pendidikan, globalisasi, danakhlak...

11
PENDIDIKAN, GLOBALISASI, DAN AKHLAK Miftahuddin FISE Universitas Negeri Yogyakarta Abstract Globali ation has started. People all over the world depend on each other in all aspects, such as cultural, economic, and political aspects. In the cultural aspect, in particular, the cultural boundaries have blurred. This era is a challenge for the field of education. For that reason, this article tries to emphasi e the importance of moral values as the main concern in the educational process. To prepare human beings who possess moral values in the globali ation era, educational institutions still play important roles although they are not the ones. All segments in society, mainly families, must prepare human sources with moral integrity. In reality, educational institutions have double roles; on the one hand, they must prepare learners with good personality, and on the other, they must prepare learners to be competitive in the dynamics of the global world s challenge. Keywords: Globali ation, culture, education, and akhlak (moral) A. Pendahuluan Sudah semestinya apabila pemben- tukan akhlak muliaharus tetap diprio- ritaskan dalam tujuan penyelenggaraan pendidikan. Namun, seiring lajunya aman rasanya semakin berat tan- tangan dunia pendidikan ini dalam rangka menyiapkan manusia yang mempunyai akhlak Diketahui, bahwa pada era globalisasi ini, batas- batas budaya sulit dikenali. Oleh ka- rena itu, tugas dunia pendidikan se- makin beratuntuk ikut membentuk saja insan yang siap berkom- tetapi juga mempunyai akhlak mulia dalam segala tindakannya se- bagai salah satu modal 50sial (capital socian. Agar terbentuknya insan yang berakhlak mulia, tentu sajaada suatu turltutan bagaimana proses pendidikan yangdijalankan mampu mengantarkan manusia menjadi pribadi yang utuh, baik secara jasmani maupun rohani. (Danim, 2006: 65). Lebih dari itu, dunia pendidikan masih dihadapkan pada kerusakan yang tengah dialami bangsa Indonesia, yaitu permasalahan krisis multidimen- si . Artinya, krisis yang tengah melan- da bangsa ini tidak hanya dalam bidang financial moneter (keuangan) semata, melainkan juga adanyapengelolaan yang lemah (weak governance) dalam urusan pemerintahan serta kekuasaan, sehingga semakin merambah meliputi semua segi kehidupan bangsa (Madjid, 2004: 113). Untuk itu, penegakan akhlak yang mulia harus menjadi agenda yang tidak boleh dikesampingkan karena le- mahnya akhlak inilah yang tampaknya menyebabkan bangsa ini mengalami krisis multidimensi. Dapatlah diamati, KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) yang menjadi penyakit bangsa ini sulit dihentikan, seakan-akan telah menjadi suatu budaya. Bahkan, pada era refor- masi ini· ditemui, untuk tidak mengata- kan banyak, orang yang awalnya me- neriakkan hentikan korupsi , sekarang 131

Upload: others

Post on 13-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDIDIKAN, GLOBALISASI, DANAKHLAK Miftahuddinstaffnew.uny.ac.id/upload/132305856/penelitian/Pendidikan...Commission), OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), perjanji

PENDIDIKAN, GLOBALISASI, DAN AKHLAK

MiftahuddinFISE Universitas Negeri Yogyakarta

AbstractGlobali ation has started. People all over the world depend on each other in all

aspects, such as cultural, economic, and political aspects. In the cultural aspect, inparticular, the cultural boundaries have blurred. This era is a challenge for the fieldof education. For that reason, this article tries to emphasi e the importance of moralvalues as the main concern in the educational process. To prepare human beingswho possess moral values in the globali ation era, educational institutions still playimportant roles although they are not the ones. All segments in society, mainlyfamilies, must prepare human sources with moral integrity. In reality, educationalinstitutions have double roles; on the one hand, they must prepare learners withgood personality, and on the other, they must prepare learners to be competitive inthe dynamics of the global world s challenge.

Keywords: Globali ation, culture, education, and akhlak (moral)

A. PendahuluanSudah semestinya apabila pemben­

tukan akhlak muliaharus tetap diprio­ritaskan dalam tujuan penyelenggaraanpendidikan. Namun, seiring lajunyaaman rasanya semakin berat tan­

tangan dunia pendidikan ini dalamrangka menyiapkan manusia yangmempunyai akhlak mulia~ Diketahui,bahwa pada era globalisasi ini, batas­batas budaya sulit dikenali. Oleh ka­rena itu, tugas dunia pendidikan se­makin beratuntuk ikut membentuk¥~&lJkan saja insan yang siap berkom­~tYetisi, tetapi juga mempunyai akhlakmulia dalam segala tindakannya se­bagai salah satu modal 50sial (capitalsocian. Agar terbentuknya insan yangberakhlak mulia, tentu sajaada suatuturltutan bagaimana proses pendidikanyangdijalankan mampu mengantarkanmanusia menjadi pribadi yang utuh,baik secara jasmani maupun rohani.(Danim, 2006: 65).

