“ketidaksesuaian kisah nabi ibrahim dalam buku …

93
“KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU ANAK DENGAN AL-QUR’AN” (Studi Literasi Buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh Jumadi Suherman NIM: 1110034000077 PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2017 M

Upload: others

Post on 23-Nov-2021

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

“KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU ANAK

DENGAN AL-QUR’AN”

(Studi Literasi Buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh

Jumadi Suherman

NIM: 1110034000077

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2017 M

Page 2: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …
Page 3: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …
Page 4: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …
Page 5: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

i

ABSTRAK

JUMADI SUHERMAN

KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU ANAK

DENGAN AL-QUR’AN

(STUDI LITERASI BUKU CERITA BERGAMBAR 25 NABI DAN RASUL)

Buku merupakan sumber pengetahuan, manifestasi kehidupan, persis seperti

sebatang pohon, atau air atau bintang. Buku memiliki hukum dan iramanya sendiri,

baik itu berupa pendidikan, naskah drama, novel, atau buku harian. bahkan di era

milenial seperti saat ini, buku sangatlah beragam bentuknya dari mulai buku cetak

sampai electronic book (E-Book) dan isinya pun sangat variatif dan inovatif. Salah

satu contohnya adalah buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul karya Isryad

Zulfahmi, S.Pd. buku ini menyajikan cerita atau kisah nabi dan rasul yang dalam

pendeskripsiannya menggunakan gambar-gambar. Buku ini sangat menarik dan

berbeda dengan buku anak-anak pada umumnya karena pada setiap kisah nabi yang

dipaparkan mengandung unsur pendidikan dan unsur kegamaan yang cukup kental.

Buku ini juga mengklaim bahwa sumber yang diambil berasal dari al-Qur’an.

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka penulis melakukan

penelitian pada buku tersebut dan mengkhususkan penelitiannya pada kontek

kesesuaian konten yang terdapat pada buku tersebut, dengan rumusan masalah

penelitian yaitu sejauh mana kesesuain isi buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul

dengan al-Qur’an.

Penulis menemukan bahwa kisah nabi dan rasul dalam buku anak dengan

judul “Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul” jika mengikuti al-Qur’an terjemah

maka kisah Nabi Ibrahim tidak terdapat masalah, namun jika mengikuti sumber dari

al-Qur’an maka hal itu tentunya akan menjadi rumit, mengingat buku yang

dihadirkan adalah buku kisah nabi dan rasul segmentasi anak.

Page 6: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt tuhan pemilik

alam semesta yang dengan limpahan anugerah dan nikmat yang tak terhingga-Nya

kepada peneliti, sehingga dapat memulai dan menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan baginda Nabi besar

Muhammad Saw beserta keluarganya yang suci dan sahabat-sahabatnya yang terpilih.

Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri

peneliti, khususnya pada penyelesaian skripsi ini. Namun Alhamdulillah dengan

keterbatasan dan kekurangan itu akhirnya peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.

Hal ini tidak terwujud dengan sendirinya melainkan karena dukungan dan bantuan

dari banyak pihak baik moril maupun materil, sehingga dengan ini ucapan terima

kasih peneliti haturkan kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada MA, selaku Rektor Univesitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membuat kampus UIN begitu

nyaman untuk di tempati, sampai lupa bahwa saya sudah terlalu lama

memperdalam ilmu di kampus ini. Semoga cita-cita UIN Jakarta untuk

menjadi World Class University dapat terealisasi.

2. Prof. Dr. Masri Mansoer MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin yang

senantiasa membawa perubahan untuk Fakultas Ushuluddin melalui

Page 7: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

iii

berbagai terobosan dan inovasi yang diciptakan sehingga Fakultas tercinta

ini tetap dan akan selalu menjadi jantungnya UIN Jakarta.

3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA, selaku ketua jurusan Ilmu al-Qur’an dan

Tafsir beserta Dra. Banun Binaningrum, M.Pd, selaku sekretaris jurusan.

Ibu-ibu berdua ini adalah wanita-wanita tangguh dan luar bisa yang berada

di lingkungan Fakultas Ushuluddin. Terima kasih telah memberikan

banyak ilmu selama saya kuliah.

4. Dr. H. Ahsin Sakho M. Asyrofuddin, MA, Selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah mendoakan dan memberikan masukan kepada saya

di tengah-tengah kesibukannya sebagai Guru Besar Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Guru Besar Institut Ilmu al-Qur’an

Jakarta.

5. Bapak Ahmad Rifqi Muchtar, MA, selaku dosen Pembimbing Skripsi

yang telah banyak memberikan dukungan, masukan, saran dan motivasi

agar saya cepat menyelesaikan skripsi.

6. Bapak Eva Nugraha, MA, selaku dosen sekaligus orang tua saya di

kampus UIN Jakarta, karena berkat dukungan moril dan materilnya saya

bisa menyelesaikan skripsi ini dengan wajah sumringah.

7. Seluruh Dosen di Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan ilmu,

wejangan dan motivasi selama saya menimba ilmu. Semoga semua yang

saya dapatkan bisa bermanfaat diluar nanti.

Page 8: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

iv

8. Orang tua tercinta Bapak Idun bin Raisam (alm) dan Ibu Jamih mereka

berdua adalah alasan saya terlahir ke dunia ini. Terima kasih Ibu tercinta

yang setiap nelpon pasti nanya ”kapan kelar skripsinya? Terima kasih atas

segala pengorbanannya selama ini, berkat cucuran keringat dan do’a-

doanya saya bisa kuliah dan bisa menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Ibu Hetty Rahim dan Bapak Ustadz Rusli Malik selaku orang tua kedua

saya yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menuntut

ilmu di Pondok Pesantren dan di UIN Jakarta. Berkat merekalah saya bisa

mengenal dunia akademis dan kehidupan sosial.

10. Temen-temen diskusi dan nongkrong dari awal masuk kuliah: M. Dedy

Sofyan, S.Ag., Andi Firman, S.Ag., Ulul Azmi, S.Ag,. M. Fauzy, S.Ag.,

Helmi Hidayatullah, S.Thi., Ainurfatwa, Neng Ima siti Madihah, S.Thi.,

Reza Hidayat, S.Ag., Angga Marzuki, S.Thi,. M. Rifky, S.Ag., (Kuya

Rangers Society). Kuya abis ini kita ngumpul dimana??

11. Sahabat THC, dan temen-temen Se-Angkatan yang begitu berjasa dalam

memperjuangkan semua ini: Hani Hilyati, S.Thi., (Angel Without Wings),

Bari Impian, S.Ag., (Editor Handal), Ali Akbar, S.Ag., Algifri, S.Ag,.

Farhan Mujhtaba, S.Ag., Alamuddinsyah, S.Ag,. dll.

12. Rekan-rekan KKN ASRI 2013 Desa Teluk Naga Tangerang (Teluk

Dragon) khususnya Aisyah, S.Kom.I., Algifari, S.Kom.I., Ania Fitria,

S.Pd., Nurdin, S.H., terima kasih atas kebersamaannya selama mengabdi

kepada masyarakat. Semoga jejak-jejak kita terus terkenang disana.

Page 9: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

v

13. Bang Irsyad Zulfahmi, S.Pd, selaku penulis buku Cerita Bergambar 25

Nabi dan Rasul yang telah membantu penulis dalam melengkapi materi

skripsi. Terima kasih telah meluangkan waktu.

14. Komunitas “Bongkar Squad Ciketing” yang selalu membererikan hiburan

disaat jenuh, baper dan boring. Tetaplah menjadi keluarga ditengah

perubahan zaman.

Peneliti merasa perlu memberikan ucapan terima kasih kepada mereka yang

telah peneliti sebutkan di atas, berkat dukungan, semangat, serta do’a yang tulus

kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Tentu saja skripsi ini jauh dari nilai

kesempurnaan, namun besar harapan peneliti bahwa skripsi ini dapat memberi

manfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca. Amien..

Ciputat Oktober 2017

Jumadi Suherman

Page 10: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ v

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................................ vi

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah .......................................................................... 13

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................. 14

D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 14

E. Metode Penelitian...................................................................................................... 17

F. Sistematika Penulisan ............................................................................................... 18

BAB II: KISAH NABI IBRAHIM DALAM AL-QUR’AN

A. Definisi Kisah Al-Qur’an .......................................................................................... 19

B. Macam-Macam Kisah Al-Qur’an ............................................................................ 24

1. Ditinjau dari segi waktunnya ............................................................................. 25

2. Ditinjau dari Segi Materi .................................................................................... 26

C. Karakteristik Kisah Al-Qur’an ................................................................................. 27

D. Tekhnik Pemaparan Kisah Al-Qur’an ...................................................................... 29

1. Berawal dari sebuah Kesimpulan ....................................................................... 30

2. Berawal dari Ringkasan Kisah ........................................................................... 30

3. Berawal dari Kisah yang Paling Penting ............................................................ 31

4. Tanpa Pendahluan .............................................................................................. 33

5. Keterlibatan Imajinasi Manusia ......................................................................... 34

6. Penyisipan Nasihat Keagamaan ......................................................................... 35

E. Tujuan Kisah Al-Qur’an .......................................................................................... 36

BAB III: GAMBARAN UMUM BUKU CERITA BERGAMBAR KISAH 25

NABI DAN RASUL

A. Informasi Data Buku ................................................................................................. 41

1. Identitas Buku .................................................................................................... 41

2. Alamat Redaksi .................................................................................................. 41

3. Alamat Pemasaran .............................................................................................. 42

4. Profil Penulis ...................................................................................................... 42

B. Sinopsis Buku ........................................................................................................... 42

C. Salah Satu Kisah Yang Di Sorot ............................................................................... 43

Page 11: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

1. Pendeskripsian Kisah Nabi Ibrahim ................................................................... 43

D. Visualisasi Kisah Nabi Ibrahim ................................................................................ 49

1. Visualisasi Nabi Ibrahim dalam Buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul

BAB IV: ANALISIS KONTEN BUKU CERITA BERGAMBAR KISAH 25

NABI DAN RASUL

A. Komparasi Kisah Nabi Ibrahim ............................................................................... 57

1. Kisah Nabi Ibrahim dalam Al-Qur’an ................................................................ 57

a. Nama dan Kelahirannya ............................................................................... 57

b. Sejarah Nabi Ibrahim ................................................................................... 58

c. Masa Kelahiran Nabi Ibrahim ...................................................................... 59

d. Ibrahim Seorang Pemuda yang Beriman ...................................................... 60

e. Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala ........................................................ 61

f. Ibrahim Mencari Tuhan ................................................................................ 73

g. Nabi Ibrahim dihukum Raja Namrudz ......................................................... 64

h. Nabi Ibrahim Menyeru Ayahnya ................................................................. 66

2. Table Perbedaan Cerita Didalam buku Dengan Al-Qur’an ................................ 68

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 76

B. Saran .......................................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI1

A. Konsonan

1 ا tidak dilambangkan 16 ط ṭ

2 ب b 17 ظ ẓ

3 ت t 18 ع ʻ

4 ث ṡ 19 غ g

5 ج j 20 ف f

6 ح ḥ 21 ق q

7 خ kh 22 ك k

8 د d 23 ل l

9 ذ ż 24 م m

10 ر r 25 ن n

11 ز z 26 و w

12 س s 27 ه h

13 ش sy 28 ء ’

14 ص ṣ 29 ي y

15 ض ḍ

LatinNo. Arab Latin No. Arab

B. Vokal dan Diftong

Vokal Pendek Vokal Panjang Diftong

◌ = a ا – ◌ = ā ى ◌ = ai

1 Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K Nomor: 158 tahun 1987 –Nomor: 0543 b/u/1987

Page 13: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

x

◌ = i ى – ◌ = ī و ◌ = aw

◌ = u و – ◌ = ū

C. Keterangan Tambahan

1. Kata sandsang (alif lam ma’riah) ditransliterasikan dengan al-,

misalnya (الجزیة) al-jizyah, (الاثار) al-āthār dan (الذمة) al-dhimmah. Kata

sandang ini menggunakan huruf kecil, kecuali bila berada pada awal

kalimat.

2. Tashdīd atau shaddah dilambangkan dengan huru ganda, misalnya al-

muwaṭṭa’.

3. Kata-kata yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia, ditulis

sesuai dengan ejaan yang berlaku, seperti al-Qur’an, hadis dan lainnya.

D. Singkatan

swt. = subḥānah wa taʻālā

as. =‘alaihal-salām

ra. = raḍiyaAllāh‘anh

QS. = Quran Surat

M = Masehi

H = Hijriah

w. = Wafat

h. = Halaman

Page 14: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Petunjuk al-Qur’an sangat luas dan bersifat universal, al-Qur’an memberi

petunjuk tidak hanya berlaku bagi suatu umat tertentu ataupun bagi tempat dan waktu

tertentu pula. Petunjuk al-Qur’an meliputi segala aspek kehidupan manusia yang

sangat luas seperti luasnya umat manusia.1 Oleh sebab itu al-Qur’an tidak hanya

memberikan solusi bagi persolan yang dihadapi manusia ketika turunnya al-Qur’an,

atau pun memberikan petunjuk kepada manusia untuk masa depannya, tetapi juga

memberikan informasi tentang berbagai peristiwa yang terjadi sebelum turunnya al-

Qur’an yang kemudian dikenal dengan kisah.2

Kisah-kisah di dalam al-Qur’an mengandung banyak hikmah dan makna yang

bisa kita petik pelajaran di dalamnya, Allah swt memberitahukan dan

menceritakannya kepada kita agar kita berpikir dan Ia memerintahkan kita untuk

menceritakan (kembali) kisah ini kepada umat manusia agar mereka berpikir, Allah

juga menceritakan kisah itu kepada kita untuk memberikan hiburan ketabahan,

keteguhan hati, dan kesabaran untuk tetap melakukan usaha dan perjuangan.3

Pemaparan kisah atau cerita dalam al-Qur’an seringkali menyisakan ruang-

ruang yang perlu diisi imajinasi, hal ini telah melahirkan berbagai pemahaman pada

1 Said Agil Husain al Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan

Islam (et. II: Ciputat: PT. Ciputat Press. 2005), h. 5. 2 Berasal dan bahasa arab qashashun bentuk masdar dari fi’il madi qashsha yang berakar kata

dan huruf qaf dan shad yang berarti mengikuti sesuatu. Mengikuti secara berurutan. mengikuti

jejaknya. juga dapat diartikan dengan memotong. Lihat Abu Husain Ahmad bin Fariz Zakariah.

Mu’jam Maqvis al-Lugah, juz IV Cet. I: (Beirut: Dar Al Jalail. 1991), h. 11. 3 Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu (Jakarta:

Gema Insani Press, 1999) ,h. 15.

Page 15: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

2

orang-orang yang membacanya.4 Ada unsur moral dan pembelajaran yang hendak

disampaikan dalam materi kisah tersebut, hal itulah yang membuat kisah-kisah dalam

al-Qur’an tidak sama dengan kisah imajinasi lainnya.5

Kisah-kisah didalam al-Qur’an meliputi berbagai tema yang sangat berguna

bagi pendidikan dan pelatihan jiwa karena kisah al-Qur’an memiliki kemampuan

mengubah akhlak, mempercantik perilaku dan menyebarkan cahaya kebijaksanaan.

Nilai kandungan kisah al-Qur’an teramat mulia, kualitasnya sangat tinggi dan luar

biasa.6 Dalam al-Qur’an, Allah telah menceritakan kepada kita kisah-orang-orang

dahulu dan menyipati kisah ini sebagai kisah yang benar yang tidak diragukan,

sebagaimana Ia telah menyipati kisah ini sebagai kisah terbaik.7

“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan

al-Qur’an ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan)

nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (QS. Yusuf: 3)

Al-Qur’an telah banyak menceritakan kisah-kisah orang dahulu, baik para

nabi dan selain mereka, diantaranya kisah tentang orang-orang shalih dan inkar. Al-

Qur’an juga (melalui kisah yang dikandungnya) memberikan pelajaran dan manfaat

4 Abdus Shabur Syahin, Penciptaan Nabi Adam Mitos atau Realitas Penerjemah. Nanif Anwari

(Yogyakarta: Elsaq Press 2004), h. ix. 5 Kholilurrahman Aziz, “Kisah Nabi Ibrahim dalam al-Qur’an: Kajian nilai-nilai teologi-

Moralitas Kisah Nabi Ibrahim Perspektif Muhammad A. Khalafullah dan M. Quraish Shihab.” (Skripsi

S1 Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2010), h. 4. 6 M. Ahmad jadul Mawla. M. Abu al-Fadhl. Ibrahim, Buku Induk Kisah-kisah al-Quran

(Jakarta: Zaman, 2009), h. 9. 7 Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu, h. 15.

Page 16: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

3

yang bisa diraih, seperti episode-episode si tokoh yang dikisahkan, konsep-konsep,

interaksi dialog dan moralitas.8

Kisah al-Qur’an tentang orang-orang dahulu adalah suatu kisah yang benar

dan periwayatannya mengenai peristiwa-peristiwa itu adalah jujur dan betul. Ini

karena Allah lah yang menceritakan kisah itu dan Allah benar-benar menyaksikan

peristiwa-peristiwa itu, dan Ia telah menakdirkana peristiwa-peristiwa tersebut terjadi

pengetahuan, kehendak, dan takdir-Nya. Maka dari itu, ucapan Allah tentang kisah itu

tidak mungkin mengalami kebatilan (kesalahan) dan keraguan.9

Dalam surah Ali’Imran ayat 62, setelah disebutkan beberapa ayat yang

membantah orang-orang nasrani tentang perihal kemanusiaan Isa bin Maryam a.s.

dan menyanggah anggapan mereka seputar penisbatannya kepada Allah swt (sebagai

anak-Nya), dan mengisahkan kepada mereka peristiwa ibunda Maryam r.a yang

mengandung Nabi Isa, kemudian melahirkannya, kemudian disebutkan satu ayat yang

menyipati kisah ini sebagai kisah yang benar, yang tidak ada padanya kesalahan,

kebohongan, maupun kebatilan. Allah swt berfirman:10

“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak

disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi

Maha Bijaksana.”

8 Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu. h. 21.

9 Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu, jilid 1. h.

23. 10

Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu, jilid 1. h.

23.

Page 17: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

4

Dalam surah al-Naml, al-Qur’an mengisahkan sekilas Nabi Musa a.s dengan

Firaun, kemudian sekilas kisah Nabi Daud a.s ia mengulas sejenak kisah Nabi

Sulaiman a.s dengan seekor semut, bala tentara, burung hud-hud, dan Ratu Balqis,

serta kisah mengikutnya Ratu Bilqis kepada Nabi Sulaiman a.s dan masuknya ia ke

dalam agamanya (Islam). Kemudian al-Qur’an memberikan komentar terhadap kisah

itu dengan firman-Nya dalam surah al-Naml/27 ayat 76:

“Sesungguhnya Al Quran ini menjelaskan kepada Bani lsrail sebahagian besar

dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya.”

