perbedaan kepuasan pernikahan berdasarkan etnis …repository.ub.ac.id/1051/1/asy-syiva dewi...
TRANSCRIPT
PERBEDAAN KEPUASAN PERNIKAHAN BERDASARKAN ETNIS DAN
PERAN DALAM RUMAH TANGGA DI MALANG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Disusun Oleh:
ASY-SYIVA DEWI ENGGARRAHIM
NIM.135120301111041
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIALDAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
Scanned by CamScanner
iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :Asy-syiva Dewi Enggarrahim
NIM : 135120301111041
Program Studi : Psikologi
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul“Perbedaan Kepuasan Pernikahan
Berdasarkan Etnis dan Peran dalam Rumah Tangga di Malang” adalah benar orisinil
hasil karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini telah diberi
tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Malang, 2 Juni 2017
Yang membuat Pernyataan,
Asy-syiva Dewi Enggarrahim
NIM. 135120301111041
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Asy- syiva Dewi Enggarrahim
Tempat/ Tanggal lahir : Malang, 14 maret 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : WNI
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Email : [email protected]
Nomor Telepon : 081945109297
Alamat Rumah : Jl. Imam Bonjol Rt.02 Rw.06 Dsn. Bumiaji
Kec.Bumiaji Kota Batu
PENDIDIKAN FORMAL
• 1999-2000 : Tk. Al Khoiriyah
• 2001-2006 : Mi Bahrul Ulum
• 2007-2009 : SMP Al-Rifa’ie
• 2010-2012 : SMA Al-Rifa’ie
• 2013- sekarang: Universitas Brawijaya
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsidengan judul“Perbedaan Kepuasan Pernikahan
Berdasarkan Etnis dan Peran dalam Rumah Tangga di Malang” dengan baik.
Sehubungan dengan terselesaikannya Skripsi ini, penulis menyadari
bahwa penyusunan Skripsi tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena
itu pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada
:
1. Bapak Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang.
2. Ibu Cleoputri Al Yusainy, S.Psi., M.Psi., Ph.D selaku ketua Jurusan
Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya
Malang
3. Ibu Ika Herani, S.Psi., M.Si. Psi. selaku dosen pembimbing terbaik yang
dipercayakan Allah SWT dalam proses pembuatan skripsi ini dari awal
hingga akhir. Terimakasih yang sebesar-besarnya atas masukan, perbaikan,
dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Sukaesi Marianti, S.Psi., M.Psi., Ph.D dan selaku penguji I sidang
Skripsi yang telah membantu memberikan kritik dan saran demi perbaikan
skripsi ini.
5. Ibu Ari Pratiwi S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku selaku penguji II sidang
Skripsi yang telah membantu memberikan kritik dan saran kepada penulis.
v
6. Ibu Ika Adita Silviandari S.Psi., M.Psi. selaku dosen pembimbing
akademik.
7. Seluruh jajaran dosen pengajar beserta staff.
8. Fakhri Maulana, ST., suami penulis yang tidak pernah lelah memberikan
doa, motivasi, serta berbagai informasi demi keberhasilan penulis dalam
mengerjakan Skripsi.
9. Ayah Farkani Murdiono dan Ibu Sri Indayani,SH., orang tua penulis yang
selalu mendoakan, mendukung, dan memberikan semangat kepada penulis
untuk menyelesaikan Skripsi.
10. Sahabatku Selly Ananta Cerelia, S.Psi., Putri Sri Purnama, S.Psi.,
Ruthdani Sriwati Sinulingga, S.Psi., Okvi Setyaningrum, S.Psi., dan Rizki
Febri, S.Psi., yang menjadi saudara seperjuangan, teman curhat,
membantu memberikan saran, bantuan dan yang senantiasa memberi
dukungan kepada penulis.
Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah-Nya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat berguna dan memberi nilai tambah serta wacana baru
bagi semua pihak yang membacanya.
Malang, 2 Juni 2017
Asy-syiva Dewi Enggarrahim
vi
ABSTRAK
PERBEDAAN KEPUASAN PERNIKAHAN BERDASARKAN ETNIS DAN
PERAN DALAM RUMAH TANGGA DI MALANG
Oleh:
Asy-syiva Dewi Enggarrahim
(135120301111041)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kepuasan pernikahan
berdasarkan etnis (Jawa, Arab, dan Tionghoa), peran dalam rumah tangga (suami-
istri), serta untuk mengetahui efek interaksi antara jenis etnis dan peran dalam rumah
tangga (suami-istri). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 300 orang (50
orang suami etnis Jawa, 50 orang istri etnis Jawa, 50 orang suami etnis Arab, 50
orang istri etnis Arab, 50 orang suami etnis Tionghoa, dan 50 orang istri etnis
Tionghoa). Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan skala adaptasi
kepuasan pernikahan yang mengacu pada 10 aspek kepuasan pernikahan ENRICH
Marital Satisfaction Scale yang dikemukakan oleh Fowers dan Olson (1989). Analisis
data dilakukan dengan menggunakan Factorial Anova dengan jenis analisis Two Way
Independent Anova (2 x 2 Anova Betweeen Subject) sehingga diperoleh hasil bahwa
tidak terdapat perbedaan kepuasan pernikahan yang signifikan berdasarkan etnis
dengan nilai F sebesar 1.008 dan p sebesar 0. 366 (p > 0.05).. Namun, terdapat
perbedaan kepuasan pernikahan berdasarkan peran dalam rumah tangga (suami-istri)
terhadap kepuasan pernikahan dengan nilai F sebesar 47.665 dan p sebesar 0.0001
(p< 0.05). Selain itu, analisis terhadap efek interaksi faktor jenis etnis dan peran
dalam rumah tangga (suami-istri) menghasilakan bahwa tidak terdapat efek interaksi
antara keduanya dengan nilai F sebesar 1.457 dengan p sebesar 0.235 (p > 0.05).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok suami
memiliki kepuasan pernikahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok istri
Kata Kunci: Arab, Jawa, Kepuasan Pernikahan, Tionghoa.
vii
ABSTRACT
THE DIFFERENCE OF MARITAL SATISFACTION BASED ON ETHNIC AND
ROLE IN THE HOUSEHOLD IN MALANG
By:
Asy-syiva Dewi Enggarrahim
(135120301111041)
This research was conducted to find out the difference of marriage
satisfaction based on ethnic (Javanese, Arabic, and Chinese), role in the household
(husband and wife), and to find out the effect of interaction between ethnic type and
role in the household (husband and wife). The number of the sample was 300 subjects
(50 husbands of Javanese, 50 wives of Javanese, 50 husbands of Arabic, 50 wives of
Arabic, 50 husbands of Chinese and 50 wives of Chinese). ENRICH’s Marital
Satisfaction Scale adaptation by Fowers and Olson (1989) were used as an
instrument for collecting data of marital satisfaction. The data analysis was done by
using Factorial Anova with Two Way Independent Anova analysis type (2 x 2 Anova
Betweeen Subject). It showed that no significant difference of marriage satisfaction
based on ethnicity with F value = 1.008 and p o= 0. 366 (p>0.05 ). However, there
was difference of marital satisfaction based on the role in the household (husband
and wife) to the marital satisfaction with F value = 47.665 and p = 0.0001 (p<0.05).
In addition, an analysis of the of interaction between ethnic type and roles in the
households (husband and wife) resulted that there was no interaction effect between
both with F value = 1.457 and p = 0.235 (p>0.05). Based on the results of this , it
can be concluded that the husband group has a higher marital satisfaction than the
wife group.
Keywords: Arabic, Javanese, Marital Satisfaction, Chinese.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………………….i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................7
C. Tujuan Penelitian........................................................................................7
D. Manfaat Penelitian......................................................................................8
E. Penelitian Terdahulu ..................................................................................9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kepuasan Pernikahan ................................................................................13
1. Pengertian Kepuasan Pernikahan........................................................13
2. Aspek-aspek Kepuasan Pernikahan....................................................14
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan..................20
B. Etnis Jawa ..................................................................................................22
C. Etnis Arab...................................................................................................23
D. Etnis Tionghoa..........................................................................................25
E. Perbedaan Kepuasan Pernikahan pada Etnis Jawa, Arab, dan Tionghoa...26
F. Kerangka Penelitian ...................................................................................28
G. Hipotesis Penelitian ...................................................................................28
ix
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................................... 30
B. Identifikasi Penelitian ............................................................................. 30
C. Definisi Operasional .............................................................................. 31
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ................................................ 31
1. Populasi .............................................................................................. 31
2. Sampel ............................................................................................... 32
3. Teknik Sampling ................................................................................ 32
E. Tahapan Pelaksanaan .............................................................................. 33
F. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 33
G. Instrumen Penelitian .............................................................................. 34
H. Pengujian Alat Ukur .............................................................................. 36
I. Analisis Data ........................................................................................... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 42
1. Gambaran Umum Subjek Penelitian .................................................. 42
2. Data Demografi Subjek Penelitian ..................................................... 42
3. Deskripsi Data .................................................................................... 49
B. Hasil Analisis Data
1. Analisis Uji Asumsi Normalitas ........................................................ 52
2. Analisis Uji Asumsi Homogenitas ..................................................... 52
3. Analisis Uji Hipotesis ......................................................................... 53
C. Pembahasan ............................................................................................ 55
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 60
B. Saran ........................................................................................................ 60
1. Saran Metodelogis ............................................................................. 60
x
2. Saran Praktis ...................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 62
LAMPIRAN ....................................................................................................... 65
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pemikiran .............................................................28
Gambar 4.1. Grafik Usia Subjek Berdasarkan Etnis (kelompok suami)................43
Gambar 4.2. Grafik Usia Subjek Berdasarkan Etnis (kelompok istri)...................44
Gambar 4.4. Grafik Usia Pernikahan kelompok suami berdasarkan etnis
(kelompok suami) ............................................................. ....................................45
Gambar 4.5. Grafik Usia Pernikahan kelompok istri berdasarkan etnis (kelompok
istri) ............................................................. .........................................................46
Gambar 4.7. Tingkat Pendidikan Berdasarkan Etnis (kelompok suami) ..............47
Gambar 4.8. Tingkat Pendidikan Berdasarkan Etnis (kelompok istri) .................48
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian...........................................................33
Tabel 3.2. Blue print skala Kepuasan Pernikahan sebelum uji coba.....................35
Tabel 3.3. Blue print skala Kepuasan Pernikahan setelah uji coba........................37
Tabel 3.4.Gambaran variabel dalam Two Way ANOVA Beetwen Subject..........42
Tabel 4.3. Persentase Jenis Kelamin Berdasarkan Etnis........................................44
Tabel 4.9. Kategori Daerah Keputusan..................................................................50
Tabel 4.10. Norma Alat Ukur Kepuasan Pernikahan ............................................50
Tabel 4.11. Tabel Uji Normalitas ..........................................................................52
Tabel 4.12. Hasil Uji Asumsi Homogenitas ..........................................................52
Tabel 4.13. Tabel Hasil Uji Hipotesis ...................................................................53
Tabel 4.14. Hasil Perbandingan Nilai Mean Suami/Istri.......................................54
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan hal yang dilegalkan dan telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Pernikahan. Menurut UU
nomer 1 tahun 1974 pasal 1, pernikahan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan wanita sebagai suami istri yang bertujuan untuk membentuk
keluarga bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Menurut Santrock (2002) pernikahan digambarkan sebagai bersatunya
dua individu, namun pada kenyataannya tidak hanya bersatunya dua individu
melainkan bersatunya dua keluarga sehingga terbangunlah sebuah keluarga
yang baru. Bersatunya kedua hal tersebut, baik pasangan maupun keluarga
pasangan bukan suatu hal yang mudah. Terkadang, terdapat nilai-nilai maupun
budaya yang berbeda dari masing-masing pasangan.
Beberapa masyarakat masih percaya dengan persepsi bahwa
pernikahan beda etnis akan menciptakan keluarga yang kurang harmonis.
Seperti halnya persepsi yang beredar di masyarakat bahwa individu etnis sunda
dilarang menikah dengan etnis jawa, etnis batak dilarang menikah dengan etnis
jawa, etnis minang dilarang menikah dengan etnis sunda begitu pula
sebaliknya. Hal tersebut terkadang didasarkan pada alasan-alasan yang kurang
dapat terbukti kebenarannya, seperti didasarkan pada sejarah nenek moyang.
