rangkuman tht khusus telinga

29
KELAINAN TELINGA LUAR Telinga luar terdiri dari: 1. Daun telinga : a. Kulit b. Kartilago c. Perikondrium Fungsinya untuk mengumpulkan dan melokalisasi suara Kulit dan kartilago melekat erat dan memiliki pembuluh darahnya sendiri Dipersarafi oleh nervus aurikularis magnus dan minor di bagian posterior, dan Oleh cabang aurikulotemporal nervus trigeminus di bagian anterior 2. Liang Telinga Luar : a. 1 / 3 luar terdiri dari kartilago, berjalan ke arah posterior Dilapisi oleh kulit tebal dan melekat pada perikondrium Memiliki kelenjar rambut, kelenjar sebasea dan serumen b. 2 / 3 dalam terdiri dari tulang, berjalan ke arah anteroinferior Dilapisi dengan kulit tipis dengan sedikit rambut tanpa kelenjar Mengalami satu penyempitan yang disebut dengan isthmus Dipersarafi oleh nervus V, VII, IX dan X Saraf-saraf ini mengirimkan cabangnya melalui nervus intermedius dan nervus arnold 3. Membran Timpani : a. Pars Flaksida i. Bagian luar : Lanjutan epitel kulit liang telinga

Upload: alfonso-tjakra

Post on 29-Dec-2015

67 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Rangkuman Telinga. Sumber dari THT UI

TRANSCRIPT

Page 1: Rangkuman THT khusus Telinga

KELAINAN TELINGA LUAR

Telinga luar terdiri dari:

1. Daun telinga :

a. Kulit

b. Kartilago

c. Perikondrium

Fungsinya untuk mengumpulkan dan melokalisasi suara

Kulit dan kartilago melekat erat dan memiliki pembuluh darahnya sendiri

Dipersarafi oleh nervus aurikularis magnus dan minor di bagian posterior, dan

Oleh cabang aurikulotemporal nervus trigeminus di bagian anterior

2. Liang Telinga Luar :

a. 1/3 luar terdiri dari kartilago, berjalan ke arah posterior

Dilapisi oleh kulit tebal dan melekat pada perikondrium

Memiliki kelenjar rambut, kelenjar sebasea dan serumen

b. 2/3 dalam terdiri dari tulang, berjalan ke arah anteroinferior

Dilapisi dengan kulit tipis dengan sedikit rambut tanpa kelenjar

Mengalami satu penyempitan yang disebut dengan isthmus

Dipersarafi oleh nervus V, VII, IX dan X

Saraf-saraf ini mengirimkan cabangnya melalui nervus intermedius dan nervus arnold

3. Membran Timpani :

a. Pars Flaksida

i. Bagian luar : Lanjutan epitel kulit liang telinga

ii. Bagian dalam : Sel kubus bersilia

b. Pars Tensa

i. Bagian luar : Lanjutan kulit liang telinga

ii. Bagian tengah : Campuran antara serat kolagen dan elastin

iii. Bagian dalam : Sel kubus bersilia

Memiliki refleks cahaya dari umbo (perlekatan maleus pada membran timpani) ke arah medial

(jam 5 pada telinga kanan dan jam 7 pada telinga kiri).

Kelainan pada daun telinga (kongenital) :

1. Fistula Preaurikula

Page 2: Rangkuman THT khusus Telinga

Kegagalan penggabungan tuberkel satu (arkus mandibula) dengan tuberkel dua (arkus hyoid)

Kelainan herediter yang bersifat dominan

Sering ditemukan di depan tragus berbentuk bulat atau lonjong seukuran ujung pensil

Sering keluar cairan yang berasal dari kelenjar sebasea

Infeksi fistula ditangani dengan pemberian antibiotik dan drainage abses

Tindakan operasi apabila mengganggu aktivitas

2. Mikrotia dan Atresia Liang Telinga

Mikrotia adalah daun telinga yang lebih kecil dari normal

Atresia adalah tidak terbentuknya daun telinga

Lebih sering pada laki-laki dan lebih sering kejadian unilateral

Apabila bilateral, pikirkan sindroma kraniofasial (Treacher Collins dan Nager)

Ditangani dengan operasi:

a. Unilateral : dilakukan ketika sudah dewasa

b. Bilateral :

i. Pemberian alat bantu dengar hantaran tulang

ii. Operasi pembentukan liang telinga pada usia 5-7 tahun

iii. Operasi pembentukan liang telinga dan telinga tengah saat dewasa

3. Bat’s Ear

Daun telinga yang lebar dan menonjol

Fungsi pendengaran tidak terganggu

Operasi dilakukan untuk kepentingan kosmetik

Kelainan telinga luar yang didapat :

