praktikum i tekanan osmose.doc

Upload: rochelle-nelson

Post on 05-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PRAKTIKUM I, TEKANAN OSMOSIS CAIRAN DALAM SEL

Tinjauan PustakaTerdapat dua proses fisika-kimia yang terjadi yaitu difusi dan osmosis. Dengan adanya proses difusi suatu selaput dinyatakan permeable ataupun semipermeabel. Osmosis merupakan suatu proses difusi melewati suatu selaput karena adanya beda konsentrasi antara larutan sebelah menyebelah selaput. Dengan demikian osmosis akan berlangsung sampai adanya keseimbangan antara kepekatan cairan (Harso, 2010).Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potensial osmosis (solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel mengalami plasmolisis (Meyer and Anderson, 1952).Plasmolisis ini terjadi apabila sel berada dalam keadaan tanpa tekanan. Nilai potensial osmosis sel dapat diketahui dengan menghitung nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang isotonik terhadap cairan sel. Potensial air murni pada tekanan atmosfer dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka potensial air suatu larutan air pada tekanan atmosfer bernilai negatif (Salisbury, 1992).Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Anonimous, 2010).Plasmolisis merupakan contoh kasus transportasi sel secara osmosis dimana terjadi perpindahan larutan dari kepekatan yang rendah ke larutan yang pekat melalui membran semi permeable Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membran plasma dari dinding sel karena peristiwa osmosis. Peristiwa lepasnya membran sel dari dinding sel (plasmolisis) dapat terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membrane (Kimball, 1983).Hasil Pengamatan dan Pembahasan1. Hasil Pengamatan

Tabel pengamatan sel

Nokadar gulapengamatanJumlah selSel yang lisis

10%120 -

2131 -

3117 -

210%120 -

283 -

375 -

330%143 -

250 -

3100 -

450%1238

24322

3349

570%112387

29881

38373

6100%16257

26456

36859

Tabel Pengamatan Plasmolisis

NoKadar gulapengamatanKet

123rata-rata

10%0%0%0%0%Tdk terjadi plasmolisis

210%0%0%0%0%Tdk terjadi plasmolisis

330%0%0%0%0%Tdk terjadi plasmolisis

450%34,78%51,16%26,47%37,47%terjadi plasmolisis

570%70,73%82,65%87,95%80,44%terjadi plasmolisis

6100%91,93%87,50%86,76%88,73%terjadi plasmolisis

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum tekanan osmosis cairan dalam sel, maka dapat membuktikan bahwa sel juga melakukan sirkulasi untuk menunjang kehidupannya, seperti kemampuan Membran protoplasma untuk mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dengan adanya proses osmosis yaitu dari peristiwa plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis.Bahan yang digunakan adalah Rhoe discolor atau tanaman Adam Hawa karena bagian epidermis bawah tumbuhan ini memiliki pigmen warna keunguan yang memudahkan pengamatan terhadap sel. Bagian epidermis bawah Rhoe discolor disayat dan direndam di dalam larutan glukosa dengan kadar yang berbeda yaitu 0%, 10%, 30%, 50%, 70% dan 100% selama 15-30 menit, hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh perbedaan kadar larutan glukosa atau konsentrasi cairan terhadap tekanan osmosis yang terjadi pada sel. Dilakukan tiga kali pengamatan untuk setiap kadar larutan yang berbeda. Sel tumbuhan Rhoe discolor yang belum diberikan perlakuan nampak berupa susunan sel yang rapat, berbentuk heksagonal dan zat warna atau antocyan pada tanaman ini masih rata tersebar pada permukaan sel. Rhoe discolor yang direndam pada larutan glukosa berkadar 0% (air mineral), 10%, dan 30% tidak terjadi plasmolisis, hal ini ditunjukkan dengan keadaan sel yang masih berbentuk heksagonal rapat dan tidak adanya sel yang lisis. Sel Rhoe discolor yang direndam larutan glukosa 0% dan 10% Mengalami Tekanan turgor yang lebih tinggi karena konsentrasi larutan diluar sel lebih rendah dari pada konsentrasi larutan didalam sel sehingga cairan bergerak masuk kedalam sel dan menyebabkan kantung sel menggelembung. Sel Rhoe discolor yang direndam didalam larutan glukosa 30% menunjukkan bahwa tekanan osmosis setara dengan tekanan turgornya karena konsentrasi larutan diluar sel dan didalam sel dapat melakukan sirkulasi hingga mencapai keseimbangan atau isotonis. Sayatan epidermis bawah tanaman Rhoe discolor yang direndam pada larutan glukosa 50%, 70%. Dan 100% mengalami plasmolisis, hal ini ditunjukkan dengan adanya sel yang lisis yaitu sel yang renggang dan berbentuk tidak beraturan. Plasmolisis terjadi karena cairan di luar sel bersifat hypertonis atau lebih pekat sedangkan larutan di dalam sel bersifat hypotonis atau lebih encer sehingga cairan di dalam vakuola bergerak keluar sel sehingga protoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah. Semakin tinggi kadar larutan glukosa yang diberikan maka semakin cepat terjadinya plasmolisis dan semakin tinggi tekanan osmosis yang terjadi pada sel tumbuhan tersebut, semakin tinggi tekanan osmosisnya maka tekanan turgor akan semakin menurun, Sehingga persentasi plasmolisis tertinggi terdapat pada pengamatan dengan kadar glukosa 100%, selanjutnya 70% dan terendah pada larutan glukosa 50%. Persentasi terjadinya plasmolisis dapat dihitung dengan persamaan berikut : x 100 % =

