refarat trauma oculi perforans

44
0 BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA REFARAT FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2012 UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA OD TRAUMA OCULI PERFORANS + RUPTUR PALPEBRASUPERIOR ET INFERIOR Indah Andikha 110 204 0049 Pembimbing dr.Muh. Abrar Ismail Supervisor Dr. dr. Habibah.S.Muhiddin, Sp.M (K) DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATA ATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Upload: jurikho-putra-baunsele

Post on 05-Feb-2016

261 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refarat Trauma Oculi Perforans

0

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2012

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

OD TRAUMA OCULI PERFORANS + RUPTUR PALPEBRASUPERIOR ET INFERIOR

Indah Andikha

110 204 0049

Pembimbing

dr.Muh. Abrar Ismail

Supervisor

Dr. dr. Habibah.S.Muhiddin, Sp.M (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATA ATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2012

Page 2: Refarat Trauma Oculi Perforans

1

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. A

Kelamin : Laki-Laki

Umur : 3 tahun 8 bulan

Suku / Bangsa : Makassar / Indonesia

Pekerjaan : -

No. Reg : 529753

Tempat pemeriksaan : RSWS

Tanggal pemeriksaan : 13 Januari 2012

Pemeriksa : dr. A

II. ANAMNESIS

A. Keluhan utama :

Keluar darah pada mata kanan

B. Anamnesis terpimpin :

Dialami sejak kurang lebih 2 jam yang lalu sebelum masuk RS akibat

jatuh dari tangga dan terkena pecahan kaca, mekanisme kejadian tidak

diketahui, nyeri (+), air mata berlebih (-), silau (-), kotoran mata berlebih

(-), riwayat keluar darah (+) riwayat keluar cairan seperti gel tidak

diketahui. Riwayat DM dan Hipertensi (-).

Page 3: Refarat Trauma Oculi Perforans

2

III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

A. INSPEKSI

Inspeksi OD OS

1. Palpebra Udem(+) hiperemis (+), full

Thickness, Laserasi Palpebra

superior 1/3 medial anterior

dengan ukuran ±2cm x 2 cm.

Laserasi Palpebra inferior 1/3

medial anterior dengan ukuran

±1,5cm x 1,5cm.

Udem (-)

2. Apparatus

lakrimalis

Sulit dievaluasi Lakrimasi (-)

3. Silia Sulit dievaluasi Sekret (-)

4. Konjungtiva Hiperemis (+),

Sub.konj.Bleeding(+),

konj.laserasi (+) vertikal arah

jam 11-6 ±2 mm dari limbus

tampak massa koroid cell

Hiperemis (-)

5. Bola mata Normal

6. Mekanisme

muskuler

Sulit dievaluasi Ke segala arah

7. Kornea Jernih Jernih

8. Bilik mata

depan

Hifema total Normal

9. Iris Sulit dievaluasi Coklat

10. Pupil Sulit dievaluasi Bulat, sentral

11. Lensa Sulit dievaluasi Jernih

Page 4: Refarat Trauma Oculi Perforans

3

B. PALPASI

OD OS

1. Tensi okuler - -

2. Nyeri Tekan - -

3. Massa tumor - -

4. Glandula

Pre-Aurikuler

- -

Ketetangan : Sulit dinilai karena pasien tidak kooperatif.

C. TONOMETRI

Tidak dilakukan pemeriksaa

D. VISUS

VOD : Sulit dinilai, pasien tidak kooperatif

VOS : Sulit dinilai, pasien tidak kooperatif

E. CAMPUS VISUAL

Tidak dilakukan pemeriksaan

F. COLOR SENSE

Tidak dilakukan pemeriksaan

G. LIGHT SENSE

Tidak dilakukan pemeriksaan

Page 5: Refarat Trauma Oculi Perforans

4

H. PENYINARAN OBLIK

PEMERIKSAAN OD OS

Konjungtiva Hiperemis (+),

Sub.konj.Bleeding(+),

laserasi (+) vertikal arah

jam 11-6 ±2 mm dari

limbus tampak massa

koroid cell

Hiperemis (-)

Kornea Jernih Jernih

BMD Hifema total Normal

Iris Sulit dievaluasi Coklat, kripte (+)

Pupil Sulit dievaluasi Bulat, sentral

RC(+)

Lensa Sulit dievaluasi Jernih

I. DIAFANOSKOPI

Tidak dilakukan pemeriksaan

J. PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR

PEMERIKSAAN OD OS

Palpebra Udem(+) hiperemis (+),

full Thickness, Laserasi

Palpebra superior 1/3

medial anterior dengan

ukuran ±2cm x 2 cm.

