perkembangan aspirasi karir siswa dan implikasinya …
TRANSCRIPT
i
PERKEMBANGAN ASPIRASI KARIR SISWA DAN IMPLIKASINYA
BAGI PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING KARIR
(STUDY MIXED METHOD SD, SMP DAN SMA DI KOTA SEMARANG)
TESIS
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Pendidikan
Oleh
ZARA MAYRA
0105516033
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
ii
iii
iii
iv
iv
v
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Harapan dan cita-cita adalah pelengkap yang menemani perjalanan
hidupmu dalam menggapai mimpimu.
(Zara Mayra)
Persembahan :
Almamater Program Studi Bimbingan dan
Konseling, Pascasarjana, Universitas Negeri
Semarang
vi
vi
ABSTRAK
Mayra, Zara, 2018. “Perkembangan Aspirasi Karir Siswa Dan Implikasinya Bagi
Pelayanan Bimbingan Konseling Karir (Study Mixed Method Sd, Smp Dan Sma
Di Kota Semarang) “. Tesis Program Study Bimbingan Konseling. Program
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I, Sunawan, Ph. D.
Pembimbing II, Dr. Edy Purwanto, M.Si
Kata Kunci: Aspirasi karir, gender, mixed method
Keputusan karir merupakan suatu tindakan untuk dapat memutuskan atau
menjatuhkan pilihan pada karir. Kurangnya pemahaman mereka terhadap minat,
bakat, kepribadian serta potensi diri akan berdampak pada ketidakmampuan siswa
dalam melakukan keputusan karir. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
perbedaan bagaimana tingkat perkembangan karir aspirasi siswa dilihat
berdasarkan gender, serta tingkat pendidikan SD, SMP dan SMA.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mixed Methods,
dengan desain sekuensial eksplanatoris model. Penelitian ini dilakukan di SD,
SMP dan SMA di Kota Semarang dengan melibatkan sebanyak 300 siswa.
Pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap kuantitaif dengan
melakukan penyebaran angket dan didukung oleh tahap kualitatif dengan
melakukan wawancara kepada sekitar 18 siswa dengan purposive sampling.
Penelitian ini menggunakan skala CASR (Career Aspiration Scale Revised).
Analisis dengan menggunakan uji Two-Way ANOVA. Hasil penelitian
menunjukan bahwa gender tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perkembangan aspirasi karir siswa, sebaliknya tingkat pendidikan memiliki
pengaruh yang cukup signifikan dalam perkembangan karir aspirasi siswa
khususnya pada aspek Achievement dan Leadership.
Bedasarkan hasil penelitian ini, diharapkan konselor dapat mengenali
bagaimana konsep aspirasi karir berdasarkan gender dan tingkat pendidikan siswa,
sehingga dapat memuat layanan-layanan yang lebih terperinci tentang bagaimana
aspirasi karir, siapa yang mempengaruhi pembentukan aspirasi karir dan apa yang
mempengaruhi aspirasi karir pada siswa.
vii
vii
ABSTRACT
Mayra, Zara, 2018. “Development Of Student Aspiration And Its Implications For
Career Construction Banking Services (Study Of Mixed Method Sd, Smp
And High School In Semarang)“. Thesis of Program Study of Guidance
and Counseling. Post Graduate Study Program of State University of
Semarang. Supervisor I, Sunawan, Ph. D. Supervisor II, Dr. Edy
Purwanto, M.Si
Key Words: Career Aspiration, Gender, Mixed Method
A career decision is an action to be able to decide or make a choice on a
career. Their lack of understanding of interests, talents, personalities and potential
will have an impact on students' inability to make career decisions. This study has
purpose to find out the differences of the level of development of students' career
aspirations viewed from gender, as well as the level of education, SD, SMP,
SMA.
The method used in this study was Mixed Methods, with an explanatory
design sequential model. This research was conducted in SD, SMP and SMA in
Semarang involving 300 students as the participant of the study. The data
collection technique was conducted in two stages, the quantitative stage by
delivering questionnaires and supported by the qualitative stage by conducting
interviews with around 18 students selected by using purposive sampling. This
study applied the CASR (Revised Career Aspiration Scale) scale. Analysis was
done by using the Two-Way ANOVA test. The results showed that gender did not
have a significant effect on the development of student career aspirations, on the
contrary the level of education had a significant influence on the development of
students’ career aspirations, particularly in the aspects of Achievement and
Leadership.
Based on the results of this study, it is expected that counselors can
recognize the concepts of career aspirations based on gender and students’
education level, so that they can provide more detailed services on how career
aspirations arise, who influence the formation of career aspirations and what
influences the career aspirations of students.
viii
viii
PRAKATA
Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya. Berkat karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul “Perkembangan Aspirasi Karir Siswa Dan Implikasinya Bagi Pelayanan
Bimbingan Konseling Karir (Study Mixed Method SD, SMP dan SMA Di Kota
Semarang) ”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar
Magister Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Program
Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang.
Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-
tinggi nya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian Tesis ini.
Ucapan terimakasih peneliti sampaikan pertama kali kepada para pembimbing:
Bapak Sunawan, Ph. D. (Pembimbing I) dan Bapak Dr. Edy Purwanto, M.Si
(Pembimbing II) .
Ucapan terimakasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang
telah membantu selama proses penyelesaian Tesis ini, diantaranya :
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk menyelesaikan studi di
Universitas Negeri Semarang
2. Prof. Dr. Achmad Slamet, M.Si, Direktur Pascasarjana Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberikan kesempatan serta arahan selama
pendidikan, penelitian dan penyusunan tesis.
3. Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons, Koordinator Program Studi
Bimbingan dan Konseling S2 dan S3 Pascasarjana Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan dan arahan selama proses
pendidikan, penelitian dan penelitian tesis ini.
4. Dr. Awalya, M.Pd., Kons, Sekertaris Program Studi Bimbingan dan Konseling
S2 dan S3 Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan
kesempatan dan arahan dalam penelitian tesis
ix
ix
5. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, yang telah
banyak memberikan bimbingan dan ilmu kepada peneliti selama menempuh
pendidikan.
6. Keluarga Tercinta, Papa Azmi Chaniago dan Bunda Elinda Husni berserta
adik Bimasakti yang telah mendukung peneliti untuk menyelesaikan studi di
Universitas Negeri Semarang.
7. Teman teman angkatan 2016 PPS UNNES, khususnya Sofyan Abdi atas
dukungan dan semangat.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan Tesis ini masih banyak
terdapat kekurangan, baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga
hasil penelitian ini bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan.
Semarang, 2019
Zara Mayra
NIM. 0105516033
x
x
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................Error! Bookmark not defined.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................................... ii
ABSTRAK .........................................................................................................................vi
ABSTRACT ...................................................................................................................... vii
PRAKATA ....................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xiv
DAFTAR DIAGRAM ...................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................................... 12
1.3 Cakupan Masalah ........................................................................................... 13
1.4 Rumusan Masalah .......................................................................................... 13
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 14
1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 14
1.6.1 Manfaat Teoritis ............................................................................................. 14
1.6.2 Manfaat Praktis .............................................................................................. 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA
BERFIKIR ....................................................................................................................... 16
1.1 Kajian Pustaka ................................................................................................ 16
1.2 Kajian Teoritis ................................................................................................ 28
1.2.1 Bimbingan Konseling ..................................................................................... 28
1.2.2 Bimbingan konseling karir ............................................................................ 30
1.2.3 Aspirasi Karir ................................................................................................. 33
1.2.4 Perkembangan Karir ..................................................................................... 40
1.2.5 Karakteristik Perkembangan Karir Anak SD ............................................. 46
1.2.6 Karateristik Perkembangan Karir Anak SMP ............................................ 50
1.2.7 Karakteristi Perkembangan Karir Anak SMA ........................................... 53
xi
xi
1.3 Kerangka Berfikir ........................................................................................... 56
1.4 Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 58
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 55
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ............................................................................ 55
3.1.1 Penelitian kuantitatif (Survei - Cross-Sectional) .......................................... 57
3.1.2 Penelitian kualitatif (Etnografi) .................................................................... 58
3.2 Prosedur Penelitian ......................................................................................... 59
3.3 Subjek Penelitian ............................................................................................ 61
3.3.1 Populasi............................................................................................................ 61
3.3.2 Sample.............................................................................................................. 62
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .............................................. 63
3.4.1 Variabel Penelitian ......................................................................................... 63
3.4.2 Definisi Oprasional ......................................................................................... 63
3.5 Lokasi Penelitian ............................................................................................. 64
3.6 Teknik, Instrumen dan Bahan Pengumpulan Data ..................................... 64
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 64
3.6.2 Instrument Pengumpulan Data ..................................................................... 67
3.7 Uji Instrumen Penelitian ................................................................................ 75
3.7.1 Uji Validitas Item ............................................................................................ 75
3.7.2 Validitas Konstrak .......................................................................................... 75
3.7.3 Validitas Isi ...................................................................................................... 76
3.7.4 Uji Reliabilitas Item ........................................................................................ 76
3.8 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 77
3.8.1 Analisis Data Kuantitatif ............................................................................... 78
3.8.2 Analisi Data Kualitatif ................................................................................... 79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 81
3.1 Hasil Penelitian ................................................................................................ 81
3.1.1 Analisis Kuantitatif ......................................................................................... 82
3.1.2 Analisis Data Kualitatif ................................................................................ 103
4.2 Hasil Temuan Data Kuantitatif dan Data Kualitatif ................................. 115
4.3 Pembahasan ................................................................................................... 118
4.3.1 Bentuk Aspirasi Karir Dilihat Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 118
4.3.2 Bentuk Aspirasi Karir Dilihat Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........... 123
xii
xii
4.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 130
BAB V PENUTUP ......................................................................................................... 132
5.1 Simpulan ........................................................................................................ 132
5.2 Saran .............................................................................................................. 133
5.2.1 Bagi konselor pada tingkat pendidikan SD, SMP dan SMA .................... 133
5.2.2 Bagi penelitian Selanjutnya ......................................................................... 133
LAMPIRAN................................................................................................................... 142
xiii
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Tugas-tugas Perkembangan Karir Menurut Super (1957, dalam Zuker
Vernon, 1986) ..................................................................................... 42
Tabel 2. 2 Tahapan-tahapan atau Periode dalam Studi Giznberg ......................... 45
Tabel 3. 1 Pedoman Wawancara Subyek Penelitian Kualitatif ............................ 66
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrument Penelitian Career Aspiration Scale – Revised
(Gregor & o’Brien, 2015) ................................................................... 73
Tabel 3. 3 Means, Standar Deviation, Possible, and Actual Ranges of Subscales 77
Tabel 3. 4 interval kategori rata-rata aspirasi karir ............................................... 79
Tabel 4. 1 Deskripsi Aspirasi karir ....................................................................... 83
Tabel 4. 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ............................................. 85
Tabel 4. 3 Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Homogenitas................................... 86
Tabel 4. 4 Hasil uji GLM ...................................................................................... 86
Tabel 4. 5 Perbedaan aspirasi karir ditinjau dari tingkat pendidikan .................... 87
Tabel 4. 6 Deskripsi Aspirasi karir indikator leadership....................................... 88
Tabel 4. 7 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ............................................. 90
Tabel 4. 8 Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Homogenitas................................... 90
Tabel 4. 9 Hasil uji GLM ...................................................................................... 91
Tabel 4. 10 Deskripsi Aspirasi karir indikator Achievement ................................ 92
Tabel 4. 11 Perhitungan Uji Normalitas data ........................................................ 93
Tabel 4. 12 Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Homogenitas................................. 94
Tabel 4. 13 Hasil uji GLM .................................................................................... 95
Tabel 4. 14 Perbedaan Aspirasi Karir Indikator Achievement Ditinjau Dari
Tingkat Pendidikan ............................................................................. 96
Tabel 4. 15 Deskripsi Aspirasi karir indikator Educational .................................. 97
Tabel 4. 16 Perhitungan Uji Normalitas Data ....................................................... 98
Tabel 4. 17 Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Homogenitas................................. 99
Tabel 4. 18 Hasil Uji GLM ................................................................................. 100
Tabel 4. 19 Perbedaan Aspirasi Karir Indikator Educational Ditinjau Dari Tingkat
Pendidikan ......................................................................................... 101
Tabel 4. 20 Hasil Uji GLM Aspek Keseluruhan ................................................. 101
Tabel 4. 21 Perhitungan Uji Normalitas ............................................................. 102
Tabel 4. 22 Pola Aspirasi Karir Siswa (Achievement) SD, SMP dan SMA ....... 105
Tabel 4. 23 Pola Aspirasi Karir Siswa (Educational) SD, SMP dan SMA ......... 106
Tabel 4. 24 Temuan Data Kuantitatif dan Kualitatif........................................... 115
xiv
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Conceptual and Analitycal Framework by Lihong Huang ....... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. 2 Kerangka Berfikir Perkembangan Aspirasi Karir Siswa.................. 58
Gambar 3. 1 Rancangan Desain Sekuensial Eksplanatoris ................................... 60
xv
xv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4. 1 Nilai Rata-Rata Setiap Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin ...... 84
Diagram 4. 2 Nilai Rata-Rata Setiap Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Pada
Aspek Leadership ........................................................................... 89
Diagram 4. 3 Nilai Rata-Rata Setiap Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Pada
Aspek Achievement ........................................................................ 93
Diagram 4. 4 Nilai Rata-Rata Setiap Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Pada
Aspek Achievement ........................................................................ 98
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Surat Izin Penelitian ......................................................................... 125
Lampiran II Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................... 130
Lampiran III Blue Print / Journal of Career Assesment ..................................... 144
Lampiran IV Back Translate ............................................................................... 157
Lampiran V Validasi Instrument ......................................................................... 166
Lampiran VI Pedoman Wawancara .................................................................... 175
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan karir yang terjadi pada remaja biasanya berkaitan
dengan pemilihan jenis pendidikan, yang mengarah pada pemilihan jenis
pekerjaan dimasa depan. Permasalahan ini penting untuk diperhatikan
sehubungan dengan banyaknya kebingungan yang dialami remaja dalam
menentukan arah karirnya. Tidak hanya itu kebimbangan karir pada remaja
akan berakibat pada tingkat kematangan perkembangan kepribadian (Lestari,
2017). Berbagai strategi dalam upaya untuk meningkatkan kualitas individu di
Sekolah Menengah telah dilakukan. Hasil dari usaha yang dilakukan masih
belum dapat dirasakan secara langsung. Siswa di Sekolah Menengah Atas
yang cenderung masih mengalami berbagai masalah. Khususnya yang
berkaitan dengan masalah karir.
