hukum perijinan

42
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Izin Dengan memberikan izin, penguasa memperkenankan orang yang dalam memohonya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu, ini menyangkut perkenan bagi suatui tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya. 1 Perizinan merupakan salah satu bentuk pelaksanaan dari pengaturan yang bersifat pengendalaian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegaiatan yang dilakukan oleh masyarakat, dan izin untuk melakuakan suatu tindakan atau kegiatan usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau usaha. Masalah perizinan merupakan masalah yang sifatnya cukup prinsipal, dilihat dari perkara tidak boleh ditariknya keputusan, tidak boleh dicampur baurkan dengan hal bahwa suatu keputusan tidak lagi penting, artinya setelah beberapa waktu karena maksudnya hanya sebagai izin untuk melakukan suatu perbuatan tertentu saja, karenanya seseorang yang dalam melakukan tindakan berupa kegaiatan haruslah mempunyai izin dan pada dasarnya dapat diubah atau ditarik kembali. Tinjauan dari perizinan itu sendiri adalah untuk mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang- undang tidak seluruhnya dianggap salah. 1 Mr. J. B. J.M Ten Berge disuting oleh Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Cetakan I, Penerbit Yuridika, Surabaya, 1993, hlm. 2 1

Upload: indah-tri-winanti

Post on 05-Jul-2015

5.095 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hukum Perijinan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Izin

Dengan memberikan izin, penguasa memperkenankan orang yang dalam

memohonya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu, ini menyangkut perkenan bagi

suatui tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus

atasnya.1

Perizinan merupakan salah satu bentuk pelaksanaan dari pengaturan yang

bersifat pengendalaian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegaiatan yang

dilakukan oleh masyarakat, dan izin untuk melakuakan suatu tindakan atau kegiatan

usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau

seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau usaha.

Masalah perizinan merupakan masalah yang sifatnya cukup prinsipal, dilihat

dari perkara tidak boleh ditariknya keputusan, tidak boleh dicampur baurkan dengan hal

bahwa suatu keputusan tidak lagi penting, artinya setelah beberapa waktu karena

maksudnya hanya sebagai izin untuk melakukan suatu perbuatan tertentu saja,

karenanya seseorang yang dalam melakukan tindakan berupa kegaiatan haruslah

mempunyai izin dan pada dasarnya dapat diubah atau ditarik kembali. Tinjauan dari

perizinan itu sendiri adalah untuk mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat

undang-undang tidak seluruhnya dianggap salah.

Didalam Hukum, istilah izin disebut juga dengan Vergunning, dan tidaklah

mudah untuk memberikan definisi mengenai apa yang dimaksud dengan Izin. Menurut

beberapa pakar yang di maksud dengan izin adalah

a. Van der Pot : “ Het is Uiterst moelijk voor begrip vergunning een definitiete vinden

“ ( Sangat sukar membuat definisi untuk menyatakan pengertian izin itu ).

b. Kamus Hukum : “ Overheidstoestemming door wet of verordening vereistgesteld

voor tal van handeling waarop in het algemeen belang special toezicht

1 Mr. J. B. J.M Ten Berge disuting oleh Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Cetakan I, Penerbit Yuridika, Surabaya, 1993, hlm. 2

1

Page 2: Hukum Perijinan

vereist,maar die,in het algemeen,niet als onwenselijk worden beschouwd

“( perkenan / izin dari peme rintah berdasarkan undang- undang atau peraturan

pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada umumnya memerlukan

pengawasan hukum, tetapi yang pada umumnya tidaklah dianggap sebagai hal-

hal yang sama sekali tidak dikehendaki ).

c. Sjahran Basah : Perbuatan Hukum administrasi negara bersegi satu yang

mengaplikasikan peraturan dalam hal konkreto berdasar kan persyaratan dan

prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pendapat para ahli mengenai pengertian perizinan diantaranya :

1) Menurut Utrecht :

Izin adalah bilamana perbuatan tidak pada umumnya melarang suatu

perbuatan tetapi masih juga memperkenankan asal saja diadakan secara masing-

masing hal secara kongkrit maka perbuatan administrasi Negara yang

memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin.2

2) Menurut Prins :

Izin (vegunning) adalah keputusan administrasi negara berupa peraturan

tidak umumnya melarang suatu perbuatan tapi masih juga memperkenankan asal

saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal yang kongkrit.3

3) N.M.Spelt dan J.B.J.M ten Berger :

“Izin adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam

hukum administrasi.Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk

mengemudikan tingkah laku warga masyarakat.

Izin adalah suatu persetujuaan dari penguasa berdasarkan undang-undang

atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari

ketentuan –ketentuaan larangan perundangan. Dengan memberi izin, penguasa

memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan

tertentu yang sebenarnya dilarang.Ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan

2 E. Utrecht. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Cet VI, PT. Penerbit dan Balai Buku Ichtiar, Jakarta, 1963, hlm. 152.

3 Prins, Hukum Administrasi, Jakarta. 1976.

2

Page 3: Hukum Perijinan

yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khususnya atasnya.Ini

adalah paparan luas darI pengertian izin.

Adapun bentuk-bentuk lain dari perizinan itu sendiri adalah dispensasi, izin,

lisensi, dan konsesi. Dalam memberikan pengertian terhadap bentuk-bentuk dari

perizinan tersebut disini penulis akan menjelaskan satu persatu dimana bentuk-bentuk

perizinan adalah :

1) Dispensasi

Dispensasi adalah tindakan pemerintah yang menyebabkan suatu peraturan

undang-undang menjadi tidak berlaku lagi bagi suatu hal yang istimewa.4 Menurut

Ateng Syafrudin,dispensasi bertujuan untuk menembus rintangan yang sebetulnya

secara normal tidak diizinkan., jadi berarti menyisihkan pelarangan dalam hal yang

khusus (relaxatie legis ).

Adapun pemberian dispensasi haruslah memenuhi persyaratan tertentu yang

diatur didalam peraturan yang berlaku dan agar setiap orang dapat melakukan

perbuatan hukum yang dapat menerobos dari peraturan yang telah berlaku, namun

hal tersebut tidak terlepas dari peran yang dimiliki kekuasaan yaitu pemerintah untuk

memberikan dispensasi yang harus jelas batasnya.

2) Lisensi

Nama lisensi nampaknya tepat untuk izin dalam menjalankan suatu usaha,

izin tersebut tidak menjamin bahwa yang memperoleh lisensi tidak akan campur

tangan dalam perusahaan atau bidang usaha yang dilakukan. Meskipun lisensi

memberikan suatu keluasaan terhadap usaha tersebut.

3) Izin

Izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau

peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-

ketentuan larangan perundangan.5

4) Konsesi

Bedanya dangan izin, konsesi senantiasa mengenai pekerjaan yang karena

berkaitan dengan kepentingan umum harus benar-benar dilaksanakan. Maka dari itu

pemegang konsensi baik oleh undang-undang maupun dengan cara mengadakan

4 Mr. W. F Prins-R. Kosim Adisapoetra, Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara, PT. Pradny Paramitta, Jakarta, hlm. 71

5 Phliphus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Penerbit Yunidika, Surabaya, 1993, hlm. 2

3

Page 4: Hukum Perijinan

persyaratan, pemegang konsensi hamper senantiasa diwajibkan untuk

melaksanakan pekerjaan yang diizinkan kepadanya dalam waktu yang tertentu dan

dapat dilaksanakan dengan penyelenggaraan yang teratur.