Lebih dari itu, dunia pendidikanmasih dihadapkan pada kerusakanyang tengah dialami bangsa Indonesia,yaitu permasalahan krisis multidimen­si . Artinya, krisis yang tengah melan­da bangsa ini tidak hanya dalam bidangfinancial moneter (keuangan) semata,melainkan juga adanyapengelolaanyang lemah (weak governance) dalamurusan pemerintahan serta kekuasaan,sehingga semakin merambah meliputisemua segi kehidupan bangsa (Madjid,2004: 113). Untuk itu, penegakan akhlakyang mulia harus menjadi agenda yangtidak boleh dikesampingkan karena le­mahnya akhlak inilah yang tampaknyamenyebabkan bangsa ini mengalamikrisis multidimensi. Dapatlah diamati,KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme)yang menjadi penyakit bangsa ini sulitdihentikan, seakan-akan telah menjadisuatu budaya. Bahkan, pada era refor­masi ini· ditemui, untuk tidak mengata­kan banyak, orang yang awalnya me­neriakkan hentikan korupsi , sekarang

131

Page 2: PENDIDIKAN, GLOBALISASI, DANAKHLAK Miftahuddinstaffnew.uny.ac.id/upload/132305856/penelitian/Pendidikan...Commission), OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), perjanji

132

sebaliknya dia sendiri yang melakukanKKN. Seakan-akan dia berteriak karenabelum mendapat bagian kue, danketika giliran mendapatkannya lantasdiam.

Melihat keadaan semacam ini, tidakberlebihan apabila salah satu prioritasgarapan dunia pendidikan adalahmengatasi krisis akhlak yang tengahmelanda bangsa int. Namun, terkadangmemang terasa ·ironis, disebabkan ke­banyakan yang melakukan tindak ko­rupsi atau berperilaku tidak berakhlakadalah mereka orang-orang yangterdidik . Mereka adalah orang yang

pernah mengenyam dunia pendidikan,yang rata-rata pernah duduk di tingkatpendfdikan menengah lanjutan sampaiperguruan tinggi, bahkan tingkat dok­toral. Pertanyaannya adalah, apakahhal tersebut menandakan kurang ber­hasilnya dunia pendidikan bangsaIndones~a? Atau,perilaku yang se­macam ini sudah menjadi· mental ke­banyakan masyarakat bangsa Indo­nesia, sehingga sulitdisembuhkan. Ter­lepas dari semua itu, tetap bahwa pen­didikan akhlak atau pendidikan huma­niora harus dikedepankan. Dengandemikian, tidak semestinya terdengaratau keluar perkataan putus asa .

B. Pembahasan1. Globalisasi dan Tantangannya

Globalisasi secaraumum, sebagai­mana .diungkapkan S tompka (2004:101-102) .dapat diartikan sebagai prosesyang menghasilkan dunia tunggal.Artinya, masyarakat di seluruh duniamenjadi saling tergantung pada semuaaspek kehidupan baik secara budaya,ekonomi, maupun politik, sehinggacakupan saling ketergantungan benar­benar mengglobal. Misalnya, dalam bi­dang politik, globalisasi ditandai .de­ngan adanya kesatuan supranasionaldengan berbagai cakupan blok politik

dan militer dalam NATO (NorthAtlantic Organization), koalisi kekuasaandominan, dan organisasi berskala inter­nasional seperti PBB (PerserikatanBangsa Bangsa).

Selanjutnya, globalisasi dalam bi­dang ekonomi ditandai dengan pening­katan peran koordinasi dan integrasisupranasional, seperti EFTA (EuropeanFree Trade Association), EC (EuropeanCommission), OPEC (Organization of thePetroleum Exporting Countries), perjanji­an kerja sarna ekonomi regional sertadunia, .pembagian kerja dunia, dan pe­ningkatan peran kerja sarna multinasio­nal (S tompka, 2004: 102-103). Fakih(2002: 219) menambahkan bahwa glo­balisasi di bidang ekonomi dapat di­pahami sebagai suatu proses penginte­grasian ekonomi nasional berbagaibangsa ke dalam ·sistem.ekonomi glo­bal. Oleh karena itu,sejak dicanang­kannya penandatanganan kesepakatanGATT (General Agreement on Tariff andTrade), ditandatanganinya aneka kese­pakatan lainnya, seperti NAFTA (TheNorth American Free Trade Agreement),APEC (Asia Pacific Economy Conference),serta WTO (World Trade Organization),dan dilaksanakannya Structural Adjust­ment Program oleh Bank Dunia, per­tandaglobalisasi tengah berlangsung.Sebenarnya, ditinjau dari sejarah per­kembangan ekonomi, pada dasarnyaglobalisasi merupakan salah satu faseperjalanan panjang perkembangan ka­pitalisme liberal, yang secara teoretistelah dikembangkan oleh Adam Smith.Dengan demikian, ·sesungguhnya glo­balisasi merupakan kelanjutan dari ko­lonialisme dan developmentalism (Fakih,2002: 211).

Sementara itu, globalisasi di bidangbudaya ditandai dengan kemajuanmenujukeseragaman. Dalam hal ini,media massa, terutama televisi, meng­ubah dunia menjadi sebuah dusun

Cakrawala Pendidikan, Juni 2008, Th. XXVII, No.2

Page 3: PENDIDIKAN, GLOBALISASI, DANAKHLAK Miftahuddinstaffnew.uny.ac.id/upload/132305856/penelitian/Pendidikan...Commission), OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), perjanji

global". Informasi dan gambaran peris­tiwa yang terjadi di tempat yang sangatjauh dapat ditonton jutaan orang padawaktu· hampir bersamaan, sehinggapengalaman budaya, seperti selera, per­sepsi, dan pilihan relatif sarna. Di sam­ping itu, muncul juga bahasa· Inggrissebagai bahasa global yang berperansebagai alat komunikasi profesional dibidang bisnis, ilmu pengetahuan, kom­puter, teJrnologi, transportasi, dan di­gunakan sebagai alat komunikasi· pri­badi dalam bepergian. Di bidang tekno­logi komputer, program yang sarna di­gunakan di seluruh dunia sebagai polaumum dalam menyusun dan mem­proses data serta informasi. Akhirnya,tradisi budaya pribumi atau lokal se­makin terkikis dan terdesak, serta me­nyebabkan budaya konsumen atau bu­daya massa model Baratmenjadi bu­daya universal yang menjalar ke se­luruh dunia (Sztompka, 2004: 102-103).

