pengaruh ukuran kap dan spesialisasi industri...

15
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-15 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI KAP TERHADAP KUALITAS AUDIT: TINGKAT RISIKO LITIGASI PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI Diajeng Chrisnoventie, Surya Raharja 1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851 ABSTRACT This study aims to analyze the influence of audit firm size and industry specialization auditor on audit quality by the level of litigation risk as a moderating variable on the manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008 until 2010. Audit firm size and audit firm industry specialization auditor as the independent variables and the quality audit that proxied by discretionary accrual as the dependent variable. Data from this study were obtained from financial statements of manufacturing firms drawn from the Indonesia Stock Exchange and Indonesian Capital Market Directory. The population of this study are manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the years 2008-2010 amounting to 450 companies. Determination of the sample using purposive sampling method. Type of data are secondary data in the form of financial statement as the media manufacturing companies. Data analysis tool is analysis of Covariances with the computer program SPSS version 19. The results of this study indicate that audit firm size that proxied by BIG 4 auditor, are moderated by the level of litigation risk provide higher audit quality than non BIG 4 auditors while audit firm industry specialization are not moderated by the level of litigation risk. Audit firm industry specialization do not necessarily provide higher audit quality than audit firm non industry specialization. Keywords: Audit Firm Size, Audit Firm Industry Specialization , Litigation Risk, Discretionary Accrual, Audit Quality PENDAHULUAN Dalam suatu perusahaan, laporan keuangan memiliki peran dan fungsi yang sangat penting baik internal maupun eksternal. Untuk mempertahankan kualitas dalam laporan keuangan, peran auditor sangat diperlukan untuk menjembatani antara kepentingan pihak prinsipal dengan pihak agen, yaitu manajer sebagai pengelola keuangan perusahaan. Menurut PSAk No. 2, Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Oleh sebab itu kualitas audit sangat dibutuhkan untuk memberikan opini yang berkualitas. Berkaitan dengan Deep Pocket Theory yang mengemukakan bahwa penerimaan kualitas audit terkait dengan kemakmuran auditor. Auditor yang memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi memiliki insentif yang lebih besar khususnya saat klien memiliki tingkat risiko litigasi yang lebih tinggi, secara efektif memonitor sistem pelaporan keuangan untuk menghindari atau mengurangi kerugian moneter. Khurana dan Raman (2004) dan Francis dan Wang (2008) dalam Jerry Sun dan Guoping Liu (2011) menjelaskan bahwa perbedaan kualitas audit antara Big N dan Non Big N secara positif mempengaruhi tingkat risiko litigasi suatu negara, konsisten dengan penjelasan Deep Pocket Theory. Brown et al. (2005) mengkaji pengaruh dari risiko litigasi terhadap manajemen peramalan laba dan menemukan bahwa risiko litigasi secara positif berhubungan dengan kemungkinan untuk menyampaikan ramalan yang berkaitan dengan berita buruk. Laba yang tinggi memiliki potensi risiko litigasi yang tinggi pula. 1 Diajeng Chrisnoventie, Surya Raharja

Upload: lamnhan

Post on 01-Apr-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI …eprints.undip.ac.id/35892/1/Diajeng_Chrisnoventie_C2C008038_Jurnal.pdf · Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-15

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting

PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI KAP

TERHADAP KUALITAS AUDIT: TINGKAT RISIKO LITIGASI

PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI

Diajeng Chrisnoventie, Surya Raharja 1

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT This study aims to analyze the influence of audit firm size and industry specialization auditor

on audit quality by the level of litigation risk as a moderating variable on the manufacturing

companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008 until 2010. Audit firm size and audit

firm industry specialization auditor as the independent variables and the quality audit that proxied

by discretionary accrual as the dependent variable.

Data from this study were obtained from financial statements of manufacturing firms drawn

from the Indonesia Stock Exchange and Indonesian Capital Market Directory. The population of

this study are manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the years

2008-2010 amounting to 450 companies. Determination of the sample using purposive sampling

method. Type of data are secondary data in the form of financial statement as the media

manufacturing companies. Data analysis tool is analysis of Covariances with the computer

program SPSS version 19.

The results of this study indicate that audit firm size that proxied by BIG 4 auditor, are

moderated by the level of litigation risk provide higher audit quality than non BIG 4 auditors while

audit firm industry specialization are not moderated by the level of litigation risk. Audit firm

industry specialization do not necessarily provide higher audit quality than audit firm non industry

specialization.

Keywords: Audit Firm Size, Audit Firm Industry Specialization , Litigation Risk, Discretionary

Accrual, Audit Quality

PENDAHULUAN Dalam suatu perusahaan, laporan keuangan memiliki peran dan fungsi yang sangat penting

baik internal maupun eksternal. Untuk mempertahankan kualitas dalam laporan keuangan, peran

auditor sangat diperlukan untuk menjembatani antara kepentingan pihak prinsipal dengan pihak

agen, yaitu manajer sebagai pengelola keuangan perusahaan. Menurut PSAk No. 2, Tujuan audit

atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat

tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan

ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Oleh sebab

itu kualitas audit sangat dibutuhkan untuk memberikan opini yang berkualitas. Berkaitan dengan

Deep Pocket Theory yang mengemukakan bahwa penerimaan kualitas audit terkait dengan

kemakmuran auditor. Auditor yang memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi memiliki insentif yang

lebih besar khususnya saat klien memiliki tingkat risiko litigasi yang lebih tinggi, secara efektif

memonitor sistem pelaporan keuangan untuk menghindari atau mengurangi kerugian moneter.

Khurana dan Raman (2004) dan Francis dan Wang (2008) dalam Jerry Sun dan Guoping Liu

(2011) menjelaskan bahwa perbedaan kualitas audit antara Big N dan Non Big N secara positif

mempengaruhi tingkat risiko litigasi suatu negara, konsisten dengan penjelasan Deep Pocket

Theory. Brown et al. (2005) mengkaji pengaruh dari risiko litigasi terhadap manajemen peramalan

laba dan menemukan bahwa risiko litigasi secara positif berhubungan dengan kemungkinan untuk

menyampaikan ramalan yang berkaitan dengan berita buruk. Laba yang tinggi memiliki potensi

risiko litigasi yang tinggi pula.

