per en canaan

24
3. PERENCANAAN A. PRE OPERATIF NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Evaluasi 1 Retensi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan kandung kemih untuk berkontraksi secara adekuat ditandai dengan DS : - Pasien mengatakan merasa tidak puas saat berkemih, Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah retensi urine dapat diatasi dengan kriteria hasil: - Pasien mengatakan merasa puas saat berkemih, berkurangnya tetesan urine pada akhir miksi, dan pancaran urine adekuat. - Pasien mampu berkemih dalam jumlah normal 1. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba- tiba dirasakan. 2. Observasi aliran urin perhatikan ukuran dan kekuatan pancaran urin 3. Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap kali berkemih 4. Berikan cairan sampai 3000 ml sehari dalam toleransi jantung. 1. Meminimalkan retensi urina distensi berlebihan pada kandung kemih 2. Untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi 3. Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan yang

Upload: ayu-ristianti

Post on 07-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kd 2

TRANSCRIPT

Page 1: Per en Canaan

3. PERENCANAAN

A. PRE OPERATIF

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Evaluasi

1 Retensi urine berhubungan

dengan obstruksi mekanik,

pembesaran

prostat,dekompensasi otot

destrusor dan ketidakmapuan

kandung kemih untuk

berkontraksi secara adekuat

ditandai dengan

DS :

- Pasien mengatakan merasa

tidak puas saat berkemih,

urine terus menetes pada

akhir berkemih, dan

pancaran urine lemah

DO :

- Pasien tampak ragu-ragu

untuk memulai berkemih,

mengejan saat berkemih,

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan masalah retensi urine

dapat diatasi dengan kriteria hasil:

- Pasien mengatakan merasa puas

saat berkemih, berkurangnya

tetesan urine pada akhir miksi,

dan pancaran urine adekuat.

- Pasien mampu berkemih dalam

jumlah normal (1-2cc/kg BB/jam)

- Pasien mampu berkemih tanpa

mengejan dan aliran urine lancar.

- Tidak teraba distensi vesika

urinaria

- Urine residu kurang dari 50 cc.

- Frekuensi berkemih di malam

berkurang.

- Ta

1. Dorong pasien untuk berkemih

tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba

dirasakan.

2. Observasi aliran urin

perhatikan ukuran dan

kekuatan pancaran urin

3. Awasi dan catat waktu serta

jumlah setiap kali berkemih

4. Berikan cairan sampai 3000 ml

sehari dalam toleransi jantung.

5. Awasi tanda-tanda vital

dengan ketat, observasi adanya

hipertensi, edema, dan

perubahan mental.

1. Meminimalkan retensi

urina distensi berlebihan

pada kandung kemih

2. Untuk mengevaluasi

obstruksi dan pilihan

intervensi

3. Retensi urine

meningkatkan tekanan

dalam saluran perkemihan

yang dapat mempengaruhi

fungsi ginjal. Adanya

defisit aliran darah ke

ginjal mengganggu

kemampuannya untuk

memfilter dan

mengkonsentrasi

substansi.

4. Peningkatkan aliran cairan

Page 2: Per en Canaan

aliran urine tampak

terputus-putus.

- Urine residu pasca

berkemih lebih dari 50 cc

- Teraba distensi pada

abdomen bawah

- Nokturia

- Inkontinensia

- Perubahan tanda-tanda vital

6. Kolaborasi : Berikan obat

sesuai indikasi

(antispamodik)

meningkatkan perfusi

ginjal serta membersihkan

ginjal ,kandung kemih dari

pertumbuhan bakteri

5. Kehilangan fungsi ginjal

mengakibatkan penurunan

eliminasi cairan sehingga

terjadi edema serta

hipertensi dan akumulasi

toksik yang dapat

menyebabkan perubahan

mental.

6. Mengurangi spasme

kandung kemih dan

mempercepat

penyembuhan

2 Nyeri akut berhubungan

dengan iritasi mukosa buli –

buli, distensi kandung kemih,

kolik ginjal, infeksi urinaria

ditandai dengan

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan nyeri pasien dapat

berkurang atau terkontrol dengan

kriteria hasil:

1. Pasien melaporkan secara verbal

1. Kaji nyeri, perhatikan lokasi,

intensitas (skala 1-10), dan

lamanya.

