profil · pdf file2,18 % dari luas wilayah provinsi bali. secara administrasi kota denpasar...
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PROFIL DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR
TAHUN 2016
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________2
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
OLEH
DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Penyusunan profil kesehatan Kabupaten/Kota merupakan sarana
evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan selama tahun 2016 dengan
harapan evaluasi ini dapat dimanfaatkan sebagai pedoman dalam
menyusun program-program berikutnya.
Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa karena atas rahmat dan kehendak-Nya kami dapat
menyususn Profil Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016.
Secara keseluruhan program kerja tahun 2016 telah
dilaksanakan dengan baik. Meskipun demikian kami menyadari masih
banyak terdapat kekurangan – kekurangan yang perlu dibenahi dan
ditingkatkan di masa yang akan datang sehingga kita dapat
mewujudkan visi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai melalui misi,
program dan kegiatan yang dilaksanakan.
Profil kesehatan ini sudah tentu jauh dari sempurna karena
berbagai hambatan yang dijumpai terutama menyangkut ketersediaan
data baik di Dinas Kesehatan sendiri, Rumah Sakit (Pemerintah
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________3
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
maupun Swasta) serta instansi terkait lainnya. Untuk lebih baiknya
penyusunan profil kesehatan pada tahun-tahun mendatang kami
sangat mengharapkan masukan dari berbagai pihak demi
kesempurnaan profil kesehatan ini.
Kepada seluruh jajaran di Dinas Kesehatan Kota Denpasar
beserta UPT Dinas kesehatan Kota Denpasar kami sampaikan
terimakasih dan penghargaan karena atas kerja keras dan usaha-
usaha yang tiada hentinya sehingga kegiatan tahun 2016 dapat
berjalan dengan baik. Kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian profil kesehatan ini kami sampaikan terima kasih dan
semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Denpasar, Maret 2017 Kepala Dinas Kesehatan Kota
Denpasar
dr. Luh Putu Sri Armini, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19620419 198803 2007
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________4
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
DAFTAR ISI
halaman
Cover Dalam .......................................................................................................... i Kata Pengantar ...................................................................................................... ii Daftar Isi ................................................................................................................ Iii Daftar Lampiran tabel ........................................................................................... iv BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Tujuan .......................................................................................... 3 C. Isi Ringkasan Profil ..................................................................... 3 D. Sistimatika Penyajian ................................................................. 4 BAB II. GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK KOTA DENPASAR
A. Gambaran Umum .......................................................................
6 B. Kependudukan .............................................................................
10
BAB III. SUMBER DAYA KESEHATAN A. SARANA KESEHATAN……………………………………………………………..
B. TENAGA KESEHATAN…………………………………………………………….. C. PEMBIAYAAN KESEHATAN……………………………………………………. D. JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT………..
13 28 31
33
BAB IV. SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. MORTALITAS ........................................................................
B. STATUS GIZI ........ ...................................................................... C. MORBIDITAS ...............................................................................
36 47 47
BAB V. PELAYANAN KESEHATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN A. PELAYANAN KES IBU DAN ANAK ………………………………………………
B. KESEHATAN LINGKUNGAN ………………………………………………………. 69
105
BAB VI KINERJA PEMBANGUNAN KESEHATAN ............................................ 114 BAB VII. PENUTUP ............................................ .............................................. A. Kesimpulan ............................................................................ 126 B. Saran ...................................................................................... 128
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________5
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Daftar Pustaka
1. Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2016, Rencana Strategis Dinas Kesehatan
Kota Denpasar tahun 2016-2021, Denpasar, Dikes Kota Denpasar
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2016, Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2015, Jakarta, Kemenkes RI
3. Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, Riskesdas 2007,
Jakarta, Kemenkes RI
4. Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, Riskesdas 2010,
Jakarta, Kemenkes RI
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________6
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Visi Dinas Kesehatan Kota Denpasar seperti tercantum dalam
renstra dinas kesehatan 2016-2021 adalah ”DENPASAR SEHAT YANG
KREATIF, MANDIRI DAN BERKEADILAN”, dan dengan misinya 1)
Mengoptimalkan sumber daya kesehatan untuk peningkatan pelayanan
kesehatan masyarakat dan menciptakan tata kelola pemerintahan
yang baik, 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin
tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, terjangkau,
bermutu dan berkeadilan, 3) Meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan
masyarakat madani, 4) Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
berprilaku hidup bersih dan sehat, 5) Menggerakkan pembangunan
daerah berwawasan kesehatan dan berperan aktif menunjang
pelaksanaan pembangunan kesehatan yang berskala nasional.
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan di Kota
Denpasar sesuai dengan Visi dan Misinya diperlukan suatu indikator.
Indikator tersebut antara lain: 1) indikator derajat kesehatan yang
terdiri atas indikator-indikator untuk mortalitas, morbiditas dan status
gizi; 2) Indikator upaya kesehatan yang terdiri atas pelayanan
kesehatan perilaku hidup sehat dan keadaan lingkungan; 3) Indikator
sumber daya kesehatan yang terdiri dari sarana kesehatan, tenaga
kesehatan dan pembiayaan kesehatan dan 4) indikator lain yang
BAB I
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________7
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
terkait dengan kesehatan. Indikator ini terangkum dalam Indikator
Kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan yang terdiri atas
26 indikator pelayanan bidang kesehatan.
Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk menggambarkan
hasil atau pencapaian program di bidang kesehatan atau kinerja dari
penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah Profil Kesehatan. Profil
Kesehatan pada intinya berisi berbagai data/informasi yang
menggambarkan tingkat pencapaian program pembangunan kesehatan
di tingkat Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan. Disamping itu profil juga bermanfaat sebagai bahan untuk
perencanaan pembangunan kesehatan di tingkat Kabupaten. Untuk
membuat suatu program dan kegiatan yang berkualitas dan
menyentuh kebutuhan masyarakat maka data/ gambaran kesehatan
Kota Denpasar sangat diperlukan, sehingga setiap tahun terjadi
perbaikan/perubahan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik,
Perubahan – perubahan tersebut yang nantinya akan dituangkan
dalam profil kesehatan yang akan dijadikan acuan dalam membuat
program dan kegiatan selanjutnya, sebagai bahan informasi bidang
kesehatan. Oleh karena itu data dan informasi kesehatan yang tepat
dan akurat sangat dibutuhkan dalam mengambil keputusan dalam
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan mengevaluasi
pembangunan kesehatan di Kota Denpasar.
Profil kesehatan Kota Denpasar diharapkan dapat dijadikan salah
satu media untuk memantau dan mengevaluasi hasil penyelenggaraan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________8
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
pembangunan kesehatan. Harapan kita Profil Kesehatan Kota Denpasar
dapat disusun secara lebih berkualitas yaitu dapat terbit lebih cepat,
menyajikan data yang lebih akurat, konsisten dan sesuai kebutuhan.
B. Tujuan
B.1 Tujuan Umum
Tersedianya data/informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai
kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen
kesehatan secara berhasil guna dan berdayaguna.
B.2 Tujuan Khusus
a. Tersedianya acuan dan bahan rujukan dalam rangka
pengumpulan data, pengolahan, analisis serta pengemasan
informasi;
b. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah
dikumpulkan oleh berbagai sistim pencatatan dan pelaporan di
unit-unit kesehatan;
c. Memberikan analisis-analisis yang mendukung penyediaan
informasi dalam menyusun alokasi dana/anggaran program
kesehatan;
d. Tersedianya bahan untuk penyusunan profil kesehatan tingkat
propinsi dan nasional.
C. Isi Ringkasan Profil
Profil kesehatan Kota Denpasar berisi narasi dan gambaran
analisis situasi umum dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan,
situasi sumber daya, situasi upaya kesehatan, situasi derajat
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________9
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
kesehatan dan pembiayaan kesehatan. Disamping narasi juga berisi
tabel dan diagram untuk sajian distribusi frekuensi menggambarkan
perkembangan/perbandingan pencapaian program.
D. Sistimatika Penyajian
Bab I. Pendahuluan
Bab ini secara ringkas menjelaskan maksud dan tujuan
disusunnya profil kesehatan Kota Denpasar. Dalam bab ini juga
diuraikan secara ringkas pula isi dari Profil Kesehatan Kota Denpasar
dan sistimatika penyajian.
Bab II. Gambaran Umum Kota Denpasar
Dalam bab ini diuraikan gambaran secara umum Kota Denpasar
yang meliputi keadaan geografi, cuaca, keadaan penduduk, tingkat
pendidikan penduduk, keadaan ekonomi, serta perilaku penduduk yang
terkait dengan kesehatan.
Bab III. Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat
kesehatan yang mencakup tentang angka kematian, angka harapan
hidup, angka kesakitan dan status gizi masyarakat
Bab IV. Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini berisi uraian tentang upaya kesehatan yang tertuang
pada tujuan program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran
upaya kesehatan yang telah diselenggarakan meliputi pelayanan
kesehatan dasar, pencapaian upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit dan upaya perbaikan gizi masyarakat serta gambaran tentang
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
0
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
keadaan sumber daya mencakup tentang keadaan sarana/ fasilitas
kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.
Bab V. Kinerja Pembangunan Kesehatan.
Bab ini menyajikan kegiatan multi sektor yang dilaksanakan
dalam rangka mencapai Kabupaten/Kota Sehat yang dituangkan dalam
Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan.
Bab VI. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang disajikan dalam bab ini mencakup tentang
keadaan umum maupun pencapaian pembangunan kesehatan dan
kinerja pembangunan kesehatan
Saran-saran berisi rekomendasi dalam rangka mengatasi
masalah-masalah kesehatan dan masalah-masalah kinerja
pembangunan kesehatan yang menonjol.
Lampiran
Pada lampiran dicantumkan seluruh tabel induk yang digunakan dalam
penyusunan profil kesehatan Kota Denpasar
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
1
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
GAMBARAN UMUM DAN DEMOGRAFI DENPASAR
A. Gambaran Umum
A.1 Geografi
Kota Denpasar terletak pada posisi 08035’31” sampai 08044’49”
Lintang Selatan dan 115000’23” sampai 115016’27” Bujur Timur,
dengan ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Batas wilayah Kota
Denpasar di bagian Utara, Selatan dan Barat berbatasan dengan
Kabupaten Badung, sedangkan di bagian Timur berbatasan dengan
Kabupaten Gianyar. Peta wilayah Kota Denpasar seperti tampak pada
gambar berikut:
Peta Wilayah Kota
Denpasar
Kab. Badung
Kab. Gianyar
Selat Badung
BAB II
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
2
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Kota Denpasar memiliki luas wilayah 127,78 km2 atau sebesar
2,18 % dari luas wilayah Provinsi Bali. Secara administrasi Kota
Denpasar terdiri dari 4 wilayah kecamatan terbagi menjadi 27 desa
dan 16 kelurahan. Letak geografis dan luas masing-masing kecamatan
seperti pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Denpasar Tahun 2016
No Kecamatan Letak Geografis Luas
(Km2) Lintang Selatan Bujur Timur
1 Denpasar Utara 08035`31”-
08039`29”
115012`09”-
115014`39”
31,42
2 Denpasar Timur 08035`31”- 08040`36”
115012`29”- 115016`27”
22,31
3 Denpasar Selatan
08040`00”- 08044`49”
115010`23”- 115015`54”
49,99
4 Denpasar Barat 08036`24”-
08041`59”
115010`23”-
115014`14”
24,06
Denpasar 08035`31”-
08044`49”
115010`23”-
115016`27”
127,78
Penggunaan lahan di Kota Denpasar sebagian kecil dimanfaatkan
sebagai lahan sawah irigasi (21,26%), dan sisanya merupakan lahan
kering (78,66%) dan lahan lainnya (0,08%). Sementara itu luas
kawasan hutan rakyat hanya sebesar 0,59%, yang ditanami Tanaman
Hutan Rakyat yang meliputi hutan mangrove yang berfungsi sebagai
hutan pencegah abrasi terletak di kawasan Suwung, Benoa dan
Serangan.
A.2 Topografi dan Iklim
Topografi Kota Denpasar sebagian besar merupakan dataran
rendah yang terbentang dari Selatan ke Utara. Panjang pantai ± 11
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
3
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Km, berupa perairan laut yang meliputi pantai padang Galak, pantai
Sanur, serta pantai Pulau Serangan. Wilayah Kota Denpasar secara
umum beriklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musim.
Sebagai daerah tropis Kota Denpasar memiliki musim kemarau
dan musim hujan yang diselingi oleh musim panca roba, dengan
curah hujan berkisar antara 1 – 437 mm. Curah hujan yang paling
rendah terjadi pada Bulan September yaitu sebesar 1 mm, sedangkan
curah hujan yang paling tinggi terjadi pada Bulan Januari sebesar 437
mm. Suhu maksimum berkisar antara 29,90C – 33,90C dan suhu
minimum berkisar antara 22,70C – 25,60C. Temperatur tertinggi terjadi
di Bulan Desember dan terendah terjadi pada Bulan September dengan
kelembaban udara berkisar antara 73 hingga 82 persen .
A.3 Pemerintahan
Pemerintahan Kota Denpasar secara adminnistratif terdiri dari 4
kecamatan dan 43 Desa/Kelurahan. Dari 43 Desa/ Kelurahan yang ada
16 buah berstatus Kelurahan dan 27 berstatus Desa. Kecamatan
Denpasar Selatan terdiri dari 6 kelurahan dan 4 desa, Denpasar Timur
4 Kelurahan dan 7 Desa, Denpasar Barat 3 Kelurahan dan 8 Desa dan
Kecamatan Denpasar Utara 3 Kelurahan dan 8 Desa.
A4. Sosial Ekonomi
Produk domestik bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator
pembangunan dibidang ekonomi dari suatu wilayah. PDRB merupakan
salah satu indikator yang dapat dipakai untuk mengetahui keberhasilan
perkembangan ekonomi di suatu daerah. Sehingga akan dapat
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
4
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
diketahui laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan suatu
daerah.
PDRB menggambarkan perekonomian suatu daerah yang
disajikan secara berkala dari tahun ke tahun menurut lapangan usaha.
PDRB dibedakan menjadi 2 jenis yaitu PDRB atas dasar harga berlaku
dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku
menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dan
dihitung menurut harga tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihasilkan yang dihitung menurut tahun dasar.
PDRB juga dapat menggambarkan keadaan perekonomian suatu
daerah dimana dapat diketahui struktur dan tingkat pertumbuhan
ekonomi daerah tersebut, tingkat inflasi atau deflasi serta peranan
masing-masing kegiatan ekonomi atau lapangan usaha.PDRB per
kapita adalah PDRB atas dasar harga berlaku dibagi penduduk
pertengahan tahun. PDRB perkapita merupakan suatu ukuran yang
dapat dijadikan cerminan kasar tentang kesejahteraan penduduk di
suatu daerah.
PDRB Kota Denpasar Atas Dasar Harga Berlaku setiap tahunnya
selalu mengalami kenaikan secara fluktuatif. Pada tahun 2010 jumlah
PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 20.309.166.28, tahun 2011
sebesar 22.664.477.19, pada tahun 2012 sebesar 25.819.231.08,
tahun 2013 kembali mengalami kenaikan sebesar 29.389.254.94, dan
pada tahun 2014 nilai PDRB atas dasar harga berlaku di Kota
Denpasar mencapai 34.208.828.94.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
5
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Pertumbuhan perekonomian Kota Denpasar dapat dilihat dari laju
pertumbuhan PDRB, selama tahun 2011–2014, laju pertumbuhan
ekonomi Kota Denpasar cenderung fluktuatif. Di tahun 2012, laju
pertumbuhan ekonomi Denpasar meningkat dari tahun sebelumnya
menjadi sebesar 7,51 persen namun pada tahun 2013
pertumbuhan ekonomi Kota Denpasar melambat hanya menjadi 6,96
persen dan selanjutnya pada tahun 2014 dapat sedikit meningkat
menjadi 7 persen. Pembentukan PDRB Kota Denpasar sebagian besar
(73,69%) ditopang oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor
pengangkutan dan sektor jasa-jasa lainnya.
B. DEMOGRAFI
Berdasarkan hasil perhitungan geometris berdasarkan proyeksi
Sensus Penduduk 2010 yang dibantu oleh BPS Kota Denpasar,
pencerminan penduduk Kota Denpasar pada tahun 2016 berjumlah
897.300 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 458.300
jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 439.000 jiwa.
Pada gambar 2.1 terlihat peningkatan jumah penduduk di Kota
Denpasar dari tahun 2011 sampai dengan 2015. Laju pertumbuhan
penduduk mencapai angka 4,28%. Laju pertumbuhan di Kota
Denpasar cukup tinggi, hal ini kemungkinan disebabkan karena
tingginya mobilisasi penduduk dari luar wilayah denpasar.
Gambar 2.1 JML PDDK KOTA DENPASAR BERDASARKAN JENIS KELAMIN 2012-2015
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
6
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
0
100000
200000
300000
400000
500000
2012 2013 2014 2015 2016
Laki
Perempuan
Sex ratio adalah perbandingan penduduk laki –laki dan penduduk
.perempuan di suatu wilayah. Sex ratio penduduk Denpasar pada
tahun 2015 adalah 104,36 artinya terdapat 104 laki-laki diantara 100
penduduk perempuan.
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dan golongan
umur dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk.
Berdasarkan estimasi jumlah penduduk dapat disusun sebuah piramida
penduduk Kota Denpasar Tahun 2015. Badan piramida bagian kiri
menunjukkan jumlah penduduk laki-laki, sedangkan badan piramida
sebelah kanan menunjukkan jumlah penduduk perempuan. Piramida
ini memberikan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari struktur
penduduk muda, dewasa dan tua.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
7
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Grafik 2.1 Distribusi pddk di Kota Denpasar menurut golongan Umur th 2016
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75> Perempuan
Laki-Laki
Pada Grafik 2.1 terlihat bahwa jumlah balita adalah sebesar 8,6% dari
seluruh total penduduk dan jumlah usila 2,9% dari seluruh total
penduduk, sedangkan persentase balita dan anak anak adalah 24,36%
dari seluruh total penduduk Denpasar. Berdasarkan data ini dapat kita
lihat bahwa komposisi penduduk usia produktif (dewasa) lebih besar
dibandingkan usia non produktif (anak-anak dan usia lanjut).
Indikator penting yang terkait dengan distribusi penduduk
menurut umur yang sering digunakan untuk mengetahui produktifitas
penduduk adalah ratio beban ketergantungan atau dependency ratio.
Ratio beban ketergantungan adalah angka yang menyatakan
perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur
dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun) dengan banyaknya umur
produktif (umur 15-64 tahun). Ratio beban ketergantungan di Kota
Denpasar sebesar 38,14, angka ini menunjukkan setiap 100 orang
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
8
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
yang masih produktif akan menanggung 38 orang yang belum/sudah
tidak produktif lagi.
Kepadatan penduduk memperlihatkan rata-rata jumlah
penduduk per 1 km persegi. Semakin besar angka kepadatan berarti
semakin padat penduduk yang mendiami suatu wilayah. Kepadatan
Penduduk Kota Denpasar adalah 7.022 per KM2, meningkat bila
dibandingkan tahun 2015 sebesar 6.892 per km persegi. Sedangkan
Umur Harapan Hidup (UHH) penduduk Kota Denpasar tahun 2016
mencapai umur 73.71 tahun.
