pengaruh tipe kepribadian ekstrovert (extraversion) … · 6. seluruh staff dan karyawan fakultas...
TRANSCRIPT
PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT
(EXTRAVERSION) DAN EMPLOYEE ENGAGEMENT
PADA PRO-SOCIAL VOICE BEHAVIOUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Natalia Elisa Pramudita
NIM: 1291141568
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa
yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman
Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan
rancangan kecelakaan untuk memberikan kepadamu
hari depan yang penuh harapan.”
Yeremia 29:11
Its not the load that breaks you down,it’s the way you carry it.
Never let people’s negative thoughts about you hinder you from
accomplishing what God put in your heart.
Dare to dream and dare to live it!
An arrow can only be shot by pulling it backward. When life is
dragging you back with difficulties, it means it’s going to launch you
inti something great. So just focus, and keep aiming.
“Belajar yang smart dalam menghadapi masalahmu,
apapun situasi dan kondisinya. Dari masalah itu kita
dikuatkan dan didewasakan” –Mama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Dedicated for Jesus my Savior,
mylittle brother, my Dad
and my Mom in Heaven.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PENGARUHTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT
(EXTRAVERSION) DAN EMPLOYEE ENGAGEMENT
PADAPRO-SOCIAL VOICE BEHAVIOUR
Natalia Elisa Pramudita
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh tipe kepribadian ekstrovert (extraversion)dan
employee engagementpada pro-socialvoice behaviour. Dalam penelitian ini, diajukan 2 hipotesis.
Hipotesis pertama, yaitu,tipe kepribadian ekstrovert (extraversion) memilikipengaruh yang positif
siginifikan dengan voice behaviour. Kedua,employee engagement memiliki pengaruh positif
signifikan dengan voice behaviour. Subjek dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 136 karyawan
yang berprofesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit swasta di Pekanbaru, Riau. Skala yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan skala yang telah diadaptasi dari Van Dyne et.al (2003)
untuk pro-social voice behaviour, Saks (2006) untuk employee engagement, danEPQR-Short form
yang diadaptasidari Eysenck, Eysenck dan Barrett (1985) untuk extraversion. Reliabilitas skala
dalam penelitian ini adalah skala voice behaviour sebesar α = 0.841, reliabilitas skala engagement
adalah sebesar α = 0.870 dan skala extraversionsebesar α = 0.758. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan analisis regresi sederhana dengan bantuan program IBM statistik 22.Hasil
analisis menunjukkan bahwa seluruh hipotesis dalam penelitian ini diterima. Diketahui nilai
standardized coefficients (β) sebesar 0.612 dengan taraf siginifikansi sebesar p = 0.000 untuk
pengaaruh tipe kepribadian ekstrovert (extraversion)terhadappro-social voice behaviour, serta nilai
standardized coefficients (β) 0. 468 dengan taraf signifikasi sebesar p = 0.000 untuk pengaruh
antara employee engagementterhadap pro-socialvoice behaviour.
Kata kunci :Employee engagement, Tipe Kepribadian Ekstrovert (extraversion), Pro-Social Voice
Behaviour.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
THE INFLUENCEOFEXTRAVERSIONANDEMPLOYEE
ENGAGEMENTTOWARD EMPLOYEE PRO-SOCIAL VOICE
BEHAVIOUR
Natalia Elisa Pramudita
ABSTRACT
This research aimed to find the influenceofextraversion andemployee engagement, towardpro-
social voice behaviour. This research has two hypotheses. First,extraversion has a significant
positive relationship to voice behaviour. Second,employee engagement has a significant positive
relationship to voice behaviour.. The amount of subjects for this research is 136 nurses who work
in a public hospital in Pekanbaru, Riau. The measurement tools that is used for this research is the
scale that has been adapted from Van Dyne et al (2003) for voice behaviour, Saks (2006) for
employee engagement and EPQR-Short form from Eysenck, Eysenck and Barrett (1985) for
extraversion.The measurement reliability in this research is α = 0.841 for voice behaviour, α = 0.870for employee engagement and α = 0.758 for extraversion. Hypotheses trial is done using
simple regression analysis with IBM statistic version 22. The analysis result shows that all
hypotheses in this research are accepted.It is known that the value of standardized coefficients (β) is 0.612 with signification p = 0.000 for the influencebetween extraversionand pro-social voice
behaviour, and 0.468 with signification p = 0.000 for the influence of between employee
engagement and voice behaviour.
Keywords : Employee engagement, Extraversion, Voice Behaviour.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda
Maria atas segala berkat, perlindungan dan kekuatan yang selalu menyertai dan
membimbing saya hingga proses penulisan skripsi dapat berjalan dengan lancar
hingga terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Saya menyadari bahwa kelancaran dan kesuksesan menyusun skripsi ini tidak
terlepas dari peran banyak pihak yang telah membantu seta mendukung dalam
menghadapi berbagai halang rintang dan kesulitan. Oleh karena itu, saya ingin
mengucapkan rasa terimakasih saya yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Priyo Widiyanto, M.Si.,selaku Dekan Fakultas Psikologi,
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Eddy Suhartanto, M.Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas
Psikologi, Universitas Sanata Dharma
3. Suster Th. Dewi I. Gallang, F.CJ., selaku Dosen Pembimbing Akademik
saya yang selalu memberi masukan, semangat untuk menyelesaikan studi S1
saya selama di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Beliau juga
senantiasa mendengarkan keluh kesah serta menerima kekurangan diri saya
apa adanya, dan selalu memberikan arahan-arahan positif yang dapat
mengembalikan kepercayaan diri saya dalam menyelesaikan skripsi.
4. Bapak Minta Istono, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu
meluangkan waktunya untuk senantiasa membimbing dan memberikan
semangat serta arahan untuk saya dalam mengerjakan skripsi ini. Terima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
kasih juga saya haturkan kepada bapak Minto karena telah berbesar hati
mau memberikan kelonggaran waktu untuk saya dalam mengerjakan skripsi
ketika saya masih dalam suasana duka cita. Beliau tidak enggan mendidik
saya untuk senantiasa belajar dari setiap hal yang saya hadapi dan untuk
tidak berhenti mencapai studi setinggi-tingginya.
5. Segenap Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, yang telah
mendidik, memberikan banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman selama
saya menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi, Universitas Sanata
Dharma.
6. Seluruh Staff dan Karyawan Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma
yang telah selalu dengan sabar dan ramah dalam melayani serta memberikan
informasi selama saya berkuliah di Fakultas Psikologi.
7. Kepada Mama, Caecillia Siti Indrawati, yang saat ini telah beristirahat
dengan tenang di sisi Allah Bapa Yang Maha Kuasa. Terima kasih karena
dari awal mama yang selalu memotivasiku dan memberikan keyakinan
padaku bahwa aku sanggup mengerjakan skripsi dengan segala tuntutan
yang datang dari sekitarku. Cinta kasih mama yang kurasakan hingga saat
ini lah yang menguatkanku untuk melanjutkan skripsiku kembali walau
berat tiada kehadiranmu. Sesuai dengan permintaan terakhirmu,
kuselesaikan skripsi ini secepat yang aku bisa. Semoga mama dapat
tersenyum bahagia di Surga ya, ma.
8. Kepada Papa Daryono dan adik kecilku Ilyas yang saya cintai. Terimakasih
atas semangat yang telah kalian berikan untuk saya. Kehadiran kalian sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
memberikan motivasi dan kesunggahan dalam diri saya untuk segara
menyelesaikan skripsi ini. Maaf jika selama mengerjakan skripsi ini, saya
tidak dapat meluangkan banyak waktu untuk bersama dengan kalian.
9. Kepada tante Maria Bellani dan Om Didiek Bawono yang selalu
memberikan semangat setiap harinya dalam proses mengerjakan skripsi.
Terima kasih untuk segala doa, perhatian dan kekuatan yang tante berikan
kepada saya sehingga saya dapat tekun mengerjakan skripsi ini dengan
lancar. Kiranya kebaikan kalian dibalas dengan sesuatu yang berarti oleh
Tuhan Yesus Kristus.
10. Kepada Ibu Jeany dan Ibu Donna selaku Wakil Direktur dan Kepala Diklat
Rumah Sakit yang telah banyak membantu dalam proses pengambilan data
dan pengumpulan data penelitian. Terimakasih juga kesempatan dan
kepercayaan kepada saya dan teman-teman kelompok penelitian untuk
melakukan penelitian di Rumah Sakit tempat ibu bekerja.
11. Pras, Leo, Guerika,Sakti, Silvi dan Elgayang merupakan teman-teman
bimbingan skripsi saya bersama pak Minto. Terimakasih untuk kerja keras
dan kebersamaan kita dalam menghadapi proses penyusunan skripsi selama
ini. Saya minta maaf jika selama ini saya kurang dapat mengayomi teman-
teman, kurang dapat membantu teman-teman dikala sedang membutuhkan
bantuan dan berperilaku atau berkata yang tidak menyenangkan kepada
kalian. Saya selalu mendoakan yang terbaik untuk teman-teman, baik
sekarang maupun di kemudian hari nanti. Semoga kita semua dapat bertemu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
dan berdinamika bersama kembali ketika sudah sukses di jalan kita masing-
masing.
12. Kepada Yosephine Anna Anggi Artanti, Dewi Utari, Joshua Tobingdan
Robertus Bawono. Terimakasih untuk kesabaran, semangat, kehadiran
kalian untuk saya. Kalian adalah orang-orang yang paling memahami saya,
dan tahu bagaimana harus memperlakukan saya di berbagai situasi.
Terimakasih telah mengajarkan segala sesuatu yang belum pernah saya
dapatkan sebelumnya, terimakasih karena kalian telah menjadi teman,
sahabat, kakak dan orang yang selalu dapat saya andalkan dalam keadaan
apapun. Kiranya Tuhan senantiasa memberikan berkat yang berlimpah
disetiap langkah kehidupan kalian.
13. Kepada Anggie, Ocha, Ruth, Dagna, Digna, Gaby, Dabita, dan Wita yang
senantiasa hadir di kondisi apapun dalam kehidupan saya, terlebih
memberikan semangat yang tiada hentinya untuk saya menyelesaikan
skripsi ini. Keberadaan kalian sungguh memberikan inspirasi bagi saya, dan
juga memberikan dorongan agar tidak pantang menyerah serta menggapai
segala impian saya.
14. Kepada Keluarga Cepu yang telah menceriakan hari-hari saya ketika saya
merasa stress dan kesulitan. Meskipun harus menempuh jarak yang jauh
untuk bertemu dengan kalian, namun kehadiran kalian setiap harinya
dalamgroup chat membuat saya merasa percaya diri untuk terus
melanjutkan apa yang harus saya kerjakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
15. Kepada Nona, Itha, Wilda, Monik, Dira, Bincik dan Cicik Desi yang
merupakan teman-teman sekelas saya dari semester I hingga semester akhir
dan menjadi sahabat yang paling saya kasihi. Terimakasih untuk
kebersamaan dan kasih sayang kalian yang sangat tulus kepadaku. Maaf
karena saya jarang bisa hadir di kesulitan-kesulitan yang kalian hadapi, serta
belum bisa menjadi teman yang baik untuk kalian. Doaku selalu untuk
kalian yang saat ini sedang berjuang untuk meraih kesuksesan. Kiranya
persahabatan kita tetap terjalin walaupun waktu dan jarak memisahkan kita
nanti.
16. Teman–teman Psikologi Kelas C dan seluruh teman-teman di Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2012.Terimakasih untuk
dinamika persahabatan kita selama kurang lebih 4.5 tahun. Seluruh
pengalaman yang saya dapatkan bersama kalian tidak akan pernah saya
lupakan. Mulai dari bagaimana kita berdinamika di kelas, juga canda tawa
yang mewarnai kebersamaan kita selama di kampus. Saya mendoakan agar
teman-teman selalu bahagia dan sukses di masa yang akan datang.
17. Teman, sahabat dan saudara saya lainnya, terima kasih telah memberikan
dukungan dan semangat yang telah kalian berikan kepada saya selama
mengerjakan skripsi hingga selesai.
18. Semua pihak yang telah membantu dan berperan dalam penulisan skripsi ini
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Penulis
Natalia Elisa Pramudita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………….....i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING……………….ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….......iii
HALAMAN MOTTO………………………………………………........iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………..vi
ABSTRAK……………………………………………………………….vii
ABSTRACT………………………………………………………………viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………..ix
KATA PENGANTAR……………………………………………….......x
DAFTAR ISI……………………………………………………….........xv
DAFTAR TABEL……………………………………………………….xx
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………xxii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….........xxiii
BAB I: PENDAHULUAN……….………………………………….......1
A. Latar Belakang…………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………11
C. Tujuan Penelitian………………………………………………….11
D. Manfaat Penelitian…………………………………………….......10
1. Manfaat Teoritis………………………………………………..12
2. Manfaat Praktis……………………………………………........12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB II: LANDASAN TEORI…………………….…………………….13
A. Voice Behaviour…………………………………………………. 13
1. Definisi Voice Behaviour…………………………………….. 13
2. Jenis-jenisVoice Behaviour…………………………….......... 17
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Voice Behaviour………… 20
B. Tipe Kepribadian Ekstrovert (Extraversion)…………………........25
1. Definisi Kepribadian Ekstrovert (Extraversion)………….........25
2. Aspek Kepribadian Ekstrovert (Extraversion)……………........29
3. Dampak Kepribadian Ekstrovert (Extraversion)……..……… 31
C. Employee Engagement…………………...................................... 32
1. Definisi Employee Engagement……………..…………......... 32
2. Aspek Employee Engagement………………..………………
3. Dampak Employee Engagement…………………………………..
36
39
D. Dinamika Tipe Kepribadian Ekstrovert (Extraversion)dan
Keterlibatan Karyawan (Employee Engagement)terhadapVoice
Behaviour………………………………………………………….
41
E. Kerangka Penelitian…………………………………………........ 45
F. Hipotesis Penelitian………………………………………………..45
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN……….………………………46
A. Jenis Penelitian…………………………………………………….46
B. Variabel Penelitian…………………………………………….......47
C. Definisi Operasional……………………………………………….47
1. Pro-Social Voice Behaviour……………………………………47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
2. Tipe Kepribadian Ekstrovert (Extraversion)………………....
3. Employee Engagement…………………………………………
47
48
D. Subjek Penelitian…………………………………………………..49
E. Metode dan Alat Pengupulan Data………………………………. 50
1. Metode Pengumpulan Data…………………………………….50
2. Alat Pengumpulan Data………………………………………...51
a. Skala Pro-Social Voice Behaviour……………………….. 51
b. Skala Kepribadian Ekstrovert (Extraversion)…………….. 52
c. Skala Employee Engagement…………………….…………52
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………………………………53
1. Validitas Alat Ukur……………………………………………..53
2. Kesahihan Item Skala………………………………………….54
3. Reliabilitas Alat Ukur…………………………………………..56
a. Skala Pro-Social Voice Behaviour……………………….. 57
b. Skala Employee Engagement……………………………….57
c. Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert (Extraversion)…………58
G. Metode Analisis Data…………………………..………………….58
1. Uji Asumsi………………………………………………….......58
a. Uji Normalitas………………………………………………59
b. Uji Homoskedastisitas…………………..………………… 57
c. Uji Linearitas………………………………………………..59
2. Uji Hipotesis……………………………………………………60
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…….…………61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
A. Pelaksanaan Penelitian…………………………………………….61
B. Deskripsi Penelitian……………………………………………….62
1. Deskripsi Subjek Penelitian…………………………………….62
2. Deskripsi Data Penelitian………………………………………67
C. Analisis Data Penelitian……………………………………….......68
1. Uji Asumsi………………………………………………….......68
a. Uji Normalitas………………………………………………68
b. Uji Homoskedastisitas………….……………………........ 69
c. Uji Linearitas…………………………………………..........70
2. Uji Hipotesis……………………………………………………71
D. Pembahasan………………………………………………………..74
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN…….…………………………..79
A. Kesimpulan………………………………………………………..79
B. Keterbatasan Penelitian……………………………………………79
C. Saran……………………………………………………………….81
1. Bagi Organisasi atau Perusahaan………………………….........80
2. Bagi Peneliti Selanjutnya………………………………………83
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………84
LAMPIRAN……………………………………………………………..91
Lampiran 1: Skala Voice Behaviour, Employee Engagement, dan
Tipe Kepribadian Ekstrovert
(extraversion)……………………………………………………..…..
n
rt
91
Lampiran 2: Reliabilitas Item Skala Penelitian………………………105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Lampiran 3: Hasil Uji T………………………………………………108
Lampiran 4: Hasil Uji Normalitas Residu……………………………110
Lampiran 5: Hasil Uji Homoskedastisitas……………………………112
Lampiran 6: Hasil Uji Linearitas……………………………………..114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Karakteristik Kepribadian Ekstrovert…………………......... 45
Tabel 3.1 Pemberian Skor pada Skala Voice Behaviour,
EmployeeEngagement dan
Extraversion….…………………………...
50
Tabel 3.2 Distribusi Item Skala Voice Behaviour Sebelum Uji
Coba…………………………………………………………
52
Tabel 3.3 Distribusi Item Skala Extraversion Sebelum Uji Coba…….. 52
Tabel 3.4 Distribusi Item Skala Employee Engagement Sebelum Uji
Coba…………………………………………………………
53
Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas Pro-Social Voice……………….......... 57
Tabel 3.6 Koefisien Reliabilitas Extraversion………………………… 58
Tabel 3.7 Koefisien Reliabilitas Employee Engagement……………… 58
Tabel 4.1 Deskripsi data subjek berdasarkan jenis kelamin……...……. 63
Tabel 4.2 Deskripsi data subjek berdasarkan usia……………………... 63
Tabel 4.3 Deskripsi data subjek berdasarkan lama bekerja di rumah
sakit………………………………………………………….
64
Tabel 4.4 Deskripsi data subjek berdasarkan skor ide, informasi,
kritikan, saran dan gagasan yang dimiliki…………….…......
66
Tabel 4.5 Deskripsi Statistik Data Penelitian………………………...... 67
Tabel 4.6 Uji Normalitas Nilai Residu……………………………........ 69
Tabel 4.7 Uji Glejser Homoskedastisitas……………………………… 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
Tabel 4.8 Uji Linearitas……………………………………………....... 71
Tabel 4.9 Uji Hipotesis 2 Regresi antara Extraversion dengan Voice
behaviour…………………………………………………..
72
Tabel 4.10 Uji Hipotesis 1 Regresi antara Employee Engagement
dengan Voice Behaviour……………………………….......
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Model Penelitian…………………………………………45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Voice Behaviour, Employee Engagement dan Tipe
Kepribadian Ekstrovert (extraversion)…………………….…..
91
Lampiran 2 Reliabilitas Item Skala Penelitian……………….…………......105
Lampiran 3 Hasil Uji-T……………………………………………………. 108
Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas Residu…………………………….......... 110
Lampiran 5 Hasil Uji Homoskedastisitas……………………….………..... 112
Lampiran 6 Hasil Uji Linearitas………………………………………..…...114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
“I decided it is better to scream. Silence is the real crime against
humanity”, sebuah kutipan Nadezhda Mandelstam dari bukunya yang
berjudul Hope Against Hope yang diterbitkan pada tahun 1970. Berteriak
adalah hal yang lebih baik, karena diam adalah kejahatan yang nyata
terhadap kemanusiaan.
Speak up system adalah sebuah prosedur yang berlaku untuk seluruh
karyawan, manajemen, direktur, komisaris dan pihak-pihak yang terkait
yang bekerja dalam perusahaan maupun anak perusahaannya. Sebuah
perusahaan bernama PT. BUMI Resource Tbk. membuat sistem ini sebagai
sebuah sarana komunikasi yang digunakan untuk melaporan segala bentuk
informasi termasuk pelanggaran dalam pedoman (code of conduct) yang
mungkin dapat terjadi dalam perusahaan tersebut (www.bumiresources.com,
diakses pada 23 November 2016).
Berita lain dari sebuah Rumah Sakit di Flo Rida, Amerika Serikat,
mengabarkan bahwa perawat bernama Samantha memiliki pasien SICU
(Surgical Intensive Care Unit) yang membutuhkan penanganan darurat.
Pada saat kejadian. Dokter bergegas masuk ke kamar pasien dan meminta
Samantha untuk segera memberikan apa yang ia butuhkan untuk melakukan
prosedur pengangan pasien. Samantha mengamati dokter yang memulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
prosesnya saat pasien masih duduk tegak di kursi. Samantha mengetahui hal
tersebut bukan merupakan prosedur yang tepat, namun Samantha merasa
tidak memiliki kekuatan atau wewenang untuk berbicara. Akhirnya
beberapa jam kemudian, pasien tersebut meninggal karena komplikasi yang
timbul sebagai akibat dari penanganan darurat yang tidak benar
(http://www.nursetogether.com, diakses pada 29 April 2017).
