pengaruh pemberian suplemen selenium dan iodium terhadap ... · desain penelitian menggunakan...

189
PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN SELENIUM DAN IODIUM TERHADAP PROFIL DARAH, STATUS GIZI DAN SKOR IQ ANAK DENGAN TANDA KHAS KRETIN DIFFAH HANIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Upload: lyphuc

Post on 17-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN SELENIUM DAN IODIUM TERHADAP PROFIL DARAH, STATUS GIZI

DAN SKOR IQ ANAK DENGAN TANDA KHAS KRETIN

DIFFAH HANIM

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

Page 2: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

ABSTRACT DIFFAH HANIM, Effect of Selenium and Iodine Supplement on Blood Profile Nutritional Status and IQ-Score of School Children with Some Attributes of Cretinism. Supervised by RIMBAWAN, ALI KHOMSAN, DRAJAT MARTIANTO.

Iodine Deficiency Disorder (IDD) is a public health problem especially for school-aged children living in endemic area. This condition might be worsen if the children have moderate or severe stunted and undernutrition together with IDD. This interaction was observed in this study. This study was aimed to investigate levels of some biochemical parameters, nutritional status and IQ score in school-aged children with iodine deficiency in endemic area of Boyolali Regency, Central Java. The before and after quasi experimental study design was implemented. The samples of study were school-aged children (9-12 years) suffering from iodine deficiency and Protein Energy Malnutrition (PEM) and attributed 6-11 sign of cretinism. A total number of 115 children were selected as study samples. Sampling was conducted purposively. Selenium (Se) and Iodine (I) of plasma, Haemogloblin (Hb) and Haematocrite (Ht) levels, and score of index Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH), Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC), nutritional status, and IQ score activity were determined. The group of treatments were Se supplement (n=34), I supplement (n=35), Se and I supplement (n=18) and placebo (n=28). The amount of Se and I given per day were 45 μg and 50 μg respectively. The study showed that before treatment the prevalence anemia based on Hb<11.5 g/dl and Ht<35% were 1.7% and 14% respectively, while microcytic and macrocytic anemia were 31% (based on MCV), 20% (based on MCH). When MCHC was used as a parameter, hypochromic and hyperchromic anemia were found 34%. Other cases such as leucopenia was observed 20.4% and deficiency of erythrocyte was 14.6%. Prevalence of Se and I deficiencies were very high (97.4% and 81.7% respectively). Anthropometrically 35% of samples were stunted and 34% were underweight. Score IQ as measured by Raven’s method showed that all of children who suffered from very severe deficiency of Selenium and Iodine (24.3% of the total samples) had IQ score lower than 25 (Idiot), 13% with IQ score between 25-40 (Imbecile), 10.7% with IQ score between 40-55 (Moron) and 8.7% with IQ score between 55-70 (borderline). Attribute of cretinism was found 6-11 signs. The nutritional status of the children were found better after all treatments. After treatments no cases of anemia based on Hb and Ht (p>0.05) were observed. Treatment with Se increased plasma Se (+2.76μg/dl) and I (+1.35μg/dl) which were higher than other treatments. Supplementation with Se improved blood profiles in term of leucocyte, MCV, plasma Se and I (p<0.01), and also increasing nutritional status based weight for age and IQ score (p<0.05). Iodine supplementation increased IQ score (p<0.01), and nutritional status based on height for age (p<0.05). Selenium and Iodine supplementation improved blood profiles in term of erythrocyte, MCH and MCHC (p<0.01). Based on LSD test, it was concluded that supplementation of 45 μg Se/day for two months may provide better response than supplementation of 50 μg I/day or supplementation of Se and I at the same time when intervention was conducted to 9-12 years old children with 6-11 cretinism signs. KEYWORDS: Nutritional Status, Score IQ, MCV, MCH, MCHC, Selenium, Iodine,

School Children with Cretinism Attributes

Page 3: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

RINGKASAN

DIFFAH HANIM, Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap Profil Darah, Status Gizi dan Skor IQ Anak dengan Tanda Khas Kretin. Dibimbing oleh RIMBAWAN, ALI KHOMSAN, DRAJAT MARTIANTO.

Gangguan akibat kurang iodium (GAKI) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama pada anak sekolah dasar yang tinggal di daerah endemik GAKI. Kondisi ini diperparah dengan adanya masalah kurang energi protein baik yang diukur menggunakan indikator berat badan maupun tinggi badan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur parameter biokimia, status gizi, skor IQ dan jumlah tanda khas kretin pada anak yang tinggal di daerah endemik GAKI.

Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak umur 9-12 tahun yang masih aktif dan tercatat di sekolah dasar (SD) daerah endemik GAKI, Boyolali Jawa Tengah. Jumlah sampel 115 anak penderita GAKI dengan 6-11 tanda khas kretin. Sampel dipilih secara purposive tetapi SD dialokasikan secara random ke dalam empat kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan meliputi suplemen selenium 45 μg/hari (n=34), suplemen iodium 50 μg/hari (n=35), suplemen selenium+iodium (n=18) dan plasebo (n=28). Suplemen diberikan setiap hari selama dua bulan. Indikator profil darah yang diperiksa meliputi kadar Hb, Ht, jumlah eritrosit, leukosit, kadar MCV, MCH dan MCHC. Status gizi dengan indikator Z-skor BB/U dan TB/U. Skor IQ diukur dengan Set Test Raven (1995).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum perlakuan profil darah menurut kadar Hb ada 1.7% anak yang menderita anemia, berdasar kadar Ht ada 14% penderita anemia. Berdasarkan kadar MCV jenis anemia (microcytic dan macrocytic) ada 31%, menurut MCH jenis anemia (microcytic dan macrocytic) ada 20%. Hasil pemeriksaan MCHC menunjukkan jenis anemia (hipokromik dan hiperkromik) ada 34%. Jumlah anak yang kekurangan eritrosit ada 14.6% dan yang menderita Leukopenia ada 20.4%. Prevalensi defisiensi Se ada 97.4% dan defisiensi I sebesar 81.7%, sedangkan prevalensi stunted 35% dan underweight sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan bahwa semua anak yang menderita defisiensi selenium dan iodium (24.3%) memiliki skor IQ kurang dari 25 (Idiot), ada 13% dengan IQ=25-40 (Imbecile), sebanyak 10.7% memiliki IQ=40-55 (Moron) dan 8.7% dengan IQ=55-70 (garis batas normal). Jumlah tanda khas kretin ada 6-11 tanda sehingga belum dapat meyakinkan untuk disebut kretin baru (15 tanda).

Setelah perlakuan meskipun tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05) dalam hal kenaikan Hb tetapi mampu mengubah angka 1.7 % anak dengan kadar Hb rendah, menjadi normal (11.7-17.1 g/dL). Suplementasi Se dan I menunjukkan perubahan kadar Ht dari 18-48.5% menjadi 32.99-49.8% (p>0.05). Suplementasi Se dan I dapat memperbaiki jenis anemia mikrositik dan makrositik baik hipokromik maupun hiperkromik menjadi monositik-monokromik secara nyata (p<0.001) dibandingkan plasebo. Perubahan plasma Se dan I pada

Page 4: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

kelompok perlakuan Se (+2.76μg/dL) lebih baik dibandingkan kelompok perlakuan I (1.35 μg/dL) dan plasebo (+1.2μg/dL).

Setelah suplementasi terjadi peningkatan status gizi pada semua kelompok perlakuan. Hasil paling baik ditemukan pada kelompok perlakuan suplemen selenium (3.04 kg) dengan kisaran kenaikan berat badan sebesar 1.96 – 3.04 kg (p<0.05). Pemberian suplemen I sebanyak 50 µg/hari memberikan pengaruh terbaik dengan rataan kenaikan tinggi badan 2.3 cm pada kisaran 1.2 – 3.5 cm (p<0.05). Pemberian suplemen Se sebanyak 45 μg/hari dan I sebanyak 50 μg/hari selama dua bulan dapat memperbaiki skor IQ anak (18 point) lebih tinggi dibandingkan dengan plasebo. Jumlah tanda khas kretin turun satu point setelah pemberian suplemen selenium 45 μg/hari dan iodium 50 μg/hari selama dua bulan dari 6-11 tanda menjadi 5-10 tanda (p>0.05) dengan R(adjusted) sebesar 0.547.

Pemberian suplemen Se 45 μg/hari yang diminum setiap hari selama 2 bulan mampu memperbaiki profil darah, status gizi, skor IQ anak yang memiliki tanda khas ketin lebih baik dibandingkan dengan suplementasi I dengan dosis 50 μg/hari dalam waktu yang sama.

Page 5: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN SELENIUM DAN IODIUM TERHADAP PROFIL DARAH, STATUS

GIZI DAN SKOR IQ ANAK DENGAN TANDA KHAS KRETIN

DIFFAH HANIM

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada Departemen Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

Page 6: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Halaman Pengesahan

Judul Penelitian : PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN SELENIUM

DAN IODIUM TERHADAP PROFIL DARAH,

STATUS GIZI DAN SKOR IQ ANAK DENGAN

TANDA KHAS KRETIN

Nama Mahasiswa : Diffah Hanim

NRP. : A 561030081

Program Studi : Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMK)

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Rimbawan Ketua

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS Dr. Ir. Drajat Martianto, MSi Anggota Anggota

Diketahui Ketua Program Studi Dekan Gizi Masyarakat Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Hadi Riyadi, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S. Tanggal Ujian : 23 Januari 2008 Tanggal Lulus : 21 Februari 2008

Page 7: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. drh. Nastiti Kusumorini, M.Sc

Dr.Ir. Hadi Riyadi, MS

Penguji pada Ujian Terbuka : 1. Dr.Sunarno Ranu Wihardjo, MPH

2. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, M.Si

PRAKATA

Page 8: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Agustus 2005 – Mei 2007 ialah masalah gangguan akibat kurang iodium (GAKI) dengan judul : PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN SELENIUM DAN IODIUM TERHADAP PROFIL DARAH, STATUS GIZI DAN SKOR IQ ANAK DENGAN TANDA KHAS KRETIN.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Rimbawan selaku ketua komisi pembimbing dan Prof.Dr.Ir Ali Khomsan, MS ; Dr.Ir. Drajat Martianto, M.Si selaku anggota komisi pembimbing, Dr.drh. Nastiti Kusumorini, M.Sc serta Dr.Ir. Hadi Riyadi, MS yang telah banyak memberi masukan saat ujian tertutup untuk perbaikan disertasi. Penghargaan dan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Sunarno RW, MPH serta Dr. Ir. Anna Marliyati, MS yang telah memberi masukan sangat berharga saat ujian terbuka. Penulis juga menghaturkan terimakasih kepada dr. Sulis Lestari, dr. Syamsudin, M.Kes, dr. Mumpuni beserta seluruh staf DKK Boyolali dan staf Puskesmas Cepogo, Kab. Boyolali atas bantuan dan kerjasamanya yang baik selama pengumpulan data. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada seluruh staf Lab. Teknologi Maju BATAN Yogyakarta dan Lab. Klinik Prodia Surakarta serta semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu atas kerjasamanya yang baik selama penelitian. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada:

Ytc. Ayahanda Zuhair (Alm) dan Ibunda Djulyunah Zuhair (Alm) atas segala doa dan kasih sayangnya kepada penulis sejak dalam kandungan hingga beliau wafat selalu mendukung proses belajar penulis. Kepada seluruh keluarga Bani Zuhair atas segala perhatian, pengertian dan bantuan materiil yang tak terhitung sehingga studi S3 ini dapat diselesaikan.

Yth. Rektor UNS, Prof. Dr. dr. Syamsul Hadi, SpKJ dan Ketua LPPM UNS, Prof. Dr. Sunardi, M.Sc serta Kepala Puslitbang PGKM, Prof. Dr. Ir. Sri Handajani, MS; Kepala dan Sekretaris P3G beserta semua staf peneliti khususnya Dra. Ismi DAN, MSi, Eva Agustinawati, S.Sos, MSi penulis sampaikan terimakasih yang tulus.

Yth. Dr. dr. AA Subiyanto, MS selaku Dekan FK UNS dan Prof. Dr. Bambang Suprapto, M.MedSci selaku Kepala Bagian Gizi Fak. Kedokteran UNS beserta seluruh staf Ilmu Gizi dan teman-teman sejawat di Jurusan IKM FK UNS khususnya dr. Bhisma Murti, MPH, Mphil, PhD dan Dra. Suci Murtikarini,M.Si di Bagian Anak RSUD. Moewardi, saudaraku Dra. Martini M.Si di Bagian Kimia FK UNS, serta Prof. Dra. Nurul M. MS di F.MIPA UNS atas doa dan nasehatnya, sahabat-sahabat saya lainnya di FK UNS Surakarta yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu disampaikan terimakasih yang tulus.

Yth. Direksi PT. Kimia Farma (cq. Divisi Riset dan Pengembangan) melalui Drs. Dediwan, Apt. ; Dra. V. Ani Trimuryani, Apt. serta Drs. Imam Syaiful H, Apt. yang telah membantu formulasi dan produksi kapsul selenium selenat 45 μg dan kapsul iodium 50μg dan penyediaannya untuk suplementasi.

Yth. Direksi PT. Danone Aqua dan Biskuit yang telah membantu menyediakan minuman aqua bagi anak sekolah dasar untuk minum suplemen selama penelitian berlangsung, khususnya saudaraku Tani Sulaeman, SE, MBA,

Page 9: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

saudaraku Dewi Larasati, SE,MM, saudaraku Inti W, SE,MM dan Drs. Seto BM., saya sampaikan terimakasih.

Yth. Prof.Dr.dr JB. Suparjatmo, Sp.PK (K), Dr.dr. AA Subiyanto, MS; dr. Sugeng Purwoko,M.MedSci, SpGK, dr. Endang Dewi Lestari, Sp.A(K) MPH atas bantuannya hingga peneliti memperoleh ijin/persetujuan etik kedokteran (Ethical Clearance) untuk pelaksanaan penelitian S3.

Ytc. Teman-teman Program Studi Gizi Masyarakat (GMK) SPS IPB tahun ajaran 2003 khususnya Dr. Ir. Sri Purwaningsih M.Si, Dr. Ir. Dwi Hastuti M.Si, Dr. Suryono, M.Si, Dr. Evawany A, M.Si, Dr. Esi Emilia M.Si, Dr. Ai Nurhayati, M.Si dan Ir. Zulhaida Lubis M.Si; Ir. Istiqlaliah M.Si, serta teman GMK tahun 2004 khususnya Dr.Ir. Dodik Briawan M.Si, sahabatku angkatan tahun 2005 khususnya Ir. C. Metti M.Sc serta seluruh civitas academica GMK IPB, teman se-rumah di Puri Hapsara (Bu Nanik UNHAS, Bu Sri Purwanti UNHAS, Bu Insun Sangaji UNPATI, Meisy dan Elly UNSRI, Rahmi Univ Jambi, Nisa UIN Syarifhidayatullah Jakarta, dan Iffah) tak lupa kepada saudaraku Dra. Eko Yuliastuti, MSi; Ir. Sri DAS, MSi dan saudaraku Dr. Ir. Endang Yuniastuti,M.Si sera teman-teman semua di Bogor dan Surakarta, penulis sampaikan rasa terimakasih yang dalam semoga Allah SWT senantiasa melapangkan semua urusan kita. Amin.

Ytc. Seluruh keponakanku yang tinggal di Jakarta (Mirdas, Reza, Achi, Nisa, Citra, Fauzia, Shifa), keponakanku di Surabaya dan Gresik (Radif, Ulil, Yomie, Offi, Emi, Diar dan Arma), keponakanku di Yogyakarta (Agaf, Wiga) keponakan di Cirebon (Iwan, Lukman, Lia, Iman, Ida) tante sampaikan terimakasih atas doa, perhatian dan pengertiannya selama tante mengambil S3 di Bogor.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca dan pemerhati masalah GAKI. Apabila terdapat kesalahan penulisan nama dan kekhilafan selama pelaksanaan penelitian dan perjalanan penyusunan disertasi ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Billahittaufik wal hidayah, Wassalam.

Bogor, Januari 2008

Diffah Hanim

RIWAYAT HIDUP

Page 10: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Penulis dilahirkan di Yogyakarta, pada tanggal 20 Februari 1964 dari Ayah

R. Zuhair Durie dan ibu Hj. Djulyunah Humam. Penulis merupakan putri ke-9 dari sepuluh bersaudara.

Tahun 1983 penulis lulus dari SMA Muh. II Yogyakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk UNSOED Purwokerto pada Fakultas Biologi, Jurusan Zoologi. Selama penyusunan Skripsi penulis mendapat beasiswa dari UNOCAL-76, PERTAMINA dan lulus tahun 1988.

Sejak tahun 1990 penulis menjadi pegawai negeri sipil (PNS) sebagai staf pengajar Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Pada tahun 1993 melanjutkan pendidikan Pascasarjana S2 pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMK) IPB dengan beasiswa Proyek CHN-III Dikti dan lulus tahun 1996. Kemudian tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan S3 pada SPS IPB, Program Studi GMK dengan beasiswa dari BPPS Dikti, Depdiknas.

Selama mengikuti program S3 penulis telah menghasilkan karya ilmiah berupa buku yang berjudul Menjadikan ‘UKS’ sebagai Upaya Promosi Tumbuh Kembang Anak Didik tahun 2005 yang diterbitkan oleh UGM Press, Yogyakarta dengan Editor Dr.Ir. Drajat Martianto, M.Si yang juga anggota komisi pembimbing disertasi penulis. Dua artikel ilmiah juga telag dihasilkan dengan judul : Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium Terhadap Status Gizi, Skor IQ dan Jumlah Tanda Khas Kretin pada Anak Sekolah Dasar yang diterbitkan pada Jurnal Kedokteran YARSI Vol. 16 No.1 Januari-April 2008 (Terakreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/ 2004) serta artikel ilmiah lainnya dengan judul: Kajian Jenis Anemia Gizi Besi dan Status Gizi Anak Penderita ’GAKI’ Di Daerah Endemik Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah yang akan dimuat pada Jurnal Ilmiah Profesi Medika, Fakultas Kedokteran UPN ’Veteran’ Jakarta (Terakreditasi No. 39/DIKTI/KEP/2004).

Bogor, Januari 2008

Diffah Hanim

DAFTAR ISI

Halaman

Page 11: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Abstract ........................................................................................ i Ringkasan ........................................................................................ ii Halaman Judul ............................................................................ iv Halaman Pengesahan ................................................................ v Prakata ........................................................................................ vi Riwayat Hidup ............................................................................ viii Daftar Isi ............................................................................ x Daftar Tabel ............................................................................ xiii Daftar Gambar ............................................................................ xv Daftar Lampiran ............................................................................ xvii PENDAHULUAN

Latar belakang ................................................................ 1

Perumusan masalah ................................................................ 5

Tujuan penelitian ................................................................ 7

Kegunaan penelitian ................................................................ 8

Hipotesis ............................................................................ 8

TINJAUAN PUSTAKA Iodium dan Masalah GAKI .................................................... 9

Regulasi Kelenjar Thyroid. .................................................... 10

Dampak dari GAKI pada Berbagai Tahapan Perkembangan .... 14

Penilaian Status Iodium .................................................... 17

Kecukupan Iodium .............................................................. 18

Spektrum Kretin Endemik dan Kelainan Hipotiroid ................ 21

Selenium dan GAKI ……………………………………........ 27

Growth Spurt II Anak Sekolah .................................................... 30

Tes IQ pada Anak Sekolah Dasar ........................................ 34

Selenium, Perkembangan Fisiologi Otak dan Hasil Tes IQ ........... 35

Fisiologi dan Perkembangan Otak ……………………………...... 38

Darah dan Defisiensi Zat Gizi Mikro ........................................ 41

Eritrosit (Sel Darah Merah) .............................................. 42

Leukosit (Sel Darah Putih) ............................................... 43

Patofisiologi Anemia ..................................................... 44

Selenium, Fungsi, Sumber .................................................... 47

Page 12: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Kecukupan Selenium ................................................................ 50

Akibat Kekurangan dan Kelebihan Asupan Selenium................ 52

Penyerapan Selenium Organik dan Inorganik ............................ 55

Sistem Transpor dan Metabolisme Selenium ............................. 56

Status Selenium ................................................................. 57

Lama Intervensi dan Dosis Suplemen Se dan I ............................. 62

KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................... 63

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 64

Desain Penelitian ............................................................................ 65

Populasi dan Sampling ................................................................ 67

Variabel dan Definisi Operasional ............................................... 70

Cara Pengumpulan Data ................................................................ 75

Analisis Data ............................................................................ 76

Protokol Penelitian........................................................................... 77

H A S I L Hasil Penelitian Pendahuluan ……………………………........ 81

Hasil Penapisan Sampel ……………………………………........ 82

Hasil Penelitian Epidemiologi ……………………………….... 84

Karakteristik Anak menurut Hasil Pemeriksaan Laboratorium ...... 86

Hasil Pemeriksaan Profil Darah Rutin menurut Kelompok Perlakuan ..................................................... 86

Hasil Pemeriksaan Kadar Selenium dan Iodium Plasma menurut Kelompok Perlakuan............................................. 91

Karakteristik Anak menurut Pemeriksaan Fisik ………………..... 94

Pengaruh Pemberian Suplemen terhadap Status Gizi.................. 94

Tingkat Kecukupan Zat Gizi Anak ......................................... 100

Hasil Pengukuran Lingkar Lidah Anak menurut Kelompok Perlakuan …………………………............ 100

Hasil Tes IQ Anak menurut Kelompok Perlakuan ................... 104

Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium

terhadap Jumlah Tanda Khas Kretin.................................... 109

Page 13: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

PEMBAHASAN

Penapisan Sampel ....................................................... 111

Penapisan Tes IQ ................................................................... 111

Profil Darah Anak menurut Kelompok Perlakuan ................... 112

Kadar Selenium dan Iodium Plasma menurut Kelompok Perlakuan ............................................................................... 120

Faktor yang Mempengaruhi Respon Profil Darah ................... 122

Status Gizi Anak menurut Kelompok Perlakuan ................... 127

Status Gizi berdasarkan standar CDC (WHO, 2000) menurut Kelompok Perlakuan ........................................... 127

Tingkat Kecukupan Zat Gizi Anak ........................................... 132

Lingkar Lidah menurut Kelompok Perlakuan ...................

134

Skor IQ Anak menurut Kelompok Perlakuan ................... 136

Jumlah Tanda Khas Kretin menurut Kelompok Perlakuan…............ 139

Faktor yang Mempengaruhi Respon Status Gizi ............................... 139

Analisis Normalitas Data dan Uji ANOVA ............................... 140

Analisis Regresi Logistik ....................................................... 141

Analisis Implikasi Kebijakan ....................................................... 142

Analisis Implikasi Keilmuan ....................................................... 143

Kebaruan Penelitian ....................................................... 143

Keterbatasan Penelitian ....................................................... 144

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ........................................................................................... 145

Saran ........................................................................................... 146

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 147

LAMPIRAN ............................................................................... 160

DAFTAR TABEL

Page 14: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Halaman

1 Dampak Dfisiensi Iodium pada Organ dan Hormon Tikus ........... 14

2 Dampak Gangguan Akibat Kurang Iodium ................................... 16

3 Rekomendasi Asupan iodium ........................................................... 19

4 Upaya Penanggulangan GAKI oleh Depkes .................................. 20

5 Simtomatologi Kretin Endemik, Sengi (1974 –1999) ........... 21

6 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Anak Diduga Kretin ........... 25

7 Matriks Hipotesis yang sudah Dibuktikan ....................... 30

8 Karakteristik Pertumbuhan Fisik dan Perubahan Komposisi Tubuh pada Masa Growth Spurt II ................................... 31

9 Kebutuhan Zat Gizi pada Puncak Growth Spurt II ....................... 33

10 Skor IQ Wechsler yang dikembangkan oleh Raven ....................... 35

11 Sumber dan Kandungan Selenium dalam Bahan Makanan ........... 43

12 Angka Kecukupan yang Dianjurkan untuk Selenium ...................... 44

13 Kadar Haemoglobin Normal pada Anak .................................. 50

14 Angka rata-rata dari Leukosit dan Angka Turunan / Diferensial pada Anak .......................................................... 52

15 Desain dan Lokasi Penelitian .......................................................... 67

16 Kriteria Inklusi untuk Penentuan Sampel Saat Penapisan .............. 68

17 Hasil Randomisasi SD untuk Penentuan Jenis Perlakuan ............... 70

18 Hasil Analisis Bio-availabilitas Kapsul Iodium dan Selenium 82

19 Besar dan Asal Sampel Penapisan ............................................. 84

20 Persentase Sebaran Partisipasi Responden ................................. 85

21 Hasil Analisis Profil Darah Rutin Anak Umur 9-12 tahun.............. 87

22 Hasil Analisis Pengukuran Biokimia Darah menurut Kelompok Perlakuan .......................................................... 88

23 Hasil Analisis ∆ Peningkatan Jumlah Leukosit pada Anak .................................................................................. 90

24 Hasil Analisis ∆ Peningkatan Jumlah Eritrosit pada Anak .................................................................................. 90

25 Hasil Analisis ∆ Kadar MCV pada Anak dengan Tanda Khas Kretin ...................................................................... 90

26 Hasil Analisis ∆ Kadar MCH pada Anak dengan Tanda Khas Kretin ...................................................................... 91

Page 15: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

27 Hasil Analisis ∆ Kadar MCHC pada Anak dengan Tanda

Khas Kretin ................................................................... 92

28 Hasil Analisis Kadar Selenium dan Iodium dalam Plasma Darah Anak ................................................................... 93

29 Distribusi Anak menurut Kadar Selenium Plasma Darah dan Kelompok Perlakuan ........................................... 94

30 Distribusi Anak menurut Kadar Iodium Plasma Darah dan Kelompok Perlakuan ........................................... 94

31 Distribusi Anak menurut Kadar Selenium Plasma Darah dan Jenis Kelamin .................................................….. 94

32 Distribusi Anak menurut Kadar Iodium Plasma Darah dan Jenis Kelamin ........................................................ 95

33 Hasil Analisis ∆ Kadar Iodium dan Selenium Plasma ........ 95

34 Hasil Uji Beda Status Gizi menurut Kelompok Perlakuan ........ 96

35 Hasil Analisis Regresi Antropometri menurut Kelompok Perlakuan ........................................................ 97

36 Karakteristik Antropometri Anak menurut Kelompok Perlakuan (Sebelum Perlakuan) ............................................. 98

37 Karakteristik Antropometri Anak menurut Kelompok Perlakuan (Sesudah Perlakuan) ............................................. 99

38 Prevalensi Underweight menurut Jenis Kelamin dan Perlakuan Sebelum dan Sesudah Suplementasi ................... 100

39 Prevalensi stunted menurut Jenis Kelamin dan Perlakuan Sebelum dan Sesudah Suplementasi ................... 100

40 Tingkat Kecukupan Zat Gizi Anak di Daerah Endemik GAKI menurut AKG (2004) ........................................................... 101

41 Lingkar Lidah Anak menurut Kelompok Perlakuan ................... 103

42 Lingkar Lidah Anak menurut Jumlah Petanda Kretin.................. 103

43 Hasil Analisis Ukuran Lingkar Lidah dengan Faktor Anemia ..... 104

44 Lingkar Lidah Anak menurut Jenis Kelamin ................................ 107

45 Hasil Tes IQ Anak menurut Kelompok Perlakuan dan Status Gizi Anak Sebelum Perlakuan ................................ 105

46 Hasil Tes IQ Anak menurut Kelompok Perlakuan dan Status Gizi Anak Sesudah Perlakuan ................................ 105

47 Skor IQ menurut Status Gizi dan Jenis Kelamin Anak

Page 16: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

(Sebelum Perlakuan) ........................................................ 108

48 Skor IQ menurut Status Gizi dan Jenis Kelamin Anak (Sesudah Perlakuan) ........................................................ 109

49 Hasil Analisis ∆ Peningkatan Skor IQ pada anak ......................... 109

50 Hasil Analisis Selisih Penurunan Jumlah Tanda Khas Kretin ..... 111

51 Hasil Analisis Uji Beda ∆ Antropometri, Skor IQ menurut Kelompok Perlakuan ............................... 111

52 Hasil Analisis Nilai Odd Ratio dan Nilai p untuk Profil Darah Anak ................................................................... 111

53 Hasil Analisis Nilai Odd Ratio dan Nilai p untuk Status Gizi Anak .................................................................... 111

Page 17: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

DAFTAR GAMBAR Halaman

1 Konversi T4 menjadi T3 …………………………………... 12

2 Spektrum Kretin Endemik dan Kongenital Hipotiroid................. 23

3 Alternatif Upaya Penanggulangan GAKI di Negara Berkembang 29

4 Bagian-bagian Otak ....................................................... 37

5 Bagian-bagian Otak Dilihat dari Tengah ............................... 38

6 Bagian Utama Otak dan Lobus ............................................ 38

7 Synaps ................................................................................ 41

8 Perbandingan Volume Sel Otak Penderita Kretin dengan Otak Orang Sehat .................................................................... 41

9 Reaksi Aktivitas Glutation-S-transferase ................................... 60

10 Hubungan Sinergis Zat Gizi sebagai Antioksidan ................... 62

11 Kerangka Pemikiran ....................................................... 64

12 Foto SDN Jombong 1 dan SDN Jombong 2 di desa Jombong, Kecamatan Cepogo, Boyolali sebagai Lokasi Penelitian........ 65

13 Hasil Penapisan Gejala / Tanda Khas Kretin ................................ 83

14 Hasil Penapisan Tes IQ ........................................................ 84

15 Distribusi Umur Anak (Tahun) ............................................ 85

16 Distribusi Jenis Kelamin ........................................................ 86

17 Status Kebersihan Anak di Daerah Endemik GAKI .................... 86

18 Hasil Analisis Persentase Kadar Eritosit menurut Kelompok Perlakuan ........................................................ 89

19 Hasil Analisis Persentase Kadar Leukosit menurut Kelompok Perlakuan ........................................................ 89

20 Hasil Analisis MCV menurut Kelompok Perlakuan ................... 90

21 Hasil Analisis MCV menurut Kelompok Perlakuan ................... 91

22 Hasil Analisis MCHC menurut Kelompok Perlakuan ................. 92

23 Hasil Analisis Status Iodium Plasma menurut Kelompok Perlakuan ............................................ 93

24 Hasil Analisis Status Selenium Plasma menurut Kelompok Perlakuan ............................................ 93

25 Status Gizi Anak berdasar standar CDC (WHO, 2000).................. 96

Page 18: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

26 Status Gizi Anak menurut Jenis Kelamin ............................ 98

27 Pelaksanaan Pengukuran Antropometri Anak di Daerah Endemik GAKI ................................................................. 99

28 Pengukuran Lingkar Lidah pada Anak Penderita GAKI ........... 102

29 Jumlah Tanda Khas Kretin dan Status Gizi Anak ................ 105

30 Hasil Analisis Skor IQ menurut Kelompok Perlakuan ..... 106

31 Hasil Analisis Tanda Khas Kretin menurut Kelompok Perlakuan ............................................................................ 110

Page 19: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

1 Lembar Data Kepatuhan ........................................................ 160

2 Presensi Kepatuhan Siswa ’Minum Kapsul’ SDN Jombong I, ...... 161 Kecamatan Cepogo, Boyolali (Minggu – I) .................... 162

3 Lembar Jawab Tes IQ Raven ........................................................ 163

4 Jenis Menu Makanan Harian Anak di Derah Endemik GAKI.......... 163

5 Nilai Zat Gizi Menurut Jenis Menu Makanan Harian Anak di Daerah Endemik GAKI ........................................................ 164

6 Rata-rata Nilai Zat Gizi Menurut Sumbangan Makanan Jajanan Anak di Daerah Endemik GAKI ............................... 164

7 Daftar Bahan Pangan Goitrogenik (Chapman, 1982)

8 Hasil Test Distribusi Kenormalan Data dan Homogenitas Sampel ................................................................................. 165

9 Jenis Intervensi Suplemen Iodium di Berbagai Negara………....... 166

10 Ethical Clearance ................................................................... 167

11 Surat-surat dan Hasil Analisis Laboratorium ................................ 168

12 Hasil Analisis Ancova ........................................................ 169

Page 20: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN SELENIUM DAN IODIUM TERHADAP PROFIL DARAH, STATUS

GIZI DAN SKOR IQ ANAK DENGAN TANDA KHAS KRETIN

DIFFAH HANIM

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada Departemen Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

Page 21: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

PENDAHULUAN

Latar belakang

Kurang zat gizi mikro merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

serius di Indonesia karena jumlah penderitanya masih lebih dari 100 juta jiwa

(Untoro, 2004). Zat gizi mikro penting untuk kecerdasan dan kekebalan tubuh.

Akibatnya ada 360.000 siswa kehilangan kesempatan belajar karena tidak naik

kelas dan putus sekolah, dan tiap tahun 20.000 meninggal karena rentan terhadap

infeksi penyakit (Soekirman, 2003).

Salah satu masalah kurang zat gizi mikro di Indonesia adalah Gangguan

Akibat Kurang Iodium (GAKI). Dampak GAKI berat pada anak usia SD adalah

terjadinya kesulitan belajar, sehingga mengakibatkan prestasi belajar di sekolah

rendah dan mempertinggi persentase anak tinggal kelas dan putus sekolah. Hasil

penelitian tahun 1993 menunjukkan 75 % siswa usia SD yang menderita kretin

mengalami kesulitan belajar di sekolah, sehingga mereka memerlukan perhatian

dan pembinaan tertentu agar tidak gagal dalam pendidikan (Hartono, 2001).

Penelitian Salim (1999) di Boyolali menemukan anak didik usia SD yang

berindikasi kretin 11,89% dan GAKI 12,23 %, sehingga memerlukan pembinaan

pendidikan luar sekolah dan pemberdayaan keluarga agar mampu mengkonsumsi

garam beriodium setiap harinya bagi seluruh anggota keluarga. Kretin merupakan

puncak gunung es dari masalah GAKI, pada polarisasi yang lebih ringan

masalahnya lebih besar lagi.

GAKI merupakan bentuk lain dari kelaparan tak kentara (kurang gizi)

yang telah diketahui, bahwa anak penderita GAKI umumnya memiliki dampak

yang mirip dengan anak yang menderita kurang zat besi (Fe) yaitu mempunyai

aktivitas yang lemah dan kurang cerdas. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan

kemampuan otaknya akibat IQ yang hilang sekitar 5-10 point. Apabila dari 42

juta penduduk Indonesia yang berisiko GAKI ada sekitar 35 persennya (15 juta

orang) telah mengalami GAKI ringan dan sedang maka secara potensial Indonesia

akan kehilangan 150 juta point (Soekirman, 2002).

Page 22: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Fungsi selenium berhubungan pula dengan iodium, seperti yang

dikemukakan Arthur (1993) pada daerah endemik GAKI selain defisiensi iodium

juga ditemukan defisiensi unsur selenium secara bersamaan. Sejalan dengan hal

itu penelitian yang dilakukan oleh Rimbawan et al. (2000) di Kabupaten

Pasuruan menunjukkan bahwa kekurangan iodium bukanlah satu-satunya

penyebab GAKI tapi juga disebabkan oleh kekurangan selenium dengan bukti

bahwa asupan iodium dan seleniumnya masih kurang dari angka kecukupan.

Terdapat hubungan antara asupan selenium dan iodium dengan parameter penentu

status iodium dan selenium, sehingga hubungan antara kekurangan iodium dan

selenium dapat dijadikan parameter dalam menentukan masalah GAKI. Hubungan

antara selenium dan iodium menurut WHO (1996) dikarenakan enzim deiodinase

mengandung selenium. Enzim deiodinase glutation peroksidase (GSH-Px)

mengubah tiroksin menjadi 3,5,3-triiodotironin (T3).

Salah satu peran penting selenium adalah sebagai komponen enzim

glutation peroksidase (GSH-Px) sel darah merah yang bila bertemu dengan

vitamin B2 (Riboflavin) pada jalur ‘HMP-Shunt’ dalam sitoplasma akan dapat

memperbaiki / meningkatkan kadar Hb. Kemudian enzim glutation peroksidase

dapat menghancurkan hidrogen peroksida dan hidroperoksida organik dengan

pengurangan ekuivalen dari glutation (IOM, 2000). Selanjutnya IOM (2000)

menganjurkan dilakukannya riset tentang intervensi selenium organik dan

inorganik untuk mencegah dan mengatasi berbagai kekurangan zat gizi mikro. Di

Indonesia belum tersedia data yang mencukupi untuk anak di daerah endemik

GAKI khususnya yang berkaitan dengan kecukupan zat gizi mikro iodium,

selenium, dan besi. Sementara di Skotlandia pemberian suplemen Selenium

selama 28 hari mampu memperbaiki profil darah penduduk yang menderita

anemia di daerah endemik GAKI. Sodium Selenium memiliki efek positif yang

baik dalam meningkatkan kadar eritrosit dan leukosit pada anak yang menderita

anemia (Brown, et al. 2003).

Meskipun beberapa studi menunjukkan bahwa masalah GAKI terkait

dengan defisiensi selenium, namun sampai saat ini program yang ada masih

mengandalkan cara intervensi gizi tunggal sehingga dampaknya kurang

memberikan hasil seperti yang diharapkan. Untuk itu diperlukan penelitian yang

Page 23: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

dapat menunjukkan bahwa penanganan GAKI perlu mempertimbangkan peran zat

gizi Selenium (Se) sebagai antioksidan, komponen enzim dan antikarsinogen

(IOM, 2000).

Pada kretin endemik seringkali ditemukan dua kondisi yaitu hipothyroidi

dan kerusakan susunan saraf pusat (retardasi mental, tuli perseptif, retardasi

neuromotor dan kerusakan batang otak). Berdasarkan kenyataan bahwa ternyata

‘hipothyroidisme’ juga terlihat pada orang normal maka di Indonesia

Djokomoeljanto (2002) mendefinisikan bahwa seseorang termasuk kretin

endemik bila dilahirkan di daerah gondok endemik dan menunjukkan dua atau

tiga gejala dari : retardasi mental, tuli perseptif (sensorineural) nada tinggi dan

gangguan neuro-muskuler. Kondisi tersebut dapat disertai atau tidak disertai

hipothyroidisme. Sementara itu di Zaire tipe kretin miksudematosa merupakan

kejadian predominan sehingga dihipotesiskan bahwa defisiensi selenium (Se)

yang kebetulan prevalen akan melindungi otak fetus (deiodenase II bukan enzim

yang mengandung selenium) dan bukan perifer (deiodenase I adalah enzim yang

mengandung selenium). Artinya bila kandungan selenium dalam darah cukup

(0.1-1.1 μg /ml) maka pembentukan T3 dari T4 akan lancar sehingga gondok

maupun kretin endemik dapat dicegah (Linder, 1992). Oleh karena itu penelitian

tentang suplemen Se dengan Iodium untuk mencegah terjadinya kretin baru pada

anak usia sekolah dasar di desa endemik GAKI sangat penting untuk dilakukan.

Sampai saat ini telah diketahui bahwa determinan utama kadar T3 di otak

dan pituitary adalah serum T4. Hasil penelitian pada tikus menunjukkan bahwa

rendahnya T3 pada otak akibat kekurangan iodium berhubungan dengan

penurunan serum T4. Penemuan ini menjelaskan bahwa rendahnya fungsi otak

pada manusia yang mempunyai serum T4 rendah di daerah endemik GAKI

dipengaruhi oleh selenium, suatu komponen enzim yang memfasilitasi konversi

iodium (Kanarek et al.1991). Akan tetapi perlu dipertimbangkan bahwa jenis

selenium yang memiliki daya serap tinggi adalah selenium organik (Brown, et al.

2003).

Sudah diketahui bahwa mekanisme terjadinya goiter pada anak usia

sekolah adalah akibat dari defisiensi iodium yang menyebabkan penurunan T4

sehingga memicu sekresi TSH yang berakibat meningkatnya aktivitas kelenjar

Page 24: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

thyroid. Meskipun mekanisme terjadinya kretin pada usia remaja awal (usia anak

> 10 tahun) masih merupakan perdebatan ilmiah, namun sudah menjadi

kesepakatan para ilmuwan bahwa kekurangan selenium pada awal kehamilan

akan melahirkan anak yang memiliki risiko kretin (Djokomoeljanto (2002). Hal

ini disebabkan oleh gagalnya T4 menjadi T3 akibat defisiensi selenium sehingga

menyebabkan kelainan kongenital pada pertumbuhan hippocampus otak. Anak

usia sekolah yang defisiensi iodium dan tinggal di daerah endemik GAKI

menunjukkan kemampuan belajar yang rendah dengan skor IQ rendah sehingga

angka putus sekolah tinggi. Hasil meta-analisis dari 18 studi yang dilakukan pada

tahun 1982-1991 menunjukkan bahwa GAKI mengakibatkan penurunan IQ point

rata-rata 13.5 point (Pennington & Schoen, 1996).

Saat ini kapsul minyak beriodium dosis tinggi dinilai tidak efektif karena

iodium banyak dibuang melalui urin sesaat setelah dikonsumsi (Djokomoeljanto,

1993). Keadaan ini memperpendek masa proteksi sehingga tidak cukup untuk

mengatasi kekurangan iodium. Selain itu pemberian iodium dosis tinggi juga

berisiko menimbulkan kasus hiperthyroid atau tirotoksisitas (Delange et al.,

2001). Penelitian epidemiologis lain (Elnagar, 1995) menemukan adanya kasus

hiperthyroid dikalangan orang dewasa di Sudan akibat mengkonsumsi kapsul

beriodium dosis tinggi (200 mg dan 800 mg). Kasus tirotoksisitas juga dilaporkan

di Eropa, Tasmania, dan Zimbabwe akibat pemberian suplemen dan fortifikasi

iodium dalam garam secara bersamaan (Dunn, 2002). Tirotoksisitas di Zimbabwe

ditemukan berakhir dengan kematian (WHO, 1997).

Pemberian iodium dosis rendah setiap bulan lebih efektif karena ekskresi

iodium melalui urin jumlahnya kecil. Diperkirakan kapsul yang diberikan setiap

bulan dengan dosis rendah akan dapat mengatasi GAKI. Hal ini dibuktikan

dengan pemberian kapsul beriodium dosis rendah pada anak sekolah dan orang

dewasa yang tinggal di daerah endemik GAKI di Afrika. Hasilnya kapsul

beriodium dosis rendah memiliki efikasi sama dengan dosis tinggi dan tidak

menimbulkan efek samping (Benmiloud et al. 1994). Berdasarkan hal tersebut,

pemberian dosis rendah disarankan oleh Executive Directur ICC/IDD sejak tahun

2004 (WHO, Consultative ICCIDD, 2005).

Page 25: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Efektifitas iodium akan meningkat bila diberikan bersamaan dengan zat

gizi mikro lainnya, sehingga cepat menunjukkan hasil perbaikan status gizi

(Sattarzadeh & Zlotkin, 1999). Hasil penelitian Saidin et al. (2002) pada anak

sekolah di daerah endemik GAKI dengan pemberian garam beriodium ditambah

vitamin A menunjukkan efektifitas iodium 2.25 kali sehingga kadar hormon

thyroid (T4) menjadi normal. Penelitian Brown, et al. (2003) menunjukkan

bahwa pemberian garam beriodium ditambah selenium organik dapat

memperbaiki kadar eritrosit anak sekolah yang menderita anemia di daerah

endemik GAKI.

Perumusan Masalah

Gejala gondok pada anak usia sekolah (9-12 tahun) khususnya kelompok

menjelang growth spurt II masih mudah terjadi dan cepat bereaksi terhadap

perubahan masukan iodium. Dengan demikian intervensi gizi pada anak usia

sekolah dapat diharapkan memberi respon yang positif. Masalah GAKI sering

diperburuk bersamaan dengan defisiensi zat gizi mikro lainnya seperti selenium

dan zat besi (Arthur, 1993).

Sampai saat ini yang menjadi perhatian pemerintah dalam usaha

penanganan masalah anak didik usia SD yang berindikasi Kretin (11,89 %) dan

GAKI (12,23 %) masih dengan intervensi zat gizi tunggal yaitu dengan suplemen

kapsul iodium, dan operasi pasar peredaran garam beriodium yang belum rutin.

Tindakan pencegahan GAKI yang ideal adalah dengan melakukan intervensi zat

gizi yang bersifat ‘multi-gizi mikro’ dapat berupa suplemen selenium dan iodium

dosis rendah. Tujuannya untuk meningkatkan status gizi termasuk mencegah

anemia yang sangat berpengaruh pada perkembangan otak dan pertumbuhan fisik

masa growth spurt II.

Pemberian iodium dosis tinggi berisiko menimbulkan kasus hiperthyroid

atau tirotoksisitas (Delange et al., 2001). Penelitian epidemiologi oleh Elnagar

(1995) menemukan adanya kasus tirotoksisitas atau hiperthyroid pada orang

dewasa di Sudan akibat mengkonsumsi kapsul beriodium dosis tinggi (200 mg

dan 800 mg). Selanjutnya tirotoksisitas di Zimbabwe ditemukan berakhir dengan

kematian (WHO, 1997).

Page 26: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Pemberian iodium dosis rendah setiap bulan bersamaan dengan

pemberian vitamin A pada anak sekolah di Yugoslavia dinilai lebih efektif karena

ekskresi iodium melalui urin jumlahnya kecil. Dilaporkan bahwa dosis rendah

dapat menurunkan prevalensi GAKI sampai 45%. Karena vitamin A dapat

menimbulkan efek teratogenik, maka WHO (1998) menganjurkan beta karoten

sebagai prekursor retinol dalam tubuh supaya lebih aman. Sementara di

Skotlandia hasil penelitian Brown et al. (2003) suplementasi iodium dosis rendah

dan selenium organik memiliki efikasi sama dengan dosis tinggi dan tidak

menimbulkan efek samping.

Sampai saat ini 15 tanda khas kretin masih belum teruji validitasnya

secara klinis dan baru 8 tanda khas yang secara umum mudah dikenali oleh bidan

desa dan petugas gizi (Kepala DKK Boyolali, 2005 komunikasi pribadi) sebagai

tanda awal akan terjadinya kretin pada anak usia sekolah. Sejumlah 8 tanda

tersebut belum satupun tanda yang telah diteliti apakah ada kaitannya dengan

profil darah, status gizi, dan skor IQ anak. Ada dugaan bahwa lingkar dan tebal

lidah berhubungan dengan skor IQ. Penebalan lidah pada anak usia sekolah di

daerah endemik GAKI belum banyak diteliti sehingga masih sedikit referensi

tentang pentingnya penelitian pertumbuhan dan perkembangan serta penebalan

lidah anak sejak lahir.

Penelitian tentang spektrum ‘kretin endemik’ dan jenis anemia menurut

indeks Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin

(MCH), Mean Corpuscular Hemoglobin Consentration (MCHC) pada anak usia

9-12 tahun yang lahir di daerah endemik GAKI dengan memberikan intervensi

ganda zat gizi mikro belum pernah dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu

penelitian dengan pemberian suplemen selenium 45 µg/hari dan iodium 50

µg/hari selama 2 bulan pada anak sekolah dasar (SD) usia 9-12 tahun terhadap

profil darah, status gizi dan skor IQ penting untuk dilakukan.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut dan untuk mencegah timbulnya

kretin baru maka dapat disusun pertanyaan penelitian (Research Question) :

1. Bagaimana perubahan profil darah pada kelompok yang diberi suplemen

iodium dosis rendah (50 µg/hari) dan suplemen selenium 45 μg/hari pada

anak SD (9 - 12 tahun) selama 2 bulan di daerah endemik GAKI ?.

Page 27: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

2. Bagaimana perubahan status gizi menggunakan antropometri (berat badan

menurut umur, tinggi badan menurut umur) dan perubahan tebal lidah anak

yang memiliki tanda khas kretin pada tiap kelompok perlakuan ?.

3. Bagaimana perubahan skor IQ anak SD usia 9-12 tahun pada masing-masing

kelompok perlakuan ?.

4. Bagaimana perubahan spektrum kretin endemik dan jenis anemia pada anak

yang lahir di daerah gondok endemik pada tiap kelompok perlakuan ?.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum :

Tujuan umum penelitian ini untuk mempelajari dampak penberian

suplemen iodium dosis 50 μg/hari dan selenium dosis 45 μg/hari pada anak

sekolah dasar usia 9-12 tahun di daerah endemik GAKI selama 2 bulan terhadap

peningkatan profil darah (kadar Se dan I dalam plasma, kadar Hb, Ht, Mean

Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), Mean

Corpuscular Hemoglobin consentration (MCHC), jumlah eritrosit dan leukosit)

dan dampaknya setelah 2 bulan intervensi terhadap peningkatan status gizi, skor

IQ dan status kesehatan (tanda khas kretin) anak pada masa growth spurt II.

Tujuan Khusus :

1. Menganalisis perubahan profil darah pada kelompok yang diberi suplemen

iodium dosis rendah (50 µg/hari) dan selenium dosis 45 μg/hari pada anak SD

(9 - 12 tahun) selama 2 bulan di daerah endemik GAKI.

2. Menganalisis perubahan status gizi menggunakan antropometri (berat badan

menurut umur, tinggi badan menurut umur) pada masing-masing kelompok

perlakuan.

3. Menganalisis perubahan skor IQ anak SD usia 9-12 tahun pada masing-

masing kelompok perlakuan.

4. Menganalisis spektrum kretin endemik dan jenis anemia pada anak yang lahir

di daerah endemik GAKI pada masing-masing kelompok perlakuan.

Page 28: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Kegunaan Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat :

1. Memberikan bukti ilmiah pengaruh pemberian suplemen iodium dosis 50 mg

/hari dan selenium 45 mg /hari selama 2 bulan terhadap profil darah, status

gizi, status kesehatan khususnya tanda khas kretin pada anak SD usia 9-12

tahun sehingga dapat meningkatkan skor IQ anak di daerah endemik GAKI.

2. Memberikan alternatif model intervensi zat gizi mikro ganda dosis harian

untuk program penanggulangan GAKI dan jenis anemia tertentu pada anak

SD usia 9-12 tahun sehingga mampu mencegah timbulnya kretin baru di

daerah endemik GAKI.

3. Menjadi perintis penelitian diagnosis bentuk ringan dari kretin endemik yang

terjadi pada anak usia sekolah dasar di daerah endemik GAKI.

Hipotesis

1. Kandungan selenium dan iodium plasma anak SD kelompok intervensi lebih

tinggi dibandingkan kelompok kontrol (plasebo).

2. Peningkatan kadar selenium dan iodium plasma darah anak berpengaruh

terhadap peningkatan status gizi, status kesehatan, dan skor IQ anak

dibandingkan kelompok kontrol.

Page 29: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA Iodium dan Masalah GAKI

Gangguan akibat kurang iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah

yang serius di Indonesia dan memiliki kaitan erat dengan gangguan

perkembangan mental dan kecerdasan. Saat ini di Indonesia ada sekitar 42 juta

penduduk tinggal didaerah yang lingkungannya kekurangan iodium. Dari 42 juta

ada 10 juta penderita gondok, 750.000 – 900.000 menderita kretin endemik dan

3,5 juta menderita GAKI lainnya. Diperkirakan 8,2 juta penduduk tinggal di

daerah endemik sedang dan 8,8 juta tinggal di daerah endemik berat (Depkes,

2000).

Pengaruh negatif GAKI terhadap kelangsungan hidup manusia dapat

terjadi sejak masih dalam kandungan, setelah lahir sampai dewasa. GAKI yang

terjadi pada ibu hamil mempunyai risiko terjadinya abortus, lahir mati, cacat

bawaan yang sangat merugikan. Hal ini dapat berakibat negatif pada susunan

saraf pusat, berpengaruh terhadap kecerdasan dan perkembangan sosial

masyarakat dikemudian hari. Sedangkan gangguan yang terjadi setelah lahir

merupakan lanjutan dari gangguan pada waktu dalam kandungan

(Djokomoeljanto, 2001).

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan

bahwa satu dari tiga ibu hamil berisiko kekurangan iodium. Penduduk yang

tinggal didaerah rawan GAKI kehilangan IQ sebesar 13,5 point lebih rendah

dibandingkan dengan yang tinggal didaerah cukup iodium. Indonesia diperkirakan

telah defisit tingkat kecerdasan sebesar 140-150 juta IQ point. Keadaan ini tentu

amat berpengaruh pada upaya-upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

(BPS-UNICEF, 1995).

Mengingat bahwa sesungguhnya pengaruh GAKI di masyarakat

merupakan fenomena gunung es dan kretin endemik sebagai puncaknya dengan

prevalensi berkisar 1-10 %, namun pengaruh yang jauh lebih besar lagi yaitu

pengaruh yang tidak nampak pada populasi yang mengalami kerusakan otak serta

hipothyroidisme serebral. Maka sesungguhnya pengaruh GAKI yang paling

merugikan adalah perkembangan otak selama kehidupan fetal (janin 14 minggu)

atau pengaruh fase intra uterin growth retadardation (IUGR) (ACC/SCN, 2001).

Page 30: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Regulasi Kelenjar Thyroid.

Aktivitas kelenjar thyroid pada leher diatur oleh hormon yang disekresi

oleh dua kelenjar di otak yaitu kelenjar Pituitary dan Hypothalamus. Aktivitas

kelenjar thyroid dikontrol melalui stimulasi TSH (thyroid stimulating hormon)

disekresi oleh pituitary. TSH juga disebut thyrotropin, suatu protein dengan berat

molekul 28.000 yaitu glycoprotein terdiri dari oligosakarida yang mengikat residu

asporagin (beberapa gula residu yang mengandung sulfat). Thyroid mampu

mengubah sensitivitasnya dengan adanya iodium dalam makanan. Dengan

defisiensi iodium, sensitivitas TSH meningkat, mengakibatkan stimulasi kelenjar

thyroid. Stimulasi ini membentuk peningkatan transpor iodida, peningkatan

aktivitas thyroperoxidase dan pembesaran kelenjar thyroid (Bender, 2002).

Kelenjar pituitary berperan dalam pengaturan aktivitas thyroid. Tingginya

T4 dalam darah akan menghambat sekresi TSH, sebaliknya kadar T4 yang rendah

akan meningkatkan sekresi TSH. Hal ini bergantung pada konversi T4 ke T3

dengan pituitary yang sangat ditentukan cukup atau tidaknya kandungan

selenium. Aktivitas pituitary dikontrol oleh thyrotropin releasing hormon (TRH)

yang disintesis oleh hypothalamus. TRH adalah tripeptida dengan struktur

pyroglutamat histidin – proline – NH2 (Brody, 1999).

Peningkatan hormon thyroid akan meningkatkan basal metabolic rate

(BMR). Pengukuran BMR dapat digunakan untuk menilai status thyroid. Metoda

ini untuk mendiagnosa hypothyroid atau hyperthyroidi tetapi tidak lazim

digunakan karena tidak praktis. Peningkatan BMR telah dihubungkan dengan

peningkatan bermacam-macam reaksi yang menggunakan ATP. Peningkatan

penggunaan ATP disesuaikan dengan peningkatan aktivitas dari rantai respirasi

dan dalam reduksi O2. Dua reaksi yang berhubungan erat dengan kenaikan BMR

dan level tertinggi plasma hormon thyroid adalah Na,K-ATP-ase (pompa sodium)

dan sintesis asam lemak. Na,K,ATP ase ada dalam membran pada semua sel

tubuh. Peningkatan sintesis asam lemak dengan naiknya aktivitas thyroid

dihubungkan dengan diversi asam lemak pada lintasan hati dari sintesis

trigliserida menuju oksidasi.

Peningkatan aktivitas thyroid juga menyebabkan kenaikan sintesis asam

lemak. Efek keseluruhan berupa gagalnya peningkatan oksidasi asam lemak dan

Page 31: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

sintesis asam lemak yang mengakibatkan produksi panas berlebihan. Perubahan

kadar hormon thyroid sering terjadi pada penyakit yang tidak brehubungan

dengan status iodium. Penyakit ini dikenal dengan hyperthyroidism dan

hypothyroidism, disebabkan kerusakan kelenjar thyroid, pituitary atau

hypothalamus. Hyperthyroidism mengakibatkan penurunan berat badan, meskipun

terjadi peningkatan asupan energi yang menghasilkan pelepasan asam lemak

berlebihan dari jaringan adipose selama berpuasa. Hyperthyroidism dapat diatasi

dengan obat-obat yang menghambat 5’ deiodinase seperti propylthiouracil yang

mempunyai struktur yang sama dengan senyawa antithyroid dalam sayur kol

(Stipanuk, 2000).

Pada hypothyroidism, kecenderungan metabolisme terjadi berlawanan

yaitu, menurunkan BMR disertai penurunan suhu tubuh, dan perubahan berat

badan. Hormon thyroid berperan utama dalam pertumbuhan normal fetus.

Defesiensi hormon thyroid mengakibatkan efek buruk pada perkembangan otak.

Perubahan kandungan hormon thyroid dalam tubuh mengakibatkan perubahan

metabolisme dengan membentuk reseptor hormon thyroid.

Untuk melepaskan hormon thyroid dalam darah, iodothyroglobulin harus

diresorbsi dalam bentuk butiran koloid oleh endocytosis kembali ke sel thyroid.

Di dalam sel thyroid, iodothyroglobulin dihidrolisa oleh lysosomal protease,

sehingga T4 dan T3 dilepaskan ke dalam darah. Di dalam darah T4 dan T3

berhubungan dengan transport protein dan didistribusikan ke sel-sel sasaran dalam

jaringan peripheral. Tiga protein transport ini mengikat dan mengangkut T4 dan

T3 dalam darah. Thyroid mengikat globulin dalam plasma, mempunyai kapasitas

terkecil tetapi afinitas (daya tarik menarik) T4 dan T3 terbesar. Albumin dan

transthyretin (prealbumin) juga mengangkut hormon thyroid.

Diiodotyrosin dan monoiodotyrosin tidak digunakan untuk sintesis hormon

thyroid dalam sel thyroid yang diiodinasi, dan iodium dibuat tersedia untuk daur

ulang pembentukan iodothyroglobulin baru. Beberapa jaringan seperti hati, ginjal,

otak, pituitary dan adipose dapat mengiodinasi T4 untuk menghasilkan T3 dan

Reseptor T3 (Gambar 1). T3 dalam darah disintesis di dalam hati dari T4. A5’

selenium dependent deiodinase menghasilkan T3 dan 5 deiodinase menghasilkan

5T3. Konversi T4 menjadi T3 gagal bila defisiensi selenium.

Page 32: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

T3

5’deiodinase

T4 5 deiodinase

Reseptor T3

Gambar 1 Konversi T4 menjadi T3 (Burk & Hill, 1993)

Efek ganda dari hormon thyroid dihasilkan dari reseptor inti dengan efek

ekspresi gen. Reseptor-reseptor ini terlihat sama dalam semua jaringan, dan lebih

suka mengikat T3 daripada T4. Walaupun mekanisme peran hormon thyroid

belum jelas, efek biologi dalam responsnya untuk meningkatkan messenger RNA

(mRNA) dan sintesis protein digerakkan oleh reseptor hormon thyroid. Sejumlah

hipotesis tentang mekanisme ini telah dikemukakan meliputi modulasi NA+/ K+,

ATPase, sistem transport, sensitivitas reseptor adrenergic dan neurotransmitters.

Dampak hormon thyroid pada metabolisme diantaranya menstimulasi

Basal Metabolisme Rate (BMR), konsumsi oksigen dan produksi panas, penting

untuk perkembangan sistem saraf normal dan pertumbuhan linear. Secara

langsung atau tidak langsung banyak sistem organ dipengaruhi oleh hormon

thyroid.

Pelepasan hormon-hormon thyroid oleh kelenjar thyroid dikontrol dan

dibebaskan dari hypothalamus pada kelenjar pituitary untuk menstimulasi thyroid

stimulating hormon (TSH). TSH disekresi dari anterior pituitary dan

meningkatkan aktivitas kelenjar thyroid untuk menghasilkan T4. Output TSH

diatur oleh T4 melalui umpan balik negatif ke pituitary. Penurunan T4 dalam

darah menggerakkan pelepasan TSH pituitary, menghasilkan hyperplasia thyroid,

Tingginya T4 menghambat TSH dan pelepasan hormon thyrotropin.

Asupan iodium 100-150 μg/hari sudah memenuhi kecukupan gizi.

Kandungan iodium urine sama dengan level asupan dan dapat digunakan untuk

memperkirakan konsumsi iodium. Defisiensi iodium terjadi dengan asupan <

50μg /hari. Orang yang mengkonsumsi <50 μg/hari berisiko berkembang menjadi

Page 33: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

goiter. Goiter hampir selalu disebabkan asupan iodium <10μg /hari. Goiter adalah

pembesaran atau hypertrophy dari kelenjar thyroid. Grade goiter ada 3 yaitu :

1. Terjadi pembesaran dengan ukuran kecil dapat dideteksi dengan palpasi

2. Leher yang tebal

3. Pembengkakan kelenjar yang besar dan terlihat dari jarak jauh

Grade ketiga ini menekan trachea dan menghasilkan nafas pendek selama

melakukan pekerjaan berat. Insiden tertinggi goiter ditemukan pada negara

berkembang seperti Republik Cheko, Yugoslavia, India, Paraguay, Peru,

Argentina, Pakistan, Afrika, Asia Tenggara dan New Guinea. Goiter mulai

diberantas pada tahun 1950 melalui fortifikasi garam dengan iodium. Garam meja

difortifikasi dengan 100 mg KI / kg NaCl. Susu dan roti difortifikasi dengan

iodium. Iodium dalam susu awalnya berasal dari desinfektan yang digunakan

dalam industri susu. Iodida dalam roti (1mg Iodium/kg roti) bermula dari pembuat

oksidasi adonan oleh pabrik roti (SCN, 2004).

Komplikasi serius dari defesiensi iodium adalah kretin. Sebaran goiter

pada masyarakat yang mengalami GAKI ada ± 2% populasi kretin. Kretin

berdampak retardasi mental dan mempunyai karakteristik penampilan wajah dan

lidah besar. Beberapa diantaranya bisu dan tuli, kerdil, displegia dan quadriplegia

juga dapat terjadi. Kretin berasal dari defesiensi iodium maternal, yaitu diet yang

berhubungan dengan intra uterin growth retardation (IUGR). Kerusakan mental

dan fisik pada kretin tidak dapat pulih kembali. Kerusakan ini dapat dicegah

dengan memberikan iodium pada ibu yang defisien pada awal kehamilan (Suitor

& Crowley, 1984).

Goiter mudah didiagnosa dengan terjadinya pembengkakan di

tenggorokan. Kretin susah didiagnosa karena muncul dengan berbagai cara yang

berbeda. Kerusakan yang timbul menggambarkan pentingnya hormon thyroid

untuk perkembangan janin. Defisiensi iodium hubungannya dengan goiter dan

kretin dapat diatasi melalui program fortifikasi iodium pada garam dan suntikan

minyak Iodium, maupun dengan kapsul iodium. Garam dapat difortifikasi dengan

Iodida (KI) atau kalium iodat (KIO3). Iodat lebih stabil terhadap kelembaban dan

sinar matahari dan digunakan sebagai suplemen di negara sedang berkembang.

Iodium dalam minyak terikat secara kovalen dengan asam lemak dan dilepaskan

Page 34: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

dengan katabolisme minyak. Suntikan minyak lebih diterima di daerah dimana

makanan tidak diasinkan seperti di New Guinea. Efikasi minyak dinyatakan pada

studi iodium terhadap anak sekolah yang defisiensi (Dunn et al.1995).

Ambang batas iodium dalam urine yang dipertimbangkan sebagai indikasi

defisiensi iodium adalah 0.4 μmol iodium /L urine. Dosis single oral trigliserida

mengandung 675 mg iodium menghasilkan konsentrasi iodium urine diatas

ambang batas. Dampak defisiensi iodium terhadap berat thyroid dan plasma T4

digambarkan dengan percobaan tikus yang diberi diet normal (0.2 mg I /kg diet),

diet rendah (0.1 mg I /kg diet) selama 4 bulan (Suitor & Crowley, 1984).

Tabel 1 Dampak Defisiensi Iodium pada Organ dan Hormon Tikus

(Suitor & Crowley,1984). Normal Defisiensi Berat Kelenjar thyroid (mg) 13 23 Plasma T4 (ng / ml) 40 20 Aliran darah thyroid (ml/min per gr jaringan) 23 68 Thyroid stimulating hormon (ng / ml ) 2.4 2.9

Dampak dari GAKI pada Berbagai Tahapan Perkembangan

Dampak defisiensi iodium pada pertumbuhan dan perkembangan

dinyatakan sebagai gangguan akibat kekurangan iodium. Dampak GAKI terlihat

pada semua tahap pertumbuhan khususnya pada fetus, neonatus dan bayi, yaitu

pada periode pertumbuhan cepat. Ketahanan dan perkembangan fetus peka

terhadap defisiensi iodium. Perkembangan otak pada fetus dan neonatus

dipengaruhi dengan peningkatan proporsi defisiensi iodium berat (Tabel 2). Hal

ini berasal dari rendahnya thyroxine maternal pada fetus yang berhubungan

dengan tingkat asupan iodium yang kurang dari 25% dibanding normal. Bila

tingkat asupan kurang dari 50% dari normal disebut goitre (Stipanuk, 2000)

Telah banyak data yang menunjukkan bahwa anak yang goiter mempunyai

kemampuan belajar lebih rendah dibanding anak tidak goiter. Semua dampak

GAKI dapat dicegah bila defisiensi iodium diatasi sebelum kehamilan. Goiter

telah digunakan selama beberapa tahun untuk memaparkan efek defisiensi iodium.

Efek klinis dari asupan iodium berlebih (20 mg/hari) juga terdapat pada goiter

endemik dan hipothyroidism. Penderita defisiensi iodium pada usia lanjut lebih

Page 35: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

sensitif terhadap peningkatan asupan iodium karena persisten thyroid. Iodium

menimbulkan hyperthyroidism telah dipaparkan pada banyak negara dengan latar

belakang defisiensi iodium. Status iodium dapat diukur dengan determinasi dari

eksresi iodium urine, dan pengukuran level hormon thyroid dan pituitary thyroid

stimulating hormon (TSH) (Depkes, 2000).

Defisiensi iodium mengurangi simpanan iodium thyroid dan mengurangi

produksi T4. Penurunan T4 dalam darah menimbulkan sekreasi peningkatan TSH

yang meningkatkan aktivitas thyroid dengan akibat hyperplasia thyroid.

Peningkatan mortality perinatal disebabkan defisiensi iodium telah ditemukan di

Zaire dalam percobaan suntikan minyak beriodium dan suntikan kontrol yang

diberi pada pertengahan kehamilan. Pada kelompok yang diberi perlakuan

ternyata perinatal dan kematian bayi dengan kenaikan berat lahir. Berat lahir

terendah secara umum dihubungkan dengan tingginya kelainan congenital dan

risiko morbiditas pada anak (UNICEF, 2003).

Defisiensi iodium pada anak karakteristiknya berhubungan dengan goiter.

Tingkatan goiter meningkat sejalan dengan umur, yang maksimum pada masa

remaja. Prevalensi kurang iodium lebih banyak pada wanita daripada pria. Goiter

pada anak sekolah 6- 12 tahun merupakan indikator defisiensi iodium pada

masyarakat. Studi tentang anak sekolah yang tinggal di daerah defisiensi iodium

pada sejumlah negara menunjukkan kerusakan kemampuan belajar dan IQ

dibandingkan pada daerah non defisiensi iodium. Studi ini sulit untuk didesain

karena sulitnya menentukan kelompok kontrol yang tepat (Gellispie et al. 2003).

Pentingnya fungsi thyroid pada neonatus berhubungan dengan fakta

bahwa pada saat lahir otak bayi hanya 1/3 dari ukuran penuhnya dan tumbuh

secara cepat sampai akhir tahun kedua. Hormon thyroid yang tergantung pada

suplai iodium cukup penting untuk perkembangan otak normal. Hasil observasi

neonatal di Zaire menemukan bahwa tingkat hypothyroidism kimiawi 10% akan

mengakibatkan hypothyroidism pada bayi dan anak-anak dan jika defisiensi tidak

diperbaiki akan mengakibatkan retardasi fisik dan mental. Observasi ini

menunjukkan risiko besar kerusakan mental pada populasi defisiensi iodium berat

(Hetzel et al. 1990).

Tabel 2. Dampak Dari Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (Hetzel et al. 1990)

Page 36: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tahapan Perkembangan Dampak

Fetus Neonatus Anak-anak dan Remaja Orang Dewasa Semua Umur

- Aborsi - Lahir Mati - Anomali Congenital - Peningkatan Kematian

Perinatal - Peningkatan Kematian Bayi - Cretinism Neurologi (defisiensi

mental, tuli, spastic diplegia) - Gangguan psikomotor - neonatal Goiter - Neonatal Hypothyroid - Goitre - Juvenile hypothyroid - Kerusakan fungsi mental - Retardasi perkembangan fisik - Goitre dengan segala

komplikasinya - Hypothyroid - Kerusakan fungsi mental - Hyperthyroid - Rentan terhadap radiasi nuklir

Banyak penyebab yang merupakan faktor terjadinya penurunan

kemampuan belajar dan IQ yang rendah sehingga mengacaukan interpretasi dari

perbedaan antara daerah-daerah yang diteliti. Daerah defisiensi iodium sama

dengan daerah yang mempunyai sekolah miskin, menderita banyak deprivasi

sosial, status sosial ekonomi rendah dan miskin zat gizi lainnya. Beberapa studi

menunjukkan bahwa defisiensi iodium dapat merusak kemampuan belajar bahkan

bila dampak faktor lain seperti deprivasi sosial tidak diperhitungkan akan terjadi

kerugian ekonomi dan sosial (UNICEF, 2000).

Menurut Widodo (2000) secara umum anak umur 10 - 12 tahun dapat

dipastikan akan menjadi kretin bila memiliki ciri / tanda khas sebagai berikut :

1. Gerakan anak tidak terkoordinasi

2. Motivasi belajar kurang

3. Bila berjalan sering jatuh, terhuyung-huyung, langkah tidak teratur

4. Sering kejang

5. Sulit diajak bicara

Page 37: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

6. Sulit menangkap pembicaraan orang lain

7. Kurang/tidak dapat mendengar

8. Juling (starbismus)

9. Pendek dibanding seusianya

10. Kulit berbintik / berbercak

11. Ada benjolan di leher

12. Apatis, tidak bersemangat

13. Anaemia (pucat, lemah, malas)

14. Muka, tangan bengkak, lidah membesar

15. Mengalami gangguan pertumbuhan fisik

Upaya iodisasi garam, roti atau minyak telah menunjukkan pencegahan

yang efektif terhadap goiter pada orang dewasa. Determinan utama otak dan

pituitary T3 adalah serum T4. Hasil penelitian pada tikus yang kekurangan iodium

ternyata memiliki serum T3 pada otak yang rendah. Hal ini berhubungan dengan

penurunan serum T4, sehingga perlu dipertimbangkan untuk memperbaiki

defisiensi iodium pada manusia. Penemuan ini menjelaskan bahwa fungsi otak

pada manusia yang mempunyai serum T4 rendah di daerah endemik GAKI sangat

dipengaruhi oleh selenium, suatu komponen enzim yang memfasilitasi konversi

iodium (Kanarek et al. 1991)

Penilaian Status Iodium

Banyaknya populasi yang berisiko GAKI disebabkan hidup di

lingkungan kurang iodium ditandai dengan tanah dimana iodium tercuci oleh es,

air hujan atau lumpur. Pencucian ini banyak terjadi pada daerah pegunungan.

Penilaian status iodida umumnya diarahkan pada populasi yang tinggal didaerah

yang diduga defisiensi iodida. Penilaian didasarkan pada pengujian fisik dan

kimia dari individu. Data yang dikumpulkan untuk penilaian ini meliputi :

- total populasi dihitung meliputi jumlah anak-anak dibawah 15 tahun

- insiden goiter yang dinyatakan dengan pengujian fisik (palpasi atau visible

goiter) dan kretin dalam populasi

- jumlah ekskresi iodida dalam urine dan jumlah iodida dalam air minum

Page 38: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

- penentuan serum T4 atau TSH dalam berbagai kelompok umur, khususnya

neonatus dan ibu hamil memerlukan fungsi thyroid untuk perkembangan otak

- tes kimia yang mengukur ekskresi iodida dalam urine berdasarkan kemampuan

iodida untuk mereduksi cerric ion (Ce4+) menjadi cerrous (Ce3+).

Pembagian tingkat keparahan (severity) telah diadopsi dari WHO,

meskipun dengan pengamatan berbeda untuk menentukan severity. Secara umum,

visible goiter rate (VGR) lebih mudah diverifikasi daripada palpasi. Observasi

terbaru di Tanzania menunjukkan bahwa palpasi thyroid over estimasi terhadap

ukuran kelenjar dibanding ultrasonografi, khususnya pada anak. Skala penilaian

goiter rate, tidak esensial karena butuh waktu dan dana, dan sampel terbatas tidak

cukup untuk menetapkan goiter rate (Glinoer & Delange, 2000).

Semua bayi di negara maju ditapis untuk menjamin kadar hormon

thyroidnya cukup. Dalam program tapis tersebut darah neonatus diambil dan

diteteskan pada kertas filter yang kemudian kering untuk dikirim ke laboratorium.

Kadar serum T4 dan TSH atau keduanya diukur dengan teknik immunoassay.

Monitoring hypothyroid neonatal juga telah dimulai pada beberapa daerah kurang

iodium dinegara berkembang. Beberapa penelitian menyatakan pada populasi

yang defisien iodium, kadar serum T4 terendah pada saat lahir dan rendah pada

anak-anak daripada orang dewasa (Gellispie et al. 2003)

Kecukupan Iodium

Makin parah tingkat kekurangan iodium yang dialami makin banyak

komplikasi yang ditimbulkannya. Karena sulit sekali memeriksa jumlah iodium

yang dikonsumsi seseorang perhari maka sebagai penggantinya diperiksa

ekskresi iodium dalam urine sehari karena dianggap dapat memberi gambaran

masukan iodium orang tersebut. Besaran ini dinyatakan dalam jumlah mikrogram

iodium per gram kreatinin urine, atau mikrogram iodium per desiliter. Untuk itu

di Indonesia tiap lima tahun diadakan Widyakarya Nasional Pangan Gizi

(WKNPG) tahun 2004 guna menyusun angka kecukupan gizi (AKG) yang

dianjurkan untuk tiap orang menurut kelompok jenis kelamin dan umurnya (Tabel

3).

Page 39: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 3 Rekomendasi Asupan Iodium (μg / hari) WKNPG-VIII LIPI, 2004)

Sebaran Umur dan Keadaan

WKNPG_2004 IOM_2001 FAO/WHO_2001

0 – 6 bulan 7 – 11 bulan 1 – 3 tahun 4 – 6 tahun 7 – 9 tahun perempuan 10-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19- 64 tahun > 64 tahun Hamil Menyusui

90 120 120 120 120 120 150 150 150 150 200 200

110 120 90 120 120 120 150 150 150 150 200 200

45 135 75 110 100 140 100 110 110 110 200 200

Banyaknya metoda suplemen iodium tergantung pada beratnya masalah

GAKI pada populasi, grade iodium urine dan prevalensi goiter dan kretin. Dari

segi kriteria berat – ringan GAKI, komplikasi terbesar adalah kretin endemik.

Menurut Djokomoeljanto (2002) Kretin endemik ini mempunyai 3 sifat pokok :

1. secara epidemiologis selalu berhubungan dengan gondok endemik dan

defisiensi iodium berat;

2. secara klinis ditandai dengan defisiensi mental, bersama dengan :

- gejala neurologik yang mencolok; terdiri atas gangguan pendengaran dan

berbicara, kelainan khas dalam cara berjalan dan sikap berdiri,

- hipothyroidi dan mencolok gangguan perkembangan pertumbuhan;

3. dengan upaya pencegahan yang baik, yaitu dengan jalan mengoreksi

defisiensi iodium, dan zat gizi lainnya maka kelahiran bayi dengan kretin

dapat dicegah.

Pengobatan penderita kretin dengan iodium tidak memperbaiki gangguan

perkembangan fisik, mental maupun saraf, namun dapat memperbaiki

hipothyroidi apabila hal itu bukan disebabkan atrofi kelenjar thyroid. Dengan

demikian kretin neurologi pasti menetap, sedangkan perbaikan kretin miks-

edematosa dalam hal hipothyroidinya, masih mungkin disembuhkan

(Djokomoeljanto, 2002). Beberapa upaya penanggulangan GAKI telah dilakukan

oleh Depkes (Tabel 4) namun hasilnya masih belum sebaik yang diharapkan.

Page 40: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 4 Upaya Penanggulangan GAKI oleh Depkes (Glinoer dan Delange, 2000)

GAKI Ringan GAKI Sedang GAKI Berat

Prevalensi Goiter Iodium Urine Upaya Penanggulangan

5 – 19,9% 50 – 99 mg/ l Eliminasi dengan garam beriodium

20 – 29,9%, beberapa hypothyroidism 20 –49 mg/ l • garam beriodium • minyak beriodium • oral dan suntik

≥ 30%, endemik kretin < 20 mg/ l • garam

beriodium • minyak

beriodium

Pengalaman Djokomoeljanto (1974-2002) menunjukkan bahwa pada

kasus kretin, sebagian besar terdapat defisiensi mental serta gangguan

pendengaran, khususnya sensori neural dan bilateral. Pada kasus ini ditemukan

76% dengan kelainan neurologik, dan 29 % dengan kelainan tubuh pendek atau

cebol (Tabel 5). Dimensi baru GAKI lebih diperkuat oleh hasil yang didapat

akhir-akhir ini dari binatang percobaan. Pada binatang tersebut (domba)

diberlakukan defisiensi iodium berat sebelum atau selama hamil, kemudian

diperiksa efeknya terhadap perkembangan janin, khususnya perkembangan otak.

Penelitian pada domba yang kekurangan iodium menunjukkan kejadian

lahir mati (still-birth) serta keguguran (abortus) meningkat. Pada akhir

kehamilan, janin tampak kecil, terdapat gangguan pertumbuhan tengkorak serta

adanya gangguan perkembangan skelet. Jelas terlihat adanya gangguan

perkembangan otak – berat otak kurang, demikian pula jumlah selnya, seperti

halnya dengan kadar DNA. Pada semua kasus kadar T4 fetus maupun ibu sangat

rendah. Karena efek defisiensi iodium berat dapat diulang dengan hasil sama

seperti membuat kombinasi perlakuan trioidektomi pada ibu hamil 6 minggu

sebelum kehamilan, demikian pula dengan thyroidektomi fetus, maka data ini

mendukung dugaan bahwa dampak kekurangan iodium pada perkembangan fetus

disebabkan karena mengurangnya fungsi thyroid fetus maupun ibu.

Page 41: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 5 Simtomatologi kretin endemik, Sengi 1974 - 1999 (Djokomoeljanto, 2001)

A. Gangguan pendengaran - bisu tuli

B. Retardasi mental C. Gangguan neuromotor

- gangguan bicara - cara jalan khas - refleks meninggi - mata juling - berjalan terlambat

D. Hipothyroidi - cebol

E. Gondok

93 % 12 % 95 % 76 % 37 % 46 % 29 % 2 % 27 % 29 % 29 % 70 %

Spektrum Kretin Endemik dan Kelainan Hipothyroid

Sudah menjadi kesepakatan internasional, bahwa istilah gondok

endemik (dengan sebab yang multi faktorial) berbeda dengan GAKI (dengan

sebab defisiensi iodium). Menurut Djokomoeljanto (2002) dari tahun ke tahun

spektrum klinik yang dikelompokkan dalam GAKI merupakan satu evolusi

perkembangan IPTEK. Pada Gambar 2 dapat dilihat gambaran spektrum GAKI

yang diketahui sejak tahun 1983 hingga tahun 1993 dimulai dari aspek demografis

(angka kematian) aspek klinis yang mudah dilihat (gondok, kretin endemik,

hipothyroidisme) dan aspek lain yang memerlukan perhatian dan pemeriksaan

khusus (gangguan perkembangan saraf dan mental). Dari aspek demografis yang

terjadi di Zaire, diketahui :

• berat badan neonatus berhubungan dengan terkoreksinya defisiensi iodium

pada pertengahan kehamilan

• pada berat badan sama maka Infant Mortality Rate (IMR) anak dari ibu

defisiensi iodium belum dikoreksi akan lebih tinggi

• IMR menurun dengan pemberian iodium pada ibu dengan defisiensi berat.

Selanjutnya dari aspek klinis yang mudah diketahui seperti :

a. Gondok endemik

Penyebab utama gondok memang defisiensi iodium tetapi juga didukung

dengan zat goitrogen, kelebihan iodium, dan status gizi yang kurang baik.

Namun tidak terlihatnya gondok bukan berarti bebas GAKI.

Page 42: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

b. Kretin endemik

Pada kretin endemik ada dua komponen yaitu hipothyroidi dan kerusakan

susunan saraf pusat (mental retardasi, tuli perseptif, retardasi neuromotor dan

kerusakan batang otak. Berdasarkan kenyataan bahwa ternyata

‘hipothyroidisme’ juga terlihat pada orang normal maka di Indonesia difinisi

seseorang termasuk kretin endemik bila dilahirkan di daerah gondok endemik

dan menunjukkan dua atau tiga gejala dari : retardasi mental; tuli perseptif

(sensorineural) nada tinggi; gangguan neuro-muskuler). Ia dapat disertai atau

tidak disertai Hipothyroidisme. Sedangkan di Zaire tipe kretin miksudematosa

merupakan predominan sehingga dihipotesiskan bahwa defisiensi selenium

(Se) yang kebetulan prevalen akan melindungi otak fetus (deiodenase II bukan

selenium enzim) dan bukan perifer (deiodenase I adalah selenium enzim).

c. Hipothyroidisme

Hipothyroidisme terlihat jelas pada kretin tipe miksudematosa tetapi juga

ditemukan pada populasi normal, sehingga hipothyroidisme dapat mengenai

siapa saja asal ia kekurangan iodium berat. Data yang dikumpulkan Hartono

(1999) menunjukkan bahwa meskipun kadar TSH ibu sedikit diatas 5 uU/ml

namun sebagai ‘transien hipothyroidisme’ yang berdampak buruk terhadap

anaknya.

d. Kretin Sub-klinik

Istilah ini diperkenalkan dari Cina yang melihat gejala anak sangat bodoh

tetapi tidak menunjukkan gejala kretin klasik. Kemudian berdasarkan IQ anak

sekolah dibagi menjadi : amat berat (IQ = 0-20); berat (IQ = 20-35); sedang

(IQ = 35-50) dan gejala kretin sub-klinik ringan (IQ = 50-75) dan mereka

menunjukkan perbaikan setelah diberi iodium. Namun pada kretin sub-klinik

ternyata juga menunjukkan gangguan ringan pada perkembangan psikomotor

dan pendengaran. Data epidemiologi dari Spanyol dan Indonesia menyebutkan

bahwa meskipun defisiensi iodium ringan tetap akan mempengaruhi

perkembangan neuropsikologis populasi. Jadi kretin sub-klinik di Cina sama

dengan kretin endemik tipe neurologis (Djokomoeljanto, 2002).

Page 43: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

e. Gangguan Perkembangan Saraf

Hasil diagnosis gejala kretin endemik klasik memiliki gangguan

perkembangan saraf yang menyebabkan kelainan cara berjalan, sikap berdiri,

hingga badan menjorok ke depan hampir menyerupai sindrom Parkinson. Pada

anak diawali dengan kesulitan mengangkat kepala sehingga kepala seperti

lunglai. Selanjutnya Gambar 2 memperlihatkan spektrum endemik kretin dan

hipothyroid.

Spektrum GAKI terhadap Gangguan Perkembangan Saraf dan Mental

Gangguan Perkembangan Saraf Mixedematous

Kongenital Hipothyroid

Cerebral Cortex Myelinasi Striatum Perkembangan Sistem Syaraf Pusat

Serabut Otak Cerebellum Corpus Collasum Hippocampus

Mata 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lahir-5 tahun

Masa kehamilan 9 bulan

Gambar 2 Spektrum Kretin Endemik dan Kongenital Hipothyroid

Program penanggulangan GAKI secara nasional telah berjalan sejak

tahun 1978, dimulai dengan iodisasi garam dilanjutkan dengan suntikan lipiodol

yang akhirnya diganti dengan kapsul minyak beriodium. Dampak

penanggulangan GAKI Nasional diketahui dengan membandingkan hasil

pemetaan tahun 1982 dibanding dengan pemetaan tahun 1998. Terdapat

penurunan yang sangat tajam dari 37 % menjadi 9,8 % (Depkes, 2003). Selain

itu, target yang harus dicapai dalam program penanggulangan GAKI telah

dicanangkan yaitu Indonesia bebas kretin baru tahun 2000. Kini kita sudah

berada di tahun 2006 apakah Indonesia telah bebas kretin baru? Kita masih

Masa Ibu Hamil

Masa Usia Anak T4

Kebutuhan /Kec. Se ?

Page 44: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

belum mampu menjawab dengan pasti karena tidak ada alat, indikator, metode

yang dapat digunakan oleh petugas pelaksana pelayanan kesehatan di daerah

endemik untuk menilai ada / tidak kretin baru.

Menurut Widodo (2000) wanita usia subur (WUS) adalah salah satu

kelompok umur berisiko tinggi menderita GAKI. Dampak yang ditimbulkan

jika WUS menderita kekurangan iodium dapat terbawa jika hamil dan

menghambat pertumbuhan bayi yang dikandung. Pada tahun 1994 saat

pengambilan data dasar penelitian dilakukan pemeriksaan TSH. Hasilnya,

sebanyak 23,8 % (190 orang) dari 798 orang yang mempunyai TSH > 10

microunit/ml. Dan 70 % (559 orang) yang belum menerima kapsul iodium sejak

lebih dari setahun yang lalu. Ditemukan adanya indikasi Anak-anak tersangka

kretin baru. Selain 254 anak-anak usia 6-20 tahun yang dilaporkan tersangka

kretin tersebut, sebenarnya setiap tahun selalu muncul penderita-penderita baru

yang memiliki gejala kretin. Mereka umumnya mempunyai kelainan fisik dan

mental yang nampak nyata.

Untuk melihat tanda-tanda klinis yang nampak pada penderita

digunakan indeks khusus tanda-tanda klinis penderita hipothyroid, seperti

digunakan pada Index Quibex untuk bayi neonatal. Tanda-tanda yang dihimpun

dari berbagai literatur untuk mendeteksi adanya hambatan tumbuh kembang /

tersangka kretin mulai dari neonatal hingga anak usia sekolah. Himpunan tanda-

tanda klinis tersebut bersifat terbuka artinya boleh ditambahkan bila daftar tidak

ada. Selanjutnya gold standard adalah hasil pemeriksaan TSH, T3, T4 atau

mungkin pemeriksaan kematangan tulang. Hasil pemeriksaan tulang dan darah

di rumah sakit Fakultas Kedokteran UNDIP Semarang dan UGM Yogyakarta

terhadap lima anak yang baru terdaftar diduga kretin dapat dilihat pada Tabel 6.

Tiga anak diduga menderita kretin berkaitan dengan GAKI, namun masih harus

dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium TSH, T3, T4 dan jika perlu Bone

maturation. Selanjutnya kurang jelas ada keterkaitan dengan GAKI atau tidak.

Page 45: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 6 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Anak Tersangka Kretin (Widodo, 2000)

No Nama TSH (Ref 0,32 – 5,0) u/ml

T4 (45 – 120) ng/ml

1. M. Efendi 8,9 110,7 2. Rahmawati 1,1 116,4 3. Reza 0,41 102,6 4. Nurohman 2,10 108,5 5. Rohmat 0,47 122,3

Menurut hasil pemeriksaan laboratorium, dari lima anak yang sudah dapat

diambil darahnya hanya satu yang mengarah kepada tanda hiperthyrotropenemia.

Apakah kondisi kasus ini sedang menuju ke arah perbaikan? Kemungkinan itu ada

karena kasus ini pernah dirujuk ke RSUP Sarjito Yogyakarta dan tiga kali

ditangani melalui JPS namun tidak berlanjut karena kekurangan biaya transport.

Selain itu juga ditemukan anak dengan kondisi yang sangat lemah, berat badan

tidak sesuai dengan umurnya (6,7 kg pada usia 2 tahun). Hormon T4 normal,

namun kadar TSH lebih tinggi dari batas normal. Hal ini dikarenakan sedikitnya

asupan iodium, sehingga untuk memenuhi kecukupan tiroksin diperlukan pemacu

(TSH) dalam jumlah yang melebihi normal. Kondisi ini bila berlarut akan

menyebabkan terjadinya hipothyroid dan jika terus berlanjut akan menjadi kretin.

Sampai saat ini berdasarkan pemetakan GAKI di Propinsi Jawa Tengah

yang dilakukan oleh Tim GAKI Fakultas Kedokteran-UNDIP dan Kanwil Depkes

Jateng Tahun 1996 masih ditemukan TGR pada anak perempuan usia Sekolah

Dasar (SD) sebanyak 4,5 % dan VGR 0,7 %. Apabila mengikuti kriteria daerah

endemik dan non endemik berdasarkan prevalensi TGR pada anak perempuan

usia SD yang digunakan WHO (1994), maka daerah Kabupaten Boyolali termasuk

daerah endemik ringan. Ada 89 Desa IDT yang tersebar di 16 Kecamatan dalam

wilayah Kabupaten Boyolali yang di antaranya merupakan endemik GAKI

(Hadisaputro, 1996).

Hilangnya zat gizi terutama zat gizi mikro pada anak usia sekolah

umumnya melalui sel dari kulit dan permukaan dalam tubuh (seperti: usus, tractus

urinarius, saluran napas) sebanyak 14 ug/hari. Disamping kekurangan iodium,

anemia juga merupakan bagian tanda kretin pada anak SD sehingga anak menjadi

pucat, lemah dan lesu yang akhirnya motivasi belajar menurun. Keadaan anak

Page 46: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

yang ditandai dengan penurunan jumlah sel darah merah yang disebabkan oleh

rendahnya kadar besi dan zat gizi mikro lainnya seperti selenium dalam darah

akan menjadikan salah satu risiko tinggi anemia pada anak usia sekolah sehingga

mengganggu pertumbuhan pada masa cepat atau Growth sprout (Frey, 2002).

Defisiensi zat gizi mikro essesnsial seperti iodium, besi, zinc, dan

selenium biasanya merupakan hasil akhir dari keseimbangan zat gizi mikro

tersebut yang negatif dalam jangka waktu lama. Apabila kadar zat gizi mikro

total mulai menurun, terjadi deplesi pada berbagai lien, dan sumsum tulang.

Setelah cadangan komponen zat gizi mikro habis terjadi penurunan kandungan zat

gizi mikro dalam plasma dan suplai zat gizi mikro pada sumsum tulang maupun

otak dan sistem syaraf ssehingga tidak mencukupi untuk regenerasi sel yang

normal. Selanjutnya jumlah protoporphyrin eritrosit meningkat, mulai terjadi

produksi eritrosit mikrositik dan selanjutnya kadar Hb darah menurun (Carley,

2003). Dampak peningkatan status iodium terhadap mental dan psikomotor anak

sekolah (7 – 11 tahun) dilaporkan oleh Van den Briel, dan West (2000) yang

menunjukkan bahwa intervensi garam beriodium selama 1 tahun dapat

meningkatkan performance mental dan psikomotor pada kelompok intervensi

sedangkan kelompok kontrol tidak ada perubahan. Sementara itu hasil penelitian

tentang evaluasi efektivitas iodisasi garam, dan elevasi konsentrasi iodium

hubungannya dengan status goiter anak sekolah di daerah endemik Goiter

dilaporkan oleh Jooste dan Weight (2000) bahwa iodisasi garam sebenarnya telah

menghilangkan defisiensi iodium selama satu tahun, tetapi goiter rate tidak

menurun. Pengukuran goiter dengan palpasi tidak tepat untuk evaluasi jangka

panjang program iodisasi.

UNICEF (1997) mengungkapkan bahwa status gizi dan kesehatan anak

Indonesia masih belum sebaik negara ASEAN lainnya, sehingga dikhawatirkan

akan menjadi beban negara dalam memperoleh sumberdaya manusia yang

berkualitas. Oleh karena itu pemberian obat cacing dalam program PMT-AS

sangat membantu pemulihan kasus-kasus gizi kurang. Namun sampai saat ini

anak SD masih belum semuanya mendapatkan program pemberian obat cacing

dan makanan tambahan.

Page 47: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Investigasi variabel biologis (Serum Zn, retinal, Thyrotropin, Fe) yang

berkontribusi terhadap retardasi pertumbuhan linear anak pra sekolah telah

diteleliti oleh Elnour dan Hambraeus (2000) dengan hasil variabel biologis

berkontribusi positif terhadap retardasi pertumbuhan linear anak pra sekolah.

Artinya semakin rendah variable biologis maka pertumbuhan anak makin

terhambat. Selanjutnya ketidakmampuan belajar dan pencapaian motivasi yang

rendah sebagai akibat defisiensi iodium dalam jangka waktu lama telah diteliti

oleh Tiwari dan Godbole et al. (1996) dengan hasil anak-anak yang defisiensi

iodium berat (severe) mempunyai kemampuan belajar dan pencapaian motivasi

yang rendah dibandingkan dengan anak yang defisiensi iodiumnya sedang (mild).

Selanjutnya keragaan konsumsi garam beriodium pada anak usia SD di

daerah endemik GAKI, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah juga

ditunjukkan oleh Hanim dan Purwoko (2001) bahwa ada lebih 19 merek dagang

garam beriodium yang beredar di pasar Kecamatan Selo tetapi yang dikonsumsi

oleh keluarga ditemukan 11 merek dagang garam dengan kandungan iodium rata-

rata 30-50 ppm. Setelah semua garam yang beredar di warung dan pasar di desa

Selo sebagai daerah endemik GAKI Kab. Boyolali di analisis ternyata Selo belum

merupakan desa bergaram baik.

Penelitian penetapan kehilangan iodium dilakukan dengan cara

menambahkan larutan kalium iodat berlabel radioisotop (mengeluarkan sinar

gamma) ke dalam campuran cabe dan garam di dalam tabung khusus untuk

radioisotop. Setelah dicampur, iodium radioisotop dibaca dengan ‘gamma

counter’ lalu dibandingkan dengan hasil pembacaan iodium radioisotop standar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa iodium sisa yang masih terdeteksi sekitar

90-99 %, walaupun komposisi jumlah iodium dan cabe bervariasi. Bila selain

bumbu cabe ditambahkan cuka maka sisa iodium terdeteksi sekitar 77-78 %. Bila

volume iodium radioisotop ditingkatkan 2,5 kali lipat meskipun ditambahkan cabe

dan cuka, maka iodium sisa yang terdeteksi 98-99 % (Purawisastra et al. 2002).

Selenium dan GAKI

Hasil penelitian Rimbawan et al. (2000) tentang keterkaitan antara

defisiensi selenium dan defisiensi iodium dalam menentukan masalah GAKI

(Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) dan upaya penanggulangannya melalui

Page 48: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

fortifikasi ganda menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara defisiensi iodium

dengan selenium di daerah endemik GAKI di Jawa Timur. Sementara hasil

penelitian Adriani et al. (2002) tentang identifikasi Gondok di daerah pantai telah

menunjukkan bahwa ibu hamil di daerah pantai memiliki kandungan selenium

dalam batas marginal (rata-rata 0.1 μg/ml) dan bila hal ini dibiarkan akan

menimbulkan masalah kretin di daerah pantai Tuban Jawa Timur.

Hartono dan Djokomoeljanto (2002) telah melaporkan hasil penelitian

tentang perkembangan sistem saraf pada anak di daerah endemik GAKI,

Ngantang, Jawa Timur, Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar TSH ibu

hamil yang > 5 μU/ml akan memberikan dampak negatif pada perkembangan

anak yang dilahirkannya (yaitu cerebral hypothyroidism). Sementara hasil

penelitian Brown et al. (2003) menunjukkan ada pengaruh positif terhadap

perbaikan profil darah orang sehat yang diberi suplemen Se organik (Se

methionine : 50 μg/hari ) dan Se inorganik (Na2SeO3 : 50 μg/hari) selama 2 bulan

sedangkan kelompok plasebo tidak. Adapun rata-rata peningkatan eritrosit sekitar

0.034 μg/ml (dengan Na2SeO3 : 50 μg/hari) dan 0.076 μg/ml (dengan Se

methionine : 50 μg/hari) disamping itu juga terjadi peningkatan aktivitas

ekstraseluler GPx dan sitosol GPx (cytosolic glutation peroxidase).

Manifestasi dari Gangguan Akibat Kekurangan Iodium tingkat berat

adalah kretin. Berdasarkan hasil survey nasional GAKI (1998) diperkirakan

masih terdapat 9000 bayi lahir kretin per tahun di Indonesia. Meskipun angka ini

relatif kecil namun penderita kretin memberikan dampat yang besar bagi kualitas

SDM. Penderita membebani keluarga dan masyarakat seumur hidupnya.

Berbagai faktor diduga sebagai penyebab terjadinya kretin. Selain kekurangan

iodium, kekurangan zat gizi mikro lain dan faktor genetik diperkirakan sebagai

penyebab terjadinya kelainan tumbuh kembang pada anak. Sampai saat ini,

penanganan masalah kretin belum dilakukan secara intensif mulai dari promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes, 2000). Namun perkembangan upaya

penanggulangan masalah GAKI di negara berkembang dari laporan ACC/SCN

(2001) menyebutkan bahwa suplemen yang memiliki biaya tinggi mulai

dihentikan kecuali untuk penanganan GAKI di daerah endemik termasuk wilayah

Page 49: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

pantai. Gambar 3 menunjukkan alternatif upaya penanggulangan GAKI yang

sudah dilakukan di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia.

Hasil penelitian Widardo (1998) menunjukkan bahwa pemberian

suplemen minyak iodium dosis rendah ditambah beta karoten yang diberikan pada

anak di daerah endemik GAKI ternyata mampu meningkatkan sintesa dan sekresi

hormon tiroksin bebas (FT4) dari kelenjar thyroid, meningkatkan kadar EIU dan

menghambat (menurunkan) sekresi hormon TSH oleh kelenjar hipofisa pada masa

tumbuh cepat dibanding dengan pemberian suplemen iodium dosis tinggi. Selain

itu tambahan beta karoten pada suplemen minyak iodium dosis rendah dapat

meningkatkan kadar serum vitamin A dan memicu peningkatan hormon tiroksin

(setelah 4 bulan penelitian). Selanjutnya hormon tiroksin digunakan untuk

metabolisme dalam tubuh, pertumbuhan jaringan otak dan tulang. Oleh karena

itu, anak yang mengalami defisiensi iodium dan selenium akan mengalami

gangguan pertumbuhan tulang (menjadi pendek) dan gangguan perkembangan

otak (menjadi bodoh). Hal yang sama juga terjadi pada ibu hamil dan ibu masa

nifas yang diteliti oleh Lamid (2007).

Gambar 3 Alternatif Upaya Penanggulangan GAKI di Negara Berkembang

Hasil penelitian Widodo (2000) menunjukkan bahwa ada keterkaitan

antara kejadian kretin baru pada anak usia sekolah (6-20 tahun) dengan masalah

kekurangan Selenium, karena daerah endemik GAKI di kaki gungung Merapi dan

Kretin ?

S t r a t e g i P e n u r u n a n K e ja d ia n D e f is ie n s i G iz i M ik r o

t i m e

perb

aika

n pe

ndud

uk

F o r t i f i k a s i

M a k a n a n T a m b a h a n

S u p p l e m e n t a s i

Suplemen Fortifikasi Pemberian Makanan Tambahan

Waktu

Page 50: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Merbabu termasuk daerah yang kekurangan selenium. Selanjutnya beberapa

hipotesis hubungan sebab akibat antara defisiensi Se dan I yang telah terbukti

melalui penelitian di berbagai negara dapat dilihat pada Tabel 7.

Table 7 Matriks Hipotesis yang Sudah Dibuktikan

Hubungan Sebab Akibat antara Defiiensi Se & I REFERENCES VARIABEL 1 VARIABEL 2

Gondok Kadar Iodium Hetzel, et al. (1990) Gondok Suplemen Selenium Scultinc & Yulia (2000) Gondok Suplemen Vitamin A dan

selenium Widardo, Scultinc, and Yulia (2000)

Gangguan pertumbuhan

Kadar Iodium Hetzel, et al. (1990)

Kadar Iodium dalam plasma

Kekurangan Vitamin A (KVA)

Widardo, Scultinc, and Yulia (2000)

Kadar Iodium dalam plasma

Kekurangan Selenium Ma, et al. (1993) Beckett, et al. (1993) Thilly, et al. (1993)

Kadar Iodium dalam plasma

Goitrogenik Thilly, et al. (1993) Osman, et al. (1992) Rao (1995)

Kadar Iodium dalam plasma

Suplemen Selenium Vanderpas, et al. (1993) Pharoah (1993)

Kandungan Iodium Lingkungan dengan kadar Iodium rendah

Koutras, et al. (1980) Rao (1995)

Kandungan selenium Lingkungan dengan kadar Selenium rendah

Lahagu, et al. (1993)

Kandungan Iodium Air minum dengan kandungan iodium rendah

Osman et al. (1992)

Growth Spurt II pada Anak Sekolah Dasar

Growth Spurt II merupakan masa pertumbuhan cepat dan unik karena adanya

karakteristik pertumbuhan fisik (Tabel 8) dan perubahan komposisi tubuh yaitu:

1. Kecepatan pertumbuhan fisik masa remaja adalah tercepat kedua kecepatan

pertumbuhan pada masa bayi. Kira-kira 20 % tinggi badan dan 50 % berat

badan dicapai pada masa remaja disebut ‘Growth Spurt’(Soetjiningsih, 1998)

Perlu lebih banyak energi dan zat gizi mikro untuk mendukung pertumbuhan

fisik yang optimal (James, 2001; Shils and Young, 1988)

Page 51: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

2. Pertumbuhan fisik remaja ditandai dengan peningkatan jumlah dan ukuran sel

dan kematangan sistem reproduksi. Pertumbuhan fisik remaja umumnya

diiringi dengan penyempurnaan kematangan seksual dan epifise tulang

(Wardlaw et al. 1992).

3. Pada usia 10 tahun : 80 % tubuh terbentuk, dan 50 % bobot skeletal tercapai.

Bobot skeletal meningkat sampai dekade ke-empat (6 % pada Perempuan)

Tabel 8 Karakteristik Pertumbuhan Fisik dan Perubahan Komposisi Tubuh

pada Masa Growth Spurt II No. Pertumbuhan remaja Perempuan (P) Keterangan

1 Tinggi badan (9-10 th) P = laki-laki (L) Gizi baik dg TB >120 cm

2 Puncak kecepatan TB 9.0 cm /th Laju TB 0.5 –0.75 cm /bln

3 Usia kecepatan TB 12.1 th Ada faktor genetik & etnik

4 Berat badan (9-10 th) P < L Gizi baik dg BB: 20-25 kg

5 Puncak kecepatan BB 8.8 kg /th Laju BB 0.5 – 0.73 kg /bln

6 Usia kecepatan BB 12.9 th Ada faktor genetik & etnik

7 Peningkatan BB P = 0.75 x L Peningkatan BB pd (P) yang kurus

7 kematangan seksual P lebih cepat 2 th dari L Di daerah endemik GAKI belum ada data

8 Pertumbuhan pubertas Peningkatan lemak > L Di daerah endemik GAKI belum ada data

9 Spurt pubertas Usia 12.8 th Kisaran usia mens awal 10-16 th

Di daerah endemik GAKI belum ada data

10 Cadangan lemak sub-kutan

P > L karena lemak untuk menstruasi 17 % BB dan 22 % untuk mengatur siklus ovulasi

Di daerah endemik GAKI belum ada data

11 Bentuk /tanda awal pubertas

Kematangan sex dg menstruasi tiap bulan Perubahan payudara Pertumbuhan rambut pubis

Sama untuk semua lingkungan (daerah endemik GAKI = daerah bukan endemik)

Sumber : Modifikasi Shils and Young (1988); Soetjiningsih (1998) dan Adiningsih (2002)

Adanya perubahan hormonal sebagai penyebab terjadinya perbedaan

karakteristik remaja laki-laki dan perempuan, sehingga remaja perempuan lebih

berisiko terhadap kretin dan gangguan kesehatan lainnya. Hormon yang

berpengaruh pada tumbuh kembang remaja adalah ‘growth hormon’, thyroid,

Page 52: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

hormon sex, insulin, IGFs (Insulin-like Growth Factors) dan hormon yang

dihasilkan kelenjar adrenal, antara lain :

1. Somatotropin atau hormon pertumbuhan : merupakan pengatur utama pada

pertumbuhan somatis terutama kerangka. Pertambahan tinggi badan sangat

dipengaruhi hormon somatotropin. Growth Hormon (GH) merangsang

terbentuknya somatomedin yang kemudian berefek pada tulang rawan anak

umur 10-14 tahun. GH mempunyai ‘circadian variation’ yang aktivitasnya

meningkat pada malam hari waktu tidur, sesudah makan, sesudah latihan

fisik, dan perubahan kadar gula darah.

2. Glukokortikoid : memiliki fungsi yang bertentangan dengan somatotropin dan

hormon thyroid, serta androgen karena ‘kortison’ memiliki efek anti anabolik.

Kalau kortison berlebihan akan mengakibatkan pertumbuhan terhambat dan

terjadi osteoporosis.

3. Insulin like Growth Factors (IGFs) : merupakan somatomedin yang kerjanya

sebagai mediator GH dan kerjanya mirip dengan ‘insulin’ juga sebagai efek

mitogenik terhadap kondrosit, dan osteoblas. IGFs terutama diproduksi oleh

hati.

4. Masa remaja terjadi perubahan hormonal rata-rata pada usia 10-16 tahun.

5. Pertumbuhan hormon estrogen dan androgen di mulai saat pubertas. Hormon

tersebut sangat berperan dalam perilaku sexual

6. Perubahan hormonal di masa puber terjadi secara teratur, terintegrasi, yang

diselaraskan oleh sistem syaraf pusat dan kelanjar endokrin. Kelenjar

pituitari, yang terletak di dasar otak, berperanan penting. Kelenjar ini disebut

master gland karena mensekresi hormon ke sistem aliran darah yang

menstimulasi kelenjar lain untuk menghasilkan berbagai macam hormon.

Pada masa puber, kelenjar pituitari meningkatkan produksi hormon

pertumbuhan dan mentriger dua hormon gonadotropin, yaitu follicle-

stimulating hormon (FSH) dan luteinizing hormon (LH). Pada perempuan

FSH dan LH menstimulasi ovari untuk mengolah dan mensekresi hormon

estrogen dan progesteron. Oleh karena itu masa puber sebagai suatu sistem

prenatal yang menjadi aktif. Walaupun masa puber memiliki landasan secara

Page 53: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

biologis, namun beberapa pengalaman remaja pada masa ini dipengaruhi oleh

faktor sosial dan psikologisnya (Zanden, 1985).

Peningkatan kebutuhan beberapa mineral dalam tubuh pada masa remaja (per

hari) disesuaikan dengan daerah endemik GAKI dapat dilihat pada Tabel 9.

Perbedaan karakteristik pertumbuhan remaja laki-laki dan perempuan

berdampak terhadap kecukupan zat gizi. Seluruh perubahan pada masa remaja

memberikan pengaruh yang besar pada kebiasaan makan remaja. Adapun

kebutuhan gizi pada masa remaja menurut Martianto (2004) adalah :

1. Beberapa vitamin yang penting selama masa remaja :

- Vitamin A diperlukan untuk penglihatan, pertumbuhan, diferensiasi dan

proleferasi sel, reproduksi dan integritas sistem kekebalan (imunitas)

- Vitamin D berperanan dalam memelihara homeostasis Ca dan P dalam

pengerasan tulang

- Vitamin C penting untuk sintesis collagen

- Folacin penting untuk sintesis DNA

- Vitamin B12 diperlukan untuk pertumbuhan sel yang cepat

- Vitamin B6 penting pada masa pubertas (terutama laki-laki yang banyak

memiliki massa otot). Vit. B6 berperan dalam pembentukan enzim yang

terkait dengan metabolisme Nitrogen

- Riboflavin, Niacin dan Thiamin penting untuk metabolisme energi yang

diperlukan saat pubertas (Growth Spurt II)

2. Masa remaja membutuhkan mineral yang cukup tinggi, terutama Ca, Fe dan

Zn untuk pertumbuhan cepat :

- Ca untuk memelihara peningkatan massa tulang

- Fe untuk membantu perkembangan sel darah merah dan massa otot

- Zn untuk pembentukan tulang baru dan jaringan otot

Page 54: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 9 Kebutuhan Zat Gizi (RDA) pada Puncak Growth Spurt II Modifikasi Hartono (2001), IOM (2001) dan Martianto (2004)

Mineral/hari Jenis kelamin

Rata-rata untuk Periode usia 10-20 th

Pada Puncak Growth Spurt II

Ca (mg/hari) L P

210 110

400 240

Fe (mg/hari) L P

10 18

30 50

Zn (mg/hari) L P

15 15

30 30

Mg (mg/hari) L P

40 40-55

280 280

Se (μg/hari) L P

280 280

400 400

Iodium (μg/hari) L P

130 100

150 150

Tes IQ pada Anak Sekolah Dasar

Banyak tes IQ untuk mengukur kualitas anak seperti tingkat

pengetahuan, daya ingat sesaat, alasan abstrak, bagian kemampuan visual dan

perasaan. Test IQ mengukur sebagian dari budaya seseorang baik yang nyata

maupun budaya yang tidak dilakukan. Namun biasanya untuk keperluan

akademik sehingga kurang baik untuk mengukur kreativitas anak. Banyak tipe tes

IQ yang disesuaikan dengan umur anak, salah satunya dari The Wechsler tests

yang digunakan untuk mengukur ‘individually administered IQ tests’ termasuk

WISC-IV (umur 6-16 tahun), WAIS-III (umur 16-89 tahun), dan WPPSI-III

(umur 2.5 - 7 tahun) dengan frequency of Wechsler IQ scores. Setelah

pengamatan secara acak, ternyata banyak faktor yang menetukan nilai/skor

sehingga perlu diamati ulangan tes setiap minggunya karena dapat berubah antara

5-10 point.

Untuk ukuran kemampuan verbal pada anak dengan kelainan fisik atau

mental tertentu Wechsler tidak menganjurkan pengukuran verbal, karena memang

sudah dapat dipastikan anak dengan kelainan pasti memiliki kemampuan verbal

yang buruk. Hal ini juga diakui oleh Raven yang kemudian mengembangkan

‘Block Design’ untuk mengukur IQ melalui ketajaman pengamatan gambar

berwarna yang diambil untuk dipasangkan ke gambar design utamanya (WISC_IV

Page 55: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

untuk anak umur 6-16 tahun). Model ini kemudian dikenal sebagai Modeled after

Raven's Progressive Matrices atau Matrix Reasoning (WAIS-III) (Morris, 2006).

Tabel 10 Skor IQ Wechsler yang dikembangkan oleh Raven (Morris, 2006)

IQ Diskripsi Lama Diskripsi Raven Skor (100)

10 Idiot Retardasi mental sangat berat Kurang dari 1 25 Idiot Retardasi Mental Berat Kurang dari 1 40 Imbecile Retardasi Mental Sedang Kurang dari 3 55 Moron Retardasi Mental Ringan Kurang dari 13 70 Garis Batas Kurang dari 15 85 Dull Normal Di bawah Rata-rata Kurang dari 16

100 Rata-rata 50 - 60 115 Di Atas Rata-rata 61 - 84 125 Superior 85 - 95 130 Jenius Sangat Superior 95 - 98.5 145 Sangat Sangat Superior 98.5 - 100

Selenium, Perkembangan Otak dan Hasil Tes IQ

Sudah tiga dekade terakhir, selenium diteliti sebagai pemelihara dari

perkembangan otak sebagai akibat dari defisiensi selenium. Perubahan

kandungan selenium nampak jelas pada penderita Alzheimer dan tumor otak.

Adapun jenis selenium yang paling berpengaruh adalah selenoprotein dan

selenocystein yang mampu melindungi kerusakan lebih lanjut dari penyakit

Parkinson. Selenoprotein juga telah dilaporkan aktif sebagai keberlangsungan sel

saraf otak bersama-sama dengan 2 iodothyronine deiodenase (Chen and Berry,

2003). Perkembangan otak manusia sudah mulai berlangsung pada saat individu

berada di dalam kandungan. Perkembangan otak ini tidak dapat dipisahkan

dengan proses pertumbuhan yang berjalan secara bersamaan dan saling

melengkapi. Otak akan tumbuh dan berkembang dengan baik jika sistem saraf

berfungsi dengan baik serta pertumbuhan dari organ yang membangun sistem

saraf juga telah terbentuk secara sempurna. Otak tersusun atas 3 bagian, yaitu :

cerebrum (sisi sadar), cerebellum, dan medulla oblongata (dua bagian terakhir

ini) merupakan bagian otak yang “tidak sadar“. Medulla oblongata merupakan

bagian yang terdekat ke spinal cord, dan terlibat dalam pengaturan detak jantung,

proses bernafas, pengaturan tekanan darah, pusat refleks rasa mual, batuk, bersin,

Page 56: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

dan kembung. Hipotalamus mengatur homeostatis, dan memiliki daerah

pengaturan untuk rasa haus, lapar, suhu tubuh, keseimbangan air dan tekanan

darah dan menghubungkan sistem saraf dengan sistem endokrin. Midbrain (otak

tengah) dan pons juga merupakan bagian otak yang tidak sadar (unconscious

brain) dapat dilihat pada Gambar 4. Thalamus berperan sebagai titik relay pusat

bagi pesan-pesan saraf yang masuk (Fox, 1993).

Cerebellum (Gambar 5) merupakan bagian kedua terbesar penyusun otak,

setelah cerebrum. Cerebellum berfungsi untuk koordinasi otot dan memelihara

tekanan normal otot dan postur. Bagian otak yang sadar mencakup lapisan-lapisan

cerebral, yang dipisahkan oleh corpus callosum. Cerebrum mengatur intelegensi

dan kemampuan menghafal, belajar dan mengingat. Selama masa perkembangan

embrio, otak yang pertama terbentuk berupa tabung (tube), dan ujung bagian yang

membesar menjadi tiga gelembung kosong yang akan membentuk otak, dan

posterior yang akan berkembang menjadi spinal cord. Lobus occipital (Gambar 6)

pada bagian belakang otak menerima dan memproses informasi visual. Lobus

temporal menerima sinyal suara, memproses bahasa dan arti kata. Lobus parietal

berhubungan dengan sensori korteks dan memproses informasi tentang sentuhan,

rasa, tekanan, sakit, panas dan dingin. Lobus frontal melakukan tiga fungsi, yaitu

(1) aktifitas motorik dan integrasi aktifitas otot, (2) berbicara, dan (3) proses

berfikir (Fox, 1993). Kretin merupakan manifestasi GAKI yang sangat parah.

Namun tanpa gejala adanya kekurangan iodium IQ anak di daerah GAKI lebih

rendah setidaknya 10 poin dari rekannya di daerah non endemik GAKI.

Sebagian besar manusia telah meneliti tentang area kemampuan

berbahasa dan berbicara, dan diketahui bahwa area ini berada di bagian kiri

hemispher otak. Keseluruhan bahasa ditemukan pada daerah Wernicke.

Kemampuan berbicara pada daerah Broca. Kerusakan daerah Broca menyebabkan

gangguan berbicara namun tidak pada kemampuan berbicara total. Kegagalan

daerah Wernicke menyebabkan gangguan kemampuan menulis dan menyebutkan

kata-kata, tetapi masih bisa berbicara. Bagian lainnya di dalam korteks

berhubungan dengan kemampuan berfikir yang lebih besar, perencanaan,

mengingat, personalitas dan aktivitas lainnya. Selain otak, sistem saraf juga

dibangun oleh spinal cord. Spinal cord berada sepanjang sisi dorsal tubuh dan

Page 57: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

menghubungkan otak ke seluruh tubuh. Bagian yang berwarna abu-abu

mengandung sebagian besar sel-sel tubuh dan dendrit. Disekitar bagian yang

berwarna putih dibangun oleh gulungan akson intraneural (tracts). Beberapa dari

tracts ini ascending (membawa pesan ke otak) dan yang lainnya descendinens

(membawa pesan dari otak). Spinal cord terlibat dalam aksi refleks yang tidak

secara langsung melibatkan otak (Fox, 1993).

Gambar 4 Bagian-bagian Otak.

Sumber:http://www.prs.k12.nj.us/schools/PHS/Science_Dept/APBio/pic/brain.gif.

Gambar 5 Bagian-bagian Otak Dilihat dari Tengah (Purves et al. 2004)

Page 58: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Gambar 6 Bagian Utama Otak dan Lobus (Purves et al. 2004)

Fisiologi dan Perkembangan Otak

Fox (1993) menjelaskan sistem saraf dibangun oleh dua sel utama, yaitu:

a. Neuron, yang merupakan struktur dasar dan unit fungsional dari sistem saraf.

Mereka mempunyai fungsi khusus dalam memberikan respon terhadap

rangsangan fisik maupun kimia, melakukan impuls elektrokimia dan mengatur

keluarnya bahan kimia tertentu. Melalui serangkaian aktifitas ini, neuron

membangun fungsi terhadap stimulus sensori, kemampuan belajar, mengingat

dan mengontrol otot dan kelenjar. Neuron tidak dapat dibelah melalui proses

mitosis, sekalipun ada neuron yang dapat muncul lagi sebagai bagian terpisah

atau bertunas dengan membentuk cabang baru dengan kondisi yang sama.

Neuron dikelompokkan berdasarkan struktur dan fungsinya.

Berdasarkan fungsinya, neuron dikelompokkan kepada kemampuan melakukan

impuls. Sensori, atau afferent, neuron melakukan impuls dari penerima sensor

ke sistem syaraf pusat. Motor, atau efferent melakukan impuls keluar dari

sistem syaraf pusat menuju organ-organ yang akan menerima impuls (otot-otot

dan kelenjar-kelenjar). Hubungan antarneuron atau disebut intraneuron,

Page 59: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

terletak diseluruh sistem saraf pusat dan bertugas melayani hubungan tersebut,

atau membentuk kesatuan, yang sekaligus melakukan fungsi sistem saraf.

b. Neuroglia atau sel – sel glial, (glia =glue) merupakan sel penyokong dalam

sistem saraf yang membantu fungsi neuron. Sel – sel glial ini jumlahnya

mencapai lima kali jumlah neuron, dan sel ini juga mempunyai kemampuan

mitosis yang terbatas (kanker dan tumor yang terjadi pada orang dewasa

umumnya disusun oleh sel-sel glial). Makhluk hidup yang terdiri atas multisel

harus mengawasi dan menjaga kondisi lingkungan internal yang konstan

seperti mengawasi dan memberikan respon terhadap semua respon yang

berasal dari lingkungan luar. Kedua fungsi ini dikoordinasi oleh dua sistem

organ yaitu sistem saraf pusat dan sistem endokrin.

Perkembangan otak manusia terjadi sejak didalam kandungan. Pada masa

awal periode perkembangan ini terjadi pertumbuhan sel-sel otak yang sangat

cepat. Mulai usia kehamilan 3 minggu sampai bayi dilahirkan, otak berkembang

cepat dan merupakan 13% dari berat badan bayi saat dilahirkan (Hurlock, 1988).

Memang sudah diketahui bahwa perkembangan fisik otak merupakan prioritas

utama. Meskipun demikian, perkembangan otak masih terus berlangsung selama

beberapa bulan setelah kelahiran. Ukuran sel otak bertambah dan volumenya

menjadi dua kali beratnya pada tahun pertama usianya. Pada anak usia dua tahun,

jumlah jaringan saraf dan metabolisme di otak dua kali orang dewasa dan hal ini

menetap sampai usia 0-11 tahun maka sejak dalam kandungan sampai usia

mencapai 5 tahun sering disebut sebagai golden age.

Otak janin yang tumbuh sangat cepat sejak minggu 10 – 18 usia

kehamilan, menuntut sang ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dalam

rentang waktu tersebut. Otak juga mengalami pertumbuhan yang cepat sampai

usia 2 tahun. Malnutrisi pada masa periode pembentukan otak ini akan

menimbulkan efek merugikan terhadap sistem syaraf dan tidak hanya memberikan

pengaruh pada neuron, tapi juga terhadap sel sel glial yang bertanggung jawab

untuk pertumbuhan dan perkembangan. Pengaruh terhadap sel glial ini akan

merubah perkembangan myelin terutama karena myelin ini akan terus menerus

terbentuk disekitar akson pada awal kelahiran (Thompson Higher Edu, 2007).

Page 60: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Otak dapat diibaratkan sebagai mesin yang memerlukan bahan bakar agar

fungsinya optimal. Faktor gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak dengan

cara memodifikasi : (1) jumlah dan ukuran sel saraf, dan mengatur posisi saraf

dalam sistem saraf pusat, (2) perkembangan dendrite, myelinasi akson dan

jaringan synaps, (3) membentuk neurotransmitter (Gambar 7)

EPA dan DHA merupakan pembangun sebagian besar korteks cerebral

otak (bagian yang digunakan untuk berfikir) dan juga dibutuhkan untuk

pertumbuhan normal otak. Neurotransmitter dapat diartikan sebagai molekul

yang bertugas sebagai pengantar pesan di dalam otak. Otak membutuhkan zat gizi

khusus (selenium) untuk fungsi neurotransmitter ini. Otak tidak mampu

menyimpan glikogen atau lemak yang bisa dirombak jika otak kekurangan zat

gizi. Otak juga tidak mampu menyimpan oksigen untuk mengoksidasi bahan

bakar ataupun zat gizi. Karena itu otak benar-benar tergantung pada suplai darah

untuk memenuhi kebutuhan oksigen maupun zat gizi yang diangkut darah.

Sehingga otak sehat akan tampak penuh sel dengan warna yang jelas

dibandingkan dengan otak yang kurang sehat (Gambar 8). Rangsangan sensori

ibarat zat gizi yang penting untuk pertumbuhan normal, perkembangan dan

berfungsinya otak, sehingga kekurangan sensori ini selama periode pembentukan

otak dapat menyebabkan perkembangan otak menjadi tidak normal baik struktur

maupun fungsinya (kemampuan neurochemical maupun neuroelectrical).

Kekurangan sensori menyebabkan rangsangan emosional terhadap sentuhan,

gerakan, penciuman terhambat dan berpengaruh terhadap ikatan (bonding) ibu

anak (Chavetz, 1990).

Gambar 7 Synaps (Purves et al. 2004)

Page 61: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Kretin Orang Sehat

Gambar 8 Perbandingan Volume Sel Otak Penderita Kretin dengan Otak Orang Sehat (Cassels & Lie, 2006)

Darah dan Defisiensi Zat Gizi Mikro

Darah adalah cairan merah yang tidak tembus cahaya, juga merupakan

suatu organ yang unik, berupa suatu cairan yang bersentuhan dengan hampir

seluruh jaringan tubuh lain. Sel darah tidak mempunyai sifat kohesif dan berada di

dalam medium cairan darah – yaitu plasma. Sel darah terdiri atas eritrosit tanpa

inti dan trombosit serta sel yang berinti yaitu leukosit. Fungsi darah adalah :

1. Transpor oksigen, karbondioksida, dari dan ke paru-paru, zat-zat gizi, dan

zat-zat hasil metabolisme.

2. Pengatur lingkungan pH dan temperatur.

3. Mencegah pendarahan trombosit dan faktor-faktor pembekuan.

4. Pertahanan tubuh fagositosis dan imunoglobulin.

Selanjutnya Underwood (2002) mengatakan bahwa setiap bagian darah memiliki

fungsi dan peran yang sangat spesifik dan bila salah satu kekurangan atau sampai

habis maka tubuh seseorang akan mengalami kelainan yang bersifat sistemik.

Adapun fungsi dan peran setiap komponen darah adalah :

1. Hematokrit Bagian dari sel darah dari keseluruhan volume darah (%).

2. Plasma Merupakan darah padat yang terdiri dari sel-sel darah.

Bagian darah yang cair terdiri dari 9-90 % air, 6,5-8% protein.

3. Plasma albumin 60% dari plasma sebagai albumin berfungsi sebagai

transpor bagi bilirubin, urobilin, asam amino, dan lemak.

Page 62: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

4. Hemoglobin Zat warna dari butir darah merah terdiri dari globin

(protein) dan haem (struktur yang mengandung Fe).

5. Plasma globumin α1, α2, β, dan γ globulin.

Pemeriksaan kuantitatif sel darah adalah penting. Pada laboratorium yang

modern, secara rutin dilakukan dengan menggunakan alat penghitung sel yang

automatis. Dengan alat ini, ukuran dan konsentrasi eritrosit, dan leukosit serta

konsentrasi trombosit dihitung, hemoglobin secara automatis dihitung. Juga,

proporsi dari leukosit untuk setiap jenis – perbedaan jenis leukosit dihitung dari

ukuran sel dan kandungan granula www.current.med.com (2002)

Eritrosit (Sel Darah Merah)

Eritrosit (sel darah merah) dapat berubah bentuk dan merupakan sel tanpa

inti serta bikonkaf. Eritrosit paling banyak ditemukan di antara keseluruhan sel

darah. Sewaktu darah disentrifus maka akan terpisahkan komponen plasma dan

seluler, yang bagian sel darah merahnya sekitar 45% dari volume total, ini

merupakan “volume pacaked cell” atau hematokrit. Eritrosit merupakan sel

pembawa oksigen karena banyak mengandung hemoglobin. Sel membran tersusun

atas dua lapis fosfolipid dengan protein integral. Bentuk sel dipertahankan oleh

struktur protein yang membentuk sitoskeleton. Sistem enzim melindungi

hemoglobin dari eksidasi yang ireversibel. Eritrosit yang matang tidak

mempunyai material inti, sehingga protein baru tidak dapat disintesis

(Underwood, 2002).

Metabolisme eritrosit terjadi dengan siklus mulai hemoglobin kemudian

verdoglobin, biliverdin, dan bilirubin (terikat pada albumin). Sebagian

urobilinogen masuk peredaran darah besar ke ginjal. Bagian-bagian yang penting

dari eritrosit adalah hemoglobin, membran sel (untuk menentukan golongan

darah), antigenitas dari golongan darah, fermen untuk aerobik dan oksidasi

anaerobik yang biasanya tinggi pada anak yang tinggal di daerah pegunungan.

Kadar Hb dan eritrosit pada anak pada umumnya dapat dilihat pada Tabel 11.

Page 63: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 11 Kadar Haemoglobin Normal pada Anak (Underwood, 2002)

Usia 1 th 2 th 4 th 8 th 12 th

Hb (gr per dl) 12.1 12.4 12.7 13.6 14.2

Eritrosit (x 1012 per l) 5.0 4.8 4.6 4.7 4.8

Leukosit (Sel Darah Putih)

Sel darah putih, mempunyai inti sel, tidak mengandung hemoglobin,

terdiri dari granulosit (neutrofil, eosinofil, basofil), limfosit, dan monosit. Semua

leukosit dapat bergerak amuboid (seperti Amoeba) dan dapat mencaplok benda

asing (misalnya bakteri). Angka rata-rata dari leukosit dan angka turunan

/diferensial pada anak-anak dapat dilihat pada Tabel 12.

Sel-sel darah putih dibentuk sebagian dalam sumsum tulang (granulosit,

monosit, dan limfosit) dan sebagian dalam jaringan limfa (limfosit dan sel-sel

plasma). Orang dewasa memiliki kira-kira 7.000 sel darah putih per mililiter

kubik darah, terdiri dari 62% neutrofil, 2,3% eosinofil, 0,4% basofil, 5,3%

monosit, dan 30,3% limfosit. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membentuk

sel-sel darah putih adalah vitamin dan asam amino seperti halnya sel-sel lainnya.

Sesudah dibentuk, sel-sel tersebut ditranspor dalam darah ke berbagai bagian

tubuh. Masa hidup tiap sel berbeda, granulosit sekitar 12 jam, monosit sulit dinilai

(karena selalu mengembara), tetapi bisa beberapa minggu atau bulan, limfosit

dapat berumur 110 – 300 hari (Irianto dan Waluyo, 2004).

Tabel 12 Angka Rata-rata dari Leukosit dan Angka Turunan /Diferensial pada Anak www.current.med.com (2002)

Darah Usia 1-2 th 2-6 th 6-12 th

Leukosit x 10 g/l 6.0 – 17.5 6.0 - 17 4.5 – 14.5

Neutrofil granulosi (%) 1.9 – 8.0 50 - 70

Limfosit (%) 0.9 – 5.2 25 - 40

Monosit (%) 0.2 – 1.0 2.0 – 8.0

Eusiofil (%) 0.0 – 0.8 2.0 – 4.0

Basofil (%) 0.0 – 0.2 0.0 – 1.0

Page 64: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Secara umum, manfaat sel darah putih adalah untuk membantu

pertahanan tubuh terhadap infeksi yang masuk, karena selain mampu bergerak

amuboid juga bersifat fagositosis (memangsa). Sel-sel darah putih yang berfungsi

melawan penyakit disebut antibodi. Contoh antibodi misalnya limfosit yang

mampu menyerang dan menghancurkan organisme yang spesifik (bakteri, virus)

dan toksin. Limfosit ada dua jenis, yaitu T-limfosit dan B-limfosit. Perbedaan

antara T-limfosit dan B-limfosit adalah tempat pematangannya. B-limfosit

mengalami pematangan di sumsum tulang, sedang T-limfosit mengalami

pematangan di timus. Neutrofil dan monosit juga berfungsi fagositosis. Satu

neutrofil mampu memfagosit 5 – 20 bakteri. Monosit yang keluar dari sumsum

tulang dan masuk ke darah merupakan sel imatur (belum masak), sesudah

beberapa jam, monosit akan menjadi makrofag (sel raksasa) yang mampu

memfagosit 100 bakteri. Selain sel darah putih, sekelompok sel yang tersebar luas

di seluruh jaringan dan membatasi beberapa pembuluh darah dan limfa juga

membantu melindungi tubuh terhadap benda asing yang masuk. Sistem ini disebut

sistem retikuloendotelial (Tierny et al. 2003).

Patofisiologi Anemia

Anak-anak disebut anemia bila Hb dan eritrosit turun sampai kurang dari

11 g /dl atau hematokrit kurang 33%. Beberapa penyebab dan jenis anemia yaitu:

1. Anemia disebabkan kekurangan zat besi (Fe)

a. Gejalanya : luka di sudut mulut atau bibir. Kuku menjadi rapuh dan datar.

b. Penyebabnya : makanan yang tidak cukup mengandung Fe. Fe tidak cukup

diresorpsi. Terjadi perdarahan, infeksi dan darahnya hancur.

2. Anemia megaloblastik

a. Simptom /Gejala : Pucat, ikterus di sklera (akibat hemolisis), rasa panas di

lidah (akibat atropimukosa), rasa kesemutan, dan gangguan psikosis.

b. Penyebabnya : kekurangan makanan yang mengandung vitamin B12, tidak

adanya faktor intrinsik, gangguan resorpsi di usus halus, dan penyakit

cacing.

c. Gambaran darah : Megaloblastik eritropuetik, megalokariosit (MCV dan

MCH naik) leukopeni, granulositopeni, dan trombopeni.

Page 65: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

d. Penyebab kekurangan asam folat

Tidak cukup dalam makanan, gangguan resorpsi di usus, obat-obatan, adanya

senyawa antagonis dari asam folat (misal: aminopterin, ametopterin, daraprin).

Pada kasus anemia megaloblastik ditunjukkan peranan penting vitamin

B12 dan asam folat di dalam proses eritropoesis karena eritroblas

memerlukan kedua vitamin tersebut untuk proliferasi selama proses

diferensiasi sel. Defisit vitamin B12 dan folat menghambat sintesa DNA

akibatnya sel darah merah tidak matang dan mati lebih awal (eritroblas

apoptosis) maka terjadilah anemia makrositik (Koury dan Ponka, 2004). Di

daerah endemik GAKI hal ini terjadi seiring dengan kejadian defisiensi

iodium dan selenium. Hal ini diduga sebagai penyebab meningkatnya

kejadian gangguan autoimun sehingga penderita mengalami pernicious

anemia (Allen, 2004). Prevalensi jenis anemia makrositik di negara-negara

Amerika Latin cukup tinggi yaitu 40-50 % (Allen & Casterline Sabel, 2001).

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa GAKI dan spektrum kretin

endemik disebabkan oleh defisiensi beberapa zat gizi yang terkait seperti

iodium, selenium, besi, seng dan beberapa vitamin. Hampir semua zat gizi

tersebut berperan dalam eritropoiesis (WHO/UNICEF, 2004).

3. Anemia hemolitik

Masa hidup eritrosit turun, selama eritrosit yang lisis bisa digantikan,

maka tidak terjadi anemia.

a. Akibat lisis dari eritrosit

Bilirubin, total bilirubin naik. Fe dalam serum naik. Pengeluaran

sterkobinilogen di feses naik. Pengeluaran urobilin di urin naik.

b. Penyebab anemia hemolitik

1). Pengaruh bentuk sel : sprositoris, ovalositosis, dan sel sakit.

2). Hemoglobinopati

• Talasemia : diturunkan secara otonomal (talasemia mayor dan

talasemia minor). Ada dua macam α dan β talasemia. Fetal

hemoglobin = Hb F = α2 γ2 . Adult hemoglobin = Hb A = α2 γ2

α talasemia = Rantai α dari hemoglobin terganggu.

β talasemia. = Rantai β dari hemoglobin terganggu.

Page 66: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Simptom : Hepatosplenomegali + Anemia

• Enzimatopi.

3) Pengaruh dari luar sel

(a) Toksis hemolisis

(b) Hemolisis – Usemik – Sindrom

(c) Mekanis hemolitik → pada kelainan klep jantung

(d) Imun hemolitis

(e) Infeksi.

4. Leukemia

Penyakit sel darah putih (leukosit) yang mengalami pembelahan secara

berulang-ulang. Penyakit ini semacam kanker yang menyerang sel-sel darah

putih. Akibatnya fungsi sel darah putih terganggu, bahkan sel-sel darah merah

dapat terdesak karena pertumbuhan sel darah putih yang berlebihan sehingga

sel darah merah menurun (Underwood, 2002).

Pada anak yang menderita gangguan akibat kurang iodium (GAKI)

biasanya dibarengi dengan kekurangan zat gizi mikro lain seperti zat besi,

sehingga anak yang tinggal di daerah endemik GAKI juga akan menderita

anemia. Namun karena daerah endemik GAKI umumnya di daerah yang tinggi

sehingga faktor VO2max juga tinggi maka kadar haemoglobin (Hb) darah anak

di daerah tersebut juga tinggi. Hasil penelitian di Skotlandia menunjukkan

bahwa hasil suplemen selenium organik dan inorganik selama 28 hari mampu

memperbaiki profil darah (eritrosit dan leukosit) penduduk yang menderita

anemia di daerah endemik GAKI (Brown et al. 2003). Menurut Small (2004)

proses terjadinya defisiensi besi merupakan dasar tahapan :

a. defisiensi besi prelaten

Hilangnya besi melebihi asupan besi, sehingga terjadi keseimbangan besi

negatif dan penurunan cadangan besi. Saat cadangan besi menurun terjadi

kompensasi dengan peningkatan absorbsi besi dari makanan. Deteksi keadaan

ini dilakukan pengukuran feritin serum.

b. defisiensi besi laten

Page 67: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Keadaan ini terjadi bila cadangan besi terkuras habis tetapi kadar hemoglobin

darah masih lebih tinggi dari batas bawah nilai normal. Pada tahap ini terjadi

abnormallitas biokimia pada metabolisme besi yang biasanya bisa dideteksi,

terutama penurunan satu rasi transferin. Peningkatan jumlah Free Erytrocite

Protophorphyrin (FEP) tampak pada tahap pertengahan dan akhir dari

defisiensi besi laten. Parameter yang lain yaitu peningkatan Total Iron-

Binding Capacity (TIBC) dan Mean Corpuscular Volume (MCV) biasanya

dalam batas normal.

c. anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi terjadi bila konsentrasi hemoglobin menurun sampai

dibawah nilai normal.

Dikatakan oleh Frewin, et al. (1997) bahwa tahapan terjadinya defisiensi

besi pada anak di daerah endemik GAKI umumnya seiring dengan defisiensizat

gizimikro lainnya. Profil darah anak di daerah endemik GAKI menjadi akurat

bila dinilai dengan menggunakan pemeriksaan hematologi dan biokimia.

Biasanya anak yang tinggal di daerah endemik GAKI memiliki konsentrasi Hb

normal tetapi banyak ditemukan anak yang menderita anemia mikrositik hiper-

kromik (sel darah merah dengan ukuran lebih kecil dan mengandung banyak Hb).

Selenium, Fungsi dan Sumber

Selenium (Se) menjadi perhatian para ilmuwan sejak tahun 1930-an, pada

saat terjadi keracunan pada ternak akibat mengkonsumsi tanaman yang tumbuh di

wilayah yang kandungan selenium tanahnya tinggi. Kegunaan selenium sebagai

zat gizi pada manusia pertama kali ditemukan pada tahun 1979 oleh ilmuwan

China yang melaporkan bahwa suplemen selenium dapat mencegah

perkembangan penyakit Keshan yaitu suatu penyakit Cardiomyopathy pada anak-

anak yang tinggal di wilayah yang memiliki kandungan selenium rendah.

Meskipun demikian, pada penyakit ini diduga ada komponen-komponen lain juga

terlibat di dalamnya, seperti infeksi virus, rendahnya asupan vitamin E, protein,

metionin dan mineral mikro lainnya (WHO, 1996).

Selenium merupakan salah satu mikronutrien esensial dalam jumlah yang

sedikit, dan dapat menjadi racun dalam jumlah yang banyak. Selenium berasal

Page 68: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

dari bahasa Yunani selena yang berarti bulan. Selenium bukan logam, terdapat

dalam beberapa bagian proses oksidasi seperti Se2+, Se4+ dan Se6+ . Secara kimia

selenium seperti sulfur, sehingga selenium dapat mensubstitusi sulfur dalam asam

amino seperti methionine, cysteine dan cystine (Brody, 1999).

Kandungan selenium dalam bahan makanan sangat tergantung dari

konsentrasi kandungan selenium dalam tanah. Karena terdapat perbedaan

konsentrasi kandungan selenium dalam tanah, maka daftar tabel kandungan

selenium dalam makanan dibuat berdasarkan perkiraan secara umum. Produk

hewani (khususnya daging) lebih banyak mengandung selenium dibandingkan

tumbuh-tumbuhan. Makanan laut juga merupakan sumber selenium yang baik,

meskipun bioavabilitas selenium akan menjadi rendah bila ikan sebagai makanan

laut terkontaminasi mercury karena selenium yang berikatan dengan mercury

akan menjadi bentuk yang tidak dapat diserap (Stipanuk, 2000).

Menurut Linder (1992) selenium dalam bahan makanan terdapat dalam

bentuk organik dan inorganik. Pada umumnya selenium dalam bahan makanan

terdapat dalam bentuk organik, yaitu Selenomethionine, Selenocystine,

Selenocysteine dan Se-Methyl Selenomethionine. Selanjutnya Brown et al.(2003)

mengemukakan bahwa bentuk inorganik selenium diantaranya selenite (H2SeO3)

dan selenate (H2SeO4). Bentuk inorganik selenium dapat ditemukan pada

beberapa sayuran. Pada beberapa bagian dunia, kandungan selenium dalam

makanan pokok rendah, tetapi dapat dilengkapi dari makanan yang berasal dari

hewan yang kaya akan sodium selenite (Na2SeO3).

Selenium memiliki fungsi fisiologis yang berhubungan dengan fungsi

vitamin E yaitu memelihara struktur dan fungsi otot, antioksidan, anti karsinogen.

Selenium berperan sebagai komponen enzim glutation peroksidase. Selenium

bersama-sama vitamin E berperan sebagai katalase dan superoksida dismutase

yang merupakan salah satu komponen sistem kekebalan tubuh. Glutation

berfungsi menyediakan proton H untuk mengkonversi hidrogen peroksida menjadi

air dengan bantuan enzim glutation peroksidase. Selenium berpengaruh terhadap

metabolisme dan toksisitas berbagai jenis obat dan zat kimia serta berperan dalam

melawan toksisitas perak, kadmium dan merkurium (WHO, 1996).

Page 69: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Clark et al. (1996) mengemukakan bahwa Selenium dapat meningkatkan

fungsi imun pada ternak, memperbesar neuropsikologis pada manusia dan

memperbaiki kondisi penyakit spesifik pada manusia. Selanjutnya dari segi

kesehatan beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan mineral

Se untuk melihat total insiden penyakit kanker dengan pengurangan secara

spesifik dari risiko kanker paru-paru, prostat dan colorectal. Penelitian di

Amerika terhadap 1300 laki-laki dewasa dengan pemberian suplemen selenium

sebanyak 200 μg/hari akan menurunkan risiko terkena kanker prostat karena

rendahnya prostate-specific antigen (PSA).

Fungsi selenium berhubungan pula dengan iodium, seperti yang

dikemukakan Arthur ( 1993) pada daerah endemik GAKI selain defisiensi iodium

juga ditemukan defisiensi unsur selenium secara bersamaan. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Rimbawan et al. (2000) menunjukkan bahwa kekurangan iodium

bukanlah satu-satunya penyebab GAKI di Kabupaten Pasuruan, tapi juga

disebabkan oleh kekurangan selenium dengan bukti bahwa asupan iodium dan

seleniumnya masih kurang dari angka kecukupan, terdapat hubungan antara

asupan selenium dan iodium dengan parameter penentu status iodium dan

selenium, sehingga hubungan antara kekurangan iodium dan selenium dapat

dijadikan parameter dalam menentukan masalah GAKI. Hubungan antara

selenium dan iodium menurut WHO (1996) dikarenakan enzim deiodinase

mengandung selenium, yang mengubah tiroksin menjadi 3,5,3-triiodotironin (T3).

Sumber makanan yang kaya akan selenium adalah daging dan seafood

(Tabel 13). Secara umum kandungan selenium pada tumbuhan tergantung

kandungan selenium dalam tanah. Contohnya kacang brazil yang tumbuh di

Brazil dengan kandungan selenium dalam tanah tinggi menyebabkan kandungan

selenium pada kacang lebih 100 μg/buah, ketika kacang ditanam pada area yang

rendah kadar selenium tanahnya menyebabkan kandungan selenium kacang

menurun sekitar 10 kalinya. Di Amerika gandum merupakan sumber selenium,

tetapi buah dan sayur relatif lebih rendah kadar seleniumnya.

Page 70: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 13 Sumber dan Kandungan Selenium dalam Bahan Makanan (Whanger, Linus Pauling Institute ;2003)

Bahan Makanan Ukuran Porsi Selenium (μg)

Kacang Brazil (dari tanah yang tinggi kandungan seleniumnya) 10 gr 839

Udang 30 gr 34 Rajungan (Crab meat) 30 gr 40 Ikan Salmon 30 gr 40 Mie yang diperkaya dg Se (matang) 1 mangkok 35 Nasi, roti tawar coklat 1 mangkok 19 Daging ayam 30 gr 20 Daging babi (Pork) 30 gr 33 Daging sapi (Beef) 30 gr 17 Roti (tepung gandum) 2 lembar (slices) 15 Susu 80 gr (1 gelas) 5

Kecukupan Selenium

Kebutuhan selenium untuk manusia tidak sama satu dengan yang lainnya

karena dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, daya adaptasi dan kondisi fisiologis.

Orang Amerika pada umumnya membutuhkan 54 μg Se/hari untuk menggantikan

kehilangan dalam urine dan feses, bahkan ada yang menemukan 80 μg /hari untuk

keseimbangan positif. Perbedaan energi kinetik Se mungkin dipengaruhi daya

adaptasi yang berbeda baik antar penduduk dari wilayah kekurangan Se maupun

antara wilayah yang kekurangan Se dan cukup Se (Luo et al. 1985).

Rekomendasi National Research Council (1980) menentukan perkiraan

kecukupan selenium yang aman dan memenuhi kebutuhan setiap orang per hari

sebanyak 50μg sampai 200μg. Rekomendasi tersebut berdasarkan penelitian yang

dilakukan pada hewan dan manusia. Tahun 1989 RDA untuk selenium dikoreksi

dengan memperhitungkan berat badan menjadi 70 μg untuk laki-laki dan 55 μg

untuk wanita. Namun hal ini telah dikoreksi lagi oleh Institute of Medicine (

IOM, 2000) menjadi kecukupan selenium yang aman dan memenuhi kebutuhan

setiap orang (laki dan perempuan sama) sebanyak 55 μg/hari sampai 280 μg/hari.

Angka kecukupan untuk orang Indonesia ditentukan dengan mengacu pada

angka kecukupan orang Amerika. Kebutuhan orang dewasa di Amerika Serikat

sebanyak 70 μg/hari untuk laki-laki dewasa dan 55 μg /hari untuk perempuan

Page 71: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

dewasa. Karena berat badan orang Indonesia lebih rendah diperkirakan

kebutuhannya sekitar 60 μg untuk laki-laki dewasa dan 50 μg untuk perempuan

dewasa (WKNPG, 2004). Angka kecukupan yang dianjurkan oleh Food and

Nutrition Board (FNB) berdasarkan kecukupan selenium untuk memaksimalkan

aktivitas enzim gluthation peroxidase sebagai antioksidan dalam plasma seperti

yang tercantum pada Tabel 14.

Di Cina asupan selenium sekitar 10 μg sampai 15 μg /hari menyebabkan

penyakit Keshan. Penyakit Keshan ternyata dapat dicegah dengan pemberian

suplemen selenium sebanyak 50 μg /hari. Sedangkan di Kroatia (Marijana Matek,

2000) asupan selenium sekitar 33 μg /hari hal ini menunjukkan asupan selenium

dalam diet sehari-hari untuk kelompok wanita yang diobservasi pada daerah

Zagreb di Kroatia lebih rendah dari mayoritas orang negara-negara Eropa, dan

lebih rendah dari nilai yang direkomendasikan oleh WHO (2001).

Tabel 14 Angka Kecukupan Yang Dianjurkan Untuk Selenium

(Whanger, Linus Pauling Institute ;2003) Life Stage Umur Pria (μg/hari) Wanita (μg/hari)

Bayi baru lahir 0-6 bulan 15 15

Bayi 7-12 bulan 20 20

Anak Batita 1-3 tahun 20 20

Anak dini usia 4-8 tahun 30 30

Anak 9-13 tahun 40 40

Remaja 14-18 tahun 55 55

Dewasa > 19 tahun 55 55

Hamil Ibu hamil Semua umur - 60

Menyusui Ibu menyusui Semua

umur - 70

Para ilmuwan Cina berpendapat bahwa batas minimun kebutuhan

selenium sebanyak 40 μg/hari, hampir mendekati dengan yang direkomendasikan

sebanyak 55 μg /hari untuk aktivitas glutation peroksidase. Asupan dibawah 11

μg/hari dipastikan akan menyebabkan penyakit akibat kekurangan selenium.

Dosis keracunan selenium (selenosis) diperkirakan konsumsi lebih dari 900 μg

Page 72: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

/hari atau kandungan dalam plasma sebesar 100 μg/dL (lebih 12.7 μmol/L). Level

aman maksimal asupan selenium dalam diet diperhitungkan sebesar 800 μg/hari,

tapi dapat lebih rendah pada beberapa individu yaitu sebanyak 600 μg/hari. Oleh

karena itu ditentukan uptake level untuk selenium sebanyak 400 μg/hari, untuk

melindungi individu yang lebih sensitive terhadap selenium. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa asupan selenium sebanyak 724 μg pada orang

dewasa masih pada level aman (Whanger, 2003)

Akibat Kekurangan dan Kelebihan Asupan Selenium

Kepentingan selenium sebagai zat gizi pada manusia pertama kali

ditemukan pada tahun 1979, pada saat ilmuwan China melaporkan bahwa

suplemen selenium dapat mencegah perkembangan penyakit Keshan, yaitu suatu

penyakit kardiomiopati atau degenerasi otot jantung yang terutama terlihat pada

anak-anak dan perempuan dewasa (Keshan adalah sebuah provinsi di Cina).

Sedangkan penyakit Keshan-Beck menyerang anak remaja yang menyebabkan

rasa kaku, pembengkakan dan rasa sakit pada sendi jari-jari yang diikuti oleh

osteoartritis secara umum, yang terutama dirasakan pada siku, lutut dan

pergelangan kaki. Meskipun demikian, penyakit ini diduga ada komponen-

komponen lain juga terlibat di dalamnya, seperti infeksi virus, rendahnya asupan

vitamin E, protein, metionin dan mineral mikro lainnya. Menurut Rodrigo et al.

(2003) perkembangan penyakit Keshan-Beck dapat dicegah serta dikurangi

gejalanya dengan pemberian suplemen selenium sebanyak 100 μg /hari.

Kekurangan selenium pada manusia karena makanan yang dikonsumsi

belum banyak diketahui. Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang

mendapat makanan parenteral total yang pada umumnya tidak mengandung

selenium menunjukkan aktivitas glutation peroksidase rendah dan kadar selenium

dalam plasma serta sel darah merah yang rendah. Beberapa pasien menjadi lemah,

sakit pada otot-otot dan terjadi kardiomiopati serta pada pasien kanker kadar

seleniumnya rendah. Orang-orang yang mempunyai masalah dengan

gastrointestinal seperti Crohn’s disease, merupakan faktor risiko mengalami

defisiensi selenium karena terganggunya proses penyerapan. Khususnya

Page 73: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

tatalaksana diet di rumah sakit yang dilakukan pada penderita phenylketonuria

(PKU) dapat menyebabkan rendahnya selenium dalam diet.

Endemik defisiensi Se dapat terjadi karena bahan makanan di daerah

tertentu kekurangan selenium yang disebabkan biosfirnya sangat bervariasi.

Kenyataan bahwa tidak setiap orang di daerah kekurangan selenium terkena

penyakit defisiensi Se. Hal ini menunjukkan bahwa daya adaptasi manusia

berlainan satu sama lainnya dan kemungkinan disebabkan faktor genetik (Faisal,

1998).

Defisiensi selenium berbeda pada setiap manusia, hal ini karena daya

adaptasi setiap orang berbeda satu dengan yang lainnya. Di New Zealand dan

Finlandia yang merupakan daerah rendah kandungan selenium dalam tanah dan

airnya, asupan selenium dari diet sehari-hari adalah 30 μg - 50 μg /hari,

dibandingkan dengan asupan di USA dan Canada yaitu 100 μg – 250 μg /hari.

Konsentrasi selenium dalam darah anak-anak di New Zealand lebih rendah

dibandingkan anak-anak yang tinggal di negara lainnya. Faktor utama yang

mempengaruhi rendahnya kandungan selenium dalam darah anak-anak di New

Zealand karena intake selenium yang rendah yang juga merupakan gambaran

rendahnya kandungan selenium dalam tanah di New Zealand. Kandungan

Selenium dalam darah bervariasi karena keadaan geografi, umur, dan perbedaan

jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi. Anak yang menderita

phenylketonuria dan Maple syrup urine asupan Se-nya rendah juga konsentrasi Se

dalam darah (The Lancet / Internet: MedScape 15 Juli 2000).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunarti et al. (2000) pada kasus

keguguran di RSUP Dr.Sardjito mengungkapkan bahwa wanita yang mengalami

keguguran pada trimester pertama masa kehamilan mempunyai kadar selenium

dibawah normal dan diatas kadar normal. Hasil penelitian tentang berbagai akibat

yang disebabkan oleh defisiensi selenium, yaitu kelainan kardiovaskuler,

kardiomiopati endemik, penyakit jantung koroner, kanker saluran cerna, kanker

hematologis, limfa dan endrokrin.

Penelitian berdasarkan keadaan geografi menunjukkan kecenderungan

bahwa populasi yang hidup didaerah rendah kadar selenium dalam tanah dan

relative rendah asupan selenium dalam makanan mempunyai angka kematian

Page 74: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

yang tinggi akibat kanker. Hasil studi epidemiologi kejadian kanker karena

asupan selenium yang rendah bukan suatu yang pasti, tetapi mempunyai

kecenderungan kejadian kanker pada individu dengan kadar selenium rendah pada

darah dan kuku. Bagaimanapun, kecenderungan ini kurang nyata pada wanita.

Contohnya, penelitian secara prospektif pada lebih dari 60.000 perawat di

Amerika ditemukan tidak berhubungan antara kadar selenium dalam kuku dan

total risiko kanker. Penelitian pada laki-laki Taiwan yang terinfeksi hepatitis B

atau C, konsentrasi selenium dalam plasma menurun dan mempunyai hubungan

lebih besar dengan risiko kanker hati. Rendahnya kadar selenium berhubungan

pula dengan risiko kejadian kanker dan berhubungan secara nyata dengan

perokok (Whanger, 2003).

Kelebihan asupan selenium akan menyebabkan keracunan. Efek keracunan

selenium ditandai dengan kerontokan rambut dan perubahan morfologi kuku.

Pada beberapa kasus, ditemukan juga lesi pada kulit dan abnormalitas sistem

syaraf. Meskipun demikian, mekanisme biokimia efek keracunan selenium ini

masih belum jelas (WHO, 1996). Apabila takarannya melebihi 3-5 kali lebih besar

dari yang direkomendasikan oleh RDA maka akan mengakibatkan keracunan Se

dalam tubuh (Clement, 1998). Tercatat ada beberapa penelitian yang telah

dilakukan untuk mengantisipasi risiko keracunan mineral Selenium. Lisk et al.

(1995) melaporkan, bahwa dengan mengkonsumsi bawang putih dapat mencegah

defisiensi ataupun keracunan mineral Se. Akan tetapi konsumsi bawang putih

dibatasi oleh kesukaan pribadi dan kondisi sosial. Oleh sebab itu dianggap kurang

efektif, sehingga Finley et al. (2001) melakukan percobaan pada tikus dengan

menggunakan brokoli yang memiliki kandungan selenium cukup tinggi, dimana

hasilnya membuktikan bahwa dengan mengkonsumsi brokoli tinggi Se maka

dapat mencegah terjadinya kanker kolon pada tikus. Kemudian konsumsi brokoli

tinggi Se dapat direkomendasikan untuk menghambat terjadinya kanker. Akan

tetapi permasalahan baru bahwa dampak mengkonsumsi makanan yang berasal

dari spesies Bressica seperti brokoli, kol dan sejenisnya, dapat menimbulkan

penyakit goiter (gondok) pada manusia. Goiter ini disebabkan karena adanya zat

goitrogenik yang mempengaruhi kelenjar thyroid melalui beberapa cara, yaitu

menghambat konversi iodida menjadi iodium, menghambat proses iodonisasi

Page 75: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

asam amino tirosin dari mono-iodotirosine, menghambat penggabungan dua

molekul di-iodotirosine membentuk tyroxin.

Penyerapan Selenium organik dan inorganik

Bentuk organik selenium lebih siap diserap dibandingkan bentuk

inorganik, demikian pula selenium yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan

pada umumnya lebih mudah digunakan tubuh daripada selenium dari hewan.

Tetapi ada pula para ahli yang menyatakan bahwa penyerapan bentuk organik

selenium sama efisiennya dengan bentuk inorganik, meskipun dalam tingkat yang

berbeda. Bentuk utama selenium dalam tubuh adalah selenomethionine dan

selenocysteine. Makanan yang berasal dari nabati memiliki kandungan selenium

tinggi khususnya dalam bentuk selenomethionine, dibandingkan yang berasal dari

hewan. Sedangkan makanan yang berasal dari hewan bentuk seleniumnya

bervariasi, diantaranya sulfide dan selenide, selenocysteine dan selenomethionine

(Stipanuk, 2000).

Tempat penyerapan selenium di usus halus, terutama duodenum, namun

tidak terjadi penyerapan selenium di lambung dan sangat sedikit penyerapan

terjadi di jejunum dan ileum. Selenomethionine diserap seluruhnya di dalam

duodenum. Bentuk selenium yang lainnya pada umumnya diserap dengan baik

juga. Penyerapan selenium mempunyai variasi rentang yang cukup luas yaitu 50 –

100%. Penyerapan selenium tidak efektif untuk menunjukkan status selenium

tubuh. Penyerapan selenium pada akhirnya berhubungan dengan faktor

penghambat zat gizi atau pendukung penyerapan. Vitamins A, C, dan E bersama-

sama dengan glutathione meningkatkan penyerapan selenium dan sebaliknya

logam berat seperti merkuri menurunkan penyerapan lewat pengendapan dan

chelation (Bender, 2002)

Berdasarkan keseimbangan dan kestabilan isotop selenium dapat

ditunjukkan bahwa bentuk selenomethionine lebih efektif penyerapannya

dibandingkan selenite. Selenoamino acid diserap sekitar 50%-80%,

selenomethionine lebih baik penyerapannya dibandingkan selenocysteine.

Selenite penyerapannya bervariasi antara 44 % - 70 %. Selenate lebih banyak

penyerapanya daripada selenite (Elson, 2003).

Page 76: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Sistem Transpor dan Metabolisme Selenium

Mekanisme traspor selenium masih belum jelas dan masih merupakan

bahan diskusi. Ada yang berpendapat bahwa selenium masuk kedalam sel darah

merah lewat sistem difusi (diffusion) dan pembawa (carried). Bentuk inorganik

selenium melewati brush border dengan cara transpor pasif, sedangkan bentuk

organik selenium (selemethionine dan juga selenocysteine) secara transport aktif.

Selenium setelah diserap dari usus akan mengikuti transpor protein

untuk diangkut melalui darah ke hati dan jaringan lainnya. Didalam darah

manusia, selenium berikatan dengan sulfihydryl groups dalam α dan β globulins.

Khususnya, lipoprotein seperti VLDL (α-2 globulin) dan LDL (aβ globulin).

Selenocystine yang terkandung dalam plasma protein disebut selenoprotein.

Hasil isolasi dari tikus sepertinya selenoprotein berfungsi bagi transpor selenium

dan kemungkinan sebagai simpanan protein.

Mekanisme bagaimana selenium melepaskan diri dari transpot plasma

protein masih belum diketahui. Jaringan yang relatif mengandung konsentrasi

selenium yang tinggi adalah ginjal, hati, jantung, pankreas dan otot. Paru-paru,

otak, tulang dan sel darah merah juga mengandung selenium. Total kandungan

selenium dalam tubuh bervariasi antara 3 - 15 mg tergantung asupan dalam diet.

Di dalam jaringan tubuh seperti hati, selenomethionin akan menjadi :

(1) Cadangan sebagai selenomethionine dalam pool asam amino

(2) Dipergunakan untuk sintesis protein ketika asam amino methionine

digunakan.

(3) Di-katabolisme menjadi Se-adenocysteine (SeAM) dan akhirnya menjadi

selenocysteine dan selenocystine.

Selenomethionine bergabung dengan protein dalam metionin dengan

bentuk acylates Met-tRNA, atau melalui mekanisme trans-sulfuration menjadi

selenocysteine, kemudian dengan bantuan enzim -lyase diubah menjadi hydrogen

selenide (H2Se). Sebaliknya, selenite menjadi H2Se lewat selenodiglutathione dan

glutathione selenopersulfide. Hydrogen selenide pada umumnya sebagai prekusor

untuk ketersediaan selenium dalam bentuk aktif yaitu dalam bentuk selenoprotein.

Page 77: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Selanjutnya metabolisme H2Se melalui proses methylasi S-adenosylmethionine

menjadi methylselenol, dimethylselenide dan trimethyl-selenonium ion.

Untuk menjaga keseimbangan selenium didalam tubuh dilakukan dengan

cara mengeluarkan selenium dari tubuh. Ekskresi Se melalui tiga jalan utama

yaitu paru-paru, sistem pengeluaran urin 50% - 60% atau 45 μg, lewat feses

sebesar 40% - 50%, dan sisanya lewat paru-paru dan kulit. Asupan selenium yang

tinggi dikeluarkan lewat paru-paru dalam bentuk dimethylselenide. Pengeluaran

selenium melalui paru-paru akan menghasilkan bau bawang putih dari bagian

selenium yang menguap. Pengeluaran Se dalam bentuk feses bukan merupakan

jalur yang utama. Pengeluaran Se yang utama dalam keadaan fisiologis normal

melalui sistim urine.

Status Selenium

Konsentrasi selenium dalam eritrosit, serum, plasma, urine atau rambut

dapat digunakan untuk menduga status selenium pada manusia. Kandungan

selenium pada berbagai organ penting seperti selenium pada hati, ginjal, jantung,

otak, jaringan otot dan lainnya, juga dapat menduga status selenium manusia.

Menurut para ahli penentuan selenium melalui kadar selenium pada serum darah,

eritrosit, urin dan plasma lebih menunjukkan keadaan kadar selenium sebenarnya.

Hal ini disebabkan selenium dalam eritrosit, serum, plasma dan urin dihitung

sebagai selenium dalam enzim yang mempunyai sifat fungsional yang sudah pasti.

Berlainan dengan kadar selenium dalam berbagai jaringan seperti hati, ginjal, dan

otot lebih menggambarkan kadar selenium total yaitu selenium dalam enzim juga

dihitung dalam bentuk komplek (IOM, 2000).

Seberapa jauh adanya hubungan kadar selenium dalam serum darah,

eritrosit, plasma, urin dan rambut dapat menentukan status selenium, sangat

tergantung pada ras, daerah dan pengaruh lingkungan lainnya. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa kadar selenium dengan parameter tersebut pada

suatu lokasi tidak selalu menggambarkan keadaan sebenarnya terjadi defisiensi

atau tidak. Pada daerah yang defisit seleniumnya tidak semua penduduk menderita

akibat gangguan kekurangan selenium atau sebaliknya pada daerah yang tinggi

deposit seleniumnya juga tidak selalu menderita keracunan selenium.

Page 78: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Pada proses metabolisme normal, dalam tubuh akan terbentuk radikal

bebas dari senyawa oksigen, misalnya superoksida, oksigen singlet yang

merugikan. Radikal bebas biasanya bersifat oksidatif dan akan memicu

pembentukan kanker melalui mutasi gen dan merangsang pembelahan sel. Zat

pengoksidasi (oksidan) atau radikal bebas lain juga dapat berasal dari luar tubuh

(makanan, asap rokok, asap mobil, pollutan, dll). Jika potensi dari zat oksidan

lebih tinggi daripada antioksidan di dalam tubuh seperti vitamin C, beta-karoten,

vitamin E, dan GSH, maka keadaan ini disebut oxidative stress (stress oksidatif),

yang merusak atau mengoksidasi biomolekul di dalam tubuh termasuk DNA dan

berarti karsinogenik (IOM, 2000).

Senyawa karsinogen dapat dimodifikasi melalui konjugasi dengan suatu

gula (asam glukoronat), sulfat, gugus metil, atau glutathion (GSH). Beberapa

enzim glutathion-S-transferase (GST) berperan untuk mentransfer GSH ke

berbagai karsinogen membentuk senyawa konjugasinya dengan GSH yang netral,

mudah larut di dalam air sehingga dapat di keluarkan dari tubuh.

Selenium (Se) merupakan komponen esensial enzim glutation peroksidase

(GSH-Px). Enzim glutathione peroxidase (Gambar 9) akan mengkatalisasi

penguraian H2O2 dan hidroperoksida lipid oleh glutathione (GSH) sehingga lipid

membran sel menjadi aman dan oksidasi Hb menjadi MetHb dapat dicegah.

Enzim GSH-Px tidak aktif bila kekurangan Se dan sebagai akibatnya tubuh akan

terpapar radikal bebas dan peroksida berbahaya yang bersifat mutagenik dan

karsinogenik. Glutation peroksidase (GSH-Px.) bekerja secara sinergis dalam

mencegah timbulnya radikal bebas dalam tubuh. Kadar GSH-Px yang tinggi

dalam darah belum tentu menunjukkan rendahnya kadar aktivitas radikal bebas

dalam tubuh, karena proses kerja antioksidan dalam tubuh bekerja secara sinergis

maka apabila komponen yang satu mengalami kenaikan aktivitas maka harus

diikuti kenaikan aktivitas komponen yang lainnya. Hal ini seperti hasil penelitian

Thomson et al. (1985) bahwa pemberian suplemen tinggi Se pada orang New

Zealand melalui roti putih sebanyak 200 μg /hari selama 8 – 13 minggu

menunjukkan kadar aktivitas GSH-Px meningkat di dalam darah, eritrosit plasma

dan platelets, tetapi tidak menghasilkan perubahan dalam komponen sistem

pertahanan tubuh terhadap lipid peroksida karena aktivitas glutathione-S-

Page 79: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

transferase tidak berubah selama suplementasi berlangsung. Glutathione

peroxidase mengurangi katalisator dari :

Organik peroxides yang merupakan turunan dari unsaturated fatty acids

(lipid peroxide LOOH), nucleic acids dan molekul lainnya.

Hidrogen Peroxide (H2O2) dengan reaksi sebagai berikut :

Penurunan aktivitas gluthation peroksidase ditemukan juga pada pasien

yang positif HIV seperti yang dikemukan oleh Beauvieux (1996) Pada pasien

yang terinfeksi HIV mengalami defisiensi selenium dan vitamin A. Aktivitas

radikal bebas tinggi dan kadar GSH-Px rendah pada pasien yang positif HIV

dibandingkan dengan pasien yang tidak HIV. Pemberian suplemen selenium dan

beta karoten selama 12 bulan pada pasien yang positif HIV menunjukkan

kenaikan kadar GSH-Px secara signifikan. GSH-Px dan GSH mempunyai peranan

yang penting sebagai sistem pertahanan tubuh untuk menetralkan hidrogen

peroksida, suplemen selenium juga dapat melindungi sel dari oxidative stress.

Gambar 9 Reaksi aktivitas Glutathione-S-transferase (Thomson et al. 1985)

Penelitian yang dilakukan oleh Sunarti et al. (2000) tentang kadar

selenium dan aktivitas glutathion peroksidase pada kasus keguguran di RSUP

Dr.Sardjito menunjukkan bahwa kadar selenium pada wanita keguguran lebih

rendah atau lebih banyak dari yang dianjurkan, serta aktivitas glutation

peroksidase lebih terlihat pada wanita hamil yang tidak mengalami keguguran

sebagai kontrol. Keguguran dimungkinkan berkaitan dengan kerusakan DNA dan

membran biologik akibat kurangnya sistem pertahanan antioksidan terhadap

radikal bebas atau akibat toksisitas selenium. Kadar selenium yang rendah

menyebabkan penurunan aktivitas enzim glutathion peroksidase sehingga enzim

ini tidak dapat menetralkan hidroksida yang ada di dalam tubuh. Radikal bebas

H202 atau

LOOH/ROOH 2H20 atau

LOH/ROH + H20

2 G-SH GS-SG

Glutathione peroxidase

Page 80: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

turunan hidroksi peroksida dapat menyebabkan kerusakan DNA, kerusakan

protein, dan terjadinya lipid peroksidasi. Kerusakan komponen membran sel

kemungkinan merupakan salah satu penyebab keguguran.

Selenium dalam proses sebagai zat gizi antioksidan berinteraksi dengan

zat gizi mikro lainnya secara sinergis antara lain vitamin C dan khususnya vitamin

E. Vitamin E juga sebagai zat antioksidan, mengurangi beberapa gejala akibat

kekurangan selenium pada hewan. Kekurangan copper juga akan meningkatkan

oksidatif stress dan dapat menurunkan aktivitas gluthation peroxsidase dalam

plasma pada hewan yang kekurangan copper.

Peran vitamin E berhubungan erat dengan unsur selenium dan enzim

gluthation peroksidase. Tokoferol adalah senyawa antioksidan yang kuat. Gejala

pada hewan percobaan dapat ditafsirkan sebagai terjadinya proses peroksidasi

berlebihan pada jaringan jika tidak ada perlindungan terhadap peroksidasi oleh

vitamin E. Enzim gluthation peroksidase memulihkan gluthation teroksidasi

menjadi gluthation, sehingga dengan reaksi tersebut terbentuknya hidroperoksida

yang bersifat sangat merusak dapat dikendalikan sampai minimum. Jika

gluthation berperan menguraikan hidroperoksida yang sudah terbentuk, vitamin E

berperan mencegah terbentuknya hidroperoksida dan dengan demikian mencegah

pula kerusakan oleh peroksida (IOM, 2000).

Dari Gambar 10 dapat dilihat adanya hubungan sinergis antara vitamin E

dengan GSH-Px. berawal dari proses autoksidasi asam lemak tidak jenuh (PUFA)

sehingga akan terbentuk hidroperoksida. Vitamin E berfungsi memutus rantai

proses autoksidasi sehingga mencegah timbulnya hidroperoksida, sedangkan

GSH-Px. bekerja memunahkan hidroperoksida yang sudah terbentuk sehingga

mencegah terjadinya kerusakan asam lemak tidak jenuh. Oleh karena itu asam

lemak tidak jenuh khususnya asam lemak esensial seperti linoleat, linolenat dan

arakhidonat dapat terlindungi dari peroksidasi. Pada proses pemutusan rantai

autoksidasi oleh vitamin E akan terbentuk vitamin E radikal. Vitamin E radikal

direduksi oleh vitamin C sehingga menghasilkan bentuk vitamin E dan vitamin C

radikal, yang kemudian dinetralkan kembali menjadi vitamin C oleh GSSG.

Page 81: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Gambar 10 Hubungan Sinergis Zat Gizi sebagai Antioksidan (Thomson et al. 2003)

Selanjutnya The Lancet (Internet: MedScape 15 Juli 2000)

mengemukakan bahwa selenium berfungsi sebagai penambah kekebalan bila

dalam darah mengandung penuh selenium (95 ppb). Pada kondisi tersebut

seseorang akan meningkat penggandaan sel-T yang diduga sebagai perluasan

klonal untuk peningkatan imunitas. Limfosit dari para relawan ditambah dengan

selenium (seperti natrium selenit) dengan dosis 200 mikrogram per hari

menunjukkan peningkatan tanggapan terhadap rangsangan antigen dan

peningkatan kemampuan untuk mengembangkan limfosit sitotoksik dan

menghancurkan sel tumor. Disamping itu aktivitas sel pembunuh alami meningkat

(82%), dan juga peningkatan 118% sitotoksisitas tumor yang menjadi perantara

limfosit sitotoksik dibandingkan pada awalnya.

Lama Intervensi dan Dosis Suplemen Se dan I

Suplemen selenium dan iodium diberikan setiap hari selama dua bulan (8

minggu). Hasil penelitian Thomson et al. (1985) dan Whanger, Linus Pauling

Institute (2003) menunjukkan bahwa pemberian suplemen tinggi Se pada orang

New Zealand melalui roti tawar sebanyak 200 μg /hari selama delapan minggu

Page 82: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

menunjukkan kadar aktivitas GSH-Px meningkat di dalam darah, tetapi tidak

menghasilkan perubahan dalam komponen sistem pertahanan tubuh terhadap lipid

peroksida karena aktivitas glutathione-S-transferase tidak berubah selama

suplementasi berlangsung. Sedangkan yang diberikan selama 13 minggu tidak

menunjukkan perbedaan hasil yang nyata. Dengan demikian lama intervensi Se

untuk pertahanan tubuh paling efektif selama delapan bulan. Selanjutnya karena

Se bersifat toksik maka Muhilal (2004) menganjurkan dilakukan penelitian dose-

response untuk melihat hubungan antara dosis dan efek samping yang terjadi

sebagai dampak pemberian suplemen Se untuk tujuan perbaikan profil darah

dengan menggunakan nilai uptake level (UL) adalah nilai asupan zat gizi (Se dan

I) tertinggi yang tidak menimbulkan efek samping/toksisitas.

Suplemen Selenium (Se) dan Iodium (I) diberikan dengan dosis yang

didasarkan angka kecukupan yang dianjurkan (AKG) paling rendah agar tidak

menimbulkan efek samping pada anak yang diteliti. Disamping itu asupan

terendah yang tidak menimbulkan efek samping dapat digunakan untuk estimasi

UL dari zat gizi (Se dan I). Dosis suplemen iodium yang diberikan juga mengacu

pada rekomendasi WHO/UNICEF/ICCIDD (1992) yaitu sebesar 50 μg /hari untuk

anak usia 9-12 tahun. Sementara dosis Se yang diberikan mengacu pada besarnya

ekskresi Se sebesar 50% - 60% atau 45 μg (Elson, 2003).

Page 83: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 11 Kerangka Pemikiran Perlunya Intervensi Gizi Ganda melalui Suplemen Iodium dan Selenium pada Anak dengan Tanda Khas Kretin di Daerah Endemik GAKI

Sosial – Ekonomi rendah

Asupan Zat Gizi Kurang Infeksi

Daerah Endemik GAKI

• Rendah Iodium • Rendah Selenium • Garam ber-iodium

< 30 ppm • Kandungan Se &

Iodium dlm air minum + bahan makanan rendah

Absorpsi Zat Gizi Terganggu

Imunitas Seluler Terganggu

Morbiditas tinggi

Status Gizi Rendah Kemampuan Kognitif rendah

Tumbuh Kembang Fisik & Otak Terganggu sifat Permanen

Intervensi Zat Gizi Mikro pada Anak SD usia 9-12 tahun Melalui Suplemen Selenium dan Iodium dosis rendah selama 2 bulan

Selenium + Iodium

Plasebo

Pengaruh Terhadap : Profil Darah, Status Gizi, Skor IQ, Jumlah Tanda Khas Kretin

Iodium Dosis 50 μg/hari

Selenium dosis 45 μg/hari

Page 84: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

Persiapan penelitian mulai dilakukan pada Agustus 2005 yaitu mengurus

perijinan wilayah sampai pada lokasi sekolah dasar (SD) dan perijinan

Laboratorium di BATAN Yogyakarta dan Balai Laboratorium Kesehatan

Yogyakarta untuk analisis kadar mikronutrien, serta Laboratorium Klinik Prodia

Surakarta untuk analisis profil darah. Survey awal atau pendahuluan untuk

Penapisan sampel dan penentuan dosis selenium dan iodium dimulai pada

Desember 2005 – April 2006. Penelitian utama dilakukan setelah semua sampel

terseleksi dan menyatakan bersedia mengikuti penelitian hingga selesai (April

2006 – Mei 2007). Penelitian ini sudah mendapatkan ethical clearance dari

Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta, No:

2181/H.27.17.1/PL/2005 Tanggal 21 Des 2005.

Lokasi penelitian di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tepatnya di dua

desa wilayah kerja Puskesmas Cepogo, yaitu desa Wonodoyo dan Jombong.

Gambar 12 Foto SDN Jombong 1 dan SDN Jombong 2 di Desa Jombong,

Kecamatan Cepogo, Boyolali sebagai Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi berdasarkan penyebaran masalah GAKI pada anak SD

usia 9-12 tahun di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Secara keseluruhan ada

89 desa di 16 Kecamatan. Masing-masing desa endemik mewakili Kecamatan di

daerahnya yang dipilih secara random sampling sebagai dasar pemilihan lokasi

digunakan hasil pemantauan status gizi anak usia sekolah pada tahun 2000 oleh

DKK Boyolali (TGR 14.5 % dan VGR 12 % dan anak cenderung kretin 11.4%).

Page 85: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Kemudian diambil satu Kecamatan dan terpilih Kecamatan Cepogo sebagai

lokasi penelitian dan terpilih SD yaitu :

1. SDN Jombong I, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

2. SDN Jombong II, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

3. SDN Wonodoyo I, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

4. SDN Wonodoyo II, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan tiga tahap (Tabel 15) yang terdiri dari penelitian

pendahuluan untuk Penapisan sampel dengan menggunakan kriteria inklusi (Tabel

17) dilanjutkan dengan penentuan bio-availabilitas kapsul sodium selenat (kapsul

dosis 45ug) sesuai anjuran kecukupan gizi (AKG) dan penelitian epidemiologi

yang berupa intervensi gizi mikro (Sodium selenat dan Iodium) pada anak usia SD

laki-laki dan perempuan berumur 9 – 12 tahun.

Dalam penelitian ini diberikan sejumlah alasan untuk memadukan

pendekatan metode kuantitatif dan kualitatif, yaitu:

1. mengidentifikasi aspek dan variabel yang muncul dari hasil pengamatan

2. mengilustrasikan model statistik kuantitatif dengan studi kasus kualitatif

(jumlah tanda khas kretin)

3. meningkatkan validitas konvergensi hasil (data laboratorium)

4. meningkatkan validitas eksternal (generalisasi daerah endemik GAKI)

Page 86: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel. 15 Desain dan Lokasi Penelitian

Tahap Penelitian Desain Lokasi penelitian Waktu

1. Penelitian pendahuluan untuk Penapisan sampel

Rapid assesment /Survey cepat dengan menggunakan kriteria inklusi (Tabel 16)

Daerah : a. Kecamatan

Cepogo, Kab. Boyolali, Jawa Tengah

Laboratorium : Lab. Teknologi Maju BATAN-Yogyakarta

Feb-April 2006

2. Penentuan nilai bio-availabilitas sodium selenat (kapsul dosis 45 ug) dan kapsul iodium 50 ug

Desain in-vitro Laboratorium : Teknologi Maju BATAN-Yogyakarta

Februari 2006

3. Penelitian epidemiologi pada anak SD

Desain Experimental Quasi (Before & After Quasi Experiment) : a. Persiapan, seleksi

sampel b. Pemberian obat cacing

‘albendazole’ 400 mg c. Pre-test (pemeriksaan

darah, BB, TB TLidah), tes IQ

d. Intervensi gizi dan monitoring minum kapsul (4 kelp) selama 2 bl

e. Post-test f. Pengukuran dampak

fisik (status gizi, kesh) setelah 4 bl intervensi

Daerah : a. Kecamatan

Cepogo, Kab. Boyolali, Jawa Tengah

Laboratorium : Balai Kesehatan Yogyakarta

Juni 2006 s.d Nopember 2006

Page 87: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 16 Kriteria Inklusi untuk Penentuan Sampel Saat Penapisan

No. Kriteria

1 Umur 9 – 12 tahun (kelas IV dan V). Umur 9 pada anak perempuan telah mengalami menstruasi pertama, sedangkan pada anak laki-laki sebenarnya umur 9 tahun 10 bulan

2 Lahir di desa endemik GAKI terpilih 3 Status gizi kurang 4 Tidak menderita penyakit diare 5 Tidak mempunyai kelainan kongenital / cacat bawaan 6 Tidak menderita panas/demam, DBD, batuk pilek yang berat. 7 Tidak menderita penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 8 Tampak menderita penyakit Thyroid/ ada benjolan di leher 9 Sulit diajak bicara, sulit menangkap pembicaraan orang lain dan

kurang/tidak dapat mendengar 10 Apatis, tidak bersemangat 11 Tidak anaemia (pucat, lemah, malas) anemia berat (Hb < 8 g/dl) 12 Muka, tangan bengkak, lidah membesar 13 Cebol / kerdil dibanding seusianya 14 Motivasi belajar kurang 15 Telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian 16 Menyetujui Informed Consent 17 Bersedia untuk mematuhi semua prosedur penelitian 18 Tidak berpartisipasi dalam penelitian lain

Kriteria No. 14-16 perlu dicantumkan sebagai kriteria inklusi karena sejak tahun

1996 kesepakatan Helsinki telah diamandemen kembali untuk Ethical Clearance

jenis penelitian high risk maupun jenis penelitian kuratif.

Populasi dan Sampling

Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah anak SD kelas IV dan

kelas V pada usia 9-12 tahun yang tinggal di desa endemik GAKI di Kabupaten

Boyolali, Jawa Tengah. Sampel, unit observasi dan unit analisis adalah :

• Sampel desa diambil secara random sampling dan terpilih dua desa

(Jombong, Wonodoyo) di kecamatan Cepogo.

• Unit observasi dalam penelitian ini ada empat SDN yaitu SDN Jombong (I

dan II) dan SDN Wonodoyo (I dan II).

Unit analisis dalam studi ini adalah murid SDN (laki laki dan perempuan

usia 9-12 tahun) yang aktif sekolah di kelas IV dan V SDN terpilih. Kemudian

Page 88: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

dibuat daftar murid calon subyek atas dasar daftar absensi dan secara random

diambil sebagai unit analisis. Selanjutnya dilakukan Penapisan sampel dengan

menggunakan 6-11 tanda / ciri khas kretin endemik. Apabila terdapat 6-11 tanda

artinya anak memiliki risiko menjadi kretin. Adapun 15 tanda/ciri khas kretin

endemik tersebut (Widodo, 2000) adalah :

• Gerakan anak tidak terkoordinasi

• Motivasi belajar kurang

• Bila berjalan sering jatuh, terhuyung-huyung, langkah tidak teratur

• Sering kejang

• Sulit diajak bicara

• Sulit menangkap pembicaraan orang lain

• Kurang/tidak dapat mendengar

• Juling (starbismus)

• Cebol / kerdil dibanding seusianya

• Kulit berbintik / berbercak

• Ada benjolan di leher

• Apatis, tidak bersemangat

• Anaemia (pucat, lemah, malas)

• Muka, tangan bengkak, lidah membesar

• Mengalami gangguan pertumbuhan fisik

Selanjutnya untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus (Murti,

2006) yaitu:

n = [Z α √ 2p(1-p) + Zβ √ p1(1-p1) + p0 (1 – p0)

(p1 - p0)2

n = besar sampel masing-masing kelompok

p0 = proporsi subyek dalam kelompok kontrol = 0.33

p1 = proporsi subyek dalam kelompok studi = 0.12 (prevalensi kretin

Jawa Tengah tahun 1998 ada 12%)

p = proporsi gabungan = ( p1 + p0 ) : 2 = 0.226

p1 - p0 = perbedaan proporsi subyek dalam kelompok studi dan kontrol

(perbedaan minimal yang bermakna secara klinik) = 0.0481

Page 89: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

α = batas kemaknaan, menggunakan : 0.05

Z α = Z 0.025 = 1.96

1-β = power, biasanya 0.90 atau 0.80 (dalam penelitian dipakai 0.90)

Zβ = Z 0.10 = 1.282

1 – p = 0.774

1 – p1 = 0.88 n = 2.285 : 0.0481 = 46.8 ∼ 47 anak / kelompok

1 – p0 = 0.67 perlakuan

Proporsi subyek dalam kelompok studi ditentukan berdasarkan besarnya

prevalensi anak penderita kretin di Jawa Tengah sebesar 12%. Jadi berdasarkan

rumus tersebut total sampel = 4 kelompok x 47 anak = 188 anak. Untuk

mengantisipasi terjadinya lost follow up maka jumlah sampel ditambah 10%

menjadi 206. Semua sampel diberi obat cacing, namun sebelumnya dilakukan

random sampling Sekolah Dasar dengan mengundi lintingan kertas tertutup untuk

menentukan kelompok perlakuan (A,B,C,D). Hasil sampling SD untuk jenis

perlakuan dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Hasil Randomisasi SD untuk Penentuan Jenis Perlakuan No. Model Dosis Nama

Kelompok SDN terpilih secara acak

1 Kapsul Iodium 50 μg/orang/hari +

Selenium 45 μg/orang/hari Kelompok : A Wonodoyo II

Cepogo (51 anak) 2 Kapsul iodium saja 50

μg/orang/hari Kelompok : B Wonodoyo II

Cepogo (52 anak) 3 Kapsul Selenium 45 μg/orang/hari Kelompok : C Jombong II Cepogo

(52 anak) 4 Kapsul tanpa Se & I (Plasebo) Kelompok : D Jombong I Cepogo

(51 anak) Total sampel pada saat penapisan ada 206 anak

Setelah perlakuan 4 bulan terjadi drop out 91 anak sehingga jumlah

sampel yang memenuhi syarat untuk dianalisis ada 115 anak (n1=18, n2=35,

n3=34, n4 = 28 anak). Sebanyak 50 anak mengikuti terapi gizi klinik di

Semarang karena dikhawatirkan akan menjadi kasus kretin baru. Sembilan belas

anak sudah lebih dari 20 hari tidak minum suplemen (kepatuhan minum suplemen

Page 90: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

kurang dari 80%). Tiga belas anak pindah sekolah, dan 9 anak takut diambil

darahnya. Dengan demikian drop out sampel mencapai 44.17 %. Tingginya drop

out sampel hingga mencapai 50% juga dialami oleh Soekarjo, et al. (2004) yang

meneliti tentang suplementasi vitamin A dan zat besi pada remaja di Jawa Timur.

Pada umumnya penelitian epidemiologi yang bersifat kuratif bukan promotif-

preventif akan mengalami drop out tinggi sampai 50% (Ahmed et al., 2001).

Dalam penelitian ini saat penapisan menggunakan set power statistik 90% namun

setelah terjadi drop out sampel maka power statistik menjadi 87%.

Variabel dan Definisi Operasional

1. Profil darah anak usia 9-12 tahun adalah pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb)

dalam g/dl, kadar hematokrit (Ht) dalam %, kadar eritrosit, leukosit, MCV,

MCH, MCHC, kadar Se (μg/dl) dan kadar I (μg/dl). Selanjutnya hasil

pemeriksaan profil darah untuk menentukan :

• Pre-Post test jenis anemia anak SD usia 9-12 tahun

Harga absolut dihitung dari konsentrasi eritrosit, konsentrasi Hb dan Ht.

Rumus MCV, MCH dan MCHC dapat dilihat pada Box.1

Mean corpuscular volume (MCV) dalam femtoliter (fl) =

Hematokrit (1/1)

Konsentrasi eritrosit (per liter)

Mean corpuscular haemoglobin (MCH) dalam pikogram (pg) =

Konsentrasi hemoglobin (g/dl)

Konsentrasi eritrosit (per liter)

Mean corpuscular haemoglobin consentarion (MCHC)

Dalam gram per deciliter (g/dl) = Konsentrasi hemoglobin (g/dl)

Hemotokrit (l/l)

Box 1 Rumus MCV, MCH dan MCHC (Irianto dan Waluyo, 2004).

Page 91: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Anemia akan ditemukan apabila konsentrasi hemoglobin kurang dari 13

g/dl pada pria, atau 11,5 g/dl pada perempuan, hematokrit juga mengalami

penurunan. Naiknya konsentrasi eritrosit disebut polisitaemia, biasanya disertai

dengan meningkatnya konsentrasi hemoglobin dan hematokrit.

• Pre-Post test status Selenium dan Iodium pada anak usia 9-12 tahun

merupakan hasil analisis pengukuran kadar Se dan iodium dalam plasma

darah kemudian dibandingkan dengan nilai kadar normal (Se = 0.1-6.1 μg/ dl.

dan Iodium 3-6.5 μg/ dl). Cara pengukuran preparasi sampel dilakukan di

Lab. Klinik Prodia Solo dan analisis menggunakan metode APN (analisis

pengaktif nuklir) dikerjakan di BATAN / Balai Kesehatan Yogyakarta.

Kalkulasi indeks merupakan hasil keseluruhan pengelompokan berdasarkan

cut off point (normal atau defisiensi).

• Pre-Post test jumlah eritrosit dan leukosit pada anak usia 9-12 tahun

merupakan hasil analisis pengukuran jumlah eritrosit dan leukosit dalam

darah kemudian dibandingkan dengan nilai kadar normal (eritrosit : 4.2-5.4

ml/mm3 dan leukosit : 5-10 ml/mm3 atau juta / ml). Preparasi dan analisis

sampel dilakukan di Lab Klinik Prodia Solo dengan kalkulasi indeks hasil

keseluruhan pengelompokkan berdasarkan cut off point (normal atau

defisiensi).

Langkah kerja laboratoris untuk pemeriksaan darah rutin adalah :

a. Penentuan Kadar Hb : menggunakan metode Cyanmethemoglobin. Ke dalam

tabung reaksi, dimasukkan tepat 5 ml larutan reagen Hb (larutan pengencer

Drabkin), pengukuran menggunakan buret. Dipipet dengan pipet Hb

terstandarisasi 0.02 ml darah (tepat). Darah dalam pipet dimasukkan kedalam

larutan reagen Hb. Pipet dibilas dengan menghisap larutan dan

mengeluarkannya sampai 3x dan dijaga jangan sampai timbul gelembung

udara. Tabung diputar supaya darah bercampur dengan reagen Hb.

Didiamkan selama 10 menit agar terbentuk sianmet-Hb. Dibaca dengan

Spektrofotometer pada 540 nm. Blanko digunakan larutan reagen Hb.

Perhitungan g% Hb sampel = densitas sampel dibagi densitas standar

dikalikan g % Hb standar (Underwood, 2002).

Page 92: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

b. Penentuan Kadar Ht : menggunakan volume packed red cells (VPRC). Darah

yang digunakan telah diberi antikoagulan (heparin). Darah dimasukkan ke

dalam pipa kapiler. Ujung pipa kapiler berisi darah ditutup. Normal VPRC

untuk laki-laki 45 % dan perempuan 41 % dari volume seluruhnya

(Underwood, 2002).

c. Perhitungan MCV (Mean Corpuscular Volume) adalah rata-rata volume

masing-masing eritrosit, dihitung dari volume eritrosit dibagi banyaknya

eritrosit dalam 1 liter darah. MCV dinyatakan dalam femtoliter (fl). Normal

MCV pada semua kelompok umur sama, yaitu 80-94 fl (Underwood, 2002).

d. Perhitungan MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) merupakan rata-rata

banyaknya Hb dalam tiap eritrosit.

MCH dinyatakan dalam pico-gram (pg). Normal MCH pada anak usia

sekolah yaitu 20-27 pg. (Underwood, 2002).

e. Perhitungan MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Consentration)

merupakan persentase banyaknya Hb terhadap volume eritrosit.

MCHC dinyatakan dalam gram /100 mililiter (g/100ml). Normal MCHC

pada semua kelompok umur sama, yaitu 33-38 g/100 ml (Underwood, 2002).

f. Jenis anemia menurut ukuran besarnya eritrosit. Menurut Underwood (2002)

dan Tierny et al. (2003) ada tiga jenis anemia, yaitu anemia makrositik (jenis

anemia yang memiliki ukuran eritrosit lebih besar dari normal), anemia

mikrositik (jenis anemia yang memiliki ukuran eritrosit lebih kecil dari

g % Hb sampel = Densitas sampel x g % Hb standar Densitas standar

MCV = Volume Packed Red Cells (VPRC) Banyaknya eritrosit 1 liter

MCHC = Hb (g /100 ml darah ) VPRC

MCH = Hb (g /100 ml darah ) Banyaknya eritrosit / liter

Page 93: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

normal), dan anemia monositik (jenis anemia yang memiliki ukuran eritrosit

normal).

g. Jenis anemia menurut kadar Hb dalam eritrosit. Menurut Underwood (2002)

dan Tierny et al. (2003) ada tiga jenis, yaitu anemia hiperkromik (jenis

anemia yang memiliki kandungan Hb dalam eritrosit berlebih), anemia

hipokromik (jenis anemia yang memiliki kandungan Hb dalam eritrosit

kurang), dan anemia monokromik (jenis anemia yang memiliki kandungan

Hb dalam eritrosit tidak banyak berubah).

2. Status Gizi Antropometri adalah keadaan gizi anak sebagai hasil dari asupan

dan metabolisme dari berbagai zat gizi di dalam tubuh, yang diukur secara

antropometri dan dinilai berdasarkan indeks berat badan menurut umur

(BB/U) dan tinggi badanmenurut umur (TB/U).

Pre-Post test status gizi anak SD usia 9-12 tahun dengan indikator BB/U dan

TB/U Dengan kriteria sebagai berikut :

a. Termasuk Status Gizi Obese bila : > 3 SD

b. Termasuk Status Gizi Lebih (Gemuk = Over Weight) : +2 <Z< 3 SD

c. Termasuk Status Gizi Normal bila : -2 ≤ Z ≤ 2 SD

d. Termasuk Status Gizi Kurang bila : -3 < Z < - 2 SD

e. Termasuk Status Gizi Stunted bila : Z < -3 SD

3. Skor IQ adalah hasil test IQ anak menurut metode Raven (1995) yaitu untuk

Pre-Post test skor IQ terhadap gejala kretin sub-klinik

• IQ <25 : idiot (Retardasi mental berat)

• IQ=25-40 : Imbecile (Retardasi mental sedang)

• IQ=40-55 : Moron (Retardasi mental ringan)

• IQ=55-70 : garis batas dengan gangguan ringan pada perkembangan

psikomotor dan pendengaran

• IQ=70-85 : di bawah garis normal dapat termasuk gejala kretin sub-

klinik ringan

Data Karakteristik anak SD usia 9-12 tahun yang diambil dengan wawancara :

a. Umur Anak

Difinisi operasional : umur pada saat penelitian dilakukan dalam tahun

Penuh (tahun, bulan)

Page 94: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Prosedur pengukuran : dihitung berdasarkan catatan sekolah

b. Jenis kelamin

Difinisi operasional : jenis kelamin anak yang diintervensi laki-laki dan

perempuan

Prosedur pengukuran : dikutip dari catatan sekolah dan observasi

langsung

c. Kondisi kesehatan anak

Difinisi operasional : catatan kesehatan anak selama 3 bulan terakhir

Prosedur pengukuran : laporan dari yang bersangkutan /keluarga /teman

/guru

d. Kebersihan anak selama pemeriksaan

Difinisi operasional : hasil pemeriksaan kebersihan anak berdasarkan

pemeriksaan lubang hidung, telinga, kuku jari

tangan dan korengan/ tidak untuk mengetahui

potensi kecacingan.

Prosedur pengukuran : diamati dan diperiksa oleh peneliti

Kalkulasi Indeks : 1. Kotor sekali 2. kotor

3. bersih 4. bersih sekali

Kontrol Kualitas Data

Untuk menjaga tingkat kepercayaan (reliabilitas) data yang dikumpulkan, maka

peneliti berusaha dengan cara :

1. Bekerja bersama satu Tim dengan Puskesmas Cepogo, Bidan Desa, Kepala

Sekolah, Guru kelas dan Guru UKS di setiap SD lokasi penelitian dan

Peneliti sendiri sebagai pengumpul data di SD

2. Melakukan pertemuan / koordinasi antara peneliti dengan Dinas Kesehatan

Kabupaten (DKK), dan Dinas Pendidikan Nasional Kantor cabang Cepogo

untuk mendiskusikan setiap masalah yang timbul di lapangan.

3. Penyuntingan data dilakukan segera setelah data terkumpul oleh peneliti

dengan bimbingan dan arahan komisi pembimbing.

Page 95: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung kepada subyek

dengan menggunakan kuesioner. Selain itu dilakukan wawancara mendalam

kepada Kepala Puskesmas Cepogo, Kepala Sekolah Dasar terpilih, Guru Kelas

dan Guru UKS setiap SD terpilih. Selanjutnya untuk mengidentifikasi masalah

dengan pendekatan Fish Bone yaitu melihat masalah dari aspek manusia,

lingkungan, metode, alat dan materi. Langkah-langkah yang dilakukan untuk

pengumpulan data adalah :

1. Menggalang komitmen dengan DKK Boyolali, Kapuskes dan dokter

Puskesmas, Bidan desa, Dinas Pendidikan Nasional cabang Cepogo.

Dilanjutkan sosialisasi tentang pelaksanaan penelitian pemberian kapsul

iodium dan selenium (frekuensi dan dosis). Hal ini bertujuan untuk

menghindarkan over dosis.

2. Setelah sosialisasi kegiatan penelitian dengan pihak DKK Boyolali dan

Diknas Boyolali selanjutnya sosialisasi dengan pihak SD dan orangtua murid

di setiap lokasi SD terpilih. Dalam hal ini peneliti didampingi pihak

Puskesmas.

3. Setelah informed consent diperoleh dari pihak orangtua murid dan disaksikan

kepala SD atau guru kelas, maka kegiatan penelitian utama segera dapat

dilakukan dengan sampel yang berdasarkan hasil Penapisan.

4. Peneliti bersama dengan tim Puskesmas yang sudah dilatih melakukan

pengukuran antropometri, tebal lidah, dan wawancara mendalam tentang

konsumsi anak setiap hari, dilanjutkan dengan pengambilan darah oleh tim

paramedis dari Prodia Solo. Pengambilan data primer lain seperti identitas

dan riwayat kesehatan sampel dilakukan oleh peneliti. Data sekunder besar

prevalensi GAKI diverifikasi dengan data dari berbagai pihak terkait.

5. Jenis paket intervensi yang diberikan adalah :

• Kapsul selenium dosis 45 μg/hari dan iodium dosis 50 μg/hari disediakan

oleh peneliti untuk dikonsumsi selama 2 bulan (SDN Wanodoyo II).

• Kapsul iodium dengan dosis rendah (50 μg/hari) saja diberikan selama 2

bulan (SDN Wonodoyo I)

Page 96: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

• Kapsul selenium dosis 45 μg/hari saja disediakan oleh peneliti untuk

dikonsumsi selama 2 bulan (SDN Jombong II).

• Kapsul tanpa iodium maupun selenium (Plasebo) diberikan selama 2 bulan

(SDN Jombong I)

Secara teknis, masing-masing subyek penelitian diambil darahnya pada

pagi hari melalui Vena median cubiti sebanyak 3 ml dan ditampung dalam

tabung EDTA untuk pengukuran kandungan zat gizi selenium dan iodium dalam

plasma. Garam diambil dari masing-masing rumah tangga untuk pengukuran

kadar iodium. Demikian juga air diambil dari rumah tangga secara sub-sampel

untuk pengukuran iodium, dan selenium. Asupan iodium dan selenium diperoleh

dengan wawancara 24-hour recall dan FFQ (Food Frequency Qiestionaire)

untuk mengetahui asupan protein hewani dan zat goitrogenik. Informasi

distribusi kapsul iodium dan selenium dilakukan dengan lembar catatan

kepatuhan minum kapsul (Lampiran 1). Semua data kegiatan penelitian di

lapangan kemudian diolah dengan cara :

• Hasil wawancara 24-hour recall diolah dengan komputer program Nutri-Soft

(2005) kemudian dibandingkan dengan AKG.

• Pengukuran iodium dan selenium pada plasma darah anak SD dengan metode

NAA (Neutron Activation Analysis).

Analisis Data

Data yang diperoleh di tabulasi dan dianalisis dengan software SPSS for

windows Release 13. Data kualitatif diolah untuk penyusunan pola

kecenderungan dan analisis hubungan antar berbagai pola yang diperoleh.

Sedangkan data kuantitatif diolah untuk menganalisis perubahan profil darah antar

kelompok, status gizi, status kesehatan dan skor IQ anak antar kelompok yang

diberi suplemen dan kelompok kontrol (sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan) menggunakan Independent T-test dilanjutkan analisis Ancova Table

test. Uji Chi-square digunakan untuk menguji kesamaan distribusi peubah non

parametrik antar kelompok perlakuan. Uji ANOVA digunakan untuk

membandingkan perbedaan peubah parametrik sebelum perlakuan seperti kadar

Hb, Ht, eritrosit, leukosit, MCV, MCH, MCHC, kadar Se dan I, status gizi

Page 97: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

(underweight dan stunted), skor IQ dan jumlah tanda khas kretin anak. Uji

efektivitas suplementasi menggunakan selisih nilai (∆) parameter profil darah,

status gizi, skor IQ dan jumlah tanda khas ketin pada anak sebelum dan sesudah

perlakuan. Sebelum semua data diolah perlu dilakukan tes kenormalan data

dengan Kolmogorov Smirnov Goodness of Fit.

Untuk mengkoreksi (adjusted) peubah perancu (confounder) yang diduga

berpengaruh terhadap besaran selisih dampak setelah 2 bulan perlakuan

menggunakan uji ANCOVA. Kemudian bila uji ancova nyata dilanjutkan analisis

hubungan antar variabel digunakan Regresi Linier Sederhana dilanjutkan analisis

multivariate (two factor nested design) untuk mengetahui nilai odds ratio kretin

endemik pada anak menurut standar nilai kandungan Se dan I dalam plasma

darah.

Protokol Penelitian

1. Penapisan Anak

a. Kriteria penerimaan (Tabel 16)

b. Kriteria penolakan

• anak SD umur kurang dari 9 dan atau lebih 12 tahun pada waktu

penapisan (skrining)

• tidak bersedia memberikan ‘inform consent’ / tidak kooperatif

• sedang menderita penyakit tertentu

2. Pengelompokan Anak

a. Anak kelas IV+V dari SDN Wanodoyo II mendapat kapsul selenium

dosis 45 μg/hari dan iodium dosis 50 μg/hari yang disediakan oleh

peneliti untuk dikonsumsi selama 2 bulan (Kelompok A)

b. Anak kelas IV+V dari SDN Wonodoyo I mendapat kapsul iodium dengan

dosis 50 μg/hari saja diberikan selama 2 bulan (Kelompok B)

c. Anak kelas IV+V SDN Jombong II mendapat kapsul selenium dosis 45

μg/hari saja disediakan oleh peneliti untuk dikonsumsi selama 2 bulan

(Kelompok C).

d. Anak kelas IV+V SDN Jombong I mendapat kapsul tanpa iodium maupun

selenium (Plasebo) diberikan selama 2 bulan (Kelompok D)

Page 98: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

3. Dosis dan Pemberian Suplemen

Dosis suplemen iodium yang diberikan mengacu pada rekomendasi WHO/

UNICEF/ICCIDD (1992) yaitu sebesar 50 μg /hari untuk anak usia 9-12

tahun. Sementara dosis Se yang diberikan mengacu pada besarnya ekskresi

Se sebesar 50% - 60% atau 45 μg (Elson, 2003). Dosis rendah yang

ditetapkan tersebut masih berada pada batas aman (safe level intake). Seluruh

suplemen untuk penelitian ini diproduksi oleh PT Kimia Farma tepatnya

Divisi Riset dan Pengembangan di Bandung. Pengujian Laboratorium

Analisis Kimia Farma di Surabaya untuk pemeriksaan bentuk, warna, isi,

waktu hancur dan ketepatan kadar selenium selenat maupun iodium dapat

disimpulkan telah memenuhi syarat seperti yang diharapkan dalam penelitian.

a. Pemilihan suplemen

Suplemen utama dalam penelitian ini adalah kapsul selenium dan iodium.

Untuk mengkondisikan bebas kecacingan diberikan terlebih dulu obat

cacing ‘albendazole’ dosis 400 mg cukup satu kali di minum sebelum

penelitian.

i. Kapsul selenium (Se) adalah kapsul suplemen yang mengandung

selenium selenat 45 μg yang diberikan kepada anak setiap hari selama

dua bulan

ii. Kapsul iodium (I) adalah kapsul suplemen yang mengandung iodium 50

μg yang diberikan kepada anak setiap hari selama dua bulan

iii. Kapsul plasebo adalah kapsul yang secara fisik sama dengankapsul

prlakuan tetapi hanya mengandung selulosa yang diberikan setiap hari

selama dua bulan.

Pemberian suplemen secara tersamar

Pada tahap I semua anak menerima obat cacing ‘Albendazole’ 400 mg dalam

satu kapsul. Kemudian randomisasi dan terdapat empat kelompok (A, B,C,D)

i. Pada tahap II suplemen kapsul iodium dan selenium dimulai di setiap

kelompok dengan dosis harian 50 μg/hari (1 kapsul iodium) dan dosis

harian 45 μg/hari (1 kapsul selenium) diberikan saat anak mengikuti

pelajaran sekolah setelah istirahat pertama.

Page 99: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

ii. Tahap III setelah suplemen diberikan selama 2 bulan dilakukan

monitoring dampak selama 2 bulan dengan pemantauan tiap bulan. Jadi

ada 4 kali pengukuran antropometri, 2 kali (pre dan post) pengukuran

profil darah dan skor IQ

4. Kepatuhan anak

Kepatuhan anak untuk minum kapsul iodium dan selenium dapat

diandalkan keterjaminannya karena setiap anak minum kapsul di sekolah di

depan guru dan tim peneliti lapangan yang ditunjuk dari Puskesmas Cepogo.

Adapun formulir catatan harian untuk melihat kepatuhan anak dapat dilihat

pada Lampiran 2.

5. Pengukuran respon intervensi gizi dan pencatatan data

a. Semua data mulai dari awal sampai akhir penelitian dicatat setelah ‘item’

kegiatan selesai untuk menghindari ‘data hilang’ atau data kurang

lengkap. Artinya sebelum periode ‘run-in’ berakhir maka semua

pencatatan data baik primer, sekunder maupun yang bersifat fakultatif

harus sudah dievaluasi kelengkapan dan kebenarannya. Karena dalam

penelitian ini ada kegiatan pemantauan selama 4 bulan selama intervensi

zat gizi, maka diperlukan pencatatan data antara. Data antara ini ada 4x

hasil pemantauan dan pengukuran dari antropometri, dan tebal lidah.

b. Penilaian respon subyektif

Menggunakan kuesioner dilakukan pemantauan setiap minggu untuk

mengetahui apakah ada keluhan subyektif dari anak yang diberi

intervensi gizi dan beberapa efek samping yang dirasakan oleh anak yang

telah minum suplemen iodium dosis harian 50 μg/hari (1 kapsul) dan

suplemen selenium dosis harian 45 μg/hari (1 kapsul).

6. Pengambilan darah

Sampel darah diambil dari pembuluh vena anak pada pagi hari sebanyak dua

kali awal dan akhir penelitian (pre test dan post test). Darah langsung

dimasukkan kedalam tabung yang sudah diberi EDTA. Plasma diperoleh

dengan cara memutar darah sisa analisis hematologi (Hb, Ht, MCV, MCH,

MCHC, Leukosit dan eritrosit) menggunakan centrifuge selama 15 menit 2000

Page 100: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

rpm. Selanjutnya plasma darah disimpan dalam ‘Eppendorf plastic tubes’

dengan suhu -20 C. Preparasi sampel darah yang akan diukur dan dianalisis

kandungan selenium maupun iodiumnya dilakukan di Laboratorium Klinik

Prodia. Analisis kandungan zat gizi sampel darah dilakukan dengan

menggunakan APN (Analisis Pengaktif Neutron) di Laboratorium Teknologi

Maju BATAN, Yogyakarta dan Laboratorium Balai Kesehatan Yogyakarta.

7. Pengukuran Kemampuan Kognitif

Kemampuan Kognitif untuk mendapatkan skor IQ anak dilakukan oleh

seorang psikolog dengan menggunakan metode Raven Cognitive Classical.

Ada tiga kolom lembar jawab seperti contoh (Lampiran 3).

Page 101: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

HASIL PENELITIAN

Hasil Penelitian Pendahuluan

Dosis rendah yang ditetapkan untuk suplemen iodium yang diberikan

kepada anak mengacu pada rekomendasi WHO/ UNICEF/ICCIDD (1992) yaitu

sebesar 50 μg /hari. Sementara dosis Se yang diberikan mengacu pada besarnya

ekskresi Se sebesar 50% - 60% atau 45 μg (Elson, 2003). Selanjutnya dilakukan

penelitian pendahuluan untuk memastikan apakah ada pengaruh pengganggu dosis

rendah yang ditentukan dengan bioavailabilitasnya. Mengingat usia anak 9-12

tahun merupakan masa growth spurt-II sehingga diharapkan dengan penambahan

dosis rendah Se dan I akan dapat memperbaiki profil darah, status gizi, status

kesehatan dan skor IQ anak. Penelitian bioavailabilitas dosis rendah kapsul

iodium dan selenium dengan menggunakan prosedur baku bioavailabilitas zat

gizi, yaitu prosedur duplo analisis pengaktif neutron (APN) di Laboratorium

Teknologi Maju BATAN dan di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.

Selain itu menurut IOM (2001) penentuan dosis rendah Iodium 50

μg/hari berdasarkan rata-rata untuk masa pertumbuhan anak usia 10-20 tahun

laki-laki sebesar 130 μg/hari dan untuk anak perempuan 100 μg/hari.

Pertimbangan dosis rendah Sodium Selenat 45 μg/hari karena kebutuhan anak

perempuan dan laki-laki mencapai 280 μg/hari. Penelitian ini tidak menggunakan

tikus sebagai sarana analisis bio-availabilitas, tetapi cukup menggunakan tabung

dengan saraf ayam yang ditanam untuk mengetahui test reliabilitas (TR). Hasil

penjumlahan Internal Consistency + TR dinyatakan sebagai nilai Test bio-

availabilitasnya (BATAN, 1999). Adapun hasil analisis bio-availabilitas (jenis

prosedur Duplo/ AAS di BATAN) adalah :

Tabel 18 Hasil Analisis Bio-availabilitas Kapsul Iodium dan Selenium

Sampel Nilai Kandungan Murni

Hasil Kecepatan Tumbuh Sel

Reliabilitas / Validitas (In-Vitro)

Kapsul Sodium Selenat

48 (harusnya 50)

Tampak pada hari ke-22

S : 0.65<R<0.85 (=0.77)

Kapsul Iodium 50 (harusnya 50)

Tampak langsung pada menit ke-10

S : 0.65<R<0.85 (=0.85)

Page 102: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Hasil Penapisan Sampel

Jumlah SD/MI di Kecamatan Cepogo ada 47, namun tidak semuanya

berada di wilayah endemik GAKI. Ada 27 SD/MI yang berada di wilayah desa

endemik GAKI. Dari 27 SD/MI tersebut secara random diambil 6 SD, namun

karena siswa yang berasal dari dua SD kebanyakan memiliki 8-15 tanda khas

kretin maka mereka diambil untuk mengikuti terapi giziklinik diSemarang.

Dengan demikian dalam penelitian ini hanya menggunakan 4 SD yaitu SDN

Jombong I dan II, serta SDN Wonodoyo I dan II. Jumlah keluarga dengan TGR

14.5 % di kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali tercatat ada 4595 keluarga

dengan anak usia sekolah dasar. Jumlah anak SD kelas IV dan V yang tinggal di

daerah endemik GAKI sebanyak 1813 anak. Dari 1813 anak kelas IV dan V

tersebut yang tinggal di desa endemik GAKI seperti Jombong, dan Wonodoyo

ada sekitar 206 anak (Data Penilaian Kinerja Puskesmas, 2005). Setelah

dilakukan penapisan terhadap 206 calon sampel menunjukkan bahwa ciri khas

hipothyroid (cebol) ada 29 %. Adapun hasil penapisan tanda khas kretin dapat

dilihat pada Gambar 13, dan penapisan tes IQ pada Gambar 14.

Gambar 13 Hasil Penapisan Gejala / Tanda Khas Kretin

18%

46%

32%

22%

29%

<DengarGangg.Bicarajln lambatPendekGondok

Page 103: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

30%

15%55% IQ <35 (Imbecile)

IQ=40-70(Moron)IQ=70-85(Dull Normal)

Gambar 14 Hasil Penapisan Tes IQ

Berdasarkan rumus besar sampel seharusnya jumlah sampel untuk

penelitian intervensi zat gizi selenium dan iodium dosis rendah harian ini sebesar

206 anak. Setelah perlakuan 4 bulan terjadi drop out 91 anak sehingga jumlah

sampel yang memenuhi syarat untuk dianalisis ada 115 anak (n1=18, n2=35,

n3=34, n4=28 anak). Kejadian drop out 91 anak disebabkan ada 50 anak

mengikuti terapi gizi klinik di Semarang, 19 anak lebih dari 20 hari tidak minum

suplemen, 13 anak pindah sekolah, 9 takut diambil darahnya. Dengan demikian

drop out sampel mencapai 44.17 %. Hal ini seperti yang dialami oleh Soekarjo et

al. (2004) yang melalukan studi suplementasi zat besi pada remaja. Adapun besar

sampel dan asal sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Besar dan Asal Sampel pada Waktu Penapisan

No. Asal Sampel Jumlah Sampel

1 SDN Gedangan I, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. (Kelas IV dan V)

40 anak

2 SDN Gedangan II, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. (Kelas IV dan V)

39 anak

3 SDN Jombong I, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali (Kelas IV dan V)

31 anak

4 SDN Jombong II, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali (Kelas IV dan V)

39 anak

5 SDN Wonodoyo I, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. (Kelas IV dan V)

39 anak

6 SDN Wonodoyo II, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. (Kelas IV dan V)

18 anak

Besar sampel yang digunakan pada saat penapisan 206 anak

Retardasi Mental Berat-Sedang

Retardasi Mental Ringan Di bawah Rata-rata

Page 104: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Selanjutnya sebaran sampel yang mengikuti kegiatan penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Persentase Sebaran Partisipasi Subyek Penelitian

Sebaran Sampel Asal Sekolah Awal

perlakuan Akhir

perlakuan

% Partisipasi

subyek / asal sekolah

Total Partisipasi Desa (%)

SDN Jombong I 31 anak 28 anak 90.32 SDN Jombong II 40 anak 34 anak 80

85.16

SDN Wonodoyo I 42 anak 35 anak 88.1 SDN Wonodoyo II 18 anak 18 anak 100

94.05

Total 131 115 87.78

Hasil Penelitian Epidemiologi

Karakteristik Anak Menurut Pemeriksaan Fisik

Karakteristik anak dalam penelitian ini sebagai tanda anak yang

diperkirakan akan mempengaruhi perubahan pertumbuhan dan perkembangan

intelektual yang terjadi pada diri anak. Dalam penelitian ini ada karakteristik

umur, jenis kelamin, dan tanda khas kretin.

1. Umur dan Jenis Kelamin Anak

9%

51%

30%

10%

9 tahun10 tahun11 tahun12 tahun

Gambar 15 Distribusi Umur Anak (Tahun)

Salah satu periode dalam kehidupan manusia adalah usia remaja awal.

Pada usia 9-12 tahun ini muncul tantangan baru dan unik bagi anak-anak yang

tumbuh normal. Lain halnya dengan anak yang tumbuh di daerah endemic

GAKI, maka anak masa awal remaja ini tubuhnya mengalami hambatan

pertumbuhan sehingga ukurannya lebih pendek dan menjadi tampak lebih tua

Page 105: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

dibandingkan anak seusia yang tinggal di daerah non endemik. Faktor umur

menjadi penting dalam penelitian ini karena perubahan hormonal rata-rata

terjadi pada usia 10-16 tahun, sehingga sampel dalam penelitian ini termasuk

didalamnya. Distribusi umur anak dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 15.

Jenis kelamin termasuk faktor penting diperhatikan dalam penelitian ini

karena anak usia 9-12 tahun sudah menunjukkan adanya perbedaan pertumbuhan

fisik maupun perkembangan seksual menurut kematangan hormonnya. Distribusi

jenis kelamin anak yang menjadi sampel dapat dilihat pada Gambar 16.

59%

41%

Laki-lakiPerempuan

Gambar 16 Distribusi Jenis Kelamin Anak

2. Kebersihan anak selama pemeriksaan

Kebersihan anak berdasarkan pemeriksaan lubang hidung, telinga, kuku

jari tangan dan korengan / kesehatan kulit yang diamati dan diperiksa oleh tim

peneliti selama penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kebersihan anak masih

sangat rendah dengan penampilan yang kotor Gambar 17.

86%

14% Kotorbersih

Gambar 17 Status Kebersihan Anak di Daerah Endemik GAKI

Page 106: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Karakteristik Anak menurut Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Hasil Pemeriksaan Profil Darah menurut Kelompok Perlakuan

Dari Tabel 21 dapat diketahui bahwa kadar Hb anak penderita GAKI

dengan status gizi kurang dan buruk tetap tinggi (11.5 – 17.1 g/dl). Hal ini

disebabkan karena faktor VO2max yang tinggi di daerah pegunungan. Oleh

karena itu jenis anemia anak SD yang tinggal di daerah endemik GAKI di lereng

Gunung Merapi ini termasuk hiperkromik (kadar Hb berlebih dalam eritrosit).

Hal ini juga sesuai dengan banyaknya eritrosit dalam 1 liter darah anak

mencapai 4.18 – 6.44 (106/ul). Namun karena anak di pegunungan memiliki

kebiasaan asupan zat besi “heme” yang rendah, maka pada anak tersebut dikenal

sebagai “dilutional pseudoanemia” .

Tabel 21 Hasil Analisis Profil Darah Rutin Anak Umur 9-12 tahun

Status Defisiensi Parameter Pemeriksaan

Pre Post Nilai Rujukan Awal

(%) Akhir (%)

Nilai p

Hb (g/dl) 11.0 -17.10 11.70 -17.10 11.5-15.5 1.7 0 0.015

Ht (%) 18.0 – 48.5 32.99 - 49.80 35 - 45 14 3.5 0.158

MCV (fl) 28.3 – 87.7 61.5 – 97.47 79 - 99 31 16 0.000

MCH (pg) 18.80 -32.50 19.39 – 32.1 27 - 31 20 7 0.000

MCHC (d/dl) 32.90 -38.00 34.59 – 39.4 33 - 37 34 18 0.000

Eritrosit (106/μl)

4.18 – 6.44 4.18 – 6.64 4.2 -5.2 14.63 3.5 0.056

Leukosit (103/μl)

4.04 – 7.57 6.04 – 9.80 4.5 – 14.5 20.43 3.5 0.000

Hasil pemeriksaan kadar Hb pada anak di daerah endemik GAKI (Tabel

21) menunjukkan seolah-olah tidak terjadi anemia pada anak usia 9-12 tahun

yang memiliki tanda khas kretin. Begitu pula jika dilihat dari jumlah leukosit

tidak terjadi kasus infeksi akibat kelebihan leukosit bahkan yang terjadi

Leukopenia yaitu kasus kurangnya jumlah leukosit. Akan tetapi kalau dilihat dari

indeks MCV, MCH dan MCHC maka dapat jelas disebutkan bahwa yang terjadi

pada anak dengan tanda khas kretin di daerah endemik GAKi adalah jenis

anemia mikrositik hiperkromik.

Page 107: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 22 Hasil Analisis Karakteristik Biokimia Darah menurut Kelompok Perlakuan

Variabel Kelompok Sebelum Sesudah Paired

t-test R p

A: Se+I 12.3± 2.8 14.5± 2.8 0.000 0.77* 0.015 B : I 12.8± 2.3 14.3± 2.3 0.000 0.77* 0.015 C: Se 11.9 ±3.5 14.3 ± 2.8 0.000 0.11* 0.017

Hb (g/dl)

D:Plasebo/PL 13.2 ± 2.9 13.9 ±3.5 0.000 -0.03 0.475 A: Se+I 33.5 ±15.5 49.8 ±3.48 0.000 0.11* 0.017 B : I 25.4 ± 3.25 30.35 ±3.3 0.000 -0.03 0.475 C: Se 30.5± 8.75 39.75± 4.5 0.000 0.11* 0.017

Ht (%)

D:Plasebo/PL 22.25 ±4.25 35.75±4.25 0.000 0.11* 0.017 A: Se+I 58 ± 9.7 88.47 ± 9.2 0.000 0.06 0.342 B : I 38.3 ± 4.7 70.47± 5.9 0.000 -0.02 0.683 C: Se 48.5 ± 9.6 69.55±9.6 0.000 -0.02 0.662

MCV (fl)

D:Plasebo/PL 39.8 ± 2.5 43.25±2.5 0.000 0.02 0.683 A: Se+I 25.65±6.85 25.74 ±6.4 0.000 0.07 0.07 B : I 24.16±5.75 24.6 ±5.85 0.000 0.07* 0.032 C: Se 23.8 ± 4.74 23.95± 4.5 0.000 0.07* 0.033

MCH (pg)

D:Plasebo/PL 22.99 ± 2.95 23.85± 2.8 0.000 -0.07* 0.033 A: Se+I 35.45±2.55 36.99 ± 2.4 0.000 0.11* 0.024 B : I 33.95±1.05 35.95 ±1.8 0.000 0.11* 0.008 C: Se 34.85±1.75 35.45 ± 2.3 0.000 0.11* 0.008

MCHC (d/dl)

D:Plasebo/PL 35.44±1.95 36.77±1.95 0.000 -0.11* 0.008 A: Se+I 5.21 ±1.13 5.31 ±1.12 0.000 0.14* 0.008 B : I 5.33 ±1.09 5.49 ±1.09 0.000 0.14* 0.002 C: Se 5.18 ± 2.6 5.81 ± 0.6 0.000 0.14* 0.002

Eritrosit (106/ul)

D:Plasebo/PL 5.05 ± 2.75 5.05 ± 1.12 0.000 -0.14* 0.002 A: Se+I 5.81 ±1.76 7.55 ±1.28 0.000 0.14* 0.008 B : I 5.25 ±1.11 6.86 ±0.76 0.000 0.14* 0.002 C: Se 4.95 ±0.81 6.95 ±0.75 0.000 0.14* 0.002

Leukosit (103/ul)

D:Plasebo/PL 4.75 ±0.7 6.99 ±0.7 0.000 -0.14* 0.002 A: Se+I 0.67± 0.27 1.91 ±0.67 0.000 0.14* 0.008 B : I 1.01 ±0.22 1.85 ± 0.22 0.000 0.14* 0.002 C: Se 0.98 ±0.28 1.77 ±0.28 0.000 0.14* 0.002

Kadar Selenium plasma (μg/dl) D:Plasebo/PL 0.95 ± 0.22 1.09 ±0.14 0.000 -0.14* 0.002

A: Se+I 1.98 ±0.67 4.19 ±0.67 0.000 -0.25* 0.031 B : I 2.74 ±0.87 6.23 ±1.11 0.000 0.29 0.011 C: Se 1.99 ±0.67 5.67 ±1.12 0.000 -0.13 0.174

Kadar Iodium plasma (μg/dl) D:Plasebo/PL 1.98 ±0.57 5.32±0.87 0.000 0.25* 0.031

Hasil analisis uji pengaruh antar kelompok (Gambar 18) sangat nyata

(p<0.01) dengan Adjusted R Square sebesar 0.41 (artinya status leukosit dapat

diperbaiki dengan pemberian Se dan I sebesar 41%).

Page 108: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Gambar 18. Hasil Analisis Persentase Status Leukosit menurut Kelompok

Selanjutnya hasil analisis status eritrosit (Gambar 19) dengan uji pengaruh

antar kelompok sangat nyata (p<0.01) memiliki Adjusted R Square 0.431 (artinya

43.1% status eritrosit dapat diperbaiki dengan pemberian Se dan I).

Gambar 19 Hasil Analisis Persentase Status Eritosit menurut Kelompok Perlakuan

Tabel 23 Hasil Analisis ∆ Peningkatan Jumlah Leukosit pada Anak

0

5

10

15

20

25

30

35

NormalLeukopenia

Normal 5.2 20 6.1 20.6 5.2 30.4 1.7 15.6

Leukopenia 19.1 3.5 23.5 0 25.2 0 13.9 0

PL (b) PL(s) Se

(b)Se (s) I(b) I(s) Se+I

(b)Se+I(s)

0

5

10

15

20

25

30

NormalKurang

Normal 7.8 16.5 18.3 27.3 13 27.8 5.2 13.9

Kurang 16.5 7.8 11.3 2.3 17.4 2.6 10.4 1.7

PL(b) PL(s) Se(b) Se(s) I(b) I(s)Se+I (b)

Se+I (s)

Stat

us L

euko

sit (

%)

Stat

us E

ritr

osit

(%)

Page 109: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Kelompok Post Test Pre Test ∆ Keterangan

Se+I 7.90 6.97 0.93a Tidak Beda Nyata I 7.88 6.77 1.11a Tidak Beda Nyata Se 8.79 6.80 1.99b Beda Nyata Plasebo (PL) 6.89 6.54 0.35a Tidak Beda Nyata

Tabel 24 Hasil Analisis ∆ Peningkatan Jumlah Eritrosit pada Anak

Kelompok Post Test Pre Test ∆ Keterangan

Se+I 5.99 3.88 2.11a Tidak Beda NyataI 5.89 3.96 1.93b Beda Nyata Se 5.79 3.73 2.06a Tidak Beda NyataPlasebo (PL) 4.65 3.09 1.56c Beda Nyata

Gambar 20 Hasil Analisis Persentase Kadar MCV menurut Kelompok Perlakuan

Tabel 25 Hasil Analisis Selisih (∆) Kadar MCV pada Anak dengan Tanda Khas Kretin

Kelompok Post Test Pre Test ∆ Keterangan

Se+I 67.7 48.3 19.4a Tidak Beda Nyata I 45.0 33.6 11.4b Beda Nyata Se 58.1 38.9 19.2a Tidak Beda Nyata Plasebo (PL) 42.3 37.3 5.0c Beda Nyata

0

5

10

15

20

25

30

MCV (makrositik) 18.3 14.8 20 9.6 20.9 7 13.9 16

MCV (mikrositik) 6.1 3.5 9.6 2.6 9.6 9.6 26 10

MCV (monositik) 0 6.1 0 17.4 0 13.9 0 13.9

PL (b)

PL (s)

Se (b)

Se (s)

I(b) I(s)Se+I(b)

Se+I(s)

Stat

us M

CV

(%)

Page 110: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Gambar 21 Hasil Analisis MCH menurut Kelompok Perlakuan

Selanjutnya hasil analisis kadar MCH (Gambar 21) dengan uji pengaruh

antar kelompok sangat nyata (p<0.01) memiliki nilai Adjusted R Square 0.155

(artinya 15.5 % kadar MCH dapat diperbaiki dengan pemberian Se dan I).

Adapun selisih nilai perbaikan MCH dari masing-masing kelompok dapat dilihat

pada Tabel 26.

Tabel 26 Hasil Analisis Uji Beda ∆ kadar MCH pada Anak dengan Tanda Khas

Kretin

Kelompok Post Test Pre Test ∆ Keterangan

Se+I 32.30 18.20 14.1a Tidak Beda Nyata I 29.81 19.94 9.87b Se 28.54 19.06 9.48b

Beda Nyata

Plasebo (PL) 25.94 20.04 5.9c Tidak Beda Nyata

Hasil analisis kadar MCHC (Gambar 22) dengan uji pengaruh antar

kelompok sangat nyata (p<0.01) memiliki nilai Adjusted R Square 0.73 (artinya

73 % kadar MCHC dapat diperbaiki dengan pemberian Se dan I). Adapun selisih

nilai perbaikan MCHC dari tiap kelompok dapat dilihat pada Tabel 27.

0

5

10

15

20

25

30

MCH (makrositik) 20.9 17.4 21.7 13.9 29.6 27.8 13.9 3.5

MCH (mikrositik) 3.5 3.5 7.8 7.8 0.9 0.9 1.7 3.5

MCH (monositik) 0 3.5 0 7.8 0 1.8 0 8.6

PL(b) PL(s) Se(b) Se(s) I(b) I(s)Se+I (b)

Se+I (s)

Stat

us M

CH

(%)

Page 111: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Gambar 22 Hasil Analisis MCHC menurut Kelompok Perlakuan

Tabel 27 Hasil Analisis ∆ kadar MCHC pada Anak dengan Tanda Khas Kretin

Kelompok Post Test Pre Test ∆ Keterangan

Se+I 38.0 33.55 4.45a Beda Nyata I 35.0 32.80 2.2c Tidak Beda Nyata Se 36.2 33.10 3.1d Beda Nyata Plasebo (PL) 35.5

33.50 2.0b Tidak Beda Nyata

Hasil Pemeriksaan Kadar Selenium dan Iodium Plasma

Pemeriksaan selenium sebagai pencetus keracunan pada manusia

dimulai setelah ada kasus dalam pencernaan terdapat zat selenium sebanyak dua

gram sehingga orang yang mengkonsumsinya mengalami kerusakan di lambung

dan usus yang sangat serius. Sejak itu dosis selenium dianjurkan tidak lebih dari

400 mg/orang/hari. Dalam penelitian ini pemeriksaan kadar selenium dan

iodium plasma menggunakan analisis pengaktif neutron (APN) di BATAN

Yogyakarta, dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 28. Nilai Adjusted R Square

0.45 (artinya 45% status defisiensi iodium dapat diperbaiki dengan suplemen Se

dan I).

0

5

10

15

20

25

30

MCHC (hiperkromik) 15.7 6.1 18.3 10.4 29.6 1.8 10.4 1.8MCHC (hipokromik) 8.7 15.7 11.3 3.5 0.9 0.9 5.2 3.5MCHC (monokromik) 0 2.6 0 16.5 0 27.8 0 10.4

PL (b)

PL (s)

Se (b)

Se (s) I(b) I(s) Se+I

(b)Se+I(s)

Stat

us M

CH

C (%

)

Page 112: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 28 Hasil Analisis Kadar Selenium dan Iodium dalam Plasma Darah Anak

Status Defisiensi Parameter Pemeriksaan

Pre Test Post Test Nilai Rujukan Awal Akhir

Nilai p

Kadar selenium (μg/dl)

0.4 – 1.28 1.09 – 3.99 1.1 – 6.1 112(97.4%) 4 (3.5%) 0.000

Kadar iodium (μg/dl)

1.35– 4.1 3.22 – 6.27 3.3 – 6.9 94(81.7%) 15(13%) 0.000

Gambar 23 Hasil Analisis Status Iodium Plasma menurut Kelompok Perlakuan

Gambar 24 Hasil Analisis Status Selenium Plasma menurut Kelompok Perlakuan

0

5

10

15

20

25

30

35

Defisiensi Se 27 4 34 0 33 0 18 0

Normal 1 24 0 34 2 35 0 18

PL(b) PL(s) Se(b) Se(s) I(b) I(s) Se+I (b)

Se+I (s)

0

5

10

15

20

25

30

PL(b) PL(s Se(b) Se(s I(b I(s Se+I(b Se+I(s

DefisiensIodiumNorma

Stat

us Io

dium

Pla

sma

(%)

Stat

us S

e P

lasm

a (%

)

Page 113: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 29 Distribusi Anak menurut Kadar Selenium Plasma Darah dan Kelompok Perlakuan

Kadar Selenium Anak Penderita GAKI

Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Defisiensi Baik Defisiensi Baik

Total

Kelompok Perlakuan

n % n % n % n % n %

A: Se+I 18 15.7 - - - - 18 15.7 18 15.7 B : I 33 28.7 2 1.7 - - 35 30.4 35 30.4 C: Se 34 29.6 - - - - 34 29.6 34 29.6 D:Plasebo /PL 27 23.5 1 0.9 4 3.5 24 20.9 28 24.3 Total

112 97.4 3 2.6 4 3.5 111 96.5 115 100

Tabel 30 Distribusi Anak menurut Kadar Iodium Plasma Darah dan Kelompok

Perlakuan Kadar Iodium Anak Penderita GAKI

Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Defisiensi Baik Defisiensi Baik

Total

Kelompok Perlakuan

n % n % n % n % n %

A: Se+I 18 15.7 - - 4 3.5 14 12.2 18 15.7 B : I 25 21.7 10 8.7 5 4.3 30 26.1 35 30.4 C: Se 30 26.1 4 3.5 3 2.6 31 27 34 29.6 D:Plasebo/PL 21 18.3 7 6.1 3 2.6 25 21.7 28 24.3 Total

94 81.7 21 18.3 15 13 100 87 115 100

Hasil tabulasi antara kadar selenium dan iodium menurut jenis kelamin

dapat dilihat pada Tabel 31 dan Tabel 32.

Tabel 31 Distribusi Anak menurut Kadar Selenium Plasma Darah dan Jenis

Kelamin Kadar Selenium Anak Penderita GAKI

Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Defisiensi Baik Defisiensi Baik

Total

Jenis Kelamin

n % n % n % n % n %

Laki-laki 66 57.4 2 1.7 2 1.7 66 57.4 68 59.1

Perempuan 46 40 1 0.9 2 1.7 45 39.1 47 40.9

Total 112 97.4 3 2.6 4 3.5 111 96.5 115 100

Page 114: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 32 Distribusi Anak menurut Kadar Iodium Plasma Darah dan Jenis Kelamin

Kadar Iodium Anak Penderita GAKI

Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Defisiensi Baik Defisiensi Baik

Total

Jenis Kelamin

n % n % n % n % n %

Laki-laki 54 47 14 12.2 9 7.8 59 51.3 68 59.1

Perempuan 40 34.8 7 6.1 6 5.2 41 35.7 47 40.9

Total 94 81.7 21 18.3 15 13 100 87 115 100

Tabel 33 Hasil Analisis Selisih (∆) Kadar Iodium dan Selenium Plasma

Variabel Kelompok Sesudah Perlakuan

Sebelum Perlakuan

Selisih (∆) Ketr

Se+I 2.84 2.06 0.79a

I 3.70 2.54 1.1a

Tidak Beda Nyata

Se 3.62 2.27 1.35b Beda Nyata

Kadar Iodium (μg/dl )

Plasebo/PL 1.23 0.67 0.56c Tidak Beda Se+I 2.12 0.91 1.45a

I 2.37 0.65 1.46a

Tidak Beda Nyata

Se 3.41 0.72 2.76b Beda Nyata

Kadar Selenium (μg/dl )

Plasebo/PL 1.92 1.2c Tidak Beda

Pengaruh Pemberian Suplemen terhadap Status Gizi

Untuk menentukan status gizi anak dalam penelitian ini menggunakan

standar CDC (WHO, 2000). Selanjutnya hasil pemberian suplemen selenium

dan iodium terhadap status gizi berdasarkan CDC (WHO, 2000) menunjukkan

bahwa anak stunted dari kelompok perlakuan dengan pemberian suplemen

kapsul selenium 45 μg ditambah iodium 50 μg per hari selama dua bulan masih

ada satu anak (0.9%) yang tinggi badannya tetap termasuk ’pendek’

pertumbuhannya. Pada kelompok selenium saja atau iodium saja ternyata

didapatkan dua anak (1.8%) yang masih termasuk kategori ’pendek’. Sementara

pada kelompok plasebo ada 5 anak (4.6%). Padahal sebelum diberi intervensi

ada 33 anak (28.69%) anak yang termasuk pendek, 7 anak (6.1%) dengan status

Page 115: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

gizi kurang, ada 49 anak (42.6%) yang termasuk pendek sekaligus mengalami

kurang gizi. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 25.

0

5

10

15

20

25

30

35

Baik(b) Baik(s) Pendek(b) Pendek(s) Kurang(b) Kurang(s) Pd+Kr(b) Pd+Kr(s)

Se+I

Iod

Se

PLJum

lah an

ak (o

rang

)

Gambar 25 Status Gizi Anak berdasar Standar CDC (WHO, 2000)

Tabel 34 Hasil Uji Beda Status Gizi menurut Kelompok Perlakuan

Variabel Kelompok Post Test Pre Test (∆) Ketr

Se+I 27.85 25.76 2.09 I 26.62 24.27 2.93

Tidak Beda Nyata

Se 32.34 29.3 3.04 Beda Nyata

Berat Badan (kg)

Plasebo/PL 32.96 31 1.96 Tidak Beda Se+I 129.8 128.1 1.7 Tidak Beda I 133.9 130.4 3.5 Beda Nyata Se 127.5 126.1 1.4

Tinggi Badan (cm)

Plasebo/PL 126.3 125.1 1.2 Tidak Beda Nyata

Hasil analisis regresi antropometri menurut kelompok perlakuan

selengkapnya dapat dilihat di Tabel 35.

Page 116: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 35 Hasil Analisis Regresi Antropometri Menurut Kelompok Perlakuan

Variabel Kelompok Sebelum Sesudah Paired t-test

R p

A: Se+I

21.9 ±2.23 23.1 ±2.24 0.000 0.536* 0.002

B : I

20.9± 3.36 22.1±3.36 0.000 0.398* 0.002

C: Se

19.6± 4.22 20.5±4.22 0.000 0.403* 0.015

Berat Badan (kg)

D:Plasebo/PL

19.1±3.86 20.3 ±3.86 0.000 0.441* 0.003

A: Se+I

120.1±4.21 122.5±4.21 0.000 0.54* 0.002

B : I

123.5±5.74 125.9±5.74 0.000 0.77* 0.015

C: Se

115.5±7.32 117.9 ±7.32 0.000 0.78* 0.003

Tinggi Badan (cm)

D:Plasebo/PL

117.7±5.87 120.1±5.87 0.000 0.88 0.251

A: Se+I

12.2 ± 1.25 9.6 ±1.25 0.000 -0.32* 0.025

B : I

16.5 ± 1.7 14.8 ±1.7 0.000 0.40* 0.002

C: Se

19.1 ±1.62 13.9 ±1.62 0.000 -0.25* 0.036

BB/U (%)

D:Plasebo/PL

20.1 ±1.7 12.2 ±1.7 0.000 -0.40 0.062

A: Se+I

15.7 ±0.79 3.5 ±0.79 0.000 -.035* 0.016

B : I

29.6 ±0.56 15.7 ±0.56 0.000 0.35* 0.016

C: Se

27.0 ± 0.45 7.0 ± 0.45 0.000 -0.28* 0.021

TB/U (%)

D:Plasebo/PL

19.4 ±0.56 8.7 ±0.56 0.000 -0.25* 0.047

A: Se+I

29.6 ±1.16 9.6 ±1.12 0.000 0.6 0.685

B : I

23.9 ±1.10 8.7 ±1.08 0.000 0.24* 0.043

C: Se

15.7 ±1.11 6.1 ±1.09 0.000 -0.24* 0.043

Lingkar lidah (%)

D:Plasebo/PL

30.4 ±1.21 26.1 ±1.21 0.000 -0.22 0.081

Page 117: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Berdasarkan jenis kelamin, dapat diketahui bahwa sebelum perlakuan

anak laki-laki yang termasuk stunted ada 6 anak (5.3%) sementara anak

perempuan ada 4 (3.5%) Hasil analisis jenis kelamin dan status gizi baik

sebelum maupun sesudah perlakuan dapat dilihat pada Gambar 25. Selanjutnya

karakteristik antropometri anak yang terdiri dari umur, berat badan dan tinggi

badan disajikan pada Tabel 36.

0

10

20

30

40

50

Lk(pre) Lk(post) Pr(pre) Pr(post)

baikpendekkurangpdk+krg

Gambar 26 Status Gizi Anak menurut Jenis Kelamin

Tabel 36 Karakteristik Antropometri Anak menurut Kelompok Perlakuan (Sebelum Perlakuan)

Karakteristik Se+I I Se Plasebo/PL Rata2 Total

p

Laki-laki (Sebelum Perlakuan)

Umur (bl) 125±11.6 119.45±3.35 126.56±6.7 129.35±8.8 125.7±8.6 0.832

BB (kg) 26.08±2.5 25.18±2.65 26.1±3.7 25.26±2.27 26.1±6 0.236

TB (cm) 127.7±4.9 128.49±4.6 127.57±6.7 128.85±4.69 129.3±6 0.273

Perempuan (Sebelum Perlakuan)

Umur (bl) 125.56±6.5 122.1±4.05 125.56±6.5 128±8.2 125.3±7.9 0.176

BB (kg) 27.1±4.82 28.43±3.68 27.1±4.8 27.04±5.47 26.26±3.6 0.257

TB (cm) 131.1±7.66 132±5.72 131.1±7.6 130.98±7.4 129.3±6 0.175

Laki-laki dan Perempuan (Sebelum Perlakuan)

Umur (bl) 126.09±6.5 120.65±3.8 123.5±10.1 128.8±8.45 125.3±7.9 0.510

BB (kg) 26.5±4.2 26.6±3.5 25.7±2.2 25.95±3.86 26.3±3.7 0.454

TB (cm) 129.3±6 130.1±5.3 128.1±4.2 129.68±5.87 129.3±6.0 0.175

Stat

us G

izi (

%)

Page 118: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 36 menunjukkan bahwa sebelum perlakuan tidak ada perbedaan

yang nyata (p>0.05) antara umur, berat badan, dan tinggi badan anak usia 9-12

tahun yang memiliki tanda khas kretin di daerah endemik GAKI. Namun setelah

dilakukan intervensi gizi dengan suplementasi selenium dan iodium terjadi

perbedaan yang nyata (p<0.01) antara berat badan, dan tinggi badan anak

menurut kelompok perlakuan (Tabel 37).

Tabel 37 Karakteristik Antropometri Anak menurut Kelompok Perlakuan

(Sesudah Perlakuan) Karakteristik Se+I I Se Plasebo/PL Rata2

Total p

Laki-laki (Sesudah Perlakuan)

Umur (bl) 128±11.6 123.45±3.3 129.59±6.7 131.9±8.8 123.72±9 0.015

BB (kg) 27.47±2.4 26.47±2.8 28.05±3.74 25.91±2.32 27.66±3.72 0.013

TB (cm) 129.63±5 130.03±4.8 129.63±6.6 130.17±4.6 129.86±5.3 0.013

Perempuan (Sesudah Perlakuan)

Umur (bl) 128.56±6.5 125.1±4.05 129.56±6.5 133±8.2 128.8±7.9 0.015

BB (kg) 26.91±2.1 29.81±3.9 29±4.72 27.85±5.3 28.53±4.38 0.013

TB (cm) 130.33±3.2 133.49±5.6 133.22±7.6 130.18±4.6 131.1±5.97 0.013

Laki-laki dan Perempuan (Sesudah Perlakuan)

Umur (bl) 129.09±6.5 123.7±3.8 126.8±10.1 131.88±8.7 128.8±7.9 0.007

BB (kg) 28.5±4.3 27.97±3.6 27.36±2.4 26.66±3.9 27.66±3.8 0.048

TB (cm) 131.3±7.1 131.6±5.3 129.9±4.3 130.96±5.8 131.5±6.1 0.016

Gambar 27 Pelaksanaan Pengukuran Antropometri Anak di Daerah Endemik GAKI

Page 119: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 38 Prevalensi Underweight menurut Jenis Kelamin dan Perlakuan

Sebelum dan Sesudah Suplementasi Laki-laki (L) Perempuan (P) L + P Jenis Perlakuan n % n % n %

Sebelum Perlakuan

Plasebo (PL) 13 23.2 6 10.71 19 33.93 Se 8 14.28 6 10.71 14 25 I 6 10.71 7 12.5 13 23.21 Se+I 8 14.28 2 3.57 10 17.86 Total 35 62.5 21 37.5 56 100 Sesudah Perlakuan

Plasebo (PL) 11 19.64 2 3.57 13 23.21 Se - - - - - - I - - 1 1.78 1 1.78 Se+I - - 1 1.78 1 1.78 Total 11 19.64 4 7.14 15 26.78

Tabel 39 Prevalensi Stunted menurut Jenis Kelamin dan Perlakuan Sebelum dan Sesudah Suplementasi

Laki-laki (L) Perempuan (P) L + P Jenis Perlakuan n % n % n %

Sebelum Perlakuan

Plasebo (PL) 12 22.22 4 7.4 14 25.92 Se 11 20.37 7 12.96 18 33.33 I 10 18.52 9 16.67 19 35.18 Se+I 9 16.67 2 3.7 11 20.37 Total 32 59.26 22 40.74 54 100 Sesudah Perlakuan

Plasebo (PL) 8 14.81 4 7.41 12 22.22 Se 2 3.7 - - 2 3.7 I 1 1.85 1 1.85 2 3.7 Se+I 1 1.85 - - 1 1.85 Total 12 22.22 5 9.26 17 31.48

Page 120: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tingkat Kecukupan Zat Gizi Anak

Berdasarkan hasil wawancara dengan sebagian ibu siswa didapatkan

keterangan bahwa anak usia 9-12 tahun yang masih sekolah di desa Wonodoyo

dan Jombong umumnya memiliki kebiasaan makan 2-3 kali sehari dengan menu

gizi yang kurang seimbang karena sangat tergantung bahan makanan yang

tersedia di pasar atau di kebun. Biasanya mereka makan makanan dari sumber

energi dan protein seperti nasi, umbi-umbian, tempe, tahu, dan susu.

Kebanyakan sayur yang dikonsumsi banyak mengandung goitrogenik seperti

kobis, kembang kol, sawi, melinjo, daun + umbi singkong, gaplek, gadung,

rebung, daun ketela, dan kecipir. Adapun contoh menu makanan anak dengan

energi 2000 Kalori, 1700 Kalori dan 1400 Kalori dapat dilihat pada Lampiran 4.

Selanjutnya tingkat kecukupan zat gizi makro dan mikro (Tabel 40)

Tabel 40 Tingkat Kecukupan Zat Gizi Anak di Daerah Endemik GAKI menurut AKG (2004)

Zat gizi Makanan jajanan

Sarapan Makan siang

makan malam

Total zat gizi/hari

AKG % AKG

Energi (Kal) 83-488 362.2 562.3 608.2 1013.5-1418.5 1800 78.81 Karbohidrat (g)

17 – 65.8 38.3 79.4 72.7 207.4- 256.2 180 142.3

Protein (g) 4 – 10.9 5.3 9.2 9.4 27.9- 34.8 45 77.33 Lemak (g) 20.5– 27.9 6.1 9.5 4.2 40.3- 47.7 360 13.25 Vitamin A (ug)

591–674.5 38.7 163.1 201.3 993.8-1077.6 500 215.5

Vitamin C (mg)

15.4-23.2 4.3 13 15.5 48.2-56 45 124.4

Ca (mg) 47.2-289.4 75 70.3 65.6 258.1-500.3 600 83.38 Fe (mg) 2 –5.2 2.1 3.2 1.6 9 – 10.1 10 101 Zn (mg) 0.7 –2.3 0.8 1.2 2.3 5 – 6.6 8 78.93 Iodium (ug) 2.06 -2.37 3.1 3.2 3.2 11.56 – 11.87 120 9.89 Selenium (ug)

0.65 - 0.9 0.9 1.9 9.5 12.95 – 13.36 20 66.8

Hasil Pengukuran Lingkar Lidah Anak menurut Kelompok Perlakuan

Pengukuran lingkar lidah belum banyak dilakukan, untuk itu peneliti

banyak konsultasi dengan para pakar ilmu penyakit dalam RSUD. Moewardi

Surakarta untuk mendapatkan data lingkar lidah yang paling tepat dan tidak

bersifat invasif untuk anak sekolah dasar. Adapun metode pengukurannya yaitu :

Page 121: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Anak harus mampu mengucapkan ’A’ dengan keras dan dilanjutkan

menjulurkan lidahnya selama 15 detik.

Pengukuran pada anak dilakukan sambil duduk (saling menghadap antara

pengukur dan yang diukur)

Pengukuran dilakukan tiga kali kemudian data yang dipakai adalah hasil dari

rata-rata pengukuran tiga kali tersebut (A1 + A2 + A3 dibagi 3)

Semua alat ukur yang digunakan bersifat ’disposible’ sehingga hanya dapat

dipakai satu kali pengukuran dan langsung dibuang /dibakar. Hal ini untuk

mencegah diambil anak guna mainan yang dapat menyebabkan penularan

penyakit tertentu. Pengukuran lingkar lidah dapat dilihat pada Gambar 28.

Gambar 28 Pengukuran Lingkar Lidah pada Anak Penderita GAKI

Salah satu tanda khas kretin adalah terjadinya penebalan dan pembesaran

volume lidah. Sebelum perlakuan kejadian anak di daerah endemik GAKI yang

sudah mengalami penebalan lidah ada 53% dan sesudah penelitian tidak ada

perbaikan bahkan jumlahnya mengalami kenaikan menjadi 72.2% (Tabel 41).

Umumnya anak yang memiliki lidah tebal juga mengalami stunted (53%).

Page 122: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 41 Lingkar Lidah Anak menurut Kelompok Perlakuan

Lingkar Lidah Anak Penderita GAKI

Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Tebal Normal Tebal Normal

Total

Kelompok Perlakuan

n % n % n % n % n %

A: Se+I 9 7.8 9 7.8 14 12.2 4 3.5 18 15.65

B : I 24 20.9 11 9.6 28 23.9 7 6.1 35 30.43

C: Se 15 13.1 19 16.5 22 19.1 12 10.4 34 29.56

D:Plasebo/PL 13 11.3 15 13.1 19 16.5 9 7.8 28 24.35

Total 61 53 54 47 83 72.2 32 27.8 115 100

Jumlah tanda kretin hubungannya dengan lingkar lidah anak penderita GAKI

menunjukkan bahwa sebelum perlakuan lingkar lidah anak yang berukuran lebih

besar dari normal terjadi peningkatan prevalensi seiring dengan peningkatan

jumlah tanda khas kretin (6-10) dan untuk 11 jumlah tanda khas kretin ada

penurunan prevalensi pembesaran lingkar lidah. Hal ini disebabkan keterbatasan

jumlah sampel sehingga ada kemungkinan bila jumlah sampel lebih banyak maka

jumlah tanda khas kretin pada anak penderita GAKI juga akan semakin bervariasi

(Tabel 42).

Tabel 42 Lingkar Lidah Anak menurut Jumlah Tanda Kretin

Lingkar Lidah Anak Penderita GAKI

Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Tebal Baik Tebal Baik

Total

Jumlah Tanda Khas Kretin n % n % n % n % n %

Ada 6 8 6.9 9 7.8 12 10.4 5 4.3 17 14.74 Ada 7 11 9.6 14 12.2 14 12.2 11 9.6 25 21.74 Ada 8 8 6.9 10 8.7 13 11.3 5 4.3 18 15.65 Ada 9 9 7.8 9 7.8 13 11.3 5 4.3 18 15.65 Ada 10 21 18.3 6 5.2 24 20.9 3 2.6 27 23.48 Ada 11 4 3.5 6 5.2 7 6.1 3 2.6 10 8.7 Total

61 53 54 47 83 72.2 32 27.8 115 100

Tabel 43 menunjukkan bahwa sebelum perlakuan jumlah anak penderita

GAKI yang memiliki lingkar lidah lebih tebl dari ukuran lingkar lidah normal

pada anak di daerah non endemik ada 61 anak (53.04%) diantaranya 23 anak

(20.0%) memiliki skor IQ kurang dari 25 yang artinya anak-anak tersebut

Page 123: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

mengalami retardasi mental sangat berat-berat. Menurut Djokomoeljanto (2001)

anak dengak dengan retardasi mental berat biasanya berhubungan sangat nyata

dengan defisiensi iodium dan selenium amat berat. Setelah diberi perlakuan ke-

23 anak yang memiliki skor IQ kurang dari 25 dapat menunjukkan perbaikan

skor IQ yaitu mampu mengerjakan soal dengan skor 25-40. Meskipun sudah

mengalamikenaikan skor IQ anak tersebut masih menderita retardasi mental pada

tingkat sedang. Ada dua anak (1.7%) dengan lingkar lidah lebih besar dari

normal yang tadinya memiliki skor IQ antara 25-40 menjadi 55-70 (termasuk

kategori pada garis batas dengan gejala kretin sub-klinik ringan).

Tabel 43 Lingkar Lidah Anak menurut Skor IQ Anak

Lingkar Lidah Anak Penderita GAKI

Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Tebal Baik Tebal Baik

Total

Kategori Skor IQ

n % n % n % n % n %

IQ =0-25 (Retardasi mental Berat

23 20 24 20.9 - - - - 47 40.87

IQ = 25-40 (Retardasi mental Sedang)

32 27.83

20 17.4 31 26.7 11 9.6 52 45.22

IQ = 40-55 (Retardasi mental Ringan

6 5.2 10 8.7 50 43.5 17 14.8 16 13.91

IQ=55- 70 (garis batas normal)

- - - - 2 1.7 4 3.5 - -

Total

61 53 54 47 83 72.2 32 27.8 115 100

Tabel 44 Lingkar Lidah Anak menurut Jenis Kelamin

Lingkar Lidah Anak Penderita GAKI

Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Tebal Normal Tebal Normal

Total

Jenis Kelamin

n % n % n % n % n %

Laki-laki 40 34.78 28 24.35 50 43.48 18 15.65 68 59.13

perempuan 21 18.26 26 22.61 33 28.69 14 12.17 47 40.87

Total 61 53.04 54 46.96 83 72.17 32 27.82 115 100

Jumlah tanda khas kretin yang dialami semua individu sebelum diberi

perlakuan dalam penelitian ini berkisar antara 6-11 tanda. Bila dilihat

Page 124: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

hubungannya dengan status gizi saat pre-test (p>0.05) menunjukkan bahwa anak

yang memiliki status gizi buruk dengan 6 tanda khas kretin ada 6 anak (5.3%),

dengan 7 tanda khas kretin ada 11 anak (9.7%), selengkapnya dapat dilihat pada

Gambar 29.

0

2

4

6

8

10

12

baik pendek kurang pdk+kr

6tanda7tanda8tanda9tanda10tanda11tanda

jum

lah

anak

(ora

ng)

Sebelum Perlakuan

0

5

10

15

20

25

30

baik pendek kurang pdk+kr

6tanda7tanda8tanda9tanda10tanda11tanda

jum

lah

anak

(ora

ng)

Sesudah Perlakuan

Gambar 29 Jumlah Tanda Khas Kretin dan Status Gizi Anak

Hasil Tes IQ Anak Menurut Kelompok Perlakuan

Hasil analisis uji Ancova menunjukkan bahwa ada perbedaan sangat

nyata (p=0.000) antar kelompok baik sebelum maupun sesudah pemberian

suplemen selenium dan iodium terhadap skor IQ. Sebelum perlakuan anak yang

menderita defisiensi selenium dan iodium sangat berat dengan skor IQ kurang dari

25 pada kelompok pemberian selenium saja ada 47 anak (40.87%), kelompok

pemberian iodium saja ada 17.3%, dan kelompok pemberian Se+Iod ada 8.7%.

Setelah pemberian kapsul selenium dan iodium dosis rendah selama 2 bulan anak

yang menderita defisiensi selenium dan iodium sangat berat sudah tidak

ditemukan lagi. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 30.

Page 125: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Gambar 30 Hasil Analisis Skor IQ menurut Kelompok Perlakuan

Hasil analisis uji pengaruh antar kelompok sangat nyata (p<0.01).

Adjusted R Square = 0.374 (37.4 % skor IQ dapat diperbaiki dengan pemberian

suplemen Se dan Iod). Dalam penelitian ini hasil test IQ pada anak yang memiliki

tanda khas kretin menunjukkan bahwa pada saat pre-test kelompok plasebo tidak

ada anak yang menderita gizi buruk dan defisiensi selenium maupun iodium

sangat berat. Namun setelah perlakuan keadaan berbalik menjadi kelompok

plasebo yang masih memiliki anak dengan kategori retardasi mental ringan atau

menderita defisiensi selenium dan iodium sub-klinik ringan (Tabel 45-46). Selain

itu juga dapat diketahui skor IQ menurut status gizi dan jenis kelamin anak yang

memiliki tanda khas kretin di daerah endemik GAKI.

0

2

4

6

8

10

12

14

IQ<25 5.3 1.7 7.8 3.5 9.5 3.5 3.5 0

IQ=25-40 8.7 4.3 10.4 3.5 13 5.3 5.3 0.9

IQ=40-55 10.4 4.3 4.3 0 0 5.3 0 0

IQ=55-70 0 7 7.8 3.5 7 4.3 1.7 5.3

IQ=70-85 0 5.3 0 10.4 0 5.3 5.3 7.8

IQ>85 0 1.7 0 9.5 0 6.1 0 1.7

PL(b) PL(s) Se(b) Se(s) I(b) I(s)Se+I (b)

Se+I (s)

Jum

lah

anak

men

urut

Sko

r IQ

(%)

Page 126: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 45 Hasil Tes IQ Anak menurut Kelompok Perlakuan dan Status Gizi Anak Sebelum Perlakuan

Kelompok Perlakuan Skor IQ

Status Gizi Se+I I Se Plasebo/PL

Total

Buruk 6(5.3%) 7(6.1%) 6(5.3%) - 19(16.5%) Kurang - - 1(0.9%) - 1(0.9%) Pendek - 5(4.3%) 4(3.5%) - 9(7.8%)

25-40

Baik 4(3.5%) 8(7%) 6(5.3%) - 18(15.7%) Buruk 4(3.5%) 6(5.3%) 6(5.3%) 5(4.3%) 21(18.3%) Kurang - - 1(0.9%) 3(2.7%) 4(3.5%) Pendek 1(0.9%) 1(0.9%) 2(1.7%) 2(1.7%) 6(5.3%)

40-55

Baik 3(2.7%) 8(7%) 8(7%) 2(1.7%) 21(18.3%) Buruk - - - 9(7.8%) 9(7.8%) Kurang - - - 2(1.7%) 2(1.7%) Pendek - - - - -

55-70

Baik - - - 5(4.3%) 5(4.3%) Total 18(15.7%) 35(30.43%) 34(29.56%) 28(24.3%) 115(100%)

Tabel 46 Hasil Tes IQ Anak menurut Kelompok Perlakuan dan Status Gizi Anak Sesudah Perlakuan

Kelompok Perlakuan Skor IQ

Status Gizi Se+I I Se Plasebo/PL

Total

Buruk - - - - - Kurang 1(0.9%) - - - 1(0.9%) Pendek - 1(0.9%) - - 1(0.9%)

25-40

Baik 10(8.7%) 15(13%) 15(13%) - 40(34.78%) Buruk - - - 6(5.3%) 6(5.3%) Kurang - 1(0.9%) - 6(5.3%) 7(6.1%) Pendek 1(0.9%) 1(0.9%) 2(1.7%) 3(2.7%) 7(6.1%)

40-55

Baik 6(5.3%) 12(10.4%) 17(14.8%) 8(7%) 44(41.74%) Buruk - - - 1(0.9%) 1(0.9%) Kurang - - - 2(1.7%) 2(1.7%) Pendek - - - 2(1.7%) 2(1.7%)

55-70

Baik - - - 5(4.3%) 5(4.3%) Total 27(23.5%) 31(26.96%) 34(29.56%) 33(28.96%) 115(100%)

Pengkategorian skor IQ menurut kelompok perlakuan dan status gizi

anak yang memiliki tanda khas kretin di daerah endemik GAKI dapat dilihat

pada Tabel 47-48.

Page 127: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 47 Skor IQ menurut Status Gizi dan Jenis Kelamin Anak (Sebelum Perlakuan)

Laki-laki (L) Perempuan (P) L + P Kategori Skor IQ Sebelum Perlakuan n % n % n %

IQ<25 (Idiot/Retardasi mental sangat Berat)

Gizi buruk (stunted+underweight)

10 8.7 9 7.8 19 16.5

Gizi kurang (underweight) - - 1 0.9 1 0.9 Pendek (stunted) 9 7.8 9 7.8 18 15.7 Gizi Baik (Normal) 5 4.3 4 3.5 9 7.8 Total 24 20.9 23 20.0 47 40.86 IQ=25-40 (Imbecile/Retardasi mental Sedang)

Gizi buruk (stunted+underweight)

14 12.2 7 6.1 21 18.3

Gizi kurang (underweight) 2 1.7 2 1.7 4 3.5 Pendek (stunted) 5 4.3 1 0.9 6 5.3 Gizi baik (normal) 12 10.4 9 7.8 21 18.3 Total IQ=40-55 (Moron/Retardasi mental Ringan)

Gizi buruk (stunted+underweight)

8 1 1.7 9 7.8

Gizi kurang (underweight) 1 1.7 1 0.9 2 1.7 Pendek (stunted) - - - - - - Gizi Baik (Normal) 2 1.7 3 2.7 5 4.3 Total 11 9.7 5 4.3 16 13.9

Page 128: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 48 Skor IQ, Status Gizi dan Jenis Kelamin Anak (Sesudah Perlakuan)

Laki-laki (L) Perempuan (P) L + P Kategori Skor IQ Sesudah Perlakuan n % n % n %

IQ=25-40 (Imbecile/Retardasi mental Sedang)

Gizi buruk (stunted+underweight)

- - - - - -

Gizi kurang (underweight) - - 1 0.9 1 0.9 Pendek (stunted) - - 1 0.9 1 0.9 Gizi baik (normal) 20 17.4 20 17.4 40 34.78 Total 20 17.4 22 19.1 42 36.52 IQ=40-55 (Moron /Retardasi mental Ringan)

Gizi buruk (stunted+underweight)

5 4.3 1 0.9 6 5.3

Gizi kurang (underweight) 5 4.3 2 1.7 7 6.1 Pendek (stunted) 5 4.3 2 1.7 7 6.1 Gizi Baik (Normal) 31 26.96 17 14.8 48 41.74 Total 46 40.0 22 19.1 68 59.13 IQ=55-70 (Moron/Garis batas)

Gizi buruk (stunted+underweight)

1 0.9 - - 1 0.9

Gizi kurang (underweight) - - - - - - Pendek (stunted) 1 0.9 1 0.9 2 1.7 Gizi Baik (Normal) - - 2 1.7 2 1.7 Total 2 1.7 3 2.7 5 4.3

Hasil analisis selisih (∆) peningkatan skor IQ pada anak menurut

kelompok perlakuan menunjukkan bahwa pemberian iodium atau selenium saja

memiliki pengaruh terbaik untuk meningkatkan skor IQ anak (Tabel 49).

Tabel 49 Hasil Analisis Uji Beda Selisih (∆) Peningkatan Skor IQ pada Anak

Kelompok Post Test Pre Test ∆ Keterangan

Se+I 35 28.4 6.6a Beda Nyata I 42.5 24.5 18b Tidak Beda Nyata Se 42.5 24.5 18b Beda Nyata Plasebo/PL 35 30.9 4.1b Tidak Beda Nyata

Page 129: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap

Perkembangan Jumlah Tanda Khas Kretin

Spektrum ‘kretin endemik’ pada anak yang lahir di daerah gondok

endemik di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali ini menunjukkan adanya 6-

11 tanda khas kretin (kurang dapat mendengar, gangguan berjalan sering jatuh,

langkah tidak teratur, motivasi belajar kurang, sulit diajak bicara, sulit

menangkap pembicaraan orang lain, pendek dibanding seusianya, kulit berbintik

/ bercak, ada benjolan di leher, apatis, tidak bersemangat, anemia /pucat, lemah,

malas, muka dan tangan bengkak, lidah membesar, dan mengalami gangguan

pertumbuhan fisik). Adapun hasil pemberian suplemen selenium dan iodium

terhadap perkembangan jumlah tanda khas kretin dapat dilihat pada Gambar 31.

Gambar 31 Hasil Analisis Tanda Khas Kretin menurut Kelompok Perlakuan

Hasil analisis selisih (∆) penurunan jumlah tanda khas kretin pada anak

di daerah endemik GAKI Boyolali menurut kelompok perlakuan dapat dilihat

pada Tabel 50.

0

5

10

15

20

25

30

5Tanda

6Tanda

7Tanda

8Tanda

9Tanda

10Tanda

11Tanda

Jum

lah

Tan

da K

has K

retin

Page 130: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Tabel 50 Hasil Analisis ∆ Penurunan Jumlah Tanda Khas Kretin

Kelompok Post Test Pre Test ∆ Keterangan

Se+I 9.5 10.5 -1.0a Tidak Beda Nyata I 8.5 9.5 -1.0a Tidak Beda Nyata Se 6 7.5 -1.5a Tidak Beda Nyata Plasebo/PL 7 8 -1.0a Tidak Beda Nyata

Tabel 51 Hasil Analisis Uji Beda ∆ Antropometri, Skor IQ menurut Kelompok

Perlakuan Variabe

l Kelompok Post Pre ∆ Keterangan

Se+I 27.85 25.76 2.09c I 26.62 24.27 2.93b Se 32.34 29.3 3.04a

BB (kg)

Plasebo/PL 32.96 31 1.96d

a>b>c>d beda sangat nyata (p<0.001)

Se+I 129.8 128.1 1.7b I 135.9 130.4 5.5a Se 127.5 126.1 1.4c

TB (cm)

Plasebo/PL 126.3 125.1 1.2d

a>b>c>d beda sangat nyata (p<0.001)

Se+I 35 28.4 6.6a I 42.5 24.5 18b Se 42.5 24.5 18b

Skor IQ

Plasebo/PL 35 30.9 4.1c

I=Se Tidak beda nyata (p=0.075)

b>a>c (p<0.001)

Se+I 9.5 10.5 -1.0a I 8.5 9.5 -1.0a Se 6 7.5 -1.0a

Jumlah Tanda Khas

Kretin Plasebo/PL 6 8 -1.0a

Tidak berbeda nyata (p>0.05)

Tabel 52 Hasil Analisis Nilai Odd Ratio dan Nilai p untuk Profil Darah Anak Suplemen untuk Peningkatan

Profil Darah Nilai Odd Ratio 95% CI Nilai p

Se 0.31 0.19 – 0.62 0.002 I 0.30 0.11 – 0.72 0.003 Se+I 0.30 0.21 – 0.62 0.001 Plasebo (PL) 0.11 0.11 – 0.72 0.038

Tabel 53 Hasil Analisis Nilai Odd Ratio dan Nilai p untuk Status Gizi Anak Suplemen untuk Peningkatan

Status Gizi Nilai Odd Ratio 95% CI Nilai p

Se 0.44 0.21 – 0.67 0.000 I 0.64 0.51 – 0.87 0.000 Se+I 0.54 0.41 – 0.97 0.001 Plasebo (PL) 0.14 0.11 – 0.87 0.041

Page 131: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

PEMBAHASAN 1. Penapisan Sampel

Berdasarkan rumus besar sampel seharusnya jumlah sampel untuk

penelitian intervensi zat gizi selenium dan iodium yang diberikan setiap hari ini

sebesar 206 anak. Setelah perlakuan 4 bulan terjadi drop out 91 (44,71%)

Adapun besar sampel dan asal sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 19-20. Jumlah sampel yang mengikuti penelitian intervensi gizi hingga

datanya lengkap dan dapat dianalisis ada 115 anak (55.29%).

Dalam penelitian ini 115 anak kemudian dipastikan menderita kretin

secara patognomonik (memiliki tanda-tanda khas kretinisme) namun belum

sampai pada taraf menderita kretinisme dengan gangguan neuropsikomotorik.

Anak sekolah dasar (SD) dengan tanda khas kretin yang ditengarai dari

gangguan neuropsikomotorik ini kemudian dipelajari dalam penelitian ini.

Tabel 20 menunjukkan bahwa angka partisipasi masyarakat khususnya orang

tua siswa SD untuk mengikuti kegiatan penelitian masih cukup tinggi, yaitu

lebih dari 85%. Ada 15 desa di Kecamatan Cepogo dan yang tercacat sebagai

desa dengan garam beriodium baik sebanyak 10 desa (66.67%). Sepuluh desa

tersebut telah dapat dilakukan monitoring garam setiap satu tahun sekali. Lima

desa lainnya belum dapat dilakukan monitoring garam karena lokasinya yang

sangat jauh dan tinggi mendekati Gunung Merapi dan Gunung Merbabu

sehingga sangat sulit terjangkau kendaraan umum, akibatnya banyak petugas

kesehatan yang kurang berani ambil inisiatif ke desa tersebut.

2. Penapisan Tes IQ

Kemampuan kognitif anak diukur melalui tes IQ untuk mendapatkan

skor IQ yang kemudian dicocokkan dengan kisaran kandungan /kadar selenium

dan iodium dalam plasma darah anak. Tes IQ dilakukan oleh seorang psikolog

dengan menggunakan metode Raven Cognitive Classical. Ada 36 soal yang

disusun pada tiga kolom lembar jawab seperti pada Lampiran 3. Adapun hasil

penapisan tes IQ anak dapat dilihat pada Gambar 14. Selanjutnya hasil

pengkategorian skor IQ dengan kadar selenium dan iodium adalah:

Page 132: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

IQ =25-40 (Idiot = Retardasi mental berat) tidak ditemukan (0 %)

IQ =40-55 (Imbecile= Retardasi mental sedang) ada 30 %

IQ =55-70 (Moron = Retardasi mental ringan/dibawah garis) ada 55 %

IQ =50-75 (Dull Normal = di bawah rata-rata) biasanya dengan gangguan

ringan pada perkembangan psikomotor dan pendengaran ada 15 %.

3. Penelitian Epidemiologi

Profil Darah Anak menurut Kelompok Perlakuan

Indikator yang paling umum untuk mengetahui defisiensi berbagai zat gizi

melalui pemeriksaan darah anak di laboratorium adalah pengukuran kadar Hb, Ht,

jumlah dan ukuran sel darah merah (eritrosit), darah putih (leukosit), kadar

berbagai zat gizi penting seperti I, Se, Fe, Zn, serta Ca. Penelitian ini menganalisis

darah secara menyeluruh yang setiap saat dapat berubah sesuai dengan kondisi

kesehatan dan status gizi seseorang. Oleh karena itu pemeriksaan darah yang

dilakukan tanpa puasa terlebih dulu (sesaat/sewaktu) sering disebut sebagai

pemeriksaan darah rutin. Hasil pemeriksaan darah rutin dalam penelitian ini

selanjutnya disebut profil darah. Dalam penelitian ditemukan kadar Hb anak

paling rendah 11.50 g/dl dan paling tinggi mencapai 17.10 g/dl sehingga rata-rata

kadar Hb 14.1 dengan standar deviasi sebesar 0.814. Sepintas tidak ditemukan

penderita anemia, namun bila dilihat jumlah eritrosit sebelum pemberian

suplemen selenium dan iodium ternyata kadar eritrosit minimum 4.23 dan

maksimum 6.64 (Tabel 21). Hal ini disebabkan tingginya VO2max individu

yang tinggal di pegunungan, yang umumnya mereka sering berjalan kaki naik atau

turun lereng gunung. Kenaikan kadar hematokrit (Ht) belum disertai dengan

profil darah lainnya secara nyata dan pada penelitian ini adalah rataan konsentrasi

Hb dan Ht antar kelompok tidak berbeda nyata.

Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa manfaat pemberian

suplemen selenium dan iodium dosis rendah selama dua bulan ternyata mampu

memperbaiki profil darah anak penderita GAKI. Secara umum anak penderita

GAKI di daerah endemik di Boyolali tidak ada masalah dengan anemia gizi besi

karena kadar Hemoglobin (Hb)nya hampir semua tinggi (11.50 – 17.10 g/dl).

Namun bila dilihat hasil pemeriksaan jenis anemia dengan metode penghitungan

Page 133: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

indeks mean corpuscular volume (MCV) ternyata sebelum perlakuan ada 31%

penderita anemia jenis mikrositik dan makrositik, tetapi setelah diberi suplemen

jumlah penderita anemia mikrositik/makrositik menurut MCV ini tinggal 16%.

Penghitungan dengan metode mean corpuscular hemoglobin (MCH)

menunjukkan hasil bahwa prevalensi jenis anemia mikrositik pada awal penelitian

ada 20% dan setelah pemberian suplemen jumlah individu yang menderita anemia

jenis MCH menjadi 7%. Penghitungan menggunakan mean corpuscular

hemoglobin concentration (MCHC) menunjukkan bahwa ditemukan 34% anak

penderita anemia jenis hipokromik, kemudian setelah pemberian suplemen maka

menurun menjadi 18%.

Hasil analisis selanjutnya menunjukkan bahwa kadar Hb anak dengan 6-

11 petanda kretin yang hidupnya di pegunungan adalah normal (11.5-17.1 g/dl)

namun prevalensi total anemia mikrositik maupun makrositik menurut kadar

hematokrit ada 14% pada awal penelitian, dan setelah diberi perlakuan maka

penderita anemia jenis mikrositik tinggal 3.5% dan lainnya sudah normal, yaitu

memiliki bentuk sel monositik 96.5%. Studi suplementasi selenium terhadap anak

penderita GAKI di Schotlandia menunjukkan bahwa status anemia anak

berhubungan dengan status selenium dan iodium (Brown, et al. 2003).

Status anemia berdasarkan kadar hematokrit juga memiliki pola yang

hampir sama dengan hemoglobin yaitu rata-rata kadar hematokrit setelah

perlakuan menunjukkan perbaikan yang sangat nyata yaitu menjadi 32.99% -

49.8%. Prevalensi anemia pada anak penderita GAKI dengan tanda khas kretin

berdasarkan hematokrit saat awal penelitian ada 14% dan setelah pemberian

suplemen selenium dan iodium menjadi 3.5%. Selanjutnya menurut kelompok

perlakuan perubahan profil darah MCV dapat dilihat pada Gambar 20.

Pada Gambar 21 dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan dengan

pemberian plasebo ternyata tetap terjadi perbaikan profil darah MCH yaitu

sebelum perlakuan tidak ada yang monositik tetapi setelah perlakuan ada 3.5%

anak berstatus monositik. Dengan demikian ada 6.1 % (plasebo), 9.6% (Se), 9.6%

(I), dan 26% (Se+I) yang menderita anemia mikrositik. Menurut WHO (1994) hal

ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya masih

lebih dari 5%. Analisis perhitungan selisih persentase dari post test dan pre test

Page 134: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

untuk variable MCV (Tabel 22 dan Tabel 25). Analisis perhitungan selisih

persentase dari post test dan pre test untuk variable MCH pada Tabel 22 dan

Tabel 26. Berdasarkan nilai selisih persentase antar kelompok pemberian

suplemen dapat disimpulkan sementara bahwa pemberian suplemen selenium 45

µg/hari atau Se+I dapat menyembuhkan anemia mikrositik hiperkromik menjadi

sehat (monositik monokromik)

Gambar 22 menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dengan pemberian

plasebo ternyata hampir sama dengan yang terjadi pada profil darah MCHC, yaitu

tidak dapat memperbaiki profil darah anak karena tidak ada zat gizi untuk

perbaikan hematokrit, eritrosit dan leukosit. Akibatnya anak yang menderita

anemia hipokromik masih ada 4 anak dari 28 anak yang termasuk kelompok

plasebo (14.3%). Namun dilihat secara keseluruhan sampel maka pemberian

suplemen selenium dan iodium sangat bermanfaat bagi perbaikan profil darah

khususnya untuk penyembuhan anemia hipokromik. Selisih persentase dari post

test dan pre test untuk variable MCHC (Tabel 27)

Berdasarkan nilai selisih persentase antar kelompok pemberian suplemen

dapat disimpulkan bahwa pemberian suplemen selenium 45 µg/hari dapat

mengkoreksi anemia hiperkromik menjadi sehat (monokromik) sebesar 11%,

sementara iodium saja hanya dapat 0.8% dan interaksi selenium+iodium 5.3%

saja. Sementara pada kelompok plasebo terjadi perbaikan status anemia 6%

mungkin disebabkan faktor pemberian obat cacing Albendazole 400 mg.

Ada beberapa penjelasan tentang mengapa seseorang dilihat dari kadar

Hbnya tidak termasuk anemia tetapi setelah dilihat dari kadar MCV, MCH atau

MCHC ternyata menderita anemia jenis mikrositik hiperkromik atau makrositik

hipokromik yang banyak terjadi pada individu yang tinggal di daerah endemik

GAKI. Adapun penjelasan mengapa kadar Hb kurang peka pada tahap awal

kekurangan zat besi, karena metode ini memiliki kelemahan antara lain :

a. Nilai Hb yang rendah tidak spesifik untuk defisiensi besi. Defisiensi gizi lain,

gangguan genetik dan infeksi dapat menyebabkan penurunan kadar Hb.

b. Kadar Hb yang rendah menunjukan stadium akhir defisiensi besi sehingga

tidak sensitif untuk deteksi dini defisiensi besi

c. Kadar Hb tergantung usia, jenis kelamin, dan ras.

Page 135: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

d. Kadar Hb bervariasi tergantung berbagai faktor, yaitu merokok, bertempat

tinggal di daerah tinggi (pegunungan).

Namun demikian, kadar Hb tetap berguna untuk mengetahui beratnya

anemia untuk semua golongan usia, jenis kelamin, dan ras. Kandungan besi

serum merupakan ukuran jumlah atom besi yang terikat pada transferin. Besi

serum meningkat pada anak yang mengalami gangguan thalassemia,

hemokromatosis, penyakit hati, leukemia akut, keracunan logam berat, penyakit

ginjal, dan injeksi besi intramuskuler. Kadar besi serum menurun pada anemia

defisiensi besi, kehilangan darah kronis, penyakit kronis (lupus, rheumatoid

arthritis), menstruasi berlebihan (Frey, 2002). Eritropoesis terjadi karena

penurunan kadar zat besi dalam feritin yang disimpan pada hepar, lien, dan

sumsum tulang. Eritropoesis produksi sel darah merah itu dinamis dalam waktu

yang cepat dan didaur ulang 0.8-1 % per hari. Artinya pada kondisi normal (sehat)

eritrosit akan seimbang antara sel yang rusak dan yang baru. Pada saat tubuh

kehilangan banyak darah, terjadi peningkatan kapasitas kebutuhan oksigen

sebagai respon cepatnya proliferatif.

Eritrosit dapat berubah bentuk dan merupakan sel tanpa inti serta

bikonkaf. Eritrosit paling banyak ditemukan di antara keseluruhan sel darah.

Sewaktu darah disentrifus maka akan terpisahkan komponen plasma dan seluler,

yang bagian sel darah merahnya sekitar 45% dari volume total, ini merupakan

“volume pacaked cell” atau hematokrit. Eritrosit merupakan sel pembawa oksigen

karena banyak mengandung hemoglobin. Sel membran tersusun atas dua lapis

fosfolipid denganprotein integral. Bentuk sel dipertahankan oleh struktur protein

yang membentuk sitoskeleton. Sistem enzim melindungi hemoglobin dari eksidasi

yang ireversibel. Eritrosit yang matang tidak mempunyai material inti, sehingga

protein baru tidak dapat disintesis. Fungsi eritrosit adalah untuk transpot oksigen.

Kira-kira 44% dari butir darah adalah sel darah merah, bentuknya bundar, pipih

dan di tengahnya cekung, dengan garis tengah 7,5 μm (Underwood, 2002).

Dalam penelitian ini jumlah eritrosit (106/ul) sebelum perlakuan

pemberian suplemen kapsul selenium dan iodium dosis rendah adalah 4.18 – 6.44

dan sesudahnya berkisar 4.18 – 6.64 dengan nilai rujukan 4.2 – 5.2 106/ul.

Prevalensi kelainan eritrosit pada anak di daerah endemik GAKI ini tidak berbeda

Page 136: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

nyata (p>0.05) antara sebelum dan sesudah perlakuan (dari 14.63% menjadi

3.5%). Penurunan sel darah merah dan penurunan aktivitas eritropoesis adalah

hasil dari penurunan metabolisme jaringan yang berhubungan dengan peranan zat

besi sebagai kofaktor esensial metabolik. Sementara peranan selenium sebagai

antioksidan sangat berpengaruh pada penstabilan metabolisme jaringan. Menurut

WHO (1996) kejadian /kasus kesehatan yang besar prevalensinya kurang dari 5%

bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu ditangani secara

nasional. Namun cukup ditanggulangi secara wilayah melalui program kesehatan

kabupaten dengan koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten bagi keluarga tidak

mampu, sedangkan untuk keluarga mampu tentunya dapat berobat secara mandiri

ke rumah sakit.

Review oleh West et al. (2007) nilai Odd Ratio (OR) suplementasi

vitamin A terhadap anemia sebesar 0.5. Nilai OR suplementasi besi dan asam

folat terhadap anemia sebesar 0.2 namun dengan kombinasi besi, folat dan

vitamin A dapat lebih menurunkan peluang kejadian anemia (OR=0.1).

Sebaliknya hasil penelitian ini dengan pemberian suplemen Se 45 μg/hari selama

2 bulan dapat menurunkan peluang kejadian jenis anemia mikrositik hiperkromik

(OR=0.1). Sementra hasil pemberian I sebanyak 50 μg/hari selama 2 bulan dapat

menurunkan peluang kejadian jenis anemia mikrositik hiperkromik (OR=0.2)

namun dengan kombinasi Se+I selama 2 bulan tidak dapat lebih menurunkan

peluang kejadian jenis anemia mikrositik hiperkromik (OR=0.2).

Kadar eritrosit anak di daerah endemik GAKI ini sangat signifikan

pengaruhnya terhadap kadar MCV (p<0.001). Akibatnya ada 66% anak

menderita jenis anemia mikrositik yaitu anemia yang diklasifikasikan

berdasarkan ukuran eritrosit (MCV). Klasifikasi ini mempunyai nilai diagnosis

yang tinggi pada sebagian besar jenis anemia yang sering ditemukan pada

masyarakat yang tinggal di daerah pengunungan (tempat yang tinggi). Informasi

selanjutnya dari diagnosis diperoleh dari pemeriksaan morfologi eritrosit.

Penyakit pada darah sering diperlihatkan dengan bertambahnya ukuran eritrosit

yang bermacam-macam, antara lain anisositosis dan terdapatnya eritrosit yang

mempunyai bentuk yang bermacam-macam (poikilositosis). Meningkatnya

anisositosis dan poikilositosis eritrosit merupakan kelainan yang spesifik

Page 137: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

ditemukan pada berbagai gangguan hematologis dan gangguan sistemik gizi

metabolik (Tierny et al. 2003). Hasil analisis pemberian suplemen selenium dan

iodium dosis rendah selama dua bulan terhadap status eritrosit pada anak

penderita GAKI yang memiliki tanda khas kretin dapat dilihat pada Gambar 28.

Berdasarkan Gambar 19 dapat diketahui bahwa pemberian suplemen

selenium 45 µg/hari atau iodium 50 µg/hari saja atau selenium+iodium ternyata

mampu memperbaiki jumlah eritrosit dari gangguan kurang eritrosit hingga

menjadi normal yaitu 4.2 -5.2 (106/ul). Sementara kelompok plasebo masih ada

3.5% dari total sampel yang menderita gangguan kurang eritrosit. Kalau dihitung

menurut kelompok perlakuan maka anak yang mendapat kapsul plasebo selama 2

bulan ternyata masih ada 14.3 % yang menderita gangguan kurang eritrosit.

Selanjutnya hasil analisis uji beda antar kelompok menurut selisih hasil perbaikan

profil eritrosit sesudah dan sebelum perlakuan berbeda sangat nyata (p<0.001).

Menurut Semba (2007) saat ini sudah diketahui bahwa sirkulasi kadar

selenium yang rendah sangat erat hubungannya dengan kasus kejadian anemia

pada orang dewasa. Selenium juga memiliki kontribusi pada pasien yang

mengalami dialisis, pasien TBC. Meskipun hubungan anemia dan difisiensi

selenium sudah diketahui, namun tanda /gejala defisiensi selenium yang spesifik

belum ada kesepakatan para ahli. Hal ini masih menimbulkan pertanyaan di

bidang pathogenesis anemia, tentang apakah kejadian anemia menyebabkan

defisiensi selenium, atau sebaliknya defisiensi selenium akan menyebabkan

terjadinya anemia.

Dalam penelitian ini terjadinya anemia dapat dijelaskan dari terganggunya

sistem imun tubuh yang disebabkan oleh stress oksidatif. Stress oksidatif adalah

keadaan tidak seimbangnya jumlah oksidan dan prooksidan dalam tubuh. Pada

kondisi ini, aktivitas molekul radikal bebas atau spesies oksigen reaktif (SOR)

dapat menimbulkan kerusakan seluler dan genetika. Pembawa radikal bebas dan

SOR yang dominan berasal dari makanan dan minuman yang kita konsumsi.

Gambar 28 menunjukkan bahwa dengan pemberian selenium dapat

memperbaiki jumlah sel eritrosit. Hal ini dapat dijelaskan dari potensi mekanisme

biologi peran selenium dalam mencegah terjadinya anemia, yaitu selenium

sebagai antioksidan utama yang berupa selenoenzyme pada eritrosit. Sehingga sel

Page 138: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

eritrosit tetap mampu bertahan hidup normal sampai 120 hari. Selain itu

mekanisme lain menunjukkan bahwa selenium mampu menurunkan kejadian

inflamasi dan stres oksidatif. Sistem antioksidan tubuh sebagai mekanisme

perlindungan terhadap serangan radikal bebas, secara alami telah ada dalam tubuh

kita. Berdasarkan asal terbentuknya, antioksidan ini dibedakan menjadi dua yakni

intraseluler (di dalam sel) dan ekstraseluler (di luar sel) atau pun dari makanan.

Salah satu zat gizi yang merupakan antioksidan adalah selenium (Se). Selenium

memiliki beberapa fungsi, fungsi fisiologis selenium diantaranya sebagai

antioksidan dan antikarsinogen (WHO, 1996).

Hasil analisis ∆ peningkatan jumlah eritrosit pada anak di daerah endemik

GAKI Boyolali menurut kelompok perlakuan menunjukkan bahwa pemberian

iodium 50 µg/hari + selenium 45 µg/hari memiliki pengaruh terbaik untuk

meningkatkan jumlah eritrosit anak. Tabel 22 menunjukkan bahwa pemberian

Se+I selama 2 bulan sudah dapat meningkatkan jumlah eritrosit sebanyak 2.11

(106/ul). Jumlah eritrosit normal untuk anak usia 9-12 tahun adalah 4.8 (106/ul).

Sebelum penelitian ini rata-rata semua anak memiliki jumlah eritrosit sebesar 3.88

(106/ul) artinya perlu peningkatan eritrosit sebesar 0.92 (106/ul).

Seperti halnya dengan hasil kadar eritrosit, maka dalam penelitian ini

jumlah leukosit (103/ul) sebelum perlakuan pemberian suplemen kapsul selenium

dan iodium dosis rendah adalah 4.04 – 7.57 dan sesudahnya berkisar 6.04 – 9.8

dengan nilai rujukan 4.5 – 14.5 103/ul. Berdasarkan hasil analisis dengan

menggunakan Ancova dapat dikatakan bahwa prevalensi leukopenia pada anak di

daerah endemik GAKI ini sangat berbeda nyata (p<0.001) antara sebelum dan

sesudah perlakuan (dari 20.43% menjadi 3.5%). Selanjutnya manfaat intervensi

selenium dan iodium terhadap kadar leukosit selain meningkatkan imunitas anak

juga dapat menurunkan berbagai jenis keluhan kesakitan. Secara kualitatif anak

yang tadinya mengaku sering pusing dan cepat lelah setelah sekolah menjadi tidak

merasakan adanya keluhan tersebut setelah dua bulan minum suplemen Se dan I.

Berdasarkan Gambar 18 dapat diketahui bahwa pemberian suplemen

selenium 45 µg/hari atau iodium 50 µg/hari saja atau selenium+iodium ternyata

mampu memperbaiki jumlah leukosit dari leukopenia (jumlah leukosit kurang dari

normal) hingga menjadi normal yaitu 4.5 – 14.5 (103/ul). Sementara kelompok

Page 139: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

plasebo masih ada 3.5% dari total sampel yang menderita leukopenia. Jadi kalau

dihitung menurut kelompok perlakuan maka anak yang mendapat kapsul plasebo

selama 2 bulan ternyata masih ada 14.3 % yang menderita leukopenia. Dengan

demikian cocok seperti dengan teori penyakit darah bahwa satu komponen darah

mengalami gangguan maka komponen lainnya akan segera mengatasi gangguan

yang timbul. Dalam penelitian ini anak yang mengalami gangguan kekurangan

eritrosit ternyata juga mengalami gangguan leukopenia dan semuanya terjadi pada

kelompok plasebo.

Hasil analisis ∆ peningkatan jumlah leukosit pada anak di daerah endemik

GAKI menurut kelompok perlakuan menunjukkan bahwa pemberian selenium 45

µg/hari saja memiliki pengaruh terbaik untuk meningkatkan jumlah leukosit anak.

Tabel 24 menunjukkan bahwa pemberian suplemen selenium selama 2 bulan

sudah dapat meningkatkan jumlah leukosit sebesar 1.99 (103/ul). Dalam

penelitian ini sebelum dilakukan intervensi suplemen selenium dan iodium jumlah

leukosit anak berkisar 4.04-7.57 (103/ul) dan setelah perlakuan menjadi 6.04 –

9.80 (103/ul) dengan prevalensi leukopenia sebesar 5.43% artinya sudah menjadi

masalah kesehatan masyarakat di daerah endemik GAKI. Dengan demikian

masalah leukopenia pada anak usia 9-12 tahun ternyata dapat diatasi dengan

pemberian selenium 45 µg/hari.

Kadar Selenium dan Iodium Plasma Menurut Kelompok Perlakuan

Tabel 28 menunjukkan bahwa defisiensi selenium pada awal penelitian

sangat tinggi (97.4%) berbeda sangat nyata dengan setelah diberi perlakuan

suplemen kapsul selenium menjadi 3.5% (p=0.000). Begitu pula halnya dengan

hasil pemeriksaan kadar iodium sebelum pemberian suplemen ada 81.7% anak

yang menderita defisiensi iodium berbeda sangat nyata dengan setelah perlakuan

dengan pemberian suplemen iodium selama dua bulan turun menjadi 13 %

(p<0.001).

Kalau dianalisis lebih lanjut semua kelompok perlakuan baik yang diberi

suplemen selenium+iodium, selenium saja, atau kelompok iodium saja ternyata

anak yang tadinya menderita defisiensi selenium dan iodium menjadi sehat

semua. Namun kelompok plasebo juga mengalami perbaikan profil darah

Page 140: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

mungkin disebabkan konsumsi air kemasan yang bersih dan sehat yang disediakan

oleh peneliti. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kebersihan air minum sangat

menentukan keberhasilan program pemberian kapsul suplemen pada anak sekolah

dasar yang biasanya mengkonsumsi air kurang sehat. Pada kelompok perlakuan

selenium dengan pemberian kapsul plasebo masih ada 3.5% yang menderita

defisiensi selenium. Setelah dianalisis lebih lanjut ternyata empat anak tersebut

ada kaitannya dengan kasus empat anak yang memiliki kelainan sel eritrosit

(3.5%). Hasil analisis kadar selenium dan iodium menurut kelompok perlakuan

dapat dilihat pada Tabel 22 dan Tabel 33.

Berdasarkan Tabel 32-33 dapat diketahui bahwa sebenarnya manfaat

pemberian suplemen kapsul selenium dan iodium dosis rendah pada anak di

daerah endemik GAKI sangat nyata untuk perbaikan profil darah supaya tidak

defisien terhadap zat gizi selenium maupun iodium pada masa pertumbuhan

cepatnya. Hasil penelitian Brown, et.al (2003) menunjukkan bahwa pemberian

suplemen selenium saja pada anak di daerah endemik GAKI di Skotlandia selama

28 hari mampu memperbaiki profil darah anak penderita anemia jenis mikrositik.

Berdasarkan hasil perhitungan selisih persentase perubahan status kadar selenium

pada anak yang menderita GAKI dengan 6-11 tanda khas kretin dapat

disimpulkan sementara bahwa kelompok perlakuan Se 45 µg/hari saja atau Se+I

selama dua bulan adalah yang terbaik untuk koreksi defisiensi selenium. Hasil

perhitungan selisih persentase perubahan status kadar iodium pada anak yang

menderita GAKI dengan 6-11 tanda khas kretin tersebut dapat disimpulkan bahwa

kelompok perlakuan selenium 45 µg/hari + Iodium 50 µg/hari selama dua bulan

adalah yang terbaik untuk koreksi defisiensi iodium (Tabel 33).

Tabel 31 dan 32 menunjukkan bahwa menurut jenis kelamin baik pada

kondisi sebelum dan sesudah diberi perlakuan terdapat perbedaan yang nyata

antara kadar iodium dan selenium dalam plasma darah anak laki-laki dan

perempuan. Hal ini sesuai dengan teori masa pertumbuhan cepat antara laki-laki

dan perempuan diawali pada usia 9-12 tahun. Dalam penelitian ini semua sampel

juga berumur antara 9-12 tahun, sehingga anak laki-laki dan perempuan dengan

kondisi yang sama saat awal penelitian ternyata juga menunjukkan kebutuhan zat

gizi selenium dan iodium yang sama untuk pertumbuhan cepat kedua.

Page 141: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Hasil analisis ∆ peningkatan kadar iodium plasma pada anak di daerah

endemik GAKI Boyolali menurut kelompok perlakuan menunjukkan bahwa

pemberian selenium 45 µg/hari saja memiliki pengaruh terbaik untuk

meningkatkan kadar iodium plasma anak. Hal ini ada kaitannya dengan tingkat

defisiensi iodium (81.7%) pada awal penelitian yang relatif lebih rendah

dibandingkan dengan defisiensi selenium (97.4%). Berdasarkan Tabel 33 dapat

diketahui bahwa pemberian suplemen selenium selama 2 bulan sudah dapat

meningkatkan kadar iodium plasma sebesar 1.35 ppm. Dalam penelitian ini

sebelum dilakukan intervensi suplemen selenium dan iodium kadar iodium plasma

anak berkisar 1.35 – 4.10 ppm dan setelah perlakuan menjadi 3.52 – 6.27 ppm

dengan prevalensi sebelum intervensi defisiensi iodium sebesar 81.7%, setelah

perlakuan pemberian suplemen iodium dan selenium selama dua bulan prevalensi

defisiensi iodium turun menjadi 13% (p<0.001). Dengan demikian masalah

defisiensi iodium dikalangan anak SD dapat pula diatasi dengan pemberian

selenium 45 µg/hari saja.

Hasil analisis ∆ peningkatan kadar selenium plasma pada anak di daerah

endemik GAKI Boyolali menurut kelompok perlakuan menunjukkan bahwa

pemberian selenium 45 µg/hari saja memiliki pengaruh terbaik untuk

meningkatkan kadar selenium plasma anak. Tabel 33 menunjukkan bahwa

pemberian suplemen selenium selama 2 bulan sudah dapat meningkatkan kadar

selenium plasma sebesar 2.76 ppm. Sebelum dilakukan intervensi suplemen

selenium dan iodium kadar selenium plasma anak berkisar 0.4-1.28 ppm dan

setelah perlakuan menjadi 1.09 – 3.99 ppm dengan cut off point kadar rujukan 1.1-

6.1 ppm, sehingga prevalensi defisiensi selenium ada 97.4% sebelum intervensi

dan setelah perlakuan pemberian suplemen iodium dan selenium selama dua bulan

prevalensi defisiensi iodium turun menjadi 3.5% itupun pada kelompok plasebo

(p=0.000). Dengan demikian masalah defisiensi selenium dan iodium dikalangan

anak SD dapat diatasi dengan pemberian selenium 45 µg/hari saja.

Faktor yang Mempengaruhi Respon Profil Darah

Tabel 22 menunjukkan bahwa respon hemoglobin (Hb) pada semua

kelompok suplemen nyata (p<0.05) kecuali pada kelompok plasebo (p>0.05).

Page 142: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Sementara respon hematokrit (Ht) justru pada kelompok suplemen iodium yang

tidak nyata (p>0.05). Namun demikian, perbaikan profil eritrosit sangat nyata

pada semua kelompok perlakuan termasuk plasebo (p<0.05). Selenium merupakan

komponen esensial enzim glutation peroksidase (GSH-Px). Enzim glutathione

peroxidase (Gambar 1) akan mengkatalisasi penguraian H2O2 dan hidroperoksida

lipid oleh glutathione (GSH) sehingga lipid membran sel menjadi aman dan

oksidasi Hb menjadi MetHb dapat dicegah. Hal ini berarti dengan suplemen

selenium yang bersifat antioksidan dan iodium dapat secara positif mempengaruhi

sel darah merah, baik jumlah maupun umur eritrosit. Respon positif juga

ditemukan pada penelitian pada anak GAKI yang menderita anemia di Skotlandia

(Brown et al. 2003). Peningkatan jumlah Free Erytrocite Protophorphyrin (FEP)

tampak pada tahap pertengahan dan akhir dari defisiensi besi laten.

Dalam penelitian ini anak usia 10-12 tahun yang berstatus gizi

underweight dan stunted+underweight mengalami anemia gizi besi (mikrositik

hiperkromik dan makrositik hipokromik) karena tidak seimbangnya ukuran

eritrosit dan kadar Hb. Anemia gizi besi jenis tersebut biasanya merupakan hasil

akhir dari keseimbangan besi yang negatif dalam jangka waktu lama. Apabila

kadar besi total mulai menurun, sumsum tulang mengalami deplesi. Setelah

cadangan besi habis terjadi penurunan kandungan besi plasma dan suplai besi

pada sumsum tulang tidak mencukupi untuk regenerasi hemoglobin yang normal.

Selanjutnya kalau dilihat kadar leukosit ternyata pada semua kelompok

perlakuan termasuk plasebo berbeda nyata (p<0.05) sehingga individu yang

sebelum perlakuan mengalami leukopenia menjadi berada pada batas normal.

Pada Tabel 56 juga terlihat bahwa tidak ada perbedaan damapk suplemen Se dan I

dibandingka dengan plasebo. Adanya respon positif yang dialami kelompok

plasebo ini disebabkan selama perlakuan mereka juga mengkonsumsi air mineral

yang bersih dan bebas dari E.coli sehingga mereka bebas diare dan kecacingan.

Efek pemberian suplemen Se dan I terhadap kadar Mean Corpuscular

Volume (MCV) yang tidak nyata (p>0.05) ini terjadi erat kaitannya dengan

interaksi penyerapan selenium sebagai antioksidan dan iodium yang mencegah

sensitivitas TSH agar tidak meningkatkan stimulasi kelenjar thyroid. Perubahan

MCV akan terjadi bila cadangan besi terkuras habis tetapi kadar hemoglobin

Page 143: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

darah masih lebih tinggi dari batas bawah nilai normal (biasanya di daerah

pegunungan). Pada tahap ini terjadi abnormallitas biokimia pada metabolisme besi

yang biasanya bisa dideteksi, terutama penurunan satu rasi transferin. Disamping

itu ada faktor homeostatis untuk keseimbangan profil darah (WHO, 1996).

Dampak pemberian suplemen Se dan I terhadap kadar Mean Corpuscular

Haemoglobin (MCH) berbeda nyata (p<0.05) pada kelompok suplemen iodium 50

µg/hari saja, selenium 45 µg/hari saja dan plasebo (Tabel 56). Justru pada

kelompok Se+I tidak nyata (p>0.05). Hal ini disebabkan respon Ht yang rendah

karena faktor ketinggian lokasi disamping rendahnya status gizi. Anak dengan 6-

11 tanda khas kretin yang menderita underweight ini memiliki respon Ht 61 %

lebih rendah (OR=0.43; 95%CI 0.26-0.82; p=0.03) dibandingkan dengan anak

yang memiliki status gizi normal. Begitu juga pada anak yang stunted memiliki

respon Ht 63 % lebih rendah (OR=0.49;95%CI 0.19-0.86; p=0.03) dibandingkan

dengan anak yang tidak stunted.

Pengaruh pemberian suplemen Se dan I terhadap kadar Mean Corpuscular

Haemoglobin Consentration (MCHC) berbeda nyata (p<0.05) pada semua

kelompok pemberian suplemen selenium dan iodium termasuk plasebo (Tabel

56). Selain disebabkan respon Hb yang rendah karena faktor ketinggian lokasi

juga rendahnya status gizi. Anak dengan tanda khas kretin yang menderita

underweight (48.7%) ini memiliki respon Hb 59 % lebih rendah (OR=0.43;

95%CI 0.26-0.82; p=0.03) dibandingkan dengan anak yang tidak underweight.

Begitu juga anak yang stunted memiliki respon Hb 69 % lebih rendah (OR=0.41;

95%CI 0.22-0.91; p=0.02) dibandingkan dengan anak yang tidak stunted.

Tabel 22 juga menunjukkan bahwa efek pemberian suplemen Se dan I

terhadap kadar selenium plasma berbeda nyata (p<0.05). Hal ini terjadi erat

kaitannya dengan interaksi penyerapan selenium sebagai antioksidan disamping

respon positif akibat defisiensi selenium yang sudah kronis pada anak. Selain itu

juga disebabkan karena asupan selenium yang rendah dan lingkungan tanah dan

airnya yang sangat kurang mengandung selenium. Menurut Semba (2007) kadar

selenium plasma atau serum tergantung pada usia, semakin muda semakin

cenderung defisiensi dan seiring dengan rendahnya risiko terkena penyakit

Page 144: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

degeneratif. Risiko defisiensi selenium terjadi pada orang dewasa yang merokok,

dan pada wanita yang mengalami obes.

Defisiensi selenium berbeda pada setiap manusia, hal ini karena daya

adaptasi setiap orang berbeda satu dengan yang lainnya. Di New Zealand dan

Finland yang merupakan daerah rendah kandungan selenium dalam tanah dan

airnya, asupan selenium dari diet sehari-hari adalah 30ug - 50 ug/hari, bandingkan

dengan asupan di USA dan Canada yaitu 100 ug – 250 ug/hari. Konsentrasi

selenium dalam darah anak-anak di New Zealand lebih rendah dibandingkan

anak-anak yang tinggal dibandingkan dengan negara lainnya. Faktor utama yang

mempengaruhi rendahnya kandungan selenium dalam darah anak-anak di New

Zealand karena intake selenium yang rendah yang juga merupakan gambaran

rendahnya kandungan selenium dalam tanah di New Zealand. Kandungan

Selenium dalam darah bervariasi karena keadaan geografi, umur, dan perbedaan

jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi. Anak yang menderita

phenylketonuria dan maple syrup urine asupan Se-nya rendah juga konsentrasi Se

dalam darah (Mc.Kenzie, 1978).

Efek pemberian suplemen Se dan I terhadap kadar iodium plasma berbeda

nyata (p<0.05) pada kelompok Se+I dan kelompok Se saja. Pada Tabel 56

terlihat bahwa rata-rata kadar iodium plasma baik pada sebelum dan sesudah tetap

ada yang defisiensi iodium (<3.3 μg/dl) sebanyak 13% (Tabel 49). Faktor

rendahnya respon Se dan I terhadap kadar iodium plasma ini erat hubungannya

dengan rendahnya mutu makanan terutama asupan protein hewani yang mudah

diserap (Semba, 2007).

Hasil analisis regresi biokimia darah menurut kelompok perlakuan dapat

dilihat pada Tabel 22. Ada kemungkinan kenaikan kadar Hb anak pada kelompok

Se+I diperkuat oleh efek bersih dari analisis peragam (Ancova) dengan nilai R

kuadrat yang disesuaikan (Adjusted R Square) adalah 0.77 yang artinya 77%

kenaikan kadar Hb anak dengan tanda khas kretin dipengaruhi oleh pemberian

suplemen selenium dan iodium, sama halnya dengan yang diberi suplemen iodium

saja. Pada kelompok selenium saja dengan nilai R kuadrat yang disesuaikan

sebesar 0.11 artinya 11% kenaikan kadar Hb anak dipengaruhi oleh pemberian

Page 145: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

suplemen selenium saja. Pada kelompok plasebo tidak mengalami kenaikan kadar

Hb justru sebanyak 3 % anak mengalami penurunan.

Tabel 22 menunjukkan bahwa kenaikan kadar Ht anak pada kelompok

Se+I diperkuat oleh efek bersih dari analisis peragam (Ancova) dengan nilai R

kuadrat yang disesuaikan (Adjusted R Square) adalah 0.11 yang artinya 11%

kenaikan kadar Ht anak di daerah endemik GAKI dipengaruhi oleh pemberian

suplemen selenium dan iodium, sama halnya dengan yang diberi suplemen

selenium saja dan plasebo. Pada kelompok iodium saja kadar Ht anak tidak

mengalami kenaikan tetapi justru sebanyak 3 % anak mengalami penurunan. Hal

ini kemungkinan berkaitan dengan 2% anak yang mengalami penurunan MCV

pada kelompok pemberian iodium. Pemberian suplemen selenium dan iodium

terhadap MCV tidak berbeda nyata. Hal ini sangat logis karena MCV merupakan

perbandingan antara kadar Ht dengan jumlah eritrosit.

Hasil analisis regresi linier antara kelompok perlakuan dengan kadar MCH

menunjukkan bahwa pada kelompok Iodium diperkuat oleh efek bersih dari

analisis peragam (Ancova) dengan nilai R kuadrat yang disesuaikan (Adjusted R

Square) adalah 0.07 yang artinya 7 % kenaikan status MCH anak di daerah

endemik GAKI dipengaruhi oleh pemberian suplemen iodium, sama halnya

dengan yang diberi suplemen selenium saja. Sementara pada kelompok plasebo

jumlah anak yang mengalami penurunan status MCH ada 7 % yang berkaitan

dengan kadar Hb yang tidak mengalami kenaikan sebanyak 3 % anak dan anak

yang memiliki konsentrasi eritrosit rendah ada 14%. Begitu pula dengan kadar

leukosit, kelompok plasebo tidak mengalami perbaikan yang diperkuat oleh efek

bersih dari analisis peragam (Ancova) dengan nilai R kuadrat yang disesuaikan

0.14 yang artinya 14 % kenaikan status leukosit pada anak dipengaruhi oleh

pemberian suplemen Se+I, Se saja atau iodium saja.

Efek bersih dari analisis peragam (Ancova) dengan nilai R kuadrat yang

disesuaikan (Adjusted R Square) untuk kadar selenium plasma adalah 0.14 yang

artinya 14 % kenaikan status kadar selenium plasma pada anak dapat dipengaruhi

oleh pemberian suplemen Se+I, Se saja atau iodium saja. Sementara efek bersih

dari analisis peragam (Ancova) dengan nilai R kuadrat yang disesuaikan

(Adjusted R Square) untuk kadar iodium plasma adalah 0.29 yang artinya 29 %

Page 146: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

kenaikan status iodium plasma pada anak di daerah endemik GAKI dipengaruhi

oleh pemberian suplemen iodium saja. Pada kelompok Se+I justru mengalami

penurunan 25%, dan kelompok plasebo memiliki efek bersih sebesar 0.29 yang

artinya kenaikan status iodium plasma pada anak tidak dipengaruhi suplemen.

Kemungkinan faktor yang mempengaruhi koreksi kadar iodium plasma adalah

intake energi dan iodium harian, obat cacing sebelum perlakuan dan perilaku

sehat seperti kebiasaan menggunakan sandal/sepatu.

Status Gizi Anak menurut Kelompok Perlakuan

Status gizi adalah hasil interaksi asupan berbagai zat gizi ke dalam tubuh

anak pada saat sebelum dan sesudah intervensi suplemen selenium dan iodium,

yang diukur secara antropometri. Hasil pengukuran antropometri disajikan

dengan Z-skor BB/U dan TB/U berdasar data CDC (WHO, 2000). Anak dikatakan

stunted bila Z-skor TB/U <- 2 SD, termasuk status gizi kurang (underweight) bila

-3 < Z-skor < - 2 SD dan termasuk status gizi buruk (wasting) bila Z-skor < -3

SD. Selanjutnya asupan zat gizi dalam penelitian ini adalah jumlah makanan dan

minuman yang masuk ke dalam tubuh anak yang diterjemahkan ke dalam energi,

protein, lemak dan zat gizi mikro lainnya per hari.

Status Gizi berdasarkan standar CDC (WHO, 2000) menurut Kelompok

Perlakuan

Status gizi antropometri dalam penelitian ini didasarkan pada hasil

pengukuran berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi dianalisis dengan

menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U) dan indeks tinggi badan

menurut umur (TB/U). Berdasarkan hasil perhitungan Z-skor BB/U dengan batas

<-2SD sebagai underweight, maka prevalensi underweight pada anak usia 9-12

tahun yang memiliki tanda khas kretin di daerah endemik GAKI ada 48.69%.

Analisis status gizi menurut jenis kelamin (Gambar 25) menunjukkan bahwa

prevalensi underweight anak laki-laki (51.47%) lebih tinggi dari anak perempuan

(44.68 %).

Status gizi anak menurut jenis kelamin dalam penelitian ini tidak dapat

dianalisis menurut gender pathway karena jumlah sampel antara anak laki-laki

Page 147: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

dan perempuan berbeda (Gambar 25). Namun demikian dapat diketahui bahwa

respon suplementasi lebih baik pada anak perempuan, yang dapat dibuktikan dari

jumlah anak perempuan dari masing-masing kelompok perlakuan memiliki

perbaikan status gizi yang baik dari pada anak laki-laki. Hal ini disebabkan karena

laju pertumbuhan anak perempuan usia 9-12 tahun (masa growth sprout II) lebih

cepat dibandingkan dengan anak laki-laki (Tabel 8). Usia 9-12 tahun merupakan

kelompok usia resiko (chacth up periode) terhadap gangguan pertumbuhan jika

tidak mendapatkan cukup asupan zat gizi.

Status gizi (BB/U) menurut kelompok perlakuan pada anak laki-laki di

daerah endemik GAKI sebelum dan sesudah diberi perlakuan ternyata lebih

berisiko kurang gizi dibandingkan anak perempuan. Akan tetapi hal ini perlu

dilihat kecenderungan menderita anemia kronis pada anak perempuan yang

menderita kurang gizi dibandingkan anak laki-laki yang kurang gizi. Respon

perbaikan status gizi anak perempuan lebih baik dibandingkan dengan respon

anak laki-laki. Artinya bila anak perempuan di daerah endemik GAKI selalu

menerima suplemen selenium dan iodium maka harapan untuk dapat menjaga

status gizi baik diukur dari BB/U akan lebih baik dibandingkan dengan respon

anak laki-laki (Tabel 36-37).

Berdasarkan Tabel 36 dan 37 dapat diketahui bahwa respon pemberian

suplemen terhadap status gizi menurut jenis kelamin tidak berbeda nyata antara

anak laki laki dan perempuan (p>0.05). Namun pada saat pre-test ada perbedaan

status gizi menurut jenis kelamin (p<0.05). Artinya jenis kelamin tidak

mempengaruhi respon pemberian suplemen namun status gizi awal (masa lalu)

anak yang berpengaruh terhadap respon pemberian suplemen selenium dan

iodium. Meskipun demikian tetap perlu analisis gender untuk melihat kesetaraan

status gizi, perolehan menu makanan bergizi seimbang, dan kesempatan sekolah

anak laki-laki dan perempuan di daerah endemik GAKI.

Dalam penelitian ini ternyata pemberian Se 45 µg/hari terhadap berat

badan memiliki selisih 3.04 (paling baik). Hal ini dikarenakan bahwa mekanisme

kerja selenium dalam bentuk aktif sodium selenat sangat berperan aktif sebagai

antioksidan, komponen enzim GSH-Px.dan anti karsinogen (IOM, 2000) sehingga

cepat dalam membantu proses penyerapan zat gizi dan sebagai luarannya

Page 148: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

kenaikan berat badan anak mudah tercapai. Selain itu alasan yang paling masuk

akal untuk menjelaskan mengapa berat badan anak dapat meningkat sesuai

harapan dalam tujuan penelitian adalah adanya pemberian obat cacing

‘Albendazol 400 mg’ yang dapat membersihkan usus dari telur dan keberadaan

semua jenis cacing. Selanjutnya menurut Semba (2007) menyebutkan bahwa

selenium juga mampu secara langsung mencegah anemia dan semua penyebab

kematian pada manusia karena selenium mampu mengurangi kapasitas

penggunaan oksigen darah yang terjadi pada anak dengan tanda khas kelainan

fisik, dan pada pasien dengan komplikasi jantung.

Peningkatan status gizi terjadi pada semua kelompok perlakuan termasuk

plasebo (1.96 kg), dari kelompok pemberian suplemen kapsul selenium + iodium

yaitu rata-rata penambahan berat-badannya sebesar 2.09 kg. Sementara dilihat

dari tinggi badan maka terjadi peningkatan tinggi badan anak 1.20-3.50 cm

selama 4 bulan pengamatan (Tabel 34). Terjadinya peningkatan tinggi badan

setelah pemberian suplemen Se+I (∆=1.7) pemberian iodium 50 µg/hari (∆=3.5)

pemberian Se 45 µg/hari (∆=1.4), dan Plasebo (∆=1.2) menunjukkan bahwa anak

usia 9-12 tahun yang memiliki tanda khas kretin masih tetap dapat tumbuh tinggi

meskipun tanpa pemberian suplemen. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 34.

Pemberian iodium memiliki pengaruh terbaik terhadap tinggi badan (p=0.00). Hal

ini mirip dengan beberapa hasil penelitian dengan pemberian suplemen zinc 35–

40 mg/hari (Black, 2003) yang menunjukkan bahwa peningkatan tinggi badan

sebagai cermin status gizi masa lalu dapat dikoreksi seiring dengan perkembangan

motorik dan IQ anak dengan catatan selama intervensi anak tidak mengalami sakit

yang dapat mengganggu proses penyerapan zat gizi di usus.

Hasil pengamatan status gizi menunjukkan bahwa sebelum perlakuan ada

15 anak (13%) dengan kategori pendek, 7 anak (6.1%) termasuk kurang gizi, dan

49 anak (42.6%) menderita kurang gizi serta termasuk pendek (gizi buruk). Anak

dengan status gizi buruk (underweight + stunted) sebelum perlakuan paling

banyak pada kelompok plasebo (12.2%), selanjutnya kelompok iodium saja ada

13 anak (11.3%), kelompok selenium saja ada 12 anak (10.4%). Setelah diberi

selenium 45 µg/hari dan suplemen kapsul iodium 50 µg/hari selama 2 bulan

semua kelompok perlakuan tidak ada lagi anak yang memiliki gizi buruk kecuali

Page 149: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

kelompok plasebo. Namun demikian setelah perlakuan masih ditemukan 10 anak

(8.7%) dengan kategori stunted dan sebanyak 8 anak (7%) masih mengalami

kurang gizi. Jadi secara keseluruhan ada peningkatan status gizi baik dari 44 anak

(38.26%) menjadi 90 anak (78.26%).

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada anak remaja awal (usia 9-12

tahun) baik laki-laki maupun perempuan merupakan masa penting, karena selain

mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu (misalnya penyakit infeksi, depresi,

anemia dan diare) juga dapat mempengaruhi produktifitas dan aktivitas

belajarnya. Oleh karena itu pemantauan status gizi perlu dilakukan secara

berkesinambungan termasuk di daerah endemik GAKI. Namun faktor

keterbatasan tenaga, waktu dan sarana pemantauan belum memungkinkan

dilakukan pemantauan status gizi secara berkesinambungan akibatnya KMS anak

sekolah tidak jalan.

Hasil analisis status gizi sesudah perlakuan antar kelompok sangat berbeda

nyata (p<0.001), kecuali pada kelompok Se saja bila dibandingkan dengan

kelompok yang diberi suplemen iodium saja maupun Se+I. Kelompok plasebo

sangat berbeda nyata (p<0.001) bila dibandingkan kelompok yang mendapat

suplemen. Selanjutnya hasil analisis perumbuhan fisik dilihat dari status gizi anak

dan perkembangan psikologis sama-sama dipengaruhi oleh masukan zat gizi

selama periode tumbuh kembangnya. Kecerdasan anak ternyata dipengaruhi oleh

hal yang lebih kompleks daripada pertumbuhan fisik. Kekurangan gizi pada masa

tumbuh kembang anak akan berpengaruh baik pada kecerdasan maupun kondisi

fisik mereka. Anak-anak yang kekurangan gizi, disamping akan memperlihatkan

penampilan fisik yang buruk juga akan meperlihatkan perkembangan kecerdasan

yang terlambat. Sebaliknya kadar gizi yang cukup dapat menampilkan

perkembangan fisik yang baik tetapi belum tentu menjamin perkembangan

kecerdasan yang baik (Husaini et al. 2001).

Sementara hasil penelitian terhadap tikus terungkap bahwa kurang gizi

menyebabkan “isolasi diri” yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan

energi yang banyak dengan mengurangi kegiatan interaksi, aktivitas, perilaku

eksploratorik, kurang perhatian dan motivasi yang rendah. Aplikasi teori ini pada

manusia ialah bahwa pada keadaan kurang energi dan protein (KEP), anak

Page 150: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

menjadi tidak aktif, apatis, pasif dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya,

anak dalam melakukan kegiatan eksploratori fisik di sekitarnya hanya mampu

sebentar saja dibandingkan dengan anak yang gizinya baik, yang mampu

melakukannya dalam waktu yang lebih lama (Pollitt, 2000).

Untuk melakukan aktivitas motorik, dibutuhkan ketersediaan energi dalam

jumlah yang cukup banyak. Anak usia sekolah saat pelajaran olahraga, upacara

bendera dengan berdiri, berjalan, berlari melibatkan suatu mekanisme yang

memerlukan energi dalam jumlah yang tinggi. Dengan demikian anak sekolah

yang menderita kekurangan energi dan protein biasanya selalu mengalami

keterlambatan perkembangan psikomotorik dan tidak mampu konsentrasi dalam

waktu lama. Selanjutnya, tahapan perkembangan aktivitas motorik anak sekolah

yang cerdas akan menurunkan tingkat ketergantungan atau kontak yang terus

menerus dengan para guru dan orangtua mereka. Keadaan ini tampaknya

berpengaruh secara nyata terhadap mekanisme self-regulatory, sehingga anak-

anak menjadi lebih bersosialisasi dan ramah terhadap lingkungan sekitarnya.

Sebaliknya keterlambatan locomotion dan perkembangan motorik anak sekolah

akan merusak akses pada sumber-sumber eksternal yang akan berakibat kurang

baik terhadap regulasi emosional dan menghambat perkembangan kecerdasan

anak. Ini berarti bahwa tingkat kemandirian seorang anak akan berkorelasi secara

positif dengan tingkat kecerdasan mereka. Anak-anak yang sudah mendapat gizi

yang cukup selama periode perkembangan mereka masih memerlukan peluang

untuk tumbuh mandiri yang diperlukan bagi perkembangan tingkat kecerdasan

mereka (Husaini et al. 2001).

Kemungkinan kenaikan berat badan anak pada kelompok Se+I diperkuat

oleh efek bersih dari analisis peragam (Ancova) dengan nilai R kuadrat yang

disesuaikan (Adjusted R Square) adalah 0.536 yang artinya 53.6% kenaikan berat

badan anak penderita GAKI dipengaruhi oleh pemberian suplemen selenium dan

iodium. Pada kelompok iodium saja dengan nilai R kuadrat yang disesuaikan

sebesar 0.398 artinya 39.8% kenaikan berat badan anak dipengaruhi oleh

pemberian suplemen iodium saja, dan yang dipengaruhi selenium saja ada 40.3%.

Namun pada kelompok plasebo juga mengalami kenaikan berat badan yang

dipengaruhi obat cacing sebesar 44.1%.

Page 151: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Berdasarkan hasil analisis Adjusted R Square = 0.85 (85% anak kurang

gizi menggunakan indikator BB/U dapat diperbaiki dengan suplemen Se dan

Iod). Hal ini terjadi disamping karena tingkat konsumsi energi yang relatif cukup

(1400 – 2000 Kal), protein 35-45 g, lemak 8.75 – 19.25 % juga disebabkan

pemberian obat cacing Albendazole 400 mg satu kali sebelum intervensi zat gizi

mikro dimulai. Menurut Stephenson et al.(1993) bahwa dengan pemberian dosis

tunggal obat cacing Albendazole satu kali saja dapat memperbaiki pertumbuhan

anak (peningkatan berat badan 1.6-1.75 kg) serta dapat meningkatkan kadar Hb

anak di Kenya selama 4 bulan.

Tingkat Kecukupan Zat Gizi Anak

Energi merupakan sumber zat gizi utama untuk beraktifitas.

Keseimbangan energi akan tercapai bila asupan energi sesuai dengan energi yang

digunakan/ dikeluarkan. Energi yang digunakan tergantung kepada jenis

pekerjaan dan aktifitas yang dilakukan sehari-hari. Dalam penelitian ini

perhitungan kecukupan energi dilakukan menggunakan 24 hours Recall pada sub-

sampel anak SD di desa endemik GAKI, dan frekuensi makan/hari. Berdasarkan

wawancara dengan 41 anak diketahui bahwa belum ada keseimbangan energi

dengan komposisi tubuh pada anak.

Hasil analisis regresi linier antara intake energi /hari terhadap berat badan

sebelum maupun sesudah diberi perlakuan tidak menunjukkan adanya hubungan

yang nyata (p>0.05), begitu pula antara intake energi /hari terhadap tinggi badan

anak juga tidak ada hubungan yang nyata (p>0.05) dengan R=0.16. Dapat

disimpulkan sementara bahwa perbaikan status gizi anak baik dari indikator BB/U

maupun TB/U tidak dipengaruhi oleh intake energi. Artinya perlakuan pemberian

supelemen selenium dan iodium serta obat cacing sangat berpengaruh terhadap

perbaikan status gizi anak di daerah endemik GAKI.

Kebutuhan zat gizi (RDA) pada puncak Growth Spurt II (umur 10-20

tahun) baik laki-laki maupun perempuan seperti yang dikemukakan oleh Hartono

(2000) dan IOM (2001) pada Tabel 11 ternyata untuk Se sebesar 280 (μg/hari)

dan kebutuhan iodium antara 100-130 (μg/hari). Sementara menurut AKG (2004)

kebutuhan selenium hanya 20 (μg/hari) dan iodium sebanyak 120 (μg/hari).

Page 152: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Dalam penelitian analisis kecukupan zat gizi selenium dan iodium menggunakan

rekomendasi dari Hartono (2001) dan IOM (2001) mengingat selenium dan

iodium yang diekskresi tubuh mencapai 50 μg/hari.

Hasil analisis rata-rata intake zat gizi pada anak di daerah endemik GAKI

menurut sumbangan kecukupannya dari rumah maupun makanan jajanan di

sekolah dapat dilihat pada Lampiran 4-7. Diketahui bahwa persentase kecukupan

energi (Kal), protein dan lemak pada anak masih sangat jauh dari seimbang,

begitu juga dengan tingkat kecukupan mineral mikro seperti zat gizi besi, seng,

selenium dan iodium. Hasil analisis regresi linier menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang nyata (p>0.05) antara intake selemiun/hari dengan kadar selenium

dalam plasma baik sebelum dan sesudah diberi perlakuan, begitu pula antara

intake iodium /hari terhadap kadar iodium plasma anak juga tidak ada hubungan

yang nyata (p>0.05) dengan R=0.15. Artinya pemberian supelemen selenium dan

iodium serta obat cacing sangat berpengaruh terhadap perbaikan status defisiensi

selenium dan iodium pada anak di daerah endemik GAKI.

Dalam penelitian ini wawancara tingkat kecukupan konsumsi dilakukan

dengan metode Recall 24 jam yang lalu oleh Bidan Desa dibantu oleh guru SD

setempat. Dikarenakan anak-anak yang memiliki tanda khas kretin kebanyakan

sulit berbicara dan menangkap pertanyaan dari Tim peneliti, maka dilakukan

cross-chek dengan food frequency dan penimbangan makanan jajanan di sekolah.

Secara tidak langsung terlihat adanya hubungan antara iodium dan

selenium, dimana ketersediaan selenium yang rendah pada tanah diduga juga

mengandung iodium yang rendah. Interaksi yang terbentuk antara iodium dan

selenium bersifat sangat kompleks dan terkait dengan fungsi-fungsi selenium

dalam selenoprotein. Selain itu selenium juga sangat dibutuhkan dalam proses

perubahan T4 menjadi T3 selain enzim deiodonase (WHO, 2001). Sebaliknya

yang menghambat proses perubahan T4 menjadi T3 dari bahan makanan yang

banyak dikonsumsi oleh penduduk di daerah endemik adalah makanan yang

mengandung goitrogenik. Goitrogenik adalah zat yang dapat menghambat

pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam

kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goitrogenik dapat menghambat perubahan

iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon

Page 153: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

tiroksin terhambat (Linder, 1992). Goitrogenik alami menurut Chapman (1982)

terdapat dalam jenis pangan seperti 1) kelompok sianida (daun + umbi singkong,

gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung); 2) kelompok mimosin

(pete cina dan lamtoro); 3) kelompok isothiosianat (daun pepaya); 4) kelompok

asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka), untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Lampiran 7.

Meskipun sudah diketahui jenis bahan makanan yang mengandung

goitrogenik, namun kandungan zat gizi lain dalam bahan makanan tersebut tetap

banyak membantu kecukupan gizi penduduk setempat. Berdasarkan hal tersebut,

maka WHO (2001) sudah menganjurkan program penanggulangan GAKI dengan

fortifikasi iodium pada garam dengan melakukan universal garam beriodium.

Selanjutnya Burk, et al. (2006) mengatakan bahan makanan yang banyak

mengandung selenium biasanya juga ditemukan banyak mengandung iodium,

misalnya daging dan seafood (0.4-1.5 μg/g), sereal dan padi-padian (0.1-0.8 μg/g)

tergantung pada kandungan selenium pada tanah.

Lingkar Lidah menurut Kelompok Perlakuan

Tabel 41 menunjukkan bahwa pemberian suplemen kapsul iodium maupun

selenium selama dua bulan seolah-olah tidak ada manfaatnya bila dilihat dari

besaran ukuran volume lingkar lidah anak di daerah endemik GAKI. Hal ini

dapat dijelaskan dari ilmu patologi anatomis, bahwa cacat lahir atau penyakit

bawaan lahir seperti dampak permanen dari defisiensi zat gizi mikro dalam waktu

yang lama dan bersifat kronis adalah sulit untuk diperbaiki. Begitu juga

‘glossitis’ dan kelainan bawaan lahir pada lidah akibat defisiensi zat gizi mikro

yang sangat lama (Underwood, 2002). Sampai saat ini kegunaan selenium

sebagai suplemen tambahan zat gizi yang tepat untuk setiap kasus kekurangan zat

gizi mikro masih banyak diteliti untuk pencegahan dan pengobatan penyakit.

Pengaruh suplemen selenium dan iodium terhadap volume lingkar lidah

menunjukkan hasil yang negatif, artinya semua suplemen yang diberikan kepada

anak penderita GAKI dengan 6-11 tanda khas kretin tidak berpengaruh positif.

Namun demikian tetap terjadi perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan

(p=0.001) setelah diberi suplemen. Hal ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan

Page 154: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

jika pemberian suplemen dilakukan lebih dini kepada anak penderita GAKI maka

diharapkan ada perbaikan atau koreksi dari perbesaran volume lingkar lidah.

Kemungkinan ini diperkuat oleh efek bersih dari analisis peragam (Ancova)

dengan nilai R kuadrat yang disesuaikan (Adjusted R Square) adalah 0.114 yang

artinya 11.4% nilai volume lingkar lidah anak penderita GAKI dipengaruhi oleh

pemberian suplemen selenium dan iodium.

Selanjutnya kalau dilihat dari Tabel 41-42 dapat diperhitungkan bahwa

pemberian Se+I memiliki selisih negative yaitu 3.5%-7.8% = -4.3%, pemberian I

50 µg/hari memiliki selisih 6.1% - 20.9% = - 14.8%, dan pemberian Se 45

µg/hari memiliki selisih 10.4% - 13.1% = -3.3% sedangkan pemberian kapsul

plasebo memiliki selisih 7.8% - 11.3% = -3.5%. Hasil negatif dari lingkar lidah

ini belum banyak penjelasan yang dapat mengartikan perubahan lingkar lidah

setelah pemberian suplemen zat gizi mikro. Namun ada kemungkinan pada anak

yang sebelum perlakuan menderita radang tenggorokan atau ada kelainan

‘glossitis’ sehingga anak menjadi sulit mengucap kata ‘A’ setelah pemberian

suplemen selenium dan iodium menjadi sehat sehingga dapat mengucapkan kata

‘A’ dengan lancar akibatnya dapat merubah ukuran lingkar lidah anak setelah 2

bulan perlakuan.

Kejadian penebalan lidah sehingga menyebabkan ukuran lingkar lidah

menjadi lebih besar dari ukuran lingkar lidah normal dapat dijelaskan menurut

ilmu penyakit dalam dan THT (Telinga-Hidung-Tenggorakan). Adapun

penjelasan tersebut menyebutkan bahwa fenomena anak kekurangan iodium dan

selenium akan mengalami penebalan lidah dan sulit mengucapkan ‘A’ seperti

yang terjadi pada anak yang mengalami peradangan ‘tonsil’ di tenggorokan atau

amandel (Quindom.com. 2006). Karena sakit atau sulit bicara maka umumnya

anak yang defisiensi iodium dan selenium berat menjadi apatis dan motivasinya

menurun seiring dengan penurunan IQ point (Van den Briel and West, 2000).

Perkembangan pengetahuan biologi molekuler saat ini memungkinkan

untuk mengidentifikasi kelompok bahan yang dapat merangsang produksi leukosit

dan megakariosit, yang dikenal sebagai colony stimulating factors. Kelompok

bahan ini termasuk granulocyte- dan granulocyte/monocyte- colony stimulating

factors (G-CFS adan GM-CFS). Sitokin sekarang digunakan untuk pengobatan

Page 155: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

pada kemoterapi penyakit kronis, termasuk kelainan lidah akibat cacat bawaan

atau defisiensi zat gizi mikro yang kronis. Selenium khususnya seleno metionin

atau seleno sistein mampu untuk merangsang produksi anti oksidan dan trombosit

yang akhir-akhir ini telah dapat diidentifikasikan untuk menangkal radikal bebas

dan memperlama hidup sel sehat dan menghentikan proses patologis sel maupun

jaringan yang rusak (Chen & Berry, 2003).

Pada umumnya anak yang sudah mengalami penebalan lidah atau

memiliki lingkar lidah yang lebih besar dari ukuran lingkar lidah normal juga

akan diikuti gejala penyakit ‘Hematinik’. Hematinik adalah faktor zat-zat gizi

/diet yang esensial baik untuk sintesis hemoglobin maupun produksi eritrosit yang

menurun atau memang sudah rendah saat lahir yang biasanya dialami oleh

penderita kretin yang lahir di daerah endemik GAKI.

Dilihat dari Tabel 44 ternyata tidak ada perbedaan tingkat risiko antara

anak laki-laki dan perempuan, artinya anak laki-laki maupun anak perempuan

yang memiliki lingkar lidah lebih besar dari normal meningkat jumlahnya

meskipun sudah diberi perlakuan (p<0.001; r=0.58). Dengan demikian manfaat

pemberian suplemen selenium dan iodium dengan dosis rendah selama dua bulan

tidak memberikan dampak positif terhadap penebalan lingkar lidah anak di daerah

endemik GAKI. Hal ini mungkin disebabkan karena waktu pemberian suplemen

yang kurang lama (tidak enam bulan) dan dosis yang diberikan terlalu rendah

untuk perbaikan kesehatan ‘Glossitis’ mulut dan lidah anak. Belum ada data

tentang gangguan fungsi bicara (bisa sampai bisu) yang disebabkan kekurangan

iodium tingkat berat seperti pada penderita kretin, sehingga dalam penelitian ini

dilakukan diagnosis bentuk ringan dari kretin endemik.

Skor IQ Anak menurut Kelompok Perlakuan

Selanjutnya kalau dilihat status gizi dengan standar CDC (WHO, 2000)

hubungannya dengan skor IQ pada anak di daerah endemik GAKI dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum perlakuan ada 19 anak (16.5%)

dengan status gizi buruk dan memiliki kategori retardasi mental sangat berat

dengan skor IQ kurang dari 25. Anak berstatus pendek ada 27 (23.5%) memiliki

skor IQ antara 25–40 dan setelah dilakukan pemberian suplemen kapsul iodium

Page 156: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

dan selenium dosis rendah selama 2 bulan ternyata ada peningkatan skor IQ yang

sangat nyata (p=0.001; r=0.463). Gambaran selengkapnya status gizi

hubungannya dengan skor IQ dapat dilihat pada Gambar 30.

Banyak tes IQ untuk mengukur kualitas anak seperti tingkat pengetahuan,

daya ingat sesaat, alasan abstrak, bagian kemampuan visual dan perasaan. Test

IQ mengukur sebagian dari budaya seseorang baik yang nyata maupun budaya

yang tidak dilakukan. Namun biasanya untuk keperluan akademik sehingga

kurang baik untuk mengukur kreativitas anak. Setelah pengamatan secara acak,

ternyata banyak faktor yang menetukan nilai/skor sehingga perlu diamati ulangan

tes setiap minggunya karena dapat berubah antara 5-10 point. Untuk ukuran

kemampuan verbal pada anak dengan kelainan fisik atau mental tertentu Wechsler

tidak menganjurkan pengukuran verbal, karena memang sudah dapat dipastikan

anak dengan kelainan pasti memiliki kemampuan verbal yang buruk. Hal ini juga

diakui oleh Raven yang kemudian mengembangkan ‘Block Design’ untuk

mengukur IQ melalui ketajaman pengamatan gambar berwarna yang diambil

untuk dipasangkan ke gambar design utamanya. Model ini kemudian dikenal

dengan nama ‘Modeled after Raven's Progressive Matrices’ sebagai Matrix

Reasoning (Morris, 2006).

Peningkatan skor IQ setelah pemberian suplemen kapsul iodium 50

µg/hari ditambah selenium 45 µg/hari (15.7% - 9.4% = 6.3%) dari IQ sangat

rendah/idiot yaitu IQ kurang dari 25 (retardasi mental berat) dan retardasi mental

sedang (IQ=25-40) menjadi retardasi mental ringan (IQ=40-55). Pemberian

iodium 50 µg/hari saja dapat meningkatkan 100% artinya dari 30.4% anak yang

menderita retardasi mental berat (skor IQ <25) semua dapat dikoreksi menjadi

retardasi mental tingkat sedang (skor IQ=40-55). Pemberian selenium 45 µg/hari

juga dapat meningkatkan 100% artinya dari 29.6 % anak yang menderita retardasi

mental berat (skor IQ <25) semua dapat dikoreksi menjadi tingkat sedang (skor

IQ=40-55), dan plasebo (19.1% - 10.4% = 8.7%) dari kategori retardasi mental

berat (skor IQ <25) menjadi tingkat sedang dengan skor IQ=40-55. Artinya dapat

diambil kesimpulan sementara bahwa pemberian iodium 50 µg/hari atau selenium

45 µg/hari saja memberikan pengaruh terbaik terhadap skor IQ (p<0.001).

Page 157: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Kemampuan metakognitif diyakini sebagai kemampuan tingkat tinggi

untuk menegemen pengetahuan. Metakognitif berhubungan dengan gaya kognitif

dan strategi belajar (Limited, 1996). Kemampuan kognitif dibutuhkan untuk

bekerja pada suatu tugas, sedangkan metakognisi penting untuk memahami

bagaimana tugas itu akan dikerjakan. Kemampuan kognisi ada dua hal, yaitu

penilaian terhadap diri sendiri (self assessment) dan menegemen diri sendiri

sebagai kemampuan mengatus pengembangan kognitif diri sendiri (self-

menegement). Kemampuan metakognitif berhubungan dengan teori pembelajaran

konstruktivis yang menempatkan kognisi dan pemahaman dalam diri individu

(Imel, 2002). Secara teoritis kemampuan metakognitif dapat meningkatkan

ketrampilan pemecahan masalah di kelas saat proses pembelajaran, namun sejauh

yang penulis ketahui belum ada penelitian empiris yang mendukung atau menolak

teori tersebut ketika diterapkan di dalam konteks pendidikan dasar di Indonesia.

Untuk itulah penelitian dilakukan untuk melihat adanya pengaruh suplemen

selenium dan iodium dalam meningkatkan skor IQ anak usia sekolah dasar.

Hasil analisis selisih (∆) peningkatan skor IQ pada anak di daerah endemik

GAKI menurut kelompok perlakuan menunjukkan bahwa pemberian iodium saja

atau pemberian suplemen selenium saja memiliki pengaruh terbaik untuk

meningkatkan skor IQ anak. Tabel 49 menunjukkan bahwa pemberian selenium +

iodium ternyata tidak efektif karena pada usia 9-12 tahun merupakan saat tumbuh

cepat kedua sehingga yang dibutuhkan adalah lemak tidak jenuh khususnya

arachidonic acid (ARA), sialic acid (SA) dan docosahexaenoic acid (DHA) dan

iodium saja untuk perkembangan otak anak (Yehuda et al. 1999). Nilai rata-rata

skor IQ anak sebelum perlakuan sebesar 24.5 – 30.9 artinya angka tersebut dalam

kisaran skor IQ<25 yang memiliki indikasi bahwa anak-anak yang memiliki 6-11

tanda khas kretin di daerah endemik GAKI dalam penelitian ini menderita

retardasi mental berat. Kemudian nilai rata-rata skor IQ anak sesudah perlakuan

meningkat menjadi 35 – 42.5 artinya skor IQ anak dalam kisaran skor IQ=25-40

yang memiliki indikasi retardasi mental kategori sedang. Jadi dengan pemberian

suplemen selenium 45 µg/hari saja atau suplemen iodium 50 µg/hari saja selama 2

bulan dapat meningkatkan skor IQ anak sebesar 18 point.

Page 158: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Jumlah Tanda Khas Kretin menurut Kelompok Perlakuan

Dalam penelitian ini spektrum 6-11 tanda khas kretin yang paling cepat

menunjukkan pengaruhnya dari pemberian suplemen selenium dan iodium adalah

(motivasi belajar, sulit menangkap pembicaraan orang lain, benjolan di leher,

anemia , ukuran lingkar lidah, dan gangguan pertumbuhan fisik=BB/U, TB/U).

Hasil analisis selisih persentase dari post test dan pre test untuk variable tanda

khas kretin (Tabel 50-51)

Berdasarkan nilai selisih persentase antar kelompok anak yang menderita

GAKI dengan tanda khas kretin yang diberi suplemen dapat disimpulkan bahwa

pemberian suplemen selenium 45 µg/hari saja atau iodium 50 µg/hari atau

selenium 45 µg/hari +iodium 50 µg/hari dapat menurunkan jumlah tanda khas

kretin 1 point. Sementara plasebo tidak dapat menurunkan tetapi tetap ada

penurunan sebesar 0.1 % . Artinya ada kemungkinan bila pemberian suplemen

dilakukan dengan durasi yang lebih lama akan dapat menurunkan jumlah tanda

khas kretin pada masa pertumbuhan anak penderita GAKI di daerah endemik.

Tidak ada perbedaan hasil penurunan jumlah tanda khas kretin pada anak

di daerah endemik GAKI Boyolali menurut kelompok perlakuan. Hal ini

disebabkan karena pengukuran yang bersifat kualitatif tanpa menggunakan alat

yang sudah standar atau baku, sehingga hasilnya kurang valid (Gambar 26).

Faktor yang Mempengaruhi Respon Status Gizi

Pada Tabel 64 terlihat bahwa pada semua kelompok suplemen mengalami

peningkatan berat badan dan tinggi badan yang nyata (p<0.05) antara sebelum dan

sesudah perlakuan. Efek bersih suplementasi Se dan I terhadap berat badan

sebesar 1.96-3.04 kg dan terhadap pertambahan tinggi badan sekitar 1.2-3.5 cm

(Tabel 34). Efek suplemen selenium dan iodium pada anak di daerah endemik

GAKI ini sejalan dengan hasil penelitian suplemen selenium dan iodium pada

anak penderita anemia terhadap berat badan meskipun nyata tetapi efek bersihnya

kecil yaitu 0.26 SD (Brown et al. 2003) Artinya pemberian suplemen selenium 45

µg/hari dan iodium 50 µg/hari dapat mengurangi dampak memburuknya status

gizi seiring dengan pertambahan umur pada masa growth sprout II.

Page 159: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Efek pemberian suplemen selenium dan iodium terhadap semua kelompok

perlakuan ternyata tidak berbeda dengan plasebo. Artinya pada semua kelompok

mengalami pertambahan berat badan dan tinggi badan tanpa melihat status anemia

maupun status defisiensi selenium dan iodium. Namun demikian kejadian stunted

pada kelompok plasebo tetap terbanyak yaitu 22.22 % dan underweight 23.31%.

Meskipun perlakuan dengan pemberian suplemen relatif cepat (2 bulan) tetapi

memiliki efek yang cukup besar terhadap perbaikan status gizi anak. Efek bersih

BB/U +1.52 SD dan efek bersih TB/U +0.8 SD. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa suplementasi Se dan I dapat meningkatkan perbaikan

pertumbuhan anak dengan tanda khas kretin di daerah endemik GAKI.

Analisis Normalitas Data dan Uji ANCOVA

Sebelum semua data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis, maka

perlu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan One-Sampel

Kolmogorov-Smirnov Test, Program SPSS for Windows V.11 (Lampiran1).

Hasilnya semua data dari tiap variabel sangat nyata (p=0.000) memiliki distribusi

normal. Bukti ini diperkuat dengan efek bersih dari analisis peragam (Ancova)

bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata antara sebelum dan sesudah

perlakuan dengan pemberian suplemen kapsul selenium dan iodium dosis rendah

selama dua bulan (Lampiran 8)

Setelah yakin bahwa semua data memiliki distribusi normal, maka

menurut disain penelitian ini digunakan analisis uji ANCOVA untuk mengetahui

nyata tidaknya perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan pemberian suplemen

selenium dan iodium selama dua bulan pada anak di daerah endemik GAKI.

Hasilnya semua variabel yang diteliti berbeda sangat nyata antara sebelum dan

sesudah perlakuan (Paired Sampel T-test). Namun hasil korelasi Spearman antara

jumlah tanda kretin, kategori ketinggian area desa, jenis kelamin, dengan variabel

bebas seperti status gizi, lingkar lidah, skor IQ, jenis anemia dan kadar selenium

maupun kadar iodium. Hasil analisis ANCOVA dapat dilihat pada Lampiran 9.

Analisis regresi linier digunakan untuk melihat apakah pemberian

suplemen selenium dan iodium yang diberikan menurut kelompok masing-masing

variabel yang diteliti benar-benar bersih dari faktor-faktor pengganggu

Page 160: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

(confounding factor). Hal ini perlu dilakukan khususnya untuk melihat manfaat

bersih dari intervensi gizi selenium dan iodium terhadap status gizi yang sangat

erat hubungannya dengan tingkat kecukupan energi /hari. Disamping itu data zat

gizi rujukan untuk komposisi bahan makanan mikronutrien masih sangat minim

sehingga menjadi masalah tersendiri dalam analisis konversi tingkat kecukupan

zat gizi (dalam penelitian ini zat gizi selenium dan iodium).

Selanjutnya analisis kepatuhan minum kapsul harian pada anak di daerah

GAKI sangat tergantung pada kedisiplinan guru dalam meluangkan waktu saat

istirahat untuk memberikan suplemen kapsul selenium dan iodium kepada anak

didiknya di kelas. Tingkat kepatuhan minum suplemen dalam penelitian sebesar

79.17%-95.83% memiliki hubungan yang nyata dengan perbaikan skor IQ anak

(p=0.009; r=0.243). Artinya kepatuhan anak dengan tanda khas kretin di daerah

endemik GAKI di Kabupaten Boyolali dapat dikatakan ‘baik’ untuk

keberlangsungan program, jika suplemen selenium dan iodium akan dijadikan

alternatif program penanganan GAKI.

Analisis Regresi Logistik

Hasil analisis bivariate antara kadar Se dan I plasma dengan status gizi, skor

IQ dan jumlah tanda khas kretin (Tabel 22) menunjukkan bahwa suplementasi

selenium 45 µg/hr saja yang mempunyai nilai p < 0.05 yaitu perbaikan profil

darah (kadar leukosit, MCV, kadar Se dan I plasma), status gizi (BB/U) dan skor

IQ. Variabel independen lain seperti status gizi (TB/U) dan jumlah tanda khas

kretin mempunyai nilai p > 0.05.

Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa sampel yang diberi suplemen

seleneium 45 µg/hr saja terlihat risiko anemia mikrositik hiperkromik disertai

defisiensi Se dan I dan menderita kurang gizi lebih rendah dan bermakna (kadar

leukosit, MCV, kadar Se dan I plasma) dibandingkan sampel yang diberi iodium

50 µg/hr atau Se+I (p<0.01; OR=0.31; 95%CI OR 0.19-0.62). Pemberian Se+I

selama 2 bulan menunjukkan risiko menderita anemia makrositik hipokromok

lebih rendah dan bermakna dibandingkan sampel yang diberi suplemen Se

sebanyak 45 µg/hr atau I sebanyak 50 µg/hr saja (p<0.01; OR=0.64; 95%CI OR

0.11-0.99).

Page 161: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Berdasarkan Tabel 53 nilai Odd Ratio dan nilai p untuk status gizi anak yang

diberi suplemen Iod 50 µg/hr tampak risiko untuk stunted (TB/U) lebih rendah

dibandingkan dengan pemberian Se+I (p<0.01; OR=0.64; 95%CI OR 0.51-0.87).

Sementara risiko untuk underweight (BB/U) lebih rendah dibandingkan dengan

pemberian I saja (p<0.01; OR=0.44; 95%CI OR 0.21-0.67).

Analisis Implikasi Kebijakan

Pada hakekatnya, masalah GAKI dan spektrum kretin di daerah

endemik masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu ditangani

secara Nasional tetapi tidak boleh melupakan faktor budaya setempat/ lokal.

Artinya endemisitas dari tiap lokasi dengan ketinggian daerah di atas permukaan

air laut yang berbeda memiliki tingkat risiko yang berbeda juga. Dalam penelitian

ini diketahui bahwa ada hubungan antara ketinggian lokasi SD atau tempat tinggal

anak dengan kadar iodium dalam plasma darah yang sangat signifikan, yaitu

makin tinggi lokasi SD dan tempat tinggal anak maka kadar iodium dalam plasma

akan makin rendah (p=0.00; r=6.57). Begitu pula dengan semakin tinggi lokasi

tempat sekolah dan tempat tinggal anak maka akan semakin rendah kadar

selenium dalam plasma darah anak (p=0.00; r=7.20).

Kesepakatan internasional antara Badan Kesehatan Dunia (WHO,

2006) dengan para pengambil kebijakan bidang kesehatan di negara-negara

berkembang memutuskan bahwa prevalensi Total Goiter Rate (TGR) sudah tidak

layak lagi dipakai sebagai indikator prevalensi GAKI di daerah endemik.

Sekarang dianjurkan menggunakan Urinary Iodine Excretion (UIE) sebagai

indikator besarnya masalah GAKI di masyarakat. Namun dampak penggunaan

data UIE di Indonesia belum juga menghasilkan keputusan yang tepat dalam

penanganan GAKI dan spektrum kretin endemik. Begitu pula dengan upaya

UNICEF dalam menggalakkan Universal Salt Iodisation (USI) di Indonesia

ternyata memerlukan regulasi, law inforcement, social inforcement dan

community inforcement dalam melaksanakan universal garam beriodium (USI).

Sebagai perbandingan berikut disajikan hasil intervensi suplemen iodium di

berbagai Negara (Lampiran 9).

Page 162: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Hal yang sama terjadi pada pemberian kapsul minyak beriodium, dimana

kandungan Iodium setiap kapsul adalah sekitar 190 - 210 mg Iodium per 0,5 ml.

Selanjutnya ditetapkan bahwa jumlah aman untuk setiap kapsul lipiodol adalah

sebanyak 200 mg Iodium (Depkes, 2000). Sasaran untuk pemberian kapsul

minyak beriodium di kecamatan endemik berat (prevalensi TGR > 30%) adalah

wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui dan anak sekolah dasar.

Analisis Implikasi Keilmuan

Selenium dan Iodium dalam darah manusia sangat bervariasi karena

keadaan geografi, umur, dan perbedaan jumlah/jenis makanan yang dikonsumsi

setiap hari. Misalnya anak penderita phenylketonuria dan Maple syrup urine

asupan Se-nya rendah juga konsentrasi Se dalam darah (The Lancet, MedScape

2000). Artinya setiap anak kemungkinan dapat mengalami defisiensi selenium

dan iodium atau sebaliknya mengalami kelebihan selenium dan iodium dalam

darahnya. Oleh karena itu perlu pendidikan pengenalan bahan makanan yang

mengandung banyak atau kurang selenium dan iodium, serta jenis bahan makanan

yang dapat menghambat penyerapan iodium maupun selenium. Underwood

(2002) mengatakan bahwa setiap bagian darah memiliki fungsi dan peran yang

sangat spesifik dan bila salah satu kekurangan atau sampai kehabisan zat gizi

maka tubuh seseorang akan mengalami kelainan yang bersifat sistemik. Sebagai

contoh berdasarkan keadaan geografi, maka diketahui kecenderungan populasi

yang hidup di daerah rendah kadar Se dalam tanah dan relatif rendah asupan Se

dalam makanan memiliki angka kematian yang tinggi akibat kanker.

Kebaruan Penelitian

1. Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 15 tanda khas kretin yang masih

diragukan validitasnya secara klinis ternyata baru ditemukan 6-11 tanda khas

kretin yang secara umum mudah dikenali sebagai tanda awal akan terjadinya

kretin pada anak usia sekolah. Tanda khas kretin yang paling dominan

berpengaruh terhadap skor IQ anak adalah lingkar dan tebal lidah dengan

nilai pseudo R square = 0.903. Penebalan lidah pada anak usia sekolah di

daerah endemik GAKI belum banyak diteliti sehingga masih sedikit referensi

Page 163: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

tentang pentingnya penelitian pertumbuhan dan perkembangan lidah anak

sejak lahir.

2. Penelitian ini berhasil menunjukkan hubungan antara spektrum ‘kretin

endemik’ dan jenis anemia mikrositik hiperkromik maupun anemia mikrositik

hipokromik pada anak usia 9-12 tahun yang lahir di daerah endemik GAKI

dan memiliki 6-11 tanda khas kretin. Adapun nilai pseudo R square 6-11

tanda khas kretin menurut kuatnya hubungan (R) dengan skor IQ adalah:

i. lidah membesar (pseudo R square = 0.90)

ii. anemia /pucat, lemah, malas (pseudo R square = 0.89)

iii. motivasi belajar kurang (pseudo R square = 0.88)

iv. kurang dapat mendengar (pseudo R square = 0.84)

v. pendek/cebol/ kerdil dibanding seusianya (pseudo R square = 0.83)

vi. sulit diajak bicara, sulit menangkap pembicaraan orang lain (pseudo R

square = 0.79)

vii. mengalami gangguan pertumbuhan fisik/status gizi buruk/kurang gizi

(pseudo R square = 0.78)

viii. apatis, tidak bersemangat (pseudo R square = 0.73)

ix. ada benjolan di leher (pseudo R square = 0.66)

x. kulit berbintik/ bercak merah (pseudo R square = 0.56)

xi. gangguan berjalan /langkah tidak teratur (pseudo R square = 0.39)

Konsisi tersebut dapat dikoreksi dengan pemberian selenium 45 µg/hari dan

iodium 50 µg/hari selama 2 bulan. Namun masih perlu dilakukan analisis

yang lebih rinci tentang faktor perancu guna melihat faktor yang paling

dominan mempengaruhi tanda khas kretin.

3. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan GAKI dengan teknik yang

mengandalkan palpasi dan IEU tidak dapat secara langsung dihubungkan

dengan skor IQ anak. Khususnya pada anak usia 9-12 tahun yang memiliki

tanda khas kretin dan tinggal di daerah endemik GAKI.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan dari desainnya, yaitu tidak mampu

menggunakan Randomizaed Control Trial (RCT) tetapi cukup menggunakan

Page 164: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

eksperimen kuasi (Non Randomisasi) sebelum dan sesudah perlakuan. Hal ini

dikarenakan lokasi yang sangat sulit dijangkau untuk dilakukan RCT pada

sampel. Namun randomisasi Sekolah Dasar tetap dilakukan dalam penentuan

kelompok perlakuan. Meskipun demikian nilai homogenitas pada semua sampel

/subyek penelitian tetap tinggi (p=0.008) (Lampiran 8).

Tingginya drop out sampel (44.14%) tidak mempengaruhi power statistik,

karena sejak awal penelitian (saat penapisan) power statistik sudah di set tinggi

(90%). Setelah terjadi drop out sampel 44.14% maka power statistik menjadi

87%. Hal ini terjadi karena sampel yang drop out tetap secara random sehingga

tidak mengganggu tingkat kemampuan untuk mengambil kesimpulan karena

distribusi sampel tetap seimbang dan homogen dan hasilnya tetap nyata (Murti,

2008 Komunikasi pribadi). Analisis data dalam penelitian ini belum mencakup

semua faktor perancu yang mempengaruhi perbaikan profil darah, status gizi dan

skor IQ anak, dan penurunan jumlah tanda khas kretin.

Page 165: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Suplementasi Se 45 µg/hr saja memberikan pengaruh terbaik terhadap

perbaikan kadar leukosit, MCV, kadar Se dan I plasma sangat nyata

(p<0.01), dan terhadap status gizi (BB/U) serta skor IQ (p<0.05).

2. Pemberian Iod 50 µg/hr memberikan pengaruh terbaik terhadap skor IQ

(p<0.01) dan status gizi masa lalu menurut TB/U (p<0.05)

3. Pemberian Se+I memiliki pengaruh terbaik terhadap profil darah (kadar

eritrosit, MCH, MCHC) sangat nyata (p<0.01).

4. Berdasarkan uji Δ Beda (LSD) ternyata pemberian suplemen Se 45 µg/hr

secara nyata lebih baik daripada pemberian suplemen Iod 50 µg/hr maupun

Se+I pada anak usia 9-12 tahun yang memiliki 6-11 tanda khas kretin. Hal

ini dikarenakan lokasi endemik yang diambil satu tempat yaitu di Kabupaten

Boyolali saja, sehingga ada kemungkinan akan lain hasilnya (Se+I yang

terbaik) jika melibatkan anak dengan tanda khas kretin di daerah endemik

GAKI lainnya.

S a r a n

1. Untuk memperbaiki pertumbuhan dan skor IQ anak yang memiliki tanda khas

kretin di daerah endemik GAKI perlu diberikan suplemen selenium 45 µg/hari

dan iodium 50 µg/hari (rasio 1:1).

2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang interaksi Se dan I dengan dosis dan rasio

yang berbeda terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa

growth sprout II terutama yang memiliki tanda khas kretin. Perlu melibatkan

langsung usaha kesehatan sekolah (UKS) melalui pemberdayaan UKS di

daerah endemik GAKI menjadi UKS Waspada Kretin. Tentu saja UKS

Waspada Kretin perlu dibina terus menerus secara kelembagaan dan

managerial oleh Puskesmas di daerah endemik GAKI sehingga perlu relawan

petugas gizi dan kesehatan yang setiap minggu atau bulan memberdayakan

UKS yang ada di sekolah dasar menjadi UKS Waspada Kretin.

Page 166: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

3. Mengingat zat gizi selenium dan iodium dalam DKBM maupun hasil analisis

kandungan Se dan I lainnya masih sangat terbatas, maka perlu dilengkapi

disertai dengan penelitian tentang bioavailabilitas Se dan I pada makanan

Indonesia.

Akhirnya dengan hasil penelitian ini, diharapkan pengelolaan program

kesehatan dan gizi khususnya program penanganan GAKI di kabupaten/kota

dapat melaksanakan survei cepat masalah gizi, untuk memperoleh gambaran

GAKI di daerahnya dengan menggunakan 15 tanda khas kretin. Hal ini untuk

mempermudah jangkauan program penanganan GAKI tanpa banyak analisis di

Laboratorium yang mahal biaya dan memerlukan ketrampilan serta tenaga khusus.

Selain itu perlu peningkatan fungsi Posyandu di daerah endemik GAKI menjadi

Posyandu Waspada Kretin. Adanya Posyandu Waspada Kretin diharapkan semua

lapisan masyarakat di perdesaan di daerah endemik GAKI dapat mengenali

dengan benar tanda-tanda khas kretin dan segera bertindak untuk penanganan

anak yang memiliki tanda khas kretin.

Page 167: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

DAFTAR PUSTAKA

ACC/SCN. 2001. Nutrition Policy Paper No. 19. ADB Nutrition and

Development Series No.4. Attacking the Double Burden of Malnutrition

in Asia and the Pacific. ADB, Manila, Philippines.

Adiningsih, S. 2002. Ukuran Pertumbuhan dan Status Gizi Remaja Awal.

Prosiding Konggres Nasional PERSAGI dan Temu Ilmiah XII. Jakarta.

Ahmed F, Khan MR, Jackson AA. 2001. Supplemental Vitamin A enhances the

response to weekly supplemental iron folic acid in anemia teenagers in

urban Bangladesh. Am J. Clin Nutr. 74:108-15

Allen LH. 2004. Folate and Vitamin B12 Status in America. Nutrition Review

62(6): S29-S33

Allen L, Casterkine Sabel J. 2001. Prevalence and causes of nutritional anemia.

CRC Press Florida:7-22

Anonim. 2004. Hemoglobin Structure. http://www.ags.uci.edu/blood_fluid

Arisman. 2002. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Bagian Ilmu Gizi Fakultas

Kedeokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

Arthur, J.R., Fergus Nicol, and Beckket, G.J. 1993. Selenium Deficiency Thyroid

Hormone Metabolism and Thyroid Hormone Deiodinases. Am. Jou. Clin.

Nutr. 57: 236-238

BATAN. 1990. Analisis Pengaktif Neutron pada Laboratorium Teknologi Maju.

Prosiding BATAN, Yogyakarta.

Beauvieux MC Delmas, E Peuchant, A Couchouron, J Constans, C Sergeant, M

Simonoff, JL Pellegrin, B Leng, C Conri and M Clerc. 1996. The

enzymatic Antioxidant System in Blood and Glutathione Status in Human

Immunodeficiency Virus (HIV)-Infected Patients: Effects of

Supplementation with Selenium or Beta-Carotene. American Journal of

Clinical Nutrition, Vol. 64: 101-107.

Bender.A.David. 2002. Introduction to Nutrition and Metabolism. 3th. Edition.

Taylor and Francis Group. London.

Page 168: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Benmiloud M, Chaoki ML. 1994. Prevention of Iodine Deficiency Disorder by

Oral Administration of Lipiodol During Pergnancy. European J

Endocrinol 130 (6):547-551

Biro Pusat Statistik – UNICEF, 1995. Garam Beriodium di Rumah Tangga,

Konsumsi, Pengetahuan, Pilihan dan Penanganan. Jakarta.

Black, M. 2003. The evidence linking zinc deficiency with children's cognitive

and motor functioning. Department of Pediatrics, University of Maryland

School of Medicine, Baltimore, MD 21201, USA.

[email protected]

Brody, T. 1999. Nutritional Biochemistry, 2 th edition. University of California at

Berkeley. Berkeley, California.

Brown, K.M; Pickard, K; Nicol, F; and Arthur J.R. 2003. Effect of organic and

inorganic selenium supplementation on selenoprotein function in a

scottish population. Rowett Research Institute

Bulletin IoM, May, 2004. Risk, Side effect of selenium with herbal and food

products. www.medscape.com

Burk R.F., and Hill K.E. 1993. Regulation of selenoproteins. Annu. Rev. Nutr.

13:65-81.

Burk R.F., Levander O.A. 2006. Selenium, (dalam:Shils ME, Shike M, Ross AC,

Caballero B, Cousins RJ,eds). Modern Nutrition in Health and Disease. 10th

ed.Philadelphia : Lipincott William & Wilkins.

Carley, C. 2003. Anemia:When Is it Iron Deficiency? Janetti Publications Inc.

Pediatr Nurs 29(2):127-133.

Caroline Cassels and Désirée Lie. 2006. Major Cognitive Decline Linked to High

Fat, High Copper Diet. Internet: Medscape CME News Posted 08/16/2006

Chapman. BA. 1982. A Medical Geography of Endemic Goiter in Central Java. A

Disertation Submited to the Graduate of the Univesity of Hawaii. USA.

Chavetz, PHM. 1990. Savety of intervention to reduce nutritional anemia.

http://www.becomehealthynow.com.article.minerals

Chen J, Berry MJ. 2003. Selenium and selenoproteins in the brain and brain

diseases. Department of cell and Molecular Biology, University of Hawaii

at Manoa, Honolulu 96866, USA. J Neurochem. Jul;86(1):1-12

Page 169: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Clark,G.W.B.,Smyrk,T.C.,Mirvish,S.S.,Anselmino,M.,Yamashita,Y.,Hinder,R.A.

,Clement Ip. 1996. The Chemopreventive Role of Selenium in

Carcinogenesis. J.Am. Coll.Toxicol. 8:921-925.

Clement Ip. 1998. Lessons from Basic Research in Selenium and Cancer

Prevention. The Journal of Nutrition Vol.128. November 1998, pp. 1845-

1854.

Combs G.F.Jr. and Combs S.B. 1986. The Role of Selenium in Nutrition.

Academic Press,inc.

Craig JG. 1992. Human Development. New Jersey: A Sigmon & Schuster

Company.

Data Penilaian Kinerja Puskesmas. 2005. Data Penilaian Kinerja Pada Cakupan

di Puskesmas Cepogo. Laporan Kegiatan di Puskesmas Cepogo,

Kabupaten Boyolali. Jawa Tengah.

DeMeester,T.R and Birt,D.F. 1998. Effect of Gastroduodenal juice and dietary

fat on the development of Barretts esophagus and esophageal neoplasia

and experimental rat model. Ann. Surg. Oncol.,1:252-261.

Departemen Kesehatan R.I. 2000. Pedoman Distribusi Kapsul Minyak Beriodium.

Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

-----------------. 2002. Mengenal Kretin Yang Disebabkan Gangguan Akibat

Kurang Iodium (GAKI). Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta

-----------------. 2003. Gizi Dalam Angka. Ditjen Binkesmas, Direktorat Gizi

Masyarakat, Jakarta.

Djokomoeljanto, R. Hadisaputro S, Darmono, Soetardjo, Toni S. 1993. Laporan

Penelitian Pengalaman Penggunaan Yodium dalam Minyak Yodiol di

Daerah Gondok Endemik. Konggres Nasional III. Perkumpulan

Endokrinologi Indonesia (PEKENI). Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Djokomoeljanto, R. 2001. The Effect of Iodine Deficiency on Children, The Case

of Indonesia. Materi Simposium“Childhood malnutrition: Its

consequences and management” Solo 19 Februari 2001.

----------------------. 2002. Spektrum Klinik GAKI : dari Gondok hingga Kretin

Endemik. Jurnal GAKI Indonesia. Vol.3, No.1. ISSN : 1412-5951

Page 170: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Dunn JT and FV der Haar. 1995. A Practical of Endemic Goiter among School

Children in Some Parts of Sumatera, Jawa and Bali. Netherland.

Dunn JT. 2002. Iodine Excess in IDD Control Programe. Jurnal GAKI

Indonesia.2(1):20-24

Elnagar B et al. 1995. The Effect of Defferent Doses of Oral Iodized Oil on

Goiter Size, Urinary Iodine and Thyroid Related Hormones. J.Clin.

Endocrinol Metab 80(3):891-7

Elnour, A. and Hambraeus, L. 2000. Variable of Contribution on Biology

Investigation (Zn and Fe Serum, Retinal, Thyrothrophine) on Retardation

Linier Growth of Pre-School Children. The American Journal of Clinical

Nutrition. Volume 71 : 59-66

Elson M. Haas. 2003. The Complete Guide to Diet and Nutritional Medicine,

Celestial Arts. J Neurochem. 2003 Jul;86(1):1-12

Etsuo Niki et.al. 1995. Interaction Among Vitamin C, Vitamin E and B-Carotene.

American Journal Clinical Nutrion, Vol.62.1322S-6S.

Faisal Anwar.1998. Telaah Beberapa Zat Gizi Mikro (Selenium). Jurusan GMSK

Fakultas Pertanian IPB.

Finley J.W., Clement Ip., Donald J.Lisk, Cindy D.Davis, Korry J.Hintze, and Phil

D.Whanger.2001. Cancer Protective Propertirs of High Selenium

Broccoli. Jurnal Agric.Food Chem, 49: 2679-2683.

Florence and Setright. 1994. The Handbook of Preventive Medicine: A Complete

Guide to Diet, Dietary Supplements anf Lifestile Factors in the Prevention

of Disease. Kingsclear Books, Australia.

Fomon SJ et al. 2003. Inevetable Iron Loss by Human Adolescent, with

Calculations of the Requirement for Absorbed Micronutrient. American

Society for Nutrition Science: 133: 167-172. www.asns.org

Fox, S.I. 1993. Human Physiology. Wm. C. Brown Publisher, Iowa

Frewin R, Henson, A Provan, D. 1997. ABC of clinical hematology: iron

deficiency anemia. BMJ. 314:360

Frey, R. 2001. Serum Iron and Selenium Level. Eds. Gale Encyclopedia of

Alternative Medicine. Farmington Hills, Michigan; Gale Group.

Page 171: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Gillespie S., Mclachlan M., Shrimpton R. 2003. Combating Malnutrition:Time to

Act. Human Development Network: Health, Nutrition, and Population

series.World Bank-UNICEF. Nutrition Assessment. Washington,D.C.

Gibney M.J., Vorster H. And Kon Frans J. 2002. Introduction to Human

Nutrition. Blackwell Science.

Glinoer D, Delange F. 2000. The Potential Repercussions of Maternal, Fetal, and

Neonatal Hypothyroxinemiaon The Progeny. Thyroid.

Gibson R.S. (1990). Principles of nutrition and nutritional assessment. Oxford

University Press.

Hadisaputro S. (1993). Prevalensi GAKI dalam rangka evaluasi efektivitas

distribusi kapsul minyak beriodium di Jawa Tengah. Simposium GAKI,

UNDIP, Semarang.

Hadisaputro,S. 1996. Survai Pemetaan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium

(GAKI) di Jawa Tengah. Kerjasama Tim GAKI FK.UNDIP- Kanwil

Prop Jawa Tengah.

Hair, JE, Anderson RE, Tatham RL, Black WC. (1998). Multivariate data

analysis. Upper Saddle River, NJ:Prentice Hall.

Hartono B. 1994. Information Processing of the Learning Disabled Children

Living in Iodine Deficient Area. Semarang. FK. UNDIP.

Hartono, B. 2001. Perkembangan Fetus dalam Kondisi Defisiensi Iodium dan

Cukup Iodium. Makalah dalam Temu Nasional GAKI. Semarang 4 – 5

November 2001

Hanim, D. Rimbawan. Purwoko, S. Triharyanto, E. 2001. Pengaruh PMT

bergaram Iodium Tinggi dan Kapsul Iodium Dosis Rendah Terhadap

Peningkatan Kekuatan Otot dan Status Gizi Anak Perempuan Usia SD.

Jurnal Kedokteran ‘YARSI’ ISSN No: 0854-1159 Vol. 9. No. 3 Tahun

2001.

Hetzel, et. Al. 1990. The Iodine Deficiency Disorders : nature, pathogenesis and

epidemiologi. World review of nutrition and diet

Hetzel BS. Iodine Deficiency: an International Public Health Problem. In:

Present knowledge in Nutrition. 6th edition. Editors: Myrtle L Brown .

Page 172: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

International Life Sciences Insitute Nutrition Foundation, Washington DC,

1990, Chapter 35: 308.

http://www.prs.k12.nj.us/schools/PHS/Science_Dept/APBio/pic/brain.gif.

Hurlock B.E. 1978. Perkembangan Anak Jilid 1 dan jilid 2. Edisi ke-6.

Terjemahan. PT. Gelora Aksara Pratama. Penerbit Erlangga, Surabaya.

Husaini, A Mahdin; Jahari, B Abas; Harahap, Heryudarini; Halati, Siti;

Nugraheni, Anita; Pollitt, Ernesto (2001). KMS Perkembangan Anak

Teknologi Sederhana yang Relevan dengan Program Peningkatan Kualitas

SDM. Medika No. 1 Tahun XXVII. Pp: 18.

Imel, S. 2002. Metacognitive skills for adult learning. http//www.cete.org.

/cve/index.asp. Diakses 30 Oktober 2006

IOM. 2000. Dietary Reference Intakes, For Vitamin C, Vitamin E, Selenium, and

Carotenoids. National Academy Press. Washington, DC.

Irianto, K. Dan Waluyo,K. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Yrama Widya,

Bandung. Hal: 237-258.

James L.Groff and Sareen S.Gropper. 1999. Advanced Nutrition and Human

Metabolism. Wadswoth Thomson Learning.

James,J.S. 2001. The Expanding the Spectrum of Selenium for Health : AIDS

Treatment News. No. 347. Internet: Medscape Posted 02/5/2001.

Jensen Lautan. 1997. Radikal Bebas pada Eritrosit dan Lekosit. Cermin Dunia

Kedokteran No.116:49-52.

John R. Butterly; Richard E. Horowitz. 2006. Controversies in Laboratory

Medicine: A Series From the Institute for Quality in Laboratory Medicine.

Internet: Medscape Posted 02/15/2006.

Jooste P.L.; and Weight, M.J. 2000. The Evaluation of Efectiveness Salt Iodize,

Elevation of Iodium Concentration and Goiter Status of School Children

in Goiter Endemic. The American Journal of Clinical Nutrition 2000

Volume 71 : 75-80).

Kanarek, Robin and Marks-Kaufman, R.1991. Nutrition and Behavior New

Perspectives. Tufts University. Medford, Massachusetts.

Katz J, West KP, Khatry SK. 2000. Maternal Low Dose Vitamin A or Beta

Carotene Supplementation Has no Effect o Fetal Loss and Early Infant

Page 173: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Mortality: a Randomized Cluster Trial in Nepal. Am J. Clin Nutr 71:1570-

1576

Koury MJ, dan Ponka P. 2004. New Insight into Erytropoesis: the role of folate,

vitamin B12 and iron. Annu Rev. Nutr. 24:105-131

Lernershow S, Hosmer D, Klar J, Lwanga S. 1990. Adequacy of Sampel Size in

Health Studies. Chichester : John Willey & Sons.

Linder,MC. 1992. Nutritional Biochemestry and Metabolism. Terjemahan.

Elsevier. New York.

Limited, 1996. Learning Concept. Open Learning Technology Corporation

Limited. http//gwisz.circ.gwu.edu./kearsley.html. Diakses 12 Agustus.

2005

Liste,L.D., Prakash S. Sundaresan, and M.G. Vakantesh Mannar. 1995. Stability

of iodine in iodized Salt. 8th World Salt Symposium. Vol.2: Edited by

Rob M.Geertman, Elsevier, Amsterdam-Tokyo.

Luo X.M, HJ Wei, CL Yang, J Xing, X Liu, CH Qiao, YM Feng, J Liu, YX Liu

and Q Wu.1985. Bioavailabilities of Selenium to resident in Low Selenium

Area of China. American Journal Clin.Nutrition. 42: 439-448.

Marijana Matek, 2000. The importance of selenium to human health. The Lancet.

July 15, 2000; volume 356, pp.233-241

Marit M., Gert P., Bendicht W. and Ulrich N W. 2000. Antioxidant and Thyroid

Hormone Status In Selenium Deficient Phenylketonuric and

Hyperphenylalaninemic Patients. American Journal of Clinical Nutrition,

Vol. 72, No. 4, 976-981, October 2000.

Martianto, D.; Hartoyo, Khomsan, A.; Riyadi, H; Sukandar, D. 2003. Studi

Evaluasi Program JPS. (Proposal) Jurusan Gizi Masyarakat dan

Sumberdaya Keluarga. IPB dan Sekretariat Proyek Program

Pengembangan JPS. BAPPENAS, Jakarta.

Martianto,D. 2004. Gizi Pada Usia Remaja. Materi Bahan Kuliah Gizi Remaja

pada Program Studi GMK, Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.

McKenzie RL, HM Rea, CD Thomson and MF Robinson. 1978. Selenium

Concentration and Glutathione Peroxidase Activity in Blood of New

Page 174: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Zealand Infants and Children. American Journal of Clinical Nutrition,

Vol 31, 1413-1418.

Ministry of Health, Directorate General of Community Health Directorate of

Community Nutrition. 2003. Technical Assisteance for Evaluation on

Intensified Iodine Deficiency Control Project. IBRD LOAN No.4125-Ind.

Morris, 2006. Major Cognitive Decline Linked to High Fat, High Copper Diet.

Arch Neurol. 2006;63:1085-1088.

Moeloek,F.A. 1999. Gizi sebagai Basis Pengembangan SDM Menuju Indonesia

Sehat 2010. Razak Taha, Hardinsyah, dan Ambo Ala (Eds), Pembangunan

Gizi dan Pangan dari Pespektif Kemandirian Lokal. Perhimpunan Peminat

Gizi dan Pangan Indonesia (PERGIZI-Pangan) Indonesia dan Center

Regional Resource Development and Community Empowerment Bogor.

Muhilal. 2004. Monitoring and Evaluation of Nutrition Programme. Satelitte

Meeting on Problem of Designing Appropriate Nutrition Programs

Evaluation in Indonesia The Eight National Workshop on Food and

Nutrition. Jakarta, 17-19 May 2004.

Murti, B. 1996. Penerapan Metode Statistik Non-Parametrik Dalam Ilmu-Ilmu

Kesehatan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan. UGM. Press, Yogyakarta.

Osman A., Khalid B., Tan T.T.T., Wu L.L., Ng M.L. 1992. Protein energy

malnutrition, thyroid hormone and goitre among Malysian Aborigines and

Malays. Asia Pacific J Clin Nutr, 1: 13-20.

Papalia DE, Olds SW. 1989. Human Development. United States of America :

MCGraw-Hill.

Purawisastra,S., Dahro,A.M., Santoso,S.B., Sukati, dan Muhilal. 2003.

Penetapan Kehilangan Iodium Bila Dicampur Bumbu Cabe dengan

Menggunakan Iodium Isotop. Journal GAKI Indonesia. Vol.5-6, No.2:1-9.

Pennington,J.A dan Schoen, S.A.1996. Contributions of food groups to estimated

intakes of nutritional elements: Results from the FDA total diet studies,

(1982-1991). Int J Vitam Nutr Res 1996;66:342-9.

Page 175: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Purves, A.; Sinauer, H.; Freeman,WH. 2004. The Science of Biology. 4th Edition.

Sinauer Associates (www.sinauer.com) dan WH Freeman

(www.whfreeman.com)

Purwoko,S. Hanim,D. Widardo, Triharyanto,E. Dan Suriyasa,P. 2001. Hubungan

Kecacingan pada anak sekolah dasar dengan kemiskinan keluarga di Kota

Surakarta. Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Sebelas

Maret, Surakarta.

Quindom.com. 2006. Classical Intelligence Test - 2nd Revision 60 questions, 45-

60 min. Internet: Medscape Quindom News Posted 08/16/2006.

Rickert, V.I. 1996. Adolescent Nutrition : Assessment and Management.

Chapman & Hall, New York.

Rimbawan dkk. 2000. Studi Keterkaitan antara Defisiensi Selenium dan

Defisiensi Iodium dalam Menetukan Masalah GAKI (Gangguan Akibat

Kekurangan Iodium) dan Upaya Penanggulangannya Melalui Fortifikasi

Ganda. Institut Pertanian Bogor.

Rodrigo MR., Franqoise M., Marleen B., Franqoise B.,Carl S., Marioa T.R., Jean

N., Noemi P dan Jean V. 2003. Selenium and Iodine Suplementation of

Rural Tibetan Children Affected by Kashin-Beck Osteoarthropathy.

American Journal Clinical Nutrition. Vol 78: 137-144.

Salim, A. 1999. Uji model Penanganan Anak Kretin dan GAKI Di Sekolah

Dasar Daerah Gondok Endemik. Laporan Penelitian Bagian Proyek

Pengembangan Kesehatan dan Gizi Masyarakat (CHN-III, IBRD Loan No.

3550-IND) Direktorat Binlitabmas, Ditjen DIKTI – Depdikbud. Jakarta.

Saidin, S. 2001. Hubungan kandungan clor serum dengan hormon T3/T4 pada

anak sekolah di daerah gondok endemik. Abstrak. www.gizi.net

SCN, 2004. 5th Report on the World Nutrition Situation. Nutrition for Improved

Development Outcomes. WHO, Geneva. Switzerland.

Semba RD. 2007. Selenium. In: Nutritional Anemia. Kraemer K and

Zimmermann MB. Eds. Sight and Life Press.Basel Switzerland.

Seifert KL, Hoffnung RJ. 1987. Child and Adolescent Development. Boston:

Houghton Mifflin Company.

Page 176: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Soekirman. 2002. Peran Gizi dalam Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM).

Majalah Pangan. Edisi No.38/XI/Jan.

Soekirman. 2003. Fortifikasi dalam Program Gizi: Apa dan Mengapa. Bulletin

KFI.

Stephenson,LS; Latham,MC; Adam,EJ; Nikoti,SN; and Pertet A. 1993. Physical

Fitness, Growth and Appetite of Kenyan School Boys with Hookworm and

Ascaris lumbricoides Infections Are Improved Four Months After a Single

Dose of Albendazole. The Journal of Nutrition (Internet: Accepted 5

Agustus 2001)

Stipanuk M.H. 2000. Biochemical and Physiological Aspects of Human Nutrition.

W.B.Saunder Company. Philadelphia.

Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Bagian Kesehatan Anak. FK

Udayana, Bali. Editor: Gde Ranuh. Bagian Ilmu Kesehatan Anak UNAIR

Surabaya.

Suitor,C.J.W. and M.F.Crowley. 1984. Nutrition, Priciple and Application in

Healthh Promotion. J.P.Lippincott Co.Philadelphia.

Sunarti, Detty ST dan Zainal A.N.G. 2000. Kadar Selenium dan Aktivitas

Glutation Peroksidase pada Kasus-Kasus Keguguran di RSUP

Dr.Sardjito.

Susanto, R. 2001. GAKI, Penyakit Penyebab Retardasi Mental. Pertemuan ilmiah

nasional ''Gangguan Akibat Kekurangan Iodium'' (GAKI) 2001 tanggal 4-5

November 2001 berlangsung di Semarang.

Thaha AR. 2001. Pemetaan GAKI di Propinsi Maluku. Kerjasama FKM UNHAS

dengan Kanwil Kesehatan Propinsi Maluku.

Thaha AR, Dachlan DM dan Jalar N. 1997. Analisis Faktor Resiko Coastal

Goiter. Jurnal GAKI Vol 1 Nomor 1 hal 9-17. Jakarta.

Tapan K.Basu, Norman J.T. and Manohar L.G. 1999. Antioxidants in Human

Health and Disease. CABI Publishing.

Thomson CD, LK Ong and MF Robinson.1985. Effect of Supplementation with

High-Selenium Wheat Bread on Selenium, Glutathione Peroxidase and

Related Enzymes in Blood Components of New Zealand Residents.

American Journal of Clinical Nutrition, Vol 41, 1015-1022.

Page 177: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Thomson CD. Assessment of requirements for selenium and adequacy of

selenium status: a review. European Journal of Clinical Nutrition.

2004;58(3):391-402.

Thompson Higher Education. 2007. Brain Development, Nutrition and Health

Status. www.thompsonhigher.braindev.edu.com

Tierny, LM; Mc.Phee,SJ; dan Papadakis, MA. 2003. Diagnosis dan Terapi

Kedokteran untuk Penyakit Dalam_Buku 2. Salemba Medika, Jakarta.

Hal: 63-121

Tim GAKI FK UNDIP dan Kanwil Depkes RI 1996. Pemetaan GAKI di

Propinsi Jawa Tengah. Laporan Penelitian, Kanwil Depkes Prop. Jawa

Tengah.

Tiwari, B.D.; and Godbole, M.M. 1996. Learning Disability and Low Motivation

Its Effect of Iodium Deficiency in a Long Time. The American Journal of

Clinical Nutrition. Volume 63 : 782-786.

Tortora, G. J. and N. P. Anagnostakos. 2002. Principles of Anatomy and

Physiology, 6th edition. Harper and Row Publisher, New York.

Underwood, J.C.E. 2002. Patology and Sistemic Desease. Vol.2. EGC. Jakarta.

P:707-772.

UNICEF. 2003. The State of the World’s Children-2003. United Nations

Children’s Fund, New York.

UNICEF. 2000. Strategy for Improved Nutrition of Children and Women in

Developing Countries. Policy Review Paper E/2000, New York UNICEF-

WHO, New York.

Untoro, R. 2004. Pelaksanaan Program Fortifikasi Pangan Dalam Rangka

Penanggulangan Kurang Gizi Mikro. Makalah pada Workshop KFI.

Cisarua Bogor, 9-10 Desember.

US.FDA. 2002. Drug Interactions Checker to check for possible interactions.

MedScape Journal of Medicine.

Van den Briel, T.; West, C.E. 2000. The Effect of Increasing Ioidine Status on

psychomotor of school children (7-11 y.) The American Journal of

Clinical Nutrition. Volume 72 : 1179-1185.

Page 178: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Wardlaw, MG. Insel,PM. Seyler, MF. 1992. Contemporary Nutrition: Issue and

Insights. Mosby Year Book. Toronto.

Whanger.D. Philip. 2003. Selenium. Dept. of Environmental and Molecular

Toxicology. Oregon State University.

World Health Organizaton. 1996. Trace Elements in Human Nutrition and Health.

WHO Geneva.

WHO. 1996. Selenium. UNEP,ILO and WHO. Geneva.

WHO and FAO. 1998. Human Vitamin and Mineral Reguirements. Food and

Nutrition Division. Rome.

WHO. 1992. Indicators for assessing Iodine deficiency Disorders and Their

control through Salt Iodization. WHO Geneva.

WHO/CDC (World Health Organization/Center for Desease Control and

Peventiion). 2005. Assessing Nutritional Status of Populations. Geneva.

WHO/UNICEF/ICCIDD. 1994. Iodine and Health: Eliminating iodine deficiency

disorders safely through salt iodization, Geneva.

WHO/UNICEF. 2004. Focusing on anemia: toword and integrated approach fo

effective anemia control. Geneva.

WHO-SEARO. South East Asia - IDD Elimination Action Group. Febr 2000,

New Delhi India.

WHO. 2001. Assessment of Iodine Deficiency Disorder and Monitoring Their

Elimination : A Guide for Programme Managers. Secong Edition. Geneva.

www.medscape.com/journal, 2006. Accidental Discovery the Chicago Health and

Drug Project (CHDP), Arch Neurol. 2006;63:1085-1088.

Widodo. 2000. Kasus Tersangka Kretin Baru di Kecamatan Srumbung,

Kabupaten Magelang. Balai Penelitian GAKI, Borobudur Magelang Jawa

Tengah

Widardo; Hanim,D; Purwoko,S; dan Triharyanto E. 2001. Gerakan Awal

Pencegahan Kecacingan dengan Pemeriksaan Tinja pada Anak Sekolah

Dasar di Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Laporan Pengabdian

Masyarakat LP2M UNS, Surakarta.

Page 179: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

WKNPG, LIPI. 2004. Angka Kecukupan Mineral: Besi, Iodium, Seng, Mangan,

Selenium. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII.

PERSAGI, PERGIZI-PANGAN, PDGMI. Jakarta.

www.current.med.com/ch13.html. Diagnosis and Medicine Theraphy. 2003.

(Internet: Accepted 25 Agustus 2002)

Yehuda S, Rabinovitz S, Mostofsky D.I. 1999. Essential fatty acids and selenium,

iodine are mediators of brain biochemistry and cognitive functions. J

Neurosci Res. 1999; 56:565-570.

Zanden J.W.V. 1985. Human Development. United States of America : Alfred A.

Knopf, Inc.

Page 180: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan
Page 181: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Lampiran 1.

Lembar Data Kepatuhan

Bulan ke : 1 / 2 * (lingkari yg sesuai)

Nama anak :______________________ SD :_______________

Umur : ______th. ______bulan Kelas :_______________

Minum Kapsul Obat (beri tanda ) Ya

No. Tanggal

Habis Tidak habis Sisa Tidak

Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 dst dst.nya

Page 182: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Lampiran 2.

Presensi Kepatuhan Siswa ’Minum Kapsul’ SDN Jombong I,

Kecamatan Cepogo, Boyolali (Minggu – I)

No. NAMA Hr.1 Hr.2 Hr.3 Hr.4 Hr.5 Hr.6 Keterangan 1 Kabul

Budiyanto

2 M. Sofan 3 Suryati 4 5 6 7 8 9 10 Dstnya........

Page 183: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Lampiran 3.

LEMBAR JAWAB TES IQ : RAVEN SETS ‘A_AB_B’ NAMA : UMUR : ASAL SDN : KELAS : IV / V

A AB B 1 1 1 2 2 2 3 3 3 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 7 8 8 8 dstnya s.d 12

dstnya s.d 12

dstnya s.d 12

(Sumber : Morris, and Raven (2006)

Page 184: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Lampiran 4.

Jenis Menu Makanan Harian Anak di Derah Endemik GAKI

Ukuran Rumah Tangga (URT) Waktu

Jenis Hidangan 2000 kilokalori 1700

kilokalori 1400

kilokalori Nasi 2 sendok nasi 2 sendok

nasi 1 sendok

nasi Tempe/Tahu/Telur ayam bumbu semur

1 potong 1 potong ½ potong

Sayur Tumpang tempe bayam + tauge

½ piring ½ piring ½ piring

Pagi

Teh manis 1 gelas 1 gelas 1 gelas 10.00 Bubur kacang hijau 1 gelas 1 gelas ½ gelas

Nasi 3 sendok nasi 2 sendok nasi

1½ sendok nasi

Ayam goring (sayap) 1 potong 1 potong 1 potong Tempe /tahu bacem 2 potong 1 potong 1 potong Lalap (tomat, timun, kobis)

½ mangkok ½ mangkok ½ mangkok

Sayur asem kobis+melinjo

1 sn sayur 1 sn sayur 1 sn sayur

Sambal terasi 1 sendok makan 1 sendok teh 1 sendok teh

Siang

Nenas /papaya/pisang 1 potong 1 potong 1 potong 16.00 Buah-buahan dirujak 1 piring ½ piring ½ piring

Nasi sayur kobis /Mie goreng

3 sendok makan 2 sendok makan

1½ sendok makan

Telur dadar 1 potong ½ potong ½ potong Tahu / tempe goreng 1 potong 1 potong 1 potong Sayur bayam + mie sedap/indomie

1 sn sayur 1 sn sayur 1 sn sayur

Malam

Jagung manis rebus 1 potong 1 potong 1 potong Keterangan : untuk URT nasi digunakan sendok nasi (centong), bukan sendok makan

Page 185: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Lampiran 5.

Nilai Zat Gizi Menurut Jenis Menu Makanan Harian Anak

di Daerah Endemik GAKI

Zat gizi Nasi Pecel tahu

Nasi Tumpang

Nasi bumbu pecel/tumpang

Nasi/Mie goreng

Karak / kerupuk

Berat /porsi 150 g 109 g 83 g 94 g 1 pt: 7 g Energi (Kal) 190.7 160.3 83 166.2 15.7 Protein (g) 7.2 3.9 3.4 4.4 0.4 Karbohidrat (g) 31 30.3 28.3 24.5 1.6 Lemak (g) 4.6 2.7 2.6 5.6 1 Vitamin A (ug) 39.3 39.3 - - - Vitamin C (mg) 3.7 3.7 - - - Fe (mg) 3 0.9 0.5 0.5 - Zn (mg) 0.9 0.6 0.5 0.4 - Iodium (ug) 0.2 - 0.3 0.2 - Selenium (ug) 9.5 9.5 9.5 9.5 -

Lampiran 6.

Rata-rata Nilai Zat Gizi Menurut Sumbangan Makanan Jajanan

Anak di Daerah Endemik GAKI

Zat gizi Rata-rata Intake / Jenis

kelamin

AKG Sumbangan (%) makjan di rumah

Sumbangan (%) makjan di

SD Energi (Kal) L= 1700-2000

P= 1400-1800 2000 0.97 – 8.35 3.61 – 18.77

Karbohidrat L= 180 – 220 P= 160 – 180

1000 9.17 – 13.72 0.27 – 22.8

Protein (g) L= 35 - 45 P= 35 - 45

40 4.0 – 6.89 4.9 – 17.3

Lemak (%) L=12.0 – 19.25P=8.75 – 13.25

20 8.75 – 19.25 42.5 - 50

Fe (mg) L=13.0-29.0 P=11.5-14.5

15 4.0 – 13.0 16.0 – 29

Zn (mg) L=5.46 – 6.11 P=4.50 – 6.62

7 - 8 1.78 – 4.46 4.5 – 6.1

Iodium (ug) L=10.6 – 11.57 P=11.2 – 11.87

120 2.06 – 9.98 2.50 – 7.36

Selenium (ug) L=12.95 – 13.3 P=12.75 – 13.4

30 4.65 - 9.91 1.25 - 4.55

Page 186: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Lampiran 7.

Daftar Bahan Pangan Goitrogenik (Chapman, 1982)

No Nama Bahan

Pangan

Kelompok Famili Nama Latin Zat Goitrogenik

1 Singkong Eupharbiaceae Manihot sp Sianida

2 Gaplek Eupharbiaceae Manihot sp Sianida

3 Gadung Dioscoreaceae Dioscore Sianida

4 Daun singkong Eupharbiaceae Manihot sp Sianida

5 Kool dan Sawi Crucifera Cabbage &

Brascia

Sianida

6 Pete cina/ Lamtoro Leguminoceae Leucaena Isothiosianat

7 Daun pepaya Carica Carica Papaya Sianida

8 Rebung Gramineae Bambosa Bamboo Sianida

9 Daun Ketela Cenvolvulaceae Ipomea Batatas Sianida

10 Kecipir Leguminoceae Psophocarpus sp Sianida

11 Terung Solanaceae Solanum sp Sianida

12 Petai Leguminoceae Parkia Belum

Diketahui

13 Jengkol Leguminoceae Pithecolobium Belum

Diketahui

14 Bawang Allium Allium sp Disulf.Alipatik

15 Asam Leguminoceae Tamarindus Indica Zat Asam

16 Jeruk Nipis Rutaceae Citrus Aurintfolia Zat Asam

17 Belimbing Wuluh Averrhoaceae Averhoa Bilimbi Asam

18 Cuka - - Zat Asam

Page 187: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Lampiran 8

Tests of Normalityb

,233 47 ,000 ,802 47 ,000

,199 52 ,000 ,876 52 ,000

kategori IQ skor (Predefisiensi Se+I amatberatdefisiensi Se+I berat

group intervensStatistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Lilliefors Significance Correctiona.

group intervensi is constant when kategori IQ skor (Pre) = defisiensi Se+I sedang. It has been omb.

Test of Homogeneity of Variancea

7,350 1 97 ,0084,369 1 97 ,039

4,369 1 89,426 ,039

7,017 1 97 ,009

Based on MeanBased on MedianBased on Median andwith adjusted dfBased on trimmed mean

group intervensi

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

group intervensi is constant when kategori IQ skor (Pre) = defisiensi Se+I sedang. It hasbeen omitted.

a.

Page 188: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan

Lampiran 9.

Jenis intervensi suplemen iodium di berbagai Negara (ACC/SCN, 2001)

Jenis Intervensi

Tempat Dosis/ Perlakuan

Frekuensi

Periode Intervensi

Target Dampak / hasil

Suplemen iodium melalui oral

Cote d I'voere

- - 30 minggu anak Prevalensi gondok berkurang 64% (kekurangan besi), 12% (besi cukup)

- Uttar Pradesh India

- - - Anak usia 9-15 thun

Adanya perbedaan kemampuan belajar anak yang defisiensi iodium berat dengan sedang

Suplemen iodium

PRC 480 mg iodium dlm 1 mL poppy seed oil

- 12 bulan dan 18 bln

Anak sekolah

18% turun jadi 5% (12 bln anak diberi serum iodium dan minyak iodium), 18% jadi 9% (18 bln anak konsumsi garam beriodium dari pasar)

Fortifikasi iodium pd biskuit

Afrika Selatan

60 μgr iodium/hari

43X 43 minggu Anak sekolah 6-11 th

Prevalensi konsentrasi iodium turun dari 97% jadi 5 %

Suplemen iodium

Bolivia 475 mg minyak

beriodium

- 22 bulan Anak sklh 5-12 th

Tidak ada pengaruh pemberian suplemen dibanding kontrol

Suplemen Iodium

Columbia - - 22 bulan Anak sekolah

Adanya perbaikan IQ

Suntikan minyak beriodium

Equador - - 2 tahun anak prp 6-10 th

Tes IQ lebih baik

Suplemen iodium

Malawi - - - 6-8 tahun

Tidak ada efek perkembangan mental karena 25% partisipan keluar

Page 189: Pengaruh Pemberian Suplemen Selenium dan Iodium terhadap ... · Desain penelitian menggunakan Experimental Kuasi dengan sampel anak ... sebesar 34%. Skor IQ dengan metode Raven menunjukkan