proposal kerja praktik_elnusa fix.docx

Upload: yenny-fitri-kumalasari

Post on 02-Jun-2018

264 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    1/24

    PROPOSAL KERJA PRAKTIK

    KARAKTERISASI RESEVOAR BATU PASIR MENGGUNAKAN

    METODE SEISMIK INVERSI AI MODEL BASED

    Oleh

    KHOIRUL IKHWAN

    H1E012004

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNIKJURUSAN MIPA

    PRODI FISIKA

    PURWOKERTO

    2015/2016

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    2/24

    PROPOSAL KERJA PRAKTIK

    KARAKTERISASI RESEVOAR BATU PASIR MENGGUNAKANMETODE SEISMIK INVERSI AI MODEL BASED

    Oleh

    KHOIRUL IKHWAN

    H1E012004

    Diterima dan disetujui

    pada tanggal.................................

    Dosen Pembimbing Kerja Praktik Pembimbing Teknis

    Mengetahui,

    Ketua Jurusan

    Bilalodin, S.Si, M.Si

    NIP. 19680112 199512 1 001

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    3/24

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    4/24

    Hal tersebut menjadi latar belakang penulis untuk melakukan penelitian

    ini. Dengan melakukan inversi AI Model Baseddari data seismik dan sumur,

    selanjutnya diharapkan diperolehnya informasi karakter dan sifat fisis daribatuan bawah permukaan, terutama pada daerah reservoar yang mana informasi

    ini tidak dapat diperoleh dari data wiggle seismik yang terbatas, hanya

    memberikan informasi batas perlapisan bawah permukaan.

    C. PERUMUSAN MASALAH

    Masalah-masalah yang dihadapi berkaitan dengan karakterisasi

    reservoar Batu Pasir dengan menggunakan metode seismik inversi AI

    model based adalah :

    1.

    Bagaimana metode untuk menganalisis karakterisasi reservoar ?

    2. Apa yang dimaksud dengan inversi model based ?

    D. Batasan Masalah

    Batasan masalah pada kerja prektek ini antara lain:

    1. Data seismik yang digunakan merupakan data seismik 3D Post-Stack dan

    peta struktur waktu.

    2. Data sumur yang digunakan dalam penelitian adalah data checkshot,

    markerdan data log.

    3.

    Analisis karakterisasi reservoar dibatasi pada pemodelan Impedansi

    akustik, porositas dan densitas.

    4. Inversi yang digunakan adalah inversi impedansi akustik menggunakan

    metode inversiModel Based.

    E. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

    Maksud kerja praktek ini adalah untuk memenuhi mata kuliah wajib di

    Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam universitas

    jenderal soedirman Purwokerto. Adapun materi yang diteliti yaitu tentang

    Karakterisasi Resevoar Batupasir Menggunakan metode seimik inversi AImodel baseddengan tujuan :

    1. Memahami dan mempelajari keberadaan hidrokarbon

    2. Memprediksi model geologi bawah permukaan bumi untuk

    mengkarakterisasi reservoir batupasir.

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    5/24

    F. KEGUNAAN

    1. Memperoleh pengalaman kerja sebelum benar-benar terjun di dunia kerja,

    sehingga dapat berbekal pengalaman ini.2. Menambah relasi untuk melakukan penelitian.

    3. Mengetahui proses Inversi menggunakan data seismic 3D.

    4. Mengetahui prinsip prinsip dari analisa dengan metode inversi model

    based.

    G. TINJAUAN PUSTAKA

    1. Karakterisasi Reservoar

    Karakterisasi reservoar didefinisikan sebagai suatu proses untuk

    menjelaskan karakter reservoar secara kuantitatif dan atau secara kualitatif

    menggunakan semua data yang ada. Analisis atau karakterisasi reservoar

    seismik didefinisikan sebagai suatu proses untuk menjelaskan karakter

    reservoar secara kualitatif dan atau kuantitatif menggunakan data seismik

    sebagai data utama (Sukmono, 2001).

