pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya …/pengaruh... · menggalakkan program keluarga berencana...

50
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya) PERORAL TERHADAP JUMLAH SEL SPERMATID TESTIS MENCIT (Mus musculus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ATMASARI PRATIWI G0006182 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: vohanh

Post on 20-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya)

PERORAL TERHADAP JUMLAH SEL SPERMATID TESTIS MENCIT (Mus musculus)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

ATMASARI PRATIWI G0006182

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Pepaya (Carica

papaya) Peroral terhadap Jumlah Spermatid Mencit (Mus musculus)

Atmasari Pratiwi, NIM/Semester : G0006182/VII, Tahun : 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari Kamis , Tanggal 18 Maret 2010

Pembimbing Utama

Nama : E. Listyaningsih S, dr., M.Kes NIP : 196408101998022001 .................................... Pembimbing Pendamping

Nama : H. Zainal Abidin, dr., M.Kes NIP : 194602021976101001 .................................... Penguji Utama

Nama : Isdaryanto, dr., MARS NIP : 195003121976101001 ……………………… Anggota Penguji

Nama : Bagus Wicaksono, drs., M.Si NIP : 196209011989031003 ....................................

Surakarta, .................................

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Sri Wahjono, dr., Mkes Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS.

NIP 194508241973101001 NIP 194811071973101003

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Juni 2010

Atmasari Pratiwi

NIM.G0006182

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

iv

ABSTRAK

Atmasari Pratiwi, G0006182, 2010, Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya) Peroral Terhadap Jumlah Spermatid Testus Mencit (Mus musculus). Fakultas Kedokteran Universitas Sebalas Maret Surakarta. Tujuan penelitian : Indonesia dengan jumlah penduduk yang tinggi, usaha menemukan obat kontrasepsi pria yang berasal dari tanaman perlu dikembangkan, sehingga peran aktif pria dalam KB seimbang dengan wanita. Beberapa tanaman diantaranya adalah pepaya (Carica papaya), terutama bijinya, mengandung katekolamin yang bermanfaat sebagai bahan baku kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya) peroral dapat mempengaruhi jumlah sel spermatid mencit. Metode penelitian : Jenis penelitian yang digunakan yaitu eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian the post test only controled group design. Sampel yang digunakan adalah 27 ekor mencit jantan, galur Swiss Webster, dipilih secara random sampling, dibagi tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol (K) diberi diet standar, kelompok PI diberi diet standar dan ekstrak biji pepaya dosis 10mg/ekor/hari, kelompok PII diberi diet standard dan ekstrak biji papaya dosis 30mg/ekor/hari. Perlakuan diberikan selama 10 hari, pada hari ke 11 testis kanan dan kiri diambil untuk dibuat preparat dengan pengecatan HE. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji anova. Hasil penelitian : Penurunan jumlah rata-rata spermatid mencit pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II adalah 10.773% dan 18.957%. Analisis dengan uji anova antar ketiga kelompok didapatkan nilai significancy 0.025. Kemudian setelah dilakukan LSD (Least Significant Difference) didapatkan nilai significancy 0.108 (p>0.05) antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan I, 0.007 (p<0.05) antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan II, dan 0.217 (p>0.05) antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Simpulan penelitian : Dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak biji pepaya dengan dosis 30mg/ekor/hari dapat menyebabkan penurunan jumlah sel spermatid testis mencit.

Kata kunci : ekstrak biji pepaya, katekolamin, penurunan jumlah sel spermatid.

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

v

ABSTRACT Atmasari Pratiwi G 0006182, 2010. The Effect of Intragastric Administration Extract of The Papaya Seed (Carica papaya) on The Number of Spermatid Cells of Mice`s (Mus musculus) Testicle. Medicine Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta. Objective : Indonesia with high of population, effort to find a male contraceptive drug derived from plants should be developed, so that the active role of men in family planning balanced with the woman. Some plants such as papaya, especially seeds, containing catecholamines are useful as a raw material of contraception. This study aimed to determine whether the extract of papaya seeds (Carica papaya) peroral can affect the number of spermatid cells of mice. Methods : The research is the laboratory experimental research design with the post test only design controled group. The samples used were 27 male mice, Swiss Webster, selected by random sampling, divided into three groups: control group (K) were given a standard diet, PI group was given standard diet and papaya seed extract doses 10mg/ekor/hari, PII groups were given standard diet and papaya seed extract 30mg/ekor/hari dose. Treatment was given for 10 days, on day 11 right and left testis was taken for the preparations made by HE staining. The data obtained were analyzed using anova test. Results : Decrease in the average number of spermatids of mice in treatment groups I and II treated groups, respectively, are 10 773% and 18 957%. Analysis with anova test between the three groups got value significancy 0025. Then after the LSD (Least Significant Difference) showed the value significancy 0108 (p> 0.05) between the control group with treatment group I, 0007 (p <0.05) between the control group to group II, and 0217 (p> 0.05) between treatment groups treatment groups I and II.

Conclusion : This review has shown that that intragastric administration of extraxt of papaya`s seed with dosage 30mg/tail/day showed a potential activity to decrease the number of spermatid cells of mice`s testicle.

Keywords : extract of the papaya seeds, catecholamine, the decrease of spermatid cells.

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya) Peroral terhadap Jumlah Sel Spermatid Testis Mencit (Mus musculus)”yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas atas dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. A. A. Subiyanto, dr., MS. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta. 2. Sri Wahjono, dr., MKes. Selaku Ketua Tim Skripsi beserta seluruh staf skripsi yang telah

memberikan pengarahan dan bantuan. 3. Endang Listyaningsih S, dr., M.Kes, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan

bimbingan, nasehat, pengarahan, dan motivasi bagi peneliti. 4. H. Zainal Abidin, dr., M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan

bimbingan, nasehat, pengarahan, dan motivasi bagi peneliti. 5. Isdaryanto, dr., MARS, selaku Penguji Utama yang telah menguji skripsi ini. 6. Bagus Wicaksono, drs., M.Si, selaku Anggota Penguji yang telah menguji skripsi ini. 7. Bagian skripsi Fakultas Kedokteran UNS, yang telah berkenan memberikan bimbingan

dalam penyusunan skripsi ini.. 8. Segenap Staf Laboratorium Histologi Kedokteran UNS, Surakarta yang telah membantu

dalam penelitian skripsi ini. 9. Orangtuaku tercinta beserta kakakku tersayang atas doa dan dukungannya. 10. Teman saya Mas Gigih, Marisa, Sita, Indah, Qara, Handayu, Alfonsus, dan teman-teman

yang lain. Akhirnya, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan

bermanfaat untuk semua pihak, bagi ilmu kedokteran pada umumnya dan bagi pembaca pada khususnya.

