plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · kegiatan serial rekoleksi sebagai upaya...
TRANSCRIPT
UPAYA PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KRISTIANI
MAHASISWA – MAHASISWI IPPAK – USD
SEBAGAI CALON GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUAL
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Nicanius Andrey Wuddy Luchensy
NIM: 101124020
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
orang tuaku Antonius Warono dan C. Wembo R dan adikku Monica Vivilyana W
yang selalu mendukung, menyertai serta selalu mendoakan usaha dan
perjuanganku selama ini, teman-teman IPPAK angkatan 2010, sahabat, dan pihak-
pihak yang selalu mendukung dalam kasih dan doa, serta perhatian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala,
dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran
seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.”
(Dan 12;3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “UPAYA PENGEMBANGAN
SPIRITUALITAS KRISTIANI MAHASISWA-MAHASISWI IPPAK – USD
SEBAGAI CALON GURU AGAMA KATOLIK YANG PROFESIONAL
DAN BERSPIRITUAL”. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi kurangnya
penghayatan dan kedalaman pembinaan iman para mahasiswa-mahasiswi IPPAK,
dapat dilihat dari para mahasiswa-mahasiswi sangat baik di bidang teori tetapi
dalam bidang prakteknya belum maksimal. Bisa dikatakan belum mencapai
perkembangan pribadi yang utuh.
Melihat persoalan itu penulis melakukan penelitian untuk memperoleh
data-data yang penulis inginkan. Penulis ingin meneliti apakah mahasiswa-
mahasiswi IPPAK telah mengalami perkembangan pribadi secara utuh. Penulis
melakukan observasi kepada mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD kemudian
menyebarkan kuesioner kepada 60 responden yaitu para mahasiswa. Selain itu
penulis juga melakukan wawancara untuk menguatkan pendapat-pendapat dari
responden. Dari penelitian dan wawancara tersebut, penulis telah membahasnya
dan menyimpulkannya. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa para mahasiswa
IPPAK sebagian besar sudah mampu dalam hal teori ketika berada dalam
perkuliahan, tapi dalam hal prakteknya para mahasiswa IPPAK masih belum bisa
menghayati terlebih spiritualitas Kristiani. Menjadi calon guru agama Katolik
haruslah seimbang baik itu teori maupun prakteknya, karena sosok guru yang
ideal salah satunya profesional serta berspiritualitas. Untuk menjadi pribadi yang
utuh teori dan praktek harus berjalan bersama tidak ada yang saling mendominasi.
Selain itu juga penulis berharap dengan penelitian dan wawancara ini makin
memacu para mahasiswa IPPAK untuk lebih memotivasi dirinya dalam menjalani
panggilan Tuhan ini. Para mahasiswa perlu mengembangkan dirinya agar menjadi
pribadi seorang calon guru agama yang utuh.
Untuk menindaklanjuti penelitian ini, penulis mengusulkan program
kegiatan serial rekoleksi sebagai upaya untuk makin mendalami/menginternalisasi
spiritualitas Kristiani para mahasiswa IPPAK agar menjadi pribadi yang
berkembang secara utuh. Melalui kegiatan yang penulis tawarkan ini, diharapkan
para mahasiswa IPPAK makin menyadari serta semakin mendalami spiritualitas
Kristiani mereka msing-masing dalam rangka menjadi calon guru agama Katolik
yang profesional dan berspiritualitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This thesis titled “CHRISTIAN SPIRITUALITY DEVELOPMENT
EFFORTS STUDENTS IPPAK-USD AS CANDIDATE FOR PROFESIONALITY
AND SPIRITUAL RELIGIOUS EDUCATION TEACHER”. The lack of full and
total comprehension of the depth faith formation of IPPAK students are background of
this writing. It can be seen from students that are good in theory but in practice not
maximized field. Meaning to say that students have not yet reached of personal integrity
development.
Facing this kind of problems, the author conducted research to obtain the desired
data. The authors wanted to examine whether IPPAK students have experienced the
development of the whole as a person. The authors make observation to students
IPPAK-USD by distributing questionnaires to 60 students as respondents. Besides that,
the authors conducted interview to support the opinions of respondents. The authors
conducted discussions and eventually make conclusions by this research and interviews.
From these studies it is known that IPPAK students are good in theory while in their
class, but they cannot live up to Christian spirituality in practices. To be a Catholic
teacher must be balanced between theory and practices, because one of the
characteristic of the figure of ideal teacher is professional and having Christian’s
spirituality. Theory and practice have to walk with nothing dominate to have personal
integrity. The authors also look forward to the results of research and interviews will
challenge IPPAK students motivated in journeying God’s call. The students need to
develop themselves in order to become a candidate of religion teacher with personal
integrity.
To follow up on this study, the authors propose a series of recollection activities
programs as an effort to go deeper to internalize Christian’s spirituality IPPAK students
to develop being integrated person. Through this activities which the authors offer,
expected that the IPPAK students are more aware of and explore deeply their
Christian’s spirituality life in order to become candidate of Catholic religion teacher
which professional and good in spirituality.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Pertama-tama rasa syukur dan terimakasih penulis ucapkan kepada Allah
Bapa, Tuhan Yesus Kristus, serta perantaraan Bunda Maria, karena berkat kasih
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul
“UPAYA PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KRISTIANI
MAHASISWA - MAHASISWI IPPAK - USD SEBAGAI CALON GURU
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK YANG PROFESIONAL DAN
BERSPIRITUAL”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Selama proses penulisan skripsi ini mulai dari perencanaan sampai pada
tahap akhir, penulis merasakan hambatan dan tantangan. Namun karena kebaikan
dan kasih Allah, penulis dapat menyelesaikannya. Selain itu banyak pihak yang
mendukung penulis, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Romo Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ. M. Ed selaku kaprodi dan dosen
pembimbing skripsi yang dengan kesediaannya, kesabaran serta kasih
sayangnya membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penyusunan
tugas akhir serta selama pembelajaran di prodi IPPAK – USD ini.
2. Bapak Yoseph Kristianto, SFK. M. Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik
(DPA) yang telah membantu, mengarahkan serta memotivasi penulis selama
perkuliahan serta menyelesaikan tugas akhir ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
3. Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y. M. Hum selaku dosen penguji ketiga
yang telah merelakan tenaga, waktu serta pikiran membimbing dan
mengarahkan penulis.
4. Segenap romo, bapak dan ibu dosen, serta karyawan-karyawan IPPAK – USD
yang telah memberikan dukungan, semangat dan motivasi kepada penulis
untuk memperlancar studi penulis.
5. Orang tua, adik, serta keluarga besar penulis yang telah mendukung dan
memberi semangat kepada penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan
tugas akhir ini.
6. Segenap teman-teman IPPAK angkatan 2010 yang selalu memberi dorongan,
semangat dan perhatian kepada penulis selama pembelajaran di kampus,
berjuang dan melangkah bersama.
7. Sahabat, teman-teman terbaik penulis serta kepada Bernadetta Linda
Kusumawati yang selalu memberikan semangat, motivasi, dukungan, serta
perhatian kepada penulis selama pembelajaran serta dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
8. Kepala sekolah, bapak dan ibu guru serta karyawan/wati SD Kanisius
Wirobrajan I yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan tugas akhir
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 8
C. Tujuan Penulisan. ..................................................................... 8
D. Manfaat Penulisan. ................................................................... 8
E. Metode Penulisan ..................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 9
BAB II. SOSOK GURU AGAMA YANG PROFESIONAL DAN
BERSPIRITUALITAS KRISTIANI ............................................ 11
A. Sosok Guru Yang Profesional .................................................. 11
1. Guru Yang Profesional......................................................... 11
2. Empat Kompetensi Guru Profesional .................................. 14
a. Kompetensi Pedagogik .................................................. 15
b. Kompetensi Profesional ................................................ 15
c. Kompetensi Kepribadian ............................................... 16
d. Kompetensi Sosial ........................................................ 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
B. Guru Agama Yang Berspiritualitas Kristiani ............................. 17
1. Guru Kristiani ...................................................................... 17
2. Guru Agama Katolik ............................................................ 18
3. Spiritualitas Kristiani ........................................................... 24
4. Sosok Guru Agama Yang Berspiritualitas Kristiani. ............. 26
BAB III. PEMBINAAN SPIRITUALITAS KRISTIANI MAHASISWA-
MAHASISWI IPPAK – USD SEBAGAI CALON GURU AGAMA
YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUAL ...................... 31
A. Gambaran Umum Prodi IPPAK - USD ..................................... 32
1. Visi dan Misi Prodi IPPAK – USD Tahun 2013 .................... 32
2. Tujuan Prodi IPPAK – USD ................................................. 32
3. Gambaran Umum Mahasiswa-Mahasiswi IPPAK – USD ..... 34
4. Pembelajaran dan Suasana Akademis Prodi IPPAK – USD .. 37
B. Penelitian Tentang Pembinaan Kristiani Mahasiswa-Mahasiswi
IPPAK - USD Sebagai Calon Guru Agama Katolik .................. 40
1. Desain Penelitian……………………………………… ….. 40
a. Latar Belakang Penelitian ................................................ 40
b. Rumusan Permasalahan ................................................... 42
c. Tujuan Penelitian ............................................................ 42
d. Responden Penelitian ...................................................... 43
e. Instrumen Pengumpulan Data .......................................... 43
1) Kuesioner ……………………………………………. 44
2) Wawancara…………………………………………... 44
f. Jenis Penelitian ................................................................ 44
g. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................... 45
h. Variabel Penelitian .......................................................... 45
i. Kisi-Kisi Penelitian ......................................................... 46
2. Laporan Hasil Penelitian ....................................................... 48
a. Laporan Penelitian Melalui Kuesioner…………………. 49
b. Laporan Penelitian Melalui Wawancara……………… 57
c. Pembahasan Hasil Kuesioner………………………… 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
d. Pembahasan Hasil Wawancara……………………….. 62
e. Kesimpulan Penelitian………………………………... 63
BAB IV. USULAN PROGRAM KEGIATAN REKOLEKSI OUTING
UNTUK MAHASISWA-MAHASISWI IPPAK-USD SEBAGAI
UPAYA MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS KRISTIANI.. 65
A. Latar Belakang Diadakannya Rekoleksi Outing bagi Mahasiswa-
Mahasiswi IPPAK-USD ........................................................... 66
B. Program Serial Rekoleksi Untuk Mengembangkan Spiritualitas
Kristiani Mahasiswa-Mahasiswi IPPAK-USD .......................... 68
1. Latar Belakang Program ..................................................... 68
2. Tujuan Pemilihan Program ................................................... 70
3. Usulan Program Rekoleksi ................................................... 70
a. Tema Rekoleksi………………………………………… 71
b. Peserta………………………………………………….. 71
c. Tempat dan Waktu…………………………………….. 71
d. Pelaksanaan Rekoleksi………………………………… . 71
e. Metode Rekoleksi……………………………………… 72
f. Sarana………………………………………………….. 72
g. Pendamping…………………………………………… 72
h. Matriks Program Rekoleksi…………………………… . 74
i. Susunan Acara………………………………………… 76
j. Contoh Salah Satu Persiapan………………………….. 76
BAB V. PENUTUP..................................................................................... 85
A. Kesimpulan ........................................................................... 85
B. Saran ..................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 89
LAMPIRAN ............................................................................................... 92
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ................................................................... (1)
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Angket ........................................................ (2)
Lampiran 3. Panduan Daftar Pertanyaan Wawancara ................................... (4)
Lampiran 4. Transkrip Hasil Wawancara .................................................... (5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Dokumen Gereja
CT :Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
kepada Para Uskup, Klerus dan segenap umat beriman tentang
katekese masa kini, 16 Oktober 1979
EN :Evangelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI
tentang Karya Pewartaan Injil dalam Jaman Modern, 8 Desember
1975.
B. Singkatan Lain
Art : Artikel
Dan : Daniel
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Mat : Matius
Mrk : Markus
KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia
Komkat : Komisi Kateketik
Prodi : Program Studi
PP : Peraturan Pemerintah
UU : Undang-undang
USD : Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD TA 2014/2015
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Gambaran Tentang Persepsi Mahasiswa-
mahasiswi IPPAK terhadap guru agama Katolik yang Profesional
sekaligus berspiritualitas.
Tabel 3. Kisi–kisi Instrumen Gambaran tentang tingkat Internalisasi
Mahasiswa- mahasiswi IPPAK terhadap sosok guru agama Katolik
yang profesional sekaligus berspiritualitas.
Tabel 4. Jumlah Pembagian Responden Kuesioner
Tabel 5. Guru Agama Katolik yang Profesional menurut
pandangan/perspektif mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD
Tabel 6. Sejauh mana mahasiswa-mahasiswi sudah mempersiapkan dirinya
menghayati spiritualitas Kristiani sebagai calon guru agama
Katolik.
Tabel 7. Matriks Program Rekoleksi
Tabel 8. Jadwal Rekoleksi Mahasiswa-Mahasiswi IPPAK - USD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan bukan hanya semata-mata tugas guru dan lembaga
pendidikan (sekolah) melainkan tugas dari seluruh warga masyarakat. Orang tua
adalah pendidik yang utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Orang tua
mempunyai pengaruh yang kuat bagi anak-anak, terutama penanaman nilai-nilai.
Sigit Setyawan (2013:128) mengatakan bahwa “para orang tua sebaiknya
menanamkan nilai-nilai sejak usia dini, meskipun membutuhkan waktu yang
cukup lama hingga mereka menemukan nilai-nilai yang ditanamkan itu relevan
dengan kehidupan mereka”. Selain itu, orang tua juga mempunyai kewajiban dan
hak yang tidak bisa diganggu untuk mendidik anak-anak mereka. Maka hendaklah
orang tua paham dan mengerti akan pentingnya tugas mereka sebagai pendidik
yang pertama dan utama. Peran besar orang tua juga seperti yang dikemukakan
oleh Sigit Setyawan (2013:92) merupakan agen utama dalam perkembangan anak.
Penulis melihat bahwa peran orang tua sangatlah vital dalam perkembangan
kepribadian anak.
Namun tidak sedikit anak-anak yang kurang mempedulikan dan
memperhatikan nilai-nilai yang ditanamkan orang tua mereka, karena terpengaruh
oleh pergaulan dan lingkungan sekitar yang kurang mendukung. Sigit Setyawan
(2013:92) mengatakan “pengaruh terjadi dengan kuat karena ada faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
lingkungan dan peristiwa yang mendukung”. Selain itu juga, ada orang tua yang
kurang memperhatikan tindakan yang ditujukan kepada anak-anak mereka
sehingga anak-anak beranggapan bahwa orang tua tidak memberikan teladan yang
baik. Misalnya orang tua yang tidak mempunyai waktu bersama dengan anak-
anak mereka karena kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Ini salah satu
penyebab anak-anak kurang diperhatikan oleh orang tua dan beranggapan orang
tua tidak memberikan teladan yang baik.
Selain peran dari orang tua, peran guru dalam pendidikan juga sangat
penting. Guru banyak disebut sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa” yang berarti
guru mempunyai pengaruh yang kuat dalam masyarakat. Profesi guru juga
dipandang sebagai profesi yang mulia karena mengajarkan hal-hal yang baik, dari
yang awal tidak tahu menjadi semakin tahu. Dalam dunia pendidikan peran guru
menjadi sangatlah vital untuk mengajarkan hal-hal yang baru kepada para murid.
Dalam hal ini Sigit Setyawan (2013:1) mengatakan:
Peran guru yang dipandang mulia oleh masyarakat juga tercermin dari
akronim kata “guru” dalam bahasa Jawa sebagai digugu lan ditiru. Kata
“digugu” berarti hal-hal yang dikatakannya layak dipercayai oleh orang lain
dan “ditiru” berarti hal-hal yang dilakukannya layak dijadikan teladan.
Sosok guru berperan menanamkan nilai kepada anak-anak pada saat di
sekolah. Sedangkan orang tua menanamkan nilai-nilai di awal kehidupan anak-
anak dan menanamkan nilai ketika anak-anak berusaha untuk mengenal
lingkungan sekitarnya. Nilai yang dikomunikasikan oleh guru mempunyai
pengaruh bagi siswa, Sigit Setyawan (2013:23) mengatakan bahwa “hidup siswa
dibentuk oleh guru, terutama melalui nilai-nilai yang ditularkan oleh para guru”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Siswa membutuhkan sosok yang memberikan teladan yang baik dalam
kehidupannya. Sosok guru disini menjadi penting untuk memberikan teladan yang
baik di sekolah, karena dengan teladan yang baik dapat mencerminkan sosok guru
yang profesional. Sigit Setyawan (2013:88) mengatakan “keteladanan yang
disertai tindakan verbal dan dilakukan secara konsisten akan meningkatkan
kredibilitas guru”.
Namun ada permasalahan yang membuat profesi guru menjadi bias
sehingga kurang menghayati perannya sebagai guru, melainkan karena alasan
tuntutan profesi misalnya untuk proses sertifikasi dsb. Perhatian guru akan
kompetensi yang dimiliki juga semakin berkurang, hanya memperhatikan
beberapa kompetensi saja seperti kompetensi pedagogik. Sedangkan kompetensi
kepribadian dan sosial kurang diperhatikan. Selain tuntutan profesi, ada kendala
lain yaitu dari dalam diri guru itu sendiri. Guru kurang menghayati perannya
sebagai pendidik bagi siswanya, sehingga guru kurang dapat memotivasi siswa
untuk semakin berkembang dalam belajar. Sigit Setyawan (2013:127) mengatakan
“seorang guru sebaiknya menyadari bahwa dirinya memiliki potensi untuk
memengaruhi siswa”.
Guru sebagai awam Katolik berada di sekolah mempunyai tugas
membantu/memperlancar iman siswa sehingga siswa bangga akan imannya itu.
Lukas Mandagi (1984:23) mengatakan bahwa “pendidik tidak hanya
memindahkan sekumpulan pengetahuan kepada siswa, melainkan menjadikan
Injil sebagai dasar dan sumber dari segala usaha agar menjadi manusia berpribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dan utuh”. Pelayanan kaum awam Katolik di sekolah merupakan wujud panggilan
dalam bidang pendidikan yang disemangati oleh Kristus dan Injil-Nya.
Pendidikan agama Katolik sudah mengalami banyak perkembangan baik
kurikulumnya maupun pengajarnya (guru). Namun dari segi berkembangnya
pendidikan agama Katolik, masih tetap ada berbagai macam tantangan atau
kesulitan. Di sekolah-sekolah, baik itu di sekolah Katolik maupun sekolah negeri
pendidikan agama Katolik mempunyai kesulitan atau tantangan yang berbeda-
beda. Jam pelajaran pendidikan agama Katolik baik itu di sekolah negeri maupun
swasta Katolik sekitar 2-3 jam selama satu minggu. Tapi ada perbedaan seperti
jumlah murid yang mengikuti pelajaran agama Katolik. Di sekolah negeri jumlah
murid yang beragama Katolik lebih sedikit jadi ketika pelajaran agama Katolik
murid yang hadir kurang, bahkan tidak jarang ada yang digabung dengan kelas
lain. Di sekolah swasta Katolik yang mayoritas muridnya beragama Katolik tidak
kesulitan untuk mengajar pelajaran agama katolik, dan biasanya murid yang
beragama lain ikut menyesuaikan dan sambil menambah pengetahuan mereka
akan agama Katolik dan mampu menghargai temannya.
Dalam pelajaran agama Katolik itu sendiri, guru-guru agama ketika
mengajar kurang menghayati perannya sebagai guru agama. Lukas Mandagi
(1984:19) mengatakan “jumlah guru awam yang terjun dalam karya pendidikan
banyak, namun mereka memandang karya pendidikan sebagai partisipasi dalam
tugas Kristus demi mewartakan karya keselamatan kepada semua orang”. Guru
agama ketika mengajar di depan kelas bukan hanya memberikan hal yang baru
kepada siswa, melainkan perkataan dari Yesus sendiri yaitu sang Guru sejati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Tidak hanya berpaku pada buku saja melainkan membuka cakrawala siswa agar
semakin mendalami dan mencintai imannya akan Yesus sendiri. Jika dilihat dari
siswanya ketika mengikuti pelajaran agama, dari pengalaman beberapa siswa
mengungkapkan jika pelajaran agama kurang menarik, dan siswa mementingkan
pelajaran yang lain. Tidak dipungkiri jika siswa mengatakan demikian karena
pelajaran agama yang kurang menarik, baik itu pembawaan dari guru atau
materinya.
Dengan keprihatinan dan tantangan yang dihadapi, pendidikan agama
Katolik menjadi kurang berdampak bagi kehidupan siswa. Mereka hanya
mengikuti pelajaran agama saja di sekolah setelah itu kurang diperhatikan.
Kehidupan sehari-hari siswa di rumah menjadi kurang terbantu oleh pelajaran
agama Katolik. Sikap-sikap siswa juga perlu diperhatikan misalnya masih ada
siswa yang suka melakukan bullying, mencontek ketika ulangan maupun sikap-
sikap lain yang tidak mencerminkan seorang murid Katolik.
Prodi IPPAK berperan dalam mempersiapkan generasi penerus dalam
bidang keagamaan, dan selama ini sudah mampu menyumbangkan tenaga
pendidik, khususnya guru agama Katolik. Selain menjawab banyak keprihatinan
yang ada, prodi IPPAK juga memberi inovasi baik itu dalam bentuk pemikiran
maupun tenaga. Selain katekis yang berperan penting di paroki, ada guru agama
yang mempunyai peranan yang penting juga di sekolah. Mahasiswa-mahasiswi
IPPAK sebagai calon guru agama Katolik ditempa dan benar-benar dipersiapkan
untuk menjadi guru agama yang berspiritualitas. Mahasiswa-mahasiswi IPPAK
datang dari berbagai macam kalangan, baik itu awam maupun kaum religius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
(biarawan/biarawati) yang mempunyai motivasi untuk belajar mengembangkan
diri. Para mahasiswa IPPAK belajar mengembangkan diri melalui kegiatan yang
ada di kampus baik itu terjadwal dalam mata kuliah maupun di luar mata kuliah,
misalnya belajar untuk berorganisasi.
