bab ii kajian pustaka a. diskripsi teori 1. kemandirian a ...repository.ump.ac.id/5115/3/bab...

38
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Diskripsi Teori 1. Kemandirian a. Pengertian kemandirian Kemandirian menurut Desmita (2011: 185) berasal dari kata “diri” yang mendapat awalan ke- dan akhiran an, kemudian membentuk satu kata keadaan atau kata benda. Kemandirian berasal dari kata diri, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak terlepas dari pembahasan tentang perkembangan tentang diri sendiri. Menurut Nurhayati (2011: 130) kemandirian berasal dari kata “mandiri” diambil dari dua istilah yang pengertian nya sering disejajarkan yaitu autonomy dan independence. Konsep kemandirian menurut Carl Rogers disebut dengan istilah self, karena diri itu merupakan inti dari kemandirian. Menurut Caplin dalam Desmita (2011: 185) kemandirian atau otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukan dirinya sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kemandirian merupakan usaha seseorang untuk mengerjakan sesuatu secara sendiri, tanpa memerlukan bantuan dari orang lain. Kemandirian seseorang akan terlihat dalam 9 Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 9

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Diskripsi Teori

    1. Kemandirian

    a. Pengertian kemandirian

    Kemandirian menurut Desmita (2011: 185) berasal dari kata

    “diri” yang mendapat awalan ke- dan akhiran an, kemudian

    membentuk satu kata keadaan atau kata benda. Kemandirian berasal

    dari kata diri, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak

    terlepas dari pembahasan tentang perkembangan tentang diri sendiri.

    Menurut Nurhayati (2011: 130) kemandirian berasal dari kata

    “mandiri” diambil dari dua istilah yang pengertiannya sering

    disejajarkan yaitu autonomy dan independence. Konsep kemandirian

    menurut Carl Rogers disebut dengan istilah self, karena diri itu

    merupakan inti dari kemandirian.

    Menurut Caplin dalam Desmita (2011: 185) kemandirian

    atau otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk memilih,

    untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan

    menentukan dirinya sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut dapat

    diambil kesimpulan bahwa kemandirian merupakan usaha seseorang

    untuk mengerjakan sesuatu secara sendiri, tanpa memerlukan

    bantuan dari orang lain. Kemandirian seseorang akan terlihat dalam

    9

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 10

    perilakunya dan pada saat memecahkan masalah yang dihadapi.

    Kemandirian merupakan karakter yang sedang dikembangkan oleh

    Menteri pendidikan dan kebudayaan, menurut Mu’in (2011: 162)

    karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua.

    Karakter dibentuk oleh pengalaman dan pergumulan hidup. Pada

    akhirnya, tatanan dan situasi kehidupanlah yang menentukan

    terbentuknya karakter masyarakat / siswa menurut Mu’in (2011:

    165).

    b. Bentuk-bentuk kemandirian

    Bentuk-bentuk Kemandirian menurut Havighurst dalam

    Desmita (2011: 186), membedakan kemandirian atas empat bentuk

    kemandirian, yaitu:

    1) Kemandirian emosi, yaitu kemampuan mengontrol emosi diri

    sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi pada orang

    lain.

    2) Kemandirian ekonomi, yaitu kemampuan mengatur ekonomi

    sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang

    lain

    3) Kemandirian intelektual, yaitu kemampuan untuk mengatasi

    berbagai masalah yang dihadapi

    4) Kemandirian sosial, yaitu kemampuan untuk mengadakan

    interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada aksi orang

    lain.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 11

    Berdasarkan bentuk-bentuk kemandirian di atas dibedakan

    menjadi 4 yaitu kemandirian emosi, ekonomi, intelektual, dan sosial.

    Bentuk-bentuk kemandirian di atas saling berkaitan dengan

    kehidupan siswa, dengan adanya bentuk-bentuk kemandirian

    tersebut tidak hanya untuk diri sendiri namun dapat memberikan

    manfaat kepada orang lain, karena bentuk-bentuk kemandirian di

    atas tidak hanya bagi diri sendiri namun interaksi dengan orang lain.

    c. Karakteristik kemandirian

    Karakteristik kemandirian menurut Steiberg dalam Desmita

    (2011: 186) membedakan karakteristik kemandirian atas tiga bentuk,

    yaitu:

    1) Kemandirian emosional (Emotional autonomy)

    2) Kemandirian tingkah laku (behavioral autonomy)

    3) Kemandirian nilai (value autonomy)

    Sedangkan karakteristik dari ketiga aspek kemandirian yaitu :

    1) Kemandirian emosional, yakni aspek kemandirian yang

    menyatakan perubahan kedekatan hubungan emosional antar

    individu, seperti hubungan emosional siswa dengan guru atau

    dengan orang tuanya.

    2) Kemandirian tingkah laku, yakni suatu kemampuan untuk

    membuat keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain

    dan melakukannya secara bertanggung jawab.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 12

    3) Kemandirian nilai, yakni kemampuan memaknai seperangkat

    prinsip tentang benar dan salah, tentang apa yang penting dan

    apa yang tidak penting.

    Karakteristik kemandirian yaitu karakter yang dimiliki oleh

    siswa, karakteristik atau ciri tersebut yang menandai bahwa siswa

    tersebut mandiri. Siswa dapat terlihat mandiri dari ketiga

    karakteristik yaitu kemandirian emosional, tingkah laku, dan juga

    nilai.

    d. Indikator kemandirian

    Indikator kemandirian menurut Desmita (2011: 185-186)

    menyatakan bahwa kemandirian memiliki pengertian sebagai

    berikut:

    1) Suatu kondisi di mana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk

    maju demi kebaikan dirinya sendiri.

    2) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi

    masalah yang dihadapi.

    3) Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya.

    4) Bertanggung jawab atas apa yang dilakukan.

    e. Pentingnya kemandirian bagi siswa

    Pentingnya kemandirian bagi siswa, dapat dilihat dari situasi

    kompleksitas kehidupan dewasa ini, yang secara langsung atau tidak

    langsung memengaruhi kehidupan siswa. Pengaruh kompleksitas

    kehidupan siswa. Pengaruh kompleksitas kehidupan siswa dapat

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 13

    terlihat dari berbagai fenomena yang sangat membutuhkan perhatian

    dunia pendidikan, seperti perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan

    obat dan alkohol, perilaku agresif, dan berbagai perilaku

    menyimpang yang sudah mengarahkan pada tindak kriminal.

