peranan budaya5s (senyum, salam, sapa, sopan, santun ...digilib.unila.ac.id/54988/3/skripsi tanpa...
TRANSCRIPT
PERANAN BUDAYA5S (SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN,
SANTUN) DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN
PESERTA DIDIK TERBADAP TATA TERTIB
SMA PERINTIS 1 BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
REZA PAHLEVI
FAKULTAS KEGURUAN DAN lLMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
ABSTRAK
PERANAN BUDAYA5S (SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN,
SANTUN) DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN
PESERTA DIDIK TERBADAP TATA TERTIB
SMA PERINTIS 1 BANDAR LAMPUNG
Oleh
REZA PAHLEVI
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan mengenai peran budaya 5S
(Senyurn,Salam,Sapa,Sopan,Santun) untuk meningkatkan kepatuhan peserta didik
kelas XI terhadap tata tertib di SMA Perintis l Bandar Lampung. Metode
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dengan
populasi yang berjumlah 134 orang responden dan analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan tekhnik angket yang kemudian dihitung
dengan rumus Product Moment ,speannan brown dan interval.
Hasil penelitian menunjukan bahwa peran budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa,
Sopan, Santun) untuk meningkatkan ketuhan peserta didik kelas XI terhadap tata
tertib di SMAPerintis1 Bandar Lampung, yaitu pada indikator kognitif,afektif dan
konatif berada pada kategori sangat berperan. Hal ini berarti peserta didik
merniliki pengetahuan tentang budaya 5S serta meyakini bahwa budaya 5S cukup
baik untuk diterapkan dan peserta didik sudah cukup melaksanakan program
budaya 5S (Senyum,Salam,Sapa,Sopan,Santun) di lingkungan sekolah. Sehingga
peserta didik selayaknya cukup patuh terhadap tata tertib yang berlaku di sekolah
SMA Perintis l Bandar Lampung.
Kata kunci : Budaya 5S (Senyum, Salarn, Sapa, Sopan, Santun ),
KepatuhanTata Tertib.
PERANAN BUDAYA5S (SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN,
SANTUN) DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN
PESERTA DIDIK TERBADAP TATA TERTIB
SMA PERINTIS 1 BANDAR LAMPUNG
Oleh
REZA PAHLEVI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN lLMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 05
Mei 1993 dengan nama lengkap Reza Pahlevi . Penulis
adalah anak kedua dari empat bersaudara, buah cinta
kasih dari pasangan Bapak Mirza dengan lbu Nila
Rahma.
Pendidikan formal yang diselesaikan penulis:
1. TK Setia Kawan Panjang diselesaikan pada tahun l999,
2. Sekolah Dasar Negeri l Panjang Selatan diselesaikan pada tahun 2005,
3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Bandar Lampung diselesaikan pada
tahun 2008.
4. Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun
2011.
5. Pada Tahun 2013 penulis ditenma sebagai mahasiswa Program Studi PPKn
Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN.
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan karunia_Nya. Dengan ketulusan hati kupersembahkan skripsi ini kepada :
Kedua orang tuaku tercinta Bapak Mirza dan Ibu Nila Rahma yang tak pernah berhenti
memberikan sehalanya untuk ku, Orang tua Ku yang tidak henti-hentinya mendoakan untuk kebahagiaanku orang tua yang selalu mendukung ku, orang tua yang selalu memberikan cinta
dan kasih sayang yang tak pernah habis untukku.
Orang Tua tempatku kembali pulang saat aku pergi sejauh mungkin. Sekali lagi terimakasih Bapak Mirza dan Ibu Nila Rahma atas sehalanya yang telah bapak ibu berikan
untuk anak mu ini.
Para pendidik yang senantiasa selalu memberikan saran, masukan dan ilmu yang bermanfaat kepadaku.
Almamater tercinta Universitas Lampung
MOTTO
“Musuh yang paling berbahaya di atas duni ini adalah
Penakut dan bimbang. Teman yang paling setia adalah
keberanian dan keyakingan yang teguh”
(Andrew Jackson)
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
kepada Rasulullah SAW, yang selalu dinantikan syafaatnya di Yaumul Qiyamah
kelak.
Skripsi dengan judul “Peranan Budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan,
Santun) Dalam Meningkatkan Kepatuhan Peserta Didik Terhadap Tata
Tertib di Sekolah SMA Perintis 1 Bandar Lampung”adalah salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan di Universitas Lampung.
Selama Penulisan Skripsi ini, Penulis banyak memperoleh saran maupun kritikan
yang bersifat membangun sekaligus merupakan sebuah pembelajaran baik dalam
menambah ilmu pengetahuan maupaun dalam kehidupan penulis sendiri. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Adelina
Hasyim,M.Pd, selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing I dan Bapak
Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II dan Ketua Program Studi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih atas saran dan masukannya serta
ucapan terimakasih kepada:
Bapak Prof. Dr. Ir.Hasriadi Mat Akin, M.S., Selaku Rektor Universitas Lampung
yang akan mengesahkan gelar sarjana, Sehingga peneliti
Termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
1. Bapak Prof.Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;
2. Dr. Sunyono, M.Si., Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung;
4. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lampung;
5. Bapak Berchah pitoewas, M.H. selaku pembahas I yang telah memberikan
masukan dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak Rohman, S.Pd., M.Pd. selaku pembahas II yang telah memberikan
masukan dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung terimakasih atas
segala ilmu yang telah diberikan, motivasi, saran, masukan serta segala
bantuan yang diberikan.
8. Bapak lurah Thomas Monada, SE. yang telah membantu dan mengizinkan
penulis mengumpulkan data penelitian.
9. Bu Ana Mentari, S.Pd.,M.Pd..Sebagai ibu dosen dan staff prodi PPKn
10. Sahabat-sahabat Seperjuangan, Mustakim, asep, dani, Triana desi, dinah
ninda, eva yaya, febran carlos dan M.ardiansyah yang telah memberikan
nasehatnya dan memberikan semangat, cerita, cita dan canda tawa dalam
segala hal.
11. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2013 yang tidak bisa
disebutkan satu-persatu.
12. Adik tingkat 2014 dan 2015 yang selalu setia untuk membantu dan
memberi semangat.
13. Teman-teman KKN-PPK SMPN 2 Ulu Belu Yusan simanjutak, irfan,
panji, ade, winda, siti khotijah, yuni malinda, Nurul, afidah
14. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Bandar Lampung, November 2018
Penulis
Reza Pahlevi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
MOTTO .......................................................................................................... viii
SANWACANA ............................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
I. PENDAHUUTAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 7
C. Pernbamsan Masalah .......................................................................... 7
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
1. Manfaat Teoritis ........................................................................... 8
2. Manfaat Praktis ............................................................................ 8
G. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 9
1. Ilmu Penelitian - ............................................................................ 9
2. Subjek Penelitian ......................................................................... 9
3. Objek Penelitian ........................................................................... 9
4. Tempat Penelitian ........................................................................ 9
5. Waktu Penelitian .......................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori ................................................................................... 10
1. Peranan Budaya 5S ( Senyum,Salam,Sapa,Sopan,Santun ) di
SMA ............................................................................................. 10
2. Sikap dan Disiplin Siswa Terhadap Kepatuhan Tata Terib di
Sekolah ......................................................................................... 24
3. Kepatuhan Tata Tertib Sekolah .................................................... 28
B. Kerangka Pikir .................................................................................... 41
C. Hipotesis ............................................................................................. 44
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 45
B. Populasi dan Sampel. ......................................................................... 45
1. Populasi ........................................................................................ 45
2. Sampel .......................................................................................... 46
C. Variabel Penelitian ............................................................................. 47
D. Definisi Konseptual Variabel ............................................................. 48
E. Definisi Oprasional Variabel ............................................................. 49
F. Rencana Pengukuran Variabel ........................................................... 51
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 52
1. Teknik Pokok ............................................................................... 52
2. Teknik Penunjang ........................................................................ 53
H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ....................................................... 54
1. Uji Validitas Alat Ukur ................................................................ 54
2. Uji Reliabilitas ............................................................................. 55
I. Teknik Analisis Data .......................................................................... 56
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Langkah-Langkah Penelitian ............................................................. 60
1. Persiapan Penelitian ..................................................................... 60
2. Penelitian Pendahuluan ................................................................ 61
3. Pengajuan Perencanaan Penelitian ............................................... 61
4. Penyusunan Alat Pengumpulan Data ........................................... 62
B. Pelaksanaan Uji Coba Angket ............................................................ 63
1. Uji Coba Angket .......................................................................... 63
C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 66
1. Sejarah SMA Perintis 1 Bandar Lampung ................................... 66
2. Identitas Sekolah .......................................................................... 67
3. Visi dan Misi SMA Perintis 1 Bandar Lampung ........................ 67
4. Jumlah Guru dan Jumlah Siswa ................................................... 68
5. Sarana dan Prasarana ................................................................... 68
D. Deskripsi Data .................................................................................... 69
1. Pengumpulan Data ....................................................................... 69
2. Penyajian Data ............................................................................. 69
E. Pengujian Hubungan .......................................................................... 92
F. Pengujian Tingkat Keeratan Pengaruh ............................................... 95
G. Pembahasan ........................................................................................ 97
1. Pecan Budaya 5S (Senyum,Salam,Sapa,Sopan,Santun) .............. 97
2. Kepatuhan Tata Tertib ................................................................. 99
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................ 102
B. Saran ................................................................................................. 103
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Masalah Yang Sering Terjadi Terkait Kepatuhan Tata Tertib Di
Sekolah ............................................................................................ 6
Tabel 2. Data Populasi Siswa Kelas Xi Di Sma Perintis 1 Bandar Lampung
Tahun Ajaran 2017/2018 ................................................................ 46
Tabel 3. Rincian Jumlah Sampel .................................................................. 44
Tabel 4. Distribusi Hasil Uji Coba Angket Dari 10 Orang Di Luar
Responden Untuk Item Ganjil (X) ................................................. 64
Tabel 5. Distribusi Hasil Uji Coba Angket Dari 10 Orang Di Luar
Responden Untuk Item Genap (Y) ................................................. 64
Tabel 6. Distribusi Antar Item Ganjil (X) Dan Item Genap (Y) ................... 65
Tabel 7. Distribusi Skor Angket Dari Indikator Kognitif .............................. 70
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Indikator Kognitif .......................................... 72
Tabel 9. Distribusi Skor Angket Indikator Afektif ....................................... 73
Tabel 10. Distribusi Indikator Afektif ............................................................ 74
Tabel 11. Distn'busi Skor Angket Indikator Konatif ...................................... 75
Tabel 12. Distribusi Indikator Konatif............................................................. 77
Tabel 13. Hasil Perhitungan Angket Peran Budaya 5s (Senyum, Salam,
Sapa, Sopan, Santun) ...................................................................... 78
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Peran Budaya 5s (Senyum, Salam, Sapa,
Sopan, Santun) ................................................................................. 80
Tabel 15. Distribusi Skor Angket Dari Indikator Kewajiban Peserta Didik .. 81
Tabel 16. Distribusi Indikator Kewajiban Peserta Didik ................................ 83
Tabel 17. Distribusi Skor Angket Indikator Larangan Peserta. Didik ............ 84
Tabel 18. Distribusi Indikator Larangan Peserta Didik Di Sekolah ............... 86
Tabel 19. Distribusi Skor Angket Indikator Sanksi Di Sekolah ..................... 87
Tabel 20. Distribusi Indikator Sanksi Di Sekolah .......................................... 89
Tabel 21. Distribusi Skor Angket Indikator Variabel Kepatuhan Tata Tertib
(Y) .................................................................................................... 90
Tabel 22. Distribusi Indikator Kepatuhan Tata Terfib (Y) ............................. 93
Tabel 23. Hasil Angket Tentang Peranan Budaya 5s (Senyum, Salam, Sapa,
Sopan, Santun) Dalam Meningkatkan Kepatuhan Peserta Didik
Terhadap Tata Tertib SMA Perintis I Bandar Lampung ................. 93
Tabel 24. Daftar Kontingensi Perolehan Data Tentang Peranan Budaya 5s
(Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) Dalam Meningkatkan
Kepatuhan Peserta Didik Terhadap Tata Tertib SMA Perintis 1
Bandar Lampung ............................................................................. 94
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir .................................................................... 43
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Rencana Judul Skripsi
2. Surat Keterangan Dari FKIP UNILA
3. Surat Izin Penelitian Pendahuluan
4. Surat Izin Telah Melakukan Penelitian Pendahuluan
5. Lembar Persetui uan Seminar Proposal
6. Surat Keterangan Telah Melakukan Seminar Proposal
7. Surat Rekomendasi Perbaikan
8. Surat Izin Penelitian
9. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
10. Kisi-kisi An&Aet
11. Angket Penelitian
12. Foto Kegiatan Pengisian Angket
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya meningkatkan mutu pendidikan gencar dilakukan oleh berbagai pihak
yang selalu menyadari arti pentingnya peranan pendidikan. Berdasarkan
kebijakan pemerintah, pendidikan pada hakekatnya adalah suatu usaha
menyiapkan anak didik untuk menghadapi lingkungan hidup yang selalu
mengalami perubahan dan pendidikan itu pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan pribadi maupun sosial. Pendidikan
merupakan usaha sadar mengembangkan kepribadian yang berlangsung di
sekolah maupun di luar sekolah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan pendidikan Indonesia seperti yang
tertuang dalam Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional)
menjelaskan bahwa prinsip penyelenggaraan pendidikan harus
diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat, yaitu agar dapat mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak peserta didik sehingga menjadi peradaban
bangsa yang bermartabat (UU No. 20 tahun 2003, pasal l) yang belum
terlaksana secara maksimal. Sekolah belum dapat mencetak generasi penerus
bangsa yang berkarakter, ini dapat dibuktikan dengan berbagai kasus
2
kecurangan dan kekerasaan yang ada di dalam masyarakat yang menandakan
merosotnya moral bangsa Indonesia. Contoh kasus merosotnya moral siswa
yang menandai merosotnya moral bangsa Indonesia adalah kasus bullying, di
Banyumas seorang siswa SD menjadi korban pengeroyokan teman sekolahnya
hanya lantaran tidak mau diajak berenang bersama (Nanang Anna Noor,
2014), Kekerasan yang dilakukan oleh siswa sekolah dasar membuktikan
sudah tidak adanya sikap saling menghargai lagi antar sesama, kurang
berkembangnya nilai cinta sosial siswa.
