peran komisi kepolisian nasional ... - fakultas hukum...

133
i PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL (KOMPOLNAS) DALAM PENGAWASAN PERKARA PIDANA DI TINGKAT PENYIDIKAN SKRIPSI Untuk Memenui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Oleh: Dyah Tantri Tillotami E1A010042 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2014

Upload: truongngoc

Post on 05-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

i

PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL (KOMPOLNAS) DALAM

PENGAWASAN PERKARA PIDANA DI TINGKAT PENYIDIKAN

SKRIPSI

Untuk Memenui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Oleh:

Dyah Tantri Tillotami

E1A010042

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2014

Page 2: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

ii

Page 3: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

iii

Page 4: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL

(KOMPOLNAS) DALAM PENGAWASAN PERKARA PIDANA DI TINGKAT

PENYIDIKAN. Melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan

terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Angkasa, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman.

2. Bapak Sanyoto, S.H., M.Hum. selaku Ketua Bagian Hukum Acara Fakultas

Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

3. Bapak Dr. Hibnu Nugroho, S.H., M.H. dan ibu Handri Wirastuti Sawitri,

S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing skripsi penulis, atas segala bimbingan,

bantuan, arahan, dukungan dan masukan yang telah diberikan selama

penulisan skripsi ini. Terima kasih atas bimbinganya semoga suatu saat nanti

penulis dapat membalas jasa yang telah Bapak dan Ibu berikan. Walaupun

penulis tahu, Bapak dan Ibu tidak mengharapkan imbalan apapun dari

penulis.

4. Bapak Pranoto, S.H., M.H. Dosen Penguji skripsi penulis yang telah bersedia

untuk menjadi penguji penulis.

5. Bapak Komari, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik

penulis.Terima kasih atas kebaikan serta kesediannya setiap kali penulis

berkonsultasi Kartu Rencana Studi (KRS).

Page 5: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

v

6. Segenap dosen, karyawan, dan karyawati serta keluarga besar Fakultas

Hukum Universitas Jenderal Soedirman, yang telah berjasa kepada Penulis

selama menempuh kuliah.

7. Ibuku tercinta Maria Stephanie wanita terhebat yang telah melahirkan,

menyayangi, membesarkan, mendoakan dan memberikan motivasi kepada

penulis.

8. Mamah ku tersayang Suryati wanita yang telah merawat, menyayangi,

membesarkan, mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis.

9. Bapakku Kusmanto lelaki yang telah mendidik, menyayangi, mendoakan dan

selalu memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi.

Terimakasih atas semua cinta, perjuangan, dukungan, nasihat-nasihat serta

doa yang terus-menerus diberikan kepada penulis hingga saat ini.Terimakasih

yang setulus-tulusnya untuk kalian, walaupun penulis tahu bahwa ucapan

terimakasih tidak cukup untuk mewakili betapa penulis bangga dan sayang

terhadap kalian, semoga Allah SWT membalas segalanya yang telah papa dan

mama berikan kepada saya. Amin.

10. Adikku tercinta Dyah Niken Larasati, Dimas Tantra Eswaryapada, dan Dimas

Rakyan Suryokusumo yang telah mendoakan penulis.

11. Anak-anak “BOBO” betty, ika, aya, ama, pika, ein, dini, syarah, anti, kiki,

budi, hilman yang telah memberikan warna-warni selama kuliah dari sedih,

senang, banyak cerita indah yang tak pernah penulis lupakan.

Page 6: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

vi

12. Teman-teman “PLKH” riska, ica, usi, haya, ama, arif, oki, syarah, ika,

hilman, ai terimakasih atas kerjasamanya.

13. Keluarga Besar Justitia English Club, Organisasi tempat penulis menimba

ilmu dan berproses.

14. My partner in Public Relation JEC bondan you are the best, zhara, loria, saad,

and andra terimakasih atas semua hal menyenangkan yang sudah kalian

berikan untuk penulis.

15. My partner skripsweet pika dan deta terimakasih atas semua semangat yang

telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

16. Terimakasih banyak buat mira, ana, tami, fajar, nanda tidak ada kata-kata lain

yang dapat menggambarkan kalian kecuali “kalian luar biasa”.

17. Keluarga Besar FH UNSOED angkatan 2010, teman-teman UKM di kampus

merah, serta semua pihak yang turut membantu dan tidak mungkin penulis

sebutkan satu persatu.

18. Temen-temen terbaik ku di luar Fakultas Hukum Unsoed baning, ifha, dita,

dan farah terimakasih untuk semua doa dan semangat yang kalian berikan

untuk penulis.

Semoga segala kebaikan yang mereka berikan kepada penulis,

mendapatkan balasan sebesar-besarnya dari ALLAH SWT. Penulis juga

memohon maaf kepada semua pihak apabila terdapat kesalahan dalam ucapan

maupun tindakan selama berproses di FH UNSOED. Akhir kata, semoga

skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan tentang Hukum

Page 7: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

vii

Acara khususnya Hukum Acara Pidana.

Purwokerto, Agustus 2014

DYAH TANTRI TILLOTAMI

E1A010042

Page 8: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

viii

PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DALAM PENGAWASAN

PERKARA PIDANA DI TINGKAT PENYIDIKAN

Oleh:

Dyah Tantri Tillotami

E1A010042

ABSTRAK

Dewasa ini kinerja para aparatur penegak hukum khususnya dalam hal ini

lembaga kepolisian makin banyak disorot dan menjadi perhatian publik akibat

kinerjanya yang buruk. Sebagai lembaga pengawas eksternal Polri Komisi

Kepolisian Nasional (Kompolnas) turut berkewajiban untuk memperbaiki kinerja

Polri sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan hambatan

yang dialami oleh Kompolnas dalam melaksanakan pengawasan perkara pidana

khususnya di tingkat penyidikan. Guna mencapai tujuan tersebut maka penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan

spesifikasi penelitian preskriptif.

Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mempunyai dua peran pokok

dalam melaksanakan pengawasan perkara pidana di tingkat penyidikan yang

tertuang dalam Perpres Nomor 17 tahun 2011 yaitu sebagai lembaga pengawas

eksternal Polri dan sebagai penerima Saran dan keluhan dari Masyarakat (SKM).

Terdapat 3 kendala yang dialami Kompolnas dalam melaksanakan peranya

tersebut. Kendala internal Kompolnas yang pertama adalah kurangnya sumber

daya berupa man power dan wewenang punitif yang tidak dimiliki Kompolnas.

Kendala internal kedua Kompolnas adalah kurangnya kecepatan waktu yang

dibutuhkan oleh Polda untuk membalas surat permohonan klarifikasi yang

dikirimkan oleh Kompolnas. Kendala eksternal Kompolnas dalam melaksanakan

tugasnya adalah kesediaan untuk diawasi dan kesediaan untuk berubah anggota

Polri yang melakukan pelanggaran.

Kata Kunci : peran, pengawasan, penyidikan.

Page 9: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

ix

ABSTRACT

The current performance of law enforcement, especially police department

is high lighted and become public attention cause of it’s bad performance. As

anexternal monitoring department of the National Police Commission Police

(Kompolnas) is also obliged to improve the performance of the Police so, the aim

of this research is to perceive the roleand the obstacle experienced by the

National Police Commissionin carrying out the supervision of the criminal case,

especially on investigation. To achieve the goal, the research was conducted

using research methods to the specification of normative juridical prescriptive

research.

National Police Commission (Kompolnas) has two main roles in carrying

out surveillance on investigation of criminal cases which statein Presidential

Decree No. 17of 2011 is as an external regulatory department and the police as

the recipient of the Community Suggestions and complaints (SKM). There are 3

obstacles by the National Police Commission in carrying out the role. Internal

constraints in Kompolnas the first is the lackness of human resources in the form

of man power and authority that is not owned Kompolnas punitive. The second

internal constraints is the lackness of speed Kompolnas time required by the

Police to reply to requests for clarification submitted by the National Police

Commission. Kompolnas external constraintsin performing their duties is

awillingness to be supervised and willingness to change members of the police

who committed the offense.

Keywords: role, supervision, investigation.

Page 10: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN.................................................................................. iii

KATA PENGANTAR....................................................................................... iv

ABSTRAK......................................................................................................... viii

ABSTRACT........................................................................................................ ix

DAFTAR ISI..................................................................................................... x

DAFTAR SINGKATAN.................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1

B. Perumusan Masalah.................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian........................................................................................ 8

D. Kegunaan Penelitian................................................................................... 9

1. Kegunaan Teoritis................................................................................... 9

2. Kegunaan Praktis.................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyidikan................................................................................................ 10

1. Penyidikan Secara Umum....................................................................... 10

2. Proses Penyidikan oleh penyidik.......................................................... 15

a. Penangkapan.................................................................................. 18

b. Penahanan...................................................................................... 22

Page 11: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

xi

c. Penggeledahan............................................................................... 31

d. Penyitaan........................................................................................ 38

e. Pemeriksaan Surat......................................................................... 45

f. Penghentian Penyidikan................................................................. 54

B. Komisi Kepolisian Nasional..................................................................... 49

1. Pengertian Kompolnas....................................................................... 49

2. Fungsi, Tugas dan Wewenang Kompolnas....................................... 50

3. Peran Kompolnas............................................................................... 53

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode penelitian..................................................................................... 56

B. Spesifikasi Penelitian................................................................................ 57

C. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 57

D. Sumber Hukum......................................................................................... 58

E. Metode Pengambilan Data........................................................................ 58

F. Metode penyajian data.............................................................................. 60

G. Analisa data.............................................................................................. 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PE,BAHASAN

A. Hasil Penelitian........................................................................................ 61

B. Pembahasan.............................................................................................. 94

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan................................................................................................. 115

B. Saran....................................................................................................... 115

Page 12: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

xii

DAFTAR SINGKATAN

Divpropam Divisi Profesi dan Pengamanan (Polri)

HIR Herziene Inlandsch Reglement

Interface Interaksi, interkoneksi dan interdependensi

Irwasda Inspektur Pengawas Daerah (Polda)

Itwasum Inspektorat Pengawasan Umum

JSI Jaringan Suara Indonesia

Kapolri Kepala Kepolisian Rpublik Indonesia

Kemenpan Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara

Komnas HAM Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

Kompolnas Komisi Kepolisian Nasional

KPAI Komisi Perlindungan Anak Indonesia

KUHAP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

KPK Komisi Pemberantasan Korupsi

Perpres Peraturan presiden

SKM Saran dan Keluhan Masyarakat

Polri Kepolisian Republik Indonesia

Sekjen DPR Sekertaris jenderal Dewan Perwakilan Rakyat

SPI Pengawas Internal Polri

SP3 Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan

TII Transparancy Internasional Indonesia

UKP 4 Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan

Pengendalian Pembangunan

Page 13: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah criminal justice system secara harafiah diartikan sebagai sistem

peradilan pidana. Sistem peradilan pidana ini menurut Mulyadi1 merupakan suatu

jaringan (network) peradilan yang menggunakan hukum pidana sebagai sarana

utamanya, baik hukum pidana materiil, hukum pidana formil, maupun

pelaksanaan hukum pidana yang pada hakekatnya merupakan open system.2

Bersifat terbuka (open system) karena pengertian Sistem Peradilan Pidana dalam

geraknya akan selalu mengalami interface (interaksi, interkoneksi dan

interdependensi) dengan lingkungannya dalam peringkat-peringkat masyarakat :

ekonomi, politik, pendidikan dan teknologi serta sub sistem sub sistem dari

Sistem Peradilan Pidana itu sendiri (subsystem of criminal justice system ).3 Pada

sistem peradilan pidana ini masukannya (input) adalah perkara pidana atau

kejahatan termasuk pelanggaran (overtredingen) dan kejahatan ringan yang

tercatat. Sedangkan keluarannya (out-put) yang bersifat langsung berupa hukuman

penjara, menimbulkan nista, pencabutan hak milik maupun hukuman mati.4

Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh Indonesia sebagai bagian

dari suatu Criminal Justice system saat ini adalah lembaga kepolisian, kejaksaan,

1 Mulyadi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit Universitas

Diponegoro Semarang, Cetakan ke-II. 2002, hlm.4. 2 Ibid, hlm. 2.

3 Muladi dalam Mahrus Ali, 2007, Sistem Peradilan Pidana progresif;Alternatif Dalam

penegakan Hukum Pidana, Jurnal Hukum Program Pascasarjana FH-UII, Vol. 14, Program

Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, hlm. 218. 4 ML. HC. Hulsman, Sistem Peradilan Pidana Dalam Prespektif Perbandingan Hukum,

Disadur oleh Soedjono Dirjosisworo, Rajawali, Jakarta, 1984, hlm. 2.

Page 14: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

2

kehakiman dan lembaga pemasyarakatan. Kinerja aparatur penegak hukum di

Indonesia saat ini memang telah menjadi sorotan oleh masyarakat Indonesia

Jaringan Suara Indonesia (JSI)5 mengatakan bahwa terjadi penurunan kepuasan

publik terhadap kinerja lembaga hukum di Indonesia dari tahun ke tahun sejak Juli

2009 sampai Oktober 2011. Bahkan berdasarkan data survei yang di ambil oleh

Transparancy Internasional Indonesia (TII)6 mengatakan bahwa Polri sebagai

lembaga terkorup di Indonesia.

Bicara mengenai polisi pasti berbicara juga mengenai tugas-tugasnya

sebagai lembaga keamanan negara. Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002 tentang kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 13 tugas polisi yaitu :

1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

2. Menegakkan hukum; dan

3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.

Apabila dijabarkan lebih lanjut mengenai tugas polisi yang pertama yaitu

Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, dalam melaksanakan tugas ini

polisi harus tetap memperhatikan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam

bingkai integritas wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada

tugas polisi yang kedua yaitu sebagai aparat penegakkan hukum harus di

laksanakan secara profesional dan proporsional dengan menjunjung tinggi

supremasi hukum dan hak asasi manusia menuju kepada adanya kepastian hukum

dan rasa keadilan. Ketiga memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

5 Tempo.co, Tingkat Kepercayaan Publik Terhadap Kinerja Lembaga Hukum Turun,

http://m.tempo.co/read/news/2011/11/02/063364495/Tingkat-Kepercayaan-Publik-Terhadap-

Kinerja-Lembaga-Hukum-Turun, di akses pada tanggal 6 April 2014, Pukul 21.38 WIB. 6Portalkbr.com, Polisi Terkorup dan Tantangan Kapolri Baru,

http://www.portalkbr.com/berita/perbincangan/2947874_5534.html, di akses pada tanggal 6 April

2014, Pukul 22.08 WIB.

Page 15: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

3

kepada masyarakat meliputi aspek security, surety, safety, dan peace sehingga

masyarakat bebas dari gangguan psikis maupun fisik.7

Hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut adalah kata “pelayanan

masyarakat” yang terdapat pada poin ke 3 dalam tugas kepolisian karena

memiliki arti yang ambigu sebab memberikan penekanan pada obyek yang

dilayani (masyarakat) tanpa memberikan batasan tentang apa yang dilayani.

Dengan menggunakan kata “pelayan masyarakat” polri dapat dituntut oleh setiap

masyarakat untuk melayani segala sesuatu yang mungkin diluar bidang tugas dan

wewenangnya seperti yang dialami oleh kepolisian amerika serikat.8 Kata

“pelayanan masyarakat” sebenarnya mengandung pengertian yang tak jauh beda

dengan “pelayanan kepolisian” yang ini berarti bahwa pelayanan oleh polisi

kepada masyarakat. Pelayanan disini tidak mencakup segala sesuatu yang

dibutuhkan oleh masyarakat tetapi terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan

fungsi kepolisian. 9

Melihat tugas tersebut tentunya polisi sudah mendapatkan posisi yang

penting dalam peningkatan keamanan negara yang dalam hal ini adalah Negara

Kesatuan Republik Indonesia atau yang biasa di singkat NKRI di samping tentara.

Menurut pendapat Kunarto10

tahun 1997 yang dikutip dari sebuah website

“sejarah kepolisian tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh dan

berkembangnya peradaban manusia. Setiap peradaban manusia yang

7 Organisasi Polri-Visi Misi, http://www.polri.go.id/organisasi/op/vm/, Diakses pada

tanggal 30 April 2014 Pukul 9.02 WIB. 8 Koeparmono Irsan, Adrianus, Farouk, dkk,. 2000. Polisi Indonesia. Jurnal Polisi

Indonesia Program Pascasarjana KIK-UI. Vol.2. Program Pascasarjana Kajian Ilmu Kepolisian

Universitas Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia. Hal. 30. 9 Ibid., Hal. 30.

10 La patuju. Polisi di mata masyarakat. http://lapatuju.blogspot.com/2013/04/polisi-di-

mata-masyarakat.html. di akses pada tanggal 24 Februari 2014 pukul 20.38 WIB.

Page 16: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

4

memulai dan merasakan perlunya keamanan, ketentraman, dan ketertiban

dalam mempertahankan kehidupannya, pada saat itulah sebenarnya fungsi

polisi itu ada, tumbuh dan berkembang. “

Apabila menghayati latar belakang pembentukan lembaga kepolisian, kita

dapat mengidentifikasi bahwa harapan masyarakat yang esensial dari

penyelenggaraan fungsi kepolisian hanya mencakup timbulnya rasa keamanan dan

adanya kepastian hukum. Pertanggungjawaban kepolisian tidak hanya

mencangkup “apa yang di lakukannya” tapi juga “bagaimana melakukannya”

dalam hal ini polisi harus melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan aturan

hukum oleh karena itu aspek ke 3 dari harapan masyarakat adalah ditegakannya

keadilan.11

Kepolisian tidak mungkin berhasil menjalankan tugasnya untuk mencapai

tujuan tanpa dukungan masyarakat. Kepercayaan masyarakat dapat dicapai

apabila Polri mampu menyajikan layanan jasa kepolisian dan melalui proses

hukum dan apabila polisi dapat di senangi oleh masyarakat. Agar dapat disenangi

oleh masyarakat polisi di tuntut untuk dapat bersikap simpatik dalam

melaksanakan tugasnya.

Dewasa ini banyak sekali kasus-kasus yang membuat nama polisi

tercoreng sehingga sulit untuk mendapatkan simpati dari masyarakat, salah satu

kasus yang sering terjadi adalah kekerasan baik fisik maupun nonfisik yang

dilakukan oleh anggota polisi pada saat proses penyidikan contohnya adalah kasus

11

Koeparmono Irsan, Adrianus, Farouk, dkk. Loc.Cit., Hal 31.

Page 17: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

5

salah tangkap di sertai penganiayaan terhadap susanto, waga Giriputro

Wonogiri.12

Padahal saat ini cara penyidikan dengan kekerasan Inkusitur sudah di

larang dan diganti dengan cara penyidikan Akusatur. Para pembuat Undang-

Undang berusaha untuk memahami tentang hak-hak tersangka atau terdakwa yang

secara langsung ada hubungannya dengan sistem pemeriksaan dalam penyelidikan

dan selama dipersidangan, sehingga munculah 2 teknik pemeriksaan yaitu

Inqusitoir (inkusitur) dan Aqusitoir (akusitur).

Setiap penyidikan dan penyelidikan harus didasarkan pasa azas praduga

tak bersalah. Anggota Polri selalu di berikan arahan agar tidak melakukan

kekerasan kepada masyarakat. Pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana sendiri para pembuat

Undang-undang sudah memikirkan mengenai tatacara penangkapan, penahanan

serta bagaimana cara melindungi hak-hak tersangka terdakwa bahkan terpidana

karena bagaimanapun juga proses penegakan hukum di Indonesia harus

berpedoman pada asas Equality before the law atau asas perlakuan sama

dihadapan hukum. Tersangka sendiri termasuk kedalam subjek yang harus di

lindungi hak asasinya hal ini sesuai dengan KEPKAP Nomor 8 tahun 2009

tentang Implementasi Pelaksanaan Hak Asasi Manusia.

Aturan-aturan di atas tentunya sudah memberikan perintah kepada para

penegak hukum untuk memperlakukan tersangka atau terdakwa secara manusiawi

dan tetap memperhatikan hak-hak mereka, tapi pada kenyataanya masih banyak

12

Wisnu Adhi Nugroho, Diduga Menganiaya Empat Anggota Polres Wonogiri Terancam

Dipecat, http://www.antarajateng.com/detail/index.php?id=73920, diakses pada tanggal 31 Mei

2014 Pukul 6.28 WIB.

Page 18: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

6

kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian dalam suatu proses penyidikan

dan hal ini menggambarkan kurang profesionalnya kinerja polisi saat ini. Salah

satu alasan mengapa kinerja polisi tidak profesional adalah tidak adanya lembaga

pengawas. Selama lembaga pengawas tidak ada maka aturan-aturan tersebut

agaknya susah untuk ditegakan dengan baik.

Pembuatan dan penguatan mekanisme kontrol dan pengawasan terhadap

sektor keamanan merupakan bagian dari agenda demokratisasi pasca 1998.

Tujuannya adalah mencegah potensi abuse of power dan juga memastikan

akuntabilitas penyelenggaraan kekuasaan negara. Salah satu institusi di sektor

keamanan yang tidak luput dari agenda itu adalah Kepolisian Republik Indonesia

(Polri), bersamaan dengan jalannya reformasi institusi tersebut. 13

Reformasi Polri mulai sejak tahun 2000, diawali dengan pemisahan TNI-

Polri dalam ketetapan (TAP) MPR Nomor VI Tahun 2002 dan TAP MPR Nomor

VII tahun 2000, yang kemudian dilakukan melalui perubahan ke dua UUD 1945

BAB XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara dan terbitnya Undang-

Undang (UU) Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri. Sejalan perubahan regulasi itu

juga mengamanatkan pembentukan Komisi Kepolisian Nasional. 14

Pada tahun 2005 akhirnya terbentuklah Komisi Kepolisian Nasional

(Kompolnas) yang merupakan lembaga pengawas Eksteren atas kinerja Polri

untuk menjamin profesionalisme dan kemandirian Polri. Pada tanggal 7 Februari

2005 Kompolnas akhirnya terbentuk dengan terbitnya Peraturan Presiden

13

Ujang Firmanysah, Executive Summary (Sebuah Study Perbandingan),

http://www.imparsial.org/en/2010/evaluasi-peran-komisi-kepolisian-nasional-di-masa-

reformasi.html, diakses pada tanggal 31 Mei 2014, Pukul 5.59 WIB. 14

Ibid.

Page 19: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

7

(Perpres) Nomor 17 Tahun 2005 tentang Kompolnas. Setelah melalui proses

seleksi, Kompolnas yang pertama akhirnya terbentuk yang bekerja dari periode

2005 sampai 2009. Pada tanggal 4 Maret 2011, Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono di masa jabatannya yang kedua sejak 2009, kembali menandatangani

Perpres Nomor 17 Tahun 2005 tentang Kompolnas. Berdasarkan perpres tersebut,

periode Kompolnas yang kedua pun terbentuk untuk periode jabatan dari 2012-

2016. 15

Berdasarkan data yang di peroleh oleh Kompolnas16

terdapat bebrapa

keluhan yang di laporkan oleh masyarakat kepada Kompolnas yang secara garis

besar difokuskan pada 4 keluhan utama yaitu :

1. Penyalah gunaan wewenang;

2. Pelayanan yang buruk;

3. Perlakuan diskriminasi;

4. Penggunaan diskresi yang keliru.

Sebagai penunjang data di atas berdasarkan keterangan salah satu

komisioner Kompolnas Edi Saputra Hasibuan mengatakan, sekitar 90%

masyarakat mengaku tidak puas dengan kinerja reserse, baik di tingkat Polri,

Polda, Polres maupun Polsek.17

Sebagai tambahannya menurut survei yang di lakukan oleh Ombudsman18

di bidang penyelesaian laporan, pada tahun 2012, lembaga pengawas pelayanan

publik mengelola 2.209 laporan masyarakat. Sebanyak 383 aduan di antaranya

15

Ibid. 16

http://www.kompolnas.go.id/masyarakat-bisa-adukan-masalah-pelayanan-oknum-

polisi-melalui-posko-kompolnas-di-fh-unsoed/, di akses pada tanggal 24 februari 2014, pukul

21.10 WIB. 17

liputan6.com/news/read/725956/kompolnas-masyarakat-tidak-puas-dengan-kinerja-

reserse-polri, diakses pada tanggal 10 April 2014, pukul 13.10 WIB. 18

http://www.jpnn.com/read/2013/11/07/199615/Polri-Dapat-Rapor-Merah-dari-

Ombudsman-RI- , di akses pada tanggal 24 April 2014, Pukul 20.15 WIB.