Contoh konsesi adalah apabila pihak swasta memperoleh delegasi

kekuasaan dari pemerintah untuk melakukan suatu pekerjaan yang seharusnya

dikerjakan oleh pemerintah. Adapun tugas pemerintah adalah menyelenggarakan

kesejahteraan umum. Jadi kesejahteraan atau kepentingan umum harus selalu

menjadi persyaratan utama, dan bukan untuk mencari keuntungan semata-mata.

Pendelegasiaan wewenang itu diberikan karena pemerintah tidak mempunyai cukup

tenaga maupun fasilitas untuk melakukan sendiri. Konsesi ini dapat diberikan

hamper dalam segala bidang.6

Sebagai perbuatan hukum yang sepihak dari pemertintah, perizinan

menimbulkan hak dan kewajiban bagi si pemohon yang perlu ditetapkan dan diatur

dalam peraturan perundangan agar terdapatnya kepastian serta kejelasan, baik

mengenai persyaratan dan juga mengenai prosedur pemberian izin.

Masyarakat pada umumnya adalah manusia yang sangat menghendaki suatu

keteraturan, maka untuk itulah diperlukan berbagai peraturan agar segala tindakan yang

ada didalam masyarakat dapat ditetapkan oleh penguasa atau pemerintah. Hal tersebut

merupakan hal yang menerangkan bahwa maksud dari izin itu sendiri adalah suatu

tindakan yang pada mulanya dilarang, namun dengan memenuhi syarat yang telah

ditentukan membuat hal yang dilarang itu biar diperbolehkan.

Izin yang diberikan tersebut merupakan kewenangan dari pemerintah, yang

berarti bahwa pemerintahakan memperbolehkan serta memberikan izin kepada

seseorang sebagai pemohon untuk melakukan suatu tindakan pada lokasi atau tempat

tertentu yang sebelumnya merupakan suatu tindakan yang dilarang.

Izin merupakan instrument yang banyak digunakan dalam hukum

administrasi. Pemerintah mengeluarkan izin untuk mengatur segala tindakan –tindakan

yang terdapat didalam masyarakat, agar tidak bertentangan dengan ketentuan serta

perundang-undangan yang berlaku.

Menurut E. Utrecht yang dikutip Y. W. Sunindhia dan Ninik Widiawati,

pengertian izin atau vergunning yaitu :

6 Marbun, Moh, Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Penerbit Liberty, Yogyakarta, hlm. 94-96.

4

Page 5: Hukum Perijinan

Bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan

tetapi masih juga memperkenankan asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk

masing-masing hal konkrit, maka perbuatan administrasi Negara yang

memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (verguning).7

Izin dapat dibagi menjadi dua bagian : 8

1. Izin dalam arti yang luas yaitu suatu tindakan dilakukan demi kepentingan umum,

maksudnya yaitu pemerintah membolehkan pemohon untuk melakukan tindakan-

tindakan yang sebenarnya dilarang.

2. Izin dalam arti yang sempit yaitu bahwa suatu perbuatan mengenai izin pada

dasarnya merupakankeinginan dari pembuat undang-undang. Tujuannya untuk

mengatur segala tindakan yang dianggap merupakan tindakan yang tercela. Izin

merupakan tindakan yang sebelumnya dilarang lalu diperkenankan agar tindakan

tersebut dapat diperbolehkan.

Yang pokok pada izin (dalam arti sempit ) ialah bahwa suatu tindakan

dilarang,terkecuali diperkenankan, dengan tujuan agar dalam ketentuanketentuan yang

disangkutkan dengan perkenan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu bagi

tiap kasus.Jadi persoalannya bukanlah untuk hanya memberi perkenan dalam keadaan-

keadaan yang sangat khsuus,tetapi agar tindakan-tindakan yang diperkenankan agar

dilakukan dengan cara tertentu ( dicantumkan dalam ketentuan-ketentuan ).

B. Unsur-unsur Perizinan

Izin adalah perbuatan atau tindakan pemerintah yang bersegi satu untuk

diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur dan persyaratan tertentu/khusus.

Dari persyaratan tersebut dapat diperoleh unsur-unsur perizinan yaitu :9

1) Instrument yuridis

2) Peraturan perundang-undangan

3) Organ pemerintah

4) Peristiwa konkret

5) Prosedur dan persyaratan

7 Y. W. Sunindhia, dan Ninik Widianti, Administrasi Negara dan Peradilan Administrasi, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hlm 105-106.

8 Mr. J. B. J. M Ten Berge, Op. cit, hlm 39 Ridwan. HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Cet ke 2, Yogyakarta, 2003, Hal 150.

5

Page 6: Hukum Perijinan

Untuk memperjelas unsur-unsur perizinan tersebut diatas, maka akan diuraikan

sebagai berikut :10

1) Instrumen yuridis

Berkaitan dengan tugas negara, terdapat perbedaan antara tugas dari negara

hukum klasik dan tugas negara hukum modern (terutama dalam melaksanakan

tugasnya), perbedaan adalah sebagai berikut :

1. Negara hukum klasik

Tugas dan kewenangan pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan

merupakan tugas negara hukum klasik.

2. Negara hukum modern

Tugas dan kewenangan pemerintah tidak hanya sekadar menjaga ketertiban

dan keamanan tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum.

Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, pemerintah diberi wewenang

dalam bidang pengaturan dengan instrumen yuridis untuk menghadapi peristiwa

konkret. Instrument tersebut adalah dalam bentuk ketetapan (beschikking). Beschikking

adalah instrumen hukum utama dalam penyelenggaraan pemerintah. Salah satu bentuk

ketetapan adalah izin.

Sesuai dengan jenis-jenis beschikking, izin termaksuk ketetapan konstitutif,

yang merupakan ketetapan yang menimbulkan hak baru untuk adresat dalam izin

tersebut. Izin disebut pula sebagai suatu ketetapan yang memperkenankan sesuatu

yang sebelumnya tidak dibolehkan.

2) Peraturan perundang-undangan

Sebagai negara hukum, salah satu prinsipnya adalah pemerintahan yang

berdasarkan peraturan perundang-undangan. Artinya setiap tindakan hukum

pemerintah dalam menjalankan fungsi pengaturan dan fungsi pelayanan didasarkan

pada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan dan

penegakan hukum positif perlu adanya wewenang, karena dengan wewenang dapat

melahirkan suatu instrumen yuridis yaitu ketetapan. Namun yang harus diperhatikan

oleh pemerintah adalah izin yang diterbitkan harus berdasarkan wewenang yang

diperoleh dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.

10 Ibid.

6

Page 7: Hukum Perijinan

Penerima kewenangan tersebut adalah pemerintah / organ pemerintah dari

presiden ( pemerintahan negara tertinggi / pusat, sampai dengan lurah ( pemerintahan

negara paling dasar ). Kewenangan pemerintah dalam menerbitkan izin bersifat bebas,

artinya pemerintah diberi kewenangan memberi pertimbangan tersebut didasarkan

inisiatif sendiri.

Pertimbangan tersebut didasarkan oleh :

1. Kondisi-kondisi dari pemohon yang dimungkinkan untuk dikeluarkan suatu izin.

2. Cara pertimbangan kondisi-kondisi yang ada.

3. Konsekuensi yuridis yang mungkin timbul akibat dari penolakan atau pemberi izin

dikaitkan dengan pembatasan perundang-undangan.

