badan perijinan dan penanaman modal daerah … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan...

38
BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN ANGGARAN 2015

Upload: trankhanh

Post on 02-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

TAHUN ANGGARAN 2015

Page 2: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

DAFTAR ISI BAGIAN 1 PENDAHULUAN .................................................................................................... ………………3

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 3

1.2 Tujuan........................................................................................................................ 4

1.3 Lingkup Materi...................................................................................................... 4

1.4 Lingkup Wilayah .................................................................................................. 5

BAGIAN 2 TINJAUAN KEBIJAKAN .......................................................................................................... 6

2.1 Kebijakan Pengembangan Industri CPO Berdasarkan Masterplan Percepatan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI) ......................................................................... 6

2.2 Kebijakan Pengembangan Industri CPO Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Kalimantan Timur Tahun 2011-2031 ....................................................... 7

2.3 Kebijakan Pengembangan Industri CPO Berdasarkan Rencana Tata Ruang KIPI Maloy,

Provinsi Kalimantan Timur ............................................................................ 8

2.4 Kebijakan Pengembangan Industri CPO Berdasarkan RTRW Kabupaten Kutai Timur Tahun

2012-2032 ............................................................................................................... 9

2.5 Kebijakan Pengembangan Industri CPO Berdasarkan Review Masterplan Kawasan Industri

Maloy.......................................................................................................................... 9

2.6 Kebijakan Pengembangan Industri CPO Berdasarkan Maloy Trans Kalimantan Economic

Zone (MTKEZ) ....................................................................................................... 10

2.7 Kebijakan Operasionalisasi Investasi Industri Hilirisasi Kelapa Sawit 11

BAGIAN 3 GAMBARAN UMUM POTENSI DAN SUMBERDAYA PENDUKUNG ............................. 12

3.1 Identifikasi Ketersediaan Bahan Baku ..................................................... 12

3.1.1 Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Timur ........................... 12

3.1.2 Keberadaan Pabrik Kelapa Sawit .................................................. 13

3.2 Kesiapan Infrastruktur ..................................................................................... 15

3.2.1 Transportasi ............................................................................................. 16

3.2.2 Sumber Daya Air dan Jaringan Energi/Kelistrikan .............. 17

3.2.3 Jaringan Energi/Kelistrikan ............................................................. 19

BAGIAN 4 ANALISIS PRA KELAYAKAN ............................................................................................... 20

4.1 Tinjauan Kesesuaian Lokasi........................................................................... 20

4.1.1 Kesesuaian Lokasi Berdasarkan Tata Ruang .......................... 20

4.1.2 Aksesibilitas ............................................................................................. 21

Page 3: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

1

BAGIAN 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2012 terdapat sekitar 9,1 juta hektar perkebunan kelapa sawit milik petani rakyat,

BUMN, dan swasta yang menghasilkan sekitar 29,5 juta ton minyak kelapa sawit CPO (Crude

Palm Oil) dan CPKO (Crude Palm Kernel Oil) yang meghasilkan devisa sekitar US$ 19,65 miliar

atau sekitar 200 triliun rupiah. Dengan jumlah produksi tersebut, Indonesia menjadi podusen

minyak sawit terbesar dan menguasai 48% pangsa pasar dunia. Nilai strategis industri

pengolahan kelapa sawit terletak pada penciptaan nilai tambah produk hilir kelapa sawit

menjadi produk pangan (oleofood), non pangan (oleochemical), hingga sumber energi

terbarukan (biofuel).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional

maka industri pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu prioritas untuk dikembangkan

dan mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi, seperti industri oleofood, oleochemical, energi

terbarukan dan bahan baku industri farmasi. Potensi penyediaan bahan baku industri hilir

kelapa sawit Indonesia menurut Rencana Strategis Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian

tahun 2012 maka tahun 2015 dari areal luas tanam sebesar 9,112 juta hektar terdapat areal

luas tanam yang menghasilkan komersial sebesar 7,198 juta hektar dan menghasilkan produksi

CPO sebanyak 31,5 juta ton.

Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2010 tentang Percepatan Program Prioritas Pembangunan

Nasional termasuk Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit, mengamanatkan

pembangunan klaster industri hilir kelapa sawit di 3 (tiga) provinsi, yaitu kawasan industri Sei

Mangkei di Provinsi Sumatera Utara, kawasan industri Dumai dan Kuala Enok di Provinsi Riau,

dan kawasan industri Maloy di Provinsi Kalimantan Timur. Ketiga lokasi tersebut akan menjadi

satelit industri hilir kelapa sawit berskala modern internasional sekaligus sebagai pusat

bangkitan perekonomian berbasis sektor produktif industri nasional.

Kawasan Industri Maloy direncanakan sebagai kawasan industri berbasis oleochemical dengan

skala internasional yang akan difokuskan untuk mengolah hasil pertanian kelapa sawit berupa

Crude Palm Oil (CPO) beserta dengan industri olahan dan turunannya, seperti minyak goreng,

biodiesel, kosmetik, dan lain-lain. KIPI Maloy diarahkan untuk menampung kegiatan industri,

ekspor dan impor serta kegiatan lainnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Seiring dengan

proses pembangunan KIPI Maloy, hingga pada tahun anggaran 2011 telah dilakukan

penyusunan Feasibility Study, Masterplan, Bussiness Plan, DED Pelabuhan, Studi AMDAL

Kawasan Industri, dan KLHS Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional Maloy.

Selanjutnya, dengan mengacu kebijakan pemerintah tentang ekspor CPO, maka dalam

perencanaan KIPI Maloy diskenariokan sebesar 30 % produk CPO dijual dalam pasar ekspor

dan 70 % produk CPO (sekitar 5.800.000 Mton/tahun) akan digunakan sebagai bahan baku

produk hilir di kawasan Maloy. Jika potensi bahan baku CPO hanya berasal dari propinsi

Page 4: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

2

Kalimantan Timur, maka jumlah bahan baku CPO untuk KIPI Maloy sebesar 2.940.000

Mton/tahun.

Kawasan Industri Maloy ini dirancang sebagai industri hilir dari CPO yang diharapkan mampu

mengolah produk CPO dari wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,

dan Sulawesi. Jenis Industri yang berpotensi dikembangkan adalah industri hilir berbasis CPO

atau kelapa sawit, antara lain:

a. Industri berbasis makanan

- Minyak goreng

- Margarin dan shortening

- Minyak sawit merah

- Palmega

- Palm Frying Shortening

- Palm Ghee atau Vanaspati

- Beta karoten

b. Industri biodiesel

c. Industri Oleokimia Dasar

- Industri fatty acid

- Fatty alkohol

- Industri purified glyserin

d. Industri Produk Perawatan

- Industri surfaktan

- Deterjen

- Industri sabun

- Kosmetika

e. Industri Berbasis Produk Samping Pabrik Kelapa Sawit

- Industri briket arang

- Industri makanan ternak

- Industri kompos

- Industri karbon aktif

- Industri particle board

1.2 Tujuan

Tujuan dari studi ini adalah untuk melakukan kajian teknis dan ekonomis serta menilai

kelayakan pembangunan industri hilirisasi CPO di KIPI Maloy dalam usaha pemenuhan

kebutuhan hilirisasi CPO di Provinsi Kalimantan Timur khususnya dan kebutuhan hilirisasi CPO

nasional umumnya serta untuk kebutuhan ekspor.

1.3 Lingkup Materi

Studi pra kelayakan pembangunan industri hilirisasi CPO di KIPI Maloy Provinsi Kalimantan

Timur ini menitikberatkan pada kajian kelayakan pembangunan industri hilirisasi CPO ditinjau

Page 5: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

3

dari aspek kelembagaan, tata ruang, site plan, sumberdaya alam, lingkungan hidup, sosial,

ekonomi,dan investasi.

1.4 Lingkup Wilayah

Kawasan yang akan dilakukan penilaian kelayakan pembangunan industri hilirisasi CPO adalah

di KIPI Maloy, Kabupaten Kutai Timur sesuai dengan hasil Review Master Plan KIPI Maloy I.

Page 6: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

4

BAGIAN 2 TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1 Kebijakan Pengembangan Industri CPO Berdasarkan Masterplan Percepatan

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Dalam dokumen MP3EI, dengan memperhitungkan berbagai potensi dan peran strategis masing-

masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah

ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di Indonesia, salah satunya yaitu Koridor Ekonomi

Kalimantan. Koridor Ekonomi Kalimantan atau dikenal sebagai Koridor Ekonomi 3 (tiga) memiliki

6 kegiatan ekonomi utama, yaitu kelapa sawit, perkayuan, migas, besi baja, bauksit, dan batubara

dengan infrastruktur pendukung utama Pelabuhan Maloy, Trans Kalimantan, dan Bandara

Sepinggan Balikpapan. Koridor Kalimantan dalam peningkatan dan percepatan ekonominya

diarahkan sebagai “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang dan Lumbung Energi

Nasional”.