1. Hematoma

Biasanya disebabkan karena trauma

Terdapat kumpulan darah diantara perikomdrium dan tulang rawan

Kumpulan darah harus dikeluarkan secara steril

Komplikasi : perikondritis

2. Perikondritis

Radang pada tulang rawan

Biasanya akibat adanya trauma

Komplikasi : cauliflower ear

Page 3: Rangkuman THT khusus Telinga

3. Pseudokista

Benjolan di daun telinga akibat deposit cairan di perikondrium dan tulang rawan

Tidak nyeri dan tidak diketahui penyebabnya

Dikeluarkan secara steril untuk mencegah perikondritis

Dilakukan balut tekan agar perikondritis menempel kembali ke tulang rawan

Kelainan liang telinga

1. Serumen

Merupakan hasil produksi kelenjar sebasea, seruminosa, epitel kulit dan partikel debu

Normalnya terdapat di sepertiga luar liang telinga

Konsistensi lunak hingga kering

Biasanya keluar sendiri akibat migrasi epitel kulit, dan memiliki efek proteksi

Gumpalan serumen dapat menyebabkan tuli konduktif

Menyebabkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran

Serumen yang keras diteteskan teres karbogliserin 10% selama 3 hari

Komplikasi : trauma membran timpani

2. Benda asing

Biasanya pada anak-anak

Apabila benda asing merupakan binatang, harus dimatikan terlebih dahulu

Tujuan binatang dimatikan agar tidak bergerak-gerak dan mengiritasi liang telinga

3. Otitis Eksterna

Radang liang telinga, baik bakteri, virus ataupun jamur

pH basa dapat menyebabkan liang telinga lebih rentan terhadap infeksi

Sering terjadi pada orang yang sering mengorek telinga

a. Otitis Eksterna Akut Sirkumskripta

Bentuknya furunkel, biasa akibat S. aureus atau S. albus

Nyeri yang hebat, tidak sebanding dengan besar bisul

Nyeri ini timbul akibat penekanan terhadap perikondrium

Timbul spontan saat membuka mulut

Dapat menyebabkan tuli konduktif

Penanganan:

i. Drainage pus

Page 4: Rangkuman THT khusus Telinga

ii. Ear toilet

iii. Tampon antibiotika (24-48 jam) dan analgetik

b. Otitis Eksterna Akut Difusa

Biasanya mengenai dua pertiga dalam

Liang telinga hiperemis dan edema dan tidak terlihat batasnya

Biasanya Pseudomonas, S. albus dan E. coli menjadi penyebabnya

Dapat terjadi sekunder terhadap otitis media supuratif kronis

Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, pembesaran KGB, sekret berbau

Sekret tidak mengandung musin seperti pada otitis media

Pengobatan sama seperti otitis eksterna akut sirkumskripta

Ditambahkan tetes telinga CH3COOH atau peroksid atau steroid atau antijamur

c. Otitis Eksterna Kronis

Terjadi akibat penanganan episode akuta yang tidak baik

Atau karena trauma atau penggunaan hearing aid

Pengobatannya memerlukan rekonstruksi liang telinga

4. Otomikosis

Infeksi jamur, terutama Pityrosporum dan Aspergillus, kadang Candida albicans

Gejalanya biasanya berupa liang telinga penuh dan gatal, atau tanpa keluhan

Pengobatan dengan CH3COOH 2% dalam alkohol, Povidone Iodine 5% atau AB atau steroid

Kadang dapat diberikan antijamur topikal dalam bentuk unguenta

5. Herpes Zoster Otikus

Reaktivasi Varicella Zoster Virus

Lesi kulit sesuai dengan dermatom berbentuk kumpulan vesikel

Komplikasi : Ramsay Hunt Syndrome (otalgia, paralisis otot wajah dan tuli sensorineural)

6. Otitis Eksterna Maligna

Infeki difus di telinga luar dan struktur disekitarnya

Biasanya terjadi pada orang dengan Diabetes Mellitus (pH lebih tinggi)

Peradangan progresif ke subkutis, tulang rawan dan tulang di sekitarnya

Rasa gatal di liang telinga dengan nyeri, sekret dan pembengkakkan

Timbulnya jaringan granulasi

Dapat menimbulkan paresis atau paralisis fasial

Dapat timbul osteomielitis, biasanya akibat Pseudomonas aeruginosa

Page 5: Rangkuman THT khusus Telinga

Pengobatan sesuai hasil kultur

Sembari menunggu dapat diberikan golongan fluorokuinolon

Atau kombinasi dengan aminoglikosida selama 6-8 minggu

Debrideman dapat dilakukan

KELAINAN TELINGA TENGAH

Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas :

1. Depan : Tuba eustachius

2. Belakang : Aditus ad antrum dan kanalis facialis pars vertikalis

3. Luar : Membran timpani

4. Dalam : Kanalis Semisirkularis

Kanalis Facialis

Oval Window

Round Window

Promontorium

5. Atas : Tegmen timpani, meningen dan otak

6. Bawah : Vena jugularis

Telinga tengah terdiri dari

1. Tulang pendengaran (maleus, incus, stapes)

2. 2 otot kecil (stapedius dan tensor timpani)