4. Prosedur yang harus dilakukan pada saat dan sesudah keputusan diberikan baik

penerimaan maupun penolakan pemberian izin.

3) Organ pemerintah

Organ pemerintah adalah pihak yang memiliki kewenangan untuk

mengeluarkan beschikking, termaksuk yang berbentuk sebagai izin. Dalam hal ini,

organ pemerintah yang dimaksud adalah organ yang menjalankan urusan, yaitu di

tingkat pusat (presiden sebagai administratur pusat) sampai pemerintah yang palaing

dasar (lurah sebagai administratur dasar).

Akibat dari banyaknya organ pemerintah yang memiliki wewenang untuk

menerbitkan izin, seringkali menghambat aktivitas dari pemohon izin. Hal tersebut dapat

terjadi karena keputusan yang dibuat oleh organ pemerintah tersebut memakan waktu

yang panjang, yang dapat saja merugikan pemohon izin. Oleh karena itu dalam

pelaksanaannya diperlukan deregulasi dandebirokratisasi dengan batasan-batasan

tertentu. Batasan-batasan tersebut adalah :

1. Deregulasi dan debirokratisasi tersebut tidak menghilangkan esensi dari sistim

perizinan tersebut.

2. Deregulasi hanya diterapkan pada hal-hal yang bersifat teknis administratif dan

finansial.

3. Deregulasi dan debirokratisasi tidak menghilangkan hal-hal yang bersifat prinsip

dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar perizinan.

4. Dergulasi dan debirokratisasi harus memperhatikan asas umum pemerintahan yang

layak.

7

Page 8: Hukum Perijinan

Wewenang yang diberikan kepada organ pemerintah tersebut haruslah

diperoleh dari peraturan perundang-undangan.

4) Peristiwa konkret

Sesuai dengan bentuk dan sifat dari beschikking, maka izin sebagai salah satu

jenis dari beshickking memiliki sifat yang konkret, individual, final. Berdasarkan sifat dan

bentuk izin, yang dimaksud dengan konkret atau peristiwa konkret adalah peristiwa

yang terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu, dan fakta hukum tertentu.

Dalam pelaksanaannya, peristiwa konkret yang dimohonkan izinya adalah

beragam (sesuai dengan perkembangan masyarakat). Selain itu dalam satu peristiwa

konkret dapat diterbitkan atau diperlukan beberapa izin, berdasarkan proses dan

prosedurnya tergantung dari kewenangan pemberi izin.

5) Prosedur dan persyaratan

Untuk mengajukan izin, pihak pemohon izin harus menempuh prosedur

tertentu yang ditentukan organ pemerintah yang berkaitan dengan memenuhi

persyaratan-persyaratan tertantu yang ditentukan secara sepihak oleh organ

pemerintah yang memiliki kewenangan memberi izin.

Berkaitan dengan syarat-syarat memperoleh izin, izin memiliki sifat konstitutif

dan dan kondisional, maksudnya adalah :

1. Konstitutif adalah terdapat perbuatan atau tingkah laku tertentu (perbuatan konkret)

yang harus terlebih dahulu dipenuhi.

2. Kondisional adalah penilaian dari suatu peristiwa yang akan diterbitkan izin.

Meskipun prosedur dan syarat permohonan izin dilakukan sepihak oleh

pemerintah, dalam hal ini pemerintah harus menentukanya berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

C. Tujuan Perizinan

8

Page 9: Hukum Perijinan

Pemberian izin oleh penguasa atau pemerintah terhadap pemohon izin berarti

memberikan serta memperkenankan pemohon tersebut dalam melakukan tindakan

tertentu. Secara umum perizinan itu sendiri merupakan perbuatan yang pada mula-

mulanya dilarang akan tetapi hal itu diperkenankan setelah memenuhi persyaratan yang

sudah ditentukan.

Bagi pemerintah sendiri perizinan mempunyai tujuan untuk melaksanakan

peraturan untuk sedapat mungkin menjadikan sebagai peraturan yang sesuai dengan

kenyataan nanti dilapangan, dan terhadap masyarakat pada dasarnya perizinan

merupakan bentuk dari suatu kepastian hukum yang jelas terhadap sesuatu yang

sebelumnya merupakan hal yang pada mulanya dilarang dan akhirnya diperkenankan.

Sedangkan mengenai tujuan perizinan tersebut dapat ditinjau melalui 2 sisi yaitu :11

1) Dilihat dari sisi pemerintah sebagai pemberi izin, perizinan tersebut mempunyai

tujuan sebagai berikut :

1. Untuk dapat melaksanankan peraturan, apakah ketentuan yang ada didalam

peraturan perundang-undangan tersebut tlah sesuai dengan kenyataannya di

lapangan.

2. Perizinan yang diberikan oleh pemerintah secara tidak langsung telah menjadi

sumber pendapatan terhadap daerah.

2) Dilihat dari sisi pemohon yang dalam hal ini yaitu masyarakat pada umumnya.

Perizinan yang diberikan pada masyarakat bertujuan untuk :

1. Untuk adanya kepastian hukum mengenai perizinan tersebut.

2. Untuk dapat trhindar dari hal-hal yang nantinya akan menimbulkan masalah

dikemudian hari.

3. Perizinan juga merupakan suatu fasilitas bagi masyarakat.

D. Fungsi Perizinan

11 Ayu Sri Alfathia, Pelaksanaan Perda No.2 Tahun 1991 Tentang Izin Tempat Usaha di Kota Padang, Skripsi, Fakultas Hukum Bung Hatta, Padang, 2001, hlm 15

9

Page 10: Hukum Perijinan

Sebagai suatu instrumen yuridis dari pemerintah, izin yang dianggap ujung

tombak instrumen hukum berfungsi :12

1) Pengarah

2) Perekayasa

3) Perancang masyarakat adil dan makmur

4) Pengendali

5) Penertib masyarakat (jika berkaitan dengan fungsi hukum modern)

E. Bentuk dan isi dari perizinan

Untuk kepastian hukum, diterbitkanya suatu izin harus berbentuk tertulis yang

secara umum memuat hal-hal berikut ini :13

1. Organ yang berwenang.

2. Adresat

3. Diktum

4. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatasan dan syarat-syarat merupakan

subtansi yang diputuskan dalam suatu izin.

5. Pemberian alasan (berkaitan dengan pertimbangan –pertimbangan yang harus

sesuai dengan kondisi objektif dari peristiwa/fakta serta subjek hukum).

6. Tambahan (dapat berisi tentang kemungkinan sanksi, kebijaksanaan, kebijakan

yang akan dikeluarkan).

F. Aspek Yuridis pada Izin

Menurut Spelt dan ten Berge, pada umumnya sistem ini terdiri atas larangan,

persetujuanyang merupakan dasar perkecualian (izin) dan ketentuan-ketentuan yang

berhubungan dengan izin :

1. Larangan

2. Persetujuan yang merupakan dasar kekecualian (izin)

3. Ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan izin

BAB II

12 Ridwan. HR, Op. Cit.., Hal. 15013 Ibid.

10

Page 11: Hukum Perijinan

IZIN SEBAGAI KETETAPAN PEMERINTAH

A. Penguasa dan masyarakat

Antara penguasa dan masyarakat terjalin suatu hubungan timbal balik.

