rangkuman tht khusus telinga
DESCRIPTION
Rangkuman Telinga. Sumber dari THT UITRANSCRIPT
KELAINAN TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri dari:
1. Daun telinga :
a. Kulit
b. Kartilago
c. Perikondrium
Fungsinya untuk mengumpulkan dan melokalisasi suara
Kulit dan kartilago melekat erat dan memiliki pembuluh darahnya sendiri
Dipersarafi oleh nervus aurikularis magnus dan minor di bagian posterior, dan
Oleh cabang aurikulotemporal nervus trigeminus di bagian anterior
2. Liang Telinga Luar :
a. 1/3 luar terdiri dari kartilago, berjalan ke arah posterior
Dilapisi oleh kulit tebal dan melekat pada perikondrium
Memiliki kelenjar rambut, kelenjar sebasea dan serumen
b. 2/3 dalam terdiri dari tulang, berjalan ke arah anteroinferior
Dilapisi dengan kulit tipis dengan sedikit rambut tanpa kelenjar
Mengalami satu penyempitan yang disebut dengan isthmus
Dipersarafi oleh nervus V, VII, IX dan X
Saraf-saraf ini mengirimkan cabangnya melalui nervus intermedius dan nervus arnold
3. Membran Timpani :
a. Pars Flaksida
i. Bagian luar : Lanjutan epitel kulit liang telinga
ii. Bagian dalam : Sel kubus bersilia
b. Pars Tensa
i. Bagian luar : Lanjutan kulit liang telinga
ii. Bagian tengah : Campuran antara serat kolagen dan elastin
iii. Bagian dalam : Sel kubus bersilia
Memiliki refleks cahaya dari umbo (perlekatan maleus pada membran timpani) ke arah medial
(jam 5 pada telinga kanan dan jam 7 pada telinga kiri).
Kelainan pada daun telinga (kongenital) :
1. Fistula Preaurikula
Kegagalan penggabungan tuberkel satu (arkus mandibula) dengan tuberkel dua (arkus hyoid)
Kelainan herediter yang bersifat dominan
Sering ditemukan di depan tragus berbentuk bulat atau lonjong seukuran ujung pensil
Sering keluar cairan yang berasal dari kelenjar sebasea
Infeksi fistula ditangani dengan pemberian antibiotik dan drainage abses
Tindakan operasi apabila mengganggu aktivitas
2. Mikrotia dan Atresia Liang Telinga
Mikrotia adalah daun telinga yang lebih kecil dari normal
Atresia adalah tidak terbentuknya daun telinga
Lebih sering pada laki-laki dan lebih sering kejadian unilateral
Apabila bilateral, pikirkan sindroma kraniofasial (Treacher Collins dan Nager)
Ditangani dengan operasi:
a. Unilateral : dilakukan ketika sudah dewasa
b. Bilateral :
i. Pemberian alat bantu dengar hantaran tulang
ii. Operasi pembentukan liang telinga pada usia 5-7 tahun
iii. Operasi pembentukan liang telinga dan telinga tengah saat dewasa
3. Bat’s Ear
Daun telinga yang lebar dan menonjol
Fungsi pendengaran tidak terganggu
Operasi dilakukan untuk kepentingan kosmetik
Kelainan telinga luar yang didapat :
1. Hematoma
Biasanya disebabkan karena trauma
Terdapat kumpulan darah diantara perikomdrium dan tulang rawan
Kumpulan darah harus dikeluarkan secara steril
Komplikasi : perikondritis
2. Perikondritis
Radang pada tulang rawan
Biasanya akibat adanya trauma
Komplikasi : cauliflower ear
3. Pseudokista
Benjolan di daun telinga akibat deposit cairan di perikondrium dan tulang rawan
Tidak nyeri dan tidak diketahui penyebabnya
Dikeluarkan secara steril untuk mencegah perikondritis
Dilakukan balut tekan agar perikondritis menempel kembali ke tulang rawan
Kelainan liang telinga
1. Serumen
Merupakan hasil produksi kelenjar sebasea, seruminosa, epitel kulit dan partikel debu
Normalnya terdapat di sepertiga luar liang telinga
Konsistensi lunak hingga kering
Biasanya keluar sendiri akibat migrasi epitel kulit, dan memiliki efek proteksi
Gumpalan serumen dapat menyebabkan tuli konduktif
Menyebabkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran
Serumen yang keras diteteskan teres karbogliserin 10% selama 3 hari
Komplikasi : trauma membran timpani
2. Benda asing
Biasanya pada anak-anak
Apabila benda asing merupakan binatang, harus dimatikan terlebih dahulu
Tujuan binatang dimatikan agar tidak bergerak-gerak dan mengiritasi liang telinga
