perbedaan kepuasan pernikahan suami ditinjau...

43
Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau dari Status Istri SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Novia Rahma Widi Kusumawardani NIM : 201210230311378 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016

Upload: others

Post on 11-Aug-2020

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau dari Status Istri

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai

salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Novia Rahma Widi Kusumawardani

NIM : 201210230311378

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016

Page 2: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau dari Status Istri

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai

salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Novia Rahma Widi Kusumawardani

NIM : 201210230311378

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016

Page 3: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Novia Rahma Widi Kusumawardani

Nim : 201210230311378

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal, 05 Februari 2016

dan dinyatakan memenuhi syarat sebagai kelengkapan

memperoleh gelar Sarjana (S1) Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

SUSUNAN DEWAN PENGUJI :

Ketua/ Pembimbing I Sekertaris/ Pembimbing II

Dr. Diah Karmiyati, M.Si. Zainul Anwar, S.Psi. M.Psi.

Anggota 1 Anggota II

Hudaniah, S.Psi. M.Si. M. Sohib, S.Psi. M.Si

Mengesahkan,

D e k a n

Dra. Tri Dayakisni, M.Si

Page 4: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Novia Rahma Widi Kusumawardani

NIM : 201210230311378

Fakultas / Jurusan : Psikologi / Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi / karya ilmiah yang berjudul :

Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau dari Status Istri

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk

kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah / skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak

bebas royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini

tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan Undang-undang yang

berlaku.

Malang, 05 Februari 2016

Mengetahui

Ketua Program Studi Yang Menyatakan,

Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si Novia Rahma Widi Kusumawardani

Page 5: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan

Hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan

kepuasan pernikahan suami ditinjau dari status istri”, sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam Proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk

serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Tri dayaksini, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan

motivasi hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Ibu Siti Maimunah, S.Psi, M.M.,M.A selaku dosen wali yang telah memberi dukungan

hingga selesainya skripsi ini.

4. Para dosen dan Staf TU Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan pembelajaran

serta proses pendewasaan.

5. Kepada kedua orang tuaku tercinta memberikan dukungan, do’a, dan kasih sayangnya

sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabatku Cita, Nino, Eva yang selalu memberikan semangat, hiburan, cerita dan

manfaat yang begitu besar selama saya berkuliah dari awal masuk perkulihan hingga

sekarang.

7. Teman-teman Bachtiar, Aris, Nurus, Finda, Danny, Dhea, Nada, Mirza, Dewi, Rijal,

Rendy, Intan, Yanti, Om John, Huda, Rian PGSD, Rian Gitaris, Dewi Wahyu, Gusti,

Azizul, Ayik, Firly yang selalu membantu, mendukung, menemani dalam penyelesaian

skripsi ini.

8. Teman dekat Agnes dan Devi selalu memberikan semangat, membantu memberikan

nasihat dan masukan dalam skripsi ini.

Page 6: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

vi

9. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2012 khususnya kelas G yang memberikan

semangat, dukungan, serta berbagi ilmu dan saling melengkapi kekurangan masing-

masing.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan

pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan semoga menjadi amal ibadah yang

diterima oleh Allah SWT.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran

demi perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 05 Februari 2016

Penulis

Novia Rahma Widi Kusumawardani

Page 7: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ v

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. ix

ABSTRAK ................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 2

TINJAUAN TEORI ................................................................................................................... 5

METODE PENELITIAN ........................................................................................................... 9

A. Rancangan Penelitian ..................................................................................................... 9

B. Subyek Penelitian ......................................................................................................... 10

C. Variabel dan Instrumen Penelitian ............................................................................... 10

D. Prosedur Penelitian ....................................................................................................... 10

HASIL PENELITIAN .............................................................................................................. 11

DISKUSI .................................................................................................................................. 14

SIMPULAN DAN IMPLIKASI............................................................................................... 17

REFERENSI ............................................................................................................................. 17

Page 8: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

viii

DAFTAR TABEL

TABEL 1

Deskripsi subjek penelitian .................................................................................................. 11

TABEL 2

Perhitungan kepuasan pernikahan suami dengan status istri ............................................... 12

TABEL 3

Perbedaan kepuasan pernikahan suami ditinjau dari status istri .......................................... 12

TABEL 4

Perbedaan kepuasan pernikahan suami antara istri yang bekerja dan tidak bekerja ditinjau dari

aspek-aspeknya ..................................................................................................................... 12

TABEL 5

Perbedaan kepuasan pernikahan suami antara istri yang bekerja dan tidak bekerja ditinjau dari

jumlah anak .......................................................................................................................... 13

Page 9: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

ix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Blue Print Skala Kepuasan Pernikahan ................................................................................ 21

LAMPIRAN 2

Skala Kepuasan Pernikahan ................................................................................................. 22

LAMPIRAN 3

Validitas dan Reliabilitas ..................................................................................................... 24

LAMPIRAN 4

Tabulasi dan Uji Perbedaan .................................................................................................. 25

Page 10: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen
Page 11: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

1

PERBEDAAN KEPUASAN PERNIKAHAN SUAMI DITINJAU DARI

STATUS ISTRI

Novia Rahma Widi Kusumawardani

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

[email protected]

Suami merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga, namun pada saat ini

banyak suami setuju dengan istri berkarir di luar rumah dengan alasan dapat

menambah sumber keuangan keluarga. Namun, tidak jarang pula suami tidak

setuju dengan hal tersebut karena berbagai alasan, seperti istri yang berkarir

sering mengabaikan pekerjaan rumah dan anak. Kondisi istri yang berkarir

maupun tidak, membawa dampak positif dan negatif pada kehidupan

pernikahan mereka dan berpengaruh pada kepuasan pernikahan yang mereka

rasakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepuasan

pernikahan suami ditinjau dari status istri yang berkarir atau sebagai ibu rumah

tangga. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 97 orang suami (49 status

istri berkarir, 48 status istri tidak berkarir) dengan usia pernikahan minimal 4

tahun, menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data

menggunakan skala model likert. Metode analisa data menggunakan

independent sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan

kepuasan pernikahan suami ditinjau dari status istri (F = 1,629; P>0,05).

Kata Kunci :Kepuasan pernikahan suami, istri berkarir, istri tidak berkarir.

The husband is the main breadwinner in the family, but nowdays a lot of

husband and wife agree to a carrer outside the home and grounds can add to

the family’s financial resources. However, not infrenquently the husband

doesn’t agree for some reason, like a carrer woman who often ignore the

housework and child. Condition that a carrer woman or not, bring a positive

and negative impact on their married life and effect on marital satisfaction they

feel. The aim of this research was to find out the difference of a husband’s

marital satisfaction which is viewed byhis wife status as a career woman or a

housewife. The number of this subjects in this research was 97 husbands (49

wives who have careers and 48 wives whodo not have any career) by the

minimum age of their marriage was 4 year, using purposive sampling

technique. Likert model scale was employed to collect the data. The data

analysis method used in this research was independent sample t-test. The result

of this research demonstrated that there was no differences of husbands’

marital satisfaction if viewed by their wives status (F = 1.629; P>0.05).

Keywords: Husband’s marital satisfaction, career woman, not career women.

Page 12: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

2

Masa dewasa merupakan masa dimana seseorang berproses untuk memenuhi tugas-tugas

perkembangannya, menikah menjadi salah satu hal yang diinginkan oleh semua orang. Orang

dewasa membangun struktur kehidupan mereka yang pertama, kerap dengan mengambil dan

menguji pilihan menikah atau membentuk hubungan yang stabil dan membentuk keluarga

yang harmonis, mereka cenderung mencari pasangan yang suportif dan saling mendukung.

Menikah menjadi salah satu kebutuhan yang diinginkan setiap manusia, pernikahan sebagai

suatu komitmen hubungan emosional yang resmi antara dua orang atau pasangan untuk saling

berbagi dalam perasaan, secara fisik, berbagi berbagai macam tugas, dan mengatur sumber

perekonomian (Indriani, 2014). Setiap manusia memiliki keinginan untuk menikah dan

membangun rumah tangga yang harmonis, dan sudah menjadi sifat manusiawi menyukai

kebanggaan, kenikmatan dan kenyamanan di dalam rumah tangganya (Mufidah, 2008). Tidak

hanya itu menikah bukan berarti menyesuaikan diri dengan pasangan namun juga keluarga,

lingkungan sosialnya, dan juga kebiasaan-kebiasaan pasangan.

Dalam pernikahan, suami dan istri memiliki perannya masing-masing, suami bertanggung

jawab untuk menafkahi istri dan anak-anaknya, sebagai kepala keluarga yang memiliki

wewenang terrtinggi dalam keputusan-keputusan keluarga dan bertanggung jawab atas anak

dan istrinya. Sedangkan kebanyakan istri bertugas untuk mengatur dan mangurus rumah

tangga serta mempersiapkan kebutuhan hidup sehari-hari baik kepada anak maupun suami,

taat dan patuh dalam hal yang baik di dalam rumah tangga, dan sebagai pengatur keuangan

keluarga. Perbedaan kamu pria dan wanita diperjelas adanya Panca Dharma Wanita Indonesia

yang menuntut wanita dapat melakukan lima tugas, yaitu sebagai istri atau pemdamping,

sebagai pengelola rumah tangga, sebagai penerus keturunan, sebagai ibu dari anak-anak dan

sebagai warga negara (Anoraga, 2005).

Namun perkembangan zaman membuat para istri tidak kalah kedudukannya dengan suami,

banyak istri yang bekerja dan berkarir diluar layaknya seorang laki-laki. Kebutuhan yang

semakin meningkat di dalam keluarga terkadang memaksa seorang istri untuk bekerja diluar

rumah, uang dan kurangnya uang menjadi sangat berpengaruh yang kuat dalam penyesuaian

antara suami dan istri, banyak istri tersinggung karena tidak dapat mengendalikan uang yang

dipergunakan untuk keluarga, banyak suami juga merasa sulit menyesuaikan diri dengan

keuangan, tetapi pendapatan suami harus bisa menutupi semua kebutuhan keluarga. Hal

semacam ini sering menimbulkan percecokan di dalam pernikahan karena istri juga menuntut

suami untuk ikut serta dalam tugas rumah, dan apabila suami tidak mampu menyediakan

barang-barang keperluan rumah tangga, maka hal ini dapat menimbulkan perasaan

tersinggung dan percecokan. Sehingga, banyak istri yang mengalami masalah tersebut, dan

memutuskan untuk bekerja sebagai usaha pemenuhan kebutuhan keluarga.

