aspirasi trakhea

28
NASKAH KULIAH ASPIRATION OF TRACHEA BLOK 15 SISTEM RESPIRASI MEDICAL EDUCATION UNIT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL ACMAD YANI

Upload: ardi-ardiansyah

Post on 30-Nov-2015

102 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Kuliah THT

TRANSCRIPT

Page 1: aspirasi trakhea

NASKAH KULIAH

ASPIRATION OF TRACHEA

BLOK 15

SISTEM RESPIRASI

MEDICAL EDUCATION UNIT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACMAD YANI

2009

Page 2: aspirasi trakhea

DAFTAR ISI

JUDUL...........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI………………………………….………………....….………….…....iii

BAB I PENDAHULUAN………................................................................................1

BAB II ASPIRATION OF TRACHEA

2.1. PENGERTIAN..……………………………....………………................2

2.2. EPIDEMIOLOGI.......................................….……………………….......2

2.3. FAKTOR PREDISPOSISI................……..…………...............................3

2.4. PATOFISIOLOGI......................................................................................4

2.5. GEJALA KLINIK......................................................................................5

2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG…………………………………….…..6

2.7. KOMPLIKASI...........................................................................................6

2.8. PENATALAKSANAAN………………………………………………...6

2.9. PENANGANAN JALAN NAFAS DARURAT.......................................8

BAB III. KESIMPULAN...………………………………………………….…........15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….….……...16

BAB I

Page 3: aspirasi trakhea

PENDAHULUAN

Aspirasi benda asing trachea merupakan masalah klinis yang memiliki

tantangan tersendiri, meskipun belakangan ini telah terjadi kemajuan besar dalam

teknik anestesi dan instrumentasi, ekstraksi benda asing jalan napas bukanlah

merupakan suatu prosedur yang mudah dan tetap memerlukan keterampilan serta

pengalaman dari dokter yang melakukannya.

Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari

luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh) yang dalam keadaan normal

benda tersebut tidak ada.

Secara statistik, persentase aspirasi benda asing berdasarkan letaknya masing-

masing adalah; hipofaring 5%, laring/trakea 12%, dan bronkus sebanyak 83%.

Kebanyakan kasus aspirasi benda asing terjadi pada anak usia <15 tahun; sekitar 75%

aspirasi benda asing terjadi pada anak usia 1–3 tahun. Rasio laki-laki banding wanita

adalah 1,4 : 1.1

Pada benda asing trachea, dapat dipergunakan kateter insuflasi yang dipasang

melalui hidung dengan bagian ujung di dalam hipofa-ring untuk mempertahankan

keadaan anestesia dan oksigenasi. Ujung laringoskop kemudian ditempatkan pada

vallecula untuk melihat seluruh struktur trakhea dan untuk melihat benda asing di

dalam trakhea, sehingga dapat dikeluarkan dengan menggunakan forceps yang sesuai.

Setelah tindakan ekstraksi benda asing, trachea dievaluasi kembali untuk mencari

kemungkinan adanya benda asing lainnya.2

BAB II

Page 4: aspirasi trakhea

ASPIRATION OF TRACHEA

2.1. Pengertian

Aspiration of trachea atau aspirasi trakhea adalah adanya benda asing baik

yang berasal dari tubuh sendiri maupun dari luar yang mempengaruhi proses

pernapasan yang terjadi di trachea1. Perlu dibedakan antara aspirasi dengan tertelan.

Hal ini dikarenakan aspirasi benda asing berarti benda asing masuk ke dalam jalan

napas dan ini berarti perlu tindakan bronkoskopi yang segera (cito), sedangkan

tertelan benda asing berarti benda asing masuk ke dalam jalan makanan yang

memerlukan tindakan esofagoskopi yang bersifat urgent, yang berarti tidak perlu

segera dikerjakan dan dapat ditunda dalam

waktu 24 jam.2

Penderita dengan aspirasi benda asing di jalan napas merupakan kasus yang

gawat darurat dan memerlukan tindakan yang segera yaitu ekstraksi benda asing

dengan menggunakan forsep secara bronkoskopi dengan pembiusan umum. Penderita

biasanya datang sudah dalam keadaan sesak napas yang berat ringannya tergantung

pada besar kecilnya benda asing.3

2.2.Epidemiologi

Benda asing di jalan napas dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-