3. Otitis Eksterna
Radang liang telinga, baik bakteri, virus ataupun jamur
pH basa dapat menyebabkan liang telinga lebih rentan terhadap infeksi
Sering terjadi pada orang yang sering mengorek telinga
a. Otitis Eksterna Akut Sirkumskripta
Bentuknya furunkel, biasa akibat S. aureus atau S. albus
Nyeri yang hebat, tidak sebanding dengan besar bisul
Nyeri ini timbul akibat penekanan terhadap perikondrium
Timbul spontan saat membuka mulut
Dapat menyebabkan tuli konduktif
Penanganan:
i. Drainage pus
ii. Ear toilet
iii. Tampon antibiotika (24-48 jam) dan analgetik
b. Otitis Eksterna Akut Difusa
Biasanya mengenai dua pertiga dalam
Liang telinga hiperemis dan edema dan tidak terlihat batasnya
Biasanya Pseudomonas, S. albus dan E. coli menjadi penyebabnya
Dapat terjadi sekunder terhadap otitis media supuratif kronis
Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, pembesaran KGB, sekret berbau
Sekret tidak mengandung musin seperti pada otitis media
Pengobatan sama seperti otitis eksterna akut sirkumskripta
Ditambahkan tetes telinga CH3COOH atau peroksid atau steroid atau antijamur
c. Otitis Eksterna Kronis
Terjadi akibat penanganan episode akuta yang tidak baik
Atau karena trauma atau penggunaan hearing aid
Pengobatannya memerlukan rekonstruksi liang telinga
4. Otomikosis
Infeksi jamur, terutama Pityrosporum dan Aspergillus, kadang Candida albicans
Gejalanya biasanya berupa liang telinga penuh dan gatal, atau tanpa keluhan
Pengobatan dengan CH3COOH 2% dalam alkohol, Povidone Iodine 5% atau AB atau steroid
Kadang dapat diberikan antijamur topikal dalam bentuk unguenta
5. Herpes Zoster Otikus
Reaktivasi Varicella Zoster Virus
Lesi kulit sesuai dengan dermatom berbentuk kumpulan vesikel
Komplikasi : Ramsay Hunt Syndrome (otalgia, paralisis otot wajah dan tuli sensorineural)
6. Otitis Eksterna Maligna
Infeki difus di telinga luar dan struktur disekitarnya
Biasanya terjadi pada orang dengan Diabetes Mellitus (pH lebih tinggi)
Peradangan progresif ke subkutis, tulang rawan dan tulang di sekitarnya
Rasa gatal di liang telinga dengan nyeri, sekret dan pembengkakkan
Timbulnya jaringan granulasi
Dapat menimbulkan paresis atau paralisis fasial
Dapat timbul osteomielitis, biasanya akibat Pseudomonas aeruginosa
Pengobatan sesuai hasil kultur
Sembari menunggu dapat diberikan golongan fluorokuinolon
Atau kombinasi dengan aminoglikosida selama 6-8 minggu
Debrideman dapat dilakukan
KELAINAN TELINGA TENGAH
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas :
1. Depan : Tuba eustachius
2. Belakang : Aditus ad antrum dan kanalis facialis pars vertikalis
3. Luar : Membran timpani
4. Dalam : Kanalis Semisirkularis
Kanalis Facialis
Oval Window
Round Window
Promontorium
5. Atas : Tegmen timpani, meningen dan otak
6. Bawah : Vena jugularis
Telinga tengah terdiri dari
1. Tulang pendengaran (maleus, incus, stapes)
2. 2 otot kecil (stapedius dan tensor timpani)
3. Stabilizing ligament
4. Cabang nervus facialis dan chordae timpani
5. Udara
Terdapat Tuba Eustachius yang merupakan saluran rongga telinga tengah dengan nasofaring
Selalu tertutup di bagian nasofaring, fungsi :
1. Ventilasi
2. Drainase sekret
3. Proteksi (pada anak lebih pendek, lebar dan horizontal dari dewasa)
4. Pembukaan tuba oleh musculus tensor veli palatini
Terbuka ketika menelan, berbicara, menguap
Tuba Eustachius terbentuk dari 1st Pharyngeal Pouch
Terdapat isthmus diantara pars ossea dan pars kartilaginosa
Perasat Valsalva : meniup dengan keras dari hidung yang ditutup, serta mulut ditutup, akan terasa
udara masuk ke telinga tengah dan menekan membran timpani ke lateral, dan tidak boleh
dilakukan ketika adanya infeksi jalan napas
Perasat Toynbee : menelan ludah sambil hidup dipencet dan mulut ditutup, apabila tuba terbuka
maka akan terasa membran timpani tertarik ke medial