Hubungan tersebut dapat dilihat dari 2 sisi. Pada sisi yang pertama penguasa memberi

pengaruh tertentu pada masyarakat. pada sisi lain masyarakat mempengaruhi

penguasa dalam menjalankan tugasnya. Dalam masyarakat penguasa melaksanakan

aneka ragam tugas. Tugas – tugas ini kadang kala dibedakan dalam tugas – tugas

mengatur dan tugas – tugas mengurus (ordenede en verzorgende taken).

Tugas mengatur dari seorang penguasa adalah segala sesuatu terutama yang

menyangkut peraturan – peraturan yang harus dipatuhi oleh warga. Contoh mengenai

hal ini ialah keterlibatan penguasa dalam perkembangan tata ruang. Dalam rangka

tugas – tugas mengatur inilah, pemerintah melahirkan sistem – sistem perizinan.

Sedangkan Tugas mengurus, terutama dalam sejarah masa kini, telah tumbuh pesat

seiring dengan berkembangnya konsep Negara ( sosiale verzorgingsstaat ), dengan

perluasan tugas penguasa, terjadi pula adanya perubahan dalam penggunaan

instrumen – instrumen pemerintahan.

Demikianlah keterlibatan penguasa dalam bidang – bidang kesejahteraan

social – ekonomi dan pemeliharaan kesehatan sangat besar. Dalam rangka tugas –

tugas mengurus,penguasa bertindak aktif dengan menyediakan sarana – sarana

( financial dan personal ). Ungkapan dari hal ini ialah sebagai peraturan jaminan social

dan pembayaran – pembayaran yang terkait, peraturan – peraturan subsidi dan adanya

berbagai lembaga penguasa dalam bidang ini.

Dengan perluasan tugas penguasa terjadi perubahan pula dalam instrumen –

instrumen pemerintah. Organ – organ pemerintah, dalam melaksanakan tugas itu,

memerlukan wewenang – wewenang baru dan instrumen – instrumen lain. Disamping

itu juga diperlukan adanya keputusan – keputusan yang bersifat individual ( seprti

member izin atau tidak ), sanksi – sanksinya ( yang berupa pemaksaan pemerintah atau

penarikan kembali izin ).

Namun, dalam Negara hukum demokratis, penguasa tidak dapat

menggunakan instrumen – instrumen yang tersedia baginya tanpa batas dan syarat.

11

Page 12: Hukum Perijinan

Karena itu penggunaannya dibatasi dengan peraturan perundang – undangan yang

ada. Aturan – aturan yang menjadi dasar diadakan pembatasan atas wewenang

penguasa, telah diatur dan ditetapkan oleh Hukum Tata Negara ( HTN ) dan Hukum

Administrasi Negara ( HAN ).

Suatu batas umum dari wewenang penguasa ialah kemungkinan bagi

masyarakat secara keseluruhan untuk menolak kebijaksanaan penguasa yang tidak

dikehendaki dengan tidak memilih kembali suatu pemerintahan, jika mereka tidak

menyetujui kebijaksanaan yang dijalankan oleh pemerintah itu. Lebih khusus, dibanyak

Negara diberi kemungkinan pada yang berkepentingan untuk mempengaruhi suatu

keputusan sebelumnya atas dasar peraturan – peraturan peran serta tertentu ( inpraak ;

perlindungan hukum preventif ) dan atau mengajukan keberatan kemungkinan terhadap

suatu keputusan tertentu perlindungan hukum refrensif. Dalam hal terakhir pengawasan

dilakukan, tergantung pada peraturan undang – undang, dengan mengajukan keberatan

pada organ pemerintah yang lebih tinggi atau dengan banding pada hakim yang bebas.

B. Izin sebagai sebuah Beschkking ( ketetapan Pemerintah )

Pengertian “ Beschikking “ diperkenalkan di Negeri Belanda oleh Van der Pot

dan Van Vollenhoven dan masuk ke Indonesia melalui Prins . Perkataan “ Beschikking “

ini di Indonesia antara sarjana yang satu dengan yang lain tidak terdapat persamaan di

dalam menterjemahkannya kedalam Bahasa Indonesia . Ada yang menterjemahkannya

dengan :

+ Ketetapan ....... Menurut E. Utrecht

+ Keputusan ....... Menurut Prof . Koentjoro

+ Penetapan ........Menurut Prayudi Atmosudirdjo

Beberapa sarjana telah membuat definisi tentang ketetapan yang agak

berlainan satu dengan yang lain :

a. Menurut Prins adalah susatu tindak hukum sepihak di bidang pemerintahan

dilakukan oleh alat penguasa berdasarkan kewenangan khusus.

b. E.Utrecht menyatakan ketetapan adalah suatu perbuatan berdasrkan hukum

public yang bersegi satu, ialah yang dilakukan oleh alat-alat pemerintahan

berdasarkan sesuatu kekuasaan istimewa.

12

Page 13: Hukum Perijinan

c. Van der Pot berpendapat bahwa ketetapan adalah perbuatan hukum yang

dilakukan alat-alat pemerintahan itu menyelenggarakan hal khusus, dengan

maksud mengadakan perubahan dalam lapangan hubungan hukum.

d. Van Vollenhoven berpendapat bahwa penetapan/keputusan yang bersifat

legislative yang mempunyai arti berlainan.

Selain pendapat para sarjana diatas, dalam hukum positif kita juga mengenal

apa yang disebut dengan Beschkking dalam ketentuan UU PTUN adalah penetapan

tertulis yang dikeluarkan oleh pemerintah attau pejabat tata usaha Negara yang

mengakibatkan adanya tindakan hukum tata usaha Negara yang berdasarkan peraturan

perundangan, dan bersifat kongkrit, individual, dan final ( pasal 1 ayat 3 UUPTUN )

dapat dilihat unsure yang membentuk pengertian itu meliputi :

1. Penetapan tertulis.

2. Badan / Pejabat tata usaha Negara.

3. Tindakan hukum tata usaha Negara.

4. Peraturan perundangan yang berlaku.

5. Konkrit

6. Ditujukan kepada individu. Final akibat hukum.

7. Seorang badan hukum / perdata.

Dari norma – norma yang disebutkan diatas apa dan bagaimana di kenal

adanya beberapa kombinasi, diantaranya norma yang ditujukan kepada umum ( sifat

abstrak ) tidak menunjukan hal yang konkrit. Contoh lain seperti rambu lalu lintas yang

melarang untuk melakukan parkir. Yang demikian hal ini lebih konkrit yakni hanya

diperuntukkan untuk parkir bukan untuk hal yang lain, yang lainnya norma yang

ditujukan kepada individu yang memuat hal abstrak contohnya izin gangguan ditujukan

tertentu kepada si pemohon izin.

C. Jenis – jenis Ketetapan

13

Page 14: Hukum Perijinan

Dalam buku-buku hukum administrasi berbahasa Indonesia, dapat dibaca

beberapa pengelompokan keputusan. E.Utrecht menyebutnya “ketetapan”, sedangkan

Prajudi Atmosudirjo menyebutnya “penetapan”. Pengelompokkan tersebut antara lain

oleh: E.Utrecht dan Prajudi Atmosudirjo.

Pertama-tama disini diketengahkan dulu pengelompkkan E.Utrecht

membedakan keputusan atas:

1. Ketetapan Positif dan Negatif

Ketetapan positif menimbulkan hak atau kewajiban bagi yang dikenai

ketetapan. Sedangkan ketetapan negatif tidak menimbulkan perubahan dalam keadaan

hukum yang telah ada. Ketetapan negatif dapat berbentuk: pernyataan tidak berkuasa,

pernyataan tidak diterima atau suatu penolakan.