Indikator penting yang terkait dengan distribusi penduduk
menurut umur yang sering digunakan untuk mengetahui produktifitas
penduduk adalah ratio beban ketergantungan atau dependency ratio.
Ratio beban ketergantungan adalah angka yang menyatakan
perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur
dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun) dengan banyaknya umur
produktif (umur 15-64 tahun). Ratio beban ketergantungan di Kota
Denpasar sebesar 38,14, angka ini menunjukkan setiap 100 orang
yang masih produktif akan menanggung 38 orang yang belum/sudah
tidak produktif lagi.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
9
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
SUMBER DAYA KESEHATAN A. SARANA KESEHATAN
Faslitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilaksanakan
oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat (UU No.36
tahun 2009).
A.1 PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya
dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Puskesmas
juga memiliki fungsi sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan Upaya Kesehatan
perseorangan (UKP) tingkat pertama serta sebagai wahana pendidikan
tenaga kesehatan (Kemenkes RI, 2015).
Dalam rangka meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, di Kota Denpasar telah dibangun 11 buah
BAB III
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________2
0
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Puskesmas induk yang telah memiliki kemampuan gawat darurat serta
kemampuan laboratorium dan 25 buah puskesmas pembantu serta 11
unit puskesmas keliling.
Tabel 3.1
Distribusi Puskesmas Berdasarkan Desa yang Diwilayahi
No. Kecamatan PUSKESMAS Desa/ Kelurahan
1.
Denpasar
Utara
Puskesmas I Denpasar Utara
1. Desa Dangin Puri Kaja
2. Desa Dangin Puri Kangin
3. Kel. Tonja
4. Desa dangin Puri Kauh
Puskesmas II Denpasar Utara
1. Desa Pemecutan Kaja
2. Kel Ubung
3. Desa. Ubung Kaja
Puskesmas III Denpasar
Utara
1. Desa Dauh Puri Kaja
2. Kel Peguyangan
3. Desa Peguyangan Kaja
4. Desa Peguyangan Kangin
2.
Denpasar
Timur
Puskesmas I Denpasar Timur
1. Kel. Dangin Puri
2. Ds. Dangin Puri Kelod
3. Kel. Sumerta
4. Desa Sumerta kelod
5. Desa Sumerta Kauh
6. Desa Sumerta Kaja
Puskesmas II Denpasar
Timur
1. Kel. Penatih
2. Desa Kesiman Kertalangu
3. Desa penatih Dangin Puri
4. Desa Kesiman Petilan
5. Kel Kesiman
3.
Denpasar
Selatan
Puskesmas I Denpasar
Selatan
1. Kel Sesetan
2. Desa Sidakarya
3. Kel Panjer
Puskesmas II Denpasar
Selatan
1. Kel Sanur
2. Kel Renon
3. Desa Sanur Kauh
4. Desa Sanur Kaja
Puskesmas III Dnpasar
Selatan
1. Desa Pemogan
2. Kel. Serangan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________2
1
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Puskesmas IV Denpasar
Selatan
1. Kelurahan Pedungan
4.
Denpasar
Barat
Puskesmas Denpasar Barat I
1. Desa Padang sambian
kelod
2. Desa Dauh Puri Kauh
3. Desa Dauh Puri Kangin
4. Desa Dauh Puri Kelod
5. Desa Dauh Puri
6. Desa Pemecutan Kelod
Puskesmas II Denpasar Barat
1. Desa Padang sambian kaja
2. Desa Tegal Kertha
3. Desa Tegal Harum
4. Kel Padang sambian
5. Kel Pemecutan Sumber: Sub Bag Perencanaan dan Infokes Dikes Kota Denpasar
Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat
digambarkan dengan indikator rasio puskesmas terhadap 30.000
penduduk. Rasio Puskesmas per 30.000 penduduk di Kota Denpasar
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________2
2
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
pada tahun 2016 sebesar 0,3. Angka ini lebih rendah dari rasio
puskesmas per 30.000 penduduk secara nasional tahun 2014 sebesar
1,15. Rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk di Kota Denpasar
termasuk rendah, hal ini disebabkan karena kepadatan penduduk Kota
Denpasar yang relative tinggi. Rendahnya rasio puskesmas terhadap
jumlah penduduk belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya
mengenai aksesbilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dasar karena adanya dukungan pelayanan kesehatan dasar dari sektor
swasta di Kota Denpasar. Walaupun demikian kondisi ini perlu
mendapat perhatian karena karena walaupun kebutuhan pelayanan
kesehatan dasar dapat dipenuhi oleh sektor swasta, suatu wilayah
tetap membutuhkan entitas yang berperan sebagai penanggungjawab
upaya kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2016).
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara pelayanan
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
dalam rangka mendukung terwujudnya Kecamatan Sehat. Selain
melaksanakan tugas tersebut, Puskesmas memiliki fungsi sebagai
penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama
dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama serta
sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.
Dari 11 Puskesmas yang ada di Kota Denpasar, 2 Puskesmas
sudah dikembangkan menjadi Puskesmas Rawat inap yaitu Puskesmas
I Denpasar Timur dengan 10 tempat tidur dan Puskesmas IV Denpasar
Selatan dengan 10 tempat tidur.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________2
3
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama,
Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi,
disebutkan bahwa Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik
Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi wajib
terakreditasi. Akreditasi adalah pengakuan yang diberikan oleh
lembaga independen penyelenggara akreditas yang ditetapkan oleh
Menteri setelah memenuhi standar akreditasi.
Untuk Puskesmas dan klinik pratama wajib dilakukan setiap tiga
tahun sekali. Sedangkan Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi wajib dilaksanakan 5 tahun sekali. Pada
Tahun 2016, sebanyak 4 puskesmas yang ada di Kota Denpasar sudah
terakreditasi yaitu Puskesmas II Denpasar Barat terakreditasi
paripurna, Puskesmas IV Densel terakreditasi Madya, Puskesmas III
Denut terakreditasi Madya, Puskesmas I Denpasar Timur Terakreditasi
Utama.
Puskesmas dengan pelayanan obstretrik dan neonatal emergensi
dasar (PONED) merupakan salah satu upaya pengembangan
puskesmas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan minimal
terdapat 4 puskesmas poned di tiap kabupaten/kota. Upaya kesehatan
poned dilakukan untuk mendekatkan akses masyarakat kepada
pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal dasar. Akses
masyarakat yang semakin mudah terhadap pelayanan
kegawatdaruratan diharapkan dapat berkontribusi pada penurunan AKI
dan AKB (kemenkes,2014). Di Kota Denpasar terdapat tiga puskesmas
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________2
4
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
poned yaitu Puskesmas I Denpasar Timur, Puskesmas IV Denpasar
Selatan dan Puskesmas II Denpasar Barat.
Jumah kunjungan rawat jalan selama tahun 2016 di puskesmas
sekota Denpasar sebanyak 348.554 orang atau sebesar 38,85% dari
jumlah penduduk Kota Denpasar. Persentase kunjungan Puskesmas
ditahun 2016 sudah lebih tinggi dari target yang ditetapkan (15% dari
jumlah penduduk).
Grafik 3.2 Tren kunjungan di Puskesmas se-Kota Denpasar
Tahun 2012 - 2016
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
2012 2013 2014 2015 2016
jml kunjungan
Sumber: Sub Bag Perencanaan dan Informasi Kesehatan Dikes Kota Denpasar Tahun
2016
Gambar diatas memperlihatkan trend kunjungan di Puskesmas
sekota Denpasar sangat fluktuatif.
A.2 RUMAH SAKIT
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________2
5
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Selain upaya promotif dan preventif, upaya kuratif dan
rehabilitatif merupakan upaya yang penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Upaya kuratif dan rehabilitative dapat
diperoleh di rumah sakit.
Rumah sakit dikelompokkan berdasarkan kepemilikannya yaitu
Rumah sakit publik dan rumah sakit privat. kuratif dan rehabilitatif
adalah rumah sakit yang dikelola pemerintah dan badan hukum yang
bersifat nirlaba. Rumah sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan
tujuan provit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero
(Kemenkes 2015).
Di Kota Denpasar terdapat 5 buah rumah sakit publik, yang
dikelola oleh Kementrian kesehatan, Pemerintah provinsi, Pemerintah
Kota Denpasar dan TNI/POLRI.
Tabel 3.3
Distribusi rumah sakit publik berdasarkan pengelola
NO RUMAH SAKIT PENGELOLA
1 RS Pusat Sanglah Denpasar Kementrian Kesehatan
2 Rumah sakit Indera Bali Mandara
Pmerintah Provinsi Bali
3 RSU Wangaya Pemerintah Kota Denpasar
4 RS Polda Bali Kepolisian RI
5 RS TK II Udayana TNI Sumber: Seksi kesehatan khusus bidang bina Yankes Dikes Kota Denpasar
Rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan jenis
pelayanan yang diberikan menurut Undang-undang nomor 44 tahun
2009 tentang rumah sakit yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit
khusus. Rumah sakit umum memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit sedangkan rumah sakit khusus hanya
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________2
6
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
memberikan pelayanan pada satu bidang atau satu jenis penyakit
tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit atau kekhususan lainnya (Kemenkes RI, 2015). Di Kota
Denpasar terdapat 15 rumah sakit umum dan 3 rumah sakit khusus.
Indikator yang dapat digunakan untuk menilai terpenuhi atau
tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
rujukan dan perorangan di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio
tempat tidur terhadap 1.000 penduduk. Rasio tempat tidur rumah sakit
di Kota Denpasar tahun 2016 sebesar 2,38 per 1.000 penduduk. Rasio
ini relative sama bila dibandingkan tahun 2014 dan 2015. Secara
nasional pada tahun 2015 rasio rumah sakit di Indonesia sebesar 1,21
per 1000 penduduk. Tingginya rasio tempat tidur terhadap jumlah
penduduk di Kota Denpasar disebabkan karena di Kota Denpasar
banyak berkembang rumah sakit swasta dan rumah sakit pemerintah
milik pusat dan TNI POLRI juga adanya di Kota Denpasar.
Mutu pelayanan di rumah sakit dapat diketahui dengan
memperhatikan beberapa indikator, antara lain :
a. Angka Kematian Netto (Net Death Rate/NDR)
Angka kematian Netto atau NDR merupakan angka kematian 48
jam pasien rawat inap per 1000 pasien keluar hidup dan mati.
Indikator ini digunakan untuk melihat mutu pelayanan rumah sakit.
Lima besar Angka NDR tertinggi di beberapa RS (Pemerintah dan
swasta) di Kota Denpasar yang datanya sudah kami terima pada tahun
2016 :
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________2
7
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
1) RSUD Wangaya : 59,5 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati
2) RSUP Sanglah : 41,3 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati
3) RSUD Puri Raharja : 14,8 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati
4) RS Surya Husada : 9,9 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati
5) RS Manuaba : 5,9 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati
b. Angka Kematian Umum (Gross Death Rate/GDR)
Angka Kematian Umum (Gross Death Rate) merupakan angka
kematian total pasien rawat inap yang keluar rumah sakit per 1000
penderita keluar hidup dan mati. Lima besar Angka GDR tertinggi
dibeberapa rumah sakit (Pemerintah dan swasta) di Kota Denpasar
yang datanya kami terima pada tahun 2016 adalah :
1) RSUP Sanglah : 53,8 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati
2) RSUD Wangaya : 36,2 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati
3) RSUD Puri Raharja : 28,4 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati
4) RS Surya Husada : 17,0 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________2
8
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
5) RS Darmayadnya : 13,8 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati
c. Angka Penggunaan Tempat Tidur (Bed Occupation Rate/BOR)
BOR merupakan indikator yang dapat menggambarkan tinggi
rendahnya pemanfaatan tempat tidur yang ada di rumah sakit. Lima
besar tingkat pencapaian BOR tertinggi oleh RS (Pemerintah dan
swasta) di Kota Denpasar yang datanya kami terima pada pada tahun
2016 adalah :
1) RSUP Sanglah : 100%
2) RSUD Wangaya : 90%
3) RS Surya Husada : 84,9%
4) RS Surya Husada Ubung : 81,5%
5) RS Tk. II Udayana : 75,7%
d. Rata-rata Lama Dirawat (Length Of Stay/LOS)
Indikator LOS digunakan untuk menggambarkan tingkat efisiensi
dan mutu pelayanan rumah sakit. Rata-rata lama pasien di rawat di
rumah sakit (pemerintah dan swasta) di Kota Denpasar tahun 2016
adalah 2,5 hari.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________2
9
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
A.3 UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT
Peran masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan
kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Masyarakat dapat berperan aktif dalam
pembangunan kesehatan melalui upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) seperti pos pelayanan terpadu (Posyandu, pos
kesehatan desa (Poskesdes) dan desa siaga aktif.
A.3.1 Desa siaga aktif
Desa/kelurahan siaga aktif adalah Desa/kelurahan yang
memiliki poskesdes atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan
berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar,
penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveylans berbasis
masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), Penyakit,
lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat (Kemenkes RI, 2015).
Dari 43 desa/kelurahan yang ada di Kota denpasar seluruhnya
sudah merupakan desa siaga aktif, dengan katagori Desa siaga
tergolong pratama sebesar 9,3%, madya 65%, purnama 23% dan
mandiri sebesar 2,3%.
Gambar 3.4 PERSENTASE DESA SIAGA AKTIF BERDASARKAN STRATA
DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015 dan 2016
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________3
0
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
51
9.3
39.5
65
9.3
23
0 2.30
10
20
30
40
50
60
70
Pratama Madya Purnama Mandiri
2015
2016
Sumber: seksi promkes bidang bina kesmas dikes kota denpasar
Grafik diatas memperlihatkan bahwa pada tahun 2016 sudah
terjadi peningkatan katagori desa siaga di Kota Denpasar untuk
madya, purnama dan mandiri hal ini menunjukkan partisipasi
masyarakat Kota Denpasar dalam pembangunan kesehatan berbasis
masyarakat sudah mulai meningkat.
A.3.2 Posyandu
Posyandu merupakan salah satu upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat (UKBM). Keberadaan posyandu sampai saat ini masih
memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat khususnya pada golongan balita.
Posyandu memiliki lima program prioritas yaitu kesehatan ibu dan
anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan
penanggulangan diare. Posyandu dikelola dan diselenggarakan dari
oleh untuk dan bersama masyarakat. Ratio posyandu dengan balita di
kota denpasar adalah 1 posyandu melayani 100 balita.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________3
1
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Tingkat perkembangan posyandu di Kota Denpasar dalam lima
tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini :
Grafik 3.5 Persentase Posyandu di Kota Denpasar
Tahun 2012 s/d 2016
0
10
20
30
40
50
60
2012 2013 2014 2015 2016
% Pratama
% Madya
% Purnama
% Mandiri
Sumber : Seksi Prom Kes Bidang Bina Kesmas Dikes Kota
Denpasar
Data pada grafik 2.5 di atas menunjukkan bahwa
perkembangan posyandu Purnama dan Mandiri di Kota Denpasar
mandiri sudah kembali mengalami peningkatan di tahun 2015 dan
2016. Perlu terus ditingkatkan upaya-upaya yang dapat mendorong
meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan
berbasis masyarakat seperti posyandu.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________3
2
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Dari 459 posyandu yang ada di Kota Denpasar 248 posyandu
(54%) merupakan Posyandu Aktif.
Gambar 3.6 PERSENTASE POSYANDU BERDASARKAN STRATA
DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016
0.225.23
48.8
45.75
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Sumber: seksi promkes bidang bina kesmas dikes kota denpasar
Pada gambar diatas terlihat bahwa posyandu madya dan
purnama menempati proporsi yang besar sedangkan posyandu mandiri
masih rendah. Lambatnya perkembangan posyandu ke arah posyandu
mandiri disebabkan masih kurangnya peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan kegiatan posyandu terutama dalam hal dukungan
dana untuk operasional kegiatan posyandu. Saat ini dana operasional
posyandu sebagian besar masih berasal dari bantuan pemerintah.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________3
3
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Kedepannya perlu upaya intensif untuk meningkatkan jumlah
posyandu mandiri.
A.3.3 Posbindu
Masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi saat ini adalah
makin meningkatnya kasus penyakit tidak menular (PTM). PTM adalah
penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi kuman termasuk
penyakit kronis degeneratif, antara lain penyakit jantung, diabetes
melitus (DM), kanker, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan
gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan. Angka kematian
PTM meningkat dari 41,7 % pada tahun 1995 menjadi 59,5 % pada
tahun 2007 (kemenkes,2012).
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam
melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM
Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor
risiko PTM meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola
makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi,
hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor
risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera
merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM),
kanker,penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak
kekerasan.
Tujuan Posbindu adalah Meningkatkan peran serta masyarakat
dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Sedangkan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________3
4
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
sasaran utama Posbindu adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko
dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas.
Wadah pelaksanaan posbindu adalah Posbindu PTM dapat
dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber
masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau di klinik perusahaan,
di lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah
tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid,
gereja, klub olah raga, pertemuan organisasi politik maupun
kemasyarakatan. Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan
pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan
meliputi kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana
dan tenaga yang ada.
Jumlah Posbindu di Kota Denpasar tahun 2-16 adalah sebanyak
60 buah meningkat bila dibandingkan tahun 2015 (45 buah).
Kegiatan posbindu PTM meliputi:
1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara
sederhana tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta,
aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi
terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta
informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah
kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan
saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________3
5
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa
Tubuh (IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan
darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak
tubuh hanya dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk
anak, pengukuran tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya
dengan ukuran lengan atas.
3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1
tahun sekali bagi yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan
sekali dan penderita gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali.
Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter pada
anak dimulai usia 13 tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana
sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih.
4. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara
sederhana tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta,
aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi
terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta
informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah
kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan
saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali. Kegiatan
pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit
diselenggarakan 3 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai
faktor risiko PTM atau penyandang diabetes mellitus paling sedikit 1
tahun sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh
tenaga kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan
lainnya).
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________3
6
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu
sehat disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai
faktor risiko PTM 6 bulan sekali dan penderita
dislipidemia/gangguan lemak dalam darah minimal 3 bulan
sekali.Untuk pemeriksaan Gula darah dan Kolesterol darah
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan kelompok
masyarakat tersebut.
6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan
sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil
IVA positif, dilakukan tindakan pengobatan krioterapi, diulangi
setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang
5 tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan tindakan pengobatan
krioterapi kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan oleh bidan/dokter
yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter
terlatih di Puskesmas .
7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin
urin bagi kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap
pelaksanaan Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena
pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila masyarakat
tidak tahu cara mengendalikannya.
9. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak
hanya dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun
perlu dilakukan rutin setiap minggu.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________3
7
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di
wilayahnya dengan pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk
upaya respon cepat sederhana dalam penanganan pra-rujukan.
