praktikum fisiologi tekanan darah 1 2015

23
Laporan Praktikum Fisiologi Kardiovaskular (Tekanan darah -1) Nama NIM Tanda Tangan Ketua Kelompok Anggota Kelompok D3 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 Telepon: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-173

Upload: aldo-muhammad-hamka

Post on 01-Feb-2016

76 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

1

TRANSCRIPT

Page 1: Praktikum Fisiologi Tekanan Darah 1 2015

Laporan Praktikum Fisiologi

Kardiovaskular

(Tekanan darah -1)

Nama NIM Tanda Tangan

Ketua Kelompok

Anggota

Kelompok D3

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Telepon: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-173

Page 2: Praktikum Fisiologi Tekanan Darah 1 2015

1.Kesanggupan Kardiovaskular Dan Pengaruh Sikap Dan

Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah

(Harvard step test)

A. Tujuan Percobaan

Untuk mengukur kesanggupan kerja sistem jantung dan pembuluh darah untuk

berfungsi optimal pada keadaan istirahat dan kerja.

B. Pendahuluan

Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau

mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam

penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat

jantung berdaptasi (kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh.

Cold pressor test merupakan test peningkatan tekanan darah dengan

pendinginan yang dilakukan dengan cara memberikan rangsang pendinginan pada

tangan yaitu diletakkan di dalam suatu wadah berisi air es bersuhu 4 derajat

celcius selama kurang lebih satu menit. Perbedaan tekanan darah setelah

intervensi dan saat tekanan basal menunjukkan aktivitas vascular dimana

dikatakan hiperekator jika tekanan sistolik naik ≥ 20 mmHg dan tekanan diastolic

≥15 mmHg, dan dikatakan hiporekator jika kenaikan tekanan darah masih

dibawah angka angka tersebut. Lewis, dalam penelitiannya mengatakan bahwa

jika jari diletakkan dalam suhu air 1-18 derajat celcius, akan menimbulkan rasa

nyeri hebat. Akan tetapi, apabila suhu melebih 18 derajat celcius, rasa nyeri tidak

akan terjadi. Rasa nyeri pada temperatur rendah, secara progressive akan terus

meningkat hingga mencapai waktu maksimal 1 menit.

C. Alat-alat dan bahan

1. Sfigmomanometer

2. Pengukur waktu (arloji atau stopwatch)

3. Bangku setinggi 19 inci

4. Metronom (frekuensi 120/menit)

5. Stetoskop

Page 3: Praktikum Fisiologi Tekanan Darah 1 2015

Indeks kesanggupan badan =lama naik turun dalam detik x 100

5.5x harga denyut nadiselama 30” pertama

D. Cara kerja

A. Percobaan naik turun bangku (Harvard step test)

1. Suruhlah orang percobaan berdiri menghadap bangku setinggi 19 inci sambil

mendengarkan detakan sebuah metronom dengan frekuensi 120 kali per menit.

2. Suruhlah orang percobaan menempatkan salah satu kakinya di bangku, tepat

pada satu detakan metronom.

3. Pada detakan berikutnya (dianggap sebagai detakan kedua) kaki lainnya

dinaikkan ke bangku sehingga orang percobaan berdiri tegak di atas bangku.

4. Pada detakan ketiga, kaki yang pertama kali naik diturunkan.

5. Pada detakan keempat, kaki yang masih di atas bengku diturunkan ulang

sehingga orang percobaan berdiri tegak lagi di depan bangku.

6. Siklus tersebut diulang terus-menerus sampai OP tidak kuat lagi tetapi tidak

lebih dari 5 menit. Catatlah berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan

mengunakan sebuah stopwatch.

7. Segera setelah itu OP disuruh duduk. Hitunglah dan catatlah frekuensi denyut

nadi selama 30 detik sebanyak 3 kali masing-m,asing dari 0”-30”, dari 1”-130”

dan dari 2”-2”30”.

