pengaruh modal sendiri terhadap perolehan sisa hasil usaha (shu) pada kpri di kota semarang
TRANSCRIPT
PENGARUH MODAL SENDIRI TERHADAP PEROLEHAN SISA HASIL USAHA (SHU)
PADA KPRI DI KOTA SEMARANG.
SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Lubuk Novi Suryaningrum
NIM 3351402067
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang
panitia ujian Skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Margunani MP M.Khafid S.Pd, M.Si NIP. 131570076 NIP. 132243641
Mengesahkan Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Sukirman M.Si NIP.131967646
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skripsi ini benar - benar hasil
karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau
seluruhnya, pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang,
2007
Lubuk Novi S
NIM.3351402067
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaruh Modal Sendiri Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha
Pada KPRI di Kota Semarang”.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari beberapa
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, Msi, Selaku Rektor Universitas
Negeri Semarang.
2. Bapak Drs. Agus Wahyudin, Msi, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang.
3. Bapak Drs. Sukirman, Msi, Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
4. Ibu Dra. Margunani M.P Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Bapak Muhammad Khafid S.Pd, Msi, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak dan Ibu pengurus KPRI di Kota Semarang yang telah memberikan izin
dan bantuan kepada penulis.
7. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan dari peneliti. Oleh
karena itu dengan penuh keterbukaan penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyusunan skripsi yang lebih baik.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Semarang,
2007
Penulis
Lubuk Novi S NIM.3351402067
MOTO DAN PERSEMBAHAN
”Bersyukurlah pada Allah jika kita mendapatkan kesulitan,, berpikirlah
positif tentang kesulitan kita, yakinlah kita akan dapat mengatasinya “
(Dr.Norman V. Deale)
” Rintangan tidak dapat menghancurkan kita, setiap rintangan akan
menyerah pada ketetapan hati yang kukuh “
(Leonardo Da Vinci)
” Saat meraih keberhasilan tidak akan terasa begitu indah andai tidak ada
lembah-lembah gelap yang harus diterobos “
(Helen Keller)
”Hargailah bayangan dan impianmu, karena merekalah anak jiwamu,
kerangka dasar prestasimu yang baik “
(Napoleon Hill)
Kupersembahkan kepada :
Orang tuaku tercinta terima kasih atas doanya
Adik dan saudaraku yang selalu memotivasi
Teman-teman seperjuangan angkatan “02 Akt
SARI
Lubuk Novi Suryaningrum. 2007. Pengaruh Modal Sendiri Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada KPRI di Kota Semarang. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci: Modal Sendiri, Sisa Hasil Usaha
Modal usaha koperasi diutamakan berasal dari anggota, modal anggota bersumber dari simpanan pokok dan simpanan wajib. Hal ini mencerminkan bahwa koperasi sebagai badan usaha yang ingin mendorong diri sendiri dengan kekuatan sendiri. Maka kegiatan usaha tersebut akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang menguntungkan yang pada akhirnya akan meningkatkan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU).
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh modal sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha pada KPRI di Kota Semarang (2) Untuk mengtahui seberapa besar pengaruh modal sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kota Semarang.
Populasi dalam penelitian ini adalah KPRI yang menjadi anggota PKPRI dan mengumpulkan laporan pertanggungjawaban tahun 2005 sebanyak 30 KPRI. Variabel penelitian ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah modal sendiri (X), sedangkan untuk variabel terikat adalah Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan data statistik yaitu analisis regresi linier sederhana.
Hasil penelitian dari regresi linier sederhana diperoleh persamaan regresi Y= 506,098 + 0,639. Hasil analisis varians untuk regersi diperoleh F hitung 29,779 dan signifikansinya 0,000, sedangkan F tabel pada df = 1 : 28 dan signifikansi 5% adalah 4,20. Karena F hitung = 29,779 > F tabel = 4,20, hal ini menunjukkan bahwa (1) Modal sendiri berpengaruh positif yang signifikan terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Hipotesis alternatif diterima. (2) Besarnya pengaruh modal sendiri (X) terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (Y) dilakukan regersi linier sederhana dan didapatkan koefisien determinasi (r2x100%) = 51,5% sedangkan sisanya 48,5%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa selain variabel modal sendiri ternyata perolehan Sisa Hasil Usaha dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini sebesar 48,5%.
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada pengaruh modal sendiri (X) terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (Y) pada KPRI di Kota Semarang dan pengaruhnya sebesar 51,5%, yang berarti bahwa semakin naik jumlah modal sendiri maka perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) akan semakin meningkat sebaliknya jika jumlah modal sendiri semakin turun maka perolehan Sisa Hasil Usaha juga akan ikut menurun.
Berdasarkan hasil tersebut, maka diajukan beberapa saran yaitu : (1) Pihak pengelola dan pengurus KPRI di Kota Semarang harus lebih aktif mengajak para anggotanya untuk lebih berperan serta dalam meningkatkan usahanya yaitu dengan menaikkan sinpanan pokok dan simpanan wajib karena pengaruh modal
sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) lebih besar dari modal luar. (2) Perlu adanya penelitian yang sejenis yang mengungkap factor-faktor yang mempengruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) selain modal sendiri seperti volume usaha, efesiensi biaya dan lain-lain.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………. ii
PENGESAHAN KELULUSAN…………………………………………... iii
PERNYATAAN…………………………………………………………… iv
SARI……………………………………………………………………….. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………… vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………... viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………....... 1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………….... 1
1.2 Perumusan Masalah……………………………………………… 7
1.3 Penegasan Istilah………………………………………………………… 7
1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………. 8
1.5 Kegunaan Penelitian……………………………………………… 9
1.5.1 Kegunaan Teoritis……………………………………………… 9
1.5.2 Kegunaan Praktis………………………………………………. 9
1.6.Sistematika Penulisan Skripsi……………………………………. 10
BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………... 11
2.1 Sisa Hasil Usaha (SHU)……………………………………………… 11
2.1.1 Pengertian Sisa Hasil Usaha (SHU)………………………… 11
2.1.2 Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)………………………… 14
2.1.3 Prinsip-Prinsip Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)……….. 18
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi SHU……………………. 20
2.2 Modal Sendiri……………………………………………………… 22
2.2.1 Definisi Modal Sendiri………………………………………. 22
2.2.2 Sumber Modal Sendiri………………………………………. 23
2.2.3 Hubungan Modal Sendiri dengan Perolehan Sisa Hasil Usaha
(SHU)……………………………………………………… 27
2.3 Kerangka Berpikir……………………………………………….. 33
2.4 Hipotesis……………………………………………………….... 34
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………... 35
3.1 Populasi…………………………………………………………. 35
3.2 Variabel Penelitian…………………………………………….... 36
3.3 Teknik Pengumpulan Data……………………………………… 36
3.4 Metode Analisis Data…………………………………………... 36
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN……………………... 40
4.1 Hasil Penelitian…………………………………………………… 40
4.1.1 Objek Penelitian……………………………………………. 40
4.2 Pembahasan……………………………………………………… 48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN……………………………………… 50
5.1 Simpulan………………………………………………………… 50
5.2 Saran…………………………………………………………… 50
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 51
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perincian Penelitian Populasi……………………………………………35
Tabel 2. Data Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib KPRI Kota Semarang…….41
Tabel 3. Data Sisa Hasil Usaha…………………………………………………...43
Tabel 4. Rekapitulasi Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib, Perolehan
Sisa Hasil Usaha (SHU) dan rata-ratanya……………………………….46
Tabel 5. Analisis Varians untuk regresi…………………………………………..47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib Tahun 2004………….52
Lampiran 2. Data Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib Tahun 2005………….53
Lampiran 3. Data Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib Tahun 2004/2005……54
Lampiran 4. Hasil Analisis Data…………………………………………………55
Lampiran 5. Data Laporan Keuangan Rapat Anggota Tahunan Tahun 2005 KPRI
Kota Semarang……………………………………………………..57
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Koperasi merupakan salah satu kekuatan ekonomi yang tumbuh di
kalangan masyarakat sebagai pendorong tumbuhnya perekonomian nasional
sekaligus sebagai soko guru dalam perekonomian di Negara Indonesia. Menurut
UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian BAB I Pasal 1 Koperasi adalah “
Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan”.
Koperasi tidak dikenal istilah ”keuntungan”, karena kegiatan usaha
koperasi tujuan utamanya bukan berorientasi mencari untung (non profit
oriented) melainkan berorientasi pada manfaat (benefid oriented). Pada dasarnya
koperasi dikelola dengan tujuan menyejahterakan anggotanya dan masyarakat
pada umumnya, bukan mengejar keuntungan semata. Sekalipun koperasi tidak
mengutamakan keuntungan, akan tetapi usaha-usaha yang dikelola oleh koperasi
harus tetap memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga kelangsungan
hidup dan meningkatkan kemampuan usaha, bukan untuk memupuk kekayaan.
Sehingga pada akhir periode usahanya diharapkan dan ditargetkan menghasilkan
Sisa Hasil Usaha.
Keuntungan didalam koperasi biasa disebut dengan istilah “Sisa Hasil
Usaha”. Berdasarkan UU No.25 Tahun 1992 Pasal 45 Ayat 1” Sisa Hasil Usaha
merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam waktu satu tahun buku
2
dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak
dalam tahun buku yang bersangkutan”.
Sebagai badan usaha, pendapatan atau hasil usaha sangat menentukan
besar kecilnya SHU yang diperoleh koperasi. Dalam setiap tahunnya SHU yang
diperoleh koperasi disisihkan dan dibagi untuk keperluan: Cadangan koperasi,
Jasa anggota, Dana Pengurus, Dana Pegawai, Dana Pendidikan, Dana Sosial dan
Dana Pembangunan daerah Kerja. Adapun cara dan besarnya penyisihan SHU
ditetapkan dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) masing-masing koperasi.
Mengingat kegunaan dan fungsi dari penyisihan SHU yang begitu
banyak, maka perolehan SHU bagi koperasi pada setiap tahunnya menjadi
sangat penting. Melalui SHU koperasi dapat memupuk modal sendiri yaitu
dengan dana cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga
akan memperkuat struktur modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari
SHU, apabila belum dicairkan atau digunakan maka akan diperlakukan sebagai
tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman tanpa dikenakan biaya modal.
Oleh sebab itu apabila koperasi dapat meningkatkan perolehan SHU dalam
setiap tahunnya dengan sendirinya akan memperkuat struktur finansialnya.
Besarnya SHU yang diperoleh koperasi disetiap tahunnya juga sebagai
pertanda bahwa koperasi telah dikelola secara profesional. Pengelolaan yang
profesional memerlukan sistem pertanggung jawaban yang baik serta informasi
yang relevan dan dapat diandalkan. Hal itu dapat dicapai apabila koperasi
sebagai badan usaha yang bergerak di bidang ekonomi melaksanakan akuntansi
dalam kegiatan usahanya seperti badan usaha lainnya.
3
Semakin besar SHU yang diperoleh koperasi akan meningkatkan
kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat pada umumya. Dan untuk
meningkatkan perolehan SHU sangat tergantung dari besarnya modal yang
berhasil dihimpun oleh koperasi untuk menjalankan usahanya.
Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal
sendiri dapat berasal dari: simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan
hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari : anggota, koperasi lainnya
dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi
dan surat hutang lainnya, serta sumber lainnya yang sah (UU No. 25 tahun 1992
Pasal 41 ayat 1 & 2).
Permodalan koperasi tidak hanya mencakup modal yang disetor oleh
anggota, akan tetapi meliputi seluruh sumber pembelanjaan koperasi yang dapat
bersifat permanen atau sementara. Pihak- pihak yang mempunyai klaim terhadap
sumber pembelanjaan koperasi terdiri dari kreditur, anggota atau pemilik dan
badan usaha koperasi itu sendiri. Hal ini menunjukan bahwa koperasi
mempunyai eksistensi tersendiri yang terpisah dari anggota-anggotanya (Sitio
dan Tamba 2002:125).
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) adalah koperasi yang
anggota-anggotanya terdiri dari para pegawai negeri republik Indonesia dalam
suatu daerah kerja (G.Kartasapoetra 1985:17). KPRI merupakan salah satu jenis
koperasi yang membutuhkan modal yang cukup untuk menggerakkan dan
meningkatkan seluruh bidang usahanya.
4
Sebagian besar KPRI dalam mengelola usahanya lebih mengutamakan
menggunakan modal sendiri daripada modal pinjaman. Hal ini dikarenakan
KPRI belum memperhatikan struktur modal yang sesuai, sedangkan struktur
modal yang efektif memungkinkan adanya kemudahan dalam pengumpulan
modal tambahan bila diperlukan.
Menurut Riyanto (2001:23) beranggapan bahwa pembelanjaan yang
sehat itu pertama-tama dibangun atas dasar modal sendiri, yaitu modal tahan
resiko. Maka aturan dalam struktur finansial menetapkan bahwa besarnya modal
asing dalam keadaan bagaimanapun juga tidak boleh melebihi besarnya modal
sendiri. Struktur finansial tersebut akan memperlihatkan dengan jelas modal
yang dimiliki oleh sebuah koperasi, yaitu perimbangan antara hutang jangka
panjang dengan modal sendiri.
Mengingat semakin pesat persaingan dalam pasar global, yang pada
akhirnya menuntut koperasi untuk ikut ambil bagian didalamya. Oleh karena itu
bukan tidak mungkin lambat laun kebutuhan para anggota koperasi dan
masyarakat pada umumnya semakin meningkat. Untuk mengantisipasi hal
tersebut koperasi perlu memperbesar volume usaha yang pastinya akan
membutuhkan tambahan modal cukup besar. Dan kebutuhan akan tambahan
modal tersebut dapat dipenuhi dengan pinjaman dari pihak luar.
Bagaimana efek dari penambahan modal sendiri atau modal pinjaman
terhadap SHU? Ditinjau dari kepentingan modal sendiri atau pemilik
perusahaan, penambahan modal pinjaman hanya dibenarkan jika penambahan
tersebut mempunyai efek finansial yang menguntungkan (Favorable finansial
5
leverage) terhadap perolehan SHU. Penambahan modal pinjaman dari luar
hanya akan memberikan efek yamg menguntungkan terhadap perolehan SHU
apabila “rate of return”dari tambahan modal (modal pinjaman) tersebut lebih
besar daripada biaya modalnya atau bunganya. Demikian pula sebaliknya ,
apabila tingkat bunga lebih besar dari “rate of return”nya akan mempunyai efek
yang merugikan.
Pengumpulan modal yang berhasil dilakukan koperasi , baik modal
sendiri maupun modal pinjaman secara bersama-sama akan digunakan untuk
menggerakan kegiatan usaha. Kedua sumber modal tersebut mendukung
keberhasilan usaha koperasi dengan posisinya masing-masing.
Return of Investment (ROI) adalah kemampuan dari seluruh modal yang
digunakan perusahaan baik modal sendiri maupun modal pinjaman dalam
menghasilkan laba. Untuk menentukan tinggi rendahnya ROI dalam koperasi
dapat diukur dari besarnya SHU yang diperoleh. Misalkan rata-rata ROI yang
diperoleh KPRI selama ini adalah ± 10%. Dari besarnya ROI tersebut dapat
dianalisa bahwa dengan menggunakan modal sendiri dan modal pinjaman yang
dimilikinya, KPRI mendapatkan keuntungan sebesar 10% dari total modalnya.
Besarnya keuntungan tersebut tidak relevan dengan tingkat suku bunga saat ini
mencapai 22%. Hal ini dikarenakan dengan keuntungan 10% KPRI harus
menanggung beban bunga modal dari modal pinjamannya sebesar 22%.
Apabila KPRI menggunakan modal pinjaman lebih besar dalam
menjalankan usahanya, maka akan sangat merugikan. Sebab beban bunga yang
lebih besar dari keuntungan yang diperoleh akan memperkecil SHU, sehingga
6
pada akhirnya akan berdampak buruk pada kesehatan keuangan koperasi. Maka
dari itu KPRI harus benar-benar memperhatikan struktur finansial dan struktur
modal yang tepat dalam menjalankan usahanya.
Berbagai penelitian tentang pengaruh modal sendiri dan modal pinjaman
terhadap SHU telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Penelitian Padillah
(2001) dan Mat Anis (2003) menemukan hasil bahwa secara simultan SHU
dipengaruhi oleh modal sendiri dan modal pinjaman. Sedangkan secara parsial
modal sendiri berpengaruh terhadap SHU. Hal ini dikarenakan struktur finansial
dalam KPRI yang diteliti menunjukan bahwa modal sendiri lebih besar atau
dominan daripada modal pinjaman.
Dari uraian hasil penelitian di atas dapat disimpulkan, terdapat kesamaan
hasil penelitian antara peneliti satu dengan peneliti lainnya. Hal ini dikarenakan
KPRI yang dijadikan sampel penelitian lebih dominan menggunakan modal
sendiri daripada modal pinjaman. Apakah hal tersebut juga sama terjadi di dalam
KPRI Kota Semarang ? Oleh karena itu penelitian tentang pengaruh modal
sendiri terhadap SHU di Kota Semarang perlu dilakukan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
peneliti mengambil judul penelitian tentang “PENGARUH MODAL SENDIRI
TERHADAP PEROLEHAN SISA HASIL USAHA (SHU) PADA
KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) DI KOTA
SEMARANG”.
1.2 Perumusan Masalah
7
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Adakah pengaruh modal sendiri terhadap perolehan SHU pada KPRI di Kota
Semarang
2. Seberapa besar pengaruh modal sendiri terhadap perolehan SHU pada KPRI
di Kota Semarang
1.3 Penegasan Istilah
Untuk memberikan kejelasan tentang pengertian dalam memahami judul
skripsi, maka ada beberapa hal yang perlu ditegaskan sebagai berikut :
1. Sisa Hasil Usaha (SHU)
Sisa Hasil Usaha adalah pendapatan koperasi yang didapat selama satu
tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk
pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. (UU Koperasi Nomor 25, 1992
pasal 45).
SHU dalam penelitian ini adalah besarnya SHU yang diperoleh Koperasi
Pegawai Republik Indonesia di Kota Semarang pada akhir tahun 2004-2005.
2. Modal Sendiri
Menurut Riyanto (1999:21) Modal sendiri adalah modal yang berasal
dari perusahaan itu sendiri (cadangan laba) atau berasal dari pengambil bagian,
peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta, dll).
8
Berdasarkan pasal 41 UU Koperasi Nomor 25 Tahun 1992 disebutkan
bahwa modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal
sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan
hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota (simpanan
sukarela) koperasi lain, Bank dan lembaga keuangan lainnya.
Agar ruang lingkup penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis
membatasi yang dimaksud dengan modal sendiri dalam judul skripsi ini adalah
Simpanan Pokok, Simpanan wajib sebagai Variabel bebasnya dari data Laporan
Keuangan pada Rapat Anggota Tahunan tahun 2005.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui pengaruh modal sendiri terhadap SHU yang diperoleh
KPRI di Kota Semarang.
1.5 Kegunaan Penelitian
1.5.1 Kegunaan Teoritis
Bagi para akademisi hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi ataupun manfaat dalam pengembangan perkoperasian terutama
menyangkut masalah SHU.
9
1.5.2 Kegunaan Praktis
1. Bagi koperasi sebagai bahan masukan dalam mengelola keuangan agar di
masa yang akan datang koperasi mempunyai perkembangan dan pengelolaan
keuangan yang lebih baik.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi koperasi dalam menyusun strategi untuk
mengembangkan usahanya.
1.6 Sistematika Skripsi
1. Bagian Pendahuluan
Bagian ini meliputi: Halaman judul, persetujuan pembimbing,
pengesahan kelulusan, motto dan persembahan, prakata, sari, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
2. Bagian isi skripsi, terdiri dari :
Bab I : Pendahuluan, meliputi :
Latar belakang masalah, identifikasi masalah, penegasan istilah,
tujuan
Penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II : Landasan teori dan Hipotesis, meliputi:
Sisa Hasil Usaha (SHU), Modal Sendiri,Kerangka berpikir dan
Hipotesis
Bab III : Metode Penelitian, meliputi:
Populasi penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan
data
Serta metode analisis data.
10
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi :
Hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian
Bab V : Simpulan dan Saran
3. Bagian akhir, meliputi:
Daftar Pustaka dan lampiran-lampiran
11
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sisa Hasil Usaha (SHU)
2.1.1 Pengertian Sisa Hasil Usaha
Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam
waktu satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban
lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan (UU No.25 Tahun
1992 Pasal 1 & 2).
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.27) menyebutkan
bahwa, Perhitungan Hasil Usaha (PHU) adalah Perhitungan Hasil usaha yang
menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban-beban usaha dan beban
perkoperasian selama periode tertentu. Perhitungan Hasil Usaha menyajikan
hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha. Sisa hasil usaha yang diperoleh
mencakup hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non
anggota. Istilah perhitungan hasil usaha digunakan mengingat manfaat dari
usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari sisa hasil usaha atau laba tetapi
lebih ditentukan pada manfaat bagi anggota.
Usaha koperasi yang utama diarahkan pada bidang usaha yang berkaitan
langsung dengan kepentingan anggota baik untuk menunjang usaha maupun
kesejahteraan anggotanya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengelolaan
usaha koperasi harus dilakukan dengan produktif, efektif, dan efisien. Dalam arti
koperasi harus mempunyai kemampuan mewujudkan pelayanan usaha yang
dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat yang sebesar-besarnya terhadap
12
anggota dan masyarakat pada umumnya dengan tetap mempertimbangkan untuk
memperoleh SHU yang wajar.
Menurut UU Koperasi No.25/1992 Bab. IX pasal 45 adalah
1). SHU koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun
buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak
dalam tahun buku yang bersangkutan.
2). SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding
jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan kperasi, serta
digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi,
sesuai dengan Rapat Anggota.
3). Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat
Anggota.
