proposal kinerja simpang dan analisis berkaitan dengan resiko kecelakaan.docx
TRANSCRIPT
![Page 1: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/1.jpg)
KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN
RESIKO KECELAKAAN
Studi Kasus Simpang Condongcatur dan Seturan
Disusun oleh:
GALIH CAHYO NOVIANDHITA
11/313088/TK/37787
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
![Page 2: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/2.jpg)
KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN
RESIKO KECELAKAAN
Studi Kasus Simpang Condongcatur dan Seturan
Disusun oleh:
GALIH CAHYO NOVIANDHITA
11/313088/TK/37787
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
![Page 3: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transportasi merupakan suatu kegiatan manusia,barang dan jasa yang
berpindah tempat dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan suatu
alat atau moda yang digerakkan oleh mesin atau tenaga manusia. Transportasi
merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia.
Terdapat hubungan yang erat antara transportasi dengan lokasi kegiatan manusia,
barang atau jasa. Pada jaman yang sudah sangat modern seperti sekarang ini,
tuntutan akan kebutuhan transportasi menjadi semakin tinggi.
Dalam kegiatan sehari-hari mayoritas masyarakat Indonesia menggunakan
transportasi jalan. Dimanapun kita berada dapat dengan mudah menemukannya.
Akan tetapi, penggunaan moda transportasi umum jarang dijadikan alternatif
utama untuk bepergian. Ada beberapa hal yang mengakibatkan menurunnya
penggunaan moda transportasi umum. Salah satunya adalah faktor dari
transportasi umum sendiri yang belum mampu menjamin kenyamanan,
keselamatan serta keamanan pada saat beroprasi. Oleh karena hal tersebut,
kendaraan pribadi menjadi pilihan utama dan transportasi umum semakin
ditinggalkan.
Dampaknya adalah jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan sehingga
timbul kemacetan. Berdasarkan data Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
(Samsat) Jakarta, pertambahan mobil mencapai 1600 unit sementara pertambahan
motor berkisar antara 4000 sampai 4500 unit. Jumlah kendaraan terdaftar di
Jakarta, baik pribadi maupun umum pada akhir tahun 2014 tercatat 17.483.967
kendaraan.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak-pihak terkait untuk mengatasi
kemacetan ini. Manfaat terbesar bagi pengendara dan bukan pengendara dari
peningkatan transportasi umum akan sangat membantu mengurangi kemacetan
jalan, polusi udara dan permasalahan lalu lintas lainnya.
![Page 4: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/4.jpg)
Permasalahan lain yang ditimbulkan dengan banyaknya kendaraan di
jalan adalah berkaitan dengan keselamatan lalu lintas. Masalah keselamatan
dijalan erat kaitannya dengan lalu lintas karena berbagai kecelakaan yang
menimbulkan kerugian materi bahkan kematian. Oleh karena itu upaya
pencegahan dalam menjaga keamanan dan keselamatan dijalan harus menjadi
prioritas yang diutamakan.
1.2 Identifikasi Masalah
Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu kejadian yang dapat terjadi
dimana pun dan kapanpun pada saat melakukan perjalanan, baik dengan
menggunakan kendaraan pribadi maupun dengan kendaraaan umum. Kecelakaan
dapat mengakibatkan kematian, luka berat/ringan serta kerugian material. Faktor
penyebab kecelakaan pun bermacam-macam,akan tetapi paling banyak terjadi
akibat dari pengemudi itu sendiri. Bebagai upaya dari pemerintah melalui
berbagai tindakan pembangunan fasilitas keselamatan jalan dirasa belum berjalan
maksimal.
Analisis mengenai kecelakaan tentu sangat diperlukan sebagai pemecah
solusi dan alternatif dalam pencegahan terjadinya lalu lintas di jalan. Berdasarkan
hal tersebut Penulis mengkaji tentang analisis simpang Condongcatur dan Seturan
yang berkaitan dengan resiko terjadinya kecelakaan. Penulis merasa perlu
mengkaji lebih dalam karena simpang Condongcatur dan Seturan merupakan
simpang yang sibuk di Kabupaten Sleman DIY.
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Mengetahui perilaku/ karakteristik lalu lintas pada simpang
Seturan dan Condongcatur dengan menggunakan Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997)
2. Menganalisis hubungan antara volume lalu lintas dengan kecepatan
kendaraan berdasarkan hasil survey di lapangan
3. Memberikan informasi tentang data kecelakaan di Yogyakarta dan
merumuskan faktor penyebab terjadinya kecelakaan
![Page 5: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/5.jpg)
4. Menganalisis keterkaitan antara karakteristik lalu lintas, kinerja
simpang dengan potensi terjadinya kecelakaan.
1.4 Manfaat
1. Mengetahui karakteristik lalu lintas di jalan kawasan simpang
Seturan dan Condongcatur
2. Mengidentifikasi potensi kecelakaan yang dapat terjadi pada suatu
persimpangan berdasarkan kondisi di lapangan.
3. Megidentifikasi potensi penyebab kecelakaan di simpang sebagai
upaya untuk memberikan usulan atau informasi bagi pengguna
jalan.
1.5 Batasan Masalah
Untuk mencapai hasil yang maksimal sebagaimana yang telah diterapkan
pada maksud dan tujuan, maka penelitian ini dibatasi oleh hal-hal berikut ini :
1. Objek penelitian pada simpang Condongcatur dan Seturan
2. Acuan tentang survei lalu lintas pada simpang menggunakan
Manaual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 oleh Dirjen Bina
Marga Dinas Pekerjaan Umum Indonesia
3. Data kecelakaan lalu lintas diperoleh dari Ditlantas Polri
Kabupaten Sleman.
4. Analisis kecelakaan hanya dibatasi pada jarak simpang sampai
pada separator jalan minor yaitu Jalan Ringroad Utara
1.6 Keaslian Penelitian
Penelitian tentang karakterisitik kecelakaan sebelumnya pernah diteliti
oleh Yulius Anwar (2002) ,Yuki Subekti (2004) dan Haposan Bachtiar S (2007).