Wanita karir merupakan wanita yang memperoleh kemajuan dalam pekerjaan, jabatan dan

lain-lain, lebih cenderung pada pemanfaatan kemampuan atau aturan sehingga wanita

memperoleh perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan (Endang dalam Anoraga, 2005).

Kehadiraan kaum wanita atau istri menjadi dampak yang positif dan besar manfaatnya,

sebagai partner kaum pria tidak hanya di rumah tapi dalam hal bekerja juga menyalurkan

potensi-potensi mereka. Wanita juga dapat berbuat banyak seperti rekan prianya, bahkan ada

kalanya mereka bisa lebih dari kaum pria. Namun bagaimanapun mereka adalah ibu rumah

tangga yang tidak lepas dari lingkungan keluarga dan tugasnya sebagai istri atau ibu. Bukan

hal yang mudah bagi seorang istri membagi tugasnya di diluar rumah, pada kenyataannya

banyak wanita kurang dapat mengatasi hambatan tersebut sehingga keteteran.

Page 13: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

3

Beberapa alasan istri berkarir di luar rumah dapat disebabkan oleh pemenuhan kebutuhan

rumah tangga yang semakin meningkat, sehingga memaksa istri untuk ikut serta dalam

mencari nafkah, ada pula faktor gaya hidup yang membuat istri untuk tetap bekerja atau

mempunyai kebutuhan sosial yang tinggi dan tempat kerja mereka sangat mencukupi

kebutuhan tersebut. Menurut Majid (2012) alasan-alasan mengapa wanita yang sudah

menikah memutuskan untuk bekerja di luar adalah faktor pendidikan istri, pendapatan suami,

dan jumlah tanggungan keluarga. Hal ini dimaksudkan bahwa semakin tinggi pendidikan istri

maka semakin banyak waktu yang digunakan untuk berpartisipasi dalam pekerjaannya,

karena dengan bekerkarir istri dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang

dimiliki serta sebagai bentuk aktualiasasi diri mereka, kebutuhan sosial juga memerankan

peran penting karena dengan bekerja dianggap lebih memunculkan identitas sosial yang lebih

tinggi ketimbang istri yang tidak berkarir. Kemudian, semakin banyak jumlah tanggungan

maka semakin banyak pula partisipasinya dalam bekerja dan peningkatan pendapatan yang

signifikan juga mampu meningkatkan tingkat partisipasinya dalam bekerja.

Keterlibatan istri dalam dalam hal ini tentu membawa dampak terhadap peran wanita dalam

keluarga, selain dapat mengurangi beban suami dalam mencari nafkah tentu saja ada hal

negatif yang dapat ditimbulkan akibat pergeseran peran dari istri yang berkarir, banyak pula

suami yang keberatan dengan hal tersebut karena dapat menimbulkan prasangka dari orang

lain bahwa ia tidak dapat mencukupi keluarganya (Hurlock, 1991). Menurut Rahayu (2014),

bahwa dampak negatif dari istri yang bekerja adalah kewajiban sebagai ibu rumah tangga

menjadi terabaikan, yaitu istri menjadi kurang taat kepada suami, istri kurang dapat menjaga

kehormatan diri, kebutuhan seksualitas suami kurang terpenuhi dan pekerjaan rumah tangga

terabaikan. Hal ini di dukung pula oleh Gopur (2010) melalui studi kasusnya, bahwa akibat

peran dan pergeseran tanggung jawab wanita dalam keluarga menimbulkan dampak negatif

terutama bagi keluarga itu sendiri bahkan hal tersebut tidak jarang menimbulkan kecacatan

dan kerusakan pada keluarga.

Madani Mental Health Care Foundation (2014) mengemukakan akibat dari istri yang berkarir

dapat menimbulkan keluhan-keluhan suami antara lain; suami sering mengeluh karena

istrinya bekerja dan berpenghasilan sehingga wibawa dirinya menurun karena istri tidak

bergantung kepada suami, menimbulkan perasaan rendah diri dan rasa cemburu pada pihak

suami. Sehingga, hal tersebut menuimbulkan kompilasi psikologis suami dan mengemukakan

keluhan-keluhan dalam bentuk kecemasan, depresi, atau dalam bentuk perubahan sikap yang

dingin, pencemburu, pemarah, kasar, bahkan dapat pula menyakiti istrinya secara fisik, dan

hal ini terjadi dikarenakan suami tidak dapat menyesuaikan diri dan merasa wibawanya

berkurang sehingga menunjukkan sikap lain yang dapat menunjukkan kekuasaannya.

Demikian pula penelitian dari Universitas Cornell mendapati bahwa para suami yang istrinya

bekerja sepanjang hari, akan meningkatkan peluang selingkuh hingga lima kali atau hampir

sebanyak 7% dari tahun 2002 hingga 2007 sedangkan perempuan 3%, hal ini dikarenakan ego

suami merasa dilukai oleh istri yang mungkin karirnya lebih baik daripada mereka, dan hal

tersebut mengancam identitas suami sebagai pencari nafkah, akhirnya selingkuh menjadi cara

untuk menegaskan sisi maskulinnya (Kompasiana, 2015).

Tidak jarang permasalahan tersebut berujung pada perceraian seperti yang terjadi di

Pengadilan Agama Yogyakarta, faktor penyebab perceraian termasuk masalah ekonomi, istri

memaksa untuk bekerja karena kebutuhan rumah tangga yang semakin meningkat, jika

penghasilan istri melebihi suami maka istri merasa lebih tinggi derajatnya dari suami, dari

Page 14: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

4

perasaan yang dialami suami kemudian merasa kurang nyaman sehingga terjadi pertengkaran

dan perceraian. Adapula data yang diungkap oleh Kemenag, Nasaruddin (2015), berdasarkan

laporan yang diterima pada beberapa tahun silam angka perceraian mencapai 60.000 per

tahun. Pasca reformasi perceraian rata-rata naik menjadi 200.000 per tahun. Kemudian

beberapa alasan muncul sebagai penyebab terjadinya perceraian, seperti halnya ketidak

cocokan, jarak sosial, umur, perselingkuhan.

Kasus perceraian juga tidak sedikit yang terjadi di Jawa Timur. Dari data Pengadilan Agama

Jatim, pada tahun 201 5angka perceraian terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2010,

jumlah perceraian di Jawa Timur mencapai 69.956 kasus, kemudian pada tahun 2011

meningkat sekitar 6% dari tahun sebelumnya menjadi 74.777 kasus, disusul tahun 2012

menunjukkan hasil yang signifikan, yaitu meningkat sebersar 14% dari tahun sebelumnya

menjadi 81.672 kasus perceraian, dan hingga saat ini angka perceraian khususnya di Jawa

Timur mencapai 100 ribu kasus.

Beberapa faktor penyebab perceraian antara lain; faktor ekonomi atau keuangan keluarga dan

tidak ada tanggung jawab, menurut Widayanti dan Lestari hal ini terjadi pada kasus istri yang

bekerja di luar rumah, semua masalah yang timbul menjadi tanggung jawab suami dan istri,

namun jika istri kurang atau tidak mempunyai rasa tanggung jawab dalam melaksanakan

kewajibannya seperti istri meninggalkan rumah tanpa ijin suami, maka suami merasa kurang

puas karena hak-haknya kurang terpenuhi dan hal ini pula dapat menyebabkan suami

menuntut perceraian akibat kurangnya tanggung jawab istri (Widayanti dan Lestari, 2014).

Seseorang yang memutuskan untuk menikah menginginkan keluarga yang harmonis dan

bahagia, kepuasan pernikahan menjadi salah satu faktor untuk mencapai keluarga yang

bahagia, karena pernikahan yang memuaskan akan tercapai jika kebutuhan-kebutuhan

individu dapat terpenuhi seperti kebutuhan sosial, psikologis, dan biologis. Seperti halnya

suami, beberapa keputusan menjadi pertimbang ketika hal tersebut berpengaruh terhadap

kualitas pernikahannya, seperti suami merasa tidak keberatan jika istrinya berkarir dan turut

membantu mencari penghasilan suami, namun ada pula suami yang keberatan jika istrinya

berkarir yang berarti istri berakarir akan mengurangi perhatian, waktu yang diberikan kepada

anak-anak, urusan rumah tangga, kasih sayang dan kebutuhan biologis yang tidak dapat

digantikan oleh wanita lain. Jadi, perlu diperhatikan motivasi istri untuk berkarir dapat

menguntungkan suami atau justru merugikan.

Menurut Burgess dan Locke (Indriani, 2014) mengungkapkan bahwa mengukur keberhasilan

perkawinan menggunakan beberapa kriteria. Salah satu kriteria yang dapat dilihat untuk

mengukur keberhasilan suatu pernikahan adalah puas atau tidaknya individu selama menjalani

kehidupan berumah tangga. Sedangkan, menurut Bahr dkk, (Utami & Mariyati, 2015)

mengatakan kepuasan dilihat dari sejauh mana kebutuhan, harapan, dan keinginan individu

sudah dipenuhi di dalam menjalani pernikahannya, dalam bentuk; kesepakatan peran, aturan

peran bersama sebagai suami-istri (pasangan), dan aturan peran amsing-masing sebagai diri

sendiri.

Namun hal ini berbeda dengan suami yang memiliki istri berkarir, karena waktu istri harus

terbagi dengan pekerjaan diluar rumah dan tidak sepenuhnya mengurus urusan rumah tangga,

sehingga suami merasa kurang puas dalam pernikahannya. Hal ini didukung pula oleh hasil

penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Paputungan (2012) yang menunjukkan bahwa suami

yang memiliki istri berkarir merasa kurang puas dalam pernikahannya dalam hal kepuasan

Page 15: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

5

fisik karena istri lebih jarang di rumah, kemudian subyek dari penelitiaan tersebut

mengungkapkan mereka merasa lebih puas dalam pernikahannya jika pasangan mampu

menciptakan suasan terbuka secara komunikasi, karena dengan adanya komunikasi yang

terbuka mampu menyalurkan keinginan dari masing-masing pihak. Bukan hanya masalah

Mengenai kepuasan dalam pernikahan telah ditemukan penelitian-penelitian sebelumnya

yaitu, penelitian yang dilakukan oleh Terry dan Scott (2007) menunjukkan hasil tidak adanya

prediktor yang berbeda pada tingkat kepuasan pernikahan oleh laki-laki maupun perempuan

karena keduanya memiliki komitmen yang tinggi untuk bekerja dan untuk keluarga mereka.