B. TENAGA KESEHATAN
B.1 Tenaga kesehatan di Puskesmas
Jenis tenaga kesehatan di Puskesmas minimal terdiri dari dokter,
dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga
kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medic, tenaga gizi
dan kefarmasian. Tenaga kesehatan di Puskesmas harus bekerja
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur
operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan
memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja
(Kemenkes RI, 2015).
Standar ketenagaan puskesmas sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 tahun 2014, jumlah dokter puskesmas rawat inap
minimal dua dokter sedangkan non rawat inap minimal 1 dokter. Di
Kota Denpasar rasio dokter per puskesmas di puskesmas rawat inap
adalah 5 dokter sedangkan di puskesmas non rawat inap rasionya 3
dokter per puskesmas, Sehingga rasio dokter per puskesmas untuk
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________3
8
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
tahun 2016 di Kota Denpasar sudah memenuhi syarat yang
ditetapkan.
Ketersediaan tenaga perawat di Puskesmas dapat diketahui
dengan menghitung rasio perawat per puskesmas. Tahun 2016 rasio
perawat di puskesmas berdasarkan jumlah puskesmas di Kota
Denpasar sebesar 9 perawat per puskesmas. Untuk puskesmas rawat
inap distandarkan minimal ada delapan perawat sedangkan di
puskesmas non rawat inap minimal ada 5 perawat (Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 tahun 2014). Untuk tahun 2016 standar ini telah
terpenuhi.
Berdasarkan Permenkes 75 tahun 2014 jumlah minimal bidan di
Puskesmas rawat inap adalah tujuh orang sedangkan di puskesmas
non rawat inap minimal empat orang. Untuk tahun 2016 persyaratan
ini telah di penuhi pada puskesmas di Kota Denpasar. Rasio bidan per
puskesmas di Kota Denpasar adalah 8.
B.1.1 Rasio Tenaga Kesehatan
Rasio tenaga kesehatan di kota Denpasar dihitung berdasarkan
jumlah tenaga yang bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya dibagi
dengan estimasi jumlah penduduk. Rasio tenaga kesehatan terhadap
jumlah penduduk berfungsi untuk mengetahui ketersediaan tenaga
kesehatan di Kota Denpasar.
Berdasarkan keputusan Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 tahun 2013 tentang rencana
Pengembangan tenaga kesehatan tahun 2011-2025 telah ditetapkan
target rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk. Tahun 2019
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________3
9
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
ditetapkan target rasio dokter spesialis terhadap jumlah penduduk
sebesar 10 dokter spesialis per 100.000 penduduk, rasio dokter umum
sebesar 45 dokter umum per 100.000 penduduk rasio dokter gigi
sebesar 13/100.000 penduduk rasio perawat sebesar 180 perawat per
100.000 penduduk dan bidan sebesar 120 bidan per 100.000
penduduk (kemkes, 2016)
Rasio tenaga kesehatan yang ada di Kota Denpasar pada tahun
2016 seperti terlihat pada grafik berikut :
Grafik 3.7 Rasio Tenaga Kesehatan Di Kota Denpasar
Tahun 2016
99
32
9.4
72.66271
20.3 12 5.7
Rasio per 100.000 pddk
dr spesialis
dr umum
dr gigi
bidan
perawat
farmasi
gizi
sanitasi
Sumber Sub Bag Kepegawaian Dikes Kota Denpasar tahun 2016
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________4
0
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Grafik 4.21 di atas menunjukkan bahwa rasio terbesar tenaga
kesehatan yang ada di Kota Denpasar per 100.000 penduduk pada
tahun 2016 masih didominasi oleh tenaga perawat dan bidan,
kemudian diikuti tenaga medis dan rasio terkecil adalah tenaga
Sanitasi.
Tabel 3.8 Rasio Tenaga Kesehatan di Kota Denpasar Tahun 2016 dibandingkan standar
No Jenis Tenaga Ratio per 100.000
penduduk tahun 2016
Target Ratio per
100.000 pddk tahun 2019
1. dokter umum 32 45
2. dokter gigi 9.4 13
3. dokter spesialis 99 10
4. Bidan 72.66 100
5. Perawat 279 117
Sumber : Sub bag kepegawaian Dikes Kota Denpasar, Tahun 2016
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa rasio tenaga dokter
spesialis, dan perawat per 100.000 penduduk jauh lebih tinggi dari
standar yang ditetapkan, hal ini disebabkan karena di Kota Denpasar
terdapat 19 RS swasta. Sehingga jumlah dokter spesialis, perawat dan
farmasi yang ada di Kota Denpasar tinggi. Sedangkan tenaga lainnya
seperti, bidan, gizi, dan sanitasi masih dibawah standar yang
ditetapkan.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________4
1
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Untuk data dokter spesialis kami belum bisa memilah dokter
spesialis yang berkerja di dua atau lebih rumah sakit sehingga untuk
data dokter spesialis kemungkinan masih adanya over reporting,
sedangkan untuk data dokter umum pada data ini tidak termasuk
dokter praktek swasta.
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan menurut UU Kesehatan No. 36 tahun
2009 bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang
berkesinambungan dan dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi
secara adil dan termanfaatkan. Jumlah anggaran sektor kesehatan
yang bersumber APBD di Kota Denpasar (untuk dinas kesehatan dan
RSU Wangaya) tahun 2016 sebesar Rp. 288.677.589.237 termasuk
dana DAK yang bersumber dari APBN. Belanja langsung untuk
pembiayaan kesehatan tahun 2016 di Kota Denpasar sebesar
156.559.377.801,99 atau sekitar 7,7% dari APBD Kota Denpasar yang
seluruhnya berjumlah Rp. 2.014.147.068.834. Prosentase angaran
kesehatan lima tahun terakhir seperti tampak pada grafik di bawah ini.
Grafik 3.7
Anggaran Kesehatan Di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2015
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________4
2
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
12.4914.1 14.64
13.15
7.7
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2012 2013 2014 2015 2016
Anggaran Kesehatan
Grafik 4.23 di atas terlihat bahwa terjadi penurunan yang cukup
signifikan pada persentase anggaran kesehatan terhadap APBD di Kota
Denpasar hal ini disebabkan karena sesuai juknis profil 2016 anggaran
kesehatan yang dimaksud hanya untuk belanja langsung tidak
termasuk pengeluaran untuk gaji. Pemerintah Kota Denpasar
sebenarnya sudah berkomitmen terhadap kesehatan yang merupakan
investasi untuk masa depan,hal ini dapat dilihat dari peningkatan
anggaran untuk kesehatan di Kota Denpasar walaupun ketika dilihat
hanya belanja langsungnya saja masih dibawah nilai yang diamatkan
oleh undang-undang. Untuk mendapatkan alokasi anggaran yang
sesuai dengan yang diamatkan oleh undang-undang, maka Dinas
Kesehatan beserta jajarannya masih perlu melakukan negosiasi dan
advokasi berdasarkan data yang valid untuk membiayai program-
program kesehatan yang ada untuk mengatasi permasalahan
kesehatan di Kota Denpasar
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________4
3
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Dari total anggaran kesehatan yang ada, maka sumber anggaran
dari APBD Kota Denpasar paling besar yaitu Rp. 288.677.589.237
(99,97%). APBN memberikan dana sebesar 8.874.196.000 (0,3%)
dari total anggaran kesehatan kepada Dinas Kesehatan Kota Denpasar
berupa dana DAK. Anggaran Kesehatan di Dinas Kesehatan Kota
Denpasar dialokasikan untuk belanja langsung (belanja pegawai,
belanja barang dan jasa, serta belanja modal) dan belanja tidak
langsung (gaji).
D. JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN mengamanatkan bahwa program jaminan sosial
wajib bagi seluruh penduduk termasuk program Jaminan Kesehatan
melalui suatu badan penyelenggara jaminan sosial. Badan
penyelenggara jaminan sosial telah diatur dengan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Untuk program Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan, implementasinya telah dimulai sejak 1 Januari 2014.
Program tersebut selanjutnya disebut sebagai program JKN.
JKN diselenggarakan untuk memberikan perlindungan kesehatan
dalam bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah. Manfaat JKN terdiri atas dua jenis, yaitu manfaat medis
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________4
4
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
dan manfaat non-medis. Manfaat medis berupa pelayanan kesehatan
yang komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) sesuai
dengan indikasi medis yang tidak terikat dengan besaran iuran yang
dibayarkan. Manfaat non-medis meliputi akomodasi dan ambulans.
Manfaat akomodasi untuk layanan rawat inap sesuai hak kelas
perawatan peserta. Manfaat ambulans hanya diberikan untuk pasien
rujukan antar fasilitas kesehatan, dengan kondisi tertentu yang
ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Manfaat JKN mencakup pelayanan
pencegahan dan pengobatan termasuk pelayanan obat dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Seperti misalnya
untuk pelayanan pencegahan (promotif dan preventif), peserta JKN
akan mendapatkan pelayanan: penyuluhan kesehatan perorangan,
meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko
penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat; imunisasi dasar, meliputi
Baccile Calmett Guerin (BCG), difteri pertusis tetanus dan Hepatitis B
(DPT-HB), Polio dan Campak; keluarga berencana, meliputi konseling,
kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi; skrining kesehatan
diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko
penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu,
jenis penyakit kanker, bedah jantung, hingga dialysis (gagal ginjal).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program JKN, peserta dalam program JKN meliputi setiap
orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat enam bulan
di Indonesia, yang telah membayar iuran atau yang iurannya dibayar
pemerintah. Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terdiri
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________4
5
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
atas dua kelompok yaitu Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)
jaminan kesehatan dan peserta bukan PBI jaminan kesehatan. Peserta
PBI jaminan kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu.
Peserta bukan PBI jaminan kesehatan adalah Pekerja
Penerima Upah dan anggota keluarganya, Pekerja Bukan Penerima
Upah dan anggota keluarganya, serta bukan pekerja dan anggota
keluarganya (Kemenkes, 2016).
Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar mengamanatkan 50%
penduduk Kota Denpasar Harus sudah terlindungi oleh JKN pada
tahun 2016. Target ini sudah terpenuhi, kepesertaan JKN penduduk
Kota Denpasar tahun 2016 sebanyak 58%.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Prabayar di Kota Denpasar
tahun 2016 meliputi Jaminan Kesehatan Nasional dan Jaminan
Kesehatan Daerah. Pada tahun 2016 jumlah penduduk Kota Denpasar
sebanyak 897.300 jiwa. Peserta Jaminan Kesehatan Nasional sebanyak
527.671 orang terdiri dari: Penerima bantuan iuran (PBI) APBN
sebanyak 69.165 orang, Pekerja Penerima Upah (PPU) sebanyak
293.552 orang, Pekerja bukan penerima upah (PBPU) mandiri
sebanyak 139.167 orang dan Bukan pekerja (BP) sebanyak 25.787
orang. Sisanya sebanyak 369.629 orang terlindungi jaminan kesehatan
daerah (JKBM)
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________4
6
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa
indikator yang dapat digunakan, seperti kondisi morbiditas, mortalitas
dan status Gizi. Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh multi
faktor. Faktor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan
ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan sangat menentukan
derajat kesehatan masyarakat. Faktor lain diluar kesehatan yang tak
kalah penting berperan dalam peningkatan derajat kesehatan
masyarakat adalah keadaan sosial ekonomi, pendidikan, lingkungan
social, keturunan dan factor lainnya (Depkes, 2010). Pada bagian ini
derajat kesehatan masyarakat Kota Denpasar akan digambarkan
melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA),
Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka morbiditas beberapa penyakit
yang ada di Kota Denpasar.
A. Mortalitas
Angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat
tertentu dikenal dengan mortalitas (Depkes, 2010). Mortalitas selain
dapat menggambarkan keadaan dan derajat kesehatan masyarakat
suatu wilayah dapat juga digunakan sebagai dasar perencanaan di
bidang kesehatan. Tingkat kematian secara umum sangat
berhubungan erat dengan tingkat kesakitan. Sebab-sebab kematian
ada yang dapat diketahui secara langsung dan tidak langsung.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat mortalitas dan morbiditas
BAB IV
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________4
7
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
adalah sosial ekonomi, pendapatan perkapita, pendidikan, perilaku
hidup sehat, lingkungan, upaya kesehatan dan fertilitas.
A.1 Angka Kematian Bayi (AKB)
Jumlah kematian penduduk yang berusia di bawah satu tahun
per 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu disuatu daerah disebut
Angka Kematian Bayi (AKB). AKB merupakan indikator yang sangat
berguna untuk mengetahui status kesehatan anak khususnya bayi dan
dapat mencerminkan tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan
lingkungan secara umum, status kesehatan penduduk secara
keseluruhan serta tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi AKB secara umum
adalah tingkat kesakitan dan status gizi, kesehatan ibu waktu hamil
dan proses penanganan persalinan. Gangguan perinatal merupakan
salah satu dari sekian faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan
ibu selama hamil yang mempengaruhi perkembangan fungsi dan organ
janin.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Denpasar dalam lima tahun
terakhir seperti pada grafik di bawah ini.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________4
8
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Tabel 4.1 Angka Kematian Bayi Per 1000 Kelahiran Di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016
0.7
0.50.6 0.62
1
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
2012 2013 2014 2015 2016target restra 2016 AKB= 15/1000 KH
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dikes Kota Dps
Data pada grafik 4.1 di atas menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi
(AKB) di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir cenderung
berfluktuasi,namun masih dibawah target yang ditetapkan pada
Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2016-2021. Hal ini
tidak terlepas dari pemerataan pelayanan kesehatan berikut
fasilitasnya, meningkatnya pendapatan masyarakat serta perbaikan
gizi yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan
penyakit.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________4
9
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
AKB di tingkat Kecamatan tahun 2016 seperti pada grafik di bawah ini.
0
1
2
3
4
AK
B/1
00
0 K
H
Grafik 4.2
Angka Kematian Bayi (AKB) Menurut Jenis Kelamin
di Tingkat Kecamatan Tahun 2016
Laki-laki 0.41 1.95 3.39 1.78 1.7
Perempuan 0 0 0 0.57 0.14
Total 0.19 1.02 1.75 1.17 1
den bar Dentim den ut den sel Kota Dps
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina KesKehatan Masyarakat Dikes Kota Dps
Gambar diatas menunjukkan pada tahun 2016 angka kematian bayi
laki-laki lebih tinggi dibandingkan bayi perempuan. Angka Kematian
Bayi pada tahun 2016 tertinggi di Kecamatan Denpasar Utara dan
terendah di Kecamatan Denpasar Barat.
Kematian Bayi umumnya dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
tingkat kesakitan dan status gizi, kesehatan ibu waktu hamil dan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________5
0
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
proses penanganan persalinan. Gangguan perinatal merupakan salah
satu dari sekian faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan ibu
selama hamil yang mempengaruhi perkembangan fungsi dan organ
janin.
Penyebab kematian bayi di Kota Denpasar: 1 orang karena
BBLR, 7 orang karena aspeksia berat, 2 orang karena sepsis dan 2
orang karena diare. Hal ini mengindikasikan kesehatan ibu pada saat
hamil sangat berperan dalam perkembangan kesehatan janin. Untuk
tahun – tahun selanjutnya perlu ditingkatkan cakupan penemuan dan
penanganan ibu hamil dengan komplikasi sehingga diharapkan dapat
menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan angka kematian bayi.
Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar mencantumkan target
kematian bayi pada tahun 2016 sebesar 15 per 1000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Bayi di Kota Denpasar (1,0/1000 Kelahiran Hidup)
capaian ini sudah dibawah target dan ini menunjukan bahwa
pelayanan kesehatan bagi bayi di Kota Denpasar sudah cukup baik
karena petugas dan sarana kesehatan sudah menjangkau seluruh
wilayah desa/kelurahan yang ada di Kota Denpasar.
Penyebab Kematian bayi tersebut adalah
No Penyebab Kematian Jumlah
1 Berat badan lahir rendah (BBLR) 1 orang
2 Asfiksia berat 7 orang
3 Sepsis 2 orang
4 Diare 2 orang
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________5
1
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kematian
pada bayi terbagi dalam beberapa upaya antara lain: 1) Untuk
mencegah kematian bayi akibat infeksi maka upaya yang dilakukan
adalah imunisasi TT pada ibu hamil, persalinan yang bersih,
perawatan mata, ASI dini dan eksklusif serta pemberian antibiotika 2)
untuk penyebab kematian karena asfiksia dan trauma kelahiran
dilakukan upaya berupa resusitasi dan penghangatan. 3) untuk
mencegah kematian bayi karena kelainan kongenital dilakukan upaya
yang meliputi terapi spilis bagi WUS penderita spilis dan suplementasi
Folat pada ibu hamil serta peningkatan KIE pada ibu hamil.
A.2 Angka Kematian Balita (AKABA)
AKABA adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu
dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun dan dinyatakan per
1000 kelahiran hidup. Angka kematian balita dihitung dengan
menjumlahkan kematian neonatal, kematian bayi dan kematian balita.
AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak-anak
dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak
balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Angka
Kematian Balita (AKABA) di Kota Denpasar seperti pada grafik di
bawah ini :
Grafik 4.3 Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 KH
Menurut Kecamatan TH 2016
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________5
2
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
0.19
1.36
2.04
1.17 1.1
0
0.5
1
1.5
2
2.5
den bar Den Tim den ut den sel Kota Dps
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dikes Kota Dps
Pola grafik kematian Balita di Kota Denpasar tidak jauh berbeda
dengan kematian bayi, AKABA tertinggi terjadi kecamatan Denpasar
utara dan terendah di kecamatan Denpasar Barat. Bila dilihat
berdasarkan jenis kelaminnya, Kematian balita di Kota Denpasar pada
tahun 2016 lebih banyak terjadi pada anak laki – laki dibandingkan
dengan anak perempuan. Kematian balita perempuan terjadi di
Kecamatan Denpasar utara dan Denpasar Timur.
Grafik 4.4 Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 KH
Di Kota Denpasar Th 2012 sampai dengan Th 2016
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________5
3
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
0.70.6
0.80.68
1.1
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
2012 2013 2014 2015 2016
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dikes Kota Denpasar
Pada tahun 2016 terjadi 16 kematian balita (14 kematian bayi
dan 2 kematian anak balita). Bila kita lihat pencapaian Kota Denpasar
pada tahun 2016 sebesar 1,1 per 1000 KH sedikit mengalami
peningkatan bila dibandingkan pencapaian tahun 2015 yaitu sebesar
0,68/1000 KH, namun masih lebih rendah dari target nasional
(40/1000 KH) dan target renstra dinas kesehatan Kota Denpasar yaitu
15/1000 KH pada tahun 2016. Rendahnya angka kematian balita
(AKABA) di Kota Denpasar kemungkinan disebabkan karena baiknya
gizi balita, rendahnya faktor risiko yang mengakibatkan kematian bagi
balita, perilaku orang tua dalam pemberian gizi anak cukup baik serta
peranan dari petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
A.3 Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________5
4
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Angka kematian ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang
meninggal pada tahun tertentu dengan penyabab kematian yang
terkait gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk
kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan
masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama
kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini secara langsung
digunakan untuk memonitor kematian terkait kehamilan.