Metode penelitian dan hasil penelitian dijelaskan pada tabel berikut :
No Nama Peneliti Metode/Data yang
digunakan
Hasil Penelitian
1 Yulius Anwar TRANSYT/11, data Penanganan langsung
![Page 6: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/6.jpg)
(2002) utama survey
pergerakan lalau lintas,
observasi dan
pengukuran geometric
jalan dengan
membandingkan
karakteristik lalu lintas
di tiap simpang
terjadi konflik di
simpang dan manajemen
lalu lintas di tiap simpang
2 Yuki Subekti
(2004)
MKJI 1997, Data utama
survey pergerakan lalu
lintas, observasi dan
pengukuran geometrik
jalan
Data kecelakaan tersebut
untuk menganalisi data
gerakan lalu lintas,
observasi, dan
pengukuran geometric
jalan yang ada data
kecelakaan sebagai
informasi tambahan atau
pelengkap informasi
yang terjadi di kota
Yogyakarta
3 Haposan
Bachtiar S
(2008)
MKJI 1997, Data utama
survey pergerakan lalu
lintas, observasi, dan
pengukuran geometrik
jalan, serta data
langsung kecelakaan
dari POLSEK DIY
Keterkaitan kinerja lalu
lintas di lokasi penelitian
dengan adanya resiko
kecelakaan di simpang
(lokasi Penelitian) dan
usulan perbaikan
geometrik/tata guna
lahan
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran resiko terjadinya
kecelakaan pada suatu persimpangan jalan, serta faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan. Penulis merasa perlu untuk mengkaji cukup mendalam
![Page 7: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/7.jpg)
tentang analisis kecelakaan pada simpang Condongcatur dan Seturan merupakan
simpang yang sangat sibuk dan rawan terjadi kecelakaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Simpang
Persimpangan jalan adalah simpul pada jaringan jalan dimana ruas jalan
bertemu dan lintasan arus kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masing-
masing kaki persimpangan menggunakan ruang jalan pada persimpangan secara
bersama-sama dengan lalu lintas lainnya. Persimpangan jalan juga dapat
didefinisikan sebagai daerah umum dimana dua jalan atau lebih bergabung atau
persimpangan termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan untuk pergerakan lalu lintas
di dalamnya (AASHTO, 2001). Oleh karena itu persimpangan menjadi faktor
yang sangat penting dalam menentukan kapasitas dan waktu perjalanan pada suatu
jaringan jalan khususnya di daerah-daerah perkotaan. Menurut Manual Kapasitas
Jalan Indonesia (MKJI 1997), suatu pendekat dapat diartikan sebagai daerah dari
suatu lengan persimpangan untuk mengantri sebelum keluar melewati garis henti.
Persimpangan merupakan sumber konflik lalu lintas yang berpotensi
mengakibatkan kecelakaan karena menjadi titik rawan konflik antara kendaraan
dengan kendaraan lainnya atau kendaraan dengan pejalan kaki. Oleh karena itu
merupakan aspek yang sangat penting pada pengendalian lau lintas.
Masalah utama yang saling berhubungan pada suatu simpang adalah :
1. Volume dan kapasitas, secara langsung kedua parameter tersebut
mempengaruhi hambatan perjalanan
![Page 8: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/8.jpg)
2. Desain geometrik suatu simpang, lebar jalur, jumlah lajur
3. Kecelakaan dan keselamatan jalan
4. Parkir dan aksesibilitas
5. Hambatan samping, para pejalan kaki dan penyebrang jalan
2.2 Pembagian simpang
2.2.1 Konflik
Persimpangan jalan adalah sumber konflik lalu lintas. Jumlah
konflik yang terjadi setiap jamnya pada masing-masing pertemuan jalan
dapat langsung diketahui dengan cara mengukur volume aliran untuk
seluruh gerakan kendaraan. Masing-masing titik pada suatu simpang
berpotensi menjadi tempat terjadinya kecelakaan dan tingkat keparahan
kecelakaan berkaitan dengan kecepatan suatu kendaraan. Apabila ada
pejalan kaki yang menyeberang jalan, pertemuan jalan tersebut, konflik
langsung kendaraan dan pejalan kaki akan meningkat intensitasnya yang
tergantung pada jumlah dan arah aliran kendaraan dan pejalan kaki.
Terdapat 2 macam konflik lalu lintas yang dapat terjadi, antara
lain:
1. Konflik Primer
Konflik pada lintasan yang arahnya saling memotong tegak lurus
2. Konflik Sekunder
Suatu titik pertemuan dua lintasan dari dua arah yang berlainan
menjadi satu lintasan yang sama, terjadi akibat kendaraan yang
berbelok
![Page 9: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/9.jpg)
● Konflik Primer
○ Konflik Sekunder
Arus Kendaraan
Arus Pejalan Kaki
Gambar 1. Titik konflik pada persimpangan
(Sumber: MKJI 1997)
2.2.2 Jenis Simpang
Secara garis besar Persimpangan dibedakan mejadi 2 jenis :
1. Persimpangan sebidang
2. Persimpangan tak sebidang
Persimpangan sebidang adalah persimpangan dimana dua jalan
atau lebih bergabung, dan ruas jalan bertemu dalam satu bidang.
Pada persimpangan sebidang menurut jenis fasilitas pengatur lalu
lintasnya dipisahkan menjadi dua bagian :
1. Simpang bersinyal (signalized intersection) adalah persimpangan
jalan yang pergerakan atau arus lalu lintas dari setiap lengan
pendekatnya diatur oleh lampu sinyal (APILL) untuk melewati
suatu simpang secara bergantian/bergilir.
2. Simpang tak bersinyal (unsignalised interection) adalah pertemuan
jalan yang tidak menggunakan sinyal pada pengaturannya.
Sedangkan persimpangan tak sebidang adalah suatu bentuk khusus
dari pertemuan jalan yang bertujuan untuk mengurangi titik konflik
dengan cara memisahkan lalu lintas pada jalur dari kendaraan-kendaraan
![Page 10: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/10.jpg)
hanya terjadi pada tempat dimana kendaraan-kendaraan memisah dari atau
bergabung menjadi satu lajur lalu lintas yang sama. Persimpangan tidak
sebidang ruas jalan tidak saling bertemu dalam satu bidang melainkan
satu ruas jalan berada diatas atau dibawah ruas jalan yang lain.
