pengertian motivasi belajar.docx

Upload: amah-hasmah

Post on 09-Oct-2015

168 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pengertian Motivasi BelajarMenurut Mc. Donald, yang dikutip Oemar Hamalik (2003:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks.Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.Dalam A.M. Sardiman (2005:75) motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.Menurut Siti Sumarni (2005), Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya.Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Masih dalam artikel Siti Sumarni (2005), motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. (KBBI, 2001:756).Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasiadalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.Pengertian Motivasi Belajar AnakPengertian belajar menurut Morgan, mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Wisnubrata, 1983:3). Sedangkan menurut Moh. Surya (1981:32), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertianmotivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Read more: MOTIVASI BELAJAR >> Pengertian Motivasi Belajar

Definisi Motivasi Belajar

Definisi motivasi belajar yaitu keseluruhan daya untuk menggerakan dalam diri siswa yang mengakibatkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan oleh subyek belajar itu bisa tercapai. Dalam belajar, prestasi siswa akan lebih baik jika siswa mempunyai dorongan motivasi orang tua untuk berhasil jauh lebih besar dalam diri siswa tersebut. Hal ini karena ada kecenderungan bahwa seseorang yang mempunyai kecerdasan tinggi mungkin akan gagal berprestasi karena kurang adanya motivasi orang tua mereka.

Definisi motivasi belajar sangat penting artinya untuk mencapai tujuan proses belajar mengajar yang diinginkan, jadi motivasi siswa dalam belajar perlu diciptakan. Motivasi mempunyai tiga fungsi yaitu untuk mendorong manusia untuk berbuat yaitu sebagai penggerak motor yang melepas energi, menentukan arah perbuatan yaitu kearah tujuan yang akandiraih, menyeleksi perbuatan yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan dengan cara menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan yang ingin diraih.

Seseorang akan melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Sebuah motivasi yang lebih baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang bagus atau dengan kata lain bahwa dengan usaha yang tekun karena adanya motivasi maka akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Motivasi yang paling penting untuk pendidikan adalah motivasi dalam prestasi dimana seseorang lebih cenderung untuk berjuang mencapai sukses atau memilih kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau untuk gagal. Tingginya intensitas motivasi murid akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar murid tersebut.

Ada beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar pada diri siswa dalam melakukan aktivitas belajar. Cara untuk membangkitkan motivasi belajar antara lain dengan memberi angka. Tidak sedikit siswa yang justru untuk mencapai angka yang baik sehingga biasanya yang dikejar itu adalah nilai. Untuk itu langkah yang bisa ditempuh guru adalah bagaimana cara memberi angka-angka yang dapat dikaitkan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap pelajaran. Cara kedua untuk membangkitkan motivasi belajar adalah dengan memberi hadiah. Hadiah bisa membangkitkan motivasi belajar jika dia mempunyai harapan untuk memperolehnya.- See more at: http://koffieenco.blogspot.com/2013/07/definisi-motivasi-belajar.html#sthash.t8cNRXlm.dpuf

Pengertian Motivasi Menurut Para Ahli Definisi Fungsi Jenis Sifat TeoriCiriBy Admin OS_PSWD on April 17, 2013 Pengertian Motivasi Menurut Para Ahli Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Sardiman 2006:73) motif merupakan daya penggerak dari dalam untuk melakukan kegaiatan untuk mencapai tujuan.Hijab Tutorial Terbaru

Definisi Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 1992:173). Dalam Sardiman (2006:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorangyang ditandai dengan munculnya felling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.Hijab ModernMenurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.Hijab MuslimahDimyati dan Mudjiono (2002:80) mengutip pendapat Koeswara mengatakan bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar. Tutorial Krudung dan Hijab TerbaruJadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Dalam motivasi belajar dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan dan dorongan dalam hal ini adalah pencapaian tujuan.Fungsi motivasiDalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut Djamarah (2002 : 123) ada tiga fungsi motivasi: Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar. Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.Menurut Hamalik (2003:161) fungsi motivasi adalah : Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak akan timbul perbuatan seperti belajar Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai mesin dalam mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan.Menurut Sardiman (2006:85) ada 3 fungsi motivasi : Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi maka siswa akan belajar dengan baik dan prestasi belajar akan optimal.Jenis motivasiMenurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu:a. Motivasi PrimerMotivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya.b. Motivasi sekunderMotivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar.Sifat motivasiDalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri siswa tetapi juga berasal dari luar siswa.Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Dimyati dan Mudjiono, 2002:90).a. Motivasi IntrinsikAdalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang siswa mempelajari sebuah buku pelajaran karena ia termotivasi untuk mengetahi isi atau bahan beripa pengetahuan yang ia dapatkan.b. Motivasi EkstrinsikAdalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh: Ia belajar karena terdorong oleh orang lain, karena takut mendapatkan hukuman.Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi siswa dalam proses belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi. Motivasi ekstirnsik dapat berubah menjadi intrinsik tanpa disuruh orang lain.Ia termotivasi belajar dan belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh oleh orang lain (Monks, dalam Dimyati, 2002:91).Teori motivasiMenurut Sri Mulyani seperti dikutip oleh Darsono (2000:62) teori motivasi dibagi menjadi tiga yaitu: motif berprestasi, motif berafiliasi dan motif berkuasa. Dalam Dimyati mengutip pendapat Maslow (2002:80), mengemukakan kebutuhan akan motivasi berdasarkan 5 tingkatan penting yaitu: Kebutuhan fisiologis adalah berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia yaitu sandang, papan atau perumahan, pangan. Kebutuhan akan perasaan aman adalah berhubungan dengan keamanan yang terkait fisik maupun psikis, bebas dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan sosial adalah diterima dalam lingkungan orang lain yaitu pemilikan harga diri, kesempatan untuk maju. Kebutuhan akan penghargaan usaha menumbuhkan jati diri. Kebutuhan untuk aktualisasi diri adalah kebutuhan individu menjadi sesuatu yang sesuai kemampuannya.Kebutuhan-kebutuhan ini hendaknya dapat dipenuhi siswa. Siswa yang memiliki kebutuhan akan motivasi , akan merasa nyaman dalam belajar, dapat giat dan tekun karena berbagai kebutuhannya dapat terpenuhi.Ciri-ciri motivasiMenurut Sardiman (2006 : 83) motivasi pada diri seseorang itu memiliki ciri-ciri : Tekun menghadapi tugas Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah Lebih senang bekerja mandiri Tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin Dapat mempertahankan pendapatnya Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.Apabila seseorang mempunyai ciri-ciri tersebut, berarti siswa mempunyai motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik jika siswa memiliki minat untuk belajar, tekun dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam mengatasi kesulitan belajar.Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasiMenurut Max Darsono, dkk (2000:65) ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah:a. Cita-cita atau aspirasi siswaCita-cita atau aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar.b. Kemampuan belajarDalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan.Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya penghematan, perhatian, ingatan, daya pikir, fantasi.c. Kondisi siswaSiswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar di sini berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi psikologis. Seorang siswa yang kondisi jasmani dan rohani yang terganggu, akan menganggu perhatian belajar siswa, begitu juga sebaliknya.d. Kondisi lingkunganKondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa. Kondisi lingkungan yang sehat, kerukuan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.e. Unsur-unsur dinamis dalam belajarUnsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar mengajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali. Misalnya keadaan emosi siswa, gairah belajar, situasi dalam keluarga dan lain-lain.f. Upaya guru dalam pembelajaran siswaUpaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi,cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa, mengevaluasi hasil belajar siswa, dan lain-lain. Bila upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan siswa, maka diharapkan dapat menimbulkan motivasi belajar siswa.Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan kegiatan belajar.