Sebagai suatu badan usaha, koperasi di dalam menjalankan kegiatan
usahanya tentu saja menghendaki untuk mendapatkan keuntungan atau sisa hasil
usaha yang cukup banyak maka Sisa Hasil Usaha tersebut dapat disisihkan
sebagian untuk cadangan koperasi yang selanjutnya bisa dipergunakan untuk
menambah modal koperasi. Apabila modal koperasi bertambah besar, maka
dengan sendirinya lingkup usaha koperasi.
Sisa Hasil Usaha mungkin tidak dapat dibagi habis, karena pembagian
SHU dalam koperasi terbatas sesuai dengan tingkat bunga bank pemerintah atau
mungkin juga terjadi, rapat anggota memutuskan Sisa Hasil Usaha tahun buku
yang bersangkutan tetap tinggal dalam rekening simpanan masing-masing
13
anggota. Sisa Hasil Usaha yang tidak dibagi ini digunakan untuk pemupukan
modal.
Perolehan Sisa Hasil Usaha akan terlihat pada data laporan keuangan
dalam laporan tahunan koperasi pada tutup buku akhir tahun. Sisa Hasil Usaha
memperlihatkan hasil yang telah dicapai oleh koperasi selama periode tertentu
dalam satu tahun buku.
Sebuah koperasi dikatakan baik atau berkembang bukan hanya dilihat
dari perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) saja, tetapi juga dilihat dari rencana kerja
pelaksanaan yang telah ditentukan dalam rapat anggota tahunan apakah rencana
kerja tersebut bisa dilaksanakan secara keseluruhan.
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah pelayanan terhadap anggota.
Koperasi yang dapat melayani anggota dengan sebaik-baiknya dapat dikatakan
berhasil. Namun sebagai badan usaha, koperasi juga dituntut untuk dapat sejajar
dengan badan usaha lain termasuk dalam memperoleh SHU.Untuk itu pengurus
harus bekerja keras dan mempunyai manajemen yang baik sehingga dapat
menghasilkan pelayanan maupun Sisa Hasil Usaha yang wajar.
Motivasi usaha koperasi adalah memberikan pelayanan kepada anggota
dan berusaha pula untuk dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pelayanan tersebut meliputi berbagai fungsi ekonomi atas berbagai jenis usaha
yang dibutuhkan oleh para anggotanya.
Salah satu sendi dasar koperasi yang mengatur keuntungan pada koperasi
yaitu SHU. Sisa Hasil Usaha bila dibagikan kepada anggota dilakukan tidak
14
berdasarkan modal tetapi berdasarkan perimbangan jasa usaha dan kegiatannya
dalam penghidupan koperasi itu.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dana-dana yang berasal
dari pembagian Sisa Hasil Usaha koperasi selama belum dimanfaatkan
digolongkan sebagai kewajiban lancar koperasi. Sedangkan cadangan koperasi
sebagai penyisihan dari Sisa Hasil Usaha tergolong kepada modal sendiri yang
tidak dapat dibagikan kepada anggota karena untuk tujuan pemupukan modal
dan menutup kerugian koperasi.
2.1.2 Pembagian Sisa Hasil Usaha
Pada dasarnya SHU yang diperoleh koperasi disetiap tahunnya dibagi
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan pada Anggaran Dasar/Anggaran
Rumah Tangga koperasi yang bersangkutan. Acuan dasar untuk membagi SHU
adalah prinsip-prinsip dasar koperasi yang menyebutkan bahwa, pembagian
SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-
masing anggota.
Menurut UU Koperasi No.25 Tahun 1992 pasal 34 menjelaskan bahwa
pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) yang berasal dari usaha yang
diselenggarakan untuk anggota koperasi itulah yang boleh dibagikan kepada
para anggota, sedang sisa hasil usaha yang berasal dari usaha koperasi yang
diselenggarakan untuk bukan anggota, misalnya dari hasil pelayanan terhadap
pihak ketiga tidak boleh dibagikan kepada anggota karena bagian ini bukan
diperoleh dari jasa anggota, sisa hasil usaha ini digunakan untuk pembiayaan-
pembiayan tertentu lainnya.
15
Pembagian Sisa Hasil Usaha koperasi supaya diatur sebagai berikut :
a. Sisa Hasil Usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota,
dibagikan untuk :
1) Cadangan koperasi
2) Para Anggota, sebanding dengan jasa yang diberikan masing-masing
3) Dana Pengurus
4) Dana Pegawai / karyawan
5) Dana pendidikan koperasi
6) Dana Sosial
7) Dana Pembangunan Daerah kerja
b. Sisa Hasil usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk bukan
anggota, dibagikan untuk :
1) Cadangan koperasi
2) Dana Pengurus
3) Dana Pegawai/karyawan
4) Dana Pendidikan Koperasi
5) Dana Sosial
6) Dana Pembangunan Daerah Kerja
Cara penggunaan sisa hasil usaha diatas, kecuali cadangan diatur dalam
Anggaran Dasar dengan mengutamakan kepentingan koperasi yang
bersangkutan. Cadangan ini dimaksudkan untuk memupuk modal koperasi
sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan, oleh karenanya
cadangan tidak boleh dibagikan kepada anggota walaupun diwaktu pembubaran.
16
Penggunaan Dana Sosial diatur oleh Rapat Anggota dan dapat diberikan
antara lain pada fakir miskin, yatim piatu atau usaha-usaha sosial lainnya.
Perihal zakat dapat diatur oleh koperasi yang bersangkutan dalam Anggaran
Dasar maupun ketentuan-ketentuan lain dari koperasi. Penggunaan Dana
Pembangunan Daerah dilakukan setelah mengadakan konsultasi dengan pihak
Pemerintah Daerah setempat.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.27) menyebutkan
bahwa, Pembagian Sisa Hasil Usaha harus dilakukan pada akhir periode
pembukuan. Jumlah yang dialokasikan selain untuk koperasi diakui sebagai
kewajiban. Dalam hal pembagian tidak dapat dilakukan karena jenis dan jumlah
pembagiannya belum diatur secara jelas dalam anggaran dasar atau anggaran
rumah tangga, tetapi harus menunggu rapat anggota, maka sisa hasil usaha
tersebut dicatat sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan harus dijelaskan dalam
catatan atas laporan keuangan.
Menurut Sitio dan Tamba (2002:89) secara umum SHU koperasi dibagi
untuk:
a. Cadangan koperasi
Cadangan koperasi merupakan bagian dari penyisihan SHU yang tidak dibagi
dan dapat digunakan untuk memupuk modal sendiri serta untuk menutup
kerugian koperasi bila diperlukan
b. Jasa Anggota
Anggota di dalam koperasi memiliki fungsi ganda yaitu sebagai pemilik (owner)
dan sekaligus sebagai pelanggan (customer). Dengan demikian, SHU yang
17
diberikan kepada anggotanya berdasar atas 2 (dua) kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh anggota sendiri, yaitu :
1. SHU atas jasa modal, adalah SHU yang diterima oleh anggota karena
jasa atas penanaman modalnya (simpanan) didalam koperasi.
2. SHU atas jasa usaha, adalah SHU yang diterima oleh anggota karena
jasa atas transaksi yang dilakukan sebagai pelanggan di dalam
koperasi.
c. Dana Pengurus
Dana pengurus adalah SHU yang disisihkan untuk pengurus atas balas
jasanya dalam mengelola organisasi dan usaha koperasi.
d. Dana Pegawai
Dana Pegawai adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk membayar
gaji pegawai yang bekerja dalam koperasi.
e. Dana Pendidikan
Dana pendidikan adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk
membiayai pendidikan pengurus, pengelola, dan pegawai koperasi sebagai
upaya meningkatkan kemampuan dan keahlian Sumber Daya Manusia
dalam mengelola koperasi.
f. Dana Sosial
Dana sosial adalah penyisihan SHU yang dipergunakan untuk membantu
anggota dan masyarakat sekitar yang tertimpa musibah.
18
g. Dana Pembangunan Daerah Kerja
Dana Pembangunan Daerah Kerja adalah penyisihan SHU yang
dipergunakan untuk mengembangkan daerah kerjanya.
2.1.3 Prinsip Prinsip Pembagian SHU
Agar tercermin azas keadilan, demokrasi, tranparasi, dan sesuai dengan
prinsip-prinsip koperasi, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pembagian
SHU sebagai berikut :
a. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota.
Pada hakikatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang
bersumber dari anggota sendiri, sedangkan SHU yang bukan berasal dari
anggota dijadikan sebagai cadangan koperasi. Oleh sebab itu. Langkah pertama
dalam pembagian SHU adalah memilahkan antara SHU yang bersumber dari
hasil transaksi anggota dan SHU yang bersumber dari nonanggota.
b. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan
anggota sendiri.
SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari
modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya
dengan koperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa
modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi kepada anggota.
c. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan.
Proses perhitungan SHU per anggota dan jumlah SHU yang dibagi
kepada anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga setiap anggota
dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa partisipasinya kepada
19
koperasinya. Prinsip ini pada dasarnya juga merupakan salah satu proses
pendidikan bagi anggota koperasi dalam membangun suatu kebersamaan,
kepemilikan terhadap suatu badan usaha, pendidikan dalam proses demokrasi.
d. SHU anggota dibayar secara tunai
SHU per anggota harus diberikan secara tunai, karena dengan demikian
koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota
dan masyarakat mitra bisnisnya.
2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi SHU (Tri Ruli Yanti,2005)
Faktor dari dalam yaitu :
a. Partisipasi Anggota
Para anggota koperasi harus berpartisipasi dalam kegiatan koperasi
karena tanpa adanya peran anggota maka koperasi tidak akan berjalan lancar
b. Jumlah Modal Sendiri
SHU anggota yang diperoleh sebagian dari modal sendiri yaitu dari
simpanan wajib,simpanan pokok,dana cadangan dan hibah
c. Kinerja Pengurus
Kinerja pengurus sangat diperlukan dalam semua kegiatan yang
dilakukan oleh koperasi, dengan adanya kinerja yang baik dan sesuai persyaratan
dalam Anggaran Dasar serta UU perkoperasian maka hasil yang dicapaipun
juga akan baik.
d. Jumlah unit usaha yang dimiliki
Setiap koperasi pasti memiliki unit usaha hal ini juga menentukan
seberapa besar volume usaha yang dijalankan dalam kegiatan usaha tersebut.
20
e. Kinerja Manajer
Kinerja manajer menentukan jalannya semua kegiatan yang dilakukan
oleh koperasi dan memiliki wewenang atas semua hal-hal yang bersifat intern.
f. Kinerja Karyawan
Merupakan kemampuan seorang karyawan dalam menjadi anggota
koperasi
Faktor dari luar yaitu :
a. Modal pinjaman dari luar
Modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja
di dalam perusahaan dan bagi perusahaan merupakan utang yang pada saatnya
harus dibayar kembali agar tidak menderita kerugian.
b. Para konsumen dari luar selain anggota koperasi
c. Pemerintah
Kekayaan koperasi yang merupakan pemberian bantuan kepada pihak
koperasi secara sukarela baik berwujud uang maupun barang biasanya berasal
dari pemerintah dan merupakan hibah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi SHU (Iramani dan Kristijadi , 1997) :
a. Jumlah anggota KoperasI
Semakin banyak anggota koperasi yang menyimpan dananya pada
koperasi, diharapkan akan meningkatkan volume kegiatan koperasi sehingga
akan meningkatkan SHU yang akan diperoleh koperasi.
21
b.Volume usaha
Peningkatan SHU dari suatu koperasi sangat tergantung pada kegiatan
yang dijalankannya, sehingga aspek volume usaha yang dijalankan oleh koperasi
akan sangat menentukan pendapatannya.
c. Jumlah simpanan
Simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen yang
turut serta menentukan kegiatan perkoperasian di koperasi tersebut.
d. Jumlah Hutang
Volume usaha yang harus ditingkatkan oleh koperasi akan terlaksana
apabila pada koperasi tersebut tersedia modal yang mencukupi, baik yang
berasal dari simpanan para anggota maupun modal yang digali dari luar
(hutang).
2.2 MODAL SENDIRI
2.2.1 Definisi Modal Sendiri
Menurut Riyanto (1995:227-240) ada 2 (dua) macam modal yaitu yang
berasal dari dalam atau modal sendiri dan modal yang berasal dari luar atau
modal asing. Yang dimaksud modal sendiri adalah modal yang berasal dari
perusahaan itu sendiri (cadangan laba) atau berasal dari pengambil bagian,
peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta,dll). Dan yang dimaksud
dengan modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang
sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan
merupakan “utang’ yang pada saatnya harus dibayar kembali.
22
Modal sangat diperlukan dalam melakukan kegiatan usaha, sehingga
tercapai hasil yang diinginkan. Tanpa adanya modal, aktivitas usaha tidak dapat
dijalankan. Biasanya semakin luas jangkauan usaha dan semakin banyak bidang
yang ditangani, maka dibutuhkan modal yang besar pula.
Modal dalam arti sempit adalah sejumlah dana atau sejumlah nilai uang
yang dipergunakan dalam membelanjai semua keperluan usaha. Sedangkan
dalam arti luas modal adalah semua peralatan yang berupa uang atau barang
yang diperlukan untuk menjalankan usaha lebih lanjut (U.Purwanto 1986:28).
Menurut Hendroyogi (1997:180-181) modal adalah salah satu faktor
produksi yang merupakan sarana untuk melaksanakan usaha-usaha, namun
modal dapat juga diartikan sebagai hasil produksi yang digunakan untuk
produksi lebih lanjut dari Data Laporan Keuangan pada Rapat Anggota Tahunan
tahun 2004-2005.
Ditinjau dari wujudnya modal koperasi dapat berupa modal yang
berwujud dan modal yang tak berwujud. Modal yang berwujud adalah harta
berwujud yang dapat dinilai dengan uang yang digunakan untuk menjalankan
usaha seperti uang tunai, alat-alat produksi , mesin, gedung dan sebagainya.
Sedangkan modal tak berwujud adalah harta berwujud yang tidak dapat dinilai
dengan uang , missal hak-hak istimewa atau posisi yang menguntungkan
koperasi untuk memeperoleh pendapatan (Wasis, 1983 : 16).
Koperasi adalah salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan
ketentuan UUD 1945. Bentuk badan usaha ini cocok sekali dipakai dalam
rangka memecahkan ketidak selarasan di dalam masyrakat karena sebagian kecil
23
masyarakat yang memegang kendali ekonomi sangat kuat, dan di pihak lain
bagian terbesar masyarakat berada dalam keadaan yang lemah.
Koperasi harus mampu mewujudkan kesejahteraan anggotanya supaya
pembangunan koperasi mengarah pada gerakan ekonomi masyarakat yang di
dukung demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta
menjadi sokoguru perekonomian nasional yang tangguh.
2.2.2 Sumber Modal Sendiri
Modal sendiri dalam koperasi bersumber dari :
a). Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah simpanan yang sudah ditentukan jumlahnya dan
sama besarnya bagi setiap anggota, serta diwajibkan kepada anggota untuk
menyerahkan kepada koperasi pada waktu masuk menjadi anggota.
b). Simpanan Wajib
Simpanan Wajib adalah simpanan yang sudah ditentukan jumlahnya dan
wajib disimpan oleh setiap anggota pada waktu tertentu. Simpanan wajib hanya
boleh diambil kembali dengan cara yang telah ditentukan dalam anggaran dasar,
supaya modal koperasi tidak goyah.
c). Dana Cadangan
Dana cadangan merupakan bagian dari penyisihan SHU yang tidak
dibagikan kepada anggotanya yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri
serta dapat untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
d). Hibah
24
Hibah adalah modal yang diterima oleh koperasi secara cuma-cuma dari
pihak lain dan menjadi modal sendiri (Ign.Sukamdiyo 1997:77). Hibah
merupakan transfer (pemberian) dana dari pihak lain secara gratis yaitu tidak ada
kewajiban bagi koperasi untuk membayar kembali baik berupa pokok pemberian
maupun jasa yang dapat dikategorikan sebagai hibah pada koperasi adalah
hadiah , penghargaan dan pemberian / bantuan lainnya yang tidak disertai
dengan ikatan.
Bagi koperasi modal sendiri merupakan sumber permodalan yang utama,
hal ini berkaitan dengan beberapa alasan (Widyanti 1998: 136-137)
1. Alasan kepemilikan
Modal yang berasal dari anggota merupakan salah satu wujud
kepemilikan anggota terhadap koperasi berta usahanya. Anggota yang memodali
usahanya sendiri akan merasa lebih bertanggungjawab terhadap keberhasilan
usaha tersebut.
2. Alasan Ekonomi
Modal yang berasal dari anggota akan dapat dikembangkan secara lebih
efisien dan murah karena tidak diperkenankan persyaratan bunga.
3. Alasan Risiko
Modal sendiri atau anggota juga mengandung rIsiko yang lebih kecil
dibandingkan dengan modal dari luar, khususnya pada saat usaha tidak berjalan
dengan lancar.
25
Sumber Modal Koperasi adalah bagaimana mencari dan dari mana
perusahaan memperoleh dana yang dibutuhkan untuk membelanjai usahanya
guna mencapai tujuan perusahaan itu.
Adapun sumber modal menurut asalnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
yaitu :
a. Dari Segi Asalnya
Ditinjau dari segi asalnya, sumber modal dapat dibedakan menjadi dua
yakni sumber modal intern dan sumber modal ekstern.
1). Sumber Intern
Sumber intern merupakan usaha yang dilakukan dengan efisien agar
pemenuhan kebutuhan dana guna membiayai operasi perusahaan dapat dipenuhi
dari dalam perusahaan itu sendiri (Ign. Sukamdiyo 1996:75).
Sumber modal intern dapat berwujud :
a. Laba yang tidak dibagi/ laba ditahan
Laba yang tidak dibagi diperoleh dari keuntungan suatu perusahaan yang
tidak dibagikan pada akhir tahun. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk modal
cadangan agar perusahaan tersebut dapat menjalankan usahanya dengan baik.
Besar kecilnya laba ditahan menjadi sumber intern pemenuhan modal
kerja yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Besarnya laba yang diperoleh pada periode yang bersangkutan.
2. Kebijakan tentang deviden policy, apabila pembayaran deviden ditetapkan
dalam prosentase / jumlah yang relatif kecil dan sebaliknya apabila
26
pembayaran deviden ditetapkan dalam prosentase yang relative rendah maka
laba ditahan relatif besar.
3. Kebijakan penanaman kembali deviden yang diterima oleh pemegang saham.
Apabila ada kebijakan untuk penanaman kembali deviden yang diterima
perusahaan maka laba ditahan akan menjadi relative besar asal penanaman
kembali deviden tersebut dapat ditanamkan pada investasi yang Ratio Rate
Of Return lebih besar dari biaya modal.
4. Penjualan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan.
5. Keuntungan penjualan surat berharga / efek di atas harga normal.
b. Cadangan Penyusutan
Cadangan penyusutan diperoleh dari hasil penyusutan alat-alat produksi
tahan lama yang disusutkan tiap tahun berdasarkan peraturan yang berlaku pada
perusahaan atau koperasi. Maksud diadakannya cadangan penyusutan adalah
untuk menjaga modal yang telah ditetapkan dan menjamin kebutuhan modal
agar dapat meningkatkan kegiatan usahanya sewaktu akan mengganti mesin
tersebut karena telah habis umur teknisnya.
2). Sumber Ekstern
Sumber ekstern merupakan usaha pemenuhan kebutuhan dana yang
berasal dari luar perusahaan. Sumber-sumber ekstern ini dapat berupa modal-
modal pinjaman (modal asing) baik yang berupa uang, bahan, maupun lainnya.
Modal pinjaman ini dapat berupa hutang janka panjang maupun jangka pendek.
b. Dari Segi Terjadinya
27
Ditinjau dari segi terjadinya sumber modal, dapat diperoleh dari berbagai
sumber. Sumber-sumber tersebut antara lain :
1) Tabungan dari subjek ekonomi
Suatu pendapatan yang tidak dikonsumsikan, dengan demikian tabungan
tersebut dapat digunakan untuk keperluan konsumsi dimasa yang akan datang.
Tabungan yang dikonsumsi tidak menambah modal. Setiap perusahaan dapat
mempergunakan tabungannya menurut kehendak masing-masing, tetapi diapun
dapat bertindak untuk tidak mempergunkan pendapatan baik sebagian atau
seluruhnya.
2) Penciptaan/ kreasi atau kredit oleh bank
Dalam penciptaan atau kredit oleh bank, tidak hanya bank sentral saja
yang dapat menciptakan uang tetapi bank-bank umum. Juga dapat menciptakan
uang yang sering disebut dengan uang giral.
3) Intensifikasi penggunaan modal
Cara ini dilakukan oleh bank dengan meminjamkan kembali uang-uang
yang dipercaya masyarakat kepada bank. Perusahaan dapat mengintensifkan
penggunaan uang yang sementara tidak digunakan misalnya dengan
meminjamkan kepada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan (M.Tohar,
1999:15-16).
Pemenuhan modal dengan tabungan sementara anggota jangka pendek
pada dasarnya yang termasuk ke dalam modal pasif jangka pendek terdiri dari :
1. Utang dagang atau barang
2. Simpanan sukarela atau titipan
28
3. Biaya-biaya yang belum dibayar
4. Rupa-rupa dana
5. Pinjaman dari bank
Sesuai dengan keterangan diatas maka disini hanya akan memberikan
sorotan pada modal pasif jangka pendek dalam bentuk tabungan sementara
anggota jangka pendek yaitu simpanan sukarela atau sering pula dengan istilah
titipan atau giro yang diartikan sebagai jumlah uang yang ditanamkan anggota
atau bukan anggota pada koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan
sementaranya.
Ada beberapa pendapat dari peneliti terdahulu bahwa dengan simpanan
sukarela akan dicapai beberapa maksud yaitu :
1. Menambah modal usaha bagi koperasi, artinya bila modal tersebut
jangka pengambilannnya oleh penyimpan masih lama, dapat
dimanfaatkan untuk membelanjai usaha pelayanan bagi keperluan
anggota.
2. Mengamankan uang dari pengambilan dan pemakaian uang terlalu
mudah.
3. Secara tidak langsung dapat memberikan pertolongan kepada sesama
anggota yang memerlukan uang atau pinjaman.
Namun meskipun demikian karena simpanan sukarela ini pada hakikinya
merupakan utang, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal
pemenuhan modal tersebut :
29
1. Jangka waktu pengembalian modal harus ditaati, jangan sampai pada saat
kreditur mengambil tabungannya tidak tersedia dananya di koperasi.
2. Biaya modal / bunga harus dapat dipenuhi, hal ini untuk lebih
mendorong minat kreditur dalam menyetor tabungannya dan juga untuk
memperoleh solidaritas atau kepercayaan bahwa penyimpan dikoperasi
dapat memnguntungkan mereka.
3. Keperasi tidak menderita rugi, untuk itu para pengurus harus membuat
kebijaksanaan permodalnnya sebaik mungkin.
Untuk memenuhi harapan diatas maka pihak penabung maupun yang
menerima tabungan perlu mempertimbangkan keputusan mengenai pemupukan
tabungan tersebut dan memperkirakan apakah setiap transaksi dapat
dilaksanakan sesuai dengan perjanjian.
Pemenuhan kebutuhan modal dengan tabungan jangka panjang biasanya
berupa simpanan wajib yaitu sejumlah uang yang disetorkan anggota dalam
jumlah tertentu, dimana sifat dan kedudukannya sebagai berikut :
1. Merupakan simpanan yang boleh diambil setelah jangka waktu tertentu
maka simpanan ini masuk kedalam kelompok utang jangka panjang.
2. Merupakan simpanan yang tidak boleh diambil selama masih menjadi
anggota koperasi maka simpanan jenis ini masuk dalam kelompok modal
sendiri.
Utang jangka panjang memungkinkan koperasi menggunakannya dalam hal :
1. Sebagai modal untuk membelanjai koperasi
2. Sebagai penanaman dalam modal tetap
30
2.2.3 Hubungan Modal Sendiri Dengan Perolehan Sisa Hasil Usaha
Setiap kegiatan usaha yang bertujuan untuk mendapatkan hasil atau laba
memerlukan modal. Modal tersebut merupakan pembiayaan bagi kegiatan-
kegiatan yang dijalankan oleh badan usaha termasuk koperasi. Oleh karena itu
setiap badan usaha atau kperasi akan selalu berusaha untuk meningkatkan modal
usahanya, karena semakin besar volume usaha yang dapat dijalankan sehingga
akhirnya laba yang diperoleh semakin besar.
Suatu analisa terhadap sumber dan penggunaan modal sangat penting
karena modal erat hubungannnya dengan kegiatan koperasi sehari-hari. Adanya
modal yang cukup sangat penting bagi koperasi untuk melakukan kegiatan
usahanya secara efisien.
Bila terjadi perubahan modal yang merupakan ringkasan hasil-hasil
aktifitas anggota suatu koperasi dalam satu periode tertentu. Suatu modal
koperasi akan berubah apabila jumlah anggota dengan simpanan-simpanannya
mengalami penurunan atau kenaikan. Karena adanya perubahan modal juga akn
berpengaruh terhadap perolehan SHU.
Keberhasilan koperasi dalam melaksanakan perannya sebagai badan
usaha sangat tergantung pada kemampuan koperasi menghimpun dan
menanamkan modalnya dengan cara pemupukan berbagai sumber keuntungan
dan banyaknya jumlah anggota.
Modal usaha koperasi diutamakan berasal dari anggota. Modal anggota
bersumber dari simpanan pokok dan simpanan wajib, hal ini mencerminkan
31
bahwa koperasi sebagai badan usaha yang ingin mendorong diri sendiri dengan
kekuatan sendiri.
Semakin besar jumlah anggota, maka senakin besar pula modal yang
dimiliki koperasi. Artinya kemampuan usaha koperasi juga semakin beraneka
ragam dan pada gilirannya akan memperbesar perolehan SHU. Usaha koperasi
terutama diarahkan pada bidang usaha yang berkaitan langsung dengan
kepentingan anggota, baik untuk menunjang usaha maupun kesejahteraanya.
Pengelolan koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif dan efisien
dalam arti koperasi harus mempunyai kemampuan mewujudkan pelayanan usaha
yang sebesar-besarnya pada anggota dengan tetap mempertimbangakan untuk
memperoleh Sisa Hasil Usaha yang wajar. Untuk mencapai usaha maka koperasi
dapat berusaha secara luwes sesuai dengan kebutuhan para anggotanya.
Apabila ada koperasi yang memiliki kelebihan dana, maka oleh koperasi
dapat dimanfaatkan untuk berusaha dengan mengoptimalkan skala ekonomi
dalam arti memperbesar volume usaha dan menekan biaya yang memberikan
manfaat sebesar-besarnya kepada anggota serta untuk memasyaratkan koperasi.
Usaha koperasi adalah usaha-usaha yang bisa menunjang atau
meningkatkan kepercayaan bagi anggotanya. Dengan usaha yang menunjang
kebutuhan anggota itulah, maka koperasi memilih usaha untuk dikelolanya. Oleh
karena itu semua kebutuhan modal membuka dan mengelola usaha koperasi
dipikul bersama-sama oleh seluruh anggota, dengan jalan menabung secara
teratur dan tertib.
32
Kemampuan koperasi untuk menghasilkan keuntungan tertentu (dalam
satu tahun buku) merupakan kesuksesan koperasi dan kemampuan koperasi
dalam menggunakan modal secara efisien. Modal koperasi pada dasarnya dapat
berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman. Sehubungan dengan adanya dua
sumber modal tersebut maka kemampuan suatu koperasi untuk menghasilkan
keuntungan yang disebut dengan Sisa Hasil Usaha.
Jumlah Sisa Hasil Usaha yang diperoleh secara teratur serta
kecenderungan meningkat merupakan faktor yang sangat penting yang perlu
mendapat perhatian dalam menilai keuntungan suatu koperasi. Stabilitas usaha
menunjukan kemampuan koperasi menggunakan modalnya secara efisien
sehingga memperoleh keuntungan yang besar.
Hubungan modal koperasi dengan perolehan Sisa Hasil Usaha juga
tergantung pada peran aktif anggotanya untuk tetap mempertahankan untuk
menjadi anggota. Artinya setiap anggota tidak akan meninggalkan koperasinya.
Oleh karena itu fungsi pendidikan bagi anggota harus terus menerus
dilaksanakan untuk mempertahankan mereka mempercayai koperasinya, bahwa
pengelolaan koperasi benar-benar sehat, baik sehat organisasi, sehat usaha
maupun sehat mentalnya.
Disamping itu peran serta alat kelengkapan organisasi koperasi seperti
rapat anggota, pengurus, pengawas dapat dijalankan dan dilaksanakan dengan
sebagaimana mestinya, agar para anggota sadar mengikuti aturan yang harus
dilaksanakan dan mereka akan menerima haknya sebanding dengan jasa masing-
masing secara adil.
33
Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
Rapat anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam anggaran
dasar (UU Koperasi No.25, 1992 pasal 22). Pelaksaan rapat anggota paling
sedikit satu kali dalam setahun, sedangkan pelaksanaan rapat anggota paling
lambat 6 bulan setelah tutup buku. Dalam rapat anggota pengurus akan
mempertanggungjawabkan hasil kerjanya selama satu tahun.
Menurut Pasal 29 Undang-Undang Koperasi No.25 Tahun 1992
pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota,
persyaratan menjadi anggota pengurus ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
Pengurus koperasi bertugas :
a) Mengelola kegiatan usaha koperasi
b) Mengajukan program kerja dan belanja kerja
c) Menyelenggarakan rapat
d) Membuat laporan pertanggungjawaban dalam rapat anggota
e) Membukukan keuangan dan inventaris barang dengan tertib
f) Memelihara daftar buku anggota dan pengurus
Bila pengurus merupakan orang orang yang memegang amanah, jujur
bekerja untuk kepentingan koperasi, maka koperasi tersebut dengan cepat dapat
mewujudkan tujuannnya yaitu mensejahterakan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya pengurus bertanggung jawab terhadap seluruh
kegiatan koperasi Karena kelalaiannya, pengurus koperasi juga berkewajiban
membuat laporan dan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya di depan rapat
anggota tahunan.
34
Pengurus koperasi mempunyai wewenang :
1. Mewakili koperasi didalam dan diluar pengadilan
2. Memutuskan untuk menerima atau menolak anggota baru dan
memberhentikan anggota sesuai dengan anggaran dasar.
3. Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi
sesuai dengan tanggungjawabnya dan keputusan rapat anggota
4. Pelaksanaan tugas yang di rasa perlu.
Pengurus dipilih oleh rapat anggota dan berhenti memegang jabatannya
melalui rapat anggota, hal-hal yang telah diputuskan dalam rapat anggota,
pelaksanaannya diserahkan kepada pengurus. Hal-hal yang diputuskan dalam
rapat anggota, pelaksanaannya diserahkan kepada pengurus karena itu pengurus
merupakan pemegang kekuasaan rapat anggota.
Pengawas merupakan bagian dari perangkat organisasi koperasi yang
diangkat dan diberhentikan melalui rapat anggota. Pengawas bertugas
mengawasi seluruh kegiatan koperasi dan seluruh kebijaksanaan pengurus agar
tidak menyimpang dari keinginan anggota yang telah diputuskan dalam rapat
anggota.
Pengawas bertugas membuat laporan tertulis tentang hasil
pengawasannya, hasil pengawasan oleh pengawas harus dirahasiakan terhadap
pihak ketiga yaitu pihak yang bersangkutan.
Dalam pelaksanaan tugasnya pengawas mempunyai wewenang untuk :
1. Meneliti catatan dan pembukuan koperasi
2. Memperoleh segala keterangan yang diperlukan
35
Tanggung jawab pengurus dalam koperasi adalah bahwa pengawas
bertanggungjawab kepada rapat anggota tentang pelaksanaan tugasnya. Hasil
pengawasan yang telah dilakukan harus dirahasiakan dan tidak boleh
disebarluaskan kepada pihak ketiga. Hasil pengawasan dilaporkan secara tertulis
dan dipertanggngjawabkan di depan rapat anggota.
Hubungan ketiga alat perlengkapan organisasi ini harus dapat
mencerminkan pada sehat usaha, sekaligus memberi kepercayaan kepada para
anggotanya.
Sedangkan pengurus merupakan pemegang kuasa rapat anggota,
bertanggungjawab mengenai segala kegiatan pengelolaan koperasi dan usahanya
kepada rapat anggota.
Dengan adanya tiga sehat tersebut di atas para anggota tetap menjadi
anggota. Para anggota akan tetap secara sadar memenuhi kewajibannnya secara
aktif dalam membayar simpanan-simpanannya. Dengan demikian kemampuan
modal sendiri dalam koperasi juga dapat dikembangan untuk memperluas usaha
koperasinya. Sehingga semakin luas usaha koperasi berarti kesejahteraan
anggota
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Modal sendiri merupakan satu masalah yang penting dalam menjalankan
suatu usaha demikian halnya bagi koperasi. Tersedianya modal yang cukup akan
sangat menentukan kelancaran kegiatan usaha koperasi dan sebaliknya
kurangnya modal bias menghambat kelancaran kegiatan usaha. Menjaga
kelancaran kegiatan usaha, maka diharapkan kegiatan usaha tersebut akan terus
36
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang menguntungkan yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan SHU.