Sumber: Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, 2011

Gambar 2.1 Peta Koridor Ekonomi Kalimantan

Berdasarkan rencana percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi pada Koridor Ekonomi

Kalimantan, terdapat 4 (empat) simpul ekonomi utama yang dikembangkan pada koridor wilayah

Kalimantan Timur, yaitu simpul batubara, simpul kegiatan migas, simpul kelapa sawit, dan simpul

perkayuan.

Kawasan Industri Maloy, memiliki pelabuhan internasional yang berada di Kabupaten Kutai Timur

dalam Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) 2. Pengembangan kapasitas pelabuhan Maloy bernilai

investasi sebesar Rp. 4.800 Miliar yang berasal dari APBN. Pengembangan kapasitas pelabuhan

Page 7: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

5

Maloy sangat mendukung rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Maloy yang berbasis

industri oleochemical.

Sumber: Masterplan KIPI Maloy

Gambar 2.2 Kalimantan Timur dalam Koridor MP3EI

2.2 Kebijakan Pengembangan Industri CPO Berdasarkan Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011-2031

Dalam penataan ruang, Provinsi Kalimantan Timur memiliki tujuan penataan ruang provinsi yaitu:

“Terwujudnya penataan ruang yang mendukung Provinsi Kalimantan Timur sebagai pusat

agroindustri dan energi terkemuka menuju masyarakat adil, makmur dengan tetap

mempertimbangkan keberlanjutan dan daya dukung lingkungan”

Adapun terkait industri hilirisasi CPO di KIPI Maloy, maka salah satu kebijakan yang

menggambarkan pencapaian tujuan diatas yaitu dengan adanya kebijakan, “Pengembangan

sektor uggulan untuk mengantisipasi sumber daya migas dan tambang yang tidak dapat

diperbaharui melalui pengembangan sektor pertanian yang dapat diperbaharui dan sebagai

bagian upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional dan wilayah”

Kawasan Industri dan Pelabuhan Maloy merupakan kawasan strategis yang ditetapkan di di tingkat

Provinsi, yakni Provinsi Kalimantan Timur. Kawasan Industri dan Pelabuhan Maloy diprioritaskan

untuk mengakomodasi kecenderungan meningkatkan transaksi global. Kawasan ini dikembangkan

dengan tujuan utama meningkatkan ekspor komoditas dan produksi utama serta mempermudah

impor bahan baku untuk proses produksi di tanah air.

Kawasan ini perlu didukung oleh Zona Pengolahan Ekspor, Zona Logistik, Zona Industri, Zona

Pengembangan Teknologi, dan zona ekonomi lainnya seperti zona perdagangan dan zona

pelayanan. Zona industri yang terintegrasi dengan kawasan ini terutama industri yang bersifat

pengembangan industri dasar dan manufaktur, terutama yang berorientasi pada sumber daya lokal.

Potensi industri ini dikembangkan dengan melihat potensi ekonomi unggulan lokal (sektor kunci di

Page 8: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

6

masing-masing kabupaten/kota), keterkaitan antar industri dan input/output antar sektor;

merupakan industri yang berorientasi menggunakan sumber daya dan material teknis secara lokal

dan mengembangkan keterkaitan antar pusat industri dengan dukungan infrastruktur wilayah;

terutama yang tersebar di Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten

Kutai Barat dan Kabupaten Berau serta Kota Bontang. Selain itu, untuk mendukung ekonomi lokal,

perlu disediakan zona usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di kawasan industri dan

pelabuhan Maloy untuk mendorong linkage mereka dalam proses industri.

2.3 Kebijakan Pengembangan Industri CPO Berdasarkan Rencana Tata Ruang KIPI

Maloy, Provinsi Kalimantan Timur

Dalam rangka meningkatkan ikIim investasi yang sehat dan peningkatan daya saing ekspor,

pembangunan sektor industri manufaktur difokuskan pada pengembangan sejumlah sub-sektor

yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yang telah ditetapkan melalui Perpres No. 7

Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009 dan Perpres No 5

Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2010-2014. Pembangunan

industri perlu lebih banyak ditekankan pada pengembangan (widening) dan pendalaman

(deepening). Serta memenuhi kriteria diantaranya:

(i) menyerap banyak tenaga kerja;

(ii) memenuhi kebutuhan dasar dalam negeri (seperti makanan-minuman dan obat-

obatan);

(iii) mengolah hasil pertanian dalam arti luas (termasuk perikanan) dan sumber-sumber

daya alam lain dalam negeri; dan

(iv) memiliki potensi pengembangan ekspor.

Melihat dari keempat kriteria di atas, aturan – aturan terkait berkenaan dengan keberadaan klaster

industri dan studi – studi sebelumnya serta tetap memperhatikan keunggulan komparatif dan

kompetitif sebagai sebuah KEK, maka prioritas yang perlu dikembangkan adalah Industri

pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Karnel Oli (PKO) beserta seluruh turunannya.

Diantara turunan yang menjadi pangsa pasar dunia dan sangat diminati karena dapat menghasilkan

bahan makanan, obat-obatan, kosmetik dan lainnya adalah : Glyserine, Fatty Alcohols dan Fatty

Acids.

Visi KIPI Maloy yaitu “Pusat pelayanan kegiatan industri oleochemical yang professional dan

berwawasan lingkungan”. Adapun dengan visi tersebut maka misi yang akan dicapai adalah sebagai

berikut:

1. Penyedian sarana dan prasarana kawasan industri yang aman dan nyaman.

2. Menjadikan kawasan industry dan partner memiliki daya saing.

3. Menjadikan kawasan industri yang ramah lingkungan

Page 9: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

7

2.4 Kebijakan Pengembangan Industri CPO Berdasarkan RTRW Kabupaten Kutai

Timur Tahun 2012-2032

Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Timur bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah

Kabupaten Kutai Timur yang berkualitas, serasi dan optimal sesuai dengan kebijaksanaan

pembangunan kabupaten dalam rangka menuju Kutai Timur Mandiri bertumpu pada pembangunan

agribisnis yang mempertimbangkan kebutuhan pembangunan dan kemampuan daya dukung

lingkungan, melalui pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan

dalam rangka mencapai keseimbangan pembangunan antar sektor dan antar kawasan yang

berkelanjutan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adapun kebijakan penataan ruang

wilayah Kabupaten Kutai Timur terkait pengembangan industri hilirasasi CPO adalah sebagai

berikut:

1. pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara bertanggung jawab untuk memenuhi

kebutuhan pembangunan wilayah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kutai Timur;

2. pemanfaatan potensi-potensi agribisnis secara optimal sebagai salah satu sektor utama

pembangunan Wilayah dalam rangka peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat Kutai

Timur;

3. pengembangan prasarana wilayah yang ditujukan untuk peningkatan kualitas dan

jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber

daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah;

4. pengembangan pola ruang wilayah yang optimal yang mendukung terciptanya kemandirian

wilayah disertai upaya terciptanya pemanfaatan lahan yang berwawasan lingkungan.

2.5 Kebijakan Pengembangan Industri CPO Berdasarkan Review Masterplan

Kawasan Industri Maloy

Kawasan industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Maloy dirancang sebagai kawasan industri

hilir dari CPO yang diharapkan mampu mengolah produk CPO dari wilayah Kalimantan Timur,

Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.

Tujuan dan sasaran pengembangan kawasan Industri KIPI Maloy ini yaitu Terwujudnya Kawasan

Industri Hilir Kelapa Sawit (IHKS) yang didukung Pelabuhan Internasional.

Dari tujuan pengembangan kawasan tersebut, sasaran yang dapat menjadi arahan pengembangan

kawasan Industri KIPI Maloy adalah sebagai berikut:

1. Terciptanya kawasan industri yang berwawasan lingkungan dan berdaya saing tinggi.

2. Mengembangkan kawasan dengan menyediakan fasilitas pendukung dan dapat

memberikan peningkatan perekonomian pada wilayah sekitar.

3. Mengutamakan pengembangan kebutuhan sarana dan prasarana dasar serta

menghilangkan kesan kumuh kawasan untuk menciptakan rasa nyaman.

Page 10: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

8

2.6 Kebijakan Pengembangan Industri CPO Berdasarkan Maloy Trans Kalimantan

Economic Zone (MTKEZ)

Terkait kebijakan industri hilirisasi CPO, rencana MTKEZ diarahkan untuk mensinergikan 3 (tiga)

basis klaster industri, yaitu industri oleochemical, industri kima, serta industri berbasis batubara.

