faktor-faktor yang berhubungan dengan...

132
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN WONOSOBO Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Gizi Oleh: AJI NUR SALIM NIM : G2B212022 PROGRAM STUDI S-1 ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2014

Upload: lamthuy

Post on 03-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT DAERAH

KABUPATEN WONOSOBO

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Gelar Sarjana Gizi

Oleh:

AJI NUR SALIM

NIM : G2B212022

PROGRAM STUDI S-1 ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT

DAERAH KABUPATEN WONOSOBO

Disusun Oleh :

AJI NUR SALIM

G2B212022

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I

DR. Ali Rosidi, SKM, M.Si tanggal 23 April 2014

Pembimbing II

Muh Hidayat, S.Ked. M.Kes tanggal 23 April 2014

Mengetahui

Ketua Program Studi S-1 Ilmu Gizi

Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang

( Ir. Agustin Syamsianah, M.Kes )

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT

DAERAH KABUPATEN WONOSOBO

Disusun Oleh :

AJI NUR SALIM

G2B212022

Skripsi ini telah disetujui untuk diseminarkan

Dihadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang

pada hari Sabtu tanggal 29 April 2014

Dewan Penguji :

Jabatan Nama Tanda Tangan

Penguji I DR. Ali Rosidi, SKM, M.Si ................................NIK. 28.6.1026.021

Penguji II M. Hidayat S, S.Ked. MKes ...............................NIK. 28.6.1026.146

Penguji III Ir. Agustin Syamsianah, M.Kes ................................NIK. 28.6.1026.015

Mengetahui,

Ketua Program Studi S-1 Ilmu Gizi

Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang

(Ir. Agustin Syamsianah, M.Kes)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : AJI NUR SALIM

NIM : G2B212022

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT DAERAH

KABUPATEN WONOSOBO

Adalah benar-benar karya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya,

tertulis dalam skripsi tersebut, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar

yang saya peroleh dari gelar tersebut.

Semarang, Februari 2014

Yang membuat pernyataan

Aji Nur Salim

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat

serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,

atas terselesaikannya skripsi ini yang berjudul ” Faktor-Faktor yang

Berhubungan Dengan Kejadian Obesitas Pada Karyawati Sekretariat Daerah

Kabupaten Wonosobo”.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari peran banyak pihak.

Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak antara lain:

1. Prof. Dr. Jamaludin Darwis, MA, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Semarang.

2. Ibu Ir. Agustin Syamsianah, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Fakultas

Ilmu Gizi dan Penguji III.

3. Bapak DR. Ali Rosidi, SKM, M.Si, selaku pembimbing I.

4. Bapak M. Hidayat S, S.Ked, M.Kes selaku pembimbing II

5. Bapak Bupati Wonosobo beserta Kepala Bagian dan Karyawan Karyawati

Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo.

6. Seluruh pengajar dan staf Program Studi Ilmu gizi yang telah memberikan

ilmu, bantuan, dan masukan kepada peneliti.

7. Keluarga dan rekan satu angkatan S1 Ilmu Gizi Lintas Jalur tahun 2012

8. Rekan-rekan yang membantu pengumpulan dan pengolahan data

9. Seluruh pihak yang telah membantu penyusunan proposal ini yang tidak bisa

peneliti sebutkan satu persatu.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini

masih ada kekurangannya. Harapan penulis semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, Februari 2014

Penulis

ABSTRAK

AJI NUR SALIM, NIM : G2B212022. FAKTOR-FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI

SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN WONOSOBO. Pembimbing I : Ali

Rosidi, Pembimbing II : M. Hidayat S, Program Studi Ilmu Gizi Universitas

Muhammadiyah Semarang.

Pendahuluan : Obesitas dianggap sebagai awal munculnya penyakit-penyakit

degeneratif. Berdasarkan hasil pemeriksaan pendahuluan bulan Maret 2014 pada

karyawati di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo, sebesar 50% orang

karyawati mengalami obesitas.

Metode Penelitian : Desain penelitian adalah Cross Sectional. Populasi dalam

penelitian ini adalah 55 karyawati. Sampel diambil dengan metode purposive sampling

didapatkan sejumlah 42 sampel.

Hasil Penelitian : Prevalensi obesitas (IMT ≥ 25) pada karyawati Sekretariat Daerah

Kabupaten Wonosobo sebesar 50 %. Hasil uji chi square didapatkan hasil ada hubungan

antara tingkat kecukupan energi dengan obesitas, tidak ada hubungan antara tingkat

kecukupan protein dengan obesitas, ada hubungan antara tingkat kecukupan lemak

dengan obesitas, ada hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan obesitas,

ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas, ada hubungan antara keturunan

obesitas dengan obesitas, tidak ada hubungan antara lama tidur dengan status obesitas.

Ada hubungan antara alat kontrasepsi dengan obesitas. Hasil analisis dengan uji regresi

logistik ganda menunjukkan tingkat kecukupan lemak paling berhubungan dengan

kejadian obesitas diikuti dengan aktivitas fisik.

Kata Kunci : Obesitas, Faktor Risiko

ABSTRACT

AJI NUR SALIM, NIM: G2B212022. FACTORS RELATED TO THE INCIDENCE

OF OBESITY IN FEMALE EMPLOYEES OF THE SECRETARIAT THE

WONOSOBO REGENCY. Supervisor I : Ali Rosidi Supervisor II : M. Hidayat S

Nutritional Science Programe University Of Muhammadiyah Semarang.

Introduction : Obesity is considered the beginning of the emergence of degenerative

diseases. Based on the results of the preliminary examination in March 2014 on female

employees at the environmental secretariat of The Wonosobo Regency, 50% of obese

female employees.

Methods : The design of research is cross sectional study. The population in this research

is 55 female employees. The samples were taken with purposive sampling method was

obtained by a number of 42 samples.

Research results: the prevalence of obesity (IMT ≥ 25) on female employees at the

Regional Secretariat of The Wonosobo Regency by 50%. The chi square test obtained

results there is a relationship between the level of adequacy of energy with obesity, there

is no relationship between the level of adequacy of proteins with obesity, there is a

relationship between the level of adequacy of fats with obesity, there is a relationship

between the level of adequacy in carbohydrates with obesity, there is a relationship

between physical activity and obesity, there is a relationship between the descendants of

obese with obesity, there is no relationship between sleep duracy with obesity status.

There is a relationship between contraception and obesity. Results of the analysis with

multiple logistic regression test shows the level of adequacy of fat is most associated with

the occurrence of obesity followed by physical activity.

Keywords: Obesity, Risk Factors

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... iHALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iiHALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iiiHALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. ivKATA PENGANTAR.......................................................................................... vABSTRAK .......................................................................................................... viABSTRACT........................................................................................................ viiDAFTAR ISI ....................................................................................................... viiiDAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xDAFTAR TABEL................................................................................................ xiDAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1A. Latar Belakang ......................................................................................... 1B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6A. Telaah Pustaka.......................................................................................... 6

1. Obesitas ............................................................................................... 6a. Pengertian Obesitas ....................................................................... 6b. Faktor Penyebab Obesitas ............................................................. 6

1) Faktor Psikologis ...................................................................... 62) Lingkungan............................................................................... 73) Faktor Nutrisi............................................................................ 84) Faktor-faktor Lain..................................................................... 8

2. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Obesitas ............................ 8a. Asupan Makan............................................................................... 8

1) Asupan Energi........................................................................... 82) Asupan Protein.......................................................................... 93) Asupan Lemak .......................................................................... 94) Asupan Karbohidrat.................................................................. 11

b. Aktivitas Fisik ............................................................................... 141) Pengertian Aktivitas Fisik........................................................ 142) Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas............................. 14

c. Keturunan ...................................................................................... 16d. Lama Tidur .................................................................................... 16

1) Pengertian Tidur ....................................................................... 162) Hubungan Lama Tidur dengan Obesitas .................................. 17

e. Kontrasepsi .................................................................................... 18

1) Pengertian Kontrasepsi ............................................................. 182) Macam Alat Kontrasepsi yang Mempengaruhi Hormonal ....... 183) Hubungan antara Kontrasepsi dengan Obesitas........................ 20

3. Metode Pengukuran Konsumsi Makan ............................................... 204. Pengukuran Obesitas........................................................................... 23

B. Kerangka Teori ......................................................................................... 25C. Kerangka Konsep ..................................................................................... 26D. Hipotesis................................................................................................... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 27A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................... 27B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 27C. Populasi dan Sampel ................................................................................ 27D. Varibel dan Definisi Operasional ............................................................. 28E. Bahan dan Alat.......................................................................................... 30F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 30G. Pengolahan dan Analisa Data ................................................................... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 39A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 39B. Gambaran Umum Sampel ........................................................................ 40C. Analisis Univariat ..................................................................................... 41

1. Status Obesitas .................................................................................... 412. Tingkat Kecukupan Energi.................................................................. 413. Tingkat Kecukupan Protein................................................................. 424. Tingkat Kecukupan Lemak ................................................................. 435. Tingkat Kecukupan Karbohidrat ......................................................... 446. Aktivitas Fisik ..................................................................................... 457. Keturunan Obesitas ............................................................................. 458. Lama Tidur .......................................................................................... 469. Penggunaan Alat Kontrasepsi ............................................................. 46

D. Analisis Bivariat ....................................................................................... 471. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Obesitas..................... 472. Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Obesitas.................... 483. Hubungan Tingkat Kecukupan Lemak dengan Obesitas .................... 494. Hubungan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dengan Obesitas ............ 515. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas ........................................ 536. Hubungan Keturunan Obesitas dengan Obesitas ................................ 557. Hubungan Lama Tidur dengan Obesitas ............................................. 568. Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi dengan Obesitas ................ 57

E. Analisis Multivariat .................................................................................. 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 60A. Kesimpulan .............................................................................................. 60B. Saran ......................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori..........................................................................................25Gambar 2. Kerangka Konsep ......................................................................................26

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat untukkaryawati ......................................................................................................12

Tabel 2. Kebutuhan Tidur Berdasarkan Usia ...............................................................22Tabel 3. Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT ....................................................24Tabel 4. Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT untuk Orang Asia.......................24Tabel 5. Penggolongan nilai IMT ................................................................................32Tabel 6. Kategori tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat .............33Tabel 7. Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL..............................................34Tabel 8. Data Kepegawaian Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2013..40Tabel 9. Karakteristik sampel menurut umur, berat badan dan tinggi badan ..............40Tabel 10. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Status Obesitas Pada Karyawati

Setda Kabupaten Wonosobo..........................................................................41Tabel 11. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Tingkat Kecukupan Energi Pada

Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo........................................................42Tabel 12. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Tingkat Kecukupan Protein Pada

Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo........................................................42Tabel 13. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Tingkat Kecukupan Lemak Pada

Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo........................................................43Tabel 14. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Tingkat Kecukupan Karbohidrat

Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ...............................................44Tabel 15. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Aktivitas Fisik ...................................45Tabel 16. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Keturunan Obesitas Pada

Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo........................................................46Tabel 17. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Lama Tidur Pada Karyawati Setda

Kabupaten Wonosobo ...................................................................................46Tabel 18. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada

Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo........................................................47Tabel 19. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan Energi dengan Obesitas

Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ...............................................47Tabel 20. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan Protein dengan Obesitas

Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ...............................................48Tabel 21. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan Lemak dengan Obesitas

Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ...............................................50Tabel 22. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan Karbohidrat dengan

Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ................................51Tabel 22. Distribusi Sampel Antara Tingkat Aktivitas Fisik dengan Obesitas Pada

Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo........................................................53Tabel 23. Distribusi Sampel Antara Keturunan Obesitas dengan Obesitas Pada

Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo........................................................55

Tabel 24. Distribusi Sampel Antara Lama Tidur Karbohidrat dengan Obesitas PadaKaryawati Setda Kabupaten Wonosobo........................................................56

Tabel 25. Distribusi Sampel Antara Penggunaan Alat Kontrasepsi dengan ObesitasPada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ...............................................57

Tabel 25. Hasil uji regresi logistik ganda ......................................................................58

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Pernyataan Kesediaan Sebagai Sampel penelitianLampiran 2. Formulir Pengambilan DataLampiran 3. Formulir Food RecallLampiran 4. Formulir Recall Aktivitas FisikLampiran 5. Formulir Rata-Rata Aktivitas FisikLampiran 6. Formulir Status Gizi SampelLampiran 7. Tabel Physical Activity Ratio (PAR) berbagai Aktivitas Fisik.Lampiran 8. Master tabelLampiran 9. Hasil Uji StatistikLampiran 10. Surat Rekomendasi untuk Melaksanakan PenelitianLampiran 11. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obesitas merupakan salah satu permasalahan gizi yang banyak

dijumpai pada golongan masyarakat dengan sosial ekonomi menengah ke

atas. Makhluk hidup akan mencapai keseimbangan jika energi yang masuk

sama dengan energi yang dikeluarkan (Waspadji dkk, 2010). Menurut

WHO (2000), seseorang dikatakan obesitas jika nilai Indeks Massa Tubuh

(IMT) diatas 30,0 kg/m2. Sedangkan IMT antara 25 – 29,9 kg/m2 disebut

pre obesitas. Untuk orang Asia, IMT diatas 25 kg/m2 termasuk obesitas.

Indonesia saat ini mengalami permasalahan gizi ganda, ketika

permasalahan gizi kurang belum terselesaikan, muncul permasalahan gizi

lebih. Gizi lebih atau obesitas dianggap sebagai sinyal awal, munculnya

penyakit-penyakit degeneratif yang saat ini merambah seluruh pelosok

Indonesia. Tingginya prevalensi obesitas, hipertensi, dislipidemi dan

penyakit degeneratif lainnya, menyebabkan tingginya angka kejadian

penyakit dan angka kematian di Indonesia. (Waspadji dkk, 2010)

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional tahun 2010

menunjukkan bahwa prevalensi nasional obesitas umum pada laki-laki

umur ≥ 18 tahun adalah 6,2%, sedangkan pada perempuan umur ≥ 18 tahun

adalah 12,7% (Depkes RI, 2010).

Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menderita kelebihan

berat badan atau bahkan kegemukan yaitu faktor genetik, faktor psikologis,

pola hidup yang kurang tepat, kebiasaan makan yang salah, kurang

melakukan aktivitas fisik, dan faktor pemicu lainnya. Kebiasaan makan

yang salah diantaranya makan berlebihan, makan terburu-buru, menghindari

makan pagi, waktu makan tidak teratur serta kebiasaan mengemil makanan

ringan. Sedangkan faktor pemicu yang lain misalnya kecepatan

metabolisme basal, enzim, hormon, serta penggunaan obat-obatan (Purwati,

2005)

Faktor keturunan merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan.

Penelitian gizi di Amerika Serikat melaporkan bahwa anak-anak dari orang

tua dengan berat badan normal mempunyai peluang 10% menjadi gemuk.

Bila salah satu orang tuanya menderita kegemukan, maka peluang itu akan

meningkat menjadi 40-50%. Bila kedua orang tuanya menderita

kegemukan, peluang faktor keturunan meningkat menjadi 70-80% (Purwati,

2005).

Kebiasaan makan telah bergeser dari pola tradisional yang banyak

mengandung karbohidrat kompleks dan serat menjadi pola makan dengan

kandungan protein, lemak, karbohidrat sederhana, dan garam yang tinggi

namun rendah serat (Muchtadi, 2001). Perubahan pola makan ini

meninggalkan konsep makanan seimbang sehingga berdampak negatif

terhadap kesehatan. Kebiasaan makan yang tinggi lemak jenuh dan gula,

rendah serat menyebabkan masalah kegemukan, gizi lebih, serta

meningkatkan radikal bebas yang memicu munculnya berbagai penyakit

degeneratif (Khomsan, dkk, 2004).

Penyebab utama terjadinya obesitas adalah ketidakseimbangan antara

konsumsi berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi

(Almastier, 2001). Lemak menghasilkan lebih banyak energi dibandingkan

karbohidrat atau protein. Karena diet tinggi lemak biasanya padat energi

dan memberikan rasa yang lezat, maka diet dengan mengonsumsi makanan

yang relatif banyak mengandung lemak biasanya akan menimbulkan

peningkatan asupan energi (Hartono, 2009).

Bila energi yang masuk berlebihan dan tidak diimbangi dengan

aktivitas fisik yang seimbang akan memudahkan seseorang menjadi gemuk.

Aktivitas fisik diperlukan untuk proses pembakaran energi tubuh. Gaya

hidup dengan aktivitas fisik yang rendah berpengaruh terhadap kondisi

tubuh seseorang. Salah satu yang mempengaruhi gaya hidup seseorang

adalah pekerjaan sehari-sehari. (Purwati, 2005).

Gaya hidup seseorang berpngaruh terhadap pola tidurnya. Tidur

adalah suatu periode istirahat bagi tubuh berdasarkan atas kemauan serta

kesadaran dan secara utuh atau sebagian fungsi tubuh yang akan dihambat

atau dikurangi. Penelitian oleh ahli-ahli faal di Amerika mengemukakan

bahwa siswa umur 16 tahun perlu tidur 10 sampai 11 jam, mahasiswa perlu

8 jam sedangkan yang lebih tua dapat melakukan adaptasi dan kekurangan

tidurnya dapat dialihkan atau dilakukan pada keesokan harinya. Kebutuhan

tidur orang tua makin berkurang, pada umur 45-60 tahun, kira-kira 7 jam

(Atmadja, 2002).

Selain itu pemakaian kontrasepsi juga dapat meningkatkan berat

badan disebabkan oleh hormon dalam kontrasepsi yaitu esterogen dan

progesteron. Esterogen menyebabkan pengeluaran natriun dan air berkurang

sehingga terjadi penimbunan cairan (Wiknjosastro dkk, 2005) sedangkan

progesteron akan mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi

lemak, merangsang nafsu makan serta menurunkan aktivitas fisik sehingga

terjadi peningkatan berat badan (Depkes RI, 1994).

