Depersonalisasi
Pupil midriasis
Takikardi
Kongjungtiva merah
I. RENCANA PENATALAKSANAAN
Rawat Inap dengan tujuan untuk rehabilitasi dari penggunaan zat psikoaktif, selain itu diperlukan
juga terapi suportif berupa psikoterapi individual, keluarga dan kelompok. Pada pasien ini juga
dibutuhkan psikofarmaka untuk terapi gangguan obsesif kompulsif yang diderita pasien, berikut
adalah terapi pada gangguan obsesif kompulsif:
PSIKOFARMAKA4,5
1. clomipramine
dimulai dengan dosis 25 sampai 50 mg sebelum tidur dan dapat ditingkatkan dengan
peningkatan 25 mg sehari tiap 2 sampai 3 hari, sampai dosis maksimum 250 mg
sehari atau tampaknya efek samping yang membatasi dosis (sedasi, hipotensi,
disfungsi seksual,dll)
2. SSRI
Fluoxetine digunakan dengan dosis sampai 80 mg sehari untuk mencapai manfaat
terapeutik (toleransi lebih baik dibandingkan dengan clomipramine). Kadang disertai
dengan gejala overstimulasi, kegelisahan, nyeri kepala, insomnia, mual dan efek
samping gastrointestinal.
PSIKOTERAPI
Treatment psikoterapi untuk gangguan obsesif-kompulsif umumnya diberikan hampir
sama dengan gangguan kecemasan lainnya.
Cognitive-behavioural therapy (CBT) adalah terapi yang sering digunakan dalam
pemberian treatment berbagai gangguan kecemasan termasuk OCD. Dalam CBT penderita OCD
pada perilaku mencuci tangan diatur waktu kapan ia mesti mencuci tangannya secara bertahap.
Bila terjadi peningkatan kecemasan barulah terapis memberikan izin untuk individu OCD
mencuci tangannya. Terapi ini efektif menurunkan rasa cemas dan hilang secara perlahan
kebiasaan-kebiasaannya itu.
13
Dalam CBT terapis juga melatih pernafasan, latihan relaksasi dan manajemen stres pada
individu ketika menghadapi situasi konflik yang memberikan kecemasan, rasa takut atau stres
muncul dalam diri individu. Pemberian terapi selama 3 bulan atau lebih.
J. PROGNOSIS
Prognosis pada pasien ini masih dapat dikatakan baik karena secara umum tidak menimbulkan kematian. Akan tetapi, penggunaan kanabis dalam jangka panjang, meningkatkan resiko penyakit respiratorik kronik dan kanker paru. Selain itu, dalam beberapa laporan menunjukkan bahwa penggunaan kanabis dalam jangka panjang menyebabkan atrofi serebri, kerentanan terhadap kejang, kerusakan kromosom, defek lahir, reaktivitas imun terganggu, perubahan konsentrasi testosteron, dan disregulasi siklus menstruasi.
Pada pasien ini juga terdapat gangguan kepribadian obsesif-kompulsif. Perjalanan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif bervariasi dan tidak dapat diprediksi. Tetapi biasanya pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif sering menyadari penderitaan mereka dan mereka mencari terapi mereka sendiri.
14
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
1. Gangguan Obsesif Kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder /OCD)6
1.1 Definisi
Penyakit Obsesif Kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi.
Obsesi adalah gagasan, khayalan atau dorongan yang berulang, tidak diinginkan dan
mengganggu, yang tampaknya konyol, aneh atau menakutkan. Kompulsi adalah desakan atau
paksaan untuk melakukan sesuatu yang akan meringankan rasa tidak nyaman akibat obsesi.
Gangguan Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder, OCD) adalah kondisi
dimana individu tidak mampu mengontrol dari pikiran-pikirannya yang menjadi obsesi yang
sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat
mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya. Gangguan obsesif-
kompulsif merupakan gangguan kecemasan dimana dalam kehidupan individu didominasi oleh
repetatif pikiran-pikiran (obsesi) yang ditindaklanjuti dengan perbuatan secara berulang-ulang
(kompulsi) untuk menurunkan kecemasannya.
Penderita gangguan ini mungkin telah berusaha untuk melawan pikiran-pikiran
menganggu tersebut yang timbul secara berulang-ulang akan tetapi tidak mampu menahan
dorongan melakukan tindakan berulang untuk memastikan segala sesuatunya baik-baik saja.