Diharapkan di masa datang KEK MTKEZ dapat menjadi Kawasan Ekonomi Khusus terbesar di

Benua Asia dan mampu menyaingi IFEZ (Incheon Free Economic Zone) di Korea Selatan, baik dari

segi kewilayahan, investasi, maupun aspek bisnis.

MTKEZ direncanakan berlokasi di Kabupaten Kutai Timur, yaitu meliputi Kecamatan Sangkulirang,

Kecamatan Kaliorang, dan Kecamatan Bengalon (Lubuk Tutung) dengan luas wilayah sebesar

32.800 Ha.

Sumber: Zoning Regulation Kawasan Industri Pelabuhan Internasional Maloy, 2014

Gambar 2.3 Wilayah Maloy Trans Kalimantan Economic Zone

Pada kawasan tersebut direncanakan pengembangan 3 (tiga) kawasan industri utama, yaitu:

a. Industri oleochemical seluas 5.305 Ha, terdiri atas:

- KIPI Maloy I seluas 1000 Ha di Kecamatan Kaliorang, dan

- KIPI Maloy II seluas 4.305 Ha di Kecamatan Sangkulirang

b. Industri mineral seluas 21.195 Ha; serta

c. Industri kimia seluas 1.000 Ha

2.7 Kebijakan Operasionalisasi Investasi Industri Hilirisasi Kelapa Sawit

Dalam rangka memacu dan meningkatkan investasi yang ada di KIPI Maloy, pemerintah

mengeluarkan kebijakan berupa pemberian insentif investasi, restrukturisasi bea keluar CPO dan

Produk Turunannya, serta promosi investasi dan antinegative campaign (Menteri Perindustrian).

1. Pemberian Insentif Investasi

a. Tax Allowance

Page 11: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

9

untuk Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu

sesuai (PP 1 tahun 2007 jo PP 62 tahun 2008 jo PP 52 tahun 2011)

b. Tax Holiday

sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/2011 tentang Pemberian

Fasilitas pembebasan Pajak Penghasilan Badan

c. Pembebasan bea masuk atas Impor Mesin serta Barang dan Bahan untuk

Pembangunan atau Pengembangan Industri dalam rangka Penanaman Modal (PMK 76

tahun 2012)

2. Restrukturisasi Bea Keluar CPO dan Produk Turunannya (PMK 75 Tahun 2012)

Restrukturisasi ini diperlukan untuk menjamin ketersediaan bahan baku minyak sawit bagi

industry domestic, mengamankan pasokan serta harga minyak goreng di dalam negeri, dan

mendukung program nasional hilirisasi industri kelapa sawit.

Prinsip Restrukturisasi:

a. BK dikenakan setelah produsen CPO memperoleh keuntungan, (Batas bawah

dikenakan BK CPO adalah pada saat harga CPO lebih besar dari US$ 750/ton,

sementara biaya produksi CPO sekitar US$ 500/ton)

b. Tarif BK produk Hilir lebih rendah daripada produk hulu, sehingga akan mendorong

tumbuhnya industri turunan MSM yang lebih hilir di dalam negeri

c. Tarif BK Minyak Goreng cukup rendah, dengan Tarif Bea Keluar Min

3. Pengembangan kawasan Industri (Sei Mangkei, Dumai, Maloy), dan Kalbar Kalteng Papua

serta Pembangunan Pusat Inovasi Teknologi Industri Perkelapasawitan

4. Promosi Investasi dan Antinegative Campaign

Page 12: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

10

BAGIAN 3 GAMBARAN UMUM POTENSI DAN

SUMBERDAYA PENDUKUNG

3.1 Identifikasi Ketersediaan Bahan Baku

3.1.1 Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Timur

Dalam mendukung KIPI Maloy sebagai Kawasan Industri berbasis CPO tentunya perlu didukung

bahan baku yang potensial yakni kelapa sawit.

Buah kelapa sawit yang dipanen dari perkebunan sering disebut sebagai tandan buah segar (TBS).

Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah

menghasilkan minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) yang diolah menjadi bahan baku

minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga

yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah

menjadi bahan baku margarin. Minyak inti sawit (Palm Kernel Oil/PKO ) yang berasal dari biji sawit

menjadi bahan baku minyak alkohol, industri kosmetika, dan lain-lain. Ampasnya dimanfaatkan

untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu

bahan pembuatan makanan ayam. Tempurung atau cangkang digunakan sebagai bahan bakar dan

arang.

S Appalasami menyebutkan bahwa setiap 1 ton tandan buah segar (TBS) akan menghasilkan 200 kg

CPO dan 40 kg bijih sawit yang jika diolah akan menghasilkan 20 kg PKO. Setiap hektar perkebunan

kelapasawit akang menghasilkan 20 – 24 ton/tahun TBS yang akan menghasilkan 4 – 5 ton CPO dan

400 – 500 kg PKO dalam satu tahun.

Perkembangan industri hilir kelapa sawit di Indonesia adalah selaras dengan pertumbuhan areal

perkebunan dan produksi kelapa sawit sebagai sumber bahan baku. Perkebunan kelapa sawit

menghasilkan buah kelapa sawit/tandan buah segar (hulu) kemudian diolah menjadi minyak sawit

mentah (hilir perkebunan sawit dan hulu bagi industri yang berbasiskan minyak sawit mentah).

Disamping menghasilkan produk CPO, pengolahan tandan buah segar (TBS) juga menghasilkan

produk Palm Kernel Oil (PKO). Produksi PKO meningkat seiring dengan meningkatnya produk CPO,

yakni sekitar 10% dari CPO yang dihasilkan (Permen RI No 13/M-IND/PER/2010).

Industri CPO di Maloy,Kalimantan Timur membutuhkan banyak kelapa sawit yang merupakan

bahan utama dalam industry ini. Areal perkebunan di Kalimantan Timur secara keseluruhan pada

tahun 2013 adalah 1.102.632 ha dengan produksi 6.989.209 ton. Wilayah terbesar dari luas

perkebunan ditanami kelapa sawit. Produksi kelapa sawit mencapai 6.901.602 ton dari luas

tanaman 944.826 ha (Kalimantan Timur dalam Angka 2014).

Page 13: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

11

Dari tahun ke tahun luas perkebunan kelapa sawit selalu meningkat, sejalan dengan program

gubernur dalam upaya meluncurkan program "satu juta hektar kelapa sawit" sehingga area pabrik

akan meningkat dari tahun ke tahun (Kalimantan Timur dalam Angka 2014).

Tabel 3.1 Luas Tanaman (Ha) dan Produksi Kelapa Sawit (Ton) Tahun 2008-2015 di Provinsi Kalimantan Timur

Tahun Luas (Ha) Produksi (Ton)

2008 409.564 1.644.311

2009 530.554 2.298.186

2010 663.533 3.054.707

2011 827.347 4.471.546

2012 961.802 5.734.464

2013 1.000.000 6.901.602

2014*) 1.118.087 7.953.060 2015*) 1.236.174 9.004.518

Sumber: Kalimantan Timur dalam Angka *) Hasil Proyeksi dari Basis Data Kalimantan Timur Dalam Angka

3.1.2 Keberadaan Pabrik Kelapa Sawit

Dalam melahirkan industri hilirisasi CPO, yang mana menghasilkan industri turunan seperti asam

lemak, fatty acid, minyak goreng, dan lain tentunya membutuhkan input berupa CPO yang sudah

dikelola oleh pabrik-pabrik kelapa sawit yang berada di sekitar perkebunan besar kelapa sawit.

Keberadaan pabrik minyak sawit di Provinsi Kalimantan Timur hingga tahun 2015, sudah ada 57

perusahaan dengan beraneka ragam kapasitas dan produksinya. Adapun pada Kabupaten Kutai

Timur sebagai lokasi keberadaan KIPI Maloy, sudah terdapat 19 pabrik kelapa sawit dari 271

perusahaan perkebunan besar swasta. Keberadaan pabrik minyak sawit umumnya berlokasi

disekitaran perkebunan, sehingga pabrik dapat mengolah bahan baku menjadi lebih mudah, hal

tersebut terkait transportasi dari perkebunan ke pabrik. Pada Kabupaten Kutai Timur tidak semua

perusahaan perkebunan besar swasta memiliki pabrik pengolahan minyak sawit yang nantinya

akan menghasilkan CPO.

