proses pembentukan karakter menuju kemandirian …
TRANSCRIPT
i
PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN ANAK OLEH
LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK ( LKSA ) PANTI RINI DI
PURWOREJO
(Penelitian Deskriptif Kualitatif di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini
Purworejo, Jawa Tengah)
SKRIPSI
Disusun Sebagai Tugas Akhir Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Ilmu Sosiatri/Pembangunan Sosial
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
Disusun Oleh :
NATALIA ANNA SEPTIANINGSIH
NIM : 16510017
PROGRAM STUDI ILMU SOSIATRI / PEMBANGUNAN SOSIAL
JENJANG PROGRAM STRATA 1
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2020
iv
M O T T O
“Bermimpilah setinggi langit, karena jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang ”
- Ir. Soekarno –
“Sesulit apapun hidup adalah sesuatu yang harus diapresiasi dengan usaha yang nyata, bukan sesuatu yang berlalu sia-sia atau ditangisi”
- Merry Riana –
“Hidup ini sulit, apa yang kamu inginkan tak akan selalu kamu dapatkan, namun jangan menyeraah BERUSAHA, BELAJAR, dan, BERDOA”
“Jadikan apapun yang terjadi setiap hari sebagai motivasi untuk berkembang”
- NAS -
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh cinta yang mendalam skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Almamater tercinta Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta.
2. LKSA Panti Rini Purworejo yang telah mendidik saya dan telah memberi kesempatan
kepada saya untuk melanjutkan pendidikan sampai jenjang S1 ini.
3. Teman-teman dan adek-adek LKSA Panti Rini yang tidak bisa saya sebutkan satu per
satu yang telah mendukung dan selalu mewarnai hari-hari saya.
4. Kedua orang tua saya, yang telah membesarkan saya, mendidik saya, mendukung
saya, mempercayai saya dalam segala hal, dan mendoakan saya dalam setiap langkah
yang saya jalani.
5. Kakak dan adik saya serta keluarga besar yang selalu mendukung dan mendoakan
saya.
6. Andik Pramono yang telah membantu saya dalam segala hal, yang selalu mendukung
saya, yang telah bersedia mendengarkan keluh kesah saya, dan yang selalu menyuruh
saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman kontrakan yang selalu mendukung dan membantu saya.
8. Veronica Vitri Yani yang selalu mendukung dan yang telah bersedia mendengarkan
keluh kesah saya.
9. Teman-teman dekat (Talita, Tiwi, Febrina, Bertha, Inar) yang selalu menyemangati
dan mendorong saya untuk segera mengerjakan skripsi ini.
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ungkapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat, kasih
karunia-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Proses
Pembentukan Karakter Menuju Kemandirian Anak Oleh Lembaga Kesejahteraan
Sosial Anak (LKSA) Panti Rini di Purworejo”.
Penulis melakukan penelitian yang berlokasi di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
(LKSA) Panti Rini Purworejo, Jawa Tengah. Banyak pelajaran berharga serta pengalaman
yang penulis dapatkan selama melakukan penelitian ini.
Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat menjadi Sarjana Starata 1 Program Studi
Ilmu Sosiatri/Pembangunan Sosial di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta. Dalam penelitian skripsi ini, penulis merasa terbantu atas dukungan
dari berbagai pihak dalam proses penulisan maupun penelitian sehingga dapat berjalan
dengan lancar. Untuk itu, penulis menghaturkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Dr. Suntoro Eko Yunanto, M.Si selaku ketua Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
2. Dra. Oktarina Albizzia, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Sosiatri /
Pembangunan Sosial S-1 Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta.
3. Ibu Dra. MC Candra Rusmala Dibyorini, M.Si selaku dosen pembimbing, terima
kasih atas waktu,, saran dan masukan, serta bimbingan yang telah diberikan kepada
saya selama pengerjaan skripsi ini.
4. Ibu Dra Anastasia Adiwirahayu, M.Si selaku penguji I skripsi ini mengenai Proses
Pembentukan Karakter Menuju Kemandirian Anak Oleh Lembaga Kesejahteraan
Sosial Anak (LKSA) Panti Rini Di Purworejo.
5. Ibu Ratna Sesotya Wedadjati, S. Psi., M. Si.Psi selaku Penguji II skripsi ini mengenai
Proses Pembentukan Karakter Menuju Kemandirian Anak Oleh Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini Di Purworejo.
6. Dra. AY. Oelin Maliantoro, M. Si selaku Dosen Pembimbing Akademik.
7. Dosen-dosen yang telah memberikan dan membagikan ilmunya kepada saya selama
saya menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta.
vii
8. LKSA Panti Rini yang telah mengizinkan saya untuk melanjutkan pendidikan sampai
jenjang S-1 dan selalu mendukung, mendoakan saya, serta telah mengizinkan,
menerima, dan membantu saya dalam melakukan penelitian ini.
9. Pembimbing bidikmisi dan teman-teman bidikmisi yang telah membantu saya dalam
menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta.
10. Kepada orang tua saya yang tercinta dan tersayang Bapak Vincentius Slamet (Alm)
dan Ibu Partinah yang telah merawat, mendukung, mendidik, dan tak hentinya
mendokan saya selama ini. Karya ini saya persembahkan untuk kalian, sebagai wujud
terima kasih atas pengorbanan dan jerih payah kalian sehingga saya dapat
menyelesaikan pendidikan ini.
11. Saudara-saudari saya terkasih Hendrikus Hendi, Teresia Yulianingsih, Andreas Devit
Agus Anggoro. Terima kasih untuk bantuan dan semangat dari kalian, semoga awal
dari kesuksesan saya ini dapat membanggakan kalian.
12. Teman-teman kontrakan yang selalu mendukung saya dalam masa menjalani proses
pendidikan S-1 Ini.
13. Terima kasih kepada mereka yang menerima segala kekurangan dan kelebihan saya,
menemani 4 tahun masa kuliah yang luar biasa dan diluar dugaan saya, teman-teman
Seperjuangan Ilmu Sosiatri/Pembangunan Sosial 2016 (Aulia, Alvi, Agus, Adriana,
Bimo, Billy, Danang, Dini, Dora, Eyas, Farinda, Febri, Inar, Intan, Lia, Maxon,
Muqthi, Naufal, Prihatin, Rino, Rika, Santi, Bertha, Suster Sherly, Suster Tiar, Suster
Modesta, Tino, Tiwi, Talita, Umbu, Wulan, Yogi.). Sukses selalu untuk kedepannya
ndes!!!
14. Sahabat yang tersayang dan tercinta yang selalu memberikan semangat Kurnia
Pratiwi, Zulinar Zuleha Wungo, Talita Sari, Alifka Regina Arisanti, Bertha dan
Febrina Noor Prihandini. Terima kasih untuk kebersamaan yang sudah kita lalui
selama hampir 4 tahun ini. terima kasih untuk tawa dan bahagia yang selalu dibagi
bersama. Terima kasih sudah mau menerima kelebihan dan kekurangan saya. Sukses
selalu untuk kedepannya yah sayang-sayangku!!!!!
15. Terima kasih kepada yang tersayang dan tercinta Andik Pramono yang selalu
mendukung, menyemangati dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih telah
mendengarkan keluh kesah saya dan telah membantu saya dalam segala hal.
viii
16. Veronica Vitri Yani yang selalu mendengarkan keluh kesah saya, menyemangati dan
selalu mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih telah menjadi
dosen pembimbing ke dua bagi saya
17. Sri Murwaningsih yang selalu menyuruh saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
18. Teman seangkatan dari SMP Lia dan Tini, terima kasih selalu mendukung saya.
Pada akhirnya, penulis menyadari sebagai manusia biasa yang tidak luput dari
kesalahan tentunya dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, dan kekurangan yang
perlu untuk diperbaiki. Kritik dan saran yang membangun bagi penulis sangat diharapkan.
Yogyakarta, 20 Mei 2020
Natalia Anna Septianingsih
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................v
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ......................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................8
D. Kerangka Teori .......................................................................................................9
1 Proses Pembentukan Karakter ........................................................................16
2 Kemandirian Anak .........................................................................................18
G. Metode Penelitian ..................................................................................................27
1. Jenis Penelitian.................................................................................................27
2. Ruang Lingkup Penelitian................................................................................27
a. Obyek Penelitian ........................................................................................27
b. Definisi Konseptual ...................................................................................28
c. Definisi Operasional ..................................................................................29
3. Subyek Penelitian.............................................................................................30
4. Lokasi Penelitian ..............................................................................................30
x
5. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................................30
a. Observasi....................................................................................................30
b. Wawancara .................................................................................................31
c. Dokumentasi ..............................................................................................31
6. Teknik Analisis Data........................................................................................32
a. Reduksi Data ............................................................................................32
b. Penyajian Data ...........................................................................................32
c. Penarikan Kesimpulan ...............................................................................32
BAB II DESKRIPSI WILAYAH / GAMBARAN UMUM
A. Letak LKSA Panti Rini Purworejo ........................................................................34
B. Sejarah LKSA Panti Rini Purworejo .....................................................................34
C. Landasan Hukum LKSA Panti Rini .......................................................................36
D. Profil LKSA Panti Rini ..........................................................................................36
1. Visi Misi ........................................................................................................36
2. Strategi ........................................................................................................38
3. Tujuan ........................................................................................................38
4. Syarat-syarat Masuk Panti ...............................................................................38
5. Sarana Prasarana ..............................................................................................40
6. Sumber Dana ....................................................................................................44
7. Data Anak Asuh ...............................................................................................45
8. Data Karyawan LKSA Panti Rini ....................................................................48
9. Struktur dan Uraian Tugas Pengurus LKSA Panti Rini ...................................49
BAB III ANALISIS DATA
A. Deskripsi Informan ................................................................................................58
xi
B. Proses Pembentukan Karakter Menuju Kemandirian Anak Oleh Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini Di Purworejo...............................60
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................97
B. Saran ......................................................................................................................98
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Data Anak Asuh Mauk Panti ...........................................................................6
Tabel II.1 Kondisi Fisik Gedung ..................................................................................41
Tabel II.2 Data Anak Asuh ...........................................................................................45
Tabel II.3 Data Karyawan di LKSA Panti Rini Purworejo ..........................................48
Tabel III.1 Identitas Informan Pengurus dan Pengasuh ................................................58
Tabel III.2 Identitas Informan Anak Asuh .....................................................................59
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan I.1 Struktur Organisasi LKSA Panti Rini ...........................................................49
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak adalah sebuah anugerah dari yang Maha Kuasa, impian dan tanda
kebahagiaan dari setiap pasangan suami istri. Anak bisa dikatakan juga sebagai
seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami pubertas.
Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antara
seorang perempuan dan laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang
dilahirkan oleh wanita meskipun tidak melakukan pernikahan tetap dikatakan anak
(Alesmana, www.kompasiana.com/definisi-anak). Kehadiran anak dapat merubah
suasana keluarga, dan didalam keluarga orang tua bertanggung jawab penuh atas anaknya
untuk merawat, membesarkan, dan mendidik anak menjadi baik dan penuh kasih
sayang, karena anak mempunyai martabat dan hak untuk dijunjung tinggi dan
dilindungi supaya kelak anak dapat berguna bagi keluarga, sesama dan bangsa. Setiap
orang tua pastinya menginginkan anaknya lahir dengan keadaan sehat, baik dari segi
fisik, psikis, dan mental. Orang tua juga mendambakan anaknya tumbuh menjadi anak
yang cerdas, berhasil dan sukses dalam kehidupan masa depannya.
Anak merupakan harta yang paling berharga dalam keluarga dibandingkan
dengan harta lainnya. Anak juga merupakan sebuah harapan bagi orang tua
kedepannya. Peran dan perhatian orang tua dan keluarga sangat dibutuhkan untuk
merawat dan mendidik anak dari bayi hingga dewasa, hal ini tentunya tidak mudah
bagi orang tua karena orang tua harus mampu menghadapi anak yang dimana tingkat
emosionalnya masih dalam tahap yang belum stabil maka dari itu orang tua dan anak
2
perlu mengenal dan memahami jati diri anak terlebih dahulu. Dalam penemuan jati
diri anak, orang tua harus selalu melakukan pengawasan dan bimbingan agar supaya
dalam pekembangan anak setiap hari dapat terpantau dengan baik dan agar terbentuk
perilaku yang baik pula pada anak, namun jika dalam tumbuh kembang anak tanpa
pengawasan dan bimbingan orang tua maka anak akan menjadi mudah terpengaruh
dengan berbagai macam perilaku negatif yang ada dilingkungan sekitarnya sehingga
dapat merugikan semua pihak. Kenakalan anak dapat disebabkan oleh berbagai
macam faktor antara lain adalah keluarga yang tidak harmonis atau kurangnya kasih
sayang dari orangtuanya, lingkungan bermain atau lingkungan tempat tinggal yang
kurang baik, dan ekonomi yang kurang baik dalam keluarga.
“Anak-anak yaitu manusia muda dalam umur muda, dalam jiwa muda dan
perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk keadaan sekitarnya” R.A.
Kosnan (2005:113). Di dalam KUH perdata pasal 330 ayat (1) “Seseorang belum
dapat dikatakan dewasa jika orang tersebut umurnya belum genap 21 tahun, kecuali
seseorang tersebut telah menikah sebelum umur 21 tahun”. Oleh karena ituanak-anak
perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh. Akan tetapi, sebagai makhluk sosial yang
paling rentan dan lemah, ironisnya anak-anak justru sering kali ditempatkan dalam
posisi yang paling dirugikan, tidak memiliki hak untuk bersuara dan bahkan mereka
sering menjadi korban kekerasan dan pelanggaran terhadap hak-haknya. Kasus anak
yang masuk Panti Asuhan sampai saat ini masih tergolong tinggi, hal ini dikarenakan
banyak faktor yang dialami dalam keluarga sehingga orang tua terpaksa memasukkan
anaknya ke Panti Asuhan, adapun beberapa faktor alasan anak masuk ke Panti yaitu
3
seperti; keluarga berekonomi lemah, keluarga yang broken home, yatim, piatu, yatim-
piatu, dan anak terlantar.
Pada catatan tahun 2018 menurut Data PMKS-PPID Dinas Sosial Provinsi
Jawa Tengah dimana anak terlantar di Daerah Provinsi Jawa Tengah mencapai 98,801
anak. Menurut JabarEkspres.com ( Kamis, 5 Januari 2017 ) dimana anak Yatim di
Daerah Provinsi Jawa Tengah sebanyak 5.232 anak dan untuk anak terlantar di daerah
Purworejo sendiri sebanyak 290 anak. Menurut Data PMKS-PPID Dinas Sosial
Provinsi Jawa Tengah, serta untuk anak dari keluarga berekonomi lemah di daerah
Purworejo mencapai 13,81 persen di Tahun 2017, namun di Tahun 2018 berhasil
ditekan menjadi 11,67 persen hal ini dikemukakan oleh KRJOGJA.com (Senin, 30
Desember 2019).
Berdasarkan data tersebut adapun kasus yang dilakukan oleh anak jalanan
seperti yang dipaparkan oleh surat kabar jpnn.com, Surabaya (Kamis, 26 Juli 2018)
Keberadaan anak jalanan (anjal) di perempatan Pegirian, Kecamatan Semampir,
Surabaya meresahkan pengguna jalan. Mereka kerap meminta uang dengan setengah
memaksa setelah berpura-pura membersihkan kaca mobil. Jika tidak diberi, mereka
mengamuk dan memberet bodi mobil. Berdasarkan pantauan Jawa Pos, anjal beraksi
dengan membawa kemoceng. Mereka mendekati kendaraan yang berhenti saat lampu
merah menyala. Dengan semangat, mereka seolah-olah membersihkan kaca depan
menggunakan kemoceng.
Penanganan perkara masalah setiap anak tentunya tidaklah mudah, apalagi
anak yang dididik memiliki karakter yang susah ditebak oleh orang tua. Memahami
Karakter anak dalam keluarga memang terkadang begitu sulit bahkan orang tua
4
seringkali tidak mampu melakukan, kebanyakan orang tua bahkan dibuat bingung oleh
anak sehingga orang tua tidak bisa memahami setiap hal yang dialami anak setiap
harinya seperti kegiatan yang dilakukan disekolah maupun masalah yang sedang
dihadapi oleh anak. semakin bertumbuhnya anak maka semakin tidak nyaman anak
untuk berkomunikasi dengan orang tua, karena anak terkadang merasa takut untuk
menceritakan masalah yang sedang dihadapi, semua itu tergantung bagaimana jenis
pola asuh yang diberikan oleh orang tua kepada anak. Keberhasilan orang tua dalam
mendidik anak jika orang tua sudah mampu memahami dan mengetahui karakter anak
dalam keluarga semisal tentang bagaimana anak bersosialisasi, cara anak menghargai
sesama dikeluarga maupun masyarakat, dan mampu menghayati norma-norma yang
ada.
Keluarga mempunyai fungsi yang sangat besar dalam perkembangan pribadi
anak, dengan adanya bimbingan dan penanaman nilai-nilai yang baik, serta perhatian
yang cukup oleh orang tua kepada anak, melalui perhatian tersebut diharapkan dapat
membentuk sikap anak yang baik dalam pertumbuhannya. Tentu saja hal ini
membutuhkan perhatian yang besar dari keluarga dan hubungan timbal balik antara
orang tua dengan anaknya. Kebutuhan perhatian dan hubungan timbal balik antara
orang tua dan anak sangat penting bagi pembentukan karakter anak karena lingkungan
yang berubah-ubah akan membahayakan perkembangan emosi bagi anak itu sendiri.
Hal-hal dalam pendidikan keluarga yang baik dan benar, akan sangat berpengaruh
pada perkembangan pribadi dan sosial anak.
Pada kenyataannya keluarga menjadi tempat terpenting dalam pembentukan
karakter anak, ada beberapa faktor kesalahan orang tua dalam mendidik anak yang
5
dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi anak sehingga berakibat pada
pembentukan karakternya, seperti orang tua kurang menunjukkan ekspresi kasih
sayang baik secara verbal maupun fisik, kurang meluangkan waktu yang cukup untuk
anaknya, bersikap kasar seperti (mengucilkan anak, berkata-kata kasar, mencubit,
memukul, dan memberi hukuman badan lainnya), dan ada juga berdampak anak putus
sekolah akibat orang tua yang berpisah. Dampak yang ditimbulkan dari salah asuh
tersebut akan menghasilkan anak-anak yang mempunyai kepribadian bermasalah atau
mempunyai kecerdasan emosi rendah. Lingkungan keluarga sebagai lingkungan
pendidikan yang pertama ini sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak.
Karena di dalam keluarga, anak pertama kali mendapat pengetahuan tentang nilai dan
norma. Kurangnya suasana kehidupan keluarga yang kondusif dapat menyebabkan
kepribadian yang bermasalah ( Tri Ardila, skripsi, 2016 ).
Kondisi nyata saat ini yang ada di keluarga sangat memprihatinkan, karena
dengan masalah yang dialami oleh orang tua, anak menjadi korban. Seperti halnya
yang terjadi di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak ( LKSA ) Panti Rini yang
beralamat di Jl. Prof. Dr N. Driyarkara No 7 Purworejo. LKSA Panti Rini ini
merupakan sebuah Panti Asuhan yayasan swasta yang dikelola oleh para suster Putri
Bunda Hati Kudus (PBHK) yang bergerak dibidang sosial, dengan fokus melakukan
pelayanan dan perhatian kepada anak-anak yang miskin, yatim piyatu dan terlantar.
Banyak anak-anak yang masuk di Panti Rini ini dikarenakan latar belakang baik itu
anak Yatim, Piatu, Yatim-Piatu, Ekonomi Lemah, Broken Home, dan Terlantar.
Berikut data anak yang masuk Panti Rini dari Tahun 2018- 2019.
6
TABEL I.1
Data Anak Asuh Masuk Panti
TAHUN
ALASAN MASUK PANTI
Ekonomi
Lemah
Broken
Home
Yatim Piatu Yatim-
Piatu
Korban
Kekerasan
Keluarga
tidak
Jelas
2018 30 1 6 2 1 1 1
2019 32 1 6 2 1
Sumber :Data LKSA Panti Rini 2018-2019
Setiap anak di LKSA Panti Rini diterima dengan kemampuan dan
permasalahan hidupnya. Para suster PBHK hadir bersama-sama mereka sebagai satu
keluarga dimana mereka menjadi orang tua bagi anak-anak dan sebagai satu keluarga
yang baru bagi mereka. Dengan adanya kebersamaan, mereka belajar mengenal diri
sendiri maupun mengenal sesama, menghargai diri sendiri dan keunikan setiap
masing-masing pribadi. Mereka mendapat kesempatan menggembangkan bakat dan
minat mereka. Mereka dibina untuk belajar baik melalui kehidupan sehari-hari
didalam Panti maupun melalui pendidikan formal.
Dengan adanya latar belakang yang berbeda-beda tersebut tentu ini tidak
mudah untuk membentuk anak menjadi anak yang berkarakter, sebagai pengasuh
tentunya memerlukan pendekatan yang super ekstra untuk bisa menjadi ibu, kakak,
teman atau tempat cerita bagi mereka. Dalam pendampingan anak pun harus
mempunyai rasa sabar yang besar. Terkadang sikap dan cara anak asuh dalam
bertingkah laku sehari-hari pun menggambarkan apa yang dialami anak dalam
keluarga, sehingga anak sering melakukan pembrontakan kepada suster dan ibu-ibu
pengasuh dipanti. Banyak anak dipanti yang minim akan daya juang untuk
memecahkan masalah sepele contoh kecilnya: mengucapkan kata terimakasih,
membuang sampah pada tempatnya, bahkan hal kecil tidak mampu menjahit kancing
7
bajunya sendiri padahal mereka sudah SMP atau SMA. Sehingga anak memerlukan
pendidikan dan pendampingan yang baik dan benar demi kemajuan dan kemandirian
anak agar siap terjun ke dunia nyata yang seperti saat ini semua serba instan dan
modern.