Gambar 1. Berbagai jenis persimpangan jalan sebidang
(Sumber : Morlok, E. K. 1991)
T dengan jalan T
Persimpangan 3 kaki
Bundaran
Tanpa kanalisasi
Bentuk Y tanpa kanalisasi
Melebar persimpangan 4
kaki
Dengan kanalisasi
Bentuk T tanpa kanalisasi
Y dengan jalan membelok
Persimpangan jalan berkaki
Daun SemanggiPersimpangan T atau
![Page 11: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/11.jpg)
Gambar 1. Contoh simpang susun tak sebidang
(Sumber : Morlok, E. K. 1991)
Pergerakan arus lalu lintas pada persimpangan juga membentuk
suatu maneuver yang menyebabkan sering terjadi konflik dan tabrakan
kendaraan. Pada dasarnya maneuver terbagi menjadi 4 jenis, yaitu
berpencar (diverging), bergabung (merging), bersilangan (weaving),
berpotongan (crossing) yang dapat digambarkan sebagai berikut :
DIVERGING MERGING
WEAVING CROSSING
![Page 12: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/12.jpg)
2.3 Kecelakaan
Kecelakaan merupakan sesuatu yang terjadi secara tidak sengaja
(Wikipedia). Kecelakaan terjadi secara kebetulan, melainkan ada sebab
yang mengakibatkan adanya potensi kecelakaan.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, kecelakaan merupakan suatu peristiwa di jalan
yang tidak diduga-duga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan
dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban
manusia dan/atau kerugian material. Menurut D.A. Colling (1990) yang
dikutip oleh Bhawasta (2009) kecelakaan diartikan sebagai setiap kejadian
yang tidak direncanakan dan terkontrol yang disebabkan oleh manusia,
situasi, faktor lingkungan, ataupun kombinasi-kombinasi dari hal-hal
tersebut yang mengganggu proses kerja dan dapat menimbulkan cedera
ataupun tidak, kesakitan, kematian, kerusakan property ataupun kejadian
yang tidak diinginkan lainnya.
Berdasarkan definisi diatas, kecelakaan perlu untuk dilakukan
analisis dan dikaji secara kompleks agar tindakan korektif kepada
penyebab kecelakaan tersebut dapat dicegah atau diminimalisir, sehingga
dampak yang ditimbulkan tidak terlalu banyak/fatal.
2.3.1. Faktor penyebab terjadinya kecelakaan
Masalah kecelakaan yang disebabkan oleh pengemudi
(Hulbert, 1981 dalam Bachtiar, 2008) kemungkinan besar
disebabkan oleh pengemudi mengantuk menjadi penyebab antara
20 hingga 30 persen kecelakaan, lebih jauh dinyatakan bahwa
mengantuk dan kelelahan memiliki andil besar sebagai faktor
penyebab terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh pengemudi.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
pada dasarnya bermacam-macam. diantaranya yaitu karena faktor
dari luar yaitu kondisi geometri jalan (lingkungan) dan faktor
![Page 13: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/13.jpg)
internal pengemudi pada saat mengendarai kendaraan. Faktor
internal pengemudi yang dapat mengakibatkan terjadinya
kecelakaan adalah faktor fisik pengemudi, faktor psikologis
pengemudi, dan faktor reaksi pengemudi.
BAB III
LANDASAN TEORI
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini , mengacu pada Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997.
3.1. Simpang bersinyal
3.1.1 Data Masukan
1. Kondisi Geometri
Kondisi geometri pada suatu simpang memberikan
informasi yang detail pada suatu simpang. Informasi yang
dimaksud berupa lebar jalan, lebar lajur, median, kelandaian jalan,
serta fasilitas untuk mendukung pergerakan lalu lintas pada suatu
simpang.
2. Kondisi Lingkungan
a. Ukuran kota
![Page 14: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/14.jpg)
Ukuran kota diklasifikasikan dalam jumlah pada kota yang
bersangkutan, karena ukuran kota menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kapasitas pada suatu simpang. Ukuran kota
digambarkan berdasarkan jumlah penduduk dalam satuan juta
orang, sesuai dengan MKJI 1997 yang ditunjukkan oleh tabel
berikut ini :
Ukuran Kota
(CS)
Jumlah
Penduduk
(Juta)
Faktor Penyesuaian
(Fes)
Sangat kecil < 0,1 0,82
Kecil 0,1 – 0,5 0,88
Sedang 0,5 – 1,0 0,94
Besar 1,0 – 3,0 1,00
Sangat besar > 3,0 1,05
Tabel 3.1 Kelas ukuran kota
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997)
b. Tipe hambatan samping
Hambatan samping adalah interaksi antara arus lalu lintas dan
kegitan di samping jalan yang menyebabkan pengurangan terhadap
arus jenuh di dalam pendekat (MKJI 1997). Hambatan samping
menunjukkan kegiatan non kendaraan yang menyebabkan
gangguan pada pergerakan lalu lintas. Hambatan samping yang
dimaksud dapat berupa pejalan kaki yang berjalan atau
menyeberang pada daerah simpang dan juga penumpang yang
sedang menunggu kendaraan umum di tepi jalan.
c. Tipe Lingkungan Jalan
Tipe lingkungan jalan merupakan kemudahan memasuki ruas
jalan dari suatu area bangkitan perjalanan serta tata guna lahan.
![Page 15: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/15.jpg)
Seperti yang tertera pada MKJI 1997, sebagai upaya pertimbangan
teknik lalu lintas yang dilaksanakan secara kualitatif sesuai dengan
tabel berikut ini :
Jenis Tata Guna
Lahan
Keterangan
Komersial Tata guna lahan komersial (Pertokoan,
Rumah makan, Perkantoran) dengan akses
jalan masuk langsung untuk pejalan kaki
dan kendaraan
Pemukiman Tata guna lahan tempat tinggal dengan
akses jalan masuk langsung untuk pejalan
aki dan kendaraan
Akses terbatas Akses jalan yang terbatas
Tabel 3.2. Tipe lingkungan jalan
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997)
3. Kondisi Lalu Lintas
Kapasitas suatu simpang dapat dipengaruhi oleh rasio kendaraan
belok kanan, belok kiri serta rasio jalan minor. Pada saat kendaraan
berbelok maka kecepatan kendaraan di belakang nya akan berkurang
sehingga arus kendaraan menjadi tdak lancar jika dibandingkan dengan
tidak ada kendaraan yang berbelok ke jalan minor. Tentu hal tersebut
akan mengurangi kapasitas suatu simpang, dimana jika semakin
banyak rasio kendaraan untuk berbelok menuju jalan minor.
3.1.2. Kinerja Simpang Bersinyal
1. Arus Lalu Lintas
Arus alalu lintas adalah banyaknya jumlah kenadaraan yang
melewati suatu titik pada ruas jalan dalam selang waktu tertentu. Arus
![Page 16: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/16.jpg)
lalu lintas bisa juga disebut sebagai volume lalu lintas dengan satuan
jumlah kendaraan per waktu.