Selain kasus bullying mencontek juga menjadi bukti merosotnya moral bangsa
Indonesia. Mencontek sudah menjadi hal biasa bagi kalangan siswa,
mencontek adalah sebuah kecurangan yang merugikan diri sendiri dan siswa
lain. Apabila mencontek sudah dilakukan siswa dan sekolah dasar dan tidak
segera ditanggulangi oleh pihak sekolah, maka dikemudian heri siswa akan
menjadi seorang yang dengan mudah nya berbuat curang. Kecurangan yang
dilakukan dikemudian hari seperti, melakukan tindak Kolusi, Korupsi dan
Nepotisme (KKN). Berdasarkan hasil survey Political Economy Risk
Consultancy (PERC) pada tahun 2002 dan 2006, skor korupsi Indonesia
adalah tertinggi di Asia dengan skor 8.16 (dan total skor 10) (Masnur
Muslich, 2011: 3).
Contoh kasus-kasus merosotnya moral selain di etas terdapat juga kasus
pelanggaran tata tertib pada sekolah di Bandar Lampung khususnya SMA
Perintis I Bandar Lampung. Setelah melakukan penelitian pendahuluan
peneliti mendapati permasalahan terkait pelanggaran-pelanggaran tata tertib
3
seperti halnya membawa handphone, menonton video porno, tawuran,
merokok, dan masih banyak pelanggaran-pelanggaran tata tertib lainnya di
sekolah.
Dunia persekolahan di Indonesia sekarang memperlihatkan beragam masalah
yang semakin hari semakin kompleks, beberapa masalah yang terbesar yang
dialami sekolah hari ini adalah perilaku-perilaku siswa yang menyimpang,
motivasi belajar yang menurun, kemerosotan moral, melakukan pelanggaran
tata tertib sekolah, berbagai upaya pelaksanaan yang telah dilakukan sekolah
untuk mengurangi penyimpangan tersebut dengan membuat pelaksanaan tata
tertib sekolah sebagai alat kontrol atau rekayasa sosial terhadap siswa.
Menurut Instruksi Menteri Pendidikan dan kebudayaan tatiggal 1 Mei 1974,
No. 14/U/1974 dalam Suryosubroto (2010: 8 1), ―Tata tertib sekolah ialah
ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan
mengandung sanksi terhadap pelanggarannya‖. Tata tertib murid adalah
bagian dari tata tertib sekolah, di samping itu masih ada tata tertib guru dan
tata tertib tenaga administrative. Kewajiban menaati tata tertib sekolah adalah
hal yang penting sebab merupakan bagian dari sistem persekolahan dan bukan
sekadar sebagai kelengkapan sekolah. Menurut Siti Melchaty (1990: 151),
bahwa: ―Tata tertib adalah peraturan-peraturan yang mengikat seseorang atau
kelompok guna menciptakan keamanan., ketentraman, dan kedamaian orang
tersebut atau kelompok orang tersebut‖. Melihat penjelasan yang telah
diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa tata tertib sekolah itu dibuat secara
resmi oleh pihak yang berwenang dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan
4
situasi dan kondisi sekolah tersebut, memuat hal-hal yang diharuskan dan
dilarang bagi siswa selama berada di lingkungan sekolah dan apabila mereka
melanggar maka pihak sekolah berwenang untuk memberikan sanksi sesuai
dengan ketetapan.
Pelaksanaan tata tertib ini tentunya mempunyai tujuan agar siswa mengetahui
tugas, hak dan kewajibannya. Tata tertib sekolah merupakan salah satu upaya
untuk melatih kedisiplinan siswa. Disiplin dalam kelas dapat diartikan sebagai
suatu keadaan tertib dimana guru dan anak didik yang tergabung dalam suatu
kelas tunduk- pada peraturan yang telah ditentukan dengan senang hati.
disiplin siswa merupakan suatu keadaan dimana sikap, penampilan dan
tingkah laku siswa sesuai dengan tatanan nilai, norma dan ketentuan yang
berlaku di sekolah.
Budaya sekolah (school culture) merupakan salah situ unsur sekolah yang
penting dalam mendukung peningkatan kepatuhan tata tertib dan mutu
sekolah. Konsep budaya dalam dunia pendidikan berasal dari budaya tempat
kerja di dunia industri seperti yang disampaikan oleh Deal dan Peterson
(1999: 3) seperti berikut:
“The concept of culture has a long history in the explanation of'human
behavior across human groups... Later, other social scientists applied the
culture concept to the more limited aspects of patterns of behavior and
thought within formal work organisations “.
5
Konsep budaya memiliki sejarah yang panjang dalam menjelaskan perilaku
manusia pada umumnya dan kelompok-kelompok pada khususnya. Ilmuwan
sosial lainnya kemudian menerapkan konsep budaya kepada aspek-aspek yang
lebih spesifik atau terbatas yakni mengenai pola perilaku dan cara berpikir
manusia dalam bekerja formal pada organisasi-organisasi.
Budaya sekolah dikembangkan dari konsep budaya tersebut yang mengatur
perilaku warga sekolah melalui penetapan tata tertib atau aturan-aturan yang
harus ditaati bersama oleh warga sekolah. Budaya sekolah akan membangun
komitmen akan kepatuhan terhadap nilai-nilai, norma-norma, dan kebiasaan-
kebiasaan tertentu. Pada suatu sekolah misalnya, setiap guru secara sadar
datang pada jam 06.30 dan pulang pada jam 15.00. Kehadiran guru yang
demikian sebagai bentuk komitmen akan kepatuhan terhadap norma,
kebiasaan dan tata tertib sekolah. Menurut ibu Rosnia selaku wakil bidang
kurikulum di SMA Perintis 1 Bandar Lampung, sekolah tersebut menerapkan
program budaya sekolah yang di harapkan output perilaku warga sekolah
khususnya siswa yang tidak hanya mengedepankan kognitif raja tapi dari
sikap, pun sama pentingnya.
Pencapaian tujuan pembinaan budaya sekolah yang diterapkan di SMA
Perintis 1 Bandar Lampung ialah Budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan,
Santun). Budaya 5S di SMA Perintis 1 Bandar Lampung merupakan dari hasil
keputusan bersama para. dewan guru pada awal diberlakukannya kurikulum
baru, yakni kurikulum 2013. Melalui budaya karakter 5S diharapkan, mampu
membentuk nilai-nilai karakter peserta didik serta menaati tata tertib.
6
Sehingga kelak para peserta didik menjadi manusia yang tidak hanya memiliki
kecerdasan kognitif yang baik tetapi juga memiliki sikap berbudi luhur dan
santun terhadap sesama.
Tabel 1. Masalah yang sering terjadi terkait kepatuhan tata tertib di
sekolah.
Masalah Terkait di Lingkungan
Sekolah
1. Merokok.
2. Menonton Video Porno.
3. Membawa HP.
4. Berkelahi.
5. Belum Terlaksana Budaya
Sekolah Dengan Baik
Sumber.”Data BK SMA Perintis 1 Bandar Lainpung. 2017-2018 “,
Berdasarkan Tabel 1. diatas dapat diketahui Masalah yang sering terjadi
disekolah terkait kepatuhan tata tertib di sekolah untuk itu peneliti
mempunyai keinginan dalam upaya membangun terlaksananya budaya
sekolah yaitu budaya 5s (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) juga
memberikan pengetahuan serta kesadaran siswa terhadap kepatuhan tata tertib
di sekolah. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui memiliki latar belakang
perilaku yang tidak disiplin cendrung siswa yang memiliki sikap tidak patuh
terhadap tata tertib di sekolah sedangkan, sekolah yang bukan hanya menjadi
tempat mencari ilmu (kognitit) pun mempunyai banyak upaya untuk
mendidik dan meningkatkan kepatuhan tata tertib siswa di sekolah (afektif).
Dengan diantara banyaknya cara tersebut salah satunya ialah budaya 5S
(Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) yang diharapkan mampu
7
membuat siswa menjadi terbiasa dalam menerapkan konsep budaya 5S
(senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan tata tertib di sekolah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulls uraikan diatas maka
dapat di identifikasi permasalahan dalam penelitian yaitu:
1. Banyaknya siswa yang memiliki moral kurang baik.
2. Banyak siwa berperilaku yang memiliki sikap tidak displin.
3. Kurangnya kepatuhan siswa akan tata tertib sekolah di SMA Perintis I
Bandar Lampung.
4. Budaya sekolah yaitu budaya 5s (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun)
mempunyai peran dalam meningkatkan kepatuhan siswa terhadap tata
tertib di SMA Perintis I Bandar Lampung.
C. Perabatasan Masalah
Berdasarkan latar belakan masalah dan identifikasi masalah diatas maka
penelitian ini dibatasi pada ―Peranan Budaya 5s (senyum, salam, sapa, sopan,
santun) Dalam Meningkatkan Kepatuhan Siswa Terhadap ―Data Tertib di
SMA Perintis I Bandar Lampung.
D. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dirumuskan permasalahan
penelitian yaitu ―Apakah Ada Peranan Budaya 5s (senyum, salam, sapa,
sopan, suntun) Dalam Meningkatkan Kepatuhan Siswa Terhadap TataTertib di
SMA Perintis I Bandar Lampung.
8
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk‖Mengetabui dan Mengamati Peranan Budaya 5s
(senyum, salam, sapa, sopan,santun) Dalam Meningkatkan Kepatuhan Siswa
Terhadap Tata tertib di SMA Perintis 1 Bandar Lampung.‖
F. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua,
pihak yang terlibat dan memiliki kepentingan, penulis membagi dua maanfaat
dalam penelitian ini yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis menerapkan konsep ilmu pendidikan kususnya
pendidikan ke-warganegaraan pada wilayah kajian pendidikan nilai.
