pengaruh pengawasan fungsional terhadap kinerja

184
PENGARUH PENGAWASAN FUNGSIONAL TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi pada Inspektorat Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Andhika Ardiansyah 044020051 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2010

Upload: rudi-jawa-bonex

Post on 22-Jun-2015

131 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

PENGARUH PENGAWASAN FUNGSIONAL TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH

(Studi pada Inspektorat Provinsi Jawa Barat)

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Andhika Ardiansyah 044020051

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

2010

Page 2: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

PENGARUH PENGAWASAN FUNGSIONAL TERHADAP KINERJA

PEMERINTAH DAERAH

(Studi kasus pada Inspektorat Provinsi Jawa Barat )

Draft Skripsi

Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan

Bandung, 2010

Mengetahui,

Pembimbing,

Isnaeni Nurhayati, SE., MSi., Ak.

Dekan, Ketua Program Studi,

Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP. Dr. Liza Laila Nurwulan, SE., MSi., Ak.

Page 3: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu

ada kemudahan. Maka apabila kamu

Telah selesai (dari sesuatu urusan),

kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan) yang lain. Dan hanya kepada

Tuhanmulah hendaknya kamu berharap“.

(Q.s. 94 Al-Insyiroh: 6 – 8).

“Jika mengalami kesedihan…

Janganlah mengeluh dan terlalu bersedih…

Sebab dua hal tersebut…

Bisa malemahkan semangat kita…”

Skripsi ini Kupersembahkan

untuk Ibu dan Ayah Tercinta yang

selalu mendo’akan dan memberikan

semangat dalam hidupku serta adikku

dan teman-teman seperjuangan..

Page 4: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

ABSTRAK

Pengawasan Fungsional merupakan pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional, baik yang berasal dari lingkungan internal maupun dari lingkungan eksternal. Sedangkan kinerja Pemerintah Daerah adalah kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk terhadap tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta pada tingkat keberhasilan dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kinerja dikatan baik bila dapat tercapai dengan baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah, Instansi yang dijadikan sebagai objek penelitian oleh penulis adalah Kantor Inspektorat Provinsi Jawa Barat yang beralamat di jalan Surapati No 4 Bandung.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Survey, dengan pendekatan deskriptif asosiatif. Data yang digunakan adalah data primer dari pegawai Bappeda, analisis statistik yang digunakan adalah koefisien korelasi Rank Spearman dan uji hipotesis, teknik pengumpulan data digunakan wawancara, observasi, penyebaran kuesioner, dan studi literatur.

Dari hasil pengujian statistik dapat diketahui bahwa nilai rata-rata Pengawasan fungsional di Inspektorat Provinsi Jawa Barat sebesar 128, yang artinya pelaksanaan telah memadai. Sedangkan Kinerja Pemerintah Daerah sebesar 63 yang artinya pelaksanaan kinerja pemerintah daerah telah dilaksanakan secara memadai. Dalam penyusunan hipotesis penulis dengan menggunakan analisis Rank Spearman, sr hitung (0,835) > sr tabel (0,544), yang artinya Ha diterima dan Ho ditolak, sedangkan dengan taraf signifikansi α = 0,05 maka ttabel 2,201. sehingga thitung (5,032) > ttabel (2,201) yang artinya Ha diterima. Hasil koefisien determinasi (KD) = (R²) x 100%. KD = 0,835² x 100% = 69,72% menunjukan bahwa Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah sebesar 69,6% sedangkan sebesar 30,28% dipengaruhi faktor lain seperti: faktor kepuasan kerja. Dengan demikian dapat dapat diinformasikan bahwa Pengawasan Fungsional Turut Berpengaruh Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah, dalam hal ini dapat diterima.

Page 5: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan

tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan program sarjana di Fakultas

Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Pasundan, dengan judul

“PENGARUH PENGAWASAN FUNGSIONAL TERHADAP KINERJA

PEMERINTAH DAERAH”. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi

pihak-pihak yang membutuhkannya.

Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan ataupun kesalahan dalam

penyusunan penelitian ini, baik dalam penyajian materi maupun dalam

penyusunan tata bahasanya. Disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan yang dimiliki penulis.

Saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak merupakan

suatu bahan masukan demi kesempurnaan isi yang terkandung dalam skripsi ini.

Dalam penyusunan penelitian ini penulis mendapat saran, dorongan dan

bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tak

terhingga terutama kepada kedua orang tua ku, selaku orang tua penulis yang

telah banyak memberikan dorongan, semangat, dan do’a yang tiada henti agar

penulis bisa menyelesaikan skripsi ini, dan terima kasih juga yang sebesar–

Page 6: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

besarnya kepada Ibu Isnaeni Nurhayati, SE., MSi Ak, selaku pembimbing terima

kasih atas segala bimbingan dan pengarahannya dalam memberikan bimbingan

kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

Selanjutnya penulis ucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, SE., MSc., Rektor Universitas Pasundan;

2. Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Pasundan;

3. Dr. Liza Laila Nurwulan, SE., MSi., Ak., Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan;

4. Ibu Isnaeni Nurhayati, SE., MSi., Ak., pembimbing dan sekaligus dosen

wali penulis;

5. Bapak Hilman Firmansyah, SIP., Kepala perpustakaan Pusat;

6. Hj.Euis.I.Z.A.Md selaku Kasubag Umum dan Kepegawaian Inspektorat

Provinsi Jawa Barat. yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

melakukan Survey;

7. Bapak dan ibu yang telah memberikan motivasi selama penulis

menjalankan perkuliahan, serta adikku, terima kasih atas do’a, dan

pengarahannya;

8. Teman-teman D16-B hary, fajar, dayon, , terima kasih atas

kebersamaannya;

Page 7: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

9. Untuk teman-teman, Ahmad Bahtiar, Arul, Ilmi, Yopie, Tamie, Risna,

Amoy, Eka, Faisal, Nugros, Dimas, Zevi, Fajar, Arif, Z, Wiwit, Eka, Igor,

Dude, Sandi, Rudian;

10. Untuk teman-teman, Eto, Gery, Novan, Erwin, Aris, Martin, Uphe, Dina,

Nopial, Fery (bos), Fitri, Vina;

11. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata semoga semua amal baik yang telah diberikan mereka kepada

penulis mendapat balasan dari Allah SWT, dan penulis berharap semoga skripsi

ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya, amin.

Wassalamu’alaikum, Wr, Wb.

Bandung, Juni 2010

Penulis

Andhika Ardiansyah

Page 8: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO

ABSTRAKSI ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................ 6

1.3 Maksud dan tujuan penelitian .............................................................. 7

1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 8

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Pengawasan Fungsional ....................................... 10

2.1.2 Aparat Pengawasan Fungsional .............................................. 13

2.1.3 Standar Audit Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah .. 14

2.1.4 Pelaksanaan Pengawasan Fungsional Pemerintah Daerah .... 28

2.2 Pengertian Kinerja

2.2.1 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ............... 33

2.2.2 Pengertian Sistem Akuntabilitas kinerja ................................ 34

2.2.3 Perencanaan Strategik ............................................................. 39

Page 9: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

2.2.4 Perencanaan Kinerja ............................................................... 41

2.2.4.1 Fungsi Indikator Kinerja ........................................ 41

2.2.4.2. Indikator Kinerja .................................................... 43

2.2.5 Pengukuran kinerja ................................................................ 47

2.3 Program-program Pembangunan Kinerja Pemerintah Daerah

2.3.1 Langkah_langkah Kebijakan Kinerja Pemerintah Daerah ..... 49

2.3.2 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah Daerah ................................................................. 52

2.3.3 Siklus Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah ..... 53

2.4 Penilaian Kinerja

2.4.1 Tujuan Penilaian Kinerja ........................................................ 56

2.4.2 Kendala-kendala Penilaian Kinerja ........................................ 59

2.5 Efektivitas Kinerja ........................................................................ 60

2.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ............................................... 61

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

3.1.1. Unit Penelitian ........................................................................ 69

3.1.2 Proses Pemilihan Objek Penelitian ........................................ 69

3.1.3 Metode Penelitian ................................................................... 70

3.1.4 Pendekatan Penelitian ............................................................. 71

3.2. Definisi Variabel dan Operasional Variabel

3.2.1 Definisi Variabel ..................................................................... 72

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ...................................................... 73

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian .................................................................. 77

3.3.2 Ukuran Sampel ....................................................................... 78

3.3.3 Teknik Sampling .................................................................... 81

3.3.4 Sumber Data Penelitian .......................................................... 82

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Page 10: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

3.4.1 Instrumen Penelitian ................................................................ 85

3.4.2 Model Penelitian ..................................................................... 87

3.5. Metode Analisis yang Digunakan

3.5.1 Analisis Data .......................................................................... 87

3.5.2 Pengujian Data ........................................................................ 92

3.6. Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

3.6.1 Rancangan Pengujian Hipotesis ............................................... 95

3.6.2 Proses Penelitian .................................................................. 100

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Inspektorat Provinsi Jawa Barat ..................... 103

4.1.1.1 Visi Inspektorat Provinsi Jawa Barat ................................ 107

4.1.1.2 Misi Inspektorat Provinsi Jawa Barat ............................... 107

4.1.1.3 Rencana Strategis Inspektorat Provinsi Jawa Barat .......... 107

4.1.1.4 Struktur Organisasi dan Deskripsi Jabatan ........................ 109

4.1.2 Pelaksanaan Pengawasan Fungsional

4.1.2.1 Standar Umum .................................................................. 128

4.1.2.2 Standar Koordinasi dan Kendali Mutu ............................... 130

4.1.2.3 Standar Pelaksanaan .......................................................... 132

4.1.2.4 Standar Pelaporan............................................................... 138

4.1.2.5 Standar Tindak Lanjut ....................................................... 140

4.1.3 Kinerja Pemerintah Daerah

4.1.3.1 Tujuan Kinerja Pemerintah Daerah .................................... 141

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ........................ 143

4.2.1.1 Hasil pengujian terhadap Validitas Variabel X ................. 143

4.2.1.2 Hasil pengujian terhadap Validitas Variabel Y ................. 145

4.2.1.3 Hasil Pengujian Reliabilitas .............................................. 147

4.2.2 Analisis Data

4.2.2.1 Analisis Pengaruh Pengawasan Fungsional ...................... 148

Page 11: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

4.2.2.2 Analisis Kinerja Pemerintah Daerah ................................. 161

4.2.2.3 Analisis Pengaruh Pengawasan Fungsional terhadap

Kinerja Pemerintah Daerah ............................................... 168

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 172

5.2 Saran ................................................................................................. 173

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 12: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman

Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel (X) Pengaruh Pengawasan Fungsional ..... 73

Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel (Y) Kinerja Pemerintah Daerah ...........…76

Tabel 3.3. Rincian Jumlah Populasi Sasaran ….............................................. 78

Tabel 3.4. Skor pernyataan Variabel X dan Variabel Y ....................................86

Tabel 3.5. Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefisien korelasi ........... 98

Tabel 4.1 Hasil Uji Validasi Variabel X (Pengawasan Fungsional) ............... 144

Tabel 4.2 Hasil Uji Validasi Variabel Y (Kinerja Pemerintah Daerah) ........... 146

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Pengawasan Fungsional) ........... 147

Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Kinerja Pemerintah Daerah) ...... 148

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Skor Jawaban Kuesioner Variabel X

( Pengawasan Fungsional) .............................................................. 149

Tabel 4.6 Rata-rata (Mean) Kuesioner Variabel X ........................................ 159

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Skor Jawaban Kuesioner Variabel Y

(Kinerja Pemerintah Daerah) ......................................................... 161

Tabel 4.8 Rata-rata (Mean) Kuesioner Variabel Y ........................................ 166

Tabel 4.9 Korelasi Variabel X dan Y ............................................................. 168

Page 13: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Halaman

Gambar 3.1 Model Penelitian…………………………………………………. 87

Gambar 3.2 Proses Penelitian……………………………………………...… 101

Page 14: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Tugas Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 : Surat Permohonan Survey.

Lampiran 3 : Surat Persetujuan Survey.

Lampiran 4 : Kartu Perkembangan Bimbingan Skripsi.

Lampiran 5 : Bagan Struktur Organisasi Inspektorat Provinsi Jawa Barat.

Lampiran 8 : Permohonan Pengisian Angket/Kuesioner.

Lampiran 9 : Kuesioner Penelitian.

Lampiran 10 : Tabel Frekuensi Skor Variabel (X) Pengawasan Fungsional

Lampiran 11 : Tabel Frekuensi Skor Variabel (Y) Kinerja pemerintah daerah.

Lampiran 13 : Daftar Riwayat Hidup

Page 15: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di penghujung abad ke-20, dunia dilanda arus globalisasi, transparansi,

dan tuntutan hak azasi manusia. Tidak satupun negara yang luput dari gelombang

perubahan tersebut.Seluruh negara, terutama negara-negara berkembang,

menghadapi berbagai tantangan baru yang membawa konsekuensi pada perubahan

atau pembaharuan yang akan mempengaruhi kehidupan umat manusia, baik di

bidang ekonomi, politik, maupun sosial budaya.Menghadapi perkembangan dunia

yang demikian pesat, dan seiring dengan derasnya aspirasi reformasi di dalam

negeri, maka peranan penyelenggaraan pemerintahan dan administrasi publik

yang baik menjadi semakin penting. Salah satu elemen yang penting dalam tata

pemerintahan yang baik adalah adanya akuntabilitas publik, disamping

transparansi, tegaknya hukum, dan peraturan. Karena itu, pengawasan yang

merupakan unsur penting dalam proses manajemen pemerintahan, memiliki peran

yang sangat strategis untuk terwujudnya akuntabilitas publik dalam pemerintahan

dan pembangunan. Melalui suatu kebijakan pengawasan yang komprehensif dan

membina, maka diharapkan kemampuan administrasi publik yang saat ini

dianggap lemah, terutama di bidang control pengawasan, dapat ditingkatkan

kapasitasnya dalam rangka membangun infrastruktur birokrasi yang lebih

kompetitif. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang pada saat ini

Page 16: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang untuk menuju

Indonesia baru yang pada hakekatnya tujuan pembangunan nasional adalah untuk

mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945. Pembangunan dilaksanakan secara bertahap dengan tujuan

untukmeningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia serta

meletakkan landasan yang kuat bagi pelaksanaan pembangunan tahap berikutnya

yang bersifat multidimensional, yang meliputi bidang ekonomi, sosial budaya,

politik dan keamanan serta teknologi. Untuk mencapai tujuan daripada organisasi

itu secara optimal, maka diperlukannya aspek manajemen suatu organisai tersebut

agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu pula pengawasan

merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilakukan untuk menjaga

agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam

rangka pencapaian tujuan. Melalui pengawasan dapat diperoleh informasi

mengenai kehematan, efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan kegiatan. Informasi

tersebut dapat digunakan untuk Sebagaiman pada Ketetapan Nomor

IX/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Negara yang bersih dan Bebas Korupsi,

Kolusi, dan Nepotisme, maka Pengawasan merupakan aspek penting dalam

manajemen kepegawaian, melalui Sosialisasi Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara No. KEP/46/M.PAN/4/2004, tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintah ditegaskan bahwa pengawasan

merupakan salah satu unsur terpenting dalam rangka peningkatan Pendayagunaan

Aparatur Negara dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintah dan

Page 17: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

pembangunan menuju terwujudnya pemerintah yang bersih dan berwibawa.

Berkaitan dengan instruksi Presiden pembukaan penataran pengawasan bagi

pejabat pemerintah lebih jelas menetapkan upaya pengembangan pengawasan

dalam rangka menanamkan kesadaran dan menumbuhkan budaya pengawasan

serta fungsi pengawasan sebagai suatu proses yang terjalin secara wajar, efektif,

dan membudaya. Dalam prakteknya pengawasan dalam setiap bidang pekerjaan

atau kegiatan dituntut satu tata cara, metode, teknik pengawasan dengan efektif

dan efisien. Upaya dalam mewujudkan hal itu, maka dapat menciptakan kondisi

dan iklim kerja yang mendukung serta menciptakan pengawasan sebagai suatu

proses yang wajar dalam suatu organisasi pemerintah dilingkungan pendidikan

dilakukannya pengawasan secara maksimal Sumber Daya Manusia menempati

posisi strategis dalam pembangunan daerah dan pembangunan Sumber Daya

Manusia merupakan kunci keberhasilan bagi segenap bidang pembangunan yang

diselenggarakan di daerah. Hal ini mengandung pengertian bahwa kinerja pegawai

merupakan sarana penentu dalam mencapai tujuan organisasi pemerintahan.

Pembinaan mutu penyelenggara pemerintahan daerah perlu dilaksanakan terus

menerus dan berkesinambungan sehingga Sumber Daya Manusia yang terlibat

dalam proses tersebut mampu menjawab tantangan pembangunan daerah serta

dapat memperbaiki kinerja Sumber Daya Manusia-nya yang selama ini rendah

Abdul Halim (2004:313) mengungkapkan permasalahan yang dihadapi

oleh aparat pengawasan kinerja pemerintah daerah, yaitu :

Page 18: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

“adapun permasalah – permasalahan yang dihadapi oleh aparat

pengawasan kinerja pemerintah daerah selama ini pada umumnya adalah sebagai

berikut :

1. Tidak jarang pejabat bermasalah tidak mendapat sangsi atas tindakan

yang telah dilakukan.

2. Terkait dengan masalah struktur lembaga audit terhadap pemerintah

pusat dan daerah di Indonesia.

3. Masih lemahnya mental dan budaya aparat pengawasan fungsional.

4. Kurangnya kualitas sumber daya manusia di instansi pemerintahan.

5. Rendahnya tunjangan pejabat yang diberikan kepada aparat

pengawasan fungsional.

6. Kurangnya koordinasi antara sesama aparat pengawasan fungsional

intern.

J.B. Sumarlin (2004) menyatakan bahwa dengan semakin besarnya

tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara yang

didasarkan pada prinsip-prinsip good governance, maka kebutuhan terhadap peran

pengawasan akan semakin meningkat. Pengawasan perlu dilaksanakan secara

optimal, yaitu dilaksanakan secara efektif dan efisien serta bermanfaat bagi audit

(organisasi, pemerintah dan negara) dalam merealisasikan tujuan/program secara

efektif, efisien dan ekonomis. Namun pengalaman menunjuukan bahwa

banyaknya aparat pengawasan justru menimbulkan inefisiensi, karena timbulnya

pemeriksaan yang bertubi-tubi dan tumpang tindih diantara berbagai aparat

pengawasan intern pemerintah, serta antara aparat pengawasan intern pemerintah

dengan aparat pengawasan ekstern pemerintah (BPK)

Page 19: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Penelitian terdahulu yang direplikasi berjudul “Pengaruh Pengawasan

Fungsional terhadap Kinerja Pemerintah Daerah di Kabupaten Cianjur” Novi

Krisnawati (2006) Variabel yang digunakan peneliti terdahulu sama dengan

peneliti sekarang, variabel Independen yaitu Pengawasan Fungsional adalah

pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional, baik yang berasal

dari lingkungan internal maupun dari lingkungan eksternal pemerintahan.

Variabel Dependen yaitu Kinerja Pemerintah Daerah adalah kinerja merupakan

seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk terhadap tindakan pencapaian serta

pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta untuk mencapai tujuan yang telah

diterapkan.

H0 : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan Pengawasan Fungsional

terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.

Ha : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh signifikan Pengawasan Fungsional terhadap

Kinerja Pemerintah Daerah.

Populasi yang digunakan jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30

orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang

sangat kecil. Jadi dalam penelitian ini seluruh sampel yang berjumlah 30 orang

dijadikan sampel penelitian.teknik sampling Metode penelitian yang akan

digunakan adalah metode survei dan deskriptif analisis. metode deskriptif

kuantitatif, Pada penelitian sebelumnya nilai rank spearman (rs) pengawasan

fungsional terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur sebesar

0.925, dan koefisien determinasinya adalah 92.5%.

Page 20: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Artinya bahwa Pengawasan fungsional dapat berperan terhadap Variabel

Y Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur sebesar 75.56%. Hal ini berarti

sisanya ada 24.44%

Penelitian ini memiliki perbedaan keterbatasan dalam peneilitian

terdahulu adalah tempat penelitiannya Di Kabupaten Cianjur sedangkan sekarang

adalah di Kantor Inspektorat Provinsi Jawa Barat. Peneliti sekarang memiliki

perbedaan pada Sub Indikator yang terdahulu adalah Persiapan pemeriksaan,

Pelaksanaan pemeriksaan dan Penyusunan laporan pemeriksaan sedangkan

peneliti sekarang Sub Indikator adalah Standar umum, Standar koordinasi dan

kendali mutu, Standar pelaksanaan, Standar pelaporan dan Standar tindak lanjut.

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan maka penulis cukup tertarik

untuk mengambil teme judu skripsi “Pengaruh Pengawasan Fungsional

Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah ”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka

masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengawasan fungsional di pemerintah Provinsi Jawa Barat?

2. Bagaimana pelaksanaan kinerja pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat?

3. Berapa besar pengaruh pengawasan fungsional terhadap kinerja

pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat?

Page 21: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian yang dilakukan ini adalah mengadakan studi

perbandingan untuk mengetahui relevansi antara teori yang ada dengan praktik

yang sebenarnya tentang bagaimana pengaruh pengawasan fungsional terhadap

kinerja pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat. penelitian ini juga dirmaksudkan

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar S1.

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penelitian ini memiliki

tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana pengawasan fungsional di pemerintahan Provinsi

Jawa Barat.

2. Mengetahui bagaimana peran kinerja pada pemerintahan daerah Provinsi

Jawa Barat .

3. Mengetahui pengaruh pengawasan fungsional terhadap kinerja pemerintah

daerah Provinsi Jawa Barat

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu secara praktis dan teoritis

yang akan dijelaskan sebagai berikut :

1.4.1Kegunaan Praktis

Penelitian ini merupakan suatu hal yang dapat menimbulkan manfaat

baik bagi penulis, maupun bagi pembaca pada umumnya. Adapun manfaat-

manfaat yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

Page 22: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

1. Bagi Penulis

a. Sebagia suatu pengalaman yang berharga karena penulis dapat

memperoleh gambaran secara langsung mengenai Pengaruh

Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

b. Sebagi saran untuk menambah khasanah keilmuan, khususnya

dalam menambah wawasan untuk menyikapi isu-isu kekinian

dalam mengembangkan akuntansi khususnya akuntansi sektor

piblik itu sendiri

2. Bagi Pembaca

Bagi pembaca pada umumnya diharapkan dapat dijadikan sumber

pengetahuan dan sumber pemikiran yang bermanfaat dalam

membangun bangsa ini lebih baik untuk kedepannya melalui ilmu

akuntansi.

3. Bagi Instansi pemerintah Daerah

Bagi instansi pemerintah daerah dapat dijadikan sumber

pengetahuan dan dan pada akhirnya diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi instansi itu sendiri

1.4.2 Kegunaan Teoritis

Penulis sangat berharap hasil dari penelitian yang dilakukan dapat berguna

bagi dunia akuntansi khususnya dan disiplin ilmu lain pada umumnya. Penulis

juga berharap hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengawasan fungsional dan

Page 23: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

kinerja pemerintah daerah dan mengetahui sejauh mana pengawasan fungsiol

dalam kinerja pemerintah daerah

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Kantor Inspektorat

Provinsi Jawa Barat di jalan Surapati No. 4 Bandung adapun waktu penelitian

yang dilaksanakan yaitu dari tanggal disyahkannya proposal penelitian hingga

selesai.

Page 24: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka.

Teori yang akan dikaji paba Bab II ini adalah teori yang berkaitan dengan

akuntansi sektor publik, diantaranya tentang Pengawasan Fungsional dan Kinerja

Pemerintah Daerah.

2.1.1. Pengertian Pengawasan Fungsional.

Menurut Revrisond Baswir (2002:118) dalam bukunya “Akuntansi

Pemerintahan Indonesia” definisi pengawasan secara umum adalah:

“Segala kegiatan dan tindakan untuk menjamin agar

penyelenggaraan suatu kegiatan tidak menyimpang dari tujuan serta

rencana yang telah digariskan”

Sedangkan pengertian pengawasan menurut Abdul Halim (2002:145)

yaitu :

“pengawasan adalah suatu proses kegiatan penilaian terhadap objek pengawasan kegiatan tertentu dengan tujuan untuk memastikan apakah pelaksanaan tugas dan fungsi objek pengawasan dan atau kegiatan tersebut telah sesuai dengan yang telah ditetapkan”

sehingga dapat disimpulkan bahwa pengawasan bukan berupa pemeriksaan tetapi

pengawasan yang lebih mengarah untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah

ditetapkan dalam peraturan daerah. adapun pengertian pengawasan fungsional

Page 25: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah No 20 tahun 2002 tentang

pertimbangan dan pengawasan atas penyelenggara pemerintah daerah

mengemukakan bahwa:

“Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh lembaga atau badan atau unit yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan melalui pemeriksaan, pengkajian, penyusutan dan penilaian”

pengertian pengawasan fungsional menurut Abdul Halim (2002:351)

menyatakan sebagai berikut :

“Segala kegiatan dan bentuk tindakan untuk menjamin agar

pelaksanaan suatu kegiatan berjalan dengan sesuai dengan rencana,

aturan-aturan dan tujuan yang telah ditetapkan”

menurut Baldrik Siregar dan Bonni Siregar (2001:351) pengawasan fungsional

adalah :

“Pengawasan oleh aparatur pengawasan fungsional adalah pengawasan oleh instansi independen dari unsure yang diawasi seperti badan pengawasan keuangan dan pembangunan (BKP) Inspektor Jendral Departemen, Unit Pengawasan Lembaga Negara dan Inspektorat Wilayah.”

Secara khusus tujuan pengawasan fungsional menurut Abdul Halim (2004:306)

adalah :

1. Menilai ketaatan terhadap perundang – undangan yang berlaku.

2. Menilai apakah kegiatan berjalan dengan pedoman akuntansi yang berlaku

3. Menilai apakah yang dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan efekti.

4. Mendeteksi adanya kecurangan.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, jelas bahwa penekanan dari

pengawasan lebih pada upaya untuk mengenali penyimpangan atau hambatan di

Page 26: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

dalam pelaksanaan kegiatan tersebut disesuaikan dengan peraturan perundang-

undangan, peraturan pemerintah baik pusat maupun daerah. Bila ternyata

kemudian ditemukan adanya penyimpangan atau hambatan diharapkan agar dapat

segera dideteksi atau diambil tindakan koreksi sehingga pelaksanaan kegiatan

yang bersangkutan diharapkan masih dapat mencapai tujuan sebagaimana yang

telah direncanakan sebelumnya.

Sedangkan Statement of Auditing Standars (SAS) dalam Sawyer (2005:58)

mendefenisikan lima komponen kontrol internal yang saling berkaitan pada

pernyataan COSO adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan control. Komponen ini meliputi seikap manajemen di semua tingkatan terhadap operasi secara umum dan konsep control secara khusus.

2. Penentuan Resiko. Komponen ini telah menjadi bagian dari aktivitas audit internal yang telah berkembang.

3. Aktivitas Kontrol. Komponen ini mencakup aktivitas-aktivitas yang dulunya dikaitkan dengan konsep control internal.

4. Informasi dan Komunikasi. Komponen ini merupakan bagian penting dari proses manajemen. Manajemen tidak dapat berfungsi tanpa informasi.

5. Pengawasan. Pengawasan merupakan evaluasi rasional yang dinamis atas informasi yang diberikan pada komunikasi informasi untuk tujuan manajemen control.

Terdapat hubungan langsung antara tujuan, yang merupakan hal yang

diperjuangkan untuk dicapai perusahaan dan komponen-komponen tersebut, yang

mencerminkan hal-hal yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Tidak semua

tujuan dan komponen ini relevan untuk audit laporan keuangan. Kontrol interna,

sebaik apa pun dirancang dan dioperasikan, hanya bisa memberikan keyakinan

yang wajar tentang pencapaian tujuan.