    Ada tiga bagian pada proses analisis reservoar seismik, yaitu delineasi,

    deskripsi, dan monitoring (Sheriff,1992, op.Cite Sukmono, 2001). Delineasi

    reservoar didefinisikan sebagai delineasi geometri reservoar, termasuk di

    dalamnya sesar dan perubahan fasies yang dapat mempengaruhi produksi

    reservoar. Deskripsi reservoar adalah proses untuk mengetahui properti fisika

    reservoar seperti porositas, permeabilitas, saturasi, dan analisis fluida pori.

    Monitoring reservoar diasosiasikan dengan monitoring perubahan properti

    fisika reservoar selama proses produksi hidrokarbon dari reservoar. Secara

    umum karakteristik reservoar dipengaruhi oleh parameter-parameter berikut

    a. Distribusi ukuran butir dan pori.

    b. Porositas dan permeabilitas dari reservoar.

    c. Fluida pori.

    d. Distribusi fasies dan lingkungan pengendapan.

    e.

    Deskripsi dari cekungan dan tubuh reservoar.

    Data yang digunakan untuk karakterisasi reservoar adalah data seismik

    dan data sumur (terutama logsonic dan log densitas). Masing-masing data

    mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk meningkatkan kelebihan dan

    mengurangi kelemahan dibutuhkan analisis yang terintegrasi.

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    6/24

    2. Evaluasi dan Aplikasi Data Sumur (Log)

    Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu) yang menunjukkanparameter secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur. Analisis dengan

    menggunakan data log dapat menggambarkan secara terperinci mengenai

    keberadaan lapisan-lapisan bawah permukaan. Pada umumnya evaluasi litologi

    batuan dilakukan dengan memakai 3 log, yaitu:

    a. log yang menunjukkan zona permeabel (gamma ray,spontaneous

    potential, caliper).

    b. log yang mengukur resistivitas .

    c. log yang mengukur porositas (densitas, neutron dan sonic).

    2.1. Log Gamma-Ray (GR)

    Log gamma-ray adalah metoda untuk mengukur radiasi sinar gamma

    yang dihasilkan oleh unsur-unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan

    di sepanjang lubang bor. Unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan

    tersebut diantaranya Uranium, Thorium, Potassium, dan Radium.

    Unsur radioaktif umumnya banyak terdapat dalam shale dan sedikit

    sekali terdapat dalam sandstone, limestone, dolomite, coal, atau gypsum. Oleh

    karena itu shale akan memberikan respon gamma ray yang sangat signifikan

    dibandingkan dengan batuan yang lainnya.

    2.2. Log SP (Spontaneous Potential)

    Log SP pada prinsipnya mengukur beda antara potensial arus searah dari

    suatu elektroda yang bergerak di dalam lubang bor dengan potensial elektroda

    yang berada di permukaan. Aplikasi dari log SP antara lain adalah untuk

    membedakan batuan yang permeabel dan non-permeabel, mencari batas

    lapisan permeabel dan korelasi antar sumur berdasarkan batasan lapisan

    tersebut, menentukan nilai resistivitas air formasi, serta memberikan indikasi

    kualitatif lapisan serpih.(Sudarmo, 2002)

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    7/24

    2.3. Log Caliper

    log ini berfungsi untuk menentukan adanya lapisan permeabel dengan

    cara mengukur diameter lubang sumur akibat runtuhan variasi lapisan. Pada

    lapisan serpih permeabilitasnya mendekati nol sehingga tak terjadi kerak

    lumpur dan sering terjadi keruntuhan sehingga diameternya lebih besar. Pada

    lapisan permeabel terjadi kerak lumpur sehingga diameter lubang sumur lebih

    kecil. Sedangkan pada lapisan kompak tak terjadi kerak lumpur dan tak terjadi

    pula keruntuhan sehingga diameternya sama dengan diameter

    semula(Sudarmo,2002).

    2.4. Log Resistivity

    Resistivitas dari formasi adalah salah satu parameter utama yangdiperlukan untuk menentukan saturasi hidrokarbon. Arus listrik dapat mengalir

    di dalam formasi batuan disebabkan konduktivitas dari air yang dikandungnya.