Pada pasangan tradisional aspek kepuasan dalam seksualitas menunjukkan istri lebih tinggi

dibandingkan suami, sedangkan kepuasan kerja hampir tidak ada perbedaan dari keduanya.

Mengenai masalah pekerjaan dan kepuasan pernikahan antara pasangan pada penelitian yang

dilakukan Moen, P. Dkk (2001) mengungkapkan bahwa pekerjaan yang sudah pensiun sangat

mempengaruhi kualitas dari pernikahan dan hasilnya menunjukkan penurunan angka

kepuasan bagi suami dan istri, suami yang sudah mengalami masa pensiun sedangkan istri

tetap bekerja menjadi konflik pernikahan terbesar atau menjadi konflik lebih tinggi, sehingga

sangat penting menggabungkan status pasangan, sama-sama kerja atau sama-sama pensiun.

Zainah, dkk. (2012) juga mengungkapkan bahwa pasangan dengan usia pernikahan yang lebih

lama cenderung lebih merasakan kepuasan pernikahannya dan pendapatan keluarga menjadi

faktor penting untuk stabilitas pernikahan, pada penelitian tersebut diungkapkan bahwa

keluarga dengan penghasilan tinggi memiliki kepuasan lebih tinggi dibandingkan yang

rendah. Namun kembali pada pasangan yang sama-sama bekerja bukan hanya sekedar

memiliki pendapatan yang tinggi saja, namun jika pasangan sama-sama bekerja di luar rumah

potensi terjadinya konflik menjadi lebih intensif. Tugas besar yang harus dilakukan pasangan

adalah menemukan cara paling baik untuk menyesuaikan kebutuhan pada keluarga berkarir

ganda (Baron, 2005).

Mengenai dampak positif dan negatif akibat peranan ganda dari wanita karir sekaligus sebagai

ibu rumah tangga maka, dari latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah ada perbedaan kepuasan pernikahan bagi suami yang memiliki istri berkarir

dan yang tidak berkarir? Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui perbedaan kepuasan

pernikahan pada suami yang memiliki istri berkarir dan tidak berkarir. Hasil dari penelitian ini

diharapkan mampu memberikan kontribusi baru mengenai informasi dan dapat memperluas

wawasan bagi disiplin ilmu khususnya Psikologi dan bagi masyarakat agar dapat mengetahui

aspek-aspek apa saja yang dapat menciptakan, membangun serta meningkatkan kepuasan

dalam rumah tangga serta diharapkan mampu mengurangi tingkat perceraian.

Kepuasan Pernikahan

Menurut Dabone & Tawiah (Setyoasih, 2014) Kepuasan pernikahan adalah kondisi mental

yang menemukan manfaat yang dikeluarkan dalam kehidupan pernikahan. Semakin tinggi

biaya hidup yang dikeluarkan makan kepuasan pernikahan juga akan menurun.

Chappel dan Leigh ( Altaira & Nashori, 2008), mendefinisikan kepuasan pernikahan sebagai

evaluasi subyektif terhadap kualitas perkawinan secara keseluruhan. Hal tersebut berarti taraf

yang menunjukkan terpenuhinya kebutuhan, harapan dan keinginan seseorang dalam suatu

pernikahan.

Page 16: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

6

Hawkins (Matsurah, 2014) mengemukakan bahwa kepuasan pernikahan adalah perasaan

bahagia, puas, dan pengalaman senang yang dirasakan oleh pasangan suami istri secara

subjektif terhadap berbagai aspek yang ada dalam perkawinan.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan pernikahan adalah hasil

evaluatif sebyektif selama pernikahan dan seberapa besar kualitas yang dihasilkan dari

pernikahan itu sendiri.

Aspek-aspek Kepuasan Pernikahan

Olson dan Olson (dalam Lestari, 2012) mengemukakan aspek-aspek yang dapat membangun

kepuasan pernikahan yaitu : (1) Communication, area ini melihat tentang bagaimana perasaan

dan sikap pasangan suami-istri saat berkomunikasi. Area ini juga berfokus pada perasaan

senang dari keduanya saat melakukan komuniasi. (2) Leisyre Activity, area ini melihat pilihan

kegiatan yang dilakukan bersama untuk mengisi waktu luang serta melihat apakah suatu

kegiatan dilakukan sebagai pilihan bersama serta harapan-harapan dalam mengisi waktu

luang. (3) Religious Orientation, area ini menilai makna keyakinan beragama serta bagaimana

pelaksanaanya dalam kehidupan sehari-hari. Keyakinan spiritualitas merujuk pada kulitas

batin yang dirasakan individu dalam hubungannya dengan Tuhan. (4) Conflict resolution, area

ini berfokus untuk menilai presepsi suami istri terhadap suatu masalah serta bagaimana

pemecahannya. Hal ini mencangkup keterbukaan pasangan untuk mengenali dan

menyelesaikan masalah. (5) Financial management, area ini menilai sikap dan cara pasangan

mengatu uang, bentuk-bentuk pengeluaran, dan pembuatan keputusan tentang keuangan. (6)

Sexual orientation, area ini berfokus pada refleksi sikap yang berhubungan dengan amsalah

sexual, tingkah laku seksual, serta kesetiaan terhadap pasangan.(7) Family and Friend, area

ini dapat melihat bagaimana perasaan dan perhatian pasangan terhadap hubungan kerabat,

mertua serta teman-teman. (8) Children and parenting, area ini menilai sikap dan perasaan

tentang memiliki dan membesarkan anak. Fokusnya adalah bagaimana orang tua menerapkan

keputusan mengenai keputusan yang dibuat untuk anak. (9) Personality Issue, area ini melihat

penyesuaian siri tingkah laku, kebiasaan-kebiasaan serta kepribadian pasangan. (10)

Egalitarian role, area ini menilai perasaan dan sikap individu terhadap peran beragam dalam

kehidupan pernikahan. Fokusnya adalah pada pekerjaan, tugas rumah tangga, peran sesuai

jenis kelamin dan peran sebagai orang tua.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan

Menurut Hendrik & Hendrick (Matsurah, 2014) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kepuasan dalam pernikahan yakni : 1) Premarital Factor yang meliputi a) Latar belakang

ekonomi, dimana adanya ketidaksesuaian antara status ekonomi dan harapan dari pasangan

sangat menimbulkan konflik dalam suatu hubungan pernikahan, seperti yang dikemukakan

oleh Paputangan (2012) bahwa suami memiliki istri yang berkarir juga berpengaruh bagi

kepuasan pernikahan pada suami, maka diperlukakan beberapa hal untuk

menyeimbangkannya. b) pendidikan juga memiliki peranan dalam kepuasan pernikahan,

dimana adanya pendidikan yang rendah dikatakan dapat membuat individu menjadi

pengangguran dikarenakan sulitnya mendapatkan kerja. c) hubungan dengan orang tua. 2) a)

kehadiran anak dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kepuasan pernikahan. b) lama

pernikahan, hal ini berkaitan dengan lamanya hubungan pernikahan yang telah dijalani

bersama.

Page 17: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

7

Peran dan Tanggung Jawab Suami dan Istri dalam Keluarga

Menurut Mufidah (2008), keberhasilan seorang suami dalam mencapai karirnya banyak

didukung oleh peran istri, begitu juga sebaliknya peran suami juga sangat mendukung karir

dari istri. Keduanya dapat malakukan peran-peran yang seimbang, diantaranya :

1. Berbagi rasa suka dan duka, serta memahami fungsi dan kedudukan suami maupun istri

dalam kehidupan social atau profesi. Membagi peran antara keduanya secara fleksibel

memungkinkan pekerjaan tersebut dapat dikerjakan oleh siapa saja yang memiliki

kesempatan dan kemampuan di antara anggota keluarga tanpa mendiskriminasi salah satu

pihak.

2. Memposisikan sebagai istri sekaligus ibu, teman dan kekasih bagi suami. Sama halnya

dengan suami yang memiliki tugasnya sebagai bapak, kekasih, teman, dll. Dalam upaya

memposisikan keduanya untuk memperoleh hak-hak dasar dengan baik.

3. Menjadi teman diskusi, bermusyawarah dan saling mengisi dalam proses pengambilan

keputusan. Keluarga yang memiliki kesetaraan gender memilih asas kebersamaan dalam

pengambilan keputusan, sehingga tidak merasa berat pada satu pihak.

Istri yang Berkarir dan Tidak Berkarir

Junaedi (2009) mengungkapkan bahwa ada dampak positif dari wanita yang berkarir. Yaitu :

1. Bertambahnya sumber keuangan. Dengan bertambahnya sumber keuangan dari istri

tentunya akan membantu suami atau sebagai partner dalam pemenuhan kebutuhan

financial sehari-hari.

2. Meluasnya jaringan hubungan.

3. Tersedianya kesempatan untuk menyalurkan bakat dan hobi.

4. Terbukanya kesempatan untuk mewujudkan citra diri yang positif.

5. Secara status social lebih dipandang.

Sedangkan dampak negatif yang timbul dari istri yang berkarir adalah kewajiban ibu rumah

tangga menjadi terabaikan, kebutuhan seksualitas suami kurang terpenuhi dan pekerjaan

rumah tangga terbaikan (Rahayu, 2014). Tanpa adanya keseimbangan peran ganda seorang

istri yang sekaligus menjadi wanita karir juga berdampak negatif.

1. Pekerjaan yang terus-menerus membuat istri merasa letih terlebih lagi jika terdapat

masalah dalam pekerjaannya, posisi yang jauh dari rumah membuat ibu kurang dapat

mengontrol yang terjadi dirumah, sehingga terjadi berkurangnya sifat atau hubungan

keibuan dengan anak.

2. Kebahagiaan dan kehangatan suasana dalam rumah tangga amat bergantung pada seorang

ibu. Ibu yang bekerja di luar rumah tentunya berbagi waktu dengan pekerjaan dan urusan

rumah tangga. Padahal tugas seorang istri agar menciptakan keluarga yang harmonis

salah satunya adalah menjadikan rumah sebagai tempat tinggal yang menyenangkan bagi

keluarga (Lestari, 2012).

3. Ketiadaan sang ibu di rumah atau disamping anak bisa menyebabkan anak manja dansuka

menuntut. Karena tugas ibu dalam mendidik anak-anaknya juga harus mampu menjadi

tempat curhat bagi anak dan suami (Lestari, 2012).