2. Plester selang drainase pada

paha dan kateter pada

abdomen (bila traksi tidak

1. Memberikan informasi

untuk membantu dalam

memilih intervensi.

2. Nebcegah penarikan

kandung kemih dan erosi

Page 3: Per en Canaan

DS

- Pasien mengatakan merasa

nyeri tajam saat berkemih

di daerah perut bagian

bawah hingga pinggang,

(skala nyeri berat :8-10)

DO :

- Pasien tampak meringis saat

berkemih

- Dysuria

- Skala nyeri berat (8-10)

penurunan intensitas skala nyeri

2. Pasien tampak rileks

3. Ekspresi wajah pasien tampak

tenang

diperlukan)

3. Pertahankan tirah baring bila

diindikasikan.

4. Ajarkan teknik manajemen

nyeri (distraksi dan relaksasi)

5. Kolaborasi dalam pemasangan

kateter dan dekatkan untuk

kelancaran drainase.

6. Kolaborasi dalam tindakan

masase prostat.

7. Kolaborasi dalam pemberian

analgetik dan antispasmodik

pertemuan penis-skrotal.

3. Tirah baring mungkin

diperlukan pada awal

selama fase retensi akut.

4. Mengurangi rasa nyeri

5. Pengaliran kandung kemih

menurunkan tegangan dan

kepekaan kelenjar.

6. Membantu dalam evakuasi

duktus kelenjar

menghilangkan

kongesti/inflamasi.

Kontraindikasikan bila

infeksi terjadi.

7. Analgetik narkotik dapat

menghilangkan nyeri berat

dan memberikan relaksasi

mental dan fisik.

Page 4: Per en Canaan

Antispasmodik dapat

mengurangi kepekaan

kandung kemih.

3 Resiko tinggi kekurangan

volume cairan berhubungan

dengan pasca obstruksi

diuresis, dan disfungsi ginjal

ditandai dengan

DS :

- Pasien mengatakan urine

terus menetes pada akhir

berkemih

DO :

- Urine residu pasca

berkemih lebih dari 50 cc

- Inkontinensia urine

- Perubahan tanda-tanda vital

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 3 x 24 jam klien

menunjukkan kemampuan

mempertahankan hidrasi adekuat

dengan kriteria hasil:

1. Tanda-tanda vital stabil dan

dalam batas normal :

S : 36,5-37,50C

N : 70-80 kali/menit

RR : 16-24 kali/menit

TD : 110-120/70-80 mmHg

2. Nada perifer teraba kuat

3. Pengisian kapiler baik (CRT < 3

detik)

4. Membran mukosa lembab

1. Awasi keluaran urine dengan

hati-hati, tiap jam bila

diindikasikan. Perhatikan

keluaran 100-200 ml/jam.

2. Pantau masukan dan haluaran

cairan.

3. Awasi tanda-tanda vital,

perhatikan peningkatan nadi

dan pernapasan, penurunan

tekanan darah, diaforesis,

pucat

4. Tingkatkan tirah baring

dengan kepala tinggi.

5. Kolaborasi dalam memantau

pemeriksaan laboratorium

sesuai indikasi, contoh: Hb /

1. Diuresis cepat dapat

menyebabkan kekurangan

volume total cairan,

karena ketidakcukupan

jumlah natrium diabsorpsi

dalam tubulus ginjal.

2. Indikator keseimangan

cairan dan kebutuhan

penggantian.

3. Deteksi dini terhadap

hipovolemik sistemik

4. Menurunkan kerja jantung

memudahkan hemeostatis

sirkulasi.

5. Berguna dalam evaluasi

kehilangan darah /

kebutuhan penggantian.

Page 5: Per en Canaan

Ht, jumlah sel darah merah.

Pemeriksaan koagulasi, jumlah

trombosit.

6. Kolaborasi dalam pemberian

cairan IV (garam faal

hipertonik) sesuai kebutuhan.

Serta dapat

mengindikasikan

terjadinya komplikasi

misalnya penurunan faktor

pembekuan darah.

6. Menggantikan kehilangan

cairan dan natrium untuk

mencegah/memperbaiki

hipovolemia.