sel yang berplasmolisis = x 100%

Dengan menggunakan persamaan diatas maka dapat dibuktikan bahwa besar kecilnya persentasi plasmolisis dipengaruhi oleh kadar larutan glukosa terlarut yang melisiskan sel. Semakin tinggi kadar larutan glukosa maka semakin banyak sel yang lisis sehingga persentasi plasmolisis juga semakin besar.DAFTAR PUSTAKAAnonimous. 2009 . Plasmolisis ((http://www.wikipedia.co.id\ searchengine=plasmolisis.htm (diakses pada tanggal 25 Oktober 2010, pukul 16.00).Bennymorigan. 2009 . Penentuan Tekanan Osmotis Cairan Sel. (diakses pada tanggal 26 Oktober 2010, pukul 21.10).Dwidjoseputro, D . 1994 . Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka Tama : Jakarta.Harso, Wahyu . 2010 . Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan . Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas Tadulako : Palu. Kimball, J. W. 1983. Biologi. Erlangga : Jakarta.Meyer, B.S and Anderson, D.B. 1952. Plant Physiology. D Van Nostrand Company Inc : New York.

Salibury, dkk. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. ITB : Bandung.**

Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangDalam kehidupan sehari-hari sering kali kita berhadapan dengan peristiwa difusi dan osmosis, baik kita sadari maupun tidak kita sadari. Contohmya pada saat kita menyeduh teh celup dalam kemasan kantong, warna dari teh tersebut akan menyebar. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi teh dalam gelas lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi teh yang ada di dalam kantong teh tersebut. Peristiwa tersebut sering kita sebut sebagai difusi.Begitu pula pada tumbuhan, yang menyerap air dan zat hara yang diperlukan dari lingkungan melalui proses difusi, osmosis, maupun imbibisi. Peristiwa tersebut dapat berlangsung dengan baik jika terdapat perbedaan tekanan potensial air yang sangat besar antara larutan di luar sel tumbuhan dengan larutan di dalam sel tumbuhan tersebut.Tunbuhan mempunyai membran plasma yang jika dimasukkan dalam larutan dengan konsentrasi tinggi akan mengalami plasmolisis, yaitu tearlepasnya membran plasma dari dinding sel akibat tekanan osmotik. Pada praktikum kali ini kita akan mencoba mencari pada konsentrasi berapakah sel akan mengalami plasmolisis dengan prosentase jumlah sel yang terplasmolisis mencapai 50%. Selain itu kita juga akan menghitung tekanan osmotik dari sel tersebut.B. Rumusan Masalah1. Bagaimanakah pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis?2. Pada konsentrasi larutan sukrosa berapakah yang dapat menyebabkan sel epidermis Rhoe discolor mengalami plasmolisis sebesar 50% ?3. Berapakah tekanan osmisis cairan sel epidermis Rhoe discolor tersebut?C. Tujuan1. Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel epidemis Rhoe discolor yang terplasmolisis.2. Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel epidermis Rhoe discolor mengalami plasmolisis.3. Menentukan tekanan osmosis cairan sel dengan metoda plasmolisis.BAB IIKAJIAN PUSTAKAMenurut Bidwell (1979) molekul air dan zat terlarut yang berada dalam sel selalu bergerak. Oleh karena itu terjadi perpindahan terus-menerus dari molekul air, dari satu bagian ke bagian yang lain. Perpindahan molekul-molekul itu dpat ditinjau dari dua sudut. Pertama dari sudut sumber dan dari sudut tujuan. Dari sudut sumber dikatakan