perencanaan pelabuhan peti kemas - bab iii
TRANSCRIPT
YOGA DWI SAPUTRA2013310019
BAB III
METODOLOGI
Dalam studi Perencanaan Pelabuhan Container di Kota Kupang – Nusa
Tenggara Timur ini menggunakan analisis demand (permintaan konsumen di
kawasan Hiterland dan volume container serta ukuran kapal) dalam sistem
pelayanannya, maka komponen tersebut akan dikaji dari sisi permintaan. Hasil
analisis untuk menentukan kebutuhan terhadap sarana dan prasarana di pelabuhan.
Dan sebagai langkah akhir maka disusunlah suatu identifikasi potensi dan
permasalahan Perencanaan Pelabuhan Container di Kota Kupang.
3.1 Metode Penelitian
Dalam pengumpulan data dan informasi Perencanaan Pelabuhan Container
di Kota Kupang ini dilakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :
3.2 Data Primer
pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pengamatan langsung di
lapangan, melakukan observasi, dan wawancara langsung dengan
masyarakat setempat dan pihak-pihak yang relevan.
1. Wawancara
Wawancara/kuisioner bertujuan untuk mendapatkan masukan dari
stakeholder terkait, yaitu :
a. BAPPEDA, untuk mendapatkan informasi mengenai kebijakan
pengembangan wilayah disekitar kawasan perencanaan pelabuhan
dalam kaitannya dengan perencanaan wilayah makro.
b. Dinas perhubungan, untuk mendapatkan gambaran arah kebijakan
pengembangan sector perhubungan terutama perhubungan laut
terkait dengan rencana pengembangan kawasan pesisir di wilayah
perencanaan pelabuhan container serta rencana-rencana
permasalahan menyangkut pengembangan sector perhubungan atau
transportasi.
c. Dinas lingkungan hidup, untuk mendapatkan informasi mengenai
kondisi lingkungan disekitar pelabuhan beserta factor-faktor yang
dapat mencemarkan lingkungan
d. Dinas pekerjaan umum
PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 30
YOGA DWI SAPUTRA2013310019
e. Masyarakat sekitar pelabuhan
f. Pihak-pihak terkait lainnya
2. Observasi/Survey Lapangan
Observasi yaitu pengamatan langsung secara visual untuk mengetahui
dan mencatat keadaan wilayah sebenarnya dilapangan. Observasi
lapangan yang dilakukan adalah :
a. Survey Topografi
Pengukuran Topografi seluas (Simbol) 20Ha dilakukan di lokasi
yang akan dijadikan tempat berdirinya Pelabuhan Container.
b. Survey Bathimetri
Pengukuran Bathimetri seluas 40 Ha dilakukan di sekitar
pelabuhan dan bertujuan untuk mendapatkan peta situasi perairan
pada lokasi perencanaan pelabuhan.
c. Survey Hidrooseanografi
1. Pengamatan pasang surut
2. Pengukuran Arus
d. Survey Permintaan Jasa Angkutan Laut
Survey lapangan untuk permintaan jasa angkutan laut dilakukan
bila tidak tersedia data operasional yang memadai untuk dijadikan
bahan analisis kebutuhan pembangunan/pengembangan fasilitas
pelabuhan. Survey ini berupa pengumpulan data meliputi :
1) Jumlah Kunjungan kapal (ship call)
2) Jumlah pergerakan barang (baik dari maupun luar
(hinterland)
e. Identifikasi Dampak Lingkungan Hidup
Identifikasi dampak lingkungan hidup merupakan identifikasi awal
kemungkinan timbulnya dampak pada lokasi pelabuhan dan
sekitarnya akibat penyelanggaraan operasi pelayaran, yang
meliputi
- Pencemaran udara dan air akibat pengoprasian kapal laut
- Dampak terhadap flora dan fauna
- Dampak terhadap social, ekonomi dan budaya
PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 31
YOGA DWI SAPUTRA2013310019
- Dampak terhadap kesehatan masyarakat
- Pengendalian limbah padat dan cair dan
- Rekomendasi jenis studi lingkungan yang harus dilakukan
3.3 Data Sekunder
Data sekunder dikumpulkan dari beberapa dinas dan instansi
pemerintah/perusahaan yang terkait dengan perencanaan pelabuhan serta laporan
hasil studi terdahulu yang berhubungan dengan perencanaan pelabuhan container.