Siswa sekolah menengah atas yang masih rendah minat melanjutkan
studinya, bahkan ada yang tidak berminat sama sekali. Berkaitan dengan
minat studi lanjut tersebut ada sebagian siswa yang sangat berminat, ada yang
biasa - biasa saja, ada yang kurang atau bahkan tidak berminat. Rendahnya
minat melanjutkan studi, khususnya ke perguruan tinggi justru akan
berdampak nantinya pada pemilihan jurusan atau pekerjaan apa yang cocok
atau sesuai dengan minat dan bakatnya. Di samping itu, apabila siswa
menganggur setelah lulus SMA,justru akan menambah angka pengangguran
2
di tingkat sekolah menengah atas. Lain halnya jika siswa menempuh
pendidikan tinggi atau melanjutkan studi ke perguruan tinggi (Derianto &
Purnamasari, 2016)
Mereka akan lebih luas pemahamannya dan tentunya memiliki bekal
untuk memasuki dunia kerja, dikarenakan jurusan yang dipilih tersebut sesuai
dengan bakat dan minatnya. Dalam hal ini perlukan seorang pembimbing
yang bisa membantu siswa dalam meningkatkan minatnya dalam melanjutkan
studinya. Hal ini sangat membantu siswa karena dengan siswa melantujkan
studi nya ke jenjang yang lebih tinggi maka hal itu akan membantu siswa
dalam menempuh karier nya untuk kedepan supaya lebih suskes dan
mengurangi pengangguran didunia kerja. Karena yang kita ketahui dizaman
sekarang ini persaingan dunia kerja semakin sulit.
Bimbingan konseling sebagai bagian integral dari pendidikan yang
berfungsi untuk membantu siswa dalam mencapai perkembangan yang
optimal, salah satunya membantu siswa mencapai tugas perkembangan karir
yakni dalam pengambilan keputusan karir yang sesuai dengan apa yang siswa
inginkan. Konselor sekolah mempunyai peranan yang lebih besar
dibandingkan dengan personil sekolah lain untuk membantu siswa dalam
proses pengambilan keputusan karir untuk masa depannya. Peran bimbingan
dan konseling juga sangat penting untuk memberikan informasi terkait dengan
berbagai pilihan karir yang ada sehingga siswa memiliki banyak referensi
dalam proses pengambilan keputusan karirnya. Fokus permasalahan karir
yang dibahas dalam penelitian ini adalah aspirasi karir peserta didik yaitu
3
untuk siswa SD SMP dan SMA di kota Semarang sebagai bahan
pertimbangan untuk melanjutkan pendidikan baik pemilihan jurusan maupun
kelanjutan pendidikan ke perguruan tinggi serta pekerjaan yang sesuai dengan
juruan yang dipilih.
Pengenalan terhadap suatu karir diperoleh melalui proses interaksi
yang terjadi antara orangtua dengan anak. Informasi ini diserap oleh seorang
anak melalui proses pemahaman sesuai dengan kemampuannya. Informasi
tersebut juga akan diperkaya melalui eksplorasi yang dia lakukan terhadap
lingkungannya. Sedangkan kemampuan dan kemauan mengeksplorasi
lingkungan tersebut terkait dengan kelekatan dengan orang tua. Pembentukan
aspirasi karir dimulai melalui pengenalan berbagai kemungkinan pilihan karir
dalam keluarga (Schuette, Ponton, & Charlton, 2012). Lebih lanjut dijelaskan
aspirasi karir juga seringkali dipengaruhi oleh pekerjaan yang dijalani oleh
orang tua, kondisi sosial ekonomi, serta gender identifikasi anak, ras, tingkat
pendidikan, dan harapan orang tua (Domenico & Jones, 2006). Berbeda
dengan sebelumnya, penelitian berikutnya menyatakan bahwa aspirasi karir
dipengaruhi oleh tipologis kepribadian (Chemeli & Sheldon, 2013).
Menurut Giznberg (Santrock, 2003) seseorang mulai memiliki aspirasi
karir sebenarnya sudah di mulai pada usia dini, tetapi aspirasi karir tersebut
masih bersifat fantasi di usia 11 hingga 17 tahun, pada usia sekitar 17 tahun
atau pada usia tersebut adalah saat remaja duduk di bangku SMA, aspirasi
karir individu mulai realistis, individu mulai menyesuaikan dengan keadaan
dan kemampuan mereka. Sebab pada usia tersebut adalah sebuah transisi dari
4
tahap fantasi masa kecil ke tahap pengambilan keputusan realistis dari masa
dewasa awal. Super (Bakar & Mohamed, 2004) mengindikasikan bahwa
remaja berada pada tahap yang sangat penting dari “exploring” dan
“crystallizing” pilihan karir mereka. Peserta didik pada tingkat SMA berada
dalam tahap transisi dari remaja menuju dewasa. Dalam prosesnya, mereka
akan menghadapi permasalahan terkait dengan pemilihan pendidikan dan
karir setelah menyelesaikan pendidikan SMA. Mereka harus menentukan
pilihan antara bekerja, melanjutkan kuliah, atau pilihan lainnya seperti
mengambil program kursus keahlian. Sementara itu di Indonesia sendiri,
terdapat proses peminatan dari mulai peserta didik memasuki jenjang
SMA/MA/SMK.
Baly (dalam Hellenga, Aber dan Rhodes, 2002) menyebutkan aspirasi
pekerjaan adalah pernyataan tentang pekerjaan yang diinginkan pada kondisi-
kondisi ideal, yakni suatu keadaan yang berbeda dengan yang dihadapi saat ini
yang dianggap mendukung si remaja untuk mencapai karir. Misalnya kondisi
ideal yaitu remaja dalam keadaan dapat memilih jurusan apa pun tanpa
terbebani pikiran bagaimana membayar biaya pendidikannya. Harapan
pekerjaan, yaitu pernyataan tentang pekerjaan yang diinginkan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor realitas yang melingkupinya dan mungkin
berpengaruh dalam meraih aspirasi pekerjaan tersebut.
Perbedaan antara aspirasi dan harapan pekerjaan ini adalah dalam
mempertimbangkan faktor-faktor ataupun kondisi-kondisi yang dapat
mendukung tercapainya pekerjaan. Dalam aspirasi karir, meliputi semua
5
faktor dan kondisi yang dianggap mendukung tercapainya suatu pekerjaan.
Sedangkan pada harapan karir, faktor dan kondisi yang dianggap mendukung
tecapainya suatu pekerjaan tersebut diperhitungkan sebagai realitas yang
dihadapi individu.
Menurut Conger (Marliyah dkk, 2004) salah satu tugas perkembangan
remaja adalah pemilihan dan persiapan karir. Pemilihan karir merupakan saat
seorang remaja mengarahkan diri pada suatu tahapan baru dalam kehidupan
mereka. Membuat keputusan memilih karir merupakan usaha remaja
menemukan dan melakukan pilihan di antara berbagai kemungkinan yang
timbul dalam proses pemilihan karir. Seseorang bisa memiliki lebih dari satu
aspirasi karir, hal ini dikarenakan seseorang memiliki lebih dari satu
kebutuhan yang harus dipenuhi (Runcan & Cosmin, 2013). Lebih lanjut
dijelaskan bahwa kombinasi dari beberapa karir aspirasi akan memperkaya
dan memotivasi seseorang dalam menambah referensi terkait aspirasi karirnya
(Runcan & Cosmin, 2013). Dalam penelitian Creed, Wong dan Hood (2009)
tidak ada perbedaan yang signifikan dan kompleks berdasarkan gender yang
ditemukan berkaitan dengan cita-ata atau harapan pekerjaan. Dalam penelitian
ini ditemukan bahwa aspirasi dan harapan karier siswa tidak sesuai satu sama
lain, sementara gender tidak memiliki keterkaitan dengan aspirasi karier
siswa.
Orangtua dapat membantu remaja dalam menetapkan pilihan karir.
Salah satunya adalah mengajarkan dan memberi bekal anaknya dengan segala
pengetahuan dan problem solving dari setiap masalah yang akan mereka temui
6
dalam berkarir. Selain itu orangtua memberi dukungan moral dan
menyakinkan remaja bahwa mereka dapat berhasil mewujudkan cita-citanya.
Tidak hanya dorongan moral, namun orangtua juga dapat memberikan fasilitas
dan keterampilan yang dapat menunjang karir mereka kelak. Namun
kenyataan menunjukkan tidak semua remaja dapat dibesarkan dan diasuh oleh
orang tuanya. Hal ini berkaitan dengan faktor ekonomi, ditinggal oleh
orangtua karena meninggal ataupun permasalahan keluarga (Meizzara, dkk,
1999).
Bagi remaja yang tidak memiliki orang tua/keluarga atau yang berasal
dari keluarga yang kurang mampu secara keuangan, maupun remaja dari
keluarga yang mengalami perpecahan, sanak keluarga lain mungkin dapat
menggantikan peran orangtua. Alternatif lain adalah lembaga panti asuhan,
yang merupakan salah satu lembaga perlindungan anak, berfungsi untuk
memberikan perlindungan terhadap hak-hak anak. Cara yang paling tepat
untuk membantu anak yatim piatu adalah dengan memberikan pendidikan
sejak dini, agar mereka mampu mencari pekerjaan yang baik, sehingga hidup
mereka dapat sejahtera.
Levine dan Hoffner (2006) menyebutkan bahwa pengenalan terhadap
jenis-jenis pekerjaan pertama kali didapatkan dari orangtua dan orang-orang
dewasa lainnya yang merupakan anggota keluarganya.Sedangkan sumber
informasi utama yang dijadikan referensi oleh remaja dalam memilih jenis
pekerjaan adalah orang tua, baru kemudian sekolah dan kerja paruh waktu.
Dari sumber-sumber informasi tentang pekerjaan inilah remaja memperoleh
7
dan mengeksplorasi tentang persyaratan umum, aspek-aspek positif dan
negative, saran dan informasi-informasi lain tentang suatu pekerjaan.
Super (Savickas, 2001) menjelaskan bahwa individu dikatakan matang
atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya
untuk membuat keputusan karir didukung oleh informasi yang kuat mengenai
pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. Dalam sebuah
penelitian pada individu-individu setelah mereka meninggalkan bangku
sekolah menengah atas diketahui bahwa setengah dari mereka tidak sistematis
dan tidak memiliki arah dalam eksplorasi dan perencanaan karir mereka
(Donald, Kowalski, & Gotkin dalam Santrock, 2002).
Peminatan peserta didik merupakan suatu proses pengambilan pilihan
dan keputusan oleh peserta didik dalam bidang keahlian yang didasarkan atas
pemahaman potensi diri dan peluang yang ada. Conroy dan Empson (Bakar, &
Mohamed, 2004) menyebutkan bahwa remaja memiliki aspirasi karir yang
tidak realistik. Banyak yang percaya bahwa aspirasi karir merupakan faktor
penting untuk pencapaian kedepannya. Namun, jika hanya aspirasi yang tinggi
tidak menjamin pencapaian pendidikan yang tinggi pula. Anak-anak kecil
biasanya memiliki pemahaman yang sangat terbatas kemampuan mereka,
belum lagi kegiatan karir dan jalur. Mengingat pengalaman mereka yang
terbatas dan paparan model peran karir, terkait karir mereka kepentingan dan
aspirasi cenderung agak stereotip, sempit, dan cairan (misalnya, seorang anak
mengungkapkan keinginan untuk menjadi seorang pemadam kebakaran satu
minggu dan pemain bisbol berikutnya). Selama masa kanak-kanak dan remaja,
8
orang biasanya menerima meningkatkan pengalaman dengan tugas-tugas
kinerja yang bervariasi serta paparan langsung dan perwakilan untuk berbagai
pelebaran kemungkinan karir. Pengalaman ini menyebabkan kepercayaan
dibedakan tentang kemampuan individu dalam kegiatan beragam domain dan
rasa diperluas kondisi kerja dan reinforcers diberikan oleh pilihan karir yang
berbeda.
Mereka harus menentukan pilihan antara bekerja, melanjutkan kuliah,
atau pilihan lainnya seperti mengambil program kursus keahlian. Sementara
itu di Indonesia sendiri, terdapat proses peminatan dari mulai peserta didik
memasuki jenjang SMA/MA/SMK. Peminatan peserta didik merupakan suatu
proses pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta didik dalam bidang
keahlian yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada.
Conroy dan Empson (2004) menyebutkan bahwa remaja memiliki aspirasi
karir yang tidak realistik .Banyak yang percaya bahwa aspirasi karir
merupakan faktor penting untuk pencapaian kedepannya. Namun, jika hanya
aspirasi yang tinggi tidak menjamin pencapaian pendidikan yang tinggi pula.
Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) siswa sudah mencapai masa
remaja, menurut Dorji (2013) masa remaja adalah masa yang penting untuk
memiliki aspirasi, karena dengan memiliki aspirasi siswa menjadi lebih
percaya diri dan bangga akan dirinya, dan tentu saja ia sudah merencanakan
masa depan dan memiliki harapan untuk meraih cita-citanya. Aspirasi dapat
diartikan keinginan yang sungguh-sungguh atau ambisi kearah yang baik.
Menurut Purwanti (2013) aspirasi merupakan harapan dan tujuan untuk
9
keberhasilan pada masa yang akan datang, selain itu aspirasi menunjukkan
pada kerinduan akan hal yang lebih baik atau tinggi tingkatannya dengan
tujuan mencapai kemajuan tertentu. Menurut Ziger dan Eden (dalam Rina
Azhar,2013) aspirasi karir adalah membina seseorang untuk mewujudkan
tujuan karir yang diinginkan. Mereka juga berpendapat bahwa aspirasi karir
yang terkait dengan harapan karir seseorang dan persepsi individu adalah
gagasan dan penilaian, yang merupakan produk yang terdiri dari proses
pengorganisasian mental, pengintegrasian, dan pengakuan terhadap kenyataan
yang ada.
Berdasarkan tahap perkembangan karir yang dikemukakan oleh Super,
siswa SMA terutama kelas XII semestinya sudah dapat mengarahkan cita-cita,
tujuan masa depan, dan membuat aspirasi karir berdasarkan minat,
kesenangan, kemampuan, kapasitas dan nilai-nilai mereka. Hal ini sesuai
dengan pendapat Partino (2006), bahwa kematangan karir seharusnya sudah
dimiliki siswa SMA, yaitu sudah melakukan pilihan karir untuk melanjutkan
studi atau memasuki dunia kerja.
