pengembangan perangkat pembelajaran matematika...

22
1 Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Metode MURDER Bernuansa Problem Based Learning (PBL) Materi Bangun Datar Kelas VII ARTIKEL oleh Eko Andy Purnomo PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2011 http://digilib.unimus.ac.id

Upload: duongnguyet

Post on 03-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

1

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Metode

MURDER Bernuansa Problem Based Learning (PBL) Materi Bangun

Datar Kelas VII

ARTIKEL

oleh

Eko Andy Purnomo

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2011

http://digilib.unimus.ac.id

Page 2: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

2

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Metode MURDER Bernuansa Problem Based Learning (PBL) Materi Bangun Datar Kelas VII

Eko Andy PurnomoProdi Pendidikan Matematika FKIP, Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRACT

Mathematics as the basis of science which to develop the reasoning power to think critically, logically and systematically. Problem solving is an important component of the mathematics curriculum. Reality in the field most of the students perform activities in the form without accompanied the development of problem-solving skills. In this study applied a method of learning that can help students to practice problem-solving is the method of MURDER based on PBL. Research goals: (1) To obtain the perimeter learning plane VII valid and relevant to the application of learning MURDER methods based on PBL, (2) To find the effectiveness of the implementation of such devices by the method of MURDER based on PBL learning materials perimeter and plane area. The device being developed include syllabus, lesson plans, student books, worksheets, and tests learning outcomes (THB) according to the basic theory of Thiagarajan, Semmel, and Semmel 4-D modified 3-D (define, design, develop). Try out was applied to a 7th grade junior high school 1 Brangsong Kendal, it’s consist of 8 classes. With cluster sampling technique was chosen as the experiment class VIIA and VIIC as a control class. Activities and proficiency proceed as independent variables and ability to problem solving as the dependent variable. The data is obtained through observation and test results of learning as well as processed by comparing t test and testing regression.

The results: (1) The development of devices learning with methods of MURDER based on PBL is valid. The validator score of learning device includes syllabus (4.4), RPP (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), and THB which valid. (2) Implementation method of Murder based on PBL learning with learning devices that have been developed on the material perimeter and plane area 7th grade is effective: (a) Increasing the problem-solving ability 76.9> 72, with 87.1% passing percentage. (b) There were the influence of independent variables was on the dependent variables that significantly influence the acquisition process of problem-solving abilities of 87.1%, the effect of activity on problem solving ability 73.4%, jointly proceed finesse and liveliness effect on problem-solving abilities amounting to 88,6%. (C) the dependent variable experiment class is better than the control class with the ability to problem-solving in the experimental class for 76.9 > 73.2. Based on this research, teachers can use the method of MURDER based on PBL to increase activity, skill and problem-solving ability.Keywords: Method of Murder, Problem Based Learning (PBL)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diberlakukannya KTSP mengisyaratkan perlunya reformasi paradigma dalam

pembelajaran matematika, yaitu dari peran guru sebagai pemberi informasi (transfer of

knowledge) ke peran guru sebagai pendorong belajar (stimulation of learning). Pada peran

guru sebagai pendorong belajar (stimulation of learning), guru dituntut untuk memberi

http://digilib.unimus.ac.id

Page 3: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

3

kesempatan pada siswa agar mereka mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari

melalui aktifitas-aktifitas, antara lain melalui kegiatan pemecahan masalah.

Pemecahan masalah merupakan komponen penting dari kurikulum matematika dan di

dalamnya terdapat inti dari aktifitas matematika, sehingga kemampuan pemecahan masalah

di kalangan siswa perlu mendapat perhatian dalam pembelajaran. Hal ini juga dijelaskan oleh

Branca (dalam Pujiadi, 2008) bahwa kemampuan memecahkan masalah adalah tujuan utama

dalam pembelajaran matematika, oleh karena itu kemampuan memecahkan masalah

hendaknya diberikan, dilatihkan, dan dibiasakan kepada peserta didik sedini mungkin.

Demikian pula Russefendi (1991) menyatakan bahwa kemampuan memecahkan masalah

sangat penting, bukan saja bagi mereka yang akan memperdalam matematika, melainkan juga

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam memecahkan masalah diharapkan dapat

mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik.

Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran adalah model

pembelajaran bernuansa Problem Based Learning (PBL). PBL adalah pendekatan

pembelajaran matematika yang mengedepankan pemecahan masalah (problem solving) dalam

proses pembelajarannya. Melalui PBL, siswa dapat belajar secara mandiri mengidentifikasi

masalah dimana pengetahuan tersebut diperlukan lagi untuk menghadapi keadaan masalah

baru Boyle (1999). Selain itu, penyelesaian masalah dapat mengembangkan kognitif siswa

secara umum (Jonassen, 2000), mendorong kreatifitas (Bransford & Stein, 1993), dan

mengembangkan kemampuan menulis dan verbal yang merupakan bagian dari proses aplikasi

matematika (Pugalee, 2004).

Haggarty dan Keynes (dalam Unal 2006: 510) menjelaskan dalam rangka

memperbaiki pengajaran dan pembelajaran matematika diperlukan usaha untuk memperbaiki

pemahaman guru, siswa, bahan yang digunakan untuk pembelajaran dan interaksi antara

mereka. Mengarahkan pembelajaran yang seperti di atas sangat tepat menggunakan

pembelajaran dengan metode MURDER. MURDER singkatan dari kata: Mood (Suasana

Hati), Understand (Pemahaman), Recall (Pengulangan), Digest (Penelaahan), Expand

(Pengembangan), Review (Pelajari Kembali) (Simamora, 2008).

Pada akhirnya dengan mengkombinasikan kebermanfaatan matematika dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka perlu diterapkan sebuah model

pembelajaran matematika dengan memanfaatkan media. Sehingga dalam rangka

pengembangan ilmu dan teknologi serta meningkatkan kemampuan dasar siswa khususnya

bangun datar serta peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa, perlu diadakan

http://digilib.unimus.ac.id

Page 4: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

4

penelitian tentang pengembangan perangkat pembelajaran matematika melalui metode belajar

MURDER bernuansa PBL materi bangun datar kelas VII.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan di bawah ini.