8. Hitunglah indeks kesanggupan orang percobaan serta berikan penilaiannya

menurut 2 cara berikut ini:

a. Cara lambat:

Penilaiannya:

Kurang dari 55 = kesanggupan kurang

55-64 = kesanggupan sedang

65-79 = kesanggupan cukup

80-89 = kesanggupan baik

Lebih dari 90 = kesanggupan amat baik

b. Cara cepat: Rumus

Indeks kesanggupan badan =2x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30”

lama naik-turun dalam detik x 100

Page 4: Praktikum Fisiologi Tekanan Darah 1 2015

Dengan daftar:

Lamanya

percobaan

Pemulihan denyut nadi dari 0'' hingga 30''

40- 45- 50-55

-

60

-

65

-

70

-

75

-

80

-

85

-

90

-

4 4 5 5 6 6 7 7 8 8  

4 9 4 9 4 9 4 9 4 9  

0''-29'' 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

0''30''-0''59'' 20 15 15 15 15 10 10 10 10 10 10

1'0''-1'29'' 30 30 25 25 20 20 20 20 15 15 15

1'30''-1'59'' 45 40 40 35 30 30 25 25 25 20 20

2'0''-2'29'' 60 50 45 45 40 35 35 30 30 30 25

2'30''-2'59'' 70 65 60 55 50 45 40 40 35 35 35

3'0''-3'29'' 85 75 70 60 55 55 50 45 45 40 40

3'30''-3'59''10

085 80 70 65 60 55 55 50 45 45

4'0''-4'29''11

0

10

090 80 75 70 65 60 55 55 50

4'30''-4'59''12

5

11

0

10

090 85 75 70 65 60 60 55

5'0''13

0

11

5

10

595 90 80 75 70 65 65 60

Petunjuk-petunjuk:

Carilah baris yang berhubungan dengan lama percobaan

Carilah lajur yang berhubungan dengan banyaknnya denyut nadi selama 30”

pertama

Indeks kesangupan badan terdapat dipersilangkan baris dan lajur.

Penilaiannya:

Kurang dari 50 = kurang

50-80 = sedang

Lebih dari 80 = baik

E. Hasil pemeriksaan

A. Percobaan naik turun bangku (harvard step test)

OP = Agung, denyut nadi awal = 72x/menit, kesanggupannya berhenti 2 menit 48

detik atau 168 detik. Denyut setelah melakukan Harvard step test, sbb:

Page 5: Praktikum Fisiologi Tekanan Darah 1 2015

- 0” - 30” = 85x

- 1’ - 1’30” = 74x

- 2’ - 2’30” = 60x

Jadi, indeks kesanggupan badan OP dalam cara:

a. Cara lambat

Lama naik turun dalam detik x 100

2 x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30”

168 detik x 100

2 x (85+74+60)

Sehingga kesanggupan OP kurang

b. Cara cepat

Lama naik turun dalam detik x 100

5.5 x jumlah ketiga harga denyut nadi selama 30” pertama

168 detik x 100

5.5 x 85

Jadi kesanggupan OP kurang

Dari percobaan Harvard Step Test, kita dapat menentukan sampai mana batas

kesanggupan badan seseorang dalam melakukan aktivitas otot. Semakin lama ia

mampu bertahan naik-turun bangku dan semakin cepat frekuensi denyut nadinya pulih

ke frekuensi normal, maka semakin baik pula kesanggupannya.

Peningkatan frekuensi denyut nadi dapat terjadi karena adanya peningkatan

curah jantung. Aktivitas yang meningkat menyebabkan kebutuhan jaringan akan

oksigen meningkat untuk melakukan proses metabolisme. Oleh karena itu, curah

jantung juga perlu ditingkatkan agar kebutuhan tersebut terpenuhi. Karena

peningkatan curah jantung inilah dimana darah akan lebih banyak dipompa melalui

aorta sehingga berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah dimana peningkatan ini

mengakibatkan gelombang tekanan yang berjalan di sepanjang arteri semakin cepat

dan selanjutnya akan mengakibatkan denyut nadi meningkat. 