Kenyataannya masih banyak siswa SMA yang tidak mampu
mengambil keputusan karir. Menurut Santrock (2003), remaja sering
memandang eksplorasi karir dan pengambilan keputusan dengan disertai
kebimbangan, ketidakpastian, dan stress. Penelitian Osipow (1983),
menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi adanya
kebingungan dan keraguan ialah adanya struktur kognitif siswa terhadap
masalah karir, sehingga menyebabkan siswa cenderung 3 memilih pekerjaan
10
yang bergengsi, terhormat, gaji besar, pekerjaan yang ringan, meskipun tidak
sesuai dengan keadaan diri dan lingkungan. Wati (2005) menyatakan bahwa
siswa seringkali mengalami kesulitan dan kebimbangan dalam menentukan
pilihan Perguruan Tinggi dan jurusan yang hendak dipilihnya. Siswa
kadangkala tidak mau bertanya dan mencari informasi mengenai pendidikan
yang sesuai dengan peminatan karir mereka. Tidak jarang siswa memilih
Perguruan Tinggi tanpa disertai dengan pemahaman yang baik mengenai
bakat, minat, dan kemampuan yang dimiliki, atau bahkan memilih Perguruan
Tinggi hanya untuk membuktikan mampu diterima di Perguruan Tinggi
favorit. Sarwono (Sawitri, 2009) mengamati dari tahun ke tahun, lulusan SMA
mengalami kebingungan karena tidak tahu akan meneruskan kemana. Para
psikolog pada bulan Januari-Mei banyak didatangi siswa SMA yang ingin tes
bakat untuk mengetahui setelah lulus sebaiknya melanjutkan ke fakultas atau
jurusan apa.
Pada penelitian Faridah (2014) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif yang signifikan antara aspirasi karir dengan kematangan
vokasional pada siswa di SMK Walisongo Gempol Pasuruan, Hal ini
mengandung pengertian semakin tinggi aspirasi karir seorang siswa maka
semakin tinggi pula tingkat kematangan vokasional mereka. Berdasarkan hasil
penelitian Elok Zakiyatus Sifah tahun 2015 menunjukkan terdapat pengaruh
efikasi diri terhadap aspirasi karir secara positif dan signifikan, yang berarti
efikasi diri dapat memprediksikan aspirasi karir. Hal ini menunjukkan bahwa
11
semakin tinggi effikasi peserta didik maka semakin tinggi pula kesempatan
untuk memprediksi aspirasi karir peserta didik tersebut.
Pada penelitian yang di lakukan Rahayu (1999) menunjukkan tidak
ada perbedaan aspirasi karir antara remaja laki-laki dan remaja perempuan
yang mempunyai inteligensi tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain kesempatan pendidikan yang diberikan oleh orang tua
sekarang sama antara anak laki-laki dan anak perempuan, serta adanya
persamaan antara pria dan wanita dalam masyarakat. Creed, Patton, dan
Prideaux, (2006) mengungkapkan bahwa sebanyak 50% siswa mengalami
kebingungan dalam pengambilan keputusan. Salah satu faktornya adalah
begitu banyak pilihan jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan yang tersedia,
serta kebutuhan untuk mengetahui nilai-nilai kehidupan serta tujuan apa yang
dibutuhkan dalam pilihan karir tersebut. Selain itu, terbatasnya eksplorasi dan
pengalaman pada role model karir maka minat dan aspirasi siswa berkaitan
dengan bidang karir tertentu sering kali menjadi stereotipe atau sesuatu yang
telah terpolakan dalam fikiranya dan terbatas. Terbatasnya informasi
mengenai karir membuat siswa memilih sesuai apa yang diketahui.
Dalam penelitian Creed, Wong dan Hood (2009) tidak ada perbedaan
yang signifikan dan kompleks berdasarkan gender yang ditemukan berkaitan
dengan cita-ata atau harapan pekerjaan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa
aspirasi dan harapan karir siswa tidak sesuai satu sama lain, sementara gender
tidak memiliki keterkaitan dengan aspirasi karir siswa. Danziger dan Eden
menjabarkan dari teori Gottfredson (2013) bahwa aspirasi karir idealis adalah
12
tujuan karir yang diinginkan dan pengembangan aspirasi karir yang dilakukan
merupakan proses mental. Perbedaan persepsi antara kedua jenis aspirasi ini
oleh Danziger dan Eden disebut sebagai “kesenjangan harapan”. Litzky dan
Greenhaus (Smulders, 2007) menyatakan bahwa komponen aspirasi karir
adalah komponen sikap dan komponen perilaku. Menurut Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Pasal 15 menyebutkan bahwa
“Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan
peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”. Sebagai salah
satu sekolah yang menghasilkan lulusan siap kerja dituntut untuk memiliki
keterampilan untuk memasuki lapangan kerja, yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
1.2 Identifikasi Masalah
Permasalahan penelitian yang penulis ajukan ini dapat diidentifikasi
permasalahannya sebagai berikut:
1. Kebingungan yang dialami oleh siswa siswa dalam memilih karir yang
mereka inginkan sesuai dengan minat dan bakat yang mereka miliki.
2. Kurangnya informasi yang dimiliki oleh siswa tentang pendidikan yang
sesuai dengan peminatan karir mereka.
3. Siswa SMA terutama kelas XII semestinya sudah dapat mengarahkan
cita-cita, tujuan masa depan, dan membuat aspirasi karir berdasarkan
minat, kesenangan, kemampuan, kapasitas dan nilai-nilai mereka.
13
1.3 Cakupan Masalah
Karena pembahasan mengenai perkembangan karir aspirasi siswa SD,
SMP dan SMA di kota Semarang , maka penelitian ini perlu ditegaskan
hanya mencakup pada perkembangan aspirasi karir siswa SD, SMP dan SMA
di kota semarang. Adapun cakupan masalah dalam penelitian ini meliputi
beberapa hal, sebagai berikut:
1. Penelitian ini berfokus pada perkebangan aspirasi karir siswa SD, SMP
dan SMA di kota Semarang.
2. Penelitian ini akan berfokus pada bagaimana melihat perbedaan aspirasi
karir dari kedua kriteria yaitu laki-laki dan perempuan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan judul penelitian ini yaitu Perkembangan Karir Aspirasi
Siswa (Studi Mix Method SD SMP dan SMA di Kota Semarang) maka
dirumuskanlah masalah penelitian adalah:
1. Apakah tingkat pendidikan mempengaruhi pola perkembangan aspirasi
karir pada siswa SD, SMP dan SMA di kota Semarang?
2. Apakah Gender berdasarkan kriteria laki-laki dan perempuan
memperngaruhi perbedaan aspirasi karir siswa SD, SMP dan SMA di kota
semarang?
14
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan judul penelitian makan dapat ditentukan bahwa tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menelaah pola perkembangan aspirasi karir pada siswa SD, SMP
dan SMA di kota Semarang.
2. Untuk dapat melihat bagaimana perbedaan perkembangan aspirasi karir
dari laki-laki dan perempuan.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis
dan praktis.
1.6.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis pada penelitian ini dapat dirumuskan menjadi beberapa
hal berikut ini:
1. Bimbingan dan Konseling dalam memperhatikan dan mempelajarai
bagaimana perkembangan aspirasi karir dari siswa-siswa SD SMP
SMA.
2. Bimbingan dan konseling dalam mengembangkan bagaimana
perkembangana spirasi karir siswa perempuan dan siswa laki-laki.
3. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperkaya
pendekatan bagi perkembangan ilmu bimbingan dan konseling
khusus nya pada bidang bimbingan dan konseling karir.
15
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis pada penelitian ini juga dapat dirumuskan ke dalam
beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah, Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
membuat komunikasi yang efektif antara kepala sekolah dengan guru
bimbingan konseling sehingga kepala sekolah dapat memberikan
kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung sekolah dalam
pengembangan karir para siswa.
2. Bagi Guru Bimbingan Konseling, Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan petimbangan bagi guru bimbingan dan
konseling dalam memberikan layanan bimbingan terkait dengan karir
yang dapat memberikan aspirasi yang untuk siswa terkait dengan
karir yang ingin dicapai atau diharapkan siswa. Selanjutnya Sebagai
seorang konselor diharapkan dapat merealisasikan dan pelaksanaan
advokasi sehingga anak-anak mendapatkan kemampuan
pengembangan diri dan otonomi perilaku untuk mewujudkan aspirasi
karir.
3. Bagi peneliti selanjutnya, Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan dasar dan landasan dalam penelitian selanjutnya agar
dapat memahami permasalahan lebih mendalam dan lebih
komprehensi tentang perkembangan aspirasi karir siswa.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA
BERFIKIR
1.1 Kajian Pustaka
Kajian hasil penelitian yang relevan merupakan hasil-hasil penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya dan dikaji keterkaitannya dengan penelitian
yang sedang dilaksanakan. Adapun beberapa hasil penelitian yang kajiannya
bisa digunakan untuk mendukung penelitian ini, yaitu :
Nurhayati (2012) dalam penelitiannya mengenai kesenjangana
aspirasi karir, menunjukan terdapat hubungan yang baik antara citaa-cita
remaja dengan orang tua dengan independensi emosi remaja dan orang tua.
Dalam hal ini ada aspek parential idealization yang meningkat dan uga
diikuti dengan interaksi antara remaja dengan orang tua sehingga diiringi
kesenjangana spirasi karir yang menurun.
Pada penelitian yang sama yang dilakukan oleh Marti'ah, Theodora &
Haryanto (2018) mengenai pengaruh lingkungan keluarga terhadap pilihan
karir siswa. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan
kesiapan karir siswa yang memiliki lingkungan keluarga mendukung dengan
lingkungan keluarga kurang mendukung. Sehingga perlu menjadi perhatian
pihak sekolah ketika melakukan bimbingan mengenai pilihan karir siswa agar
mengikut sertakan keluarga siswa menjadi faktor pertimbangan.
17
Saat ini sebagian besar siswa Sekolah Menengah Pertama mengalami
kebingungan tentang arah studi lanjut. Lebih parahnya lagi, menurut Integrity
Development Flexibility (Harahap, 2014) sebanyak 87% mahasiswa di
Indonesia salah jurusan. Demikian pula dengan alumni Perguruan Tinggi
sebagian besar mengalami kebingungan akan kemana dirinya bekerja.
Walaupun ijazah sudah ada, mereka merasa ada ketidakcocokan antara ilmu
yang dimiliki dengan bidang yang diminati. Hal ini bisa berujung pada
pengangguran dan stres. Selain itu menurut Holland (2011) banyak alumni
tidak memiliki perencanaan karier sehingga pada saat bekerja mengalami
kekecewaan, frustasi dan berkecimpung dalam karier yang menyebabkan
ketidakpuasan terhadap kerjanya. Dampak lain jika siswa tidak mempunyai
perencanaan yang konsisten dengan tujuan pendidikan mereka, maka akan
berakibat negatif pada siswa (Trusty, dkk, 2005). Salah satu penyebab dari
fenomena tersebut karena kurangnya informasi tentang karier khususnya
perencanaan karier pada jenjang pendidikan menengah sehingga memilih
jurusan tanpa ada pertimbangan tanpa melihat bakat dan minat yang dimiliki.
Tanpa ada perencanaan karier berarti tidak ada tujuan karier, karenanya tidak
ada motivasi untuk mencapai kesuksesan (Cassel, 1998).
Selain itu menurut Cheryl (2006) untuk memperoleh pekerjaan yang
bagus siswa membutuhkan pendidikan perencanaan karier dan keahlian yang
bagus pula. Perencanaan karier di Sekolah Menegah Pertama dilakukan untuk
mempersiapkan diri siswa memilih studi lanjut, agar kelak siswa tidak
mengalami kebingungan tentang arah karier. Penelitian yang dilakukan oleh
18
Creed, Conlon & Gembeck (2007) mengenai aspirasi karir siswa SD,
menunjukkan bahwa anak-anak sekolah dasar sedang mempertimbangkan
arah karier. Penelitian telah menunjukkan anak-anak memiliki aspirasi status
pekerjaan dan harapan status pekerjaan untuk diri mereka sendiri, dan bahwa
persepsi ini berbeda untuk beberapa anak, meskipun minoritas.
Pada penelitian yang di lakukan Rahayu (1999) menunjukkan tidak
ada perbedaan aspirasi karir antara remaja laki-laki dan remaja perempuan
yang mempunyai inteligensi tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain kesempatan pendidikan yang diberikan oleh orang tua
sekarang sama antara anak laki-laki dan anak perempuan, serta adanya
persamaan antara pria dan wanita dalam masyarakat. Dalam penelitian Creed,
Wong dan Hood (2009) tidak ada perbedaan yang signifikan dan kompleks
berdasarkan gender yang ditemukan berkaitan dengan cita-ata atau harapan
pekerjaan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa aspirasi dan harapan karir
siswa tidak sesuai satu sama lain, sementara gender tidak memiliki
keterkaitan dengan aspirasi karir siswa.
Afifah (2013) menyatakan bahwa dalam kurikulum 2013
mengharuskan pemilihan peminatan dilakukan saat mulai masuk Sekolah
Menengah Atas sehingga siswa harus memantapkan rencana karier ketika
mereka di Sekolah Menengah Pertama. Namun dari hasil need asessment di
atas siswa belum matang dalam perencanaan kariernya dan membutuhkan
media yang mempermudah dalam merencanakan karier. Media dipandang
sebagai alat komunikasi dalam memberikan materi kepada siswa,
19
sebagaimana diungkapkan Sadiman (2002), bahwa pada dasarnya
pembelajaran di kelas merupakan proses komunikasi. Konselor sebagai
pemberi informasi memerlukan perantara agar siswa sebagai penerima
informasi dapat memahami materi yang disampaikan konselor. Bimbingan
perencanaan karier dengan menggunakan modul, bimbingan tidak hanya
berfokus pada konselor tetapi siswa dapat melakukan secara mandiri.
Penggunaan modul juga tidak bergantung lagi pada media pembelajaran lain
atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media yang lain sehingga
lebih efesien.
Widiastuti (2017) pada penelitiannya mengenai aspirasi karir sisiwa
berdasarkan gender, yaitu para Peserta didik kelas XI belum memiliki
aspirasi karier sesuai dengan tahap perkembangan kariernya. Hal ini dapat
dianggap wajar dengan mempertimbangkan perkembangan remaja secara
psikis dan tahap perkembangan kariernya. Untuk mempersiapkan peserta
didik yang mampu mengambil keputusan dalam pemilihan karier nya maka
aspirasi peserta didik harus lebih ditingkatkan pada kategori tinggi dan sangat
tinggi atau dalam hal ini harus meningkatkan aspirasi karier peserta didik
agar lebih realistis.
Lalu pada penelitian yang dilakukan oleh Creed, Patton, dan Prideaux,
(2006) mengungkapkan bahwa sebanyak 50% siswa mengalami kebingungan
dalam pengambilan keputusan. Salah satu faktornya adalah begitu banyak
pilihan jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan yang tersedia, serta kebutuhan
untuk mengetahui nilai-nilai kehidupan serta tujuan apa yang dibutuhkan
20
dalam pilihan karir tersebut. Selain itu, terbatasnya eksplorasi dan
pengalaman pada role model karir maka minat dan aspirasi siswa berkaitan
dengan bidang karir tertentu sering kali menjadi stereotipe atau sesuatu yang
telah terpolakan dalam fikiranya dan terbatas. Terbatasnya informasi
mengenai karir membuat siswa memilih sesuai apa yang diketahui.
Berdasarkan hasil penelitian Sifah (2015) menunjukkan terdapat
pengaruh efikasi diri terhadap aspirasi karir secara positif dan signifikan,
yang berarti efikasi diri dapat memprediksikan aspirasi karir. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi effikasi peserta didik maka semakin
tinggi pula kesempatan untuk memprediksi aspirasi karir peserta didik
tersebut. Pada pengaruh dan efektivitas pelatihan efikasi diri terhadap
kemampuan pengambilan keputusan karir siswa SMA, mereka telah
melakukan survei di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Sukoharjo
kepada 100 responden untuk mengetahui keputusan karir yang diambil oleh
para siswa. Hasil survei tersebut sesuai dengan keterangan dari guru
Bimbingan dan Konseling (BK) sekolah bahwa ada sebagian siswa belum
memiliki rencana keputusan karir, mereka kurang memperhatikan pentingnya
persiapan keputusan karir sejak awal. Kebanyakan siswa kelas XII baru mulai
mencari informasi karir dan studi lanjut setelah masuk semester kedua dan
setelah selesai UAN. Namun ada sebagian siswa yang sudah mencari
informasi kepada guru Bimbingan dan Konseling untuk menanyakan
mengenai informasi studi lanjut sejak awal kelas XII yaitu siswa yang
berminat untuk mencoba program penelusuran bibit unggul.
21
Hwa kim, O’Brien, Kim (2015). Pada penelitian ini dilakukan pada
wanita wanita-wanita Korea. Penelitian ini menjelaskan bahwa
perkembangan karir aspirasis wanita di Korea sangat dipengaruhi oleh
dukungan dari keluarga dan juga budaya yang berkembang di Negara korea
dan Juga bagaimana perubahan pilihan aspirasi karir wanita dikorea
dikarenakan pengaruh dari promosi kerja dan juga kepuasan kerja. Lalu pada
penelitian yang dilakukan oleh Bersoto (2015). Penelitian ini menjelaskan
bagaimana cinta dari keluarga dan dukungan dari keluarga bagi anak anak
yatim piatu sangat mempengaruhi bagaimana perkembangan aspirasi karir.
Terbentuknya karir aspirasi karena adanya pengalama-pengalaman baik yang
berhubungan dengan model atau panutan yang mereka lihat dari keluar,
lingkungan tempat tinggal mereka. Selain itu juga dukungan keluarga di
perkuat dengan adanya konsep diri yang mereka punya.
Afriadi Sofyan (2013) dalam penelitiannya mengenai aspirasi karir
siswa ditinjau dari jenis kelamin jurusan dan tempat tinggal, ditemukan
bahwa Secara umum tingkat aspirasi karir siswa jenis kelamin laki-laki dan
perempuan berada pada kategori tinggi; terdapat perbedaan yang signifikan di
mana nilai rerata skor perempuan lebih tinggi dibanding siswa laki-laki.
Secara umum tingkat aspirasi karir siswa jurusan IPA dan IPS berada pada
kategori tinggi, dan terdapat perbedaan yang signifikan di mana nilai rerata
skor siswa jurusan IPS lebih tinggi dibanding siswa IPA. Secara umum
tingkat aspirasi karir siswa di daerah pedesaan (rural) dan perkotaan (urban)
berada pada kategori tinggi, Dan terdapat perbedaan yang signifikan dengan
22
nilai rerata skor siswa di daerah perkotaan lebih tinggi dibanding siswa
pedesaan. Secara umumtidak terdapat interaksi antar variabel jenis kelamin,
jurusan dan daerah tempat tinggal dalam menjelaskan kondisi tingkat aspirasi
karir siswa.
Dalam penelitian Creed, Wong dan Hood (2009) tidak ada perbedaan
yang signifikan dan kompleks berdasarkan gender yang ditemukan berkaitan
dengan cita-ata atau harapan pekerjaan. Dalam penelitian ini ditemukan
bahwa aspirasi dan harapan karier siswa tidak sesuai satu sama lain,
sementara gender tidak memiliki keterkaitan dengan aspirasi karier siswa.
Shumba dan Naong (2012). Penelitian ini menentukan faktr-faktor yang
mempengaruhi pilihan karir dan aspirasi karir kalangan mahasiswa Afrika
Selatan. Adapun hasil studi ini menemukan bahwa keluarga, kemampuan
peserta didik serta keyakinan diri dan guru merupakan faktor signifikan yang
mempengaruhi pilihan karir dan aspirasi mahasiswa. Penelitian ini
berkontibusi terkait aspirasi karir yang digunakan sebagai variabel utama.\
Penelitian yang dilakukan oleh Anne York (2008), Salah satu sorotan
dari penelitian ini adalah bahwa jurusan bidang ilmu sangat populer untuk
kedua jenis kelamin: tidak ada perbedaan signifikan secara statistik dalam
minat jurusan sains atau bekerja di bidang kesehatan ditemukan. Kerr dan
Colangelo (1988) juga menemukan jurusan ilmu itu populer di kalangan
siswa yang sangat berbakat. Namun, penelitian ini memang menemukan yang
tradisional perbedaan jenis kelamin perempuan menjadi lebih tertarik pada
23
subjek dalam humaniora dan ilmu sosial dan laki-laki tertarik pada mata
pelajaran matematika, ilmu komputer yang paling kuantitatif, dan teknik.
Pada penelitian Prasetyo tahun 2005 menunjukan bahwa terdapat
hubungan antara aspirasi pendidikan dan karir mahasiswa dengan karakter
mahasiswa, sosialisasi orang tua, pengaruh lainnya dan kehidupan kampus.
Pada penelitian ini dapat melihat adanya faktor-faktor yangberpengaruh pada
tingkat aspirasi karir siswa. Agak dan Odiwuor (2011), penelitian ini adalah
penelitian yang mengeksplorasi perbedaan gender dalam aspirasi karir remaja
dan hambatan pengembangan karir antara siswa sekolah menengah di
Kisumu di kota Kenya. Temuan pada penelitian ini menunjukan bahwa ada
karir tertentu yang disukai olehpria dan wanita yaitu jenis karir investigasi
dan giat namun jenis karir yang realistis sebagian besar dipilih oleh laki-laki
sedangkat tipe karir sosial sebagian besar dipilih oleh perempuan. Kualifikasi
akademik dan kurangnya sumber daya keuangan yang ditemukan menjadi
hambatan utama yang mencegah siswa dari calon untuk karir impian mereka.
Laki-laki menyatakan kurangnya sumber daya keuangan menjadi
penghalangan utama sementara perempuan dianggap kualifikasi akademik
sebagai penghalang utama mereka untuk pengembangan karir mereka.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Elmirawati, Daharnis & Syahniar
mengenai hubungan antara aspirasi siswa dan dukungan orangtua dengan
motivasi belajar, pada penelitian ini menghasilkan bahwa Aspirasi atau cita-
cita merupakan pendorong utama yang menggerakkan seseorang untuk
mencapai apa yang diinginkannya. Apabila seorang siswa memiliki aspirasi
24
atau cita-cita maka ia akan berusaha dengan serius dan sungguh-sungguh
untuk mencapai apa yang dicita-citanya atau yang menjadi aspirasinya. Jadi
apabila seorang siswa memiliki aspirasi atau cita-cita yang tinggi maka akan
lebih kuat juga motivasi belajar siswa tersebut untuk mencapai cita-cita Jadi
dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aspirasi atau cita-cita dapat
mempengaruhi motivasi belajar seseorang. Apabila seseorang mempunyai
cita-cita yang tinggi maka ia kan berusaha dengan semaksimal mungkin
untuk mencapai aspirasinya atau cita-citanya melalui proses belajar.
Sebaliknya motivasi belajar tidak akan terbentuk jika seseorang tidak
mempunyai aspirasi atau cita-cita. Selanjutnya faktor lain yang
mempengaruhi motivasi belajar adalah dukungan orangtua.
Penelitian yang dilakukan oleh Plote (2015) Penelitian ini dilakukan
untuk mengungkapkan lebih banyak tentang faktor-faktor seperti
karakteristik orang tua dan anak yang mempengaruhi aspirasi pendidikan dan
pekerjaan remaja. Studi ini tidak menemukan perbedaan yang signifikan
antara pria dan wanita siswa pada aspirasi pendidikan dan pekerjaan mereka.
Apalagi, Patton dan Creed (2007) menemukan bahwa siswa sekolah
menengah laki-laki lebih cenderung bercita-cita untuk pekerjaan profesional
dan perempuan untuk semi professional pekerjaan. Temuan penelitian ini
juga mengungkapkan bahwa karakteristik orang tua dan anak tidak
berkontribusi signifikan terhadap prediksi aspirasi pendidikan dan pekerjaan
siswa. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya tingkat pendidikan
25
orang tua yang hamper memberikan kontribusi signifikan terhadap prediksi
aspirasi pendidikan dan pekerjaan siswa.
Chandra, Hidayat dan Adison Joni (2017) menemukan bahwa tingkat
aspirasi karir siswa perempuan berada pada ketgori rendah. Pengukuran
tingkat aspirasi karir yaitu pada aspek sikap dan perilaku. Selan itu
berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari lapangan ditemukan fenomena
terkait aspirasi karir, yaitu siswa perempuan cenderung berkeinginan untuk
bekerja dan memilih pendidikan lanjutan dibidang keguruan dan kesehatan
sedangkan siswa laki-laki lebih cenderung ingin berkerja dan memilih
pendidikan lanjutan seperti dibidang teknik atau terkait dengan bidang
teknologi.
Penelitian yang dilakukan oleh Ochs & Roessler (2004) Secara khusus
temuan mendokumentasikan hubungan antara dan antara keyakinan self-
efficacy karir dan hasil akademik dan karir harapan, yang semuanya terkait
dengan niat perilaku eksplorasi karier. Mengingat bahwa perilaku eksplorasi
karir menghasilkan kematangan karir yang lebih besar, yaitu terkait dengan
peningkatan hasil transisi pasca sekolah, penilaian dan upaya intervensi
mengikuti model kinerja tugas menjadi prioritas tinggi dalam pendidikan
layanan untuk remaja dengan ketidakmampuan belajar.
J. B, Oluwatimilehin (2009) mengenai aspirasi karir siswa kelas 2
SMA memperlihatkan bahwa kesadaran tentang profil kerja yang cukup
tinggi dan itu merupakan suatu hal yang umum apalagi untuk siswa SMA di
pedesaan dan diperkotaan. Walaupun begitu siswa SMA yang tinggal
26
diperkotaan lebih besar tingkat kesadarannya dikarenakan mereka memiliki
akses yang lebih besar ke fasilitas komunikasi modern seperti fasilitas
internet yang dapat memudahkan mereka. Sejalan dengan hasil dari
penelitian terlihat bahwa siswa SMA sudah lebih baik menyimpulkan hal-hal
yang berkaitan dengan karir mereka dan hal-hal apa saja yang bisa
mendukung mereka dalam pengembangan karir mereka kedepannya.
Dalam penelitian yang dilakukan mengenai perencanaan career oleh
Tumangor, Sunawan & Purwanto (2018) mengenai Layanan informasi karir
berbantuan website dapat mendukung sepenuhnya pada peningkatan
perencanaan karir siswa di kota Tarakan serta model layanan informasi karir
berbantuan website dapat digeneralisasikan ke seluruh siswa SMA yang ada
di Indonesia dengan berbagai jenjang dan pelaksanaan model layanan
informasi karir berbantuan websitetidak hanya melalui sesi membaca melalui
online, namun model layanan informasi karir berbantuan website dapat
dilakukan secara klasikal atau dengan menggunakan metode blanded
learning. Penelitian ini sangat berhubungan dengan aspirasi karir dalam
aspek educational yang terfokus pada informasi, dan pendidikanyang
berhubungan dan yang dapat mendukung siswa dalam pengembangan karir
mereka.
Aliyah, Sugiarto & Sunawan (2018) dalam penelitian yang dilakukan
pada siswa boarding school itu ,mengenai kekhawatiran karier, kendali
karier, rasa ingin tahu karier, dan keyakinan karier. Aspek keingintahuan
karir diilustrasikan oleh sikap peserta yang enggan mencoba hal-hal baru,
27
apatis terhadap pembelajaran, antusiasme rendah untuk materi yang
disampaikan oleh guru, ketidakpedulian terhadap tanggung jawab akademik
dapat dilihat pada ujian ada siswa yang bolos, dan mereka sering tidur di
kelas ketika guru mengajar. Aspek kepercayaan karir dapat dilihat dari
kurangnya kepercayaan diri subjek menuju cita-cita mereka, enggan
menyampaikan pendapat, tidak yakin kemampuan mereka untuk muncul
dengan selingkuh perilaku, bahkan ketika melewatkan kelas tidak ada upaya
untuk menemukan informasi tentang materi yang tersisa dibelakang. Adaptasi
karir dibentuk dari pengaruh budaya, pola pengajaran, doktrin diperoleh dari
lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjek adalah usia,
pengalaman kerja, keluarga, lembaga pendidikan, dan status sosial ekonomi.
Penelitian mengenai model layanan informasi karir multimedia-
assisted untuk meningkatkan kematangan karir mahasiswa yang dilakukan
oleh Athiyah, Tajri & Purwanto (2014) hasil studi pendahuluan terkait
dengan gambaran kematangan karir siswa menunjukkan bahwa rumusan
layanan informasi karir berbantuan multimedia untuk meningkatkan
kematangan karir disusun terdiri atas rumusan tentang rasional, tujuan,
asumsi dasar, target intervensi, kompetensi konselor, produk, materi, tahap-
tahap pelaksanaan layanan informasi karir, evaluasi dan tindak lanjut dan
model layanan informasi karir berbantuan multimedia untuk meningkatkan
kematangan karir siswa menunjukkan hasil yang efektif pada siswa SMAN 1
Paguyangan tahun pelajaran 2012/2013.
28
Mengenai pelayanan informasi karir yang dibutuhkan oleh para siswa,
seperti pada penelitian Witko at all (2005) CCNS dikembangkan untuk
memeriksa kebutuhan perencanaan karir siswa di Alberta Selatan, Kanada.
Temuan penelitian dalam perencanaan karier itu ternyata penting bagi
sekolah menengah siswa; mereka mencari informasi dan saran dari berbagai
macam individu; dan mereka mencari bimbingan dan arahan profesional
untuk membantu mereka dengan perencanaan karir mereka. Lalu pada
temuan penelitian ini memahami perencanaan karir sekolah menengah siswa
menginginkan lebih informasi karier spesifik dan dukungan untuk
perencanaan karier mereka.