1 Diajeng Chrisnoventie, Surya Raharja

Page 2: PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI …eprints.undip.ac.id/35892/1/Diajeng_Chrisnoventie_C2C008038_Jurnal.pdf · Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2

2

Jerry Sun dan Guoping Liu (2011) meneliti hubungan antara risiko litigasi klien dan

perbedaan kualitas audit antara BIG N auditor dan Non BIG N auditor dengan manajemen laba

sebagai proksi kualitas audit. Hasil penelitian menunjukan bahwa BIG N auditor lebih efektif dalam

menghambat manajemen laba pada perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi. Rusmin

(2010) menemukan bahwa KAP kelompok Big Four lebih memiliki kemampuan dalam mendeteksi

adanya praktik manajemen laba dibandingkan KAP kelompok Non Big Four. Inten Meutia (2004)

menyatakan bahwa KAP BIG 5 lebih berkualitas dalam mendeteksi berlakunya manajemen laba

dalam suatu perusahaan. Rusmin Rusmin (2010) menemukan bahwa besarnya manajemen laba

signifikan relatif lebih rendah antara perusahaan yang menggunakan Big 4 Spesialis daripada

perusahaan yang menggunakan Non Big 4 spesialis.

Hasil penelitian Jerry Sun dan Guping Liu, Rusmin, Meutia dan Rusmin -Rusmin

berkontradiksi dengan penelitian yang dilakukan Choi et al (2008) dalam Jerry Sun dan Guoping

Liu (2011) menemukan bahwa biaya Big 4 lebih rendah dalam rezim tanggung jawab hukum yang

kuat daripada dalam rezim tanggung jawab hukum yang lemah, tidak konsisten dengan teori deep

pocket. Luhgiatno (2010) menemukan bahwa KAP Big Four tidak berpengaruh terhadap praktik

manajemen laba pada perusahaan yang melakukan IPO. Ali Abedalqader Al-Thuneibat, Ream

Tawfiq Ibrahim Al Issa dan Rana Ahmad Ata Baker (2011) juga menyatakan bahwa Ukuran KAP

tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Craswell (1995) dalam Luhgiatno (2010) menyatakan bahwa reputasi KAP kurang bernilai

dalam suatu industri yang juga terdapat KAP spesialis industri. KAP spesialisasi industri tertentu

memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik mengenai kondisi lingkungan tertentu.

Untuk industri yang memiliki teknologi akuntansi khusus, KAP spesialisasi industri akan

memberikan jaminan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan KAP yang tidak spesialis.

Mayangsari (2004) menyatakan bahwa auditor yang berkualitas tinggi memberikan kepastian yang

besar terhadap kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi berterima umum. Sedangkan

Balsam (2003) menyatakan bahwa auditor spesialis berkontribusi pada kredibilitas yang ditawarkan

auditor. Hamersley (2006) dalam almutairi (2009) menyatakan bahwa auditor spesialis lebih cakap

dalam mengintrepetasikan kesalahan pelaporan. Carcello dan Nagy (2004) berhasil menemukan

hubungan antara spesialisasi auditor dengan kecurangan pelaporan keuangan klien. Rusmin

Rusmin (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang melibatkan jasa spesialis secara signifikan

lebih rendah daripada perusahaan yang melibatkan jasa non spesialis. Penelitian tersebut sejalan

dengan penelitian Rusmin (2010) yang menemukan bahwa KAP spesialisasi industri lebih

memiliki kemampuan dalam mendeteksi adanya praktik manajemen laba dibandingkan KAP non

spesialisasi industri. Chen et al (2005) menemukan bahwa spesialisasi industri auditor tidak

berpengaruh terhadap besarnya manajemen laba. Luhgiatno (2010) juga menemukan bahwa KAP

spesialisasi industri tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan yang

melakukan IPO.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

apakah ukuran KAP BIG 4 dan spesialisasi industri KAP memiliki kualitas audit yang lebih tinggi

terutama untuk perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Teori Keagenan (Agency Theory) Penjelasan mengenai pentingnya auditor dalam mengaudit laporan keuangan terkait dengan

teori keagenan. Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik hubungan antara

pemilik (principal) dan manajemen (agent). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan

keagenan sebagai sebuah kontrak antara satu orang atau lebih pemilik (principal) yang menyewa

orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian

wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Hal tersebut memicu masalah agensi (agency

problem) karena manajemen memiliki kepentingan pribadi yang akan menguntungkannya

bertentangan dengan kepentingan pemilik perusahaan. Masalah agensi tersebut muncul karena

adanya asymetric information. Asimetri informasi dapat berupa informasi yang terdistribusi dengan

tidak merata diantara agent dan principal, serta tidak mungkinnya principal untuk mengamati

secara langsung usaha yang dilakukan oleh agent. Hal ini menyebabkan agent cenderung

Page 3: PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI …eprints.undip.ac.id/35892/1/Diajeng_Chrisnoventie_C2C008038_Jurnal.pdf · Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 3

3

melakukan perilaku yang tidak semestinya (disfunctional behaviour). Dalam upaya untuk menekan

masalah agensi ini diperlukan adanya pihak independen untuk menjembatani konflik antara

principal dan agen. Pihak independen adalah Kantor Akuntan Publik atau auditor independen.

Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian informasi yang wujud di

antara manajemen dan pemegang saham dengan menggunakan pihak lain adalah auditor untuk

mengesahkan laporan keuangan (DeAngelo, 1981). Jadi, teori keagenan digunakan untuk

membantu auditor sebagai pihak ketiga untuk memahami konflik kepentingan yang dapat muncul

antara principal dan agen.

Auditor diharapkan memberikan kualitas audit yang baik dengan mengurangi tingkat

manajemen laba suatu perusahaan. Terkait dengan risiko litigasi dan teori keagenan suatu

perusahaan, perusahaan berupaya untuk menghindari tuntutan dan ancaman litigasi mendorong

manajer (agent) mengungkapkan informasi yang cenderung mengarah pada: (i) pengungkapan

berita buruk dengan segera dalam laporan keuangan, (ii) menunda berita baik, (iii) memilih

kebijakan akuntansi yang cenderung konservatif (Seetharaman et al. 2002). Lingkungan hukum

yang berlaku pada suatu wilayah tertentu juga memiliki dampak yang signifikan terhadap kebijakan

diskresioner manajer dalam melaporkan keuangannya (Ball et al. 1999 dan 2000). Manajer (agent)

akan melakukan penyeimbangan antara biaya litigasi yang akan timbul dengan keuntungan yang

diperoleh karena akuntansi yang agresif.

Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat.

Dowling dan Pfeffer (1975) dalam A. Chariri dan I.Ghozali (2007) menyatakan karena legitimasi

adalah hal yang penting bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan

nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku

organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Suatu institusi harus lolos uji legitimasi dan

relevansi dengan cara menunjukan bahwa masyarakat memang memerlukan jasa perusahaan dan

kelompok tertentu yang memperoleh manfaat dari penghargaan (reward) yang diterimanya betul-

betul mendapat persetujuan masyarakat. Tekait dengan kantor akuntan publik, teori legitimasi

memberi dasar bahwa seorang kantor akuntan publik harus memiliki dasar norma dan etika yang

selaras dengan kepercayaan masyarakat dalam menjalankan pekerjaannya. Terkait dengan kualitas

audit kantor akuntan publik, teori ini mengasumsikan bahwa semua KAP baik BIG 4, Non BIG 4,

spesialis ataupun tidak spesialis memiliki potensi hukum jika tidak berjalan sesuai norma, etika dan

kepercayaan dari masyarakat. KAP BIG 4 dan Spesialis industri menunjukan bahwa perusahaan

memiliki legitimasi yang lebih besar dibandingkan dengan non BIG 4 dan non spesialis karena

penerimaan dan kepercayaan masyarakat lebih besar.