    Fenomena di atas adalah permasalahan-permasalahan yang

    sering dihadadapi oleh anak jaman sekarang. Oleh sebab itu,

    perkembangan kemandirian siswa menuju ke arah kesempurnaan

    menjadi sangat penting untuk dilakukan secara serius, sistemastis

    dan terprogram. Menurut Desmita (2011: 190) perkembangan

    kemandirian siswa dan implikasinya bagi pendidikan yaitu :

    1) Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis,

    yang memungkinkan anak merasa dihargai.

    2) Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan

    keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah.

    3) Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi

    lingkungan, mendorong rasa ingin tahu mereka.

    4) Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak,

    tidak membedakan-bedakan anak yang satu dengan yang lain.

    5) Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak.

    Jadi kemandirian seseorang terlihat, apabila siswa dapat

    menguraikan kebutuhan-kebutuhan tersebut, dapat datang dan pergi

    sebagaimana yang diinginkannya, mengatakan apa yang sedang

    dipikirkan oleh seseorang, tidak tergantung dengan orang lain dalam

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 14

    mengambil keputusan, merasa bebas untuk melakukan yang

    dilakukannya, melakukan sesuatu yang ada di peraturan atau

    kebiasaan, dan menghindari situasi seseorang diharapkan bisa

    menyesuaikan diri, mengecam orang-orang yang berkuasa,

    menghindari kewajiban dan tanggung jawab. Kemandirian akan

    terlihat apabila siswa memiliki kemauan untuk mengetahui sesuatu

    sendiri tanpa ada yang menyuruh.

    2. Prestasi Belajar

    Menurut Arifin (2013:12) kata prestasi berasal dari bahasa

    Belanda yaitu prestatie, yang kemudian diartikan dalam bahasa

    Indonesia menjadi prestasi yang artinya hasil usaha (learning autcome).

    Istilah prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek

    pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak

    siswa. Prestasi belajar (achievement) mempunyai fungsi utama, antara

    lain :

    a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan

    yang telah dikuasai siswa

    b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat rasa ingin tahu.

    c. Prestasi belajar bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

    d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

    institusi pendidikan.

    e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)

    siswa

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 15

    Berdasarkan definisi prestasi yang telah dijelaskan oleh para ahli

    prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah usaha yang dilakukan

    selama melaksanakan pembelajaran. Guru dalam melihat hasil prestasi

    belajar siswa yaitu dengan melihat serta memberikan nilai atau skor

    setelah mereka mengerjakan soal atau tugas-tugas yang diberikan. Soal-

    soal yang diberikan biasanya berbentuk pilihan ganda atau uraian

    singkat.

    Prestasi belajar selalu di upayakan oleh guru melalui beberapa

    cara dan strategi. Setiap guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

    sangat beraneka ragam. Penggunaan metode yang sesuai dengan materi

    dan media pembelajaran adalah salah satu usaha yang dilakukan oleh

    guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

    3. Media pembelajaran

    a. Pengertian Media Pembelajaran

    Menurut Indriana (2011: 13), kata media berasal dari bahasa

    Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara

    harfiah, media berarti perantara, yaitu perantara antara sumber pesan

    (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Proses belajar

    mengajar membutuhkan sebuah media pembelajaran yang dapat

    membantu guru dalam penyampaian suatu informasi kepada para

    siswa. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat

    merangsang minat siswa untuk lebih memperhatikan materi yang

    disampaikan oleh guru.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 16

    Menurut Sanjaya (2012: 61) “media pembelajaran adalah

    segala sesuatu seperti alat, lingkungan dan segala bentuk kegiatan

    yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap

    atau menanamkan keterampilan pada setiap orang yang

    memanfaatkannya”. Menurut (Arsyad, 2009: 4) “Media

    pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau

    informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-

    maksud pengajaran”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan

    bahwa media pembelajaran adalah semua bahan dan alat peraga yang

    digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar untuk

    menyampaikan pesan-pesan atau informasi kepada para siswa.

    Menurut (Indriana, 2011: 21) “Media pembelajaran terdiri

    atas dua unsur, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras

    (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (message/software).

    Software merupakan informasi atau bahan ajar yang akan

    disampaikan kepada siswa, sedangkan hardware berupa peralatan

    atau sarana yang digunakan untuk menyajikan pesan atau bahan ajar

    tersebut”.

    b. Faktor-faktor yang Menentukan Ketepatan Penggunaan Media

    Pembelajaran

    Menurut Indriana (2011 : 28-31), beberapa faktor yang

    sangat menentukan tepat atau tidaknya suatu dijadikan media

    pembelajaran antara lain:

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 17

    1) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran

    Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran adalah

    menyesuaikan media pembelajaran dengan tujuan instruksional

    umum atau khusus yang ada dalam setiap mata pelajaran. Dapat

    juga disesuaikan dengan tujuan kognitif, afektif, dan

    psikomotorik. Atau, bahkan kita bisa menyesuaikannya dengan

    standar kompetensi, kompetensi dasar, dan berbagai

    indikatornya.

    2) Kesesuaian dengan materi yang diajarkan (instructional content)

    Media pembelajaran harus disesuaikan dengan materi

    yang diajarkan, yakni bahan atau yang akan disampaikan dalam

    proses belajar dan mengajar. Selain itu, juga harus

    memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat kedalaman

    yang akan dicapai dalam proses pembelajaran.