Surakarta, Juni 2010

Atmasari Pratiwi

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ......................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 2

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 3

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 4

A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 4

B. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 19

C. Hipotesis ........................................................................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 21

A. Jenis Penelitian ................................................................................. 21

B. Lokasi Penelitian .............................................................................. 21

C. Subjek Penelitian ............................................................................ 21

D. Teknik Sampling ............................................................................. 22

E. Rancangan Penelitian ....................................................................... 22

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

viii

F. Identifikasi Variabel ......................................................................... 23

G. Definisi Operasional Variabel ........................................................ 23

H. Instrumentasi dan Bahan Penelitian ............................................... 25

I. Cara Kerja ......................................................................................... 26

J. Tekhnik Analisis Data ..................................................................... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................... 28

A. Hasil Penelitian ................................................................................ 28

B. Analisis Data .................................................................................... 29

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................... 32

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 35

A. Simpulan .......................................................................................... 35

B. Saran ................................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 37

LAMPIRAN

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik jumlah rata-rata sel spermatid testis kiri dan testis kanan dari masing-masing kelompok

Gambar 2. Preparat kelompok K perbesaran 400x dengan pengecatan HE Gambar 3. Preparat kelompok PI perbesaran 400x dengan pengecatan HE Gambar 4. Preparat kelompok PII perbesaran 400x dengan pengecatan HE

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

x

DAFTAR TABEL Tabel 1. Pembagian kerja yang diperantai lewat reseptor adrenergik Tabel 2. Jumlah rata-rata sel spermatid dari masing-masing kelompok Tabel 3. Hasil uji Anova searah antara ketiga kelompok untuk

Jumlah rata-rata sel spermatid

Tabel 4. Hasil uji LSD (Least Significant Difference) antara dua kelompok untuk rata-rata jumlah sel spermatid

Tabel 5. Jumlah sel spermatid testis kiri dan kanan untuk kelompok kontrol

Tabel 6. Jumlah sel spermatid testis kiri dan kanan untuk kelompok perlakuan I

Tabel 7. Jumlah sel spermatid testis kiri dan kanan untuk kelompok perlakuan II

Tabel 8. Distribusi F untuk α=0,05 ( Saleh, 2001) Tabel 9. Konversi Dosis Manusia dan Hewan (Ngatidjan, 1991) Tabel 10. Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian secara Oral (Ngatidjan, 1991)

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

11

11

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat ijin peminjaman alat ekstraksi Lampiran 2. Surat keterangan telah melaksanakan pembuatan ekstrak biji pepaya

(Carica papaya) di Laboratorium Galenika B2P2TO2T Tawangmangu Lampiran 3. Data hasil pengamatan mikroskopis Lampiran 4. Hasil analisis data SPSS 15.0 for windows one way Anova dan LSD Lampiran 5. Tabel distribusi F untuk α=0,05 (Saleh, 2001) Lampiran 6. Konversi Dosis Manusia dan Hewan (Ngatidjan, 1991)

Lampiran 7. Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian secara Oral (Ngatidjan, 1991)

Lampiran 8. Cara membuat ekstrak bici pepaya (cara maserasi) Lampiran 9. Foto-foto preparat

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

12

12

BAB I

PENDAHULUAN

B. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia

setelah RRC, INDIA, dan Amerika Serikat, yaitu sekitar 200 juta jiwa pada tahun

2000. Untuk menekan dan mengendalikan jumlah penduduk, maka pemerintah telah

menggalakkan program Keluarga Berencana (KB) bagi pasangan usia subur. Untuk

menyukseskan program tersebut diperlukan peran aktif pasangan suami istri tersebut.

Pada saat ini, individu yang ikut serta dalam melaksanakan program KB mayoritas

adalah para istri. Rendahnya keikutsertaan peranan suami dikarenakan masih

terbatasnya, pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum memberikan hasil yang

memuaskan (Yurnardi dan Puji, 2001). Kontrasepsi pria yang dipakai sampai saat ini,

yaitu kondom, coitus interruptus, vasektomi dan hormonal, ternyata mengandung

berbagai kelemahan karena efek sampingnya dan belum seratus persen dapat

mencegah kehamilan. Sampai saat ini masih terus dilakukan upaya untuk mencari

metode kontrasepsi pria yang efektif, aman dan reversibel (Siri dan Sulaiman, 2002).

Indonesia dengan jumlah penduduk yang tinggi, usaha menemukan obat

kontrasepsi pria yang berasal dari tanaman perlu dikembangkan, sehingga peran aktif

pria dalam KB seimbang dengan wanita (Sudarsono, 2003). Penggunaan jamu atau

tumbuhan obat sebagai kontrasepsi (KB) telah lama dikenal masyarakat terutama di

beberapa daerah di Indonesia (Dian, 1997).

Page 13: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

13

13

Indonesia kaya akan sumber tanaman obat. Hal ini menyebabkan Indonesia

berpotensi sebagai penyediaan sumber bahan obat kontrasepsi yang berasal dari

tanaman. Beberapa diantaranya adalah Carica papaya (pepaya), terutama bijinya,

mengandung katekolamin yang bermanfaat sebagai bahan baku kontrasepsi. Selain itu

biji pepaya juga mengandung enzim proteolitik yang dapat menurunkan viskositas

semen (Raji dan Morakinyo, 2005).

Penelitian ilmiah secara spesifik mengenai ekstrak biji pepaya di Indonesia

masih sangat sedikit. Hal inilah yang menarik peneliti untuk mengetahui lebih jauh

lagi tentang efek ekstrak biji pepaya terhadap tubuh, terutama pengaruhnya terhadap

testis. Peneliti ingin mengetahui sejauh mana ekstrak biji pepaya dapat

mempengaruhi jumlah sel spermatid testis.

C. Perumusan Masalah.

Apakah pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya) peroral dapat

mempengaruhi jumlah sel spermatid testis mencit?

D. Tujuan Penelitian.

Untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya)

peroral dapat mempengaruhi jumlah sel spermatid testis mencit.

Page 14: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

14

14

E. Manfaat Penelitian.

1. Manfaat teoritits

Memberikan bukti ilmiah mengenai pengaruh pemberian ekstrak biji

pepaya (Carica papaya) peroral terhadap jumlah sel spermatid testis mencit.

2. Manfaat aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong peneliti lain yang lebih

jauh lagi dalam hal meneliti manfaat ekstrak biji pepaya (Carica papaya) secara

ilmiah, terutama sebagai obat antifertilitas.

Page 15: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

4

4

BAB II

LANDASAN TEORI

B. Tinjauan Pustaka

1. Testis

Testis merupakan kelenjar ganda, karena secara fungsional bersifat

eksokrin dan juga endokrin. Bagian eksokrin terutama menghasilkan sel kelamin

(sel benih), sehingga testis dianggap sebagai kelenjar sitogenik. Bagian endokrin

menghasilkan sekret internal yang dilepaskan oleh sel-sel khusus (Leeson et al.,

1996). Testis bagian dalam terbagi atas lobulus yang terdiri dari tubulus

seminiferus, sel-sel Sertoli dan sel-sel Leydig (Price dan Wilson, 1995).

Testis dikelilingi oleh simpai tebal jaringan ikat kolagen, yaitu tunika

albuginea. Tunika albuginea menebal pada permukaan posterior testis membentuk

mediastinum testis, dari situ terjulur septa fibrosa kedalam kelenjar, membaginya

menjadi lebih kurang 250 kompartemen piramidal yang disebut lobulus testis.

Setiap lobulus dihuni oleh 1-4 tubulus seminiferus, terpendam dalam dasar

jaringan ikat longgar yang banyak pembuluh darah dan limfe, saraf, dan sel

interstisial (Leydig). Sel interstisial mengsekresikan androgen testis (Junqueira et

al., 1997). Produksi sperma, atau spermatogenesis, terjadi pada tubulus

seminiferus (Price dan Wilson, 1995).