Melalui segala hal yang prodi IPPAK berikan para mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagaimana
mengembangkan diri menjadi pribadi yang utuh. Utuh yang dimaksud adalah
berkembang dalam 3 hal yaitu head, heart, dan hands. Kegiatan-kegiatan di
kampus IPPAK sangat mendukung bagi perkembangan diri pribadi mahasiswa
baik itu dari mata kuliahnya sendiri maupun kegiatan di luar mata kuliah.
Panggilan hati mahasiswa-mahasiswi IPPAK semakin dipupuk dan dibaharui
dengan harapan mereka menjadi seorang guru yang tangguh dan mempunyai iman
yang matang.
Mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD adalah kaum muda gereja baik itu
awam dan juga kaum religiusnya yang mempunyai motivasi dalam dirinya
masing-masing. Maka itu prodi IPPAK-USD dalam perkuliahannya
mempersiapkan mahasiswa-mahasiswi untuk menjadi seorang guru agama
Katolik. Dalam perkuliahan ada beberapa mata kuliah yang mendukung dalam
pelaksanaan PPL PAK PD dan PPL PAK PM, seperti pembinaan Spiritualitas dan
persiapan PPL sekolah. Mata kuliah Pembinaan Spiritualitas sangat berguna bagi
mahasiswa-mahasiswi IPPAK karena dari mata kuliah ini mahasiswa-mahasiswi
semakin dibentuk dan dipersiapkan agar menjadi sosok guru yang mempunyai
spiritualitas Kristiani yang kokoh. Guru agama Katolik perlu mempunyai identitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
akan dirinya yang sebagai guru agama Katolik. Mintara (2009:14-21)
mengemukakan tentang identitas guru Kristiani seperti sikap berani merendahkan
diri, melayani secara tulus, dan memberi teladan, selain itu mempunyai kepekaan
untuk melihat konteks dan situasi batin muridnya. Keutamaan yang mendasar
adalah memasukkan pribadi para muridnya ke dalam jantung hatinya, dan dibawa
kedalam doanya.
Prodi IPPAK telah menyelenggarakan pendidikan untuk calon-calon guru
agama Katolik yang siap diutus. Prodi meyakini untuk membina/mendidik calon
guru agama Katolik masih mempunyai banyak peluang yang besar. Selain itu
mahasiswa-mahasiswi IPPAK tiap tahun akademis juga mengalami pertumbuhan
yang baik, mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang bersatu dalam
motivasi menjadi pendidik yang berilmu dan bijaksana (Pradnyawidya).
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa spiritualitas Kristiani perlu
dikembangkan dalam diri mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD yang akan menjadi
guru agama Katolik. Spiritualitas Kristiani perlu dikembangkan agar membantu
mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD menjadi sosok guru yang profesional serta
berspiritualitas. Dalam rangka itu penulis terdorong menulis tugas akhir dengan
judul: UPAYA PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KRISTIANI
MAHASISWA-MAHASISWI IPPAK-USD SEBAGAI CALON GURU
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK YANG PROFESIONAL DAN
BERSPIRITUAL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
B. RUMUSAN MASALAH
1. Sosok guru agama Katolik seperti apa yang profesional dan berspiritualitas
Kristiani?
2. Sejauh mana mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD telah menginternalisasi
spiritualitas Kristiani di dalam masa studinya?
3. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk mengembangkan spiritualitas Kristiani
oleh mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD sebagai calon guru agama Katolik?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Menemukan sosok guru agama Katolik yang profesional sekaligus
berspiritualitas.
2. Mengetahui tingkat penghayatan spiritualitas Kristiani mahasiswa-mahasiswi
IPPAK-USD.
3. Menemukan bentuk-bentuk usaha untuk mengembangkan spiritualitas
Kristiani mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD sebagai calon guru agama
Katolik yang profesional dan berspiritual.
D. MANFAAT PENULISAN
Penulisan skripsi ini diharapkan akan memberikan pengetahuan dan juga
wawasan tentang pengembangan spiritualitas Kristiani bagi mahasiswa-mahasiswi
IPPAK-USD sebagai calon guru agama Katolik. Adapun harapan tersebut antara
lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1. Bagi calon guru agama Katolik dapat menambah wawasan dan juga semakin
mendalami tentang spiritualitas Kristiani.
2. Bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD dapat semakin menyadari sebagai
calon guru agama katolik bagaimana pentingnya spiritualitas Kristiani itu
dikembangkan dalam dirinya untuk menjadi pribadi yang utuh.
3. Bagi penulis sendiri, dengan menulis skripsi ini dapat membuka wawasan dan
juga semakin mendalami spiritualitas Kristiani sebagai semangat untuk
menjadi seorang guru agama Katolik.
E. METODE PENULISAN
Adapun metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif
analisis. Deskriptif analisis adalah metode dengan penggambaran secara nyata
keadaan mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD sebagai calon guru agama Katolik.
Dalam metode ini penulis akan menggunakan kuesioner (instrumen penelitian)
untuk memperoleh data dan wawancara. Data ini sebagai penguat untuk deskripsi
yang penulis gunakan selain itu penulis juga menggunakan metode studi pustaka.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi yang berjudul “UPAYA PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS
KRISTIANI MAHASISWA-MAHASISWI IPPAK-USD SEBAGAI CALON
GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK YANG PROFESIONAL DAN
BERSPIRITUAL” ini, secara umum akan memuat pokok-pokok sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Bab I berisi latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II berisi uraian tentang Sosok Guru Agama Yang Berspiritualitas Kristiani.
Uraian bab II ini terbagi menjadi beberapa pokok yaitu, pengertian spiritualitas
Kristiani, spiritualitas guru Kristiani, guru agama, guru agama Katolik, dan sosok
guru agama Katolik yang berspiritualitas Kristiani.
Bab III berisi uraian mengenai gambaran situasi spiritualitas Kristiani mahasiswa-
mahasiswi IPPAK-USD yang terbagi dalam dua pokok pembahasan yaitu;
gambaran umum prodi IPPAK-USD, penelitian tentang pembinaan spiritualitas
Kristiani mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD, dan hasil penelitian tentang
spiritualitas Kristiani mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD.
Bab IV berisi program kegiatan serial rekoleksi untuk mengembangkan
spiritualitas Kristiani bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD sebagai calon guru
pendidikan agama Katolik. Bab ini menguraikan latar belakang program, tema
dan tujuan program, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan program, dan
contoh pelaksanaan program.
Bab V berisi penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
SOSOK GURU AGAMA YANG PROFESIONAL DAN
BERSPIRITUALITAS KRISTIANI
Pada bab II ini, penulis akan memaparkan tentang Sosok Guru Agama yang
mempunyai spiritualitas Kristiani. Penulis akan menyoroti tentang spiritualitas
Kristiani seorang guru agama Katolik di sekolah dan akan memberikan
sumbangan pemikiran dari berbagai sumber bagaimana sosok guru agama Katolik
yang berspiritualitas.
Dalam bab II ini, penulis membahas tentang sosok guru agama Katolik yang
berspiritualitas Kristiani. Bab II ini merupakan kajian pustaka, maka penulis
membagi bab dalam dua bagian yaitu sosok guru secara umum dan kemudian
sosok guru yang berspiritualitas Kristiani.
A. Sosok Guru Yang Profesional
1. Guru Yang Profesional
Guru dalam pepatah Jawa adalah sosok manusia yang harus dapat digugu
dan ditiru. Digugu artinya segala ucapannya harus dapat dipercaya, sedangkan
ditiru artinya segala tingkah lakunya harus dapat diteladani oleh murid-murid.
Selain memberi teladan yang baik, guru juga berperan penting untuk membimbing
murid-murid (Winkel, 2005: 221).
UU Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1,
menyatakan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dalam undang-undang ini dapat dilihat bahwa guru adalah pendidik
profesional. Guru yang profesional yang dimaksud seorang guru mampu
menguasai empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian,
dan profesional. Tugas utama seorang guru adalah sebagai pendidik profesional
dimanapun guru itu mengajar baik pada pendidikan dasar ataupun menengah.
Tugas guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan
juga menilai peserta didik. Sedangkan PP No. 38/1992, bab 1, pasal 1, ayat 1
menjelaskan bahwa tenaga kependidikan adalah warga masyarakat yang
mengabdikan diri secara langsung dalam penyelenggaraan lembaga kependidikan
tertentu (Samana, 1994:11).
Surat Edaran Mendikbud dan Kepala BAKN No. 57686/MPK/1989
mendefinisikan guru ialah pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi tugas,
wewenang, dan tanggungjawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan
pendidikan di sekolah, termasuk hak yang melekat dalam jabatan. Suparlan (2006:
9) mengartikan guru sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual,
emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya.
UU Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal
2 ayat 1 menjelaskan: “Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional
pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan”. Dengan kedudukan yang dipunyai oleh guru tersebut maka
guru mempunyai fungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai
agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Selain itu dalam UU ini pada pasal 8 menjelaskan tentang “Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.
Uzer Usman (1991: 4) menyatakan bahwa ada tiga jenis tugas guru yaitu
tugas dalam bidang profesi, tugas bidang kemanusiaan, dan tugas dalam bidang
kemasyarakatan. Dalam bidang profesi, bagaimana guru dapat mengajar dan
mendidik siswa dan memberikan pengajaran yang baru. Dalam bidang
kemanusiaan, bagaimana guru dapat menjadi orang tua asuh siswa selama di
sekolah. Dalam bidang masyarakat, guru mendapat posisi yang baik karena
mengajarkan tentang pengetahuan baru kepada orang lain.
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, terdapat komponen-komponen
yang saling berinteraksi antara lain guru, isi atau materi pelajaraan, dan siswa.
Interaksi antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasarana, seperti
metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajar sehingga tercipta situasi
belajar mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya. Suparlan (2006: 10) mengatakan “Guru adalah seseorang yang
memiliki tugas sebagai fasilitator agar siswa dapat belajar dan atau
mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal, melalui
lembaga pendidikan sekolah”. Dapat disimpulkan bahwa guru yang memegang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
peranan sentral dalam proses belajar mengajar menjalankan tiga tugas utama,
yaitu merencanakan, melaksanakan pengajaran, dan memberikan balikan
(Muhammad Ali, 1987: 4-6). Memberikan balikan artinya memberi tanggapan
atas respon siswa atau pertanyaan dari para siswa ketika di kelas.
Proses belajar dan mengajar masa kini berbeda dengan pembelajaran yang
lalu. Perbedaannya terletak pada peserta didik yang kini menjadi pusat
pembelajaran, bukan hanya gurunya. Dalam pengemasan proses pembelajarannya
pun berbeda, guru tidak hanya berbicara di depan kelas melainkan harus
menciptakan pembelajaran yang aktif dan interaktif dan dikemas dalam
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif. SCL (Student Centered Learning) adalah
proses pembelajaran yang terletak pada peserta didik, dimana mereka dapat
memperoleh fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya, sehingga mereka
akan memperoleh pemahaman yang mendalam, dan pada akhimya dapat
meningkatkan mutu kualitas peserta didik.
2. Empat Kompetensi Guru Profesional
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan mereka. Pasal 28 ayat 3 Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan secara tegas
dinyatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen
pembelajaran. Keempat kompetensi itu adalah kompetensi pedagogik, kompetensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Untuk menjadi guru
yang profesional harus memiliki empat kompetensi ini antara lain:
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru untuk memahami siswa,
bagaimana merancang dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil
belajar siswa serta mampu untuk mengembangkan siswa itu sendiri. Dalam
kompetensi pedagogik ini bagaimana guru mampu untuk mengelola pembelajaran
mulai dari awal sampai akhir, selain itu guru juga membantu siswa untuk
mengembangkan pada ranah kognitif (pengetahuan) dengan kata lain guru mampu
mengelola pembelajaran di kelas.
b. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan guru menguasai kurikulum
materi pembelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan bidang
keilmuannya. Selain itu bagaimana guru juga mampu mempersiapkan administrasi
pembelajarannya. Guru juga mampu untuk menunjukkan sisi kreatifitasnya dalam
mengemas materi agar menarik minat belajar siswa, selain itu mampu
menggunakan media pembelajaran yang sesuai agar motivasi belajar siswa itu
meningkat. Dengan berkembangnya zaman maka guru juga mengikuti
perkembangan ilmu pendidikan terkini yang selalu dinamis. Tugas guru bukan
semata memberikan materi pelajaran kepada siswa saja melainkan bagaimana
membentuk karakter siswa itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
c. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi yang berifat personal dari
seorang guru. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan
memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun lingkungan
sekitarnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati
nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (dicontoh sikap dan perilakunya).
Kemampuan kepribadian seorang guru juga mencerminkan kehidupannya
baik itu dilihat dari faktor fisik maupun psikisnya setiap perkataan, tindakan, dan
tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang.
Samana (1994:54) mengatakan bahwa kompetensi kepribadian merupakan modal
dasar bagi seorang guru dalam menjalankan tugas keguruannya. Selain itu guru
juga mampu menjadi seorang pemimpin baik itu di dalam lingkup sekolah
maupun di luar sekolah, dengan tujuan menciptakan suasana belajar yang
kondusif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dengan kompetensi
kepribadian ini guru dapat menjadi teladan dan panutan bagi para siswanya.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial seorang guru dapat dilihat dari cara berkomunikasi dan
bergaul secara efektif baik dengan orang tua, sesama guru, maupun dengan siswa
itu sendiri. Selain itu guru tidak boleh mempunyai sikap eksklusif melainkan
inklusif dan tidak mendiskriminasi siswa. Kompetensi sosial juga bagaimana guru
mempunyai cara berkomunikasi yang baik terlebih santun serta mampu
memberikan interaksi yang baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
masyarakat. Samana (1994:54) mengatakan bahwa kompetensi sosial merupakan
salah satu modal dasar bagi seorang guru dalam menjalankan tugas keguruannya.
B. Guru Yang Berspiritualitas Kristiani
1. Guru Kristiani
Guru Kristiani adalah seorang awam atau seorang religius (biarawan,
biarawati dan klerus), baik itu beragama Protestan atau Katolik yang mempunyai
profesi sebagai pengajar di sekolah. Guru Kristiani juga mengajar baik itu di
pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Dalam pelayanannya sebagai
pengajar, guru Kristiani haruslah mampu untuk memberikan kesaksian imannya
dan pelayanannya itu sebagai tugas sosial Gereja. Sebagai pengajar, guru Kristiani
juga haruslah mampu bertindak sebagai pemimpin tapi bukan pemimpin dalam
arti harafiah, melainkan mampu memiliki kedalaman hidup dan memberikan
teladan yang baik bagi orang di sekitarnya. Mintara (2009: 5) mengatakan bahwa
“Seorang pemimpin mesti memiliki kedalaman hidup. Ia mesti seorang pribadi
yang mengakar kuat. Ia tidak mudah bengkok dan ia tahan uji.”
Guru Kristiani berpusat pada Yesus Kristus, Sang Guru Sejati. Selain itu
juga, dalam mengajar pastilah berisi tentang Kristus sendiri dan ajaran-Nya, dan
bagaimana mewujudkannya pada masa sekarang. Pada saat pelayanan-Nya, Yesus
mengajar orang banyak yang mengikuti-Nya dan mendengarkan ajaran-Nya. Pada
masa sekarang, tugas mengajar itu sudah dilanjutkan oleh guru-guru Kristiani,
yang harus mampu menjalankan tugas seperti Yesus. Dalam proses pembelajaran,
guru Kristiani juga harus mempunyai semangat Kristiani, misalnya seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kebenaran, kesetiaan dan kasih. Misalnya untuk nilai kebenaran, guru Kristiani
mengajarkan tentang kebenaran pada murid-murid. Dalam mengajar, guru
Kristiani tidak hanya mengajarkan tentang kebenaran-kebenaran tapi juga
bagaimana dapat berkomunikasi dengan Allah itu sendiri (bdk CT art 7).
Berkomunikasi dengan Allah yang dimaksudkan adalah bagaimana guru mampu
menunjukkan bahwa dirinya memberikan teladan misalnya ketika berdoa secara
pribadi.
Guru Katolik mencerminkan orang Kristiani yang mengabdikan diri pada
kehidupan orang banyak, terutama dalam tugas menjadi seorang pendidik di
sekolah. Guru Kristiani bertugas mendidik para murid melalui pelajaran agama
Katolik di sekolah. Melalui tugasnya yaitu mendidik guru dapat membuat orang
banyak terbantu terutama dalam hal pendidikan. Sebagai orang Kristiani, tugas
menjadi seorang guru merupakan suatu panggilan hati, karena dengan melayani
dengan sepenuh hati maka guru itu dapat menghayati tugas yang diembannya.
Panggilan hati yang dimaksud adalah bagaimana guru itu menghayati bahwa
menjadi gurulah panggilan hidupnya. Guru merupakan tugas yang mulia dan
menjadi perpanjangan tangan Tuhan dalam melayani sesama. Menjadi guru
Kristiani merupakan sebuah pelayanan terutama pelayanan akan iman jadi bukan
hanya sekedar pekerjaan.
2. Guru Agama Katolik
Guru agama Katolik adalah seorang awam Katolik atau religius (biarawan
atau biarawati) yang menjadi pendidik atau guru agama Katolik di sekolah. Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
agama Katolik mengajar pelajaran agama Katolik di sekolah baik di tingkat
sekolah dasar atau menengah.
Guru agama Katolik mempunyai iman yang dewasa agar mampu
melaksanakan tugas untuk membantu, mempermudah dan memperlancar
pengakuan iman murid-muridnya sebagai orang beriman. Guru agama Katolik
dapat disebut sebagai pendidik iman, saksi iman, dan membantu dalam
perkembangan iman murid-muridnya.
Sebagai pendidik iman, guru agama Katolik mewartakan Kabar Gembira
Kerajaan Allah dalam proses belajar mengajarnya. Hal tersebut mempunyai tujuan
agar para murid terbantu untuk semakin mengenal dan menghayati imannya akan
Kristus. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik iman dalam melaksanakan
pelayanannya harus memperhatikan kehidupan konkret para murid (Setyakarjana,
1997:4).
Selain sebagai pendidik iman, guru agama Katolik juga sebagai saksi
iman. Maksudnya adalah mempunyai identitas sendiri atau khas dalam
melaksanakan tugasnya yang belum tentu dimiliki oleh guru lain. Identitas
tersebut dapat terlihat dalam mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah dalam
setiap proses pembelajarannya. Tindakan nyata dapat dilihat sebagai perwujudan
dari kesaksian iman, misalnya pembawaan diri yang tenang dan matang, disiplin
diri, memperjuangkan keadilan dan memperhatikan siswa yang kesulitan. Jadi,
guru agama Katolik dalam mengajar tidak hanya melalui kata-kata saja,
melainkan melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari serta memberikan
teladan yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Peranan guru agama Katolik di sekolah ketika mengajar di kelas sama
dengan guru-guru mata pelajaran yang lain seperti matematika, IPS, ataupun mata
pelajaran yang lain. Tapi dalam hal mendidik, guru agama Katolik lebih spesifik
dan lebih mendalam, karena guru agama Katolik lebih memperhatikan
perkembangan iman siswa siswinya. Dalam mata pelajaran PAK lebih ditekankan
pada pemahaman murid-murid bukan hafalan semata serta tidak lepas dari tugas
utamanya guru agama Katolik adalah membantu memperkembangkan iman
murid-muridnya. Proses dalam PAK direncanakan dan diorganisir serta
dipertanggungajawabkan demi perubahan anak didik, sehingga dapat
memperkembangkan hidup beriman para siswa (Winkel, 1989: 20).
Hutabarat dalam Lokakarya Malino (1981: 18) menyatakan bahwa PAK
merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah, agar siswa mampu
menggumuli hidup dari segi pandangan-pandangan Katolik, dan dengan demikian
mudah-mudahan siswa berkembang terus menerus menjadi manusia paripurna
(manusia beriman). Lokakarya Malino (1981: 20) menyatakan bahwa guru agama
Katolik merupakan pengantar proses belajar dan memiliki persiapan yang
sungguh-sungguh. Guru agama Katolik di sekolah merupakan pembina iman yang
harus memiliki pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman iman, yang bertugas
tidak hanya mengajar melainkan mampu menciptakan situasi yang nyaman bagi
siswa untuk dapat belajar dan mendapatkan hasil yang baik.
Guru agama Katolik di sekolah merupakan pendidik iman dan juga sebagai
pewarta di sekolah. Sekolah merupakan salah satu tempat untuk mewartakan Injil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kepada remaja (murid-murid), dan sekolah juga merupakan tempat bertemu dan
berinteraksi satu sama lain. Dalam hal ini Papo (1990: 15-16) mengatakan:
Makna lingkup sekolah ialah tingkat lembaga pendidikan dengan
kurikulumnya, ditunjang dengan struktur peluang kecerahan masa depan
beserta kondisi sekolah dan kondisi lingkungan hidup anak, dengan
wawasan yang berorientasi kepada hidup dan mau terlibat dalam
masyarakat.
Dari penjelasan ini dapat dikatakan bahwa lingkup sekolah merupakan
tempat yang baik asalkan kondisi lingkungan sekolah mendukung untuk
mendidik, terutama dalam mendidik iman para muridnya. Sama dengan Yesus
sendiri yang begitu gigih dalam mengajar orang-orang banyak pada waktu itu.
Apa yang diwartakan oleh Yesus? Yang diwartakan Yesus adalah Kerajaan Allah
(EN art. 8). Begitu pula guru agama di sekolah, bertugas mewartakan Yesus dan
juga Kerajaan Allah yang secara sederhana dapat dilihat melalui kehidupan
sehari-hari di sekolah. Mewartakan Injil merupakan tugas khas bagi Gereja seperti
pengajaran, pelayanan, dan kesaksian. Gereja ada untuk mewartakan Injil melalui
kotbah dan mengajar, selain itu memberikan pelayanan (EN art. 14). Dalam
mengajar di kelas, guru agama Katolik perlulah memperhatikan pembawaan
dirinya dan juga menciptakan relasi yang komunikatif serta dialog yang aktif
dengan para siswa. Penampilan yang baik akan mencerminkan penghayatan diri
sebagai guru agama Katolik.