Pengertian globalisasi di atas tidakjauh berbeda dengan apa yang pernahdikemukakan Abdullah (2006: 107).Menurutnya, budayaglobal ditandaidengan adanya integrasi budaya lokalke dalam suatu tatanari global. Nilai­nilai kebudayaan luar yang beragammenjadi dasar dalam pembentukansub-sub kebudayaan yang· berdiri sen­diri dengankebebasan-kebebasan eks­presi. Globalisasi yang ditandai olehperbedaan-perbedaan dalam kehidup­an telah mendorong pembentukan de­finisi baru tentang berbagai hal· danmemunculkan praktik kehidupan yangberagam. Proses integrasi masyarakatke suatu tatanan global yang dianggaptidak terelakan inilah yang. akan men~

ciptakan suatu masyarakat yang terikatdalam suatu jaringan komunikasi in­ternasional yang begitu luas denganbatas-batas yang tidak begitu jelas.Dengan demikian, selain arus orangdan barang, arus informasi merupakan

133

suatu keuntungan dan sekaligus suatuancaman yang sangat berbahaya.· M'isal­nya, terbentuknya diversitas (perbeda­an), pembentukan nilai jangkapanjang,dan hilangnya humanitas (perikemanu­siaan) (Abdullah, 2006: 166).

Secara jelas pada era globalisasi ini,sebagaimana yang sekarang terjadi,dunia seolah sudah tidak memiliki lagibatas-batas wilayah dan waktu. Food,fashion, dan [un (makanan, mode, danhiburan) merupakan gejala yang sangatkentara pada era inL Food berarti orangtidak lagi makan makanan dari da­erahnya, karena banyak makanan danminuman .. disajikan secara sarna diseluruh ·dunia.Misalnya, resep KolonelSanders dari Kentucky Fried Chickendapat dinikmati baik oleh pendudukChicago maupun penduduk berbagaipelosok Indonesia sekalipun. Fashionmenandakan bahwa sekarang terdapatkota-kota tertentu yang menentukanperkembangan busana untuk seluruhdunia. Semacam ini dapat dilihat dalammajalah modePrancis Elle yang dicetakdalam enam belas edisi internasional.Demikian pula, CNN (Cable News Net­work) yang merupakan stasiun televisiinternasional melaporkan mode-modebaru dari New York, Tokyo, Milan, danParis. Selanjutnya, fun berarti sekaranghiburan menjadi bisnis internasional,seperti film, musik,· dan macam-macamkegiatan hiburan lainnya dikelola se­cara internasional (Rakhmat, 2003: 71­72).

Di belahan separuh .dunia, orangsecara jelas dan mudah dapat berbicaramelalui telepon dikarenakan adanyafasilitas satelit. Dalam hal ini, berbagaiorang dapat menyaksikan PertandinganSepak ·Bola Piala Dunia secara langsungdi Dortmun, Jerman, lewat Satelit siar­an langsung di televisi. Orang juga bisaberbicara lewat tulisan melalui internet,yang berarti tanpa ada sensor ... dari

Pendidikan, Globalisasi, dan.Moralitas

Page 4: PENDIDIKAN, GLOBALISASI, DANAKHLAK Miftahuddinstaffnew.uny.ac.id/upload/132305856/penelitian/Pendidikan...Commission), OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), perjanji

134

tangan siapapun. Dengan alatcanggihtersebut, keglamoran dan kebebasanberlebihanyang terjadi di Hollywood,Amerika Serikat detik itu juga bisa di­saksikan, misalnya, di Indonesia dalamwaktu yangbersamaan (Azizy, 2004:19-20). Melalui internet, orang juga de­ngan bebas dapat mengakses gambar­gambar· tubuh .manusia secara vulgar,dan bahkan dengan adegan-adeganyang dapat merusak pikiran manusia.

Fenomena globalisasi memang su­dah tidak dapatdihindari lagi oleh sia­papun, .kecuali dia sengaja mengung­kung diri·· menjauhi interaksi dan ko­munikasi· dengan yang lain. Hanya sajayang .perlu disadari dan mendapatcatatan, di samping ·globalisasi mem­bawa manfaat, namun juga mendatang­kan madlarat. Oleh karena itu, haruspandai-pandal menyikapinya, misal­nya, jikalau nilai-nilai yang terdapatdalam globalisasi itu positif maka tidaksalah· untuk mengambilnya, sebaliknyajikahal itu :memang negatif maka harusdapat .membendungnya. Dalam hal ini,ungkapan. seperti al-akhdu bi al-jadid al­aslah (ambillah hal-hal yang. baru yangsekiranya· baik dan banyak mengan­dung maslahat) mungkin dapat dijadi­kan dasar· pijakan.

Sebagaimana· diungkapkan Azizy(2004;25), apabila globalisasi itu me­mang memberi hal-hal, nilai, dan prak~

tik yang positif yang tidak berbenturandengan· btldaya lokal, nasional, danterutama sekali nilai agama, haruslahmenjadi tantangan bagi bangsa Indo­nesia ·untuk mampu .menyerapnya.Dengan kata lain, ·bagaimana agar nilai­nilai· positif yang ada di Barat, ataubahkan di belahan negara lain yangmasuk dapat dipraktekkan di·· tengah­tengahmasyarakat.. Budaya positif ter­sebut mencakup disiplin, kebersihan,tanggung jawab,". egalitarianisme, kom­petisi, kerja .. keras, penghar,-gaan .... ter-

hadap orang· lain .yang membutuhkanbantuan, demokratisasi, dan semacam­nya.