Page 14: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

12

Gambar 3.1 Peta Sebaran Perkebunan Swasta Tahun 2014 di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur

Sumber: Dinas Perkebunan, 2014

Page 15: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

13

Tabel 3.2 Lokasi dan Kapasitas Pabrik Minyak Sawit di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2015

Sumber: Bidang Usaha, Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, Juni 2015

Page 16: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

14

Tabel 3.3 Perkiraan Jarak Pabrik Kelapa Sawit di Kabupaten Kutai Timur Ke KIPI Maloy

No Nama Perusahaan Lokasi Pabrik Jarak Ke Maloy

Kapasitas (Produksi CPO)

1 PT.Fairco Agro Mandiri Kecamatan Kaliorang ± 11 Km 13.200

2 PT.Indonesia Plantation Energy

Kecamatan Sangkulirang ± 25 Km 39.600

3 PT.Sawit Prima Nusantara Kecamatan Kaubun ± 52 km 29.700

4 PT.Bima Palma Nugraha Kecamatan Bengalon ± 91 Km 39.600

5 PT.Anugerah Energitama Kecamatan Bengalon ± 91 Km 39.600

6 PT.Etam Bersama Lestari Kecamatan Sangkulirang ± 100 km 19.800

7 PT.Gunta Samba Kecamatan Karangan ±126 km 29.700

8 PT.Multi Pacific International Kecamatan Karangan ±126 km 29.700

9 PT.Telen (Pengadaan Baay) Kecamatan Karangan ±126 km 29.700

10 PT.Gunta Samba Jaya Kecamatan Kongbeng ±135 km 39.600

11 PT.Sinergi Agro Industri Kecamatan Sangkulirang ± 150 km Produksi Tdk diketahui

12 PT.Bima Agri Sawit Kecamatan Sangkulirang ± 150 km Produksi Tdk diketahui

13 PT.Telen Prima Sawit Kecamatan Muara.Bengkal

± 233 km 39.600

14 PT.Kemilau Indah Nusantara Kab.Kutim ± 250 Km 29.700

15 PT.Sawit Sukses Sejahtera Kecamatan Muara Ancalong

± 250 Km 39.600

16 PT.Tapian Nadengan Kecamatan Muara Wahau ±333 km 26.400

17 PT.Swakarsa Sinar Sentosa Kecamatan Muara Wahau ±333 km 59.400

18 PT.Dewata Inti Sawit Nugraha

Kecamatan Muara Wahau ±333 km 39.600

19 PT.Karya Nusa Ekadaya Kecamatan Muara Wahau ±333 km 29.700

Sumber: Hasil Analis 2015

3.2 Kesiapan Infrastruktur

Dalam upaya mendukung investasi pembangunan industri hilirisasi CPO di KIPI Maloy, tentunya

banyak hal yang dipertimbangkan selain bahan baku, yaitu keberadaan infrastruktur sebagai

Page 17: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

15

pendukung mobilitas dari alur industry itu sendiri. Adapun infrastruktur tersebut yakni sebagai

berikut.

3.2.1 Transportasi

3.2.1.1 Transportasi Darat

Rencana Sistem transportasi darat dan sarana prasarananya Kabupaten Kutai Timur yang

mengakses dan mempengaruhi sirkulasi ke KIPI Maloy yaitu :

1. Jaringan jalan kolektor primer nasional, yaitu :ruas jalan Sp. 3 Sangkulirang – Pelabuhan Maloy;

2. Jaringan jalan kolektor primer kabupaten, yaitu : ruas jalan Sp. 4 Kaliorang – Sangkulirang; ruas

jalan Sp. 4 Kaliorang – Maloy;

3. Jaringan jalan lokal primer, yaitu seluruh jalan

4. Terminal angkutan barang dan penumpang, yaitu :

a. Terminal tipe B; Sangatta dan Sangkulirang

b. Terminal tipe C; seluruh ibukota kecamatan

c. Terminal barang; Kaliorang (sebagai dukungan untuk Pelabuhan Maloy)

5. Jaringan layanan angkutan lalulintas umum , yaitu : Sangatta – Sangkulirang; Sangkulirang –

Kaliorang;

Pada KIPI Maloy sebagai pusat investasi pembangunan industri hilirisasi CPO, tentunya

membutuhkan infrastruktur pendukung. Adapun infrastruktur jalur darat yang sedang

dikembangkan pada KIPI Maloy adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Infrastruktur Darat Sebagai Infrastruktur Pendukung KIPI Maloy

No Jenis Infrastruktur Darat 1 Pembangunan Jalan Akses menuju Kawasan

Industri Maloy (12km) 2 Pembangunan Rel Kereta Api Ma.

Wahau – Lb.Tutung (115km) Tabang – Lb.Tutung (185km)

3 Pembangunan Jembatan Manor Bulatn Sumber: MP3EI Kalimantan Timur

Pembangunan Jembatan Tulur Aji Jelangkat (Manor Bulatan) merupakan jembatan untuk membuka

akses Kutai Barat – Kutai Kartanegara – Kutai Timur, jembatan ini dibangun untuk mendukung

kelancaran distribusi orang dan barang ke Kawasan Industri Maloy dari arah Barat. Pada

pelaksanaannya telah dibangun jalan akses menuju jembatan Tulur Aji Jejangkat.

Page 18: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

16

3.2.1.2 Transportasi Laut

Berdasarkan peta jalur pelayaran internasional, KIPI Maloy sebagai kawasan pengembangan

industri terpadu dilengkapi dengan Pelabuhan Internasional Maloy, direncanakan ke depan sebagai

pusat distribusi barang ekspor dan impor produksi industri.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Kutai Timur tahun 2012 – 2032, rencana pengembangan sistem

transportasi laut yaitu :

1. Pelabuhan pengumpul, yaitu Pelabuhan Maloy

2. Pelabuhan pengumpan, yaitu Pelabuhan Sangatta dan Pelabuhan Sangkulirang

3. Terminal khusus, yaitu 12 pelabuhan khusus yang merupakan pelabuhan khusus batubara dan

pelabuhan khusus pertamina

4. Alur pelayaran, terdiri dari:

a. Sangatta – Barru – Majene (Sulawesi Selatan) PP;

b. Sangatta – Tanjung Redeb PP;

c. Sangatta – Pare-pare (Sulawesi Selatan) PP;

d. Sangatta – Samarinda – Balikpapan PP; dan

e. Sangatta – Tanjung Redeb – Makassar (Sulawesi Selatan) PP.

Berdasarkan kajian Pematapan Materi Teknis dan Penyiapan Raperda RTR 4 Kawasan Strategis

Kawasan Industri Maloy, DPU Provinsi Kalimantan Timur, 2012 bahwa disebutkan :

1. Pelabuhan kargo dan tangki timbun sebagai pelabuhan khusus skala pelayaran internasional

2. Pelabuhan maloy sebagai pelabuhan umum skala pelayaran internasional

3. Pelabuhan batubara pelabuhan khusus skala pelayaran intenasional

4. Pelabuhan kawasan industry sebagai pelabuhan umum skala pelayaran regional

5. Pelabuhan Maloy diarahkan sebagai pelabuhan barang dengan lingkup pelayanan

internasional dan regional. Pelabuhan Maloy merupakan pintu gerbang distribusi dan koleksi

seluruh hasil industri dan pertanian yang dihasilkan oleh Kabupaten Kutai Timur. Pelabuhan

Sangkulirang dan Pelabuhan Sangatta direncanakan untuk dapat melayani angkutan

penumpang umum yang melayani rute-rute nasional dan terintegrasi dengan alur pelayaran

nasional yang dikelola oleh PT. PELNI.

3.2.2 Sumber Daya Air dan Jaringan Energi/Kelistrikan

3.2.2.1 Sumber Daya Air

Pembangunan industri hilirisasi CPO tentunya membutuhkan sumber air terkait pemenuhan

pasokan air terhadap Kawasan Industri. Kawasan industri didalam berbagai aktivitasnya

membutuhkan air bersih dalam jumlah yang relatif cukup besar. Sumber air yang potensial

dijadikan sebagai sumber air bagi KIPI Maloy adalah Sumber Air Sekerat dan Sungai Kaliorang.

A. Sumber Air Sekerat

Page 19: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

17

Lokasi Sumber Air berada di Desa Sekerat Kecamatan Bengalon, sumber air ini terletak di pesisir

pantai sekerat di desa sekerat, sumber air ini merupakan artesis dengan estimasi debit aquifer

berkisar antara 1 – 1,5 m3/detik. Berdasarkan interpretasi peta HIDROGEOLOGI Regional yang

dikeluarkan Kemetrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) diketahui bahwa sumber air

Sekerat mempnyai potensi akuifer sebesar 100-500 liter/detik.

Secara fisik, sumber air sekarat merupakan salah satu alternatif terbaik untuk mensuplai

kebutuhan air bersih di kawasan Maloy, yakni dengan asumsi pengambilan sebesar 0,5 m3/detik

atau 500 liter/detik, Adapun sesuai dengan kebutuhan air untuk kawasan industri pelabuhan

internasional yaitu sebesar 472 liter/detik mengacu pada standar Peraturan Menperin no 35 tahun

2010 sebesar 0.75 l/det/ha.