1.2 Penyebab
Penyebabnya tidak diketahui. Gangguan obsesif-kompulsif tidak ada kaitan dengan
bentuk karakteristik kepribadian seseorang, Pada individu yang memiliki kepribadian obsesif-
kompulsif cenderung untuk bangga dengan ketelitian, kerapian dan perhatian terhadap hal-hal
kecil, sebaliknya pada gangguan obsesif-kompulsif, individu merasa tertekan dengan
kemunculan perilakunya yang tidak dapat dikontrol. Mereka merasa malu bila perilaku-perilaku
tersebut dipertanyakan oleh orang yang melihatnya karena melakukan pekerjaan yang secara
berulang-ulang. Mereka berusaha mati-matian untuk menghilangkan kebiasaan tersebut.
15
Kemungkinan Penyebab Obsesif Kompulsif adalah :
1. Genetik - (Keturunan) - Memiliki anggota keluarga yang mempunyai sejarah penyakit
ini kemungkinan beresiko mengalami OCD (Obsesif Compulsive Disorder). Masalah neurologi
dibagian - bagian tertentu otak juga merupakan satu faktor bagi OCD.
2. Organik - Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh meningitis dan ensefalitis juga
adalah salah satu penyebab OCD.
3. Kepribadian - Individu yang mempunya kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat
gangguan OCD. Ciri-ciri individu yang memiliki kepribadian ini ialah seperti keterlaluan
mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit
bekerja sama dan tidak mudah mengalah.
4. Pengalaman Masa Lalu - Pengalaman masa lalu/lampau juga mudah mencorakkan cara
seseorang menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan gejala OCD.
5. Konflik – Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa yang
berasal dari masalah hidup. Contohnya hubungan antara suami-istri, di tempat kerja, keyakinan
diri.
6. Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi, atau riwayat kecemasan
sebelumnya. Beberapa gejala penderita obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala
yang mirip dengan depresi. Perilaku yang obsesif pada ibu depresi berusaha berkali-kali atau
berkeinginan untuk membunuh bayinya.
Berikut adalah individu yang berisiko menderita OCD:
Individu yang mengalami permasalahan dalam keluarga dari broken home, kesalahan
atau kehilangan masa kanak-kanaknya. (teori ini masih dianggap lemah namun masih
dapat diperhitungkan)
Faktor neurobilogi dapat berupa kerusakan pada lobus frontalis, ganglia basalis dan
singulum.
Individu yang memilki intensitas stress yang tinggi
Riwayat gangguan kecemasan
Depresi
Individu yang mengalami gangguan seksual
1.3 Ciri – Ciri Obsesif Kompulsif
16
Simptom dari Obsesif Kompulsif ditandai dengan pengulangan (repetatif) pikiran dan
tindakan sedikitnya 4 kali untuk satu kompulsi dalam sehari dan berlangsung selama 1 sampai 2
minggu selanjutnya. Gejala utama obsesi-kompulsif harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Perilaku dan pikiran yang muncul tersebut disadari sepenuhnya oleh individu atau
didasarkan pada impuls dalam dirinya sendiri. Individu juga menyadari bahwa
perilakunya itu tidak rasional, namun tetap dilakukan untuk mengurangi kecemasan.
2. Beberapa perilaku yang muncul disadari oleh individu dan berusaha melawan kebiasaan
dan pikiran-pikiran rasa cemas tersebut sekuat tenaga, namun tidak berhasil.
3. Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan perasaan lega, rasa puas atau
kesenangan, melainkan disebabkan oleh rasa khawatir secara berlebihan dan mengurangi
stres yang dirasakannya.
4. Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku) sifatnya berulang-ulang secara terus-menerus
dalam beberapa kali setiap harinya.
5. Obsesi dan kompulsi menyebabkan terjadinya tekanan dalam diri penderita dan
menghabiskan waktu (lebih dari satu jam sehari) atau secara signifikan mengganggu
fungsi normal seseorang, atau kegiatan sosial atau suatu hubungan dengan orang lain.
6. Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan berulang seperti
mencuci tangan & melakukan pengecekan dengan maksud tertentu.
Berbagai perilaku gangguan yang sering terjadi:
Membersihkan atau mencuci tangan
Memeriksa atau mengecek
Menyusun
Mengkoleksi atau menimbun barang
Menghitung atau mengulang pikiran yang selalu muncul (obsesif)
Takut terkontaminasi penyakit/kuman
Takut membahayakan orang lain
Takut salah
Takut dianggap tidak sopan
Perlu ketepatan atau simetri
17
Bingung atau keraguan yang berlebihan.