Teori Deep Pocket ( Deep Pocket Theory ) Teori deep pocket menunjukan bahwa penerimaan kualitas audit berhubungan dengan

kemakmuran auditor karena auditor BIG N memiliki lebih banyak kemakmuran dalam risiko.

Mereka memiliki insentif yang lebih tinggi, khususnya saat mereka memilih klien dengan tingkat

risiko litigasi yang tinggi. Kasus kebangkrutan yang terjadi seringkali membuat auditor membuat

auditor mempertanggungjawabkan kegagalan auditnya. Tuntutan hukum seringkali bukan datang

kepada perusahaan melainkan kepada auditor.

Manajemen Laba Menurut Sugiri (1998) dalam Widyaningdyah (2001) membagi definisi manajemen laba

menjadi dua, yaitu:

1. Definisi sempit

Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi.

Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk

bermain dengan komponen discretionary accrual dalam menentukan besarnya laba.

2. Definisi luas

Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang

dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa

mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.

Page 4: PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI …eprints.undip.ac.id/35892/1/Diajeng_Chrisnoventie_C2C008038_Jurnal.pdf · Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4

4

Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan laporan keuangan menggunakan dasar

akrual. Konsep model akrual memiliki dua komponen yaitu Discretionary Accrual dan Non

Discretionary Accrual. Salah satu cara untuk mengukur adanya manajemen laba dalam suatu

perusahaan dengan menggunakan proksi Discretionary Accruals (DAC). Discretionary Accrual

merupakan komponen akrual yang dapat diatur dan direkayasa sesuai kebijakan (discretion)

manajerial karena manajerial memiliki kemampuan pengawasan dan tindakan, sementara non

discretionary accrual merupakan komponen akrual yang tidak dapat diatur dan direkayasa sesuai

kebijakan manajer. Manajer akan melakukan manajemen laba dengan memanipulasi akrual- akrual

tersebut untuk mencapai tingkat pendapatan yang diinginkan. Semakin besar manajemen laba

dalam perusahaan, semakin tinggi tingkat discretionary accrual dalam perusahaan tersebut.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba Faktor- faktor yang mempengaruhi manajemen laba yang diajukan Watt dan Zimmerman

(1996) dalam Sugiri (1998) adalah :

1. Bonus Plan Hypothesis

2. Debt to Equity Hypothesis

3. Political Cost Hypothesis

Kualitas Audit DeAngelo (1981) dalam Alim, dkk (2007) menyatakan kualitas audit adalah kebebasan yang

tinggi sebagai faktor kemungkinan auditor dapat menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam

sistem akuntansi klien. Penemuan pelanggaran merupakan ukuran kualitas audit yang berkaitan

dengan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan auditor tersebut. DeAngelo (1981b)

mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa laporan keuangan mengandung

kekeliruan material dan auditor akan menemukan dan melaporkan kekeliruan material tersebut.

Balsam (2003) menyatakan bahwa kualitas audit yang tinggi (dalam hal ini KAP BIG N)

dapat mendeteksi manajemen laba karena pengetahuan superior mereka dan menekan manajemen

laba opportunitis untuk menjaga reputasi mereka. Mayangsari (2004) menyatakan bahwa auditor

berkualitas tinggi memberikan kepastian yang besar terhadap kesesuaian laporan keuangan dengan

prinsip berterima umum. Klien yang berisiko lebih tinggi dapat saja memilih untuk menggunakan

auditor dengan kualitas yang lebih baik. Reputasi auditor yang lebih baik pada masa lalu dapat

digunakan oleh klien yang memiliki proyek beresiko tinggi dan tidak terlalu menguntungkan

sebagai sinyal bahwa proyek perusahaan tidak seberisiko yang terlihat. Penelitian Datar, Fetlham,

dan Hughes (1991) dalam Widiastuti (2010) membuktikan bahwa perusahaan yang menggunakan

auditor besar cenderung berisiko.

Balsam (2003) menyatakan bahwa spesialisasi industry auditor berkontribusi pada

kredibilitas yang ditawarkan auditor. Hamersley (2006) dalam Almutairi (2009) menyatakan bahwa

auditor spesialis lebih cakap dalam mengintrepetasikan kesalahan pelaporan. Pengetahuan yang

harus dimiliki auditor tidak hanya pengetahuan mengenai pengauditan dan akuntansi melainkan

juga industri klien. Meskipun mengaudit perusahaan pemanufakturan prinsipnya sama dengan

mengaudit perusahaan asuransi, namun sifat bisnis, prinsip akuntansi, sistem akuntansi, dan

peraturan perpajakan yang berlaku mungkin berbeda. KAP yang mempunyai banyak klien dalam

industri yang sama (spesialisasi pada industri tertentu) akan lebih memahami risiko audit khas yang

ada dalam industri khusus tersebut.

Risiko Litigasi ( Litigation Risk ) Risiko litigasi diartikan sebagai risiko yang melekat pada perusahaan yang memungkinkan

terjadinya ancaman litigasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang merasa

dirugikan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan meliputi kreditor, investor, dan

regulator. Risiko litigasi dapat diukur dari berbagai indikator keuangan yang menjadi determinan

kemungkinan terjadinya litigasi.

Besar kecilnya risiko litigasi yang melekat pada perusahaan akan mempengaruhi dorongan

atau perilaku manajer. Cao dan Narayanamoorthy (2005) dalam Juanda (2007) menyatakan bahwa

dengan mempertimbangkan adanya risiko litigasi, manajer lebih memungkinkan untuk

mengungkapkan berita buruk. Demikian juga halnya dengan Skinner (1997) dalam Juanda (2007)

Page 5: PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI …eprints.undip.ac.id/35892/1/Diajeng_Chrisnoventie_C2C008038_Jurnal.pdf · Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5

5

menunjukan bahwa perusahaan yang secara sukarela menyampaikan informasi berita buruk lebih

awal akan mengurangi risiko terjadinya tuntutan litigasi. Johnson et al. (2001) dalam Juanda (2007)

menunjukan bahwa dengan adanya kewajiban hukum bagi perusahaan berteknologi tinggi,

mendorong mereka untuk mengungkapkan laporannya relatif lebih lengkap. Brown et al. (2005)

mengkaji pengaruh dari risiko litigasi terhadap manajemen peramalan laba dan menemukan bahwa

risiko litigasi secara positif berhubungan dengan kemungkinan untuk menyampaikan ramalan yang

berkaitan dengan berita buruk.