2. Ketetapan Deklaratur dan ketetapan konstitutif

Ketetapan deklaratoir adalah ketetapan dimana untuk menetapkan

mengikatnya suatu hubungan hukum atau ketetapan itu maksudnya mengakui suatu

hak yang sudah ada. Sedangkan, ketetapan konstitutif adalah ketetapan yang

melahirkan atau menghapus suatu hubungan hukum atau ketetapan itu menimbulkan

hak baru yang tidak dipunyai sebelumnya. Ketetapan konstitutif ini dapat berupa :

Ketetapan-ketetapan yang meletakkan kewajiban untuk melakukan sesuatu, tidak

melakukan sesuatu, atau memperkenalkan sesuatu.

Ketetapan yang memberikan status pada seseorang, lembaga, atau perusahaan.

Oleh karena itu, seseorang atau perusahaan itu dapat menerapkan aturan hukum

tertentu.

Ketetapan yang meletakkan prestasi atau harapan pada perbuatan pemerintah.

Ketetapan yang mengizinkan sesuatu yang sebelumnya tidak diizinkan.

Ketetapan yang menyetujui atau membatalkan berlakunya ketetapan organ yang

lebih rendah.

3. Ketetapan Kilat dan Ketetapan yang Tetap

14

Page 15: Hukum Perijinan

- Menurut Prins, ada empat macam ketetapan kilat: ketetapan yang

bermaksud mengubah redaksi ketetapan lama.

- Suatu ketetapan negatif.

- Penarikan atau pembatalan suatu ketetapan.

- Suatu pernyataan pelaksanaan.

4. Dispensasi, izin, Lisensi dan konsesi

Prof. van der Pot mengadakan pembagian  dalam tiga pengertian : dispensasi-

izin-konsesi. Yang dimaksud dengan “ dispensasi” adalah keputusan administrasi

negara yang membebaskan suatu perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak

perbuatan itu.

Bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi

masih juga memperkenankannya asalsaja diadakan secara yang ditentukan masing-

masing hal konkrit maka keputusan administrasi negara yang memperkenankan

perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning).

Kadang-kadang pembuat peraturan beranggapan bahwa suatu perbuatan yang

penting bagi umum, sebaik-baiknya dapat diadakan oleh suatu subjek hukum partikelir,

tetapi dengan turut campur dari pihak pemerintah. Suatu keputusan administrasi negara

yang memperkenankan ya g bersangkutan mengadakan perbuatan tersebut, membuat

suatu konsensi ( concessive).

Sedangkan Prajudi Atmosudirdjo membedakan dua macam penetapan yaitu

penetapan negatif (penolakan) dan penetapan positif (permintaan dikabulkan).

Penetapan negatif hanya berlaku satu kali saja, sehingga permintaannya boleh diulangi

lagi.

Penetapan positif terdiri atas lima golongan yaitu:

- Yang menciptakan keadaan hukum baru pada umumnya.

- Yang menciptakan keadaan hukum baru hanya terhadap suatu objek saja

- Yang membentuk atau membubarkan suatu badan hukum

- Yang memberikan beban (kewajiban)

- Yang memberikan keuntungan. Penetapan yang memberikan keuntungan

adalah: dispensasi, izin, lisensi dan konsesi.

15

Page 16: Hukum Perijinan

Selain itu ada pula ketetapan membebani dan ketetapan menguntungkan.

Ketetapan pemerintah ada yang bersifat membebani dan ada pula yang

menguntungkan. Suatu ketetapan dapat dikatakan sebagai ketetapan yang

menguntungkan bila bagi pihak yang dikenai ketetapan itu akan mendapatkan satu atau

lebih keuntungan. Dengan adanya ketetapan itu, yang bersangkutan dapat memperoleh

keuntungan tertentu. Sebaliknya, suatu ketetapan dapat dikatakan sebagai ketetapan

yang membebani apabila ketetapan yang dimaksud menimbulkan beban atau kewajiban

– kewajiban tertentu pada pihak yang dikenai. Jadi, dalam hal ini apakah suatu

ketetapan dikatakan bersifat menguntungkan atau membebani apabila pihak yang

menerbitkan ketetapan (organ pemerintah) dikatakan sebagai pihak pertama dan pihak

yang dikenai ketetapan sebagai pihak kedua, dalam hal ini kita menilai apakah

ketetapan itu mennguntungkan atau membebani.

Ketetapan eenmalig adalah ketetapan yang hanya berlaku sekali atau

ketetapan kilat (vluctige beschikking). Sedangkan, ketetapan permanen adalah

ketetapan yang memiliki masa berlaku yang relatif lama.

Ketetapan bebas adalah ketetapan yang didasarkan kewenangan bebas (vrije

beveogdheid) atau kebebasan bertindak pejabat atau pejabat TUN. Sedangkan,

ketetapan terikat adalah ketetapan yang didasarkan kepada kewenangan pemerintah

yang bersifat terikat (gebonden beveogdheid).

Ketetapan perorangan adalah ketetapan yang diterbitkan berdasarkan kualitas

pribadi orang tertentu atau berkaitan dengan orang. Sedangkan, ketetapan kebendaan

adalah keputusan yang diterbitkan atas dasar kualitas kebendaan atau menyangkut

kebendaan.

D. Syarat-Syarat Pembuatan Ketetapan

Pemerintahan dalam membuat suatu keputusan harus memperhatikan

ketentuan - ketentuan / syarat - syarat tertentu.Apabila syarat - syarat itu tidak

diperhatikan maka ada kemungkinan dibuat suatu keputusan yang mengandung

kekurangan ataupun cela - cela, sehingga kekurangan dalam suatu keputusan itu dapat

menjadi keputusan itu tidak sah (niet - rechtsgeldig ).

Syarat - syarat yang harus dipenuhi agar supaya keputusan itu sebagai

keputusan yang sah ialah sebagai berikut :

16

Page 17: Hukum Perijinan

a.Syarat – syarat Materiil :

1. Alat pemerintahan yang membuat keputusan harus berwenang ( berhak )

2. Dalam kehendak alat pemerintahan yang membuat keputusan tidak boleh ada

kekurangan yuridis

3. Keputusan harus diberi bentuk ( vorm ) yang ditetapkan dalam peratur an yang

menjadi dasarnya dan pembuatnya, harus juga memperhati - kan prosedur

membuat keputusan , bilamana prosedur itu ditetapkan dengan tegas dalam

peraturan itu ( rechtmatig ) .

4. Isi dan tujuan keputusan itu harus sesuai dengan isi dan tujuan yang hendak

dicapai ( doelmatig ) .

b. Syarat - syarat Formil :

1. Syarat - syarat yang ditentukan berhubung dengan persiapan dibuatnya

keputusan dan berhubung dengan cara dibuatnya keputusan harus dipenuhi.

2. Harus diberi bentuk yang telah ditentukan

3. Syarat - syarat , berhubung dengan pelaksanaan keputusan itu dipenuhi

4. Jangka waktu harus ditentukan , antara timbulnya hal - hal yang menyebabkan

dibuatnya dan diumumkannya keputusan itu , dan tidak boleh dilupakan.