3. Stabilizing ligament

4. Cabang nervus facialis dan chordae timpani

5. Udara

Terdapat Tuba Eustachius yang merupakan saluran rongga telinga tengah dengan nasofaring

Selalu tertutup di bagian nasofaring, fungsi :

1. Ventilasi

2. Drainase sekret

3. Proteksi (pada anak lebih pendek, lebar dan horizontal dari dewasa)

4. Pembukaan tuba oleh musculus tensor veli palatini

Terbuka ketika menelan, berbicara, menguap

Tuba Eustachius terbentuk dari 1st Pharyngeal Pouch

Page 6: Rangkuman THT khusus Telinga

Terdapat isthmus diantara pars ossea dan pars kartilaginosa

Perasat Valsalva : meniup dengan keras dari hidung yang ditutup, serta mulut ditutup, akan terasa

udara masuk ke telinga tengah dan menekan membran timpani ke lateral, dan tidak boleh

dilakukan ketika adanya infeksi jalan napas

Perasat Toynbee : menelan ludah sambil hidup dipencet dan mulut ditutup, apabila tuba terbuka

maka akan terasa membran timpani tertarik ke medial

Terdiri dari tulang rawan dua pertiga arah nasofaring dan sepertiganya tulang biasa

Panjang tuba adalah 37.5 milimeter pada orang dewasa

Tuba yang terus menerus terbuka dapat disebabkan hilangnya jaringan lemak disekitar mulut tuba

Dapat terjadi pada : hilangnya BB, rinitis atrofi, faringitis, miastenia gravis, obat anti hamil dll

Keluhan berupa gema suara sendiri terdengar lebih jelas dan telinga terasa penuh

PF terlihat membran timpani atrofi, tipis dan bergerak saat respirasi (a telltale diagnostic sign)

Penanganan terdiri dari obat penenang dan pemasangan pipa ventilasi (Grommet)

Obstruksi tuba dapat terjadi padaperadangan nasofaring, adenoid, atau tumor nasofaring

Tanda awal obstruksi adalah terbentuknya cairan telinga tengah (otitis media serosa)

Dan pada membran timpani dapat terlihat bulging (membran timpani yang seperti membengkak)

1. Barotrauma (Aerotitis)

Terjadinya perubahan tekanan tiba-tiba, tuba gagal membuka (perbedaan tekanan >90mmHg)

Terjadi tekanan negatif di telinga tengah, sehingga cairan keluar dari kaplier mukosa

Kadang disertai dengan ruptur pembukuh darah, sehingga cairan tercampur darah

Keluhan berupa pendengaran menurun, nyeri, autofoni, perasaan ada air di telinga

Tinnitus dan vertigo juga dapat menjadi keluhan

Pengobatan dengan pemberian dekongestan lokal atau dengan perasat Valsalva

Apabila cairan menetap lama, dapat dilakukan Miringotomi atau Grommet

Pencegahan dengan melakukan perasat Valsalva saat naik pesawat

2. Otitis Media

Merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum

mastoid dan sel-sel mastoid

Tediri dari otitis media akut, otitis media supuratif kronik, aerotitis, otitis media serosa kronis

Terdapat juga otitis media spesifik seperti tuberkulosa, sifilitika dan adhesiva

a. Otitis Media Akuta

Page 7: Rangkuman THT khusus Telinga

Terutama karena adanya sumbatan tuba Eustachius atau ISPA

Terutama oleh S. hemolitikus, S. aureus, Pneumococcus, H. Infulenza, E. coli, S.

anhemolitikus, P. vulgaris dan P. aeruginosa

Terbagi menjadi 5 stadium :

i. Oklusi Tuba Eustachius

Terdapat retraksi membran timpani akibat tekanan negatif

Membran timpani kadang tampak keruh pucat atau normal

Efusi telah terjadi tapi sulit dideteksi

Terapi : membuka kembali tuba Eustachius

Pemberian HCl Efedrin 0.5% (dibawah 12 tahun) + NaCl fisiologis

HCl Efedrin 1% untuk dewasa dicampur juga dengan NaCl fisiologis

ii. Hiperemis

Pelebaran pembuluh darah pada membran timpani, hiperemis dan edema

Sekret eksudat sudah terlihat, serosa sulit

Terapi dengan antibiotika, analgetik dan tetes hidung

Antibiotika dianjurkan ampisilin dan penisilin minimal 7 hari

Substitusi penisilin dengan Eritromisin

iii. Supurasi

Edema pada mukosa telinga tengah dan hancurnya epitel

Terbentuknya eksudat purulen dan terbentuk bulging

Terasa sakit, nadi dan suhu meningkat, nyeri progresif, rasa penuh di telinga

Apabila tekanan tidak berkurang, terjaid trombosis dan nekrosis

Pada stadium ini dilakukan miringotomi

iv. Perforasi

Keluarnya pus ke telinga luar

Gejala klinik nyeri hilang

Terapi dengan bilas telinga dengan cairan peroksida 3% selama 3-5 hari

Juga diberikan antibiotika adekuat

v. Resolusi

Ruptur membran timpani dapat menutup apabila membran timpani utuh

Apabila perforasi dan sekret menetap dapat menjadi OMSK

Pemberian antibiotika hingga 3 minggu apabila sekret tetap keluar

Page 8: Rangkuman THT khusus Telinga

Apabila sekret terus keluar lebih dari 3 minggu, kemungkinan telah terjadi OMSK

Dapat menimbulkan komplikasi abses subperiosteal, meningitis dan abses otak

b. Otitis Media Supuratif Kronis

Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi dan sekret terus-menerus

Merupakan otitis media akut dengan perforasi membran timpani yang lebih dari 2 bulan