Salah satu penelitian terkait dengan gambaran konflik yang terjadi pada
pasangan beda etnis (Jawa-Batak) menunjukkan hasil bahwa individu yang
2
berlatar belakang etnis Jawa yaitu suami cenderung lebih dominan menghadapi
konflik dengan cara menghindar, sedangkan pada individu yang berlatar
belakang etnis Batak yaitu istri cenderung menghadapi konflik dengan cara
menyerang pasangannya, baik dengan lisan maupun tindakan. Secara umum
sumber pribadi, fisik, hubungan interpersonal, dan lingkungan melatar
belakangi terjadinya konflik pada pasangan tersebut (Hasanah, 2012).
Konflik yang terjadi antar pasangan beda etnis ini mengindikasikan
adanya ketidakcocokan maupun adanya ketidaksesuaian yang muncul dari
berbagai faktor. Perasaan tidak cocok atau tidak sesuai ini sebenarnya dapat
menjadi sebuah simbol adanya ketidakpuasan seseorang dalam membina suatu
hubungan dengan pasangannya. Septiana (2014) melakukan penelitian yang
melibatkan pengukuran pola komunikasi, penyesuaian suami istri, dan
keharmonisan keluarga dari suku yang sama dan suku berbeda. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pola komunikasi,
penyesuaian, dan keharmonisan keluarga antara keluarga beda suku dan
keluarga sama suku. Adapun usia istri, usia menikah dan pendapatan
berhubungan signifikan dengan keharmonisan keluarga pada keluarga beda
suku.
Menurut Roch (1981) kepuasan pernikahan merupakan suatu bentuk
persepsi terhadap kehidupan pernikahan yang diukur melalui besar kecilnya
kesenangan yang dirasakan dalam jangka waktu tertentu. Blood dan Wolfe
(Rybash, Roodin & Santrock, 1991) menambahkan bahwa kepuasan
pernikahan akan menurun secara linear dari awal hingga 30 tahun pernikahan.
3
Pineo (Rybash, Roodin & Santrock, 1991) juga menyatakan bahwa kepuasan
pernikahan berpuncak pada 5 tahun pertama pernikahan kemudian menurun
sampai periode ketika anak-anak sudah menginjak remaja atau dewasa. Setelah
anak meninggalkan rumah, kepuasan pernikahan meningkat tetapi tidak
mencapai tahap seperti 5 tahun awal pernikahan.
Pentingnya kepuasan pernikahan telah diungkapkan melalui penelitian
Lavenson, dkk. (1994) yang menunjukkan bahwa kepuasan pernikahan dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan mental dan fisik seseorang, dengan kata lain
pasangan yang merasa puas terhadap pernikahannya memiliki kesehatan
mental dan fisik yang lebih baik jika dibandingkan dengan pasangan yang tidak
memiliki kepuasan terhadap pernikahannya.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan
menurut Hendrick & Hendrick (1992) adalah faktor Premarital dan
Postmarital. Faktor Premarital ini meliputi latar belakang sosial-ekonomi,
pendidikan dan pengaruh orang tua, sedangkan pada faktor Postmarital
meliputi anak dan lama pernikahan.
Penelitian lain terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
pernikahan pada istri juga dilakukan oleh Susanti dan Zulkaida (2013) terhadap
68 ibu rumah tangga, 33 di antaranya bekerja dan 35 tidak bekerja, dan minimal
memiliki satu orang anak. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan adanya
tiga faktor kepuasan pernikahan yang dominan pada istri, meliputi hubungan
interpersonal dengan pasangan, partisipasi keagamaan dan kehidupan seksual.
Adapun faktor kepuasan pernikahan pada pria juga diungkapkan oleh Rini dan
4
Retnaningsih (2008) dalam penelitiannya terhadap kepuasan pernikahan pria
dewasa awal yang menyatakan bahwa self-disclosure memiliki kontribusi
terhadap kepuasan pernikahan pria dewasa awal, diikuti dengan faktor-faktor
lain seperti equalitarian, seks, kehidupan sosial, tempat tinggal dan
penghasilan. Salim (2010) juga menyatakan bahwa faktor lain yang dapat
mempengaruhi kepuasan pernikahan diantaranya adalah latar belakangan
sosial dan budaya.
Saat ini, faktor budaya atau nilai-nilai kepercayaan dalam suatu
kelompok terhadap kepuasan pernikahan telah banyak menarik minat peneliti
untuk melakukan penelitian yang lebih luas. Bryant,M.C.,dkk. (2008)
melakukan penelitian terhadap 962 pasangan African-American dan 560
pasangan Black Caribbean. Penelitian tersebut menemukan hasil bahwa
terdapat perbedaan antara pasangan (laki-laki dan perempuan) African-
American dan Black Caribbean pada masing-masing kelompok untuk
memprediksi kepuasan pernikahan. Bryant juga menemukan bahwa Wanita
Black Caribbean melaporkan bahwa mereka memiliki tingkat kepuasan
pernikahan yang lebih tinggi daripada wanita African-American.
Salah satu penelitian yang telah mampu menggali informasi mengenai
kepuasan pernikahan dalam suatu etnis atau suku di Indonesia adalah penelitian
Saputri, J. (2016) mengenai perbedaan kepuasan pernikahan pada istri pelaku
Merariq dan Belakoq di Suku Sasak Pulau Lombok. Hasil dari penelitian
tersebut menyatakan bahwa istri yang menikah dengan cara belakoq memiliki
kepuasan pernikahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan istri yang
5
menikah dengan cara merariq. Adapun penelitian Juliyanti dan Nasution
(2013) mengenai gambaran kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah
dengan pariban dalam Suku Batak menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
kepuasan pernikahan yang dialami antara responden 1 dan 2 (menikah melalui
proses pacaran) dengan responden 3 dan 4 (melalui proses perjodohan). Dari
pasangan 1 dan 2 diketahui bahwa istri memiliki tingkat kepuasan pernikahan
yang tinggi dari pada suami. Hasil ini dapat terlihat dari istri yang lebih
menerima kepribadian suami karena derajat seorang istri dalam Budaya Batak
lebih rendah dari suami, istri lebih mampu untuk menerima belum adanya
kehadiran anak laki-laki dalam pernikahannya, meskipun dalam Budaya Batak
anak laki-laki merupakan simbol dari pernikahan yang sempurna.
Penelitian lain mengenai kepuasan pernikahan antar suku juga telah
dilakukan oleh Ardhani, F. (2015) mengenai perbedaan kepuasan pernikahan
pada wanita suku Bugis, Jawa, dan Banjar. Penelitian tersebut melibatkan 60
wanita yang telah menikah dengan suku Jawa, Bugis, dan Banjar yang berada
di kecamatan Balikpapan Selatan, kota Balikpapan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kepuasan pernikahan pada
wanita suku Bugis, Jawa, dan Banjar di Kecamatan Balikpapan Selatan, kota
Balikpapan.
Berdasarkan uraian beberapa penelitian di atas, peneliti tertarik untuk
membahas lebih lanjut mengenai kepuasan pernikahan yang berkaitan dengan
etnis, khususnya pada pasangan yang menikah dengan sesama etnis. Hal
tersebut didasarkan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gaunt, R.
6
(2006) yang bertujuan untuk menguji peran dari kesamaan pasangan dalam
kepuasan pernikahan pasangan suami istri beserta efeknya. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang penting antara
kesamaan suami-istri dan kepuasan pernikahan, kesamaan yang lebih tinggi
yang dimiliki oleh suami dan istri, memiliki hubungan dengan tingginya
tingkat kepuasan pernikahan dan rendahnya efek negatif yang dapat
mempengaruhinya, sehingga peneliti ingin menguji kembali terkait kesamaan
ini dalam pernikahan sesama etnis. Meskipun demikian, peneliti tidak hanya
berfokus terhadap kepuasan pernikahan pernikahan sesama etnis, namun juga
untuk membandingkan kepuasan pernikahan pada beberapa etnis yang diteliti.
Penelitian ini dilakukan di wilayah Malang Raya, karena Malang
merupakan salah satu kota dimana individu dengan latar belakang etnis yang
berbeda dapat berkumpul dan bertemu dengan mudah. Sebagian dari mereka
(sesama etnis) membentuk suatu perkumpulan hingga menempati wilayah
tertentu. Adapun mayoritas etnis yang ada di kota Malang adalah etnis Jawa,
Arab, dan Tionghoa. (Malangkota.go.id). Malang juga termasuk salah satu
wilayah di jawa timur yang memiliki tingkat perceraian yang tinggi, menurut
widodo suparjiyanto (panitera muda hukum pengadilan agama kabupaten
Malang) dari ketiga wilayah malang raya yakni Kota Malang, Kabupaten
Malang, dan Kota Batu, Kabupaten Malang memiliki tingkat perceraian yang
paling tinggi diantara wilayah Malang lainnya. Menurutnya, alasan yang paling
banyak dalam keputusan bercerai tersebut adalah sudah tidak adanya
keharmonisan dalam rumah tangga pasangan, tidak adanya rasa tanggung
7
jawab terhadap keluarga, dan adanya faktor ekonomi (www.jawapos.com).
Oleh sebab itu, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di wilayah
tersebut.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan kepuasan pernikahan pada etnis Jawa, Arab
dan Tionghoa yang berdomisili di kota Malang?
2. Apakah terdapat perbedaan kepuasan pernikahan berdasarkan pada
peran dalam rumah tangga (suami - istri)?
3. Apakah terdapat efek interaksi antara jenis etnis (Jawa, Arab, dan
Tionghoa) dengan peran dalam rumah tangga (suami-istri) terhadap
kepuasan pernikahan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dilakukan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kepuasan pernikahan
pada etnis Jawa, Arab dan Tionghoa yang berdomisili di kota Malang.
2. Untuk mengetahui adakah perbedaan kepuasan pernikahan berdasarkan
pada peran dalam rumah tangga (suami - istri).
8
Untuk mengetahui apakah terdapat efek interaksi antara jenis etnis
(Jawa, Arab, dan Tionghoa) dengan peran dalam rumah tangga (suami
- istri) yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
D. Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh
pihak. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam
bidang psikologi perkembangan dan psikologi sosial, khususnya mengenai
perbedaan kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah dengan sesama
etnis yakni etnis Jawa, Arab dan Tionghoa, baik perbedaan dari masing-masing
etnis, antar pasangan suami istri maupun efek interaksi antara jenis etnis dan
jenis kelamin.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi
masyarakat khususnya pada masyarakat kota malang mengenai perbedaan
kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah dengan sesama etnis.
Apabila dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa pasangan dari salah satu
etnis memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang lebih tinggi, maka hal
tersebut dapat dijadikan sebagai contoh untuk menjadikan faktor-faktor
9
tertentu sebagai hal yang penting untuk dapat meningkatkan kepuasan
pernikahannya.
E. Penelitian Terdahulu
1. Ardhani, F. (2015). Perbedaan kepuasan perkawinan pada wanita suku bugis,
jawa, dan banjar di kecamatan Balikpapan selatan Kota Balikpapan. eJournal
Psikologi,3 (1), 358-368.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan kepuasan
perkawinan pada wanita suku Bugis, Jawa, dan Banjar. Subjek penelitian ini
adalah wanita yang telah menikah dengan suku Jawa, Bugis, dan Banjar di
kecamatan Balikpapan Selatan, kota Balikpapan yang berjumlah 60 orang.
Data ini dikumpulkan dengan skala kepuasan perkawinan dengan model skala
Likert. Data yang terkumpul dianalisis dengan Anova dengan bantuan program
Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 17.0 for Windows. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kepuasan
perkawinan pada wanita suku Bugis, Jawa, dan Banjar di Kecamatan
Balikpapan Selatan, kota Balikpapan. Pada variabel isu-isu kepribadian,
komunikasi, pemecahan masalah, manajemen finansial, kegiatan di waktu
luang, anak-anak dan pengasuhan, keluarga dan teman-teman, dan orientasi
agama juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan. Namun, pada aspek
kesamaan peran menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepuasan perkawinan
pada wanita suku Bugis, Jawa, dan Banjar.
10
2. Susanti, S., & Zulkaida, A. (2013). Studi Deskriptif Mengenai Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan perkawinan pada istri. UGJurnal, 7 (6).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
kepuasan perkawinan yang dominan pada istri dengan menggunakan
pendekatan deskriptif. Subyek penelitian adalah 68 ibu rumah tangga, 33 di
antaranya bekerja dan 35 tidak bekerja, dan beranak minimal satu orang.