1. Bagaimanakah pengembangan dan hasil pengembangan perangkat pembelajaran

matematika melalui metode MURDER bernuansa PBL materi bangun datar kelas VII

valid?

2. Bagaimanakah keefektifan implementasi metode MURDER bernuansa PBL dengan

perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan pada materi bangun datar kelas VII?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan perangkat pembelajaran matematika materi bangun datar kelas VII yang

valid dengan penerapan metode MURDER bernuansa PBL;

2. Menemukan keefektifan implementasi perangkat pembelajaran tersebut dengan metode

MURDER bernuansa PBL materi bangun datar kelas VII;

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian ini maka manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu matematika, khususnya tentang

pembelajaran metode belajar MURDER bernuansa PBL serta dapat digunakan sebagai

rujukan untuk penulisan karya ilmiah.

2. Manfaat Praktis :

a. Siswa

1) Siswa lebih berani berpendapat dan mandiri dalam kegiatan pembelajaran

matematika.

2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan dapat mengaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari.

b. Guru

1) Guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan,

kemahiran berproses dan kemampuan pemecahan masalah matematika.

2) Guru dapat menggunakan media CD pembelajaran agar lebih mengaplikasikan

teknologi dalam pembelajaran.

http://digilib.unimus.ac.id

Page 5: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

5

Bagi sekolah

Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan sangat berarti pada sekolah itu

sendiri, untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran matematika.

d. Peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman langsung sehingga memiliki pengalaman

pembelajaran matematika yang bervariasi.

II. LANDASAN TEORI

2.1. Teori Belajar

Belajar matematika pada dasarnya, merupakan proses yang diarahkan pada satu

tujuan. Tujuan belajar matematika ditinjau dari segi kognitif adalah peningkatan kemampuan

pemecahan masalah. Para ahli dalam merumuskan teori belajar bervariasi sesuai dengan

sudut pandang masing-masing.

Teori Ausubel terkenal dengan teori belajar bermakna. Ausubel membedakan antara

belajar bermakna dan belajar menghafal. Belajar bermakna adalah proses belajar dimana

informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang

sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru

ke dalam struktur pengetahuan mereka. Ini terjadi melalui belajar konsep dan pemahaman

konsep yang telah ada yang akan mengakibatkan perubahan struktur konsep yang telah

dipunyai.

Teori belajar kognitif yang terkenal adalah teori Piaget. Menurut Piaget

perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yakni, organisasi dan adaptasi. Prinsip

Piaget dalam pembelajaran diterapkan dalam program-program yang menekankan

pembelajaran melaui penemuan, pemecahan masalah dan pengalaman-pengalaman nyata,

serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan kemungkinan

peserta didik dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar.

Bruner menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal

peristiwa yang ada di dalam lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan

kembali peristiwa tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa

yang dialaminya. Hal tersebut adalah proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan yaitu

enaktif, ikonik dan simbolik.

Vygotsky mengemukakan adanya empat prinsip kunci dalam pembelajaran.

Keempat prinsip itu adalah: (a) penekanan pada hakekat sosiokultural pada pembelajaran (the

sociocultural of learning); (b) zona (wilayah) perkembangan terdekat (zona of proximal

http://digilib.unimus.ac.id

Page 6: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

6

development); (c) pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship); dan (d) perancah

(scaffolding).

2.2. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika hendaknya diarahkan untuk membantu siswa untuk

berpikir, karena matematika memungkinkan siswa dapat menyelesaikan masalah dengan

benar dan benarnya penyelesaian karena penalarannya memang sangat jelas. Hendaknya

siswa tidak belajar matematika hanya dengan menerima dan menghafalkan saja. Siswa harus

belajar matematika secara bermakna, yakni suatu cara belajar yang mengutamakan pengertian

dari pada hafalan. Menurut Steen (2001:307), belajar matematika pada hakikatnya adalah

belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur yang diatur menurut urutan logis.

2.3. Pembelajaran Metode MURDER

Pembelajaran MURDER merupakan singkatan dari beberapa kata yang meliputi:

Mood (Suasana Hati), Understand (Pemahaman), Recall (Pengulangan), Digest (Penelaahan),

Expand (Pengembangan), Review (Pelajari Kembali). (Simamora, 2008).

Langkah- langkah penerapan metode pembelajaran MURDER adalah sebagai

berikut:

1. Pertama berhubungan dengan suasana hati adalah ciptakan suasana hati yang positif untuk

belajar. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menentukan waktu, lingkungan dan sikap

belajar yang sesuai dengan kepribadian siswa.

2. Kedua berhubungan dengan pemahaman adalah segera tandai bahan pelajaran yang tidak

dimengerti. Pusatkan perhatian pada mata pelajaran tersebut atau ada baiknya melakukan

bersama beberapa kelompok latihan.

3. Ketiga berhubungan dengan pengulangan adalah setelah mempelajari satu bahan dalam

suatu mata pelajaran, segeralah berhenti. Setelah itu, ulangi membahas bahan pelajaran itu

dengan kata-kata siswa.

4. Keempat yang berhubungan dengan penelaahan adalah segera kembali pada bahan

pelajaran yang tidak dimengerti. Carilah keterangan mengenai mata pelajaran itu dari

artikel, buku teks atau sumber lainnya. Jika masih belum bisa, diskusikan dengan guru

atau teman kelompok.

5. Kelima berhubungan dengan pengembangan adalah tanyakan pada diri sendiri mengenai

tiga masalah di bawah ini, begitu selesai mempelajari satu mata pelajaran, yaitu:

a. Andaikan bisa bertemu dengan penulis materi, pertanyaan atau kritik apa yang

diajukan?

http://digilib.unimus.ac.id

Page 7: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

7

b. Bagaimana bisa mengaplikasikan materi tersebut pada kehidupan sehari-hari?

c. Bagaimana bisa membuat informasi ini menjadi menarik dan mudah dipahami

oleh siswa lainnya?