    Batuan kering dan hidrokarbon merupakan insulator yang baik kecuali

    beberapa jenis mineral seperti graphite dan sulfida besi. Resistivitas formasi

    diukur dengan cara mengirim arus langsung ke formasi, seperti alat lateralog,

    atau menginduksikan arus listrik kedalam formasi seperti alat induksi.

    2.5. Log Neutron Porosity (NPHI )

    Pengukuran log neutron porositypada evaluasi formasi ditujukan untuk

    mengukur indeks hidrogen yang terdapat pada formasi batuan. Indeks hidrogen

    didefinsikan sebagai rasio dari konsentrasi atom hidrogen setiap sentimeter

    kubik batuan terhadap kandungan air murni pada suhu 75oF.

    Jadi log neutron porosity tidak mengukur porositas sesungguhnya dari

    batuan, melainkan kandungan hidrogen yang terdapat pada pori-pori batuan.

    Secara sederhana, semakin berpori batuan maka semakin banyak kandungan

    hidrogen dan semakin tinggi indeks hidrogennya. Sebagai contoh shale yang

    banyak mengandung hidrogen dapat ditafsirkan memiliki porositas yang tinggi.

    2.6.

    Log Density (RHOB)

    Log density digunakan untuk mengukur densitas batuan disepanjang

    lubang bor. Densitas yang diukur adalah densitas keseluruhan dari matriks

    batuan dan fluida yang terdapat pada pori. Prinsip kerja alatnya adalah dengan

    emisi sumber radioaktif.

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    8/24

    Semakin padat batuan semakin sulit sinar radioaktif tersebut teremisi dan

    semakin sedikit emisi radioaktif yang terhitung oleh penerima.

    2.7. Log Sonic (DT)

    Log sonicmerupakan log radioaktif yang menggambarkan waktu tempuh

    kecepatan suara, yang kemudian dipantulkan kembali dan direkam oleh

    receiver. Waktu yang diperlukan gelombang suara untuk sampai ke receiver

    disebut transit time (t). Besar kecilnya t yang melalui formasi bergantung

    pada besar dan jenis porositas serta kandungan fluidanya.

    Konsep dasar log sonic adalah gelombang suara yang merambat pada

    formasi batuan, kecepatan perambatannya akan semakin besar pada formasi

    batuan yang lebih kompak dan semakin kecil kecepatan perambatannya padaformasi batuan yang lunak.

    3. Prinsip metode seismik

    Metode seismik merupakan metode yang banyak dipakai dalam

    menentukan lokasi minyak bumi. Dengan metode ini, orang memperoleh

    informasi - informasi tentang struktur lapisan ddi bawah permukaan tanah.

    Prinsip metode seismik yaitu pada tempat atau tanah yang akan diteliti

    dipasang geophone yang berfungsi sebagai penerima getaran. Sumber getar

    antara lain bisa ditimbulkan oleh ledakan dinamit atau suatu pemberat yangdijatuhkan ke tanah (Weight Drop).

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    9/24

    Gelombang yang dihasilkan menyebar ke segala arah. Ada yang

    menjalar di udara, merambat di permukaan tanah, dipantulkan lapisan tanah

    dan sebagian juga ada yang dibiaskan, kemudian diteruskan ke geophone

    geophone yang terpasang dipermukaan (lihat gambar di atas).

    4.

    Konsep seismik refleksi

    Metode seismik refleksi merupakan metode geofisika yang

    memanfaatkan gelombang pantul (refleksi) dari batuan di bawah permukaan.

    Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengirimkan sinyal dalam bentuk

    gelombang ke dalam bumi, kemudian sinyal tersebut akan di pantulkan oleh

    batas antara dua lapisan dan selanjutnya sinyal pantulan direkam oleh receiver

    (geofon atau hidrofon) seperti yang ditunjukan pada gambar 3.1. data yang

    dimanfaatkan dari gelomabang pantul ini ialah waktu tempuh yang akan di

    berikan informasi kecepatan rambat gelombang pada lapisan batuan tersebut.

    Selain hal tersebut variabel lain yang dapat dimanfaatkan ialah amplitudo,

    frekuensi dan fasa gelombang. Gelomabang seimik merambat melalui batuan

    sebagai gelombang elastik, yang merubah energi menjadi gerakan partikel

    batuan. Ketika geombang seismik melalui lapisan batuan dengan impedansi

    akustik yang berbeda dari lapisan batuan yang dilalui sebelumnya, maka

    gelombang akan terbagi. Sebagian akan di refleksikan kembali ke permukaan

    dan sebagian di teruskan merambat di bawah permukaan bumi.

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    10/24

    5. Komponen Seismik Refleksi

    Komponen yang dihasilkan disini adalah hal-hal yang dapat dihasilkanatau diturunkan (derivative value) dari parameter dan data dasar seismik

    refleksi.

    5.1.

    Impedansi Akustik

    Kemampuan suatu batuan untuk melewatkan gelombang seismik adalah

    impedansi akustik (IA) yang merupakan hasil perkalian antara densitas media

    rambat dan kecepatan media rambat, dinyatakan dalam persamaan 3.1.

    AI dirumuskan sebagai:

    AI = .V (3.1)

    dimana:

    AI = impedansi akustik (m/s)(kg/m3)

    =densitas (kg/m3)

    V = kecepatan gelombang seismik (m/s1)

    Dalam mengontrol harga IA, kecepatan mempunyai arti yang lebih

    penting daripada densitas. Sebagai contoh, porositas atau material pengisi poribatuan (air, minyak, gas) lebih mempengaruhi harga kecepatan daripada

    densitas. Sukmono, (1999) menganalogikan IA dengan acoustic hardness.

    Batuan yang keras (hard rock) dan sukar dimampatkan, seperti batu gamping

    mempunyai IA yang tinggi, sedangkan batuan yang lunak seperti lempung

    yang lebih mudah dimampatkan mempunyai IA rendah.

    5.2. Koefisien Refleksi

    Koefisien refleksi merupakan cerminan dari bidang batas media yangmemiliki harga impedansi akustik yang berbeda. Untuk koefisien refleksi pada

    sudut datang nol derajat, dapat dihitung menggunakan persamaan 3.2 sebagai

    berikut:

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    11/24

    gdaE

    pantulEKR

    tan

    (3.2)

    )( 12

    12

    AIAI

    AIAIKR

    (3.3)

    dimana : E = energi

    KR = koefisien refleksi

    AI1 = impedansi akustik lapisan atas

    AI2 = impedansi akustik lapisan bawah

    Persamaan 3.3 menunjukkan bahwa nilai koefisien refleksi besarnya beradaantar -1 sampai 1.

    6. Komponen Dalam Interpretasi Data seismik

    Komponen dasar yang harus dipahami untuk melakukan suatu

    interpretasi pada data seismik meliputi: wavelet, seismogram sintetik, dan

    polaritas seismic dan resolusi vertical seismic

    6.1. Wavelet

    Wavelet didefinisikan sebagai kumpulan dari sejumlah gelombangharmonik yang mempunyai amplitudo, frekuensi, dan fase tertentu. Bagian-

    bagian wavelet dapat dilihat seperti gambar 2.4 di bawah ini. Main lobe

    adalah bagian utama dari sebuah wavelet sedangkan side lobe adalah bagian

    samping dari sebuah wavelet. Wavelet yang baik adalah wavelet dengan

    jumlah side lobe yang minimal (sekecil mungkin) dan cukup dominan pada

    bagian main lobe-nya. Bagian side lobe dapat memberikan efek bising pada

    rekaman seismik, yakni munculnya reflektor-reflektor semu. (Abdullah, 2007)

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    12/24

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    13/24

    6.2. Seismogram Sintetik

    Seismogram sintetik adalah seismogram tiruan yang didapat dari

    konvolusi wavelet dengan koefisien refleksi. seismogram sintetik dapat

    menunjukkan data kedalaman yang akurat namun disisi lain memperlihatkan

    adanya penampang seismik tiruan. Seismik sintetik digunakan untuk

    mengidentifikasi horison pada penampang seismik karena resolusi vertikalnya

    lebih baik dari data seismik.

    Gambar 3.4. Konvolusi koefisien refleksi dengan wavelet menghasilkan seismogram sintetik

    (Abdullah, 2007)

    Gambar 3.3 Jenis-jenis wavelet(www.petroleumseismology.com)

    http://www.petroleumseismology.com/http://www.petroleumseismology.com/
  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    14/24

    6.3. Polaritas Seismik

    Meskipun penggunaan kata polaritas hanya mengacu pada perekaman dan

    konvensi tampilan dan tidak mempunyai makna khusus tersendiri, dalamrekaman seismik, penentuan polaritas sangat penting. Society of Exploration

    Geophysicists (SEG) mendefinisikan polaritas normal sebagai berikut :

    a. Sinyal seismik positif akan menghasilkan tekanan akustik positif pada

    hidropon di air atau pergerakan awal ke atas pada geopon di darat.

    b. Sinyal seismik yang positif akan terekam sebagai nilai negatif pada

    tape, defleksi negatif pada monitor dan trough pada penampangseismik.

    Menggunakan konvensi ini, dalam sebuah penampang seismik dengan tampilan

    polaritas normal SEG kita akan mengharapkan :

    Batas refleksi berupa troughpada penampang seismik, jika IA2 > IA1

    Batas refleksi berupapeakpada penampang seismik, jika IA2 < IA1

    Gambar 3.5. Polaritas normal dan polaritas terbalik menurut SEG a. faseminimim, b. fase konstan (Badley,1985).

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    15/24

    6.4. Resolusi Vertikal Seismik

    Resolusi adalah jarak minimum antara dua objek yang dapat dipisahkan

    oleh gelombang seismik (Sukmono, 1999). Range frekuensi dari sesmik hanyaantara 10-70 Hz yang secara langsung menyebabkan keterbatasan resolusi dari

    seismik. Nilai dari resolusi vertikal adalah :

    4

    .fvrv

    )4.3(

    Dapat dilihat dari persamaan 3.4. bahwa hanya batuan yang mempunyai

    ketebalan di atas yang dapat dibedakan oleh gelombang seismik. Ketebalan

    ini disebut ketebalan tuning (tuning thickness). Dengan bertambahnya

    kedalaman, kecepatan bertambah tinggi dan frekuensi bertambah kecil, maka

    ketebalan tuning bertambah besar.

    7. Metode Seismik Inversi

    Seismik inversi adalah suatu teknik pembuatan model geologi bawah

    permukaan, dengan menggunakan data seismik sebagai input dan data sumur

    sebagai kontrol (Sukmono, 2009). Pada dasarnya inversi seismik merupakan

    proses untuk mengubah data seismik yang berupa kumpulan nilai amplitudo ke

    dalam kumpulan nilai impedansi akustik. Perbedaan antara data seismik dengan

    data impedansi akustik adalah bahwa data seismik hanya melihat pola

    perlapisan bumi sedangkan data impedansi akustik melihat sifat fisik dalam

    lapisan itu sendiri. Oleh karena itu, tampilan impedansi akustik akan mendekati

    nilai riil dan lebih mudah dipahami.

    Gambar 3.6. Data seismik yang diubah menjadi bentuk impedansi akustik

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    16/24

    Seismik inversi IA menjadi metode standar yang dikerjakan oleh

    geofisikawan karena mampu mendeskripsikan sifat fisik dari tiap lapisan

    batuan secara lebih detail. Dengan kata lain, inversi seismik merupakanpemodelan kebelakang (backward modeling), dimana inputnya merupakan

    rekaman seismik yang dimodelkan inversi ke dalam penampang IA.