Mengulang berhitung berkali-kali (cemas akan kesalahan pada urutan bilangan)
Individu yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif kadang memilki pikiran intrusif
tanpa tindakan repetatif yang jelas akan tetapi sebagian besar penderita menunjukkan perilaku
kompulsif sebagai bentuk lanjutan dari pikiran-pikiran negatif sebelumnya yang muncul secara
berulang, seperti ketakutan terinfeksi kuman, penderita gangguan obsesif-kompulsif sering
mencuci tangan (washer) dan perilaku umum lainnya seperti diatas.
1.4 Penatalaksanaan
Psikoterapi.
Treatment psikoterapi untuk gangguan obsesif-kompulsif umumnya diberikan hampir
sama dengan gangguan kecemasan lainnya. Ada beberapa faktor OCD sangat sulit untuk
disembuhkan, penderita OCD kesulitan mengidentifikasi kesalahan (penyimpangan perilaku)
dalam mempersepsi tindakannya sebagai bentuk penyimpangan perilaku yang tidak normal.
Individu beranggapan bahwa ia normal-normal saja walaupun perilakunya itu diketahui pasti
sangat menganggunya. Baginya, perilaku kompulsif tidak salah dengan perilakunya tapi
bertujuan untuk memastikan segala sesuatunya berjalan dengan baik-baik saja. Faktor lain adalah
kesalahan dalam penyampaian informasi mengenai kondisi yang dialami oleh individu oleh
praktisi secara tidak tepat dapat membuat individu merasa enggan untuk mengikuti terapi.
Cognitive-behavioural therapy (CBT) adalah terapi yang sering digunakan dalam
pemberian treatment berbagai gangguan kecemasan termasuk OCD. Dalam CBT penderita OCD
pada perilaku mencuci tangan diatur waktu kapan ia mesti mencuci tangannya secara bertahap.
Bila terjadi peningkatan kecemasan barulah terapis memberikan izin untuk individu OCD
mencuci tangannya. Terapi ini efektif menurunkan rasa cemas dan hilang secara perlahan
kebiasaan-kebiasaannya itu.
Dalam CBT terapis juga melatih pernafasan, latihan relaksasi dan manajemen stres pada
individu ketika menghadapi situasi konflik yang memberikan kecemasan, rasa takut atau stres
muncul dalam diri individu. Pemberian terapi selama 3 bulan atau lebih.
Farmakologi 4
18
Pemberian obat-obatan medis berserta psikoterapi sering dilakukan secara bersamaan
dalam masa perawatan penderita OCD. Pemberian obat medis hanya bisa dilakukan oleh dokter
atau psikiater atau social worker yang terjun dalam psikoterapi. Pemberian obat-obatan haruslah
melalui kontrol yang ketat karena beberapa dari obat tersebut mempunyai efek samping yang
merugikan.
Obat medis yang digunakan dalam pengobatan OCD seperti Selective serotonin reuptake
inhibitors (SSRIs) yang dapat mengubah level serotonin dalam otak, jenis obat SSRIs ini
adalah Fluoxetine (Prozac), sertraline (Zoloft), escitalopram (Lexapro), paroxetine (Paxil),
dan citalopram (Celexa).
Trisiklik (Tricyclics)
Obat jenis trisiklik berupa clomipramine (Anafranil). Trisiklik merupakan obat-obatan
lama dibandingkan SSRIs dan bekerja sama baiknya dengan SSRIs. Pemberian obat ini dimulai
dengan dosis rendah. Beberapa efek pemberian jenis obat ini adalah peningkatan berat badan,
mulut kering, pusing dan perasaan mengantuk.
Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)
Jenis obat ini adalah phenelzine (Nardil), tranylcypromine (Parnate) dan
isocarboxazid (Marplan). Pemberian MAOIs harus diikuti pantangan makanan yang berkeju atau
anggur merah, penggunaan pil KB, obat penghilang rasa sakit (seperti Advil, Motrin, Tylenol),
obat alergi dan jenis suplemen. Kontradiksi dengan MOAIs dapat mengakibatkan tekanan darah
tinggi.
2. NEUROFARMAKOLOGI7
Komponen utama dari kanabis adalah A9-TCH; tetapi, tanaman kanabis mengandung lebih
dari 400 zat kimia, yang kira-kira 60 buah di antaranya secara kimiawi berhubungan dengan A9-
19
TC11. Pada manusia, A9-TCH secara cepat dikonversi menjadi 11-hidroksi-A9-TCH, suatu
metabolit yang aktif di dalam sistem saraf pusat.