Upaya meningkatkan motivasi belajar siswaMenurut Djamarah (2002:125) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain :a. Memberi angkaAngka dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil akivitas belajar anak didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar di masa mendatang.b. HadiahHadiah dapat membuat siswa termotivasi untuk memperoleh nilai yang baik. Hadiah tersebut dapat digunakan orang tua atau guru untuk memacu belajar siswa.c. KompetisiKompetisi adalah persaingan. Persaingan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong siswa belajar.d. Ego-involvementMenumbuhkan kesadaran siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.e. Memberi ulanganUlangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada ulangan. Siswa biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan.Oleh karena itu, memberi ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajar juga merupakan sarana motivasi.f. Mengetahui hasilDengan mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong siswa untuk giat belajar. Dengan mengetahui hasil belajar yang meningkat, siswa termotivasi untuk belajar dengan harapan hasilnya akan terus meningkat.g. PujianPujian adalah bentuk reinforcement positif sekaligus motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan siswa dalam mengerjakan pekerjaan sekolah Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana menyenangkan, mempertinggi gairah belajar.h. HukumanHukuman merupakan reinforcement negatif, tetapi jika dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif.i. Hasrat untuk belajarHasrat untuk belajar berati ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang ada dalam diri siswa. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan agar hasrat untuk belajar itu menjelma menjadi perilaku belajar.j. MinatMinat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya.Proses belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan :membandingkan adanya kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan penggalaman yang lampau, memberi kesempatan untuk emndapatkan hasil yang baik, menggunakan berbagai macam metode menggajar.k. Tujuan yang diakuiRumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa merupakan alat motivasi yang cukup penting. Dengan memahami tujuan yang hendak dicapai, akan timbul gairah ntuk belajar.Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator dari motivasi dalam penelitian ini adalah : adanya minat untuk belajar akuntansi tekun dalam menghadapi tugas senang memecahkan soal-soal ulet dalam mengatasi kesulitan belajarSumber : http://sarjanaku.comDaftar Pustaka Pengertian Motivasi Menurut Para Ahli Definisi Fungsi Jenis Sifat Teori CiriSardiman,A.M.2006.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:Grafindo.Hamalik,Oemar.2003.Proses Belajar Mengajar.Bandung:Bumi Aksara.Mulyasa,E.2003.Kurikulum Berbasis Kompetensi.Bandung:Remaja Rosdakarya.Dimyati.2005.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Depdikbud.Djamarah,Syaiful Bahri.2002.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Rineka Cipta.Darsono, Max. dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Teori Motivasi Belajar

Teori Teori Motivasi

Menurut Mc. Donald (dalam Djamarah, 2008: 148) yang mengatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu dapat berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Oleh karena seseorang mempunyai tujuan dalam aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan.

Woodworth dan Marques (Sunarto, 2008), mendefinisikan motivasi sebagai satu set motif atau kesiapan yang menjadikan individu cenderung melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pendapat tersebut senada dengan yang disampaikan oleh Chung dan Meggison (Suhaimin), yang mendefinisikan motivasi sebagai prilaku yang ditujukan kepada sasaran, motivasiberkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejarsuatu tujuan. Motivasi berkaitan erat dengan kepuasan pekerjaan.

Menurut Dalyono (2009: 57), motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Sumiati (2007: 236), mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri untuk bertingkah laku. Dorongan itu pada umumnya diarahkan untuk mencapai sesuatu tujuan. Sehingga motivasi dapat memberikan semangat yang luar biasa terhadap seseorang untuk berprilaku dan dapat memberikan arah dalam belajar. Motivasi ini pada dasarnya merupakan keinginan yang ingin dipenuhi (dipuaskan), maka ia akan timbul jika ada rangsangan, baik karena adanya kebutuhan maupun minat terhadap sesuatu.

Terkait dengan motivasi, banyak pakar yang telah mengemukakan teorinya berdasarkan sudut pandangnya masing-masing. Teori teori motivasi tersebut diantaranya adalah teori yang dikembangkan oleh Maslow dikenal dengan hierarki kebutuhan Maslow. Maslow (dalam Dimyati, 2009: 81) berpendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat kebutuhan, yaitu: (1) kebutuhan fisiologis; seperti rasa lapar, haus, istirahat dan sex, (2) kebutuhan akan perasaan aman; tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutuhan akan penghargaan diri, yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status, dan (5) kebutuhan akan aktualisasi diri. dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Hierarki di atas di dasarkan pada anggapan bahwa pada waktu orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka ingin bergeser ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi.

McClelland (dalam Sudrajat, 2008) mengemukakan teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai (1) keinginan untuk melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit, (2) menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku, (3) mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi, (4) mencapai performa puncak untuk diri sendiri, (5) mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain, (6) meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.Menurut McClelland, karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat, (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya, dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.Alderfer (dalam Sugianto, 2011), mengemukakan teori motivasi yang dikenal dengan teori ERG. ERG merupakan akronim dariExistense, Relatedness, dan Growth.Menurut teori ini eksistensi merupakan kebutuhan nyata setiap orang sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Kebutuhan akan relatedness tercermin pada keberadaan manusia itu dengan orang lain dan dengan lingkungannya, karena tanpa ada interaksi dengan orang lain dan lingkungan maka keberadaan manusia itu tidak mempunyai makna yang hakiki. Sedangkan Growth adalah merupakan kebutuhan manusia untuk tumbuh dan berkembang. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Maslow bahwa eksistensi adalah kebutuhan pokok, relatedness adalah kebutuhan social dan growth adalah diklasifikasikan sebagai aktualisasi diri.Teori X dan Y oleh Douglas Mc GregorInti dari teori X dan Y yang dikemukakan oleh Gregor (dalam Sugianto, 2011) adalah:1. Teori X pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung berperilaku negatif.2. Teori Y pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung berperilaku positif.Dalam teori X menggunakan asumsi bahwa manusia itu mempunyai ciri bahwa para pekerja (manusia) pada dasarnya tidak senang bekerja dan apabila mungkin akan mengelak kerja. Karena para pekerja (manusia) tidak senang bekerja, mereka harus dipaksa, diawasi, atau diancam dengan berbagai tindakan agar tujuan organisasi tercapai.Sebaliknya menurut teori Y menggunakan asumsi bahwa manusia itu mempunyai cirri bahwa pekerja (manusia) memandang kegiatan bekerja sebagai hal yang alamiah seperti halnya beristirahat dan bermain. Sehingga para pekerja akan melakukan tugas tanpa terlalu diarahkan dan akan berusaha mengendalikan diri sendiri.

Teori motivasi juga dikembangkan oleh Herzberg (dalam Sudrajat, 2008) dikenal dengan Model Dua Faktor dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau pemeliharaan. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik, yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.

Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Teori keadilan (dalam Sudrajat, 2008) berpandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu: (1) seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau (2) mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Teori penetapan tujuan dikemukakan oleh Edwin Locke (dalam Sudrajat, 2008) yang menyatakan pentingnya tujuan dalam melaksanakan kegiatan. Dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni: (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.

Teori harapan dikemukakan oleh Victor H. Vroom (dalam Sudrajat, 2008) yang menjelaskan bahwa motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Secara sederhana, teori harapan ini berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.Menurut Djamarah (2008: 149), motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang disebut motivasi intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Hal ini dikarenakan di dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang disebut motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Dimyati (2009: 80) menjelaskan bahwa ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (3) tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang dia miliki dan yang dia harapkan. Misalnya siswa, dia membutuhkan hasil belajar yang baik. Oleh karena itu siswa tersebut mengubah cara-cara belajarnya. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Biggs dan Teller (dalam Dimyati, 2009: 81) mengatakan bahwa tujuan tersebut akan mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Siswa akan giat belajar jika ia mempunyai motivasi untuk belajar. Thorndike (Uno, 2011: 11), mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respon. Pengertian ini senada dengan pendapat Good dan Brophy (Uno, 2011: 15), yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman belajar. Perubahan tingkah laku tersebut tampak dalam penguasaan siswa pada pola-pola tanggapan (respon) baru terhadap lingkungannya yang berupa keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), sikap atau pendirian (attitude), kemampuan (ability), pemahaman (understanding), emosi (emotion), apresiasi, jasmani, budi pekerti, serta hubungan sosial.