Pendidikan iman tidak lepas dari tugas guru agama Katolik di sekolah,
yaitu mendidik iman siswa agar semakin mendalam dan mampu menghayati
imannya. Papo (1990: 17) mengatakan bahwa “Hidup beriman berarti hidup
Kristen bersama dan dalam Yesus Kristus, yang berlaku untuk seluruh hidup”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Dengan kata lain beriman akan Yesus Kristus berarti juga mau bersatu dengan-
Nya dan menyerahkan hidup bersama dengan Dia. Mengajar adalah tugas utama
guru agama, sama dengan Yesus pada waktu itu mengajar orang-orang banyak
(Mat 4:23; Mrk 13:13).
Pendidikan iman itu haruslah menyentuh dan memperhatikan kehidupan
konkret para siswa yang juga harus bersifat holistik. Bersifat holistik artinya,
sesuai dengan kepentingan siswa, tujuan PAK di sekolah harus mencakup segi
kognitif, afeksi, dan praksis (Heryatno, 2008: 23). Ketiga unsur ini adalah satu
kesatuan, tidak dapat dipisahkan karena saling berhubungan, karena dengan ketiga
unsur ini dapat mencerminkan orang Kristiani yang setia menghayati imannya.
Usaha pendidikan iman di sekolah itu untuk membantu orang semakin tumbuh
dan berkembang dalam kehidupan iman dan menjadi serupa dengan Kristus (2
Kor, 3:18).
Values FKIP Universitas Sanata Dharma menekankan beberapa sikap yang
harus dipunyai oleh guru, yaitu profesionalitas, kecintaan dan kreativitas kepada
nara didik, dan mempunyai sikap murah hati. Ketiga sikap inilah yang harus
benar-benar diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Begitu juga
terhadap mahasiswa-mahasiswi IPPAK sebagai calong guru agama Katolik.
Profesionalitas yang dimaksud adalah bagaimana kemampuan guru
mengikuti perkembangan ilmu terkini, dengan cara terus belajar dan
mengembangkan diri. Selain itu guru juga mampu menguasai bahan atau materi
pembelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan substansi keilmuannya
masing-masing. Guru mampu melihat siswa sebagai subyek bukan obyek,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
sehingga para siswa dapat benar-benar dapat diperhatikan oleh guru. Kreativitas
seorang guru juga diperlukan dalam pembelajaran, agar timbul niat dan minat para
siswa untuk mengikuti pembelajaran.
Guru agama Katolik di sekolah perlu memperhatikan 4 kompetensi yang
wajib dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial. Kompetensi pedagogik yaitu dimana guru agama Katolik
mempunyai kemampuan untuk memahami karakteristik yang dimiliki oleh para
siswa melalui berbagai cara. Cara tersebut adalah bagaimana merancang
pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran PAK sekaligus melakukan
evaluasi.
Kompetensi yang kedua adalah kompetensi kepribadian. Kepribadian guru
agama Katolik mempunyai kekhasan, dewasa, bijaksana, arif serta mempunyai
akhlak yang mulia sehingga guru agama Katolik dapat menjadi teladan bagi para
siswanya.
Kompetensi yang ketiga adalah kompetensi profesional, yaitu guru mampu
menguasai materi pembelajaran khususnya materi dalam PAK. Materi PAK
mencakup 4 dimensi, yaitu dimensi pribadi siswa, termasuk relasi dengan sesama
dan lingkungannya. Yang kedua adalah dimensi pribadi Yesus Kristus, kekhasan
iman Kristiani diwarnai oleh pribadi Yesus Kristus. Ketiga adalah dimensi Gereja,
yang dipahami sebagai persekutuan murid-murid Yesus yang siap melanjutkan
karya Yesus. Dimana ajaran dan Iman Gereja berkembang di dalamnya. Dimensi
terakhir adalah dimensi kemasyarakatan, yaitu Kristus dan Gereja-Nya ada bukan
untuk diri-Nya sendiri, tetapi hadir untuk dunia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Kompetensi sosial perlu dimiliki oleh guru agama Katolik, karena untuk
melakukan proses pembelajaran harus dapat berkomunikasi dengan baik.
Komunikasi tidak hanya melulu kepada siswa, melainkan kepada teman sekerja
maupun dengan orang tua murid.
3. Spiritualitas Kristiani
Kata spiritualitas dalam konteks keagamaan dimengerti sebagai hubungan
antara manusia dengan Allah. Spiritualitas berasal dari kata spirit yang memiliki
dua arti, yang pertama adalah sukma, jiwa, roh: yang kedua berarti semangat.
Manusia mempunyai hubungan dengan Allah dimana dengan mempunyai
spiritualitas atau semangat itu manusia mampu melakukan kegiatannya. Heuken
(2002: 11) mengatakan bahwa “spiritualitas itu menandakan hubungan
„kerohanian‟ antara orang perorangan dengan Allah”.
Heryatno (2008: 89) mengatakan bahwa “spiritualitas diletakkan di dalam
konteks transendensi hidup manusia yang memberi makna dan yang sekaligus
mengarahkan serta menyatukan seluruh kegiatan hidupnya”. Dari sini dapat
dilihat bahwa hubungan dengan Allah adalah puncak hidup manusia, bagaimana
manusia menyerahkan dan mengarahkan hidupnya pada rahmat Allah.
Spiritualitas yang bersumber pada Yesus Kristus inilah yang disebut spiritualitas
Kristiani.
Spiritualitas berhubungan dengan iman seseorang, dimana manusia
beriman akan Yang Ilahi. Manusia berhubungan dengan Allah dan manusia
menjawab atau menanggapi rahmat Tuhan dengan iman. Pidyarto (1993: 59)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mengatakan bahwa “Iman adalah kepercayaan manusia kepada Allah, penyerahan
diri kepada-Nya sebagai jawaban manusia kepada panggilan Allah”. Dapat dilihat
bahwa dengan iman itu, manusia mampu berhubungan dengan Allah, dan juga
dapat menemukan rahmat atau berkat yang diberikan oleh Allah.
Dengan iman itu juga, manusia mampu mengamalkan kebaikan bagi
orang-orang di lingkungannya, asalkan manusia itu mampu juga untuk
menghayati imannya itu dengan sepenuh hati. Iman bukan sikap batin yang
melarikan diri ke dalam dunia khayal. Iman adalah kesadaran bahwa hidup tidak
sendirian melainkan bersatu padu dengan semua orang lain yang telah memilih
Kristus menjadi pegangan hidupnya. Percaya berarti mengakui bahwa hidupnya
sudah mempunyai arti akan Kristus yang bersatu dengan Allah (Jacobs, 1985: 91-
92).
Spiritualitas Kristiani dipahami juga sebagai Spiritualitas yang berpusat
pada Kristus. Sebagai umat Kristiani, kita percaya bahwa Tuhan telah menyatakan
diri-Nya di dalam diri Yesus Kristus PuteraNya oleh kuasa Roh Kudus-Nya. Oleh
karena itu, spiritualitas Kristen bersumber pada Allah Tritunggal Maha Kudus,
sedangkan yang menjadi pusat adalah Kristus sendiri. Sifat Kristosentris itu bukan
untuk menyampaikan ajaran guru sendiri, melainkan ajaran Yesus Kristus, yaitu
kebenaran yang tidak lain Diri-Nya sendiri (CT art 6). Dengan spiritualitas itu
manusia mampu untuk menghayati imannya itu dan mampu
mempertanggungjawabkan imannya. Papo (1990: 17) mengatakan “Hidup
beriman berarti hidup seorang Kristen bersama dan dalam Yesus Kristus, yang
berlaku untuk seluruh hidup”. Maksudnya adalah hidup seorang Kristiani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
mengimani Yesus Kristus selain itu dalam segala tindakannya, juga
memperhatikan orang yang mengimani Yesus.
4. Sosok Guru Agama Yang Berspiritualitas Kristiani
Pada sub bab ini penulis akan membahas sosok guru agama yang
berspiritualitas Kristiani. Sub bab sebelumnya telah menguraikan tentang guru,
guru agama Katolik serta spiritualitas Kristiani. Selain menjadi pendidik iman di
sekolah yang mengimani Kristus, guru agama Katolik juga haruslah mempunyai
spiritualitas Kristiani yang mendalam.
Guru agama Katolik juga dapat berkarya di tengah masyarakat, yaitu
sebagai pewarta dan saksi Kristus. Khususnya dalam bidang pendidikan di
sekolah, yakni mewartakan Kerajaan Allah melalui pengajaran di sekolah.
Sebagai orang Kristiani, guru agama Katolik mempercayakan dan menyerahkan
hidupnya pada penyelenggaraan Allah. Selain itu guru agama Katolik juga belajar
dari Sang Guru sejati yaitu Yesus Kristus sendiri. Dalam kehidupan-Nya, Yesus
selalu menyerahkan seluruh hidup-Nya pada penyelenggaraan Bapa, berpegang
teguh pada kehendak Bapa-Nya. Demikian juga dengan guru agama Katolik,
perlulah menyerahkan hidup dan selalu berpegang pada ajaran kasih Yesus dan
mengasihi Bapa. Hidup bersatu dengan Bapa dan Yesus menjadi tujuan orang
kristiani dan juga tinggal di dalam Dia. Spiritualitas Yesus sendiri menjadi sebuah
spiritualitas guru Kristiani. Mintara (2014: 22) mengatakan:
Sebagai orang Kristiani, menjadi guru bukan sekadar profesi, melainkan
sungguh merupakan panggilan Tuhan sendiri. Panggilan menjadi guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
adalah panggilan hati. Panggilan menjadi guru adalah panggilan dari
Sang Guru Sejati.
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa menjadi seorang pengajar bukan
semata-mata sebagai sebuah profesi, karena dibutuhkan passion atau hasrat
didalamnya serta sebuah panggilan dan skill. Seorang pengajar harus mencintai
pekerjaan mengajar, bahan yang diajar dan siapa yang diajar. Tiga elemen ini
harus bersinergi untuk menghasilkan seorang pengajar dan murid yang
berkualitas.
Spiritualitas Kristiani mempunyai wujud yang khas yaitu pelayanan tanpa
mengharapkan balas jasa. Mengapa pelayanan? Karena dengan pelayanan itu,
guru agama Katolik juga ikut menghayati pelayanan Yesus sendiri. Pelayanan
sepenuh hati Yesus kepada bangsa-Nya pada waktu itu dapat menjadi contoh yang
baik bagi guru agama Katolik yaitu melayani dengan sepenuh hati. Mintara (2010:
36) mengatakan bahwa “Memberikan diri sepenuh hati dan menyelami hati anak-
anak kita kiranya merupakan modal utama untuk memahami mereka secara utuh”.
Sebagai simbol dari pelayanan itu kita harus menjadi terang dan garam dunia.
Mintara (2010: 73) mengatakan “Menjadi garam dan terang dunia berarti menjadi
model dan contoh pelaku keutamaan Kristiani”.
Guru juga haruslah mempunyai sikap pelayanan dengan tulus dan juga
memberikan teladan yang baik bagi murid-muridnya. Melayani dengan rendah
hati dan tulus menjadikan seorang guru dicintai oleh murid-muridnya, selain
memberikan teladan yang baik, guru juga mengajarkan keutamaan dan pelajaran
hidup bagi murid-muridnya (Yoh 13:1-20). Dapat dilihat disini, bahwa Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
mengajarkan praktek secara langsung memberikan teladan dan pelayanan kepada
orang-orang disekitarnya. Mau belajar terus menerus merupakan tugas dari guru,
Profesi guru adalah sebuah panggilan hidup, jika tidak mempunyai
panggilan sebagai seorang guru mungkin ada kesulitan ketika menjalaninya. Guru
juga mampu menghayati sikap-sikap yang mencerminkan seorang guru Kristiani.
Heryatno (2008: 91) mengatakan “…..panggilan-Nya kita tanggapi antara lain
dengan meneguhkan, mengasihi, menyemangati, memperhatikan, mendampingi,
dan membantu peserta didik yang dipercayakan kepada pengabdian kita.” Dari
sini kita dapat melihat bahwa guru agama Katolik haruslah mempunyai
spiritualitas dan juga integritas sehingga mampu mewujudkan pelayanannya
dengan sepenuh hati. Mengapa sepenuh hati, karena dengan sepenuh hati itu
seorang guru dapat menanggapi peserta didik (siswa) dengan baik pula atau
memandang baik peserta didik (siswa). Mintara (2010: 88) mengatakan “Yang
paling penting dibutuhkan dalam mengajar bukanlah kata-kata, melainkan teladan
hidup. Yang dibutuhkan adalah integritas dan jati diri Anda sebagai pribadi yang
berprofesi guru”.
Selain itu guru juga menjadi pemimpin, bukan pemimpin dalam arti
harafiah tetapi berani menjadi pemimpin bagi dirinya dan juga bagi peserta
didiknya. Mintara (2009: 5) mengatakan bahwa “Seorang pemimpin mesti
memiliki kedalaman hidup. Ia mesti seorang pribadi yang mengakar kuat. Ia tidak
mudah bengkok dan tahan uji. Seorang pemimpin mesti siap sedia menjalankan
tugas.” Dapat dilihat bahwa, guru agama Katolik haruslah mempunyai kedalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
hidup. Maksudnya adalah menghayati jalan panggilannya sebagai guru agama,
dan tidak meninggalkan hidup doa dan pelayanannya.
Kedalaman hidup dapat diartikan juga mampu melihat kembali atau
berefleksi baik dirinya, kegiatannya, dan juga pelayanannya kepada para siswa.
Doa dan pelayanan dapat menjadikan semangat dalam panggilan sebagai guru.
Mempunyai pendirian yang kuat dan tidak mudah terpengaruh apalagi pengaruh
yang jelek, serta siap menjalankan tugasnya, guru agama Katolik perlulah
mempunyai sikap siap sedia. Apabila ditunjuk atau ditugaskan dimanapun, guru
agama Katolik siap sedia untuk menanggapi panggilannya sebagai guru.
Kepekaan menjadi sikap yang mesti dimiliki oleh guru agama Katolik
yaitu bagaimana dapat melihat keadaan konkret yang dialami oleh siswa.
Misalnya ketika ada siswa yang lesu ketika mengikuti pelajaran agama, guru
mendatangi dan bertanya ada masalah apa. Ketika Yesus memperingatkan Yudas
dan juga ketika Yesus menegur Petrus yang kurang percaya pada-Nya, Yesus
dengan tegas mengingatkan bahwa yang bekerja dalam dirinya (Petrus) bukan roh
baik tapi roh jahat (Yoh 13:36-38). Dalam hal ini Yakob Papo (1990: 36)
mengatakan:
Seorang guru agama, baik pada tempat kerjanya di tengah-tengah anak
didik dan juga dalam lingkungan masyarakat harus selalu menyadari dan
membarui motivasi tugasnya bahwa ia adalah guru iman yang terpanggil
untuk mewartakan Kristus.
Guru agama Katolik memiliki tempat di tengah masyarakat, karena dengan
hidup bersosialisasi di masyarakatnya guru mampu untuk terus belajar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
mengembangkan potensinya. Guru dapat menunjukkan bahwa dirinya mampu dan
berani mewartakan Yesus di tengah masyarakat, membawa damai dan juga
suasana yang baik untuk kehidupan bermasyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
PEMBINAAN SPIRITUALITAS KRISTIANI
MAHASISWA-MAHASISWI IPPAK-USD
SEBAGAI CALON GURU AGAMA KATOLIK
YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUAL
Dalam bab II telah diuraikan tentang pengertian guru secara umum sampai
pengertian secara khusus tentang guru agama Katolik. Pada bab II juga telah
diuraikan tentang Spiritualitas Kristiani dan guru agama Katolik yang
berspiritualitas Kristiani.
Pada bab III ini penulis membahas penelitian tentang pembinaan
Spiritualitas Kristiani bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD sebagai calon guru
agama Katolik. Dalam bab III ini penulis memulainya dengan memaparkan
gambaran umum prodi IPPAK-USD, mahasiswa-mahasiswi prodi IPPAK dan
perkembangannya serta suasana akademis. Bagian selanjutnya penulis
menjelaskan metodologi penelitian yang akan dilaksanakan. Sesudah
melaksanakan penelitian, penulis membahas hasil penelitian yang telah diperoleh
dalam laporan penelitian. Dengan penelitian ini, penulis berharap dapat
menggambarkan sosok guru agama Katolik ysng ideal dan yang diharapkan
terutama yang berspiritualitas Kristiani kepada mahasiswa-mahasiswi IPPAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
A. Gambaran Umum Prodi IPPAK-USD
1. Visi dan Misi Prodi IPPAK-USD tahun 2013
Menurut Borang Akreditasi Prodi IPPAK – USD tahun 2013, Prodi
IPPAK-USD memiliki visi yaitu:
“Terwujudnya Gereja yang memperjuangkan masyarakat Indonesia yang
semakin bermartabat.”
Sedangkan Misi Prodi IPPAK-USD menurut Borang Akreditasi Prodi
IPPAK-USD tahun 2013 adalah:
a. Mendidik kaum muda menjadi katekis dalam konteks Gereja Indonesia yang
memasyarakat.
b. Mengembangkan karya katekese dalam Gereja demi masyarakat Indonesia
yang semakin bermartabat.
2. Tujuan Prodi IPPAK-USD
Menurut Borang Akreditasi Prodi IPPAK-USD tahun 2013, prodi IPPAK
mempunyai tujuan yaitu:
a. Menghasilkan pendidik Agama Katolik di sekolah maupun pendidik Agama
Katolik di paroki yang mempunyai iman yang mendalam, berkompeten,
berkepribadian dan berintegritas unggul. Selain itu dapat membantu umat
beriman mengembangkan imannya.
b. Menghasilkan pengembang karya katekese melalui kerjasama dengan tokoh-
tokoh umat dan para pimpinan Gereja.
c. Prodi IPPAK-USD mampu menghasilkan karya-karya pengembangan
katekese.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Prodi IPPAK - USD berkomitmen semakin mantap untuk menjadi
lembaga pendidikan katekis dan pengembang karya katekese di Indonesia. Maka
dengan itu prodi IPPAK - USD selalu mengadakan kegiatan-kegiatan yang
mendukung warga kampus seperti retret angkatan dan juga dosen, bekerjasama
dengan alumni dalam bentuk lokakarya, kerjasama dengan sekolah-sekolah
Katolik, dan juga yang penting adalah meningkatkan pelaksanaan kuliah
Pembinaan Spiritualitas bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK sendiri. Itu semua
bertujuan agar lulusan prodi IPPAK menjadi semakin berkembang dan maju.
Semua itu dapat terjadi bila ada kerjasama antar pihak yang terlibat baik itu oleh
dosen, mahasiswa, maupun stakeholder yang terkait.
Tim penyusun Borang Akreditasi tahun 2013 menjelaskan bahwa Prodi
IPPAK - USD semakin belajar bagaimana mengembangkan kurikulum
perkuliahan yang sesuai juga relevan untuk zaman sekarang ini terutama akan
kebutuhan umat yang akan dilayani. Karena zaman yang semakin berkembang
maka dosen juga semakin mempersiapkan diri dengan meningkatkan
produktivitas, kualitas mengajar, dan juga penelitian. Itu semua dilakukan oleh
dosen IPPAK untuk mempersiapkan mahasiswanya agar dapat menghadapi
tuntutan zaman sekarang.
Menghadapi berkembangnya zaman dan tuntutannya, Prodi IPPAK tidak
berdiam diri untuk melakukan perubahan misalnya dengan semakin
berkembangnya program-program unggulan semisal Teater Rakyat, dimana
kegiatan ini mengasah kemampuan mahasiswa-mahasiswi untuk mampu
mengolah dan juga mengemukakan pendapatnya mengenai masalah atau isu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
sedang hangat di masyarakat. Selain itu ada Pembinaan Spiritualitas yang ada di
tiap semester (mulai dari semester I sampai VIII). Dalam Pembinaan Spiritualitas
ini terdapat tema-tema yang diolah pada tiap semester. Tema-tema ini diharapkan
memacu mahasiswa-mahasiswi untuk semakin mampu melihat dirinya sebagai
pribadi yang otentik dan juga menghargai temannya yang lain. Tapi yang paling
utama mahasiswa mampu mendapatkan ilmu terutama akan pelatihan soft skills.
3. Gambaran Umum Mahasiswa-mahasiswi IPPAK - USD
Beragamnya mahasiswa-mahasiswi IPPAK yang datang dari berbagai
daerah menjadi salah satu kekhasan prodi ini. Kaum religius dan awam semua
menyatu dalam komunitas kampus. Pengalaman penulis pada awal kuliah
merasakan sedikit canggung atau segan ketika berbincang atau berdiskusi dengan
kaum religius, karena mereka berbeda dari yang lain. Tapi lama-kelamaan
menjadi terbiasa karena mereka juga ingin belajar bersama. Itu salah satu contoh
keakraban mahasiswa-mahasiswi IPPAK. Begitu juga dengan dosen dan
mahasiswanya mengalami relasi yang saling menguatkan, meneguhkan dan penuh
dengan persaudaraan.
Di prodi IPPAK, mahasiswa-mahasiswi mempunyai dosen pembimbing
(DPA) masing-masing untuk mendampingi studi selama kuliah, dan juga
mendampingi ketika ada persoalan, sehingga tidak mengganggu kelancaran studi.
DPA juga mengamati berkembangnya mahasiswa-mahasiswi di dalam proses
kuliah maupun di luar kuliah. Ini semua terjalin dengan baik dan penuh dengan
keakraban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Mahasiswa-mahasiswi prodi IPPAK dibekali bagaimana dapat
mengekspresikan diri lewat mata kuliah yang mendukung, seperti teater dan
pembinaan ekspresi. Di sini mahasiswa-mahasiswi dilatih untuk berani tampil di
muka umum, mampu berkomunikasi dengan efektif, serta mampu mengutarakan
ide (gagasan) di dalam kelompok. Mahasiswa dilatih untuk berani tampil agar
nanti ketika berada di tengah umat atau melaksanakan tugas tidak malu melainkan
berani untuk mengungkapkan pendapat. Prodi IPPAK juga memberi kesempatan
bagi mahasiswa untuk belajar berorganisasi, lewat kegiatan ekstrakurikuler seperti
HIMKA (Himpunan Mahasiswa Kateketik). Mahasiswa dilatih untuk
berkomitmen dalam berorganisasi di sela-sela padatnya kuliah di kampus.