Litigasi Auditor ( Auditor Litigation ) Tuntutan hukum yang dihadapi oleh para auditor meningkat tajam dalam beberapa tahun

terakhir. Penelitian yang dilakukan oleh Henninger (2001) menunjukan bahwa risiko litigasi

berhubungan dengan suatu ukuran dari earning management-abnormal accrual. Lys and Watts

(1994) menemukan bahwa gugatan terhadap auditor lebih cenderung untuk klien dengan ukuran

yang besar, peningkatan pendapatan akrual, kesulitan keuangan, kinerja harga saham yang lemah

atau laporan audit kualifikasi. Mereka juga menemukan bahwa gugatan yang lebih tinggi jika

auditor mempekerjakan audit teknologi yang tidak berstruktur dan jika klien merepresentasikan

proporsi pendapatan auditor yang relatif besar.

Ukuran KAP, Risiko Litigasi dan Kualitas Audit Becker et al, 1998 dan Francis et al, 1999 dalam Jerry Sun dan Guoping Liu, 2011

menemukan bahwa auditor BIG N menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi daripada auditor

Non-BIG N, karena BIG N auditor memiliki insentif yang lebih besar untuk menyediakan kualitas

audit yang lebih tinggi daripada NON-BIG N. Dye (1993) dalam Jerry Sun dan Guoping Liu (2011)

menyatakan bahwa Perbedaan kualitas audit adalah auditor BIG N menderita kerugian dalam kasus

litigasi karena memiliki kemakmuran dalam risiko. Francis dan Wang (2008) memberikan bukti

bahwa auditor BIG N menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi dalam yurisdiksi litigasi tinggi

tetapi tidak dalam yurisdiksi litigasi rendah.

Perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi cenderung akan menurunkan laba untuk

menghindari tuntutan hukum. Semakin tinggi risiko klien, semakin tinggi probabilitas risiko litigasi

yang dihadapi auditor jika klien tersebut ternyata tidak mengungkapkan informasi yang benar.

Auditor yang berhadapan dengan klien yang berisiko jika harus menerimanya, akan mengenakan

fee yang lebih tinggi dan meningkatkan jam audit agar bisa meningkatkan kekuatan pemonitoran

(Watkins et al., 2004: 165). Ketika berhadapan dengan klien yang berisiko tinggi, kantor akuntan

besar cenderung lebih berhati-hati karena biaya litigasi potensial mereka lebih besar daripada biaya

yang potensial ditanggung oleh kantor akuntan yang lebih kecil.

H1: Kualitas audit lebih tinggi untuk perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi ketika

diaudit oleh auditor BIG 4

Spesialisasi Industri KAP, Risiko Litigasi dan Kualitas Audit Balsam (2003) menyatakan bahwa spesialisasi auditor berkontribusi pada kredibilitas yang

ditawarkan auditor. Hamersley (2006) dalam Almutairi (2009) menyatakan bahwa auditor spesialis

lebih cakap dalam mengintrepetasikan kesalahan pelaporan. Carcello dan Nagy (2004) berhasil

menemukan hubungan antara spesialisasi auditor dengan kecurangan pelaporan keuangan klien

akuntan publik.

Pengetahuan yang harus dimiliki auditor tidak hanya pengetahuan mengenai pengauditan

dan akuntansu melainkan juga industri klien. Meskipun mengaudit perusahaan manufaktur

prinsipnya sama dengan mengaudit perusahaan asuransi, namun sifat bisnis, prinsip akuntansi,

sistem akuntansi dan peraturan perpajakan yang berlaku mungkin berbeda. Pengetahuan lebih

dalam yang dimiliki oleh auditor spesialis industri memberikan kualitas audit yang lebih baik pula.

Kecenderungan perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi, memaksa auditor spesialis

untuk memberikan audit yang lebih berkualitas untuk menghindari adanya tuntutan hukum dan

kecurangan.

H2: Kualitas audit lebih tinggi untuk perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi ketika

diaudit oleh spesialisasi industri KAP

Page 6: PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI …eprints.undip.ac.id/35892/1/Diajeng_Chrisnoventie_C2C008038_Jurnal.pdf · Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 6

6

METODE PENELITIAN

Variabel Dependen/Terikat Kualitas audit direfleksikan dengan manajemen laba karena Heninger (2001) menemukan

bahwa tingkat manajemen laba mendorong ex-post litigasi auditor lebih tinggi. Manajemen laba

menggunakan proksi discretionary accrual. Dalam penelitian ini manajemen laba diukur

menggunakan model yang dikembangkan Kothari et al. (2005) dalam A. Herusetya (2009 ) yaitu

Linier Performance – Matching Jones. Tahapan Linier Performance- Matching Jones:

TACCt/ TA

t-1 = NDACCt / TA

t-1 = α

0 +

α

1(1/ TA

t-1) + α

2((Δ REV

t - Δ REC

t ) / TA

t-1) + α

3(PPE

t /

TAt-1

) + α4 ( ROA

t-1) + є............ (1)

TACCt = total accruals perusahaan i pada periode t

NDACCt = nondiscretionary accruals pada tahun t

α0

= konstanta

TAt-1

= total aset untuk sampel perusahaan i pada akhit tahun t-1

Δ REVt = perubahan laba perusahaan pada tahun t

Δ RECt = perubahan piutang bersih (net receivable)perusahaan pada tahun t

PPEt = aktiva tetap (gross property plant and equipment) perusahaan tahun t

ROA t-1

= Return on assets perusahaan i pada akhir tahun t-1

є = Residual eror

Discretionary accruals atau abnormal accruals merupakan selisih antara total accrual

dengan nondiscretionary accrual ( merupakan fitted value ). Perusahaan dengan Discretionary

accrual rendah menunjukan tingkat manajemen laba rendah yang berarti kualitas audit tinggi,

sedangkan jika perusahaan memiliki discretionary accrual tinggi menunjukan tingkat manajemen

laba tinggi dan kualitas audit rendah.

Variabel Independen/Bebas

Ukuran Kantor Akuntan Publik Kategori KAP BIG 4 di Indonesia yaitu :

KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP Drs.Haryanto Sahari & Rekan,

KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan; KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang

bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta dan Widjaja; KAP Ernets dan Young, yang

bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja; KAP Deloitte Touche Thomatsu,

yang bekerjasama dengan KAP Drs.Hans Tuanokata & Mustofa, Osman Bing Satrio & Rekan.

Pada penelitian ini ukuran KAP menggunakan variabel dummy, nilai 1 jika perusahaan

diaudit oleh BIG 4 Auditor dan 0 jika lainnya.

Spesialisasi Industri KAP Spesialisasi industri auditor diproksi dengan konsentrasi jasa auditor pada bidang tertentu.