Page 27: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

2.1.2 Aparat Pengawasan Fungsional

Menurut Revrisond Baswir (2000:138) aparat pengawasan fungsional

adalah ;

1. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

2. Inspektorat Jendral Departemen, Aparat Pengawasan Lembaga

Pemerintah Non Departemen dan Instansi Pemerintah lainnya.

3. Inspektorat Wilayah Provinsi.

4. Inspektorat Wilayah Kabupaten atau Kotamadya.

Selanjutnya uraian mengenai aparat pengawasan fungsional menurut

Baldric Siregar dan Bonni Siregar (2001.353 – 354) adalah :

1. Badan Pengawasan Keuanga dan Pembangunan (BPKP) BPKP merupakan instansi pengawasan dan pemeriksa yang berada dilingkungan pemerintah. BPKP harus melaporkan pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Presiden. Laporan hasil pengawasan dan pemeriksaan disampikan kepada mentri atau pejabat lain yang bersangkutan. Apabila laporan hasil pengawasan berkaitan dengan pemeriksaan, maka dalam tembusan laporan tersebut disampaikan dalan badan pemeriksaan keuangan (BPK). Apabila diperkirakan terdapat tindakan pidana korupsi, BPKP harus melaporkan kepada jaksa agung. Tugas pokok BPKP meliputi ; 1). Merumuskan kebijaksanaan pengawasan keuangan dan pembangunan 2). Melaksanakan pengawasan umum terhadap penguasaan dan pengurusan keuangan

2. Inspektorat Jendral Departemen atau Unit Pengawasan Lembaga Negara merupakan instansi yang melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap seluruh unsure organisasi yang ada di lingkungan departemen atau lembaga Negara yang bersangkutan. Tugas pokok Inspektorat Jendral atau Unit pengawasan adalah melakukan pengawasan terhadap tugas rutin dan pembangunan

Page 28: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

semua unsure yang ada di lingkungan departemen atau lembaga Negara agar pelaksanaan tugas sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Inseptorat Wilayah Provinsi Adalah instansi pengawasan yang melakukan pengawasan terhadap akativitas pemerintah provinsi. Instansi ini bertanggung jawab kepada Gubernur. Instansi ini mempunyai tugas melakukan pengawasan umum atas aktivitas pemerintah daerah, baik yang bersifat rutin maupun yang bersifat pembangunan agart dapat berjalan sesuai dengan rencana dan peraturan perundang – undangan yang berlaku dan melakukan pengawasan terhadap tugas Departemen Dalam Negri di provinsi.

4. Inspektorat Wilayah Kabupaten atau Kotamadya Adalah instansi yang melakukan pengawasan terhadap aktivitas Pemerintah Daerah. Termasuk Kecamatan, Kelurahan atau Desa selain itu Inspektorat Wilayah Kabupaten atau Kotamadya juga melakukan pengawasan terhadap tugas departemen Dalam Negri di Kabupaten atau Kotamadya.

2.1.3 Standar Audit Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah

Berdasarkan Keputusan BPKP No. KEP-378/K/2004 tanggal 30 Mei 2004

Tentang Penetapan Berlakunya Standar Audit Aparat Pengawasan Fungsional

Pemerintah.

Redwan Jaafar dan Sumiati (2006:29) dalam bukunya berjudul “Kode Etik

dan Standar Audit” mengemukakan :

“Standar Audit APFP merupakan prinsip-prinsip dasar dan persyaratan yang diperlukan APFP serta akuntan public yang ditugaskan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi suatu APFP, untuk menjamin mutu hasil audit dan konsitensi pelaksanaan tugas audit”

Selanjutnya Redwan Jaafar dan Sumiati (2006:29) bahwa maksud dan

tujuan standar audit APFP adalah sebagai berikut :

Page 29: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

1. Standar audit APFP ini menjadi acuan dalam menetapkan batas-batas tanggungjawab pelaksanaan tugas audit yang dilakukan oleh APFP dan auditornya sesuai dengan jenjang dan ruang lingkup tugas audit.

2. Tujuan standar audit ini adalah untuk menjamin mutu koordinasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan audit. Standar ini juga bertujuan untuk mendorong efektivitas tindak lanjut temuan hasil audit serta konsistensi penyajian laporan hasil audit yang bermanfaat bagi pemakainnya. Menurut Redwan Jaaftar dan Sumiati (2004: 33) mengemukakan :

“Standar audit aparat pengawasan fungsional pemerintah (APFP) merupakan

prinsip-prinsip dasra persyaratan yang diperluka untuk menjamin mutu hasil audit

dan konsistensi pelaksanaan tugas audit APFP.

Menurut Badan Pengawasan Daerah Jawa Barat (2002:2) dan Redwan

Jaaftar dan Sumiati (2004: 33) dalam bukunya yang berjudul “Kode Etik dan

Standar Audit” dan standar audit terdiri dari 24 butir standar yang terbagi atas

lima katogori yaitu :

1. Standar Umum

a). Keahlian

b). Independensi

c). Kecermatamn profesi

d). Kerahasian

2. Standar Koordinasi dan Kendalian Mutu

a). Program kerja pengawasan

b). Koordinasi pengawasan

c). Kendali mutu

3. Standar Pelaksanaan

a). Pelaksanaan dan supervise

b). Pengendalian Internal

c). Bukti audit

Page 30: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

d). Ketaatan peraturan perundang – undangan

e). Kertas kerja audit

4. Standar Pelaporan

a). Kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

b). Konsistensi

c). Pengungkapan yang memadai

d). Pernyataan pendapat

e). Laporan audit operasional

f). Kesesuaian dengan standar audit APFP

g). Tertulis dan segera

h). Distribusi laporan

5. Standar Tindak Lanjut

a). Kominikasi dengan auditan

b). Pemantauan tindak lanjut

c). Status temuan

d). Penyelesaian hukum

Uraian diatas masing-masing standar audit adalah sebagai berikut :

1. Standar Umum

Standar umum audit merupakan persyaratan bagi APFP dan para

auditornya untuk dapat melaksanakan penugasan audit secara kompeten

dan efektif.

Standar umum ini terdiri dari empat pernyataan, yaitu :

a. Keahlian

Standar ini menegaskan bahwa audit hanya dapat dilakukan oleh

seseorang atau lebih yang memiliki kemampuan, baik secara teori

maupun praktik dibadang audit.standar ini juga menegaskan bahwa

kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam

Page 31: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

bidang keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang

dimaksudkan dalam standar audit ini, jika ia tidak memiliki

kemampuan pendidikan serta pengalaman yang memadai dalam

bidang audit.

b. Independensi

Standar ini bertujuan untuk menghasilkan pendapat audit atau

kesimpulan audit yang objektif. Dalam pembuatan laporan pendapat

atau simpulan auditor harus bebas dari pengaruh pihak-pihak yang

berkepentingan, untuk mencapai tujuan tersebut standar ini

mengharuskan APFP dan para auditornya untuk memiliki intergritas,

yaitu sikap kepribadian yang jujur, bijaksana, berani dan

tanggungjawab sehingga dapat menimbulkan kepercayaan dan rasa

hormat masyarakat.

c. Kecermatan Profesi

Standar ini menghendaki auditor untuk melaksanakan tugasnya dengan

cermat dan seksama. Kecermatan dan keseksamaan ini menekankan

bahwa auditor bertanggungjawab untuk mendalami dan mematuhi

standar audit APFP dalam segala kegiatan yang berkaitan dengan

fungsi APFP salah satu wujud penerapan kecermatan dan keseksamaan

adalah reviu secara kritis pada tingkat supervise terhadap pelaksanaan

audit dan terhadap pertimbangan yang digunakan oleh mereka yang

membantu audit.

d. Kerahasiaan

Page 32: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

APFP dan para auditornya harus menjaga kerahasiaan hal-hal yang

berkaitan dengan audit maupun informasi yang dihasilkan dari audit

tersebut. Kecuali dalam ha-hal yang berkaitan dengan pemerintah dan

pihak yang berwenang, menggunakan informasi yang diperoleh dari

suatu penugasan audit untuk hal-hal di luar lingkup pembentukan

pendapat, penyusunan temuan dan rekomendasi audit.

2. Standar Koordinasi dan Kendali Mutu

a. Program Kerja Pengawasan

Program kerja pengawasan (PKP) merupakan alat bantu bagi APFP

untuk mencapai hasil pengawasan yang efektif. PKP ini merupakan

masukan yang sangat berguna bagi penyusunan rencana induk

pengawasan dan rencana pengawasan kerja tahunan.

b. Koordinasi Pengawasan

Agar tujuan audit bisa dicapai secara maksimal, harus dilakukan

koordinasi secara terus menerus antara APFP baik dalam bentuk rapat

koordinasi pengawasan maupun bentuk koordinasi lainya. Koordinasi

antara APFP terutama dalam hal ini perencanaan, pelaksanaan,

pelaporan, pembahasan tindak lanjut dan pembentukan tim audit.

Koordinasi pengawasan dilakukan dengan maksud mendorong sinergi

pelaksanaan tugas APFP.

c. Kendali Mutu

Sistem kendali mutu yang memadai meliputi struktur organisasi dan

seperangkat kebijakan serta prosedur yang dirancang untuk

Page 33: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

memberikan keyakinan yang memadai bahwa pekerjaan audit APFP

telah mengikuti standar yang ditentukan. APFP harus memantau

sistem kendali mutu audit yang ada secara terus-menerus pemantauan

sistem kendali mutu secara intern dilakukan oleh suatu bagian yang

tidak terlibat dalam tugas audit. Untuk lebih mengefektfkan sistem

kendali mutu juga dilakukan secara berkala oleh pihak ekstern.

3. Standar Pelaksanaan

a. Perencanaan dan Supervisi

Perencanaan dan supervise adalah penting untuk mencapai tujuan audit

dan menjaga mutu pekerjaan audit. Rencana audit harus dibuat untuk

setiap penugasan berdasarkan pengetahuan mengenai kegiatan dan

seluk-beluk usaha auditan, bila perlu rencana tersebut harus diperbaiki

selama proses audit. Supervise berupa bimbingan dan pengawasan

terhadap para asisten, diperlukan untuk mencapai tujuan audit dan

menjaga mutu audit. Supervisi harus dilakukan dalam semua

penugasan tanpa memandang tingkat pengalaman auditor yang

bersangkutan.

b. Pengendalian Intern

Standar ini mewajibkan untuk mempelajari dmenilai struktur

pengendalian auditan. Dalam audit keuangan, tujuan penilaian struktur

pengendalian intern adalah untuk menetukan luas dan lingkup

pengujian yang perlu dilakukan. Sedangkan dalam audit operasional

tujuan penilaian struktur pengendalian intern adalah untuk menentukan

Page 34: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

keekonomisan, efisiensi dan efektivitas operasi auditan. Auditor perlu

melakukan pengujian terhadap penerapan dan perancangan struktur

pengendalian intern untuk memastikan bahwa rancanagan tersebut

telah diterapkan sebagimana mestinya.

c. Bukti Audit

Bukti audit disebutkan relevan jika bukti tersebut secara logis

mendukung atau menguatkan pendapat atau argument yang

berhubungan dengan tujuan dan simpulan audit. Bukti audit dikatan

kompeten jika bukti tersebut sah dan dapat diandalkan untuk menjamin

kesesuaian dengan faktanya. Bukti yang sah ialah bukti yang

memenuhi persyaratan hokum dan undang-undang bukti yang dapat

diandalkan berkaitan dengan sumber dan cara perolehan bukti itu

sendiri. Bukti audit yang cukup berkaitan dengan jumlah bukti yang

dapat dijadikan sebagian dasar untuk pemeriksaan simpulan audit

untuk menetukan kecukupan bukti audit, auditor harus menerapkan

pertimbangan keahlian secara sehat dan objektif.

d. Ketaatan terhadap Peraturan Perundang-undangan

Dalam audit terhadap entitas pemerintah, ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan mendapat perhatian yang sangat penting dengan

alasan :

1. Para pengambil keputusan di sector pemerintah perlu mengetahui

bahwa :

a. Peraturan perundang-undangan sudah diikuti.

Page 35: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

b. Penerapan peraturan perundang-undangan tersebut telah

membuahkan hasil yang diinginkan.

c. Terdapat alasan yang jelas untuk pengusulan revisi peraturan

yang sedang berlaku.

2. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan merupakan salah

satu bentuk utama dari akuntabilitas pemerintah.

e. Kertas Kerja Audit

Hal-hal penting berupa metodologi audit yang dipilih, prosedur audit

yang ditempuh, bukti audit yang dikumpulkan, kesimpulan audit yang

diperoleh selama audit harus di dokumentasikan ke dalam kertas kerja

audit (KKA).

Sedangkan pedoman pemeliharaan KKA harus meliputi :

1. Status pemilikan KKA

2. Sistem kearsipan KKA yang berisi penentuan lokasi penyimpanan

KKA dan lama penyimpanan KKA

3. Aturan tingkat kerahasiaan

4. Standar Pelaporan

a. Kesesuaian dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum

Bahwa pengertian prinsip akuntansi yang berlaku umum adalah

meliputi baik prinsip dan praktik akuntansi maupun metode

penerapannya. Standar ini mengharuskan auditor menyatakan pendapat

apakah laporan keuangan telah disajikan sesui dengan prinsip

Page 36: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

akuntansi yang berlaku umum, jika laporan keuangan disusun dengan

basis akuntansi komprehensif auditor harus mengungkapkan dalam

laporan audit dengan pernyataan pendapat bahwa laporan keuangan

telah disajikan sesuai dengan basis akuntansi komprehensif tersebut.

Jika terdapat pembatasan terhadap lingkup audit yang tidak

memungkinkan auditor untuk memberikan pendapat mengenai

kesesuaian tersebut, maka diperlukan pengecualian yang semestinya

dalam laporan audit.

b. Konsisten

Tujuan standar ini adalah memberikan jaminan adanya daya banding,

jika daya banding laporan keuangan diantara dua priode secara

material berbeda karena perubahan prinsip, auditor harus

mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya. Daya banding

akan diperoleh jika penyajiaanyasuatu laporan keuangan criteria yang

sama. Standar ini mengharuskan auditor mengungkapkan setiap

perubahan penerapan akuntansi yang berlaku umum, baik perubahan

yang mempengaruhi konsistensi maupun perubahan yang tidak

mempengaruhi konsintensi.

c. Pengungkapan yang Memadai

Standar ini mengharuskan auditor mempertimbangkan kecukupan

pengungkapan dalam laporan keuangan. Pengungkapan informasi

memadai atas hal-hal material mencangkup pengungkapan mengenai

Page 37: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

bentuk, susunan dan isi laporan keuangan, serta catatan atas laporan

keuangan. Bila terdapat pengungkapan yang tidak memadai dalam

laporan keuangan, auditor harus mempertimbangkan pengaruhnya

terhadap pendapat yang diperoleh tanpa ikin dari auditan, sepanjang

tidak mengungkapan informasi tersebut tidak bertentangan dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum.

d. Pernyataan Pendapat

Standar ini mengharuskan auditor memberikan pendapat atas laporan

keuangan secara keseluruhan. Jika auditor tidak memberikan pendapat

secara keseluruhan, maka alasan yang tepat dapat dinyatakan. Tujuan

standar ini adalah mengungkapkan tingkat tanggungjawab auditor bila

namanya dikaitkan dengan laporan keuangan. Jika nama auditor

dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat

penjelasan mengenai sifat pekerjaan dan tingkat tanggung jawab yang

dipikulmya.

Menurut Standar Profesional Akuntansi Publik yang dikutif oleh

Jedwan Jaafar dan Sumiati (2006:56) ada lima jenis pendapat akuntan

yaitu :

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang

ditambahkan dalam laporan audit standar (unqualified opinion with

explanatory language)

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Page 38: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

e. Laporan Audit Operasional

Standar ini mengatur bahwa temuan dan simpulan yang disampaikan

kepada auditan harus dikemukakan secara objektif dan disertai

informasi yang jelas mengenai pokok masalah yang terkait, sehingga

auditan dapat memahami temuan dan rekomendasi tersebut secara

utuh.

Laporan audit harus berisi rekomendasi yang kontruktif. Jika

rekomendasi tidak dapat diberikan, alasan yang memadai harus dimuat

dalam laporan auditan harus lebih memperhatikan tercapainya

perbaikan atas kelemahan auditan dari pada hanya sekedar

terlaksananya rekomendasi audit tertentu.

Temuan dan rekomendasi harus memuat unsur-unsur sebagi berikut :

1. Kriteria yang harus dicapai

2. Kondisi atau penyimpangan yang terjadi

3. Penyimpangan antara kondisi dibandingkan dengan criteria

4. Sebab-sebab terjadinya penyimpangan

5. Akibat penyimpangan

6. Rekomendasi

f. Kesusuaian dengan Standar Audit APFP

Laporan ini harus memuat pernyataan bahwa audit telah dilaksanakan

sesuai dengan standar audit APFP. Karena standar audit mengacu

Page 39: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

kepada SPAP, maka untuk audit keuangan pernyataan kesesuaian

dengan standar audit APFP mengandung arti kesesuaian dengan SPAP.

g. Tertulis dan Segera

Lapoaran audit dibuat secara tertulis, hal ini dimaksudkan untuk

menghindari kemungkinan salah tafsir atas temuan dan simpulan

auditor. Laporan tertulis juga dapat dijadikan bahan untuk perencanaan

berikutnya, disamping itu tindak lanjut atas rekomendasi dapat lebih

memiliki dasar dan memudahkan pembuktian jika terjadi tuntutan dari

pihak yang dirugikan. Keharusan membuat laporan secara tertulis tidak

berarti membatasi atau mencegah pembahasan lisan dengan auditan,

bentuk dan isi laporan harus disususn sedemikian rupa, sehingga

memenuhi tujuan audit, jelas, mudah dimengerti, lengkap dan objektif.

h. Disribusi Laporan

Standar ini mengharuskan auditor mendistribusikan laporan audit

kepada pihak-pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang

berlaku, auditor harus memastikan bahwa laporan tidak jatuh ketangan

pihak yang tidak berwenang.

5. Standar Tindak Lanjut

a. Komunikasi dengan Auditan

Komunikasi mengenai tanggung jawab penyelesaian tindak lanjut

dimaksudkan untuk menegaskan bahwa auditan bertanggungjawab

untuk menindak lanjuti temuan dan rekomendasi audit. kesalahan atau

kekeliruan yang tidak segera dibenahi atau diperbaiki dapat

Page 40: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

memperburuk keadaan yang pada akhirnya dapat menimbulkan

kerugian yang lebih besar. sebelum audit berakhir, auditor memperoleh

pernyataan atau penegasan tertulus dari auditan bahwa hasil audit akan

ditindak lanjuti.

b. Pemantauan Tindak Lanjut

APFP harus memelihara data temuan audit untuk keperluan

pemantauan tindak lanjut dan pemutahkiran data temuan sesuai dengan

informasi tentang tindak lanjut yang telah dilaksanakan oleh auditan.

Pemantauan dan penilaian tindak lanjut bertujuan untuk memastikan

bahwa tindakan yang tepat telah dilaksanakan oleh auditan sesuai

dengan rekomendasi. Manfaat audit tidak hanya terletak pada

banyaknya temuan yang dilaporkan, namun juga terletak pada

efektivitas tindak lanjut temuan tersebut. temuan yang tidak ditindak

lanjuti dapat merupakan indikasi lemahnnya pengendalian auditan

dalam mengelola sumber daya yang diserahkan kepadanya.

c. Status Temuan

APFP harus mengidentifikasi status temuan audit guna menunjang

penyusunan laporan status temuan, hal tersebut dilakukan dalam upaya

penuntasan tindak lanjut temuan. Laporan status temuan disampaikan

oleh APFP kepada pihak yang berkepentingan sesuai ketentuan yang

berlaku. Laporan tersebut memuat antara lain :

1. Temuan dan rekomendasi

2. Sebab-sebab belim ditindak lanjutinya temuan

Page 41: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

3. Komentar dan rencana pihak auditan untuk menuntaskan temuan

d. Penyelesaian Hukum

Temuan yang berindikasi adanya tindakan melawan hukum merupakan

temuan yang mengungkapkan kesalahan atau kesengajaan yang

merugikan Negara, atau tindakan yang menyimpang dari ketentuan

yang berlaku yang dapat mengandung unsur tuntutan pidana atau

pidata. Tindak lanjut temuan hasil audit yang berindikasi tindakan

melawan hukum perlu ditangani oleh instansi terkait dengan cepat dan

lugas, sehingga penyelesainnya tidak berlarut-larut. APFP

berkewajiban untuk melaporkan temuan tersebut melalui jalur yang

telah ditetapkan dan wajib membantu aparat hukum dalam

menyelesaikan kasus tersebut. Auditor harus melakukan kerja sama

dengan aparat hukum terkait dan memiliki sebab-sebab tidak atau

belum adanya proses hukum.

Standar audit APFP menjadi acuan dalam menetapkan batas-batas

tanggung jawab pelaksanaan tugas audit yang dilakukan oleh APFP dan

auditornya sesuai dengan jenjang dan ruang lingkup tugas auditny. Standar audit

APFP bertujuan untuk menjamin mutu koordinasi, perencanaan, pelaksanaan, dan

pelaporan audit. Standar audit bertujuan untuk mendorong aktivitas tindak lanjut

temuan hasil audit serta konsistensinya penyajian laporan keuangan hasil audit

yang bermanfaat bagi pemakainya.

Page 42: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

2.1.4 Pelaksanaan Pengawasan Fungsional Pemerintah Daerah

Pelaksanaan pengawasan fungsional diarahkan terhadap pelaksanaan tugas

umum pemerintah dan pembangunan. Dengan tujuan agar pelaksanaan tugas

umum dan pembangunan itu berlangsung sesuai dengan rencana dan peraturan

perundang – undangan yang berlaku.

Menurut Revrisond Baswir (2001:138) dapat digolongkan kedalam bentuk

katogori sebagi berikut :

a). Kegiatan Pengawasan Tahunan.

b). Kegiatan Pengawasan Khusus.

c). Kegiatan Pengawasan Hal – hal tertentu.

1. Kegiatan Pengawasan Tahunan

Kegiatan pengawasan tahunan didasarkan pada program kerja

pengawasan tahunan (PKPT) manfaat yang diharapkan dari keberadaan PTKP ini

adalah sebagai berikut :

a. Dihindarinya sejauh mungkin tumpang tindih pelaksanaan

pemeriksaan.

b. Terarahnya ruang lingkup dan sasaran pemeriksaan sesuai dengan

petunjuk Menko Ekuin/Wasbag.

c. Dikuranginya inefesiensi dan pemborosan penggunaan tenaga

pemeriksaan yaitu dengan jalan menentukan standar hasil

pemeriksaan (HP) untuk setiap jenis pemeriksaan.

Page 43: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

d. Karena rencana kerja dikaitan dengan hasil pemeriksaan yang

tersedia, maka penyusunan rencana kerja yang melebihi

kemampuan yang diharapkan dapat dihindari.

Dalam pelaksanaanya PKPT dikoordinasikan oleh BPKP yaitu dengan

penerbitan nama pengawasan fungsional pemerintah, dapat dihindari dengan jalan

sebagi berikut :

a. Penerbitan nama pengawas aparat pengawasan fungsional

pemerintah.

b. Mengeluarkan pedoman pemeriksaan.

c. Memantau pelaksanaan Program Kerja Pengawasan Tahunan

(PKPT).

d. Menyelenggarakan rapat koordinasi aparat pengawasan fungsional

pemerintah untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan PKPT.

2. Kegiatan Pengawasan Khusus

Pengawasan khusus biasanya ditujukan terhadap penyimpangan -

penyimpangan dan atau masalah – masalah dalam bidang administrasi

dalam lingkungan pemerintah, yang dinilai mengundang dampak luas

terhadap jalannya pemerintah dan kehidupan masyarakat. Pengawasan

khusus ini dapat dilakukan sendiri oleh BPKP atau oleh tim pemeriksa

gabungan yang terbentuk oleh kepala BPKP.

3. Kegiatan Pengawasan Hal-hal Tertentu

Page 44: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Sedangkan pengawasan hal-hal tertentu dilaksanakan oleh

Inspektur Jendral Pembangunan atas petunjuk Presiden dan atau Wakil

Presiden. Hasilnya dilaporkan kepada Presiden atau Wakil Presiden

dengan tembusan kepada Menko Ekuin/ Wasbag serta kepala BPKP.

2.2 Pengertian Kinerja

Kata “kinerja” belakangan ini menjadi topik yang hangat di kalangan

pegawai pengusaha dan kalangan administrator. Kinerja seakan menjadi sosok

yang bernilai dan telah dijadikan tujuan pokok pada organisasi atau badan usaha,

selain profit. Karena dengan laba saja tidak cukup apabila tidak dibarengi dengan

efektivitas dan efisiensi.

Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dijabarkan beberapa pengertian

mengenai kinerja menurut beberapa ahli.

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000: 67) kinerja itu dapat

didefinisikan sebagai:

“Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”

Sedangkan Pengertian kinerja menurut Indra Bastian (2002:329)

menyatakan bahwa :

“Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis suatu organisasi”.

Page 45: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Pengertian kinerja menurut Malayu S.P Hasibuan (2002: 94) mengatakan

bahwa :

“Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan dan tepat waktu”. Sedangkan menurut Bernardin dan Russsell yang dikutip oleh Ambar

Teguh Sulistiyani dan Rosidah (2003: 224) bahwa kinerja adalah:

“Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Sedang kinerja suatu jabatan secara keseluruhan sama dengan jumlah (rata-rata) dari kinerja fungsi pegawai atau kegiatan yang dilakukan. Pengertian kinerja di sini tidak bermaksud menilai karakteristik individu tetapi mengacu pada serangkaian hasil yang diperoleh selama periode waktu tertentu”.

Menurut pendapat T.R Mitchell yang dikutip oleh Sedarmayanti

(2001:51) mengatakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu :

1. “Quality of work, kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.

2. Promptness, ketangkasan atau kegesitan pegawai dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Initiative, semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggungjawabnya.

4. Capability, kemampuan individu untuk mengerjakan sebagian tugas dalam suatu pekerjaan baik kemampuan intelektual (yakni kemampuan yang diperlakukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecepatan kekuatan dan keterampilan serupa) dan kemampuan fisik.

5. Communication, komunikasi merupakan bagian penting untuk membangun relasi dan menumbuhkan motivasi antar pegawai sehingga terbina suatu kerjasama yang harmonis”.

Salah satu kemajuan Instansi yang paling diharapkan adalah terciptanya

kinerja pegawai dalam instansi, dibutuhkan teknik penggerakan dan motivasi yang

sesuai dengan kebutuhan instansi dan kondisi pegawai yang bekerja didalam

Page 46: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

instansi tersebut. Disinilah letak kunci kearah peningkatan kinerja pegawai yang

harus dicapai.

Pencapaian pegawai kearah kinerja yang menimbulkan efektivitas dan

efisiensi kinerja yang dibutuhkan, perlu dibina atas dasar adanya perpaduan

pandangan antara pegawai dengan pimpinan, ke arah kerjasama yang harmonis

serta adanya suasana yang menimbulkan rasa tanggungjawab.

Kinerja dihasilkan oleh adanya 3 (tiga) hal, yaitu : a. “Kemampuan (ability) dalam wujudnya sebagai kapasitas untuk

berprestasi (capacity to perform). b. Kemampuan, semangat, hasrat atau motivasi dalam wujudnya

sebagai kesediaan untuk berprestasi (willingness to perform). c. Kesempatan untuk berprestasi (opportunity to perform)”.

(http://willemkana.com/wp-content/uploads/2008/08/teori-prestasi-kerja1.doc)

Kinerja bagian produktivitas kerja, produktivitas berasal dari kata

”Produktif” artinya sesuatu yang mengandung potensi untuk digali, sehingga

produktivitas dapatlah dikatakan sesuatu proses kegiatan yang terstruktur guna

menggali potensi yang ada dalam sebuah komoditi.

Menurut beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

kinerja mempunyai hubungan erat dengan masalah produktivitas dan efektivitas

kinerja, karena merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk

mencapai tingkat produktivitas dan efektivitas kinerja yang tinggi dalam suatu

instansi. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya untuk mengadakan

penilaian terhadap kinerja di suatu organisasi merupakan hal yang sangat penting.

Berbicara tentang kinerja personil, erat kaitannya dengan cara mengadakan

penilaian terhadap pekerjaan seseorang sehingga perlu ditetapkan standar kinerja

atau standard performance. Ungkapan tersebut menyatakan bahwa standar kinerja

Page 47: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

perlu dirumuskan guna dijadikan tolak ukur dalam mengadakan perbandingan

antara apa yang telah dilakukan dengan apa yang diharapkan, kaitannya dengan

pekerjaan atau jabatan yang telah dipercayakan kepada seseorang. Standar

termaksud dapat pula dijadikan sebagai ukuran dalam mengadakan pertanggung

jawaban terhadap apa yang telah dilakukan.

2.2.1 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Menurut Instruksi Presiden No. 7 tahun 2004 , pelaksanaan penyusunan

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dilakukan dengan

cara sebagai berikut :

1. Mempersiapkan dan menyusun Perencanaan Strategis (Strategic

Planning).

2. Merumuskan Visi, Misi, Faktor-faktor Kunci Keberhasilan (Success Key

Factors), Tujuan, Sasaran dan Strategi instansi pemerintah.

3. Merumuskan Indikator Kinerja (Performance Indicators) instansi

pemerintah dengan berpedoman pada Kegiatan yang Dominan, Kegiatan

yang menjadi Isu Nasional dan Vital bagi pencapaian Visi dan Misi

instansi pemerintah.

4. Memantau dan mengamati pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi dengan

seksama.

5. Mengukur Pencapaian Kinerja dengan :

1) perbandingan antara Kinerja Aktual dengan Rencana atau Target;

2) perbandingan antara Kinerja Aktual dengan Kinerja Tahun-tahun

sebelumnya;

3) perbandingan antara Kinerja Aktual dengan Kinerja di Negaranegara

lain atau dengan Standar Internasional;

4) membandingkan Pencapaian Tahun Berjalan dengan Tahun-tahun

sebelumnya;

5) membandingkan Kumulatif Pencapaian Kinerja dengan Target

Page 48: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Selesainya Rencana Strategis.

6. Melakukan Evaluasi Kinerja dengan :

1) menganalisis Hasil Pengukuran Kinerja;

2) menginterpretasikan Data yang Diperoleh;

3) membandingkan Pencapaian Program dengan Visi dan Misi

Intansi Pemerintah.

2.2.2 Pengertian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Akuntabilitas adalah “kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban

atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan

hukum/pimpinan kolektif atau organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau

berkewenangan untuk meminta keterangan pertanggungjawaban”.

Sjahruddin Rasul (2004:15) menyatakan bahwa akuntabilitas didefinisikan

secara sempit sebagai kemampuan untuk memberi jawaban kepada otoritas yang

lebih tinggi atas tindakan “seseorang” atau “sekelompok orang” terhadap

masyarakat secara luas atau dalam suatu organisasi. Dalam konteks institusi

pemerintah, “seseorang” tersebut adalah pimpinan instansi pemerintah sebagai

penerima amanat yang harus memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan

amanat tersebut kepada masyarakat atau publik sebagai pemberi amanat

J.B. Ghartey (2004:18) menyatakan bahwa akuntabilitas ditujukan untuk

mencari jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan stewardship yaitu

apa, mengapa, siapa, ke mana, yang mana, dan bagaimana suatu

pertanggungjawaban harus dilaksanakan.

Ledvina V. Carino (2005:43) mengatakan bahwa akuntabilitas

merupakan suatu evolusi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang

petugas baik yang masih berada pada jalur otoritasnya atau sudah keluar jauh dari

Page 49: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

tanggung jawab dan kewenangannya. Setiap orang harus benar-benar menyadari

bahwa setiap tindakannya bukan hanya akan memberi pengaruh pada dirinya

sendiri saja.

Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa tindakannya juga akan membawa

dampak yang tidak kecil pada orang lain. Dengan demikian, dalam setiap tingkah

lakunya seorang pejabat pemerintah harus memperhatikan lingkungannya.

Kinerja Instansi pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi

pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan

pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah

ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik.

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah

instrumen yang digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi

organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui

sistem pertanggungjawaban keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi

organisasi, terdiri dari berbagai komponen yang merupakan satu kesatuan, yaitu

perencanaan strategik, perencanaan kinerja, dan pelaporan kinerja.

Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

pemerintahan yang baik dan bersih (good governance dan clean government)

telah mendorong pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang

jelas, tepat, teratur, dan efektif yang dikenal dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (SAKIP). Penerapan sistem tersebut bertujuan agar

Page 50: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara

berdaya guna, berhasil guna, bertanggung jawab dan bebas dari praktik-praktik

KKN.. Sistem AKIP yang telah dikembangkan, diharapkan dapat merupakan

suatu sistem yang komprehensif untuk memperbaiki proses-proses pengambilan

keputusan mulai dari Perumusan Kebijakan Stratejik; Perencanaan Kinerja

Tahunan; Pengukuran Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja berikut Evaluasi

dan Tindak Lanjut atas Evaluasi berupa Perbaikanperbaikan/ Pemecahan masalah

yang dihadapi oleh setiap instansi pemerintah secara berkelanjutan. Dengan

demikian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang ada dapat

merupakan :

1. Sarana/instrumen penting dan vital untuk melaksanakan reformasi

birokrasi dalam penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan

dan pelayanan publik.

2. Sarana yang efektif untuk mendorong seluruh Pimpinan Instansi

Pemerintah atau Pimpinan Unit Kerja untuk meningkatkan Disiplin dalam

menerapkan prinsip-prinsip good governance dan fungsi-fungsi

manajemen modern secara taat asas.

3. Sarana yang efektif untuk mendorong pengelolaan dana dan sumber daya

lainnya menjadi efisien dan efektif dalam rangka meningkatkan kinerja

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan public secara

terukur dan berkelanjutan.

4. Sarana untuk mengetahui dan mengukur tingkat keberhasilan dan atau

kegagalan dari setiap Pemimpin instansi pemerintah atau Unit Kerja dalam

menjalankan Misi, Tujuan, dan Sasaran Organisasi yang telah ditetapkan

dalam Rencana Stratejik dan Rencana Kerja Tahunan.

5. Sarana untuk mendorong usaha penyempurnaan struktur organisasi,

kebijakan publik, sistem perencanaan dan penganggaran,ketatalaksanaan,

Page 51: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

metode kerja dan prosedur pelayanan masyarakat, mekanisme pelaporan

serta pencegahan praktik-praktik KKN;

6. Sarana untuk mendorong kreativitas, produktivitas, sensitivitas, disiplin

dan tanggung jawab aparatur negara dalam melaksanakan tugas/jabatan

berdasarkan aturan/kebijakan, prosedur dan tata kerja yang telah ditetapkan.

Manfaat Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai berikut :

1. Mempertajam penetapan prioritas program-program pembangunan

nasional dan daerah

2. Meminimalisasi duplikasi pembiayaan kegiatan rutin dan

pembangunan sekaligus dapat meningkatkan kinerja secara terukur dan

berkelanjutan

3. Tersedianya mekanisme pencatatan pemanfaatan sumber daya nasional

dalam pelaksanaan seluruh program dan kegiatan nasional dan daerah

secara lebih akurat

4. Mempercepat dan meningkatkan keakurasian dalam penyusunan,

revisi,perhitungan APBN sesuai dengan amanat UU Keuangan Negara

5. Mencegah penggunaan dana APBN/APBD untuk kegiatan yang tidak

dapat dipertanggungjawabkan kepada publik;

6. Tersedianya sarana dan metoda kerja baru dalam pengendalian sistem

sistem manajemen (built in control system) yang lebih handal;

7. Dapat mengurangi jenis dan jumlah laporan yang harus disiapkan oleh

pejabat di setiap instansi pemerintah, sehingga waktu kerja pimpinan

dapat difokuskan untuk peningkatan kinerja instansi sesuai dengan

harapan masyarakat.

Keunggulan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai berikut :

1. Sebagai alat atau media laboran pertanggungjawaban instansi

Page 52: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

pemerintah yang Nadal, baik secara hirarkis maupun fungsional

kepada Presiden selaku penanggung jawab penyelenggaraan

pemerintahan negara

2. Sistem AKIP pada dasarnya merujuk pada best practices serta

menggunakan pendekatan manajemen stratejik dan pengukuran

kinerja, sehingga diharapkan dapat mendorong perubahan paradigm

penyelenggaraan pemerintahan yaitu antara lain:

1) Dari orientasi Input dan Proses ke arah Efektivitas Hasil dan

Manfaat (outcomes);

2) Dari orientasi Jangka Pendek (tahunan) ke orientasi Jangka

Menengah (lima tahunan) yang Terukur dan Berkelanjutan;

3) Dari budaya Aparat yang Birokratis ke arah budaya

entrepreneurship;

4) Dari kebiasaan Menunggu Perintah atau Petunjuk Atasan ke arah

Kemandirian Berdasarkan Komitmen, Konsistensi pada Visi dan

Misi organisasi, serta Profesionalitas Aparat Negara;

3. Sistem AKIP merupakan upaya Preventif yang terbukti Efektif untuk

mencegah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di berbagai Negara

4. Memudahkan bagi Presiden untuk menilai Kinerja instansi-instansi

pemerintah

5. Memudahkan integrasi Sistem Perencanaan Nasional dengan

Penganggaran, Penentuan Prioritas Pembiayaan Program dan Kegiatan

atas dasar Kinerja setiap instansi pemerintah;

6. Membantu Presiden untuk meningkatkan Kualitas Laporan

Pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

dalam konteks Akuntabilitas Publik yang lebih Transparan.

2.2.3 Perencanan Strategik

Dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, perencanaan

strategik merupakan langkah awal yang harus dilakukan agar mampu menjawab

Page 53: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

tuntutan lingkungan strategik lokal, nasional,dan global, dan tetap berada dalam

tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dokumen

Rencana strategik setidaknya memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi

( cara mencapai tujuan dan sasaran ) yaitu :

1. Visi

a). Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut ke mana instansi

pemerintah harus dibawa dan harus diarahkan agar dapat berkarya secara

konsisten dan tetap eksis, antisifatif, inopatif, serta produktif. Visi adalah

suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang bersisikan cita

dan citra yang ingin diwujudkan instansi pemerintah.

b). Rumusan visi hendaknya :

1) Mencerminkan apa yang ingin dicapai sebuah organisasi.

2) Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas.

3) Memiliki orientasi terhadap masa depan sehingga segenap jajaran harus

berperan dalam mendepenisikan dan membentuk masa depan organisasinya,

4) Mampu menumbuhkan komitmen seluruh jajaran dalam lingkungan

organisasi,

5). Mampu menjamin keseimbangan kepemimpinan organisasi

c). Rumusan visi yang jelas diharapkan mampu :

Page 54: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

1. Menarik komitmen dan menggerakkan orang.

2. Menciptakan makna bagi kehidupan anggota organisasi.

3. Menciptakan standar keunggulan.

4. Menjembatani keadaan sekarang dan keadaan masa depan. Visi instansi

perlu ditanamkan pada setiap unsur organisasi sehingga menjadi visi

berasama ( shared vision) yang pada gilirannya mampu mengerahkan dan

menggerakan segala sumber daya instansi.

2. Misi :

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi

pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah di tetapakan. Dengan

pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang

berkepentingan dapat mengetahui dan mengenal keberadaan dan peran

instansi pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.

Misi suatu instansi harus jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

Misi juga terakait dengan kewenangan yang dimiliki oleh instansi pemerintah

dari peraturan perundangan atau kemampuan penguasaan teknologi sesuai

dengan strategi yang telah dipilih. Perumusan misi instansi pemerintah harus

memperhatikan masukan pihak-pihak yang berkepentingan

(stakeholders),dan memberikan peluang untuk perubahan/penyesuaian sesuai

dengan tuntutan perkembangan lingkungan strategik.

Page 55: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

2.2.4 Perencanaan Kinerja

Perencanaan kinerja merupakan “proses penetapan kegiatan tahunan

dan insikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran

yang telah ditetapkan dalam rencana strategik. Hasil dari proses ini

berupa rencana kinerja tahunan”.

Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai

penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana

strategik, yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui

berbagaikegiatan tahunan. Didalam rencana kinerja ditetapkan rencana capaian

kerja tahunan untuk seluruh indikator kinerja yang susunan rencana kerja

dilakukann seiring dengan agenda penyusunan dan kebijakan anggaran, serta

merupakan komitmen bagi instansi untuk mencapainya dalam tahun

tertentu.Dokumen Rencana Kinerja memuat informasi tentang sasaran yang ingin

dicapai dalam tahun yang bersangkutan indikator kinerja sasaran,dan rencana

capaiannya ; program; kegiatan, serta kelompok indikator kinerja dan rencana

capaiannya.

2.2.4.1 Fungsi Indikator Kinerja

Indikator Kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah

ditetapkan. Oleh karena itu kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung

dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat

kinerja baik dalam tahapan perencanaan, tahap pelaksanaan, maupun tahap setelah

Page 56: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

kegiatan selesai dan berfungsi. Oleh karena itu Kinerja Pemerintah Daerah perlu

dikembangkan agar dalam kinerjanya dapat mencapai suatu tujuan yang tepat

dengan sesuai peraturan perundang – undang yang berlaku. Hal ini dimaksudkan

untuk dapat suatu kinerja yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan terhadap

kinerja pemerintah daerah yang akurat.

Secara umum indikator kinerja memiliki beberapa fungsi sebagia berikut :

a. Memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan.

b. Menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk

menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan / program /

kegiatan dan dalam menilai kinerjanya termasuk kinerja instansi

pemerintah yang melaksanakannya.

c. Membangun bagi dasar pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja

organisasi atau unit kerja

Dalam indikator kinerja terhadap syarat-syarat indikator kinerja adalah

sebagai beikut :

a. Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan

kesalahan interpretasi.

b. Dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun

kualitatif yaitu dua atau lebih yang mengukur indikator kinerja

mempunyai kesimpilan yang sama.

c. Relevan yaitu harus menangani aspek-aspek objektif yang relevan

Page 57: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

d. Dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukan keberhasilan

masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak.

e. Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan atau penyesuaian

pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan.

f. Efektif yaitu data atau informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja

yang bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah dan dianalisis dengan biaya

yang tersedia.

2.2.4.2 Indikator Kinerja

Menurut Indra Bastian (2001:337) dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik

di Indonesia Indikator Kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan.

Indikator kinerja kegiatan yang akan ditetapkan dikategorikan sebagai berikut :

1. Masukan (Input) terdiri dari yaitu :

- Penggunaan Dana - Sumber daya Manusia - Material

2. Keluaran (Output) terdiri dari yaitu :

- Pencapaian Kebijakan Tujuan

3. Hasil (Outcomes) terdiri dari yaitu :

Page 58: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

- Pelaksanaan Program dan Kegiatan - Laporan Akuntabilitas Kinerja

4. Manfaat (Benefits) terdiri dari yaitu :

- Tepat Lokasi - Tepat Waktu

5. Dampak (Impact) terdiri dari yaitu :

- Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat - Meningkatkan Prestasi Kerja - Efisiensi - Efektivitas

• Masukan (Inputs) Adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar

pelaksanaan kegiatan dan proram dapat berjalan atau dalam rangka

menghasilkan output, misalnya sumber daya manusia, dana, material ,

kebijakan atau peraturan perundang-undang. Yang dipergunakan untuk

melaksanakan kegiatan dengan meninjau distribusi sumber daya suatu

lembaga dapat menganalisis apakah alkasi sumber daya yang dimiliki

telah sesuai dengan rencana strategi yang telah ditetapkan

- Penggunaan Dana yaitu suatu yang sudah di tetapkan oleh

pemerintah daerah untuk merealisasi program kerja yang sudah di

rencanakan.

- Sumber daya Manusia yaitu suatu bentuk rencana yang sudah

ditetapkan dalam alokasi sumber daya manusia yang srtategi

Page 59: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

- Material yaitu sarana dan prasarana untuk menunjang kinerja dalam

melaksanakan program kerja pemerintah.

• Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu berupa produk atau jasa (fisik

dan atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan

dan program berdasarkan masukan yang digunakan untuk mengukur

keluaran yang dihasilkan dari suatu kegiatan. Dengan menbandingkan

keluaran, instansi dapat menganalisis apakah kegiatan terlaksana sesuai

dengan rencana. Indikator keluaran dijadikan landasan untuk menilai

kemajuan suatu kegiatan apabila tolak ukur dikaitan dengan sasaran

kegiatan yang terdefinisi dengan baikdan terukur. Oleh karena itu,

keluaran harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan instansi.

- Pencapaian Kebijakan Tujuan yaitu suatu kegiatan yang dimana

dalam program kerja pemrintah yang sudah ada harus dijalankan

semestinya.

• Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya

keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran

seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi keutuhan dan harapan

masyarakat. Walaupun produk telah berhasil dicapai dengan baik, belum

tentu secara outcome kegiatan tersebut telah tercapai. Outcome

menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin

menyangkut kepentingan banyak pihak. Dengan indikatot outcome,

organisasi akan dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam

bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan

memberikan keguanaan yang besar bagi masyarakat banyak.

- Pelaksanaan Program dan Kegiatan yaitu hasil dari keluaran yang

sudah tercapai dalam kegiatan dapat menghasilkan hasil yang baik.

Page 60: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

- Laporan Akuntabilitas Kinerja yaitu suatu ukuran sebarapa jauh

dalam menjalankan tugas, suatu kegiatan/program kerja dan

hasilnya sesuai format pelaporan yang berlaku.

• Manfaat (Benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang

dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas

yang dapat diakses oleh publik.menggambarkan manfaat yang diperoleh

baru tampak setelah beberapa waktu kemudian, khususnya dalam jangka

menengah dan jangka panjang. Indikator manfaat menunjukan hal yang

diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat diselesaikan dan berfungsi

dengan optimal.

- Tepat Lokasi yaitu suatu bentuk laporan dimana dalam

penyusunan harus secara sistematis serta sesuai dengan keinginan

masyarakat.

- Tepat Waktu yaitu bentuk kegiatan yang telah dikerjakan harus di

sajikan dalam bentuk laporan harus sesuai

• Dampak (Impact) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi,

lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh pencapaian

kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan. Indikator kinerja ini

memperlihatkan pengaruh yang ditimbulkan dari manfaat yang diperoleh

dari hasil kegiatan. Seperti halnya indikator manfaat, indikator dampak

juga baru dapat diketahui dalam jangka waktu menengah atau jangka

panjang. Hal ini menunjukan dasar pemikiran dilaksanakan kegiatan yang

menggambarkan aspek makro pelaksanaan kegiatan, tujuan kegiatan

secara sektoral, regional dan nasional.

- Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat yaitu tingkat kepercayaan

dalam menunjang kinerja yang ada sesuai kepentingan masyarakat

yang ada.

Page 61: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

- Meningkatkan Prestasi Kerja yaitu bentuk apresiasi atau prestasi

dalam berkarir.

- Efisiensi yaitu manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dalam

menjalankan tugasnya.

- Efektivitas yaitu pencapaian kinerja untuk melaksanakan tugasnya

sesuai target yang diterapkan sehingga sesuai dalam berkarir.

2.2.5 Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan

berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan

pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan

tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan

strategi instansi pemerintah.

Pengukuran kinerja mencakup :

1) Kinerja kegiatan yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana

tingkat pencapaian) dari masing-masing kelompok.

2) Tingkat pencapaian sasaran instansi pemerintah yang merupakan tingkat

pencapaian target (rencana tingkat pencapaian) dari masing-masing

indikator sasaran yang telah ditetapkan

sumber : www.setneg.go.id

Masih menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001:68) mengatakan

bahwa enam karakteristik dari pegawai yang memiliki motivasi prestasi tinggi,

yaitu :

1.Mempunyai tanggung jawab pribadi yang tinggi

Page 62: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

2.Berani mengambil resiko 3.Memiliki tujuan yang realitas 4.Memiliki rencana kerja 5.Memanfaatkan umpan balik 6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah

diprogramkan”. 2.3 Program-program pembangunan Kinerja Pemerintah Daerah,

meliputi

1) Program Penerapan Kepemerintahan yang baik, bertujuan untuk

mewujudkan pemerintahan yang bersih, profesional, responsif, dan

bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pemerintahan dan

pembangunan.

2) Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara,

bertujuan untuk menyempurnakan dan mengefektifkan sistem

pengawasan dan audit serta sistem akuntabilitas kinerja dalam

mewujudkan aparatur negara yang bersih, akuntabel, dan bebas KKN.

3) Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan, bertujuan untuk

menata dan menyempurnakan sistem organisasi dan manajemen

pemerintahan pusat, pemerintahan provinsi dan pemerintahan

kabupaten/kota agar lebih proporsional, efisien dan efektif.

4) Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur, bertujuan utuk

meningkatkan sistem pengelolaan dan kapasitas sumber daya manusia

aparatur sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas

kepemerintahan dan pembangunan.

Page 63: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

5) Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik bertujuan untuk

mengembangkan manajemen pelayanan publik yang bermutu,

transparan, akuntabel, mudah, murah, cepat, patut, dan adil kepada

seluruh masyarakat guna menunjang kepentingan masyarakat dan

dunia usaha, serta mendorong partisipasi dan pemberdayaan

masyarakat.

6) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara,

bertujuan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan administrasi

pemerintahan secara lebih efisien dan efektif serta terpadu.

2.3.1 Langkah-Langkah Kebijakan Kinerja Pemerintah Daerah

Untuk mempercepat terwujudnya tata pemerintahan yang bersih dan

berwibawa melalui reformasi birokrasi, langkah-langkah kebijakan yang ditempuh

Pemerintah adalah melanjutkan kegiatan-kegiatan penting yang telah dilakukan

sebelumnya dan melakukan kegiatan baru yang bersifat terobosan, sebagai

berikut:

1. Pemerintah terus meningkatkan penanggulangan penyalahgunaan

kewenangan, melalui :

a) peningkatan komitmen para penyelenggara negara dalam

pemberantasan korupsi disertai pemberian sanksi yang seberat-

beratnya kepada pelaku korupsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b) penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik di semua

tingkatan dan kegiatan instansi pemerintahan.

Page 64: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

c) penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah secara

konsisten dan berkelanjutan melalui penerapan manajemen berbasis

kinerja.

d) penataan dan peningkatan efektivitas pengawasan melalui koordinasi

dan peningkatan sinergi antara pengawasan internal, pengawasan

eksternal, dan pengawasan masyarakat serta percepatan tindak lanjut

atas hasil pengawasan.

e) pembangunan budaya kerja organisasi dalam birokrasi agar aparatur

berperilaku semakin profesional, bermoral, produktif dan bertanggung

jawab.

f) peningkatan pemberdayaan dan sinergi antara penyelenggara negara,

dunia usaha, dan masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

2. Pemerintah meningkatkan kualitas penyelenggaraan administrasi negara

sebagai landasan utama untuk meningkatkan pelayanan publik melalui kegiatan-

kegiatan sebagai berikut:

a) melanjutkan penataan kelembagaan pemerintahan agar lebih

proporsional serta dapat berfungsi secara lebih efektif, efisien, dan

responsif terhadap tuntutan pelaksanaan tugas dan fungsi.

b) peningkatan efektivitas dan efisiensi ketatalaksanaan (manajemen)

termasuk prosedur kerja di berbagai tingkatan dan kegiatan instansi

Pemerintah.

Page 65: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

c) penataan dan peningkatan kapasitas pegawai agar lebih profesional

sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk memberikan pelayanan yang

terbaik kepada masyarakat, antara lain melalui berbagai diklat dan

melalui berbagai pembinaan yang dilakukan oleh masing-masing

instansi Pemerintah.

d) meningkatkan koordinasi dan integrasi tugas pokok dan fungsi serta

program masing-masing instansi, sesuai dengan tahapan pelaksanaan

rencana.

e) peningkatan kesejahteraan pegawai dan pemberlakuan sistem karir

berdasarkan prestasi.

f) pengembangan dan pemanfaatan e-government dan dokumen/arsip

negara dalam pengelolaan tugas dan fungsi pemerintahan. Sejalan

dengan peningkatan kesejahteraan pegawai, Pemerintah terus

mengupayakan peningkatan gaji pegawai secara proporsional, adil, dan

layak.

3. Pemerintah meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan melalui :

a) peningkatan kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses

pembangunan dan mengawasi pelaksanaan tugas aparatur Pemerintah

termasuk pelaksanaan pelayanan public.

b). peningkatan transparansi, partisipasi, dan mutu pelayanan melalui

peningkatan akses dan sebaran informasi.

Page 66: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

2.3.2 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Daerah

Berdasarkan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah yang ditetapkan oleh Kepala Lembaga Administrasi

Negara, pelaksanaan AKIP harus berdasarkan antara lain pada prinsip-prinsip

sebagai berikut:

1. Adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yang

bersangkutan.

2. Berdasarkan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-

sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundangundangan

yang berlaku.

3. Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah

ditetapkan.

4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaat

yang diperoleh.

5. Jujur, objektif, transparan, dan akurat.

6. Menyajikan keberhasilan/kegagalan dalam pencapaian sasaran dan

tujuan yang telah ditetapkan.

Selain prinsip-prinsip tersebut di atas, agar pelaksanaan sistem

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah lebih efektif, sangat diperlukan

komitmen yang kuat dari organisasi yang mempunyai wewenang dan bertanggung

jawab di bidang pengawasan dan penilaian terhadap akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah.

2.3.3 Siklus Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah

Sjahruddin Rasul (2002:46) menyatakan bahwa siklus akuntabilitas

kinerja instansi pemerintah pada dasarnya berlandaskan pada konsep manajemen

Page 67: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

berbasis kinerja. Adapun tahapan dalam siklus manajemen berbasis kinerja adalah

sebagai berikut:

1. Penetapan perencanaan stratejik yang meliputi penetapan visi dan misi organisasi dan strategic performance objectives.

2. Penetapan ukuran-ukuran kinerja atas perencanaan stratejik yang telah ditetapkan yang diikuti dengan pelaksanaan kegiatan organisasi.

3. Pengumpulan data kinerja (termasuk proses pengukuran kinerja), menganalisisnya, mereviu, dan melaporkan data tersebut. 4. Manajemen organisasi menggunakan data yang dilaporkan tersebut

untuk mendorong perbaikan kinerja, seperti melakukan perubahanperubahan dan koreksi-koreksi dan/atau melakukan penyelarasan(fine-tuning) atas kegiatan organisasi. Begitu perubahan, koreksi, dan penyelarasan yang dibutuhkan telah ditetapkan, maka siklus akan berulang lagi.

Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan suatu tatanan,

instrumen, dan metode pertanggungjawaban yang intinya meliputi tahaptahap

sebagai berikut :

1. Penetapan perencanaan stratejik.

2. Pengukuran kinerja.

3. Pelaporan kinerja.

4. Pemanfaatan informasi kinerja bagi perbaikan kinerja secara

berkesinambungan.

Sumber : www.setneg.go.id

2.4 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah proses untuk mengukur prestasi kerja pegawai

berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan, dengan cara membandingkan sasaran

(hasil kerjanya) dengan persyaratan deskripsi pekerjaan yaitu standar pekerjaan

yag telah ditetapkan selama periode tertentu. Penilaian kinerja juga merupakan

proses formal untuk melakukan evaluasi kinerja secara periodik. Penilaian kinerja

Page 68: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

dapat memotivasi pegawai agar terdorong untuk bekerja lebih baik. Oleh karena

itu diperlukan penilaian kinerja yang tepat dan konsisten.