Pada MKJI 1997, satuan arus atau volume lalu lintas dikonversikan
kedalam Satuan Mobil Penumpang (smp) per waktu. Satuan ini
merupakan konversi dari berbagai jenis kendaraan yang diubah
kedalam suatu satuan mobil penumpang (smp). Sehingga untuk
mengubah satuan kendaraan menjadi satuan mobil penumpang, perlu
dikalikan dengan koefisien ekivalensi yang didasarkan pada jenis
kendaraan. Semakin besar nilai koefisien ekivaensi semakin besar pula
angka aman yang digunakan. Nilai ekivalensi mobil penumpang dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tipe Kendaraan Ekivalensi mobil Penumpang
Pendekat terlindung Pendekat terlawan
Kendaraan Ringan 1,0 1,0
Kendaraan Berat 1,3 1,3
Sepeda Motor 0,2 0,4
Kendaraan tak bermotor Sebagai hambatan samping
Tabel 3.3. Nilai emp untuk jenis kendaraan berdasarkan pendekat
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1977)
Konversi nilai satuan mobil penuimpnag (smp) diperoleh dengan
cara mengalikan koefisien ekivalensi dengan tipe kendaraan sesuai
dengan kategori yang ada pada tabel diatas. Arus yang terjadi dalam
dalam smp/satuan waktu merupakan seluruh jumlah kendaraan per tipe
yang telah dikonversikan dari satuan kendaraan ke smp. Berikut ini
merupakan persamaan koversi, yaitu :
Qsmp = QLV x empLV + QHV x empHV + QMC x empMC
![Page 17: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/17.jpg)
Karena nilai empLV adalah 1,0 untuk setiap tipe pendekat maka
rumusan tersebut menjadi :
Qsmp = QLV + QHV x empHV + QMC x empMC………………Pers 3.1
Keterangan :
Qsmp = Arus total (smp/jam)
QLV = Jumlah kendaraan ringan (smp/jam)
QHV = Jumlah kendaraan berat (smp/jam)
empHV = Nilai ekivalensi kendaraan berat
QMC = Jumlah sepeda motor (kend/jam)
empMC = Nilai ekivalensi sepeda motor
Tipe kendaraan yang digunakan dalama analisis simpang
berdasarkan metode MKJI dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Kendaraan ringan
Kendaraan ringan adalah kendaraan yang mempunyai as dua
dengan empat roda dan jarak antar as adalah 2,0 - 3,0 m. Kendaran
yang dimaskud dapat berupa mobil pribadi, oplet, minibus sesuai
dengan sistem klasifikasi bina marga.
b. Kendaraan berat
Kendaraan berat adalah kendaraan yang memiliki roda lebih dari
empat dan memiliki as lebih dari dua. Sesuai Klasifikasi Bina Marga,
kendaraan yang memiliki berat diatas 5T sudah dianggp merupakan
kendaraan berat.
c. Sepeda motor/kendaraan bermotor
Kendaraan bermotor yang dimaksud adalah kendaran yang
menggunakan dua atau tiga roda.
2. Arus Jenuh
![Page 18: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/18.jpg)
Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997), arus jenuh
adalah besarnya keberangkatan rata-rata antrian di dalam suatu
pendekat simpang selama kondisi yang ditentukan dinyatakan dalam
satuan (smp/jam hijau).
Nilai arus jenuh yang disesuaikan (S) dapat dicari dengan
persamaan berikut:
S = SO x FCS x FSF x FG x FP x FRT x F ¿ (smp/jam hijau)..Pers 3.2
Keterangan :
S = Arus jenuh yang disesuaikan (smp/hijau)
SO = Arus jenuh dasar (smp/hijau) = (600 x Wefektif)
FCS= Faktor penyesuaian ukuran kota
FSF = Faktor penyesuaian hambatan samping , lingkungan jalan,
kendaraan tak bermotor
FG = Faktor penyesuaian kelandaian
FP = Faktor penyesuaian parkir
FRT = Faktor penyesuaian belok kanan
F¿ = Faktor pnyesuaian belok kiri
Untuk pendekat terlindung arus jenuh dasar ditentukan sebagai
fungsi dari lebar efektif pendekat (W e) :
So = 600 x W e…………………………………………………Pers 3.3
![Page 19: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/19.jpg)
Untuk lebih jelasnya dalam melihat arus jenuh dapat dilihat
gambar berikut ini:
Gambar 3.1. Model dasar untuk arus jenuh (Akcelik 1989)
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997)
3.1.3. Faktor-faktor Penyesuaian
1. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)
Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997), faktor
penyesuaian ukuran kota ditentukan berdasarkan jumlah penduduk
dalam satuan (juta) dalam suatu ukuran kota. Berikut ini tabel yang
digunakan dalam menentukan faktor penyesuaian ukuran kota
Ukuran Kota
(Juta Penduduk)
Faktor Penyesuaian ukuran kota
(Fes)
< 0,1 0,82
0,1 – 0,5 0,88
0,5 – 1,0 0,94
1,0 – 3,0 1,00
![Page 20: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/20.jpg)
> 3,0 1,05
Tabel 3.4. Faktor Penyesuaian FCS untuk menentukan pengaruh
ukuran kota pada kapasitas jalan
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997)
2. Faktor Penyesuaian Hamabatan Samping (FSF)
Pada saat menentukan faktor penyesuaian hambatan samping,
apabila hambatan samping tidak diketahui, dapat dianggap bahwa
hambatan samping pada simpang tersebut besar atau tidak menilai
secara langsung bahwa kapasitas pada simpang tersebut besar.
Faktor penyesuaian hambatan samping dapat ditentuikan dari tabel
berikut
Tabel 3.5. Faktor penyesuaian utuk Tipe lingkungan jalan,
Hambatan samping dan Kendaraan tak bermotor
(FSF)
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997)
3. Faktor Penyesuaian Kelandaian (FG)
Faktor penyesuaian kelandaian dapat ditentukan dengan gambar
berikut :
![Page 21: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/21.jpg)
Gambar 3.2. Faktor penyesuaian untuk kelandaian (FG)
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997)
4. Faktor Penyesuaian Parkir
Faktor penyesuain parkir dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut ini :
FP = [LP/3 – (W A-2) x (LP/3 – g) / W A] / g ……………….…Pers 3.4
Keterangan :
LP = Jarak antara garis henti dan kendaraan yang diparkir
pertama (m) (atau panjang dari lajur pendek)
W A = Lebar pendekat (m)
g = Waktu hijau pada pendekat (nilai normal 26 det)
5. Faktor Penyesuaian Belok Kanan (FRT ¿
Faktor penyesuaian belok kanan ditentukan berdasarkan dari rasio
kendaraaan belok kanan PRT. Faktor penyesuaian belok kanan hanya
berlaku untuk jalan tanpa median, jalan dua arah, lebar efektif
ditentukan oleh lebar masuk.