Penetapan spesialis industri KAP dapat dilihat melalui frekuensi penugasan yang dilakukan oleh

KAP dalam melakukan pemeriksaan pada perusahaan sejenis menurut pengelompokan perusahaan

oleh BEI. Spesialisasi industri KAP pada penelitian ini adalah auditor yang memiliki pangsa pasar

minimal 20% dari jumlah klien yang diterima pada kelompok tertentu (Rusmin 2010).

Variabel Moderasi

Risiko Litigasi Langkah menetapkan tingkat risiko litigasi :

LITSCORE=0,276*SIZE+1,153*INV+2,075*REC+1,251*ROA+1,501*LEV+

0,301*GROWTH-0,371*RET+0,235*BETA+

1,464*TURNOVER+1,060*DELIST+0,928*TECH+ 0,463*OPINION-10,049

LITSCORE = skor litigasi

SIZE = log natural dari total aset di akhir tahun

INV = persediaan dibagi dengan total aset di akhir tahun

Page 7: PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI …eprints.undip.ac.id/35892/1/Diajeng_Chrisnoventie_C2C008038_Jurnal.pdf · Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7

7

REC = piutang dibagi dengan total aset di akhir tahun

ROA = laba bersih pada tahun sample dibagi dengan total aset di akhir tahun

LEV = total kewajiban pada tahun sample dibagi dengan total aset pada akhir tahun

GROWTH = perubahan penjualan t-1 ke tahun t dibagi dengan penjalan t-1

RET = harga saham dari tahun t dikurangi harga saham t-1 dibagi harga saham t-1

BETA = koefisien dari regresi return saham dengan hari return pasar

TURNOVER = volume saham perusahaan dibagi dengan saham yang beredar

DELIST = 1 jika perusahaan dinyatakan delist, 0 sebaliknya

TECH = 1 jika perusahaan berada dalam kode SIC perusahaan dalam 2830s, 3570s,

7370s, 8730s dan antara 3825 dan 3839, 0 sebaliknya

OPINION = 1 jika menerima opini going concern pada tahun sebelumnya dan 0 sebaliknya

Perusahaan dengan skor litigasi diatas median menunjukan bahwa perusahaan tersebut

mempunyai tingkat risiko litigasi yang tinggi, begitu sebaliknya.

Variabel Kontrol 1. Market to Book Ratio

Skinner dan Sloan (2002) dalam Jerry Sun and Guoping Liu ( 2011) menyatakan bahwa

manajemen laba lebih tinggi untuk perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang tinggi

daripada perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang rendah.

2. Absolute value of Change in Net Income

Klein ( 2002 ) menemukan bahwa absolute value of change in net income berhubungan

positif terhadap absolute value of discretionary accruals.

3. Debt

Klein ( 2002 ) berpendapat bahwa perusahaan dengan leverage keuangan yang tinggi

mungkin mempunyai tingkat discretionary accrual yang lebih tinggi. Jensen and Meckling (

2002 ) berpendapat bahwa Leverage keuangan dapat mengurangi agency cost.

4. Asset

Perusahaan besar cenderung memiliki kualitas laba yang lebih besar (Armstrong et al., 2010)

5. Loss

Kualitas laba cenderung lebih rendah ketika perusahaan mengalami kerugian (Francis et al.,

2004). Loss diukur dengan variabel dummy, 1 untuk laba bersih negatif dan 0 untuk

sebaliknya.

Populasi dan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive

sampling method. Kriteria pemilihan sampel adalah emiten berada pada industri manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2010, Emiten mempublikasikan

laporan keuangan tahunan untuk periode 31 Desember 2008-2010, Minimal harus tersedia 8

perusahaan dalam setiap industri, dan data – data mengenai variabel penelitian yang akan diteliti

tersedia lengkap dalam laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan tahun 2008-2010.

Metode Analisis

Analysis of Covariance (ANCOVA) Analysis of Covariance adalah analysis variance (ANOVA) yang memasukan variabel

independen metrik sebagai covariate ke dalam model. Model linier yang dikembangkan untuk

menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. DAC = a + β

1 LITRISK + β

2 BIGAUD + β

3 LITRISK*BIGAUD + β

4 MB + β

5ACNI + β

6

DEBT + β7 ASSET + β

8 LOSS + є

2. DAC = a + β

1 LITRISK + β

2 AUDSPES + β

3 LITRISK*AUDSPES + β

4 MB + β

5 ACNI +

β6 DEBT + β

7 ASSET + β

8 LOSS +

a = konstanta

β1,2,3,4,5,6,7,8

= koefisien variabel

DAC = nilai abnormal accrual

Page 8: PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI …eprints.undip.ac.id/35892/1/Diajeng_Chrisnoventie_C2C008038_Jurnal.pdf · Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8

8

LITRISK = risiko litigasi, 1 untuk perusahaan dengan risiko litigasi tinggi dan 0

sebaliknya

BIGAUD = BIG 4 Auditor, 1 untuk BIG 4 auditor dan 0 untuk NON BIG 4 Auditor

AUDSPES = spesialisasi industri Auditor, 1 untuk spesialisasi industri auditor, 0 sebaliknya

MB = saham beredar dikali harga saham dibagi dengan total ekuitas

ACNI = nilai absolut perubahan laba bersih dari tahun t-1 ke tahun t dibagi total aset

DEBT = rasio utang jangka panjang terhadap total aset

ASSET = Log Natural dari total aset

LOSS = 1 untuk laba bersih negatif , 0 sebaliknya

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Obyek Penelitian

Tabel 1

Jumlah Sample Perusahaan Berdasarkan Sektor Usaha

Tabel 2

Analisis Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DAC 144 -5,576958 0,095878 -2,2949432 0,944058

MB 144 -8,672033 35,40235 1,202847 3,479632

ACNI 144 0,000189 0,88161 0,069467 0,131936

DEBT 144 0 2,439393 0,239717 0,433039

ASSET 144 24,068944 32,35714 27,39456 1,694266

Tabel 4

Analisis Deskriptif

Variabel Jumlah Prosentase

Risiko Litigasi:

Risiko rendah 84 58,3

Risiko tinggi 60 41,7

Auditor Big 4

KAP Big 4 57 39,6

KAP non Big 4 87 60,4

Spesialis Auditor

Auditor spesialis 54 37,5

Auditor non spesialis 90 62,5

Loss

Laba positif 124 86,1

Laba negative 20 13,9

Jenis Perusahaan Manufaktur Jumlah Perusahaan

Food and Beverage 11

Apparel and Other Textile Product 9

Plastic and Glass Product 9

Metal and Allied Product 9

Automotive and Allied Product 10

Jumlah sampel per tahun 48

Jumlah Sampel 2008 – 2010 144

Page 9: PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI …eprints.undip.ac.id/35892/1/Diajeng_Chrisnoventie_C2C008038_Jurnal.pdf · Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9

9

Hasil Uji Hipotesis

Analisis Ancova Model 1 Analisis 1 digunakan untuk menguji pengaruh ukuran KAP (Big 4 atau non Big 4), risiko

litigasi dan interaksi keduanya terhadap kualitas audit ADAC. Pola yang dibentuk oleh variabel

BIGAUD, LITRISK maupun interaksinya dapat ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 1

Interaksi BIGAUD dan LITRISK terhadap kualitas audit

Hasil penelitian menunjukan bahwa pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 4 dengan

tingkat risiko litigasi yang tinggi memiliki tingkat discretionary accrual yang rendah maka kualitas

audit yang diperoleh adalah yang tertinggi. Kualitas audit akan menurun ketika perusahaan yang

diaudit oleh KAP Big 4 dengan risiko litigasi yang rendah.