Peningkatan curah jantung juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan

merangsang saraf simpatis sehingga denyut nadi meningkat. Stimulasi simpatis dan

epinefrin meningkatkan kontraktilitas jantung, yang mengacu kepada kekuatan

=

= =

=

= =

38,36

35,94

Page 6: Praktikum Fisiologi Tekanan Darah 1 2015

kontraksi pada setiap volume diastolik akhir; dengan kata lain jantung memeras lebih

banyak darah yang dikandungnya. Stimulasi simpatis menyebabkan konstriksi vena,

yang memeras lebih banyak darah dari vena ke jantung, sehingga terjadi peningkatan

volume diastolik akhir dan akhirnya peningkatan volume sekuncup lebih lanjut.

Peningkatan volume sekuncup dan peningkatan kekuatan kontraksi menyebabkan

denyut nadi meningkat.

Hasil akhir menunjukan bahwa OP mendapat nilai sebesar 38,36 dengan

menggunakan rumus lambat. Nilai ini menunjukan bahwa OP memiliki kesanggupan

yang kurang sesuai. Sementara itu, dengan menggunakan rumus cepat OP mendapat

nilai 35,94. Hal ini menunjukan juga OP memiliki kesanggupan yang kurang sesuai

dengan kriteria. Hal ini terjadi karena OP sendiri jarang berolahraga.

Pada prinsipnya olahraga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas fungsional

individu dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantungyang diperlukan pada

tingkatan latihan fisik, baik pada orang sehat maupun orang sakit. Pada latihan fisik

akan terjadi dua perubahan pada sistem kardiovaskular yaitu peningkatan curah

jantung dan redistribusi aliran darah dari organ yang kurang aktif ke organ yang aktif.

Kesanggupan badan seseorang dinyatakan dengan Indeks Kesanggupan Badan (IKB)

yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus di atas. Semakin besar nilai dari

IKB seseorang maka kesanggupan badannya semakin baik.

F. Pembahasan

Tekanan darah pada pembuluh darah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor

dasar yang mempengaruhinya adalah cardiac output, total tahanan perifer pembuluh

darah di arteriola, volume darah, dan viskositas darah. Dengan faktor tersebut, tubuh

kita melakukan kontol agar tekanan darah menjadi normal dan stabil. Pengaturan

pembuluh darah yang bekerja dalam mengontrol tekanan darah yaitu pengaturan

lokal, saraf dan hormonal.

Kontrol lokal (intrinsik) adalah perubahan-perubahan di dalam suatu jaringan

yang mengubah jari-jari pembuluh, sehingga alirah darah ke jaringan tersebut berubah

melalui efek terhadap otot polos arteriol jaringan. Kontrol lokal sangat penting bagi

otot rangka dan jantung, yaitu jaringan-jaringan yang aktivitas metabolik dan

kebutuhan akan pasokan darahnya sangat bervariasi, dan bagi otak, yang aktivitas

metabolic keseluruhannya dan kebutuhan akan pasokan darah tetap konstan.

Pengaruh-pengaruh lokal dapat bersifat kimiawi atau fisik.

Pengaturan Tekanan Darah 

1. Kontrol Ekstrinsik, saraf dan hormonal

Page 7: Praktikum Fisiologi Tekanan Darah 1 2015

Kontrol ekstrinsik terhadap jari-jari arteriol mencakup pengaruh pengaruh

saraf dan hormonal dengan efek system saraf simpatis yang terpenting. Serat serat

saraf simpatis mempersarafi otot polos arteriol di seluruh tubuh kecuali di otak.