Dari berbagai syarat yang telah disebutkan di atas , menurut Prof .Philipus M

Hadjon , yang dapat dikatakan sebagai syarat - syarat terdasar yaitu :

1. Mengenai kewenangan ( bevoegdheid ) organ administrasi negara

2. “ Rechmatigheid “ dari keputusan pemerintah

3. Tidak ada kekurangan dalam pembentukan kehendak ( wilsvorming ) dari

organ administrasi negara

4. Doelmatigheid dari Keputusan Pemerintah

5. Menyangkut prosedur pembentukan keputusan

6. Penuangan Keputusan dalam bentuk yang tepat .

1) Mengenai kewenangan Organ administrasi negara

17

Page 18: Hukum Perijinan

Keputusan harus dibuat oleh organ administrasi negara yang berwenang.

Organ administrasi adalah Pemangku jabatan negara ( Philipus , l982,11). Jabatan

Negara adalah lingkungan pekerjaan tetap yang diadakan dan dilakukan guna

kepentingan negara . Yang dimaksudkan dengan lingkungan tetap ialah dapat

dinyatakan dengan tepat dan teliti dan sifatnya langgeng .

Jabatan itu sendiri merupakan subyek hukum dengan demikian merupakan

pendukung hak dan kewajiban . Dari jabatan itulah lahir wewenang organ administrasi

negara untuk melakukan tindak pemerintahan .

Seseorang yang tidak memangku jabatan tidak dapat melahirkan suatu tindak

pemerintah dan kalau toh dilakukan tindakan tersebut sama sekali tidak membawa

akibat hukum . Jabatan sebagai suatu lingkungan yang tetap mempunyai garis - garis

batas tertentu .Batas - batas tersebut meliputi : materi , tempat dan waktu .Berdasarkan

batas - batas tersebut, setiap penggunaan wewenang di luar batas - batas itu

merupakan “ tindakan melanggar wewenang “ ( onbevoeg-dheid ).

Berdasarkan batas - batas tersebut di atas , “Waline” , seorang sarjana

Perancis ,membedakan ada 3 ( tiga ) macam onbevoegdheid , yaitu :

1. Onbevoegdheid ratione materiae ....... tindakan melanggar wewenang yang

menyangkut materi .

2. Onbevoegdheid ratione loci ...... tindakan melanggar wewenang yang menyangkut

Wilayah Kekuasaan .

3. Onbevoegdheid ratione temporis ....tindakan melanggar wewenang yang

menyangkut waktu .

2) Mengenai rechtmatigheid dari Keputusan Pemerintah

Syarat “ rechtmatigheid “ menghendaki keputusan Pemerintah sesuai dengan

ukuran - ukuran hukum .

3) Tidak ada kekurangan dalam pembentukan kehendak dari organ

administrasi negara ;

Kekurangan yuridis dalam pembentukan kehendak organ administrasi negara

dapat timbul karena adanya ; kekhilafan ( dwaling ) , paksaan ( dwang ) atau penipuan (

bedrog ) .

18

Page 19: Hukum Perijinan

4) Keputusan Pemerintahan haruslah “ doelmatig “ ;

Tindakan Pemerintah haruslah diarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan

oleh peraturan yang menjadi dasarnya. Dalam hal Pemerintah menyimpan dari tujuan

yang telah ditetapkan , pemerintah telah melakukan tindakan yang “ Ondoelmatig “ .

( tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan )

Menurut praktek di Perancis, tindakan yang demikian disebut “ de tournament

de pouvoir “ .Tindakan pemerintahan yang dikwalifikasikan sebagai de tournament de

pouvoir , apabila :

1. Seorang pejabat pemerintahan menggunakan suatu wewenang dengan suatu

tujuan yang nyata - nyata bukan untuk kepentingan Umum melainkan dengan suatu

tujuan pribadi atau tujuan politik .

2. Seorang pejabat Pemerintahan menggunakan suatu wewenang dengan suatu

tujuan yang bertentangan dengan ketentuan dari Undang – Undang yang memuat

dasar dari wewenang itu ;

3. Seorang pejabat Pemerintahan menjalankan suatu wewenang dengan suatu tujuan

lain daripada yang nyata - nyata dikehendaki oleh Undang - undang dengan

wewenang itu .

5) Pembuatan Keputusan Harus Menurut Tata Cara Yang Telah Ditetapkan ;

Setiap pembuatan Keputusan harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang

telah digariskan .

6) Keputusan Harus Dituangkan dalam bentuk Yang Tepat ;

Van Poelje merumuskan keputusan Pemerintah sebagai pernyataan

tertulis.Namun E.Utrecht menyatakan bahwa dalam hal - hal tertentu keputusan bisa

atau dapat dalam bentuk lisan . Keputusan dapat dikeluarkan secara lisan dalam hal :

1. Keputuasn yang tidak membawa akibat kekal dan tidak begitu penting bagi

administrasi negara .

2. Yang membuat keputusan menghendaki suatu akibat yang timbul dengan segera.

Selain dalam bentuk lisan . keputusan yang lazim adalah dalam bentuk tertulis.

Ada berbagai macam bentuk keputusan tertulis , tergantung dari organ administrasi

negara yang membuat keputusan dan tergantung juga dari sifat dan isi keputusan .

19

Page 20: Hukum Perijinan

Misalnya : Yang dibuat oleh Presiden disebut Keputusan Presiden , yang dibuat oleh

Presiden dan D P R disebut : Undang - Undang dan sebagainya .

Keputusan yang tertulis harus memuat pertimbangan – pertimbangan

yangmenjadi dasar dikeluarkannya keputusan, baik factual maupun yuridis.

Pertimbangan tersebutlah yang akan menopang dictum dari pada suatu keputusan

Pemerintah .Pertimbangan yang jelas akan memberikan kemungkinan kelegaan bagi

yang menerima keputusan dan memberikan kesempatan untuk naik banding bagi yang

menolak keputusan.

E. KTUN ( Keputusan Tata Usaha Negara )

Yang dimaksud dengan Keputusan Tata Usaha Negara ( KTUN ) Berdasarkan

pada UU No.5 Tahun l986, tentang Peradilan Tata Usaha Negara,yo UU No.9 Tahun

2004, ialah : berdasarkan pada pada ketentuan yang terdapat di dalam Pasal l ( 3 ) +

Pasal 3 – Pasal 2.

Dinyatakan di dalam Pasal l.(3) , KTUN adalah : “ Suatu penetapan tertulis

yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan

Hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, yang bersifat konkrit individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi

seseorang atau Badan Hukum Perdata .” Sedangkan di dalam Pasal 3 dinyatakan

sebagai berikut : Merupakan pengecualian Positif :

1. Apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan,

sedangkan hal itu menjadi kewajibannya, maka hal itu disamakan dengan KTUN

( Keputusan Tata Usaha Negara ).

2. Jika suatu badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan

keputusan yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan dimaksud telah lewat, maka Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara yang dianggap telah menolak mengeluarkan

Keputusan yang dimaksud.

3. Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak

menentukan Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 2 ), maka

20

Page 21: Hukum Perijinan

setelah jangka waktu 4 bulan sejak diterimanya permohonan, Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara yang bersangkutan dianggap telah mengeluarkan

keputusan penolakan .