Mereka tinggal di wilayah Depok dan Jakarta. Analisis hasil penelitian
menunjukkan adanya tiga faktor kepuasan perkawinan yang dominan pada
istri, yaitu hubungan interpersonal dengan pasangan, partisipasi keagamaan
dan kehidupan seksual. Faktor dominan pada istri yang bekerja adalah
hubungan interpersonal dengan pasangan, kesesuaian peran dan harapan,
komunikasi dengan pasangan, kesamaan minat, kemampuan menghadapi
konflik, dan keuangan. Sedangkan faktor yang dominan pada istri yang tidak
bekerja adalah partisipasi keagamaan, kekuasaan dan sikap terhadap
perkawinan, kehidupan seksual, hubungan dengan mertua dan ipar, serta anak.
Diketahui pula, bagi istri berusia 26-30 tahun, faktor kepuasan perkawinan
yang paling dominan adalah hubungan interpersonal. Bagi yang berusia 31-36
tahun adalah hubungan dengan mertua dan ipar. Ketika usia perkawinan 4-5
tahun faktor kepuasan perkawinan paling dominan adalah partisipasi
keagamaan. Pada usia perkawinan 6-10 tahun, faktor kepuasan paling dominan
adalah hubungan interpersonal.
3. Gaunt, R. (2006). Couple Similarity and Marital Satisfaction: Are Similar
Spouse Happier?. Journal of Personality 74(5).
11
Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran dari kesamaan pasangan
dalam kepuasan pernikahan pasangan suami istri beserta efeknya. Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 248 orang yang terdiri dari pasangan suami
istri.Peneliti menggunakan beberapa pengukuran seperti Schwart value
inventory, Bem Sex-Role Inventory, Family Role Attitude, Demograpic
Questionaire,Skala Kepuasan Pernikahan (mengacu pada 10 aspek kepuasan
pernikahan ENRICH Marital Satisfaction Scale yang dikemukakan oleh
Fowers dan Olson), Bradburn Affect Balance Scale, dan komputasi pada
kesamaan pasangan. Pengujian hipotesis penelitian dalam penelitian ini terbagi
dalam tiga tahapan, yakni: 1) uji korelasi antarasuami-istripada nilai prioritas,
sifat gender, peran sikap keluarga, kepuasan pernikahan, dan efeknya, 2) uji
korelasi antara profil-based dan perbedaan score-based kesamaan dan
kepuasan secara terpisah untuk suami dan istri, 3) serangkaian analisis regresi
berganda yang dilakukan pada suami dan istri secara terpisah. Dalam setiap
analisis ini, variabel yang berkaitan dengan salah satu pengukuran bebas itu
mengalami kemunduran pada kumpulan domain kesamaan. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan hubungan penting antara kesamaan suami-istri dan
kepuasan pernikahan. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis penelitian yakni
kesamaan yang lebih besar antara pasangansuami istri, memiliki hubungan
dengan tingginya tingkat kepuasan pernikahan dan rendahnya efek negatif
yang dapat mempengaruhinya. Khususnya, kesamaan pada kepribadian dan
nilai-nilai gender sangat kuat kaitannya dengan kualitas hubungan, sedangkan
12
kesamaan pada peran sikap dan religiusitas menunjukkan pola yang lemah dan
tidak konsisten dari sebuah kesatuan.
4. Bryant,M.C, dkk.(2008).Marital Satisfaction Among African Americans and
Black Caribbeans: Findings From the National Survey of American Life.
Family Relations, 239–253.
Penelitian ini menguji korelasi kepuasan perkawinan dengan menggunakan
data dari sampel probabilitas nasional dari African American (N ¼ 962) dan
Black Caribian (N ¼ 560). Penelitian ini menemukan adanya perbedaan antara
African American dan Black Caribian, laki-laki dan perempuan dalam masing-
masing kelompok, dalam memprediksi kepuasan pernikahan. Wanita Black
Caribian melaporkan bahwa mereka meiliki tingkat kepuasan pernikahan yang
lebih tinggi daripada wanita African American. Temuan tersebut menunjukkan
pentingnya keanekaragaman etnis dalam populasi kulit Hitam di Amerika
Serikat. Kesulitan dalam hal keuangan (penganggaran, masalah kredit, dan
manajemen utang) adalah salah satu dari isu-isu kunci yang menghasilkan
konflik dalam sebuah pernikahan. Adanya permasalahan keuangan tersebut
mengakibatkan munculnya stres yang berdampak pada turunnya tingkat
kepuasan pernikahan. Oleh sebab itu, konseling pada titik-titik kritis mungkin
dapat membantu permasalahan dalam pernikahan.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kepuasan Pernikahan
1. Pengertian Kepuasan Pernikahan
Fowers dan Olson (1989) mendefinisikan kepuasan pernikahan sebagai
pengukuran secara menyeluruh terhadap sepuluh area dalam pernikahan
pasangan. Kesepuluh area tersebut diantaranya yakni isu-isu kepribadian,
komunikasi, pemecahan masalah, pengelolaan uang, aktivitas diwaktu luang,
hubungan seksual, anak dan pengasuhan, keluarga dan teman, kesetaraan
peran, dan orientasi keagamaan.
Roch (1981) juga menjelaskan bahwa kepuasan pernikahan merupakan
suatu bentuk persepsi terhadap kehidupan pernikahan seseorang yang diukur
dari besarkecilnya kesenangan yang dirasakan dalam jangka waktu
tertentu.Kepuasan tersebut akan berubah seiring berjalannya waktu dan
bertambahnya pengalaman hidup seseorang. Adapun Spanier dan Cole (Al-
Damarki, 2014) mendefinisikan kepuasan pernikahan sebagai evaluasi
subjektif tentang bagaimana perasaan seseorang mengenai pasangan,
pernikahan, dan hubungan suami istrinya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan
pernikahan merupakan persepsi individu tentang bagaimana perasaan
seseorang terhadap pasangan maupun kehidupan pernikahannya ditinjau dari
besarkecilnya kesenangan yang dirasakan dalam jangka waktu tertentu,
khusunya yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pasangan dan rumah
14
tangga, dalam hal ini meliputi isu-isu kepribadian, komunikasi, pemecahan
masalah, pengelolaan uang, aktivitas diwaktu luang, hubungan seksual, anak
dan pengasuhan, keluarga dan teman, kesetaraan peran, dan orientasi
keagamaan.
2. Aspek-aspek Kepuasan Pernikahan
Menurut Fowers dan Olson (1989) terdapat 10 aspek dalam mengukur
kepuasan pernikahan. Aspek-aspek tersebut mengacu pada ENRICH: Marital
Satisfaction Scale. Adapun aspek yang dimaksud diantaranya sebagai berikut:
a. Isu-isu kepribadian
Aspek ini menitik beratkan pada persepsi individu dan
kemampuan penyesuaian diri terhadap tingkah laku, kebiasaan
maupun kepribadian pasangannya. Sebelum individu memutuskan
untuk melangkah lebih serius ke jenjang pernikahan, mereka akan
memilih pasangan yang sesuai dengan harapannya, akan tetapi
dalam masa penjajakan ini, tidak menutup kemungkinan seseorang
akan berpura-pura menjadi orang lain dengan menunjukkan
kepribadian yang baik untuk menarik perhatian lawan jenis mereka.
Setelah menikah, kepribadian asli seseorang akan muncul dengan
sendirinya. Hal tersebut terkadang menimbulkan perasaan kecewa
terhadap pasangan karena tidak sesuai dengan apa yang telah
diharapakannya.
15
Kepuasan pernikahan dapat dikatakan tercapai apabila
seseorang merasa puas dengan perilaku, kebiasaan dan kepribadian
pasangannya. Begitu pula sebaliknya, kepuasan pernikahan
dikatakan tidak tercapai apabila seseorang merasa tidak puas, kurang
nyaman, bahkan kecewa dengan perilaku dan kebiasaan
pasangannya.
b. Kesetaraan pembagian peran
Aspek ini mengukur sikap dan persepsi individu terhadap
pembagian peran yang beragam didalam kehidupan rumah tangga.
Peran-peran ini menyangkut peran dalam hal pekerjaan, perandalam
rumah tangga, seks dan peran sebagai orang tua.
Kepuasan pernikahan yang tercapai akan ditunjukkan
dengan adanya peran yang beragam dan rasa puas terhadap peran
yang dimilikinya. Kepuasan pernikahan yang tidak tercapai dapat
ditunjukkan dengan adanya rasa tidak puas dengan peran yang
dimilikinya.
c. Komunikasi
Aspek ini mengukur perasaan, keyakinan dan sikap individu
terhadap komunikasi didalam hubungan pernikahannya. Khususnya
perasaan senang pada pasangan ketika mereka mampu terbuka,
saling mempercayai, memiliki rasa empati, memiliki persepsi yang
positif terhadap pasangan dalam menerima maupun memberikan
16
informasi serta mampu merespon dengan baik dalam berkomunikasi
dengan pasangannya.
Kepuasan pernikahan dapat dikatakan tercapai apabila
pasangan merasa senang dengan gaya berkomunikasi dalam
hubungan pernikahannya, begitu pula sebaliknya kepuasan
pernikahan dikatakan tidak tercapai apabila pasangan merasa tidak
cocok dan tidak puas dengan gaya berkomunikasi dalam hubungan
pernikhannya.
d. Pemecahan masalah
Aspek ini menilai sikap, keyakinan, perasaan individu
terhadap keterbukaan pasangan untuk memecahkan suatu masalah
dalam kehidupan rumah tangganya dengan strategi yang sesuai agar
mendapatkan solusi terbaik. Aspek ini juga menilai bagaimana
peran anggota keluarga saling memberi dukungan dalam
menyelesaikan masalah tersebut.
Kepuasan pernikahan dikatakan tercapai apabila pasangan
mampu menanggapi masalah dengan bijak dan merasa nyaman
dengan cara penyelesaian masalah tersebut, sedangkan kepuasan
pernikahan yang tidak tercapai apabila pasangan merasa tidak puas
dengan cara penyelesaian masalah yang dihadapinya.
e. Pengelolaan keuangan
Aspek ini mengukur sikap dan bagaimana cara pasangan
untuk mengatur keuangan rumah tangga atau membuat keputusan
17
mulai dari masalah pemasukan, pengeluaran, maupun hutang. Aspek
ini juga menilai pada apakah individu puas dengan status ekonomi
dalam hubungan pernikahannya.
Kepuasan pernikahan dikatakan tercapai apabila individu
merasa puas dengan kemampuan pasangan dalam mengelola
keuangan rumah tangga dan mampu bersikap realistis terhadap
keuangan rumah tangga.
f. Aktivitas diwaktu luang
Aspek ini mengukur bagaimana keputusan pasangan untuk
memilih melakukan aktivitas secara personal atau bersama-sama
dalam mengabiskan waktu luangnya. Kepuasan pernikahan akan
tercapai apabila individu menunjukkan rasa nyaman, kecocokan,
fleksibilitas, Serta mampu membuat kesepakatan dalam
menghabiskan waktu luang bersama, sedangkan kepuasan
pernikahan tidak tercapai apabila menunjukkan adanya
ketidakpuasan dalam menghabiskan waktu luang bersama pasangan
di dalam hubungan pernikahan.
g. Hubungan seksual
Aspek ini menilai perasaan pasangan terhadap rasa kasih
sayang dan kepuasan dalam hubungan seksualnya. Kepuasan
hubungan seksual ini juga menyangkut dengan rasa nyaman dan
keterbukaan pasangan dalam membicarakan masalah seksual, sikap
18
terhadap hubungan seksual, keputusan untuk mengatur jumlah anak
dan perasaan setia terhadap pasangan.
Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila pasangan
mampu mengekspresikan rasa kasih sayang dan sikap positif dalam
hubungan seksualnya. Begitu pula sebaliknya, kepuasan pernikahan
yang tidak tercapai ditunjukkan dengan ketidakpuasan pasangan
dalam mengekspresikan rasa kasih sayang dan sikap positif terhadap
hubungan seksualnya.
h. Anak dan Pengasuhan
Aspek ini mengukur sikap dan perasaan mengenai memiliki
anak, membuat kesepakatan dalam mengasuh anak serta
mengendalikan atau mengatur jumlah anak. Adapun fokus aspek ini
adalah seberapa penting pengaruh anak dalam hubungan rumah
tangga serta kepuasan terhadap peran dan tanggung jawab orang tua
dalam mendidik, mengarahkan, maupun membesarkannya.
Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila pasangan suami-
istri memiliki kesepakatan dalam mengatur jumlah anak, saling
memiliki persepsi pentingnya anak dalam hubungan rumah tangga,
serta memiliki kepuasan terhadap peran dan tanggung jawab sebagai
orang tua dalam mengasuh anak,sedangkan kepuasan pernikahan
yang tidak tercapai apabila pasangan suami istri tidak memiliki
kesepakatan dalam mengatur jumlah anak, adanya persepsi yang
kurang maupun berlebihan terhadap pentingnya anak dalam
19
hubungan mereka, serta adanya perasaan kecewa atau tidak nyaman
dengan peran dan tanggung jawabnya sebagai orang tua dalam
mengasuh anak.
i. Keluarga dan teman
Aspek ini mengukur sikap dan perhatian pasangan terhadap
keluarga, keluarga pasangan dan teman. Aspek ini juga
merefleksikan perasaan senang ketika dapat berkumpul serta
berinteraksi dengan keluarga besar dan teman-teman.
Kepuasan pernikahan akan tercapai apabila pasangan
memiliki rasa nyaman ketika bersama keluarga besar dan teman-
temannya. Kepuasan pernikahan yang kurang tercapai dapat
tercerminkan dengan adanya rasa tidak nyaman pasangan apabila
bersama keluarga besar dan teman-temannya.
j. Orientasi keagamaan.
Aspek ini menilai kepuasan pasangan yang ditinjau dari
bagaimana kepercayaan mereka mempengaruhi kehidupan rumah
tangganya dan bagaimana mereka mengimplementasikan
kepercayaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pada umumnya
pasangan yang telah menikah dan telah dikaruniai anak akan lebih
menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anaknya, tidak hanya
menanamkan nilai-nilai tersebut mereka juga akan memberikan suri
tauladan yang baik kepada anak-anak mereka.
20
Kepuasan pernikahan yang tinggi apabila pasangan memiliki
persepsi akan pentingnya agama (kepercayaan) dalam hubungan
rumah tangga. Kepuasan pernikahan yang rendah dapat ditunjukkan
dengan kurangnya persepsi pasangan terhadap pentinganya agama
dalam kehidupan rumah tangga.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan
Menurut Nawaz dkk, (2014) beberapa faktor seperti status
ekonomi, biaya, agama, keyakinan lain, dan dukungan sosial dari berbagai
pihak dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan yang dimiliki oleh
pasangan. Adapun Hendrick & Hendrick (1992) mengatakan bahwa
terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan.
Kedua faktor tersebut yakni premarital factors & postmarital factors.
Berikut ini adalah penjelasan kedua faktor tersebut :
a. Premarital Factor
Premarital factors merupakan faktor yang mempengaruhi
kepuasan pernikahan pasangan sebelum atau pada awal
memasuki sebuah pernikahan. Premarital factors ini, meliputi:
1) Latar belakang sosial ekonomi
Latar belakang sosial ekonomi yang tidak sesuai dengan
harapan pasangan akan menjadikan kondisi hubungan
dalam pernikahan menjadi terganggu.
21
2) Pendidikan
Tingkat pendidikan pasangan akan berpengaruh pada cara
pandang, cara bersikap maupun cara memecahkan
masalah yang ada dalam keluarga sehingga apabila
pasangan memiliki tingkat pendidikan yang rendah hal
tersebut akan berdampak pada munculnya kepuasan yang
rendah karena mereka cenderung menghadapi berbagai
stressor salah satunya seperti tingkat penghasilan yang
rendah.
3) Pengaruh orang tua
Peran orang tua sebagai suri tauladan yang baik dalam
hubungan pernikahan akan berpengaruh pada anak.
Pengaruh ini dapat berupa sikap anak terhadap
romantisme, pernikahan dan perceraian.
b. Postmarital Factor
Posmarital factors merupakan faktor yang mempengaruhi
kepuasan pernikahan pasangan ketika telah memasuki
huubungan dalam sebuah pernikahan. Posmarital factors ini,
meliputi:
1) Anak
Sebagian pasangan berpendapat bahwa kehadiran anak
adalah hal yang paling dinanti dan diharapkan dari
sebuah pernikahan, akan tetapi sebagian lain
22
berpendapat bahwa kehadiran anak akan menambah
beban dalam rumah tangga mereka. Oleh sebab itu,
faktor kehadiran anak akan tergantung dari kesiapan
masing masing pasangan dalam hal keuangan maupun
psikis mereka.
2) Lama pernikahan
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kepuasan
pernikahan akan menurun secara linier mulai dari awal
pernikahan hingga 30 tahun pernikahan dan puncak
dari kepuasan pernikahan adalah pada tahun kelima
dari pernikahan.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan diantaranya
meliputi status ekonomi, pendidikan, biaya, agama, keyakinan lain,
dukungan sosial, anak dan lama pernikahan.
B. Etnis Jawa
Masyarakat etnis Jawa merupakan etnis pribumi terbesar di pulau
jawa. Etnis ini juga merupakan salah satu etnis yang memegang budaya
patriarkis di Indonesia. Budaya masyarakat etnis jawa memiliki batasan
tertentu dalam peran maupun relasi gender. Hal ini terlihat dari perbedaan
peran antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki pada etnis jawa memiliki
23
kedudukan yang lebih tinggi dari pada perempuan sehingga perempuan
harus patuh terhadap segala keputusan laki-laki. Seperti bunyi salah satu
pepatah jawa “swarga nunut, neraka katut (ke surga ikut, ke neraka pun
terbawa)”. Adapun dalam hal peran seorang perempuan dalam kehidupan
rumah tangga meliputi tiga hal, yakni macak (berhias), masak, dan manak
(melahirkan), dimana hal tersebut memiliki arti bahwa seorang perempuan
harus dapat berhias diri untuk dapat menyenangkan suami, harus dapat
memasak untuk suami dan anak-anaknya, serta harus dapat melahirkan
keturunan-keturunan sebagai generasi penerusnya. Menurut Supatra
(Tuapattinaya, 2014) dalam pandangan hidup etnis jawa, etnis ini dikenal
memiliki tiga jenis kesetiaan yang harus dimiliki oleh seorang perempuan,
yakni ketika kecil harus ‘patuh’ kepada orangtua, ketika dewasa harus
‘patuh’ kepada suami, dan ketika tua harus ‘patuh’ kepada anak-anaknya.
C. Etnis Arab
Masyarakat etnis arab atau warga keturunan dari Negara Arab
dahulunya adalah bangsa pendatang yang berdagang di Indonesia sejak
masa kerajaan Sriwijaya (abad ke 7 M). Etnis ini memiliki hubungan yang
baik dengan etnis pribumi karena adanya kesamaan dalam hal agama,
dimana mayoritas masyarakat indonesia adalah beragama islam. Sebagian
besar masyarakat etnis arab di indonesia masih berpegang teguh terhadap
budaya dan tradisi nenek moyangnya dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satu budaya tersebut ada dalam pernikahan. Terdapat suatu anggapan bahwa
24
pernikahan wanita arab dengan bangsa lain sebagai pernikahan dengan
orang yang derajatnya lebih rendah. Hal tersebut menjadikan masyarakat
etnis arab memegang teguh pernikahan dengan sesama etnisnya agar dapat
menjaga garis keturunan mereka. Seperti halnya budaya lain, dalam
pernikahan masayarakat etnis arab terdapat perbedaan peran antara laki-laki
dan perempuan. Kedudukan perempuan dalam masyarakat etnis Arab juga
lebih terbatas jika dibandingkan dengan kedudukan laki-laki. Seorang
perempuan arab tidak bisa secara bebas bergaul dengan laki-laki. Tidak
hanya dalam hal bergaul dengan laki-laki, perempuan arab juga tidak
diperbolehkan pergi keluar rumah sendirian untuk bermain atau berjalan-
jalan tanpa adanya mahram.Seorang perempuan dalam keluarga Arab juga
dididik menjadi seorang istri yang taat kepada pasangannya, pandai
memasak dan patuh terhadap perintah orang tua khususnya dalam masalah
perjodohan.
Adapun tradisi-tradisi yang menunjukkan kekhasan dari etnis arab
dalam prosesi pernikahan, diantaranya yakni malam pacar, marawis, zaffin
dan lain-lain. Malam pacar adalah malam sebelum dilangsungkannya akad
nikah, dimana keluarga dekat calon pengantin perempuan memakaikan
pacar pada kuku calon pengantin perempuan secara bergantian sambil
memberikan doa. Tari syamar yang dilakukan oleh laki-laki Arab saat
resepsi pernikahan. Tarian zaffin sambil memutar mengikuti irama gendang
(Indahyati, 2014).
25
D. Etnis Tionghoa
Etnis Tionghoa adalah individu yang memandang dirinya sebagai
“tionghoa” atau dianggap demikian oleh lingkungannya (Sinaga, 2013).
Berdasarkan jenisnya, etnis tionghoa di Indonesia terbagi menjadi dua,
yakni etnis Tionghoa Peranakan dan etnis Tionghoa Totok.Tionghoa
Peranakan merupakan keturunan nenek moyang Tionghoa yang telah lama
tinggal di Indonesia sejak jaman kolonial belanda, kebanyakan dari mereka
sudah tidak bisa berbahasa Tionghoa dan beberapa dari mereka menikah
dengan etnis pribumi, sedangkan Totok didefinisikan sebagai orang
Tionghoa asli (lahir di Tiongkok) yang memiliki hubungan dengan sejarah
kelahiran mereka di negara asal dan tingkat orientasi budaya serta politiknya
terhadap negara leluhur mereka. Totok merupakan pendatang baru yang
sampai dua generasi dalam kehidupan sehari-harinya masih menggunakan
bahasa Tionghoa (Ulfa, 2015).
Etnis Tionghoa termasuk etnik yang mampu mempertahankan
tradisi dan kepercayaan yang sudah ada, walaupun telah lama tinggal dan
berbaur dengan orang pribumi, tradisi yang diwariskan dari nenek moyang
mereka tidak mudah luntur. Hal tersebut menimbulkan adanya stereotip
bahwa etnis tionghoa suka menyendiri, kurang dapat berbaur dengan etnis
pribumi dan lebih suka untuk berkumpul dengan sesamanya.
Etnis Tionghoa menganut paham patrilineal, dimana seorang pria
(Ayah) memiliki peran utama sebagai pemimpin dalam mengatur dan
menentukan jalannya rumah tangga. Selain sebagai pemimpin keluarga, ia
26
juga menjadi pemimpin dalam upacara pemujaan pada leluhurnya. Seluruh
anggota keluarga memiliki kewajiban untuk menghormatinya. Apabila
salah satu dari anggota keluarga tersebut tidak menghormatinya, maka ayah
berhak merendahkan bahkan mengusir atau mengucilkan anggota keluarga
tersebut. Anak-anak Tionghoa ini juga dengan cepat tidak menjadi tanggung
jawab orang tua lagi dan ajaran konfusius yang dianut mengajarkan anak-
anak mereka harus berbakti dan hormat kepada orangtua. Hal tersebut
ditunjukkan melalui kerjanya yang baik, apabila orang tua masih hidup
harus dapat merawat dan menyenangkan orangtua dan apabila telah tiada
harus melakukan pemujaan sebagai tanda bakti.
E. Perbedaan Kepuasan Pernikahan pada Pasangan Etnis Jawa, Arab
dan Tionghoa.
Menurut Nawaz (2014), kepuasan pernikahan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti status ekonomi, biaya, agama, keyakinan lain,
dan dukungan sosial. Salah satu faktor yang menjadi pembahasan peneliti
adalah keyakinan lain, dimana keyakinan tersebut dapat berbentuk
keyakinan terhadap nilai-nilai leluhur yang dimiliki oleh individu. Nilai-
nilai leluhur ini akan berbeda pada masing-masing etnis atau suku bangsa.
Oleh sebab itu, perbedaan nilai-nilai ini terkadang memunculkan konflik
pada pernikahan beda etnis. Konflik yang terjadi ini juga dapat diartikan
sebagai simbol adanya ketidakpuasan dalam sebuah pernikahan.
27
Susanti dan Zulkaida (2013) menyebutkan adanya tiga faktor
kepuasan perkawinan yang dominan pada istri, meliputi hubungan
interpersonal dengan pasangan, partisipasi keagamaan dan kehidupan
seksual. Sedangkan Rini dan Retnaningsih (2008) dalam penelitiannya
terhadap kepuasan pernikahan pria dewasa awal menyatakan bahwa self-
disclosure memiliki kontribusi terhadap kepuasan perkawinan pria dewasa
awal, diikuti dengan faktor-faktor lain seperti equalitarian, seks, kehidupan
sosial, tempat tinggal dan penghasilan.
Secara umum, nilai-nilai leluhur akan mengatur individu dalam
segala aktivitas sehari-harinya, seperti kehidupan sosial, agama maupun
rumah tangga (Ardhani, 2015). Hal tersebut menjadikan adanya perbedaan
dalam kehidupan rumah tangga pada masing-masing etnis atau suku bangsa.