anak. Aspirasi benda asing pada trachea lebih sering terjadi pada anak daripada orang

dewasa. Benda asing trakea pada anak-anak sangat berbahaya karena menyumbat

saluran napas utama. Jenis benda asing pada orang dewasa berbeda dengan anak-

anak. Pada orang dewasa yang sering adalah jarum pentul, tulang dan gigi tiruan

sebagian lepasan, sedangkan pada anak-anak adalah kacang atau koin.?

Setelah benda asing teraspirasi, maka benda asing tersebut dapat tersangkut

pada 3 tempat anatomis yaitu, laring, trakea atau bronkus.Dari semua aspirasi benda

asing, 80–90% diantaranya terpe-rangkap di bronkus dan cabang-cabangnya.

Page 5: aspirasi trakhea

Pada orang dewasa, benda asing bronkus cenderung tersangkut di bronkus

utama kanan, karena sudut konvergensinya yang lebih kecil dibandingkan bronkus

utama kiri. Benda asing yang lebih besar lebih banyak tersangkut di laring atau

trakea.

Secara statistik, persentase aspirasi benda asing berdasarkan letaknya masing-

masing adalah; hipofaring 5%, laring/trakea 12%, dan bronkus sebanyak 83%.

Kebanyakan kasus aspirasi benda asing

terjadi pada anak usia <15 tahun; sekitar 75% aspirasi benda asing terjadi pada anak

usia 1–3 tahun. Rasio laki-laki banding wanita adalah 1,4 : 1.1

2.3. Faktor Predisposisi

Hal ini yang menjadi faktor predisposisi:

Faktor personal antara lain umur,kesadaran menurun, epilepsi, dan,

alkoholisme, 

Faktor fisik antara lain kelainan dan penyakit neorologik pada proses

menelan yang belum sempurna pada anak

faktor dental, medikal dan surgikal antara lain tindakan bedah, ekstraksi gigi,

belum tumbuh gigi molar pada anak yang berumur <4 tahun.

Faktor kejiwaan seperti emosi,dan gangguan psikis

Ukuran bentuk dan sifat benda asing

faktor kecerobohan seperti meletakan uang koin di mulut, persiapan makan

yang kurang baik, tergesa-gesa makan sambil bermain, memberikan kacang

dan permen pada anak yang gigi molarnya belum tumbuh lengkap.1

Benda asing, seperti tumpahan atau darah di jalan nafas atas yang tidak dapat

ditelan atau dibatukkan oleh penderita yang tidak sadar dapat menyumbat

jalan nafas.4

 2.4. Patofisiologi

Page 6: aspirasi trakhea

Saat benda atau benda berada di dalam mulut anak menjerit atau tertawa,

sehingga saat inspirasi, laring terbuka dan benda asing masuk ke dalam laring saat

benda asing terjepit di Sfingter laring pasien batuk paroksikmal tersumbat di

trakea,mengi,dan sianosis setelah masuk ke dalm trakea atau bronkus kadang terjadi

fasi asistomatik selama 24 jam atau lebih, diikuti gejala pulmonum serta bergantung

pada derajat sumbatan bronkus benda asing organik seperti kacang mempunyai sifat

higroskopik, mudah lunak,mengembang pada air serta dapat menyebabkan iritasi

pada mukosa, Mukosa Bronkus edemameradang dapat terjadi jaringan granulasi

sehingga gejala sumbatan menghebat timbul laringotrakeo-brokitis, toksemia,btuk,

dan demem yang iregular.

          Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan lebih ringan, Benda asing

berasal dari metal dan tipis memberika gejala batuk Spamodik2

 

2.5 Gejala Klinik

Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi

benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat,bentuk dan ukuran benda

asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung,

nasofaring, laring, trakea dan bronkus.