Hal tersebut bukan sebuah masalah baru. Pada tahun 2005, sebuah
penelitian dilakukan terhadap lebih dari 1.700 petugas kesehatan, termasuk
1.143 perawat Rumah Sakit di perkotaan dan di pedesaan Amerika Serikat.
Hasil menunjukkan bahwa perawat mengetahui rekan kerjanya tidak
kompeten, melakukan kesalahan atau menempuh jalan pintas yang
berbahaya bagi pasien. Kenyataannya adalah hanya 1 dari 10 yang
mengungkapkan atau berbicara mengenai permasalahan tersebut (Maxfield,
D., Grenny, J., McMillan, R., Patterson, K. & Switzler, A., 2005). Padahal
kenyataannya, dibutuhkan orang-orang yang responsif terhadap tantangan
dari lingkungan, tidak takut untuk berbagi informasi serta pengetahuan
untuk menjalankan kehidupan organisasi dan menggerakkan roda organisasi
(Okuyama, Wagner & Bijnen, 2014).
Morrison, See dan Caitlin (2014) mengemukakan bahwa ketika
karyawan secara sadar menahan informasi yang berisi saran penting dan
potensial yang mereka miliki kepada atasan, teman kerja, organisasi,
ataupun kepada orang-orang yang mungkin dapat menyelesaikan atau
menindaklanjuti informasi tersebut, maka akan dapat menjadi sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
implikasi yang sangat serius bagi karyawan lain maupun performansi dan
keberlangsungan jalannya organisasi. Pada kenyataannya, seorang karyawan
cenderung memilih untuk diam (silence) dan tidak mengungkapkan isu-isu
yang sedang terjadi pada perusahaannya, daripada mengungkapkannya
(Morisson, See & Caitlin, 2014).
Beberapa penelitian terkini menunjukkan hasil yang mendukung
pernyataan mengenai karyawan yang tidak voice. Milliken dan rekan-
rekannya pada tahun 2003 melakukan wawancara terhadap 40 karyawan
professional di Amerika Serikat dan menemukan sebanyak 85% dari mereka
secara sadar telah gagal untuk speak up atau gagal mengutarakan informasi
yang penting dan krusial yang seharusnya menjadi perhatian bagi
perusahaan (dalam Morrison et al., 2014). Pada tahun 2010, penelitian yang
dilakukan di departemen kesehatan dan operasi di sebuah Rumah Sakit di
Amerika Serikat (Souba, Way, Lucey, Sedmak & Notestine dalam Morrison
et al., 2014) menunjukkan 69% orang setuju bahwa mereka memilih untuk
tidak mengungkapkan informasi ketika menemukan sebuah permasalahan di
tempat kerja.
Fenomena voice dan silence telah banyak menjadi topik penelitian dan
menjadi fokus utama dalam ilmu organisasi (Van Dyne & LePine 1998; Van
Dyne & Botero, 2003; Morisson et al. 2003; Morisson, 2014). Ketika
karyawan dengan keinginannya sendiri mengatakan permasalahan, isu, atau
informasi apapun yang sedang terjadi dalam perusahaan dan menyatakan
pendapat terhadap orang lain dalam relasi kerja yang memiliki kedudukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
lebih tinggi dalam organisasi, maka mereka dapat dikatakan telah terlibat
dan melakukan perilaku voice di tempat kerja (Morisson, 2014). Voice
didefinisikan sebagai perilaku informal dan kebebasan berkomunikasi dari
karyawan mengenai ide, saran, informasi mengenai permasalahan, atau
pendapat tentang isu yang ada di tempat kerja kepada orang lain yang
memungkinkan untuk mengambil tindakan tertentu dengan maksud dan
tujuan untuk meningkatkan atau membawa perubahan.
Morrison (2014) mengemukakan bahwa perusahaan atau organisasi
akan berjalan dengan lebih baik ketika karyawan mengutarakan ide,
informasi dan gagasan yang mereka miliki. Informasi mengenai
permasalahan yang sedang terjadi memungkinkan untuk segera diselesaikan
ketika karyawan melakukan voice behaviour, dan ide baru dari karyawan
akan menolong perusahaan untuk berinovasi serta beragam pendapat dari
bawahan dapat mengarahkan pemimpin untuk mengambil keputusan yang
lebih bijak. Selain itu, ketika seorang karyawan secara efektif melakukan
voice behaviour akan mengurangi kadar stres serta meningkatkan ketahanan
kerja.
Namun demikian, tidak dipungkiri bahwa setiap pekerjaan dapat
menimbulkan stres pada para pekerjanya, contohnya pekerjaan sebagai
seorang perawat (Lestarianita & Fakhrurrozi, 2007). Seorang perawat baik
pria maupun wanita seringkali dihadapkan pada permasalahan dan resiko
yang berhubungan dengan pasien yang sedang dirawatnya, dan keadaan
inilah yang dapat memunculkan stres, sehingga voice behaviour perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
diwujudkan untuk mengurangi stress pada karyawan (McGrath, 2013).
Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi voice behaviour dapat
membantu meningkatkan speak-up pada karyawan dan komunikasi dalam
organisasi (Okuyama, Cordula & Bart, 2014).
Hasil dalam meta analisis yang dilakukan oleh Morrison (2014)
menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab dan
mempengaruhi voice behaviour pada karyawan, antara lain karakteristik
individu (individual dispositions), persepsi dan sikap terhadap pekerjaan dan
organisasi (job and organizational attitudes and perception), emosi,
kepercayaan dan konsep berpikir individu (emotion, beliefs and schemas),
perilaku pemimpin dan supervisor (supervisor and leader behaviour), dan
faktor kontekstual yang lain. Selain itu, disebutkan bahwa motivasi pokok
yang mendasari voice behaviour adalah sifat prososial (Grant & Ashford
2008, Van Dyne et al. 2003).
Morrison (2014) menyebutkan bahwa karakteristik individu
(individual dispositions) merupakan salah satu faktor yang menjadi
penyebab dan mempengaruhi voice behaviour pada karyawan. Berangkat
dari sudut pandang mengenai konsep individual dispotitions sebagai salah
satu faktor penyebab voice behaviour, Piedmont & Weinstein (dalam
Nikolaou et al., 2008) mencoba untuk mengeksplorasi lebih lanjut variable
yang mungkin memiliki potensi untuk karyawan melakukan voice
behaviour, yaitu 5 Model Faktor Kepribadian (FFM of Personality).
Kelima faktor tersebut adalah; neuroticism (kecenderungan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mengalami perasaan negatif, seperti kecemasan, rasa tidak aman, tekanan
psikologis), extraversion (kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal,
tingkat aktivitas individu), openness to experience (proaktif mencari tahu
dan mengapresiasi pengalaman baru), agreeableness (kualitas interaksi
antarpribadi individu sepanjang kontinum, mulai dari ‘passionate’ hingga
‘antagonism’), dan consciencetiousness (tingkat ketekunan, perilaku
organisasi, motivasi yang mengarah ke tujuan).
Studi empiris menyebutkan bahwa FFM of personality dapat
memprediksi perilaku organisasi dan salah satunya adalah voice behaviour
(Crant, JM. Kim TY. & Wang J., 2011). Avery (2003) menunjukkan bahwa
FFM dan core-self evaluations (CSE) secara signifikan menyumbang
variansi dari voice behaviour, dimana extraversion dan self-efficacy secara
signifikan memprediksi value dari voice. Ditunjukkan bahwa individu yang
memberikan high value terhadap voice behaviour akan menunjukkan
peningkatan perilaku voice. Lepine dan van Dyne (2001) mengeksplorasi
peran perbedaan individu, dan mengidentifikasi bahwa empat dari lima
dimensi FFM berhubungan dengan voice behaviour pada karyawan. Salah
satu dimensinya adalah extraversion, dimana extraversion secara positif
berhubungan dengan voice behaviour dan berarti, seseorang yang ekstrovert
memiliki tingkat perilaku voice yang cukup tinggi.
Individu yang ekstrovert adalah individu yang mudah bersosialisasi,
aktif, suka mengobrol, person-oriented, optimis, suka bersenang-senang,
penyayang dan humoris (Nikolaou et al., 2007). Sulit bagi individu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
ekstrovert untuk “keep their mouth shut”, yang berarti individu ekstrovert
senang untuk bersuara. Individu yang esktrovert sering merasa aman
(secure) dan berperilaku asertif pada lingkungan kerja. DeRaad dan Perugini
(2002) menjelaskan bahwa seseorang yang ekstrovert memiliki jiwa sosial,
mudah bergaul, dan memiliki ketertarikan pada relasi dengan orang lain
maupun peristiwa di lingkungan sekitarnya. Karyawan juga cenderung
memiliki kepedulian yang baik kepada karyawan lain maupun perusahaan
(Wikantri, 2014). Hal tersebut membuat tingkat Organizational Citizenship
Behaviour (OCB) dari karyawan tergolong tinggi.
Disebutkan bahwa extraversion memiliki hubungan dengan OCB
(Organizational Citizenship Behavior), dimana voice behaviour merupakan
salah satu bentuk OCB yang dikategorikan sebagai perilaku extra-role (Van
Dyne & LePine, 1998). Dalam literature tersebut dijelaskan bahwa voice
behavior dapat dikategorikan sebagai salah satu tipe OCB yang bersifat
konstruktif, dimana OCB merupakan perilaku kooperatif karyawan yang
menguntungkan serta membawa dampak positif bagi organisasi dan tidak
diatur dalam job description. (Van Dyne, Cummings & McLean Parks,
1995; Organ, 1997; Van Dyne et al. 2000). Seorang dengan extraversion
tinggi akan cenderung memiliki jiwa sosial dan senang terlibat bersama
dengan orang lain, dimana hal tersebut akan menciptakan hubungan
pertemanan yang terjalin harmonis yang merupakan ciri dari adanya OCB
(Organ, Podsakoff & MacKenzie, 2006). Pada tahun 2001, penelitian lebih
lanjut dilakukan oleh Lepine dan van Dyne di Amerika Serikat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
ditemukan hasil bahwa extraversion memiliki hubungan secara langsung
dengan voice behavior.
Namun demikian, terdapat beberapa penelitian lainnya mengenai
extraversion dan OCB yang menunjukkan hasil yang kontradiktif dengan
pernyataan tersebut. Azimzadeh dan Bai (2015) yang melakukan penelitian
pada 75 karyawan perusahaan olahraga di Timur Tengah menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara extraversion dengan OCB. Penelitian
di Dubai yang dilakukan terhadap 164 karyawan di beberapa perusahaan
jasa menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara extraversion
dan OCB (Elanain, 2007). Dari uraian tersebut, diketahui bahwa terdapat
perbedaan teori yang dan hasil penelitian yang menjelaskan tentang
bagaiman hubungan antara extraversion dan voice behavior. Maka dari itu
perlu diteliti lebih dalam lagi mengenai hubungan antara kedua variable
tersebut, terutama di Indonesia.
Morrison (2014) menjelaskan bahwa terwujudnya voice tergantung
pada faktor kontekstual dan individual-level. Selain berkaitan dengan faktor
dalam diri individu, voice behaviour juga dipengaruhi oleh hal-hal yang
mencakup organisasi dan pekerjaan. Kedua faktor tersebut dikatakan dapat
memperkuat atau bahkan melemahkan potensi munculnya voice pada
seseorang. Maka dari itu, perlu adanya variable atau faktor lain yang
berkaitan dengan karakteristik individu sehingga dapat memprediksikan
terjadinya voice behaviour.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Disebutkan juga faktor lain penyebab terjadinya voice behaviour
adalah persepsi dan sikap terhadap pekerjaan serta organisasi (job and
organizational attitudes and perception). Seseorang memiliki persepsi
bahwa informasi yang ia miliki penting bagi organisasi atau perusahaan
akan melakukan voice (Nikolau et al. 2007; Deter & Burris, 2007;
Morisson, 2014). Literatur lain menyebutkan employee engagement sebagai
suatu variabel dasar yang mempengaruhi sikap yang berhubungan dengan
pekerjaan (Christian, Garza & Slaughter 2011). Dari penjelasan tersebut
maka bahwa employee engagement dapat dapat dipahami sebagai salah satu
faktor yang dapat mendorong terjadinya voice behaviour pada karyawan.
Dalam penelitiannya, LePine & Van Dyne (2001) mengungkapkan
bahwa voice behaviour merupakan salah satu bentuk dari extra role
behaviour yang disebutkan dapat menunjukkan letak permasalahan serta
memberikan saran atau jalan keluar yang konstruktif ke arah yang lebih
baik. Extra role behaviour merupakan perwujudan dari adanya engagement
pada karyawan (Anitha, 2014). Disebutkan bahwa karyawan yang engage
merupakan karyawan yang cenderung terlibat dalam organisasi dan siap
untuk melakukan kinerja extra role. Dalam artian yang sama, karyawan
yang engage berarti secara kualitas akan unggul dikarenakan mereka
menunjukkan minat tinggi dalam pekerjaan dan siap untuk “bekerja ekstra”
bagi organisasi mereka (Bakker & Xanthopoulou 2009; Alfes, Truss, Soane,
Rees & Gatenby 2010; Kaya, Lepine & Crawford 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Selain itu, Schaufeli et al. (2002) menjelaskan bahwa karyawan yang
melakukan voice behaviour adalah mereka yang mengutarakan ide,
informasi maupun saran yang penting bagi organisasi, dan perilaku tersebut
menunjukkan bahwa mereka engage terhadap organisasi. Akan tetapi
mekanisme mengenai bagaimana hubungan antara engagement dengan
voice behaviour masih belum jelas, hanya disebutkan bahwa adanya
engagement dapat mewujudkan extra role behaviour pada karyawan, dan
salah satu bentuk extra role adalah voice behaviour. Karyawan yang engage
adalah seseorang yang akan senantiasa berupaya agar tujuan organisasi
dapat sepenuhnya terlaksanadan karyawan yang melakukan voice juga
memiliki tujuan meningkatkan atau membawa perubahan pada organisasi
atau perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai hubungan antara engagement dengan voice behaviour.
Menurut Mone, Eisinger, Guggenheim, Price dan Stine (2011),
engagement merupakan suatu perasaan yang dimiliki oleh karyawan yang
berasal dari inisiatif pribadi mereka yang berupa kemampuan beradaptasi,
usaha dan ketekunan yang diarahkan pada tujuan organisasi. Kahn (dalam
Luthans & Peterson, 2002) menjelaskan bahwa employee engagement
berfokus pada pengalaman psikologis dalam pekerjaan dan konteks kerja,
yang membentuk proses tentang bagaimana seseorang membawa dirinya
dalam menunjukkan performansi kerja. Engagement pada karyawan juga
merupakan variabel mendasar yang mempengaruhi hubungan kerja, sikap
dan perilaku (Ress, Alfes & Gatenby, 2013). Karyawan yang lebih engage
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dengan pekerjaan mereka cenderung berperilaku dengan cara yang positif
dan kooperatif, untuk kepentingan perusahaan dan diri mereka sendiri
(Salanova & Schaufeli dalam Ress et al., 2013).
Engagement dalam penelitian ini dipilih sebagai dalam konteks
organisasi. Karyawan yang memiliki rasa organizational engagement lebih
memiliki orientasi terhadap perusahaan atau organisasi dan mengacu pada
tujuan organisasi tersebut (Guest, 2014). Sikap dan persepsi seorang
karyawan terhadap organisasi tempatnya bekerja menjadi salah satu faktor
yang mendukung terciptanya voice behaviour. Selain itu, tipe kepribadian
ekstrovert juga disebut sebagai faktor pendukung terjadinya voice behaviour
yang dilihat dari sudut pandang watak individu. (Morrison, 2014). Dari
penjelasan ini maka tipe kepribadian extraversion juga dipilih sebagai
variable yang mempengaruhi voice behaviour.
II. Rumusan Masalah
1. Apakah tipe Kepribadian ekstrovert (Extraversion) memiliki pengaruh
voice behaviour?
2. Apakah employee Engagement memiliki pengaruh Pro-Social Voice
Behaviour?
III. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tipe Kepribadian
(Extraversion) terhadap Pro-Social Voice Behaviour. Selain itu, penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh keterlibatan karyawan
(employee engagement) terhadap Pro-Social Voice Behaviour.
IV. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
pengetahuan di bidang Psikologi Industri dan Organisasi (PIO)
mengenai tipe Kepribadian (Extraversion), keterlibatan karyawan
(employee engagement) dan Pro-Social Voice Behaviour
2. Manfaat praktis
a. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
dapat menjadi referensi bagi perusahaan dalam mengevaluasi serta
meningkatkan voice behaviour pada karyawan dan keterlibatan
karyawan (employee engagement). Selain itu, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi perusahan
untuk menentukan karyawan yang layak bekerja di perusahaannya
yang dilihat dari tipe kepribadiannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Voice Behaviour
1. Definisi Voice Behaviour
Voice memiliki sejarah yang cukup panjang dan beragam dalam
perkembangan ilmu organisasi (Morrison, 2014). Van Dyne, Ang dan
Botero (2003) menjelaskan bahwa karyawan seringkali memiliki ide,
informasi dan pendapat yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mengoptimalkan pekerjaannya sendiri maupun organisasi. Premeaux
dan Bedeian (2003) juga mengatakan bahwa ketika karyawan
menyatakan pendapat mengenai permasalahan yang terjadi dalam
lingkungan pekerjaan seperti saran kepada orang lain (teman kerja) dan
organisasi, melakukan pendekatan komunikatif dalam melihat
permasalahan yang terjadi dan menyuarakan informasi yang
berhubungan dengan pekerjaan, maka karyawan tersebut dapat
dikatakan telah melakukan voice behaviour (dalam Nikolau, Maria &
Dimitris, 2007)
Sejak tahun 1980an, penelitian-penelitian yang membahas
pengertian voice dan hal-hal yang berhubungan dengan hal tersebut
terus berkembang. Spencer (1986) pada waktu itu mendefinisikan voice
sebagai ungkapan ketidakpuasan yang tujuan untuk mengubah situasi
dan permasalahan serta ungkapan untuk menarik diri dan meninggalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
permasalahan tersebut. Hirschman (1976) dalam Wang, Huang, Chu &
Xiaohui Wang (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ketika
karyawan merasa tidak puas dalam pekerjaannya, maka mereka akan
menunjukan perilaku bersuara (voice) atau keluar dari organisasi (exit)
sebagai respon dari ketidapuasan tersebut.
Rusbult, Farrell, Rogers dan Mainous (1988) mengembangkan
konsep voice dan menyatakannya dalam 4 tipologi respon. Pertama,
Voice sebagai suatu keadaan dimana seseorang secara aktif mencoba
untuk membangun dan memperbaiki kondisi dengan cara
mendiskusikan permasalahan bersama supervisi atau rekan kerja. Kedua
voice sebagai suatu tindakan mengambil keputusan untuk
menyelesaikan permasalahan. Ketiga, voice sebagai usaha mencari
bantuan dari agen luar, dan yang keempat voice merupakan whistle-
blowing.
Pada akhir 1990-an, para peneliti yang mengkaji perilaku
organisasi mulai menemukan bahwa voice tidaklah hanya sebuah
respon dari adanya ketidakpuasan kerja pada karyawan. Voice disebut
sebagai usaha membenahi sistem kerja dalam sebuah perusahaan
dengan menunjukkan kesalahan yang terjadi dalam perusahaan dan
menyampaikan solusi untuk situasi tersebut (Pardo, Delval & Fuentes,
dalam Morrison et al., 2015).
Peneliti mengungkapkan bahwa voice merupakan sebuah bentuk
dari extra-role behaviour (Morrison, 2004). Lepine dan Van Dyne
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
(1998) memperkenalkan extrarole behaviour sebagai perilaku yang
bersifat positif dan sukarela dilakukan yang memberikan keuntungan
bagi organisasi. Extrarole behaviour merupakan perilaku yang tidak
terdapat dalam job desk dan merupakan suatu inisiatif pribadi dari
individu. Baik secara empiris maupun konseptual, voice ditunjukkan
sebagai suatu bentuk perilaku kooperatif dan extrarole behaviour,
seperti membantu orang lain.
Dalam penelitiannya, Lepine dan Van Dyne (1998) juga
menyebutkan bahwa extrarole behaviour memiliki 3 ciri utama, yaitu
perilaku diluar deskripsi pekerjaan yang diatur organisasi, tidak diatur
oleh sistem reward yang formal, dan tidak memiliki konsekuensi
hukuman apabila tidak dilakukan. Extra-role behavior juga memiliki 4
tipologi yaitu prohibitive, promotive, affiliative dan challenging. Voice
dikategorikan sebagai perilaku extrarole karena voice mememnuhi 2
tipologi dari extrarole behavior yaitu challenging dan promotive.