Suatu reseptor spesifik untuk kanabinol telah diidentifikasi, diklon (cloned), dan
dikarakterisasi. Reseptornya adalah anggota dari keluarga reseptor yang berkaitan dengan protein
G. Reseptor kanabinoid diikat dengan protein G inhibitor (Gi), yang berikatan dengan adenilil
siklase di daiam pola menginhibisi. Reseptor kanabinoid ditemukan dalam konsentrasi yang
tertinggi di ganglia basalis. hipokampus, dan serebelum. dengan konsentrasi yang lebih rendah di
korteks serebral. Reseptor tidak ditemukan di batang otak. suatu kenyataan yang konsisten
dengan efek kanabis yang minimal pada fungsi pernapasan dan jantung. Penelitian pada binatang
telah menemukan bahwa kanabinoid mempengaruhi neuron monoamin dan gamma-aminobutyric
acid (GABA). Sebagian besar penelitian telah menunjukkan bahwa binatang tidak menggunakan
kanabinoid dengan sendirinya, seperti yang mereka lakukan dengan zat yang disalahgunakan
lainnya. Selain itu. suatu perdebatan tentang apakah kanabinoid menstimulasi yang disebut pusat
kesenangan, (reward centers) di otak, seperti neuron dopaminergik dari area tegmental ventralis.
Tetapi, toleransi terhadap kanabis memang terjadi, dan ketergantungan fisikologi adalah tidak
kuat. Gejala putus ka nabis pada manusia adalah terbatas sampai peningkatan ringan dalam
iritabilitas, kegelisahan, insomnia, anoreksia, dan mual ringan; semua gejala tersebut ditemukan
hanya jika seseorang menghentikan kanabis dosis tinggi secara mendadak.
Jika kanabis digunakan seperti rokok (smoked), efek euforik tampak dalam beberapa mehit,
mencapai puncak dalam kira-kira 30 menit, dan bcr-langsung dua sampai cmpat jam. Beberapa
efek motorik dan kognitif berlangsung selama 5 sampai 12 jam. Kanabis juga dapat digunakan
peroral jika disiapkan dalam makanan, seperti brownies dan cakes. Kira-kira harus digunakan
dua sampai tiga kali lebih banyak kanabis yang digunakan peroral untuk sama kuatnya dengan
20
kanabis yang digunakan melalui inhalasi asapnya. Banyak variabel yang mempengaruhi sifat
psikoaktif dari kanabis, termasuk potensi penggunaan kanabis, jalur pemberian, teknik mengisap,
efek pirolisis dari kandungan kanabinoid, dosis, lingkungan. pengalaman masa lalu pemakai,
harapan pemakai, dan kerentanan biologis unik dari pemakai terhadap efek kanabinoid.
3. KRITERIA DIAGNOSIS (OCD dan Intoksikasi Kanabis, Amfetamin, Kokain)
3.1 Kriteria diagnosis DSM IV-TR Obsesif-Kompulsif
A. Salah satu obsesi atau kompulsi
Obsesi seperti yang di definisikam oleh (1),(2),(3),dan(4)
1. Pikiran,impuls atau bayangan yang berulang dan menetap yang di alami, pada suatu
saat selama gangguan, dirasakan menganggu dan tidak sesuai dan menyebabkan
kecemasaan dan penderitaan yang jelas
2. Pikiran,impuls atau bayangan tidak hanya kekhawatiran berlebihan tentang masalah
kehidupan yang nyata
3. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran,impuls atau bayangan
tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain
4. Orang menyadari bahwa pikiran,impuls atau bayangan obsesional adalah hasil dari
pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran).
Kompulsi seperti yang didefinisikam (1) dan (2)
1. Perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan,mengurutkan memeriksa) atau tindakan
mental (misalnya, berdoa,menghitung,mengulangi kata-kata dalam hati) yang di
rasakannya mendorong untuk melakukan sebagai respon terhadap suatu obsesi, atau
menurut dengan aturan yang harus di patuhi secara kaku
2. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau mengurangi
penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan, akan tetapi,
perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan dengan acara yang realistik
dengan apa yang mereka maksudkan atau menetralkan atau mencegah atau secara
jelas berlebihan
21
B. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang menyadari bahwa obsesi atau
kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan
C. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas, menghabiskan waktu (lebih
dari 1 jam sehari) atau secra bermakna menganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan
(atau akademik) atau kegiatan atau hubungan sosial yang biasanya.