Predisposisi : terapi terlambat atau inadekuat, virulensi tinggi, daya tahan tubuh buruk

atau higienis pasien yang buruk

Jenis perforasi :

i. Sentral – terdapat di pars tensa, masih tersisa membran timpani

ii. Marginal – perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus timpani

iii. Atik – terdapat di pars flaksida

Jenis OMSK dapat terbagi menjadi tipe aman (mukosa – benigna) atau tipe bahaya (tulang

– maligna)

Dapat juga terbagi menjadi OSMK aktif (aktif mengeluarkan sekret) dan tenang (tidak

mengeluarkan sekret)

Tanda klinik OMSK maligna :

i. Perforasi pada marginal atau atk

ii. Terdapat abses/fistel retroaurikula

iii. Terdapat polip atau jaringan granula di kavum timpani

iv. Terdapat kolesteatom

v. Sekret bau kolesteatom

Dapat dilakukan tes penala untuk melihat gangguan pendengaran

Dapat juga dilakukan tes audiometri murni, audiometri tutur atau BERA

c. Otitis Media Non Supuratif

Terdapat sekret non purulen di telinga tengah, dengan membran timpani yang utuh

Apabila encer disebut serosa dan kental disebut mukoid

Serosa akibat transudat yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah

Mukoid akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa

Terbagi menjadi:

i. Otitis Media Serosa Akuta

Terbentuknya sekret tiba tiba dengan rasa nyeri

Disebabkan antara lain karena :

Page 9: Rangkuman THT khusus Telinga

1. Sumbatan tuba

2. Virus

3. Alergi

4. Idiopatik

Gejala yang menonjol adalah pendengaran berkurang

Rasa tersumbat pada telinga dan suara sendiri lebih nyaring

Nyeri tidak ada apabila penyebabnya virus atau alergi

Tinitus dan vertigo dapat muncul terkadang

Terlihat adanya membran timpani yang retraksi

Pengobatan dapat terdiri dari medikamentosa dan pembedahan

Medikamentosa terdiri dari vasokonstriktor lokal, perasat Valsalva

Pembedahan terdiri dari miringotomi dan Grommet

ii. Otitis Media Serosa Kronika

Sekret terbentuk perlahan tanpa rasa nyeri, sekret kental

Dapat terjadi sebagai gejala sisa OMA

Perasaan tuli lebih menonjol

Terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan

Pengobatan dengan medikamentosa dan pembedahan

Medikamentosa terdiri dari dekongestan dan antihistamin

Pembedahan dengan miringotomi atau Grommet

d. Otitis Media Adhesiva

Jaringan fibrosis di telinga tengah sebagai akibat proses peradangan sebelumnya

Dapat sebagai komplikasi OMS atau OmnS

Jaringan fibrotik menimbulkan perlekatan

Pendengaran berkurang dengan riwayat infeksi telinga sebelumnya

Membran timpani mengalami sikatriks, suram, retraksi

Terdapat timpanosklerosis plaque

e. Atelektasis Telinga Tengah

Retraksi sebagian atau selurh membran timpani akibat gangguan kronik

Membran timpani menjadi tipis atau atrofi

3. Otosklerosis

Penyakit pada kapsul tulang labirin, tulang menjadi kaku

Page 10: Rangkuman THT khusus Telinga

Akan timbul tuli konduktif atau tuli saraf bila telah menyebar ke koklea

Gejala meliputi pendengaran berkurang progresif, tinitus dan vertigo

Gejala baru timbul apabila sudah mengenai ligamen anulus kaki stapes

Terdapat pelebaran pembuluh promontorium (Schwarte’s sign)

Pendengaran lebih baik pada ruangan bising (Paracusis Willisii)

Penanganan dengan stapedektomi (mengganti stapes dengan protesis)

ABD dapat sementara membantu pendengaran

4. Miringotomi

Tindakan insisi pars tensa membran timpani pada bagian inferior posterior

Untuk mengeluarkan cairan dari telinga tengah

Komplikasi miringotomi :

a. Trauma pada liang telinga luar

b. Dislokasi tulang pendengaran

c. Trauma pada fenestra rotundum

d. Trauma pada nervus fasialis

e. Trauma pada bulbus jugulare

5. Komplikasi Otitis Media Supuratif

Penyebaran penyakit dapat secara hematogen, erosi tulang maupun jalan yang sudah ada