Kegiatan organisasi tidak hanya dalam prodi IPPAK saja, melainkan mahasiswa
dapat ikut serta dalam kegiatan di kampus pusat (Mrican) dalam berbagai kegiatan
seperti INSADHA (Inisiasi Sanata Dharma), INFISA (Inisiasi FKIP Sanata
Dharma) serta INSIPRO (Inisiasi Prodi).
Selain itu prodi IPPAK juga menyelenggarakan kegiatan yang mendukung
mahasiswanya seperti misa kampus yang diadakan tiap minggu pertama setiap
bulan, retret dan juga rekoleksi dan kegiatan rohani lain yang mendukung.
Mahasiswa-mahasiswi IPPAK setelah lulus dituntut mempunyai soft skllis untuk
mendukung pelayanannya sebagai guru agama maupun katekis. Prodi mempunyai
tujuan yaitu menghasilkan lulusan yang berkarakter utuh dan kuat dalam 3 C,
yaitu competence, conscience, dan compassion. Semua ini bertujuan untuk
membina lulusan yang berbudi luhur, berkarakter, jujur, bertanggungjawab, dan
juga disiplin. Ini juga didasari oleh nilai-nilai Kristiani dan juga visi Ignasian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Dalam nilai-nilainya, prodi menekankan bahwa lulusannya harus mampu
mempunyai profesionalitas dalam mendidik, mampu mempunyai kreativitas
dalam mendidik, dan juga membangun sikap murah hati.
Keadaan mahasiswa-mahasiswi IPPAK menurut data tahun 2008-2013
yang peneliti peroleh dari sekretariat prodi menggambarkan mahasiswa-
mahasiswi IPPAK mengalami fluktuatif, maksudnya ada kenaikan mahasiswa dan
ada juga sedikit penurunan. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1
Data Mahasiswa/siswi IPPAK-USD TA 2014/2015
No Tahun Angkatan Semester Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 2014/2015 I 17 22 39
2 2013/2014 III 13 29 42
3 2012/2013 V 21 43 64
4 2011/2012 VII 20 23 43
5 2010/2011 IX 17 35 52
6 2009/2010 XI 3 12 15
7 2008/2009 XIII 5 2 7
8 2007/2008 XV 1 2 3
JUMLAH 97 168 265
Di prodi IPPAK mahasiswa-mahasiswi mendapatkan pelayanan, baik itu
dari para dosen maupun dari pihak universitas sendiri. Prodi IPPAK
menyelenggarakan bimbingan pribadi bagi mahasiswa-mahasiswi. Keistimewaan
prodi IPPAK ada dalam pembinaan Spiritualitas yang didapat mahasiswa pada
tiap semester. Prodi tidak memberi bobot SKS dalam mata kuliah Pembinaan
Spiritualitas ini dengan maksud mahasiswa-mahasiswi diberi semangat hidup dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
juga perjuangan melalui Spiritualitas Ignasian yang diwariskan oleh St. Ignasius
Loyola. Pembinaan Spiritualitas dapat membantu mahasiswa juga untuk
mendewasakan diri dalam menghadapi arus zaman.
4. Pembelajaran dan Suasana Akademis Prodi IPPAK-USD
Data dan penjelasan pada subbab ini penulis ambil dari Borang Akreditasi
IPPAK – USD dan Laporan Evaluasi Diri Prodi IPPAK – USD tahun 2013 yang
disusun oleh Tim Penyusun Prodi IPPAK – USD.
Kompetensi utama lulusan Prodi IPPAK adalah sebagai pengembang
karya katekese, terlebih menjadi pendidik agama Katolik di sekolah. Lulusan
IPPAK untuk menjadi pengembang karya-karya katekese perlulah menguasai
ilmu kateketik, mampu merefleksikan iman pribadi dan tradisi, mampu
merancang, mengembangkan serta mengelola karya-karya katekese, dan juga
mampu mendampingi/mengkader tenaga-tenaga katekis baru sehingga mampu
menghasilkan karya-karya katekese. Lulusan diharapkan mampu mengenal
peserta didik dan mampu melaksanakan pembelajaran PAK di sekolah,
mengevaluasi dan juga bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait. Itu
semua agar mahasiswa dapat mengembangkan diri menjadi guru agama Katolik di
sekolah. Selain menjadi pengembang karya katekese dan juga guru agama, lulusan
prodi IPPAK juga dapat menjadi katekis di paroki.
Sedangkan kompetensi yang mendukung lulusan dari prodi IPPAK adalah
mahasiswa yang menguasai dasar-dasar ilmu teologi dan mampu menguasai
dasar-dasar ilmu pendidikan. Mata kuliah di Prodi IPPAK wajib diambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
seluruhnya oleh mahasiswa karena sudah sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain
mata kuliah yang berbobot 2 SKS, ada juga mata kuliah yang nol ( 0 ) SKS. Ini
menjadi kekhasan kokuriluler prodi IPPAK karena bertujuan agar mahasiswa
memiliki bekal ketrampilan berekspresi, memiliki kerohanian yang kuat, dan juga
berkepribadian yang mantab. Mata kuliah kokurikuler ini juga menjadi prasyarat
dalam yudisium.
Praktek lapangan menjadi salah satu hal yang penting bagi prodi IPPAK,
karena beberapa mata kuliah harus dipraktekkan setelah memahami teori.
Misalnya mata kuliah PPL PAK Dasar dan Menengah dimana mahasiswa-
mahasiswi terjun secara langsung mengajar di sekolah, begitu juga ada KKN
(KBP/Karya Bakti Paroki) yang terjun langsung ke tengah-tengah hidup umat di
paroki.
Suasana akademis di prodi IPPAK selama ini penulis rasakan sangat kental
dengan persaudaraan dan saling membantu satu sama lain. Rasa persaudaraan itu
terbina antar mahasiswa, antar dosen, dan juga karyawan. Pada umunya hubungan
serta partisipasi mahasiswa terhadap segala kegiatan di kampus cukup antusias
misalnya ketika semester II sedang mengadakan kegiatan Teater Rakyat, semester
yang lain pun ikut mengapresiasi dengan menyaksikan penampilan mereka.
Ada hal lain yang membuat prodi IPPAK berbeda dari prodi lain yaitu
bagaimana sikap persaudaraan dan kekeluargaan dipupuk di dalam kampus.
Misalnya ketika perkuliahan berlangsung mahasiswa pun dapat berpartisipasi
secara aktif. Keterlibatan mahasiswa ini merupakan dampak dari pembelajaran
yang menyentuh pribadi mereka karena paradigma yang digunakan di prodi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
IPPAK didasarkan pada pedagogi reflektif. Maka di setiap kegiatan maupun
pembelajaran selalu dilengkapi dengan refleksi dan evaluasi, hal ini tidak lepas
dari spiritualitas yang dihidupi oleh lembaga yaitu Spiritualitas Ignasian.
Selain itu, dosen termasuk DPA (Dosen Pembimbing Akademis)
melakukan monitoring kepada mahasiswanya misalnya dengan mengadakan
pertemuan rutin atau bertanya hal-hal yang dapat membantu mahasiswa untuk
semakin serius dalam kuliah. Prodi IPPAK menyediakan segala hal untuk
membantu mahasiswa mengembangkan dirinya dalam berbagai bidang misalnya
dalam berorganisasi maupun hal-hal untuk perkembangan pribadi yang mengasah
soft skill.
Sikap saling menghormati, menerima dan saling percaya antar
pendamping dan juga mahaiswa merupakan kekhasan prodi IPPAK. Dosen
mengenakan pendekatan cura personalis supaya tercipta suasana yang nyaman
dalam proses perkuliahan maupun pendampingan. Suasana keterbukaan itu
menyingkirkan rasa tak aman. Mahasiswa mempunyai rasa kebebasan dan
mempunyai sikap tenggang rasa karena saling menghargai perbedaan diantara
mereka. Selain itu di dalam kampus ada suasana kebersamaan dan kerjasama,
karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup
sendiri. Dalam kebersamaan itu seseorang dapat tumbuh dan berkembang baik itu
dari segi pribadi maupun hidup sosialnya juga berpengaruh untuk segi
spiritualitasnya. Dalam prodi IPPAK kegiatan kebersamaan cukup banyak
misalnya kuliah umum, Makrab, Rekoleksi Prodi, dan Misa kampus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
B. Penelitian Tentang Pembinaan Spiritualitas Kristiani Mahasiswa-
Mahasiswi IPPAK-USD Sebagai Calon Guru Agama Katolik Yang
Profesional dan Berspiritual
1. Desain Penelitian
a. Latar Belakang Penelitian
Penulis ingin melakukan penelitian bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK
tentang upaya pembinaan Spiritualitas Kristiani mahasiswa-mahasiswi IPPAK.
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa-
mahasiswi IPPAK sudah memahami, menginternalisasi dalam diri dan juga
semakin menghayati Spiritualitas Kristiani, karena sebagai calon guru agama
Katolik yang kokoh perlu memiliki Spiritualitas Kristiani.
Mahasiswa-mahasiswi perlu mendapatkan gambaran seorang guru agama
Katolik yang ideal, profesional dan mempunyai spiritualitas Kristiani yang
mantab. Berdasarkan pengalaman penulis menjadi guru agama di sekolah dasar
Katolik di kota Yogyakarta, berasa dekat dan memperhatikan kebutuhan peserta
didik itu perlu didahulukan, karena dengan memperhatikan peserta didik penulis
tahu apa yang dibutuhkan. UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
memuat tentang kompetensi yang harus dikuasai oleh guru yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Ini merupakan sosok guru yang
dibutuhkan yang sesuai dengan bidangnya masing-masing termasuk juga guru
agama Katolik.
Sosok guru agama Katolik semakin dibutuhkan perannya bagi para
muridnya. Faktanya sekarang guru semakin dapat berinovasi karena zaman juga
ikut berkembang. Dulu guru banyak disegani atau bahkan ditakuti bukan karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
galak melainkan masyarakat masih begitu menghormati guru. Sosok guru yang
ideal seiring maju dan berkembangnya zaman semakin bergeser pula yang
diinginkan. Pada masa sekarang ini guru agama yang ideal adalah guru yang
memahami profesinya, yaitu bagaimana guru agama mendidik dengan sepenuh
hatinya. Guru agama Katolik mempunyai sikap inklusif dan tidak menutup diri,
melainkan mampu untuk bekerjasama dengan orang lain, sehingga tercipta sebuah
komunitas yang saling mendukung.
Prodi IPPAK mempunyai motto yang sangat mendalam yaitu
Pradnyawidya (bijaksana dan berilmu). Selain itu, mahasiswa juga mendapatkan
spiritualitas Ignasian yang sungguh membantu mendalami spiritualitas Kristiani
karena dapat memacu mahasiswa menjadi pendidik yang sungguh dapat
memuliakan nama Tuhan yang lebih besar.
Gambaran seorang guru agama Katolik menurut penulis yaitu guru yang
memahami cara mengajar, mampu menguasai materi dan juga mempunyai iman
yang matang dan mendalam. Bagaimana itu dapat dihayati oleh guru agama
Katolik dengan mempunyai spiritualitas Kristiani yang mendalam. Faktanya
sekarang ini belum semua guru agama Katolik menghayati panggilannya. Banyak
yang berpendapat bahwa guru hanya sebagai pekerjaan mengajar saja, sehingga
belum sampai pada pelayanan iman.
Penulis ingin mendapatkan gambaran bagaimana sosok guru agama
Katolik yang ideal bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK. Melihat faktanya sekarang
berbeda dengan masa lalu, sekarang dan yang akan datang pastinya menginginkan
sosok guru agama yang sesuai dengan perkembangan zamannya. Spiritualitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Kristiani dalam prodi IPPAK diharapkan mampu membantu mahasiswa-
mahasiswi untuk semakin mendalami dan menghayati panggilan sebagai
pendidik, khususnya sebagai guru agama Katolik.
b. Rumusan Permasalahan
Adapun rumusan permasalahan untuk penelitian ini adalah:
1) Gambaran sosok guru agama Katolik seperti apa yang diharapkan mahasiswa-
mahasiswi IPPAK-USD?
2) Bagaimana gambaran tingkat internalisasi mahasiswa-mahasiswi IPPAK-
USD sebagai calon guru agama Katolik?
c. Tujuan Penelitian
Penelitian ini diadakan untuk mendapatkan gambaran sosok guru yang
profesional serta berspiritual menurut perspektif mahasiswa-mahasiswi.
Tujuannya adalah sebagai berikut:
1) Mendapatkan gambaran tentang persepsi mahasiswa-mahasiswi IPPAK
terhadap guru agama Katolik yang profesional sekaligus berspiritualitas.
2) Mendapatkan gambaran tentang tingkat internalisasi mahasiswa-mahasiswi
IPPAK terhadap sosok guru agama Katolik yang profesional dan
berspiritualitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
d. Responden Penelitian
Penelitian ini mengambil populasi mahasiswa-mahasiswi IPPAK. Penulis
mengambil sampel mempergunakan teknik random sampling yaitu mengambil
sampel secara acak sederhana sesuai dengan responden yang sudah ditentukan.
Sedangkan penulis melakukan penarikan sampel dengan metode accidental
sampling yaitu penelitian dilakukan secara kebetulan sesuai dengan unit atau
subjek yang ada.
Penulis hanya mengambil sampel saja dari tiap semester mulai dari
semester II, IV, VI, dan VIII, X sehingga penulis mendapatkan jumlah responden
sejumlah 60.
e. Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
penyebaran kuesioner. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat pertanyaan
berkaitan dengan spiritualitas Kristiani dan juga menggali harapan
mahasiswa/siswi IPPAK sebagai calon guru agama Katolik. Penyebaran angket
ini diberikan kepada mahasiswa-mahasiswi IPPAK semester II, IV, VI, VIII, dan
X. setelah diisi kuesioner dikembalikan pada peneliti
Selain kuesioner, penulis juga menggunakan teknik wawancara yang
bertujuan untuk menguatkan data yang telah diperoleh. Instrumen atau alat
pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
1) Kuesioner
Kuesioner merupakan alat penelitian yang dibagikan kepada responden,
untuk memungkinkan jawaban pernyataan yang sesuai dengan pengetahuan,
pemahaman dan pengalaman sejujurnya. Pernyataan yang telah disusun
disebarkan kepada responden, yakni para mahasiswa. Dalam penyebaran
kuesioner, penulis pertama-tama bertemu dengan fungsionaris kelas dan beberapa
orang yang akan penulis bawakan kuesioner untuk dibagikan, selain itu penulis
membagikan secara accidental kepada mahasiswa-mahasiswi ketika sedang
berkumpul atau kerja kelompok.
2) Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara dilakukan
apabila ada keraguan bagi penulis sehingga perlu penguatan dalam
pendapat/argumen. Wawancara penulis lakukan ketika di kampus maupun di
tempat kost para responden. Waktu yang diperlukan untuk mewawancarai
masing-masing responden amat bervariasi, tergantung tanggapan dari responden
tersebut.
f. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Nana, 2012: 60). Tetapi
juga penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang ada, baik itu alamiah atau
rekayasa manusia (Nana, 2012: 72).
Sedangkan metode deskriptif analitis merupakan metode yang
menganalisis suatu data yang ditinjau dari dua hal yakni kenyataan dan ketentuan
yang ada.
g. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kampus Prodi IPPAK-USD. Penyebaran
kuesioner dan wawancara dilakukan pada bulan Maret 2015 dimana mahasiswa-
mahasiswi tengah menjalani masa perkuliahan.
h. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu :
1) Gambaran tentang persepsi mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD terhadap
guru agama Katolik yang profesional dan berspiritualitas.
2) Mendapatkan gambaran tentang tingkat internalisasi mahasiswa-mahasiswi
IPPAK-USD sebagai calon guru agama Katolik yang profesional dan
berspiritualitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
i. Kisi-kisi Penelitian
Tabel 2
Kisi-kisi Instrumen Gambaran Tentang Persepsi Mahasiswa-
mahasiswi IPPAK terhadap guru agama Katolik yang Profesional
sekaligus berspiritualitas.
Variabel Aspek Indikator No
Item
Jum
lah
Mahasiswa-
mahasiswi
IPPAK
mendapatkan
gambaran
tentang guru
agama
Katolik yang
profesional
sekaligus
berspiritua
litas.
Guru agama
Katolik yang
professional.
Guru agama
Katolik yang
berspirituali-
tas.
Pengertian guru
agama Katolik.
Kompetensi
pedagogik.
Kompetensi
profesional.
Kompetensi
sosial.
Kompetensi
kepribadian.
Guru yang
mencintai peserta
didik, dan
menghayati
panggilannya.
Spiritualitas guru
Kristiani.
1
2
3
4
5
6
7, 8,
9, 10.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel 3
Kisi–kisi Instrumen Gambaran tentang tingkat Internalisasi
Mahasiswa-mahasiswi IPPAK terhadap sosok guru agama Katolik
yang profesional sekaligus berspiritualitas.
Variabel Aspek Indikator No
Item
Jum
lah
Tingkat
internalisasi
mahasiswa-
mahasiswi
IPPAK
terhadap sosok
guru yang
profesional
dan
berspiritualitas
Pendidik
yang
Kristosen-
tris,
umatsentris,
dan inklusif.
Pendidik yang
Kristosentris.
Pendidik yang
umatsentris/sis-
wasentris.
Sosok guru dan
teladan yang
ideal untuk
zaman sekarang.
11
12
13, 14
15
20
Spiritualitas
Kristiani.
Pengertian
Spiritualitas
Kristiani.
Penghayatan
dan persiapan
diri dalam
Spiritualitas
Kristiani.
Manfaat
spiritualitas
Kristiani.
16, 17
18, 19
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
2. Laporan Hasil Penelitian
Pada bulan Maret 2015 peneliti telah melakukan penelitian melalui
kuesioner yang telah disebar ke semester II – X sekaligus peneliti melakukan
wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan penelitian dengan
menyebarkan kuesioner pada 60 responden.
Peneliti juga melakukan wawancara di kampus IPPAK – USD, waktu dan
pelaksanaan wawancara bervariasi tergantung tanggapan dari responden tersebut.
Wawancara telah peneliti lakukan pada 15 responden diantaranya laki-laki dan
perempuan. Berikut adalah perbandingan dan juga pembagian kuesioner yang
penulis lakukan:
Tabel 4
Jumlah Pembagian Responden Kuesioner
No Semester
Jumlah Kuesioner yang
disebar ( N )
1 II 10
2 IV 15
3 VI 15
4 VIII 10
5 X 10
Total N : 60 responden kuesioner
Peneliti akan memaparkan hasil penelitian berdasarkan variabel penelitian
yang telah ditentukan. Pembahasan variabel didukung dengan hasil dari
wawancara.
Untuk mengelola data yang akan dikumpulkan, guna mengetahui dan
menentukan jumlah prosentase dari setiap variabel, dipergunakan rumus di bawah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
ini (Riduwan, 2004:87). Rumus ini digunakan untuk menghitung tiap prosentase
dari variabel.
A
X 100 % = ...
N
a. Laporan Penelitian Melalui Kuesioner
Laporan penelitian melalui kuesioner yang peneliti sebarkan ke 60
responden mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD mulai dari semester II – X tertera
pada tabel berikut:
Tabel 5
Guru Agama Katolik yang Profesional menurut pandangan/perspektif
mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD
(N = 60)
No Pernyataan Jumlah
SS S TS STS
1 Guru agama Katolik adalah
pengajar iman Katolik di
sekolah yang bertugas
mengembangkan iman siswa.
33
(55%)
27
(45%)
0
(0%)
0
(0%)
2 Sebagai guru yang memiliki
Kompetensi Pedagogik guru
mampu memahami keadaan
atau kemampuan siswa.
30
(50%)
29
(48%)
1
(2%)
0
(0%)
3 Sebagai guru yang memiliki 54 6 0 0
A = Jumlah yang menjawab
N = Jumlah responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Kompetensi Profesional
sebelum mengajar, guru
mempersiapkan materi/bahan
ajar dengan baik.
(90%) (10%) (0%) (0%)
4 Sebagai guru yang memiliki
Kompetensi Sosial maka dalam
bersikap guru hanya
bersosialisasi dengan sesama
guru, dan murid saja. Orang
tua tidak.
0
(0%)
3
(5%)
20
(33%)
37
(62%)
5 Sebagai guru yang memiliki
Kompetensi Kepribadian guru
wajib mempunyai kepribadian
yang mantap agar dapat
menjadi contoh yang baik bagi
siswa.
39
(65%)
21
(35%)
0
(0%)
0
(0%)
6 Sebagai guru yang
berspiritualitas, guru
memperhatikan iman serta
kedalaman hidup siswanya.
27
(45%)
33
(55%)
0
(0%)
0
(0%)
7 Sebagai guru yang
berspiritualitas, guru
memberikan pelayanan diri
37
(62%)
23
(38%)
0
(0%)
0
(0%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
secara total pada muridnya.
8 Spiritualitas Ignasian
membantu guru Kristiani
dalam memberikan pelayanan
kepada siswa demi kemuliaan
Tuhan yang lebih besar.
25
(42%)
35
(58%)
0
(0%)
0
(0%)
9 Mencintai peserta didik
merupakan hal yang penting
bagi guru.
37
(62%)
22
(36%)
1
(2%)
0
(0%)
10 Selalu bersyukur adalah salah
satu ciri guru yang mempunyai
spiritualitas mendalam.
39
(65%)
20
(33%)
1
(2%)
0
(0%)
Tabel di atas memperlihatkan sosok guru agama Katolik yang profesional
menurut pandangan atau perspektif mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD.
Berdasarkan penelitian yang diperoleh dari item no. 1 penulis melihat bahwa 33
(55%) responden menyatakan bahwa guru agama adalah seorang pendidik iman
Katolik disekolah. Sedangkan pada item no. 2, 30 (50%) responden menyatakan
bahwa guru harus menguasai kompetensi Pedagogik.
Pada item no. 3 penulis meilhat 54 (90%) responden menyatakan bahwa
sebagai guru haruslah mempunyai kompetensi Profesional dalam mengajar
sehingga dapat mempersiapkan bahan ajar dengan baik. Pada item no. 4 sebanyak
37 (62%) responden menyatakan bahwa guru haruslah mempunyai kompetensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Sosial yang menyeluruh, tidak hanya dengan murid (siswa) dan guru saja
melainkan dengan orang tua mampu untuk bersosialisasi. Pada item no. 5
sebanyak 39 (65%) responden menyatakan guru harus mempunyai kepribadian
yang mantap sehingga dapat menjadi contoh yang baik bagi murid-murid.
Penulis melihat pada item no. 6 sebanyak 33 (55%) responden
menyatakan sebagai guru selalu memperhatikan kedalaman iman siswanya dan
perkembangan imannya agar semakin mantap. Sedangkan pada item no. 7
sebanyak 37 (62%) responden menyatakan bagaimana guru dapat memberikan
pelayanannya secara total kepada murid-murid dan tidak setengah hati. Pada item
no. 8, 35 (58%) responden menyatakan spiritualitas Ignasian membantu guru
dalam memberikan pelayanan (mengajar) di sekolah, itu semua demi kemuliaan
Allah yang lebih besar dan semakin dihayati oleh para siswa.
Pada item no. 9 sebanyak 37 (62%) responden menyatakan behwa guru
mempunyai rasa cinta serta kasih kepada siswanya karena merupakan hal yang
penting selain itu siswa juga merasa diperhatikan akan perkembangan ilmu dan
imannya. Sedangkan pada item no 10 sebanyak 39 (65%) menyatakan bersyukur
merupakan salah satu ciri guru Kristiani yang mempunyai spiritualitas mendalam.
Tabel 6
Sejauh Mana Mahasiswa-Mahasiswi Sudah Mempersiapkan Dirinya
Menghayati Spiritualitas Kristiani Sebagai Calon Guru Agama Katolik
(N = 60)
No Pernyataan Jumlah
SS S TS STS
11 Sebagai mahasiswa saya
semakin belajar dan tahu
30
(50%)
30
(50%)
0
(0%)
0
(0%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
bahwa Yesus adalah inti
dari pewartaan guru agama
di sekolah.
12 Sebagai mahasiswa saya
semakin belajar memandang
siswa sebagai subjek bukan
objek.
34
(57%)
25
(41%)
0
(0%)
1
(2%)
13 Sebagai mahasiswa, saya
semakin belajar dan
menghayati bahwa
kepribadian yang baik akan
diterima baik juga di
lingkungan.
25
(41%)
33
(55%)
2
(4%)
0
(0%)
14 Sebagai mahasiswa saya
belajar untuk menghargai
perbedaan dalam
masyarakat sehingga tidak
terjadi konflik.
25
(41%)
35
(59%)
0
(0%)
0
(0%)
15 Sebagai mahasiswa, saya
belajar untuk bergaul dan
membangun komunikasi
yang baik antar sesama
terutama yang berbeda
35
(59%)
24
(39%)
1
(2%)
0
(0%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
agama.
16 Inti dari spiritualitas
Kristiani adalah Yesus
Kristus.
36
(60%)
24
(40%)
0
(0%)
0
(0%)
17 Spiritualitas Kristiani adalah
spiritualitas yang
mengambil semangat dari
diri Yesus.
35
(59%)
25
(41%)
0
(0%)
0
(0%)
18 Penghayatan dalam
spiritualitas Kristiani
membantu saya untuk
semakin masuk ke dalam
“hubungan” dengan Allah.
38
(63%)
22
(37%)
0
(0%)
0
(0%)
19 Saya sebagai mahasiswa
merasakan manfaat dan
makin menghayati
spiritualitas Kristiani selama
kuliah di IPPAK.
23
(38%)
34
(57%)
3
(5%)
0
(0%)
20 Spiritualitas Kristiani yang
saya dapatkan di IPPAK
membantu saya dalam
kehidupan sehari-hari.
27
(45%)
33
(55%)
0
(0%)
0
(0%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Dari tabel variabel yang kedua diatas ingin menggambarkan sejauh mana
mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD telah mempersiapkan dirinya dan makin
menghayati spiritualitas Kristiani. Sesuai dengan hasil yang diperoleh, penulis
mempunyai pendapat bahwa mahasiswa-mahasiswi sudah mempersiapkan dirinya
dan semakin menghayati spiritualitas Kristiani.
Pada item no. 11, 60 responden menjawab secara berimbang (50% dan
50%) yang menyatakan bahwa Yesus adalah inti dari pewartaan iman disekolah.
Ini merupakan tanda bahwa mahasiswa-mahasiswi IPPAK sudah semakin
menghayati dan mendalami spiritualitas. Sedangkan pada item no. 12 sebanyak 34
(57%) responden menyatakan bahwa memandang siswa sebagai subjek bukan
objek. Mengapa demikian, karena siswa bukanlah tempat/ajang untuk beruji coba
melainkan bagaimana sebagai guru harus bisa membentuk dan mengolah sikap
dan iman anak agar menjadi semakin dewasa dan terus berkembang. Pada item
no. 13 sebanyak 33 (55%) responden menyatakan setuju bahwa kepribadian yang
baik dapat diterima baik oleh lingkungan. Seorang pribadi yang mempunyai
kepribadian yang baik juga membantu dirinya untuk bersosialisasi dan bergaula
dengan lingkungan.
Pada soal item no. 14 sebanyak 35 (59%) responden yang menyatakan
setuju jika dalam masayarakat tidak dapat menghargai perbedaan maka akan
timbul konflik dalam masyarakat tersebut. Mahasiswa-mahasiswi IPPAK banyak
yang tinggal dalam masyarakat dan berbaur dengan lingkungan masyarakat,
sebagai orang Katolik kita harus dapat membawa kesejukan dan kedamaian dalam
hidup bermasyarakat, mau bergaul dan berbaur di lingkungan, dan yang utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
bagaimana mampu menghargai perbedaan itu sendiri. Pada item no. 15 yang
dominan menjawab sebanyak 35 (59%) responden yang menyatakan sebagai
mahasiswa mampu membangun komunikasi yang baik dan efektif sehingga
tercipta suasana pergaulan yang sehat dan mampu membuat orang lain merasa
nyaman. Suasana yang nyaman dan harmonis akan menimbulkan kehidupan yang
damai, jika tidak akan timbul konflik atau kekacauan dalam masyarakat.
Pada item no. 16 sebanyak 36 (60%) responden yang menyatakan sangat
setuju Yesus Kristus adalah inti dari spiritualitas Kristiani. Sedangkan item no. 17
sebanyak 35 (59%) responden yang menyatakan setuju semangat spiritualitas
Kristiani diambil dari pribadi Yesus Kristus sendiri, karena dengan semangat
Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah dan juga nilai kasih patut
mahasiswa/siswi contoh dalam kehidupan sehari-hari, khususnya sebagai calon
guru agama Katolik. Pada item no. 18 sebanyak 38 (63%) responden yang
menyatakan sangat setuju kalau semakin menghayati spiritualitas Kristiani maka
dapat membantu dan membuat “hubungan” kita dengan Allah menjadi lebih
dekat.
Item no. 19 sebanyak 34 (57%) responden yang menjawab setuju dengan
pilihan selama kuliah di IPPAK – USD, mahasiswa-mahasiswi semakin
merasakan manfaat dari spiritualitas Kristiani. Spiritualitas Kristiani di IPPAK
dibentuk dari berbagai kegiatan rohani dan juga mata kuliah Pembinaan
Spiritualitas yang didapat pada tiap semester. Dengan semakin menghayati
spiritualitas Kristiani diharapkan mahasiswa-mahasiswi juga dapat menularkan
dan mengembangkan bagi dirinya sendiri dan juga bagi orang lain, khususnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
sebagai calon guru agama Katolik di sekolah. Pada item no. 20 sebanyak 33
(55%) responden menyatakan setuju kalau spiritualitas Kristiani yang didapat di
kampus dapat membantu kehidupan mereka sehari-hari baik itu pergaulan dengan
sesama mahasiswa, dosen, masyarakat lingkungan, dan sebagai bekal untuk
menjadi guru agama Katolik yang profesional.
b. Laporan Penelitian Melalui Wawancara
Selain melakukan penelitian melalui kuesioner yang disebar ke
mahasiswa-mahasiswi IPPAK, peneliti juga melakukan wawancara ke sejumlah
mahasiswa-mahasiswi. Peneliti mewawancarai 15 responden diantaranya laki-laki
dan perempuan, dan semuanya adalah mahasiswa-mahasiswi IPPAK. Dalam
melakukan wawancara peneliti tidak mewawancarai semua mahasiswa-mahasiswi
melainkan hanya mengambil dari sejumlah mahasiswa-mahasiswi saja. Peneliti
menggunakan kode RL untuk responden laki-laki dan RP untuk responden
perempuan.
Berikut adalah hasil laporan peneliti yang telah melakukan wawancara:
1) Pada pertanyaan tentang pengertian guru agama Katolik RL 1 menjawab guru
agama Katolik seorang pendidik yang mempunyai bidang ilmu khusus agama
Katolik. Pendapat ini semakin dikuatkan oleh pendapat RL 2 bahwa guru agama
Katolik adalah seorang guru yang mendampingi iman, dan juga dipanggil secara
khusus untuk menanamkan iman dan membagikan pengetahuan tentang agama.
Pendapat RL 1 semakin dikuatkan oleh RP 1 yang menyatakan bahwa guru
agama merupakan salah satu bentuk dari Pastoral sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
2) Pada pertanyaan tentang apakah mahasiswa-mahasiswi IPPAK sungguh
mempunyai motivasi untuk menjadi guru agama Katolik. RL 3 menyatakan
bahwa dulu belum merasa terpanggil menjadi guru agama, tapi seiring berjalannya
waktu panggilan itu bersemi dan panggilan menjadi guru agama pun makin jelas.
Sedangkan RL 4 dan RL 5 menyatakan bahwa dari dulu sampai sekarang sudah
terpanggil menjadi guru agama. RP 6 mempunyai pendapat bahwa motivasi
menjadi guru agama Katolik ada karena masih banyak peluangnya.
3) RP 6 menyatakan pendapatnya mengenai pernyataan selanjutnya bahwa guru
agama Katolik itu harus bersosialisasi dengan orang tua, karena dapat mengetahui
perkembangan anak didiknya. Sedangkan pendapat RP 6 dikuatkan oleh RL 7
yang menyatakan bahwa guru agama menjadi orang tua kedua di sekolah yang
membantu orang tua mengawasinya. RL 8 menyatakan bahwa guru, orang tua,
dan sekolah adalah satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan. Guru wajib
bersosialisasi dengan orang tua terutama pada saat jam sekolah.
4) RL 9 menyatakan pendapatnya bahwa guru agama perlu mengetahui
kedalaman hidup dan iman naradidiknya karena dengan guru mengetahui guru
dapat memahami pribadinya. Sedangkan pendapat ini semakin dikuatkan oleh
pendapat dari RP 3 yang menyatakan sejauh mana guru mengetahui
perkembangan siswa jadi guru perlu memperhatikan siswanya dalam iman. RL 10
memberikan pernyataan bahwa guru perlu mengetahui kedalaman hidup dan iman
siswa karena pada akhir pelajaran guru mampu memberikan kesimpulan yang
berguna untuk siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
5) Pelayanan secara total perlu diberikan kepada siswa mengapa? RL 11
menyatakan pendapatnya bahwa terpanggil menjadi guru agama, maka pelayanan
pun diberikan secara total kepada para siswa. Sedangkan RL 12 menyatakan
pendapatnya bahwa guru mengabdi kepada bangsa dan negara jadi perlu
memberikan pelayanannya secara total demi pendidikan yang baik untuk siswa.
RL 13 memberikan pendapat bahwa pelayanan total merupakan salah satu prinsip
seorang guru karena jika setengah-setengah maka pelajaran pun tidak dapat
diterima dengan baik.
6) Pada pernyataan apakah guru agama Katolik perlu mencintai siswa, mencintai
tidak dalam arti secara personal melainkan secara universal. RL 14 menyatakan
pendapatnya bahwa anak (siswa) merupakan titipan dari orang tua untuk belajar di
sekolah, maka guru juga harus bertanggungjawab dalam mendidik. RP 4
menyatakan bahwa mencintai dalam arti peduli kepada siswa-siswa dan mencintai
dalam arti secara luas tidak secara pribadi (person).
7) Pada pertanyaan apakah mahasiswa-mahasiswi mengalami perkembangan
selama di IPPAK ini, khususnya dalam kerohanian RL 15 menyatakan bahwa dia
mengalami perkembangan dalam kerohanian misalnya dengan membiasakan
dengan hidup doa dan ber-ekaristi. Efeknya adalah ketika mengalami persoalan
hidup dia mampu untuk mengatasinya. Sedangkan RP 5 menyatakan pendapat
yang berlainan dia belum mengalami perkembangan dalam arti praktek
kerohanian tapi untuk teori mendapatkan yang lebih banyak. RP 6 menyatakan
bahwa perkembangan belum seluruhnya dirasakan tapi mengalami perubahan
dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
8) Seseorang yang mempunyai kepribadian yang baik apakah tidak menimbulkan
konflik dan dapat diterima dalam masyarakat, RP 6 mempunyai orang yang
berkepribadian baik belum tentu juga dapat diterima di masyarakat, karena
mungkin masih ada hal-hal yang kurang dapat diterima. Tapi RP 7 mempunyai
pendapat yang lain yaitu masyarakat perlu mempunyai orang-orang yang
berkepribadian baik. Memiliki kepribadian yang baik pastinya membantu
bersosialisasi dalam masyarakat, sehingga konflik semakin kecil ditimbulkan.
9) Mahasiswa-mahasiswi IPPAK merasakan manfaat yang berguna bagi
kehidupan sehari-hari dari mata kuliah Pembinaan Spiritualitas RP 8 mempunyai
pendapat yaitu selama mengikuti mata kuliah Pembinaan Spiritualitas
mendapatkan manfaat terutama semangat dalam menjalani hidup sehari-hari.
Sedangkan R 2 berpendapat bahwa mata kuliah Pembinaan Spiritualitas
mempunyai manfaat dalam kehidupan sehari-hari karena dapat membentuk
karakter dan kepribadian yang baik. R 3 menyatakan pendapatnya sebagai
mahasiswa yang tengah mengikuti perkuliahan belum terlalu mendapatkan
manfaatnya tapi mengalami perubahan dalam sikap dan juga pengetahuan.
c. Pembahasan Hasil Kuesioner
Setelah penulis melakukan penelitian dengan menyebarkan angket ke
semua responden yaitu mahasiswa-mahasiswi IPPAK penulis menyatakan bahwa
mahasiswa-mahasiswi IPPAK dalam hal teori baik itu kerohanian, kepribadian,
dan juga sosialisasi sudah baik, itu dilihat dari kuesioner yang diisi oleh mereka.
Tapi penulis melihat secara langsung mahasiswa-mahasiswi IPPAK secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
prakteknya belum dapat melaksanakannya secara maksimal masih ada saja
kendala yang mempengaruhi. Misalnya satu contoh hidup kerohanian mahasiswa-
mahasiswi IPPAK, secara teori mereka bisa mengikutinya dengan baik belajar
bermacam-macama bentuk doa yang ada dalam Spiritualitas Ignasian, tapi apa
prakteknya sudah bisa mereka terapkan dalam hidup sehari-hari? Sebagian besar
dari mahasiswa mengatakan kepada penulis dalam wawancara belum semua dapat
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari variabel yang pertama penulis mendapat bahwa sebagian besar
mahasiswa-mahasiswi IPPAK menjawab dengan baik melalui kuesioner, beberapa
hal dijawab secara positif namun ada juga yang ditanggapi kurang positif.
Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki guru ternyata belum semua
mahasiswa-mahasiswi mengetahuinya hanya sekedar membaca saja tetapi belum
dalam tahap internalisasi. Variabel pertama merupakan acuan untuk mahasiswa-
mahasiswi IPPAK dapat menentukan sosok guru yang bagaimana menurut
persepsi mereka, yaitu guru agama Katolik yang profesional dalam pekerjaannya
dan juga berspiritualitas.
Variabel kedua penulis membahas tentang bagaimana tingkat internalisasi
mahasiswa-mahasiswi IPPAK terhadap spiritualitas Kristiani selama proses
perkuliahan. Penulis dapat melihat bahwa mahasiswa-mahasiswi IPPAK
mempunyai kelebihan dalam hal teori ketika perkuliahan saja, tapi untuk
prakteknya secara nyata belum semua dapat melaksanakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
d. Pembahasan Hasil Wawancara
Penulis setelah menyebar kuesioner kemudian melakukan wawancara
dengan beberapa mahasiswa di kampus IPPAK – USD. Dari hasil wawancara
penulis dengan mahasiswa ternyata memberi peneguhan dan juga kekuatan
pernyataan dari kuesioner yang telah dibuat sebelumnya. Mahasiswa IPPAK
khususnya yang masih aktif sebagian besar mendukung pertanyaan yang
dilontarkan dalam wawancara.
Guru agama Katolik dalam pandangan mahasiswa ternyata kurang lebih
sama yaitu guru yang mengajarkan agama Katolik di sekolah, selain itu juga
sebagai pendidik iman anak di sekolah. Kemudian mahasiswa juga mendukung
jika guru haruslah bersosialisasi dengan orang tua karena orang tua, guru, dan
sekolah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga ada
hubungan timbal balik diantara aspek-aspek tersebut.
Pertanyaan lainnya adalah ketika penulis memberi pertanyaan tentang
apakah guru juga perlu mengetahui kedalaman iman dan memberikan pelayanan
secara total kepada siswa. Guru agama Katolik perlu memberikan pelayanan yang
total kepada siswanya karena dengan pelayanan yang total itu materi akan
tersampaikan dengan baik tidak hanya setengah hati. Selain pelayanan secara total
guru juga mampu memberi pendampingan iman kepada siswanya dan
mengarahkan kearah yang baik.
Poin-poin selanjutnya dalam wawancara adalah mengupas tentang
bagaimana mahasiswa memaknai perkuliahan dan kehidupannya sehari-hari.
Mahasiswa sebagian besar mengalami perkembangan secara perlahan-lahan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
iman dan juga kerohanian mereka, efeknya juga sudah terasa misalnya semakin
mendalami hidup doa dan ber-ekaristi walaupun masih ada yang belum terlihat
untuk prakteknya. Selain itu mahasiswa-mahasiswi IPPAK sebagian besar hidup
ditengah-tengah masyarakat sehingga mau tidak mau harus berbaur dan
bersosialisasi dengan masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Maka dari itu
mahasiswa harus mempunyai kepribadian yang baik sehingga dapat diterima
dalam masyarakat.
Poin yang terakhir dalam wawancara adalah mengenai manfaat mata
kuliah Pembinaan Spiritualitas yang telah didapat maupun sedang diikuti. Mata
kuliah Pembinaan Spiritualitas membantu menemukan semangat dalam menjalani
kehidupan sehari-hari selain itu juga membentuk karakter mahasiswa itu sendiri.
e. Kesimpulan Penelitian
Mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD sebagai calon guru agama Katolik
dan juga pewarta iman di masyarakat mengalami sedikit banyak perkembangan
baik itu di tempat tinggal maupun di kampus. Guru agama juga dituntut untuk
memberikan pelayanan secara total kepada siswa, karena dengan pelayanan itu
siswa merasa terbantu memahami imannya juga.
Penulis mengambil kesimpulan pada penelitian ini bahwa mahasiswa-
mahasiswi IPPAK sudah baik dalam hal yang menyangkut tentang teori, namun
untuk langkah nyatanya perlu semakin diperdalam lagi dan diwujudnyatakan
dalam hidup sehari-hari. Menjadi guru agama Katolik yang berspiritualitas
tidaklah mudah bagaimana mau dan mampu untuk menguasai diri dan juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
memberikan pelayanan diri secara total untuk siswa disekolah. Tidak hanya teori
saja yang diperdalam misalnya dengan mengetahui kompetensi-kompetensi guru,
melainkan kompetensi itu harus diejawantahkan dalam kehidupan nyata.
Menjadi seorang guru agama Katolik tidak hanya bekerja sendiri
melainkan ada rekan kerja di sekolah dan juga orang tua siswa itu sendiri, maka
bersosialisasi dengan orang tua juga perlu ditekankan. Guru merupakan orang tua
kedua siswa di sekolah. Mintara (2010; 28) mengatakan bahwa guru juga
mendidik dan mendampingi anak agar memiliki karakter seperti yang dicita-
citakan orang tua. Jadi bersosialisasi itu amat penting bagi guru.
Menjadi seorang guru agama Katolik yang berspiritualitas tidak serta
merta melupakan bahwa dirinya juga harus profesional. Jika seorang guru agama
Katolik mempunyai spiritualitas yang baik dan mantap maka keprofesionalitasan
dalam pelayanannya sebagai guru pun akan selalu ada di dalam dirinya. Dengan
semangat yang dipunyai oleh mahasiswa-mahasiswi IPPAK menjadi bekal yang
baik untuk menjadi seorang guru agama Katolik yang berspiritualitas tangguh dan
mantap dalam iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
USULAN PROGRAM KEGIATAN REKOLEKSI OUTING UNTUK
MAHASISWA-MAHASISWI IPPAK – USD SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN SPIRITUALITAS KRISTIANI
Dalam bab III penulis sudah memaparkan serta memberi kesimpulan
tentang penelitian yang sudah dilakukan. Di dalam bab IV ini penulis
mengusulkan usulan program kegiatan yang ditujukan kepada mahasiswa-
mahasiswi IPPAK – USD sebagai upaya untuk semakin mengembangkan serta
makin menginternalisasi spiritualitas Kristiani. Dalam usulan program kegiatan
ini, penulis akan menguraikan kegiatan rekoleksi yang relevan untuk mahasiswa-
mahasiswi IPPAK.
Rekoleksi merupakan salah satu wadah untuk memperdalam nilai-nilai
Kristiani dan pemaknaannya dalam hidup sehari-hari. Bahan rekoleksi sendiri
berasal dari pengalaman peserta yang dioleh secara pribadi. Rekoleksi merupakan
peninjauan kembali karya-karya Allah di dalam diri seseorang. Rekoleksi juga
dapat melatih kepekaan seseorang terhadap macam-macam roh yang
menggerakkan hati (Mangunhardjana, 1985: 19).
Dalam rekoleksi ini dibutuhkan perencanaan dan juga persiapan yang
matang yang menyangkut tema, sarana, fasilitas, moderator, metode, materi,
pendamping rekoleksi serta bagaimana rekoleksi ini menjawab kebutuhan yang
ada. Rekoleksi ini dikatakan mempunyai dampak positif apabila mahasiswa-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
mahasiswi IPPAK sudah semakin merasakan manfaat yang diperoleh. Manfaat itu
bisa dirasakan tidak hanya berhenti pada pemikiran (teori) saja melainkan
bagaimana mahasiswa-mahasiswi IPPAK itu mampu menghayatinya dan
menerapkannya dalam hidup sehari-hari.
A. Latar Belakang Diadakannya Kegiatan Rekoleksi Outing bagi Mahasiswa-
Mahasiswi IPPAK – USD
Kegiatan rekoleksi yang diadakan untuk mahasiswa-mahasiswi IPPAK
sudah terencana dan terprogram dengan baik. Kegiatan rekoleksi ini penulis
usulkan bagi semua angkatan mahasiswa-mahasiswi IPPAK. Tujuan umum
diadakannya rekoleksi ini adalah untuk mengupayakan spiritualitas Kristiani lebih
berkembang bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK.
Penulis mempunyai program yaitu kegiatan rekoleksi outing, maksudnya
adalah kegiatan rekoleksi ini diadakan di luar dari kompleks kampus IPPAK.
Biasanya kegiatan rekoleksi di kampus IPPAK selalu berada di dalam kompleks
kampus oleh karena itu usulan penulis kegiatan rekoleksi ini diadakan di luar
kampus. Kegiatan rekoleksi ini diadakan di luar kampus agar mahasiswa-
mahasiswi tidak selalu merasa biasa-biasa saja dalam hal suasananya melainkan
merasakan suasana yang berbeda dan lebih mendukung. Karena mahasiswa sudah
setiap hari merasakan perkuliahan di dalam kampus, maka penulis mengusulkan
program rekoleksi outing.
Kegiatan rekoleksi untuk mahasiswa-mahasiswi IPPAK ini berangkat dari
pengalaman dan penghayatan mahasiswa-mahasiswi itu sendiri. Rekoleksi ini
mengajak mahasiswa-mahasiswi untuk berjalan dalam terang Injil Yesus Kristus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
supaya semakin mampu untuk menginternalisasi nilai-nilai spiritualitas Kristiani.
Maka dari itu melalui proses rekoleksi ini mahasiswa-mahasiswi IPPAK dapat
mengkomunikasi imannya kepada peserta lain sehingga muncul rasa saling
menguatkan satu sama lain. Pengalaman hidup mereka selama kuliah dan hidup
sehari-hari perlu semakin diolah agar semakin meningkatkan motivasi mereka
menjadi seorang guru agama Katolik yang profesional sekaligus berspiritualitas.
Rekoleksi ini diadakan untuk semakin melihat kemampuan mahasiswa
dalam menghayati imannya khususnya menghayati spiritualitas Kristiani mereka.
Hasil penelitian pada bab III menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa-
mahasiswi IPPAK sudah sangat baik dalam hal teori (kognitif) saja, tetapi dalam
hal prakteknya (psikomotor) belum menunjukkan hal secara nyata.
Oleh karena itu rekoleksi ini diadakan untuk meningkatkan kepekaan
mahasiswa-mahasiswi IPPAK terhadap panggilan hati mereka dan bagaimana
mereka semakin mampu menghayati spiritualitas Kristiani. Spiritualitas Kristiani
tidak bisa dipahami di dalam pikiran atau hanya sebatas teori saja melainkan
bagaimana pengolahan di dalam hati masing-masing pribadi setelah itu mampu
menerapkan dalam hidup sehari-hari.
Rekoleksi ini dipilih menjadi program yang diusulkan oleh penulis. Dalam
kegiatan rekoleksi ini penulis mengusulkan tema-tema yang sedapat mungkin
meneguhkan motivasi mahasiswa-mahasiswi IPPAK untuk semakin menemukan
karya Allah dan mampu membaharui hidup mereka, sehingga nantinya mereka
mampu mengembangkan spiritualitas Kristiani sebagai calon guru agama Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
B. Program Serial Rekoleksi Untuk Meningkatkan Penghayatan Spiritualitas
Kristiani Mahasiswa-Mahasiswi IPPAK – USD
Berdasarkan hasil penelitian pada bab III, penulis mengusulkan program
yaitu serial rekoleksi untuk mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD. Dengan
program ini diharapakan mahasiswa-mahasiswi IPPAK semakin mampu
menghayati spiritualitas Kristiani.
1. Latar Belakang Program
Mahasiswa-mahasiswi IPPAK sebagian besar masih berjiwa muda dan
masih bisa untuk berkembang dalam berbagai hal, baik itu hal kerohanian sampai
pada hal kepribadian. Dalam perkembangan itu haruslah seimbang antara pikiran
(teori) dan juga prakteknya (praxis), tidak ada merasa paling unggul melainkan
berjalan bersama sehingga tidak pincang.
Perkembangan pribadi yang utuh misalnya dapat dilihat dari 3 C yaitu
compassion, competence, dan conscience. 3 hal ini harus berjalan beriringan dan
tidak ada yang merasa paling unggul jika ingin menjadi pribadi yang berkembang
lebih baik. Selain itu ada juga 3 H yaitu head, heart, dan hands, yang ada dalam
tubuh semua orang yang saling membutuhkan satu sama lain dan tidak bisa
berkembang bila sendirian.
Kegiatan rekoleksi ini ingin mewujudkan mahasiswa-mahasiswi IPPAK
yang dapat berkembang secara utuh baik itu imannya maupun perbuatannya
sehari-hari. Tidak selalu mengandalkan pemikiran saja melainkan hati dan iman
juga perlu diolah agar menjadi pribadi yang matang dan utuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Dalam kegiatan rekoleksi, pemilihan materi dan penyampaian materi harus
lebih kreatif agar lebih mengena pada setiap diri pribadi mahasiswa-mahasiswi
IPPAK. Paling penting bagaimana dengan kegiatan rekoleksi ini mahasiswa-
mahasiswi mampu semakin menemukan kembali penghayatan spiritualitas
Kristiani di dalam dirinya agar semakin bersemangat dalam perkuliahan.
Penulis melihat sebagian besar mahasiswa hanya terbatas pada pemikiran
(kepala) saja tetapi untuk hati dan tangan belum terlalu terlihat. Dengan kegiatan
rekoleksi ini penulis mempunyai tujuan untuk mengajak mahasiswa-mahasiswi
IPPAK untuk mengembangkannya semua demi mencapai perkembangan diri yang
utuh. Dengan kegiatan rekoleksi ini diharapkan mahasiswa-mahasiswi bertemu
dengan dirinya secara pribadi dan dengan bantuan terang Injil mereka mampu
untuk semakin menghayati dan mengembangkan spiritualitas Kristiani.
Langkah-langkah dalam serial kegiatan rekoleksi ini diawali dari survey
lapangan atau expose community. Maksudnya agar mahasiswa-mahasiswi benar-
benar mengalami apa yang terjadi di lapangan. Selain mengalami langsung
mahasiswa-mahasiswi juga makin dapat merefleksikan pengalamannya itu demi
perkembangan diri mereka.
Oleh karena itu penulis mengusulkan program serial kegiatan rekoleksi ini
dilakukan lebih dari satu kali, bisa dua atau tiga kali pertemuan, agar proses
refleksi dan menginternalisasi dapat berjalan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
2. Tujuan Pemilihan Program
Tujuan dari program ini adalah membantu mahasiswa-mahasiswi IPPAK
untuk semakin menghayati spiritualitas Kristiani demi menjadi pribadi yang
berkembang secara matang dan utuh. Selain itu mahasiswa-mahasiswi semakin
dapat menginternalisasi dan menghayati spiritualitas Kristiani di dalam hidup
sehari-hari.
3. Usulan Program Kegiatan Rekoleksi
Dalam membuat program rekleksi ini penulis akan menyusun langkah-
langkah rekoleksi agar mampu dijalankan dengan baik. Sebelumnya penulis akan
melakukan koordinasi dengan koordinator Pembinaan Spiritualitas IPPAK yaitu
Romo BA. Rukiyanto, SJ bahwa program ini bukan menghilangkan mata kuliah
Pembinaan Spiritualitas melainkan untuk memperkaya dan menambah materi
dalam mata kuliah Pembinaan Spiritualitas. Penulis mengusulkan tempat untuk
mengadakan kegiatan rekoleksi ini di Wisma USD di Penting Sari. Tempat itu
dirasa cocok untuk mengadakan rekoleksi ini. Selain itu waktu untuk rekoleksi ini
penulis mengusulkan di luar jam perkuliahan misalnya diadakan pada hari Sabtu
sore sampai Minggu siang. Kegiatan rekoleksi ini diadakan agar mahasiswa-
mahasiswi mengalami perkembangan menjadi pribadi yang utuh, tidak hanya
sebatas pemikiran kognitif saja tapi bagaimana segi praxisnya juga semakin
dikembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
a. Tema Umum
Tema umum untuk rekoleksi ini adalah Menginternalisasi Spiritualitas
Kristiani dalam Menjalani Panggilan Sebagai Calon Guru Agama Katolik.
Dengan tujuan yaitu membantu mahasiswa-mahasiswi IPPAK untuk semakin
menginternalisasi spiritualitas Kristiani sebagai calon guru agama Katolik yang
profesional serta berspiritualitas.
b. Peserta
Peserta kegiatan rekoleksi ini adalah mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD
semester VI dan VIII (tahun ke 3 dan 4). Mengapa hanya semester VI dan VIII
saja, penulis melihat pada semester tersebut para mahasiswa sudah semakin intens
untuk bertemu dengan umat, baik itu di lingkungan maupun masyarakat yang
lebih luas. Oleh karena itu penulis hanya memilih beberapa semester karena agar
lebih fokus dan tidak terlalu membias inti dari rekoleksi ini.
c. Tempat dan Waktu
Tempat : Wisma USD Penting Sari, Kaliurang
Waktu : November 2015
d. Pelaksanaan Rekoleksi
Kegiatan rekoleksi ini diawali mahasiswa-mahasiswi melakukan observasi
baik itu di lingkungan sekitar maupun komunitas-komunitas yang membutuhkan
perhatian. Observasi (praxis) menjadi penting karena mahasiswa-mahasiswi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
benar-benar mengalami atau terjun langsung untuk merasakan kehidupan yang di
observasi itu. Tempat-tempat yang akan dikunjungi ketika survey adaah tempat-
tempat yang mendukung para mahasiswa menjadi seorang guru misalnya di
sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan yang lain.
Dalam observasi mahasiswa-mahasiswi dibekali beberapa pertanyaan yang
membantu menemukan kenyataan hidup yang dialami. Setelah itu peserta
diberikan waktu untuk merefleksikan pengalamannya tadi dalam terang Injil dan
harta kekayaan Gereja. Dengan demikian mereka mampu menemukan panggilan
dalam dirinya, mampu memotivasi dirinya, berefleksi dalam terang Injil Tuhan.
e. Metode Rekoleksi
Metode dalam rekoleksi ini adalah survey lapangan, sharing kelompok, dan
diskusi kelompok serta refleksi pribadi.
f. Sarana
Multimedia : laptop, LCD, speaker, wireless.
Alat musik : gitar/keyboard.
Alkitab, Madah Bakti, buku doa, dan buku refleksi pribadi.
Perlengkapan games, dinamika kelompok.
g. Pendamping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Pendamping rekoleksi ini bisa diatur dari koordinator bidang Pembinaan
Spiritualitas prodi IPPAK, dengan bantuan dari masing-masing dosen pembinaan
Spiritualitas dari tiap semester.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
h. Matriks Program Rekoleksi
Tema umum : Menginternalisasi Spiritualitas Kristiani dalam menjalani panggilan sebagai calon guru agama Katolik yang
profesional sekaligus berspiritual.
Tujuan umum : Membantu mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD dalam menginternalisasi spiritualitas Kristiani sebagai calon
guru agama Katolik yang profesional sekaligus berspiritual.
Tabel 7
Matriks Program Rekoleksi
No Tema Tujuan Tema Judul
Pertemuan
Tujuan
Pertemuan
Materi Metode Sarana Sumber
Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Tuhan
Memanggilku
Membantu
mahasiswa-
mahasiswi
IPPAK dalam
menekuni
panggilannya
sebagai calon
guru agama
Katolik
Mendengar
kan Suara-Nya
Membantu
mahasiswa-
mahasiswi
untuk
semakin
mendengar
kan suara
panggilan
Tuhan dalam
hidupnya.
Film
“Panggi
lan
Samuel”
Materi
untuk
tema I
“Tuhan
Memang
gilku”
Informa
si
Sharing
Tanya
jawab
Refleksi
Kitab
Suci
Laptop
Spea
ker
Hand
out.
Yoh.
10:27-30
Lagu
“Dengar
Dia
Panggil
Nama
Saya”
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Makin mantap
pada pilihanku
ini.
Mahasiswa-
mahasiswi
IPPAK
semakin
mantap akan
pilihannya
sekarang
menjadi
calon guru
agama
Katolik
Ini pilihanku ! Membantu
mahasiswa-
mahasiswi
IPPAK agar
semakin
memantap
kan
pilihannya
sekarang ini.
Materi
untuk
tema II
“Makin
Mantap
Pada
Pilihanku
Ini”
Video klip
“Panggi
lan
Hidupku”
Informa
si
Sharing
Tanya
jawab
Refleksi
Kitab
Suci
Laptop
Spea
ker
Hand
out
Yoh.
10:1-18
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
i. Susunan Acara
Tabel 8
Jadwal Rekoleksi Mahasiswa-Mahasiswi IPPAK – USD
Survey Kelompok
No Waktu Ket
1 09.00 –
13.00
Kelompok mengadakan
survey lapangan terlebih
dahulu.
Koordinator
kelompok masing-
masing.
2 13.00 –
15.00
Istirahat siang
Sesi I
Tuhan Memanggilku
15.00 –
16.00
Registrasi
peserta di
wisma dan
snack.
Panitia.
16.00 –
18.00
Pleno
kelompok
besar dari
survey
lapangan dan
pendalaman
materi sesi I.
Panitia dan
para
pendamping
Spiritualitas.
Pada waktu ini
mahasiswa/mahasi
swi diajak untuk
mendalami materi
dan mengolah
pengalaman yang
telah didapat
Selama melakukan
survey di lapangan.
18.00 –
18.30
Refleksi
pribadi.
18.30 –
19.00
Makan malam.
19.00 –
21.00
Pleno
kelompok
masing-masing
dan mendalami
tema I “Tuhan
Memanggilku”
Tim
pendamping
pembinaan
Spiritualitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
21.30 –
22.00
Doa/ibadat
malam
22.00 - Tidur malam
Sesi II
Makin Mantap Pada Pilihanku Ini
2 05.00 –
06.00
Bangun pagi
dan beberes
pribadi.
06.00 –
06.30
Doa/ibadat pagi
bersama.
06.30 –
07.00
Sarapan pagi.
07.00 –
08.30
Masuk materi
pendalaman
tema II “Makin
Mantap Pada
Pilihanku Ini”.
Tim
pendamping
Pembinaan
Spiritualitas
Pada waktu ini
mahasiswa/ahasiswi
diajak untuk
mendalami materi
tema II.
08.30 –
09.00
Refleksi
pribadi.
09.00 –
09.30
Pleno
kelompok.
09.30 –
10.00
Snack dan
persiapan
pulang.
j. Contoh Salah Satu Persiapan Tema I
1) Pemikiran Dasar
Panggilan Tuhan kepada umat-Nya berbeda-beda, ada yang dipanggil
untuk pekerjaan yang berat ataupun dipanggil untuk menjadi guru. Menjadi
calon guru agama Katolik merupakan sebuah panggilan bagi kita mahasiswa-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
mahasiswi IPPAK. Harusnya kita semua sudah semakin menyadari itu semua
untuk mendengar dan menanggapi panggilan Tuhan itu.
Mahasiswa-mahasiswi IPPAK sebagai kaum muda gereja terpanggil
menjadi seorang pewarta di sekolah yaitu menjadi guru agama Katolik.
Dalam berdinamika di kampus para mahasiswa sangat baik dalam menerima
teori-teori yang diperlukan untuk menjadi guru. Namun apakah dalam ranah
kognitif saja yang diperlukan? Ternyata ranah praxis (praktek) juga harus
disentuh karena dengan prkatek itu sendiri para mahasiswa juga semakin
mengetahui kebutuhan-kebutuhan pada masa sekarang.
Pengetahuan dan tindakan nyata haruslah berjalan beriringan tidak ada
saling mendominasi. Dengan pengetahuan itu para mahasiswa juga semakin
mengetahui teori-teori yang akan diterapkan, sedangkan praxis (praktek) yaitu
bagaimana para mahasiswa dapat menerapkan langsung di kehidupan nyata.
Jadi tidak hanya sekedar tangguh dalam teori saja melainkan unggul dalam
hal praxisnya di kehidupan sehari-hari. Para mahasiswa IPPAK dipanggil
Tuhan untuk senantiasa membantu mengembangkan iman khususnya siswa di
sekolah.
Injil Yoh. 10:27-30 menceritakan tentang Yesus sebagai gembala yang
utama yang sungguh mengenal domba-domba-Nya, dan dombanya selalu
mendengar suara-Nya. Mendengar suara Tuhan dengan hati yang penuh
keyakinan perlu dilatih agar suara Tuhan itu tidak sia-sia dan kita dapat
mendengarkannya dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Sebelum sesi I ini dimulai para mahasiswa melakukan survey lapangan
ke komunitas yang membutuhkan. Mereka mencari data dan juga mengambil
pengalaman hidup dari orang-orang yang membutuhkan perhatian dan kasih
sayang. Tujuan dari survey lapangan ini agar para mahasiswa mengalamai
hidup mereka secara langsung dan makin menghayati bahwa Allah berperan
dalam hidup manusia, sehingga para mahasiswa semakin menghayati akan
spiritualitas Krisitani di dalam hidupnya.
Rekoleksi ini diharapkan membantu mahasiswa-mahasiswi IPPAK dalam
memotivasi diri agar lebih bersemangat lagi dalam perkuliahan. Yang paling
penting adalah bagaimana mahasiswa-mahasiswi IPPAK mampu menghayati
serta menginternalisasi spiritualitas Kristiani tersebut.
2) Tujuan Pertemuan Sesi I
Sesi I : Tuhan Memanggilku.
Tujuan sesi I : Membantu mahasiswa-mahasiswi IPPAK dalam
menekuni panggilannya sebagai calon guru agama Katolik.
3) Materi
Melakukan observasi lapangan.
Menonton film tentang “Panggilan Samuel”
Gerak dan lagu “Dengar Dia Panggil Nama Saya”
Refleksi pribadi dan sharing dalam kelompok.
Penyampaian materi mengenai “Mendengar Panggilan Tuhan”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
4) Sumber Bahan
Pengalaman peserta dalam observasi lapangan.
Yoh. 10:27-30
5) Metode
Informasi
Diskusi kelompok
Sharing
Tanya jawab
6) Sarana
Laptop
LCD
Speaker
Hand out power point.
7) Langkah-langkah dalam sesi I
(a) Observasi lapangan oleh kelompok
Langkah awal ini di mulai dengan kelompok mengadakan observasi lapangan
sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat dalam kelompok. Dalam
observasi ini tiap kelompok membawa panduan beberapa pertanyaan untuk
memudahkan pengolahan lapangan. Contoh panduan pertanyaan:
Kegiatan seperti apakah yang bapak/ibu/saudara lakukan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Apakah bapak/ibu/saudara bersyukur pada Tuhan atas kehidupan Anda
selama ini?
Apa yang bapak/ibu/saudara harapkan kepada pihak-pihak pemerintah
agar menjadi hidup lebih baik?
Bagaimana bapak/ibu/saudara mengolah hidup rohani selama ini?
(b) Pengantar
Teman-teman mahasiswa-mahasiswi yang terkasih, kita berkumpul di
tempat ini untuk mengadakan rekoleksi. Rekoleksi ini berbeda dengan
rekoleksi yang telah diadakan sebelumnya, kita berada di luar kampus.
Dengan tujuan agar kita lebih bebas dan merasakan suasana yang baru,
sehingga kita semakin merasakan kehendak Tuhan di dalam hidup kita
msing-masing.
Sesi I ini mempunyai tema “Panggilanku Campur Tangan Tuhan”, dimana
kita yang berada di kampus IPPAK ini merupakan panggilan Tuhan. Kita
berasal dari berbagai daerah dan juga pribadi yang berbeda-beda tapi
dipanggil disini untuk bersama-sama melangkah menanggapi panggilan
Tuhan itu.
Setelah kita sama-sama melakukan survey lapangan tadi, kita benar-benar
merasakan bahwa kehidupan itu sungguh berbeda dari yang kita banyak
pikirkan. Ternyata hal sepele yang kita lihat belum tentu sepele bagi yang
benar-benar merasakannya. Dengan kita mengadakan survey lapangan
terlebih dahulu kita semakin diingatkan bahwa kita harus bertindak, bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
hanya membantu dalam pikiran saja melainkan bagaimana kita bertindak
langsung pada mereka yang menbutuhkan. Diharapkan kita semakin peka dan
menjadi pribadi yang berkembang secara utuh baik itu dari pikiran, hati dan
perbuatan.
(c) Pengolahan sesi I : “Tuhan Memanggilku”
Setelah kelompok kembali dari observasi lapangan, maka sesi I siap
dimulai. Pendamping mengajak peserta untuk melihat film pendek mengenai
“Panggilan Samuel”, kemudian pendamping membagi peserta menjadi 4-5
kelompok dan mendiskusikan inti sari dari cuplikan film yang sudah dilihat.
Sharing pengalaman dapat dibantu oleh beberapa pertanyaan:
Film tadi menceritakan tentang apa?
Apa yang dilakukan Samuel setelah mendengar panggilan Allah sebanyak
3X?
Bagaimana perasaanmu setelah menyaksikan cuplikan film tersebut?
Bagian manakah yang paling berkesan menurut kamu?
Dapatkah teman-teman menghubungkan panggilan Samuel dengan
panggian kita menjadi seorang guru agama Katolik?
(d) Penjelasan Mengenai Materi
Dalam cuplikan film pendek tadi diceritakan mengenai panggilan Samuel.
Samuel awalnya tidak percaya kalau dirinya dipanggil oleh Allah, setelah
panggilan yang ketiga kalinya barulah Samuel menjawab “Ya Allah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
hambaMu mendengarkan”. Dari kisah ini dapat diambil intinya bahwa
panggilan kita masing-masing merupakan campur tangan dari Tuhan sendiri,
tinggal bagaimana kita menanggapi panggilan tersebut. Apakah menjawab
dengan sepebuh hati hati atau mengabaikannya sehingga kita makin jauh dari
panggilan kita msing-masing. Kita semua disini berkumpul dalam rangka
menanggapi panggilan Tuhan itu sendiri yaitu menjadi calon-calon guru
agama Katolik. Maka kita semua harus menanggapinya dengan rendah hati
dan kesanggupan yang mendalam.
(e) Mendalami Kitab Suci
Peserta diajak untuk membaca teks Kitab Suci yang diambil dari Injil
Yohanes 10:27-30. Setelah peserta membaca, kemudian peserta diajak untuk
mendalami teks tersebut dengan bantuan pertanyaan:
Ayat mana yang mengesan menurut Anda?
Bagaimana tanggapan kalian jika kalian mengalami panggilan dari Tuhan
sendiri?
Inspirasi apa yang Anda dapatkan dari teks Kitab Suci ini?
Panggilan Tuhan adalah suatu hal yang istimewa yang belum tentu semua
oraang mengalaminya. Panggilan Tuhan ada banyak cara misalkan ada yang
dipanggil untuk menjadi imam, biarawan/wati, kepala keluarga, bahkan
menjadi seorang guru. Menjadi seorang guru tidaklah mudah disini perlulah
sikap rendah hati dan mau menerima keadaan orang lain. Selain itu menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
seorang guru harus menguasai kompetensi-kompetensi yang ada, seperti
dalam perkuliahan sedikit sudah disinggung namun harus lebih lagi
dipahamai dan dihayati. Panggilan yang mulia ini harus kita pelihara dengan
baik agar tidak menjadi sia-sia melainkan menjadi berkah bagi kita semua.
Untuk itu teman teman mahasiswa yang terkasih mari kita semua
menanggapi panggilan Tuhan yang mulai ini dengan suka hati dan
kesungguhan hati, agar kita juga dapat menjalaninya dengan baik dan merasa
tidak ada beban.
(f) Merencanakan Aksi Baru
Pendamping mengumpulkan peserta dalam kelompok-kelompok kecil, dan
membuat tugas untuk membuat aksi baru dari observasi lapangan yang telah
dilakukan tadi. Dipandu dengan beberapa pertanyaan:
Pertanyaan panduan untuk merencanakan aksi baru
Setelah mengalami kenyataan pada saat observasi tadi, aksi baru apa yang
akan kelompok lakukan?
Apa usul atau sumbangan konkrit kelompok untuk persoalan yang telah
kelompok alami tadi?
(g) Gerak dan lagu
Dengar Dia panggil nama saya
Dengar Dia panggil namamu
Dengan Dia panggil nama
saya
Juga Dia panggil namamu
Oh giranglah (2X)
Yesus amat cinta pada saya
Oh giranglah
Kujawab ya ya ya (2X)
Kujawab ya Tuhan (2X)
Kujawab ya ya ya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan meyampaikan kesimpulan dari skripsi yang
berjudul “Upaya Pengembangan Spiritualitas Kristiani Mahasiswa-
Mahasiswi IPPAK – USD Sebagai Calon Guru Pendidikan Agama Katolik
Yang Profesional dan Berspiritual”. Kemudian penulis juga akan
mengemukakan saran yang ditujukan kepada mahasiswa-mahasiswi IPPAK.
A. Kesimpulan
Sosok guru yang profesional adalah guru yang menguasai empat kompetensi
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan
kompetensi profesional. Begitu juga untuk guru agama Katolik perlu mengetahui
kompetensi yang ada sekaligus menghayati spiritualitas Kristiani di dalam
hidupnya.
Sosok guru agama Katoik yang mahasiswa-mahasiswi IPPAK harapkan
adalah seorang guru yang menguasai bidang keilmuannya, selain itu mampu
membantu mengembangkan iman murid-murid agar mempunyai iman yang
mantap dan mendalam. Guru agama Katolik juga perlu menguasai kompetensi-
kompetensi untuk itu guru agama Katolik harus selalu belajar. Dalam segi
spiritualitas, guru agama Katolik juga harus mempunyai spiritualitas yang
mendalam, bagaimana menghayati pekerjaannya sebagai pelayanan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
sesama. Oleh karena itu profesional dan berspiritualitas harus berjalan beriringan
dan tidak ada yang mendominasi agar tercapai perkembangan diri yang utuh.
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa-mahasiswi
IPPAK sudah baik dalam hal pemahaman teori. Sedangkan dalam hal praxis di
lapangan mereka belum semua menghayati, dan masih banyak perlu untuk
membuka diri dan hati. Maka dari itu perlunya pendampingan secara lebih
menyeluruh tidak hanya pemahaman saja melainkan bagaimana mengolah
pengalaman itu agar menjadi pribadi yang berkembang dalam iman. Prodi IPPAK
telah menyediakan segala sarana bagi mahasiswanya untuk berkembang secara
rohani maupun jasmani. Kegiatan-kegiatan rohani cukup banyak diadakan di
prodi IPPAK guna membina iman maupun segi spiritual dari mahasiswa tersebut.
Tinggal bagaimana mahasiswa yang bersangkutan mengolahnya dan
mengimplementasikannya dalam hidup sehari-hari. Sosok guru yang
berspiritualitas di dalamnya juga memiliki kompetensi yang baik, karena dengan
mempunyai spiritualitas yang mendalam maka guru juga mampu memberikan
pelayanan yang total.
Program serial kegiatan rekoleksi sebagai program diharapkan membantu
para mahasiswa IPPAK untuk semakin menghayati spiritualitas Kristiani. Survey
lapangan menjadi titik tolak utama yang harus diolah para mahasiswa IPPAK
karena pengalaman hidup itulah keutuhan hidup dapat dilihat. Dengan rekoleksi
ini diharapkan para mahasiswa IPPAK makin menginternalisasi spiritualitas
Kristiani sehingga dapat menjadi pribadi yang berkembang secara utuh. Rekoleksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
ini untuk semakin melengkapi khasanah iman mahasiswa-mahasiswi IPPAK
dalam pembinaan Spiritualitas.
B. Saran
Penulis bertitik tolak dari keseluruhan yang telah diuraikan dalam setiap bab
dan penulis mencoba untuk memberikan saran-saran yang berguna dan masukan
yang baik untuk mahasiswa-mahasiswi IPPAK. Berdasarkan pembahasan pada
bab-bab sebelumnya beberapa hal berikut penulis ajukan sebagai sarana untuk
pihak yang terkait.
1. Bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD
Mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD diharapkan semakin menyadari
bahwa dirinya merupakan calon guru agama Katolik. Mereka diharapkan semakin
mengetahui serta menghayati panggilannya itu sehingga mahasiswa-mahasiswi
IPPAK merasakan manfaatnya. Selain itu mahasiswa-mahasiswi diharapkan dapat
semakin menginternalisasikan spiritualitas Kristiani dalam kehidupan sehari-hari
sehingga semakin dapat menemukan sosok guru yang ideal menurut pandangan
mereka masing-masing terutama yang profesional dan berspiritualitas. Para
mahasiswa dalam berdinamika di kampus maupun hidup sehari-hari tetap
memperhatikan perkembangan imannya, tidak hanya dalam pemikiran saja
melainkan hati dan perbuatan juga harus berjalan secara seimbang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
2. Bagi Koordinator Spiritualitas IPPAK
Prodi IPPAK telah memberikan perhatian yang lebih mengenai
perkembangan spiritualitas Kristiani mahasiswa-mahasiswinya melalui
pendampingan-pendampingan iman. Maka dengan program ini diharapkan
semakin memperkaya karya pendampingan tersebut, sehingga dapat menyentuh
hati mahasiswa-mahasiswi agar mereka merasakan manfaatnya. Selain itu
mahasiswa-mahasiswi IPPAK diharapkan semakin berkembang menjadi pribadi
yang utuh. Bagi koordinator Spiritualitas IPPAK diharapkan mampu melakukan
inovasi dan lebih berkreasi lagi dalam hal pendampingan spiritualitas untuk
mahasiswa-mahasiswi IPPAK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
DAFTAR PUSTAKA
Afrisanti Lusita. (2011). Buku Pintar Menjadi Guru Kreatif, Inspiratif dan
Inovatif. Yogyakarta:Araska.
Agus Rukiyanto, Bernardus. (Ed). (2012). Pewartaan di Zaman Global.
Yogyakarta: Kanisius.
Alkitab Deuterokanonika. (1976). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia dan
Lembaga Biblika Indonesia.
Ajaran dan Pedoman Gereja Tentang Pendidikan Katolik. (1991). Seri Dokumen
Gereja. Jakarta: Grasindo.
Aprilia Heppi Harsari, Valentina. (2013). Upaya Meningkatkan Keterlibatan
Kaum Muda Stsi Gembala Yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam
Hidup Menggereja Melalui Katekese Kaum Muda. Yogyakarta.
Universitas Sanata Dharma.
Bambang Hendarto Y, L. (2006). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta:Prodi
IPPAK – USD.
Banawiratma, J.B. (1990). Spiritualitas Transformatif (Suatu Pergumulan
Ekumenis). Yogyakarta: Kanisius.
_______________. (1991). Iman, Pendidikan dan Perubahan Sosial.
Yogyakarta: Kanisius.
Baskara T Wardaya. (1995). Spiritualitas Pembebasan Refleksi Atas Iman
Kristiani dan Praksis Pastoral. Yogyakarta: Kanisius.
Budi Susanto, Ag. 22 November, 2013. Mengajar Dengan Penuh Perhatian.
Praba, hlm 19.
Darminta, J. (1993). Latihan Rohani St. Ignasius Loyola. Yogyakarta: Kanisius.
_________. (2006). Penegasan Panggilan. Yogyakarta: Kanisius.
Darmawijaya, St. (1990). Aneka Tema Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius.
Drost, J. (2002). Pedagogi Ignasian Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:
Grasindo.
Groenen C. (1979). Dasar-dasar Hidup Religius Panggilan Kristen. Yogyakarta:
Kanisius.
Hasil Lokakarya Katekese Umat. (1984). 20 Tema Katekese Umat. Jakarta: Obor.
Harmin, Merrill dan Melanie Toth. (2012). Pembelajaran Aktif Yang
Menginspirasi:Buku Pegangan Lengkap Untuk Guru Masa Kini. Jakarta:
PT. Macanan Jaya Cemerlang.
Heryatno Wono Wulung. (2008). Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah. Yogyakarta: IPPAK – USD.
____________________. (Ed). Secercah Lentera Kehidupan: Kisah-kisah
Inspiratif Para Pewarta Iman. (2012). Yogyakarta: Kanisius 2012.
Heuken, A. (2002). Spiritualitas Kristiani Pemekaran Hidup Rohani Selama Dua
Puluh Abad. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.
Hutabarat, Rafael. (1981). Berkatekese: Katekese Sebagai Sarana Pembentukan
Hidup Kristen Jemaat. Yogyakarta: Kanisius.
Jacobs, Tom. (1985). Sikap Dasar Kristiani. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Johnson, LouAnne. (2008). Pengajaran Yang Kreatif dan Menarik:Cara
Membangkitkan Minat Siswa Melalui Pemikiran. Jakarta: PT. Macanan
Jaya Cemerlang.
Kamari, F.X. Kepribadian Seorang Katekis. Seri Pradnyawidya 13. Yogyakarta.
Lalu, Yosef. (2005). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI.
Mandagi, L. (1984). Awam Katolik Di Sekolah Menurut Dokumen Gereja. Seri
Pastoral 113. Pusat Pastoral Yogyakarta.
__________. (1994). Identitas Pendidik Katolik. Seri Pastoral 231. Pusat Pastoral
Yogyakarta.
Mangunhardjana, A. M. (1985). Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius.
Mardiatmadja, BS. (1985). Beriman Dengan Bertanggungjawab. Yogyakarta:
Kanisius.
Michel, Thomas. (2001). Pokok-pokok Iman Kristiani. Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Mintara Sufiyanta, A. (2010). Sang Guru Sang Peziarah: Spiritualitas Guru
Kristiani. Jakarta: Obor.
_________________. (2011). Guruku Malaikat Jiwaku: Spiritualitas Guru
Kristiani. Jakarta: Obor.
_________________. (2013). The Art of Educating: Cinta di Rumah Kasih di
Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
_________________. (2013). Life As The Real School: Hidup Bijaksana Hidup
Bermakna. Yogyakarta: Kanisius.
_________________. (2013). Cinta Sang Guru: Kisah-kisah Inspiratif Kaum
Guru. Yogyakarta: Kanisius.
_________________. (2013). Teacher As an Instructional Leader: Mendidik
Dengan Jernih Hati dan Terang Budi. Yogyakarta: Kanisius.
_________________. (2014). Hati Sang Guru: Menghayati Panggilan Guru
Kristiani. Yogyakarta: Kanisius.
Muhammad Ali, H. (1987). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar Baru.
Moh Uzer Usman. (1990). Menjadi Guru Professional. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nana Sudjana. (1990). Penilaian Proses Belajar Mengajar cet. 3. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
_____________. (1989). Dasar-Dasar Proses belajar Mengajar cet. 2. Bandung.
Remaja Rosdakarya.
Papo, Yakob. (1990). Pendidikan Hidup Beriman Dalam Lingkup Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Paulus VI. (2013). Evangelii Nuntiandi (Mewartakan Injil). Jakarta:Dokpen KWI.
(Dokumen asli diterbitkan tahun 1975).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru.(2007), Jakarta: Sekretariat Negara.
Pidyarto, H. (1993). Mempertanggungjawabkan Iman Katolik. Malang: Dioma.
Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian. Bandung:Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Samana, A. (1994). Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius.
Sigit Setyawan. (2013). Guruku Panutanku. Yogyakarta: Kanisius.
Sukaryadi, Ag. 21 November, 2013. Membangun Kembali Spiritualitas Guru
Agama Katolik. Praba, hlm 29.
Suparlan. (2006). Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Team PPK Epouto Keuskupan Jayapura. (1985). Jalan Kita Menuju Kehidupan
(Katekese Untuk Orang Dewasa). Jakarta: Obor.
Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode dan Peserta
Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor.
Tim Penyusun Panduan Program Studi IPPAK. (2010). Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Tim Akreditasi Prodi IPPAK – USD. Borang Akreditas Prodi IPPAK. (2013).
Prodi IPPAK – USD. Yogyakarta.
______________________________. Laporan Evaluasi Diri. (2013). Prodi
IPPAK – USD. Yogyakarta.
Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen.(2005). Jakarta: Sekretariat Negara.
Van Bremen, Peter G. (1976). Semangat Kristiani. Yogyakarta: Kanisius.
Winkel, W.S. (1989). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Yohanes Paulus II. (2006). Catechesis Tradendae (Penyelenggaraan Katekese).
(R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta:Dokpen KWI. (Dokumen asli
diterbitkan tahun 1979)
Youcat Indonesia: Katekismus Populer. (2012). Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
A N G K E T
UPAYA PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KRISTIANI
MAHASISWA/SISWI IPPAK-USD SEBAGAI CALON GURU
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK YANG
PROFESIONAL DAN BERSPIRITUAL
NIM :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *(Biarawan/ Biarawati) (*lingkari)
Semester :
Petunjuk :
A. Bacalah secara cermat dan teliti sebelum mengerjakan soal-soal di bawah ini
B. Pilihlah salah satu jawaban dalam kolom berikut ini yang sesuai dengan
keadaan dan pengalaman anda dengan memberi tanda cek list ( ) pada kolom
jawaban yang dimaksud:
C. Contoh cara menjawab:
No Pernyataan SS S TS STS
1 Spiritualitas Kristiani adalah spiritualitas yang
mengambil semangat dari diri Yesus.
√
2 Inti dari spiritualitas Kristiani adalah Yesus
Kristus
√
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS S TS STS
1 Guru agama Katolik adalah pengajar iman Katolik di
sekolah yang bertugas mengembangkan iman siswa.
2 Sebagai guru yang memiliki Kompetensi Pedagogik
guru mampu memahami keadaan atau kemampuan
siswa.
3 Sebagai guru yang memiliki Kompetensi Profesional
sebelum mengajar, hendaknya guru mempersiapkan
materi/bahan ajar dengan baik.
4 Sebagai guru yang memiliki Kompetensi Sosial maka
dalam bersikap guru hanya bersosialisasi dengan sesama
guru, dan murid saja. Orang tua tidak.
5 Sebagai guru yang memiliki Kompetensi Kepribadian
guru wajib mempunyai kepribadian yang mantap agar
dapat menjadi contoh yang baik bagi siswa.
6 Sebagai guru yang berspiritualitas, guru memperhatikan
iman serta kedalaman hidup siswanya.
7 Sebagai guru yang berspiritualitas, guru memberikan
Lampiran 2 : Daftar Pertanyaan Angket
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
pelayanan diri secara total pada muridnya.
8 Spiritualitas Ignasian membantu guru Kristiani dalam
memberikan pelayanan kepada siswa demi kemuliaan
Tuhan yang lebih besar.
9 Mencintai peserta didik merupakan hal yang penting
bagi guru.
10 Selalu bersyukur adalah salah satu ciri guru yang
mempunyai spiritualitas mendalam.
11 Sebagai mahasiswa saya semakin belajar dan tahu
bahwa Yesus adalah inti dari pewartaan guru agama di
sekolah.
12 Sebagai mahasiswa saya semakin belajar memandang
siswa sebagai subjek bukan objek.
13 Sebagai mahasiswa, saya semakin belajar dan
menghayati bahwa kepribadian yang baik akan diterima
baik juga di lingkungan.
14 Sebagai mahasiswa saya belajar untuk menghargai
perbedaan dalam masyarakat sehingga tidak terjadi
konflik.
15 Sebagai mahasiswa, saya belajar untuk bergaul dan
membangun komunikasi yang baik antar sesama
terutama yang berbeda agama.
16 Inti dari spiritualitas Kristiani adalah Yesus Kristus.
17 Spiritualitas Kristiani adalah spiritualitas yang
mengambil semangat dari diri Yesus.
18 Penghayatan dalam spiritualitas Kristiani membantu
saya untuk semakin masuk ke dalam “hubungan”
dengan Allah.
19 Saya sebagai mahasiswa merasakan manfaat dan makin
menghayati spiritualitas Kristiani selama kuliah di
IPPAK.
20 Spiritualitas Kristiani yang saya dapatkan di IPPAK
membantu saya dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
PANDUAN DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
1. Menurut Anda, apa pengertian guru agama Katolik itu?
2. Apakah Anda sungguh mempunyai motivasi untuk menjadi guru agama
Katolik?
3. Apakah Anda setuju jika guru tidak harus bersosialisasi dengan orang tua
siswa? Mengapa?
4. Menurut Anda perlukah guru agama mengetahui kedalaman hidup dan
iman setiap anak didknya? Mengapa?
5. Mengapa pelayanan secara total perlu diberikan kepada siswa?
6. Menurut Anda pentingkah mencintai siswa bagi guru agama? Mengapa?
7. Apakah Anda mengalami perkembangan selama di IPPAK ini, khususnya
dalam kerohanian? Jelaskan!
8. Menurut Anda, apakah kepribadian yang baik dapat diterima di
masyarakat dan tidak menimbulkan konflik?
9. Sebagai mahasiswa/siswi IPPAK yang mengikuti mata kuliah Pembinaan
Spiritualitas, apakah Anda merasakan selama ini Anda semakin merasakan
manfaat dan semakin menghayati spiritualitas itu sendiri? Dan apakah itu
membantu anda dalam kehidupan sehari-hari?
Lampiran 3 : Panduan Daftar Pertanyaan Wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
1. Menurut Anda, apa pengertian guru agama Katolik itu?
R1: Guru agama Katolik adalah seorang pendidik yang mempunyai bidang
khusus.
R2 : Guru agama Katolik adalah seorang pewarta iman di sekolah.
R3: Guru agama Katolik adalah pendidik iman di sekolah.
R4: Guru agama Katolik adalah seorang pembimbing iman dan salah satu
bentuk Pastoral di sekolah.
R5: Guru agama Katolik adalah pendamping iman anak di sekolah.
R6: Guru agama Katolik adalah saksi iman dan pewarta untuk siswa dan guru
di sekolah.
R7: Guru agama Katolik adalah saksi iman dan pewarta untuk siswa dan guru
di sekolah.
R8 :Guru agama Katolik adalah seorang guru atau katekis di sekolah.
R9: Guru agama Katolik adalah seorang pendidik yang khusus belajar tentang
agama Katolik.
R10: Guru agama Katolik adalah seorang guru pengajar agama Katolik di
sekolah, yang mempunyai kemampuan khusus di bidang agama Katolik.
R11: Guru agama Katolik adalah seorang guru yang belajar di bidang khusus
yaitu agama Katolik.
R12: Guru agama Katolik adalah seorang guru yang mengajar agama Katolik
di sekolah, baik itu sekolah dasar maupun sekolah menengah.
R13: Guru agama Katolik adalah pendidik di sekolah yang mengajarkan agama
Katolik.
R14: Guru agama Katolik adalah seorang pendidik iman dan juga katekis di
sekolah.
R15: Guru agama Katolik adalah seorang pendidik agama yang bekerja di
sekolah.