D. Jika terdapat gangguan aksis 1 lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas padanya
(misalnya, preokupasi dengan makanan yang terdapat pada gangguan makan: mencabut
rambut yang terdapat pada trikotilomania: perhatian pada penampilan yang terdapat pada
gangguan dismorfik tubuh. Preokupasi dengan zat yang terdapat pada suatu gangguan
penggunaan zat, preokupasi dengan menderita suatu penyakit serius yang terdapat pada
hipokondriasis, preokupasi dengan dorongan atau fantasi seksual yang terdapat pada
parafilia, atau perenungan bersalah yang terdapat pada gangguan Depresi Mayor)
E. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat (misalnya
penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum.
3.2 Kriteria diagnosis DSM IV-TR Intoksikasi Kanabis :
a. Baru saja menggunakan kanabis
b. Perilaku amladaptif atau perubahan psikologis yang secara klinis bermakna (misalnya:
gangguan koordinasi motorik,euforia,kecemasan,sensasi waktu menjadi lambat,gangguan
pertimbangan,penarikan diri dari sosial) yang berkembang selama, atau sesasaat setelah
menggunakan kanabis
c. Dua atau lebih tanda berikut ini, berkembang dalam 2 jam penggunaan kanabis :
1. Injeksi konjungtiva
2. Peningkatan nafsu makan
3. Mulut kering
4. Takikardi
d. Gejala tidak disebabkan oleh suatu kondisi medis umum dari tidak lebih baik dijelaskan
oleh gangguan mental lainnya
3.3 Kriteria diagnostik untuk Intoksikasi Amfetamin
22
A. Pemakaian amfetamin atau zat yang berhubungan (misalnya: methylphenldate) yang
belum lama terjadl.
B. Perllaku maladaptlf atau perubahan perllaku yang barmakna secara klinls (mlsalnya,
euforia atau penumpulan afektif; perubahan sosiabilitas; kewaspadaan berlebihan;
kepekaan Interpersonal; kecemasan, ketegangan, atau kamarahan; perilaku stereotipik;
gangguan pertimbangan atau gangguan fungsi soslal atau pekerjaan) yang berkembang
selama, atau segera setelah, pemakaian amfetamin atau zat yang berhubungan
C. Dua (atau lebih) hal berikut, berkembang selama. atau segera sesudah, pemakaian
amfetamin atau zat yang berhubungan
(1) takikardia atau bradikardia
(2) dilatasi pupil
(3) penlnggian atau penurunan tekanan darah
(4) berkeringat atau menggigil
(5) mual atau muntah
(6) tanda-tanda penurunan berat badan
(7) agitasi atau retardasi psikomoior
(8) kelemahan otot, depresl pernapasan, nyeri dada. atau aritmia jantung
(9) konfusi, kejang. diskinesia, distonia, atau koma.
D. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain
sebutkan jika dengan gangguan persepsi
3.4 Kriteria Diagnostik untuk Intoksikasi Kokain
A. Pemakaian kokain yang belum lama
B. Perilaku maladaptif atau perubahan perilaku yang bermakna secara klinis (misalnya,
euforia atau penumpulan afektif; perubahan sosiabilitas; kewaspadaan berlebihan;
kepekaan Interpersonal; kecemasan, ketegangan, atau kamarahan; perilaku stereotipik;
23
gangguan pertimbangan atau gangguan fungsi soslal atau pekerjaan) yang berkembang
selama, atau segera setelah, pemakaian amfetamin atau zat yang berhubungan
C. Dua (atau lebih) tanda berikut, berkembang selama. atau segera sesudah, pemakaian
kokain
(1) takikardia atau bradikardia
(2) dilatasi pupil
(3) peninggian atau penurunan tekanan darah
(4) berkeringat atau menggigil
(5) mual atau muntah
(6) tanda-tanda penurunan berat badan
(7) agitasi atau retardasi psikomotor
(8) kelemahan otot, depresl pernapasan, nyeri dada. atau aritmia jantung
(9) konfusi, kejang. disklnesla, distonia, atau koma
D. Gejala bukan karena kondisi medis umum clan tidak dapat lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain.
Sebutkan jika: dengan gangguan persepsi
4. PSIKOTERAPI
Pengertian
Psikoterapi adalah cara-cara atau pendekatan yang menggunakan teknik-teknik psikologik untuk
menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental.