Komplikasi di telinga tengah berupa tuli konduktif (membran timpani utuh)

Paresis nervus fasialis akibat infeksi ke kanalis fasialis pada otitis media akut

Paresis nervus fasialis akibat kerusakan jaringan oleh erosi tulang oleh kolesteatom atau jaringan

granulasi pada otitis media kronis

Meningitis ditanggulangi terlebih dahulu sebelum menangani OMA

Infeksi di telinga pada meningitis ditangani dengan mastoidektomi

Abses otak biasa ditemukan di serebelum atau di lobus temporalis

Abses otak terjadi akibat perluasan langsung dari infeksi telinga dan mastoid/thromboflebitis

Gejala abses serebelum : atakia, disdiadokokinesis, tremor intensi

Gejala lobus temporalis : afasia, nyeri kepala, demam, muntah, letargis

Terdapat serangan kejang

Pengobatan abses otak komplikasi OMS adalah AB dosis tinggi

Drainase lesi OMS dan mastoidektomi

Daftar obat yang menembus blood-brain-barrier

Page 11: Rangkuman THT khusus Telinga

Tanpa Inflamasi Dengan Inflamasi Tidak Menembus

Chloramphenicol Penicillin Ampicillin Aminoglycocide(s)

Rifampicin Carbenicillin Ciprofloxacin

Izoniazid Ticarcilin Fluoroquinolone(s)

Sulfonamides Piperacilline Cefuroxime

Trimetophrime Ceftizoxime Ceftazidime

Triazole Mezlocillin Aztreonam

Vancomycin Imipenem

KELAINAN TELINGA DALAM

Terdiri dari koklea (pendengaran) dan vestibular (keseimbangan)

Struktur dari koklea :

1. Skala Vestibuli

Pada bagian atas dari koklea dan berisi perilimfe

Bagian dasarnya terdapat membran vestibuli (Reissner’s Membrane)

2. Skala Timpani

Pada bagian bawah koklea dan berisi perilimfe

3. Skala Media

Pada bagian tengah koklea dan berisi endolimfe

Bagian dasarnya terdapat membrana basalis

Terdapat membran tektoria

Pada membran basalis terdapat organ yang merubah getaran menjadi listrik yakni

a. Organ Corti

b. Sel Rambut Luar

c. Sel Rambut Dalam

Alat keseimbangan terletak di telinga dalam dan terlindung oleh tulang paling keras tubuh

Labirin terdiria tas labirin tulang dan labirin membran

Labirin membran terletak dalam labirin tulang dan bentuknya mirip labirin tulang

Antara labirin tulang dan labirin membran terdapat perilimfa

Sedangkan endolimfe terdapat di dalam labirin membran

Setiap labirin terdiri dari 3 kanalis semisirkularis, yakni anterior, posterior dan horizontal

Page 12: Rangkuman THT khusus Telinga

Labirin terdiri dari labirin statis yakni utrikulus dan sakulus dan labirin kinetik (3 kanalis)

Di dalam labirin kinetik terdapat krista ampularis

Kelainan pada keseimbangan antara lain adalah BPPV dan Meniere’s Disease

1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo

Perasaan berputar, ada 3 macam yakni vertigo spontan, posisi (BPPV) dan kalori

Hal yang dapat mengakibatkan BPPV :

a. Penyakit degeneratif idiopatik

b. Trauma

c. Labirinitis

d. Neuritis vestibular

e. Meniere

f. Paska stapeidektomi

g. Fistula perilimfe

Vertigo terbagi menjadi vertigo sentral dan perifer :

a. Perifer : kelainan organ keseimbangan

b. Sentral : kelainan pusat keseimbangan

Pada penyakit degeneratif, penyebab BPPV akibat massa pada kanalis semisirkularis

Penatalaksanaan BPPV terdiri dari CRT, Brandt-Daroff, perasat Libratory

2. Meniere’s Disease

Merupakan vertigo periodik dengan tinnitus dan tuli sensorineural

Serangan kedua lebih baik dari serangan pertama

Dapat sembuh sendiri tanpa obat

Patofisiologinya akibat hidrops endolimfa pada koklea dan vestibulum karena :

a. Meningkatnya tekanan hidrostatik ujung arteri

b. Menurunnya tekanan osmotik dalam kapiler

c. Meningkatnya tekanan osmotik ekstrakapiler

d. Tersumbatnya jalan keluar sakus endolimfatikus

Sakulus juga mengalami pelebaran yang menekan utrikulus

Pada tumor N VIII vertigo periodik lemah semakin lama semakin kuat

Pada multiple sclerosis, vertigo periodik intensitas konstan

Pada neuritis vestibular serangan tidak periodik dan lama-lama menghilang

Pada BPPV, diinduksi oleh perubahan posisi

Page 13: Rangkuman THT khusus Telinga

Pemasangan vibrator untuk menghancurkan debris dalam kanal dapat dilakukan

Terapi lainnya adalah simptomatik, obat vasodilator, antiskemia dan neurotonik

Pemasangan shunt untuk cairan endolimf berlebih juga dapat dilakukan

3. Pemeriksaan keseimbangan

a. Uji Romberg – berdiri, kaki tandem, mata tertutup, tangan dilipat di dada

b. Stepping Test – berjalan ditempat 50 langkah, apabila tempat berubah melebihi satu