Penilaian kinerja dapat terpenuhi apabila penilaian mempunyai hubungan

dengan pekerjaan (job related) dan adanya standar pelaksanaan kerja

(performance standar) agar penilaian dapat dilaksanakan secara efektif, maka

standar penilaian hendaknya berhubungan dengan hasil-hasil yang diinginkan

setiap pekerjaan.

Menurut Panggabean (2002) mendefinisikan Penilaian kinerja adalah

sebagai berikut :

“Penilaian kinerja merupakan sebuah proses formal untuk melakukan peninjauan ulang dan evaluasi kinerja seseorang secara periodik. Proses penilaian kinerja ini ditunjukkan untuk memenuhi kinerja seseorang, dimana kegiatan ini terdiri dari identifikasi, observasi, pengukuran dan pengembangan hasil kerja pegawai dalam sebuah organisasi”. Menurut Hendri Simaora (1997:415) mendefinisikan Penilaian kinerja

adalah sebagai berikut :

“Penilaian kinerja adalah alat yang berfaedah tidak hanya untuk

mengevaluasi kerja dari para karyawan, tetapi juga untuk mengembangkan

dan memotivasi kalangan karyawan”.

Menurut Panggabean (2002). Tahapan pada proses penilaian adalah

meliputi :

1. “Identifikasi Identifikasi merupakan tahap awal dari proses yang terdiri atas penentuan unsur-unsur yang akan diamati. Kegiatan ini diawali dengan melakukan analisis pekerjaan agar dapat mengenali unsur-unsur yang akan dinilai dan dapat mengembangkan skala penilaian.

Page 69: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Apa yang dinilai adalah yang berkaitan dengan pekerjaan, bukan yang tidak berkaitan dengan pekerjaan.

2. Observasi Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara seksama dan periodik. Semua unsur yang dinilai harus diamati secara seksama agar dapat dibuat penilaian yang wajar dan tepat. Observasi yang jarang dilakukan dan tidak berkaitan dengan prestasi kerja akan menghasilkan hasil penilaian sesaat dan tidak akurat.

3. Pengukuran Dalam pengukuran, para penilai akan memberikan penilaian terhadap tingkat prestasi karyawan yang didasarkan pada hasil pengamatan pada tahap observasi.

4. Pengembangan Pihak penilai selain memberikan penilaian terhadap prestasi kerja karyawan juga melakukan pengembangan apabila ternyata terdapat perbedaan antara yang diharapkan oleh pimpinan dengan hasil kerja karyawan. Menurut Veithzal Rivai dan Ahmad Fauzi (2005:129) mengatakan

bahwa :

“Sistem kinerja yang baik sangat bergantung pada persiapan yang benar-benar baik dan harus memenuhi syara-syarat sebagai berikut :

1. Praktis Keterkaitan langsung dan pekerjaan seseorang adalah bahwa penilaian ditujukan pada perilaku dan sikap yang menentukan keberhasilan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu.

2. Kejelasan standar Standar merupakan tolak ukur seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Agar memperoleh nilai tinggi, standar itu harus pula mempunyai kompetitif

3. Kriteria yang objektif Suatu penilaian kinerja dapat dapat dikatakan efektif apabila instrument penilaian kinerja tersebut memenuhi syarat sebagai berikut: a. Reliability

Ukuran kinerja harus konsisten. Jika ada dua penilaian mengevaluasi pekerja yang sama, mereka perlu menyimpulkan hasil serupa menyangkut hasil mutu kerja.

b. Relevansi Ukuran kerja harus dihubungkan dengan output riil dari suatu kegiatan yang secara logika itu mungkin.

c. Sensitiviti

Page 70: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Beberapa ukuran mampu mencerminkan antara penampilan nilai tinggi dan rendah. Penampilan tersebut harus dapat membedakan dengan teliti tentang perbedaan kinerja.

d. Practicality Kriteria harus dapat diukur dan kekurangan pengumpulan data dan tidak terlalu mengganggu atau tidak in-efisien”.

2.4.1 Tujuan Penilaian Kinerja

Tujuan Penilaian kinerja dimaksudkan untuk memenuhi 3 hal.

1. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja organisasi dimana ukuran kinerja ini nantinya dapat digunakan untuk membantu organisasi berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini nantinya dapat meningkatkan efesiensi dan efektivitas suatu organisasi sehingga tujuan dan sasaran program kerja dapat tercapai.

2. Penilaian kinerja suatu organisasi digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.

3. Penilaian kinerja suatu organisasi dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban kepada atasan dan memperbaiki komunikasi kelembagaan”. (http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/tmi/2007/jiunkpe-ns-s-2007-25403057-8970-mbnqa-chapter2.pdf).

Secara umum, tujuan penilaian kinerja adalah sebagai berikut :

a) Menetapkan target-target yang dapat diterima oleh mereka yang kinerjanya akan diukur, dan dilaksanakan dalam suasana yang dikarakterisasikan oleh komunikasi terbuka antara atasan dan bawahan dan mengusahakan kebersamaan dalam tindakan.

b) Menggunakan ukuran-ukuran prestasi yang dapat diandalkan, terbuka dan objektif, membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan yang direncanakan, dan menyediakan umpan balik bagi yang dinilai.

c) Bila prestasi kurang optimal, setelah melalui berbagai langkah sebelumnya, timbul kebutuhan untuk menspesifikasikan dan setuju dengan rencana pengembangan pribadi orang yang dinilai yang dapat didasarkan pada penilaian kebutuhan pelatihan dan pengembangan pribadi.

d) Membuat ketentuan untuk alokasi baik reward ekstrinsik (misalnya kesempatan untuk mempertinggi keterampilan seseorang) yang mengikuti proses penilaian.

e) Menjanjikan hasil-hasil yang diinginkan dalam bentuk pemenuhan pegawai, pemanfaatan penuh kapasitas individu, perubahan budaya organisasi, dan pencapaian sasaran organisasi dalam kondisi dimana

Page 71: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

ada keharmonisan antara sasaran individu dengan organisasi. (http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/tmi/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-25403057-8970-mbnqa-chapter2.pdf).

Bagi pegawai, penilaian kinerja dapat menimbulkan perasaan puas dalam

diri mereka, karena dengan cara ini hasil kerja mereka dinilai oleh organisasi

dengan sewajarnya dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam individu pegawai

dapat diketahui. Kelemahan-kelemahan tersebut harus diterima secara sadar oleh

pegawai sebagai suatu kenyataan dan pada akhirnya akan menimbulkan dorongan

untuk memperbaiki diri.

Pada dasarnya penilaian kinerja merupakan faktor kunci guna

mengembagkan suatu instansi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan

atau program yang lebih baik atas sumber daya yang ada dalam instansi.

Menurut Richard William (dalam Wungu, 2003:48) menunjuk adanya

sembilan kriteria faktor penilaian kinerja pegawai, yaitu :

1. “Reliable, harus mengukur prestasi kerja dan hasilnya secara obyektif.

2. Content valid, secara rasional harus terkait dengan kegiatan kerja. 3. Defined spesific, meliputi segenap perilaku kerja dan hasil kerja yang

dapat diidentifikasi. 4. Independent, perilaku kerja dan hasil kerja yang penting harus

tercakup dalam kriteria yang komprehensif. 5. Non-overlaping, tidak ada tumpang tindih antar kriteria. 6. Comprehensive, perilaku kerja dan hasil kerja yang tidak penting

harus dikeluarkan. 7. Accessible, kriteria haruslah dijabarkan dan diberi nama secara

komprehensif. 8. Compatible, kriteria harus sesuai dengan tujuan dan budaya

organisasi. 9. Up to date, sewaktu-waktu kriteria perlu ditinjau ulang menilik

kemungkinan adanya perubahan organisasi”.

Page 72: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Kinerja sebagai hasil kerja (output) yang berasal dari adanya perilaku kerja

serta lingkungan kerja tertentu yang kondusif. Dalam menentukan faktor penilaian

individu pegawai, maka lingkungan kerja sebagai kesempatan untuk berprestasi

yang dapat dipengaruhi oleh adanya peralatan kerja, bahan, lingkungan fiskal

kerja, perilaku kerja pegawai yang lain, pola kepemimpinan, kebijakan organisasi,

informasi serta penghasilan secara keseluruhan akan dianggap konstan karena

bersifat pemberian, berasal dari luar diri pegawai dan bukan merupakan perilaku

pegawai.

Apabila dilihat dari sistematikanya, maka potensi dapat dikategorikan

sebagai faktor penilaian yang berasal dari kelompok masukan (input) dan ability

bersama-sama motivation sebagai suatu kesatuan dapat disebut sebagai faktor

penilaian dalam kelompok proses, dan performance merupakan faktor penilaian

dari kelompok keluaran (output).

2.4.2 Kendala-kendala penilaian kinerja

Penilaian kinerja harus bebas diskriminasi. Apapun bentuk penilaian yang

dilakukan haruslah adil, realistis, valid, dan relevan dengan jenis pekerjaan yang

akan dinilai karena penilaian kinerja ini tidak hanya berkaitan dengan masalah

prestasi semata, namun juga menyangkut masalah gaji, hubungan kerja.

Kendala-kendala penilaian kinerja pegawai dalam bukunya Herry

Simamora (1999) yaitu :

1. “Hallo Effect Penilaian yang subjektif diberikan kepada pegawai, baik yang bersifat negative maupun positif yang berlebihan dilihatnya dari penampilan pegawai.

Page 73: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

2. Liniency Penilaian kinerja yang cenderung memberikan nilai yang terlalu tinggi dari yang seharusnya.

3 Stickness Penilaian kinerja yang memiliki kecenderungan memberikan nilai yang terlalu rendah dari yang sebenarnya.

4. Central tendency Penilaian kinerja yang cenderung memberikan nilai rata-rata (sedang) kepada pegawai.

5. Personal Biases Penilaian kinerja memberikan nilai yang baik kepada pegawai senior lebih tua usia, yang berasal dari suku bangsa yang sama”.

Selain itu Veithzal Rivai (2004:317) menjabarkan kendala-kendala yang

lainnya sebagai berikut :

1. “Kendala hukum (penilaian kinerja harus bebas dari diskriminasi tidak sah atau tidak legal).

2. Bias oleh penilaian setiap masalah yang didasarkan pada ukuran subjektif adalah peluang terjadinya bias. Bentuk-bentuk bias pada umumnya terjadi adalah : a. Kesalahan kecenderungan terpusat (beberapa penilai tidak suka

menempatkan pegawai keposisi ekstrim dalam arti pegawai yang dinilai sangat positif atau sangat negatif).

b. Bias karena terlalu lunak atau terlalu keras (hal ini terjadi ketika penilai cenderung begitu mudah ataupun ketat dalam mengevaluasi kinerja pegawai).

c. Self prejudice (sikap tidak suka seorang pegawai terhadap sekelompok orang tertentu dapat mengaburkan hasil penilaian seorang pegawai).

d. Pengaruh kesan terakhir (ketika penilai diharuskan menilai kinerja pegawai pada masa lampau, kadang-kadang penilai mempersepsikan dengan tindakan pegawai pada saat ini yang sebetulnya tidak berhubungan dengan kinerja masa lampau)”.

2.5 Efektivitas Kinerja

Masalah efektivitas merupakan hal yang penting dalam melaksanakan

aktivitas. Agar aktivitas dapat diukur, maka tujuan dari kegiatan tersebut

ditetapkan dengan jelas, karena tanpa adanya tujuan, kita tidak dapat menilai

tercapai atau tidaknya efektivitas tersebut.

Page 74: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Efektivitas merupakan ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai

tujuan. Apabila suatu Instansi berhasil mencapai tujuan, maka Instansi tersebut

bisa dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat

adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang seberapa besar biaya yang

telah dikeluarkan untuk memperoleh tujuan tersebut, tetapi efektivitas hanya

melihat apakah suatu program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sebenarnya istilah efektivitas berkaitan erat dengan istilah efisiensi,

efektivitas dapat diukur dengan seberapa jauh tujuan yang ingin dicapai oleh suatu

organisasi berhasil mencapai apa yang telah menjadi tujuan.

Menurut Hans Kartikahardi (2004:182) yang dikutip oleh Sukirno

Agoes, yang dimaksud dengan efektivitas adalah :

“Efektivitas diartikan sebagai perbandingan antara masukan dan keluaran dalam berbagai kegiatan sampai dengan tujuan yang ditetapkan baik ditinjau dari kuantitas (volume) hasil kerja, kualitas hasil kerja maupun batas waktu yang ditargetkan”. Menurut Abdul Halim Et. All (2001:205) mengemukakan bahwa

pengertian efektivitas adalah :

“Efektivitas adalah hubungan antara output dengan pusat

pertanggung jawaban, semakin besar kontribusi output terhadap

tujuan, maka semakin efektif suatu unit tersebut”.

Sedangkan pengertian efektiitas menurut Mardiasmo (2002:232)

menyatakan bahwa:

“Efektivitas adalah menggambarkan tingkat pencapaian hasil

program dengan target yang ditetapkan, secara sederhana efektivitas

merupakan perbandingan antara outcome dengan output (target)”.

Page 75: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Dari uraian-uraian diatas dapat diketahui bahwa efektivitas merupakan

hubungan antara masukan dan tujuan yang hendak dicapai. Efektivitas selalu

berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, dimana suatu organisasi juga

dikatakan telah beroperasi secara efektif apabila organisasi tersebut telah

mencapai hasil sesuai dengan yang telah ditetapkan.

2.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Saat sekarang kinerja pelayanan publik yang dilaksanakan oleh

pemerintah dituntut untuk lebih baik. Dalam banyak hal memang harus diakui

bahwa kinerja pelayanan publik pemerintah masih buruk. Hal ini disebabkan

antara lain adalah ; pertama, tidak ada sistem insentif untuk melakukan perbaikan.

Kedua, buruknya tingkat pengambilan inisiatif dalam pelayanan publik, yang

ditandai dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada aturan formal (rule

driven) dan petunjuk pimpinan dalam melakukan tugas pelayanan.

Pelayanan publik yang dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah digerakkan

oleh peraturan dan anggaran bukan digerakkan oleh misi. Dampaknya adalah

pelayanan menjadi kaku, tidak kreatif dan tidak inovatif sehingga tidak dapat

mengakomodasi kepentingan masyarakat yang selalu berkembang. Ketiga, budaya

aparatur yang masih kurang disiplin dan sering melanggar aturan. Keempat,

budaya paternalistrik yang tinggi, artinya aparat menempatkan pimpinan sebagai

prioritas utama, bukan kepentingan masyarakat.Masalah pelayanan masyarakat

yang diberikan oleh aparat birokrasi pemerintah merupakan satu masalah penting

bahkan seringkali variabel ini dijadikan alat ukur menilai keberhasilan

Page 76: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

pelaksanaan tugas-tugas pokok pemerintah. Begitu juga halnya di daerah masalah

pelayanan publik sudah menjadi program pemerintah yang harus secara terus

menerus ditingkatkan pelaksanaannya.

Adanya pembuatan metode atau sistem pelayanan publik ternyata tidak

otomatis mengatasi masalah yang terjadi, sebab dari hari ke hari keluhan

masyarakat bukannya berkurang bahkan semakin sumbang terdengar. Hal ini

menunjukkan bahwa misi pemerintah yaitu sebagai public services masih belum

memenuhi harapan masyarakat. Sudah mulai sekaranglah seharusnya pemerintah

memberikan perhatian yang serius dalam upaya peningkatan dan perbaikan mutu

pelayanan. Antisipasi terhadap tuntutan pelayanan yang baik membawa suatu

konsekuensi logis bagi pemerintah untuk memberikan perubahan-perubahan

terhadap pola budaya kerja aparatur pemerintah. adapun pengertian pengawasan

fungsional berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 2002

tentang pertimbangan dan pengawasan atas penyelenggara pemerintah daerah

mengemukakan bahwa:

“Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh

lembaga atau badan atau unit yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan

pengawasan melalui pemeriksaan, pengkajian, penyusutan dan penilaian”

Sumber Daya Manusia menempati posisi strategis dalam pembangunan

daerah dan pembangunan Sumber Daya Manusia merupakan kunci keberhasilan

bagi segenap bidang pembangunan yang diselenggarakan di daerah. Hal ini

mengandung pengertian bahwa kinerja pegawai merupakan sarana penentu dalam

mencapai tujuan organisasi pemerintahan. Pembinaan mutu penyelenggara

Page 77: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

pemerintahan daerah perlu dilaksanakan terus menerus dan berkesinambungan

sehingga Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam proses tersebut mampu

menjawab tantangan pembangunan daerah serta dapat membangun.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh

Novi Krisnawati (2006) pengawasan adalah merupakan usaha atau kegiatan

untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya apakah pekerjaan atau

kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Prinsip

pengawasan adalah bukan tujuan untuk mencari kesalahan atau siapa yang salah,

akan tetapi tujuan pengawasan adalah untuk memahami apa yang salah demi

untuk dilakukan tindakan korektif. Sehingga dapat tercapai tujuan yang telah

ditetapkan oleh karena itu segala kegiatan pengawasan mutlak untuk

dilaksanakan. tugas pegawai dan kinerja pegawai dalam pencapaian tujuan yang

diharapkan Meningkatkan kinerja pegawai dibutuhkan kemampuan dari pucuk

pimpinan untuk memperhatikan kecakapan hubungan antar staf atau pegawai

dalam melaksanakan pengawasan yang mana merupakan seluruh segenap

aktivitas mengawasi, memeriksa, mencocokkan, mengendalikan segenap kegiatan

pegawai yang tentunya akan mengarah kepada pembinaan para pegawai, sehingga

pegawai dapat pula memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing serta

mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan sebelumnya dan demikian tentunya

akan berpengaruh pada peningkatan kinerja pegawai.Sehubungan dengan sifat

dari pekerjaan serta keadaan yang selalu dinamis dan selalu berkembang sebagai

akibat tuntutan pelaksanaan pembangunan agar berjalan tertib dan lancar maka

diperlukan pegawai yang benar-benar cakap, terampil dan tangguh dalam

Page 78: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

melaksanakan tugas dan pekerjaannya, terutama Pegawai Negeri Sipil yang

berada dalam lingkup Badan.

H0 : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan Pengawasan Fungsional

terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.

Ha : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh signifikan Pengawasan Fungsional terhadap

Kinerja Pemerintah Daerah.

dimana penelitian ini memiliki perbedaan keterbatasan dalam peneilitian

terdahulu adalah tempat penelitiannya di kabupaten cianjur sedangkan sekarang

adalah di Inspektorat Provinsi Jawa Barat. Adapun faktor apa saja yang

mempengaruhi tentang Pengawasan Fungsional terhadap Kinerja Pemerintah

Daerah tersebut.

perbaiki kinerja Sumber Daya Manusia-nya yang selama ini rendah.

Menurut PP Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

Pelayanan Publik. Dalam surat keputusan tersebut, untuk meningkatkan kualitas

penyelenggaraan pelayanan publik oleh aparatur pemerintah diberikan arahan

mengenai prinsip-prinsip pelayanan publik, yaitu antara lain prinsip

kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan dan tanggung

jawab serta kedisiplinan.

Menurut Revrisond Baswir (2001:143) “terciptanya kondisi yang

mendukung kelancaran dan ketepatan pelaksanaan tugas-tugas umum

pemerintahan dan pembangunan, kebijaksanaan, rencana dan perundang-

undangan yang berlaku yang dilakukan oleh atasan langsung.”

Page 79: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Kinerja (performance) adalah prestasi yang dicapai oleh suatu instansi

sebagai suatu kesatuan yang utuh selama priode tertentu.

Indra Bastian dalam bukunya “Akuntansi Pemerintahan Indonesia”

Larry D Stout (1993) Performance Measurement Guide menyatakan bahwa:

“ Pengukuran atau Penilaian kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission accomplisbment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa ataupun suatu proses” Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pasal 1 butir (4) PP No. 79 tahun 2005

disebutkan bahwa

”pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Dalam hal ini maka yang menghubungkan antara pengawasan fungsional

terhadap kinerja pemerintah daerah dalam bukunya “Akuntansi Pemerintahan

Indonesia”

Revrisond Baswir (2004:138) menyatakan bahwa “Pelaksanaan fungsional yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional, baik yang berasal dari lingkungan internal maupun dari lingkungan eksternal pemerintah. pelaksanaan pengawasan fungsional diarahkan terhadap pelaksanaan kinerja umum pemerintah dan pembangunan dengan tujuan agar kinerja pemerintahan dalam pembangunan itu berlangsung sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam jangka waktu priode tertentu” Namun, suatu kebijakan tidak begitu saja dapat diimplementasikan dengan

baik. Disisi lain, kenyataan menunjukkan bahwa tuntutan masyarakat terhadap

kualitas pelayanan publik terus meningkat seiring dengan meningkatnya dinamika

masyarakat itu sendiri. Bila tidak diimbangi dengan konsestensi pelaksanaan

Page 80: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

kebijakan atau betapa banyak kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah maka

hasilnya tetap saja dirasakan kurang memuaskan.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

1) menyatakan bahwa pengawasan atas penyelenggaraan

pemerintahan daerah dilaksanakan oleh Pemerintah yang meliputi:

a) pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah.

b) pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala

daerah.

2) menyatakan bahwa pengawasan penyelenggaraan pemerintahan

daerah dilaksanakan oleh aparat pengawas intern Pemerintah

sesuai dengan peraturan peurundang-undangan.

Oleh karena itu Kinerja Pemerintah Daerah perlu dikembangkan agar

dalam kinerjanya dapat mencapai suatu tujuan yang tepat dengan sesuai peraturan

perundang – undang yang berlaku. Hal ini dimaksudkan untuk dapat suatu kinerja

yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan terhadap kinerja pemerintah daerah

yang akurat dapat dipercaya dan tepet sasaran, serta terciptanya kinerja

pemerintah daerah yang sentralistik kepada desentralistik.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis membuat hipotesis bahwa

pengawasan fungsional berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah.

Page 81: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah

Pengaruh Pengawasan Fungsional terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Dalam

penelitian ini, peneliti membatasi pengaruh tersebut dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi Pengawasan fungsional Penelitian yang dilakukan banyak

ditekankan pada perbandingan antara mekanisme pengawasan fungsional dan

kinerja pemerintah daerah dengan membandingkan terhadap teori-teori yang ada

pada buku. Dengan demikian dapat diketahui sejauh mana pengawasan fungsional

berpengaruh dalam kinerja pemerintah daerah. Dalam hal ini peneliti penyusunan

skripsi ini penulis lakukan di Inspektorat di wilayah Jawa Barat. Untuk mencapai

tujuan dan sasaran secara efektif dan efisien diperlukan adanya pengawasan, Dan

juga untuk mengetahui sejauhmana hasil dari pengawasan fungsional tersebut

dalam kinerja Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang pegawai dalam pencapaian tujuan dan melaksanakan tugas sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan perencanaan yang telah

ditentukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

3.1.1 Unit Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi unit penelitian ini adalah pegawai

Kantor Inspektorat Provinsi Jawa Barat yang beralamat Jalan Surapati No.4

Bandung.

Page 82: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

3.1.2 Proses Pemilihan Objek Penelitian

Untuk menentukan objek penelitian, penulis melakukan langlah-langkah

sebagai berikut :

1. Penulis menanyakan kepada Kantor Inspektorat di Provinsi Jawa Barat

mengenai kemungkinan diadakannya penelitian di instansi tersebut. Dalam hal

ini penulis memperoleh informasi mengenai objek yang memungkinkan untuk

diteliti dan telah mendapat persetujuan dari pihak Inspektorat tersebut.

2. Penulis mengajukan usulan penelitian mengenai objek tersebut kepada

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan dan

akhirnya penulis mendapatkan persetujuan untuk melakukan penelitian

terhadap objek yang penulis teliti.

3. Penulis melakukan studi kepustakaan yang berhubungan dengan objek

penelitian. Penulis membaca beberapa teori, literatur-literatur dan sumber

lainnya yang dapat dijadikan bahan dan dapat memberikan gambaran

mengenai objek penelitian.

4. Penulis mengadakan penelitian di Kantor Inspektorat di Provinsi Jawa Barat

sesuai dengan objek penelitian.

5. Penulis menyusun data yang diperoleh dalam bentuk skripsi.

3.1.3 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (1994:1) mengartikan bahwa metode penelitian adalah

sebagai berikut:

“Cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data yang objektif, valid dan reliabel dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan, sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”.

Page 83: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode survey, adapun

pengertian metode survey menurut Sugiyono (2006:7) adalah:

“Penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah dari data sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distributif, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis”.

Ada dua cara dalam pendekatan survey, yaitu kuesioner (pernyataan

tertulis) dan wawancara (pertanyaan lisan).

Menurut Sugiyono (2008:199) yang dimaksud dengan kuesioner adalah

sebagai berikut:

”Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya”.

Menurut Sugiyono (2008:194) wawancara adalah:

”Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil”.

3.1.4 Pendekatan Penelitian

Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan

kuantitatif deskriptif-asosiatif, karena adanya variabel-variabel yang akan ditelaah

hubungannya serta tujuannya untuk menyajikan gambaran secara terstruktur,

faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang

diteliti, yaitu Pengaruh Pengawasan Fungsional terhadap Kinerja Pemerintah

Daerah di Inspektorat Provinsi Jawa Barat melalui pengujian hipotesis.

Page 84: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono, (2008: 53) adalah sebagai

berikut:

“Metode yang digunakan untuk mencari jawaban dari rumusan masalah

yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri

baik hanya pada satu variable atau lebih”.

Pengertian metode Asosiatif menurut Sugiyono, (2008: 55) adalah sebagai

berikut:

“Metode dalam meneliti ada tidaknya hubungan secara signifikan antara

dua variabel atau lebih”.

Dalam menguji hiptesis, penulis melakukan penelitian atas dasar kuesioner dengan menggunakan perhitungan persentase, data yang berupa jawaban-jawaban atas kuesioner inilah yang dijadikan dasar bagi penulis dalam menarik kesimpulan

3.2. Definisi Variable dan Operasional Variabel

3.2.1 Definisi Variabel

Definisi variabel penelitian dijelaskan oleh Sugiyono (2004:39) “Variabel

penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”

1. Variabel Independen (bebas) yang dianggap berpengaruh terhadap

variabel lainya dalam penelitian ini adalah :

Pengawasan Fungsional (X) adalah Pengawasan yang dilakukan oleh

aparat pengawasan fungsional, baik yang berasal dari lingkungan internal

maupun dari lingkungan eksternal pemerintahan.

Page 85: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

2. Variabel Dependen (Terikat) yang dipengaruhi oleh variabel bebas

adalah :

Kinerja Pemerintah Daerah (Y) adalah kinerja merupakan seperangkat

hasil yang dicapai dan merujuk terhadap tindakan pencapaian serta

pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta. kinerja merujuk pada tingkat

keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. kinerja dikatakan baik dan sukses jika tujuan

yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

3.2.2 Operasional Variabel

Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang hendak diteliti dan

untuk menyamankan pandangan yang berkaitan dengan variabel-variabel, maka

penulis memandang perlu untuk menetapkan operasionalisasi variabel penelitian.

Adapun operasional variabel penelitian terbagi dua yaitu : Pengawasan

Fungsional dan Kinerja Pemerintah Daerah.

Untuk pengawasan fungsional yang menjadi sub indikator adalah Standar

APFP yang terdiri dari standar umum, standar koordinasi dan kendali mutu,

standar pelaksanaan, standar pelaporan dan standar tindak lanjut. Disini penulis

mengacu pada standar APFP apakah pemeriksaan / audit yang dilakukan

Bawasda/Inspektorat atas kinerja pemerintah daerah yang berpedoman kepada

standar audit yang telah ditetapkan. Adapun sasaran pemeriksaan terhadap kinerja

pemerintah daerah meliputi sub indikator terdiri dari masukan, keluaran, hasil,

manfaat dan dampak.