Terdiri dari tulang rawan dua pertiga arah nasofaring dan sepertiganya tulang biasa
Panjang tuba adalah 37.5 milimeter pada orang dewasa
Tuba yang terus menerus terbuka dapat disebabkan hilangnya jaringan lemak disekitar mulut tuba
Dapat terjadi pada : hilangnya BB, rinitis atrofi, faringitis, miastenia gravis, obat anti hamil dll
Keluhan berupa gema suara sendiri terdengar lebih jelas dan telinga terasa penuh
PF terlihat membran timpani atrofi, tipis dan bergerak saat respirasi (a telltale diagnostic sign)
Penanganan terdiri dari obat penenang dan pemasangan pipa ventilasi (Grommet)
Obstruksi tuba dapat terjadi padaperadangan nasofaring, adenoid, atau tumor nasofaring
Tanda awal obstruksi adalah terbentuknya cairan telinga tengah (otitis media serosa)
Dan pada membran timpani dapat terlihat bulging (membran timpani yang seperti membengkak)
1. Barotrauma (Aerotitis)
Terjadinya perubahan tekanan tiba-tiba, tuba gagal membuka (perbedaan tekanan >90mmHg)
Terjadi tekanan negatif di telinga tengah, sehingga cairan keluar dari kaplier mukosa
Kadang disertai dengan ruptur pembukuh darah, sehingga cairan tercampur darah
Keluhan berupa pendengaran menurun, nyeri, autofoni, perasaan ada air di telinga
Tinnitus dan vertigo juga dapat menjadi keluhan
Pengobatan dengan pemberian dekongestan lokal atau dengan perasat Valsalva
Apabila cairan menetap lama, dapat dilakukan Miringotomi atau Grommet
Pencegahan dengan melakukan perasat Valsalva saat naik pesawat
2. Otitis Media
Merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum
mastoid dan sel-sel mastoid
Tediri dari otitis media akut, otitis media supuratif kronik, aerotitis, otitis media serosa kronis
Terdapat juga otitis media spesifik seperti tuberkulosa, sifilitika dan adhesiva
a. Otitis Media Akuta
Terutama karena adanya sumbatan tuba Eustachius atau ISPA
Terutama oleh S. hemolitikus, S. aureus, Pneumococcus, H. Infulenza, E. coli, S.
anhemolitikus, P. vulgaris dan P. aeruginosa
Terbagi menjadi 5 stadium :
i. Oklusi Tuba Eustachius
Terdapat retraksi membran timpani akibat tekanan negatif
Membran timpani kadang tampak keruh pucat atau normal
Efusi telah terjadi tapi sulit dideteksi
Terapi : membuka kembali tuba Eustachius
Pemberian HCl Efedrin 0.5% (dibawah 12 tahun) + NaCl fisiologis
HCl Efedrin 1% untuk dewasa dicampur juga dengan NaCl fisiologis
ii. Hiperemis
Pelebaran pembuluh darah pada membran timpani, hiperemis dan edema
Sekret eksudat sudah terlihat, serosa sulit
Terapi dengan antibiotika, analgetik dan tetes hidung
Antibiotika dianjurkan ampisilin dan penisilin minimal 7 hari
Substitusi penisilin dengan Eritromisin
iii. Supurasi
Edema pada mukosa telinga tengah dan hancurnya epitel
Terbentuknya eksudat purulen dan terbentuk bulging
Terasa sakit, nadi dan suhu meningkat, nyeri progresif, rasa penuh di telinga
Apabila tekanan tidak berkurang, terjaid trombosis dan nekrosis
Pada stadium ini dilakukan miringotomi
iv. Perforasi
Keluarnya pus ke telinga luar
Gejala klinik nyeri hilang
Terapi dengan bilas telinga dengan cairan peroksida 3% selama 3-5 hari
Juga diberikan antibiotika adekuat
v. Resolusi
Ruptur membran timpani dapat menutup apabila membran timpani utuh
Apabila perforasi dan sekret menetap dapat menjadi OMSK
Pemberian antibiotika hingga 3 minggu apabila sekret tetap keluar
Apabila sekret terus keluar lebih dari 3 minggu, kemungkinan telah terjadi OMSK
Dapat menimbulkan komplikasi abses subperiosteal, meningitis dan abses otak
b. Otitis Media Supuratif Kronis
Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi dan sekret terus-menerus
Merupakan otitis media akut dengan perforasi membran timpani yang lebih dari 2 bulan
Predisposisi : terapi terlambat atau inadekuat, virulensi tinggi, daya tahan tubuh buruk
atau higienis pasien yang buruk
Jenis perforasi :