Berdasarkan dari uraian diatas mengenai permasalahan anak, penulis melihat
bagaimana usaha atau proses yang dilakukan oleh LKSA Panti Rini dalam
menanamkan hal-hal positif kepada anak dan mendidik anak yang bertujuan untuk
membangun karakter anak dan menyadarkan anak bahwa mereka mempunyai
kemampuan untuk berprestasi dan berguna bagi masa depan mereka. Ketika anak
sudah turun ke masyarakat tidak kaget dengan kondisi yang ada karena anak telah
diberi bekal sesuai dengan apa yang diajarkan yaitu melalui pembentukan karakter dan
anak bisa membiasakan diri menaati peraturan dan tata tertib yang telah dibuat baik
itu dimasyarakat maupun di panti itu sendiri. Untuk menjadi anak yang memiliki
pribadi yang berkarakter baik tidaklah mudah seperti halnya memiliki rasa sopan
santun, bisa menghargai diri sendiri maupun orang lain, memiliki rasa tanggung jawab
yang besar terhadap apa yang telah dipercayakan, hal itu tergantung dengan kondisi
sosial dilingkungan sekitarnya. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian atau
wawancara dengan informan anak yang kurang lebih sudah 1 tahun mengikuti proses
pembentukan karakter meuju kemandirian anak oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak (LKSA) Panti Rini di Purworejo.
8
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian mengenai latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak oleh
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini di Purworejo ?
2. Apa kendala yang dihadapi oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)
Panti Rini dalam proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak ?
C. TUJUAN
Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak oleh
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini di Purworejo.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak (LKSA) Panti Rini dalam proses pembentukan karakter menuju kemandirian
anak.
D. MANFAAT
a. Manfaat Akademik
1) Untuk melatih dan menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dibangku
kuliah dalam kehidupan masyarakat dan memperluas ilmu pengetahuan sosial
tentang proses pembentukan karakter anak-anak di LKSA Panti Rini.
2) Untuk menerapkan teori yang ada pada masyarakat secara langsung, sehingga
dapat diketahui adanya kesamaan antara teori dengan keadaan nyata yang ada
dimasyarakat.
9
3) Untuk memberikan masukan bagi pelaksanaan penelitian yang akan datang
dibidang yang sama.
b. Manfaat praktis
1) Memberikan wawasan tentang proses pembentukan karakter anak oleh LKSA
Panti Rini.
2) Dapat dijadikan pedoman bagi pihak atau peneliti lain yang ingin mengkaji
secara mendalam tentang proses pembentukan karakter anak di Daerah
Purworejo Jawa Tengah.
E. KERANGKA TEORI
1. Proses Pembentukan Karakter
a. Definisi Proses
Menurut Soewarno Handayaningrat dalam bukunya yang berjudul
“Pengantar Studi dan Administrasi” mengemukakan bahwa
a.) Proses adalah serangkaian tahap kegiatan mulai dari menentukan
sasaran sampai tercapainya tujuan (S.Handayaningrat, 1988:20).
b.) Sedangkan menurut Jusuf Sjarif Badudu dan Sutan M Zain dalam
kamus Bahasa Indonesia “ Proses adalah jalannya suatu peristiwa dari
awal sampai akhir atau masih berjalan tentang suatu perbuatan,
pekerjaan dan tindakam”. (JS Badudu dan Sutan M Zain 1996:1092).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses merupakan suatu
aktivitas kegiatan dari awal sampai akhir atau berjalan yang memberikan
nafas bagi organisasi sampai dengan tercapainya tujuan.
10
b. Pembentukan Karakter
1) Definisi Karakter
Karakter ialah bentuk organisasi individual daripada kehidupan
perasaan-perasaan dan hasrat-hasrat (Chorus). Dalam kata Yunani
“charakter” arti semulanya ialah: suatu tanda yang digoreskan pada
tonggak batas, untuk memberitahukan siapa pemilik tanah yang
diberikan berbatas itu. Kemudian “charakter” mempunyai arti yang
lebih umum lagi : tanda, cap. Lebih khusus “charakter” berarti: topeng
pemain sandiwara Yunani yang merupakan tanda pengenal peranan
yang dimainkannya. Dengan demikian “charakter” menunjukan sifat-
sifat dari pribadi yang diperankan.
Karakter adalah seperangkat sifat yang selalu dikagumi sebagai
tanda-tanda kebaikan, kebajikan, dan kematangan moral seseorang.
Secara etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa Latin Character,
yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian
dan akhlak.
Karakter merupakan kumpulan dari beragam aspek kepribadian
yang melambangkan kepribadian seseorang. Karakter merupakan ciri-
ciri tertentu yang sudah menyatu pada diri seorang yang ditampilkan
dalam bentuk perilaku. Karena itu dikatakan Farid Anjar, (dalam
Abdullah, 2015:352) bahwa character education sebagai pendidikan
akhlak. Sifat-sifat yang ada dalam diri seorang itu, terdapat sifat yang
menonjol/dominan, yang kemudian menjadi karakteristik seorang atau
11
sekelompok orang, mempengaruhinya. Pendidikan dalam hal ini, dapat
mengembangkan potensi baik dan dapat menekan potensi buruk
manusia.
Secara harafiah, karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan
moral, nama atau reputasi (Hornby dan Pornwell dalam Strategi dan
Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter). Dalam kamus
psikologi, karakter adalah kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis
atau moral, misalnya kejujuran seseorang yang biasanya mempunyai
kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982).
Berikut ini beberapa terminologi yang memaknai karakter:
a.) Samsuri (www.staff.uny.ac.id) menyatakan bahwa terminologi
“karakter” sedikitnya memuat dua hal: values (nilai-nilai) dan
kepribadian. Suatu karakter merupakan cerminan dari nilai apa
yang melekat dalam sebuah entitas. Sebagai aspek kepribadian,
karakter merupakan cerminaan dari kepribadian secara utuh dari
seseorang: mentalitas, sikap, dan perilaku.
b.) Suyanto
(www.mandikdasmen.kemdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html)
menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku
yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja
sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun
negara. individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa
12
membuat keputusan dan sikap mempertanggungjawabkan tiap
akibat dari keputusan yang ia buat.
c.) Menurut Coon, karakter adalah suatu penilaian subjektif
terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut
kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh
masyarakat (Zubaedi, 2011:8).
d.) Menurut Mansur Muslich, karakter adalah cara berfikir dan
berperilaku seseorang yang menjadi ciri khas dari tiap individu
untuk hidup dan bekerjasama baik dalam keluarga, masyarakat
dan negara (Mansur Muslich 2010:70).
2) Unsur-unsur karakter
Secara psikologis dan sosiologis pada manusia terdapat hal-hal
yang berkaitan dengan terbentuknya karakter. Unsur-unsur ini
menunjukan bagaimana karakter seseorang. Unsur-unsur karakter
menurut Fathul Muin (2011 : 160) dalam bukunya yang berjudul
pendidikan karakter konstruksi teoritik dan praktik tersebut antara lain:
a) Sikap
Sikap merupakan bagian dari karakter, bahkan sikap dianggap
cerminan karakter dari orang tersebut. Dalam hal ini, sikap
seseorang terhadap sesuatu yang dihadapannya, biasanya
menunjukan bagaimana karakter orang tersebut. Jadi, semakin baik
sikap seseorang maka akan dikatakan orang dengan karakter baik.
13
Dan sebaliknya, semakin tidak baik sikap seseorang maka akan
dikatakan orang dengan karakter yang tidak baik.
b) Emosi
Emosi merupakan bumbu kehidupan sebab tanpa emosi kehidupan
manusia akan terasa hambar. Emosi merupakan gejala dinamis
dalam situasi yang dirasakan manusia yang berefek pada kesadaran,
perilaku dan merupakan proses fisiologis.
c) Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu sikap yang dimana seseorang
memiliki keyakinan atau kepercayaan kepada orang lain.
Kepercayaan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti.
Sugesti otoritas, pengalaman, dan intuisi sangatlah penting dalam
membangun watak dan karakter manuisa. Jadi, kepercayaan
memperkukuh eksistansi diri dan memperkukuh hubungan dengan
orang lain.
d) Kebiasaan dan Kemauan
Kebiasaan merupakan perilaku manusia yang menetap, berlangsung
secara otomatis pada waktu yang lama, tidak direncankan dan
diulangi berkali-kali. Sedangkan kemauan merupakan kondisi yang
sangat mencerminkan karakter seseorang karena kemauan berkaitan
erat dengan tindakan yang mencerminkan perilaku orang tersebut.
14
e) Konsepsi diri ( Self-Conception )
Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar maupun
tidak sadar tentang bagaimana karakter dan diri seseorang dibentuk.
Jadi konsepsi diri adalah bagaimana saya harus membangun diri,
dan bagaimana saya menempatkan diri dalam kehidupan.
3) Pembentukan Karakter
Karakter dibentuk dari kebiasaan kita. Kebiasaan kita saat anak-
anak biasanya bertahan sampai remaja. Orang tua bisa mempengaruhi
baik atau buruk, pembentukan kebiasaan anak-anak mereka ( Lickona,
2012:50 ).
Karakter seperti juga kualitas diri yang lainnya, tidak
berkembang dengan sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap
individu dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah,nature) dan lingkungan (
sosialisasi pendidikan, nurture). Menurut para developmental
psychologist setiap orang memiliki potensi bawaan yang akan termanis
festasi setelah ia dilahirkan, termasuk potensi yang terkait dengan
karakter. Karakter yang baik dimiliki manusia tersebut harus dibina
melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini.
Melalui pembentukan karakter akan mendorong lahirnya anak-
anak yang baik. Begitu tumbuh dalam karakter yang baik, anak-anak
akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan
berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar, dan
cenderung memiliki tujuan hidup.
15
Karakter tidak sebatas pengetahuan, seseorang yang memiliki
pengetahuan belum tentu mampu bertindak sesuai pengetahuannya, jika
tidak terlatih (menjadi kebisaan) untuk melakukan kebaikan tersebut.
Karakter lebih dalam lagi, menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan
diri. Dengan demikian diperlukan komponen karakter yang baik
(components off good character), yaitu :
a. Pengetahuan tentang moral ( moral knowing )
Dimensi-dimensi dalam moral knowing yang akan mengisi ranah
kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan
tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut
pandang (perspective talking), logika moral (moral reasoning), dan
pengenalan diri (self knowledge).
b. Perasaan/penguatan emosi ( moral felling )
Moral feelling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik
untuk menjadi manusia berarakter. Penguatan ini berkaitan dengan
bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu
kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem),
kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran
(loving the good), pengendalian diri (self control), dan kerendahan
hati (humility).
c. Perbuatan bermoral ( moral action )
Moral action merupakan perbuatan atau tindakan yang merupakan
hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. untuk
16
memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang
baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter,
yaitu kompetensi (competence) keinginan (will), dan kebiasaan
(habit)
c. Proses Pembentukan karakter
Proses pembentukan karakter merupakan suatu tahapan atau usaha yang
dilakukan untuk membina karakter anak sejak usia dini, yang bertujuan
untuk mendorong lahirnya anak-anak yang baik, dimana nantinya anak akan
tumbuh dengan kapasitas dan memiliki komitmen untuk melakukan hal baik
dengan benar dan memiliki tujuan hidup.
Tahapan-tahapan dalam proses pembentukan karakter adalah sebagai
berikut:
1. Pengenalan
Pengenalan ini adalah seorang anak diperkenalkan tentang
perbuatan baik dari lingkungan, maupun keluarga. Contohnya anak
diajarkan tentang kejujuran, tenggang rasa, gotong royong, bertanggung
jawab dan lain sebagainya. Tahapan ini bertujuan untuk menanamkan
perbuatan baik dalam memorinya.
2. Pemahaman
Pemahaman disini adalah kita memberikan pengarahan atau
pengertian tentang perbuatan baik yang sudah dikenalkan kepada anak.
tujuannya agar anak tahu dan mau melakukan hal tersebut dalam
keluarga maupun dalam masyarakat.
17
3. Penerapan
Maksud dari penerapan disini adalah memberikan kesempatan
pada anak untuk menerapkan perbuatan baik yang telah diajarkan.
4. Pengulangan/kebiasaan
Pengulangan disini adalah setelah anak telah paham dan
menerapkan perbuatan baik yang telah dikenalkan kemudian dilakukan
pembiasaan, dengan cara melakukan hal baik tersebut secara berulang-
ulang agar anak terbiasa melakukan hal tersebut.
5. Pembudayaan
Pembudayaan disini harus diikuti dengan adanya peran serta
keluarga dan masyarakat untuk ikut melakukan dan mendukung
terciptanya pembentukan karakter baik yang telah diterapkan dalam
masyarakat maupun didalam keluarga. Adanya hukuman jika tidak ikut
pembudayaan tersebut akan memunculkan motivasi untuk ikut dan
berperan serta dalam pembudayaan karakter yang baik dan positif dalam
masyarakat.
6. Internalisasi menjadi karakter
Karakter seseorang akan semakin kuat jka ikut didorong adanya
suatu ideologi atau kepercayaan (believe). Jika semua sudah tercapai
maka akan ada kesadaran dalam diri seseorang untuk melakukan hal
yang baik tersebut tanpa adanya paksaan atau dorongan untuk
melakukannya. Selain itu adanya faktor internal dalam masyarakat atau
keluarga akan mempengaruhi karakter seseorang.
18
2. Kemandirian Anak
a. Pengertian Kemandirian Anak
Kemandirian seseorang dilihat dari bagaimana seseorang tersebut bisa
bertindak, melakukan dan menyelesaikan sesuatu dengan jujur, bebas dan
benar tanpa bantuan orang lain.
Kemandirian adalah suatu sikap individu yang diperoleh secara
kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk
bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi lingkungan, sehingga
individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri dengan
kemandiriannya. Kemandirian self-reliance adalah kemampuan untuk
mengelola semua apa yang kita miliki, kita tahu bagaimana mengelola waktu,
berjalan dan berfikir secara mandiri, disertai dengan kemampuan untuk untuk
menanggung resiko dan memecahkan masalah, tidak ada kebutuhan untuk
mendapatkan persetujuan orang lain ketika hendak melangkah atau
melakukan sesuatu yang baru, tidak membutuhkan persetujuan yang detail
dan terus meneruss tentang bagaimana mencapai produk akhir. Kemandirian
merupakan bagian dari kepribadian yang merupakan susunan unsur akal yang
dapat menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari setiap individu.
(http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/tunas-
siliwangi/article/download/90/84).
19
b. Komponen Kemandirian Anak
Kemandirian sejak dini sangat penting bagi anak untuk
keberlangsungan hidup dimasa yang akan datang, serta komponen ini sesuai
dengan kemandirian yang terdapat pada anak.
Faud (http://www.pendidikanekonomi.com/2013/10/komponen-
kemandirian-anak.html) menyebutkan ada tiga komponen kemandirian anak
yang paling mendasar yang perlu ditanamkan sejak dini oleh para orang tua
diantaranya : 1) kemandirian intelektual, 2) kemandirian emosi, 3)
kemandirian spiritual.
1) Kemandirian Intelektual
Kemandirian intelektual adalah akal atau budi intelegensi yang
berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berfikir
(Sukmadinata, 2005: 94) berpendapat bahwa intelektual memiliki
kriteria sebagai berikut:
a.) Terarah pada tujuan (purposeful behavior)
Anak yang mampu mengarahkan diri pada tujuan dan tidak
melakukan pekerjaan yang sia-sia serta tanpa harus mendapatkan
bimbingan secara intensif dalam setiap rencana kegiatannya adalah
salah satu ciri kemandirian intelektual.
b.) Tingkah laku terkoordinasi (organized behavior)
Anak yang memiliki tingah laku terkoordinasi adalah anak yang
memiliki aktivitas dan perilaku yang selalu terkoordinasi dengan
20
baik, tidak ada perlaku yang tidak direncanakan atau tidak
terkendali adalah anak yang menunjukan kemandirian intelektual.
c.) Memiliki sikap jasmaniah yang baik (physical well toned behavior)
Anak yang memiliki jasmaniah yang baik adalah anak yang belajar
secara intelegen, duduk dengan baik, menempatkan bahan yang
dipelajari dengan baik, memegang alat tulis dengan baik, tidak
belajar sambil tiduran dan tidak belajar sambil tengkurap.
d.) Memiliki daya adaptasi yang tinggi (adaptable behavior)
Anak yang memiliki daya adaptasi tinggi, cepat dalam membaca
dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, tidak banyak
mengeluh atau merasakan hambatan dari lingkungan adalah salah
satu ciri anak mandiri secra intelektual.
e.) Berorientasi pada sukses (succes oriented behavior)
Anak yang selalu berorientasi pada sukses dan tidak takut pada
kegagalan serta selalu optimis adalah salah satu ciri anak yang
memiliki kemandirian intelektual.
f.) Mempunyai motivasi yang tinggi (cleary motivated behavior)
Anak yang memiliki motivasi tinggi, memiliki kekuatan dari dalam
dirinya maupu dari luar dirinya berati dia telah dianggap mampu
mandiri secra intelektual.
21
g.) Dilakukan dengan cepat (rapid behavior)
Anak yang mampu melakukan dengan cepat dan memahami situasi
atau permasalahan adalah anak yang memenuhi salah satu
kemandirian intelektual.
h.) Menyangkut kegiatan yang luas (broad behavior)
Anak yang terlibat dalam kegiatan yang luas dan kompleks yang
membutuhkan pemahaman dan pemikiran yang mendalam maka ia
termasuk mandiri secara intelektual.
2) Kemandirian Emosional
Kemandirian emosional adalah adanya kecenderungan
seseorang atau individu untuk memiliki perasaan yang khas bila
berhadapan dengan obyek tertentu dalam lingkungan (Sukmadinata,
2005:94) berpendapat bahwa kemandirian emosional memiliki kriteria
sebagai berikut:
a.) Mampu mengendalikan diri (mengendalikan gejala emosi).
Sebagaimana manusia pada umumnya, anak memiliki gejolak
emosi yang berubah-ubah sesuai dengan stimulus yanng
diterimanya. Anak yang memiliki kemandirian emosional salaj
satunya adalah mampu mengekspresikan gejolak-gejolak emosi
tersebut dalam batas kewajarandan tidak berlebihan.
b.) Memelihara dan memacu motivasi untuk terus berupaya dan tidak
mudah menyerah atau putus asa.
22
c.) Mampu mengendalikan dan mengatasi stress. Anak yang mampu
mengendalikan tindakan, mengatasi masalahnya, dan
mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri adalah anak yang
memenuhi salah satu ciri mandiri secara emosi.
d.) Mampu menerima kenyataan. Sebagai bagian dari masyarakat, anak
berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya sesuai dengan skala
kemampuan dirinya. Selama proses interaksi, masing-masing
individu membawa harapan dan keinginan yang mungkin saja
berbeda sehingga wajar jika harapan dan keinginan salah satu
individu tidak terwujud karena terbentur pada harapan dan
keinginan individu lainnya. dan kemampuan anak bersikap positif
pada kenyataan menunjukan kemandiriaan emosionalnya.
e.) Dapat merasakan kesenangan meskipun dalam kesulitan.
f.) Mampu memahami pengalaman emosi pribadi. Ketika anak mampu
mengarahkan dan mengendalikan tingkah lakunya pada perilaku
positif dengan penuh pertimbangan serta mampu mengubah
beberapa tingkah laku negatif dimasa lalu berarti dia teah dianggap
mandiri secara emosi.
g.) Mampu memahami emosi orang lain. Sebagai makhluk sosial, sejak
dini anak telah memiliki kepekaan terhadap lingkungannya baik
secara fisik maupun psikis. Jika anak mampu merepon gejolak-
gejolak emosi orang lain baik yang ditujukan untuk dirinay maupun
23
orang lain dengan sikap-sikap positif, maka dia telah memiliki
kemandirian emosional.