Promotive merupakan tindakan individu yang bersifat proaktif untuk
mendorong terjadinya sesuatu, sedangkan challenging merupakan
tindakan yang mengarah ke tantangan menyampaikan ide terhadap
permasalahan.
Morrison (2014) mendefinisikan employee voice behaviour sebagai
komunikasi informal dimana karyawan memiliki kebebasan dalam
mengkomunikasikan ide, saran, perhatian, informasi atau pendapat
mengenai permasalahan dalam hubungan kerja terhadap orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
memiliki wewenang, yang ditujukan untuk mengambil keputusan demi
membawa perusahaan kepada perubahan yang lebih baik. Dalam
literaturnya, disebutkan juga bahwa voice behaviour memiliki
kemiripan dengan beberapa konsep dengan issue selling dan whistle
blowing
Issue selling merupakan upaya yang dilakukan karyawan untuk
mendapatkan posisi kepimimpinan organisasi, dengan cara
memperhatikan masalah yang sedang terjadi dan dirasa sangat penting
(Miceli & Near dalam Morrison, 2014). Dalam praktiknya, issue selling
membutuhkan voice behaviour untuk membentuk koalisi, mencari
sekutu dan mempersiapkan presentasi mengenai suatu permasalahan
atau isu tertentu. Penelitian mengenai issue selling memberikan
wawasan yang berguna untuk mengetahui proses bagaimana seorang
karyawan memutuskan apakah akan berbicara tentang masalah yang
mereka anggap penting (Morrison, 2014).
Whistle blowing diartikan sebagai sebuah perilaku yang mengarah
pada pengungkapan perilaku yang illegal, tidak bermoral, atau tidak
berkenan yang dilakukan oleh seseorang kepada organisasi (Morrison,
2014). Penelitian yang dilakukan terhadap istilah whistle blowing pada
umumnya menjelaskan hal tersebut sebagai suatu ekspresi yang
mengungkapkan ketidaksepakatan atau pertentangan pendapat terhadap
perusahaan, yang dapat kita lihat sebagai voice behaviour. Whistle-
blowing juga dianggap sebagai saluran internal yang memiliki relevansi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
langsung dalam proses memahami voice behaviour sebagai respon
terhadap atasan.
Berdasarkan penjabaran dan pengembangan definisi yang telah
dijelaskan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa voice behaviour
adalah perilaku menyuarakan ide, informasi, gagasan atau saran
mengenai permasalahan yang ada dalam lingkungan kerja yang tidak
terdapat dalam job desk perusahaan dan diungkapkan kepada orang lain
yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan tertentu terkait
informasi tersebut dengan tujuan membawa organisasi atau perusahaan
ke arah yang lebih baik.
2. Jenis-jenis Voice Behaviour
Van Dyne, Ang dan Botero (2003) menjelaskan bahwa keputusan
karyawan untuk melakukan voice di tempat kerja didasari oleh motivasi
yang berbeda-beda. Motivasi tersebut antara lain adalah disengaged,
protective dan other-oriented. Disengaged adalah motivasi yang
didasari oleh perasaan tidak mampu untuk membuat suatu perubahan
yang berarti dalam perusahaan atau organisasinya (Pinder & Harlos,
2001; Whiteside & Barclay, 2013). Motivasi yang didasari oleh
perasaan takut dan adanya pemikiran terhadap resiko pribadi yang akan
dihadapi adalah protective, atau biasa disebut dengan Self Protective
Behaviour (Van Dyne et al. 2003; Milliken, Morrison & Hewlin, 2003;
Milliken & Morrison, 2000). Sedangkan motivasi yang didasari oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
adanya perasaan kooperatif dan altruistik pada karyawan disebut
sebagai other-oriented (Van Dyne et al. 2003; Organ, 1998)
Dari ketiga motivasi tersebut, Van Dyne et al. (2003)
mengklasifikasikan voice behaviour menjadi 3 jenis, yaitu prosocial
voice, defensive voice dan acquiescent voice.
a. Acquiescent Voice
Acquiescent voice merupakan perilaku verbal yang
ditunjukkan dengan mengekspresikan ide, informasi dan pendapat
yang didasari oleh penarikan diri (resignation). Acquiescent Voice
termasuk dalam disengaged behaviour, yang diartikan sebagai
suatu tindakan yang tidak terlibat secara langsung yang disebabkan
oleh perasaan tidak mampu seseorang dalam melakukan perubahan
(Van Dyne et al, 2003; Pinder & Harlos, 2001; Whiteside &
Barclay, 2013; Milliken et al. 2003). Hal ini membuat perilaku
acquiescent voice lebih bersifat persetujuan dan dukungan terhadap
ide kelompok. Ciri dari perilaku ini adalah bersifat pasif serta
rendahnya efikasi diri terhadap perubahan.
b. Defensive Voice
Defensive voice merupakan suatu perilaku verbal dengan
mengekspresikan ide, informasi dan pendapat terkait pekerjaan
yang didasari oleh rasa takut dan adanya kecenderungan untuk
melindungi diri (self-protective behaviour) (Van Dyne et al. 2003;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Milliken et al. 2003; Milliken & Morrison, 2000). Self-protected
behaviour sebagai perilaku yang ditandai dengan senang
mengambil keputusan yang aman-aman saja dan tidak suka
mengambil tanggung jawab yang ditanggung sendiri (Schlenker &
Weigold, dalam Van Dyne et al. 2003). Individu yang melakukan
defensive voice biasanya cenderung mengambil sedikit tanggung
jawab, namun tetap bersikap proaktif. Selain itu, rasa takut yang
mendasari membuat individu cenderung mengalihkan perhatian
dari permasalahan yang terjadi dan menyalahkan orang lain.
c. Pro-Social Voice
Pro Social Voice merupakan suatu perilaku verbal dengan
mengekspresikan ide, informasi, dan pendapat yang didasari oleh
adanya motif bekerja sama atau rasa kooperatif dari diri individu
terhadap lingkungan kerja (Organ, 1998; Van Dyne et al. 2003;
LePine & Van Dyne 1998). Individu yang melakukan pro social
voice berfokus untuk memberi keuntungan organisasi dengan cara
megutarakan permasalahan, solusi dan menyuarakan ide yang
bersifat konstruktif demi mencapai perubahan dan kemajuan
organisasi. Dengan kata lain, perilaku ini dilakukan karena inisiatif
pribadi, proactive behaviour dan other-oriented. Pengutaraan
proactive voice bukan bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
akan tetapi mereka berorientasi pada kepentingan bersama (Van
Dyne et al. 2003).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Voice Behaviour
Morrison (2014) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi dan memperkuat voice behaviour disebut sebagai
motivator. Motivator berperan dalam memunculkan keinginan
seseorang untuk membuat perubahan dalam organisasi atau
meningkatkan ekspektasi subyektif seseorang sehingga melakukan
voice behaviour (Van Dyne et al. 2003; Morrison, 2014). Disebutkan
bahwa hal yang memotivasi voice behaviour antara lain adalah:
a. Kecenderungan sifat (individual dispotitions)
Individu yang memiliki kecenderungan sifat atau kepribadian
yang ekstrovert (extraversion), kepribadian yang proaktif
(proactive personality) dan memiliki orientasi terhadap tugas (duty
orientation) akan lebih mudah untuk melakukan voice behaviour
(Crant et al. 2010, LePine & Van Dyne 2001, Tangirala et al.
2013). Kepribadian yang penuh kesadaaran (conscientiousness),
asertif (assertiveness) dan memiliki orientasi terhadap pelanggan
(customer orientation) juga dapat memotivasi terjadinya voice
behaviour.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
b. Sikap dan persepsi terhadap pekerjaan dan organisasi (job and
organizational attitudes and perceptions)
Mencakup bagaimana proses karyawan melakukan
identifikasi terhadap organisasi (organizational identification),
identifikasi terhadap kinerja kelompok (work-group identification),
perasaan mengenai kewajiban untuk berubah (felt obligation for
change), kepuasan kerja (job satisfaction), keleluasaan peran (role
breadth), kontrol atau pengaruh (control or influence) dan
dukungan organisasi (organizational support) (Morrison, 2014).
Selain itu, dilihat dari tujuannya, seseorang akan melakukan
voice ketika ia memiliki informasi yang dianggap penting bagi
organisasi atau perusahaan (Nikolau et al. 2007; Deter & Burris,
2007; Morisson, 2014). Oleh karena itu, persepsi individu terhadap
pekerjaan dan organisasi juga menjadi faktor yang dapat
mempengaruhi voice behaviour (Morisson, 2014) dimana salah
satunya ialah engagement (LePine & Van Dyne, 1998).
Engagement merupakan keterlibatan penuh terhadap organisasi,
mengekspresikan dan mempekerjakan diri secara fisik, kognitif dan
emosi selama bekerja dalam organisasi atau sebuah perusahaan
(Rana et al. 2014; Khan, 1990). Individu yang engage tentunya
akan cenderung melakukan voice di tempat kerja.
Karyawan yang engage merasa mampu mengerjakan tugas-
tugas mereka dengan baik dalam pekerjaan maupun organisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
(Rana et al. 2014) yang menunjukkan bahwa karyawan dapat
melakukan identifikasi terhadap organisasi (organizational
identification) (Morrison, 2014). Khan (1990) menyebutkan istilah
personal engagement sebagai pemanfaatan diri setiap anggota
dalam organisasi, terhadap peran mereka yang berupa keterlibatan
secara penuh terhadap organisasi, mengekspresikan dan
mempekerjakan diri secara fisik, kognitif dan emosi selama mereka
bekerja. Hal tersebut merupakan bentuk dari keleluasan peran (role
breadth) karyawan dalam organisasi atau perusahaan. Gebauer dan
Lowman (dalam Mone et. al., 2011) menyebutkan bahwa karyawan
yang engage akan menawarkan kerangka kerja untuk membangun
keterlibatan yang didasari oleh karyawan yang "mengetahui,
menumbuhkan, menginspirasi, melibatkan, dan menguntungkan"
para pemimpin senior, manajer, sumber daya manusia profesional,
dan karyawan sendiri itu sendiri. Artinya karyawan tersebut
mampu melakukan identifikasi terhadap kelompok serta
melakukan kontrol dan memberikan pengaruh di perusahan.
Anitha (2014) menyebutkan bahwa karyawan yang engage
merupakan karyawan yang cenderung terlibat dalam organisasi dan
siap untuk melakukan kinerja extra role. Dalam artian yang sama,
karyawan yang engage berarti secara kualitas akan unggul
dikarenakan mereka menunjukkan minat tinggi dalam pekerjaan
dan siap untuk “bekerja ekstra” bagi organisasi mereka (Bakker &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Xanthopoulou 2009; Alfes, Truss, Soane, Rees & Gatenby 2010;
Kaya, Lepine & Crawford 2010). Engagement merupakan perasaan
yang dimiliki oleh karyawan yang berasal dari inisiatif pribadi
berupa kemampuan beradaptasi, usaha dan ketekunan yang
diarahkan pada tujuan organisasi (Mone et. al, 2011).
Disamping itu, dalam literaturnya LePine dan Van Dyne
(2001) menyebutkan bahwa voice behaviour merupakan salah satu
bentuk dari extra role behaviour yang disebutkan dapat
menunjukkan letak permasalahan serta memberikan saran atau
jalan keluar yang konstruktif ke arah yang lebih baik. Maka dapat
dikatakan ketika seorang karyawan memiliki engagement yang
tinggi pada organisasi, maka karyawan akan memiliki
kecenderungan untuk melakukan voice behaviour. Hal ini
menunjukan bahwa engagement merupakan salah satu faktor yang
dapat memunculkan adanya voice behaviour.
c. Emosi, kepercayaan dan skema (emotions, beliefs, and schemas)
Hal ini mencakup emosi, kepercayaan dan skema yang
terdapat dalam diri individu terhadap kemarahan (angry) yangg
dialaminya dan keamanan psikologisnya (psychological safety).
Penelitian yang dilakukan oleh Edwards, Ashkanasy dan Gardner
(2009) menunjukkan bahwa emosi marah (anger) mempengaruhi
kemunculan voice. Morrison (2014) juga menyebutkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
emosi marah atau frustrasi dapat memunculkan voice, terlepas dari
adanya pertimbangan secara hati-hati mengenai manfaat dan risiko
yang akan muncul. Dalam artian lain, seorang karyawan yang
sangat marah mungkin akan melakukan voice bahkan terdapat
pilihan rasional untuk akan tetap diam. Emosi marah juga
dikatakan dapat meningkatkan whistle-blowing (Edwards,
Ashkanasy, & Gardner, 2009; Harvey, Artinko & Douglas, 2009).
d. Perilaku supervisi dan pemimpin (supervisor and leader
behaviour)
Pemimpin merupakan target dari voice behaviour yang
memiliki wewenang untuk mengambil tindakan. Oleh karena itu,
perilaku pemimpin dan supervisor akan mempengaruhi kesediaan
karyawan untuk melakukan voice behaviour (Liden & Masyln,
1998; Detert & Burris, 2007; Morrison, 2014). Hal ini mencakup
bagaimana pengaruh pemimpin (leader influence), keterbukaan
pemimpin (openness) dan adanya konsultasi (consultation) yang
dilakukan oleh pemimpin kepada karyawannya. Selain itu, adanya
positive leader–member exchange, kepemimpinan transformasional
(transformational leadership) dan kepemimpinan etis (ethical
leadership) juga mendorong adanya voice behaviour pada
karyawan (Zhao, 2014; Wang et al. 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
e. Faktor kontekstual lainnya
Bagaimana iklim voice dalam kelompok (group voice
climate), iklim yang peduli (caring climate) (Ashford et al. 1998,
Frazier & Fainshmidt 2012, Morrison et al. 2011, Wang & Hsieh
2013) dan mekanisme dari adanya (formal voice mechanisms)
dalam lingkungan kerja (Glauser 1984, Morrison & Milliken 2000,
Pinder & Harlos 2001).
B. Tipe Kepribadian Ekstrovert (Extraversion)
1. Definisi kepribadian Ekstrovert (Extraversion)
Kepribadian dapat diartikan sebagai sebuah cara yang disukai
individu atau kekhasan seseorang dalam berperilaku, berpikir dan
merasa (Saville, Holdsworth, Nyfield, Cramp, & Mabey, 1984).
Kepribadian juga didefinisikan sebagai pola sifat dan karakteristik
tertentu yang relatif permanen dan memberikan, baik konsistensi
maupun individualitas pada perilaku seseorang (Feist & Feist, 2008).
Para peneliti telah mengkonseptualisasikan kepribadian kedalam
berbagai macam sifat dan abstraksi di berbagai tingkat (McAdams,
1995), dan masing-masing tingkat mengembangkan pemahaman
mengenai perbedaan perilaku dan pengalaman manusia (John &
Srivastava, 1999).
Selama 15 tahun terakhir, revitalisasi pengetahuan mengenai
kepribadian mulai terlihat (Funder dalam Matzler, Bidmon, Grabner-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Kräuter, 2006), setelah beberapa dekade ini ditemukan adanya
perbedaan-perbedaan teori dan temuan yang samar-samar. Timbulnya
revitalisasi ini difasilitasi oleh munculnya konsensus yang menjelaskan
bahwa kepribadian dapat dikaji melalui 5 domain yaitu, extraversion,
neuroticism, openness to experience, agreeableness dan
conscientiousness, yang biasa disebut dengan Five-Factor Model of
personality (FFM).
Selama dua dekade terakhir ini, FFM telah mendominasi area
psikologi kepribadian (Vakola, Tsaousis & Nikolaou, 2004). FFM telah
memberikan kerangka pengukuran serta bertanggung jawab atas
bangkitnya ketertarikan psikologi kepribadian di bidang psikologi
organisasi dan pekerjaan. Hal ini disebutkan oleh Mount, Barrick dan
Stewart (1998) yang menyatakan bahwa kepribadian memiliki pengaruh
terhadap performansi kerja karyawan. Salah satu penelitian mendukung
fakta ini adalah ditemukannya hubungan positif antara extraversion
dengan performansi kerja karyawan yang bekerja di pekerjaan yang
melibatkan interaksi sosial (Tett, Jackson & Rothstein, 1991).
Penelitian juga menunjukkan bahwa extraversion, memiliki hubungan
yang positif dengan networking, dimana individu secara aktif mencari
perhatian sosial dan watak ini mencondongkan individu untuk terlibat
dalam interaksi di tempat kerja (Wolff & Kim, 2012).
Dalam merumuskan extraversion, Eysenck (dalam Burger, 2011)
membagi unsur-unsur kepribadian kedalam berbagai unit yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
diatur secara hirarki. Dijelaskan bahwa extraversion adalah kombinasi
sifat impulsif, aktif, bersemangat dan bergairah, yang dibentuk dari
kebiasaan-kebiasaan individu dalam merespon (habitual respon) suatu
hal. Kebiasaan individu dalam merespon suatu hal dapat dilihat dari
tingkat respon spesifik (specific respone level) yang terdiri atas
perilaku-perilaku spesifik (specific behaviour). Seseorang yang
ekstrovert cenderung ramah dan impulsif. Selain itu, ia cenderung
memiliki tingkat interaksi sosial yang tinggi dan sering mengambil
bagian dalam kegiatan kelompok.
Menurut Goldberg (dalam John & Srivastava, 1999) extraversion
merupakan suatu intensitas interaksi intrapersonal dalam tingkat
aktivitas seseorang. Individu dengan kepribadian ekstrovert akan
menunjukkan tingkat kesenangan dalam menjalin relasi dan beraktivitas.
Selain itu, seseorang yang ekstravert akan cenderung ramah dan terbuka
serta menghabiskan banyak waktu untuk mempertahankan dan
menikmati hubungan. Feist & Feist (2008) menyebutkan karakteristik
dengan skor tinggi dan skor rendah dari tipe kepribadian ekstrovert:
Tabel 2.1
Karakteristik Kepribadian Extrovert
Tipe Kepribadian Ekstrovert (Extraversion)
Skor Tinggi Skor Rendah
Penuh perhatian
Mudah bergabung
Aktif berbicara
Mudah
mengekspresikan
emosi
Bersemangat
Cuek
Penyendiri
Pendiam
Serius
Pasif
Tidak mudah
mengekspresikan emosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Extraversion adalah kepribadian yang memiliki ciri adanya
kemampuan bersosialisasi dan keaktifan. Suliman, AbdelRahman dan
Abdalla (2010) mengemukakan bahwa extraversion berfokus pada
seorang individu yang ramah, asertif dan berinteraksi secara positif
dengan orang lain. Individu yang ekstrovert adalah individu yang mudah
bersosialisasi, aktif, suka mengobrol, person-oriented, optimis, suka
bersenang-senang, penyayang dan humoris (Nikolaou et al., 2007).
Barrick dan Mount (1991) menyebutkan bahwa extraversion berkaitan
dengan tingkat kekuatan, potensi dan perasaan positif seseorang dan
bagaimana mereka dapat berinteraksi dengan orang lain secara
kooperatif. Keberadaan individu dengan kepribadian ekstrovert di suatu
organisasi akan menghasilkan interaksi yang positif dan kooperatif
dengan rekan kerjanya dalam rangka mencapai tujuan kerja (LePine &
Van Dyne, 2001).
LePine dan Van Dyne (2001) mengemukakan adanya hubungan
positif antara extraversion dan perilaku kooperatif (cooperative
behaviour). Wolff dan Kim (2012) juga melaporkan bahwa extraversion
berhubungan dengan kemampuan untuk membangun jaringan
(networking). Extraversion memiliki kaitan dengan proactive
personality, karena individu dengan kepribadian proactive akan lebih
pasti dan terbuka dalam melatih perilaku yang baru (Liguori, McLarty &
Muldoon, 2013). Dalam penelitiannya, Yang dan Hwang (2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
menunjukkan bahwa extraversion merupakan tipe kepribadian yang
paling mempengaruhi kepuasan kerja (job satisfaction).
Ketika seorang individu menyesuaikan diri dalam lingkungan
sosial melalui extraversion (Buss, 1991), ia akan memperoleh kesuksesan
yang senantiasa berkembang dan hidupnya dapat terpelihara dengan baik.
Individu yang ekstrovert akan menunjukan performansi yang lebih baik
di tempat kerja (Judge, Heller & Mount, 2002), yang dikarenakan
seseorang yang ekstrovert memiliki banyak kesempatan untuk melatih
gairahnya. Dalam literaturnya, Avery (2003) menjelaskan bahwa
extraversion dan self-efficacy secara signifikan memprediksi value dari
voice, dimana individu yang memberikan high value terhadap voice
behaviour akan juga menunjukkan peningkatan perilaku voice.
Berdasarkan penjabaran dari pengembangan konsep dan definisi
tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa extraversion merupakan salah
satu tipe kepribadian seseorang yang bercirikan mudah bersosialisasi,
aktif, memiliki sikap yang kooperatif terhadap sesama serta memiliki
kemampuan untuk menjalin relasi.