1.2 Kajian Teoritis
1.2.1 Bimbingan Konseling
1.2.1.1 Bimbingan
Bimbingan menurut Frank Parson adalah bantuan yang
diberikan kepada individu untuk memilih, mempersiapkan diri, dan
memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang
dipilihnya. Sedangkan menurut Prayitno dan Erman Amti bimbingan
merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan kepada
seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja
maupun dewasa yang bertujuan agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
29
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa bimbingan adalah pemberian bantuan pada individu atau
kelompok dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk
memahami dan mengatasi permasalahan yang dialami oleh individu
atau kelompok tersebut, dengan cara terus menerus dan sistematis.
1.2.1.2 Konseling
Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses
interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli
mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat
keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya
sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya. Menurut
Prayitno dan Erman Amti konseling adalah proses pemberian bantuan
yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah
(disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi konseli.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh
konselor kepada konseli agar konseli dapat memahami dan
mengarahkan hidupnya sesuai dengan yang diharapkan. Pada
hakikatnya, bimbingan dan konseling merupakan dua rangkaian kata
30
yang mempunyai pengertian yang berbeda. Namun demikian
mempunyai tujuan akhir yang sama, yaitu berusaha membantu
memecahkan masalah yang dihadapi individu maupun kelompok, agar
terhindar atau mampu mengatasi masalahnya.
1.2.2 Bimbingan konseling karir
Winkel berpendapat bahwa bimbingan karir adalah bimbingan
yang mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja, dalam memilih
lapangan pekerjaan atau jabatan (profesi) tertentu serta membekali diri
supaya siap memangku jabatan itu dan dalam menyesuaikan diri dengan
tuntutan-tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki (Winkel,
1991). Bimbingan karir lebih menitik beratkan pada perencaan kehidupan
yang terlebih dahulu haruslah mempertimbangkan potensi diri yang
dimilikinya serta lingkungan sekitar agar mereka memperoleh dan
memiliki pandangan yang cukup luas dari pengaruh terhadap peranan
positif yang layak dilaksanakannya dalam masyarakat (Aqip, 2012).
1.2.2.1 Tujuan Bimbingan Karir
W.S. Winkel berpendapat bahwa bimbingan karir memiliki
tujuan agar siswa:
1. Memahami sisi dunia kerja, serta faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan untuk memilih program atau jurusan secara tepat.
2. Memiliki sifat positif terhadap diri sendiri serta pandangan yang
objektif dan maju terhadap dunia kerja.
31
3. Membuat keputusan yang realistis tentang karir yang dipilih sesuai
dengan kemampuannya.
Bimo Walgito, tujuan dari bimbingan karir adalah untuk
membantu para siswa agar; Pertama, dapat memahami dan menilai
dirinya sendiri, terutama yang berkaitan dengan potensi yang yang ada
dalam dirinya mengenai kemampuan, minat, bakat, dan cita-citanya;
kedua, menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan
yang ada dalam masyarakat; ketiga, mengetahui berbagai jenis
pekerjaan yang berhubungan dengan potensi yang ada dalam dirinya,
mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihan yang diperlukan bagi
suatu bidang tertentu, serta memahami hubungan usaha dirinya yang
sekarang dengan masa depannya; keempat, menemukan hambatan-
hambatan yang mungkin timbul, yang disebabkan oleh dirinya sendiri
dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk dapat mengatasi
hambatan-hambatan tersebut; dan kelima para siswa dapat
merencanakan masa depannya, serta menemukan karir dan
kehidupannya yang sesuai ( Walgito, 2010)
1.2.2.2 Fungsi Bimbingan Karir
Bimbingan karir merupakan salah satu aspek dari bimbingan
dan konseling secara menyeluruh, oleh karena itu kurang bijaksana
apabila pelaksanaan bimbingan karir tersebut terlepas dari bimbingan
secara menyeluruh sehingga bimbingan yang lain terbengkalai, saat
ini, bimbingan karir memang sedang mendapatkan tempat tersendiri
32
sehingga lebih sering dilakukan. Bimbingan karir ini perlu dan penting
diberikan kepada siswa, baik siswa SMP dan terlebih-lebih siswa SMA
dengan alasan sebagai berikut:
1. Para siswa tingkat SMA pada akhir semester dua perlu menjalani
pemilihan program studi atau penjurusan, apakah memilih program
A1, A2, A3 atau A4. Kenyataan menunjukkan bahwa program A5
secara praktis belum atau tidak dapat berlangsung. Walau ada kata
“memilih”, sebenarnya telah ada batas tertentu dalam pengambilan
program, karena ada persyaratan yang terkait dengan prestasi
akademik dari siswa yang bersangkutan. Penjurusan itu jelas akan
menentukan masa depan siswa. Oleh karena itu, dalam pemilihan
ini diperlukan kecermatan dan perhitungan yang matang dan tepat.
Oleh karena itu siswa memerlukan adanya bimbingan.
2. Tidak semua siswa yang tamat SMA akan melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Siswa yang akan langsung terjun ke
dunia kerja tentu memerlukan bimbingan karir ini agar siswa dapat
bekerja dengan senang dan baik.
3. Siswa SMA merupakan angkatan kerja yang potensial, merekalah
yang akan menentukan bagaimana keadaan negara yang akan
datang. Mereka merupakan sumber daya manusia dalam
pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang sebaik-
baiknya untuk menghadapi masa depan, serta menyiapkan dengan
baik pekerjaan-pekerjaan atau jabatan-jabatan yang sesuai dengan
33
potensi yang ada pada diri mereka. Untuk mempersiapkan tersebut
diperlukan bimbingan karir.
4. Pada kenyataan, para siswa SMA sedang dalam masa remaja, yang
merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa. Pada
umumnya, mereka belum dapat mandiri sehingga memerlukan
bantuan dari orang lain untuk menuju kemandirian. Sehubungan
dengan itu mereka memerlukan bimbingan, termasuk bimbingan
karir untuk menyiapkan kemandirian dalam hal pekerjaan.
5. Siswa SMP juga membutuhkan Bimbingan, baik untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk mencari
pekerjaan karena suatu sebab tidak dapat melanjutkan sekolahnya.
Dengan demikian jelaslah manfaat bimbingan karir (Walgiot,
2010)
1.2.3 Aspirasi Karir
1.2.3.1 Definisi Aspirasi Karir
Menurut Booth (2005: 78) aspirasi karir umumnya
didefinisikan sebagai salah satu pilihan karir tertentu yang diinginkan
individu pada tahap perkembangan karirnya. Caroline (2005:79)
mendefinisikan bahwa aspirasi karir merupakan tujuan yang ditetapkan
seseorang untuk dirinya sendiri dalam suatu pekerjaan atau tugas yang
memiliki arti penting bagi seseorang, dengan kata lain secara umum
aspirasi karir dapat diartikan sebagai suatu harapan dalam pilihan karir.
34
Litzky dan Greenhaus (dalam Smulders, 2017) menyatakan
bahwa komponen aspirasi karir adalah komponen dan sikap dan
komponen perilaku. Komponen sikap dapat diartikan sebagai motivasi
untuk mencapai tujuan tertentu sedangkan komponen perilaku aspirasi
karir terdiri dari rencana actual dan strategi untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aspirasi
adalah cita-cita dan harapan individu untuk memperoleh suatu hal
yang lebih baik dan berharga di masa mendatang, sedangkan karir
adalah suatu rangkaian kegiatan pada bidang pekerjaan yang dilakukan
oleh individu pada rentang kehidupannya dalam dunia kerja.
Komponen sikap dan komponen perilaku merupakan aspek yang
terkait dengan aspirasi karir mengenai impian, harapan dan cita-cita,
ambisi juga ide serta perencanaan actual, strategi, kerja keras serta
dedikasi dalam mencapai tujuan.
1.2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aspirasi Karir
Karen M. O’Brien (2016) menjelaskan terdapat 3 aspek yang
mempengaruhi pembentukan aspirasi karir, yaitu (1) Leadership (2)
Achievement (3) Educational. Karen M. O’Brien (1996)
mengungkapkan bahwa individu yang bercita-cita untuk maju dalam
karier mereka sering dikejar peluang untuk kepemimpinan dan
promosi, dan mereka dipilih untuk dilatih atau mengawasi karyawan
baru. Selain itu, kemajuan dalam karir tertentu seringkali
35
mengharuskan pekerja untuk mendapatkan pelatihan atau pendidikan
tambahan untuk persiapan tanggung jawab kerja meningkat. Jadi,
O'Brien mengusulkan itu sebagai ukuran karir aspirasi harus mencakup
tiga tema yang muncul dalam literatur: (1) bercita-cita untuk
kepemimpinan dan promosi, (2) melatih dan mengelola orang lain, dan
(3) mengejar pendidikan lebih lanjut.
Menurut Herr, Chamer & Niles (2004:398) “levels of paretial
support styles and levels of parental attachment, work salience, gender
and racial background and health and physical development”,
dukungan orang tua, gaya hidup dan kasih saying orag tua, gengsi atau
prestise , jenis kelamin dan ras, serta kondisi fisik. Menurut Jigmi
Dorji (2008:1) orientasi aspirasi seseorang dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti jenis kelamin
Huang (2009) banyak faktor yang ditemukan dapat
mempengaruhi pembentukan dan pengembangan aspirasi karir, yang
berkorelasi dengan kepribadian, minat dan banyak variabel psikologis
dan sosiologis. Berdasarkan hasil studi, telah ditemukan bahwa
perkembangan proses aspirasi karir dijelaskan oleh kombinasi variabel
latar belakang sosial-ekonomi, faktor psikologi pribadi dan pengaruh
sosiologis atau lingkungan.
Menurut Hurlock (1999: 25) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi aspirasi terdiri dari:
36
1.2.3.2.1 Faktor Pribadi
1) Intelegensi, Status pendidikan amat penting dalam suatu
kelompok. Banyak diantara remaja yang mempunyai tingkat
aspirasi yang tinggi tetapi tidak relaistis. Hal ini disebabkan
karena adanya tuntutan dari kelompok yang tinggi. Namun jika
status pendidikan tidak begitu berarti, maka dapat dilihat bahwa
remaja akan menentukan tingkat aspirasi yang lebih realistik.
2) Minat Pribadi, Minat timbul dari dalam diri individu tergantung
dari beberapa hal seperti jenis kelamin, bakat, lingkungan
keluarga, dan lingkungan sepermainan. Semakin tersedianya
kebutuhan manusia yang serba cepat dan efisien akan mendorong
semakin besar kesempatan untuk memilih sesuatu yang diinginkan
sesuai dengan aspirasinya.
3) Pengalaman Masa Lampau, Perubahan aspirasi pada remaja
dipengaruhi oleh frekuensi kesuksesan dan kegagalan masa lalu.
Kesuksesan pada bidang tertentu akan mengubah harapan umum
(jika siswa sukses dalam bidang tertentu, siswa mengharapkan
sukses pada bidang lainnnya), sehingga dapat dikatakan bahwa
keberhasilan akan memperkuat aspirasi dan kegagalan
melemahkannya.
4) Pola Kepribadian, Dalam hal ini kepribadian individu turut
mempengaruhi penentuan tujuan cita-citanya. Bila bercita-cita
melebihi kemampuannya sebagai bentuk kompensasi, semakin
37
tidak puas dengan dirinya sendiri, maka semakin tinggi dan tidak
realistis aspirasinya. Biasanya, emosi yang luar biasa merupakan
akhir ketidakpuasan diri. Pribadi yang meyakinkan dan adanya
rasa aman akan menentukan tujuan untuk mencapai cita-citanya.
Para remaja yang dipengaruhi perasaan secara sewajarnya akan
sanggup memelihara keseimbangan yang lebih baik antara
harapan dengan kenyataan, dengan demikan ia akan berangan-
angan secara lebih realistis. Pola kepribadian akan berpengaruh
pada jenis dan kekuatan aspirasi.
5) Nilai Pribadi, Nilai ini menentukan apa saja aspirasi yang penting.
Pada siswa khususnya sesuatu yang diharapkan oleh keluarga,
guru, dan teman-temannya, semakin kuat keinginan untuk diakui
oleh kelompoknya maka aspirasinya semakin meningkat.
6) Jenis Kelamin, Remaja laki-laki mempunyai perbedaan dengan
remaja perempuan dalam hal aspirasi. Remaja perempuan
aspirasinya lebih mengarah pada bidang daya tarik pribadi dan
penerimaan sosial yang dinilai tinggi di kalangan perempuan.
Dalam keluarga dan sekolah, aspirasi remaja laki-laki cenderung
pada bidang pekerjaan, akademik dan olahraga.
7) Kompetisi, Banyak aspirasi yang didasarkan pada keinginan untuk
melebihi orang lain. Semenjak masa kanak-kanak, individu sudah
berkompetisi dengan anak yang lebih tua maupun dengan teman
38
sebaya. Kebiasaan berkompetisi dengan orang lain ini mempunyai
peran yang penting dalam menentukan perkembangan aspirasi.
8) Latar Belakang Ras, Anak-anak dari kelompok minoritas sering
bercita-cita tinggi yang tidak realistis sebagai bentuk kompensasi.
1.2.3.2.2 Faktor Lingkungan
1) Ambisi Orang Tua, Ambisi yang sering lebih tinggi bagi anak
yang lahir pertama daripada bagi anak yang lahir selanjutnya
berpengaruh pada pola asuh orang tua. Orang tua sangat
berpengaruh dalam menentukan karir anaknya. Keluarga,
terutama orang tua berperan besar sebagai sumber pendorong
untuk mempengaruhi perkembangan anak dan membentuk ciri
karakter dari kepribadiannya sesuai dengan apa yang diinginkan
atau diharapkan. Orang tua secara langsung mengajarkan agar apa
yang dilakukan oleh anak harus mencapai hasil sebaik-baiknya,
karena dengan hasil yang baik akan membawa keberuntungan
bagi aspirasinya.
2) Harapan Sosial, Harapan sosial menekankan bahwa mereka yang
berhasil di satu bidang juga dapat berhasil di semua bidang jika itu
diinginkannya. Harapan individu belum tentu akan tercapai
meskipun telah berusaha semaksimal mungkin. Dengan keinginan
dari sebuah kelompok nantinya harapan tersebut harus tercapai
meskipun telah menggunakan banyak cara karena satu sama lain
mempunyai keinginan yang sama, sehingga semakin kuat
39
keinginan untuk diakui dalam kelompoknya maka aspirasinya
akan semakin kuat.
3) Dorongan Keluarga, Individu berasal dari keluarga yang
mempunyai keadaan sosial yang stabil cenderung mempunyai
tingkat aspirasi yang lebih tinggi daripada individu yang berasal
dari keluarga yang tidak stabil. Selain itu individu yang berasal
dari keluarga kecil mempunyai orientasi prestasi yang lebih besar
daripada dari keluarga besar, sebab orang tua pada keluarga kecil
tidak sekedar menuntut anak tetapi juga akan mendorongnya
untuk maju.
4) Urutan Kelahiran, Suatu kenyataan menunjukkan bahwa anak
pertama laki-laki akan ditekankan untuk mencapai aspirasi yang
lebih tinggi daripada adiknya. Keadaan ini berlaku terutama pada
keluarga yang mempunyai kelas sosial tinggi dan menengah,
sedangkan pada kelas sosial rendah anak bungsu justru lebih
ditekankan untuk mempunyai aspirasi yang lebih tinggi, baik dari
orang tuanya maupun kakak-kakaknya.
5) Tradisi Budaya, Tradisi budaya yang beranggapan bahwa semua
orang dapat mencapai apa saja yang diinginkannya jika usahanya
cukup keras. Pada masyarakat yang demokratis menganggap
semua orang mempunyai kesempatan yang sama. Seorang siswa
dalam masyarakat yang demokratis di didik bahwa mereka dapat
mencapai hasil yang tinggi dalam masyarakat bila dapat
40
melakukan hal yang terbaik. Keterbatasan dalam meraih
kesempatan juga dapat berasal dari diri siswa. Misalnya kapasitas
mental, fisik atau temperamen yang tidak memungkinkan untuk
mencapai aspirasinya. Keterbatasan lain adalah karena lingkungan
yang tidak memberikan kesempatan mengembangkan pendidikan
dan keahlian khusus.
6) Nilai Sosial yang Bervariasi dengan Bidang Prestasi, Pada siswa
khususnya sesuatu yang diharapkan oleh keluarga, guru dan
teman-temannya, semakin kuat keinginan untuk diakui oleh
kelompoknya maka aspirasinya semakin meningkat.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi aspirasi adalah faktor pribadi antara lain
intelegensi, minat pribadi, pengalaman masa lampau, pola kepribadian,
nilai pribadi, jenis kelamin, kompetisi, latar belakang ras dan faktor
lingkungan antara lain ambisi orang tua, harapan sosial, dorongan
keluarga, urutan kelahiran, tradisi budaya, dan nilai sosial yang bervariasi
dengan bidang prestasi.
1.2.4 Perkembangan Karir
Teori Tahapan Perkembangan Karir Donald Super Kajian teori
perkembangan aspirasi karir dalam penelitian ini salah satunya adalah
teori yang dikembangkan oleh Donald Super. Super (dalam Tarsidi,
2007: 11-12) mengemukakan formulasi tentang tahapan perkembangan
karir, yakni sebagai berikut:
41
1) Growth atau fase pengembangan (sejak lahir hingga 14-15 tahun)
Ditandai dengan perkembangan kapasitas, sikap, minat, dan
kebutuhan yang terkait dengan konsep diri.
2) Exploration atau fase eksplorasi (usia 15-24), ditandai dengan fase
tentatif di mana kisaran pilihan karir dipersempit tetapi belum
final.
3) Establishment atau fase pemantapan (usia 25-44), ditandai dengan
adanya usaha tekun memantapkan diri melalui seluk beluk
pengalaman selama menjalani karir tertenttu.
4) Maintenance atau fase pembinaan (usia 45-64) ditandai dengan
individu yang telah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan
jabatannya
5) Decline atau fase kemunduran (usia 65+) ditandai dengan bila
individu memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola
hidup baru setelah melepaskan jabatannya.
Kelima tahap di atas merupakan acuan bagi munculnya sikap-
sikap dan perilaku yang menyangkut keterlibatan dalam karir, yang
nampak dalam tugas perkembangan karir (Vocational development
tasks). Berikut adalah tugas-tugas perkembangan karir yang
dikemukakan oleh Super yang disajikan dalam bentuk tabel:
42
Tabel 2. 1 Tugas-tugas Perkembangan Karir Menurut Super (1957, dalam Zuker
Vernon, 1986)
Tugas
Perkembangan
Karir
Usia Karakteristik Umum
Kristalisasi 14-18 Periode proses kognitif untuk memformulasikan
sebuah tujuan karir umum melalui kesadaran akan
sumber-sumber yang tersedia, berbagai kemungkinan,
minat, nilai dan perencanaan untuk okupasi yang lebih
disukai
Spesifikasi 18-21 Periode peralihan dari preferensi vokasional tentatif
menuju preferensi vokasional yang spesifik
Implementasi 21-24 Periode menamatkan pendidikan atau pelatihan untuk
pekerjaan yang disukai dan memasuki dunia kerja
Stabilisasi 24-35 Periode mengkonfirmasi karir yang disukai dengan
pengalaman kerja yang sesungguhnya dan
penggunaan bakat untuk menunjukkan bahwa pilihan
karir sudah tepat
Konsolidasi 35+ Periode pembinaan kemapanan karir dengan meraih
kemajuan, status, dan senioritas.
Giznberg, Ginsburg, Axeirad dan Herma (Didi T. 2010) pada
umumnya dipandang sebagai ahli pertama yang melakukan
pendekatan terhadap teori pilihan okupasi dari sudut pandang
perkembangan. Dalam pengembangan teorinya, Giznberg dkk.
Menginvestigasi secara empiric sejumlah sampel yang memiliki
kebebasan memilih suatu okupasi. Sampel tersebut dari laki-laki yang
berasal dari kelas menengah ke atas di daerah perkotaan, dari keluarga
protestan atau katolik keturunan Anglo-Saxon, yang tingkat
pendidikannya berkisar dari kelas enam hingga pascasarjana. Karena
pemilihan sampel tersebut sangat terbatas, maka konklusi hasil
penelitian ini hanya diaplikasikan secara terbatas pula. Secara spesifik,
pola perkembangan karir perempuan dan etnik mioritas ataupun
43
mereka yang berasal dari pedesaan dan kaum miskin tidak menjadi
bahan pertimbangan. Oleh karena itu konklusi yang dihasilkan belum
tentu dapat diaplisikan pada populasi selain yang diwakili oleh sampel
yang disebutkan.
Kelompok Giznberg menyimpulkan pilihan okupasional
merupakan proses perkembangan, yang pada umumnya mencakup
kurun waktu 6-10 tahun, yang dimulai sekitar usia 11 tahun dan
berakhir sesudah usia 17 tahun atau awal masa dewasa (Didi T, 2010).
Terdapat tiga periode atau tahapan proses pemilihan okupasi yaitu
periode fantasi, teative, dan realistic.
a. Masa Fantasi
Pada masa ini anak usia 10 tahun atau 12 tahun dalam memilih
kariernya mereka masih bersifat sebarangan atau asal pilih.
Pilihannya tidak disadarkan pada pertimbangan yang masak
mengenai kenyataan yang ada, tetapi didasarkan pada kesan atau
khayalan belaka.
b. Masa tentative
Yakni anak berusia lebih kurang lebih 11 sampai 18 tahun. Pada
masa ini dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
(1) Tahap berdasarkan minat
Pada tahap ini perkembangan karir hanya berdasarkan
kesenangan, ketertarikan atau minat sedangkan faktor-faktor
lain tidak dipertimbangkan.
44
(2) Tahap berdasarkan kapasistas
Pada tahap ini anak sudah menyadari bahwa minatnya
berubah-ubah. Maka anak mulai menanyakan pada diri sendiri
apakah dia memiliki kemampuan dalam melakukan suatu
pekerjaan dan apakah kemampuan ini cocok dengan minatnya.
(3) Tahap berdasarkan nilai
Tahap ini bertambah besar dan menyadari bahwa di dalam
pekerjaan yang dilakukan orang terdapat nilai pribadi dan
kemasyarakatan (bahwa kegiatan yang satu lebih mempunyai
nilai dari pada lainnya).
(4) Tahap dalam masa transisi
Dalam masa ini anak memadukan orientasi pilihan yang
dimiliki sebelumnya yaitu orientasi kapasistas dan orientasi
nilai, atau dengan kata lain masa ini sudah mulai pada pilihan
yang realistis.
c. Masa Realistis
Yakni anak berusia lebih 17-15 tahun. Pada masa ini anak mulai
bekerja, masa inipun bertahap yaitu :
(1) Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini anak memberikan penilaian atas pengalaman
kerjanya dalam kaitannya dengan tuntutan sebenarnya.
45
(2) Tahap Kristalisasi
Yaitu ketika anak mengambil keputusan pokok dengan
menggabungkan faktor-faktor yang ada baik dalam diri sendiri
(internal) maupun dari luar (eksternal) misalnya tekanan
waktu ikut memaksa anak untuk harus mengambil keputusan.
(3) Tahap Spesifikasi
Yaitu tahap dimana anak dalam memilih pekerjaan di bidang
pendidikan maka ia akan mengkhususkan pilihannya pada
pekerjaan guru dan bukan pekerjaan lain.
Tiga periode perkembangan karir menurut Giznberg tersebut di
atas dapat dilihat pad atabel 4 di bawah ini.
Tabel 2. 2 Tahapan-tahapan atau Periode dalam Studi Giznberg
Tahap Periode Karakteristik
Fantasi
Masa kanak-kanak
(sebelum usia 11 tahun) • Murni berorientasi
bermain pada tahap
awal.
• Menjelang tahap ini
bermain menjadi
berorientasi kerja.
Tentative
Awal masa remaja (usia
11-17 tahun) • Proses transisi yang
ditandai oleh
pengenalan secara
gradual terhadap
persyaratan kerja
• Pengenalan minat,
kemampuan imbalan
kerja, nilai dan
perspektif waktu.
Realistik
Pertengahan masa
remaja (usia 17 tahun)
hingga awal masa
dewasa
• Pengintergrasian
kapasitas dan minat.
• Kelanjutan
perkembangan nilai-
46
nilai
• Spesifikasi pilihan
okupasi
• Kristalisasi pola-pola
okupasi.
1.2.5 Karakteristik Perkembangan Karir Anak SD
Bimbingan karir di SD diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran
dan pemahaman peserta didik akan ragam kegiatan dan pekerjaan di dunia
sekitarnya, pengembangan sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan
dan orang lain, dan mengembangkan kebiasaan hidup yang positif.
Bimbingan karir disekolah dasar juga berkaitan erat dengan upaya
membantu peserta didik memahami apa yang disukai dan tidak disukai,
kecakapan diri, disiplin, mengontrol kegiatan sendiri. Layanan bimbingan
karir amat erat kaitannya dengan tiga layanan bimbingan yang lainnya
karena kecakapan-kecakapan yang dikembangkan di dalam bimbingan
belajar, pribadi, maupun social akan mendukung perkembangan karir
peserta didik.
“Miller (dalam Muro & Kotman, 1995) peranan konselor
dalam bimbingan karir adalah membantu murid agar murid
memiliki kesadaran diri, meningkatkan keterampilan diri, seperti
dalam kerja sama, dan memberikan informasi tentang dunia
kerja.”
Sciarra (2004) berpendapat bahwa, karakteristik perkembangan
karir pada masa anak-anak, bahwa pada usia ini memasuki tahap orientasi
untuk mengenal kemampuan dan kekuatan dalam dirinya sendiri. Menurut
Sciarra (2004) bahwa perkembangan karir sudah mulai dikenalkan dan
47
dibentuk sejak dini yaitu pada TK/SD. Pengenalan pekerjaan-pekerjaan
untuk siswa TK/SD dilihat berdasarkan dari kehidupan sehari-hari
dilingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, tidak tepat jika pemberian
layanan karir mulai diberikan pada anak memasuki sekolah menengah.
Super (Trasidi : 2007) perkembangan karir anak usia dari usia 0-15 tahun
adalah berada pada tahap pertumbuhan (Grow), kematangan karir anak
usia SD dimulai dari adanya dorongan ingin tahu atau kecurigaan-
kecurigaan yang mendorong anak untuk mengekplorasi
lingkungannya (Curiosity). Tahapan selanjutnya adalah anak melakukan
ekplorasi untuk medaptkan informasi dan sumber informasi, sumbernya
adalah figure-figur yang menadi idolanya (eksploration).
Anak dapat mengekplorasi lingkungannya, anak akan bergantung
pada figure-figur yang menjadi idolanya, pada tahap ini anak belajar
mengontrol diri yang berasal dari nilai-nilai yang berkembang di
lingkungannya (Key Figure), peniruan-peniruan ini akan berkembang
menjadi minat, dalam tahap ini fantasi anak meningkat seiring dengan
informasi yang didapatkan (Developmentl interest), setelah anak memiliki
minat maka anak akan belajar mengambil keputusan berdasarkan
perspektifnya terhadap suatu pekerjaan dan harapannya dimasa
depan (Time Perspektif). Tahapan terakhir pada masa ini ialah tahapan
perkembangan konsep diri, konsep diri ini berasal dari upaya anak
mengeksplorasi lingkungan yang menjadi media pembelajaran kearah
48
memperoleh informasi karir, peniruan, menemukan figure orang dewasa
yang sesuai dengan pengembangan minat.
1.2.5.1 Tujuan Bimbingan Karir SD
Secara lebih operasional, tujuan layanan bimbingan karir di SD
(Depdikbud, 1994) :
a. Mengenal macam-macam dan ciri-ciri dari berbagai jenis pekerjaan
yang ada.
b. Merencanakan masa depan.
c. Membantu arah pekerjaan.
d. Menyesuaikan keterampilan, kemampuan dan minat dengan jenis
pekerjaan.
e. Membantu mencapai cita-cita
Bailey dan Nihien (1989), menyarankan program pengembangan
kesadaran karir di tingkat sekolah dasar, khususnya di kelas-kelas tinggi,
hendaknya dikembangkan secara terpadu dan mencakup hal-hal berikut:
a. Informasi yang difokuskan kepada tanggung jawab dan struktur
pekerjaan.
b. Penyediaan waktu dan kesempatan bagi peserta didik untuk berbagi
pengetahuan tentang dunia kerja dan pengalaman yang diperolehnya
dari orang-orang sekitar tentang berbagai pekerjaan.
c. Kesempatan bagi peserta didik untuk berinteraksi dengan orang-orang
yang bekerja di sekitarnya. Interaksi ini akan menjembatani murid SD
dengan dunia kerja.