Dalam surah al-Kahfi, pada saat al-Qur’an menyebutkan kisah Ashabul Kahfi,

ia memberikan pendahuluan untuk itu dengan memberi karakter bagi apa yang akan

diceritakannya tentang mereka itu sebagai sebuah kisah yang benar, lalu dikatakan,

“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar.

Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan

mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”

Deskripsi al-Qur’an mengenai kisahnya sebagai sebuah kisah yang benar dan

pemberitahuannya bahwa ia menceritakan kisah orang-orang dahulu secara benar,

memberikan inspirasi kepada kita berupa konsep metodologi ilmiah yang akurat dan

solid dalam memahami, mengkaji dan mencermati kisah al-Qur’an.11

Dalam surah Yusuf, Allah swt memberi karakter terhadap kisah al-Qur’an

sebagai suatu kisah terbaik. Allah berfiman dalam surah yusuf/12 ayat 2-4:

11

Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Quran: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu. h. 23.

Page 18: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

5

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa

Arab, agar kamu memahaminya.” Kami menceritakan kepadamu kisah yang

paling baik dengan mewahyukan al-Qur’an ini kepadamu, dan Sesungguhnya

kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang

belum mengetahui. (ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai

ayahku, Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan

bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."

Surah Yusuf secara khusus menceritakan kisah Nabi Yusuf a.s surah ini

menyediakan seratus ayat sendiri dari seratus sebelas ayat keseluruhan-Nya dan ayat-

ayat terakhirnya ialah komentar terhadap kisah yusuf. Surah ini memaparkan kisah

Yusuf a.s semenjak ia bermimpi ketika masih berusia anak-anak sampai

terealisasinya mimpinya dan tafsir mimpinya menjadi kenyataan.12

Kisah Yusuf merupakan salah satu kisah terbaik dan setiap kisah al-Qur’an

adalah baik karena ia memberikan kabar gembira kabar dan optimisme (harapan) bagi

orang-orang yang tertimpa bencana, musibah, dan ujian serta bagi orang-orang yang

menderita kepedihan intimidasi dan cobaan, yaitu bahwa jalan keluar pasti akan

datang, harapan pasti akan tiba, dan ujian akan hilang. Yang penting, dia beriman dan

bertawakal kepada Allah swt dengan baik serta tetap teguh di jalan-Nya, sebagaimana

yang dicapai oleh Nabi Yusuf a.s.13

12

Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Quran: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu. h. 24. 13

Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Quran: Pelajaran dari Orang-orang jilid 1. h. 25.

Page 19: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

6

Dari contoh kisah-kisah al-Qur’an diatas Allah swt telah memerintahkan

kepada kita untuk meneladani orang-orang baik (shalihin) dan penganjur kebaikan

(mushlihin) dari orang-orang dahulu, yang kisah-kisah mereka telah dipaparkan-Nya

kepada kita serta telah diperlihatkan-Nya kepada kita metode mereka dalam dakwah,

perbaikan (ishlah), perlawanan terhadap musuh-musuh Allah, perjuangan jihad,

kesabaran, dan keteguhan.14

Menurut Ahmad Hanafi dalam bukunya, segi kesusasteraan pada kisah kisah

al-Qur’an menyebutkan jumlah keseluruhan ayat al-Qur’an tentang kisah-kisah para

nabi dan rasul terdahulu sebanyak 1600 ayat. Jumlah ini dengan tidak

mengikutsertakan kisah-kisah perumpamaan (tamstiliyyat). Jika dibandingkan dengan

ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang hukum yang berjumlah 330 ayat, maka

akan terlihat betapa besar perhatian al-Qur’an yang berbicara terhadap kisah-kisah

itu.15

Kisah dalam al-Qur’an bukan hanya menggambarkan peristiwa-peristiwa

lokal yang terikat pada satu waktu tertentu, melainkan juga menggambarkan

peristiwa-peristiwa yang terpisah dari kesatuan gejala kehidupan yang lebih besar.

Selain itu, kisah juga merupakan bagian dari gelombang sejarah kehidupan manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari, kisah dalam al-Qur’an telah sangat memasyarakat.

Berbagai macam bentuk publikasi dan dokumentasi telah banyak merekam kisah

dalam al-Qur’an. Buku dan majalah yang khusus membahas tentang kisah dalam al-

Qur’an telah banyak disusun. Banyak penceramah atau para pendakwah yang

14

Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Quran: Pelajaran dari Orang-orang, jilid 1. h. 16 15

Ahmad Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-kisah al-Qur’an (Jakarta: Pustaka al-

Husna, 1984), h 22.

Page 20: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

7

seringkali menyampaikan kisah dalam setiap isi pidato yang disampaikan kepada

jamaah. 16

Saat ini seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat,

penyampaian kisah telah mengalami kemajuan. Banyak stasiun televisi menayangkan

kisah dalam al-Qur’an atau tayangan kisah yang terinspirasi dari kisah-kisah yang ada

dalam al-Qur’an, terutama kisah para nabi dan kisah teladan lainnya. Menariknya,

tayangan ini sangat diminati masyarakat, sehingga tayangan sinetron atau sinema

elektronik yang memuat kisah berada pada jam tayang yang mahal (prime time), dan

menempati rating tertinggi karena banyak peminatnya.17

Kisah-kisah didalam al-Qur’an telah banyak diangkat dalam buku cerita anak

untuk dibaca dan dipahamai oleh kalangan usia dini. Buku tersebut banyak

menyampaikan kisah para nabi dan rasul pilihan. Pendeskripsian, setting, alur dan isi

kisah pun bermacam-macam dalam hal pemaparannya. Pihak pengarang dan menerbit

melihat peluang bisnis yang cukup menjanjikan dari penjualan buku anak, oleh

karenanya mereka berlomba untuk menampilkan buku kisah anak tentang nabi dan

rasul semenarik mungkin dalam hal desain, deskripsi, animasi dan pilihan ceritanya.

Menurut data IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) penjualan buku anak menempati

posisi ketiga penjualan terlaris di toko-toko buku.18

16

Muhammad Khotib, “Penafsiran Kisah-kisah al-Qur’an; Telaah Terhadap Pemikiran

Muhammad Ahmad Khalafullah dalam al-Faan al-Qassasiy fil al-Qur’an al-Karim.” (Skripsi Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta, 2009), h. 2. 17

Muhammad Khotib, “Penafsiran Kisah-kisah al-Qur’an; Telaah Terhadap Pemikiran

Muhammad Ahmad Khalafullah dalam al-Faan al-Qassasiy fil al-Qur’an al-Karim.” (Skripsi Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta, 2009), h. 3 18

Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Industri Penerbitan Buku Indonesia dalam Data dan

Fakta, Jakarta: IKAPI, 2015.

Page 21: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

8

Berangkat dari hal itu menulis merasa perlu untuk membahas kisah-kisah nabi

dan rasul dalam buku segmentasi anak, mengingat antusiasme masyakat yang sangat

besar tehadap minat baca untuk anak-anak mereka. Penulis menemukan banyak buku

tentang kisah nabi dan rasul segmentasi anak yang dijual bebas ditoko buku, buku

tersebut memuat cerita nabi dan rasul yang diangkat dari al-Qur’an. Salah satu buku

yang penulis dapatkan adalah buku “Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul”.

(Gambar 1.1 Nabi Adam dan Siti Hawa) (Gambar 1.2 Nabi Yusuf as)

(salah satu isi dalam buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul)

Dalam buku “Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul” penulis memilih kisah

Nabi Ibrahim as. dalam buku itu kisah Nabi Ibrahim as. divisualisasikan dengan

gambar yang amat menarik dan disertai ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan

dengan kisah itu. Dalam buku tersebut kisah Nabi Ibrahim as. berada dihalaman 34

Page 22: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

9

sampai halaman 41, pendeskripsian dalam buku ini sangat menarik dimana terdapat 3

gambar secara keseluruhan. Di antaranya gambar Nabi Ibrahim as. yang sedang

menghancurkan berhala, gambar Nabi Ibrahim ketika dibakar oleh raja Namrud dan

gambar ekspresi Raja Namrud melihat kemukjizatan Nabi Ibrahim as. yang selamat

dari kobaran api yang sangat besar.

Pola dan alur cerita pun sangat rapih, dalam buku itu diceritakan Nabi Ibrahim

dari mulai kecil, keadaan masyarakat Babilonia pada waktu itu, Nabi Ibrahim as.

berdakwah kepada ayahnya, Nabi Ibrahim as. menghancurkan berhala sampai kepada

dibakarnya Nabi Ibrahim as. oleh Raja Namrud. Kisah Nabi Ibrahim as. dalam buku

ini berbentuk deskriptif, nararif dan dialog, dimana dalam penyampaianya ada bagian

yang menggunakan narasi dan ada juga yang menggunakan dialog. Nabi Ibrahim

divisualisasikan sebagai seorang lelaki berjanggut tebal, memakai gamis berwarna

hijau dan menggunakan jubah berwarna merah bergaris kuning serta menggunakan

sandal. Karena ini buku kisah nabi dan rasul segmentasi anak kemungkinan besar

sang illustrator ingin memvisuaisasikan karakter Nabi Ibrahim as. dengan

penggambaran yang menarik dimata anak-anak. Dalam kisah Nabi Ibrahim ini

penulis buku tersebut mencantumkan beberapa ayat al-Qur’an diantaranya surah. al-

Anbiya/21 ayat 51-52, surah Ibrahim/14 ayat 40-41, dan tak kalah penting buku itu

menginformasikan kepada pembaca tentang ayat-ayat al-Qur’an yang mengisahkan

tentang Nabi Ibrasim a.s.

Dari sedikit uraian tentang buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul di atas

penulis menyimpulkan bahwa kisah merupakan sarana yang baik untuk menambah

pengetahuan anak, hal itu terlihat dari tampilan dan visualisasi buku yang dibuat

Page 23: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

10

sangat baik dan menarik. Menceritakan sebuah kisah untuk anak memiliki beberapa

manfaat dan tujuan sebagai berikut:

Manfaat bercerita bagi anak, yaitu:19

1. Bagi Anak Usia Dini mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan

lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikan.

2. Dalam bercerita, guru dapat menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan,

keramahan, ketulusan, dan sikap positif lain dalam kehidupan lingkungan

keluarga, sekolah dan luar sekolah.

3. Memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan.

Namun menjadi sebuah pertanyaan besar ketika didalam buku Cerita

Bergambar 25 Nabi Dan Rasul kisah perjalanan Nabi Ibrahim as. ditampilkan secara

utuh dan detail. Mengingat didalam al-Qur’an sendiri kisah Nabi Ibrahim tersebar

dalam beberapa surah dan itupun Nabi Ibrahim tidak digambarkan secara detail

mengenai kehidupan dan seputar kenabiannya. Ibrahim a.s. digambarkan sebagai

seorang yang beragama tauhid, tidaklah musryik (surah al-Baqarah ayat 135, surah

Ali’Imran/3 ayat 67, 95, surah al-An’am/6 ayat 161, surah al-Nahl/16 ayat 120, 123)

karena Nabi Ibrahim as. tidak mau menyembah benda-benda di langit. seperti

bintang, bulan dan matahari (surah al-An’an/6 ayat 75-78) melainkan senantiasa

menghadapkan dirinya kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan

cenderung (hanif) kepada agama yang benar (surah al-Nisa/4 ayat 125, surah al-

Nahl/6 ayat 79 dan surah al-Shaffat/37 ayat 83-84). Selain ini Nabi Ibrahim as. juga

19

Risaldy Sabil, Bermain, Bercerita & Menyanyi Bagi Anak Usia Dini. Cetakan II. (Jakarta:

Pt.Luxima Metro Media, 2014.) h. 66-67.

Page 24: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

11

digambarkan sebagai seseorang yang berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt.

sehingga beliau selalu mematuhi segala perintah Allah swt. walaupun harus

mengorbankan perasaannya sendiri.20

Dari sekian banyak kisah lainnya dalam al-Qur’an, bagi penulis kisah Nabi

Ibrahim memiliki kesan yang berbeda. Sebagai seorang rasul beliau merupakan

pribadi yang dianugrahi hujjah (argumentasi kuat) oleh Allah, seperti ungkapan

dalam surah al-An’ȃm/6 ayat 83 berikut ini:

قومه على إبراهيم ءاتيناها حجتنا وتلك

“Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk

menghadapi kaumnya.”

Menurut M. Quraish Shihab, yang dimaksud pada ayat ini adalah bukti yang

sangat jelas yang dianugerahkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Ibrahim, sehingga

menjadikan beliau mampu membungkam lawan-lawan beliau dengan argumentasi

yang jelas. Yakni dalil dan penjelasan yang amat kokoh lagi sangat tinggi

kedudukannya, yang bersumber dan Allah yang Maha Agung yang diajarkan melalui

malaikat atau melalui ilham kepada Nabi Ibrahim agar dia dapat memahami dan

mengatasi atau mengalahkan lawan-lawannya.21

Beliau juga dipuji dalam al-Qur’an sebagai pribadi yang santun (halȋm), “…

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi Penyantun.”

(surah al-Taubah/9 ayat 114). Dalam surah lain Nabi Ibrahim juga digambarkan akan

hal yang sama: “Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang Penyantun

20

Miftahul Huda, “Dakwah Nabi Ibrahim dalam Perspektif al-Qur’an”. (Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010), h. 36. 21

M. Quraish Shihab, Tafsir aI-Misbah, Pesan, Kesan, Keserasian al-Qur ‘an, Volume V

(Cet. III; Lentera Hati: Ciputat Tangerang, 2005), h. 178.

Page 25: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

12

lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah.” (surah Hȗd/11 ayat 75).22

Hilm

adalah sifat pemurah dan penyantun. Seorang pemurah dan penyantun adalah orang

yang acap memaafkan kesalahan-kesalahan, yang melindungi dengan ampunannya,

yang benar perkataannya, yang tidak digoyahkan oleh pemberontakan para

penentangnya.23

Selain itu, dalam kitab suci al-Qur’an segala ketetapan-ketetapan (syarȋ’ȃt)

Nabi Ibrahim juga dipaparkan. Maka tidak heran jika dalam tradisi agama-agama

monoteis ia tidak hanya dihormati tetapi juga disanjung sebagai orang yang

berpikiran terlalu maju waktu itu tentang Tuhan.24

Para pemerhati al-Qur’an sering kali menjadikan kisah Nabi Ibrahim as.

sebagai objek penelitian mereka, hal ini berangkat dari pentingnya kisah nabi Ibrahim

dalam al-Qur’an. Maka dengan itu, selanjutnya penulis akan mengacu buku tentang

kisah Nabi Ibrahim as. dalam segmentasi anak yaitu sebuah buku yang berjudul

Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul.

Ada beberapa alasan akadernik mengapa penulis meneliti buku tersebut,

pertama buku tersebut mengklaim kesesuaian kisah Nabi Ibrahim as. dengan ayat-

ayat yang terdapat didalam al-Qur’an. Kedua analisis konten terhadap buku anak

masih jarang dikaji secara serius dengan pendekatan ilmiah. Dan yang terakhir

(ketiga) buku kisah nabi dan rasul segmentasi anak (terutama yang terkait dengan

pesan-pesan moral yang terkandung dalam berbagai kisah, baik dongeng, legenda

22

Yasin T. al-Jibouri, Maha Suci Allah (Jakarta: Tahira 2008), h. 107. Diterjemahkan dari

judul asli: Th Concept of God In Islam. Karya Prof. Misbah Yazdi. 23

Yasin T. al-Jibouri, Maha Suci Allah…, h. 108. 24

Irsyad Zamjadi, “Studi Agama Ke Arah Penegasan Idiologi Dalam Gerbang”, Jurnal Studi

Agama dan Demokrasi (Surabaya: eLSAD, Okt.-Des. 2002), h. 11.

Page 26: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

13

maupun kisah yang dijadikan teladan menempati posisi yang cukup signifikan

dipasaran.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan mengkaji dengan judul

“KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU ANAK

DENGAN AL-QUR’AN” (Studi Literasi Buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan

Rasul)

A. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin memfokuskan pembahasan agar tidak

meluas dari tema yang dimaksud. Penulis membatasi masalah kisah Nabi Ibrahim

dalam buku kisah anak dan ketidaksesuaian dengan al-Qur’an. Dalam buku Cerita

Bergambar 25 Nabi dan Rasul Penulis melihat kesempurnaan alur cerita dan setingan

kejadian. Dalam al-Qur’an sendiri pengisahan Nabi Ibrahim as. tidak digambarkan

secara detail dan menyeluruh.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah:

bagaimana ketidaksesuaian kisah Nabi Ibrahim as. dalam buku anak (Buku Cerita

Bergambar 25 Nabi dan Rasul) dengan Tafsiran al-Qur’an.

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian terhadap buku kisah nabi dan rasul

segmentasi anak dan ketidaksesuaiannya dengan al-Qur’an akan memiliki beberapa

tujuan:

Page 27: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

14

1. Sejauh mana ketidak-sesuaian isi buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan

Rasul dengan al-Qur’an.

2. Mengetahui bahwa buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul memiliki

kebenaran yang bersumber dari al-Qur’an.

3. Sebagai syarat mendapatkan gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya dengan tercapainya tujuan tersebut, diharapkan dari hasil

penelitian ini akan memperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Secara akademis, dapat memberikan masukan dan kontribusi bagi

pengembangan pengetahuan mlalui penelitian ini.

2. Secara praktis, agar para pembaca khususnya dari kalangan masyarakat

umum yang ingin mengajarkan anak-anaknya tentang kisah nabi dan rasul

lebih berhati-hati memilih buku bacaan untuk anaknya terutama buku

yang berkenaan dengan pembahasan keagamaan.

4. Tinjauan Pustaka

Pembahasan kisah Nabi Ibrahim as. bukanlah hal yang baru dalam bidang

akademisi. Pembahasan ini telah banyak diteliti seperti: Skripsi yang menulis

mengenai Kisah Nabi Ibrahim di antaranya ditulis oleh Dewi Mahdayani.25 Isi skripsi

ini adalah perjalanan Nabi Ibrahim dalam pencarian keberadaan tuhannya begitu kuat,

proses yang ia lakukan untuk menemukan tuhan sernata-mata untuk membuktikan

25

Dewi Mahdayani, “Kisah Nabi Ibrahim dalam Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab”

(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2008).

Page 28: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

15

kesesatan tuhan kaumnya. Kemudian skripsi yang ditulis oleh Kholilurrahman Aziz.26

Aziz dalam skripsinya mengulas pesan teologi yang dimaksudkan dalam kisah Nabi

Ibrahim adalah bentuk ketauhidan yang utuh hanya kepada Allah, yang menyadari

tentang hakikat wujud Tuhan yang hakiki. Adapun nilai moral dalam kisah Nabi

Ibrahim ini adalah, pertama adanya sikap pengorbanan untuk mendekatkan din

kepada Tuhan. Kedua skripsi ini berasal dari Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga.

Berikutnya skripsi oleh Miftahul Huda.27

Dalam skripsinya miftahul huda

memberikan informasi bahwa kisah Nabi Ibrahim yang terdapat dalam al-Qur’an.

Setidaknya terdapat beberapa bentuk atau macam dakwah dialogis beliau yang bisa

diidentifikasi. Pertama, dialog perihal teologis: kedua, dialog perihal kosniologis:

ketiga, dialog perihal sosial; keempat, dialog perilial eskatologis. Salah satu ayat yang

menjelaskan dialog teologis Ibrahini adalah Q.S. al-Anbiya’ ayat 52. Pada ayat ini

digambarkan bagaimana Ibrahim kecil yang masih dalam asuhan ayahnya memiliki

nalar kritis dalam hal teologis. Ibrahirn kecil dengan akal kritis dan kecerdasannya

bertanya kepada ayah dan kaumnya: ‘Patung-patung apakah ini yang kan tekun

beribadah kepadanya’.

26

Kholilurrahman Aziz, “Kisah Nabi Ibrahim dalam al-Qur’an: Kajian nilai-nilai teologi-

Moralitas Kisah Nabi Ibrahim Perspektif Muhammad A. Khalafullah dan M. Quraish Shihab.” (Skripsi

S1 Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2010). 27

Miftahul Huda, ”Dakwah Dialogis Nabi Ibrahim dalam Perspektif” al-Qur’an (Skripsi S1

Fakultas Ushuluddin, Jurusan Studi dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kaijaga,

Yogyakarta. 2010)

Page 29: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

16

Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Mohammad Dedi Sofyan.28

Skripsi ini

membahas tentang dialog Nabi Ibrahim menurut penafsiran fakhruddin al-Razi.

Keseluruhan pembahasan skripsi ini menunjukan bahwa Fakhruddin al-Razi

menafsirkan dialog Nabi Ibrahim syarat akan nuansa nilai spiritual dan etis yang

bercorak argumentatif dan rasional. Nuansa nilai sipitula yang dimaksud adalah: pada

setiap diaog-diaog Nabi Ibrahim, mencerminkan kapasitasnya sebagai seorang nabi

dan rasul, yakni dialog yang berisi seruan untuk menyembah serta mengabdi hanya

kepada Allah swt. Etis , sebagai sosok manusia ideal yang dilukiskan oleh al-Qur’an,

Nabi Ibrahim adalah sosok yang tenang, santun dan kaem, memiliki kemuraham dan

kelembutan hati. Hal ini begitu terdeskripsikan dari dialog-dialognya yang memiliki

perkataan lembut sekaigus menyentuh kepada siapapun.

Kemudian Tesis yang ditulis oleh Maisaroh Nurharjanti.29

Tesis dari Nurhajarti

ini membahas tentang Kisah Nabi Ibrahim as. dalam al-Quran. Penelitian ini

difokuskan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana struktur yang

membangun kisah Ibrahim a.s. dalam al-quran, bagaimana koherensi dan keterpaduan

unsur-unsur dalam kisah Ibrahim a.s., dan bagaimana pemaknaan total kisah Ibrahim

as. dalam al-Quran. Dapat disimpulkan ditinjau dan pembahasan semiotika dan cerita

Ibrahim a.s, di dalam al-Quran. Yang pertama, telah terpenuhinya unsur-unsur kisah

Ibrahim a.s. dalam al-Quran, berupa tema, tokoh, plot, peristiwa, setting atau latar,

bahasa dan moral atau pesan-pesan yang ingin disampaikan yaitu sebuah tatanan

28

Mohammad Dedi Sofyan, “Dialog Nabi Ibrahim” (Study Penafsiran Fkahruddin al-Razi)

(Skripsi S1Fakultas Ushuluddin. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017) 29

Misaroh Nurharjanti, ”Dialog Nabi Ibrahim” (Suatu Kajian Semiotik), (Tesis S2

Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2008)

Page 30: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

17

sosial yang berlandaskan tauhid. Inti dan segala uraian al-Quran adalah

memperkenalkan keesaan Allah swt. Kedua, kisah Ibrahim a.s. tidak diuraikan di

dalam al-Quran hanya dengan satu teknik pernaparan saja. Ketiga, kisah Ibrahim a.s.

mementingkan tema yang ingin disainpaikan berupa pesan-pesan moral yang luhur,

dan sedikit “mengabaikan” unsur-unsur lainnya, seperti siapa ayah yang

sesungguhnya dan Ibrahim a.s., usia berapa ia mulai berdakwah, al-Quran tidak

merincinya.

E. Metode Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Adapun dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan jenis penelitian

kepustakaan (Library Research). Format yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan mengumpulkan literatur-literatur yang berkaitan dengan tema yang akan

dibahas, baik itu berupa rujukan utama (primer) maupun sekunder. Rujukan primer

atas penulisan ini bersumber pada buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul buku

ini adalah buku yang akan digunakan untuk penelitian penulis mengenai kisah Nabi

Ibrahim dalam segmentasi anak. Untuk analisis konten kisah Nabi Ibrahim dalam

buku anak, penulis menggunakan kitab tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab.

Rujukan sekunder yang penulis angkat adalah buku-buku yang terkait dengan

pembahasan mengenai kisah Nabi Ibrahim dalam buku anak. Penelitian kepustakaan

ini dimaksudkan agar memperoleh data teoritis yang relevan dengan penelitian yang

sedang diteliti.

Page 31: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

18

2. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik metode deskriftif analitik

yaitu suatu metode yang bermaksud menggambarkan data-data dalam menguji dan

menjelaskan sebuah hipotesis untuk menjawab pertanyaan dari suatu permasalahan.

Sedangkan analitik yaitu sebuah tahapan untuk menguraikan data-data yang telah

terkumpul dan tersusun secara sistematis. Jadi, metode deskriftif analitik adalah

sebuah metode pembahasan untuk menerapkan data-data yang telah tersusun dengan

melakukan kajian terhadap data-data tersebut. Selain itu juga penulis menggunakan

pendekatan perbandingan. Pendekatan ini dilakukan untuk membandingkan

pemahaman

3. Tekhnik Penulisan

Dalam tekhnik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada buku

pedoman akdemik: penulis Skripsi, Tesis dan Desertasi, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2010/2011. Sedangkan pedoman transliterasi keputusan bersama

Menteri Agama dan Menteri P dan K Nomor: 158 tahun 1987 – Nomor:0543

b/u/1987. Pada penulisan nama surah al-Qur’an, ditulis dipedoman akademik

2010/2011, misalnya Surah al-Baqarah/2: 183, tetapi penulis menuliskan QS. al-

Baqarah/2:183, yang nantinya akan konsisten sampai pembahasan akhir.

F. Sistematika Penulisan

Tulisan ini akan dimulai dengan BAB pertama dengan menguraikan latar

belakang persoalan yang ingin dikemukakan dalam tulisan ini, rumusan dan batasan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustakka, metode penelitian dan

Page 32: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

19

sistematika penulisan. BAB ini penting untuk mengurai secara umum keseluruhan isi

tulisan.

BAB kedua, membahas tentang kisah dalam al-Qur’an dengan uraian: definisi

kisah al-Qur’an, macam-macam kisah al-Qur’an, karakteristik kisah al-Qur’an, tehnik

pemaparan kisah al-Qur’an dan tujuan mempelajari kisah dalam al-Qur’an.

BAB ketiga membahas tentang gambaran umum buku Cerita Bergambar

Kisah 25 Nabi Dan Rasul dengan menampilkan informasi data buku, sinopsis buku,

salah satu kisah yang di sorot, dan visualisasi kisah Nabi Ibrahim dalam bentuk

gambar.

BAB keempat membahas tentang komparasi kisah Nabi Ibrahim dalam buku

anak dengan kisah Nabi Ibrahim dalam al-Qur’an.

BAB kelima berisikan penutup yang berupa kesimpulan dari uraian-uraian

bab-bab sebelumnya, yaitu jawaban dari rumusan masalah yang dicantumkan

sekaigus membuat saran-saran dan daftar pustaka yang disusun secara alfabetis.

Page 33: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

19

BAB II

KISAH DALAM AL-QUR’AN

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang sering mendengarkan kata-kata

kisah. Ketika manusia mendengar kata kisah tersebut yang terlintas dalam

pikirannya adalah suatu cerita yang berkenaan dengan suatu kejadian pada masa

lampau tentang seseorang atau masyarakat tertentu.

Kisah merupakan suatu metode pembelajaran yang ternyata memiliki daya

tarik tersendiri yang dapat menyentuh perasaan dan kejiwaan serta daya pikir

seseorang. Kisah memiliki fungsi edukatif yang sangat berharga dalam suatu

proses penanaman nilai-nilai ajaran Islam. Islam menyadari sifat alamiah manusia

yang menyenangi seni dan keindahan. Sifat alamiah tersebut mampu memberikan

pengalaman emosional yang mendalam dan dapat menghilangkan kebosanan serta

kejenuhan dan menimbulkan kesan yang sangat mendalam. Oleh karena ¡tu, Islam

menjadikan kisah sebagai salah satu metode dalam sebuah metode pembelajaran.1

A. Definisi Kisah

Secara bahasa Kata “kisah” berasal dari akar kata “القص” yang berarti

mencari atau mengikuti jejak. Kata al-qasas adalah bentuk masdar.2 Menurut al-

Khalidy al-qasas berarti cerita-cerita yang dituturkan (kisah). Kisah dengan arti-

arti tersebut di atas. dipergunakan juga dalam al-Qur’an, antara lain;

a. Al-Qashash berarti mengikuti jejak sebagaimana firman Allah swt.

1 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 1997), h. 97.

2 Manna A1-Qaththan, Mabahits fi ulumiI Al-Quran, (Beirut: Muassasah Ar-Risalah.

1996). h. 305.

Page 34: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

20

”Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali,

mengikuti jejak mereka semula.”

“dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan:

"Ikutilah dia"

b. Al-qashash berarti cerita-cerita yang dituturkan (kisah), seperti dalam

surah Ali-Imran/3 ayat 62 dan surah al-Qashash/28 ayat 25 dan surah

Yusuf/12 ayat 3.

“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar” (Ali’Imran ayat 62)

"Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan

kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu

takut” (al-Qashash ayat 25)

“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan

mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum

(kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum

mengetahui. (Yusuf ayat 3)

Secara terminologi kisah dalam kesusateraan bahasa Indonesia atau

Melayu dapat diartikan dengan cerita, penuturan tentang suatu peristiwa, suatu

kejadian atau seseorang.3 Dalam arti yang lain kata kisah berarti berita-berita

mengenai permasalahan dalam masa-masa yang saling berturut-turut. Sedangkan

Qashash dalam Al Qur’an adalah pemberitaan Al Qur’an mengenai hal ihwal

3 AG Pringgo Digdo dan Hasan Syadily, Ensiklopedia Umum. (Yogyakarta: Ofset

Kanissus, 1997), h. 567.

Page 35: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

21

ummat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-

peristiwa yang telah terjadi.4

Pada tataran terminologi ini para pakar dan ulama pun banyak sekali

memberikan definisi tentang pengertian kisah ini diantaranya:

1. Manna al-Qattan dalam bukunya Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an menyatakan

bahwa Qasas al-Qur’an adalah pemberitaan al-Qur’an tentang hal ihwal

umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-

peristiwa yang telah terjadi.5

2. Hasby al-Shiddieqy memberikan definisi, bahwa yang dimaksud dengan

Qasahsul Qur’an ialah kabar-kabar al-Qur’an tentang keadaan umat yang

telah lalu dan kenabian masa terdahulu, peristiwa-peristiwa yang telah

terjadi. Al-Qur’anmelengkapi tentang keterangan peristiwa peristiwa yang

telah terjadi, keadaan negeri-negeri serta menerangkan bekas-bekas dan

kaum terdahulu tersebut.6

3. Menurut M. Quraisy Shihab, kisah adalah menelusuri peristiwa atau

kejadian dengan jalan menyampaikan atau menceritakannya dari awal

hingga akhir sesuai dengan kronologi kejadiannya.7

4. Muhammad Ahmad Khalafullah mengatakan bahwa kisah adalah suatu

karya kesusastraan mengenai peristiwa yang terjadi atas seseorang pelaku

yang sebenarnya tidak ada atau dari seseorang yang benar-benar ada tetapi

peristiwa yang berkisar pada dirinya dalam kisah itu tidak benar-benar

terjadi. Atau peristiwa itu benar-benar terjadi pada diri pelaku, tetapi kisah

4 Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013), h. 228. 5 Manna’ A1-Qaththan, ibid, h. 305.

6 Hasby A1:Shidieqy. Ilmu-Ilmu Al-Quran Media Pokok Dalam Pcnafsiran Al-Quran.

(Jakarta: Bulan Bintang, 1972). cet.1, h. 176. 7 M. Quraisy Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 319.

Page 36: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

22

itu disusun atas dasar seni yang indah, yang mendahulukan sebagian

peristiwa dan membuang sebagian lagi. Atau, peristiwa yang benar-benar itu

ditambahi dengan peristiwa yang tidak terjadi atau dilebih-lebihkan

penuturannya, sehingga penggambaran pelaku-pelaku sejarahnya keluar dari

kebenaran yang sesungguhnya sehingga terjadi pelaku fiktif.8

5. Menurut al-Shiba’i seperti yang dinukil oleh Ahmad Hanafi, yang dimaksud

dengan kisah adalah sebuah tulisan yang bersifat kesusastraan dan indah

serta keluar dari seorang penulis dengan maksud menggambarkan suatu

keadaan tertentu mengenai sejarah, akhlak atau susunan masyarakat dan

sebagainya. Dengan menggunakan suatu cara, penulis melepaskan diri dari

perasaan pribadinya, pikirannya yang timbul dari perasaan dan pikiran.

Sehingga pribadinya tercermin dalam penggambaran itu yang dapat

mengadakannya dari orang lain yang mempunyai tulisan yang sama.9

Bagi Shalah al-Khalidy kisah telah disifati al-Qur’an sebagai cerita yang

benar dan tak diragukan lagi. Allah swt memberitahukan dan menceritakannya

kepada manusia agar mereka berpikir mengenai hikmah yang terkandung di

dalamnya karena hal itu sudah menjadi ketetapan Allah.10

Allah Swt berfirman

dalam surah Ali Imran/3 ayat 62 berikut:

8 Rosihun Anwar, Ilmu Tafsir, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 67.

9 Ahmad Hanafi, Segi-segi Kesastraan pada Kisah-kisah al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka al-

Husna, 1984), cet. I, h. 14. 10

Shalah al-Khalid, Kisah- kisah al-Quran. Penerjemah Setiawan Budi Utomo (Jakarta:

Gema Insani Press, 1999), h. 15.

Page 37: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

23

“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang

berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Perbedaan mengenai definisi kisah telah banyak dipaparkan ulama, masing-

masing mereka memiliki sudut pandang yang berbeda, ada yang menilai bahwa

kisah al-Qur’an merupakan cerita fiktif belaka, tidak benar-benar terjadi, sebuah

khayalan yang al-Qur’an gambarkan dalam bentuk seni sastra. Dan ada pula yang

menilai bahwa kisah al-Qur’an memang sebuah cerita yang nyata yang memiliki

data histori. Dalam diskursus ini, penulis sependapat bahwa kisah al-Qur’an

merupakan sebuah cerita yang benar adanya, sesuai histori dan digambarkan

dalam bentuk seni sastra yang tinggi, jika pun ada cerita yang belum terdapat

historinya bukan berarti kisah al-Qur’an itu khayalan dan imajinasi, sebab cerita

al-Qur’an berbeda dengan cerita-cerita lainnya yang mana cerita al-Qur’an

merupakan bagian dari wahyu yang kebenarannya mutlaq. Hal ini bisa dilihat

dalam firman Allah surah Ali Imran/3 ayat 62.

B. Macam-macam Kisah

Melihat kedudukan dan peran kisah bagi masyarakat Arab, maka al-

Qur’anmempergunakannya untuk memudahkan pemahaman pesan-pesan Tuhan

di samping untuk memperkuat kesan tentang ajaran-ajaran-Nya tersebut dalam

hati pendengarnya.11

Materi kisah dalam al-Qur’an sering disebut dengan naba’ (berita atau

informasi), seperti berita tentang Musa12

, Nuh13

, Ibrahim14

dan lain-lain. Di antara

kisah kisah tersebut ada yang disifati dengan anba’ al-ghaib (informasi yang tidak

11

Syahrin Harahap, al-Quran dan Sekulerisasi; Kajian Kritis Terhadap pemikiran Thaha

Husein, (Yogya: Tiara Wacana, 1994), h. 155. 12

QS. Al-Qashshash: 3 13

QS. Yunus : 71 14

QS. Al-Syu’ara : 70

Page 38: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

24

diketahui), yaitu cerita cerita yang tidak diakrabi bangsa Quraisy, sehingga di

samping membawa pesan Tuhan, kisah tersebut berfungsi sebagai informasi bagi

pendengarnya. Atas dasar itulah, maka kisah al-Qur’anbisa disebut juga dengan

berita berita ghaib, karena ia berusaha menyampaikan pesan melalui pemaparan

informasi peristiwa peristiwa masa lalu,15

sebagaimana diungkap dalam surah

Hud/11 ayat 49:

“Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami

wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak

(pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; Sesungguhnya kesudahan yang

baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”

Kisah dalam al-Qur’an memiliki beberapa macam kategori. Di antaranya

ialah menceritakan para nabi dan umat terdahulu, mengisahkan berbagai macam

peristiwa dan keadaan dari masa lampau, masa kini, ataupun masa yang akan

datang. pembagian kisah ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi waktu dan segi

materi.16

1. Ditinjau dari segi waktu

Ditinjau dari segi waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam al-

Qur’an. maka dapat di bagi menjadi tiga macam. Tiga macam kisah lersebut ialah

sebagai berikut:

a. Kisah Ghaib Pada Masa Lalu

15

Andy Hadiyanto, “Repitisi Kisah al-Quran; “Analisis Struktrural Genetik Terhadap

Kisah Ibrahim dalam Surat Makiyyah dan Madaniyyah,” (Disertasi Pascasarjana Universitas Islam

Negeri syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 33. 16 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu. 2008), h. 296.

Page 39: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

25

Kisah ghaib pada masa lalu ialah kisah yang menceritakan

kejadian-kejadian ghaib yang sudah tidak bisa di tangkap oleh

panca indera yang terjadi pada masa lampau, seperti kisah Maryam

(sural Ali-imrãn/3 ayat 44), kisah Nabí Nuh (sural Húd/11 ayat 25-

49), dan kisah ashabul aI-Kahi (surat aI-Kahfi/18 ayat 10-26).17

b. Kìsah Ghaib Pada Masa Kini

Kisah ghaib pada masa kini adalah kisah yang menerangkan

keghaiban pada masa sekarang (meski sudah ada sejak dulu dan

masih akan tetap ada sampai masa yang akan datang) dan yang

menyingkap rahasia orang-orang munafik, seperti kisah yang

menerangkan kaum munafik (surah at-Taubah/9 ayat 107). Kisah

yang menerangkan keadaan manusia saat terjadinya hari akhir

(surah al-Qoriah/101 ayat 1-6), dan pencabutan nyawa manusia

oleh para malaikat (sural an-Nãziãt/79 ayat 1-9).18

c. Kisah Ghaib Pada Masa Yang Akan Datang

Kisah ghaib pada masa yang akan datang ialah kisah-kisah yang

menceritakan beberapa peristiwa yang akan datang yang belum

terjadi pada waktu turunnya al-Qur’an. Kemudian peristiwa

tersebut benar-benar terjadi. Oleh karena itu, pada masa sekarang

merupakan peristiwa yang di kisahkan telah terjadi, seperti jaminan

Allah swt terhadap keselamatan Nabi Muhammad saw dan

penganiayaan orang, banyak orang yang mengancam akan

membunuhnya pada saat itu (surah al-Maidah/5 ayat 64),

17

Abdul Djalal, Ulumul Quran. h. 296-297. 18

Abdul Djalal, Ulumul Quran.h. 297-299.

Page 40: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

26

kemenangan bangsa Romawi atas Persia (surah ar-Rum/30 ayat 1-

4), dan kebenaran mimpi Nabi SAW. yang dapat masuk Masjidil

Haram bersama para sahabat dalam keadaan sebagian dan mereka

bercukur rambut dan yang lain tidak (surah al-Fath/48 ayat 27).19

2. Ditinjau dari Segi Materi

Jika ditinjau dari segi materi yang diceritakan, maka kisah al-Qur’an di

bagi menjadi tiga macam, yaitu:

a. Kisah para Nabi, tahapan dan perkembangan dakwahnya, berbagai

mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang

memusuhinya. Akibat-akibat yang di terima oleh mereka yang

mempercayai dan golongan yang mendustakannya, seperti kisah

Nabi Musa (surah al-Maidah/5 ayat 21-26; Taha/20 ayat 57-73;

dan a1-Qashash/28 ayat 7-35), kisah Nabi ‘Isa (surah a1-Ma’idah/5

ayat 110-120), dan kisah Nabi Ibrahim (surah as-Saffat/37 ayat 38-

99).

b. Kisah orang-orang selain nabi dan sekelompok manusia tertentu,

seperti kisah umat Nabi Musa yang memotong sapi (surah al-

Baqarah/2 ayat 67-73, kisah Qarun yang mengkufuri nikmat (surah

al-Qashsash/28 ayat 76-81), kisah Maryam (surah Maryam/19 ayat

16-30), kisah ashab al-Kahfi (surah aI-Kahfi/18 ayat 10-26), dan

kisah Talut (surah al-Baqarah/2 ayat 246-252).

c. Kisah peristiwa dan kejadian pada masa Rsulullah saw, seperti

Perang Badar dan Uhud (surah Ali’Imran/3), Perang Hunain dan

19

Abdul Djalal, Ulumul Quran. h. 299-300.

Page 41: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

27

Tabuk (surah al-Taubah/9), dan perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi

Muhammad saw. (surah al-Isra/17).20

C. Karakteristik Kisah-kisah dalam AI-Qur’an

Kisah al-Qur’an memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan

cerita dan dongeng pada umumnya. Karakteristik yang di maksud adalah sebagai

berikut:

1. Gaya bahasanya indah, mempesona, dan sederhana, sehingga mudah

dipahami dan mampu mengundang rasa penasaran para pembaca untuk

mengetahuinya secara lengkap. Hal ini di didukung oleh penyampaian

kisah Qur’ani yang biasanya di awali dengan tuntutan, ancaman, atau

peringatan akan suatu bahaya. Kadang-kadang sebelum sampai pada

pemecahannya, masalah-masalah tersebut berakumulasi dengan tuntutan

atau masalah lain. Demikian itu menjadikan kisah sebagai jalinan cerita

yang kompleks, membuat pembaca menjadi semakin penasaran dan ingin

segera mencapai penyelesaian.21

2. Materinya bersifat universal, sesuai dengan sejarah perkembangan

kehidupan manusia dari masa ke masa, sehingga menyentuh hati nurani

pembaca di setiap masa. Kisah-kisah dalam al-Qur’an bukanlah kisah yang

asing bagi manusia. Sebab settingnya bukan alam malaikat, melainkan

dunia, dan menampilkan realitas hidup manusia.22

20

Mustafa Muhammad Su1aimn, al-Qissah fi al-Qur’an al-Karïm wa Thara Hauki min

Svabbahawa ar-Radd Alaiha (Mesir: Matba’ al-Amanah, 1994),h. 21-22. 21

Abdurrahrnan al-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masvarakat

(Jakarta: Gcrna Insani Press, 1995), h. 239. 22

M. Quraish Shihab, Membumikan a1-Qur’an (Bandung: Mizan, 1995), h. 175.

Page 42: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

28

3. Materinya hidup, aktual, mampu menerangi jalan menuju masa depan

yang cemerlang. tidak membosankan, dan mampu menggugah emosi

pembaca.23

4. Kebenarannya dapat dibuktikan secara filosofis dan ilmiah melalui bukti

bukti sejarah.24

5. Penyajiannya tidak pernah lepas dari dialog yang dinamis dan rasional,

sehingga merangsang pembaca untuk berpikir.

Dilihat dari sudut pandang seni penggambaran atau dapat disebut dengan

keistimewaan artistik, kisah al-Qur’an memberikan beberapa keistimewaan.

Keistimewaan dalam keindahan susunan kebahasaan yang tetap tunduk pada

tujuan keagamaan. Quthb mengelompokkan keistimewaan ini dalam empat

tampilan kisah, yaitu:

1. Keanekaragaman cara penyampaian. Terdiri dari bagaimana kisah

disampaikan dengan menyebutkan sinopsis terlebih dahulu, baru kemudian

diuraikan rincian-rinciannya dan awal hingga akhir. Dalam hat ¡ni, Quthb

mengambil contoh pengkisahan tentang As-hab al-Kahfi (surah al-

Kahfi/18 ayat 9-12).

2. Menyebutkan simpulan kisah dan maksudnya kemudian diikuti kisah

dari awal hingga akhir dengan pemaparan rincian-rincian episodenya.

Contohnya adalah kisah Nabi Musa a.s. yang dimuat dalam surah al-

Qashash/28 ayat 2-6.

23

SaIãh al-Khalidy, Kisal-kisah al-Qur ‘an Pelajaran dari Orang-orang terdahulu

(Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 301-327. 24

Novita Siswayanti, “Dimensi Edukatif pada Kisah-kisah A1-Qur’an,” Jurnal Kajian

Al-Qur ‘an dan Kebudavaan, III, no. 1 (2010), h. 73.

Page 43: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

29

3. Menyebutkan kisah secara langsung tanpa ada pendahuluan dan tanpa

ada sinopsis, misalnya tentang kisah Maryam yang melahirkan Nabi Isa

a.s.

4. Kisah digambarkan sebagai sebuah drama yang disusun berdasarkan

adegan yang dilakukan oleh tokoh, seperti kisah Nabi Ibrahim a.s. bersama

Nabi Ismail a.s. ketika membangun Ka’bah (surah al-Baqarah/2 ayat

127]). Dalam kisah tersebut hanya sedikit beberapa lafal yang

memberitahukan akan awal pemaparan kemudian membiarkan kisah itu

bercerita tentang kisahnya dengan perantaraan para pemainnya.25

D. Teknik Pemaparan Kisah

Pemaparan kisah dalam al-Qur’an memiliki cara yang spesifik, salah

satunya ialah aspek seni. Di samping aspek seni, perhatian aspek-aspek

keagarnaan sangat mendorninasi di dalarn kisah. Teknik pemaparan ini dapat di

pilah-pilah, seperti berawal dari kesimpulan, ringkasan cerita, adegan klimaks,

tanpa pendahuluan, adanya keterlibatan irnajinasi manusia, dan penyisipan nasihat

keagamaan.26

Berikut pemetaanya:

1. Berawal dari sebuah Kesimpulan

Di antara berbagai kisah yang dipaparkan dalam al-Qur’an, ada yang di

mulai dari kesimpulan. Kernudian di ikuti dengan perinciannya, yaitu dari

fragmen27

pertama hingga fragmen terakhir. Sebagai contoh adalah kisah Nabi

Yusuf as yang di awali dengan mimpi dan di pilihnya Nabi Yusuf as sebagai nabi

25

Sayyid Quthb, A1-Tashwîr al-Fanni fi al-Qur ‘ân, h. I 48-150 26

Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, ed.

Mustaffa’ Maimun, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), h. 67 27

Dalam Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia, kata fragmen diartikan sebagai cuplikan

atau petikan (dari sebuah cerita, lakon dan sebagainya). Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,

Kamus Bahasa hidonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),h. 418.

Page 44: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

30

(surah Yusuf/12 ayat 6-71). Kemudian dilanjutkan dengan fragmen pertama, yaitu

Nabi Yusuf as dengan saudara-saudaranya (ayat 8-20). Fragmen kedua, Nabi

Yusuf as di Mesir (ayat 21-33). Fragmen ketiga, Nabi Yusuf as di penjara (ayat

34-53). Fragmen keempat, Nabi Yusuf as mendapat kepercayaan dari raja (ayat

54-57). Fragmen kelima, Nabi Yusuf as bertemu dengan saudara-saudaranya (ayat

58-93). Fragmen keenarn, Nabí Yusuf as berternu dengan orangtuanya (ayat 94-

101).28

2. Berawal dari sebuah Ringkasan Kisah

Dalam hal ini kisah di mulai dari ringkasan, kernudian di ikuti dengan

rincian dari awal hingga akhir. Kisah yang rnenggunakan pola ini antara lain

ashab al-Kahfi dalam surah al-Kahfi yang di mulai dengan ringkasan secara garis

besar.

“(ingatlah) tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam

gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami

dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan

Kami (ini)."Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu,

kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara

kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka

tinggal (dalam gua itu).

Demikian ringkasan kisah ashab al-Kahfi. Kemudian dalam ayat

selanjutnya diceritakan rinciannya, yaitu dalam ayat 14-16 tentang latar belakang

mengapa mereka masuk goa. Pada ayat 17-18 menceritakan keadaan mereka di

dalam goa. Pada ayat 19-20 menceritakan saat mereka bangun dari tidur. Pada

28

Sayyid Qutb, aI-Taswlr al-Fann fi aI-Qur’än (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1975),, h. 67-68.

Page 45: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

31

ayat 21 menjelaskan tentang sikap penduduk kota setelah rnengetahui mereka.

Terakhir, pada ayat 22 menceritakan perselisihan penduduk kota tentang jumlah

pemuda-pernuda tersebut.29

3. Berawal dari sebuah Adegan yang paling Penting

Pola pemaparan kisah lainnya dalarn al-Qur’an adalah kisah yang berawal

dari adegan klimaks. Kernudian dikisahkan rinciannya dari awal hingga akhir.

Kisah yang rnenggunakan pola ini antara lain kisah Nabi Musa as dengan Fir’aun

dalam surat al-Qashsash.

“Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun de-

ngan benar untuk orang-orang yang beriman.. Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat

sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah,

dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka

dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun

Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.. dan Kami hendak memberi

karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak

menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang

mewarisi (bumi).”

Itulah awal kisah yang menjadi adegan klimasknya, yaitu tentang

keganasan Firaun. Kernudian di kisahkan secara rinci mulai dari Nabi Musa

dilahirkan dan dibesarkan ayat 7-13. Pada ayat 14-19 menceritakan ketika jadi

dewasa. Ayat 20-22 tentang rneninggalnya (Nabi Musa as) di Mesir. Ayat 23-28

menceritakan pertemuannya dengan dua anak perempuan. Ayat 29-32

29

Sayyid Qutb, aI-Taswlr al-Fann fi aI-Qur’än h. 149.

Page 46: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

32

menceritakan Nabi Musa as mendapatkan wahyu dari Allah swt. untuk rnenyeru

Firaun. Ayat 33-37 menceritakan pengangkatan Harun sebagai pembantunya.

Ayat 38-42 menceritakan tentang kesombongan dan keganasan Firaun. Terkahir

menceritakan tentang Nabi Musa yang mendapatkan wahyu (Taurat), terdapat

pada ayat 43.30

Dengan dipilihnya pola pertama, kedua, dan ketiga ini pembaca atau

pendengar dapat mengetahui terlebih dahulu gambaran secara umum tentang suatu

kisah. Selain itu mendorong mereka untuk segera mengetahui rinciannya.

4. Tanpa Pendahuluan

Pada umumnya kata-kata pendahuluan digunakan pada berbagal kisah

dalam al-Qur’an. Apakah itu dengan menggunakan pola pertama, kedua, ketiga,

atau dengan bentuk pertanyaan. Sebagai contoh kisah tentara bergajah pada surah

al-Fiil/105 ayat 1-5 di dahului dengan pertanyaan, “Apakak kamu tidak

memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah.”

Kemudian kisah Nabi Ibrahim as dengan malaikat dalam surah al-Dzhariyat/51

ayat 24-30 juga di mulai dengan pertanyaan, “Sudahkah sampai kepadamu

(Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat) yang dirnuliakan?” Selain itu, kisah

Nabi Musa as. dalam surah al-Naziat/79 ayat 15-26 juga di mulai dengan sebuah

pertanyaan, Sudahkah sampai kepadarnu (Muhammad) kisah Musa?.31

Meskipun demikian, terdapat juga beberapa kisah yang tidak didahului

pendahuluan. Tetapi kisah tersebut di mulai secara langsung dari inti materi.

Sebagai contohnya adalah kisahnya Nabi Musa as mencari ilmu dalam surah al-

30

Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 69. 31

Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 70.

Page 47: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

33

Kahfi/18 ayat 60-82. Dalarn kisah tersebut dijelaskan secara langsung ke inti

materi kisah, tanpa didahului dengan pendahuluan.32

Sekalipun pemaparan kisah di atas tanpa di mulai pendahuluan.

Didalamnya dimuat dialog atau peristiwa yang mengandung minat pembaca atau

pendengar untuk rnengetahui kisah tersebut sampai tuntas. Pada kisah Nabi Musa

as ditampilkan adegan Nabi Khidir melubangi perahu yang di tumpanginya (ayat

71). Selanjutnya Nabi Khidir mernbunuh seorang pemuda (ayat 74) dan Nabi

Khidir membetulkan dinding rumah yang masyarakatnya sangat pelit (ayat 77).

Pembaca atau pendengar kisah akan tenis bertanya tanya mengapa Nabi Khidir

berbuat demikian. Pertanyaan itu baru terjawab pada akhir kisah tersebut.33

5. Keterlibatan Imajinasi Manusia

Kisah dalarn al-Qur’an banyak yang di susun secara garis besarnya.

Adapun kelengkapannya diserahkan kepada imajinasi manusia. Menurut

penelitian W. Montgomery Watt dalam bukunya Bell’s Introduction to the

Qur’an, al-Qur’an di susun dalam ragam bahasa lisan (oral). Untuk

rnernahaminya hendaklah dipergunakan (tambahan) daya imajinasi yang dapat

melengkapi gerakan yang dilukiskan oleh lafal-lafalnya. Ayat-ayat yang

mengandung unsur bahasa ini, jika dibaca dengan penyertaan dramatic action

yang tepat, niscaya akan dapat membantu pemaharnan. Sebenarnya, gambaran

dramatika yang berkualitas ini merupakan ciri khas gaya bahasa al-Qur’an.

mengandung unsur bahasa ini, jika dibaca dengan penyertaan dramatic action

32

Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 70. 33 Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h.

70-71.

Page 48: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

34

yang tepat, niscaya akan dapat membantu pemaharnan. Sebenarnya gambaran

dramatika yang berkualitas ini merupakan ciri khas gaya al-Qur’an.34

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar

Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan Kami terimalah daripada

Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha

Mengetahui". (al-Baqarah ayat 127)

Pada kalimat wa idz yarfa’ Ibrahim al-Qowaid min al-bait wa Ismail,

dalam irnajinasi seseorang tergambar suatu pentas yang terdiri dari dua tokoh,

yaitu Ibrahim dan isma’il. Dengan latar belakang Baitullah (Ka’bah).35

Adegan di mulai dengan pernasangan batu oleh seorang tukang bernarna

Ibrahim. Dalarn pemasangan batu itu digunakan campuran yang bagus. Imajinasi

ini tergambar dan kalimat wa idh yarfa’ Ibrahim al-Qaid min al-bait ismail

berperan sebagai laden tergambarkan sedang mencari batu, mengaduk bahan

campuran yang dapat merekatkan batu, lalu rnemberikannya kepada tukang

(Ibrahim). Imajinasi ini tergambar dari peng’atafàn lafal Isma’i1 ke lafal Ibrahim

yang di antara oleh lafal al-qawaid. Kernudian mereka berdoa. Antara susunan

kalirnat berita dengan doa tidak digunakan kata penghubung ataupun lafal yad

uwthz yang dapat menghubungkan doa dengan kalimat berita sebelumnya. Hal ini

rnenggambarkan adegan yang berlangsung itu semacam siaran langsung, sehingga

penonton dapat rnenyaksikan adegan-adegan tersebut secara hidup.36

34

W. Montgomery Watt, Ben ‘s Introduction to the Qur ‘an (Edinburg: The University

Press, 1970), h. 60. 35

Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 71-

72. 36

Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 72.

Page 49: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

35

6. Penyisipan Nasihat Keagamaan

Pemaparan kisah dalam al-Qur’an sering sekali disisipi nasihat

keagarnaan. Nasihat ini antara lain berupa penegasan Allah swt. Dan keharusan

percaya adanya kebangkitan manusia dari kubur.37

Adapun contoh dalam pola ini adalah ketika al-Qur’an menuturkan kisah

Nabí Müsa as. dalarn surah Tãha/20 ayat 9-98. Ditengah-tengah kisah ini, yaitu

pada ayat 50-55 disisipkan tentang kekuasaan Allah swt, ilmu-Nya, kemurahan-

Nya, dan kebangkitan manusia dari kubur. Kemudian di akhiri dengan pengesaan

Allah swt, pada ayat 98.38

Contoh lainya adalah kisahnya Nabí Yusuf as. dalam surah Yusuf/12 ayat

1-111. Pada kisah ini juga disisipkan ajaran beriman kepada Allah swt ayat 37,

tidak mempersekutukann-Nya dan bersyukur atas nìkrnat yang diberikan-Nya ayat

81, pahala di akhirat dan Allah adalah Maha Penyayang ayat 64, Allah akan

mengangkat derajat orang yang dikehendaki-Nya dan di akhiri dengan penjelasan

bahwa al-Qur’an adalah petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman (ayat

111).39

Dengan demikian, tema sentral dari ayat-ayat yang memuat kisah dalam

al-Qur’an adalah kisah para Nabi dan umat terdahulu. Narnun, secara perlahan,

para pembaca atau pendengar digiring ke berbagai ajaran agama yang bersifat

universal. Hal ini bisa dijadikan bukti bahwa komitmen kisah dalam al-Qur’an

terhadap tujuan keagamaan sangat tinggi sekali.40

37

Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 72. 38

Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 72. 39

Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 72-

73. 40

Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 73.

Page 50: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

36

E . Tujuan Kisah

Kisah-kisah yang diceritakan dalam al-Qur’an tidak mungkin kosong dari

nilai-nilai atau pesan-pesan yang akan bermanfaat bagi manusia dalam

mengabdikan dirinya kepada Allah.41

Tujuan kisah dalam al-Qur’a menjadi bukti yang kuat bagi umat manusia

bahwa al-Qur’an sangat sesuai dengan kondisi mereka. Karena sejak kecil sampai

dewasa dan tua sangat suka dengan kisah. Apalagi jika kisah itu memiliki tujuan

yang ganda, yakni di samping pengajaran dan pendidikan juga berfungsi sebagai

hiburan. Bahkan di samping tujuan yang mulia itu, kisah-kisah tersebut

diungkapkan dalam bahasa yang sangat indah dan menarik. Menjadikan orang

yang mendengar dan membacanya sangat menikmatinya.42

Pengungkapan yang demikian sengaja Allah buat dengan tujuan yang amat

mulia, yakni menyeru umat ke jalan yang benar demi keselarnatan dan kebahagian

mereka di dunia dan akhirat. Apabila dikaji secara seksama, maka diperoleh

gambaran bahwa dalarn garis besarnya tujuan pengungkapan kisah dalam al-

Qur’an ada dua macam, yaitu tujuan pokok dan tujuan sekunder.43

Menurut Nashruddin Baidan, rnaksud dari tujuan pokok ialah merealisir

tujuan umum yang dibawa oleh al-Qur’an untuk menyeru dan memberi petunjuk

kepada manusia ke jalan yang benar. Agar mereka selamat di dunia dan akhirat.44

Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki menyatakan bahwa kisah dalam al-Qur’an

41

Serpin, “Pesan pesan Akhlak dalam Kisah Qabil dan Habil,” Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 1. 42

Lihat Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2005), h. 230. 43

Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 30. 44

Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 231.

Page 51: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

37

mempunyai tujuan yang tinggi. Tujuan tersebut ialah menanamkan nasihat dan

pelajaran yang dapat di ambil dari pristiwa masa lalu.45

Sedangkan yang dimaksud dengan tujuan sekunder kisah dalam al-Qur’an

adalah:

1. Untuk menetapkan bahwa Nabi MuIammad saw. benar-benar menerima wahyu

dari Allah, bukan berasal dari orang-orang ahli kitab seperti Yahudi dan Nasrani.

Hal ini dapat di lihat dari firman-Nya sural Ali ‘Imrãn/3 ayat 44, Yúsuf/12 ayat

10, dan Thaha/20 ayat 99.46

2. Untuk pelajaran bagi umat manusia. Hal ini tampak dalarn dua aspek. Pertama,

menjelaskan besamya kekuasaan Allah dan kekuatan-Nya, yang memperlihatkan

bermacam-macam azab dan siksaan yang pernah ditimpakan kepada umat-umat

terdahulu akibat kesombongan, keangkuhan, dan pembangkangan terhadap

kebenaran.47

Aspek kedua ialah menggambarkan kepada manusia bahwa misi

agama yang di bawa oleh para nabi sejak dulu sampai sekarang adalah sama. Misi

tersebut ialah mentauhidkan Allah dimanapun ia berada. Kaidah tauhid yang

disampaikannya tidaklah berbeda satu sama lain dan tidak pula berubah sedikit

pun.48

3. Membuat jiwa Rasulullah Muhammad saw tenteram dan tegar dalam

berdakwah. Dengan dikisahkan kepadanya berbagai bentuk keingkaran dan

kedurhakaan yang dilakukan oleh umat-umat di masa silam terhadap para nabi

dan ajaran-ajaran yang di bawa mereka. Maka Nabi Muhammad saw merasa lega

karena apa yang dialaminya dari bermacam-macam cobaan, ancaman, dan siksaan

45

Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, Keistimewaan-keistimewaan al-Qur’an,

penerjemah Nur Faizin, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), h. 46. 46

Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir ,h. 231-232. 47

Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir ,h. 232. 48

Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 235.

Page 52: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

38

dalam berdakwah juga pernah dirasakan oleh para nabi sebelumnya. Bahkan

cobaan tersebut terasa lebih keras dan kejam daripada yang dialami Nabi saw.49

Dengan demikian, akan timbul imajinasi dalam dirinya bahwa kesukaran

tersebut tidak hanya dia yang merasakannya. Melainkan para nabi sebelumnya

juga merasakannya dan bahkan ada di antara mereka yang dibunuh oleh kaumnya,

seperti Nabi Zakariya, Yahya, dan lain sebagainya.50

Selain itu, mereka tetap

sabar dan ulet serta tetap semangat dalam menyeru umat ke jalan yang benar.

Oleh karena itu, Allah swt. menasihati Nabi Muhammad saw agar senantiasa

bersikap sabar dan berlapang dada dalam menghadapi berbagai halangan dan

hambatan yang ditujukan oleh umat kepadanya.51

4. Mengkritik para ahli kitab terhadap berbagai keterangan yang mereka

sembunyikan tentang kebenaran Nabi Muhammad saw dengan mengubah isi kitab

mereka. Oleh karena itu al-Qur’an menantang mereka supaya mengemukakan

kitab Taurat dan membacanya jika benar, seperti tercantum dalam surah

Ali’Imran/3 ayat 93.52

5. Menanamkan pendidikan akhlak al-Karimah dan mempraktikkannya. Karena

keterangan kisah-kisah yang baik itu dapat meresap dalam hati nurani dengan

mudah dan baik. Selain itu dapat mendidik seseorang untuk meneladani yang baik

dan menghindari yang buruk.53

49

Ahmad Mustatafa al-Marãghi, Tafsir al-Maraghi (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), juz I, h. I

32. 50

A1-Maraghi, Tafsir al-Maraghi. h 132. 51

Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 236. 52

Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 237. 53

Djalal, Ulumul Qur ‘an, h. 303.

Page 53: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

39

Andi Handiyanto mempetakan tujuan kisah dalam al-Qur’an berdasarkan

fungsinya dengan 4 aspek54

:

a. Pendidikan

Dapat memberikan nasehat, persepsi, ilustrasi dan memberikan

keteladanan serta memberikan penjelasan mengenai sebuah konsep.

b. Retorik atau Persuasif

Menimbulkan rasa takut, memberikan sindiran dan kritik, menimbulkan

rasa sabar dan teguh bertahan, memantapkan keyakinan tentang sebuah

konsep, serta membangun motivasi dan optimisme.

c. Teologis

Memantapkan I’jaz al-Quran, menegaskan kenabian Muhammad saw serta

kelanjutan risalah risalah sebelumnya, menegaskan kebenaran monoteisme

dan kebatilan politeisme dan ideologi sesat lainnya.

d. Dakwah

Simbolisasi kondisi dakwah yang dihadapi nabi dan menginsiprasi tentang

strategi yang diambil oleh pembacanya terkait dengan situasi kondisi yang

sejenis.

54

Andi Hadiyanto, “Repitisi Kisah al-Quran (Analisis Struktural Genetik Terhadap Kisah

Ibrahim dalam Surah Makiyyah dan Madaniyyah), Disertasi Pascasarjana Universitas Islam Negeri

jakarta, 2010. h. 56-57.

Page 54: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

41

BAB III

GAMBARAN UMUM BUKU “CERITA BERGAMBAR KISAH 25 NABI DAN

RASUL”

A. Informasi Data Buku

Buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul adalah hasil karya Irsyad

Zulfahmi diterbitkan oleh Wahyu Media dengan total halaman sebanyak 162

halaman. Berikut informasi publikasinya:

1. Tabel Informasi Buku

NO IDENTITAS BUKU KETERANGAN

1. Judul buku Cerita Bergambar 25 Nabi & Rasul

2. Pengarang Irsyad Zulfahmi S.Pd

3. Penerbit Wahyumedia

4. Tempat Terbit Jakarta

5. Tahun Terbit 2006

6. Cetakan Keenam, 2006

7. Ukuran 19 X 26 cm

8. Jumalah Halaman iv, v, vi 162

9. ISBN 978-602-378-004-4

10. Harga Rp. 79.000

11. Ilustrator Novian

Page 55: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

42

12. Penyunting Hayatun Nufus

13. Penata Letak Wella

14. Desain Sampul Fahmi Fauzy

2. Alamat Redaksi:

Wahyumedia, Jl. Moh Kahfi 2 No. 12 Cipedak, Jagakarsa, Jakrta Selatan. Telp.

(021) 7888-1000 Fax: (021) 7888-2000 Email: [email protected]

Website: www.wahyumedia.com Twitter: @wahyumedia

3. Alamat Pemasaran:

Kawahmedia, Jl. Moh Kahfi 2 No. 12. Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Telp.

(021) 7888-1000 Fax. (021) 7888-2000 Email: [email protected]

Cetakan Keenam, 2016. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

4. Profil Penulis

Irsyad Zulfami lahir di Jakarta pada tanggal 02 Mei 1992. Irsyad merupakan

alumni pondok pesantren Darunnajah profesinya sekarang adalah seorang editor.

Setelah selesai mengenyam pendidikan agama di lingkungan pondok pesantren,

Irsyad memilih melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Di Kampus Islam terbesar Indonesia inilah, Irsyad

banyak menggai ilmu agama dan ilmu pendidikan, dan fakultas yang ia pilih

adalah Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK UIN JAKARTA).

Page 56: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

43

Sekarang, selain sibuk menciptakan karya buku, esai dan puisi, Iryad juga

berkarir di gagas media. Iryad juga sempat menjabat sebagai pemimpin redaksi

bulletin lakonik semasa menjadi mahasiswa di UIN.

B. Sinopsis Buku

Buku Cerita Bergambar 25 Nabi & Rasul ini memuat kisah perjuangan para

Nabi yang sangat menginspirasi dan menjadi pelajaran keteladanan untuk kita.

Buku ini dilengkapi dengan Character Building atau Pembentukan Karakter yang

berfungsi mengarahkan pembaca atau orang tua sifat-sifat keteladan seperti

kejujuran, empati, tidak mudah menyerah, pemberani, dsb. Selain itu, buku ini

juga dilengkapi dengan doa-doa para Nabi serta hikmah kisah. Ilustrasinya dibuat

lucu dan sangat menarik dengan bahasa yang mudah dipahami.

C. Salah Satu Kisah Yang Disorot

1. Pendeskripsian Kisah Nabi Ibrahim

Buah karya Irsyad Zulfahmi menampilkan sosok Nabi Ibrahim dalam dua fase

penting dalam perjalanan hidupnya. Pertama, fase ketika Nabi Ibrahim

menghancurkan berhala. Kedua, fase ketika Nabi Ibrahim dibakar oleh Raja Namrudz

didepan penduduk babilonia.

Dalam buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul kisah Nabi Ibrahim

diawali dengan sebuah catatan bertuliskan “Pembentukan Karakter” yang isinya

adalah: dengan membaca kisah Nabi Ibrahim AS ini, diharapkan anak dapat belajar

berpikir dalam menyelesaikan tiap masalahnya dengan kreatif, serta memiliki

Page 57: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

44

kemauan yang keras dalam berusaha. Kemudian juga dicantumkan sebuah ayat al-

Qur’an surah al-Anbiya/21 ayat 51-52.

“Dan Sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah

kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan) nya.

(ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung

Apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?"

Kisah Nabi Ibrahim as diawali dengan sebuah narasi yang menyebutkan

tempat atau wilayah dimana terdapat sebuah kerajaan yang makmur, rakyatnya hidup

dalam keadaan berkecukupan dan memiliki raja yang amat berkuasa. Wilayah itu

bernama Mesopotamia (sekarang Irak) sedangkan kerajaan itu bernama Babilonia.

Penduduk Babilonia tidak mengenal Allah swt sebagai pencipta mereka, hal ini

dikarenakan setelah wafatnya Nabi Shaleh as, umat manusia mulai banyak yang

kembali ke kehidupan jahiliyahnya seperti menyembah patung-patung yang terbuat

dari pahatan batu dan tanah.

Raja yang memimpin kerajaan Babilonia adalah Namrud yang terkenal

dengan gaya kepemimpinan tangan besi, semua kehendaknya harus terlaksana dan

tidak boleh ada yang berani melanggar. Karena sudah berkuasa lama dan memiliki

segalanya raja Namrud merasa bosan menjadi seorang raja biasa ia merasa patut

disembah oleh rakyatnya, seperti patung-patung berhala yang lain.

Selanjutnya mulai disebut nama Ibrahim, dalam narasinya Nabi Ibrahim

dikatakan tumbuh diantara masyarakat yang imannya bobrok. Sejak kecil Nabi

Page 58: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

45

Ibrahim as dikaruniai oleh Allah swt dengan akal dan pikiran yang tajam. Nabi

Ibrahim as sejak remaja merasa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk

ayahnya sendiri adalah perbuatan yang sesat, Nabi Ibrahim as selau tertarik

memikirkan kejadian-kejadian alam seperti pergantian siang menjadi malam. Ia

menyimpulkan bahwa keajaiban-keajaiban tersebut pastilah diatur oleh satu kekuatan

yang maha kuasa. Sampai pada suatu hari Nabi Ibrahim as berseru, “Wahai Tuhanku

tunjukanlah tanda-tanda kekuasaan-Mu kepadaku, tunjukanlah bukti kekuasaan-Mu

saat ini juga agar aku semakin bertambah yakin atas kuasa-Mu.”

Allah swt yang mendengar perminataan Nabi Ibrahim as kemudian menjawab

permintaannya. Atas petunjuk Allah Swt, Nabi Ibrahim diperintahkan menangkap

empat ekor burung. Burung-burung yang telah ditangkap diperintahkan untuk

dibunuh, tubuh burung-burung itu dilumatkan menjadi satu. Tubuh burung-burung

yang telah dilumat itu dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing bagian

diletakan diatas puncak bukit yang terpisah. Allah kemudian memerintahkan Nabi

Ibrahim untuk memanggil burung-burung tersebut. Atas izin Allah swt, burung yang

sudah mati dan tubuhnya tercampur satu dengan yang lain itu kembali hidup.

Hilanglah segenap keragu-raguan hati Nabi Ibrahim tentang kebesaran Allah Swt.

Kisah tentang burung yang dihidupkan kembali terangkum dalam al-Qur’an

surah al-Baqarah/2 ayat 260.

Page 59: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

46

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah

kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman:

"Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan

tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian)

ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman):

"Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian

panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." dan ketahuilah

bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Nabi Ibrahim as pada awal dakwahnya mengalami banyak hambatan dari

orang-orang sekitar termasuk ayahnya yang bernama Azar. Azar merupakan orang

pertama yang mendapat dakwah Nabi Ibrahim. Ayah Nabi Ibrahim merupakan

seorang pemahat patung dan berhala yang handal. Dalam buku dideskripsikan Azar

yang saat itu sedang membuat pahatan berhala seketika menjadi sangat marah. Ia

menjadi sangat marah ketika mendengar pernyataan bahwa Nabi Ibrahim tidak

mempercayai berhala yang disembahnya, bahkan mengajaknya menyembah Allah.

Dan dalam cerita nabi Ibrahim pun diusir dari rumah oleh ayahnya.

Dalam setiap kesempatan, Nabi Ibrahim mengajak kaumnya berdiaog tentang

kepercayaan yang mereka anut dengan ajaran yang ia bawa. Akan tetapi mereka

malah menganggap Nabi Ibrahim sesat dan gila. Nabi Ibrahim pun akhirnya

merencanakan untuk membuktikan kepada kaumnya bahwa menyembah berhala

adalah kesalahan besar.

Page 60: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

47

Pada suatu hari, penduduk Babilonia merayakan suatu hari besar dengan

tinggal diluar kota selama berhari-hari. Pada saat itu, Nabi Ibrahim memasuki kuil

peribadatan kaumnya. Beliau menghancurkan semua kepala patung berhala yang ada.

Beliau kemudian sengaja membiarkan kepala dari patung berhala yang paling besar

tetap utuh. Dileher patung yang paling besar itu pun beliau mnggantungkan sebuah

kapak.

Saat penduduk pulang, mereka terkejut melihat berhala-berhala dikuil tanpa

kepala. Bertanyalah mereka satu sama lain. “ siapa yang berani melakukan perbuatan

yang jahat dan keji terhadap tuhan-tuhan kita ini?”

“Berkata salah satu seorang diantara mereka, “ini pasti Ibrahim. Ibrahim

adalah satu-satunya orang yang tinggal saat kita semua berada dilar kota merayakan

hari suci.” Seorang yang lain menambahkan.” Seorang yang menambahkan.”Ya, ini

pasti ulahnya. Hanya dia yang menentang untuk menyembah tuhan-tuhan kita,”

Nabi Ibrahim memang telah merencanakan hal ini. Beliau memang berharap

agar dituduh dan diadili didepan semua penduduk. Hingga tiba pada hari yang

ditentukan, Nabi Ibrahim ditangkap dan di adili. Ketika Nabi Ibrahim diadili, para

hakim bertanya, “Apa benar engkau yang melakukan penghancuran dan merusakan

tuhan-tuhan kami?” Nabi Ibrahim pun menjawab, “patung besar itu brkalungkan

kapak dilehernya, mungkin dialah yang melakukannya. Coba saja tanyakan kepada

patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya.”

Setelah mendengar jawaban Nabi Ibrahim, Hakim berkata, “mustahil kami

bertanya pada patung-patung itu. Mereka tak bisa melihat apalagi bicara.” Nabi

Ibrahim tersenyum, kemudian menjawab, jika demikian halnya, mengapa kalian

Page 61: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

48

sembah patung-patung itu? mereka tidak bisa berbicara, melihat, mendengar

membawa manfaat atau menolong kalian dari kesusahan. Jangankan untuk memberi

manfaat, Menyelamatkan dirinya dari kehancurannya saja tak mampu.”

Para hakim yang mendengar jawaban itu semakin marah. Mereka akhirnya

memutuskan agar Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai hukumannya. Saat

api telah berkobar, Nabi Ibrahim dilempar kedalamnya. Saat itulah, mukjizat dari

Allah Swt turun kepada Nabi Ibrahim. Atas izin Allah Swt, api yang berkobar dengan

dahsyat itu pun menjadi dingin. Ketika api mulai padam, Nabi Ibrahim muncul

dengan selamat. Sejumlah orang yang menyaksikan itu pun terkejut. Sejak saat itu,

sebagian besar dari mereka mulai beriman kepada Allah swt. dan menjadi pengikut

Nabi Ibrahim.

Mengetahui pengikut Nabi Ibrahim semakin banyak, raja Namrud semakin

membatasi dakwah Nabi Ibrahim. Karena dakwahnya semakin dibatasi, Nabi Ibrahim

akhirnya hijrah menuju daerah Palestina. Nabi Ibrahim mengajak pengikutnya yang

setia meninggalkan kerajaan Babilonia. Azar, ayah Nabi Ibrahim memilih tetap

tinggal di Babilonia. Sampai akhir hayatnya Azar tetap tidak beriman kepada Allah

swt.

Di Palestina, Nabi Ibrahim pun mendapat tekanan yang hebat dalam

berdakwah. Hal ini memaksanya untuk berhijrah lagi menuju mesir. Pada saat di

Palestina, Nabi Ibrahim menikah dengan perempuan bernama Siti Sarah. Dari

pernikahannya dengan Siti Sarah, Nabi Ibrahim tak kunjung dikarunia seorang anak.

Karena itulah, Siti Sarah mengizinkan suaminya untuk menikah lagi agar

mendapatkan keturunan. Atas izin Siti Sarah Nabi Ibrahim kemudian menikahi

Page 62: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

49

pembantunya yang bernama Siti Hajar. Dari pernikahannya ini, lahirlah Ismail yang

kemudian juga menjadi nabi.

Ketika Nabi Ibrahim berusia 90 tahun, datang perintah Allah swt. agar

berkhitan. Nabi Ibrahim kemudian mengkhitan dirinya dan Ismail yang saat itu

berusia 13 tahun, serta pengikutnya yang berkelamin pria. Perintah ini kemudian

menjadi hal yang dijalankan nabi-nabi berikutnya hingga umat Nabi Muhammad saw.

Allah swt. juga memerintahkan Ibrahim dan Ismail untuk membangun sebuah

rumah peribadatan. Rumah peribadatan ini kemudian hari lebih dikenal dengan

sebutan Ka’bah. Ibrahim adalah nenek moyang bangsa Arab dan Israel.

Keturunannya banyak yang menjadi nabi. Dalam riwayat, dikatakan bahwa usia Nabi

Ibrahim mencapai 175 tahun.

Demikianlah pendeskripsian kisah Nabi Ibrahim dalam buku Cerita

Bergambar 25 Nabi dan Rasul. Dibagian akhir terdapat beberapa catatan diantaranya

dicantumkan surah-surah dalam al-Qur’an yang berkenaan dengan kisah Nabi

Ibrahim. Ayat-ayat yang ditulis adalah Surah al-Baqarah/2 ayat 124-138; surah

Maryam/19 ayat 41-50; surah al-Anbiya/21 ayat 51-72; surah al-An’am/6 ayat 74-83,

dan surah Ibrahim/14 ayat 35-41.

Di halaman 41 atau halaman terakhir dari kisah Nabi Ibrahim dicantumkan

juga sebuah do’a yang mengutip 2 ayat surah Ibrahim/14 ayat 40-41 berikut doanya:

Page 63: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

50

“Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap

mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan Kami, beri

ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari

terjadinya hisab (hari kiamat).”

Tidak lupa juga redaksi mencantumkan sebuah catatan hikmah mengenai

kisah Nabi Ibrahim yang isisnya adalah “jadilah orang yang tegas dan pemberani.

Berani menentang kemungkaran dan senantiasa berjalan diatas keyakinan sendiri”.

D. Visualisasi Kisah Nabi Ibrahim

Bercerita atau berkisah merupakan uraian, gambaran, atau deskripsi tentang

peristiwa atau kejadian tertentu, Heroman dan Jones mengemukakan bahwa bercerita

merupakan salah satu seni, bentuk hiburan, dan pandangan tertua yang telah

dipercayai nilainya dari generasi ke generasi.1 Penerapan kegiatan bercerita dapat

dilakukan dalam berbagai bentuk, yaitu: 2

1. Kegiatan bercerita tanpa alat peraga

2. Kegiatan bercerita dengan menggunakan alat peraga

Kegiatan bercerita tanpa alat peraga adalah kegiatan bercerita dengan hanya

mengandalkan kemampuan verbal, sedangkan kegiatan bercerita menggunakan alat

peraga adalah kegiatan bercerita yang dalam pelaksanaanya menggunakan alat peraga

langsung maupun tidak langsung seperti boneka, gambar-gambar, papan flannel,

buku atau benda-benda lain. Sebaiknya pada anak usia dini kegiatan bercerita

1 Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri melalui Kegiatan Bercerita,

(Jakarta: Indeks, 2013), h. 80 2 Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri melalui Kegiatan Bercerita, h. 88

Page 64: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

51

menggunakan alat peraga. Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan peristiwa atau

kejadian tentang apa yang akan disampaikan.3

Gambar sebagai alat peraga dapat berupa gambar lepas, gambar dalam buku, atau

gambar seri dari 2 sampai 6 gambar yang melukiskan jalannya cerita. Buku

merupakan media yang sering dipakai untuk kegiatan bercerita, dimana didalam buku

tersebut disisipkan gambar-gambar untuk mempermudah memahami isi dari sebuah

cerita atau kisah. Buku bergambar (picture book) dapat dikelompokan menjadi

beberapa jenis. Rothlei dan Meinbach membedakan jenis buku bergambar menjadi

lima macam. Yang pertama buku abjad (alphabet book), kedua buku mainan (toys

book), ketiga buku konsep (concept books), keempat buku bergambar tanpa kata

(wordless picture book) dan yang terakhir adalah buku cerita bergambar.4

Buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul karya Irsyad Zulfahmi merupakan

jenis Buku Cerita Bergambar karena memuat pesan melalui ilustrasi dan teks tertulis.

Kedua elemen ini merupakan elemen penting pada cerita atau kisah.5 Buku Cerita

Bergambar 25 Nabi dan Rasul adalah salah satu buku yang dalam pendeskripsian

tokohnya menggunakan gambar-gambar, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah

pembaca dalam hal ini anak-anak. Karena masa anak-anak adalah masa dimana

imajinasi dan visual sangat membantu penalaran mereka. Disini penulis akan

3 Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri melalui Kegiatan Bercerita, h.

88. 4 Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri melalui Kegiatan Bercerita,

(Jakarta: Indeks, 2013), h. 90. 5 Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri melalui Kegiatan Bercerita, h. 91

Page 65: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

52

memvisualisasikan kisah Nabi Ibrahim yang ada dalam buku Cerita Bergambar 25

Nabi dan Rasul.

Secara keseluruhan visualisasi atau gambar dalam kisah Nabi Ibrahim yang

terdapat dalam buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul berjumlah 3 gambar.

Gambar pertama terletak di halaman 34, gambar kedua terletak di halaman 36 dan

yang terakhir terletak di halaman 37.

1. Visualisasi Nabi Ibrahim dalam Buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan

Rasul

(Gambar 3. 1. Nabi Ibrahim menghancurkan Berhala)

Gambar pertama adalah gambar

Nabi Ibrahim ketika sedang

menghancurkan sebuah bangunan,

gambar ini terletak di halaman 34

dengan judul besar diatasnya “Nabi

Ibrahim”. Gambar ini menjadi gambar

pembuka dari kisah Nabi Ibrahim,

dihalaman ini tidak terdapat teks atau----

narasi kisah. Sosok Nabi Ibrahim divisualisasikan dengan tampilan seperti seseorang

yang sedang murka dengan memegang sebuah kapak. Nabi Ibrahim digambarkan

memiliki janggut tebal atau brewok yang mengelilingi dagunya, memakai gamis

berwarna hijau, jubah berwarna cokelat, penutup kepala berwarna hijau dan

mengenakan sandal berwarna hijau. Tampak dibelakang Nabi Ibrahim terdapat

Page 66: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

53

bangunan yang tersusun dari bata-bata dan disampingya ada dua rumah berwarna

emas, masing-masing disebelah kanan dan kiri.

Untuk waktu kejadiannya sendiri sepertinya terjadi pada siang hari, mengingat

didalam gambar terdapat deretan awan-awan putih dan langit yang berwarna biru

cerah. Perawakan atau bentuk fisik Nabi Ibrahim digambarkan tidak terlalu tiinggi

bahkan cenderung pendek. Nabi Ibrahim digambarkan sangat menarik, karena di

deskripsikan secara utuh dari mulai ujung kaki hingga ujung rambut. Hal ini tentu

sangat membantu pembaca khususnya dari kalangan anak-anak.

(Gambar 3.2. Nabi Ibrahim di bakar)

Gambar kedua adalah gambar

Nabi Ibrahim ketika sedang dihukum

oleh Raja Namrud. Gambar ini terletak

di halaman 36 dengan disertai narasi dari

alur cerita yang terletak diatas gambar.

Dalam gambar yang penulis sisipkan di

sini, Nabi Ibrahim berdiri di atas kayu

yang berbaris melingkar dibawah

kakinya. Nabi Ibrahim memejamkan ma

tanya dan membentangkan kedua lengannya ditengah api yang berkobar.

Kemungkinan besar peristiwa terjadi pada siang hari karena terdapat deretan awan

berwarna putih.

Nabi Ibrahim mengenakan jubah berwarna cokelat, memakai gamis berwarna

hijau dengan penutup kepala berwarna hijau, nabi Ibrahim juga menggunakan sandal

Page 67: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

54

berwarna hijau. Nabi Ibrahim memiliki perawakan yang tidak begitu tinggi bahkan

cenderung berbadan pendek. Memiliki janggut tebal yang mengelilingi dagunya.

Ditengah api yang berkobar panas itu Nabi Ibrahim terlihat seperti sedang berdoa dan

memohon pertolongan kepada Allah swt.

Teks atau tulisan yang tertera di atas gambar sama sekali tidak

mendeskripsikan gambar (visualisasi Nabi Ibrahim), karena teks yang tertera adalah

sebuah Narasi tentang perjalanan hidup Nabi Ibrahim ketika masih kecil yang

memiliki kecerdasan berpikir sehingga dia sering menanyakan tentang kekuasaan

dibalik terciptanya alam semesta.

(Gambar 3.3. Raja Namrudz dan Dua Pengawalnya)

Gambar ketiga adalah gambar

tokoh Raja Namrud, penguasa Babilonia

pada masa Nabi Ibrahim. Gambar Raja

Namrud berada di halaman 37. Raja

Namrud ditemani oleh dua orang

pengawalnya yang masing-masing

memegang senjata berupa tombak yang

tajam. Visualisasi Raja Namrudz seperti

yang tersaji pada gambar adalah----------

memiliki janggut tebal berwarna hitam yang mengelilingi dagunya. Raja Namrud

mengenakan gamis berwarna hijau dengan setelan jubah berwarna cokelat, ia juga

memakai sandal cokelat.

Page 68: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

55

Kepalanya memakai mahkota kebesaran istana yang menandakan bahwa ia

seorang Raja, posisi raja Namrud berada ditengah-tengah pengawalnya dengan

ekspresi seperti tercengang dan seakan tidak percaya dengan peristiwa yang terjadi

dihadapannya. Sosok raja Namrudz begitu lucu dan menggemaskan tidak terlihat jika

ia seorang raja yang bengis dan kejam, mungin karena disini seorang illustrator ingin

menyesuaikan tampilan gambar dengan sasaran yang mereka tuju yaitu segmentasi

anak-anak.

Disebelah kanan dan sebelah kiri berdiri dua orang pengawal yang memiliki

tinggi hampir sama dengan Raja Namrudz. Sosok dua pengawal itu masing-masing

mengenakan kostum atau pakaian prajurit berwarna cokelat dengan rompi perang

berwarna hijau. Dua pengawal itu memiliki janggut tebal berwarna hitam yang

mengelilingi dagunya bahkan bisa dikatakan mereka memiliki brewok yang tebal.

Kedua pengawal itu juga memegang senjata berupa tombak yang lancip, mungkin

sebagai alat perlindungan jika terjadi suatu ancaman kepada raja Namrudz. Kedua

pengawala Raja Namrud mengenakan sebuah gelang di masing-masing pergelangan

tangannya yang berwarna cokelat, dan yang terakhir kedua pengawal itu memakai

sepatu dengan tali melilit sampai ke bagian betis.

Dalam halaman 37 ini selain gambar sosok Raja Namrud dan dua

pengawalnya terdapat juga teks tentang pengisahan Nabi Ibrahim. Namun teks itu

sama sekali tidak mewakili gambar Raja Namrud dan dua pengawalnya, teks yang

tertera di halaman 37 ini mengisahkan tentang peristiwa pembuktian kebesaran Allah

swt kepada Nabi Ibrahim. Dan dihalaman ini juga sedikit diceritakan tentang dakwah

yang dilakukan Nabi Ibrahim kepada ayahnya yang bernama Azar.

Page 69: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

56

BAB IV

Analisis Konten Buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul

Pada bab sebelumnya (BAB III), telah dijelaskan mengenai data serta

gambaran umum buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul kini tiba saatnya untuk

menelusuri dan menganalisis mengenai isi buku dan kesesuaiannya dengan al-Qur’an

melalui perbandingan (komparasi).

A. Komparasi Kisah Nabi Ibrahim

Selain menjadi nama dari surah dalam al-Qur’an, Nabi Ibrahim juga merupakan

manusia yang memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh nabi ataupun manusia

lain. Misalnya Nabi Ibrahim menemukan Allah swt melalui tahapan-tahapan

pencarian dan analisa yang panjang serta pengalaman ruhaniah. Nabi Ibrahim

merupakan satu-satunya nabi yang memohon pada Allah swt agar diperlihatkan

bagaimana Allah swt menghidupkan yang mati dan permohonan tersebut

dikabulkan.1

1. Kisah Nabi Ibrahim Dalam Al-Qur’an

Nabi Ibrahim merupakan kekasihnya maha kasih (Khalil ar-Rahman) dan

terkenal juga dengan sebutan Bapaknya para nabi (Abu al-Anbiya) karena dari

Ibrahimlah lahir keturunan yang kemudian menjadi seorang Nabi utusan Allah swt,

1 M. Quraish Shihab, Lentera Hati Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan, 1994),

h. 203.

Page 70: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

57

namanya di abadikan oleh al-Qur’an dengan jumlah 25 ayat dan disebutkan sebanyak

68 kali.2

a. Nama dan Kelahirannya

Nama Ibrahim a.s mempunya arti yang sangat penting kepada beliaulah merujuk

agama-agama samawi terbesar selama ini yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam. Islam

menganggap Ibrahim a.s sebagai “Bapak monotheisme”, juga “Bapak para Nabi”,

bapak orang-orang mukmin. Beliau adalah contoh ideal dari seorang yang disebut

mukmin. Itu ditunjukkannya dengan penyerahan diri yang sempurna kepada Allah

swt dengan kesediaanya untuk menyembelih anak kesayangan satu-satunya yaitu

Nabi Ismail as.

Kitab kejadian berulang-ulang menyatakan bahwa nama asli Ibrahim a.s adalah

Abram (secara etimologis, nama ini berasal dari Abi’ram yang artinya “terpujilah

bapak (saya). Menurut kitab kejadian, Abram belum diberi nama Abraham sampai

beberapa waktu setelah kelahiran putra pertamanya, Ismail a.s “karena itu namamu

bukan lagi Abram, melainkan Abraham karena engkau telah kutetapkan menjadi

bapak sejumlah besar bangsa”3

Perubahan nama sebagaimana dituturkan dalam kitab kejadian berkaitan dengan

tiga faktor. Pertama, perubahan nama tersebut jelas berhubungan dengan kelahiran

Ismail a.s sebab Ishak a.s ketika itu belum lahir. Kedua, etimologi yang digunakan

dalam Kitab Kejadian tersebut di atas sangat tidak tepat. “Bapak sejumlah besar

bangsa” atau “Nenek moyang banyak orang” adalah arti dari Abhamon, bukan

2 Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Qur’an, (Jakarta: Almahira ), h. 49.

3 Jerald F. Dirk, Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2004), h. 24

Page 71: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

58

Abraham. Ketiga, sejumlah penafsir Alkitab menyatakan bahwa terdapat upaya untuk

menutupi fakta bahwa terdapat dua orang yang berbeda ( Abram dan Abraham)

dipadukan dalam tuturan versi Kitab Kejadian.4

Dalam Ibnu Katsir, mengutip pendapat nash ahl-al-kitab disebutkan bahwa nama

lengkap Nabi Ibrahim adalah Ibrahim bin Tarikh (250 tahun) bin Nahur (148 tahun)

bin saraugh (230 tahun) bin Raghu (239 tahun) bin faligh (439 tahun) bin abir (464

tahun) bin syalih (433 tahun) bin arfakhsyadz (438 tahun) bin saam (600 tahun) bin

Nuh a.s tanah kealahirannya disebut dengan sebutan Kaldaniyyin yang merujuk

kepada Babil. Ibunya bernama Amilah. Sedangkan al-kalabi menegemukakan bahwa

sejarah kelahiran ibu Ibrahim terdapat cerita yang cukup panjang yang disimpulkan

oleh al-Kalabi bernama Buna binti Kartiba bin Kartsi, salah seorang dari Bani

Arfakhsyadz bin Saam bin Nuh a.s.5

b. Sejarah Hidup Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim as adalah satu-satunya Nabi selain Nabi Muhammad saw yang

namanya disebut dalam Al-Qur’an, karena Nama Ibrahim As sendiri di dalam aI-

Qur’an disebutkan sebanyak 69 kali dalam 24 surat. Frekwensi ini memang cukup

banyak. ternyata nama Musa as lebih banyak disebut yaitu 136 kali, akan tetapi nama

Musa tidak tercantum sebagai surat sebagaimana nama Nabi Ibrahim.6

Nabi Ibrahim as adalah bapak para Nabi sebab keturunannya banyak yang

diangkat Allah menjadi rasul-Nya, Nabi Ibrahim as lahir di Babylon. Nabi Ibrahim as

4 Jerald F. Dirk, Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, h .25

5 Ibnu Katsir, Qashash al-anbiya, Juz 1, Tahqiq Mustafa Abdul Wahid, (Kairo: Dar al-Kutub

al-Hadits, t.t), h. 167. 6 Dawam Raharjo. Ensikiopedi Al-Qur‘an. Tafsir Sosial Berdasarkan Kunci-kunci.

(Paramadina. 1996), h. 723.

Page 72: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

59

adalah anak dari Azar, tukang pembuat patung-patung menjadi sesembahan mereka.

Menurut riwayat lain juga mengatakan bahwa : Nabi Ibrahim as adalah anak dari

Azar dengan nama lengkapnya ialah Ibrahim bin Azar bin Tanur bin Siruz bin Rouf

bin Falidz bin Amir bin Salih bin Arfaksad bin Sam bin Nuh dan ditegaskan pula

dalam al-Qur’an bahwa Nabi Ibrahim as adalah keturunan dari Nabi Nuh as.7

Sebagaimana Firman-Nya:

“Dan Sesungguhnya Ibrahim benar-benar Termasuk golongannya (Nuh).”

Menurut Zamakhsari dalam tafsirya “Al-Kasy-syaf’ dalam kutipan Hamka.

menyebutkan bahwa nabi-nabi di antara Nabi Nuh dan Ibrahim as itu hanya 2 orang,

yaitu Nabi Hud as dan Nabi Sholih as. Kata Zamakhsari dalam tafsirnya itu, jarak

antara Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim as, kurang dari 2640, Nabi Ibrahim disebut dari

golongan Nuh, ialah karena keduanya sama-sama pemberi ingatan yang diutus

Tuhan. Mungkin syariat pun berbeda, karena umatnya pun telah menuruti

perkembangan pula, namun pokok ajarannya pun tetap sama, yaitu memperingatkan

tentang (Ke-Esaan Tuhan).8

c. Masa Kelahiran Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim as dilahirkan oleh seorang bapak yang bernama Azar Nabi

Ibrahim as dilahirkan di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan kemusyrikan

dan kekufuran. tetapi Nabi Ibrahim as terpelihara dosa kekufuran itu. Siapakah yang

memelihara dan menjaga Ibrahim dan perbuatan itu?, itulah Allah swt yang

7 Kholilah Marhijanto, Kisah Teladan 25 Nabi, h. 79.

8 Hamka, Tafsir Al-Azhâr, (Jakarta: Panjimas, 2000). Cet. Ke-I, h. 131

Page 73: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

60

menjadikan alam semesta ini, yang berkuasa dalam segala hal dan Allah

menghendaki Nabi Ibrahim as menjadi seorang Nabi dan Rasul yang akan

menyampaikan risalahnya kepada manusia yang buta dalam hal keimanan itu.9

Apalagi di zaman Nabi Ibrahim a.s itu ada seorang raja yang sangat dzolim

yang bernama “Namrud’. Nabi Ibrahim a.s semasa kecilnya hampir sama dengan

keadaan Nabi Musa as, yaitu sama-sama dipisahkan dari Ibunya, karena ada undang-

undang raja yang tidak membolehkan menghidupi bayi laki-laki yang lahir pada

waktu itu.10

Nabi Ibrahim as lahir di Kota Kauhariyah dekat dengan Urr dan Babilonia dia

tumbuh di dalam gua, dan Allah telah menjaganya. Dia mengajarkan bagaimana

mengisap jari-jarinya untuk bertahan hidup, yang mana pada jari-jarinya keluarlah

madu-madu. Namrud ingin membunuh Ibrahim as, namun Allah menginginkannya

tetap hidup. Allah menginginkan Ibrahim membimbing para penyembah berhala.

Ibrahim tumbuh di goa itu. Suatu hari ibunya datang ke goa itu ia memeluk,

mencium, dan membawanya pulang ke rumah.11

d. Ibrahim Seorang Pemuda Yang Beriman

Ibrahim tinggal di rumah ayahnya Azar. Ketika Nabi Ibrahim tumbuh menjadi

seorang pemuda Allah swt rnenganugrahkannya kecerdasan yang luar biasa, karena ia

9 Hadyah Salim. Qissotul al-Anbiya (Bandung : AI Maar if, 1997) Cet Ke-1. h. 40

10 Dawam Raharjo. Ensikiopedi Al-Qur’an. Tafsir Sosial Berdasarkan Kunci-kunci.

(Paramadina, 1996), h. 40 11

Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur‘an, (Jakarta: Pustaka Jahro,2004), Cet. Ke- I.

h. 60

Page 74: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

61

memiliki hati yang bersih. Maka dari itu ia heran melihat orang-orang yang

menyembah berhala, karena ia tahu bahwa Allah lebih besar dan berhala.12

Ketika Ibrahim as berusia 16 tahun semua orang di Babilonia tahu bahwa

Ibrahim tidak menyembah Tuhan mereka dan bahkan justru meremehkannya. Nabi

Ibrahim merupakan seorang yang bijak, ia ingin orang-orang itu memperbaiki

keyakinan mereka yang salah, ia ingin mengatakan pada mereka bahwa Allah adalah

lebih besar dari berhala-berhala mereka. Ibrahim as adalah seorang pemuda yang

sopan, dan ia sangat mencintai ayahnya. Setelah Nabi Ibrahim as menjadi seorang

pemuda, ia telah diberi oleh Allah swt suatu kepintaran berpikir yang luar biasa dan

berani berdebat dengan bapaknya dan kaumnya tentang ke-Tuhanan.13

e. Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala

Pada masa itu orang-orang menyembah berhala, mereka menyembah

Mardukh (Tuhan para Tuhan), Ay (Tuhan keadilan dan hukum), Seen (Tuhan surga).

dan lain-lain, dan banyak juga yang menyembah venus, bulan, dan matahari, tidak

ada yang menyembah Allah swt. Dengan bimbingan Allah swt, maka timbullah

niatnya untuk menghancurkan berhala secara besar-besaran sebab dengan demikian la

dapat berhadapan dengan raja Namrudz dan sekaligus berdebat dengannya mengenal

kebenaran, dan kemudian Ibrahim secara sembunyi-sembunyi menuju patung-patung

yang mereka sembah dan berkatalah Ibrahim kepada Patung-patung itu dengan

memperolok-olokan tidakah kalian makan makanan yang disajikan Kami, apakah

12

Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur‘an, Cet. Ke- I. h. 60 13

Hadyah Salim, Qissotul-Anbiyâ (Bandung: Al Maarif,1970), Cet. Ke-l, h. 43

Page 75: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

62

yang mencegah kalian, hai patung-patung?.” Maksud Ibrahim dengan perkataan itu

hanya mengejek saja.’14

Hal ini dijelaskan dalam firman Allah surah QS: As-Shaffat ayat 91-92:

“Kemudian ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka; lalu ia

berkata: "Apakah kamu tidak makan? “kenapa kamu tidak menjawab?"

Nabi Ibrahim as merencanakan sesuatu dengan diam-diam dalam hatinya

untuk beberapa hari lamanya, sebab menunggu kesempatan yang baik. Nabi Ibrahim

mengetahui bahwa pada hari-hari tertentu penduduk kota meninggalkan rumahnya,

guna berburu. Perburuan yang dilakukan seluruh penduduk kota itu untuk

memperingati suatu perayaan, dan hasil buruan itu untuk pesta. Sambil menunggu

kesempatan yang baik, Nabi Ibrahim tak henti-hentinya berdoa meminta kekuatan

bathin dalam menghadapi orang-orang kafir.’15

Akhirnya datanglah hari-hari yang ditunggu-tunggu itu. Semua penduduk kota

tidak ada yang ketinggalan dan pergi ke hutan untuk berburu. Pada tanah lapang

tersebut terdapat ratusan berhala mulai yang berukuran kecil sampai dengan yang

berukuran besar. Bagi berhala yang besar untuk Raja Namrud sedangkan berhala

yang kecil untuk rakyatnya.

Dengan pandangan yang sengit Nabi Ibrahim as terhadap patung—patung itu

sebab patung-patung atau berahala yang disembah itu diam saja, maka Nabi Ibrahim

14

Mustofa al-Marogi, Tafsir AI-Marogi (Semarang: Karya Toha,1993), Cet Ke-2. hal.122. 15

KhoIiIah Marhijanto, Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, (Surabaya: Ar-QoIa,1995),

Cet Ke-2. h. 95.

Page 76: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

63

as menuju patung-patung itu sehingga patung-patung itu dihancurkannya berkeping-

keping kecuati patung yang besar saja yang tidak dihancurkannya.

Sebagai mana firman Allah swt dalam surah As-Shaffat ayat 91:

“Kemudian ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka; lalu ia

berkata: "Apakah kamu tidak makan?

Jadi jelaslah betapa beraninya Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala

persembahan masyakat Babilonia disaat mereka sedang beramai-ramai merayakan

acara kegamaan dihutan.16

f. Ibrahim Mencari Tuhan

Saat hari menjadi gelap, Ibrahim mencari kebenaran dan terlihat penerangan yang

menyala di suatu kuil orang-orang menyembah venus, sedang melihat ke langit

dengan kerendahan hati mereka berpikir bahwa venus adalah Tuhan mereka yang

memberi pencaharian dan kenikmatan. Ibrahim as berdiri bersama mereka melihat

langit. ja menean pencipta bumi yang sebenarnya. Saat itu terlihat bulan bersinar

yang muncul di langit dan memberi penerangan yang berwama perak.

Nabi Ibrahim adalah seorang yang bijak, ia ingin orang-orang itu

memperbaiki keimanan mereka yang salah. Ia ingin mengatakan pada mereka bahwa

Allah lebih besar dan tuhan mereka, karenanya la berkata pada mereka. ‘Bukan itu

Tuhanku”.17

Ketika pagi tampak cerah, maka muncullah matahari yang bulat dan

16

Mustofa al-Marogi. Tafsir AI-Ma rogi. (Semarang: Karya Toha.1993), Cet Ke-2. h.122 17

Kamal Al-Sayid, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Jahro,2004), Cet. Ke. I,

h. 65

Page 77: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

64

bersinar terang sehingga manusia bekerja tanpa bantuan lentera, ia menganggap itu

adalah Tuhan. Namun ketika sore matahani semakin lama semakin hilang dan lenyap

di sebelah barat. Hal ini mengecewakan hatinya. la pun memastikan bahwa matahari

bukanlah Tuhan. sebab matahari tidak abadi.18

Sebagai mana firman Allah swt dalam surah al-An’am ayat 76-79:

“Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata:

"Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka

kepada yang tenggelam."

“kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku".

tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak

memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang sesat."

“kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku,

ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai

kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan

langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah

Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan.”

Demikianlah cara Ibrahim mencari Tuhanrnya setelah diperlihatkan Allah

kepada Nabi Ibrahim as tanda-tanda keagungan-Nya, dan dengan itu teguhlah

keimanannya kepada Allah swt(Ayat di atas), maka Ibrahim memimpin kaumnya

kepada tauhid dengan mengikuti jalan alam pikirannya setelah melihat dan

18

KhoIilah Marhijanto,Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul, h. 86.

Page 78: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

65

merenungkan kesesatan kaumnya termasuk ayahnya lantaran menyembah berhala itu,

dan ditunjukkanlah kebesaran alam dengan ciptaan-Nya yang Maha luas. Sungguh

teguhlah cinta dalam hatinya.19

g. Nabi Ibrahim dihukum Raja Namrudz

Penduduk Babilonia memiliki banyak minyak, tar dan belerang, karenanya

mereka memutuskan untuk membuat api yang besar, untuk menghukum Ibrahim as

yang telah menghancurkan tuhan-tuhan mereka. Kemudian mereka mengumpulkan

kayu di luar kota selama Iebih dari sebulan, dan menuangkan tar dan minyak di

atasnya, dan setelah kayu dan tar terkumpul, kemudian Nabi Ibrahim as diikat dengan

kuat.20

Sebelum kayu dibakar, terlebih dahulu raja Namrudz berkata pada rakyatnya.:

“wahai rakyatku Ibrahim as adalah salah satu contoh bagi kalian, jika ada yang

menghianati dan berusaha menghancurkan Tuhan-tuhan kita, niscaya aku akan

lakukan pembakaran seperti pada Ibrahim” teriak raja Namrudz’ memberi peringatan,

kemudian kayu itu dinyalakan, setelah kayu menjadi kobaran api, maka Nabi Ibrahim

dilemparkan kedalamnya. Orang-orang yang mulai membenarkan ajaran Nabi

Ibrahim terpekik menahan rasa malu. Meskipun demikian, mereka tidak berani

menolong Nabi Ibrahim. Sebab mereka takut siksaan raja yang kejam itu.21

Merekapun menyayangkan bahwa Nabi Ibrahim telah berakhir hidupnya, dan

mereka yang menang dalam hal ini alangkah terkejutnya, sewaktu melihat api sudah

padam. kayu bakar sudah habis, maka keluarlah Ibrahim dari dalam api dengan

19

Hamka, Tafsir AI-Azhâr, (Jakarta: Panjimas,2000). Cet. Ke- I, h. 135 20

Kamal Al-Sayid. Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an. (Jakarta: Pustaka Jahro, 2004), h. 68 21

Kholilah Marhijanto, Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul (Surabaya: Ar-QoIa,1995).

Cet Ke-2, h. 95.

Page 79: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

66

selamat, dan sehelai rambut pun tidak ada yang terbakar. Hal ini dibenarkan dalam

kitabnya.22

Surah al-Anbiya ayat 69:

“Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah

bagi Ibrahim."

Beginilah kekuasaan Allah swt dan tak ada bandingannya. Api, walaupun

sangat panas tetapi api dapat menjadi dingin apabila Tuhan mengatakan “dingin”,

maka dinginlah api itu untuk Ibrahim seorang, dan bukan main panasnya bagi orang

lain.23

h. Nabi Ibrahim Menyeru Ayahnya

Nabi Ibrahim as tak bosan-bosannya menyeru bapaknya agar lekas bertobat

kepada Allah swt sebagaimana diterangkan dalam kitabnya.

“Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa

kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat

menolong kamu sedikitpun?

“Wahai bapakku, Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu

pengetahuan yang tidak datang kepadamu, Maka ikutilah Aku, niscaya aku akan

menunjukkan kepadamu jalan yang lurus”

“Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan

itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah.”

22

Hadyah Salim, Qissotul aI-Anbiya, (Bandung: AI Maarif, 1970), h. 46. 23

Hamka. Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Panjimas. 2000), h. 47.

Page 80: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

67

“Wahai bapakku, Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab

dari Tuhan yang Maha pemurah, Maka kamu menjadi kawan bagi syaitan."

Seruan Nabi Ibrahim pun dijawab oleh ayahnya Azar sbagaimana firman

Allah swt dalam surah Maryam ayat 46:

“Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, Hai Ibrahim?

jika kamu tidak berhenti, Maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku

buat waktu yang lama.”

. Nabi Ibrahim berpamitan kepada ayahnya, dan sebelum pergi

meninggalkannya la berkata “salam bagimu” aku akan berdoa pada Tuhanku untuk

memaafhn kamu, sesungguhnya ia penuh kasih sayang kepadaku. Aku memisahkan

diri darimu dan dan apa yang kamu sembah selain Allah.” Semenjak itulah,

kepindahan Nabi Ibrahim ke tanah suci (Baitul Maqdis) dan di sanalah beliau

berurumah tangga sampai punya anak yang shaleh serta keturunan yang balk. Firman

Allah swt:

“Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang

mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya'qub. dan

masing-masingnya Kami angkat menjadi Nabi.”

Page 81: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

68

2. Tabel Perbandingan (Komparasi) Kisah Nabi Ibrahim dalam Al-Qur’an

dengan Kisah Nabi Ibrahim dalam Buku “Cerita Bergambar 25 Nabi &

Rasul”

No Kutipan Kisah Nabi

Ibrahim

Versi Buku Anak Versi Tafsir

1. Pencarian tuhan a. Ibrahim kecil

telah dikaruniai

akal dan pikiran

yang tajam.24

b. Ibrahim kecil

gemar

memikirkan

siklus rotasi alam

antariksa.25

a. Rusyd

(kesempurnaan

akal dan jiwa)

dianugerahkan

sebelum diangkat

sebagai Nabi dan

Imam.26

b. Ibrahim melihat

bintang dalam

konteks berpikir

saat menolak

ajakan kaumnya

berangkat bersama

dalam rangka

merayakan upacara

keagamaan.27

2. Penghancuran Berhala a. Penduduk

Babylonia

merayakan

sebuah hari besar

di luar kota.28

b. Ibrahim

memasuki kuil

peribadatan dan

menghancurkan

semua kepala

patung berhala

dengan kapak dan

a. Penduduk Persia

atau Kaldania

keluar dalam

rangka mengamati

dunia astronomi.30

b. Tidak dijelaskan

media yang

digunakan oleh

Nabi Ibrahim

untuk

menghancurkan

berhala.31

24

Irsyad Zulfahmi, Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul (Jakarta: Wahyumedia, 2016), h. 36 25

Irsyad Zulfahmi, Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul, h. 36 26

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an” vol 12,

(Jakarta: Lentera Hati, 2001), h. 467. 27

Tentunya ayat yang terkait dengan pengamatan Nabi Ibrahim terhadap benda-benda

antariksa (al-shaffat: 88) dilakukannya di masa dewasa. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah

“Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, 56. 28

Irsyad Zulfahmi, Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul, h. 38.

Page 82: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

69

membiarkan

kepala berhala

terbesar tetap

utuh.29

3. Pembakaran a. keputusan hakim

atas tindakan

penghacuran

berhala yang

dilakukan Nabi

Ibrahim.32

a. Kata “qalu”, sulit

dipahami bahwa

vonis yang

dijatuhkan kepada

Nabi Ibrahim

berangkat dari

seorang (hakim).33

Penulis akan menganalisa masing-masing dari ketiga episode dalam sejarah

besar yang pernah dialami oleh Nabi Ibrahim yang telah tercantum dalam table di

atas:

1. Pencarian Tuhan

Boleh jadi penjelasan atau deskripsi yang tercantum dalam buku Cerita

Bergambar 25 Nabi dan Rasul tentang akal pikiran yang tajam, yang dikaruniakan

Allah kepada Nabi Ibrahim berdasarkan sudut pandang penulis buku tersebut dari

interpretasinya terhadap kata rusyd. Sebagaimana penjelasan berikut:

“Kata rusyd terambil dari akar kata yang terdiri dari rangkaian huruf-huruf

ra, syin dan dal. Makna dasarnya adalah ketepatan dan kelurusan jalan. Kata

ruysd bagi manusia adalah kesempurnaan akal dan jiwa, yang menjadikan

30

Menurut Thahir ibn Asyur, murka Allah yang menimpa mereka di dunia adalah kehancuran

kekuasaan orang-orang Kaldan pada masa hidup Nabi Ibrahim as., sekitar 2286 SM. Dalam Tafsir al-

Misbah dijelaskan bahwa kaum yang dihadapi Nabi Ibrahim ini adalah Sebuah masyarakat yang

memiliki keahlian dan kepercayaan dalam dunia astronomi untuk menentukan keterkaitan antara posisi

bintang dengan makhluk hidup (manusia) dan menjadi rujukan dalam melakukan suatu kegiatan. Lihat

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an h. 56, 61 dan 476. 31

Sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir al-Misbah, Nabi Ibrahim memukul keras

menggunakan tangan kanannya dengan segenap kekuatan, sampai-sampai tidak sedikit pun daya yang

beliau miliki kecuali digunakannya untuk memukul. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah

“Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, h. 58. 29

Irsyad Zulfahmi, Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul, h. 38. 32

Irsyad Zulfahmi, Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul, h. 39. 33

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an” vol 12, h.

476 dan 60.

Page 83: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

70

kesempurnaan akal dan jiwa, yang menjadikannya mampu bersikap dan bersikap

dan bertindak setepat mungkin. Penisbatan ruysd kepada Ibrahim as,. dengan

firman-Nya rusydahu / hidayatnya mengandung makna bahwa apa yang

dianugerahkan Allah itu adalah satu kekhususan dan keistimewaan tersendiri bagi

beliau yang tidak dimiliki orang lain dan bahwa hal itu adalah layak buat

beliau.”34

Penulis melihat penjelasan di atas telah mendapati adanya kesesuaian dalam

konteks tafsir dengan konten kisah yang dinarasikan dalam buku tersebut, namun

dalam sisi yang lain, penulis juga mendapati adanya ketidak-sesuaian dalam konteks

waktu kapan dan dalam periode usia berapa Nabi Ibrahim mendapatkan anugerah

“rusyd” tersebut.