meter atau posisi berubah 30 derajat berarti ada gangguan

c. Fungsi serebelum – seperti test jari hidung atau fast pointing test

4. Pemeriksaan objektif dapat dilakukan Posturografi, ENG, Kobrak dan Kalori Bitermal

5. Posturografi

Pemeriksaan yang menilai objektif dan kuantitatif untuk keseimbangan postural

Dengan modifikasi visual dan propioseptif

Test dilakukan setiap 10 detik dengan 4 cara berturut-turut yakni :

a. Berdiri diatas alas rata, mata terbuka

b. Berdiri diatas alas rata, mata terututp

c. Berdiri diatas alas busa 10 cm, mata terbuka

d. Berdiri diatas alas busa 10 cm, mata tertutup

6. Uji Kobrak

Tidur terlentang dengan kepala flekso 30 derajat

Dengan cara mengalirkan air nol derajat celcius 5 mL selama 20 detik

Kemudian dihitung lama nistagmus, normal 120-150 detik

7. Tes Kalori Bitermal

2 macam air, yakni 30 derajat dan 44 derajat dengan volume masing-masing 250 mL

Air dialirkan ke masing masing telinga dalam waktu masing-masing 40 detik kemudian dicatat

Telinga kiri, suhu 30 dianggap “a” telinga kanan suhu 30 dianggap “b”

Telinga kiri, suhu 44 dianggap “c” dan telinga kanan suhu 44 dianggap “d”

Rumusnya dengan (a+c) - (b+d) nilai normal dibawah 40 detik

Pada setiap pemeriksaan, pasien diistirahatkan 5 menit

8. Electronistagmografi

Untuk memonitor gerakan bola mata

Kornea dianggap memiliki gerakan positif

Apabila mata bergerak ke kanan, galvanometer bergerak ke kanan, begitupula sebaliknya

Page 14: Rangkuman THT khusus Telinga

Dan pergerakan bola mata kemudian dicatat karena setiap pergerakan galvanometer, jarum

pemindai pada kertas akan mencatat (seperti pada EKG atau EEG)

Sebelum melakukan pemeriksaan diatas, pasien harus bebas obat penenang, obat tidur, antihistamin

dan obat anti emetik selama 1 minggu

AUDIOLOGI

Merupakan ilmu yang mempelajari fungsi pendengaran, habilitasi dan rehabilitasinya

Tuli konduktif akibat kelainan telinga luar dan tengah, tuli sensorineural akibat telinga dalam

Telinga secara fisiologik dapat mendengar nada 20-18.000 Hz, efektif 500-2000 Hz

Tes kualitatif penala :

1. Tes Rinne

Penala digetarkan dan ditaruh di prosesus mastoid

Setelah tidak terdengar, dipegang didepan telinga 2.5 cm kira-kira

Apabila masih terdengar maka (+), maka normal

2. Tes Weber

Digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala

Apabila ada lateralisasi ke telinga yang sakit, maka tuli konduktif

Apabila ada lateralisasi ke telinga yang sehat, maka tuli sensorineural

Pada telinga normal tidak ada lateralisasi

3. Tes Schwabach

Penala digetarkan dan diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak ada bunyi

Kemudian diletakkan di telinga pemeriksa

Apabila pemeriksa masih mendengar, maka memanjang (tuli konduktif)

Apabila pemeriksa tidak mendengar, maka memendek (tuli sensorineural)

4. Tes Bing

Menutup tragus telinga (provokasi tuli konduktif 30 dB)

Kemudian dilakukan seperti tes Weber

Bila lateralisasi ke telinga yang ditutup, berarti normal

Apabila tidak ada lateralisasi, terdapat tuli konduktif

5. Tes Stenger

Digunakan untuk tuli anorganik

Getarkan penala pada telinga kanan dan pada telinga kiri getarkan lebih keras

Page 15: Rangkuman THT khusus Telinga

Apabila kedua telinga normal, hanya kiri yang mendengar, apabila tidak, hanya kanan

6. Tes Berbisik

Semi kuantitatif, menentukan derajat ketulian secara kasar

Audiometri merupakan prosedur untuk membuat audiogram dengan audiometer

Nada murni merupakan bunyi dengan satu frekuensi, dinyatakan dalam getaran per detik

Bising merupakan bunyi dengan banyak frekuensi (narrow band – terbatas) (white noise – luas)

Frekuensi adalah nada murni oleh getaran suatu benda yang sifatnya harmonis sederhana (Hertz)