Jarak sumber air sekarat ke KIPI Maloy adalah sekitar 12 km, dengan pertimbangan jarak dan

karakteristik wilayah antara lokasi sumber air dan lokasi Maloy, maka konsep rencana suplesi air

baku tersebut akan dilakukan dengan sistem pipanisasi dari desa Sekerat (lokasi sumber air)

menuju ke kawasan pengembangan Maloy.

Sumber: Booklet Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku KIPI Maloy, Kabupaten Kutai Timur

Gambar 3.2 Bendung Sekerat

3.2.2.2 Sungai Kaliorang

Salah satu sumber air permukaan yang terdekat dengan kawasan Maloy adalah sungai Kaliorang

atau penduduk setempat menamai Kali Progo. Sumber ini memiliki luas DAS ± 35 km2 dengan

panjang sungai 19 km. Debit aliran dasar dari sungai diperkirakan hanya mencapai 200 liter/detik

pada saat kondisi musim kering, namun pada saat terjadi musim hujan debit normal sungai

Kaliorang bias mencapai 3 – 4 kali dari debit minimum tersebut.

Saat ini Sungai kaliorang telah dimanfaatkan untuk pemenuhan air baku bagi Daerah irigasi (D.I.)

Kaliorang seluas 1220 Ha yang masih berada dalam masa konstruksi. Dan telah dilakukan

perencanaan desain Bendungan Kaliorang yang direncanakan untuk suplai air irigasi D.I. Kaliorang

dan Suplasi Air Baku KIPI Maloy. Namun dalam pelaksanaannya terdapat permasalahan (Booklet

Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku KIPI Maloy, Kabupaten Kutai Timur, 2014) yaitu sebagai

berikut:

Page 20: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

18

1. Pembebasan lahan seluas 120 Ha oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur masih dalam

tahap Penetapan lokasi.

2. Pengesahan Dokumen AMDAL Bendungan Kaliorang belum selesai dan terkendala Surat

penetapan lokasi

3. Sertifikasi Desain Bendungan, belum selesai. Kendala : kurang dokumen AMDAL dan Izin

lokasi.

3.2.3 Jaringan Energi/Kelistrikan

Berdasarkan profil kawasan Maloy, Rencana pengembangan sistem tenaga listrik dan prasarana

energi di Kawasan Maloy antara lain :

1. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Sangkulirang di Kecamatan

Sangkulirang

2. Gardu Induk (GI) Sangatta di Kota Sangatta dan Sangkulirang di Kecamatan Sangkulirang

3. Gardu Induk (GI) Maloy Kecamatan Kaliorang (Tegangan 150 KV)

4. Pengembangan Pembangkit Listrik

5. Tenaga Diesel (PLTD) di Kawasan Industri Maloy

6. Pengembangan Sistem Jaringan Pipa Minyak dan Gas Bumi yaitu depo BBM Sangkulirang

Berdasarkan Dokumen MTKEZ bahwa PT Bakrie Power akan berinvestasi energy kelistrikan

dengan kapasitas 2 x 100 MW dan akan didistribusikan untuk MTKEZ sebesar 200 KVA. Rencana

pelaksanaan pembangunan tahun 2013.

Kondisi eksisting kawasan studi belum terlayani jaringan energy kelistrikan, permukiman yang

berada di kawasan dilayani dengan genset yang diatur pola pemakaiannya.

Pada Kabupaten Kutai Timur, telah direkomendasikan adanya sumber energy cadangan, yang

bersumber dari 2 sumber energi yang cukup potensial diwilayah tersebut, yaitu : Genset dan

Tenaga Surya.

Pada kawasan studi terdapat genset, sebanyak 1 (satu) unit untuk melayani permukiman kelurahan

Maloy, dengan kapasitas 20 KVA.

Page 21: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

19

BAGIAN 4 ANALISIS PRA KELAYAKAN

4.1 Tinjauan Kesesuaian Lokasi

4.1.1 Kesesuaian Lokasi Berdasarkan Tata Ruang

Industri hilirisasi di Provinsi Kalimantan Timur, diletakkan di KIPI (Kawasan Industri dan

Pelabuhan Internasional Maloy). Adapun berdasarkan RPJMD Kaltim Tahun 2013-2018, Kawasan

Industri dan Pelabuhan Internasional Maloy terletak di Kecamatan Kaliorang dan Kecamatan

Sangkulirang, Kabupaten Kutai Timur dengan luas areal 5.305 Ha. Berdasarkan Inpres Nomor 1

tahun 2010 dan dokumen Masterplan Perluasan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI), KIPI Maloy diarahkan untuk menjadi pusat pengolahan kelapa sawit, oleochemical, dan

industri turunannya. Berdasarkan Masterplan 2012, tahap awal pembangunan KIPI Maloy seluas

areal 1.000 Ha dan tahap dua seluas 4.305 Ha.

KIPI Maloy 1 berlokasi di Kecamatan Kaliorang dan KIPI Maloy tahap 2 berlokasi di Kecamatan

Sangkulirang, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. KIPI Maloy dalam perspektif tata

ruang, terdiri dari zona lindung dan zona budidaya, kedua zona tersebut berpengaruh terhadap

perkembangan kawasan secara keseluruhan.

4.1.1.1 Zona Lindung

Pada kawasan KIPI Maloy, terdapat kawasan lindung berupa kawasan mangrove yang terletak di

pulau-pulau Kecil yang tercakup dalam Kecamatan Sangkulirang dan Kecamatan Kaliorang. Adapun

kawasan lindung ini sudah ditetapkan sebagai zonasi bagi kegiatan preservasi dan reservasi guna

guna menyeimbangkan ekosistem yang ada, dimana keberadaannya tidak bisa diganggu gugat oleh

keberadaan fungsi yang lain.

Keberadaan KIPI Maloy direncanakan sebagai industrial park (RTR KSP Maloy), sehingga memiliki

konsekuensi sebagai kawasan industri yang ramah lingkungan dengan dilengkapi oleh kawasan

hutan kota yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan konservasi dan penyangga lingkungan kota,

(pelestarian, perlindungan dan pemanfaatan plasma nutfah, keanekaragaman hayati) khususnya

kawasan industry yang ada dibawahnya serta dapat juga dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas

sosial masyarakat (secara terbatas, meliputi aktivitas pasif seperti duduk dan beristirahat dan atau

membaca, atau aktivitas yang aktif seperti jogging, senam atau olahraga ringan lainnya), wisata

alam, rekreasi, penghasil produk hasil hutan, oksigen, ekonomi (buah-buahan, daun, sayur),

wahana pendidikan dan penelitian. Adapun berdasarkan RTR KSP Maloy, kawasan hutan kota pada

Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional Maloy berada pada kawasan Blok B dengan posisi

berada di kontur yang paling tinggi, luas kawasan hutan kota sekitar 18.42 ha.

Page 22: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

20

4.1.1.2 Zona Budidaya

Pada KIPI Maloy terdapat zona budidaya yang terbagi dalam Kawasan Budidaya non Budidaya.

Kawasan Budidaya ini terdiri dari dari zona kawasan industri, perumahan, pergudangan,

kesehatan, olah raga, peribadatan, bisnis/show room, perkantoran, pabrik, pelataran, dan IPAL.

Kawasan non budidaya adalah merupakan kawasan ruang terbuka hijau (RTH), terdiri dari taman

kawasan, hijau Jalan, dan hijau perumahan.

Berdasarkan pembagian zona pada RTR KSP Maloy, rencana pengembangan zonasi di KIPI Maloy

terdapat 5 zona.

Zona Industri:

Zona 1: Industri Oleochemical

Zona 2: Industri Makanan dan Kosmetik

Zona 3: Industri Kimia dan Barat

Zona 4: Industri UMKM

Zona 5: Industri Pertanian Lain

Adapun zona-zona tersebut didukung oleh fasilitas penunjang yang meliputi perkantoran komersil,

perumahan & fasilitas, RTH dan rekreasi, Pelabuhan, IPAL, Power Plant.

4.1.2 Aksesibilitas

4.1.2.1 Jaringan Jalan

Jaringan jalan pada KIPI Maloy dalam sistem transportasi wilayah, bersinggungan dan overlay

dengan wilayah Kabupaten Kutai Timur, yang mana dipastikan akan berperan sebagai prasarana

utama dalam memperlancar proses interaksi antar wilayah kota/kabupaten Provinsi Kalimantan

Timur melalui kawasan pelabuhan sehingga dapat mempengaruhi sistem pergerakan sekitar

wilayah pengembangan dan juga akan berdampak secara luas terutama dalam wilayah perkotaan,

secara fungsional jaringan jalan KIPI MALOY dibagi dua bagian yaitu :

Jaringan internal kawasan industri (KIPI MALOY) yang diharapkan meningkatkan

aksesibilitas antar blok dalam wilayah industri yang direncanakan.