Quraish Shihab menjelaskan bahwa penganugerahan rusyd bagi Nabi Ibrahim

as., terjadi sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Imam atau teladan buat semua

umat manusia.35

Ia menambahkan bahwa kata min qablu secara harfiah berarti

sebelum. Tentu saja kata tersebut belum jelas maknanya, karena itu para pakar bahasa

menetapkan adanya kalimat yang tidak disebut dalam rangkaian redaksi itu dan yang

harus dimunculkan dalam benak ketika mngucapkan atau mendengarnya. Sementara

ulama memunculkan kata ”Musa dan Harun” yang disebut pada ayat yang lalu (ayat

48). Ada juga yang memunculkan kata dewasa / balig dalam arti ruysd yang

dianugerahkan kepada Nabi Irahim as. itu terjadi sebelum beliau dewasa.36

34

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, 467 35

Meski ada Sementara Ulama yang menyatakan bahwa upaya pencarian kebenaran telah

beliau laksanakan semenjak remaja, dan salah satu hala yang beliau lakukan menjelang pengangkatan

beliau sebagai nabi adalah memandang ke angkasa, melihat bintang, bulan dan matahari dan akhirnya

sampai kpada kesimpulan bahwa Tuhan yang disembahnya adalah pencipta dan pengatur alam raya

yang maha esa. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

h. 467 36

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, 467.

Page 84: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

71

Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa deskripsi yang

terdapat dalam buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul tentang akal pikiran yang

tajam Nabi Ibrahim yang beliau dapatkan tatkala masih kecil tidaklah sesuai dengan

penjelasan tafsir yang penulis jadikan bahan komparasi atas narasi kisah tersebut.

Selanjutnya tentang kegemaran Nabi Ibrahim mengamati proses dan siklus

pergantian siang dan malam serta perhatiannya terhadap bintang-bintang (benda

antariksa) yang beliau lakukan sedari kecil. Penulis menduga bahwa penjelasan

tersebut sangat erat terkait peristiwa yang dikisahkan tentang dialog-dialog Nabi

Ibrahim yang terkandung di surat al-An’am: 76-82, di mana beliau dalam banyak

sumber literatur disebutkan sedang dalam proses pencarian tuhan.

Bagi penulis, satu-satunya bentuk pengamatan “nadzor” Nabi Ibrahim

terhadap bintang yang paling jelas tampilan ayat serta penafsirannya yang disepakati

adalah ayat 88 di surat al-Saffat. Namun peristiwa ini tidak terkait dengan suatu fase

proses pencarian tuhan dan bukan pula pada fase usia yang masih kecil sebagaimana

yang dijelaskan oleh penulis buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul.

Sebagaimana penjelasan Quraish Shihab, berikut ini:

“Setelah Nabi Ibrahim mengecam kaumnya lalu ia memandang sekali

pandang ke bintang-bintang. Ini ia lakukan ketika ia di ajak oleh kaumnya agar

berangkat bersama mereka merayakan suatu upacara keagamaan. Setelah

memandang itu maka ia berkata kepada kaumnya sebagai alasan tidak mengikuti

mereka bahwa: “sesungguhnya aku sakit.” Lalu mereka pun dengan berat hati

berpaling darinya dengan membelakang meninggalkannya sendirian.”

Jika mau merujuk pada penjelasan tafsir di atas, maka akan didapati

kronologis dan konteks yang jelas siapa yang menjadi lawan dialog atau tokoh yang

ada dalam peristiwa tersebut, yang tentunya relatif sukar disangkal bahwa peristiwa

Page 85: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

72

ini terjadi tatkala beliau masih kecil, karena runtutan kronologis setelah ayat tersebut

ada peristiwa vonis pembakaran terhadap beliau atas tindakan penghancuran berhala

yang dilakukannya. Atau setidaknya dalam ayat lain Nabi Ibrahim dikategorikan oleh

kaumnya sendiri sebagai seorang pemuda, yang telah al-Quran sebutkan dengan

istilah “fata” di dalam surat al-Anbiya’: 60. Tentunya ayat yang terkait dengan

pengamatan Nabi Ibrahim terhadap bintang-bintang (al-shaffat: 88) dilakukannya di

masa dewasa.37

2. Penghancuran Berhala

Selanjutnya dalam konteks Nabi Ibrahim menghancurkan patung-patung atau

berhala yang dianggap sebagai Tuhan oleh penduduk Babylonia redaksi dari buku

Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul dengan konteks al-Qur’an terdapat perbedaan

diantaranya mengenai kegiatan penduduk Babylonia yang pergi berbondong-bondong

keluar kota menuju sebuah hutan.

Buku Bergambar 25Nabi dan Rasul menuliskan kegiatan yang dilakukan oleh

penduduk babilonia ketika pergi ke sebuah hutan adalah untuk merayakan sebuah

hari besar di luar kota.

37

Berbeda-beda pendapat ulama tentang maksud ayat di atas. Bermula dari perbedaan tentang

maksud kata an-nujum yang merupakan bentuk jamak dari kata najm yakni bintang. Sekali lagi disini,

ulama berbeda pendapat dalam memahami pandangan beliau ke bintang-bintang itu. Ada yang

berpendapat bahwa itu berdasar astrologi yang memang dikenal luas oleh masyarakat beliau, ada juga

yang memahaminya dalam arti beliau mengaitkan dengan kebiasaan yang terjadi bagi diri beliau

pribadi jika bintang A atau B muncul pada waktunya yang tertentu. Ada juga ulama yang tidak

memahami pandangan beliau ke bintang-bintang dalam arti harfiah atau berdasar astrologi. Tetapi ia

adalah kiasan dalam arti berfikir. Pakar tafsir ibn Katsir menulis bahwa orang Arab menamai seorang

yang berpikir sebagai Nazhara fi an-nujum yakni dia memandang ke langit. Ini karena yang berpikir

tidak jarang menegngadah ke langit agar pandangannya tidak mengarah ke kiri dank e kanan sehingga

dapat mengganggu konsentrasinya. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan

Keserasian Al-Qur’an, h. 56.

Page 86: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

73

Sedangkan dalam tafsir al-Misbah karya M. Qurasish Shihab disebutkan

dalam kejadian ini Penduduk Persia atau Kaldania keluar dalam rangka mengamati

dunia astronomi. Hal ini dijelaskan:

Setelah Nabi Ibrahim mengecam kaumnya lalu ia memandang sekali pandang

ke bintang-bintang. Ini ia lakukan ketika ia di ajak oleh kaumnya agar berangkat

bersama mereka merayakan suatu upacara keagamaan. Setelah memandang itu maka

ia berkata kepada kaumnya sebagai alasan tidak mengikuti mereka bahwa:

“sesungguhnya aku sakit.” Lalau mereka pun dengan berat hati berpaling darinya

dengan membelakang meninggalkannya sendirian.

Berbeda-beda pendapat ulama tentang maksud ayat di atas. Bermula dari

perbedaan tentang maksud kata an-nujum yang merupakan bentuk jamak dari kata

najm yakni bintang.

Ada yang mengaitkan pandangan Nabi Ibrahim as. ke bintang-bintang itu

dengan keperyaan serta keahlian masyarakatnya, penduduk Persia / Kaldania masa

lalu. Mereka dikenal sangat mengandalkan astrologi untuk melakukan satu kegiatan.

Mereka percaya bahwa ada kaitan antara posisi bintang dengan keadaan makluk

hidup termasuk manusia. Nah, di sini Nabi Ibrahim as. bermaksud menghindari

keikutsertaan dengan kaumnya dalam perayaan itu dengan menggunakan dalih bahwa

menurut nujum, ia pada hari itu akan sakit, sehingga tidak dapat ikut bersma

mereka.38

38

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an” vol 12, h.

56

Page 87: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

74

Sekali lagi disini, ulama berbeda pendapat dalam memahami pandangan

beliau ke bintang-bintang itu. Ada yang berpendapat bahwa itu berdasar astrologi

yang memang dikenal luas oleh masyarakat beliau, da nada juga yang memahaminya

dalam arti beliau mengaitkan dengan kebiasaan yang terjadi bagi diri beliau pribadi

jika bintang A atau B muncul pada waktunya yang tertentu.39

Ada juga ulama yang tidak memahami pandangan beliau ke bintang-bintang

dalam arti harfiah atau berdasar astrologi. Tetapi ia adalah kiasan dalam arti berfikir.

Pakar tafsir ibn Katsir menulis bahwa orang Arab menamai seorang yang berpikir

sebagai Nazhara fi an-nujum yakni dia memandang ke langit. Ini karena yang

berpikir tidak jarang meneggadah ke langit agar pandangannya tidak mengarah ke

kiri dank e kanan sehingga dapat mengganggu konsentrasinya

3. Pembakaran

Dan yang terakhir adalah peristiwa dibakarnya Nabi Ibrahim setelah

menghancurkan berhala. Penulis disini menyoroti tentang seseorang yang

memutuskan pembakaran Ibrahim. Buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul

mengatakan bahwa posisi disitu adalah seorang hakim “keputusan hakim atas

tindakan penghacuran berhala yang dilakukan Nabi Ibrahim”

Sementara Quraish Shihab dalam tafsirnya mengatakan dalam kutipan yang

penulis ambil:

39

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an” vol 12, h.

57.

Page 88: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

75

Kata “qalu”, sulit dipahami bahwa vonis yang dijatuhkan kepada Nabi

Ibrahim berangkat dari seorang (hakim)

Kaum Nabi Ibrahim as. yang sangat terpojok dan marah terhadap Nabi

Ibrahim as., mendiskusikan sikap yang harus mereka ambil terhadap Nabi Ibrahim as.

akhirnya sebagaimana kebiasaan orang kuat yang merasa terpojok, mereka sepakat

untuk menghabisi Nabi Ibrahim as., karena itu mereka berkata kumpulkanlah bahan

bakar secukupnya lalu nyalakan api sebesar mungkin, kemudian bakarlah dia yakni

Nabi Ibrahim as. dengan pembakaran yang sebesar-besarnya, dan belalah yakni

lakukanlah hal tersebut sebagai bukti pembelaan terhadap tuhan-tuhan kamu. jika

kamu benar-benar hendak bertindak membela tuhan-tuhan kamu, tentulah kamu

segera melakukan pembakaran itu. Maka mereka berbondong-bondong

mengumpulkan bahan bakar lalu menyalakannya dan melemparkan Nabi Ibrahim as.

dengan manjaniq yaitu semacam ketapel besar ketengah kobaran api itu.40

40

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an” vol 4, h.

476.

Page 89: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut penulis sejatinya buku kisah nabi dan rasul dalam versi anak (Buku

Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul) jika ditelusuri menggunakan terjemahan al-

Qur’an, buku tersebut sudah sesuai dengan penjelasan dari terjemahan itu sendiri.

Namun jika ditinjau dari sisi yang bersumber dari tafsir tentu buku tersebut akan

banyak ditemukan ketidaksesuaian akan jalannya cerita yang tercantum didalam buku

tersebut.

Kalaupun nantinya akan dipaksakan bahwa buku tersebut sesuai dengan al-

Qur’an (dalam arti tafsirannya) buku tersebut akan sangat rumit dan terasa berat

dalam menjelaskan kisah-kisah nabi dan rasul terutama dalam konteks Nabi Ibrahim

karena menurut versi tafsirnya akan didapatkan kisah yang begitu dalam dan terlalu

rumit untuk dipahami dan dicerna bagi anak-anak.

B. Saran

Kajian tentang Nabi Ibrahim sesungguhnya sudah banyak dilakukan oleh para

peneliti dalam berbagai bidangnya, tidak terkecuali dalam bidang pendalaman kisah

seperti tinjauan dakwah dialogis dan lain sebagainya.

Skripsi tentang Kisah Nabi Ibrahim dalam Buku Anak (Studi Literasi buku Cerita

Bergambar 25 Nabi dan Rasul) merupakan pembahasan yang masih sangat luas

Page 90: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

77

untuk ditelitidalam bidang tafsir. Misalnya pembahasan mengenai nabi-nabi selain

Ibrahim as yang terdapat dalam buku-buku kisah anak segmentasi anak. Diharapnya

penelitian in bisa dilanjutkan untuk menambah wawasan keilmuan khususnya

dibidang Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

dan kesalahan. Penelitian yang telah dilakukan ini berkonsentrasi pada kesesuain

kisah nabi dan rasul dalalm buku anak dengan al-Qur’an masih sangat besar untuk

dikaji melalui mufasir-mufasir lainyang kemudian bisa dikembangkan serta dikritisi

lebih dalam, sehingga dapat menjadikan pembahasan yang lebih baik dan bermanfaat

dalam perkembangan wawasan keilmuan Islam.

Page 91: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

78

DAFTAR PUSATAKA

Anwar, Rosihun. Ilmu Tafsir. Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Aziz, Kholilurrahman, “Kisah Nabi Ibrahim dalam al-Qur‟an: Kajian nilai-nilai

teologi-Moralitas Kisah Nabi Ibrahim Perspektif Muhammad A. Khalafullah

dan M. Quraish Shihab.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga, 2010.

Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, 2nd

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, tt.

Digdo, AG Pringgo dan Syadily, Hasan. Ensiklopedia Umum. Yogyakarta: Ofset

Kanissus, 1997.

Dirk, Jerald F, Ibrahim Sang Sahabat Tuhan. Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013.

Djalal, Abdul. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu, 2008.

Hadiyanto, Andi, “Repitisi Kisah al-Quran, Analisis Struktural Genetik Terhadap

Kisah Ibrahim dalam Surat Makiyyah dan Madaniyyah,” Disertasi

Pascasarjana Universitas Islam Negeri jakarta, 2010.

Hadyah, Salim. Qissotul Al-Anbiya. 1st Bandung: AI-Maarif, 1997.

Hamka, Tafsir AI-Azhâr, 1st Jakarta: Panjimas,2000.

Hanafi, Ahmad.. Segi-segi Kesusasteraan Pada Kisah-kisah Al-Qur’an. Jakarta:

Pustaka al Husna, 1984.

Harahap, Syahrin. Al-Quran Dan Sekulerisasi; Kajian kritis Terhadap Pemikiran

Thaha Husein. Yogya: Tiara Wacana, 1994.

Huda, Miftahul. Dakwah Nabi Ibrahim dalam Perspektif Al-Qur‟an.” Skripsi S1

Fakultas Ushuluddin, Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

Ikatan Penerbit Indonesia, IKAPI. Industri Penerbitan buku Indonesia dalam data

dan fakta. Jakarta: IKAPI, 2015.

Katsir, Ibnu, Qashash Al-Anbiya, Juz 1, Tahqiq Mustafa Abdul Wahid, Kairo: Dar al-

Kutub al-Hadits, t.t

Khalil, Syauqi Abu, Atlas Al-Qur’an. Jakarta: Almahira ,2003.

Page 92: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

79

Al-Khalidy, Shalah, Kisah- kisah al-Quran. Penerjemah Setiawan Budi Utomo.

Jakarta: Gema Insani Press, 1999.

Khotib, Muhammad, “Penafsiran Kisah-kisah Al-Qur‟an; Telaah Terhadap Pemikiran

Muhammad Ahmad Khalafullah Dalam al-faan al-qassasiy fil al-Qur‟an al-

karim.”Skripsi fakultas ushuluddin dan filsafat. Universitas Islam Negeri

Syarif hidayatullah Jakarta, 2009.

al-Marãghi, Ahmad Mustatafa, Tafsir al-Maraghi. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.

Mahdayani, Dewi, “Kisah Nabi Ibrahim dalam Tafsir al-Misbah karya M. Quraish

Shihab.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga, 2008.

al-Maliki, Sayyid Muhammad Alwi, Keistimewaan-keistimewaan al-Qur’an, terj. Nur

Faizin, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001.

Marhijanto, KhoIilah, Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul. Surabaya: Ar-

QoIa,1995.

Mawla, M. Ahmad jadul dan al-Fadhl M. Abu. Ibrahim, Buku Induk Kisah-kisah al-

Quran. Jakarta: Zaman, 2009.

al-Nahlawi, Abdurrahrnan, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masvarakat.

Jakarta: Gcrna Insani Press, 1995.

Nurharjanti, Misaroh, “Dialog Nabi Ibrahim (Suatu Kajian Semiotik),.”Tesis S2

Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008.

Qalyubi, Syihabuddin, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, ed.

Mustaffa‟ Maimun. Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997.

Quthub, Sayyid, A1-Tashwîr al-Fanni fi al-Qur ‘ân, tt: tp,tt.

Raharjo, Dawam. Ensikiopedi Al-Qur‘an. Tafsir Sosial Berdasarkan Kunci-kunci.

Paramadina. 1996.

Rahayu, Aprianti Yofita, Menumbuhkan Kepercayaan Diri melalui Kegiatan

Bercerita. Jakarta: Indeks, 2013.

Sabil, Risaldy. Bermain, Bercerita & Menyanyi Bagi Anak Usia Dini, 1st ed. Jakarta:

Pt.Luxima Metro, 2014.

Salim, Hadyah. Qissotul-Anbiyâ. 1st ed. Bandung: Al Maarif,1970.

Page 93: “KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU …

80

------------------. Qishashul Anbiva, 3rd

ed. Bandung: A1-Ma‟arif 1998.

Serpin, “Pesan pesan Akhlak dalam Kisah Qabil dan Habil,” Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2014.

Al-Shidieqy, Hasby. Ilmu-Ilmu Al-Quran Media Pokok Dalam Pcnafsiran Al-Quran.

1st ed. Jakarta: Bulan Bintang, 1972.

Shihab, M. Quraish. Lentera Hati Kisah dan Hikmah Kehidupan. Bandung: Mizan,

1994.

------------------------. Membumikan A1-Qur’an. Bandung: Mizan, 1995.

-----------------------. Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an” vol

12. Jakarta: Lentera Hati, 2001.

-----------------------.Kaidah Tafsir. Tangerang: Lentera Hati, 2013.

Siswayanti, Novita, “Dimensi Edukatif pada Kisah-kisah A1-Qur‟an,” Jurnal Kajian

Al-Qur ‘an dan Kebudavaan. III, No. 1 (September 2010): h. 25.

Sofyan, Mohammad Dedi, “Dialog Nabi Ibrahim (Study Penafsiran Fkahruddin al-

Razi).”Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2017.

Al-Sayid, Kamal, Kisah-kisah Terbaik Al-Qur„an, 1st

ed Jakarta: Pustaka Jahro,

2004.

Syahin, Abdus Shabur. Penciptaan Nabi Adam Mitos atau Realitas. Terj. Nanif

Anwari, Yogyakarta: Elsaq Press, 2004.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa hidonesia. Jakarta: Pusat Bahasa,

2008.

Watt, W. Montgomery, Ben „s Introduction to the Qur „an. Edinburg: The Uinversity

Press, 1970.

Zakariah, Abu Husain Ahmad bin Fariz. Mu‟jam Maqvis al-Lugah, 1st ed. Beirut: Dar

Al Jalail. 1991.

Zulfahmi, Irsyad, Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul. Jakarta: Wahyumedia, 2016.