Pemeriksaan dilakukan pada anak usia lebih dari 4 tahun yang kooperatif pada ruang sound proof

Frekuensi yang diperiksa adalah 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000, 8000

1. Konduksi udara dilakukan untuk melihat tuli konduksi dan sensorineural

Untuk mengukur digunakan headphone yang dikonduksi melalui udara

2. Konduksi tulang dilakukan untuk menilai fungsi koklea dan nervus auditorius

Sinyal langsung mentransmisi koklea dengan vibrasi stimulus di tengkorak

Ambang dengar adalah bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi tertentu

Indeks Fletcher, Ambang dengar atau AD dihitung dengan

AD 500Hz+AD1000Hz+AD2000Hz3

Menurut kepustakaan terbaru, rumusnya menjadi

AD 500Hz+AD1000Hz+AD2000Hz+AD 4000Hz4

Derajat ketulian ISO :

0 – 25 dB : normal 55 – 70 dB : tuli sedang berat

25 - 40 dB : tuli ringan 70 – 90 dB : tuli berat

40 – 55 dB : tuli sedang > 90 dB : tuli sangat berat

Konduksi AC digambarkan dengan garis lurus, BC dengan garis putus-putus

AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB tanpa gap maka pendengaran normal

AC dan BC turun lebih dari 25 dB tanpa gap maka tuli sensorineural

BC kurang dari 25 dB dan AC turun lebih dari 25 dB dengan gap maka tuli konduktif

BC kurang dari 25 dB dan AC turun lebih besar dengan gap maka tuli campur

1. Tuli Konduktif

Kelainan telinga luar atau telinga tengah

a. Kelainan telinga luar

Page 16: Rangkuman THT khusus Telinga

Atresia liang telinga Otitis eksterna sirkumskripta

Sumbatan serumen Osteoma liang telinga

b. Kelainan telinga tengah

Sumbatan tuba eustachius Timpanosklerosis

Otitis media Hemotimpanum

Otosklerosis Dislokasi tulang pendengaran

2. Tuli Sensorineural

a. Tuli sensorineural koklea

Aplasia Intoksikasi obat-obatan

Labirinitis Tuli mendadak

Trauma kapitis Trauma akustik

Pajanan bising

b. Tuli sensorineural retrokoklea

Neuroma akustikus Tumor sudut pons serebelum

Multiple myeloma Cedera otak

Perdarahan otak

Rekrutmen adalah fenomena meningkatnya sensitiftias pendengaran hingga 1 dB

Rekurtmen biasanya terjadi pada tuli koklea

Kelelahan adalah saraf pendengaran yang lelah apabila dirangsang terus-menerus

Kelelahan biasanya terjadi pada tuli retrokoklea

Terdapat audiometri khusus (subject dependent) dan audiometri objektif (subject independent)

Audiometri Khusus Audiometri Objektif

Tes SISI (Short Increment Sensitivity Index) Audiometri Impedans

Tes ABLB (Alternate Binaural Loudness Balance) Elektrokokleografi

Tes Kelelahan Evoked Response Audiometry

Audiometri Tutur Otoacoustic Emission

Audiometri Bekesy

AUDIOLOGI ANAK

Sistem pendengaran dibentuk pada minggu keempat janin

Pada usia gestasi 20 minggu, bayi telah dapat merespons terhadap suara

Page 17: Rangkuman THT khusus Telinga

Faktor resiko tinggi terjadinya gangguan perkebangan pendengaran :

1. Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran

2. Riwayat infeksi pranatal TORCH

3. Kelainan anatomi kepala dan leher

4. Lahir prematur dibawah 37 minggu

5. Berat badan lahir rendah dibawah 1500 gram

6. Persalinan dengan tindakan

7. Hiperbilirubinemia

8. Asfiksia neonatorum, APGAR rendah (0-4 pada menit pertama; 0-6 pada menit kelima)

9. Obat ototoksik

10. Meningitis bakterialis

11. Ventilasi mekanik 5 hari atau lebih di NICU

Cochlear implant merupakan suatu sistem elektronik yang ditanamkan ke koklea pasien

Dengan pembedahan melalui rongga mastoid pada tuli saraf

Rehabilitasi selama 6 hingga 12 bulan

Diindikasikan untuk tuli saraf bilateral (AD diatas 90 dB) atau pada semua tuli total

Penyebab karena meningitis, labirinitis, trauma kapitis, kongenital

Tidak bermanfaat pada kerusakan N VIII dan tuli sentral

EVOKED RESPONSE AUDIOMETRY

Pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi nervus VIII

Dengan merekam potensial listrik yang dikeluarkan koklea

Menggunakan elektroda yang dilekatkan pada dahi dan prosesus mastoideus

Rangsang bunyi akan dialirkan melalui :