Sedangkan Pasal 2, adalah merupakan pengecualian negatif, yang

menyatakan :

“ bahwasannya yang tidak termasuk di dalam pengertian KTUN menurut

Undang – Undang adalah :

1. KTUN yang merupakan Hukum Perdata

2. KTUN yang merupakan pengaturan yang bersifat umum

3. KTUN yang masih memerlukan Persetujuan

4. KTUN yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan KUHP atau KUHAP atau Peraturan

perundang-undangan lain yang bersifat Pidana

5. KTUN yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilaan

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

6. KTUN mengenai Tata Usaha tentara Negara Indonesia ;

7. Keputusan Komisi Pemilihaan Umum baik di Pusat maupun di daerah mengenai

hasil Pemilihan Umum .

Perorangan ialah KTUN yg diterbitkan berdasarkan kualitas pribadi orang

tertentu; seperti SK Pengangkatan dalam jabatan Negara, SIM, dan tidak bisa dialihkan.

Sedangkan

Kebendaan adalah KTUN yg terbit atas kualitas kebendaan; Sertifikat Hak atas

tanah, KTUN ini bisa dialihkan kepemilikannya.

Syarat sahnya KTUN yaitu :

1. Wewenang

2. Prosedur

3. Substansi

21

Page 22: Hukum Perijinan

WEWENANG yakni :

Dalam arti yuridis adalah suatu kemampuan yang diberikan oleh Peraturan Per-uu-an

yang berlaku untuk menimbulkan akibat hukum.

Cara Memperoleh yakni :

ATRIBUSI : wewenang utk membuat KTUN yang langsung bersumber dari UU dalam

arti materil; wewenang asli yg berarti timbulnya kewenangan baru yang semula

kewenangan tsb tdk dimiliki oleh organ pemerintahan yg bersangkutan.

- Organ Administrasi adalah pemangku jabatan.

- Jabatan adalah lingkungan pekerjaan tetap yang diadakan dan dilakukan

guna kepentingan negara

- Lingkungan tetap ialah dapat dinyatakan dengan tepat dan teliti dan

sifatnya langgeng( durzam)

- Dari Jabatan itu sendiri lahir wewenang organ Adm Negara untuk

melakukan tindak pemerintahan

- Jabatan dilaksanakan oleh pemangku jabatan.

- Jabatan sbg lingk pekerjaan mempunyai garis batas-batas tertentu, meliputi

materi, tempat dan waktu.

DELEGASI yaitu :

- Diartikan sebagai penyerahan wewenang untuk membuat KTUN oleh

Pejabat Pemerintahan (Pejabat TUN) kepada pihak lain.

- Konsep penyerahan wewenang berarti ada perpindahan tanggung jawab

dari yg memberi delegasi (delegans) kepada yg menerima delegasi (delegetaris)

Syarat-syarat Delegasi yaitu :

- Definitif : delegans tidak dapat lagi menggunakan sendiri weweng yg telah

dilimpahkan

- Harus berdasarkan Per-UU-an : hanya dimungkinkan jika ada ketentuan dalam Per-

uu-an

22

Page 23: Hukum Perijinan

- Delegasi tidak kepada bawahan

- Kewajiban memberi keterangan, delegans berwenang utk meminta penjelasan

tentang pelaksanaan weweng tsb.

- Peraturan Kebijakan (beleidsregel), delegans memberi instruksi petunjuk tentang

penggunaan weweng tersebut.

MANDAT yaitu :

- Diartikan sbg pelimpahan wewenang kepada bawahan untuk membuta

KTUN a/n pejabat TUN yg memberi mandat.

- Tanggung jawab tidak berpindah

- Semua akibat hukum yg timbul tanggung jawab pemberi mandat

PROSEDUR yakni :

Prosedur bertumpu atas tiga landasan utama hukum administrasi :

-           Asas negara hukum

-           Asas demokrasi

-           Instrumental

Susunan intern KTUN:

- Nama organ yg berwenang;

- Nama yg dialamatkan / obyek ttt, dan konkretisasi lbh lanjut;

- Kesempatan yg menimbulkan suatu keputusan;

- Ihtisar dr perat per-UU-an yg cocok (motivasi yuridis);

- Penetapan fakta2 yg relevan à kecermatan dlm give pertimbangan.

- Pertimbangan2 hukum à inteprestasi perat per-UU-an yg cocok;

- Keputusan à hak & kewajiban;

23

Page 24: Hukum Perijinan

- Motivasi dlm arti sempit à Pertimbangan2 konkret mengapa kep dittpkan;

- Pemberitahuan2 lebih lanjut;

- Penandatanganan oleh organ yg berwenang

MACAM-MACAM KTUN

a. Menurut Utrecht à Ketetapan.

1. Ketetapan Positif & Negatif;

2. Ketetapan Deklaratoir & Konstitutif;

3. Ketetapan Kilat & Tetap;

4. Dispensasi; Izin, Lisensi & Dispensasi.

b. Menurut Prajudi Atmosudirdjo:

1. POSITIF (Permintaan Dikabulkan)

- Yg menciptakan keadaan hk baru pd umumnya;

- Yg menciptakan keadaan hk baru hanya thd suatu obyek saja;

- Memberikan beban;

- Memberikan keuntungan.

2. NEGATIF (Penolakan)

c. Menurut P de Haan:

1. Perorangan & Kebendaan (Persoonlijk & Zakelijk);

2. Deklaratif & Konstitutif (Rechtvasstellend & Rechtscheppend) ;

3. Terikat & Bebas (Vrij & Gebonden);

4. Menguntungkan & Membebani (Belastend & Begunstigend); &

24

Page 25: Hukum Perijinan

5. Seketika & Langgeng (Eenmalig & Voortdurend).

F. Instrumen Yuridis

Dalam negara hukum modern tugas,kewenangan pemerintah tidak hanya

sekedar menjaga ketertiban dan keamanan (rust en orde ),tetapi juga mengupayakan

mengupayakan kesejahteraan umum (bestuurszorg).Tugas dan kewenangan

Pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan merupakan tugas klasik yang

sampai kini masih tetap dipertahankan.Dalam rangka melaksanakan tugas ini kepada

Pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan (regelen atau besluiteen van

algemeen strekking ),yang dari fungsi pengaturan ini muncul beberapa instrumen yuridis

untuk menghadapi peristiwa individual dan konkret yaitu dalam bentuk ketetapan.Sesuai

dengan sifatnya individual dan konkret,ketetapan ini merupakan ujung tombak dari

instrumen hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan, atau sebagai norma penutup

dalam rangkaian norma hukum.Salah satu wujud dari ketetapan ini adalah izin.

Instrumen yuridis lainnya :

1. Peraturan perundang-undangan

Salah satu prinsip dalam negara hukum adalah wetmatigheid van bestuur atau

pemerintahan berdasarkan peraturan perundaang-undangan.Dengan kata

lain ,setiap tindakan pemerintah baik dalam menjalankan fungsi pengaturan

maupun fungsi pelayanan harus didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Keputusan Tata Usaha Negara / KTUN (Beschikking) ® Pasal 1 ayat 3 UU No. 5

tahun 1986 tentang PTUN

3. Peraturan kebijaksanaan (Diskresi)

4. Rencana

5. Perizinan

6. Instrumen hukum keperdataan

25

Page 26: Hukum Perijinan

Peraturan perundang-undangan yaitu peraturan tertulis yang dibentuk oleh

lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum ( Pasal 1

angka 2 UU No. 10 tahun 2004 ). Berdasarkan penjelasan Pasal 1 angka 2 UU No.5

Tahun l986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,peraturan perundang-undangan

adalah semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh

Badan Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah,baik di tingkat pusat maupun di tingkat

daerah,serta semua keputusan badan atau pejabat tata usaha negara,baik tingkat pusat

maupun ditingkat daerah,yang juga mengikat umum.