Laserasi Palpebra

Hiperemis (-)

Page 6: Refarat Trauma Oculi Perforans

5

inferior 1/3 medial

anterior dengan ukuran

±1,5cm x 1,5cm.

Konjungtiva Hiperemis (+),

konj.Bleeding(+),

laserasi (+) vertikal jam

11-6 ±2 mm dari limbus

tampak massa koroid

cell

Hiperemis (-)

Kornea Jernih Jernih

BMD Hifema total Normal

Iris Sulit dievaluasi Coklat, kripte (+)

Pupil Sulit dievaluasi Bulat, sentral RC(+)

Lensa Sulit dievaluasi Jernih

K. OFTALMOSKOPI

Tidak dilakukan pemeriksaan

L. LABORATORIUM

WBC : 18,86x103 /uL

RBC : 4,87x106 /uL

HGB : 12,8 g/dl

PLT : 476x103 /uL

HbsAg/Anti HCV : Negative

PT/APTT : 14,7/28,4 dtk

GDS : 130 mg/dl

Ureum/Kreatinin : 12/0,3 mg/dl

GOT/GPT : 30/14 /uL

Page 7: Refarat Trauma Oculi Perforans

6

M. Gambar Pasien :

IV. RESUME

Page 8: Refarat Trauma Oculi Perforans

7

Seorang anak laki-laki, umur 3 tahun 8 bulan datang ke IRD RSWS dengan

keluhan keluar darah pada mata kanan yang dialami kurang lebih 2 jam sebelum

masuk rumah sakit akibat jatuh dari tangga dan terkena pecahan kaca, mekanisme

kejadian tidak diketahui, nyeri (+), air mata berlebih (-), silau (-), kotoran mata

berlebih (-), riwayat keluar darah (+) riwayat keluar cairan seperti gel tidak diketahui.

Riwayat DM dan Hipertensi (-).

Pada pemeriksaan fisis mata kanan di dapatkan, Palpebra Udem(+) hiperemis

(+), full Thickness, Pada pemeriksaan fisis mata kanan di dapatkan, Palpebra

Udem(+) hiperemis (+), full Thickness, Laserasi Palpebra superior 1/3 medial

anterior dengan ukuran ±2cm x 2 cm. Laserasi Palpebra inferior 1/3 medial anterior

dengan ukuran ±1,5cm x 1,5cm, Konjungtiva Hiperemis (+), konj.Bleeding(+),

laserasi (+) vertikal arah jam 11-6 ±2 mm dari limbus tampak massa koroid cell,

Kornea jernih, BMD Hifema total, Iris sulit dievaluasi, Pupil sulit dievaluasi, Lensa

sulit dievaluasi. Sedangkan pemeriksaan fisis pada mata kiri dalam batas normal.

Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD dan VOS : sulit dinilai, karena pasien tidak

kooperatif.

V. DIAGNOSIS

OD. Trauma Oculi Perforans + ruptur palpebra superior et inferior

VI. PENATALAKSANAAN

- IVFD RL 12 tpm/i

- Injeksi TT 0,5cc/im

- Injeksi cefotaxime 300 mg/12 jam/iv (skin test)

- Injeksi dexamethason 1/3 amp/8 jam/iv

- Novalgin ¼ amp/ 8 jam/ iv

- Topikal : Tobroson ED 1 tetes/jam

- Rencana OD Eksplorasi + Jahit Sclera

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 9: Refarat Trauma Oculi Perforans

8

- CT-Scan orbita ᴓ axial sentralis orbita

- Lab. Lengkap

- Foto Thoraks

VIII. DISKUSI

Berdasarkan anamnesis, pasien mengeluh keluar darah dari mata kanan akibat

jatuh dari tangga dan terkena pecahan kaca. Ini bisa disebabkan oleh adanya leserasi

pada konjungtiva dan sclera sehingga mengakibatkan perdarahan pada

subkonjungtiva. Hematom subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah

yang terdapat pada atau bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri

episclera.

Pada pemeriksaan fisis mata kanan di dapatkan, Palpebra Udem yang

disebabkan reaksi radang akibat trauma, Tampak laserasi Palpebra superior 1/3

medial anterior dengan ukuran ±2cm x 2 cm. Laserasi Palpebra inferior 1/3 medial

anterior dengan ukuran ±1,5cm x 1,5cm , Konjungtiva Hiperemis dan perdarahan

subkonjungtiva yang ditemukan pada pasein ini akibat pecahnya pembuluh darah

pada konjungtiva dan darah tertimbun dibawah jaringan konjungtiva, adanya hifema

total di bilik mata depan. Sedangkan pemeriksaan fisis pada mata kiri dalam batas

normal. Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD dan VOS : sulit dinilai, karena

pasien tidak kooperatif.