James O. Whittaker (dalam Djamarah, 2008: 12) merumuskan belajar sebagai suatu proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Cronbach (dalam Djamarah, 2008: 13) juga mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalamannya. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Howard L. Kingskey (dalam Djamarah, 2008: 13) yang mengatakan bahwa belajar adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.Pendapat lain tentang definisi belajar dikemukakan oleh Briggs (dalam Sumiati, 2007: 40) yang mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses terpadu yang berlangsung di dalam diri seseorang dalam upaya memperoleh pemahaman dan struktur kognitif baru, atau untuk mengubah pemahaman dan struktur kognitif lama. Memperoleh pemahaman berarti menangkap makna atau arti dari suatu obyek atau situasi yang dihadapi. Sedangkan struktur kognitif adalah persepsi atau tanggapan seseorang tentang keadaan dalam lingkungan sekitarnya yang mempengaruhi ide-ide, perasaan, tindakan dan hubungan sosial orang yang bersangkutan.

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan. Menurut Hamalik (2011: 161) motivasi sangat menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar siswa. belajar tanpa adanya motivasi kiranya akan sangat sulit untuk berhasil. Sebab, seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat yang lain selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya (Djamarah, 2008: 148).

Menurut Kellough (dalam Sumarno, 2011) dalam kegiatan belajar mengajar, peran guru yang sangat penting dalam mendorong pembelajaran siswa adalah meningkatkan keinginan siswa atau motivasi siswa untuk belajar. Dalam melakukan tugas tersebut, guru perlu memahami siswa dengan baik agar nantinya guru mampu menyediakan pengalaman-pengalaman pembelajaran, yang darinya siswa menemukan sesuatu yang menarik, bernilai, dan secara intrinsik memotivasi, menantang, dan berguna bagi mereka. McCarty dan Siccone (dalam Sumarno, 2011) menjelaskan bahwa semakin baik guru memahami minat-minat siswa, dan menilai tingkat keterampilan siswa, maka semakin efektif dan menjangkau mengajari mereka.

Guillaume (dalam Sumarno, 2011) menjelaskan bahwa agar siswa termotivasi dalam belajar, guru harus meyakinkan kepada siswa bahwa kita terlibat bersama mereka di setiap tantangan dan berada dalam sudut mereka di setiap saat. Hal ini tentunya membutuhkan strategi organisasional dan personal yang fokus pada nilai dan kekuatan motivasi intrinsik dan dampak positifnya pada prestasi akademik siswa. Sulit bagi siswa untuk berhasil jika mereka kekurangan motivasi untuk tetap fokus pada tugas-tugas yang menantang. Untuk itu, sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dilakukan, seorang guru terlebih dahulu harus menata, mengorganisasikan isi pembelajaran yang akan diajarkan. Hal ini perlu dilakukan agar isi pembelajaran yang diajarkan mudah dipahami siswa. Demikian pula selama proses pembelajaran, guru diharapkan mampu menumbuhkan, menjaga / mempertahankan, dan meningkatkan motivasi belajar siswa, karena dalam proses pembelajaran guru tidak hanya memperhatikan metode dan media pembelajaran saja tetapi guru juga harus berusaha untuk selalu menjaga dan meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut De Decce dan Grawford (dalam Djamarah, 2008: 169), ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar siswa, yaitu: (1) guru harus menggairahkan peserta didik, artinya guru harus menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan dalam pembelajaran, (2) memberikan harapan realistis, artinya guru harus memelihara harapan-harapan siswa yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis, (3) memberikan insentif, artinya guru diharapkan memberikan hadiah kepada siswa (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan pembelajaran, (4) mengarahkan perilaku siswa, artinya guru harus memberikan respon terhadap siswa yang tidak terlibat secara langsung dalam pembelajaran agar berpartisipasi aktif.

Motivasi belajar penting bagi guru dan siswa. Biggs dan Telfer (dalam Dimyati, 2009: 84) menjelaskan bahwa motivasi belajar dan motivasi bekerja perlu dimiliki oleh siswa, dajn guru dituntut untuk memperkuat motivasi siswa. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa adalah sebagai berikut: (1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir, (2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebaya, (3) mengarahkan kegiatan belajar, (4) membesarkan semangat belajar, (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja. Kelima hal tersebut menunjukkan pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka suatu pekerjaan, dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.

Bagi guru, pentingnya pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar siswa (dalam Dimyati, 2009: 85) antara lain bermanfaat: (1) membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil, (2) mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-macam, (3) meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih salah satu diantara peran seperti sebagai penasehat, fasilitator, teman diskusi, atau pendidik, (4) memberi peluang guru untuk unjuk kerja rekayasa pedagogis. Dengan demikian guru dapat berupaya membuat siswa yang acuh tak acuh dalam belajar menjadi siswa yang tekun dan penuh semangat.

Berkaitan dengan upaya meningkatkan motivasi belajar siswa, French dan Raven (dalam Djamarah, 2008: 170-174) menyarankan sejumlah cara, diantaranya adalah (1) pergunakan pujian verbal, (2) pergunakan tes dan nilai secara bijaksana, (3) membangkitkan rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi, (4) memanfaatkan apersepsi siswa, (5) pergunakan simulasi dan permainan, (6) melakukan hal yang luar biasa, (7) meminta siswa utuk mempergunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Senada dengan pendapat French dan Revan, Djamarah (2008: 158), menjelaskan ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam mengarahkan belajar siswa di kelas, yaitu: (1) memberi angka, (2) hadiah, (3) kompetisi, (4) ego-involvement, (5) memberi ulangan, (6) mengetahui hasil, (7) pujian, (8) hukuman, (9) hasrat untuk belajar, (10) minat, dan (11) tujuan yang diakui. Dalam pelaksanaannya, adakalanya guru-guru mempergunakan teknik-teknik tersebut secara kurang tepat. Akibatnya, dalam kondisi tertentu justru merugikan prestasi belajar siswa.

Uno (2011: 23), mengatakan bahwa motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil dan dorongan kebutuhan untuk belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Pendapat yang hampir sama juga disampaikan oleh Dimyati (2010: 97-100) yang menyatakan bahwa unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar siswa antara lain: (1) cita-cita atau aspirasi siswa, (2) kemauan siswa, (3) kondisi siswa, (4) kondisi lingkungan siswa, (5) unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, dan (6) upaya guru dalam membelajarkan siswa. Faktor-faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.

Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam diri siswa (intrinsik) dan dari luar diri siswa (ekstrinsik) untuk melakukan sesuatu. Motivasi instrinsik meliputi hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongan kebutuhan untuk belajar, dan harapan akan cita-cita siswa. Sedangkan motivasi ekstrinsik yang meliputi adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, kegiatan belajar yang menarik, dan adanya upaya guru dalam membelajarkan siswa.

dirangkum dan diposkan oleh: Eko Khoerul Nurnamawi

Referensi:Dimyati, Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka CiptaDjamarah, Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka CiptaHamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.Sudrajat, Akhmad. 2008. Teori Teori Motivasi, (Online), (http:// akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi/)Sumarno, Alim. 2011. Peran Guru dalam Memotivasi Siswa, (Online), (http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/peran-guru-dalam memotivasi-siswa)Sunarto. 2008. Motivasi Belajar, (Online), (http://sunartombs.wordpress. com/2008)Uno, Hamzah B. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta:Bumi Aksara

TEORI BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR OLEH : HAMID DARMADI

A. KONSEP DASAR TEORI BELAJARBelajarmerupakan akibat adanyainteraksiantara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini,dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon. Oleh karena itu apa yang diberikan olehguru(stimulus) dan apa yang diterima oleh pembelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.Memasuki abad ke-19 beberapa ahli mengadakan penelitian eksperimental tentang teori belajar, walaupun pada waktu itu para ahli menggunakan binatang sebagai objek penelitiannya. Penggunaan binatang sebagai objek penelitian didasarkan pada pemikiran bahwa apabila binatang yang kecerdasannya dianggap rendah dapat melakukan eksperimen teori belajar, maka sudah dapat dipastikan bahwa eksperimen itupun dapat berlaku bahkan dapat lebih berhasil pada manusia, karena manusia lebih cerdas daripada binatang.Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain sebagai berikut:1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;2. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman;4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi;5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman;6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.

B. MACAM-MACAM TEORI BELAJAR Dari berbagai tulisan yang membahas tentang perkembanganteori belajar seperti (Atkinson, dkk. 1997; Gledler Margaret Bell, 1986) memaparkan tentang teori belajar yang secara umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi:

1.ALIRAN BEHAVIORISTIK (Tingkah Laku)Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku(behavioristik), tidak lain adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini antara lain; Thorndike, (1911); Wathson, (1963); Hull, (1943); dan Skinner, (1968).a). ThorndikeMenurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku, belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons ( yang juga bisaberupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Jelasnya, menurut Thorndike, perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang nonkonkret (tidak bias diamati). Teori Thorndike disebut sebagai aliran koneksionis (connectionism).Menurut teoritrial and error(mencoba-coba dan gagal) ini, setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya coba-coba secara membabi buta. Jika dalam usaha mencoba itu kemudian secara kebetulan ada perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan yang cocok itu kemudian dipegangnya. Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama makin efisien. Jadi, proses belajar menurut Thorndike melalui proses: 1).Trialand error(mencobva-coba dan mengalami kegagalan), dan 2).Law of effect,yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baknya.b). WatsonBerbeda debgan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang sesudah Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah laku yang bisa diamati(observable). Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai factor yang tidak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak penting. Semua itu penting, akan tetapi factor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.[8]

c). Clark HullTeori ini, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya, ternyata tidak banyak dipakai dalam dunia praktis, meskipun sering digunakan dalam berbagai eksperimen dalam laboratorium.Hal yang sangat penting dalam proses belajar menurut Hull ialah adanyaIncentive motivation(motivasi insentif) danDrive reduction(pengurangan stimulus pendorong). Kecepatan berespon berubah bila besarnya hadiah (revaro) berubah.Penggunaan praktis teori belajar dari Hull ini untuk kegiatan dalam kelas, adalah sebagai berikut:1. Teori belajar didasarkan padaDrive-reductionataudrive stimulus reduction.2. Intruksional obyektif harus dirumuskan secara spesifik dan jelas.3. Ruangan kelas harus dimulai dari yang sedemikian rupa sehingga memudahkan terjadinya proses belajar.4. Pelajaran harus dimulai dari yang sederhana/mudah menuju kepada yang lebih kompleks/sulit.5. Kecemasan harus ditimbulkan untuk mendorong kemauan belajar.6. Latihan harus didistribusikan dengan hati-hati supaya tidak terjadi inhibisi. Dengan perkataan lain, kelelahan tidak boleh menggangu belajar.7. Urutan mata pelajaran diatur sedemikian rupa sehingga mata pelajaran yang terdahulu tidak menghambat tetapi justru harus menjadi perangsang yang mendorong belajar pada mata pelajaran berikutnya.

d). Edwin GuthrieGuthrie juga mengemukakan bahwahukuman memegang peran penting dalam belajar. Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan mampu mengubah kebiasaan seseorang. Sebagai contoh, seorang anak perempuan yang setiap kali pulang sekolah, selalu mencampakkan baju dan topinya dilantai. Kemudian ibunya menyuruh agar baju dan topi dipakai kembali oleh anaknya, lalu kembali keluar, dan masuk rumah kembali sambil menggantungkan topi dan bajunya ditempat gantungan. Setelah beberapa kali melakukan hal itu, respons menggantung topi dan baju menjadi terisolasi dengan stimulus memasuki rumah. Meskipun demikian, nantinya faktor hukuman ini tidak lagi dominan dalam teori-teori tingkah laku. Terutama Skinner makin mempopulerkan ide tentang penguatan (reinforcement).

e). Skinner Dari semua pendukung teori tingkah laku, mungkn teori Skinner lah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembanganteori belajar. Beberapa program pembelajaran sepertiTeaching machine, Mathetics,atau program-program lain yang memakai konsep stimulus, respons, dan factor penguat (reinforcement),adalah contoh-contoh program yang memanfaatkan teori skinner.Prinsip belajar Skinner adalah :1. Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan,jika benar diberi penguat.2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.3. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman.Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.4. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwalvariable ratio reinforcer.5. Dalam pembelajaran digunakanshapping.

2.ALIRAN KOGNITIFa). PiagetMenurut Jean Piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitifyang kuat, bahwaproses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni1). Asimilasi,2).Akomodasi, dan3).Equilibrasi(penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru kestruktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru. Equilibrasi adalahpenyesuain berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.b). AusubelAusubel percaya bahwa advance organizer dapat memberikan tiga manfaat;1. Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari oleh siswa.2. Dapat berfungsi sebagai jembatan antara apa yang sedang dipelajari siswa saat ini denganapa yang akan dipelajari siswa, sedemikian rupa sehingga;3. Mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.

c). BrunerMenurut pandangan Brunner (1964) bahwateori belajar itu bersifatdeskriptif, sedangkan teori pembelajaran itu bersifatpreskriptif. Misalnya, teori penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara mengajarkan penjumlahan.[16]

3.ALIRAN HUMANISTIKa).BloondanKrathowlDalam hal ini, Bloom dan Krathowl menunjukkan apa yangmungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan berikut;1). Kognitif1. Kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu:2. Pengetahuan (mengingat, menghafal)3. Pemahaman(menginterprestasikan)4. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)5. Analisis (menjabarkan suatu konsep)6. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)7. Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya)2). PsikomotorPsikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu:1. Peniruan (menirukan gerak).2. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak).3. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar).4. Perangkaian (beberapa gerakan sekaligus dengan benar).5. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).3).AfektifAfektif terdiri dari lima tingkatan;1. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)2. Merespons (aktif berpartisipasi)3. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai nilai tertentu)4. Pengorganisasisan (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai)5. Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagi bagian dari pola hidup).[17]b). KolbSementara itu, seorang ahli yang bernama Kolb membagi tahapanbelajar menjadi empat tahap, yaitu;1. Pengalaman konkret2. Pengamatan aktif dan reflektif3. Konseptualisasi4. Ekperimen aktif

Pada tahap paling pertama dalam proses belajar, seorang siswa hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mempunyai kesadaran tentang hakikat kejadian tersebut.Pada tahap kedua, siswa tersebut lambat laun mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau teori tentang suatu hal yang diamatinya. Pada tahap akhir (eksperimentasi aktif), siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum kesituasi yang baru.

c). Honey dan MumfordBerdasarkan teori Kolb ini, Honey dan Mumford membuat penggolongan siswa. Menurut mereka ada empat macam atau tipe siswa, yaitu;1). Aktivis2). Reflector3). Teoris, dan4). Pragmatis[19]

d). HabermasAhli psikologi lain adalah Habermas yang dalam pandangannya bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesamamanusia. Dengan asumsi ini, Habermas mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu;1). Belajar teknis (technical learning)2). Belajar praktis (practical learning)3). Belajar emansipatoris (emancipatory learning).[20]