Peningatan aktivitas simpatis (hiperreaktor) menimbulkan vasokonstriksi arteriol

umum, sedangkan penurunan aktivitas simpatis (hiporeaktor) menyebabkan

vasodilatasi arteriol umum. Menurut hines-brown, insiden hioertensi tingi pada

golongan yang hipereaktor. Vasokonstriksi umum yang diinduksi oleh simpatis secara

refleks mengurangi aliran darah ke sel sel jaringan perifer, sehingga kompensasinya

adalah peningkatan tekanan arteri rata rata agar darah dapat mengalir ke semua organ

hingga ke jaringan perifer. Aktivitas simpatik tonik juga untuk mempertahankan

tekanan sehingga organ organ dapat menyerap darah sesuai keperluan melalui

mekanisme local yang mengontrol jari jari arteriol.  Persarafan parasimpatis ke arterio

tidak bermaksna, vasodilatasi di tempat tempat lain ditimbulkan oleh penurunan

aktivitas vasokonstiktor simpatis di bawah tingkat toniknya, ketika tekanan arteri rata

rata meningkat di atas normal, timbul refleks berupa reduksi aktivitas vasokonstriksi

simpatis yang menyebabkan vasodilatasi arteriol umum yang membantu menurunkan

tekanan pendorong ke tingkat normal.

Bagian utama di otak yang bertanggung jawab menyesuaikan keluaran

simpatis ke arteriol arteriol adalah pusat kontrol kardiocaskular di medulla batang

otak. Ini adalah pusat integrasi bagi pengaturan tekaan darah, beberapa bagian lain

juga mempengaruhi distribusi darah, yang paing menonjol adalah hipotalamus, yang

sebagian dari fungsinya mengnotrol suhu, mengontor aliran darah ke kulit untuk

menyesuaikan julah panas yang keluar ke lingkungan.  Selain aktivitas refleks saraf,

beberapa homron juga memepngaruhi jari jari arteriol hormon ini mencakup hormon

medulla adrenal epinefrin dan norepinefrin, yang secara umum memperkuat system

saraf simpatis di sebagian besar jaringan serta vasopressin dan angiotensin II, yang

penting dalam mengontrol keseimbangan cairan.  Stimulasi simpatis pada medulla

adrenal menyebabkan kelenjar endokrin ini mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin.

Norepinefrin medulla adrenal berkaitan dengan reseptor α seperti yang secara

simpatis dilepaskan norepinefrin untuk menimbulkan vasokonstriksi umum.

Namun ,epinefrin, hormon medulla adrenal yang paling banyak, berikatan dengan

reseptor α dan β2 . Pengaktifan reseptor β2 menimbulkan vasodilatasi, reseptor

tersebut paling banyak di arteriol jantung dan otot rangka, selama aktivitas simpatis

epinefrin yang dikeluarkan berikatan dengan resepton β2 di jantung dan otot rangka

untuk memperkuat mekanisme vasodilator local di jaringan ini. 

2. Refleks Baroreseptor

Setiap perubahan tekanan darah rata rata akan mencetuskan refleks

baroreseptor yang diperantarai secara otonom dan mempengaruhi jantung serta

Page 8: Praktikum Fisiologi Tekanan Darah 1 2015

pembuluh darah untuk menyesuaikan curah jantung dan resistensi perifer total sebagai

usaha untuk memulihkan tekanan darah ke normal. Refleks baroreseptor mencakup

reseptor, jalur aferen, pusat integrasi, jalur eferen dan organ efektor. Respon

terpenting dalam pengaturan tekanan darah adalah sinus karotikus dan baroreseptor

lengkung aorta, yang merupakan mekanoreseptor yang peka terhadap perubahan

tekanan arteri rata rata dan tekanan nadi. Ketangggapan reseptor-reseptor tersebut

terhadap fluktuasi tekanan nadi meningkatkan kepekaan mereka sebagai sensor

tekanan, karena perubahan kecil pada tekanan sistolik atau diastolic dapat mengubah

tekanan nadi tanpa mengubah tekanan rata rata. Baroresptor terletak di tempat

strategis untuk menyediakan informasi mengenai tekanan darah arteri di pembuluh –

pembuluh yang meglir ke otak (baroresptor sinus karotikus) dan di arteri utama yaitu

baroresptor lengkung aorta.