Penanganan untuk pasien trauma harus segera mendapat perawatan karena

tujuan utama proses perawatan adalah mempertahankan dan memperbaiki

penglihatan pasien, mencegah terjadinya infeksi sekunder, mempertahankan struktur

bola mata dan mencegah terjadinya sequel pada waktu yang akan datang. Atas dasar

tersebut, maka pasien dilakukan operasi eksplorasi terlebih dahulu, untuk melihat

sebesar apa laserasinya dengan trauma oculi perforans ini. Tapi sebelum dilakukan

eksplorasi, semua pasien trauma sebaiknya diberikan injeksi TT terlebih dahulu untuk

profilaksis tetanus. Diberikan pula obat antibiotik intra vena berupa cefotaxime

untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi yang bisa diakibatkan oleh trauma

Page 10: Refarat Trauma Oculi Perforans

9

Perforasi bola mata merupakan keadaan yang gawat untuk bola mata karena

pada keadaan ini kuman mudah masuk ke dalam bola mata selain dapat

mengakibatkan kerusakan susunan anatomis dan fungsional jaringan intraokuler.

Penanganan tersebut bertujuan untuk memperbaiki penglihatan pasien

semaksimal mungkin, mencegah terjadinya infeksi sekunder dan mempertahankan

struktur bola mata.

TRAUMA OKULUS PERFORANS

Page 11: Refarat Trauma Oculi Perforans

10

I.PENDAHULUAN

Trauma okuli merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Meskipun

termasuk kasus yang masih dapat dicegah, trauma okuli tetapi menjadi salah satu

penyebab mortilitas, morbiditas dan disability. Dalam kenyataannya, trauma okuli

menjadi kasus tertinggi penyebab kebutaan unilateral di seluruh dunia terutama

pada anak dan dewasa muda. Dewasa muda terutama laki-laki merupakan

kelompok yang kemungkinan besar mengalami trauma okuli. Trauma dapat

merusak mata, terkadang sangat parah dimana terjadi kehilangan penglihatan, dan

lebih jauh lagi, mata harus dikeluarkan. Kebanyakan trauma mata adalah ringan,

namun karena luka memar yang luas pada sekeliling struktur, maka dapat terlihat

lebih parah dari sebenarnya.1,2

Mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita,

kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau

menegedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat

mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga

orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit

sehingga mengganggu fungsi penglihatan. 3

Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah

terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Trauma

dapat mengenai jaringan mata, seperti kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa,

retina, papil saraf optik dan orbita. Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-

bentuk yaitu trauma tumpul, trauma tembus bola mata, trauma kimia, dan trauma

radiasi. Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda

yang tidak keras, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras

(kencang) ataupun lambat. Trauma tembus bola mata dimana struktur okular

mengalami kerusakan akibat benda asing yang menembus lapisan okular dan juga

dapat tertahan dalam mata. Penggunaan sabuk pengaman dalam kendaraan

menurunkan insidensa cedera tembus akibat kecelakaan lalu lintas. Trauma kimia

Page 12: Refarat Trauma Oculi Perforans

11

dan trauma radiasi dimana reaksi resultan jaringan okular menyebabkan

kerusakan.3,4

Trauma mata sering merupakan penyabab kebutaan unilateral pada anak

dan dewasa muda; kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang

parah. Dewasa muda (terutama pria) merupakan kelompok yang kemungkinan

besar mengalami cedera tembus mata. Kecelakaan dirumah, kekerasan, ledakan aki,

cedera akinat olah raga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan-keadaan

yang paling sering menyebabkan trauma mata. 1,2,5

Efek dari trauma pada mata, yaitu : (1). Closed globe injury atau trauma

non-perforans : bola mata intak, tapi dapat didapatkan luka disekitar bola mata.

(2).Trauma penetrasi : terdapat luka tembus (penetrasi) pada bola mata, akan tetapi

tidak sampai menembus bola mata dari depan ke belakang. (3).Trauma perforasi :

terdapat trauma tembus masuk dan tembus keluar. Pada tipe ini termasuk trauma

yang berat. (4). Blowout fracture of the orbit.6

II.DEFINISI

Trauma okuli adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat

mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga

orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata

sebagai indra penglihat.7

Trauma okuli perforans, yaitu trauma okuli dengan ciri-ciri :

a. Adanya dinding orbita yang tertembusb. Adanya kontaminasi intra okuli dengan udara luarc. Prolaps bisa muncul, bisa tidak.