3. Kemandirian Spiritual
Kemandirian spiritual adalah kemampuan dalam mengajarkan
sikap positif, memiliki norma, memahami perbedaan dengan
menunjukan sikap bijaksana dan mempunyai sikap yang mandiri
(Sukmadinata, 2005:98) berpendapat bahwa kemandirian spiritual
memiliki kriteria sebagai berikut:
a.) Kemampuan untuk menjadi fleksibel
Pemahaman yang baik tentang sebuah kepercayaan terefleksikan
salah satunya dalam kehidupan sosial masyarakat. hampir semua
norma agama mengajarkan sikap-sikap positif termasuk saling
hormat menghormati antar penganut kepercayaan. Jika anak
memiliki sikap tersebut, dapat disimpulkan mandiri secara spiritual.
b.) Memiliki derajat kesadaran tinggi
Setiap kepercayaan memiliki norma dan ritual yang harus
dilaksanakan oleh pemeluknya. Kesadaran anak untuk mematuhi
dan melaksanakan norma-norma dan ritual-ritual tersebut dengan
penuh tanggungjawab dan tanpa paksaan sesuai dengan usia
pengetahuannya dalam memperlihatkan kemandirian spiritualnya.
c.) Memiliki kecakapan untuk mengahadapi dan menyalurkan serangan
Kehidupan bersama dimasyarakat mengharuskan orang untuk
saling memahami kondisi, karakter, dan sikap-sikap orang lain baik
24
sikap positif maupun negatif. Kemampuan seorang anak untuk
menanggapi sikap positif dan negatif dari teman-teman dan
lingkungannya menunjukan kemandirian spiritualnya.
d.) Kualitas untuk terilhami oleh visi dan nilai
Sebagaimana telah disebutkan diatas, kepercayaan memiliki
konsep, norma, dan ritual. Jika anak memiliki kemampuan untuk
mengarahkan hidupnya dengan tidak menyimpang dari konsep,
norma, dan ritual kepercayaan yang dianutnya, maka dia disebut
mandiri secara spiritual.
e.) Enggan melakukan hal yang merugikan
Setiap individu memiliki potensi untuk melakukan sikap-sikap
positif maupun negatif. Dari dua hal tersebut ( positif dan negatif),
terdapat kemungkinan-kemungkinan untuk melahirkan dampak-
dampak mengguntungkan dan merugikan baik bagi dirinya sendiri
maupun lingkungannya. Jika anak memiliki sensitivitas atau
mampu mengendalikan sikap-sikapnya agar tidak menimbulkan
dampak-dampak merugikan dalam hal ini terkait dengan ajaran-
ajaran kepercayaan dan masyarakatnya, maka dia telah mandiri
secra spiritual.
f.) Kecenderungan melihat hubungan antar hal yang berbeda
(keterpaduan)
Karena terdapat banyak sekali kepercayaan didunia ini baik yang
telah disahkan atau belum disahkan oleh Negara yang
25
menanganinya, diperlukan kesadarn oleh seorang individu untuk
memahami perbedaan-perbedaan dengan menunjukan sikap-sikap
bijaksana. Jika anak mampu melihat perbedaan-perbedaan
kepercayaan dan ritual-ritualnya dan kemudian bersikap positif
terhadap perbedaan tersebut, maka ia memiliki salah satu ciri
kemandirian spiritual.
g.) Mandiri, menentang tradisi
Mandiri lekat dengan sikap penuh kesadaran tinggi
bertanggungjawab atas apa yang telah dipercayai dan tidak slalu
bergantung pada orang lain. Seorang anak disebut mandiri secaras
spiritual jika mampu bersikap mandiri dan tanpa paksaan dalam
menjalankan norma dan
ritual kepercayaan yang telah dipelajarinya.
c. Ciri-ciri Kemandirian Anak
Kemandirian mempunyai ciri-ciri tertentu, yang telah digambarkan
oleh pakar-pakar dibawah ini Nasrudin (dalam Maulidiyah,2005: 30)
menyebutkan kemandirian itu ditandai dengan adanya perilaku:
1) Bertanggung jawab, yang ditunjukan dengan adanya disiplin dalam
belajar, melaksanakan tugas dengan baik dan penuh pertimbangan dalam
bertindak.
2) Aktif dan semangat, yaitu ditunjukan dengan adanya usaha mengejar
prestasi meskipun kegiatan yang dilakukan tekun merencanakan serta
mewujudkan harapan-harapan.
26
3) Inisiatif, yaitu memiliki kemampuan berfikir dan bertindak secara kreatif.
4) Kontrol diri yang kuat, yaitu ditunjukan dengan adanya mengendalikan
tindakan mengatasi masalah, dan mampu mempengaruhi lingkungan atas
usaha sendiri.
5) Mengerjakan sendiri tugas-tugas rutinnya, yang ditunjukan dengan
kegiatan yang dilakukan dengan kehendaknya sendiri dan bukan karena
orang lain dan tidak bergantung pada orang lain.
Namun ciri-ciri kemandirian menurut Tim Pustaka Familia (dalam Khalifah,
2009: 41) sebagai berikut :
1) Mampu berfikir dan berbuat untuk diri sendiri, ia aktif, kreatif,
kompeten, dan tidak bergantung pada orang lain dalam melakukan
sesuatu dan tampak spontan.
2) Mempunyai kecenderungan memecahkan masalah, ia mampu dan
merusaha mencari cara untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
3) Tidak merasa takut mengambil resiko, dengan mempertimbangkan baik-
buruknya dalam menentukan pilihan dan keputusan.
4) Percaya diri terhadap penilaian sendiri sehingga tidak sedikit-sedikit
bertanya atau minta bantuan kepada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
5) Mempunyai kontrol diri yang kuat dan lebih baik terhadap hidupnya.
Berarti ia mampu mengendalikan tindakan, mengatasi masalah, dan
mampu mempengaruhi lingkungan atas usaha sendiri.
27
Pada penelitian ini peneliti akan menitikberatkan pada ciri kemandirian
anak yang dikemukakan oleh Nasrudin (dalam Maulidiyah,2005: 30) yang
menyebutkan kemandirian itu ditandai dengan adanya perilaku Keinginan
mengerjakan sendiri tugas – tugasnya, selalu aktif dan semangat, Inisiatif atau
bertindak dengan kreatif, bertanggung jawab dengan segala hal, dan selalu
memiliki kontrol diri yang kuat.
F. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif kualitatif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988: 63).
Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif ini peneliti
menggambarkan fenomena yang terjadi sebagaimana adanya dalam proses
pembentukan karakter menuju kemandirian anak oleh Lembaga Kesejahteraan
Sosial Anak (LKSA) Panti Rini di Purworejo.
2. Ruang Lingkup Penelitian
a. Obyek Penelitian
Berdasarkan pada judul dalam penelitian ini, yang menjadi obyek
penelitian ini adalah proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak
oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak ( LKSA ) Panti Rini di Purworejo.
28
b. Definisi Konsepsional
Definisi konsep merupakan suatu istilah atau pemahaman mengenai
kejadian yang menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial maupun
fenomena alami. Pengertian lain juga disebutkan bahwa konsep merupakan
generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk
menggambarkan fenomena yang sama (Singaribun dan Sofian Efendi,
1985:17)
Definisi konsep dari Proses Pembentukan Karakter menuju
Kemandirian anak oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak ( LKSA ) Panti
Rini di Purworejo adalah sebagai berikut:
1) Proses Pembentukan Karakter
Proses pembentukan karakter merupakan suatu tahapan atau usaha yang
dilakukan untuk membina karakter anak sejak usia dini yang bertujuan
untuk melahirkaan anak-anak yang baik dan memiliki komitmen dalam
melakukan segala sesuatu serta memiliki tujuan hidup, dimana anak
diajarkan untuk mengenal, memahami, menerapkan, mengulanggi,
pembudayaan dan anak di bentuk karakternya sehingga mereka melakukan
segala sesuatunya tanpa paksaan dari orang lain.
2) Kemandirian Anak
Kemandirian anak adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang
untuk bisa melakukan segala sesuatunya dengan sendiri, dimana
kemandirian anak dicirikan dengan bertanggung jawab, aktif dan semangat,
inisiatif, kontrol diri yang kuat dalam menyelesaikan masalah, dan
29
mengerjakan sendiri tugas-tugasnya. Kemandirian anak bisa diperkuat
melalui proses sosialisasi yang terjadi antara anak dengan teman sebaya.
c. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan
kegiatan, atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur
konstrak atau variabel tersebut (Moh Nazir 1988:152).
Definisi operasional adalah aspek penelitian yang memberikan informasi
kepada kita tentang bagaimana caranya mengukur variabel. Definisi
operasional adalah semacam, petunjuk kepada kita tentang bagaimana caranya
mengukur suatu variabel. Definis operasional dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1.) Proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak melalui :
a) Dalam tahap pengenalan.
b) Dalam tahap pemahaman.
c) Dalam tahap penerapan.
d) Dalam tahap pengulanggan/kebiasaan.
e) Dalam tahap pembudayaan.
f) Dalam tahap internalisasi menjadi karakter.
2.) Kendala yang dihadapi oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)
Panti Rini dalam proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak.
30
3. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini subjek penelitian ditentukan dengan teknik purposive
sampling. Sampling yang purposive adalah sampel yang dipilih dengan cermat hingga
relevan dengan desain penelitian. Peneliti akan berusaha agar dalam sampel itu
terdapat wakil-wakil dari segala lapisan populasi ( Nasution, 2007: 98 ).
Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka yang menjadi subjek informan
peneliti ini adalah pengelola (Pengurus dan Pengasuh) Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak ( LKSA ) Panti Rini dan anak-anak yang ada di Panti Rini Purworejo. Adapun
informan terdiri dari 18 orang yakni :
1. Pengurus dan Pengasuh : 3 Orang
2. Anak asuh : 15 Orang
4. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih peneliti dalam penelitian ini yakni di Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak ( LKSA ) Panti Rini Purworejo. Alasan peneliti memilih
lokasi ini karena Lembaga ini merupakan tempat dimana banyak anak dari keluarga
yang mempunyai masalah yang berbeda-beda dan banyaknya anak yang memiliki
karakter yang berbeda-beda, sehingga harapan peneliti dapat membantu dalam
memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan judul penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi sebagai alat pengumpul data dimaksud observasi yang dilakukan
secara sistematis bukan observasi sambil-sambilan atau secara kebetulan saja.
Dalam observasi ini diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang
31
sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi,mengatur, atau
memanipulasinya. Obsevasi sebagai alat pengumpul data harus sistematis artinya
obsevasi serta pencatatannya dilakukan menurut aturan-aturan tertentu sehingga
dapat diulangi kembali oleh peneliti lainnya. obsevasi yang dilakukan dalam
penelitian melakukan pengamatan kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian (
Nasution, 2007: 106 ).
b. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Hubungan antara
penginterview dan yang diinterview bersifat sementara, yaitu berlangsung dalam
jangka waktu tertentu dan kemudian diakhiri. Wawancara merupakan alat yang
ampuh untuk mengungkapkan kenyataan hidup, apa yang dipikirkan atau
dirasakan orang tentang berbagai aspek kehidupan. Melalui tanya jawab kita dapat
memasuki alam pikiran orang lain, sehingga kita peroleh gambaran tentang dunia
mereka ( Nasution, 2007: 113 ).
Melalui metode ini penyusun memperoleh informasi dari para informan
yang terdiri dari pengurus dan pengasuh serta anak yang mengikuti proses
pembentukan karakter dengan menggunakan wawancara secara langsung dan
bertatap muka.
c. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Koentjaraningrat ( 1989: 89 ) adalah teknik
pengumpulan dengan cara mengambil catatan yang tertulis berupa arsip atau
32
dokumen yang ada pada suatu jawatan atau instansi baik kantor desa, kantor
kecamatan maupun kantor pemerintah yang berkaitan dengan materi penelitian.
Melalui dokumentasi penyusun mendapat banyak informasi seperti profil
dan lain sebagainya.
6. Teknik Analisis Data
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar, yang muncul dari
catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlansung terus menerus selama penelitian
berlangsung. Reduksi data/proses transformasi ini terus berlanjut sesudah
penelitian lapangan sampai laporan akhir tersusun. (Imam Suprayogo, 2001: 193 ).
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif pada
masa lalu adalah bentuk teks naratif . dimana pada tahap ini peneliti melakukan
penyalinan data hasil rekaman wawancara kedalam bentuk tulisan naratif dan
menyajikan dalam bentuk kutipan wawancara. ( Imam Suprayogo, 2001: 194 ).
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan ini adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
interpretasi data hasil penelitian. Tujuan penarikan kesimpulan ini adalah
menggambarkan maksud dari data yang disajikan. Pada tahap ini peneliti
33
memberikan kesimpulan pada setiap data kutipan wawancara agar dapat dipahami
oleh pembaca (Nur Afiifah Hidayah, Skripsi, 2016 ).
34
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH / GAMBARAN UMUM
A. LETAK LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (LKSA) PANTI RINI
PURWOREJO
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini beralamat di Jl. Prof.
Dr N. Driyarkara No 7 Purworejo, Jawa Tengah. Posisi ini memudahkan masyarakat
untuk mengetahui letak Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini.
B. SEJARAH BERDIRINYA LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK
(LKSA) PANTI RINI PURWOREJO
Keberpihakan Yesus kepada orang kecil dan terlantar menyadarkan kembali akan
tugas dan panggilan para suster Putri Bunda Hati Kudus untuk membaktikan diri
sepenuhnya kepada kristus melalui Maria. Para suster Putri Bunda Hati Kudus
terdorong untuk berkarya di bidang sosial dengan mencurahkan perhatian dan
pelayanan kepada mereka yang miskin dan terlantar terkhusus anak-anak putri. Maka
terbentuklah sebuah Panti Asuhan panti Rini. Panti Rini terbentuk melalui perjalanan
panjang yang banyak jatuh dan bangunnya. Dimulai pada tahun 1942 dengan misi
perawatan dan perlindungan bagi anak-anak terlantar dengan 3 (tiga) gadis kecil yang
mendiami panti, kemudian berkembang hingga kini. Kami tak dapat menolak anak-
anak yang datang. Yesus sendiri berkata “Biarlah anak-anak datang pada-Ku..” dengan
segala kasih, perhatian, dan kemampuan yang ada, kami berusaha memberikan yang
terbaik.
Situasi dunia tidak aman (penderitaan, kehilangan tempat tinggal, pekerjaan,
kebebasan, dan keluarga). Anak terlantar dan terpisah dari orang tua karena
35
peperangan, bencana alam, dan kekerasan. Zaman Jepang orang laki-laki/bapak-bapak
dipaksa bekerja membantu tentara sehingga meninggalkam anak dan istri. Mereka
tidak mampu memenuhi kebutuhan anak dan para istri membawanya ke
patoran/Susteran/meletakkan anak mereka dipinggir jalan. Melihat kondisi tersebut
maka Sr. Silvesta PBHK (almarhumah) membantu memberi perlindungan kepada
anak-anak terlantar tersebut.
Sebelum Indonesia merdeka, misionaris datang ke Purworejo (1928) berkarya;
dibidang Pendidikan, Kesehatan, dan Sosial dengan misinya adalah ; merawat dan
melindungi anak terlantar. Dirintis oleh Sr. Silvestra PBHK (almarmumah) seorang
suster pribumi I tahun 1942, dibantu Bernadette dan Pauline mulai merawat 3 (tiga)
gadis kecil dari kepolisian yang ayahnya sudah meninggal dan ibunya ditahan di LP
dan menyusul 1 (satu) anak ditemukan di pingggir jalan. Lambat laun bertambah
banyak dari 4 (empat) anak sampai 25 (dua puluh lima) anak pada tahun 1944.
Kesulitan waktu itu suster PBHK hidup masih pas-pasan, belum punya gedung dan
sarana-sarana untuk merawat anak-anak tersebut, karena tidak adanya dana.
Bermodalkan kepercayaan, harapan, dan rasa belas kasihan, suster berusaha untuk
menjual nasi dan memberi les privat secara sembunyi-sembunyi dan menggerakkan
anak-anak yang sudah besar untuk bekerja.
Setelah Indonesia merdeka, membuka lagi sekolah yang ditutup agar anak bisa
bersekolah kembali. Bruder Charitas membuka SMP, SPG kerjasama dengan suster
PBHK agar anak-anak bisa bersekolah lagi. Disamping itu suster PBHK membuka
Panti Asuhan Panti Rini dan mendapat bantuan dari Dinas Sosial.
36
Perkembangan Panti sampai sekarang, anak (kelompok umur/ tingkat sekolah,
latar belakang, perkembangan kognitif, afeksi, pengembangan bakat/ skil, pasca panti
ditunjang dengan kerjasama antar panti dan orangtua. Perkembangan dana diperoleh
dari Yayasan Dharmais Jakarta, pemerintah, donatur, dan tarekat.
C. LANDASAN HUKUM LKSA PANTI RINI
1. Sesuai dengan badan hukum yang berdasar pada akta notaris nomor 03, tanggal 13
Desember 2017 yang dibuat dari FANNY SUHERMAN, SH. Dengan nomor
kementrian hukum dan hak asasi manusia republik indonesia AHU-AH.01.06-
0007895.
2. Akta notaris yang dibuat oleh FANNY SUHERMAN, SH akta atas nama yayasan
Panti Rini dengan nomor : C-35.HT.03.02- TH. 2003.
3. Surat ijin oprerasional telah diperpanjang pada tanggal 27 Maret 2018 dengan
nomor 160.18/938/2018.
D. PROFIL LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (LKSA) PANTI RINI
PURWOREJO
1. Visi dan Misi
a. Visi Panti
Terbentuk pribadi berkarakter baik dan benar yang dijiwai dengan
Spiritualitas Hati.
b. Misi Panti
1) Menyadari tujuan utama tinggal di Panti Rini untuk mempersiapkan
diri menghadapi hidup di masa depan.
2) Membiasakan diri mentaati semua acara dan tata tertib Panti Rini.
37
3) Melatih diri menumbuhkan dan mengembangkan berbagai karakter
hidup seperti: mau dididik, jujur, tanggungjawab, disiplin, mandiri,
rendah hati, sederhana/hidup apa adanya, berjuang, bekerja keras,
berterimakasih dan bersyukur, menghormati dan menghargai,
menggunakan waktu sebaik-baiknya, rajin belajar, dan berdoa, peka,
kekeluargaan, menjaga kebersihan, kerapian, dan keindahan, praktik
5S.
4) Menyadari pengalaman menempuh pendidikan di Panti Rini sebagai
wujud cinta kasih Tuhan yang besar.
c. Visi Yayasan
Menjunjung tinggi martabat anak yang miskin, terlantar, dan menderita,
sebagai citra Allah dengan teman, sahabat, dan saudara dengan semangat
kasih.
d. Misi Yayasan
1) Menanamkan sikap percaya diri, rasa tanggungjawab, jujur, disiplin,
dan mandiri.
2) Menanamkan hidup beriman.
3) Mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan sosila dengan cara
membimbing, mendampingi dan mendidik anak-anak yang kurang
mampu.
4) Memberi kesempatan untuk mengembangkan bakat-bakat yang
dimiliki.
38
2. Strategi
a. Menumbuh kembangkan spiritualitas dan kreatifitas dalam psikologi
perkembangan anak.
b. Membantu mengembangkan potensi anak untuk dirinya dan keluarganya
serta masyarakat.
c. Pendekatan dan pendampingan hubungan antara ibu dan anak.
d. Meningkatkan usaha ekonomi produktif.
e. Membantu menyalurkan bakat anak dan mencarikan pekerjaan setelah
tamat sekolah.
3. Tujuan
a. Agar anak menjadi pribadi yang utuh, beriman, mandiri, tangguh,
memiliki kreatifitas, kerendahan hati, ketulusan, kejujuran, tanggung
jawab, dan disiplin.
b. Memiliki rasa syukur yang mendalam atas rahmat dan karunia Tuhan yang
telah diterima, dialami dalam hidup keseharian, rela mengampuni dan
penuh kasih kepada sesama.
c. Agar anak memiliki kesadaran akan arti hidup, hingga anak semakin
menghargai dan menghormati kehidupan.
d. Agar anak memiliki semangat persaudaraan yang sejati.
e. Agar anak menjad pribadi yag memiliki rasa handarbeni.
4. Syarat-syarat masuk panti
a. Anak yatim, piatu, yatim-piatu, ekonomi lemah, broken home dan
terlantar.
39
b. Surat keterangan yang menyatakan tidak mampu dari kelurahan setempat
c. Surat penyerahan dari orangtua/wali kepada pimpinan panti asuhan
d. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter
e. 3 (tiga) lembar foto terbaru ukuran 3x4
f. Fotocopy akta kelahiran/ surat kelahiran/kenal lahir
g. Fotocopy KTP kedua orangtua/wali
h. Fotocopy surat permandian bagi yang sudah dipermandikan
i. Fotocopy surat kematian orangtua, bagi anak yang orangtuanya sudah
meninggal.
j. Fotocopy surat cerai bagi anak yang orangtuanya cerai
k. Fotocopy surat pernikahan orangtua
l. Fotocopy kartu keluarga
m. Tidak cacat fisik dan mental
n. Surat pindah sekolah, rapot bagi yang pindah sekolah, ijazah dll
o. Usia minimal 4 atau 5 tahun dan maksimal kelas II SLTP
p. Berjenis kelamin perempuan
q. Riwayat hidup anak dan keluarga dari lahir sampai sekarang
r. Surat perjanjian orantua/wali untukmenerimakembali bila pelayana anak
sidah selesai dan bila sudah tidak memungkinkan untuk tinggal di Panti
karena ada alasan tertentu.
40
5. Sarana Prasarana
a. Gedung
Gedung dipinjam dari Yayasan Kongregasi Puteri Bunda Hati Kudus yang
dulu digunakaan untuk SPG, setelah dikembalikan kepada kongregasi
Puteri Bunda Hati Kudus, kemudian dipakai untuk manampung anak-anak
Panti Asuhan.
Fasilitas gedung Panti Asuhan Panti Rini:
1) 5 Kamar tidur
2) 1 Rang tamu dan Kantor Kedinasan
3) 1 Ruangan dipakai untuk perpustakaan dan gudang
4) 1 ruangan untuk warung/kantin
5) 1 Ruangan untuk gudang kursi
6) 1 Ruangan untuk gudang
7) 1 Ruangan untuk kamar tidur tamu
8) 1 Ruangan untuk gudang makanan
9) 1 Ruangan UEP (Usaha Ekonomi Produktif) untuk menyiapkan bahan
penjualan
10) 1 Ruangan dapur
11) 1 Ruangan bertingkat untuk jemuran
12) 14 WC dan kamar mandi
13) 1 Ruang untuk belajar dan makan
14) 1 Aula untuk rekreasi dan pengarahan
15) 1 Ruangan kantor untuk suster
41
16) 1 Kamar tidur suster
17) 1 Ruangan gudang persediaan untuk kebutuhan anak-anak
18) 1 Kamar mandi suster
Keadaan Fisik Gedung
TABEL II. 1
Keadaan Fisik Gedung
No Jenis barang Kondisi
Keterangan Baik/Layak Rusak
1 Tanah Baik -
1.326 m2
Pinjam
Pakai tanah
milik tarekat
PBHK,
sebagai pediri
panti
2 Papan Nama Panti Baik -
3 Kantor Baik -
4 Toko/warung Panti Baik -
5 Aula/tempat rekreasi Baik -
6 Dapur Baik -
7 Ruang makan Baik -
8 Kamar Tidur Baik -
9 Kamar mandi Baik -
Status Tanah : Pinjam pakai
b. Peralatan dapur meliputi
1) 3 buah kompor gas
2) 1 buah dandang nasi
3) 3 buah wajan kecil
4) 3 buah wajan besar
5) 2 buah set panci kecil dan besar
6) 2 buah ceret kecil dan besar
7) 4 buah pisau dapur
42
8) 3 buah ember besar
c. Peralatan makan meliputi
1) 4 lusin piring plastik
2) 4 lusin piring kaca
3) 10 lusin gelas
4) 4 lusin gelas plastik
5) 2 lusin mangkok bakso
6) 4 lusin mangkok plastik
7) 10 lusin sendok dan garpu
8) 3 centong sayur
d. Peralatan belajar meliputi
1) Buku-buku pelajaran TK s/d SLTA sesuai dengan bidang studinya
2) Buku-buku bacaan
3) Buku-buku ilmu pengetahuan
4) Kamus (Inggris-Indonesia-Inggris)
e. Peralatan kantor meliputi
1) 2 buah komputer
2) 2 buah printer
3) 1 buah mesin fotocopy
4) 1 buah almari kabine
5) 1 buah almari kaca besar untuk arsip
6) 1 buah almari kaca kecil untuk arsip
7) 2 buah mesin ketik
43
8) 5 buah meja
9) 8 buah kursi
10) 2 buah almari kecil
11) 2 buah tape
12) 1 buah dispenser
13) 1 buah alat pemotong kertas
f. Peralatan mandi meliputi
1) 5 buah ember plastik untuk bilas cucian
2) 16 buah gayung mandi
3) 36 buah ember plastik untuk pakaian kotor milik anak-anak
g. Peralatan kamar tamu meliputi
1) 2 set mebel tamu
2) 1 buah almari etalase untuk piala
3) 8 buah kursi tamu
h. Peralatan aula meliputi
1) 1 buah televisi
2) 1 buah VCD player
3) 1 buah patung Bunda Maria
4) 1 buah kursi kayu
5) 1 set kursi rotan
6) 1 buah bangku panjang
7) 1 rak buku bacaan
8) Beberapa papan informasi
44
9) Beberapa gambar media bimbingan
10) 1 buah papan visi-misi
11) 1 buah papan tata tertib
12) 1 buah papan acara
13) 1 buah kotak intensi doa
14) 1 buah jam dinding
15) 1 buah salib
i. Unit Ekonomi Produktif
Unit ekonomi Produktif yang kami laksanakan selama ini sebagai berikut:
1) Menyewakan kursi
2) Menjual benda-benda rohani (salib, rosario, patung, kitab suci, puji
syukur,madah bakti, dll)
3) Membuat rosario
4) Membuat produk/hiasan dengan manik-manik (gantungan kunci, boneka,
tempat tissue, dll)
5) Membuat kacang bawang
6) Membuat telor asin
7) Membuat bumbu kacang
8) Membuat kacang sembunyi
9) Membuat stick
6. Sumber dana
Sumber dana diperoleh dari:
1) Bantuan sosial
45
a) Yayasan Asti Dharmais Jakarta
b) Pemerintah pusat/provinsi
c) Pemerintah daerah/kabupaten
2) Hasil UEP
3) Donatur (rutin dan tidak rutin)
7. Data Anak Asuh
TABEL 11. 2
Data Anak Asuh
No Nama
Tempat,
Tanggal Lahir
Umur Pendidikan/
Kelas
Alamat
1 Elia
Margaretha
Cilacap,20
November
2001
18 XI-IPS Kampung Laut,
Cilacap
2 Anastasya Cilacap, 16
Juni 2000
19 XII-IPS Kampung Laut,
Cilacap
3 Dia Ayu
Safitri
Cilacap, 28
Mei 2002
17 XI-IPS Kampung Laut,
Cilacap
4 Hedwig
Kurnia Dwi
Cahyani
Magelang, 21
Oktober 2000
19 Semester 4 Borobudur,
Magelang
5 Maria Prima S Magelang, 4
Mei 2003
16 XII-IPA Borobudur,
Magelang
6 Bernadeta Ea Waewadan, 20
Mei 2004
15 IX Flores, NTT
7 Maria Candida
N.K
Lalunda,
Sulteng, 6
November
2002
17 X-IPA Sulawesi Tengah
8 Imelda Ceria
D
Wonosobo, 1
Desember
2000
19 Semester 2 Wonosobo
9 Carolina
Meriska Y
Cilacap, 11
Juli 2001
18 Semester 2 Kampung Laut,
Cilacap
46
10 Adelia
Kristianti
Bekasi, 10
Desember
2002
17 X-IPS Jakarta
11 M.I.Ejemos
Aneta S.O
Kebumen, 8
September
2009
10 IV Kebumen
12 Scholastica
Susanti
Kebumen, 29
Oktober 1999
20 Semester 4 Kebumen
13 Yohana Eka A.
N
Magelang, 18
Agustus 1999
20 Semester 4 Borobudur,
Magelang
14 Teresia Setyo
N
Temanggung,
25 September
1999
20 Semester 4 Temanggung
15 Sudi Prihatin Temanggung,
11 Februari
1999
21 Semester 4 Temanggung
16 Kristina
Saputri
Sukoharjo, 1
Februari 2002
18 IX Purworejo
17 Linova
Puspitasari
Sukoharjo, 9
Desember
2003
16 IX Purworejo
18 Anastasia
Kinanti Putri
Purworejo, 3
Juni 2001
18 Semester 2 Purworejo
19 Agnes
Merbeliti H
Lewoleba, 22
Juni 2003
16 X-IPS Flores
20 Valentina Dwi
Desi Agustin
Temanggung,
2 Desember
2003
16 X-IPA Temanggung
21 Rebeca Tya O Purworejo, 3
Oktober 2004
15 IX Purworejo
22 Gabriella
Jeklin Ngalkur
Taplor
Batong, 14
Mei 2012
7 II Jayapura
23 Cicilia
Indriyani
Wonosobo, 5
Oktober 2001
18 XII-IPA Wonosobo
24 Lucia
Andriyani
Wonosobo, 5
Oktober 2001
18 XII-IPS Wonosobo
25 Marselina
Theresia
Tangerang
Selatan, 5
7 I -
47
Sevanya
Marsengi
September
2012
26 Yohana Dea N Temanggung,
31 Juli 2002
17 XI-IPA Temanggung
27 Elisabet
Pernada
Purworejo, 19
Agustus 2002
17 XI-IBB Purworejo
28 Fransiska
Fretty
Lubulinggau, 3
Februari 2004
16 XI-IBB Palembang
29 Wasti Purworejo, 27
Februari 2003
17 XI-IPA Purworejo
30 Suko Temanggung,
5 Juli 2001
18 XI-IBB Temanggung
31 Klara
Gambacorta
Bekasi, 9 April
2003
16 XI-IBB Purworejo
32 Mizana Tri M Brebes, 17
Februari 2010
10 IV Muntilan,
Magelang
33 Indriani Lopez Loa Duri, 9
Desember
2003
16 X-IPS Loa Duri llir, Loa
Janan
34 Tatik
Andayani
Purworejo, 18
Juli 2004
15 X-IBB Purworejo
35 Esher Mutiara
Vriska Taeli
Alitupu, 30
Juli 2008
11 V Poso, Sulteng
36 Stevania Maria
P
Palu, 16
Agustus 2006
13 VIII Sigi, Sulteng
37 Mira Yuniar Duria Sulapa,
27 Oktober
2003
16 X-IPS Sigi, Sulteng
38 Angelia
Natania
Temanggung,
30 Januari
2004
16 X-IBB Temanggung
39 Yohana
Albertin T
Buraen, 18
Agustus 2004
15 X-IBB Kupang
40 Vilentia
Cantika A
Purworejo, 9
Juli 2003
16 X-IPS Purworejo
Sumber : Data anak asuh 2020
48
8. Data karyawan di LKSA Panti Rini Purworejo
TABEL 11. 3
Data Karyawan di LKSA Panti Rini Purworejo
No Nama Jenis
Kelamin
Tempat
Lahir
Tanggal
Lahir
Pendid
ikan
Alamat
1 Sr.Sophia
PBHK
Perempuan Purworejo 12 Oktober
1962
SMA Banjarmasin
2 Sr.Asisia
PBHK
Perempuan Purworejo 09 September
1946
SMA Purworejo
3 Sri Fantini Perempuan Purworejo 15 Februari
1980
SMA Kaligesing
4 Sukini Perempuan Purworejo 27 Desember
1971
SMA Purworejo
5 Sudi Suasih Perempuan Magelang 4 Juni 1987 Purwodadi,
Purworejo
6 Veronika vitri
yani
Perempuan Magelang 5 Februari
1997
S1 Magelang
7 Tambah Laki-laki Purworejo 26 Februari
1982
Somongari
Sumber : Data karyawan LKSA Panti Rini 2020
49
9. Struktur dan Uraian tugas Pengurus LKSA Panti Rini Purworejo
Bagan II.1
Struktur pengurus LKSA Panti Rini Purworejo
Sumber : Data struktur organisasi LKSA Panti Rini 2019
2. Uraian Tugas Pengurus LKSA Panti Rini Purworejo
A. PIMPINAN
Bertanggungjawab atas terselenggaranya seluruh pelayanan dalam
LKSA Panti Rini Purworejo antara lain:
SR. M. THERESIA SUCIAH
(SR. M. SOPHIA PBHK)
BAGIAN KEUANGAN
SUKINI
BAGIAN SDM DAN
UMUM
SRI FANTINI
BAGIAN PENDIDIKAN
DAN PENGAJARAN
VERONICA VITRI YANI
KETERAMPILAN
SR. M. ASISIA PBHK
UEP
SRI FANTINI
KERUMAHTANGGAAN
SUDI SUASIH
KONSELING
SR. M. THERESIA
SUCIAH (SR. M.
SOPHIA PBHK)
SEKRETARIS
VERONICA VITRI YANI
BENDAHARA
SUKINI
SDM
SR. M. THERESIA
SUCIAH
50
1) Merencanakan rapat kerja dan program kerja kegiatan, baik program
untuk anak, pengasuh maupun pengembangan sarana dan
prasarana/fisik.
2) Bekerja sama dengan Yayasan untuk pengembangan program kerja dan
program kegiatan.
3) Menerima dan mempertimbangkan masukkan-masukkan dari bawahan
dalam proses pelayanan terhadap anak atau pelaksanaan program, serta
menindaklanjuti dengan Visi-Misi dan Tata Tertib LKSA Panti Rini
Purworejo.
4) Melaksanakan bimbingan, pembinaan dan kesejahteraan terhadap
pengasuh dan karyawan lainnya secara periodik.
5) Menjalin kerjasama dengan instansi-instansi lain (Swasta dan
Pemerintah).
6) Mengendalikan dan mengevaluasi proses pelayanan dalam LKSA Panti
Rini Purworejo serta memberikan bimbingan dan pengarahan teknis
baik terhadap pelaksanaan program dan pelayanan LKSA Panti Rini
Purworejo.
7) Mengevaluasi pelaksanaan program LKSA Panti Rini Purworejo sesuai
dengan arah Visi-Misi yang telah digariskan serta apakah tingkat
kemajuan yang dicapai menjamin ketentuan hasil yang telah ditetapkan.
Evaluasi ini bisa dilakukan langsung maupun melalui pertemuan/forum
evauasi pada akhir semester tahun.
51
8) Menyampaikan laporan mengenai keseluruhan proses pelaksanaan
program kegiatan LKSA Panti Rini Purworejo kepada ketua Yayasan.
Laporan berupa laporan insidentil bulanan, triwulan, dan tahunan.
B. SEKRETARIS
1) Melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan surat menyurat.
2) Mengarsipkan data-data yang berurusan dengan LKSA Panti Rini
Purworejo.
3) Membuat laporan-laporan, surat pertanggungjawaban, dan mengajukan
proposal-proposal kepada pemerintah, instansi terkait maupun kepada
donator.
4) Menjalin kerjasama dengan pemerintah maupun instansi terkait.
5) Mengkonsultasikan kepada pimpinan tentang segala sesuatu yang
menyangkut keperluan ATK dan perubahan maupun perbaikan data
LKSA Panti Rini Purworejo.
6) Mengkonsultasikan kepada pimpinan bila terjadi pergantian personil
LKSA Panti Rini Purworejo.
7) Mencatat segala sesuatu tentang penerimaaan dan pemanfaatan bantuan
serta mengerjakan buku-buku administrasi lainnya.
8) Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk mengusahakan
pemeriksaan kesehatan bagi anak-anak LKSA Panti Rini Purworejo.
9) Membuat evaluasi penyelenggaraan kegiatan LKSA Panti Rini
Purworejo.
52
C. BAGIAN KEUANGAN
1. Bertanggung jawab atas masuk keluarnya keungan dalam LKSA Panti
Rini Purworejo.
2. Membuat anggaran belanja keseluruhan pengeluaran LKSA Panti Rini
Purworejo.
3. Membuat laporan keuangan bulanan, triwulan, dan tahunan.
4. Pendistribusian keperluan LKSA Panti Rini Purworejo.
5. Pengawasan penyelenggaraan makanan dll, yang berkaitan dengan
keuangan.
6. Membuat evaluasi penyelenggaraan keuangan LKSA Panti Rini
Purworejo (seluruh keperluan LKSA).
D. SDM
1) Mengawasi setiap perkerjaan yang telah dilaksanakan oleh karyawati
2) Memberikan pengarahan kepada setiap karyawan yang melakukan
kesalahan
3) Memberikan dukungan kepada karyawan dan anak dalam menjalankan
tugasnya masing masing.
4) Menampung ide-ide yang di berikan oleh karyawan dan anak.
E. KONSELING
1) Menjadi tempat yang nyaman untuk anak menceritakan masalah yang
dialami anak dan Membantu anak asuh menyelesaikan permasalahan
yang mereka alami
53
2) Membantu anak dalam mengembangkan bakat yang mereka miliki
untuk bekal di kehidupan mendatang.
3) Mengawasi/ memantau setiap perkembangan anak. dan memberikan
pendampingan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.
4) Membantu anak untuk menyadari keadaan diri sendiri dan membantu
anak menanamkan kesederhanaan dalam diri.
5) Bertanggungjawab dalam proses pembentukan karakter kemandirian
anak sesuai dengan visi misi yang ada di LKSA Rini.
F. PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
1) Mengkoordinir dan menampung ide-ide pendampingan anak untuk
merencanakan bentuk-bentuk program kegiatan anak.
2) Mengevaluasi kegiatan pelayanan yang telah berjalan.
3) Membantu mendampingi anak dalam:
a. Memperhatikan/mendata seluruh keperluan anak dan menyampikan
kepada pimpinan.
b. Mengidentifikasi masalah yang dialami anak dan
menginformasikan kepada pimpinan.
c. Mengikuti perkembangan anak dalam kelompoknya, mengevaluasi,
dan merencanakan/mengusulkan bentuk-bentuk
bimbingan/kegiatan yang dapat membantu anak panti.
d. Membantu pimpinan memberikan informasi kepada anak untuk
mendapatkan pemecahannya.
54
e. Berpartisipasi secara aktif dalam pendampingan, pelatihan,
Pendidikan anak.
f. Berusaha menjalankan nilai-nilai kehidupan yang patut dicontoh
oleh anak-anak.
g. Pengganti orang tua anak-anak (berusaha memberikan kebahagiaan
kepada anak-anak)
h. Mengasihi seluruh anak tanpa pandang bulu.
i. Membantu secara aktif dalam proses pelayanan LKSA Panti Rini
Purworejo.
G. KETERAMPILAN
1. Mengkonsultasikan bentuk-bentuk kegiatan keterampilan kepada
bagian keuangan dan pimpinan dan melaksankannya.
2. Mendampingi dan mengarahkan anak-anak dalam pelaksanaan kegiatan
keterampilan sebagai medan latihan kerja.
3. Memperhatikan unsur keindahan dan kenyamanan di warung.
4. Membantu anak untuk memunculkan bakat terpendam yang mereka
miliki.
5. Membantu anak dalam mengelola perasaan melalui keterampilan yang
diajarkan.
H. BAGIAN SDM DAN UMUM
1. Membantu pelaksanaan pelayanan kepada klien.
2. Membantu mendampingi anak dalam kegiatan UEP
3. Bertanggung jawab bila ada inventaris umum LKSA yang rusak
55
4. Menyampikan ide-ide kepada bagaian rumah tangga, tentang perbaikan
gizi dan peraturan menu masakan.
I. UEP
1. Mengkonsultasikan bentuk-bentuk kegiatan UEP kepada bagian
keuangan dan pimpinan dan melaksankannya.
2. Mendampingi dan mengarahkan anak-anak dalam pelaksanaan kegiatan
UEP sebagai medan latihan kerja.
3. Bertanggungjawab atas masuk dan keluarnya barang-barang maupun
uang UEP.
4. Membuat laporan keuangan atas keluar masuknya uang dan diserahkan
kepada kepala LKSA.
5. Memperhatikan unsur keindahan dan kenyamanan di warung UEP.
J. KERUMAHTANGGAN
1. Merawat, memelihara kebersihan dan kerapian dapur termasuk alat-
alat dapur.
2. Meyiapkan perlengkapan atau bahan mentah sesuai dengan menu
yang telah di tentukan hari H.
3. Membersihkan kulkas 1 bulan sekali (melibatkan anak)
4. Dilarang melarang menaruh barang-barang yang tidak seharusnya
masuk kulkas misalnya: gelas berisi teh, buah masuk dalam fresher,
gelas kaca dalam fresher dan lain sebagainya.
5. Memperhatikan waktu untuk masak, tepat waktu misalnya: jam
12.00 WIB makanan siang sudah siap saji dan untuk makan malam
56
sampai persiapan hari berikutnya selesai jam15.45 WIB dan sisa
waktunya digunakan untuk bersih-bersih seperti mengelap kompor,
meja dan dinding, menyapu dan mengepel dapur.
6. Bagi yang tidak berkepentingan di dapur dilarang masuk dapur
apalagi mencicipi makanan.
7. Jeli dalam mengelola bahan makanan agar tidak banyak yang
terbuang.
8. Setiap usai memasak harap lap dapur dan clemek dicuci bersih.
9. Setiap masakan yang telah selesai dimasak dimasukan dalam
tempat sayur dan disimpan agar tidak didekati dan diinjak tikut.
10. Sayuran yang masuk dalam kulkas sebaiknya di bungkus dengan
kantong plastic putih/bening, dilarang menggunakan kresek yang
berwarna.
57
BAB III
ANALISIS DATA
Pada bab ini, penyusun akan memaparkan data-data yang diperoleh selama
penelitian berlangsung di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini
Purworejo, Jawa Tengah mengenai Proses Pembentukan Karakter menuju
Kemandirian Anak. Data yang diperoleh berdasarkan dari hasil observasi, wawancara,
dan dokumentasi selama dilapangan. Data dan informasi yang diperoleh kemudian
direduksi dan dianalisis secara diskriptif kualitatif, kemudian data dan informasi
dituangkan kedalam tulisan ilmiah agar mudah dipahami oleh pembaca.
Analisis data ini merupakan jawaban dari hasil wawancara ketika peneliti
melakukan penelitian secara langsung dilapangan. Pada saat analisis data peneliti
mereduksi data dengan maksud memilah dan memilih data yang dianggap penting
agar tidak keluar dari lingkup penelitian. Setelah semua data direduksi kemudian
dianalisis agar memungkinkan adanya penarikan kesimpulan.
Adapun data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan
beberapa informan. Pemilihan informan ditekankan kepada orang-orang yang
berkaitan dengan objek penelitian proses pembentukan karakter menuju kemandirian
anak oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak ( LKSA ) Panti Rini di Purworejo,
sehingga data yang diperoleh sesuai dengan konteks penelitian. Untuk memberi
gambaran yang jelas peneliti telah merangkum sumber data informan, berikut
rangkuman data informan :
58
A. DESKRIPSI INFORMAN
Deskripsi informan merupakan sebuah gambaran tentang informan dari hasil
penelitian berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti sesuai dengan
subyek penelitian sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan penulis. Dalam
penelitian mengenai Proses Pembentukan Karakter menuju Kemandirian Anak di
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini Purworejo, JawaTengah
identitas dari para informan digambarkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel III.1
Identitas Informan Pengurus dan pengasuh
No Nama Usia Jenis
Kelamin
Pendidikan Pekerjaan
1 Veronica Vitri Yani 23 Perempuan S1 Sekretaris
2 Sukini 49 Perempuan SMA Bendahara
dan
Pengasuh
3 Sri Fantini 40 Perempuan SMA Pengasuh
dan Sie
Ketrampilan
Sumber : Data pekerja di LKSA Panti Rini tahun 2019
Dari data tabel III.1 berdasarkan usia, informan yang berusia paling tua adalah
Ibu Sukini yaitu berusia 49 Tahun, dan informan yang paling muda adalah Veronica
Vitri Yani yaitu berusia 23 tahun. Berdasarkan pendidikan, informan yang
berpendidikan SMA terdapat 2 orang yaitu Ibu Sukini dan Ibu Sri Fantini dan
informan yang berpendidikan S1 terdapat 1 orang yaitu Veronica Vitri Yani. Bila
dilihat dari jenis pekerjaan terdapat 1 orang yang menjabat sebagai Sekretaris panti
59
yaitu Veronica Vitri Yani, dimana 3 pengasuh tersebut merangkap jabatan yang
berbeda-beda, Ibu Sukini merangkap jabatan sebagai bendahara dan pengasuh, Ibu Sri
Fantini merangkap jabatan sebagai sie ketrampilan dan pengasuh, dan Veronica Vitri
Yani merangkap jabatan sebagai sekretaris dan pengasuh.
Tabel III.2
Identitas Informan Anak Asuh
NO NAMA USIA PENDIDIKAN ALAMAT
1 Anastasya 19 SMA Cilacap
2 Yohana Dea Ningrum 17 SMA Temanggung
3 Wasti 17 SMA Purworejo
4 Elisabet Pernada 17 SMA Purworejo
5 Fransiska Fretty Andiny P B 16 SMA Palembang
6 Valentina Dwi Desi Agustin 16 SMA Temanggung
7 Agnes Merbeliti Hurint 16 SMA Flores
8 Maria Kandida Novianti K 17 SMA Sulawesi Tengah
9 Adelia Kristianti 17 SMA Jakarta
10 Klara Gambacorta Larasaati 16 SMA Purworejo
11 Dia Ayu Safitri 17 SMA Cilacap
12 Maria Prima Setianingsih 16 SMA Magelang
13 Kristina Saputri 18 SMP Purworejo
14 Bernadete Ea 15 SMP Flores
15 Linova Puspitasari 16 SMP Purworejo
Sumber : Data anak LKSA Panti Rini tahun 2019
Identitas informan anak asuh berdasarkan data tabel III.2 diatas dapat diketahui
bahwa anak asuh yang berusia paling muda adalah Bernadete Ea yang berusia 15
Tahun, sedangkan yang berusia paling tua adalah Anastasya yang berusia 19 Tahun.
Berdasarkan pendidikan sebanyak 13 (tiga belas) informan menempuh pendidikan
60
Sekolah Menengah Atas (SMA), dan sebanyak 3 (tiga) informan menempuh
pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Dilihat dari alamat asal anak asuh terdapat 2
(dua) informan berasal dari Cilacap, 2 (dua) informan berasal dari Temanggung, 5
(lima) informan berasal dari Purworejo, 1 (satu) informan berasal dari Palembang, 2
(dua) informan berasal dari Flores, 1 (satu) informan berasal dari Sulawesi Tengah, 1
(satu) informan berasal dari jakarta, dan 1 (satu) informan berasal dari Magelang.
Dalam menentukan informan, peneliti dibantu oleh Pengurus dan Pengasuh
Panti dimana Pengurus dan Pengasuh Panti tentunya lebih mengetahui informan yang
sangat dibutuhkan oleh peneliti yaitu informan yang sudah mengikuti proses
pembentukan karakter kurang lebih 1 Tahun di LKSA Panti Rini Purworejo.
Dalam melakukan penelitian di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)
Panti Rini, peneliti menggunakan metode observasi atau pengamatan langsung
dilokasi penelitian. Peneliti melakukan interview atau wawancara langsung dengan
para informan. Selain menggunakan metode observasi dan wawancara peneliti juga
menggunakan metode dokumentasi untuk melengkapi data-data yang sifatnya
mendukung hasil wawancara dengan para informan.
B. PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER MENUJU KEMANDIRIAN ANAK
OLEH LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK ( LKSA ) PANTI RINI
DI PURWOREJO
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak ( LKSA ) Panti Rini yang beralamat di Jl.
Prof. Dr N. Driyarkara No 7 Purworejo. LKSA Panti Rini ini merupakan sebuah Panti
Asuhan yayasan swasta yang dikelola oleh para Suster Putri Bunda Hati Kudus
61
(PBHK) yang bergerak dibidang sosial, dengan fokus melakukan pelayanan dan
perhatian kepada anak-anak yang miskin, yatim piyatu dan terlantar.
Proses pembentukan karakter merupakan usaha atau suatu proses yang
dilakukan untuk menanamkan hal positif pada anak asuh yang bertujuan untuk
membangun karakter yang sesuai dengan norma, dan kaidah moral dalam masyarakat.
sesuai dengan proses pembentukan karakter yang dilakukan oleh Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini dimana anak asuh yang tinggal di Panti
Rini diwajibkan untuk mengikuti proses pembentukan karakter dari awal mereka
masuk sampai mereka menyelesaikan pendidikan. Keberadaan Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini ini sangat membantu bagi masyarakat
karena dengan adanya (LKSA) Panti Rini ini mampu meringankan beban keluarga
yang tidak mampu untuk membiayai anaknya menempuh pendidikan hingga selesai.
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti banyak anak
asuh yang berpendapat bahwa di Panti memang diajarkan banyak hal-hal baik dari
awal mereka masuk panti dan banyak kegiatan-kegiatan lainnya yang diajarkan oleh
panti guna untuk memberi bekal kepada anak asuh dimasa depan. Untuk membentuk
anak asuh menjadi mandiri dalam segala hal tentunya perlu ada proses yang harus
dijalani seperti :
1. Proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak
Dalam proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak terdapat beberapa
proses yang terdiri dari :
62
a. Tahap pengenalan.
Dalam tahap pengenalan dengan hal-hal baik, yang menghasilkan
kemandirian anak yang bertanggungjawab atas segala hal.
Pengenalan, pada proses pengenalan setiap anak diajarkan hal-hal baik
mulai dari lingkungan, keluarga, maupun terhadap norma-norma masyarakat.
melalui proses pengenalan anak diharapkan dapat menumbuhkan sikap yang
baik seperti bertanggungjawab, memiliki tenggang rasa terhadap sesama,
berani jujur, dan lebih peka terhadap keadaan disekitar, sehingga sikap yang
telah tertanam berkembang menjadi karakter sama halnya yang dilakukan di
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini. Setiap anak yang
masuk di LKSA Panti Rini selalu diperkenalkan dengan hal-hal baik melalui
hal-hal yang sederhana. Berikut hasil dari wawancara dengan Ibu Sukini (49
Tahun) selaku Bendahara di LKSA Panti Rini :
“Iya ikut serta mengenalkan hal-hal baik kepada anak, karena
itukan sudah tugas kita disini sebagai pendamping mereka, hal-
hal baik yang dikenalkan kepada anak contohnya ya belajar
disiplin, bertanggungjawab, menjadi anak yang rendah hati,
mau taat sama peraturan, kejujuran, peka terhadap segala hal
yang ada dipanti.” (Hasil wawancara 29 Februari 2019)
Sudah menjadi kewajiban pengasuh dalam mendampingi anak terutama dalam
mengenalkan hal-hal baik kepada anak, karena anak masih perlu
pendampingan dalam melakukan segala sesuatu dan perlu dikenalkan terlebih
dahulu tentang sikap-sikap yang perlu dibentuk dalam diri anak seperti yang
disampaikan oleh Ibu Sukini mereka dikenalkan dengan hal-hal baik seperti
kejujuran, disiplin, bertanggungjawab, Rendah hati, peka, dan mau menaati
peraturan dipanti. Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu Sri Fantini sebagai
63
pengasuh dan sie keterampilan di LKSA Panti Rini, Berikut hasil wawancara
dengan Ibu Sri Fantini (40 Tahun) mengatakan bahwa :
“Iya ikut serta mengenalkan hal-hal baik kepada anak
tentunya, semisal mengenalkan tentang kerapihan diri sendiri,
kerapihan barang-barang pribadi, kebersihan pribadi dan
kamar, kebersihan lingkungan, kalo sikap ya tentang kejujuran,
kedisiplinan, tanggungjawab, kepekaan.” (Hasil wawancara 3
Maret 2019).
Dari hasil wawancara kedua pengasuh atau pengurus hal serupa juga
disampaikan oleh Nova, Dea, dan Siska :
Menurut Nova (16 Tahun) :
“Iya saya dikenalkan dengan hal-hal baik, yang ikut serta
mengenalkan hal-hal baik kepada saya ada Suster dan ibu
pengasuh, terus mbak-mbaknya contohnya seperti kalo selesai
makan piringnya dicuci sendiri terus dilap dimasukin ke tempat
rak piring, terus harus menggerjakan tugas-tugas kamar, terus
diajarin buat tanggungjawab, disiplin waktu, diajarin buat
hemat listrik sama air, tanggungjawab, peka, jujur, dan masih
banyak lagi.” (Hasil wawancara 4 Februari 2020).
Menurut Dea (17 Tahun) :
“Yang terlibat mengenalkan hal-hal baik kepada saya pertama
pastinya suster, ibu pengasuh, terus ada temen-temen dari panti
rini yang lama yang baik yang mau mengajari aku dari nol
sampai aku bisa mandiri disini sendiri dan tau semua hal-hal
baik yang harus saya taati. Hal-hal baik yang diajari seperti
menaati peraturan –peraturan selama hidup dipanti, hal-hal
yang diajarin disini itu semua baik bisa merubah hidup saya,
contohnya disini saya bisa menjadi orang yang disiplin
misalnya harus bisa membagi waktu bangun jam segini terus
gereja, makan pagi, sekolah, nanti ada kegiatan apa disini
kayak latihan koor, kerja bakti itu melatih kita gimana sih
caranya membagi waktu disekolah maupun dipanti yang
sekarang ini harus aku jalani, ada juga tentang tanggungjawab,
terus kejujuran, ya pokoknya banyaklah yang diajarin disini.”
(Hasil wawancara 9 Februari 2020).
Kemudian Informan bernama Siska (16 Tahun) juga menyampaikan hal yang
sama, sebagai berikut :
64
“Yang terlibat dalam mengenalkan hal-hal baik ada Suster, Ibu
Pengasuh, Mbak-mbaknya yang udah lama. Ya dikenalin hal-
hal baik kayak bersih-bersih, terus dikasih tau tempat-tempat
menaruh barang, cara ngepel, pokoknya dikasih tau semuanya,
yang dirumah ndak tau dipanti tau, dirumah ndak bisa masak
dipanti jadi bisa masak, dirumah ndak bangun pagi dipanti
setiap hari bangun pagi, dirumah ndak pernah ngepel, cuci
piring dipanti harus, dirumah ndak pernah nyuci dipanti nyuci
sendiri pakai tangan, bisa semuanya pokoknya, terus disiplin,
rasa jujur, tanggungjawab sama tugas.” (Hasil wawancara 4
Februari 2020).
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan 15 informan, 12 informan lainnya
juga sependapat dengan ke 3 informan diatas yang menyatakan bahwa dalam
mengenalkan hal-hal baik yang terlibat ada Suster, Ibu Pengasuh dan mbak-
mbaknya yang sudah lebih lama tinggal di Panti dan dimana dalam proses
pembentukan karakter melalui tahap pengenalan ini setiap anak yang masuk
LKSA Panti Rini dikenalkan dengan hal-hal baik seperti bangun pagi tepat
waktu, mengerjakan tugas-tugasnya secara bertanggungjawab, disiplin
terhadap peraturan-peraturan di Panti, jujur akan segala hal, peka terhadap
teman ataupun lingkungan disekitar.
Berdasarkan pada proses pembentukan karakter yang pertama yaitu
pengenalan, pada tahap pengenalan anak sudah mulai mampu menuju pada ciri
kemandirian yang bertanggungjawab dimana anak belajar bertanggungjawab
lewat tugas-tugas yang sudah dipercayakan oleh pengasuh kepada anak
meskipun belum sepenuhnya, hal ini didukung dengan adanya hasil wawancara
dengan informan pengurus dan anak.
Bertanggungjawab atas segala hal merupakan suatu usaha yang
dilakukan oleh LKSA Panti Rini agar anak mampu mengerjakan segala sesuatu
65
dengan baik yang bertujuan agar anak mempunyai rasa disiplin terhadap tugas
yang dipercayakan dan disiplin dalam belajar bertanggungjawab dan mau
fokus pada tujuan yang dikerjakannya. Dalam hal ini didukung oleh
pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Sukini (49 Tahun) selaku Bendahara
dan Pengasuh anak di LKSA Panti Rini :
“Pada tahap awal itu anak sudah mulai ada rasa
tanggungjawab, cara mengenalkannya agar anak mampu
bertanggungjwab ya dengan cara mereka mau fokus pada 1
pekerjaan dulu, yang berkaitan dengan tanggungjawab ya
misalnya Jeklin dikasih tanggungjawab untuk merapikan baju
ya jeklin harus melakukan itu dan kita sebagai pendamping
harus mengawasi dan mengarahkan anak secara kontinue
setiap hari jadi lama kelamaan kan anak akan
bertanggungjawab, terus kalo selin contohnya sebagai pelajar
ya bertanggungjawab buat mengerjakan PR kita juga harus
mengarahkan dengan cara ditanya ada PR tidak selin? Itu
dilakukan secara terus menerus sampai anak mampu mandiri.”
(Hasil wawancara 29 Februari 2020).
Dari pernyataan diatas dijelaskan bahwa untuk mendidik anak menjadi
bertanggungjawab, harus ada kemauan dalam diri anak untuk fokus pada
pekerjaan dan tujuan yang ingin dicapai dan harus ada pengarahan yang
dilakukan secara terus menerus sampai anak mampu mandiri secara
keseluruhan. Berikut hasil wawancara yang disampaikan oleh Ibu Sri Fantini
dan Veronica Vitri Yani :
Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) menyatakan bahwa :
“Cara mengenalkan hal-hal baik kepada anak agar
bertanggungjawab ya dengan cara kita mengajak mereka dan
memberi contoh secara langsung kepada anak, terutama
kepada anak yang masih SD, karena kalo yang gede kan sudah
bisa dicontohkan langsung paham sedangkan yang kecilkan
pasti masih butuh pendampingan sampai anak itu paham,
biasanya sih anak-anak dikasih tanggungjawab yang sederhana
66
dulu kayak diberi tugas untuk mengontrol air dan listrik.”
(Hasil wawancara 3 Maret 2020).
Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) menyatakan bahwa :
“Cara yang kami gunakan memperkenalkan hal baik agar anak
mampu bertanggung jawab yaitu kami memberikan mereka
tugas diluar tugas keseharian mereka misalnya tugas mereka
sebagai seksi air, seksi lampu selain itu anak yang besar juga
kami beri kepercayaan untuk menjaga dan membantu adik-adik
yang masih kecil mulai dari membangunkan, mengajari adiknya
untuk mandi, dan mengajari adiknya belajar dan mengajak
adiknya cara melipat baju dengan baik dan benar. dengan
begitu anak akan mau tidak mau harus menjalankan tugas
mereka dan itu sudah menjadi tanggung jawab mereka.”(Hasil
wawancara 5 Maret 2020).
Dari informasi diatas dijelaskan tentang bagaimana cara mmengenalkan hal-
hal baik kepada anak agar mampu bertanggungjawab. Hal ini didukung dengan
pernyataan yang disampaikan oleh Dea, Tina, dan Agnes :
Menurut Dea (17 Tahun) :
“Cara mengenalkan hal-hal baik misalnya dikasih
kepercayaan, kayak saya yang sekarang lagi dikasih
tanggungjawab buat jadi ketua dipanti itu kan agak berat ya, ya
aku laksanain kayak mengingatkan teman-teman tentang
buletin yang harus selesai bulan ini gitu itu melatih aku buat
bertanggungjawab buat melaksanakan tugas yang udah
dipercayakan ada tugas bagi kelompok kerja bakti ya aku harus
selesein itu ya intinya aku sedikit-sedikit udah mulai ada rasa
bertanggungjawab tapi ya masih butuh proses buat genapi itu
semua biar penuh rasa tanggungjawabnya.” (Hasil wawancara
9 Februari 2020).
Menurut Tina (18 Tahun) :
“Cara mengenalkan hal-hal baik disini ya dengan dikasih
pengarahan dulu terus kita dikasih tanggungjawab jadi sie-sie
yang dipercayakan, nah mulai dari dikasih kepercayaan itu kita
mulai ada rasa tanggungjawab karena mau ndak mau harus
dijalankan.” (Hasil wawancara 17 Februari 2020).
Menurut Agnes (16 Tahun) :
67
“Cara Ibu Pengasuh mengenalkan hal-hal baik ya dengan cara
kita dibreafing dulu, kemudian setelah dibreafing kita dikasih
contoh dan dibagi tugas-tugas yang menjadi tanggungjawab
kita kalo saya ya dipercayain jadi ketua kamar, jadi secara
tidak langsung itu sudah melatih saya buat
bertanggungjawab.” (Hasil wawancara 17 Februari 2020).
Dari informasi diatas dijelaskan bahwa mereka dikenalkan dengan hal-hal baik
dengan cara di breafing dahulu kemudian diberi contoh dan setelah diberi
contoh mereka diberi kepercayaan untuk memegang tanggungjawab yang telah
dibagi oleh Ibu pengasuh dan Pengurus LKSA Panti Rini sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki.
b. Tahap pemahaman.
Proses pembentukan karakter yang kedua yaitu pemahaman atau
memberikan pengarahan kepada anak tentang hal-hal baik yang akan
dilakukan. Hal ini dilakukan agar anak mampu memahami apa yang telah
diajarkan dan anak mampu melakukan hal-hal baik dengan kemauannya
sendiri. Seperti halnya di LKSA Panti Rini mereka sebelum melakukan segala
sesuatu tentu anak dikasih pengarahan terlebih dahulu biasanya melalui hal-hal
yang mudah. Berikut hasil wawancara dengan Informan Ibu Sukini (49
Tahun) mengatakan bahwa :
“Tentu harus ada pengarahan biasanya pengarahan diberi
setelah doa atau sebelum makan, apalagi kalo anak-anak yang
kecil itu belum mengerti, makanya harus diarahkan contohnya
anak harus begini kalo makan sendok dikanan garpu dikiri,
kalo buat yang besar-besar misalnya mengatakan kepada
mereka kalo berdoa itu yang fokus mata jangan kemana-mana
gitu cara memberikan pengarahan sama yang udah gede.”
(Hasil wawancara 29 Februari 2020).
68
Memberikan pengarahan kepada anak tentang hal baik itu sudah kewajiban dan
seharusnya, karena jika anak melakukan segala sesuatu tanpa pengarahan
terlebih dahulu pasti akan melakukannya dengan terpaksa bukan dari kemauan
dirinya sendiri. Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu Sri Fantini (40 Tahun)
dan Veronica Vitri Yani (23 Tahun) :
Menurut Ibu Sri Fantini :
“Ada pengarahan kepada anak biasanya setiap selesai doa ada
pengarahan atau juga evaluasi terhadap kegiatan harian anak
yang mereka lakukan, cara memberi pengarahannya dengan
memberi evaluasi tugas-tugas pagi yang mereka laksanakan
sudah beres apa belum, melatih mereka agar mengembalikan
barang sesuai pada tempatnya.” (Hasil wawancara 3 Maret
2020).
Menurut Veronica Vitri Yani :
“Pengarahan itu harus dan wajib diberikan kepada anak baik
sebelum mereka melakukan kegiatan maupun setelah
melakukan kegiatan, biasanya kami memberikan pengarahan
misalnya sebelum berangkat kesekolah semua ruangan harus
bersih dan rapi. Dan pengarahan yang kami berikan pada
setelah mereka melaksanakan kegiatan misalnya setelah mandi
air kran harus dimatikan dan tidak diperkenankan
meninggalkan handuk dan pakaian kotor. Dengan begitu anak
akan disiplin dan senang akan kerapian.” (Hasil wawancara 5
Maret 2020).
Dari informasi diatas dijelaskan bahwa pengarahan hal-hal kepada anak
itu bersifat wajib, karena dari pengarahan itulah anak akan memiliki rasa
disiplin, bertanggungjawab, dan punya rasa memiliki. Hasil wawancara dengan
informan Merry (17 Tahun) mengatakan bahwa :
“Iya dibreafing dulu terus dikasih tau baik secara personal
ataupun sendiri pasti dikasih tau, baik itu perihal tentang cara
terima telepon, terima tamu, terus tugas dikamar sama tugas
dari sie-sie. Terus dikasih tanggungjawab sama kegiatan yang
ada didalam panti kayak bangun pagi, mandi, kegereja terus
sarapan terus sekolah sebelum berangkat sekolah pokoknya
69
lingkungan harus bersih dulu, harus belajar tepat waktu, doa,
kegiatan latihan koor, terus PI (Pendalaman Iman) menjelang
paskah, membuat keranjang paskah, UEP (Unit Ekonomi
Produktif).” (Hasil wawancara 11 Februari 2020).
Menurut Nova (16 Tahun) :
“Dikasih pengarahan, kayak dikasih contoh terlebih dahulu
tentang apa yang akan dilakukan. Seperti Bikin bumbu pecel,
telur asin, kacang bawang, stick, diajarin buat jualan digereja
juga, bertanggunjawab sama tugas-tugas dan kebersihan
pribadi, menggunakan waktu sebaik-baiknya.” (Hasil
wawancara 4 Februari 2020).
Menurut Wasti (17 Tahun) :
“Ya dikasih pengarahan atau dikasih tau dulu, tentang kegiatan
yang akan dilakukan diajarin banyak hal ada koor, kegiatan
17an, tatib digereja, adorasi, misa akhir tahun/ bulan, buat roti,
kacang bawang, stick, bumbu pecel, dan masih banyak lagi.”
(Hasil wawancara 7 Februari 2020).
Dalam pemberian pengarahan kepada anak LKSA Panti Rini adapun
manfaat yaitu untuk membantu anak agar lebih mengenal lagi tentang apa yang
diarahkan, hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu Sukini (49 Tahun)
mengatakan bahwa :
“Manfaat dari memberi pengarahan kepada anak ya biar
membantu anak agar lebih mengenal lagi tentang apa yang
diarahkan, kadang memberi pengarahan kepada anak kalo
hanya 1 kali mungkin anak belum paham banget jadi harus
berkali-kali, intinya pasti ada manfaatnya yang paling tentu
anak lebih terarah lagi.” (Hasil wawancara 29 Februari 2020).
Dari pernyataan diatas disampaikan bahwa memberi pengarahan tidak
hanya 1 kali, tetapi memerlukan pengarahan berulang-ulang kali sesuai dengan
manfaat dari pengarahan itu sendiri agar anak mampu memahami, sama halnya
yang disampaikan oleh Ibu Sri Fantini (40 Tahun) :
70
“Manfaatnya ya biar anak lebih terarah sama apa yang sudah
diajarkan dan bisa berjalan sesuai dengan Visi Misi LKSA
Panti Rini.” (Hasil wawancara 3 Maret 2020).
Menurut veronica vitri yani (23 Tahun) :
“Dari pengarahan ini tentunya ada manfaatnya, dengan
adanya pengarahan anak menjadi tau mana yang baik dan
benar untuk dilakukan, tidak meninggalkan baju kotor di kamar
mandi dan membersihkan kamar mandi sesuai dengan
jadwalnya. Trus kalau setelah mengunakan barang di
kembalikan di tempat semula.” (Hasil wawancara 5 Maret
2020).
Berdasarkan pada hasil wawancara yang disampaikan oleh ke 3 informan
diatas memiliki jawaban yang hampir sama yaitu supaya anak mampu
membedakan mana yang baik dan tidak baik, selalu terarah pada apa yang
telah diajarkan, selalu mematuhi peraturan-peraturan yang ada seperti
mengembalikan barang pada tempat semula. Adapun jawaban yang serupa
disampaikan oleh Prima, Fitri, dan Adelia yang mengatakan bahwa :
Menurut Maria Prima S (16 Tahun) :
“Manfaat dari adanya pengarahan ya biar saya semakin tau
apa yang boleh saya lakukan dan yang tidak boleh saya
lakukan mbak, kayak menjaga kebersihan diri itukan menjadi
tanggungjawab saya sendiri mbak ya harus saya lakukan, terus
kalo dikasih kepercayaan tugas ya dilaksanakan, manfaatnya
ya biar semakin menjadi pribadi yang baik.” (Hasil wawancara
13 Februari 2020).
Menurut Fitri (17 Tahun) :
“Tentu ada manfaatnya, terutama bagi saya dengan adanya
pengarahan ini saja jadi semakin paham tentang apa yang
sudah diajari oleh Panti, terutama yang belum saya bisa.
Dengan adanya pengarahan ini saya juga jadi bisa introfeksi
diri apakah pekerjaan yang saya lakukan sudah benar atau
belum.” (Hasil wawancara 13 Februari 2020).
Menurut Adelia (17 Tahun) :
71
“Bagi saya manfaat dari pengarahan ini ya saya jadi bisa lebih
mematuhi peraturan yang ada di Panti, dan sedikit demi sedikit
dapat melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang sudah
diajarkan.” (Hasil wawancara 11 Februari 2020).
Berdasarkan pernyataan dari informan diatas dijelaskan bahwa manfaat
dari diberikannya pengarahan banyak sekali seperti anak menjadi lebih paham
akan apa yang mereka lakukan, kemudian anak semakin bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang tidak baik, dan anak semakin mengerti akan
tanggungjawab mereka masing-masing.
c. Tahap penerapan.
Dalam tahap penerapan anak menerapkan yang telah diajarkan
sehingga menghasilkan kemandirian anak yang aktif dan semangat dalam
usaha mengejar prestasi.
Proses pembentukan karakter yang ketiga yaitu penerapan atau
memberi kesempatan kepada anak untuk menerapkan perbuatan baik yang
telah diajarkan di LKSA Panti Rini. Dalam kesehariannya anak LKSA Rini
berusaha untuk menerapkan hal-hal baik yang telah perkenalkan dan telah
mendapat pengarahan yang lebih mendalam sehingga anak lebih mudah
mencerna dan mengingatnya serta menerapkan perbuatan baik tersebut dengan
tepat dan benar sesuai dengan tata tertib dan visi misi yang ada di LKSA Rini.
Berikut pernyataan yang disampaikan oleh ibu pengasuh dan pengurus
mengenai penerapan perbuatan baik yang di lakukan oleh LKSA Rini serta
pemberian kesempatan dalam menerapkan perbuatan baik sehari hari.
Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) :
72
“Pasti dikasih kesempatan, karena anakkan tinggal disini untuk
dibentuk karakternya dan mereka diberi kesempatan untuk
mengembangkan bakat mereka supaya mereka dapat
berkembang baik dari segi apapun.” (Hasil wawancara 3 Maret
2020).
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan Ibu Sri Fantini anak dikasih
kesempatan untuk menerapkan apa yang telah diajarkan oleh LKSA Panti Rini,
baik itu dari segi bakat, ketrampilan, dan kemampuan anak. Hal yang sama
juga disampaikan oleh Ibu Sukini dan Veronica Vitri Yani :
Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) :
“Ya pasti dikasih kesempatan seluas-luasnya setiap hari dari
mulai bangun pagi sampai nanti mau tidur lagi, dari pagi
sampai malam itukan mereka belajar menerapkan apa-apa
yang diajarkan oleh panti misalnya pagi-pagi harus doa pagi
dulu, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, makan bersama,
ya intinya kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan sampai mau
tidur.” (Hasil wawancara 29 Februari 2020).
Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) :
“Selama anak tinggal disini, setiap anak selalu diberi
kesempatan untuk menerapkan hal baik yang sudah
diperkenalkan dan diberi pengarahan yang lebih mendalam.
Contohnya ya mbak, anak saat masuk LKSA Rini selalu di
beritahu untuk menata baju dan melipat bajunya dengan Rapi,
seiring berjalannya waktu to mbak ada anak yang masih belum
bisa melipat baju dengan baik, terutama yang kecil. Nah di situ
kami sebagai pengasuh harus memberikan pengarahan dan
memberi contoh cara melipat baju yang baik dan benar sampai
anak mampu menerapkan perbuatan baik mulai dari hal kecil
maupun hal besar.” (Hasil wawancara 5 Maret 2020).
Dari beberapa informasi diatas dijelaskan bahwa mereka memberikan
kesempatan kepada anak untuk menerapkan hal baik yang sudah diperkenalkan
oleh LKSA Panti Rini, dan sebagai pengasuh mereka harus bisa memberi
73
contoh terlebih dahulu sampai anak benar-benar mampu untuk
bertanggungjawab sendiri atas hal-hal kecil maupun hal besar seperti yang
disampaikan oleh Dea, Anas, dan Diana :
Menurut Dea (17 Tahun) :
“Ya dikasih kesempatan buat menerapkan hal-hal yang sudah
diajarkan, apalagi pas dulu aku awal masuk aku dikasih
tanggungjawab jadi sie UEP jadinya aku lama-kelamaan bisa
tau cara membuat olahan kacang bawang, terus dikasih arahan
baru aku lakukan, biar bisa ngajarain yang ndak bisa.” (Hasil
wawancara 9 Februari 2020).
Menurut Anas (19 Tahun) :
“Ya dikasih kesempatan buat menerapkan contohnya kayak
menerapkan rasa kepekaan terhadap lingkungan jadi kita harus
peka sama lingkungan sekitar kalo ada sampah berserakan ya
diambil dimasukin ketempat sampah, bertanggungjawab sama
tugas-tugas yang sudah dibagi.” (Hasil wawancara 4 Februari
2020).
Menurut Diana (15 Tahun) :
“Iya dikasih kesempatan , contohnya kayak bikin-bikin kue atau
kacang bawang gitu kita dibiarkan membuat sendiri dan hanya
didampingi, tapi saya bukan bagian membuat saya hanya
bagian bersih-bersih saja tapi itu merupakan tanggungjawab
bagi saya karena saya mendapat tugas itu ya harus saya
bereskan.” (Hasil wawancara 17 Februari 2020).
Selain hasil wawancara dengan 3 informan diatas ada 12 informan
lainnya yang mengatakan hal yang sama yaitu bahwa mereka diberi
kesempatan untuk menerapkan apa yang telah diajarkan baik itu dari kegiatan
produksi kacang bawang, bumbu pecel, stick, telur asin sampai menerapkan
kebiasan-kebiasaan yang sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pada proses pembentukan karakter yang ke tiga yaitu
penerapan, anak sudah mulai menuju pada ciri kemandirian yang aktif dan
74
semangat dalam melakukan segala sesuatu meskipun kegiatan yang dilakukan
sudah terencana. Ciri kemandirian yang ini memiliki pengaruh yang cukup
besar dalam proses pembentukan karakter karena kebanyakan orang akan
memberi penilaian berdasar pada sikap yang ditampilkan seseorang baik saat
seseorang tersebut mengejar sesuai yang ingin mereka capai atau sesuatu yang
mereka harapkan. Apa bila ciri kemandirian seperti aktif dan semangat tidak
berjalan maka proses pembentukan karakter anak akan dirasa kurang dan buah
hasil dari usaha yang dilakukan tidak maksimal.
Seperti halnya dalam proses pembentukan karakter anak yang
dilakukan di LKSA Rini. Baik pengasuh maupun anak harus memiliki sifat
aktif dan semangat dalam menjalankan tugas sehingga dalam proses
pembentukan karakter anak dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang
diharapkan dimana anak mampu menjadi lebih mandiri tentunya.
Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Sri Fantini selaku
Pengasuh dan Sie Ketrampilan di LKSA Panti Rini :
Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) Mengatakan bahwa :
“Sebagian besar iya anak menjadi aktif dan semangat,
karenakan disini anak memang diberi waktu untuk belajar yang
bisa dibilang cukup, sehingga dengan adanya waktu yang
cukup itu anak bisa menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya, dan
saat anak akan mengikuti ujian-ujian pun selalu dipantau
sehingga anak bisa mendapatkan nilai yang baik. Selain
mengejar prestasi anak-anak juga banyak mengikuti kegiatan
yang diadakan oleh sekolah”(Hasil wawancara 3 Maret 2020).
Dari pemaparan diatas dijelaskan bahwa anak dengan diberinya
kesempatan sebagian besar mampu menjadi aktif dan semangat dalam
mengejar prestasi, hal itu tergantung dari anak itu sendiri karena aktif dan
75
semangat itu bisa muncul dengan adanya kemauan anak untuk mau
berkembang. Hal serupa diungkapkan oleh Ibu Sukini selaku Bendahara dan
Pengasuh, serta diungkapkan oleh Veronica Vitri Yani selaku Sekretaris dan
Pengasuh di LKSA Panti Rini:
Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) menyatakan bahwa :
“Jika menyangkut anak aktif dan semangat untuk mengejar
prestasi seperti itu kadang tergantung dari pribadi anaknya
sendiri, kan tidak bisa dengan kita mendokrin anak untuk terus
belajar, kemudian anak menjadi rajin belajar hal itu tidak bisa
diharapkan, karena masing-masing anak mempunyai karakter-
karakter sendiri-sendiri ada anak yang memang dari dasarnya
sudah rajin jadi apapun yang ada dipanti itu membuat dia
bersemangat untuk belajar, ya kembali lagi semua tergantung
dari individual anaknya, kita hanya bisa membantu disini.”
(Hasil wawancara 29 Februari 2020).
Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) menyatakan bahwa :
“Menurut saya anak-anak setelah mendapat kesempatan
mereka cukup aktif dan semangat dalam mengerjakan tugas-
tugas mereka, melalui tugas itu anak mulai berlomba-lomba
dan turut aktif dalam melaksanakan tugas dan meraih prestasi
baik secara akademik maupun non akademik mereka dan dari
tugas yang mereka lakukan dengan sendirinya membentuk
pribadi mereka.”(Hasil wawancara 5 Maret 2020).
Berikut ada beberapa pernyataan yang sama diungkapkan oleh informan anak
yang bernama Wasti, Adelia, dan Merry:
Menurut Wasti (17 Tahun) :
“Ya saya menjadi aktif dan semangat, saya menjadi bisa
setelah diajarin banyak kegiatan dipanti, ya manfaatnya biar
bisa tau yang awalnya tidak tau jadi tau terus biar keingat-
ingat terus biar bisa diterapin besok kalo udah diluar.”(Hasil
wawancara 7 Februari 2020).
Menurut Adelia (17 Tahun) :
“Ada jiwa semangat sama aktif contohnya dulu saya ndak bisa
menggambar terus kalo gambar saya suka asal-asalan doang,
tapi semenjak dipanti coba-coba belajar sama temen jadi bisa
76
menggambar anime, dulu ndak bisa maen gitar dipanti jadi bisa
main gitar karena dipanti fasilitasnya selalu ada jadi bisa buat
belajar. Manfaatnya pokoknya hal yang penting terutama yang
sesuai dengan hobby itu sangat penting karena kita jadi lebih
sabar dalam segala hal karena suatu keberhasilan itu pasti ada
prosesnya.”(Hasil wawancara 11 Februari 2020).
Menurut Merry (17 Tahun) :
“Iya jadi merasa aktif dan semangat, yang dulunya saya
dirumah tidak tau bagaimana cara bermain musik sekarang
dipanti jadi bisa, terus dirumah jarang ada waktu belajar
sekarang dipanti jadi bisa belajar karena waktu sudah
disediakan, pokoknya yang dulu saya tidak bisa sekarang
menjadi bisa. Manfaatnya ya biar berguna untuk masa
depan.”(Hasil wawancara 11 Februari 2020).
Dari keterangan diatas dijelaskan bahwa anak yang awal mulanya tidak
tau apa yang akan dilakukan, menjadi tau setelah anak tersebut diajarkan
kegiatan-kegiatan yang ada di LKSA Panti Rini, dengan mereka tinggal di
LKSA Panti Rini fasilitas yang menyangkut hobby atau ketrampilan mereka
kini bisa terpenuhi sehingga hobby atau keterampilan anak bisa berkembang
dan anak mampu menjadi aktif dan semangat dalam mengejar prestasi.
d. Tahap pengulangan/kebiasaan.
Dalam tahap pengulangan/kebiasaan anak menulanggi hal baik
sehingga menghasilkan kemandirian anak yang inisiatif atau mampu bertindak
secara kreatif.
Proses pembentukan karakter yang keempat yaitu pengulangan atau
bisa juga disebut sebagai membiasakan diri, disini anak setelah paham dan
mampu menerapkan hal baik maka anak akan dilatih untuk membiasakan diri
mengulang secara terus menerus perbuatan baik yang sudah diajarkan oleh
77
LKSA Panti Rini. Dimana tujuannya agar anak bisa karna terbiasa dalam
melakukan segala hal.
Berikut beberapa pernyataan yang disampaikan oleh pengasuh serta
pengurus di LKSA Panti Rini tentang kebiasaan mengulangi hal-hal baik yang
telah diajarkan setiap harinya di LKSA Panti Rini.
Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) :
“Ya anak dibiasakan untuk mengulang kembali hal-hal baik
yang sudah diajarkan, misalnya mereka kan mencuci piring
setelah makan, menjalankan tugas-tugas harian yang sudah
menjadi bagiannya, mencuci baju mereka sendiri, berangkat
kesekolah harus pamit sama suster, itu semuakan secara
langsung mereka sudah mengulang-ulang terus hal baik yang
sudah diajarkan.” (Hasil wawancara 3 Maret 2020).
Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) :
“Sudah pasti dibiasakan buat mengulangi hal baik karena kan
mereka sudah diajarin dan sudah mendapat tugas masing-
masing mau tidak mau ya harus menjalankan, menjalankan
berartikan sama saja seperti mengulangi jadi lama-kelamaan
anak sudah terbiasa buat mengulang hal-hal baik yang panti
ajarkan.” (Hasil wawancara 29 Februari 2020).
Dari pernyataan diatas dijelaskan bahwa anak dibiasakan untuk
mengulangi kembali hal-hal baik yang sudah diajarkan oleh LKSA Panti Rini,
baik itu mulai dari mencuci baju sendiri, menjalankan tugas harian,
pembiasaan pamit jika akan pergi, karena dengan melakukan pengulangan
tersebut diharapkan anak semakin disiplin dan semakin terarah pada visi misi
panti. Hal serupa juga disampaikan oleh :
Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) :
“Kalau pembiasaan perbuatan hal baik itu secara otomatis dan
pasti dilakukan seperti berpamitan kalau hendak pergi, terus
setiap hari mencuci baju, mengucapkan terimakasih setelah
mendapatkan atau menerima sesuatu, merapikan tempat tidur
78
setiap bangun tidur. Dengan begitu anak mau tidak mau harus
melaksanakan perbuatan baik setiap harinya.” (Hasil
wawancara 5 Maret 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengasuh dan Pengurus, peneliti juga
mencocokkan hasil jawaban dengan anak, berikut hasil wawancara dengan
beberapa anak yakni Merry, Adelia, dan Elisabet.
Menurut Merry (17 Tahun) :
“Ya saya mengulangi mbak biasanya yang sering diulangi hal-
hal baiknya itu ya harus bisa menerapkan 5S,
bertanggungjawab sama diri sendiri, terus mengulangi tugas
harian, kalo tugas harian kan muter mbak jadi pasti dapatnya
beda-beda tugasnya setiap minggu.” (Hasil wawancara 11
Februari 2020).
Menurut Adelia (17 Tahun) :
“Ya mau gak mau harus mengulangi, karena kan disini udah
ada tugasnya masing-masing, dulu sih pas awal-awal masuk
males buat menjalankan tugas tapi semakin lama ya sudah
menjadi kebiasaan disini.” (Hasil wawancara 11 Februari
2020).
Menurut Elizabet (17 Tahun) :
“Iya saya sering mengulangi mbak, kayak mengulangi latihan
koor itukan sudah ada jadwalnya jadi harus dilaksanain,
mengulangi kegiatan UEP kalo ada yang pesan. Cara saya
mengulanginya ya dengan mendalami apa yang sudah
diajarkan.” (Hasil wawancara 14 Februari 2020).
Dari pemaparan yang disampaikan informan diatas bahwa mengulangi
kebiasaan baik yang sudah diajarkan merupakan suatu keharusan yang mau
tidak mau harus dilakukan dalam kesehariannya seperti mencuci baju,
menerapkan 5S, merapikan tempat tidur, dan lain-lain karena itu akan melatih
anak untuk bertanggungjawab, disiplin, serta mampu membagi waktu antara
disekolah dengan dipanti. Dengan adanya proses pengulanggan anak sudah
79
mulai mampu menuju pada ciri kemandirian yaitu anak mampu melakukan
segala sesuatunya dengan inisiatif atau mampu bertindak secara kreatif.
Inisiatif, berfikir dan bertindak secara kreatif yang artinya anak diharapkan
setelah mengikuti proses pembentukan karakter mampu mempunyai inisiatif
atau ide dalam menjalankan hal-hal baik yang sudah diajarkan oleh LKSA
Panti Rini, dan dalam menjalankan hal-hal baik anak juga diharapkan dapat
menjadi kreatif atau mampu mengembangkan apa yang sudah diterima selama
tinggal panti.
Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Pengurus serta Pengasuh di
LKSA Panti Rini menyangkut Inisiatif anak setelah mengikuti proses
pembentukan karakter yang sudah diberikan :
Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) selaku Sekretaris di LKSA Panti Rini
menyatakan bahwa :
“Iya karena dengan kegiatan pengulangan perbuatan baik
membuat anak menjadi lebih inisiatif dan kreatif, karena
dengan mengulangi perbuatan baik anak dapat berfikir dan
mencari cara terbaik untuk menyelesaikan tugas mereka.”
(Hasil wawancara 5 Maret 2020).
Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) selaku Bendahara dan Pengasuh di LKSA
Panti Rini menyatakan bahwa :
“Kalo soal Inisiatif dan kreatif itu tergantung anaknya juga,
tergantung anaknya karena kreatif sama inisiatif itukan
datangnya dari dalam diri anak itu sendiri. Kita disini hanya
membimbing dan memberi fasilitas, jadi ya itu tinggal anaknya
ada kemauan tidak untuk berkembang, kalo saya lihat ya disini
ada beberapa anak yang punya inisiatif dan kreatif contohnya
seperti adanya kemauan untuk membuat kue-kue begitu.” (Hasil
wawancara 29 Februari 2020).
80
Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) selaku Sie Ketrampilan dan Pengasuh di
LKSA Panti Rini menyatakan bahwa :
“Ya kalo membahas soal inisiatif dan kreatif secara umum
anak-anak disini punya sifat inisiatif dan kreatif yang berbeda-
beda. Semisal ada anak yang dipercayai untuk mengkoordiner
teman lainnya membuat keranjang paskah, maka anak yang
dipercayai tersebut harus bisa mengeluarkan kreativitas agar
keranjang paskah yang dibuat terlihat berbeda dari sebelum-
sebelumnya.” (Hasil wawancara 3 Maret 2020).
Dari pernyataan diatas dijelaskan bahwa setiap anak pasti mempunyai
inisiatif dan kreatif yang masing-masing berbeda. Dan kreativitas tersebut
biasanya mereka tuangkan jika ada kegiatan-kegiatan seperti kegiatan paskah,
natalan, tahun baru, dan kegiatan-kegiatan lainnya dan panti hanya memberi
fasilitas kepada mereka, sehingga tergantung anaknya mau berkembang atau
tidak. Hal serupa juga diungkapkan oleh beberapa informan anak yaitu Anas,
Nova, dan Adel :
Menurut Anas (19 Tahun) :
“Kalo Inisiatif dan kreatif iya ada karna anak muda kita harus
kratif, kreativitas yang saya punya bisa me-make up teman yang
akan ada acara, itu pun saya belajar sendiri tanpa ada yang
mengajari paling ya saya hanya lihat orang me-make up
kemudian secara perlahan saya mempelajari dan
mempraktekkan.” (Hasil wawancara 4 Februari 2020).
Menurut Nova (16 Tahun) :
“Ya ada kreativitas seperti mengembangkan apa yang sudah
diajarin disini contohnya mengembangkan kemampuan
bermain gitar, menyanyi, tapi belum sepenuhnya kreativitas itu
ada.” (Hasil wawancara 4 Februari 2020).
Menurut Adelia (17 Tahun) :
“Kalo soal kreativitas ya ada sedikit-sedikit mbak, seperti saat
ini sayakan diberi kepercayaan buat mengkoordiner teman-
teman membuat keranjang paskah jadi saya harus punya
81
inisiatif buat mengajak teman-teman dan harus punya ide
kreatif keranjang paskah itu mau digimanakan.” (Hasil
wawancara 11 Februari 2020).
Dari beberapa kutipan diatas dijelaskan bahwa mereka mempunyai
Inisiatif dan kreatifitas setelah diberi tanggungjawab, karena secara tidak
langsung dengan memberi mereka kepercayaan anak tersebut belajar untuk
mengeluarkan ide mereka. Seperti yang diungkapkan oleh informan adel
bahwa ia mampu menjadi kreatif setelah diberi tanggungjawab untuk
mengkoordiner teman-temannya membuat keranjang paskah dan anak menjadi
inisiatif dan kreatif setelah diberi kesempatan untuk menuangkan ide-ide
mereka.
e. Tahap pembudayaan.
Dalam tahap pembudayaan, keluarga ikut ambil bagian dalam
pembentukan karakter anak, yang menghasilkan kemandirian anak yang
mampu mengkontrol diri dalam menyelesaikan masalah.
Proses pembentukan karakter yang kelima yaitu pembudayaan dimana
keluarga ikut serta mendukung atau ambil bagian dalam proses pembentukan
karakter anak agar anak semakin termotivasi untuk dibentuk karakternya dan
semakin semangat, karena jika tanpa adanya dorongan atau motivasi dari
keluarga maka anak akan merasa tidak mendapat dukungan, dalam proses
pembentukan karakter ditahap yang kelima ini, jika anak melanggar proses
pembentukan karakter yang dilakukan maka ada sanksi dimana agar anak mau
dididik dan mau dibentuk karakternya. Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun)
sebagai pengasuh dan sie ketrampilan menyatakan bahwa :
82
“Iya pasti keluarga ikut serta dalam proses pembentukan
karakter anak, karena sebagian besar karakter anak sudah
terbentuk dari keluarga dan sudah menjadi kebiasaan, tapi ada
juga beberapa anak yang belum terbentuk sama sekali
karakternya sehingga kita harus extra dalam membentuk
karakternya, biasanya dari hal-hal yang sederhana dulu kalo
buat yang sama sekali belum terbentuk. Kalo keluarga ikut
serta dalam proses pembentukan karakter biasanya mereka
hanya memberi pengarahan atau pemahaman kepada anak saja
atau memberi penguatan dalam bentuk motivasi.” (Hasil
wawancara 3 Maret 2020).
Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) selaku sekretaris di LKSA Panti Rini
berpendapat bahwa :
“Selama ini keikutsertaan keluarga dalam proses pembentukan
karakter anak ya lumayan baik, keikutsertaan mereka biasanya
dengan memberikan dukungan dan nasehat kepada anak untuk
berbuat baik. Kembali pada karakter awal dimana pokok utama
pembentukan karakter itu kan orang tua ya dan kami hanya
menambahkan sedikit dan membantu untuk membentuk karakter
mereka. Ketika orang tua datang anak akan merasa bahwa
mereka masih diperhatikan dan di sayangi oleh kedua orang
tua, selain itu peran orang tua dalam keikutsertaan
pembentukan karakter anak lebih di lakukan saat anak pulang
ke rumah mereka masing-masing. “ (Hasil wawancara 5 Maret
2020).
Berdasarkan pernyataan diatas dijelaskan bahwa keluarga ikut serta
dalam proses pembentukan karakter anak, karena kembali lagi bahwa karakter
anak sebenarnya sudah terbentuk dalam keluarga walaupun belum sepenuhnya,
dan LKSA Panti Rini hanya membantu sedikit dalam membentuk karakter
mereka, tapi keluarga harus tetap ikut serta karena agar anak merasa masih
diperhatikan oleh keluarga dan diberi dukungan untuk dibentuk karakternya.
Namun jawaban sedikit berbeda diungkapkan oleh Ibu Sukini (49 Tahun)
selaku Bendahara dan Pengasuh di LKSA Panti Rini, beliau mengatakan
bahwa :
83
“Keluarga kurang ikut serta dalam proses pembentukan
karakter anak karena waktunya anakkan lebih banyak
dihabiskan dipanti, kalo pulang kerumah cuma beberapa hari
saja sehingga orang tua kurang ikut serta dalam proses
pembentukan karakter anak.” (Hasil wawancara 29 Februari
2020).
Dari informasi diatas menyatakan bahwa keluarga kurang ikut serta dalam
proses pembentukan karakter anak karena waktu anak lebih banyak dihabiskan
dipanti dari pada bersama keluarga. Berikut ada beberapa hasil wawancara
dengan anak yang bernama Dea, Siska,Nova, dan Merry :
Menurut Dea (17 Tahun) :
“Keluarga sering nenggok tapi itu pun pas awal-awal masuk
panti biasanya minggu ke 3, kalo neggok sering ditanya dipanti
sering diajarin apa? betah ndak dipanti?, terus gimana
susternya?, gimana ibu pengasuhnya?, temennya gimana?,
terus relasinya selama dipanti baik ndak? itu selalu ditanyain,
tapi akhir-akhir ini karna mungkin ibu atau bapak sedang sibuk
jadi jarang ditenggok, terakhir ditenggok itu desember 2 bulan
akhir ini belum ditenggok lagi. Ya semakin termotivasi apalagi
kalo bapak bilang kamu disini itu harus kuat pertahanin disini
kamu harus bisa prihatin karna besok suatu saat nanti kamu
pasti bisa jadi orang jadi disini aku malah mikir oh iya ya disini
aku bukan buat diri aku sendiri tok tapi kedepannya tu aku
gimana hidup diluar gimana cari kerja gimana oh ternyata
hidup itu ndak segampang yang orang kira.” (Hasil wawancara
9 Februari 2020).
Menurut Siska (16 Tahun) :
“Keluarga baru kemarin nengok dateng kepanti, tapi ibu
datang kesini dari sumatra, tapi kalo simbah jauh yang ada
dipurworejo setiap bulan pasti neggok kesini. Ya tentu saja
termotivasi karenakan kita jauh dari keluarga pastinya kalo
dikasih perhatian jadi semakin semangat buat jalani
semuanya.” (Hasil wawancara 4 Februari 2020).
Menurut Nova (16 Tahun) :
“Orang tua sih jarang menengok tergantung kalo ada uang
buat transpot ya datang kepanti kalo tidak ada ya tidak
ditenggok, kalo menengok ya sebulan 1 kali, itupun kadang-
84
kadang. Ya termotivasi banget.” (Hasil wawancara 4 Februari
2020).
Namun hal berbeda diungkapkan oleh Merry (17 tahun) :
“Keluarga tidak pernah menenggok, kalo ditenggok ya semakin
termotivasi buat dibentuk karakternya tapi karena rumahnya
jauh jadi ndak pernah ditenggok, tapi kalo hari minggu pasti
ada jam buat pegang HP, kan yang jauh tidak membawa HP
jadi dipinjami oleh panti dan boleh berkomunikasi dengan
keluarga dari situ ada rasa termotivasi untuk dibentuk
karakternya karena sudah pergi jauh-jauh dari Palu ke Jawa
jadi harus mau dididik dan dibentuk.” (Hasil wawancara 11
Februari 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 informan diatas mereka
menyatakan bahwa mereka sering ditenggok orang tua meskipun tidak setiap
bulan, dan dengan kedatangan keluarga anak menjadi sangat termotivasi
karena masih diperhatikan dan ada rasa kasih sayang dari orang tua yang
dirasakan oleh anak, namun ada beberapa dari ke 15 infoman yang mengatakan
bahwa mereka tidak pernah ditenggok oleh keluarganya karena jauh diluar
jawa sehingga anak hanya mampu berkomunikasi dengan keluarga lewat HP
yang sudah disedikan oleh panti, dan dengan berkomunikasi lewat HP tersebut
anak sudah merasa ada motivasi untuk dibentuk karakternya.
Ciri khas dalam proses pembentukan karakter menuju kemandirian
anak di LKSA Panti Rini yaitu pengenalan serta penguatan dan kebiasaan-
kebiasaan khas Katolik kepada anak yang beragama Katolik maupun non
Katolik. Hal tersebut didukung dengan adanya hasil wawancara dengan
informan Ibu Sukini, Ibu Sri Fantini, dan Veronica Vitri Yani :
Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) menyatakan bahwa :
85
“Ya setiap anak yang masuk Panti harus mengikuti kegiatan
kerohanian yang ada di Panti, bagi yang beragama lain juga
tetap mengikuti, tetapi kalo pas hari puasa yang beragama
Islam ingin berpuasa tetap kita perbolehkan, namun untuk doa
mengikuti yang katolik”
Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) dikatakan bahwa :
“Kalo soal keagamaan disini untuk yang beragama non Katolik
tetap mengikuti ibadah yang telah ditentukan oleh panti yaitu
mengikuti tata laksana ibadah secara katolik, biasanya juga
ada beberapa anak disini yang tetap menjalankan
kewajibannya contohnya kayak berpuasa itu ada beberapa
yang menjalankan. Mereka disini berpuasa juga tidak kami
larang, karena merekakan sudah dewasa”.
Hal serupa juga disampaikan oleh informan Veronica Vitri Yani (23 Tahun)
yang menjabat sebagai Sekretaris dan Pengasuh :
“Jika bicara soal keagamaan memang disini ada anak yang
beragama non katolik, tetapi untuk beribadah mereka tetap
mengikuti kami yang beragama katolik, karenakan disini
mayoritas katolik dan Panti ini milik Para Suster, sehingga
yang masuk disini harus mengikuti tata ibadah orang katolik
baik itu doa atau kegiatan kerohanian lainnya. Kami tidak
melarang yang beragama non katolik untuk tetap menjalankan
kewajibannya, disini juga biasanya pas hari puasa ada anak
non katolik yang meminta izin untuk berpuasa dan kami
membolehkan, namun untuk sahur mereka harus menyiapkan
sendiri”
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan Pengurus dan Pengasuh mengenai
ciri khas proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak oleh LKSA
Panti Rini mereka menyampaikan bahwa untuk yang beragama non katolik
86
tetap mengikuti tata laksana ibadah yang ditentukan oleh Panti, namun ketika
yang beragama non katolik akan menjalankan kewajibannya tetap
diperbolehkan.
Dari berberapa proses pembentukan karakter yang sudah dilakukan,
pada proses pembudayaan anak mulai mampu mengontrol diri dalam
menyelesaikan masalah meskipun belum begitu maksimal. Mempunyai kontrol
diri yang kuat dalam mengatasi masalah merupakan situasi dimana anak
dilatih untuk mampu mengendalikan emosi ketika anak sedang mengatasi
masalah baik itu dengan keluarga, teman, suster, ibu pengasuh, dan orang lain.
Dengan adanya masalah diharapkan anak mau terbuka dengan orang yang
dikiranya dapat dipercaya mendengarkan keluh kesahnya yang sedang dialami.
Berikut ini ada informasi yang didapat oleh peneliti dalam wawancaranya
dengan Ibu Sukini, Veronica Vitri Yani, dan Ibu Sri Fantini :
Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) dikatakan bahwa :
“Membantu anak dalam menyelesaikan masalah biasanya
dengan berdialog aja, diajak ngobrol baik-baik, kalo yang kecil
kan tidak bisa diajak ngomong baik-baik ya harus dibawelin
dulu dan masalah anak kecil biasanya cuma karena mereka
tidak disiplin saja tidak ada masalah lain-lainnya, beda dengan
yang sudah besar-besar kalo yang anak sudah besarkan
menyelesaikan masalahnya perlu penanganan yang kadang
extra harus dengan konseling atau apalah, ya seperti itu
masing-masing anak punya penanganan yang berbeda-beda
kalo ada masalah antara yang SD, SMP, SMA. Kalo dalam
mengkontrol emosi, anak menggunakan emosi jarang, karena
emosi mereka hanya diluapkan dengan nanggis, beda kalo yang
kecil-kecil malah banyak menggunakan emosi karena ngeyel.”
(Hasil wawancara 29 Februari 2020).
Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) dikatakan bahwa :
87
“Cara yang kami gunakan untuk membantu anak
menyelesaikan masalah biasanya dengan konseling kadang ada
juga yang hanya perlu diajak ngobrol saja atau meminta teman
untuk mendekati dan mendengarkan keluh kesah mereka,
namun ada anak yang diajak atau dibantu untuk menyelesaikan
masalahnya malah ngambek ya alhasil kadang harus pakai
emosi.”(Hasil wawancara 5 Maret 2020).
Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) dikatakan bahwa :
“Cara membantu anak menyelesaikan masalah ya dengan cara
saya menempatkan diri sebagai sahabat, sehingga anak tidak
akan merasa canggung untuk bercerita. Kalo bicara soal anak
bisa mengkontrol emosi atau tidak ya bervariasi setiap anak
karena anakkan memiliki karakter yang berbeda-beda, jadi
dalam mengkontrol emosi juga bervariasi.” (Hasil wawancara 3
Maret 2020).
Dari informasi diatas dijelaskan bahwa cara membantu anak dalam
menyelesaikan masalah yaitu dengan cara menjadi sahabat bagi mereka, diajak
ngomong baik-baik. Untuk anak dalam menyelesaikan masalah pasti
menggunakan emosi tetapi mereka tidak berani mengungkapkan sehingga
emosi mereka biasanya hanya diungkapkan lewat tangisan.
Dari pernyataan diatas juga didukung oleh jawaban informan anak yang
bernama Siska, Wasti, dan Merry :
Menurut Siska (16 Tahun) :
“Cara menyelesaikan masalah kadang merenung, terus doa
sambil nanggis, kadang minta saran temen dan curhat sama
temen yang bisa dipercaya. Kalo terpancing emosi ya gunain
emosi kalo ndak ya ndak pakai emosi.”(Hasil wawancara 4
Februari 2020).
Menurut Wasti (17 Tahun) :
“Ya kalo mengalami masalah cara menyelesaikannya tak
simpan dulu tapi kalo udah ndak kuat ya biasanya curhat sama
temen deket, kalo menyelesaikan masalah saya tidak
menggunakan emosi tapi cuma diem waktu ada breafing
dengan teman baru saya ngomong tentang masalah yang saya
88
alami sama teman lainnya tanya terus dari situ saya tau
jawabannya.”(Hasil wawancara 7 Februari 2020).
Menurut Merry (17 Tahun) :
“Kalo masalah sama keluarga ya diselesein sama keluarga tapi
jarang punya masalah dengan keluarga, terus kalo sama temen
ya kadang namanya temen pasti diem-dieman dulu nanti lama
kelamaan curhat sama temen terus lama kelamaan ya baikan,
kalo masalah sama suster pernah tapi cuma saya simpen dalam
hati. Iya sering menggunakan emosi tapi ndak sering-sering
banget, emosikan ndak harus marah to.”(Hasil wawancara 11
Februari 2020).
Berdasarkan dari informasi ke-3 informan diatas dijelaskan bahwa
dalam menyelesaikan masalah mereka lebih banyak berdiam diri dahulu,
kemudian jika berasa sudah tidak kuat menahan masalah yang sedang dihadapi
mereka akan bercerita kepada teman yang bisa diajak buat cerita. Untuk
menyelesaikan masalah mereka terkadang menggunakan emosi tapi tidak
terlalu sering lebih banyak meluapkan emosi dengan menanggis.
f. Tahap internalisasi menjadi karakter.
Dalam tahap internalisasi menjadi karakter, anak melakukan segala
sesuatu tanpa adanya paksaan dan dorongan dari orang lain, sehingga
menghasilkan kemandirian anak untuk mampu mengerjakan sendiri tugas-
tugasnya tanpa dorongan dari orang lain.
Proses pembentukan karakter yang keenam yaitu Internalisasi menjadi
karakter, dimana anak diharapkan dengan mengikuti proses pembentukan
karakter dapat melakukan segala sesuatu yang sudah diajarkan oleh LKSA
Panti Rini tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lain, tetapi anak mampu
melakukan segala sesuatu dengan kesadaran dari dalam dirinya sendiri. Dalam
89
proses pembentukan karakter melalui internalisasi di LKSA Rini sudah
berjalan cukup baik karena adanya bantuan dari tatanan peraturan baik yang
tertulis maupun tidak tertulis, tata tertib, pengarahan dari pengasuh serta visi
misi yang berlaku sehingga anak mau tidak mau harus melakukan hal baik
sehari-hari dan itu telah mendarah daging dalam diri mereka. Berikut hasih
pernyataan yang disampaikan veronica vitri yani (23 Tahun) sebagai sekretaris
LKSA Rini :
“Cara yang kami lakukan dalam mendidik anak agar mampu
melakukan hal baik itu dengan cara memberi contoh kepada
mereka dan memberikan pengarahan kepada mereka apa saja
yang harus di lakukan mulai dari bangun tidur sampai sebelum
tidur, sebelum makan dan sesudah makan dan masih banyak
lagi. sehingga anak akan jera dan anak dengan sendirinya
melakukan tugas mereka tanpa adanya paksaan karena sudah
menjadi kebiasaan mereka.” (Hasil wawancara 5 Maret 2020).
Dari informasi diatas dijelaskan bahwa cara yang dilakukan dalam
mendidik anak agar mampu melakukan sendiri segala sesuatunya tanpa
dorongan dari orang lain yaitu dengan memberi contoh terlebih daahulu
kepada anak dan memberi pengarahan tentang apa saja yang akan mereka
lakukan dari bangun pagi sampai tidur lagi, pengarahan tersebut dilakukan
secara terus-menerus meski pun anak merasa bosan, dengan rasa bosan
tersebut lama kelamaan anak akan melakukan tugasnya dengan sendirinya.
Berikut ada pernyataan yang sama diungkapkan oleh Ibu Sukini dan Ibu Sri
Fantini :
Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) :
“Melakukan sesuatu tanpa paksaan dan dorongan dari orang
lain ya dengan cara simulasi saja, semisal sandal lupa ditaruh
ditempatnya terus kita langsung tanya sama anak-anak ini
90
sandal siapa ya ? harusnya diletakkan dimana? Pasti secara
otomatis anak yang punya akan langsung mengambil dan
meletakkan pada tempatnya. Nah itu cara simulasi, bukan
dengan cara diambilkan itu namanya bukan mendidik.” (Hasil
wawancara 29 Februari 2020).
Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) :
“Caranya ya pertama saya belajar mengenal terlebih dahulu
karakter masing-masing anak, setelah saya mampu mengenal
karakter dari masing-masing anak dari situ saya mulai bisa
mengerti bagaimana caranya mendidik anak agar mampu
melakukan segala sesuatunya tanpa disuruh atau dipaksa,
biasanya saya menegur dan mengingatkan anak tanpa ada
kesan otoriter.” (Hasil wawancara 3 Maret 2020).
Berdasarkan dari informasi diatas dijelaskan bahwa cara mendidik anak
agar mampu menyelesaikan sendiri tugas-tugasnya tanpa paksaan atau
dorongan dari orang lain yaitu dengan cara menegur anak yang bersangkutan
dan mengingatkan kepada anak setiap kali ada tugas yang menjadi
tanggungjawab anak tersebut belum terlaksana dengan baik. Berikut hasil
wawancara dengan anak yang bernama Anas, Desi, dan Agnes :
Menurut Anas (19 Tahun) :
“Ya dididiknya dengan cara itu mbak mengulangi lagi tugas-
tugasnya, dari mengulangi tugas-tugas itukan nanti lama-
kelamaan jadi terbiasa to terus ndak perlu diingatkan udah
langsung jalan, kecuali kalo bikin-bikin produksi kacang
bawang, bumbu pecel, stick itu pasti selalu disuruh jadi jarang
kalo jalan sendiri. Kalo tugas sekolah karena kita udah gede
jadi ndak perlu diingatkan lagi harus kita yang mengingat dan
mengerjakannya sendiri.” (Hasil wawancara 4 Februari 2020).
Menurut Desi (16 Tahun) :
“Cara mendidiknya ya dikasih pengarahan awal-awalnya
kemudian kita disuruh jalani tugas-tugasnya, kayak tugas siram
bunga kalo awal sih masih perlu diingatkan siapa yang tugas
siram bunga, tapi lama kelamaan siram bunga udah jadi
kebiasaan rutin jadi langsung berangkat yang tugas siram
91
bunga, kadang sih masih perlu diingatkan kalo pas lupa.”
(Hasil wawancara 7 Februari 2020).
Menurut Agnes (16 Tahun) :
“Cara mendidiknya ya dikasih contoh dulu kemudian kalo udah
dikasih contoh kita langsung disuruh melakukannya berulang-
ulang, contohnya ya mbak angkat pakaian dulu pas awal-awal
kita harus diteriakin dulu buat angkat jemuran, lama-lama ada
peraturan pulang sekolah langsung angkat baju, tapi ada
peraturan aja kadang kita masih perlu diingatkan karena capek
to mbak habis pulang sekolah, tapi karena udah menjadi
tanggungjawab kita sendiri ya harus dilaksanain mbak itu .”
(Hasil wawancara 17 Februari 2020).
Dari pernyataan diatas dijelaskan bahwa cara pengasuh dan pengurus
dalam mendidik anak yaitu dengan diberi pengarahan dan contoh terlebih
dahulu, kemudian setelah diberi contoh anak disuruh melakukan hal yang
sudah diajarkan secara berulang-ulang hingga anak mampu mengerjakan
segala sesuatunya tanpa paksaan dari orang lain, walaupun terkadang anak
masih perlu diingatkan atau ditegur.
Pada proses internalisasi diharapkan anak bisa menuju pada ciri
kemandirian yang terakhir yaitu dimana anak mampu mengerjakan sendiri
tugas-tugasnya tanpa paksaan atau dorongan dari orang lain. Ciri kemandirian
yang terakhir yaitu mengerjakan sendiri tugas-tugas rutinnya, tanpa dorongan
orang lain dan tidak bergantung pada orang lain. Diciri kemandirian yang
terakhir ini setelah mengikuti proses pembentukan karakter di LKSA Panti
Rini diharapkan dapat melakukan segala kegiatan atau tugasnya atas kesadaran
diri sendiri bukan atas paksaan atau dorongan dari orang lain.
92
Berikut ada pernyataan yang menjawab tentang kemandirian anak yang
dalam kegiatannya tanpa bergantung pada orang lain. Hal ini disampaikan oleh
Sri Fantini, Ibu Sukini, dan Veronica Vitri Yani :
Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) :
“Kalo soal mengerjakan tugas-tugasnya tanpa dorongan dari
orang lain itu mungkin yang besar-besar sudah bisa tetapi
untuk anak-anak yang masih kecil belum bisa semuanya. Tetapi
walaupun mereka sudah bisa tetap ada yang perlu
pendampingan dari saya terutama anak-anak yang
kecil.”(Hasil wawancara 3 Maret 2020).