bahwa terdapat suatu tekanan yang menyebabkan molekul-molekul menyebar ke seluruh jaringan. Tekanan ini disebut dengan tekanan difusi. Dari sudut tujuan dapat dikatakan bahwa ada sesuatu kekurangan (deficit akan molekul-molekul. Hal ini dibandingkan dengan istilah daerah surplus molekul dan minus molekul. Ini bararti bahwa di sumber itu ada tekanan difusi positif dan ditinjau adanya tekanan difusi negatif. Istilah tekanan difusi negatif dapat ditukar dengan kekurangan tekanan difusi atau deficit tekanan difusi yang disingkat dengan DTD (Dwijo, 1985).Difusi adalah gerakan partikel dari tempat dengan potensial kimia lebih tinggi ke tempat dengan potensial kimia lebih rendah karena energi kinetiknya sendiri sampai terjadi keseimbangan dinamis (Indradewa, 2009). Senada dengan itu, Agrica (2009) menjelaskan bahwa difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara. Prinsip dasar yang dapat kita pegang mengenai peristiwa difusi ini adalah difusi terjadi sebagai suatu respon terhadap perbedaan konsentrasi. Suatu perbedaan terjadi apabila terjadi perubahan konsentrasi dari suatu keadaan ke keadaan lain. Selain perbedaan konsentrasi, perbedaan dalam sifat dapat juga menyebabkan difusi. Proses pertukaran gas pada tumbuhan yang terjadi di daun adalah suatu contoh proses difusi. Dalam proses ini gas CO2 dari atmosfir masuk ke dalam rongga antar sel pada mesofil daun yang selanjutnya digunakan untuk proses fotosintesis (Tim Fisiologi Tumbuhan, 2009).Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan) medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat padat berdifusi lebih lambat dibandingkan dengan zat cair. Molekul berukuran besar lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul yang lebih kecil. Pertukaran udara melalui stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada siang hari terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga konsentrasi O2 meningkat. Peningkatan konsentrasi O2 ini akan menyebabkan difusi O2 dari daun ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO2 di dalam jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO2 dari udara luar masuk melalui stomata. Penguapan air melalui stomata (transpirasi) juga merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin, dan aliran air menyebarkan molekul lebih cepat dibanding dengan proses difusi (Anonymous a, 2009).Apabila ada dua bejana yang satu berisi air murni dan bejana lain diisi dengan larutan, apabila kedua bejana ini kita hubungkan, lalu diantara kedua bejana diletakkan membran semipermeabel, yaitu membran yang mempu melalukan air (pelarut) dan menghambat lalunya zat-zat terlarut. Pada proses ini air berdifusi ke bejana yang berisi larutan sedangkan larutan terhalang untuk berdifusi ke bejana murni. Proses difusi ini disebut dengan osmosis (Tim Fisiologi Tumbuhan, 2009).Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel (Fetter, 1998).Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Agrica,2009).Tekanan yang diberikan pada air atau larutan, akan meningkatkan kemampuan osmosis dalam larutan tersebut. Tekanan yang diberikan atau yang timbul dalam system ini disebut potensial tekanan, yang dalam tumbuhan potensial ini dapat timbul dalam bentuk tekanan turgor. Nilai potensial tekanan dapat positif, nol, maupun negatif.