Dengan adanya perbedaan tersebut, maka kepuasan pernikahan yang
dimiliki akan berbeda sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dalam
kehidupan rumah tangganya. Seperti yang telah dinyatakan oleh Nawaz
(2014) bahwa kepuasan pernikahan memiliki perbedaan dalam konteks
budaya. Pernikahan di konteks yang berbeda menunjukkan tingkat kepuasan
yang rendah. Maka, penting untuk mengetahui kepuasan pernikahan pada
masing-masing budaya agar diperoleh gambaran mengenai kepuasan
pernikahan yang beragam.
28
F. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pemikiran
Kepuasan pernikahan relatif berbeda pada masing-masing pasangan
maupun antar etnis, sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai
hal tersebut karena masih banyaknya etnis di Indonesia yang belum
dijadikan sebagai penelitian terkait dengan kepuasan pernikahan. Hal
tersebut juga menjadi pertimbangan peneliti untuk menjadikan pasangan
etnis Jawa, Arab dan Tionghoa sebagai sampel penelitian untuk
memperkaya informasi mengenai kepuasan pernikahan pada masing-
masing etnis maupun antar pasangan.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis Utama
Ha1 : Terdapat perbedaan kepuasan pernikahan yang signifikan pada etnis
Jawa, Arab, dan Tionghoa di Malang.
Ha2 : Terdapat perbedaan kepuasan pernikahan berdasarkan peran dalam
rumah tangga (suami/istri)
Etnis Jawa, Arab
dan Tionghoa
Kepuasan Pernikahan
Peran dalam Rumah
Tangga (suami/istri)
29
Ha3 : Terdapat efek interaksi antara jenis etnis dengan peran dalam rumah
tangga (suami/istri) terhadap kepuasan pernikahan.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan
komparasi. Arikunto (2010) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif
dengan pendekatan komparasi bertujuan untuk membandingan kondisi yang
ada di dua tempat, apakah kedua kondisi tersebut sama, atau terdapat
perbedaan, dan apabila terdapat perbedaan, kondisi di tempat mana yang
lebih baik.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (X)
Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah
suami atau istri yang menikah dengan sesama etnis. Adapun suami
atau istri ini bukan pasangan. Etnis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Jawa, Arab dan Tinghoa di Malang
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah
Kepuasan Pernikahan
31
C. Definisi Operasional
Kepuasan Pernikahan adalah persepsi individu tentang bagaimana
perasaan seseorang terhadap pasangan maupun kehidupan pernikahannya
ditinjau dari besarkecilnya kesenangan yang dirasakan dalam jangka waktu
tertentu, khusunya yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pasangan
dan rumah tangga, dalam hal ini meliputi isu-isu kepribadian, komunikasi,
pemecahan masalah, pengelolaan uang, aktivitas diwaktu luang, hubungan
seksual, anak dan pengasuhan, keluarga dan teman, kesetaraan peran, dan
orientasi keagamaan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan skala
adaptasi kepuasan pernikahan milik Saputri (2016) yang mengacu pada 10
aspek kepuasan pernikahan ENRICH: Marital Satisfaction Scale Fowers &
Olson (1989).
D. Populasi, sampel, dan teknik sampling
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami atau istri yang
menikah dengan sesama etnis (bukan termasuk pasangan) dan memiliki
kriteria sebagai berikut:
a. Suami / Istri yang menikah dengan sesama etnis (Jawa/ Arab/
Tionghoa) dan bukan merupakan pasangan.
b. Tinggal bersama pasangan
c. Tinggal menetap di Malang
d. Sudah memiliki anak
32
2. Sampel
Penentuan ukuran sampel dapat dilakukan dengan tiga (3) cara,
yakni dengan formulasi tabel, formulasi pakar, dan formulasi statistik
(Indrawan dan Yaniawati, 2014). Salah satu pakar yang berkontribusi
dalam penentuan ukuran sampel adalah Roscoe (1975). Menurutnya,
ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian. Adapun apabila sampel terbagi kedalam sub
sampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), maka ukuran sampel
minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat. Berdasarkan pernyataan
tersebut peneliti menetapkan ukuran sampel minimum sebanyak 30
orang. Pada penelitian ini peneliti membatasi jumlah subjek penelitian
sebanyak 300 orang yang terdiri dari 50 orang suami etnis Jawa, 50 orang
istri etnis Jawa, 50 orang suami etnis Arab, 50 orang istri etnis Arab, 50
orang suami etnis Tionghoa dan 50 orang istri etnis Tionghoa.
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara
snowball sampling. Indrawan dan Yaniawati (2014) menjelaskan bahwa
dalam teknik snowball sampling peneliti menentukan informan yang
akan digunakan sebagai penghubung antara peneliti dengan orang /
kelompok lainnya yang memiliki karakteristik sama dan pada gilirannya
kelompok lain tersebut menjadi sumber informasi berikutnya.
33
E. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat tiga tahapan pelaksanaan penelitian,
yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap analisis data.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
menggunakan skala. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat mengambil data
secara langsung pada sumber informasi atau subjek penelitian (data primer).
• Peneliti melakukan studi kepustakaan sesuai dengan topik penelitian
• Menentukan desain penelitian
• Melakukan uji coba alat ukur penelitian kepada suami / istri yang menikah dengan sesama etnis (Jawa, Arab, dan Tionghoa) di luar wilayah Malang
• Melakukan perbaikan alat ukur setelah melalui proses pengujian validitas dan reliabilitas terhadap alat ukur
Persiapan
• Peneliti menyebarkan skala kepada subjek penelitian
• Skala yang telah terkumpul kemudian diseleksi kembali sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
Pelaksanaan
• Peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan perhitungan statistik melalui program IBM SPSS Version 21.
• Peneliti melakukan pembahasan dengan cara menginterpretasikan hasil analisis statistik berdasarkan teori dan kerangka pemikiran
• Penarikan kesimpulan
Analisis Data
Tabel 3.1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
34
Adapun skala yang digunakan oleh peneliti adalah skala kepuasan
pernikahan yang mengacu pada 10 aspek kepuasan pernikahan ENRICH
Marital Satisfaction Scale yang dikemukakan oleh Fowers dan Olson
(1989).
G. Instrumen Penelitian
Skala yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Skala
adaptasi Kepuasan Pernikahan milik Julia Saputri (2016) yang mengacu
pada 10 aspek kepuasan pernikahan ENRICH Marital Satisfaction Scale
yang dikemukakan oleh Fowers dan Olson (1989). Skala kepuasan
pernikahan ini terdiri dari 46 item Favorable. Pada penelitian sebelumnya,
skala Kepuasan Pernikahan ini digunakan kepada kelompok istri di Suku
Sasak yang melakukan pernikahan merariq dan belakoq. Adapun hasil
validitas tampang berdasarkan pendapat subjek tercatat bahwa terdapat 99%
subjek yang menyatakan bahwa tampilan sampul dan susunan skala serta
kalimat-kalimat yang disampaikan dalam skala ini termasuk jelas. Selain
itu, terdapat 100% subjek yang menyatakan bahwa ukuran huruf dalam
skala ini juga jelas. Sedangkan untuk hasil uji reliabilitas alat ukur kepuasan
pernikahan menunjukkan nilai alpha sebesar 0.94 yang berarti bahwa alat
ukur memiliki reliabilitas sangat tinggi.
Bentuk Skala Kepuasan Pernikahan ini menggunakan model likert
dengan 5 pilihan jawaban alternatif yakni SS (Sangat Sesuai) dengan skor
5, S (Sesuai) dengan skor 4 , N (Netral atau antara sesuai dan tidak sesuai)
35
dengan skor 3, TS (Tidak Sesuai) dengan skor 2, dan STS (Sangat Tidak
Sesuai) dengan skor 1. Semakin tinggi perolehan skor pada skala ini
mengindikasikan semakin tinggi pula tingkat kepuasan pernikahan yang
dimiliki. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah perolehan skor pada skala
ini, mengindikasikan semakin rendah pula tingkat kepuasan pernikahan
yang dimiliki.
Berbeda dengan penelitian Julia Saputri (2016), skala kepuasan
pernikahan ini diberikan kepada pria dan wanita yang menikah sesama etnis
dengan tujuan untuk mengukur tingkat kepuasan pernikahan dari masing-
masing etnis. Adanya perbedaan karakteristik sampel yang digunakan pada
penelitian sebelumnya mengakibatkan peneliti melakukan uji coba alat ukur
kembali, sehingga peneliti dapat memperoleh validitas dan reliabilitas alat
ukur yang sesuai dengan penelitiannya. Berikut ini adalah blue print dari
skala Kepuasan Pernikahan sebelum dilakukan uji coba:
Tabel 3.2. Blue print skala Kepuasan Pernikahan sebelum uji coba
NO Dimensi Deskripsi Item
Jumlah Favorable
1 Isu-isu
kepribadian
Persepsi individu terhadap
pasangannya yang berkaitan dengan
masalah perilaku dan tingkat kepuasan
yang dirasakan terhadap kebiasaan
pasangannya
1, 3, 4, 9,
29, 32
6
2 Komunikasi Perasaan individu dan sikapnya
terhadap komunikasi dalam hubungan
pernikahannya
2, 6, 8, 10,
11
5
3 Pemecahan
masalah
Persepsi pasangan terhadap keberadaan
dan pemecahan masalah dalam
hubungan pernikahan mereka
12, 17, 46 3
36
4 Pengelolaan
keuangan
Bagaimana pasangan dalam mengelola
keuangan mereka dalam hubungan
pernikahan
14, 18, 24,
40
4
5 Aktivitas
yang
dilakukan
bersama
Bagaimana pasangan menghabiskan
waktu luang mereka
13, 33, 41 3
6 Hubungan
seksual
Perasaan pasangan terhadap kasih
sayang dan hubungan seksual
mencakup persoalan-persoalan
seksual, perilaku seksual, kontrol
kelahiran dan kesetiaan seksual.
7, 16, 25,
27, 32
5
7 Anak dan
orang tua
Sikap dan perasaan terhadap tugas
mengasuh dan membesarkan anak,
mencakup keputusan mengenai
disiplin, masa depan anak-anak dan
pengaruh anak terhadap hubungan
pernikahan
15, 21, 23,
26
4
8 Keluarga
dan teman-
teman
Perasaan individu dan perhatiannya
terhadap hubungan dengan keluarga,
keluarga dari pasangan dan teman-
teman
22, 30, 31,
34, 38, 39
6
9 Kesamaan
peran
Aspek ini mengukur perasaan individu
dan sikapnya terhadap pernikahan dan
peran keluarga yang mencakup tentang
pekerjaan, pekerjaan rumah tangga,
seks dan peran sebagai orang tua.
Semakin tinggi nilai dalam hal ini
menunjukkan bahwa pasangan
memilih peran-peran egalitarian
20, 36, 37,
43, 45
5
10 Orientasi
agama
Arti dari kepercayaan dan praktik-
praktik keagamaan dalam pernikahan
5, 19, 28,
42, 44
5
Jumlah 46
H. Pengujian Alat Ukur
1. Analisis Item
Uji coba skala kepuasan pernikahan dalam penelitian ini melibatkan
62 orang suami atau istri yang tersebar diberbagai daerah seperti: Jakarta,
Yogyakarta, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, dan Pandaan. Analisis kualitas
37
item dilakukan dengan melihat nilai Corrected Item-Total Corrrelation
pada output SPSS.
Berdasarkan hasil analisis item skala kepuasan pernikahan,seluruh
item pada skala ini memiliki nilai koefisien ≥ 0.3 atau dengan kata lain
seluruh item (46 item) dari skala kepuasan pernikahan memiliki daya
beda yang memuaskan. Pada penelitian ini, perhitungan tersebut
dilakukan dengan bantuan program IBM SPSS Versioin 21. Berikut
adalah blue print skala kepuasan pernikahan setelah dilakukan uji coba
diantaranya sebagai berikut:
Tabel 3.3. Blue print skala Kepuasan Pernikahan setelah uji coba
NO Dimensi Deskripsi Item
Jumlah Favorable
1 Isu-isu
kepribadian
Persepsi individu terhadap
pasangannya yang berkaitan dengan
masalah perilaku dan tingkat kepuasan
yang dirasakan terhadap kebiasaan
pasangannya
1, 3, 4, 9,
29, 32
6
2 Komunikasi Perasaan individu dan sikapnya
terhadap komunikasi dalam hubungan
pernikahannya
2, 6, 8, 10,
11
5
3 Pemecahan
masalah
Persepsi pasangan terhadap keberadaan
dan pemecahan masalah dalam
hubungan pernikahan mereka
12, 17, 46 3
4 Pengelolaan
keuangan
Bagaimana pasangan dalam mengelola
keuangan mereka dalam hubungan
pernikahan
14, 18, 24,
40
4
5 Aktivitas
yang
dilakukan
bersama
Bagaimana pasangan menghabiskan
waktu luang mereka
13, 33, 41 3
6 Hubungan
seksual
Perasaan pasangan terhadap kasih
sayang dan hubungan seksual
mencakup persoalan-persoalan
seksual, perilaku seksual, kontrol
kelahiran dan kesetiaan seksual.