2. Aspek dari tipe kepribadian Ekstrovert
Individu yang tergolong ekstrovert cenderung tampak lebih
bersemangat, mudah bergaul, terkesan impulsif dalam menampilkan
tingkah laku. Individu yang tergolong ekstrovert merupakan seseorang
yang berani melanggar aturan, memiliki rasa toleransi yang lebih tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
terhadap rasa sakit, dan lebih mudah terlibat dalam suatu relasi (Burger,
2008). Menurut Pervin, Cervone dan John (2005), individu yang
memiliki skor extraversion yang tinggi akan mudah bergaul, aktif,
banyak bicara, person-oriented, optimis, menyenangkan, penuh kasih
sayang dan bersahabat.
Dalam penelitiannya, Costa dan McRae (1995) menyebutkan
beberapa sifat yang lebih spesifik dari dimensi kepribadian Ekstrovert.
Sifat-sifat tersebut antara lain adalah kehangatan (warmth), suka
berkumpul (gregariousness), asertif (assertiveness), aktivitas (activity),
mencari kesenangan (excitement seeking) dan emosi positif (positive
emotions). Pada awal 1975, Eysenck menerbitkan sebuah self-assement
yang merumuskan aspek-aspek dari extraversion sebelum menjadi
sebuah skala pengukuran Eysenck yaitu Eysenck Personality Profiler
(EPP) (Eysenck & Wilson, 1991). Terdapat 7 (tujuh) aspek dari
kepribadian ekstrovert, yaitu Activity, Sociability, Assertiveness,
Expressiveness, Ambition, Dogmatism, Agressiveness.
Pada tahun 1992, Eysenck, Barrett, Wilson dan Jackson
mengurangi jumlah aspek untuk dari extraversion dan membuat short-
form dari EPP. Aspek-aspek tersebut adalah
a. Activity
Seseorang yang memiliki tingkat aktivitas yang tinggi
biasanya aktif, enerjik, menyukai semua aktivitas fisik, suka
bangun pagi-pagi, bergerak dengan cepat dari suatu aktivitas ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
aktifitas lainnya dan mengejar berbagai macam kepentingan serta
minat yang berbeda-beda.
a. Expressiveness
Seseorang yang ekspresif mudah mengekspresikan
perasaannya dengan baik dan jujur. Individu juga cenderung
memperlihatkan emosi kearah keluar dan terbuka dengan baik bila
sedang merasa sedih, marah, takut, jatuh cinta ataupun benci.
b. Sociability
Individu suka mencari teman, mudah menjumpai orang-
orang dan menyukai kegiatan sosial seperti pesta-pesta. Menurut
Eysenck dan Eysenck (1969) aspek sociability pada individu
dengan kepribadian ekstrovert ditunjukkan dengan sikap
penyesuaian diri dengan orang lain yang baik. Individu merasa
nyaman dan suka berinteraksi dengan orang lain sehingga
memilliki banyak teman, ramah dan pemberani.
3. Dampak Kepribadian Ekstrovert
Menurut Myers (1992) seseorang yang ekstrovert cenderung
memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi. Penelitian lain juga
menunjukkan hasil bahwa seseorang yang cenderung ekstrovert dan
berperilaku secara terbuka dapat memberikan peningkatan pengaruh
positif bagi sekitarnya (Pavot, Diener & Fujita, 1990). Individu yang
ekstrovert sukses dalam menjalin hubungan interpersonal dan fleksibel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
(Costa, 1992; Piedmont & Weinstein, 1994). Hal ini didasari dari
kesukaan seorang yang ekstrovert untuk bekerja sama dengan orang lain
yang akan membawa keuntungan dalam pekerjaannya. Di dalam
lingkungan kerjanya, individu yang ekstrovert senang untuk menghias
kantor, membiarkan pintu ruang kerjanya terbuka, memberikan kursi
tambahan didekat tempatnya bekerja dan lebih cenderung meletakkan
piring permen di mejanya. Ini adalah usaha untuk mengundang serta
mendorong interaksi dengan rekan kerja mereka.
C. Employee Engagement
1. Definisi Employee Engagement
Gagasan mengenai employee engagement telah menarik minat dan
perhatian dunia bisnis dan perusahaan konsultasi sejak tahun 1990an,
dan baru-baru ini mulai menarik perhatian di bidang akademik. Analisis
literatur mengidentifikasi adannya tahapan-tahapan evolusi dalam
mengkonseptualisasikan employee engagement, dan dibagi menjadi
serangkaian gelombang (Welch, 2011). Serangkaian gelombang
tersebut dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu Pre-Wave (sebelum
tahun 1990), Wave 1 (tahun 1990-1999), Wave 2 (tahun 2000-2005) dan
Wave 3 (tahun 2006-2010).
Pada era Pre-Wave, para peneliti belum menggunakan istilah
employee engagement, namun engagement ditandai dengan pengakuan
akan adanya kebutuhan bagi karyawan untuk terlibat dengan pekerjaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dan organisasi mereka. Katz dan Kahn (dalam Welch, 2011)
mendiskusikan bahwa perilaku karyawan (employee behaviours)
diperlukan untuk mencapai efektivitas perusahaan, termasuk terlibat
dalam perilaku inovatif dan kooperatif, melebihi perannya dalam
mencapai tujuan organisasi.
Tahun 1990-an yang dikategorikan sebagai Wave 1, dimulai
dengan karya akademis mengenai keterlibatan personal (personal
engagement). Personal engagement didefinisikan sebagai usaha
memanfaatkan diri setiap anggota organisasi terhadap peran mereka,
yang berupa keterlibatan mereka secara penuh terhadap organisasi,
mengekspresikan dan mempekerjakan diri secara fisik, kognitif dan
emosi selama mereka bekerja dalam organisasi atau perusahaan tersebut
(Khan, 1990).
Memasuki periode Wave 2 (tahun 2000-2005), para peneliti mulai
banyak mendefinisikan employee engagement dan merumuskan skala
yang dapat mengukur tinggi-rendahnya engagament karyawan.
Gelombang ini, juga ditandai dengan meningkatnya minat dari badan-
badan profesional dalam mendefinisikan employee engagement (Welch,
2011). Diawali oleh Rothbard (2001) yang mendefinisikan employee
engagement sebagai kehadiran psikologis yang melibatkan dua
komponen penting, yaitu attention dan absorption. Attention merupakan
keterlibatan kognitif dan jumlah waktu yang dihabiskan anggota
karyawan untuk berpikir mengenai pekerjaan dan peran mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Sedangkan absorption merupakan perasaan tertarik dan terpikat
terhadap peran dan pekerjaannya, dan mengarah kepada intensitas
anggota karyawan untuk berfokus terhadap pekerjaan tersebut.
Selain itu, Maslach, Schaufeli dan Leiter (2001) memunculkan
istilah job engagement yang merupakan sebuah aspek psikologis yang
dipicu oleh beberapa hal yaitu, energi (energy), pengaruh (involvement)
dan kemampuan (efficacy) dan merupakan kebalikan dari tiga dimensi
burnout yaitu exhaustion, cynicism, dan inefficacy. Penelitian
menunjukkan bahwa employee engagement terdiri kombinasi antara
variabel kognitif dan emosional yang mempengaruhi seseorang di
tempat kerja (Harter, Schmidt & Hayes, 2002).
Schaufeli dan Bakker (2004) mendefinisikan engagement sebagai
keadaan pikiran positif dan memenuhi yang berkaitan dengan
pekerjaan, yang ditandai dengan semangat (vigour), dedikasi
(dedication), dan penyerapan (absorption). Definisi ini menjadi cukup
berpengaruh terhadap perkembangan konsep engagement karena
dipandang memiliki kemiripan konsep dan fokus yang sama seperti
yang dikemukan oleh Kahn; kognitif dengan penyerapan, emosi dengan
dedikasi serta fisik dengan semangat berkegiatan (Welch, 2011).
Pada periode Wave 3 (tahun 2006-2010), diawali dengan catatan
Saks (2006) mengenai konsep engagement yang muncul pada literatur
burnout, menganggap engagement sebagai perilaku yang berkebalikan
(positive antithesis) dengan perilaku burnout. Tidak seperti burnout,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
engagement melihat bagaimana karyawan terlibat dalam pekerjaan
maupun organisasi mereka dan merasa mampu mengerjakan tugas-
tugas mereka dengan baik (Rana, Ardichvili & Tkachenko, 2014).
Selanjutnya Truss, Soane, Edwards, Wisdom, Croll dan Burnett (2006)
mengoperasionalisasikan employee engagement, yaitu keadaan
psikologis yang “semangat untuk bekerja”. Mereka juga
mengidentifikasi tiga dimensi employee engagement yang serupa
dengan Kahn (1990) yaitu, keterlibatan emosional (emotional
engagement), keterlibatan kognitif (cognitive engagement) dan
keterlibatan fisik (physical engagement).
Macey and Schneider (2008) mendefinisikan employee
engagement sebagai sebuah keadaan kompleks yang meliputi sifat,
keadaan dan konstruk perilaku serta pekerjaan dan kondisi organisasi
yang mungkin memfasilitasi keadaan dan perilaku keterlibatan.
Menutup rangkaian perkembangan pada wave 3, Albrecht (dalam
Welch, 2011) memberikan sumbangan definsisi employee engagement
yaitu sebuah keadaan psikologis kerja yang positif dari karyawan
berupa keinginan tulus untuk berkontribusi terhadap keberhasilan
organisasi.
Berdasarkan penjabaran dari pengembangan konsep dan definisi
tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa employee engagement
merupakan sebuah keadaan dimana karyawan terlibat secara fisik,
kognitif maupun emosi dengan perusahaan atau organisasi, lewat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
bagaimana karyawan menjalankan perannya dan menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik, demi mencapai tujuan organisasi.
Singkatnya, employee engagement merupakan perasaan tentang sejauh
mana individu berada dan terlibat dalam perusahaan atau organisasi
tempat mereka bekerja.
Employee engagement dapat diklasifikasikan kedalam dua jenis,
yaitu work engagement dan organizational engagement (Guest, 2014;
Saks, 2006). Work engagement merupakan perasaan positif secara
penuh terhap sebuah pekerjaan. Hal ini ditandai dengan adnya
keinginan dan kesediaan karyawan untuk melakukan usaha yang lebih
terhadap suatu pekerjaan tertentu, hingga ia lupa waktu karena terlalu
asik dengan pekerjaannya. (Schaufeli et al. 2002; Guest, 2014; Saks,
2006). Saks (2006) memperluas konsep engagement sehingga dapat
mencakup job engagement dan organization engagement. Karyawan
yang memiliki rasa organizational engagement lebih memiliki orientasi
terhadap sebuah perusahaan atau organisasi dan mengacu pada tujuan
dari organisasi itu sendiri (Guest, 2014).
2. Aspek Employee Engagement
Dalam berbagai literatur dijelaskan bahwa employee engagement
merupakan variabel dasar yang mempengaruhi sikap dan perilaku yang
berhubungan dengan pekerjaan (Kristen, Garza & Slaughter, 2011).
Employee engagement merupakan keterlibatan penuh terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
organisasi, mengekspresikan dan mempekerjakan diri secara fisik,
kognitif dan emosi selama bekerja dalam organisasi atau sebuah
perusahaan (Rana et al. 2014; Khan, 1990).
Engagement juga merupakan perasaan positif, fulfilling dan konsep
yang berhubungan dengan pemikiran serta keterlibatan dalam
organisasi atau pekerjaan yang ditandai oleh tiga aspek dari
engagament yaitu; semangat (vigour), dedikasi (dedication), dan
penyerapan (absorption) (Schaufeli, Bakker & Salanova, 2004).
a. Aspek Semangat (vigour)
Aspek vigour dilihat dari tingginya tingkat energi dan
ketahanan mental seorang karyawan saat bekerja. Karyawan
memiliki kemauan untuk berinvestasi dan ketekunan, meskipun
mereka berada dalam atau menghadapi kesulitan (Schaufeli et al.
2002). Aspek ini memiliki keserupaan dengan behavioural
engagement (Kahn, 1990) yang merupakan manifestasi dari
cognitive engagament dan emotional engagement. Dijelaskan
bahwa aspek ini dapat meningkatkan usaha karyawan dalam
mencapai tujuan organisasi (Macey & Schneider, 2008; Shuck &
Wollard, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
b. Aspek Dedikasi (dedication)
Aspek dedication dapat dilihat dari adanya perasaan
antusias, perasaan terinspirasi, bangga, dan senang dalam
menghadapi tantangan (Schaufeli et al. 2002). Aspek ini memiliki
keserupaan dengan emotional engagement pada teori Kahn (1990),
dan ditunjukkan dengan menginvestasikan diri mereka lewat
kebanggaan, kepercayaan, dan pengetahuan mereka terhadap
organisasi. Dalam prosesnya, perasaan dan keyakinan yang
dipegang karyawan akan mempengaruhi dan mengarahkan energy
yang dihasilkan untuk menyelesaikan tugas (Crawford, LePine &
Rich, 2010).
c. Aspek Penyerapan (absorption)
Aspek absorption dapat dilihat ketika karyawan
sepenuhnya terkontraksi dan menikmati pekerjaannya, merasa
waktu berlalu dengan cepat dan sulit merasa terpisahkan dari
pekerjaannya (Schaufeli et al., 2002). Aspek ini memiliki
keserupaan dengan cognitive engagement pada teori Kahn (1990),
yang berasal dari penilaian karyawan tentang seberapa bermakna
dan seberapa aman pekerjaan mereka (secara fisik, emosional dan
psikologis) serta seberapa tinggi tingkat kemampuan mereka
menyelesaikan pekerjaan (dalam Shuck & Reio, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3. Dampak dari Employee Engagement
Beberapa penelitian sepakat bahwa employee engagement
menghasilkan dampak yang positif bagi perusahaan atau organisasi
(Saks, 2006; Guest, 2014). Dampak dari employee engagement antara
lain adalah:
a) Mengurangi turnover
Turnover merupakan pertimbangan subyektif dari seorang
individu mengenai kemungkinan mereka untuk berhenti bekerja
atau keluar dari sebuah organisasi. Intensitas turnover merupakan
jumlah dari karyawan yang pergi meninggalkan pekerjaan ataupun
tidak lagi bekerja pada organisasinya (Carmeli & Weisberg, 2006
dalam Rana et al., 2014; Yuan, Yue Yu, Jian Li & Lutao Ning,
2014). Penelitian menunjukan bahwa jika employee engagement
tinggi, maka secara langsung akan mengurangi intensitas turnover
pada sebuah organisasi (Shucks, Rocco & Albornoz, 2010; Shankar
& Bhatnagar, 2010).
b) Meningkatkan Organizational Citizenship Behaviour (OCB)
OCB merupakan perilaku kooperatif karyawan yang
menguntungkan dan membawa dampak positif bagi organisasi,
dimana biasa disebut dengan perilaku extra role dan tidak terdaftar
dalam reward formal (Van Dyne, Cummings & McLean Parks,
1995; Organ, 1997; Van Dyne et al. 2000). Menurut Soane,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Catherine, Kerstin, Amanda, Chris dan Mark (2012) OCB
cenderung dilakukan oleh karyawan yang engage dengan pekerjaan
ataupun organisasinya dikarenakan karyawan yang engage akan
menunjukkan keterlibatan mereka dengan melakukan perilaku
yang menguntungkan. Voice behaviour juga dapat dikonseptualkan
sebagai perilaku OCB karena juga merupakan perilaku extra role
di tempat kerja (Van Dyne & LePine, 1998; Van Dyne et al. 2008).
c) Meningkatkan Performansi kerja (Work performance)
Psychological mindfulness merupakan kunci utama dari
terjadinya employee engagement pada perusahaan. Psychological
mindfulness tidak hanya menyebabkan attitudinal outcomes
karyawan yang positif (kepuasan kerja, motivasi, dll) saja, namun
juga menghasilkan behavioural outcomes seperti performansi kerja
(May et al., 2004). Ketika individu engage, mereka akan merasa
puas, berkomitmen dan produktif dalam bekerja serta akan
mencurahkan seluruh energi dan performansinya (Saks, 2006;
Fleck & Inceoglu dalam Rana et al. 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
D. Dinamika Tipe Kepribadian Ekstrovert (Extraversion) dan
Keterlibatan Karyawan (Employee Engagement) terhadap Voice
Behaviour
DeRaad dan Perugini (2002) menjelaskan bahwa seseorang yang
ekstrovert memiliki jiwa sosial, mudah bergaul, dan memiliki ketertarikan
pada relasi dengan orang lain maupun peristiwa di lingkungan sekitarnya.
Keberhasilan dalam mencapai kesuksesan dan kelestarian kehidupan dapat
diraih oleh individu yang ekstrovert ketika ia berhasil menyesuaikan dirinya
di lingkungan (Buss, 1991). Pada lingkungan perusahaan, karyawan dengan
extraversion yang tinggi cenderung memiliki jiwa sosial dan senang terlibat
bersama dengan orang lain. Keadaan semacam ini dapat menciptakan
hubungan pertemanan yang terjalin harmonis (Organ et. al., 2006).
Karyawan juga akan cenderung memiliki kepedulian yang baik kepada
karyawan lain maupun perusahaan (Wikantari, 2014). Hal tersebut
meningkatkan Organizational Citizenship Behaviour (OCB) pada karyawan.
Teori OCB menyebutkan bahwa perilaku karyawan di tempat kerja
dibedakan menajdi 2 yaitu, perilaku yang sesuai dengan job desk dan
tuntuan kerja (in-role behavior) dan perilaku karyawan yang dilakukan
karyawan meskipun tidak diatur dalam job desk (extra-role behavior) (Ilies,
Nahrgang & Morgenson, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Organ
et al. (2006) menunjukkan bahwa seorang extrovert memiliki jiwa sosial dan
senang terlibat bersama dengan orang lain, yang akan menciptakan
hubungan pertemanan yang terjalin harmonis yang merupakan ciri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
adanya OCB. Van Dyne dan LePine (1998) menjelaskan bahwa voice
behaviour dapat dikategorikan sebagai salah satu tipe dari perilaku OCB,
dimana voice behavior termasuk dalam kategori extra-role. Maka dapat
dikatakan bahwa individu yang memiliki sifat atau kepribadian yang
ekstrovert (extraversion) akan cenderung lebih mudah melakukan voice
behaviour (Crant et al. 2010; LePine & Van Dyne 2001). Hal ini didukung
oleh Liguori, McLarty dan Muldoon (2012) yang menjelaskan bahwa
kepribadian yang proaktif (proactive personality) atau kecenderungan sifat
ekstrovert (extraversion) memiliki kecenderungan untuk voice.
LePine dan Van Dyne (1998) menjelaskan voice behaviour
merupakan salah satu bentuk dari extra role behaviour. Artinya, voice
behaviour merupakan perilaku yang dapat menunjukkan letak permasalahan
serta memberikan saran atau jalan keluar yang konstruktif ke arah yang lebih
baik bagi perusahaan. Sebagai bentuk dari perilaku extra role, maka voice
behaviour juga dapat dikatakan sebagai perilaku yang tidak terdapat dalam
job desk perusahaan, dan merupakan inisiatif pribadi dari individu.
Disamping itu, Anitha(2014) menyebutkan Extra role behaviour sebagai
perwujudan dari adanya engagement pada karyawan. Karyawan yang
engage terhadap perusahaan atau organisasi akan menunjukkan minat yang
tinggi dalam pekerjaannya. Mereka juga secara kualitas akan siap untuk
melakukan pekerjaan yang lebih atau “ekstra” (Bakker & Xanthopoulou
2009; Alfes et al., 2010; Kaya, Lepine & Crawford 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Karyawan yang engage merupakan seseorang yang memiliki perasaan
positif terhadap perusahaan atau organisasinya. Menurut Schaufeli et al.
(2002) karyawan yang engage terhadap perusahaan tempat dia bekerja
memiliki karakteristik terlibat, energik dan percaya diri. Karyawan tersebut
akan senantiasa berupaya agar tujuan organisasi dapat sepenuhnya
terlaksana. Disamping itu, disebutkan juga bahwa karyawan yang
melakukan voice behaviour adalah mereka yang mengutarakan ide,
informasi maupun saran yang penting bagi organisasi, dan perilaku tersebut
menunjukkan bahwa mereka engage terhadap organisasi. Mone et. al.
(2011) juga menyebutkan bahwa engagement berasal dari inisiatif pribadi
yang merupakan salah satu tindakan yang mendorong adanya perilaku
extrarole. Ketika karyawan engage, secara psikologis karyawan tersebut
berada dalam kondisi yang semangat untuk bekerja (Truss et al., 2006).