Angka Kematian Ibu Maternal berguna untuk menggambarkan
tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi, kesehatan ibu,
kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama
untuk ibu hamil, waktu melahirkan dan masa nifas.
Keberhasilan pembangunan sektor kesehatan senantiasa
menggunakan indikator AKB dan AKI sebagai indikator utamanya.
Angka kematian ibu maternal di Kota Denpasar dalam lima tahun
terakhir sebagaimana terlihat pada grafik di bawah ini :
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________5
5
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Grafik 4.5
Angka Kematian Ibu Maternal Di Kota Denpasar
Tahun 2012 s/d 2016
59.7
21.8
16.1
56
48
0
10
20
30
40
50
60
70
2012 2013 2014 2015 2016
AK
I p
er
100000 K
H
target restra dikes th 2015 AKI= 85/100.000 KH
Pada grafik diatas terlihat Angka kematian ibu di Kota Denpasar
berfluktuasi secara cukup signifikan, Sampai dengan tahun 2014 AKI
sudah dapat ditekan sampai 16,1 per 100.000 KH namun meningkat
kembali pada tahun 2015 dan 2016. Angka Kematian Ibu Maternal di
Kota Denpasar tahun 2016 (54 per 100.000 KH) masih lebih rendah
dari target Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2016 (100
per 100.000 KH), namun demikian untuk kedepannya perlu terus
digalakkan upaya-upaya untuk menekan kematian ibu di Kota
Denpasar dengan meningkatkan PWS ibu, meningkatkan surveilans
terhadap ibu hamil dan peningkatan cakupan penanganan ibu dengan
komplikasi.
Selama tahun 2016 di Kota Denpasar terjadi 7 kematian ibu
yang terdiri dari 5 kematian ibu hamil dan 2 orang ibu bersalin.
Seluruh Ibu meninggal di fasilitas kesehatan (Rumah Sakit). Empat
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________5
6
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
kematian ibu di Kota Denpasar disebabkan oleh penyakit Non Obstertri
yaitu 2 orang karena kelainan jantung, 2 orang dengan dengue syock
syndrome (DSS). Tiga kematian ibu disebabkan oleh kelainan Obstetri
yaitu 1 orang karena perdarahan, 2 orang karena pre exlamsi berat.
Upaya yang sudah dilakukan selain rutin melaksanakan Audit
Maternal Perinatal (AMP) untuk mengetahui akar permasalahan
penyebab kematian juga sudah dilaksanakan pembelajaran kasus yang
mengakibatkan kematian ibu tersebut. Strategi kedepannya yang akan
diambil untuk mengatasi hal ini adalah selain melibatkan lintas sektor
dan lintas program agar ikut bersama – sama memantau ibu hamil,
melahirkan dan masa setelah melahirkan dengan gerakan sayang ibu
di harapkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi di
Kota Denpasar dapat di tekan.
Di Tingkat Kecamatan yang ada di Kota Denpasar, Angka
Kematian Ibu terdistribusi di 4 kecamatan seperti terlihat pada grafik
di bawah ini :
Grafik 4.6 Angka Kematian Ibu per 100.000 KH berdasarkan Kecamatan
di Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________5
7
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
116
6858
00
20
40
60
80
100
120
Den Ut Den Tim Den Sel Den Bar
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dikes Kota
Denpasar
Data pada grafik 4.6 di atas menunjukkan bahwa kematian
maternal tertinggi di kecamatan Denpasar Utara disusul Denpasar
Timur dan Denpasar Selatan. Bila dilihat kelompok umurnya kematian
ibu tertinggi pada kelompok umur 20-34 tahun yaitu sebanyak 4 orang
dari 8 orang yang meninggal (50%). Hal ini kemungkinan disebabkan
karena kelompok umur 20-34 tahun merupakan kelompok umur yang
paling produktif untuk hamil dan melahirkan.
Secara umum Angka Kematian Ibu di Kota Denpasar pada tahun
2016 sudah lebih rendah dari AKI Provinsi Bali (83,4/100.000 KH)
Upaya yang sudah dilakukan selain rutin melaksanakan Audit
Maternal Perinatal (AMP) untuk mengetahui akar permasalahan
penyebab kematian juga sudah dilaksanakan pembelajaran kasus yang
mengakibatkan kematian ibu tersebut. Strategi kedepannya yang akan
diambil untuk mengatasi hal ini adalah selain melibatkan lintas sektor
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________5
8
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
dan lintas program agar ikut bersama – sama memantau ibu hamil,
melahirkan dan masa setelah melahirkan dengan gerakan sayang ibu
di harapkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi di
Kota Denpasar dapat di tekan.
A.4 Angka Harapan Hidup (AHH)
Derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat juga dapat
dilihat dari nilai Angka Harapan Hidup (AHH). AHH juga merupakan
indikator Indeks keberhasilan Pembangunan Manusia. Meningkatnya
mutu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari peningkatan AHH. AHH
adalah rata-rata jumlah tahun yang akan dijalani seseorang sejak
orang tersebut lahir. Angka Harapan Hidup penduduk Kota Denpasar
tahun 2016 berdasarkan data BPS sebesar 74,04 tahun.
B. STATUS GIZI
Status gizi balita merupakan salah satu indikator kesehatan yang
dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs. Status gizi balita
diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan/panjang
badan (TB). Variabel umur, BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga
indikator antropometri yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi
badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB).
Indikator BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum.
Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang
sifatnya kronis atau akut karena berat badan berkorelasi positif dengan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________5
9
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
umur dan tinggi badan. Dengan kata lain berat badan yang rendah
dapat diakibatkan oleh tubuh yang pendek (kronis) atau karena diare
atau penyakit infeksi lain (akut). Tahun 2016 di Kota Denpasar
dilaporkan sebanyak 30.889 balita dan sebanyak 0,1% bawah garis
merah (BGM).
Pada tahun 2016 ditemukan 3 orang balita gizi buruk (2 laki dan
1 perempuan). Seluruh balita gizi buruk yang ditemukan sudah
mendapatkan perawatan.
C. Morbiditas
Angka kesakitan baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit
disebut morbiditas. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit
dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu dan berperan dalam
penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.
C.1 Sepuluh Besar Penyakit
Pola sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Kota Denpasar tahun
2016
No ICD Diagnosa L P Total
1 J00 Acute nasopharyngitis 19422 20345 39767
2 I10 Essential (primary) hypertension (HT Primer / HT Saja) 11574 13582 25156
3 J02 Acute pharyngitis (Faringitis) 10769 9934 20703
4 R50.9 Fever, unspecified 6132 5694 11826
5 E11 Non esensial dependent diabetes mellitus/DM Type II (usia >40th) 3485 3689 7174
6 K30 Dyspepsia 2559 4494 7053
7 R51 Headache (Cepalgia + Sakit Kepala) 2495 4035 6530
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________6
0
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
8 L23 Allergic contact dermatitis 2556 3669 6225
9 M13 Others Arthritis (Atritis Lainnya) 2307 2910 5217
10 A09 Diarrhoea and gastroenteritis of presumed infectious origin 2541 2303 4844
C.1. Penyakit Menular Langsung
C.1.1 TB Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis dengan sumber penularan
pasien TB BTA Positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkan
(kemenkes, 2016). Tuberkulosis diperkirakan menyerang 9,6 juta
orang dan menyebabkan kematian 1,2 juta orang di dunia.
Pada tahun 2016 ditemukan 6.793 suspek TB dengan 512 pasien
BTA positif. Beberapa indikator TB antara lain:
1) Angka notifikasi kasus atau case notification rate (CNR),
merupakan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat per
100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini dapat
menggambarkan penemuan kasus di suatu wilayah tertentu yang bila
dikumpulkan serial dapat menunjukkan kecenderungan meningkat
atau menurunnya penemuan kasus di suatu wilayah tertentu.
Grafik….
CNR kasus TB per 100.000 penduduk di Kota Denpasar
Tahun 2012-2016
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________6
1
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
7054.9 56.47 50.76 57.6
98128 121.47
117.53130.4
0
50
100
150
200
2012 2013 2014 2015 2016
TB semua kasus
BTA (+)
Gambar diatas memperlihatkan masih terjadi fluktuasi CNR di
Kota Denpasar dalam 5 tahun terakhir. CNR dianggap baik bila
terjadi peningkatan minimal 5% bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Dari tahun 2015 ke 2016 sudah terjadi peningkatan
lebih dari 5%. CNR TB Paru pada tahun 2016 sebesar 130,4 per
100.000 penduduk, dengan jumlah kematian akibat TB Paru sebesar
4 per 100.000 penduduk. Peningkatan angka penemuan ini
disebabkan karena semakin ditingkatkannya jangkauan pelayanan
yang mengacu pada manajemen DOTS baik dari puskesmas, RS
Pemerintah, RS Swasta maupun praktisi swasta sehingga semakin
banyak kasus yang bisa terdeteksi di masyarakat.
2) Angka keberhasilan pengobatan (Saccess rate)
Pengobatan merupakan upaya untuk mengendalikan
tuberculosis. Indikator yang dipakai sebagai evaluasi hasil pengobatan
penderita TB Paru adalah succses rate, dimana indikator ini dapat
dievaluasi setahun kemudian setelah penderita ditemukan dan diobati.
Sukses rate akan meningkat bila pasien TB Paru dapat menyelesaikan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________6
2
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
pengobatan dengan baik tanpa atau dengan pemeriksaan dahak. Pada
tahun 2016 angka sukses rate pengobatan penderita TB di Kota
Denpasar sebesar 87,14%.
Gambaran sukses rate pengobatan penyakit TB Paru di Kota
Denpasar seperti terlihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 3.7
Succes Rate TB di Kota Denpasar tahun 2012 s/d 2016
85.6
87.27
88.17
84.9
87.14
83
84
85
86
87
88
89
2012 2013 2014 2015 2016
Sumber seksi P2ML Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
Data pada grafik 3.7 di atas menunjukkan bahwa dalam lima
tahun terakhir sucses rate kasus TB Paru di Kota Denpasar terlihat
berfluktuasi, sempat mengalami penurunan cukup bermakna di
tahun 2015 dengan capaian 84,9% dan meningkat kembali pada
tahun 2016 menjadi 87,14%. Renstra dinas kesehatan kota
denpasar menetapkan target sucses rate kasus TB Paru untuk tahun
2016 sebesar 85% dan target ini sudah terpenuhi.
Upaya yang perlu dilakukan untuk menurunkan Case Rate dan
meningkatkan Success Rate adalah dengan cara meningkatkan
sosialisasi penanggulangan TB Paru dengan manajemen DOTS melalui
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________6
3
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
jejaring internal maupun eksternal rumah sakit serta sektor terkait
lainnya. Disamping meningkatkan jangkauan pelayanan, upaya yang
tidak kalah penting dan perlu dilakukan dalam rangka
penanggulangan penyakit TB Paru adalah meningkatkan kesehatan
lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Kasus
TB Paru sangat dipengaruhi oleh kepadatan penduduk dan kemiskinan,
karena penularan TB Paru adalah melalui kontak langsung langsung
dengan penderita. Status gizi juga mempengaruhi kasus TB Paru
terutama angka kesembuhannya, dengan status gizi yang baik
penderita TB Paru akan lebih cepat pulih.
C.1.2 Pneumonia
Pneumonia merupakan penyebab dari 15% kematian balita. Salah
satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu
dengan meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Perkiraan
kasus pneumonia secara nasional sebesar 3.55% namun angka
perkiraan kasus di masing-masing provinsi menggunakan angka yang
berbeda-beda sesuai angka yang telah ditetapkan. Untuk Provinsi Bali
ditetapkan angka perkiraan kasus pneumonia balita adalah sebesar
2,05% dari total balita yang ada.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi
akut yang menyerang pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli.
Penyakit ISPA yang menjadi masalah dan masuk dalam program
penanggulangan penyakit adalah pneumonia karena merupakan salah
satu penyebab kematian anak. Pneumonia adalah infeksi akut yang
menyerang jaringan paru (alveoli). Infeksi ini bisa disebabkan oleh
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________6
4
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
bakteri, jamur, virus atau kecelakaan karena menghirup cairan atau
bahan kimia. Populasi rentan yang terserang pneumonia adalah anak
umur < 2 tahun. Penemuan dan tatalaksana kasus adalah salah satu
kegiatan program penanggulangan.
Pada tahun 2016 di Kota Denpasar diperkirakan ada 1.346
penderita pneumonia balita, ditemukan dan ditangani sebanyak 1.352
penderita (100,43%).
Perlu diterus ditingkatkan upaya penemuan penderita penemonia
terutama pada Balita sehingga segera dapat ditangani. Pneumonia
pada balita lebih banyak disebabkan karena faktor seperti kurang gizi,
status imunisasi yang tidak lengkap, terlalu sering membedung anak,
kurang diberikan ASI, riwayat penyakit kronis pada orang tua
bayi/balita, sanitasi lingkungan tempat tinggal yang kurang memenuhi
syarat kesehatan, orang tua perokok dan lain sebagainya. Upaya yang
telah dilakukan untuk menanggulangi kasus pneumonia pada
bayi/balita adalah menghilangkan faktor penyebab itu sendiri melalui
peningkatan status gizi bayi/balita, peningkatan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS), peningkatan sanitasi lingkungan tempat tinggal
serta peningkatan status imunisasi bayi/balita.
C.1.3 Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
HIV/AIDs merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang system
kekebalan tubuh penderitanya sehingga penderita mengalami
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________6
5
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
penurunan ketahanan tubuh dan menjadi sangat mudah terinfeksi
berbagai macam penyakit yang lain.
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dahulu
dinyatakan sebagai HIV positif. HIV positif dapat diketahui dengan 3
cara yaitu VCT, sero survey dan survey terpadu biologis dan perilaku
(STBP). Sampai akhir Desember 2015 Kota Denpasar sudah memiliki
18 layanan VCT, 9 layanan IMS, 2 CST, 5 satelit ARV 2 PMTCT dan 1
MMT.
Penyebaran HIV-AIDS tidak mengenal batas daerah maupun
wilayah. Perkembangan kasus AIDS dan infeksi HIV yang dilaporkan di
Kota Denpasar dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, seperti
terlihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 4.9
Jumlah kasus HIV Di Kota Denpasar
Tahun 2012 s/d 2016
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________6
6
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
294 290332
638626
0
100
200
300
400
500
600
700
2012 2013 2014 2015 2016
Sedangkan kasus AIDS pada tahun 2016 dilaporkan sebanyak 611
orang mengalami sedikit peningkatan bila dibandingkan tahun 2015.
Grafik 4.10
Jumlah kasus AIDS Di Kota Denpasar
Tahun 2012 s/d 2016
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________6
7
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
379
310
326
601611
0
100
200
300
400
500
600
700
2012 2013 2014 2015 2016
Data di atas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun
terakhir jumlah kasus baru HIV-AIDS meningkat secara signifikan
terutama mulai tahun 2015 hal ini disebabkan karena data diatas
adalah data seluruh penderita yang mengakses layanan di Kota
Denpasar tanpa melihat asal penderita. Pada Tahun 2016 terjadi 7
kematian penderita AIDS, 5 laki-laki dan 2 perempuan. Kalau dilihat
berdasarkan kelompok umurnya 1 penderita meninggal umur 5-14
tahun, 4 penderita usia 25-49 tahun dan 2 penderita usia >50 tahun.
Bila dilihat berdasarkan proporsi jenis kelamin maka gambaran
penderita AIDS tahun 2016 adalah:
Grafik 4.11
Proporsi AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kota Denpasar
Tahun 2016
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________6
8
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
34.37
65.63 laki-laki
perempuan
Dilihat berdasarkan golongan umur penderita maka gambaran
penderita AIDS di Kota Denpasar adalah:
Grafik 4.12
Proporsi AIDS Berdasarkan Golongan Umur
Di Kota DenpasarTahun 2016
22 8 4 6774
436
< 4 tahun
5-14 th
15-19 th
20-24 th
25-49 th
>50 th
Gambaran kasus menurut kelompok umur menggambarkan
bahwa kasus baru AIDS tertinggi terjadi pada usia 20-24 tahun, dan
25-49 tahun yang mana kelompok ini merupakan kelompok
produktif yang juga aktif secara sexual.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________6
9
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Penularan kasus HIV-AIDS dominan melalui hubungan seks,
jarum suntik yang tercemar HIV, ibu hamil yang HIV positif.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi
penyebaran kasus HIV-AIDS di Kota Denpasar. Salah satunya adalah
melakukan skrining terhadap pendonor darah. Pada tahun 2016 Unit
Tranfusi Darah (UTD) PMI Cabang Kota Denpasar yang berkedudukan
di RSUD Wangaya telah melakukan skrining terhadap 4.151 pendonor
darah (3.191 laki-laki dan 960 perempuan). Dari jumlah tersebut
sebanyak 11 sampel darah (0,26%) positif terinfeksi HIV-AIDS.
Disamping itu juga Dinas Kesehatan Kota Denpasar bekerja
sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar
secara aktif melaksanakan penyuluhan/KIE ke tempat-tempat
kerja/perusahaan terutama yang termasuk dalam kategori resiko
tinggi seperti panti-panti pijat. Tujuan penyuluhan atau KIE tersebut
adalah agar kelompok berisiko tersebut mau datang ke Klinik VCT
untuk memeriksakan diri secara berkala.
C.1.4 Diare
Diare dapat didefinisikan sebagai kejadian buang air besar berair
lebih dari tiga kali namun tidak berdarah dalam 24 jam, bila disertai
dengan darah disebut disentri. CFR diare secara nasional adalah 2,48%
sedangkan di Kota Denpasar CFR nya 0.
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di Kota
Denpasar, karena IR nya cukup tinggi. Penyakit gastroenteritis lain
seperti diare berdarah dan tifus perut klinis juga termasuk ke dalam
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________7
0
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
sepuluh besar penyakit baik di Puskesmas maupun catatan rawat inap
di rumah sakit. Meskipun jumlah kasus diare cukup tinggi, namun
angka kematiannya relative rendah. Serangan penyakit yang bersifat
akut mendorong penderitanya untuk segera mencari pengobatan ke
pelayanan kesehatan. Dalam perjalanan alamiahnya sebagian besar
penderita sembuh sempurna.
Pada tahun 2016 di Kota Denpasar ditemukan dan ditangani
17.645 penderita diare atau sebesar 125,6% dari jumlah perkiraan
kasus yang ada. Gejala diare yang terkesan ringan dan dapat diobati
sendiri oleh penderitanya menyebabkan penderita enggan
mendatangi sarana pelayanan kesehatan.
Penanggulangan diare dititikberatkan pada penanganan
penderita untuk mencegah kematian dan promosi kesehatan tentang
hiegyne sanitasi dan makanan untuk mencegah penyebarluasan
kasus (KLB). Upaya yang dilakukan oleh jajaran kesehatan baik oleh
puskesmas maupun dinas kesehatan adalah meningkatkan
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, kaporitisasi air minum
dan peningkatan sanitasi lingkungan.
C.1.5 Kusta
Kusta adalah penyakit kulit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium leprae. Bila penyakit kusta tidak ditangani maka
dapat menjadi progresif menyebabkan kerusakan permanen pada
kulit, saraf, mata dan anggota gerak. Strategi global WHO
menetapkan indikator eliminasi kusta adalah angka penemuan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________7
1
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
penderita/ new case detection rate (NCDR). Dengan NCDR 0,1 per
10.000 penduduk berarti Denpasar sudah dapat dikatagorikan
sebagai daerah rendah kusta dengan mengacu pada indicator pusat
bahwa daerah dengan NCDR 0,50 per 10.000 penduduk sudah dapat
dikatakan sebagai daerah rendah kusta.
Gambaran Penyakit kusta dalam lima tahun terakhir seperti
pada grafik di bawah ini :
Grafik 4.12
Prevalensi Penyakit Kusta Per 10.000 pddk Tahun 2012-2016 di Kota Denpasar
0.2
0.1 0.1
0.07
0.03
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
2012
2013
2014
2015
2016
Ka
su
s
Keberhasilan penanganan kasus kusta di Kota Denpasar tidak
terlepas dari upaya intensif dari dinas kesehatan, puskesmas dan
jajarannya serta adanya kemauan penderita untuk sembuh dari
penyakit kusta. Prevalensi kusta dalam lima tahun terakhir di Kota
Denpasar sudah bisa ditekan menjadi < 1 per 100.000 penduduk.
Indikator yang dipakai dalam menilai keberhasilan program
kusta adalah angka proporsi cacat tingkat II (cacat yang dapat
dilihat oleh mata). Angka ini dapat dipakai untuk menilai kinerja
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________7
2
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
petugas, bila angka proporsi kecacatan tingkat II tinggi berarti
terjadi keterlambatan penemuan penderita akibat rendahnya kinerja
petugas dan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang
tanda/gejala penyakit kusta. Tahun 2016 Di Kota Denpasar tidak
ditemukan orang dengan cacat tingkat II.
Indikator lain yang dipakai menilai keberhasilan program
adalah adanya penderita anak diantara kasus baru, yang
mengindikasikan bahwa masih terjadi penularan kasus di
masyarakat. Proporsi kasus anak di Kota Denpasar sebesar 0%.
Dalam lima tahun terakhir prevalensi kusta sudah mengalami
penurunan yang cukup signifikan, dan berada pada posisi eliminasi
kusta.
C.2 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah supaya
tidak terjadi kasus penyakit. Beberapa penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi antara lain:
C.2.1 Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium
tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini dapat
menginfeksi bayi baru lahir apabila pemotongan tali pusat tidak
dilakukan dengan steril. Kasus TN banyak ditemukan pada daerah
dengan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
rendah. Pada tahun 2016 di kota Denpasar tidak ditemukan kejadian
tetanus neonatorum, hal ini kemungkinan besar di pengaruhi oleh
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________7
3
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang cukup
baik (100%) sehingga kejadian TN pada bayi yang seringkali menjadi
penyebab kematian bayi dapat ditekan.
C.2.2 Campak
Penyakit campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus, dan sebagian besar menyerang anak – anak. Penularan campak
dapat terjadi melalui kontak langsung dengan penderita campak atau
melalui udara yang terkontaminasi. Pada umumnya sebagian besar
penderita campak akan sembuh, komplikasi sering terjadi pada anak
usia < 5 tahun. Kasus campak pada penderita malnutrisi dan
defesiensi vit A serta HIV bisa menjadi berat dan fatal. Komplikasi
campak antara lain Diare, Bronchopneumonia, Malnutrisi, otitis media,
kebutaan, encephalitis.
Kegiatan surveilans campak di Kota Denpasar adalah Surveilans
berbasis individu ( Case Based Measles Surveillance / CBMS) yang
telah dilaksanakan sejak tahun 2007 di unit pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta. Kegiatan CBMS adalah melakukan
pemeriksaan serologis terhadap kasus klinis dengan pemeriksaan
antibody untuk penegakan diagnose campak.
Penegakan diagnose kasus campak dilakukan dengan
pemeriksaan antibody pada setiap kasus klinis campak yang
ditemukan disarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________7
4
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Dalam lima tahun terakhir insidens kasus campak (per 100.000
penduduk ) dengan konfirmasi laboratorium positif campak seperti
pada grafik di bawah ini :
Grafik 3.13
Insiden Campak Per 100.000 Penduduk Di Kota Denpasar
Tahun 2012 s/d 2016
0
0.03
0.01
0.080.09
0
0.05
0.1
2012
2013
2014
2015
2016
Pada tahun 2016 di Kota Denpasar secara absolute terdapat 4
kasus campak yang sudah terkonfirmasi laboratorium.
Dalam penentuan KLB definisi KLB yang digunakan adalah bila di
suatu wilayah ditemukan 5 atau lebih kasus klinis campak dalam
waktu 4 minggu berturut-turut, dan terbukti memiliki hubungan
epidemiologis maka dinyatakan sebagai KLB Kasus Klinis Campak.
Untuk penegakan diagnose KLB dilakukan pemeriksaan laboratorium
serum (untuk pemeriksaan antibody) dan pemeriksaan urin (untuk
penentuan genotype virus). Pada tahun 2016 dilaporkan 1 kali KLB
klinis campak di Kota Denpasar dengan jumlah pederita 6 orang (3 laki
dan 3 perempuan), tanpa kematian akibat campak (CFR=0), dan dari
pemeriksaan antibody didapatkan hasil positif rubella.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________7
5
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
C.2.3 Poliomyelitis dan Acute Flaccid Paralysis (AFP)/ Lumpuh Layuh
Akut
Penyakit poliomyelitis merupakan salah satu penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Penyebab penyakit tersebut adalah virus
polio yang menyerang system syaraf hingga penderita mengalami
kelumpuhan. Kelompok umur 0-3 tahun merupakan kelompok umur
yang paling sering diserang penyakit ini, dengan gejala demam, lelah,
sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan.
Saat Indonesia telah berhasil mendapatkan sertifikasi bebas polio
bersama negara-negara South East Asia Region (SEARO) pada tanggal
27 Maret 2014. Untuk mempertahan sertifikasi bebas polio maka harus
melakukan Strategi Eradikasi Polio (Polio Endgame Strategic) dimana
salah satu kegiatannya adalah Meningkatkan Kinerja Surveilans
Acute Flaccid Paralysis (AFP).
Berdasarkan Keputasan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 483/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Surveilans AFP
difinisi Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukan terhadap
semua kasus lumpuh layuh akut (AFP) pada anak usia < 15 tahun,
yang merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit polio. Kasus
lumpuh layuh yang diamati adalah kasus lumpuh layuh yang terjadi
secara mendadak dan tidak disebabkan oleh ruda paksa.
Salah satu tujuan surveilans AFP adalah untuk membuktikan
indonesia bebas polio, dengan cara menemukan semua kasus afp dan
dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan specimen
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________7
6
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
tinja untuk membuktikan bahwa kasus AFP tersebut tidak disebabkan
oleh virus polio.
Indikator surveilans AFP yang ditetapkan oleh Kementrian
Kesehatan yaitu ditemukannya Non Polio AFP Rate minimal sebesar
2/100.000 anak usia < 15 tahun dan specimen adekuat ≥ 80%.
Hasil surveilens aktif pada tahun 2012 s/d 2016 di Kota
Denpasar seperti pada grafik di bawah ini :
Grafik 4.15
Kasus AFP Pada Umur < 15 Tahun Di Kota Denpasar
Tahun 2012 s/d 2016
0
1
2
3
4
5
6
7
AFP/100.000 Pddk < 15
Thn
6.24 2.49 3.19 1.03 1.19 5.3
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Data pada grafik di atas menunjukkan selama empat tahun
terakhir AFP rate tetap dapat dipertahankan diatas 2 per 100.000
anak < 15 tahun. Namun mengalami penurunan yang cukup bermakna
di tahun 2014. Pada tahun 2016 AFP rate per 100.000 penduduk
meningkat menjadi 5.4/100.000 penduduk < 15 tahun. Kedepannya
perlu terus ditingkatkan kinerja surveilans untuk penyakit AFP dengan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________7
7
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
meningkatkan kerjasama dengan RS baik RS pemerintah maupun
swasta yang ada di Kota Denpasar.
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi
surveilans, akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk
mengetahui ada tidaknya virus polio liar. Untuk itu diperlukan
spesimen adekuat yang sesuai dengan persyaratan yaitu diambil ≤14
hari setelah kelumpuhan dan suhu spesimen 0°C - 8°C sampai di
laboratorium.
C.3 Penyakit ditularkan vector dan zoonosis
C.3.1 Malaria
Angka kesakitan malaria untuk Jawa dan Bali diukur dengan
Annual Parasite Rate Incidence (API). Pada tahun 2016 terdapat satu
kasus penyakit malaria positif dari hasil pemeriksan secara klinis
terhadap 1 sampel darah di Kota Denpasar. Penyakit malaria bukan
merupakan penyakit endemis tetapi merupakan kasus-kasus import
dari penduduk yang berasal dari daerah endemis malaria atau orang
Bali khususnya yang berasal dari Kota Denpasar yang pernah tinggal di
daerah endemis malaria seperti NTT, Maluku dan Papua.
C.3.2 Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue dan ditularkan oleh vector nyamuk aedes aegypty.
Indonesia merupakan negara tropis yang secara umum mempunyai
risiko terjangkit penyakit DBD, karena vektor penyebabnya yaitu
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________7
8
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di kawasan pemukiman maupun
tempat-tempat umum, kecuali wilayah yang terletak pada ketinggian
lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Serangan penyakit DBD
berimplikasi luas terhadap kerugian material dan moral berupa biaya
rumah sakit dan pengobatan pasien, kehilangan produktivitas kerja
dan yang paling fatal adalah kehilangan nyawa.
Perjalanan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) cepat dan
dapat mengakibatkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini
merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar
biasa (KLB) di Indonesia.
Kota Denpasar merupakan dearah endemis DBD baik tingkat
desanya maupun kecamatan, karena selama tiga tahun berturut –
turut selalu dilaporkan adanya kasus DBD. Untuk daerah endemis
kriteria kejadian luar biasa (KLB) DBD adalah terjadinya satu kematian
akibat DBD dan terjadinya peningkatan kasus secara bermakna 2 kali
lipat dari periode sebelumnya
Jumlah kasus DBD pada tahun 2016 adalah 2.851 kasus, terdiri
dari 1.644 penderita laki-laki dan 1.207 perempuan. Incidence rate
DBD pada tahun 2016 adalah sebesar 317,7 per 100.000 penduduk,
bila dibandingkan dengan IR DBD tahun 2015 adalah sebesar 178,7
per 100.000 penduduk maka terjadi penurunan IR DBD yang cukup
bermakna. Kematian akibat DBD pada tahun 2016 sebanyak 18 orang
(CFR=0,6%).
Grafik 3.14
IR DBD Per 100.000 penduduk di Kota Denpasar
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________7
9
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Tahun 2012 s/d 2016
142.8
249.9
211.7178.7
317.7
0
50
100
150
200
250
300
350
2012 2013 2014 2015 2016
IR DBD
Sumber seksi P2B2 Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
Tiga hal penting dalam upaya pemberantasan DBD adalah 1)
Peningkatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) diagnosis
dini dan pengobatan dini, 3) peningkatan upaya pemberantasan vektor
penular penyakit DBD. Upaya pemberantasan vektor yang
dilaksanakan di Kota Denpasar adalah melalui pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) melalui 3M plus (Menguras,menutup dan mengubur)
plus menabur larvasida.
Tingginya kasus DBD di Kota Denpasar disebabkan oleh
lingkungan dengan tingkat sanitasi yang kurang memadai, tingkat
kepadatan penduduk serta tingkat kepadatan populasi nyamuk aedes
aegypty yang tinggi, serta masih rendahnya peran serta masyarakat
dalam pemberantasan sarang nyamuk. Berbagai upaya telah diambil
Pemerintah Kota Denpasar untuk menanggulangi penyakit Demam
Berdarah di masyarakat, diantaranya adalah melalui Fogging massal
maupun fokus, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui program
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________8
0
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
3 M plus, penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta
peningkatan sanitasi lingkungan.
Disamping melalui upaya tersebut di atas, Pemerintah Kota
Denpasar melalui Dinas Kesehatan Kota Denpasar secara rutin
melaksanakan Lomba Kebersihan Lingkungan dan Pemberantasan
Sarang Nyamuk serentak di seluruh wilayah Kota Denpasar yang
meliputi 4 Kecamatan, 43 Desa/Kelurahan yang didalamnya termasuk
399 Banjar Dinas/Lingkungan. Lomba ini merupakan upaya yang
sifatnya promotif/preventif dan sekaligus sebagai motivator bagi
masyarakat agar berperan aktif dalam memberantas penyakit Demam
Berdarah Dengue melalui peningkatan kebersihan lingkungan masing-
masing rumah tangga. Kebijakan lain yang telah ditempuh pemerintah
Kota Denpasar dalam upaya menurunkan IR DBD adalah dengan
mengangkat 430 petugas Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK) yang
ditempatkan di masing – masing banjar serta 43 orang koordinator
Jumantik yang ditempatkan di masing – masing Desa/ Kelurahan,
dimana setiap hari mereka melaksanakan pemantauan jentik ke rumah
– rumah penduduk. Berbagai upaya yang telah dilakukan diharapkan
dapat menurunkan kasus DBD sampai dibawah targetyang ditetapkan
secara Nasional yaitu sebesar 55/100.000 penduduk dan kejadian luar
biasa yang lebih besar dapat dicegah.
C.3 Kejadian Luar Biasa (KLB)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________8
1
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangannya, difinisi KLB adalah “timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan
merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah”.
Setiap kejadian KLB harus dilaporkan dalam 1x24 jam dan segera
mendapat penanganan penanggulangan dan dilakukan secara terpadu
oleh pemerintah daerah dan seluruh elemen masyarakat.
Pada tahun 2016 di Kota Denpasar telah terjadi 9 kali KLB
dengan rincian sebagai berikut :
N
o
Jenis KLB Daerah terserang
Kecamatan Desa
1 DSS 3 3
2 Campak 1 1
3 Keracuanan Makanan 1 2
4 AFP 4 4
Semua KLB tersebut sudah dilaporkan dan ditangani dalam
kurun waktu < 24 jam.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________8
2
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PELAYANAN KESEHATAN DAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
A. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
A.1 Pelayanan Kesehatan ibu bersalin
Pelayanan kesehatan ibu hamil (antenatal) adalah pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal
yang sesuai standar meliputi:
1. timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan,
2. pengukuran tekanan darah,
3. pengukuran lingkar lengan atas,
4. pengukuran tinggi puncak rahim (tinggi fundus uteri),
5. penentuan status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) sesuai status imunisasi,
6. pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan,
7. penentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ),
8. pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling) termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi (P4K), serta KB Pasca persalinan
9. pelayanan test laboratorium sederhana, minimal test hemoglobin
darah (Hb), pemeriksaan protein urine dan pemeriksaan golongan
darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya)
BAB V
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________8
3
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
10. tatalaksana kasus
Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh
tenaga kesehatan serta memenuhi standar yang ditetapkan.
Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah
minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian
pelayanan yang dianjurkan yaitu: minimal 1 kali pada triwulan
pertama, 1 kali pada triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk
menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor
risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi.
Penilaian terhadap pelaksanaan kesehatan ibu hamil dapat dilihat
dari cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 menggambarkan besaran ibu
hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal dibandingkan
jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
satu tahun. Cakupan K4 menggambarkan besaran ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit
empat kali kunjungan yaitu sekali pada trimester pertama, sekali pada
trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga dibandingkan
jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
satu tahun. Indikator K1 dan K4 dapat memperliharkan gambaran
akses terhadap pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat
kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga
kesehatan.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________8
4
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Gambar 4.3 memperlihatkan cakupan kunjungan K1 dan K4 pada
ibu hamil selama lima tahun terakhir :
Gambar 4.3
Cakupan K1 dan K4 Dinas Kesehatan Kota Denpasar
Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2016
99.87 100 100.17 100100.4
101
96.32
98.18 98.498.13 98.2 98
98.8
100
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
Tahun
2010
Tahun
2011
Tahun
2012
Tahun
2013
Tahun
2014
Tahun
2015
Tahun
2016
% Cakupan K1
% Cakupan K4
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Grafik diatas menunjukkan terjadi peningkatan pada dua
indikator, hal ini mengindikasikan adanya perbaikan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil.
Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka
droup out K1-K4, dengan kata lain jika kesenjangan K1 dan K4 kecil
maka hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________8
5
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
pelayanan antenatal meneruskan hingga kunjungan keempat pada
triwulan 3, sehingga kehamilannya dapat terus dipantau oleh petugas
kesehatan. Pada tahun 2015 kesenjangan antara K1 dan K4 sebesar
2,4% hal ini berarti terdapat 2,4% ibu yang melakukan pemeriksaan
kehamilan K1 pada trimester I, namun tidak melakukan pemeriksaan
sampai K4.
Bila kita bandingkan dengan target standar renstra Dinas
Kesehatan kota Denpasar maka cakupan K1 dan K4 di Kota Denpasar
sudah melampaui target yang ditetapkan.
Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan 100% ibu hamil di Kota
Denpasar sudah memeriksakan kehamilannya, namun kelemahan
Riskesdas 2007 ini tidak ditanyakan lebih lanjut frekuensi pemeriksaan
dan pada trimester berapa pemeriksaan dilaksanakan. Beberapa faktor
yang diduga berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan K4 adalah
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan ibu, dan tingkat sosial ekonomi
(Dep Kes, 2009).
Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil merupakan
upaya untuk menekan anemia pada ibu hamil. Selama ini upaya
penanggulangan anemia gizi difokuskan kepada sasaran ibu hamil
dengan suplementasi tablet besi folat (200 mg feSO4 dan 0,25 mg
asam folat) dengan memberikan setiap hari 1 tablet selama minimal
90 hari berturut-turut.
Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk
membentuk sel darah merah (Hemoglobin), mioglobin (protein yang
membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat pada
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________8
6
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
tulang, tulang rawan dan jaringan penyambung serta enzim. Zat besi
memiliki peran vital terhadap pertumbuhan janin. Selama kehamilan
asupan zat besi harus ditambah mengingat selama kehamilan, volume
darah pada tubuh ibu meningkat. Zat besi berperan dalam menyuplai
makanan serta oksigen pada janin melalui plasenta yang akan
digunakan oleh janin untuk kebutuhan tumbuh kembangnya, termasuk
untuk perkembangan otak dan disimpan dihati sebagai cadangan
hingga bayi berusia 6 bulan alasan inilah yang mendasari dibutuhkan
asupan zat gizi yang lebih banyak bagi ibu hamil.
Cakupan pemberian tablet besi dalam kurun waktu lima tahun
terakhir terutama pada ibu hamil seperti pada grafik di bawah ini :
Grafik 4.4 Cakupan Pemberian Tablet Tambah Darah Fe1 & Fe3 Di Kota Denpasar
Tahun 2012 s/d 2016
100 100 99.99100.4
100.9
98.09 98.13 98.23 97.99
98.6
96
97
98
99
100
101
102
2012 2013 2014 2015 2016Fe1
Fe3
Sumber: Seksi Gizi Bidang Kesgaman Dikes Kota Denpasar
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________8
7
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Pada Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar ditetapkan target
Fe1 dan Fe 3 sebesar 99%. Data pada grafik 4.9 di atas menunjukkan
bahwa cakupan Fe 3 pada tahun 2016 belum mencapai target yang
telah ditetapkan pada renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar.
A.2 Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
Periode persalinan merupakan salah satu periode yang
berkontribusi besar terhadap Angka Kematian Ibu di Indonesia.
Kematian saat bersalin dalam 1 minggu pertama diperkirakan 60%
dari seluruh kematian ibu. Persalinan yang dilakukan di sarana
pelayanan kesehatan dapat menurunkan risiko kematian ibu saat
persalinan karena ditempat tersebut persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan dan tersedia sarana kesehatan yang memadai sehingga
dapat menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada saat
persalinan yang membahayakan nyawa ibu dan bayi.
Untuk menurunkan kejadian kematian ibu dan kematian bayi
salah satu upaya yang dapat dilaksanakan adalah dengan mendorong
agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu
dokter spesialis kandungan (SpOG), dokter umum dan bidan serta
diupayakan dilakukan di fasilitas kesehatan. Keberhasilan upaya
kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator persentase persalinan
ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan PN).
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________8
8
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Gambar 4.5 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015
100 100 10099.9
101
99.2
99.4
99.6
99.8
100
100.2
100.4
100.6
100.8
101
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Nakes
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2016 telah
mencapai 100%, Bila dibandingkan dengan target renstra persalinan
oleh nakes tahun 2016 sebesar 100% maka pencapaian cakupan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________8
9
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
persalinan oleh tenaga kesehatan sudah mencapai target yang
ditetapkan.
A.3 Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas merupakan pelayanan kesehatan
sesuai standar yang diberikan pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari
pasca persalinan oleh tenaga kesehatan, yang dilakukan sekurang –
kurangnya tiga kali yaitu pada 6 jam sampai tiga hari setelah
melahirkan, pada hari ke empat sampai 28 pasca persalinan dan pada
hari 29 sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Pelayanan kunjungan
nifas didefinisikan sebagai kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan
baik di dalam gedung maupun di luar gedung fasilitas kesehatan
(termasuk bidan di desa/ polindes/ poskesdes) dan kunjungan rumah.
Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi:
1) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu;
2) pemeriksaan tinggi fundus uteri;
3) pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervagina lainnya;
4) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Ekslusif 6 bulan;
5) pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali;
6) pelayanan KB pasca persalinan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________9
0
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Gambar 4.6
Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kota Denpasar Tahun 2012 sampai dengan 2016
98.6
99.1
98.8 98.8
99.4
98.2
98.4
98.6
98.8
99
99.2
99.4
99.6
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan pelayanan ibu nifas
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator
cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (cakupan Kf-3). Indikator ini
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________9
1
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
menilai kemampuan Negara dalam menyediakan pelayanan kesehatan
ibu nifas yang berkualitas sesuai standar.
Cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2016 adalah 99,4%.
Sementara target cakupan kunjungan ibu nifas berdasarkan target
Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar kesehatan tahun 2016 adalah
98%. Jadi capaian pelayanan ibu nifas Kota Denpasar sudah
melampaui target yang ditetapkan.
Salah satu pelayanan yang diberikan saat pelayanan ibu nifas
adalah pemberian vitamin A. Persentase Ibu Nifas Yang Mendapatkan
Kapsul Vitamin A selama tahun 2016 sebesar 99,45%.
Gambar 4.7
Persentase Ibu Nifas Yang Mendapatkan Kapsul Vitamin A
Menurut Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________9
2
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
88 90 92 94 96 98 100 102 104 106 108
Pusk I Den Ut
Pusk II Den Ut
Pusk III Den Ut
Pusk II Den Tim
Pusk I Den Tim
Pusk I Den Sel
Pusk II Den Sel
Pusk III Den Sel
Pusk IV Den Sel
Pusk I Den Bar
Pusk II Den Bar
KOTA DENPASAR
98.01
95.07
101.34
98.7
98.38
101.6
103.8
101.3
106.8
97.3
99.7
99.45
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
A.4 Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal
Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan baik langsung
maupun tidak langsung termasuk penyakit menular dan tidak menular
yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin. Komplikasi kebidanan
merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan bayi, sebagai upaya
menurunkan angka kematian ibu dilakukan pelayanan/penanganan
komplikasi kebidanan yang merupakan pelayanan kepada ibu hamil
bersalin dan nifas untuk memberikan perlindungan dan penanganan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________9
3
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
definitive sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat
pelayanan dasar dan rujukan.
Gambar 4.8
Cakupan penanganan komplikasi kebidanan menurut Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2016
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Pusk I Den Ut
Pusk II Den Ut
Pusk III Den Ut
Pusk I Den Tim
Pusk II Den Tim
Pusk I Den Sel
Pusk II Den Sel
Pusk III Den Sel
Pusk IV Den Sel
Pusk I Den Bar
Pusk II Den Bar
Kota Denpasar
80.6
63.4
80.7
85.2
83.9
74.4
81.7
82.3
83
86.1
80
80.14
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Tiga Puskesmas dengan pencapaian terendah adalah Puskesmas
Puskesmas II Denpasar Utara dan Puskesmas I Denpasar Selatan.
Kedepannnya perlu ditingkatkan upaya penemuan dini ibu hamil
risti/komplikasi oleh Puskesmas melalui system surveilans aktif
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________9
4
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
sehingga Puskesmas tidak hanya bersikap pasif menunggu pasien
datang berkunjung.
Jumlah sasaran bumil risti/ komplikasi diperoleh dari proyeksi
supas yaitu sebesar 20% dari seluruh sasaran ibu hamil. Jumlah
seluruh ibu hamil di Kota Denpasar berdasarkan data proyeksi supas
sebesar 16.855 orang, sehingga jumlah bumil risti/komplikasinya
diprediksi sebesar 3.371 orang. Selama periode tahun 2016 ditemukan
ibu hamil dengan komplikasi sebesar 2.436 orang dan seluruhnya
sudah ditangani. Namun bila hasil penanganan ibu hamil dengan
komplikasi ini dibandingkan dengan target berdasarkan hasil supas
maka pencapaian Kota di Denpasar sebesar 80,14%. Renstra Dinas
Kesehatan Kota Denpasar menargetkan penanganan ibu hamil dengan
komplikasi sebesar 80%, sehingga bila dibandingkan pencapaian tahun
2016 maka capaian indikator ini sudah memenuhi target yang
ditetapkan.
Komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila:
1) Ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan
2) Tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang
sesuai antara lain penggunaan partograf untuk memantau
perkembangan persalinan , dan pelaksanaan manajemen aktif
kala III (MAK III) untuk mencegah perdarahan pasca-salin
3) Tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini
komplikasi
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________9
5
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
4) Apabila komplikasi terjadi tenaga kesehatan dapat
memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan
stabilisasi pasien sebelum melakukan rujuksn
5) Proses rujukan efektif
6) Pelayan di RS yang cepat dan tepat guna. (Kemenkes RI,
2015)
Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
(P4K) merupakan salah satu terobosan dalam menurunkan angka
kematian ibu dan bayi. Program ini menitik beratkan pada kepedulian
dan peran keluarga dan masyarakat dalam melakukan upaya deteksi
dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan
akses dan pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal dasar di
tingkat puskesmas (PONED). Dalam implementasinya P4K merupakan
salah satu unsure dari desa siaga. Renstra dinas kesehatan kota
Denpasar menargetkan pada tahun 2016 seluruh puskesmas
melaksanakan program P4K dan target ini sudah terpenuhi.
A.5 Pelayanan Kontrasepsi
Program keluarga berencana (KB) dilakukan dalam rangka
mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran
program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititik
beratkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS). Wanita usia subur
adalah wanita yang berusia antara 15-49 tahun. Untuk mengatur
jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran wanita usia subur atau
pasangannya diprioritaskan untuk menggunakan alat kontrasepsi.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________9
6
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
KB juga merupakan salah satu strategi untuk mengurangi
kematian ibu khususnya ibu dengan 4T yaitu terlalu muda untuk
melahirkan (kurang dari 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu
dekat jarak kelahirannya dan terlalu tua melahirkan (diatas usia 35
tahun).
Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat
dari cakupan peserta KB aktif (pasangan usia subur yang sedang
menggunakan salah satu alat/metode kontrasepsi tanpa diselingi
kehamilan) dan cakupan peserta KB yang baru (pasangan usia subur
yang baru pertama kali menggunakan alat/metode kontrasepsi dan
atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat/metode
kontrasepsi setelah melahirkan/keguguran.
Gambar 4.9
Persentase KB Aktif dan KB Baru Menurut Puskesmas
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________9
7
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Tahun 2016
81.4
71.2
80.275.1
81.9 82 82.8 85 85
71.174.9
77.7
13.4 11.9 10.7 10.7
3.1
11.1
2.7
23.329.9
23.9
5
11.9
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
KB Aktif
KB Baru
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Jumlah PUS di Kota Denpasar tahun 2016 sebesar 81.124, dari
jumlah ini 11,9% merupakan peserta KB baru dan 77.7% merupakan
peserta KB Aktif. Rata-rata cakupan peserta KB aktif pada tahun 2016
adalah 77,7 %, mengalami sedikit penurunan bila dibandingkan
dengan capaian tahun 2015 (80,9 %). Target Renstra Kota Denpasar
untuk persentase peserta KB aktif pada tahun 2016 adalah 70%
sehingga capaian Kota Denpasar sudah memenuhi target.
Pada Tahun 2016, peserta KB aktif yang menggunakan metode
kontrasespi jangka panjang (MKJP) sebesar 51,8% dan peserta KB
aktif yang menggunakan non MKJP 48,2%. Ada kecenderungan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________9
8
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
persamaan pilihan penggunaan metode kontrasepsi antara peserta KB
aktif dengan peserta KB baru. PUS peserta KB Aktif lebih banyak
menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD,
MOP, MOW, dan Implan, demikian pula halnya dengan peserta KB
baru.
Gambar 4.10 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Alat/Metode Kontrasepsi
Tahun 2016
42.8
0.1
7.11.8
IUD 34,5
12.34.7
IUD
MOP
MOW
Implan
suntik
pil
kondom
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Sebagian besar peserta KB Aktif adalah wanita (95,2%), hanya
4,8% peserta KB aktif berjenis kelamin laki-laki. Terdapat kesenjangan
yang tinggi antara laki-laki dan perempuan dalam partisipasi
penggunaan alat KB. Untuk itu perlu adanya suatu upaya untuk
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________9
9
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
meningkatkan partisipasi laki-laki terhadap penggunaan metode/alat
KB.
B. KESEHATAN ANAK
B.1. Berat Badan Lahir Bayi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR umumnya terjadi
pada bayi bayi premature namun dapat pula terjadi pada bayi cukup
bulan yang mengalami hambatan pertumbuhan selama kehamilan.
Bayi dengan BBLR mempunyai kecenderungan kearah peningkatan
terjadinya infeksi dan mudah terserang komplikasi.
Persentase Bayi dengan BBLR di Kota Denpasar tahun 2016
sebesar 1,6 % meningkat 0,4% bila dibandingkan tahun 2014 (1,2 %)
namun lebih rendah dari target renstra dikes kota Denpasar (<5%
untuk tahun 2016).
B.2 . Pelayanan Kesehatan Neonatal
Bayi baru lahir (0-28 hari) atau neonatus merupakan golongan
umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan yang paling tinggi.
Hasil Riskesdas 2007 menyebutkan bahwa 78,5% kematian neonatus
terjadi pada minggu pertama kehidupan (0-6 hari). Mengingat
besarnya risiko kematian pada minggu pertama ini, setiap bayi baru
lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar untuk
mendetaksi adanya penyakit atau tanda bahaya sehingga dapat
dilakukan intervensi sedini mungkin untuk mencegah kematian.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
00
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Pelayanan pada kunjungan neonatus sesuai dengan standar mengacu
pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) yang meliputi
pemeriksaan tanda vital, konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI
Ekslusif, injeksi Vit.K1, Imunisasi (Jika belum diberikan saat lahir,
penanganan dan rujukan kasus, serta penyuluhan perawatan neonatus
di rumah dengan menggunakan buku KIA (Depkes, 2010).
Gambar 4.11
Cakupan Kunjungan Neonatus Dibandingkan Target Renstra
Di Kota Denpasar Tahun 2016
92
94
96
98
100
KN1 KN3 (Lengkap)
100
98
95 95 Target Renstra
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Sejak tahun 2008 terjadi perubahan kebijakan waktu
pelaksanaan kunjungan dari semula minimal 2 kali kunjungan menjadi
3 kali kunjungan, yang mulai disosialisasikan pada tahun 2008.
Kecenderungan cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap)
tahun 2009 sampai tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 4.6. Tahun
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
01
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
2016 angka rata-rata cakupan kunjungan neonatal lengkap mencapai
93.6%
Gambar 4.12 Tren Cakupan KN Lengkap Di Kota Denpasar
Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2016
94.2
98.5
103.5
97.1
93.6
88
90
92
94
96
98
100
102
104
106
2012 2013 2014 2015 2016
% Cakupan KN Lengkap
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
B.3. Penanganan Komplikasi Neonatal
Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit
atau kelaianan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian
seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum,
infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguang pernafasan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
02
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
dan kelainan congenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan
merah pada pemeriksaan dengan manajemen terpadu balita muda
(MTBM).
Cakupan penanganan komplikasi neonatal tahun 2016 sebesar
76.7% sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015
(81,2%). Capaian tahun 2016 belum mencapai target yang ditetapkan
restra dinas kesehatan dikes kota Denpasar sebesar 80%.
B.4. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar oleh tenaga kesehatan (Dokter, Bidan, dan Perawat) minimal 4
kali dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali
pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada
umur 9 – 11 bulan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian
imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio1-4, dan campak), stimulasi
deteksi intervensi dini tumbuh kembang penilaian terhadap upaya
peningkatan akses bayi memperolah pelayanan kesehatan dasar,
mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit,
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan
kualitas hidup bayi.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kota Denpasar pada tahun
2016 sebesar 89.3% mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun
2015 (85,5%), sedangkan target pelayanan kesehatan bayi pada
renstra Kota Denpasar untuk tahun 2016 adalah 92%. Dengan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
03
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
demikian target cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kota Denpasar
belum terpenuhi, kedepannya perlu kerja keras semua pihak dalam
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kota Denpasar.
Gambar 4.13 Cakupan Pelayan Kesehatan bayi Di Kota Denpasar
Menurut Puskesmas Tahun 2016
91.4
99.9
83.1
90.1
87.2
83.4
82.2
93.1
82.7
90.5
91.4
89.3
0 20 40 60 80 100 120
Pusk I Den Ut
Pusk II Den Ut
Pusk III Den Ut
Pusk I Den Tim
Pusk II Den Tim
Pusk I Den Sel
Pusk II Den Sel
Pusk III Den Sel
Pusk IV Den Sel
Pusk I Den Bar
Pusk II Den bar
KOTA DENPASAR
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Puskesmas dengan cakupan kunjungan bayi tertinggi adalah
Puskesmas II Denpasar Utara sedangkan terendah di Puskesmas II
Denpasar Selatan. Terpenuhinya target cakupan kunjungan bayi
sangat dipengaruhi oleh keaktifan posyandu tiap bulannya, peran
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
04
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
kader dan partisipasi keluarga untuk membawa bayi ke posyandu
serta keaktifan tenaga puskesmas dalam membina posyandu.
B.5. Pemberian ASI Eksklusif
Pengaturan pemberian ASI ekslusif bertujuan untuk:
- Menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI
Ekslusif sejak dilahirkan sampai berumur enam bulan, dengan
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya.
- Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI
Ekslusif kepada bayinya
- Meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat,
pemerintah daerah dan pemerintah terhadap ASI Ekslusif
(Kemenkes, 2015)
Kebijakan global (WHO dan Unicef) dan kebijakan nasional
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai umur 6
bulan, kemudian diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak
berumur 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI selama 2 tahun. ASI
eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) saja pada bayi mulai
dari lahir sampai berumur 6 bulan tanpa diberi makanan tambahan
apapun karena sampai umur tersebut kebutuhan zat gizi bayi bisa
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
05
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
dipenuhi dari ASI atau air susu ibu saja. Indonesia memiliki komitmen
untuk melaksanakan “Deklarasi Innocenti” tahun 1990 yang
menyatakan bahwa setiap Negara diharuskan memberikan
perlindungan dan dorongan kepada ibu, agar berhasil memberikan ASI
secara ekslusif kepada bayinya (Pedoman pengelolaan air susu ibu di
tempat kerja, 2011).
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibody karena
mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman
dalam jumlah yang tinggi sehingga pemberian ASI Ekslusif dapat
mengurangi resiko kematian pada bayi.
Cakupan ASI Eksklusif di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir
seperti pada grafik di bawah ini :
Grafik 4.18
Cakupan ASI Ekslusif Tahun 2012 s.d 2016
65.268.6 71.12 73.3 75.5
43%0
10
20
30
40
50
60
70
80
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan ASI Ekslusif
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
06
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Data di atas terlihat penurunan drastis capaian pemberian ASI
Ekslusif di Kota Denpasar. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan cara perhitungan dengan tahun sebelumnya. Mulai tahun
2016 bayi dikatakan mendapatkan ASI Ekslusif apabila memang benar
– benar hanya mengkonsumsi ASI saja selama 6 bulan dan dibuktikan
dengan catatan pada kohort bayi bahwa hanya mengkonsumsi ASI
ekslusif saja. Untuk tahun 2016 ditetapkan target ASI Ekslusif sebesar
42% sehingga kota Denpasar sudah mencapai target yang ditetapkan.
Gambaran cakupan ASI Eksklusif berdasarkan Puskesmas di Kota
Denpasar tahun 2015 seperti pada grafik di bawah ini :
Gambar 4.19
Persentase cakupan ASI Ekslusif berdasarkan Puskesmas
Tahun 2016
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
07
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
33.8
71.6
66.1
39.2
71.6
45.4
33.9
41.5
38.2
42.1
41.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Pusk I Denbar
Pusk II Denbar
Pusk I Dentim
Pusk II Dentim
Pusk I Denut
Pusk II Denut
Pusk III Denut
Pusk I Densel
Pusk II Densel
Pusk III Densel
Pusk IV Densel
% ASI Ekslusif
Sumber: Seksi Gizi Bidang Bina Kesehatan Keluarga Dikes Kota Denpasar
Meskipun secara umum di Kota Denpasar terjadi peningkatan
cakupan ASI Eksklusif dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun
hasil tersebut masih perlu ditingkatkan. Cakupan ASI Ekslusif terendah
di Puskesmas I Denpasar Barat dan Puskesmas III Denpasar Utara,
perlu adanya berbagai upaya yang mampu meningkatkan capaian ASI
Ekslusif di Kota Denpasar sehingga bisa mencapai target yang
ditetapkan..
Rendahnya cakupan ASI Eksklusif disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya karena kebanyakan ibu-ibu yang memiliki bayi
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
08
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
bekerja mencari nafkah untuk menunjang kebutuhan keluarga
sehingga tidak ada kesempatan untuk memberikan ASI secara
eksklusif mulai sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan dan lebih
banyak memberikan susu formula pada bayinya. Langkah yang telah
dilakukan meningkatkan cakupan ASI Ekslusif di Kota Denpasar
adalah meningkatkan promosi tentang pentingnya ASI Ekslusif dan
teknik penyimpanan ASI yang dapat dilakukan oleh ibu bekerja
sehingga ASI nya tetap bisa dinikmati bayi dan ibu tidak perlu berhenti
bekerja. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi ke instansi pemerintah
dan swasta tentang pentingnya menyiapkan ruangan sebagai pojok
ASI.
C. Pelayanan Imunisasi
Pelayanan imunisasi baik sifatnya rutin maupun gebrakan dari
pemerintah merupakan upaya untuk mencegah atau menanggulangi
penyakit-penyakit melalui imunisasi baik pada bayi maupun Wanita
Usia Subur.
C.1 Immunisasi Dasar Pada Bayi
Bayi dan anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang
penyakit menular yang dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus,
Hepatitis B, Radang Selaput Otak, Radang Paru-Paru. Salah satu
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
09
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko ini
terlindungi adalah melalui imunisasi.
Tujuan program imunisasi adalah menurunkaan morbiditas dan
mortalitas penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Keberhasilan program imunisasi dapat dilihat dari cakupan
desa/kelurahan yang mencapai Universal Child Imunization (UCI)
yaitu 80% sasaran mendapatkan imunisasi lengkap. Target
keberhasilan program imunisasi adalah minimal 80% desa mencapai
UCI. Cakupan Desa/Kelurahan UCI di Kota Denpasar pada tahun 2016
sudah mencapai 100%.
Program imunisasi dasar lengkap (LIL/Lima Imunisasi dasar
lengkap) pada bayi yang dicanangkan pemerintah meliputi: 1 dosis
BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis hepatitis B, dan 1 dosis
campak.
Campak merupakan penyebab utama kematian pada balita. Oleh
karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting dalam
mengurangi angka kematian balita. Di Indonesia imunisasi campak
diberikan pada usia 9 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang
diberikan kepada bayi diantara imunisasi wajib lainnya.
Gambar 4.20 Persentase Capaian Imunisasi Di Kota Denpasar
Tahun 2015
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
10
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
86
88
90
92
94
96
98
100
102
104
106
HB < 7hari DPT3 + HB3 + Hib3
Campak BCG Polio 4
93.34 94 94.5
106
93.7
Sumber: Seksi surveilans dan pencegahan penyakit Bidang Bina P2P Dikes
Kota Denpasar
Idealnya seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar
sesuai umurnya, sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakit-
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat optimal.
C.2 Imunisasi dasar Lengkap
Setiap bayi diharapkan agar mendapatkan imunisasi dasar
secara lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan
imunisasi dasar secara lengkap diukur dengan imunisasi dasar
lengkap.
Tahun 2016 sebanyak 93.8% bayi (surviving infant) sudah
mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Data capaian imunisasi dasar
lengkap berdasarkan puskesmas dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
11
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Gambar 4. 21 Persentase Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Menurut Puskesmas
Di Kota Denpasar Tahun 2016
93.1
94.1
93.8
93.5
93.6
93.9
94.3
92.5
93.9
94.2
93.9
91.5 92 92.5 93 93.5 94 94.5
Pusk I Den Ut
Pusk II Den Ut
Pusk III Den Ut
Pusk I Den Tim
Pusk II Den Tim
Pusk I Den Sel
Pusk II Den Sel
Pusk III Den Sel
Pusk IV Den Sel
Pusk I Den bar
Pusk II Den Bar
Sumber: Seksi surveilans dan pencegahan penyakit Bidang Bina P2P Dikes
Kota Denpasar
Pada grafik diatas tergambar bahwa capaian imunisasi dasar
lengkap terendah di puskesmas III Denpasar Selatan dan tertinggi di
Puskesmas II Denpasar Selatan.
C.3 Angka Drop Out Cakupan Imunisasi DPT HB1 – Campak
Bayi yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada pemberian
awal imunisasi, namun tidak mendapatkan imunisasi campak disebut
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
12
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Angka Drop Out Cakupan Imunisasi DPT HB1 – Campak. Indikator ini
diperoleh dengan menghitung selisih penurunan cakupan imunisasi
campak terhadap cakupan imunisasi DPT HB1. Angka Drop Out
Cakupan Imunisasi DPT HB1 – Campak di Kota Denpasar tahun 2016
sebesar 11%. Hal ini menunjukkan ada 11% Bayi yang mendapatkan
imunisasi DPT/HB1 pada pemberian awal imunisasi, namun tidak
mendapatkan imunisasi campak. Angka DO Campak di Kota Denpasar
meningkat 2,3% bila dibandingkan tahun 2015 (8,7%)
C.4 Desa/ Kelurahan UCI (Universal Child Imunization)
UCI desa/kel adalah gambaran suatu desa/ kel dimana ≥80%
dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kel tersebut sudah
mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Seluruh Desa/kel yang ada di
Kota Denpasar pada tahun 2015 sudah mencapai Desa/kel UCI
C.5 Imunisasi pada Ibu Hamil
Dalam upaya eliminasi tetanus pada ibu dan bayi (Maternal dan
Neonatal Tetanus Elimination/MNTE), maka diperlukan pemberian
imunisasi Tetanus Toksoid pada wanita usia subur (WUS) termasuk ibu
hamil.Infeksi tetanus neonatorum merupakan salah satu penyebab
kematian ibu dan bayi karena persalinan yang tidak steril dan dapat
pula melalui luka pada ibu hamil sebelum persalinan. Bakteri tetanus
neonatorum ( clostridium tetani) dapat masuk melalui luka terbuka
dan menghasilkan racun yang menyerang system saraf pusat.
Peraturan Menteri Kesehatan No.42 tahun 2013 tentang
penyelenggaraan imunisasi lanjutan mengamanatkan bahwa wanita
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
13
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
usia subur dan ibu hamil merupakan salah satu kelompok populasi
yang menjadi sasaran imunisasi lanjutan.
Sejak tahun 1998 dengan mulai diperkenalkan kebijakan TT 5
dosis, maka pemberian imunisasi pada ibu hamil dilakukan
berdasarkan hasil skrining, yang artinya tidak selalu harus mendapat
suntikan imunisasi TT pada saat pemeriksaan antenatal. Apabila WUS
sudah mendapatkan imunisasi TT% (dibuktikan dengan buku KIA,
rekam medis atau kohort) maka tidak perlu mendapatkan imunisasi
TT. Ibu hamil dengan status Imunisasi TT2+ adalah kelompok ibu
hamil yang sudah mendapatkan imunisasi TT2 samapi dengan TT5.
Cakupan imunisasi pada Ibu Hamil di Kota Denpasar seperti pada
grafik di bawah ini :
Gambar 4.22
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
14
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Persentase Cakupan Imunisasi TT2+ Pada Ibu Hamil Menurut
Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2016
6.4
5.7
6.5
3.8
5.5
4.3
6.6
11.2
11
4
2.5
0 2 4 6 8 10 12
Pusk I Den Ut
Pusk II Den Ut
Pusk III Den Ut
Pusk I Den Tim
Pusk II Den Tim
Pusk I Den Sel
Pusk II Den Sel
Pusk III Den Sel
Pusk IV Den Sel
Pusk I Den bar
Pusk II Den Bar
Sumber: Seksi surveilans dan pencegahan penyakit Bidang Bina P2P Dikes
Kota Denpasar
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa ibu hamil di kota
Denpasar yang sudah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5.0%.
Beberapa permasalahan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada
wanita usia subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal,
pencatatan yang dimulai dari kohort WUS (baik kohort ibu maupun
WUS tidak hamil) belum seragam.
D. Pelayanan Kesehatan pada Balita
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
15
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
D.1 Pelayanan Kesehatan pada Balita
Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan
pada anak umur 12 – 59 bulan sesuai standar meliputi pemantauan
pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan
minimal 2x setahun dan pemberian vit A 2 x setahun (Pebruari dan
Agustus). Pemberian Vitamin A dilaksanakan oleh petugas kesehatan
di sarana kesehatan.
Capaian cakupan pelayanan kesehatan anak Balita (1-4 tahun)
Pada tahun 2016 sebesar 89%. Tiga Puskesmas dengan capaian
cakupan pelayanan kesehatan anak Balita terendah Puskesmas II
Denpasar Utara dan I Denpasar Selatan. Target cakupan pelayanan
kesehatan anak Balita yang tercantum pada Renstra Dinas Kesehatan
untuk tahun 2015 adalah 80%, sehingga capaian untuk Kota Denpasar
sudah melebihi target yang ditetapkan.
Gambar 4.23
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
16
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Menurut Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2016
0102030405060708090
100 92.2
77.6 81.3
95.3 94.5
78.1
90 9182.3
95.3 9489
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
D.2 Cakupan pemberian kapsul Vit A pada Balita
Pemberian kapsul vit A dilaksanakan dalam rangka mencegah
dan menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A (KVA) pada balita.
Cakupan yang tinggi dari pemberian kapsul vit A berperan terhadap
penurunan angka kematian,pencegahan kebutaan serta pertumbuhan
dan kelangsungan hidup anak. Upaya penanggulangan masalah kurang
vitamin A masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis
tinggi pada anak balita pada bulan Pebruari dan Agustus. Distribusi
kapsul vitamin A dosis tinggi diintegrasikan melalui posyandu dan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
17
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Puskesmas. Cakupan pemberian vitamin A dosis tinggi pada balita di
Kota Denpasar seperti pada grafik di bawah ini :
Gambar 4.24
Cakupan Pemberian Vitamin A Di Kota Denpasar Tahun 2012 s.d 2016
94.7
99.6299.9
100
98.29
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan Vit A Balita
Sumber: Seksi Gizi Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Pada gambar diatas terlihat cakupan pemberian Vitamin A dosis tinggi
sudah baik dengan pencapaian diatas target renstra (90%).
E. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan setingkat
Beberapa masalah kesehatan yang sering dialami anak usia
sekolah adalah karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman
penglihatan dan masalah gizi (Depkes, 2010).
Kegiatan penjaringan kesehatan ini terdiri dari:
1. Pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit, kuku)
2. Pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
18
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
3. Pemeriksaan ketajaman indera (Pengelihatan dan
pendengaran)
4. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
5. Pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan
6. Pengukuran Kebugaran jasmani
7. Deteksi dini masalah mental emosional.
Melalui kegiatan penjaringan kesehatan diharapkan siswa SD/sederajat
kelas 1 yang memiliki masalah kesehatan mendapatkan penanganan
sedini mungkin sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan anak
usia sekolah.
Untuk tahun 2016 persentase murid kelas I SD dan setingkat
yang sudah mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 100%.
Di tingkat sekolah dasar, pelayanan dasar gigi dilaksanakan
melalui Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Pelayanan
dasar gigi ini dilaksanakan pada murid kelas I dan VI sekolah dasar.
Cakupan pemeriksaan murid SD/MI tahun 2016 sebasar 45.2% atau
dari 79.913 anak SD/MI yang ada, 36.090 anak mendapatkan
pelayanan pemeriksaan dasar gigi. Hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa terdapat 4.374 anak memerlukan perawatan dan dari jumlah
tersebut 74,4% sudah mendapatkan perawatan.
F. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (Usila)
Masyarakat yang tergolong pra usia lanjut adalah mereka yang
telah menjalani lebih dari setengah dari masa hidupnya dan berumur
antara 45 – 59 tahun. Sedangkan mereka yang tergolong usia lanjut
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
19
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
adalah mereka yang telah mencapai umur di atas 60 tahun.
Pemerintah Kota Denpasar telah berupaya untuk menjaga agar kondisi
para pra usia lanjut dan usia lanjut tetap sehat dan produktif di
masyarakat dan tidak menjadi beban bagi keluarga. Upaya tersebut
telah terintegrasi melalui program posyandu usia lanjut. Jumlah
masyarakat usia lanjut di Kota Denpasar pada tahun 2016 sebanyak
15.410 Jiwa. Pelayanan kesehatan pada kelompok pra usila dan usila
di Kota Denpasar terintegrasi dalam posyandu usia lanjut yang
berjumlah 86 buah. Pelayanan yang diberikan posyandu usia lanjut
meliputi senam lansia, pemberian paket obat, PMT dan pemeriksaan
kesehatan. Cakupan pelayanan kesehatan pada kelompok usia lanjut
dan usia lanjut seperti pada grafik di bawah ini.
Grafik 4.25 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila Di Kota Denpasar
Tahun 2012 s/d 2016
80.59 80.5971.69
98.36
80.1
0
20
40
60
80
100
120
2012 2013 2014 2015 2016
% Pelayanan Usila
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
20
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Bidang bina Kesehatan Masyarakat Dikes Kota
Denpasar
Cakupan pelayanan kesehatan pada kelompok pra usila dan usila di
Kota Denpasar sebagaimana tergambar pada grafik 4.20 di atas
meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika mengacu
pada Standar Pelayanan Minimal Kesehatan, maka hasil pelayanan
kesehatan terhadap penduduk usia lanjut (98.36%) sudah diatas
target yang ditetapkan yaitu sebesar 72% pada tahun 2016.
B. KESEHATAN LINGKUNGAN
B.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Pelaksanaan perilaku bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat
menciptakan keluarga yang sehat dan aktif dalam setiap upaya kesehatan
masyarakat (Profil Kes Indonesia, 2012).
Untuk menanggulangi rumah tangga yang rawan terhadap penyakit infeksi
dan non infeksi, maka setiap rumah tangga yang ada perlu diberdayakan
untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Gambaran
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada rumah tangga di Kota Denpasar
dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini :
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
21
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Grafik 6.1
Tren persentase Rumah Tangga ber PHBS di Kota Denpasar
Tahun 2012 s/d 2016
72.9
79.678.4
81.582.6
65
70
75
80
85
2012 2013 2014 2015 2016
Sumber : Seksi Prom Kes Bidang Bina Kesmas Dikes Kota
Denpasar
Data pada grafik 2.2 di atas menunjukkan bahwa selama lima tahun
terakhir jumlah rumah tangga yang ber PHBS sudah cenderung mengalami
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
22
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
peningkatan walaupun sempat mengalami sedikit penurunan di tahun
2014 namun sudah dapat ditingkatkan kembali pada tahun 2015 dan
2016. Capaian ini sangat baik mengingat peran PHBS yang begitu penting
dalam membantu menumbuhkan budaya hidup yang baik dibidang
kesehatan. Pada Renstra Dinas Kesehatan Kota dicantumkan target rumah
tangga ber PHBS untuk tahun 2016 sebesar 79%. Pencapaian Kota
Denpasar sebesar 83,6%, hal ini menunjukkan pencapaian Rumah tangga
ber PHBS di tahun 2016 sudah mencapai target yang ditetapkan pada
Renstra, untuk tahun selanjutnya perlu terus digalakkan upaya untuk
meningkatkan cakupan rumah tangga ber PHBS dengan meningkatkan
pembinaan PHBS di rumah tangga dengan menggerakkan dan
memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk hidup bersih
dan sehat melalui penyuluhan baik secara individu maupun berkelompok
agar setiap orang, kelompok atau keluarga tahu, mau dan mampu
menolong diri sendiri di bidang kesehatan.
Untuk mencapai rumah tangga ber PHBS terdapat 10 perilaku hidup
bersih dan sehat yang dipantau, yaitu:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
23
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah seminggu sekali
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
Bila kita lihat data per puskesmas persentase rumah tangga ber
PHBS tertingi di wilayah kerja Puskesmas Denpasar II Barat (93,5%)
sedangkan terendah di Puskesmas I Denpasar Utara (72,1%).
Persentase Rumah Ber-PHBS di Kota Denpasar Menurut Puskesmas
Tahun 2016
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
24
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
% Ber PHBS
Pusk I Dps Utara
Pusk II Dps Utara
Pusk III Dps Utara
Pusk I dps Timur
Pusk II Dps Timur
Pusk I Dps Selatan
Pusk II Dps Selatan
Pusk III Dps Selatan
Pusk IV Dps Selatan
Pusk I Dps Barat
Pusk II Dps Barat
Sumber : Seksi Prom Kes Bidang Bina Kesmas Dikes Kota
Denpasar
Bila dilihat berdasarkan kecamatan, Rumah tangga ber PHBS
tertinggi terdapat di Kecamatan Denpasar Barat (84,3%) dan terendah
di kecamatan Denpasar Utara (74,6%) .
B.2 Keadaan Lingkungan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
25
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Kondisi lingkungan di Kota Denpasar sangat dipengaruhi oleh
perilaku hidup manusia dalam menata rumah dan alam sekitarnya.
Data di awal tahun 2016 menunjukkan dari 144.250 rumah yang ada
di Kota Denpasar, 139.199 (96,5%) sudah termasuk dalam katagori
rumah sehat. Untuk tahun 2016 dibina 3.263 rumah yang masih
masuk dalam katagori rumah tidak sehat, dengan hasil 2.960
(90,71%) sudah masuk katagori rumah sehat. Sampai akhir tahun
2016 dari 144.250 rumah, 142.159 (98,55%) rumah yang ada dikota
Denpasar sudah merupakan rumah sehat.
Grafik 6.3
Persentase Rumah Sehat di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016
96.4
96.9
98.698.95
98.55
95
95.5
96
96.5
97
97.5
98
98.5
99
99.5
2012 2013 2014 2015 2016
Sumber seksi PLP dan Kualitas air bidang bina PL Dikes Kota Denpasar
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
26
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Data pada grafik 2.5 di atas menunjukkan bahwa cakupan rumah
sehat di Kota Denpasar tahun 2016 sudah diatas target Renstra Dikes
Kota Denpasar Tahun 2016 sebesar 98%.
B.3 Air Bersih
Cakupan keluarga yang memiliki akses air bersih di Kota
Denpasar pada tahun 2016 mencapai 96,31% meningkat bila
dibandingkan tahun 2015 (86,53%). Dengan meningkatnya jumlah
masyarakat yang sudah bisa mengakses air bersih di Kota Denpasar,
diharapkan penyakit-penyakit menular melalui air (water borne
desease) seperti diare, dapat dicegah atau sedapat mungkin
diturunkan kasusnya.
Penyelenggara air minum di Kota Denpasar adalah Perusahaan
Daerah Air Minum Kota Denpasar (PDAM Kota Denpasar), tahun 2016
sudah dilaksanakan pemeriksaan terhadap kualitas air minum (fisik,
bakteriologi dan kimia) dengan hasil memenuhi syarat.
B.3. Jamban
Kepemilikan jamban bagi keluarga merupakan sesuatu yang vital
karena dengan adanya jamban di masing-masing rumah tangga
berbagai penyakit yang penularannya melalui kotoran manusia seperti
kecacingan, diare dan sebagainya dapat dicegah sedini mungkin.