Page 86: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Tabel 3.1

Operasional Variabel (X)

Pengawasan Fungsional

Variabel Indikator Sub Indikator Skala Variabel (X)

Pengawasan

Fungsional

1. Standar

Umum

2. Standar

Koordinasi

dan Kendali

Mutu

3. Standar

Pelaksanaa

n

4. Standar

Pelaporan

- Keahlian dan penelitian

- Independensi - Kecermatan profesi - Kerahasiaan

- Program kerja pengawasan

- Koordinasi pengawasan

- Kendali mutu

- Perencanaan dan supervisi

- Pengendalian intern - Bukti audit - Ketaatan terhadap

peraturan perundang-undang

- Kertas kerja audit

- Kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

- Konsisten - Pengungkapan yang

memadai - Pernyataan

pendapat - Laporan audit

operasional

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Page 87: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

5. Standar

Tindak

Lanjut

- Kesesuaian dengan standar audit APFP

- Tertulis dan segera - Distribusi laporan

- Komunikasi dengan auditan

- Pemantauan tindak lanjut

- Status temuan - Penyelesaian

hukum

Ordinal

Sumber : Redwan Jaafar dan Sumiyati (2004:33)

Bawasda (2002:2)

Tabel 3.2

Operasional Variabel (Y)

Kinerja Pemerintah Daerah

Variabel Indikator Sub Variabel Skala Variabel

(Y) Kinerja

Pemerintah Daerah

1. Masukan (Input)

2. Keluaran (0utput)

- Penggunaan dana

- Sumber daya manusia

- Material

- Pencapaian

kebijakan tujuan

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Page 88: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

3. Hasil (Outcomes)

4. Manfaat (Benefits)

5. Dampak (Impact)

- Pelaksanaan

program dan kegiatan

- Laporan akuntabilitas kinerja

- Tepat lokasi

- Tepat waktu

- Meningkatkan kepercayaan masyarakat

- Meningkatkan prestasi kerja

- Efisiensi

- efektivitas

Ordinal

Ordinal

Sumber : Indra Bastian (2001:337)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2008: 115) populasi adalah sebagai berikut:

“Objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”.

Page 89: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Populasi terdiri dari orang, dokumen atau catatan yang dapat dipandang

sebagai objek penelitian. Populasi sasaran adalah subjek yang berhubungan

dengan pengawasan fungsional terhadap kinerja pemerintah daerah. Inspektorat

Provinsi Jawa Barat. Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 15 pegawai

yang terdiri dari

Tabel 3.3 Rincian Jumlah Populasi Sasaran

Pegawai Jumlah

Kepala Inspektorat

Sekretaris

Ka Bidang

Ka Sub Bidang Auditor

1 Orang

1 Orang

4 Orang

9 Orang

Jumlah 15 Orang

3.3.2 Ukuran Sampel

Selain populasi sasaran, penulis juga harus menentukan ukuran sampel,

karena sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri

(karakteristik), yang dimiliki oleh populasi tempat sampel itu diperoleh. Ukuran

sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan besarnya sampel yang

diambil untuk melaksanakan penelitian. Bersarnya sampel yang di ambil dapat

dilakukan secara statistik maupun berdasarkan estimasi penelitian. Penentuan

sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan besarnya sampel yang

diambil untuk melaksanakan penelitian.

Page 90: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Dalam penelitian ini, penulis menetapkan sampel yang akan dijadikan

responden untuk meneliti variabel Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap

Kinerja Pemerintah Daerah.

Pengertian sampel menurut Sugiyono, (2008:116) adalah:

“Bagian dari jumlah dan karakterisitik yang dimiliki oleh populasi

tersebut”.

Sedangkan pengertian sampel menurut Riduwan dan Akdon, (2007:240)

adalah:

“Bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan yang akan

diteliti”.

Yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki

karakteristik yang di miliki oleh populasi itu sendiri di mana sampel itu di ambil.

Pengukuran sampel merupakan suatu langkah yang menentukan besarnya sampel

yang di ambil dalam melaksanakan suatu penelitian.

Sampel dari penelitian adalah orang-orang yang bekerja atau pegawai pada

Kantor Inspektorat Provinsi Jawa Barat. Selain itu juga perlu diperhatikan sampel

yang dipilih harus respresentatif artinya segala karakteristik populasi hendaknya

tercermin dalam sampel yang dipilih.

Dalam penelitian ini penulis menentukan ukuran sampel secara statistik

berdasarkan pendapat Slovin, (1960) menurut Husen Umar (2003:78) dengan

rumus:

n = 21 Ne

N+

Page 91: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Di mana: n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan misal 10%

Dari populasi yang berkaitan dengan Pemberian Pengawasan Fungsional

terhadap Kinerja Pemerintah Daerah yang berjumlah 15 orang, maka penulis

mengambil sampel adalah 13. dengan adanya hambatan atau keterbatasan penulis

sebenarnya penulis memberikan kuesionernya 15 tetapi yang dikembalikan oleh

pihak instansi adalah 13 maka penulis menggambil ukuran sampel tersebut untuk

dijadikan responden penelitian.

Berdasarkan perhitungan di atas, maka dari jumlah populasi sebanyak 15

orang maka diambil 13 Responden. responden terdiri dari 1 orang Kepala

Inspektorat, 1 orang Sekretaris, 4 orang Ka Bidang, 9 orang Ka Sub Bidang

Auditor.

3.3.3 Teknik Sampling

Sampling adalah suatu cara pengumpulan data yang tidak menyeluruh,

yaitu tidak mencakup seluruh objek penyelidikan (populasi), akan tetapi hanya

sebagian saja dari populasi ( )N .

Teknik sampling merupakan cara pengumpulan data yang sifatnya tidak

menyeluruh yaitu tidak mencakup seluruh objek penelitian, akan tetapi hanya

sebagian saja dari jumlah populasi yang ada. Pengambilan sampel ini

Page 92: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

memungkinkan penulis untuk melakukan perhitungan statistik untuk menentukan

kedua variabel yang akan di teliti.

Pada metode ini penulis menggunakan pendekatan purposive sampling.

Menurut Sugiyono, (2004:78) :

“Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu”.

3.3.4 Sumber Data Penelitian

Data adalah fakta atau keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh sumber-

sumber data yang digunakan data primer yakni:

- Data Primer

adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari pengamatan langsung

pada instansi pemerintah tempat penulis melakukan penelitian. Dalam

penelitian ini penulis memperoleh data primer dari perusahaan tempat

penulis melakukan penelitian. Adapun data primer dapat diperoleh dengan

cara:

- Observasi langsung

- Wawancara dengan pejabat-pejabat terkait dengan masalah yang akan

diteliti

- Mengamati dokumen-dokumen dan catatan-catatan yang ada di instansi.

Menurut Sugiyono, (2004:129), data primer adalah :

“Sumber data yang langsung memberikan data pada pengumpul data”.

Page 93: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Data yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini sebagai dasar

untuk menguji hipotesis adalah data yang diperoleh langsung dari subjek yang

diteliti.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk

memperoleh data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

adalah Penelitian Lapangan (Field Research) dan Penelitian Kepustakaan (Library

Research).

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku,

literatur-literatur serta buku-buku lainnya yang penulis anggap perlu dan

berhubungan dengan pokok masalah yang penulis bahas. Tujuan penelitian

kepustakaan ini adalah untuk memperoleh data sekunder sebagai landasan

teoritis yang akan diperbandingkan dengan penerapan sebenarnya pada

kegiatan perusahaan.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dilakukan dengan melaksanakan observasi langsung ke instansi

yang menjadi objek penelitian untuk memperoleh data serta informasi melalui:

1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan informasi secara

langsung melalui tanya jawab dengan Nabuko dan Acmad (1991:83)

menyatakan bahwa: “Wawancara adalah proses tanya jawab dalam

Page 94: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

penelitian yang berlangsung secara lisan di mana dua orang atau lebih

bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau

keterangan”. Penulis melakukan

wawancara secara langsung kepada pihak-pihak yang berwenang maupun

dengan pegawai Kantor Inspektorat Jawa Barat yang berhubungan dengan

masalah yang diajukan penulis.

2. Observasi

Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan melakukan

pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti, dengan mencermati

dokumen-dokumen yang ada. Teknik ini dimaksudkan untuk memberikan

keyakinan bahwa data yang diperoleh sebelumnya adalah benar dan

memperoleh gambaran yang nyata mengenai kegiatan yang dilaksanakan.

Penulis mengadakan peninjauan secara langsung ke Inspektorat wilayah

Jawa Barat yang akan diteliti untuk memperoleh data primer dan personil

pada tiap bagian.

3. Kuesioner

Teknik ini, adalah pengumpulan data utama dengan cara memberikan

daftar pernyataan tertulis kepada responden mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti. Jenis angket yang digunakan

adalah angket tertutup dengan jawaban telah disediakan, responden tinggal

memilih jawaban yang dianggap sesuai pendapatnya.

Page 95: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

4. Dokumentasi

Merupakan teknik penelitian dimana peneliti mengumpulkan data-data

yang diperlukan sehubungan dengan penelitian berupa surat keputusan dan

formulir yang digunakan instansi.

3.4.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam proses

penelitian guna memperoleh data. Suharsimi Arikunto, (dalam Ridwan, 2007:24)

mengemukakan pengertian instrument penelitian sebagai berikut:

“Suatu alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam

kegiatannya mengumpulkan data, agar penelitian menjadi sistematis dan

mudah”.

Instrument untuk mengukur pengaruh pengawasan fungsional yaitu

dengan menggunakan motede pertanyaan tertutup, dimana kumungkinan jawaban

sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberikan alternatif jawaban

lain. Selain kuesioner juga dengan menggunakan observasi. Instrumen untuk

mengukur kinerja pemerintah daerah sama dengan metode yang dikemukakan

sebelumnya.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Karena

data yang diperoleh dalam penelitian ini berbentuk ordinal, maka dalam penelitian

ini menggunakan Skala Likert. Menurut Ridwan dan Akdon, (2007:12)

mengemukakan pengertian Skala Likert sebagai berikut:

“Skala yang didasarkan pada ranking yang diurutkan dari jenjang yang

lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya”.

Page 96: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Dengan menggunakan Skala Likert dalam penelitian tersebut, maka

variabel dalam penelitian ini dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat

diukur. Indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan sebagai titik tolak

dalam pembuatan pertanyaan dan pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.

Tabel 3.4

Skor Pernyataan Variabel X (Pengawasan Fungsional)

dan Variabel Y (Kinerja Pemerintah Daerah)

Pernyataan Untuk skor

pertanyaan

Sangat Setuju

Setuju

Ragu-ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

5

4

3 2 1

(Sumber: Hasil Olah Data Penulis)

Penelitian ini pada prinsipnya adalah melakukan pengukuran terhadap

fenomena sosial maupun alam, maka dalam penelitian ini harus ada alat ukur yang

baik. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini:

3.4.2 Model Penelitian

Model penelitian adalah merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena

yang diteliti. Dalam hal ini sesuai dengan judul skripsi yaitu “Pengaruh

Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah”.

Model penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1

Kinerja Pemerintah

Daerah Pengawasan Fungsional

Page 97: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Dari pernyataan matematis tersebut di atas, maka dapat dikemukakan

hipotesis bahwa Pengawasan Fungsional mempunyai pengaruh terhadap Kinerja

Pemerintah Daerah.

3.5 Metode Analisis yang Digunakan

3.5.1 Analisis Data

Dalam melakukan analisis data, diperlukan data yang akurat dan dapat

dipercaya yang nantinya akan digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh

penulis. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah diinterpretasikan. Data yang di himpun dari hasil penelitian akan

penulis bandingkan antara data yang ada di lapangan dengan data kepustakaan,

kemudian dilakukan analisis untuk menarik kesimpulan.

Menurut Sugiyono (2008:142) menyatakan bahwa:

“Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden

terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data

berdasarkan variabel dan jenis responden, menstabulasi data berdasarkan variabel

dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji

hipotesis yang telah diajukan”.

Dalam melakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan untuk

mencapai suatu kesimpulan, penulis melakukan pengolahan dan penganalisisan

data.Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

Page 98: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

1. Penulis melakukan pengumpulan dengan cara sampling di mana yang

diselidiki adalah sampel yang merupakan sebuah sub himpunan dari

pengukuran-pengukuran yang dipilih dari populasi yang menjadi perhatian

dalam penelitian.

2. Setelah metode pengumpulan data ditentukan kemudian ditentukan alat untuk

memperoleh data dari elemen-elemen yang akan diselidiki, alat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah daftar penyusunan atau kuesioner.

3. Daftar kuesioner kemudian disebar ke bagian-bagian yang telah ditetapkan.

Berdasarkan setiap item dari masing-masing indikator akan dijabarkan dalam

sebuah daftar pernyataan (kuesioner) yang kemudian kuesioner ini dibagikan

kepada bagian bagian yang bersangkutan dengan masalah yang diuji, dimana

masing-masing indikator akan memiliki lima jawaban dengan masing-masing

nilai berbeda, tiap-tiap jawaban akan diberi skor, dimana hasil skor akan

menghasilkan skala pengukuran ordinal.

Menurut Sugiono, (2006:86) menyatakan bahwa:

“Jawaban setiap instrument yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata dengan diberi skor, misalnya : Sangat Setuju/sangat positif diberi skor 5

Setuju/sering/positif diberi skor 4 Ragu-ragu/netral diberi skor 3 Tidak Setuju/negarif diberi skor 2 Sangat Tidak Setuju/sangat positif diberi skor 1”.

4. Apabila data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data, disajikan

dan dianalisis. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji statistik.

Untuk menilai variabel X dan variabel Y, maka analisis yang digunakan

Page 99: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

berdasarkan rata-rata (Mean) dari masing-masing variabel. Nilai rata-rata

ini dapat dengan menjumlahkan data keseluruhan dalam setiap variabel,

kemudian dibagi dengan responden.

Rumus rata-rata (Mean) menurut Sugiyono (2002:43) adalah:

Di mana:

M e = Mean (Rata-rata)

Σ = Sigma (Jumlah)

X i = Nilai X ke i sampai ke n

Y i = Nilai Y ke i sampai ke n

n = Jumlah individu/Responden

Setelah mendapat rata-rata dari masing-masing variabel kemudian

dibandingkan dengan kriteria yang penulis tentukan berdasarkan nilai yang paling

rendah dan nilai yang paling tinggi dari hasil kuesioner.

Nilai terendah dan nilai tertinggi masing-masing peneliti ambil dari

banyak pertanyaan dalam kuesioner (30 dan 15 pertanyaan) dikalikan dengan skor

terendah (1) untuk nilai terendah dan skor tertinggi (5) untuk nilai tertinggi.

Sedangkan Rumus kelas interval menurut Sugiyono (1999:29) adalah

sebagai berikut:

Keterangan :

n = Jumlah Responden

Untuk Variabel X

M e =nXi∑

Untuk Variabel Y

M e =nYi∑

1 + 3,3 Log.n

Page 100: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Kemudian rentang data dihitung dengan cara nilai teritnggi dikurangi

dengan nilai terendah. Nilai terendah dan tertinggi diambil dari banyaknya

pertanyaan dalam kuesioner dikalikan dengan skor terendah (1) untuk nilai

terendah dan skor tertinggi (5) untuk menilai tertinggi. Sedangkan untuk

menghitung panjang kelas dengan cara rentang data dibagi dengan jumlah kelas.

Nilai variabel X terdapat 30 pertanyaan, nilai tertinggi Variabel X adalah 5

sehingga (5x30)=150, sedangkan nilai terendah adalah 1, maka (1x30)=30. atas

dasar nilai tertinggi dan terendah tersebut, maka dapat ditentukan tentang interval

yaitu nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dibagi jumlah kriteria. Dengan

demikian dapat ditentukan panjang interval kelas masing-masing variabel adalah

sebagai berikut :

Berdasarkan rumusan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kriteria untuk menilai pengawasan fungsional (Variabel X) penulis tentukan

sebagai berikut:

• Nilai 30-53, untuk kriteria “Tidak Memadai”

• Nilai 54-77, untuk kriteria “Kurang Memadai”

• Nilai 78-101, untuk kriteria “Cukup Memadai”

• Nilai 102-125, untuk kriteria “Memadai”

• Nilai 126-150, untuk kriteria “Sangat Memadai”

Untuk Nilai variabel Y terdapat 15 pertanyaan, nilai tertinggi Variabel X

adalah 5 sehingga (5x15)=75, sedangkan nilai terendah adalah 1, maka

(1x15)=15. atas dasar nilai tertinggi dan terendah tersebut, maka dapat ditentukan

tentang interval yaitu nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dibagi jumlah

Page 101: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

kriteria. Dengan demikian dapat ditentukan panjang interval kelas masing-masing

variabel adalah sebagai berikut:

Berdasarkan rumusan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kriteria untuk menilai Kinerja Pemerintah Daerah (Variabel Y) penulis tentukan

sebagai berikut:

• Nilai 15-26, untuk kriteria “Tidak positif”

• Nilai 27-38, untuk kriteria Positifi”

• Nilai 39-50, untuk kriteria “netral”

• Nilai 51-62, untuk kriteria “Negatif”

• Nilai 63-75, untuk kriteria “Sangat positif”

Perhitungan dari hasil kuesioner dilakukan setelah adanya analisis data

antara lapangan dengan kepustakaan agar hasil akhir analisis dapat teruji dan

dapat diandalkan.

3.5.2 Pengujian Data

1) Uji Validitas

Menurut Sevilla yang dikutip oleh Husein Umar (2000:58) Validitas

adalah:

“Validitas merupakan suatu derajat ketepatan dan kecermatan alat ukur penelitian tentang isi dan arti sebenarnya yang diukur dalam pengujian validitas, tiap butir digunakan analisis item yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir”.

Yang dimaksud dengan Uji validitas adalah suatu data dapat dipercaya

kebenarannya sesuai dengan kenyataan. Dalam hal ini Masrun yang dikutip oleh

Sugiyono, (2002:124) menyatakan bahwa:

Page 102: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

“Tmemeyantin

Sy

kalau kore

instrumen

product m

2) Uji Re

Me

“U

me

ko

Uj

menunjuk

dalam men

Me

digunakan

Keteranga

Teknik koreerupakan tempunyai kng tinggi, m

nggi pula”.

yarat minimu

elasi antara

n tersebut di

moment, adap

eliabilitas

enurut Sugi

Uji reliabilit

enunjukkan

nsisten dala

i reliabilita

kkan tingkat

ngungkapka

enurut Suha

n rumus Alp

an: r11 = R

k =

elasi untuk teknik yangkorelasi posmenunjukan

um untuk d

a butir deng

nyatakan tid

pun rumus u

iyono (2008

as digunaka

tingkat k

am mengun

as digunakan

t ketepatan

an gejala ter

arsimi Ariku

pha sebagai

=11r

Reliabilitas

banyaknya

menentukag paling bsitif dengann bahwa ite

dianggap me

gan skor to

dak valid. M

untuk menc

8:172) meng

an untuk m

ketepatan,

gkapkan ge

n untuk me

n, tingkat k

rtentu.

unto, (2002

berikut:

( ) ⎢⎢⎣

⎡⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡−

= 11k

k

Instrumen

butir pertan

an validitasbanyak dign kriteriumem tersebut

emenuhi sya

otal kurang

Metode yang

cari nilai ko

gemukakan

mengetahui a

tingkat ke

ejala tertentu

engetahui a

eakuratan,

2:171) Untu

⎥⎥⎦

⎤− ∑

2

21

t

b

σσ

nyaan

item ini sgunakan. D

m (skor totamempunya

arat adalah

dari 0,3 m

g digunakan

orelasi terseb

bahwa :

apakah alat

eakuratan,

u”.

apakah alat

kestabilan

uk menguji

sampai sekDan item al) serta koai validitas

jika r = 0,3

maka butir d

n adalah ko

but adalah:

pengumpul

kestabilan

pengumpul

atau konsis

reliabilitas

arang yang

orelasi yang

. Jadi

dalam

orelasi

l data

atau

l data

stensi

maka

Page 103: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Σ σb2 = jumlah varians butir

σt2 = varians total

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:171) Untuk memperoleh jumlah

varians butir, harus dicari terlebih dahulu varians setiap butir yaitu adalah sebagai

berikut:

( )

NN

xx

b

∑ ∑−=

22

Keterangan: Σx2 = jumlah kuadrat varians tiap butir

N = jumlah responden

Syarat minimum yang dianggap memenuhi syarat adalah kalau koefisien

alpha cronbach’s yang didapat 0,6. Jika koefisien yang didapat kurang dari 0,6

maka instrumen penelitian tersebut dinyatakan tidak reliabel.

Apabila dalam uji coba instrumen ini sudah valid dan reliabel, maka dapat

digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data.

3.6 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

3.6.1 Rancangan Pengujian Hipotesis

Rancangan pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui korelasi dari

kedua variabel yang diteliti. Dalam hal ini adalah korelasi antara Pengaruh

Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja Kinerja Daerah yang menggunakan

pengujian statistik.

Langkah-langkah rancangan pengujian hipotesis terdiri dari:

1. Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesi Alternatif (Ha)

Page 104: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Skala yang digunakan untuk mengukur kedua variabel penelitian adalah

menggunakan skala ordinal. Skala tersebut lalu dimasukkan ke dalam ukuran

penelitian sehingga dapat diukur dengan menggunakan alat statistika

nonparametrik. Dalam statistika nonparametrik data terdiri dari data kuantitatif

dan data kualitatif.

Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha) digunakan

dengan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel yang diteliti.

Dimana hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada

hubungan antara Variabel X dan Variabel Y dan dalam hal ini diformulasikan

untuk ditolak. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang

menyatakan adanya hubungan antara kedua variabel yang akan diteliti yaitu

variabel X dan variabel Y, dan dalam hal ini diformulasikan untuk diterima.

• Perumusan Ho dan Ha

H0 : r = 0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan Pengawasan Fungsional

terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.

Ha : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh signifikan Pengawasan Fungsional terhadap

Kinerja Pemerintah Daerah.

2. Pemilihan Statistik Uji dan Perhitungan Nilai Statistik.

Dalam melakukan pengujian hipotesis, penulis menggunakan koefisien

korelasi Rank Spearman. Metode ini menggunakan ukuran asosiasi yang

menghendaki sekurang-kurangnya variabel yang diuji dalam skala ordinal,

sehingga objek penelitian dapat di rangking dalam 2 rangkaian berurutan.

Page 105: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

rumusan Rank Spearman (Sidney Siegel,1997:256-257) dengan rumus sebagai

berikut:

NN

din

nsr −

−=∑−3

1

261

Di mana:

rs = Koefisien Rank Spearman yang menunjukkan hubungan antara

unsur-unsur Variabel X dan Variabel Y

2di = Selisih mutlak antara rangking atau varibel X dan variabel Y

N = Banyaknya responden.

Menurut Ety Rochaety, (2007:129) mengemukakan:

“Korelasi rank spearmen digunakan oleh peneliti untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antara variabel X dengan variabel Y”.

Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka

digunakan pedoman seperti yang tertera pada Tabel 3.5:

Tabel 3.5 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

0,20 – 0,399

0,40 – 0,599

0,60 – 0,799

0,80 – 1,000

Sangat Rendah

Lemah

Sedang

Kuat

Sangat Kuat

Sumber: Sugiono, 2008:250

Page 106: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Se

signifikan

Me

X terhadap

( )K rsd =

Di

dK

rs

3. Pe

Se

signifikan

pengujian

dan Ha T

karena di

pengawasa

tingkat sig

sosial.

5. Pe

Se

dengan m

lanjutnya,

nsi nilai rs ,

enurut Sugi

p Y, maka d

) %1002 x

mana:

d = koefisie

s = koefisie

enentuan tin

belum peng

nsi/ taraf n

agar dapat

Tingkat sign

nilai cukup

an fungsion

gnifikasi ya

enentuan kr

telah dilaku

menggunaka

Menurut I

maka digun

iyono, (200

digunakan k

en determin

n korelasi

ngkat signi

gujian dilak

nyata. Hal

t diketahui

nifikasi yan

p mewakili

nal dan k

ang umumn

riteria peng

ukan analis

an alat Ban

Iqbal Hasa

nakan uji t d

02:151) untu

koefisien dit

nan

ifikansi

kukan, maka

ini dilaku

batas-batas

ng digunaka

i hubungan

kinerja pem

nya digunak

gujian

sis dan pen

ntu softwar

an (2002:9

dengan rum

uk melihat b

erminasi de

a terlebih da

ukan untuk

s untuk men

an adalah 0

n antara du

merintah da

kan dalam p

ngolahan da

re SPSS 14

99) unuk m

musan sebag

besarnya pe

engan rumu

ahulu harus

k membuat

nentukan pi

0,05 (5%) a

ua variabel

aerah, ini j

penelitian b

ata regresi l

4.0 (Statist

menguji tin

gai berikut:

engaruh var

s:

s ditentukan

t suatu ren

ilihan antar

angka ini d

penilaian

juga merup

bidang ilmu

linear seder

tical Produ

ngkat

riabel

n taraf

ncana

ra Ho

dipilih

yaitu

pakan

u-ilmu

rhana

uct &

Page 107: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Service Solution), dilakukan pengujian dengan menggunakan kriteria yang

ditetapkan yaitu dengan membandingkan nilai rs hitung dengan rs tabel untuk regresi

linear sederhana yang peneliti rumuskan sebagai berikut :

rs hitung < rs tabel: Tidak ada terdapat pengaruh signifikan Pengawasan Fungsional

Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Jika Ho diterima maka

Ha ditolak.

rs hitung ≥ rs tabel: Terdapat pengaruh signifikan Pengawasan Fungsional Terhadap

Kinerja Pemerintah Daerah.

3.6.2 Proses Penelitian

Proses penelitian merupakan suatu rangkaian yang dilakukan secara terus-

menurus, terencana dan sistematis dengan maksud untuk mendapatkan pemecahan

masalah. Oleh karena itu langkah yang diambil dalam peneltian haruslah tepat dan

saling mendukung antara komponen satu dan komponen lainnya. Proses penelitian

yang dilakukan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Memilih dan menentukan judul

Penulis memilih judul yang berhubungan dengan program studi akuntansi,

serta masalah yang sering dihadapi dan menjadi kendala Kinerja Pegawai

Negeri Sipil, sehingga perlu penanganan khusus dan dalam penelitian ini

harus berdasarkan teori.

2. Latar belakang penelitian

Dijelaskan mengapa penulis tertarik untuk meneliti dan membahas masalah

tentang pengawasan fungsional terhadap kinerja pemerintah daerah.

3. Identifikasi masalah

Page 108: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Penulis menulis masalah-masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan

kinerja pemerintah daerah.

4. Metode Penelitian

Menjelaskan metode-metode yang digunakan oleh penulis dalam melakukan

penelitian ini.

5. Pembahasan Penelitian

Penulis melakukan pembahasan penelitian berdasarkan data-data dan

informasi-informasi yang didapat dan dilandasi oleh teori.

Adapun proses penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Hasil Olah Data Penulis

Gambar 3.2 Proses Penelitian

Hasil Penelitian

Latar belakang

Pembahasan

Identifikasi masalah

Metode Penelitian

Kesimpulan dan

Tinjauan Pustaka

Menetapkan Topik

Page 109: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Inspektorat Provinsi Jawa Barat

Inspektorat Provinsi Jawa Barat berdasarkan beberapa keputusan Menteri

Dalam Negeri, dimana keseluruhan keputusan Menteri Dalam Negeri ini dari

tahun ke tahun diadakan peninjauan kembali karena semakin meningkatnya

pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah didaerah serta untuk

lebih meningkatkan penyelenggaraan pengawasan.

Adapun sejarah Inspektorat adalah sebagai berikut :

Sebelum tahun 1972

Pertama kali sebelum terbentuknya Inspektorat, pengawasan fungsional

dilakukan oleh salah satu biro dari lima pada Sektretariat Wilayah Daerah

(SETWILDA) Jawa Barat yang berkedudukan di gedung sate Bandung yaitu pada

Biro Pengawasan.

Tahun 1972 – 1975

Karena kebutuhan akan penyelengaraan pengawasan semakin meningkat

sejalan dengan peningkatkan roda pembangunan maka biro pengawasan

memisahkan diri dari lingkungan SETWILDA dan membentuk suatu unit

tersendiri, yang dinamakan Inspektorat Daerah (IRDA) sesuai dengan keputusan

Menteri Dalam Negeri No. 100 Tahun 1972.