Tabel 5

Hasil Ancova – 1

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:DAC

Source Type III Sum

of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 23.571a 8 2.946 3.829 .000

Intercept .839 1 .839 1.090 .298

BIGAUD 2.304 1 2.304 2.994 .086

LITRISK .077 1 .077 .100 .752

BIGAUD * LITRISK 6.161 1 6.161 8.006 .005

MB .138 1 .138 .179 .673

ACNI 4.036 1 4.036 5.245 .024

DEBT 1.158 1 1.158 1.505 .222

ASSET .206 1 .206 .268 .606

LOSS 4.619 1 4.619 6.003 .016

a. R Squared = .185 (Adjusted R Squared = .137)

Pengaruh ukuran KAP (BIGAUD) terhadap kualitas audit mendapatkan nilai F sebesar

2.994 dengan signifikansi sebesar 0,086. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,10. Hal ini

berarti bahwa BIGAUD secara signifikan membedakan tingkat kualitas audit. Pengaruh dari risiko

litigasi terhadap kualitas audit menunjukkan nilai statistik uji F sebesar 0,100 dengan signifikansi

sebesar 0,752. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa risiko litigasi

dapat membedakan tingkat kualitas audit.

Hasil pengujian perbedaan kualitas audit pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Big4 dan

KAP non Big 4 dengan adanya risiko litigasi rendah dan tinggi diuji dengan uji Ancova. Untuk

Page 10: PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI …eprints.undip.ac.id/35892/1/Diajeng_Chrisnoventie_C2C008038_Jurnal.pdf · Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10

10

mengetahui apakah tingkat risiko litigasi perusahaan merupakan variabel moderating pada

hubungan antara ukuran KAP dengan kualitas audit, maka pengujian terhadap interaksi

BIGAUD*LITRISK digunakan sebagai dasar pengujian. Hasil pengujian untuk variabel

BIGAUD*LITRISK diperoleh nilai F sebesar 8,006 dengan signifikansi sebesar 0,005. Nilai

signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa interaksi BIGAUD*LITRISK

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hipotesis 1 yang diajukan adalah bahwa kualitas

audit akan lebih tinggi untuk perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi ketika diaudit

oleh auditor Big 4. Dengan demikian temuan hasil penelitian ini tidak berbeda dengan Hipotesis 1

karena pola yang dibentuk dari penelitian ini adalah kualitas audit lebih tinggi untuk perusahaan

dengan risiko litigasi yang tinggi yang diaudit oleh auditor Big 4. Hal tersebut terlihat dari

discretionary accrual yang semakin rendah untuk perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang

tinggi. Dengan demikian Hipotesis 1 diterima.

Analisis Ancova 2 Analisis 2 digunakan untuk menguji pengaruh Spesialisasi KAP, risiko litigasi dan interaksi

keduanya terhadap kualitas audit DAC. Pola yang dibentuk oleh variabel AUDSPES, LITRISK

maupun interaksinya dapat ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 4.2

Interaksi AUDSPES dan LITRISK terhadap kualitas audit

Hasil penelitian mendapatkan bahwa pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Spesialisasi

industri dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi maka kualitas audit yang diperoleh adalah yang

terendah karena tingkat discretionary accrualnya semakin tinggi dan selanjutnya kualitas audit akan

meningkat ketika KAP spesialisasi industri mengaudit perusahaan dengan tingkat risiko litigasi

yang rendah.

Tabel 6

Hasil Ancova – 2

Dependent Variable:DAC

Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 14.780a 8 1.847 2.214 .030

Intercept 3.247 1 3.247 3.891 .051

AUDSPES .382 1 .382 .457 .500

LITRISK .575 1 .575 .689 .408

AUDSPES * LITRISK .266 1 .266 .319 .573

MB .796 1 .796 .954 .330

ACNI 5.106 1 5.106 6.118 .015

DEBT .549 1 .549 .658 .419

ASSET .103 1 .103 .123 .726

LOSS 4.541 1 4.541 5.442 .021

RSquared = .116 (Adjusted R Squared = .064)

Page 11: PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI …eprints.undip.ac.id/35892/1/Diajeng_Chrisnoventie_C2C008038_Jurnal.pdf · Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 11

11

Pengaruh Spesialisasi KAP terhadap kualitas audit mendapatkan nilai F sebesar 0.457

dengan signifikansi sebesar 0,500. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti

bahwa spesialisasi KAP tidak signifikan membedakan tingkat kualitas audit. Pengaruh dari risiko

litigasi pada kualitas audit menunjukkan nilai statistik uji F sebesar 0,689 dengan signifikansi

sebesar 0,408. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa risiko litigasi dapat

membedakan tingkat kualitas audit.

Hasil pengujian perbedaan kualitas audit pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Spesialis

non spesialis dengan adanya risiko litigasi rendah dan tinggi diuji dengan uji ancova. Untuk

mengetahui apakah tingkat risiko litigasi perusahaan merupakan variabel moderating pada

hubungan antara spesialisasi KAP dengan kualitas audit, maka pengujian terhadap interaksi

AUDSPES*LITRISK digunakan sebagai dasar pengujian. Hasil pengujian untuk variabel

AUDSPES*LITRISK diperoleh nilai F sebesar 0,319 dengan signifikansi sebesar 0,573. Nilai

signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa interaksi AUDSPES*LITRISK

tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Dengan demikian Hipotesis 2 ditolak.

Variabel Kontrol Market to book value tidak berpengaruh signifikan terhadap discretionary accruals, ACNI

berpengaruh signifikan terhadap discretionary accruals, DEBT tidak berpengaruh signifikan

terhadap discretionary accruals, aset tidak berpengaruh signifikan terhadap discretionary

accruals,loss berpengaruh positif dan signifikan terhadap discretionary accruals.