1. Gelombang 1 di koklea

2. Gelombang 2 di nukleus koklearis

3. Gelombang 3 di nukleus olivarius superior

4. Gelombang 4 di lemnikus lateralis

5. Gelombang 5 di kolikulus inferior

Gelombang akan ditangkap oleh elektroda kulit kepala

Page 18: Rangkuman THT khusus Telinga

Penilaian dalam bentuk gelombang dan waktu yang diperlukan dari pemberian rangsang sampai

mencapai nukleus-nukleus tersebut

Umumnya digunakan bunyi rangsang “click”

Early response timbul dalam waktu kurang dari 10 milidetik

Late response timbul dalam waktu antara 50 hingga 500 milidetik

TULI KONDUKTIF PADA GERIATRI

Akibat berkurangnya elastisitas dan bertambah besarnya pinna

Akibat atrofi dan bertambah kakunya liang telinga

Akibat penumpukan serumen

Akibat membran timpani bertambah tebal dan kaku

Akibat kekakuan sendi tulang pendengaran

TULI SENSORINEURAL PADA GERIATRI

Akibat proses degenerasi, berhubungan dengan herediter, pola makan, metabolisme,

arteriosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau multifaktorial

Proses degenerasi menyebabkan atrofi koklea, degenerasi sel rambut dan organ Corti

Terdapat juga perubahan pada nervus VIII

Berupa penurunan pendengaran secara perlahan dan progresif, simetris pada kedua telinga

Dapat juga disertai tinnitus

Pasien juga sulit mendengar terutama bila diucapkan pada latar belakang bising

Apabila intensitas dinaikkan, akan timbul rasa nyeri di telinga akibat recruitment

TULI MENDADAK

Terjadi tiba-tiba, berjenis sensorineural, etiologi tidak diketahui, unilateral

Mendadak, menahun dan tidak jelas, dapat sementara atau berulang, biasanya menetap

Penurunan lebih dari 30 dB, tiga frekuensi, minimal 3 hari

Terutama disebabkan akibat iskemia koklea karena spasme, trombosis atau perdarahan

Iskemia menyebabkan degenerasi luas pada sel ganglion stria vaskularis dan ligamen spiralis

Virus campak, HiB, mononukleosis dapat menyebabkan kerusakan organ corti

Anamnesis

Proses terjadinya ketulian

Gejala yang menyertai ketulian dan faktor predisposisi ketulian

Page 19: Rangkuman THT khusus Telinga

Pemeriksaan fisik

Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga sehat dan Schwabach memendek

Tes SISI 70-100%, ditemukan recruitment

Refleks kelelahan negatif, maka bukan tuli retrokoklea

Audiometri tutur kurang dari 100% maka merupakan tuli sensorineural

Penatalaksanaan

Tirah baring sempurna dengan vasodilatasia injeksi dan oral setiap hari

Prednison, tapering off selama 3 hari

Vitamin C dan vitamin E serta Neurobion

Diet rendah garam

Inhalasi oksigen dan terapi oksigen hiperbarik

Evaluasi tuli mendadak

Sangat baik – perbaikan lebih dari 30 dB pada 5 frekuensi

Sembuh – AD kurang dari 30 dB pada 250, 500, 1000 dan 2000 Hz dan kurang 25 dB pada

4000 Hz

Baik – perbaikan rerata 10-30 dB pada lima frekuensi

Tidak ada perbaikan – perbaikan kurang dari 10 dB pada 5 frekuensi

TULI AKIBAT BISING

Akibat bising yang keras, dalam waktu lama

Sifatnya merupakan tuli sensorineural bilateral

Bising yang intensitasnya lebih dari 85 dB dapat menyebabkan kerusakan organ corti

Pendengaran berkurang disertai tinitus, tidak dapat mendengar suara baik pelan maupun keras

Anamnesis – pernah atau bekerja di lingkungan bising

Pada otoskop tidak ditemukan kelainan

Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga sehat dan Schwabach memendek

Tuli sensorineural frkuensi 3000-6000 Hz

Adanya fenomena recruitment, maka merupakan tuli sensorineural koklea

Pindah tempat kerja, alat bantu dengar, dan lip reading merupakan tatalaksana

Apabila terdapat tuli total bilateral, dilakukan implantasi koklea

TULI AKIBAT OTOTOKSIK

Obat-obatan ototoksik:

Page 20: Rangkuman THT khusus Telinga

Kina Salisilat Arsen

Etil Metil Alkohol Nikotin Toksin bakteri

Streptomisin Aminoglikosida

Gejala meliputi tinnitus nada tinggi dan kuat antara 4000 hingga 6000 Hz (khas untuk tuli ototoksik)

Kerusakan yang ditimbulkan adalah :

1. Degenerasi stria vaskularis

2. Degenerasi sel epitel sensori

3. Degenerasi sel ganglion

Pada penggunaan eritromisin dapat disertai dengan vertigo

Pada obat anti tumor dapat disertai otalgia dan gangguan keseimbangan

Tuli akibat ototoksik tidak dapat diobati

ABD, psikoterapi, auditory training dapat digunakan

Apabila tuli bilateral total dapat dilakukan cochlear implant