Page 110: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Tahun 1975 – 1979

Bersama pada Keputusan Menteri Dalam Negeri No.226 Tahun 1975

tentang susunan organisasi dan tata kerja, maka Inspektorat Daerah (IRDA)

diubah namanya menjadi Inspektorat Wilayah Daerah Provinsi (IRWILDA) yang

terdiri dari :

1. Bagian Tata Usaha

2. Inspektorat Pembantu Bidang Pemerintah dan Agrari

3. Inspektorat Pembantu Bidang Keuangan dan Peralatan

4. Inspektorat Pembantu Bidang Pembangunan

5. Inspektorat Pembantu Bidang Sospol dan Keuangan

6. Inspektorat Pembantu Bidang Umum

Tahun 1979 – 1991

Berdasarkan Keputusan Mendagri No.219 Tahun 1979 tentang organisasi

dan tata kerja, maka selanjutnya Inspektorat Wilayah Daerah Provinsi

(IRWILDA) dirubah menjadi Inspektorat Wilayah Provinsi (ITWILPROP) yang

terdiri dari :

1. Bagian Tata Usaha

2. Inspektorat Pembantu Bidang Pemerintah dan Agrari

3. Inspektorat Pembantu Bidang Keuangan dan Peralatan

4. Inspektorat Pembantu Bidang Pembangunan

5. Inspektorat Pembantu Bidang Sospol dan Keuangan

6. Inspektorat Pembantu Bidang Umum

Page 111: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Tahun 1991 – 2000

Dalam perkembangan selanjutnya dengan semakin meningkatnya dan

kompleksnya tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan di lingkungan

Depdagri dan Pemda serta untuk peningkatan pelaksanaan kegiatan pengawasan

dan penyempurnaan organisasi tata kerja Inspektorat Wilayah Provinsi

(ITWILPROP) maka ditetapkan Keputusan Mendagri No.110 Tahun 1991

ITWILPROP terdiri dari :

1. Bagian Tata Usaha

2. Inspektorat Pembantu Bidang Pemerintah dan Agreria

3. Inspektorat Pembantu Bidang Sospol

4. Inspektorat Pembantu Bidang Perekonomian

5. Inspektorat Pembantu Bidang Kesejahteraan Sosial

6. Inspektorat Pembantu Bidang Aparatur

7. Inspektorat Pembantu Bidang Pendapatan

8. Inspektorat Pembantu Bidang Kekayaan

9. Inspektorat Pembantu Bidang Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Tahun 2000 – 2009

Dengan Peraturan Daerah Provinsi No.16 Tahun 2000 tentang lembaga

teknis daerah provinsi Jawa Barat, maka ITWILPROP diganti namanya menjadi

Badan Pengawasan Daerah Provinsi Jawa Barat (BAWASDA) yang terdiri dari :

1. Kepala Badan

2. Sekretariat

Page 112: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

a. Sub Bagian Perencanaan

b. Sub Bagian Kepegawaian

c. Sub Bagian Umum

3. Bidang Pemerintah

a. Sub Bidang Desentralisasi

b. Sub Bidang Kelembagaan dan Ketatalaksanaan

c. Sub Bidang Administrasi dan Kepegawaian

4. Bidang Perekonomian

a. Sub Bidang Sarana Perekonomian

b. Sub Bidang Bina Produksi

5. Bidang Kesejahteraan Sosial

a. Sub Bidang Pelayanan Sosial Dasar

b. Sub Bidang Pengembangan Sosial

6. Bidang Kekayaan Daerah

a. Sub Bidang Pengelolaan

b. Sub Bidang Pendayagunaan Aset Daerah

c. Sub Bidang BUMD dan Yayasan

7. Bidang Keuangan

a. Sub Bidang Pajak

b. Sub Bidang Non Pajak

c. Sub Bidang Belanja Daerah

Page 113: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Tahun 2009 – Sekarang

Dengan Peraturan Daerah Provinsi No.22 Tahun 2008 tentang teknis

Daerah Provinsi Jawa Barat. Maka BAWASDA diganti namanya menjadi

INSPEKTORAT Provinsi Jawa Barat

4.1.1.1 Visi Inspektorat Provinsi Jawa Barat

Visi Inspektorat Provinsi Jawa Barat, yaitu : "Melalui Pengawasan

Berwawasan Pembinaan Meningkatkan Efektifitas Pemerintah Daerah Jawa

Barat Tahun 2013"

4.1.1.2 Misi Inspektorat Provinsi Jawa Barat

Misi Inspektorat Provinsi Jawa Barat, yaitu :

1. Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi yang baik, bebas korupsi, kolusi

dan nepotisme, serta akuntabilitas;

2. Mengembangkan profesionalisme dan kompetisi Inspektorat Provinsi Jawa

Barat.

4.1.1.3 Rencana Strategis Inspektorat Provinsi Jawa Barat

Sejalan dengan visi dan misi serta sesuai dengan faktor kunci keberhasilan,

maka ditetapkanlah tujuan dan sasaran pelaksanaan penyelenggaraan pengawasan

fungsional oleh Inspektorat Provinsi Jawa Barat untuk kurun waktu 5 (lima) tahun,

yakni sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.

Tujuan dan sasaran sebagaimana dimaksud di atas adalah sebagai berikut :

Tujuan

Page 114: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

a. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang profesional, efisien, efektif dan

akuntabel.

b. Mengembangkan profesionalisme dan kompetensi Inspektorat Provinsi Jawa

Barat.

Sasaran

a. Meningkatnya akuntabilitas dan kualitas pengelolaan manajemen

pemerintahan di daerah Provinsi Jawa Barat.

b. Mendorong terciptanya kualitas aparatur pemerintah yang profesional dan

bersih;

c. Meningkatkan koordinasi dan sinergitas serta kualitas pelaksanaan dan hasil

pengawasan;

d. Meningkatnya kualitas, baik skill, knowledge maupun attitude aparatur

pengawasan;

e. Meningkatnya kesejahteraan aparatur pengawasan

f. Terciptanya kondisi kerja yang kondusif melalui penyelenggaraan administrasi

perkantoran;

g. Terpenuhinya kebutuhan akan alat–alat pengawasan (audit tools) yang

representatif.

h. Terciptanya kondisi kerja yang kondusif melalui sarana dan prasarana gedung

kantor yang memadai.

i. Sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan Inspektorat yang akuntabel.

Page 115: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

4.1.1.4 Struktur organisasi dan Deskripsi Jabatan

Berdasarkan Keputusan Peraturan Daerah Provinsi No.22 tahun 2008

Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi Lembaga Teknis

Daerah di Lingkungan Pemerintahan, maka struktur organisasi Inspektorat

Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut:

1. Inspektorat

a. Penyelenggaraan perencanaan program pengawasan;

b. Penyelenggaraan perumusan kebijakan dan fasilitas

pengawasan;

c. Penyelenggaraan pemeriksaan, pengusutan, pengujian,

monitoring, evaluasi, review dan penilaian tugas pengawasan;

d. Penyelenggaraan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya.

2. Inspektur

a. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan

tugas pokok dan fungsi Inspektorat;

b. Menyelenggarakan perumusan dan penetapan kebijakan teknis

Inspektorat;

c. Menyelenggarakan perumusan serta penetapan program kerja

dan rencana pengawasan;

d. Menyelenggarakan pengawasan meliputi kesekretariatan,

pengawasan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan;

Page 116: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

e. Menyelenggarakan koordinasi penyusunan rencana strategi,

pelaksanaan tugas-tugas teknis serta evaluasi dan pelaporan

yang meliputi kesekretariatan serta pengawasan pemerintah,

pembangunan dan kemasyarakatan;

f. Menyelenggarakan koordinasi kegiatan teknis operasional

pengawasan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan;

g. Menyelenggarakan pembinaan pengawasan meliputi ketaatan,

efesiensi dan efektivitas pencapaian tujuan pelaksanaan tugas

dan fungsi instansi pemerintah sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan;

h. Menyelenggarakan pemberian peringatan dini dan

meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam pelaksanaan

tugas dan fungsi instansi pemerintah;

i. Menyelenggarakan pemeliharaan dan peningkatan kualitas tata

kelola pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah;

j. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan

pengambilan kebijakan;

k. Menyelenggarakan perumusan dan penetapan Rencana

Strategi, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP), LKPJ dan LPPD Inspektorat;

l. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

m. Menyelenggarakan hasil evaluasi pengawasan sebagai bahan

perumusan kebijakan;

Page 117: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

n. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya.

3. Sekretaris

a. Penyelenggaraan penyiapan bahan koordinasi serta

pengendalian rencana dan program kerja pengawasan;

b. Penyelenggaraan penghimpunan, pengelolahan, penilaian dan

penyimpanan laporan hasil pengawasan aparat pengawasan

fungsional daerah;

c. Penyelenggaraan inventarisasi, penyusunan dan koordinasi

penatuusahaan proses penanganan pengaduan.

3.1.Sub Bagian Perencanaan

a. Pelaksanaan penyusunan perencanaan dan program kerja sub

bagian perencanaan, sekretariata dan inspektorat;

b. Pelaksanaan penyusunan rencana dan program pengelolahan

administrasi keuangan dan perlengkapan;

c. Pelaksanaan penyusunan anggaran inspektorat.

3.2.Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan

a. Pelaksanaan inventarisasi hasil pengawasan dan penghimpun

tindak lanjut hasil pengawasan;

b. Pelaksana administrasi laporan hasil pengawasan;

c. Pelaksanaan evaluasi hasil pengawasan;

d. Pelaksanaan penyusunan laporan hasil pengawasan.

3.3.Sub Bagian Administrasi dan Umum

Page 118: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

a. Pelaksanaan pengelolaan administrasi;

b. Pelaksanaan pengelolaan urusan kepegawaian;

c. Pelaksanaan pengelolaan urusan keuangan;

d. Pelaksanaan urusan perlengkapan dan rumah tangga.

4. Inspektur Pembantu Wilayah I

a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja inspektur pembantu

wilayah I;

b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis pengawasan

di wilayah I;

c. Menyelenggarakan pengkajian bahan pengawasan di wilayah II;

d. Menyelenggarakan pengawasan pemerintah wilayah I bidang

pemerintahan;

e. Menyelenggarakaan pengawasan pemerintah wilayah II bidang

pembangunan;

f. Menyelenggarakan pengawasan pemerintah wilayah I bidang

kemasyarakatan;

g. Menyelenggarakan fasilitasi pengawasan wilayah I bidang

pemerintahan, pembangunan, dan kemasyaraktan;

h. Menyelenggarakan pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan

penilaian tugas pengawasan di wilayah I bidang pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan;

Page 119: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

i. Menyelenggarakan pemantauan, evaluasi dan review kegiatan

inspektur pembantu wilayah I;

j. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan inspektur

pembantu wilayah I;

k. Meyelenggarakan pengkoordinasian pelaksanaan pengawasan di

wilayah I;

l. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan

pengambilan kebijakan;

m. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan inspektur

wilayah I

n. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

o. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya.

4.1. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan

a. Pelaksanaan pengusulan program pengawasan di wilayah kerja

bidang pemerintah;

b. Pelaksanaan penyusunan kebijakan teknis pengawasan urusan

pemerintahan di bidang pemerintahan;

c. Pelaksanaan pengawasan dan fasilitas pengawasa;

Page 120: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

d. Pelaksanaan pemeriksaan, pengusutan, pengujian, evaluasi,

monitoring, review dan penilaian tugas pengawasan di bidang

pemerintah;

e. Pelaksanaan koordinasi pengawasan di bidang pemerintah.

4.2.Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan

a. pelaksanaan penyusunan program kerja seksi pengawas

pemerintah bidang kemasyarakatan;

b. Pelaksanaan penyusunan kebijakan teknis pengawasan urusan

pemerintah di bidang kemasyarakatan;

c. Pelaksanaan pengawasan dan fasilitas pengawasan;

d. Pelaksanaan pemeriksaan, pengusutan, pengujian, evaluasi,

monitoring, review dan penilaian tugas pengawasan di bidang

kemasyarakatan;

e. Pelaksanaan koordinasi pengawasan di bidang kemasyarakatan.

4.3 Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan

a. Pelaksanaan pengusulan program pengawasan di wilayah kerja

bidang pembangunan

b. Pelaksanaan penyusunan kebijakan teknis pengawasan urusan

pemerintah di bidang pembangunan;

c. Pelaksanaan pengawasan dan fasilitas pengawasan;

d. Pelaksanaan pemeriksaan, pengusutan, pengujian, evaluasi,

monitoring, review dan penilaian tugas pengawasan di bidang

pembangunan;

Page 121: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

e. Pelaksanaan koordinasi pengawasan di bidang pembangunan.

5. Inspektur Pembantu Wilayah II

a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja inspektur

pembantu wilayah II;

b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis

pengawasan di wilayah II;

c. Menyelenggarakan pengkajian bahan pengawasan di wilayah II;

d. Menyelenggarakan pengawasan pemerintah wilayah II bidang

pemerintahan;

e. Menyelenggarakaan pengawasan pemerintah wilayah II bidang

pembangunan;

f. Menyelenggarakan pengawasan pemerintah wilayah II bidang

kemasyarakatan;

g. Menyelenggarakan fasilitasi pengawasan wilayah II bidang

pemerintahan, pembangunan, dan kemasyaraktan;

h. Menyelenggarakan pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan

penilaian tugas pengawasan di wilayah II bidang pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan;

i. Menyelenggarakan pemantauan, evaluasi dan review kegiatan

inspektur pembantu wilayah II;

j. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan inspektur

pembantu wilayah II;

Page 122: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

k. Meyelenggarakan pengkoordinasian pelaksanaan pengawasan di

wilayah II;

l. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan

pengambilan kebijakan;

m. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

n. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya.

5.1 Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan

a. Melaksanakan penyusutan program kerja seksi pengawas

pemerintah bidang pemerintahan;

b. Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis pengawasan urusan

pemerintah bidang pemerintahan;

c. Melaksanakan penyusunan bahan pengawasan pemerintah bidang

pemerintahan;

d. Melaksanakan pengawasan bidang pemerintahan;

e. Melaksanakan pemeriksa, pengusutan, pengujian, evaluasi,

monitoring, review dan penilaian tugas pengawasan di bidang

pemerintah;

f. Melaksanakan pengkoordinasian pada pelaksanaan pengawasan

bidang pengawasan;

g. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan seksi pengawas

pemerintah bidang pemerintahan;

Page 123: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

h. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan

pertimbangan pengembalian kebijakan;

i. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

5.2 Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan

a. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pengawas

pemerintah bidang pembangunan;

b. Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis pengawasan urusan

pemerintah bidang pembangunan;

c. Melaksanakan penyusunan bahan pengawasan pemerintah bidang

pembangunan;

d. Melaksankanan pengawasan bidang pembangunan;

e. Melaksanakan pemeriksa, pengusutan, pengujian, evaluasi,

monitoring, review dan penilaian tugas pengawasan di bidang

pembangunan;

f. Melaksanakan pengkoordinasian pada pelaksanaan pengawasan

bidang pengawasan;

g. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan seksi pengawas

pemerintah bidang pembangunan;

h. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan

pertimbangan pengembalian kebijakan;

i. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Page 124: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

5.3 Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan

a. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pengawas

pemerintah bidang kemasyarakatan;

b. Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis pengawasan urusan

pemerintah bidang kemasyarakatan;

c. Melaksanakan penyusunan bahan pengawasan pemerintah bidang

kemasyarakatan;

d. Melaksankanan pengawasan bidang kemasyarakatan;

e. Melaksanakan pemeriksa, pengusutan, pengujian, evaluasi,

monitoring, review dan penilaian tugas pengawasan di bidang

kemasyarakatan;

f. Melaksanakan pengkoordinasian pada pelaksanaan pengawasan

bidang kemasyarakatan;

g. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan seksi pengawas

pemerintah bidang kemasyarakatan;

h. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan

pertimbangan pengembalian kebijakan;

i. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Page 125: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

6. Inspektur Pembantu Wilayah III

a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja inspektur pembantu

wilayah III;

b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis pengawasan

di wilayah III;

c. Menyelenggarakan pengkajian bahan pengawasan di wilayah III;

d. Menyelenggarakan pengawasan pemerintah wilayah III bidang

pemerintahan;

e. Menyelenggarakaan pengawasan pemerintah wilayah III bidang

pembangunan;

f. Menyelenggarakan pengawasan pemerintah wilayah III bidang

kemasyarakatan;

g. Menyelenggarakan fasilitasi pengawasan wilayah III bidang

pemerintahan, pembangunan, dan kemasyaraktan;

h. Menyelenggarakan pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan

penilaian tugas pengawasan di wilayah III bidang pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan;

i. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan inspektur

pembantu wilayah III;

j. Meyelenggarakan pengkoordinasian pelaksanaan pengawasan di

wilayah III;

k. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan

pengambilan kebijakan;

Page 126: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

l. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

m. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya.

6.1 Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan

a. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pengawas

pemerintah bidang pemerintahan;

b. Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis pengawasan urusan

pemerintah bidang pemerintahan;

c. Melaksanakan penyusunan bahan pengawasan pemerintah bidang

pemeritahan;

d. Melaksankanan pengawasan bidang pemerintahan;

e. Melaksanakan pemeriksa, pengusutan, pengujian, evaluasi,

monitoring, review dan penilaian tugas pengawasan di bidang

pemerintahan;

f. Melaksanakan pengkoordinasian pada pelaksanaan pengawasan

bidang pemerintahan;

g. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan seksi pengawas

pemerintah bidang pemerintahan;

h. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan

pertimbangan pengembalian kebijakan;

i. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Page 127: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

6.2 Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan

a. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pengawas

pemerintah bidang pembangunan;

b. Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis pengawasan urusan

pemerintah bidang pembangunan;

c. Melaksanakan penyusunan bahan pengawasan pemerintah bidang

pembangunan;

d. Melaksankanan pengawasan bidang pembangunan;

e. Melaksanakan pemeriksa, pengusutan, pengujian, evaluasi,

monitoring, review dan penilaian tugas pengawasan di bidang

pembangunan;

f. Melaksanakan pengkoordinasian pada pelaksanaan pengawasan

bidang pengawasan;

g. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan seksi pengawas

pemerintah bidang pembangunan;

h. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan

pertimbangan pengembalian kebijakan;

i. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

6.3 Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan

a. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pengawas

pemerintah bidang kemasyarakatan;

Page 128: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

b. Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis pengawasan urusan

pemerintah bidang kemasyarakatan;

c. Melaksanakan penyusunan bahan pengawasan pemerintah bidang

kemasyarakatan;

d. Melaksankanan pengawasan bidang kemasyarakatan;

e. Melaksanakan pemeriksa, pengusutan, pengujian, evaluasi,

monitoring, review dan penilaian tugas pengawasan di bidang

kemasyarakatan;

f. Melaksanakan pengkoordinasian pada pelaksanaan pengawasan

bidang kemasyarakatan;

g. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan seksi pengawas

pemerintah bidang kemasyarakatan;

h. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan

pertimbangan pengembalian kebijakan;

i. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

7. Inspektur Pembantu Wilayah IV

a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja inspektur pembantu

wilayah IV;

Page 129: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis pengawasan

di wilayah IV;

c. Menyelenggarakan pengkajian bahan pengawasan di wilayah IV;

d. Menyelenggarakan pengawasan pemerintah wilayah IV bidang

pemerintahan;

e. Menyelenggarakaan pengawasan pemerintah wilayah IV bidang

pembangunan;

f. Menyelenggarakan pengawasan pemerintah wilayah IV bidang

kemasyarakatan;

g. Menyelenggarakan fasilitasi pengawasan wilayah IV bidang

pemerintahan, pembangunan, dan kemasyaraktan;

h. Menyelenggarakan pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan

penilaian tugas pengawasan di wilayah IV bidang pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan;

i. Menyelenggarakan pemantauan, evaluasi dan review kegiatan

inspektur pembantu wilayah IV;

j. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan inspektur

pembantu wilayah IV;

k. Meyelenggarakan pengkoordinasian pelaksanaan pengawasan di

wilayah IV;

l. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan

pengambilan kebijakan;

m. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

Page 130: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

n. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya.

7.1 Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan

a. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pengawas

pemerintah bidang pemerintahan;

b. Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis pengawasan urusan

pemerintah bidang pemerintahan;

c. Melaksanakan penyusunan bahan pengawasan pemerintah bidang

pemeritahan;

d. Melaksankanan pengawasan bidang pemerintahan;

e. Melaksanakan pemeriksa, pengusutan, pengujian, evaluasi,

monitoring, review dan penilaian tugas pengawasan di bidang

pemerintahan;

f. Melaksanakan pengkoordinasian pada pelaksanaan pengawasan

bidang pemerintahan;

g. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan seksi pengawas

pemerintah bidang pemerintahan;

h. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan

pertimbangan pengembalian kebijakan;

i. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

7.2 Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan

Page 131: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

a. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pengawas

pemerintah bidang pembangunan;

b. Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis pengawasan urusan

pemerintah bidang pembangunan;

c. Melaksanakan penyusunan bahan pengawasan pemerintah bidang

pembangunan;

d. Melaksankanan pengawasan bidang pembangunan;

e. Melaksanakan pemeriksa, pengusutan, pengujian, evaluasi,

monitoring, review dan penilaian tugas pengawasan di bidang

pembangunan;

f. Melaksanakan pengkoordinasian pada pelaksanaan pengawasan

bidang pengawasan;

g. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan seksi pengawas

pemerintah bidang pembangunan;

h. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan

pertimbangan pengembalian kebijakan;

i. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

7.3 Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan

a. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pengawas

pemerintah bidang kemasyarakatan;

b. Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis pengawasan urusan

pemerintah bidang kemasyarakatan;

Page 132: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

c. Melaksanakan penyusunan bahan pengawasan pemerintah bidang

kemasyarakatan;

d. Melaksankanan pengawasan bidang kemasyarakatan;

e. Melaksanakan pemeriksa, pengusutan, pengujian, evaluasi,

monitoring, review dan penilaian tugas pengawasan di bidang

kemasyarakatan;

f. Melaksanakan pengkoordinasian pada pelaksanaan pengawasan

bidang kemasyarakatan;

g. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan seksi pengawas

pemerintah bidang kemasyarakatan;

h. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan

pertimbangan pengembalian kebijakan;

i. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

8. Wilayah Kerja

Setiap inspektur pembantu yang dibantu oleh masing-masing seksi

pengawasan sesuai bidang tugasnya melaksanakan pengusutan, pemeriksaan,

pengujian dan penilaian tugas pengawasan terhadap OPD di lingkungan

pemerintah daerah dan pemerintah Kabupaten/ Kota sesuai wilayah kerja masing-

masing, yang ditentukan lebih lanjut oleh Inspektur

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Page 133: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

a. Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan tugas

pemerintah daerah sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

b. Kelompok jabatan fungsional terdiri atas tenaga fungsional auditor dan

jabatan fungsional lainya sejumlah tenaga fungsional yang ditetapkan

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Kelompok jabatan fungsional dipimpin oleh seirang tenaga fungsional

senior yang ditunjuk.

d. Jenis dan jejang jabatan fungsional ditetapkan berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

e. Jumlah twnaga jabatan fungsional ditetapkan berdasarkan beban kerja.

f. Rician tugas kelompok jabatan fungsional ditetapkan berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Tata Kerja

a. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, inspektur, sekretaris,

inspektur pembantu wilayah, kepala subbagian, kepala seksi dan

kelompok jabatan fungsional, wajib menerapkan prinsip koordinasi,

integrasi dan sikronisasi, baik dalam lingkungan masing-masing maupun

antara satuan organisasi di lingkungan inspektorat, serta instansi lain

diluar inspektorat, sesuai dengan tugas pokok masing-masing.

b. Inspektur wajib mengawasi bawahanya dengan ketentuan dalam hal

terjadi penyimpangan, harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 134: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

c. Inspektur bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahan

dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas

bawahannya.

d. Inspektur wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab

pada atasan serta menyampaikan laporan berkala secara tepat waktu.

e. Setiap laporan yang diterima oleh inspektur dari bawahanya wajib diolah

dan dipergunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut.

f. Dalam penyampaian laporan kepada atasan, tembusan laporan wajib

disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional

mempunyai hubungan kerja.

g. Dalam melaksanakan tugas, inspektur dan unit organisasi di bawahan

wajib mengadakan rapat berkala dalam rangka pemberian bimbingan

kepada bawahan.

4.1.2 Pelaksanaan Pengawasan Fungsional

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada

Inspektorat Provinsi Jawa Barat dengan cara observasi dan wawancara. Adapun

informasi tersebut berupa pembahasan standar umum Audit Pengawasan

Fungsional Pemerintah APFP yang dilakukan oleh para Inspektorat Provinsi Jawa

Barat sebagai berikut :

Page 135: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

4.1.2.1 Standar Umum

1. Keahlian dan Pelatihan

Para pelaksanaan pengawasan fungsional di Inspektorat Provinsi Jawa

Barat selain latar belakang pendidikan yang dimiliki tidak sesuai dengan

pengawasan dalam meningkatkan kemampuan teknis pengawasan fungsional

telah mengikuti berbagai seminar yang dilaksankan di dalam maupun di luar

organisasi. Seperti pelatihan yang dilaksanakan oleh BPKP. Hal ini menjadi

pendukung sehingga para pengawas selain mendapatkan pengetahuan dan

berbagai disiplin ilmu yang berkelanjutan yang penting dalam pelaksanaan

pengawasan fungsional juga meningkatkan kecakapan dalam menjalankan

tanggung jawab pengawasan. Selain itu menjamin mutu hasil pemeriksaan dan

konsistensinya standar audit aparat pengawasan fungsional pemerintah (SA-

APFP). Juga menjadi acuan meningkatkan batas-batas tanggung jawab

pelaksanaan tugas pemeriksaan sesuai dengan jenjang dan ruang lingkupnya.

2.Independensi

Ditinjau dari status organisasinya, Inspektorat dalam menjalankan tugasnya

memperoleh keleluasan untuk memenuhi dan menyelesaikan tanggung jawab

pemeriksaan yang diberikan padanya. Para pelaksanaan pengawasan fungsional

dalam melaksanakan tugasnya tidak dipengaruhi oleh pendapat pribadi/golongan

dalam mengambil keputusan atau tindakan yang sekiranya dapat mengurangi

objektifitas dan kemandirian dalam melaksanakan tugasnya, tujuan, kewenangan

dan tanggung jawab Inspektorat temuan dalam dokumen tertulis.

3.Kecermatan Profesi

Page 136: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Dalam melakukan audit Inspektorat Provinsi Jawa Barat telah membuat

program kerja pemeriksaan tahunan (PKPT), yang mana dalam pelaksanaanya

dilaksanakan oleh para pengawas fungsional dengan dibentuk tim audit yang

terdiri dari auditor yang memiliki keahlian sebagaimana telah sesuai dengan

Standar audit pengawasan fungsional pemerintah (APFP).

4.Kerahasian

Para pelaksana pengawasan fungsional di Inspektorat Provinsi Jawa Barat

selalu menjaga kerahasiaan yang berkaitan dengan audit maupun informasi yang

dihasilkan dari audit tersebut. Hal tersebut dapat terlihat dengan telah

dilaksanakannya :

a. Penugasan auditor untuk menjadi ahli;

b. Menyimpan dokumen pemerintah;

c. Penyusunan konsep laporan dan penyelesaian laporan;

d. Pemilikan kertas kerja;

e. Hubungan dengan lembaga audit lainya, dan hubungan dengan media

massa, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga pendidikan telah disususn

prosedur yang berkaitan dengan hal tersebut diatas. Yang manatidak setiap

pegawai Inspektorat diijinkan memberikan informasi tanpa seijin pihak yang

berwenang yang dalam hal ini Gubernur Jawa Barat.