Maka dikarenakan voice behaviour merupakan bentuk dari extra role
behaviour, adanya employee engagement diharapkan dapat juga mendorong
karyawan melakukan voice behaviour.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa seorang
karyawan engage dengan organisasi atau perusahaan tempat ia bekerja tentu
akan senang untuk melakukan kinerja extra role. Di sisi lain, karyawan yang
cenderung melakukan voice behavior adalah mereka yang mengutarakan
ide, informasi maupun saran yang penting bagi organisasi yang
menunjukkan bahwa mereka engage terhadap organisasi. Perilaku
menyarankan sesuatu untuk perubahan organisasi adalah salah satu bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dari OCB (Van Dyne, Ang & Botero, 2003). Salah satu OCB yaitu perilaku
extra-role (Van Dyne et al. 1995) akan lebih sering muncul pada karyawan
yang engage terhadap organisasinya (Soane et al., 2012).
Selain itu, seorang karyawan dengan tipe kepribadian ekstrovert
(extraversion) cenderung memiliki jiwa sosial yang tinggi serta senang
terlibat bersama dengan orang lain (Wikantri, 2014), dimana kondisi
tersebut merupakan salah satu bentuk OCB. Sebagai salah satu bentuk OCB,
voice behaviour juga akan muncul pada karyawan yang memiliki
kepribadian yang ekstrovert karena mereka dapat bersosialisasi secara
kooperatif, proaktif, serta menunjukan performansi yang lebih baik di
tempat kerjanya. Hal ini selaras dengan motif yang mendasari seseorang
dalam melakukan pro-social voice, dimana seorang individu akan secara
sukarela menyampaikan ide, masukan, saran, informasi yang berkaitan
dengan organisasi demi mencapai dan memperbaiki organisasi kearah yang
lebih baik. Oleh karena itu, peneliti memilih sebagai landasan dalam
menentukan bahwa hipotesis tipe keperibadian ekstrovert (extraversion) dan
employee egagement memiliki pengaruh terhadap pro-social voice
behaviour.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
E. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian pengaruh tipe kepribadian ekstrovert
(extraversion) dan employee engagement terhadap voice behaviour pada
karyawan adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1.
Model Penelitian
F. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, hipotesis yang akan diuji adalah:
1. Employee engagement memiliki pengaruh positif yang signifikan dengan
voice behaviour.
2. Extraversion memiliki pengaruh positif yang signifikan dengan voice
behaviour.
Employee Engagement
Extraversion
Voice Behavior
H1
H2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian mengenai hubungan antara Employee engagement dan tipe
kepribadian Ekstrovert (extraversion) dengan Pro-social Voice behaviour
ini termasuk dalam jenis penelitian dasar, karena dilakukan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dengan melakukan uji hipotesis dan
prinsip dasar sebuah teori atau menemukan teori yang ada. Penelitian dasar
diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan dan memprediksikan fenomena-
fenomena sosial. Selain itu, penelitian ini tergolong kedalam penelitian
survey dimana data atau informasi yang dikumpulkan berupa data variabel
dari sekelompok objek (populasi) (Dharma, 2008).
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang merupakan
penelitian ilmiah sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta
hubungan-hubungannya (Sugiyono, 2006). Supraktiknya (2014)
menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif memiliki tujuan untuk menguji
teori secara objektif dengan cara menguji hubungan antara variabel-
variabel. Analisis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah
menggunakan analisis regresi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
B. Variabel Penelitian
Variabel bebas 1 : Employee Engagement
Variabel bebas 2 : Tipe Kepribadian Ekstrovert (Extraversion)
Variabel tergantung : Pro-Social Voice Behaviour
C. Definisi Operasional
1. Voice Behaviour
Dalam penelitian ini, Pro-social voice behaviour yang digunakan
adalah pro-social voice. Karyawan yang memiliki perilaku pro-social
voice menunjukkan perilaku verbal yang didasari oleh adanya motif
bekerja sama atau rasa kooperatif dari karyawan terhadap lingkungan
kerja. Voice behaviour diukur dengan menggunakan skala prosocial
voice yang diadaptasi dari Van Dyne et al. (2003), dimana semakin
tinggi skor yang ditunjukkan pada skala voice behaviour maka
menunjukkan tingkat voice behaviour yang tinggi pula pada karyawan
tersebut.
2. Tipe Kepribadian Ekstrovert (Extraversion)
Kepribadian ekstrovert (Extraversion) dijelaskan sebagai
kepribadian yang memiliki ciri adanya kemampuan bersosialisasi dan
keaktifan, ramah, asertif dan senang berinteraksi secara positif dengan
orang lain. Individu yang ekstrovert akan menunjukkan performansi
yang lebih baik di tempat kerja dan memiliki banyak kesempatan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
melatih gairahnya. Seseorang yang ekstrovert memiliki jiwa sosial
yang tinggi, mudah bergaul, dan memiliki ketertarikan pada relasi
dengan orang lain maupun peristiwa di lingkungan sekitarnya. Dalam
mengetahui seberapa besar extraversion pada karyawan, dapat dilihat
melalui 3 aspek yaitu expressiveness, activity dan sociability.
Extraversion diukur dengan mengadaptasi skala kepribadian EPQR-
Short form yang dikembangkan oleh Eysenck, Eysenck dan Barrett
(1985). Skala ini menunjukkan hasil dimana semakin tinggi skor
extraversion tiap subyek maka karyawan tersebut cenderung memiliki
tipe kepribadian ekstrovert.
3. Employee Engagement
Employee engagement merupakan suatu keadaan karyawan terlibat
secara fisik, kognitif maupun emosi dengan perusahaan atau organisasi
tempat karyawan bekerja, lewat bagaimana karyawan menjalankan
perannya dan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, demi mencapai
tujuan organisasi. Dapat dikatakan bahwa employee engagement
merupakan tingkat sejauh mana perasaan individu berada dan terlibat
dalam organisasi mereka. Dalam mengetahui seberapa besar
engagement pada karyawan, dapat dilihat melalui 3 aspek yaitu
semangat (vigour), dedikasi (dedication) dan penyerapan (absorption).
Employee engagement diukur dengan menggunakan skala yang
diadaptasi dari Saks (2006), dimana semakin tinggi skor yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
ditunjukkan dari skala engagement setiap subyek maka semakin tinggi
pula tingkat engagement pada karyawan.
D. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah perawat salah satu rumah sakit
swasta di kota Pekanbaru, Riau. Perawat dipilih sebagai subjek dalam
penelitian karena voice behaviour pada karyawan penting dalam bidang
kesehatan, supaya pengambilan tindakan yang salah terhadap pasien dapat
terhindarkan (Tangirala & Ramanujam, 2008). Proses penentuan sampel
dilakukan dengan teknik purposive sampling. Metode purposive sampling
merupakan metode penetapan responden untuk dijadikan sampel
berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu (Siregar, 2013). Dalam penelitian
ini kriteria yang peneliti tetapkan adalah perawat yang telah bekerja dengan
pimpinan ruangan rumah sakit yang saat ini menjabat selama minimal 1
tahun dan memiliki ide atau pendapat yang ingin disampaikan kepada
atasannya tersebut. Penetapan kriteria subyek didasarkan pada karyawan
yang telah bekerja antara 1-3 tahun akan cenderung dipengaruhi oleh
lingkungan, nilai, aturan dan tujuan perusahaan, sehingga membentuk
sebuah sikap yang baru sesuai dengan kondisi lingkungan kerja (Fieldman
& Arnold, 1983).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan menyebarkan skala pada subjek. Skala yang digunakan
untuk mengumpulkan data berbentuk skala likert. Subjek diminta untuk
memberikan respon mengenai kesesuaian atau ketidaksesuaian diri
mereka terhadap setiap item-item dalam sebuah kontinum yang terdiri
dari beberapa pilihan respon (Supratiknya, 2014). Variasi respon yang
digunakan peneliti dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.1
Pemberian Skor pada Skala Pro-Social Voice Behaviour, Employee
Engagement dan Extraversion
Item Favorable Skor Item Unfavorable Skor
Sangat Sesuai (SS) 6 Sangat Sesuai (SS) 1
Sesuai (S) 5 Sesuai (S) 2
Agak Sesuai (AS) 4 Agak Sesuai (AS) 3
Agak Tidak Sesuai (ATS) 3 Agak Tidak Sesuai (ATS) 4
Tidak Sesuai (TS) 2 Tidak Sesuai (TS) 5
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 Sangat Tidak Sesuai (STS) 6
Menurut Azwar (2012) penggunaan istilah “sesuai” atau “tidak
sesuai” digunakan sebagai pilihan respon karena dapat mengukur
keadaan subjek sendiri, sehingga dalam merespon item, subjek terlebih
dahulu menimbang sejauh mana isi pernyataan tersebut sesuai dengan
keadaan dirinya. Selain itu, penggunaan pilihan respon yang berjumlah
genap digunakan untuk menghindari subjek memberikan respon netral
(Supratiknya, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Dalam penelitian ini, subjek yang digunakan benar-benar harus
memiliki hal penting yang berhubungan dengan organisasi, sehingga
data mengenai voice behaviour yang diperoleh lebih akurat. Maka dari
itu, peneliti menyediakan skala tambahan yang berisi 5 buah pertanyaan
mengenai apakah subjek memiliki informasi, gagasan, ide, kritikan atau
saran yang berhubungan dengan organisasi. Pilhan respon jawaban
yang disediakan untuk skala ini berupa jawaban “Ya” yang diberi skor
1 dan jawaban“Tidak” yang diberi skor 0.
2. Alat Pengumpulan Data
a. Skala Pro-Social Voice Behaviour
Pada penelitian ini, variabel pro-social voice behaviour
diukur dengan mengadaptasi skala voice behaviour dari Van Dyne,
Ang dan Botero (2003). Item-item voice behaviour yang dipilih
dalam penelitian ini merupakan item dari dimensi pro-social voice.
Hal ini dikarenakan bentuk dimensi pro-social voice merupakan
bentuk voice yang banyak dibahas dan banyak digunakan dalam
penelitian lainnya mengenai voice behaviour. Skala ini berbentuk
self report sehingga dapat mempermudah peneliti dalam mengolah
data penelitian. Alat ukur voice behaviour berisikan 5 item
pernyataan yang bersifat favorable.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel 3.2
Distribusi Item Skala Voice Behaviour Sebelum Uji Coba
Dimensi Sebaran Item Jumlah Item
Pro Social Voice 1, 2, 3, 4, 5 5 Item (100 %)
b. Skala Extraversion
Extraversion diukur dengan menggunakan skala
kepribadian EPQR-Short form yang dikembangkan oleh Eysenck,
Eysenck dan Barrett (1985). Peneliti mengambil 12 item yang
berisi pernyataan-pernyataan mengenai tingkat ekstraversi
seseorang. Item-item tersebut tersusun dari 3 aspek yaitu
expressiveness, activity dan sociability.
Tabel 3.3
Distribusi Item Skala Extraversion Sebelum Uji Coba
Aspek Sebaran Item Jumlah Item
Expressiveness 1, 6, 10 3 Item (25 %)
Activity 2, 9, 11 3 Item (25 %)
Sociability 3, 4, 5, 7, 8, 23 6 Item (50 %)
c. Skala Employee Engagement
Variabel employee engagement diukur dengan
menggunakan skala yang dikembangkan oleh Saks (2006). Skala
ini berisi 6 item pernyataan mengenai sejauh mana karyawan
berada dan terlibat dalam perusahaan atau organisasi tempat
mereka bekerja. Item-item tersebut tersusun oleh aspek-aspek
employee engagement yaitu aspek semangat (vigour), aspek
dedikasi (dedication) dan aspek penyerapan (absorption).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 3.4
Distribusi Item Skala Employee Engagement Sebelum Uji Coba
Aspek Sebaran Item Jumlah Item
Semangat (vigour) 1 dan 4 2 Item (33, 3 %)
Dedikasi (dedication) 2 dan 5 2 Item (33,3 %)
Penyerapan (absorption) 3 dan 6 2 Item (33,3 %)
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Validitas Alat Ukur
Uji validitas merupakan upaya yang peneliti lakukan untuk
memastikan bahwa alat tes yang digunakan memiliki kesesuaian dengan
variabel psikologis yang akan diukur (Supratiknya, 2014). Azwar
(2007) mengatakan bahwa untuk mengetahui suatu skala psikologi
mampu atau tidak menghasilkan data yang akurat dan tepat sesuai
dengan tujuan yang hendak diukur, diadakan pengujian validitas alat
ukur. Dalam penelitian ini, ketiga skala yang digunakan untuk
mengukur ketiga variabel diadaptasi dari skala penelitian dengan
menggunakan Bahasa Inggris. Peneliti harus melakukan adaptasi skala
ke dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu dengan menggunakan
metode yang digunakan adalah back translation.
Pada awalnya peneliti mencoba untuk menerjemahkan skala ke
dalam bahasa Indonesia. Adaptasi skala yang telah diterjemahkan oleh
peneliti ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil dari kedua terjemahan
tersebut kemudian peneliti diskusikan dengan dosen pembimbing
skripsi untuk memperoleh kesan (sense) yang sama dari setiap item.
Setelah skala diterjemahkan, peneliti melakukan pengujian validitas isi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
(content validity). Validitas isi digunakan untuk melihat kesesuaian isi
alat ukur dengan konstruk yang diukur, yang dilakukan dengan cara
melakukan analisis logis atau empiris terhadap seberapa memadainya
isi tes mewakili ranah isi (Supatiknya, 2014). Penentuan validitas isi
terutama berkaitan dengan proses analisis logis (Kenneth Hopkin dalam
Siregar, 2013). Analisis logis dilakukan dengan tujuan untuk melihat
seberapa memadahinya sebuah tes mewakili ranah isi serta seberapa
relevan ranah isi tersebut sesuai dengan intepretasi skor tes yang
dimaksudkan. Evidensi terkait isi dapat berupa penilaian pakar atau ahli
terhadap kesesuaian antara bagian-bagian tes dan konstruk yang diukur
(Supraktiknya, 2014). Peneliti menggunakan orang yang lebih ahli atau
yang berkompeten (expert judgement) untuk memberikan evidensi isi
atau penilaian akan relevansi setiap item dengan tujuan konstruk yang
hendak diukur. Dalam penelitian ini, uji validitas isi terpenuhi oleh
expert judgement yaitu dosen pembimbing skripsi yang memberikan
penilaian pada keseluruhan item.
2. Kesahihan Item Skala
Kesahihan item skala didapatkan dengan cara terlebih dahulu
melakukan try out sebelum pengambilan data. Pada penelitian ini, try
out dilaksanakan pada hari Sabtu 21 Mei 2016 hingga Senin, 23 Mei
2016. Subjek yang digunakan untuk pelaksanaan try out berjumlah 40
orang dan merupakan perawat yang bekerja di sebuah rumah sakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
swasta di Pekanbaru, Riau. Kesahihan item skala pada penelitian ini
diestimasi melalui komputasi statistik, yaitu koefisien reliabilitas (rxx’)
yang berada dalam rentang angka 0 sampai dengan 1,00. Jika
Pengukuran akan semakin reliabel apabila nilai koefisien reliabilitas
semakin mendekati angka 1,00. Menurut Azwar (2012) kualitas item
yang baik ialah item yang memiliki nilai rix diatas 0.3.
Masing-masing item dari skala voice behaviour pada dimensi pro-
social voice memiliki nilai rix >0.3, yang berkisar antara 0.44 sampai
dengan 0.81, sehingga dapat dikatakan bahwa keseluruhan item
dinyatakan reliabel dan tidak ada item yang digugurkan. Ditemukan
nilai rix sebesar 0.023 pada skala engagement, yaitu item nomor 2 yang
termasuk dalam aspek dedikasi (dedication). Hal tersebut menunjukkan
bahwa item tersebut tidak baik untuk dijadikan alat ukur dan harus
digugurkan. Pada skala extraversion, ditemukan empat item yang
memiliki nilai rix dibawah 0.3. Terdapat dua item yang dihilangkan dari
aspek sociability yaitu item nomor 4 dengan nilai rix sebesar 0.280 dan
nomor 7 dengan nilai rix 0.275. Selanjutnya terdapat satu item dari
aspek activity yaitu item no 2 dengan nilai rix sebesar 0.230 dan satu
item dari aspek expressiveness yaitu item nomor 10 dengan nilai rix
sebesar 0.169. Hal tersebut menunjukkan bahwa keempat item tersebut
tidak baik untuk dijadikan alat ukur dan harus digugurkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
3. Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas merujuk pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur
yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2007). Alat
ukur yang reliabel mengacu pada kemapuan alat tes menghasilkan skor
yang cermat dengan error yang kecil. Uji reliabilitas digunakan untuk
mengetahui konsistensi hasil pengukuran yang prosedur pengetesannya
dilakukan secara berungkali terhadap suatu populasi individu atau
kelompok (AERA,APA, dalam Supratiknya 2014). Dalam penelitian
ini, reliabilitas diukur dengan cara menghitung koefisien reliabilitas
alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka 0
sampai 1,00, dimana semakin koefisien mendekati angka 1,00 maka alat
tes dapat dikatakan semakin reliabel. Alat tes dikatakan memiliki
reliabilitas yang baik apabila memiliki koefisien reliabilitas ≥ 0,70.
Dalam artian lain, alat tes yang memiliki koefisien reliabilitas < 0,70
merupakan alat tes yang kurang baik karena menunjukkan adanya error
dan mengindikasikan bahwa hasil tes kurang memadahi untuk
digunakan (Guilford dalam Supratiknya, 2014).
Azwar (2012) mengatakan bahwa besarnya suatu koefisien
reliabilitas yang dihitung dari skor data suatu kelompok subjek pada
situasi tertentu dengan koefisien reliabilitas pada kelompok subjek lain
dan dalam situasi yang juga berbeda, memiliki kemungkinan sangat
besar untuk tidak sama besar skornya. Dalam penelitian ini alat ukur
yang digunakan merupakan skala adaptasi, sehingga peneliti perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
memperhatikan koefisian reliabilitas yang telah diuji cobakan pada
setiap skala adaptasi. Peneliti melakukan perhitungan dengan
menggunakan SPSS versi 16.00 terhadap setiap alat ukur dari ketiga
variabel penelitian.
a. Skala Pro-Social Voice Behaviour
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS,
diperoleh skor koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar α =
0.841 untuk skala voice behaviour. Hal ini menunjukkan bahwa
adaptasi skala voice behaviour Van Dyne, Ang dan Botero (2003)
memenuhi syarat sebagai alat ukur yang baik (≥ 0,70) serta
memiliki reliabilitas yang tinggi dan dapat dipercaya.
Tabel 3.5
Koefisien Reliabilitas Pro-Social Voice Behaviour
Dimensi Koefisien Reliabilitas Jumlah Item
Pro-Social Voice 0,841 5
b. Skala Extraversion
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS,
diperoleh skor koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0,758
pada skala extraversion. Skor tersebut diperoleh setelah peneliti
menggugurkan 4 item yaitu item nomor 2, 4, 7 dan 10. Hal ini
menunjukkan bahwa adaptasi skala extraversion dari Eysenck,
Eysenck dan Barrett (1985) memenuhi syarat sebagai alat ukur yang
baik (≥ 0,70) dan dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang dapat
dipercaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel 3.6
Koefisien Reliabilitas Extraversion
Dimensi Koefisien Reliabilitas Jumlah Item
Extraversion 0,758 8
c. Skala Employee Engagement
Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS menunjukkan
skor koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar α = 0.870
untuk skala employee engagement. Skor tersebut diperoleh setelah
peneliti menggugurkan item nomor 2. Hal ini menunjukkan bahwa
adaptasi skala engagement Saks (2006) memenuhi syarat sebagai
alat ukur yang baik (≥ 0,70) karena memiliki reliabilitas yang tinggi
dan dapat dipercaya.
Tabel 3.7
Koefisien Reliabilitas Employee Engagement
Dimensi Koefisien Reliabilitas Jumlah Item
Engagement 0,870 5
G. Metode Analasis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk
melihat normalitas sebaran dari variabel bebas maupun variabel
tergantung yang digunakan dalam sebuah penelitian. Dalam
penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan mengitung Z-Score
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dengan metode One Sample Kolmogorov Smirnov Test
menggunakan IBM SPSS versi 22. Data dapat dikatakan
terdistribusi normal apabila taraf signifikan (p) lebih besar sama
dengan 0,05 (Santoso, 2010).
b. Uji Homoskedastisitas
Uji homoskedastisitas digunakan untuk melihat apakah
terdapat ketidaksamaan varians dari residual (Gunawan, 2015).