7, 16, 25,
27, 32
5
38
7 Anak dan
orang tua
Sikap dan perasaan terhadap tugas
mengasuh dan membesarkan anak,
mencakup keputusan mengenai
disiplin, masa depan anak-anak dan
pengaruh anak terhadap hubungan
pernikahan
15, 21, 23,
26
4
8 Keluarga
dan teman-
teman
Perasaan individu dan perhatiannya
terhadap hubungan dengan keluarga,
keluarga dari pasangan dan teman-
teman
22, 30, 31,
34, 38, 39
6
9 Kesamaan
peran
Aspek ini mengukur perasaan individu
dan sikapnya terhadap pernikahan dan
peran keluarga yang mencakup tentang
pekerjaan, pekerjaan rumah tangga,
seks dan peran sebagai orang tua.
Semakin tinggi nilai dalam hal ini
menunjukkan bahwa pasangan
memilih peran-peran egalitarian
20, 36, 37,
43, 45
5
10 Orientasi
agama
Arti dari kepercayaan dan praktik-
praktik keagamaan dalam pernikahan
5, 19, 28,
42, 44
5
Jumlah 46
2. Validitas
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji validitas berupa
validitas isi atau content validity yang berkaitan dengan kemampuan
suatu instrumen mengukur isi atau konsep yang harus diukur. Validitas
isi terbagi menjadi dua tipe, yaitu face validity dan logical validity. Face
validity adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena
hanya didasarkan pada penilaian format penampilan tes. Apabila
penampilan tes telah meyakinkan dan memberi kesan mampu
mengungkapkan atribut yang hendak diukur, maka dapat dikatakan
bahwa face validity telah terpenuhi.Validitas tampang dalam penelitian
39
ini dilakukan dengan cara meminta pendapat subjek dengan
mencantumkan tiga pernyataan pada bagian akhir skala mengenai
tampilan sampul dan susunan skala, ukuran huruf dan kalimat-kalimat
yang disampaikan. Adapun Logical validity bertujuan untuk menilai
apakah isi skala memang mendukung konstruk teori yang diukur.
Penilaian Logical validity ini dilakukan oleh expert judgment (penilaian
dari para ahli). Expert judgment dalampenelitian ini adalah dosen
pembimbing skripsi.
3. Reliabilitas
Pengukuran reliabilitas skala kepuasan pernikahan ini menggunakan
pendekatan konsistensi internal. Pendekatan konsistensi internal ini
bertujuan untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam
tes. Perhitungan yang digunakan untuk pendekatan konsistensi internal
adalah Cronbach’s alpha dengan kriteria pengujian koefisien α ≥ 0,8 atau
mampu menjelaskan varian skor murni minimal 80%. Menurut Azwar
(2015) untuk skala yang memiliki tingkat urgensi tidak terlalu tinggi,
dapat menggunakan α ≥ 0,80 untuk standar reliabilitasnya. Oleh karena
itu, pada analisis reliabilitas skala kepuasan pernikahan ini, peneliti
menggunakan koefisien α ≥ 0,80 dan dihitung menggunakan SPSS 21.
Berdasarkan hasil penghitungan Cronbach’s Alpha pada skala
kepuasan pernikahan menggunakan SPSS 21 didapatkan bahwa
koefisien reliabilitasnya adalah 0,958 (α ≥ 0,80).
40
I. Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang betujuan untuk menilai sebaran
data pada sebuah kelompok data atau variabel. Uji normalitas ini berguna
untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal
atau diambil dari populasi normal. Peneliti menggunakan uji normalitas
Kolmogorov Smirnov dengan bantuan program SPSS versi 21.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas merupakan pengujian mengenai sama tidaknya
varians-varians dua buah distribusi atau lebih. Uji Homogenitas ini juga
merupakan uji prasyarat sebelum dilakukannya analisis ANOVA.
Asumsi yang mendasar dalam Analysis of Varians (ANOVA) adalah
bahwa varian dari beberapa populasi adalah homogen atau sama,
sehingga apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0.05 maka
dikatakan varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah tidak
homogen, begitu pula sebaliknya apabila nilai signifikansi atau nilai
probabilitas > 0.05 maka dikatakan varian dari dua atau lebih kelompok
populasi data adalah homogen. Peneliti menggunakan program SPSS
versi 21 untuk melakukan uji homogentas dan melihat hasil uji pada
signifikansi Leven’s Statistic.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis bertujuan untuk menentukan apakah hipotesis
penelitian diterima atau di tolak, dalam penelitian ini peneliti ingin
41
menguji perbedaan sebuah variabel dependen atas dasar dua atau lebih
variabel independen, sehingga peneliti menggunakan Analysis Factorial
Anova untuk menguji hipotesis tersebut. Jenis Analysis Factorial Anova
yang digunakan oleh penulis adalah Two Way Anova (2x2 Beetwen
Subject). Two Way Anova (2x2 Beetwen Subject) digunakan untuk
menguji perbedaan sebuah variabel dependen atas dasar dua variabel
Independen (two way) dan bersifat “antar-kelompok” (beetwen-subject)
dalam artian bahwa variasi variabel independen (jumlah kelompok/
kategori/ perlakuan) diberikan kepada kelompok subjek yang berbeda.
Sampel kelompok dalam penelitian ini adalah pasangan etnis Jawa, Arab
dan Tionghoa.
Adapun kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan
diterima atau tidaknya H0 yakni dengan cara membandingkan F-hitung
dengan F-tabel. Apabila F-hitung > F-tabel atau nilai signifikasi yang
dihasilkan kurang dari 0.05 maka H0 ditolak. Begitupula sebaliknya
apabila F-hitung < F-tabel atau nilai signifikan F yang dihasilkan lebih
dari 0.05 maka H0 diterima.
Tabel 3.4. Gambaran variabel dalam Two Way ANOVA Beetwen
Subject.
Faktor Etnis
Jawa Arab Tionghoa
Peran dalam
Rumah Tangga
Suami
Istri
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Pengambilan data dilakukan selama 6 minggu dimulai dari tanggal
13 Februari 2017 sampai dengan tanggal 26 Maret 2017. Subjek dalam
penelitian ini adalah suami atau istri yang menikah dengan sesama etnis,
adapun etnis yang dimaksud adalah etnis Jawa, Arab dan Tionghoa yang
berdomisili di wilayah Malang Raya, tinggal bersama pasangan, dan sudah
memiliki anak. Peneliti mendapatkan bantuan dari beberapa teman
maupun kerabat dalam proses pengambilan data, hal tersebut dikarenakan
sulitnya untuk mengatur waktu bertemu secara langsung dan mengingat
tema yang diangkat dalam penelitian ini tergolong sangat sensitif.
Peneliti menyebar 100 skala kepada suami atau istri dari etnis
Jawa, 100 skala kepada suami atau istri dari etnis Arab dan 100 skala
kepada suami atau istri dari etnis Tionghoa.
2. Data Demografi Subjek Penelitian
Pada awal penelitian, peneliti menyebarkan 350 buah skala, namun
setelah melalui proses seleksi ulang peneliti menemukan 50 skala yang
tidak memenuhi kriteria sehingga hanya terdapat 300 skala yang dapat
digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah penjelasan mengenai data
demografi subjek penelitian diantaranya sebagai berikut:
43
a. Usia Subjek
1. Usia subjek Berdasarkan Etnis (kelompok suami)
Gambar 4.1. Grafik Usia Subjek Berdasarkan Etnis (kelompok
suami).
Berdasarkan gambar 4.1, dapat diketahui bahwa
jumlah usia subjek penelitian terbanyak berada pada rentang
usia 30-39 tahun yang dimiliki oleh kelompok suami dari
etnis Arab, diikuti oleh kelompok suami dari etnis Tionghoa
dengan usia paling banyak yakni antara 50-59 tahun dan
kelompok suami dari etnis jawa dengan usia paling banyak
antara 50-59 tahun. Adapun usia yang paling sedikit
diperoleh kelompok suami etnis arab dengan usia 20-29
tahun dan 60-69 tahun, kemudian etnis Tionghoa dengan
usia paling sedikit antara 60-69 tahun.
12
2
6
12
22
16
1012
8
16
12
18
02 2
0
5
10
15
20
25
Jawa Arab Tionghoa
20-29 Tahun
30-39 Tahun
40-49 Tahun
50-59 Tahun
60-69 Tahun
44
2. Usia subjek Berdasarkan Etnis (kelompok istri)
Gambar 4.2. Grafik Usia Subjek Berdasarkan Etnis (kelompok
istri).
Berdasarkan gambar 4.2, dapat diketahui bahwa
jumlah usia subjek penelitian terbanyak berada pada rentang
usia 20-29 tahun yang dimiliki oleh kelompok istri dari etnis
Arab, diikuti oleh kelompok istri dari etnis Jawa dengan usia
paling banyak antara 20-29 tahun, dan kelompok istri dari
etnis tionghoa dengan usia paling banyak yakni 30-39 tahun.
Adapun usia yang paling sedikit diperoleh kelompok istri dari
etnis Tinghoa dengan usia yakni antara 20-29 tahun dan 60-69
tahun.
b. Jenis Kelamin
Tabel 4.3. Persentase Jenis Kelamin Berdasarkan Etnis
Etnis JenisKelamin Jumlah Persentase
Jawa Laki-laki
Perempuan
50
50
16.67 %
16.67 %
2628
2
8
12
22
12
6
14
4 4
10
0 02
0
5
10
15
20
25
30
Jawa Arab Tionghoa
20-29 Tahun
30-39 Tahun
40-49 Tahun
50-59 Tahun
60-69 Tahun
45
Arab Laki-laki
Perempuan
50
50
16.67 %
16.67 %
Tionghoa Laki-laki
Perempuan
50
50
16.67 %
16.67 %
Total 300 100 %
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui komposisi subjek dari
masing-masing etnis berdasakan jenis kelamin memiliki jumlah
persentase yang sama. Pada kelompok etnis Jawa, 16.67 % atau 50
orang berjenis kelamin laki-laki, 16.67 % atau 50 orang berjenis
kelamin perempuan. Pada kelompok etnis Arab, 16.67 % atau 50
orang berjenis kelamin laki-laki, 16.67 % atau 50 orang berjenis
kelamin perempuan. Pada kelompok etnis Tionghoa, 16.67 % atau 50
orang berjenis kelamin laki-laki, 16.67 % atau 50 orang berjenis
kelamin perempuan.
c. Usia Pernikahan
1. Usia Pernikahan (kelompok suami)
22 2220
1210
18
14 14
8
24
20 0
2
0
5
10
15
20
25
Jawa Arab Tionghoa
1-10 Tahun
11-20 Tahun
21-30 Tahun
31-40 Tahun
41-50 Tahun
46
Gambar 4.4. Grafik Usia Pernikahan kelompok suami
berdasarkan etnis (kelompok suami).
Berdasarkan gambar 4.4, dapat diketahui bahwa
jumlah usia pernikahan subjek terbanyak berada pada
rentang usia pernikahan 1-10 tahun yang dimiliki oleh ketiga
kelompok, baik dari kelompok suami etnis Jawa, Arab dan
Tionghoa. Adapun usia pernikahan terendah diperoleh
kelompok suami dari etnis Tionghoa dengan lama
pernikahan terendah yakni 31-40 tahun dan 41-50 tahun.
2. Usia Pernikahan (kelompok istri)
Gambar 4.5. Grafik Usia Pernikahan kelompok istri
berdasarkan etnis (kelompok istri).
Berdasarkan gambar 4.5, dapat diketahui bahwa
jumlah usia pernikahan subjek terbanyak berada pada rentang
usia pernikahan 1-10 tahun yang dimiliki oleh ketiga
kelompok, baik dari kelompok istri etnis Jawa, Arab dan
Tionghoa. Namun, terdapat perbedaaan perolehan jumlah
2830
18
812 12
14
8
14
0 02
0 04
0
5
10
15
20
25
30
35
Jawa Arab Tionghoa
1-10 Tahun
11-20 Tahun
21-30 Tahun
31-40 Tahun
41-50 Tahun
47
subjek pada masing-masing etnis. Kelompok istri etnis Arab
lebih tinggi dari pada etnis Jawa dan etnis Tionghoa, diikuti
oleh kelompok istri dari etnis Jawa, kemudian yang terakhir
adalah kelompok istri dari etnis Tionghoa. Adapun jumlah usia
pernikahan yang paling sedikit diperoleh kelompok istri dari
etnis Tionghoa dengan usia pernikahan antara 31-40 tahun.
d. Tingkat Pendidikan
1. Tingkat Pendidikan (kelompok suami)
Gambar 4.7. Tingkat Pendidikan Berdasarkan Etnis
(kelompok suami).
Berdasarkan gambar 4.7 diketahui bahwa tingkat
pendidikan yang paling banyak dimiliki oleh subjek penelitian
adalah S1. Adapun kelompok suami dari etnis Tinghoa
memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari pada kedua
etnis lainnya yakni pada jenjang S1, diikuti oleh kelompok
0 0
42
02
18
30
6
0 0 00 0 00 0 0
2220
38
8
0
8
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Jawa Arab Tionghoa
SD/MI
SMP/MTS
SMA/MA
D1
D2
D3
S1
S2
48
suami dari etnis arab dan etnis Jawa yakni SMA/MA.
Sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit diperoleh
kelompok suami dari etnis Jawa dan etnis Tionghoa yakni
pada jenjang SMP/MTS
2. Tingkat Pendidikan (kelompok istri)
Gambar 4.8. Tingkat Pendidikan Berdasarkan Etnis
(kelompok istri).
Berdasarkan gambar 4.7 diketahui bahwa tingkat
pendidikan yang paling banyak dimiliki oleh subjek penelitian
adalah SMA/MA. Adapun yang paling banyak mengenyam
pendidikan SMA/MA adalah kelompok istri dari etnis Arab
dan etnis Jawa, sedangkan yang paling banyak mengenyam
pendidikan S1 adalah kelompok istri etnis Tionghoa. Tingkat
pendidikan yang paling sedikit adalah SD/MI yang diperoleh
kelompok istri dari etnis Jawa.
24
00
64
26
34
14
0 0 00 0 00 0
6
14
6
26
20 0
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Jawa Arab Tionghoa
SD/MI
SMP/MTS
SMA/MA
D1
D2
D3
S1
S2
49
3. Deskripsi Data
Berdasarkan data penelitian yang telah diolah menggunakan
program SPSS 21 For Windows, diketahui skor empirik untuk
variabel kepuasan pernikahan pada kelompok suami etnis Jawa
memperoleh skor rata-rata sebesar 188.64 dengan skor minimum
108, skor maksimum 230 dan standar deviasi sebesar 29.150 ,
sedangkan kelompok istri etnis Jawa memperoleh skor rata-rata
sebesar 159.86 dengan skor minimum 109, skor maksimum 212 dan
standar deviasi sebesar 28.433.
Pada kelompok suami etnis Arab memperoleh skor rata-rata
sebesar 186.16 dengan skor minimum 126, skor maksimum 227 dan
standar deviasi sebesar 26.411 , sedangkan kelompok istri etnis Arab
memperoleh skor rata-rata sebesar 161.02 dengan skor minimum 87,
skor maksimum 222 dan standar deviasi sebesar 26.59.
Pada kelompok suami etnis Tionghoa memperoleh skor rata-
rata sebesar 186.56 dengan skor minimum 130, skor maksimum 230
dan standar deviasi sebesar 26.59, sedangkan kelompok istri etnis
Tionghoa memperoleh skor rata-rata sebesar 171.28 dengan skor
minimum 103, skor maksimum 228 dan standar deviasi sebesar
33.076.
Skor hipotetik diperoleh dengan cara perhitungan manual.
Variabel kepuasan pernikahan yang terdiri dari 46 item pertanyaan
dengan skor minimum pilihan jawaban adalah 1 dan skor maksimum
50
adalah 5. Maka dari hasil perhitungan secara manual diperoleh nilai
minimum 1 x 46 = 46 dan nilai maksimum 5 x 46 = 230. Rentang
jarak hipotetik atau luas jarak sebenarnya adalah 230 - 46 = 184.
Dengan demikian juga diperoleh standart deviasi sebesar SD = 184
/ 6 = 30.7 dan mean hipotetik sebesar ( 46+ 230) / 2 = 138.
Setelah diperolehnya skor empirik dan hipotetik, maka dapat
diperoleh juga gambaran terkait variabel yang diteliti. Sampel
penelitian akan digolongkan menjadi 3 kategori yakni rendah,
sedang dan tinggi. Adapun norma standart yang digunakan dalam
pembuatan kategorisasi mengacu pada norma menurut Azwar
(2014) seperti yang tertera pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.9. Kategori Daerah Keputusan
Kategori Daerah Keputusan
Rendah X < ( 𝜇 - 1,0𝜎 )
Sedang ( 𝜇 - 1,0𝜎 ≤ X < ( 𝜇 + 1,0𝜎 )
Tinggi ( 𝜇 + 1,0𝜎)≤ X
Berdasarkan rumus tersebut, maka hasil daerah keputusan
untuk skala kepuasan pernikahan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10. Norma Alat Ukur Kepuasan Pernikahan
Kategori Daerah Keputusan Jumlah Presentase
Rendah X<107.34 3 1 %
Sedang 107.34 ≤ X< 168.66 102 34%
Tinggi 168.66 ≤ X 195 65%
Total 300 100%
Berdasarkan kategorisasi norma alat ukur kepuasan
pernikahan, diketahui bahwa 20 % atau 10 orang dari kelompok
51
suami etnis Jawa memiliki kepuasan pernikahan yang sedang, dan
80 % atau 40 orang memiliki kepuasan pernikahan yang tinggi,
sedangkan dari kelompok wanita etnis Jawa 50% atau 25 orang
memiliki kepuasan pernikahan yang sedang, 50 % atau 25 orang
memiliki kepuasan pernikahan yang tinggi.
Pada kelompok suami etnis Arab terdapat 20 % atau 10
orang memiliki kepuasan pernikahan yang sedang, dan 80 % atau 40
orang memiliki kepuasan pernikahan yang tinggi, sedangkan dari
kelompok istri etnis Arab, 2 % atau 1 orang memiliki kepuasan
pernikahan yang rendah, 46 % atau 23 orang memiliki kepuasan
pernikahan yang sedang, 52 % atau 26 orang memiliki kepuasan
pernikahan yang tinggi.
Pada kelompok suami etnis Tionghoa terdapat 22 % atau 11
orang memiliki kepuasan pernikahan yang sedang, dan 78 % atau 39
orang memiliki kepuasan pernikahan yang tinggi, sedangkan dari
kelompok istri etnis Tionghoa terdapat 4 % atau 2 orang memiliki
kepuasan pernikahan yang rendah, 46 % atau 23 orang memiliki
kepuasan pernikahan yang sedang, dan 50 % atau 25 orang memiliki
kepuasan pernikahan yang tinggi (lihat lampiran hal. 75).
52
B. Hasil Analisis Data
1. Analisis Uji Asumsi Normalitas
Uji Asumsi Normalitas dalam penelitian ini menggunakan
Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program SPSS 21 for Windows.
Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas
Variabel Nilai
KSZ
Nilai Asym.
Signifikansi Keterangan
Kepuasan
Pernikahan
1.264 0.82 Distribusi data tidak
bertentangan dengan
distribusi normal
Berdasarkan tabel diatas, nilai KSZ menunjukkan angka sebesar
1.264 dengan Asym. Signifikansi (2-tailed) sebesar 0.083 (p> 0.05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi data tidak bertentangan
dengan distribusi normal dan dengan kata lain uji asumsi normalitas telah
terpenuhi.
2. Analisis Uji Asumsi Homogenitas
Uji Asumsi Homogenitas menggunakan Leven’s Statistic dengan
bantuan SPSS 21 For Windows.
Tabel 4.12. Hasil Uji Asumsi Homogenitas
Levene's
Test
Variabel Nilai
Signifikansi Keterangan
Kepuasan
Pernikahan
0.247 Data memiliki
varian yang sama
53
Hasil uji homogenitas menunjukkan signifikansi sebesar 0.247 (p>
0.05) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data memiliki varian yang
sama dengan kata lain asumsi homogenitas telah terpenuhi.
3. Analisis Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang dilakukan menggunakan Factorial Anova dangan
bentuk designs Two Way Independent Anova (2 x 2 Anova Betweeen
Subject).
Tabel 4.13. Hasil Uji Hipotesis
Variabel Nilai F Nilai
Signifikansi Keterangan
Etnis 1,008 0.366 p > 0.05
Peran dalam rumah
tangga (Suami /
Istri)
47,665 0.0001 p< 0.05
Etnis*Peran dalam
rumah tangga
1,457 0.235 p > 0.05
Hasil uji beda menggunakan teknik analisis Two Way Independent
Anova (2 x 2 Anova Betweeen Subject) terhadap factor jenis etnis
menghasilkan F sebesar 1.008 dengan p sebesar 0. 366 (p > 0.05) sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat bukti untuk menolak atau
melawan Ho1. Analisis terhadap faktor peran dalam rumah tangga
(suami/istri) menghasilkan F sebesar 47.665 dengan p sebesar 0.0001 (p<
0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat bukti untuk menolak
54
atau melawan Ho2. Selain itu, analisis terhadap efek interaksi faktor jenis
etnis dan faktor peran dalam rumah tangga (suami/istri) menghasilkan F
sebesar 1.457 dengan p sebesar 0.235 (p > 0.05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat bukti untuk menolak atau melawan Ho3.
Berdasarkan keterangan hasil analisis diatas, maka Uji Hipotesis
Anova lanjutan (Post Hoc) tidak dapat dilakukan karena tidak terdapat
bukti yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepuasan pernikahan
pada etnis Jawa, Arab dan Tionghoa. Adapun untuk perolehan nilai mean
dari variabel peran dalam rumah tangga (suami / istri) berdasarkan
descriptive statistic adalah sebagai berikut:
Tabel 4.14. Hasil Perbandingan Nilai Mean Suami/Istri
Peran dalam rumah
tangga Mean N
Suami 187,12 150
Istri 164,05 150
Total 175,59 300
Berdasarkan data descriptive statistic, kelompok suami memiliki nilai
mean yang lebih tinggi dari pada kelompok istri dengan angka perolehan sebesar
187,12 dan kelompok istri memiliki mean sebesar 164,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kelompok suami memiliki kepuasan pernikahan yang lebih
tinggi dari kelompok istri.
55
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa hal, diantaranya
yaitu untuk mengetahui perbedaan kepuasan pernikahan pada etnis Jawa,
Arab dan Tionghoa di Kota Malang, untuk mengetahui perbedaan kepuasan
pernikahan berdasarkan peran dalam rumah tangga (suami/istri) dan untuk
mengetahui efek interaksi antara jenis etnis dengan peran dalam rumah
tangga (suami/istri) terhadap kepuasan pernikahan.
Setelah peneliti melakukan serangkaian proses analisis data, maka
diperoleh hasil bahwa hipotesis alternatif pertama penelitian yang
menyatakan terdapat perbedaan kepuasan pernikahan yang signifikan pada
etnis Jawa, Arab dan Tionghoa tidak diterima. Adapun hipotesis kedua
penelitian yang menyatakan terdapat perbedaan kepuasan pernikahan
berdasarkan peran dalam rumah tangga (suami/istri) diterima. Sedangkan
hipotesis ketiga penelitian yang menyatakan terdapat efek interaksi yang
signifikan antara jenis etnis dan peran dalam rumah tangga (suami/istri)
terhadap kepuasan pernikahan tidak diterima.
Tidak adanya perbedaan kepuasan pernikahan pada etnis Jawa,
Arab, dan Tionghoa dalam penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh
adanya pergeseran nilai-nilai budaya yang disebabkan oleh globalisasi yang
memberi kemudahan dalam mengakses pengetahuan dan teknologi,
sehingga tidak menutup kemungkinan telah terjadi kesamaran dalam nilai-
nilai budaya (Ardhani, 2015). Banyaknya subjek dengan tingkat pendidikan
SMA dan Sarjana juga dapat menjadi faktor tidak adanya perbedaan pada
56
masing-masing etnis karena menurut Pujiastuti & Retnowati (2004) latar
belakang pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir serta memperluas
wawasan dan cara pandang subjek, baik dari sudut pandang pribadi maupun
sudut pandang yang lain secara positif, sehingga mereka mampu untuk
mengatasi dan mencari solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi.
Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya perbedaan kepuasan
pernikahan pada masing-masing etnis kemungkinan juga disebabkan oleh
adanya kesamaan nilai-nilai yang diterapkan dalam pernikahan pasangan.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ruth Gaunt
(2006) yang menyebutkan bahwa tingkat kesamaan yang lebih besar antara
pasangan suami istri, memiliki hubungan dengan tingginya tingkat
kepuasan pernikahan dan rendahnya efek negatif yang dapat
mempengaruhinya. Secara umum, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
pernikahan sesama etnis memiliki tingkat kepuasan yang tidak jauh berbeda
dengan pernikahan sesama etnis lainnya.
Pada penelitian ini, peneliti juga menemukan bahwa terdapat
perbedaan kepuasan pernikahan berdasarkan jenis kelamin. Perbedaan ini
terlihat pada perolehan nilai rata-rata kepuasan pernikahan kelompok pria
yang lebih tinggi dari pada kelompok wanita. Hasil dari penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Thao Shen (2002) yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan kepuasan pernikahan berdasarkan
jenis kelamin. Menurutnya, wanita lebih sering memiliki harapan
pernikahan yang lebih besar dan pria seringkali kurang introspeksi dan
57
menolak masalah. Pria dianggap sebagai penanggung jawab dan terlibat
dalam kegiatan fisik dan aktivitas seksual sebagai ungkapan cinta dan
perhatian kepada istri mereka, sedangkan istri menginginkan emosi
emosional dan ungkapan cinta dan perhatian verbal sebagai ungkapan
keintiman. Oleh karena itu, mereka menggunakan kriteria yang berbeda
untuk mengevaluasi interaksi pasangan (Tao Shen, 2002).
Berdasarkan data demografi sampel penelitian diperoleh bahwa
kelompok suami memiliki rata-rata usia, dan tingkat pendidikan yang lebih
tinggi dari pada istri. Usia rata-rata pada kelompok suami adalah 42.8 tahun
sedangkan pada kelompok istri memiliki usia rata-rata 35.7 tahun. Menurut
Hurlock (1980), usia pada kelompok suami termasuk pada kategori dewasa
madya, karena berada diantara rentang usia 40 hingga 60 tahun. Pada tahap
dewasa madya ini, individu diharapkan sudah mampu untuk menjadi
individu yang lebih dari tahap sebelumnya baik dalam hal sikap maupun
pemikiran dalam berbagai hal termasuk kepada pasangan dan generasi
muda. Adapun usia pada kelompok istri termasuk pada tahap dewasa awal,
dimana pada tahap tersebut individu memiliki berbagai tugas
perkembangan, salah satunya yakni belajar hidup bersama pasangan dan
mulai membina sebuah rumah tangga. Perbedaan pada tahap dewasa ini
menjadikan kelompok suami lebih mampu untuk mengatasi permasalahan
dalam pernikahannya secara baik sehingga kepuasan pernikahan yang
dimilikinya dapat lebih tinggi dari pada kelompok istri.
58
Menurut penelitian Rahmaita, dkk. (2016), tugas perkembangan
memiliki pengaruh terhadap kepuasan pernikahan. Semakin tinggi
pendidikan ibu, usia pernikahan yang semakin lama, dan semakin baik tugas
perkembangannya (baik pada dimensi orang tua maupun anak) maka
kepuasan pernikahan akan semakin tinggi. Adapun rata-rata tingkat
pendidikan yang dimiliki oleh kelompok suami adalah S1 dan rata-rata
tingkat pendidikan kelompok istri adalah SMA/MA. Berdasarkan
perbedaan tingkat pendidikan ini, dapat mengindikasikan bahwa masing-
masing kelompok memiliki perbedaan dalam hal cara berfikir dan bertindak
dalam menghadapi permasalahan, karena tingkat pendidikan yang dimiliki
seseorang akan mempengaruhi cara pandang seseorang dalam menghadapi
berbagai permasalahan (Pujiastuti & Retnowati, 2004)
Faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan
pernikahan termasuk diantaranya adalah usia pernikahan, tingkat
pendidikan pasangan, pengalaman sebelum menikah, kehadiran anak,
perceraian orang tua, sosial ekonomi dan beberapa karakteristik yang
meliputi latar belakang budaya, gaya interpersonal, dan nilai-nilai (Toelle
S. & Harris V., 2012).
D. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa tidak
terdapat perbedaan kepuasan pernikahan pada etnis Jawa, Arab, dan
59
Tionghoa di wilayah Malang. Hal ini tidak luput dari keterbatasan penelitian
diantaranya seperti:
1) Peneliti mengalami kesulitan untuk mengetahui subjek mana
yang masih memegang teguh nilai-nilai budayanya.
2) Peneliti juga mengabaikan beberapa faktor seperti
kematangan emosi dan jumlah pendapatan yang dimiliki
oleh subjek. Menurut penelitian Nurpratiwi (2010) kedua
faktor ini juga dapat memengaruhi tingkat kepuasan
pernikahan seseorang.
3) Penelitian ini tidak memiliki batasan terhadap usia
pernikahan yang dimiliki oleh subjek penelitian. Pemberian
batasan ini penting dilakukan agar hasil penelitian yang
didapatkan lebih spesifik.
4) Skala adaptasi yang digunakan dalam penelitian ini hanya
dapat digunakan pada subjek penelitian yang telah memiliki
anak.
60
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak terdapat perbedaan kepuasan pernikahan yang signifikan
pada etnis Jawa, Arab, dan Tionghoa dengan nilai signifikansi
F sebesar 1.008 dengan p sebesar 0. 366 (p > 0.05).
2. Terdapat perbedaan kepuasan pernikahan berdasarkan jenis
kelamin dengan nilai signifikansi F sebesar 47.665 dengan p
sebesar 0.0001 (p< 0.05).
3. Tidak terdapat perbedaan efek interaksi antara jenis etnis
dengan jenis kelamin terhadap kepuasan pernikahan dengan
signifikansi F sebesar 1.457 dengan p sebesar 0.235 (p > 0.05).
Perbedaan kepuasan pernikahan berdasarkan jenis kelamin, terlihat
dengan perolehan nilai rata-rata pada kelompok pria yang lebih tinggi dari
pada kelompok wanita dengan angka perolehan sebesar 187,12 dan
kelompok wanita memiliki nilai rata-rata sebesar 164,05.
B. Saran
1. Saran Metodologis
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggali lebih dalam
mengenai kepuasan pernikahan pada berbagai etnis lainnya
61
di Indonesia, serta mampu untuk memperhatikan faktor-
faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan
seperti usia pernikahan, kematangan emosi, penghasilan dsb.
b. Skala adaptasi yang digunakan dalam penelitian ini
membutuhkan pembaharuan khususnya pada variabel anak
dan pengasuhan agar dapat juga digunakan pada subjek yang
belum memiliki anak.
c. Pada metode penelitian, peneliti selanjutnya diharapkan
dapat mengkolaborasikan antara metode kuantitatif dan
kualitatif karena kepuasan pernikahan merupakan hal yang
sensitif dan memiliki variasi yang beragam.
2. Saran Praktis
Adanya perbedaan kepuasan pernikahan berdasarkan jenis
kelamin ini, dapat dijadikan sebagai informasi terhadap pasangan
maupun calon pasangan yang akan menikah untuk lebih dapat
memahami kebutuhan pasangan, khususnya dalam meningkatkan
kepuasan pernikahan demi tercapainya suatu keharmonisan dalam
rumah tangga yang dibinanya.
62
DAFTAR PUSTAKA
Al-Damarki, F.R. (2014). Marital Satisfaction in the United Arab Emirates:
Development and Validation of a Culturally Relevant Scale. Journal of
Family Issues, 1-27.
Ardhani, F. (2015). Perbedaan Kepuasan Perkawinan Pada Wanita Suku Bugis,
Jawa dan Banjar di Kecamatan Balikpapan Selatan Kota Balikpapan.
eJournal Psikologi, 3(1), 358-368.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar, S. (2014). Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2014). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2015). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bryant, Chalandra M., dkk.(2008).Marital Satisfaction Among African Americans
and Black Caribbeans: Findings From the National Survey of American
Life. Family Relations, 57, 239–253.
Fowers, B. J., & Olson, D. H. (1989). ENRICH Marital Inventory; Discriminant
Validity and Cross-Validity Assesment. Journal of Marital and Family
Therapy, 15(1), 65-79.
Gaunt, R. (2006). Couple Similarity and Marital Satisfaction: Are Similar Spouses
Happier? Journal of Personality 74 (5)
Hasanah, M. (2012). Gambaran Konflik Pernikahan pada Pasangan Berlatar
Belakang Etnis Jawa-Batak. Skripsi.Universitas Sumatra Utara.
Hendrick, S., & Hendrick, C. (1992). Liking, Loving and Relating. California:
Brooks.
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Usia. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Indrawan, R. & Yaniawati, P. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Refika Aditama.
63
Juliyanti, J. & Nasution, I. (2013). Gambaran Kepuasan Pernikahan Pada Pasangan
Yang Menikah Dengan Pariban Dalam Suku Batak. Skripsi. Universitas
Sumatra Utara.
Koentjaraningrat. (1976). Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Djambatan
Levenson,R., Carstensen, L.,& Gottman, J. (1994). The Influence of Age and
Gender on Affect, Physiology, and Their Interrelations: A Study of Long-
Term Marriages. Journal of Personality and Social Psychology, 67(1),56-
68
Nawaz, S., Javeed, S., Haneef, A., Tasaur, B., & Khalid, I. (2014). Perceived Social
Support and Marital Satisfaction Among Love and Arranged Marriage
Couples. International Journal of Academic Research and Reflection, 2(2),
41-50.
Nurpratiwi, A. (2010). Pengaruh Kematangan Emosi dan Usia Menikah terhadap
Kepuasan Pernikahan Dewasa Awal. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pujiastuti, E., & Retnowati, S. (2004). Kepuasan Pernikahan dengan Depresi Pada
Kelompok Wanita Menikah yang Bekerja dan yang Tidak Bekerja.
Humanitas: Indonesian Psychologycal Journal, 1(2), 1-9.
Rahmaita, Krisnatuti, D., Yuliati, L. (2016). Pengaruh Tugas Perkembangan
terhadap Kepuasan Pernikahan Ibu yang Memiliki Anak Pertama. Jurnal
Ilmu Keluarga & Konsumen. 9(1) , 1-10.
Rini, Q. & Retnaningsih (2008). Keterbukaan Diri dan Kepuasan Perkawinan pada
Pria Dewasa Awal. Jurnal Psikologi 1(2).
Roch, A.J., Frazier, L.P., & Bowden, S.R. (1981). The Marital Satisfaction Scale:
Development of a Measure for Intervention Research. Journal of Marriage
and Family. 43(3), 537-546
Santrock, John W. (2002). Life-span Development: Perkembangan Masa Hidup.
Edisi 5 Jilid 2, Jakarta: Erlangga.
Saputri, J. (2016). Perbedaan Kepuasan Pernikahan Pada Istri Pelaku Merariq dan
Belakoq di Suku Sasak Pulau Lombok. Skripsi.Universitas Brawijaya.
Septiana,V.S.dkk. (2014). Faktor Suku dalam Pola Komunikasi, Penyesuaian
Suami Istri, dan Keharmonisan Keluarga. Jurnal Ilmu Keluarga &
Konsumen. 7(1) , 1-9.
64
Sinaga, R. & Marini, L. (2012). Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga terhadap
Penyesuaian Perkawinan pada Pasangan Beda Etnis (Batak Toba –
Tionghoa). Skripsi.Universitas Sumatra Utara.
Srisusanti, S., & Zulkaida, A. (2013). Studi Deskriptif Mengenai Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kepuasan Perkawinan Pada Istri. UG Jurnal, 7(6), 08-
12.
Thao Shen, A. (2002). Same Marriage: Two Realities: Gender Differences in
Marriage. Social Policy & Social Work. 6(1).
Toelle, S.C. & Harris, V.W. (2012). Are You Marrying Someone from a Different
Culture or Religion?. Family Youth and Community Sciences Department,
UF/IFAS Extension. Diakses pada tanggal 27 April, 2017
http://edis.ifas.ufl.edu.
Tuapattinaya, Y., & Hartanti, S. (2014).Pengambilan Keputusan Untuk Menikah
Beda Etnis: Studi Fenomenologis pada Perempuan Jawa. Jurnal Psikologi
Undip ,13 (1), 34-41.
Ulfa, M. (2015). Makna Pernikahan Algamasi dikalangan Perempuan Tionghoa
yang Belum Menikah. Artikel.Universitas Airlangga.