Sebaliknya, yang harus disadari,globalisasi juga banyak mengandunghal-hal yang negatif. Misalnya, karenaglobalisasi mengaburkan· batas-batasbudaya, akibatnya aneka budaya se­luruh umat di jagat raya ini mudahdiakses dan ditiru lewat media televisimaupun internet. Oleh karena itu,dengan mudah orang mengakses gaya,model, perilaku, atau cara berbusanayang pada hakikatnya bertentangandengan nilai-nilai akhlak yang mulia.Dampak ··yang tidak baik pun dapatdirasakan, terutama bagi kalangananak-anak dan kaum remaja. Dapatlahdisaksikan, bahwa budaya yang..se­macam itu, yang kebanyakan. terjadi diBarat dan tidak terkecuali di Indonesia,telah membawa perilaku sex bebas, •se­buah perilaku yang tidak bertanggungjawab. ~

2. Pendidikan dan Era GlobalisasiTelah dikemukakan bahwa pen­

didikan merupakan salah satu. sCifanayang dapatdijadikan pengembanganmodal sosial (social capital). Modal sosialsendiridapat .berarti SDM (SumberDaya Manusia) yang mempunyai ke­jujuran,kepercayaan, kesediaan, dankemampuan·untuk bekerjasama, berko­ordinasi, penjadwalan waktu dengantepat, dan kebiasaan untuk berkontri­busi dalam upaya pembangunan(Kapahang, dkk., 2001). MenurutFukuyama (1999), modal sosialadalahserangkaian nilai atau norma sosialyang dihayati.oleh anggotakelompok,yang memungkinkan terjadinya kerjasarna antara· para anggotanya. Lebihlanjut diketahui, bahwa salah satu mo­dal sosial.yang· terpenting adalah trust,yakni .keyakinan bahwa para anggota

Cakrawa~aPendi,dikan,Juni 2008, Th. XXVII, No.2

Page 5: PENDIDIKAN, GLOBALISASI, DANAKHLAK Miftahuddinstaffnew.uny.ac.id/upload/132305856/penelitian/Pendidikan...Commission), OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), perjanji

masyarakat dapat saling berlaku jujurdan dapat diandalkan.

Pengembangan modal sosial dapatberarti terciptanya insan. yang sem­purna. Jika ini yang diharapkan, berartiera globalisasi merupakan tantangansendiri. Pada era ini lembaga pen­didikan, di samping harus menciptakanSDM yang mampu berkompetensi danberprestasi, juga harus dapat menyiap­kannya·agar mampu menghadapi akul­turasi budaya yang luar biasa, terutamadari negara-negara Barat. Artinya, pactaera globalisasi ini dunia pendidikandituntut mempunyai peran ganda. Per­tama, harus mempersiapkan manusiayang berkualitas dan mampu berkom­petisi sesuai dengan kemajuan ilmudan· .teknologi, atau manusia yangmempunyai kesiapan mental dan. se­kaligus kesiapan kemampuan skill(profesional). Kedua, yang tidak kalahpentingnya adalah .bagaimana duniapendidikan ini mampu menyiapkanmanusia yang berakhlak mulia.

Dengan demikian,pada satu sisi,proses pendidikan. harusdapat me­nyiapkan anak didik yang dapatme­nyesuaikan diri dengan masyarakatsekarang dan akan datang, masyarakatyang semakinlama semakin sulit di­prediksi karakteristiknya. Hal ini di~

karenakan di era kehidupan 'global ini,dengan adanya berbagai penemuan da­lam bidang teknologi informasi, orangharus dapat membelajarkan diri dalamsuatu proses pendidikan yang bersifatmaya (virtua~. Implikasinya, bahwapendidikan harusmampu mempersiap­kan bangsa ini menjadi komunitas yangterberdayakan dalam menghadapi ke­hidupan global yang semakin lamasemakin menggantungkan diri padateknologi informasi (Suyanto, 2004). Sisilain, proses pendidikan. tidak bolehmengenyampingkan pembentukan ke­pribadian. Masyarakat sekolah haruslah

135

masyarakat yang berakhlak. Kampus,misalnya,bukan semata~mata. hanyawahana untuk meningkatkan ke.mam­p.uan intelektual,. tetapi juga kejujuran,kebenaran,. dan pengabdian pada ma­syarakat. Secara keseluruhan budayakampus adalah budayayang berakhlakmulia. Kampus semestinya menjadi pe­lopor .dari perubahan. kebudayaan .. se­cara total yang bukan hanya nilai-nilaiilmu pengetahuan dan teknologi, tetapijuga tempat persemaian dari pengem...bangan nilai-nilai. akhlak kemanusiaan(Tilaar, 2002: 76).