Dari pernyataan informan Ibu Sri Fantini berpendapat bahwa anak belum
sepenuhnya dapat mengerjakan sendiri tugas-tugasnya karena ada dari
beberapa anak yang masih perlu pendampingan dari Ibu Sri Fantini.
Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) :
“Mengerjakan sendiri tugas-tugasnya itu relatif hampir
semuanya, biasanya ada anak yang dikasih tau sekali langsung
mengerti jadi mampu mengerjakan tugas-tugasnya tanpa
disuruh. Ada juga anak yang harus dibilangi sampai berkali-
kali tetapi hasilnya tetap sama saja.”(Hasil wawancara 29
Februari 2020).
Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) :
“Selama ini anak-anak dengan sendirinya mengerjakan tugas-
tugas tanpa diberi komando atau mereka mengerjakan tugas
tanpa paksaan karena mereka menyadari bahwa itu adalah
tanggungjawab mereka. Apa yang sudah menjadi tugas mereka,
mereka selalu mengerjakannya walaupun terkadang hasilnya
belum maksimal.”(Hasil wawancara 5 Maret 2020).
Berdasarkan pernyataan diatas dijelaskan bahwa anak sudah relatif
mampu mengerjakan sendiri tugas-tugasnya tanpa harus dikomando karena
anak sudah paham dan mengerti bahwa itu merupakan tanggungjawab mereka,
namun ada beberapa anak yang masih perlu dibimbing dan dikasih tau akan
93
tugas-tugasnya. Dari pernyataan diatas juga didukung oleh jawaban dari
informan anak mengenai mengerjakan sendiri tugas-tugasnya. Menurut Klara,
Dea, dan Elisabet :
Menurut Klara (16 Tahun) :
“Kadang bisa kalo soal mengerjakan tugas sekolah dan tugas
harian, tapi masih butuh dorongan dari orang lain juga.”(Hasil
wawancara 4 Februari 2020).
Menurut Dea (17 Tahun):
“Ya kita harus melakukan sendiri tugas-tugasnya apalagi disini
udah 1,5 tahun mau jalan 2 tahun otomatis udah oh iya tugasku
ini oh iya yang harus aku lakuin ini bagi tugas sekolah ndak
njuk tergantung, apalagi akhir-akhir ini sibuk aku harus bisa
membagi mana yang harus aku lakukan pertama biar semua
tugas yang akan dijalani itu selesai.” (Hasil wawancara 9
Februari 2020).
Menurut Elisabet (17 Tahun) :
“Kadang iya bisa menyelesaikan kalo soal tugas-tugas sekolah,
untuk tugas dirumah setiap hari saya juga bisa menyelesaikan,
tapi kadang ndak bisa menyelesaikan karena lupa dan capek
udah pulang sore dari sekolah.”(Hasil wawancara 14 Februari
2020).
Dari pernyataan diatas dijelaskan bahwa mereka mampu mengerjakan
sendiri tugas-tugasnya, tetapi masih perlu bantuan orang lain untuk
mengingatkan jika mereka lupa. Biasanya mereka lupa mengerjakan tugasnya
karena sudah capek disekolah seharian pulang sore sehingga kadang langsung
istirahat.
2. Kendala yang dihadapi oleh LKSA Panti Rini dalam proses pembentukan karakter
menuju kemandirian anak.
Dalam melaksanakan proses pembentukan karakter menuju
kemandiriaan anak tidak selamanya menghasilkan perubahan yang positif,
94
dalam artian bahwa dalam melaksanakan proses pembentukan karakter menuju
kemandirian anak sering kali menemui kendala atau masalah. Adapun
beberapa kendala dalam melaksanakan proses pembentukan karakter menuju
kemandirian anak, seperti yang dikatakan dibawah ini :
Menurut Ibu Sukini (49 Tahun) :
“Kendala yang dihadapi dalam proses pembentukan karakter
menuju kemandirian anak ini pada tahap penerapan karena
jika menghadapi anak yang kalo dikasih tau malah marah-
marah, biasanya nanti kalo sudah marah mencari teman untuk
melawan, ya kendalanya gitu aja yang kadang membuat kita
menjadi down,karena kitakan maunya mendidik benar, tapi
malah tidak diterima dengan baik oleh anak, intinya
salahpaham yang menjadi kendala saya dalam mendampingi
mereka.” (Hasil wawancara 29 Februari 2020).
Kemudian hal sama juga disampaikan oleh Ibu Sri Fantini dan Veronica Vitri
Yani :
Menurut Ibu Sri Fantini (40 Tahun) :
“Yang menjadi kendala dalam proses pembentukan karakter
menuju kemandirian anak ini ya emosi anak yang belum stabil,
kadang dikasih tau sedikit langsung marah, disuruh sedikit
langsung marah, itu yang menjadi kendala.”(Hasil wawancara
3 Maret 2020)
Menurut Veronica Vitri Yani (23 Tahun) :
“Kendala dalam melaksanakan proses pembentukan karakter
menuju kemandirian anak itu kendalanya ada dianaknya
terkadang anaknya tidak tahan atau tidak mudah menangkap
teguran atau kurang menyikapi teguran lainnya karena anak
lebih sering terbawa emosinya, mereka itu kadang kalo ditegur
beberapa hari kemudian marah.”(Hasil wawancara 5 Maret
2020).
Dari keterangan informasi Pengurus dan Pengasuh diatas, dapat
dikatakan bahwa kendala dari proses pembentukan karakter menuju
kemandirian anak adalah emosi anak yang kurang stabil jika dikasih tau baik-
95
baik, dari emosi anak tersebut terkadang membuat para Pengurus dan
Pengasuh menjadi down dalam mendidik mereka. Ada juga kendala yang
dialami oleh anak sehingga mempengaruhi proses pembentukan karakter
menuju kemandirian anak di LKSA Panti Rini Purworejo, hal tersebut
diungkapkan oleh Dea, Merry, dan Nova :
Menurut Dea (17 Tahun) :
“Kendala pasti ada yang aku rasain pas ikut proses
pembentukan karakter, itu ndak semuanya berjalan mulus gitu
loh kayak semuanya berjalan dengan indah, disinikan hidup
bareng-bareng dan ndak semua orang benar, kadang saya yang
salah sehingga membuat Ibu pengasuh marah, tapi dengan
kemarahan Ibu Pengasuh itu bukannya saya menerima tapi
terkadang malah ikutan marah, tapi setelah dimarahi kemudian
saya merenung oh ternyata ini saya yang salah ya kenapa saya
harus ikutan marah, ada kendala lainnya juga kadang kehasut
temen terus pingin ikut-ikutan contohnya males-malesan
gitu.”(Hasil wawancara 9 Februari 2020).
Hal yang sama pun juga disampaikan oleh Merry (17 Tahun) :
“Kendalanya ya rasa males, terus rasa capek, kadang
hubungan sama temen tidak selalu baik, sering emosian kadang
kalo ditegur, itu aja sih mbak kendalanya.”(Hasil wawancara
11 Februari 2020).
Hal yang sama pun juga disampaikan oleh Nova (16 Tahun) :
“Kalo kendala pasti mengalami sih, seperti rasa males yang
datang secara tiba-tiba, kadang ndak mau dikasih
tanggungjawab, kalo ada temen yang ngasih tau tapi
menggunakan emosi ya jadi ikut emosi, paling banyak ya
kendala dalam mengatur emosi belum begitu bisa mbak.”(Hasil
wawancara 4 Februari 2020).
Dari pernyataan informan-informan diatas cukup mewakili semua
informan karena pada intinya pernyataan mereka sama kendala yang dialami
oleh semua informan adalah kendala dalam mengatur emosi, dalam mengatur
emosi anak belum begitu mampu sehingga jika dikasih tau sedikit maka anak
96
mudah tersinggung dan meluapkannya dengan emosi, meskipun emosi yang
mereka rasakan tidak diungkapkan secara langsung biasanya hanya dengan
menanggis atau mencari teman untuk melawan.
Cara yang dilakukan oleh Pengurus dan Pengasuh dalam mengatasi
kendala-kendala tersebut adalah dengan menempatkan diri sebagai sahabat
untuk anak-anak, dengan begitu anak akan welcome terhadap kita, cara yang
kedua dengan bersebar dan didoakan semoga dengan berjalannya waktu para
pengasuh dan pengurus bisa meluluhkan hati mereka sehingga anak mampu
mengendalikan emosi.
97
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan data-data yang didapatkan selama penelitian, maka diperoleh beberapa
kesimpulan mengenai proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak oleh Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini di Purworejo.
A. Kesimpulan
1. Proses pembentukan karakter sangat berperan penting dalam pembentukan karakter
menuju kemandirian anak di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti
Rini, ada beberapa tahapan dalam pembentukan karakter yaitu ada tahap pengenalan,
tahap pemahaman, tahap penerapan, tahap pengulanggan, tahap pembudayaan, dan
tahap internalisasi. Dalam proses tersebut yang paling maksimal dilaksanakan adalah
tahap pengenalan karena pada tahap pengenalan anak diberi pengarahan dan contoh
terlebih dahulu kemudian diberi tanggungjawab yang harus dilaksanakan, sedangkan
untuk tahap yang kurang berjalan dengan maksimal pada tahap pembudayaan karena
orang tua kurang ikut serta dalam pembentukan karakter anak, hal ini disebabkan
waktu anak lebih banyak dihabiskan dipanti dari pada dikeluarga dan dalam
menyelesaikan masalah pun anak masih sering menggunakan emosi yang belum
stabil, adapun ciri khas pembentukan karakter yang dilakukan oleh LKS Panti Rini
yaitu pengenalan serta penguatan dan kebiasaan-kebiasaan khas Katolik kepada anak
yang beragama Katolik maupun non Katolik, dimana anak yang beragama Non
Katolik mengikuti tata laksana ibadah yang telah ditentukan oleh Panti, namun ketika
yang beragama non Katolik akan menjalankan kewajibannya tetap diperbolehkan.
98
2. Kendala dalam proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak berada pada
tahap penerapan karena terkadang anak tidak mudah menangkap teguran atau kurang
menyikapi teguran yang disampaikan oleh pengurus dan pengasuh, seperti perilaku
anak yang lebih sering terbawa emosi ketika diberi masukan atau teguran.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait proses pembentukan karakter
menuju kemandirian anak oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Rini di
Purworejo. Peneliti ingin memberikan sedikit masukan sebagai berikut:
1. Bagi Pengasuh dan Pengurus
Bagi pengurus dan pengasuh sebaiknya lebih diperhatikan lagi dalam membentuk
karakter anak dan lebih menjadi sahabat bagi anak agar anak mau terbuka tentang apa
yang sedang dialami oleh anak
2. Bagi Anak-anak
Menurut saya bagi anak diharapkan lebih mampu mengenal diri dan potensi-potensi
yang ada dalam diri, baik itu dalam bidang akademik atau non akademik, serta
mematuhi semua tata tertib dan aturan yang ada dalam panti, karena semua itu untuk
kebaikan anak asuh sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Abdullah. 2015. Dinamika Sosiologi Indonesia:Agama dan Pendidikan dalam Perubahan
Sosial. PT. LKiS Pelangi Aksara. Yogyakarta.
Barnawi dan M.Arifin. 2012. Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter.
Ar.Ruzz Media. Yogyakarta.
Badudu J.S dan Zain, Sutan Mohammad. 1996. Kamis Umum Bahasa Indonesia. Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta.
Dali Gulo. 1982. Kamus Psikologi. Tonis. Bandung.
Fathul Muin. 2011. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik dan Praktik. Ar.Ruzz.
Yogyakarta
Handayaningrat, Soewarno. 1988. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen Haji
Masagung. Jakarta.
Imam Suprayogo, Tobroni. 2001. Metode Penelitian Sosial – Agama. PT Remaja Rosdakarya
Offset. Bandung.
Koentjaraningrat. 1989. Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta.
Lickona, Thomas. 2012. Character Matters. Bumi Aksara. Jakarta.
Muslich, Mansur. 2010. Pendidikan Karakter, Menjawab Tantangan Krisis Multidimensonal.
Bumi Aksara. Jakarta.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Rosdakarya.
Jakarta.
Nasution. 2007. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bumi Aksara. Jakarta.
Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta
R.A.Koesnan. 2005. Susunan Pidana Dalam Negara Sosialis Indonesia. Sumur. Bandung.
Singarimbun dan Efendi, Sofian. 1985. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga
Pendidikan. Kencana. Jakarta.
Sumber Hukum
KUH Perdata Pasal 330 Tentang Perkawinan
Sumber Internet
Alesmana, www.kompasiana.com/definisi-anak
Tri Ardila, 2016, Pengaruh Pendidikan Keluarga terhadap Pembentukan karakter anak di
Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Way Halim Bandar Lampung. Universitas
lampung bandar. Skripsi.
Maulidiyah A, 2005. Pengaruh Perr Group Terhadap Kemandirian Siswa Dasar. Fakultas
Tarbiyah UIN Malang. Skripsi
Khalifah, 2009. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kemandirian Santri di Pesantren
Mathlabul Ulum Jambu-Sumenep. Universitas Islam Negeri Maulana. Skripsi.
Anak Terlantar di Daerah Provinsi Jawa Tengah https://ppid-
mobile.dinsos.jatengprov.go.id/informasi/data-pmks/
http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/tunas-siliwangi/article/download/90/84
http://jabarekspres.com/2017/sasar-896-ribu-anak-yatim-siswa-penghuni-panti-asuhan-dapat-
kip/2/
https://krjogja.com/web/news/read/110394/jumlah_keluarga_miskin_di_Purworejo_menurun
https://m.jpnn.com/news/tak-diberi-uang-anak-jalanan-rusak-bodi-mobil
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/tahapan-pembentukan-karakter/
http://www.pendidikanekonomi.com/2013/10/komponen-kemandirian-anak.html
Nur Afifatul Hidayah. 2016. Pelaksanaan Program Resosialisasi Gelandangan Pengemis Di
Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta. UIN. Skripsi.
INTERVIEW GUDE
(Pengurus dan Pengasuh )
A. Identitas informan
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Agama :
Jabatan :
B. Interview
1. Proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak.
a. Apakah saudara ikut serta dalam mengenalkan hal-hal positif kepada
anak?
b. Bagaimana cara mengenalkan hal-hal positif kepada anak agar anak
mampu bertanggungjawab?
c. Apakah ada pengarahan kepada anak tentang apa yang akan mereka
lakukan?
d. Apakah anak diberi kesempatan untuk menerapkan apa yang telah
diajarkan oleh LKSA Panti Rini?
e. Apakah dengan diberikan kesempatan untuk menerapkan hal yang
telah diajarkan anak menjadi aktif dan semangat dalam mengejar
prestasi?
f. Apakah anak dibiasakan untuk mengulangi hal-hal baik secara
berulang-ulang kali?
g. Apakah manfaat dari membiasakan anak mengulangi hal-hal baik
yang telah diajarkan?
h. Apakah masyarakat maupun keluarga ikut serta dalam proses
pembentukan karakter anak?
i. Jika anak mengalami masalah, bagaimana cara saudara membantu
anak dalam menyelesaikannya?
j. Apakah ada ciri khas proses pembentukan karakter yang dilakukan
oleh LKSA Panti Rini?
k. Apakah dalam menyelesaikan masalah anak mampu mengkontrol
emosi?
l. Bagaimana cara saudara mendidik anak agar anak mampu melakukan
segala sesuatu tanpa dorongan atau paksaan dari orang lain?
m. Apakah dengan cara tersebut anak benar-benar mampu mengerjakan
sendiri tugas-tugasnya?
2. Kendala yang dihadapi LKSA Panti Rini dalam proses pembentukan karakter
menuju kemandiran anak.
a. Apa saja kendala yang dialami dalam proses pembentukan karakter
menuju kemandirian anak?
b. Bagaimana cara saudara mengatasi kendala yang terjadi ketika proses
pembentukan karakter menuju kemandirian anak?
INTERVIEW GUDE
( Anak asuh )
A. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Kelas :
Agama :
B. Interview
1. Proses pembentukan karakter menuju kemandirian anak?
a. Apakah saudara dikenalkan dengan hal-hal positif oleh LKSA Panti
Rini ( Ketua, Pengasuh )? Apa saja hal-hal positif yang dikenalkan?
b. Siapa saja yang terlibat dalam mengenalkan hal-hal positif kepada
saudara?
c. Apakah saudara bisa memahami dan mencerna hal-hal positif yang
telah diajarkan?
d. Apakah saudara diberi pengarahan terlebih dahulu tentang kegiatan
yang akan dilakukan?
e. Kegiatan seperti apa saja yang diajarkan oleh LKSA Panti Rini (Ketua,
Pengasuh) ?
f. Apakah saudara diberi kesempatan untuk mengulangi kembali kegiatan
yang telah diajarkan?
g. Apakah saudara sering mengulangi atau melakukan hal-hal yang sudah
diajarkan?
h. Bagaimana cara saudara mengulangi hal tersebut?
i. Apakah dengan mengulangi kegiatan tersebut saudara menjadi merasa
aktif dan semangat dalam segala hal?
j. Menurut saudara apa manfaat dari mengulangi segala kegiatan yang
telah diajarkan?
k. Dengan yang sudah diajarkan apakah saudara menjadi mempunyai
inisiatif atau kreatif dalam melakukan tindakan?
l. Apakah keluarga sering menenggok saudara?
m. Dengan kedatangan keluarga, apakah saudara menjadi semakin
termotivasi untuk dibentuk karakternya?
n. Jika saudara mengalami masalah baik itu dengan teman, pengasuh,
ataupun keluarga, bagaimana cara anda menyelesaikannya?
o. Apakah dalam menyelesaikan masalah saudara menggunakan emosi?
p. Setelah mengikuti proses yang diajarkan oleh LKSA Panti Rini (
Ketua, Pengasuh ) apakah saudara mampu menyelesaikan sendiri
tugas-tugas saudara tanpa paksaan atau dorongan dari orang lain?
2. Kendala yang dihadapi anak dalam mengikuti proses pembentukan karakter
menuju kemandirian.
a. Apakah dalam mengikuti proses pembentukan karakter di Panti
saudara mengalami kendala?
b. Bagaimana cara saudara mengatasi kendala yang dialami?
LAMPIRAN
1. Acara harian
a. Hari Senin-Sabtu
Waktu Kegiatan Keterangan
04.00 Bangun
Mandi
Tugas harian
Memasak
05.00 Doa pagi bersama Bergilir
05.15 Berangkat ke gereja
05.30 Perayaan ekaresti
06.00 Makan pagi
Tugas harian
06.30 Persiapan dan berangkat sekolah
07.00-12.45 Sekolah
13.00 Makan siang
Kegiatan sekolah (ekstrakulikuler)
Mencuci pakaian, seterika, dll
15.00 Mandi dan persiapan belajar
16.00-17.00 Belajar
17.00-18.00 Rekreasi
Menyiram bunga Bergilir
18.00-18.30 Doa bersama Bergilir
18.30-19.00 Makan malam
Cuci piring
Membersihkan kamar makan Bergilir
10.00-20.30 Belajar
Membersihkan dan merapikan kamar
belajar
Bergilir
20.30-21.00 Persiapan tidur (sikat gigi, cuci kaki-
tangan, dll)
Mencuci pakaian (diberi kesempatan)
21.00 Istirahat
Yang masih ingih melanjutkan belajar
diberi waktu kesempatan sampai Pkl.
22.00
Catatan:
1) Setiap hari Senin Pkl. 17.00-18.00 latihan menyanyi dipimpin oleh Bp. San
Baru.
2) Setiap hari Kamis Pkl. 17.30-18.00 adorasi Sakramen Mahakudus bersama
dengan para suster di Kapel susteran, tugas memimpin doa bergilir oleh setiap
kamar.
3) Setiap hari Rabu dan Sabtu Perayaan Ekaristi di kapel Bruderan dan susteran.
4) Setiap hari Jumat dan Sabtu setelah pulang sekolah/setelah makan siang kerja
bakti.
b. Hari Minggu/Hari Besar/Hari Libur
Waktu Kegiatan Keterangan
05.00 Bangun
Mandi, mencuci pakaian
06.30 Persiapan dan berangkat ke
gereja
07.00 Perayaan Ekaresti Bergilir
Lalu makan pagi
Tugas harian
10.00-12.00 Rekreasi boleh nonton TV
Membuat rosario
12.00-12.30 Persiapan makan siang
Membereskan pakaian/jemuran
12.30-13.00 Makan siang
13.00-14.00 Cuci piring
Membereskan dan merapikan
kamar makan
Membereskan pakaian, setrika
14.00-15.00 Istirahat
15.00 Bangun
Persiapan belajar
16.00-17.00 Belajar
17.00-18.00 Rekreasi
Menyiram bunga Bergilir
18.00-18.30 Doa bersama Bergilir
18.30-19.00 Makan malam
Cuci piring Bergilir
Membersihkan kamar makan
19.00-20.30 Belajar
Membersihkan dan merapikan
kamar belajar
Bergilir
20.30-21.00 Persiapan tidur (sikat gigi, cuci
kaki-tangan, dll)
Mencuci pakaian (diberi
kesempatan)
21.00 Istirahat
Yang masih ingin melanjutkan
belajar diberi kesempatan sampai
pkl. 22.00 WIB
2. Dokumentasi
wawancara dengan Informan Anak Asuh (Adel) wawancara dengan Informan Anak Asuh (Desi)
wawancara dengan Informan Anak Asuh (Agnes)
wawancara dengan Informan Anak Asuh (Diana)
Dokumentasi Kegiatan Doa Bersama
Dokumentasi Kegiatan Memasak
Dokumentasi Kegiatan Senam Bersama
Dokumentasi Kegiatan Belajar Bersama
Dokumentasi Kegiatan Membuat keranjan
Paskah
Dokumentasi Kegiatan Kerja Bakti