4 Ansietas berhubungan dengan

perubahan status kesehatan

atau menghadapi prosedur

bedah ditandai dengan

DS :

- Pasien mengatakan merasa

khawatir dan cemas dengan

keadaannya

DO :

- Klien tampak gelisah

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 1 x 24 jam klien

menunjukkan ansietas berkurang

atau terkontrol dengan kriteria hasil :

1. Klien melaporkan secara verbal

merasa lebih tenang.

2. Klien melaporkan secara verbal

penurunan kecemasan.

3. Pasien tampak lebih tenang.

1. Bina hubungan saling percaya

dengan pasien atau orang

terdekat.

2. Berikan informasi tentang

prosedur dan tes khusus dan

apa yang akan terjadi, contoh

kateter, urine berdarah, iritasi

kandung kemih. Ketahui

seberapa banyak informasi

yang diinginkan pasien.

3. Pertahankan perilaku nyata

dalam melakukan

prosedur/menerima pasien.

1. Menunjukkan perhatian

dan keinginan untuk

membantu.

2. Membantu pasien

memahami tujuan dari apa

yang dilakukan dan

mengurangi masalah

karena ketidaktahuan.

3. Menyatakan penerimaan

dan menghilangkan rasa

Page 6: Per en Canaan

Lindungi privasi pasien.

4. Dorong pasien/orang terdekat

menyatakan masalah/perasaan.

5. Beri penguatan informasi yang

telah diberikan sebelumnya.

malu.

4. Mendefinisikan masalah,

memberikan kesempatan

untuk menjawab

pertanyaan, memperjelas

kesalahan konsep, dan

solusi pemecahan

masalah.

5. Memungkinkan pasien

untuk menerima

kenyataan dan

menguatkan kepercayaan

pada pemberi perawatan

dan pemberian informasi.

5 Kurang pengetahuan tentang

kondisi ,prognosis dan

kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan

kurangnya informasi ditandai

dengan

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 1 x 24 jam klien

menunjukkan peningkatan

pemahaman mengenai proses

penyakit/prognosis dengan kriteria

hasil:

1. Klien menyatakan peningkatan

1. Kaji ulang proses penyakit,

pengalaman pasien.

2. Dorong menyatakan rasa

takut/perasaan dan perhatian.

1. Memberikan dasar

pemgetahuan dimana

pasien dapat membuat

pilihan informasi terapi.

2. Membantu pasien

mengalami perasaan dapat

merupakan rehabilitasi

Page 7: Per en Canaan

DS:

- Pasien mengatakan tidak

memahami mengenai

penyakitnya

- Klien selalu menanyakan

tindakan yang dilakukan

padanya

DO :

- Klien tampak tidak dapat

mengikuti instruksi medis

yang diberikan

- Klien tampak tidak

mengerti mengenai

penyakitnya

pemahaman secara verbal.

2. Klien mampu mengidentifikasi

hubungan tanda/gejala proses

penyakit.

3. Klien dapat mengikuti instruksi

medis yang diberikan.

3. Anjurkan menghindari

makanan berbumbu, kopi,

alkohol, mengemudikan mobil

lama, dan pemasukkan cairan

cepat.

4. Berikan informasi tentang

anatomi dasar seksual. Dorong

pertanyaan dan tingkatkan

dialog tentang masalah.

5. Berikan informasi bahwa

kondisi tidak ditularkan secara

seksual.

vital.

3. Dapat menyebabkan iritasi

prostat dengan masalah

kongesti. Peningkatan

tiba-tiba pada aliran urine

dapat menyebabkan distesi

kandung kemih dan

kehilangan tonus kandung

kemih, mengakibatkan

episode retensi urinaria

akut.

4. Memiliki informasi

tentang anatomi

membantu pasien

memahami implikasi

tindakan lanjut, sesuai

dengan afek penampilan

seksual.

5. Mungkin merupakan

ketakutan yang

dibicarakan

Page 8: Per en Canaan

6. Beri penguatan pentingnya

evaluasi medik untuk

sedikitnya 6 bulan-1 tahun,

termasuk pemeriksaan rectal

dan urinalisa.

