praktikum pengenceran suatu larutan

16
BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan Pengenceran Suatu Larutan B. Tujuan praktikum Melatih menggunakan labu ukur di dalam membuat pengenceran atau suatu larutan. 1

Upload: maria-intan-wijayanti

Post on 10-Aug-2015

3.955 views

Category:

Documents


42 download

DESCRIPTION

Laporan mengenai praktikum kimia dasar yaitu pengenceran suatu larutan. Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan pengenceran selalu terjadi, misalnya ketika ibu sedang memasak di dapur, apabila sayur yang disiapkan ternyata terlampui asin, maka ibu kembali menambahkan air ke dalam sayur tersebut. Demikian juga ketika kita mempersiapkan air teh manis, kadang-kadang yang kita persiapkan terlampau manis sehingga kita akan menambahkan air ke dalamnya atau sebaliknya, air teh yang kita persiapkan kurang manis, sehingga kita menambahkan gula ke dalamnya. Dari dua kejadian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa pengenceran adalah berkurangnya rasio zat terlarut di dalam larutan akibat penambahan pelarut (Zulfikar, 2009).

TRANSCRIPT

Page 1: PRAKTIKUM PENGENCERAN SUATU LARUTAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul percobaan

Pengenceran Suatu Larutan

B. Tujuan praktikum

Melatih menggunakan labu ukur di dalam membuat pengenceran atau suatu

larutan.

1

Page 2: PRAKTIKUM PENGENCERAN SUATU LARUTAN

BAB II

METODE

A. Alat dan Bahan

Alat:

Tabung reaksi

Labu ukur 100 ml

Pipet ukur

Propipet

Penjepit

Bahan:

Aquades

H2SO4 pekat 96% 3 ml

HCl 0,1 N 10 ml

2

Page 3: PRAKTIKUM PENGENCERAN SUATU LARUTAN

B. Cara Kerja

Pengenceran HCl 0.1 N

Pengenceran H2SO4 96%

3

Larutan HCl 0,1 N diambil dengan menggunakan pipet ukur

sebanyak 10 ml

Larutan HCl 0,1 N 10 ml dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml

Larutan HCl 0,1 N 10 ml ditambah dengan aquades sampai

dengan batas leher labu ukur

Normalitas HCl 0,1 N setelah pengenceran dihitung

Aquades sebanyak 7 ml diambil dan dimasukkan ke dalam

tabung reaksi

Suhu awal di catat

Larutan H2SO4 96% sebanyak 3 ml ditambahkan ke dalam

tabung reaksi secara perlahan melalui dinding

Perubahan panas yang terjadi diamati dan di catat

Page 4: PRAKTIKUM PENGENCERAN SUATU LARUTAN

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan

Dari percobaan yang telah dilakukan, yaitu mengenai pengenceran HCl

0.1 N 10 ml dan H2SO4 pekat 3 ml didapatkan hasil sebagai berikut,

HCl 0,1 N

Pengamatan Sebelum Pengenceran Setelah Pengenceran

Volume HCl 10 ml 100 ml

Konsentrasi 0,1 N 0,01 N

H2SO4 pekat

Pengamatan Sebelum Pengenceran Setelah Pengenceran

Suhu Standar panas

Volume H2SO4 3 ml 10 ml

Konsentrasi 96% 28,8%

B. Pembahasan

Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan pengenceran selalu terjadi,

misalnya ketika ibu sedang memasak di dapur, apabila sayur yang disiapkan

ternyata terlampui asin, maka ibu kembali menambahkan air ke dalam sayur

tersebut. Demikian juga ketika kita mempersiapkan air teh manis, kadang-

kadang yang kita persiapkan terlampau manis sehingga kita akan

menambahkan air ke dalamnya atau sebaliknya, air teh yang kita persiapkan

kurang manis, sehingga kita menambahkan gula ke dalamnya. Dari dua

kejadian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa pengenceran adalah

4

Page 5: PRAKTIKUM PENGENCERAN SUATU LARUTAN

berkurangnya rasio zat terlarut di dalam larutan akibat penambahan pelarut

(Zulfikar, 2009).

Sebaliknya pemekatan adalah bertambahnya rasio konsentrasi zat

terlarut di dalam larutan akibat penambahan zat terlarut. Dalam laboratorium

kimia selalu terjadi kegiatan pengenceran dan umumnya tersedia zat padat

atau larutan dalam konsentrasi yang besar atau dengan tingkat kemurnian

yang tinggi (Zulfikar, 2009). Sehingga pengenceran bertujuan untuk

mengurangi konsentrasi zat terlarut dengan penambahan pelarut.