Berbagai penelitian tentang pengaruh modal sendiri terhadap SHU telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu. Dalam penelitian Padillah (2001) dan Mat
Anis (2003) menemukan bahwa secara parsial modal sendiri berpengaruh
terhadap SHU. Hal ini dikarenakan struktur finansial dalam KPRI yang diteliti
menunjukan bahwa modal sendiri lebih dominan.
Sebagai badan usaha yang bergerak di bidang kegiatan ekonomi,
koperasi sangat memerlukan modal sebagai pembiayaan dari usahanya tersebut.
Besar kecilnya nilai modal yang ada pada koperasi menentukan pula besar
kecilnya lapangan usaha yang dijalankan koperasi tersebut. Sehingga dengan
demikian faktor modal dalam usaha koperasi merupakan salah satu alat yang
ikut menentukan maju mundurnya koperasi. Tanpa adanya modal ini, sesuatu
yang bersifat ekonomis tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.
Disamping simpanan pokok dan simpanan wajib yang merupakan modal
sendiri juga bisa didapat dari dana cadangan dan hibah. Dari modal sendiri
diharapkan rentabilitas atau keuntungan yang diperoleh koperasi akan
mendapatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang cukup untuk kesejahteraan para
anggota koperasi.
Secara sistematis kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Modal Sendiri
Tinggi Rentabilitas naik/tinggi
SHU Tinggi
37
2.4 HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Pengaruh antara Modal
Sendiri terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha pada KPRI di Kota Semarang”.
Modal Sendiri Rendah
Rentabilitas turun/rendah
Modal Sendiri
SHU Rendah
SHU
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah 127 KPRI yang menjadi anggota
dari PKPRI di Kota Semarang dan mengumpulkan Laporan Pertanggung
Jawaban Pengurus Tahun 2005. Dalam penelitian ini teknik sampling yang
digunakan adalah quota sample atau sampling kuota, yaitu teknik sampling
yang didasarkan pada jumlah yang telah ditentukan dan tidak berdasarkan strata,
sampel dalam penelitian ini diambil sebagian dari seluruh KPRI yang ada di
Kota Semarang. Adapun jumlah KPRI yang diambil sebagai sampel dalam
penelitian ini adalah 24% dari 127 KPRI di Kota Semarang .
Pengambilan sampel sebanyak 24% dari jumlah populasi mengingat:
1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu tenaga dan dana.
2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data.
3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.
Subyek yang dihubungi adalah subyek yang mudah ditemui, sehingga
pengumpulan datanya mudah, yang penting diperhatikan adalah terpenuhinya
jumlah (quotum) yang telah ditetapkan.
39
KPRI yang diambil sebagai sampel adalah sebagai berikut:
NO Nama Koperasi 1. KPRI “ BHAITA BHAKTI” SMK N 10 SMG 2. KPRI “ UMS “ KECAMATAN GUNUNG PATI 3. KPRI “ WIDYA LESTARI” BALAI KSDA JATENG 4. KPRI “ PRIMKO ADPEL” TANJUNG EMAS 5. KPRI “ WIJAYA KUSUMA” SMP N 3 SMG 6. KPRI “ KPPDK” BALAI HARTA PENINGGALAN 7. KPRI “ BB.POM” SEMARANG 8. KPRI “ PENGAYOMAN” LP. KLAS I PEGAWAI DEP.KEHAKIMAN 9. KPRI “ GEMI” DINAS P & K
10. KPRI “ BANGUN SEJAHTERA” SEMARANG 11. KPRI “ TERATAI” DINKESOS PROP.JATENG 12. KPRI “ KOPERKAPP” PT.KAP SMG 13. KPRI “ BINA GATRA” SMG 14. KPRI “ SEJAHTERA” RSUD. Dr. AMINO 15. KPRI “ LAPAS KLAS II A” SMG 16. KPRI “ SERBA USAHA “ SMA N 7 SMG 17. KPRI “ AMAL BHAKTI” KANTOR WILAYAH DEP.AGAMA 18. KPRI “ TULUS KARYA” KANTOR DEPARTEMEN AGAMA 19. KPRI “ TIRTA USAHA” BALAI PSDA 20. KPRI “ BINA CITRA HUSADA” RS.DR.KARIADI 21. KPRI “DWIJA USAHA” MIJEN SMG 22. KPRI “ MANUNGGAL SEJAHTERA” PERUM PEGADAIAN 23. KPRI “ BHAKTI CITRA” SMG 24. KPRI “ SEJAHTERA BLKI” SMG 25. KPRI “ BAHTERA” BLKI 26. KPRI “ POLITEKNIK” KOTA SEMARANG 27. KPRI “ MANFAAT” LPMP JATENG 28. KPRI “ ANGKASA” LPP RRI 29. KPRI “ BPPI” SMG 30. KPRI “ AMRIH MAKMUR” SMK N 10 SMG
3.2 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y), yaitu
40
3.2.1 Variabel bebas (X)
Modal Sendiri sebagai variabel bebas (X) yang terdiri dari simpanan
pokok, simpanan wajib dari data laporan keuangan pada Rapat Anggota
Tahunan Tahun 2005.
3.2.2 Variabel terikat (Y)
Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) sebagai variabel terikat (Y) dari data
laporan keuangan pada Rapat Anggota Tahunan tahun 2005.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi
keberhasilan suatu penelitian. Sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan data
tergantung pada metode yang digunakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka
pengumpulan data guna mendapatkan data-data yang objektif dan lengkap harus
sesuai dengan permasalahan yang diambil.
Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah :
a. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara dengan mengumpulkan data dan
mengutip data yang sudah ada yang bersumber dari kebenaran yang ada dan
nyata. Metode ini digunakan untuk memperoleh data laporan keuangan atau
neraca dari masing-masing KPRI dan daftar nama KPRI di Kota Semarang
Tahun 2005.
41
3.4 Analisis Statistik
Analisis data diperoleh menggunakan Sistem Komputer SPSS 12, sehingga
langkah-langkah dalam menguji hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Mencari persamaan regresi setelah mengetahui ada hubungan yaitu
dengan persamaan regresi linier sederhana Y = a + bX
2. Menguji hipotesis dengan uji simultan (Uji F) yaitu pengujian distribusi
F yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel terikat. Kriteria yang dipakai untuk menguji hipotesis
adalah jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak. Artinya ada pengaruh
yang signifikan antara variabel modal sendiri terhadap variabel SHU
yang dapat dilihat pada kolom Anova dari hasil output SPSS.
3. Untuk mengtahui seberapa besar sumbangan variabel X terhadap
variabel Y yaitu dengan melihat dari kolom R square dari hasil output
SPSS 12.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Objek Penelitian
Data yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari Laporan Keuangan
30 KPRI di Kota Semarang tahun 2004 sampai dengan tahun 2005. Keadaan
jumlah modal sendiri (simpanan pokok dan simpanan wajib) dan Sisa Hasil
Usaha (SHU) pada KPRI di Kota Semarang dapat dilihat dari laporan keuangan
yang berupa neraca dan Perhitungan Hasil Usaha (PHU) dari masing-masing
KPRI. Berdasarkan data yang terkumpul selanjutnya dilakukan pemilahan untuk
mengetahui jumlah modal sendiri, dan Sisa Hasil Usaha dari masing-masing
koperasi.
4.1.2 Variabel Modal Sendiri (X)
Modal sendiri dalam penelitian ini diperoleh dari simpanan pokok dan
simpanan wajib tahun 2005 dan tahun 2004 sebagai perbandingannya. Besarnya
simpanan yang disepakati oleh para anggota biasanya diputuskan melalui Rapat
Anggota sebagai mekanisme pengambilan keputusan tertinggi di koperasi.
Jumlah Modal sendiri yang diperoleh dari simpanan pokok dan simpanan
wajib yang dimiliki oleh 30 KPRI Kota Semarang dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut :
43
Tabel 4.1
Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib KPRI Kota Semarang
No Nama KPRI Tahun Simpanan pokok
Simpanan Wajib
% Kenaikan
1 BHAITA BHAKTI
2004 2005
5.200.000 5.100.000
27.275.000 312.693.000
13,29%
2 UMS
2004 2005
2.800.000 2.720.000
496.594.030 563.866.030
13,45%
3 WIDYA LESTARI 2004 2005
31.470.000 31.395.000
99.273.000 114.393.000
11.5%
4 PRIMKO ADPEL 2004 2005
18.800.000 19.100.000
119.990.000 124.834.000
10,91%
5 WIJAYA KUSUMA 2004 2005
1.125.000 1.080.000
53.196.500 69.511.500
29,95%
6 BALAI HARTA P. 2004 2005
3.000.000 2.800.000
51.475.725 57.698.993
11,05%
7 BB.POM 2004 2005
1.320.000 1.420.000
82.153.950 94.423.450
14,9%
8 BPPI 2004 2005
1.700.000 1.740.000
133.721.500 145.531.500
8,75%
9 LP.KLAS I 2004 2005
1.760.000 1.690.000
81.126.200 86.695.700
6,63%
10 GEMI 2004 2005
1.140.000 1.095.000
99.943.500 108.901.000
8,81%
11 BANGUN SJHTERA 2004 2005
600.000 840.000
29.622.500 35.824.500
21,31%
12 TERATAI 2004 2005
4.200.000 200.000
213.837.035 271.997.915
26,64%
13 KOPERKAP 2004 2005
1.830.000 6.220.000
534.419.000 15.005.800
21.8%
14 BINA GATRA 2004 2005
231.000 2.850.000
10.638.350 523.662.100
39,8%
15 SEJAHTERA 2004 2005
4.635.000 425.000
464.391.223 39.540.300
12,97%
16 HANDAYANI 2004 2005
636.771.138 712.037.008
636.771.138 712.037.008
11.81%
17 SERBA USAHA 2004 2005
415.000 425.000
60.828.118 267.139.725
21,44%
18 AMAL BHAKTI 2004 2005
4.020.000 10.840.000
242.565.450 5.720.000
12,58%
19 TULUS KARYA 2004 2005
12.975.00014.300.000
5.190.000 5.720.000
10,21%
20 TIRTA USAHA 2004 2005
2.010.000 1.920.000
191.906.250 206.371.250
7,41%
21 BINA CITRA HUSADA 2004 2005
10.150.000 10.190.000
357.251.500 515.840.500
43,17%
44
No Nama KPRI Tahun Simpanan pokok
Simpanan Wajib
% Kenaikan
22 DWIJA USAHA 2004 2005
2.472.500 2.432.500
307.019.050 351.790.200
14,45%
23 MANUNGGAL SEJAHTERA
2004 2005
2.670.000 2.790.000
449.875.188 558.267.205
23,97%
24 BHAKTI CITRA 2004 2005
7.240.000 6.760.000
136.161.500 143.772.800
4,97%
25 SEJAHTERA BLKI 2004 2005
1.140.000 1.140.000
50.207.881 55.736.061
10,76%
26 BAHTERA 2004 2005
2.220.000 2.110.000
228.085.600 249.865.100
9,40%
27 POLITEKNIK 2004 2005
22.190.000 22.540.000
95.475.000 162.225.000
57,02%
28 MANFAAT 2004 2005
7.350.000 8.100.000
48.227.000 67.236.500
35,5%
29 ANGKASA 2004 2005
1.340.000 1.275.00
194.514.000 223.718.000
14,87%
30 AMRIH MAKMUR 2004 2005
790.000 840.000
77.140.930 93.155.930
20,61%
Sumber : Laporan keuangan masing-masing KPRI Kota Semarang
Dari tabel 4.1 tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata modal sendiri
(simpanan pokok dan simpanan wajib) pada 30 KPRI di Kota Semarang adalah
Rp. 498.842.536 yang diperoleh dari simpanan pokok pada Tahun 2004 dan
Tahun 2005, sedangkan untuk simpanan wajib diperoleh rata- rata sebesar Rp.
5.589.740.737 dari Tahun 2004 dan 2005. Dan dapat juga diketahui KPRI yang
mengalami kenaikan jumlah modal sendiri (simpanan pokok dan simpanan
wajib) tertinggi pada tahun 2004-2005 adalah KPRI Politeknik Semarang,
dengan prosentase 57,02 %. Sedangkan KPRI yang mengalami kenaikan jumlah
modal sendiri paling rendah pada tahun 2004-2005 adalah KPRI Bhakti Citra
Semarang, dengan prosentase sebesar 4,97%.
45
4.1.2 Variabel Sisa Hasil Usaha (Y)
Sisa Hasil Usaha (SHU) yang berhasil diperoleh KPRI di Kota
Semarang, dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Sisa Hasil Usaha (SHU)
No Nama KPRI Tahun SHU % Kenaikan
1 BHAITA BHAKTI 2004 2005
9.174.825 10.867.225
18,4%
2 UMS 2004 2005
673.316.274 64.394.565
-4,34%
3 WIDYA LESTARI 2004 2005
7.396.168 7.755.854
-4,86%
4 PRIMKO ADPEL 2004 2005
42.803.650 55.654.600
30%
5 WIJAYA KUSUMA 2004 2005
5.038.983 5.133.194
1,86%
6 BALAI HARTA P. 2004 2005
11.739.976 14.187.503
20,8%
7 BB.POM 2004 2005
51.902.345 70.930.253
36,6%
8 BPPI 2004 2005
11.581.683 13.712.579
18,4%
9 LP.KLAS I 2004 2005
28.891.437 35.476.754
22,7%
10 GEMI 2004 2005
52.586.672 52.710.901
23,6%
11 BANGUN SJHTERA 2004 2005
6.399.184 8.696.847
35,9%
12 TERATAI 2004 2005
36.372.556 62.573.280
72%
13 KOPERKAP 2004 2005
119.489.487 121.383.969
1,58%
14 BINA GATRA 2004 2005
67.502.250 67.148.569
-5,23%
15 SEJAHTERA 2004 2005
27.593.827 29.389.781
6,5%
16 HANDAYANI 2004 2005
166.828.813 247.414.148
48.3%
17 SERBA USAHA 2004 2005
11.022.343 3.464.426
-68,5%
18 AMAL BHAKTI 2004 2005
36.836.433 36.932.027
0,25%
46
No Nama KPRI Tahun SHU % Kenaikan
19 TULUS KARYA 2004 2005
274.720.759 361.724.607
31,6%
20 TIRTA USAHA 2004 2005
26.214.146 26.222.908
0,03%
21 BINA CITRA HUSADA 2004 2005
131.136.649 104.716.829
-20,14%
22 DWIJA USAHA 2004 2005
102.000.000 105.000.000
2,94%
23 MANUNGGAL 2004 2005
65.448.502 87.341.361
33,4%
24 BHAKTI CITRA 2004 2005
44.188.610 44.413.716
0,05%
25 SEJAHTERA BLKI 2004 2005
23.841.830 29.532.159
23,8%
26 BAHTERA 2004 2005
22.312.582 24.076.830
7,9%
27 POLITEKNIK 2004 2005
42.940.548 77.978.215
81,5%
28 MANFAAT 2004 2005
39.607.691 41.269.121
4,19%
29 ANGKASA 2004 2005
17.801.700 18.202.500
2,25%
30 AMRIH MAKMUR 2004 2005
14.548.050 15.690.958
7,85%
Sumber: Data yang diolah, 2007
Dari tabel 4.2 tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata Sisa Hasil Usaha
(SHU) pada 30 KPRI Kota Semarang pada Tahun 2004 dan tahun 2005 sebesar
Rp. 1.498.068.972 dengan perolehan SHU Tahun 2004 sebesar Rp.
1.555.541.973 dan SHU Tahun 2005 yaitu sebesar Rp. 1.843.935.679 Perolehan
Sisa Hasil Usaha (SHU) tertinggi pada tahun 2004-2005 adalah KPRI Politeknik
Semarang dengan prosentase kenaikan 81,5%. Sedangkan KPRI yang
mengalami penurunan jumlah Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah KPRI Serba
Usaha Semarang, dengan prosentase sebesar -68,5%.
47
4.1.3 Pengaruh Modal Sendiri Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha
Usaha yang dilakukan oleh KPRI di Kota Semarang banyak bertumpu
pada usaha simpan pinjam, yang dalam pelayanan terhadap anggotanya telah
diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Simpanan wajib dan simpanan pokok merupakan modal sendiri yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan usaha koperasi
pada KPRI di Kota Semarang.
Modal sendiri yang diperoleh dari simpanan anggota digunakan koperasi
untuk usaha simpan pinjam dengan didukung oleh kemampuan permodalan yang
cukup besar yang akhirnya akan diperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU) yang cukup
besar pula.
Agar diperoleh gambaran yang jelas maka berikut ini dapat dipaparkan
perkembangan simpanan wajib, simpanan pokok dan perolehan Sisa Hasil Usaha
(SHU) dari data laporan keuangan Rapat Anggota Tahun 2004/2005
Tabel 4.3
Rekapitulasi Simpanan Pokok, Simpanan Wajib
Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) dan Rata-Ratanya
Tahun 2004 Tahun 2005 Rata-rata
Simpanan Pokok Rp.475.893.500 Rp.522.506.004 Rp.498.842.536
Simpanan Wajib Rp.4.943.290.549 Rp.6.236.190.924 Rp.5.589.740.737
Sisa Hasil Usaha Rp.1.555.541.973 Rp.1.843.935.679 Rp.1.699.738.826
Sumber : data yang diolah
4.1.4 Analisis Data Statisitik
Langkah-langkah dalam menganalisis statistik adalah sebagai berikut :
48
1. Dari perhitungan rhitung diperoleh harga sebesar 0,718 kemudian hasilnya
diinterpretasikan dengan tabel interpretasi nilai r (lihat tabel )
2. Analisis data yang digunakan dalam rangka menguji hipotesis tersebut adalah
analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil analisis regresi linier
sederhana dengan menggunakan program komputasi SPSS 12 diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut :
Persaamaan regresi Y = 506,098+0,639, berarti bahwa jika modal sendiri (X)
meningkat satu satuan, maka perolehan SHU (Y) akan meningkat sebesar
0,639
3. Setelah persamaan regresi diperoleh langkah selanjutnya adalah menguji
signifikasi atau keberartian dari persamaan regresi yang diperoleh tersebut
digunakan analisis varians untuk regresi. Berdasarkan hasil analisis varians
untuk pengujian signifikasi regresi diperoleh hasil nilai F dari tabel Anova
regresi sebagai berikut :
Tabel 4.4 Anova Regresi X terhadap Y
Jumlah
Kudrat
Derajat
Bebas
Rata-rata
Kuadrat
F
Signifikasi
F
Keterangan
Regresi 132939.4 1 132939,418
Residu 124997.8 28 4464,206
29,779
0.000
Signifikan
Total 257937.2 29 - - - -
Sumber: data yang diolah
Dari tabel tersebut terlihat, bahwa nilai F hitung sebasar 29,779 dan
signifikansinya 0,000 , sedangkan F tabel pada df = 1: 28 dan signifikansinya
adalah 4,20. Karena F hitung lebih besar dari F tabel dan signifikansi 0.000 <
49
0,05 maka dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara modal
sendiri (X) dan SHU (Y) pada KPRI Kota Semarang
Untuk menguji besarnya pengaruh Modal Sendiri (X) terhadap Sisa Hasil
Usaha (Y) dilakukan analisis regresi linier sederhana dan didapatkan koefisien
korelasi r sebesar 0,718 dan koefisien determinasi (r2 x 100%) =51,5 % yang
berarti bahwa modal sendiri yang berasal dari simpanan wajib dan simpanan
pokok dapat mempengaruhi perolehan Sisa Hasil Usaha sebesar 51,5%
sedangkan sisanya (100% - 51,5%= 48,5%). Dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa selain variabel modal sendiri ternyata SHU dipengaruhi variabel lain
yang tidak diungkap dalam penelitian ini sebesar 48,5 %.
4.2 Pembahasan
Menurut teori Sukamdiyo (1997), bahwa dengan pengelolaan modal
(modal sendiri) yang baik diharapkan akan memberikan manfaat yang dapat
mendatangkan keuntungan (Sisa Hasil Usaha) bagi koperasi. Jika modal sendiri
naik maka Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh akan naik juga.
Dari pengujian simultan dengan program SPSS 12 diperoleh angka yang
menyatakan bahwa, modal sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap Sisa
Hasil Usaha (SHU). Karena dengan adanya kenaikan modal sendiri tersebut
akan memperlancar usaha koperasi, yang nantinya dapat menyebabkan kenaikan
pada perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Hal ini dibuktikan oleh hasil
perhitungan dimana F hitung > F tabel yaitu 29,779 > 4,20 Sedangkan pengaruh
yang diberikan modal sendiri secara keseluruhan sebesar 51,5% (koefisien
determinasi) dan sebesar 48,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil
50
penelitian terungkap secara nyata bahwa ada pengaruh yang positif antara
variabel modal sendiri terhadap variabel perolehan Sisa Hasil Usaha pada KPRI
di Kota Semarang, dari gambaran ini memberikan dasar bahwa modal koperasi
dapat ditingkatkan dengan meningkatkan simpanan dari anggota secara lebih
efektif.
Dari hasil analisis regresi didapatkan, bahwa ada pengaruh positif yang
signifikan antara modal sendiri (X) terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha (Y)
KPRI di Kota Semarang, hal ini terlihat dari hasil analisis regresi linier
sederhana diperoleh persamaan Y = 506,098+0,639 yang berarti bahwa dalam
persamaan tersebut diketahui konstanta sebesar 506,098. Nilai ini berarti setiap
kenaikan modal sendiri satu satuan, maka perolehan Sisa Hasil Usaha akan
meningkat sebesar 0,306 satuan pada konstanta 506,098.
Besarnya pengaruh modal sendiri (X) terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha
(Y) dengan koefisien determinasi 0,515 berarti bahwa 51,5% variasi yang terjadi
terhadap banyak sedikitnya jumlah SHU disebabkan variasi modal sendiri dan
sisanya 48,5% tidak dapat diterangkan. Semakin naik jumlah modal sendiri,
maka perolehan SHU semakin meningkat dan sebaliknya jika modal sendiri (X)
menurun, maka Perolehan Sisa Hasil Usaha (Y) juga akan menurun. Dari hasil
ini menunjukkan bahwa bukan hanya modal sendiri saja yang dapat
mempengaruhi perolehan SHU, tetapi masih ada faktor lain yang ikut
mempengaruhi peningkatan perolehan SHU KPRI Kota di Semarang, yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
51
Berdasarkan hasil penelitian statistik, pengaruh yang diberikan modal
sendiri yang berasal dari simpanan anggota terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha
cukup berpengaruh. Hal ini disebabkan karena :
1). Modal sendiri merupakan wujud kepemilikan anggota terhadap koperasi dan
usahanya, oleh karena itu usaha koperasi dapat dikembangkan secara lebih
efisien dan murah karena tidak dikenakan persyaratan bunga dan persyaratan
lainnya.
2). Banyaknya jumlah anggota yang masuk dalam kegiatan koperasi, sehingga
dengan sendirinya akan menambah simpanan pokok dan simpanan wajib
dengan demikian modal sendiripun akan menjadi lebih besar.
3). Sebagian besar usaha koperasi dibiayai dari modal sendiri, hal ini disebabkan
karena modal sendiri tidak menanggung resiko dalam penggunaannya.
4). Besarnya pengaruh modal sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha
disebabkan oleh kesadaran dan kemampuan pengurus dalam mengelola
modal koperasi yang cukup baik dan besarnya jumlah modal yang dimiliki
koperasi serta penggunaan modal sendiri yang cukup baik.
Adapun faktor lain yang diduga mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU)
menurut penelitian terdahulu misalnya :
a. Pendapatan Lain
Pendapatan lain merupakan pendapatan koperasi diluar pendapatan
pokoknya. Termasuk pendapatan lain adalah pendapatan bunga bank,
pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) di PKPRI dan sisanya biaya Rapat
52
Anggota Tahunan (RAT). Pendapatan lain ini akan berakibat
peningkatan pada perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU).
b. Suku bunga pinjaman anggota
Suku bunga pinjaman anggota adalah tingkat suku bunga yang
dibebankan kepada para anggota yang meminjam uang atau barang
kepada koperasi. Tinggi rendahnya suku bunga pinjaman anggota akan
mempengaruhi besar kecilnya bunga yang diterima koperasi sehingga
akan berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU). Semakin besar
bunga yang dibebankan kepada peminjam. Maka akan semakin besar
pula pendapatan bunga koperasi sehingga Sisa Hasil Usaha (SHU) pada
akhirnyapun akan semakin besar. Suku bunga pinjaman anggota yang
ada pada KPRI di Kota Semarang besarnya berkisar 1,5% sampai dengan
2%
c. Beban bunga atau biaya usaha
Beban usaha atau biaya usha juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) pada koperasi, karena semakin
besar biaya usaha koperasi maka berakibat menurunnya perolehan Sisa
Hasil Usaha (SHU). Pada organisasi koperasi sering terjadi pengeluaran-
prngeluaran biaya semu atau dengan kata lain biaya tersebut sebenarnya
adalah SHU, namun secara individu modal sendiri mempunyai pengaruh
terhadap SHU yang berbeda-beda.
53
4.2.1 Modal Sendiri
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa modal sendiri (X)
berpengaruh secara signifikan terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) dan dengan
hubungan positif. Hal ini berarti semakin besar modal sendiri yang dimiliki
maka akan semakin besar pula Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh koperasi.
Kenaikan perolehan SHU disebabkan KPRI di Kota Semarang sudah dapat
mengelola sendiri secara efektif untuk pelaksanaan pengembangan usaha seperti
usaha pertokoan dan wartel, sehingga dapat menambah perolehan Sisa Hasil
Usaha (SHU) koperasi.
Pembuktian adanya pengaruh modal sendiri secara parsial terhadap Sisa
Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kota Semarang ditunjukkan oleh nilai t hitung
sebesar 5,457 dengan nilai t tabel pada taraf signifikan 5% sebesar 2,048 dengan
demikian t hitung > t tabel , sehingga ini berarti ada pengaruh modal sendiri secar
parsial terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) dan dari data analisis koefisien
determinasi (r2) parsial, variabel modal sendiri memberikan kontribusi 51,5%
terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).
54
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, selanjutnya dapat
disimpulkan hal -hal sebagai berikut.
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sendiri dan perolehan
SHU pada KPRI di Kota Semarang.
2. Besarnya pengaruh (sumbangan efektif) yang diberikan oleh variabel
modal sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha pada Koperasi
Pegawai Republik Indonesia (KPRI) di Kota Semarang adalah sebesar
51,5%.
5.2 Saran
Selanjutnya dari kesimpulan yang diperoleh, maka saran-saran yang
diajukan adalah :
1. Hendaknya pihak pengelola dan pengurus KPRI di Kota Semarang
mengajak para anggotanya untuk lebih berperan serta dalam
meningkatkan usahanya yaitu dengan menaikkan simpanan pokok dan
simpanan wajib, karena pengaruh modal sendiri terhadap Sisa Hasil
Usaha (SHU) lebih besar dari modal luar.
2. Perlu adanya penelitian yang sejenis yang mengungkap faktor-faktor
yang mempengaruhi Sisa Hasil Usaha selain modal sendiri seperti
partisipasi anggota, volume usaha, efisiensi biaya dan lain-lain.
55
DAFTAR PUSTAKA
Algifari, 1997. Analisis Regresi. Yoyakarta: PT.BPFE
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta:
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kuncoro, M. 2001. Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan
Ekonomi. Yogyakarta: YKPN
Ninik, Widiyanti. 1998. Koperasi dan Perekonomian Indonesia
Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE.
Sitio dan Tamba. 2002. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga.
Sukamdiyo, Ign. 1996. Manajemen Koperasi. Semarang: Erlangga.
Wasis. 1998. Pembelanjaan Perusahaan. Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
Jakarta : Salemba Empat
Undang-Undang Koperasi No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,1992.
Jakarta
DATA SIMPANAN POKOK, SIMPANAN WAJIB DAN SISA HASIL USAHA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA KOTA
SEMARANG TAHUN 2004
SIMPANAN POKOK SIMPANAN WAJIB SISA HASIL USAHA TAHUN 2004 TAHUN 2004 TAHUN 2004
No.
NAMA KOPERASI Rp. Rp. Rp.
1. BHAITA BHAKTI 5.200.000 27.275.000 9.174.825 2. UMS 2.800.000 496.594.030 673.316.274 3. WIDYA LESTARI 31.470.000 99.273.000 7.396.168 4. PRIMKO ADPEL 18.800.000 119.990.000 42.803.650 5. WIJAYA KUSUMA 1.125.000 53.196.500 5.038.983 6. BALAI HARTA P. 3.000.000 51.475.725 11.739.976 7. BB.POM 1.320.000 82.153.950 51.902.345 8. BPPI 1.700.000 133.721.500 11.581.683 9. LP.KLAS I 1.760.000 81.126.200 28.891.437 10. GEMI 1.140.000 99.943.500 52.586.672 11. BANGUN SJHTERA 600.000 29.622.500 6.399.184 12. TERATAI 4.200.000 213.837.035 36.372.556 13. KOPERKAP 1.830.000 534.419.000 119.489.487 14. BINA GATRA 231.000 10.638.350 67.502.250 15. SEJAHTERA 4.635.000 464.391.223 27.593.827 16. HANDAYANI 36.771.138 36.771.1387 166.828.813 17. SERBA USAHA 415.000 60.828.118 11.022.343 18. AMAL BHAKTI 4.020.000 242.565.450 36.836.433 19. TULUS KARYA 12.975.000 5.190.000 274.720.759 20. TIRTA USAHA 2.010.000 191.906.250 26.214.146 21. BINA CITRA HUSADA 10.150.000 357.251.500 131.136.649 22. DWIJA USAHA 2.472.500 307.019.050 102.000.000 23. MANUNGGALSJANTERA 2.670.000 449.875.188 65.448.502 24. BHAKTI CITRA 7.240.000 136.161.500 44.188.610 25. SEJAHTERA BLKI 1.140.000 50.207.881 23.841.830 26. BAHTERA 2.220.000 228.085.600 22.312.582 27. POLITEKNIK 22.190.000 95.475.000 42.940.548 28. MANFAAT 7.350.000 48.227.000 39.607.691 29. ANGKASA 1.340.000 194.514.000 17.801.700 30. AMRIH MAKMUR 790.000 77.140.930 145.480.050 JUMLAH 475.179.069 4.943.290.549 1.555.541.973
DATA SIMPANAN POKOK, SIMPANAN WAJIB DAN SISA HASIL USAHA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA KOTA SEMARANG TAHUN 2005
SIMPANAN POKOK SIMPANAN WAJIB SISA HASIL USAHA TAHUN 2005 TAHUN 2005 TAHUN 2005
No.
NAMA KOPERASI Rp. Rp. Rp.
1. BHAITA BHAKTI 5.100.000 31.2693.000 10.867.225 2. UMS 2.720.000 4563.866.030 64.394.565 3. WIDYA LESTARI 31.395.000 114.393.000 7.755.854 4. PRIMKO ADPEL 19.100.000 134.834.000 55.654.600 5. WIJAYA KUSUMA 1.080.000 69.511.500 5.133.194 6. BALAI HARTA P. 2.800.000 57.698.993 14.187.503 7. BB.POM 1.420.000 94.423.450 70.930.253 8. BPPI 1.740.000 145.531.500 13.712.579 9. LP.KLAS I 1.690.000 86.695.700 35.476.754 10. GEMI 1.095.000 108.901.000 52.710.901 11. BANGUN SJHTERA 840.000 35.824.500 8.696.847 12. TERATAI 4.125.000 271.997.915 62.573.280 13. KOPERKAP 1.840.000 651.347.000 121.383.969 14. BINA GATRA 20.000 15.005.800 67.148.569 15. SEJAHTERA 6.220.000 523.662.100 29.389.781 16. HANDAYANI 636.717.138 636.717.138 247.414.148 17. SERBA USAHA 425.000 73.948.661 3.404.426 18. AMAL BHAKTI 10.480.000 267.139.725 36.932.027 19. TULUS KARYA 14.300.000 5.720.000 361.724.607 20. TIRTA USAHA 1.920.000 206.9371.250 26.222.908 21. BINACITRA HUSADA 10.190.000 515.840.500 104.716.829 22. DWIJA USAHA 2.432.500 351.790.200 105.000.000 23. MANUNGGAL SJAHTERA 2.790.000 558.267.205 87.341.361 24. BHAKTI CITRA 6.760.000 143.772.800 44.413.716 25. SEJAHTERA BLKI 1.140.000 55.736.061 29.532.159 26. BAHTERA 2.110.000 249.865.100 24.076.830 27. POLITEKNIK 22.540.000 162.225.000 77.978.215 28. MANFAAT 8.100.000 67.236.500 41.269.121 29. ANGKASA 1.275.000 223.718.000 18.202.500 30. AMRIH MAKMUR 840.000 93.155.930 15.690.958 JUMLAH 522.506.004 6.236.190.924 1.843.935.679