i. Sentral – terdapat di pars tensa, masih tersisa membran timpani
ii. Marginal – perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus timpani
iii. Atik – terdapat di pars flaksida
Jenis OMSK dapat terbagi menjadi tipe aman (mukosa – benigna) atau tipe bahaya (tulang
– maligna)
Dapat juga terbagi menjadi OSMK aktif (aktif mengeluarkan sekret) dan tenang (tidak
mengeluarkan sekret)
Tanda klinik OMSK maligna :
i. Perforasi pada marginal atau atk
ii. Terdapat abses/fistel retroaurikula
iii. Terdapat polip atau jaringan granula di kavum timpani
iv. Terdapat kolesteatom
v. Sekret bau kolesteatom
Dapat dilakukan tes penala untuk melihat gangguan pendengaran
Dapat juga dilakukan tes audiometri murni, audiometri tutur atau BERA
c. Otitis Media Non Supuratif
Terdapat sekret non purulen di telinga tengah, dengan membran timpani yang utuh
Apabila encer disebut serosa dan kental disebut mukoid
Serosa akibat transudat yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah
Mukoid akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa
Terbagi menjadi:
i. Otitis Media Serosa Akuta
Terbentuknya sekret tiba tiba dengan rasa nyeri
Disebabkan antara lain karena :
1. Sumbatan tuba
2. Virus
3. Alergi
4. Idiopatik
Gejala yang menonjol adalah pendengaran berkurang
Rasa tersumbat pada telinga dan suara sendiri lebih nyaring
Nyeri tidak ada apabila penyebabnya virus atau alergi
Tinitus dan vertigo dapat muncul terkadang
Terlihat adanya membran timpani yang retraksi
Pengobatan dapat terdiri dari medikamentosa dan pembedahan
Medikamentosa terdiri dari vasokonstriktor lokal, perasat Valsalva
Pembedahan terdiri dari miringotomi dan Grommet
ii. Otitis Media Serosa Kronika
Sekret terbentuk perlahan tanpa rasa nyeri, sekret kental
Dapat terjadi sebagai gejala sisa OMA
Perasaan tuli lebih menonjol
Terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan
Pengobatan dengan medikamentosa dan pembedahan
Medikamentosa terdiri dari dekongestan dan antihistamin
Pembedahan dengan miringotomi atau Grommet
d. Otitis Media Adhesiva
Jaringan fibrosis di telinga tengah sebagai akibat proses peradangan sebelumnya
Dapat sebagai komplikasi OMS atau OmnS
Jaringan fibrotik menimbulkan perlekatan
Pendengaran berkurang dengan riwayat infeksi telinga sebelumnya
Membran timpani mengalami sikatriks, suram, retraksi
Terdapat timpanosklerosis plaque
e. Atelektasis Telinga Tengah
Retraksi sebagian atau selurh membran timpani akibat gangguan kronik
Membran timpani menjadi tipis atau atrofi
3. Otosklerosis
Penyakit pada kapsul tulang labirin, tulang menjadi kaku
Akan timbul tuli konduktif atau tuli saraf bila telah menyebar ke koklea
Gejala meliputi pendengaran berkurang progresif, tinitus dan vertigo
Gejala baru timbul apabila sudah mengenai ligamen anulus kaki stapes
Terdapat pelebaran pembuluh promontorium (Schwarte’s sign)
Pendengaran lebih baik pada ruangan bising (Paracusis Willisii)
Penanganan dengan stapedektomi (mengganti stapes dengan protesis)
ABD dapat sementara membantu pendengaran
4. Miringotomi
Tindakan insisi pars tensa membran timpani pada bagian inferior posterior
Untuk mengeluarkan cairan dari telinga tengah
Komplikasi miringotomi :
a. Trauma pada liang telinga luar
b. Dislokasi tulang pendengaran
c. Trauma pada fenestra rotundum
d. Trauma pada nervus fasialis
e. Trauma pada bulbus jugulare
5. Komplikasi Otitis Media Supuratif
Penyebaran penyakit dapat secara hematogen, erosi tulang maupun jalan yang sudah ada
Komplikasi di telinga tengah berupa tuli konduktif (membran timpani utuh)
Paresis nervus fasialis akibat infeksi ke kanalis fasialis pada otitis media akut
Paresis nervus fasialis akibat kerusakan jaringan oleh erosi tulang oleh kolesteatom atau jaringan
granulasi pada otitis media kronis
Meningitis ditanggulangi terlebih dahulu sebelum menangani OMA
Infeksi di telinga pada meningitis ditangani dengan mastoidektomi