Nilai residu seharusnya memiliki varians yang konstan. Apabila
nilai residu semakin meningkat atau menurun dengan pola tertentu
maka disebut sebagai homoskedastisitas. Dalam sebuah penelitian,
akan diikutserakan beberapa subjek atau partisipan yang
diasumsikan bahwa setiap sampel yang ada, berasal dari populasi
dengan varians yang sama. Varians yang unequal
(heteroskedastisitas) akan menghasilkan bias dan inkonsistensi
dalam memprediksi (Field, 2015). Sebuah model regresi yang baik
adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini
Homoskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Glesjer.
c. Uji Linearitas
Uji lienaritas adalah uji asumsi yang dilakukan untuk
mengetahui hubungan antar variabel yang hendak dianalisis
berdasarkan sebuah garis lurus (linear) (Santoso, 2010). Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
penelitian ini, uji linearitas dilakukan dengan metode Test for
Linearity menggunakan IBM SPSS versi 22. Jika hasilnya
menunjukkan bahwa p ≥ 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data
memiliki hubungan yang linear (Santoso, 2010). Dalam artian lain,
“jika ada peningkatan atau penurunan kuantitas disuatu variabel
akan diikuti secara linier oleh peningkatan atau penurunan pada
kuantitas variabel yang lainnya”.
2. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, terdapat 2 hipotesis yang akan diuji.
Pengujian hipotesis yang pertama dan kedua menggunakan metode
stastistik regresi linear sederhana dengan menggunakan IBM SPSS
versi 22. Regresi linear sederhana digunakan untuk tujuan peramalan
dari satu variabel tergantung terhadap satu variabel bebas (Santoso,
2014) dan mempredikisi seberapa jauh nilai variable dependen apabila
nilai variable independen diubah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai dari Selasa, 22 Mei 2016 hingga Kamis,
25 Mei 2016. Pada penelitian ini, subjek yang digunakan adalah karyawan
yang berprofesi sebagai perawat di salah satu rumah sakit swasta yang
berada di kota Pekanbaru, Riau. Skala penelitian disebarkan ke 170 perawat
di beberapa instalasi atau unit rumah sakit, yang antara lain adalah instalasi
Farmasi, Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Gizi, Instalasi Kamar
Bedah, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Rawat Inap,
Instalasi Rawat Jalan, Medical Record, unit Administrasi dan manajemen
dan unit Rumah Tangga. Skala disebar dengan bantuan kepala bagian
keperawatan rumah sakit, yang kemudian didistribusikan kepada setiap
perawat yang berada dibawah naungan setiap kepala bagian instalasi atau
unit tersebut. Dari 170 eksemplar skala yang disebarkan, 163 eksemplar
skala berhasil diisi oleh perawat dan dikembalikan kepada peneliti. Namun
dari jumlah skala yang kembali, terdapat 4 eksemplar skala diantaranya
yang tidak dapat digunakan karena ketidaklengkapan pengisian identitas dan
jawaban. Maka dalam penelitian ini, total skala yang digunakan dan diolah
oleh peneliti berjumlah 159 eksemplar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
B. Deskripsi Data Penelitian
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Sebanyak 159 subjek memenuhi syarat penelitian untuk kemudian
diolah, namun tedapat sebesar 18.23% subjek yang memiliki
kecenderungan sebagai outlier. Sehingga peneliti mengeliminasi
sebanyak 19 data yang memiliki kecenderungan sebagai outlier.
Outlier merupakan data atau elemen grup yang tidak konsisten dengan
data mayoritas dan menyimpang jauh dari data lainnya dalam suatu
rangkaian (Yoon, Kwon & Bae, 2007). Outliers perlu dieliminasi dari
data dengan asumsi bahwa nilai tersebut muncul akibat situasi yang
tidak biasa, seperti kecenderungan responden yang mengisi skala
dengan sembarang yang membuat nilai jadi sangat tinggi atau sangat
rendah (Santoso, 2010).
Data yang telah berdistribusi normal kemudian dikelompokkan
dan dideskripsikan berdasarkan data demografisnya yaitu; usia subjek,
jenis kelamin dan lama bekerja di rumah sakit. Data demografis
tersebut akan mempengaruhi pro-social voice behaviour dari subjek.
Namun demikian, peneliti juga perlu memastikan bahwa subjek yang
melakukan pro-social voice behaviour benar-benar memiliki ide,
informasi, saran kritikan ataupun gagasan bagi organisasi. Hal ini
dikarenakan menurut Van Dyne et. al. (2003) individu yang tidak
melakukan voice behaviour bisa saja disebabkan karena memang tidak
memiliki hal penting yang perlu untuk disampaikan. Oleh karena itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
untuk memastikan apakah seluruh subjek penelitian memiliki hal-hal
penting tersebut peneliti berusaha memberikan lima buah pertanyaan
mengenai apakah subjek memiliki ide, informasi, saran, kritikan
ataupun gagasan bagi organisasi.
Dari total 130 data subjek yang telah memenuhi syarat distribusi
normal, berikut merupakan data demografis subjek berdasarkan jenis
kelamin yang disajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 4.1
Deskripsi data subjek berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 16 12.3%
Perempuan 114 87.7%
Jumlah 130 100%
Tabel data 4.1 menunjukkan bahwa subjek penelitian ini
didominasi oleh jenis kelamin perempuan yang berjumlah 114 orang
dan memiliki presentase sebesar 87.7% dari total subjek secara
keseluruhan. Sedangkan subjek yang berjenis kelamin laki-laki
berjumlah 16 orang dan memiliki presentase sebesar 12.3 % dari total
total subjek secara keseluruhan. Dari hasil data diatas ditunjukkan
bahwa perawat perempuan memiliki jumlah yang jauh lebih banyak
dibandingkan perawat laki-laki.
Selain itu, deskripsi data subjek juga dikelompokkan berdasarkan
usia dari subjek. Berikut merupakan data demografis subjek
berdasarkan usia yang disajikan dalam bentuk tabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel 4.2
Deskripsi data subjek berdasarkan usia
Usia Frekuensi Presentase
20 – 25 tahun 27 20.8 %
26 – 30 tahun 52 40 %
31 – 35 tahun 28 21.5 %
> 35 tahun 23 17.7 %
Jumlah 130 100 %
Subjek dalam penelitian ini didominasi oleh usia 26 hingga 30
tahun yaitu sebanyak 52 perawat dengan presentase sebesar 40%.
Kemudian diikuti oleh subjek yang berusia 31 hingga 35 tahun yaitu
sebanyak 28 perawat dengan presentase sebesar 21.5%. Selanjutnya
dikuti dengan subjek berusia 20 hingga 25 tahun yaitu sebanyak 27
perawat dengan presentase sebesar 20.8%. Sedangkan terdapat 23
perawat pada kelompok usida diatas 35 tahun dengan presentase
sebesar 17.7%.
Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa faktor usia dapat
memengaruhi seseorang dalam melakukan voice behaviour (Zhao,
2014; Detert & Burris, 2007). Menurut BKKBN (Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana), usia produktif seseorang berada dalam rentan
antara 20 hingga 40 tahun. Dari data diatas dapat dikatakan bahwa
keseluruhan subjek saat ini berada dalam usia produktif. Oleh karena
itu, dapat diasumsikan bahwa karyawan dengan usia produktif akan
semakin bersemangat, engage dan mau melakukan voice behaviour.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Deskripsi data subjek juga dikelompokan berdasarkan lamanya
mereka bekerja di rumah sakit, yang tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 4.3
Deskripsi data subjek berdasarkan lama bekerja di rumah sakit
Lama Bekerja Frekuensi Presentase
1 – 5 tahun 63 48.5 %
6 – 10 tahun 41 31.5 %
11 – 15 tahun 22 16.9 %
> 15 tahun 4 3.1 %
Jumlah 130 100 %
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini
didominasi oleh perawat yang sudah bekerja di rumah sakit selama
rentan 1 sampai 5, yaitu sebanyak 63 perawat dengan presentase 48.5%.
Subjek yang sudah bekerja selama 6 hingga 10 tahun berjumlah 41
perawat dengan presentase 31.5%. Subjek yang bekerja dalam kurun
waktu 11 hingga 15 tahun berjumlah 22 perawat dengan presentase
16.9%, dan terdapat 4 perawat telah bekerja diatas 15 tahun.
Subjek yang dipilih dalam penelitian ini merupakan orang yang
sudah bekerja di rumah sakit selama minimal 1 tahun. Menurut
Fieldman dan Arnold (1983), seorang karyawan yang sudah bekerja
antara 1-3 tahun akan cenderung dipengaruhi oleh lingkungan, nilai,
aturan dan tujuan perusahaan sehingga karyawan akan membentuk
sikap yang baru sesuai dengan lingkungan kerja Maka dari itu, peneliti
berasumsi bahwa subjek yang telah bekerja selama lebih dari satu tahun
di rumah sakit telah mengenal tempat bekerja dan juga telah mengenali
profesinya secara lebih spesifik. Hal ini akan berpengaruh pada voice
behaviour subjek, dimana jika subjek telah lebih mengenal tempat kerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dan profesinya, diasumsikan akan semakin memiliki ide, informasi,
saran, kritikan dan gagasan yang penting bagi organisasi (Zhao, 2014).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pro-social voice
behaviour sebagai outcome atau variabel dependen. Untuk mengukur
pro-social voice behaviour pada karyawan, peneliti perlu mengetahui
apakah subyek yang merupakan perawat rumah sakit benar-benar
memiliki hal penting untuk disampaikan. Oleh karena itu, peneliti
memberikan skala yang berisi 5 pertanyaan untuk memastikan apakah
subjek memiliki ide, informasi, kritikan saran bagi rumah sakit. Hasil
skala dari skala tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4
Deskripsi data subjek berdasarkan skor ide, informasi, kritikan, saran
dan gagasan yang dimiliki
Skor Frekuensi Presentase
1 10 7.7%
2 4 3.1%
3 9 6.9%
4 67 41.5%
5 40 30.8%
Jumlah 130 100 %
Data pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa seluruh subjek dalam
penelitian ini memiliki hal penting berupa ide, informasi, gagasan saran
dan kritikan yang berkaitan dengan rumah sakit tempat mereka bekerja.
Hal ini mengindikasikan bahwa pro-social voice behaviour yang
ditunjukkan oleh perawat benar-benar didasari oleh adanya ide,
informasi, saran, kritikan dan gagasan yang dimiliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
2. Deskripsi Data Penelitian
Peneliti menggunakan analisis deskripsi data yang diperoleh
untuk mengetahui tinggi rendahnya skor pada setiap variabel (employee
engagement, extraversion dan pro-social voice behaviour). Deskripsi
data penelitian dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata (mean),
median, modus dan standar deviasi berdasarkan analisis statistik
menggunakan SPSS versi 22.0. Untuk mengetahui apakah subjek
penelitian memiliki kecenderungan skor tinggi atau rendah pada setiap
variabel, peneliti membandingkan mean empiris dan mean teoritis dari
masing-masing variabel. Selanjutnya peneliti akan mencari perbedaan
nilai mean tersebut dan melihat signifikansi nilai dengan menggunakan
uji t. Berikut adalah tabel deskripsi data penelitian:
Tabel 4.5
Deskripsi Statistik Data Penelitian
Berdasarkan tabel deskripsi statistik data penelitian tersebut,
ditunjukkan bahwa variabel employee engagement memiliki nilai mean
empiris (25.12) yang lebih sebesar dibandingkan dengan mean
teoritisnya (17.50). Nilai mean empiris (36.31) dari variabel
extraversion juga lebih besar dibandingkan dengan mean teoritisnya
(28.00). Pada variabel pro-social voice behaviour, hasil menunjukkan
Descriptive Statistics
Empiris Teoritis
N Min Max Mean SD Min Max Mean
Engagement 130 17 30 25.12 2.70 5 30 17.50
Extraversion 130 25 48 36.31 4.82 8 48 28.00
Pro-Social Voice 130 15 15 24.45 3.11 5 30 17.50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
bahwa pro-social voice behaviour memiliki nilai mean empiris (24.45)
yang lebih besar dibandingkan dengan mean teoritisnya (17.50).
Berdasarkan hasil uji t, didapatkan perbedaan mean empiris dan
mean teroitis yang signifikan yakni sebesar 0.000 (p < 0.005) pada
variabel employee engagement, extraversion dan pro-social voice. Hal
ini menunjukkan bahwa perawat di rumah sakit ini secara signifikan
memiliki engagement yang tinggi terhadap rumah sakit, cenderung
ekstrovert dan juga memiliki kecenderungan melakukan pro-social
voice.
C. Analisis Data Penilitian
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normalitas
sebaran data dari variabel-variabel yang dilihat dari nilai residu
regresi pada data penelitian. Peneliti melakukan uji normalitas
dengan menggunakan metode statistik One Sample Kolmogorov-
Smirnov. Metode statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov
merupakan metode yang sering digunakan dalam uji normalitas
serta pengambilan keputusan mengenai apakah data penelitian
dinyatakan berdistribusi normal atau tidak. Suatu sebaran data
dapat dikatakan dikatakan berdistribusi normal apabila taraf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
signifikansi (p) ≥ 0.05 (Santoso, 2010). Berikut tabel hasil uji
normalitas residu:
Tabel 4.6
Uji Normalitas Nilai Residu
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Variabel Asymp. Sig.
(2-tailed) N
Engagement – Voice behaviour 0.054 130
Extraversion –Voice behaviour 0.412 130
Tabel data 4.6 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) analisis regresi di setiap variabel memenuhi syarat uji
normalitas. Dimana regresi employee engagement dengan voice
behaviour memiliki nilai residu sebesar 0,054 dan extraversion
dengan pro-social voice behaviour memiliki nilai residu sebesar
0.412. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data dalam penelitian
ini berditribusi normal.
b. Uji Homoskedastisitas
Uji Homoskedastisitas merupakan uji asumsi dalam analisis
regresi yang digunakan untuk melihat variansi nilai residual pada
setiap tingkat variabel prediktor. Pada uji homoskedastisitas
penyebaran setiap titik di setiap variabel prediktor residual atau
variansnya harus cukup konstan (Field, 2013). Pengujian
homoskedastisitas dilakukan dengan menggambarkan hubungan
nilai residual model regresi, yaitu selisih nilai prediksi dengan
nilai riil. Metode statistik yang digunakan dalam uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
homoskedastisitas adalah uji Glejser, yaitu dengan cara melihat
nilai regresi antara variabel bebas dengan nilai absolut
residualnya. Asumsi homoskedastisitas dapat dikatakan terpenuhi
apabila nilai signifikansi dari regresi tersebut (p) > 0.05. Artinya
variabel tersebut memiliki varians yang homogen. Berikut tabel
hasil uji homoskedastisitas:
Tabel 4.7
Uji Glejser Homoskedastisitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Variabel Sig. N
Engagement – Voice behaviour 0.732 136
Extraversion –Voice behaviour 0.875 136
Berdasarkan hasil uji Glejser, ditunjukkan bahwa hubungan
antara kedua variable independent dengan variable dependent
memiliki nilai signifikansi regresi diatas 0.05, dimana employee
engagement dengan pro-social voice behaviour memiliki nilai
signifikansi sebesar 0.732 serta variabel extraversion dengan pro-
social voice behaviour sebesar 0.875. Hal ini menunjukkan bahwa
variasi nilai residu setiap variabel terikat dalam penelitian ini
bersifat konstan, atau dapat dikatakan tidak berindikasi
Homoskedastisitas.
c. Uji Linearitas
Uji linearitas merupakan uji asumsi yang digunakan untuk
melihat apakah terdapat hubungan antara variabel bebas dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
variabel terikat yang bersifat linear, atau dalam kata lain
mengikuti garis linear scatter plot. Pada penelitian ini metode test
for linearity dipilih untuk uji asumsi linearitas, dimana asumsi
linearitas dikatakan terpenuhi apabila memenuhi nilai signifikansi
alpha (α) ≤ 0.05 (Santoso, 2010). Berikut tabel hasil uji linearitas:
Tabel 4.8
Uji Linearitas
ANOVA
Variabel Sig. F Keterangan
Engagement* Voice Behaviour 0.000 Linear
Extraversion*Voice Behaviour 0.000 Linear
Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil uji linearitas antara
variabel employee engagement terhadap pro-social voice
behaviour memiliki nilai signifikansi sebesar p = 0.000. Begitu
pula dengan hasil uji linearitas antara variabel extraversion
terhadap pro-social voice behaviour yang memiliki nilai
signifikansi sebesar 0.000. Hal ini berarti hubungan antar
variabel-variabel tersebut secara signifikan bersifat linear.
2. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, uji hipotesis yang digunakan adalah metode
analisis regresi linear sederhana. Peneliti sebelumnya melakukan uji
asumsi terlebih dahulu untuk melihat apakah data penelitian ini
memenuhi syarat untuk diolah dengan menggunakan metode analisis
regresi. Dari uji asumsi normalitas yang telah dilakukan, ditunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
bahwa persebaran data penelitian ini memiliki nilai distribusi residual
yang normal, sehingga data penelitian ini dapat dikatakan berdistribusi
normal. Hasil uji asumsi juga menunjukkan bahwa varian residu dari
pengamatan data satu ke pengamatan data lain, sehingga dapat
dikatakan bahwa penelitian ini tidak terindikasi oleh homoskedastisitas.
Selain itu, uji asumsi linearitas menunjukkan bahwa antar variabel
dalam penelitian memiliki hubungan yang linier. Berdasarkan hasil uji
asumsi tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa data yang diuji telah
memenuhi syarat untuk diolah dengan metode analisis regresi linear.
Dalam penelitian ini, terdapat memiliki 2 hipotesis. Hipotesis
pertama adalah Employee Engagement memiliki hubungan positif yang
signifikan dengan pro-social voice behaviour. Hipotesis kedua adalah
Extraversion memiliki hubungan yang positif signifikan dengan Voice
Behaviour Berikut ini merupakan hasil uji hipotesis penelitian:
H1: Extraversion memiliki pengaruh positif yang signifikan
dengan pro-social voice behaviour (Jalur B).
Tabel 4.10
Uji Hipotesis 2 Regresi antara Extraversion dengan Voice behaviour
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 13.942 1.865 7.475 .000
Employee
Engagement .289 .051 .449 5.681 .000
a.Dependent Variabel: Extraversion
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel diatas menunjukkan hasil regresi sederhana dengan
persamaan regresi Y = 13.942 + 0.289 X, dimana Y merupakan pro-
social voice dan X merupakan extraversion. Angka korelasi antara
employee engagement dengan pro-social voice behaviour dapat dilihat
dari nilai standardized coefficients (β) yaitu sebesar 0.449 dengan nilai
signifikansi sebesar p = 0.000 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa
extraversion secara signifikan memiliki pengaruh yang positif dengan
voice behaviour, dan pro-social voice behaviour. Sehingga dapat
dikatakan bahwa perawat yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert
(extraversion) akan semakin berpotensi untuk melakukan voice
behaviour.
H2: Employee Engagement memiliki pengaruh positif yang
signifikan dengan pro-social voice behaviour (jalur A)
Tabel 4.9
Uji Hipotesis 1 Regresi antara Employee Engagement dengan Voice
behaviour
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 6.806 2.036 3.342 .001
Employee
Engagement .702 .081 .610 8.713 .000
a. Dependent Variabel: Pro-Social Voice
Tabel diatas menunjukkan hasil regresi sederhana dengan
persamaan regresi Y = 6.806 + 0.702 X, dimana Y merupakan pro-
social voice dan X merupakan employee engagement. Angka korelasi
antara employee engagement dengan pro-social voice behaviour dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
dilihat dari nilai standardized coefficients (β) yaitu sebesar 0.610
dengan nilai signifikansi sebesar p = 0.000 (p < 0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa employee engagement secara signifikan memiliki
pengaruh yang positif dengan pro-social voice behaviour, dan employee
engagement diasumsikan dapat memprediksi munculnya pro-social
voice behaviour. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
engagement yang dimiliki perawat maka perawat tersebut akan semakin
berpotensi untuk melakukan voice behaviour.
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh extraversion terhadap
pro-social voice behaviour, dan employee engagement terhadap pro-social
voice behaviour. Oleh karena itu, berikut merupakan pembahasan dari hasil
uji hipotesis yang telah dilakukan untuk menjawab pertanyaan dalam
penelitian ini.
Uji hipotesis dilakukan dengan metode regresi linear sederhana,
dengan taraf signifikansi (p) 0.05 dan bantuan program IBS SPSS versi 22.
Pengujian yang pertama adalah hubungan antara extraversion dengan voice
behaviour. Hasil uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
extraversion dengan voice behaviour, dimana terdapat nilai signifikansi
sebesar 0.000 (p < 0.05) dengan standardized coefficients (β) sebesar 0.449
(4.68%). Hal ini menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara
kedua variabel. Koefisien regresi sebesar 0.449 menunjukkan bahwa setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
penambahan satu nilai extraversion, maka akan meningkatkan voice
behaviour sebesar sebesar 0.449 (4.49%). Jika nilai extraversion pada
karyawan turun satu maka voice behaviour diprediksi akan turun sebesar
0.449 (4.49%). Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi extraversion perawat terhadap rumah sakit, maka akan semakin tinggi
pula kecenderungan karyawan melakukan voice behaviour. Dengan hasil
tersebut, membuktikan bahwa hipotesis kedua mengenai adanya hubungan
positif signifikan antara extraversion dan voice behaviour diterima.