6. Hipertrofi berulang

dan/atau infeksi tidak

umum akan memerlukan

perubahan terapi untuk

mencegah komplikasi

serius.

B. POST OPERATIF

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Evaluasi

1 Nyeri berhubungan dengan

spasme kandung kemih dan

insisi sekunder pada TUR-P

ditandai dengan

DS :

- Klien mengatakan merasa

nyeri pada daerah operasi,

dirasakan sesekali, seperti

ditusuk-tusuk atau perih

- Klien mengatakan merasa

mengantuk karena tidak dapat

tidur dan beristirahat akibat

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan nyeri pasien dapat

berkurang atau terkontrol dengan

kriteria hasil:

2. TTV dalam batas normal :

S : 36,5-37,50C

N : 70-80 kali/menit

RR : 16-24 kali/menit

TD : 110-120/70-80 mmHg

3. Pasien melaporkan secara verbal

Mandiri

1. Observasi tanda – tanda vital

2. Jelaskan pada klien tentang

gejala dini spasmus kandung

kemih.

3. Pantau klien pada interval

yang teratur selama 48 jam,

untuk mengenal gejala – gejala

dini dari spasmus kandung

1. Mengetahui

perkembangan lebih

lanjut.

2. Kien dapat mendeteksi

gajala dini spasmus

kandung kemih.

3. Menentukan terdapatnya

spasmus sehingga obat –

obatan bisa diberikan.

Page 9: Per en Canaan

nyeri yang dirasakan

DO :

- Skala nyeri berat terkontrol

- Peningkatan tanda-tanda vital

dari batas normal (S : 36,5-

37,50C, N : 70-80 kali/menit,

RR : 16-24 kali/menit, TD :

110-120/70-80 mmHg)

- Klien tampak meringis

penurunan intensitas skala nyeri

4. Pasien tampak rileks dan ekspresi

wajah tenang

5. Pasien dapat beristirahat dengan

tepat

kemih.

4. Jelaskan pada klien bahwa

intensitas dan frekuensi akan

berkurang dalam 24 sampai 48

jam.

5. Beri penyuluhan pada klien

agar tidak berkemih ke seputar

kateter.

6. Anjurkan pada klien untuk

tidak duduk dalam waktu yang

lama sesudah tindakan TUR-P.

7. Ajarkan penggunaan teknik

relaksasi, termasuk latihan

nafas dalam, visualisasi.

8. Jaga selang drainase urine

tetap aman dipaha untuk

mencegah peningkatan

tekanan pada kandung kemih.

Irigasi kateter jika terlihat

bekuan pada selang.

Kolaborasi

9. Delegatif dari dokter

4. Memberitahu klien bahwa

ketidaknyamanan hanya

temporer.

5. Mengurang kemungkinan

spasmus.

6. Mengurangi tekanan pada

luka insisi

7. Menurunkan tegangan

otot, memfokuskan

kembali perhatian dan

dapat meningkatkan

kemampuan koping.

8. Sumbatan pada selang

kateter oleh bekuan darah

dapat menyebabkan

distensi kandung kemih

dengan peningkatan

Page 10: Per en Canaan

pemberian obat – obatan

(analgesik atau anti

spasmodik )

spasme.

9. Menghilangkan nyeri dan

mencegah spasmus

kandung kemih.

2 Resiko tinggi infeksi

berhubungan dengan prosedur

invasif: alat selama

pembedahan, kateter, irigasi

kandung kemih sering ditandai

dengan

DS :

- Klien mengatakan terdapat

luka post operasi

- Klien mengatakan terpasang

kateter

DO :

- Peningkatan tanda-tanda vital

dari batas normal (S : 36,5-

37,50C, N : 70-80 kali/menit,

RR : 16-24 kali/menit, TD :

110-120/70-80 mmHg)

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan masalah resiko infeksi

dapat diatasi dengan kriteria hasil:

1. Tidak ada tanda-tanda infeksi

(rubor, dolor, tumor, kalor,

fungsiolesia)

2. TTV dalam batas normal:

S : 36,5-37,50C

N : 70-80 kali/menit

RR : 16-24 kali/menit

TD : 110-120/70-80 mmHg

Mandiri

1. Observasi tanda – tanda vital,

laporkan tanda – tanda shock

dan demam.

2. Pertahankan sistem kateter

steril, berikan perawatan

kateter dengan steril.

3. Anjurkan intake cairan yang

cukup ( 2500 – 3000 )

sehingga dapat menurunkan

potensial infeksi.

4. Pertahankan posisi urobag

dibawah

5. Observasi urine: warna,

jumlah, bau.

Kolaborasi

1. Menentukan intervensi

selanjutnya dan mencegah

terjadinya syok

2. Mencegah pemasukan

bakteri dan infeksi

3. Meningkatkan output

urine sehingga resiko

terjadi ISK dikurangi dan

mempertahankan fungsi

ginjal.

4. Menghindari refleks balik

urine yang dapat

memasukkan bakteri ke

kandung kemih.

5. Mengidentifikasi adanya

Page 11: Per en Canaan

- Klien tampak terpasang

kateter

- Terdapat luka post operasi

6. Delegatif dari dokter

pemberian obat antibiotik.

infeksi.

6. Untuk mencegah infeksi

dan membantu proses

penyembuhan.

3 Resiko tinggi cidera:

perdarahan berhubungan

dengan tindakan pembedahan

ditandai dengan :

- Klien mengatakan terpasang

kateter

DO :

- Peningkatan tanda-tanda vital

dari batas normal (S : 36,5-

37,50C, N : 70-80 kali/menit,

RR : 16-24 kali/menit, TD :

110-120/70-80 mmHg)

- Klien tampak terpasang

kateter

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan masalah resiko cidera

dapat diatasi dengan kriteria hasil:

1. TTV dalam batas normal:

S : 36,5-37,50C

N : 70-80 kali/menit

RR : 16-24 kali/menit

TD : 110-120/70-80 mmHg

2. Urine lancar melalui kateter.

3. Tanda-tanda perdarahan negatif

Mandiri

1. Jelaskan pada klien tentang

sebab terjadi perdarahan

setelah pembedahan dan tanda

– tanda perdarahan .

2. Irigasi aliran kateter jika

terdeteksi gumpalan dalm

saluran kateter

3. Sediakan diet makanan tinggi

serat dan memberi obat untuk

memudahkan defekasi .

4. Cegah pemakaian termometer

rektal, pemeriksaan rektal atau

huknah, untuk sekurang –

kurangnya satu minggu .

1. Menurunkan kecemasan

klien dan mengetahui

tanda – tanda perdarahan

2. Gumpalan dapat

menyumbat kateter,

menyebabkan peregangan

dan perdarahan kandung

kemih

3. Dengan peningkatan

tekanan pada fosa

prostatik yang akan

mengendapkan perdarahan

4. Dapat menimbulkan

perdarahan prostat .

5. Traksi kateter

menyebabkan

Page 12: Per en Canaan

5. Pantau traksi kateter: catat

waktu traksi di pasang dan

kapan traksi dilepas.

6. Observasi: Tanda – tanda vital

tiap 4 jam, masukan dan

haluaran dan warna urine

pengembangan balon ke

sisi fosa prostatik,

menurunkan perdarahan.

Umumnya dilepas 3 – 6

jam setelah pembedahan .

6. Deteksi awal terhadap

komplikasi, dengan

intervensi yang tepat

mencegah kerusakan

jaringan yang permanen

4 Resiko tinggi disfungsi seksual

berhubungan dengan ketakutan

akan impoten akibat dari

TUR-P ditandai dengan

DS :

- Klien mengatakan takut akan

impoten setelah dilakukan

operasi

- Klien mengatakan tidak

percaya diri untuk melakukan

hubungan seksual setelah

operasi karena takut akan

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan masalah resiko disfungsi

seksual dapat diatasi dengan kriteria

hasil:

1. Klien tampak rileks dan

melaporkan kecemasan menurun .

2. Klien menyatakan pemahaman

situasi individual.

3. Klien menunjukkan keterampilan

pemecahan masalah.

Mandiri

1. Beri kesempatan pada klien

untuk memperbincangkan

tentang pengaruh TUR – P

terhadap seksual .

2. Jelaskan tentang :

kemungkinan kembali

ketingkat tinggi seperti semula

dan kejadian ejakulasi

retrograd (air kemih seperti

susu)

3. Mencegah hubungan seksual

1. Untuk mengetahui

masalah klien.

2. Kurang pengetahuan dapat

membangkitkan cemas

dan berdampak disfungsi

seksual.

3. Dapat terjadi perdarahan

dan ketidaknyamanan

4. Untuk mengklarifikasi

kekhatiran dan

memberikan akses kepada

Page 13: Per en Canaan

pengaruh dari operasi yang

telah dilakukan

DO :

-Klien tampak tidak percaya

diri

4. Klien mengerti tentang pengaruh

TUR – P pada seksual.

3-4 minggu setelah operasi .

4. Dorong klien untuk

menanyakan kedokter salama

dirawat di rumah sakit dan

kunjungan lanjutan .

penjelasan yang spesifik.

5 Gangguan pola tidur

berhubungan dengan nyeri

sebagai efek pembedahan

ditandai dengan

DS :

- Klien mengatakan merasa

mengantuk karena tidak dapat

tidur dan beristirahat akibat

nyeri yang dirasakan.

- Klien mengatakan jam tidur

kurang dari 8 jam sehari

DO :

-Tampak lingkaran hitam di

bawah mata

- Konjungtiva tampak anemis

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 3 x 24 jam

pasien diharapkan kebutuhan tidur

dan istirahat pasien terpenuhi

dengan kriteria hasil :

1. Klien mampu beristirahat / tidur

dalam waktu yang cukup ± 8 jam

sehari.

2. Klien mengungkapan sudah bisa

tidur.

3. Klien mampu menjelaskan

faktor penghambat tidur

4. Tidak ada lingkaran hitam di

bawah mata

5. Konjungtiva hiperemis

Mandiri

1. Jelaskan pada klien dan

keluarga penyebab gangguan

tidur dan kemungkinan cara

untuk menghindari.

2. Ciptakan suasana yang

mendukung, suasana tenang

dengan mengurangi kebisingan

3. Beri kesempatan klien untuk

mengungkapkan penyebab

gangguan tidur.

1. Meningkatkan

pengetahuan klien

sehingga mau kooperatif

dalam tindakan perawatan.

2. Suasana tenang akan

mendukung istirahat.

3. Menentukan rencana

mengatasi gangguan.

Page 14: Per en Canaan

6 Kurang pengetahuan : tentang

pantangan kegiatan serta

kebutuhan berobat lanjutan

setelah prosedur TUR-P

berhubungan dengan kurang

informasi ditandai dengan :

DS :

- Klien mengatakan tidak

mengetahui pantangan dan

pentingnya pengobatan

lanjutan

DO :

- Klien tampak tidak

menunjukkan perubahan

prilaku dan sulit berpartisipasi

dalam pengobatan

Setelah diberikah asuhan

keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan pasien dapat

menguraikan pantangan kegiatan

serta kebutuhan berobat lanjutan

dengan kriteria hasil:

1. Klien akan melakukan perubahan

perilaku.

2. Klien berpartisipasi dalam

program pengobatan.

3. Klien akan mengatakan

pemahaman pada pantangan

kegiatan dan kebutuhan berobat

lanjutan

Mandiri

1. Beri penjelasan untuk

mencegah aktifitas berat

selama 3-4 minggu .

2. Beri penjelasan untuk

mencegah mengedan waktu

BAB selama 4-6 minggu; dan

memakai pelumas tinja untuk

laksatif sesuai kebutuhan.

3. Tingkatkan pemasukan cairan

sekurang–kurangnya 2500-

3000 ml/hari.

4. Anjurkan untuk berobat

lanjutan pada dokter.

5. Kosongkan kandung kemih

apabila kandung kemih sudah

penuh .

1. Dapat menimbulkan

perdarahan.

2. Mengedan bisa

menimbulkan perdarahan,

pelunak tinja bisa

mengurangi kebutuhan

mengedan pada waktu

BAB

3. Mengurangi potensial

infeksi dan gumpalan

darah .

4. Untuk menjamin tidak ada

komplikasi .

5. Untuk membantu proses

penyembuhan .