Dalam melakukan proses pengenceran, penambahan lebih banyak

pelarut ke dalam sejumlah tertentu larutan stok akan mengubah (mengurangi)

konsentrasi larutan tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut yang terdapat

dalam larutan sehingga, mol zat terlarut sebelum pengenceran = mol zat

terlarut sebelum pengenceran (Chang, 2005). Unsur yang paling penting

menentukan keadaan bahan dalam larutan adalah pelarut, sedangkan

komponen yang ditemukan dalam jumlah sedikit dinamakan zat terlarut.

Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air

atau aqueos. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak

disebut larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan disebut larutan

encer (Petrucci, 1987).

Cara pengenceran yaitu dengan menggunakan labu ukur dimana zat

yang terlarut ditambahkan sejumlah pelarut hingga mencapai batas leher pada

labu ukur. Sedangkan untuk mengencerkan zat kuat pekat dan reaktif terhadap

air seperti H2SO4 dengan meletakkan terlebih dahulu zat pelarut baru sedikit

demi sedikit zat terlarut ditambahkan. Rumus yang digunakan dalam

pengenceran adalah

5

V1 . N1 = V2 . N2

Page 6: PRAKTIKUM PENGENCERAN SUATU LARUTAN

V1 adalah volume dari zat sebelum diencerkan, N1 adalah normalitas zat

sebelum pengenceran, V2 adalah volume total pelarut dan zat terlarut, N2

adalah normalitas zat sesudah pengenceran.

Pada percobaan kali ini dilakukan pengenceran pada HCl 0,1 N

sebanyak 10 ml dan H2SO4 pekat 96% sebanyak 3 ml. Asam klorida atau HCl

merupakan asam kuat karena ia terionisasi sempurna dalam air. Asam klorida

adalah zat atau larutan yang sangat korosif (Anonim, 2011). HCl akan

bereaksi sangat kuat dengan logam, contohnya Fe (Azizah, 2010).

Asam sulfat banyak digunakan dalam industry, cairan kental, amat

korosif, bereaksi dengan jaringan tubuh dan berbahaya bila kontak dengan

kulit dan mata. Bereaksi hebat dengan air dan mengeluarkan panas

(eksotermis). Bereaksi pula dengan logam, kayu, pakaian dan zat organik.

Uapnya amat iritatif terhadap saluran pernapasan (Anonim, 2004).

Pengenceran HCl berarti mengurangi konsentrasi HCl dengan

menambahkan zat pelarut yang dalam hal ini adalah aquades. Ketika HCl

ditambahkan dengan air, ion H+ akan ditarik oleh H2O sehingga menghasilkan

H3O+ dan ion Cl- .Suatu asam akan tinggi konsenrasinya apabila memiliki ion

H+ yang banyak. Pada pengenceran, sebagian besar ion H+ ditarik oleh ikatan

hydrogen pada H2O sehingga konsentrasi dari HCl akan turun. Selain

dihasilkan H3O+ , juga dihasilkan ion Cl- .

Pada pengenceran H2SO4 berbeda dengan pengenceran pada HCl. Pada

pengenceran ini, aquades sebanyak 7 ml dimasukkan ke dalam labu ukur.

Setelah itu, barulah H2SO4 dituangkan secara perlahan melalui dinding labu.

H2SO4 dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan dengan

mengeluarkan panas (eksotermik).

6

2HCl(aq)+ 2H2O(aq) 2Cl- (g)+ 2H3O+ (aq)

Page 7: PRAKTIKUM PENGENCERAN SUATU LARUTAN

Asam sulfat seperti halnya asam nitrat adalah oksidator kuat. Reaksi

hidrasi asam sulfat adalah reaksi eksoterm yang kuat. Jika air ditambahkan ke

asam sulfat pekat akan langsung mendidih. Hal ini dikarenakan perbedaan

berat jenis kedua cairan. Berat jenis air lebih kecil dibandingkan dengan asam

sulfat dan cenderung untuk terapung di atas asam (Panjaitan, 2009).

Asam adalah suatu zat yang meningkatkan konsentrasi ion hidronium

(H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama kali dikemukakan

oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang dapat

larut dalam air. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi

penetralan untuk membentuk garam. Asam (yang sering diwakili dengan

rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa kimia yang bila

dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7.

Bila dinetralkan pHnya akan mendekati 7(Petrucci, 1987)..

Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi

proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima

pasangan elektron bebas dari suatu basa. Dalam definisi Bronsted-Lowry,

keasaman suatu senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa

konjugat terlarutnya ketika senyawa tersebut telah memberi proton ke dalam

larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi

menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan lebih tinggi. Dalam air, reaksi

kesetimbangan berikut terjadi antara suatu asam (HA) dan air, yang berperan

sebagai basa,

HA + H2O ↔ A- + H3O+

(Petrucci, 1987)

Dalam asam sulfat yang dilarutkan dengan air, terjadi reaksi pembentukan ion

hidronium, yaitu:

7

H2SO4 (aq) + H2O (l) H3O+(aq) + HSO4

–(aq)

Page 8: PRAKTIKUM PENGENCERAN SUATU LARUTAN

Pada pengenceran ini, ion H+ pada H2SO4 diikat oleh H2O membentuk

H3O+ dan HSO4

– . Oleh karena H2SO4 terurai menjadi seperti di atas, maka

konsentrasi dari H2SO4 akan berkurang menjadi tidak lebih pekat. Pada

peristiwa swa-ionisasi air, proton dipindah dari suatu molekul air ke molekul

lainnya menghasilkan ion – ion H3O+ dan OH-. Asam kuat mengalami ionisasi

sempurna di dalam larutan dengan pelarut air menghasilkan H3O+ dan basa

kuat mengion sempurna menghasilkan OH-. Pada asam atau basa lemah

ionisasi asam dan basa tidak terjadi sempurna (Petrucci, 1987).

Selain keadaan H2SO4 yang menjadi lebih encer dari 96% menjadi

28,8%, perubahan juga terjadi terhadap suhu system. Pada awalnya suhu

system normal. Akan tetapi, setelah terjadi reaksi antara asam sulfat pekat

96% dengan air, suhu dari system berubah menjadi lebih panas. Seperti

penjelasan di atas, hal ini dikarenakan karena sifat asam sulfat yang

eksotermik. Perbedaan berat jenis kedua cairan ini pula yang membuat

perubahan suhu yang terjadi.

8

Page 9: PRAKTIKUM PENGENCERAN SUATU LARUTAN

BAB IV

KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu mengenai pengenceran suatu

larutan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Proses pengenceran adalah proses penurunan konsentrasi zat terlarut

dengan menambahkan pelarut.

2. Setelah pengenceran normalitas larutan HCl mengalami penurunan dari

0.1 N menjadi 0,01 N.

3. Labu ukur berfungsi untuk pengenceran suatu larutan dengan kadar tepat.

4. Setelah pengenceran konsentrasi larutan H2SO4 berubah dari 96%

menajdi 28,8%.

5. Larutan H2SO4 bersifat eksotermis karena afinitas yang kuat terhadap air

dan cenderung melepas panas ke lingkungan.

9

Page 10: PRAKTIKUM PENGENCERAN SUATU LARUTAN

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Kimi@net Portal Kimia Indonesia.

http://www.kimianet.lipi.go.id/database.cgi?

bacadatabase&&&1&1098595676&1098638744. Diakses pada 23

September 2012.

Anonim. 2011. Pengertian Asam Klorida.

http://www.sisilain.net/2011/12/pengertian-asam-klorida.html. Diakses

pada 23 September 2012.

Azizah, Utiya. 2010. Asam dan Basa Bersifat Korosif. http://www.chem-is-

try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/asam-dan-basa-

bersifat-korosif/. Diakses pada 23 September 2012.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Edisi 3 Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Panjaitan, Rumintang Ruslinda. 2009. Research of Chloride Test in Sulphate

Acid Commodity. http://www.bsn.go.id/files/348256349/Litbang

%202009/Bab%203.pdf. Diakses pada 17 September 1012.

Petrucci, Ralph H. 1987. Kima Dasar : Prinsip dan Terapan Modern Edisi 4

Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Zulfikar. 2010. Pengenceran. http://www.chem-is-try.org. Diakses pada 17

September 2012.

10

Page 11: PRAKTIKUM PENGENCERAN SUATU LARUTAN

LAMPIRAN

A. Perhitungan Pengenceran HCl 0,1 N:

Diketahui :

Volume HCl sebelum pengenceran = 10 ml

Volume HCl setelah pengenceran (Volume total)= 100 ml

Konsentrasi (N) HCl sebelum pengenceran = 0,1 N

Ditanyakan:

Normalitas HCl 0,1 N setelah pengenceran (N2)

Jawaban:

(V. N)sebelum pengenceran = (V . N)setelah pengenceran

10. 0,1 = 100. N

N = 10.0,1

100

= 0,01 N

B. Perhitungan Pengenceran H2SO4 pekat 96%:

Diketahui:

Volume H2SO4 pekat 96% sebelum pengenceran = 3 ml

Volume H2SO4 pekat 96% setelah pengenceran = 10 ml

Konsentrasi awal = 96% (0,96)

Ditanyakan:

Konsentrasi H2SO4 pekat 96% setelah pengenceran

Jawaban:

(V. N)sebelum pengenceran = (V . N)setelah pengenceran

(3. 0,96) = (10. N)

11

Page 12: PRAKTIKUM PENGENCERAN SUATU LARUTAN

N = 3.0,96

10

= 0,288

= 28,8 %

12