Berdasarkan hasil pemeriksaan pendahuluan bulan Maret 2014 pada

karyawati di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo, sebesar

50% orang karyawati yang diukur berat badan dan tinggi badannya

mengalami obesitas. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan

prevalensi obesitas di Jawa Tengah berdasarkan data Riskesdas 2013 yaitu

30 %. Tingginya angka prevalensi di Institusi tersebut kemungkinan

berhubungan dengan faktor penyebab obesitas diantaranya oleh pola hidup

yang kurang tepat yaitu makan berlebihan dan kurang melakukan aktivitas

fisik. Karena itu perlu dilakukan penelitian faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian obesitas pada karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten

Wonosobo.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara faktor-faktor tingkat kecukupan makan,

aktivitas fisik, lama tidur, keturunan dan penggunaan alat kontrasepsi

dengan kejadian obesitas pada karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten

Wonosobo?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara faktor-faktor tingkat kecukupan

energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, tingkat

kecukupan karbohidrat, aktivitas fisik, lama tidur, keturunan dan

penggunaan alat kontrasepsi dengan kejadian obesitas pada karyawati

Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan kejadian obesitas pada karyawati Sekretariat

Daerah Kabupaten Wonosobo.

b. Mendeskripsikan faktor tingkat kecukupan energi.

c. Mendeskripsikan faktor tingkat kecukupan protein.

d. Mendeskripsikan faktor tingkat kecukupan lemak.

e. Mendeskripsikan faktor tingkat kecukupan karbohidrat.

f. Mendeskripsikan faktor aktivitas fisik.

g. Mendeskripsikan faktor lama tidur.

h. Mendeskripsikan faktor keturunan.

i. Mendeskripsikan faktor penggunaan alat kontrasepsi.

j. Menganalisis hubungan antara faktor tingkat kecukupan energi

dengan kejadian obesitas.

k. Menganalisis hubungan antara faktor tingkat kecukupan protein

dengan kejadian obesitas.

l. Menganalisis hubungan antara faktor tingkat kecukupan lemak

dengan kejadian obesitas.

m. Menganalisis hubungan antara faktor tingkat kecukupan

karbohidrat dengan kejadian obesitas.

n. Menganalisis hubungan antara faktor aktivitas fisik dengan

kejadian obestitas.

o. Menganalisis hubungan antara faktor lama tidur dengan kejadian

obesitas.

p. Menganalisis hubungan antara faktor keturunan dengan kejadian

obesitas.

q. Menganalisis hubungan antara faktor penggunaan alat kontrasepsi

dengan kejadian obesitas.

r. Menganalisis hubungan antara faktor tingkat kecukupan energi,

tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, tingkat

kecukupan karbohidrat, aktivitas fisik, lama tidur, keturunan dan

penggunaan alat kontrasepsi dengan kejadian obesitas.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi penyebab kejadian obesitas pada karyawati

Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo.

2. Sebagai bahan kajian dalam upaya peningkatan kualitas pegawai

Pemerintah Daerah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Obesitas

a. Pengertian obesitas

Obesitas merupakan keadaan patologik dengan terdapatnya

penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi

tubuh. Dari sudut ilmu gizi, defenisi obesitas yang baik adalah bila

tercakup pengertian terjadinya penimbunan trigliserida yang

berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh (Moehji S, 2003).

Obesitas dapat terjadi pada berbagai kelompok usia dan jenis

kelamin. Juvenil obesity, misalnya adalah obesitas yang terjadi pada

usia muda (anak-anak). Orang yang menderita kegemukan pada usia

muda memiliki resiko lebih tinggi menderita obesitas pada saat

dewasa dibandingkan orang yang memiliki berat tubuh normal.

Sementara itu, wanita pada pasca menopause memiliki risiko

mengalami obesitas tiga kali lebih besar daripada pria (Faiz, 2004)

b. Faktor penyebab obesitas

Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi

yang masuk dengan energi yang keluar dan merupakan akumulasi

simpanan energy yang berubah menjadi lemak (Pritasari, 2006).

Dengan meningkatnya usia kecepatan metabolism juga mulai menurun

mulai usia 30 tahun, bila aktivitas fisik juga berkurang maka timbunan

lemak menjadi kegemukan. Penyebab lain obesitas menurut Syarif

(2002) adalah multifaktorial, genetik dan lingkungan yang berinteraksi

terus menerus.

1) Faktor Psikologis

Kondisi psikologis dan keyakinan seseorang berpengaruh

terhadap asupan makanan. Faktor stabilitas emosi berkaitan

dengan obesitas. Keadaan obesitas merupakan dampak dari

pemecahan masalah emosi yang dalam, dan ini merupakan suatu

pelindung bagi yang bersangkutan. Dalam kedaan semacam ini

menghilangkan obesitas tanpa menyediakan pemecahan masalah

yang tepat, justru akan memperberat masalah (Misnadiarly, 2007).

Seseorang yang sedang mengalami keadaan yang tidak

menyenangkan akan nampak lebih emosional baik sikap maupun

perilakunya. Jika keadaan tersebut berlangsung dalam waktu lama

maka dapat menyebabkan suatu keadaan yang disebut stres,

bahkan depresi. Faktor tersebut berhubungan erat dengan rasa

lapar dan nafsu makan. Hal ini disebabkan karena sejumlah

hormon akan disekresi sebagai tanggapan dari keadaan psikologis

sehingga terjadi peningkatan metabolisme energi yang dipecah dan

digunakan untuk melakukan aktivitas, namun jika seseorang yang

mengalami stres tidak melakukan aktivitas fisik yang mampu

membakar energi maka kelebihan energi tersebut akan disimpan

sebagai lemak. Proses ini akan menyebabkan glukosa darah

menurun sehingga menyebabkan rasa lapar pada orang yang

sedang mengalami tekanan psikologis (Purwati, 2005)

2) Lingkungan

Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk

menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang

menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka

orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Gen merupakan

faktor yang penting dalam obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga

memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk

perilaku atau pola gaya hidup misalnya apa yang dimakan dan berapa

kali seseorang makan serta kelebihan energi akibat ketidak seimbangan

antara asupan energi dengan keluaran energi. Seseorang tentu saja tidak

dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan

dan aktivitasnya (Almatsier, 2003).

3) Faktor Nutrisi

Peranan nutrisi dimulai sejak dalam kandungan yaitu

jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh berat

badan ibu. Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan

antara energi yang masuk dengan energy yang keluar dan

merupakan akumulasi simpanan energy yang berubah menjadi

lemak (Pritasari, 2006). Dengan meningkatnya usia kecepatan

metabolism juga mulai menurun mulai usia 30 tahun, bila aktivitas

fisik juga berkurang maka timbunan lemak menjadi kegemukan.

4) Faktor-faktor lain

a) Enzim tubuh

Menurut Purwati (2005), faktor-faktor penyebab obesitas

lainnya antara lain enzim, hormon, metabolisme basal dan

pengaruh obat-obatan.

2. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Obesitas

a) Asupan makan

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi

seseorang. Status gizi yang optimal apabila tubuh memperoleh cukup

zat-zat gizi yang dapat digunakan secara efisien (Almatsier, 2003).

Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan

pertambahan berat badan. Obesitas muncul pada usia remaja

cenderung berlanjut ke dewasa, dan lansia (Arisman, 2004).

1) Asupan Energi

Energi diperoleh dari proses pembakaran karbohidrat,

Lemak, dan Protein makanan. Kebutuhan energi manusia di dalam

tubuh akan tercukupi bila kebutuhan akan zat-zat makanan

tercukupi pula (Almatsier, 2002).

Dalam kehidupan sehari- hari tubuh memerlukan makanan

yang memberikan cukup energi yang sesuai kebutuhan untuk

menjaga kesehatan sehingga diperlukan adanya keseimbangan

antara makanan sumber energi yang dimakan dengan energi yang

dikeluarkan terutama bergerak dan beraktifitas, maka makin

banyak pula energi yang diperlukan.

Kebutuhan energi ditentukan oleh metabolisme basal,

umur, aktifitas fisik, specific dynamic action ( SDA ). Kebutuhan

energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme basal

( Almatsier, 2002 ).

2) Asupan Protein

Protein selain untuk membangun struktur tubuh (

pembentukan berbagai jaringan ) juga akan disimpan untuk

digunakan dalam keadaan darurat sehingga pertumbuhan atau

kehidupan dapat terus terjamin dengan wajar (Kartasapoetra &

Marsetyo,2003).

Protein sebagai pembentuk energi tergantung macam dan

jumlah bahan makanan yang dikonsumsi. Protein memang sangat

diperlukan oleh tubuh, tetapi terlalu banyak mengonsumsi protein

juga akan menimbulkan masalah. Kelebihan protein akan

disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak sehingga akan menjadi

semakin gemuk. Selain itu kelebihan asupan protein akan

memperberat kerja hati dan ginjal untuk membuang nitrogen pada

metabolisme asam amino (deaminasi), produksi urin berlebihan

dapat mengganggu penampilan, mineral-mineral penting seperti

potasium, kalium, magnesium akan terbuang melalui urin sehingga

dapat menimbulkan dehidrasi, protein bukan energi yang siap

pakai, proses metabolisme memerlukan waktu yang lama, protein

merupakan sumber energi yang kurang efesien karena SDA

(Spesific Dynamic Action) atau energi yang dibutuhkan untuk

proses metabolisme cukup besar yaitu 30-40% padahal SDA

karbohidrat hanya 6-7% dan SDA lemak 4-14% ( Almatsier,

2002).

3) Asupan Lemak

Trigliserida merupakan lipid utama dalam makanan. Fungsi

utamanya adalah sebagai zat energi. Simpanan lemak dalam tubuh

terutama dilakukan di dalam sel lemak dalam jaringan adiposa.

Sel-sel adipose mempunyai enzim khusus pada permukaannya,

yaitu lipoprotein lipase (LPL) yang dapat melepas trigliserida dan

lipoprotein, menghidrolisnya dan meneruskan hasil hidrolisis ke

dalam sel. Di dalam sel terdapat enzim lain yang merakit kembali

bahan-bahan hasil hidrolisis ke dalam sel. Di dalam sel terdapat

enzim lain yang merakit kembali bahan-bahan hasil hidrolisis

menjadi trigliserida untuk disimpan sebagai cadangan energi. Sel-

sel adipose menyimpan lemak setelah makan bilamana kilomikron

dan VLDL yang mengandung lemak melewati sel-sel tersebut

(Almatsier, 2002).

Bila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel

adipose menghidrolisis simpanan trigliserida menjadi gliserol dan

asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah. Di sel-sel

yang membutuhkan, komponen-komponen ini kemudian dibakar

dan menghasilkan energi, CO2 dan H2O. Pada tahap akhir

hidrolisis, setiap pecahan berasal dari lemak mengikat pecahan

berasal dari glukosa sebelum akhirnya dioksidasi secara lengkap

menjadi CO2 dan H2O. Lemak tubuh tidak dapat dihidrolisis secara

sempurna tanpa kehadiran karbohidrat. Tanpa karbohidrat akan

diperoleh hasil antara pembakaran lemak berupa bahan-bahan

keton yang dapat menimbulkan ketosis (Almatsier, 2002).

Tubuh mempunyai kapasitas tak terhingga untuk

menyimpan lemak. Namun, lemak tidak sepenuhnya dapat

menggantikan karbohidrat sebagai sumber energi. Otak, sistem

saraf dan sel darah merah membutuhkan glukosa sebagai sumber

energi.

Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak lemak

memicu terjadinya obesitas. Lemak merupakan sumber yang padat

kalori, membuat rasa masakan menjadi lezat dan sering tidak

diperhatikan atau tersembunyi dalam makanan.

Kelebihan konsumsi lemak akan tersimpan dalam jaringan

adiposa sebagai energi potensial. Apabila simpanan lemak terjadi

sampai melebihi 20% dari berat badan normal maka ada

kecenderungan kegemukan atau obesitas (Darmoutomo, 2007).

Kontribusi energi dari lemak untuk orang dewasa sebaiknya

sekitar 30% pada usia 19-29 tahun dan 25% pada usia 30-64 tahun

(Hardinsyah dkk, 2012).

4) Asupan Karbohidrat

Fungsi karbohidrat memang penting untuk tubuh kita

karena karbohidrat berguna untuk member makan pada otak kita

dan sebagai sumber energi utama. Asupan karbohidrat yang

berlebih, tidak akan langsung digunakan oleh tubuh sehingga

disimpan dalam bentuk glikogen (satu rangkaian panjang molekul-

molekul glukosa yang dihubungkan menjadi satu). Hati dan otot

merupakan tempat penyimpanan glikogen. Glikogen yang dapat

diakses otak yaitu glikogen yang disimpan dalam hati. Tetapi,

kapasitas hati untuk menyimpan karbohidrat mudah habis dalam

waktu sepuluh hingga 12 jam. Sehingga untuk mempertahankan

cadangan glikogen dalam hati, kita membutuhkan asupan sumber

karbohidrat (Almatsier, 2002).

Bila asupan karbohidrat berlebih sedangkan kapasitas hati

dan otot dalam menyimpan glikogen terbatas, maka karbohidrat

akan disimpan dalam bentuk lemak dan akan disimpan dalam

jaringan lemak. Sehingga kelebihan karbohidrat berarti kelebihan

lemak.

Asupan karbohidrat yang tinggi akan memicu peningkatan

glukosa darah. Untuk menyesuaikan kondisi ini, pancreas

mengeluarkan hormone insulin ke dalam aliran darah untuk

menurunkan kadar glukosa darah. Yang menjadi masalah adalah

insulin merupakan hormone penyimpan yang memiliki fungsi

menyimpan kelebihan karbohidrat dalam bentuk lemak untuk

membuat cadangan energi. Oleh karena itu, insulin yang

dirangsang oleh karbohidrat akan mendorong akumulasi lemak

tubuh. Selain mendorong akumulasi lemak tubuh, insulin juga

berfungsi untuk tidak mengeluarkan lemak yang tersimpan.

Kondisi seperti ini tentu akan membuat seseorang dengan asupan

tinggi karbohidrat akan mengalami peningkatan berat badan dan

sulit untuk menurunkan berat badan (Darmoutomo, 2007).

Kontribusi energi dari karbohidrat untuk orang dewasa

sebaiknya sekitar 55% pada usia 19-29 tahun dan 60% pada usia

30-64 tahun (Hardinsyah dkk, 2012).

5) Kecukupan Gizi

Kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%)

orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin dan fisiologis

tertentu. Nilai asupan harian zat gizi yang diperkirakan dapat

memenuhi kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam

kelompok umur, jenis kelamin dan fisiologis tertentu disebut

dengan kebutuhan gizi (Hardinsyah dan Tampubolon 2004).

Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek

termik, iklim dan adaptasi. Angka kecukupan energi, protein,

lemak dan karbohidrat untuk usia karyawati yang digunakan dalam

penelitian ini seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan

Karbohidrat untuk karyawati.

Usia(tahun)

Energi(kkal/hari)

Protein(gram/hari)

Lemak(gram/hari)

Karbohidrat(gram/hari)

19-29 2250 56 75 309

30-4950-64

21501900

5757

6053

323285

Sumber : Depkes RI, 2013

Untuk menilai kecukupan konsumsi pangan maka didekati

dengan menghitung tingkat kecukupan gizinya atau besarnya

persentase angka kecukupan gizi. Pada penelitian ini tingkat

kecukupan konsumsi zat gizi dinyatakan sebagai tingkat

kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat. Angka

kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi

yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir

semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin dan

kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui.

Angka kecukupan gizi berguna sebagai nilai rujukan yang

digunakan untuk perencanaan dan penilaian konsumsi makanan

dan asupan gizi bagi orang sehat, agar tercegah dari defisiensi

ataupun kelebihan asupan zat gizi (IOM 2002 dalam Muhilal &

Hardinsyah 2004). Tingkat kecukupan energi dinyatakan sebagai

hasil perbandingan antara konsumsi energi aktual (Susenas)

dengan kecukupan energi yang direkomendasikan oleh WNPG

tahun 2004, dan dinyatakan dalam persen. Demikian pula untuk

menghitung tingkat kecukupan protein, dinyatakan sebagai

perbandingan antara konsumsi protein aktual dengan kecukupan

protein yang direkomendasikan WNPG. Perhitungan tingkat

kecukupan gizi dirumuskan sebagai berikut :

TKE = [(Konsumsi aktual)/(Angka kecukupan)] x 100%

Selanjutnya dari perhitungan tersebut tingkat kecukupan

energi, protein, lemak dan karbohidrat diklasifikasikan menurut

Departemen Kesehatan sebagaimana dikutip oleh Badan

Ketahanan Pangan (2006) yaitu: (1) TKE: < 70% adalah defisit

berat, (2) TKE: 70 - 79% adalah defisit sedang, (3) TKE: 80 – 89%

adalah defisit ringan, (4) TKE: 90 -119% adalah normal, dan (5)

TKE > 120% adalah kelebihan.

a) Aktivitas fisik

1) Pengertian aktivitas fisik

Aktivitas adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh

dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot

membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak,

sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi

untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh

dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi

yang dibutuhkan bergantung pada beberapa banyak otot yang

bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan

(Almatsier, 2003)

Pengukuran aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis

aktivitas yang dilakukan subyek dan lama waktu melakukan

aktivitas dalam sehari. WHO/FAO (2003) menyatakan bahwa

aktivitas fisik adalah variable utama setelah angka metabolisme

basal dalam perhitungan pengeluaran energi. Berdasarkan

WHO/FAO (2003), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan

seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity

Level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan

besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan

dalam 24 jam. Nilai Physical Avtivity Rate (PAR) untuk berbagai

jenis aktivitas dan tingkat aktivitas fisik menurut WHO/FAO

(2004). PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

PARi : Physical avtivity rate dari masing-masing aktivitas yang

dilakukan untuk tiap jenis aktivitas per jam)

Wi : Alokasi waktu tiap aktivitas

Perhitungan di atas dapat dijelaskan dengan contoh kasus

sebagai berikut:

Seorang wanita memiliki 8 jam waktu tidur (8 x 1,0=8), 4

jam waktu melakukan pekerjaan rumah tangga (4 x 1,7=6,8), 4

jam waktu menonton televisi (4 x 1,4=5.6), dan waktu bekerja (8

x 1,5=12). Total PAL selama 24 jam diperoleh dengan

menjumlahkan seluruh hasil perkalian waktu (jam) dan PAR

sehingga diperoleh nilai PAL selama 24 jam adalah 32,4 kkal.