![Page 22: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/22.jpg)
FRT = 1,0 + PRT x 0,26 …………………………….……....... Pers 3.5
Keterangan :
FRT = Faktor penyesuaian belok kanan
pRT = Rasio belok kanan
Faktor penyesuaian belok kanan juga dapat diperoleh dengan
menggunakan grafik hubungan antara Faktor Koreksi FRT dan Rasio
Belok Kanan pRT sebagai berikut :
Gambar 3.3. Faktor penyesuaian belok kanan
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997)
6. Faktor Penyesuaian Belok Kiri ¿¿)
Faktor penyesuaian belok kiri ditentukan berdasarkan dari rasio
kendaraan belok kiri p¿. Faktor penyesuaaian belok kiri hanya untuk
pendekat tipe p tanpa LTOR, lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk.
F¿ = 1,0 - p¿ x 0,16 ………………………………….……. Pers 3.6
Keterangan :
F¿ = Faktor penyesuaian belok kiri
![Page 23: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/23.jpg)
p¿ = Rasio belok kiri
Faktor penyesuaian belok kiri juga dapat diperoleh dengan
menggunakan grafik hubungan antara Faktor Koreksi F ¿ dan Rasio
Belok Kiri p¿ sebagai berikut:
Gambar 3.4. Faktor penyesuaian belok kiri
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997)
3.1.4. Waktu Sinyal
Penentuan waktu sinyal untuk kendaraan kendalli tetap dengan cara
menentukan waktu siklus (c), waktu hijau (g) pada masing- masing fase
(i).
1. Waktu Siklus Sebelum Penyesuaian
Arus lalu lintas mempengaruhi panjang waktu siklus yang
kemudian berpengaruh terhadap tundaan kendaraan yang melewati
suatu simpang.
cua = (1,5 x LTI + 5)/(1 – IFR) …………………………….. Pers 3.7
![Page 24: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/24.jpg)
Keterangan :
cua = Waktu siklus sebelum penyesuaian sinyal (detik)
LTI = Jumlah waktu hilang per siklus (detik)
IFR = Rasio arus simpang ∑FRcrit
Pada tabel 3.6 merupakan waktu siklus yang disarankan untuk tipe
pengaturan fasi yang berbeda
Tipe Pengaturan Waktu Siklus Yang Layak
(det)
Pengaturan dua fase 40 – 80
Pengaturan tiga fase 50 – 100
Pengaturan empat fase 80 - 130
Tabel 3.6. Waktu siklus yang disarankan
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997)
2. Waktu Hijau
Waktu hijau yang pendek (kurang dari 10 detik) tidak
diperbolehkan karena dapat mengakibatkan pelanggaran lalu lintas dan
kesulitan bagi pejalan kaki yang menyeberang jalan.
Untuk mendapatkan waktu hijau dapat menggunakan persamaan
berikut ini :
gi = (cua – LTI) x PRi………………………………….......…Pers 3.8
Keterangan :
gi = Tampilan waktu hijau pada fase i (detik)
cua = Waktu siklus sebelum penyesuaian
LTI = Jumlah waktu hilang per siklus (detik)
PRi= Rasio fase FRcrit/∑FRcrit
![Page 25: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/25.jpg)
3. Waktu Siklus yang Disesuaikan
Waktu siklus yang disesuaikan (c) sesuai waktu hijau yang
diperoleh dan waktu hilang (LTI).
Untuk mencari waktu siklus yang disesuaikan dapat menggunakan
persamaan berikut ini:
c = ∑g + LTI …………………………….…………….……..Pers 3.9
Keterangan :
c = Waktu siklus yang desesuaikan
3.1.5. Kapasitas dan Derajat Kejenuhan
1. Kapasitas (C)
Kapasitas simpang dapat diperoleh dengan cara mengalikan arus
jenuh yang disesuaikan (S) yaitu arus jenuh dasar yang dikalikan
dengan factor penyesuaiannya (F), yang memperhitungkan pengaruh
waktu hijau (g) dan dibagi dengan waktu siklus yang disesuaikan .
Nilai Kapasitas (C) dapat dihitung denga persamaan berikut ini :
C = S x gc ………………………………………...………….Pers 3.10
Keterangan :
S = Arus jenuh yang disesuaikan (smp/jam hijau)
g = Waktu hijau (detik)
c = Waktu siklus yang disesuaikan (detik)
2. Derajat Kejenuhan (DS)
Derajat kejenuhan simpang bersinyal merupakan nilai
perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas simpang.
Nilai derajat kejenuhan (DS) yang disyaratkan oleh MKJI adalah 0,75.
![Page 26: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/26.jpg)
Apabila nilai derajat kejenuhan (DS) > 0,75 maka dapat dikatakan
bahwa simpang tersebuat sudah tidak dapat melayani arus lalu lintas.
Jika nilai DS > 0,75 maka harus ada perubahan geometri dengan cara
menambah kapasitas atau dengan mengurangi volume lalu lintas pada
simpang.
Persamaan yang digunakan untuk mencari Derajat Kejenuhan
(DS) adalah sebagai berikut :
DS = Qsmp
C…………………………………………………..Pers 3.11
Keterangan :
DS = Derajat Kejenuhan
Qsmp = Arus total (smp/jam)
C = Kapasitas (smp/jam)
3.1.6. Perilaku Lalu Lintas
1. Panjang Antrian
Panjang antrian adalah panjangnya antrian kendaraan dalam suatu
pendekat dan antrian dalam jumlah kendaraan dalam suatu pendekat
(kendaraan, smp). Antrian yang terjadi pada suatu pendekat adalah
jumlah rata-rata antrian smp pada awal sinyal hijau (NQ) yang
didapatkan dari penjumlahan smp yang tersisia dari fase hijau
sebelumnya (NQ1¿ dan jumlah smp yang dating selama waktu merah (
NQ2¿ seperti pada persamaan berikut ini :
NQ = (NQ1¿ + (NQ2¿……………………...…………....….Pers 3.12
Keterangan :
NQ = Jumlah rata-rata antrian pada awal sinyal hijau
(NQ1¿ = Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
![Page 27: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/27.jpg)
(NQ2¿ = Jumlah smp yang dating sealam waktu merah
Bersarkan nilai derajat kejenuhan dapat diperoleh nilai jumlah
antrian (NQ1¿ yang merupakan sisa fase terdahulu yang diperoleh
menggunakan persamaan berikut :
1. Untuk DS > 0,5
NQ1 = 0,25 x CX [(DS-1) x √(DS−1)2 x8 x (DS−0,5)/C ¿ …….Pers
3.13
Keterangan :
NQ1 = Jumlah smp yang tersisa dari fase sebelumnya
DS = Derajat kejenuhan
GR = Rasio hujau (g/c)
C = Kapasitas (smp/jam)
2. Untuk DS ≤ 0,5 :NQ1 = 0
NQ2 = c x 1−GR1−GRxDS x Q
3600……………………………Pers 3.14
Keterangan :
NQ2 = Jumlah smp yang dating selama fase merah
DS = Derajat kejenuhan
GR = Rasio waktu hijau (g/c)
c = Waktu siklus (detik)
2. Angka Henti (NS)
Untuk menentukaan angka henti dapat digunakan persamaan
berikut ini :
![Page 28: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/28.jpg)
NS = 0,9 x NQ
Q x C x 3600 ………………………………….... Pers 3.15
Keterangan :
NS = Angka henti
NQ = Jumlah antrian
c = Waktu siklus (detik)
Q = Arus lalu lintas (smp/jam)
Perhitungan jumlah kendaraan terhenti (N sv ¿ untuk tiap pendekat
dapat dihitung dengan persamaan berikut :
N sv = Q x NS …………………………………….……........ Pers 3.16
Keterangan :
N sv = Jumlah kendaraan berhenti
Q = Arus lalu lintas (smp/jam)
NS = Angka henti
3. Tundaan
Tundaan (MKJI 1997) adalah waktu tempuh tambahan yang
diperlukan untuk melewati suatu simpang dibandingkan terhadap
situasi tanpa simpang. Dengan adanya tundaan ini makan akan
berpengaruh terhadap waktu kendaraan pada saat melewati simpang.
Tundaan dibagi kedalam 2 bentuk yaitu tundaan lalu lintas rata-
rata setiap pendekat (DT) dan tundaan geometri rata-rata masing-
masing pendekat
a. Tundaaan lalu lintas rata-rata setiap pendekat
![Page 29: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/29.jpg)
Tundaan lalu lintas rata-rata setiap pendekat merupakan
tundaan rata-rata adalah tundaan yang terjadi akibat pengaruh
timbal balik denga gerakan-gerakan lainnya pada simpang.
Tundaaan rata-rata setiap pendekat dirumuskan sebagai berikut :
DT = c x A + NQ1 x3600
C.....................................................Pers
3.17
Keterangan :
DT = Tundaan lalu lintas rata-rata setiap pendekat (det/smp)
c = Waktu siklus yang disesuaikan
A = 0,5 x (1−GR)2
¿¿
GR = Rasio hijau (g/c)
DS = Derajat kejenuhan
NQ1 = Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
C = kapasitas
b. Tundaan geometri rata-rata masing-masing pendekat (DG)
Tundaaan geometri rata-rata masing-masing pendekat
adalah tundaan yang terjadi akibat perlambatan dan percepatan
pada saat kendaraan berhenti atau bergerak pada simpang yang
terkena lampu APILL. Tundaan ini dirumuskan sebagai berikut :
DG = (1-psv) x pr x 6 + (psv x 4)………………………..Pers
3.18
Keterangan :
DG = Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat
![Page 30: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/30.jpg)
(det/smp)
Psv = Rasio kendaraan terhenti pada pendekat
Pr = Rasio kendaraan berbelok pada pendekat
Setelah dicari parameter- parameter nilai tundaaan rata-rata setiap
pendekat dan tundaan geometri rata-rata masing-masing pendekat
(DT) dan tundaaan geometri rata-rata untuk pendekat (DG), makan
dapat dihitung nilai tundaan pada suatu simpang.
Tundaan pada simpang dapat dicari dengan rumus berikut ini :
D = DT+ DG ……………………………………………….Pers 3.19
Keterangan :
DT = Tundaan lalu lintas rata-rata setiap pendekat (det/smp)
DG = Tundaaan geometri rata-rata untuk pendekat (det/smp)
3.2. Potensi kecelakaan pada persimpangan
Tingkat kecelakaan yang terjadi pada suatu ruas atau persimpangan jalan
menjadi salah satu parameter untuk keselamatan lalu lintas pada ruas atau
persimpangan tersebut. Apabila pada suatu ruas jalan atau persimpangan tingkat
kecelakaannya sangat tinggi maka potensi terjadinya kecelakaan juga semakin
tinggi.
Persimpangan jalan adalah sumber konflik lalu lintas. Masing-masing titik
pada suatu simpang berpotensi menjadi tempat terjadinya kecelakaan.
Kecelakaan yang terjadi pada suatu terjadi akibat kendaraan yang berubah arah
sehingga terjadi konflik antar kendaraan. Konflik yang dapat terjadi sebagai
akibat dari kendaraan yang berubah arah adalah sebagai berikut :
a. Crossing : konfik saling berpotongan
b. Merging : konflik karena arus yang menjadi satu
![Page 31: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/31.jpg)
c. Diverging : konflik karena arus yang meyebar (berpisah)
d. Weaving : konfik karena gerakan yang menyilang
Berdasarkan pengamatan di lapangan, jumlah kendaraan yang berpindah
jalur pada simpang Condongcatur dan Seturan cukup banyak. Hal tersebut terjadi
karena simpang Condongcatur dan Seturan menjadi simpang yang cukup sibuk
yang menghubingkan daerah/kawasan bangkitan perjalanan dan kawasan sekolah
dan Central Bussines.