2. Manfaat Praktis
Maanfaat secara praktis yang diperolah dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a) Bagi sekolah
a. Sebagai masukan untuk mengatasi ketidak disiplinan siswa.
b. Sebagai saran untuk menumbuhkan dan meningkatkan kepatuhan
siswa terhadap tata tertib.
c. Sebagai informasi sejauhmana keterlaksanaan budaya 5s (senyum,
Salam, sapa, sopan, santun) dalam mewujudkan ketaatan tata tertib
di sekolah.
b) Bagi Guru
a. sebagai saran untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
b. Sebagai pertimbangan kepada guru untuk membina siswa nya
9
dengan hal yang positif untuk menunjang kegiatan budaya tata
tertib peraturan disekolah.
c. Sebagai saran untuk meningkatkan sikap dan kepatuhan akan tata
tertib sekolah.
G. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ilmu Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu pendidikan kewarganegaraan,
khususnya pada wilayah kajian pendidikan nilai.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Perintis 1 Bandar Lampung.
3. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah ―Peranan Budaya 5s (senyum, salam, saga,
sopan, santun) Dalam Membangun Kepatuhan Siswa Terhadap Tata Tertib
di SMA Perintis 1 Bandar Lampung‖.
4. Tempat Penelitian
Wilayah atau tempat penelitian ini adalah di SMA Perintis 1 Bandar
Lampung.
5. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan Surat keterangan SMA Perintis 1
Bandar Lampung No.53/SMA.P.1/11/2017 mulai tanggal 26 juli s.d 1
Agustus 2017.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Peranan Budaya 5S ( Senyum,Salam,Sapa,Sopan,Santun ) di SMA
Perintis 1 Bandar Lampling.
1.1. Peranan Budaya Sekolah
Dalam terminologi kebudayaan, pendidikan yang berwujud dalam
bentuk lembaga atau instansi sekolah dapat dianggap sebagai pranata
sosial yang di dalamya berlangsung interaksi antara pendidik dan
peserta didik sehingga, mewujudkan suatu sistem nilai atau
keyakinan,dan juga norma, maupun kebiasaan yang di pegang
bersama. Masalah yang terjadi saat ini adalah nilai-nilai yang mana
yang seharusnya dikembangkan atau dibudayakan dalam proses
pendidikan yang berbasis mutu itu.
Dengan demiklan sekolah menjadi tempat dalam mensosialisasikan
nilal-nilal budaya yang tidak hanya terbatas pada nilai-nilal keilmuan
saja, melainkan semua nilai-nilai kehidupan yang memungkinkan
mampu mewujudkan manusia yang berbudi dan berbudaya yang baik
di lingkungan sekolah akan mampu mendorong guru dan siswa untuk
bekerja dan berusaha mencapai hasil yang tinggi.
11
Djemarl (2003) membagi karekteristik peran k-ultur sekolah
berdasarkan sifatnya yang dapat kita dibedakan menjadi tiga hal
yakni:
1. Bernilai Strategic Budaya yang dapat berimbas dalam kehidupan
sekolah secara dinamis. Misalnya memberi peluang pada warga
sekolah untuk bekeria secara efisien, disiplin dan tertib. Kultur
sekolah merupakan milik kolektif bukan milik perorangan,
sehingga sekolah dapat dikembangkan dan dilakukan oleh semua
warga sekolah.
2. Memiliki Daya Ungkit Budaya yang memiliki daya gerak akan
mendorong semua warga sekolah untuk berprestasi, sehingga kerja
guru dan semangat belajar siswa akan tumbuh karena dipacu dan
di dorong, dengan dukungan budaya yang memiliki daya ungkit
yang tinggi. Misalnya kinerja sekolah dapat meningkat jika
disertai dengan imbalan yang pantas, penghargaan yang cukup,
dan proporsi tugas yang seimbang. Begitu juga dengan siswa akan
meningkat semangat belajarnya, bila mereka diberi penghargaan
yang memadai, pelayanan baik serta didukung dengan, sarana
yang memadai.
3. Berpeluang Sukses Budaya yang berpeluang sukses adalah budaya
yang memiliki daya ungkit dan memiliki daya gerak yang tinggi.
Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa keberhasilan dan
rasa mampu untuk melaksanakan tugas dengan baik. Misalnya
budaya, gemar membaca. Budaya membaca di kalangan siswa
akan dapat mendorong mereka untuk banyak tahu tentang berbagai
macam persoalan yang mereka pelajari di lingkungan sekolah.
1.2. Peranan Budaya 5S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun )
Willard Waller (Ajat Sudrajat, ed Darmlyatt Zuchdi, 2011:133)
menyatakan bahwa ―setiap sekolah mempunyai budayanya sendiri,
yang mencangkup berupa serangkaian nilai, norma, dan kebiasaan,
yang telah membentuk prilaku dan hubungan-hubungan yang terjadi
di dalamnya‖. Herminarto Sofyan (2005: 5) menyata bahwa ―Budaya
sekolah berperan dalam perbaikan mutu sekolah. Oleh sebab itu,
sekolah harus memahami budayanya sebelum melakukan perbaikan
mutu sekolah.
12
Pemahaman mengenai budaya sekolah dapat memberikan informan
berkenaan dengan fungsi sekolah dan permasalahan yang dihadapi.
Elemen-elemen budaya sekolah yang mencakup nilai-nilai, keyakinan,
dan asumsi-asumsi sulit untuk diamati sehingga juga lebih sulit
mengalami perubahan. Perubahan terhadap elemen-elemen tersebut
menciptakan usaha perbaikan dalam jangka panjang‖,
Disetiap sekolah seharusnya mempunyai budaya sekolah yang sesuai
dengan harapan perubahan elemen-elemen yang lebih positif,
sehingga budaya sekolah bisa menjadi salah satu cara untuk
peningkatan mutu pendidikan khususnya terhadap proses pembiasaan
nilai, sikap, asumsi-asumsi, norma, kebiasaan, . yang telah
membentuk perilaku yang taat terhadap, budaya sekolah yang ada.
Sesuai dengan para pendapat ahli di atas maka budaya sekolah yang
dipakai khususnya di SMA Penintis 1 Bandar Lampung budaya
sekolah yang ada di sekolah tersebut ialah budaya 5S (Senyum,
Salam, Sapa, Sopan, Santun) yaitu merupakan sebuah program yang
terdapat didalam kurikulum sekolah yang berfungsi sebagai
pembinaan sikap siswa terhadap kepatuhan tata tertib sekolah dan di
harapkan mampu menghasilkan perilaku yang tidak hanya
mengedepankan sisi kognitifnya saja tetapi juga sisi afektif siswa yang
lebih baik.
13
1.3. Implementasi Budaya 5S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun )
Menurut Ajat Sudrajat (ed. Darmiyati Zuchdi, 2011:144-146) proses
yang efektif untuk membangun budaya sekolah adalah dengan
melibatkan dan mengajak semua pihak dan pemangku kepentingan
untuk bersama-sama memberikan komitmennya. Keyakinan utama
dari pihak sekolah harus difokuskan pada usaha-usaha menyemalkan
dan menanamkan keyakinan, nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan
yang merupakan harapan setiap pemangku kepentingan tersebut.
Untuk itu, pimpinan sekolah, para guru dan karyawan harus fokus
pada usaha pengorganisasian yang, mengarah pada harapan sekolah
tersebut.
Ajat Sudrajat (ed. Darmiyati Zuchdi, 2011:149-150) pun menjelaskan
untuk membantu pelaksanaan program budaya sekolah yang berbasis
pada karakter terpuji, pihak sekolah atau kepala sekolah hendaknya
membentuk tim tersendiri. ―Tim ini bisa melibatkan atau terdiri dari
unsur pimpinan sekolah, bimbingan dan konseling, guru dan
perwakilan orang tua siswa dan bertugas untuk menentukan prioritas
nilai, norma, kebiasaan-kebiasaan karakter tertentu yang akan
dibudayakan dan ditanamkan di lingkungan sekolah kemudian juga
untuk merencanakan dan menyusun program pelaksanaan
pembudayaan dan penanaman karakter di lingkungan sekolah dalam
rentang waktu tertentu‖.
14
Sesuai dengan penjelasan ahli di alas maka SMA Perintis 1 Bandar
lampung juga memiliki sebuah tim untuk, membantu pelaksanaan
program budaya sekolah yang berbasis pada karakter terpuji dan
membina sikap siswa dalam menyeimbangkan antara sisi kognitif dan
afektifnya. Tim ini secara periodik melakukan pertemuan, untuk
mengkoordinasikan dan melakukan evaluasi dan melibatkan dari
unsur pimpinan sekolah, bimbingan dan konseling, guru dan bertugas
untuk semua kegiatan dan perkembangan pelaksanaan program
pembudayaan karakter yang membiasakan prilaku senyum, salam,
apa, sopan dan santun di lingkungan sekolah.
1.4. Pengembangan Budaya 5S (Senyum, Wam, Sapa, Sopan, Santun )
Kemendiknas (2010: 16-20) menjelaskan bahwa ―perencanaan
pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh
kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor), dan dapat
dilaksanakan ke dalam kunkulum melalut program pengembangan diri
dalam mata pelajaran dan budaya sekolah‖.
a. Program pengembangan diri
Dalam program pengembangan diri pendidikan budaya dan
karakter bangsa dilaksanakan ke dalam kegiatan sehari-hari
sekolah yang meliputi
1) Kegiatan rutin sekolah
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik
secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini
adalah upacara pada hari senin, beribadah bersama atau shalat
15
bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama Islam), berdoa waktu
mulai dan selesai pelajaran mengucap salam bila bertemu guru.
atau teman.
2) Kegiatan spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan
pada saat itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara tidak
terencana oleh guru atau tenaga kependidikan, jika ada perilaku
yang kurang baik maka pada saat itu guru atau tenaga
kependidikan harus mengoreksi tindakan tersebut.
Contoh kegiatan spontan, misalnya ada peserta didik yang
membuang sampah tidak pada tempatnya, maka guru harus
menegur dan mengingatkan peserta didik agar membuang sampah
pada tempatnya.
3) Keteladanan
Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga
kependidikan dalam memberikan contoh baik sehingga menjadi
panutan bagi peserta didik. Kegiatan keteladanan misalnya:
berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya bekerja keras,
bertutur kata sopan, kasib sayang, perhatian terhadap peserta
didik, jujur, dan menjaga kebersihan.
4) Pengkondisian
Untuk mendukung terlaksananya pendidikan budaya dan karakter
bangsa maka sekolah harus mendukung kegiatan tersebut.
Pengkondisian misalnya, toilet yang selalu bersih bak sampah ada
16
di berbagai tempat dan selalu dibersibkan, sekolah terlihat rapi dan
alas belajar ditempatkan teratur.
b. Pengintegrasian dalam meta pelajaran
Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakater bangsa
diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata
pelajaran. Nilal-nitai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP.
Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditenpuh dengan cara
mengkaji Standar Komptensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
pada Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di
dalamnya.
c. Budaya sekolah
Budaya sekolah memiliki cakupan yang sangat luas, umumnya
mencakup ritual, harapan, hubungan, demografi, kegiatan
kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, proses mengambil keputusan,
kebijakan maupun interaksi sosial antar komponen di sekolah.
Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta
didik berinteraksi dengan warga sekolah. Kepemimpinan,
keteladanan, keramahan, toleransi kerja keras, disiplin, kepedulian
sosial dan lingkungan, rasa kebangsaan, dan tanggung jawab
merupakan misi-misi yang dikembangkan dalam budaya sekolah.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
Program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) di SMA
Perintis 1 Bandar Lampung dilaksanakan dalam tiga kegiatan.
17
Pertains, pada kegiatan pengembangan diri yang meliputi kegiatan
rutin sekolah, kegitan spontan, keteladaiian dan pengkondisian.
Kedua. Program 5S dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran,
melalui kegiatan-kegiatan di dalam pembelajaran. Ketiga dalam
budaya sekolah. progrann 5S dilaksanakan melalui kegiatan di
dalam, ekstrakurikuler.
1.5. Pengertian Budaya 5S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun )
Budaya 5S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) merupakan bagian
implementasi dari budaya sekolah. Menurut Ajat Sudrajat (ed
Darmiyati Zuchdi, 2011:134) ―budaya sekolah merupakan konteks di
belakang layar sekolah yang menunjukan keyakinan nilai, norma, dan
kebiasaan yang telah dibangun dalam, waktu yang, lama oleh semua
warga dalam kerja sama di sekolah‖. Maka dari itu budaya sekolah
yang diterapkan di SMA Perintis 1 Bandar Larnpung, yaitu Budaya 5S
( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun). Slogan tersebut ada dalam
kurikulum dan di programkan sebagai acuan atau pedoman untuk
pembinaan sikap siswa dalam membudayakan kebiasaan yang positif
pada lingkungan sekolah.