Rata-rata nilai PAL selama 24 jam adalah 1,40 kkal/jam. Hal ini

berarti wanita tersebut memiliki tingkat aktivitas fisik ringan.

Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL:

a) Ringan (sedentary lifestyle) 1.40-1.69

b) Sedang (active or moderately active lifestyle) 1.70-1.99

c) Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) 2.00-2.40

2) Hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas

Sekarang ini kemajuan teknologi yang banyak menciptakan

alat-alat yang mampu menghemat pengeluaran energi dari dalam

tubuh misalnya blender, mesin cuci, mesin penyedot debu, dan

sebagainya. Di berbagai gedung, terdapat sarana yang mampu

mengurangi aktifitas fisik seseorang seperti eskalator, lift, dan

sebagainya. Sarana transportasi, seperti bus, mobil, dan motor akan

memudahkan orang agar tidak berjalan kaki atau bersepeda ke

suatu tempat. Selain itu, kesibukan rutinitas kerja yang semakin

meningkat juga menyebabkan seseorang tidak mampu mempunyai

waktu untuk berolah raga (Purwati, 2005)

Jenis pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dapat

mempengaruhi gaya hidup seseorang. Bentuk tubuh orang yang

jenis pekerjaannya tidak banyak mengeluarkan energi akan

berbeda dengan orang yang pekerjaan selalu menggunakan otot

atau banyak melakukan aktivitas fisik. Seperti diketahui, aktivitas

fisik akan membakar energi dari dalam tubuh. Dengan demikian,

jika asupan energi ke dalam tubuh berlebihan dan tidak diimbangi

dengan aktivitas fisik yang seimbang tentu akan menyebabkan

tubuh mengalami kegemukan (Purwati, 2005).

b) Keturunan

Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi pembentukan lemak

tubuh. Seseorang mempunyai faktor keturunan yang cenderung

membangun lemak tubuh lebih banyak dibandingkan orang lain.

Bawaan sifat metabolisme ini menunjukan adanya gen bawaan pada

kode untuk enzim lipoprotein lipase (LPL) yang lebih efektif. Enzim

ini memiliki suatu peranan penting dalam proses mempercepat

penambahan berat badan karena enzim ini bertugas mengontrol

kecepatan trigliserida dalam darah yang dipecah-pecah menjadi asam

lemak dan disalurkan ke sel-sel tubuh untuk disimpan sehingga lama

kelamaan menyebabkan penambahan berat badan (Purwati, 2005)

Ada penelitian yang mengungkapkan adanya gen obesitas, yang

diekspresikan pada sel-sel lemak dan kode-kode untuk protein leptin.

Leptin bekerja sebagai hormon, terutama ditingkat hipotalamus.

Leptin berfungsi menekan nafsu makan dan meningkatkan

penggunaan energi. Perubahan penggunaan energi berpengaruh

terhadap perubahan basal metabolisme, selain itu juga berpengaruh

terhadap perubahan pola aktivitas fisik. Sangat sedikit orang obesitas

yang mempunyai kadar leptin rendah. Pada kenyataannya, kadar leptin

pada darah biasanya berhubungan dengan lemak tubuh, semakin

banyak lemak tubuh maka kadar leptin semakin tinggi. Orang yang

obesitas pada umumnya mempunyai kadar leptin yang tinggi

(Whitney, 2002).

c) Lama tidur

1) Pengertian Tidur

Tidur merupakan kebutuhan dasar mutlak yang harus

dipenuhi oleh semua orang. Dengan tidur yang cukup, tubuh baru

dapat berfungsi secara optimal. Tidur sendiri memiliki makna yang

berbeda pada setiap individu (Mubarak, 2007).

Tidur adalah keadaan dimana tidak sadarkan diri yang relatif

bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan tetapi lebih

merupakan suatu urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya

aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi,

terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respon

terhadap rangsangan dari luar (Hidayat, 2008).

Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat

perkembangan. Tabel berikut ini merangkum kebutuhan tidur

manusia berdasarkan usia.

Tabel 2. Kebutuhan Tidur Berdasarkan Usia

Umur Tingkat perkembangan Jumlah kebutuhantidur

0 – 1 bulan1 – 18 bulan18 bulan – 3tahun3 – 6 tahun6 – 12 tahun12 – 18 tahun18 – 40 tahun40 – 60 tahun60 tahun keatas

Bayi baru lahirMasa bayiMasa anakMasa prasekolahMasa sekolahMasa remajaMasa dewasaMasa muda paruh bayaMasa dewasa tua

14 -18 jam/hari12 -14 jam/hari11 -12 jam/hari11 jam/hari10 jam/hari8,5 jam/hari7 – 8 jam/hari7 jam/hari6 jam/hari

(Hidayat, 2008)

2) Hubungan lama tidur dengan obesitas

Obesitas sangat erat kaitannya dengan sekresi hormon

ghrelin dan leptin yang ada dalam sirkulasi darah. Hormon ghrelin

dan leptin merupakan dua hormon pencernaan yang memberikan signal

ke hipotalamus untuk mengatur nafsu makan yang bekerja sebagai sistem

penyeimbang yang mengatur rasa lapar dan kenyang. Ghrelin dihasilkan

oleh saluran pencernaan yang mempunyai peran dalam meningkatkan

nafsu makan, sedangkan leptin diproduksi dalam sel-sel lemak dan

bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal ke otak ketika kenyang.

Ketika orang tidak mendapat tidur yang cukup, kadar leptin akan turun

yang artinya kita tidak merasa kenyang setelah makan. Kurang tidur juga

mendorong kadar ghrelin naik, yang artinya rasa lapar akan terus

terangsang dan meningkatkan nafsu makan. Sebuah penelitian

menunjukkan bahwa orang yang tidur kurang dari 7 jam sehari memiliki

risiko mendapatkan IMT lebih besar daripada orang yang tidur dengan

jam lebih banyak (Hamidin, 2010).

d) Kontrasepsi

1) Pengertian Konrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau

melawan, sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur yang

matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari

kontrasepsi adalah untuk menghindari atau mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang telah matang

dengan sel sperma (Depkes RI, 1994)

2) Macam-macam alat kontrasepsi yang mempengaruhi obesitas

a) Pil KB

Pil KB terdiri dari tiga macam yaitu minipil, pil kombinasi,

dan pil pascasenggama. Dari ketiga macam pil KB tersebut yang

umum digunakan adalah pil kombinasi antara estrogen dan

progesteron. Pengaruh progesteron dalam pil kombinasi memperkuat

khasiat estrogen untuk mencegah ovulasi, sehingga dalam 95 – 98%

tidak terjadi ovulasi. Selanjutnya, estrogen dalam dosis tinggi dapat

pula mempercepat perjalanan ovum dan menyulitkan terjadinya

implementasi dalam endometrium dari ovum yang sudah dibuahi.

Estrogen bisa menyebabkan retensi cairan dan garam yang bisa

memicu pertambahan berat badan sedangkan progesteron bisa

meningkatkan nafsu makan. Tetapi dengan dosis rendah pil KB

modern efek ini jarang terjadi. Kenaikan berat badan terjadi

karena pasien merasa aman yaitu terlindungi dari kehamilan

sehingga pola makan berubah (nafsu makan meningkat) ataupun

oleh karena faktor keturunan. (Wiknjosastro dkk, 2005)

b) Suntikan KB

Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang

berisi hanya hormon progesterone disuntikan ke dalam tubuh wanita

secara periodik. Kontrasepsi suntikan KB ada dua macam yaitu

golongan progestin seperti Depo Provera (Depo Medroksi

Progesteron Asetat), Depo Noristerat (Depo Noretisteron Enantat)

dan golongan progestin dengan campuran estrogen propionate seperti

Cyclo Provera. Keuntungan dari KB suntik DMPA adalah

penggunaanya sangat efektif, dapat mencegah kehamilan dalam

jangka yang panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri,

tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung, sedangkan kerugian dari KB suntik DMPA yaitu

perdarahan tidak teratur atau amenore, keterlambatan subur sampai 1

tahun, berat badan meningkat, dapat berkaitan dengan osteoporosis

pada pemakaian jangka panjang (Saifuddin dkk, 2003)

c) Susuk KB

Alat kontrasepsi bawah kulit atau implant adalah

kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit. Preparat yang

terdapat saat ini adalah implant dengan nama dagang norplant

maupun implanon. Susuk KB ini berisi levonorgestrel, Dengan

disusupkannya 6 kapsul atau 1 kapsul silastik implant di bawah

kulit, maka setiap hari dilepaskan secara tetap sejumlah

leveonorgestrel ke dalam darah melalui proses difusi dari

kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan silastik. Besar kecilnya

levonogestrel yang dilepas tergantung besar kecilnya

permukaan kapsul silastik dan ketebalan dari dinding kapsul

tersebut.

Satu set Implant yang terdiri dari 6 kapsul dapat bekerja

secara efektif selama 5 tahun. Sedang Implanon yang terdiri dari

1 kapsul dapat bekerja secara efektif selama 3 tahun. Dan salah

satu efek samping dari susuk KB adalah perubahan berat badan

(Depkes RI, 1994)

3) Hubungan antara kontrasepsi dengan obesitas

Peningkatan berat badan pada pemakaian kontrasepsi

disebabkan hormon dalam kontrasepsi yaitu esterogen dan progesteron.

Esterogen menyebabkan pengeluaran natriun dan air berkurang sehingga

terjadi penimbunan cairan (Wiknjosastro dkk, 2005) sedangkan

progesteron akan mempermudah perubahan karbohidrat dan gula

menjadi lemak, merangsang nafsu makan serta menurunkan aktivitas

fisik sehingga terjadi peningkatan berat badan (Depkes RI, 1994)

3. Metode pengukuran asupan makan

Menurut Supariasa dkk (2001), untuk mengukur asupan makanan

individu digunakan metode :

a. Metode Food Recall 24 jam

Dilakukan dengan cara petugas menanyakan kembali dan mencatat

semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam

ukuran rumah tangga (URT) selama 24 jam yang lalu. Selain

makanan utama, makanan kecil atau jajan juga dicatat, termasuk

makanan yang dimakan diluar rumah.

Kelebihan :

1) mudah dilaksanakan, tidak terlalu membebani responden.

2) Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan

tempat yang luas untuk wawancara.

3) Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.

4) Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.

5) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi

individu sehingga dapat dihitung asupan zat gizi sehari.

Kekurangan :

1) Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari , bila

hanya dilakukan recall 1 hari.

2) Ketepatannya tergantung pada daya ingat responden.

3) Butuh tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam

menggunakan alat-alat bantu URT.

b. Metode Estimated Food Records

Dilakukan dengan cara responden mencatat makanan yang

dikonsumsi dalam URT. Responden juga diminta untuk mencatat

semua yang dimakan atau diminum setiap kali sebelum makan.

Kelebihan :

1) Metode ini relatif murah dan cepat

2) Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar

3) Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari

4) Hasilnya relatif lebih akurat

Kekurangan :

1) metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering

menyebabkan responden merubah kebisaan makannnya

2) tidak cocok untuk responden yang buta huruf

3) sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden

dalam mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi.

c. Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)

Petugas atau responden menimbang dan mencatat bahan makanan

yang dikonsumsi dalam gram, termasuk sisa makanan juga ditimbang

untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi.

Kelebihan :

Data yang diperoleh lebih akurat atau teliti.

Kekurangan :

1) Memerlukan waktu dan cukup mahal.

2) Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama,

maka responden dapat merubah kebiasaan makan mereka.

3) Tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil.

4) Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden.

d. Metode Dietary History

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola

konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu cukup lama (bisa 1

minggu, 1 bulan, 1 tahun). Hal yang perlu mendapat perhatian dalam

mengumpulkan data adalah keadaan musim-musim tertentu dan hari-

hari istimewa seperti hari pasar, awal bulan, hari raya dan sebagainya.

Gambaran konsumsi pada hari-hari tersebut harus dikumpulkan.

Kelebihan :

1) Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang panjang

secara kualitatif dan kuantitatif.

2) Biaya relatif murah.

3) Dapat digunakan di gizi klinik untuk membantu mengatasi masalah

kesehatan yang berhubungan dengan diet pasien.

Kekurangan :

1) Terlalu membebani pihak pengumpul data dan responden.

2) Sangat sensitif dan membutuhkan pengumpul data yang sangat

terlatih, tidak cocok dipakai untuk survei-survei besar.

3) Data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif.

4) Biasanya hanya difokuskan pada makanan khusus, sedangkan

variasi makanan sehari-hari tidak diketahui.

e. Metode Frekuensi Makanan (Food Frekuency)

Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang

frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi

selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun.

Dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran pola

konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode

pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu

berdasarkan rangking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling

sering digunakan dalam penelitian epidemologi gizi.

Kelebihan :

1) Relatif murah dan sederhana.

2) Dapat dilakukan sendiri oleh responden.

3) Tidak membutuhkan latihan khusus.

4) Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan

kebiasaan makan.

Kekurangan :

1) Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari.

2) Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data.

3) Cukup menjemukan bagi pewawancara.

4) Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis

bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner.

5) Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi.

4. Pengukuran obesitas

Tingkat kegemukan atau obesitas dapat diketahui dengan

menghitung indeks massa tubuh (body mass index). Indeks massa tubuh

(IMT) dihitung dengan cara membagi berat tubuh (kg) dengan kuadrat

tinggi tubuh (m).

Keterangan :

IMT : Indeks Massa Tubuh

BB : Berat Badan (kg)

TB : Tinggi Badan (m)

(Supariasa dkk, 2002)

Klasifikasi berat badan berdasarkan IMT menurut WHO (World

Health Organization) 2000 adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT

Kategori IMT (kg/m2)Kurus (Underweight)Normal (ideal)Berat Badan Lebih Pre Obesitas Obesitas Tingkat I Obesitas Tingkat II Obesitas Tingkat III

< 18,518,5 – 24,9

25,0 – 29,930,0 – 34,935,0 – 39,9

≥ 40,0(WHO, 2000)

Sedangkan klasifikasi obesitas berdasarkan IMT untuk orang Asia

menurut WHO sebagai berikut :

Tabel 4. Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT Untuk Orang Asia

Kategori IMT (kg/m2)Kurus (Underweight)Normal (ideal)Berat Badan Lebih Resiko Obesitas Obesitas Tingkat I Obesitas Tingkat II

< 18,518,5 – 22,9

23,0 – 24,925,0 – 29,9≥ 30,0

(WHO, 2000)

B. Kerangka Teori

(Purwati, 2005)

Gambar 1. Kerangka Teori

Lama tidur

Asupan Makan

Keturunan

Aktivitas fisik

Kontrasepsi

Lingkungan

Hormon

Obesitas

Gaya

Hidup

Obat-obatan

Metabolisme basal

C. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

1. Ada hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan kejadian obesitas

2. Ada hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan kejadian obesitas

3. Ada hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan kejadian obesitas

4. Ada hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan kejadian

obesitas

5. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas

6. Ada hubungan antara lama tidur dengan kejadian obesitas

7. Ada hubungan antara keturunan dengan kejadian obesitas

8. Ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi dengan kejadian

obesitas

9. Ada hubungan antara faktor-faktor tingkat kecukupan energi, tingkat

kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, tingkat kecukupan

karbohidrat, aktivitas fisik, lama tidur, keturunan dan penggunaan alat

kontrasepsi dengan kejadian obesitas

Tingkat kecukupan

gizi

Aktivitas fisik

Obesitasketurunan

Lama tidur

Penggunaan alat

kontrasepsi

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat cross sectional, yaitu menggambarkan dan

menganalisis hubungan antara beberapa faktor dengan kejadian obesitas pada

karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekretariat Daerah Kabupaten

Wonosobo dengan pertimbangan bahwa kejadian obesitas di instansi

tersebut sebesar 50%.

2. Waktu penelitian

Penelitian diawali dengan penyusunan proposal penelitian pada

bulan Februari 2014. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2014

dilanjutkan dengan pengolahan dan penyusunan skripsi bulan April 2014.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawati Sekretariat

Daerah Kabupaten Wonosobo sebanyak 55 orang yang terdaftar sebagai

pegawai tetap di Pemerintah Daerah kabupaten Wonosobo

2. Sampel

Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Sampling

purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2010). Sampel diambil dengan kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria Eksklusi

1) Karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo

2) Bersedia menjadi sampel

3) Dapat ditemui dalam jangka waktu pengambilan data

b. Kriteria Inklusi

1) Tidak sedang hamil

Berdasarkan kriteria di atas, didapatkan sampel sebanyak 44 orang

berdasarkan kriteria ekslusi. Setelah dikonfirmasi terdapat 2 orang yang

sedang hamil sehingga jumlah sampel menjadi 42 orang.

D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel

a. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status obesitas

b. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat kecukupan energi,

tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, tingkat

kecukupan karbohidrat, aktivitas fisik, lama tidur, keturunan dan

penggunaan alat kontrasepsi

2. Definisi Operasional

N

o

Nama

Variabel

Definisi Operasional Instrume

n

Hasil

Ukur

Skal

a

1

.

Status

Obesitas

Keadaan tubuh akibat

ketidakseimbangan

antara pemasukan dan

pengeluaran energi yang

ditentukan berdasarkan

pengukuran BB dan TB

yang ditunjukan dengan

nilai IMT

Timbang

an injak,

microtois

e,

formulir

Berat

Badan

Tinggi

Badan

a. Obesitas

b. Tidak

Obesitas

No

min

al

2

.

Tingkat

Kecuku

Rata-rata asupan energi yang

diperoleh dari recall 2x24

Formulir

food

a. Lebih

b. Normal

Ordinal

pan

Energi

jam yang dinyatakan dalam

kkal perhari dan

dibandingkan dengan Angka

Kecukupan Gizi (AKG)

2013

recall

2x24 jam

c. Defisit

3

.

Tingkat

Kecuku

pan

Protein

Rata-rata asupan protein

yang diperoleh dari recall

2x24 jam yang dinyatakan

dalam gram perhari dan

dibandingkan dengan Angka

Kecukupan Gizi (AKG)

2013

Formulir

food

recall

2x24 jam

d. Lebih

e. Normal

f. Defisit

Ordinal

4

.

Tingkat

Kecuku

pan

Lemak

Rata-rata asupan lemak yang

diperoleh dari recall 2x24

jam yang dinyatakan dalam

gram perhari dan

dibandingkan dengan Angka

Kecukupan Gizi (AKG)

2013

Formulir

food

recall

2x24 jam

g. Lebih

h. Normal

i. Defisit

Ordinal

5

.

Tingkat

Kecuku

pan

Karbohi

drat

Rata-rata asupan karbohidrat

yang diperoleh dari recall

2x24 jam yang dinyatakan

dalam gram perhari dan

dibandingkan dengan Angka

Kecukupan Gizi (AKG)

2013

Formulir

food

recall

2x24 jam

j. Lebih

k. Normal

l. Defisit

Ordinal

6

.

Aktivita

s fisik

Rata-rata besarnya

aktivitas fisik yang

dilakukan selama 24 jam

Formulir

aktivitas

fisik,

a. Ringan

b. Sedang

c. Berat

Ordi

nal

dinyatakan dalam tingkat

aktivitas fisik (Phisycal

Activity Level) dalam

satuan kkal/jam

tabel

aktivitas

fisik,

7

.

Lama

tidur

Waktu yang dihabiskan

seseorang untuk

beristirahat dalam 24 jam

yang dinyatakan berisiko

dan tidak berisiko

Formulir

aktivitas

fisik

a. Berisikob. Tidak

berisiko

Ordi

nal

8

.

Keturun

an

obesitas

Ada tidaknya kejadian

obesitas yang berasal

dari orang tua atau kakek

dan nenek kandung

Kuesione

r

a.Adab.Tidak ada

No

min

al

9

.

Penggun

aan alat

kontrase

psi

Pernyataan seseorang

menggunakan atau tidak

menggunakan alat

kontrasepsi yang

mempengaruhi hormonal

(suntik KB, pil KB dan

susuk KB)

Kuesione

r

a.Pengguna

b.Tidak

pengguna

No

min

al

E. Bahan dan Alat

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Formulir kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data identitas

sampel, karakteristik sampel, antropometri, asupan makan, aktivitas fisik,

lama tidur, keturunan dan penggunaan alat kontrasepsi

2. Timbangan injak, dengan kapasitas 120 kg dan ketelitian 0,1 kg

3. Microtoice, dengan kapasitas 200 cm dan ketelitian 0,1 cm

4. Daftar Bahan Makanan Penukar II

5. Tabel kebutuhan energi untuk berbagai aktivitas di luar metabolisme basal

6. Software Nutrisurvey 2007

7. Soft ware SPSS versi 21,0

8. Microsoft Excel 2010

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

a. Identitas sampel

Data identitas sampel diperoleh dengan metode wawancara

langsung kepada sampel menggunakan kuesioner yang meliputi data

nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan alamat.

b. Antropometri

Data antropometri yang dikumpulkan adalah data berat badan

dan tinggi badan. Berat badan diukur menggunakan timbangan injak

digital dengan kapasitas 120 kg dan ketelitian 0,1 kg. Sedangkan

tinggi badan diukur menggunakan microtoice dengan kapasitas 200

cm dan ketelitian 0,1 cm.

c. Data asupan makan

Data asupan makan meliputi asupan energi, asupan protein,

asupan lemak dan asupan karbohidrat diperoleh dengan menggunakan

metode food recall.

d. Data aktivitas fisik diperoleh dengan cara sampel mengisi kuesioner

aktivitas fisik yang dilakukan selama 2 x 24 jam.

e. Data lama tidur diperoleh dengan metode angket menggunakan

lembar kuesioner pengambilan data selama 2 hari.

f. Data tentang keturunan obesitas dilihat berdasarkan riwayat obesitas

pada keluarganya;

g. Data penggunaan alat kontrasepsi diperoleh melalui wawancara

langsung dengan sampel menggunakan lembar kuesioner.

2. Data sekunder

Data sekunder meliputi gambaran umum lokasi penelitian yaitu

tentang alamat dan data kepegawaian yang meliputi jumlah keseluruhan

pegawai dan jumlah pegawai menurut masing-masing bagian. Data ini

diperoleh dengan cara observasi ke lokasi penelitian dan wawancara

dengan bagian kepegawaian.

G. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

a. Editing

Pengolahan data dengan cara editing bertujuan untuk

mengoreksi dan meneliti kembali data yang telah diperoleh dari hasil

pengukuran sesuai variabel yang diteliti meliputi kelengkapan dan

kesesuaian pengisian jawaban dengan pertanyaan.

b. Data antropometri

Untuk mendapatkan nilai IMT diperoleh dengan cara :

1) Menimbang berat badan dalam ukuran kilogram (Kg)

2) Mengukur tinggi badan dalam satuan meter (cm)

3) Menghitung IMT menggunakan rumus

(Supariasa, 2002)

c. Data status obesitas

Setelah hasil IMT diketahui kemudian digolongkan menjadi

dua kategori yaitu :

Tabel 5. Penggolongan nilai IMT

No. Nilai IMT Kategori1. < 25 kg/m2 Tidak obesitas2. ≥ 25 kg/m2 Obesitas

Sumber : WHO, 2002

d. Data tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat

Data tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat

diperoleh dengan metode recall 2x24 jam dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1) Melakukan wawancara kepada responden menggunakan kuesioner

satu kali 24 jam recall .

2) Setelah data konsumsi diperoleh, maka tahap pertama pengolahan

data adalah konversi dari Ukuran Rumah Tangga ke dalam Ukuran

Berat (gram) atau dari satuan harga ke satuan berat. Hardinsyah

dan Briawan (2001) menyebutkan bahwa dalam melakukan

konversi tersebut diperlukan berbagai daftar antara lain Daftar

Konversi Berat Mentah Masak (DKBMM), Daftar Konversi

Penyerapan Minyak (DKPM), Daftar Kandungan Zat Gizi

Makanan Jajanan (DKGJ) dan Daftar Ukuran Rumah Tangga

(URT)

3) Menghitung jumlah kalori untuk asupan energi dan gram untuk

asupan protein, lemak dan karbohidrat menggunakan aplikasi

Nutrisurvey 2007.

4) Membandingkan jumlah asupan energi, protein, lemak dan

karbohidrat dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan

(AKG) sesuai dengan kelompok umur masing-masing.

5) Setelah prosentase tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan

karbohidrat diketahui kemudian dikelompokkan menjadi tiga

kategori yaitu :

Tabel 6. Kategori tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan

karbohidrat.

No. % Kecukupan Kategori1. ≥ 120 Lebih2. 90 – 119 Normal3. ≤ 89,9 Defisit

e. Data aktivitas fisik

Aktivitas fisik diperoleh dari recall aktivitas 2x24 jam kemudian

diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Melakukan wawancara kepada responden menggunakan kuesioner

satu kali 24 jam recall aktivitas fisik.

2) Menghitung total kalori yang dikeluarkan responden dalam

melakukan aktivitas fisik berdasarkan tabel nilai Physical Activity

Ratio (PAR) kemudian dimasukkan dalam rumus Physical Activity

Level (PAL) sebagai berikut :

Keterangan :

PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

PARi : Physical avtivity rate dari masing-masing aktivitas

yang dilakukan untuk tiap jenis aktivitas per jam)

Wi : Alokasi waktu tiap aktivitas

(WHO/FAO, 2003).

3) Setelah nilai PAL diketahui kemudian digolongkan menjadi 3

kategori yaitu :

Tabel 7. Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

No. Nilai PAL Kategori1. 1,40 – 1,69 Ringan2. 1,70 – 1,99 Sedang3. 2,00 – 2,40 Berat

Sumber : WHO/FAO, 2003

f. Data Lama Tidur

Lama tidur masing-masing sampel diperoleh menggunakan

kuesioner. Data yang diperoleh dalam satuan waktu yaitu menit

dikategorikan menjadi :

1) Tidak beresiko obesitas : 7- 8 jam per hari

2) Beresiko obesitas : < 7 jam per hari atau > 8 jam per hari

(Hidayat, 2008)

g. Data Keturunan

Data keturunan atau riwayat obesitas masing-masing sampel

yang dikategorikan menjadi:

1) Tidak ada riwayat obesitas

2) Ada riwayat obesitas

h. Data alat Kontrasepsi

Dari hasil kuisioner diperoleh data alat kontrasepsi masing-

masing sampel yang kemudian dikategorikan menjadi :

1) Tidak Berisiko obesitas : Bukan pengguna alat kontrasepsi yang

tidak mempengaruhi hormonal yaitu selain suntik KB, pil KB dan

susuk KB

2) Berisiko obesitas : Pengguna alat kontrasepsi yang mempengaruhi

hormonal seperti suntik KB, pil KB dan susuk KB

i. Koding

Memberikan kode pada variabel status obesitas, tingkat

kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan

lemak, tingkat kecukupan karbohidrat, aktivitas fisik, lama tidur,

keturunan, dan penggunaan alat kontrasepsi yaitu dengan cara sebagai

berikut :

1) Obesitas

Obesitas = 0

Tidak Obesitas = 1

2) Tingkat Kecukupan Energi

Lebih = 0

Normal = 1

Defisit = 2

3) Tingkat Kecukupan Protein

Lebih = 0

Normal = 1

Defisit = 2

4) Tingkat Kecukupan Lemak

Lebih = 0

Normal = 1

Defisit = 2

5) Tingkat Kecukupan Karbohidrat

Lebih = 0

Normal = 1

Defisit = 2

6) Aktivitas Fisik

Ringan = 0

Sedang = 1

Berat = 2

7) Lama Tidur

Berisiko = 0

Tidak berisiko = 1

8) Keturunan

Ada = 0

Tidak Ada = 1

9) Penggunaan alat kontrasepsi

Pengguna = 0

Tidak Pengguna = 1

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan

variabel status obesitas, tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan

protein, tingkat kecukupan lemak, tingkat kecukupan karbohidrat

aktivitas fisik, keturunan obesitas, lama tidur, dan penggunaan alat

kontrasepsi yang diteliti, kemudian diwujudkan dalam tabel distribusi

frekuensi dan nilai rata – rata minimal, nilai maksimal dan standar

deviasi.

b. Analisis bivariat

Analisis Bivariat digunakan untuk melihat hubungan antar

variabel. Uji Chi square dengan derajat kepercayaan 95% digunakan

untuk menganalisis hubungan antara masing-masing variabel dengan

obesitas kejadian. Jika jumlah sel yang mengandung nilai expected

value < 5 lebih dari 20% maka uji statistik menggunakan uji Fisher

Exact (Hasan, 2005).

Kemudian uji dilanjutkan dengan pencarian nilai Odds Ratio

(OR) untuk mengetahui faktor risiko dengan rumus sebagai berikut :

OR ( Odds Rasio ) = AD/BC

Confidence interval ( CI ) sebesar 95%, Interpretasi nilai OR adalah

- Bila OR lebih dari 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti

merupakan faktor risiko.

- Bila OR = 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti bukan

merupakan faktor risiko.

- Bila OR < 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti merupakan

faktor protektif.

c. Analisis multivariat

Analisis multivariat menggunakan uji regresi ganda logistik

linier yaitu untuk menganalisa hubungan antara sebuah paparan dan

penyakit dan serentak mengontrol sejumlah faktor perancu potensial.

Varibel yang diuji adalah hubungan antara asupan makan, tingkat

aktivitas fisik dan lama tidur dengan kejadian obesitas. Tujuan

analisis multivariat adalah : 1) Menentukan model yang paling sesuai,

paling irit, sekaligus masuk akal secara biologis dan dapat untuk

menggambarkan hubungan antaran variabel terikat dan beberapa

variable bebas dalam populasi, 2) Meramalkan terjadinya variabel

terikat pada individu berdasarkan nilai-nilai variabel bebas yang

diukur, 3) Mengukur hubungan antara variabel terikat dengan variabel

bebas setelah mengontrol pengaruh kovariat lainnya. Beberapa

keuntungan menggunakan analisis regresi ganda logistik:

1) Mampu mengkonversikan koefisien regresi menjadi odds rasio (OR),

2) Mampu pemperkirakan probabilitas individu untuk sakit atau

meninggal berdasarkan nilai-nilai beberapa variabel bebas yang

diukur.

Prediksi analisis regresi ganda logistik dirumuskan sebagai

berikut:

1P =

(a+b1x1+b2x2+b3x3 ......bkxk)

1 + e

Keterangan:

P : Peluang untuk mengalami sakit / efek

a : Konstanta atau intesep

b1,b2,b3...bk : Variabel bebas yang pengaruhnya akan diteliti

e : Bilangan logaritma natural ( 2,71828 )

Langkah analisis regresi ganda logistik adalah sebagai berikut:

1. Melakukan uji univariat variabel-variabel bebas dan bila hasil

analisis menunjukkan nilai P < 0,25 dan memiliki kemaknaan

biologik, maka variabel bebas tersebut dapat dimasukkan ke dalam

model multivariate.

2. Semua variabel kandidat dimasukkan bersama-sama untuk

dipertimbangakan menjadi model, apalagi hasil analisis

menunjukkan nilai P yang signifikan yaitu P < 0,05. Variabel yang

terpilih dimasukkan kedalam model dan nilai P yang tidak

signifikan dikeluarkan dari model.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekretariat Daerah Kabupaten

Wonosobo, terletak di Jalan Sindoro No. 1 Wonosobo. Kabupaten

Wonosobo berjarak 120 km dari ibukota Jawa Tengah (Semarang) dan 520

km dari Ibu Kota Negara (Jakarta), berada pada rentang 250 dpl – 2.250

dpl dengan dominasi pada rentang 500 dpl – 1.000 dpl sebesar 50%

(persen) dari seluruh areal, menjadikan ciri dataran tinggi sebagai wilayah

Kabupaten Wonosobo dengan posisi spasial berada di tengah-tengah Pulau

Jawa dan berada diantara jalur pantai utara dan jalur pantai selatan.

Batas-batas wilayah Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo :

Sebelah Utara : Kabupaten Banjarnegara, Kendal dan Batang

Sebelah Timur : Kabupaten Temanggung dan Magelang

Sebelah Selatan : Kabupaten Purworejo dan Kebumen

Sebelah Barat : Kabupaten Banjarnegara dan Kebumen

Dilihat dari aspek topografi, Kabupaten Wonosobo bisa dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu, daerah dengan ketinggian 250–500 m dpl

seluas 33,33% dari seluruh wilayah. Daerah dengan ketinggian 500–1.000

m dpl seluas 50,00% dari seluruh areal dan daerah dengan ketinggian >

1.000 m dpl seluas 16,67% dari seluruh wilayah, sehingga menjadikan ciri

dataran tinggi sebagai wajah Kabupaten Wonosobo.

Tabel 8. Data Kepegawaian Sekretariat Daerah Kabupaten WonosoboTahun 2013

NoBagian – Bagian Setda Kabupaten

WonosoboJumlah Pegawai

Laki-laki Perempuan1 Bagian Organisasi 3 52 Bagian Keuangan 13 53 Bagian Hukum 5 54 Bagian Administrasi dan Pembangunan 8 35 Bagian Tata Pemerintahan 7 46 Bagian PP dan PA 7 47 Bagian Humas 7 58 Bagian Umum 43 139 Bagian Perekonomian 3 510 Bagian Kesra 8 6

Total 104 55

B. Gambaran Umum Sampel

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 42 orang karyawati.

Karakteristik sampel dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Karakteristik sampel menurut umur, berat badan dan tinggi

badan.

Variabel mean SD min max n %Umur

19 – 29 (th)30 – 49 (th)50 – 64 (th)

Berat BadanTinggi Badan

42,6

59,6153,69

8,435

10,65,9

23

43,5142

56

80,2165

32811

7,1466,6726,19

Sampel berkisar antara 23 sampai dengan 49 tahun. Rata – rata

umur sampel adalah 42,6 ± 8,435. Umur sampel termuda adalah 23

tahun dan umur sampel tertua adalah 56 tahun. Sebagian besar sampel

66,6% berumur pada kisaran 30 – 49 tahun.

Rata-rata berat badan sampel adalah 59,6 ± 10,64 kg. Berat

badan tertinggi adalah 80,2 kg dan berat badan terendah adalah 43,5

kg.

Rata-rata tinggi badan sampel adalah 153,69 ± 5,9 cm. Tinggi

badan tertinggi adalah 165,0 cm dan tinggi badan terendah adalah

142,0 cm.

C. Analisis Univariat

1. Status Obesitas

Hasil skrining didapatkan angka prevalensi obesitas (IMT ≥

25,0) pada karyawati di instansi tersebut sebesar 50%. Angka tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan data Riskesdas secara nasional

tahun 2013 yang mencapai 32,9% maupun Riskesdas Provinsi Jawa

Tengah yang mencapai 30 %.. Nilai rata-rata IMT sampel adalah 25,2

(±SD 4,01), nilai IMT tertinggi adalah 32,18 dan nilai terendah 18,34.

Distribusi frekuensi sampel menurut indeks massa tubuh dapat dilihat

pada tabel 7 sebagai berikut :

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Status obesitas,PadaKaryawati Setda Kabupaten Wonosobo

Status obesitas IMTJumlah

n %Obesitas < 25 21 50

Tidak Obesitas ≥ 25 21 50Total 42 100

2. Tingkat Kecukupan Energi

Energi diperoleh dari proses pembakaran karbohidrat, lemak,

dan protein makanan. Kebutuhan energi manusia di dalam tubuh akan

tercukupi bila kebutuhan akan zat-zat makanan tercukupi pula

(Almatsier, 2002). Rata-rata asupan energi pada sampel adalah

1.932,07 ± 307,55 kkal/hari. Asupan energi tertinggi adalah 2.805

kkal/hari dan terendah adalah 1.530 kkal/hari.

Jika dibandingkan dengan AKG 2013, rata-rata tingkat

kecukupan energi pada sampel 92,28 ±15,87%. Tingkat asupan

energi tertinggi adalah 121% dan terendah adalah 71%. Distribusi

frekuensi sampel menurut tingkat kecukupan energi dapat dilihat pada

Tabel 11di bawah ini.

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Tingkat KecukupanEnergi Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo

Kategori TingkatKecukupan Energi

%Jumlah

n %Lebih

Normal≥ 120

90 – 119416

9,538,1

Defisit < 90 22 52,4Total 42 100

3. Tingkat Kecukupan Protein

Protein sebagai pembentuk energi tergantung macam dan

jumlah bahan makanan yang dikonsumsi. Rata-rata asupan protein

sampel adalah 60,9 ± 4,89 gram/hari. Asupan protein tertinggi adalah

68 gram/hari dan terendah adalah 43 gram/hari.

Jika dibandingkan dengan AKG 2013 berdasarkan golongan

umur masing-masing, rata-rata tingkat kecukupan protein pada sampel

107,02 ± 8,77. Tingkat kecukupan protein tertinggi adalah 132% dan

terendah adalah 62%. Distribusi frekuensi sampel menurut tingkat

kecukupan protein dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Tingkat KecukupanProtein Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo

Kategori TingkatKecukupan Protein

%Jumlah

n %Lebih ≥ 120 2 4,8

NormalDefisit

90 – 119< 90

382

90,54,8

Total 42 100

Sebagian besar sampel ternyata memiliki tingkat kecukupan

protein yang normal yaitu 90,5 %. Hal ini kemungkinan disebabkan

karena rendahnya asupan protein hewani. Mengkonsumsi protein

hewani dianggap mampu meningkatkan kadar kolesterol dan memicu

kegemukan. Mayoritas sampel mengkonsumsi sumber protein hewani

1 kali perhari.

4. Tingkat Kecukupan Lemak

Trigliserida merupakan lipid (lemak) utama dalam makanan.

Fungsi utamanya adalah sebagai zat energi. Rata-rata asupan lemak

sampel adalah 53,64 ± 11,42 gram/hari. Asupan lemak tertinggi

adalah 74 gram/hari dan terendah adalah 41 gram/hari.

Jika dibandingkan dengan AKG 2013 berdasarkan golongan

umur masing-masing, rata-rata tingkat kecukupan lemak pada sampel

91,19 ± 19,95%. Tingkat kecukupan lemak tertinggi adalah 132% dan

terendah adalah 62%. Distribusi frekuensi sampel menurut tingkat

kecukupan lemak dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini.

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Tingkat KecukupanLemak Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo

Kategori TingkatKecukupan Lemak

%Jumlah

n %Lebih ≥ 120 8 19

NormalDefisit

90 – 119< 90

1024

23,857,1

Total 42 100

Sebagian besar sampel memiliki kategori tingkat kecukupan

lemak defisit, yaitu 57,1 %. Tingkat kecukupan lemak normal 23,8 %

dan lebih 19 %. Walaupun sebagian besar tingkat kecukupan lemak

adalah defisit, namun tingkat kecukupan lemak tertinggi mencapai

angka 132 % AKG. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena

kebiasaan makan gorengan. Gorengan dikonsumsi sebagai camilan

sehingga tanpa terasa asupan yang dikonsumsi cukup banyak. Adanya

peralihan konsumsi protein dari hewani ke nabati juga memicu

meningkatnya asupan lemak karena cara pengolahan atau

pemasakannya. Pengolahan sumber protein nabati umumnya dengan

digoreng atau dengan ditambahkan santan.

5. Tingkat Kecukupan Karbohidrat

Rata-rata asupan karbohidrat sampel adalah 301,5 ± 56,49

gram/hari. Asupan karbohidrat tertinggi adalah 423 gram/hari dan

terendah adalah 223 gram/hari.

Jika dibandingkan dengan AKG 2013 berdasarkan golongan

umur masing-masing, rata-rata tingkat kecukupan karbohidrat pada

sampel 95,59 ± 20,7. Jika dibandingkan dengan AKG 2013, tingkat

kecukupan karbohidrat tertinggi adalah 140 % dan terendah adalah 47

%. Distribusi frekuensi sampel menurut tingkat kecukupan

karbohidrat dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini.

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Tingkat KecukupanKarbohidrat Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo

Kategori TingkatKecukupan Karbohidrat

%Jumlah

n %Lebih ≥ 120 9 21,4

NormalDefisit

90 – 119< 90

1419

33,345,2

Total 42 100

Sebagian besar sampel termasuk kategori tingkat kecukupan

karbohidrat defisit, yaitu 45,2 %. Tingkat kecukupan karbohidrat

normal 33,3 % dan lebih 21,4 %. Walaupun sebagian besar tingkat

kecukupan karbohidrat adalah defisit, namun tingkat kecukupan

karbohidrat tertinggi mencapai angka 140 % AKG. Hal ini

kemungkinan besar disebabkan karena kebiasaan mengkonsumsi teh

manis dan camilan yang berbahan dasar ubi, tepung beras dan serealia

lainnya. Jam kerja yang panjang yaitu dari pukul 07.30 – 04.00

menyebabkan sebagian besar sampel menambah konsumsi teh manis

dari 2 – 3 gelas selama bekerja. Selain teh, gula juga ditambahkan

sehingga kalori meningkat tanpa disadari. Camilan seperti opak,

ceriping, combro yang berbahan dasar ubi, rengginang yang berbahan

dasar beras ketan dan kentang goreng menyumbang kalori yang cukup

besar.

6. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya obesitas. Aktivitas fisik yang kurang akan mengakibatkan

seseorang dengan mudah memiliki status gizi obesitas. Rata-rata

tingkat aktivitas fisik (PAL) adalah 1,66 ± 0,8. Nilai PAL tertinggi

adalah 1,82 dan terendah 1,53. Distribusi sampel menurut tingkat

aktivitas fisik dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Distribusi Sampel Menurut Aktivitas fisik

Kategori Aktivitas Nilai PALJumlah

n %Ringan 1,40 – 1,69 20 47,6SedangBerat

1,70 – 1,992,0 – 2,40

220

52,40

Total 42 100

Tidak ada sampel yang termasuk kategori aktivitas fisik berat.

Pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan jam kerja yang

panjang (8,5 jam) menyebabkan aktivitas pada hari kerja didominasi

kegiatan duduk bekerja. Hasil recall aktivitas fisik pada hari libur tidak

memperlihatkan perbedaan yang cukup berarti. Walaupun beberapa

sampel mengisi hari libur dengan berolahraga, tetapi kenaikan nilai

PAL tidak begitu besar. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena

aktivitas tidur atau aktivitas santai (nonton televisi atau berbincang)

juga meningkat.

7. Keturunan Obesitas

Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi pembentukan

lemak tubuh. Seseorang mempunyai faktor keturunan obesitas

cenderung membangun lemak tubuh lebih banyak dibandingkan orang

lain. Distribusi frekuensi sampel menurut keturunan obesitas terdapat

pada Tabel 16.

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Keturunan Obesitaspada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo

Riwayat ObesitasJumlah

n %Tidak Ada 21 50

Ada 21 50Total 42 100

Tabel 16 menunjukan bahwa 50% sampel memiliki riwayat

obesitas.

8. Lama Tidur

Tidur merupakan kebutuhan dasar mutlak yang harus dipenuhi

oleh semua orang. Dengan tidur yang cukup, tubuh baru dapat

berfungsi secara optimal. Rata-rata lama tidur sampel adalah 7,03 ±

0,66 jam per hari. Lama tidur tertinggi sampel adalah 8,12 jam dan

terendah adalah 5,92 jam per hari.

Distribusi frekuensi sampel menurut lama tidur terdapat pada

Tabel 17.

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Lama Tidur padaKaryawati Setda Kabupaten Wonosobo

Kategori Lama Tidur(jam per hari)

JumlahLama tidur n %

Beresiko <7 atau > 8 21 50Tidak beresiko 7-8 21 50

Total 42 100

Tabel 17 menjelaskan bahwa pada sampel dengan lama tidur

antara 7-8 jam (tidak beresiko) yaitu 50%.

9. Penggunaan Alat Kontrasepsi

Peningkatan berat badan pada pemakaian kontrasepsi disebabkan

hormon dalam kontrasepsi yaitu esterogen dan progesteron. Distribusi

frekuensi penggunaan alat kontrasepsi pada sampel terdapat pada Tabel

18.

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Penggunaan AlatKontrasepsi Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo

Penggunaan Alat kontrasepsiJumlah

n %Tidak pengguna 23 45,2

Pengguna 19 54,8Total 42 100

Tabel 18 dapat disimpulkan bahwa sampel yang tergolong

tidak menggunakan alat kontrasepsi yang mempengaruhi ada 23

sampel (45,2%) sedangkan sampel yang menggunakan alat kontrasepsi

yang dapat mempengaruhi obesitas seperti pil KB, suntik KB dan

susuk KB sebesar 54,8% atau 19 orang.

D. Analisis Bivariat

1. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Obesitas

Energi diperoleh dari proses pembakaran karbohidrat, lemak,

dan protein makanan. Kebutuhan energi manusia di dalam tubuh akan

tercukupi bila kebutuhan akan zat-zat makanan tercukupi pula

(Almatsier, 2002). Untuk kepentingan uji statistik maka kategori

tingkat kecukupan energi lebih dan normal digabung.

Tabel 19. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan EnergiDengan Obesitas Pada Karyawati Setda KabupatenWonosobo

Kategori TingkatKecukupan Energi

Obesitas Tidak Obesitas Jumlahn % n % n %

Lebih dan NormalDefisit

165

76,223,8

417

1981

2022

47,652,4

Jumlah 21 100 21 100 42 100

Pada penelitian ini, sampel yang obesitas 76,2 % diantaranya

memiliki tingkat kecukupan energi yang lebih. Pada sampel yang

tidak obesitas 81% diantaranya defisit tingkat kecukupan energi.

Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test,

didapatkan bahwa p = 0,000, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada

hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan obesitas.

Nilai Odd Ratio untuk hubungan tingkat kecukupan energi

dengan obesitas sebesar 13,6. Hal ini berarti bahwa sampel dengan

tingkat kecukupan energi normal dan lebih mempunyai

kecenderungan terhadap obesitas sebesar 13,6 kali dibandingkan

dengan sampel dengan defisit tingkat kecukupan energi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Austin

dkk (2011) bahwa implikasi peningkatan asupan energi terhadap

obesitas sangat besar. Menurut Arisman (2004) ketidakseimbangan

antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat

badan. Obesitas adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara

energi yang masuk dengan energi yang keluar dalam jangka waktu

yang lama. Banyaknya konsumsi energi dari makanan yang dicerna

melebihi energi yang digunakan untuk metabolisme dan aktivitas

sehari-hari. Kelebihan energi ini akan disimpan dalam bentuk lemak

dan jaringan lemak sehingga dapat berakibat pertambahan berat badan

(WHO, 2006).

2. Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Obesitas

Protein selain untuk membangun struktur tubuh

(pembentukan berbagai jaringan) juga akan disimpan untuk

digunakan dalam keadaan darurat sehingga pertumbuhan atau

kehidupan dapat terus terjamin dengan wajar (Kartasapoetra &

Marsetyo,2003). Protein sebagai pembentuk energi tergantung macam

dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi. Untuk kepentingan uji

statistik maka kategori tingkat kecukupan protein lebih dan normal

digabung.

Tabel 20. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan ProteinDengan Obesitas Pada Karyawati Setda KabupatenWonosobo

Kategori Tingkat Obesitas Tidak Obesitas Jumlah

Kecukupan Protein n % n % n %Lebih dan Normal

Defisit192

90,59,5

210

1000

402

95,24,8

Jumlah 21 100 21 100 42 100

Pada penelitian ini, sampel yang obesitas 90,5% diantaranya

memiliki tingkat kecukupan protein yang lebih dan normal. Pada

sampel yang tidak obesitas semuanya (100 %) memiliki tingkat

kecukupan protein yang normal.

Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test,

didapatkan bahwa p = 0,147, dalam hal ini p > 0,05 yang berarti tidak

ada hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan obesitas.

Nilai Odd Ratio untuk hubungan tingkat kecukupan

karbohidrat dengan obesitas sebesar 0. Hal ini berarti bahwa tingkat

kecukupan protein merupakan faktor protektif.

Walaupun protein juga sebagai sumber energi, protein bukan

energi yang siap pakai, proses metabolisme memerlukan waktu yang

lama, protein merupakan sumber energi yang kurang efesien karena

SDA (Spesific Dynamic Action) atau energi yang dibutuhkan untuk

proses metabolisme cukup besar yaitu 30-40% padahal SDA

karbohidrat hanya 6-7% dan SDA lemak 4-14% ( Almatsier, 2002).

Adanya pemahaman sampel bahwa mengkonsumsi sumber protein

hewani menyebabkan obesitas menyebabkan sebagian besar sampel

menjaga asupan protein sehari-hari. Sumbangan kalori terbesar pada

sampel berasal dari lemak dan karbohidrat.

3. Hubungan Tingkat Kecukupan Lemak dengan Obesitas

Trigliserida merupakan lipid utama dalam makanan. Fungsi

utamanya adalah sebagai zat energi. Simpanan lemak dalam tubuh

terutama dilakukan di dalam sel lemak dalam jaringan adiposa. Untuk

kepentingan uji statistik maka kategori tingkat kecukupan lemak lebih

dan normal digabung. Pada penelitian ini, sampel yang obesitas 71,4

% diantaranya memiliki tingkat kecukupan lemak yang lebih dan

normal. Pada sampel yang tidak obesitas 85,7% diantaranya defisit

tingkat kecukupan lemak.

Tabel 21. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan LemakDengan Obesitas Pada Karyawati Setda KabupatenWonosobo

Kategori TingkatKecukupan Lemak

Obesitas Tidak Obesitas Jumlahn % n % n %

Lebih dan NormalDefisit

156

71,428,6

318

14,385,7

2319

54,845,2

Jumlah 21 100 21 100 42 100

Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test,

didapatkan bahwa p = 0,000, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada

hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan obesitas.

Nilai Odd Ratio untuk hubungan tingkat kecukupan lemak

dengan obesitas sebesar 15,0. Hal ini berarti bahwa sampel dengan

tingkat kecukupan lemak normal dan lebih mempunyai

kecenderungan terhadap obesitas sebesar 15,0 kali dibandingkan

dengan sampel dengan defisit tingkat kecukupan lemak.

Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak lemak

memicu terjadinya obesitas. Lemak merupakan sumber yang padat

kalori, membuat rasa masakan menjadi lezat dan sering tidak

diperhatikan atau tersembunyi dalam makanan. Kebiasaan

mengkonsumsi gorengan dan santan dalam pengolahan sumber

protein hewani menyebabkan asupan lemak meningkat. Sebagian

besar sampel beranggapan bahwa dengan tidak mengkonsumsi

sumber protein hewani maka asupan lemak tidak akan tinggi. Hal ini

mengakibatkan sumber lemak dari minyak dan santan tidak

terkendali.

Tubuh mempunyai kapasitas tak terhingga untuk menyimpan

lemak. Kelebihan konsumsi lemak akan tersimpan dalam jaringan

adiposa sebagai energi potensial. Apabila simpanan lemak terjadi

sampai melebihi 20% dari berat badan normal maka ada

kecenderungan kegemukan atau obesitas (Darmoutomo, 2007).

4. Hubungan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dengan Obesitas

Fungsi karbohidrat memang penting untuk tubuh kita karena

karbohidrat berguna untuk member makan pada otak kita dan sebagai

sumber energi utama. Untuk kepentingan uji statistik maka kategori

tingkat kecukupan karbohidrat lebih dan normal digabung. Pada

penelitian ini, sampel yang obesitas 76,2% diantaranya memiliki

tingkat kecukupan karbohidrat yang normal dan lebih. Pada sampel

yang tidak obesitas 66,7% diantaranya defisit tingkat kecukupan

karbohidrat.

Tabel 22. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan KarbohidratDengan Obesitas Pada Karyawati Setda KabupatenWonosobo

Kategori TingkatKecukupan Lemak

Obesitas Tidak Obesitas Jumlahn % n % n %

Lebih dan NormalDefisit

165

76,223,8

714

33,366,7

2319

54,845,2

Jumlah 21 100 21 100 42 100

Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test,

didapatkan bahwa p = 0,005, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada

hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan obesitas.

Nilai Odd Ratio untuk hubungan tingkat kecukupan

karbohidrat dengan obesitas sebesar 6,4. Hal ini berarti bahwa sampel

dengan tingkat kecukupan karbohidrat normal dan lebih mempunyai

kecenderungan terhadap obesitas sebesar 6,4 kali dibandingkan

dengan sampel dengan defisit tingkat kecukupan karbohidrat.

Selain karbohidrat kompleks, sumbangan karbohidrat yang

tinggi adalah dari konsumsi teh manis dan camilan yang berbahan

dasar ubi, tepung beras, kentang dan serealia lainnya. Beberapa

sampel mengaku selalu menambah teh manis yang disajikan.

Penambahan teh selalu diikuti dengan penambahan gula. Tanpa

terasa, sumbangan kalori dari gula sederhana cukup berarti. Sebagian

besar sampel mengaku selalu menyempatkan diri mengkonsumsi

camilan. Beberapa diantaranya bahkan menempatkan toples berisi

camilan di meja kerja. Camilan yang dikonsumsi bervariasi tetapi

sebagian besar berbahan dasar ubi, tepung beras, kentang dan serealia

lainnya yang merupakan bahan makanan sumber karbohidrat.

Asupan karbohidrat yang berlebih, tidak akan langsung

digunakan oleh tubuh sehingga disimpan dalam bentuk glikogen (satu

rangkaian panjang molekul-molekul glukosa yang dihubungkan

menjadi satu). Hati dan otot merupakan tempat penyimpanan

glikogen. Glikogen yang dapat diakses otak yaitu glikogen yang

disimpan dalam hati. Tetapi, kapasitas hati untuk menyimpan

karbohidrat mudah habis dalam waktu sepuluh hingga 12 jam.

Sehingga untuk mempertahankan cadangan glikogen dalam hati, kita

membutuhkan asupan sumber karbohidrat (Almatsier, 2002).

Bila asupan karbohidrat berlebih sedangkan kapasitas hati

dan otot dalam menyimpan glikogen terbatas, maka karbohidrat akan

disimpan dalam bentuk lemak dan akan disimpan dalam jaringan

lemak. Sehingga kelebihan karbohidrat berarti kelebihan lemak.

Asupan karbohidrat yang tinggi juga memicu peningkatan

glukosa darah. Untuk menyesuaikan kondisi ini, pancreas

mengeluarkan hormone insulin ke dalam aliran darah untuk

menurunkan kadar glukosa darah. Yang menjadi masalah adalah

insulin merupakan hormone penyimpan yang memiliki fungsi

menyimpan kelebihan karbohidrat dalam bentuk lemak untuk

membuat cadangan energi. Oleh karena itu, insulin yang dirangsang

oleh karbohidrat akan mendorong akumulasi lemak tubuh. Selain

mendorong akumulasi lemak tubuh, insulin juga berfungsi untuk tidak

mengeluarkan lemak yang tersimpan. Kondisi seperti ini tentu akan

membuat seseorang dengan asupan tinggi karbohidrat akan

mengalami peningkatan berat badan dan sulit untuk menurunkan berat

badan (Darmoutomo, 2007).

5. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya obesitas. Dalam penelitian ini pada tingkat aktivitas fisik

yang tergolong ringan pada sampel obesitas sebesar 76,2%. Pada

sampel tidak obesitas, 81% diantaranya memiliki tingkat aktivitas

fisik sedang. Kurang aktivitas dapat menjadikan massa otot

berkurang, sehingga fungsi mesin pembakar lemak melemah,

akibatnya lemak semakin menumpuk dalam tubuh dan mengakibatkan

obesitas. Tabel 23 menunjukkan hubungan antara aktivitas fisik

dengan obesitas pada sampel.

Tabel 22. Distribusi Sampel Antara Tingkat Aktivitas DenganObesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo

Kategori TingkatAktivitas Fisik

Obesitas Tidak Obesitas Jumlahn % n % n %

RinganSedang

165

76,223,8

417

1981

2022

47,652,4

Jumlah 21 100 21 100 42 100

Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test,

didapatkan bahwa p = 0,000, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada

hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan obesitas. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian Sutera (2010) bahwa ada

hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas. Hasil ini juga sesuai

dengan penelitian Tulus (2012) yang menyatakan ada hubungan

antara aktivitas fisik dengan obesitas. Hasil ini tidak sesuai dengan

penelitian Ekelund dkk (2005) yang menyatakan tidak ada hubungan

antara aktivitas fisik dengan massa lemak wanita. Hal ini

kemungkinan karena sampel yang diteliti oleh Ekelund adalah remaja.

Nilai Odd Ratio untuk hubungan aktivitas fisik dengan

obesitas sebesar 13,6. Hal ini berarti bahwa sampel dengan aktivitas

fisik ringan mempunyai kecenderungan terhadap obesitas sebesar 13,6

kali dibandingkan dengan sampel dengan aktivitas fisik berat.

Pada sampel yang obesitas, aktivitas sehari-hari didominasi

kegiatan duduk bekerja pada hari kerja dan aktivitas santai seperti

menontov televisi pada hari libur. Kebiasaan olahraga hanya pada hari

jum’at. Sedikit sekali sampel yang mengisi hari libur dengan

berolahraga. Jam kerja yang panjang membuat aktivitas olahraga

hanya mungkin dilakukan pada hari jum’at dan akhir pekan.

Semakin sedikit penggunaan energi untuk beraktivitas, dapat

memicu terjadinya kegemukan dan obesitas. Jika pengeluaran energi

lebih rendah daripada asupan energi, maka akan terdapat kelebihan

energi yang disimpan dalam jaringan lemak. Gaya hidup yang kurang

menggunakan energi yang berlarut-larut akan mengakibatkan

obesitas.

Kemajuan teknologi banyak menciptakan alat-alat yang

mampu menghemat pengeluaran energi dari dalam tubuh. Di

lingkungan rumah tangga, misalnya ada blender, mesin cuci, mesin

penyedot debu, dan sebagainya. Sarana transportasi, seperti bus,

mobil, dan motor akan memudahkan orang agar tidak berjalan kaki

atau bersepeda ke suatu tempat. Selain itu, kesibukan rutinitas kerja

yang semakin meningkat juga menyebabkan seseorang tidak

mempunyai waktu untuk berolahraga (Purwati, 2005).

Jenis pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dapat

mempengaruhi gaya hidup seseorang. Bentuk tubuh orang yang jenis

pekerjaannya tidak banyak mengeluarkan energi akan berbeda dengan

orang yang pekerjaan selalu menggunakan otot atau banyak

melakukan aktivitas fisik (Purwati, 2005). Menurut Jakicic dan Otto

(2005) aktivitas fisik berperan penting dalam pengelolaan berat

badan, yaitu dengan meningkatkan pengeluaran energi total.

Keseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi akan

mencegah kenaikan berat badan.

6. Hubungan Keturunan Obesitas dengan Obesitas

Faktor keturunan obesitas merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya obesitas. Pada penelitian ini, sampel obesitas 76,2% diantaranya

ada riwayat obesitas. Pada sampel yang tidak obesitas, 81% tidak ada

riwayat obesitas. Tabel 23 menunjukkan hubungan antara keturunan

obesitas dengan obesitas pada sampel.

Tabel 23. Distribusi Sampel Antara Faktor Keturunan Dengan ObesitasPada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo

Kategori FaktorKeturunan

Obesitas Tidak Obesitas Jumlahn % n % n %

AdaTidak ada

165

76,223,8

417

1981

2022

47,652,4

Jumlah 21 100 21 100 42 100

Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test, didapatkan

bahwa p = 0,000, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada hubungan antara

faktor keturunan dengan obesitas. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian Tulus (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

keturunan obesitas dengan obesitas pada karyawati Setda Kabupaten

Tegal.

Nilai Odd Ratio untuk hubungan keturunan dengan obesitas

sebesar 13,6. Hal ini berarti bahwa sampel dengan riwayat keturunan

obesitas mempunyai kecenderungan terhadap obesitas sebesar 13,6 kali

dibandingkan dengan sampel yang tidak memiliki riwayat obesitas.

Seseorang yang mempunyai faktor keturunan maka dalam tubuh

cenderung akan menghasilkan lemak tubuh lebih banyak dibandingkan

orang lain yang tidak mempunyai faktor keturunan. Bawaan sifat

metabolisme ini menunjukan adanya gen bawaan pada kode untuk enzim

lipoprotein lipase (LPL) yang lebih efektif. Enzim ini memiliki suatu

peranan penting dalam proses mempercepat penambahan berat badan

karena enzim ini bertugas mengontrol kecepatan trigliserida dalam darah

yang dipecah-pecah menjadi asam lemak dan disalurkan ke sel-sel tubuh

untuk disimpan sehingga lama kelamaan menyebabkan penambahan berat

badan (Purwati, 2005)

7. Hubungan Lama Tidur dengan Obesitas

Lama tidur merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya

obesitas. Lama tidur dikategorikan menjadi lama tidur yang tidak berisiko

dan berisiko. Pada penelitian ini, sampel obesitas 61,9% diantaranya

termasuk kategori beresiko. Pada sampel yang tidak obesitas, 61,9% tidak

beresiko. Tabel 24 menunjukkan hubungan antara keturunan obesitas

dengan obesitas pada sampel.

Tabel 24. Distribusi Sampel Antara Lama Tidur Dengan Obesitas PadaKaryawati Setda Kabupaten Wonosobo

Kategori LamaTidur

Obesitas Tidak Obesitas Jumlahn % n % n %

BeresikoTidak Beresiko

138

61,938,1

813

38,161,9

2121

5050

Jumlah 21 100 21 100 42 100

Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test, didapatkan

bahwa p = 0,123, dalam hal ini p > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan

antara lama tidur dengan obesitas.

Hal ini berarti tidak ada hubungan antara lama tidur dengan

obesitas, artinya bahwa lama tidur seseorang tidak berkaitan dengan

kejadian obesitas.

Nilai Odd Ratio untuk hubungan lama tidur dengan obesitas

sebesar 2,641. Hal ini berarti bahwa sampel dengan lama tidur yang

beresiko mempunyai kecenderungan terhadap obesitas sebesar 2,641 kali

dibandingkan dengan sampel dengan lama tidur yang tidak beresiko.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Hamidin

(2010), yang mengemukakan bahwa dari segi endokrinologi ternyata

obesitas sangat erat kaitannya dengan sekresi hormon ghrelin dan leptin

yang ada dalam sirkulasi darah. Hormon ghrelin dan leptin merupakan dua

hormon pencernaan yang memberikan signal ke hipotalamus untuk mengatur

nafsu makan yang bekerja sebagai sistem penyeimbang yang mengatur rasa lapar

dan kenyang. Ghrelin dihasilkan oleh saluran pencernaan mempunyai peran

dalam meningkatkan nafsu makan, sedangkan leptin diproduksi dalam sel-sel

lemak dan bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal ke otak ketika kenyang.

Ketika orang tidak mendapat tidur cukup, kadar leptin akan turun yang artinya

tidak merasa kenyang setelah makan. Kurang tidur juga mendorong kadar ghrelin

naik, yang artinya rasa lapar akan terus terangsang dan meningkatkan nafsu

makan.

Jenis pekerjaan yang sama dan iklim daerah Kabupaten Wonosobo

menyebabkan lama tidur karyawati di Setda kurang bervariasi sehingga tidak ada

perbedaan lama tidur pada karyawati yang obesitas dengan tidak obesitas.

8. Hubungan Antara Penggunaan Alat Kontrasepsi dengan Obesitas

Peningkatan berat badan pada pemakaian kontrasepsi disebabkan

hormon dalam kontrasepsi yaitu esterogen dan progesteron. Sebagian besar

sampel yaitu sebanyak 23 sampel (54,8%) tidak menggunakan alat

kontrasepsi yang mempengaruhi obesitas seperti pil KB, suntik KB, susuk

KB. Tabel 25 menunjukkan hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi

dengan obesitas pada sampel.

Tabel 24. Distribusi Sampel Antara Penggunaan Alat Kontrasepsi DenganObesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo

Kategori PenggunaanAlat Kontrasepsi

Obesitas Tidak Obesitas Jumlahn % n % n %

PenggunaTidak Pengguna

138

61,938,1

615

28,671,4

1923

45,254,8

Jumlah 21 100 21 100 42 100

Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test, didapatkan

bahwa p = 0,030, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada hubungan antara

alat kontrasepsi dengan obesitas.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Tulus (2012)

yang menyatakan tidak ada hubungan antara alat kontrasepsi dengan

obesitas pada karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Tegal. Hasil ini

sesuai dengan pendapat Purwati (2002) yang menyatakan bahwa

kontrasepsi dapat menyebabkan kenaikan berat badan secara perlahan-

lahan pada wanita yang menggunakannya.

Nilai Odd Ratio untuk hubungan penggunaan alat kontrasepsi

dengan obesitas sebesar 4,063. Hal ini berarti bahwa sampel yang

menggunakan alat kontrasepsi mempunyai kecenderungan terhadap

obesitas sebesar 4,063 kali dibandingkan dengan sampel yang tidak

menggunakan alat kontrasepsi hormonal.

Peningkatan berat badan pada pemakaian kontrasepsi disebabkan

hormon dalam kontrasepsi yaitu esterogen dan progesteron. Esterogen

menyebabkan pengeluaran natriun dan air berkurang sehingga terjadi

penimbunan cairan (Wiknjosastro dkk, 2005) sedangkan progesteron akan

mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, merangsang

nafsu makan serta menurunkan aktivitas fisik sehingga terjadi peningkatan berat

badan (Depkes RI, 1994)

E. Analisis Multivariat

Analisa multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda untuk

melihat hubungan antara variabel kategori tingkat kecukupan energi, kategori

tingkat kecukupan protein, kategori tingkat kecukupan lemak, kategori

tingkat kecukupan karbohidrat, kategori tingkat aktivitas fisik, kategori lama

tidur, keturunan dan kategori penggunaan alat kontrasepsi. Semua variabel

yang diteliti diuji kembali dengan uji regresi logistik ganda. Hasil uji regresi

logistik dapat dilihat pada tabel 25 berikut.

Tabel 25. Hasil uji regresi logistik gandaVariabel Nilai B Nilai sig.

Kategori penggunaan alat kontrasepsiKeturunan

Kategori lama tidurKategori aktivitas fisik

Kategori Tingkat KecukupanKarbohidrat

Kategori Tingkat Kecukupan LemakKategori Tingkat Kecukupan ProteinKategori Tingkat Kecukupan Energi

Constant

- 0,17+ 2,551- 4,63+ 3,594- 19,583+ 4,789- 20,715+ 17,200- 4,547

0,9890,720,6920,0130,9990,0340,9990,9990,011

Berdasarkan hasil di atas didapatkan persamaan garis obesitas

sebagai berikut.

Ln P/1-P = - 4,547 - 0,17 Kategori penggunaan alat kontrasepsi + 2,551

Keturunan – 0,463 Kategori lama tidur + 3,594 Kategori aktivitas fisik –

19,583 Kategori tingkat kecukupan karbohidrat + 4,789 Kategori tingkat

kecukupan lemak - 20,715 Kategori tingkat kecukupan protein + 17,200

Kategori tingkat kecukupan energi.

Karena variabel Kategori penggunaan alat kontrasepsi, Keturunan,

Kategori lama tidur, Kategori tingkat kecukupan karbohidrat, Kategori

tingkat kecukupan protein, Kategori tingkat kecukupan energi secara statistik

tidak berpengaruh secara signifikan yaitu nilai signifikan > 0,05, maka yang

dimodelkan dan interpretasikan hanya variabel nilai Kategori aktivitas fisik

dan Kategori tingkat kecukupan lemak saja. Variabel Kategori penggunaan

alat kontrasepsi, Keturunan, Kategori lama tidur, Kategori tingkat kecukupan

karbohidrat,Kategori tingkat kecukupan protein, Kategori tingkat kecukupan

energi dikatakan tidak signifikan secara statistik, bukan berarti pengaruhnya

tidak ada (nol rasio), melainkan ada pengaruhnya, hanya saja sangat kecil.

Sehingga model penelitian :

Ln P/1-P=-4,547+3,594 Kategori aktivitas fisik + 4,789 Kategori tingkat

kecukupan lemak

Dari model tersebut dapat disimpulkan. Variabel aktivitas fisik dan

tingkat kecukupan lemak paling berhubungan dengan obesitas. Faktor risiko

tertinggi adalah tingkat kecukupan lemak dengan nilai Exp (B) atau koefisien

korelasi 120,149.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Prevalensi obesitas (IMT ≥ 25) pada karyawati Sekretariat Daerah

Kabupaten Wonosobo sebesar 50 %.

2. Tingkat kecukupan energi sampel sebagaian besar (52,4%) defisit.

3. Tingkat kecukupan protein sampel sebagian besar (90,5%) normal

4. Tingkat kecukupan lemak sampel sebagian besar (57,1%) defisit.

5. Tingkat kecukupan karbohidrat sampel sebagian besar (45,2%) defisit.

6. Aktivitas fisik sampel sebagian besar tergolong sedang yaitu sebesar

52,4%.

7. Sampel yang memiliki keturunan obesitas yaitu sebesar 50%.

8. Lama tidur sebagian sampel yang tergolong berisiko (<7 jam atau >8 jam

per hari) yaitu sebesar 50%.

9. Sampel yang tidak menggunakan alat kontrasepsi yaitu sebesar 54,8%

10. Ada hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan obesitas

11. Tidak Ada hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan obesitas

12. Ada hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan obesitas

13. Ada hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan obesitas

14. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas

15. Ada hubungan antara keturunan obesitas dengan obesitas

16. Tidak ada hubungan antara lama tidur dengan status obesitas .

17. Ada hubungan antara alat kontrasepsi dengan obesitas

18. Tingkat kecukupan lemak paling berpengaruh dengan kejadian obesitas

diikuti dengan aktivitas fisik.

B. Saran

1. Perlu peningkatan aktivitas fisik dengan berolahraga secara rutin dan

mengurangi asupan lemak terutama dari gorengan dan santan.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel yang berbeda untuk

mengetahui faktor-faktor lain yang menyebabkan obesitas.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia PustakaUtama,

Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC

Atmadja, Beny. 2002. “Fisiologi Tidur”. Jurnal Kedokteran Maranatha. Bandung: Universitas Padjadjaran Bandung, Vol. 1, No. 2

Austin, U dkk. 2011. Trends in carbohydrate, fat and protein intakes andassociation with energy intake in normal-weight, overweight and obeseindividual. The American Journal of Clinical Nutrition. Di download dariwww.ajcn.nutrition.org pada 5 Maret 2014

Darmoutomo, Endang. Mencegah Penyakit Akibat Kegemukan dengan AsupanNutrisi. http://www.obesitas.web.id/news.html

Depkes RI. 1994. Buku Pedoman Petugas Fasilitas Pelayanan KeluargaBerencana. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia DirektoratJenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina KesehatanKelurga.

Depkes RI. 2013. Permenkes No.75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Giziyang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia. Jakarta : Depkes RI

Ekelund, U dkk. 2005. Associations between phyical activity and fat mass inadolescent : The Stockholm Weight Development Study. The AmericanJournal of Clinical Nutrition. Di download dari www.ajcn.nutrition.org pada5 Maret 2014

Fadilla, Rizqi. 2011. Hubungan Antara Kebiasaan Makan, Aktivitas fisik danLama tidur dengan Obesitas pada Ibu Rumah Tangga di Wilayah RW 09Palebon Semarang. Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Semarang Jurusan Gizi.

Faiz, Zulkifli. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta : Penebar Swadaya, 2004

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Gibson, Rosalid S. 2005. Principles Of Nutritional Assesment. New York :Oxford University Oress

Gredian, Dita. 2011. Hubungan Kebiasaan Makan dan Status Obesitas denganTekanan Darah pada Ibu-Ibu Penderita Obesitas di Wilayah RW XIVMlinjon Kelurahan Tonggalan Kecamatan Klaten Tengah Kabupaten Klaten.Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Semarang Jurusan Gizi

Hamidin, A.S. 2011. Kebaikan Air Putih. Yogyakarta : Media Pressindo.

Hardinsyah &, Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan.Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor : FakultasPertanian, IPB

Hardinsyah, Tampubolon V. 2004. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan SeratMakanan. Jakarta :Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII.

Hartono, Andry. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit BukuKedokteran EGC

Hasan, Iqbal. 2005. Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Jakarta :PT Bumi Aksara

Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2008. Keterampilan DasarPraktik Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Inoue ,S, Zimmet P, and Caterson L. 2000. The Asia-Pacific Perspective :Redefining Obesity and its treatment. Australia : Healt CommunicationsAustralian Pty Limited

Jakicic, J dan Otto, A. 2005. Physical activity considerations for the treatmentand prevention of obesity. The American Journal of Clinical Nutrition. Didownload dari www.ajcn.nutrition.org pada 5 Maret 2014

Khomsan A, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya,

Khumaidi, M. 1994. Bahan Pengajaran Gizi Masyarakat. Jakarta : PT. BPKGunung Mulia

Meutia, Nuraiza. Peran Hormon Ghrelin dalam Meningkatkan Nafsu Makan.Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara :http://www.library.usu.ac.id

Misnadiarly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Risiko beberapa Penyakit. Jakarta:Pustaka Obor Populer

Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Bhrata

Mubarak, W. & Nurul Chayatin. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC

Muchtadi D. 2001. Pencegahan Gizi Lebih dan Penyakit Kronis MelaluiPerbaikan Pola Konsumsi Pangan. Bogor : Sagung Seto

Pritasari. 2006. Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia.Jakarta : Primadia Pustaka IKAPI

Purwati, Susi. 2005. Perencanaan Menu Untuk Penderita Kegemukan. Jakarta :Penebar Swadaya

Saifuddin, dkk. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sugiarti, Elya, dkk. Faktor Risiko Obesitas Sentral. Gizi Indon 2009, 3(2) : 105-116

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Penerbit Alfabeta

Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC, 2002

Sutera, Diana. 2010. Hubungan Antara Kebiasaan Makan dan Aktivitas Fisikdengan Obesitas pada Guru dan Pegawai SMP Negeri 1 Pati. Karya TulisIlmiah Poltekkes Semarang Jurusan Gizi.

Sutoyo. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Obesitas padaIbu-ibu di Atas Usia 30 tahun di Asrama Ex Brigif V Banyumanik Semarang.Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Semarang Jurusan Gizi.

Syarif, D.R. 2002. Evaluasi dan Tatalaksana Obesitas pada Anak. ProsidingSimposium Temu Ilmiah Akbar 2002. Pusat Informasi dan Penelitian, BagIPD, FKUI : Jakarta. pp 23-28.

Waspadji, dkk. 2010. Pengkajian Status Gizi Studi Epidemiologi dan Penelitiandi Rumah Sakit. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Whitney EN, Rofles SR. 2002. Understanding Nutrition. Belmont : CAWadsworth/Thomson Learning

WHO West Pacific Religion. 2000. The Asia- Pacific Prespective: RedeviningObesity and its treatmen. Australia : Healt Communications Australian PtyLimited

World Health Organization. Global database on body mass index [Internet]. [cited2012 July 21]. Available from:http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html.

Winkjosastro, H dkk. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina PustakaSarwono Prawirohardjo

Wirahkusumah, Emma. 2001. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

INSTRUMENFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI SETDAKABUPATEN WONOSOBO

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZIFAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG2014

Lampiran 1

FORMULIR PERNYATAAN KESEDIAAN

SEBAGAI SAMPEL PENELITIAN

Yang bertanda tangan :

Nama :

Umur :

Pendidikan:

Alamat :

Bersedia berpartisipasi sebagai sampel dalam penelitian yang berjudul

“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT DAERAH

KABUPATEN WONOSOBO”.

Yang dilakukan oleh :

Nama : Aji Nur Salim

Alamat : Universitas Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu Kesehatan dan

Keperawatan

Dengan syarat :

1. Peneliti menjaga kerahasiaan data dan hanya digunakan untuk kegiatan

penelitian di Universitas Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu

Kesehatan dan Keperawatan

2. Sampel dapat meminta keterangan lebih lanjut kepada Universitas

Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keperawatan

mengenai masalah yang berkaitan dengan penelitian ini.

Wonosobo,.................................... 2014

(............................................................................)

Lampiran 2

FORMULIR PENGAMBILAN DATA

A. Identitas Sampel

1. Kode Sampel :

2. Tanggal Pengambilan Data :

3. Nama Sampel :

4. Tanggal Lahir :

5. Umur :

6. Pendidikan :

7. Jabatan :

8. Alamat :

B. Hasil Pemeriksaan Sampel

1. Berat Badan : cm

2. Tinggi Badan : kg

3. IMT : kg/m2

4. Apakah ada orang tua atau kakek dan nenek kandung yang mengalami

kelebihan berat badan?

a. Ada

b. Tidak ada

5. Apakah ibu menggunakan alat kontrasepsi?

a. Ya

b. Tidak

6. Jika “Ya” apa jenisnya? ...............................

Lampiran 3

Formulir Recall

Recall 2X24 jam

Recall ke :

Tanggal :

No Waktu NamaHidangan

Nama BahanMakanan

Berat Bahan Mentah

Urt Gram1 Pagi

2. Snackpagi

3, Makansiang

4. Snacksiang

5. Makanmalam

Lampiran 4

FORMULIR RECALL AKTIVITAS FISIK

Tanggal : ………………………

Hari ke : ………………………

No Waktu Jenis Kegiatan

Lama kegiatan

berlangsung

(menit)

Keterangan

Lampiran 5

FORMULIR RATA-RATA AKTIVITAS FISIK

N

o

Energi yang

Dikeluarkan (Kal)

Total energi

yang

dikeluarkan

selama 2 hari

(Kal)

Rata-rata

energi yang

dikeluarkan /

hari (Kal)

Hari 1Hari

2

Lampiran 6

FORM STATUS GIZI SAMPEL

N

oNama

Um

ur

(ta

hu

n)

B

B

(

K

g)

T

B

(

m

)

I

M

T

Status

Gizi

Lampiran 7

TABEL PHYSICAL ACTIVITY RATIO (PAR) BERBAGAI AKTIVITAS FISIK

Aktivitas Physical Activity Ratio/satuanwaktu

Tidur 1.0Berkendaraan dalam bus/mobil 1.2Aktivitas santai (nonton TV danmengobrol)

1.4

Makan 1.5Duduk (bekerja kantor, menjaga toko) 1.5Mengendarai mobil/berjalan 2.0Memasak 2.1Berdiri, membawa barang yang ringan 2.2Mandi dan berpakaian 2.3Menyapu, mencuci baju dan piringtanpa mesin

2.3

Mengerjakan pekerjaan rumah tangga 2.8Berjalan 3.2Berkebun 4.1Olahraga ringan (jalan kaki) 4.2Kegiatan yang dilakukan denganduduk

1.5

Transportasi dengan bus 1.2Kegiatan ringan 1.4

HASIL UJI STATISTIK

FrequenciesStatistics

umur

Berat

Badan

Tinggi

Badan

N Valid 42 42 42

Missing 0 0 0

Mean 42.69 59.6690 153.6976

Std. Deviation 8.435 10.64114 5.90124

Minimum 23 43.50 142.00

Maximum 56 80.20 165.00

Statistics

Rata-rata

Asupan

Energi

Rata-rata

Asupan

Protein

Rata-rata

Asupan

Lemak

Rata-rata

Asupan

Karbohidrat

N Valid 42 42 42 42

Missing 0 0 0 0

Mean 1932.0714 60.9048 53.6429 301.5238

Std. Deviation 307.54793 4.89803 11.42488 56.49012

Minimum 1530.00 43.00 41.00 223.00

Maximum 2580.00 68.00 74.00 423.00

Statistics

IMT

Tingkat

Kecuku

pan

Energi

Tingkat

Kecuku

pan

Protein

Tingka

t

Kecuk

upan

Lemak

Tingkat

Kecuku

pan

Karbohi

drat

Ra

ta-

rat

a

nil

ai

PA

L

Rata

-rata

lama

tidur

N Va

lid42 42 42 42 42 42 42

Mi

ssi

ng

0 0 0 0 0 0 0

Mean25.2

08392.2857

107.023

8

91.19

0595.5952

1.6

64

9

7.03

02

Std.

Deviation4.01

167

15.8795

68.76659

19.95

145

20.5664

4

.08

03

9

.656

22

Minimum 18.3

471.00 76.00 62.00 47.00

1.5

35.92

Maximum 32.1

8121.00 120.00

132.0

0140.00

1.8

28.12

Frequency TableStatus Obesitas

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Val

id

obesitas 21 50.0 50.0 50.0

tidak

obesitas21 50.0 50.0 100.0

Total 42 100.0 100.0

Keturunan obesitas

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Val

id

ada 20 47.6 47.6 47.6

tidak

ada22 52.4 52.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori penggunaan KB

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Val

id

pengguna 19 45.2 45.2 45.2

tidak

pengguna23 54.8 54.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori Tingkat Kecukupan Energi

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Val

id

lebih 4 9.5 9.5 9.5

norm

al16 38.1 38.1 47.6

defis

it22 52.4 52.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori Tingkat Kecukupan Protein

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Val

id

lebih 2 4.8 4.8 4.8

norm

al38 90.5 90.5 95.2

defis

it2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori Tingkat Kecukupan Lemak

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Val

id

lebih 8 19.0 19.0 19.0

norm

al10 23.8 23.8 42.9

defis

it24 57.1 57.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori Tingkat Kecukupan KH

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Val

id

lebih 9 21.4 21.4 21.4

norm

al14 33.3 33.3 54.8

defis

it19 45.2 45.2 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori aktivitas fisik

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Val

id

ringa

n20 47.6 47.6 47.6

seda

ng22 52.4 52.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori Lama Tidur

Frequen

cy

Perce

nt

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Val

id

berisiko 21 50.0 50.0 50.0

tidak

berisiko21 50.0 50.0 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori penggunaan KB * Status Obesitas

Crosstab

Status Obesitas

Total

obesit

as

tidak

obesitas

Kategori

penggunaan

KB

pengguna Count 13 6 19

% within Status

Obesitas61.9% 28.6% 45.2%

% of Total 31.0% 14.3% 45.2%

tidak

pengguna

Count 8 15 23

% within Status

Obesitas38.1% 71.4% 54.8%

% of Total 19.0% 35.7% 54.8%

Total Count 21 21 42

% within Status

Obesitas

100.0

%100.0%

100.0

%

% of Total50.0% 50.0%

100.0

%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 4.709a 1 .030

Continuity Correctionb 3.460 1 .063

Likelihood Ratio 4.805 1 .028

Fisher's Exact Test .062 .031

Linear-by-Linear

Association4.597 1 .032

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 4.063

ln(Estimate) 1.402

Std. Error of ln(Estimate) .660

Asymp. Sig. (2-sided) .034

Asymp. 95%

Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 1.115

Upper Bound 14.804

ln(Common Odds

Ratio)

Lower Bound .109

Upper Bound 2.695

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under

the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Keturunan obesitas * Status Obesitas

Crosstab

Status Obesitas

Total

obesit

as

tidak

obesitas

Keturunan

obesitas

ada Count 16 4 20

% within Status

Obesitas76.2% 19.0% 47.6%

% of Total 38.1% 9.5% 47.6%

tidak

ada

Count 5 17 22

% within Status

Obesitas23.8% 81.0% 52.4%

% of Total 11.9% 40.5% 52.4%

Total Count 21 21 42

% within Status

Obesitas

100.0

%100.0%

100.0

%

% of Total50.0% 50.0%

100.0

%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 13.745a 1 .000

Continuity Correctionb 11.550 1 .001

Likelihood Ratio 14.626 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear

Association13.418 1 .000

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 13.600

ln(Estimate) 2.610

Std. Error of ln(Estimate) .756

Asymp. Sig. (2-sided) .001

Asymp. 95%

Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 3.091

Upper Bound 59.831

ln(Common Odds Lower Bound 1.129

Ratio) Upper Bound 4.092

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under

the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Kategori Lama Tidur * Status Obesitas

Crosstab

Status Obesitas

Total

obesit

as

tidak

obesitas

Kategori Lama

Tidur

berisiko Count 13 8 21

% within Status

Obesitas61.9% 38.1% 50.0%

% of Total 31.0% 19.0% 50.0%

tidak

berisiko

Count 8 13 21

% within Status

Obesitas38.1% 61.9% 50.0%

% of Total 19.0% 31.0% 50.0%

Total Count 21 21 42

% within Status

Obesitas

100.0

%100.0%

100.0

%

% of Total50.0% 50.0%

100.0

%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 2.381a 1 .123

Continuity Correctionb 1.524 1 .217

Likelihood Ratio 2.404 1 .121

Fisher's Exact Test .217 .108

Linear-by-Linear

Association2.324 1 .127

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 2.641

ln(Estimate) .971

Std. Error of ln(Estimate) .635

Asymp. Sig. (2-sided) .127

Asymp. 95%

Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound .760

Upper Bound 9.176

ln(Common Odds

Ratio)

Lower Bound -.275

Upper Bound 2.217

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under

the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Kategori aktivitas fisik * Status Obesitas

Crosstab

Status Obesitas

Total

obesit

as

tidak

obesitas

Kategori aktivitas

fisik

ringa

n

Count 16 4 20

% within Status

Obesitas76.2% 19.0% 47.6%

% of Total 38.1% 9.5% 47.6%

seda

ng

Count 5 17 22

% within Status

Obesitas23.8% 81.0% 52.4%

% of Total 11.9% 40.5% 52.4%

Total Count 21 21 42

% within Status

Obesitas

100.0

%100.0%

100.0

%

% of Total50.0% 50.0%

100.0

%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 13.745a 1 .000

Continuity Correctionb 11.550 1 .001

Likelihood Ratio 14.626 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear

Association13.418 1 .000

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 13.600

ln(Estimate) 2.610

Std. Error of ln(Estimate) .756

Asymp. Sig. (2-sided) .001

Asymp. 95%

Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 3.091

Upper Bound 59.831

ln(Common Odds

Ratio)

Lower Bound 1.129

Upper Bound 4.092

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under

the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Kategori Tingkat KH 1 * Status Obesitas

Crosstab

Status Obesitas

Total

obesita

s

tidak

obesitas

Kategori

Tingkat KH 1

normal&l

ebih

Count 16 7 23

% within Status Obesitas 76.2% 33.3% 54.8%

% of Total 38.1% 16.7% 54.8%

defisit Count 5 14 19

% within Status Obesitas 23.8% 66.7% 45.2%

% of Total 11.9% 33.3% 45.2%

Total Count 21 21 42

% within Status Obesitas 100.0

%100.0%

100.0

%

% of Total50.0% 50.0%

100.0

%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 7.785a 1 .005

Continuity Correctionb 6.151 1 .013

Likelihood Ratio 8.057 1 .005

Fisher's Exact Test .012 .006

Linear-by-Linear

Association7.600 1 .006

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 6.400

ln(Estimate) 1.856

Std. Error of ln(Estimate) .690

Asymp. Sig. (2-sided) .007

Asymp. 95%

Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 1.654

Upper Bound 24.770

ln(Common Odds

Ratio)

Lower Bound .503

Upper Bound 3.210

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under

the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Kategori TK Lemak * Status Obesitas

Crosstab

Status Obesitas

Total

obesita

s

tidak

obesitas

Kategori TK

Lemak

normal&lebi

h

Count 15 3 18

% within Status Obesitas 71.4% 14.3% 42.9%

% of Total 35.7% 7.1% 42.9%

defisit Count 6 18 24

% within Status Obesitas 28.6% 85.7% 57.1%

% of Total 14.3% 42.9% 57.1%

Total Count 21 21 42

% within Status Obesitas 100.0

%100.0%

100.0

%

% of Total50.0% 50.0%

100.0

%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 14.000a 1 .000

Continuity Correctionb 11.764 1 .001

Likelihood Ratio 15.012 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear

Association13.667 1 .000

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 15.000

ln(Estimate) 2.708

Std. Error of ln(Estimate) .789

Asymp. Sig. (2-sided) .001

Asymp. 95%

Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 3.196

Upper Bound 70.393

ln(Common Odds

Ratio)

Lower Bound 1.162

Upper Bound 4.254

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under

the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Kategori TK Protein * Status Obesitas

Crosstab

Status Obesitas

Total

obesita

s

tidak

obesitas

Kategori TK

Protein

normal&lebi

h

Count 19 21 40

% within Status Obesitas 90.5% 100.0% 95.2%

% of Total 45.2% 50.0% 95.2%

defisit Count 2 0 2

% within Status Obesitas 9.5% .0% 4.8%

% of Total 4.8% .0% 4.8%

Total Count 21 21 42

% within Status Obesitas 100.0

%100.0%

100.0

%

% of Total50.0% 50.0%

100.0

%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 2.100a 1 .147

Continuity Correctionb .525 1 .469

Likelihood Ratio 2.873 1 .090

Fisher's Exact Test .488 .244

Linear-by-Linear

Association2.050 1 .152

N of Valid Casesb 42

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate .000

ln(Estimate) .

Std. Error of ln(Estimate) .

Asymp. Sig. (2-sided) .

Asymp. 95%

Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound .

Upper Bound .

ln(Common Odds

Ratio)

Lower Bound .

Upper Bound .

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under

the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Kategori TK Energi 1 * Status Obesitas

Crosstab

Status Obesitas

Total

obesita

s

tidak

obesitas

Kategori TK Energi

1

normal&l

ebih

Count 16 4 20

% within Status

Obesitas76.2% 19.0% 47.6%

% of Total 38.1% 9.5% 47.6%

defisit Count 5 17 22

% within Status

Obesitas23.8% 81.0% 52.4%

% of Total 11.9% 40.5% 52.4%

Total Count 21 21 42

% within Status

Obesitas

100.0

%100.0%

100.0

%

% of Total50.0% 50.0%

100.0

%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 13.745a 1 .000

Continuity Correctionb 11.550 1 .001

Likelihood Ratio 14.626 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear

Association13.418 1 .000

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 13.600

ln(Estimate) 2.610

Std. Error of ln(Estimate) .756

Asymp. Sig. (2-sided) .001

Asymp. 95%

Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 3.091

Upper Bound 59.831

ln(Common Odds

Ratio)

Lower Bound 1.129

Upper Bound 4.092

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under

the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 42 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 42 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 42 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step

1

Step 35.727 8 .000

Bloc

k35.727 8 .000

Mod

el35.727 8 .000

Model Summary

Ste

p

-2 Log

likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 22.497a .573 .764

a. Estimation terminated at iteration number 20 because

maximum iterations has been reached. Final solution cannot be

found.

Hosmer and Lemeshow Test

Ste

p Chi-square df Sig.

1 22.527 7 .002

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step

0

Constan

t.000 .309 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step

0

Variable

s

Keturunan 13.745 1 .000

Kat_penggunaan_KB 4.709 1 .030

Kat_aktivitasfisik 13.745 1 .000

Kat_lama_tidur 2.381 1 .123

Kat_TKEnergi1 13.745 1 .000

Kat_TKProtein1 2.100 1 .147

Kat_TKLemak1 14.000 1 .000

Kat_TKKarbohidrat1 7.785 1 .005

Overall Statistics 26.274 8 .001

HASIL UJI STATISTIK

FrequenciesStatistics

umur Berat Badan Tinggi Badan

N Valid 42 42 42

Missing 0 0 0

Mean 42.69 59.6690 153.6976

Std. Deviation 8.435 10.64114 5.90124

Minimum 23 43.50 142.00

Maximum 56 80.20 165.00

Statistics

Rata-rata

Asupan Energi

Rata-rata

Asupan Protein

Rata-rata

Asupan Lemak

Rata-rata

Asupan

Karbohidrat

N Valid 42 42 42 42

Missing 0 0 0 0

Mean 1932.0714 60.9048 53.6429 301.5238

Std. Deviation 307.54793 4.89803 11.42488 56.49012

Minimum 1530.00 43.00 41.00 223.00

Maximum 2580.00 68.00 74.00 423.00

Statistics

IMT

Tingkat

Kecukupan

Energi

Tingkat

Kecukupan

Protein

Tingkat

Kecukupan

Lemak

Tingkat

Kecukupan

Karbohidrat

Rata-

rata

nilai

PAL

Rata-rata

lama

tidur

N Valid 42 42 42 42 42 42 42

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean 25.2083 92.2857 107.0238 91.1905 95.5952 1.6649 7.0302

Std. Deviation 4.01167 15.87956 8.76659 19.95145 20.56644 .08039 .65622

Minimum 18.34 71.00 76.00 62.00 47.00 1.53 5.92

Maximum 32.18 121.00 120.00 132.00 140.00 1.82 8.12

Frequency TableStatus Obesitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid obesitas 21 50.0 50.0 50.0

tidak obesitas 21 50.0 50.0 100.0

Total 42 100.0 100.0

Keturunan obesitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ada 20 47.6 47.6 47.6

tidak ada 22 52.4 52.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori penggunaan KB

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid pengguna 19 45.2 45.2 45.2

tidak pengguna 23 54.8 54.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori Tingkat Kecukupan Energi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid lebih 4 9.5 9.5 9.5

normal 16 38.1 38.1 47.6

defisit 22 52.4 52.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori Tingkat Kecukupan Protein

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid lebih 2 4.8 4.8 4.8

normal 38 90.5 90.5 95.2

defisit 2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori Tingkat Kecukupan Lemak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid lebih 8 19.0 19.0 19.0

normal 10 23.8 23.8 42.9

defisit 24 57.1 57.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori Tingkat Kecukupan KH

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid lebih 9 21.4 21.4 21.4

normal 14 33.3 33.3 54.8

defisit 19 45.2 45.2 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori aktivitas fisik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ringan 20 47.6 47.6 47.6

sedang 22 52.4 52.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori Lama Tidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid berisiko 21 50.0 50.0 50.0

tidak berisiko 21 50.0 50.0 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kategori penggunaan KB * Status Obesitas

Crosstab

Status Obesitas

Totalobesitas tidak obesitas

Kategori

penggunaan KB

pengguna Count 13 6 19

% within Status Obesitas 61.9% 28.6% 45.2%

% of Total 31.0% 14.3% 45.2%

tidak pengguna Count 8 15 23

% within Status Obesitas 38.1% 71.4% 54.8%

% of Total 19.0% 35.7% 54.8%

Total Count 21 21 42

% within Status Obesitas 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.709a 1 .030

Continuity Correctionb 3.460 1 .063

Likelihood Ratio 4.805 1 .028

Fisher's Exact Test .062 .031

Linear-by-Linear Association 4.597 1 .032

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50.

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.709a 1 .030

Continuity Correctionb 3.460 1 .063

Likelihood Ratio 4.805 1 .028

Fisher's Exact Test .062 .031

Linear-by-Linear Association 4.597 1 .032

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 4.063

ln(Estimate) 1.402

Std. Error of ln(Estimate) .660

Asymp. Sig. (2-sided) .034

Asymp. 95% Confidence

Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 1.115

Upper Bound 14.804

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .109

Upper Bound 2.695

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the

common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Keturunan obesitas * Status Obesitas

Crosstab

Status Obesitas

Totalobesitas tidak obesitas

Keturunan obesitas ada Count 16 4 20

% within Status Obesitas 76.2% 19.0% 47.6%

% of Total 38.1% 9.5% 47.6%

tidak ada Count 5 17 22

% within Status Obesitas 23.8% 81.0% 52.4%

% of Total 11.9% 40.5% 52.4%

Total Count 21 21 42

% within Status Obesitas 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 13.745a 1 .000

Continuity Correctionb 11.550 1 .001

Likelihood Ratio 14.626 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear Association 13.418 1 .000

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 13.600

ln(Estimate) 2.610

Std. Error of ln(Estimate) .756

Asymp. Sig. (2-sided) .001

Asymp. 95% Confidence

Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 3.091

Upper Bound 59.831

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound 1.129

Upper Bound 4.092

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the

common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Kategori Lama Tidur * Status Obesitas

Crosstab

Status Obesitas

Totalobesitas tidak obesitas

Kategori Lama Tidur berisiko Count 13 8 21

% within Status Obesitas 61.9% 38.1% 50.0%

% of Total 31.0% 19.0% 50.0%

tidak berisiko Count 8 13 21

% within Status Obesitas 38.1% 61.9% 50.0%

% of Total 19.0% 31.0% 50.0%

Total Count 21 21 42

% within Status Obesitas 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.381a 1 .123

Continuity Correctionb 1.524 1 .217

Likelihood Ratio 2.404 1 .121

Fisher's Exact Test .217 .108

Linear-by-Linear Association 2.324 1 .127

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 2.641

ln(Estimate) .971

Std. Error of ln(Estimate) .635

Asymp. Sig. (2-sided) .127

Asymp. 95% Confidence

Interval

Common Odds Ratio Lower Bound .760

Upper Bound 9.176

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -.275

Upper Bound 2.217

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the

common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Kategori aktivitas fisik * Status Obesitas

Crosstab

Status Obesitas

Totalobesitas tidak obesitas

Kategori aktivitas fisik ringan Count 16 4 20

% within Status Obesitas 76.2% 19.0% 47.6%

% of Total 38.1% 9.5% 47.6%

sedang Count 5 17 22

% within Status Obesitas 23.8% 81.0% 52.4%

% of Total 11.9% 40.5% 52.4%

Total Count 21 21 42

% within Status Obesitas 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 13.745a 1 .000

Continuity Correctionb 11.550 1 .001

Likelihood Ratio 14.626 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear Association 13.418 1 .000

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 13.600

ln(Estimate) 2.610

Std. Error of ln(Estimate) .756

Asymp. Sig. (2-sided) .001

Asymp. 95% Confidence

Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 3.091

Upper Bound 59.831

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound 1.129

Upper Bound 4.092

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the

common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Kategori Tingkat KH 1 * Status Obesitas

Crosstab

Status Obesitas

Totalobesitas tidak obesitas

Kategori Tingkat

KH 1

normal&lebih Count 16 7 23

% within Status Obesitas 76.2% 33.3% 54.8%

% of Total 38.1% 16.7% 54.8%

defisit Count 5 14 19

% within Status Obesitas 23.8% 66.7% 45.2%

% of Total 11.9% 33.3% 45.2%

Total Count 21 21 42

% within Status Obesitas 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7.785a 1 .005

Continuity Correctionb 6.151 1 .013

Likelihood Ratio 8.057 1 .005

Fisher's Exact Test .012 .006

Linear-by-Linear Association 7.600 1 .006

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 6.400

ln(Estimate) 1.856

Std. Error of ln(Estimate) .690

Asymp. Sig. (2-sided) .007

Asymp. 95% Confidence

Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 1.654

Upper Bound 24.770

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .503

Upper Bound 3.210

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the

common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Kategori TK Lemak * Status Obesitas

Crosstab

Status Obesitas

Totalobesitas tidak obesitas

Kategori TK Lemak normal&lebih Count 15 3 18

% within Status Obesitas 71.4% 14.3% 42.9%

% of Total 35.7% 7.1% 42.9%

defisit Count 6 18 24

% within Status Obesitas 28.6% 85.7% 57.1%

% of Total 14.3% 42.9% 57.1%

Total Count 21 21 42

% within Status Obesitas 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 14.000a 1 .000

Continuity Correctionb 11.764 1 .001

Likelihood Ratio 15.012 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 13.667 1 .000

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 15.000

ln(Estimate) 2.708

Std. Error of ln(Estimate) .789

Asymp. Sig. (2-sided) .001

Asymp. 95% Confidence

Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 3.196

Upper Bound 70.393

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound 1.162

Upper Bound 4.254

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the

common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Kategori TK Protein * Status Obesitas

Crosstab

Status Obesitas

Totalobesitas tidak obesitas

Kategori TK Protein normal&lebih Count 19 21 40

% within Status Obesitas 90.5% 100.0% 95.2%

% of Total 45.2% 50.0% 95.2%

defisit Count 2 0 2

% within Status Obesitas 9.5% .0% 4.8%

% of Total 4.8% .0% 4.8%

Total Count 21 21 42

% within Status Obesitas 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.100a 1 .147

Continuity Correctionb .525 1 .469

Likelihood Ratio 2.873 1 .090

Fisher's Exact Test .488 .244

Linear-by-Linear Association 2.050 1 .152

N of Valid Casesb 42

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate .000

ln(Estimate) .

Std. Error of ln(Estimate) .

Asymp. Sig. (2-sided) .

Asymp. 95% Confidence

Interval

Common Odds Ratio Lower Bound .

Upper Bound .

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .

Upper Bound .

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the

common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Kategori TK Energi 1 * Status Obesitas

Crosstab

Status Obesitas

Totalobesitas tidak obesitas

Kategori TK Energi 1 normal&lebih Count 16 4 20

% within Status Obesitas 76.2% 19.0% 47.6%

% of Total 38.1% 9.5% 47.6%

defisit Count 5 17 22

% within Status Obesitas 23.8% 81.0% 52.4%

% of Total 11.9% 40.5% 52.4%

Total Count 21 21 42

% within Status Obesitas 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 13.745a 1 .000

Continuity Correctionb 11.550 1 .001

Likelihood Ratio 14.626 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear Association 13.418 1 .000

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 13.600

ln(Estimate) 2.610

Std. Error of ln(Estimate) .756

Asymp. Sig. (2-sided) .001

Asymp. 95% Confidence

Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 3.091

Upper Bound 59.831

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound 1.129

Upper Bound 4.092

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the

common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 42 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 42 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 42 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 35.727 8 .000

Block 35.727 8 .000

Model 35.727 8 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 22.497a .573 .764

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum

iterations has been reached. Final solution cannot be found.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 22.527 7 .002

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .000 .309 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Keturunan 13.745 1 .000

Kat_penggunaan_KB 4.709 1 .030

Kat_aktivitasfisik 13.745 1 .000

Kat_lama_tidur 2.381 1 .123

Kat_TKEnergi1 13.745 1 .000

Kat_TKProtein1 2.100 1 .147

Kat_TKLemak1 14.000 1 .000

Kat_TKKarbohidrat1 7.785 1 .005

Overall Statistics 26.274 8 .001

INSTRUMENFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI SETDAKABUPATEN WONOSOBO

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZIFAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG2014

Lampiran 1

FORMULIR PERNYATAAN KESEDIAAN

SEBAGAI SAMPEL PENELITIAN

Yang bertanda tangan :

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Alamat :

Bersedia berpartisipasi sebagai sampel dalam penelitian yang berjudul

“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN

WONOSOBO”.

Yang dilakukan oleh :

Nama : Aji Nur Salim

Alamat : Universitas Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu Kesehatan danKeperawatan

Dengan syarat :

1. Peneliti menjaga kerahasiaan data dan hanya digunakan untuk kegiatan

penelitian di Universitas Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu

Kesehatan dan Keperawatan

2. Sampel dapat meminta keterangan lebih lanjut kepada Universitas

Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keperawatan

mengenai masalah yang berkaitan dengan penelitian ini.

Wonosobo,.................................... 2014

(............................................................................)

Lampiran 2

FORMULIR PENGAMBILAN DATA

A. Identitas Sampel

1. Kode Sampel :

2. Tanggal Pengambilan Data :

3. Nama Sampel :

4. Tanggal Lahir :

5. Umur :

6. Pendidikan :

7. Jabatan :

8. Alamat :

B. Hasil Pemeriksaan Sampel

1. Berat Badan : cm

2. Tinggi Badan : kg

3. IMT : kg/m2

4. Apakah ada orang tua atau kakek dan nenek kandung yang mengalami

kelebihan berat badan?

a. Ada

b. Tidak ada

5. Apakah ibu menggunakan alat kontrasepsi?

a. Ya

b. Tidak

6. Jika “Ya” apa jenisnya? ...............................

Lampiran 3

Formulir Recall

Recall 2X24 jam

Recall ke :

Tanggal :

No Waktu Nama Hidangan Nama Bahan Makanan Berat Bahan Mentah

Urt Gram1 Pagi

2. Snackpagi

3, Makansiang

4. Snacksiang

5. Makanmalam

Lampiran 4

FORMULIR RECALL AKTIVITAS FISIK

Tanggal : ………………………

Hari ke : ………………………

No Waktu Jenis KegiatanLama kegiatan

berlangsung (menit)

Keterangan

Lampiran 5

FORMULIR RATA-RATA AKTIVITAS FISIK

No

Energi yang

Dikeluarkan (Kal)

Total energi yang

dikeluarkan selama

2 hari (Kal)

Rata-rata energi

yang dikeluarkan /

hari (Kal)

Hari 1 Hari 2

Lampiran 6

FORM STATUS GIZI SAMPEL

No NamaUmur

(tahun)

BB

(Kg)

TB

(m)IMT

Status

Gizi

Lampiran 7

TABEL PHYSICAL ACTIVITY RATIO (PAR) BERBAGAI AKTIVITAS FISIK

Aktivitas Physical Activity Ratio/satuanwaktu

Tidur 1.0Berkendaraan dalam bus/mobil 1.2Aktivitas santai (nonton TV danmengobrol)

1.4

Makan 1.5Duduk (bekerja kantor, menjaga toko) 1.5Mengendarai mobil/berjalan 2.0Memasak 2.1Berdiri, membawa barang yang ringan 2.2Mandi dan berpakaian 2.3Menyapu, mencuci baju dan piringtanpa mesin

2.3

Mengerjakan pekerjaan rumah tangga 2.8Berjalan 3.2Berkebun 4.1Olahraga ringan (jalan kaki) 4.2Kegiatan yang dilakukan denganduduk

1.5

Transportasi dengan bus 1.2Kegiatan ringan 1.4