4. ALIRAN SIBERNETIKa). LandaLanda merupakan salah seorang ahli psikologi yang beraliran sibernetik. Menurut Landa, ada dua macam proses berfikir. Pertama, disebut proses berfikiralgoritmik,yaitu berpikir linier, konvergen, lurus menuju kesuatu target tertentu. Jenis kedua, adalah cara berpikirheuristic, yakni cara berpikir divergen, menuju kebeberapa target sekaligus.[21]

b). Pask dan ScottAhli lain adalah pemikirannya beraliran sibernetik adalah pask dan Scott.Pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan pendekatanalgoritmik. Namun, cara berpikir menyeluruh (wholoist)tidak sama denganheuristik. Cara berpikir menyeluruh adalah berpikir yang cenderung melompat kedepan, langsung kegambaran lengkap sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detailyang kita amati lebih dahulu, tetapi seluruh lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu kebagian-bagian yang lebih kecil.[22]

C. RANGKUMAN TEORI BELAJAR DAN MOTIVASI1. Perkembangan teori belajar secara umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi:a. Aliran Behavioristik (Tingkah Laku)b. Aliran Kognitifc. Aliran Humanistikd. Aliran Sibernetik2. Pandangan teori belajarmenurut aliranBehavioristik(Tingkah Laku)adalahperubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.Menurut aliranKognitifadalahproses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakniasimilasi,akomodasidanequilibrasi(penyeimbangan) menurutPiaget.Menurut aliranHumanistikadalahapa yangmungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, tercakup dalam tiga kawasanyaitukognitif,psikomotor,afektifmenurutBloom dan Krathowl.Menurut aliranSibernetikadalah ada dua macam proses berfikiryaituberfikiralgoritmik,yaitu berpikir linier, konvergen, lurus menuju kesuatu target tertentu,berpikirheuristic, yakni cara berpikir divergen, menuju kebeberapa target sekaligus, menurut Landa.

D. PENTINGNYA MOTIVASI BELAJAR1. Pengertian Motivasi Belajar Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya,dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya (Pintrich, 2003).

Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000).

Sejalan dengan pernyataan Santrock di atas, Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut (Brophy, 2004).

2. Aspek-Aspek Motivasi Belajar Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santrock (2007), yaitu: a. Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid belajar keras dalam menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, dimana tujuannya adalah mengontrol perilaku siswa, dan mengandung informasi tentang penguasaan keahlian. b. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu. Murid termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol, misalnya guru memberikan pujian kepada siswa. Terdapat dua jenis motivasi intrinsik, yaitu: 1. Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal. Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Minat intrinsik siswa akan meningkat jika mereka mempunyai pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka. 2. Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut Brophy (2004), terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siwa, yaitu: a. Harapan guru b. Instruksi langsung c. Umpanbalik (feedback) yang tepat d. Penguatan dan hadiah e. Hukuman

Sebagai pendukung kelima faktor di atas, Sardiman (2000) menyatakan bahwa bentuk dan cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar adalah: a. Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan tujuan utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik. b. Persaingan/kompetisi c. Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri. d. Memberi ulangan, hal ini disebabkan karena para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. e. Memberitahukan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar f. terutama kalau terjadi kemajuan. g. Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini merupakan bentuk penguatan positif.

4. Motivasi Belajar pada Anak Berbakat Menurut Heward (1996), karakteristik perilaku belajar dengan motivasi tinggi yang dimiliki oleh anak berbakat, yaitu: a. Konsisten dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya.b. Senang mengerjakan tugas secara independen dimana mereka hanya memerlukan sedikit pengarahan.c. Ingin belajar, menyelidiki, dan mencari lebih banyak informasi.d. Memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam hal pembelajaran, seperti mudah menangkap pelajaran, memiliki ketajaman daya nalar, daya konsentrasi baik, dan lain sebagainya.

E. KETERAMPILAN GURU MENGAJAR1. Pengertian Keterampilan Guru MengajarKeterampilan guru mengajar merupakan salah satu jenis keterampilan yang harus dikuasai guru. Dengan memiliki keterampilan mengajar, guru dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada motivasi belajar dan peningkatan kualitas lulusan sekolah (Uno, 2006). Sejalan dengan pernyataan Uno di atas, Boyer (dalam Elliot dkk, 1999) menyatakan bahwa keterampilan guru mengajar berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi dengan siswa, pengetahuan yang dimiliki serta bagaimana menginformasikan pengetahuan tersebut kepada siswa sehingga siswa menjadi sadar terhadap pengetahuan tersebut. Pintrich & Schunk (2002) menambahkan bahwa guru yang memiliki keterampilan mengajar akan menerapkan praktekpraktek pengajaran yang bervariasi dalam kelas mereka.

2. Aspek-Aspek Keterampilan Guru Mengajar Terdapat enam aspek yang menggambarkan keterampilan guru mengajar (Pintrich & Schunk, 2002). Keenam aspek tersebut yaitu: a. Mengulas pembelajaran sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan pengulangan singkat mengenai pembelajaran sebelumnya, periksa tugas yang diberikan di hari sebelumnya, dan ajarkan kembali materi tersebut jika dibutuhkan. Keterampilan ini bertujuan untuk membantu mempersiapkan siswa dalam belajar materi yang baru dan menciptakan kesadaran awal mengenai kemampuan siswa dalam belajar. Selain itu, guru dapat mengeluarkan informasi di dalam memori jangka panjang siswa dan memberikan suatu struktur kognitif untuk memasukkan materi baru. Akan lebih mudah bagi siswa untuk memperoses informasi jika mereka menggabungkan informasi baru dengan pembelajaran sebelumnya karena akan membangun jaringan pengetahuan yang lebih terorganisir.

b. Memberikan materi baru. Pemberian materi baru dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sederhana serta instruksi dan penjelasan yang jelas dan mendetail. Langkah-langkah yang sederhana bertujuan untuk memastikan bahwa kemampuan siswa dalam memproses informasi tidak berlebihan (overload) dan siswa dapat memproses informasi dengan efektif dan menyimpannya dalam memori sebelum materi yang baru diberikan. Instruksi dan penjelasan yang jelas dan mendetail bertujuan untuk memastikan siswa memahami isi materi dan tidak terikat dalam proses mental yang kompleks untuk memahami apa yang guru katakan.

c. Memberikan latihan. Latihan yang diberikan harus disertai dengan bimbingan guru sehingga guru dapat memeriksa pemahaman siswa. Latihan merupakan suatu bentuk dari pengulangan, yang akan membantu untuk mengorganisasikan dan menyimpan informasi dalam memori. Dengan latihan yang berulang, materi dan keahlian yang dipelajari dapat dipahami dengan sedikit perhatian.

d. Memberikan umpan balik (feedback). Umpan balik merupakan sumber lain dari pembelajaran yang efektif. Guru yang memberitahukan kepada siswa bahwa penampilan mereka baik, memberikan informasi yang benar saat terjadi kesalahpahaman pada siswa, dan jika dibutuhkan mengajarkan kembali materi yang belum dipahami siswa akan membantu memperkuat kesadaran awal siswa mengenai kemampuan mereka dalam belajar.

e. Memberikan latihan mandiri. Latihan mandiri dapat meningkatkan kemampuan. Siswa yang bisa mengerjakan tugas karena kemampuan mereka sendiri akan merasa sangat mampu dalam belajar dan termotivasi untuk meningkatkannya.