Pendidikan memang erat kaitannyadengan pembentukan·mental yang ber­akhlak. Sebagaimana digariskaI1·· olehkaum eksperimentalis, bahwa pen­didikan itu tidak hanya. berarti mem­berikan .pelajaran kepada .subjek didikagar dapat menyesuaikan diri terhadapsituasikehidupan nyata, tetapi lebihdari itu adalah tempat meningkatkankualitas hidup manusia dengan. mem~pertinggi pengalaman moral· (Barnadip,1996:20). Demikian pula,. aliran esensia­lisme· dan .perenialisme ... ·menyatakan .'bahwa di samping. proses pendidikanbertujuan untuk pembentukanl\~cer­

dasan, tetapi juga bagaimana pendidik­an dapat membentuk tingkahJaku yangcerdas sebagai tujuan utal11a. Merekatidak memungkirikenyataan· bahwapendidikan ituadalah sarana tempatpembentukan watak atas ... nilai-nilaibudaya yang luhur. SementCl.ra.itu, ter~

bentuknya watak, kepribadian, dankualitas manusiayang lain tidak dapatdilepaskan dari kecerdasan tingkahlakuseseorang (Barnadib, 1996:.36).

Arti pendidikan di atas menunjuk,­kan bahwa masalah akhlak (pemben­tukan kepribadian) adalah tidakdapatditinggalkan, bahkan menjadi tujuanutamapendidikan. Dikatakan, tujuanprimer dan tertinggi usaha pendidikanadalah peningkatan (tarbiyah) nilai ke-

Pendidikan,Globalisasi,.dan Moralitas

Page 6: PENDIDIKAN, GLOBALISASI, DANAKHLAK Miftahuddinstaffnew.uny.ac.id/upload/132305856/penelitian/Pendidikan...Commission), OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), perjanji

136

sucian manusia dalam .. fitrahnya yangdianugerahkan .Tuhan. Setelah itu,· barumengarah .kepada tujuan sekunderyang semata-mata untuk menopangtujuan primer tersebut, yaitu sebagaiinvestasi modal manusia (human capitalinvestment) dengan duamacam dam­paknya. Pertama, dampak peningkatankemampuan kerja dengan keahIian· danprofesionalisme. Kedua, berkaitan ·de­ngan .tujuan·pokok pendidikan itu sen­diri sesuai dengan bidang-bidang yangdikembangkannya, seperti teknologi,kesehatan, manajeman, pertanian, ke­guruan, dan sebagainya (Madjid, 2004:149).

Intinya,:cli alam era globalisasi ini,tugaspendidikan, khususnya di Indo­nesia, di samping ·harus mampu me­nyiapkan .manusia yang mampu ber­kompetisi, tetapi juga harus rriampumenyiapkanpesertadidik agardapatmenghadapi akulturasi ·budaya yangluar biasa, terutama dariBarat. Namun,perlu ditekankan, sebenarnya derasnyaarus budayamancanegara ke Indonesiabukanlah presenden .bUfUk bagi rakyatapabila mampu menyaring, mengambilyang baik, dan meninggalkan yang bu­ruk ". (Zamroni, ·2004: 213) Pendidikanharus dapat berperan sebagai alatyangampuh untuk menyaring budaya-bu­dayayang masuk dan sekaligusmenguatkan· budaya lokal yang· me­mang. ·masih perludijunjung. Dengandemikian, lembaga pendidikan ditun­tut, misalnya, harus menciptakan kuri~

kulum yang dapat memberdayakan tra­disi· loka!, supaya tidak punah karenaakibat pengaruh globalisasi yang tidaklagi mengenal sekat-sekat primordialdan batas-batas wilayah bangsa.

Sementara itu, para pendidik yangberposisi sebagai sumber nilai, harusorang yang selalu dapatditaati dandiikuti (Buchori, 1994: 105). Untuk itu,pendidik dituntut harus .selalu ber-

usaha membekali dirinya agar dapatmenjadi teladan. Sebagai orang yangberilmu, pendidik semestinya harusselalu menghindarkan diri dari segalaakhlak dan perbuatan yang tercela,memelihara diri dari kenistaan, ·sepertitamak (mengharap sesuatu dari oranglain '.. secara berlebih~lebihan), sehinggatidak menimbulkan kesan yang hinaterhadap ilmu dan sifat ilmuwan yangdisandangnya. Demikian pula, orangyang berilmu hendaknya bersifat tawa­dIu (merendahkan hati tetapi bukanminder) , dan jangan bersifat sebaliknya(sombong) ,. serta haruslah memilikisifat·iffah (memelihara diri dari beragambarang haram dan tidak baik)(Miftahuddin, 2006:245). Tidak salahdalamhal ini apabila para pendidikmenengok kembali apa yang pernahdikatakan AI-Zarnuji, bahwa

"wayambagh Ii ahli al-ilmi an 1yadzilla nafsahu bi al-tam'i fi ghairimatma'in wa yataharraza 'amm f himadzallatu al- 'ilmi wa ahlih, wayak numutawadi'an -wa al-tawada'ubaina al-takabburi wa al-madzallati ­wa al.. 'iffahtu" (al-Zarnuji, t.th.: ·11­12).Artinya, "sebaiknya bagi orang

yang berilmu, janganlah membuat diri­nya sendiri menjadi hina lantaran ber­buat tamak terhadap sesuatu yang ti­daksemestinya, dan hendaknya men­jaga dari perkara yang dapat menjadi­kan hinanya ilmu dan para pemegangilmu, sebaliknya, berbuatlah tawadlu(sikap tengah~tengah antara sombongdan keeil hati) dan iffah. "

Para pendidik diharapkan pula ti­dak bersikap dan berbuat sebagaimanadigambarkan dalam al-Qur'an, yangberbunyi:

" Y ayyuha al-1adz na manu limataquluna m I taf'al n. Kaburamaqtan 'inda Allah an taql m 1taral n".

Cakl1i!:walaPendidikan, Juni 2008,Th. XXVII, No.2

Page 7: PENDIDIKAN, GLOBALISASI, DANAKHLAK Miftahuddinstaffnew.uny.ac.id/upload/132305856/penelitian/Pendidikan...Commission), OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), perjanji

Artinya, "hai orang-orang beriman,mengapa katnu mengatakan apayang tidak kamu perbuat. Amatbesar kebencian di sisi Allah ketikakamu mengatakan apa yang tidakkamu perbuat" (Q.S. Ash Shaff: 2­3).Selanjutnya, dapat diyakini bahwa

pendidikan formal saja sebagai saranatempatprosespendidikan dijalankan,misalnya, dari TK (Taman Kanak­kanak) sampai perguruan tinggi, tidakmemadai terutama sebagai saranamembekali peserta didik agar tidakterjerumus dalam tingkah laku yangtidak berakhlak. Oleh karena itu, se­genap komponen masyarakat harus an­dil dalam proses pendidikan ini, walau­pun peran utama tetap dipegang olehlembaga pendidikan formal (Sudarwan,2006:69). Untuk itu, dunia pendidikanmempunyai peran ganda, di sampingtugas utamanya·adalah mendidik pe­serta· didik, juga harus mengajak ataumemberi pengetahuan kepada masya­rakat secara umum tentang pentingnyamenjunjung nilai-nilai akhlak mulia.Atau, dengan bahasa lain, sebagaimanadiungkapkan, bahwa

"setidaknya ada satu langkah yangtengah ditempuh oleh pemerintah,dengan menyelenggarakan pen­didikan berbasis masyarakat (schoolbased community). Upaya ini harusdimulai dengan adanya sinergitasantara masyarakat setempat denganpihak sekolah. Karena diketahuibahwa peserta didik paling lamasehari hanya 7 jam dari 24 jamber­ada di sekolah atau kampus, se­dangkan waktu yang lain merekagunakan untuk berkumpul bersamakeluarga (Zamroni, 2004, 213-214)".Intinya, .dunia pendidikan harus

mengajak. masyarakat, lebih-lebih ling­kungan keluarga, untuk ikut menyiap­kan SDM yang tangguh, mampu ber-

137

saing, dan sekaligus memiliki akhlakmulia. Terkait dengan hal lni, tidaksalah apabila meminjam konsep dalamIslam "long life education" (belajar sejakdari pangkuan ibu sampai ke lianglahat). Konsep ini menunjukkan, bahwapada tahap-tahap awal, khususnyasebelum memasuki bangku sekolah dansampai dewasa, peran orang tua amatkrusial serta menentukan dalam me­nanamkan pada anak tentang nilai-nilaiyang perlu dijunjung (Syuhud, 2005).Apalagi era sekarang ini, dengan' .ada­nya arus informasi, seperti televisi atauinternet, tentu peran keluarga sangatmenentukan sebagai 'pendidik yangpertama, dan harus dapat menunjuk­kan pada anak-anaknya mana yangpositif dan mana yang negatif.

Televisi, tentu mengandung plusdan minus. Satu sisi, televisi adalahsebuah produk kemajuan ilmupengeta­huan dan teknologi yang diakui telahbanyak memberikan pengaruh positifdan kemajuan bagi manusia danke­budayaannya. Misalnya, lewat televisiide-ide modernisasi dan'perribangunahdengan cepat dapat disebarkan ke se­luruh pelosok. Televisi dapat dikatakansebagai salah satu media komunikasimassa yang ampuhdalam menyebar­kan pesan-pesan modetnisasi dan pem­bangunan. Melalui televisi dapat di­kenalkan nihii-nilai' baru yang akanmendukung keberhasilan pembangun­an guna kemajuan kebudayaan danperadaban manusia. Namun, di sisi lainperlu disadari, bahwa televisi juga telahmampu menghentikan aktivitas .dankegiatan manusia,' inilah yang seringtidak disadari.. Dapat dirasakan, dengankebiasaan duduk dan berkhayal didepan televisi, timbullah sikap' mentalpasif, malas, segan mengerjakan ini danitu. Segalanya ingin serba .gampang,seperti yang disaksikan dalam ke­banyakan film-film di layar televisi.

Pendidikan, Globalisasi, dan Moralitas

Page 8: PENDIDIKAN, GLOBALISASI, DANAKHLAK Miftahuddinstaffnew.uny.ac.id/upload/132305856/penelitian/Pendidikan...Commission), OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), perjanji

138

Televisi telah mendatangkan kesenang­an· pasif, karena orang akan menjaditerbiasa menonton orang lain bekerja,bermain, daripada dia sendiri yangmelakukan.. Keadaan ini menjadi lebihburuk lagi apabila pihak penyelenggarasiaran televise tidak menyadari hal itu,dengan· tetap menyiarkan acara-acarayang dapat menambahsuburkan sikapmental semacam itu· (Azra, 1998: 169­172).

Keluarga .memang memegang pe­ranan .. yang penting untuk mengarah­kan. anak-anak, sehingga keberadaantelevisi ini tidak membuat anak malas,akan tetapi sebaliknya. Selanjutnya,perlu diakui bahwa di era sekarang inikemerosotan akhlak tengah menggejaladi tengah-tengah masyarakat. MenurutHartana (2004) , kemerosotan akhlakakibat globalisasi ini ditandai denganbobroknya perilaku umat manusia.Perilakumalima (madat,main, minum,madon, maling) seolah telah menjadibudaya yang sulit dihindari. Malima se­akanmenjadi "panglima" dalam sebuahkomunitas masyarakat yang sedang"sakit". Banyak orang yang berang­gapan di· zaman edanini, yen ora melungedan, mangka ora .bakal kumanan.Bahkan, penelitian BKKBN (BadanKoordinasi Keluarga Berencana· Nasio-"nal)menyebutkan 30 persen remajamelakukan free sex. Hal ini merupakantemuan mengejutkan sekaligus sangatmemprihatinkan. Untuk mencegah halitu, lingkungan. keluarga mempunyaiperan penting untuk mengontrol, ka­rena pola pendidikan agama, akhlak,dan perhatian keluarga akan sangatberpengaruh terhadap pergaulan anak­nya. Bahkan kini sudah menjadi halpenting, orang tuaharus memberikanpendidikan sex yang baik dan benarpada ·anaknya. (http://intra.aidsindo­nesia. or.id/index.php?option=com).

Keluarga rrlerupakan pen-didikan pertama, terpenting, dan ter­dekat yang bisa dinikmati anak. Pen­tingnya peranan orang tua dalam men­didik anak adalah memberikan dasarpendidikan, sikap, watak, danketeram­pilan dasar seperti pendidikan agama,budi-pekerti, sopan-santun, estetika,kasih sayang, rasa aman, dasar-dasarmematuhi peraturan, serta menanam­kan kebiasaan-kebiasaan yang baikdandisiplin..Di lingkungan keluargalah se­orang anak manusia mengenal nilai dannormakehidupan. Diketahui, di eraglobalisasi, dampak budaya dan ke­majuan teknologi merupakan wahana"penjajahan" bagi budaya yang domin­an. Nilai-nilai budaya dominan ini,yang ·sebagian besar tidak· sesuai de­ngan timbangan budaya Indonesia, ·su­dah menembus kamar-kamar dan se­keliling ·masyarakat. Untuk itu, keluar­ga bisa. dimetafora sebagai sebuah ben­teng yang mampu menciptakan 'imuni­sasi'bukan "sterilisasi" (Gunaryadi,2006).

Demikian pula, menurut Tafsir(2004: 155), pendidikan dalam rumahtangga sangat strategis dalam pem­bentukan akhlak dan kepribadian.Tujuan pendidikan dalam rumah tang­ga adalah agar anak mampu berkem­bang secara maksimal, yang meliputiseluruh ·aspek perkembangan anak­anak, yaitu secara jasmani, akal, danrohani. Tujuan lain ialah membantusekolah atau lembaga kursus dalammengembangkanpribadi anak didik.Sementara itu, yang bertindak sebagaipendidik dalam pendidikan rumahtangga adalah ayah-ibu, serta semuaorang. yang merasa bertanggung jawabterhadap perkembangan anak itu,seperti kakek, nenek, paman, bibi, dankakak, sekalipun yang paling ber­tanggung jawab adalah kedua orangtua.

CaJa:'fwa1aPendidikan, Juni 2008, Th. XXVII, No.2

Page 9: PENDIDIKAN, GLOBALISASI, DANAKHLAK Miftahuddinstaffnew.uny.ac.id/upload/132305856/penelitian/Pendidikan...Commission), OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), perjanji

Namun, mengingat keterbatasankeluarga, tampaknya tidak semuaorang tua mampu mendidik danmengembangkan anak-anak mereka,baik secara jasmani, akaI, maupunrohani. Oleh karena itu, akan lebih baikapabila melirik lembaga pendidikannon formal, seperti Madrasah Diniah(Sekolah Agama) , Pondok Pesantren,atau TPA (Taman Pendidikan AI­Qur'an) sebagai alternatif, yang tam­paknya juga penting untuk membantumengembangkan,khususnya,· ·kema­tangan rohani. Tentu saja, aktivitasanak-anak yang kurang manfaat didepan layar televisi akan terkurangiapabila mereka di samping belajar dilembaga pendidikan formal, tetapi jugadi nonformal. Ambil saja pondok pe­santren, di lembaga ini anak-anak akandibekali pengetahuan agama secaraterus-menerus dan berkelanjutan, se­hinggq, diyakini dapat mengantarkananak didik kepada kematangan rohani.

c. PenutupGlobalisasi memang sudah tidak

dapat ditolak kehadirannya. Globalisasiyang telah merambah kepada semuaaspek kehidupan, baik ekonomi, po­litik, maupun budaya menandakanbahwa orang yang hidup di era ini mautidak mau harus mampu berkompetisidalam segala bidang apabila tidak mautertinggal jauh. Tentu saja, semacam inimerupakan bagian dari tugas duniapendidikan untuk menyiapkan bagai­mana menciptakan SDM yang memi­liki kemampuan atau berkompetensi.

Jika tujuan pendidikan adalah me­miliki arti "suatu daya upaya untukmemajukan budi pekerti, pikiran, danjasmani agar selaras dengan alam danmasyarakat", sebagaimana diutarakanoleh Ki Hadjar Dewantara, berarti padaera ini bagaimana dunia pendidikanmampu menyiapkan SDM yang· dapat

139

mengikuti "arus globalisasi" dalam artiyang positif. Demikian pula, karenaglobalisasi mengandung pula hal-halyang negatif, maka lembaga pendidik­an di samping juga masyarakat dankeluarga harus mampu membentengigenerasi penerus terutama dari pe­ngaruh budaya yang tidak sesuaidengan norma (agama) sebagai tolakukur kepribadian atau budi pekerti.