Selain potensial air (PA) dalam potensial tekanan (PT) osmosis juga dipengaruhi tekanan osmotic (PO). Potensial osmotic dari suatu larutan lebih menyatakan sebagai status larutan. Status larutan biasa kita nyatakan dalam bentuk satuan konsentrasi, satuan tekanan, atau satuan energi. Hubungan antara potensial air (PA) dan potensial tekanan (PT), dan potensial osmotic (PO) dapat dinyatakan dengan hubungan sebagai berikut:

PA = PO + PTDari rumus di atas dapat terlihat bahwa apabila tidak ada tekanan tambahan (PT), maka nilai PA = PO

Untuk mengetahui nilai potensial osmotic cairan sel, salah satunya dapat digunakan metode plasmolisis. Jika potensial air dalam suatu sel lebih tinggi dari pada potensial air yang ada di sekitar sel atau di luar sel, maka air akan meninggalkan sel sampai potensial air yang ada dalam sel maupun di luar sel sama besar. Protoplas yang kehilangan air itu menyusut volumenya dan akhirnya dapat terlepas dari dinding sel, peristiwa tersebut biasa kita kenal dengan istilah plasmolisis.

Metode plasmolisis dapat ditempuh dengan cara menentukan pada konsentrasi sukrosa berapakah yang mengakibatkan jumlah sel yang terplasmolisis mencapai 50%. Pada kondisi tersebut dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui, maka tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

TO sel = 22,4 x M x T 273

Dengan : TO = Tekanan Osmotik

M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis

T = Temperatur mutlak (273 + tC)

(Tim fisiologi tumbuhan. 2010).

Sitoplasma biasanya bersifat hipertonis (potensial air tinggi), dan cairan di luar sel bersifat hipotonis (potensial air rendah), karena itulah air bisa masuk ke dalam sel sehingga antara kedua cairan bersifat isotonus. Apabila suatu sel diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonus terhadap sitoplasma, maka air di dalam sel akan berdifusi ke luar sehingga sitoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel, hal ini disebut plasmolisis. Bila sel itu kemudian dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonus, maka air akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma akan kembali mengembang hal ini disebut deplasmolisis (Tim fisiologi tumbuhan. 2009).

.BAB IIIMETODE PENELITIANA. Jenis PenelitianJenis penelitian yang kami gunakan adalah eksperimen karena menggunakan beberapa variabel yaitu variabel kontrol, variabel manipulasi dan variabel respon. Selain itu juga menggunakan pembanding dalam penelitian.B. Variabel Penelitiana) Variabel kontrol:

- Jenis sel sama, yaitu sel epidermis Rhoe discolor.- Jumlah sayatan epidermis Rhoe discolor yaitu selapis sayatan.- Perbesaran mikroskop 10x

- Waktu perendaman sayatan epidermis dalam larutan sukrosa yaitu 30 menit.

b) Variabel manipulasi: konsentrasi larutan sukrosa.

c) Variabel respons:

- Jumlah sel epidermis Rhoe discolor yang terlihat.

- Jumlah sel epidermis Rhoe discolor yang terplasmolisis.

- Jumlah prosentase sel epidermis Rhoe discolor yang terplasmolisis.

- Konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% sel epidermis Rhoe discolor terplasmolisis.- Teknan osmosis

-

C. Alat dan Bahan1. daun Rhoe discolor yang jaringan epidermisnya mengndung cairan sel yang berwarna.

2. Larutan sukrosa dengan molaritas 0,28 M ; 0,26 M ; 0,24 M ; 0,22 M ; 0,20 M ; 0,18 M ; 0,16 M ; 0,14 M.3. Mikroskop.

4. Kaca arloji atau cawan petri 8 buah.

5. Kaca benda dan kaca objek.6. pisau atau silet.

7. Gelas beaker 100 ml.

8. Pipet.

D. Langkah Kerja1. Membuat larutan sukrosa dari konsentrasi yang terbesar yaitu 0,28 M dengan cara melarutkan kristal sukrosa yang telah ditimbang sebanyak 95,76 gram ke dalam aquades sehingga volumenya menjadi 1 liter. Sedangkan untuk membuat larutan sukrosa dengan konsentrasi yang lebih rendah, dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

V1.M1 = V2.M2

Dengan : V1 = volume awal; M1 = konsentrasi awal;

V2 = volume akhir; M2 = konsentrasi akhir.