Hasil uji hipotesis diatas sesuai dengan apa yang dipaparkan
sebelumnya, dimana individu yang memberikan high value terhadap voice
behaviour akan juga menunjukkan peningkatan perilaku voice (Barrick &
Mount, 1991). Hal ini berarti bahwa seseorang karyawan yang extrovert
akan cenderung menunjukkan peningkatan perilaku voice. Selain itu, dalam
penelitian yang sama juga menyebutkan bahwa extraversion memiliki
kaitan dengan perasaan positif seseorang dan bagaimana mereka dapat
berinteraksi dengan orang lain secara kooperatif. Keberadaan individu
dengan kepribadian ekstrovert di suatu organisasi akan menghasilkan
interaksi yang positif dan kooperatif dengan rekan kerjanya dalam rangka
mencapai tujuan kerja (LePine & Van Dyne, 2001). Salah satunya adalah
voice behaviour yang merupakan extrarole behaviour dan baik secara
empiris maupun kontekstual, dikatakan sebagai salah satu bentuk perilaku
kooperatif (Lepine & Van Dyne, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Extraversion memiliki kaitan dengan proactive personality (Liguori,
McLarty & Muldoon, 2012). Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan Lawrence, Cervone dan John (2004) dimana individu yang
memiliki skor yang tinggi pada extraversion akan menunjukkan perlaku
yang aktif dan banyak bicara. Maka dari itu, hal tersebut akan tampak pada
perawat yang melakukan voice behaviour. Hal tersebut dikarenakan voice
behaviour didasari oleh adanya perilaku proaktif (proactive behaviour).
Pengutaraan proactive voice bukan bertujuan untuk menguntungkan diri
sendiri, akan tetapi mereka berorientasi pada kepentingan bersama (Van
Dyne et al. 2003).
Schaufeli et al. (2002) mengatakan bahwa individu yang engage
terhadap perusahaannya biasanya memiliki karakteristik terlibat, energik
dan percaya diri. Mereka juga akan senantiasa berusaha untuk mencapai
tujuan organisasi tempat bekerja. Selain itu, beberapa hal positif yang
ditimbulkan jika seseorang engage terhadap organisasinya ialah karyawan
akan puas, berkomitmen dan produktif dalam bekerja, sehingga mereka
akan mencurahkan seluruh energi dan performansi terbaiknya (Saks, 2006;
Fleck & Inceoglu dalam Rana et al. 2014). Barrick dan Mount (1991)
menyebutkan bahwa extraversion berkaitan dengan tingkat kekuatan,
potensi dan perasaan positif seseorang dan bagaimana mereka dapat
berinteraksi dengan orang lain secara kooperatif.
Selanjutnya, hasil uji hipotesis menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0.000 (p < 0.05) dengan standardized coefficients (β) sebesar 0.610 antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
variabel employee engagement dengan voice behaviour (prosocial voice).
Hal ini menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara kedua
variabel. Koefisien regresi sebesar 0.610 menunjukkan bahwa setiap
penambahan satu nilai employee engagement, maka akan meningkatkan
voice sebesar sebesar 0.610 (6.10 %). Jika nilai employee engagement turun
satu maka voice behaviour diprediksi akan turun sebesar 0.610 (6.10 %).
Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat
engagement perawat terhadap rumah sakit, maka akan semakin tinggi pula
kecenderungan karyawan melakukan voice behaviour. Dengan hasil
tersebut, membuktikan bahwa hipotesis pertama mengenai adanya
hubungan positif signifikan antara engagement dan voice behaviour
diterima.
Hasil uji hipotesis diatas sesuai dengan apa yang dipaparkan pada
sebelumnya mengenai employee engagement, dimana karyawan yang
engage akan cenderung terlibat dalam organisasi dan siap untuk melakukan
extra role (Anitha, 2014). Hasil ini juga didukung oleh Ress et al. (2013)
yang menjelasakan bahwa karyawan yang engage berarti secara kualitas
akan unggul dikarenakan mereka menunjukkan minat tinggi dalam
pekerjaan dan siap untuk “bekerja ekstra” bagi organisasi mereka. “Bekerja
ekstra” yang dimaksud adalah karyawan melakukan perilaku yang terbilang
penting dan lebih dari biasanya (pekerjaan normal) dan tidak terdapat dalam
deskripsi pekerjaan yang harus dilakukan, akan tetapi perilaku tersebut juga
membawa keuntungan bagi organisasi (LePine & Van Dyne, 1998). Salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
satu perilaku yang menunjukkan bahwa karyawan engage adalah dengan
perilaku menyuarakan ide, gagasan dan informasi yang penting dan krusial
bagi organisasi atau disebut sebagai voice behaviour.
Morrison (2014) menjelaskan bahwa employee voice behaviour terjadi
ketika karyawan merasa bahwa permasalahan dan kesempatan mengenai
ide, gagasan dan informasi tersebut relevan dan penting untuk diutarakan
kepada organisasi. Disamping itu, Greenberg dan Edwards (2009) juga
mengatakan bahwa seorang karyawan yang tidak melakukan voice ketika
memiliki informasi penting akan memiliki kinerja yang lemah, melakukan
korupsi, moral menjadi rendah, menyebabkan kematian pasien di rumah
sakit bahkan kecelakaan. Maka dari itu, keadaan karyawan yang tidak voice
cenderung tidak terjadi pada perawat yang engage terhadap organisasi atau
rumah sakitnya. Hal ini dikarenakan seorang perawat yang engage akan
berusaha bekerja dengan baik, menjaga nama baik serta kualitas pelayanan
rumah sakit (Saks, 2006; Fleck & Inceoglu dalam Rana et al. 2014), dan
bukan bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri melainkan berorientasi
pada kepentingan bersama (Van Dyne et al. 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis dan pembahasan yang telah dilakukan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Semakin tinggi skor egagagement karyawan terhadap organisasi atau
perusahaan tempat kerjanya, maka akan semakin tinggi pula skor voice
yang pada karyawan (β = 0.610, p = 0.000). Artinya, karyawan yang
semakin engage dengan organisasi atau perusahaannya akan semakin
memiliki kecenderungan melakukan voice.
2. Semakin tinggi skor ekstroversi (extraversion) yang dimiliki karyawan,
maka akan semakin tinggi pula skor voice yang pada karyawan (β =
0.449, p = 0.000). Artinya, karyawan yang memiliki kecenderungan
tipe kepribadian ekstrovert akan memiliki kecenderungan melakukan
voice.
B. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penelitian ini. Kekurangan tersebut antara lain adalah subjek yang
digunakan dalam penelitian ini hanya pada profesi perawat saha dan belum
mewakili profesi lainnya yang ada di Indonesia. Selain itu, penelitian
dilakukan hanya pada sebuah rumah sakit swasta, sehingga dapat dikatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
bahwa penelitian ini kurang menjangkau perawat yang bekerja di instansi
negeri yang diperkirakan memiliki dinamika organisasi yang berbeda. Daya
kerja dilingkungan instansi pemerintah atau negeri terlihat rendah, dimana
penerapan jam kerja yang tidak teratur yang menyebabkan kinerja seorang
karyawan tidak bisa optimal. Pelaksanaan budaya kerja pada instansi
pemerintah juga memerlukan adanya keterkaitan dari berbagai belah pihak
agar betul-betul bisa terlaksana sesuai dengan harapan. Sedangkan budaya
organisasi di perusahaan swasta, jam kerja sangat diperhitungkan. Selain itu,
tingkat kedisiplinan dan profesionalisme yang tinggi sangat dituntut di
perusahaan swasta. Hal tersebut dikarenakan prinsip di perusahaan swasta
yang harus tetap bertahan walaupun. Perusahaan swasta juga menerapkan
sistem reward and punishment terhadap karyawannya (Kompasiana, 2015).
Pada saat proses pengambilan data, standard operating procedure dari
pihak rumah sakit tidak memungkinkan peneliti untuk mendistribusikan
skala secara langsung kepada subjek perawat. Prosedur ini mengakibatkan
peneliti tidak dapat memberikan instruksi secara lisan dan memantau
langsung proses pengisian skala. Peneliti hanya memberikan penjelasan
mengenai prosedur dan cara pengisian skala secara tulisan saja, sehingga hal
ini membatasi peneliti untuk mengantisipasi atau menanggulangi adanya
subjek yang kebingungan pada saat proses pengisian skala.
Selain itu, penelitian ini hanya menggunakan sumber data tunggal dan
metode pengambilan data tunggal. Ketiga variabel hanya didapatkan dari
satu subjek yang sama dengan metode skala dan bersifat self-report,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
sehingga dapat berpotensi mengurangi validitas dari hasil penelitian. Hal ini
akan menambah kemungkinan untuk terjadinya common method bias pada
penelitian. Common method bias merupakan suatu sumber permasalahan
yang dapat mengancam validitas dari pengukuran (Podsakoff, MacKanzie,
Lee & Podsakoff, 2003). Juneman (2013) menyebutkan bahwa rancangan
atau design penelitian yang baik adalah penelitian yang menggunakan
sumber dan metode pengumpulan data yang beragam. Maka dari itu
diperlukan pengumpulan data variabel yang juga bersumber dari other-
report atau info dari beberapa sumber, serta diperlukan metode yang
beragam untuk menghasilkan data yang lebih akurat dibandingkan dengan
data yang berasal dari metode tunggal dan bersifat self-report.
C. Saran
Berdasarkan proses penelitian, pembahasan serta kesimpulan, peneliti
memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi subjek
penelitian, perusahaan atau organisasi dan bagi peneliti selanjutnya. Saran-
saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Bagi Organisasi atau Perusahaan
Karyawan engage terhadap perusahaan atau organisasi akan
menunjukkan minat yang tinggi dalam pekerjaannya dan secara kualitas
akan siap untuk melakukan pekerjaan yang lebih atau “ekstra”. Selain
itu, disebutkan juga bahwa engagement berasal dari inisiatif pribadi
yang merupakan salah satu tindakan yang mendorong adanya perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
extrarole (Mone et. al., 2011). Ketika karyawan engage, secara
psikologis karyawan tersebut berada dalam kondisi yang semangat
untuk bekerja (Truss et al., 2006). Dikarenakan voice behaviour
merupakan salah satu bentuk dari extra role behavior (LePine & Van
Dyne, 1998), adanya employee engagement diharapkan dapat juga
mendorong karyawan melakukan voice behavior. Oleh karena itu, pihak
rumah sakit diharapkan untuk dapat memotivasi dan meningkatkan
engagement perawat terutama dalam kaitannya dengan organisasi,
sehingga para perawat dapat lebih menunjukan perilaku voice.
Disebutkan bahwa individu yang memiliki sifat atau kepribadian
yang ekstrovert (extraversion) akan cenderung lebih mudah melakukan
voice behavior (Crant et al. 2010, LePine & Van Dyne 2001). Selain
itu, karyawan dengan extraversion yang tinggi cenderung memiliki jiwa
sosial dan senang terlibat bersama dengan orang lain, yang akan
menciptakan hubungan pertemanan harmonis dan memberikan banyak
kesempatan bagi karyawan untuk secara sukarela memberikan bantuan
kepada karyawan lainnya (Organ et. al., 2006). Karyawan juga akan
cenderung memiliki kepedulian yang baik kepada karyawan lain
maupun perusahaan (Wikantri, 2014) dan hal tersebut membuat tingkat
Organizational Citizenship Behaviour (OCB) dari karyawan tergolong
tinggi. Dikarenakan voice behavior merupakan salah satu bentuk OCB,
maka keberadaan perawat yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert
akan sangat mendorong adanya voice behavior dalam rumah sakit. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
ini dapat dijadikan sebagai landasan bagi pihak rumah sakit dalam
merekrut karyawan, sehingga dalam proses seleksi karyawan pihak
rumah sakit dapat lebih memperhatikan tipe-tipe kepribadian seperti apa
yang layak bekerja sebagai perawat.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya
antara lain adalah:
1. Subjek penelitian yang diikutsertakan hanya berasal dari instansi
swasta saja. Maka dari itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat
mengambil data populasi yang juga berasal dari instansi negri yang
mungkin memiliki dinamika organisasi yang berbeda.
2. Pada penelitian selanjutnya, peneliti perlu untuk memantau secara
langsung proses pengambilan data baik dari pendistribusian,
pengadministrasian hingga pengisian skala penelitian.
3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mencari sumber data dan
menggunakan metode pengumpulan data yang lebih beragam,
sehingga hasil penelitian dapat menjadi lebih valid dan terhindar
dari common method bias.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
DAFTAR PUSTAKA
Anitha, J. (2014). Determinants of employee engagement and their impact on employee
performance. International Journal of Productivity and Performance Management,
63(3), 308 – 323.
Avery, D. R. (2003). Personality as a predictor of the value of voice. The Journal of
Psychology, 37(5), 435-446.
Azimzadeh, S. M., & Bai, N. 2015. Big Five Personality Model and Organizational
Citizenship Behavior. BUSQUERET,1,3
Azwar, S. (2015). Penyusunan skala psikologi (edisi 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Barrick, M.R. & Mount, M.K. (1991). The big five personality dimensions and job
performance: a meta-analysis. Personnel Psychology, Vol. 44 No. 1, pp. 1-26.
Bhatnagar, J., & Biswas, S. (2010). Predictors and Outcomes of Employee Engagement:
Implications of the Resource-Based View Perspective. The Indian Journal of
Industrial Relations, 46(2), 273-288.
Burger, J.M. (2011). Introduction to Personality. Canada: Wadsworth Chengange Learning.
Buss, D.M. (1991). Evolutionary personality psychology. Annual Review of Psychology, 42,
459–491
Christian, M. S., Garza, A. S., & Slaughter, J. L. (2011). Work Engagement : A Quantitative
Review and Test of its Relations with Task and Contextual Performance. Personnel
Psychology, pp. 89-136.
Costa, P. T. Jr. and McCrae, R. R. (1995). Domains and facets: Hierarchical personality
assessment using the Revised NEO Personality Inventory. Journal of Personality
Assessment, 64: 21±50.
Crant, JM. Kim TY., Wang J. (2011). Dispositional antecedents of demonstration and
usefulness of voice behavior. Journal of Business and Psychology, 26 (3), 285-297.
Crawford, E.R., LePine, J.A. and Rich, B.L. (2010). Linking job demands and resources to
employee engagement and burnout: a theoretical extension and meta-analytic test.
Journal of Applied Psychology, Vol. 95 No. 5, pp. 834-848.
DeRaad, B. D., & Perugini, M. (2002). Big Five Assessment. Gottingen: Hogrefe & Hubler
Publisher.
Dharma, S. (2008). Pengolahan dan Analisis Data Penelitian. Jakarta : Direktorat Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Dundon, T., Wilkinson A., Marchington, M. Ackers, P. (2005). The management of voice in
non‐union organisations: managers’ perspectives. Employee Relations, Vol. 27 Iss: 3,
pp.307 – 319.
Edwards M.S., Ashkanasy, N.M., Gardner J. (2009). Deciding to speak up or remain silent
following observed wrongdoing: the role of discrete emotions and climate of silence.
Eysenck, H.J., Barrett, P, Wilson, G., & Jackson, C. (1992). Primary trait measurement of the
21 components of the P-E-N system. European Journal of Psychological Assessment,
8, 2, 109-117.
Eysenck, H. J., & Eysenck, S. B. G. (1969). Personality structure and measurement. London:
Routledge & Kegan Paul.
Eysenck, H.J. and Wilson, G.D. (1992). Know Your Own Personality. Anglesburg: Pelican
Book, Hasel Watson and Viney, Ltd.
Eysenck, S. B. G., Eysenck, H. J., & Barrett, P. (1985). A Revised version of the psychoticsm
scale. Personality Individual Differences, 6, 21-29.
Feist, J. & Feist, G.J. (2008) Theories of Personality (Ed. 6). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Feldman, D. C., & Arnold, H. J. (1983). Managing individual and group behavior in
organizations. New York: McGraw-Hill.
Field, A. (2014). Discovering statistics using IBM SPSS statistics (4th
ed.). Carmichael, M.
(Ed.). London: SAGE Publication Ltd.
Frese, M. and Fay, D. (2001). “Personal initiative: an active performance concept for work in
the 21st century”. Research in Organizational Behavior, Vol. 23, pp. 133-87.
Grant AM, Ashford SJ. 2008. The dynamics of proactivity at work. Res. Organizational
Behavior. 28:3–34
Greenberg J, Edwards M, eds. (2009). Voice and Silence in Organizations. Bingley, UK:
Emerald.
Guest, D. (2014). Employee engagement: A sceptical analysis. Journal of Organizational
Effectiveness: People and Performance, 1(2), 141-156.
Harter, J., Schmidt, F. and Hayes, T. (2002), “Business-unit-level relationship between
employee satisfaction, employee engagement and business outcomes: a meta-
analysis”, Journal of Applied Psychology, Vol. 87 No. 2, pp. 268-279.
Iliyes, R., Nahrgang, J. D., & Morgeson, F. P. (2007). Leader Member Exchange and
Citizenship Behaviours: A Meta-Analysis. Journal of Applied Psychology, 92(1), 209-
277.
John, P. & Srivastava, S. (1999). The Big-Five Trait Taxonomy: History, Measurement and
Theoretical Persoectives. University of California: Departement Psychology.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Judge, T.A., Heller, D., & Mount, M.K. (2002). Five-factor model of personality and job
satisfaction: a meta-analysis. Journal of Applied Psychology, Vol. 87 No. 1, pp. 530-
541.
Juneman. (2013). Common method variance dan bias dalam penelitian psikologis. Jurnal
Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, 2(5), 364-381.
Khan, W.A. (1990). Psychological conditions of personal engagement and disengagement.
Academy of Management Journal, 33(4), 692-724.
LePine, J.A., & Van Dyne, L. (1998). Predicting voice behavior in work groups. Journal of
Applied Psychology, 83(6), 853-868.
LePine, J.A., & Van Dyne, L. (2001). Voice and cooperative behavior as contrasting forms of
contextual performance: Evidence of differential relationship with big five personality
characteristics and cognitive ability. Journal of Applied Psychology, 86(2), 326-336.
Lestarianita, P. &. Fakhrurrozi ,M. (2007). Pengatasan Stres Pada Perawat Pria dan
Wanita. Universitas Gunadarma: Jurnal Psikologi, 1(1).
Liden, R.C., & Maslyn, J.M. (1998). Multidimensionality of leader-member exchange: An
empirical assessment through scale development. Journal of Management, 24(1), 43-
72.
Liguori, E.W., McLarty, B.D., Muldoon, J. (2013). The moderating effect of perceived job
characteristics on the proactive personality-organizational citizenship behavior
relationship.. Leadership & Organization Development Journal, Vol. 34 Iss 8 pp. 724
- 740
Luthans, F. & Peterson, S. J. (2002). Employee engagement and manager self-efficacy.
Journal of Management Development, 21(5), 376 - 387
Maslach, C., Wilmar B.S., & Michael P.L. (2001). Job burnout. Annual Review Psychology,
52, 397–422.
Matzler, K., Bidmon. S., Grabner-Kräuter, S. (2006). Individual determinants of brand affect:
the role of the personality traits of extraversion and openness to experience. Journal
of Product & Brand Management, Vol. 15 Iss 7 pp. 427 – 434.
McAdams, D.P. (1995). What do we know when we know a person?. Journal of Personality,
Vol. 63 No. 8, pp. 365-396.
Maxfield, D., Grenny, J., McMillan, R., Patterson, K. & Switzler, A. (2005). Silence kills:
The Seven Crucial Conversations for Healthcare. 2005.
Mone, E., Christina E., Kathryn G., Bennett P., & Carolyn S. (2011). Performance
management at the wheel: Driving employee engagement in organizations. Journal of
Business and Psychology, 26(2), 205-212. Morisson, E.W. (2014). Employee voice
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
and silence. The Annual Review of Organizational Psychology and Organizational
Behavior, 1, 173-197. doi: 10.1146/annurev-orgpsych-031413-091328.
Morisson, E.W. (2014). Employee voice and silence. The Annual Review of Organizational
Psychology and Organizational Behavior, 1, 173-197. doi: 10.1146/annurev-
orgpsych-031413-091328.
Morisson, E.W., & Milliken, F.J. (2000). Organizational silence: A barrier to change and
development in a pluralistic world. The Academy of Management Review, 25(4), 706-
725.
Morisson, E.W., Milliken, F.J., & Hewlin, P.F. (2003). An exploratory study of employee
silence: Issues that employee don’t communicate upward and why. Department of
Management and Organizational Behavior New York University.