Yang perlu disadari, bahwa globa­lisasi sebenarnya paradoks dengandunia pendidikan· atau gejala kontramoralitas. Misalnya, satu sisi pendidikharus mengajarkan bagaimana ber­pakaian yang sopan, santun, dan· tidakmengganggu pandangan mata, akantetapi di sisi lain perkembangan mode,atau gaya pakaian sudah tidak· dapatdibendung lagi, bahkan baik mediamassa maupun elektronik sudah meng­arah kepada ··kebebasan menayangkangambar-gambar "porno". Demikianpula, misalnya, pendidik mengajarkanorang harus berhemat, tetapi budayakonsumtif telah mempengaruhi se­bagian besar masyarakat.· Inilah tan­tangan dunia pendidikan yangharusdihadapi dalam rangka membentukmanusia yang berbudipekerti danmengutamakan nilai-nilai akhlak dalamperilakunya sebagai tujuan utama.

Daftar PustakaAbdullah, I. 2006. Konstruksi dan Repro­

-duksi Kebudayaan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

AI-Zarnuji, Syekh. (tt). Ta lim al­Muta allim Thoriq al-Ta allum.Semarang:Toha Putra.

Anonim. (tt). "Free Seks MasalahKronis" .http://intra.aidsindone­sia.or.id/index.php?option=com.

Pendidikan, Globalisasi, dan .MQralitas

Page 10: PENDIDIKAN, GLOBALISASI, DANAKHLAK Miftahuddinstaffnew.uny.ac.id/upload/132305856/penelitian/Pendidikan...Commission), OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), perjanji

140

Anonim. (tt). "Social Capital andEducation''.http://wwwl.world­bank.org!prem!poverty!scapital!topic!edu2.htm.

Azizy, A.Q. 2004. Melawan Globalisasi:Reinterpretasi Ajaran Islam Persiap­an SDM dan Terciptanya Masya­rakat Madani. Yogyakarta: Pusta­ka Pelajar.

Azra, A. 1998. Esei-esei IntelektualMuslim dan Pendidikan Islam.jakarta: Logos.

Barnadib, I...1996.. Dasar-dasar Kepen­didikan: Memahami Makna danPerspektif Beberapa Teori Pendidik­an. jakarta: Ghalia Indonesia.

Buchori, .. M... 1994. SepektrumProblema­tika Pendidikan di Indonesia. Yog­yakarta: Tiara Wacana.

Chomaidi. "Peranan Pendidikan dalamUpaya Meningkatkan KualitasSumeber.Daya Manusia". Disam­paikan di depan Rapat Senat

" Terbuka UNY, 15 Oktober 2005.Fakih, M. 2002. Runtuhnya Teori Pem­

bangunan .. dan Globalisasi.Yogya­karta: Pustaka Pelajar.

Fukuyama, F. "Social Capital. and CivilSociety", http://www-imf.org!­external!pubs!ft(seminar/1999/reforms!fukuyama.htm#I.

Gunaryadi. 2006. "Pendidikan Nasio­nal, Globalisasi, dan .PerananKeluarga". http://sekolahindo­nesia.nl!globalisasi-pendidikan.­pdf.

Hartana, S. 2004. "Reformasi Total da­lam ·PembinaanMoral". SuaraMerdeka, Senin, 27 September.

Kapahang, A.dkk. "Moralitas KkaumTerdidik: Suatu Tinjauan FilsafatPendidikan". Artikel; Oktober200 l.http://tumoutou.net/sem-I 012!ke5 012.htm.

Madjid, N. 2004. Indonesia Kita.jakarta:Gramedia.

Miftahuddin. "Konsep Profil Guru danSiswa: ·Mengenal Pemikiran al­Zarniji .Dalam Ta lim AI-Muta­allim dan Relevansinya. Cakra­wala Pendidikan, juni 2006, Th.XXV, No.2.

Rakhmat, j. 2003. Islam Aktual: RefleksiSosial Seorang Cendekiawan· Mus­liIIl. Bandung: Mizan.

Sudarwan, D.2006. Agenda PembaharuanSistem Pendidikan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Suyanto, Persoalan Pengangguran danPendidikan" . Kompas, 29 Mei2004.

Syuhud, F. A. "Tantangan PendidikanIslam di Era Globalisasi" http:!!­afatih.wordpress.com!2005!09/ 06!tantangan-pendidikan-islam­di-era-globalisasi.

Sztompka, P. 2004. Sosiologi PerubahanSosial. Terj. Alimandan dari··"TheSociology of Social Change".jakarta: Prenada.

Tafsir, A. 2004. Ilmu Pendidikan dalamPerspektif Islam. Bandung: Rosda­karya.

Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan, Ke­budayaan, dan Masyarakat MadaniIndonesia: Strategi Reformasi Pen-

CakIjawalaPendidikan, Juni 2008, Th. XXVII, No. 2

Page 11: PENDIDIKAN, GLOBALISASI, DANAKHLAK Miftahuddinstaffnew.uny.ac.id/upload/132305856/penelitian/Pendidikan...Commission), OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), perjanji

didikan NasionaJ. Bandung: Ros­dakarya.

Zaenuddin, M. 2004. Membaca WacanaIntelektual: PerspektifKeagamaan,Sosial-Kemasyarakatan, dan Politik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Zamroni, M.1. "Pendidikan dan· Pem­berdayaan Masyarakat (Rekon­struksi Sistem Pendidikan Nasia­nal Menuju Pendidikan. BerbasisKerakyatan) ". Dalam ImamMachali. (2004). Pendidikan Islamdan, Tantangan Globalisasi: BuahPikiran Seputar:Filsafat, Politik,Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Yog­yakarta:Ar-Ruzz.

141

Pendidikan, Globalisasi, dan Moralitas