Adapun penjelasan tentang budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan,
Santun) sebagai berikut :
1. Senyum
Senyum merupakan ibadah, biasanya seseorang tersenyum karena
meraka sedang bahagia, senyuman menambah manisnya wajah
walaupun berkulit sangat gelap dun tua keriput. Menurut
18
departemen pendidikan nasional (2008: 1277) ―senyum
merupakan gerak tawa ekspresif yang tidak bersuara untuk
menunjukan rasa senang, gembira, sutra, dan sebagainya dengan
mengembangkan bibir sedikit‖. Saikhul Hadi (2013: 3)
menjelaskan bahwa ―senyurnan dapat melumpuhkan musuh,
menyembuhkan penyakit, perekat tali persaudaraan, pengobat luka
jiwa, dan bisa menjadi sarana tercapainya perdamaian dunia‖.
Darwin (dalam Hodgkinson, 1991), Tersenyum merupakan
gerakan otot zigomatic major yaitu gerakan otot ekspresi wajah
yang menank sudut mulut ketika tersenyum merupakan pusat
ekspresi pengalaman yang positif. Otot tersebut menyebarkan
ahran darah ke otak meningkat sehingga semua sel dan jaringan
menerima oksigen. Hal tersebut menimbulkan perasaan gembira.
Psikolog Tika Bisono (2005) memaparkan, ―senyum termasuk
proses penting, bagaimana seseorang itu mampu menerima
kehidupannya. Sebab senyum dapat menstimuli seseorang
berpikiran positif dan menghadirkan sikap yang lebih talus dalam
mengerjakan sesuatu.
2. Salam
Kata salam berasal dari bahasa lbrani: syalom yang berarti damai.
Menurut Alfonsus Sutamo (2008: 38) ―damai mengandung unsur
silaturahmi, sukacita, dan sikap atau pernyataan hormat kepada,
orang lain‖. Bentuk salam bisa bermacam-macam. Ada salam
perkenalan, salam perjumpaan, dan salam perpisahan. Departernen
19
Pendidikan Nasional (2008: 1208) menjelaskan bahwa salam
merupakan sebuah pernyataan hormat. ―Jika seseorang memberi
salam kepada orang lain berarti seorang itu bersikap hormat
kepada orang yang dig beri salam. Salam akan sangat mempererat
tali persauradaraan. Pada saat seseorang orang mengucapkan
salam kepada orang lain dengan keikhlasan, suasana menjadi cair
dan akan merasa, bersaudara‖. KBBI (2012)‖Salam/sa- lam/ yaitu
berarti damai dan juga sebagai pernyataan rasa hormat‖. (HR
Muslim dari AN Hurairah) menjelaskan Ucapan
―Assalamu'alaikurn‖, merupakan anjuran agama., dan sangat
berpengaruh terhadap kehidupan umat beragama, dengan salam
dapat menjalin persaudaraan dan kasih sayang, karena orang yang
mengucapkan salam berarti mereka saling mendo'akan agar
mereka mendapat keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.
Nabi Muhammad SAW bersabda, ―Kahan tak akan masuk surga
sampai kalian beriman dan saling mencintai. Maukah aku
tunjukkan satu amalan bila dilakukan akan membuat kalian saling
mencintai? Yaitu, sebarkanlah salam di antara kalian‖.
Dalam islam juga diajarkan kalimat salam berupa
Assalamu‖alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh, artinya adalah
salam sejahtera, rahmat Allah dan berkat-Nya atas kamu. Orang,
yang membalasnya akan menjawab Wa'alaikum Salam
Warahmatullahi Wabarakatuh, artinya adalah dan ke atasmu
salam, rahmat Allah dan berkat-Nya‖.Maka dari itulah memberi,
20
mengucapkan salam sangat penting untuk di lakukan karna dalam
islam salam merupakan ibadah yaitu termasuk amal saleh
kemudian juga sebagai bentuk pernyataan rasa hormat dan
menjadikan suasan menjadi harmonis.
3. Sapa
Menurut Alfonsus Sutarno (2008: 36) menyapa identik dengan
menegur, menyapa bisa berarti mengajak seseorang untuk
bereakap-cakap. Tegur sapa bisa memudahkan siapa saja untuk
bergaul akrab, saling kontak, dan berinteraksii. Sedangkan
departemen pendidikan nasional (2008: 1225) menjelaskan bahwa
sapa berarti perkataan untuk menegur. Menegur dalam, hal ini
bukan berarti menegur karena salah, melainkan menegur karena
kita bertemu dengan seseorang, misalnya saja dengan memanggil
namanya atau menggunakan sapaan-sapaan yang sudah sering kita
gunakan seperti ―hey‖. Bila seseorang menyapa orang lain maka
suasana akan menjadi hangat dan bersahabat. Kata sapaan,menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus Pusat
Bahasa, 2002:998), berarti 'kata ajakan untuk bercakap; teguran',
ucapan, yang dalam konteks linguistik berarti 'kata atau frasa
untuk saling merujuk dalam pembicaraan dan yang berbeda-beda
menurut sifat hubungan di antara pembicara itu, seperti Anda, Ibu,
Saudara. Perkataan untuk menegur (mengajar bercakap-cakap,
dsb).
21
Aslinda, dkk. (2000:3) dengan mengutip pendapat Kristal (1991),
mendefinisikan sapaan sebagai cara mengacu seseorang di dalam
interaksi linguistik yang dilakukan secara langsung. Pendapat ini
sejalan dengan Nababan (1993:40), yang mengatakan bahwa
sistem tutor saga (sapaan) adalah alat seseorang pembicara untuk
menyatakan sesuatu kepada orang lain. Sapaan ini akan merujuk
kepada orang yang diajak bicara agar perhatiannya tertuju kepada
pembicaraan.
4. Sopan dan Santun
Menurut departemen pendidikan nasional (2008: 1330) sopan
memiliki arti hormat, takzim dan tertib menurut adat. Seseorang
yang sopan akan bersikap mengikuti adat, tidak pemah melanggar
adat. Sedangkan santun menurut departemen pendidikan nasional
(2008: 1224) memiliki pengertian ―halus dan baik (tingkah
lakunya), sabar dan tenting juga penuh rasa belas kasihan (sutra
menolong)‖. Seseorang yang bersikap santun akan mementingkan
kepentingan orang lain daripada kepentingan dirisendiri. Menurut
Mohamad Mustari (2011: 158) ―Kesantunan bisa mengorbankan
diri sendiri demi masyarakat atau orang lain‖. Inti dari bersikap
santun adalah berperilaku interpersonal sesuai tataran norma dan
adat istiadat setempat. Sopan santun menurut Taryati (dalam
Suharti, 2004: 61) adalah ―suatu tata cara atau aturan yang turun-
temurun dan berkembang dalam suatu budaya masyarakat, yang
memanfaat dalam pergaulan dengan orang yang dengan orang
22
lain, agar terjalin hubungan yang akrab, saling pengertian, hormat-
menghormati menurut adat yang telah ditentukan‖. Penjelasan
tentang, sopan santun tersebut sejalan dengan pernyataan Suwadji
(dalam Suharti, 2004: 62) bahwa sopan santun atau unggah-
ungguh berbahasa dalam bahasa Jawa mencakup dua hal, yaitu
tingkahlaku atau sikap berbahasa penutur dan wujud tuturannya.
Ujiningsih (2010: 3) berpendapat bahwa, sopan santun merupakan
istilah jawa yang dapat diartikan sebagai yang perilaku seseorang
yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai,
tidak sombong dan berakhlak mulia. Perwujudan dari sikap sopan
santun ini adalah perilaku yang menghormati orang lain melalui
komunikasi menggunakan bahasa yang tidak meremehkan atau
merendahkan orang lain. Dalam budaya jawa sikap sopan salah
satunya ditandai dengan perilaku menghormati kepada orang yang
lebih tua, menggunakan bahasa yang sopan, tidak memiliki sifat
yang sombong. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa senyum merupakan proses tindakan yang
memberikan stimulus sehingga seseorang memberikan respon
yang positif dan menghadirkan suasana yang tidak nyaman
menjadi nyaman dalam mengerjakan sesuatu. Dari dan respon
yang positif tersebut seseorang akan memberi salam kepada orang
lain, berarti seorang itu bersikap hormat kepada orang yang dia
beri salam. Salam akan sangat mempererat tali persauradaraan
karena pada saat seseorang mengucapkan salam kepada orang lain
23
dengan keikhlasan, suasana menjadi cair.
Kemudian, saga berarti perkataan untuk menegur. Menegur dalam
hal ini bukan berarti menegur karena salah, melainkan menegur
karena kita bertemu dengan seseorang, misalnya saja dengan
memanggil namanya atau menggunakan sapaan-sapaan yang
sudah sering kita gunakan seperti ―hey‖.
Bila seseorang menyapa orang lain maka suasana akan menjadi
hangat dan bersahabat. Perwujudan dari sikap senyum, salam,
saga, diatas akan mengkerucut terhadap perilaku sopan santun.
Sopan santun ialah perilaku yang menghormati orang lain melalui
komunikasi menggunakan bahasa yang tidak meremehkan atau
merendahkan orang lain dan dapat mempererat tali silaturahmi,
persaudaraan, serta rasa nyaman dalam berinteraksi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa budaya 5S adalah
budaya yang dilakukan oleh SMA Perintis 1 Bandar Lampung
sebagai salah satu cara untuk mematuhi tata tertib sekolah, ajaran-
ajaran norma, kebiasaan, yang diharapkan mampu memberikan
pengetahuan dan sikap siswa dalam berperilaku baik di sekolah
maupun di masyarakat. 5S adalah singkatan dari Senyum, Salam,
Sapa, Sopan dan Santun. Apabila semua siswa nienerapkan 5S
dalam keseharian mereka maka hal itu akan menjadikan
kepribadian dan sikap kearah yang positif dan sesuai dengan
harapan budaya sekolah di SMA Perintis I Bandar Lampung.
24
2. Sikap dan Disiplin Siswa Terhadap Kepatuhan Tata Terib di Sekolah
2.1. Definisi Sikap
Sikap merupakan unsur psikologi, oleh karma itu pengertian tentang
sikap, terkait dengan aspek-aspek psikologis. Selain itu pun
merupakan perwujudan psikologi. Definisi sikap telah cukup banyak
dikemukakan oleh para ahli psikologi dan pendidikan. Sikap atau yang
dalam bahasa fnggris disebut attitude adalah suatu cara bereaksi
terhadap satu perangsang. Suatu kecendrungan untuk bereaksi dengan
cara tertentu terhadap sesuatu perangsang atau situasi yang dihadapi.
Pada dasarnya sikap merupakan konsep evaluasi berkenaan dengan
objek tertentu, mengugah motif untuk bertingkah laku berarti bahwa
sikap mengandung unsur penilaian dan reaksi afektif, yang tidak sama
dengan motif, akan tetapi menghasilkan motif tertentu. Motif inilah
yang, kemudian menentukan tingkah laku nyata atau terbuka,
sedangkan reaksi afektifnya merupakan reaksi tertutup, sikap juga
digambarkan dalam, berbagai kualitas dan itensitas yang berbeda dan
bergerak secara kontiniu dari positif melalui area netral kearah negatif.
Menurut Prof. Dr. Djaali mengatakan bahwa sikap dapat didefenisikan
dengan berbagai cara dan setiap devenisi itu berbeda satu sama lain‖.
Trow mendefenisikan ―sikap sebagai suatu kesiapan mental atau
emosional dalam berbagai jenis tindakan pada situasi yang tepat‖.
Disini Trow lebih menekankan pada kesiapan mental dan emosional
seseorang terhadap sesuatu objek. Sementara itu Allport seperti
dikutip oleh Gable mengemukakan bahwa ―sikap adalah sesuatu
25
kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan
memberi pengaruh langsung kepada respon seseorang‖. Haden
mengemukakan bahwa ―sikap merupakan kesiapan atau kecendrungan
seseorang atau bertindak dalam menghadapi suatu objek atau situasi
tertentu‖. Jadi disini makna sikap terpenting apabila diikuti oleh
objeknya. Misalnya sikap tehadap Undang-Undang Pemilu, sikap
terhadap system kampanye dan lain-lain. Sikap adalah kecendrungan
untuk bertindak berkenaan dengan objek tertentu. Sikap bukan
tindakan nyata melainkan masih bersifat tertutup. Sikap seseorang
timbul berdasarkan pengalaman tidak dibawa sejak lahir serta sesuatu
yang diturunkan tetapi merupakan hasil belajar. Oleh karena itu sikap
dapat dibentuk atau diubah dan tidak mutlak sikap orang semuanya
memiliki kesamaan akan tetapi dapat pula berbeda antara satu dengan
yang lain karena perbedaan latar belakang, sosial, budaya. Sementara
itu L.L. trurstone dalam Abu Ahmadi bahwa:
Sikap sebagai tindakan kecendrungan yang bersifat positif atau
negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Orang
dikatakan memiliki sikap positif terhadap, suatu objek psikologi
apabila la suka (like) atau memiliki sikap yang favorable,
sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap, yang negatif
terhadap objek psikologi bila la tidak suka (dislike) atau sikapnya
unfavorable terhadap objek psikologi. Sikap seseorang bisa
terwujud dalam bentuk perasaan senang atau tidak senang, setuju
atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-hal tersebut.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan, sikap adalah
kecenderungan untuk bertindak berkenaan dengan objek tertentu ,
sikap bukan tindakan nyata (overtbehavior) melainkan masih bersifat
tertutup (covertbehavior). Dari semua pengertian yang sikap,
26
ungkapan di atas dapat diambil sebuah pengertian tentang sikap, yaitu
sikap adalah pendaiaii seseorang terhadap suatu obyek, situasi,
konsep, orang lain maupun dirinya sendiri akibat hasil dari proses
belajar maupun pengalaman di lapangan yang menyatakan rasa suka
(respon positif) dan rasa tidak suka (respon negatif). Sikap merupakan
salah satu tipe karakteristik afektif yang sangat menentukan
keberhasilan seseorang dalam proses peinbelajaran.
2.2. Definsi Disiplin Siswa
Secara etimologis, ―disiplin‖ berasal dari bahasa Latin, desclipina,
yang menunjukkan kepada kegiatan belajar mengajar. Istilah tersebut
sangat dekat dengan Istilah dalam bahasa Inggris, disciple yang berarti
mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang
pemimpin.
Istilah bahasa Inggris lainnya adlah discipline, yang berarti tertib, taat,
atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri. Secara
terminologis, banyak pakar yang mendefinisikan disiplin.
Soegarda Poerbakawatja mendefinisikan disiplin adalah ―suatu tingkat
tata tertib tertentu untuk mencapai kondisi yang baik guna memenuhi
fungsi pendidikan‖. Tulus Tu'u mengartikan kedisiplinan sebagai
―kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan
mentaati peraturan-peraturan, nilai-nilai dan hukum, yang berlaku
dalam satu lingkungan tertentu. Kesadaran itu antara lain, jika dirinya
berdisiplin baik, maka akan memberi dampak yang baik bagi
27
keberhasilan dirinya di masa mendatang‖. Prijodarminto (1994) dalam
Tu'u ('004:31) disiplin adalah ―suatu kondisi yang tercipta dan
berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan
keterikatan‖, Menurut Johar Permana, Nursisto (1986:14), Disiplin
adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban‖. Martian
Rachman (1999) dalam Tu'u (2004:32) menyatakan ―disiplin sebagai
upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat
dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan
dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari
dalam hatinya‖. Gordon (1996:3-4) membedakan kata disiplin dengan
mendisiplin. ―Disiplin biasanya diartikan sebagai perilaku dan tata
tertib yang sesuai dengan peraturan dan ketetapan, atau perilaku yang
diperoleh dari pelatihan, seperti disiplin dalam kelas atau yang disiplin
dalam tim bola basket yang baik. Sedangkan kata mendisiplin
didefinisikan sebagai menciptakan keadaan tertib dan patuh dengan
petatihan dan pengawasan dan menghukum atau mengenakan denda,
membetulkan, menghukum demi kebiasaan‖.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa disiplin adalah
suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati atau
mematuhi dan mendukung ketentuan, tata tertib, peraturan, nilai serta
kaidah yang berlaku. Tata tertib sekolah pada dasarnya merupakan
28
rangkaian aturan kaidah dan berisi aturan positif yang harus ditaati
oleh elemen sekolah. Oleh karena itu, pelanggaran terhadap tata tertib
yang telah diberlakukan sekolah, maka akin menimbulkan sanksi. Tata
tertib di sekolah bagi siswa adalah bagaimana siswa melaksanakan
aturan yang telah ditentukan sekolah, misalnya berseragam, bersepati
dan lain sebagainya. Peraturan ini ditetapkan sebagai upaya untuk
menciptakan kedisiplinan bagi siswa dan mendidik di sekolah.
3. Kepatuhan Tata Tertib Sekolah
3.1. Pengertian Kepatuhan
(Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002). Patuh adalah sutra
menurut, taat pada perintah, aturan. Jadi kepatuhan berarti sifat patuh
ketaatan. (Heri P, 1999). Kepatuhan merupakan suatu bentuk perilaku.
Prilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia,
sedangkan dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan
yang ada dalam diri manusia. Jadi kesimpulan tersebut ialah prilaku
taat siswa terhadap tata tertib sekolah yang seharusnya bersumber dari
dalam dirinya dan bukan karena paksaan atau tekanan dari pihak lain.
Kepatuhan yang baik adalah yang didasari oleh adanya kesadaran
tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan atau larangan-
larangan yang terdapat dalam tata tertib sekolah tersebut. Menurut
Djahiri (1985: 25), tingkat kepatuhan seseorang terhadap tata tertib,
meliputi:
a. Patuh karena takut pada orang atau kekuasaan atau paksaan.
b. Patuh karena ingin dipuji.
29
c. Patuh karena kiprah umurn atau masyarakat.
d. Taat atas dasar adanya aturan dan hukum serta untuk ketertiban.
e. Taat karena dasar keuntungan atau kepentingan.
f. Taat karena hal tersebut memang memuaskan baginya.
Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
kepatuhan seseorang khususnya siswa untuk mematuhi tata tertib
memang sangat penting. Karna dengan prilaku taat, siswa dapat
menaati tata tertib sekolah dan bersumber dari dalam dirinya dan
bukan karena paksaan atau tekanan dari pihak lain.
3.2. Pegertian Tata Tertib Sekolah
Untuk dapat menegakkan kesadaran hukum pada diri siswa,
diperlukan adanya tata tertib dan peraturan-peraturan bagi siswa. yang
diharapkan dengan adanya tata tertib, maka siswa akan menaati
peraturan yang berlaku sehingga akan terciptanya ketertiban. Menurut
Instruksi Menteri Pendidikan dan kebudayaan tanggal 1 Mei 1974,
No, 14/U/1974 dalam Suryosubroto (2010: 81), ―Tata tertib sekolah
ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-
hari dan mengandung sanksi terhadap pelanggarannya‖. Tata tertib
murid adalah bagian dari tata tertib sekolah, di samping itu masih ada
tata tertib guru dan tata tertib tenaga administrative.
Kewajiban menaati tata tertib sekolah adalah hal yang penting sebab
merupakan bagian dari sistem persekolahan dan bukan sekadar
sebagai kelengkapan sekolah. Menurut Siti Melchaty (1990: 151),
30
bahwa: ―Tata tertib adalah peraturan-peraturan yang mengikat
seseorang atau kelompok guna menciptakan keamanan, ketentraman,
dan kedamaian orang tersebut atau kelompok orang tersebut‖.
Kemudian Siti Melchaty (1990: 151), menambahkan bahwa tata tertib
meliputi yaitu :
1. Mengadakar- peraturan sekolah seperti piket, pakaian seragam, dan
lain-lain.
2. Sekolah membuat jadwal peraturan yang harus dipatuhi.
3. Aktif dan tertib mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.
4. Murid mentaati perintah guru khusus pelajaran seperti PR dan
Pramuka.
5. Perhatian anak didik diajar secara bertanggungjawab dengan
perorangan maupun kelompok.
6. Sekolah membuat jadwal masuk dan keluar.
Sedangkan lsmed Syarif dan A. Nawas Risa (1976:38), mengatakan
bahwa tata tertib meliputi yaitu :
1. Setiap siswa harus mempunyai buku-buku dan alat-alat pelajaran
yang dibutuhkan.
2. Badan bersih, sehat dan berpakaian rapi,
3. Menjaga ketenangan selama pelajaran berlangsung.
4. Lima menit sebelum masuk, murid harus sudah ada di kelas.
5. Mentaati waktu masuk, istirahat dan selama jam pelajaran tidak
membawa orang lain teman yang dapat mengganggu pelajaran.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ( 1998: 37), mengemukakan
bahwa: ―peraturan tata tertib sekolah adalah peraturan yang mengatur
segenap tingkah laku pars siswa selama mereka bersekolah untuk
menciptakan suasana yang mendukung pendidikan‖.
Pada dasamya tata tertib dibuat dengan menyesuaikan dan menetapkan
konsekuensi terhadap prilaku murid adalah sebagai berikut :
31
1) Tugas dan kewajiban dalam kegiatan intra sekolah:
a. Murid harus datang ke sekolah sebelum pelajaran dimulai.
b. Murid juga memperhatikan kegiatan ekstrakurikuler seperti:
kepramukaan, kesenian, palang merah remaja, dan sebagainya.
c. Murid tidak dibenarkan tinggal di dalam kelas pada saat jam
istirahat kecuali jika keadaan tidak mengizinkan, misalnya
sedang dalam keadaan hujan.
d. Murid boleh pulang jika pelajaran sudah selesai.
e. Murid wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah.
f. Murid wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan oleh
sekolah.
2) Larangan-larangan yang harus diperhatikan:
a. Meninggalkan sekolah jam pelajaran tanpa izin dari kepala
sekolah atau guru yang bersangkutan.
b. Merokok di sekolah.
c. Berpakaian tidak sombong atau bersolek yang berlebiban.
d. Kegiatan yang menganggu jalannya pelajaran.
3) Sanksi bagi murid dapat berupa:
a. Peringatan lisan secara langsung.
b. Peringatan tertulis dengan tembusan orang tua.
c. Dikeluarkan sementara.
d. Dikeluarkan dari sekolah.
Melihat penjelasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan
bahwa tata tertib sekolah dibuat secara resmi oleh pihak yang
32
berwenang dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan situasi dan
kondisi sekolah tersebut, memuat hal-hal yang diharuskan dan
dilarang bagi siswa selama berada di lingkungan sekolah dan apabila
mereka melanggar maka pihak sekolah berwenang untuk memberikan
sanksi sesuai dengan ketetapan.
Berdasarkan pengertian kepatuhan dan tata tertib yang telah
dijelaskan, maka yang dimaksud oleh peneliti tentang kepatuhan
terhadap tata tertib sekolah adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh
siswa dan didasari dari dorongan diri sendiri tanpa tanpa adanya
paksaan untuk mentaati peraturan yang telah dibuat secara resmi oleh
pihak sekolah yang mana didalamnya terdapat hal-hal yang
diharuskan, dilarang, dan terdapat sanksi bagi yang melanggarnya.
3.3. Tujuan Tata Tertib Sekolah
Sebelum membahas tentang tujuan tata tertib yang lebih luas, akan
penulis uraikan terlebih dahulu tujuan dari peraturan. Menurut
Hurlock (1990: 85), yaitu, ―Peraturan bertujuan untuk membekali
anak dengan pedoman berperilaku yang disetujui dalam situasi
tertentu‖. Misalnya dalam peraturan sekolah, peraturan ini memuat
apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh
siswa, sewaktu berada di lingkungan sekolah. Tujuan tata tertib adalah
untuk menciptakan suatu kondisi yang menunjang terhadap
kelancaran, ketertiban, dan suasana yang damai dalam pembelajaran.
Dalam informasi tentang WawasanWiyatamandala dalam Dekdikbud
33
(1993: 21), disebutkan bahwa. ―Ketertiban adalah suatu kondisi
dinamis yang menimbulkan keserasian dan keseimbangan tata
kehidupan bersama sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa‖. Dalam
kondisi sehari-hari, kondisi tersebut mencerminkan keteraturan dalam
pergaulan, penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana dan
dalam mengatur hubungan dengan masyarakat serta lingkungan.
Menurut Mia Kusmiati (20(14: 22), bahwa tujuan diadakannya tata
tertib salah satunya sesuai dengan yang tercantum dalam setiap butir
tujuan tata tertib, yaitu:
a. Tujuan peraturan keamanan adalah untuk mewujudkan rasa aman
dan tentram serta bebas dari rasa takut baik lahir maupun batin
yang dirasakan oleh seluruh warga, sebab jika antar individu tidak
saling menggangu maka akan melahirkan perasaan tenang dalam
setiap individu dan siap untuk mengikuti kegiatan sehari-hari.
b. Tujuan peraturan kebersihan adalah terciptanya suasana, bersih
dan sehat yang terasa dan nampak pada seluruh warga.
c. Tujuan peraturan ketertiban adalah menciptakan kondisi yang
teratur yang mencerminkan keserasian, keselarasan dan
keseimbangan pada tata ruang, tata kerja, tata pergaulan bahkan
cara berpakaian.
d. Tujuan peraturan keindahan adalah untuk menciptakan lingkungan
yang baik sehingga dapat menimbulkan rasa keindahan bagi yang
melihat dan menggunakannya.
e. Tujuan peraturan kekeluargaan adalah untuk membina tata
hubungan yang baik antar individu yang, mencerminkan sikap dan
rasa gotong royong, keterbukaan, saling membantu, tenggang rasa
dan saling menghonnati.
Berdasarkan uraian diatas, maka setiap warga negara bertanggung
jawab untuk menciptakan suasana yang aman, tertib, bersih, indah dan
penuh kekeluargaan, agar proses interaksi antar warga dalam rangka
penanaman dan pengembangan nilai, pengetahuan, keterampilan dan
wawasan dapat dilaksanakan.
34
Berdasarkan tujuan tata tertib sekolah yang telah dijelaskan, maka
peneliti menyimpulkan bahwa tata tertib sekolah bertujuan agar semua
warga sekolah mengetahui apa tugas, hak, dan kewajiban serta
melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan sekolah dapat berjalan
dengan lancar.
3.4. Peran dan Fungsi Tata Tertib Sekolah
Keberadaan tata tertib sekolah memegang peranan penting, yaitu
sebagai alat untuk mengatur perilaku atau sikap siswa di sekolah. M. I.
Soelaeman (1985: 82). berpendapat bahwa: ―Peraturan tata tertib itu
merupakan alat guns mencapai ketertiban‖. Dengan adanya tata tertib
itu adalah untuk menjamin kehidupan yang tertib, tenang, sehingga
kelangsungan hidup social dapat dicapai.
Tata tertib yang direalisasikan dengan tepat dan jelas serta konsekuen
dan diawasi dengan sungguh-sungguh maka akan memberikan
dampak terciptanya suasana masyarakat belajar yang tertib, damai,
tenang, dan tentram di sekolah.
Peraturan dan tata tertib yang berlaku di manapun akan tampak
dengan baik apabila keberadaannya diawasi dan dilaksanakan dengan
baik, hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Durkheim (1990: 107-
108), bahwa: ―Hanya dengan menghormati aturan-aturan sekolahlah si
anak belajar menghormati aturan-aturan umum lainnya, belajar
mengembangkan kebiasaan, mengekang, dan mengendalikan diri
semata-mata karena ia harus mengekang dan mengendalikan diri‖.
35
Dengan adanya pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa sekolah
merupakan ajang pendidikan yang akan membawa siswa ke kehidupan
yang pendidikan lebih lugs yaitu lingkungan masyarakat, dimana
sebelum anak (siswa) terjun ke masyarakat maka perlu dibekali
pengetahuan dan keterampilan untuk mengekang, dan mengendalikan
diri. Sehingga mereka diharapkan mampu menciptakan lingkungan
masyarakat yang tertib, tenang, aman, dan damai.
Tata tertib sekolah berperan sebagai pedoman perilaku siswa,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurtock (1990: 76), bahwa
Peraturan berfungsi sebagai pedoman perilaku anak dan sebagai
sumber motivasi untuk bertindak sebagai harapau sosial‖. Di samping
itu peraturan juga merupakan salah satu unsur disiplin untuk
berperilaku.
Hal ini sejalan dengan pendapat rang dikemukakan oleh Hurlock
(1990: 84), yaitu ―Bila disiplin diharapkan mampu mendidik anak-
anak untuk berpenilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan
kelompok sosial mereka, ia harus mempunyai empat unsur pokok,
apapun cara mendisiplinkan yang digunakan, yaitu peraturan sebagai
pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam
cara yang digunakan untuk mengajak dan memaksanya, hukuman
untuk pelangaran peraturan dan penghargaan untuk perilaku yang
sejalan dengan perilaku yang berlaku‖.
36
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa dalam
menerapkan disiplin perlu adanya peraturan dan konsistensi dalam
pelaksanaannya. Tata tertib sekolah mempunyai dua fungsi yang
sangat penting dalam membantu membiasakan anak mengendalikan
dan mengekang perilaku yang diinginkan, seperti yang dikemukakan
oleh Hurlock (1990: 85), yaitu:
a. Peraturan mempunyai nilai pendidikan sebab, peraturan
memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui oleh anggota
kelompok tersebut. Misalnya anak belajar dari peraturan tentang
memberi dan mendapat bantuan dalam tugas sekolahnya, bahwa
menyerahkan tugasnya sendiri merupakan satu-satunya cara yang
dapat diterima di sekolah untuk menilai prestasinya.
b. Peraturan menjadikan dan membantu mengekang perilaku yang
tidak diinginkan. Agar tata tertib dapat memenuhi kedua fungsi di
atas, maka peraturan atau tata tertib itu harus dimengerti, diingat,
dan diterima oleh individu atau siswa. Bila tata tertib diberikan
dalam kata-kata yang tidak dapat dimengerti, maka tata tertib tidak
berharga sebagai suatu pedoman.
Berdasarkan peran dan fungsi tata tertib sekolah yang telah dijelaskan,
maka peneliti mengemukakan bahwa tata tertib sekolah berperan
sebagai pedoman yang mengatur seluruh perilaku warga sekolah,
Sedangkan fungsi tata tertib sekolah adalah mendidik dan membina
perilaku siswa di sekolah, karena tata tertib berisikan keharusan yang
harus dilaksanakan oleh siswa. Selain itu tata ertl berisikan tertib juga
berfungsi sebagai 'pengendali' bagi perilaku siswa, karena tata tertib
sekolah berisi larangan terhadap siswa tentang suatu perbuatan dan
juga mengandung sanksi bagi siswa yang melanggarnya.
37
3.5. Tata Tertib SMA Perintis 1 Bandar Lampung
a. Kewajiban siswa/i di SMA Perintis 1 Bandar Lampung:
1. Setiap siswa/i SMA Perintis 1 Bandar Lampung wajib hadir
minimal 10 menit sebelum bel berbunyi.
2. Mulai belajar sekolah pukul 07.15 s.d selesai
3. Setelah bel tanda masuk berbunyi kemudian siswa/i berbaris
dengan rapih kemudian masuk kelas dengan tertib.
4. Memelihara ketertiban selama waktu belajar selama berada di
sekolah.
5. Menghadiri upacara bendera/nasional yang telah ditentukan
waktunya.
6. Memberi kabar jika berhalangan hadir/jika meninggalkan
sekolah.
7. Mengerjakan pekerjaan rumah/tugas yang diberikan guru.
8. Mengatur dan mempersiapkan buku pelajar, catatan dan alat
tulis.
9. Melunasi komite, LAB Bahasa Inggris, LAB Komputer setiap
bulannya.
10. Mematuhi dan melaksanakan tata tertib siswa dan budi pekerti
luhur.
11. Menyampaikan raport, kartu iuran sekolah kepada orang tua.
12. Harus dapat menjaga nama baik guru, orang tua, dan
almamater.
13. Membawa Al-Qur’an bagi siswa/I yang bernama Islam.
38
14. Harus berpakaian sekolah, yakni:
a) Senin s/d Rabu: Hari Senin upacara bendera lengkapan
seragam:
1. Pakaian Putih-Abu berserta bad lokasi sekolah, nama
siswa, bad lokasi kelas, dan bad OSIS.
2. Memakai topi ber cap SMA Perintis 1 Bandar
Lampung.
3. Memakai dasi ber cap SMA Perintis 1 Bandar
Lampung.
4. Memakai ikat pinggang hitam berlogo SMA Perintis 1
Bandar Lampung.
5. Memakai sepatu hitam putih di atas mata kaki.
6. Memakai kaos kaki putih setengah betis.
7. Khustis putri, memakai baju putih lengan panjang dan
rok biru panjang.
b) Kamis s/d Jumat : berpakaian batik hijau hitam.
1. Laki-laki : Baju batik lengan pendek, celana hitam
panjang, sepatu hitam kaos kaki hitam.
2. Perempuan : Baju batik lengan panjang, rok hitam
panjang, sepatu hitam kaos kaki hitam.
c) Sabtu : Berpakaian pramuka beserta atribut lengkap yaitu
Topi,bad,dasi,ikat pinggang sepatu hitam, kaos kaki hitam.
39
b. Larangan siswa/i SMA Perintis I Bandar Lampung :
1. Dilarang meninggalkan kelas sebelum jam pelajaran terakhir.
2. Dilarang memakai pakaian yang tidak sesuai dengan tata tertib
siswa.
3. Dilarang merokok, minuman keras, narkoba, dan sejenisnya di
lingkungan sekolah.
4. Dilarang melakukan/lmengadakan perjudian di kelas.
5. Dilarang membawa senjata tajam.
6. Dilarang berambut gondrong, (laki-laki).
7. Dilarang berkelahi dengan teman maupun dari sekolah lain.
8. Dilarang lompat pagar sekolah.
9. Dilarang membawa HP berkamera.
10. Dilarang mengaktifkan atau menggunakan HP pada jam
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
11. Dilarang merusak atau mencoret-coret tembok, buku pelajaran,
moubeller, baju seragam sekolah, dan tempat lainnya.
12. Dilarang membawa makanan di kelas.
13. Dilarang membuang sampah sembarangan.
14. Apabila jam kosong, ketua wajib lapor dan menghubungi guru
piket agar diatur lanjut dan dilarang berteriak atau ribut di
kelas.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua:
1. Bersedia hadir di sekolah jika ada hal-hal yang perlu
diselesaikan dengan sekolah diminta hadir ke sekolah.
40
2. Bersedia melaporkan keadaan belajar siswa di rumah yang bisa
membantu sekolah demi meningkatkan prestasi di sekolah.
3. Melaporkan penyakit yang biasa diderita oleh siswa untuk
menjadi bahan pertimbangan dalam pelajaran olah raga di
sekolah.
4. Menanyakan ke pihak sekolah mengenai perkembangan
belajar anak secara berkala.
5. Setiap pelajar hendaknya memiliki buku-buku/alat-alat
pelajaran yang telah ditentukan oleh sekolah demi kelancaran
proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
6. Siswa/i yang mempunyai keahlian atau kegemaran sesuai
dengan ekstrakulikuler (Pramuka, PMR, Karate, Pencak Silat,
dll) kiranya orang tua/wali murid dapat bekerja sama dengan
pihak sekolah.
7. Anak yang terlambat masuk/datang harus meminta izin kepada
guru piket.
8. Anak yang meinggalkan jam pelajaran karena perkepentingan
harus meminta izin kepada guru piket.
d. Sanksi-Sanksi
1. Pelanggaran terhadap tata tertib dikenakan sanksi pedagogi
berupa :
a. Peringatan lisan,
b. Peringatan tertulis kepada orang tuanya.
c. Diskors beberapa hart dan diberitugas dari sekolah.
41
d. Dikeluarkan dari sekolah atau dikembalikan kepada orang
tuanya.
2. Hukuman ringan terhadap pelanggaran tata tertib.
a. Menyapu halaman /lingkungan sekolah.
b. Mengepel/menyapu ruang kelas.
c. Membersihkan kamar mandi/toilet.
3. Hukuman bagi murid yang berambut gondrong :
a. Rambut dicukur oleh guru di sekolah.
4. Pelanggaran yang berat seperti: tawuran, berkelahi, membawa
senjata tajam, menggunakan narkoba, merokok, maka siswa
tersebut dapat dikeluarkan dari sekolah.
5. Apabila siswa ketahuan membawa HP kamera dan
menggunakan saat jam pelajaran berlangsung maka HP disita
oleh guru dan diambil kembali oleh orang tua.
B. Kerangka Pikir
Setiap sekolah mempunyai permasalahan terkait kepatuhan tata tertib.
Beberapa permaalahan yang terkait kepatuhan tata tertib yaitu perilaku siswa
yang tidak disiplin cendrung memiliki sikap yang kurang patuh terhadap tata
tertib yang ada. Sedangkan pihak sekolah yang tidak hanya tempat mencari
ilmu juga mempunyai banyak upaya dalam mendidik, membangun dan
meningkatkan kepatuhan siswa terhadap tata tertib. Khususnya pada SMA
Perintis 1 Bandar Lampung, mempunyai cara tersendiri untuk meningkatkan
kepatuhan siswa terhadap tata tertib yaitu Budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa,
42
Sopan, Santun ). Budaya 5S yaitu (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun )
merupakan bagian dari implementasi dari budaya sekolah. Sedangkan budaya
sekolah adalah seperangkat nilai, peraturan, norma, keyakinan, asumsi dasar,
tradisi (kebiasaan), filosofi, ideologi, motivasi, perasaan, harapan, sikap yang
mengikat kebersamaan dan menjadi ciri khan sekolah atau citra yang
membedakan sekolah satu dengan sekolah lainnya. Budaya 5S (senyum,
salam, saga, sopan, santun) adalah budaya yang di terapkan pada SMA
Perintis 1 Bandar Lampung sebagai cara untuk membudayakan dan
pemberdayaan penyelenggaraan pendidikan peserta didik yang dilakukan
sepanjang hayat yang dilakukan sepanjang hayat, yaitu agar dapat
mengembangkan keinampuan dan membentuk watak dan sikap peserta didik
sehingga menjadi peradaban bangsa yang bermartabat yaitu sesuai dengan UU
No.20 tahun 2003 tentang Sidiknas. Budaya sekolah membentuk keperibadian
dan watak dan sikap dalam berperilaku taat, tanggung jawab, ramah,
menghormati, menghargai, sopan dan santun dalam berperilaku.
43
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Aspek Penilaian Budaya 5S
(Senyum, salam, sapa, Sopan, Santun)
(X)
1. Kognitif
2. Efektif
3. Konatif
Aspek Penilaian Kepatuhan Tata
Tertib Sekolah
(Y)
1. Kewajiban Siswa/Siswi di Sekolah.
2. Larang-Larangan Siswa di Sekolah.
3. Sanksi
44
C. Hipotesis
―Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap runiusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kahmat pernyataan‖ (Sugiyono, 2012: 96).
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
HO : Tidak ada Peranan Budaya 5s (senyum, salam, sapa, sopun, santun)
Dalam Meningkatkan Kepatuhan Siswa Terhadap Tata Tertib di SMA
Perintis 1 Bandar Lampung,
HI : Ada Peranan Budaya 5s (senyum, salam, sapa, santun) Dalam
Meningkatkan Kepatuhan Siswa Terhadap Tata Tertib di SMA Perintis
I Bandar Lampung.
45
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitia ini adalah deskriptif
kilantitatif dengan pendekatan penelitian Survei. Riduwan (2010:49)
penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar
maupun keen, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil
populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan
hubungan antar variabel.
B. Populasi dan Sampel.
1. Populasi
Populasi ialah hal penting dalam penelitian, karena keberadaannya
menentukan validitas data yang diperoleh. Dalam hal ini Riduan (2002:3)
mengemukan ―Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit
hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian‖. Menurut Suharsimi
Arikunto (2006:130) ―populasi adalah keseluruhan subjek penelitian‖. Jadi
populasi merupakan keseluruhan obyek yang menjadi sasaran penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Peintis 1
Bandar Lampung.
46
Tabel 2. Data Populasi Siswa Kelas XI di SMA Perintis I Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2017/2018.
No Kelas Siswa
Jumlah L P
1. XI IPA. 1 17 18 35
2. XI IPA,2 18 20 38
3. xi IPS. 1 18 9 27
4. XI -IPS. 2 21 13 34
Jumlah 74 60 134
Sumber : “Tara Usaha, SMA Perintis I Bandar Lampung TA 2017 2018 “.
2. Sampel
Menurut dari jumlah Sugiyono (2012: 62)‖sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi‖. Menurut Sangadji
dan Sopiah (2010: 186) ―sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi.‖ Menurut, Sujanveni dan
Endrayanto (2012: 13) ―sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi‖. Berdasarkan beberapa pendapat
ahli tersebut dapat penulis simpulkan bahwa sampel adalah sebagian
bagian dari populasi yang diambil. Teknik yang digunakan dalam
menetukan sampel penelitian ini menggunakan rumus, Arikunto
(2006:38), yang menyatakan bahwa ―untuk ancer-ancer, jika subjek
kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi dan jika populasinya lebih dari 100 maka
diambil 15-25% atau lebih. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa sampel yang akan diambil dalam penelitian ini
sebanyak 15% dari semua jumlah siswa kelas XI. Jadi sampel penelitian
ini adalah
47
Dari rumus yang digunakan diperoleh 20 responden, jika dibulatkan maka
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 responden dengan taraf
kesalahan 15% yang merupakan banyaknya siswa di kelas XI Perintis I
Bandar Lampung. Dari rumus tersebut maka diperoleh jumlah sampel
yang menjadi objek penelitian yaitu sebagai berikut
Tabel 3. Rincian Jumlah Sampel
No. Kelas Jumlah Persen Sampel
1. XI IPA. 1 35 15% 5
2. X-1 IPA, 2 38 15% 6
3. XI IPS, 1. 27 15% 4
4. XI IPS.2 34 15% 5
Total 20
C. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2008M) Mengemukakan bahwa variabel adalah objek
penelitian, atau apa yang menjadi variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini penulis
membedakan dua variabel bebas sebagai variabel yang mempengaruhi (X)
Budaya 5S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) dan variabel terikat
sebagai variabel yang dipengaruhi (Y) Kepatuhan Tata Tertib Sekolah yaitu :
a. Variabel Bebas (X) Budaya 5S ( senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun )
Willard Waller (Peterson dan Deal, 2009: 8) menyatakan bahwa ―setiap
sekolah mempunyai budayanya sendiri, yang berupa serangkaian nilai,
norma, aturan moral, dan kebiasaan, yang telah mernbentuk perilaku dan
hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya‖.
Hal ini sesuai dengan teori perilaku dari Albert Bandura dan Thomas
Lickona ―Program Lima S dapat membangun karakter siswa yang
48
berbentuk : (1) religius, (2) disiplin, (3) demokratis, (4)
bersahabat/komunikatif, (5) cinta damai,(6) peduli lingkungan, (7) peduli
sosial, (8) bertanggungjawab‖. Sehingga budaya 5s mempunyai peranan
dalam meningkatkan perilaku positif siswa dalam membiasakan kepatuhan
terhadap tata tertib di lingkungan sekolah.
b. Variabel Terikat ( Y ) Kepatuhan Tata Tertib Sekolah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1998: 37), mengemukakan
bahwa: ―Peraturan tata tertib sekolah adalah peraturan yang mengatur
segenap tingkah lake para siswa selama mereka bersekolah untuk
menciptakan suasana yang mendukung pendidikan‖. Namun dalam
prakteknya peraturan tersebut masih banyak di langgar oleh siswa dan
sikap patuh mereka pun belurn dilandasi oleh kesadaran juga para siswa
tersebut belum memahami tujuan tata, tertib itu, mengapa hal tersebu
harus di buat dan harus dipatuhi.
D. Definisi Konseptual Variabel
Siregar (2010:108) Konsep adalah suatu istilah, terdiri dari satu kata, atau
lebih yang menggambarkan suatu generalisasi terhadap gejala yang berlaku
umum atau abtraksi mengenai suatu penomena yang dirumuskan atas dasar
generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau
individu tertentu.
Maka konsep variable nya ialah :
(X) Peranan Budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) : Keyakinan,
nilai, norma, dan kebiasaan yang di wujudkan dalam perilaku dan
49
pembiasaan di lingkungan sekolah.
(Y) Kepatuhan Tata Tertib Sekolah : Perilaku yang melaksanakan kewajiban
dan menghindari larangan – larangan peraturan di lingkungan sekolah.
E. Definisi Oprasional Variabel
Untuk memahami objek permasalahan dalam pencli-tian ini secara jelas, maka
diperlukan pendefinisisan variabel secara oprasional.
a. Peran Budaya 5S (Senyum,Salam,Sapa,Sopan,Santun) disini adalah
sebagai sebuah program yang terdapat didalam kurikulum sekolah juga
berfungsi sebagai pembinaan sikap peserta didik terhadap kepatuhan tata
tertib sekolah yang diharapkan mampu menghasilkan dan pembiasaan
perilaku siswa yang tidak hanya mengedepankan sisi kognitifnya saja
tetapi juga sisi afektif siswa yang lebih baik. Dalam penelitian ini untuk
metigukur aspek peranan budaya 5S dapat dilihat dari aspek:
1. Kognitif
Mann (dalam Azwar, 1995) menjelaskan bahwa komponen kognitif
berisikan persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki Individu
mengenai sesuatu. Menurut pendapat Ali di atas maka komponen
kognitif dapat menstimulus sikap peserta didik dalam berbudaya 5S
(Senyum, Salam, Sapa; Sopan, Santun),
2. Afektif
Mann (dalam Azwar, 1995) Komponen afektif merupakan perasaan
individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek
emosional inilah yang biasanya berakar paling bertahan terhadap
pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.
50
Menurut pendapat ahli di atas maka komponen afektif paling bertahan
lama dan berpengaruh untuk mengubah sikap peserta, didik agar
tercapai unsur budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun).
3. Konatif
(Azwar, 1995) Sementara, itu komponen perilaku (Konatif) berisi
kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu
dengan Cara-cara tertentu. Menurut penjelasan tersebut maka
komponen konatif cenderung untuk mengubah pemahaman dan
perasaan yang telah tertanam didiri peserta didik terkait unsur budaya
5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) menjadi reaksi dan tindakan
peserta didik dalam bersikap.
b. Kepatuhan Terhadap Tata Tertib di Sekolah menurut Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (1998: 37), mengemukakan bahwa :
―Peraturan tata tertib sekolah adalah peraturan yang mengatur segenap
tingkah laku para siswa selama mereka bersekolah untuk menciptakan
suasana yang mendukung pendidikan‖. Pada dasarnya tata tertib dibuat
dengan menyesuaikan dan menetapkan konsekuensi terhadap prilaku
peserta didik.
Kepatuhan Terhadap Tata Tertib Sekolah dapat dilihat dari indikator
1. Kewajiban Siswa di Sekolah
Yaitu hal-hal apa saja yang yang harus dilakukan oleh siswa sewaktu
berada di kehidupan sekolah sehari-hari dan kewajiban menaati tata tertib
sekolah adalah hal yang penting sebab merupakan bagian dari sistem
persekolahan dan bukan sekadar sebagai kelengkapan sekolah. Misalnya,
51
murid wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan oleh sekolah,
murid harus datang ke sekolah sebelum pelajaran dimulai, murid wajib
menjaga kebersihan dan keindahan sekolah dsb.
2. Larangan-Larangan Siswa di Sekolah
Yaitu hal-hal apa saja yang yang tidak boleh dilakukan oleh siswa sewaktu
berada di kehidupan sekolah sehari-hari dan jika melanggar biasanya ada
sanksi yang diterima berupa hukuman sesuai dengan peraturan sekolah.
Misalnya, berpakaian tidak, senonoh, berkelahi, merokok, membawa
senjata tajam.
3. Sanksi
Yaitu tindakan pemberian hukuman yang dilakukan oleh sekolah apabila
mendapati siswa yang melanggar peraturan sekolah tergantung seberapa
ringan atau beratnya pelanggaran yang di lakukan siswa. Misalnya
pelanggaran seperti tawuran, berkelahi, membawa senjata tajam,
menggunakan narkoba, merokok, maka siswa tersebut dapat dikeluarkan
dari sekolah.
F. Rencana Pengukuran Variabel
Variabel yang diukur dalam rencana penelitian ini adalah peranan budaya 5S
(Senyurn, Salam, Sappt, Sopap, Santun) (X) dengan indikator dan tingkat
keterlaksanaan yang diukur yaitu:
1. Berperan
2. Cukup Berperan
3. Kurang Berperan
52
Selanjutnya variabel (Y) tentang kepatuhan siswa terhadap norma di sekolah
dengan indikator dan tingkat keterlaksanaan yang diukur yaitu
1. Patuh
2. Cukup Patuh
3. Kurang Patuh
G. Teknik Pengumpulan Data
Salah satu cara dalam melengkapi penelitian ini adalah menggunakan teknik
pengumpulan data. Hal ini dimaksudkan untuk mendapat data yang lengkap
dan nantinya dapat mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut
1. Teknik Pokok
a. Metode Angket
Menurut Riduwan (2010:71). Angket adalah datlar pertanyaan yang
diberikan kepada prang lain bersedia memberikan respons (responder)
dengan permintan pengguna. Tujuan penyebaran angket ialah mencari
sesuai informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden
tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak
sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Sasaran
angket dalam penelitian ini adalah peserta didik SMA Perintis 1
Bandar Lampung sebagai responden guna memperoleh data dan
informasi yang relevan. Dalam penelitian ini digunakan angket karena
data yang diperlukan adalah angka-angka yang berupa skor nilai, untuk
memperoleh data utarna dan dianalisis.
53
Setiap alternatif memiliki 3 jawaban yaitu (a), (b), (c) yang setiap
jawabannya diberi nilai bervariasi. Masing-masing mempunyai skor
atau bobot yang berbeda yaitu:
1. Altematif jawaban a (sesuai dengan harapan) diberi skor 3
2. Altematif jawaban b (kurang sesuai dengaan harapan) diberi skor 2
(tidak sesuai
3. Alternatif jawaban c (tidak sesuai dengan harapan) diberi skor 1
2. Teknik Penunjang
a. Observasi
Riduwan (2010:76). Mengatakan Teknik Observasi yaitu melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari
dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat
perilaku dan tindakan manusla, fenomena alam (kejadian-kejadian
yang ada dialam sekitar), proses kerja dan penggunaan responden
kecil. Dari pengertian diatas penulis langsung melakukan pengamatan
terhadap objek penelitian yang meliputi kegiatan, atau aktivitas di
SMA Perintis I Bandar Lampung.
b. Wawancara
Riduwan (2010:74). Mengatakan Wawancara adalah suatu cara
pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi
langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin
mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah
responden sedikit. Dari pengngertian diatas dapat disimpulkan Teknik
54
ini digunakan untuk melengkapi data yang kurang jelas dan hasil
jawaban angket.
c. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk menemukan dan memperoleh data berupa
bahan-bahan tertulis mengenai informasi-informasi dan data-data lain
yang relevan. Teknik ini digunakan dengan mencatat data tertulis
tentang, keadaan siswa berupa catatan kasus dan catatan prilaku sehari-
hari disekolah, jumlah anak yang melanggar aturan sekolah di SMA
Perintis 1 Bandar Lampung. Sumber data ini diperoleh dari data buku
kasus siswa atau catatan perilaku siswa di SMA Perintis 1 Bandar
Lampung.
H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
1. Uji Validitas Alat Ukur
Uji validitas menurut Arikunto (2014:211) ―Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan sesuatu
instrument. Suatu instrument yang valid mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah‖. Validitas item soal dalam penelitian ini ditentukan melalui
kontrol langsung terhadap teori-teori yang, melahirkan indikator-indikator
yang dipakai.
Pada penelitian ini penulis mencoba menggunakan uji validitas logika,
(Logica uji Validity) yaitu salah satu instrumen yang memenuhi
persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut
55
dipandang terpenuhi karma instrumen yang bersangkutan sudah dirancang
secara, baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Sebuah validitas
logis dapat dicapai apa bila instrument disusun dengan ketentuan yang ada,
sehingga validitas, logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi secara langsung
diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun. Dengan demikian
untuk menentukan validitas ini maka perlu dilihat dari susunan pola tes
dan konsultasi pembimbing.
2. Uji Reliabilitas
Uji angket digunakan untuk menguji apakah alat ukur bisa dipakai atau
tidak. Menurut Arik-unto (2014:221) ―Reliabilitas merupakan suatu
instrument yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik sehingga mampu
mengungkapkan data yang bias dipercaya‖. Reliabilitas menunjukan
bahwa suatu instrument dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik dengan teknik
belah dua. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk uji reliabilitas
angket yaitu :
a. Melakukan uji coba angket dengan 10 orang di luar responder
b. Hasil uji coba dikelompokkan dalam item ganjil dan item genap
c. Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan ke dalam rumus product
moment, yaitu:
√
56
Keterangan :
Hubungan variabel x dan y
x = Variabel bebas
Y = Variabel terikat
N = Jumlah sampel
(Suharsimi Arikunto, 2014:213) Selanjutnya untuk mengetahui koefisien
seluruh angket digunakar, rumus Spernian Brown sebagai berikut :
Keterangan :
rxy rxy = Koefisien seluruh tes
rgg = Koefisien korelasi item ganjil dan genap
Kriterian reliabilitas adalah sebagai berikut :
0,90-1,00 : Reliabilitas tinggi
0,50-0,99 : Reliabilitas sedang
0,00-0,49 : Reliabilitas rendah
I. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yaitu menguraikan
katakata dalam, kalimat serta angka dalam kalimat secara sistematis. Dalam
penelitian ini analisis data dilakukan setelah data terkumpul yaitu dengan data,
menyelesaikan dan selanjutnya dilakukan klasifkasi rnengi data kemudian
menyusun data. Adapun tekniknya sebagai berikut :
57
Keterangan :
I = Interval
NT = Nilai tertinggi
NR = Nilai terendah
K = Kategori
Punentuan tingkat presentase digunakan rumus yang dikemukakan oleh Ali
(1984 : 184) sebagai berikut :
Keterangan :
P = Besarnya Persentase
F = Jumlah jawaban dari seturuh item
N = Jumlah perkalian item dengan responder
Untuk mendefinisikan banyaknya persentase yang diperoleh digunakan
kriteria sebagai berikut:
76% - 100% = Baik
56% - 75% = Cukup Baik
<55% = Kurang Baik
Pengujian keeratan hubungan dilakukan dengan menggunakan rumus Chi
Kuadrat sebagai berikut:
Keterangan :
Eij : Frekuensi yang diharapkan
nio : Jumlah baris ke-i
58
noj : Jumlah kolom ke-j
1. Memasukkan data dari hasil frekuensi yang diharapkan kedalam rumus
Chi Kuadrat (Sudjana, 2005: 280) yaitu:
∑∑
Keterangan :
= Chi Kuadrat
= Jumlah baris
= Jumlah kolom
Oij = Frekuensi pengamatan
Eij
= Frekuensi yang di harapkan
Kriteria uji sebagai berikut :
a. Jika X2 hitung lebih besar atau lama dengan X
2 tabel dengan tarif
signifikan 5 % maka hipotesis diterima.
b. Jika X2 hitung lebih kecil atau sama X
2 tabel dengan tarif signifikan
5% maka hipotesis ditolak.
2. Selanjutnya data akan diuji dengan menggunakan rumus koefesien
kontingen (Sudjana, 2005:282), yaitu :
√
Keterangan :
C = Koefisien Kontingensi
x2 = Chi Kuadrat
59
n = Jumlah Sampel
Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat
asosiasi faktor-faktor, maka harga C dibandingkan dengan koefisien
kontingensi maksimum yang bisa terjadi. Harga C maksimum ini dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
√
Keterangan -.
Cmaks = Koefisien Kontingensi
M = Harga minimum antara banyak baris dan kolomg dengan kriteria
uji hubungan ― makin dekat harga C kepada Cmaks makin besar derajat
asosiasi antara faktor. Dengan kata lain faktor yang satu makin berkaitan
dengan faktor yang lain‖. (Sudjana 2005:282)
3. Kemudian hasil pengolahan data tersebut dijadikan patokan untuk
menentukan tingkat keeratan pengaruh dengan menggunakan rumus
berikut :
Dengan kategori atau klasifikasi sebagai berikut :
0,00-0,27: Kategori kurang baik
0,28-0,55: Kategori cukup baik
0,56-0,83: Kategori baik
(Manase Malo, 1985:139).
102
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian khususnya analisis
data seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa peran Budaya 5S (Senyum,Salam,Sapa,Sopan, Santun),
yaitu: Kognitif, Afektif dan konatif. Meningkatkan Kepatuhan Peserta Didik
Terhadap Tata Tertib Sekolah, yaitu : Kewajiban Peserta DIM, Larangan
Peserta Didik dan Sanksi, memiliki kategori cukup bail: yang paling dominan.
Hal ini berarti peserta didik memiliki pengetahuan tentang budaya 5S serta
meyakini bahwa budaya, 5S cukup baik untuk di terapkan dan peserta didik
sudah cukup melaksanakan program budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa,
Sopan, Santun) di lingkungan sekolah. Sehingga pescrta didik cukup patuh
terhadap tata tertib yang berlaku di sekolah SMA Perintis I Bandar Lampung.
Dapat disimpulkan bahwa peran budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan,
Santun) cukup berperan bagi peserta didik dalam mcninukatkan kepatuhan tata
tertib di SMA Perintis I Bandar Lampung.
103
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di SMA Peritis 1 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2017/2018, maka peneliti memberikan saran bagi para pembaca
terutama bagi rekan-rekan guru antara lain:
1. Bagi kepala sekolah, untuk dapat lebih mengevaluasi pengembangan
program budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun).
2. Bagi guru, dapat memberikan contoh kepada peserta didik untuk lebih
menerapkan dan meningkatkan program budaya 5S (Senyum, Salam,
Sapa, Sopan, Santun)
3. Bagi peserta didik, agar dapat lebih meningkat dan menerapkan budaya 5S
(senyum, salam, sapa, sopan, santun) sehingga berprilaku positif.
104
DAFTAR PUSTAKA
Alfonsus Sutarno, (2008). Etiket Kiat Serasi Berelasi, Yogyakarta, Kanisius.
Arikunto, Suharsimi 1995, Manajemen Penelitian, Cetakan Ke-3, Yogyakarta:
Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka,
Hasjimy, A. 1995. Tata Tertib Sekolah. Jakarta: Bulan Bintang.Yatim, Badri
2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Istingadatu Faozah (2014). Pelaksanaan Pendidikan Karakter Melalui Program 5S
(Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) di Sd Negeri 1 Sedayu Kecamatan
Sedayu Kabupaten Bantul. Univeritas Negeri Yogyakarta.Skripsi.
Kurnia Adi , Bambang Qomaruzzaman. 2012. Membungun Budaya Sekolah,
Cetakan Ke-1. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Muhammad Muhyidin. 2007. Mukjizat Salam dan Silaturahmi. Yogyakarta: Difa
Press.
Peterson , Deal. 2009.The Shaping School Culture, Cetakan Ke-1. Jakarta:
Gramedia.
Putri Zudhah Ferryka (2016). Program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun)
Dalam Membangun Karakter Siswa Sekolah Dasar Untuk Menyongsong
Generasi Emas. Universitas Widya Dharma Klaten.Skripsi.
Saikhul Hadi. 2013. Keajaiban Senyuman Menguak Rahasia di Balik Senyuman
dun Tawa Dalam Bisnis, Kesehatan, dun Penyembuhan. Yogyakarta: Gava
Media.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sumarno, D. 1995. Gerakan Disiplin Nasional, Jakarta: C.V. Java Abadi
Sumarno, D. (1998). Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib
Sekolah . Jakarta : C.V. Jaya Abadi