Jaringan eksternal kawasan industri (KIPI MALOY) yang diharapkan menjadi akses utama

dari (keluar) dan menuju (masuk) kawasan melalui gerbang utama (exit & entry)

Ruas jalan yang menghubungkan antara jaringan eksternal dan jaringan internal kawasan industri

yang direncanakan sekaligus merupakan pintu gerbang kawasan.

4.1.2.2 Pelabuhan

KIPI Maloy berlokasi di Kabupaten Kutai Timur, terkait keberadaan pelabuhan dalam menunjang

Kawasan Industri Hilirisasi CPO Maloy maka berdasarkan tatanan kepelabuhan di Kabupaten Kutai

Timur terdiri atas:

1. Pelabuhan Internasional, yaitu Pelabuhan Maloy di Kecamatan Kaliorang

2. Pelabuhan Regional, yaitu Pelabuhan Sangkulirang di Kecamatan Sangkulirang dan

Pelabuhan Sangatta di Kenyamukan Kecamatan Sangatta Utara; dan

Page 23: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

21

3. Pelabuhan/terminal khusus, yaitu pelabuhan khusus yang merupakan pelabuhan khusus

batubara, pelabuhan khusus pertamina dan pelabuhan khusus CPO

Pelabuhan Maloy diarahkan sebagai pelabuhan barang dengan lingkup pelayanan internasional dan

regional. Pelabuhan Maloy merupakan pintu gerbang distribusi dan koleksi seluruh hasil industri

dan pertanian yang dihasilkan oleh Kabupaten Kutai Timur. Pelabuhan Sangkulirang dan

Pelabuhan Sangatta direncanakan untuk dapat melayani angkutan penumpang umum yang

melayani rute-rute nasional dan terintegrasi dengan alur pelayaran nasional yang dikelola oleh PT.

PELNI.

4.1.2.3 Jalur Kereta Api

Pada Kawasan KIPI Maloy terdapat rencana jaringan kereta api, adapun rencana tersebut didasari

oleh arahan pengembangan jaringan jalur kereta api yang tercantum dalam MP3EI Kalimantan

Timur dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur.

Pembangunan rel kereta api di KIPI Maloy, akan dibuat menjadi dua rute yaitu:

1. Rute Muara Wahau – Lubuk Tutung dengan panjang 135 Km

2. Rute Tabang – Lubuk Tutung dengan panjang 185 Km

Gambar 4.1 Peta Rencana Pola Ruang KIPI Maloy

Sumber: RTR KIPI Maloy

Page 24: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

22

Sumber: RTR KIPI Maloy

Gambar 4.2 Peta Rencana Jaringan Jalan KIPI Maloy

4.2 Peluang Pasar Industri Hilirisasi CPO

Dalam perkembangannya, setiap perkebunan kelapa sawit pada akhirnya akan meningkatkan

produksi CPO, dimana tentunya meningkatkakan manfaat ekonomi, sosial, dan ekologis dari

industri minyak sawit. Dalam upaya memperbesar manfaat industri minyak sawit, nilai tambah

CPO dilakukan berupa hilirisasi, dengan adanya pengembangan pasar CPO dalam negeri melalui

hilirisasi perlu maka sebagian besar produksi CPO diserap didalam negeri baik untuk kebutuhan

domestik dan diekspor dalam bentuk olahan/produk jadi.

4.2.1 Industri Minyak Goreng Sawit/Margarin/Shortening

Di Indonesia, sebelum industri minyak goreng sawit berkembang, industri minyak goreng kelapa

sudah lebih dahulu berkembang dan menjadi sumber utama minyak goreng di Indonesia. Dengan

semakin langkanya bahan baku kelapa/kopra di satu pihak dan makin tersedia minyak sawit,

secara bertahap sebagian besar industri minyak kelapa beralih kepada industri minyak goreng

sawit.

Page 25: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

23

Sumber: Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI), 2014

Gambar 4.3 Perkembangan Produksi Minyak Goreng Sawit Indonesia Tahun 2000-2013

Sumber: Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI), 2014

Gambar 4.4 Rata-rata Pangsa Pasar Minyak Goreng Sawit dalam Konsumsi Minyak Goreng

Indonesia Tahun 2000-2008

Secara relatif pangsa konsumsi minyak goreng sawit menduduki pangsa terbsesar dalam total

konsumsi minyak goreng Indonesia, kemudian disusul minyak goreng lainnya (minyak kedelai,

minyak jagung) dan minyak goreng kelapa.

4.2.2 Industri Margarin/Shortening

Industri margarin/shortening di Indonesia telah memiliki sejarah yang panjang. Pada awal

perkembangannya menggunakan bahan baku minyak kelapa namun akibat kurangnya minyak

kelapa beralih pada bahan baku minyak sawit.

Pangsa produksi margarin yang dipasarkan ke pasar domestik cenderung meningkat yakni dari

sekitar 78% tahun 2000 menjadi 84% tahun 2008, sementara pangsa untuk tujuan pasar ekspor

Page 26: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

24

menurun dari 23% menjadi 15%. Tampaknya pertumbuhan pasar domestik lebih mampu

menyerap produksi margarin daripada pasar ekspor (GAPKI, 2014). Tujuan pasar eskpor margarin

Indonesia adalah Hongkong, Srilangka, Angola, Philipina, Vietnam dan Rusia. Sekitar 50% ekspor

margarin Indonesia diserap oleh negara-negara tersebut. Sedangkan sisanya ditujukan untuk

ekspor ke negara-negara lain (GAPKI, 2014).

Sumber: Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI), 2014

Gambar 4.5 Perkembangan Produksi Margarine Indonesia Tahun 2000-2013

4.2.3 Industri Biodiesel

Industri biodiesel. Industri biodiesel merupakan industri hilir minyak sawit yang masih tergolong

baru di Indonesia. Industri ini memiliki momentum untuk tumbuh-berkembang setelah harga BBM

fosil mengalami kenaikan yang signifikan di pasar dunia khususnya setelah tahun 2003. Selain itu,

keprihatinan dunia akan pemanasan global yang terutama akibat emisi CO2 dari konsumsi BBM

fosil juga ikut merangsang tumbuhnya industri biofuel di seluruh dunia termasuk di Indonesia

(Gapki, 2014).

Page 27: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

25

Sumber: Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI), 2014

Gambar 4.6 Perkembangan Produksi Biodiesel Indonesia Tahun 2000-2013

Sumber: Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI), 2014

Gambar 4.7 Perkembangan Produksi Biodiesel dan Penggunaannya di Indonesia

Industry biodiesl nasional sudah mampu memasok setidak-tidaknya 3 juta ton biodiesel untuk

kebutuhan dalam negeri. Realisasi produksi biodiesel Indonesia sejauh ini belum diperoleh data

yang akurat, dengan Indonesia sebagai produksi CPO terbesar di dunia, sebenarnya Indonesia juga

akan mampu menjadi produsen biofuel terbesar dunia. Dari produksi perkebunan kelapa sawit

saja, Indonesia dapat menghasilkan biopremium, biogasolin, biopertamax, dan biosolar jika serius

mengembangkannya. Produk biofuel tersebut selain dapat diperbaharui (renewable energy) juga

ramah lingkungan (environtment friendly) (GAPKI, 2014).

Page 28: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

26

4.3 Kelayakan Industri Hilirisasi CPO di KIPI Maloy

4.3.1 Aspek Sosial

Peningkatan produksi CPO maupun hilirisasi menciptakan kesempatan kerja baru. Teknologi pada

industri minyak sawit yang umumnya lebih padat karya (labor intensive), berarti setiap

peningkatan produksi pada industri minyak sawit akan menggunakan banyak tenaga kerja.

Tabel 4.1 Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Sawit Nasional Tahun 2013-

2050

Tahun Tenaga Kerja

Perkebunan Sawit Supplier Industri Hilir Total

2013 5.005.412 500.541 96.864 5.602.818

2014 5.105.446 510.545 101.236 5.717.227

2015 5.360.718 536.072 110.629 6.007.420

2016 5.628.754 562.875 130.589 6.322.218

2017 5.910.192 591.019 133.547 6.634.758

2018 6.205.702 620.570 136.538 6.962.809

2019 6.404.409 640.441 139.578 7.184.428

2020 6.652.516 665.252 142.653 7.460.420

2025 7.893.047 789.305 219.520 8.901.872

2030 9.133.579 913.358 262.350 10.309.286

2035 10.374.111 1.037.411 288.660 11.700.181

2040 11.614.642 1.161.464 314.970 13.091.076

2045 12.855.174 1.285.517 341.280 14.481.971

2050 14.095.705 1.409.571 367.590 15.872.866

Sumber: Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI), 2014

Penyerapan tenaga kerja pada industri minyak sawit nasional di proyeksikan meningkat dari 5,6

juta tahun 2013 menjadi 7.5 juta tahun 2020, dan menjadi 15.8 juta tahun 2050.