f. Mengulas kembali materi yang telah diajarkan dengan interval berjarak (mingguan atau bulanan). Pengulangan secara periodik dimana siswa memiliki penampilan yang baik menunjukkan bahwa siswa telah belajar dan mempertahankan informasi, yang akan meningkatkan motivasi untuk pembelajaran selanjutnya karena hal tersebut memastikan kepercayaan siswa mengenai kemampuan mereka.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Guru Mengajar Borich (1996) menyatakan terdapat empat hal yang mempengaruhi keterampilan guru dalam mengajar, yaitu karakteristik kepribadian (seperti motivasi berprestasi, ketepatan (directness), dan fleksibilitas), sikap (seperti motivasi untuk mengajar, empati terhadap siswa, dan komitmen), pengalaman (seperti lama mengajar, pengalaman dalam mengajar suatu materi, dan pengalaman pada level kelas tertentu), dan bakat atau prestasi (seperti skor pada tes kemampuan, indeks prestasi, dan hasil evaluasi mengajar). Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Guru Mengajar, Kepribadian Sikap Pengalaman dan Bakat/Prestasi Untuk lebih jelasnya, keempat faktor tersebut dapat dilihat sebagai berikut : 1. Suka memberi kebebasan (permissiveness) Motivasi untuk mengajar Lama mengajar Ujian guru tingkat nasional 2. Dogmatisme Sikap terhadap siswa Pengalaman dalam mengajar suatu materi Ujian kelulusan 3. Otoritarian Sikap terhadap proses mengajar Pengalaman pada level kelas tertentu Tes Bakat Skolastik (Scholastic Aptitude Test), terdiri dari verbal dan kuantitatif 4. Motivasi berprestasi Sikap terhadap otoritas Pengalaman dalam mengikuti workshopTes Kemampuan Khusus, seperti kemampuan penalaran, kemampuan logis, dan kelancaran verbal (verbal fluency) 5. Introvert Ekstrovert Ketertarikan vokasional Mengikuti kursus setelah tamat pendidikan Indeks prestasi, baik kumulatif maupun pada subjek utama

5. Abstrak Sikap terhadap Tingkat Rekomendasi (abstractness)-Konkret (concreteness) dirinya (konsep diri) pendidikan profesional

6. Langsung (directness)-Berbelit (indirectness) Sikap terhadap materi yang diajarkan Penulisan tugas profesional (professional papers written) Evaluasi siswa mengenai keefektifan dalam mengajar

7. Locus of control Evaluasi mengajar 8. Kecemasan (secara umum atau hanya pada saat mengajar) Sumber: Borich (1996)

F. KELAS AKSELERASIAkselerasi adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjalani kurikulum yang ada dengan lebih cepat (Heward, 1996). Terdapat beberapa jenis dari akselerasi, yaitu: a. Memasuki sekolah formal pada usia dini b. Loncat kelas c. Mengikuti bidang studi tertentu di kelas yang lebih tinggi d. Kurikulum yang dipadatkan atau dipersingkat e. Memasuki sekolah menengah atas dan universitas secara bersamaan. f. Memasuki universitas lebih awal

Bagaimanapun akselerasi ini dilakukan, pada akhirnya peserta didik tetap menyelesaikan pendidikan sekolah, namun dalam waktu yang lebih singkat. Menurut Silverman (dalam Heward, 1996) akselerasi adalah suatu respon dalam menjawab kebutuhan belajar dengan lebih cepat yang dimiliki oleh anak-anak berbakat. Penelitian menunjukkan bahwa ketika akselerasi dijalankan dengan tepat, maka ketertarikan siswa terhadap sekolah akan meningkat, mencapai level prestasi akademis yang lebih tinggi, memiliki perhatian terhadap prestasi, dan menyelsaikan level pendidikan yang lebih tinggi dalam waktu singkat, yang akan meningkatkan waktu untuk berkarir di akhir sekolah. Widyastono (dalam Tarmidi & Hadiati, 2005) menyatakan ada delapan hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan program akselerasi, yaitu: 1. Masukan (input, intake) siswa diseleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria yang digunakan adalah: (1) prestasi belajar, dengan indikator angka raport, Nilai Ebtanas Murni (NEM), dan/atau hasil tes prestasi akademik, berada 2 standar deviasi (SD) di atas Mean populasi siswa; (2) skor psikotes, yang meliputi: intelligency quotient (IQ) minimal 125, kreativitas, tanggung jawab terhadap tugas (task commitment), dan emotional quotient (EQ) berada 2 SD di atas Mean populasi siswa; (3) kesehatan dan kesemaptaan jasmani, jika diperlukan. 2. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional standar, namun dilakukan improvisasi alokasi waktunya sesuai dengan tuntutan belajar peserta didik yang memiliki kecepatan belajar serta motivasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa seusianya. Dalam hal ini, misalnya SMA, yang biasanya memakan waktu selama 3 tahun, terdiri atas 6 semester, setiap tahun 2 semester; dipercepat menjadi selama 2 tahun, setiap tahun terdiri atas 3 semester. 3. Tenaga kependidikan. Karena siswanya memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, maka tenaga kependidikan yang menanganinya terdiri atas tenaga kependidikan yang unggul, baik dari segi penguasaan materi pelajaran, penguasaan metode mengajar, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas. 4. Sarana-prasarana yang menunjang, yang disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan siswa, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan belajar serta menyalurkan kemampuan dan kecerdasannya, termasuk bakat dan minatnya, baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. 5. Dana. Untuk menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan perlu adanya dukungan dana yang memadai, termasuk perlunya disediakan insentif ambahan bagi tenaga kependidikan yang terlibat, berupa uang maupun fasilitas lainnya.6. Manajemen,bersangkut paut dengan strategi dan immplementasi seluruh Sumber daya yang ada dalam sistem sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, bentuk manajemen pada sekolah dengan sistem kelas percepatan, harus memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi, realitas, dan berorientasi jauh ke depan. Dengan demikian, pengelolaannya didasari oleh komitmen, ketekunan, pemahaman yang sama, kebersamaan antara semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini. 7. Lingkungan belajar yang kondusif untuk berkembangnya potensi keunggulan menjadi keunggulan yang nyata, baik lingkungan dalam arti fisik maupun sosial psikologis di sekolah, di masyarakat, dan di rumah. 8. Proses belajar-mengajar yang bermutu dan hasilnya selalu dapat dipertanggung jawabkan (accountable) kepada siswa, orangtua, lembaga, maupun masyarakat. Menurut Somantri (2006), bagi siswa berbakat dengan kapasitas intelektual di atas rata-rata, program akselerasi ini memberikan beberapa keuntungan, antara lain: 1. Terpenuhinya kebutuhan kognisi siswa akan pelajaran yang lebih menantang2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas siswa dalam belajar3. Memberikan kesempatan untuk memiliki intellectual peers4. Menambah rasa percaya diri dan meningkatkan motivasi siswa5. Memberi kesempatan untuk menghemat waktu dalam menempuh pendidikan, sehingga lebih banyak waktu untuk mengembangkan minat, spesialisasi, dan karir.

Guru merupakan faktor yang memiliki peran penting dalam memberhasilkan kelas akselerasi. Dalam kelas akselerasi peran guru mengelola pembelajaran lebih tepat disebut sebagai fasilitator, yang menunjukkan bahwa tanggungjawab akhir belajar ada pada anak untuk mengaktualisasikan potensi dirinya. Namun begitu ada beberapa hal yang dapat disebut sebagai kelemahan dalam penerapan program akselerasi ini. Salah satunya adalah materi ajar yang padat membuat guru kurang mampu mengembangkan teknik mengajar yang kreatif sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa berbakat.

G. PERSEPSIPersepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan (Atkinson, 1997). Pengertian kita akan lingkungan atau dunia di sekitar kita melibatkan unsur interpretasi terhadap rangsangrangsang yang diterima. Interpretasi ini menyebabkan kita menjadi subjek dari pengalaman kita sendiri. Rangsang-rangsang yang diterima dan inilah yang menyebabkan kita mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan. Proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dapat dimengerti disebut persepsi (Irwanto, 2002). Dalam kegiatan belajar, McCombs, et al (dalam Santrock, 2007) menemukan bahwa siswa yang merasa didukung dan diperhatikan oleh guru lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan akademik daripada siswa yang tidak didukung dan diperhatikan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa jika siswa memiliki persepsi yang positif mengenai keterampilan guru dalam mengajar, maka motivasi siswa dalam belajar akan meningkat. Menurut Ittelson (dalam Bell dkk, 1996), persepsi terdiri dari empat komponen, yaitu: 1. Kognitif (Berpikir) Dalam proses kognitif, kita akan membandingkan situasi tersebut dengan pengalaman kita sebelumnya atau sesuatu yang pernah kita baca. Hal ini berarti bahwa persepsi bergantung pada pengalaman dan memori yang kita miliki. Universitas Sumatera Utara25 2. Afektif (Emosional) Komponen afektif (emosional) merupakan bagaimana perasaan kita mengenai suatu situasi. Perasaan yang kita miliki ini akan mempengaruhi persepsi kita tentang situasi tersebut. 3. Interpretasi Interpretasi merupakan penilaian yang kita lakukan mengenai apa-apa saja yang ada dalam suatu situasi. Menurut Hawkins dkk (2007), interpretasi berhubungan dengan bagaimana kita memahami dan membuat pengertian tentang informasi yang kita terima. 4. Evaluatif Dalam proses evaluatif, kita akan menentukan apakah situasi tersebut merupakan situasi yang baik atau buruk. Kita melakukan evaluasi terhadap suatu situasi dan menentukan apakah elemen-elemen yang ada di dalamnya merupakan suatu hal yang baik atau buruk.

H. KETERAMPILAN GURU MENGAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR Layanan pendidikan yang bermutu akan menentukan tinggi atau rendahnya perolehan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa tersebut berkaitan dengan seberapa besar siswa memiliki keinginan yang kuat untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar. Keinginan yang kuat serta keterlibatan aktif dalam proses belajar menunjukkan kadar atau kondisi motivasi belajar yang dimiliki siswa.

Motivasi belajar siswa adalah kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Menurut Santrock, terdapat dua aspek motivasi belajar yang dimiliki siswa, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid belajar keras dalam menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Sedangkan motivasi intrinsik yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu.

Karakteristik motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa berbakat di kelas akselerasi berkaitan erat dengan konsistensi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya, senang mengerjakan tugas secara independen dengan sedikit pengarahan siswa ingin belajar, menyelidiki, dan mencari lebih banyak informasi. Siswa kelas akselerasi memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam hal pembelajaran, seperti mudah menangkap pelajaran, memiliki ketajaman daya nalar, dan daya konsentrasi baik. Karakteristik tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas akselerasi memang sudah memiliki motivasi belajar yang tinggi.

Motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa kelas akselerasi, terutama pada mata pelajaran IPS khususnya sosiologi, dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor pelajaran, faktor guru, keterampilan guru mengajar, suasana kelas, dan lain sebagainya. Sedangkan pada siswa kelas akselerasi di SMA Swasta AlAzhar Medan, motivasi belajar yang mereka miliki pada mata pelajaran sosiologi dipengaruhi oleh bagaimana interpretasi mereka terhadap keterampilan mengajar yang dimiliki oleh guru sosiologi. Hal ini terlihat dari hasil studi lapangan yang telah dilakukan dengan menggunakan metode wawancara. Hasilnya menunjukkan bahwa motivasi mereka dalam belajar sosiologi rendah, dimana siswa-siswa yang berada di kelas akselerasi tersebut menyatakan bahwa sistem pengajaran yang dilakukan oleh guru sosiologi membuat mereka tidak memiliki motivasi untuk belajar. Mereka merasa bosan dan mengantuk ketika mengikuti pelajaran tersebut. Walaupun karakteristik motivasi belajar siswa kelas akselerasi terbilang sudah sangat baik, motivasi belajar mereka terutama dalam pelajaran sosiologi tetap dipengaruhi oleh bagaimana persepsi mereka tentang keterampilan guru mengajar. Keterampilan guru mengajar merupakan salah satu jenis keterampilan yang harus dikuasai guru. Dengan memiliki keterampilan mengajar, guru dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada peningkatankualitas lulusan sekolah. Menurut Pintrich & Schunk, terdapat enam aspek yang menggambarkan keterampilan guru mengajar. Keenam aspek tersebut yaitu mengulas pembelajaran sebelumnya, memberikan materi baru, memberikan latihan dengan bimbingan guru, memberikan umpan balik (feedback), memberikan latihan mandiri kepada siswa, dan mengulas kembali materi yang telah diajarkan dengan interval berjarak (mingguan atau bulanan). Dengan adanya keenam aspek tersebut, guru diharapkan dapat menciptakan kondisi yang mendorong atau menumbuhkan semangat siswa untuk melakukan aktivitas belajar dengan baik. Misalnya, guru sosiologi di SMA memberikan materi baru dengan kurang terstruktur dan tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, seperti tidak memberikan pertanyaan atau umpan balik kepada siswa sehingga siswa merasa bosan dan mengantuk ketika mengikuti pelajaran tersebut. Selain dari fenomena tersebut, ketika guru memberitahukan kepada siswa bahwa penampilan mereka baik, motivasi belajar siswa khususnya motivasi intrinsik akan meningkat. Siswa yang diberikan latihan mandiri oleh guru diharapkan akan memandang tugas tersebut sebagai suatu tantangan dan pengulangan secara periodik dimana siswa yang memiliki penampilan baik menunjukkan bahwa ia telah belajar dan mempertahankan informasi, akan meningkatkan motivasi untuk pembelajaran selanjutnya karena hal tersebut memastikan kepercayaan siswa mengenai kemampuan mereka. Berdasarkan hal itu, maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara persepsi tentang keterampilan guru mengajar dengan motivasi belajar siswa kelas akselerasi untuk mata pelajaran sosiologi.

I. Motivasi Belajar dan Teori Kepribadian Motivasi Belajar dan Teori Kepribadian Kata motivasi digunakan untuk mendeskripsikan suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Orang dapat termotivasi makan apabila sedang lapar, pergi ke mall hari ini, mendapatkan nilai IPS yang lebih baik semester ini, atau memperbaiki kondisi lingkungan hidup di sekitar rumah tinggal mereka.