6. Keenam yang berhubungan dengan review adalah pelajari kembali materi pelajaran yang

sudah dipelajari.

2.4. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

PBL adalah sebuah pendekatan pembelajaran matematika. PBL mengkombinasikan

siswa dengan permasalahan dari latihan-latihan sehingga memunculkan motivasi untuk

belajar. Permasalahan dan latihan-latihan dapat berasal dari guru atau siswa. Besana, Fries,

dan Kilibarda (2001) menyatakan model pembelajaran PBL hampir dapat disamakan dengan

“doing mathematics”. Pembelajaran PBL dapat juga dimanfaatkan untuk mendewasakan

siswa. Penerapan pembelajaran ini sejak level awal pendidikan dapat membuat siswa sadar

matematika. Kesadaran matematika ini dapat meningkatkan motivasi mereka secara alami

dan harapannya siswa dapat berkembang logika berpikirnya.

Konsep dasar pembelajaran PBL adalah pemberian permasalahan dan aplikasinya

untuk mengenalkan sebuah konsep baru dalam matematika. Permasalahan dan aplikasi

tersebut membantu siswa dalam menyusun kerangka berpikirnya, memahami konsep dan

memberikan fasilitas dalam prosedur berpikir serta mengulang kembali konsep-konsep yang

telah dipelajari, dalam rangka memberikan penguatan dalam pemahaman konsep baru

tersebut. Proses belajar tersebut mengharuskan siswa untuk menganalisis situasi berdasarkan

pengetahuannya, membangun sebuah teknik matematika, dan akhirnya memanfaatkan teknik

tersebut untuk menyelesaikan masalahnya.

2.5. Pemecahanan Masalah

Krulik (dalam Soedjoko, 2004) mendefinisikan masalah adalah suatu situasi,

besaran-besaran atau yang lainnya yang dihadapkan kepada individu atau kelompok untuk

mencari pemecahan, yang untuk itu para individu tidak segera tahu suatu solusi. Adapun

menurut Ruseffendi (dalam Dwijanto, 2007) bahwa sesuatu itu merupakan masalah bagi

seseorang bila sesuatu itu baru, dan sesuai dengan kondisi yang memecahkan masalah (tahap

perkembangan mentalnya) dan memiliki pengetahuan prasyarat.

Pemecahan masalah menurut Solso (1995: 440) didefinisikan sebagai berpikir yang

mengarahkan pada jawaban terhadap suatu masalah yang melibatkan pembentukan dan

memilih tanggapan-tanggapan. Dalam memecahkan masalah terdapat beberapa pendekatan

antara lain exhaustic search yang mencoba semua kemungkinan jawaban. Pendekatan

http://digilib.unimus.ac.id

Page 8: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

8

pemecahan masalah yang lain adalah heuristik, yaitu suatu aturan yang melibatkan

penyelidikan pada masalah yang lebih selektif. Menurut Polya (1973) heuristik adalah kata

sifat yang berarti “serving to discover”. Penalaran heuristik adalah penalaran yang tidak final

dan tegas tetapi hanya masuk akal dan bersifat sementara yang tujuannya untuk menemukan

jawaban suatu masalah yang diberikan.

NCTM (2000: 52) menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan satu kesatuan

dalam pembelajaran matematika dan tidak bisa dipisahkan dengan program matematika.

Menurut Charles dan Lester (dalam Baroody, 1993: 2-8) kemungkinan pemecahan masalah

yang sesungguhnya dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: (1) kognisi, (2) afeksi, dan (3)

metakognisi. Faktor kognisi meliputi pengetahuan konseptual (pemahaman) dan strategi

dalam menerapkan pengetahuan pada situasi yang sesungguhnya. Faktor afektif

mempengaruhi kepribadian siswa untuk memecahkan masalah. Metakognisi meliputi regulasi

diri yaitu kemampuan untuk berpikir melalui masalah pada diri sendiri.

Selanjutnya Baroody (1993: 2-8) menjelaskan, secara umum pengetahuan matematis

yang lebih luas dan lebih baik pada diri seseorang, didasarkan pada banyaknya masalah yang

dapat ia pecahkan. Seperti halnya pengetahuan matematika mereka yang semakin

berkembang dan menjadi terhubung satu sama lain, maka siswa meningkatkan kemampuan

mereka untuk memahami dan menemukan solusi untuk masalah yang jauh lebih rumit.

Menurut Riley, Greeno, dan Heller (dalam Baroody, 1993: 2-8) pemecahan masalah yang

sebenarnya bermula dengan pemahaman masalah, yang diikuti dengan pembentukan

perwujudan mental yang sesuai pada masalah itu.

2.6. Pengembangan Perangkat Model Thiagarajan, Semmel dan Semmel.

Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang digunakan dalam proses

pembelajaran (Trianto, 2007:68). Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola

proses belajar mengajar antara lain Silabus, RPP, LKS, THB, serta media pembelajaran.

Perangkat ini sebagai sarana untuk memudahkan guru dalam melakukan tugas mengajarnya,

membantu dalam proses belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Perangkat pembelajaran dapat disusun dan dikembangkan oleh guru. Andrews & Goodson

(1980:3) menyatakan bahwa model pengembangan pembelajaran ada 4 fungsi yaitu 1)

meningkatkan belajar dan pembelajaran dan umpan balik, 2) meningkatkan managemen

pengembangan pembelajaran, 3) meningkatkan proses evaluasi, termasuk umpan balik dan

revisi, 4) menguji atau membangun pembelajaran dengan cara merancangnya berdasarkan

teori.

http://digilib.unimus.ac.id

Page 9: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

9

Model pengembangan sistem instruksional Thiagarajan, Semmel dan Semmel (1974:

6) dikenal dengan model 4-D, model ini terdiri dari 4 tahap yaitu: define (pendefinisian),

design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran). Penelitian ini

adalah modifikasi dari model Thiagarajan, Semmel, dan Semmel. Model 4-D dipilih karena

sistematis dan cocok untuk mengembangkan perangkat pembelajaran, namun dalam

penelitian ini peneliti melakukan modifikasi terhadap model 4-D.