49
d. Kesempatan bagi peserta didik untuk mengetahui bagaimana orang
merasakan pekerjaan atau profesi yang dipilihnya.
e. Kesempatan bagi peserta didik untuk mengenali peran faktor jenis
(gender) dalam pekerjaan
1.2.5.2 Tugas-Tugas Perkembangan Karier Anak SD
Berdasarkan teori Super, perkembangan karier anak uia SD berada
pada tahap pertumbuhan (growth). Tahap pertumbuhan karier yang paling
dominan pada anak usia SD adalah berkembangnya fantasi, minat,
dan kemampuan karier. Fantasi karier merupakan imajinasi dan
penghayatan anak terhadap suatu karier. Melalui imajinasinya anak
seolah-olah mampu melakukan suatu karier dan melalui penghayatan
anak mulai memerankan suatu karier sesuai dengan imajinasi mereka. Ini
terjadi terutama pada usia 4 sampai 7 tahun, yang jika dilihat dari usia SD
mereka berada pada kelas-kelas awal. Sayangnya, imajinasi anak usia inni
masih terbatas oleh proses berpikir transduktif sehingga terkadang apa
yang mereka bayangkan tidak sesuai dengan yang sesungguhnya. Ini
berarti guru atau orang tua punya kewajiban moral untuk turut
mengembangkan fantasi karier mereka sesuai dengan karier yang
sesungguhnya, tentu dalam cara yang sederhana.
Anak usia SD mulai berkembang minat-minat karier, yakni
munculnya ketertarikan anak pada bidang karier tertentu. Apa yang
mereka liat,rasakan, dan mereka amati dari lingkungan diluar dirinya
direkam dan membentuk imajinasi karier tersebut. Apabila mereka
50
menghayati maka lambat laun penghayatan akan imajinasi karier itu
menumbuhkan minat pada karier tertentu. Hanya saja pertumbuhan minat
karier itu teerkadang lebih ditentukan oleh pengaruh luar dari individu.
Penjelasan ini memberi isyaratbahwa dalam kerangka pengembangan
karier anak usia SD, guru atau orang tua berperan sebagai fasilitator
tumbuhnya minat karier dari dalam diri anak dan untuk anak.
Pada anak usia SD sudah mulai tumbuh kapasitas karier, yakni
serangkaian kemampuan dan keterampilan yang mendasari karier masa
depan mereka. Peran guru atau orang tua adalah memfasilitasi kokohnya
dasar kemampuan dan keterampilan karier tersebut.
1.2.6 Karateristik Perkembangan Karir Anak SMP
Linda (Sciarra, 2004) pada periode ini memasuki tahap orientasi
pada evaluasi sosial yaitu dimulainya untuk mengembangkan konsistensi
pilihan-pilihan pekerjaan dengan referensi dari kelompok sosial dan
kemampuan yang dimiliki. Manrihu (1992) juga menjelaskan bahwa dari
seluruh masa pendidikan, pada masa sekolah menengah inilah yang
memiliki rentang taraf-taraf kematangan yang paling panjang.Super
(Sharf, 1992) mengungkapkan khusus untuk bimbingan dan konseling
karir bahwa individu (siswa) berada pada masa transisi dari tahap
pertumbuhan menuju tahap eksplorasi. Pada masa ini remaja siswa SMP
boleh dikatakan berada dalam periode kritis. Mereka mulai bertanya
tentang identitas dan perannya; khawatir dengan keputusan karir yang
akan mereka ambil bagi masa depannya.
51
Menurut Sciarra (2004:130) menjelaskan bahwa komponen dan
kompetensi yang akan diberikan pada siswa SMP meliputi:
1. Identifikasi minat karir dan menghubungkan minat tersebut dalam
merencanakan di masa depan
2. Pengenalan hubungan antara performansi sekolah dan rencana karir
3. Identifikasi dan menggunakan sumber-sumber untuk informasi dan
eksplorasi karir
4. Menentukan rencana karir dalam membuat pilihan-pilihan pendidikan
5. Menggambarkan tentang keterampilan, kemampuan, dan minat yang
dimilikinya
1.2.6.1 Strategi Layanan Konseling Karir di SMP
Strategi yang digunakan dalam layanan bimbingan dan konseling
karir adalah dengan konseling kelompok dan diskusi kelompok. Tujuan
dari strategi ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Selain strategi tersebut,
strategi pelaksanaan pada layanan dasar dapat berupa klasikal, bimbingan
kelompok, pada layanan responsif meliputi konseling kelompok, konseling
individual, konsultasi, sedangkan pada perencanaan individual dapat
berupa konseling individual.
Menurut Hadiarni (2009) Sebagaimana halnya dalam BK Karir di
SD yang memiliki strategi BK Karir, kegiatan yang sama juga dimiliki
oleh sekolah menengah pertama. Ternik tersebut dikelompokkan kedalam
tiga kelompok besar, yaitu:
52
1. Curriculum infusion
a. Bagi siswa ke dalam kelompok kecil kemudian dorong mereka
untuk berkompetisi menyebutkan nama-nama pekerjaan yang
menghasilkan barang atau jasa yang paling banyak.
b. Dengan memberikan daftar kegiatan (hobi, olahraga, dll), seluruh
siswa membedakan antaran kegiatan mana yang membutuhkan
keterampilan anatara pribadi dan mana yang bukan.
c. Ajarkan siswa tentang kebiasaan belajar yang baik dan hubungkan
dengan kebiasaan kerja yang baik.
d. Tugaskan siswa mencari iklan lowongan kerja didalam Koran
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin.
2. Decision-making and Acquistion of Career Information
a. Rekam wawancara simulasi antara konselor dan siswa yang terlibat
dalam proses pengambilan keputusan atau beberapa aspeknya.
Tugaskan siswa untuk menyimak dan mendiskusikan pandangan
mereka terhadap apa yang tengah berlangsung.
b. Melalui konseling individu dan kelompok, tugaskan siswa untuk
mengembangkan kriteria yang digunakan dalam mengeksplorasi
pekerjaan.
c. Ciptakan serangkaian poster yang menggambarkan wanita
melakukan beragam pekerjaan, dan pria dalam pekerjaan sebagai
perawat, sekretaris dan sejenisnya.
53
d. Tugaskan siswa menuliskan 10 pekerjaan yang memerlukan
keterampilan sosialisasi (misalnya: guru, salesperson).
3. Community Invelvement
a. Tugaskan siswa untuk merekam sebuah wawancara dengan
seorang pekerja yang pekerjaan sudah menunjukkan eksistensi
dalam 10 tahun terakhir sebagai akibat dari berkembangnya
teknologi ilmiah.
b. Tugaskan siswa untuk melibatkan diri dalam sebuah pekerjaan
sukarela untuk pelayanan masyarakat di rumah sakit, dll.
Diskusikan pengalaman mereka dalam menolong orang lain
dikelas dan eksplorasi pekerjaan potensi terkait.
c. Hadirkan konselor untuk pelayanan tenaga kerja setempat untuk
berbicara dengan siswa tentang pekerjaan yang tersedia bagi
mereka dalam masyarakat.
d. Dengan memberikan kesempatan untuk mengamati seorang
individu yang berpengalaman dan seorang peserta pelatihan dalam
suatu kelompok pekerja tertentu, tugaskan siswa membanding
sedikitnya 5 tingkat kemampuan yang berbeda antara dua individu
tersebut ketika mereka melakukan pekerjaannya.
1.2.7 Karakteristi Perkembangan Karir Anak SMA
Esensi dari adanya perkembangan karir adakah bahwa setiap tahap
kehidupan menuntut penguasaan berbagai penekanan yang meliputi
kesadaran akan sifat-sifat dan pilihan-pilihan kehidupan. Pada periode ini
54
menurut Linda memasuki tahap orientasi pada evaluasi social yaitu
dimulainya untuk mengembangkan eksistensi pilihan-pilihan pekerjaan
dengan referensi dari kelompok social dan kemampuan yang dimiliki.
Menurut Piaget kognitif pada masa remaja masuk pada tahap
proses berfikir formal. Remaja sudah dapat berfikir secara abstrak dan
logis untuk membuat rencana karirnya.
1.2.7.1 Tujuan Bimbingan Konseling Karir di SMA
Herr (1976) mengemukakan tujuan tujuan bimbingan karier di
SLTA yang meliputi membantu siswa siswa belajar untuk:
a. Menunjukkan hubungan antara hasil-hasil belajar, nilai-nilai aspirasi
aspirasi pendidikan.dan kariernya.
b. Menganalisis kompetensi pribadi sekarang dalam keterampilan
keterampilan yang diperlukan untuk pilihan-pilihan karier dan
mengembangkan rencana-rencana untuk memperkuat keterampilan ini
bila di perlukan.
c. Memegang tanggung jawab dalam perencanaan karier dan
konsekuensi- konsekuensinya.
d. Siap untuk memenuhi syarat bagi taraf memasuki pekerjaan-pekerjaan
dengan mengambil mata pelajaran yang sesuai, dengan pendidikan
kooperatif, atau dengan latihan-latihan dalam jabatan.
e. Siap untuk memenuhi syarat bagi pendidikan pasca sekolah lanjutan
dengan mengambil mata pelajaran yang diperlukan oleh tipe program
55
dan lembaga yang diinginkan (perguruan tinggi, perdagangan,
perusahaan.
f. Pengembangkan pengetahuan dan keterampilan keterampilan yang
berhubungan dengan kehidupan sebagai konsumen.
g. Dengan penggunaan efektif waktu luang.
h. secara sistematis menguji realitas pilihan-pilihan karier dengan
menghubungkannya dengan hasil belajar dalam mata pelajaran.
Program bimbingan konseling karir yang komperhensif di semua
sekolah merupakan salah satu strategi penting untuk membantu remaja
menghadapi transisi kedunia kerja.
1.2.7.2 Materi Layanan Konseling Karir di SMA
Menurut Sciarra (2004) menjelaskan bahwa komponen dan
kompetensi yang akan diberikan kepada siswa SMA adalah :
1. Identifikasi pendidikan da ketrampilan yang dimiliki untuk
memilih karir yang sesuai dengan bidangnya atau yang diminati.
2. Pengenalan dampak-dampak dari pilihan-pilihan karir yang telah
dibuat.
3. Mengembangkan keterampilan yang dimiliki untuk memuat
rencana karir.
4. Memahami potensi, bakat dan minat yang dimilikiya.
5. Memahami bahwa perkembangan karir merupakan suatu proses
yang harus dijalani selama hidup.
56
1.2.7.3 Strategi Layanan Konseling Karir di SMA
Strategi yang digunakan untuk SMA yaitu adanya pemberian
informasi secara kalsikal, bimbingan kelompok, konseling kelompok,
konseling individual dan konsultasi. Dalam bimbingan kelompok atau
klasikaldapat disampaikan dengan cara kunjungan-kunjungan ke tepat
industry, sosiodrama, outbond, mengikuti pameran-pameran
pendidikan dan bursa kerja. Sedangkan untuk konseling kelompok
dapat digunakan dengan modelling tokoh-tokoh yang sukses di
bidangnya.
1.3 Kerangka Berfikir
Rancangan penelitian ini berasal dari beberapa temuan-temuan
empiris mengenai aspirasi karir yang dilakukan oleh beberapa peneliti
sebelumnya. Permasalahan karir yang terjadi pada remaja biasanya berkaitan
dengan pemilihan jenis pendidikan, yang mengarah pada pemilihan jenis
pekerjaan dimasa depan. Permasalahan ini penting untuk diperhatikan
sehubungan dengan banyaknya kebingungan yang dialami remaja dalam
menentukan arah karirnya. Tidak hanya itu kebimbangan karir pada remaja
akan berakibat pada tingkat kematangan perkembangan kepribadian (Lestari,
2017).
Sciarra (2004) berpendapat bahwa, karakteristik perkembangan karir
pada masa anak-anak, bahwa pada usia ini memasuki tahap orientasi untuk
mengenal kemampuan dan kekuatan dalam dirinya sendiri. Menurut Sciarra
57
(2004) bahwa perkembangan karir sudah mulai dikenalkan dan dibentuk sejak
dini yaitu pada TK/SD. Pengenalan pekerjaan-pekerjaan untuk siswa TK/SD
dilihat berdasarkan dari kehidupan sehari-hari dilingkungan sekitarnya. Oleh
karena itu, tidak tepat jika pemberian layanan karir mulai diberikan pada anak
memasuki sekolah menengah.
Siswa sekolah menengah atas yang masih rendah minat melanjutkan
studinya, bahkan ada yang tidak berminat sama sekali. Berkaitan dengan
minat studi lanjut tersebut ada sebagian siswa yang sangat berminat, ada yang
biasa - biasa saja, ada yang kurang atau bahkan tidak berminat. Rendahnya
minat melanjutkan studi, khususnya ke perguruan tinggi justru akan
berdampak nantinya pada pemilihan jurusan atau pekerjaan apa yang cocok
atau sesuai dengan minat dan bakatnya. Di samping itu, apabila siswa
menganggur setelah lulus SMA,justru akan menambah angka pengangguran
di tingkat sekolah menengah atas. Lain halnya jika siswa menempuh
pendidikan tinggi atau melanjutkan studi ke perguruan tinggi (Derianto &
Purnamasari, 2016).
Adapun kerangka berpikir dalam rancangan peneltian ini adalah
sebagai berikut :
58
Gambar 2. 1 Kerangka Berfikir Perkembangan Aspirasi Karir Siswa
1.4 Hipotesis Penelitian
Adapun dugaan sementara dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Aspirasi Karir
Identifikasi Masalah
➢ Kebingungan yang dialami oleh siswa siswa dalam memilih karir yang
merek inginkan sesuai dengan minat dan bakat yang mereka miliki.
➢ Kurangnya informasi yang dimiliki oleh siswa tentang pendidikan yang
sesuai dengan peminatan karir mereka.
➢ Achievement, leadership dan educational merupakan 3 aspek yang
mempengaruhi perkembangan aspirasi karir.
Landasan Teoritis
Berdasarkan temuan dan temuan penelitian-penelitian
terdahulu mengenai aspirasi karir siswa.
Jenis Kelamin
➢ Laki-laki
➢ Perempuan
Tingkat Pendidikan
➢ SD
➢ SMP
➢ SMA
Hasil
Bagaimana pengaruh Gender dan
tingkat pendidikan terhadap aspirasi
karir siswa SD, SMP dan SMA
59
1.4.1 Pengaruh gender dalam perkembangan aspirasi karir siswa SD, SMP dan
SMA.
1.4.2 Pengaruh tingkat pendidikan dalam perkembangan aspirasi karir siswa
SD, SMP dan SMA.
132
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan serangkaian hasil penelitian maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pola aspirasi karir siswa SD di kota Semarang berdasarkan pada tahapan
perkembangan karir kelompok Ginzberg berada pada masa fantasi dimana
pada kisaran umur 10 – 12 tahun yaitu masa dimana para siswa dalam
pemilihan karir masih bersifat sembarangan dan asal pilih. Pemilihan karir
yang dilakukan tidak didasarkan pada pertimbangan yang masak mengenai
kenyataan yang ada, tetapi didasarkan pada kesan atau khayalan belaka.