Baroresptor secara kontinue mengahasilkan potensial aksi sebagai respon

terhadap tekanan di dalam arteri. Jika tekanan arteri (tekanan rata rata atau nadi)

meningkat, potensial reseptor di kedua baroreseptor itu meningkat, sehingga

kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen yang bersangkutan juga

meningkat, berlaku juga jiga sebaliknya, apabila tekanan darah menurun kecepatan

pembentuka aksi di neuron aferen oleh baroreseptor berkurang. Pusat integrasi yang

menerima impuls aferen adalah pusat kontrol kardiovaskular, terletak di medulla di

system batang otak. Sebagai jalur aferen adalah system sara otonom, pusat

kardiovaskular mengubah rasio antara aktivitas simpatis dan parasimpatis ke organ

organ efektor (jantung dan pembuluh darah).

I. Tes peninggian tekanan darah dengan pendinginan (Cold-presor test)

Perubahan temperatur lingkungan menjadi dingin merupakan salah

satu contoh pengaruh fisik lokal pada otot, sehingga tekanan darah dapat

berubah. Bila pada pendinginan, tekanan sistolik naik lebih besar dari 20

mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 15 mmHg dibandingkan dengan

tekanan basal, maka o.p tergolong hiperreaktor. Bila kenaikan tekanan darah

o.p masih di bawah angka-angka tersebut, o.p tergolong hiporeaktor.

II. Percobaan naik turun bangku (Harvard Step Test)

Saat berolahraga, terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh. Hal

ini mempengaruhi tekanan darah, dan termasuk sebagai pengaruh lokal

kimiawi. Sebab olahraga menyebabkan:

a. Penurunan O2 oleh karena sel-sel yang aktif melakukan metabolism

menggunakan lebih banyak O2 untuk fosforilasi oksidatif untuk

menghasilkan ATP.

b. Peningkatan CO2 sebagai produk sampingan fosforilasi oksidatif

Page 9: Praktikum Fisiologi Tekanan Darah 1 2015

c. Peningkatan asam – lebih banyak asam karbonat yang dihasilkan dari

peningkatan produksi CO2 akibat peningkatan aktivitas metabolic. Juga

terjadi penimbunan asam laktat apabila yang digunakan untuk

menghasilkan ATP adalah jalur glikolitik.

d. Peningkatan K+ -- potensial aksi yang terjadi berulang-ulang dan

mengalahkan kemampuan pompa Na+ untuk mengembalikan gradient

konsentrasi istirahat, menyebabkan peningkatan K+ di cairan jaringan.

e. Peningkatan osmolaritas ketika metabolism sel meningkat karena

meningkatnya pembentukan partikel-partikel yang secara osmotis aktif.

f. Pengeluaran adenosin sebagai respon terhadap peningkatan aktivitas

metabolism atau kekurangan O2, terutama di otot jantung.

g. Pengeluaran prostaglandin

Tekanan sistolik dan diastolik dalam keadaan istirahat dan dalam keadaan

setelah beraktivitas (misalnya : olahraga) akan berbeda karena saat olahraga terjadi

peningkatan aliran balik vena.

Efek aktivitas otot rangka selama berolahraga adalah salah satu cara untuk

mengalirkan simpanan darah di vena ke jantung. Penekanan vena eksternal ini

menurunkan kapasitas vena dan meningkatkan tekanan vena. Peningkatan aktivitas

otot mendorong lebih banyak darah keluar dari vena dan masuk ke jantung.

Pada Harvard Step Test menggunakan parameter waktu lama kerja dan

frekuensi denyut nadi, Denyut nadi dapat diketahui dengan menghitung denyut arteri

radialis, suara detak jantung, atau dengan bantuan eleftrokardiogram. Dengan

memakai kedua factor tersebut dapat dihitung indeks kesanggupan badan, yang

dibedakan antara kesanggupan kurang sampai kesanggupan amat baik.

G. Kesimpulan

1. Efek pendinginan menyebabkan tekanan darah seseorang meningkat. Tekanan

darah yang meningkat disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah atau

vasokonstriktor dan adanya respon stress yang merangsang hormon adrenalin.

2. Peningkatan frekuensi denyut nadi dapat terjadi karena adanya peningkatan

curah jantung dan juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan merangsang

saraf simpatis sehingga denyut nadi meningkat.

2.Pengukuran Secara Tidak Langsung Tekanan Darah

Arteri Pada Orang

Page 10: Praktikum Fisiologi Tekanan Darah 1 2015

TUJUAN

1. Mengukur tekanan darah A. Brachialis dengan cara auskultasi dengan

penilaian menurut metode lama dan metode baru “The American Heart

Association” (A.H.A)

2. Mengukur tekanan darah A. Brachialis dengan cara palpasi

3. Menerangkan perbedaan hasil pengukuran cara auskultasi dengan cara palpasi

4. Membandingkan hasil pengukuran takanan darah A. Brachialis pada sikap

berbaring, duduk, berdiri

5. Menguraikan berbagai factor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan

darah pada ketiga sikap tersebut diatas

6. Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja

otot

7. Menjelaskan pelbagai factor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan

darah sebelum dan sesudah verja otot.

ALAT YANG DIPERLUKAN

1. Sfigmomanometer

2. Stetoskop

I.PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRACHIALIS PADA SIKAP

BERBARING, DUDUK, DAN BERDIRI

Sikap Telentang

1. Suruhlah OP telentang dengan tenang selama 10 menit

2. Selama menunggu, pasanglah manset sigmomanometer pada lengan kanan OP

3. Carilah palpasi denyut A. Brachialis pada fossa cubiti dan denyut A. radialis

pada pergelangan tangan kanan OP

4. Setelah OP berbaring 10 menit, tetapkan kelima fase Korokraff dalam

pengukuran tekanan darah OP tersebut

5. ulangilah pengukuran sub. 4 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata

dan catatlah hasilnya

Duduk

6. Tanpa melepaskan manset, OP disuruh duduk.

Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah A. brachialisnya dengan

cara yang sama. Ulangilah penguluran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan

nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.

Berdiri

Page 11: Praktikum Fisiologi Tekanan Darah 1 2015

7. Tanpa melepaskan manset, OP disuruh berdiri.

Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah A. brachialisnya dengan

cara yang sama. Ulangilah penguluran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan

nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.

8. Bandingkan hasil pengukuran tekanan darah OP pada ketiga sikap berbeda

diatas.

II. PENGUKURAN TEKANAN DARAH SESUDAH KERJA OTOT

1. Ukurlah tekanan darah A. Brachialis OP dengan penilaian menurut metode

baru pada sikap duduk (OP tak perlu yang sama pada sub. I)

2. Tanpa melepaskan manset suruhlah OP berlari ditempat dengan frekuensi

±120 loncatan / menit selama 2 menit. Segara setelah selesai, OP disuruh

duduk dan ukurlah tekanan darahnya.

3. Ulangilah pengukuran darah ini setiap menit sampai tekanan darahnya

kembali seperti semula.

Catat hasil pengukuran tersebut.

III. PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRACHIALIS DENGAN

CARA PALPASI

1. Ukurlah tekanan darah A. Brachialis OP pada sikap duduk dengan cara

auskultasi.

2. Ukurlah tekanan darah A. Brachialis OP pada sikap yang sama dengan cara

palpasi.