    Gambar 3.7. Diagram alur pemodelan kedepan dan pemodelan

    kebelakang (Sukmono, 2009)

    Berdasarkan macam data, metode seismik inversi dibagi menjadi dua,

    yaitu inversi pada data seismik yang telah di-stack (post-stack inversion)dan

    inversi pada data yang belum di-stack(pre-stack inversion).

    Gambar 3.6 Macam-macam teknik inversi (Sukmono, 2009)

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    17/24

    8. Inversi Model based

    Metode inversi berbasis model (Model based Inversion) disebut juga

    metode blocky karena impedansi akustik tersusun dari blok-blok kecil. Konsep

    inversi dengan metode ini dimulai dengan membuat model inisial impedansi

    akustik dengan ukuran blok yang telah ditentukan. Koefisien refleksi

    diturunkan dari impedansi akustik dan dikonvolusikan dengan wavelet yang

    menghasilkan seismogram sintetik pada tiap-tiap trace. Seismogram sintetik ini

    kemudian dibandingkan dengan trace seismik sebenarnya dan dihitung

    kesalahannya. Proses ini dilakukan secara iteratif dengan memodifikasi blok

    trace model hingga diperoleh hasil sintetik dengan kesalahan terkecil.

    Impedansi akustik hasil modifikasi model awal inilah yang merupakan hasil

    akhir.

    Secara matematis, inversi model baseddapat dirumuskan:

    St= Wt * RCt+ nt (3.5)

    dengan: St = trace seismik

    Wt = wavelet seismik

    RCt = reflektifitas bumi

    nt = noise

    Hasil inversi digambarkan dalam bentuk blocky yang memiliki nilai

    impedansi akustik yang kontras, sehingga mempermudah dalam penentuan

    batas suatu lapisan reservoar. Kelemahan inversi model based terletak pada

    ketidak unikan inversi. Dengan kata lain, ada banyak kemungkinan solusi

    model untuk dapat menghasilkan suatu keluaran hasil yang sama.

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    18/24

    H. METODOLOGI

    1. Data dan Peralatan

    1.1. Base Map

    Base map atau peta dasar merupakan penampang yang menunjukan

    posisi pada sumbu X dan sumbu Y line seismik dan sumur.

    1.2. Data Sumur

    Data sumur merupakan data yang akan digunakan sebagai kontrol

    dalam proses Inversi. Pada penelitian ini data sumur yang dibutuhkan meliputi

    data log sonic dan density

    1.3. Data Seismik

    Data seismik yang dibutuhkan dalam metode inverse ini adalahdatapreserve PSTM dengan format SEG-Y.

    1.4. Data Checkshot

    Data checkshot pada penelitian ini digunakan untuk merubah domain

    data sumur yang berupa kedalaman dalam feet, menjadi domain

    kedalaman waktu tempuh (ms). Sehingga nantinya dapat dilakukan korelasi

    trace seismik sintetik sumur dengan trace seismik real (Well Seismic Tie).1.5. Data Marker

    Data marker digunakan sebagai acuan dasar untuk melakukan

    pickinghorizon pada penampang seismik PSTM.

    1.6. Data Horizon

    Untuk melakukan inversi diperlukan input data horizon yang

    diperoleh dari proses picking. Picking dilakukan dengan acuan data marker

    dan pengikatan data seismik oleh sumur (Well Seismic Tie).

    1.7. Peralatan

    Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

    Komputer PC atau Laptop, Perangkat Lunak Hampson-Russel dan MicrosoftOffice.

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    19/24

    2. Alur Pengolahan

    PENGUMPULAN DATA

    DATA SUMUR (LOG SONIC, LOG

    DENSITY, CHECKSHOT, dan

    MARKER)

    DATA SEISMIK PSTM

    TRACE SEISMIK SINTETIKWAVELET

    WEL SEISMIK TIE

    IMPEDANSI

    AKUSTIK SUMUR

    PICKING HORIZON

    MODEL AWAL

    PETA STRUKTUR

    WAKTU

    SEISMIK INVERSI AI

    MODEL BASED

    INTERPRETASI GEOLOGI

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    20/24

    2.1 Loading Data Sumur

    Loading data dilakukan untuk memasukan data-data yang

    diperlukan dalam proses Inversi AI kedalam data base. Data-data yang diinput

    meliputi data sumur yang sudah dalam format file LAS. Pada satu data sumur

    tersebut didalamnya sudah terdapat berbagai data sumur hasil pengukuran di

    sumur pada kedalaman tertentu seperti log sonic, log GR, log caliper, log SP,

    log NPHI dan sebagainya.