III.EPIDEMIOLOGI

Page 13: Refarat Trauma Oculi Perforans

12

Pada studi yang lain, di simpulkan bahwa olahraga dihubungkan dengan

trauma pada pemakai kacamata umumnya terjadi pada usia di bawah 18 tahun dan

jatuh dihubungkan dengan trauma pada pemakai kaca mata umumnya terjadi pada

usia 65 tahun atau lebih. Meskipun kacamata dihubungkan dengan trauma yang

terjadi, resep kacamata dan non resep kacamata hitam telah ditemukan untuk

memberikan perlingdungan yang menghasilkan insidens yang rendah pada trauma

serius mata bagi penggunannya. 2,6

Epidemiologi internasional untuk trauma pada bola mata khususnya

penetrasi pada bola mata (luka pada kornea) terbanyak menurut jenis kelamin

adalah pada laki-laki, menurut umur pada usia antara 25-30 tahun. 8

IV. ANATOMI BOLA MATA

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di

bagian depan (koenea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga

terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. 3

Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu : 3

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada

mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian

terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan

sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar

dibanding sklera.

2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea

dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi

perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid. Jaringan

uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan

pupilyang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam

bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedang sfingter iris

dan otot siliar di persarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terkenal di

Page 14: Refarat Trauma Oculi Perforans

13

badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan

siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos

humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal

iris di batas kornea dan sklera.

3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang tereltak paling dalam dan

mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis

membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada

saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara

retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut

ablasi retina. Badan kaca mengisi rongga didalam bola mata dan bersifat

gelatin yang hanya menempel papil saraf optik, makula dan pars plana. Bila

terdapat jaringan ikat didalam badan kaca disertai dengan tarikan pada

retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina. Lensa terletak dibelakang

pupil yang dipegang di daerah ekuatornya peranan p pada badan siliar

melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau

melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea.

Gambar 1. Anatomi bola mata 9

Page 15: Refarat Trauma Oculi Perforans

14

Terdapat 6 otot penggerak bola mata dan terdapat kelenjar lakrimal yang

terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita. 3

Gambar 2. Muskulus penggerak bola mata 10

Konjungtiva merupakan membran mukosa transparan yang menutupi sklera

dan kelopak bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui

konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel

goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.3

Konjungtiva terdiri atas tiga bagian yaitu :3

a. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar

digerakkan dari tarsus.

b. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera

dibawahnya.

Page 16: Refarat Trauma Oculi Perforans

15

c. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat

peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Sclera bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan

pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sclera berjalan dari papil saraf optic sampai

kornea. Sclera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vascular, sclera mempunyai

kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Walaupun

sclera kaku dan tipisnya 1 mm ia masih tahan terhadap kontusi trauma tumpul.

Kekakuan sclera dapat meninggi pada pasien diabetes mellitus, dan merendah pada

eksoftalmus goiter,miotika dan meminum air banyak.3

V. ETIOLOGI

Keadaan yang paling sering menyebabkan trauma mata adalah kecelakaan

di rumah, kekerasan, ledakan aki atau baterai, cedera akibat olah raga , dan

kecelakaan lalu lintas. 7

VI. PATOFISIOLOGI

Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma okuli yaitu

coup, countercoup, equatorial, dan global reposititioning. Cuop adalah kekuatan

yang disebabkan langsung oleh trauma. Countercoup merupakan gelombang

getaran yang diberikan oleh cuop, dan diteruskan melalui okuler dan struktur

orbita. Akibat dari trauma ini, bagian equator dari bola mta cenderung

mengambang dan merupah arsitektur dari okuli normal. Pada akhirnya, bola mata

akan kembali ke bentuk normalnya, akan tetapi hal ini tidak selalu seprti yang

diharapkan.2

Trauma mata yang sering adalah yang mengenai kornea dan permukaan luar

bola mata (konjungtiva) yang disebabkan oleh benda sing. Meskipun demikian

kabanyakan trauma ini adalah kecil, seperti penetrasi pada kornea dan

Page 17: Refarat Trauma Oculi Perforans

16

pembetukan infeksi yang berasal dari terputusnya atau perlengketan pada kornea

yang mana hal ini dapat menjadi serius.2

Suatu benturan tumpul bisa mendorong mata ke belakang sehingga

kemungkinan merusak struktur pada permukaan (kelopak mata, konjungtiva,

sklera, kornea dan lensa), dan struktur mata bagian belakang (retina dan

persarafan). Benturan tumpul juga bisa menyebabkan patah tulang di sekeliling

mata. Dalam 24 jam pertama setelah terjadinya cedera, darah yang merembes ke

dalam kulit di sekitar mata biasanya menyebabkan memar (kontusio), biasanya

disebut mata hitam. Jika suatu pembuluh darah di permukaan mata pecah, maka

permukaan mata akan menjadi merah. Perdarahan ini biasanya bersifat ringan.11

Kerusakan pada mata bagian dalam seringkali lebih serius dibandingkan

kerusakan pada permukaan mata. Perdarahan di dalam bilik anterior (hifema

traumatik) merupakan masalah yang serius dan harus segera ditangani oleh dokter

spesialismata. Perdarahan berulang dan peningkatan tekanan di dalam mata bisa

menyebabkan kornea menjadi merah sehingga penglihatan menjadi berkurang dan

meningkatkan resiko terjadinya glaukoma. Darah bisa merembes ke dalam mata,

iris bisa mengalami robekan atau lensa bisa mengalami pergeseran.11

Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-

gaya kontusif akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut kamar okuli