Abses otak biasa ditemukan di serebelum atau di lobus temporalis
Abses otak terjadi akibat perluasan langsung dari infeksi telinga dan mastoid/thromboflebitis
Gejala abses serebelum : atakia, disdiadokokinesis, tremor intensi
Gejala lobus temporalis : afasia, nyeri kepala, demam, muntah, letargis
Terdapat serangan kejang
Pengobatan abses otak komplikasi OMS adalah AB dosis tinggi
Drainase lesi OMS dan mastoidektomi
Daftar obat yang menembus blood-brain-barrier
Tanpa Inflamasi Dengan Inflamasi Tidak Menembus
Chloramphenicol Penicillin Ampicillin Aminoglycocide(s)
Rifampicin Carbenicillin Ciprofloxacin
Izoniazid Ticarcilin Fluoroquinolone(s)
Sulfonamides Piperacilline Cefuroxime
Trimetophrime Ceftizoxime Ceftazidime
Triazole Mezlocillin Aztreonam
Vancomycin Imipenem
KELAINAN TELINGA DALAM
Terdiri dari koklea (pendengaran) dan vestibular (keseimbangan)
Struktur dari koklea :
1. Skala Vestibuli
Pada bagian atas dari koklea dan berisi perilimfe
Bagian dasarnya terdapat membran vestibuli (Reissner’s Membrane)
2. Skala Timpani
Pada bagian bawah koklea dan berisi perilimfe
3. Skala Media
Pada bagian tengah koklea dan berisi endolimfe
Bagian dasarnya terdapat membrana basalis
Terdapat membran tektoria
Pada membran basalis terdapat organ yang merubah getaran menjadi listrik yakni
a. Organ Corti
b. Sel Rambut Luar
c. Sel Rambut Dalam
Alat keseimbangan terletak di telinga dalam dan terlindung oleh tulang paling keras tubuh
Labirin terdiria tas labirin tulang dan labirin membran
Labirin membran terletak dalam labirin tulang dan bentuknya mirip labirin tulang
Antara labirin tulang dan labirin membran terdapat perilimfa
Sedangkan endolimfe terdapat di dalam labirin membran
Setiap labirin terdiri dari 3 kanalis semisirkularis, yakni anterior, posterior dan horizontal
Labirin terdiri dari labirin statis yakni utrikulus dan sakulus dan labirin kinetik (3 kanalis)
Di dalam labirin kinetik terdapat krista ampularis
Kelainan pada keseimbangan antara lain adalah BPPV dan Meniere’s Disease
1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Perasaan berputar, ada 3 macam yakni vertigo spontan, posisi (BPPV) dan kalori
Hal yang dapat mengakibatkan BPPV :
a. Penyakit degeneratif idiopatik
b. Trauma
c. Labirinitis
d. Neuritis vestibular
e. Meniere
f. Paska stapeidektomi
g. Fistula perilimfe
Vertigo terbagi menjadi vertigo sentral dan perifer :
a. Perifer : kelainan organ keseimbangan
b. Sentral : kelainan pusat keseimbangan
Pada penyakit degeneratif, penyebab BPPV akibat massa pada kanalis semisirkularis
Penatalaksanaan BPPV terdiri dari CRT, Brandt-Daroff, perasat Libratory
2. Meniere’s Disease
Merupakan vertigo periodik dengan tinnitus dan tuli sensorineural
Serangan kedua lebih baik dari serangan pertama
Dapat sembuh sendiri tanpa obat
Patofisiologinya akibat hidrops endolimfa pada koklea dan vestibulum karena :
a. Meningkatnya tekanan hidrostatik ujung arteri
b. Menurunnya tekanan osmotik dalam kapiler
c. Meningkatnya tekanan osmotik ekstrakapiler
d. Tersumbatnya jalan keluar sakus endolimfatikus
Sakulus juga mengalami pelebaran yang menekan utrikulus
Pada tumor N VIII vertigo periodik lemah semakin lama semakin kuat
Pada multiple sclerosis, vertigo periodik intensitas konstan
Pada neuritis vestibular serangan tidak periodik dan lama-lama menghilang
Pada BPPV, diinduksi oleh perubahan posisi
Pemasangan vibrator untuk menghancurkan debris dalam kanal dapat dilakukan
Terapi lainnya adalah simptomatik, obat vasodilator, antiskemia dan neurotonik
Pemasangan shunt untuk cairan endolimf berlebih juga dapat dilakukan
3. Pemeriksaan keseimbangan
a. Uji Romberg – berdiri, kaki tandem, mata tertutup, tangan dilipat di dada
b. Stepping Test – berjalan ditempat 50 langkah, apabila tempat berubah melebihi satu
meter atau posisi berubah 30 derajat berarti ada gangguan