Jenisnya menurut Pasal 7 UU No. 10 tahun 2004 yaitu :

1.   UUD 1945

2.   UU / Perpu

3.   PP

4.   Perpres

5.   Perda (Prov, Kab/kota dan Desa)

(bandingkan dengan TAP MPRS No. XX / MPRS / 1966 dan TAP MPR No. III / MPR /

2000.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dalam makalah ini, maka penulis

menyimpulkan bahwa:

o Pengertian izin berdasarkan Utrecht adalah bilamana perbuatan tidak pada

umumnya melarang suatu perbuatan tetapi masih juga memperkenankan asal saja

diadakan secara masing-masing hal secara kongkrit maka perbuatan administrasi

Negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin.

26

Page 27: Hukum Perijinan

o Penggunaan kewenangan yang dilakukan oleh pemerintah tidak hanya untuk

mengatur, tetapi juga untuk menetapkan. Dalam hal penetapan yang ditujukan

kepada individu, kewenangan pemerintah harus dilaksanakan berdasarkan pada

hukum yang jelas sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu penetapan

yang banyak dikeluarkan oleh pemerintah adalah izin.

o Dispensasi adalah suatu pengecualian dari ketentuan-ketentuan umum, dalam hal

pembuat undang-undang, lisensi adalah izin untuk melakukan sesuatu yang

bersifat komersial serta mendatangkan keuntungan atau laba. Dan Konsesi adalah

suatu penetapan administrasi Negara yang secara yuridis sangat kompleks karena

merupakan seperangkat dispensasi, izin, lisensi, disertai pemberian semacam

wewenang pemerintahan.

o Izin dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu izin dalam arti sempit dan izin dalam arti

luas.

o Bagi pemerintah sendiri perizinan mempunyai tujuan untuk melaksanakan

peraturan untuk sedapat mungkin menjadikan sebagai peraturan yang sesuai

dengan kenyataan nanti dilapangan, dan terhadap masyarakat pada dasarnya

perizinan merupakan bentuk dari suatu kepastian hukum yang jelas terhadap

sesuatu yang sebelumnya merupakan hal yang pada mulanya dilarang dan

akhirnya diperkenankan.

o Sebagai suatu instrumen yuridis dari pemerintah, izin yang dianggap ujung tombak

instrumen hukum berfungsi Pengarah, Perekayasa, Perancang masyarakat adil dan

makmur, Pengendali, dan Penertib masyarakat (jika berkaitan dengan fungsi

hukum modern).

o Unsur – unsur perizinan diantaranya :

1. Instrumen yuridis

2. Peraturan perundang-undangan

3. Organ pemerintah

4. Peristiwa kongkret

5. Prosedur dan persyaratan

o Mengenai tujuan perizinan secara umum adalah sebagai berikut :

27

Page 28: Hukum Perijinan

1. Keinginan mengarahkan (mengendalikan sturen) aktivitas-aktivitas terentu

(misalnya izin bangunan).

2. Izin mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan).

3. Keinginan melindungi objek-objek tertentu (izin terbang,izin membongkar pada

monument-monumen)

4. Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin penghuni di daerah padat

penduduk).

5. Izin memberikan pengarahan,dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-

aktivitas (izin berdasarkan “drank en horecawet” dimana pengurus harus

memenuhi syarat-syarat tertentu).

o Secara umum izin memuat hal – hal antara lain :

1. organ yang berwenang

2. Yang dialamatkan

3. Dictum

4. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatasan dan syarat-syarat

5. Pemberi alasan

6. Pemberitahuan-pemberitahuan tambahan

o Antara penguasa dan masyarakat terjalin suatu hubungan timbal balik. Hubungan

tersebut dapat dilihat dari 2 sisi. Pada sisi yang pertama penguasa memberi

pengaruh tertentu pada masyarakat. Pada sisi lain masyarakat mempengaruhi

penguasa dalam menjalankan tugasnya.

o Pengertian ketetapan berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986 tentang

PTUN, yaitu: suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat

tata usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

o Ada beberapa unsur yang terdapat yang terdapat dalam Bescikking,yaitu:

- Penetapan tersebut tertulis dan dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata

Usaha Negara.

- Berisi tindakan hukum dalam bidang Tata Usaha Negara.

- Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

- Bersifat konkrit, individual dan final.

- Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

28

Page 29: Hukum Perijinan

o Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pembuatan ketetapan mencakup

syarat-syarat material dan syarat formal.

o Menurut Prof .Philipus M Hadjon , yang dapat dikatakan sebagai syarat - syarat

terdasar yaitu :

1. Mengenai kewenangan ( bevoegdheid ) organ administrasi negara

2. “ Rechmatigheid “ dari keputusan pemerintah

3. Tidak ada kekurangan dalam pembentukan kehendak ( wilsvorming ) dari

organ administrasi negara

4. Doelmatigheid dari Keputusan Pemerintah

5. Menyangkut prosedur pembentukan keputusan

6. Penuangan Keputusan dalam bentuk yang tepat .

o Yang dimaksud dengan Keputusan Tata Usaha Negara ( KTUN ) Berdasarkan

pada UU No.5 Tahun l986, tentang Peradilan Tata Usaha Negara,yo UU No.9

Tahun 2004, ialah : berdasarkan pada pada ketentuan yang terdapat di dalam

Pasal l ( 3 ) + Pasal 3 – Pasal 2.

o Peraturan perundang-undangan yaitu peraturan tertulis yang dibentuk oleh

lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum (Pasal

1 angka 2 UU No. 10 tahun 2004.

B. Saran

Ketetapan dapat menyangkut tindakan yang berlaku satu kali dan akan

berakhir atau dapat menyangkut suatu keadaan yang berjalan lama. Dalam keadaan

tertentu ketetapan berjalan lama dapat dilakukan pengubahan-pengubahan.

Pengubahan itu sewajarnya dilakukan dengan kecermatan  yang diperlukan.

29

Page 30: Hukum Perijinan

DAFTAR PUSTAKA

N.M.Spelt dan J.B.J.M. ten Berger,Pengantar Hukum Perizinan,disunting oleh Philipus M

Hadjon,Yuridika,Sby,1993.

Markus Lukman, Eksistensi Peraturan Kebijaksanaan dalam Bidang Perencanaan dan

pelaksanaan Rencana Pembangunan di daerah serta Dampaknya terhadap

Pembangunan Materi Hukum Tertulis Nasional, Disertasi,Universitas

Padjadjaran,Bandung,l996

30

Page 31: Hukum Perijinan

Ridwan,HR,Hukum Administrasi Negara,UII Press,Yogyakarta,2003.

Soehino,Asas-asas Hukum Tata Pemerintahan,Liberty,Yogyakarta,1984

Sj.Fockema Andrea, rechtsgeleerd Haadwoordenboek,Tweede Druk,JB Wolter

Uitgevers-maatschappij NV.Groningen,l951.

Sjahran Basah, Pencabutan Izin salah satu Sanksi Hukum Administrasi. Makalah pada

penataran Hukum Administrasi dan Hukum Lingkungan, Fakultas Hukum Universitas

Airlangga,Sby,l995.

WE.Prins dan R.Kosim Adisapoetra, Pengantar Ilmu Hukum Administrasi

Negara,Pradnya Paramita,Jakarta,1983.

.

31