anterior. Tetapi dapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler

okuler. Darah ini dapat bergerak dalam kamera anterior, mengotori permukaan

dalam kornea.12

Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma

yang merobek pembuluh darah iris atau badab siliar. Pasien akan mengeluh sakit,

disertai dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat

menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah

bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.

Page 18: Refarat Trauma Oculi Perforans

17

Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis. parasintesis atau

mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien dengan hifema

bila terjadi tanda-tanda imbibisi kornea, glukoma sekunder, hifema penuh dan

berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan

berkurang.(3)

Gambar hifema(10)

Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-

gaya kontusif akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut kamar okuli

anterior. Tetapi juga dapat terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler okuler.

Darah ini dapat bergerak dalam kamera anterior, mengotori permukaan dalam kornea.(2,1)

Masuknya benda asing (logam, debu, kayu, bahan tumbuhan, kaca, dan

bahkan bulu serangga) ke dalam kornea dapat terjadi saat memukulkan logam atau

batu, tertiup ke mata oleh angin dan juga lewat cara-cara lain yang tidak lazim.

Biasanya ukuran benda asing itu kecil, terdapat sisi yang tajam, dan dengan

kecepatan yang tinggi. Hal ini dapat terjadi saat memukulkan logam ke logam,

memahat ataupun mengoperasikan bor logam. Benda kecil dengan kecepatan tinggi

yang masuk ke mata biasanya mengakibatkan kerusakan minimal dari jaringan

sekitar. Seringkali, luka di kornea atau antara kornea dan slera bisa menutup sendiri.

Tempat akhir dari benda asing didalam mata dan juga kerusakan yang ditimbulkan

Page 19: Refarat Trauma Oculi Perforans

18

olehnya ditentukan oleh beberapa faktor antara lain ukuran, bentuk dan juga

momentum saat terjadi benturan, serta seberapa dalam penetrasinya di bola mata.(3,5)

Gambar Full thickness(15)

Gambar Laserasi konjungtiva dan fragmen kayu dari batang pohon(15)

Page 20: Refarat Trauma Oculi Perforans

19

Gambar Hematom pada daerah orbita(15)

VII.KLASIFIKASI

Berdasarkan Birminghamm Eye Terminology System (BETTS), trauma

okuli dibagi atas 2 yaitu:13

Trauma bola mata tertutup (closed globe injury)

Kontusio

Laserasi lamellar

Trauma bola mata terbuka (Open-globe Injury)

Ruptur

Laserasi:

Penetrasi,

Intraocular foreign body (IOFB)

Perforasi

Penting untuk membedakan luka penetrasi dengan luka perforasi. Luka

penetrasi masuk sampai kedalam struktur, sedangkan luka perforasi melewati

Page 21: Refarat Trauma Oculi Perforans

20

struktur. Sebagai contoh, sebuah objek melewati kornea dan menetap di kamera

anterior lalu berperforasi di kornea dan penetrasi ke mata. 14

VIII.TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang sering muncul pada cedera mata meliputi :7

- Mata merah, nyeri, fotofobia, blefarospasme

- Perdarahan Subkonjunctiva, laserasi konjunctiva

- Enoftalmia (perpindahan mata yang abnormal ke belakang atau ke

bawah akibat hilangnya isi atau patah tulang orbita)

- bilik mata dangkal akibat perforasi kornea

- Berpindahnya pupil yang disebabkan karena kolapsnya COA

- Hifema pada bilik mata depan

- Tekanan Intra Okuli rendah (mata lunak)

- Ekstrusi isi okuler (iris, lensa, vitereus, dan retina)

- Hipopion, yaitu adanya bahan purulen dalam kamera anterior.

IX. DIAGNOSIS

Diagnosis trauma okuli perforans dapat di tegakkan berdasarkan anamnesis,

pemerksaan fisis dan pemeriksaan penunjang jika tersedia. 2

Evaluasi dari pasien dengan suspek trauma okuli perforans harus meliputi

pemeriksaan umum yang lengkap dan pemeriksaan oftalmologi. Sebaiknya

pemeriksa harus menentukan keadaan visual, yang mana kebanyakan prediktor

dari hasil akibat trauma mata. Pada trauma yang unilateral, adanya deffect pupil

yang afferent harusnya terlihat. Sayangnya, pemeriksaan dari kedua bagian ini

kemungkinan dilakukan oleh staf ruang emergency (darurat). Oleh karena itu

seorang ahli mata harus memeriksa ketajaman visual dan pupil serta bantuan

penjelasan (keterangan) dari yang bukan ahli mata tentang bagian terpenting dari

Page 22: Refarat Trauma Oculi Perforans

21

pemeriksaan ini. Seorang ahli mata harus memeriksa tanda penting yang

menunjang atau diagnosis dari trauma okuli perforans.14

Jika disuspek dengan trauma perforasi yang signifikan, pemeriksaan forced

duction, gonioscopy, tonometry, dan scleral depression harus dilakukan.

Pemeriksaan Ancylarry harus selalu dilakukan pada keadaan ini. Tanpa melihat

hasil laboratorium, semua kasus harus ditanganindengan baik untuk pasien yang

telah terkena infeksi blood gorne.14

1. Anamnesis

Anamnesa harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum

dan segera sesudah cedera. Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat

progresif lambat atau berawitan mendadak. 5

Anamnesa yang teliti sangat penting : 4

Penggunaan palu dan alat pahat dapat melepaskana serpihan-serpihan logam

yang akan menembus bola mata, dan hanya meninggalkan petunjuk

perdarahan subkonjungtiva yang mengindikasikan adanya penetrasi sklera

dan benda asing yang tertinggal.

Kawat yang tegang, atau paku, dapat menembus kornea dengan cepat,

kadang menghasilkan jalur yang hampir tidak terlihat.

Trauma tumpul pada mata juga dapat menyebabkan kerusakan orbita.

Gejala pasien berhubungan dengan derajat dan jenis trauma yang dialami.

Nyeri, lakrimasi dan pandangan kabur merupakan gambaran umum trauma,

namun, gejala ringan dapat menyamarkan benda asing intraokular yang

berpotensi membutakan. Seperti pada semua pengambilan anamnesa, penting

untuk menanyakan tentang riwayat mata dan pengobatan sebelumnya. 4

2. Pemeriksaan Fisik

Page 23: Refarat Trauma Oculi Perforans

22

Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencacatan ketajaman

penglihatan. 5

Tanpa Slit lamp 4

Pemeriksaan tergantung pada tipe trauma. Pada semua kasus, penting

untuk memeriksa tajam penglihatanpada mata yang mengalami trauma dan yang

tidak mengalami trauma. Bila diduga terdapat trauma tembus, penglihatan pada

mata yang cedera mungkin hanya bisa diperiksa secarakasar. Kulit di sekitar

orbita dan kelopak mata harus diperiksa dengan teliti untuk luka tembus. 4

Konjungtiva dan sklera harus diperiksa untuk mencari laserasi. Jika

anamnesa sesuai, maka harus dipertimbangkan adanya perdarahan

subkonjungtiva sebagai lokasi potensial terjadinya perforasi sklera. Fundus

harus diperiksa dengan midriasis penuh.

Kornea diperiksa untuk mencari apakah terdapat kehilangan lapisan epitel

(abrasi), laserasi dan benda asing. Penetesan fluoresens akan

mengidentifikasikan luas abrasi dan, jika pekat, akan mengidentifikasi

kebocoran akueous melalui luka tembus. Jika bola mata terlihat utuh dan diduga

terdapat benda asing subtarsal (ditandai oleh abrasi kornea yang halus, vertikal

dan linier) maka kelopak mata atas harus dibalik. Tindakan ini akan

memperlihatkan bagian dalam kelopak dan memungkinkan identifikasi dan

pengkatan benda asing. 4

Bilik mata anterior. Pada trauma tumpul dapat menyebabkan perdarahan

ke dalam bilik mata anterior di mana perdarahan ini terkumpul dengan batas

cairan (hifema). Hal ini disebabkan oleh rupturnya akar pembuluh darah iris

atau iris terobek dari insersinya pada korpus siliar (dialisis iris) sehingga

meneybabkan pupil yang berbentuk D. Hifema juga didapatkan pada trauma

tembus mata, dan bentuk pupil dapat terdistorsi jika iris perifer telah memblok

luka tembus. Pupil juga dapat mengalami dilatasi akibat trauma tumpul. 4

Page 24: Refarat Trauma Oculi Perforans

23

Lensa. Dislokasi lensa setelah trauma tumpul dapat diperlihatkan oleh

bergetarnya diafragma iris pada pergerakan mata (iridodnesis). Kejernihan lensa

harus dinilai dengan slit lamp dan terhadap refleks fundus setelah dilakukan

dilatasi pupil. Katarak terbentuk dengan tiba-tiba pada trauma langsung.

Taruma tumpul juga menyebabkan katarak subkapsular posterior dalam

hitungan jam setelah cedera, namun hal ini dapat bersifat sementara. 4

Fundus harus diperiksa dengan oftalmoskopi direk setelah midriasis penuh

dilakukan. Jika tidak terdapat keluhan neurologis yang menyertai cedera dan

tidak ada kecurigaan penetrasi mata, pupil dapat di dilatasi. Jika tidak terlihat

detil struktur mata, maka hal ini menunjukkan terjadinya perdarahan vitreous.

Daerah perdarahan retina dan daerah berwarna putih (edema) dapat dilihat

(komosio retina). Dialisis retina (suatu pemisahan retina perifer dari

pertautannya dengan pars plana korpus siliaris) dan lubang makula. Lempeng

optik dapat berwarna pucat akibat neuropati optik traumatik yang disebabkan

avulsi pembuluh darah yang memperdarahi saraf optik. 4

Dengan Slit lamp

Slit lamp akan memungkinkan pemeriksaan yang lebih detail, yang dapat

menunjukkan:

- Bilik mata anterior yang lebih dangkal dibandingkan dengan mata kontralteral

dapat mengimplikasikan trauma tembus anterior.

- Hifema mikroskopik di mana terdapat sel darah merah dalam bilik mata

anterior namun tidak cukup untuk membentuk hifema.

- Adanya sel darah putih dalam ruang anterior.

- Resesi sudut iridokornea dilihat dengan lensa kontak goniskopi (insersi) otot

siliar ke dalam spur sklera bergerak ke posterior). Ini didapatkan pada trauma

tumpul.

Page 25: Refarat Trauma Oculi Perforans

24

- Peningkatan tekanan intraokuler dengan tonometri aplanasi. Hal ini dapat

menyertai hifema atau dislokasi lensa. 4

X. PENATALAKSANAAN

Empat tujuan utama dalam mengatasi kasus benda asing intraocular adalah :

- Memperbaiki penglihatan

- Mencegah terjadinya infeksi

- Mempertahankan arsitektur mata

- Mencegah sekuele jangka panjang(1)

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka cara penatalaksanaan penderita

prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu ;

Penatalaksanaan dengan cara konservatif/tanpa operasi

1.Tirah baring sempurna (bed rest total)

Penderita ditidurkan dalam keadaan telentang dengan posisi kepala

diangkat(beri alas bantal). Hal ini akan mengurangi tekanan darah pada

pembuluh darah iris serta memudahkan kita mengevaluasi perdarahannya

2.Bebat mata

Hal ini mengurangi pergerakan bola mata yang sakit, serta menghindari bola

mata dari paparan benda asing yang dapat memperparah serta menyebabkan

infeksi luka/perforasi bola mata

3.Pemakaian obat-obatan

-Koagulansia, golongan obat ini dapat diberi peroral maupun parenteral,

berguna untuk menghentikan atau menekan perdarahan

-Okular hipotensiv drug. Acetazolamide secara oral sebanyak 3x sehari

bilamana ditemukan kenaikan TIO

Page 26: Refarat Trauma Oculi Perforans

25

-Kortikosteroid dan antibiotika

-Obat-obatan lain. Sedativa dapat diberikan bilamana penderita gelisah.

Diberikan analgerik bilamana timbul nyeri.(2)

Terapi operatif

Tujuan pertama dari perbaikan awal yang berhubungan dengan pembedahan

suatu laserasi corneoscleral adalah memugarkan kembali integritas bola mata .

tujuan kedua yang mungkin terpenuhi adalah memugarkan kembali perbaikan

visus.

Jika prognosis visus mata yang terluka adalah sia-sia dan pasien beresiko

menderita sympathetic ophthalmic, enukleasi harus dopertimbangkan.

Enukleasi primer hanya dapat dilakukan pada luka yang tidak dapat dilakukan

perbaikan dari segi anatomi, maka dari itu pasien dianjurkan untuk memilih

prosedur lain.(1,2)

Parasentesis

Merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan darah atau nanah dari

bilik mata depan, dengan teknik sebagai berikut : dibuat insisi kornea 2mm dari

limbus kea rah kornea yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya bila dilakukan

penekanan pada bibir luka maka koagulan dari bilik mata depan keluar. Bila darah

tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan garam fisiologik.

Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu dijahit.(3)

Benda asing didalam bola mata pada dasarnya perlu dikeluarkan. Benda asing

yang bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan alat magnit raksasa. Benda yang

tidak magnetik dikeluarkan dengan vitrektomi. Biasanya dilakukan operasi eksplorasi

terlebih dahulu, untuk melihat sebesar apa laserasinya dengan trauma oculi perforans

ini. Tapi sebelum dilakukan eksplorasi, semua pasien trauma sebaiknya diberikan

injeksi TT terlebih dahulu untuk profilaksis tetanus.

Page 27: Refarat Trauma Oculi Perforans

26

Teknik dari reparasi primer tergantung dari berat luka dan komplikasi-

komplikasi yang terkait seperti inkarserata iris, bilik mata depan menjadi dangkal dan

kerusakan isi intraokuler.(1)

XI. KOMPLIKASI

Komplikasi yang ditentukan setelah trauma okuli perforans :3,6

- Iridodialysis

Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris

sehingga bentuk pupil menjadi berubah. Pasien akan melihat ganda dengan

satu matanya. Pada iridodialysis pupil akan terlihat lonjong. Biasanya

iridodialysis terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema. Bila keluhan

demikian maka pada pasien sebaiknya dilakukan pembedahan dengan

melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas.

- Katarak traumatik

Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun

tumpul terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul

akan terlihat katarak subkabsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa

menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak

tercetak (imprinting) yang disebut cincin Vossius. Trauma tembus dapat

menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup dengan

cepat akibat proliferasi epitel sehingga terbentuk kekeruhan terbatas kecil.

Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak

dengan cepat disertai dengan terdapatnya lensa di dalam bilik mata depan.

- Glaukoma sekunder

Trauma dapat mengakibatkan kelainan jaringan dan susunan jaringan

di dalam mata yang dapat mengganggu pengaliran cairan mata sehingga

menimbulkan glaukoma sekunder.

Page 28: Refarat Trauma Oculi Perforans

27

XII. PROGNOSIS

Prognosis trauma okuli perforans bergantung pada banyak faktor, seperti: (2)

- Besarnya luka tembus, makin kecil makin baik

- Tempat luka pada bola mata

- Bentuk trauma apakah dengan atau tanpa benda asing

- Benda asing megnetik atau non megnetik

- Dalamnya luka tembus, apakahvtumpul atau luka ganda

- Sudah terdapat penyulit akibat luka tembus

Mata sembuh dengan baik setelah trauma minor dan jarang terjadi

sekuele jangka panjang karena munculnya sindrom erosi berulang. Namun

trauma tembus mata seringkali dikaitkan dengan kerusakan penglihatan berat

dan mungkin membutuhkan pembedahan ekstensif. (1)

Trauma tumpul dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang tidak

dapat di terapi jika terjadi lubang retina pada fovea. Penglihatan juga dapat

terganggu jika koroid pada makula rusak. Dalam jangka panjang dapat timbul

glaucoma sekunder pada mata beberapa tahun setelah cedera awal jika jalinan

trabekula mengalami kerusakan. Trauma orbita berat juga dapat menyebabkan

masalah kossmetik dan okulomotor. (1)

DAFTAR PUSTAKA

Page 29: Refarat Trauma Oculi Perforans

28

1. Trauma okuli perforans Aviabel from : http://www. lasmangka.blogspot.com/2009/06/trauma-oculi-perforans.html

2. Trauma okuli perforans. Available from : http://www.trauma-okuliperforans_10.htm

3. Ilyas, Sidarta. 2004. Trauma mata :Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FKUI; jakarta. Hal.;3-6, 259-276.

4. James, Bruce.. 2006. Trauma : Oftalmologi edisi kesembilan. Erlangga; Jakarta, Hal.;176-83.

5. Vaughan, daniel, g. 2000. Trauma ; Oftalmologi Umum edisi ke-14. Widya medika; Jakarta, hal;380-83.

6. Eye injury. Available From : en.wikipedia.org/wiki/ Eye _ injury - 70k – 7. Rukayah Siti, dkk. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Trauma Okuli

Dekstra Perforans. 2004. Malang. Hal 1-28. Aronson AA. Corneal laseration.. Available From :

emedicine .medscape.com/article/798005-overview - 64k 9. Anatomi mata. Available from : http://www.doctorology.net.10. Wilson, T.A., Visual system anatomi.

Available From;http://www.disaboom.com/Themes/Disaboom2.0/images

11. Nurcahyo. Cedera mata. Available from : http://www.cederamata.htm12. Rahmawan A. Trauma tumpul bola mata. Available from : http://www.trauma-

tumpul-bola-mata-occular.html13. Trauma Terminology System (BETTS) Available from:

www.weironline.org/WEIRBETT.14. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Structure and Function of the External Eye and

Cornea. In: Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Basic and Clinical Science Course: External Disease and Cornea 2008-2009. Singapore: American Academy of Ophthalmology; 2007. p.5-14, 387-420

15. Webb A Lennox. Trauma ; Manual of eye Emergencies. 2004. Hal: 112-115.