Pembahasan Ukuran KAP yang ditunjukkan oleh KAP Big 4 berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit yang ditunjukkan oleh discretionary accruals. KAP Big 4 sebagai perusahaan audit yang

memiliki pengalaman serta keahlian yang baik dalam auditing dapat mendeteksi discretionary

accruals serta akan menekan terjadinya discretionary accruals untuk menjaga reputasi mereka.

Oleh karena itu perusahaan yang menggunakan KAP Big 4 kualitas labanya cenderung meningkat.

Risiko litigasi pada perusahaan memoderasi pengaruh ukuran perusahaan audit terhadap kualitas

audit. Auditor BIG 4 yang memiliki klien dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi akan

meningkatkan kualitas auditnya untuk menghindari tuntutan hukum yang berisiko pada reputasi

mereka. Hasil ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Becker et al, 1998; Francis et al,

1999 bahwa auditor BIG N menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi daripada auditor Non-BIG

N, karena BIG N auditor memiliki insentif yang lebih besar untuk menyediakan kualitas audit yang

lebih tinggi daripada NON-BIG N. auditor BIG N menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi

dalam yurisdiksi litigasi tinggi tetapi tidak dalam yurisdiksi litigasi rendah (Francis dan Wang,

2008 ). Ketika berhadapan dengan klien yang berisiko tinggi, kantor akuntan besar cenderung lebih

berhati-hati karena biaya litigasi potensial mereka lebih besar daripada biaya yang potensial

ditanggung oleh kantor akuntan yang lebih kecil.

Spesialisasi industri kantor akuntan publik terbukti tidak dipengaruhi oleh tingkat risiko

litigasi perusahaan sebagai variabel moderasi dan memiliki hubungan yang tidak signifikan

terhadap kualitas audit. Perusahaan yang menggunakan auditor dengan spesialisasi industri tidak

selalu meningkatkan kualitas audit demikian sebaliknya dan perusahaan yang menggunakan auditor

non spesialisasi industri tidak selalu menurunkan kualitas audit. Demikian pula risiko litigasi tidak

terbukti menjadi variabel moderasi dalam hubungan antara auditor spesialis industri dengan

kualitas audit. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Balsam (2003)

bahwa spesialisasi auditor berkontribusi pada kredibilitas yang ditawarkan auditor. Auditor

spesialis industri dengan pengalamannya yang lebih baik diharapkan mampu mendeteksi

discretionary accruals pada perusahaan yang diaudit, dengan demikian akan meningkatkan kualitas

audit.

Hasil penelitian ini juga tidak mendukung hasil penelitian Carcello dan Nagy (2004) yang

menemukan bukti empiris pengaruh auditor spesialis industry terhadap kualitas laba.

Kecenderungan perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi tidak mendorong auditor

spesialis untuk memberikan audit yang lebih berkualitas. Auditor spesialis juga tidak menekankan

pada reputasi mereka sehingga cenderung tidak terpengaruh pada tingkat risiko litigasi klien

sehingga auditor spesialis tidak berusaha untuk meningkatkan kualitas auditnya agar terhindar dari

Page 12: PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI …eprints.undip.ac.id/35892/1/Diajeng_Chrisnoventie_C2C008038_Jurnal.pdf · Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 12

12

tuntutan hukum. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Luhgiatno (2008) yang menyatakan bahwa

spesialisasi industri KAP bukan untuk mengurangi manajemen laba tetapi untuk meningkatkan

kredibilitas laporan keuangan dengan mengurangi gangguan di dalamnya. Faktor- faktor eksternal

yang mendorong auditor spesialis tidak mampu meningkatkan kualitas auditnya antara lain:

Independensi, kurang jelasnya pengukuran penetapan spesialisasi industri KAP di Indonesia dan

time-pressure.

Variabel lain yang berpengaruh terhadap kualitas audit adalah ACNI yaitu perubahan laba

bersih. Semakin tinggi perubahan laba bersih akan meningkatkan discretionary accruals yang

berarti kualitas audit cenderung menurun. Perubahan laba bersih yang tinggi merupakan indikator

kinerja perusahaan yang baik, selanjutnya investor akan tertarik untuk menginvestasikan modalnya

ke perusahaan. Hal ini mendorong perusahaan untuk melakukan discretionary accrual sehingga

perubahan laba bersih menjadi baik. LOSS berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Perusahaan yang mengalami laba negatif akan menurun kualitas auditnya. Hal ini terjadi ketika

perusahaan yang mengalami laba negatif cenderung untuk mengurangi kerugian agar kinerja

perusahaan tidak terlalu buruk. Tindakan ini dilakukan agar investor tetap mempertimbangkan

perusahaannya untuk berinvestasi.

Variabel debt, market to book value serta asset tidak terbukti secara empiris berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi debt tidak menurunkan kualitas audit. Demikian

pula semakin tinggi market to book ratio maupun asset tidak meningkatkan kualitas laba.

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran KAP dan spesialisasi industri

KAP terhadap kualitas audit dengan tingkat risiko litigasi perusahaan sebagai variabel moderasi.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa Risiko litigasi perusahaan memoderasi pengaruh ukuran

KAP terhadap kualitas audit. Hal ini berarti perusahaan yang menggunakan auditor KAP Big 4 dan

mempunyai risiko litigasi yang tinggi akan meningkatkan kualitas audit. KAP Big 4 cenderung

meningkatkan kualitas auditnya karena memiliki insentif yang lebih besar daripada Non Big 4 dan

memiliki risiko yang lebih tinggi pula. KAP Big 4 akan lebih berhati-hati dalam auditnya untuk

menghindari tuntutan hukum yang berisiko pada reputasi mereka. Reputasi tersebut berhubungan

pula dengan biaya litigasi potensial yang akan mereka tanggung dibandingkan KAP Non Big 4.

Risiko litigasi perusahaan tidak memoderasi hubungan spesialisasi industri kantor akuntan

publik terhadap kualitas audit. Hal ini berarti perusahaan yang menggunakan auditor spesialis

industri dan mempunyai risiko litigasi yang tinggi belum tentu akan meningkatkan kualitas audit

dan perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi belum tentu akan menggunakan auditor

spesialis. Hal tersebut dikarenakan auditor spesialis dalam mengaudit tidak terpengaruh dengan

tingkat risiko litgasi klien. Auditor spesialis tidak menekankan pada reputasi mereka sehingga

auditor spesialis cenderung tidak meningkatkan kualitas auditnya meskipun kliennya memiliki

risiko litigasi tinggi. Auditor spesialis juga terbukti tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Meskipun memiliki pemahaman yang sangat baik dalam industri klien, belum tentu mampu

menekan discretionary accrual klien. Hal tersebut dipengaruhi pula oleh faktor- faktor seperti

independensi, time-pressure, dan penetapan pengukuran spesialisasi industri KAP di Indonesia

yang masih belum jelas.

Market to book value, Asset, dan Debt to Value tidak berpengaruh signifikan terhadap

kualitas audit. Perubahan laba bersih berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas audit.

Kerugian juga berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Keterbatasan Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang harus disempurnakan dalam penelitian

selanjutnya. Keterbatasan tersebut antara lain: periode penelitian terbatas hanya 3 tahun dan sample

penelitian yang didapat berjumlah sedikit. pengaruh variabel – variabel bebas hanya dapat

dibuktikan sebesar 13% dan 6,4%. Sehingga kurang menjelaskan pengaruh terhadap variabel

terikat.

Page 13: PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI …eprints.undip.ac.id/35892/1/Diajeng_Chrisnoventie_C2C008038_Jurnal.pdf · Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 13

13

Saran Berdasarkan kesimpulan yang didapat serta keterbatasan penelitian yang ada, dapat diberikan

saran sebagai berikut: bagi penelitian mendatang hendaknya dapat memperpanjang periode

penelitian dan menambah jumlah industri tidak terbatas hanya pada perusahaan manufaktur untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik, menambah variabel kontrol disamping variabel yang sudah

digunakan dalam penelitian ini yang berpengaruh terhadap kualitas audit, menggunakan ukuran

spesialisasi industri KAP lain dengan market share lebih dari 15% atau menggunakan market share

auditor yang paling tinggi dalam suatu industri.

Page 14: PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI …eprints.undip.ac.id/35892/1/Diajeng_Chrisnoventie_C2C008038_Jurnal.pdf · Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 14

14

REFERENSI

Ali Abedalqader Al-Thuneibat, Ream Tawfiq Ibrahim Al Issa, Rana Ahmad Ata Baker.

2011 “Do audit tenure and firm size contribute to audit quality? Empirical evidence

from Jordan”. Managerial Auditing Journal, Vol. 26 No. 4. pp. 317-334.

Alim, N.M., T. Hapsari, dan L. Purwanti. 2007. “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap

Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”. Simposium Nasional

Akuntansi X.

Almutairi, A.R., K. A. Dunn, and T. Skantz.2009. “Auditor Tenure, Auditor

Specialization, and Information Asymmetry”. Managerial Auditing Journal Vol. 24

No. 7, pp. 600-623.

Armstrong, C.S., Barth, M.E., Jagolinzer, A.D. and Riedl, E.J. 2010. “Market reaction to

the adoption of IFRS in Europe”. The Accounting Review, Vol. 85, pp. 31-61.

Ball, R., Kothari SP., and Robin A. 1999.” The Effect of International Institution Factors on

Properties of Accounting Earnings”. Journal of Accounting and Economics 29:1-51.

Ball, R., Robin A., and Wu Y. 2000. “Incentives Versus Standard: Properties of Accounting

Income in Four East Asian Countries, and Implication for Acceptance of IAS”. Working

Paper, University of Chicago.

Balsam, S., J. Krishnan, and Joon S. Yang. 2003. “Auditor Industry Specialization and

Earnings Quality”. SSRN.

Brown et. al. 2005. “Management forecasts and litigation risk”.SSRN.

Carcello, J and Nagy, A. 2004. “Client size, auditor specialization and fraudulent financial

reporting”. Managerial Auditing Journal Vol. 19 No. 5, pp. 651-668.

Chariri, A. dan I. Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Edisi 3. Semarang:Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Chen K.Y., K.L. Lin, and J. Zhou. 2005. “Audit quality and earnings management for

Taiwan IPO firms”. Managerial Auditing Journal Vol. 20 No. 1, pp. 86-104.

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. 5 ed.

Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Heninger W. 2001.” The Association between Auditor Litigation and abnormal Accruals”.

The Accounting Review Vol. 76 No.1, pp 111-126.

Herusetya, A. 2009. “Efektivitas Pelaksanaan Corporate Governance dan Audit Eksternal-

Auditor dengan Spesialisasi Industri dalam Menghambat Manajemen laba”. JAAI Vol.

13 No. 2, pp. 167–188.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 (revisi

2009)

Page 15: PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI …eprints.undip.ac.id/35892/1/Diajeng_Chrisnoventie_C2C008038_Jurnal.pdf · Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 15

15

Jensen M.C. and William H. Meckling.1976. “Theory of The Firm: Managerial Behavior,

Agency Costs and Ownership Structure”.Journal of Financial Economics Vol. 3, No.

4, pp. 305-360.

Juanda, A. 2007. “Pengaruh Risiko Litigasi dan Tipe Strategi terhadap Hubungan antara

Konflik Kepentingan dan Konservatisma”.Simposium Nasional Akuntansi X.

Klein, A.2002. “Audit committee, board of director characteristics, and earnings

management”. Journal of Accounting and Economics, Vol. 33, pp. 375-400.

Luhgiatno. 2010. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba Studi pada

Perusahaan yang Melakukan IPO di Indonesia”. Fokus Ekonomi, Vol 5 No. 2. Hal. 15-

31.

Lys, T. and R.L. Watts. 1994. “Lawsuits against auditors”. Journal of Accounting

Research Vol. 32, pp 65 – 93.

Mayangsari, S. 2004.” Bukti Empiris Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor terhadap

Earnings Response Coefficient”.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.7, No.2.Hal

154-178.

Meutia, I. 2004. “Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba untuk KAP

Big 5 dan Non Big 5”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 7 No. 3. Hal. 333-350.

Rusmin. 2010. “ Auditor Quality and Discretionary Accruals: Case of Australian Listed

Companies” . JAAI, Vol. 14 No. 1, pp. 1-27.

Rusmin, R. 2010. “Auditor quality and earnings management: Singaporean evidence”.

Managerial Auditing Journal ,Vol. 25 No. 7. pp 618-638.

Seetharaman et. al. 2002. “ Litigation Risk and Audit Fees: Evidence From UK Firms

Cross-Listed on US Markets. Journal of Accounting and Economics Vol.33 pp. 91–

115.

Sugiri, Slamet. (1998), “Earnings Management: Teori, Model, dan Bukti Empiris”.Telaah,

hal 1-18.

Sun, J. and Guoping L. 2011. “Client-specific litigation risk and audit quality

differentiation“. Managerial Auditing Journal, Vol. 26 No. 4. pp. 300-316.

Watts, R. L. and Zimmerman J. L. 1986. Positive Accounting Theory. New York, Prentice

Hall.

Widiastuty, E. dan R. Febrianto. 2010. “ Pengukuran Kualitas Audit: Sebuah Esai”.

Simposium Nasional Akuntansi XIII.

Widyaningdyah A.U. 2001. “Analisis Faktor- Faktor yang Berpengaruh terhadap Earning

Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan

Keuangan Vol. 3, No. 2, hal. 89 – 101.

www. idx.co.idHubungan Antara Kualitas Audit