4.3.2 Aspek Lingkungan Hidup

Analisis Kelayakan Lingkungan dilakukan untuk menjawab apakah keberadaan rencana Industri

Hilirisasi CPO di KIPI Maloy akan berdampak terhadap lingkungan. Dampak lingkungan ini dapat

diidentifikasi dari saat kegiatan kegiatan konstruksi, dan pengolahan.

Page 29: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

27

Tabel 4.2 Kajian Analisa Dampak Keberadaan Industri Hilirisasi CPO Terhadap Lingkungan Hidup

No Kegiatan Keterangan Dampak Positif Dampak Negatif

1 Konstruksi Pembangunan Pondasi dan Main Building

Proses pembangunan pabrik merupakan hal utama atau hal dasar yang harus dilakukan untuk membangun perkebunan kelapa sawit. Karena pabrik merupakan tempat terjadinya proses pengolahan

1. Kebisingan terhadap masyarakat sekitar terutama dalam proses penancapan tiang pancang pondasi bangunan

2. Ramainya para pekerja yang datang untuk pembangunan pabrik dapat menimbulkan ketidak tenangan terhadap warga sekitar

Pendatangan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang akan membantu segala aktifitas pengolahan pabrik yang tidak dapat dilakukan oleh manusia.

1. Kebisingan 2. Kerusakan terhadap jalan yang dilalui

oleh mobil pembawa sarana dan prasarana tersebut

2 Pengolahan - Menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) dan industry turunan lainnya yang memberi keuntungan secara financial, membuka lapangan pekerjaan sehingga berkurangnya pengangguran, serta dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat sekitar

Dampak Pencemaran Udara: 1. Dampak Kesehatan: Infeksi Saluran

Pernapasan (ISNA), termasuk diantaranya asma, bronchitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Zat-zat lain yang umumnya mencemari lingkungan yaitu Oksida Karbon (CO dan CO2), Oksida Sulfur (SO2 dan SO3), Oksida Nitrogen (NO dan NO2), Hidrokarbon (CH4 dan C4H10), dan Ozon (O3)

2. Dampak Terhadap Tanaman: Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu dan rawan penyakit

3. Hujan Asam pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi

Page 30: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

28

No Kegiatan Keterangan Dampak Positif Dampak Negatif

dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas air permukaan, kerusakan tanaman, bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan, mempengaruhi kualitas air tanah

4. Perubahan Iklim Regional dan Global 5. Efek Rumah Kaca 6. Limbah gas yang dihasilkan industri

kelapa sawit dapat berupa gas hasil pembakaran serat dan cangkang untuk pembangkit energi serta gas metan dan CO2 yang dihasilkan oleh kolam-kolam pengolahan limbah cair. Limbah gas ini akan menyebabkan meningkatnya kadar CO2 dan mengakibatkan polusi udara

Dampak Pencemaran Air: Limbah Cair, limbah cair yang dihasilkan berupa Palm Oil Mill Effluent (POME) air buangan kondensat (8-12 %) an air hasil pengolahan (13-23 %) (Naibaho, 1996) Dampak Pencemaran Tanah: Limbah Padat, Limbah padat yang dihasilkan oleh industri pengolahan kelapa sawit terdiri atas tandan kosong kelapa sawit (20-23 %), serat (10-12 %), dan tempurung / cangkang (7-9 %) (Naibaho, 1996).

Sumber: Kesuma, 2015

Page 31: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

29

Berdasarkan dampak-dampak negatif yang telah dijelaskan pada tabel di atas, tentunya sangat

penting dalam pembangunan industri hilirisasi CPO di KIPI Maloy memperhatikan dampak-dampak

tersebut, sehinga nantinya pada tahap pengolahan dampak-dampak tersebut dapat diminimalisir,

tentunya dengan teknologi dan pengetahuan yang ada.

4.3.3 Aspek Ekonomi dan Investasi

4.3.3.1 Asama Lemak dari Minyak Kelapa Sawit

Analisa ekonomi berfungsi untuk mengetahui apakah pabrik yang akan didirikan dapat

menguntungkan atau tidak dan layak atau tidak jika didirikan berdasarkan valuasi

ekonominya. Berdasarkan evaluasi ekonomi yang telah dilakukan pabrik direncanakan beroprasi

selama 330 hari pertahun dengan jumlah karyawan 200 orang, maka:

1. Modal tetap sebesar Rp 572.752.895.400,00 pertahun

2. Modal kerja sebesar Rp.216.237.018.898,00 pertahun

3. Kebutuhan Raw Material CPO 72.804,66 ton/tahun

4. Kebutuhan Bahan Penolong HCl 1.2712 ton/tahun, NaOH 1.394 ton/tahun

5. Kebutuhan listrik 520kW

6. Kebutuhan Air 102.277 m3/tahun

Setelah dipotong pajak, keuntungan mencapai Rp.278.952.090.059,17 per-tahun

Percent Return On Investment (ROI) sesudah pajak sebesar 40,97%. Pay Out Time (POT) setelah

pajak adalah 2,12 tahun. Break Event Point terjadi pada kapasitas produksi 31,19% dengan asumsi

sebagai berikut:

1. Harga listrik Rp 1.250 /kwh

2. 1USD = Rp 13.500

3. Harga CPO = 818 USD/ton

4. Harga Produk = 1604 USD/ton

5. Jarak rata-rata pabrik CPO =30 km

Page 32: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

30

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Gambar 4.8 Analisis Sensitivitas Pabrik Asam Lemak dari CPO

Berdasarkan Gambar di atas, terlihat bahwa pabrik asam lemak sangat sensitif terhadap harga

bahan baku dan harga jual dari produknya. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan

harga jual asam lemak (produk) sebesar 20% akan menurunkan ROI hingga di bawah 20%.

Sebaliknya, kenaikan harga CPO (bahan baku) sebesar 20% akan mengakibatkan penurunan ROI

dari 44,79% hingga menjadi 25,68%. Hasil analisis sensitifitas tersebut menunjukkan bahwa

semenjak pabrik didirikan, pihak manajemen pabrik asam lemak harus sudah mempersiapkan

strategi untuk menghadapi kemungkinan naiknya harga bahan baku atau turunnya harga jual

produk, sehingga usahanya akan dapat bertahan.

4.3.3.2 Minyak Goreng

Industri minyak goreng kelapa sawit ini diperhitungkan akan membutuhkan investasi

sebesar: Rp.420.447.879.360,48, dengan kapasitas pabrik 300.000 ton/tahun produk, maka fixed

capital mencapai Rp.300.365.572.560,48 dan working capital mencapai Rp.120.082.306.800,00.

Adapun nilai tersebut berdasarkan perhitungan dari beberapa komponen, yakni sebagai berikut.

1. Keperluan Bahan Baku CPO: 330.000 ton /tahun

2. Kebutuhan listrik : 796 kW

3. Kebutuhan air : 11159 m3

4. Kebutuhan lahan : 37324 m2

5. Bahan Bakar Boiler : 5446 L/hari

6. Kebutuhan bahan Pendukung: H3PO4, Diatomic

7. Kebutuhan Tenaga Kerja : 134 orang

Page 33: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

31

Analisis ekonomi memberikan hasil besaran Return On Investment (ROI) sesudah pajak sebesar

47,28%. Pay Out Time (POT) setelah pajak adalah 2,06 tahun. Break Event Point terjadi pada

kapasitas produksi 44%.

Selain analisis ekonomi untuk mengetahui parameter-parameter kelayakan di atas, dilakukan juga

analisis sensitifitas untuk mengetahui pengaruh dari perubahan beberapa variabel ekonomi

terhadap ROI dari pabrik minyak goreng tersebut. Variabel-variabel yang dimaksud adalah harga

bahan baku, biaya transportasi, harga listrik, harga air, harga jual produk, biaya tenaga kerja, serta

tingkat suku bunga.

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Gambar 4.9 Analisis Sensitivitas Pabrik Minyak Goreng dari CPO

Berdasarkan Gambar di atas, terlihat bahwa pabrik minyak goreng sangat sensitif terhadap harga

bahan baku dan harga jual dari produknya. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan

harga jual minyak goreng (produk) sebesar 10% akan menurunkan ROI hingga di bawah 20%.

Sebaliknya, kenaikan harga CPO (bahan baku) sebesar 15% akan menurunkan ROI hingga di bawah

20%. Hasil analisis sensitifitas tersebut menunjukkan bahwa semenjak pabrik didirikan, pihak

manajemen pabrik minyak goreng harus sudah mempersiapkan strategi untuk menghadapi

kemungkinan naiknya harga bahan baku atau turunnya harga jual produk, sehingga usahanya akan

dapat bertahan.