Jenis-jenis psikoterapi
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka psikoterapi dibagi atas:
1. Psikoterapi suportif
Yang memiliki tujuan untuk mendukung fungsi-fungsi ego, atau memperkuat mekanisme defensi
yang ada, memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik, dan
perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.
24
2. Psikoterapi reedukatif
Tujuannya adalah mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan tertentu dan
membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan.
3. Psikoterapi rekonstruktif
Memiliki tujuan untuk dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk
mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang.
5. PASAL 127 UU NO 35 TAHUN 2009 MENGENAI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
Setiap penyalahguna:
a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun.
b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua ) tahun.
c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.
Dalam hal penyalahgunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibuktikan atau terbukti
sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, orang yang melakukannya wajib menjalani rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial.
Penggolongan 3 tingkat narkotika:
A. Narkotika Golongan I
Narkotika yang sangat berbahaya daya adiktifnya sangat tinggi dan hanya untuk pengembangan
ilmu pengatahuan saja. Contoh: Ganja, Heroin, Kokain, dan Opium
B. Narkotika Golongan II
Memiliki daya adiktif yang kuat, tetapi berguna dalam ilmu pengobatan dan terapi. Contoh:
Morfin, Benzetidin, Betametadol dan Petidin.
C. Narkotika Golongan III
Memiliki daya adiktif yang kurang begitu kuat dan potensi ketergantungannya ringan sehingga banyak
digunaka untuk terapi dalam ranah medis. Contoh: Codein, Metadon, dan Naltrexon.
25
26
BAB V
KESIMPULAN
Pasien, Tn. Ganda, 25 tahun dengan keluhan utama mengalami kecelakaan tetapi tertawa
terbahak – bahak. Pasien diantar polisi setelah menabrak pohon saat mengenderai motornya.
Setelah kecelakaan tersebut selama diruang tunggu pasien banyak bicara, marah – marah, tertawa
terbahak – bahak, gelisah tremor kecil dan berkeringat banyak. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah dan frekuensi nadi meningkat serta pupil melebar dan konjungtiva
merah, gejala – gejala ini dicurigai sebagai akibat dari penggunaan zat psikoaktif. Setelah
dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dan urin ditemukan tetrahidrokanabiol positif dimana
ini mendukung kecurigaan gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif jenis
kanabinoidea. Selain itu juga pada anamnesis didapatkan pasien mengeluh dididik oleh ayahnya
terlalu keras dan disiplin dan setelah menginjak dewasa ia menunjukkan ciri kepridaan yang
bimbang, selalu tepat waktu, tertib dan sering berfikir berulang – ulang. Sebelum tidur ia selalu
mengunci pintu lima kali agar bisa tidur nyenyak dan kadang merasa sedih karena masalah
pekerjaan. Ciri kepribadian yang ditunjukkan pasien dicurigai sebagai gangguan obsesif
kompulsif.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan psikiatris dan status mental serta pemeriksaan diagnostik
lanjutan (pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan Neurologi, EKG, radiologi kepala dan
laboratorium darah dan urin), diagnosis kerja kelompok kami adalah Gangguan Mental dan
Perilaku akibat Penggunaan Kanabinoida serta gangguan obesesif kompulsif, karena sudah
memenuhi kriteria diagnostik Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Kanabinoida
dan gangguan obsesif kompulsif dari edisi keempat revisi Diagnostik dan Statistik Manual of
Mental Disorders (DSM-IV-TR).
Prognosis pada pasien ini masih dapat dikatakan baik karena secara umum tidak
menimbulkan kematian.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. American Psychiatry Association. Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorders, 4 th ed
(DSM-IV). 1994.
2. Kee, Joyce L. and Hayes, Evelyn R. Farmakologi (Pendekatan Proses Keperawatan). 1st
ed. Jakarta : ECG. 1996. P.1963. Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Kumpulan Kuliah Farmakologi. 2nd ed. Jakarta : ECG. 2008. p.5954. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 3rd ed. Jakarta : Nuh Jaya;
2007.p.47
5. Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2002
6. Sadock BJ, Sadock VA. Buku ajar psikiatri klinis. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2012. p.227-32
7. Kaplan, Harol I, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis psikiatri: Ilmu pengetahuan perilaku psikiatri
klinis jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara; 2010. p.640-45
28