3.3. Klasifikasi kecelakaan lalu lintas
3.3.1. Penggolongan Kecelakaan Lalu Lintas
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tetang lalu lintas,
dijelaskan bahwa kecelakaan lalu lintas dapat dibagi kedalam 3 golongan,
yaitu:
1. Kecelakaan Lalu Lintas Ringan, adalah kecelakaan yang
mengakibatkan kerusakan kendaraaan dan/atau barang
2. Kecelakaan Lalu Lintas sedang, adalah kecelakaan yang
mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau
barang
3. Kecelakaan Lalu Lintas berat, adalah kecelakaan lalu lintas yang
mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat
3.3.2. Jenis Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan pada lalu lintas jalan sering terjadi terutama kecelakaan
antar kendaraan yang terjadi karena pengemudi yang kebut-kebutan dan
tidak menghormati penguna jalan lainnya. Dalam hal ini memang sudah
selayaknya dari pihak terkait yaitu kepolisisan memberi hukuman yang
tegas karena sangat membahayakan bagi pengguna jalan lainnya.
![Page 32: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/32.jpg)
Berikut ini merupakan karakteristik kecelakaan lalu lintas antar
kendaraan dapat dibagi menjadi beberapa jenis kecelakaan, antara lain
yaitu :
1. Angel (Ra), kecelakaan antara kendaraan yang bergerak pada arah
yang berbeda, namun bukan dari arah berlawanan
2. Rear-End (Re), kecelakaan yang terjadi karena kendaraan
menabrak dari belakang kendaraan lain yang bergerak searah
3. Sideswape (Ss), kecelakaan yang terjadi karena kendaraan yang
bergerak menabrak kendaraan lain dari samping ketika berjalan
searah, atau pada arah yang berlawanan
4. Head-On (Ho), kecelakaan kendaraan bermotor pada arah yang
berlawanan
5. Backing, kecelakaan yang terjadi karena kendaraan yang berjalan
mundur
3.3.3. Dampak Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak dapat dihindari.
Konsentrasi dan stamina pada saat mengemudi harus menjadi perhatian,
agar tidak terjadi kecelakaan yang dapat mengakibatkan cedera bahkan
kematian. Banyak kasus kecelakaan terjadi akibat pengemudi yang
mengantuk atau sedang tidak fokus pada saat mengemudi (menggunakan
gadget). Hal-hal tesebut tentunya menjadi perhatian lebih karena
menyangkut keselamatan pengguna jalan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah NO.43 tahun 1993, dampak
kecelakaan lalu lintas berdasarkan kondisi korban dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Meninggal dunia adalah korban kecelakaan yang dipastikan
meninggal dunia sebagai akibat dari kecelakaan lalu lintas dalam
jangka waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut
terjadi
![Page 33: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/33.jpg)
2. Luka Berat adalah korban kecelakaan yang karena luka yang
ditimbulkan akibat kecelakaan menderita cacat tetap atau harus
dirawat inap di rumah sakit dalam jangka waktu lebih dari 30 hari
sejak terjadi kecelakaan. Suatu kejadian digolongkan sebagai
cacat tetap jika sesuatu anggota badan hilang atau tidak dapat
difungsikan dan tidak dapat sembuh atau pulih selama-lamanya
(permanen)
3. Luka Ringan adalah korban kecelakaan yang mengalami luka-luka
yang tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit lebih dari 30
hari
![Page 34: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/34.jpg)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Alur Penelitian
Alur dalam suatu penelitian harus dirancang secara sistematik, sehingga dapat
menjelaskan secara terperinci tentang apa yang sedang diteliti. Dalam proses penelitian
ini dibagi menjadi 4 tahapan yaitu tahapan persiapan, tahapan pengumpulan data,
tahapan analisis data dan tahapan hasil dan pembahasan. Secara garis besar, metode
penelitian yang akan dilakukan berdasarkan bagan alir berikut ini:
MULAI
PERUMUSAN MASALAH
STUDI LITELATUR DAN LANDASAN TEORI
PENGAMATAN KONDISI FAKTA DI LAPANGAN
PENGUMPULAN DATA
DATA PRIMER
1. GEOMTERIK JALAN2. VOLUME LALU LINTAS3. FASILITAS JALAN4. PERILAKU PENGGUNA JALAN5. PERGERAKAN PEJALAN KAKI
i.
DATA SEKUNDER
1. DATA DESAIN JALAN2. DATA TATA GUNA ALAHAN3. DATA KECELAKAAN LALU LINTAS
ANALISIS DATA
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peraturan Lalu Lintas Jalan
Standar Geometri Jalan dengan Pendekatan Keselamatan Jalan
TIDAK SESUAIBaik dan Sesuai
Usulan Perbaikan Geometri Jalan dan Manajemen Lalu Lintas
KESIMPULAN
SELESAI
![Page 35: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/35.jpg)
4.1.1. Tahap Persiapan
Penelitian dilakukan pada simpang Condongcatur dan Seturan dengan
melakukan survey pengamatan perilaku lalu lintas pada setiap lengan di
sekitar simpang. Untuk kondisi gometri nya simpang ini merupakan
pertemuan antara jalan mayor dan minor yang terbagi atas 2 jalur yang
dibatasi oleh median pada jalan minor dan terdiri atas 2 jalur dan 2 lajur yang
dibatasi oleh median pada jalan mayor. lokasi penelitian dapat dilihat pada
gambar peta berikut :
Gambar 4.1. Lokasi penelitian.
4.1.2. Pengumpulan data
1. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung atau
data yang sudah ada dan terdapat pada suatu instansi atau pihak terkait, dari
data sekunder didapatkan:
a. Data geomertik jalan, yakni mengetahui kondisi jalan dan
informasi-informasi yang terdapat pada suatu ruas jalan.
b. Data kecelakaan, untuk mengetahui jumlah kecelakaan, tingkat
keparahan, dan intensitas terjadinya kecelakaan. Untuk studi
![Page 36: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/36.jpg)
kasus di simpang Condongcatur , data sekunder mengenai
kecelakaan diperoleh dari POLSEK Depok.
2. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di
lapangan. Dengan menggunakan metode survey lalu lintas pada simpang
yang ditinjau didapatkan parameter-parameter yang dibutuhkan pada tahapan
analisis data. Data-data yang dicari berupa:
a. Data desain jalan
Berdasarkan MKJI dilakukan pengukuran pada titik terluar dari
setiap simpang. Berikut ini merupakan pengukuran yang dilakukan
dilapangan
1. Mengukur lebar pendekat dari lengan simpang (W a)
2. Mengukur lebar masuk pendekat dari simpang (W entery)
3. Mengukur lebar belok kiri langsung (W ltor)
4. Mengukur lebar keluar simpang (W exit)
b. Data arus/volume lalu lintas
Mengetahui jumlah kendaraan yang melewati suatu persimpangan
di Condongcatur dalam interval waktu tertentu. Waktu pengambilan
data di lokasi persimpangan dilaksanakan pada jam puncak lalu lintas
yaitu pada jam berangkat dan pulang kerja.
c. Data kecepatan
Untuk mengetahui perilaku lalu lintas dan mengetahui hubungan
antara kecepatan dengan volume/arus lalu lintas.
d. Data fasilitas jalan
Data diperoleh secara langsung dengan pengamatan.