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tahap pendefinisian bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan-

kebutuhan pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan batasan materi. Kegiatan dalam

tahap pendefinisian ini meliputi analisis kurikulum, analisis siswa, analisis materi, analisis

tugas dan spesifikasi tujuan pembelajaran.

2. Tahap Perancangan (Design)

Tahap perancangan bertujuan untuk memodifikasi prototype sehingga didapatkan

bentuk rancangan perangkat pembelajaran. Rancangan ini selanjutnya disebut draf 1.

Tahap ini dimulai ketika tujuan pembelajaran khusus telah ditetapkan. Kegiatan yang

dilakukan pada tahap ini meliputi penyusunan tes, pemilihan media, pemilihan format dan

perancangan awal.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tujuan pengembangan perangkat pembelajaran adalah untuk menghasilkan draf

perangkat pembelajaran. Kegiatan pada tahap pengembangan ini meliputi validasi ahli,

simulasi dan uji keterbacaan, uji coba

2.7. Kerangka Berpikir

Pengembangan perangkat pembelajaran didasarkan pada teori pengembangan

perangkat pembelajaran yang salah satunya adalah modifikasi dari model Thiagarajan,

Semmel, dan Semmel. Pengembangan perangkat pembelajaran ini dikenal dengan Model 4-

D. Melalui pembuatan perangkat pembelajaran dengan teori-teori yang ada serta validasi ahli

meliputi validasi perangkat pembelajaran yang meliputi format, bahasa, dan ilustrasi sehingga

akan dihasilkan perangkat pembelajaran yang valid. Perangkat pembelajaran tersebut akan

diujicobakan untuk mengetahui efektifitas pembelajarannya.

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan penerapan pembelajaran metode

belajar MURDER bernuansa PBL melalui pemanfaatan multimedia pembelajaran. Langkah

awal siswa diberikan CD pembelajaran yang berisi materi dan tugas yang dikerjakan secara

berkelompok. Melalui CD pembelajaran maka siswa akan mempunyai kemampuan awal

http://digilib.unimus.ac.id

Page 10: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

10

tentang materi keliling dan luas bangun datar dan dengan pemberian tugas secara

berkelompok maka keaktifan siswa akan meningkat. Selain itu siswa juga dapat

mengaplikasikan teknologi dalam kegiatan pembelajaran. Melalui tugas bernuansa PBL

maka kemampuan pemecahan siswa akan meningkat.

Saat pembelajaran di sekolah guru menerapkan pembelajaran MURDER. Pertama

guru menciptakan suasana belajar yang positif, hal ini bertujuan agar siswa lebih termotivasi

dalam kegiatan pembelajaran dan ujungnya meningkatkan keaktifan siswa. Kedua

berhubungan dengan pemahaman adalah segera tandai bahan pelajaran yang tidak dimengerti

dan tugas yang perlu didiskusikan kembali. Pusatkan perhatian pada materi pelajaran

tersebut. Setelah mempelajari satu bahan dalam suatu mata pelajaran, segeralah berhenti.

Setelah itu, ulangi membahas bahan pelajaran itu dengan kata-kata siswa. Selanjutnya

berhubungan dengan penelaahan adalah guru memberikan tugas berbasis masalah dan siswa

diminta mengerjakan tugas-tugas tersebut sesuai dengan langkah-langkah pemecahan

masalah. Melalui tugas tersebut maka kemampuan pemecahan masalah siswa akan lebih

meningkat. Carilah jawaban tugas-tugas tersebut dari artikel, buku teks atau sumber lainnya.

Jika masih belum bisa, diskusikan dengan guru.

Langkah kelima berhubungan dengan pengembangan adalah siswa diberi tugas,

untuk: (1) Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi keliling dan luas bangun

datar, (2) Mengaplikasikan materi tersebut pada hal yang disukai dan yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari, dan (3) Membuat materi keliling dan luas bangun datar ini menjadi

menarik dan mudah dipahami oleh siswa lainnya. Melalui pengembangan ini siswa akan

semakin mendalami menguasai materi keliling dan luas bangun datar serta dapat

mengaplikasikan kemampuan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Langkah

terakhir guru mengulang kembali semua materi dan mendiskusikan semua pertanyan serta

memberikan umpan balik kepada siswa.

Mengkombinasikan antara perangkat pembelajaran yang valid dengan metode

belajar MURDER bernuansa PBL, serta pemanfaatan multimedia pembelajaran keaktifan

siswa dan kemahiran berproses akan dapat ditingkatkan. Meningkatnya keaktifan siswa dan

kemahiran berproses maka akan berpengaruh meningkatnya kemampuan pemecahan

masalah, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai.

2.8. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai

berikut :

http://digilib.unimus.ac.id

Page 11: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

ns

Xt 0µ−=

11

1. Hasil proses pengembangan dan perangkat pembelajaran melalui metode belajar

MURDER bernuansa PBL materi keliling dan luas bangun datar kelas VII valid.

2. Implementasi pembelajaran dengan metode belajar MURDER bernuansa PBL dengan

perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan pada materi keliling dan luas bangun

datar kelas VII efektif.

III. METODE PENELITIAN

3. 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini digolongkan jenis penelitian pengembangan, ini sesuai dengan tujuan

penelitian yang telah dikemukakan pada bagian pendahuluan. Perangkat pembelajaran

matematika yang dikembangkan meliputi: silabus, RPP, buku siswa, LKS dan THB.

3. 2. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Pengembangan perangkat pembelajaran penelitian ini adalah suatu proses kegiatan

untuk menghasilkan perangkat pembelajaran. Model pengembangan Thiagarajan, Semmel

dan Semmel dikenal dengan model 4-D yang telah dimodifikasi,. Model pengembangan

yang digunakan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini adalah

modifikasi dari model Thiagarajan, Semmel, dan Semmel. Model 4-D dipilih karena

sistematis dan cocok untuk mengembangkan perangkat pembelajaran.