4.1.2.2 Standar Koordinasi dan Kendali Mutu

Sebelum melakukan pemeriksaan Inspektorat Provinsi Jawa Barat

mengajukan usulan program kerja pengawasan tahunan (UPKPT) kepada

Gubernur Jawa Barat. Setelah disetujui oleh gubernur, maka ditetapkanlah

Page 137: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

program kerja pengawasan tahunan (PKPT) sebagai pedoman sebagai

pelaksanaan pemeriksaan. Maka pada koordinasi dan kendali mutu yang terdapat

dalam persiapan audit operasional Inspektorat terdapat tahapan-tahapan sebagai

berikut :

1. Pembentukan Tim.

a. Didasarkan pada :

- Surat perintah kepala Inspektorat atas nama Gubernur yang berisikan

susunan tim, auditan, ruang lingkup, audit, waktu secara kewajiban

yang dibebankan kepada tim.

- Surat perintah untuk penanganan yang bersifat khusus yang berisikan

susunan tim, auditan, ruang lingkup, audit, waktu secara kewajiban

yang dibebankan kepada tim.

b. Susunan, Wewenang dan Yanggungjawab Tim

- Menetapkan personal tim

- Mendatangani surat perintah tim atas nama gubernur

- Melaksanakan review pelaksanaan audit

- Menerima ekspose hasil audit dari koordinasi dan ketua tim

- Mendatangani LHA

- Memaraf surat gubernur

- Mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan audit

2. Pemberitahuan pada auditan.

a. Sebelum survey pendahuluan dimulai, Kepala Inspektorat secara formal

memberitahukan secara tertulis kepada pimpinan auditan paling lambat

Page 138: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

dua minggu sebelum pelaksanaan

b. Pemberitahuan ini menyangkut kapan audit akan dilaksanakan, lamanya

audit dan nama auditor yang akan ditugaskan

c. Dalam pemberitahuan ini harus dilampirkan daftar permintaan informasi

dan data yang akan diperlukan untuk survey pendahuluan.

3. Survey Pendahuluan.

a. Survey pendahuluan adalah langkah dalam proses audit

b. Dalam survey pendahuluan dikumpulkan seluruh data yang relevan dengan

kegiatan audit selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk penyusunan

PKA

c. Survey pendahuluan harus memungkinkan tim audit dapat memahami

bagaimana suatu kegiatan atau suatu kegiatan dan jenis pekerjaan

dilaksanakan dan bagaimana pekerjaan itu berhubungan dengan bagian

lain dari organisasi itu.

d. Seluruh sumber daya informasi harus dimanfaatkan, baik uraian tugas,

metodekerja, maupun data-data keuangan dan data-data lainya yang

diperlukan.

4. Penyusunan Program Kerja Audit

Program kerja audit adalah langkah-langkah prosedur dan teknik audit yang

disusun secara sistematis yang harus diikuti atau dilaksanakan oleh auditor selama

pelaksanaan audit untuk mencapai tujuan audit.

Page 139: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

4.1.2.3 Standar Pelaksanaan

1. pertemuan Awal (Entry Briefing)

a. Pembicaraan pendahuluan hendaknya dipersiapkan dalam seksama dan

dilakukan oleh penanggung jawab dan atau koordinasi bersama tim

auditdengan jabatan audit/pimpinan audit.

b. Agar pimpinan auditan mendapat gambaran yang tepat tentang audit

operasional, hendaknya dijelaskan pengertian audit operasional dan manfaat

yang diperoleh dari audit tersebut.

c. Tim audit hendaknya mengungkapkan secara jelas tentang sasaran audit,

masa yang di audit, waktu audit serta petugas audit.

2. Penilaian dan Pengujian SPM

Hakekatnya pengendalian manajemen adalah tindakan yang dilakukan

oleh manajemen untuk mengarah atau menjalankan operasi sesuai dengan

standar atau tujuan yang diinginkan. Dengan demikian pegendalian

manajemen mancakup sistem organisasi, prosedur, dan praktek dalam

penanganan dan penyelesaian tugas-tugas manajemen secara efektif.

a. Tujuan

Pengujian pengendalian manajemen adalah untuk menilai tingkat

efektivitas yang mengenal kemungkinan adanya kelemahan pengendalian

manajemen auditan dan unsur-unsur yang penting adalah :

- Organisasi

- Kebijakan-kebijakan pimpinan auditan

- Prosedur kerja

Page 140: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

- Perencanaan

- Akuntansi/catatan keuangan

- Pelaporan

- Audit eksternal.

b. Cara Pendekatan

Pendekatan yang dapat dilakukan auditor adalah sebagai berikut :

- Penelahaan pedoman kerja dan kemudian menguji dengan

pelaksanaan.

- Pengamatan langsung yaitu menyelusuri dari awal sampai akhir

tindakan-tindakan dan proses yang diterapkan dalam pelaksanaan

sebenarnya.

c. Tujuan Pendekatan

Tujuan pendekatan adalah untuk memperoleh informasi mengenai sebagai

berikut :

- Bagaimana sebenarnya pelaksanaan kegiatan auditan.

- Langkah-langkah atau prosedur yang diperlukan dan digunakan

dalam proses auditan.

- Hasil-hasil yang telah dicapai ditinjau dari :

a. maksud dan tujuan auditan.

b. ketentuan hukumannyadan praktek-praktek yang lajim.

- Efektivitas pengendalian manajemen.

Page 141: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

d. Hal-hal yang dipertimbangkan

Dalam pengujian pengendalian manajemen perlu diperhatikan unsur

pengendalian manajemen organisasi, kebijakan, perencanaan, prosedur, akuntansi,

personalia dan pelapor.

3. Pelaksanaan Audit Operasional

Audit operasional adalah suatu audit yang dimaksud sebagai penilaian

terhadap cara pengelolahan suatu organisasi tersebut untuk melaksanakan

tugasnya dengan lebih baik. Penilaian tersebut adalah penilaian yang sistematis

dan objektif atas operasi manajemen untuk perbaikan dan pengembangannya di

masa yang akan datang. Audit operasional ditekankan pada penilaian terhadap

cara-cara manajemen pengelolahan sumber daya untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan bagi suatu kegiatan/program dari hasil audit diharapkan adanya

saran konstruktif.

4. Temuan dan Pengembangan Temuan

Pengembangan temuan adalah pengumpulan dan pendalaman informasi

khusus yang bersangkutan dengan auditan untuk dievaluasi dan dianalisis

kerena diperkirakan akan berguna bagi pimpinan auditan.

a.faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan temuan :

- Pertimbangan harus ditekankan pada situasi dan kondisi pada saat

kejadian, bukan pada saat pemeriksaan dilakukan.

- Harus dipertimbangkan sifat kompleksitas dan besarnya jumlah serta

nilai yang dilibatkan dalam auditan.

Page 142: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

- Temuan harus dianalisis secara jujur dan kritis untuk menghindari

ungkapan yang tidak logis.

- Kewenangan hukum auditan perlu dikemukakan pada laporan.

5. Pembahasan Hasil Audit dengan Koordinator dan atau Penanggungjawab

(Review)

Tujuannya sebagai berikut :

- Pelaksanaan audit lebih terarah dan terkendali.

- Temuan dan rekomendasi mendapat pertimbangan yang lebih

matang.

- Koordinator atau pertanggungjawab audit memperoleh informasi

yang cukupluas sebagai bahan pembahasan temuan dengan auditan.

6. Pembahasan Hasil Audit dengan Auditan

Tujuannya sebagai berikut :

- Mengkonsumsikan dan menyamankan persepsi tentang suatu

masalah/temuan.

- Mempercepat penyususnan konsep laporan.

- Mengurangi kemungkinan sanggahan terhadap laporan.

- Lebih lengkap dan tepatnya konsep laporan.

- Dapat lebih cepatnya dilakukan tindakan koreksi.

7. Penyusunan Kertas Kerja Audit (KKA)

a.Pengertian

- KKA adalah catatan-catatan yang dibuat dan data yang dikumpulkan

auditor secara sistematis pada saat melaksanakan audit.

Page 143: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

- KKA harus mencerminkan langkah-langkah audit yang telah dituangkan

dalam pengujian yang dilakuakan, informasi yang diperoleh dan

kesimpulan hasil audit.

- Setiap auditor wajib membuat KKA pada saat melaksanakan tugas

b.Manfaat

- Merupakan dasar penyusunan laporan hasil audit.

- Merupakan alat atasan untuk mereview dan mengawasi pelaksanaan

pekerjaan para auditor.

- Merupakan alat pembuktian dari laporan hasil audit

- Menyajikan data untuk keperluan referensi.

- Merupakan salah satu pedoman untuk audit berikutnya.

- Merupakan alat bukti tertulis bagi auditor apabila terjadi pengaduan

kepada auditor atas temuan yang dihasilkan pada saat audit.

8. Penyusunan Naskah Hasil Audit (NHA)

Naskah hasil audit adalah pelapor awal dari suatu rangkaian kegiatan audit

yang disampaikan kepada auditan setelah pelaksanaan audit. Naskah hasil audit

berisikan temuan yang meliputi kondisi, kriteria, sebab, akibat, komentar

auditan serta rekomendasi. Naskah hasil audit juga berisi batas waktu auditan

untuk melaksanakan tindak lanjut hasil audit serta di tandatangani oleh ketua

tim dan disetujui oleh pimpinan auditan.

9. Exit Briefing

Exit briefing adalah pertemuan antara tim audit yang dipimpin oleh

koordinator dan atau penanggungjawab dengan pimpinan auditan setelah

Page 144: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

berakhirnya suatu rangkaian kegiatan auditan. Dalam exit briefing disampaikan

pokok-pokok hasil pemeriksaan serta catatan-catatan yang lain berguna bagi

auditan.

4.1.2.4. Standar Pelaporan

Sebagai kegiatan terakhir dari tugas adalah penyusunan laporan hasil

audit (LHA) laporan tersebut adalah sarana komunikasi yang resmi dan sangat

penting bagi auditor untuk menyampaikan informasi tentang temuan. Kesimpulan

dan rekomendasi kepada auditan atau yang perlu mengetahui informasi tersebut.

LHA dibuat berdasarkan kertas kerja audit dan naskah hasil audit yang disusun

selama melaksanakan audit agar informasi akurat dan objektif.

1. Syarat Laporan

Persyaratan dari kriteria pelaporan hasil audit menjadi pedoman

dasar bagi aparat pengawasan fungsional pemerintah yang antara lain

menyatakan :

a.dibuat secara tertulis

b.dibuat segera

c.menbuat ruang lingkup dan tujuan audit.

2. Materi Laporan Hasil Audit

Sesuai dengan standar audit, laporan hasil audit harus disampaikan

dalam bentuk tertulis pada berbagai pihak yang berkepentingan sebagai

sarana komunikasi sebagai pelaksanaan audit.

Page 145: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

LHA merupakan dokumen atau media komunikasi auditor untuk

menyampaikan informasi tentang kesimpulan temuan dan rekomendasi

hasil audit kepada pejabat yang berwenang dijelaskan sebagai berikut :

a. Informasi Umum

Tersedia informasi penting bagi pembaca laporan mengenai

kegiatan program dan atau fungsi yang di audit sehingga informasi ini

dapat digunakan untuk membantu memahami, menanggapi informasi

utama dari laporan

b. Informasi mengenai kegiatan, program dan fungsi auditan

Tersedia informasi mengenai tujuan intansi atau program yang

diaudit, sifat, ukuran kegiatan serta organisasi dan manajemen

c. Informasi mengenai sifat audit

Biasanya mengurangi identifikasi priode yang mencangkup oleh

audit atau saat kondisi yang dilaporkan yaitu penjelaskan singkat

mengenai ruang lingkup audit

d.Temuan dan Rekomendasi

1.Temuan sebagai berikut :

- Ketidak efesianan

- Ketidak efektian

- Pemborosan dan ketidak hematan

- Pengeluaran yang tidak sepatutnya atau pendapatan penerimaan

yang tidak sebanarnya

- Ketidak taatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Page 146: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

2.Rekomendasi

Dari hasil audit, temuan akan mengungkapkan penyebab yang

membawa akibat yang tidak diinginkan berkaitan dengan temuan tersebut

rekomendasi menyatakan tindakan yang harus diambil untuk

menghilangkan faktor penyebab atau meminimaliskan akibat.

3. Panduan Dalam Menyusun Laporan

a. Laporan ditandatangani oleh ketua tim penanggungjawab, setelah

pekerjaan audit diselesaikan dengan tuntas

b. Auditor harus mendiskusikan kesimpulan dan rekomendasi secara tepat

sebelum menerbitkan LHA final.

c. Laporan harus objektif jelas, singkat konstruktif dan tepat waktu.

d. Laporan harus membuat tujuan, ruang lingkup dan hasil audit.

e. Laporan dapat memuat rekomendasi untuk perbaikan dan pengakuan

kinerja yang memuaskan serta pengakuan tindakan koreksi.

4.1.2.5. Standar Tindak Lanjut

Tindak lanjut adalah tindakan yang dilaksanakan oleh auditan sesuai

dengan rekomendasi yang telah dikemukakan oleh auditor dalam Laporan

Hasil Audit. Yang bertanggungjawab melaksanakan tindak lanjut adalah pihak

auditan, sedangkan Inspektorat berkewajiban untuk memantau pelaksanaan

tindak lanjut tersebut.untuk memudahkan pemantauan tindak lanjut,

Inspektorat harus mengadministrasikan seluruh kegiatan dengan tertib.

Dalam memantau tindak lanjut perlu diperhatikan hal-hal sebagai beriku :

Page 147: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

a. Perlu adanya ketentuan yang mengharuskan pimpinan auditan untuk

membuat pernyataan tertulis mengenai tindakan yang telah diambil atas

rekomendasi yang telah diajarkan auditor.

b. Copy dari pernyataan tertulis tersebut harus disampaikan kepada kepala

Inspektorat sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil tindakan

selanjutnya.

c. Dalam laporan auditor harus mengungkap rekomendasi yang

dimasukan dalam laporan hasil audit sebelumnya yang membahas

pokok persoalan yang sama dalam rangka pemantauan tindak lanjut.

d. Apabila kondisi yang telah dilaporkan sebelum masih berlanjut karena

pihak auditan tidak mengambil tindakan, maka harus ditegaskan

kembali dalam rekomendasi yang dikemukakan dalam laporan hasil

audit yang disampaikan sekarang.

e. Jika dipandang perlu, auditor dapat menempatkan sesuatu bagian

tersendiri dalam laporan hasil audit, yaitu bagian yang menguraikan

kembali rekomendasi terdahulu yang belum anda tindak lanjutnya.

4.1.3 Kinerja Pemerintah Daerah

4.1.3.1 Tujuan kinerja Pemerintah Daerah

Secara umum, tujuan kinerja pemerintah daerah adalah sebagai berikut :

f) Menetapkan target-target yang dapat diterima oleh mereka yang

kinerjanya akan diukur, dan dilaksanakan dalam suasana yang

dikarakterisasikan oleh komunikasi terbuka antara atasan dan bawahan dan

mengusahakan kebersamaan dalam tindakan.

Page 148: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

g) Menggunakan ukuran-ukuran prestasi yang dapat diandalkan, terbuka dan

objektif, membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan yang

direncanakan, dan menyediakan umpan balik bagi yang dinilai.

h) Bila prestasi kurang optimal, setelah melalui berbagai langkah

sebelumnya, timbul kebutuhan untuk menspesifikasikan dan setuju dengan

rencana pengembangan pribadi orang yang dinilai yang dapat didasarkan

pada penilaian kebutuhan pelatihan dan pengembangan pribadi.

i) Membuat ketentuan untuk alokasi baik reward ekstrinsik (misalnya

kesempatan untuk mempertinggi keterampilan seseorang) yang mengikuti

proses penilaian.

j) Menjanjikan hasil-hasil yang diinginkan dalam bentuk pemenuhan

pegawai, pemanfaatan penuh kapasitas individu, perubahan budaya

organisasi, dan pencapaian sasaran organisasi dalam kondisi dimana ada

keharmonisan antara sasaran individu dengan organisasi.

Kinerja Instansi pemerintah sebagai hasil kerja (output) yang berasal dari

adanya perilaku kerja serta lingkungan kerja di inspektorat Jawa Barat tertentu

yang kondusif. Dalam menentukan faktor penilaian individu pegawai, maka

lingkungan kerja sebagai kesempatan untuk berprestasi yang dapat dipengaruhi

oleh adanya peralatan kerja, bahan, lingkungan fiskal kerja, perilaku kerja

pegawai yang lain, pola kepemimpinan, kebijakan organisasi, informasi serta

penghasilan secara keseluruhan akan dianggap konstan karena bersifat pemberian,

berasal dari luar diri pegawai dan bukan merupakan perilaku pegawai.

Page 149: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Dalam perencanaan kinerja di inspektorat penyusunan rencana kinerja sebagai

penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana

strategik, yang akan dilaksanakan oleh instansi Inspektorat pemerintah di wilayah

Jawa Barat. melalui berbagaikegiatan tahunan. Didalam rencana kinerja

ditetapkan rencana capaian kerja tahunan untuk seluruh indikator kinerja yang

susunan rencana kerja dilakukann seiring dengan agenda penyusunan dan

kebijakan anggaran, serta merupakan komitmen bagi instansi untuk mencapainya

dalam tahun tertentu.Dokumen Rencana Kinerja memuat informasi tentang

sasaran yang ingin dicapai dalam tahun yang bersangkutan indikator kinerja

sasaran,dan rencana capaiannya ; program; kegiatan, serta kelompok indikator

kinerja dan rencana capaiannya.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Pada bagian ini akan dilakukan pengujian atas data penelitian yang telah

diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 13 responden. Pengujian data ini

mencakup uji validitas dan uji reliabilitas dengan tujuan agar penulis tidak

mengambil kesimpulan yang keliru mengenai gambaran keadaan yang sebenarnya

terjadi. Pengujian validitas dan reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan

program Statistical Product & Service Solution (SPSS) for windows versi 14.0.

4.2.1.1 Hasil pengujian terhadap Validitas Variabel X

Validitas digunakan untuk menunjukan sejauh mana alat pengukur

tersebut mampu mengukur apa yang akan diukur untuk mencari nilai validitasnya

Page 150: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

dari sebuah item, maka digunakan korelasi skor item dengan total item-item

tersebut.

Uji validitas terdiri dari 30 pertanyaan untuk variabel X (Pengawasan

Fungsional). Untuk mengukur Validitas setiap butir digunakan analisis item yaitu

mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan skor jumlah

tiap skor butir.

Dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi. Item yang

mempunyai korelasi. Item-item yang mempunyai korelasi dengan kriterium (skor

total) serta korelasi yang tinggi, menunjukan bahwa item tersebut mempunyai

validitas yang tinggi pula. Syarat minimum menurut Sugiyono, untuk dianggap

memenuhi syarat adalah jika r = 0,3 jadi jika korelasi antar butir dan skor butir

kurang dari 0,3 maka butir instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

Hasil uji validitas untuk masing – masing variabel dijelaskan dalam bentuk

tabel dibawah ini, perhitungan uji validitas dalam penelitian dibantu dengan

menggunakan alat statistik yang ada dalam program SPSS 14.0 For Windows. dan

hasil perhitungan disajikan dalam lampiran.

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel X

Pengawasan Fungsional

Corrected Item-Total Correlation

Angka Kritis Keterangan

Pernyataan 1 0,503 0,3. ValidPernyataan 2 0,383 0,3. ValidPernyataan 3 0,859 0,3. ValidPernyataan 4 0,540 0,3. ValidPernyataan 5 0,793 0,3. ValidPernyataan 6 0,706 0,3. Valid

Page 151: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Pernyataan 7 0,302 0,3. ValidPernyataan 8 0,815 0,3. ValidPernyataan 9 0,884 0,3. ValidPernyataan 10 0,805 0,3. ValidPernyataan 11 0,805 0,3. ValidPernyataan 12 0,677 0,3. ValidPernyataan 13 0,815 0,3. ValidPernyataan 14 0,848 0,3. ValidPernyataan 15 0,673 0,3. ValidPernyataan 16 0,792 0,3. ValidPernyataan 17 0,440 0,3. ValidPernyataan 18 0,750 0,3. ValidPernyataan 19 0,875 0,3. ValidPernyataan 20 0,803 0,3. ValidPernyataan 21 0,579 0,3. ValidPernyataan 22 0,652 0,3. ValidPernyataan 23 0,798 0,3. ValidPernyataan 24 0,721 0,3. ValidPernyataan 25 0,884 0,3. ValidPernyataan 26 0,747 0,3. ValidPernyataan 27 0,664 0,3. ValidPernyataan 28 0,798 0,3. ValidPernyataan 29 0,492 0,3. ValidPernyataan 30 0,677 0,3. Valid

(Sumber: Pengolahan Data)

Kesimpulan:

Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel tersebut diatas yaitu variabel X

(Pengawasan Fungsional) bahwa semua item lebih dari nilai kritis yaitu 0,3, jadi

dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan yaitu sebanyak 30 item adalah valid.

4.2.1.2 Hasil pengujian terhadap Validitas Variabel Y

Validitas digunakan untuk menunjukan sejauh mana alat pengukur

tersebut mampu mengukur apa yang akan diukur untuk mencari nilai validitasnya

dari sebuah item, maka digunakan korelasi skor item dengan total item-item

tersebut.

Page 152: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Uji validitas terdiri dari 15 pertanyaan untuk variabel Y (Kinerja

Pemerintah Daerah). Untuk mengukur Validitas setiap butir digunakan analisis

item yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan skor

jumlah tiap skor butir.

Dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi. Item yang

mempunyai korelasi. Item-item yang mempunyai korelasi dengan kriterium (skor

total) serta korelasi yang tinggi, menunjukan bahwa item tersebut mempunyai

validitas yang tinggi pula. Syarat minimum menurut Sugiyono, untuk dianggap

memenuhi syarat adalah jika r = 0,3 jadi jika korelasi antar butir dan skor butir

kurang dari 0,3 maka butir instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

Hasil uji validitas untuk masing – masing variabel dijelaskan dalam bentuk

tabel dibawah ini, perhitungan uji validitas dalam penelitian dibantu dengan

menggunakan alat statistik yang ada dalam program SPSS 14.0 For Windows. dan

hasil perhitungan disajikan dalam lampiran.

Tabel 4.2 Hasil uji Validitas variabel Y

Kinerja Pemerintah Daerah

Corrected Item-Total Correlation

Angka Kritis Keterangan

Pernyataan 1 0,394 0,3. ValidPernyataan 2 0,475 0,3. ValidPernyataan 3 0,444 0,3. ValidPernyataan 4 0,422 0,3. ValidPernyataan 5 0,890 0,3. ValidPernyataan 6 0,890 0,3. ValidPernyataan 7 0,890 0,3. ValidPernyataan 8 0,671 0,3. ValidPernyataan 9 0,785 0,3. ValidPernyataan 10 0,725 0,3. ValidPernyataan 11 0,580 0,3. Valid

Page 153: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Pernyataan 12 0,611 0,3. ValidPernyataan 13 0,859 0,3. ValidPernyataan 14 0,859 0,3. ValidPernyataan 15 0,604 0,3. Valid

(Sumber: Pengolahan Data) Kesimpulan:

Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel tersebut diatas yaitu variabel Y

(Kinerja Pemerintah Daerah) bahwa semua item lebih dari nilai kritis yaitu 0,3,

jadi dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan yaitu sebanyak 15 item adalah

valid.

4.2.1.3 Hasil Pengujian Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen digunakan untuk menunjukan sampai

sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran

dilakukan dua kali atau lebih.

Dalam uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini penulis

menggunakan alat Bantu statistik yang ada dalam program SPSS 14.0 For

Window yaitu dengan menggunakan rumus Cronbach’s alpha. Diperoleh hasil

pengujian variable X sebagai berikut :

a. Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Pengawasan Fungsional)

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items .965 .969 30

Page 154: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Hasil dari statistik reliabilitas variabel X diperoleh cronbach’s Alpha lebih

besar dari 0,6 yaitu 0,969 > 0,6 yang menyatakan bahwa instrument tersebut

reliabel.

b. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Kinerja Pemerintah Daerah)

Dengan menggunakan alat Bantu software SPSS 14.0 for window

diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items .923 .935 15

Hasil dari statistik reliabilitas variabel Y diperoleh cronbach’s Alpha lebih

besar dari 0,6 yaitu 0,935 > 0,6 yang menyatakan bahwa instrument tersebut

reliabel.

4.2.2 Analisis Data

4.2.2.1 Analisis Pengaruh Pengawasan Fungsional

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di lapangan dan

perbandingan dengan literatur-literatur tinjauan pustaka yang ada, maka

pengawasan fungsional yang dilakukan di Kantor Inspektorat Jawa Barat.

Page 155: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Berikut hasil dari kuesioner untuk Pengawasan Fungsional pada Kantor

Inspektorat Jawa Barat. Frekuensi jawaban responden terhadap variabel X dapat

dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Hasil Analisis Deskriptif Jawaban Kuesioner

Pengawasan Fungsional (Variabel X)

Tabel 4.5.1

Pernyataan 1 Auditor semestinya memiliki keahlian dan pelatihan teknis untuk menjaga profesi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 4 30.8 30.8 30.8

5.00 9 69.2 69.2 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat

setuju 69.2%, setuju 30.8%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa Keahlian dan Pelatihan sangat di butuhkan di Inspektorat Jawa Barat.

Tabel 4.5.2 Pernyataan 2

Audit Inspektorat harus memiliki sifat idenpendensi dalam melakukan tugasnya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 9 69.2 69.2 69.2

5.00 4 30.8 30.8 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat

setuju 30.8%, setuju 69.2%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa Indepedensi harus dijalankan sesuai tugasnya.

Tabel 4.5.3 Pernyataan 3

Auditor harus menggunakan kemahiran profesinya dengan cermat dan seksama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Page 156: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Valid 4.00 7 53.8 53.8 53.8 5.00 6 46.2 46.2 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat

setuju 46.2%, setuju 53.8%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa Kecermatan Profesi harus profesional dalam menjalankan tugasnya.

Tabel 4.5.4

Pernyataan 4 Auditor harus menjaga kerahasiaan informasi yang berkaitan dengan tugasnya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 6 46.2 46.2 46.2

5.00 7 53.8 53.8 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat

setuju 53.8%, setuju 46.2%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa kerahasiaan informasi sangat berkaitan dengan tugasnya.

Tabel 4.5.5

Pernyataan 5 Auditor perlu memperhatikan kebijakan dalam program kerja kegiatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 9 69.2 69.2 69.2

5.00 4 30.8 30.8 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat

setuju 30.8%, setuju 69.2%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa program kerja pengawasan perlu dilaksanakan dalam instansi pemerintahan.

Tabel 4.5.6

Pernyataan 6 Pengawasan fungsional dilakukan secara terus-menerus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 2.00 2 15.4 15.4 15.4

4.00 8 61.5 61.5 76.9 5.00 3 23.1 23.1 100.0

Page 157: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Total 13 100.0 100.0 Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 23.1%, setuju 61.5%, tidak setuju 15.4% Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa koordinasi pengawasan harus dilakukan secara terus menurus.

Tabel 4.5.7 Pernyataan 7

Auditor melakukan pekerjaan sesuai dengan standar kendali mutu yang ditentukan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.00 1 7.7 7.7 7.7

4.00 8 61.5 61.5 69.2 5.00 4 30.8 30.8 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat

setuju 30.8%, setuju 61.5%, ragu-ragu 7.7% Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa pekerjaan harus sesuai dengan standar kendari mutu yang ditentukan.

Tabel 4.5.8

Pernyataan 8 Pekerjaan audit direncanakan dengan baik dan di supervise dengan semestinya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 8 61.5 61.5 61.5

5.00 5 38.5 38.5 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat

setuju 38.5%, setuju 61.5%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa perencanaan dan supervisi sudah dijalankan sesuai ketentuan.

Tabel 4.5.9

Pernyataan 9 Auditor perlu malaksanakan pengendalian intern untuk menentukan luas lingkup pengujian

yang akan dilaksanakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 8 61.5 61.5 61.5

Page 158: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

5.00 5 38.5 38.5 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 38.5%, setuju 61.5%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa pengendalian intern di inspektorat sudah dilaksanakan.