Page 20: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

8

terkait dengan pelayanan di kepolisian. Sementara pada 2013 hingga September,

Ombudsman RI telah menangani 129 laporan masyarakat yang mengadukan

buruknya kinerja pelayanan di kepolisian.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berkaitan dengan peran Komisi Kepolisian Nasional,

namun di sini penulis ingin memfokuskan penelitian penulis di taraf penyidikan

sehingga penulis mempunyai judul penelitian PERAN KOMISI KEPOLISIAN

NASIONAL (KOMPOLNAS) DALAM PENGAWASAN PERKARA

PIDANA DI TINGKAT PENYIDIKAN.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yaitu:

1. Bagaimanakah peran Komisi Kepolisian Nasional dalam melakukan

pengawasan perkara pidana di tingkat penyidikan?

2. Apakah yang menjadi hambatan Komisi Kepolisian Nasional dalam

melakukan pengawasan perkara pidana di tingkat penyidikan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan

bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui peran Komisi Kepolisian Nasional dalam melakukan

pengawasan perkara pidana di tingkat penyidikan.

2. Untuk mengetahui hambatan Komisi Kepolisian Nasional dalam

melakukan pengawasan perkara pidana di tingkat penyidikan.

Page 21: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

9

D. Kegunaan Penelitian

Peneliti berharap agar penulisan usulan penelitian ini dapat memberikan

kegunaan sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Untuk memberikan gambaran pengetahuan dan informasi yang jelas

bagi mahasiswa dan masyarakat tentang peran Komisi Kepolisian

Nasional khususnya tentang peran Komisi Kepolisian Nasional.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai acuan wacana bagi para

praktisi dalam mengambil kebijakan atau bagi para akademisi dalam

menelaah sauatu permasalahan di bidang hukum pidana serta bagi para

pihak yang menaruh perhatian terhadap lembaga Polisi Republik

Indonesia khususnya dalam hal ini adalak Komisi Kepolisian Nasional.

Page 22: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyidikan

Penyidikan adalah salah satu bagian yang dibahas dalam hukum acara

pidana. Penyidikan adalah hal yang diatur dalam hukum acara pidana. Tatacara

penyidikan yang benar adalah yang sesuai dengan hukum acara pidana yang

terkodifikasi dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Tindakan-tindakan penyidik

yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam KUHAP lah yang

akan menjadi salah satu bahan koreksi Kompolnas dalam memperbaiki kinerja

penyidik yang dalam hal ini adalah aparat kepolisian. Cara untuk mengetahui

apakah suatu penyidikan telah melanggar ketentuan dalam hukum acara pidana

atau telah melanggar prosedur yang telah diatur dalam KUHAP mengenai

penyidikan maka ada baiknya jika kita mengetahui apa itu penyidikan dan

bagaimana prosedurnya.

1. Penyidikan Secara Umum

Sebelum membahas mengenai penyidikan secara lebih mendalam ada

baiknya jika pertama-tama kita membahas penyidikan secara umum terlebih

dahulu. Penyidikan adalah suatu istilah yang dimaksudkan sejajar dengan

pengertian opsporing (Belanda) dan investigation (Inggris) atau dalam bahasa

Malaysia disebut dengan penyiasatan atau siasat. 19

19

Bambang Poernomo, Pola Dasar Teori-Asas Umum Hukum Acara Pidana dan

Penegakkan Hukum Pidana, Liberty, Yogyakarta, 1993, hlm 118.

Page 23: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

11

Bahasa Belanda memaknai kata penyidikan ini sama dengan opsporing.

Menurut de Pinto 20

menyidik (opsporing) berarti

“pemeriksaan permulaan oleh pejabat-pejabat yang untuk itu ditunjuk oleh

undang-undang segera setelah mereka dengan jalan apapun mendengar

kabar yang sekedar beralasan, bahwa ada terjadi suatu pelanggaran

hukum”.

Penyidikan merupakan bagian awal dari proses penegakan hukum pidana,

kedudukan penyidikan sangat penting mengingat proses ini menentukan berhasil

tidaknya proses selanjutnya. Istilah penyidikan dilihat dari bahasa Indoesia berasal

dari kata dasar 'sidik'. Sidik berarti terang, jadi menyidik itu berarti membuat

menjadi terang. Pada sidik jari, sidik juga bisa berarti bekas, bekas jari atau bekas

telapak jari. Dengan begitu menyidik juga bisa berarti mencari bekas yaitu bekas

kejahatan secara lebih rinci. 21

Pengertian Penyidikan diatur dalam Pasal 1 butir 2 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana yang

menjelaskan bahwa:

"Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut

cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang

tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya."

Banyak orang yang keliru dan menyamakan antara penyelidikan dan

penyidikan, padahal 2 hal tersebut adalah beda sama sekali, antara penyelidikan

dan penyidikan adalah dua fase tindakan yang berwujud satu. Diantara keduanya

saling berkaitan dan isi mengisi guna dapat diselesaikan pemeriksaan suatu

20

Ibid., hlm. 118. 21

Hibnu Nugroho dalam Niko Demus Pracaya, 2013, Skripsi " Pengawasan Terhadap

Kekerasan Dalam Penyidikan di Polisi Daerah (POLDA) Jawa Tengah", hlm.22 dan 23.

Page 24: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

12

peristiwa pidana. Hal yang membedakan dari penyelidikan dan penyidikan

sebagaiman dikemukakan oleh Yahya Harahap22

yaitu:

1. Dari segi pejabat pelaksana, pejebat penyelidik terdiri dari semua

anggota Polri dan pada dasarnya pangkat dan wewenangnya berada di

bawah pengawasan penyidik.

2. Wewenang penyidik sangat terbatas, hanya meliputi penyelidikan atau

mencari dan menemukan data atas suatu tindakan yang diduga

merupakan tindak pidana. Hanya dalam hal-hal telah mendapat

perintah dari pejabat penyidik, barulah penyelidik melakukan tindakan

yang disebut Pasal 5 ayat 1 huruf b seperti penangkapan, larangan,

meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan.

Pengetahuan dan pengertian penyidikan perlu dinyatakan dengan pasti dan

jelas, karena hal itu langsung menyinggung dan membatasi hak-hak asasi

manusia. Bagian-bagian hukum acara pidana yang menyangkut penyidikan adalah

sebagai berikut :

1) Ketentuan tentang alat-alat penyidik.

2) Ketentuan tentang diketahui terjadinya delik.

3) Pemeriksaan di tempat kejadian.

4) Pemanggilan tersangka atau terdakwa.

5) Penahanan sementara.

6) Penggeledahan.

7) Pemeriksaan dan introgasi.

8) Berita acara (penggeledahan, interogasi, dan pemeriksaan di tempat).

9) Penyitaan.

10) Penyimpangan perkara.

22

Damang. Penyelidikan dan Penyidikan.

http://www. negarahukum.com /hukum/penyelidikan-dan-penyidikan.html. diakses pada tanggal 1

Juli 2014. Pukul 11.18 WIB.

Page 25: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

13

11) Pelimpahan perkara kepada penuntut umum dan pengembaliannya

kepada penyidik untuk disempurnakan. 23

Pada kenyataanya penyidikan dimulai sesudah terjadinya tindak pidana.

Sebelum diadakan penyidikan terlebih dulu dilakukan penyelidikan gunanya

adalah untuk mengetahui apakah suatu perbuatan tertentu merupakan perbuatan

pidana atau bukan. Apabila merupakan suatu perbuatan pidana maka selanjutnya

barulah dilakukan penyidikan. Penyidikan dilakukan untuk mendapatkan

keterangan-keterangan mengenai :

a. Tindak pidana apa yang telah dilakukan;

b. Kapan tindak pidana itu dilakukan;

c. Dimana tindak pidana itu dilakukan;

d. Dengan apa tindakan pidana itu dilakukan;

e. Bagaimana tindak pidana itu dilakukan;

f. Mengapa tindak pidana itu dilakukan;

g. Siapa pembuatnya.24

Hal tersebut diatas dicari tahu pada hakekatnya adalah untuk mengetahui

siapa yang akan mendapatkan hukuman pidana dan seberapa beratkah hukuman

pidana yang akan dijatuhkan. Pihak yang berhak untuk melakukan penyidikan

adalah seorang penyidik. Penyidik menurut Pasal 1 butir 4 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara pidana

adalah :

" Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau

23

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 118. 24

Suryono Sutarto, Sari Hukum Acara Pidana I, Yayasan Cendekia Purna Dharma,

Semarang, 1987, hlm. 28.

Page 26: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

14

pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh

undang- undang untuk melakukan penyidikan.”

Pada Pasal 6 KUHAP juga mengatur mengenai pengertian penyidik.

(1) Penyidik adalah :

a. Pejabat polisi negara Republik Indonesia.

b. Pejabat pegawai negri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus

oleh undang-undang.

(2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

Pada penjelasan ayat (2), disebutkan bahwa kedudukan dan kepangkatan

penyidik yang diatur dalam peraturan pemerintah. Kedudukan penyidik

diselaraskan dan diseimbangkan dengan kedudukan dan kepangkatan penuntut

umum dan hakim peradilan umum.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Pada Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor

27 tahun 1983 telah menetapkan kepangkatan pejabat polisi sebagi penyidik yaitu

sekurang-kurangnya pembantu letnan Dua Polisi sedangkan bagi pegawai negri

sipil yang dibebani wewenang sebagai penyidik ialah yang berpangkat sekurang-

kurangnya Pengatur Muda Tingkat 1 (Golongan II b) atau yang disamakan dengan

itu.

Pengecualiannya adalah jika disuatu tempat tidak ada pejabat penyidik

berpangkat Pembantu Letnan Dua ke atas, maka Komandan Sektor Kepolisian

yang berpangkat Bintara dibawah Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatannya

adalah Penyidik.

Page 27: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

15

Penyidik pejabat polisi negara tersebut diangkat oleh Kepala Kepolisian

Republik Indonesia, yang dapat melimpahkan wewenangnya kepada pejabat polisi

lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 25

Penyidik Pejabat polisi negara Republik Indonesia lah yang menjadi

subjek pengawasan yang dilakukan oleh Kompolnas, karena kompolnas adalah

lembaga pengawas eksteren Polri. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh penyidik

polisi harus sesuai dengan asas dan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang

yang berlaku.

Wewenang yang dimiliki penyidik Polri dalam Pasal 7 KUHAP sebagai

berikut :

1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a karena

kewajibannya mempunyai wewenang :

a. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya

tindakan pidana;

b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;

c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda

pengenal diri tersangka;

d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan

penyitaan;

e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

g. memanggil seseorang untuk di dengar dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi;

h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara;

i. mengadakan penghentian penyidikan;

j. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung

jawab.

2. Proses Penyidikan oleh penyidik

Penyidik dalam melakukan penyidikan haruslah sesuai dengan proses dan

prosedur yang telah ditentukan oleh undang-undang. Proses penyidikan yang baik

25

Ibid., hlm. 28.

Page 28: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

16

dan benar akan menciptakan suatu ketertiban hukum dan akan mempermudah

tercapainya tujuan penyidikan.

Pada suatu proses penyidikan ada beberapa kewenangan polisi apabila

terjadi suatu tindak pidana, yaitu penangkapan, penahanan, penggeledahan badan,

pemasukan rumah, penyitaan dan pemeriksaan surat, baik dilakukan dengan

prosedur biasa ataupun dengan upaya paksa.

Sebelum dilakukan penangkapan dan tindakan penyidikan yang lainnya

terlebih dahulu dilakukan proses pemanggilan terhadap tersangka dan juga saksi.

Pada peraturan lama (HIR) mengatur tentang pemanggilan dalam dua buah pasal

yaitu Pasal 80 dan 81. Sedangkan KUHAP mengatur mengenai pemanggilan

terhadap tersangka dan juga saksi hanya dalam 1 pasal yang isinya adalah

penyidik yang tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf a (Polri) karena kewajibannya

mempunyai wewenang “memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi”. (Pasal 7 ayat (1) butir g).

Tidak disebut seperti halnya dengan Pasal 81 HIR bahwa jika yang

dipanggil tidak dapat menghadap karena alasan yang hanya dapat diterima, maka

pemeriksaan dapat dilakukan di rumahnya. Alasan yang dapat diterima misalnya

sakit berat.26

Apabila yang dipanggil tidak mau datang tanpa alasan yang dapat

diterima, maka ia dapat dipidana menurut Pasal 21 KUHP. Kalau pemanggilan itu

untuk menghadap di sidang pengadilan dan saksi tidak mau datang tanpa alasan

yang dapat diterima, maka ia dapat dipidana menurut Pasal 522 KUHP.

26

Andi Hamzah, Op.cit., hlm. 125.

Page 29: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

17

Petugas yang berwenang mengeluarkan surat panggilan adalah Kepala

Kesatuan atau Pejabat yang ditunjuk selaku penyidik atau penyidik pembantu.

Pertimbangan pembuatan surat pemanggilan adalah adanya :

a. Laporan polisi;

b. Pengembangan hasil pemeriksaan yang tertuang dalam Berita Acara;

c. Laporan Hasil Penyelidikan yang dibuat oleh petugas atas perintah

penyidik atau penyidik pembantu. 27

Petugas yang menyampaikan surat panggilan adalah setiap anggota Polisi

Negara Republik Indonesia. Apabila seorang yang dipanggil tidak ada ditempat,

surat panggilan tersebut dapat diterimakan pada keluarganya atau ketua RT atau

ketua RW atau Ketua Lingkungan atau Kepala Desa atau orang lain yang dapat

dijamin bahwa surat itu sampai kepada yang bersangkutan. Apabila seseorang

menolak untuk menandatangani Surat Panggilan, maka petugas yang

menyampaikan surat tersebut berusaha menyampaikan betapa pentingnya surat

tersebut. Terhadap tersangka atau saksi yang tidak memenuhi tanpa alasan yang

patut dan wajar atau menolak untuk menerima dan menanda tangani Surat

Panggilan, maka akan diterbitkan surat panggilan untuk yang kedua kalinya

dengan disertai surat perintah membawa.

Hal - hal yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah:

1. Terhadap orang yang menolak memenuhi panggilan, maka petugas

yang menyampaikan surat panggilan, agar memberikan penjelasan

tentang kewajiban memenuhi panggilan dan adanya sanksi pidana

27

Niko Demus Pracaya, 2013, Skripsi " Pengawasan Terhadap Kekerasan Dalam

Penyidikan di Polisi Daerah (POLDA) Jawa Tengah", hlm.29.

Page 30: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

18

sebagai mana tercantum dalam Pasal 216 Kitab Undang – Undang

Hukum Pidana;

2. Apabila tersangka atau saksi yang dipanggil untuk kedua kalinya, tidak

memenuhi tanpa alasan yang patut dan wajar atau menolak untuk

menerima dan menanda tangani Surat Panggilan kedua, maka Surat

Panggilan Membawa dapat diberlakukan kepada saksi atau tersangka.

Dasar hukum dari pemanggilan tersangka atau saksi adalah:

1. Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;

2. Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisisn Negara

Republik Indonesia;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan

Hukum Acara Pidana.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas

Pelaksanaan Hukum Acara Pidana.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, selain pemanggilan penyidik

mempunyai wewenang yang lainnya yaitu penangkapan, penahanan,

penggeledahan badan, pemasukan rumah, penyitaan dan pemeriksaan surat, baik

dilakukan dengan prosedur biasa ataupun dengan upaya paksa. Berikut merupakan

penjelasan masing-masing kewenangan tersebut:

a. Penangkapan

a.1. Istilah Penangkapan

Istilah penangkapan sejajar dengan arrest (Inggris), sedangkan

penahanan sejajar dengan detention (Inggris). jangka waktu penangkapan

Page 31: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

19

tidak lama, dalam hal tertangkap tangan, penangkapan (yang dapat

dilakukan oleh setiap orang) hanya berlangsung antara ditangkapnya

tersangka sampai ke pos polisi terdekat. Sesampai dikantor polisi atau

penyidik, maka polisi atau penyidik dapat menahan jika delik yang

dilakukan ditentukan tersangkanya dapat ditahan.28

Pasal 1 butir 20 KUHAP memberi definisi tentang penangkapan.

Penangkapan adalah :

“Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan

kebebasan sementara waktu tersangka atau terdakwa apabila

terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan

dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam

undang-undang ini.”

Hal yang dimaksud dengan “atas perintah penyidik” termasuk juga

penyidik pembantu sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 11

KUHAP. Perintah yang dimaksud berupa suatu surat perintah yang dibuat

secara tersendiri, dikeluarkan sebelum penangkapan dilakukan. Perintah

penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras melakukan

tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. 29

Hal yang dimaksud dengan “bukti permulaan yang cukup” ialah

bukti awal untuk menduga kemungkinan adanya tindak pidana sesuai

dengan bunyi Pasal 1 butir 14. Ketentuan ini menunjukan bahwa perintah

penangkapan tidak dapat dilakukan secara sewenang-wenang, tetapi

diajukan kepada orang yang betul-betul melakukan tindak pidana.30

28

Andi Hamzah, Op.cit., hlm. 126. 29

Nico Ngani, dkk, Mengenal Hukum Acara Pidana (Bagian Umum dan Penyidikan),

Liberty, Yogyakarta, 1984, hlm. 24. 30

Ibid.

Page 32: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

20

Menurut Andi Hamzah definisi Pasal 1 butir 20 KUHAP tentang

penangkapan ini tidak sesuai dengan bunyi Pasal 16 yang mengatur

tentang penangkapan. Pasal 16 KUHAP berbunyi sebagai berikut :

1. Untuk kepentingan penyelidikan, penyelidik atas perintah

penyidik berwenang untuk melakukan penangkapan.

2. Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dan penyidik

pembantu berwenang melakukan penangkapan.

Tidak cocok disini bukan hanya karena penyidik yang dapat

melakukan penangkapan seperti yang disebutkan dalam definisi

penangkapan Pasal 1 butir 20 KUHAP tetapi penyelidik juga dapat

melakukan penangkapan. Bahkan dalam hal tertangkap tangan setiap

orang dapat melakukan penangkapan. Namun mengenai alasan

penangkapan bukan hanya untuk kepentingan penyidikan tetapi juga untuk

kepentingan penyelidikan sehingga definisi penangkapan tersebut perlu

diperbaiki.31

a.2. Orang yang berhak melakukan penangkapan

Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas kepolisian

negara dengan memperlihatkan surat perintah penangkapan yang

mencantumkan identitas tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan

serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia

diperiksa.

31

Andi Hamzah, Op.cit., hlm. 127.

Page 33: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

21

Surat perintah penagkapan dikeluarkan oleh pejabat Kepolisian

Negara yang berwenang dalam melakukan penyidikan didaerah

hukumnya. Tembusan surat perintah penangkapan harus diberikan kepada

keluarganya segera setelah penangkapan dilakukan.32

a.3. Jangka waktu penangkapan

Jangka waktu penangkapan ada pada Pasal 19 KUHAP yang menentukan :

(1) Penangkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dapat

dilakukan untuk paling lama satu hari.

(2) terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak diadakan

penangkapan kecuali dalam hal ia telah dipanggil secara sah

dua kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan itu tanpa

alasan yang sah.

Menurut pendapat Nico Ngani, dkk33

penangkapan hanya dapat

dikenakan kepada mereka yang diduga melakukan tindak pidana

kejahatan, sedangkan bagi tindak pidana pelanggaran tidak dapat

dilakukan penangkapan dengan pengecualian yang disebutkan dalam Pasal

19 ayat (2) KUHAP.

a.4. Dasar hukum penangkapan

Dasar hukum dilakukanya penangkapan adalah :

1. Undang-Undang No 8 Tahun 1981 tentang Acara Pidana;

2. Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2002 tetang Kepolisian Negara

Republik Indonesia;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang pelaksanaan

Hukum acara pidana;

32

Nico Ngani, dkk, Op.cit., hlm. 25. 33

Ibid., hlm. 26.

Page 34: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

22

4. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas

Pelaksanaan Hukum Acara Pidana.

b. Penahanan

b.1. Pengertian penahanan

menurut Pasal 1 butir 21 KUHAP

“penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat

tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan

penetapannya dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-

undang ini”

Penahanan adalah salah satu bentuk perampasan kemerdekaan bergerak

seseorang. Penahanan harus dilakukan dengan alasan yang sah, karena jika ada

kekeliruan dalam penahanan dapat mengakibatkan hal-hal fatal bagi penahan.

Pada KUHAP diatur tentang ganti rugi dalam Pasal 95 disamping

kemungkinan digugat pada praperadilan.

Menurut Pendapat ahli larnaude34

“Penahanan merupakan salah satu bentuk perampasan kemerdekaan

bergerak seseorang yang merupakan hak asasi manusia yang harus

dihormati disatu pihak, dan kepentingan ketertiban umum di lain pihak,

yang harus dipertahankan untuk masyarakat, dari perbuatan jahat si-

tersangka.”

b.2. Fungsi penahanan.

Perlunya penahanan menurut Ned.Sv dengan HIR dan KUHAP itu

berbeda. Menurut Ned.Sv mengatakan bahwa perlunya penahanan itu jika

dikhawatirkan tersangka akan melarikan diri dan kedua adalah adanya alasan

kuat bahwa keamanan masyarakat menuntut agar diadakan penahanan segera.

34

Penahanan dan Syarat Penahanan. http://kantorhukumludwichbernhardhshpartners.

blogspot.com/2011/06/penahanan-syarat-penahanan.html. diakses pada tanggal 1 Juli 2014. Pukul

11.35 WIB.

Page 35: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

23

Sedangkan menurut HIR dan KUHAP diperlukanya penahanan adalah” jika

ada keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa

akan melarikan diri”,” juga merusak barang bukti dan atau mengulangi tindak

pidana”.35

b.3. Syarat dilakukanya penahanan

Menahan seseorang berarti orang itu diduga keras telah melakukan salah

satu delik yang tercantum pada Pasal 21 ayat (4) KUHAP. Pada KUHAP syarat

dan ketentuan mengenai penahanan sudah ada dalam Pasal 21 KUHAP yang

berbunyi :

(1) Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap

seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak

pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang

menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan

melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau

mengulangi tindak pidana.

(2) Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau

penuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan

surat perintah penahanan atau penetapan hakim yang mencantumkan

identitas tersangka atau terdakwa dan menyebutkan alasan penahanan

serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan atau

didakwakan serta tempat ia ditahan.

(3) Tembusan surat perintah penahanan atau penahanan lanjutan atau

penetapan hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus

diberikan kepada keluarganya.

(4) Penahanan tersebut hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau

terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun

pembenian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal:

a.tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih;

b.tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282 ayat (3), Pasal

296, Pasal 335 ayat (1), Pasal 351 ayat (1), Pasal 353 ayat (1), Pasal

372, Pasal 378, Pasal 379 a, Pasal 453, Pasal 454, Pasal 455, Pasal

459, Pasal 480 dan Pasal 506 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,

Pasal 25 dan Pasal 26 Rechtenordonnantie (pelanggaran terhadap

ordonansi Bea dan Cukai, terakhir diubah dengan Staatsblad Tahun

1931 Nomor 471), Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 4 Undang-undang

35

Andi hamzah, Op.cit., hlm. 128.

Page 36: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

24

Tindak Pidana Imigrasi (Undang-undang Nomor 8 Drt. Tahun 1955,

Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 8), Pasal 36 ayat (7), Pasal 41,

Pasal 42, Pasal 43, Pasal 47, dan Pasal 48 Undangundang Nomor 9

Tahun 1976 tentang Narkotika (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor

37, Tambähan Lembaran Negara Nomor 3086).

Penahanan oleh penyidik dapat dilakukan apabila memenuhi dua

syarat, yaitu syarat materiil dan syarat formil. Syarat formil tercantum

dalam Pasal 21 ayat (1) Kitab Undang - Undang Hukum Acara Pidana

penahanan terhadap seoarang tersangka atau terdakwa dapat dilakukan

apabila:

1. Ada bukti yang cukup;

2. Ada kehawatiran tersangka atau terdakwa akan melarikan diri,

merusak atau menghilangkan barang bukti; dan

3. Mengulangi tindak pidananya.

Syarat materiil penahanan pada Pasal 21 ayat (2) Kitab Undang - Undang

Hukum Acara Pidana.

b.4. Yang berhak melakukan penahanan

Menurut HIR hanya ada 2 macam pejabat atau instansi yang

berhak melakukan penahanan yaitu jaksa (magistraat) dan pembantu jaksa

(hulp magistraat). Hakim hanya berhak untuk memperpanjang penahanan

yang dilakukan oleh jaksa.36

Sedangkan menurut KUHAP yang ada dalam

Pasal 20 sampai Pasal 31, yang berhak melakukan penahanan ada 3

macam pejabat atau instansi yaitu penyidik atau penyidik pembantu,

36

Andi Hamzah, Op.cit., hlm. 130.