Konsep Penting Motivasi Belajar Pertama Motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda. Sebagai misal, seorang siswa dapat tinggi motivasinya untuk menghadapi tes ilmu sosial dengan tujuan mendapatkan nilai tinggi (motivasi ekstrinsik) dan tinggi motivasinya menghadapi

Motivasi Belajar dan Teori Disonan Kognitif serta Implikasinya dalam Pendidikan Kebutuhan untuk mempertahankan gambaran diri positif merupakan suatu motivator yang kuat, Covington: 1984. Banyak dari perilaku kita yang diarahkan menuju pemenuhan standar pribadi diri kita sendiri. Sebagai misal, apabila kita yakin bahwa kita adalah orang baik dan jujur, maka kita cenderung berbuat baik. Jika seorang guru ingin melaksanakan model pembelajaran kooperatif di dalam kelasnya atau mata pelajaran yang diampunya, maka guru harus memperhatikan dan merencanakan dengan matang agar pada pembelajarannya tersebut terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif, yang akan dikuasi siswa.Keempat tahapan keterampilan kooperatif itu adalah sebagai berikut:1. Forming (pembentukan), yaitu suatu keterampilan kooperatif yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok yang solid dan membentuk sikap yang sesuai dengannorma.2. Functioniong (pengaturan), yaitu suatu keterampilan kooperatif yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama di antara anggota kelompok.3. Formating (perumusan), yaitu suatu keterampilan kooperatif yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang sedang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.4. Fermenting (penyerapan), yaitu suatu keterampilan koperatif yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelumnya

J. BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR1. Pengertian BelajarSetiap orang menjadi dewasa karena belajar dan pengalaman selama hidupnya. Belajar pada umumnya dilakukan seseorang sejak mereka ada di dunia ini. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan istilah belajar dengan beberapa uraian yang tidak sama. Untuk dapat memahami dan mempunyai gambaran yang luas, berikut ini diberikan beberapa pengertian belajar menurut beberapa ahli :1. Whittaker, belajar adalah proses tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.2. Kimble, belajar adalah perubahan relatif permanen dalam potensi bertindak, yang berlangsung sebagai akibat adanya latihan yang diperkuat.3. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.4. Sdaffer, belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap, sebagai hasil pengalaman-pengalaman atau praktik.Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai pengalaman individu itu sendiri.Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar dapat berupa ketrampilan, sikap, pengertian ataupun pengetahuan. Belajar merupakan peristiwa yang terjadi secara sadar dan disengaja, artinya seseorang yang terlibat dalam peristiwa belajar pada akhirnya menyadari bahwa ia mempelajari sesuatu, sehingga terjadi perubahan pada dirinya sebagai akibat dari kegiatan yang disadari dan sengaja dilakukannya tersebut.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi BelajarBelajar merupakan hal yang kompleks. Apabila ini dikaitkan dengan hasil belajar siswa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Suryabrata (1989:142), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 3, yaitu: faktor dari dalam, faktor dari luar dan faktor instrumen.Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktor-faktor ini meliputi :a.Fisiologi, meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra. Anak yang segar jasmaninya akan lebih mudah proses belajarnya. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, kondisi panca indra yang baik akan memudahkan anak dalam proses belajar.a.Kondisi psikologis, yaitu beberapa faktor psikologis utama yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.1).Faktor kecerdasan yang dibawa individu mempengaruhi belajar siswa. Semakin individu itu mempunyai tingkat kecerdasan tinggi, maka belajar yang dilakukannya akan semakin mudah dan cepat. Sebaliknya semakin individu itu memiliki tingkat kecerdasan rendah, maka belajarnya akan lambat dan mengalami kesulitan belajar.2).Bakat individu satu dengan lainnya tidak sama, sehingga menimbulkan belajarnya pun berbeda. Bakat merupakan kemampuan awal anak yang dibawa sejak lahir.3).Minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu. Minat belajar siswa yang tinggi menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan cepat.4).Motivasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidaklah sama. Adapun pengertian motivasi belajar adalah Sesuatu yang menyebabkan kegiatan belajar terwujud. Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: cita-cita siswa, kemampuan belajar siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan upaya guru membelajarkan siswa.5).Emosi merupakan kondisi psikologi (ilmu jiwa) individu untuk melakukan kegiatan, dalam hal ini adalah untuk belajar. Kondisi psikologis siswa yang mempengaruhi belajar antara lain: perasaan senang, kemarahan, kejengkelan, kecemasan dan lain-lain.6).Kemampuan kognitif siswa yang mempengaruhi belajar mulai dari aspek pengamatan, perhatian, ingatan, dan daya pikir siswa.Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi :a.Lingkungan alamiLingkungan alami yaitu faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar misalnya keadaan udara, cuaca, waktu, tempat atau gedungnya, alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat pelajaran.1).Keadaan udara mempengaruhi proses belajar siswa. Apabila udara terlalu lembab atau kering kurang membantu siswa dalam belajar. Keadaan udara yang cukup nyaman di lingkungan belajar siswa akan membantu siswa untuk belajar dengan lebih baik.2).Waktu belajar mempengaruhi proses belajar siswa misalnya: pembagian waktu siswa untuk belajar dalam satu hari.3).Cuaca yang terang benderang dengan cuaca yang mendung akan berbeda bagi siswa untuk belajar. Cuaca yang nyaman bagi siswa membantu siswa untuk lebih nyaman dalam belajar.4).Tempat atau gedung sekolah mempengaruhi belajar siswa. Gedung sekolah yang efektif untuk belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: letaknya jauh dari tempat-tempat keramaian (pasar, gedung bioskop, bar, pabrik dan lain-lain), tidak menghadapke jalan raya, tidak dekat dengan sungai, dan sebagainya yang membahayakan keselamatan siswa.5).Alat-alat pelajaran yang digunakan baik itu perangkat lunak (misalnya, program presentasi) ataupun perangkat keras (misalnya Laptop, LCD).b.Lingkungan sosialLingkungan sosial di sini adalah manusia atau sesama manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, sering kali mengganggu aktivitas belajar. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) lingkungan sosial siswa di rumah yang meliputi seluruh anggota keluarga yang terdiri atas: ayah, ibu, kakak atau adik serta anggota keluarga lainnya, (2) lingkungan sosial siswa di sekolah yaitu: teman sebaya, teman lain kelas, guru, kepala sekolah serta karyawan lainnya, dan (3) lingkungan sosial dalam masyarakat yang terdiri atas seluruh anggota masyarakat.Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan. Faktor instrumen ini antara lain: kurikulum, struktur program, sarana dan prasarana, serta guru. Faktor instrumen yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pembelajaran adalah media pembelajaran. Dalam hal ini adalah media komputer dengan memanfaatkan program animasiSWiSHyang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Jawa.3.Motivasi BelajarWlodkowski (dalam Suciati, 2001:52) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, serta yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Sementara Ames dan Ames (Suciati, 2001) menjelaskan motivasi sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya. Menurut definisi ini, konsep diri yang positif akan menjadi motor penggerak bagi kemauan seseorang.Dalam proses belajar, motivasi seseorang tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas unjuk kerja dalam melakukan suatu tugas. McClelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar.Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCS, yaitu:

a.Attention (Perhatian)Perhatian peserta didik muncul karena didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga peserta didik akan memberikan perhatian selama proses pembelajaran. Rasa ingin tahu tersebut dapat dirangsang melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks.Apabila elemen-elemen tersebut dimasukkan dalam rencana pembelajaran, hal ini dapat menstimulus rasa ingin tahu peserta didik. Namun, perlu diperhatikan agar tidak memberikan stimulus yang berlebihan, untuk menjaga efektifitasnya.b.Relevance (Relevansi)Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka menganggap bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.Kebutuhan pribadi (basic need) dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu motif pribadi, motif instrumental dan motif kultural. Motif nilai pribadi (personal motif value), menurut McClelland mencakup tiga hal, yaitu (1) kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement), (2) kebutuhan untuk berkuasa (needs for power), dan (3) kebutuhan untuk berafiliasi (needs for affiliation).Sementara nilai yang bersifat instrumental, yaitu keberhasilan dalam mengerjakan suatu tugas dianggapm sebagai langkah untuk mnecapai keberhasilan lebih lanjut. Sedangkanniali kultural yaitu apabila tujuan yang ingin dicapai konsisten atau sesuai dengan nilai yang dipegang oleh kelpmpok yang diacu peserta didik, seperti orang tua, teman, dan sebagainya.c.Confidence (Percaya diri)Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau. Motivasi dapat memberikan ketekunan untuk membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi untuk mengerjakan tugas berikutnya.d.Satisfaction (Kepuasan)Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun luar individu. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi peserta didik, dapat menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan, dan lain sebagainya.

K. PERAN GURU DALAM MEMBANGKITKAN MOTIVASI BELAJAR Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik. Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.1. Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan