penerapan penguatan pendidikan karakter di sekolah
TRANSCRIPT
1
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DASAR KEILMUAN
PENERAPAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 122 JAKARTA
TIM PENGUSUL :
Ketua Pengusul Anggota Anggota
: Dr. Fetrimen, M. Pd : Dr. Bunyamin, M. Pd : Dr. Yessi Yanita Sari, M. Pd
NIDN 0323097701 NIDN 0320026503 NIDN 0330017601
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA
TAHUN 2019
2
HALAMAN PENGESAHAN
JudulPenelitian Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter
di Sekolah Menengah Pertama Negeri 122
Jakarta
KetuaPeneliti
a. Nama Lengkap Dr. Fetrimen, M. Pd
b. NIDN 0323097701
c. JabatanFungsional Lektor/IIIC
d. Fakultas/Program Studi Pascasarjana/ AdministrasiPendidikan
e. Nomor HP 081285710190
f. AlamatSurel (email) [email protected]
AnggotaPeneliti 1
a. Nama Lengkap Dr. Bunyamin, M. PdI
b. NIDN 0302026503
c. Fakultas/Program Studi Fakultas Agama Islam UHAMKA
AnggotaPeneliti 2
a. Nama Lengkap Dr. Yessi Yanita Sari, M. Pd
b. NIDN 0330017601
c. Fakultas/Program Studi Pascasarjana/ Administrasi Pendidikan
Lama Penelitian 6 Bulan
LuaranPenelitian TerbitJurnal Nasional Terindeks
BiayaPenelitiandiusulkan Rp. 20. 000.000
Jakarta, 10 Januari 2019
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
IDENTITAS USULAN PENELITIAN ................................................................ iii
RINGKASAN ....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2
D. Urgensi Penelitian ........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. State Of The Art… ....................................................................................... 3
B. Penguatan Pendidikan .................................................................................. 4
C. Karakter......................................................................................................... 6
D. Pendidikan Karakter. ..................................................................................... 8
E. Road Map .................................................................................................... 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian… ...................................................................................... 11
B. Konsep Metode Penelitian ........................................................................... 11
C. Desain Penelitian… ...................................................................................... 11
D. Cara Pengumpulan Data Penelitian .............................................................. 12
BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN. ......................................................... 13
A. Gambaran Tempat Penelitian. ....................................................................... 13
B. Temuan. ......................................................................................................... 14
C. Pembahasan................................................................................................... 25
1. Penerapan PPK Berbasis Tindakan Kelas............................................. 25
2. Penerapan PPK Berbasis Budaya Sekolah............................................ 27
3. Penerapan PPK Berbasis Partisipasi Masyarakat.................................. 29
BAB V. KESIMPULAN......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32
Lampiran 1 : Justifikasi Anggaran Penelitian ....................................................... 34
Lampiran 2 : Tim Peneliti, Ketersediaan Sarana dan Prasarana Penelitian .......... 36
Lampiran3 : Biodata Peneliti................................................................................. 37
Lampiran 4 : Surat Pernyataan Ketua Peneliti ...................................................... 40
4
IDENTITASI USULAN PENELITIAN
1. Judul Penelitian : Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta
2. Tim Peneliti :
No Nama Jabatan Bidang
keahlian
Instansi Asal Alokasi
Waktu
(Jam/Mg)
1 Dr. Fetrimen, M. Pd Ketua Manajemen
Pendidikan
UHAMKA 12
2 Dr.Bunyamin, M. Pd Anggota Manajemen
Pendidikan
UHAMKA 12
3 Dr. Yessi Yanita Sari,
M.Pd
Anggota Manajemen
Pendidikan
UHAMKA 12
3. Objek Penelitian : Penerapan penguatan pendidikan karakter di
SMPN 122 Jakarta
4. Masa Pelaksanaan :
Mulai : bulan : Maret Tahun : 2019
Berakhir : bulan : September Tahun : 2019
5. Usulan Biaya : Lembaga Penelitian UHAMKA
6. Lokasi Penelitian : Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta
7. Instansi yang Terlibat : Stakeholder SMPN 122 Jakarta
8. Temuan yang Ditargetkan: Penerapan penguatan pendidikan karakter yang
efektif
9. Kontribusi Mendasar Pada Bidang Ilmu : penelitian ini dapat memberikan
masukan pada sekolah untuk mengambil kebijakan secara kelembagaan menerapkan penguatan pendidikan karakter di SMPN 122 Jakarta
10. Sasaran Jurnal Ilmiah : jurnal ilmiah Pendidikan Intenasional yang terindeks dan jurnal pendidikan nasional yang terakreditasi
11. Rencana luaran HKI, buku, purwarupa, tahun rencana perolehan atau penyelesaian : 2019
5
RINGKASAN
Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter dapat memperkuat bakat, potensi dan talenta
peserta didik sebagai pendukung dimensi penting dalam pendidikan yang membentuk karakter
peserta didik yang kuat, dimensi tersebut berupa kinestetik (olah raga), estetika (olah rasa), etika (olah jiwa). Tanpa menerapkan tiga dimensi ini dalam penyelenggaraan pendidikan
maka karakter yang dimiliki peserta didik cenderung tidak kuat karena karakter seseorang
tidak terjadi dengan sendirinya melainkan di bentuk, dibina dan dikelola secara berkesinambungan.
Upaya Penguatan Pendidikan Karakter dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam proses belajar-mengajar, serta pengembangan budaya
sekolah dan kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.
Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter dilakukan dengan 3 (tiga) pendekatan utama, yaitu: Penguatan Pendidikan Karakter berbasis tindakan kelas, budaya sekolah, dan partisipasi
masyarakat. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis tindakan kelas dilaksanakan melalui pengintegrasian dalam kurikulum, optimalisasi muatan lokal, dan manajemen kelas.
Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah dilaksanakan melalui pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian sekolah, keteladanan pendidik, ekosistem sekolah, norma,
peraturan, dan tradisi sekolah. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis partisipasi masyarakat dilakukan dengan melibatkan mitra yang ada seperti orang tua, tokoh masyarakat, tokoh
agama, pelaku usaha, akademisi, pegiat pendidikan, seniman, budayawan, sastrawan, dan lain-
lain.
Keutamaan penelitian ini berkaitan dengan penerapan penguatan pendidikan karakter sebagai bagian dari platform mengembangkan tujuan pendidikan Nasional yang menempatkan
pendidikan karakter sebagai ruh atau jiwa utama penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan melakukan pelibatan publik melalui pendidikan formal, non formal, informal
dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis data dengan model evaluasi CIPP
(Context, Input, Process, Product). Model CIPP terdiri dari empat jenis evaluasi yaitu : Evaluasi Konteks (ContextEvaluation), Evaluasi Masukan (Input Evaluation), Evaluasi
Proses (Process Evaluation) dn Evaluasi Produk (Product Evaluation). Model Evaluasi CIPP bersifat linier. Artinya evaluasi input harus didahului oleh evaluasi contaxt; evaluasi proses
harus didahului oleh evaluasi input. Pengembangan 10 checklist sebagai panduan bagi
evaluator, klien dan pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan Model Evaluasi CIPP. Fungsi dari checklist untuk membantu para evaluator mengevaluasi program yang
secara relatif mempunyai tujuan jangka panjang. Pertama, checklist agar evaluator dapat menyelesaikan laporan evaluasi tepat waktu, jadi membantu kelompok evaluator untuk
merencanakan, melaksanakan, mengintusionalisasikan, melaksanakan layanan yang efektif kepada para penerima manfaat yang yang ditargetkan
6
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter memiliki tujuan mengembangkan platform
pendidikan nasional yang meletakan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam
penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan
melalui pendidikan formal, non formal, informal dengan memperhatikan keberagaman budaya
Indonesia. Penguatan Pendidikan Karakter menjadi kedudukan fundamental dan strategis ketika
pemerintah mencanangkan revolusi karakter bangsa sebagaimana tertuang dalam Nawacita
(Nawacita 8), menggelorakan Gerakan Nasional Revolusi Mental, dan menerbitkan RP JMN 2014-
2019 berlandaskan Nawacita. Penguatan Pendidikan Karakter dapat dimaknai sebagai
pengejawantahan Gerakan Revolusi Mental sekaligus bagian integral Nawacita. Penguatan
Pendidikan Karakter merupakan dimensi terpenting dalam pendidikan nasional sehingga
pendidikan karakter menjadi poros pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah. Penerapan
Penguatan Pendidikan Karakter perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan
sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter.
Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter jalur Pendidikan formal dilakukan secara
terintegrasi dalam kegiatan intrakurikuler, kurikuler, dan ekstrakurikuler. Pelibatan yang
dilakukan secara serempak oleh warga sekolah, keluarga, dan masyarakat yakni pendalaman dan
perluasan dalam penambahan dan pengintensifan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada
pengembangan karakter siswa, penambahan dan memperpanjang kegiatan belajar, dan pengaturan
ulang waktu belajar di sekolah ataupun luar sekolah, kemudian penyelarasan dapat berupa
penyesuaian tugas pokok tenaga pendidik, Manajemen Berbasis Sekolah, dan fungsi Komite
Sekolah dengan kebutuhan Penguatan Pendidikan Karakter. Pengintegrasian, pendalaman,
perluasan, dan penyelarasan program dan kegiatan pendidikan karakter tersebut perlu diabdikan
untuk mewujudkan revolusi karakter bangsa.
Penguatan Pendidikan Karakter di satuan pendidikan tidak akan berhasil selama antar sesama
satuan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Demikian juga halnya dengan
dukungan keluarga sebagai lingkungan awal pembentukan karakter bagi peserta didik yang
menjadi sangat dominan dalam menentukan keberhasilan Penguatan Pendidikan Karakter di
satuan pendidikan. Upaya Penguatan Pendidikan Karakter hendaknya dilakukan dengan cara
mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam proses belajar-mengajar, serta
pengembangan budaya sekolah dan kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan
7
pendidikan. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter dilakukan dengan 3 (tiga) pendekatan
utama, yaitu: Penguatan Pendidikan Karakter berbasis tindakan kelas, budaya sekolah, dan
partisipasi masyarakat. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis tindakan kelas dilaksanakan
melalui pengintegrasian dalam kurikulum, optimalisasi muatan lokal, dan manajemen kelas.
Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah dilaksanakan melalui pembiasaan nilai-
nilai dalam keseharian sekolah, keteladanan pendidik, ekosistem sekolah, norma, peraturan, dan
tradisi sekolah. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis partisipasi masyarakat dilakukan dengan
melibatkan mitra yang ada seperti orang tua, tokoh masyarakat, tokoh agama, pelaku usaha,
akademisi, pegiat pendidikan, seniman, budayawan, sastrawan, dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Tindakan Kelas sebagai dimensi penguatan pendidikan karakter di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta ?
2. Bagaimana Budaya Sekolah sebagai dimensi penguatan pendidikan karakter di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta ?
3. Bagaimana Partisipasi Masyarakat sebagai dimensi penguatan pendidikan karakter di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini, untuk mengetahui :
1. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis tindakan kelas yang dilakukan
Sekolah Menengah Pertama 122 Jakarta
2. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya yang dilakukan sekolah di
Sekolah Menengah Pertama 122 Jakarta
3. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis partisipasi masyarakat yang
dilakukan Sekolah Menengah Pertama 122 Jakarta
D. Urgensi Penelitian
Keutamaan penelitian ini berkaitan dengan penerapan penguatan pendidikan karakter sebagai
bagian dari platform mengembangkan tujuan pendidikan Nasional yang menempatkan pendidikan
karakter sebagai ruh atau jiwa utama penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan
melakukan pelibatan publik melalui pendidikan formal, non formal, informal dengan
memperhatikan keberagaman budaya Indonesia.
8
Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter dapat memperkuat bakat, potensi dan talenta peserta
didik sebagai pendukung dimensi penting dalam pendidikan yang membentuk karakter peserta
didik yang kuat, dimensi tersebut berupa kinestetik (olah raga), estetika (olah rasa), etika (olah
jiwa). Tanpa menerapkan tiga dimensi ini dalam penyelenggaraan pendidikan maka karakter yang
dimiliki peserta didik cenderung tidak kuat karena karakter seseorang tidak terjadi dengan
sendirinya melainkan harus di bentuk, di bina dan dikelola secara berkesinambungan.
Dalam pembentukan karakter sangat diperlukan peran orang tua, tindakan guru di kelas,
stakeholder sekolah dan partisipasi masyakat sebagai dimensi penguatan dalam memberikan
pendidikan karakter, karena pendidikan karakter menjadi sangat penting dalam membentuk
kepribadian peserta didik sebagai identitas diri ketika berinteraksi di masyarakat yang berdasarkan
pada aspek intelektual, spiritiual, sosial, emosional, fisik, etika, minat/bakat, cinta tanah air dan
pendidikan holistik sebagai wujud produk dari Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter.
9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. State Of The Art
Penelitian terhadap pendidikan karakter telah banyak dilakukan oleh para akademisi dalam
penelitian ilmiah seperti penelitian yang di lakukan pada sekolah Ma’rif (Ahmad Syaikhudin,
2016) yang menyimpulkan bahwa pembentukan karakter peserta didik dipengaruhi oleh kebiasaan
yang sesuai dengan pembinaan yang dilakukan stakeholder sekolah. Pembiasaan tersebut
terintegrasi dalam kurikulum yang memadukan nilai-nilai karakter yang dicanangkan pemerintah
dengan kearifan lokal yang dimiliki sekolah. Peran komite sekolah sebagai wakil orang tua peserta
didik dalam pembentukan karakter menjadi sangat penting.
Pendidikan karakter (Damayanti dan wibowo, 2017) dapat terlaksana dengan baik jika pihak
telah menyiapkan sarana dan prasarana seperti fasilitas ibadah, kantin kejujuran, tempat temuan
barang hilang, manajemen berbasis sekolah, kurikulum yang baik dan kompetensi tenaga pendidik
mengintegrasikan pendidikan karakter dengan proses pembelajaran yang mudah dipahami oleh
peserta didik. Kompetensi tenaga pendidik yang memahami pendidikan karakter akan
memudahkan peserta didik meneladani pembiasaan yang dilakukan oleh tenaga pendidik,
umpamanya pembiasaan salam, senyum dan sapa.Implementasi pendidikan karakter sebagai
penguatan pelaksanaan kurikulum (Judiani, 2015) terintegrasi pada setiap pokok pembahasan mata
pelajaran yang tercantunm pada Rancangan Rencana pembelajaran (RPP) dan silabus, selain itu,
tenaga pendidik perlu memberi keteladanan dalam perilaku sehari-hari di sekolah sehingga peserta
didik dapat meneladani karakter budaya bangsa yang diterapkan oleh tenaga pendidik.
Penelitian-penelitian tersebut memfokuskan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah yang
terintegrasi dengan pembelajaran, kompetensi tenaga pendidikan dan penerapan pendidikan
karakter yang di bentuk pemerintah. Keutamaan penelitian fokus pada penguatan pendidikan
karakter yang berdimensi berbasis tindakan kelas, budaya sekolah dan partisipasi masyarakat.
B. Pendidikan
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam
dan Undang-Undang Nomor 14 2005 Tentang Guru dan Dosen, menyatakan bahwa makna
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
10
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Makna
pendidikan akan berbeda sesuai dengan persepsi yang memahami, pendidikan (Rimba, 2017:19)
dimaknai sebagai bimbingan atau pembinaan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
Jasmani dan Rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utuh. Sedangkan
pendidikan (Koesoema, 2017:80) didefenisikan sebagai proses internalisasi budaya ke dalam diri
individu dan masyarakat menjadi beradab.Ada pula yang mendefinisikan pendidikan sebagai
proses dimana sebuah bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan,
dan untuk memenuhi tujuanhidup secara efektif dan efisien. Crow dan Crow mendefinisikan
pendidikan (Fatah, 2016:5) sebagai sarana untuk persiapan hidup yang akan datang, tetapi juga
untuk kehidupan yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan sekarang yagn dialami oleh
individu dalam perkembangan menuju ketingkat kedewasaan
C. Karakter
Penafsiran karakter memiliki dua persepsi yakni secara etimologi dan terminology. Secara
etimologi, Lickona menfasirkan karakter (Wibowo dan Gunawan, 2015:8) sebagai proses
internalisasi, karakter melalui tiga tahapan penting, yaitu : Pertama anak didik memiliki
pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing) yang menimbulkan komitmen terhadap
kebaikan (moral feeling), dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior).
Dengan demikian, karakter mengacu pada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap
(attitudes), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan. Karakter
juga ditafsirkan (Samani dan Hariyanto, 2011:41) sebagai perilaku yang tampak dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun bertindak. Secara spesifik memandang
karakter (Samani dan Hariyanto, 2011:41) sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas setiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan
negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya.
Sementara menurut istilah (terminologis), makna karakter menurut Hornby and Parnwell
(Gunawan, 2012:2) merupakan kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama, atau reputasi.
Sedangkan Winnie memahami karakter (Gunawan, 2012:2) memiliki dua pengertian tentang
karakter. Pertama, ia menunjukan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang
berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku
buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut
memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan
11
‘personality’. Seseorang baru bisa disebut ‘orang yang berkarakter’ ( a person of character)
apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.
D. Pendidikan Karakter
Peterson menterjemahkan pendidikan karakter (Yaumi, 2014:9) sebagai istilah yang luas
yang digunakan untuk menggambarkan kurikulum dan ciri-ciri organisasi sekolah yang
mendorong pengembangan nilai-nilai fundamental anak-anak di sekolah. Dikatakan istilah yang
luas karena mencakup berbagai sub komponen yang menjadi bagian dari program pendidikan
karakter seperti pembelajaran dan kurikulum tentang keterampilan-keterampilan sosial,
pengembangan moral, pendidikan nilai, pembinaan kepedulian, dan berbagai program
pengembangan sekolah yang mencerminkan beraktivitas yang mengarah pada pendidikan
karakter. Sedangkan Berkowitz dan Bier mendefenisikan pendidikan karakter (Yaumi, 2012:9)
sebagai gerakan nasional dalam menciptakan sekolah untuk mengembangkan peserta didik
dalam memiliki etika, tanggung jawab, dan keperdulian dengan menerapkan dan mengajarkan
karakter- karakter yang baik melalui penekanan pada nilai-nilai universal. Pendidikan karakter
dilaksanakan sebagai usaha yang disengaja, proaktif yang dilakukan oleh sekolah untuk
menanamkan nilai-nilai inti, etis seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan
penghargaan terhadap diri dan orang lain. Pendidikan karakter dilaksanakan untuk mengajar
peserta didik tentang nilai-nilai dasar kemanusiaan termasuk kejujuran, kebaikan, kemurahan
hati, keberanian, kebebasan, kesetaraan, dan penghargaan kepada orang lain. Tujuannya adalah
untuk mendidik anak-anak menjadi bertanggung jawab secara moral dan warga negara yang
disiplin. Dalam pandangan Lickona pendidikan karakter (Yaumi, 2012:9) sebagai usaha yang
disengaja untuk mengembangkan karakter yang baik berdasarkan nilai-nilai inti yang baik untuk
individu dan baik untuk masyarakat. Pendidikan karakter melakukan pendekatan apa saja yang
disengaja oleh personal sekolah, yang sering berubah dengan orang tua dan anggota masyarakat,
membantu peserta didik dan remaja menjadi perduli, penuh prinsip, dan bertanggungjawab.
Definisi tersebut diatas menggambarkan tentang beberapa nilai universal yang menjadi
tujuan inti untuk dikembangkan pada diri peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan karakter.
Nilai-nilai inti universal yang dimaksud adalah beretika, bertanggungjawab, perduli, jujur, adil,
apresiatif, baik, murah hati, berani, bebas, sejahtera, dan penuh prinsip. Karakter ini menjadi
bagian yang terintegrasi dalam perwujudan diri peserta didik dalam berfikir, berkehendak, dan
bertindak. Pendidikan karakter (Albertus,2010:5) memberikan tempat bagi
12
kebebasan individu dalam menghayati nilai-nilai yang dianggap sebagai baik, luhur, dan layak
diperjuangkan sebagai pedoman bertingkah laku bagi kehidupan pribadi berhadapan dengan
dirinya, sesama dan Tuhan. Pendidikan karakter dapat juga didefenisikan (Khan, 2010:34)
sebagai proses kegiatan yang dilakukan dengan segala daya dan upaya secara sadar dan
terencana untuk mengarahkan anak didik.
Pendidikan karakter mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan budi
harmoni yang selalu mengajarkan, membimbing, dan membina setiap menusia untuk memiliki
kompetensi intelektual, karakter, dan keterampilan menarik. Nilai pendidikan karakter yang
dapat dihayati diantaranya religius, nasionalis, cerdas, tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur,
dan arif, hormat dan santun, dermawan, suka menolong, gotong-royong, percaya diri, kerja
keras, tangguh, kreatif, kepemimpinan, demokratis, rendah hati, toleransi, solidaritas dan peduli.
Pendidikan karakter (Samani dan Hariyanto, 2011:43) ditafsirkan menjadi hal positif apa saja
yang dilakukan tenaga pendidik dan berpengaruh kepada karakter peserta didik yang diajarnya.
Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung
pengembangan sosial, pengembangan emosional dan pengembangan etik peserta didik menjadi
suatu upaya proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah untuk membantu
siswa mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai- nilai kinerja, seperti kepedulian,
kejujuran, kerajinan, fairness, keuletan dan ketabahan (fortitude), tanggungjawab, menghargai
diri sendiri dan orang lain.
E. Penguatan Pendidikan Karakter
Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter (Kemendikbud, 2017:27) dapat dilakukan dengan
tiga pendekatan utama yakni berbasis tindakan kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis
partisipasi masyarakat. Ketiga pendekatan ini saling terkait dan merupakan satu kesatuan yang
utuh. Pendekatan ini dapat membantu satuan pendidikan dalam merancang dan menerapkan
program dan kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter.
Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis tindakan kelas dimulai dengan
pengintegrasian Penguatan Pendidikan Karakter dalam kurikulum. Tenaga pendidik menjadi
fasilitator dalam mengintegrasikan nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter menajdi
proses pembelajaran dalam setiap mata pelajaran, hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan
menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktekkan nilai-nilai utama
Penguatan Pendidikan Karakter. Dari persepsi manajemen kelas dapat menempatkan tenaga
pendidik menjadi fasilitator yang berwenang dan memiliki sikap otonomi dalam proses
13
pembelajaran untuk mengarahkan, membangun kultur pembelajaran, mengevaluasi dan
mengajak seluruh komunitas kelas untuk membuat komitmen bersama agar proses pembelajaran
berjalan efektif.
Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah merupakan kegiatan yang
menciptakan iklim dan lingkungan sekolah mendukung Penguatan Pendidikan Karakter secara
praksis mengatasi ruang-ruang kelas dengan melibatkan seluruh sistem, struktur dan pelaku
pendidikan di sekolah. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah berfokus pada
pembiasaan dan pembentukan budaya yang mempresentasikan nilai-nilai utama Penguatan
Pendidikan Karakter yang menjadi prioritas satuan pendidikan. Pembiasaan ini diintegrasikan
dalam keseluruhan kegiatan sekolah secara komprehensif mencerminkan suasana dan
lingkungan sekolah yang kondusif.
Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis partisipasi masyarakat mendorong satuan
pendidikan untuk tidak dapat menutup diri dari kemungkinan berkolaborasi dengan lembaga,
komunitas dan masyarakat lain di luar lingkungan sekolah. Pelibatan partisipasi masyarakat
dibutuhkan karena sekolah tidak dapat melaksanakan visi dan misinya sendiri. Berbagai macam
bentuk kolaborasi dan kerjasama antar komunitas sebagai pelibatan partisipasi masyarakat
merupakan upaya satuan pendidikan di luar sekolah yang sangat penting dalam Penerapan
Penguatan Pendidikan Karakter. Satuan pendidikan juga dapat melakukan berbagai kolaborasi
dengan lembaga, komunitas dan organisasi lain di luar satuan pendidikan yang dapat menjadi
mitra dalam Penguatan Pendidikan Karakter sebagai upaya satuan pendidikan membangun
karakter yang berbasis partisipasi masyarakat.
Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter yang berbasis tindakan kelas dapat membentuk
karakter peserta didik dalam lingkup yang lebih kecil yang langsung terpantau oleh tenaga
pendidik. Tindakan-tindakan kelas ini dapat menjadi karakter yang membudaya di sekolah
sehingga ketika membangun kolaborasi dengan masyarakat, peserta didik menjadi lebih
terbentuk karakternya sesuai dengan tujuan membentuk karakter budaya bangsa di sekolah.
14
SMP Negeri 122 Jakarta
ngan Studi literatur
F. Road Map
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
Maret-April 19 April- Mei 19 Mei-Juni 19
Tahap Lanjut Mengolah data menjadi naratif sesu
ai dengan CIPP tentang Penerapan
Penguatan Pendidikan Karakter di
Sekolah Menengah Pertama 122
Jakarta
Mengolah data kualitatif penerapan
penguatan pendidikan karakter di SMP
Negeri 122 Jakarta
Tahap Pengambilan Data Penerapan
Pengembangan penguatan pendidikan karakter di
SMP Negeri 122 Jakarta
15
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta awal berdirinya berdiri sejak tahun 1979.
Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta berdiri karena adanya likuidasi SMEP Negeri 2
Pinangsia Jakarta Barat, kemudian berdasarkan keputusan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan No. 030/U/1979 pertanggal 1 April 1979, secara resmi dirubah menjadi SMP Negeri
122 Jakarta, yang berlokasi di : Jl. SMP 122 No.26 Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan
Penjaringan Jakarta Utara, dengan luas area sebagai berikut : Luas tanah 5.105 M²; Luas Bangunan
(tiga lantai) 5.140 M²; Luas lapangan / Halaman 2.58 M²; Luas musholah 68 M²; Kebun
penghijauan 243M²; Tempat parkir 68M²; Luas kantin 44 M². Muatan kurikulum di Sekolah
Menengah Pertaman Negeri 122 Jakarta yang menggunakan muatan kurikulum 2013 untuk kelas
VII dan kelas VIII, untuk kelas IX menggunakan kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.
Sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini adalah: Ruang belajar sejumlah 24 kelas, 4 ruang
laboratorium, 1 ruang BK, 1 ruang guru, 1 koperasi siswa, 1 kantin sekolah, 1 ruang
perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang pramuka, 1 ruang media, 1 masjid, 1 ltempat parkir, 24
jamban siswa/siswi, 6 jamban guru, 1 lapangan olahraga, 1 taman hortikultura dan apotik hidup.
B. Konsep Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan model evaluasi
CIPP (Context, Input, Process, Product). Model CIPP terdiri dari empat jenis evaluasi yaitu :
Evaluasi Konteks (ContextEvaluation), Evaluasi Masukan (Input Evaluation), Evaluasi Proses
(Process Evaluation) dn Evaluasi Produk (Product Evaluation) dapat dilukiskan pada gambar
berikut :
16
Gambar 3.1 Evaluasi CIPP
Model Evaluasi CIPP bersifat linier. Artinya evaluasi input harus didahului oleh evaluasi
contaxt; evaluasi proses harus didahului oleh evaluasi input. Pengembangan 10 checklist sebagai
panduan bagi evaluator, klien dan pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan Model
Evaluasi CIPP. Fungsi dari checklist untuk membantu para evaluator mengevaluasi program
yang secara relatif mempunyai tujuan jangka panjang. Pertama, checklist agar evaluator dapat
menyelesaikan laporan evaluasi tepat waktu, jadi membantu kelompok evaluator untuk
merencanakan, melaksanakan, mengintusionalisasikan, melaksanakan layanan yang efektif
kepada para penerima manfaat yang ditargetkan.
Process
Berupaya men
cari jawaban a
Waktu Pelaksa
naan : Ketika program se
Program
Berupaya
mencari
apa yang
harus dilakukan ?
Waktu
Sebelum
program dimulai
Keputusan :
program
Berupaya
mencari
Apakah
program
Waktu
Ketika
selesai
Keputusan :
Resikel : Ya atau tidak
diresikel
Product
Berupaya un
tuk mencari
Apa yang per
Waktu Pelak
lum program diterima
Keputusan :
program
Context
C. Desain Penelitian
Desain Penelitian : Penguatan Pendidikan Karakter
17
Menyiapkan tenaga pendidik yang
berkemampuan memfasilitasi peserta
didiknya dalam penguatan pendidikan
karakter
Kriteria tenaga pendidik Sekolah Menengah
Pertama 122 Jakarta terbaik dari kegiatan-
kegiatan yang dilakukan
Satuan Pendidikan SMP 122 Jakarta Kriteria-kriteria
Mekanisme penerapan terpenuhi persyaratan administratif
terlaksananya penguatan
pendidikan karakter
1. 2.
3.
Penerapan PPK
ToT tenaga pendidik fasilitator
Seleksi selama proses ToT
Target capaian sekolah
Tenaga
pendidik
yang memi
liki kompe
tensi paeda
gogik dan
profesioanl
dalam pe
nguatan
karakter
Penerapan penguatan pendidikan karakter 1. Komptensi Pedagogik
2. Komptensi Profesional
Memenuhi kelengkapan persyaratan akademik dan non akademik
Memenuhi kompetensi sebagai guru
Gambar 3.2
18
D. Cara Pengumpulan Data Penelitian
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya adalah dengan
observasi langsung atau dengan pengamatan langsung yaitu cara pengambilan data dengan
menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Data
tersebut kemudian dijabarkan dengan menggunakan metode kualitatif.
Selain pengumpulan data dengan cara pengamatan, peneliti juga memperoleh data dengan
cara interview atau wawancara mengenai proses pelaksanaan program penguatan pendidikan
karakter di Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta. Wawancara secara garis besar
dibagi dua, yakni tak terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering
juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif dan wawancara terbuka (open ended
interview), wawancara etnografis. Sedangkan wawancara terstruktur sering juga disebut
wawancara baku (standardized interview), yang susunan pertanyaannya sudah di tetapkan
sebelumnya (biasanya tertulis) dengan pilihan jawaban yang juga sudah disediakan.
Wawancara tidak terstruktur mirip dengan percakapan informal. Wawancara mendalam
dilakukan pada informan-informan kunci yang dianggap mengetahui proses Penerapan
Penguatan Pendidikan Karakter melalui kebijakan stakeholder sekolah dan dokumen- dokumen
terkait.
19
BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Tempat Penelitian
Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta awal berdirinya berdiri sejak tahun 1979.
Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 Jakarta berdiri karena adanya likuidasi SMEP Negeri
2 Pinangsia Jakarta Barat, kemudian berdasarkan keputusan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan No. 030/U/1979 pertanggal 1 April 1979, secara resmi dirubah menjadi SMP
Negeri 122 Jakarta, yang berlokasi di : Jl. SMP 122 No.26 Kelurahan Kapuk Muara,
Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, dengan luas area sebagai berikut : Luas tanah 5.105 M²;
Luas Bangunan (tiga lantai) 5.140 M²; Luas lapangan / Halaman 2.58 M²; Luas musholah
68 M²; Kebun penghijauan 243M²; Tempat parkir 68M²; Luas kantin 44 M². Muatan kurikulum
di Sekolah Menengah Pertaman Negeri 122 Jakarta yang menggunakan muatan kurikulum
2013 untuk kelas VII dan kelas VIII, untuk kelas IX menggunakan kurikulum 2006 atau
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini adalah: Ruang belajar sejumlah 24 kelas, 4
ruang laboratorium, 1 ruang BK, 1 ruang guru, 1 koperasi siswa, 1 kantin sekolah, 1 ruang
perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang pramuka, 1 ruang media, 1 masjid, 1 ltempat parkir, 24
jamban siswa/siswi, 6 jamban guru, 1 lapangan olahraga, 1 taman hortikultura dan apotik
hidup.
B. Temuan
Temuan evaluasi ini mengacu pada penelitian yang telah dirumuskan pada latar belakang
masalah, terkait dengan penerapan penguatan pendidikan karakter SMP Negeri 122 Jakarta.
Temuan meliputi 1) Konteks penerapan penguatan pendidikan karakter yang dilakukan oleh
guru fasilitator pada satuan pendidikan dan perangkatnya. 2) Mengintegrasikan nilai karakter
utama berbasis tindakan kelas. 3) Mengintegrasikan nilai karakter utama berbasis budaya
sekolah. 4) Penerapan penguatan pendidikan karakter berbasis parsitisipasi masyarakat. Dalam
pelaksanaan penelitian, peneliti mengumpulkan data dari beberapa sumber yang kompeten di
bidangnya, yang memahami program penguatan pendidikan karakter dan terlibat langsung
dalam implementasi program penguatan pendidikan karakter. Berbagai fakta juga didapat di
lapangan guna mengidentifikasikan temuan terkait dengan penelitian dan menyesuaikan
dengan kriteria sebagai standar yang ditetapkan. Proses tersebut dilakukan melalui wawancara
dan observasi langsung ke lapangan serta dokumentasi.
20
1. Program Penguatan Pendidikan Karakter
Salah satu yang menjadi dasar penerapan PPK untuk menjaga agar program PPK di satuan
pendidikan dan masyarakat berjalan sesuai dengan tujuan. Sebagai pelaksana program PPK,
SMP Negeri 122 Jakarta melibatkan tim teknis fasilitator yakni guru-guru yang telah dilatih
untuk dapat mengimplementasikan program PPK dengan mengikutsertakan stakeholder
pendidikan di daerah seperti Dinas Pendidikan dan LPMP.
2. Mekanisme Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter
Mekanisme penerapan PPK dimulai dengan penyusunan panduan, petunjuk teknis
pelaksanaan serta seleksi bagi calon fasilitator. Selama kegiatan berlangsung tak lepas dari
faktor pendukung dan penghambat penerapan PPK. Faktor pendukungnya antara lain respon
positif terhadap penerapan PPK yang berasal dari para stakeholders dan antusias yang tinggi
dari para guru-guru untuk penerapan PPK di SMP Negeri 122 Jakarta. Adapun komponen
dalam penerapan PPK dapat dilakukan perbandingkan berdasarkan hasil pelatihan.
Tabel 1. Perbandingan nilai antar komponen pelatihan
No Komponen Pelatihan Tes Awal Tes Akhir Selisih
1 Materi Utama 62.3 78.2 15.8
2 Manajemen Pelatihan 65.0 77.5 12.5
3 Adaptasi Pelatihan 57.5 62.5 5.0
4 Peer Training 42.5 100 57.5
Rerata 56,8 79,5 22,7
Perbandingan hasil tes awal dan tes akhir secara grafis dapat ditunjukkan sebagai berikut:
21
3. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter
Penerapan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada,
yaitu pendidikan karakter berbasis tindakan kelas, budaya sekolah, dan partisipasi
masyarakat/komunitas. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter memiliki tujuan (1)
Mengembangkan platform pendidikan nasional yang diterapkan di SMP Negeri 122 Jakarta
yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan
pendidikan. (2) Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi
dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21 sesuai program pemerintah.
(3) Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui
harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi),
dan olah raga (kinestetik). (4) Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan
(kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan
implementasi pendidikan karakter. (5) Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik)
sebagai sumbersumber belajar di dalam dan di luar sekolah, dan (6) Melestarikan kebudayaan
dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Berdasarkan hal tersebut, Sekolah Menengah Pertama Negeri 122 sebagai kepedulian
terhadap anak didik melakukan desiminasi kepada satuan pendidikan melalui guru dalam
penerapan Penguatan Pendidikan Karakter yang diharapkan memiliki kemampuan
memfasilitasi berkembangnya potensi peserta didik dalam Penguatan Pendidikan Karakter.
Kegiatan Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter pada tiga kelas dengan tingkat pendidikan
yang sama yakni kelas delapan yang menjadi piloting program ini.
Data hasil kegiatan pelatihan penerapan PPK meliputi (1) Hasil Tes Awal, (2) Hasil Peer
Teaching, (3) Hasil Evaluasi Sikap, dan (4) Hasil Tes Akhir. Peer Teaching atau praktek
mengajar dengan penerapan PPK dalam proses belajar mengajar dapat juga menjadi gambaran
pemahaman peserta tentang PPK yang diintegrasikan dalam proses belajar mengajar. Hasil
pengamatan yang dilakukan oleh fasilitator dan 2 (dua) orang teman sebaya tentang penerapan
PPK dalam pembelajaran. Sikap peserta selama kegiatan penerapan PPK di kelas A diamati
oleh 2 (dua) orang fasilitator. Aspek yang menjadi komponen pengamatan antara lain meliputi,
(1) Keterbukaan Pikiran, (2) Pembelajar, (3) Kerjasama, (4) Kedisiplinan, dan (5) Komunikasi
efektif.
Mengukur sikap dilakukan dengan menggunakan skala likert, dimana fasilitator
menanggapi sikap dan perilaku peserta dengan menentukan tingkat persetujuan terhadap suatu
kondisi sikap peserta dengan memilih salah satu dari 5 (lima) pilihan yang tersedia.
22
Peserta kegiatan pada penerapan PPK berasal dari para siswa kelas delapan.. Jumlah peserta
kegiatan penerapan PPK yang hadir sebanyak 113 orang. Data perkembangan dari setiap
komponen penilaian adalah sebagai berikut:
a. Kelas A
Hasil tes awal peserta kegiatan penerapan PPK untuk kelas A diperoleh dengan rerata 45,8
dari nilai maksimal 100. Jika dilihat dari kemampuan secara umum sudah berada di sekitar
nilai tengah atau nilai 50,00. Pemahaman awal peserta tentang konsep Kemampuan Literasi
dan Pendidikan Abad 21 masih sangat rendah pada nilai 28.0. Sedangkan konsep penerapan
PPK, dan PPK Berbasis tindakn kelas sudah cukup tinggi dipahami peserta dengan rerata pada
nilai 58.0. Konsep penerapan PPK Berbasis budaya sekolah dipahami peserta dengan rerata
35.0 dan konsep penerapan PPK Berbasis partisipasi masyarakat memperoleh rerata
39.0. Hasil Peer Teaching atau praktek mengajar dengan penerapan PPK dalam proses belajar
mengajar untuk kelas A diperoleh rerata 72,7. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah
94.7 dan nilai terendah adalah 53.5. Hasil secara umum tentang penilaian sikap di kelas A
diperoleh rerata pada nilai 92.1 atau dapat dinyatakan peserta kegiatan PPK di kelas A
dinyatakan memiliki sikap yang sangat baik. Hasil penilaian tes akhir di Kelas A secara umum
diperoleh dengan rerata 52.9 dari nilai maksimal 100. Jika diperbandingkan dengan rerata hasil
tes awal 45.8 maka dapat dinyatakan bahwa secara umum kegiatan penerapan PKK di kelas A
dinyatakan mampu meningkat pemahaman peserta sebesar 7.1.
Gambaran hasil tes akhir jika diperbandingkan dengan hasil tes awal dapat dilihat dalam
gambar berikut:
Gambar 2. Grafik perbandingan hasil tes awal dan tes akhir dalam lingkup materi pelatihan Kelas A.
23
Berdasarkan data grafik, maka kemampuan dan pemahaman peserta PPK yang telah
mencapai nilai diatas 50 adalah Kebijakan Umum PPK, Nilai Utama PPK, PPK Berbasis
tindakan kelas dan kemampuan literasi.
b. Kelas B
Hasil tes awal peserta kegiatan penerapan PKK untuk kelas B diperoleh dengan rerata 45.0
dari nilai maksimal 100. Jika dilihat dari kemampuan secara umum masih berada di bawah
nilai tengah atau nilai 50.00. Pemahaman awal peserta tentang Literasi berada pada rerata
36.5 dan pemahaman penerapan PPK pada rentang nilai 45.9. Sedangkan konsep Nilai Utama
PPK dipahami peserta dengan rerata 52.0. Untuk PPK Berbasis tindakan kelas sudah berada
pada rentang nilai 60.4. Pemahaman peserta tentang konsep PPK Berbasis budaya sekolah
masih sangat rendah yaitu dengan rerata 25.2 dan PPK Berbasis partisipasi masyarakat adalah
36.2. Hasil Peer Teaching atau praktek mengajar dengan penerapan PPK dalam proses belajar
mengajar untuk kelas B didapat pada rerata 72.7. Dengan perolehan nilai tertinggi adalah 88.7
dan nilai terendah adalah 40.0. Hasil secara umum tentang penilaian sikap di kelas B diperoleh
rerata pada nilai 90.0 atau dapat dinyatakan peserta kegiatan penerapan PPK di kelas B
dinyatakan memiliki sikap yang sangat baik. Hasil tes akhir secara umum diperoleh dengan
rerata 51,8 dari nilai maksimal 100. Jika diperbandingkan dengan rerata hasil tes awal 45,0
maka dapat dinyatakan bahwa secara umum penerapan PPK dinyatakan mampu meningkatkan
pemahaman peserta sebesar 6.8. Gambaran hasil tes akhir jika diperbandingkan dengan hasil
tes awal dapat dilihat dalam gambar berikut:
Gambar 3. Grafik perbandingan hasil tes awal dan tes akhir dalam
lingkup materi pelatihan Kelas B
Berdasarkan data grafik, maka kemampuan dan pemahaman peserta tentang PPK yang telah
mencapai nilai diatas 50 adalah Kebijakan Umum PPK, Nilai Utama PPK, dan
24
penerapan PPK, sedangkan yang belum mencapai nilai tengah atau nilai 50.0 adalah PPK
Berbasis Budaya Sekolah, PPK Berbasis partisipasi masyarakat dan kemampuan literasi.
c. Kelas C
Hasil tes awal peserta kegiatan penerapan PPK untuk kelas C diperoleh dengan rerata 43.1
dari nilai maksimal 100. Jika dilihat dari kemampuan secara umum masih berada di bawah nilai
tengah atau nilai 50.00. Pemahaman awal peserta tentang konsep Kebijakan Umum PPK, Nilai
Utama PPK, PPK berbasis tindakan Kelas, PPK berbasis budaya sekolah, PPK berbasis
partisipasi masyarakat, Kemampuan Literasi dan Pendidikan Abad 21 dan penerapan PPK
masih sangat rendah pada rentang nilai 21.2 sampai dengan 48.5. Sedangkan konsep PPK
Berbasis tindkan kelas sudah berada pada rentang nilai 58.6. Hasil Peer Teaching atau praktek
mengajar dengan penerapan PPK dalam proses belajar mengajar di dapat perolehan nilai
tertinggi adalah 56.7 dan terendah adalah 23.3.Hasil secara umum tentang penilaian sikap di
kelas C diperoleh rerata pada nilai 92.2 atau dapat dinyatakan peserta kegiatan penerapan PPK
di kelas C kelompok dinyatakan memiliki sikap yang sangat baik. Hasil tes akhir dapat
dijadikan sebagai gambaran secara umum tentang pemahaman dan penguasan konsep PPK oleh
peserta kegiatan penerapan PPK di kelas C. Hasil penilaian tes akhir di Kelas C secara umum
diperoleh dengan rerata 53.3 dari nilai maksimal 100. Jika diperbandingkan dengan rerarata
hasil tes awal 43.1 maka dinyatakan secara umum kegiatan penerapan PKK di kelas C
dinyatakan mampu meningkatkan pemahaman peserta sebesar
10.2. Gambaran hasil tes akhir jika diperbandingkan dengan hasil tes awal dalam hal lingkup
materi pelatihan dapat dilihat dalam gambar berikut:
Gambar 4. Grafik perbandingan hasil tes awal dan tes akhir dalam
lingkup materi pelatihan Kelas C
Berdasarkan data grafik, maka kemampuan dan pemahaman peserta tentang penerapan PPK
yang telah mencapai nilai diatas 50 adalah Nilai Utama PPK, PPK Berbasis tindakan kelas, dan
penerapan PPK, sementara itu yang masih belum mencapai nilai tengah atau nilai
25
50.0 adalah Kebijakan Umum PPK, PPK Berbasis budaya sekolah, PPK Berbasis partisipasi
masyarakat dan kemampuan literasi.
C. Pembahasan
1. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Tindakan Kelas
Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis tindakan kelas adalah pengintegrasikan
nila-nilai Penguatan Pendidikan Karakter dalam proses pembelajaran di dalam kelas melalui mata
pelajaran. Pengintegrasikan nilai-nilai utama karakter dimaksudkan untuk menumbuhkan dan
menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai utama
Pneguatan Pendidikan Karakter. Pendidik dapat memanfaatkan secara optimal materi yang sudah
tersedia di dalam kurikulum dengan penguatan nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter.
Langkah-langkah menerapkan Penguatan Pendidikan Karakter melalui pembelajaran terintegrasi
dalam kurikulum, dapat dilaksanakan dengan cara: melakukan analisis Kompetensi Dasar melalui
identifikasi nilai-nilai yang terkandung, dalam materi pembelajaran; mendesain RPP yang
memuat fokus penguatan karakter dengan memilih metode pembelajaran dan pengelolaan
(manajemen) kelas yang relevan; melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP;
melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang dilakukan dan melakukan refleksi dan
evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran.
Integrasi nilai nilai Penguatan Pendidikan Karakter dalam proses pembelajaran secara umum
terlaksana pada setiap tahap pembelajaran mulai dari perencanaan pembelajaran, kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir pembelajaran. Gambaran keterlaksanaan pada proses
pembelajaran pada setiap aspek dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5. Persentase ketercapaian PPK dari setiap aspek dalam proses pembelajaran
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
90,0
100,0
1 2 3 4 5 6 7
77,192,6 89,1
77,167,4
31,4 29,7
Per
senta
se
Indikator
PPK Berbasis Kelas
26
Hasil analisa menunjukkan rata-rata keterlaksanaan integrasi nilai-nilai Penguatan
Pendidikan Karakter berbasis kelas pada indikator (aspek) perencanaan dan pelaksanaan
mencapai 77,1% dengan katagori baik, hal tersebut menunjukkan bahwa proses intergrasi dalam
silabus dan RPP. Pada tahap pembelajaran integrasi nilai nilai Penguatan Pendidikan Karakter
yang paling tinggi terlaksana yaitu pada aspek kegiatan awal pembelajaran dan pengelolaan kelas,
yaitu masing masing 92,6% dan 89,1%. Keterlaksanaan integrasi nilai-nilai Penguatan
Pendidikan Karakter yang dilakukan melalui metode pembelajaran dan integrasi nilai Penguatan
Pendidikan Karakter kedalam materi masing-masing 77,1% dan 67,4%, sedangkan pada aspek
evaluasi hanya mencapai 31,4%%. Keterlaksanaan intergrasi nilai Penguatan Pendidikan
Karakter berbasis kelas pada aspek perencanaan menggambarkan bahwa para guru telah mampu
merumuskan nilai-nilai Penguatan Pendidikan Karakter dalam silabus dan RPP. Kemampuan
dalam perencanaan sejalan dengan kemampuan guru dalam menerapkan atau mengintegrasi nilai-
nilai Penguatan Pendidikan Karakter dalam proses pembelajaran. Proses integrasi nilai-nilai
Penguatan Pendidikan Karakter tersebut, muncul dalam kegiatan pengelolaan kelas dan dan
metode pembelajaran yang dikembangkan. Integrasi nila-nilai Penguatan Pendidikan Karakter
berbasis kelas pada aspek evaluasi masih rendah, artinya aktivitas yang dilakukan oleh guru
dalam mencatat atau merekam nilai-nilai karakter dan merefleksi nilai-nilai yang ditanamankan
pada proses pembelajaran belum optimal.
Integrasi nilai-nilai Penguatan Pendidikan Karakter pada tahap kegiatan awal yang sering
dilakukan oleh beberapa guru di sekolah sasaran pada umumnya melakukan kegiatan berdoa,
menyanyikan lagu-lagu wajib nasonal untuk menumbuhkan nila-nilai nasional pada peserta
didik. Bentuk pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter lainnya terlihat pada pembiasaaan
guru pada tahap kegiatan pembelajaran inti dalam menerapkan nilai persatuan pada pembelajaran
PKn nilai-nilai persatuan tersebut dapat dilakukan dengan simulasi kekuatan pada sapu lidi pada
saat terpisah satu dengan yang lainnya dan kekuatan sapu lidi pada saat berada dalam satu ikatan.
Guru meminta peserta didik untuk memberikan pendapatnya dari simulasi kekuatan sapu lidi
tersebut jika direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari.\
Hasil temuan dari supervisi diperoleh informasi bahwa strategi intergrasi nila-nilai karakter
yang dikembangkan belum efektif. Intergrasi nila-nilai karakter yang dikembangkan dalam
proses pembelajaran masih terlalu luas, nilai utama dan beberapa sub-nilai karakter berusaha
diintegrasikan dalam satu pertemuan. Pembiasaan pada kegiatan akhir pembelajaran belum
terlaksana dengan baik, pada akhir pembelajaran lebih dominan membuat rangkuman atau
simpulan tentang materi yang telah dipelajari. Penguatan nilai-nilai yang ditanamkan pada
kegiatan pembelajaran belum secara utuh dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang banyak
terjadi dan dilakukan oleh peserta didik.
27
2. Penerapan PPK Berbasis Budaya Sekolah
Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah merupakan salah satu aspek
penguatan pendidikan karakter yang mengimplementasikan nilai-nilai utama karakter meliputi
religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas dalam kehidupan sehari-hari satuan
pendidikan sebagai budaya satuan pendidikan. Nilai-nilai utama ini harus tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan segenap warga satuan pendidikan. Nilai-nilai utama Penguatan
Pendidikan Karakter tidak hanya sebagai slogan saja tetapi benar-benar menjiwai semua warga
satuan pendidikan dari awal, proses, hingga akhir program pembelajaran. Pembiasaan atau
pembudayaan sikap karakter yang baik di setiap lini kehidupan pendidikan akan memunculkan
program unggulan pada satuan pendidikan. Hal tersebut akan menimbulkan kesan dan
memengaruhi paradigma masyarakat akan keunggulan satuan pendidikan. Pada akhirnya
program unggulan ini menjadi branding atau penjenamaan satuan pendidikan.
Di dalam branding ini terdapat visi dan misi satuan pendidikan yang sudah mengintegrasikan
nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter. Branding ini tidak sebatas pada capaian nilai
akademik saja, melainkan juga pada proses pengembangan seluruh aspek diri peserta didik, baik
kognitif, motorik maupun afektif. Penguatan Pendidikan Karakter diharapkan mampu menjadi
ruh pendidikan yang diselenggarakan satuan pendidikan (termasuk program ekstrakurikuler).
Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah lainnya adalah literasi. Literasi
merupakan salah satu perwujudan budaya satuan pendidikan yang dimanifestasikan sebagai
Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Literasi yang dimaksud adalah literasi dasar yang meliputi
numerik, bahasa, budaya dan kewarganegaraan, finansial, digital, dan sains. Selama ini
pemahaman guru dan tenaga kependidikan yang dimaksud dengan literasi hanyalah sebatas pada
kemampuan baca tulis atau literasi Bahasa. Kegiatan literasi ini bisa difasilitasi dengan
tersedianya sudut baca, mading, koneksi internet, dan kelompok ilmiah remaja.
Upaya memperkuat budaya satuan pendidikan yang berkarakter dilakukan dengan
menciptakan sebuah aturan yang mengintegrasikan nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan
Karakter dalam tata tertib satuan pendidikan maupun tata tertib kelas. Untuk bisa mentaati
peraturan yang ada, diperlukan komitmen bersama dari seluruh warga satuan pendidikan.
Komitmen yang kuat dari guru sebagai warga satuan pendidikan maupun guru sebagai tenaga
kependidikan. Orang tua diharapkan memberi dukungan terhadap penguatan pendidikan karakter
di satuan pendidikan. Berikut adalah diagram hasil analisis Penguatan Pendidikan Karakter
Berbasis Budaya Sekolah :
28
Gambar 6 Diagram Hasil Analisis PPK Berbasis Budaya Sekolah
Indikator yang menjadi acuan analisis pada Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya
Sekolah pada diagram di atas terdapat delapan indikator yaitu (1) nilai integrasi Penguatan
Pendidikan Karakter dalam branding dan/atau visi misi satuan pendidikan, (2) branding dan/atau
visi dan misi satuan pendidikan tergambarkan dalam prestasi akademik, (3) integrasi nilai-nilai
Penguatan Pendidikan Karakter dalam kegiatan ekstrakurikuler, (4) melaksanakan pembiasaan
terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter secara konsisten pada awal masuk sampai akhir
satuan pendidikan, (5) memfasilitasi kegiatan literasi, misalnya tersedianya sudut baca, mading,
wifi/internet, kelompok sains, (6) integrasi nilai-nilai Penguatan Pendidikan Karakter dalam
peraturan satuan pendidikan, (7) komitmen guru dalam menegakkan aturan yang telah disepakati
(indikator keteladanan guru bagi peserta didik), dan (8) komitmen orang tua peserta didik dalam
menegakkan aturan yang telah disepakati (indikator keteladanan orang tua). Dari indikator yang
dideteksi dan dianalisis, terdapat beragam capaian. Pencapaian tertinggi Penguatan Pendidikan
Karakter berbasis budaya sekolah adalah pada indikator integrasi Penguatan Pendidikan Karakter
dalam branding dan/atau visi misi satuan pendidikan dan pengintegrasian nilai-nilai Penguatan
Pendidikan Karakter pada kegiatan ekstrakurikuler yakni sebesar 97,1%.
Melaksanakan pembiasaan terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter secara konsisten
pada awal masuk sampai akhir satuan pendidikan sebesar 95,4%. Komitmen guru dalam
menegakkan aturan yang telah disepakati (indikator keteladanan guru bagi peserta didik) sebesar
89,7%. Integrasi nilai Penguatan Pendidikan Karakter dalam peraturan satuan pendidikan
didapatkan hasil 89,7%. Satuan pendidikan yang memfasilitasi literasi misalnya dengan
tersedianya sudut baca, mading, wifi/internet atau kelompok sains sebesar 86,3%. Komitmen
orang tua peserta didik dalam menegakkan aturan yang telah disepakati sebesar 21,1%.
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
90,0
100,0
1 2 3 4 5 6 7 8
97,1
21,1
97,1 95,4
86,389,7 89,7
21,1
Per
senta
se
Indikator
PPK Berbasis Budaya Sekolah
29
3. Penerapan PPK Berbasis Partisipasi Masyarakat
Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat dilakukan dengan
melibatkan mitra yang ada di masyarakat yaitu : Orang tua, tokoh masyarakat, tokoh agama,
pelaku usaha, akademisi, pegiat pendidikan, seniman, budayawan, sastrawan, dan profesi lain.
Penyelenggarakan bimbingan teknis sebagai tindak lanjut sebagai implementasi Penguatan
Pendidikan Karakter. Bimbingan teknis dimaksud dilakukan kepada Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PTK) yang berasal dari sekolah, sosialisasi Penguatan Pendidikan Karakter telah
dilakukan pada sekolah sasaran dengan peserta yang terdiri atas unsur pengawas, kepala sekolah,
guru, komite sekolah. Pendampingan penerapan Penguatan Pendidikan Karakter dilakukan untuk
mendapatkan gambaran akurat tentang keberhasilan Implementasi Penguatan Pendidikan
Karakter. Data berikut ini memperlihatkan hasil analisis program Penguatan Pendidikan Karakter
berbasis masyarakat di Sekolah Mengengah Pertama 122 Jakarta
Gambaran hasil pendampingan berkenaan dengan implementasi PPK berbasis Masyarakat
yang merujuk pada 9 (Sembilan) indikator yaitu (1) Program/kegiatan yang melibatkan orang tua
peserta didik dalam mendukung Penguatan Pendidikan Karakter, (2) Kerjasama dengan pusat
pengelola kesenian dan budaya dan/atau budayawan antara lain penyanyi, pelukis, perupa, penari,
pemusik dalam menunjang Penguatan Pendidikan Karakter, (3) Kerjasama dengan lembaga
pemerintah, antara lain BUMN/BUMD, Kepolisian, Dinkes, BNN, (4) Kerjasama dengan
lembaga lembaga yang dapat menunjang proses pebelajaran dan integrasi Penguatan Pendidikan
Karakter (perpustakaan, musium, kebun binatang, area konservasi), (5) Kerjasama dengan dunia
usaha dan Industri (DU/DI) dalam mengembangkan Penguatan Pendidikan Karakter, (6)
Keterlibatan tokoh agama dan/atau lembaga keagamaan (majelis taklim, persekutuan doa,
dharma gita) dalam memberikan Penguatan Pendidikan Karakter, (7) Kerja sama dengan media
masa, televisi, radio, koran dalam mengembangkan Penguatan Pendidikan Karakter, (8)
Kerlibatan tenaga profesional (dokter, bidan/perawat, hakim) dalam mendukung Penguatan
Pendidikan Karakter, (9) Keterlibatan tenaga ahli pertukangan (petani, bengkel, tukang kayu,
pengrajin, mebeler) dalam menunjang Penguatan Pendidikan Karakter
Dapat dinyatakan telah terlaksana dan dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan pada gambar
berikut:
30
Gambar 7. Grafik Hasil Analisis Pada 9 Indikator
Program PPK Berbasis Masyarakat
Sebagaimana ditunjukkan pada gambar tampak bahwa pada indikator Penguatan Pendidikan
Karakter Berbasis Masyarakat, tentang, “Program/kegiatan yang melibatkan orang tua peserta
didik dalam mendukung Penguatan Pendidikan Karakter” terlaksana pada 97,1% sekolah sampel.
Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa Penguatan Pendidikan Karaker Berbasis Masyakarat
untuk hal pelibatan orang tua peserta didik telah berlangsung dengan baik. Data pendukung lain
yang kami peroleh selain hasil analisis data pendampingan program Penguatan Pendidikan
Karakter, diperoleh gambaran bahwa Program Penguatan Pendidikan Karakter ini mendapatkan
dukungan dan pelibatan dari orang tua peserta didik. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh
sebagai hasil pendampingan menunjukkan kegiatan yang melibatkan orangtua peserta didik
dalam mendukung Penguatan Pendidikan Karakter. Dukungan dan kerjasama yang tinggi juga
diperoleh dari lembaga pemertintah BUMN/BUMD, Kepolisian, Dinkes, TNI dan BNN.
97,1
38,9
57,7
17,1 15,4
50,3
12,0
24,6
5,10,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
PER
SENTA
SE
INDIKATOR
PPK Berbasis Masyarakat
31
BAB V. KESIMPULAN
Berdasarkan pada temuan dan pembahasan dalam penelitian ini , maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter dengan indikator berbasis tindakan kelas
memiliki peran yang sangat pentingan membangun karakter pserta didik secara
signifikan karena Penguatan nilai-nilai yang ditanamkan pada kegiatan pembelajaran
belum secara utuh dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang banyak terjadi dan
dilakukan oleh peserta didik.
2. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter dengan indikator berbasis budaya sekolah
dapat menciptakan sebuah aturan yang mengintegrasikan nilai-nilai utama Penguatan
Pendidikan Karakter dalam tata tertib satuan pendidikan maupun tata tertib kelas. Untuk
bisa mentaati peraturan yang ada, diperlukan komitmen bersama dari seluruh warga
satuan pendidikan. Komitmen yang kuat dari guru sebagai warga satuan pendidikan
maupun guru sebagai tenaga kependidikan. Orang tua diharapkan memberi dukungan
terhadap penguatan pendidikan karakter di satuan pendidikan untuk membangun
pendiidkan karakter yang berbasis budaya sekolah
3. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter dengan indikator berbasis partisipasi
masyarakat dengan melibatkan mitra yang ada di masyarakat yaitu : Orang tua, tokoh
masyarakat, tokoh agama, pelaku usaha, akademisi, pegiat pendidikan, seniman,
budayawan, sastrawan, dan profesi lain. agar peserta didik mampu memahami budaya
masyarakat secara kontemporer.
8. Jurnal internasional terindeks
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN
REKAPITULASI ANGGARAN PENELITIAN
JADWAL PENELITIAN
No. Uraian Kegiatan Maret-Juni Juli 2019
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
1. Uji Coba Instrumen
2. Perbaikan Instrumen
3. Penyebaran Kuesioner
4. Pelaksanaan Observasi
4. Pelaksanaan Wawancara
5. Analisis Data
6. Laporan monev
7. Laporan akhir
32
NO Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan (Rp)
1 Gaji dan Upah (30%) Rp. 2.000.000,-
2 Bahan habis pakai dan peralatan (50%) Rp. 4.000.000,-
3 Perjalanan (20%) Rp. 4.000.000,-
Jumlah Rp. 20.000.000,-
27
DAFTAR PUSTAKA
Agus Wibowo dan Gunawan. 2015. Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ahmad Tafsir. 2005. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ali Imron. 2008. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia Proses, Produk dan Masa
depannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Arnstein, Geoge.1975. The Outcome. Phi Delta Kappa International.
Blaine R. Worthen, James R. Sanders. Educational Evaluation Alternative Approaches
and Practical Guidelines. (New York: Longman).
Daniel L Stufflebeam and Antony J Shinkfiel. 1968. Sistematic Evaluation, A Self
Instructional Guide to Theory and Practice. Boston: Kluwer Nijhoff Publissing.
Deddy Mulyana. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Djaali, Puji Mulyono dan Ramly. 2002. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PPs
UNJ.
Doni Koesoema A. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern.
Jakarta: Grasindo.
Eliot W.Eisner. 1975. The perspective eye: Toward reformation of educational evaluation.
Washinton, DC: American Educational Association.
George F Madaus, Michael S Sriven dan Daniel L Stufflebeam. 1983. Evaluation Models,:
Viewpoint on Educational and Human Services Educations. Boston: Kluwer- Nijhoff Publishing.
Hamid Al-Jufri. 2015. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. PT.Smart Grafika.
Heri Gunawan. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Alfabeta Bandung.
Irham Fahmi. 2012. Manajemen Kepemimpinan: Teori dan Aplikasi. Alfabeta, Bandung
James R Sanders,. et al. 1994. The Program Evaluation Standards. 2nd edition, California:
Sage Publication Inc.
Joint Committee on Standards for Educational Evaluatinon.1991. Ukuran Baku Untuk Evaluasi Program, Proyek, dan Materi Pendidikan.Semarang: IKIP Semarang Press.
Jonathan H. Robbins. 2006. Connoisseurship, assesments of performance and questions
reliability: aper presented at the 32nd
Annual Conference, Singapore.
Ki Hajar Dewantara. Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
28
Lexy J. Moeleong. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. EdisiRevisi. Bandung: PT.
RemajaRosdakarya.
Lise Chamisijatin. 2017. Buletin Guru Dikdas. September: Direktorat Pembinaan Guru
Pendidikan Dasar.
Malcolm M. Provus. 1969. The Discrepancy Evaluation Model: An Approach to Local
Program Improvement and Development. Pittsburg: Pittsburg Public Schools.
Michael Quinn Patton. 2002. Utilization-focus evaluation (UFE) Checlist. Kalamazoo, MI:
Evaluation Checklist Project, Evaluation Center, Western Michigan University.
Mochtar Kusuma. 2016. Evaluasi Pendidikan: Pengantar, Kompetensi dan
Implementasi. Yogyakarta: Dua Satria Offset.
Moh. Nazir. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Muchlas Samani dan Hariyanto, MS. 2011. Pendidikan Karaktear: Konsep dan Model.
PT. Remaja Rosdakarya.
Muhajir Effendy. 2016. Arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy
dalam Pelatihan Pengembangan Kapasitas untuk Penguatan Pendidikan Karakter di Hotel Santika, Jakarta, 27 September 2016 (transkrip rekaman Kemdikbud).
Muhammad Yaumi. 2014. Pendidikan Karakter: Landasan Pilar & Implementasi. Jakarta: Prenamedia Group.
Nanang Fatah. 2009. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda karya
Norman K Denzin dan Yvonna S. Lincoln. 2000. Handbook of Qualitative Research, 2nd edition. London: Sage Publication, Inc, International Educational and Professional Publisher.
Nur Aedi. 2014. Pengawasan Pendidikan: Tujuan Teori dan Praktik. PT. Raja Grafindo
Persada.
PASKA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Konsep dan Pedoman
Penguatan Pendidikan Karakter.
Robert O. Brinkerhoff,. et al. 1986. Program Evaluation: A Practitioner’s Guide for
Trainers and Educationer, fourth edition. Boston: Keluwer Nijboff, Publishing.
Roger Kaufman and Susan Thomas. 1980. Evaluation Without Fear, London.
Rois Arifin dan Helmi Muhammad. 2016. Pengantar Manajemen. Jakarta: Empat dua.
Samsudin, S. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung. CV. Pustaka Setia.
Stufflebeam, Daniel L. 1999. Foundation model for 21st
Century Program Evaluation.
Kalamazoo, MI: The Evaluation Center, Western Michigan University.
29
Stufflebeam, Daniel L. 2003. The CIPP model for evaluation: An update, a review of the
model’s of development, a checklist to guide implementation. Present at the 2003
Annual Conference of the Oregon Program Evaluator Network (OPEN).
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin, Abdul Jabar. 2007. Evaluasi Program Pendidikan:
Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharsimi Arikunto. 1993. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suyadi.2013.Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter.PT. Remaja Rosdakarya.
Thomas Lickona. 1992. Educating For Character: How Our School Can Teach Respect and
Responsibility. New York : Bantam Books.
Wirawan, 2016. Evaluasi: Teori, Model, Metodologi, Standar, Aplikasi dan profesi. Raja
grafindo Persada.
Yahya Khan. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta : Pelangi
Publishing.
Yoyon Bahtiar Irianto. 2011. Kebijakan Pembaharuan Pendidikan: Konsep, Teori, dan
Model. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persata.
Zahara Idris.2107. Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung : Angkasa.
Zubaedi. 2013. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
30
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian
1. Honor 30 %
Pelaksana Honor/jam Waktu Minggu Honor per tahun
(Rp) (jam/mi (Rp) nggu)
Ketua 21.875 10 16 3.000.000
Anggota 19.531 8 16 1.500.000
Anggota 19.531 8 16 1.500.000
Sub total (Rp) 6.000.000
2. Bahan dan luaran 50 %
Material Justifikasi Kuantita Harga Harga peralatan
pemakaian s Satuan (Rp) penunjang (Rp)
Pembuatan instrumen 10 100,000 1,000,000
Pengolahan instrumen 1 650,000 650,000
Pembuatan laporan 5 100,000 500,000
Instrument Observsi 150 30 150 675,000
Uji Coba Instrumen 20 8750 175,000
Kertas HVS 10 60,000 600,000
Tinta Printer 12 100,000 1.200,000
Pengolahan Data 3 400.000 1200.000
Cendera Mata 20 100,000 2000.000
Pembuatan dan up 1 2000.000 2000.000 load ke jurnal
Sub Total (Rp) 10.000.000
3. Perjalanan 20%
1. Transportasi 4 2 100.000 800.000 observasi
2. Transportasi 4 2 100.000 800.000 pengambilan data
3. Transportasi 4 2 100.000 800.000 wawancara
4. Transportasi 4 2 100.000 800.000 pengambilan
dokumen
5. Transportasi 4 2 100.000 800.000 penyempurnaan
data
Sub Total 4.000.000
Total Anggaran Diperlukan (Rp) 10.000.000
31
Lampiran 2. Tim peneliti, ketersediaan sarana dan prasarana penelitian
4. TimPeneliti
N Nama Jabatan Bidang Instansi Asal Alokasi
o keahlian Waktu
(Jam/Mg)
1 Dr. Fetrimen, M. Pd Ketua Manajemen UHAMKA 16
Pendidikan
2 Dr. Bunyamin,M. Pd Anggota Manajemen UHAMKA 12
Pendidikan
3 Dr. Yessi Y Sari, M. Pd Anggota Manajemen UHAMKA 12
Pendidikan
5. Ketersediaan sarana dan sarana penelitian
NO SARANA KONDISI PT
KOLABORASI
1 Laboratorium ICT Baik UHAMKA
2 Perpustakaan Baik UHAMKA,
UNJ
3 Buku Sumber Baik Prodi,
UHAMKA,
UNJ
32
Lampiran 2. Biodata Peneliti
A. Identitas Diri
33
B. PengalamanPenelitianDalam 5 TahunTerakhir
No
Tahun
Judul Penelitian Pendanaan
Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2012 Fungsi Aset Tanah Milik LPM 15.000.000
Persyarikatan Muhammadiyah UHAMKA
Sebagai Sarana Dakwah di PWM
Sumatera Barat
2 2013 Pemberdayaan Tanah Wakaf LPM 15.000.000
dan Non Wakaf Milik UHAMKA
Persyarikatan di PWM Jambi
3 2014 Menelaah Kepastian Status LPM 15.000.000
Tanah Wakaf dan Tanah Milik UHAMKA
Persyarikatan di PWM Lampung
C. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun
Terakhir
No
Tahun
Judul Pengabdian Pada Pendanaan
Masyarakat Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2015 Pelatihan Manajemen LPPM 7.000.000
Kepimimpin Pada Pengurus UHAMKA
Cabang Muhammadiyah Ciracas
Jakarta Timur
2 2013 Pelatihan Manajemen Organi LPPM 11.000.000
sasi Pada Pengurus PDM Ku UHAMKA
ningan
3 2012 Mengembangkan Keterampilan LPPM 7.000.000
Penanaman TOGA pada Pengu UHAMKA
rus Cabang Muhammadi yah
Batu Jaya Karawang
34
D. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun
Terakhir
No
1
2
3
4
5
Judul Artikel Ilmiah
Membangun Pendidikan
Karakter Dengan Nilai-Nilai
Religius
Stretegi Pemanfaatan Ta nah
Wakaf Persyarikatan
Muhammadiyah
Manajerial Kepala Sekolah
Islam Dalam Memberikan
Pelayanan
Pendidikan Karakter Dalam
Perspektif Nilai Religius
Integrasi Konsep Diri
Stakeholder Dalam
Pembangunan Lembaga
Pendidikan
Volume/Nomor/Tahun
Prosiding MP UNJ No
01 Tahun 2013
Vol 2 Nomor 1, 2012,
No. ISSN : 2087-7056
Vol 2, Nomor 2, 2012
No. ISSN. 2087-7064
Vol 6 Nomor 6, 2013,
No. ISSN. 2087-6556)
Vol 1 Nomor 1, Mei-
Agustus 2012, No. ISSN.
2089-7812)
Nama Jurnal
Prosiding MP
UNJ
Jurnal Ekonomi
Islam
Jurnal Pendidik
an Islam
Jurnal Pendidik
an UMMU
Jurnal Modera
tio UHAMKA
6 Interaksi
Komunikasi
Pendidikan
dan Sistem
Dalam
Vol 5, No. 2, Nopember
2013 No. ISSN. 1978-
6115)
Jurnal
HUMANO,
Universitas
Khairun Ternate
E. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Para
Pertemuan/Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama Pertemuan
Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Ilmiah/Seminar Tempat
1. Lokakarya Wakaf Dalam Perspektif Medan, 2011
Good Governance
2. Lokakarya Pemberdayaan Aset Muham Palembang, 2012
madiyah yang Tidur
35
3. Lokarkarya Optimalisasi pemanfaatan Kupang, 2013
Aset Muhammadiyah
4. Lokakarya Manajemen Aset Mataram, 2014
5. Lokakarya Pendataan Aset yang Efektif Jayapura, 2014
36
Lampiran 3. Surat PernyataanKetuaPeneliti
Surat PernyataanKetuaPeneliti
Yang bertandatangan di bawahini:
Nama
NIDN
Pangkat / Golongan
JabatanFungsional
: Dr. Fetrimen,M.Pd
: 0323097701
: Penata/ IIIC
: Lektor
Denganinimenyatakanbahwa proposal penelitiansayadenganjudul:
“Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 122 Jakarta” yang diusulkandalamskema penelitian Lemlit UHAMKA
batch 2 bersifat original dan belum pernah di biayai oleh lembaga/sumber
dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,
maka saya bersedia dituntut dan di proses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.
Jakarta, 10 Januari 2019
Dr. Fetrimen, M. Pd
NIDN. 0323097701