Dalam proses pengumpulan seunder, dikumpulkan data pendukung seperti
berikut:
1) Kebijakan pemerintah terkait Rencana Tata Guna Lahan dan
prasarana fisik wilayah yang ada, meliputi :
- Tatanan transportasi wilayah Kupang
- Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi Nusa
Tenggara Timur
- Jaringan prasarana transportasi dan rencana
pengembangannya (jika tersedia)
- Informasi mengenai daerah-daerah yang termasuk MP3EI,
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) serta kawasan
pembangunan ekonomi lainnya sesuai rencana pemerintah
pusat.
- Informasi mengenai daerah khusus, daerah tertinggal, dan
daerah terluar.
- Informasi mengenai daerah rawan bencana
2) Data Sosial Ekonomi Wilayah
- Kependudukan
- Pertumbuhan Ekonomi
- Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
- Ekspor dan Impor
- Pengembangan Industri di Daerah, dan
- Potensi Komodat Unggulan
3) Data Fisiologi, Topografi dan Meteorologi
PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 32
YOGA DWI SAPUTRA2013310019
- Peta pada lokasi dan kawasan di sekitar rencana pelabuhan
- Peta tata guna lahan disekitar lokasi rencana pelabuhan
- Data status kepemilikan lahan di lokasi perencanaan
pelabuhan
- Data meteorology dan klimatologi (suhu udara,
kelembaban, arah angina dan kecepatan angina, curah
hujan, gempa)
- informasi mengenai daerah koncervasi
4) Kondisi eksisting fasilitas pelabuhan
- Data fasilitas pelabuhan
- Layout eksisting pelabuhan
- Data kondisi alur pelayaran
- Data sarana alat bantu navigasi pelayaran (SBNP)
- Data sarana telekomunikasi pelayaran
5) Data operasional pelabuhan
Merupakan data historis mengenai kondisi/karakteristik jasa
angkutan laut yang diperlukan untuk pembangunan/pengembangan
fasilitas pelabuhan, yang meliputi :
- Jumlah kunjungan kapal
- Volume pergerakan barang (bongkar, muat, ekspor dan
impor)
- Jumlah pergerakan penumpang
- Rute/jaringan pelayaran
- Tipe/jenis kapal yang beroperasi
3.4 Forecast
Forecast atau peralaman mengenai keadaan dimasa mendatang merupakan
perkiraan atau persiapan terhadap keadaan di masa mendatang, yaitu untuk jangka
pendek 5 (lima) tahun kedepan, jangka menengan 10 (sepuluh) tahun kedepan dan
jangka panjang 20 (dua puluh) tahun kedepan. Dari data yang sudah ada kita bisa
meramalkan keadaan pelabuhan di jangka pendek hingga jangka panjang dengan
PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 33
YOGA DWI SAPUTRA2013310019
rumus Metode Kuadrat Terkecil untuk mencari garis trend linear. Berikut
penjelasan mengenai Forecast.
Metode Kuadrat Terkecil untuk mencari garis trend linear adalah rumus
untuk memproyeksikan hasil ke depan maupun ke belakang dari data yang sudah
ada dan dinyatakan dengan :
,
dimana konstanta a dan b dihitung dengan rumus :
Y = Variabel yang akan diproyeksiakn nilainya
X = Variabel tahun perlu direcoding dgn cara berbeda antara jumlah
pengamatan ganjil dan jumlah pengamatan genap.
Terdapat 3(tiga) jenis rumus dalam metode ini yaitu rumus untuk data
ganjil, rumus untuk data genap dan rumus untuk umum atau ganji genap.
a. Metode Kuadrat dengan Rumus Ganjil
Pada rumus ganjil, titik tengah data X adalah 0
b. Metode Kuadrat dengan Rumus genap
Pada rumus ganjil, titik tengah data X adalah 1 dan -1
c. Metode Kuadrat dengan Rumus Umum
Rumus Garis trend dapat dinyatakan dengan :
a=Y−b X
b=n∑ X i Y i−∑ X i∑ Y i
n∑ Xi2−(∑ X i )
2
Y=a+bX
Y=1n ∑ Y i ; rata−rata Y
X=1n ∑ X i ; rata−rata X
Tabel 3.1 Perbedaan Data Ganjil, Genap dan Umum
No Ganjil Genap Umum
1 -1 -3 1
2 -1 -1 2
3 0 1 3
PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 34
YOGA DWI SAPUTRA2013310019
4 1 3 4
5 2 5 5
3.5 Metode Perhitungan Kebutuhan Fasilitas Pelabuhan Container
3.5.1 Fasilitas Daratan
1. Panjang Dermaga
Penentuan panjang dermaga untuk melayani jumlah kapal tertentu
harus selalu diperoleh dengan mempertimbangka rata-rata panjang kapal
yang dilayani. Untuk itu diperlukan data statistik dengan periode tertentu
sehingga bisa diperhitungkan kecenderungan ukuran kapal yang datang
sehingga rata-rata panjang kapal yang dilayani dapat direncanakan.
International Maritime Organization (IMO) merekomendasikan
seperti pada Gambar 2.8 bahwa untuk dermaga tunggal (single berth),
kebutuhan panjang dermaga yang disyaratkan (L) untuk melayani satu
kapal adalah :
L = 10% Loa + Loa + 10% Loa
Dengan :
L = panjang dermaga yang disyaratkan
Loa = rata-rata panjang kapal yang dilayani
Gambar 3.1 Single Berth Length
Dari persamaan di atas diberikan kebebasan sebesar 10% dikedua
ujung kapal. Untuk dermaga dalam jumlah banyak (berth group), IMO
merekomendasikan seperti pada Gambar 2.9. Panjang dermaga yang
disyaratkan dengan persamaan :
PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 35
YOGA DWI SAPUTRA2013310019
L = n (10% Loa + Loa) + 10% Loa
Dengan :
L = panjang dermaga yang disyaratkan
n = jumlah dermaga
Loa = rata-rata panjang kapal yang dilayani
Gambar 3.2 Berth Length On The Group
2. Lebar Dermaga
Dalam merencanakan lebar dermaga banyak ditentukan oleh
kegunaan dari dermaga tersebut, ditinjau dari jenis dan volume barang
yang mungkin ditangani pelabuhan/dermaga tersebut. Pada pelabuhan peti
kemas appron menjadi satu bagian dengan tempat penimbunan terbuka
yang sangat luas, yang diperlukan untuk gerakan peti kemas. Sejajar
dengan garis dermaga ditempatkan keran peti kemas yang dapat bergerak
sejajar tambatan, sedangkan arah gerakan barang tegak lurus tambatan.
Satu kapal biasanya dilayani oleh dua portainer/container crane
(Kramadibrata, 2002).
a. Elevasi Dermaga
Hal-hal yang menentukan elevasi dermaga adalah tinggi
pasang surut, tinggi gelombang ditambah dengan tinggi jagaan 1
m.
b. Container Yard
Lapangan penumpukan adalah suatu tempat yang luas dan
terletak di dekat dermaga yang digunakan untuk menyimpan
barang-barang yang akan dimuat atau setelah dibongkar dari kapal.
PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 36
YOGA DWI SAPUTRA2013310019
Lapangan penumpukan harus diperkeras sehingga dapat menerima
beban yang berat dari barang yang ditampungnya. Luas yang
diperlukan untuk container yard tiap Teu’s tergantung sistem
penanganan kontainer. Ada beberapa metode dalam penanganan
kontainer yang sering digunakan saat ini, antara lain yaitu chassis
system, straddle system, gantry crane system, dan transtainer
system (Triatmodjo, 1996).
Luas area yang diperlukan per TEU harus disesuaikan
dengan sistem penanganan kontainer yang digunakan dan
tinggi/jumlah penumpukan peti kemas, seperti pada Tabel 2.3
(Triatmodjo, 2010).Tabel 3.2 Luasan Diperlukan TEUs
Peralatan dan
Metode
Penanganan
Tinggi/Jumlah
Penumpukan Peti
Kemas
Luasan Diperlukan
per TEUs
ATEUs (m2)
PK 20 ft PK 40 ft
Trailer 1 60 45
Truck Forklift
1 60 80
2 30 40
3 20 27
Straddle Carrier
1 30
2 15
3 10
Rubber Tyred
Gantry Crane /
Transtainer
2 15
3 10
4 7.5Sumber : Triatmodjo, B., 2010
Pada Tabel 2.3 di atas digunakan dengan melihat pemilihan
metode operasional dari peralatan yang berkaitan dengan
tersediannya lahan dan kondisi tanah yang diperlukan untuk
terminal peti kemas.
PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 37
YOGA DWI SAPUTRA2013310019
Luas lapangan penumpukan peti kemas yang diperlukan
dapat dihitung dengan persamaan berikut :
A= T D Ateus365(1−BS)
Dengan :
A = luas lapangan penumpukan yang diperlukan (m2)
T = arus peti kemas per tahun (box, TEUs), 1 TEUs = 29 m3
dan 1 box = 1.7 TEUs.
D = dwelling time atau jumlah hari rerata peti kemas
tersimpan di lapangan penumpukan. Apabila tidak ada
informasi, bisa digunakan 7 hari untuk peti kemas import
dan 5 hari untuk peti kemas eksport. Untuk peti kemas
kosong, waktu penyimpanan adalah 20 hari.