Persentase penduduk dengan akses sanitasi yang layak di Kota
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
27
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
Denpasar tahun 2016 sebesar 77 % sedikit mengalami penurunan bila
dibandingkan tahun 2015 (83,3%).
B.4. Sanitasi Total Berbasisi Masyarakat (STBM)
Sanitasi total berbasisi masyarakat adalah suatu pendekatan
yang menekankan pada perubahan perilaku hidup bersih dan sehat
dengan melibatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan yang
berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan. Tujuan STBM
adalah terciptanya suatu kondisi sanitasi total dalam upaya
mengurangi penyakit berbasis lingkungan. Indikator STBM antara lain:
menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan
lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Lima pilar
perubahan perilaku antara lain:
1. Stop buang air besar sembarangan (Stop BABS)
2. Cuci tangan pakai sabun (CTPS)
3. Pengelolaan air minum dan makanan di rumah tangga (PAMM-
RT)
4. Pengelolaan sampah rumah tangga
5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga
Hasil verivikasi STBM di Kota Denpasar, 43 Desa (100%) dari 43
Desa / kelurahan yang ada di Kota Denpasar sudah melaksanakan
STBM. Dari 43 Desa yang melaksanakan STBM 30 desa (69,76%)
sudah merupakan desa stop BABS (buang air besar sembarangan).
Sampai tahun 2016 sudah ada sepuluh desa STBM (23,3%) dari
seluruh desa/kelurahan yang ada di Kota Denpasar.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
28
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
B.5. Tempat – Tempat UMUM (TTU) dan Pengelolaan Makanan
(TPM)
Pemeriksaan terhadap tempat-tempat umum dan tempat
pengelolaan makanan (TPM) secara berkala meliputi hotel,
restoran/rumah makan, pasar serta TUPM lainnya. Pemeriksaan
bertujuan untuk menjamin agar tetap terjaganya kesehatan
lingkungan di tempat-tempat yang bersangkutan dan lingkungan
sekitarnya. Data pada tahun 2016 menunjukkan bahwa di Kota
Denpasar terdapat 34 hotel berbintang dan 251 non bintang, sarana
pendidikan (SD 218 buah, SLTP 57 buah dan SLTA 55 buah), dan
sarana kesehatan (11 pusk dan 25 pustu serta 17 RS Pemerintah dan
swasta).
Pemeriksaan kesehatan hotel dilakukan pada 271 buah hotel (34
hotel berbintang dan 238 hotel non bintang. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa 100% hotel berbintang termasuk dalam katagori
memenuhi syarat kesehatan, sedangkan hotel non bintang 94,8%.
termasuk dalam kategori sehat. Disamping pemeriksaan terhadap
Hotel tersebut juga dilaksanakan pembinaan terhadap institusi meliputi
sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah dan perkantoran.
Pembinaan pada sarana kesehatan yang meliputi sarana puskesmas,
puskesmas pembantu beserta jejaringnya sudah dilaksanakan secara
rutin (100%). Pembinaan pada sarana pendidikan mencakup 317 buah
sarana pendidikan dengan hasil SD memenuhi syarat 95,4%, SMP
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
29
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
memenuhi syarat 94,7% dan SMA memenuhi syarat 100%. Secara
keseluruhan 95,11% Tempat-tempat umum yang ada di kota Denpasar
sudah memenuhi syarat kesehatan
Tahun 2016 dikota Denpasar terdapat 4.391 Tempat pengolahan
makanan yang terdiri dari jasa boga sebanyak 57 buah, rumah
makanan/restoran sebanyak 372 buah, depot air minum sebanyak 140
buah, dan makanan jajanan sebanyak 539 buah dengan hasil
pemeriksaan 25,23% memenuhi syarat hiegine sanitasi. TPM yang
tidak memenuhi syarat sebanyak 3.220 TPM (74,77%) dari seluruh
TPM yang ada dilanjutkan dengan pembinaan.
Capaian ini sudah sesuai dengan target renstra tahun 2016.
Rendahnya persentase TPM yang memenuhi syarat kesehatan di tahun
2015 disebabkan karena adanya peraturan baru bahwa TPM dapat
dikatagorikan memenuhi syarat kesehatan apabila sudah memiliki
sertifikat laik sehat, sedangkan tahun sebelumnya hanya berdasarkan
penilaian / form yang ada.
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
30
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
CAPAIAN KINERJA
Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan
dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, sasaran
yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi instansi
pemerintah. Pengukuran kinerja Dinas Kesehatan Kota Denpasar
dilakukan berdasarkan Renstra Dinas Kesehatan Tahun 2016-2021.
Pengukuran tingkat capaian kinerja dimaksud, dilakukan dengan cara
membandingkan antara Target pencapaian indikator kinerja yang telah
ditetapkan dengan realisasinya. Dasar hukum yang dipergunakan
dalam penilaian adalah berpedoman kepada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53
Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja.
Capaian Kinerja Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
SASARAN Target Realisasi Kinerja
URAIAN INDIKATOR 2016 2016 2016
1 Terwujudnya pengadaan peningkatan, pemeliharaan sarana dan prasarana di dikes puskesmas dan jaringannya
1 Penyediaan jasa komunikasi,sumber daya air dan listrik dan alat tulis kantor
100% 100% 100%
2 Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor, kendaraan dinas, dan perlengkapan gedung kantor
100% 100% 100%
BAB VI
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
31
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
3 Terpenuhinya sarana dan prasarana puskesmas
100% 100% 100%
4 Terpenuhinya mobil puskesmas keliling
6 bh 6 bh 100%
5 Pembangunan puskesmas rawat inap terakreditasi
0 0 0
1 Meningkatnya kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia Kesehatan
6 Pelaksanaan kursus singkat/pelatihan
7 kali 7 kali 100
7 Terpenuhinya usulan tenaga medis dan paramedis untuk ditugaskan di puskesmas pembantu, puskesmas dan puskesmas rawat inap
60% 60% 100%
1 Tersedianya dokumen perencanaan, pelaporan dan evaluasi
8 Persentase penyelesaian dokumen perencanaan pelaporan dan evaluasi tepat waktu
100% 100% 100%
1 Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan standarisasi dan akreditasi
9 Persentase puskesmas terakreditasi
2 2 100%
10 Persentase puskesmas dengan nilai Indeks Kepuasan Konsumen (IKM) > 80
100% 100% 100%
11 Puskesmas berprestasi 1 Pusk 1 Pusk 100%
12 Tenaga kesehatan teladan 4 Nakes 4 nakes 100%
13 Persentase penduduk ditemukan katarak dilaksanakan operasi katarak
100% 100% 100%
14 Persentase penduduk dengan gangguan jiwa dirujuk
100% 100% 100%
15 Persentase tenaga dan sarana kesehatan dibina
100% 100% 100%
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
32
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
1 Ketersediaan obat dan alat kesehatan di puskesmas
16 Persentase ketersediaan obat di puskesmas
91% 90% 99%
2 Persentase penggunaan obat rasional (POR) di Puskesmas
17 Persentase penggunaan obat rasional (POR) di Puskesmas
100% 100% 100%
18 Terpenuhinya kebutuhan alat - alat kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar di pusk
100% 100% 100%
1 Pelayanan Kesehatan Penduduk miskin
19 Terlayaninya penduduk miskin melalui JKBM dan JKN
100% 100% 100%
Persentase peserta BPJK yang terlayani di Fasilitas kesehatan tingkat pertama (Puskesmas)
20 Persentase peserta BPJK yang terlayani di Fasilitas kesehatan tingkat pertama (Puskesmas)
100% 100% 100%
21 Persentase kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
50% 50% 100%
1 Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, anak remaja dan lansia
22 Persentase puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil
100% 100% 100%
23 cakupan ibu hamil mendapatkan pelayanan K1
100% 101% 101%
24 cakupan ibu hamil mendapatkan pelayanan K4
98% 99% 101%
25 Persentase puskesmas yang melakukan orientasi program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)
100% 100% 100%
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
33
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
26 Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Pelayanan Antenatal Sesuai Standar
100% 99% 99%
27 Persentase Ibu Bersalin dan Nifas Mendapatkan Pelayanan
100% 99% 99%
28 Persalinan dan Nifas Sesuai Standar di Puskesmas dan Jaringannya
100% 101% 101%
29 Cakupan ibu hamil dengan komplikasi tertangani
80% 80% 100%
30 persentase persalinan di fasilitas kesehatan
100% 101% 101%
31 Cakupan pelayanan ibu nifas (KF1)
98% 101% 100%
32 Cakupan pelayanan ibu nifas Ke 3 (KF3)
98% 99% 110%
33 Menurunkan angka kematian ibu melahirkan
100/100.000 KH
48/100.000 KH
100%
34 Persentase Bayi Baru Lahir Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar
100% 95% 95%
35 Persentase bayi dengan BBLR <5% 1.6% 100%
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
34
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
36 Cakupan kunjungan neonatus pertama kali (KN1)
100% 95% 95%
37 Cakupan kunjungan neonatus lengkap (KN3)
98% 95% 95%
38 Cakupan Neonatal dengan komplikasi ditangani
80% 77% 90%
39 Cakupan pelayanan bayi 92% 89% 90%
40 Menurunkan angka kematian bayi 15/1000 KH 1/1000 KH 100%
41 Persentase KB Aktif 70% 77,7% 100%
42 Cakupan pelayanan balita 80% 89% 110%
43 Persentase Usia Bawah Lima Tahun (Balita) Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar
100% 89% 90%
44 cakupan kunjungan balita 91% 89% 98%
45 Persentase puskesmas mampu melaksanakan penanganan KTA (kekerasan terhadap anak)
100% 100% 100%
46 Persentase puskesmas menyelenggarakan kelas ibu balita
100% 100% 100%
47 persentase anak balita di SDIDTK (Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang)
92% 90% 99%
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
35
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
48 Persentase puskesmas melaksanakan manjemen terpadu balita sakit (MTBS dan Manajemen terpadu balita muda (MTBM)
100% 100% 100%
49 Menurunkan angka kematian Balita
15/1000 KH 1/1000 KH 100
50 Persentase lansia memperoleh pelayanan kesehatan
72% 70% 98%
51 Persentase puskesmas ramah lansia 100% 100% 100%
52 Persentase Usia 60 tahun Keatas Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar
100% 100% 100%
1 Persentase balita gizi buruk mendapat perawatan
53 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
100% 100% 100%
2 Menurunkan 31,60prevalensi Balita Gizi kurang dan gizi buruk
54 Prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk
8% 0.15% 100%
3 Meningkatnya status gizi balita dan bumil KEK
55 Persentase bumil mendapat tablet tambah darah (TTD)
99% 99% 100%
56 Persentase ibu hamil dengan kurang energi kronik (KEK) mendapat makanan tambahan (PMT)
50% 15,8% 31,6%
57 Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan
75% 100% 100%
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
36
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
4 Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI Ekslusif
58 Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI Ekslusif
42% 43% 100%
59 Persentase balita usia 6-59 bulan mendapat kapsul Vit A
99% 94% 98%
60 Persentase bayi baru lahir mendapatkan inisiasi menyusu dini (IMD)
41% 36,78% 89,71
61 persentase puskesmas melaksanakan surveilans gizi
100% 100% 100%
62 Persentase balita ditimbang berat badannya di posyandu
83% 84% 100%
1 Meningkatnya Persentase pengobat tradisional memenuhi syarat
63 Persentase pengobat tradisional memenuhi syarat
55% 100% 100%
64 Persentase Desa/Kel dengan TOGA memenuhi syarat
60% 100% 100%
meningkatnya promosi kesehatan di SD, Puskesmas dan Puskesmas pembantu
65 Persentase Satuan Pendidikan Dasar mendapatkan Promosi Kesehatan
100% 100% 100%
66 Persentase Puskesmas dan Puskesmas Pembantu Melaksanakan Promosi Kesehatan
100% 100% 100%
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
37
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
67 Persentase Promosi untuk Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
100% 100% 100%
1 Meningkatnya Persentase rumah tangga yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
68 Persentase rumah tangga yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
79% 83% 110%
69 Persentase desa siaga aktif 100% 100% 100%
70 Persentase posyandu aktif 65% 54% 80%
1 Persentase Siswa Satuan Pendidikan Dasar Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar
71 Persentase Siswa Satuan Pendidikan Dasar Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar
100% 100% 100%
72 Persentase Usia 15 – 19 tahun Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar
100%
73 Persentase Puskesmas yang
melaksanakan kesehatan kerja 10% 100% 100%
74
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kesehatan olahraga
10% 100% 100%
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
38
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
1
Menurunnya angka kematian dan kesakitan akibat penyakit bersumber binatang
75 Incidence rate penyakit DBD 215/100000 pddk
317/100000 pddk
60%
76 CFR penyakit DBD < 1% 0,6 100%
77 Persentase kasus gigitan hewan penular rabies mendapatkan penanganan
80 100 100
2 menurunnya angka kematian dan kesakitan akibat penyakit menular langsung
78 Prevalensi HIV /AIDS < 5 <5% 100
79 Persentase angka kasus HIV yang diobati
47% 74.36% 100
80 Persentase Terduga HIV dan AIDS Mendapatkan Pemeriksaan HIV-AIDS Sesuai Standar
100% 100% 100%
81 Angka kesembuhan penderita TB 75% 75% 100%
82 Persentase terduga Tuberkulosis Mendapatkan Pemeriksaan Tuberkulosis Sesuai Standar 100% 100% 100%
1 Meningkatnya kewaspadaan dan penanggulangan wabah
83 Persentase Respons Verifikasi terhadap SKDR dalam Waktu Kurang dari 24 Jam
100% 100% 100%
84 Persentase Desa/kelurahan mengalami KLB ditangani < 24 jam
100% 100% 100%
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
39
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
1 Meningkatnya upaya pencegahan dan deteksi dini penyakit tidak menular
85 JUMLAH desa/kelurahan yang melaksanakan pos pembinaan terpadu (Pos Bindu) PTM
17 DESA/KEL 50 desa/kel 100%
86 Jumlah puskesmas yang melayani konseling berhenti merokok
6 Pusk 4 Pusk 80%
87 Persentase Usia 20 – 59 Tahun Mendapatkan Skrining Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Sesuai Standar
100% 100%
100%
88 jumlah wanita usia 30-50 tahun dilakukan deteksi dini kanker serviks
1600 orang 1607 ORANG
100%
89 Persentase puskesmas melaksanakan pelayanan PKPR (Pelayanan kesehatan peduli remaja)
100% 100% 100%
90 Jumlah sekolah mendapatkan pembinaan penanggulangan kanker terpadu paripurna (PKTP
15 sekolah 15 sekolah 100%
1 Meningkatnya persentase bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap
91 Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap
100% 100% 100%
92 Persentase desa yang mencapai universal child imunisation (UCI)
100% 100% 100%
1 Meningkatnya kualitas lingkungan
93 Persentase tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan
95% 96% 100%
94 Persentase puskesmas melaksanakan pengelolaan limbah medis
100% 100% 100%
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
40
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
95 persentase desa/kel yang ODF/stop buang air besar sembarangan
80% 69% 90%
96 Persentase desa/kel STBM 75% 23% 30%
97 Persentase cholinesterase darah masyarakat yang berpotensi terpapar pestisida memenuhi syarat
100% 100% 100%
98 Persentase tempat pengelolaan pestidida memenuhi syarat
100% 100% 100%
99 Cakupan pengendalian vektor lalat di TPS
100% 100% 100%
2 Meningkatnya akses masyarakat terhadap sanitasi dasar
100 Persentase penduduk dengan akses sanitasi dasar yang memenuhi syarat
75% 77% 100%
101 Persentase rumah sehat
98% 98,55% 100%
32 Persentase sumber air minum memenuhi syarat kesehatan
62% 77,5% 100%
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
41
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
1 Persentase tempat pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan
103 Persentase hasil produksi Rumah Tangga tidak mengandung bahan berbahaya
100% 100% 100%
104 Persentase tempat pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan
25% 25,23% 100%
Persentase desa/kel yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
105 Persentase desa/kel yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
100% 100% 100%
106 Jumlah Desa/kelurahan yang mengikuti lomba kebersihan dan PSN Tingkat Kota Denpasar
4 desa/kel di 4 kec
4 desa/kel di 4 kec
100%
Beberapa kegiatan yang belum mencapai target antara lain:
1. Persentase posyandu aktif target 65% realisasi 54%, sehingga
kedepannya perlu ditingkatkan upaya – upaya yang mampu
mendorong peningkatkan partisipasi/ peran serta mayarakat
terutama dalam mengelola Posyandu
2. Cakupan pelayanan Balita ditetapkan target 92% namun
realisasinya baru mencapai 89% hal ini kemungkinan disebabkan
karena menurunnya partisipasi orang tua dalam memeriksakan
kesehatan putra putrinya seiring dengan meningkatnya usia
putra/putri mereka. Dalam hal ini diperlukan peran aktif petugas
dalam memberikan sosialisasi tentang pentingnya pelayanan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
42
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
kesehatan pada balita mengingat masa balita merupakan masa
emas dalam perkembangan kehidupan manusia.
3. Persentase bayi baru lahir mendapatkan inisiasi menyusu dini
(IMD) ditargetkan 41% realisasi 36,7%.
4. Tahun 2016 pada Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar
ditargetkan 75% Desa sudah STBM namun baru tercapai 23,3%
(10 desa dari 43 desa yang ada). Namun untuk desa bebas
buang air besar sembarangan sudah tercapai 69,8%). Sehingga
kinerja untuk indikator ini baru sebesar 30%. Hal ini disebabkan
karena dalam pencapaian sanitasi total berbasis masyarakat, ada
5 pilar yang kita monitoring
a. Stop buang air besar sembarangan
Seluruh penduduk di desa/kelurahan membuang air besar di
jamban dan mempunyai septictank kenyataannya masih ada
beberapa penduduk yang tidak mempunyai jamban atau punya
jamban tapi tidak ada septictank dan kotoran disalurkan ke
sungai.
b. Cuci tangan pakai sabun
Diharapkan seluruh penduduk di desa/kelurahan cuci tangan
sebelum makan, menyiapkan makanan dan setelah buang air
dengan menggunakan sabun dan air mengalir, namun masih ada
beberapa penduduk yang tidak melaksanakan
c. Pengelolaan Makanan dan minuman dalam Rumah Tangga
Pengelolaan makanan minuman dalam Rumah tangga,
bagaimana makanan ini disiapkan mulai dari bahan pengolahan
PENDAHULUAN
_______________________________________________________________________1
43
Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
dan penyajiannya namun masih ada beberapa yang
pengolahannya belum baik.
d. Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah. Setiap Rumah Tangga harus mengelola
sampah dengan baik tidak boleh masih ada sampah berserahan
dan tidak boleh membakar sampah
e. Pengelolaan limbah cair.
Limbah cair rumah RT harus dikelola dan ada peresapannya.
Nemun kenyataannya masih ada penduduk yang tidak memiliki
peresapan untuk limbah cairnya dan tidak berlangganan DSDP