3. 3. Subjek Uji Coba Penelitian

Subjek uji coba penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP 1 Brangsong Kendal

yang terdiri dari 8 kelas paralel pada tahun pelajaran 2010/2011. Satu kelas dari 8 kelas yang

ada akan dijadikan subjek penelitian pada saat uji coba perangkat pembelajaran.

3. 4. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan variabel indpenden.

Variabel independen penelitian ini adalah aktifitas siswa, kemahiran berproses dalam

pembelajaran matematika dengan metode belajar MURDER bernuansa PBL. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah.

3. 5. Analisis Data

1.5.1. Uji ketuntasan kemampuan pemecahan masalah

Kemampuan pemecahan masalah dikatakan tuntas jika memenuhi syarat yaitu

kemampuan pemecahan masalah siswa lebih dari 72. Hipotesis yang akan diuji adalah

H0 : ≤ ( kemampuan pemecahan masalah tidak mencapai KKM)

H1 : > ( kemampuan pemecahan masalah mencapai KKM)

http://digilib.unimus.ac.id

Page 12: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

n

nx

z)1( 00

0

ππ

π

−=

12

Pada perhitungan ini menggunakan uji t. Rumus yang digunakan

Pada penelitian ini uji rata-rata kemampuan pemecahan masalah dilakukan dengan α =

0,05 atau 5%, kriteria : H1 diterima bila thitung > ttabel. yang lainnya tolak H1.

Prestasi belajar tiap siswa dikatakan tuntas jika, memenuhi syarat ketuntasan belajar

secara individual 85 % siswa mencapai KKM.

Hipotesis yang akan diuji adalah

H0 : π0 = 85 % (ketuntasan belajar kelas eksperimen tercapai)

H1 : π0 85 % (ketuntasan belajar kelas eksperimen tidak tercapai)

Rumus yang digunakan

Terima H0 jika – Z0,5(1-α) < z < Z0,5(1-α) ( Sudjana, 2005:233). Penelitian ini α yang

digunakan adalah 5%.

1.5.2. Uji pengaruh keaktifan terhadap kemampuan pemecahan masalah

Untuk menguji hubungan pengaruh, digunakan persamaan regresi dengan model

regresi linier Y = α+ βX + ε, dengan persamaan estimasi:

=^Y a + bX + ε, a = ^

α dan b = ^

β , data yang dimiliki adalah (x1, y1), (x2,y2), …, (xn, yn).

Harga a dan b dapat ditentukan dengan rumus berikut:

Rumusan hipotesis uji kelinearan regresi:

H0 : β = 0 persamaan tidak linier (tidak ada pengaruh x ke y)

H0 : β ≠ 0 persamaan linier (ada pengaruh x ke y)

Kriteria pengujian: tolak H0 jika Fhitung > Ftabel, Fhitung = 2

2

G

TC

ss

, dan Ftabel dicari

menggunakan tabel distribusi F dengan taraf nyata α, dk pembilang (k - 2) dan dk

penyebut (n – k) ( Sudjana, 2005).

http://digilib.unimus.ac.id

( )( ) ( )( )( )∑ ∑

∑∑∑∑−

−= 22

2

Xn

Y a

X

XYXX

( )( )( )∑ ∑

∑∑∑−

−= 22Xn

bX

YXXYn ( Sudjana, 2005).

Page 13: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

kecilVarianbesarVarianF =

13

Setelah model regresi diuji dan dapat diketahui bahwa ternyata model adalah

linier, maka selanjutnya ditentukan besamya pengaruh

variabel X terhadap variabel Y. Rumus besamya pengaruh variabel X terhadap

variabel Y adalah:

R2 = )()|(

TJKabJK= , (Sukestiyarno, 2010).

Hal yang sama dilakukan untuk menguji pengaruh kemahiran berproses

terhadap kemampuan pemecahan masalah.

Regresi linier ganda digunakan untuk mengetahui rumus persamaan regresi

pengaruh keaktifan siswa dan kemahiran berproses terhadap kemampuan pemecahan

masalah. Rumus umum Regresi linier ganda:

Y’ = a + b1X1 + b2X2

(Sudjana, 2005)

Untuk menghitung harga-harga a, b1, b2 dapat menggunakan persamaan

berikut:

∑Y = a + b1∑X1 + b2∑X2

∑X1Y = a∑X1 + b1∑X1 + b2∑X1X2

∑X2Y = a∑X1 + b1∑X1 + b2∑X2 (Sudjana, 2005)

1.5.3. Uji banding kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen dan kontrol

Uji banding ini digunakan untuk membandingkan kemampuan pemecahan masalah

siswa di kelas eksperimen dengan kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas kontrol.

Sebelum memilih rumus t yang digunakan, terlebih dulu diuji kesamaan dua variansnya

(homogen). Uji kesamaan varian dilakukan untuk menguji hipotesis.

H0 :

H1 :

dengan menggunakan rumus:

Kemudian nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan melihat dk pembilang n1– 1

(untuk variabel 1) dan dk penyebut n2 – 1 (untuk variabel 2) dengan kriteria jika Fhitung > Ftabel

maka H0 ditolak (Sukestiyarno, 2005).

http://digilib.unimus.ac.id

Jumlah Kuadrat Regeresi

Jumlah Kuadrat Total

Page 14: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

+

−=

2

22

1

21

21'

ns

ns

xxt

14

Rumus uji statistik untuk kasus varians sama: ( )21

112

21

nns

xxt+

−=

Dimana 2

)1()1(

21

222

2112

−+−+−=

nnsnsns .

Rumus uji statistik untuk kasus varians tidak sama:

Hipotesis :

H0 : μ1 ≤ μ2 (rataan kelas kontrol lebih baik dari kelas eksperimen)

H1 : μ1 > μ2 (rataan kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol)

Penelitian ini menggunakan α = 0,05 atau 5%,

Kriteria : H1 diterima bila t (hitung) > t (tabel).

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu perangkat pembelajaran divalidasi

oleh para ahli, secara lengkap hasil validasi perangkat pembelajaran dapat dilihat pada tabel

4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli

No. ValidatorRata- rata hasil validasi

Silabus RPPBuku

SiswaLKS THB

1 1 4,2 3,6 4,3 4,0 V2 2 4,4 4,3 4,4 4,6 V4 4 4,3 4,3 4,2 4,2 V5 5 4,6 4,6 4,5 4,6 V6 6 4,4 4,3 4,7 4,2 V

Jumlah 17,5 16,8 17,4 17,4Rata-rata 4,4 4,2 4,4 4,4Kriteria RK RK RK RK

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian maka akan dianalisis untuk

membuktikan hipotesis.

http://digilib.unimus.ac.id

Page 15: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

15

4.1.2. Uji ketuntasan kemampuan pemecahan masalah

Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil perhitungan untuk anaslisis One Sample T-Test

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 76,9

dan diperoleh thitung = 4,072 > ttabel = 1,697 Karena thitung > ttabel , (4,072 > 1,697), maka

hipotesis H0 ditolak dan hipotesis H1 diterima. Dengan demikian, disimpulkan bahwa

pembelajaran metode MURDER bernuansa PBL kemampuan pemecahan masalah dapat

mencapai KKM.

Uji proporsi dilakukan untuk mengetahui apakah nilai siswa minimal lebih besar dari

KKM yaitu persentase lebih besar dari 85%. Untuk mengetahui dilakukan dengan uji z.

Berdasarkan perhitungan nilai z = 0,327 berada diantara z tabel yaitu 1,64 dan -1,64 dengan

tingkat kesalahan 5% maka H0 diterima. Sehingga bisa disimpulkan bahwa ketuntasan belajar

tercapai.

4.1.3. Uji pengaruh kemahiran berproses terhadap kemampuan pemecahan masalah

Pengaruh kemahiran proses terhadap kemampuan pemecahan masalah menunjukkan

angka yang signifikan yaitu sebesar 87,1% dengan persamaan regresinya Ŷ = - 19,131 +

1,234 x. Sedangkan pengaruh keaktifan terhadap kemampuan pemacahan masalah

menunjukkan angka yang signifikan pula yaitu sebesar 73,4% dengan persamaan regresinya

Ŷ = - 39,530 + 1,472 x. Secara bersama-sama kemahiran berproses dan keaktifan

berpengaruh pada kemampuan pemecahan masalah menunjukkan angka yang signifikan pula

yaitu sebesar 88,6% dengan persamaan regresi Ŷ = - 30,359 + 0,397x1 + 0,957x2.

4.1.4. Uji banding kemampuan pemecahan masalah

Berdasarkan penghitungan diperoleh thitung = 2,317 > ttabel = 2,00. Karena thitung > ttabel

(2,317 < 2,00), maka hipotesis H1 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa kelas

dengan metode MURDER bernuansa PBL lebih baik daripada kelas dengan pembelajaran

konvensional.

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

http://digilib.unimus.ac.id

Nilai rata-rata μ0 t-test hitung t tabel 76,9 72,0 4,072 1,697

Page 16: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

16

Berdasarkan hasil analisis akan dibahas untuk membuktikan hipotesis yang telah

ditentukan. Pembahasan penelitian sebagai berikut.

4.2.1. Pengembangan perangkat pembelajaran valid

Penelitian ini diawali dengan permasalahan bagaimana mengembangkan perangkat

pembelajaran matematika yang berdasarkan metode MURDER bernuansa PBL. Perangkat

pembelajaran yang dikembangkan meliputi Buku siswa, silabus, RPP, LKS, dan THB. Dalam

pengembangan instrumen tersebut digunakan model pengembangan Thigaragan, Semmel dan

Semmel yang terdiri dari empat tahap yang dikenal dengan sebutan model 4-D yaitu tahap

pendefinisian atau (define),perencanaan ( design ),pengembangan ( develop ), dan

pendesiminasian ( disseminate ).

Tahap pendefinisian dihasilkan analisis topik/ materi, analisis siswa, analisis tugas

dan indikator pembelajaran. Tahap kedua perencanaan, dihasilkan draft I dilakukan dengan

bimbingan intensif dari pembimbing tesis. Tahap ketiga adalah pengembangan, draft I

perangkat pembelajaran divalidasi oleh validator. Draft I perangkat pembelajaran kemudian

divalidasi oleh ahli yang merupakan validasi isi (Arikunto, 1999) yang berkompetan

dibidangnya untuk menilai kelayakan perangkat pembelajaran. Melalui validasi perangkat

pembelajaran dari validator diperoleh hasil silabus 4,4, RPP 4,2, buku siswa 4,4, LKS 4,4 dan

tes evaluasi belajar yang valid. Melalui perangkat pembelajaran yang mempunyai kualitas

sangat baik membuat kegiatan belajar berjalan baik yang berpengaruh pada hasil belajar yang

baik pula. Selain itu untuk mengetahui validitas THB digunakan validitas empiris (Arikunto,

1999).

Draft II perangkat pembelajaran ini kemudian disimulasikan kepada teman sejawat

dengan tujuan untuk memperoleh masukan. Hasil simulasi digunakan sebagai dasar untuk

merevisi sehingga diperoleh draft III perangkat pembelajaran yang siap digunakan untuk uji

coba pada siswa sesungguhnya.

Selanjutnya dilakukan uji coba pada kelas VII A. Pelaksanaan uji coba ini dilakukan

dengan langkah-langkah seperti pada langkah-langkah yang telah direncanakan dalam RPP.

Selama kegiatan pembelajaran dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan kemahiran

berproses. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat diterapkan di dalam kelas dengan

baik, hal ini ditunjukkan dengan besarnya skor aktifitas dan kemahiran berproses siswa dan

dikategorikan baik. Dengan demikian perangkat pembelajaran tersebut dapat digunakan

dalam kelas penyebaran. Aktivitas siswa tergolong baik dan dapat mengikuti pembelajaran

dengan baik, dengan rata-rata keaktifan siswa 4, dengan demikian pembelajaran lebih

http://digilib.unimus.ac.id

Page 17: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

17

berpusat pada siswa dan peran guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator. Kemahiran

berproses siswa tergolong baik dan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, dengan rata-

rata kemahiran berproses siswa 4, dengan demikian siswa mempunyai kemampuan

psikomotorik matematika yang baik.