Page 37: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

25

penuntut umum, dan hakim yang menurut tingkatan pemeriksaan terdiri

atas hakim pengadilan negri, pengadilan tinggi dan Mahkamah Agung.

b.5. Jangka waktu penahanan

Perintah penahanan yang dikeluarkan oleh penyidik sebagaimana

dimaksud oleh Pasal 20 KUHAP, hanya berlaku paling lama dua puluh

hari. Penahanan yang dilakukan oleh penyidik tersebut dapat diperpanjang

oleh penuntut umum paling lama empat puluh hari (Pasal 24 ayat (1) dan

(2) KUHAP). Hal ini berbeda dengan ketentuan HIR dulu, dimana

penuntut umum tidak berhak memperpanjang penahanan yang dilakukan

oleh pembantu jaksa dan hanya dapat melakukan penahanan sendiri paling

lama 30 hari. Pada Pasal 24 ayat (4) KUHAP ditentukan bahwa setelah

waktu empat puluh hari tersbut penyidik harus sudah mengeluarkan

tersangka dari tahanan demi hukum.

Jaksa penuntut umum mempunyai hak untuk melakukan penahanan

selama dua puluh hari dan dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan yang

berwenang paling lama tigapuluh hari hal ini diatur dalam Pasal 25

KUHAP.

Selanjutnya yang berhak melakukan penahanan adalah hakim

pengadilan negri sesuai dengan Pasal 84 KUHAP. Menurut Pasal 26 ayat

(2) KUHAP Pengadilan negri berhak melakukan penahanan selama

tigapuluh hari, dan dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan negri paling

lama 60 hari dengan alasan “apabila diperlukan guna kepentingan

pemeriksaan yang belum selesai”, Jadi total waktu penahanan yang

Page 38: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

26

dilakukan oleh pengadilan negri adalah 90 hari. Pada Pasal 26 ayat (4)

disebutkan bahwa apabila lewat dari 90 hari masa penahanan walaupun

perkara tersebut belum putus, terdakwa harus dikeluarkan dari tahanan

demi kepentingan hukum. Batas waktu penahanan yang dimiliki oleh

pengadilan tinggi adalah sama dengan pengadilan negri. Berbeda halnya

dengan Mahkamah Agung yaitu limapuluh hari dan dapat diperpanjang

selama enampuluh hari.

Namun ada pengecualian tentang penahanan yang diatur dalam

Pasal 29 ayat (1) KUHAP yang mengatakan bahwa dikecualikan dari

jangka waktu penahanan sebagaimana tersebut pada Pasal 24, Pasal 25,

Pasal 26, Pasal 27 dan Pasal 28 guna kepentingan pemeriksaan, penahanan

terhadap tersangka atau terdakwa dapat diperpanjang berdasarkan alasan

yang patut dan tidak dapat dihindarkan karena :

a. Tersangka atau terdakwa menderita gangguan fisik atau mental

yang berat, yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter;

b. Perkara yang sedang diperiksa diancam dengan pidana penjara

sembilan tahun atau lebih.

b.6. Bentuk-bentuk penahanan

Bentuk-bentuk penahanan diatur dalam Pasal 22 KUHAP. Pada

KUHAP mengenal 2 bentuk penahanan yaitu, dirumah tahanan negara

yang juga dikenal dengan rumah tahanan kota dan penahanan rumah.

Penahan Rumah Tahanan Negara adalah penempatan tersangka

atau terdakwa di Rumah Tanahan Negara dan selama Rumah Tahanan

Page 39: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

27

Negara belum ada, maka penahanan dapat dilakukan di Ruang Tahanan

Kantor Kepolisian Negara, Kantor Kejaksaan Negeri , pada Lembaga

Pemasyarakatan, atau diRuang Khusus Rumah Sakit dan dalam keadaan

memaksa di tempat lain.37

Penahanan Rumah adalah penahanan yang dilaksanakan di rumah

tempat tinggal atau rumah kediaman tersangka atau terdakwa dengan

mengadakan pengwasan terhadapnya untuk menghindarkan segala sesuatu

yang dapat maenimbulkan kesulitan dalam penyidikan, penuntuan atau

pemeriksaan di sidang pengadilan.38

Penahanan kota adalah penahanan yang dilaksanakan di kota

tempat tinggal atau tempat kediaman tersangka atau terdakwa, dengan

kewajiban bagi tersangka atau terdakwa untuk melapor pada waktu yang

ditentukan.39

Perbedaan bentuk penahanan ini mengakibatkan perbedaan

perhitungan masa penahanan pada penjatuhan pidana dalam ketiga macam

bentuk penahanan tersebut. Menurut Pasal 22 ayat (5) untuk tahanan kota

pengurangan tersebut seperlima dari jumlah lamanya waktu penahanan,

sedangkan untuk penahanan rumah sepertiga dari jumlah lamanya

penahanan.

Timbul pertanyaan adalah bagaimana jika seseorang tahanan

masuk rumah sakit. Apakah selama dirumah sakit itu tahananya

diperhitungkan sepertiganya dalam penjatuhan pidana karena ia berstatus

37

Niko Demus Pracaya, Op.cit., hlm. 34. 38

Ibid. 39

Ibid.

Page 40: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

28

tahanan rumah dan masuk rumah sakit atau dihitung penuh karena tahanan

rumah sakit dihitung sebagai tahanan negara?

Menurut Andi Hamzah40

bahwa

“tahanan dirumah sakit itu menurut penjelasan pasal 22 ayat 1

KUHAP tersebut sama dengan rumah tahanan negara”.

Maka menurut Andi Hamzah status tersangka yang dirawat dirumah sakit

adalah tetap dengan status sebagai tahanan negara dan selama masa

menjalani perawatan tersebut harus dihitung sebagai penahanan penuh,

karenanya harus pula dikurangkan secara penuh dengan lamanya hukuman

yang dijatuhkan nantinya. Artinya, masa tahanan dirumah sakit tetap

dihitung sebagai masa penahanan.

b.7. Prosedur penahanan

Ketika melakukan penahanan terhadap tersangka atau terdakwa,

penyidik wajib memberikan surat perintah penahanan atau penetapan

hakim yang mencantumkan identitas tersangka atau terdakwa dan

menyebutkan alasan penahanan serta uraian singkat perkara kejahatan

yang dipersangkakan atau didakwakan serta tempat ia ditahan (Pasal

21ayat (2) Kitab Undang - Undang Hukum Acara Pidana). Tembusan surat

penahanan atau penahanan lanjutan atau penetapan hakim diberikan

kepada keluarganya ( Pasal 21 ayat (3) Kitab Undang - Undang Hukum

Acara Pidana). Petugas yang berwenang mengeluarkan Surat Perintah

Penahanan adalah Kepala Kesatuan atau Pejabat yang ditunjuk selaku

40

Andi Hamzah, Op.Cit., hlm. 139.

Page 41: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

29

Penyidik atau Penyidik Pembantu atau pelimpahan wewenang dari

penyidik.

Setelah satu hari pasca tersangka ditahan, harus mulai diperiksa.

Setelah dilakukan penahanan harus dibuat Berita Acara Penahanan. Hal-

hal yang harus diperhatikan adalah:

1. Penahanan tersangka dilakukan dengan memberikan Surat Perintah

Penahanan kepada tersangka dan tembusan Surat Perintah Penahanan

tersebut kepada keluarganya;

2. jika ada alasan yang patut dan tidak dapat dihindarkan karena

tersangka menderita gangguan fisik atau mental berat yang dibuktikan

dengan Surat Keterangan Dokter atau tersangka diperiksa dalam

perkara yang diancam dengan penjara 9 tahun atau lebih, maka

penahanan terhadapnya dapat diperpanjang lagi paling lama 2 x 30 hari

oleh Ketua Pengadilan Negeri atas permintaan dari penyidik yang

bersangkutan yang disertai dengan laporan hasil penyidikan (Pasal 29

Kitab Undang - Undang Hukum Acara Pidana);

3. Terhadap tersangka yang menderita ganguan fisik atau mental berat

yang dibuktikan dengan keterangan Dokter dapat pula dilakukan

Pembatalan Penahanan;

4. Apabila tengget waktu penahanan maupun perpanjangan penahanan

yang telah dilakukan ternyata tidak sah, tersangka berhak mengajukan

ganti kerugian sesuai Pasal 95 dan Pasal 96 KUHAP;

Page 42: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

30

5. Penyidik atau atas penyidik dapat menolak permintaan keberatan yang

diajukan tersangka, keluarganya atau penasehat hukumnya atas

penahanan atau jenis penahanan yang dilakukan terhadap tersangka;

6. Penahanan dilakukan di Rumah Tanahan Negara dan selama Rumah

Tahanan Negara belum ada, maka penahanan dapat dilakukan di Ruang

Tahanan Kantor Kepolisian Negara, Kantor Kejaksaan Negeri , pada

Lembaga Pemasyarakatan, atau diRuang Khusus Rumah Sakit dan

dalam keadaan memaksa di tempat lain;

7. Penahanan di Rumah Tahanan Negara agar diusahakan jangan sampai

menggangu kelancaran pemeriksaan;

8. Bagi tersangka yang statusnya dinyatakan sebagai tahanan, maka

sebelum melakukan penahanan harus diambil foto dan sidik jarinya.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam

melaksanakan penahanan harus sesuai dengan norma-norma yang telah

ada. Norma-norma tersebut ada di dalam :

1. Undang-Undang No 8 Tahun 1981 tentang Acara Pidana;

2. Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2002 tetang Kepolisian Negara

Republik Indonesia;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang pelaksanaan

Hukum acara pidana;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas

Pelaksanaan Hukum Acara Pidana.

Page 43: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

31

c. Penggeledahan

Berkaitan dengan kepentingan penyidikan maka penyidik dapat

melakukan penggeledahan. Ada dua jenis penggeledahan yang diakui di Indonesia

yaitu penggeledahan rumah, penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan.

Semua jenis penggeledahan ini harus dilakukan sesuai dengan hukum acara

pidana yang berlaku. Penggeledahan menjadi penting untuk diperhatikan apalagi

mengenai penggeledahan rumah karena setiap orang mempunyai perlindungan

terhadap ketentraman rumah atau tempat kediaman, dan ini merupakan salah satu

asas dasar Hak Asasi Manusia. Pelanggaran mengenai hal ini akan dikenakan

ancaman pidana yang serius sesuai dengan Pasal 167 KUHP dan 429 KUHP.

Menggeledah atau memasuki rumah atau tempat kediaman orang dalam

rangka penyidik suatu delik menurut hukum acara pidana harus dibatasi dan diatur

secara cermat. Menggeledah rumah atau tempat kediaman merupakan suatu usaha

mencari kebenaran, untuk mengetahui baik salah maupun tidak salahnya

seseorang. Ini berarti menggeledah tidak selalu harus berarti mencari kesalahan

seseorang, tetapi kadang-kadang juga bertujuan untuk mencari

ketidaksalahannya41

.

c. 1. Pihak yang berhak menggeledah

Pihak yang berhak melakukan penggeledahan adalah hanya

penyidik atau anggota kepolisian yang diperintah olehnya yang boleh

melakukan penggeledahan atau memasuki rumah orang. Setiap

41

E Boon dalam Andi Hamzah, Op.cit., hlm. 138.

Page 44: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

32

penggeledahan baru boleh dilaksanakan setelah mendapatkan izin dari

ketua pengadilan negri (Pasal 33 ayat (1) KUHAP).

Ketentuan lain dalam KUHAP adalah jika yang melakukan

penggeledahan itu bukan penyidik sendiri, maka petugas kepolisian yang

diperintahkan melakukan penggeledahan itu harus dapat menunjukan

selain surat izin ketua pengadilan negri juga surat perintah tertulis dari

penyidik (Penjelasan Pasal 33 ayat (2) KUHAP).

c.2. Jenis-jenis penggeledahan.

Penggeledahan dalam hukum acara pidana diklasifikasikan menjadi

dua yaitu penggeledahan rumah dan penggeledahan badan dan atau

pakaian. Penggeledahan rumah adalah tindakan penyidik untuk memasuki

rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan

tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan dalam hal

dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini (Pasal 1 angka 17

KUHAP). Penggeledahan rumah oleh penyidik dilakukan dengan izin

ketua pengadilan negeri setempat dan apabila dilakukan oleh petugas

kepolisian (bukan penyidik) diperlukan surat perintah tertulis dari penyidik

(Pasal 33 ayat (2)). Penggeledahan dilakukan apabila tersangka atau

penghuni menyetujuinya dengan disaksikan oleh dua orang saksi. jika

tersangka atau penghuni menolak atau tidak hadir dalam penggeledahan,

penggeledahan disaksikan oleh oleh kepala desa atau ketua lingkungan dan

dua orang saksi. Dua hari setelah memasuki dan atau menggeledah rumah,

harus dibuat suatu berita acara dan turunannya disampaikan kepada

Page 45: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

33

pemilik atau penghuni rumah yang bersangkutan (Pasal 33 ayat (4) dan (5)

KUHAP).

Penyidik, selaian dapat melakukan penggeledahan rumah, dapat

pula melakukan penggeledahan pakaian dan atau badan tersangka apabila

terdapat dugaan keras dengan alasan yang cukup bahwa pada tersangka

tersebut terdapat benda yang dapat disita (Pasal 37). Penggeledahan badan

adalah tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan dan atau

pakaian tersangka untuk mencari benda yang diduga keras ada pada

badannya atau dibawanya serta, untuk disita (Pasal 1 angka 18 KUHAP).

Penjelasan Pasal 37 menyebutkan bahwa penggeledahan badan meliputi

pemeriksaan rongga badan, di mana apabila tersangkanya adalah wanita,

maka dilakukan oleh pejabat wanita. ketika penyidik berpendapat perlu

dilakukan pemeriksaan rongga badan, penyidik minta bantuan kepada

pejabat kesehatan.

c.3. Pengecualian dalam pasal-pasal penggeledahan

Penggeledahan baru dapat dilakukan apabila mendapatkan surat

izin dari ketua pengadilan negri. Pasal 34 ayat (1) KUHAP berisi

pengecualian dari Pasal 33 ayat (1) KUHAP yaitu bahwa dalam keadaan

yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak

dan tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu penyidik

dapat melakukan penggeledahan. “keadaan yang sangat perlu dan

mendesak” adalah bilamana di tempat yang akan digeledah diduga keras

terdapat tersangka atau terdakwa yang dikhawatirkan segera melarikan diri

Page 46: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

34

atau mengulangi tindak pidana atau benda yang dapat di sita

dikhawatirkan segera dimusnahkan atau dipindahkan, sedangkan surat izin

ketua pengadilan tidak mungkin diperolah dengan cara yang layak dan

dalam waktu yang singkat.42

Pasal 34 ayat (1) KUHAP juga telah memperluas mengenai

pengertian rumah yang ada dalam Pasal 33 KUHAP mengikuti Pasal 78

HIR. Setelah diperluar yang dimaksud dengan rumah adalah juga meliputi:

a. Pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal, berdiam dan

yang ada diatasnya;

b. Pada setiap tempat lain tersangka bertempat tinggal, berdiam

atau ada;

c. Ditempat tindak pidana dilakukan;

d. Ditempat penginapan dan tempat umum lain.

Disamping batasan yang ditentukan tersebut, untuk melakukan

penggeledahan masih dibatasi oleh Pasal 35 KUHAP yang menyatakan

bahwa dalam hal bukan tertangkap tangan, penyidik tidak diperkenankan

memasuki :

a. Ruang di mana sedang berlangsung sidang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat atau

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

b. Tempat di mana sedang berlangsung ibadah dan atau upacara

keagamaan;

42

Andi Hamzah, Op.cit., hlm. 141.

Page 47: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

35

c. Ruang di mana sedang berlangsung sidang pengadilan.

Penjelasan diatas membuktikan bahwa dalam hal tertangkap

tangan penyidik mempunyai wewenang yang lehih luas.

Penggeledahan dapat dilakukan di tempat-tempat yang di

sebutkan dalam Pasal 35 dengan syarat harus dalam keadaan

tertangkap tangan.

Pengecualian yang selanujutnya adalah yang ada dalam Pasal 34 ayat (2)

KUHAP yang isinya berbunyi :

(2) Dalam hal penyidik melakukan penggeledahan seperti

dimaksud dalam ayat (1) penyidik tidak diperkenankan

memeriksa atau menyita surat, buku dan tulisan lain yang tidak

merupakan benda yang berhubungan dengan tindak pidana

yang bersangkutan, kecuali benda yang berhubungan dengan

tindik pidana yang bersangkutan atau yang diduga telab

dipergunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dan

untuk itu wajib segera melaporkan kepada ketua pengadilan

negeri setempat guna memperoleh persetujuannya.

c.4. Prosedur penggeledahan.

Penyidik dapat melakukan penggeledahan, baik penggeledahan

rumah, pakaian, maupun badan menurut tata cara yang ditentukan

undangundang guna kepentingan penyidikan (Pasal 32 KUHAP).

Saat melaksanakan penggeledahan rumah di samping harus

dilengkapi Surat Ijin Ketua Pengadilan Negeri dan Surat Perintah

Penggeledahan, Pejabat yang berwenang mengeluarkan Surat Perintah

Penggeledahan adalah Kepala Kesatuan atau Pejabat yang ditunjuk selaku

Penyidik atau Penyidik Pembantu. Pertimbangan dilakukan penggeledahan

dan Pembuatan Surat Penggeledaan adalah adanya laporan polisi, hasil

Page 48: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

36

pemeriksaan tersangka dan atau saksi, dan dari laporan hasil penyelidikan

yang dibuat oleh petugas atas perintah Penyidik atau Penyidik pembantu.

43

Setiap memasuki rumah harus disaksikan oleh 2 orang saksi

apabila tersangka atau penghuni rumah mengijinkan namun apabila

penghuni tidak menyetujui harus disaksikan oleh Ketua Lingkungan atau

Kepala Desar bersamasama 2 (dua) orang saksi dari lingkungan yang

bersangkutan. Proses pelaksanaan penggeledahan di luar daerah hukum

penyidik, harus dengan Surat Ijin Ketua Pengadilan Negeri Setempat di

mana dilakukan penggeledahan dan di dampingi oleh penyidik dari daerah

hukum di mana penggeledahan itu dilakukan.44

Saat melaksanakan penggeledahan badan wanita, dilakukan oleh

penyidik/penyidik pembantu wanita atau dapat meminta bantuan seorang

wanita yang dapat dipercaya dalam hal perlu dilakukan penggeledahan

atau pemeriksaan rongga badan diminta bantuan pejabat kesehatan.45

Setelah kurun waktu 2 (dua) hari pasca dilakukan penggeledahan,

harus sudah dibuat Berita Acara Penggeledahan dan turunannya

disampaikan kepada pemilik atau perighuni rumah atau tempat yang

bersangkutan. Apabila keadaan sangat perlu dan mendesak, penyidik dapat

melakukan penggeledahan dengan segera meski belum mendapatkan surat

izin terlebih dahulu (Pasal 34 ayat (1)).

43

Niko Demus Pracaya, Op.cit., hlm. 40. 44

Ibid. 45

Ibid.

Page 49: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

37

Penyidik dalam penggeledahan rumah atau tempat tertutup lainnya,

boleh menyita surat, buku, dan tulisan lain atau benda yang berhubungan

atau diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana. Semua

tindakan penyidik itu kemudian wajib segera dilaporkan kepada ketua

pengadilan negeri setempat untuk memperoleh persetujuan (Pasal 34 ayat

(2)).

c.5. Dasar hukum penggeledahan.

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana;

2. Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2002 tetang Kepolisian Negara

Republik Indonesia;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang pelaksanaan

Hukum acara pidana;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas

Pelaksanaan Hukum Acara Pidana.

Selain undang-undang diatas masih ada beberapa undang-undang

yang bersifat khusus yang juga mengatur mengenai penggeledahan.

Undang-undang itu adalah :

1. Undang-Undang Nomor 7 (drt) Tahun 1955 tentang Tindak Pidana

Ekonomi;

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Korupsi;

3. Undang-Undang Nomor 11 (pnps) Tahun 1973 tentang Kegiatan

Pemberantasan Subversi;

Page 50: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

38

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 197 tentang Narkotika.

Semua undang-undang diatas mengatur tentang penggeledahan

yang hampir sama dengan ketentuan dalam KUHAP, kecuali tentang

keharusan adanya izin dari ketua pengadilan negri yang dikeluarkan dalam

Pasal 33 ayat (1) KUHAP. Pada perundan-undangan tersebut tidak

ditentukan adanya syarat semacam itu. 46

d. Penyitaan

d.1. Pengertian penyitaan.

Pengertian penyitaan ada pada Pasal 1 butir 16 KUHAP yang berbunyi :

“Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil

alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak

atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk

kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan

peradilan.”

Terdapat hal baru yang membedakan antara definisi penyitaan

menurut HIR dengan KUHAP. Pada HIR penyitaan hanya dapat dilakukan

untuk benda-benda yang berwujud, namun dalam KUHAP benda-benda

yang tidak berwujud juga dapat di sita sebagai contohnya seperti tagihan

piutang. 47

Andi Hamzah48

mengatakan bahwa:

“Definisi ini (penyitaan dalam KUHAP) agak panjang tetapi

terbatas pengertiannya karena hanya untuk kepentingan

pembuktian dalam penyidikan, penuntutan, dan peradilan. Dalam

Pasal 134 Ned.Sv juga diberikan definisi penyitaan

(inbeslagnming) yang lebih pendek tetapi lebih luas pengertiannya.

Terjemahannya kira-kira sebagai berikut “dengan penyitaan suatu

benda diartikam pengambil alihan atau penguasaan benda itu guna

46

Andi Hamzah, Op.cit., hlm. 143 dan 144. 47

Mohammad Taufik Makarao dan Suharsil, Acara Pidana Dalam teori dan Praktek,

Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, hlm. 54. 48

Andi hamzah dalam Mohammad Taufik Makarao dan Suharsil, Acara Pidana Dalam

teori dan Praktek, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, hlm. 54.

Page 51: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

39

kepentingan acara pidana.” Jadi tidak dibatasi hanya untuk

pembuktian ”.

Arti dari pembeslahan sama dengan menyita, yakni mengambil barang

atau benda dari kekuasaan pemegang benda itu untuk kepentingan

pemeriksaan dan bahan pembuktian seedangkan, arti dari perampasan

benda atau barang berbeda dengan penyitaan. Perampasan adalah tindakan

hakim yang berupa putusan tambahan pidana pokok sebagaimana

dimaksudkan dalam Pasal 10 KUHP, yakni mencabut dari hak

kepemilikan seseorang atas benda itu, dengan demikian benda itu atas

penetapan hakim dirampas dan kemudian dapat dirusakan atau

dibinasahkan atau bahkan dapat dijadikan sebagai milik negara.49

d.2. Benda-benda yang dapat disita.

Benda-benda yang dapat disita diatur dalam Pasal 39 KUHAP

yang berbunyi :

(1)Yang dapat dikenakan penyitaan adalah:

a.Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau

sebagian diduga diperoleh dan tindak pidana atau sebagai hasil

dan tindak pidana;

b.Benda yang telah dipergunakan secara Iangsung untuk

melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;

c.Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi

penyidikan tindak pidana;

d.Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan

tindak pidana;

e.Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan

tindak pidana yang dilakukan.

(2) Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata atau

karena pailit dapat juga disita untuk kepentingan penyidikan,

penuntutan dan mengadili perkara pidana, sepanjang memenuhi

ketentuan ayat (1).

49

Martiman Prodjohamidjojo dalam Mohammad Taufik Makarao dan Suharsil, Acara

Pidana Dalam teori dan Praktel, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, hlm. 54.

Page 52: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

40

d.3. Tujuan penyitaan.

Tujuan penyitaan berbeda dengan tujuan penggeledahan. Seperti

yang sudah dijelaskan, tujuan penggeledahan dimaksudkan untuk

kepentingan penyelidikan dan atau untuk kepentingan penyidikan. Tujuan

penyitaan ialah untuk kepentingan “pembuktian”, terutama ditujukan

sebagai barang bukti dimuka sidang pengadilan. Kemungkinan besar tanpa

adanya barang bukti perkaranya tidak dapat diajukan kemuka sidang

pengadilan. Oleh karena itu agar perkara tadi lengkap dengan barang bukti,

penyidik melakukan tindakan penyitaan guna kepentingan barang bukti di

persidangan pengadilan.50

d.4. Tatacara penyitaan

Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin

ketua pengadilan negeri setempat apabila keadaan sangat perlu dan

mendesak, dimana penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin

untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, penyidik dapat melakukan

penyitaan hanya atas benda bergerak dan untuk itu wajib segera

melaporkan kepada ketua pengadilan negeri setempat guna memperoleh

persetujuannya (Pasal 38 Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana).

Pejabat yang berwenang mengeluarkan Surat Perintah Penyitaan

adalah Kepala Kesatuan atau Pejabat yang ditunjuk selaku penyidik atau

penyidik pembantu. Pertimbangan dilakukan penyitaan dan pembuatan

50

Ibid.

Page 53: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

41

Surat Perintah Penyitaan adalah adanya laporan polisi, hasil pemeriksaan,

laporan hasil penyelidikan yang dibuat oleh petugas atas perintah penyidik

atau penyidik pembantu, dan hasil penggeledahan.51

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penyidik dalam

melakukan penyitaan selain yang berkartan dengan surat izin yaitu :

1) Jika tertangkap tangan penyidik dapat menyita benda dan alat

yang ternyata atau yang patut diduga telah dipergunakan untuk

melakukan tindak pidana atau benda lain yang dapat dipakai

sebagai barang bukti (Pasal 40 Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana).

2) Penyidik berwenang menyita paket atau surat atau benda yang

pengangkutannya atau pengirimannya dilakukan oleh kantor pos

dan telekomunikasi, jawatan atau perusahaan komunikasi atau

pengangkutan, sepanjang paket, surat atau benda tersebut

diperuntukkan bagi tersangka atau berasal dari padanya dan

kepada tersangka atau pejabat institusi tersebut harus diberikan

surat tanda penerimaan (Pasal 41 Kitab Undang - Undang

Hukum Acara Pidana).

3) Penyidik berwenang memerintahkan kepada orang yang

menguasai benda yang dapat disita, menyerahkan benda tersebut

kepadanya untuk kepentingan pemeriksaan dan kepada yang

menyerahkan benda itu harus diberikan surat tanda penerimaan

51

Ibid. hlm. 44.

Page 54: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

42

(Pasal 42 ayat (1) Kitab Undang - Undang Hukum Acara

Pidana).

4) Penyidik dapat menyita surat atau tulisan lain jika surat atau

tulisan itu berasal dari tersangka atau terdakwa atau ditujukan

kepadanya atau kepunyaannya atau diperuntukkan baginya atau

jikalau benda tersebut merupakan alat untuk melakukan tindak

pidana (Pasal 42 ayat (2) Kitab Undang – Undang Hukum Acara

Pidana).

5) Terhadap penyitaan ini, mereka berkewajiban merahasiakan

sepanjang tidak menyangkut rahasia negara, hanya dapat

dilakukan atas persetujuan mereka atau atas izin khusus ketua

pengadilan negerti setempat (Pasal 43 Kitab Undang - Undang

Hukum Acara Pidana).

d.5. Penyimpanan benda sitaan.

KUHAP Pasal 44 mengatakan :

(1) Benda sitaan disimpan dalam rumah penyimpanan benda sitaan

negara.

(2) Penyimpanan benda sitaan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya

dan tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang berwenang

sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan

benda tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh siapapun juga.

Barang-barang sitaan harus dijaga dan dirawat dengan baik, karena

jika sampai kesalahan tersangka tidak terbukti atau barang tersebut tidak

tersangkut atau terlibat dalam tindak pidana yang dilakukan tersangka,

ternyata pada saat benda yang disita itu dikembalikan kepadanya sudah

hancur dan tidak mempunyai nilai apa-apa lagi hal ini dapat merugikan

Page 55: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

43

pemilik dari benda yang disita tersebut. Atau jika memang benda yang

disita tersebut memang tersangkut dalam tindak pidana dan benda sitaan

tersebut milik saksi yang menjadi korban tindak pidana tersebut, dan pada

saat putusan memerintahkan pengembalian benda-benda sitaan tersebut

kepada korban ternyata barang sitaan tersebut sudah rusak dan tidak bisa

lagi dimanfaatkan hal ini akan menampah penderitaan dan kerugian yang

telah dialami oleh korban.52

Apabila benda sitaan adalah benda yang cepat rusak atau

membahayakan atau terlalu tinggi biaya penyimpanannya sehingga tidak

mungkin untuk disita sampai putusan pengadilan, maka atas persetujuan

tersangka atau kuasanya, benda sitaan itu dapat dijual lelang atau dapat

diamankan oleh penyidik dengan disaksikan tersangka atau kuasanya.

Hasil pelelangan benda sitaan berupa uang akan dipakai sebagai barang

bukti. Ketentuan ini tidak berlaku bagi benda sitaan yang bersifat terlarang

atau dilarang untuk diedarkan.

Ketentuan diatas ada dalam Pasal 45 Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana yang berbunyi :

(1) Dalam hal benda sitaan terdiri atas benda yang dapat lekas

rusak atau yang membahayakan, sehingga tidak mungkin

untuk disimpan sampai putusan pengadilan terhadap perkara

yang bersangkutan memperoleh kekuatan hukum tetap atau

jika biaya penyimpanan benda tersebut akan menjadi terlalu

tinggi, sejauh mungkin dengan persetujuan tersangka atau

kuasanya dapat diambil tindakan sebagai berikut:

a. Apabila perkara masih ada ditangan penyidik atau penuntut

umum, benda tersebut dapat dijual lelang atau dapat

52

Ibid., hlm. 57.

Page 56: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

44

diamankan oleh penyidik atau penuntut umum, dengan

disaksikan oleh tersangka atau kuasanya;

b. Apabila perkara sudah ada ditangan pengadilan, maka benda

tersebut dapat diamankan atau dijual yang oleh penuntut

umum atas izin hakim yang menyidangkan perkaranya dan

disaksikan oleh terdakwa atau kuasanya.

(2) Hasil pelelangan benda yang bersangkutan yang berupa uang

dipakai sebagai barang bukti.

(3) Guna kepentingan pembuktian sedapat mungkin disisihkan

sebagian kecil dan benda sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1).

(4) Benda sitaan yang bersifat terlarang atau dilarang untuk

diedarkan, tidak termasuk ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), dirampas untuk dipergunakan bagi

kepentingan negara atau untuk dimusnahkan.

d.6. Pengembalian barang sitaan

Penyidik mengembalikan barang sitaan kepada mereka yang

berhak apabila:

a) Perkara sudah diputus, kecuali apabila menurut putusan hakim benda itu

dirampas untuk negara, dimusnahkan atau dirusakan sampai tidak dapat

dipergunakan lagi (Pasal 46 ayat (2) KUHAP);

b) Kepentingan penyidikan sudah tidak memerlukan lagi, perkara tersebut

tidak jadi dituntut atau perkara tersebut dikesampingkan untuk

kepentingan umum atau ditutup demi hukum (Pasal 46 KUHAP).

e. Pemeriksaan Surat

Pada saat penyidikan penyidik berhak untuk membuka, memeriksa, dan

menyita surat lain yang dikirim melalui kantor pos dan telekomunikasi, jawatan

atau perusahaan komunikasi atau pengangkutan jika benda tersebut dicurigai

dengan alasan yang kuat mempunyai hubungan dengan perkara pidana yang

Page 57: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

45

sedang diperiksa, dengan izin khusus yang diberikan untuk itu dari ketua

pengadilan negeri.53

Maksud dari “surat lain” adalah surat yang tidak langsung mempunyai

hubungan dengan tindak pidana yang diperiksa akan tetapi dicurigai dengan

alasan yang kuat. Untuk kepentingan ini maka penyidik dapat meminta kepada

kepala kantor pos dan telekomunikasi, kepala jawatan atau perusahaan

komunikasi atau pengangkutan lain umtuk menyerahkan kepadanya surat yang

dimaksud dan untuk itu harus diberikan surat tanda penerimaan.54

Demi kepentingan penyidikan, penyidik berwenang melakukan

pemeriksaan surat. Pemeriksaan surat dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:

1. Dengan ijin Ketua Pengadilan Negeri, penyidik berhak membuka,

memeriksa dan menyita surat lain yang dikirim melalui kantor pos dan

telekomunikasi atau perusahaan pengangkutan lainnya yang dicurigai

dengan alasan yang kuat mempunyai hubungan dengan perkara pidana

yang sedang diperiksa, dan untuk kepentingan ini dapat meminta agar

surat tersebut diserahkan kepadanya dengan memberikan surat tanda

terima. Yang dimaksud surat lain adalah surat yang tidak mempunyai

hubungan langsung dengan tindak pidana yang diperiksa tetapi

dicurigai dengan alasan kuat;

2. Apabila surat tersebut sesudah dibukan dan diperiksa, ternyata surat

tersebut ada hubungannya dengan perkara yang sedang diperiksa, maka

surat tersebut dilampirkan dalam berkas perkara, sedangkan apabila

53

Nico Ngani,dkk, Op.cit., hlm.58. 54

Ibid.

Page 58: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

46

tidak ada hubungannya dengan perkara tersebut, surat itu harus ditutup

kembali dengan rapi dan segera diserahkan kepada kantor pos dan

telekomunikasi, jawatan atau perusahaan telekomunikasi atau

pengangkutan lain setelah dibubuhi cap yang berbunyi, "telah dibuka

oleh penyidik" dengan diberi tanggal, tanda tangan beserta identitias

penyidik;

3. Penyidik yang melakukan pemeriksaan surat wajib merahasiakan

dengan sungguh-sungguh atas kekuatan sumpah jabatan isi surat yang

dikembalikan itu;

4. Jika timbul dugaan kuat adanya surat palsu atau dipalsukan, dengan ijin

ketua pengadilan negeri, penyidik dapat datang dan minta kepada

pejabat penyimpan umum supaya surat asli yang disimpannya

dikirimkan kepada penyidik, dan apabila tidak dikirimkan, penyidik

berwenang mengambilnya;

5. Membuat berita acara dan turunan berita acara ini dikirimkan kepa

kantor atau jawatan atau instansi di mana surat-surat tersebut disita.

f. Penghentian Penyidikan

Selain beberapa proses penyidikan secara umum di atas masih ada satu

lagi proses penyidikan yang penting untuk diketahui yaitu mengenai penghentian

penyidikan. Hukum Acara Pidana di Indonesia mengatur tentang aturan main

(rule of the game) penegakan hukum pidana khususnya adalah KUHP, termasuk

didalamnya jika ada kemungkinan penghentian penyidikan karena alasan-alasan

tertentu. Setiap ketetapan yang dikeluarkan oleh penyidik mengenai penghentian

Page 59: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

47

penyidikan suatu kasus pidana wajib mengeluarkan SP3 atau Surat Pemberitahuan

Penghentian Penyidikan. SP3 merupakan surat pemberitahuan dari penyidik pada

penuntut umum bahwa perkara dihentikan penyidikannya. Penghentian

penyidikan sendiri diatur oleh KUHAP dalam Pasal 109 ayat (2). Pasal 109 ayat

(2) KUHAP menyebutkan bahwa

“ Dalam hal penyidik menghentikan penyidikan karena tidak cukup bukti

atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau

penyidikan dihentikan demi hukum, maka penyidik memberitahukan hal

itu kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya.”

Dengan demikian dapat disimpulkan alasan-alasan penyidik

menghentikan penyidikan sesuai dengan Pasal 109 ayat (2) KUHAP adalah

sebagai berikut :

1. Tidak diperoleh bukti yang cukup, yaitu apabila penyidik tidak

memperoleh cukup bukti untuk menuntut tersangka atau bukti yang

diperoleh penyidik tidak memadai untuk membuktikan kesalahan

tersangka.55

Menurut Harun Husein56

“Penyidikan yang memperoleh tidak cukup bukti dan menuntut

tersangka untuk membuktikan kesalahan tersangka di depan

persidangan maka penyidik berwenang untuk menghentikan

penyidikan.”

2. Peristiwa yang disangkakan bukan merupakan tindak pidana. 57

55

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl624/sp3. Diakses pada tanggal 11 Juli

2014. Pukul 6.24 WIB. 56

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122580-PK%20III%20637.8250 Penghentian

%20penyidikan-Literatur.pdf. Diakses pada tanggal 11 Juli 2014. Pukul 8.34 WIB. 57

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl624/sp3. Diakses pada tanggal 11 Juli

2014. Pukul 6.24 WIB.

Page 60: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

48

3. Penghentian penyidikan demi hukum. Alasan ini dapat dipakai apabila

ada alasan-alasan hapusnya hak menuntut dan hilangnya hak

menjalankan pidana, yaitu antara lain karena nebis in idem, tersangka

meninggal dunia, atau karena perkara pidana telah kedaluwarsa.58

Pada proses penghentian penyidikan, Keberlakuan KUHAP merupakan

realisasi dan unifikasi dan kodifikasi dalam bidang hukum acara pidana.

Tujuannya agar masyarakat dapat menghayati kewajiban dan haknya dan

pembinaan sikap para penegak hukum sesuai fungsi dan wewenangnya.59

SP3

diberikan dengan merujuk pada pasal 109 ayat (2) KUHAP, yaitu:

1. Jika yang menghentikan penyidikan adalah penyidik Polri,

pemberitahuan penghentian penyidikan disampaikan pada penuntut

umum dan tersangka atau keluarganya.

2. Jika yang menghentikan penyidikan adalah penyidik PNS, maka

pemberitahuan penyidikan disampaikan pada:

a) penyidik Polri, sebagai pejabat yang berwenang melakukan

koordinasi atas penyidikan; dan

b) penuntut umum.60

Penuntut umum juga wajib untuk diberitahu jika terjadi suatu penghentian

penyidikan karena ini sesuai dengan amanah yang ada di dalam Pasal 109 ayat (3)

KUHAP yang berbunyi:

58

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl624/sp3. Diakses pada tanggal 11 Juli

2014. Pukul 6.24 WIB. 59

Djoko Prakoso. 1987. Penyidik, Penuntut Umum, Hakim Dalam Proses Hukum Acara

Pidana. Bina Aksara. Jakarta. h. 5. 60

Ibid.

Page 61: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

49

“Dalam hal penghentian tersebut pada ayat (2) dilakukan oleh penyidik

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b, pemberitahuan

mengenai hal itu segera disampaikan kepada penyidik dan penuntut

umum.”

Ketika penyidik memulai tindakan penyidikan, kepadanya dibebani

kewajiban untuk memberitahukan hal dimulainya penyidikan tersebut kepada

penuntut umum. Akan tetapi masalah kewajiban pemberitahuan itu bukan hanya

pada permulaan tindakan penyidikan, melainkan juga pada tindakan penghentian

penyidikan. Untuk itu, setiap penghentian penyidikan yang dilakukan pihak

penyidik secara resmi harus menerbitkan suatu Surat Perintah Penghentian

Penyidikan (SP3).61

3. Komisi Kepolisian Nasional

a. Pengertian Kompolnas

Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Pasal

37 ayat (1) Kompolnas adalah

“Lembaga kepolisian nasional yang disebut dengan Komisi Kepolisian

Nasional. Kompolnas merupakan lembaga non-struktural yang dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya berpedoman kepada prinsip tata

pemerintahan yang baik. “

Berdasarkan Perpres Nomor 17 Tahun 2011 kedudukan kompolnas berada

di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kompolnas bekerja dengan

mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan pemberian saran kepada

Presiden. Kompolnas di pimpin oleh seorang ketua yang merangkap sebagai

anggota.

61

Lilik Mulyadi dalam I Dewa Gede Dana Sugama. 2014. Surat Perintah Penghentian

Penyidikan (Sp3) Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Hukum. Program

Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Udhayana Denpasar. Hlm. 5.

Page 62: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

50

b. Fungsi, Tugas dan Wewenang Kompolnas

Fungsi Komisi Kepolisian Nasional dapat di lihat dalam Perpres Nomor

17 tahun 2011 Pasal (3) yaitu Kompolnas melaksanakan fungsi pengawasan

fungsional terhadap kinerja Polri untuk menjamin profesionalisme dan

kemandirian Polri, Pelaksanaan fungsi pengawasan fungsional sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan pemantauan dan penilaian

terhadap kinerja dan integritas anggota dan pejabat Polri sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pengertian pengawasan fungsional ada dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pada Pasal 1 poin 10 Peraturan

Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 menyebutkan pengertian Pengawasan

fungsional adalah

“Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh

Lembaga atau Badan atau Unit yang mempunyai tugas dan fungsi

melakukan pengawasan melalui pemeriksaan, pengujian, pengusutan dan

penilaian.”

Kompolnas adalah pengawas external Polri karena anggota Kompolnas

bukanlah bagian dari anggota Polri. Pengertian pengawas ekternal adalah

pengawasan yang dilancarkan oleh petugas-petugas dari luar organisasi ataupun

perusahaan atau jawatan yang bersangkutan, baik merupakan pengawasan dari

pihak pemerintah maupun masyarakat umum.

Tugas Kompolnas di atur dalam Pasal (4) Perpres Nomor 17 tahun 2011

yaitu:

a. Membantu presiden dalam menentukan arah kebijakan polri; dan

Page 63: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

51

b. Memberikan pertimbangan kepada presiden dalam pengangkatan dan

pemberhentian Kapolri.

Tugas Kompolnas yang pertama adalah membantu presiden dalam

menentukan arah kebijakan Polri, Kompolnas bekerja dengan mengumpulkan dan

menganalisis data sebagai bahan pemberian saran kepada Presiden. Saran yang

diberikan oleh Kompolnas berkaitan dengan anggaran Polri, pengembangan

sumber daya Polri , dan pengembangan sarana dan prasarana Polri, dalam upaya

mewujudkan Polri yang profesional dan mandiri.62

Berkaitan dengan tugas Kompolnas yang kedua yaitu memberi

pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan dan pemberhentian Kapolri.

Jika Komisi Kepolisian Nasional memberikan masukan-masukan dan kriteria-

kriteria kepada Presiden untuk menentukan calon Kapolri yang akan diajukan ke

DPR yang kemudian mengadakan uji kelayakan dan memutuskan siapa calon

yang layak memangku jabatan tersebut sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal

11 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian.

Pada Pasal 11 ayat (6) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 disebutkan

bahwa calon Kapolri adalah perwira tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia

yang masih aktif dengan memperhatikan jenjang kepangkatan dan karir.

Pengertian ”jenjang kepangkatan” dan “jenjang karir” dapat dilihat di penjelasan

Pasal 11 ayat (6) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002. Jenjang kepangkatan

ialah prinsip senioritas dalam arti penyandang pangkat tertinggi dibawah Kapolri

yang dapat dicalonkan sebagai kapolri. Sedangkan yang dimaksud dengan jenjang

62

Komisi Kepolisian Nasional. http://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Kepolisian_Nasional.

diakses pada tanggal 7 Juli 2014. Pukul 14.15 WIB.

Page 64: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

52

karir ialah pengalaman penugasan dari pati calon Kapolri pada berbagai bidang

profesi Kepolisian atau berbagai macam jabatan di Kepolisian.

Kemudian mengenai pemberhentian Kapolri diatur dalam Pasal 2 sampai

Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian

Anggota kepolisian Negara Republik Indonesia ada dua macam,

a. Pemberhentian dengan hormat, yaitu apabila: mencapai batas usia

pensiun,pertimbangan khusus untuk kepentingan dinas, tidak

memenuhi syarat jasmani dan/atau rohani, dan gugur, tewas,

meninggal dunia atau hilang dalam tugas.

b. Pemberhentian dengan tidak hormat, yaitu apabila: melakukan tindak

pidana, melakukan pelanggaran, meninggalkan tugas atau hal lain.

Wewenang Kompolnas di atur dalam bab III Perpres Nomor 17 tahun

2011 tentang Kompolnas dari Pasal 7 sampai dengan Pasal 11. Namun, pokok

wewenang Kompolnas ada pada Pasal 7.

Wewenang Kompolnas adalah :

a) Mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan pemberian saran

kepada Presiden yang berkaitan dengan anggaran Kepolisian Negara

Republik Indonesia, pengembangan Polri, dan pengembangan sarana

dan prasarana Polri;

b) Memberikan saran dan pertimbangan lain kepada Presiden dalam upaya

mewujudkan Polri yang Profesional dan mandiri;

c) Menerima saran dan keluhan dari masyarakat mengenai kinerja

kepolidian dan menyampaikannya kepada Presiden.

Keluhan yang diterima Kompolnas adalah pengaduan masyarakat yang

menyangkut penyalahgunaan wewenang, dugaan korupsi, pelayanan yang buruk,

perlakuan diskriminasi, dan penggunaan diskresi kepolisian yang keliru.

Page 65: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

53

Pengumpulan data dan keluhan masyarakat ini dilakukan melalui jalur media

komunikasi elektronik, terutama internet.63

Wewenang yang dimiliki oleh Kompolnas terlampau lemah bagi sebuah

komisi yang diharapkan menjalankan fungsi pengawasan terhadap Polri. Kalau

hanya menerima saran dan keluhan masyarakat mengenai kinerja kepolisian untuk

disampaikan kepada Presiden, hal ini cukup dilakukan oleh kepolisian sendiri,

tidak harus oleh sebuah komisi nasional.64

Efektifitas pengawasan terhadap Polri juga diragukan jika Kompolnas

hanya sebatas menampung keluhan-keluhan masyarakat mengenai penegakan

hukum pada tahap penyelidikan dan atau penyidikan tanpa memiliki kewenangan

untuk memberi penilaian atas tindakan kepolisian atau diskresi kepolisian.

Betapapun pentingnya kepatuhan terhadap norma agama, kesopanan, kesusilaan,

maupun berbagai pertimbangan etik lainnya, salah satu kunci bagi penilaian

masyarakat atas kinerja Polri adalah kemampuan Polri menjalankan fungsi

pelayanan dan penegakkan hukum secara adil, konsisten dan konsekuen.65

c. Peran Kompolnas

Peran adalah sebuah kata yang sering kita ucapkan dalam kehidupan

sehari-hari namun pada kenyataanya sukar untuk menerjemahkan arti dari kata

peran. Ketika kita mendengar kata peran yang terpikirkan oleh kita adalah apa

yang di perbuat sesuai fungsi, tugas dan tujuannya.

63

www.kompolnas.go.id/hubungi-kami. diakses pada tanggal 19 April 2014. Pukul 15.06

WIB. 64

Catur Cahyono Wibowo, Op.cit., hlm. 8. 65

Ibid, hlm. 10.

Page 66: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

54

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia peran sendiri bermakna pemain

sedangkan peranan mempunyai makna tindakan yg dilakukan oleh seseorang

dalam suatu peristiwa.66

Jika menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang

disusun oleh W.J.S Poerwardaminta67

peran adalah sesuatu yang menjadi bagian

atau yang memegang pimpinan yang terutama dalam mewujudkan terjadinya tata

pemerintahan yang baik.

Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2011 memang tidak secara tegas

mengatakan apa peran Kompolnas itu, namun jika dilihat dari fungsi, tugas dan

wewenang Kompolnas maka dapat disimpulkan bahwa peran kompolnas ada 4

yaitu :

1. Membuat arah kebijakan Polri sebagai dokumen tertinggi Polri dalam

rangka membuat arah bijak.

2. Memberi usulan dalam rangka pemberhentian dan pengangkatan

Kapolri.

3. Memberikan rekomendasi kepada Presiden dan Kapolri dalam rangka

3 hal yaitu :

a. Anggaran.

b. Sarana dan prasarana.

c. Sumber daya manusia.

66

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), http://kbbi.web.id/, di akses pada tanggal 26

Februari 2014, pukul 10.46. 67

W.J.S. Poerwardaminta, 1991, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Hal. 735.

Page 67: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

55

4. Menampung atau menerima saran dan keluhan dari masyarakat yang

berkaitan dengan kinerja Polri.68

Peran Kompolnas pada periode sebelumnya atau pada Perpres Nomor 17

Tahun 2005 hanya seperti tukang Pos atau pak Pos karena Kompolnas hanya

menerima pengaduan dari masyarakat atas kinerja Polri untuk disampaikan

kepada Presiden. 69

Peran Kompolnas kini telah diperkuat dengan lahirnya Perpres Nomor 17

Tahun 2011 tentang Komisi kepolisian Nasional. Pada Perpres ini peran

Kompolnas diperkuat. Penguatan peran Kompolnas sendiri ada dalam pasal 9

Poin d, e, dan f.

Pasal 9 poin d Perpres Nomor 17 Tahun 2011 menyebutkan bahwa

Kompolnas berhak meminta pemeriksaan ulang atau pemeriksaan tambahan atas

pemeriksaan yang telah dilakukan satuan pengawas internal Polri terhadap

anggota dan/atau pejabat Polri yang diduga melakukan pelanggaran disiplin

dan/atau etika profesi, dengan catatan, dalam satu kasus ada temuan novum (bukti

baru) yang bisa digunakan untuk didalami dan dilakukan pemeriksaan.

Selain itu, Pasal 9 poin e Perpres Nomor 17 Tahun 2011,

merekomendasikan kepada Kapolri agar anggota dan/atau pejabat Polri yang

melakukan pelanggaran disiplin, etika profesi, dan/atau diduga melakukan tindak

pidana diproses sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Adanya

68

Hasil wawancara dengan Prof. Adrianus Eliasta Meliala, Ph.D.Komisioner Komisi

Kepolisian Nasional, tanggal 17 Juni 2014. 69

Imam Syafi’i. Setelan Kompolnas Bukan Pak Pos. www.jawapos.com. diakses pada

tanggal 1 Juni 2014. Pukul 08.00 WIB.

Page 68: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

56

aturan ini, diharapkan pihak eksternal (Kompolnas) bisa ikut mengawasi Internal

Polri.

Kemudian, Pasal 9 poin f Perpres Nomor 17 Tahun 2011 juga disebutkan,

Kompolnas dapat mengikuti gelar perkara, sidang disiplin, dan sidang komisi

kode etik profesi kepolisian. Terakhir, poin g menyebutkan, Kompolnas bisa

mengikuti pemeriksaan dugaan pelanggaran disiplin dan kode etik yang dilakukan

anggota dan/atau pejabat Polri.70

70

Ibid.

Page 69: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

57

BAB III

METODE PENELITIAN

Menurut Woody71

Penelitian merupakan sebuah metode untuk

menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critical

thinking). Penelitian meliputi pemberian definisi dan redevinisi terhadap suatu

masalah, memformulasikan hipotesis atau jawaban sementara, membuat

kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hari-hati atas

semua kesimpulan untuk menentukan apakan ia cocok dengan hipotesis.

Penelitian ilmiah adalah penelitian dengan menggunakan metode ilmiah (scientific

method).72

A. Metode penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang

dilakukan dengan cara meneliti data, wawancara dengan responden terkait

dan mengkaji bahan kepustakaan yang merupakan data sekunder.

Menurut Johny Ibrahim73

, dalam bukunya mengatakan bahwa:

“Metode pendekatan yuridis normatif adalah suatu prosedur ilmiah

untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dan

sisi normatifnya. Logika keilmuan yang ajeg dalam penelitian hukum

normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu

hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu

sendiri”.

71

Moh. Nazir,2005, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, hal.14. 72

Ibid., hlm. 14. 73

Joni Ibrahim, Teori dan Metedologi Penelitian Hukum Normatif, 2010, Malang:Bayu

Media Publishing, hlm. 295.

Page 70: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

58

Bahan hukum primer meliputi Undang-Undang N0. 17 Tahun 2011

tentang Komisi kepolisian Nasional, Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002 tentang Kepolisian.

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesifikasi

penelitian preskriptif. Ilmu hukum mempunyai sifat sebagai ilmu yang

preskriptif, artinya sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum

mempelajari tujuan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma

hukum.

Menurut Peter Mahmud Marzuki74

, bahwa:

“ilmu hukum mempunyai kerakteristik sebagai ilmu yang bersifat

preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu

hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan

hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai

ilmu terapan ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan-

ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum”.

C. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data primer penelitian akan dilakukan di kantor

Komisi Kepolisian Nasional di Jakarta, dan untuk memperoleh data

skunder maka penelitian di lakukan di Pusat Informasi Ilmiah Fakultas

Hukum Universitas Jendral Soedirman dengan menelaah pustaka yang

berkaitan dengan kajian penelitian, Pusat Informasi Ilmiah Universitas

Jendral Soedirman dengan menelaah pustaka yang berkaitan dengan kajian

74

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, 2007, Surabaya:Kencana Perdana Media

Group, hlm. 22.

Page 71: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

59

penelitian, perpustakaan Sekolah Polisi Negara Purwokerto dengan

menelaah pustaka yang berkaitan dengan kajian penelitian.

D. Sumber Hukum

Pada penelitian normatif pustaka merupakan data dasar, dimana dalam

penelitian ini penulis mengumpulkan bahan primer dan bahan sekunder,

yang merupakan penunjang data primer. Data primer berupa wawancara

dengan pihak Komisi Kepolisian Nasional yang berwenang untuk

mendapatkan informasi yang akan diteliti, yang termasuk sebagai data

sekunder. Pada hal ini sekunder dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

a. Sumber Data Sekunder

Sumber hukum yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan

serta dokumen resmi lain sesuai dengan pokok masalah yang

diajukan.

b. Sumber Data Primer

Diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak Komisi Kepolisian

Nasional Jakarta.

c. Sumber Data Tersier

Sumber hukum memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus

hukum, literatur, dan lain-lain.

Page 72: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

60

E. Metode Pengambilan Data

Sesuai dengan sumber data yang di perlukan yaitu data primer dan

data sekunder maka metode pengambilan data dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1.1 Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dengan cara melakukan

studi dokumen terhadap peraturan perundang-undangan, buku-

buku literatur, dan dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan

dengan objek atau materi penelitian.

1.2 Data primer yaitu data yang di peroleh dengan wawancara secara

langsung dari lokasi penelitian yaitu di Sekertariat Komisi

Kepolisian Nasional, terhadap data primer menggunakan metode

interview dilakukan terhadap narasumber penelitian untuk

mendapatkan informasi yang di perlukan. Observasi di lakukan

terhadap kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku yang diamati.

a. Interview (wawancara)

wawancara adalah salah satu metode pengumpulan

data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya

langsung kepada responden.75

Pada penelitian ini peneliti

menggunakan metode wawancara semi terstruktur yaitu

jenis wawancara campuran antara wawancara terstruktur

yang untuk mengetahui informasi baku dimana peneliti

memiliki panduan wawancara dan wawancara tak

75

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1985, Metode Penelitian Survai, Lembaga

Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta. hlm. 145.

Page 73: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

61

terstruktur dimana wawancara berjalan mengalir sesuai

topik atau dikatakan wawancara terbuka. Pemilihan

wawancara semi terstruktur ditujukan untuk mendapatkan

informasi yang lengkap.

b. Observasi

Observasi yang dilakukan adalah observasi

takterlibat yaitu peneliti hanya mengamati saja tanpa

terlibat langsung kedalam objek yang diteliti.

F. Metode penyajian data

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk teks naratif yang disusun

secara sistematis. Sistematis disini maksudnya adalah keseluruhan data

primer yang di peroleh akan di hubungkan dengan data sekunder yang

diperoleh serta saling di hubungkan dengan pokok permasalahan sehingga

menjadi satu kesatuan yang utuh.

G. Analisa data

Tahap awal yang dilakukan sebelum melakukan analisis data

adalah dengan melakukan pengolahan data. Pengolahan data diartikan

sebagai kegiatan merapikan data hasil pengumpulan data sehingga siap

pakai untuk dianalisis.76

76 Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta : Sinar Grafika,

hlm. 72.

Page 74: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian peran Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dalam

pengawasan perkara pidana di tingkat penyidikan ini menggunakan pendekatan

yuridis normatif. Pada penelitian ini diperlukan data primer atau data empiris dan

data sekunder. Data primer yaitu data berupa informasi dan pendapat yang

diperoleh langsung dari anggota Komisi Kepolisian Nasional dan staff Komisi

Kepolisian Nasional. Data sekunder diperoleh dari peraturan perundang-

undangan, literatur dan doktrin yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

Peranan Kompolnas yang diteliti oleh penulis adalah peranan Kompolnas

dalam kaitannya sebagai lembaga pengawas eksternal Polri dan di khususkan

dalam pengawasan terhadap kinerja penyidik dalam melakukan penyidikan suatu

perkara pidana. Bab ini menyajikan hasil penelitian dan analisis data baik data

primer maupun data sekunder yang diperoleh selama penelitian di lokasi

penelitian. Data sekunder akan disajikan terlebih dahulu untuk mengetahui dasar

dari peranan Komisi kepolisian Nasional dalam melakukan pengawasan terhadap

kinerja Polri.

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian Data Skunder

1.1 Peran Kompolnas dalam roses penyidikan perkara pidana

a. Sebagai Pengawas eksternal polri

Kompolnas diatur secara khusus dalam Perpres Nomor 17

Tahun 2011. Peran Kompolnas sendiri dapat dilihat dalam BAB III

Page 75: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

63

Perpres Nomor 17 Tahun 2011. Peran Kompolnas dapat kita lihat

dalam Tugas pokok dan Fungsi Kompolnas yang ada dalam BAB

III yaitu:

1. Pada Pasal 3 Perpres Nomor 17 Tahun 2011

menyebutkan bahwa Kompolnas melaksanakan fungsi

pengawasan fungsional terhadap kinerja Polri untuk

menjamin profesionalisme dan kemandirian Polri.

2. Pada Pasal 4 Perpres Nomor 17 Tahun 2011

menyebutkan peran Kompolnas yang ke 2 yaitu

membantu Presiden dalam menetapkan arah kebijakan

Polri

3. Pasal 4 ayat (2) Perpres Nomor 17 Tahun 2011

menyebutkan peran Kompolnas yang ke 3 yaitu

memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam

pengangkatan dan pemberhentian Kapolri.

4. Peran Kompolnas yang terakhir ada dalam Pasal 9

huruf a yaitu Kompolnas sebagai penerima dan

meneruskan saran dan keluhan masyarakat kepada Polri

untuk ditindak lanjuti.

Kaitanya dengan Peran kompolnas dalam suatu proses

penyidikan kasus pidana adalah 2 hal yaitu Kompolnas sebagai

pengawas Polri dan kompolnas sebagai penerima saran dan

keluhan masyarakat.

Page 76: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

64

Peran Kompolnas sebagai pengawas Polri ada dalam Pasal

3 ayat (1) Perpres Nomor 17 Tahun 2011. Pasal 3 ayat (2)

menyebutkan bahwa

“Pelaksanaan fungsi pengawasan fungsional sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan

pemantauan dan penilaian terhadap kinerja dan integritas

anggota dan pejabat Polri sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.”

Pasal 3 ayat (2) Perpres Nomor 17 Tahun 2011

menyebutkan mengenai hal yang harus di awasi oleh Kompolnas

terhadap Polri yaitu:

1) Kinerja Anggota dan Pejabat Polri;

2) Integritas anggota dan Pejabat Polri.

Pengawasan yang dilakukan oleh Kompolnas menurut Pasal

3 ayat (2) Perpres Nomor 17 Tahun 2011 adalah pengawasan

fungsional. Pengertian pengawasan fungsional ada dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan

Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pada

Pasal 1 poin 10 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001

menyebutkan pengertian Pengawasan fungsional adalah

“Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang

dilakukan oleh Lembaga atau Badan atau Unit yang

mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan

melalui pemeriksaan, pengujian, pengusutan dan penilaian.”

Kompolnas adalah pengawas eksternal Polri dengan jenis

pengawasan fungsional. Pengertian pengawas ekternal adalah

pengawasan yang dilancarkan oleh petugas-petugas dari luar

Page 77: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

65

organisasi ataupun perusahaan atau jawatan yang bersangkutan,

baik merupakan pengawasan dari pihak pemerintah maupun

masyarakat umum.

Kompolnas sebagai pengawas ekteren karena Kompolnas

adalah lembaga negara tersendiri yang independent yang di bentuk

oleh presiden sebagai pembantu presiden dalam rangka mengawasi

polri agar menjadi lebih baik dan profesional. Hal ini diatur dalam

Pasal 37 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia jo Pasal 1 dan Pasal 2 ayat (1) Perpres

Nomor 17 Tahun 2011 tentang Komisi Kepolisian nasional yang

menyebutkan bahwa

Pasal 37 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

1) Lembaga kepolisian nasional yang disebut dengan

Komisi Kepolisian Nasional berkedudukan di bawah

dan bertanggung jawab kepada Presiden.

2) Komisi Kepolisian Nasional sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dibentuk dengan Keputusan

Presiden.

Pasal 1 angka 1 Perpres Nomor 17 Tahun 2011

“Komisi Kepolisian Nasional yang selanjutnya disebut

Kompolnas adalah Lembaga Kepolisian Nasional

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia.”

Pasal 2 ayat (1) Perpres Nomor 17 Tahun 2011

Page 78: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

66

“Kompolnas merupakan lembaga non struktural, yang

dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya berpedoman

pada prinsip tata pemerintahan yang baik.”

b. Sebagai penerima saran dan keluhan dari masyarakat terkait

dengan kinerja Polri

Peran Kompolnas yang ke dua dalam kaitanya dengan

proses penyidikan ada dalam Pasal 9 huruf a yaitu Kompolnas

sebagai penerima dan meneruskan saran dan keluhan masyarakat

kepada Polri untuk ditindak lanjuti.

Peran Kompolnas sebagai penerima saran dan keluhan

masyarakat juga di atur dalam Pasal 7 huruf c Perpres Nomor 17

Tahun 2011 yang berbunyi :

“menerima saran dan keluhan dari masyarakat mengenai

kinerja kepolisian dan menyampaikannya kepada Presiden.”

Saran dan keluhan dari masyarakat yang masuk ke

Komplnas dinamakan SKM atau Saran dan keluhan Masyarakat.

Saran dan keluhan dari masyarakat yang diterima oleh Kompolnas

adalah yang berkaitan dengan kinerja dan intergritas Polisi.

Tindak lanjut dari SKM yang masuk adalah Kompolnas

mengklarifikasi SKM tersebut ke pihak yang bersangkutan

bersama dengan satuan pengawas internal Polri (SPI) yaitu Itwasda

dan Divpropam dan memonitoring hasil dari kesepakatan atau

keputusan mengenai kasus dalam SKM tersebut. Hal ini di atur

dalam Pasal 9 huruf c Perpres Nomor 17 Tahun 2011 yang

berbunyi:

Page 79: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

67

“Melakukan klarifikasi dan monitoring terhadap proses

tindak lanjut atas saran dan keluhan masyarakat yang

dilakukan oleh Polri”

Selain melakukan klarifikasi dan monitoring terhadap SKM

yang masuk ke Kompolnas, Kompolnas juga wajib untuk

memberiahukan hasil dari penanganan kasus tersebut kepada

pelapor SKM. Hal ini diatur dalam Pasal 11 Perpres Nomor 17

Tahun 2011 yang berbunyi :

“Kompolnas menyampaikan hasil tindak lanjut atas saran

dan keluhan masyarakat yang disampaikan dan dilaporkan

kepada Kompolnas kepada pelapor yang bersangkutan.”

Apabila Kompolnas merasa bahwa penanganan kasus yang

dilakukan oleh SPI belum dianggap cukup maka Kompolnas

berhak untuk meminta SPI melakukan pemeriksaan tambahan atau

pengulangan pemeriksa terhadap kasus tersebut. Hal ini diatur

dalam Pasal 9 huruf d Perpres Nomor 17 Tahun 2011 yang

berbunyi

“Meminta pemeriksaan ulang atau pemeriksaan tambahan

atas pemeriksaan yang telah dilakukan oleh satuan

pengawas internal Polri terhadap anggota dan/atau Pejabat

Polriyang diduga melakukan pelanggaran disiplin dan/atau

etika profesi”

Selain yang telah disebutkan sebelumnya Kompolnas

mempunyai hak-hak lain dalam kaitanya dengan pelaksanaan peran

kompolnas yang telah diatur dalam Pasal 9 Perpres Nomor 17

Tahun 2011. Kompolnas dalam melakukan wewenangnya dapat :

Pasal 9 huruf e Perpres Nomor 17 Tahun 2011

Page 80: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

68

“Merekomendasikan kepada Kapolri, agar anggota dan/atau

pejabat Polri yang melakukan pelanggaran disiplin, etika

profesi dan/atau diduga melakukan tindak pidana, diproses

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku”

Pasal 9 huruf f Perpres Nomor 17 Tahun 2011

“Mengikuti gelar perkara, Sidang Disiplin, dan Sidang

Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian”

Pasal 9 huruf g Perpres Nomor 17 Tahun 2011

“Mengikuti pemeriksaan dugaan pclanggaran disiplin dan

kode etik yang dilakukan oleh anggota dan/atau Pejabat

Polri.”

1.2 Struktur Keanggotaan Kompolnas

Struktur kepengurusan Kompolnas diatur dalam bab IV Perpres

nomor 17 Tahun 2011. Keanggotaan Kompolnas terdiri dari 9 orang

Komisioner dengan ketentuan seperti pada Pasal 14 Perpres Nomor 17

Tahun 2011 yaitu :

“Keanggotaan Kompolnas terdiri dari unsur:

a. pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang;

b. pakar Kepolisian sebanyak 3 (tiga) orang; dan

c. tokoh Masyarakat sebanyak 3 (tiga) orang.”

Ketiga unsur tersebut tersusun atas 4 hal yang diatur dalam pasal 15

Perpres Nomor 17 Tahun 2011 yaitu :

“Susunan keanggotaan Kompolnas, terdiri atas:

a. ketua merangkap anggota;

b. wakil Ketua merangkap anggota;

c. sekretaris merangkap anggota; dan

d. 6 (enam) orang Anggota.”

Anggota aktif Kompolnas berjumlah 6 yang terdiri dari 3 orang Pakar

kepolisian dan 3 orang tokoh masyarakatlah yang aktif melakukan

Page 81: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

69

klarifikasi ke Polda atau Polres yang terdiri atas 31 rayon di seluruh

Indonesia. Hanya anggota Kompolnas lah yang berwenang untuk

melakukan seluruh Peran Kompolnas yang diatur dalam Perpres Nomor 17

Tahun 2011.

1.3 Hasil Pengawasan dan Penanganan SKM

Pertama setelah melakukan pengawasan terhadap kinerja dan

integritas Polri maka Kompolnas akan memberikan hasil kerjanya kepada

Presiden. Selain memberikan hasil pengawasan kepada presiden

Kompolnas juga dapat menggunakan hasil pengawasanya untuk membuat

usulan arah kebijakan strategis untuk Polri agar dapat meminimalisis

terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh oknum anggota Polri dalam

rangka menciptakan polri yang baik dan profesional. Hal ini diatur dalam

Pasal 4 huruf a Perpres Nomor 17 Tahun 2011yaitu :

“Kompolnas bertugas membantu Presiden dalam menetapkan arah

kebijakan Polri”

Penyusunan arah bijak yang dilakukan oleh Kompolnas sesuai

dengan Pasal 4 huruf a Perpres Nomor 17 Tahun 2011, Kompolnas

melakukanya bersama-sama dengan Polri. Hal ini diatur dalam Pasal 5

ayat (3) Perpres Nomor 17 Tahun 2011 yang berbunyi :

“Penyusunan arah kebijakan Polri sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan bersama dengan Polri.”

Kedua hasil klarifikasi atas SKM yang dilakukan oleh Kompolnas

wajib diberitahukan kepada Pelapor SKM tersebut. Kewajiban ini diatur

dalam Pasal 11 Perpres nomor 17 Tahun 2011 yang berbunyi :

Page 82: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

70

“Kompolnas menyampaikan basil tindak lanjut atas saran dan

keluhan masyarakat yang disampaikan dan dilaporkan kepada

Kompolnas kepada pelapor yang bersangkutan.”

2. Hasil Penelitian Data Primer

Narasumber dalam penelitian ini adalah Komisioner Komisi

Kepolisian Nasional (Kompolnas) dan Staff Komisi Kepolisian Nasional.

Wawancara dilakukan secara terarah dan mendalam. Wawancara terarah

maksudnya dalam wawancara terdapat pengarahan atau struktur tertentu

dengan membatasi aspek masalah yang dibicarakan dan menggunakan

daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan. Sedangkan wawancara

mendalam dimaksudkan untuk membangkitkan pernyataan-pernyataan

bebas yang dikemukakan secara berterus terang. Berdasarkan hasil

wawancara terhadap narasumber di kota tersebut maka diperoleh data

sebagai berikut:

2.1. Peranan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dalam

pengawasan perkara pidana di tingkat penyidikan

a. Peran Komisi Kepolisian Nasional dalam melakukan

pengawasan perkara di tingkat penyidikan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Prof. Adrianus

Eliasta Meliala, Ph.D selaku salah 1 Komisioner Komisi

Kepolisian Nasional diketahui bahwa peran kompolnas secara

umum menurut Tugas pokok dan fungsi Kompolnas adalah ada 4

yaitu :

Page 83: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

71

1. Membuat arah kebijakan Polri sebagai dokumen

tertinggi Polri dalam rangka membuat arah bijak.

2. Memberi usulan dalam rangka pemberhentian dan

pengangkatan Kapolri.

3. Memberikan rekomendasi kepada Presiden dan Kapolri

dalam rangka 3 hal yaitu :

a. Anggaran

b. Sarana dan prasarana

c. Sumber daya manusia

4. Menampung atau menerima saran dan keluhan dari

masyarakat yang berkaitan dengan kinerja Polri.77

Berdasarkan ke 4 peran umum Kompolnas yang telah

disebutkan di atas, Prof. Adrianus mengatakan bahwa Peran

Kompolnas dalam melakukan pengawasan ditingkat Penyidikan

ada pada Point ke 4 yaitu masuk pada peran menampung atau

menerima saran dan keluhan dari masyarakat. Jadi peran

kompolnas dalam melakukan pengawasan ditingkat penyidikan

adalah peran Kompolnas yang paling akhir, paling belakang dan

merupakan peran yang paling kecil dan pendek.78

Secara singkat

menurut Tetra Megayanto Putra S.H. selaku Kabab Pelayanan

Teknis Komisi Kepolisian Nasional mengatakan bahwa peran

Kompolnas dalam hal sebagai pengawas perkara pidana di tingkat

77

Hasil wawancara dengan Prof. Adrianus Eliasta Meliala, Ph.D. Komisioner Komisi

Kepolisian Nasional. di Jakarta. pada hari Selasa 17 Juni 2014. 78

Ibid.

Page 84: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

72

penyidikan adalah mengadakan klarifikasi berdasarkan SKM

(Saran dan Keluhan Masyarakat) yang masuk.79

Menurut Tetra Megayanto, setiap SKM yang masuk ke

Kompolnas harus diklarifikasi, karena dalam Perpres Nomor 17

Tahun 2011 tugas Kompolnas yang ke 4 adalah sebagai penerima

saran dan keluhan dari masyarakat.80

b. Batasan Komisi Kepolisian Nasional dalam melakukan

pengawasan perkara pidana di tingkat penyidikan

Prof. Adrianus mengatakan bahwa dalam melakukan

pengawasan perkara ditingkat penyidikan harus tetap di ingat

bahwa Kompolnas adalah lembaga pengawas Eksternal Polri.

Sebagai lembaga pengawas eksternal Polri, Kompolnas tidak bisa

melakukan tindakan berupa pengambil alihan kasus atau proses

penyidikan. Kompolnas sebagai lembaga pengawas eksternal Polri

dalam hal ini hanya bisa “melongok” atau “melihat” proses

penyidikan tersebut. Jika memang semua proses penyidikan

berjalan baik maka Kompolnas tidak perlu bertindak apa-apa.

Namun jika memang terbukti ada suatu pelanggaran yang terjadi

pada saat proses penyidikan maka Kompolnas akan melakukan

kelarifikasi mengenai kasus pelanggaran penyidikan tersebut

79

Hasil wawancara dengan Tetra Megayanto Putra, S.H. Kabab Pelayanan Teknis Komisi

Kepolisian Nasional. di Jakarta. pada hari Selasa 17 Juni 2014. 80

Ibid.

Page 85: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

73

kepada penyidik yang bersangkutan dengan ditemani oleh

Divpropam dan Itwasda.81

Kompolnas sebagai lembaga pengawas Eksternal Polri

dalam melaksanakan perannya hanya sebagai “Pengkelarifikasi”

apakah benar ada suatu penyimpangan dalam proses penyidikan.

Kompolnas tidak bisa mengambil alih perkara tersebut namun

mengembalikanya kepada Satuan Pengawas Internal Polri (SPI)

yang sudah ada dan dalam hal ini adalah Itwasda dan Divpropam.

Itwasda adalah SPI yang menangani masalah penyimpangan dan

pelanggaran yang umum dilakukan oleh polri. Divpropam adalah

SPI yang menangani masalah mengenai perilaku anggota Polri. 82

Kompolnas tidak wenang untuk mengusik kemandirian

Polri dalam hal penyidikan, Itwasum dan Divpropam yang bertugas

dan berwenang untuk merivew atau menangani mengenai kasus

pelanggaran penyidikan tersebut. Karena Itwasum dan Divpropam

yang bertugas untuk menangani kasus pelanggaran penyidikan

tersebut maka ke dua satuan inilah yang berkewajiban untuk

memberi informasi kepada Kompolnas mengenai kelanjutan,

perkembangan dan segala informasi kasus pelanggaran penyidikan

tersebut.83

Kompolnas juga berhak untuk bertanya dan menyatakan

ketidak puasanya dalam hal perkembangan kasus pelanggaran

81

Hasil wawancara dengan Prof. Adrianus Eliasta Meliala, Ph.D. Op.Cit. 82

Hasil wawancara dengan Prof. Adrianus Eliasta Meliala, Ph.D. Op.Cit. 83

Ibid.

Page 86: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

74

penyidikan tersebut. Jika dirasa hasil perkembangan suatu kasus

tidak memuaskan menurut Kompolnas maka Kompolnas dapat

meminta Itwasum dan Divpropam untuk melanjutkan proses

penyelesaian kasus pelanggaran penyidikan, bahkan Kompolnas

dapat datang dan mengklarifikasi sendiri bersama dengan Itwasda

dan Divpropam mengenai perkembangan kasus pelanggaran

penyidikan tersebut kepada polda dan hal ini akan terus berlanjut

sampai Kompolnas merasa puas.84

Proses Klarifikasi yang dilakukan oleh Kompolnas yang

dilakukan langsung ke Polda ataupun Polres yang diduga terjadi

suatu pelanggran penyidikan, Kompolnas tidak boleh

melakukannya sendiri namun harus didampingi oleh Itwasda (jika

berada di daerah) dan Divpropam. 85

Dalam Perpres Nomor 17

Tahun 2005 peran Kompolnas diibaratkan hanya seperti Tukang

Pos karena hanya sebagai penyambung lidah antara masyarakat

dengan Polda namun sejak dikeluarkanya Perpres Nomor 17 Tahun

2011 peran kompolnas ditingkatkan yaitu Kompolnas dapat

melakukan klarifikasi mengenai suatu kasus pelanggaran

penyidikan.86

c. Tipologi Pelanggaran tentang Kinerja Polri.

Kompolnas dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

sebagai lembaga pengawas eksternal Polri telah membuat tipologi

84

Ibid. 85

Ibid. 86

Ibid.

Page 87: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

75

pelanggaran tentang kinerja Polri. Tipologi ini dibentuk

berdasarkan data-data yang masuk ke Kompolnas tentang

pelanggaran yang sering dilakukan oleh anggota Polri. Pada

dasarnya ada lima tipologi pelanggaran tentang kinerja Polri yaitu :

1. Pelayanan yang buruk;

2. Dugaan Korupsi;

3. Penyalahgunaan wewenang;

4. Diskresi yang keliru;

5. Diskriminasi.

Kelima hal inilah yang menjadi tolak ukur adanya suatu

pelanggaran atas kinerja Polri atau tidak. 87

Saat ini sedang di

matangkan mengenai 5 tipologi pelanggaran atas kinerja polri yang

akan di tambah 1 point lagi yaitu hak-hak warga negara dan

Kompolnas sedang membuat elaborasi dari masing-masing point

tipologi tersebut. Elaborasi atas point-point tersebut sangat penting

karena pada kenyataanya ada beberapa lembaga di Indonesia yang

menjadi penerima keluhan-keluhan dari masyarakat mengenai

kinerja Polri. Lembaga-lembaga negara yang menjadi penerima

keluhan mengenai kinerja Polri adalah Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia (Komnas HAM), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),

Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian

Pembangunan (UKP 4), Sekertaris jenderal Dewan Perwakilan

87

Ibid.

Page 88: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

76

Rakyat (Sekjen DPR), Kementrian Pendayagunaan Aparatur

Negara (Kemenpan), Call center Telkom, Komisi Perlindungan

Anak Indonesia (KPAI), dan Komnas Perempuan. Selain lembaga

negara ada beberapa LSM yang menjadi penerima keluhan dari

masyarakat mengenai kinerja Polri yaitu Imparsial, YLBHI dan

Kontras.88

Semua lembaga-lembaga tersebut baik lembaga negara

maupun non negara mempunyai mekanisme yang berbeda-beda

dalam menampung keluhan dari masyarakat. Sebagai lembaga

negara yang paling berwenang untuk menampung keluhan

mengenai kinerja Polri, Kompolnas berupaya untuk

mengumpulkan lembaga-lembaga tersebut untuk mengumpulkan

data yang ada pada lembaga tersebut. Dengan mengumpulkan data

yang dimiliki dari lembaga-lembaga tersebut maka Kompolnas

akan mendapatkan data yang valid tentang Polri dan mengetahui

apa yang menjadi indikator lembaga tersebut dalam menerima

keluhan dari masyarakat mengenai kinerja Polri lalu indikator

tersebut akan di masukan kedalam indikator yang dimiliki oleh

Kompolnas. Hasil dari pengumpulan data dan indikator dari

lembaga-lembaga tersebut adalah masih ada 1 hal yang tidak

termasuk kedalam indikator yang dimiliki oleh kompolnas

sebelumnya dalam tipologi pelanggaran tentang kinerja Polri yaitu

88

Ibid.

Page 89: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

77

hak-hak warga negara, oleh karena itu hak-hak warga negara akan

dimasukan menjadi indikator ke 6 dari tipologi pelanggaran

tentang kinerja Polri.89

d. Mekanisme kerja Kompolnas dalam menangani SKM atau

Kasus Pelanggaran Penyidikan.

Mekanisme kerja Kompolnas dalam menjalankan fungsinya

sebagai lembaga pengawas Polri dan sebagai penampung dan

penerima saran dan keluhan masyarakat adalah ketika Komponas

menerima SKM maka :

1. Kompolnas akan menyaring SKM yang masuk tersebut

dan melihat apakah SKM ini termasuk wewenang

Kompolnas atau tidak dalam menindak lanjutinya.

2. lalu Kompolnas akan memilah SKM tersebut termasuk

kedalam bagian mana dari lima tipologi pelanggaran

tentang kinerja Polri.

3. Kompolnas akan mengirim surat permohonan klarifikasi

ke Polda sebanyak 8 surat.

4. Polda membalas surat permohonan klarifikasi dari

Kompolnas.

5. Kompolnas bersama dengan Itwasum dan Divpropam

melakukan klarifikasi atas SKM tersebut.

89

Ibid.

Page 90: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

78

6. Kompolnas mengirim tembusan Surat permohonan

klarifikasi SKM kepada pelapor surat.

7. Kompolnas akan menerima hasil klarifikasi SKM dari

Polri melalui surat.

8. Hasil dari klarifikasi tersebut diberitahukan kepada

pelapor surat.90

9. Apabila pelapor masih belum puas terhadap hasil

klarifikasi yang dilakukan oleh Kompolnas maupun

jawaban yang dikirim Polda maka pelapor dapat

mengirimkan ketidak puasanya kembali kepada

Kompolnas dengan menyertakan dokumen pendukung

untuk selanjutnya oleh Kompolnas akan diteruskan ke

Polda kembali.91

10. Apabila Kompolnas menilai bahwa penanganan Polda

ditemukan ada suatu kejanggalan, maka Kompolnas akan

meminta kepada Polda untuk dilaksanakan gelar perkara

dengan dihadiri oleh Kompolnas dan Kompolnas dapat

meminta kepada Itwasum Polri dan bareskrim Polri

untuk mendampingi Kompolnas dalam pelaksanaan gelar

perkara yang dilaksanakan oleh Polda.92

90

Hasil wawancara dengan Tetra Megayanto Putra, S.H. Op.Cit. 91

Komisi Kepolisian Nasional. 2014. Laporan. "Laporan Analisa dan Evaluasi

Penanganan Saran dan keluhan Masyarakat Kompolnas Tahun 2013". hlm 5. 92

Ibid.

Page 91: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

79

Pada saat SKM di register, maka Kompolnas akan

mengirimkan SKM surat kepada daerah mana objek dari

pengaduan dalam SKM tersebut, namun apabila SKM ini

menyangkut kinerja Polri di Polres maka Kompolnas tidak dapat

langsung mengirimkan Surat ijin mengadakan Klarifikasi atau

Kompolnas tidak dapat langsung datang ke Polres namun harus

tetap melalui Polda daerah itu. Hal ini karena suber hubungan

Kompolnas adalah dengan Polda dalam hal ini adalah Itwasda.

Selanjutnya dari Polda tersebut yang akan menghubungkan

Kompolnas dengan polres yang dimaksud.93

Pada dasarnya semua SKM harus di tindak lanjuti oleh

Kompolnas, namun yang membuat tidak pada dasarnya atau yang

membuat SKM tersebut tidak ditindak lanjuti oleh Kompolnas

apabila :

1. Bahan – bahan SKM tersebut tidak lengkap.

2. Setelah dilihat dan di saring ternyata SKM ini tidak

menjadikan Kompolnas sebagai sumber pengaduan.

Maksudnya adalah Kompolnas hanya sekedar menjadi

tembusan dari sebuah pengaduan.

3. SKM tersebut tidak ada unsur polisinya. Unsur polisi

sangat penting karena ini adalah sebagai dasar wewenang

93

Hasil wawancara dengan Tetra Megayanto Putra, S.H. Op.Cit.

Page 92: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

80

Kompolnas dalam menangani kasus tersebut. Kompolnas

hanya berkompetnsi mengurus masalah polisinya saja.

Ke 3 hal tersebutlah yang menjadi dasar penyaringan dari kasus-

kasus, pengaduan dan SKM yang masuk ke Kompolnas. 94

SKM bukanlah suatu hal yang mutlak dibutuhkan bagi

Kompolnas dalam melakukan peranya, tanpa adanya SKM

Kompolnas tetap dapat melakukan pengawasan terhadap kinerja

polri. Kompolnas turut berperan aktif dalam mengawasi Polri.95

Selama ini ada 2 katagori SKM yang masuk ke Kompolnas yaitu:

1. SKM yang bertingkat dan bersifat dari bawah ke atas.

Tipikal SKM ini adalah jika ada orang yang memiliki

kasus di polsek tertentu. Jika yang bersangkutan tidak

puas, maka bisa mengadukannya tetap di Polsek yang

sama atau ke Polres yang mengatasi Polsek tersebut. Jika

tetap tidak puas, bisa naik ke Polda, bahkan ke mabes

Polri. Ketika tetap saja tidak puas maka datanglah

anggota masyarakat itu ke Kompolnas.

2. SKM yang bersifat melambung dan acak. Tipikal SKM

ini adalah ketika ada orang yang memiliki kasus terkait

kepolisian, maka kemudian SKM dilayangkan kemana

saja. Bisa langsung ke Kapolri, ke Kompolnas atau

bahkan ke presiden RI. Bisa pula SKM yang sama

94

Hasil wawancara dengan Prof. Adrianus Eliasta Meliala, Ph.D. Op.Cit. 95

Ibid.

Page 93: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

81

dikirim ke berbagai Komisi, mulai dari Komisi

Pemberantasan korupsi, Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia atau ke komisi-komisi yang lain.96

Setelah klarifikasi selesai dilakukan maka Kompolnas akan

membuat suatu berita acara yang berisikan apakah kasus tersebut

telah selesai atau belum, mana kasus yang sudah terbukti atau

belum. Ketika suatu kasus belum selesai padahal sudah diadakan

klarifikasi maka Kompolnas akan menghubungi SPI untuk

menindak lanjuti kasus tersebut. Kompolnas akan memantau

apakah kasus tersebut ditindak lanjuti atau tidak oleh SPI.

Kompolnas akan melihat apakah kasus ini harus ditindak lanjuti

melalui peradilan pidana atau cukup dengan sanksi yang ada dalam

kode etik atau sanksi disiplin. Ketika memang suatu kasus

pelanggaran yang dilakukan oleh penyidik harus diselesaikan

melalui peradilan pidana maka Kompolnas juga akan memantau

jalannya persidangan hingga penjatuhan putusan.97

Pemantauan

yang dilakukan oleh Kompolnas ini dilakukan melalui Itwasda dan

Divpropam.

Setelah semua proses penanganan SKM usai maka

Kompolnas akan melakukan Kegiatan Analisis Evaluasi

penanganan SKM yang masuk di Kompolnas. Kegiatan ini

96

Suara Komisi Kepolisian Nasional. “Mengadu ke Kompolnas? Jangan Melempar Bola

Panas’’ Kompolnas. Juli 2013. hlm. 47. 97

Hasil wawancara dengan Tetra Megayanto Putra, S.H. Op.Cit.

Page 94: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

82

dilakukan setiap bulan dengan membuat Laporan Analisa Evaluasi

Perbulan.98

Terlampir data hasil pelaksanaan penanganan SKM di

kompolnas dan hasil evaluasi penanganan SKM Tahun 2012-2013

sebagai bukti kinerja Kompolnas dalam melaksanakan peranya.

Tabel 1. Rekapitulasi Berdasarkan Surat Masuk Perbulan Tahun 2013.

No Satwil Total

Surat Masuk

SKM Saran Bukan

SKM Audiensi BKK TMS

1 Januari 99 95 0 1 1 2 0

2 Februari 50 46 1 2 0 0 1

3 Maret 42 41 0 0 0 1 0

4 April 109 101 1 3 0 0 4

5 Mei 64 63 0 1 0 0 0

6 Juni 61 57 1 1 0 1 1

7 Juli 69 63 0 1 0 2 3

8 Agustus 1 1 0 0 0 0 0

9 September 164 160 0 1 0 0 3

10 Oktober 106 98 0 3 0 2 3

11 November 93 91 0 1 0 1 0

12 Desember 81 77 0 1 0 2 1

Jumlah 939 893 3 15 1 11 16

Sumber Laporan Analisa dan Evaluasi Penanganan Saran dan keluhan

Masyarakat Tahun 2013

Surat masuk terbanyak yang masuk ke Kompolnas adalah

pada bulan September 2013 sebanyak 164 surat, disamping pada

bulan April 2013 sebanyak 109 surat dan Oktober 2013 sebanyak

106 surat. Banyaknya surat-surat yang diterima pleh Kompolnas

pada bulan-bulan tersebut dimungkinkan karena antar bulan

Februari sampai dengan Juli 2013, Kompolnas mengadakan

98

Ibid.

Page 95: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

83

kegiatan tatap muka dengan tokoh masyarakat di beberapa Polda

serta sosialisasi dibeberapa mass media cetak maupun televisi

sehingga berpengaruh terhadap kepedulian masyarakat khususnya

yang menginginkan keadilan dan perlindungan hukum terhadap

kinerja Polri kepada Kompolnas.99

Tabel 2. Rekapitulasi SKM Berdasarkan Pengelompokan Jenis Keluhan Tahun

2012.

NO Jenis Keluhan Jumlah Rangking

1 Penyalahgunaan wewenang 173 II

2 Pelayanan Buruk 277 I

3 Diskriminasi 25 III

4 Diskresi yang keliru 0 -

5 Korupsi 1 IV

Total 467

Sumber Laporan Analisa dan Evaluasi Penanganan Saran dan keluhan

Masyarakat Tahun 2013

Pada Tahun 2012 SKM yang berdasarkan

pengelompokannya, seperti dalam pengelompokan SKM

berdasarkan jenis keluhan, dari jumlah SKM yang masuk 467 surat

yang paling banyak dikeluhkan masyarakat adalah Pelayanan yang

buruk.100

99

Komisi Kepolisian Nasional. Op.Cit.,hlm 5. 100

Komisi Kepolisian Nasional. Op.Cit.,hlm 6.

Page 96: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

84

Tabel 3. Rekapitulasi Rekapitulasi SKM Berdasarkan Pengelompokan Jenis

Keluhan Tahun 2013.

No Satwil JS

Jenis Keluhan

KK PB LW DK

DM KR

1 NAD 6 3 2 0 1 0 0

2 SUMUT 131 80 39 0 11 1 11

3 SUMBAR 8 6 2 0 0 0 0

4 RIAU 30 18 11 0 1 0 2

5 Kep. RIAU 8 5 3 0 0 0 0

6 JAMBI 13 8 5 0 0 0 1

7 SUMSEL 35 18 14 0 1 2 0

8 BENGKULU 7 7 0 0 0 0 1

9 LAMPUNG 25 18 7 0 0 0 1

10 BABEL 11 4 7 0 0 0 1

11 METRO JAYA 169 122 26 0 0 1 5

12 JABAR 70 42 23 0 5 0 2

13 JATENG 62 37 20 0 4 1 1

14 DIY 16 10 6 0 0 0 1

1 BANTEN 8 6 2 0 0 0 0

16 JATIM 67 39 24 0 3 1 1

17 KALBAR 10 5 5 0 0 0 0

18 KALTIM 34 16 15 0 3 0 3

19 KALSEL 14 7 4 0 3 0 0

20 KALTENG 14 7 6 0 1 0 1

21 SULSEL 43 28 14 0 1 0 0

22 SULTRA 8 5 2 0 1 0 0

23 SULTENG 6 3 3 0 0 0 0

24 SULUT 23 13 9 0 1 0 0

2 GORONTALO 2 1 1 0 0 0 0

26 MALUKU UTARA 2 1 1 0 0 0 0

26 BALI 18 11 6 0 1 0 1

28 NTB 15 9 5 0 1 0 0

29 NTT 10 5 5 0 0 0 0

30 PAPUA 11 8 3 0 0 0 0

31 MALUKU UTARA 12 5 7 0 0 0 1

32 MABES POLRI 5 2 1 0 2 0 0

Jumlah 893 548 298 0 40 6 33

Sumber Laporan Analisa dan Evaluasi Penanganan Saran dan keluhan

Masyarakat Tahun 2013

Page 97: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

85

Keterangan :

Satwil : Satuan wilayah

JS : Jumlah Saran dan Keluhan Masyarakat

PB : Pelayanan Buruk

LW : Penyalah gunaan wewenang

DK : Diskresi yang keliru

KR : Korupsi

KK : Kekerasan

Keluhan masyarakat apabila dilihat dari jenis keluhanya

maka keluhan tertinggi yaitu mengenai kinerja Polri yaitu 548

SKM atau 61%, sisanya adalah penyalah gunaan wewenang

sebanyak 298 SKM atau 33% dan diskriminasi, dugaan korupsi

dan kekerasan yang dilakukan oleh anggpta Polri total ada 79 SKM

atau 6%. Polda Metro jaya dan Polda sulut adalah yang paling

banyak menerima keluhan dari masyarakat karena pelayanan yang

buruk.

Tabel 4. Rekapitulasi SKM Berdasarkan Satuan Fungsi kepolisianTahun 2012.

Sumber Laporan Analisa dan Evaluasi Penanganan Saran dan keluhan

Masyarakat Tahun 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa fungsi

reserse adalah yang paling banyak menerima keluhan masyarakat,

menyusul dibawahnya adalah fungsi Lantas diurutan ke II dengan

jumlah 7 surat SKM, Fungsi Samapta di urutan ke III dengan

No Satuan Fungsi kepolisian Jumlah Rangking

1 Reserse 417 I

2 Samapta 2 III

3 Lantas 7 II

4 Intelkam 1

5 fungsi Lainya 49 IV

Jumlah 476

Page 98: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

86

jumlah SKM 2 surat dan fungsi lainya berjumlah 49 Sutar SKM.

Fungsi reserse paling banyak dikeluhkan oleh masyarakat karena

reserse adalah fungsi yang mengemban tugas untuk memberikan

pelayanan duubidang penegakan hukum yang rawan terjadinya

pelanggaran sesuai dengan 5 tipologi pelanggaran yang dilakukan

oleh anggota polri.101

Tabel 5. Rekapitulasi berdasarkan satuan fungsi kepolisian tahun 2013.

No SATWIL

FUNGSI KEPOLISIAN

JS R L I BM S LL

1 NAD 6 4 0 0 0 0 2

2 SUMUT 131 108 4 0 0 2 17

3 SUMBAR 8 6 2 0 0 0 0

4 RIAU 30 28 0 0 0 0 2

5 Kep. RIAU 8 8 0 0 0 0 0

6 JAMBI 13 12 0 0 0 0 1

7 SUMSEL 35 29 1 0 0 0 5

8 BENGKULU 7 5 1 0 0 0 1

9 LAMPUNG 25 22 0 0 0 0 3

10 BABEL 11 11 0 0 0 0 0

11 METRO JAYA 169 157 2 0 0 0 10

12 JABAR 70 59 0 0 0 0 11

13 JATENG 62 49 2 0 0 0 11

14 DIY 16 15 1 0 0 0 0

15 BANTEN 8 7 0 0 0 1 0

16 JATIM 67 62 2 0 0 0 3

17 KALBAR 10 8 0 0 0 0 2

18 KALTIM 34 30 0 0 0 0 4

19 KALSEL 14 13 0 0 0 1 0

20 KALTENG 14 14 0 0 0 0 0

21 SULSEL 43 39 0 0 0 0 4

22 SULTRA 8 8 0 0 0 0 0

23 SULTENG 6 3 0 0 0 0 3

24 SULUT 23 21 0 0 0 0 2

101

Komisi Kepolisian Nasional. Op.Cit.,hlm 8.

Page 99: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

87

25 GORONTALO 2 2 0 0 0 0 0

26 MALUKU UTARA 2 0 0 0 0 0 2

27 BALI 18 18 0 0 0 0 0

28 NTB 15 13 0 0 0 0 2

29 NTT 10 8 0 0 0 0 2

30 PAPUA 11 9 0 0 0 0 2

31 MALUKU UTARA 12 10 0 0 0 0 2

32 MABES POLRI 5 4 0 0 0 1

Jumlah 893 782 15 0 0 4 92

Sumber Laporan Analisa dan Evaluasi Penanganan Saran dan keluhan

Masyarakat Tahun 2013

Keterangan :

Satwil : Satuan Wilayah

JS : Jumlah Saran dan Keluhan Masyarakat

R : Reserse

L : Lantas

I : Intel

BM : Bina Mitra

S : Samapta

Fungsi reserse paling banyak mendapatkan keluhan yaitu

sebesar 782 atau 88% hal ini dikarenakan fungsi reserse adalah

satuan ungsi kepolisian yang banyak menjalankan upaya

penegakan hukum terhadap pelanggar. Para pelaku pelanggaran

sering merasa tidak puas dengan penanganan perkara yang

dilakukan oleh fungsi reserse.102

Tabel 6. Rekapitulasi Berdasarkan Satuan Fungsi Kepolisian per bulan Tahun

2013.

N

o

SATWIL

JML SURAT MASUK

SKM RESERS

E

LANTA

S

INTE

L

BINA-

SAM

-

LAIN

-

MITR

A

APT

A LAIN

1 Januari 95 81 1 0 0 0 13

102

Komisi Kepolisian Nasional. Op.Cit.,hlm 9.

Page 100: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

88

2 Februari 46 32 0 0 0 0 14

3 Maret 41 32 3 0 0 0 6

4 April 101 84 4 0 0 2 11

5 Mei 63 55 0 0 0 0 8

6 Juni 57 47 0 0 0 0 10

7 Juli 63 52 2 0 0 0 9

8 Agustus 1 1 0 0 0 0 0

9

Septemb

er 160 149 0 0 0 1 10

10 Oktober 98 92 2 0 0 0 4

11

Novembe

r 91 84 2 0 0 1 4

12

Desembe

r 77 73 1 0 0 0 3

Jumlah 893 782 15 0 0 4 92

Sumber Laporan Analisa dan Evaluasi Penanganan Saran dan keluhan

Masyarakat Tahun 2013

Apabila ditinjau dari data SKM perbulan selama Tahun

2013, maka dapat dilihat bahwa pengaduan masyarakat terkait

dengan kinerja Polri banyak diterima oleh Kompolnas pada bulan-

bulan september, April, Oktober, Januari dan November Tahun

2013. Pengaduan masyarakat tersebut mencapai jumlah diatas 90

SKM. 103

Khusus pada bulan September 2013 jumlah SKM sebanyak

160 SKM sedang masyarakat yang mengadu tentang kinerja fungsi

reserse sebanyak 149 SKM, pada bulan April 2013 sejumlah 101

SKM, sedang Masyarakat yang mengadu tentang kinerja fungsi

reserse sebanyak 84 SKM.104

103

Komisi Kepolisian Nasional. Op.Cit.,hlm 10. 104

Ibid.

Page 101: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

89

h. perbandinga data SKM Tahun 2012 dan 2013

No Bulan 2012 2013 Analisa Evaluasi

1 Januari 48 95 +4/95%

2 Februari 37 46 +9/24%

3 Maret 42 41 -1/-2%

4 April 29 101 +72/248%

5 Mei 44 63 +19/43%

6 Juni 29 57 +28/96%

7 Juli 37 63 +26/70%

8 Agustus 32 1 -31/-97%

9 September 61 160 +99/162%

10 Oktober 44 98 +54/122%

11 November 28 91 +63/225%

12 Desember 45 77 +32/71%

Jumlah 476 893 +417/94%

Sumber Laporan Analisa dan Evaluasi Penanganan Saran dan keluhan

Masyarakat Tahun 2013

Berdasarkan perbandingan data SKM Tahun 2012-2013

terjadi kenailan sebanyak 417 SKM dari 476 SKM Tahun 2012,

menjadi 893 SKM diTahun 2013 atau terjadi kenaikan sebesar

94%. Sedang apabila dilihat dari tabel tersebut diatas, maka pada

bulan April, September, Oktober, Nofember Tahun 2013 terjadi

kenaikan yang signifikan dibanding Tahun 2012, rata-rata kenaikan

diatas 100%, namun sebaliknya pada bulan Agustus 2013 terjadi

penurunan drastis dibanding pada Tahun yang sama maupun Tahun

2012 karena pada bulan Agustus Tahun 2013 SKM yang diterima

Kompolnas hanya 1 SKM.105

105

Komisi Kepolisian Nasional. Op.Cit.,hlm 13.

Page 102: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

90

2.2 Hambatan Komisi Kepolisian Nasional dalam melakukan

pengawasan perkara pidana di tingkat penyidikan.

Komisi Kepolisian Nasional dalam melaksanakan peranya sebagai

lembaga pengawas Polri tentunya memiliki kendala-kendala yang

menghambat kinerja mereka. Kendala yang disampaikan adalah kendala

umum yang dijumpai Komisioner kompolnas dalam melaksanakan

tugasnya.

Kendala yang pertama adalah kesediaan untuk diawasi dan

kesediaan untuk berubah oknum anggota Polri. Prof. Adrianus

berpendapat bahwa oknum polisi yang bermain kotor biasanya

mengelak dan menutup diri ketika Kompolnas meminta laporan atas

kejadian yang sebenarnya terkait suatu kasus pelanggaran. Karena kalau

sudah ada niat untuk bermain kotor atau menyimpang maka Kompolnas

tidak punya cukup daya untuk melakukan upaya yang lebih dalam

mencari tahu mengenai kejadian yang sebenarnya. Semua hal itu

dikarenakan Kompolnas hanya bisa memberikan rekomendasi,

Kompolnas tidak berwenang untuk memidanakan, mencopot atau

memindahakan anggota Polri dari suatu jabatan. Kompolnas hanya bisa

memberikan rekomendasi untuk memperbaiki kinerja Polri namun

semua itu tergantung kepada pihak yang diberikan rekomendasi.

Kompolnas adalah pembantu presiden maka rekomendasi yang dibuat

oleh kompolnas adalah untuk presiden. Prof. Adrianus berpendapat

bawa sebagai pembantu presiden yang diberi tugas untuk melakukan

Page 103: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

91

pengawasan terhadap Polri, secara logika mestinya presiden mendengar

setiap rekomendasi yang diberikan oleh Kompolnas namun pada

kenyataanya tidak ada yang dapat menjamin hal itu pasti terjadi.106

Prof. Adrianus juga berasumsi bahwa seharusnya Kapolri karena

sudah mengetahui bahwa Kompolnas adalah pembantu presiden,

Kapolri akan mendengar setiap masukan yang diberikan oleh

Kompolnas. Pada kenyataanya tidak semua masukan yang diberikan

oleh Kompolnas ditindak lanjuti oleh Kapolri. Hal seperti inilah yang

dibaca oleh para pelaku yang berniat menyimpang untuk mengelabuhi

Kompolnas.107

Mengetahui bahwa ada beberapa oknum polisi yang berniat atau

telah mengelabuhi Kompolnas maka Kompolnas telah melakukan

upaya untuk meminimalisir terjadinya hal tersebut. Memang benar

dalam konteks “kasus” Kompolnas tidak bisa bermain terlalu jauh

karena semua tindakan yang dilakukan tergantung kepada beberapa hal

yaitu :

1. Tergantung kepada satuan pengawas internal Polri.

2. Tergantung kepada kerjasama antar satuan penyidik polri

3. Tergantung kepada satuan Polri tersebut, apakah mau untuk

mengungkapkan masalah tersebut atau tidak dalam tingkat

kasus. 108

106

Hasil wawancara dengan Prof. Adrianus Eliasta Meliala, Ph.D. Op.Cit. 107

Ibid. 108

Ibid.

Page 104: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

92

Mengetahui bahwa Kompolnas tidak bisa “bermain” dalam tingkat

kasus maka pada tingkat yang lain Kompolnas mempunyai wewenang

untuk membuat kebijakan dalam rangka meminimalisir terjadinya

upaya pengelabuhan tersebut.109

Kompolnas membuat arah bijak untuk mempengaruhi berbagai

keputusan Kapolri yang pada dasarnya dapat menghilangkan faktor atau

hal-hal yang sering disalahgunakan oknum Polisi untuk mengelabuhi

Kompolnas. Prof. Adrianus juga berpendapat bahwa dengan

dikeluarkannya satu kebijakan strategis maka dapat menghilangkan

hingga 1000 kasus pelanggaran yang dilakukan oleh penyidik.110

Upaya membuat arah bijak yang strategis dalam menanggulangi

hambatan Kompolnas sebagai pengawas Polri diakui belum cukup

sempurna. Daya ubah yang lama adalah kelemahan dari upaya

tersebut.111

Selain kesediaan untuk di awasi dan untuk berubah masih ada

faktor yang menjadi kendala Kompolnas dalam melaksanakan peranya

yaitu kurangnya Sumber Daya yang dimiliki oleh Kompolnas.

Kompolnas dalam Perpres Nomor 17 Tahun 2011 mempunyai 3 fungsi

yaitu :

1. Sebagai penasehat presiden terkait pembuatan arah bijak

Polri dan pengangkatan Kapolri.

2. Sebagai badan penerima keligan Publik terkait kinerja Polri.

109

Ibid. 110

Ibid. 111

Ibid.

Page 105: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

93

3. Sebagai lembaga pengawas eksternal Polri.112

Besarnya fungsi tersebut harus dilakukan hanya dengan 1 lembaga

yang sama yaitu Kompolnas, padahal Sumber daya Kompolnas sangat

minim. Menurut Prof. Adrianus keputusan penggabungan tanggung

jawab Kompolnas harus melaksanakan 3 fungsi sekaligus tersebut

diatas hanya dalam 1 lembaga yang sama dimungkinkan untuk atas

nama efisiensi. Namun dengan keterbatasan Sumber daya ini

Kompolnas tetap di tuntut untuk melaksanakan semua fungsi tersebut

dengan baik. Suber daya yang dimaksud disini bisa berarti man power

atau sumber daya manusia dan kewenangan.113

Kurangnya sumberdaya manusia yang dimaksud adalah kurangnya

staff ahli yang dapat membantu para Komisioner Kompolnas selaku

anggota Kompolnas. Kurangnya Sumber daya dalam hal kewenangngan

adalah kurang adanya fungsi punitif atau fungsi “gebuk” yang tidak

dimiliki oleh Kompolnas. Kompolnas sebagai Public Complain maka

harus mempunyai fungsi punitif. Fungsi punitif perlu untuk dimiliki

agar para reserse mau untuk menuruti Kompolnas. Kurangnya

sumberdaya Kompolnas tentunya dapat mempengaruhi kinerja

Kompolnas dalam melaksanakan tugas-tugas dan wewenangnya. Hali

ini juga secara langsung akan mempengaruhi kinerja Kompolnas

sebagai lembaga pengawas perkara pidana pada tingkat penyidikan.114

112

Ibid. 113

Ibid. 114

Ibid.

Page 106: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

94

Menurut Tetra Megayanto kendala Kompolnas dalam menjalanan

tugasnya adalah kecepatan dalam menangani SKM. Seperti yang sudah

dibahas bahwa untuk dapat melakukan klarifikasi Kompolnas terlebih

dahulu mengirimkan surat ijin melakukan klarifikasi ke Polda, namun

tidak semua Polda langsung membalas surat dari Kompolnas. Hal ini

akan memperlambat kinerja Kompolnas dalam menangani suatu

SKM.115

Idelnya untuk penanganan satu SKM diperlukan waktu satu sampai

dua bulan. Namun hal ini sukar untuk dilaksanakan karena Kompolnas

hanya memiliki 6 Komisioner aktif yang harus melaksanakan semua

tugas dan fungsi Kompolnas. Tugas dan fungsi Kompolnas bukan

hanya menerima saran dan keluhan masyarakat tetapi ada beberapa

yang lainnya sesuai dengan Perpres nomor 17 Tahun 2011.

Berdasarkan hasil evaluasi data SKM yang masuk dari bulan

Januari dampai Desember Tahun 2013 tercatat ada 893 SKM yang

masuk ke Kompolnas dan ada 675 SKM yang dikirimkan ke Polda.

Dari 675 SKM yang dikirimkan ke Polda ada 590 tunggakan SKM yang

harus segera diselesaikan oleh Kompolnas.116

Lambatnya penanganan

SKM membuat masyarakat tidak puas dan menggangap bahwa

Kompolnas lamban dalam melaksanakan tugasnya.

115

Hasil wawancara dengan Tetra Megayanto Putra, S.H.Op. Cit. 116

Komisi Kepolisian Nasional. Op.Cit.,hlm 14.

Page 107: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

95

B. Pembahasan

3. Peran Komisi Kepolisian Nasional dalam melakukan pengawasan

perkara pidana di tingkat penyidikan.

Peran adalah sebuah kata yang sering kita ucapkan dalam

kehidupan sehari-hari namun pada kenyataanya sukar untuk

menerjemahkan arti dari kata peran. Ketika kita mendengar kata peran

yang terpikirkan oleh kita adalah apa yang di perbuat sesuai fungsi, tugas

dan tujuannya.

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia peran sendiri bermakna

pemain sedangkan peranan mempunyai makna tindakan yg dilakukan oleh

seseorang dalam suatu peristiwa.117

Jika menurut Kamus Umum Bahasa

Indonesia yang disusun oleh W.J.S Poerwardaminta118

peran adalah

sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang

terutama dalam mewujudkan terjadinya tata pemerintahan yang baik.

Berdasarkan pengertian mengenai peran diatas peranan Komisi

Kepolisian Nasional sesuai dengan Perpres Nomor 17 Tahun 2011 secara

keseluruhan ada 4 yaitu

1. Membuat arah kebijakan Polri sebagai dokumen tertinggi Polri

dalam rangka membuat arah bijak.

2. Memberi usulan dalam rangka pemberhentian dan pengangkatan

Kapolri.

117

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Op.Cit. 118

W.J.S. Poerwardaminta, 1991, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,

Jakarta. Hal. 735.

Page 108: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

96

3. Memberikan rekomendasi kepada Presiden dan Kapolri dalam

rangka 3 hal yaitu :

a. Anggaran

b. Sarana dan prasarana

c. Sumber daya manusia

4. Menampung atau menerima saran dan keluhan dari masyarakat

yang berkaitan dengan kinerja Polri.119

Peran kompolnas dalam pengawasan perkara pidana di tingkat

penyidikan adalah sebagai lembaga pengawas eksternal Polri dan sebagai

lembaga yang menampung atau menerima saran dan keluhan dari

masyarakat.

Peran Kompolnas yang pertama akan dibahas adalah peran

Kompolnas sebagai lembaga pengawas eksternal polri dalam kaitanya

dengan pengawasan Kompolnas yang dilakukan saat proses penyidikan

perkara pidana. Hal ini di atur dalam Pasal 3 ayat (1) Perpres Nomor 17

Tahun 2011. Pasal 3 ayat (2) menyebutkan bahwa:

“Pelaksanaan fungsi pengawasan fungsional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan pemantauan dan penilaian

terhadap kinerja dan integritas anggota dan pejabat Polri sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Saat membicarakan mengenai peran Kompolnas dalam mengawasi

perkara pidana pada tingkat penyidikan, sepintas Kompolnas tampak

seperti bukan pihak yang tugasnya berkaitan langsung dengan penyidikan.

Memang, dapat dikatakan polisi sebagai ujung tombak proses peradilan

119

Hasil wawancara dengan Prof. Adrianus Eliasta Meliala, Ph.D. Op.Cit.

Page 109: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

97

pidana adalah pihak utama yang memiliki wewenang dan pengaruh

terhadap pelaksanaan suatu penyidikan dan Kompolnas tidak dapat

mempengaruhi kemandirian polisi dalam hal ini. Ketika terjadi suatu

pelanggaran dalam proses penyidikan Kompolnas tetap tidak dapat secara

aktif ikut ambil bagian untuk turut serta menyidik kasus pidana tersebut,

karena wewenang Kompolnas adalah hanya sebagai lembaga pengawas

eksternal Polri. Namun jika dikaji berdasarkan Perpres Nomor 17 Tahun

2011, sebenarnya Kompolnas memiliki peran penting untuk memastikan

seluruh tindakan yang dilakukan polisi pada saat proses penyidikan adalah

benar dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

demi terwujudnya Polri yang baik dan profesional.

Kompolnas adalah lembaga pengawas eksternal polri dengan tipe

pengawasan fungsional, maksudnya adalah Kompolnas sebagai lembaga

pengawas yang kedudukanya diluar dari institusi Polri yang mengawasi

kinerja Polri untuk menjamin profesionalisme dan kemandirian Polri dan

Kompolnas merupakan lembaga pengawas yang dibentuk atau ditunjuk

khusus untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara independen

terhadap obyek yang diawasi yaitu Polri. Kompolnas adalah lembaga non-

struktural Polri yang bertanggung jawab langsung kepada presiden, hal ini

di atur dalam Pasal 1 angka 1 dan Pasal 2 ayat (1) Perpres Nomor 17

Tahun 2011.

Pada dasarnya peran Kompolnas sebagai lembaga pengawas Polri

dan peran kompolnas sebagai lembaga penerima saran dan keluhan

Page 110: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

98

masyarakat terkait dengan kinerja Polri, saling berhubungan erat. Apabila

terjadi suatu pelanggaran pada proses penyidikan perkara pidana maka,

akan ada keluhan dari masyarakat yang diterima Kompolnas, lalu

Kompolnas akan melakukan klarifikasi atas pengaduan tersebut kepada

penyidik yang bersangkutan dan memberikan saran untuk menindak

lanjuti pelanggaran perkara pidana tersebut kepada Satuan pengawas

Internal Polri. Satuan Pengawas Internal Polri (SPI)lah yang berwenang

turut campur dalam proses penyidikan yang telah berlangsung. Terakhir

Kompolnas akan terus mengawasi jalanya penyidikan hingga diketahui

bahwa proses penyidikan telah kembali baik dan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang ada. Begitu juga sebaliknya Kompolnas saat

melakukan pengawasan dan mengetahui bahwa ada pelanggaran dalam

proses penyidikan perkara pidana, Kompolnas tanpa menunggu adanya

keluhan dari masyarakat dapat langsung mengadakan klarifikasi atas

kasus pelanggaran tersebut dan melakukan mekanisme yang sama seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya.

Sebagai lembaga pengawas eksternal Polri, Kompolnas tidak bisa

melakukan tindakan berupa pengambil alihan kasus atau proses

penyidikan. Kompolnas sebagai lembaga pengawas eksternal Polri dalam

hal ini hanya bisa “melongok” atau “melihat” proses penyidikan tersebut.

Apabila terjadi suatu pelanggaran pada proses penyidikan Kompolnas

bekerja sama dengan SPI yaitu Inspektorat Pengawasan Umum

Page 111: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

99

(Itwasum) dan Divisi Profesi dan Pengamanan Kepolisian Negara

Republik Indonesia (Divpropam).

Kompolnas akan bekerja sama dengan Itwasum, Jika pelanggaran

yang dilakukan adalah berkaitan dengan kesalahan prosedur atau

pelanggaran umum, namun apabila pelanggaran tersebut berhubungan

dengan perilaku menyimpang anggota Polri maka Kompolnas akan

bekerja sama dengan Divpropam. Itwasum dan Divpropamlah yang

berhak untuk merivew dan menangani proses pelanggaran penyidikan. ke

dua satuan inilah yang berkewajiban untuk memberi informasi kepada

Kompolnas mengenai kelanjutan, perkembangan dan segala informasi

kasus pelanggaran penyidikan tersebut. Itwasum dan Divpropam juga

harus hadir pada saat Kompolnas melakukan klarifikasi atas kasus

pelanggaran penyidikan suatu perkara pidana yang dilakukan oleh oknum

polisi.

Peran Kompolnas yang akan dibahas selanjutnya adalah peran

Kompolnas sebagai lembaga yang menampung atau menerima saran dan

keluhan dari masyarakat. Hal ini telah diatur dalam Pasal 9 huruf a dan

Pasal 7 huruf c Perpres Nomor 17 Tahun 2011 yang pada pokoknya

berisi Kompolnas sebagai lembaga yang menerima saran dan keluhan

masyarakat. Saran dan keluhan dari masyarakat itu akan ditindak lanjuti

oleh Polri selanjutnya Kompolnas sampaikan saran dan keluhan dari

masyarakat tersebut kepada presiden. Peran Kompolnas dalam hal

sebagai penerima saran dan keluhan dari masyarakat adalah mengadakan

Page 112: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

100

kalifikasi berdasarkan SKM (Saran dam Keluhan Masyarakat) yang

masuk.120

Saran dan keluhan dari masyarakat tentang Polri yang masuk ke

Kompolnas disebut dengan SKM. SKM berbentuk surat yang dikirimkan

oleh masyarakat baik melalui telfon, mitra Kompolnas maupun datang

langsung ke sekertariat Kompolnas yang berada di Jakarta.

Pada dasarnya setiap SKM yang masuk ke Kompolnas harus

ditindak lanjuti oleh anggota Kompolnas. Hal yang membuat tidak setiap

SKM ditindak lanjuti oleh Kompolnas adalah

1. Apabila Bahan – bahan SKM tersebut tidak lengkap.

2. Setelah dilihat dan si saring ternyata SKM ini tidak

menjadikan Kompolnas sebagai sumber pengaduan.

Maksudnya adalah Kompolnas hanya sekedar menjadi

tembusan dari sebuah pengaduan.

3. SKM tersebut tidak ada unsur polisinya. Unsur polisi sangat

penting karena ini adalah sebagai dasar wewenang Kompolnas

dalam menangani kasus tersebut. Kompolnas hanya

berkompetnsi mengurus masalah polisinya saja.

Ke 3 hal tersebutlah yang menjadi dasar penyaringan dari kasus-kasus,

pengaduan dan SKM yang masuk ke Kompolnas. 121

Selama ini ada 2 katagori SKM yang masuk ke Kompolnas yaitu:

120

Hasil wawancara dengan Tetra Megayanto Putra, S.H. Op.Cit. 121

Hasil wawancara dengan Prof. Adrianus Eliasta Meliala, Ph.D.Op. Cit.

Page 113: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

101

1. SKM yang bertingkat dan bersifat dari bawah ke atas. Tipikal

SKM ini adalah jika ada orang yang memiliki kasus di polsek

tertentu. Jika yang bersangkutan tidak puas, maka bisa

mengadukannya tetap di Polsek yang sama atau ke Polres yang

mengatasi Polsek tersebut. Jika tetap tidak puas, bisa naik ke

Polda, bahkan ke mabes Polri. Ketika tetap saja tidak puas

maka datanglah anggota masyarakat itu ke Kompolnas.

2. SKM yang bersifat melambung dan acak. Tipikal SKM ini

adalah ketika ada orang yang memiliki kasus terkait

kepolisian, maka kemudian SKM dilayangkan kemana saja.

Bisa langsung ke Kapolri, ke Kompolnas atau bahkan ke

presiden RI. Bisa pula SKM yang sama dikirim ke berbagai

Komisi, mulai dari Komisi Pemberantasan korupsi, Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia atau ke komisi-komisi yang

lain.122

Kedua tipe ini memiliki kesulitanya masing-masing. Tipe SKM

yang pertama menjadikan Kompolnas sebagai lembaga pengawas terakhir

dan tertinggi. Sebagai lembaga pengawas tertinggi maka besar harapan

orang bahwa Kompolnas dapat berbuat banyak. Jika satuan kerja sekelas

Itwasum dan Divpropam sudah tidak dianggap lagi maka beban tanggung

jawab Kompolnas menjadi sangat besar padahal wewenang Kompolnas

dalam melakukan pengawasan sangat terbatas. Tipe SKM yang kedua juga

122

Suara Komisi Kepolisian Nasional. Op.Cit.

Page 114: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

102

memiliki kesulitan yaitu Kompolnas cenderung tidak akan menindak

lanjuti SKM tersebut karena akan muncul kemungkinan adanya respon

ganda dari instansi-instansi yang lain.123

Hal ini akan menimbulkan

kekacauan karena setiap instansi memiliki fokus yang berbeda-beda.

sebagai contohnya apabila ada SKM yang masuk ke Komisi

Pemberantasan Korupsi maka tindak lanjut dari SKM tersebut akan

terfokus pada dimensi korupsinya. Begitupula jika SKM tersebut masuk ke

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) maka tindak lanjut

dari SKM tersebut akan terfokus pada dimensi hak asasi manusianya,

padahal fokus Kompolnas adalah terkait dengan kinerja dan perilaku

polisinya.124

Setelah Kompolnas menerima SKM dari masyarakat maka langkah

pertama Kompolnas adalah melakukan Penyaringan SKM yang masuk

tersebut dan melihat apakah SKM ini termasuk wewenang Kompolnas

atau tidak dalam menindak lanjutinya. Terhadap kasus pelanggaran

penyidikan kompolnas akan melihat apakah Kompolnas tidak menjadi

lembaga tembusan atas pengaduan kasus pelanggaran penyidikan tersebut

dan apakah bahan-bahan SKM telah dipenuhi atau belum.

Kedua, Kompolnas akan memilah SKM tersebut termasuk

kedalam bagian mana dari lima tipologi pelanggaran tentang kinerja Polri.

Terdapat 5 Tipologi pelanggaran tentang kinerja Polri yang telah

dibuat oleh Kompolnas berdasarkan SKM yang masuk ke Kompolnas.

123

Ibid. 124

Suara Komisi Kepolisian Nasional. Op.Cit.

Page 115: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

103

Kelima hal inilah yang menjadi tolak ukur adanya suatu pelanggaran atas

kinerja Polri atau tidak. 125

Kelima tipologi tersebut adalah

1. Pelayanan yang buruk.

2. Dugaan Korupsi.

3. Penyalahgunaan wewenang.

4. Diskresi yang keliru.

5. Diskriminasi.

Berdasarkan data yang bersumber dari laporan analisa dan evaluasi

penanganan SKM Kompolnas Tahun 2013 diketahui bahwa terdapat 939

surat masuk ke Kompolnas dan 893 diantaranya adalah SKM. Jumlah ini

meningkat sebesar 93% dari Tahun 2012 yang hanya ada 467 SKM masuk

ke Kompolnas. Jenis keluhan yang paling banyak diadukan pada Tahun

2013 adalah mengenai pelayanan yang buruk sebesar 548 SKM dan

penyalahgunaan wewenang sebesar 298 SKM. Berdasarkan sumber data

yang sama satuan fungsi kepolisian yang paling banyak dikeluhkan oleh

masyarakat adalah satuan reserse sebesar 782 SKM dari 893 SKM yang

masuk. SKM mengenai pelanggaran penyidikan perkara pidana masuk

dalam fungsi satuan kepolisian reserse dan ini membuktikan bahwa masih

banyaknya dugaan pelanggaran yang terjadi dalam proses penyidikan

perkara pidana yang dari Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2013

mengalami peningkatan yang sangat tajam. 126

125

Hasil wawancara dengan Tetra Megayanto Putra, S.H.Op. Cit. 126

Komisi Kepolisian Nasional. Op.Cit., hlm 5-13.

Page 116: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

104

Ketiga, Kompolnas akan mengirim surat permohonan klarifikasi

ke Polda sebanyak 8 surat. Hal ini dilakukan karena dalam melakukan

klarifikasi Kompolnas bekerja sama dengan SPI, sehingga perlunya

kesiapan dari SPI yang bersangkutan untuk mengadakan klarifikasi atas

suatu kasus pelanggaran penyidikan bersama dengan Kompolnas. Pada

saat SKM di register, maka Kompolnas akan mengirimkan SKM

kedaerah mana objek dari pengaduan dalam SKM tersebut, namun

apabila SKM ini menyangkut kinerja Polri di Polres maka Kompolnas

tidak dapat langsung mengirimkan Surat ijin mengadakan Klarifikasi

atau Kompolnas tidak dapat langsung datang ke Polres namun harus tetap

melalui Polda daerah itu. Hal ini karena suber hubungan Kompolnas

adalah dengan Polda dalam hal ini adalah Itwasda. Nanti dari Polda

tersebut yang akan menghubungkan Kompolnas dengan polres yang

dimaksud.127

Selama Tahun 2013 Kompolnas sudah mengirimkan 676

surat permohonan klarifikasi ke Polda. 128

Empat, Polda membalas surat permohonan klarifikasi dari

Kompolnas. Pada tahap inilah yang sering menjadi kendala Kompolnas

dalam melakukan klarifikasi menjadi tersendat karena terkadang tidak

semua Polda langsung membalas surat dari Kompolnas. Hal ini akan

memperlambat kinerja Kompolnas dalam menangani suatu SKM.129

Lima, Kompolnas bersama dengan Itwasum dan Divpropam

melakukan klarifikasi atas SKM tersebut. Apabila Kompolnas menilai

127

Hasil wawancara dengan Tetra Megayanto Putra, S.H.Op. Cit. 128

Komisi Kepolisian Nasional. Op.Cit., hlm 4. 129

Hasil wawancara dengan Tetra Megayanto Putra, S.H.Op. Cit.

Page 117: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

105

bahwa penanganan Polda ditemukan ada suatu kejanggalan, maka

Kompolnas akan meminta kepada Polda untuk dilaksanakan gelar

perkara dengan dihadiri oleh Kompolnas dan Kompolnas dapat meminta

kepada Itwasum Polri dan bareskrim Polri untuk mendampingi

Kompolnas dalam pelaksanaan gelar perkara yang dilaksanakan oleh

Polda.130

Kunjungan kerja Kompolnas ke Polda dalam rangka klarifikasi

SKM selama tahu 2013 sebanyak 36 kali.131

Enam, Kompolnas mengirim tembusan Surat permohonan

klarifikasi SKM kepada pelapor surat. Hal ini diatur dalam Pasal 11

Perpres nomor 17 Tahun 2011 yang berbunyi :

“Kompolnas menyampaikan basil tindak lanjut atas saran dan

keluhan masyarakat yang disampaikan dan dilaporkan kepada

Kompolnas kepada pelapor yang bersangkutan.”

Maksud dari pengiriman tembusan permohonan klarifikasi kepada pelapor

adalah agar pelapor tahu sejauh mana SKM ditindak lanjuti oleh

Kompolnas.

Tujuh, Kompolnas akan menerima hasil klarifikasi SKM dari Polri

melalui surat. Kompolnas hanya berwenang untuk melakukan klarifikasi

terhadap penyidik yang melakukan pelanggaran bersama-sama dengan

SPI. Itwasum dan Divpropam selaku SPI yang bertugas dan berwenang

untuk merivew atau menangani mengenai kasus pelanggaran penyidikan

tersebut. Karena Itwasum dan Divpropam yang bertugas untuk menangani

kasus pelanggaran penyidikan tersebut maka ke dua satuan inilah yang

130

Ibid. 131

Komisi Kepolisian Nasional. Op.Cit.,hlm 4.

Page 118: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

106

berkewajiban untuk memberi informasi kepada Kompolnas mengenai

kelanjutan, perkembangan dan segala informasi kasus pelanggaran

penyidikan tersebut.132

Selama Tahun 2013 Kompolnas sudah menerima

246 surat laporan hasil klarifikasi dari Polri.133

Delapan, Hasil dari klarifikasi tersebut diberitahukan kepada

pelapor surat.134

Hal ini sesuai dengan amanat Pasal 11 Perpres nomor 17

Tahun 2011 yang berbunyi :

“Kompolnas menyampaikan hasil tindak lanjut atas saran dan

keluhan masyarakat yang disampaikan dan dilaporkan kepada

Kompolnas kepada pelapor yang bersangkutan.”

Pelapor berhak untuk mengetahui hasil tindak lanjut atas SKM

yang telah dikirimkan ke Kompolnas. Selama Tahun 2013 Kompolnas

telah mengirimkan surat jawaban hasil klarifikasi kepada pelapor atau

pengadu sebanyak 510 surat.135

Apabila pelapor masih belum puas terhadap hasil klarifikasi yang

dilakukan oleh Kompolnas maupun jawaban yang dikirim Polda maka

pelapor dapat mengirimkan ketidak puasanya kembali kepada Kompolnas

dengan menyertakan dokumen pendukung untuk selanjutnya oleh

Kompolnas akan diteruskan ke Polda kembali.136

Setelah klarifikasi selesai dilakukan maka Kompolnas akan

membuat suatu berita acara yang berisikan apakah kasus tersebut telah

selesai atau belum, mana kasus yang sudah terbukti atau belum. Ketika

132

Ibid. 133

Komisi Kepolisian Nasional. Op.Cit.,hlm 4. 134

Hasil wawancara dengan Tetra Megayanto Putra, S.H. Op.Cit. 135

Komisi Kepolisian Nasional. Op.Cit.,hlm 4. 136

Komisi Kepolisian Nasional. Op.Cit.,hlm 5.

Page 119: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

107

suatu kasus belum selesai padahal sudah diadakan klarifikasi maka

Kompolnas akan menghubungi Irwasda dan bekerja sama dengan irwasda

untuk menindak lanjuti kasus tersebut. Kompolnas akan memantau apakah

kasus tersebut ditindak lanjuti atau tidak, Kompolnas akan melihat apakah

kasus ini harus ditindak lanjuti melalui peradilan pidana atau cukup

dengan sanksi yang ada dalam kode etik atau sanksi disiplin. Ketika

memang suatu kasus pelanggaran yang dilakukan oleh penyidik harus

diselesaikan melalui peradilan pidana maka Kompolnas juga akan

memantau jalannya persidangan hingga penjatuhan putusan.137

Pemantauan yang dilakukan oleh Kompolnas ini dilakukan melalui

itwasda dan Divpropam.

2. Hambatan Komisi Kepolisian Nasional dalam melakukan pengawasan

perkara pidana di tingkat penyidikan

Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat guna. Efektif

merupakan kata dasar, sementara kata sifat dari efektif adalah efektivitas.

Menurut Effendy138

efektivitas adalah:

”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan

sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan

jumlah personil yang ditentukan”.

Pada realita kehidupan bermasyarakat, seringkali penerapan hukum

tidak efektif sehingga wacana ini menjadi perbincangan menarik untuk di

137

Hasil wawancara dengan Tetra Megayanto Putra, S.H. Op.Cit. 138

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/487/jbptunikompp-gdl-muhamadalf-24330-2

babii.p

df. diakses pada tanggal 7 Agustus 2014. Pukul 0.31 WIB.

Page 120: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

108

bahas dalam perspektif efektivitas hukum.139

Penerapan hukum yang baik

akan mempengaruhi efektivitas adanya suatu lembaga hukum karena,

hukum adalah pedoman untuk bertingkah laku untuk mencapai suatu

tujuan yang diinginkan. Suatu lembaga hukum dibentuk tentunya memiliki

suatu tujuan, dalam hal ini pembentukan Kompolnas bertujuan untuk

menjamin profesionalisme dan kemandirian polri, yang dilakukan melalui

kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap kinerja dan integritas anggota

dan pejabat Polri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang ada.140

Kompolnas dapat dikatakan efektif apabila Kompolnas dapat

menyelesaikan masalah sesuai dengan tujuan awal dibentuknya

Kompolnas yaitu untuk meningkatkan profesionalisme dan kemandirian

Polri. Untuk membahas keefektivitasan Kompolnas tentu ada baiknya juga

memperhatikan faktor-faktor yang menghambat Kompolnas dalam

melaksanakan perannya.

Menurut Soerjono Soekanto141

ada lima faktor yang dapat

mempengaruhi efektifitas berlakunya hukum. Faktor-faktor ini dapat

dijadikan patokan untuk menentukan efektifitas Kompolnas selama ini.

Faktor –faktor tersebut yaitu :

1. Hukumnya sendiri.

2. Penegak hukum.

139

http://sarmyendrahendy.blogspot.com/2012/06/dalamrealita-kehidupan bermasyarakat.

html. diakses pada tanggal 6 Agustus 2014. Pukul 21.35 WIB. 140

www.kompolnas.go.id. Diakses pada tanggal Agustus 2014. Pukul 23.07 WIB. 141

http://sarmyendrahendy.blogspot.com/2012/06/dalamrealita-kehidupan bermasyarakat.

html. diakses pada tanggal 6 Agustus 2014. Pukul 21.35 WIB.

Page 121: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

109

3. Sarana dan fasilitas.

4. Masyarakat.

5. Kebudayaan

Kenyataan yang terjadi banyak kendala yang dihadapi Kompolnas

untuk mencapai tujuan Kompolnas baik yang berasal dari luar Kompolnas

ataupun dalam Kompolnas yang membuat tidak maksimal dalam

penerapanya.

Berdasarkan data penelitian dari wawancara terhadap narasumber

dan hasil pengamatan penulis maka terdapat beberapa kendala yang

dirasakan oleh Komisi Kepolisian Nasional. Kendala yang disampaikan

adalah kendala umum yang dijumpai Komisioner kompolnas dalam

melaksanakan tugasnya. Kendala ini akan dibagi menjadi dua sumber yaitu

kendala yang bersumber dari dalam Kompolnas (Interen) dan kendala

yang bersumber dari luar Kompolnas (eksteren).

2.1 Kendala yang bersumber dari dalam Kompolnas (interen)

Kendala Kompolnas yang bersumber dari dalam Kompolnas ada

dua yaitu:

a. Kurangnya Sumber Daya yang dimiliki oleh Kompolnas.

b. Kecepatan dalam menangani SKM.

Hambatan Pertama adalah kurangnya sumber daya yang dimiliki

oleh Kompolnas. Sumber daya Kompolnas yang dimaksud ada 3 hal

yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), anggaran, dan kewenangan. Untuk

hal anggaran Prof. Adrianus berpendapat bahwa hal itu bukan menjadi

Page 122: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

110

hambatan Kompolnas, namun untuk hal SDM dan kewenangan itu

menjadi kendala Kompolnas.

Apabila dikaitkan dengan teori menurut Soerjono Soekanto142

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas hukum kendala ini

masuk kedalam faktor penegak hukum untuk kurangnya Sumber Daya

Manusia yang dimiliki Kompolnas dan faktor hukum untuk kurangnya

wewenang yang dimiliki oleh Kompolnas dalam Perpres Nomor 17

Tahun 2011.

Kurangnya sumberdaya manusia yang dimiliki Kompolnas. Hal ini

termasuk dalam faktor pertama yaitu faktor penegak hukum. Sumber

daya manusia yang dimaksud adalah kurangnya staff ahli yang dapat

membantu para Komisioner Kompolnas melaksanakan tugasnya

sehingga, kinerja para Komisioner Kompolnas maksimal.

Saat ini Kompolnas hanya memiliki 9 orang Komisioner yang

harus menjalankan seluruh tugas dan wewenang Kompolnas yang

diatur dalam Perpres Nomor 17 Tahun 2011. Dari 9 Komisioner itu

hanya 6 Komisioner yang aktif melakukan klarifikasi ke 31 Polda yang

ada di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pembagian wilayah rayon

pengawasan terhadap Polda di Indonesia hanya untuk 6 orang

Komisioner yang terdiri dari 3 orang Pakar Kepolisian dan 3 orang

Tokoh Masyarakat. Padahal kita ketahui Jumlah SKM yang masuk ke

142

http://sarmyendrahendy.blogspot.com/2012/06/dalamrealita-kehidupan bermasyarakat.

html. diakses pada tanggal 6 Agustus 2014. Pukul 21.35 WIB.

Page 123: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

111

Kompolnas pada Tahun 2013 sejumlah 893 SKM.143

Banyaknya tugas,

fungsi, dan wewenang yang harus dijalankan oleh Kompolnas dengan 9

orang Komisioner ini sudah barang tentu memberatkan para komisioner

yang ada.

Faktor yang kedua adalah faktor hukum, hal ini karena kurangnya

Sumber daya dalam hal kewenangngan yang dimiliki oleh Kompolnas

dalam Perpres Nomor 17 Tahun 2011. Wewenang yang dimaksud

adalah fungsi punitif atau fungsi “gebuk” yang tidak dimiliki oleh

Kompolnas. Kompolnas sebagai Public Complain maka harus

mempunyai fungsi punitif. Fungsi punitif perlu untuk dimiliki agar para

reserse mau untuk menuruti Kompolnas. Kurangnya sumberdaya

Kompolnas tentunya dapat mempengaruhi kinerja Kompolnas dalam

melaksanakan tugas-tugas dan wewenangnya. Hali ini juga secara

langsung akan mempengaruhi kinerja Kompolnas sebagai lembaga

pengawas perkara pidana pada tingkat penyidikan.144

Hambatan kedua adalah Kecepatan dalam menangani SKM.

Hambatan ini berhubungan kausal dengan hambatan yang telah

disebutkan sebelumnya. kecepatan menangani SKM di Kompolnas

rendah karena dua hal yaitu:

1. Sumber daya manusia di Kompolnas yang minim. Hal ini

menyebabkan semakin lamanya proses penanganan SKM karena

para anggota Kompolnas terbatas jumlahnya yaitu hanya 6

143

Komisi Kepolisian Nasional. Op.Cit.,hlm 5.

144

Ibid.

Page 124: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

112

anggota aktif. Mininmya sumber daya manusia di Kompolnas

ditambah lagi dengan tugas Kompolnas yang cukup banyak

menyebabkan kurang maksimalnya kinerja para anggota

Kompolnas yaitu dalam hal efisiensi waktu.

2. Waktu yang dibutuhkan oleh Polda untuk membalas surat

permohonan klarifikasi dari Kompolnas. Hal ini dapat terjadi

karena terkadang tidak semua Polda langsung membalas surat

dari Kompolnas bahkan ada Polda yang tidak membalas surat

permohonan klarifikasi dari Kompolnas.

Hal ini akan memperlambat kinerja Kompolnas dalam menangani

suatu SKM. Buruknya kinerja Kompolnas akan berakibat dengan

kepuasan masyarakat akan kinerja Kompolnas. Padahal buruknya

kinerja Kompolnas bukan karena kinerja anggota Kompolnas yang

buruk melainkan karena faktor-faktor lain yang sudah dijelaskan di

atas.

2.1 Kendala yang bersumber dari luar Kompolnas (eksteren)

Hambatan Kompolnas dalam melaksanakan pengawasan perkara

pidana pada tingkat penyidikan yang bersumber dari luar Kompolnas

(eksteren) adalah kesediaan untuk diawasi dan kesediaan untuk berubah

oknum penyidik yang melakukan pelanggaran. Hambatan ini masuk

dalah faktor kebudayaan. Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat

besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu mengatur agar manusia dapat

mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan

Page 125: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

113

sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Dengan

demikian, kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang perikelakuan

yang menetapkan peraturan mengenai apa yang harus dilakukan, dan

apa yang dilarang.

Pada kenyataanya Layaknya orang yang berbuat kesalahan

sebagian besar dari mereka enggan untuk diawasi karena takut

kesalahanya terbongkar dan harus terkena sanksi, begitu pula dengan

anggota penyidik yang enggan untuk diawasi karena takut terkena

sanksi atas semua penyimpangan yang telah ia lakukan. Anggota

Kompolnas Prof. Adrianus berpendapat bahwa oknum polisi yang

bermain kotor biasanya mengelak dan menutup diri ketika Kompolnas

meminta laporan atas kejadian yang sebenarnya terkait suatu kasus

pelanggaran.145

Kompolnas tidak dapat berbuat banyak ketika memang ada

anggota polisi yang menutup diri dan mengelak ketika dimintai

keterangan oleh kompolnas pada saat proses klarifikasi kasus

pelanggaran penyidikan perkara pidana karena Kompolnas hanyalah

sebagai lembaga pengawas eksternal. Wewenang kompolnas sebagai

lembaga eksternal jika diketahui ada aparat kepolisian yang melakukan

pelanggaran adalah memberikan rekomendasi atau saran kepada satuan

yang berwenang menjatuhkan sanksi terhadap anggota oknum polisi

tersebut. Kompolnas tidak berwenang menjatuhkan sanksi apapun

145

Hasil wawancara dengan Prof. Adrianus Eliasta Meliala, Ph.D. Op.Cit.

Page 126: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

114

kepada oknum polisi yang melakukan pelanggaran. Namun sebuah

saran baru dapat dijalankan apabila pihak yang diberikan saran

menerima saran tersebut. Kompolnas tidak dapat memaksakan

rekomendasi yang diberikan oleh Kompolnas di setujui oleh pihak yang

diberi saran.

Menurut Pasal 7 huruf b Perpres Nomor 17 Tahun 2011

Kompolnas berwenang untuk memberikan saran kepada presiden untuk

menciptakan Polri yang mandiri dan profesional. Apabila pelanggaran

terjadi dalam tingkat kasus Kompolnas hanya dapat menegur secara

lisan oknum polisi yang berbuat salah dan untuk hukuman disiplin,

kode etik , ataupun pidana yang dijatuhkan akan diserahkan kepada

pihak yang berwenang. Apabila terjadi kejanggalan dalam proses tindak

lanjut atas pelanggaran yang dilakukan oleh anggota polisi maka

Kompolnas akan meminta bantuan Itwasum dan Divpropam untuk

memperbaiki kelasalah tersebut dan kompolnas akan terus mengawasi

jalanya perbaikan tersebut.

Kendala bahwa Kompolnas hanya bisa memberikan rekomendasi

tanpa bisa memberikan sanksi kepada oknum polisi yang menyimpang

atau turut capur dalam suatu proses penjatuhan sanksi terhadap polisi

yang menyimpang merupakan kelemahan dalam sistem pengawasan

yang dilakukan oleh Kompolnas. Kelemahan ini seringkali

dimanfaatkan oleh oknum polisi yang tidak bertanggung jawab untuk

berbuat menyimpang.

Page 127: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

115

Sampai dengan saat ini hal terbaik yang bisa Kompolnas lakukan

hanyalah membuat arah bijak untuk mempengaruhi berbagai keputusan

Kapolri yang pada dasarnya dapat menghilangkan faktor atau hal-hal

yang sering disalahgunakan oknum Polisi untuk mengelabuhi

Kompolnas. Prof. Adrianus juga berpendapat bahwa dengan

dikeluarkannya satu kebijakan strategis maka dapat menghilangkan

hingga 1000 kasus pelanggaran yang dilakukan oleh penyidik.146

Namun solusi ini agaknya masih belum sempurna karena terdapat

suatu kekurangan didalamnya. Pembuatan kebijakan strategis agar

dapat berjalan dan berfungsi dengan benar memerlukan waktu yang

cukup lama. Daya ubah akibat dikeluarkanya kebijakan tersebut juga

memerlukan waktu yang lama.

Kesimpulanya adalah Kompolnas belum sepenuhnya efektif dalam

melaksanakan tujuannya karena, solusi Kompolnas untuk menghadapi

hambatan yang dialami belum sepenuhnya efektif. Solusi yang

diberikan masih mempunyai kelemahan yang cukup besar karna daya

ubahnya yang lama.

146

Ibid.

Page 128: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

116

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Peranan Komisi Kepolisian Nasional dalam melakukan pengawasan

perkara pidana di tingkat penyidikan adalah

a. Sebagai lembaga pengawas eksternal Polri dengan jenis

pengawasan fungsional.

b. Sebagai lembaga yang menampung atau menerima saran dan

keluhan dari masyarakat.

2. Kendala atau Hambatan Komisi Kepolisian Nasional dalam melakukan

pengawasan perkara pidana di tingkat penyidikan adalah:

a. Bersuber dari dalam diri Kompolnas

1) Kurangnya Sumber Daya yang dimiliki oleh Kompolnas.

2) Kurangnya Kecepatan dalam menangani SKM.

b. Bersumber dari luar diri Kompolnas adalah kesediaan untuk diawasi

dan kesediaan untuk berubah oknum anggota Polri.

Kendala yang disampaikan adalah kendala umum yang dijumpai

Komisioner kompolnas dalam melaksanakan peranya.

B. Saran

Beberapa saran dapat diberikan berkaitan dengan permasalahan yang

diajukan dalam penelitian ini. Saran-saran tersebut adalah:

Page 129: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

117

1. Peningkatan wewenang Kompolnas dalam melaksanakan fungsinya

sebagai lembaga pengawas perlu dilakukan. Sebagai lembaga pengawas

Kompolnas perlu memiliki fungsi punitif agar setiap hal yang dilakukan

oleh Kompolnas dapat memberikan efek preventif untuk polisi yang

hendak melakukan pelanggaran.

2. Penambahan Sumber Daya Manusia juga perlu dilakukan. Beratnya

tanggung jawab yang dipikul oleh anggota Kompolnas dapat

menyebabnyak kurang maksimalnya kinerja Kompolnas. Kurang

maksimalnya kinerja anggota Kompolnas dapat diminimalisir dengan

memberikan bantuan berupa tambahan Sumber Daya Manusia yang

bertugas untuk membantu Kompolnas menjalankan tanggung jawabnya.

Page 130: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Hamzah, Andi. 2008. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta:Sinar Grafika.

Ibrahim, Joni. 2010. Teori dan Metedologi Penelitian Hukum Normatif.

Malang:Bayu Media Publishing.

Makaro, Mohammad Taufik dan Suharsil. 2010. Hukum Acara Pidana dalam

Teori dan Praktek. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Marzuki, Peter Mahmud. 2007. Penelitian Hukum. Surabaya:Kencana Perdana

Media Group.

Mulyadi. 2002. Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ngani, Nico, dkk. 1984. Mengenal Hukum Acara Pidana (Bagian Umum dan

Penyidikan), Yogyakarta: Liberty.

Prakoso, Djoko. 1987. Penyidik, Penuntut Umum, Hakim Dalam Proses Hukum

Acara Pidana. Jakarta: Bina Aksara.

Poernomo, Bambang. 1992. Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta:Ghalia Indonesia.

Poerwardaminta, W.J.S, 1998. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN.

Balai Pustaka.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1985. Metode Penelitian Survai. Jakarta :

Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.

Sutarto, Suryono. 1987, Sari Hukum Acara Pidana I. Semarang: Yayasan

Cendekia Purna Dharma.

Waluyo, Bambang. 2002. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta : Sinar

Grafika.

B. Peraturan Perundang-undangan

Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana.

________, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian.

Page 131: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

________, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pedoman Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

________, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan

Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

________, Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

________, Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Komisi Polisi

Nasional.

Kapolri Nomor 12 tahun 2009 tentang Pengawasan dan Pengendalian Penanganan

Perkara Pidana di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

C. Internet dan lain-lain

http://www.kompolnas.go.id/masyarakat-bisa-adukan-masalah-pelayanan-oknum-

polisi-melalui-posko-kompolnas-di-fh-unsoed/, di akses pada tanggal 24

februari 2014.

http://lapatuju.blogspot.com/2013/04/polisi-di-mata-masyarakat.html, di akses

pada tanggal 24 Februari 2014.

http://kbbi.web.id/, di akses pada tanggal 26 Februari 2014.

http://www.jpnn.com/read/2013/11/07/199615/Polri-Dapat-Rapor-Merah-dari-

Ombudsman-RI- , di akses pada tanggal 24 April 2014.

http://m.tempo.co/read/news/2011/11/02/063364495/Tingkat-Kepercayaan-

Publik-Terhadap-Kinerja-Lembaga-Hukum-Turun, di akses pada tanggal 6

April 2014.

http://www.portalkbr.com/berita/perbincangan/2947874_5534.html, diakses pada

tanggal 6 April 2014.

liputan6.com/news/read/725956/kompolnas-masyarakat-tidak-puas-dengan-

kinerja-reserse-polri, diakses pada tanggal 10 April 2014.

http://www.polri.go.id/organisasi/op/vm/, Diakses pada tanggal 30 April 2014.

http://nawzngapax.blogspot.com/2008/12/pengawasa-fungsional.html. diakses

pada tanggal 6 Mei 2014.

http://anissaisyaa.blogspot.com/2012/01/pengawasan.html. diakses pada tanggal 6

Mei 2014.

Page 132: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

http://www.antarajateng.com/detail/index.php?id=73920, diakses pada tanggal 31

Mei 2014.

http://www.imparsial.org/en/2010/evaluasi-peran-komisi-kepolisian-nasional-di-

masa-reformasi.html, diakses pada tanggal 31 Mei 2014.

http://www. negarahukum.com /hukum/penyelidikan-dan-penyidikan.html.

diakses pada tanggal 1 Juli 2014.

http://kantorhukumludwichbernhardhshpartners.blogspot.com/2011/06/penahanan

-syarat-penahanan.html. diakses pada tanggal 1 Juli 2014.

http://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Kepolisian_Nasional. diakses pada tanggal 7

Juli 2014.

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl624/sp3. diakses pada tanggal 11 Juli

2014.

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122580-PK%20III%20637.8250 Penghentian

%20penyidikan-Literatur.pdf. Diakses pada tanggal 11 Juli 2014.

sarmyendrahendy.blogspot.com/2012/06/dalamrealita-kehidupan bermasyarakat.

html. diakses pada tanggal 6 Agustus 2014.

www.kompolnas.go.id. Diakses pada tanggal Agustus 2014.

Wibowo, Catur Cahyono. 2012. Kebijakan Strategis Guna Mengoptimalkan

Peran KOMPOLNAS Dalam Mempercepat Reformasi POLRI. Program

Pasca Sarjana Universitas Diponegoron Semarang.

Irsan, Koeparmono, Adrianus, Farouk, dkk,. 2000.Polisi Indonesia. Jurnal Polisi

Indonesia”. jurnal. Vol.2, Program Pascasarjana Kajian Ilmu Kepolisian

Universitas Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia.

Mahrus Ali. 2007. Sistem Peradilan Pidana progresif;Alternatif Dalam

penegakan Hukum Pidana. Jurnal. Vol. 14. Program Pascasarjana Fakultas

Hukum Universitas Islam Indonesia.

Sugama, I Dewa Gede Dana. 2014. Surat Perintah Penghentian Penyidikan (Sp3)

Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Hukum. Program

Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Udhayana Denpasar.

www.sarjanaku.com, diakses pada 10 Juni 2014.

Page 133: PERAN KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL ... - Fakultas Hukum …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/DYAH TANTRI... · Aparatarur penegak hukum yang di miliki oleh ... publik terhadap

Meliala, Adrianus Eliasta. Tahun 2014. Di wawancara oleh Dyah Tantri Tillotami.

(17 Juni 2014). List Pertanyaan. Koleksi pribadi.

Putra, Tetra Megayanto. Tahun 2014. Di wawancara oleh Dyah Tantri Tillotami.

(17 Juni 2014). List Pertanyaan. Koleksi pribadi.

Komisi Kepolisian Nasional. 2014. Laporan. "Laporan Analisa dan Evaluasi

Penanganan Saran dan keluhan Masyarakat Kompolnas Tahun 2013".

Laporan. Komisi Kepolisian Nasional. Jakarta.

Suara Komisi Kepolisian Nasional. 2013. “Mengadu ke Kompolnas? Jangan

Melempar Bola Panas’’ Kompolnas. hlm. 47.