    3) Kesesuaian dengan fasilitas pendukung, kondisi lingkungan, dan

    waktu

    Fasilitas pendukung, lingkungan, dan waktu yang

    tersedia merupakan faktor yang sangat penting dalam efektivitas

    dan efisiensi penggunaan media pembelajaran. Betapapun

    bagusnya media yang digunakan, apabila lingkungan dan

    fasilitas pendukung serta waktu yang ada tidak mendukung,

    maka tujuan pembelajaran menggunakan media tersebut tidak

    akan tercapai dengan baik.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 18

    4) Kesesuaian dengan karakteristik siswa

    Sebuah media bisa sesuai dan cocok dengan karakteristik

    siswa tertentu, tapi ada kalanya tidak cocok dengan siswa yang

    lain. Karena itu, pendidik harus mengetahui karakteristik siswa

    untuk bisa disesuaikan dengan media yang akan digunakan

    dalam proses belajar mengajar.

    5) Kesesuaian dengan gaya belajar siswa

    Gaya belajar siswa juga sangat mempengaruhi efektivitas

    penggunaan media pembelajaran. Siswa yang memiliki gaya

    belajar tipe visual akan dengan mudah memahami materi jika

    media yang digunakan adalah media visual seperti televisi,

    video, grafis dan semacamnya. Sedangkan siswa yang memiliki

    gaya belajar auditif akan sangat merespons dengan baik media

    pembelajaran yang menggunakan media auditoris. Ia akan lebih

    responsif dengan mendengarkan dari pada melihat tayangan atau

    menulis. Sedangkan gaya belajar siswa yang kinestetik lebih

    suka melakukan dibandingkan membaca atau mendengarkan,

    sehingga media pembelajaran yang sifatnya langsung

    melakukan atau praktik langsung akan menjadi lebih disukai

    oleh siswa kinestetik ini.

    6) Kesesuaian dengan teori yang digunakan

    Teori sangat menentukan dalam pemilihan media. Teori

    menjadi faktor penting digunakannya sebuah media.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 19

    Penggunaan media tidak boleh dilakukan dengan hanya merujuk

    pada pilihan dari seorang guru, sehingga mengabaikan teori

    yang memang sudah tepat digunakan dalam pembelajaran.

    Ketidaksesuaian antara media dengan teori yang digunakan akan

    berakibat fatal. Mungkin saja, tujuan pembelajaran bisa dicapai,

    akan tetapi hal itu tidak akan efektiv dan efisien, serta kurang

    memuaskan berkaitan dengan tujuan pembelajaran.

    c. Ciri-Ciri Media Pembelajaran

    Menurut Suprihatiningrum (2013: 320) media pembelajaran

    memiliki tiga ciri, sebagai berikut :

    1) Ciri fiksatif, berarti media harus memiliki kemampuan untuk

    merekam, menyimpan dan mengkonstruksi objek atau kejadian.

    2) Ciri manipulatif, berarti media harus memiliki kemampuan

    dalam memanipulasi objek atau kejadian.

    3) Ciri distributif berarti media harus memiliki kemampuan untuk

    diproduksi dalam jumlah besar dan disebarluaskan.

    d. Media Video

    1) Pengertian Video

    Video merupakan suatu media yang digunakan oleh guru

    untuk mempertunjukkan suatu peristiwa penting kepada siswa

    agar siswa dapat memahami secara langsung kejadian yang

    terjadi pada pembelajaran yang dipelajarinya.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 20

    Video menurut Smaldino, dkk (2011:406) merupakan

    sarana utama untuk mengdokumentasikan kejadian aktual dan

    menghadirkannya ke dalam ruang kelas. Video dalam ruang

    kelas menurut Nugent dalam Smaldino, dkk (2011:405), banyak

    guru menggunakan video untuk memperkenalkan sebuah topik,

    menyajikan konten, menyediakan perbaikan, dan meningkatkan

    pengayaan. Segmen-segmen video bisa digunakan di seluruh

    lingkungan pengajaran dengan kelas, kelompok kecil, dan

    siswa-siswa perorangan.

    Dari beberapa pengertian video di atas, maka dapat

    disimpulkan bahwa video yang digunakan guru dalam

    pembelajaran sangat penting dan sangat menunjang

    pembelajaran di kelas. Karena dengan adanya video yang

    ditampilkan akan memudahkan siswa dalam memahami

    permasalahan yang konkret pada materi pelajaran yang sedang

    berlangsung.

    Pengajaran berbasis video dengan soundstrack beragam

    bisa ditunjukkan pada berbagai jenis pembelajaran. Teks bisa

    ditampilkan dalam berbagai bahasa dan digunakan untuk

    menerjemahkan atau memberi keterangan pada konten video.

    Video tersedia untuk hampir seluruh jenis topik dan untuk

    seluruh jenis pemelajar di seluruh ranah pengajaran-kognitif,

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 21

    afektif, kemampuan motorik, interpersonal antara lain sebagai

    berikut:

    a) Ranah kognitif

    Dalam ranah kognitif, para pemelajar mengamati

    reka ulang dramatis dari kejadian bersejarah dan perekaman

    aktual dari kejadian yang lebih belakangan.

    b) Ranah afektif

    Ketika terdapat salah satu unsur dari emosi atau

    keinginan untuk belajar afektif, video biasanya bekerja

    dengan baik. Model peran dan pesan dramatis pada video

    bisa memperngaruhi sikap. Karena potensinya yang besar

    untuk dampak emosional, video bisa bermanfaat dalam

    membentuk sikap personal dan sosial.

    c) Ranah kemampuan motorik

    Video sangat hebat untuk menampilkan bagaimana

    sesuatu bekerja. Pertunujukkan kemampuan motorik bisa

    dengan mudah dilihat melalui media ketimbang dalam

    kehidupan nyata. Jika anda sedang mengajar proses tahap-

    demi-tahap, anadabisa menampilkannya dalam waktu saat

    itu juga, mempercepatnya untuk memberikan sebuah

    tinjauan, atau melambatkannya untuk menampilkan detail-

    detail yang spesifik.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 22

    d) Ranah kemampuan interpersonal

    Dengan melihat sebuah program video bersama-

    sama, berbagai kelompok pemelajar yang beragam bisa

    membangun kesamaan pengalaman sebagai katalis untuk

    diskusi. Ketika siswa sedang belajar kemampuan

    interpersonal, seperti penyelesaian konflik dan hubungan

    dengan sesama siswa, siswa bisa mengamati orang lain

    dalam video untuk pertunjukkannya dan dianalisis. Siswa

    kemudian bisa mempraktikkan kemampuan interpersonal

    siswa dihadapan kamera, mengamati diri siswa sendiri dan

    menerima umpan balik dari sesama siswa dan pengajar.

    2) Kelebihan dan Kelemahan Video

    Menurut Smaldino, dkk (2011:411) adapun kelebihan

    dan kelemahan video sebagai berikut:

    Adapun kelebihan dan kelemahan pada video antara lain:

    a) Kelebihan video

    (1) Bergerak. Gambar-gambar bergerak memiliki

    keuntungan yang jelas daripada gambar diam dalam

    menampilkan konsep di mana gerakan sangatlah

    penting sekali untuk belajar.

    (2) Proses. Pengoperasian, seperti tahapan proses perakitan

    atau percobaan ilmiah, di mana gerakan berurutan

    sangatlah penting, bisa ditampilkan lebih efektif.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 23

    (3) Pengamatan yang bebas risiko. Video memungkinkan

    para siswa untuk mengamati fenomena yang mungkin

    saja terlalu berbahaya untuk dilihat secara langsung,

    seperti gerhana matahari, letusan gunung berapi, atau

    suasana perang.

    (4) Dramatisasi. Reka ulang yang dramatis bisa

    menghidupkan kepribadian dan kejadian bersejarah.

    Mereka memungkinkan para siswa untuk mengamati

    dan menganalisis interaksi manusia.

    (5) Pembelajaran ketrampilan. Penelitian mengindikasikan

    bahwa penguasaan ketrampilan fisik mengharuskan

    pengamatan dan latihan berulang-ulang.

    (6) Pembelajaran afektif. Karena potensi besarnya untuk

    dampak emosional, video bisa bermanfaat dalam

    pembentukan sikap personal dan sosial. Video

    dokumenter dan propaganda sering kali diketahui

    memiliki dampak terukur pada sikap hadirin.

    (7) Penyelesaian masalah. Dramatisasi yang berakhiran

    terbuka sering kali digunakan untuk menyajikan situasi

    tak-terselesaikan, yang membuat para pemirsa

    mendiskusikan berbagai cara mengatasi masalah

    tersebut.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 24

    (8) Pemahaman budaya. Kita bisa mengembangkan

    apresiasi yang mendalam terhadap budaya orang lain

    dengan melihat penggambaran kehidupan sehari-hari

    dalam masyarakat lainnya.

    (9) Membentuk kebersamaan. Dengan melihat program

    video bersama-sama, sebuah kelompok orang yang

    berbeda-beda bisa membangun dasar kesamaan

    pengalaman untuk membahas sebuah isu secara efektif.

    Oleh karena itu, video bisa sangat meningkatkan

    belajar siswa dan terutama guru-guru saat ini harus dengan

    tepat memadukan video ke dalam mata pelajaran tertentu

    agar pembelajaran menjadi menarik dan bermakna bagi

    siswa.

    b) Kelemahan video

    (1) Kecepatan yang tetap. Meskipun video bisa dihentikan

    untuk diskusi, ini tidak selalu dilakukan dalam

    penayangan untuk kelompok. Karena program

    ditayangkan dalam kecepatan yang tetap, beberapa

    pemirsa mungkin tertinggal dan yang lainnya tidak

    sabar menunggu bagian selanjutnya.

    Untuk menangani kelemahan ini pada saat

    pembelajaran di dalam kelas, video bisa diputar

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 25

    kembali oleh guru. Ketika mendapati siswa yang

    tertinggal dalam melihat video pembelajaran.

    (2) Orang-orang yang berbicara. Banyak video, terutama

    produksi setempat, sebagian besar terdiri dari

    penayangan orang-orang yang bicara dari jarak dekat.

    Video bukan merupakan saran lisan yang hebat karena

    merupakan sarana visual.

    Untuk menangani kelemahan dari video ini maka

    seorang guru bisa mengulang komunikasi dengan

    bahasa sendiri atau bahasa guru pada saat mengajar.

    Jadi bisa berbarengan dengan pemutaran video guru

    menambahkan atau mengulangi pembicaraan yang

    telalu cepat.

    (3) Fenomena yang diam. Meskipun video memiliki

    keuntungan bagi konsep yang melibatkan gerakan, ia

    mungkin tidak cocok bagi topik lain di mana kajian

    terperinci mengenai sebuah visual tunggal dilibatkan

    (misalnya, peta, diagram pengkabelan, atau diagaram

    organisasi).

    Ketika mendapati fenomena diam dalam video guru

    bisa menggunakan narasi untuk menarasikan fenomena

    diam dalam video kepada siswa pada saat penjelasan di

    depan kelas.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 26

    (4) Salah penafsiran. Dokumenter dan dramatisasi sering

    kali menyajikan perlakukan yang rumit dan canggih

    terhadap suatu isu.

    Ketika mendapati video salah penafsiran guru harus

    segera memberikan klarifikasi atau konfirmasi supaya

    siswa tidak salah konsep dalam memahami.

    Dari kelemahan video yang telah diungkapkan maka

    media video kurang bagus apabila digunakan dalam

    pembelajaran dihentikan ketika proses pembelajaran

    berlangsung. Disamping itu video kurang tepat jika

    digunakan untuk objek yang diam tetapi digunakan untuk

    objek yang bergerak. Kemudian sering terjadi salah

    penafsiran jika video tersebut dibuat secara rumit.

    4. Proses Pembelajaran

    a. Pengertian Proses Pembelajaran

    Menurut Susanto (2010: 19). Pembelajaran yang diidentikkan

    dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar”, yang berarti

    petujuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Kata

    pemebelajaran yang semula diambil dari kata “ajar” ditambah

    awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi kata “pembelajaran”,

    diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar, atau

    mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 27

    Menurut (Djamarah dan Zain 2010: 41-52) Proses belajar

    mengajar adalah kegiatan pendidik untuk mendidik peserta didik

    dalam waktu atau ruang yang tertentu. Proses belajar mengajar

    mempunyai beberapa kompone-komponen, yaitu: tujuan, bahan

    pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta

    evaluasi.

    b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Proses Pembelajaran

    Menurut Wasliman (dalam Susanto.2007:158), hasil belajar

    yang dicapai peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagi

    faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal.

    Uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagi berikut :

    1) Faktor Internal

    Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari

    dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan

    belajarnya. Faktor internal ini meliputi : kecerdasan, minat dan

    perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar,

    serta kondisi fisik dan kesehatan.

    2) Faktor Eksternal

    Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang

    mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan

    masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil

    belajar siswa. Keluarga yang morat-morit keadaan ekonominya,

    pertengkaran suami istri, perhatian kurang terhadap anaknya,

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 28

    serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang baik dari orang tua

    dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar

    peserta didik.

    Menurut Dunki (dalam Nana Sanjaya,2006:51), terdapat

    sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses

    pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu :

    a) Teacher formative experience

    Meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman

    hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka, yang

    termasuk ke dalam aspek ini diantaranya tempat asal

    kelahiran guru termasuk suku, latar belakang bedanya, dan

    adat istiadat.

    b) Teacher training experience

    Meliputi pengalaman-pengalaman yang

    berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang

    pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan profesional,

    tingkat pendidikan, dan pengalaman jabatan.

    c) Teacher properties

    Segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang

    dimiliki guru, misalnya sikap guru terhadap profesinya,

    sikap guru terhadap siswa, kemampuan dan inteligensi guru,

    motivasi dan kemampuan mereka baik kemampuan dalam

    pengelolaan pembelajaran termasuk didalamnya

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 29

    kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi

    pemebelajaran maupun kemampuan dalam penguasan

    materi.

    Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan

    bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran

    adalah faktor internal dan eksternal. Kedua faktor ini saling

    berkaitan dengan peserta didik dan lingkuan yang berkaitan

    dengan peserta didik. Faktor-faktor tersebut sangat mudah

    mempengaruhi proses pembelajaran sehingga diperlukan

    pemantoan oleh orang tua dan guru dalam meningkatkan

    prestasi belajar siswa.

    5. Metode Writing in the Here and Now

    a. Metode

    Metode berasal dari bahas Yunani “Methodos” yang berarti

    cara atau jalan yang ditempuh. (dalam http//ktiptk.blogspririt.com).

    Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 114) menyebutkan

    bahwa metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk

    menciptakan situasi pembelajaran yang benar-benar menyenangkan

    dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya

    prestasi belajar anak yang memuaskan.

    Sutan Zanti Arbi dan Syahmir Syahrun (Montolalu, dkk.

    1994: 28) mendefinisikan “metode adalah cara yang berfungsi

    sebagai alat untuk mencapai tujuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 30

    metode adalah cara atau jalan yang ditempuh guru yang berfungsi

    untuk menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan

    sehingga tercapai kelancaran proses belajar dan prestasi belajar yang

    memuaskan sesuai dengan yang dikehendaki.

    Dari pendapat di atas metode merupakan cara yang

    digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran dikelas,

    kemudian metode berfungsi untuk menciptakan situasi pembelajaran

    yang menyenangkan di kelas. Sehingga materi yang disampaikan

    oleh guru mampu diterima dengan baik oleh siswa.

    Selain itu Sutan Zanti Arbi dan Syahmir Syahrun,

    (Montolalu, dkk. 1994: 137) berpendapat selanjutnya dalam

    menetapkan suatu metode, dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

    lain tujuan yang ingin dicapai, faktor murid (peserta didik) ikut

    menentukan efektif dan tidaknya suatu metode faktor guru juga ikut

    menentukan efektif tidaknya suatu metode.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode ialah

    suatu cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan

    dengan mengikuti langkah-langkah tertentu tujuannya ialah agar

    tercapainya suatu tujuan yang hendak dicapai.

    b. Metode Writing In The Here And Now

    Metode menulis di sini dan saat ini (writing in the here and

    now) adalah sebuah strategi pembelajaran yang dapat membantu

    peserta didik dalam merefleksikan pengalaman-pengalaman yang

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 31

    telah mereka alami secara langsung. Menurut Melvin L. Silberman

    (2010: 198) strategi menulis pengalaman secara langsung atau di sini

    dan saat ini (writing in the here and now) adalah sebuah cara

    dramatis untuk meningkatkan perenungan secara mandiri dengan

    meminta siswa menuliskan laporan tindakan kala ini (present tense)

    tentang sebuah pengalaman yang mereka miliki (seakan itu terjadi di

    sini dan sekarang). Aktivitas ini memungkinkan siswa untuk

    memikirkan pengalaman yang mereka miliki.

    Adapun tujuan diterapkannya strategi writing in the here and

    now tidak lain untuk memotivasi dan membiasakan peserta didik

    dalam belajar dan membudayakan sifat aktif secara individu. Siswa

    berani untuk merefleksikan pengalaman yang telah mereka alami

    secara langsung dalam bentuk tulisan, tidak minder dan tidak takut

    salah.

    c. Prinsip-Prinsip Strategi Writing in the here and now

    Strategi writing in the here and now merupakan salah satu

    dari 101 strategi pembelajaran active learning yang ditawarkan oleh

    Melvin L Silberman. Oleh karena itu sebagai bagian dari

    pembelajaran aktif, maka strategi writing in the here and now juga

    harus memiliki prinsip-prinsip yang ada dalam pembelajaran aktif.

    Sebelum membahas tentang prinsip-prinsip strategi writing

    in the here and now. Menurut Ahmad Rohani (2004: 63-64) Berikut

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 32

    ini kami paparkan indikator-indikator mengenai pembelajaran yang

    mencerminkan aktif learning, yaitu:

    1) Dari segi peserta didik dapat dilihat dari:

    a) Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dari

    permasalahannya

    b) Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk

    partisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan

    belajar

    c) Penampilan berbagai usaha / kreatifitas belajar dalam

    menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar

    hingga mencapai keberhasilannya

    d) Kebebasan / keleluasaan melakukan hal tersebut diatas

    tanpa tekanan guru / pihak lainnya.

    2) Dari segi guru

    a) Usaha mendorong, membina gairah belajar dan partisipasi

    peserta didik secara aktif

    b) Peranan guru tidak mendominasi kegiatan proses belajar

    mengajar peserta didik

    c) Memberi kesempatan peserta didik untuk belajar menurut

    cara dan keadaan masing-masing

    d) Menggunakan berbagai jenis metode mengajar dan

    multimedia

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 33

    3) Dari segi program, hendaknya:

    a) Tujuan pengajaran dan konsep maupun isi pelajaran yang

    sesuai dengan kebutuhan, minat dan kemampuan subyek

    didik

    b) Program cukup jelas, dapat dimengerti dan menantang

    peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar

    c) Bahan pelajaran mengandung fakta/informasi, konsep

    prinsip, dan keterampilan.

    4) Dari segi situasi belajar ada:

    a) Iklim hubungan intim / erat antara guru dengan peserta

    didik, peserta didik dengan peserta didik. Guru dengan guru

    dan antara unsur pimpinan sekolah

    b) Gairah dan kegembiraan belajar peserta didik sehingga

    mereka memiliki motifasi kuat dan keleluasaan

    mengembangkan cara belajar masing-masing.

    5) Dari segi sarana belajar

    a) Ada sumber-sumber belajar bagi peserta didik

    b) Fleksibilitas waktu untuk kegiatan belajar

    c) Dukungan dari berbagai jenis media pengajaran

    d) Kegiatan belajar peserta didik tidak terbatas dalam kelas

    (ruang kelas) tetapi juga di luar kelas

    Dengan indikator tersebut setidaknya dapat memberikan

    ramburambu bagi guru untuk merancang dan melaksanakan

    pengajaran.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 34

    d. Langkah-Langkah Strategi Writing in the here and now

    Melvin L. Silberman (2010: 198) menggambarkan bahwa

    prosedur dari strategi writing in the here and now adalah:

    1) Pilihlah jenis pengalaman yang Anda ingin siswa

    menuliskannya. Pengamatan itu bisa dari masa lalu atau masa

    depan.

    2) Jelaskan kepada siswa tentang pengalaman yang Anda pilih

    untuk tujuan penulisan perenungan. Katakan kepada mereka

    bahwa cara yang baik untuk merenungkan sebuah pengalaman

    adalah dengan menghidupkannya kembali atau mengalaminya

    untuk pertamakalinya di sini dan sekarang juga. Cara ini akan

    menimbulkan dampak yang lebih jelas dan lebih dramatis

    ketimbang menulis tentang sesuatu “di suatu tempat dan dahulu”

    atau dalam waktu yang kelak akan datang.

    3) Sediakan kertas yang putih bersih untuk menulis. Ciptakan

    privasi dan suasana hening.

    4) Perintahkan siswa untuk menulis, dalam kala kini (present

    tense), tentang pengalaman yang telah dipilih. Perintahkan

    mereka untuk memulai dari awal pengalaman dan menuliskan

    apa yang mereka dan orang lain alami dan rasakan. Perintahkan

    siswa untuk menulissebanyak yang mereka suka tentang

    kejadian yang berlangsung dan perasaan yang ditimbulkan.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 35

    5) Beri waktu yang cukup untuk menulis. Siswa jangan sampai

    merasa diburu waktu. Bila sudah selsai, perintahkan mereka

    untuk membaca hasil renungan mereka di sini dan sekarang.

    6) Diskusikan tindakan-tindakan baru apa yang mungkin akan

    mereka ambil di masa mendatang.

    Adapun variasi strategi writing in the here and now sebagai

    berikut:

    1) Untuk membantu siswa mendapatkan kegairahan dalam menulis

    imajinatif, pertama-tama lakukan latihan imajinasi atau mental

    atau laksanakan diskusi kelompok yang relevan dengan topik

    yang Anda tugaskan kepada mereka.

    2) Perintahkan siswa untuk saling bercerita tentang apa yang telah

    mereka tulis. Salah satu alternatifnya adalah dengan

    memerintahkan sejumlah siswa untuk membacakan karya

    mereka yang sudah selesai. Alternatif yang kedua adalah dengan

    meminta pasangan untuk saling bercerita tentang apa yang

    mereka tulis.

    e. Kelebihan dan kekurangan strategi writing in the here and now

    Dalam metode atau strategi pasti mempunyai kelebihan dan

    kekurangan (liza Rosita, 2013), seperti strategi writing in the here

    and now (menulis pengalaman secara langsung) ini mempunyai

    beberapa kelebihan dan kelemahan diantaranya:

    1) Kelebihan strategi writing in the here and now adalah:

    a) Melatih dan mempertajam daya imajinasi siswa.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 36

    b) Meningkatkan kreativitas siswa.

    c) Meningkatkan semangat dan kemampuan siswa dalam

    menulis.

    d) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap pesan inti materi

    pelajaran.

    e) Menghubungkan materi pelajaran dengan realitas kehidupan.

    2) Kekurangan strategi writing in the here and now adalah:

    a) Kesulitan bagi sebagian siswa yang merasa tidak

    mempunyai pengalaman yang terkait dengan materi

    pelajaran, juga bagi siswa yang memiliki kecerdasan

    linguistik rendah.

    Ketika mendapati siswa yang tidak mempunyai pengalaman

    guru bisa menggunakan media untuk membantu siswa

    mempunyai pengalaman. Selain itu guru juga bisa membuat

    simulasi untuk memberikan pengalaman kepada siswa

    b) Penggunaan waktu dalam kegiatan pembelajaran kurang

    efisien. Sebab, terkadang siswa banyak mengulur dan

    menunda pekerjaannya. Apalagi jika siswa belum terbiasa

    menulis dan menuangkan gagasan. Tentu saja hal ini

    membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

    Ketika memberikan tugas guru memberikan waktu yang

    lebih lama. Karena siswa baru belajar menuangkan gagasan

    untuk mengomentari video atau pengalaman siswa.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 37

    c) Pendalaman dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran

    berkurang. Sebab, fokus yang ingin dibidik oleh strategi

    strategi writing in the here and now adalah pengalaman

    siswa dalam mengamalkan materi pelajaran, bukan materi

    pelajaran itu sendiri.

    Guru memberikan penekanan kepada siswa bahwa

    pendalaman yang dilakukan siswa yaitu dengan melihat

    fenomena dalam video yang digurnakan sebagai media

    pembelajaran. Supaya siswa mempu menuangkan gagasan

    dengan baik maka guru bisa mengulang pemutaran video

    supaya tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

    6. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

    a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

    Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata

    pelajaran yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan. Zamroni (dalam Taniredja, 2009:3) mengemukakan

    bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi

    yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir

    kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan

    kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk

    kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga

    masyarakat. Selain pendapat tersebut, Chamim (2003:44)

    mengungkapkan bahwa pendidikan kewargaegaraan adalah konsep

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 38

    multidimensional yang dimaksudkan untuk meletakkan dasar-dasar

    pengetahuan tentang masyarakat politik, tentang persiapan yang

    diperlukan untuk berpartisipasi dalam proses politik secara

    menyeluruh, dan secara umum tentang apa definisi dan bagaimana

    menjadi warga negara yang baik.

    Beberapa pendapat yang mengungkapkan mengenai

    pengertian pendidikan kewaganegaraan di atas, dapat diambil

    kesimpulan bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan

    pendidikan yang mempunyai esensi untuk menjadikan peserta didik

    sebagai warga negara yang mempunyai jiwa sesuai ideologi

    Indonesia yaitu Pancasila, di mana dalam ideologi tersebut terdapat

    nilai-nilai karakter luhur untuk menjaga keharmonisan kehidupan

    berbangsa maupun bernegara.

    b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

    Pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu mata

    pelajaran wajib yang diajarkan di tingkat SD sampai perguruan

    tinggi, mempunyai tujuan yang berkaitan dengan penanaman nilai-

    nilai luhur bangsa Indonesia sesuai ideologi negara yaitu Pancasila.

    Tujuan dari pendidikan kewarganegaraan diatur dalam

    Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar isi untuk satuan

    pendidikan dasar dan menengah. Tujuannya adalah agar peserta

    didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 39

    1) Meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status,

    hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,

    berbangsa dan bernegara, serta meningkatkan kualitas dirinya

    sebagai manusia.

    2) Meningkatkan kesadaran dan wawasan termasuk wawasan

    kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan

    terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa,

    kelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi,

    tanggungjawab sosial, ketaatan kepada hukum, ketaatan

    membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi,

    dan nepotisme.

    Mulyasa (2009:97) menyatakan bahwa dalam kurikulum

    tingkat satuan pendidikan bahwa kelompok mata pelajaran

    pendidikan kewarganegaraan dan kepribadian bertujuan :

    membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa

    kebangsaan dan cinta tanah air. Tujuan ini dicapai melalui muatan

    dan / atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa,

    seni dan budaya, dan pendidikan jasmani.

    Dapat ditarik kesimpulan dari beberapa uraian di atas

    mengenai tujuan pendidikan kewarganegaraan, bahwa tujuan

    pendidikan kewarganegaraan mencakup beberapa hal yaitu

    mempersiapkan peserta didik untuk menjadi individu yang

    berkarakter luhur seperti yang nilai terkandung dalam ideologi

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 40

    negara (Pancasila) serta membentuk peserta didik menjadi seorang

    warga negara yang mempunyai kecakapan sosial untuk dapat

    merespon dan memberikan kontribusi bagi lingkungan sekitarnya

    agar terbentuk keseimbangan dalam hubungan berbangsa dan

    bernegara.

    c. Materi

    Materi yang digunakan oleh peneliti untuk penelitian yaitu

    tercantum pada kurikulum KTSP sebagai berikut :

    Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    4. Menghargai Keputusan

    Bersama

    4.2 Memahami Keputusan

    Bersama.

    Dari tabel di atas peneliti menggunakan Standar Kompetensi

    4 yaitu Menghargai Keputusan Bersama dan Kompetensi Dasar 4.2

    yaitu memberikan contoh sederhana Menghargai Keputusan

    Bersama.

    B. Penelitian yang Relevan

    Penelitian yang relevan digunakan oleh peneliti adalah:

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Sheila Ayu Shofianingrum tahun 2013

    dari Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian dengan judul

    “Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Karangan Narasi

    Berdasarkan Pengalaman Pribadi Dengan Strategi Pembelajaran Writing

    In The Here And Now Siswa Kelas VII A SMP Muhammadiyah 10

    Surakarta Semester I.” dalam kesimpulannya dijelaskan bahwa

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 41

    pembelajaran dengan menggunakan Writig In The Here And Now dapat

    meningkatkan Kemampuan Mengembangkan Karangan Narasi

    Berdasarkan Pengalaman Pribadi.

    Hasil penelitian ini memiliki tujuan penelitian yaitu

    meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi berdasarkan

    pengalaman pribadi dengan strategi pembelajaran Writing in the Here

    and Now dan mengetahui perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran

    menulis karangan narasi berdasarkan pengalaman pribadi dengan strategi

    pembelajaran Writing in the Here and Now pada siswa kelas VII A SMP

    Muhammadiyah 10 Surakarta. Penelitian ini mengambil lokasi di SMP

    Muhammadiyah 10 Surakarta.. Sumber data dalam penelitian ini berasal

    dari guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas VII A dan data dalam

    penelitian ini adalah karangan narasi berdasarkan pengalaman pribadi

    siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. Teknik

    pengumpulan data pada penelitian ini dengan observasi, wawancara, tes,

    dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

    kualitatif.

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

    (1) penerapan strategi pembelajaran Writing in the Here and Now dapat

    meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi berdasarkan

    pengalaman pribadi pada siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 10

    Surakarta. Pada prasiklus nilai rata-rata yang dicapai siswa hanya

    mencapai 59,2. Pada siklus I meningkat menjadi 72,3 dan pada siklus II

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 42

    terjadi peningkatan mencapai 77,5 (2) strategi pembelajaran Writing in

    the Here and Now dapat meningkatkan perubahan perilaku siswa dari

    yang kurang baik menjadi baik. Hal ini dapat dilihat pada setiap

    siklusnya dalam pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan

    pengalaman pribadi.

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Puji Setyo Wibowo tahun 2013 dari

    Universitas Negeri Semarang.“Peningkatan Keterampilan Menulis

    Cerpen Berdasarkan Kehidupan Diri Sendiri Menggunakan Metode

    Writing in the Here and Now dengan Media Audiovisual pada Siswa

    Kelas X Sunan Ampel SMA Walisongo Pecangaan” dalam

    kesimpulannya dijelaskan bahwa metode Writing in the Here and Now

    dengan Media Audiovisual pada Siswa Kelas X Sunan Ampel SMA

    Walisongo Pecangaan” dalam kesimpulannya mampu meningkatkan

    Keterampilan Menulis Cerpen Berdasarkan Kehidupan Diri Sendiri.

    Proses pembelajaran menulis cerpen siswa kelas X Sunan Ampel

    SMA Walisongo Pecangaan menggunakan metode writing in the here

    and now dengan media audiovisual yaitu, (1) proses internalisasi

    penumbuhan minat siswa untuk menulis cerpen, (2) proses diskusi yang

    kondusif, (3) poses siswa memilih unsurunsur pembangun cerpen

    sehingga siswa mampu menulis cerpen, (4) kondusifnya kondisi siswa

    saat memaparkan hasil pekerjaannya didepan kelas, dan (5) terjadinya

    proses reflektif sehingga siswa bisa menyadari kekurangan saat proses

    pembelajaran menulis cerpen. Berdasarkan hasil analisis data, dapat

    diketahui bahwa kemampuan menulis cerpen siswa setelah mengikuti

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 43

    pembelajaran dengan menggunakan metode writing in the here and now

    dengan media audiovisual telah mencapai hasil yang optimal. Hasil tes

    menulis cerpen pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 72,51. Setelah

    dilakukan tindakan siklus II diperoleh nilai rata-rata 82,45 atau

    meningkat sebesar 9,94 atau 13,70%. Hasil tes tersebut menunjukkan

    bahwa kemampuan menulis cerpen siswa telah mencapai hasil yang

    optimal. Hasil analisis data nontes juga menunjukkan adanya perubahan

    perilaku siswa. Siswa merespon positif terhadap pembelajaran menulis

    cerpen dengan menggunakan metode writing in the here and now dengan

    media audiovisual yang mencakup keaktifan, keantusiasan, kesungguhan

    siswa, keberanian dan kepercayaan diri siswa.

    Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan (1)

    guru bahasa Indonesia hendaknya menggunakan metode writing in the

    here and now dengan media audiovisual dalam pembelajaran menulis

    cerpen, karena metode dan media ini mampu membuat siswa menjadi

    aktif, kreatif, dan menciptakan suasana pembelajaran yang

    menyenangkan, dan (2) bagi para peneliti di bidang pendidikan maupun

    bahasa dapat melakukan penelitian mengenai pembelajaran menulis

    cerpen dengan metode pembelajaran yang berbeda. Salah satu alternative

    metode pembelajaran yang dapat digunakan yaitu metode menggunakan

    metode writing in the here and now dengan media audiovisual, karena

    dengan penerapan metode ini dapat menciptakan suasana belajar yang

    lebih aktif dan lebih menarik.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 44

    C. Kerangka Berpikir

    Guru dapat meningkatkan sikap kemandirian dan prestasi belajar

    siswa dalam proses pembelajaran PKn melalui Model writing in the here and

    now. Melalui model ini siswa akan lebih aktif untuk mengembangkan sikap

    kemandirian dan prestasi belajar siswa karena guru akan memberikan suatu

    penjelasan atau pertanyaan yang memancing kemandirian siswa melalui

    langkah-langkah model writing in the here and now. Model pembelajaran ini

    diharapkan dapat membantu mengembangkan potensi-potensi siswa secara

    optimal. Berkembangnya potensi-potensi siswa dapat berdampak positif

    dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan siswa dapat

    mengembangkan potensi yang dimiliki dari berbagai kegiatan dalam proses

    pembelajaran antara lain berpartisipasi aktif saat pembelajaran berlangsung

    sehingga keberanian siswa bertanya dalam mengeluarkan pendapat tentang

    materi yang diajarkan. Penggunaan model ini dapat meningkatkan sikap

    kemandirian dan prestasi belajar siswa, seperti yang tergambar pada skema

    sebagai berikut:

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 45

    Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

    Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir

    Kondisi awal

    Tindakan

    Kondisi Akhir

    Guru: Guru belum

    menggunakan model

    pembelajaran yang

    kurang melibatkan

    sisawa dalam proses

    KBM.

    Proses pembelajaran

    guru menggunakan

    Model writing in the

    here and now dengan

    menggunakan video

    Melalui Model

    writing in the here

    and now dapat

    meningkatkan sikap

    kemandirian siswa

    dan prestasi belajar

    PKn di SD Negeri 1

    Karangkedawung.

    Siklus I dalam

    pembelajaran

    menggunakan

    menggunakan Model

    writing in the here

    and now

    Siklus II dalam

    pembelajaran

    menggunakan Model

    writing in the here

    and now.

    Siswa: sikap

    kemandirian, nilai

    akademik siswa

    belum mencapai

    kriteria ketuntasan

    minimal (KKM)

    belajar yang

    ditentukan.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016

  • 46

    D. Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan perumusan masalah di atas dapat dirumuskan hipotensis

    tindakan adalah:

    1. Sikap Kemandirian siswa kelas V SD N 1 Karangkedawung kecamatan

    Sokaraja pada Materi Menghargai Keputusan Bersama dapat

    ditingkatkan dengan metode Writing in the Here and Now menggunakan

    video.

    2. Prestasi belajar PKn siswa kelas V SD N 1 Karangkedawung kecamatan

    Sokaraja pada Materi Menghargai Keputusan Bersama dapat

    ditingkatkan dengan metode Writing in the Here and Now menggunakan

    video.

    Upaya Meningkatkan Sikap..., Fadhilah Atsmarani, FKIP, UMP, 2016