2. Apakah Anda sungguh mempunyai motivasi untuk menjadi guru agama
Katolik?
R1: Motivasi itu sudah saya punyai sejak awal, karena itu saya bersemangat
dalam menjalani perkuliahan di kampus.
R2: Saya mempunyai motivasi yang besar dari awal masuk dan sampai
sekarang saya masih optimis akan motivasi saya itu.
R3: Motivasi itu saya rasakan sejak dari dulu untuk menjadi seorang pendidik
yakni guru agama Katolik.
R4: Motivasi itu saya rasakan ketika sudah menjalani perkuliahan di kampus.
R5: Motivasi itu saya rasakan sejak dari dulu untuk menjadi seorang guru
khususnya guru agama Katolik.
Lampiran 4 : Transkrip Hasil Wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
R6: Motivasi itu baru muncul ketika saya sudah menjalani proses kuliah dan
sampai saat ini motivasi itu masih ada.
R7: Motivasi itu baru muncul ketika saya sudah menjalani proses kuliah dan
sampai saat ini motivasi itu masih ada, saya ingin menjadi guru agama.
R8: Motivasi itu ada karena saya melihat masih banyaknya peluang menjadi
guru agama Katolik.
R9: Saya merasakan bahwa motivasi di diri saya sudah ada dari awal, samapi
saat ini saya masih terus berusaha untuk memupuk motivasi saya itu agar dapat
semakin berkembang.
R10: Saya sejak dari dulu mempunyai keinginan menjadi seorang guru, tidak
berpikir untuk menjadi guru agama. Karena itu cita-cita ini didukung oleh
keluarga saya, sehingga saya semakin bersemangat ketika kuliah.
R11: Motivasi itu ada karena saya melihat masih banyaknya peluang menjadi
guru agama Katolik.
R12: Saya mempunyai motivasi menjadi guru/pendidik sejak dulu, sehingga
diterima di IPPAK ini merupakan hadiah yang baik untuk saya, saya akan
berusaha sekuat mungkin untuk menjalani proses perkuliahan ini dengan baik.
R13: Guru agama mungkin belum terpikirkan oleh saya, melainkan untuk
menjadi guru sudah ada. Akhirnya saya diterima di IPPAK dan saya pun
melanjutkan cita-cita saya dulu tapi untuk kali ini menjadi seorang guru agama
Katolik.
R14: Saya waktu itu belum terpikirkan menjadi guru agama, tapi setelah masuk
IPPAK ini saya menemukan motivasi itu setlah menjalani perkuliahan selama
ini.
R15: Motivasi untuk menjadi guru agama sudah ada karena menurut saya
masih ada peluang untuk bekerja dimanapun.
3. Apakah Anda setuju jika guru tidak harus bersosialisasi dengan orang tua
siswa? Mengapa?
R1: Saya tidak setuju. Guru harus bersosialisasi dengan orang tua karena guru
adalah orang tua kedua di sekolah.
R2: Saya tidak setuju. Guru harus bersosialisasi dengan orang tua karena guru
dapat mengawasi secara langsung ketika di sekolah.
R3: Saya tidak setuju. Guru di sekolah menjadi “pengawas” siswa siswi yang
telah dipercayakan oleh orang tua.
R4: Saya tidak setuju. Guru harus bersosialisasi dengan orang tua karena
dengan bersosialisasi orang tua dapat mengawasi anaknya di sekolah melalui
guru.
R5: Saya tidak setuju. Guru di sekolah menjadi perantara bagi orang tua yang
selalu bekerjasama dengan baik.
R6: Saya tidak setuju. Guru di sekolah menjadi penghubung antara orang tua
dengan pihak sekolah.
R7: Saya tidak setuju. Guru di sekolah menjadi penghubung antara orang tua
dengan pihak sekolah.
R8: Saya tidak setuju. Guru di sekolah harus menjadi partner yang baik di
sekolah sehingga menjadi menguntungkan satu sama lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
R9: Saya tidak setuju. Guru di sekolah harus bekerjasama dengan baik
sehingga siswa siswi menjadi aman dan semakin berkembang di sekolah.
R10: Saya tidak setuju. Guru di sekolah harus menjadi partner dan bekerjasama
dengan baik sehingga menghasilkan sinergi yang baik antar sekolah dengan
pihak rumah.
R11: Saya tidak setuju. Guru dan orang tua harus bersinergi dan bekerjasama
dengan baik sehingga demi siswa siswi. Kerjasama diperlukan agar timbul
hubungan yang baik antara orang tua dan sekolah.
R12: Saya tidak setuju. Guru dan orang tua harus bersinergi dan bekerjasama
dengan baik sehingga demi siswa siswi. Kerjasama diperlukan agar timbul
hubungan yang baik antara orang tua dan sekolah.
R13: Saya tidak setuju. Guru dan orang tua harus bekerjasama satu sama lain
supaya timbul hubungan yang baik.
R14: Saya tidak setuju. Guru dan orang tua harus bekerjasama satu sama lain
supaya timbul hubungan yang baik.
R15: Saya tidak setuju. Guru dan orang tua harus menjadi rekan dalam
mendidik siswa siswi. Orang tua di rumah sedangkan guru di sekolah.
4. Menurut Anda perlukah guru agama mengetahui kedalaman hidup dan
iman setiap anak didknya? Mengapa?
R1: Guru agama perlu mengetahui kedalaman hidup dan iman siswa siswinya
agar semakin mengenal dan tahu bagaimana caranya mengembangkannya.
R2: Guru agama perlu mengetahui kedalaman hidup siswanya agar bisa
memberikan materi yang pas dan sesuai dengan porsinya.
R3: Guru agama perlu mengetahui kedalaman iman siswa siswi agar guru
agama dapat membantu mengembangkannya.
R4: Guru agama perlu mengetahui kedalaman hidup dan iman siswanya karena
dengan iman itu, guru agama tahu prioritasnya ketika sedang mengajar.
R5: Guru agama perlu mengetahui kedalaman iman siswa siswi agar ketika
penyampaian materi tidak terlalu jauh atau sulit diterima.
R6: Guru agama perlu mengetahui kedalaman iman siswa siswi, karena guru
agama juga sebagai pendamping iman agar semakin berkembang.
R7: Guru agama perlu mengetahui kedalaman iman siswa siswi, karena guru
agama juga sebagai pendamping iman agar semakin berkembang.
R8: Guru agama perlu mengetahui kedalaman iman siswa siswi karena guru
agama juga memperhatikan perkembangan iman dari tiap siswa siswinya. Itu
semua dilakukan agar tidak ada yang mengalami kesulitan.
R9: Guru agama perlu mengetahui kedalaman iman siswa siswi agar para siswa
tidak mengalami kesulitan dalam menerima materi dan semakin maju berusaha
menjadi semakin baik.
R10: Selain mengajar di kelas, guru agama perlu mengetahui kedalaman hidup
siswa siswi karena dengan mengetahui imannya itu, guru agama mampu masuk
melalui materi yang diajarkan.
R11: Guru agama perlu mengetahui kedalaman iman siswa siswi karena guru
agama juga memperhatikan perkembangan iman dari tiap siswa siswinya. Itu
semua dilakukan agar tidak ada yang mengalami kesulitan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
R12: Tidak hanya materi saja yang diajarkan oleh guru agama, melainkan
bagaimana cara guru agama tersebut mengembangkan iman para siswa
siswinya, agar mereka semakin mantap akan imannya itu.
R13: Materi hanya untuk pengetahuan siswa siswi saja tapi yang lebih penting
adalah iman, bagaimana iman itu dipupuk dan dibina agar semakin
berkembang kearah yang baik.
R14: Materi hanya untuk pengetahuan siswa siswi saja tapi yang lebih penting
adalah iman, bagaimana iman itu dipupuk dan dibina agar semakin
berkembang ke arah yang baik.
R15: Kedalaman hidup dapat dapat dilihat dari perilaku siswa siswi sehari-hari
tidak hanya melulu dari materi saja.
5. Mengapa pelayanan secara total perlu diberikan kepada siswa?
R1: Pelayanan secara total itu adalah wujud pelayanan Yesus sendiri.
R2: Pelayanan secara total itu perlu karena dalam meberikan pelayanan tidak
boleh setengah-setengah.
R3: Pelayanan secara total itu sama dengan pelayanan hati.
R4: Pelayanan secara total itu adalah bagaimana seni untuk melayani dengan
tulus.
R5: Pelayanan secara total harus diberikan kepada siswa siswi karena dengan
pelayanan total itu guru semakin puas akan pekerjaannya.
R6: Pelayanan secara total wajib diberikan kepada para siswa, agar para siswa
merasa diperhatikan dan merasa senang karena belajar dengan tenang.
R7: Pelayanan secara total wajib diberikan kepada para siswa, agar para siswa
merasa diperhatikan dan merasa senang karena belajar dengan tenang.
R8: Pelayanan secara total wajib diberikan kepada para siswa, karena dengan
pelayanan total guru agama juga memberikan kasih yang tulus kepada siswa
siswinya.
R9: Menjadi seorang guru harus tahu konsekuensinya dan semakin mengerti
akan siswanya, jadi dalam bekerja tidak setengah hati melainkan sepenuh hati.
R10: Pelayanan secara total wajib diberikan kepada para siswa, karena dengan
pelayanan total guru agama juga memberikan kasih yang tulus kepada siswa
siswinya.
R11: Pelayanan secara total wajib diberikan kepada para siswa, karena dengan
pelayanan total guru agama juga memberikan kasih yang tulus kepada siswa
siswinya.
R12: Guru mengabdi kepada Negara dan bangsa maka guru wajib memberikan
pelayanan yang total kepada siswa siswi.
R13: Guru adalah pelayan pendidikan, maka sebagai calon guru kita harus tahu
konsekuensinya menjadi guru yaitu memberikan pelayanan secara total kepada
siswa siswi.
R14: Guru adalah pelayan pendidikan, maka sebagai calon guru kita harus tahu
konsekuensinya menjadi guru yaitu memberikan pelayanan secara total kepada
siswa siswi.
R15: Guru adalah sang pelayan di bidang pendidikan, maka dengan rendah hati
juga pelayanan yang tulus dapat diberikan oleh seorang guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
6. Menurut Anda pentingkah mencintai siswa bagi guru agama? Mengapa?
R1: Mencintai siswa siswi dalam arti tidak personal melainkan benar-benar
mengasihi peserta didiknya itu.
R2: Mencintai siswa siswi dalam arti tidak pilih pilih melainkan universal.
R3: Mencintai dan mengasihi secara universal tidak pilih-pilih.
R4: Mencintai siswa siswi dalam arti secara universal tidak memilih melainkan
mengasihi semua.
R5: Mencintai dalam arti secara universal tidak secara personal, mampu untuk
berbagi kasih kepada siswa siswi.
R6: Mencintai secara menyeluruh tidak pilih-pilih dan tidak membeda-
bedakan.
R7: Mencintai secara menyeluruh tidak pilih-pilih dan tidak membeda-
bedakan.
R8: Mengasihi siswa siswi tanpa memilih melain kan secara keseluruhan
(universal).
R9: Mengasihi tanpa mengenal batas dan tanpa pilih-piih itu menjadi prinsip
seorang guru agama di sekolah.
R10: Guru agama dalam mengasihi siswa siswi tidak meilih-milih, sama seperti
yesus yang selalu mengasihi orang-orang tanpa memandang status atau
kedudukan, semua sama dan harus dikasihi.
R11: Mengasihi siswa siswi tanpa memilih melainkan secara keseluruhan
(universal).
R12: Mengasihi siswa siswi tanpa memilih melainkan secara keseluruhan
(universal).
R13: Mengasihi tanpa harus memilih, melainkan bagaimana kita mampu untuk
membuka diri bagi sesama.
R14: Mengasihi tanpa harus memilih, melainkan bagaimana kita mampu untuk
membuka diri bagi sesama.
R15: Membuka diri akan mengasihi orang lain tanpa pandang bulu. Ini menjadi
penting karena, dengan mengasihi kita sebagai calon guru agama mampu
mengerti akan kebutuhan siswa siswi.
7. Apakah Anda mengalami perkembangan selama di IPPAK ini, khususnya
dalam kerohanian? Jelaskan!
R1: Awalnya tidak terlalu merasakan perkembangan itu, namun semakin hari
saya merasakannya walau belum terlalu sempurna.
R2: Belum merasakan perkembangan yang berarti dalam hidup.
R3: Saya mengalami perkembangan itu dari awal sampai saat ini, terutama
dalam hal kerohanian.
R4: Perkembangan dari hari ke hari semakin saya rasakan.
R5: Saya mengalami perkembangan yang lumayan pesat khusunya dalam hal
kerohanian.. Dalam hal kerohanian saya semakin rajin mengikuti ekaristi
harian dan hidup doa.
R6: Saya belum mengalami perkembangan dalam hal kerohanian, saya
cenderung biasa-biasa saja untuk menjalaninya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
R7: Saya belum mengalami perkembangan dalam hal kerohanian, saya
cenderung biasa-biasa saja untuk menjalaninya.
R8: Saya sudah semakin merasakan perkembangan itu, sedikit demi sedikit
terutama dalam bidang kerohanian, misalnya makin rajin mengikuti perayaan
ekaristi dan bacaan rohani.
R9: Saya belum mengalami perkembangan dalam hal kerohanian, selama ini
saya hanya melakukan biasa saja tidak ada yang terlalu menonjol.
R10: Saya merasakan perkembangan dalam hal rohani, khususnya saya
semakin sering mengikuti perayaan ekaristi harian. Itu salah satu contoh yang
makin berkembang di dalam diri saya.
R11: Saya sudah semakin merasakan perkembangan itu, sedikit demi sedikit
terutama dalam bidang kerohanian, misalnya makin rajin mengikuti perayaan
ekaristi dan bacaan rohani.
R12: Saya belum terlalu mengalami perkembangan dalam hal kerohanian,
semua saya jalani dengan biasa biasa saja.
R13: Dalam hal kerohanian saya belum terlalu berkembang, saya merasa biasa-
biasa saja dalam melakukan apapun.
R14: Saya merasa belum berkembang dalam hal kerohanian tapi setelah masuk
di IPPAK kerohanian saya semakin lebih baik dari sebelumnya.
R15: Saya bersyukur bahwa dalam hal kerohanian saya telah mengalami
perkembangan. Contohnya, saya ketika itu belum rajin mengikuti perayaan
ekaristi, sekarang saya mulai rajin mengikuti perayaan ekaristi harian.
8. Menurut Anda, apakah kepribadian yang baik dapat diterima di
masyarakat dan tidak menimbulkan konflik?
R1: Ya jelas. Kepribadian yang baik pastinya dapat diterima dimanapun
termasuk di dalam masyarakat.
R2: Ya jelas. Kepribadian yang baik pasti dapat diterima dan diapresiasi oleh
masyarakat.
R3: Salah satu indikator tidak terjadinya konflik adalah mempunyai
kepribadian yang baik.
R4: Ya jelas. Kepribadian yang baik akan diterima di masyarakat sehingga
konflik dapat dihindari.
R5: Dalam masyarakat pastinya tidak ingin warganya bermasalah jadi
kehidupan bermasyarakat dibangun mulai dari diri sendiri yang mempunyai
kepribadian yang baik.
R6: Pribadi yang baik pastinya dapat mudah bergaul dan dapat diterima di
dalam masyarakat luas.
R7: Pribadi yang baik pastinya dapat mudah bergaul dan dapat diterima di
dalam masyarakat luas.
R8: Di masyarakat luas saya meyakini kalau orang yang punya kepribadian
yang baik itu dapat diterima di masyarakat, dan kebanyakan orang baik itu
tidak terlalu membuat konflik.
R9: Konflik biasanya dari orang-orang yang mempunyai kepribadian yang
kurang baik, tetapi orang yang mempunyai kepribadian yang baik setidaknya
mau menghindari konflik itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
R10: Konflik dapat disebabkan oleh banyak hal, khususnya jika orang yang
tidak mempunyai kepribadian yang baik. Krpibadian yang baik merupakan
faktor yang mempengaruhi timbulnya konflik atau tidak.
R11: Dimasyarakat luas saya meyakini kalau orang yang punya kepribadian
yang baik itu dapat diterima di masyarakat, dan kebanyakan orang baik itu
tidak terlalu membuat konflik.
R12: Konflik dapat terjadi disebabkan oleh banyak hal, misalnya saat ini masih
banyak orang yang berkelakukan kurang baik dan itu dapat menimbulkan
konflik di masyarakat.
R13: Kita ditempa untuk menjadi pribadi yang baik karena dengan menjadi
pribadi yang baik itu kita dapat diterima di masyarakat.
R14: Pribadi yang baik dapat diterima di dalam masyarakat, dan umumnya
pribadi yang baik itu sebagian besar tidak menimbulkan konflik.
R15: Kepribadian yang baik pastinya dapat diterima oleh masyarakat, tapi
untuk menimbulkan konflik atau tidak tergantung dari tiap pribadinya. Kita
tidak tahu pikiran orang, mana yang baik mana yang tidak baik.
9. Sebagai mahasiswa/siswi IPPAK yang mengikuti mata kuliah Pembinaan
Spiritualitas, apakah Anda merasakan selama ini Anda semakin
merasakan manfaat dan semakin menghayati spiritualitas itu sendiri?
Dan apakah itu membantu anda dalam kehidupan sehari-hari?
R1: Belum terlalu merasakan tapi saya merasa sudah ada yang berubah kea rah
yang lebih baik dibandingkan sebelu-sebelumnya. Dalam kehidupan sehari-hari
sungguh sangat membantu saya baik itu di komunitas maupun di masyarakat
ingkungan.
R2: Saya merasakan banyak manfaat tapi belum sepenuhnya saya hayati, hanya
di kulit luarnya saja.
R3: Saya sudah semakin merasakan manfaatnya ketika kuliah dan mempunyai
dampak yang baik di kehidupan pribadi saya.
R4: Saya sudah semakin merasakan walaupun belum semua. Selain itu saya
juga merasakan banyak manfaat dan itu semua dapat saya terapkan di
kehidupan sehari-hari.
R5: Saya sudah semakin merasakan manfaatnya ketika kuliah dan mempunyai
dampak yang baik di kehidupan pribadi saya. Misalnya dalam berbagai bidang
yakni dalam bidang kerohanian maupun hal studi, awalnya saya kurang tertarik
membaca dan sekarang saya sudah semakin tekun untuk membaca.
R6: Saya sudah semakin merasakan manfaatnya ketika kuliah dan mempunyai
dampak yang baik di kehidupan pribadi saya. Misalnya dalam berbagai bidang
yakni dalam bidang kerohanian maupun hal studi, awalnya saya kurang tertarik
membaca dan sekarang saya sudah semakin tekun untuk membaca.
R7: Saya sudah semakin merasakan manfaatnya ketika kuliah dan mempunyai
dampak yang baik di kehidupan pribadi saya. Misalnya dalam berbagai bidang
yakni dalam bidang kerohanian maupun hal studi, awalnya saya kurang tertarik
membaca dan sekarang saya sudah semakin tekun untuk membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
R8: Saya sudah semakin merasakan manfaatnya ketika kuliah dan mempunyai
dampak yang baik di kehidupan pribadi saya. Misalnya dalam berbagai bidang
yakni dalam bidang kerohanian maupun hal studi.
R9: Semakin hari saya merasakan perkembangan yang berarti dalam hidup
saya terutama ketika kuliah di IPPAK, saya merasakan banyak manfaat yang
diperoleh. Perkembangan diri, kerohanian, sampai studi saya mengalami
perkembangan yang tidak biasanya dari sebelum-sebelumnya. Begitu juga
dengan manfaat yang saya peroleh ketika mengikuti pembinaan spiritualitas.
R10: Saya bersyukur dapat kesempatan kuliah di IPPAK, karena di IPPAK ini
saya mendapatkan kesempatan untuk mengolah kepribadian dan segala yang
berkaitan dengan kemampuan saya secara pribadi. Dalam pembinaan
spiritualitas, saya mendapatkan banyak manfaat misalnya dalam hal studi
semakin membantu saya semangat dalam kuliah.
R11: Saya sudah semakin merasakan manfaatnya ketika kuliah dan mempunyai
dampak yang baik di kehidupan pribadi saya. Misalnya dalam berbagai bidang
yakni dalam bidang kerohanian maupun hal studi, awalnya saya kurang tertarik
membaca dan sekarang saya sudah semakin tekun untuk membaca. Pembinaan
spiritualitas banyak manfaat yang saya rasakan selama ini, mulai dari
perkembangan dalam hal kerohanian, pribadi, sosial, dan studi.
R12: Suatu kesempatan yang baik dapat kuliah di IPPAK ini, saya merasakan
perkembangan yang baik di dalam diri saya. Mulai dari waktu itu belum terlalu
sering berdoa (jarang) sekarang saya bersyukur saya dapat memulai untuk
melakukan doa dengan baik itulah salah satu hal yang dapat saya rasakan
manfaatnya ketika kuliah di IPPAK. Pembinaan spiritualitas membantu saya
dalam banyak hal terutama akan kemampuan pribadi dan dalam hal studi.
R13: Saya bersyukur dapat kuliah di Jogja, terlebih di IPPAK ini. Saya merasa
beruntung IPPAK berbeda dengan prodi yang lain, ada yang istimewa disini
yaitu bagaimana para dosen benar-benar peduli pada mahasiswanya itu semua
adalah wujud kasih dalam kampus yang harus dilestarikan. Pembinaan
spiritualitas itu sendiri membantu saya mengembangkan diri secara pribadi
menjadi pribadi yang utuh dan matang.
R14: Selama saya mengikuti pembinaan spiritualitas, saya merasa ada yang
berkembang di diri saya yaitu bagaimana saya semakin mengerti kepribadian
saya dan mengerti akan kebutuhan saya sebagai mahasiswa dan juga warga
masyarakat pada umumnya.
R15: Pembinaan spiritualitas adalah mata kuliah yang banyak manfaatnya
untuk saya terlebih selama ini saya mengikutinya. Saya mendapat banyak
manfaat mulai dari perkembangan pribadi sampai perkembangan dalam studi
pun saya merasakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI