praktek pengelolaan kelas efektif dalam …

78
1 PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Pada SMP Negeri I Lawang Wetan Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin) Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam (M. Pd.I) dalam Program Studi Ilmu Pendidikan Islam Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam Oleh AROPAH NIM : 090103048 PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN FATAH PALEMBANG 2014

Upload: others

Post on 17-Nov-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

1

PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM MENINGKATKANMUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(Studi Pada SMP Negeri I Lawang Wetan Kecamatan Babat Toman Kabupaten MusiBanyuasin)

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam (M. Pd.I)

dalam Program Studi Ilmu Pendidikan Islam Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam

Oleh

AROPAH NIM : 090103048

PROGRAM PASCASARJANAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN FATAH

PALEMBANG2014

Page 2: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

2

Bab 1PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai suatu proses belajar yang

dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat

meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya

meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran (Sagala 2008, hal. 62).

Profesionalisme seorang guru mutlak diperlukan sebagai bekal dalam

mengakses perubahan baik itu metode pembelajaran ataupun kemajuan teknologi yang

kesemuanya ditujukan untuk kepentingan proses belajar mengajar. Karena menurut

Atiek W dan Yudha I (2001, hal. 353), jika ditinjau dari undang-undang sebagaimana

tersebut di atas tugas guru tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada siswa,

tetapi lebih kepada bagaimana menyiapkan mereka menjadi sumber daya manusia

yang terampil dan siap mengakses kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

liberalisasi yang terjadi di masa nanti.

Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar hendaknya guru dapat

mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar

sehingga tercipta suatu interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa

dengan siswa. Hal ini senada seperti yang ditulis Madri M. dan Rosmawati (2004, hal.

274), bahwa terjadinya proses pembelajaran itu ditandai dengan dua hal yaitu : (1)

siswa menunjukkan keaktifan, seperti tampak dalam jumlah curahan waktunya untuk

Page 3: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

3

melaksanakan tugas ajar, (2) terjadi perubahan perilaku yang selaras dengan tujuan

pengajaran yang diharapkan.

Dalam setiap proses pengajaran kondisi ini harus direncanakan dan diusahakan

oleh guru secara sengaja agar dapat terhindar dari kondisi yang merugikan (usaha

pencegahan), dan kembali kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang

merusak disebabkan oleh tingkah laku peserta didik di dalam kelas (usaha kuratif).

Kelas sebagai lingkungan tempat belajar mengajar harus dimanfaatkan dengan baik

dan di kelola sedemikian rupa agar proses pembelajaran dapat dilakukan dengan

maksimal. Tindakan dalam pengelolaan kelas inilah sebagai tindakan yang dilakukan

oleh guru dalam rangka menyediakan kondisi yang optimal agar proses belajar

mengajar berlangsung efektif.

Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila:

pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya

kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar-mengajar, kedua, dikenal masalah-

masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar-

mengajar, ketiga, dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan

diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan (Rohani

2004, hal. 122).

Sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan yang diamanatkan

oleh Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional bahwa, tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk menarik minat siswa dalam memahami konsep-konsep yang tercakup

dalam kurikulum khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk SMP

Page 4: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

4

secara keseluruhan tidaklah mudah. Menurut Nasrun (2004, hal. 428), dalam forum

pendidikan mengemukakan bahwa guru dituntut mampu memiliki dan menggunakan

media pengajaran sesuai dengan materi yang akan di sajikan, dituntut mampu

menggunakan metode mengajar secara stimulan untuk menghidupkan suasana

pengajaran dengan baik. Tugas guru adalah mendiagnosis kebutuhan belajar,

merencanakan pelajaran, memberikan presentasi, mengajukan pertanyaan, dan

mengevaluasi pengajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat yang

kritis bagi kegiatan instruksional yang efektif agar seorang guru berhasil mengelola

kelas hendaklah ia mampu mangantisipasi tingkah laku siswa yang salah dan

mencegah tingkah laku demikian agar tidak terjadi (Nasrun 2004, hal. 428).

Dengan melihat konteks tersebut pengelolaan kelas dapat dipandang sebagai

suatu usaha yang sangat penting dan harus mendapat prioritas oleh seorang guru dalam

berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa.

Upaya yang dilakukan adalah dengan pemberian kepada siswa untuk melaksanakan

kegiatan yang kreatif dan terarah.

Pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran, dalam UU No. 14

tahun 2005 tentang guru dan dosen (2008, hal. 68), pada pasal 20 item (a) disebutkan

bahwa tugas guru adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses

pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

Suatu tugas pokok guru adalah menjadikan peserta didik mengetahui atau melakukan

hal-hal dalam suatu cara yang formal. Berarti ia menstrukturisasi pengetahuan atau

ketrampilan dalam suatu cara yang sedemikian rupa sehingga menyebabkan peserta

didik tidak hanya mempelajarinya melainkan juga mengingatnya dan melakukan

sesuatu denganya. Tentunya tujuan reformulasi undang-undang tersebut merupakan

respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan

sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk

Page 5: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

5

memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan,

pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan

hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara

optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.

Disamping kebijakan pemerintah tentunya keberhasilan dalam pendidikan

sangatlah dipengaruhi oleh guru dan metode yang digunakanya. Disamping itu

lingkungan belajar juga turut andil dalam keberhasilan pendidikan seseorang.

Lingkungan yang kondusif dapat menjadikan suasana yang kondusif pula bagi

seseorang untuk mencapai pendidikan yang berkualitas. Suatu sistem pendidikan

dikatakan berkualitas apabila proses pembelajaranya berlangsung menarik dan

menantang (Harsanto 2007, hal. 9). Sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak

mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan.

Proses pembelajaran yang berkualitas akan membuahkan hasil pendidikan yang

berkualitas pula. Dengan demikian akan meningkatan kualitas kehidupan bangsa.

Peran dan fungsi guru sangatlah penting dalam proses belajar mengajar tersebut. Untuk

itu guru harus memiliki pengetahuan, disamping pengetahuan tentang materi pelajaran

juga mengenai teori belajar dan mengajar sebagai pegangan dalam proses

pembelajaran.

Langkah yang dapat dilakukan agar dapat tercapai tujuan pembelajaran adalah

melaksanakan pengembangan dalam pengajaran dan pembelajaran. Salah satunya

dengan menggunakan alat peraga atau prototype subyek/obyek materi sebagai alat

bantu siswa dalam memahami konsep-konsep Pendidikan Agama Islam, serta

pembenahan sistem ventilasi kelas agar tercipta lingkungan kelas yang nyaman,

praktik lapangan, pembentukan kelompok belajar, dan diharapkan pengembangan

pembelajaran serta pengajaran tersebut siswa dapat lebih memahami dengan baik

materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang disampaikan oleh guru.

Page 6: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

6

Pendidikan Agama Islam berperan sebagai mediator dimana ajaran Islam dapat

disosialisasikan kepada masyarakat dalam berbagai tingkatannya. Melalui pendidikan

inilah, masyarakat dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam

sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehubungan dengan itu tingkat

kedalaman pemahaman, penghayatan dan pengamalan masyarakat terhadap ajaran

Islam tergantung pada tingkat kualitas Pendidikan Agama Islam yang diterimanya.

Pendidikan Islam berkembang setahap demi setahap hingga mencapai tahapan seperti

sekarang ini (Cep Unang Wardaya 2007).

Dalam perkembangan Pendidikan Agama Islam seringkali berhadapan dengan

berbagai problematika. Diketahui bahwa sebagai sebuah sistem, Pendidikan Agama

Islam mengandung berbagai komponen yang antara satu dan yang lainnya saling

berkaitan. Komponen pendidikan tersebut meliputi; landasan, tujuan, kurikulum,

kompetensi dan profesionalisme guru, pola hubungan guru dan murid, metodologi

pembelajaran, sarana prasarana, evaluasi, pembiayaan dan lain sebagainya. Berbagai

komponen yang terdapat dalam sistem pendidikan seringkali berjalan apa adanya

secara konvesional, tanpa adanya inovasi menujuh hal yang lebih baru sesuai dengan

perkembangan zaman.

Akibat dari permasalahan tersebut mutu dan kualitas Pendidikan Agama Islam

semakin rendah, tujuan dan visi misi Pendidikan Agama Islam tidak berhasil dicapai

dengan baik.Tujuan pendidikan Islam seringkali diarahkan untuk menghasilkan

manusia-manusia yang hanya menguasai ilmu tentang Islam saja. Namun sebenarnya

tujuan Pendidikan Agama Islam sangatlah luas cakupannya.

Sehubungan dengan hal di atas, Zakiah Darajat (1996, hal. 30-31), mengatakan

bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri dari beberapa tujuan yang meliputi: tujuan

umum, tujuan akhir, tujuan sementara dan tujuan operasional. Tujuan umum ialah

tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran

Page 7: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

7

atau dengan cara lain. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan yang meliputi sikap,

tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Apabila penyelenggaran

pendidikan Islam mampu mencapai tujuan umum ini, maka terwujudlah bentuk insan

kamil dengan pola takwa.

Lebih lanjut Zakiah Daradjat (1996 hal. 31-32 ) mengatakan:

Tujuan sementara dari pendidikan Islam adalah tujuan yang akan dicapaisetelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakandalam suatu kurikulum pendidikan formal, sedangkan tujuan operasional daripendidikan Islam adalah tujuan instruksional umum dan tujuan instruksionalkhusus (TIU dan TIK), yang pada kurikulum saat ini disebut standarkompetensi dan kompetensi dasar.

Secara ideal betapa beratnya beban yang harus diemban dalam

penyelenggaraan pendidikan Islam. Penyelenggaraan pendidikan Islam harus mampu

mencapai tujuan tersebut di atas, yang intinya pendidikan Islam harus mampu

memberikan bekal kepada peserta didik untuk melaksanakan tugasnya di muka bumi

sebagai kholifah dalam rangka ibadah kepada Allah (Ahmad Tafsir 2007, hal. 46).

Secara realita dalam penyelenggaraan pendidikan Islam untuk mencapai tujuan

pendidikan Islam tersebut masih merasa kesulitan dan jarang terwujud tujuan tersebut.

Permasalahan tersebut di atas, semakin diperparah dengan tidak tersedianya tenaga

pendidik Agama Islam yang profesional, yaitu tenaga pendidik yang selain menguasai

materi juga mampu mengelola kelas secara efektif yang pada gilirannya akan dapat

meningkatkan mutu pembelajaran itu sendiri.

Mengingat pentingnya pengelolaan kelas ini, para guru di SMP Negeri 2

Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin melakukan pengelolaan kelas yang efektif

sebagai upaya penigkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Berangkat

dari pemikiran dan kenyataan ini, menurut hemat penulis perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut terhadap peran pengelolaan kelas efektif dalam meningkatkan mutu

Page 8: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

8

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten

Musi Banyuasin.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan

permasalahan, sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan kelas efektif di SMP Negeri 2 Lawang Wetan

Kabupaten Musi Banyuasin?

2. Bagaimana meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin?

3. Bagaimana praktek pengelolaan kelas efektif dalam meningkatkan mutu

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Lawang Wetan

Kabupaten Musi Banyuasin?

Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas dan melebar sehingga tidak mencapai apa yang

menjadi tujuan utamanya serta menghindari kekeliruan dan kesalahan interpretasi,

maka penelitian ini hanya dibatasi pada terhadap peran pengelolaan kelas efektif dalam

meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Lawang

Wetan Kabupaten Musi Banyuasin.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk menjelaskan bagaimana peran

pengelolaan kelas efektif dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin. Selain itu,

penelitian ini juga bertujuan untuk mengembangkan bangunan teori berdasarkan data

di lapangan, yang diharapkan bisa menjelaskan bentuk peran pengelolaan kelas efektif

Page 9: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

9

dalam meningkatkan mutu pembelajaran, khususnya pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin.

Adapun secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengelolaan kelas efektif di SMP Negeri 2 Lawang Wetan

Kabupaten Musi Banyuasin.

2. Untuk mengetahui meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam

di SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin.

3. Untuk mengetahui praktek pengelolaan kelas efektif dalam meningkatkan mutu

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Lawang Wetan

Kabupaten Musi Banyuasin

Kegunaan Penelitian ini adalah :

1. Dalam menghadapi perkembangan zaman tentunya masyarakat dan bangsa

ini menginginkan generasi yang baik dan berkualitas. Tentunya dengan

langkah sedini mungkin dan kreatif dalam menuangkan ide guna

memperbaiki berbagai system pembelajaran dan beberapa metode dalam

mengajar. Dengan penelitian ini diharapkan seorang guru bisa lebih cermat

dan teliti dalam menilai dan memantau perkembangan anak didik. Dengan

pengelolaan kelas yang baik.

2. Diharapkan dapat dijadikan dasar studi pengembangan penulis terhadap

pengelolaan kelas dalam membentuk pengelolaan kelas efektif dalam

menciptakan mutu pembelajaran.

3. Menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai pemenuhan persyaratan,

untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam pada Program

Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang.

Page 10: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

10

Tinjauan Pustaka

Penelitian sebelumnya telah ditinjau antara lain : Yuni Rachmawati (2009), judul

tesisnya ”Pelaksanaan Pengelolaan Kelas Pada Kelas I Di Sd Plus Al-Firdaus

Surakarta Tahun 2008/2009”. Progran Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Penelitian ini mengungkapkan bahwa, pelaksanaan pengelolaan kelas pada

kelas I di SD plus Al Firdaus Surakarta yang menyangkut pengelolaan siswa, sudah

berusaha menerapkan pengelolaan kelas sesuai dengan teori-teori yang ada tentang

pengelolaan kelas. Sedangkan yang menyangkut dengan fisik kelas SD Al Firdaus

sudah mengelola kelas dengan baik dan kenyamanan siswa di dalam kelas sudah

tercipta. Hal ini disebabkan karena adanya keseimbangan antara tenaga pendidik

dengan peserta didik dan sarana prasarana yang memadai. akan tetapi motivasi guru

dalam mengelola kelas tidak sama sehingga dalam penerapan pengelolaan kelas belum

maksimal.

Herlina, (2007) dengan judul skripsinya ”Pengaruh Pengelolaan Kelas

Terhadap Hasil Belajar Biologi Eksperimen di Kelas VII MTs Al Mafatih Palmerah

Jakarta Barat”. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengelolaan kelas

terhadap hasil belajar biologi. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen

dengan Pretest, Posttest Equivalent Group Design. Penelitian dilaksanakan di MTs

Almafatih Palmerah Jakarta Barat dengan teknik pengambilan sampel secara simple

random sampling dan pemilihan kelas dilakukan secara random, dan didapatkan siswa

kelas VII-I sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-II sebagai kelas kontrol. Instrumen

hasil belajar berupa tes berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan

reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan adalah hasil belajar biologi yang diajarkan

dengan pengelolaan kelas lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar biologi yang

Page 11: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

11

diajarkan dengan tidak pengelolaan kelas. Analisis data menggunakan uji-t pada taraf

signifikasi 0,05 hal ini dapat dilihat dari t hitung > t tabel. Dari penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar biologi siswa yang diajarkan dengan pengelolaan

kelas lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan tidak menggunakan pengelolaan

kelas.

Tutik Mulyati (2006) dengan judul tesisnya: ”Kontribusi Pengelolaan Kelas

dan Konsep Diri Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri Kabupaten

Boyolali”. Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil

penelitian menunjukkan: 1) ada kontribusi yang signifikan pengelolaan kelas terhadap

prestasi belajar siswa (p = 0,000 < 0,05), 2) ada kontribusi yang signifikan konsep diri

guru terhadap prestasi belajar siswa (p = 0,000 < 0,05), 3) ada kontribusi yang

signifikan pengelolaan kelas dan konsep diri guru terhadap prestasi belajar siswa (p =

0,000 < 0,05) dengan besar pengaruh 82,8 % (R Square – 0,828). Implikasi dari hasil

penelitian menunjukkan adanya kontribusi yang signifikan pengelolan kelas terhadap

prestasi belajar memberi gambaran kepada guru atau pihak terkait untuk mau dan

mampu mempelajari tentang pengelolan kelas dalam pelaksanaan tugasnya dalam

perspertif peningkatan kualitas keberhasilan belajar siswa. Implikasi lain adanya

kontribusi yang signifikan konsep diri guru terhadap prestasi belajar memberi

gambaran kepada guru atau pihak terkait untuk mau dan mampu mempelajari tentang

konsep diri guru dalam pelaksanaan tugasnya dalam perspertif peningkatan kualitas

keberhasilan belajar siswa.

Ganil Listyowati (2008) Judul Skripsinya: ”Pengaruh Persepsi Siswa

Mengenai Pengelolaan Kelas Dan Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran

Kontekstual Terhadap Kemandirian Belajar Pada Mata Pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Bagi Siswa Kelas Viii Smp Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran

2008/2009”. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan

Page 12: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

12

bahwa persepsi siswa mengenai pengelolaan kelas dan partisipasi siswa dalam

pembelajaran kontekstual merupakan faktor-faktor intern yang mempengaruhi

kemandirian belajar siswa yang bersangkutan. Oleh karena itu bila persepsi siswa

mengenai pengelolaan kelas baik, maka dapat menciptakan suasana kelas yang

harmonis sehingga mempengaruhi kemandirian belajar pada mata pelajaran PKn.

Pengelolaan kelas yang baik dapat dilakukan dengan melibatkan siswa dan

memberikan dorongan untuk belajar lebih mandiri. Selain itu guru dapat menggunakan

pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sebagai alternatif pembelajaran agar siswa

lebih mandiri dalam belajar dan pemahaman siswa terhadap materi menjadi lebih baik.

Saran bagi siswa adalah ikut berperan menciptakan suasana kelas yang kondusif bagi

pembelajaran, yaitu selalu bersedia dengan kesadaran sendiri untuk mengikuti

petunjuk dan arahan yang diberikan guru.

Muhammad Sya’roni ( 2009: Tesis Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta) dengan judul penelitiannya ”Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dalam Perspektif Total Quality Management (TQM) (Studi Kepuasan

Pelanggan Eksternal Primer di SMA Unggulan BPPT Al-Fattah Lamongan). Dari

penelitian ini, terungkap bahwa sekalipun SMA Unggulan tidak menyatakan

menerapkan TQM dalam mengelola pembelajaran PAI akan tetapi dapat dinyatakan

telah menerapkan TQM karena telah terdapat lima pilar sekolah TQM, yaitu (1) fokus

pada pelanggan, yang dicerminkan dengan sekolah memberikan layanan sesuai dengan

kebutuhan siswa, sekolah memiliki tim litbang yang bertugas sebagai pengawas dan

pengendali mutu, guru PAI membagikan angket untuk mengetahui kebutuhan siswa,

adanya program remedi, adanya pembaharuan kurikulum PAI; (2) keterlibatan

menyeluruh, diwujudkan dengan selalu melibatkan semua komponen dalam

menentukan kebijakan; (3) pengukuran, diwujudkan dalam tes formatif, sumatif dan

ujian untuk mengukur perkembangan pembelajaran siswa, sedangkan pengukuran

Page 13: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

13

sumber daya, kekuatan, hambatan belum dilakukan dengan baik sehingga tingkat

kepuasan siswa terhadap layanan pembelajaran PAI diniyah tidak begitu tinggi; (4)

memandang pendidikan sebagai sistem, ini diwujudkan dengan menyediakan seluruh

komponen pembelajaran yang bermutu; (5) perbaikan yang berkelanjutan, pilar ini

diwujudkan dengan selalu mengadakan rapat evaluasi dan perencanaan setiap hari

senin, mengikutkan tenaga pendidik dan kependidikan dalam berbagai pelatihan,

mengadakan pelatihan pendidikan, memanfaatkan tim pengawas.

Mardiah (2008: Tesis Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang)

dengan judul penelitiannya ” Manajemen Kelas Fakultas Tarbiyah Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana praktek manajemen yang telah ada serta untuk mengetahui

faktor apa saja yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan manajemen

kelas di Fakultas Tarbiyah dan setting penelitian dilakukan di Fakultas Tarbiyah

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang dengan subjek penelitian

yang terdiri dari mahasiswa dan dosen, penelitian ini terfokus pada implementasi

praktek manajemen kelas yang berisikan unsur-unsur manajemen kelas. Penelitian ini

bersifat deskriptif dengan kecenderungan menggunakan pendekatan kualitatif.

Dari beberapa penelitian terdahulu setidaknya ada bagian yang sama dengan

topik penelitian yang penulis teliti, yaitu tesis yang ditulis oleh Mardiah (2008: Tesis

Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang) dengan judul penelitiannya ”

Manajemen Kelas Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah

Palembang”. Namun dalam penelitian ini yang membedakannya dengan penelitian di

atas adalah lokasi penelitian, dan fokus penelitian itu sendiri, jika Mardiah meneliti

tentang Manajemen Kelas Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Raden Fatah Palembang, sedangkan penelitian yang akan penulis teliti lebih spesifik

peran pengelolaan kelas Efektif dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan

Page 14: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

14

Agama Islam, adapun tempat penelitiannya di SMP Negeri 2 Lawang Wetan

Kabupaten Musi Banyuasin.

Kerangka Teori

Dalam kerangka teori penulis akan kemukakan teori-teori yang dijadikan sebagai dasar

untuk menganalisis peran pengelolaan kelas efektif dalam meningkatkan mutu

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten

Musi Banyuasin.

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Mengajar

tergantung pada guru sendiri, semua itu dapat dilihat dari pengetahuan, sikap dan

ketrampilannya, serta pengalamannya dalam ruang lingkup dan strategi belajar. Ruang

lingkup dan strategi belajar diantaranya adalah pengelolaan kelas yang bertujuan untuk

membuat siswa giat dan aktif dalam belajar sehingga kegiatan belajar mengajar

berjalan efektif dan efisien. Dalam kehidupan sekolah sering kita lihat adanya guru-

guru yang bisa dikatakan tidak berhasil dalam mengajar. Kegagalan atau

ketidakberhasilan guru dalam mengajar bukan karena mereka tidak bisa menguasai

materi, tetapi karena ketidaktahuan mengelola kelas dengan baik. Karena itu

pemahaman yang baik mengenai pengelolaan kelas sangat perlu dan akan membantu

guru dalam menjalankan tugasnya.

Pengelolaan kelas diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam

mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya

pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan

kurikulum dan perkembangan murid (Hadari Nawawi 1989, hlm. 11). Mengelola kelas

bukanlah tugas yang ringan, oleh karena itu guru perlu banyak belajar sebelum

Page 15: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

15

memulai tugas profesinya(Suharsimi Arikunto 1993, hlm. 191). Lebih lanjut menurut

Hadari Nawawi (1989, hlm. 129), ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh

seorang guru, meliputi :

1. Mampu menguasai bahan.

2. Mampu mengelola proses belajar mengajar.

3. Dapat mengelola ruang kelas.

4. Penggunaan media atau sumber.

5. Mampu mengelola dan mempergunakan interaksi belajar

mengajar untuk perkembangan fisik, mental dan emosional siswa.

6. Memiliki kemampuan melakukan penilaian prestasi belajar

siswa secara objektif dan mempergunakannya untuk kepentingan proses

pendidikan siswa.

7. Memahami fungsi dan program layanan bimbingan dan

penyuluhan siswa

Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan

berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu pengaturan kelas dan pengajaran

itu sendiri. Kedua hal itu saling tergantung. Keberhasilan pengajaran dalam arti

tercapainya tujuan-tujuan instruksional, sangat tergantung pada kemampuan mengatur

kelas. Kelas yang baik dapat menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar

sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran (Conny Semiawan, at.al 1990,

hlm. 63). Mengelola kelas secara baik dalam rangka menyediakan kondisi yang

Page 16: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

16

kondusif untuk berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif merupakan salah satu

kemampuan professional yang harus dimiliki oleh guru.

Di jelaskan dalam buku Teachers Development tentang guru yang profesional

yaitu "The purpose of teacher education should be to encourage the growth of

teachers as person and as professionals. Teachers who are growing are becoming

more open, more humane, more skillfull, more complex, more complete pedagogues

and human beings. They are fulfilling their own unique potentials or doing for

themselves what others expect them to do for students. But often teacher educators fail

to recognize that teachers, like students, have different needs and abilities" (Robert F.

Mcneraney And Carol A. Carrier 1998, hlm. 1). Artinya "tujuan pendidikan guru

seharusnya mendorong perkembangan guru-guru secara pribadi dan secara profesional.

Guru-guru yang berkembang akan menjadi lebih terbuka lebih manusiawi, lebih

terampil, lebih mempunyai keahlian dalam mendidik. Mereka sedang memenuhi

potensi has mereka sendiri atau melakukan untuk mereka sendiri yang orang lain

mengaharapkan mereka melakukan untuk para siswa, tetapi sering guru gagal untuk

memahami guru, bahwa seperti para siswa mempunyai kebutuhan dan kemampuan

yang berbeda.

Oleh karena itu untuk dapat menciptakan suasana kelas yang baik diperlukan

seperangkat keterampilan pengelolaan kelas dan menerapkannya dalam proses

pembelajaran.

Definisi Konseptual

Dari judul yang penulis paparkan memiliki beberapa istilah penting yang bersifat

konseptual dan memungkinkan memiliki pengertian yang luas. Oleh karena itu, untuk

memperoleh gambaran yang spesifik dan menghindari multi interpretasi, maka perlu

Page 17: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

17

ditegaskan beberapa penggunaan istilah dalam judul penelitian ini. Sesuai dengan

fokus penelitian ini, ada tiga istilah yang perlu didefinisikan yaitu: peran, pengelolaan

kelas yang efektif, peningkatan mutu pembelajaran, dan Pendidikan Agama Islam.

Peran adalah sesuatu yang ikut membantu dalam melancarkan usaha, sehingga

dapat dicapai apa yang menjadi tujuannya (M. Ngalim Purwanto 1987, hal. 73).

Sedangkan pengelolaan kelas adalah berbagai kegiatan yang menciptakan dan

mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (Pembinaan

”Raport”, penghentian tingkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian

kelas, pemberian hukuman bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh penetapan

norma kelompok yang produktif, dan sebagainya) (Ahmad Rohani 2004, hal. 123).

Sehingga dapat disimpulkan pengelolaan kelas efektif adalah berbagai usaha

yang dilakukan dalam menerapkan suatu konsep atau teori guna menciptakan dan

mempertahankan kondisi yang optimal dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini

pengelolaan kelas dikatakan efektif apabila: Suasana kelas dalam proses belajar

mengajar menyenangkan, sarana dan prasarana yang tersedia dalam pembelajaran

mendukung proses pembelajaran, perencanaan dan metode yang dilakukan oleh guru

dalam kelas terencana dan terstruktur, penanganan masalah yang dilakukan guru dalam

kelas sesuai dengan masalah, serta hubungan antara guru dan siswa yang harmonis.

Peningkatan mutu pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis yang terus

menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang

berkaitan dengan itu, diantaranya adalah apabila pengkoordinasian dan penyerasian

serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, pendanaan dan peralatan)

dilaksanakan secara harmonis (Zamroni 2007, hal. 2). Menurut Yamin dan Maisah

(2009, hal. 165), pembelajaran dikatakan bermutu apabila dikenali melalui tanda-tanda

sebagai berikut: a). Lulusan sekolah yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, b).

Nilai akhir sebagai salah satu nilai ukur terhadap prestasi belajar siswa, c). Prosentase

Page 18: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

18

kelulusan yang dicapai semaksimal mungkin oleh sekolah Penampilan kemampuan

dalam semua komponen pendidikan.

Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang

bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta

perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran agama Islam

kearah titik maksimal pertumbuhan perkembangan (M. Arifin 1993, hal. 32). Secara

detail Pendidikan Agama Islam dimaknai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

dalam meyakini, menghayati, dan mengamalkan islam melalui bimbingan, pengajaran,

dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam

hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat persatuan nasional

(Depdikbud 1994, hal. 15). Dalam penelitian ini pendidikan agama Islam (PAI) adalah

nama mata pelajaran yang diajarkan di SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi

Banyuasin.

Metodelogi Penelitian

Menurut Arikunto (1997, hal. 136), metode penelitian adalah cara yang dilakukan

peneliti dalam mengumpulkan data penelitianya. Metode yang digunakan penulis

adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Secara harfiah penelitian

deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi )

mengenai situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti ini penelitian deskriptif adalah

akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau

menerangkan saling berhubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan, atau

mendapatkan makna dan implikasi (Suryabrata 2006, hal. 76). Selain itu juga berupaya

mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi

yang terjadi saat itu.

Menurut Furchan (2002, hal. 50), penelitian deskriptif adalah penelitian yang

menuliskan dan menafsirkan keadaan yang ada sekarang. Penelitian ini berkenaan

Page 19: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

19

dengan kondisi atau hubungan yang ada, praktek-praktek yang sedang berlaku,

keyakinan, sudut pandang, sikap yang dimiliki, proses-proses yang berlangsung,

pengaruh-pengaruh yang sedang dirasakan atau kecenderungan yang sedang

berkembang. Penelitian ini menggunakan pendekatan dari gejala-gejala subjek suatu

kelompok yang menjadi objek penelitian atau bersifat fenomenologis, yang berusaha

memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi

tertentu (Muhajir 1996, hal. 94).

Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji mengenai peran pengelolaan kelas

efektif dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin adalah metode kualitatif. Metode

penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini, karena pada umumnya

permasalahannya belum jelas, holistik, dinamis, dan penuh makna sehingga tidak

mungkin data pada situasi sosial tersebut diperoleh dengan metode penelitian

kuantitatif dengan instrumen seperti test, kuesioner, pedoman wawancara. Selain itu

peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola,

hipotesis dan teori (Sugiyono 2006, hal. 399).

Selain alasan tersebut, peneliti juga mempunyai beberapa pertimbangan-

pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila

berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung

hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan

dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-

pola nilai yang dihadapi (Moleong 2004, hal. 10).

Jenis dan Sumber Data

Page 20: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

20

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data-data

yang disajikan dalam bentuk verbal (kata-kata), bukan dalam bentuk angka statistik

yang biasa disebut data kuantitatif.

Adapun Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh (Arikunto 2002, hal. 107). Sedangkan menurut Lofland dan Lofland dalam

Lexy J. Moleong ( 2004, hal. 157) menyatakan bahwa sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain. Dengan demikian, sumber data penelitian yang bersifat

kualitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari

informan di lapangan yaitu melalui wawancara mendalam (indept interview) dan

observasi partisipasi. Berkaitan dengan hal tersebut, wawancara mendalam dilakukan

kepada guru-guru Pendidikan Agama Islam sebanyak 3 orang, Kepala Sekolah dan

Wakil Kepala Sekolah di SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung

dari informan di lapangan, seperti dokumen. Dokumen tersebut dapat berupa buku-

buku dan literature lainnya yang berkaitan serta berhubungan dengan masalah yang

sedang diteliti. Data sekunder yang peneliti gunakan dalam penelitian ini berupa

dokumen sekolah SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin.

Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah pertama,

metode purposive sampling, Menurut Sugiyono (2006, hal. 300) menyatakan bahwa

purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana peran pengelolaan

Page 21: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

21

kelas efektif dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin.

Dengan mengacu pada fokus penelitian tersebut, maka sampel sumber data

yang ditentukan adalah : guru-guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Lawang

Wetan Kabupaten Musi Banyuasin serta para peserta didik. Adapun pertimbangan

mengambil sampel sumber data tersebut karena informan dianggap berhubungan

langsung dengan masalah yang sedang diteliti sehingga akan memudahkan peneliti

untuk memperoleh informasi.

Kedua, metode snowball sampling, menurut Sugiyono (2006, hal. 300)

menyatakan bahwa snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan

karena dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data

yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber

data. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini apabila informasi yang

diperoleh dianggap belum lengkap, maka peneliti akan mencari informan lain yang

dianggap lebih menguasai dari permasalahan tersebut. Misalnya dengan kepala sekolah

atau pihak-pihak lain yang berkompeten.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui

teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi

standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati, maka metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi Partisipatif

Page 22: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

22

Dengan observasi partisipatif, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap,

tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

Susan Stainback dalam Sugiyono (2006, hal. 331) menyatakan “in participant

observation the researcher observes what people do, listent to what they say, and

participates in their activities” maksudnya dalam observasi partisipatif, peneliti

mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan

berpartisipasi dalam aktivitas mereka.

Berkaitan dengan observasi ini, peneliti menggunakan metode partisipasi pasif

(passive participation), jadi dalam hal ini peneliti datang ditempat kegiatan orang yang

diamati, akan tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan mereka. Partisipasi pasif yang

dilakukan oleh peneliti adalah menekankan fokus dari permasalahan yaitu

mendengarkan informasi dari guru-guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2

Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin, kemudian melakukan pengamatan

terhadap pengelolaan kelas efektif oleh para guru dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam.

Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang

telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Rambu-rambu pengamatan

tersebut pengisiannya dalam bentuk memberi tanda cek list ( ) pada salah satu

jawaban yang telah peneliti sediakan pada rambu-rambu tersebut, namun demikian

tidak menutup kemungkinan bagi peneliti untuk mencatat hal-hal yang belum

dirumuskan dalam rambu-rambu pengamatan tersebut.

2. Wawancara Mendalam (In Dept Interview)

Wawancara menurut menurut Hadi (2004, hal. 217) mengemukakan bahwa

wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih

berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan

mendengarkan suaranya dengan telinga. Wawancara merupakan alat pengumpul

Page 23: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

23

informasi langsung untuk berbagai jenis data sosial, baik yang terpendam (latent)

maupun yang memanifes.

Dalam penelitian ini, peneliti menggabungkan teknik observasi partisipatif

dengan wawancara mendalam, selama melakukan observasi peneliti juga melakukan

interview kepada orang-orang yang ada didalamnnya.

3. Studi Dokumentasi

Menurut Arikunto (2002, hal. 206) studi dokumentasi adalah mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kantor,

majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Sedangkan menurut Sugiyono

(2006, hal. 329) mengemukakan bahwa studi dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang.

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian akan semakin kredibel apabila

didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Akan tetapi

perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi.

Dalam penelitian ini, studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti adalah

dengan mengumpulkan data melalui sumber-sumber tertulis misalnya dokumen-

dokumen resmi, makalah-makalah penelitian dan buku-buku yang relevan dengan

penelitian ini. Studi dokumen resmi yang dilakukan peneliti adalah mengumpulkan

data melalui pencatatan atau data-data tertulis mengenai keadaan SMP yang diteliti

yaitu SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, proses analisis data merupakan kegiatan yang sulit

dilakukan oleh peneliti awal. Peneliti harus memahami prosesnya secara utuh dan

rinci, bukan pemahaman yang parsial atau sebagian. Salah satu perbedaan antara

Page 24: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

24

penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif adalah proses analisisnya. Dalam

penelitian kuantitatif antara pengumpulan data dan analisis data merupakan proses

yang terpisah dimana setelah semua data terkumpul maka baru diadakan analisis,

sedangkan dalam penelitian kualitatif proses analisis data dilakukan sejak awal

bersamaan dengan proses pengumpulan data.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat

wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban informan yang

diwawancarai. Apabila jawaban informan, setelah dianalisis dianggap belum lengkap,

maka peneliti akan melanjutkan memberikan pertanyaan-pertanyaan berikutnya sampai

tahap tertentu diperoleh data yang lebih kredibel (Sugiyono 2006, hal. 337).

Miles dan Huberman (1974) sebagaimana dikutip oleh H.B Soetopo (2002, hal.

94) menyatakan bahwa, ”Terdapat dua model pokok dalam melaksanakan analisis

penelitian kualitatif, yaitu (1) model analisis jalinan atau mengalir (flow model of

analysis), dan (2) model analisis interaktif.” H.B Soetopo (2002, hal. 94)

mengemukakan bahwa,”Proses analisis yang tiga komponen analisisnya tersebut saling

menjalin dan dilakukan secara terus-menerus di dalam proses pelaksanaan

pengumpulan data, merupakan model analisis jalinan.” Sedangkan model analisis

interaktif menurut pendapat H.B Soetopo (2002, hal. 95),”Sesudah pengumpulan data

berakhir, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisisnya dengan menggunakan

waktu yang masih tersisa bagi penelitianya. Proses ini disebut sebagai model analisis

interaktif.” Dalam penelitian ini penulis menggunakan model analisis interaktif.

Dalam penelitian ini ada beberapa langkah yang akan ditempuh oleh peneliti,

yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Berikut

ini penjelasan dari langkah-langkah tersebut, yaitu:

1. Pengumpulan data

Page 25: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

25

Pengumpulan data merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui beberapa teknik

pengumpulan. Teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

wawancara, observasi, dokumentasi atau arsip. Penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang lebih mementingkan makna, hal ini sebagimana diungkapkan H.B

Soetopo (2002, hal. 48) bahwa, ”Penelitian kualitatif yang lebih mementingkan makna,

tidak ditentukan oleh kuantitasnya, tetapi lebih ditentukan oleh proses terjadinya

jumlah (dalam bentuk angka) dan cara memandang atau perspektifnya.” Pengumpulan

data masih akan dilakukan jika data yang diperlukan belum memadai, dan

pengumpulan data akan dihentikan jika data yang diperlukan sudah didapatkan.

2. Reduksi Data

Dalam pengumpulan data, peneliti akan mendapatkan berbagai informasi yang

diperoleh dari sumber data atau informan. Data yang telah dikumpulkan tidak semua

dibutuhkan oleh peneliti, untuk itu data-data yang tidak mendukung dalam penelitian,

maka data tersebut harus direduksi atau dihilangkan. Dalam reduksi data, maka peneliti

harus mengkaji lebih cermat data atau informasi apa yang kurang, informasi apa yang

perlu ditambahkan, sehingga peneliti kegiatan pengumpulan data akan dilakukan lagi

oleh peneliti untuk mendapatkan atau melengkapi informasi.

3. Penyajian data

Sajian data dilakukan setelah pengumpulan data dan reduksi data. Sajian data

pada dasarnya merupakan menampilkan hasil pengumpulan data yang sudah direduksi

dan menyajikan informasi secara sistematis dan dideskripsikan dalam bentuk narasi

sehingga memudahkan dalam menarik kesimpulan. H.B Soetopo (2002, hal. 92)

mengemukakan bahwa,”Sajian data merupakan rakitan organisasi informasi, deskripsi

dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan.”

4. Penarikan Kesimpulan

Page 26: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

26

Penarikan kesimpulan dapat dilakukan setelah data disajikan dalam bentuk

narasi. Sajian dalam bentuk materi sangat memudahkan peneliti untuk membaca,

memahami terhadap berbagai hal yang telah disusun secara sistematis kemudian

menariknya dalam suatu kesimpulan. Dalam penarikan kesimpulan agar kesimpulan

yang diambil cukup mantap dan dapat dipertanggungjawabkan, maka memerlukan

aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data secara cepat.

Pengumpulan data masih diperlukan jika informasi yang diharapkan atau informasi

yang dianggap penting belum diperoleh.

Teknis Penulisan

Teknis penulisan yang dipakai dalam penelitian ini berpedoman pada buku Pedoman

Penulisan Tesis, yang diterbitkan oleh Program Pascasarjana (PPs) IAIN Raden Fatah

Palembang dan buku-buku pedoman penelitian lainnya yang relevan dengan penelitian

ini.

Sistematika Penulisan

Tesis ini secara keseluruhan terdiri dari 5 (lima) bab. Untuk mendapatkan gambaran

yang utuh, menyeluruh dan terpadu maka susunan bab per babnya disistematiskan

sebagai berikut :

Bab 1 berisi pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan secara umum seluruh isi

tesis, meliputi : Latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, definisi konseptual, metodologi

penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab 2 berisi Landasan teori ini menguraikan tentang : Pengelolaan kelas

efektif meliputi tentang, pengertian pengelolaan kelas, tujuan pengelolaan kelas,

komponen dalam pengelolaan kelas, masalah pengelolaan kelas, disiplin dan tata tertib.

Tinjauan tentang mutu pembelajaran meliputi tentang : Pengertian mutu pembelajaran,

faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, peran guru dalam proses

Page 27: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

27

pembelajaran, perencanaan pengajaran dalam pembelajaran. Tinjauan mengenai

Pendidikan Agama Islam yang meliputi pengertian Pendidikan Agama Islam, yang terdiri

dari Dasar-Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam, Ruang Lingkup Pendidikan

Agama Islam. Peran pengelolaan kelas efektif dalam meningkatkan mutu pembelajaran.

Bab 3 menguraikan tentang kondisi objektif SMP Negeri 2 Lawang Wetan

Kabupaten Musi Banyuasin. Dalam bab ini dikemukakan hal-hal penting yang

berkenaan dengan SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin, meliputi

: Sejarah singkat perkembangan SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi

Banyuasin, Keadaan Gedung SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi

Banyuasin, Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi

Banyuasin, Visi dan Misi SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin,

dan daftar guru, pegawai tata usaha, dan daftar jumlah siswa per program keahlian.

Bab 4 Hasil penelitian (Deskripsi Permasalahan Penelitian) yang meliputi :

Pengelolaan kelas efektif di SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi

Banyuasin, Peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri

2 Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin, dan peran pengelolaan kelas efektif

dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2

Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin.

Bab 5 penutup merupakan bagian akhir laporan penelitian ini yang memuat

kesimpulan, implikasi dan saran. Pada bagian paling akhir dicantumkan referensi

sebagai rujukan penulisan, dan lampiran-lampiran.

Page 28: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

28

Bab 2KONSEP PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM

MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKANAGAMA ISLAM

Pengertian Pengelolaan Kelas Efektif

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu

sendiri akar katanya adalah kelola ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain

dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari

bahasa inggris yaitu “Management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan,

pengelolaan dan pengertian umum menurut suharsimi adalah pengadsminitrasian,

pengaturan dan penataan suatu kegiatan (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain

2002, hlm. 196).

Sedangkan kelas terkandung suatu pengertian, yaitu sekelompok siswa, yang

pada waktu yang sama menerima pengajaran yang sama dari guru yang sama

(Suharsimi Arikunto 1988, hlm. 17-18). Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1989,

hlm. 116), kelas sendiri dapat dipandang dari dua sudut yaitu:

a. Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding,

tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.

b. Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian

dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit

Page 29: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

29

kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatankegiatan belajar

mengajar yang kreatif untuk mencapai satu tujuan.

Kelas dalam ilmu didaktik terkandung suatu pengertian yaitu sekelompok siswa

yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.

Dalam batasan pengertian tersebut maka ada 3 persyaratan untuk terjadi. Pertama :

Sekelompok anak, walaupun dalam waktu yang sama bersama-sama menerima

pelajaran, tetapi jika bukan pelajaran yang sama namanya bukan kelas. Kedua :

Sekelompok anak yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan

dari guru yang berbeda namanya juga bukan kelas. Ketiga : Sekelompok anak yang

sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama tetapi jika pelajaran tersebut

diberikan secara bergantian, namanya bukan kelas.

Ada jenis kelas yang dapat kita amati yaitu sebagai berikut:

a. Jenis kelas yang selalu gaduh. Guru harus bergelut sepanjang

hari untuk menguasai kelas, tetapi tidak berhasil sepenuhnya. Petunjuk dan

ancaman sering diabaikan dan hukuman tampaknya tidak efektif.

b. Jenis kelas yang termasuk gaduh, tetapi suasananya lebih positif.

Guru mencoba untuk membuat sekolah sebagai tempat yang menyenangkan

bagi siswanya dengan permainan dan kegiatan yang menyenangkan. Akan

tetapi, jenis kelas ini juga masih menimbulkan masalah. Banyak siswa masih

kurang memberikan perhatian di kelas dan tugas-tugas sekolah tidak

diselesaikan dengan baik.

c. Jenis kelas yang tenang dan disiplin, baik karena guru telah

menciptakan banyak aturan dan aturan tersebut harus dipatuhi. Pelanggaran

harus dicatat dan diikuti dengan peringatan tegas, dan bila perlu disertai dengan

hukuman. Akan tetapi suasana kelas menjadi tidak nyaman. Ketenangan yang

Page 30: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

30

demikian hanya tampak pada permukaan saja karena ketika guru meniggalkan

kelas, kelas akan menjadi gaduh dan kacau.

d. Jenis kelas yang berjalan dengan sendirinya. Guru

menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengajar dan tidak untuk

menegakan disiplin. Siswa mengikuti pelajaran dengan sendirinya tanpa harus

diawasi oleh guru. Siswa yang terlibat dalam tugas pekerjaan saling

berinteraksi sehingga suara muncul dari beberapa tempat. Akan tetapi suara

tersebut dapat dikendalikan dan para siswa menjadi giat serta tidak saling

mangganggu. Apabila suara timbul dan sedikit mengganggu, guru sedikit

memberikan peringatan dan kelas menjadi tenang dan kondusif. Siapapun

melihat kelas seperti ini akan begitu hangat dan menghasilkan prestasi yang

membanggakan (Radon Harsanto 2007, hlm. 42).

Berbeda dengan Hadari Nawawi (1989, hlm. 116), memandang kelas dari dua

sudut, yaitu:

a. Kelas dalam arti sempit, yakni ruangan yang dibatasi oleh empat dinding,

terdapat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.

b. Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian

dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan organisasi menjadi unit

kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar

mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.

Sedangkan yang dimaksud pengelolaan kelas adalah segala usaha yang

diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan

menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan

menyenangkan sesuai dengan kemampuan (Muslam 2003, hlm. 33). Menurut

Sudirman N, sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah (2000, hlm. 172),

pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Karena

Page 31: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

31

kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses

interaksi edukatif. Maka agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak

didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru. Suharsimi Arikunto

(1996, hlm. 67), pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh

penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud

agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang

diharapkan.

Sedangkan menurut Mulyasa sebagaimana dikutip Martinis Yamin Maisah

(2009, hlm.34), pengelolaan kelas merupakan keterampilan seorang guru untuk

menciptakan kondisi iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikanya apabila

terjadi gangguan dalam pembelajaran.

Usaha guru dalam menciptakan kondisi diharapkan akan efektif apabila :

Pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya

kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar. Kedua, dikenal masalah-

masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar

mengajar. Ketiga, dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan

diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan(Ahmad

Rohani 2004, hlm. 122).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan pengelolaan kelas adalah suatu usaha

yang dilakukan oleh penyelenggara atau penanggung jawab kegiatan belajar mengajar

atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat

terlaksana kegiatan belajar mengajar yang diharapkan. Sedangkan pengelolaan kelas

efektif adalah berbagai usaha yang dilakukan dalam menerapkan suatu konsep atau

teori guna menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal dalam proses

pembelajaran.

Page 32: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

32

Yang dimaksud adalah bagaimana menciptakan kondisi lingkungan belajar

yang kondusif, memaksimalkan sarana dan prasarana, menjaga keterlibatan siswa dan

sebagainya yang tujuan utamanya adalah memberikan layanan agar tercipta situasi

kelas yang kondusif serta terjadinya proses belajar mengajar yang efektif (Suharsimi

Arikunto 1993, hlm. 195).

Kemudian Menurut Made Pidarta sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri

Djamarah, Asuan Zain (2006, hlm. 214), untuk mengelola kelas secara efektif perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa kelas adalah sekelompok kerja yang diorganisasikan untuk tujuan

tertentu yang dilengkapi oleh tugas-tugas yang diarahkan oleh guru

2. Dalam situasi kelas, guru bukanlah tutor untuk satu anak pada waktu tertentu,

tetapi bagi seluruh anak dan kelompok.

3. Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku masing-

masing individu dalam kelompok tersebut.

4. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada individu. Pengaruh yang

jelek dapat dibatasi dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka

dalam kelas.

5. Praktek guru waktu belajar cenderung berpusat pada hubungan guru dan siswa.

Makin meningkat keterampilan guru mengelola secara kelompok makin puas

individu dalam kelas.

6. Struktur kelompok, pola komunikasi dan kesatuan kelompok ditentukan oleh

cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun yang

apatis, masa bodoh, dan bermusuhan.

Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan merupakan sesuatu yang diharapkan dari suatu proses yang panjang karena

tujuan merupakan sesuatu yang esensial, oleh karena itu besar maknanya, dalam segala

Page 33: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

33

aktivitas, tujuan dapat memberi petunjuk kemana aktivitas akan berakhir, juga dapat

dijadikan petunjuk dalam melaksanakan aktivitas. Sebagaima telah dijelaskan dalam

al-Qur'an surat QS. Ash-Shaff : 4.

Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam

barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun

kokoh (Depag RI 1989, hlm. 928).

Ayat di atas merupakan salah satu dasar perlu dilakukannya perencanaan

pengelolaan yang matang, pengelolaan yang terkoordinasi dan kondusif yang

dikerjakan secara sistematis, terorganisasi, terarah dan terawasi untuk mempermudah

penciptaan keadaan kelas yang kondusif. Bila mau berusaha maka Allah tidak akan

mempersulit urusan manusia.

Semua komponen keterampilan mengelola kelas mempunyai tujuan, yang baik

untuk anak didik maupun guru, yakni:

a. Untuk Anak didik

1). Mendorong anak didik mengembangkan tanggung

jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri

sendiri.

2). Membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang

sesuai dengan tata tertib kelas dan memahaminya. Bahwa teguran guru

merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.

3). Membangkitkan rasa tanggung jawab untuk melibatkan

diri dalam tugas dan pada kegiatan yang diadakan.

b. Untuk Guru

1). Mengembangkan pemahaman dalam penyampaian

pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat.

Page 34: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

34

2). Menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki

kemampuan dalam memberikan petunjuk secara jelas kepada anak didik.

3). Mempelajari bagaimana merespon secara efektif

terhadap tingkah laku anak didik yang mengganggu.

4). Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif

yang dapat digunakan, dalam lingkungannya dengan masalah tingkah laku anak

didik yang muncul di dalam kelas (Syaiful Bahri Djamarah 2000, hlm. 147-

148).

Diadakannya pegelolaan kelas adalah berguna menunjang keberhasilan sekolah

tersebut. Banyak sekali keadaan di kelas yang tidak terorganisasi, sehingga

menyebabkan kelas menjadi gaduh dan tidak bisa belajar secara kondusif. Seorang

guru harus bisa mengendalikan murid-murid yang ramai. Keadaan seperti inilah perlu

adanya pengelolaan kelas. Yang nantinya guru bisa mengelola proses belajar mengajar

dengan baik dan siswa belajar dengan kondusif, efektif serta efisien.

Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas

kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar tercapai hasil yang

baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam

menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan

siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan, bekerja dan belajar secara efektif

di kalangan siswa (Moh. Uzer Usman 2000, hlm. 10).

Adapun tujuan dari pengelolaan kelas menurut Suharsimi Arikunto (1993, hlm.

196) adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera

tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas tersebut

dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang baik, yang

memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya.

Page 35: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

35

Tujuan pengelolaan kelas pada hakekatnya telah tergantung dalam tujuan

pendidikan, secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas dari

bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan social, emosional, dan

intelektual dalam kelas. Dengan adanya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan

belajar siswa dalam kelas memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya

suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin. Perkembangan

intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi para siswa. Sehingga tujuan

pengelolaan kelas dapat tercapai. Dengan dimilikinya seperangkat keterampilan

pengelolaan kelas akan memudahkan seseorang guru untuk dapat mengelola kelasnya,

dengan baik sehingga proses pembelajaran dapat berjalan optimal.

Tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, baik yang

sifatnya instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal

apabila dapat diciptakan dan dipertahankan kondisi yang menguntungkan bagi peserta

didik (Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi 1995, hlm. 132). Akan tetapi program atau

tujuan kelas tidak akan berarti apabila tidak diwujudkan menjadi sebuah bentuk

kegiatan (Hadari Nawawi (1989, hlm. 123).

Untuk itu peran guru akan sangat menentukan hasil dari proses belajar

mengajar dikarenakan guru disini adalah sebagai pemimpin pendidikan diantara siswa

disuatu kelas. Untuk itu guru disetiap kelas atau wali kelas sebagai administrator kelas,

menempati posisi dan peranan yang sangat penting, karena menanggung tanggung

jawab mengembangkan dan mamajukan kelas masing-masing yang berpengaruh pada

perkembangan dan kamajuan sekolah secara keseluruhan (Hadari Nawawi (1989, hlm.

115).

Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan

tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efisien dan efektif. Sebagai

indikator dari sebuah kelas yang efektif adalah apabila:

Page 36: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

36

a. Setiap anak terus bekerja, tidak macet,

artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu akan tugasnya yang

harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.

b. Setiap anak terus mengerjakan

pekerjaanya tanpa membuang waktu. Artinya, setiap anak akan bekerja

secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila

ada anak yang walaupun tau dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi

mengerjakanya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja, maka kelas

tersebut dikatakan tidak tertib.

Jadi beda antara (a) dan (b) adalah jika (a) anak tidak tahu akan tugas atau tidak

dapat melakukan tugas, sedangkan pada (b) anak tahu dan dapat, tetapi kurang gairah

bekerja.

Seperti yang dikatakan John Dewey sebagaimana dikutip oleh Suryo Subrata

(1997, hlm. 85), bahwa dalam proses pendidikan anak adalah yang paling utama, dan

bukan mata pelajaran yang utama. Dia menekankan lagi bahwa guru seharusnya

menjadi petunjuk bagi anak, dan bukan merupakan kamus berjalan bagi anak. Disini

menurut hemat penulis bahwa setiap anak mempunyai kebutuhan yang berbeda

sehingga kebutuhan mereka adalah yang harus diutamakan.

Sering kita melihat adanya guru-guru yang dapat dikatakan tidak berhasil

dalam mengajar. Indikator dari ketidak berhasilan guru adalah prestasi siswa yang

rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan, Kegagalan,

berperilaku menyimpang dsb. Ketidak berhasilan guru dalam tugasnya ini mungkin

bukan karena mereka kurang menguasai materi bidang studi yang akan diberikan tetapi

karena mereka tidak tahu bagaimana mengelola kelas dengan baik. Mengelola kelas

bukan merupakan tugas yang ringan. Oleh karenanya guru perlu banyak belajar

sebelum guru memulai tugas profesinya.

Page 37: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

37

Menurut Doyle (1986) berpendapat bahwa hal-hal yang menyebabkan

pengelolaan kelas tidak mudah adalah:

1. Multi Dimensionality (berdimensi banyak)

Dikelas guru dituntut untuk melaksanakan berbagai tugas yang meliputi tugas-

tugas akademik serta tugas penunjangnya. Yakni, tugas edukatif (menyusun persiapan

mengajar lengkap dengan alat serta sumber, menyampaikan pelajaran dan

mengevaluasi).

2. Simultanity (serentak)

Berbagai hal ini dapat terjadi pada waktu yang sama dikelas yang satupun tidak

dapat ditunda. Misalnya selama dilaksanakan diskusi guru tidak hanya harus

mendengarkan dan membantu mengerahkan pikiran siswa, tetapi juga harus memantau

siswa-siswa yang kurang efektif melibatkan diri dalam kegiatan, dan mencari strategi

agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

3. Immediacy (segera)

Proses belajar mengajar yang terjadi dikelas dapat dikatakan cukup cepat.

Selama satu hari belajar kepada siswa disajikan beberapa mata pelajaran. Waktu yang

dijadwalkan untuk setiap mata pelajaran paling banyak tiga penggalan waktu, tetapi

rata-rata dua penggalan waktu saja yang masing-masing selama tigapuluh sampai

empat puluh menit, dengan waktu yang di jadwalkan tersebut guru harus membaginya

sedemikian hingga cukup efektif menghasilkan sesuatu yang di kuasai oleh siswa.

Interaksi antara guru dan murid terjadi timbal balik begitu cepat sehingga menuntut

guru agar selalu bertindak melalui proses berfikir, memutuskan dan melaksanakan

tindakan.

4. Iklim yang tidak diramalkan terlebih dahulu

Page 38: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

38

Doyle mengatakan bahwa iklim yang terjadi di kelas bukan semata-mata

merupakan hasil upaya guru semata. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya

iklim kelas, dan beberapa diantaranya datang dengan tiba-tiba.

5. History (sejarah)

Dia juga mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi di kelas akan mempunyai

dampak yang dirasakan dalam waktu jauh sesudahnya. Seperti dikemukakan dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Emmer, Everston dan Anderson (1980), Peristiwa yang

terjadi pada waktu awal-awal sekolah akan banyak berpengaruh pada pengelolaan

kelas pada tingkat-tingkat berikutnya. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap kelas-

kelas pada tingkat-tingkat tinggi diperoleh gambaran, ada kelas yang mudah di kelola

tetapi sebaliknya ada kelas yang sangat sulit. Ternyata kelas yang mudah di kelola

merupakan kelanjutan dari kelas yang pada waktu kelas awal ditangani dengan baik

(Suryo Subroto 1997, hlm. 193).

Komponen Dalam Pengelolaan Kelas

Kondisi Situasi Belajar Mengajar

1. Kondisi fisik.

Kondisi fisik tempat berlangsungnya belajar mengajar mempunyai pengaruh

yang sangat signifikan terhadap hasil belajar mengajar. Lingkungan fisik yang

dmaksud adalah:

a.) Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar

Ruangan tempat berlangsungnya belajar mengajar harus memungkinkan siswa

bergerak leluasa. Tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara peserta didik

yang satu dengan yang lainya. Besarnya kelas akan sangat tergantung pada berbagai

hal antara lain: jenis kegiatan, apakah kegiatan tatap muka dalam kelas ataukah dalam

ruang praktikum, jumlah peserta didik yang melakukan kegiatan-kegiatan bersama

akan berbeda dengan kegitan dalam kelompok kecil.

Page 39: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

39

Apabila ruangan tersebut memakai hiasan, pakailah hiasan yang mempunyai

nilai pendidikan yang dapat secara langsung mempunyai daya sembuh bagi pelnggar

disiplin. Misalnya dengan kata-kata yang baik, anjuran-anjuran, gambar tokoh sejarah

dan sebaginya.

b.) Pengaturan tempat duduk

Pengaturan tempat duduk akan sangat mempengaruhi kelancaran proses belajar

mengajar. Dalam mengatur tempat duduk yang paling terpenting adalah

memungkinkan terjadinya tatap muka, agar guru dapat sekaligus mengontrol tingkah

laku peserta didik. Beberapa pengaturan tempat duduk antara lain: Berbaris,

pengelompokan yang terdiri antara 8 sampai 10 orang, setengah ligkaran, berbentuk

lingkaran, individual yang biasanya terlihat diruang baca, diperpustakaan, atau diruang

praktek laboratorium, tersedianya ruang yang sifatnya bebas di kelas di samping

bangku tempat bduduk yang diatur. Dengan sendirinya penataan tempat duduk ini

diatur sesuai dengan kebutuhan.

c.) Ventilasi dan pengaturan cahaya

Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik, jendela harus cukup

besar sehingga memunginkan panas cahaya matahari masuk. Usahakan udara yang

masuk sehat melalui ventilasi yang baik sehingga peserta didik mampu menghirup

udara yang sehat, dapat melihat tulisan dengan jelas Pengaturan dan penyimpanan

barang-barang (Suryo Subroto 1997, hlm. 121).

d.) Pengaturan dan penyimpanan barang-barang

Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dijangkau

kalau segera diperlukan yang akan depergunakan bagi kepentingan belajar mengajar.

Tentu saja masalah pemeliharaan barang-barang tersebut akan sangat penting, dan

secara periodik harus dicek dan direcek. Hal yang tak kalah pentingnya adalah

Page 40: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

40

penjagaan barang-barang tersebut dari pencurian, pengamanan terhadap barang yang

mudah terbakar atau meladak.

2. Kondisi Sosio- Emocional

Suasana sosio-emocional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup

besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan peserta didik.

Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya, kondisi ini merupakan

komponen yang membuat seorang menjadi pintar menggunakan emosi (Zaim El-

Mubarok 2008, hlm. 122). Lebih lanjut ia mengatakan bahwa emosi manusia itu

terletak pada wilayah hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila

diakui dan dihormati, dapat menyediakan kondisi yang baik untuk dirinya sendiri dan

orang lain.

Dengan berlandaskan psikologi clines dan konseling, kondisi tersebut adalah

syarat dalam menciptakan pembelajaran yang efektif (Martinis Yamin, Maisah 2009,

hlm. 67). Dalam arti ada hubungan antar personal yang baik antara guru dan peserta

didik. Dan guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional

yang baik tersebut.

3. Kondisi Organizational

Kegiatan rutin yang secara organizational dilakukan baik tingkat kelas maupun

pada tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan

kegiatan yang jelas dan diatur dengan dikomunikasikanya kepada semua peserta didik

secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka dan akan menyebabkan tertanam pada

diri setiap peserta didik kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah laku. Kegiatan

tersebut antara lain:

a.) Penggantian pelajaran

Untuk beberapa mata pelajaran mungkin ada baiknya peserta didik tetap berada

pada satu ruangan. Akan tetapi untuk pelajaran-pelajaran tertentu, seperti bekerja

Page 41: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

41

dilaboratorium, olahaga, kesenian dan sebagainya peserta didik seharusnya pindah

ruangan tertentu.

b.) Guru yang berhalangan hadir

Apabila suatu saat seorang guru berhalangan hadir oleh suatu sebab. Maka

peserta didik sudah tahu cara mengatasinya. Misalnya para peserta didik disuruh tetap

dalam kelas dengan tenang untuk menunggu guru yang bersangkutan selama 10 menit.

Apabila waktu tersebut tidak datang juga maka ketua wajib melaporkan kepada guru

piket agar guru tersebut yang mengambil inisiatif untuk mengatasi kekosongan

tersebut.

c.) Masalah antara peserta didik

Peserta didik merupakan potensi kelas yang harus dimanfaatkan oleh guru

dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif (Hadari Nawawi 1989, hlm.

128). Peserta didik sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang sangat

penting artinya bagi terciptanya suatu kelas yang dinamis. Setiap peserta didik harus

mempunyai perasaan diterima terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam

kegiatan kelas. Perasaan diterima tersebut akan membawa mereka kepada

pembentukan sikap yang bertanggung jawab terhadap kelas secara langsung dan pada

pertumbuhan dan perkembanganya masing-masing.

Masalah Pengelolaan Kelas

Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokan menjadi dua kategori yaitu masalah

individual dan masalah kelompok (Ahmad Rohani 2004, hlm. 125). Meskipun

seringkali perbedaan antara kedua kelompok itu hanya merupakan perbedaan tekanan

saja. Tindakan pengeloaan kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat

mengidentifikasikan dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga

pada giliranya ia dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula.

Masalah individual

Page 42: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

42

Pendidikan yang memperhatikan perbedan-perbedaan individu anak

mempunyai arti penting dalam membina dan menggali potensi manusia untuk

mencapai kemajuan bangsa. Pengajaran individu tidaklah berarti bahwa pengajaran

harus berdasarkan atas jalanya satu guru dengan satu orang siswanya, akan tetapi

penting walaupun pengajaran secara bersama guru harus memberikan pelayanan yang

berbeda pada setiap anak sesuai dengan perbedaan-perbedaan individualnya.

Rudolf Dreikurs dan Perls Cassel membedakan empat kelompok pengelolaan

kelas individual yang berdasarkan asumsi bahwa pemenuhan keputusan untuk diterima

kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Bila kebutuhan-kebutuhan ini

tidak lagi dapat dipenuhi dengan cara-cara yang lumrah dapat diterima dimasyarakat,

dalam hal ini masyarakat kelas, maka individu yang bersangkutan akan berusaha

mencapainya dengan cara-cara lain. Dengan kata lain ia akan berbuat tidak baik.

Perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara yang asosial inilah oleh

pasangan penulis diatas digolongkan sebagai berikut:

1). Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang

lain , misalnya membadut dikelas (aktif) atau dengan berbuat serba lamban

sehingga perlu mendapat pertolongan ekstra (pasif).

2). Tingkah laku yang ingin menunjukan kekuatan

(power seeking behaviors), misalnya selalu mendebat atau kehilangan kendali,

emosional, marah-marah, menangis, atau selalu lupa pada aturan-aturan penting di

kelas.

3). Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain

(revenge seeking behaviors), misalnya menyakiti orang lain seperti memukul,

menggigit, dan sebagainya. Kelompok ini tampaknya kebanyakan dalam bentuk

aktif pasif).

Page 43: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

43

4). Peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama

sekali menolak untuk mencoba melakukan apapun karena yakin bahwa hanya

kegagalanlah yang menjadi bagianya.

Sebagai penduga Dreikurs dan Cassel menyatakan sebagai berikut: apabila

guru merasa terganggu oleh perbuatan seorang peserta didik, maka kemungkinan

peserta didik yang bersangkutan ada pada tahap attention getting. Bila guru merasa

terkalahkan atau terancam, maka kemungkinan peserta didik yang bersangkutan ada

pada tahap power seeking. Bila guru merasa tersinggung atau terluka hati maka

pelakunya pada tahap revenge seeking. Dan akhirnya bila guru merasa tidak mampu

berbuat apa-apa lagi dalam menghadap peserta didik maka yang dihadapinya adalah

perasaan ketidak mampuan.

Masalah kelompok

Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan 6 kategori masalah

kelompok dalam pengelolaan kelas. Masalah-masalah yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

1. Kelas kurang kohesif, misalnya perbedaan kelamin,

suku, dan tingkatan sosio ekonomi dan sebagainya.

2. Kelas mereaksi negative terhadap salah satu

anggotanya. Misalnya mengejek anggota kelas dalam pengajaran seni suara

menyanyi dengan suara sumbang.

3. Membesarkan hati anggota yang justru melanggar

norma kelompok.

4. Semangat kerja rendah, misalnya semacam aksi protes

kepada guru karena menganggap tugas yang diberikan kurang adil.

Page 44: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

44

5. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan

keadaan baru. Misalnya gangguan jadwal atau guru kelas diganti sementara

oleh guru lain, dan sebagainya.

6. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatianya

dari tugas yang tengah di garap.

Tak perlu ditekankan lebih kuat lagi bahwa setiap macam masalah memerlukan

penanganan yang berbeda. Selanjutnya, sasaran penanganan masalah individual adalah

individu pelaku pelanggaran. Dan sebaliknya didalam masalah kelompok maka

tindakan korektif harus ditujukan kepada kelompok.

Suharsimi arikunto (1996, hlm. 71), menyebutkan bahwa sebab musabab

masalah pengelolaan kelas yaitu :

a. Siswa tidak tahu apa yang harus perbuat,

untuk melakukan hal ini guru dapat memberikan latihan terlebih dahulu kepala

tutor yang akan melaksanakan pembimbingan serta memberitahukan secara

rinci kepada anak-anak yang harus belajar sendiri.

b. Siswa sudah diberi tahu akan tugasnya

akan tetapi setela beberapa lama kemudian mereka menjadi lupa akan tugasnya.

c. Siswa sudah mengetahui apa yang hrus

mereka perbuat. Akan tetapi tidak tahu bagaimana cara melakukanya. untuk

masalah ini guru harus terlebih dahulu menetapkan siapa-siapa yang cerdas dan

mengerti materi yang disampaikan.

d. Ada beberapa siswa atau sebagian yang

sudah melaksanakan tugas sebelum waktunya habis sehinngga membuat

keributan.

Page 45: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

45

e. Ada diantara siswa yang merupakan anak

malas tak bergairah atau pengganggu. Sehingga walaupun mereka melakukan

tugas akan tetapi tidak secara sungguh-sungguh.

Disamping siswa yang menjadi masalah dalam pengelolaan kelas guru pun bisa

merupakan faktor penghambat dalam melaksanakan penciptaan suasana yang

menguntungkan dalam proses pembelajaran. Faktor tersebut antara lain:

a.) Tipe kepemimpinan guru.

Tipe kepemimpinan guru (dalam mengelola proses pembelajaran) yang otoriter

dan kurang demokratis akan menumbuhkan sikap pasif peserta didik. Kedua sikap

guru tersebut merupakan sumber masalah dalam pengelolaan kelas.

b.) Format pembelajaran yang

monoton.

Format pembelajaran yang monoton akan menimbulkan kebosanan dalam diri

peserta didik. Untuk itu guru diharapkan kreatif dalam menciptakan kondisi kelas.

c.) Kepribadian serta pengetahuan

guru

Disamping pengetahuan materi, terbatasnya kemampuan guru dalam mengelola

kelas serta pengetahuan bagaimana mempelajari kondisi peserta didik serta

kepribadian yang bertentangan akan menjadi masalah dalam pengelolaan kelas.

Disiplin dan Tata Tertib

Dalam arti luas disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditujukan untuk

membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan

lingkungan. Di sekolah, disiplin banyak digunakan dalam mengontrol tingkah laku

peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas sekolah dapat berjalan dengan optimal

Page 46: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

46

(Ahmad Rohani 2004, hlm. 134). Satu keuntungan lainya adalah peserta didik dapat

belajar hidup dengan pembiasaan yang baik dan positif, dan bermanfaat bagi dirinya

dan lingkunganya.

Ada berbagai penyebab yang sifatnya umum sehingga peserta didik melanggar

diantaranya :

a. Mereka tidak tahu lagi apa yang harus mereka

kerjakan dan mereka kerasa bosan karena yang dikerjakan itu ke itu aja.

b. Perasaan kecewa dan tertekan karena peserta

didik dituntut untuk bertingkah laku yang kurang wajar menurut mereka

sebagai remaja, dsb (Ahmad Rohani 2004, hlm. 137).

Tindakan Dalam Pengelolaan Kelas

Tindakan Preventif

Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam

rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung

efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan

menyediakan kondisi baik fisik maupun sosia-emosional sehingga terasa benar peserta

didik rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar (Ahmad Rohani 2004, hlm. 127).

Tindakan lain dapat berupa tindakan korektif terhadap tingkah laku peserta didik yang

menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang

berlangsung.

Melakukan Tindakan Korektif

Dalam kegiatan pengelolaan tindakan tepat dan segera sangatlah diperlukan.

Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan guru apabila terjadi

masalah pengelolaan. Guru yang bersangkutan dituntut untuk berbuat sesuatu dalam

menghentikan perbuatan peserta didik secepat dan sedini mungkin. Guru harus segera

Page 47: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

47

mengingatkan peserta didik terhadap peraturan tata tertib yang berlaku yang dibuat dan

ditetapkan bersama. Dan kemudian melaksanakan sanksi yang seharusnya berlaku.

Bagaimana melakukan kegiatan tindakan ini beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan:

1. Lakukan tindakan dan bukan ceramah

Apabila ada seorang peserta didik yang melakukan tindakan yang dapat

mengganggu kelas lakukan tindakan menghentikan kagiatan-kegiatan terebut secara

tepat dan segera. Cara berteriak atau memberikan ceramah tentang kesalahan yang

diperbuat peserta didik malah menjadi bimbang. Pesan-pesan atau body language baik

berupa isyarat tangan, bahu, kepala, alis dan sebagainya dapat membantu guru dalam

pengelolaan kelas.

2. Jangan tawar menawar

Apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan seorang peserta didik dan

malibatkan atau menyalahkan peserta didik lainya guru harus segera melakukan

tindakan untuk menghentikan tindakan tersebut. Tidak ada untungnya kalau pada saat

itu guru membuka forum diskusi untuk membahas dan mencari siapa yang bersalah.

3. Gunakan control kerja

Mungkin sekali banyak hal yang belum tercakup dalam tata tertib terjadi dalam

kelas misalnya dengan membuat kelompok-kelompok kecil sehingga guru dapat secara

langsung mengontrol tingkah laku mereka.

4. Nyatakan peraturan dan konsekwensinya

Jika ada peserta didik yang melanggar peraturan tata tertib sekolah

komunikasikan kembali apa aturan yang dilanggarnya secara jelas dan kemukakan

akibatnya bila aturan yang dibuat dan disepakati bersama dilanggar. Konsekwensi ini

dilakukan secara bertahap dimulai dari peringatan, teguran, atau dilaporkann kepada

Page 48: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

48

orang tuanya. Apabila ada peserta didik mengganggu suasana proses belajar mengajar

segera hentikan gangguan tersebut, kemudian memahami alasan mengapa sampai

berbuat demikian.

Melakukan Tindakan Penyembuhan (Kuratif)

Pelanggaran yang terlanjur dilakukan oleh peserta didik perlu ditanggulangi

dengan tindakan penyembuhan baik secara individual maupun kelompok. Situasi

pelanggaran peserta didik dapat berbentuk :

1. Peserta didik melanggar sejumlah besar peraturan sekolah yang telah disepakati

bersama

2. Peserta didik tidak mau menerima atau menolak konsekwensi seperti yang telah

tercantum dalam peraturan sekolah sebagai akibat dari perbuatanya.

3. Seorang peserta didik menolak sama sekali aturan khusus yang telah tercantum

dalam tata tertib sekolah.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam tindakan penyembuhan ini

adalah

a.) Mengidentifikasi peserta didik yang mendapat kesulitan untuk menerima dan

mengikuti tata tertib atau menerima konsekwensi dari pelanggaran yang

dibuatnya.

b.) Membuat rencana yang diperkirakan paling tepat tentang langkah-langkah yang

akan ditempuh dalam mengadakan kontrak dengan peserta didik.

c.) Menetapkan waktu pertemuan dengan peserta didik tersebut yang disetujui

bersama oleh guru dan peserta didik yang bersangkutan

d.) Bila saatnya bertemu dengan peserta didik jelaskanlah maksud pertemuan

tersebut dan jelaskanlah manfaat yang mungkin diperoleh baik oleh peserta

didik maupun oleh sekolah.

Page 49: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

49

e.) Tunjukanlah kepada peserta didik bahwa gurupun bukan orang yang sempurna

dan tidak bebas dari kekurangan dan kelemahan dalam berbagai hal. Akan

tetapi yang terpenting adalah guru dan peserta didik haruslah ada kesadaran

agar bersama-sama belajar untuk saling memperbaiki diri saling mengingatkan

bagi kepentingan bersama.

f.) Guru berusaha membawa peserta didik kepada masalahnya yaitu pelanggaran

terhadap peraturan yang berlaku disekolah

g.) Apabila pertemuan yang diadakan dan ternyata peserta didik tidak respon,

maka guru bisa mengajak peserta didik untuk melaksanakan diskusi pada

waktu yang lain tentang masalah yang dihadapinya.

h.) Pertemuan peserta didik harus sampai pada pemecahan masalah dan sampai

kepada kontak individual yang diterima peserta didik dalam rangka

memperbaiki tingkah laku yang dilanggarnya.

Upaya Meningkatkan Mutu Pembelajaran

Sebelum mengetahui makna mutu pembelajaran secara utuh, alangkah baiknya

diketahui pengertian mutu itu sendiri. Mutu (quality) sering disama artikan dengan

kualitas. Kualitas sebenarnya telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Akan

tetapi, sampai sekarang, baik di dunia industri barang atau industri jasa, belum ada

definisi yang sama tentang kualitas. Setiap orang dan organisasi memiliki pengertian

kualitas yang berbeda-beda.

Menurut bahasa mutu berarti kualitas, tingkat, derajat, kadar (Hartono 1995,

hlm. 105). Mutu dalam pengertian umum mengandung makna dan derajat keunggulan

suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang atau jasa. barang dan jasa pendidikan

itu bermakna dapat dilihat dan tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan (Sudarwan

Danim 2006, hlm. 53). Sedangkan menurut W. Edward Deming salah seorang pioner

Page 50: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

50

kualitas sebagaimana dikutip oleh Nasution, M,N(2004, hlm. 3), mendefinisikan

kualitas sebagai kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Dan kualitas itu

memiliki banyak kriteria yang selalu berubah. Selanjutnya menurut Garvin dalam

Nasution, M,N (2004, hlm. 3), kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan

yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.

Standar kualitas itu meliputi dua hal yaitu; kualtias yang didasarkan pada

standar produk/jasa; dan kualitas yang didasarkan pada pelanggan (customer). Kualitas

yang didasarkan pada produk/jasa, memiliki beberapa kualifikasi:

1. sesuai dengan spesifikasi;

2. sesuai dengan maksud dan kegunaannya;

3. tidak salah atau cacat, dan;

4. benar pada saat awal dan selamanya.

Sementara itu, kualitas yang didasarkan pada customer, mempunyai kualifikasi;

1. memuaskan pelanggan (costomer satisfaction);

2. melebihi harapan pelanggan, dan;

3. mencerahkan pelanggan.

Pada prinsipnya dari definisi kualitas yang ada, meskipun berbeda-beda tetapi

pada prinsipnya kualitas adalah pemahaman bahwa : Pertama, kualitas merupakan

kunci ke arah program yang berhasil. Kurang perhatian terhadap kualitas akan

mengakibatkan kegagalan dalam jangka panjang. Kedua, perbaikan-perbaikan kualitas

menuntut komitmen menajemen sepernuhnya untuk dapat berhasil. Komitmen kepada

kualitas ini harus berkesinambungan. Ketiga, perbaikan kualitas adalah kerja keras.

Tidak ada jalan pintas atau perbaikan instan. Menuntut perbaikan budaya bagi

organisasi secara keseluruhan. Keempat, perbaikan kualitas menuntut banyak

Page 51: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

51

pelatihan. Kelima, perbaikan kualitas menuntut keterlibatan semua karyawan secara

aktif, dan komitmen mutlak dari manajemen senior (pimpinan).

Sedangkan pembelajaran adalah proses perubahan perilaku dengan arah yang

positif untuk memecahkan masalah personal, ekonomi, social, politik yang ditemui

oleh individu, kelompok dan komunitas (Agus Suryana 2006, hlm.29). Menurut Corey

pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja

dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-

kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu (Syaiful Sagala

2008, hlm. 61). Selanjutnya Dimyati dan Mujiono dalam Syaiful Sagala (2008,

hlm.62), mengemukakan pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam

desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada

penyediaan sumber belajar.

Sedangkan menurut Gagne sebagaimana yang dikemukakan oleh Margaret E.

Bell Gredler (1991 : 207) dalam Nazarudin (2007, hlm. 162), bahwa istilah

pembelajaran dapat diartikan seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang

untuk mendukung terjadinya proses belajar yang sifatnya internal. Pendapat ini

semakna dengan yang dikemukakan oleh J. Drost yang menyatakan bahwa

pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan untuk menjadikan orang lain belajar.

Pembelajaran tidak diartikan sebagai suatu yang statis, melainkan suatu konsep yang

bisa berkembang seirama dengan kebutuhan hasil pendidikan yang berkaitan dengan

kemajuan ilmu dan tekhnologi yang melekat pada wujud pengembangan kualitas

sumber daya manusia.

Dengan demikian pengertian pembelajaran yang berkaitan dengan sekolah

ialah kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efisien terhadap komponen-

komponen yang berkaitan dengan pembelajaran sehingga menghasilkan nilai tambah

Page 52: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

52

terhadap komponen tertsebut menurut norma/standar yang berlaku(Martinis Yamin,

Maisah 2009, hlm. 164).

Proses pembelajaran merupakan proses pengelolaan sumber dan sarana

pembelajaran yang sengaja direncanakan dan dirancang sedemikian rupa dalam rangka

membantu agar seorang guru atau siswa dapat melakukan aktifitas belajar yang

disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan. Untuk lebih memperjelas lagi masalah

pembelajaran ini, berikut ini dijelaskan beberapa langkah-langkah dalam

pembelajaran.

Langkah-langkah dalam proses pembelajaran berdasarkan teori Kondisioning

Operan, menurut Mudjiono (1999, hlm. 32), adalah sebagai berikut:

a. Mempelajari keadaan kelas, guru mencari dan menemukan perilaku negative.

Perilaku positif akan diperbuat dan perilaku konstruktif dikurangi.

b. Membuat daftar penguat positif, guru mempelajari perilaku yang disukai oleh

siswa.

c. Memilih dan menentukan urutan dan tingkah laku yang dipelajari.

d. Membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi urutan

perilaku yang dikehendaki, waktu mempelajari perilaku dan evaluasi.

Menurut Pieget, langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Menentukan topik yang dapat dipelajari

oleh anak sendiri

b. Menilai dan mengembangkan aktifitas

kelas.

c. Mengetahui adanya kesempatan bagi

guru untuk mengemukakan petanyaan yang menunjang proses pemecahan

masalah.

Page 53: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

53

Menurut Rogers sebagaimana dikutip oleh Martinis Yamin Maisah (2009, hlm.

164), mengemukakan saran tentang pembelajaran yang perlu dilakukan oleh seorang

guru:

a. Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara

terstruktur.

b. Menggunakan metode belajar menemukan.

c. Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan

dan berpartisipasi dengan kelompok lain.

d. Guru bertindak sebagai fasilitator belajar dan membuat program yang

terstruktur agar dapat memberikan peluang agar kreatifitas siswa tumbuh

Pengertian pembelajaran yang berkaitan dengan sekolah ialah kemampuan

dalam mengelola secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang

berkaitan dengan pembelajaran sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap

komponen tertsebut menurut norma/standar yang berlaku. Pembelajaran dikatakan

bermutu apabila pembelajaran dilakukan dengan baik dan menuntut keaktifan siswa.

Dalam pembelajaran yang demikian, siswa tidak lagi ditempatkan dalam posisi pasif

sebagai penerima bahan ajaran yang di diberikan guru, tetapi sebagai subyek yang aktif

melakukan proses berfikir, mencari, mengolah, mengurai, menggabungkan,

menyimpulkan, dan menyelesaikan masalah. Serta bahan ajar yang dipilih, disusun,

dan disajikan kepada siswa oleh guru dengan penuh makna, sesuai dengan kebutuhan

dan minat siswa, serta sedekat mungkin dihubungkan dengan kenyataan dan

kegunaanya dengan kehidupan(Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana 2009, hlm. 84).

Lebih lanjut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009, hlm. 84), mengatakan

untuk itu penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa kurikulum,

pendanaan, dan peralatan) harus dilaksanakan secara harmonis. Sehingga mampu

Page 54: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

54

menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan

minat belajar dan dapat memberdayakan peserta didik.

Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran

Dengan melalui proses belajar mengajar yang diharapkan adalah terjadinya perubahan

dalam diri anak baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik akan berpengaruh pada

tingkah laku anak didik, di mana pada akhirnya cara berfikir, merasa dan melakukan

sesuatu itu akan menjadi relatif menetap dan membentuk kebiasaan bertingkah laku

yang baik pada dirinya Agar perubahan-perubahan dalam diri peserta didik sebagai

hasil dari suatu proses belajar mengajar sampai pada tujuan yang diharapkan, perlu

diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.

Seperti halnya dalam proses belajar mengajar ikut berfungsi pula sejumlah

faktor yang dengan sengaja direncanakan dan dimanipulasikan guru menuju

tercapainya out-put yang dikehendaki dalam hal ini : kurikulum, guru yang mengajar,

sarana dan fasilitas serta instrumental yang merupakan faktor terpenting dan sangat

menentukan dalam pencapaian hasil/out-put yang dikehendaki karena instrumental in-

put inilah yang menentukan bagaimana proses belajar mengajar itu akan terjadi dalam

diri peserta didik (M. Ngalim Purwanto 1999, hlm. 107). Sejalan dengan proses belajar

mengajar tersebut, maka faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar itu

menurut (Sumardi Suryabrata 1998, hlm. 7-13), dikelompokkan menjadi 2 faktor.

Yaitu faktor intern dan faktor ekstern:

Faktor ekstern (faktor yang ada di luar individu)

a. Lingkungan

Faktor lingkungan dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu:

1). Lingkungan alami seperti suhu, kelembaban udara sangat berpengaruh dalam

proses belajar mengajar.

Page 55: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

55

2). Lingkungan sosial baik yang berbentuk manusia ataupun yang berwujud

lainnya, seperti: suara mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas.

b. Instrumental

Faktor ini dapat berwujud faktor-faktor keras (hard ware) seperti: gedung,

perlengkapan belajar, alat-alat praktikum dan sebagainya, dapat juga berwujud faktor-

faktor lemah (soft ware) seperti: Kurikulum, pedoman belajar, guru, metode, media

dan lain-lain.

Faktor Intern (faktor dari dalam individu peserta didik sendiri)

Dalam faktor ini mencakup faktor fisiologi dan psikologi

1). Kondisi fisiologis

Kondisi ini meliputi: kondisi fisik (kesehatan) dan faktor-faktor tubuh,

disamping itu kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengarannya

sangat mempengaruhi proses belajar mengajar karena sebagian besar yang

dipelajari manusia dipelajarinya dengan menggunakan penglihatan dan

pendengaran.

2). Kondisi psikologis

(a). Minat

(b).Kecerdasan (intelegensi)

(c). Bakat

(d).Motivasi dan Kultural (Arief, S. Sudirman, R Raharjo dan Amung Haryono

2011, hlm. 14)

Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran

Guru merupakan kunci keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. Guru merupakan

sales agent dari lembaga pendidikan. Baik dan buruknya perilaku atau cara mengajar

guru akan sangat mempengaruhi citra lembaga pendidikan (Buchari Alma at.al 2008,

hlm. 123). Oleh karena itu sumber daya guru harus dikembangkan baik melalui

Page 56: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

56

pendidikan dan pelatihan atau kegiatan-kegiatan lainya agar kemampuan

profesionalnya meningkat.

Hakikat guru pada umumnya berhubungan dengan pengembangan sumber daya

manusia yang pada akhirnya akan menentukan kelestarian dan kejayaan kahidupan

bangsa (Arif Rahman 2009, hlm. 155 ). Dengan kata lain bahwa guru mempunyai

tugas membangun dasar-dasar dari corak kehidupan manusia pada masa yang akan

datang.

Dalam proses pendidikan, pada dasarnya guru mempunyai tugas “mendidik dan

mengajar” peserta didik agar dapat menjadi manusia yang dapat melaksanakan tugas

dalam menjalani kehidupanya yang selaras dalam kodratnya sebagai manusia yang

baik, dalam kaitan hubunganya dengan manusia lainya maupun dengan tuhan. Tugas

mendidik guru berkaitan dengan transformasi nilai-nilai dan pembentukan pribadi.

Sedangkan tugas mengajar berkaitan dengan transformasi pengetahuan dan

ketrampilan kepada peserta didik. Akan tetapi bagi guru dalam kelas, tugas mendidik

dan mengajar merupakan tugas terpadu dan saling berkaitan (Arif Rahman 2009, hlm.

156 ).

Untuk itu guru haruslah mempunyai ketrampilan dalam hal pengolahan dan

perencanaan pembelajaran yang baik. Mulai dari perencanaan pengajaran, metode

yang digunakan sampai dengan bagaimana evaluasi yang akan di gunakan dengan

jelas. Ketrampilan yang disebut dengan ketrampilan mengajar tersebut merupakan

salah satu jenis ketrampilan yang harus dikuasai oleh guru.

Ada beberapa jenis keterampilan yang harus dimiliki oleh guru dari Wingkel

yang dikutip Hamzah B. Uno (2006, hlm. 168), antara lain:

1. Keterampilan memberi penguatan

Page 57: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

57

Keterampilan ini adalah keterampilan yang bertujuan untuk memberikan

dorongan, tanggapan bagi siswa agar dalam mengikuti pelajaran merasa

dihormati dan diperhatikan.

2. Keterampilan bertanya

Keterampilan ini bertujuan untuk merangsang kemampuan berfikir siswa,

meningkatkan kemampuan berfikir siswa dan membantu dalam mencapai

tujuan pelajaran yang dirumuskan.

3. Keterampilan menjelaskan

Beberapa alasan mengapa keterampilan menjelaskan tersebut perlu dikuasai.

Pertama bahwa pada umumnya informasi didalam kelas adalah didominasi oleh

guru. Untuk itu evektifitas pembicaraan perlu ditingkatkan. Kedua, penjelasan

yang diberikan oleh guru jelas menurut guru akan tetapi seringkali tidak jelas

bagi siswa

4. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran.

Kegiatan ini adalah dimaksudkan untuk menciptakan kondisi mental dan

perhatian siswa agar terpusat pada apa yang akan dipelajari. Serta menjelaskan

keseluruhan pelajaran yang telah dipelajari siswa pada akhir proses

pembelajaran. Dan mengetahui hubungan antara pengalaman yang dikuasai

dengan hal baru yang telah ia dapatkan.

Dari penjelasan tersebut maka guru harus mempunyai beberapa kompetensi

seperti yang tertuang dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pada

pasal 10 undang-undang tersebut disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi

kompetensi pedagogik, kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi social

(Arif Rahman 2009, hlm. 154).

1. Kemampuan pedagogik

Page 58: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

58

Adalah kemampuan mengelola pembelajar. Mencakup konsep kesiapan

mengajar yang ditunjukan oleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan

mengajar.

2. Kepribadian

Adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru seebagai kemampuan ynag stabil,

dewasa, arif, menjadi teladan. guru sebagai teladan yang baik tentunya akan

dapat merubah perilaku siswa.

3. Professional

Kemampuan penguasaan meteri pelajaran secara luas dan mendalam, serta

metode dan tekhnik yang baik yang sesuai dan mudah dipelajari oleh murid,

mudah ditangkap dan dan tidak menimbulkan kesulitan dan keraguan

4. Kompetensi sosial

Kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sekolah dan luar sekolah. Berusaha mengembangkan komunikasi

dengan orang tua siswa, sehingga terjalin komunikasi yang baik antara pihak

sekolah dengan masyarakat pada umumnya. (Buchari Alma at.al 2008, hlm.

141).

Perencanaan Pengajaran Dalam Pembelajaran

Perbaikan kualitas pembelajaran haruslah diawali dengan perbaikan desain

pembelajaran. Perencanan pembelajaran dapatlah dijadikan titik awal dari upaya

perbaikan mutu pembelajaran (Martinis Yamin, Maisah 2009, hlm. 126). Perencanaan

adalah proses pemanfaatan dan penetapan sumber daya secara terpadu yang

diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan

dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan(Hamzah B. Uno 2006,

hlm. 141). Dalam konteks pembelajaran perencanaan ini dapat diartikan sebagai proses

penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan

Page 59: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

59

atau metode pengajaran, dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa

satu semester yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

Proses pembelajaran bisa disebut interaksi edukatif yang sadar akan tujuan.

Artinya adalah interaksi yang telah direncanakan untuk suatu tujuan tertentu.

Setidaknya tercapainya tujuan intruksional atau tujuan pembelajaran yang dirumuskan

dalam satuan pelajaran. Proses pembentukan setiap rencana pembelajaran yang baik

mulai dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam satuan mata pelajaran.

Kegiatan belajar yang berlangsung disekolah bersifat formal, disengaja,

direncanakan, dengan bimbingan guru, dan bantuan pendidik lainya. Apa yang hendak

dicapai dan dikuasai oleh siswa dituangkan dalam kegiatan belajar, dipersiapkan bahan

apa yang harus dipelajari, disesuaikan juga metode pembelajaran yang sesuai agar

siswa dapat mempelajarinya dengan baik dan melakukan evaluasi agar mengetahui

kemampuan belajar siswa. Persiapan ini harus direncanakan secara seksama oleh guru

mengacu pada kurikulum mata pelajaran.

Dalam penyusunan program pembelajaran menurut Hamzah B. Uno (2006,

hlm. 135), dapat dikelompokan menjadi beberapa program. Diantaranya adalah:

a. Program tahunan

Adalah rencana pembelajaran yang disusun untuk setiap mata pelajaran yang

berlangsung dalam satu tahun pada setiap mata pelajaran dan kelas tertentu yang

disusun menjadi bahan ajar. Langkah-langkah dalam menyusun bahan ajar adalah:

(1).Membaca dan mempelajari kurikulum dan silabusnya.

(2).Menganalisis kemampuan dasar yang ada pada kurikulum

(3).Menentukan alokasi waktu setiap kemampuan dasar berdasarkan kalender

pendidikan yang ditentukan

Page 60: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

60

Adapun tim yang menyusun pogram tahunan ini terdiri dari tim rekayasa

kurikulum, ahli mata pelajaran, dan kelompok kerja guru yang terdiri dari guru mata

pelajaran.

b. Program semester

Program semester ini disusun dengan merancang kegiatan pembelajaran untuk

semua mata pelajaran dan kelas yang dilakukan dalam satu kelas yang dilakukan pada

satu semester. Perencanaan ini akan merespon pemenuhan target pembelajaran, baik

diukur dari proses belajar siswa maupun melalui sejumlah tes dan alat evaluasi yang

digunakan maupun pelayanan kegiatan belajar siswa oleh para pendidik dilihat dari

kesiapan dan strategi yang digunakan. Untuk mencapai target dan tujuan yang

ditetapkan, maka secara teknis dan operasional dijabarkan dalam program mingguan

dan juga harian.

Kemudian menurut Zamroni ( 2007) sebagaimana dikutip Nanang Hanafiah

dan Cucu Suhana (2009, hlm. 84), dikatakan bahwa peningkatan mutu pembelajaran

adalah suatu proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses

belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, diantaranya adalah

apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah ( guru, siswa,

kurikulum, pendanaan dan peralatan ) dilaksanakan secara harmonis. Dengan tujuan

agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Sehingga

mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong

motivasi dan minat belajar dan dapat memberdayakan peserta didik.

Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas pengertian pendidikan Agama Islam, penulis akan terlebih dahulu

mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan berasal dari kata

didik dengan memberinya awalan "pe" dan akhiran "kan" mengandung arti perbuatan

(hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani,

Page 61: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

61

yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini

kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti

pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan

dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan (Ramayulis 2004, hlm. 1). Ahmad D.

Marimba (1981, hlm. 19) mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau

pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikutip oleh Hasbullah

(2005, hlm. 4) pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,

adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-

anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah

mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab I

pasal I, dikatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Ketika kata Agama Islam dimasukkan dalam pendidikan (Pendidikan Agama

Islam), ia memiliki arti pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang didasarkan kepada

ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Kata Islam berasal dari bahasa Arab ;

aslama, yuslimu, islaman, yang berarti berserah diri, patuh dan tunduk. Beberapa para

ahli merumuskan Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:

Menurut Zuhairini (1992, hlm. 152), pendidikan Islam adalah usaha yang

diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau

suatu upaya dengan ajaran Islam, memikirkan, memutuskan dan berbuat berdasarkan

Page 62: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

62

nilai-nilai Islam serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Ahmad

Marimba (1981, hlm. 2), pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan

rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya

kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat (1992, hlm. 86), pendidikan agama Islam

adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yaitu berupa bimbingan

dan asuhan terhadap anak didik, agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah diyakini

secara menyeluruh serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam itu suatu pandangan

hidupnya demi keselamatan hidup dunia dan akhirat kelak..

Alisuf Sabri (1999, hlm. 74) memberikan pengertian bahwa Pendidikan Agama

Islam (PAI) yaitu: Usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,

menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran

dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain

dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam mewujudkan persatuan

nasional.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwasanya Pendidikan Agama

Islam adalah usaha sadar yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang

sesuai dengan ajaran Islam agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah diyakini

secara menyeluruh serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam itu suatu pandangan

hidupnya demi keselamatan hidup dunia dan akhirat kelak.

Dalam mata pelajaran agama pada SMP semua bidang studi agama tersebut

dirangkum menjadi satu pada mata pelajaran Pendidikan Agama (Islam). Adapun

tujuan dalam mempelajari mata pelajaran tersebut antara lain mampu membaca al-

Qur’an dengan fasih (al-Qur’an), beriman kepada Allah, kitab Allah, Rasul Allah, dan

Page 63: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

63

hari akhir (Keimanan), bekerja keras, terbiasa berfikir kritis, dan terbiasa berprilaku

toleransi (Akhlak), dapat melakukan thaharah/bersuci, mengetahui hukum Islam

tentang shalat wajib, mengerti tentang zakat, dan memahami tentang ibadah haji

(fiqih), dan memahami keadaan masyarakat Mekkah pra dan pasca datangnya agama

Islam, memahami tentang kehidupan agama dan kabilah, dan mengerti tentang

perkembangan Islam pada masa Khulafatur Rasyidin (Tarikh) (Departemen Agama RI

hlm. 48).

Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu

berupaya meyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban

dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang

bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam mengahadapi tantangan,

hambatan dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam

lingkup lokal, nasional, regional maupun global.

Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dasar atau fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan yang

menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya bangunan itu. Pada suatu

pohon dasar itu adalah akarnya. Fungsinya sama dengan fundamen tadi, mengeratkan

berdirinya pohon itu. Demikian fungsi dari bangunan itu. Fungsinya ialah menjamin

sehingga "bangunan" pendidikan itu teguh berdirinya. Agar usaha-usah yang

terlingkup di dalam kegiatan pendidikan mempunyai sumber keteguhan, suatu sumber

keyakinan: Agar jalan menuju tujuan dapat tegas dan terlihat, tidak mudah

disampingkan oleh pengaruh-pengaruh luar. Singkat dan tegas dasar pendidikan Islam

ialah Firman Tuhan dan sunah Rasulullah SAW (Ahmad D. Marimba 1981, hlm. 41).

Kalau pendidikan diibaratkan bangunan maka isi al-Qur'an dan haditslah yang menjadi

fundamen.

Dasar-dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:

Page 64: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

64

1. Dasar Religius

Menurut Zuhairini (1990, hlm. 2) yang dimaksud dengan dasar religius adalah

dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam al-Qur'an

maupun al-Hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama

Islam adalah merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya.

2. Dasar Yuridis Formal

Menurut Zuhairini at.al (1990, hlm. 19), yang dimaksud dengan Yuridis

Formal pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari perundang-undangan

yang secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam

melaksanakan pendidikan agama Islam, di sekolah-sekolah ataupun di lembaga-

lembaga pendidikan formal di Indonesia.

3. Dasar Ideal

Yang dimaksud dengan dasar ideal yakni dasar dari falsafah Negara: Pancasila,

dimana sila yang pertama adalah ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung

pengertian, bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha

Esa, atau tegasnya harus beragama (Zuhairini at.al 1990, hlm. 22).

4. Dasar Konsitusional/Struktural

Yang dimaksud dengan dasar konsitusioanl adalah dasar UUD tahun 2002

Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi sebagai berikut:

a. Negara berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa Negara

menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan

untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya (Zuhairini at.al 1990,

hlm. 22).

Bunyi dari UUD di atas mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus

beragama, dalam pengertian manusia yang hidup di bumi Indonesia adalah orang-

orang yang mempunyai agama. Karena itu, umat beragama khususnya umat Islam

Page 65: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

65

dapat menjalankan agamanya sesuai ajaran Islam, maka diperlukan adanya pendidikan

agama Islam.

5. Dasar Operasional

Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara langsung

mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah di Indonesia.

Menurut Tap MPR nomor IV/MPR/1973. Tap MPR nomor IV/MPR/1978 dan

Tap MPR nomor II/MPR/1983 tentang GBHN," yang pada pokoknya dinyatakan

bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan ke dalam

kurikulum sekolah-sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas-

universitas negeri (Zuhairini at.al 1990, hlm. 23).

Atas dasar itulah, maka pendidikan agama Islam di Indonesia memiliki status

dan landasan yang kuat dilindungi dan didukung oleh hukum serta peraturan

perundang-undangan yang ada.

6. Dasar Psikologis

Yang dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek

kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya,

manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada

hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan

adanya pegangan hidup (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2004, hlm. 133).

Semua manusia yang hidup di dunia ini selalu membutuhkan pegangan hidup

yang disebut agama, mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada sutu perasaan yang

mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat untuk berlindung, memohon dan

tempat mereka memohon pertolongan. Mereka akan merasa tenang dan tentram

hatinya apabila mereka dapat mendekatkan dirinya kepada Yang Maha Kuasa.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang dan tentram ialah

dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Page 66: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

66

Berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah

mengacu kepada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika

sosial dan moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai

keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan

kebaikan di akhirat kelak. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai

suatu tujuan, tujuan pendidikan akan menentukan ke arah mana peserta didik akan

dibawa. Tujuan pendidikan juga dapat membentuk perkembangan anak untuk

mencapai tingkat kedewasaan, baik bilogis maupun pedagogis.

Menurut Alisuf Sabri (1999, hlm. 74) Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk

meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang

agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada

Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.

Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan

meningkatkan keimanan melaui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,

pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga mejadi

manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya,

berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang

lebih tinggi (kurikulum PAI: 2002) (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2004, hlm. 135).

Menurut Zakiah Daradjat (1992, hlm. 29), Tujuan ialah suatu yang diharapkan

tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu

benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari

kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya, yaitu

kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi "insan kamil" dengan pola taqwa.

Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara

wajar dan normal karena taqwanya kepada Allh SWT.

Page 67: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

67

Sedangkan Mahmud Yunus (1983, hlm. 13), mengatakan bahwa tujuan

pendidikan agama adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi maupun orang dewasa

supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak

mulia, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas

kakinya sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya,

bahkan sesama umat manusia.

Sedangkan Imam Al-Ghazali dalam Ramyulis (2004, hlm. 71-72), mengatakan

bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub

kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat.

Adapun Muhammad Athiyah Al-Abrasy (1987, hlm. 1) merumuskan bahwa

tujuan pendidikan Islam adalah mencapai akhlak yang sempurna. Pendidikan budi

pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, dengan mendidik akhlak dan jiwa

mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan

kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci

seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam

ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa.

Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang

yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu pendidikan Islam, yaitu sasaran yang

akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan

Islam.

Tim penyusun buku Ilmu Pendidikan Islam mengemukakan bahwa tujuan

pendidikan Islam ada 4 macam, yaitu:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua legiatan

pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini

meliputi aspek kemanusiaan seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan

Page 68: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

68

pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan

kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa kepada

Allah harus tergambar dalam pribadi sesorang yang sudah terdidik, walaupun dalam

ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkah-tingkah tersebut.

2. Tujuan Akhir

Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan kahir akhirnya

terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk

Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami naik turun, bertambah dan berkurang

dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat

mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk

menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan

pendidikan yang telah dicapai.

3. Tujuan Sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi

sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan

formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang dikembangkan

menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksioanl Khusus (TIU dan TIK).

4. Tujuan Operasional

Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah

kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang

sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan

operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan ini disebut juga tujuan instruksional

yang selanjutnya dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan

Instruksional Khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksioanal ini merupakan tujuan

pengajaran yang direncanakan dalam unit kegiatan pengajaran (Nur Uhbyati 1998,

hlm. 60-61 ).

Page 69: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

69

Tujuan pendidikan agama Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, seluas

dan sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk

sosial. Tujuan itu meliputi seluruh aspek yaitu meliputi aspek tingkah laku,

penampilan, kebiasaan, dan pandangan.

Oleh karena itu pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode

pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapain

seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran

semua unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam

mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan

pendidikan agama Islam adalah untuk menjadikan hidup manusia seimbang antara

jasmani dan rohani, pribadi, dan masyarakat (sebagai makhluk individu dan makhluk

sosial), serta aktivitas untuk dunia dan akhirat yang akan membawa kebahagiaan dunia

dan akhirat bagi manusia itu sendiri.

Dengan demikian, tujuan pendidikan agama seirama dengan tujuan hidup

setiap manusia (muslim) yaitu mencari kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal ini juga

sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 201:

Artinya: Dan diantara mereka ada yang berdo.a, wahai Tuhan jika kami anugerahilah

kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari api

neraka... (Depag RI 1989, hlm. 49).

Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun

tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan

melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam

rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak-anak didik yang

kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) diakhirat kelak.

Page 70: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

70

Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan pengamalan nilai-nilai Islami

yang hendak diwujudkan dalam pribadi muslim melalui proses akhir yang dapat

membuat peserta didik memiliki kepribadian Islami yang beriman, bertakwa dan

berilmu pengetahuan.

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas,

karena di dalamnya banyak pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Adapun ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut :

1. Perbuatan mendidik itu sendiri

Yang dimaksud dengan perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan

atau perbuatan dari sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu mengasuh anak

didik. Atau dengan istilah yang lain yaitu sikap atau tindakan menuntun, mebimbing,

memberikan pertolongan dari seseorang pendidik kepada anak didik menuju kepada

tujuan pendidikan Islam.

2. Anak didik

Yaitu pihak yang merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini

disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan untuk membawa anak didik

kepada tujuan pendidikan Islam yang kita cita-citakan.

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala kegiatan

pendidikan Islam ini dilakukan. Yaitu ingin membentuk anak didik menjadi manusia

dewasa yang bertakwa kepada Allah dan kepribadian muslim.

4. Pendidik

Page 71: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

71

Yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini mempunyai

peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik atau tidaknya pendidik

berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan Islam.

5. Materi Pendidikan Islam

Yaitu bahan-bahan, pengalaman-pengalaman belajar ilmu agama Islam yang

disusun sedemikian rupa untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik.

6. Metode Pendidikan Islam

Yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan

bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik. Metode di sini mengemukakan

bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi tersebut dapat dengan mudah

diterima dan dimiliki oleh anak didik.

7. Evaluasi Pendidikan

Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap

hasil belajar anak didik. Tujuan pendidikan Islam umumnya tidak dapat dicapai

sekaligus, melainkan melaui proses atau pentahapan tertentu. Apabila tahap ini telah

tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya dan

berakhir dengan terbentuknya kepribadian muslim.

8. Alat-alat Pendidikan Islam

Yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam

agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.

9. Lingkungan

Yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil

pendidikan Islam (Uhbiyati Nur 1998, hlm. 14-15).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam itu

sangat luas, sebab meliputi segala aspek yang menyangkut penyelenggaraan

pendidikan Islam.

Page 72: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

72

Peran Pengelolaan Kelas Efektif Dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran

Kelas yang kondusif serta nyaman dirasakan oleh peserta didik tentunya dapat

membawa proses pembelajaran akan lebih baik. Dalam hal ini segala bentuk sarana

dan prasarana baik guru maupun metode yang digunakan disesuaikan dengan

kebutuhan pembelajaran. Untuk itu sekolah dengan segala perangkatnya serta guru

harus mempunyai trik dan ide-ide yang baru. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa

antara pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran adalah dua kegiatan yang

sangat erat hubunganya, namun dapat dan harus dibedakan satu sama lainya karena

tujuanya yang berbeda.

Pembelajaran mencakup semua kegiatan secara langsung yang dimaksudkan

untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pembelajaran, menyusun rencana pembelajaran,

memberikan informasi, bertanya, menilai dan lain sebagainya. Sedangkan pengelolaan

kelas menunjukan kepada kegiatan-kegiatan yang dapat mempertahankan kondisi yang

optimal bagi terjadinya proses pembelajaran, (pembinaan”report”, menghentikan

perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi

ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh penetapan norma kelompok yang produktif).

(Martinis Yamin Maisah 2009, hlm. 36).

Sehingga masalah pengelolaan kelas harus ditanggulangi dengan tindakan

korektif pengelolaan, sedangkan dalam masalah pembelajaran harus ditanggulangi

dengan tindakan korektif instruksional. Sebagai pemberian dasar penyiapan kondisi

bagi terjadinya proses belajar yang efektif, pengelolaan kelas menunjuk kepada

pengaturan orang dalam hal ini peserta didik serta pengaturan fasilitas seperti yang

sudah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya.

Page 73: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

73

Lebih lanjut Martinis Yamin Maisah (2009, hlm. 34), mengatakan ada beberapa

prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas dalam meningkatan mutu

pembelajaran diantaranya adalah :

1. Kehangatan dan keantusiasan dalam hubungan antara

siswa dan guru

2. Proses pembelajaran bervariasi dan siswa merasa

tertantang

3. Gaya mengajar yang luwes serta penanaman kepada

hal-hal yang positif, dan penanaman disiplin oleh guru.

Seperti dikatakan dalam pembahasan bahwa pengelolaan kelas yang baik

dikatakan efektif adalah dimana guru dapat menjadikan peserta didik sebagai subjek

dan Mereka dapat bekerja secara kreatif. Untuk itu keterampilan yang harus dimiliki

oleh seorang guru dalam menciptakan kondisi kelas yang efektif diantaranya :

a. Menciptakan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal dengan

menunjukan sikap tanggap dengan cara, memandang secara seksama,

mendekati, memberikan pernyataan dan memberikan reaksi terhadap

gangguan kelas

b. Membagi perhatian secara visual dan verbal

c. Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik

dalam pembelajaran

d. Memberikan petunjuk yang jelas serta memberikan teguran secara

bijaksana.

Untuk menghasilkan kualitas pembelajaran yang baik dimulai dengan

bagaimana perencanan, proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan terarah untuk

mencapai hasil tersebut. Pengelolaan kelas yang merupakan suatu kegiatan yang perlu

dipersiapkan sedemikian rupa untuk mendukung pembelajaran yang aktif dan kreatif.

Page 74: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

74

Menurut Cony Semiawan, at.al, sebagaimana dikutip oleh Supriono Akhmad

Sapari (2001, hlm. 24), dalam pembelajaran kelas dapat dibagi menjadi tiga bagian:

1. Pengaturan kelas

Tugas utama guru adalah menciptakan suasana dan kondisi kelas agar dapat

memotivasi siswa dalam belajar. Untuk itu guru harus mempunyai keterampilan untuk

berinteraksi dalam proses tersebut dengan baik. Untuk itu diperlukan pengorganisasian

kelas yang memadai, diantaranya adalah:

a. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan titik tolak keberhasilan dalam mengajar.

Makin jelas rumusan masalah maka akan semakin mudah dalam menyusun

rencana dan kegiatan belajar siswa. Yang perlu di perhatikan dalam

merencanakan dan merumuskan tujuan khusus adalah:

(1).Kemampuan dan nilai-nilai apa yang harus dikembangkan pada diri siswa.

(2).Apakah hendak dicapai sekaligs atau secara bertahap

(3).Apakah perlu ditekankan pada aspek-aspek tertentu

(4).Sampai berapa jauh tujuan dapat memenuhi kebutuhan perkembangan

siswa

(5).Apakah waktu yang disediakan cukup untuk mencapai tujuan-tujuan

tersebut

b. Waktu

Waktu yang tersedia dalam jadwal setiap pelajaran, semester, tahunan sangat

terbatas. Karena itu deperlukan pengaturan waktu yang tersedia. melalui

pengaturan waktu diharapkan siswa melakukan berbagai kegiatan untuk

mencapai tujuan pembelajaran

c. Pengaturan ruang belajar

Page 75: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

75

Agar tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan dan menggairahkan,

perlu juga deperhatikan pengaturan ruangan belajar. Pengaturan ruangan

belajar tersebut hendaknya memungkinkan siswa leluasa dalam belajar dan

mudah dalam mengawasinya.

Dalam pengaturanya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

(1).Ukuran dan bentuk kelas

(2).Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa

(3).Jumlah siswa dalam kelas

(4).Klasifikasi siswa dalam kelompok

(5).Pengaturan siswa dalam belajar

Dalam belajar siswa melakukan berbagai kegiatan belajar.

Kegiatan belajar tersebut disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa. Ada

siswa yang dapat belajar sendiri dan ada pula siswa yang dapat belajar dengan

berkelompok.

d. Pengelompokan siswa melayani kegiatan pembelajaran

Dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, pengelompokan siswa

mempunyai arti tersendiri. ada beberapa pengelompokan yang sederhana antara

lain pengelompokan menurut kesenangan berkawan, perkelompokan menurut

kemampuan, pengelompokan menurut minat dan bakat.

Dalam mengelola kelas, peran guru sangatlah penting, oleh karena itu maka

hanya guru professional sajalah yang dapat mengantarkan pembelajaran

menjadi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.

Guru hendaknya dapat megerti tujuan dan fungsi belajar, bagaimana mengenal

siswa sebagai individu dan kelompok, memanfaatkan organisasi kelas,

mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memecahakan masalah, serta

memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

Page 76: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

76

Karena kompleksnya proses belajar mengajar maka guru harus

memperbaikinya pada saat :

a. Sebelum mengajar

Pada saat sebelum mengajar guru harus membuat persiapan, guru harus

mengetahui apa bahan apa yang akan diajarkan

b. Saat mengajar

Pada saat belajar guru harus paham teori dan praktek mengajar dengan segala

kemampuan dan keterampilan.

c. Setelah mengajar.

Guru harus berusaha memperoleh umpan balik dengan mengajukan beberapa

pertanyaan tentunya sebagai bahan evaluasi.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas yang

baik dan efektif yang meliputi pengelolaan ruang belajar mengajar/ruang kelas,

pengelolaan siswa, pengelolaan kegiatan pembelajaran, pengelolaan meteri

pembelajaran, dan sebgainya sangatlah urgen sekali dalam proses belajar mengajar

khususnya dalam menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan guna menciptakan

dan meningkatkan mutu pembelajaran.

Page 77: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

77

Bab 5SIMPULAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian mengenai peran pengelolaan kelas efektif dalam

meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2

Kecamatan Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin, maka disimpulkan bahwa

pertama, pengelolaan kelas efektif di SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi

Banyuasin, meliputi beberapa komponen, yaitu: penataan ruangan belajar, pengaturan

tempat duduk, ventilasi dan pengaturan cahaya, serta pengaturan dan penyimpanan

barang-barang. Kedua, upaya peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin, diantaranya, yaitu:

persiapan pelaksanaan pembelajaran meliputi: pengembangan program, penyusunan

persiapan pengajaran, dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, yang meliputi: 1)

penggunaan metode atau strategi pembelajaran, 2) penggunaan sumber belajar, 3)

penggunaan media pembelajaran, dan 4) evaluasi hasil belajar. Ketiga, peran

pengelolaan kelas efektif dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 2 Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin, meliputi:

menciptakan suasana kelas dalam proses belajar menyenangkan, kebutuhan sarana dan

prasarana tersedia dalam pembelajaran, perencanaan dan metode yang dilakukan oleh

guru dalam kelas terencana dan terstruktur, penanganan yang dilakukan oleh guru

dalam kelas terencana dan tertruktur, penanganan masalah yang sesuai dengan

Page 78: PRAKTEK PENGELOLAAN KELAS EFEKTIF DALAM …

78

kebutuhan masalah, serta hubungan antara guru dan siswa atau siswa dengan siswa

yang harmonis.

Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan penulis di atas, maka

peneliti menyarankan sebagai berikut:

1. Bagi guru pengelolaan kelas merupakan salah satu kompetensi

dasar yang sangat penting haruslah dimiliki oleh seorang pendidik/guru termasuk

guru PAI, hal ini bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Guru

hendaknya selalu berusaha memacu siswa untuk aktif, salah satunya dapat

dilakukan dengan cara mengelola kelas dengan baik seperti memanfaatkan media

pengajaran, penataan ruang kelas, penataan ruang kelas dan lain sebagainya.

2. Dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya memanfaatkan

fasilitas belajar dan keadaan kelas supaya terlihat serasi dan proses belajar mengajar

dapat berjalan dengan lancar.

3. Untuk meningkatkan keaktifan siswa guru hendaknya melibatkan

siswa dalam kegiatan belajar mengajar, karena keikutsertaan siswa dalam kegiatan

belajar mengajar adalah faktor yang sangat penting dalam menumbuhkan keaktifan

siswa.