Tabel 4.5.10 Pernyataan 10

Bukti audit semestinya relevan, kompeten dan dapat dipercaya sebagai dasar yang memadai untuk memdukung pendapat, kesimpulan dan rekomendasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 6 46.2 46.2 46.2

5.00 7 53.8 53.8 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat

setuju 53.8%, setuju 46.2 %. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya terdapat temuan bukti audit sudah sangat relevan.

Tabel 4.5.11

Pernyataan 11 Auditor melakukan pengujian atas ketaatan auditan terhadap peraturan perundang-

undangan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 6 46.2 46.2 46.2

5.00 7 53.8 53.8 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden

sangat setuju 53.8%, setuju 46.2 %. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa ketaatan dan peraturan perundang-undangan sudah sesuai dilaksanakan.

Tabel 4.5.12

Pernyataan 12 Auditor melakukan pengujian atas kemungkinan adanya kekeliruan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.00 1 7.7 7.7 7.7

4.00 8 61.5 61.5 69.2

Page 159: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

5.00 4 30.8 30.8 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 30.8%, setuju 61.5 %, ragu-ragu 7.7%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa auditor melakukan pengujian atas kemungkinan adanya kekeliruan cenderung sedikit kesalahannya.

Tabel 4.5.13 Pernyataan 13

Auditor melakukan pengujian atas ketidak wajaran

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 8 61.5 61.5 61.5

5.00 5 38.5 38.5 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel . tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 38.5%, setuju 61.5 %. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa auditor melakukan pengujian atas ketidak wajaran sudah sesuai dengan pelaksanaanya.

Tabel 4.5.14 Pernyataan 14

Auditor melakukan pengujian selama tidak melawan hukum

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 2.00 2 15.4 15.4 15.4

3.00 1 7.7 7.7 23.1 4.00 7 53.8 53.8 76.9 5.00 3 23.1 23.1 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 23.1%, setuju 53.8 %, ragu-ragu 7.7%, tidak setuju 15.4%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa auditor melakukan pengujian selama tidak melawan hukum sudah terlaksanakan.

Tabel 4.5.15 Pernyataan 15

Auditor menunjukan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Page 160: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Valid 4.00 7 53.8 53.8 53.8 5.00 6 46.2 46.2 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel . tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 46.2%, setuju 53.8 %. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa auditor menunjukan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang sudah diterapkan di Inspektorat provinsi jawa barat.

Tabel 4.5.16 Pernyataan 16

Audit menyatakan laporan keuangan telah disusun dengan standar akuntansi pemerintah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.00 1 7.7 7.7 7.7

4.00 7 53.8 53.8 61.5 5.00 5 38.5 38.5 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 38.5%, setuju 53.8 %, ragu-ragu 7.7%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa audit menyatakan laporan keuangan telah disusun dengan standar akuntansi pemerintah.

Tabel 4.5.17 Pernyataan 17

Laporan keuangan menunjukan laporan audit secara konsisten

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.00 6 46.2 46.2 46.2

4.00 5 38.5 38.5 84.6 5.00 2 15.4 15.4 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 15.4%, setuju 38.5 %, ragu-ragu 46.2%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa laporan keuangan menunjukan laporan audit secara konsisten sangat minimum.

Tabel 4.5.18 Pernyataan 18

Laporan audit harus berisi pengungkapan yang memadai

Page 161: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.00 2 15.4 15.4 15.4

4.00 7 53.8 53.8 69.2 5.00 4 30.8 30.8 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 30.8%, setuju 53.8 %, ragu-ragu 15.4%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa laporan audit harus berisi pengungkapan yang memadai.

Tabel 4.5.19 Pernyataan 19

Laporan audit sudah memuat penjelasan pernyataan pendapat atas pekerjaan dan tanggungjawab auditor

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.00 1 7.7 7.7 7.7

4.00 8 61.5 61.5 69.2 5.00 4 30.8 30.8 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 30.8%, setuju 61.5 %, ragu-ragu 7.7%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa laporan audit sudah memuat penjelasan pernyataan pendapat atas pekerjaan dan tanggung jawab auditor.

Tabel 4.5.20 Pernyataan 20

Laporan audit manajemen harus memuat temuan yang secara objektif

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 2.00 2 15.4 15.4 15.4

4.00 6 46.2 46.2 61.5 5.00 5 38.5 38.5 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 38.5%, setuju 46.2%, tidak setuju 15.4%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa Laporan audit manajemen harus memuat temuan yang secara objektif

Tabel 4.5.21

Page 162: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Pernyataan 21 Laporan audit manajemen memuat temuan secara konstruktif

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.00 3 23.1 23.1 23.1

4.00 7 53.8 53.8 76.9 5.00 3 23.1 23.1 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 23.1%, setuju 53.8%, ragu-ragu 23.1%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa laporan audit manajemen memuat temuan secara konstruktif

Tabel 4.5.22 Pernyataan 22

Laporan audit manajemen lebih mengutamakan usaha perbaikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.00 1 7.7 7.7 7.7

4.00 9 69.2 69.2 76.9 5.00 3 23.1 23.1 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 23.1%, setuju 69.2%, ragu-ragu 7.7%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa laporan audit manajemen lebih mengutamakan usaha perbaiakan.

Tabel 4.5.23 Pernyataan 23

Laporan audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar aparat pengawasan fungsional pemerintah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 10 76.9 76.9 76.9

5.00 3 23.1 23.1 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 23.1%, setuju 76.9%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa laporan audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar aparat pengawasan fungsional pemerintah.

Page 163: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Tabel 4.5.24

Pernyataan 24 Laporan audit dimuat secara tertulis setelah berakhirnya pelaksanaan audit

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 9 69.2 69.2 69.2

5.00 4 30.8 30.8 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 30.8%, setuju 69.2%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa laporan audit dimuat secara tertulis setelah berakhirnya pelaksanaan audit.

Tabel 4.5.25 Pernyataan 25

Laporan audit di distribusikan kepada pihak-pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 8 61.5 61.5 61.5

5.00 5 38.5 38.5 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 38.5%, setuju 61.5%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa laporan audit di distribusikan kepada pihak-pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tabel 4.5.26 Pernyataan 26

Aparat pengawasan fungsional pemerintah merekomendasikan terhadap temuan audit

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 8 61.5 61.5 61.5

5.00 5 38.5 38.5 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 38.5%, setuju 61.5%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa aparat pengawasan fungsional pemerintah merekomendasikan temuan audit

Page 164: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Tabel 4.5.27 Pernyataan 27

Aparat pengawasan fungsional pemerintah memantau tindak lanjut atas temuan beserta rekomendasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 9 69.2 69.2 69.2

5.00 4 30.8 30.8 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 30.8%, setuju 69.2%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa aparat pengawasan fungsional pemerintah memantau tindak lanjut atas temuan beserta rekomandasi.

Tabel 4.5.28 Pernyataan 28

Aparat pengawasan fungsional pemerintah melaporkan temuan audit beserta rekomendasi audit sebelum di tindak lanjuti

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 10 76.9 76.9 76.9

5.00 3 23.1 23.1 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 23.1%, setuju 76.9%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa aparat pengawasan fungsional pemerintah melaporkan temuan audit beserta rekomendasi sebelum di tindak lanjut.

Tabel 4.5.29 Pernyataan 29

Temuan audit yang berindikasi adanya tindak melawan hukum dilaporkan kepada aparat terkait

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.00 1 7.7 7.7 7.7

4.00 9 69.2 69.2 76.9 5.00 3 23.1 23.1 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 23.1%, setuju 69.2%, ragu-ragu 7.7%. Hal ini berarti jawaban yang paling

Page 165: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

dominan, menunjukkan bahwa temuan audit yang berindikasi adanya tindak melawan hukum dilaporkan kepada aparat terkait.

Tabel 4.5.30 Pernyataan 30

Aparat pengawasan fungsional pemerintah membantu aparat hukum terkait dalam upaya penindak lanjutan temuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.00 1 7.7 7.7 7.7

4.00 8 61.5 61.5 69.2 5.00 4 30.8 30.8 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 30.8%, setuju 61.5%, ragu-ragu 7.7%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa aparat pengawasan fungsional pemerintah membantu aparat hukum terkait dalam upaya penindakan lanjutan temuan.

Pengawasan Fungsional pada Kantor Inspektorat Provinsi Jawa Barat

dilaksankan dengan sangat memadai. Hal ini didasarkan pada perhitungan rata-

rata (mean) sebagai berikut :

Tabel 4.6 Rata-rata (Mean)

Responden Skor1 1482 1113 1114 1445 1246 1287 1338 1199 147

10 121

Page 166: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

11 12112 12013 138

Jumlah 1665 Sumber : Hasil Pengolahan Data

Nilai mean (rata-rata) dari hasil perhitungan table 4.6 adalah

M e = nXi∑

M e = 13

1665

M e = 128

Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata di atas dapat diketahui bahwa nilai

rata-rata dari variabel (X) adalah sebesar 128. Apabila nilai tersebut dibandingkan

dengan kriteria yang telah penulis tetapkan (pada Bab III) maka nilai rata-rata

variabel (X) tersebut termasuk dalam kriteria “Sangat Memadai” yaitu antara 126-

150

Hal tersebut mengambarkan bahwa dalam pelaksanaan pengawasan

fungsional di Inspektorat Jawa Barat, telah berjalan sebagaimana mestinya hanya

tinggal meningkatkan pengawasan dalam setiap instansi pemerintah di wilayah

Jawa Barat yang ada.

Meskipun demikian, penulis telah menemukan beberapa kelemahan dari

pengawasan fungsional di Inspektorat Jawa Barat, yaitu sesuai hasil kuesioner

masih kurangnya penerapan prosedur/ perubahan reformasi yang telah diterapkan

selama ini.

Page 167: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Oleh karena itu, solusi yang dapat penulis berikan adalah dengan cara

meningkatkan pengawasan fungsional di instansi pemerintah wilayah Jawa Barat

agar lebih berjalan dengan prosedur yang telah ditetapkan .

4.2.2.2 Analisis Kinerja Pemerintah Daerah

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di lapangan dan

perbandingan dengan literatur-literatur tinjauan pustaka yang ada, maka kinerja

pemerintah daerah yang dilakukan di Kantor Inspektorat Wilayah Jawa Barat.

Sedangkan hasil dari kuesioner untuk Kinerja Pemerintah Daerah pada

Kantor Inspektorat Wilayah Jawa Barat. Frekuensi jawaban responden terhadap

variabel Y dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Hasil Analisis Deskriptif Jawaban Kuesioner

Kinerja Pemerintah Daerah (Variabel Y)

Tabel 4.7.1

Pernyataan 1 Realisasi atas pelaksanaan program kegiatan harus mengungkapan dana sesuai anggaran

yang telah ditetapkan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.00 1 7.7 7.7 7.7

4.00 9 69.2 69.2 76.9 5.00 3 23.1 23.1 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 23.1%, setuju 69.2%, ragu-ragu 7.7%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa realisasi atas pelaksanaan program kegiatan harus mengungkapkan dana sesuai anggaran yang telah ditetapkan.

Page 168: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Tabel 4.7.2 Pernyataan 2

Sumber daya manusia dialokasikan sesuai dengan keahlian secara baik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.00 2 15.4 15.4 15.4

4.00 9 69.2 69.2 84.6 5.00 2 15.4 15.4 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 15.4%, setuju 69.2%, ragu-ragu 15.4%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa sumber daya manusia dialokasikan sesuai dengan keahlian secara baik.

Tabel 4.7.3 Pernyataan 3

Alokasi sumber daya manusia sesuai dengan rencana strategi yang ditetapkan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.00 1 7.7 7.7 7.7

4.00 10 76.9 76.9 84.6 5.00 2 15.4 15.4 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 15.4%, setuju 76.9%, ragu-ragu 7.7%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa alokasi sumber daya manusia sesuai dengan strategi yang ditetapkan.

Tabel 4.7.4 Pernyataan 4

Penyediaan sarana dan prasarana dapat meningkatkan kinerja pemerintah yang memadai

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.00 2 15.4 15.4 15.4

4.00 8 61.5 61.5 76.9 5.00 3 23.1 23.1 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 23.1%, setuju 61.5%, ragu-ragu 15.4%. Hal ini berarti jawaban yang paling

Page 169: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

dominan, menunjukkan bahwa penyediaan sarana dan prasarana dapat meningkatkan kinerja pemerintah yang memadai.

Tabel 4.7.5 Pernyataan 5

Pengukuran kinerja dilakukan sesuai dengan kebijakan tujuan yang telah ditetapkan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 10 76.9 76.9 76.9

5.00 3 23.1 23.1 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 23.1%, setuju 76.9%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa pengukuran kinerja dilakukan dengan sesuai dengan kebijakan tujuan yang telah ditetapkan.

Tabel 4.7.6 Pernyataan 6

Rencana kegiatan telah dijabarkan ke dalam bentuk program kegiatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 10 76.9 76.9 76.9

5.00 3 23.1 23.1 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 23.1%, setuju 76.9%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa rencana kegiatan telah dijabarkan ke dalam bentuk program kegiatan.

Tabel 4.7.7 Pernyataan 7

Dalam laporan akuntabilitas kinerja harus sesuai dengan format pelaporan yang berlaku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 10 76.9 76.9 76.9

5.00 3 23.1 23.1 100.0 Total 13 100.0 100.0

Page 170: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 23.1%, setuju 76.9%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa dalam laporan akuntabilitas kinerja harus sesuai dengan format pelaporan yang berlaku.

Tabel 4.7.8 Pernyataan 8

Lokasi kegiatan dalam bentuk laporan harus dibuat secara rutin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.00 1 7.7 7.7 7.7

4.00 9 69.2 69.2 76.9 5.00 3 23.1 23.1 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 23.1%, setuju 69.2%, ragu-ragu 7.7%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa lokasi kegiatan dalam bentuk laporan harus dibuat secara rutin.

Tabel 4.7.9 Pernyataan 9

Waktu pelaporan harus dibuat secara berkala

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 9 69.2 69.2 69.2

5.00 4 30.8 30.8 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 30.8%, setuju 69.2%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa waktu pelaporan harus dibuat secara berkala.

Tabel 4.7.10 Pernyataan 10

Kinerja yang baik dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 7 53.8 53.8 53.8

5.00 6 46.2 46.2 100.0 Total 13 100.0 100.0

Page 171: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 46.2%, setuju 53.8%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa kinerja yang baik dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat.

Tabel 4.7.11 Pernyataan 11

Pengawasan fungsional yang baik dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat atas kinerja pemerintah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 6 46.2 46.2 46.2

5.00 7 53.8 53.8 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 53.8%, setuju 46.2%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa pengawasan fungsional yang baik dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat atas kinerja pemerintah.

Tabel 4.7.12 Pernyataan 12

Instansi pemerintah harus menyediakan fasilitas yang dapat meningkatkan kinerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 12 92.3 92.3 92.3

5.00 1 7.7 7.7 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 7.7%, setuju 92.3%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa instansi pemerintah harus menyediakan fasilitas yang dapat meningkatkan kinerja.

Tabel 4.7.13 Pernyataan 13

Penghargaan diberikan berdasarkan keberhasilan pelaksanaan program kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Page 172: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Valid 4.00 9 69.2 69.2 69.2 5.00 4 30.8 30.8 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 30.8%, setuju 69.2%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa penghargaan diberikan berdasarkan keberhasilan pelaksanaan program kerja.

Tabel 4.7.14 Pernyataan 14

Pencapaian kinerja perlu diterapkan secara efisiensi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.00 9 69.2 69.2 69.2

5.00 4 30.8 30.8 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 30.8%, setuju 69.2%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa pencapaian kinerja perlu diterapkan secara efesiensi.

Tabel 4.7.15 Pernyataan 15

Pencapaian kinerja dapat melakukan perubahan-perubahan secara efektif

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 2.00 1 7.7 7.7 7.7

4.00 8 61.5 61.5 69.2 5.00 4 30.8 30.8 100.0 Total 13 100.0 100.0

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa jawaban responden sangat setuju 30.8%, setuju 61.5%, ragu-ragu 7.7%. Hal ini berarti jawaban yang paling dominan, menunjukkan bahwa pencapaian kinerja dapat melakukan perubahan-perubahan secara efektif.

Page 173: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Kinerja Pemerintah Daerah yang dilaksanakan pada Kantor Inspektorat

Jawa Barat. telah dilaksanakan secara memadai. Hal ini didasarkan pada

perhitungan rata-rata (mean) seperti yang tercantum dibawah ini:

Tabel 4.8 Rata-rata (Mean)

Rata-rata (Mean)

Responden Skor1 752 623 604 735 596 637 608 589 69

10 6011 6012 6013 65

Jumlah 824 Sumber : Hasil Pengolahan Data

Nilai mean (rata-rata) dari hasil perhitungan table 4.8 adalah

M e =nYi∑

M e = 13824

M e = 63

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka rata-rata dari Variabel Y adalah

sebesar 63. Apabila dibandingkan dengan kriteria yang telah penulis tetapkan

Page 174: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

(pada Bab III) maka nilai rata-rata dari Variabel Y tersebut termasuk dalam

kriteria “Sangat Memadai” karena terletak diantara 63-75.

Hal tersebut menggambarkan bahwa masih terdapat kelemahan serta

kekurangan dalam pelaksanaan kinerja Pemerintah Daerah Inspektorat Jawa

Barat, tetapi pelaksanaan kinerja telah berjalan sebagaimana mestinya hanya

tinggal memperbaiki kelemahan-kelemahan maupun kekurangan-kekurangan

yang ada sehingga dapat menimbulkan pelaksanaan kinerja yang sangat baik

dalam tubuh Inspektorat Jawa Barat.

Meskipun demikian, penulis telah menemukan beberapa kelemahan dari

pelaksanaan kinerja Pemerintah Daerah Inspektorat Jawa Barat, yaitu kurangnya

suasana harmonis dan disiplin di suasana kerja pegawai/instansi pemerintahan.

Oleh karena itu, solusi yang dapat penulis berikan adalah dengan cara

menciptakan dan meningkatkan suasana harmonis dan disiplin di suasana kerja

pegawai. Karena lingkungan kerja pegawai mempunyai pengaruh terhadap kinerja

pegawai/ instansi pemerintahan.

4.2.2.3 Analisis Pengaruh Pengawasan Fungsional terhadap Kinerja

Pemerintah Daerah

Dalam hal ini analisis rank spearmen digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antara Pengawasan Fungsional (variabel X) dan Kinerja

Pemerintah Daerah (variabel Y). Berikut ini adalah hasil analisis rank spearmen:

Page 175: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Tabel 4.9

Korelasi Variabel (Rank Sperman) Correlations

Pengawasan

Fungsional

Kinerja

Pemerintah

Daerah

Spearman's rho Pengawasan Fungsional Correlation Coefficient 1.000 .835*

Sig. (2-tailed) . .000

N 13 13

Kinerja Pemerintah

Daerah

Correlation Coefficient .835* 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 13 13

*. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel di atas hasil koefisien korelasi adalah 0,835 jika

dibandingkan dengan kriteria koefisien korelasi yang di ambil dari teori yang

penulis ungkapkan di bab 3. Dimana, 0,835 berada pada kriteria 0.80 – 1,000 yang

artinya memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat antara Pengawasan

Fungsional terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.

Dengan bantuan program Statistical Product & Service Solution (SPSS)

for windows versi 14.0, penulis menggunaka Rank Spearman untuk melakukan

pengujian hipotesis dengan hasil sebagai berikut:

rshitung = 0,835 tingkat signifikansi α = 0,05. Uji dilakukan dua sisi (two

tail), nilai rstabel = 0,544.

Karena nilai rshitung > rstabel atau 0,835 > 0,544 maka Ho ditolak sehingga

terdapat pengaruh pengawasan fungsional terhadap kinerja pemerintah daerah.

Page 176: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Un

tidak, mak

thitung > ttab

Pe

t =

Da

α = 0,05

Sehingga

(Ha) diter

Un

kinerja pem

Adap

adalah :

KD

ntuk lebih m

ka dilakuka

bel maka Ho

ngujian t ad

= 5,0327

ari hasil pen

, maka dan

thitung (5,03

ima.

ntuk menge

merintah da

pun nilai k

= rs2 X 100

= (0.835)2

= 69.72 %

meyakinkan

an uji t dan

o ditolak dan

dalah sebag

ngujian, did

dk = n – 2

27) > ttabel

etahui besa

aerah maka

koefisien d

0 %

X 100 %

n bahwa ke

hasilnya di

n apabila thi

ai berikut :

dapat nilai th

(dk = deraj

(2,201) dan

arnya penga

dihitung ko

eterminasi

edua variab

ibandingkan

tung < ttabel m

hitung 5,0327

ajat kebebas

n ini menu

aruh pengaw

oefisien dete

yang dilak

el tersebut

n dengan ni

maka Ha dit

dengan tin

san)maka tta

unjukkan hip

wasan fung

erminasi (K

kukan pada

berkorelasi

ilai ttabel. Ap

erima.

ngkat signifi

abel adalah 2

potesis alte

gsional terh

Kd).

a penelitian

i atau

pabila

ikansi

2,201.

ernatif

hadap

n ini,

Page 177: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Dimana besarnya pengaruh pengawasan fungsional terhadap kinerja

pemerintah daerah adalah 69,72% dan sisanya sebesar 30,28 % adalah faktor lain

yang tidak diteliti oleh penulis, seperti: Faktor kepuasan kerja

Iis Iskandar (2008) dengan judul skripsi “Pengaruh Kepuasan Kerja

terhadap kinerja pemerintah daerah Kabupaten Cianjur ”. Pada dasarnya

kepuasan kerja merupakan hal yang individu setiap individual akan memiliki

kepuasan kerja yang berbeda-beda dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada

masing-masing individu. di Negara lain yang sedang berkembang orang

cenderung mengatakan gaji atau upah dan kesejahteraan hal ini faktor utama

untuk timbulnya kepuasan kerja.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut

Nitisemito (1996:170) adalah sebagi berikut : gaji yang cukup, memperhatikan

kebutuhan rohani, memberikan kepada mereka untuk maju, tempatkan karyawan

pada posisi yang tepat, usahakan para pekerja mempunyai loyalitas. Kebutuhan

yang diinginkan sehingga mereka akan lebih mencintai pekerjaannya dengan

kepuasan yang diperolehnya dan mereka pun akan merasakan bahwa dirinya

benar-benar diperhatikan, dengan demikian bahwa di antara pimpinan dengan

pegawai saling mengerti dan demi tercapainya satu tujuan tertentu.

Page 178: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data serta pembahasan yang

didasarkan dari identifikasi masalah yang penulis lakukan di Inspektorat Provinsi

Jawa Barat, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengawasan Fungsional telah berjalan dengan sesuai aturan yang

ditetapkan. Hal ini terlihat dari perolehan nilai mean sebesar 128 yang

berada pada kategori sangat memadai.

2. Kinerja Pemerintah Daerah sudah diterapkan dengan sangat positif. Hal ini

terlihat dari perolehan nilai mean sebesar 63 yang berada pada kategori.

Dan didukung dengan adanya kemampuan yang dimiliki pegawai

Inspekrorat.

3. Hasil pengolahan data dengan analisis rank spearmen, terdapat pengaruh

pengawasan fungsional terhadap kinerja pemerintah daerah, hal ini dapat

terlihat dari hasil koefisien korelasi 69,72% sehingga didapat rshitung lebih

besar dari rstabel yaitu 0,835 > 0,544 yang berarti Ho ditolak. Sedangkan

thitung 5,032 > ttabel = 2,201 yang artinya Ha diterima. Dapat diambil

kesimpulan bahwa Koefisien kolerasinya sangat kuat terdapat pengaruh

pengawasan fungsional terhadap kinerja pemerintah daerah. Besarnya

pengaruh pengawasan fungsional terhadap kinerja pemerintah daerah

Page 179: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

adalah sebesar 69,72%. Dan sisanya sebesar 30,28% dipengaruhi oleh

faktor yang lain seperti: faktor Kepuasan Kerja

5.2 Saran

Dari hasil penelitian dan berdasarkan studi kepustakaan yang penulis

lakukan, maka penulis memberikan saran yang mungkin dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi Kantor Inspektorat Provinsi Jawa Barat :

1. Dalam melaksanakan pengawasan fungsional hendaknya dilaksanakan

sesuai dengan prosedur yang ada. Selain itu perlu dilakukan monitoring

agar bisa berjalan sesuai dengan program kerja yang sudah ditetapkan

harus dipertahankan.

2. Mengevaluasi dan memotivasi atas koreksi dan rekomendasi terhadap

objek yang diperiksa sehingga tujuan yang diharapkan dapat dilaksanakan

secara efisien dan efektif.

3. Pengawasan fungsional dalam koordinasi pengawasan harus dilakukan

agar kinerja dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

4. Dalam laporan keuangan yang dilakukan seorang audit secara umum dan

konsisten harus secara objektif dan transparansi untuk pengambilan

keputusan atau kebijakan.

5. Sumber daya manusia dalam kinerja pemerintah daerah harus di

tingkatkan agar tujuan yang telah diterapkan dapat dilaksanakan secara

efektif.

Page 180: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

6. Pemerintah daerah harus meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana agar

dapat meningkatkan kinerja di instansi pemerintahan.

7. Berkaitan dengan penelitian ini, diharapkan bagi peneliti selanjutnya jika

ingin melakukan penelitian yang sama, maka seharusnya penulis harus

secara spesifik dalam penelitian selanjutnya.

Page 181: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

DAFTAR PUSTAKA

A.Anwar Prabu Mangkunegara (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia,

Remaja Rosdakarya, Bandung.

Abdul Halim, (2002), Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah,

ed Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Bintang Susmanto (2009). Pengawasan fungsional. Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Deddi Nordiawan (2008). Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat, Jakarta

Halim Abdul Et. All, (2000), Sistem Pengendalian Manajemen, Upp Amp ykpn,

Yogyakarta

Mardiasmo, (2002), Akuntansi Sektor Publik, ed. Pertama, Cetakan Pertama,

ANDI, Yogyakarta

Robert L. Mathis (2002). Managemen Sumber Daya Manusia, Salemba Empat,

Jakarta.

Revrisond Baswir. (2001), Akuntansi Pemerintahan Indonesia, Yogyakarta.

Syaiful F.Prihadi, (2004). Assesment Centre, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Page 182: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

Sedarmayanti (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Mandar

Maju, Bandung.

Sugiyono (2002). Statistik Untuk Penelitian dan Aplikasinya dengan SPSS 14

for Windows, Alfabeta, Bandung.

Sugiyono (2004). Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.

Surya Dharma (2005). Manajemen Kinerja. Pustaka Pelajar, Jakarta.

Umar Husein, (2003), Evaluasi Kinerja Karyawan, Cetakan kedua, PT Sun, Jakarta

Veithzal Rivai (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Keputusan Presiden No.74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggraan Pemerintah Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah

(2002) Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 70 Tahun 2002 tentang Pedoman Operasional Audit Badan Pengawasan Daerah Propinsi Jawa Barat

Daftar Materi Audit, 2003.

http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-kinerja

Page 183: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

http://bandungvariety.wordpress.com/2008/10/15/

http://72legal.wordpress.com/2009/03/08 dap-kinerja.html

\

Page 184: Pengaruh Pengawasan Fungsional Terhadap Kinerja

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Andhika Ardiansyah

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang 20 Juni 1986

Alamat : Jl. Jambu III B11 No 9 RT 001/RW 08 Pondok

Makmur

Kuta Baru Kec. Pasar Kemis Kab. Tangerang

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Nama Ayah : Ade Ruhiat

Nama Ibu : Eha Julaeha

Riwayat Pendidikan

1991 – 1992 : Tk Islam Al-Makmur

1992 – 1998 : SD Negeri II Karet

1998 – 2001 : SLTP Negeri 1 Mauk - Tangerang

2001 – 2004 : SMU Yuppentek Tangerang

2004 – 2010 : Universitas Pasundan