Benda yang masuk melalui mulut dapat tersangkut di orofaring, hipofaring,

tonsil, dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat juga tersedak masuk ke

dalam laring, trakea dan bronkus.

Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala hingga kematian sebelum

diberikan pertolongan akibat sumbatan total. Seseorang yang mengalami aspirasi

benda asing saluran napas akan mengalami 3 stadium.

1. Stadium pertama

Page 7: aspirasi trakhea

Gejala pertama berupa batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of

coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging) dan

obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera

2. Stadium kedua

Gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatis. Hal ini karena benda

asing tersebut tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan gejala rangsangan

akut menghilang. Stadium ini berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan

diagnosis atau cenderung mengabaikan kemungkinan aspirasi benda asing karena

gejala dan tanda yang tidak jelas

3. Stadium ketiga

Telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat

reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia

dan abses paru.1

Trakea Dikelilingi tulang rawan berbentuk tapal kuda (otot polos dan bergaris)

sehingga bisa mengembang dan menyempit.5 Gejala sumbatan trakhea tergantung

pada besar, bentuk dan letak (posisi) benda asing.1 Sumbatan total di trakhea akan

menimbulkan keadaan yang gawat biasanya kematian mendadak karena terjadi

asfiksia dalam waktu singkat. Benda asing di trakea memberikan gejala batuk tiba-

tiba yang berulang ulang dengan rasa tercekik, serak, dispenia, sianosis, rasa

tersumbat di tenggorokan.

Gejala klinik pada trakhea masih memliki kesamaan dengan gejala di laring,

karena pada laring masih menyisakan gejala edema. Disamping itu sumbatan pada

trakhea akan menimbulkan gejala subjektif dari benda asing dengan menunjuk

lehernya sesuai dengan letak benda asing itu tersangkut.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan

radiologis dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing

Page 8: aspirasi trakhea

yang bersifat radioopak dapat dibuat rongent foto segera setelah kejadian, benda

asing radiolusen dibuatkan rongent foto setelah 24 jam kejadian, karena sebelum 24

jam kejadian belum menunjukkan gambaran radiologis yang berarti. Biasanya setelah

24 jam baru tampak tanda-tanda atelektasis atau emfisema.

Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara

keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya

obstruksi parsial. Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui

adanya gangguan keseimbangan asam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran napas.2

2.7 Komplikasi

      Bila sumbatan parsial lama berada di trakhea dapat timbul penyakit paru kronik

Supuratif, bronkiestasis, abses paru, dan jaringan granulasi yang menutupi benda

asing, Sumbatan total trakhea yang berlangsung lebih dari 5 menit pada dewasa atau

8 menit akan mengakibatkan kerusakan jaringan otak dan henti jantung6

2.8 Penatalaksanaan

Penyumbatan mekanik saluran pernafasan bisa disebabkan oleh terhirupnya

partikel atau benda asing. Anak kecil beresiko tinggi karena sering memasukkan

benda ke dalam mulutnya dan menelan mainan kecil atau bagian-bagian dari mainan.

Obstruksi juga dapat terjadi pada orang dewasa, terutama jika daging terhirup pada

saat makan. Jika benda menyumbat trakea, pasien tidak dapat bernafas atau bicara.

Jika benda tersebut tidak dikeluarkan dengan segera penderita akan segera meninggal.

Dilakukan Manuver Heimlich, untuk mengeluarkan benda asing dan tindakan

ini biasanya dapat menyelamatkan nyawa penderita. Jika benda asing tertahan di

bagian yang lebih bawah dari saluran pernafasan, bisa terjadi batuk iritatif menahun

dan infeksi yang berulang. Benda asing biasanya dikeluarkan dengan bronkoskopi

(alat dimasukkan melalui saluran pernafasan dan benda asing dikeluarkan). 6

Page 9: aspirasi trakhea

Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan

tepat, perlu diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara

prinsip benda asing di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan segera

secara endoskopik dengan trauma minimum. Umumnya penderita dengan aspirasi

benda asing datang ke rumah sakit setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan

secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun

personal yang telah terlatih. Penderita dengan benda asing di laring harus mendapat

pertolongan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit.

Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara

total ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan

pada anak maupun dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke

dalam laring ialah pada saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara,

diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka

sumbatnya akan terlempar keluar.

Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung

atau hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya

tidak dengan menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan

kanan. 7

Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat

digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang

memiliki fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop.

Benda asing trakea pada anak-anak sangat berbahaya karena menyumbat

saluran napas utama. Bronkoskopi lazimnya yang digunakan untuk mengeluarkan

benda-benda asing di saluran napas, namun alat tersebut tidak selalu ada di sebagian

besar rumah sakit di Indonesia. Laringoskopi langsung dicoba untuk mengganti

bronkoskopi. Alat ini lebih mudah pengelolaannya, murah dan semua dokier THT

sudah biasa menggunakannya.

Page 10: aspirasi trakhea

Bagman THT Rumah Sakit Dokter Kariadi mencoba menggunakan

Laringoskopi langsung untuk mengeluarkan benda asing trakea. Diagnosis yang

menegaskan bahwa benda asing masih ditrakea dan dapat bergerak berdasarkan tanda

audible slap Sebelas penderita dengan benda asing organik, umur semuanya di bawah

3 tahun, aspirasi paling Lama kurang dan 4 hari Penderita dikelola dengan

laringoskopi langsung dalam keadaan teranestesi reflek muntah difaring.

Dari hasil penelitian semua benda asing dapat dikeluarkan dengan baik Enam

kasus bendanya berada disubglotik dan 5 penderita bendanya berada ditrakea, tidak

terjadi komplikasi dan hari benikutnya dipulangkan. Laringoskopi langsung disentai

dengan penghambatan reflek muntah difaring dapat digunakan untuk mengeluarkan

benda asing ditrakea. Untuk menegaskan peranan cara tersebut masih perlu penelitian

lebih banyak.1

2.9 Penanganan Jalan Nafas Darurat

Penanganan jalan nafas terutama ditujukan pada penderita tidak sadar, yang

memerlukan tindakan cepat sampai sumbatan teratasi. Sambil meminta pertolongan

orang lain dengan cara berteriak kita harus tetap disamping penderita. Pertama-tama

yang kita lakukan pada penderita tidak sadar dan mengalami sumbatan jalan nafas

adalah ekstensi kepala karena gerakan ini akan meregangkan struktur leher anterior

sehingga dasar lidah akan terangkat dari dinding belakang farings. Disamping

ekstensi kepala kadang-kadang masih diperlukan pendorongan mandibula ke depan

untuk membuka mulut karena kemungkinan adanya sumbatan pada hidung.

Kombinasi ekstensi kepala, pendorongan mandibula kedepan dan pembukaan

mulut disebut gerak jalan nafas tripel (Safar). Orang yang tidak sadar rongga hidung

dapat tersumbat selama ekspirasi, karena palatum mole bertindak sebagai katup.

Secara garis besar penanganan jalan nafas darurat dapat dilakukan:

1) Ekstensi Kepala

Page 11: aspirasi trakhea

Pada penderita sadar, sebaiknya penderita ditelentangkan dan muka

menghadap keatas, kemudian kepala diekstensikan dengan cara leher diangkat keatas.

Hati-hati pada penderita dengan kecelakaan karena kemungkinan adanya patah tulang

leher, sehingga mengangkat leher sering tidak dilakukan.

Teknik ekstensi kepala ialah tangan penolong mengangkat leher korban dan

tangan yang lain diletakkan pada dahinya. Teknik ini menyebabkan mulut sedikit

terbuka.

Jika mulutnya tertutup atau dagunya terjatuh, maka dagu harus ditopang,

dengan cara memindahkan tangan yang dibawah leher untuk menopang dagu ke

depan, sambil membuka mulutnya sedikit, tanpa menekan bagian leher di bawah dagu

karena dapat menyebabkan sumbatan

Kalau penderita mempunyai gigi palsu yang terpasang baik, jangan dilepas,

karena gigi palsu dapat mempertahankan bentuk mulut, sehingga memudahkan

ventilasi buatan. Jika dengan cara mengangkat leher keatas dan menekan dahi masih

saja jalan nafas tidak lancar maka segera mendorong mandibula ke depan dan

membuka mulut.

Penderita yang tidak sadar sebaiknya diletakkan horizontal dan dagu didorong

kedepan atau leher diganjal dengan apa saja (kalau ada semacam guling kecil )

sehingga jalan nafas tetap lancar.

Hati-hati pada penderita trauma, kepala-leher-dada harus dipertahankan dalam posisi

garis lurus, karena ditakutkan menambah cedera pada tulang belakang bila tidak pada

posisi tersebut

Pada penderita tidak sadar dan masih bisa bernafas spontan diletakkan pada

posisi sisi mantap. Posisi sisi mantap lebih sering diterapkan pada musibah masal,

karena selain menghemat jumlah tenaga penolong juga memudahkan pengeluaran

benda asing cair dari mulut penderita.

Page 12: aspirasi trakhea

2) Cara Melakukan Posisi Sisi Miring Mantap

1.Fleksikan tungkai yang terdekat pada penolong.

2.Letakkan tangan yang terdekat dengan penolong dibawah pantat penderita.

3.Secara lembut gulirkan penderita ke arah penolong.

4.Ekstensikan kepala penderita.

Letakkan tangan penderita yang sebelah atas dibawah pipi sebelah    bawah

untuk mempertahankan ekstensi kepala dan mencegah penderita bergulir ke depan.

Lengan sebelah bawah yang berada di punggung penderita mencegah penderita

bergulir kebelakang.

3) Gerak Jalan Nafas Tripel

Gerak jalan nafas tripel merupakan kombinasi antara ekstensi kepala,

pembukaan mulut dan pendorongan mandibula ke depan.

Penolong pada verteks penderita, untuk penderita yang masih bernafas spontan

.Penolong pada sisi penderita bila penderita tidak bernafas dan penolong siap

untuk melakukan      pernafasan bantu.

Gerak jalan nafas tripel yang dimodifikasi dengan mengangkat mandibula

dengan ibu jari       (hanya untuk pasien lemas).

4) Pukulan Dan Hentakan Untuk Sumbatan Benda Asing

Pada penderita sadar yang mengalami aspirasi sehingga menyebabkan

sumbatan partial sebaiknya penderita disuruh batuk dan meludahkannya. Pada

penderita yang mengalami sumbatan total baik penderitanya sadar ataupun tidak

apalagi sianosis, maka segera lakukan tindakan yang mungkin masih efektif dan

dibenarkan.

Langkah-langkah untuk pukulan dan hentakan yang dianjurkan :

Pada penderita sadar:

Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut. Bila dalam

beberapa detik tindakan   tersebut gagal, suruh penderita membuka mulut, dan

Page 13: aspirasi trakhea

bila penderita tidak sadar, buka mulutnya     secara paksa, dan segera bersihkan

mulut dan faringnya dengan jari. Kalau keadaan memungkinkan kita

menggunakan laringoskop dan forsep Magill untuk   mengeluarkan benda asing

tersebut.

Bila cara no.1 gagal, maka pada penderita sadar :

Lakukan tiga sampai empat kali pukulan punggung diikuti tiga sampai lima kali

hentakan   abdomen atau dada dan ulangi usaha-usaha pembersihan

Pada penderita tidak sadar :

Penderita diletakkan pada posisi horizontal dan usahakan ventilasi paru. Jika

tindakan ini gagal, maka lakukan pukulan punggung sebanyak 3-5 kali, diikuti 3-5

kali hentakan abdomen atau hentakan dada. Ulangi usaha pembersihan dan ventilasi.

Jika tindakan tersebut juga mengalami kegagalan, maka ulangi urutan ventilasi,

pukulan punggung, hentakan dada, penyapuan dengan jari sampai penolong berhasil

memberi ventilasi atau sampai perlengkapan untuk mengeluarkan benda asing dari

jalan nafas secara langsung tiba. Selama melakukan tindakan-tindakan tersebut diatas

periksa denyut nadi pembuluh darah besar, bila tidak teraba, segera lakukan

Resusitasi Jantung Paru.

Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukan adalah, krikotirotomi, dan

ini hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih.

5) Cara-Cara Melakukan Pemukulan Punggung Dan Hentakan Abdomen

Untuk pukulan punggung

lakukan 3 sampai 5 kali pukulan dengan pangkal telapak tangan diatas tulang

belakang korban diantara kedua tulang belikatnya. Jika mungkin rendahkan

kepala dibawah dadanya untuk memanfaatkan gravitasi.

Untuk hentakan abdomen

berdirilah di belakang penderita, lingkarkan kedua lengan penolong mengitari

pinggang penderita, pergelangan atau kepalan tangan penolong berpegangan satu

Page 14: aspirasi trakhea

sama lain, letakkan kedua tangan penolong pada abdomen antara pusat dan

prosesus sifoideus penderita dan kepalan tangan penolong menekan ke arah

abdomen dengan hentakan cepat. Ulangi 3 sampai 5 kali. Hindari prosesus

sofoideus.

Hentakan dada diatas sternum bawah kurang menimbulkan bahaya, lebih-lebih

pada wanita hamil atau gemuk.

5) Pukulan Punggung Pada Bayi Dan Anak Kecil

Peganglah anak dengan muka kebawah, topanglah dagu dan leher dengan

lutut dan satu tangan penolong kemudian lakukan pemukulan pada punggung secara

lembut antara kedua tulang belikat bayi. Pada tindakan hentakan dada, letakkan bayi

dengan muka menghadap keatas pada lengan bawah penolong, rendahkan kepala dan

berikan hentakan dada secara lambat dengan dua atau tiga jari seperti kalau kita

melakukan kompresi jantung luar.

Jika jalan nafas anak hanya tersumbat partial, anak masih sadar serta dapat

bernafas dalam posisi tegak, maka sebaiknya tindakan dikerjakan dengan peralatan

yang lebih lengkap, bahkan mungkin menggunakan tindakan anestesi. Tindakan

hentakan abdomen jangan dilakukan pada bayi dan anak kecil.

6) Intubasi trakea.

Pipa Endotrakea terdiri dari berbagai ukuran mulai dari 2,5, sampai 10. Pada

penderita gawat nafas dan tidak sadar, intubasi trakea merupakan pilihan terakhir,

karena cara ini agak sukar dan harus berpengalaman.

Perlengkapan

1.Laringoskop

Laringoskop ada dua macam.

Laringoskop Magill, yaitu daun laringoskop lurus.

Laringoskop Macintosh, yaitu daun laringoskop bengkok.

Page 15: aspirasi trakhea

Daun laringoskop yang lurus digunakan untuk mengangkat epiglottis secara

langsung, sedangkan daun yang bengkok yang dimasukkan kedalam valekula tepat

diatas epiglottis, mengangkat epiglottis tidak langsung dengan menarik frenulum

glosoepiglotis.

Daun laringoskop yang bengkok tidak menyentuh larings dan karena itu mungkin

kurang traumatik dan kurang merangsang refleks, juga memberi ruangan lebih luas

untuk melihat dan memasukkan pipa. Intubasi pada anak memerlukan daun

laringoskop pediatri khusus.

2.Pipa endotrakea

Sebaiknya kita memilih pipa endotrakea dengan balon lunak volume besar

dengan tekanan rendah (high volome low pressure). Untuk anak kecil dan bayi pipa

endotrakea tanpa balon. Pipa sebaiknya dibuat dari plastik yang tidak iritatif.

7) Krikotomi

Cara ini untuk nafas spontan baik dengan udara ataupun dengan oksigen,

untuk ventilasi buatan dan penghisapan. Tindakan ini memerlukan kanula terbesar

yang tersedia dan tidak menyebabkan cedera larings.

Pada orang dewasa diameter luar sebesar 6 mm, dan pada anak besar sebesar

3 mm. Pada anak kecil dan bayi, gunakanlah jarum no. 12 G.

Teknik Krikotirotomi

Letakkan penderita terlentang dengan kepala ekstensi. Pegang larings dengan

ibu jari dan jari tengah serta tentukan membrana krikoid dengan jari telunjuk. Buat

sayatan kulit horizontal yang cukup. Lakukan insisi tusuk melalui membrana

krikotiroid. Dorong kanula ujung tumpul melalui membrana ke dalam lumen trakea.

Indikasi trakeostomi

Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis pada jalan nafas dan

gangguan non obstruksi yang mengubah ventilasi.

Page 16: aspirasi trakhea

Terjadinya obstruksi jalan nafas atas:

sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya

pada pasien dalam keadaan koma.

untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).

apabila terdapat benda asing di subglotis.

penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig),

epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui

mekanisme serupa

mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas atas seperti rongga

mulut, sekitar lidah dan faring. Hal ini sangat berguna pada pasien dengan

kerusakan paru, yang kapasitas vitalnya berkurang.7

Tindakan trakeostomi akan menurunkan jumlah udara residu anatomis paru

hingga 50 persennya. Sebagai hasilnya, pasien hanya memerlukan sedikit tenaga

yang dibutuhkan untuk bernafas dan meningkatkan ventilasi alveolar. Tetapi hal ini

juga sangat tergantung pada ukuran dan jenis pipa trakeostomi.8

BAB III

KESIMPULAN

Page 17: aspirasi trakhea

1. Aspiration of trachea atau aspirasi trakhea adalah adanya benda asing baik

yang berasal dari tubuh sendiri maupun dari luar yang mempengaruhi proses

pernapasan yang terjadi di trachea

2. Penderita dengan aspirasi benda asing di jalan napas merupakan kasus yang

gawat darurat dan memerlukan tindakan yang segera

3. Aspirasi benda asing pada trachea lebih sering terjadi pada anak daripada

orang dewasa

4. Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi

benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat,bentuk dan ukuran

benda asing

5. Bronkoskopi lazimnya yang digunakan untuk mengeluarkan benda-benda

asing di saluran napas, namun alat tersebut tidak selalu ada di sebagian besar

rumah sakit di Indonesia. Laringoskopi langsung dicoba untuk mengganti

bronkoskopi. Alat ini lebih mudah pengelolaannya, murah dan semua dokier

THT sudah biasa menggunakannya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: aspirasi trakhea

1) Faddjar M., Ekstraksi Benda Asing Saluran nafas dengan Neuroleptic

Anasthesia. Dalam : Medicinus. Edisi Juni-Agustus 2009 Vol 2. Jakarta :

Balai Penerbit FK UI , 2007: h 65-67.

2) Strahan C., Meyers AD . Aspiration. In: Charles, D, Sylvan, Margaret A

Editors. Pediatric Otolaryngology. 3th ed.Vol 2. Philadelphia; London,

Toronto,Montreal, Sydney: Saunders Company, 2005: p. 1245-50.

3) Munter DW. Foreign bodies trechea. 2007. Available at

http://emedicine.medscape.com/article/872498-overview

4) Adams GL.,Boies L.R., Higler P.A., Buku Ajar Penyakit THT. Alih bahasa :

Caroline Wijaya. Edisi 6. Jakarta : Balai Penerbit Buku

Kedokteran.EGC,1997: 467-479.

5) Nina I., Niken L.P., Elise K., Sumbatan traktus trakeo-bronkhial. Dalam :

Soepardi EA, Nurbaiti Iskandar,Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-

6. Jakarta : Balai Penerbit FK UI,2007: h 261 – 2.

6) Dahlan Z. Pneumonia bentuk khusus. In: Aru W, Bambang S Idrus A,Editors.

Buku Ajar Penyakit Dalam 4th ed.Vol 2. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit

Dalam, 2005: p. 982-3.

7) Sjamsuhidayat R., Tindak bedah organ dan system organ. In: Wim De Jong,

Editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta:EGC, 2000:376.

8) Eibling DE. Management of intractable aspiration. In Bailey BJ, ed. Head &

Neck Surgery-Otolaryngology. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott-Raven, 1998.