2. Pada siswa SMP dan SMA di kota Semarang kisaran umur 11 sapai 18 tahun
pola spirasi nya berada masa tahapan tentative dimana para siswa pada
perkembangan karir mereka sudah mulai memilih karir berdasarkan minat dan
sudah mulai memepertanya kan pada adiri sendiri mengenai kemampuan yang
dimiliki dan juga bagaimana penilaian pekerjaan yang dia pilih berdasarkan
nilai pribadi dan nilai kemasyarakat dan sudah sampai pada tahap pemilihan
secara realistis.
3. Perbedaan Gender tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
aspirasis karir pada siswa SD, SMP dan SMA di kota Semarang.
4. Dari ketiga aspek utama pada aspirasis karir siswa yaitu Achievement,
Educational dan Leadership bila dilihat perbedaan nya dari tingkat
pendidikan. Tingkat perbedaan paling menonjol terdapat pada aspek
133
achievement dan leadership. Pada aspek achievement terdapat pola aspirasi
karir berupa motivasi yang dapat mendukung siswa dalam pengembangan
karir mereka. Motivasi merupakan sebuah komponen sikap yang dapat
diartikan untuk mencaai tujuan tertentu. Motivasi ini ternyata telah terbentuk
sejak mereka masih SD dan semakin berkembang ketika mulai memasuki
jenjang SMP dan SMA. Motivasi disini sebagai bentuk dari “pengakuan yang
diberikan oleh orang lain terhadap hasil kinerja” dan juga “Bentuk dari
ekspresi diri terhadap hasil kinerja yang sudah dikerjakan dengan sebaik
mungkin dengan standar yang dimiliki oleh dirinya sendiri dan standar yang
telah ditetapkan”
5.2 Saran
Berdasarkan hasil simpulan diatas pada akhirnya peneliti memberikan
saran berdasarkan hasil penelitian yang diakukan. Saran sebagai berikut:
5.2.1 Bagi konselor pada tingkat pendidikan SD, SMP dan SMA
Bagi konselor pada tingkat pendidikan SD, SMP dan SMA dapat melihat
dan memahami bagaimana pola aspirasi karir para siswa sehingga konselor dapat
lebih matang lagi dalam pemberian layanan dalam bidang karir sesuai dengan
kebutuhan para siswa di tiap tingkat pendidikan.
5.2.2 Bagi penelitian Selanjutnya
Saran bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa
dengan penelitian ini. Perlu memperhatiakn beberapa hal (1) perlu menggunakan
ukuran sampel yang lebih besar dalam mengukur tingkat aspirasi karir siswa agar
134
penelitian ini bisa mencakup sekolah-sekolah lain di kota Semarang; (2) dapat
melakukan pengembangan angket secara pribadi agar lebih sesuai dengan kondisi
dan keadaan para siswa. (4) diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan
model pendekatan selain mixed method seperti model pendekatan eksperimen,
korelasi, dan pengembangan model serta variabel-variabel lain yang belum
dibahas dalam penelitian ini.
135
DAFTAR PUSTAKA
Afriyadi Sofyan, A. Muri Yusuf & Daharnis. 2013.”Tingkat Aspirasi Karir Siswa
di Tinjau dari Jenis Kelamin, Jurusan dan Daerah Tempat Tinggal”, 1
Nomor 3 (9-27)
DOI: 10.29210/110800
Agak J. & Odiwuor, W. (2011).Career Aspirations and Career Development
Barriers of Adolescents in Kisumu Municipality, Kenya. Journal of
Emerging Trends in Educational Research and Policy Studies
(JETERAPS), 2(5), 320-324. Retrieved from
http://www.jeteraps.scholarlinkresearch.com
Aliyah, Sugiharto & Sunawan. 2018. “Career Adaptability In Islamic Boarding
School Culture”. International Journal of Education and Research, 6 No.
10. Diunduh dari
http://ijern.com/journal
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Azwar, S. (2016). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bakar, A. R., & Mohamed, S. (2004). Academic performance, educational and
occupational aspirations of technical secondary school students. Pertanika
Journal of Social Science and Humanities, 12(1), 31-43. Retrieved from
http://www.pertanika.upm.edu.my
Booth, C. S. (2005). The Relationship Among Career Aspiration, Multiple Role
Planning Attitudes, and Wellness in Africa-America and Caucasian
Undergraduate Women. Dissertation. University of North Carolina.
Retrieved from
https://libres.uncg.edu
Carolyn B. Todd. 2005. An Exploratory Study of a Career Counselling
Intervention With ‘At Risk Youth. Retrieved from
https://research.library.mun.ca
Chandra, Rafiolla, Adison (2007) Stereotype Gender Dan Tingkat Aspirasi Karir
Siswa Berjenis Kelamin Perempuan Serta Upaya Penanganan Dalam
136
Perspektif Konseling. Internasional Seminar of Education Empowering
Local Wisdomon Education for Global Issue. Retrieved from
http://ecampus.iainbatusangkar.ac.id
Chemeli, S. P., & Sheldon, S. W. (2013). An Assessment of the Relationship
between Students ’ Personality Types and Career Aspirations in Eldoret
West District , Kenya tool for discovery rather than as a method for
putting. Journal of Emerging Trends in Educational Research and Policy
Studies, 4(2), 383-391. Retrieved from
https://pdfs.semanticscholar.org
Creed, G. Conlon, Gembeck. 2007. “Career barriers and reading ability as
correlates of career aspirations and expectations of parents and their
children” Journal of Vocational Behavior, 70 (242–258)
https://doi.org/10.1016/j.jvb.2006.11.001
Creed, PA., Patton, W & Prideaux. (2006). Predicting Change Overtime in Career
Planning and Career Exploration for High School Students. Journal of
Adolescence, 30(3), 377-92.
doi: 10.1016/j.adolescence.2006.04.003
Creed, P. A., Wong, O. Y., & Hood, M. (2009). Career decision-making, career
barriers and occupational aspirations in Chinese adolescents. International
Journal for Educational and Vocational Guidance. 9(3), 189-203.
doi:10.1007/s10775-009-9165-0
Creswell, J. W. (2015). Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Creswell, J. W. & Vicki, L. P. C. (2011). Mendesain dan Melaksanakan Mixed
Methods Research. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar (GBPP). Depdikbud .Jakarta.
Dorji, J. (2008). Factor Affecting Career Aspiration s of Secondary School
Leavers in Bhutan. Mahidol University. Retireved from
http://mulinet11.li.mahidol.ac.th
Domenico, D. M., & Jones, K. H. (2006). Career Aspirations of Women in the
20th Century. Journal of Career and Technical Education, 22(2), 1-7.
doi: 10.21061/jcte.v22i2.430
E. Anne York. 2008.”Gender Differences in the College and Career Aspirations of
High School Valedictorians. Journal Meredith College, 19 (4). Retrieved
from
https://files.eric.ed.gov
137
Elmirawati, Daharnis & Syahniar. 2013.”Hubungan Antara Aspirasi Siswa Dan
Dukungan Orangtua Dengan Motivasi Belajar Serta Implikasinya Terhadap
Bimbingan Konseling”. Jurnal Ilmiah Konseling, 2 (1)
DOI: 10.24036/0201321871-0-00
Faridah, N. (2014). Hubungan Antara Aspirasi Karir Dengan Kematangan
Vokasional Pada Siswa SMK Walisongo 1 Gempol Pasuruan (Tesis, UIN
Sunan Ampel Surabaya). Retrieved from
http://digilib.uinsby.ac.id
Hadiarni, Konseling Karir, (Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2009)
Hellenga, K., Aber, M. S., & Rhodes, J. E. (2002). African American Adolescent
Mothers’ Vocational Aspiration-Expectation Gap: Individual, Social and
Environmental Infl uences. Psychology of Woman Quarterly, 26, 200-212.
doi: 10.1111/1471-6402.00059
Herr,E.L dan SH. Cramer.1979, Career Guidance and Counseling Througth The
life Span, Bouston : Brown dan Company.
Huang, L. (2005), Studies in Comparative and International Education, Elitism
and Equality in Chinese Higher Education (Studies of Student Socio-
economic Background, Investment in Education, and Career Aspirations.
Disertasi. Stockholm: Akademitryck AB, Edsbruk. Sweden. Retrieved
from
http://www.diva-portal.org
Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayati & Soedjarwo. Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
Kim, Y. W., O’brien, K. M., & Kim, H. (2015). Measuring Career Aspirations
Across Cultures: Using The Career Aspiration Scale With Young Korean
Women. Journal of Career Assesment, 1-13.
doi:10.1177/1069072715599538
Levine, K.J. & Hoffner, C.A. (2006). Adolsecents’ Conception of Work: What Is
Learned From Different Sources During Anticipatory Socialization.
Journal of Adolescent Research, 21, 647-653.
https://doi.org/10.1177/0743558406293963
Magnusson, K., & Bernes, K. 2002. Senior high students’ career plans for the
future: outcomes of the comprehensive career needs survey in Southern
Alberta, Canada. The Alberta Counsellor, 27, 12-15.
138
DOI 10.1007/s10775-006-9103-3
Marliyah, L, Dewi FJR, Suyasa. 2004. Persepsi Terhadap Dukungan Orang Tua
dan Pembuatan Keputusan Karir Remaja, 1 (1). Retrieved from
http://garuda.ristekdikti.go.id
Marti'ah, Theodora & Haryanto. 2018. “Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap
Pilihan Karir Siswa. Jurnal Sap, 2 No. 3
DOI: 10.30998/sap.v2i3.2448
Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung
Myra, Bersoto, Development of Career Guidance Advocacy Model for Orphans
and Abandoned Children. Journal Of Multidisciplinary Research, 3(4),
19-32.
E-ISSN 2350-8442
Nurhayati. 2012.”Kesenjangan Aspirasi Karir Antara Remaja Dan Orangtua”.
Jurnal Psikologi Ulayat I (37–44)
Doi: 10.24854/Jpu12012-5
Nurmi, J., Salmela-Aro, K., & Koivisto, P. (2002). Goal importance and related
achievement beliefs and emotions during the transition from vocational
school to work: Antecedents and consequences. Journal of Vocational
Behavior, 60, 241-261.
https://doi.org/10.1006/jvbe.2001.1866
Ochs, Lisa A. &Roessler, Richard T. 2004. “Predictors of Career Exploration
Intentions: A Social Cognitif Career Theory Perspective”. Journal of
Career Assessment. 10 (224-233)
https://doi.org/10.1177/00343552040470040401
Partino, H.R. (2006). Kematangan karir siswa SMA. Psikologika, 21, 37-49.
Retrieved from
https://journal.uii.ac.id/index.php/Psikologika
Patton., Wendy, C., & Peter. (2005). Occupational Aspiration and Expectation of
Australian Adolescent. Australian Journal of Career Development.
Retrivied from
http://www.freepatentsonline.com/article/Australian-journalcareer
P. Gray, O'Brien. 2007. “Advancing the Assessment of Women's Career Choices:
The Career Aspiration Scale” Journal of Career Assessment, 15 (17)
DOI: 10.1177/1069072707301211
139
Plote. 2015. Students’ Educational and Occupational Aspirations Predicted by
Parents’ and Adolescents’ Characteristics. Journal Clemson University,
South Carolina, USA” - Beder University, 4, Nr. 1
DOI: http://dx.doi.org/10.26417/ejser.v4i1.p207-214
Prasetyo, J. R. 2005. “A Study of Educational and Career Aspirations of
Semarang Freshmen Universities Indonesia”. Disertasi. United States:
University of Pittsburgh. Retrieved from
http://d-scholarship.pitt.edu/10246/
Prayitno dan Erman Amti, 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Jakarta:
Renika Cipta
Purwanto, 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Pyne, D., Bernes, K. B., Magnusson, K. C., & Poulsen, J. 2002. A description of
junior high and senior high school students’ perceptions of career and
occupation. Guidance and Counselling, 17(3), 67-72.
Rainey, L. M., & Borders, L. D. 1997. “Influential factors in career orientation
and career aspiration of early adolescent girls”. Journal of Counseling
Psychology, 44(2), 160-172.
DOI: 10.1037//0022-0167.44.2.160
Rina Azhar. 2013. Aspirasi Karir Siswa Smk Negeri 2 Payakumbuh. Jurnal
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 2(3). Retrieved from
http://id.portalgaruda.org
Runcan, P. L., & Cosmin, G. (2013). Career aspirations of social work students
from
romania. Revista de Asistenta Sociala, 12(1), 103-112.
Sarwono, S.W (2005). Psikologi Lingkungan. Jakarta: Penerbit PT. Grasindo
Santrock. J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup
(edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2003). Perkembangan Remaja. Alih Bahasa : Shinto B. Adelar
dan Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga. (Edisi keenam)
Sawitri, D.R. (2008). Pengaruh Status Identitas dan Efikasi Diri Keputusan Karir
terhadap Keraguan Mengambil Keputusan Karir pada Siswa SMA Kelas
12. Tesis. Retrieved from
https://core.ac.uk
140
Savickas, M. L. (2001). A Developmental Perspective on Vocational Behaviour:
Career Patterns, Salience, and Themes. International Journal for
Educational and Vocational Guidance, 1, 52-53. Retrieved from
http://citeseerx.ist.psu.edu
Sciarra, Daniel T. (2004). School Counseling ; Foundation and Contemporary
Issue. Belmont USA : Brooks/ Cole – Thomson Learning
Schmitt-Rodermund, E.,&Vondracek, F.W. (2002). Occupational dreams, choices
and aspirations: Adolescents’ entrepreneurial prospects and orientations.
Journal of Adolescence, 25, 65-78.
DOI: 10.1006/jado.2001.0449
Schuette, C. T., Ponton, M. K., & Charlton, M. L. (2012). Middle school children
’ s career aspirations: relationship to adult occupations and gender. Career
Development Quarterly, 36-46.
https://doi.org/10.1002/j.2161-0045.2012.00004.x
Shumba, N. (2012). Factors Influencing Students’ Career Choice and Aspirations
in South Africa. J Soc Sci, 33(2):169-178
DOI: 10.1080/09718923.2012.11893096
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif,
Kualitati dan R&D). Penerbit CV. ALfabeta: Bandung.
Super, D. E., Savickas, M. L., & Super, C. M. (1996). The life-span, life-space
approach to careers. In D. Brown, L. Brooks, & Associates (Eds.), Career
choice and development (3rd ed., pp. 121-178). San Francisco: Jossey-
Bass.
Syamsuddin. A. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Tumanggor, Sunawan, Purwanto. 2018. “Keefektifan Layanan Informasi Karir
Berbantuan Website Untuk Meningkatkan Perencanaan Karir Siswa Sma
Di Kota Tarakan”. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Ar-Rahman, 4,
Nomor 1,Tahun 2018
DOI: http://dx.doi.org/10.31602/jbkr.v4i1.1348