4.2.2. Implementasi metode belajar yang efektif

Indikasi pembelajaran yang efektif jika (1) tuntas variabel pemecahan masalah, (2)

ada pengaruh variabel kemahiran berproses dan keaktifan terhadap variabel kemampuan

pemecahan masalah dalam pembelajaran dan (3) variabel pemecahan masalah kelas

eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.

4.2.2.1. Ketuntasan kemampuan pemecahan masalah

Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa siswa telah menguasai materi

pembelajaran karena telah mencapai ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan.

Disamping itu, ketuntasan belajar yang dicapai oleh siswa kelas VIIA melebihi kriteria

ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan oleh SMP Negeri I Brangsong yaitu sebesar

69 dan ketuntasan yang ditentukan peneliti yaitu 72. Hal ini disebabkan oleh adanya

perangkat pembelajaran yang valid dan pembelajaran dengan metode belajar MURDER

bernuansa PBL yang efektif.

Adanya LKS yang harus diselesaikan siswa sebelum pembelajaran, dan adanya CD

pembelajaran yang membantu siswa belajar mandiri sehingga bisa membuat siswa

mempunyai pengetahuan awal sebelum kegiatan pembelajaran. Kondisi pembelajaran

tersebut membuat hasil belajar siswa sangat baik sesuai dengan pendapat Ruseffendi,

(1991:36) yang menjelaskan siswa yang mengikuti pelajaran matematika dengan sungguh-

sungguh, mengerjakan tugas dengan baik, bisa dijadikan petunjuk bahwa siswa tersebut

bersikap positif terhadap matematika

Pemberian pop quiz disetiap akhir pertemuan menyebabkan siswa mengetahui sejak

dini kemampuan yang dimilikinya, sehingga akan mendorong siswa untuk mempelajari dan

menguasai materi lebih baik. Pemberian pop quiz merupakan usaha untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam mengingat dan memperdalam penguasaan materi yang ada. Hal ini

sesuai dengan pendapat Lambas (Anwar, 2006: 107) yang mengatakan bahwa untuk

meningkatkan retensi siswa dapat dilakukan dengan memberikan latihan dan mengulang

secara periodik dan sistematik.

Berdasarkan proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang

valid dan metode belajar MURDER bernuansa PBL dihasilkan pembelajaran yang efektif.

http://digilib.unimus.ac.id

Page 18: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

18

Hal ini ditunjukkan dengan terpenuhinya ketuntasan belajar yang telah ditetapkan.

Ketuntasan belajar yang dicapai sebesar 76,9 melebihi ketuntasan belajar yang telah

ditetapkan SMP Negeri 1 Brangsong sebesar 69 dan ketuntasan yang ditetapkan peneliti yaitu

72.

4.2.2.2. Ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa kemahiran berproses dapat

mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah sebesar 87,1%, keaktifan siswa mempunyai

pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah sebesar 73,4%. Sedangkan secara

bersama-sama kemahiran berproses dan keaktifan siswa berpengaruh terhadap kemampuan

pemecahan masalah sebesar 88,6%. Secara teoretis hal ini tentu saja terjadi dan telah

dibuktikan secara empiris. Hal ini selaras bahwa aktifitas siswa merupakan hal yang sangat

penting dan perlu diperhatikan oleh guru, sehingga pembelajaran yang ditempuh benar-benar

akan memperoleh hasil yang optimal (Ruyan, 1992: 128). Selain itu aktifitas merupakan

prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar dan hasil belajar

(Sardiman, 2006). Pada pembelajaran ini siswa tidak merasa takut, cemas, sehingga

memuncul kepercayaan diri sesuai dengan teori Piaget yang menyatakan pembelajaran harus

mengutamakan peran siswa berinisiatif sendiri dan terlibat aktif terhadap masalah serta

kegiatan yang diberikan guru. Pendekatan kemahiran proses ini merupakan pendekatan yang

paling sesuai dengan pelaksaksanaan pembelajaran di sekolah (Semiawan,1992).

4.2.2.3. Variabel dependen kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol

Berdasarkan hasil analisis uji banding hasil tes kemampuan pemecahan masalah

berdasarkan perbedaan metode dan media pembelajaran, diperoleh hasil bahwa kemampuan

pemecahan masalah siswa dengan metode belajar MURDER bernuansa PBL lebih baik. Ada

tiga hal yang mempengaruhi capaian ini, yaitu perangkat pembelajaran yang valid,

pelaksanaan metode belajar dan penggunaan media pembelajaran. Boyle (1999:116)

menyatakan bahwa problem based learning (PBL) adalah suatu pendekatan yang

mengedepankan prinsip student centered learning. Selaras dengan hasil penelitian Hidayah

dan Sugiman (1998) bahwa penggunaan media pembelajaran menunjukkan siswa menjadi

lebih aktif dan pembelajaran yang berlangsung menjadi bermakna. Selain itu kemampuan

pemecahan masalah dapat ditingkatkan melalui pembelajaran Problem Solving (Pujiadi,

2008). Nilai rata-rata hasil belajar siswa/ kemampuan pemecahan masalah di kelas

eksperimen sebesar 76,9 lebih besar dari rata-rata hasil belajar siswa di kelas kontrol sebesar

73,2.

http://digilib.unimus.ac.id

Page 19: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

19

V. PENUTUP

5. 1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada BAB IV, diperoleh

simpulan sebagai berikut.

1. Dihasilkan perangkat pembelajaran dengan metode belajar MURDER bernuansa PBL

yang valid. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan meliputi silabus, buku siswa,

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan siswa (LKS), dan tes hasil

belajar (THB).

2. Implementasi metode belajar MURDER bernuansa PBL dengan perangkat pembelajaran

yang sudah dikembangkan pada materi keliling dan luas bangun datar kelas VII efektif.

1.1. Variabel kemampuan pemecahan masalah tuntas

Pembelajaran menggunakan metode belajar MURDER bernuansa PBL mampu

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dengan rata-rata 76,9 > 73,2 dengan

persentase kelulusan 87,1%.

1.2. Ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

Pengaruh kemahiran proses terhadap kemampuan pemecahan masalah menunjukkan

angka yang signifikan yaitu sebesar 87,1% dengan persamaan regresinya Ŷ = - 19,131 +

1,234 x. Sedangkan pengaruh keaktifan terhadap kemampuan pemacahan masalah

menunjukkan angka yang signifikan pula yaitu sebesar 73,4% dengan persamaan

regresinya Ŷ = - 39,530 + 1,472 x. Secara bersama-sama kemahiran berproses dan

keaktifan berpengaruh pada kemampuan pemecahan masalah menunjukkan angka yang

signifikan pula yaitu sebesar 88,6% dengan persamaan regresi Ŷ = - 30,359 + 0,397x1 +

0,957x2.

1.3. Variabel kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen lebih baik dari kelas

kontrol

Nilai rata-rata hasil belajar siswa / kemampuan pemecahan masalah di kelas eksperimen

sebesar 76,9 lebih besar dari rata-rata hasil belajar siswa di kelas kontrol sebesar 73,2.

5.2 Saran

1. Guru hendaknya dapat menggunakan metode MURDER bernuansa PBL untuk

meningkatkan keaktifan, kemahiran berproses, dan kemampuan pemecahan masalah

khususnya pada materi bangun datar.

http://digilib.unimus.ac.id

Page 20: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

20

2. Guru hendaknya meningkatkan aktivitas siswa dan kemahiran berproses dalam

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan

pencapaian hasil belajar siswa dapat lebih optimal.

3. Guru hendaknya dalam pembelajaran memberi kesempatan lebih banyak kepada siswa

untuk menyelesaikan persoalan berbentuk pemecahan masalah.

4. Perlunya penelitian lebih lanjut untuk materi dan kelas yang berbeda, dan jika

memungkinkan untuk mata pelajaran lain yang relevan.

DAFTAR PUSTAKA

Andrews, D.H., and L.A. Goodson. 1980. A Comparative Analysis of Models of Instructional Design. Journal of Instructional Development, 3 (4): 2-16. New York: Springer.

Anwar, K. 2006. Mengembangkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Turnamen Belajar Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Matematika pada Siswa SMA. Tesis. Semarang : PPs Unnes.

Arikunto, S. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi Revisi). Bandung: Bumi Aksara.

Barody, A. J. 1993. Problem Solving, Reasoning, and Communicating, K-8: Helping Children Thing Mathematically. New York: Macmillan Publishing Company.

Besana, G.M., Fries, M., dan Kilibarda, V. 2001. Problem-based Learning in Geometry Courses: the Impact on Pre-service Teachers dalam PBL Insight, 3(3):1 hlm 3-11.

Boyle, C.R. 1999. A Problem-Based Learning Approach to Teaching Biostatistics. Mississippi State University dalam Journal of Statistics Education v.7, n.1. Page: 115-127.

Bransford , J., and B.S. Stein. 1993. The IDEAL Problem Solver: A Guide for Improving Thinking, Learning, and Creativity (2nd ed). New York: W.H. Freeman.

http://digilib.unimus.ac.id

Page 21: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

21

Dwijanto. 2007. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Komputer terhadap Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematik Mahasiswa. Disertasi. Bandung: Pascasajana UPI.

Hidayah, I. dan Sugiman. 1998. Pengembangan Model Pengajaran Matematika SD Bercirikan Pendayagunaan Alat Peraga. Laporan Penelitian Dosen Muda Tahap I. Semarang: IKIP Semarang (Tidak diterbitkan).

Jonassen, D. H. 2000. Toward a Design Theory of Problem Solving. Educational Technology Research and Development 48 (4): 63-85. New York: Springer.

National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Stan-dards for School Mathematics. Reston, Virginia: NCTM

Polya, G. 1973. How To Solve It. Princeton: Princeton University Press.

Pugalee, D. K. 2004. Comparison of Verbal and Written Descriptions of Students' Problem Solving Processes. Educational Studies in Mathematics 55 (1): 27-47. New York: Springer.

Pujiadi. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Creative Problem Solving (Cps) Berbantuan Cd Interaktif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siswa Sma Kelas X. Tesis. Semarang: UNNES (Tidak diterbitkan).

Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA, Bandung: Tarsito.

Ruyan, T. 1992. Pendekatan dalam Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sardiman, A. M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo Persada.

Simamora, 2008 . Buku Ajar Dalam Pendidikan Keperawatan. Jakarta. EGP

Semiawan, Conny. 1992. Pendekatan Ketrampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.

Soedjoko, E. 2004. Mengevaluasi Kegiatan Penalaran dan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika. Makalah Disajikan dalam Konferensi Nasional Matematika XII, Bali 23 – 27 Juli 2004.

Solso, R. L. 1995. Cognitive Psychology. Needham Heights, M. A. Allyn & Bacon.

Steen, Lynn Arthur. 2001. Revolution by Stealth: Redefining University Mathematics dalam The Teaching and Learning at University Level. Boston: Kluwer Academic publisher. Vol VII. Page 303-312

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sukestiyarno, YL. 2005. Modul Kuliah SPSS. Semarang : Program Pascasarjana Unnes.

http://digilib.unimus.ac.id

Page 22: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-ekoandypur... · (4.4), student book (4.2), LKS (4.4), ... organisasi dan adaptasi

22

, 2010. Olah Data Penelitian Berbantuan SPSS. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Thiagarajan, S. & Semmel, D.S. & Semmel, I.M. 1974. Instructional Development for Trainning Teachers of Exceptional Children. Bloomington: Indiana University.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana

http://digilib.unimus.ac.id