Hoffman (Suryani, 2008) masyarakat pada umumnya menilai pekerjaan rumah seorang istri

terbatas dan monoton seperti menyiapkan makanan, membersihkan rumah, mengatur rumah

Page 18: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

8

tangga dan mengasuh anak. Padahal tugas seorang istri tidak hanya itu, istri bertanggung

jawab atas perkembangan hubungan anak dan suami, sitri yang tidak bekerja justru memiliki

banyak waktu untuk lebih dekat dan berempati dengan anak. Disamping hal-hal positif

adapula hal negatif dari istri yang tidak bekerja, Lewis (Suryani 2008) mengemukakan

beberapa dampak yang kurang baik yang ditemukan pada istri yang tidak bekerja, salah

satunya adalah menimbulkan rasa ketergantungan pada suami, dalam hal ini suami dituntut

untuk memenuhi semua kebutuhan istri dan keluarganya secara finansial maupun dalam

pengambilan keputusan. Termasuk kurangnya intelektual dan hubungan sosial yang berbatas,

sehingga keadaan tersebut membuat istri jenuh dan bosan. Status pekerjaan istri seringkali

menjadi salah satu kebanggaan suami dan anak, namun hal ini kurang didapatkan dari istri

yang tidak bekerja.

Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau dari Status Istri

Kepuasan pada suami sama halnya seperti kepuasan dalam pernikahan, karena kepuasan

pernikahan itu sendiri merupakan penilaian subyektif terhadap bahagia atau tidak bahagianya

seseorang menjalani pernikahannya. Seperti Chappel dan Leigh ( Erin & Fuad, 2008),

mendefinisikan kepuasan pernikahan sebagai evaluasi subyektif terhadap kualitas perkawinan

secara keseluruhan. Hal tersebut berarti taraf yang menunjukkan terpenuhinya kebutuhan,

harapan dan keinginan seseorang dalam suatu pernikahan. Dari uraian tersebut dapat

dijabarkan bahwa suami sendiri memiliki penilaian terhadap sepanjang usia pernikahannya,

suatu pernikahan yang di dalamnya terdapat komitmen, persamaan, persahabatan, dan

perasaan positif. Pembagian peran di dalam pernikahan suami istri memang harus jelas

adanya agar tidak terjadi kesenjangan dan harus saling melengkapi, seperti yang dikemukakan

Mufidah (2008) bahwa peran serta tanggung jawab suami dan istri antara lain : (1) Berbagi

rasa suka dan duka, serta memahami fungsi dan kedudukan suami maupun istri dalam

kehidupan sosial atau profesi. (2) Memposisikan sebagai istri sekaligus ibu, teman dan

kekasih bagi suami. Sama halnya dengan suami yang memiliki tugasnya sebagai bapak,

kekasih, teman, dll. Dalam upaya memposisikan keduanya untuk memperoleh hak-hak dasar

dengan baik. (3) Menjadi teman diskusi, bermusyawarah dan saling mengisi dalam proses

pengambilan keputusan. Keluarga yang memiliki kesetaraan gender memilih asas

kebersamaan dalam pengambilan keputusan, sehingga tidak merasa berat pada satu pihak.

Tugas-tugas yang sudah terbagi sesuai dengan perannya sebagai ayah sekaligus suami dan ibu

sekaligus istri menjadi hal yang sudah mutlak. Tidak hanya di rumah wanita yang

memutuskan untuk berkarir juga membutuhkan waktunya untuk kegiatan diluar rumah,

sehingga perannya menjadi ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga sekaligus wanita karir.

Peranan ganda ibu rumah tangga tentu tidak mudah dilakukan, namun ini tidak akan menjadi

masalah dalam rumah tangga ketika ia dapat menyeimbangkannya secara proposional, baik

buruknya peranan wanita dalam rumah tangga tentunya berdampak bagi kepuasan pernikahan

mereka dan pasangan. Menurut Paputungan (2012) suami yang memiliki istri berkarir merasa

kurang puas dalam pernikahannya dalam hal kepuasan fisik karena istri lebih jarang di rumah,

namun suami merasa lebih puas dalam pernikahannya jika pasangan mampu menciptakan

suasan terbuka secara komunikasi. Jadi, ada beberapa hal yang dirasa kurang dapat dipenuhi

oleh istri kepada suami ketika mereka memutuskan untuk berkarir.

Berbeda dengan istri yang tidak berkarir, meskipun hanya sebagai ibu rumah tangga justru

lebih full time dan maksimal peranannya sebagai istri dan ibu. Suami dengan istri yang tidak

Page 19: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

9

berkarir diduga memiliki dampak positif lebih banyak terhadap mereka daripada suami yang

memiliki istri berkarir dengan beberapa alasan, misalnya istri yang berkarir lebih jarang

berada dirumah sehingga tidak dapat mengontrol keadaan rumah setiap saat, terlebih lagi jika

kesibukan istri membuat suami merasa kurang diperhatikan sehingga timbul perilaku curiga,

sering marah, dan yang paling parah adalah kekerasan.

Kerangka Berpikir

Hipotesa

Ada perbedaan kepuasan pernikahan pada suami yang memiliki istri berkarir dan suami yang

memiliki istri tidak berkarir atau hanya sebagai ibu rumah tangga, dimana suami yang

memiliki istri tidak berkarir memiliki kepuasan pernikahan lebih tinggi dibandingkan suami

yang memiliki istri berkarir.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif komparatif.

Kuantitatif komparatif adalah penelitian yang di dalamnya ditemukan adanya suatu perbedaan

antara 2 sampel, sehingga memungkinkan terdapat dua perbedaan yaitu signifikan dan tidak

signifikan (Winarsunu, 2009).

Status Istri Berkarir Status Istri Tidak Berkarir

- Menambah sumber

keuangan keluarga

- Meluasnya jaringan

hubungan

- Dipandang secara status

sosial

- Waktu dirumah terbagi

dengan pekerjaan di luar

- Tugas rumah tidak terbagi

dengan pekerjaan di luar

- Istri memiliki lebih

banyak waktu dengan

keluarga

- Secara ekonomi istri

tergantung pada suami

Kepuasan

pernikahan suami

Rendah Tinggi

Page 20: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

10

Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah laki-laki yang telah menikah atau berstatus suami di

Malang Jawa Timur, dengan usia pernikahan minimal 4 tahun dan berstatus bekerja.

Teknik pengambilan sampel adalah menggunakan teknik non probability sampling yaitu

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau sampling purposive. Sampel

dalam penelitian ini berjumlah 97 subjek, mengacu pada teori dari Fraenkel (1993) yaitu

penelitian komparatif jumlah subjek minimal 30 subjek per kelompok. Adapun karakteristik

subjek yang diambil dibedakan menjadi dua kelompok, adapun karakteristik subjek yaitu laki-

laki berstatus suami dan bekerja, usia pernikahan di atas 4 tahun hal ini didukung oleh

pernyataan Hurlock (Paputungan, 2012) yang pada umumnya pasangan dapat menyesuaikan

diri dengan baik dalam pernikahannya setelah 3 sampai 4 tahun, pendidikan minimal SMA

sederajat. Pada kelompok pertama yaitu memiliki istri yang bekerja selama pernikahannya

secara full time di luar rumah, minimal 8 jam per hari (wirausaha, wiraswasta, pegawai

swasta atau pemerintah, jabatan lain di luar rumah). Pada kelompok kedua yaitu memiliki istri

yang hanya sebagai ibu rumah tangga tanpa bekerja di luar rumah.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah kepuasan pernikahan. Kepuasan pernikahan adalah hasil

evaluatif sebyektif suami selama pernikahan dan menilai seberapa besar kualitas yang

dihasilkan dari pernikahan itu sendiri, serta penilaian terhadap puas atau tidaknya subyek

dalam menilai pernikahannya ditinjau dari istrinya yang berkarir maupun yang hanya sebagai

ibu rumah tangga.

Adapun pengumpulan data untuk mengukur variabel menggunakan instrumen (scale)

kepuasan pernikahan yang dikembangkan oleh Shofa (2015). Skala yang akan diberikan

nantinya mengungkap tentang kepuasan pernikahan menurut Olson dan Olson (Shofa, 2012)

yang mengacu pada ENRICH Marital Satisfaction Scale yang didalamnya mengemukakan

beberapa aspek yaitu: (1) Communication, (2) Leisyre Activity, (3) Religious Orientation, (4)

Conflict resolution,(5) Financial management, (6) Sexual orientation, (7) Family and

Friend,(8) Children and parenting,(9) Personality Issue, (10) Egalitarian role.Skala tersebut

dirancang berdasarkan metode likert dengan empat alternatif pilihan jawaban yaitu sangat

sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS). Pada item favorable,

skor dari jawaban sangat sesuai (4), sesuai (3), tida sesui (2), sangat tidak sesuai (1) dan untuk

item unfavorable, skor jawaban sangat sesuai (1), sesuai (2), tidak sesuai (3), sangat tidak

sesuai (4).

Pada skala tersebut menunjukkan 29 item yang valid dengan indeks validitas 0,304-0,704 dan

indeks reliabilitas 0,920 yang dapat disimpulkan bahwa skala tersebut reliabel karena nilai

reliabilitas instrumen > 0.60 (Cronbach alpha). Hal ini membuktikan bahwa instrumen dalam

penelitian ini memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang memadai.

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Prosedur penelitian diawali dengan mempersiapkan instrumen penelitian yaitu skala kepuasan

pernikahan. Skala yang disebar yaitu sebanyak 29 item yang dikembangkan oleh Shofa

(2015) menggunakan aspek-aspek menurut Olson dkk. Kemudian mencari subjek yang sesuai

Page 21: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

11

dengan karakteristik yang sudah ditentukan untuk mengisi skala tersebut menggunakn teknik

purposive sampling dimana susbjek yang dipilih berdasarkan kriteria yang sudah diatur oleh

peneliti. Dimana subjek penelitian berjumlah 97 suami yang tinggal di Malang Jawa Timur

dengan usia pernikahan minimal 4 tahun, bekerja, dan pendidikan minimal SMA untuk

menghindari ketidak pahaman subjek terhadap skala yang diberikan. Masing-masing subjek

mengisi skala secara individu dan tidak mencontoh jawaban dari orang lain. Pencarian subjek

dilakukan mulai tanggal 20 Desember 2015 hingga 07 Januari 2016. Setelah dilakukannya

pengambilan data, masing-masing jawaban subjek dijumlahkan, sehingga mendapatkan skor

total kepuasan pernikahan suami yang kemudian di analisis datanya. Tahap ketiga, analisis

Metode analisa yang digunakan yaitu teknik uji independent sample t-test untuk mengetahui

perbedaan dari variabel yang diteliti berdasarkan dua kelompok sampel.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan data sebagai berikut :

Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian

Kategori Frequency Percent Total

Status Istri 97

Bekerja 49 50.5%

Tidak Bekerja

48 49.4%

Pekerjaan suami 97

Swasta 73 75.3%

Berbagai profesi 11 11.3%

Pegawai negeri 13 13.4%

Pendidikan 97

SMA 65 67%

Diploma 2 2.1%

Sarjana 30 30.9%

Jumlah Anak 97

Jumlah anak 1 30 30.9%

Jumlah anak 2 40 41.2%

Jumlah anak 3 20 20.6%

Jumlah anak 4 7 7.2%

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa subjek dalam penelitian ini yang memiliki istri

berkarir sebanyak 49 orang dengan presentase 50,5% dan yang tidak memiliki istri berkarir

atau sebagai ibu rumah tangga sebanyak 48 orang dengan presentase 49,4% atau total

keseluruhan subjek dalam penelitian ini adalah 97 orang dengan total presentase 100%.

Pekerjaan subjek dalam penelitian ini peneliti membagi menjadi 3 jenis pekerjaan, yaitu: (1)

Swasta, didalamnya termasuk karyawan swasta dan wiraswasta sebanyak 65 subjek atau 67%

dari total keseluruhan, (2) berbagai profesi, termasuk di dalamnya sopir, guru, penjahit,

Page 22: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

12

variasi mobil sebanyak 11 orang atau 11,3%, (3) Pegawai negeri, ternasuk di dalamnya PNS

atau pegawai pemerintahan sebanyak 13 orang atau 13,4%. Pendidikan terakhir menjadi salah

satu syarat pada penelitian ini sehingga di dapati subjek yang pendidikan terkahir SMA

sebanyak 65 orang atau 67%, Diploma 2 orang atau 2,1% dan Sarjana 30 orang atau 30,9%.

Sedangkan jumlah subjek yang memiliki satu anak sebanyak 30 atau 30,9%, jumlah anak dua

40 orang atau 41,2%, jumlah anak tiga sebanyak 20 orang atau 20,6% dan jumlah anak empat

sebanyak 7 orang atai 7,2%. Berikut adalah hasil perhitungan kategori tingkat kepuasan suami

dilihat dari status istri :

Tabel 2. Perhitungan kepuasan pernikahan suami dengan status istri

Kepuasan Suami Total

Tinggi Rendah

Status istri Berkarir 22 27 49

44.9% 55.1% 100%

Tidak Berkarir 27 21 48

55.3% 43.8% 100%

Total 49 48 97

55.5% 49.4% 100%

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa subjek yang memiliki istri berkarir sebanyak 22

orang subjek cenderung memiliki kepuasan pernikahan lebih tinggi atau 44,9% dari skor total,

dan 27 orang lainnya atau 27% tingkat kepuasan pernikahannya rendah. Sedangkan pada

subjek yang memiliki istri tidak berkarir sebanyak 27 orang orang 55,3% tingkat kepuasan

pernikahannya tinggi, dan 21 orang atau 43,8% tingkat kepuasannya rendah.

Hasil Analisis Data

Tabel 3. Perbedaan kepuasan pernikahan suami ditinjau dari status istri

Kelompok N Mean F Sig (2-tailed) (p) Keterangan

Istri Berkarir 49 96.1224 1,629 0,963 Tidak

Signifikan

Istri Tidak

Berkarir

48 96.0417 0.963

Hasil analisis data t-test diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan varians pada data

suami yang memiliki istri berkarir dan tidak berkarir . Hal ini dapat dilihat dari tabel 3

diperoleh nilai F sebesar 1,629 dengan nilai P> 0,05, yang artinya bahwa kedua data tersebut

homogen atau tidak ada perbedaan di antara status istri yang berkarir dan tidak berkarir.

Page 23: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

13

Tabel 4. Perbedaan kepuasan pernikahan suami antara istri yang bekerja dan tidak

bekerja ditinjau dari aspek-aspeknya

Aspek-aspek Status Istri Mean F P

Kepribadian Bekerja 10.1837 0,538 0,988

Tidak Bekerja 10.1875

Komunikasi Bekerja 10.0204 5,538 0,705

Tidak Bekerja 10.1250

ResolusiKonflik Bekerja 13.6735 1,22 0,399

Tidak Bekerja 13.3750

Finansial Bekerja 6.6939 2,32 0,193

Tidak Bekerja 6.4375

WaktuLuang Bekerja 13.0408 0,42 0,770

Tidak Bekerja 12.9375

Seksual Bekerja 10.7755 0,62 0,765

Tidak Bekerja 10.8542

Anak Bekerja 3.3673 0,482 0,366

Tidak Bekerja 3.2500

KeluargaTeman Bekerja 5.3265 0,64 0,251

Tidak Bekerja 5.6875

KesamaanPeran Bekerja 9.5510 3,579 0,728

Tidak Bekerja 9.4375

Agama Bekerja 10.1224 3,035 0,993

Tidak Bekerja 10.1250

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas dapat dilihat bahwa setiap aspek memiliki nilai

signifikasi rata-rata di atas 0,05, sehingga dapat disimpulkan secara keseluruhan tidak ada

perbedaan yang signifikan dalam skor kepuasan pernikan antara istri yang bekerja dan tidak

bekerja ditinjau dari aspek-aspeknya.

Tabel 5. Perbedaan kepuasan pernikahan suami antara istri yang bekerja dan tidak

bekerja ditinjau dari jumlah anak

Jumlah anak Status Istri Mean F P

1-2 Bekerja 0,3528 4,26 0,987

Tidak Bekerja 0,3528

3-4 Bekerja 4,4737 2,295 0,901

Tidak Bekerja 4,4737

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas dapat dilihat bahwa rata-rata subjek yang

memiliki 1-2 orang tidak memiliki perbedaan di antara kelompok istri yang berkarir dan tidak

berkarir karena nilai (F=4,26; P>0,05) yang artinya tidak ada perbedaan diantara keduanya.

Sedangkan subjek dengan jumlah ank 3-4 orang memiliki nilai (F=2,295;P>0,05) yang juga

diasumsikan nilai tersebut homogen atau tidak ada perbedaan di antara kedua kelompok.

Page 24: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

14

DISKUSI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kepuasan pernikahan suami yang

signifikan antara istri yang berkarir dan istri yang tidak berkarir, dengan nilai (F = 1,629;

P>0,05). Sebagaimana yang telah disebutkan pada penelitian sebelumnya oleh NSFH

University of Wisconsin-Madison (2000) bahwa wanita yang bekerja memiliki sedikit atau

tidak berpengaruh pada kualitas pernikahan suami namun secara signifikasi menurunkan

kualitas pernikahan istri, di sisi lain suami mendapatkan keuntungan kualitas dengan

menyediakan penghasilan tambahan dan mengurangi tanggung jawab keuangan suami atau

sebaliknya. Secara garis besar status istri tidak terlalu responsif terhadap konteks sosial dan

kebahagiaan suami, hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perubahan nilai sosial terkait

manfaat dari istri yang berkarir dan pendapat publik menjadi mendukung untuk pasangan

yang berkarir.

Membangun rumah tangga merupakan hal yang penting ketika seseorang dirasa sudah mampu

dalam menjalaninya. Dimana pasangan dalam rumah tangga yaitu antara laki-laki dan

perempuan memiliki peran dan tugasnya masing-masing sebagai suami dan istri. Kepuasan

pernikahan menjadi tolak ukur keberhasilan suatu pernikahan, hasil dari penelitian ini status

istri yang bekerja dan tidak bekerja tidak berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan suami

namun sebaliknya dampak terbesar justru terjadi pada istri. Melanjutkan pendapat

sebelumnya akibat peran ganda ternyata lebih dirasakan istri dari pada suami, karena peran

ganda istri justru lebih terlihat, selain mengurus rumah tangga istri yang berkarir juga

mengurus pekerjaannya diluar rumah. Menurut Karney (NSFH, 2000) mengungkapkan bahwa

peningkatan beban kerja terkait dengan peran ganda justru dampaknya lebih dirasakan oleh

istri ketimbang suami. Stres kerja yang mungkin ditimbulkan dari pekerjaan nampaknya tidak

begitu berpengaruh pula pada suami jika istri mampu memisahkan permasalah pekerjaan dan

rumah tangga, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa status istri tidak berpengaruh

terhadap kebahagiaan suami karena status sosial tidak mempermasalahkan hal tersebut,

namun stres yang mungkin ditimbulkan dari istri menjadi hambatan besar bagi kebahagiaan

suami, jadi untuk menghindari hal tersebut perlu adanya partisipasi suami dalam tugas istri

yang pada akhirnya puas atau tidaknya istri juga berpengaruh pada suami. Hal ini didukung

oleh pendapat Kim (1992) bahwa istri lebih puas ketika mereka mendapat bantuan dari suami

dalam pekerjaan rumah tangga dan suami lebih puas ketika mereka memiliki bantuan

keuangan dari istri, sumbangan keuangan untuk anak dari istri dapat mendukung keluarga,

daripada hanya berbagi penyedia peran.

Faktor ekonomi menjadi alasan mengapa istri berkarir, jika suami merasa sudah mampu

mencukupi kebutuhan keluarga tentu tidak akan menjadi masalah ketika istri memutuskan

hanya sebagai ibu rumah tangga, sehingga tugas-tugas pada pasangan tradisional menjadi

sangat adil bagi keduanya. Tidak berbeda pula dengan pasangan yang sama-sama berkarir jika

suami merasa kurang dalam pendapatannya tentu hal ini dapat meringankan tugas suami.

Menurut Furstenberg dan Hoffman (Suryani, 2008) bahwa keuangan tidak menjadi masalah

yang berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan pada pasangan suami istri yang keduanya

bekerja, karena istri tidak sepenuhnya bergantung pada suami, terlebih lagi jika suami

mendukung sepenuhnya pilihan istri untuk berkarir maka terdapat kepuasan dalam

pernikahan. Bagaimanapun pada situasi yang saling mendukung membuat suami dan istri

melakukan kesepakatan yang mungkin sudah menjadi komitmen sejak diputuskannya istri

untuk berkarir. Jika istri membantu suami dalam hal keuangan tidak akan menjadi masalah

ketika ini menguntungkan, karena menurut Duvval & Miller mengemukakan bahwa

Page 25: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

15

perekonomian keluarga yang memadai mendukung tercapainya kepuasan pernikahan

(Srisusanti & Zulkaida, 2013).

Pada istri yang berkarir dan tidak berkarir, karena keduanya tidak memiliki perbedaan

diasumsikan sama-sama memiliki hubungan interpersonal yang baik dengan suami karena

hal ini berpengaruh kepada kepuasan suami jika istri yang bekerja dapat mengatur pembagian

tugas secara adil bersama suami, menurut Little & Burks jika ada kesepakatan dari keduannya

untuk menjalankan tugas sesuai dengan kesepakatan, mereka cenderung mendapatkan

kepuasan (Srisusanti & Zulkaida, 2013). Bagi pasangan dengan pendapatan yang berbeda

bukan menjadi masalah dalam pernikahan, menurut Ma’arif (2012) jika peran istri lebih

dominan bekerja diluar rumah sebaiknya tidak menggeser pola kepemimpinan suami di dalam

rumah tangga, sepenuhnya istri tetap menyerahkan segala keputusan kepada suami. Bahkan

dampak positif istri yang bekerja diantaranya dapat membantu suami mencari nafkah yang

penghasilan suami mungkin sedikit yang disebabkan oleh faktor-faktor lain. Dengan tetap

menghormati kedudukan suami meskipun gaji istri mungkin lebih besar, sehingga tidak

mengurangi rasa kepercayaan diri suami.

Pasangan yang keduanya bekerja akan lebih banyak membutuhkan sebuah komitmen.

Lattifatunnikmah (2015) menjelaskan bahwa setelah menikah komitmen dibentuk melalui

pembagian peran keduanya, kesepakatan yang dibuat untuk mengurangi dampak negatif yang

diselaraskan kebutuhan bersama, motivasi istri bekerja, sedikitnya permasalahan dan

bagaimana keduanya mampu menyelesaikan melibatkan kerjasama, semakin banyak hal

positif dan mengurangi dampak negatif. Komitmen di perkuat dengan semakin berkurangnya

dampak negatif dari pasangan yang sama-sama bekerja. Sedangkan faktor yang

mempengaruhi komitmen pernikahan adalah komunikasi pasangan yang terbuka dan setara,

pengungkapan kasih sayang yang dilakukan secara verbal maupun non verbal, saling

menyediakan waktu untuk bersama, kesediaan yang semakin besar untuk menerima

kekurangan dan kelebihan pasangan sebagai bentuk konsekuensi dari komitmen tersebut

(Devito, 1997).

Defrain dan Olson menyimpulkan 90% pasangan merasa lebih bahagia dengan berkomunikasi

sehingga pasangan saling dapat merasakan dan mengerti keinginan dan perasaan pasangan

(dalam Dewi & Sudhana). Pola komunikasi istri yang biasanya terjadi di dunia kerjanya

kadang terbawa dalam rumah tangga, jika pola komunikasi istri baik di dunia baik maka

diasumsikan istri juga dapat berkomunikasi baik pula kepada suami, menurut Duvval &

Miller kemampuan berkomunikasi secara baik kepada pasangan merupakan faktor yang dapat

meningkatkan kepuasan pernikahan (Srisusanti & Zulkaida, 2013).

Menurut Olson (Utami & Mariyati, 2015) rasa puas atau tidak hubungan dapat dilihat dari

bagaimana pasangan mengelola konflik. Atta (2013) spesialis gender masih dapat

memberikan keunggulan dalam kebahagian suami dengan istri yang tinggal dirumah dari pada

yang bekerja penuh waktu, status pekerjaan istri akan berdampak pada kesejahteraan suami

sehingga pengaruhnya pada kehidupan keluarga. Stres keluarga dan beberapa konflik dapat

mengambil kebahagiaan suami, dalam kasus ini mungkin kebanyakan istri yang bekerja

mampu mengelola konflik yang kemungkinan terjadi seperti keterampilan komunikasi yang

baik, dapat menghargai perbedaan atau kedudukan suami, dan dapat meningkatkan rasa

kepercayaan suami sehingga tidak menjadi masalah pula ketika suami mampu mempresepsi

secara positif hasil dari resolusi konflik istri sehingga dapat meningkatkan pula kepuasan

pernikahan suami.

Page 26: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

16

Walaupun istri berkarir dan memiliki pendapatan sendiri, namun kebanyakan suami

mempunyai pemahaman tentang tanggungjawabnya karena mereka masih memberi nafkah

kepada istrinya berdasarkan pendapatan suami. Selebihnya, suami mungkin tetap berfikiran

positif terhadap istrinya yang berkarir jika dalam membina rumah tangga pada kehidupan

mereka jelas menampakkan sikap bekerjasama, saling bantu membantu dan saling memahami

antara satu dengan yang lain (Abdullah & Hassan, 2010). Menjadi ibu rumah tangga sangat

membutuhkan kepercayaan dari suami terlebih lagi ibu rumah tangga sekaligus berkarir, salah

satu faktor penentu kepuasan pernikahan termasuk di dalamnya adalah kepercayaan suami,

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Atta, et al. (2013) laki-laki dari pasangan karir

tunggal memiliki tingkat kepercayaan lebih tinggi dari pada pasangan mereka. Hal ini dapat di

artikan bahwa istri berkarir harus dapat menjaga kepercayaan suami karena lingkungan

kerjanya yang memungkinkan istri bertemu dengan banyak orang, jika istri mengerti batasan-

batasan terhadap orang-orang di dunia kerjanya tidak menutup kemungkinan dapat

meningkatkan rasa kepercayaan suami.

Terdapat faktor-faktor tertetu yang dapat meningkatkan kepuasan menurut Sprunt & Howes

(Atta, 2013) yaitu kesetaraan, timbal balik hubungan, saling memberi dan menerima, menjadi

saling terlibat dalam urusan karir, memiliki komitmen yang sama, dan berlatih mengambil

keputusan yang sama bahkan berbagi sikap dalam peran seksualitas, serta pada pasangan non-

tradisonal justru suami memiliki tingkat kepusan yang lebih tinggi. Sebelumnya berbeda

dengan penelitian Paputungan (2012) menyatakan suami merasa kurang puas dalam hal

keintiman fisik, sepertinya hal tersebut dapat dicegah dengan adanya kesetaraan sehingga

suami merasa ada hubungan timbal balik yang menguntungkan.

Menurut Duvval & Miller (Srisusanti & Zulkaida, 2013) mengatakan kelompok pasangan

yang memiliki anak cenderung lebih bahagia dari pada yang tidak memiliki anak, istri yang

tidak berkarir memungkinkan memiliki banyak waktu bersama anak-anak sehinga dapat

memberikan pengasuhan secara maksimal sehingga tidak terlalu melibatkan suami dalam

mengurus anak. Seperti halnya Ochsner (2012) mengungkapkan bahwa ketika peran orang tua

terhadap anak yang sama-sama berkarir memiliki ketegangan dan tekanan, akhirnya kurang

khawatir terhadap kebutuhan dasar anak, namun keluarga dengan status ekonomi yang lebih

tinggi dapat memiliki akses ke sumber daya dan sistem pendukung seperti tempat penitipan

anak, penitipan bayi, pengasuh anak, dan pembantu rumah tangga jika mereka memilih ini

sebagai jalan keluar. Namun, istri yang berkarir bukan berarti tidak mampu dalam mengurus

anak, justru istri yang berkarir juga dapat membangun kualitas pernikahan karena lebih

banyak melibatkan pasangan seperti saling kerjasama dalam kepengurusan anak, sehingga

dapat meningkatkan interkasi yang efektif dengan suami berkontribusi dalam kepuasan

pernikahan. Hal ini sejalan dengan dengan penelitian Rochlen (Anggraeni, 2012). yang

mendefinisikan sifat maskulin yang dimiliki seorang ayah tidak berpengaruh terhadap gender

ideal yang berlaku, para ayah mampu melihat bahwa kerja keras mereka dalam mengasuh

anak merupakan sesuatu yang justru dinilai maskulin dibandingkan sekedar menghasilkan

uang untuk keluarga.

Suami puas terhadap hubungan keluarga dan teman ditandai dengan kemampuan istri

menjalin relasi serta perhatian yang baik dengan keluarga dan teman, menurut Olson &

Fowers (Dayley, 2015) aspek ini melihat bagaimana perasaan dan hubungan pasangan

terhadap keluarga dan teman. Pada penelitian ini tidak ditemukannya perbedaan, sehingga

tidak menjadi masalah bagi suami dalam aspek ini karena dianggap istri sudah mampu

Page 27: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

17

menjalin relasi dan memberikan perhatian yang baik dengan keluaga suami. Kemudian

menyediakan waktu luang bersama menjadi hal yang sangat diperlukan seperti rekerasi

bersama pasangan dan anak, atau dapat melakukan aktifitas bersama bekorelasi positif dengan

kepuasan pernikahan, seperti yang diungkap oleh Herridge, et al. (Dayley, 2015) bahwa

waktu luang istri dalam hubungan romantis dapat meningkatkan kepuasan suami serta

menjalani ibadah secara bersama-sama dalam hal keagamaan juga menjadi aspek pendukung.

Kurang lebih dalam keputusan rumah tangga memang tidak dapat diprediksi, istri yang tidak

berkarir lebih cocok untuk pasangan tradisional karena pemahaman pasangan ini terhadap

tugas-tugas cukup jelas dengan memperhatikan gender dalam pernikahan, namun istri yang

berkarir lebih cocok pada pasangan yang egaliter karena pasangan ini tidak

mempermasalahkan pembagian peran yang setara dengan suami. Meskipun banyak kasus

yang menyatakan bahwa istri yang berkarir menjadi pemicu terjadinya perceraian namun

nampaknya hal tersebut tidak sepenuhnya disebabkan oleh kelalaian istri dalam tugas-

tugasnya, manajemen istri yang baik terkait pekerjaan dan tugas rumah tidak akan

berpengaruh negatif bagi kepuasan suami, justru dapat ditingkatkan dengan melibatkan suami

kedalam urusan rumah tangga dengan kesepakatan bersama.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian tidak ditemukan adanya perbedaan kepuasan pernikahan antara

suami yang memiliki istri berkarir dengan suami yang istrinya tidak berkarir. Dengan nilai F

sebesar 1,629 dengan nilai P> 0,05 artinya tidak ada perbedaan kepuasan pernikahan suami

ditinjau dari status istri. Pada dasaranya status istri tidak akan menjadi masalah ketika hal

tersebut diputuskan bersama dengan mempertimbangkan dampak dan konsekuensinya,

dukungan suami menjadi hal yang penting karena bagaimanapun semua bersifat timbal balik

dapat menguntungkan ataupun sebaliknya.

Implikasi dari penelitian ini meliputi: Bagi suami yang memiliki istri berkarir diharapkan

mampu dan siap sedia mendukung pekerjaan istri jika hal ini sudah menjadi keputusan

bersama, dikarena istri lebih banyak mengalami dampaknya akibat dari pekerjaan dan

pekerjaan rumah yang sudah menjadi tugasnya karena bagaimanapun ada timbal balik antara

pasangan. Meluangkan waktu untuk bersama menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan

dalam hubungan pernikahan, komunikasi yang terbuka karena istri berkarir berada jauh dari

rumah, diharapkan suami lebih memperhatikan dan meningkatkan kepercayaannya.

Sedangkan suami yang tidak memiliki istri berkarir, pembagian tugas yang ideal membuat

rumah tangga akan sedikit mengalami konflik, secara finansial istri sepenuhnya bergantung

pada suami untuk itu suami harus menjadi kepala rumah tangga yang dapat diandalkan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga. Bagi pasangan suami istri diharapkan dapat meningkatkan

kepuasan pernikahan seperti komunikasi, komitmen, kepercayaan, dan dukungan terhadap

pasangan. Bagi peneliti selanjutnya juga dapat meneliti variabel yang sama, dengan

memperhatikan faktor demografi yang belum diungkap dalam penelitian ini, misalnya;

dampak terhadap anak, stres kerja pada istri, batas usia pernikahan agar data yang diperoleh

tidak terlampau jauh.

Referensi Abdullah & Hassan. (2010). Nafkah Istri Bekerja : Satu injauan di daerah Pasir Mas Kelantan.

Jurnal Fiqh, (7), 83-106. Akses pada tanggal 13 Januari 2016. Dari :

http://repository.um.edu.my/648/1/05%20Nafkah%20Isteri%20Bekerja.pdf.

Page 28: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

18

Aljufri, M. Muthok. (2010). Alasan perceraian karena beda penghasilan. Skripsi. Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Altaira & Nashori. (2008). Hubungan antara kualitas komunikasi dengan kepuasan dalam

perkawinan suami istri. Skripsi. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas

Islam Indonesia.

Anggraeni. (2012). Pola relasi suami istri dengan pembagian kerja dan pengambilan

keputusan (studi kasus terhadap tiga keluarga dalam perubahan peran keluarga). Skripsi.

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia.

Anoraga, Pandji. (2005). Psikologi kerja. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Atta, et al. (2013). Role of trust in marital satisfaction among single and dual career couples.

Journal of Internet Psychology, 2, (4), 53-62. Accessed on Januari 13, 2016 from :

http://www.consortiacademia.org/index.php/ijrsp/article/download/339/236.

Baron, R. A & Byrne, Donn (2005). Psikologi sosial. Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Dayley. (2015). Marital Leasure Satisfaction: Investigating Comparative Skill Levels Within

Marital Leisure Activities.Theses and Dissertations. Faculty of Brigham Young

University.

Dewi & Sudhana. (2013). Hubungan antara komunikasi interpersonal pasutri dengan

keharmonisan dalam pernikahan, Jurnal Psikologi Udayana, 1. (1). (22-31). Akses 22,

Januari 2016 from :

http://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/artikel/download/8480/6324.

Devito, Joseph A. (1997). Komunikasi Antar Manusia (Alih Bahasa : Agus Maulana).

Jakarta: Profesional Books

Fraenkel, J. & Wallen, N. (1993). How to Design and evaluate research in education. (2nd

ed). New York: McGraw-Hill Inc.

Gopur, A. (2010). Pergeseran peran dan tanggung jawab wanita dalam keluarga TKW.

Skripsi. Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Hurlock, Elizabeth B. (1991). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentan

hidup. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Indriani. (2014). Pengaruh kepribadian terhadap kepuasan perkawinan wanita dewasa

awal pada fase awal perkawinan ditinjau dari teori trait kepribadian big five. Jurnal

psikologi Airlangga, 3, (1), 33-39. Akses pada tanggal 05 Oktober 2015. dari :

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jpkk20a774a1b6full.pdf.

Junaidi. (2009).Upaya Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Keluarga Karir (Studi Pada

Dosen Wanita Fakultas Humaniora dan Budaya Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang ).Tesis. Fakultas Humaniora dan Budaya Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Page 29: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

19

Kemenag. (2015.) Dirjen Bimas Islam : pasca reformasi angka perceraian meningkat.

(Online). Tersedia : http://kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=84962. diunduh

30September2015.

Kim. (1992). Gender role and marital satisfaction among Korean Couples. Korean Journal of

Population and Development, 21. (2). Acced on Januari 11, 2016 from : http://s-

space.snu.ac.kr/bitstream/10371/85206/1/1.GENDER_ROLE_EQUITY_AND_MARIT

AL_SATISFACTION_AMONG_KOREAN_COUPLES%5DHyunju%20Kim.pdf.

Kusumawardani, Ira. (2008). Studi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perceraian di

Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman dalam tinjauan hukum Islam. Skripsi. Fakultas

Syari’ah UIN Yogyakarta.

Lattifatunnikmah. (2015). Komitmen pernikahan pada pasangan suami istri bekerja. Skripsi.

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Lestari, Sri. (2012). Psikologi keluarga : Penanaman nilai dan penanganan konflik dalam

keluarga. Edisi Pertama.Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Ma,arif. (2009). Pengaruh istri bekerja terhadap pola kepemimpinan. Skripsi. UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta.

Madani Mental Health Care Foundation. (2014. Desember). From : madanionline.org.

Majid, F. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perempuan berstatus menikah

untuk bekerja. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.

Matsurah. (2014). Hubungan memaafkan denga kepuasan pernikahan pada pasangan yang

menikah dini. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Moen, P., et al. (2001). Couples’ Work/Retirement Transitions, Gender, and Marital Quality.

Journal of Internet psychology Social, 64, (1), 55-71. Accessed on Oktober 22, 2015

from http://www.jstor.org/stable/3090150?seq=1#page_scan_tab_contents.

Mufidah. (2008). Psikologi keluarga islam berwawasan gender. Malang : UIN-Malang Press.

NSFH University of Wsconsin-Madison. (2000). Effects of Employment on Marital Quality.

Madison: Lina.

Ochner. (2012). "The Impact of Dual-Career Marriage on Role Conflict and Marital

Satisfaction". Communication Studies Undergraduate Publications, Presentations and

Projects. Paper 17. http://pilotscholars.up.edu/cst_studpubs/17.

Paputungan. (2012). Kepuasan pernikahan suami yang memiliki istri berkarir. Skripsi.

Fakultas Psikologi Universitas Brawijaya Malang.

Pengadilan Agama Jatim. (2015). “Angka Perceraian di Jatim Capai 100 Ribu”. (Online).

Tersedia : http://www.antarajatim.com/lihat/berita/162942/angka-perceraian-di-jatim-

capai-100-ribu diunduh 30September2015.

Page 30: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

20

Phd, Jo. (1988). Marital satisfaction in dual career couples. Journal of Independent Social

Work, 1, 39-55. Accessed on Januari 13, 2015 from:

http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1300/J283v03n01_04?journalCode=wziw20.

Rahayu. (2014). Pengaruh istri sebagai pencari nafkah utama terhadap kehidupan rumah

tangga dalam prespektif hukum islam. Skripsi. Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Sari, A. H. (2011). Pengaruh kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memecahkan

masalah terhadap kepuasan pernikahan wanita yang melakukan pernikahan dini. Skripsi.

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setyoasih. (2014). Perbedaan kepuasan pernikahan ditinjauh dari jenis kelamin. Skripsi.

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Shofa, A. N. (2015). Kebesyukuran dan kepuasan pernikahan pada pasangan suami istri.

Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Srisusanti & Zulkaida. (2013). Studi deskriptif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

kepuasan erkawinan pada istri. Jurnal Psikologi UG, 7, (06). Diakses 22 Januari 2016

dari ejournal.gunadarma.ac.id.

Suryani. (2008). Perbedaan kepuasan perkawinan pada wanita bekerja dan wanita tidak

bekerja. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Jakarta.

Takariawan. (2015, 18 Februari). Ketika Penghasilan Istri Lebih Tinggi dari Suami. Akses 10

Februari 2016, dari : http://www.kompasiana.com/pakcah/ketika-penghasilan-istri-

lebih-tinggi-dari-suami_54f34cdf7455137c2b6c705f.

Terry & Scott. (2007) Gender differences in correlates of marital satisfaction. Journal of

Internet Psychology, 18. (1). Accessed on jaunari 01, 2015 from :

http://www.housingeducators.org/Journals/H&S_Vol_18_No_1_Gender_Differences_i

n_Environmental_Influences_On_Marital_Satisfaction_A_Path_Analysis.pdf.

Utami & Mariyati. (2015). Presepsi terhadap resolusi konflik suami dan kepuasan pernikahan

pada istri bekerja di Kelurahan Bligo. Seminar Psikologi & Kemanusiaan Universitas

Muhammadiyah Sidoarjo.

Widayanti, A & Lestari, P. (2014). Faktor-faktor penyebab perceraian pada keluarga tenaga

kerja wanita (TKW) di desa Citembong, Kecamatan Bantasari, Kabupaten Cilacap.

Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.

Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang : UMM

Press.

Zainah, dkk. (2012).Effects of Demographic Variables on Marital Satisfaction. Journal of

Internet Psychology, 8, (9). Accesed on Januari 11, 2016 from

http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ass/article/download/18537/12300.

Page 31: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

21

1. Blue Print Skala Kepuasan Pernikahan

NO ASPEK INDIKATOR FAVORABEL UNFAVORABEL

1 Isu-isu Kepribadian Persepsi seseorang

tentang perilaku

pasangan

1,3 2

2 Komunikasi Ketidak sedang

berkomunikasi dengan

pasangan

4,5 6

3 Pemecahan masalah Pemecahan konflik

dalah suatu hubungan

7,9,10,11 8

4 Manajemen

finansial

Bagaimana manajemen

keuangan

12,13

5 Kegiatan di waktu

luang

Nenghabiskan waktu

bersama pasangan

15,17 16

6 Hubungan seksual Masalah-maslaah

seksual, perilaku

seksusal, kesetiaan

secara seksual kepada

pasangan

18,19 20

7 Anak-anak dan

pengasuhan

Menghabiskan waktu

bersama dengan

keluarga dan teman-

teman

21

8 Keluarga dan teman-

teman

Menghabiskan waktu

bersama dengan

keluarga dan teman-

teman

22,23

9 Kesamaan peran Peran dalam pekerjaan,

rumah tangga, peran

seks, dan peran sebagai

orang tua

25,26 24

10 Orientasi agama Peran agama dalam

pernikahan

28 27, 29

Page 32: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

22

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Kampus III : Jalan Raya Tlogomas No. 246 Malang 65144

___________________________________________________________________________

Assalamualaikum Wr.Wb.

Saya Novia Rahma Widi K. adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang yang sedang melakukan penelitian dalam penyelesaian tugas akhir

sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Psikologi.

Dalam penelitian ini, saya memohon kesediaan Saudara untuk berpartisipasi sebagai subyek

penelitian dengan mengisi beberapa pernyataan yang tertera pada skala di bawah ini.Dimana

di dalam skala ini terdapat beberapa pernyataan yang harus Saudara jawab sesuai dengan

keadaan Saudara yang sebenarnya. Tidak ada jawaban benar maupun salah di setiap

pernyataan yang Saudara berikan. Perlu saudara ketahui bahwa skala ini semata-mata hanya

untuk keperluan penelitian sehingga identitas dan data yang Saudara berikan akan dijaga

kerahasiaannya.

Atas kesediaan dan kerjasama Saudara yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini saya

ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Hormat Saya,

Novia Rahma W.K

Page 33: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

23

Identitas Responden

Nama/Inisial : Pekerjaan :

Pendidikan terakhir : Pekerjaan istri :

Lamanya menikah : Lamanya istri bekerja :

Jumlah anak :

Petunjuk pengisian :

Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan dan suatu kondisi, dimana saudara harus

memberikan checklist () pada kolom pernyataan sesuai dengan pendapat saudara.

Keterangan :

SS : Sangat Sesuai TS : Tidak Sesuai

S : Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai

Contoh :

NO PERNYATAAN SS S TS STS

1. Saya selalu bercerita tentang apapun

kepada pasangan saya √

NO PERNYATAAN SS S TS STS

1. Pasangan saya menerima semua kekurangan

saya

2. Pasangan saya tidak menghargai saya dalam

berbagai hal

3. Pasangan saya selalu menanggapi saya dengan

baik

4. Saya terbuka dengan pasangan saya

5. Saya selalu jujur tentang hal apapun kepada

pasangan saya

6. Pasangan saya tidak menjadi pendengar yang

baik ketika saya bercerita tentang suatu hal

7. Pasangan saya adalah orang yang tanggap dalam

menghadapi masalah

8. Pasangan saya tidak bisa mengatasi

permasalahan rumah tangga kami dengan baik

Page 34: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

24

SS S TS STS

9. Saat ada masalah kami mencari solusi yang

memenuhi harapan kami berdua

10. Pasangan saya selalu menemukan jalan keluar

ketika kami menghadapi suatu masalah

11. Saya dan pasangan berkomitmen untuk

menyelesaikan permasalahan sesegera mungkin

12. Kami sepakat dengan cara kami mengelola

keuangan

13. Kami dapat membelanjakan uang sesuai dengan

kebutuhan

14. Pasangan saya lebih banyakmenghabiskan waktu

diluar dibandingkan bersama dengan saya

15. Kami saling menceritakan aktifitas kami masing-

masing

16. Kami jarang menghabiskan waktu bersama

17. Kami menyediakan waktu luang untuk

menghabiskan waktu bersama

18. Pasangan saya hanya melakukan hubungan

seksual dengan saya

19. Pasangan saya memahami kebutuhan seksual

saya

20. Pasangan saya tidak dapat memuaskan saya

secara seksual

21. Kami memiliki cita-cita yang sama terhadap

anak kami

22. Pasangan saya terlalu banyak menghabiskan

waktu dengan teman-temannya

23. Pasangan saya terlalu banyak menghabiskan

waktu dengan keluarganya

24. Kami tidak berbagi peran dalam mengurus anak

25. Saya dan pasangan saya berbagi peran dalam

berhubungan seksual

26. Kami berbagi peran sebagai suami istri untuk

masalah pekerjaan

27. Dalam hal keagamaan kami berjalan sendiri-

sendiri

28. Kami selalu menerapkan ajaran agama dalam

pernikahan kami

29. Pasangan saya bukanlah orang yang taat

beribadah

Page 35: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

25

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

item_2 88,75 86,774 ,384 . ,919

item_3 88,78 87,338 ,304 . ,920

item_4 88,84 84,201 ,629 . ,916

item_5 88,59 87,088 ,322 . ,920

item_6 88,63 83,468 ,658 . ,915

item_8 89,03 86,289 ,528 . ,917

item_9 88,88 84,500 ,710 . ,915

item_10 88,78 84,693 ,606 . ,916

item_11 88,78 85,080 ,645 . ,916

item_12 88,84 84,588 ,591 . ,916

item_13 88,72 85,757 ,614 . ,916

item_14 88,84 86,136 ,580 . ,917

item_16 88,91 83,701 ,740 . ,914

item_18 88,69 87,899 ,344 . ,919

item_19 89,03 85,451 ,545 . ,917

item_20 88,97 86,354 ,520 . ,917

item_22 88,91 82,539 ,706 . ,914

item_24 88,50 87,548 ,353 . ,919

item_25 88,69 85,060 ,677 . ,916

item_26 88,78 87,918 ,389 . ,919

item_29 89,03 81,709 ,714 . ,914

item_31 88,63 87,016 ,301 . ,921

item_33 89,06 85,867 ,361 . ,920

item_35 89,22 84,241 ,495 . ,918

item_37 89,13 81,984 ,633 . ,915

item_38 89,25 79,613 ,628 . ,916

item_39 88,47 87,031 ,323 . ,920

item_40 88,66 84,491 ,520 . ,917

item_41 88,63 87,210 ,315 . ,920

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based

on

Standardized

Items

N of

Items

,920 ,924 29

Page 36: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

26

Page 37: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

27

Page 38: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

28

Page 39: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

29

Group Statistics

PekerjaanIstri N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

VAR00008 Bekerja 49 96.1224 9.69242 1.38463

Tidak Bekerja 48 96.0417 7.32224 1.05687

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-

tailed)

Mean Difference Std. Error

Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

VAR00008 Equal variances assumed 1.629 .205 .046 95 .963 .08078 1.74686 -3.38717 3.54874

Equal variances not assumed .046 89.276 .963 .08078 1.74189 -3.38017 3.54174

Page 40: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

30

Group Statistics

PekerjaanIstri N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kepribadian Bekerja 49 10.1837 1.30182 .18597

Tidak Bekerja 48 10.1875 1.16064 .16752

Komunikasi Bekerja 49 10.0204 1.56111 .22302

Tidak Bekerja 48 10.1250 1.10367 .15930

RKonflik Bekerja 49 13.6735 1.74866 .24981

Tidak Bekerja 48 13.3750 1.72127 .24844

Finansial Bekerja 49 6.6939 .91752 .13107

Tidak Bekerja 48 6.4375 1.00861 .14558

WaktuLuang Bekerja 49 13.0408 1.82528 .26075

Tidak Bekerja 48 12.9375 1.62960 .23521

Seksual Bekerja 49 10.7755 1.34265 .19181

Tidak Bekerja 48 10.8542 1.23753 .17862

Anak Bekerja 49 3.3673 .56620 .08089

Tidak Bekerja 48 3.2500 .69954 .10097

KeluargaTeman Bekerja 49 5.3265 1.65060 .23580

Tidak Bekerja 48 5.6875 1.41656 .20446

KesamaanPeran Bekerja 49 9.5510 1.81500 .25929

Tidak Bekerja 48 9.4375 1.35122 .19503

Agama Bekerja 49 10.1224 1.66624 .23803

Tidak Bekerja 48 10.1250 1.24840 .18019

Page 41: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

31

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality

of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Kepribadian

Equal variances assumed

.538 .465 -.015 95 .988 -.00383 .25060 -.50133 .49367

Equal variances not

assumed

-.015 94.175 .988 -.00383 .25030 -.50079 .49314

Komunikasi

Equal variances assumed

5.156 .025 -.380 95 .705 -.10459 .27502 -.65058 .44139

Equal variances not

assumed

-.382 86.484 .704 -.10459 .27407 -.64938 .44019

RKonflik

Equal variances assumed

.122 .727 .847 95 .399 .29847 .35238 -.40109 .99803

Equal variances not

assumed

.847 94.998 .399 .29847 .35232 -.40097 .99791

Finansial

Equal variances assumed

.232 .631 1.310 95 .193 .25638 .19570 -.13214 .64489

Equal variances not

assumed

1.309 93.758 .194 .25638 .19589 -.13258 .64534

Page 42: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

32

WaktuLuang

Equal variances assumed

.042 .839 .294 95 .770 .10332 .35158 -.59466 .80129

Equal variances not

assumed

.294 94.199 .769 .10332 .35117 -.59391 .80054

Seksual

Equal variances assumed

.062 .804 -.300 95 .765 -.07866 .26232 -.59943 .44212

Equal variances not

assumed

-.300 94.653 .765 -.07866 .26210 -.59901 .44170

Anak

Equal variances assumed

.482 .489 .909 95 .366 .11735 .12909 -.13893 .37363

Equal variances not

assumed

.907 90.275 .367 .11735 .12937 -.13967 .37436

KeluargaTeman

Equal variances assumed .604 .439 -1.155 95 .251 -.36097 .31259 -.98155 .25961

Equal variances not

assumed

-1.157 93.394 .250 -.36097 .31210 -.98071 .25877

KesamaanPeran

Equal variances assumed 3.579 .062 .349 95 .728 .11352 .32542 -.53252 .75956

Equal variances not

assumed

.350 88.687 .727 .11352 .32445 -.53118 .75822

Agama

Equal variances assumed 3.035 .085 -.009 95 .993 -.00255 .29942 -.59698 .59187

Equal variances not

assumed

-.009 88.945 .993 -.00255 .29855 -.59576 .59066

Page 43: Perbedaan Kepuasan Pernikahan Suami Ditinjau …eprints.umm.ac.id/34280/1/jiptummpp-gdl-noviarahma-43053...Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Psi dan Bapak Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen

33