ATEUs = luasan yang diperlukan untuk satu TEU yang tergantung
pada sistem penanganan peti kemas dan jumlah tumpukan
peti kemas di lapangan penumpukan (Tabel 2.3).
BS = broken stowage (luasan yang hilang karena adanya jalan
atau jarak antara peti kemas di lapangan penumpukan, yang
tergantung pada sistem penanganan peti kemas. Nilainya
sekitar 25%-50%.
3. Luas Perkantoran
Tabel 3.3 Luas Area Perkantoran
No Jenis Ruangan/bangunan/tempat lainnya Kebutuhan
1 Ruang Administrasi 4 m2/Orang
2 Ruang Kasir 4 m2/Orang
3 Ruang Kepala Pelabuhan 10 m2/Orang
4 Pantry (dapur) Min 4 m2
5 Ruang Tunggu 4 m2/Orang
6 Toilet Staff Min 4 m2
7 Toilet Umum Min 2 m2
8 Mushola 5 x 10 m2
9 Parkir Motor 1 x 2 m2 Per unit
10 Parkir Mobil 2 x 3 m2 Per unit
11 Taman Kantor 10 x 15 m2
PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 38
YOGA DWI SAPUTRA2013310019
12 Gudang kantor 6 x 6 m2
3.5.2 Fasilitas Perairan
1. Areal Teampat Berlabuh
Areal Tempat berlabuh dihitung untuk masing-masing jenis kapal
dan kegiatan yang dilayani di pelabuhan. Perhitungan kebutuhan area
labuh akan tergantung pada dimensi kapal yang direncanakan, estimasi
rata-rata jumlah kapal yang menunggu di area labuh, dan ketersediaan
lahan perairan untuk lokasi labuh kapal. Estimasi jumlah kapal yang
menunggu dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan metode
antrian, model simulasi dan lain-lain.
Areal Tempat Berlabuh :
R = L + 6D + 30 METER
R : Jari-jari untuk labuh per kapal
L : Panjang kapal yang berlabuh
D : Kedalaman air
Luas areal berlabuh = jumlah kapal x π x R2
2. Areal alih muat kapal
Areal alih muat kapal harus dihitung untuk pelabuhan yang
membutuhkan kegiatan alih muat antar kapal dan memiliki perairan yang
memungkinkan kegiatan alih muat antar kapal. Kebutuhan ruang alih muat
kapal dihitung dengan menggunakan rumus :
R = L + 6D + 30 METER
R : Jari-jari untuk labuh per kapal
L : Panjang kapal yang berlabuh
D : Kedalaman air
Luas areal alih muat kapal = jumlah kapal x π x R2
3. Areal Tempat Kapal Sandar
PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 39
YOGA DWI SAPUTRA2013310019
A = 1,8L x 1,5L
A : Luas perairan untuk tempat sandar kapal per 1 kapal
L : Panjang Kapal
Luas Areal Tempat Sandar Kapal = jumlah kapal x A
4. Area Kolam Putar
D = 2L
D = Diameter areal kolam putar
L = Panjang kapal maksimum
5. Areal keperluan keadaam darurat
Faktor yang perlu diperhatikan adalah kecelakaan kapal, kebakaran
kapal, kapal kandas dan lain-lain. Salvage area diperkirakan luasnya 50%
dari luas areal pindah labuh kapal
6. Alur pelayaran
A = W x L
W : 9B + 30 Meter
A : Luas areal laut
W : Lebar alur
L : Panjang alur (draft kapal d ≥ 1,1 D) Full draft kapal
B : Lebar kapal maksimum
7. Areal percobaan berlayar
Areal percobaan berlayar harus dihitung pada pelabuhan yang
memiliki fasilitas dok untuk perbaikan/pembangunan kapal baru dan
memiliki perairan yang memungkinkan untuk kegiatan percobaan berlayar.
Faktor yang perlu diperhatikan adalah ukuran kapal rencana.
8. Areal fasilitas pembangunan dan pemeliharaan.
Faktor yang perlu diperhatikan adalah ukuran kapal maksimum
yang dibangun atau diperbaiki.
PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 40
YOGA DWI SAPUTRA2013310019
3.6 Alur Perencanaan Pelabuhan Container di Kota Kupang – NTT
Dalam sebuah perencanaan Pelabuhan diperlukan adanya alur yang
berguna untuk mempermudah dalam melakukan tahapan-tahapan perencanaan
sebuah pelabuhan. Berikut Alur atau Flowchart penyusunan perencanaan
pelabuhan :
PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 41
YOGA DWI SAPUTRA2013310019
Gambar 3.3 Flowchart Alur Perencanaan Pelabuhan
PERENCANAAN PELABUHAN CONTAINER - KUPANG 42