Fasilitas Jalan tersebut anatara lain berupa fasilitas jalan berupa
![Page 37: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/37.jpg)
jumlah rambu, lampu penerangan jalan. Sedangkan untuk fasilitas
keselamatan jalan berupa trotoar, fasilitas penyeberangan, dan
fasilitas keselamatan jalan lainya.
e. Data pemakai jalan perismpangan, kendaraan bermotor, tidak
bermotor dan pejalan kaki
f. Data jumlah kendaraan yang berpindah jalur.
Data diperoleh dari pengamatan langsung pada simpang
yang ditinjau
3. Alat Bantu
Pada penelitian digunakan beberapa alat bantu yang digunakan untuk
memudahkan dan menguji validitas suatu data yang diambil. Berikut
beberapa alat yang digunakan:
a. Alat pengukur dimensi, menggunakan pita ukur/meteran untuk
mengukur panjang dan lebar jalan ataupun bagian-bagian jalan
lainnya.
b. Alat pengukur waktu, menggunakan stopwatch pada saat survey
kecepatan
c. Alat bantu digital, berupa video recorder dan camera photo untuk
pengambilan gambar dan aktivitas lalu linta pada simpang.
d. Alat tulis dan perangkat computer
4. Pemeriksaan lapangan (observasi)
Pemeriksaan lapangan berfungsi untuk mnegidentifikasi masalah yang
timbul pada suatu simpang yang berkaitan dengan keselamatan.
Pemeriksaan lapangan yang dilakukan adalah:
![Page 38: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/38.jpg)
a. Geometrik jalan yang tidak memenuhi dasar standar klasifikasi
perencanaan jalan di Indonesia
1. Potongan melintang jalan antara lain; jalur lalu lintas;
median; bahu jalan; halte
2. Jarak pandang; jarak pandang henti; jarak pandang
menyiap
3. Akses keluar masuk jalan arteri; arus kendaraan berputar
b. Fasilitas perlengkapan jalan, yang tidak memenuhi ketentuan
yang disyaratkan di Indonesia meliputi rambu lalu lintas, rambu
peringatan, rambu prtunjuk, rambu larangan dsb.
Hasil survei lapangan dan foto visual yang dilakukan, ditemukan
beberapa titik yang rawan terjadinya kecelakaan lalu lintas yang harus segera
di kaji ulang agar resiko terjadi kecelakaan pada simpang tersebut dapat
berkurang. Hasil tersebut yang dicatat pada formulir pemeriksaan akan
mengidentifikasi persoalan-persoalan yang ada pada kedua simpang yang
ditinjau.
5. Kebutuhan Personil Surveyor
Jumlah tenaga surveyor yang dibutuhkan untuk proses pengambilan data
berjumlah 8 orang surveyor per hari. Pelaksanaan survey dilakukan 2 kali
sehari dan masing-masing shift ditugaskan 8 orang surveyor.
4.1.3. Metode pengumpulan data
1. Data volume lalu lintas
Data lalu lintas diambil dengan cara melakukan pengamatan langsung
dengan selang waktu 1 jam pada lokasi simpang yang ditinjau yaitu simpang
Condongcatur dan Seturan . dari hasil pengamatan didapatkan jumlah
![Page 39: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/39.jpg)
kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor yang melewati suatu
lengan simpang.
Periode pengambilan data dilaksanakan pada jam puncak yaitu pada pagi
hari saat jam berangkat kantor dan sore hari pada saat jam pulang kerja.
diharapkan pada saat melakukan pengamatan pada jam-jam sibuk dapat
menggambarkan arus yang sesungguhnya.
2. Data Geometri Simpang
Pengukuran geometri simpang metode MKJI dilakukan dengan
pengukuran pada titik terluar setiap lengan simpang. Pengukuran bertujuan
untuk mencari lebar pendekat dari simpang (W a),lebar masuk (W entery), lebar
belok kiri langsung (W ltor) dan lebar keluar simpang (W exit).
Cara pengukuran:
a. Mengukur lebar pendekat dari simpang (W a)
Dilakukan dengan mengukur lebar lengan tersempit pada simpang
pada bagian hulu
b. Mengukur lebar masuk pendekat simpang (W entery)
Pengukuran dilakukan pada garis henti
c. Mengukur lebar belok kiti langsung (W ltor ¿
Dilakukan pengukuran dilakukan pada ruas jalur belok kiri
langsung di simpang
d. Mengukur lebar keluar simpang ¿)
pengukuran dilakukan pada saat melewati persimpangan pada
jalur utamanya
3. Data kecepatan kendaraan
Melakukan survey dengan cara melakukan pengamatan langsung
kecepatan kendaraan bermotor untuk sepeda motor di jalur lambat dan
![Page 40: PROPOSAL KINERJA SIMPANG DAN ANALISIS BERKAITAN DENGAN RESIKO KECELAKAAN.docx](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081417/5695d0e41a28ab9b02944c76/html5/thumbnails/40.jpg)
ditinjau jarak 100 meter dengan menggunakan stopwatch untuk mendapakan
waktu yang ditembpuh kendaraan bermotor sehingga diperoleh nilai
kecepatan kendaraan bermotor tersebut berdasarkan jarak yang ditinjau
4. Data Fasilitas Lalu Lintas
Data fasilitas lalulintas diperoleh dengan cara visual di lapangan
kemudian mencatat jumlah rambu lalulintas yang ada pada kedua simpang
serta melakukan pencatatan inventarisasi jalan lainnya (fasilitas keselamatan
jalan) sehingga dari fasilitas jalan yang ada dapat ditarik keterkaitan
pemasangan fasilitas jalan dengan tata guna lahan baik dari segi
pemanfaatannya,
5. Data desain jalan
Data desain diperoleh dengan melakukan pengukuran pada simpang yang
ditinjau.
6. Data perilaku pemakai jalan
Data pemakai jalan dibagi menjadi tiap kategori, yaitu bermotor, tidak
bermotor dan pejalan kaki