HASIL

I. PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRACHIALIS PADA

SIKAP BERBARING, DUDUK, DAN BERDIRI

Tekanan darah OP pada sikap berbaring

Keterangan OP (Elisabeth)Rata-rata

1 2 3

Fase 1 120 100 110 110

Fase 2 - - - -

Fase 3 70 80 70 73.33

Fase 4 60 70 60 63.33

Fase 5 50 60 50 56.67

Page 12: Praktikum Fisiologi Tekanan Darah 1 2015

Tekanan darah OP pada sikap duduk

Keterangan OP (Elisabeth)Rata-rata

1 2 3

Fase 1 110 110 90 103,34

Fase 2 - - - -

Fase 3 80 80 70 76.67

Fase 4 70 70 60 66,67

Fase 5 60 60 50 56,67

Tekanan darah OP pada sikap berdiri

Keterangan OP (Elisabeth)Rata-rata

1 2 3

Fase 1 110 110 105 110

Fase 2 - - - -

Fase 3 80 80 70 76.67

Fase 4 70 70 60 66,67

Fase 5 60 60 50 56,67

II. PENGUKURAN TEKANAN DARAH SESUDAH KERJA OTOT

Keterangan OP (Jean) Rata-rata sesudah

Sebelum Sesudah

Fase 1 120 140 120 130

Fase 2 110 120 110 115

Fase 3 100 100 100 100

Fase 4 90 50 80 65

Fase 5 80 30 70 50

Page 13: Praktikum Fisiologi Tekanan Darah 1 2015

III. PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRACHIALIS DENGAN

CARA PALPASI

Keterangan OP (Elys)

Auskultasi Palpasi

Fase 1 110 110

Fase 2 - -

Fase 3 100 -

Fase 4 90 -

Fase 5 75 -

PEMBAHASAN

Tekanan darah, gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh,

bergantung pada volumen darah yang terkandung di dalam pembuluh dan compliance

atau daya regang (distensibility), dinding pembuluh yang bersangkutan. Tekanan

sistol adalah tekanan puncak yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke

dalam pembuluh tersebut selama sistol ventrikel, rata-rata adalah 120 mmHg.

Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah

mengalir ke luar ke pembuluh-pembuluh di hilir sewaktu diastol ventrikel, rata-rata

adalah 80 mmHg. Tekanan (denyut) nadi (pulse pressure) adalah perbedaan antara

tekanan sistol dan diastol. Tekanan arteri tidak turun menjadi 0 mmHg karena timbul

kontraksi jantung berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah keluar.

Cara menetapkan tekanan darah dengan cara auskultasi adalah dengan

mendengarkan bunyi pembuluh di arteri brachialis, yaitu bunyi-bunyi fase korotkow.

Bunyi tersebut terdapat 5 fase, yaitu;

Fase 1: Bunyi pembuluh seperti bunyi jantung 1, yaitu bunyi pertama kali

ketika manset dikendorkan, bunyi ini merupakan sistol.

Fase 2: Seperti fase 1 ditambah bunyi bising, terkadang bunyi ini sulit

ditangkap

Fase 3: Suara bising hilang, dan terdengar kembali seperti fase 1, namun

paling keras.

Fase 4: Bunyi paling lemah

Page 14: Praktikum Fisiologi Tekanan Darah 1 2015

Fase 5: Bunyi sudah mulai tidak terdengar, ini merupakan diastol.

Denyut yang dapat diraba di sebuah arteri yang berada dekat dengan permukaan kulit

ditimbulkan oleh perbedaan antara tekanan kulit ditimbulkan oleh perbedaan antara

tekanan sistolik dan diastolik. Perbedaan tekanan ini dikenal sebagai tekanan nadi

(pulse pressure). Sebagai contoh, apabila tekanan darah adalah 120/80 mmHg,

tekanan nadi adalah 40 mmHg (120 mmHg-80mmHg).

Berbagai faktor dapat mempengaruhi tingkat aktivitas kontraktil otot polos

arteriol, sehingga, pada dasarnya, resistensi terhadap aliran di pembuluh ini juga

terpengaruh. Faktor-faktor ini dikelompokkan ke dalam kedua kategori; control local

(intrinsik), yang penting untuk menyesuaikan aliran darah dengan kebutuhan

metabolik jaringan tempat pembuluh tersebut berada, dan control ekstrinsik, yang

penting untuk mengatur tekanan darah.

Pada percobaan pertama, yaitu pengukuran tekanan darah pada arteri

brachialis pada sikap tidur telentang, duduk, dan berdiri didapatkan hasil pengukuran

rata-rata tekanan darah yang berbeda pada setiap posisi tersebut. Ini terlihat pada

hasil rata-rata yang didapatkan. Pada saat tidur terlentang, tekanan darah relatif lebih

rendah. Namun ketika berganti posisi menjadi duduk dan berdiri, tekanan itu terlihat

sedikit naik dari sebelumnya. Hal ini semua dapat terjadi karena salah satu faktor

yang mempengaruhi tekanan darah seseorang adalah gravitasi. Dimana ketika posisi

tidur terlentang, Gaya gravitasi tidak terlalu berat mempengaruhi aliran darah ke

seluruh tubuh. Namun ketika duduk dan berdiri, gaya gravitasi itu bekerja lebih besar

pada tubuh. Sehingga jantung harus bekerja lebih, agar darah dapat sampai ke bagian-

bagian tubuh, terutama bagian tubuh yang letaknya lebih diatas jantung. Namun pada

pengukuran diatas, posisi duduk agak lebih tinggi tekanan darahnya dari pada posisi

berdiri. Hal ini mungkin lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain yang sudah

ditulis diatas.

Pada percobaan kedua, yaitu pengukuran tekanan darah pada saat selesai

melakukan kerja otot. Didapatkan hasil bahwa tekanan darah meningkat dari keadaan

normal sebelumnya. Karena selama olah raga, tidak saja terjadi peningkatan curah

jantung, tetapi distribusi curah jantung disesuaikan untuk menunjang peningkatan

aktivitas fisik tersebut. Persentase curah jantung yang mengalir ke otot rangka dan

jantung meningkat, sehingga lebih banyak O2 dan nutrien yang disalurkan untuk

menunjang peningkatan kecepatan konsumsi ATP di kedua jaringan tersebut.

Persentase curah jantung yang mengalir ke kulit meningkat sebagai cara untuk

menyalurkan kelebihan panas yang dihasilkan oleh otot ke permukaan tubuh untuk

Page 15: Praktikum Fisiologi Tekanan Darah 1 2015

dieliminasi. Peningkatan persentase aliran darah ke otot rangka dan jantung diimbangi

oleh penurunan persentase curah jantung ke organ lain. Hanya besar aliran darah ke

otak yang tidak berubah pada saat terjadi penyesuaian distribusi curah jantung ketika

berolahraga. Hal itu semua mempengaruhi kerja jantung, sehingga tekanan jantung

meningkat.

Pada percobaan ketiga, ketika melakukan perbandingan antara cara

pengukuran palpasi dan auskultasi. Pada pengukuran secara palpasi hanya dapat

meraba denyut pada saat sistol. Tetapi pada pengukuran cara auskultasi, dapat

didengar fase korotkow dari fase 1 sampai 5, kecuali pada fase 2 yang sangat sulit

didengar. Oleh sebab itu, pengukuran cara auskultasi lebih efektif dari pada cara

palpasi.

KESIMPULAN

1. Kerja jantung sangat berkaitan sekali dengan tekanan darah yang diukur. Makin

tinggi kerja jantung, maka makin tinggi pula tekanan darah yang diukur. Dan

sebaliknya

2. Peningkatan atau penurunan tekanan darah dipengaruhi oleh berbagai factor dari

dalam maupun luar tubuh. Salah satu pengaruh dari luar tubuh ialah gaya

gravitasi.

3. Ketika olah raga, tekanan darah meningkat. Hal ini dikarenakan jantung bekerja

lebih keras memompa darah, agar organ-organ tubuh yang terlibat olah raga,

mendapat suplai O2 yang cukup untuk menghasilkan energy.

4. Pengukuran tekanan darah cara auskultasi lebih efektif dibandingkan cara palpasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi ke – 6. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2002. hal 340 – 444

2. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi ke – 2. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2001. hal. 276.

3. Nurachmach, E. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem

kardiovaskuler. Jakarta : Penerbit Salemba Medika; 2009.hal. 20-21.

Page 16: Praktikum Fisiologi Tekanan Darah 1 2015

4. Andrajati, Retnosari dkk. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia.

Depok: Departemen Farmasi FMIPA UI, 2008