Page 16: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

5

5

a. Tubulus Seminiferus

Tubulus seminiferus sangat berkelok dengan garis tengah kurang

lebih 0,2 mm dan panjang 30 sampai 70 cm. Tubulus berakhir sebagi ujung

bebas yang buntu atau beranastomosis dengan tubulus-tubulus didekatnya dari

lobulus yang sama atau kadang-kadang dengan tubulus dari lobulus di

sebelahnya. Pada puncak lobulus, tiap tubulus tidak berkelok-kelok lagi dan

menjadi lurus dan disebut sebagai tubulus rectus. Tubulus seminiferus dibatasi

oleh suatu epitel germinal kompleks atau epitel seminiferus, yang merupakan

modifikasi epitel berlapis kuboid. Epitel seminiferus terdiri atas 2 kategori sel

yang berbeda, yaitu sel untuk penyokong dan nutrisi serta sel spermatogenik

atau sel benih. Sel-sel spermatogenik membentuk bagian terbesar dari lapisan

epitel dan melalui proliferasi serta diferensiasi yang kompleks akan

menghasilkan spermatozoa (Leeson et al., 1996).

b. Epitel Seminiferus

Epitel seminiferus merupakan lapisan kontinyu sel Sertoli

dihubungkan oleh kompleks tautan yang mencolok. Ruang antara batas lateral

sel-sel Sertoli yang berdekatan mengandung spermatogonia bersandar pada

lamina basalis, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid dan

spermatozoa (Johnson, 1994).

Page 17: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

6

6

1) Sel Sustentakular Sertoli

Sel-sel penyokong, atau sel sustentakular Sertoli, jumlahnya

relatif sedikit dan tersusun sepanjang tubulus pada jarak-jarak yang diatur,

diantara sel-sel benih. Sel-sel Sertoli merupakan sel-sel tinggi seperti

tiang, dengan dasarnya terletak diatas lamina basal tubulus. Bentuk sel tak

teratur, tidak tampak jelas dan sangat kompleks karena kepala

spermatozoa yang matang menempati cekungan-cekungan di

sitoplasmanya. Inti sel letaknya pada jarak tertentu diatas dasar sel, pucat,

bentuknya lonjong dengan sumbu panjangnya tersusun secara radikal.

Anak inti sel ini jelas, sehingga mudah membedakannya dari unsur-unsur

spermatogenik lain yang terdapat di tubulus. Anak inti tampak mencolok,

terdiri atas bagian sentral yang asidofil dan bagian tepi yang lebih sedikit

yang bersifat basofil (Leeson et al., 1996).

Sel Sertoli mempunyai banyak fungsi, misalnya (a) penyokong,

pelindung, dan pemberi nutrisi bagi sperma (spermatid) yang berkembang;

(b) fagositosis sitoplasma yang berlebihan (bahan residu) spermatid yang

berkembang (Junqueira, 1997); (c) pembebasan sperma matang, spermiasi

ke dalam tubulus seminiferus; (d) penghasil cairan testikular untuk nutrisi

dan transpor sperma; dan (e) penghasil Androgen Binding Protein (ABP)

dan hormon inhibin (Eroschenko, 2003).

Page 18: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

7

7

2) Sel Spermatogenik

Sel spermatogenik atau sel benih ini membentuk lapisan epitel

berlapis dengan ketebalan 4 sampai 8 sel melapisi tubulus seminiferus.

Sel-sel berkembang secara progresif dari daerah basal tubulus ke arah

lumen. Proliferasi mendorong sel-sel ke arah lumen, dan yang paling dekat

dengan lumen berubah menjadi spermatozoa dan melepaskan diri dari

epitel dan terletak bebas dalam lumen. Urutan kejadian disebut sebagai

spermatogenesis, termasuk didalamnya kedua proses multiplikasi sel, dan

peristiwa reduksi kromosom dari jumlah diploid menjadi haploid dan

diferensiasi seluler (spermiogenesis).

3) Spermatogenesis

Spermatogenesis terjadi di dalam semua tubulus seminiferus

selama kehidupan seksual aktif, sebagai akibat dari rangsangan oleh

hormon gonadotropin hipofisis anterior, dimulai rata-rata pada usia 13

tahun dan berlanjut sepanjang hidup (Guyton dan Hall, 1997).

Spermatogenesis merupakan suatu proses yang diduga mengambil waktu

64 hari , dimulai dengan spermatogonia yang letaknya tepat di atas lamina

basal. Spermatogonia merupakan satu-satunya sel benih yang ada sampai

pada masa pubertas. Tiap spermatogonia mengandung jumlah kromosom

diploid dalam inti selnya (44 autosom dan 2 kromosom seks, X Y).

Page 19: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

8

8

Menurut gambaran inti selnya, pada manusia dikenal tiga jenis

spermatogonia:

a) Spermatogonia gelap tipe A, dengan inti sel lonjong berwarna gelap.

Sel-sel tersebut membelah diri secara berkala untuk mempertahankan

jumlah spermatogonia dan juga untuk membentuk spermatogonia

pucat tipe A yang memiliki inti lonjong pucat.

b) Spermatogonia pucat tipe A, membelah diri secara mitosis untuk

menjadi spermatogonia tipe B dan juga untuk menjadi spermatogonia

pucat tipe A yang lain.

c) Spermatogonia tipe B, mempunyai inti bulat yang mengandung massa

kromatin padat yang berhubungan dengan membran inti.

Bila spermatogonia tipe B membelah diri dengan mitosis, sel-sel

tersebut menghasilkan sel-sel anak yang seluruhnya berdiferensiasi

menjadi spermatosit primer. Sewaktu proses ini berlangsung , sel-sel anak

menjauhi lamina basal, bertambah besar dan memperlihatkan perubahan

sifat inti sel.

Spermatosit primer merupakan sel benih terbesar yang terdapat

dalam tubulus seminiferus. Pembelahan yang terjadi di dalam spermatosit

primer adalah pembelahan reduksi, meiosis. Sebagai akibat pembelahan

meiosis, 23 kromosom (22 autosom ditambah satu kromosom seks, X atau

Y), masuk kedalam setiap sel anak atau spermatosit sekunder. Spermatosit

Page 20: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

9

9

sekunder kemudian membelah diri secara mitosis dan hasilnya adalah

empat sel (spermatid).

Volume spermatosit sekunder kira-kira separuhnya spermatosit

primer dan letaknya lebih ke arah lumen. Spermatosit sekunder jarang

terlihat dalam potongan melintang tubulus seminiferus, karena umur

selnya pendek dan cepat membelah menjadi spermatid. Akibat

pembelahan terjadi pengurangan volume sampai separuh volume

spermatosit sekunder. Spermatid terletak dekat lumen. Tidak terjadi

pembelahan lebih lanjut dan tiap-tiap spermatid mengalami perubahan

(transformasi) melalui diferensiasi yang pesat (spermiogenesis) menjadi

spermatozoa (Leeson et al., 1996).

4) Spermiogenesis

Spermatid adalah sel yang dihasilkan dari pembelahan

spermatosit sekunder. Spermatid dapat dikenali melalui ukurannya yang

kecil (garis tengah 7-8 µm), inti dengan daerah-daerah kromatin padat,

dan lokasi jukstaluminal di dalam tubulus seminiferus. Spermatid

mengalami proses perkembangan rumit yang disebut spermiogenesis, yang

mencakup pembentukan akrosom, pemadatan dan pemanjangan inti,

pembentukan flagelum, dan kehilangan sebagian besar sitoplasmanya.

Hasil akhirnya ialah spermatozoa matang, yang kemudian dilepaskan ke

dalam lumen tubulus seminiferus (Junqueira et al., 1997).

Page 21: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

10

10

Bagan Spermatogenesis

c. Jaringan Interstisial

Jaringan interstisial yang terdapat dalam lobuli testis, terletak diantara

tubulus seminiferus. Jaringan interstisial mengandung beberapa serat kolagen,

pembuluh darah dan limfe, saraf, dan beberapa sel mesenkin yang belum

berkembang. Pembuluh darah dan saraf keluar-masuk melalui mediastinum

dan membentuk anyaman sekitar tubulus. Sel-sel Leydig mensekresi

testosteron (Price danWilson, 1995).Jaringan ini juga mengandung makrofag,

Spermatozoa

Spermatogonium

Spermatosit sekunder

Spermatosit sekunder

Spermatosit primer Spermatosit primer

Spermatosit sekunder

Spermatosit sekunder

Spermatid

Spermatid

Spermatid

Spermatid

Spermatid

Spermatid

Spermatozoa

Spermatozoa Spermatozoa

Spermatozoa Spermatozoa

Spermatid

Spermatozoa Spermatozoa

Spermatid

Page 22: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

11

11

limfosit, sel mast dan sel interstisial Leydig (Johnson, 1994). Sel-sel

interstisial Leydig letaknya berkelompok memadat pada daerah segitiga yang

terbentuk oleh susunan-susunan tubulus seminiferus. Sel-sel tersebut besar,

dengan sitoplasma sering tampak bervakuol pada sajian mikroskop cahaya.

Inti selnya mengandung butir-butir kromatin kasar dan anak inti yang jelas

(Leeson et al., 1996).

d. Fungsi testis

Testis mempunyai fungsi eksokrin dalam spermatogenesis dan fungsi

endokrin untuk mensekresi hormon-hormon seks yang mengendalikan

perkembangan dan fungsi seksual. Semua fungsi dari sistem reproduksi pria

diatur melalui interaksi hormonal yang kompleks (Price dan Wilson, 1995).

Regulasi hormonal dari proses spermatogenesis dan produksi androgen testis

mencakup interaksi antara hipotalamus, hipofisis anterior dan testis, yang

saling berhubungan yang dinamakan brain-testicular axis (Marieb, 1998).

Fungsi eksokrin testis yang terutama adalah menghasilkan sel-sel

kelamin pria. Fungsi tersebut tergantung pada banyak faktor. Follicle

Stimulating Hormone (FSH) dari lobus anterior hipofisis merangsang

spermatogenesis mamalia. FSH mempengaruhi sel sertoli untuk merangsang

sintesis suatu reseptor, protein pengikat androgen, yang akan berikatan dengan

testosteron dan disekresikan kedalam lumen tubulus seminiferus. Sel sertoli

juga mensintesis hormon testis yang lain yaitu inhibin, yang masuk kedalam

Page 23: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

12

12

aliran darah serta akan menghambat sekresi FSH oleh hipofisis anterior. Pada

manusia spermatogenesis berlangsung terus sepanjang masa kematangan

seksual (Leeson et al., 1996).Untuk spermatogenesis di butuhkan suhu yang

sesuai. Spermatogenesis memerlukan suhu yang jauh lebih rendah

dibandingkan suhu interior badan. Testis normalnya dipertahankan pada suhu

sekitar 32oC (Ganong, 1992).

Sekresi endokrin yang utama dari testis adalah testosteron, dihasilkan

oleh sel intestisial. Produksi testosteron oleh testis tergantung pada rangsangan

Luteinizing Hormon ( LH ). Oleh karena organ sasarannya merupakan sel-sel

interstisial maka LH seringkali disebut sebagai Interstitial Cell Stimulating

Hormone ( ICSH ). Selain pengaruhnya terhadap spermatogenesis, testosteron

mengatur sifat-sifat seks sekunder, rangsang seks dan perkembangan serta

pemeliharaan saluran-saluran kelamin dan kelenjar kelamin tambahan (Leeson

et al., 1996).

e. Interaksi Hormonal

Bagian utama dari pengaturan fungsi seksual baik pada pria maupun

wanita dimulai dengan sekresi gonadotropin releasing hormone (GnRH) oleh

hipotalamus. Hormon ini selanjutnya merangsang kelenjar hipofisis anterior

untuk menyekresikan dua hormon lain yang disebut hormon-hormon

gonadotropin: (1) luteinizing hormone (LH) dan (2) follicle-stimulating

Page 24: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

13

13

hormone (FSH). Selanjutnya, LH merupakan rangsangan utama untuk sekresi

testosteron oleh testis, dan FSH terutama merangsang spermatogenesis.

Testosteron yang disekresikan oleh testis sebagai respons terhadap

LH mempunyai efek timbal balik dalam menghentikan sekresi LH oleh

hipofisis anterior. Testosteron menghambat sekresi LH dengan bekerja

langsung terhadap hipotalamus dalam menurunkan sekresi GnRH. Keadaan ini

sebaliknya secara bersamaan menyebabkan penurunan sekresi LH dan FSH

oleh hipofisis anterior, dan penurunan LH akan menurunkan sekresi testosteron

oleh testis. Testosteron mungkin juga mempunyai efek umpan balik negatif

lemah, yang bekerja secara langsung pada hipofisis anterior.

Ketika tubulus seminiferus gagal menghasilkan sperma, sekresi FSH

oleh hipofisis anterior meningkat dengan nyata. Sebaliknya, bila

spermatogenesis berjalan terlalu cepat, sekresi FSH berkurang. Penyebab efek

umpan balik negatif ini pada hipofisis anterior diyakini adalah satu jenis

hormon lain yang disekresi oleh sel-sel Sertoli, yaitu inhibin. Hormon ini

mempunyai efek langsung yang kuat terhadap kelenjar hipofisis anterior dalam

menghambat sekresi FSH dan mungkin satu efek yang ringan terhadap

hipotalamus dalam menghambat sekresi GnRH (Guyton dan Hall, 1997).

Page 25: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

14

14

2. Pepaya (Carica papaya)

Pepaya merupakan tanaman buah dari family Caricaceae yang berasal

dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexsiko dan

Coasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daerah tropis

maupun subtropis. Kedudukan pepaya dalam sistematik (taksonomi) tumbuhan

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (biji tertutup)

Kelas : Dycotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Caricales

Famili : Caricaceae

Spesies : Carica papaya L. (Rahmat, 2003)

Bentuk dan susunan tubuh bagian luar tumbuhan pepaya termasuk

tumbuhan perdu yang umur sampai berbunganya dikelompokkan sebagia tanaman

buah-buahan semusim, namun dapat tumbuh setahun atau lebih. Sistem perakaran

memiliki akar tunggang dan akar-akar cabang yang tumbuh mendatar ke semua

arah pada kedalamn 1 meter atau lebih dan menyebar sekitar 60-150 cm atau lebih

dari pusat batang tanaman.

Batang tanaman pepaya bernemtuk bulat lurus dan berbuku-buku

(beruas-ruas), dibagian tengahnya berongga dan tidak berkayu. Ruas-ruas batang

merupakan tempat melekatnya tangkai daun yang panjang, berbentuk bulat dan

Page 26: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

15

15

berlubang. Daun pepaya bertulang menjari(palminervus) dengan warna

permukaan atas hijau tua, sedangkan warna bagian bawah hijau muda (Rahmat,

2003).

3. Kandungan zat kimia katekolamin

Katekolamin adalah senyawa yang di buat dari asam amino tirosin,

diproduksi di dalam sel-sel kromafin medulla adrenal dan jaringan saraf

postganglion dari sistem saraf simpatis. Katekolamin dapat larut dalam air dan

dapat terikat protein plasma 50% sehingga mereka dapat bersirkulasi dalam darah.

Katekolamin yang paling banyak ditemukan dalam tubuh ialah epinefrin (biasa

dikenal sebagai adrenalin), norepinefrin (noradrenalin) dan dopamin.

Katekolamin memfasilitasi reaksi fisik yang berkenaan dengan persiapan

aksi otot mencakup peningkatan denyut jantung dan paru-paru, penghambatan

kerja lambung dan usus halus, konstriksi pembuluh darah di banyak wilayah

tubuh, inhibisi kelenjar air mata, pembesaran pupil mata, relaksasi kandung

kemih, dan penghambatan ereksi. Katekolamin menyebabkan fisiologi tubuh

secara umum merubah diri untuk menyesuaikan menghadapi aktivitas fisik.

Epinefrin dan norepinefrin keduanya disintesis dan dikeluarkan oleh

medulla adrenal. Norepinefrin juga dikeluarkan oleh susunan saraf simpatis,

sehingga fungsinya sebagai hormone dan neurotransmitter. Efek hormone

katekolamin diperantai oleh 4 reseptor protein permukaan sel: reseptor α-1, α-2,

β-1, dan β-2 adrenergik. Epinefrin memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor α dan

Page 27: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

16

16

β; norepinefrin terutama bereaksi dengan reseptor α. Benyak sel sasaran

mempunyai lebih dari satu tipe reseptor sel sasaran tertentu terhadap katekolamin

ditentukan oleh jumlah dan tipe reseptor yang ada (Dianes, 1989).

Bekerja melalui 4 tipe reseptor ini katekolamin mengatur konentrasi 2

second messenger, cAMP dan kalsium. Perangsangan reseptor α-1 adrenergik

mengakibatkan peningkatan konsentrasi kalsium intrasel. Perangsangan reseptor

β-1 atau β-2, mengakibatkan pengaktifan adenilat siklase, sedangkan

perangsangan reseptor α-2 memiliki efek yang berlawanan (Dianes, 1989).

Tabel 1. Pembagian kerja yang diperantai lewat reseptor adrenergik

Alfa-1 Alfa-2 Beta-1 Beta-2

Peningkatan glikogenolisis Kontraksi otot polos Stimulasi lipolisis Peningkatan glukoneogenesis hepatik

Relaksasi otot polos traktus genitourinarius Kontraksi miokardium Peningkatan glikogenolisis hepatik

pembuluh darah Kontraksi otot polos peningkatan laju Peningkatan glikogenolisis otot

traktus genitourinaris sebagian vascular peningkatan kekuatan Peningkatan pelepasan

Inhibin dari insulin

Lipolisis renin

pelepasan rennin Relaksasi otot polos

agregasi trombosit bronkus

sekresi insulin pembuluh darah

traktus genitourinarius

traktus gastrointestinal

Sumber: Biokimiawi Harper, 2003

Page 28: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

17

17

Tingginya kadar katekolamin dalam darah diasosiasikan dengan stress

yang bisa datang dari reaksi psikologis dalam diri sendiri atau tekanan dari

lingkungan luar seperti bising, suasana yang tak nyaman, kondisi yang sulit, dan

lain sebagainya. Kadar katekolamin yang sangat tinggi (dikenal juga sebagai

toksisitas katekolamin) dapat terjadi akibat dari stimulasi atau kerusakan sel-sel

saraf di batang otak. Beberapa obat seperti tolcapone (COMT-inhibitor pusat)

dapat pula meningkatkan kadar katekolamin. Dua jenis katekolamin, yaitu

dopamin dan epinefrin, berfungsi juga sebagai neurotransmitter di sistem saraf

pusat disamping sebagai hormon dalam sirkulasi darah.

4. Efek penghambatan spermatogenesis oleh katekolamin

Spermatogenesis terjadi di dalam tubuli seminiferi. Untuk

mempertahankan spermatogenesis diperlukan hormon FSH dan LH yang pada

pria sering disebut ICSH (interstitial Cell Stimulating Hormone). Sekresi

gonadotropin ini diatur oleh releasing hormon dari hipotalamus. ICSH mengatur

sekresi testosteron yang dikeluarkan oleh sel-sel interstitial Leydig (Hanafiah,

1981).

FSH merangsang pertumbuhan dan pematangan sel-sel epitel germinal.

FSH bekerja pada sel-sel sertoli untuk membentuk Androgen Binding Protein

(ABP) dan bekerja sama dengan androgen untuk mempertahankan fungsi tubuli

seminiferi dalam proses spermatogenesis. Pengeluaran FSH oleh hipofisis

dipengaruhi pula oleh estrogen yang dibentuk testis dalam jumlah kecil.

Page 29: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

18

18

Pemberian esterogen yang tinggi dapat memberikan umpan balik negatif terhadap

hipofisis (Hanafiah, 1981).

Katekolamin memiliki reseptor pada α-adrenergik dan β-adrenergik.

Pengikatan katekolamine pada α-adrenergik dapat menyebabkan hydrolisis

membran phospoinositol dan menghasilkan diasilgliserol dan inositol triphosphate

yang bekerja sebagai second messenger dan menginisiasi mobilisasi kalsium,

aktifasi protein kinase (protein kinase C), dan protein phosphorilase. Aktifasi

protein kinase dapat menstimulasi sekresi testosteron pada sel leydig. Pengikatan

katekolamin pada β-1 adrenergik akan memacu sel leydig untuk menyekresi

hormon testosteron dan pengikatan pada β-2 adrenergik juga dapat memacu sel

sartoli untuk menyekresi inhibin dan merangsang spermatogenesis, namun ikatan

katekolamin pada β-1 adrenergik lebih kuat dibanding ikatannya pada β-2

adrenergik. Jadi testosteron akan disekresikan dalam jumlah yang banyak (Artur,

1989). Tingginya konsentrasi testosteron akan berefek umpan balik negatif ke

hipofisis yaitu tidak melepaskan FSH atau LH, sehingga akan menghambat

spermatogenesis (winarno, 1997). Jika pelepasan FSH terganggu mengakibatkan

proses spermatogenesis tertekan dan terjadi degenerasi epitel seminiferi

(Hanafiah, 1981).

Page 30: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

19

19

C. Kerangka Pemikiran

Hipofisis anterior

3

FSH

Sel Leydig Sel sartoli

Testoste ron

Inhibin

Spermatogenesis

Katekolamin

LH

Degenerasi epitel

seminiferus

Ekstrak biji pepaya

β-adrenergik

β-2

β-1

α-adrenergik

Keterangan: : menyebabkan/mengandung : menghambat

Page 31: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

20

20

D. Hipotesis

Pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya) peroral dapat mempengaruhi

jumlah sel spermatid testis mencit.

Page 32: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

21

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret.

C. Subjek Penelitian

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus)

jantan galur Swiss webster sebanyak 27 ekor berumur 6-8 minggu dengan berat badan

+ 20 g yang didapatkan dari Universitas Setia Budi. Sampel dibagi dalam tiga

kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari sembilan ekor mencit. Jumlah ini

diperhitungkan menurut rumus Federer yaitu (k-1) (n-1) ≥ 15 (Purawisastra, 2001),

dengan k=jumlah perlakuan, n=jumlah mencit untuk tiap perlakuan. Kelompok I

adalah kelompok kontrol, dimana mencit diberi aquades. Kelompok II adalah

kelompok mencit yang diberi ekstrak biji pepaya dengan dosis 10 mg/ekor.

Kelompok III adalah kelompok mencit yang diberi ekstrak biji pepaya dengan dosis

30 mg/ekor.

Page 33: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

22

22

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling.

E. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah post test only control group design.

(Taufiqqurohman, 2004).

Keterangan :

K = Kelompok kontrol, diberikan aquades

P1 = Kelompok perlakuan 1, diberikan ekstrak biji pepaya

10mg/ekor/hari peroral dan makan secukupnya

P2 = Kelompok perlakuan 2, diberikan ekstrak biji pepaya

30mg/ekor/hariperoral dan makan secukupnya.

Sampel mencit 27 ekor

HP1

Bandingkan dengan uji statistik

HK

HP2

P1

P2

K

Page 34: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

23

23

HK = Pengamatan histologis testis pada kelompok K.

HP1 = Pengamatan histologis testis pada kelompok P1.

HP2 = Pengamatan histologis testis pada kelompok P2.

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas adalah ekstrak biji pepaya (Carica papaya)

2. Variabel terikat adalah jumlah sel spermatid

3. Variabel luar

Variabel luar dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan : variasi genetik, umur, suhu udara, berat

badan, dan jenis makanan mencit semuanya diseragamkan.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan : kondisi psikologis mencit.

G. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas : Ekstrak biji pepaya (Carica papaya)

Pembuatan ekstrak biji pepaya (Carica papaya) dilakukan di B2P2TO2T.

Dibuat 2 macam dosis yaitu 10 mg/ekor dan 30 mg/ekor. Pemberian ekstrak biji

pepaya dilakukan secara per oral satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut.

Pemberian aquades diberikan pada kelompok kontrol. Pemberian ekstrak biji

pepaya dengan dosis 10 mg/ekor/hari diberikan pada kelompok perlakuan 1.

Pemberian ekstrak biji pepaya dengan dosis 30 mg/ekor/hari diberikan pada

kelompok perlakuan 2. Skala pengukuran variabel bebas adalah skala ordinal.

Page 35: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

24

24

2. Variabel terikat : jumlah sel spermatid.

Perubahan jumlah sel spermatid yaitu berubahnya jumlah sel spermatid

setelah diberi perlakuan. Penghitungan jumlah sel spermatid dilakukan dengan

cara memilih tubulus seminiferus yang bulat dan dihitung jumlah sel spermatid

yang ada didalamnya. Skala pengukuran variabel terikat adalah skala rasio.

3. Variabel luar.

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan.

1). Variasi genetik.

Jenis : mencit ( Mus musculus )

Galur : Swiss webster

2). Umur.

Umur : 5-8 minggu (Laird et al, 1996)

3). Suhu udara.

Hewan percobaan diletakkan dalam ruangan dengan suhu udara berkisar

antara 25-28 derajat celcius.

4). Berat badan.

Berat badan hewan percobaan yaitu sekitar 20 g.

5). Jenis makanan.

Makanan yang diberikan berupa pellet dan minuman dari air.

Page 36: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

25

25

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan

1). Kondisi psikologis mencit

Kondisi psikologis mencit dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Lingkungan yang terlalu ramai, pemberian perlakuan yang berulang kali,

dan perkelahian antar mencit dapat mempengaruhi kondisi psikologis

mencit.

2). Imunitas atau kekebalan tubuh dari masing-masing hewan coba

H. Instumentasi dan Bahan Penelitian

1. Instrumen.

Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Kandang mencit.

b. Timbangan hewan.

c. Timbangan neraca

d. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum, meja lilin).

e. Sonde lambung.

f. Alat untuk pembuatan preparat histologi.

g. Mikroskop cahaya media terang.

h. Alat penghitung (optic lab)

i. Gelas ukur dan pengaduk.

2. Bahan.

Bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

a. Ekstrak biji pepaya.

Page 37: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

26

26

b. Makanan hewan percobaan (pelet).

c. Aquades.

d. Bahan untuk pembuatan preparat histologi dengan pengecatan HE.

I. Cara Kerja

Satu minggu sebelum perlakuan, mencit diletakkan dalam kandang

tersendiri dan dijaga agar sesedikit mungkin mendapat gangguan. Semua perlakuan

dilakukan antara pukul 08.00 WIB – 10.00 WIB.

Binatang percobaan terdiri atas 27 ekor mencit yang dibagi menjadi 3

kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 9 ekor. Dosis pemberian ekstrak biji

pepaya pada mencit adalah 10 mg dan 30 mg (Sudarsono, 2003). Kelompok K adalah

kelompok kontrol yang diberi makan pelet secukupnya. Kelompok P1 adalah

kelompok perlakuan 1 yang diberi ekstrak biji pepaya 10 mg dan makanan pelet

secukupnya. Kelompok P2 adalah kelompok perlakuan 2 yang diberi ekstrak biji

pepaya 30 mg dan makanan pelet secukupnya.

Setelah mendapat perlakuan berupa pemberian ekstrak biji pepaya selama

10 hari yaitu sesuai dengan lama satu siklus spermatogenesis mencit (Nalbandov,

1990), binatang dibunuh secara neck dislocation. Testis masing-masing mencit

diambil sebelah kanan dan kiri dan dimasukkan ke dalam fiksatif (larutan bouin).

Kemudian spesimen ini diproses untuk dibuat sediaan histologik dengan metode

parafin. Sediaan diwarnai dengan metode pewarnaan hematoksilin meyer eosin.

Untuk pemeriksaan struktur histologik dilakukan pengamatan

menggunakan mikroskop. Pertama memilih tubulus seminiferus yang bulat untuk

Page 38: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

27

27

masing-masing preparat, kemudian diidentifikasi jenis-jenis sel spermatogenik yaitu

spermatogonium, spermatosit, spermatid dan dihitung hanya sel spermatidnya saja.

Data dikumpulkan dari hasil pengamatan setiap hewan coba sesuai dengan

kelompok masing-masing. Dari setiap hewan percobaan dibuat 3 buah sediaan

masing-masing sediaan kemudian dihitung sel spermatidnya dari tubulus seminiferus

yang bulat yang berasal dari testis kanan dan testis kiri. Setiap sediaan dilakukan

pengamatan dengan bantuan mikroskop cahaya. Pengamatan preparat dilakukan

dengan perbesaran 100x dilanjutkan dengan perbesaran 400x. Dihitung jumlah sel

spermatid pada setiap lapangan bidang pandang dari irisan preparat untuk masing-

masing testis kiri dan kanan. Perubahan jumlah sel spermatid diuji dengan rumus

analisis varian dilanjutkan dengan uji post hoc.

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji

statistic Anova searah (Schefler, 1999) untuk mengetahui adanya perbedaan rata-rata

jumlah sel spermatid antara kelompok kontrol negatif (Kn), kelompok perlakuan I

(KpI), dan kelompok perlakuan II (KpII) jika terdapat perbedaan maka dilanjutkan

dengan uji LSD (Least Significant Difference) dengan derajat kemaknaan α=0,05

untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid diantara

dua kelompok.

Page 39: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

28

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian

Data hasil penelitian berupa data rasio yaitu jumlah sel spermatid yang dihitung

dari tiap preparat hewan coba. Setiap preparat hewan coba dipilih 1 irisan yang paling

baik dan dihitung 1 tubulus yang paling bulat, lalu di hitung jumlah sel spermatidnya

untuk masing-masing kelompok perlakuan. Kemudian dicari hasil rata-rata untuk tiap

preparat hewan coba. Hasil perhitungan rata-rata jumlah sel spermatid dari masing-

masing kelompok perlakuan akan disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 2. Rata-rata jumlah sel spermatid testis kiri dan kanan dari masing-masing

kelompok

Sumber : out put data SPSS

Tabel 1 di atas memperlihatkan nilai rata-rata jumlah sel spermatid untuk

masing-masing kelompok perlakuan. Kelompok K memiliki nilai jumlah rata-

rata=291,889; kelompok PI memiliki nilai jumlah rata-rata=260,444; kelompok PII

memiliki nilai jumlah rata-rata=236,556

Perlakuan N

Jumlah rata-rata sel spermatid

testis kiri dan kanan

K 9 291,889 PI 9 260,444

PII 9 236,556

Page 40: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

29

29

0

100

200

300

400

K PI PII

kelompok perlakuan

mea

n of

jum

lah

rata

-ra

ta s

el s

perm

atid

Gambar 1. Grafik jumlah rata-rata sel spermatid testis kiri dan testis kanan dari

masing-masing kelompok

B. Analisis Data

1. Uji Anova

Data dari tabel 1 dilakukan uji statistik Anova searah untuk mengetahui

perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid antara ketiga kelompok perlakuan yaitu :

K, PI, dan PII. Hasil uji Anova searah dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3. Hasil uji Anova searah antara ketiga kelompok untuk rata-rata jumlah

sel spermatid

Df Fo Nilai p

Antar kelompok 2 4,332 0,025

Dalam kelompok 24

Total 26

Sumber : out put data SPSS

Page 41: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

30

30

Hasil analisis uji Anova rata-rata jumlah sel spermatid pada semua

kelompok perlakuan didapatkan nilai p=0,025 (p<0,05), sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaaan yang bermakna rata-rata jumlah sel

spermatid antara ketiga kelompok perlakuan (tabel 2). Analisis dilanjutkan

dengan uji LSD (Least Significant Difference) dengan derajat kemaknaan α=0,05

untuk mengetahui letak perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid antara dua

kelompok.

2. Uji LSD (Least Significant Difference)

Hasil perhitungan statistik dengan Uji LSD (Least Significant Difference)

didapatkan :

Tabel 4. Hasil uji LSD (Least Significant Difference) antara dua kelompok untuk

rata-rata jumlah sel spermatid

NO Kelompok Perbedaan

rata-rata

P Confidence

Interval 95%

1 K dan PI 31,444 0,108 -7,47 - 70,36

2 K dan PII 55,333 0,007 16,42 - 94,25

3 PI dan PII 23,889 0,217 -15,03 - 62,81

Sumber : out put data SPSS

Perhitungan statistik dengan uji LSD (Least Significant Difference)

dengan derajat kemaknaan α=0,05 diperoleh nilai p > 0,05 pada kelompok K-PI

dengan nilai perbedaan=31,444 pada confidence interval 95%= -7,47 s/d 70,36

dan kelompok PI-PII dengan nilai perbedaan=23,889pada confidence interval

95%= -15,03 s/d 62,81 dengan demikian Ho diterima (tidak ada perbedaan yang

bermakna rata-rata jumlah sel spermatid antara 2 kelompok yang dibandingkan),

Page 42: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

31

31

sedangkan nilai p <0,05 pada kelompok K-PII dengan nilai perbedaan=55,333

pada confidance interval 95%= 16,42 s/d 94,25 dengan demikian Ho ditolak (ada

perbedaan yang bermakna rata-rata jumlah sel spermatid antara 2 kelompok yang

dibandingkan).

Page 43: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

32

32

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian dengan membarikan ekstrak biji pepaya selama 10 hari diperoleh hasil

jumlah rata-rata sel spermatid testis kanan dan testis kiri untuk kelompok kontrol (K)

291,889, untuk kelompok perlakuan I (PI) 260,444, dan untuk kelompok perlakuan II

(PII) 236,556. jumlah sel spermatid mengalami penurunan yang bermakna. Besar

penurunan jumlah sel spermatid semakin besar dengan peningkatan dosis yang diberikan.

Dari data diaas dapat disimpulkan pemberian ekstrak biji pepaya dosis 10mg/ekor/hari

dan 30 mg/ekor/hari dapat menyebabkan perubahan jumlah rata-rata sel spermatid yang

cenderung semakin menurun, semakin besar dosis yang diperlukan semakin besar pula

penurunan jumlah sel spermatid. Penurunan jumlah sel spermatid ini menunjukkan

adanya pengaruh ekstrak biji pepaya terhadap spermatogenesis.

Penurunan jumlah rata-rata sel spermatid pada kelompok perlakuan I sebesar

{(291,889 – 260,444) / 291,889} x 100% = 10,773% dibanding dengan kelompok

kontrol. Penurunan rata-rata jumlah sel spermatid pada kelompok perlakuan II sebesar

{(291,889 – 236,556) / 291,889} x 100% = 18,957% dibanding dengan kelompok

kontrol.

Uji Anova searah pada penelitian ini diperoleh nilai nilai p=0,000 (p<0,05) yang

menunjukkan adanya perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid yang bermakna diantara

ketiga kelompok perlakuan. Post Hoc Test dilakukan untuk mencari letak perbedaan

diantara ketiga kelompok perlakuan. Kelompok kontrol dibanding dengan kelompok

Page 44: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

33

33

perlakuan I diperoleh nilai p=0,108 (p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan yang

bermakna diantara keduanya. Kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan II diperoleh

nilai p=0,007 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna diantara keduanya.

Kelompok perlakuan I dengan kelompok perlakuan II diperoleh nilai p=0,217 (p>0,05)

yang berarti tidak ada perbedaan bermakna diantara kedua kelompok. Dari data diatas

menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan II terjadi penurunan rata-rata jumlah sel

spermatid jika dibanding dengan kelompok kontrol. Penurunan rata-rata ini diduga

disebabkan oleh katekolamine. Mekanisme kerja senyawa katekolamine yang terkandung

dalam ekstrak biji pepaya diduga bekerja menghambat laju metabolisme sel

spermatogenik dengan cara mengganggu keseimbangan sistem hormon (Winarno, 1997)..

Post Hoc Test yang membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan I; dan kelompok perlakuan II masing-masing diperoleh nilai p = 0,108; 0,007.

Kelompok perlakuan II menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian ekstrak biji pepaya dosis 30mg/ekor/hari dapat

menyebabkan penurunan rata-rata jumlah sel spermatid yang bermakna dibanding dengan

kelompok kontrol. Tingkat penurunan rata-rata jumlah sel spermatid sebanding dengan

peningkatan dosis pemberian ekstrak biji pepaya. Hal ini sesuai teori pada penelitian

sebelumnya bahwa tikus putih yang mengkonsumsi ekstrak biji pepaya menunjukkan

penurunan gambaran histologis spermatogenesis (Yumadi, 2001). Terjadi penurunan

jumlah sel spermatid pada kelompok perlakuan karena adanya mekanisme umpan balik

yang berlebihan ke hipofisis sehingga hipofisis tidak melepaskan FSH dan LH, sehingga

akan menghambat spermatogenesis ( Winarno, 1997).

Page 45: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

34

34

Penelitian sebelumnya yang dapat mendukung penelitian ini menunjukkan bahwa

pemberian ekstrak biji pepaya selama 40 hari pada dosis 30 mg/ekor/hari dapat

menyebabkan penurunan fertilitas tikus jantan yang dilakukan oleh Sudarsono. Hal ini

dibuktikan dengan adanya penipisan epitel germinal dan peregangan jarak epitel tubuli

seminiferi. Epitel germinal terdiri atas 2 macam sel, yaitu sel spermatogenik yang

menghasilkan sperma dan sel penyokong (sel sartoli) yang memberi makan sperma yang

sedang berkembang (Eroschenko, 2003). Penelitian ini berbeda dengan penelitian

sebelumnya pada lama perlakuan dan objek yang diamati, yaitu: lama perlakuan terhadap

mencit pada penelitian ini dilakukan selama 10 hari, mengikuti siklus spermatogenesis,

sedangkan pada penelitian sebelumnya lama perlakuan 40 hari.

Page 46: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

35

35

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian yang telah dilakukan uji

statistik dan pembahasan adalah sebagai berikut:

1. Pemberian ekstrak biji pepaya peroral dapat mempengaruhi jumlah sel spermatid

yang ditandai dengan adanya perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid untuk

masing-masing kelompok.

2. Tingkat perbedaan rata-rata jumlah sel spermatid mencit semakin menurun

sebanding dengan besarnya dosis ekstrak biji pepaya yang diberikan, yaitu

semakin besar dosis ekstrak biji pepaya yang diberikan, maka jumlah sel

spermatid mencit semakin menurun.

3. Penurunan jumlah rata-rata sel spermatid testis mencit yang paling besar terjadi

pada kelompok perlakuan II (30 mg/ekor/hari) yaitu sebesar 18,957%

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh ekstak katekolamin

murni terhadap spermatogenesis.

2. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis yang berbeda untuk

mengetahui dosis efektif terhadap penurunan jumlah sel spermatid testis mencit.

Page 47: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

36

36

3. Perlu diketahui pengaruhnya terhadap hormon gonadotropin FSH dan LH serta

hormon testosteron (libido).

Page 48: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

37

37

DAFTAR PUSTAKA

Dianes, C., 1989. Ringkasan Biokimiawi. Jakarta : PT Gamedia Pustaka Utama.

Dorland, dan Newman, W.A., 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta:

EGC.

Eroschenko, V.P., 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta: EGC. pp : 278-295.

Ganong, W.F., 1992. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. pp: 405-414.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E., 1997. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. pp : 1265-1281.

Hanafiah, J.M.,1981. Fisiologi Sistem Hormonal dan Reproduksi dengan Pathofisiologinya. Bandung : Alumni

Herwiyanti, S. dan Ghufron, M., 1993. Gambaran Histologik Spermatogenesis Tikus

Putih (Rattus norvegicus) setelah diberi Makan Juice Daun Pepaya (Carica papaya). Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.

Johnson, K.E., 1994. Seri Kapita Selekta Histologi dan Biologi Sel. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Junqueira,C., et al, 1997. Histologi Dasar. Edisi ke-8. Jakarta : EGC. pp : 419-432.

Leeson, C.R., et al, 1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC. pp : 511-538.

Marieb, E.N., 1998. Human Anatomy and Physiology. California : Benjamin / Cummings Science Publishing. p : 1043.

Page 49: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

38

38

Murray, R. K., 2003. Biokimiawi Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC.

Murthi, B., 1994. Penerapan Metode Statistik Non Parametrik Dalam Ilmu-Ilmu Kesehatan. Jakarta : PT Gamedia Pustaka Utama.

Nalbandov, A.V.,1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Ngatidjan, 1991. Petunjuk Laboratorium Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Yogyakarta : Pusat Antar Universitas Bioteknologi UGM.

Pointis, G.,dan Latreille, M.T., 1987. Chatecolamine-induced Stimulation of

Testosteron Production by Leydig Cells From Fetal Mous Testis. www.reproduction-online.org/cgi/content/abstract/80/1/32. (20 agustus 2009)

Price, S.A., dan Wilson, L.M., 1995. Patofisiologi. Edisi 4. Jakarta : EGC. pp: 1146-1160.

Rahmat, Rukmana, 2003. Pepaya.

http://books.google.co.id/books?id=Ngr_Gr91RWwCdanpg=PA18danlpg=PA18dandq=morfologi+tanaman+pepayadansource=bldanots=Fkid_tPZXBdansig=Mv4tWuapDM_8148f30Sw4RTt04Edanhl=iddanei=dOXZStmOA8eBkQX9obnLDgdansa=Xdanoi=book_resultdanct=resultdanresnum=1danved=0CAgQ6AEwADgK#v=onepagedanq=morfologi%20tanaman%20pepayadanf=false. (17oktober 2009)

Raji, Y. dan Morakinyo, A.O., 2005. Impact of the Chloroform Extract of Carica papaya Seeds on Oestrous Oycle and Fertility in Female Albino Rats. Nigeria: Departement of Physiology Collage of Medicine Ibadan University.

Schefler, W.C., 1999. Statistika untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran, dan Ilmu yang

Bertautan. Bandung : Penerbit ITB.

Siri, Z. dan Sulaeman, S., 2002. Efek Pemberian secara Oral Infusa Daun Tembakau

(Nicotina tabacum L) terhadap jumlah, kecepatan dan morfologi spermatozoa mencit (Mus musculus). Majalah Andrologi Indonesia No. 3, september 2002.

Page 50: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA …/Pengaruh... · menggalakkan program Keluarga Berencana ... pilihan kontrasepsi untuk pria yang masih belum ... mengandung katekolamin yang

39

39

Sudarsono, 2003. Efek Biji Pepaya (Carica papaya L) terhadap Ketebalan Epitel Germinal dan Jarak Tunulus Seminiferi serta Jumlah Sel Spermatogenik pada Stage VII Daur Spermatogenesis. Majalah Kedokteran Bandung No. 2 tahun 2003.

Taufiqqurohman, M.A., 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Surakarta : CSGF.

William, H.M., 1982. Cathecolamine Stimulation of Androgen Production by Mouse Interstitial Cells in Primary Culture. www.andrologyjournal.org/cgi/reprint/3/4/227.pdf. (17 oktober 2009)

Winarno, W.M., dan Sundari, Dian, 1997. Informasi Tanaman Obat Untuk Kontrasepsi Tradisional. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10InformasiTanamanObatuntukKontrasepsi120.pdf/10InformasiTanamanObatuntukKontrasepsi120.html. (17 oktober 2009)

Yurnardi dan Puiji, Sari, 2001. Pengaruh Penyuntikan Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Konsentrasi Spermatozoa dan Keadaan Sel SpermatogenikTikus Jantan Strain LMR. http://www.mkb-online.org/index.php?option=com_contentdanview=articledanid=77:efek-biji-pepaya-carica-papaya-linn-terhadap-ketebalan-epitel-germinal-dan-jarak-tubuli-seminiferi-serta-jumlah-sel-spermatogenik-pada-stage-vii-daur-spermatogenesisdancatid=1:kumpulan-artikeldanItemid=55. (23 agustus 2009)