c. Fungsi serebelum – seperti test jari hidung atau fast pointing test
4. Pemeriksaan objektif dapat dilakukan Posturografi, ENG, Kobrak dan Kalori Bitermal
5. Posturografi
Pemeriksaan yang menilai objektif dan kuantitatif untuk keseimbangan postural
Dengan modifikasi visual dan propioseptif
Test dilakukan setiap 10 detik dengan 4 cara berturut-turut yakni :
a. Berdiri diatas alas rata, mata terbuka
b. Berdiri diatas alas rata, mata terututp
c. Berdiri diatas alas busa 10 cm, mata terbuka
d. Berdiri diatas alas busa 10 cm, mata tertutup
6. Uji Kobrak
Tidur terlentang dengan kepala flekso 30 derajat
Dengan cara mengalirkan air nol derajat celcius 5 mL selama 20 detik
Kemudian dihitung lama nistagmus, normal 120-150 detik
7. Tes Kalori Bitermal
2 macam air, yakni 30 derajat dan 44 derajat dengan volume masing-masing 250 mL
Air dialirkan ke masing masing telinga dalam waktu masing-masing 40 detik kemudian dicatat
Telinga kiri, suhu 30 dianggap “a” telinga kanan suhu 30 dianggap “b”
Telinga kiri, suhu 44 dianggap “c” dan telinga kanan suhu 44 dianggap “d”
Rumusnya dengan (a+c) - (b+d) nilai normal dibawah 40 detik
Pada setiap pemeriksaan, pasien diistirahatkan 5 menit
8. Electronistagmografi
Untuk memonitor gerakan bola mata
Kornea dianggap memiliki gerakan positif
Apabila mata bergerak ke kanan, galvanometer bergerak ke kanan, begitupula sebaliknya
Dan pergerakan bola mata kemudian dicatat karena setiap pergerakan galvanometer, jarum
pemindai pada kertas akan mencatat (seperti pada EKG atau EEG)
Sebelum melakukan pemeriksaan diatas, pasien harus bebas obat penenang, obat tidur, antihistamin
dan obat anti emetik selama 1 minggu
AUDIOLOGI
Merupakan ilmu yang mempelajari fungsi pendengaran, habilitasi dan rehabilitasinya
Tuli konduktif akibat kelainan telinga luar dan tengah, tuli sensorineural akibat telinga dalam
Telinga secara fisiologik dapat mendengar nada 20-18.000 Hz, efektif 500-2000 Hz
Tes kualitatif penala :
1. Tes Rinne
Penala digetarkan dan ditaruh di prosesus mastoid
Setelah tidak terdengar, dipegang didepan telinga 2.5 cm kira-kira
Apabila masih terdengar maka (+), maka normal
2. Tes Weber
Digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala
Apabila ada lateralisasi ke telinga yang sakit, maka tuli konduktif
Apabila ada lateralisasi ke telinga yang sehat, maka tuli sensorineural
Pada telinga normal tidak ada lateralisasi
3. Tes Schwabach
Penala digetarkan dan diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak ada bunyi
Kemudian diletakkan di telinga pemeriksa
Apabila pemeriksa masih mendengar, maka memanjang (tuli konduktif)
Apabila pemeriksa tidak mendengar, maka memendek (tuli sensorineural)
4. Tes Bing
Menutup tragus telinga (provokasi tuli konduktif 30 dB)
Kemudian dilakukan seperti tes Weber
Bila lateralisasi ke telinga yang ditutup, berarti normal
Apabila tidak ada lateralisasi, terdapat tuli konduktif
5. Tes Stenger
Digunakan untuk tuli anorganik
Getarkan penala pada telinga kanan dan pada telinga kiri getarkan lebih keras
Apabila kedua telinga normal, hanya kiri yang mendengar, apabila tidak, hanya kanan
6. Tes Berbisik
Semi kuantitatif, menentukan derajat ketulian secara kasar
Audiometri merupakan prosedur untuk membuat audiogram dengan audiometer
Nada murni merupakan bunyi dengan satu frekuensi, dinyatakan dalam getaran per detik
Bising merupakan bunyi dengan banyak frekuensi (narrow band – terbatas) (white noise – luas)
Frekuensi adalah nada murni oleh getaran suatu benda yang sifatnya harmonis sederhana (Hertz)
Pemeriksaan dilakukan pada anak usia lebih dari 4 tahun yang kooperatif pada ruang sound proof
Frekuensi yang diperiksa adalah 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000, 8000
1. Konduksi udara dilakukan untuk melihat tuli konduksi dan sensorineural
Untuk mengukur digunakan headphone yang dikonduksi melalui udara
2. Konduksi tulang dilakukan untuk menilai fungsi koklea dan nervus auditorius
Sinyal langsung mentransmisi koklea dengan vibrasi stimulus di tengkorak
Ambang dengar adalah bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi tertentu
Indeks Fletcher, Ambang dengar atau AD dihitung dengan
AD 500Hz+AD1000Hz+AD2000Hz3
Menurut kepustakaan terbaru, rumusnya menjadi
AD 500Hz+AD1000Hz+AD2000Hz+AD 4000Hz4
Derajat ketulian ISO :
0 – 25 dB : normal 55 – 70 dB : tuli sedang berat
25 - 40 dB : tuli ringan 70 – 90 dB : tuli berat
40 – 55 dB : tuli sedang > 90 dB : tuli sangat berat
Konduksi AC digambarkan dengan garis lurus, BC dengan garis putus-putus
AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB tanpa gap maka pendengaran normal
AC dan BC turun lebih dari 25 dB tanpa gap maka tuli sensorineural
BC kurang dari 25 dB dan AC turun lebih dari 25 dB dengan gap maka tuli konduktif
BC kurang dari 25 dB dan AC turun lebih besar dengan gap maka tuli campur
1. Tuli Konduktif
Kelainan telinga luar atau telinga tengah
a. Kelainan telinga luar
Atresia liang telinga Otitis eksterna sirkumskripta
Sumbatan serumen Osteoma liang telinga
b. Kelainan telinga tengah
Sumbatan tuba eustachius Timpanosklerosis
Otitis media Hemotimpanum
Otosklerosis Dislokasi tulang pendengaran
2. Tuli Sensorineural
a. Tuli sensorineural koklea
Aplasia Intoksikasi obat-obatan
Labirinitis Tuli mendadak
Trauma kapitis Trauma akustik
Pajanan bising
b. Tuli sensorineural retrokoklea
Neuroma akustikus Tumor sudut pons serebelum
Multiple myeloma Cedera otak
Perdarahan otak
Rekrutmen adalah fenomena meningkatnya sensitiftias pendengaran hingga 1 dB
Rekurtmen biasanya terjadi pada tuli koklea
Kelelahan adalah saraf pendengaran yang lelah apabila dirangsang terus-menerus
Kelelahan biasanya terjadi pada tuli retrokoklea
Terdapat audiometri khusus (subject dependent) dan audiometri objektif (subject independent)
Audiometri Khusus Audiometri Objektif
Tes SISI (Short Increment Sensitivity Index) Audiometri Impedans
Tes ABLB (Alternate Binaural Loudness Balance) Elektrokokleografi
Tes Kelelahan Evoked Response Audiometry
Audiometri Tutur Otoacoustic Emission
Audiometri Bekesy
AUDIOLOGI ANAK
Sistem pendengaran dibentuk pada minggu keempat janin
Pada usia gestasi 20 minggu, bayi telah dapat merespons terhadap suara
Faktor resiko tinggi terjadinya gangguan perkebangan pendengaran :
1. Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran
2. Riwayat infeksi pranatal TORCH
3. Kelainan anatomi kepala dan leher
4. Lahir prematur dibawah 37 minggu
5. Berat badan lahir rendah dibawah 1500 gram
6. Persalinan dengan tindakan
7. Hiperbilirubinemia
8. Asfiksia neonatorum, APGAR rendah (0-4 pada menit pertama; 0-6 pada menit kelima)
9. Obat ototoksik
10. Meningitis bakterialis
11. Ventilasi mekanik 5 hari atau lebih di NICU
Cochlear implant merupakan suatu sistem elektronik yang ditanamkan ke koklea pasien
Dengan pembedahan melalui rongga mastoid pada tuli saraf
Rehabilitasi selama 6 hingga 12 bulan
Diindikasikan untuk tuli saraf bilateral (AD diatas 90 dB) atau pada semua tuli total
Penyebab karena meningitis, labirinitis, trauma kapitis, kongenital
Tidak bermanfaat pada kerusakan N VIII dan tuli sentral
EVOKED RESPONSE AUDIOMETRY
Pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi nervus VIII
Dengan merekam potensial listrik yang dikeluarkan koklea
Menggunakan elektroda yang dilekatkan pada dahi dan prosesus mastoideus
Rangsang bunyi akan dialirkan melalui :
1. Gelombang 1 di koklea
2. Gelombang 2 di nukleus koklearis
3. Gelombang 3 di nukleus olivarius superior
4. Gelombang 4 di lemnikus lateralis
5. Gelombang 5 di kolikulus inferior
Gelombang akan ditangkap oleh elektroda kulit kepala
Penilaian dalam bentuk gelombang dan waktu yang diperlukan dari pemberian rangsang sampai
mencapai nukleus-nukleus tersebut
Umumnya digunakan bunyi rangsang “click”
Early response timbul dalam waktu kurang dari 10 milidetik
Late response timbul dalam waktu antara 50 hingga 500 milidetik
TULI KONDUKTIF PADA GERIATRI
Akibat berkurangnya elastisitas dan bertambah besarnya pinna
Akibat atrofi dan bertambah kakunya liang telinga
Akibat penumpukan serumen
Akibat membran timpani bertambah tebal dan kaku
Akibat kekakuan sendi tulang pendengaran
TULI SENSORINEURAL PADA GERIATRI
Akibat proses degenerasi, berhubungan dengan herediter, pola makan, metabolisme,
arteriosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau multifaktorial
Proses degenerasi menyebabkan atrofi koklea, degenerasi sel rambut dan organ Corti
Terdapat juga perubahan pada nervus VIII
Berupa penurunan pendengaran secara perlahan dan progresif, simetris pada kedua telinga
Dapat juga disertai tinnitus
Pasien juga sulit mendengar terutama bila diucapkan pada latar belakang bising
Apabila intensitas dinaikkan, akan timbul rasa nyeri di telinga akibat recruitment
TULI MENDADAK
Terjadi tiba-tiba, berjenis sensorineural, etiologi tidak diketahui, unilateral
Mendadak, menahun dan tidak jelas, dapat sementara atau berulang, biasanya menetap
Penurunan lebih dari 30 dB, tiga frekuensi, minimal 3 hari
Terutama disebabkan akibat iskemia koklea karena spasme, trombosis atau perdarahan
Iskemia menyebabkan degenerasi luas pada sel ganglion stria vaskularis dan ligamen spiralis
Virus campak, HiB, mononukleosis dapat menyebabkan kerusakan organ corti
Anamnesis
Proses terjadinya ketulian
Gejala yang menyertai ketulian dan faktor predisposisi ketulian
Pemeriksaan fisik
Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga sehat dan Schwabach memendek
Tes SISI 70-100%, ditemukan recruitment
Refleks kelelahan negatif, maka bukan tuli retrokoklea
Audiometri tutur kurang dari 100% maka merupakan tuli sensorineural
Penatalaksanaan
Tirah baring sempurna dengan vasodilatasia injeksi dan oral setiap hari
Prednison, tapering off selama 3 hari
Vitamin C dan vitamin E serta Neurobion
Diet rendah garam
Inhalasi oksigen dan terapi oksigen hiperbarik
Evaluasi tuli mendadak
Sangat baik – perbaikan lebih dari 30 dB pada 5 frekuensi
Sembuh – AD kurang dari 30 dB pada 250, 500, 1000 dan 2000 Hz dan kurang 25 dB pada
4000 Hz
Baik – perbaikan rerata 10-30 dB pada lima frekuensi
Tidak ada perbaikan – perbaikan kurang dari 10 dB pada 5 frekuensi
TULI AKIBAT BISING
Akibat bising yang keras, dalam waktu lama
Sifatnya merupakan tuli sensorineural bilateral
Bising yang intensitasnya lebih dari 85 dB dapat menyebabkan kerusakan organ corti
Pendengaran berkurang disertai tinitus, tidak dapat mendengar suara baik pelan maupun keras
Anamnesis – pernah atau bekerja di lingkungan bising
Pada otoskop tidak ditemukan kelainan
Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga sehat dan Schwabach memendek
Tuli sensorineural frkuensi 3000-6000 Hz
Adanya fenomena recruitment, maka merupakan tuli sensorineural koklea
Pindah tempat kerja, alat bantu dengar, dan lip reading merupakan tatalaksana
Apabila terdapat tuli total bilateral, dilakukan implantasi koklea
TULI AKIBAT OTOTOKSIK
Obat-obatan ototoksik:
Kina Salisilat Arsen
Etil Metil Alkohol Nikotin Toksin bakteri
Streptomisin Aminoglikosida
Gejala meliputi tinnitus nada tinggi dan kuat antara 4000 hingga 6000 Hz (khas untuk tuli ototoksik)
Kerusakan yang ditimbulkan adalah :
1. Degenerasi stria vaskularis
2. Degenerasi sel epitel sensori
3. Degenerasi sel ganglion
Pada penggunaan eritromisin dapat disertai dengan vertigo
Pada obat anti tumor dapat disertai otalgia dan gangguan keseimbangan
Tuli akibat ototoksik tidak dapat diobati
ABD, psikoterapi, auditory training dapat digunakan
Apabila tuli bilateral total dapat dilakukan cochlear implant