    Untuk loading data checkshot dan marker dilakukan setelah

    dilakukannya loading data sumur. Pada penelitian ini, loading data checkshot

    dan marker dilakukan secara manual dengan data yang diperoleh dari grafik

    data checkshot dan data marker.

    2.2. Koreksi Log Sonic

    Pengambilan data log sonic pada umumnya menggunakan domain

    kedalaman yaitu feet. Agar nantinya dapat dilakukan pengikatan data seismik

    oleh data log (Well Seismic Tie), maka data log Sonic ini terlebih

    dahulu harus dikoreksi dengan data checkshot. Hasil dari koreksi data Sonic

    oleh data checkshot ini adalah data P-wave check, dimana domain dari data

    sonic telah dirubah dari domain kedalaman dalam feet menjadi domain waktu

    tempuh dalam ms.

    2.3. Loading Data Seismik

    Dari keenam line data seismik yang telah dimiliki selanjutnya di load ke

    dalam program elog. Hal ini dilakukan agar nantinya data trace seismik real

    yang di input dapat dikorelasikan dengan data seismik sintetik yang diperoleh

    dari data sumur.

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    21/24

    2.4. Ekstraksi Wavelet

    Ekastraksi wavelet dilakukan untuk mendapatkan wavelet, yang nantinya

    wavelet tersebut di konvolusikan dengan koefisien refleksi sumur, sehingga

    menghasilkan trace seismik sintetik. Untuk memperoleh wavelet dapat

    dilakukan dengan ekastraksi wavelet langsung dari trace seismik maupun dari

    sumur, selain itu wavelet juga dapat diperoleh dengan membuat wavelet

    bandpass dan ricker.

    2.5. Trace Seismik Sintetik

    Trace seismik sintetik merupakan konvolusi antara wavelet dan koefisien

    refleksi sumur.. Penggunaan wavelet yang sama pada pembuatan kedua

    trace seismik sintetik di dasarkan pada trace seismik real yang merupakan

    hasil pengambilan data seismik di lapangan juga menggunakan satu jenis

    wavelet.

    2.6. Well Seismic Tie

    Well Seismic Tie atau yang disebut juga dengan pengikatan data seismik

    oleh data sumur merupakan pengkorelasian trace seismik sintetik dengan

    trace seismik real yang berada di dekat sumur. Pengkorelasian ini

    dilakukan untuk melihat kesamaan trace seismik sintetik dengan trace

    seismik real. Pada pengorelasian ini diusahakan memperoleh nilai korelasi

    yang maksimal dengan windows seminimal pada daerah yang interest.

    Dengan memperoleh nilai korelasi yang maksimal, nantinya juga

    akan diperoleh nilai P-wave corr yang maksimal. P-wave corr inilah yang

    nantinya digunakan untuk membuat model awal AI. Selain memperoleh

    P-wave corr, proses korelasi seismik juga dilakukan untuk melakukan

    marker horizon pada trace seismik real. Setelah proses Well Seismic Tie

    dirasa maksimal dan diperoleh P-wave corr, maka marker yang sebelumnya

    telah di load di data base digunakan acuan untuk membuat markerpada trace

    seismik real.

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    22/24

    Pada hakekatnya ketika Well Seismic Tie mulai dilakukan maka

    pada posisi tersebutlah kedalaman dalam domain waktu antara sumur dan

    seismik sama persis, akan tetapi korelasi belum tentu mencapai maksimal.

    Oleh karena itu diperlukan proses pengubah-ubahan wavelet dan shifting

    agar korelasi ini mencapai hasil maksimal, akan tetapi proses shifting tidak

    boleh merubah posisi awal antara sumur dan seismik terlalu jauh. Proses

    shifting ini sebenarnya merubah nilai P-wave check pada kedalaman tertentu

    sehingga menghasilkanP- wave corr, dimanaP-wave corr ini merupakan nilai

    kecepatan gelombangsonicpada satu kedalaman tertentu dari data sumur yang

    telah di korelasikan dengan kecepatan gelombang seismik pada kedalaman

    tersebut.

    2.7. Picking Horizon

    Picking horizon dapat dilakukan pada fasa peak, trough maupun di

    fasa nol, hal ini terhantung pada jatuhnya letak posisi marker di trace

    seismik real ketika proses Well Seismic Tie dilakukan.

    2.8. Model awal

    Prinsip dari pembuatan Model awal ini yaitu menyebarkan nilai AI pada

    kedalaman tertentu dari sumur kedalam penampang peta struktur waktu.

    Penyebaran nilai AI ini mengikuti pola dari phase trace sismik dan dibatasi

    oleh marker horizon yang telah dimasukkan ke penampang seismik.

    2.9. Seismik Inversi AI Model Based

    Setelah data Model awal telah diperoleh, maka model awal tersebut

    digunakan sebagai input untuk melakukan Inversi Model Based. Pada seismik

    inverse model based ini digunakan batasan hanya pada daerah yang ada

    hidrokarbon di mana pada daerah itu sudah terbukti adanya hidrokarbon

    berdasarkan pengeboran.

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    23/24

    2.10. Interpretasi

    Intepretasi dilakukan untuk melihat daerah-daerah yang diprediksi

    memiliki potensial adanya hidrokarbon berdasarkan data Impedansi akustik

    hasil Inversi Model Based. Selain itu untuk menentukan daerah potensi ini

    juga digunakan analisa data nilai porositas pada daerah penelitian.

    I.Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek

    Kerja Praktek ini dilaksanakan pada :

    Waktu : 1 Februari 30 Februari 2015

    Tempat : PT. Elnusa Tbk.

    Jl.T.B. Simatupang Kav. 1B Jakarta, Indonesia

    J.RENCANA KEGIATAN KERJA PRAKTIK

    Tahapan-tahapan kegiatan kerja praktik dan waktu pelaksanaannya

    adalah sebagai berikut :

    Kegiatan

    Minggu ke-

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    1. Pelaksanaan KP X X X X X

    2. Pembuatan Laporan KP X X X X

    3. Seminar dan Ujian KP X

  • 8/10/2019 PROPOSAL KERJA PRAKTIK_elnusa FIX.docx

    24/24

    K. DAFTAR PUSTAKA

    Abdullah,Agus.2007.EnsiklopediSeismikOnline.

    (http//: ensikolpediseismik.blogspot.com). Diakses tanggal akses :

    4 september 2014 pukul 19.40

    Djoko Sunarjanto,dkk.,2007, PEMUTAKHIRAN CEKUNGAN SEDIMEN

    TERSIER INDONESIA, Laporan Penelitian Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, Jakarta, 2007 (tidak

    dipublikasikan).

    Russell, B, H., 1991, Introduction to Seismic Inversion Methods, third edition,Volume 2 SN, Domenico, Editor Course Notes Series.

    Sismanto. 1999.Modul: 3, Interpretasi Data Seismik. Geofisika FMIPA UGM.Jogjakarta

    Sukmono Sigit, 2001, Karakterisasi Reservoar Seismik, Laboraturium Teknik Geofisika ITB:

    Bandung.

    Tarner, M.T., Koehler, F., dan Sheriff, R.E., 1979, Complex Seismic Trace Analysis,

    Geophysics, Vol. 44 No. 6, 10411063.

    Sukmono Sigit, 2009 Seismic Atribut Analysis, Laboratory of Reservoir

    Geophysics: Bandung., Advance

    Sudarmo, Y. 2002.Modul Kursus Interpretasi Log. PT.Elnusa Geosains. Jakarta.