4.3.3.3 Biodiesel

Berdasarkan evaluasi ekonomi yang telah dilakukan, pabrik direncanakan beroperasi selama 330

hari pertahun dengan kapasitas 330.000ton/tahun

1. Total Modal sebesar Rp1.964.897.983.204,11

Page 34: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

32

2. Kebutuhan Raw Material CPO 428.548 ton/tahun

3. Kebutuhan Bahan Penolong Metanol 42.588 ton/tahun, KOH 3.343ton/tahun

4. Kebutuhan listrik 1494 kW

5. Kebutuhan Air 390.898 m3/tahun

Percent Return On Investment (ROI) sesudah pajak sebesar 8,2% dengan asumsi:

1. Harga listrik Rp 1.250 /kwh

2. 1USD = Rp 13.500

3. Harga Produk = harga CPO+228USD/ton

RUGI dengan asumsi: Harga Produk = 818+125USD/ton (Keputusan Menteri ESDM No. 3239

K/12/MEM/2015 tentang Harga Indeks Pasar Bahan Bakar Nabati (Biofuel) yang Dicampurkan ke

dalam Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu dan Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan).

Percent Return On Investment (ROI) sesudah pajak sebesar 56,05%, IRR = 35,58%,

BEP=17,49%, dengan asumsi:

1. Harga Produk = 888USD/ton harga MOPS solar dari Pertamina

2. Harga CPO = Rp 6.495.000/ton (Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI).

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Gambar 4.10 Sensitifitas Industri Biodiesel

Page 35: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

33

BAGIAN 5

KESIMPULAN & REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis secara keseluruhan, dapat diambil kesimpulan bahwa Investasi

Pembangunan Industri Hilirisasi CPO di KIPI Maloy Provinsi Kalimantan Timur adalah layak. Hal

tersebut tentunya didukung oleh hasil analisis yang telah dilakukan. Secara rinci ulasan masing-

masing hasil analisis dapat dijelaskan seperti berikut.

5.1.1 Kesesuaian Lokasi dengan Tata Ruang

Pengembangan KIPI Maloy di Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya berada di Kabupaten Kutai

Timur, tidak memiliki masalah dalam penempatannya, hanya saja perlu memperhatikan bahwa di

sekitar kawasan terdapat kawasan lindung berupa kawasan mangrove yang terletak di pulau-pulau

Kecil yang tercakup dalam Kecamatan Sangkulirang dan Kecamatan Kaliorang.

Adapun kawasan lindung ini sudah ditetapkan sebagai zonasi bagi kegiatan preservasi dan

reservasi guna guna menyeimbangkan ekosistem yang ada, dimana keberadaannya tidak bisa

diganggu gugat oleh keberadaan fungsi yang lain.

Dengan demikian, tentunya Keberadaan KIPI Maloy perlu direncanakan sebagai industrial park

(RTR KSP Maloy), sehingga memiliki konsekuensi sebagai kawasan industri yang ramah lingkungan

dengan dilengkapi oleh kawasan hutan kota yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan konservasi

dan penyangga lingkungan kota, (pelestarian, perlindungan dan pemanfaatan plasma nutfah,

keanekaragaman hayati) khususnya kawasan industry yang ada dibawahnya serta dapat juga

dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas sosial masyarakat (secara terbatas, meliputi aktivitas pasif

seperti duduk dan beristirahat dan atau membaca, atau aktivitas yang aktif seperti jogging, senam

atau olahraga ringan lainnya), wisata alam, rekreasi, penghasil produk hasil hutan, oksigen,

ekonomi (buah-buahan, daun, sayur), wahana pendidikan dan penelitian.

5.1.2 Kesesuaian Lokasi dengan Aksesibilitas

Aksesibilitas pada kawasan industri memiliki fungsi yang sangat penting terutama dalam rangka

kemudahan mobilitas pergerakan dan tingkat pencapaian (aksesibilitas) baik dalam penyediaan

bahan baku, pergerakan manusia dan pemasaran hasil-hasil produksi. Adapun aksesibilitas yang

nantinya akan mendukung KIPI Maloy adalah tidak hanya dari jaringan jalan saja melainkan

pelabuhan, dan jalur kereta api, yang masing-masing masih dalam progress pembangunan.

Page 36: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

34

5.1.3 Peluang Pasar

Peluang pasar merupakan proses riset terhadap faktor-faktor lingkungan eksternal yang

mempengaruhi kegiatan usaha suatu perusahaan. Dalam konteks pengembangan investasi

pembangunan hilirisasi CPO, analisa peluang pasar bertujuan untuk mengetahui pangsa pasar

produk turunan CPO baik di Indonesia maupun internasional.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, pangsa pasar produk asam lemak, minyak goreng dan

biodiesel menunjukkan bahwa konsumsi terhadap produk tersebut semakin meningkat dan bahkan

memiliki pangsa pasar ekspor ke Negara-negara lain, tentunya hal tersebut lah yang menjadi dasar

bahwa hasil dari keberadaan industri hilirisasi CPO akan membentuk suatu sistem perekonomian

yang menguntungkan bukan hanya menguntungkan untuk Indonesia saja melainkan

menguntungkan juga bagi para investor.

5.1.4 Kelayakan Industri Hilirisasi CPO

5.1.4.1 Aspek Sosial

Dengan adanya pengembangan investasi pembangunan industri hilirisasi CPO di KIPI Maloy tentunya

hal tersebut berpengaruh kepada kondisi sosial disekitarnya. Adapun kondisi sosial yang dimaksud adalah

terkait tenaga kerja, dengan adanya investasi pembangunan tersebut tentunya akan menyerap tenaga kerja

baik secara regional Provinsi Kalimantan Timur maupun secara kawasan, dimana KIPI Maloy berada di

Kabupaten Kutai Timur.

5.1.4.2 Aspek Lingkungan Hidup

Dalam pembangunan industri hilirisasi CPO, terdapat beberapa pertimbangan-pertimbangan pengelolaan

lingkungan hidup yaitu pada tahap konstruksi dan pengolahan yang tentunya perlu diperhatikan.

Dengan adanya pertimbangan pada tahap-tahap tersebut, diharapkan pembangunan pabrik industri

hilirisasi CPO akan meminimalisir dampak-dampak yang yang akan ditimbulkan oleh pembangunan

tersebut sehingga tidak merusak lingkungan di sekitarnya.

5.1.4.3 Aspek Ekonomi dan Investasi

5.1.4.3.1 Asam Lemak

Investasi Pembangunan Hilirisasi CPO di KIPI Maloy beruapa pabrik asam lemak dapat

dikatakan layak ivestasi dengan :

1. IRR 71,76%

2. Break Even Point 31,19%

3. Payback Period 2,12 tahun

4. ROI 40,97%

Sensitifitas yang berpengaruh besar adalah harga bahan baku dan produk

Page 37: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

35

5.1.4.3.2 Minyak Goreng

Investasi Pembangunan Hilirisasi CPO di KIPI Maloy beruapa pabrik minyak goreng dapat

dikatakan layak ivestasi dengan :

1. IRR 131,56%

2. Break Even Point 44,00 %

3. Payback Period 2,06 tahun

4. ROI 47,28 %

Sensitifitas yang berpengaruh besar adalah Sensitifitas yang berpengaruh besar adalah harga bahan

baku dan raw material harga bahan baku dan produk.

5.1.4.3.3 Biodiesel

Investasi Pembangunan Hilirisasi CPO di KIPI Maloy berupa pabrik biodiesel dapat dikatakan

layak ivestasi dengan :

1. IRR 35,58%

2. Break Even Point 17,49 %

3. ROI 56,05 %

Sensitifitas yang berpengaruh besar adalah Sensitifitas yang berpengaruh besar adalah harga bahan

baku dan raw material harga bahan baku dan produk serta kebijaksanaan pemerintah.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan masing-masing analisis yang telah disampaikan di atas, maka

rekomendasi yang perlu dilakukan terkait adanya Pembangunan Industri Hilirisasi CPO di KIPI

Maloy Provinsi Kalimantan Timur, adalah sebagai berikut .

1. Kesiapan infrastruktur perlu diperhatikan, dan dilakukan report secara berkala, sehingga

investasi pun dapat segera dilaksanakan

2. Pembangunan suatu pabrik pada suatu kawasan tidak terlepas dari akan adanya dampak yang

terjadi khususnya dampak lingkungan, tentunya dalam pembangunan suatu pabrik diperlukan

suatu kajian AMDAL guna mendapatkan gambaran mengenai dampaknya suatu pabrik terhadap

lingkungan sekitar dan dapat diketahui cara yang tepat untuk meminimalisir dampak yang akan

mengenai lingkungan tersebut.

Page 38: BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH … · masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi di

36