2. Menyiapkan 8 buah cawan petri dan mengisinya masing-masing dengan 5 mL larutan sukrosa yang telah disediakan dan memberi label pada masing-masing cawan petri berdasarkan konsentrasinya.

3. Mengambil epidermis Rhoe discolor, kemudian menyayat atau mengiris lapisan epidermisnya yang berwarna ungu dengan pisau atau silet dan mengusahakan hanya menyayat selapis sel.

4. Merendam sayatan-sayatan epidermis tersebut pada cawan petri yang sudah berisi larutan sukrosa konsentrasi tertentu dengan jumlah sayatan yang sama dan memberi selang waktu beberapa menit di antara memasukkan sayatan pada cawan petri satu ke cawan petri yang lain dan mencatat waktu mulai perendamannya.

5. Setelah 30 menit, mengambil sayatan yang telah direndam pada cawan petri dan memeriksanya dengan menggunakan mikroskop.

6. Menghitung jumlah seluruh sel yang pada satu bidang lapang pandang, jumlah sel yang terplasmolisis dan prosentase jumlah sel yang terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil PengamatanTabel pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadapSel Epidermis Rhoe discolorNo.Konsentrasi sukrosa(M) sel seluruhnya sel terplasmolisis% sel terplasmolisis

1.0,284949100,00

2.0,26373081,08

3.0,24452044,44

4.0,22421740,48

5.0,20381436,84

6.0,18401332,50

7.0,16491530,61

8.0,14491224.49

B. Analisis DataBerdasarkan data yang telah diperoleh dapat dianalisa sebagai berikut:

- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,28 M, sel epidermis Rhoe discolor terlihat sebanyak 49 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 49 sel dengan prosentase sel terplasmolisis sebesar 100%.

- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,26 M, sel epidermis Rhoe discolor terlihat sebanyak 37 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 30 sel dengan prosentase sel terplasmolisis sebesar 81,08 %.

- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,24 M, sel epidermis Rhoe discolor terlihat sebanyak 45 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 20 sel dengan prosentase sel terplasmolisis sebesar 44,44 %.

- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,22 M, sel epidermis Rhoe discolor terlihat sebanyak 42 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 13 sel dengan prosentase sel terplasmolisis sebesar 40,48 %.

- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,20 M, sel epidermis Rhoe discolor terlihat sebanyak 38 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 14 sel dengan prosentase sel terplasmolisis sebesar 36,84 %.

- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,18 M, sel epidermis Rhoe discolor terlihat sebanyak 40 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 13 sel dengan prosentase sel terplasmolisis sebesar 32,50 %.

- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,16 M, sel epidermis Rhoe discolor terlihat sebanyak 49 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 15 sel dengan prosentase sel terplasmolisis sebesar 30,61 %.

- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,14 M, sel epidermis Rhoe discolor terlihat sebanyak 49 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 12 sel dengan prosentase sel terplasmolisis sebesar 24,49 %.

Analisis Grafik :

- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,243 M, sel epidermis Rhoe discolor yang terplasmolisis mencapai 50% dari jumlah sel epidermis.

- Semakin tinggi konsentrasi sukrosa, semakin tinggi prosentase sel yang terplasmolisis.

C. PembahasanDari hasil analisa di atas maka dapat diperoleh bahwa semakin pekat konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan untuk merendam sayatan epidermis Rhoe discolor maka semakin banyak pula sel epidermis yang terplasmolisis. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari perbedaan potensial air di dalam dan di luar sel. Potensial air yang ada di dalam sel lebih besar dari pada potensial air yang ada di luar sel. Oleh karena potensial air berbanding lurus dengan potensial osmosis, maka potensial osmosis yang ada di dalam sel juga lebih besar dari pada potensial osmosis yang ada di luar sel. Hal inilah yang menyebabkan berpindahnya molekul air di dalam sel menuju ke luar sel yang dalam praktikum kali ini molekul air berpindah dari sel epidermis Rhoe discolor menuju ke larutan sukrosa, sehingga menyebabkan protoplas sel epidermis kehilangan air, menyusut volumenya (sel menjadi mengerut) dan akhirnya terlepas dari dinding sel, peristiwa yang terjadi pada sel epidermis Rhoe discolor ini biasa disebut dengan Plasmolisis.

Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,243 M jumlah sel yang mengalami plasmolisis telah mencapai 50%. Hal tersebut menandakan bahwa dalam kondisi tersebut merupakan kondisi yang isotonic, dimana dalam kondisi tersebut potential air yang ada di dalam sel epidermis Rhoe discolor maupun di luar sel (pada larutan sukrosa) menjadi sama, sehingga tidak terjadi lagi difusi air karena air yang masuk ke dalam sel epidermis Rhoe discolor dan air yang keluar meninggalkannya terdapat dalam jumlah yang sama atau dapat dikatakan terjadi keseimbangan dinamis. Jika potensial di dalam sel dan di luar sel sama, maka besarnya potensial osmosis yang ada di dalam dan di luar sel juga akan sebanding atau sama.

Setelah diketahui bahwa pada konsentrasi M, jumlah sel epidermis Rhoe discolor mencapai 50%, maka dapat dihitung nilai tekanan osmosis yang ada pada sel epidermis Rhoe discolor:

TO = 22,4 x M x T 273

= 22,4 x 0,243 x (273 +28C) 273

= 6 atmD. DiskusiPlasmolisis dapat terjadi karena terlepasnya membran sel dari dinding sel akibat air yang ada di dalam dinding sel terus keluar sampai terjadi keseimbangan antara potensial air yang ada di dalam dan di luar sel. Berdasarkan data yang telah diperoleh maka dapat diketahui bahwa dengan semakin pekat atau tingginya konsentrasi larutan sukrosa maka semakin banyak pula sel yang mengalami plasmolisis. Hal tersebut disebabkan oleh potensial air yang ada di dalam sel epidermis Rhoe discolor lebih besar dari pada di luar sel (larutan sukrosa), dan oleh karena potensial air berbanding lurus dengan potensial osmotiknya, maka potensial yang ada di dalam sel epidermis Rhoe discolor juga akan lebih besar dibandingkan dengan potensial osmosis yang ada di luar sel.

Sel yang mengalami plasmolisis akan mencapai 50% dari jumlah keseluruhan sel yang tampak pada satu lapang pandang jika konsentrasi larutan sukrosa 0,243 M, karena pada kondisi tersebut potensial air yang ada di dalam sel epidermis Rhoe discolor maupun di luar selnya menjadi sama atau bias disebut dalam keadaan yang isotonic.BAB VSIMPULANSuatu sel akan mengalami plasmolisis apabila potensial air yang ada di dalam sel lebih besar dari pada potensial air yang ada di luar sel. Hal tersebut juga berarti bahwa potensial osmosis yang ada di dalam sel lebih besar daripada di luar sel.

Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kosentrasi larutan sukrosa, sel yang mengalami plasmolisis juga semakin besar jumlahnya. Sel yang mengalami plasmolisis akan mencapai 50% dari jumlah sel yang yang tampak pada satu lapang pandang, jika konsentrasi larutan M dan tekanan osmosis yang didapat ialah 6 atm.

DAFTAR PUSTAKADwidjoseputro, D, Prof. DR. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia.Kimball, John W. 1983. BIOLOGI. Jakarta: PT Erlangga.Loveless. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik. Jakarta: PT Gramedia. Sasmita, Drajat ; Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung:ITB Press.

Salisbury, Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung:ITB Press.

Tim fisiologi tumbuhan. 2009. Penuntun Praktikum FISIOLOGI TUMBUHAN. Bandung : Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Tim fisiologi tumbuhan. 2010. Penuntun Praktikum FISIOLOGI TUMBUHAN. Surabaya : Jurusan Biologi FMIPA UNESA.