Morisson, E.W., See, K. E., & Caitlin, P. (2014). An approach-inhibition mdel of employee
silence: The joint effects of personal sense of ower and target openness. Personnel
Psychology, 68, 547–580. doi: 10.1111/peps.12087.
Mount, M.K., Barrick, M.R. & Stewart, G.L. (1998). Five-factor model of personality and
performance in jobs involving interpersonal interactions. Human Performance, Vol.
11 No. 1 pp. 145-65.
Myers, D. G. (1992). The Secrets of Happiness Psychology Today.
Nikolaou, I., Maria, V., & Dimitris, B. (2008). Who speaks up at work? Dispositional
influences on employees' voice behavior. Personnel Review, 37(6), 666-679.
Okuyama, A., Cordula, W. & Bart, B. (2014). Speaking up for patient safety by hospital-
based health care professionals: a literature review. Osaka, Japan: BioMed Central
Service Health Research.
Organ, D.W., Podsakoff, P.M., & MacKenzie, S.B. (2006). Organizational Citizenship
Behavior: Its Nature, Antecedents, and Consequences. Sage, Beverly Hills, CA.
Pati, S. P. & Kumar, P. (2011a), "Influencing Employee Attitudes through HR Practices: an
Exploratory Study in Indian IT Sector", International Journal of Indian Culture and
Business Management, 3(6), 607-22.
Pavot, William. Diener, Ed. Fujita, Frank. (1990). "Extraversion and happiness". Personality
and Individual Differences. 11 (12): 1299–306.
Pervin, L. A., Cervone, D., & John, O. P. (2005). Personality: Theory and Research, Ninth
Edition. International Edition. New York: John Wiley & Son, Inc.
Pinder, C.C., & Harlos, K.P. (2001). Employee silence: Quiescence and acquiescence as
responses to perceived injustice. Personnel and Human Resources Management, 20,
331-369.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Premeaux, S. F., & Bedeian, A. G. (2003). Breaking the silence: The moderating effects of
self-monitoring in predicting speaking up in the workplace. Journal of Management
Studies, 40, 1537-1562.
Rana, S., Alexandre A., & Oleksandr T. (2014). A theoretical model of the antecedents and
outcomes of employee engagement. Journal of Workplace Learning, 26,(3/4), 249 – 266.
Rees, C., Alfes, K. & Gatenby, M. (2013). Employee voice and engagement: Connections
and consequences. International Journal of Human Resource Management, 24(14),
2780-2798.
Robertson I. T. & Cooper, C. L. (2010). Full engagement: the integration of employee
engagement and psychological well-being. Leadership & Organization Development
Journal, Vol. 31 Iss 4 pp. 324 – 336.
Rothbard, N. P. (2001). Enriching or Depleting? The Dynamics of Engagement in Work and
Family Roles. Administrative Science Quarterly, Cornell University. Vol. 46, No. 4,
pp. 655-684.
Rusbult, C. E., Farrell D., Rogers G. & Mainous A. G. (1998). Impact of Exchange Variables
on Exit, Voice, Loyalty, and Neglect: An Integrative Modelof Responses to Declining
Job SatisfactioN.The Academy of Management Journal, Vol. 31, No. 3 pp. 599-627.
Saks, A.M. (2006). Antecedents and consequences of employee engagement. Journal of
Managerial Psychology, 21(7), 600-619.
Santoso, S. (2014). SPSS 22 from essential to expert skills. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Saville, P., Holdsworth, R., Nyfield, G., Cramp,L., & Mabey, W. (1984), The Occupational
Personality Questionnaires (OPQ). SHL: London.
Schaufeli, W.B. and Bakker, A.B. (2004), “Job demands, job resources, and their relationship
with burnout and engagement: a multi-sample study”, Journal of Organizational
Behavior, Vol. 25 No. 3, pp. 293-315.
Schaufeli, W.B., Marissa, S., Vicente, G.R., & Arnold, B.B. (2002). The measurement of
engagement and burnout: A two sample confirmatory factor analytic approach.
Journal of Happiness Studies, 3, 71-92.
Setiawati, Y. R. (2016). Hubungan antara Dimensi Kepribadian Big Five dengan OCB
(Organizational Citizenship Behavior). Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Shankar, T., & Jyotsna, B. (2010). Work life balance, employee engagement, emotional
consonance/dissonance & turnover intention. Indian Journal of Industrial Relations,
46(1), 74-87.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Shuck, B. and Reio T. G. (2014). Employee Engagement and Well-Being a Moderation
model and Implications for practice. Journal of Leadership & Organizational Studies,
21(1), 43-58.
Shuck, B. and Wollard, K.K. (2010). Employee engagement and HRD: a seminal review of
the foundations. Human Resource Development Review, Vol. 9 No. 1, pp. 89-110.
Siregar, S. (2013). Metode Peneliyian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Perhitungan
Manual & SPSS Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.
Soane, E., Truss, C., Alfes, K., Sahntz, A., Rees C., & Gatenby, M. (2012). Development and
Application of a New Measure of Employee Engagement: the ISA Engagement Scale.
Human Resource Development International, 15(5), 529-547.
Spencer, D. G. (1986). Employee voice and employee retention. Academy of Management
Journal, 29: 488-502.
Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suliman, A.M., AbdelRahman, A.A., & Abdalla, A. (2010). Personality traits andwork
performance in a duty-free industry. International Journal of Commerce and
Management, Vol. 20 Iss 1 pp. 64 – 82.
Suliman, A.M., AbdelRahman A.A., and Abdalla, A., (2010). "Personality traits and work
performance in a duty-free industry". International Journal of Commerce and
Management, Vol. 20 Iss 1 pp. 64 – 82.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata
Dharma.
Tangirala, S. and Ramanujam, R. (2008). Employee silence on critical work issues: the
crosslevel effects of procedural justice climate. Personnel Psychology, 61(1): 37-68.
Tett, R.P., Jackson, D.N. & Rothstein, M. (1991). Personality measures as predictors of job
performance: a meta-analytic review. Personnel Psychology, Vol. 44 No. 1, pp. 703-
42.
Truss, C., Soane, E., Edwards, C., Wisdom, K., Croll, A. and Burnett, J. (2006), Working
Life: Employee Attitudes and Engagement. Chartered Institute of Personnel and
Development, London.
Vakola, M., Tsaousis, I., & Nikolaou, I. (2004).The role of emotional intelligence and
personality variables on attitudes toward organizational change. Journal of
Managerial Psychology, 19(2) pp. 88 – 110
Van Dyne, L., Ang, S., & Botero, I.C. (2003). Conceptualizing employee silence and
employee voice as multidimensional constructs. Journal of Management Studies,
40(6), 1359-1392.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Wang, L. Huang J., Chu X., & Wang X. (2010). A multilevel study on antecedents of
manager voice in Chinese context. Chinese Management Studies, Vol. 4 Iss 3 pp. 212
– 230.
Welch, M. (2011). The evolution of the employee engagement concept: Communication
implications. Corporate Communications: An International Journal, 16(4), 328 – 346.
Wikantari, M. (2014). Pengaruh Faktor-faktor Personality Dan Procedural Justice Terhadap
Organizational Citizenship Behavior. Jurnal Bijak Volume. XI No. 2.
Wolff, H. and Kim, S. (2012), The relationship between networking behaviours and big five
personality dimensions. Journal of Career Development International, Vol. 17 No. 1,
pp. 43-66.
Yang, CL. & Hwang M. , (2014). Personality traits and simultaneous reciprocal influences
between job performance and job satisfaction. Chinese Management Studies, Vol. 8
Iss: 1, pp.6 – 26.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 1:
Skala Voice Behavior, Employee
Engagement dan Tipe Kepribadian
Ekstrovert (extraversion)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/
Karyawan Rumah Sakit Santa Maria, Pekanbaru
Dengan hormat,
Perkenalkan, nama saya Natalia Elisa Pramudita, mahasiswi
Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sehubungan dengan
penelitian yang sedang saya lakukan dalam rangka penyelesaian tugas akhir
saya (skripsi), perkenankanlah saya memohon izin dan kesediaan bapak/ibu
untuk mengisi angket yang saya lampirkan berikut ini.
Angket ini berisi sejumlah pernyataan yang terdiri dari beberapa
bagian. bapak/ibu dimohon untuk mengisi dengan angket ini dengan
sejujur-jujurnya, sesuai dengan keadaan, perasaan ataupun pikiran
bapak/ibu saat ini tanpa harus melihat sisi baik/buruknya dan apa yang
selayaknya dilakukan/tidak dilakukan dari pernyataan tersebut. bapak/ibu
juga diharapkan dapat mengisi angket ini tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
Perlu diketahui bahwa identitas dan jawaban bapak/ibu tidak akan
disebar luaskan dan saya jamin kerahasiaanya, sehingga jawaban yang
bapak/ibu berikan pada angket ini tidak akan mempengaruhi status
pekerjaan dan nama baik bapak/ibu di rumah sakit ini. Jawaban jujur dari
saud bapak/ibu ara/i juga akan memberikan dampak yang baik bagi rumah
sakit. Sebelum mengisi jawaban, saya mohon saudara/i untuk selalu
memperhatikan instruksi pengerjaan dengan cermat.
Atas perhatian dan kerja sama saudara/i, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Natalia Elisa Pramudita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
LEMBAR IDENTITAS
Inisial :
Usia :
Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan
(coret yang tidak perlu)
Lama bekerja di rumah sakit : …. tahun
Lama bekerja dengan kepala ruangan saat ini : …. tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
BAGIAN I
PETUNJUK PENGERJAAN
Berikut ini terdapat beberapa buah pernyataan. Anda diminta untuk
memilih jawaban yang paling sesuai dengan diri anda, dengan
memberikan tanda (X) pada huruf A/B. Perlu diketahui bahwa tidak
ada jawaban benar atau salah dalam skala ini.
Contoh :
1. Saya menyukai pekerjaan yang saya lakukan dalam peusahaan ini
(a) Ya (b.) Tidak
Apabila saudara ingin mengganti jawaban, silahkan beri tanda sama
dengan (=) pada jawaban yang anda anggap salah dan memberi tanda
silang (X) pada jawaban yang benar.
Contoh :
1. Saya menyukai pekerjaan yang saya lakukan dalam peusahaan ini
(a.) Ya (b.) Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
SKALA I
1. Saya memiliki ide untuk pengembangan di organisasi ini.
(a) Ya (b) Tidak
2. Saya memiliki informasi yang dapat berguna untuk organisasi ini
(a) Ya (b) Tidak
3. Saya memiliki saran untuk membuat perubahan positif bagi
organisasi ini.
(a) Ya (b) Tidak
4. Saya memiliki kritikan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
organisasi ini.
(a) Ya (b) Tidak
5. Saya memiliki gagasan untuk kemajuan organisasi ini.
(a) Ya (b) Tidak
Mohon periksa kembali jawaban anda. Jangan sampai ada yang
terlewat!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
BAGIAN II
PETUNJUK PENGERJAAN
Berikut ini terdapat beberapa buah pernyataan. Anda diminta
untuk memberikan tanda (X) pada kolom jawaban yang paling sesuai
dengan diri anda saat ini. Tidak ada jawaban benar dan salah dalam
skala ini. Pada setiap pernyataan, terdapat enam pilihan jawaban yang
tersedia sebagai berikut :
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
ATS : Agak Tidak Sesuai
AS : Agak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Contoh:
No. Pernyataan STS TS ATS AS S SS
1. Saya menyukai pekerjaan yang
saya lakukan dalam perusahaan
ini.
Apabila saudara ingin mengganti jawaban, silahkan beri tanda sama
dengan (=) pada jawaban yang salah dan memberi tanda silang (X)
pada jawaban yang benar
Contoh:
No. Pernyataan STS TS ATS AS S SS
1. Saya menyukai pekerjaan yang
saya lakukan dalam perusahaan
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
SKALA II
No. Pernyataan STS TS ATS AS S SS
1. Menjadi anggota dari
organisasi ini adalah suatu
kebanggaan tersendiri bagi
saya.
2. Menjadi bagian dalam
organisasi ini membuat saya
merasa lebih hidup.
3. Sangat menyenangkan
menjadi anggota organisasi
ini.
4. Hal yang sangat menarik bagi
saya adalah terlibat dalam
setiap kegiatan di organisasi
ini.
5. Saya sangat terlibat dalam
berbagai kegiatan yang ada
dalam organisasi ini.
(Mohon periksa kembali jawaban anda. Jangan sampai ada yang
terlewat.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
SKALA III
No. Pernyataan STS TS ATS AS S SS
1. Saya ikut merasa memiliki
organisasi ini.
2. Saya merasa bahwa seolah-
olah organisasi ini milik
bersama.
3. Saya merasa, bahwa dalam
diri saya terdapat rasa
memiliki yang mendalam
terhadap organisasi ini.
4. Saya dapat merasakan bahwa
seolah-olah organisasi ini
adalah milik saya.
5. Kami merasa bahwa
organisasi ini adalah milik
bersama.
6. Setahu saya, sebagian besar
perawat di sini mempunyai
rasa memiliki terhadap
organisasi ini.
(Mohon periksa kembali jawaban anda. Jangan sampai ada yang
terlewat.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
SKALA IV
No. Pertanyaan STS TS ATS AS S SS
1. Saya adalah seseorang yang suka
bicara.
2. Saya menikmati bertemu dengan
orang-orang baru.
3. Saya terbiasa mengambil inisiatif
untuk menjalin suatu
pertemanan baru.
4. Saya dapat dengan mudah
menghidupkan suasana dalam
pesta.
5. Saya suka membaur dengan
orang-orang.
6. Saya menyukai kesibukan dan
kegembiraan di sekitar saya.
7. Orang lain berpikir bahwa saya
adalah seorang yang
bersemangat.
8. Saya dapat menikmati suatu
pesta.
Mohon periksa kembali jawaban anda. Jangan sampai ada yang
terlewat!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
SKALA V
No. Pernyataan STS TS ATS AS S SS
1. Saya sangat menyukai
kepala ruangan saya
sebagai sosok pribadi yang
baik.
2. Kepala ruangan saya akan
melindungi saya dari
atasan yang lebih tinggi,
meski tanpa mengetahui
dengan jelas mengenai
masalah yang sedang saya
hadapi.
3. Saya mau bekerja untuk
kepala ruangan saya
melebihi apa yang telah
ditentukan dalam job desk
pekerjaan saya.
4. Saya terkesan dengan
pengetahuan yang dimiliki
oleh kepala ruangan saya
tentang pekerjannya.
5. Kepala ruangan saya adalah
tipe orang yang ingin saya
jadikan teman.
6. Kepala ruangan saya akan
datang membantu saya
ketika saya menemui
kesulitan.
7. Saya bersedia untuk bekerja
ekstra, melebihi dari apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
yang biasanya dilakukan,
demi kemajuan dan
kepentingan kelompok
kerja saya.
8. Saya respek terhadap
pengetahuan dan
kompetensi yang dimiliki
oleh kepala ruangan saya.
9. Atasan saya adalah partner
kerja yang sangat
menyenangkan.
10. Atasan saya akan membela
saya di depan orang lain jika
saya mengakui kesalahan
saya.
11. Saya mengagumi
keterampilan professional
(professional skills) yang
dimiliki oleh kepala ruangan
saya.
Mohon periksa kembali jawaban anda. Jangan sampai ada yang
terlewat!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
SKALA VI
No. Pernyataan STS TS ATS AS S SS
1. Saya akan memberikan solusi
demi kemajuan organisasi ini.
2. Saya merekomendasikan saran-
saran mengenai hal-hal yang
memiliki dampak positif bagi
organisasi.
3. Meskipun orang lain tidak
sependapat saya tetap
mengutarakan pendapat saya
mengenai permasalahan yang
sedang dihadapi organisasi.
4. Saya akan mengungkapkan ide-
ide dan inovasi baru yang saya
miliki, yang mungkin akan
menguntungkan bagi
organisasi.
5. Saya memberikan ide saya demi
perubahan yang membangun.
6. Saya cenderung mendukung ide
dari orang lain karena saya
merasa tidak memiliki
keterlibatan dalam perusahaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
ini.
7. Saya lebih memilih untuk
menyetujui pendapat orang lain
karena saya merasa ide saya
tidak memiliki pengaruh apapun
bagi organisasi.
8. Saya setuju dan mendukung
pendapat kelompok kerja saya,
karena saya tidak ingin terlalu
ikut campur.
9. Saya setuju dan mendukung
pendapat yang ada, karena saya
merasa tidak percaya diri
terhadap ide yang saya miliki.
10. Saya memilih setuju dengan
sebuah pendapat agar
permasalahan cepat selesai
meskipun saya juga memiliki
pedapat lain.
11. Saya takut untuk mengutarakan
pendapat sehingga saya setuju
dengan pendapat mayoritas
dari kelompok kerja saya.
12. Saya menyampaikan ide saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
lewat orang lain karena saya
takut ide saya tidak dianggap.
13. Saya mengungkapkan pendapat
dan maksud pemikiran saya
dengan cara mengarahkan
fokus diskusi kepada orang lain.
14. Saya menyatakan dukungan
saya terhadap sebuah ide untuk
melindungi diri saya.
15. Saya setuju dengan pendapat
mayoritas yang ada, karena
saya takut diabaikan oleh
kelompok saya.
Mohon periksa kembali jawaban anda. Jangan sampai ada yang
terlewat!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
3.1. Reliabilitas Item dan Skala Voice Behaviour
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.841 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item 1 18.24 5.411 .811 .766
Item 2 18.43 6.197 .734 .799
Item 3 18.73 5.369 .444 .903
Item 4 18.24 5.689 .708 .794
Item 5 18.14 5.787 .734 .789
3.2. Reliabilitas Item dan Skala Employee Engagement
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.870 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item 1 17.87 10.334 .544 .878
Item 2 18.26 7.875 .794 .817
Item 3 18.16 8.677 .738 .834
Item 4 18.37 7.969 .730 .835
Item 5 18.92 7.967 .708 .842
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
3.3. Reliabilitas Item Skala Kepribadian Ekstrovert (ekstraversion)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.758 8
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item 1 48.4419 28.586 .492 .730
Item 2 47.9302 29.828 .583 .730
Item 3 48.2558 29.528 .499 .733
Item 4 48.8605 26.599 .614 .713
Item 5 48.0465 28.569 .502 .730
Item 6 47.9535 30.522 .506 .737
Item 7 48.3488 31.185 .371 .746
Item 8 48.3256 26.844 .537 .722
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
4.1. Tabel hasil Uji T variabel Voice Behavior
One-Sample Test
Test Value = 17.50
t df Sig. (2-tailed) Mean
Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Pro-Social Voice
25.441 129 .000 6.946 6.42 7.49
4.2. Tabel hasil Uji T variabel Employee Engagement
One-Sample Test
Test Value = 17.50
t Df Sig. (2-tailed) Mean
Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Employee Engagement
32.129 129 .000 7.623 7.15 8.09
4.3. Tabel Hasil Uji T variabel Kepribadian Ekstrivert (ekstraversion)
One-Sample Test
Test Value = 28.00
t Df Sig. (2-tailed) Mean
Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Extraversion 19.617 129 .000 8.308 7.47 9.15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
1.1. Uji Normalitas Residu Emplpoyee Engagement – Voice Behavior One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 130
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.46634336
Most Extreme Differences Absolute .118
Positive .078
Negative -.118
Kolmogorov-Smirnov Z 1.342
Asymp. Sig. (2-tailed) .054
a. Test distribution is Normal.
1.2. Uji Normalitas Residu Extraversion – Voice Behavior One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 130
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.78197316
Most Extreme Differences Absolute .078
Positive .050
Negative -.078
Kolmogorov-Smirnov Z .887
Asymp. Sig. (2-tailed) .412
a. Test distribution is Normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
6.1. Uji Homoskedastisitas Emplpoyee Engagement – Voice Behavior
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.570 1.204 1.304 .195
Employee
Engagement .016 .048 .030 .343 .732
a. Dependent Variable: Engagement
6.2. Uji Homoskedastisitas Extraversion – Voice Behavior
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.379 1.132 2.101 .038
Extraversion -.005 .031 -.014 -.157 .875
a. Dependent Variable: Pro-Social
Voice
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
7.1. Uji Linearitas Employee Engagement – Voice Behavior
7.2. Uji Linearitas Employee Engagement – Voice Behavior
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Pro-Social
Voice *
Employee
Engagement
Between
Groups
(Combined) 557.578 13 42.891 7.184 .000
Linearity 465.435 1 465.435 77.960 .000
Deviation
from Linearity 92.143 12 7.679 1.286 .236
Within
Groups 692.545 116 5.970
Total 1250.123 129
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Pro-Social Voice
* Extraversion
Between
Groups
(Combined) 440.168 22 20.008 2.643 .000
Linearity 251.744 1 251.744 33.257 .000
Deviation from
Linearity 188.424 21 8.973 1.185 .279
Within
Groups 809.955 107 7.570
Total 1250.123 129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI